STASIUN METEOROLOGI GAMAR MALAMO GALELA
ANALISIS CUACA EKSTRIM ANGIN KENCANG DI TERNATE TANGGAL 13 JANUARI 2017
OLEH : RUDI BAMBANG HARYONO, A.Md
GALELA 2017
ANALISIS CUACA EKSTRIM ANGIN KENCANG DI TERNATE TANGGAL 13 JANUARI 2017
I. PENDAHULUAN TERNATE (gunungsitoli.rri.co.id) – Hujan lebat disertai angin kencang, Jumat (13/1/2017) dini hari sekitar pukul 03.00 wit kembali melanda Kota Ternate yang membuat sejumlah pohon yang ada di tepi jalan pada beberapa tempat tumbang. Angin kencang dan hujan yang terjadi secara tiba-tiba itu berlangsung sekitar 3 jam dan mengakibatkan pula pohon yang tumbang itu membuat kemacetan karena menutup akses jalan. Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Babullah Ternate melalui Prakirawan Cuaca Emmy Purnasoliha kepada RRI mengatakan, hujan lebat disertai angin kencang yang terjadi itu diakibatkan adanya kumpulan awan konvektif diatas Perairan Barat Halmahera yang melintasi Ternate, Tidore dan Halmahera Barat.
Angin kencang yang terjadi tersebut
dengan kecepatan 60 kilometer perjam yang termasuk kategori ekstrim. Emmy Purnasoliha juga mengatakan, selain adanya kumpulan awan konvektif juga diatas Maluku Mtara terjadi belokan angin yang mengakibatkan pertumbuhan awan konvektif lebih aktif. Pertumbuhan awan tersebut hanya terjadi diatas Ternate, Tidore dan Halmahera Barat tidak sampai meluas ke wilayah lain yang ada di Maluku Utara. Secara umum Wilayah Maluku Utara masih ada potensi terjadi hujan ringan sampai sedang disertai angin kencang, karena masih ada gerakan awan yang menuju Maluku Utara dan diprediksi masih akan terjadi 3 hari ke depan. ”Potensi hujan ringan sampai sedang disertai angin kencang diprediksi masih akan terjadi di Maluku Utara dalam 3 hari ke depan, karena masih ada pergerakan nawan yang masih menuju Maluku Utara,” ungkap Emmy Purnasoliha, Jumat (13/1/2017). Sementara gelombang di Maluku Utara untuk Bagian Selatan masih normal namun untuk Perairan Morotai dan Utara Halmahera serta Barat Halmahera Bagian Utara diberikan peringatan dini karena tinggi gelombang mencapai 0,5 sampai 2 meter. Masyarakat diminta selalu waspada dan selalu berhati-hati dengan kondisi cuaca ekstrim yang sering terjadi akhir-akhir ini yaitu hujan lebat yang disertai angin kencang.
Gambar 1. Kejadian Pohon Tumbang di Kota Ternate akibat angin kencang tanggal 13 Januari 2017
Gambar 2. Lokasi Peta Kota Ternate II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Atmosfer A.1 Suhu Muka Laut Nilai anomali suhu muka laut di perairan dekat kota Ternate, tanggal 13 Januari 2017 berkisar 29) s/d 31 0C dengan anomaly (0) s/d (+1). Nilai positif ini menunjukkan kondisi laut lebih hangat dan dapat menambah peluang penguapan yang tinggi sehingga menambah pasokan bagi terbentuknya awan-awan hujan di sekitar wilayah kejadian wilayah Ternate.
Gambar 3. SST dan anomali perairan Indonesia tanggal 13 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) A.2 ENSO (El Nino – South Osciilation) Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 12 Januari 2017 yang bernilai – 0.39 dan data SOI tanggal 12 Januari 2017 yang bernilai + 8.0, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 12 Januari 2017, menunjukkan kondisi normal yaitu pengaruhnya tidak signifikan terhadap hujan harian di wilayah Indonesia serta suplai uap air dari pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian timur rendah.
Gambar 4. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI tanggal 12 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) A.3 MJO (Madden – Julian Oscillation) Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 12 Januari 2017 yang berada di tengah lingkaran kuadran , sehingga tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia.
Gambar 5. Track MJO tanggal 12 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) A.4 Outgoing Longwave Radiation (OLR) Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 16 Juli 2016 s/d 14 Januari 2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Ternate : 10 W/m2 s/d -30 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung lebih tebal dari rata-rata klimatologisnya.
Gambar 6. Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 16 Juli 2016 s/d 14 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) A.5 Analisa Tekanan Udara Permukaan Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 12 Januari 2017 terlihat bahwa secara umum wilayah Indonesia bagian utara terdapat beberapa pola gangguan cuaca yakni 3 (tiga) daerah tekanan rendah (Low Pressure) dan wilayah Indonesia bagian selatan terdapat 2 (dua) daerah tekanan rendah (Low Pressure). Hal tersebut menandakan bahwa kondisi yang mendukung aktifnya pergerakan massa udara dari wilayah Indonesia bagian selatan menuju wilayah Indonesia bagian utara.
Gambar 7. Analisa Analisa Tekanan Udara Permukaan Jam 00.00 tanggal 12 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) A.6 Komponen Angin Dari peta streamline, pola angin dengan ketinggian 3000 feet menunjukkan diatas terlihat adanya pergerakan angin yang membawa massa udara dingin dari samudera Pasifik dan melewati wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Selain itu adanya daerah tekanan rendah (Low Pressure) di perairan samudera pasifik serta adanya pola shearline di sebelah utara pulau Maluku Utara, dekat wilayah Ternate, yang dapat berperan untuk pembentukan awan – awan konvektif penghasil hujan dan angin kencang.
Gambar 8. Analisa Komponen angin Jam 12.00 tanggal 12 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) A.7 Indeks Labilitas Udara Nilai K.Indeks yaitu 35 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif sedang.
Gambar 9. K.Indeks jam 18.00 UTC tanggal 12 Januari 2017
Nilai Lifted Indeks berkisar antara -3 yang mengindikasikan kemungkinan potensi badai guntur yang kuat.
Gambar 10. Lifted Indeks jam 18.00 UTC tanggal 12 Januari 2017 Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur.
Gambar 11. Showalter Indeks jam 18 .00 UTC tanggal 12 Januari 2017
A.8 Analisa Udara Atas (PIBAL) Analisa Udara Atas (PIBAL) ini diambil dari Stasiun Meteorologi Sultan Babullah – Ternate tanggal 12 Januari 2017 jam 12.00 UTC. Berdasarkan hasil pengamatan PIBAL pada tampilan Hodograph (kota Ternate berada di BBU), diperoleh bahwa pada pembacaan 1 – 4 & 7 – 8, udara bergerak secara siklonik. Ini menandakan udara mengandung adveksi dingin, yang berarti juga udara Labil sedangkan pada pembacaan 4 – 7, udara bergerak secara anti siklonik. Ini menandakan udara mengandung adveksi panas, yang berarti juga udara Stabil. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata dominan siklonik = adveksi panas = udara labil. Hal ini sangat mendukung pembentukan awan – awan konvektif (awan cumulunimbus) dan berpotensi terjadinya cuaca buruk.
Gambar 12. Tampilan Hodograph Pengamatan PIBAL Stasiun Meteorologi Sultan Babullah - Ternate tanggal 12 Januari 2017 jam 12.00 UTC
B. Satelit Cuaca Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 IR pada tanggal 12 Januari 2017 yang diambil mulai pukul 12.50 & 19.00 UTC (21.50 & 04.00 WIT) memperlihatkan terdapatnya awan-awan konvektif tunggal (awan hujan) disekitaran wilayah perairan Ternate. Terlihat kumpulan awan-awan konvektif tunggal tersebut bergerak masuk ke wilayah Ternate berasal dari arah timur perairan Ternate. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 IR yaitu (-48) s/d (-56) 0C, yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat serta angin kecang. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Ternate pada jam 19.00 UTC.
Gambar 13. Citra satelit Himawari 8 IR jam 12.50 & 19.00 UTC tanggal 12 Januari 2017
III. KESIMPULAN 1. Berdasarkan analisa dinamis atmosfer diatas menunjukkan bahwa pengaruh MJO, ENSO tidak berpengaruh pada kejadian angin kencang di wilayah Ternate namun terdapat pengaruh OLR & Suhu Muka laut yang memanas yang memicu pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Ternate pada pertengahan Januari. 2. Pada skala lokal, analisa pola angin gradient diatas terlihat adanya adanya daerah tekanan rendah (Low Pressure) di perairan samudera pasifik serta adanya pola shearline di sebelah utara pulau Maluku Utara, dekat wilayah Ternate, yang dapat berperan untuk pembentukan awan – awan konvektif penghasil hujan dan angin kencang. 3. Dari citra satelit HIMAWARI menunjukkan bahwa pengumpulan awanawan cumulonimbus telah terjadi sejak pukul (21.50 s/d 04.00 WIT) tanggal 12 Januari 2017, menunjukkan sebaran awan-awan konvektif cukup merata di wilayah Ternate. 4. Indeks labilitas udara :
Nilai
K.Indeks
yaitu
35
yang
mengindikasikan
potensi
pembentukan awan konvektif kuat.
Nilai Lifted Indeks berkisar antara -3 yang mengindikasikan kemungkinan potensi badai guntur yang kuat.
Nilai
Showalter
Indeks
yaitu
-1
yang
mengindikasikan
kemungkinan terjadi badai guntur.
Mengetahui : Kepala Stasiun Meteorologi Galela
Mohamad Makmur NIP.195910021982031002
Galela, 10 Februari 2017 Pembuat Analisa
Rudi Bambang Haryono, A.Md NIP.198704292006041005