Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
BMKG | KATA PENGANTAR
i
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng KATA PENGANTAR
MetAero Bulletin adalah buletin yang diterbitkan oleh Stasiun Meteorologi SoekarnoHatta Cengkareng yang merupakan suatu wadah bagi penyajian informasi Meteorologi penerbangan di Bandar Udara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Buletin ini juga diharapkan dapat
menjadi media bagi pegawai Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng dalam mengembangankan dan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang meteorologi; khususnya yang berkaitan dengan meteorologi penerbangan. Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada Tim
Redaksi MetAero yang telah
bekerja keras walaupun dengan berbagai keterbatasan namun Buletin ini tetap dapat diterbitkan. Semoga isi dan kualitas buletin MetAero dapat terus ditingkatkan. Ucapan Terima kasih juga kami sampaikan kepada pegawai Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengakreng dan semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga Buletin Ini dapat terbit dengan baik. Semoga Informasi yang kami sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Tangerang , Maret 2015 Kepala Stasiun,
Drs. EC Setio Wibowo NIP. 195903231981091001
BMKG | KATA PENGANTAR
ii
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng TIM PENYUSUN
DARI REDAKSI…..
PENASEHAT Drs. EC. Setio Wibowo
Pembaca yang terhormat,
PENANGUNG JAWAB Rekso Hartono REDAKTUR KEPALA Siswahyanti , S.Si
Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga Bulletin MetAero masih dapat hadir menyapa pembaca hingga saat ini. Semoga apa yang kami sajikan dalam
REDAKTUR PELAKSANA 1. Yuli Ernani, ST 2. Soni Soeharsono
bulletin ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih kami sampaikan kepada para pembaca yang budiman atas
EDITOR KEPALA R. Willem Takapente, S.Si
kritik saran dan masukan serta dukungannya sehingga MetAero
EDITOR PELAKSANA
memasuki tahun ke II.
Bulletin masih dapat terbit dan terpublikasi dengan baik hingga
Buletin MetAero edisi bulan Maret 2015 membahas
1. Edy Miswanto, S.Si DESIGN GRAFIS Yus Prihatinina, S.Si HUMAS M. Agus Fitrianto, ST
tentang dinamika Atmosfer di Indonesia, prakiraan cuaca bulan Maret 2015, Pantauan cuaca Skala Sinoptik, Informasi cuaca ekstrim dan Pelayanan Jasa meteorologi yang telah dilakukan oleh Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng. Rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kami sampaikan kepada rekan rekan yang telah menuangkan ide pikirannya serta analisisnya dalam Buletin ini. Kami menyadari bahwa Buletin ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan disana sini, untuk itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman untuk kemajuan buletin ini.
Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Salam, Redaksi
BMKG | DARI REDAKSI…..
iii
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ ii DARI REDAKSI….. .........................................................................................................................iii DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iv DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA ..................................................................................... 1 I.
Fenomena Dipole Mode (DM). ............................................................................................... 2
II.
Fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) ..................................................................... 2
III.
Fenomena Southern Oscilation Index (SOI)........................................................................ 4
IV.
Fenomena Oceanic Nino Index (ONI) ................................................................................. 5
Analisis Dinamika Atmosfer pada Bulan Februari 2015 ................................................................ 6 V. Fenomena Suhu Muka Laut ( SST ) ........................................................................................ 9 VII.
Fenomena Osilasi Selatan / Southern Oscilation Index (SOI) ........................................... 11
PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK ................................................................................. 13 A. Data Parameter Cuaca di Bandar Udara Soekarno-Hatta Cengkareng dan sekitarnya bulan Pebruari 2015 dapat disajikan sebagai berikut : .......................................................................... 13 B. Keadaan Cuaca di Bandar Udara Soekarno-Hatta Cengkareng. ........................................... 18 PELAYANAN JASA ....................................................................................................................... 26 A. Produk Pelayanan Jasa Penerbangan ..................................................................................... 26 B. Hasil Verifikasi Tafor dan Trend Type Landing Forecast .................................................... 29
BMKG | DAFTAR ISI
iv
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA Oleh : Soni Soeharsono
Pendahuluan Kondisi cuaca yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh sirkulasi umum angin global, regional, dan lokal.Dengan letak Indonesia di wilayah tropis yang terdiri dari 2/3 perairan (lautan) dan 1/3 kepulauan (daratan) merupakan daerah yang mendapatkan aliran uap air cukup banyak dalam kondisi normal. Interaksi yang saling mempengaruhi antara sirkulasi umum tersebut dapat menentukan kondisi cuaca yang akan terjadi.
Gambar 1. Skema El Nino dan El Nina
Indonesia yang terletak didaerah tropis, musim yang terjadi dipengaruhi oleh phenomenaphenomena berskala regional atau global, sejauh ini sudah diketahui beberapa fenomena regional yang merupakan sirkulasi zonal ( Timur – Barat ) dan Meridional ( Utara – selatan ) , dimana sirkulasi itu bergeser dan mengalami perubahan secara periodik, diantaranya adalah;
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
1
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
I.
Fenomena Dipole Mode (DM).
Gambar 2.Ilustrasi skematis proses / mekanisme fenomena IOD yang menghasilkan nilai DMI positif dan negatif.
Fenomena Dipole Mode (DM) yaitu tanda atau gejala akan menaiknya atau memanasnya Suhu Muka Laut (SML) dari kondisi normal di sepanjang Ekuator Samudera Hindia, khususnya di sebelah selatan India, yang diiringi dengan menurunnya suhu permukaan laut tidak normal di perairan Indonesia di wilayah pantai barat Sumatera (Yamagata, 2001). Pada keadaan normalnya, di sebelah barat lautan tropis Hindia suhu permukaan laut mengalami pendinginan, tetapi hangat di sebagian belahan timurnya ; ditandai dengan distribusi SML yang cukup merata di sekitar ekuator. Hasil perhitungan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut di bagian barat dan sebelah timur samudera Hindia ini dikenal sebagai DMI (Dipole Mode Index).Dipole Mode dibagi menjadi dua fase yakniDipole Mode Positif dan Dipole Mode Negatif. Dipole Mode Positif (DMP) terjadi pada saat tekanan udara permukaan di atas wilayah barat Sumatera relatif bertekanan lebih tinggi dibandingkan wilayah timur Afrika yang bertekanan relatif rendah, sehingga udara mengalir dari bagian barat Sumatera ke bagian timur Afrika yang mengakibatkan pembentukkan awan-awan konvektif di wilayah Afrika dan menghasilkan curah hujan di atas normal, sedangkan di wilayah Sumatera terjadi kekeringan, begitu sebaliknya dengan Dipole Mode Negatif (DMN). Dalam kaitannya dengan pola curah hujan di BMI (Benua Maritim Indonesia), maka DMI positif berhubungan dengan berkurangnya intensitas curah hujan di bagian barat BMI.Sedang sebaliknya, DMI negatif berhubungan dengan bertambahnya intensitas curah hujan di bagian barat BMI.Ilustrasi proses / mekanisme fenomena IOD (Indian Ocean Dipole) secara skematis di sajikan dalam gambar 1. II.
Fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO)
Madden Julian Oscillation merupakan suatu gelombang atau osilasi sub musiman yang terjadi di lapisan troposfer wilayah tropis, akibat dari sirkulasi sel skala besar di ekuatorial yang bergerak
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
2
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
dari barat ke timur yaitu dari lautan Hindia ke lautan Pasifik Tengah dengan rentang daerah propagasi ( sebaran ) 15°LU - 15°LS. MJO secara alami terbentuk dari sistem interaksi laut dan atmosfer, dengan periode osilasi kurang lebih 30-60 hari (Madden dan Julian, 1971, 1972; Madden dan Julian, 1994). MJO dibagi menjadi 8 fase antara lain; FASE
POSISI
AREA KONVEKTIFITAS
1
210° BB – 060° BT
AFRIKA BAGIAN TIMUR
2
060° BT – 080° BT
SAMUDERA HINDIA BAGIAN BARAT
3
080° BT – 100° BT
SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR
4&5
100° BT – 140° BT
BENUA MARITIM INDONESIA
6
140° BT – 160° BT
KAWASAN PASIFIK BARAT
7
160° BT – 180° BT
PASIFIK TENGAH
8
180° BT – 160° BB
DAERAH KONVEKTIF DI BELAHAN BUMI BAGIAN BARAT
Gambar 3. Index MJO
Metode yang digunakan diatas adalah dengan Out Going Long Wave Range (OLR).Radiasi gelombang panjang keluar (OLR) sering digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi tinggi, tebal, awan hujan konvektif. Peta ini menunjukkan perbedaan dari daerah yang berawan berdasarkan posisi MJO. Warna ungu dan biru tebal menunjukkan lebih tinggi dari keadaan normal,cuaca tropis lebih aktif atau lebih menguat, sedangkan oranye tebal menunjukkan lebih rendah dari normal atau kondisi ditekan. Arah dan panjang anak panah menunjukkan arah dan kekuatan anomali angin. Semakin gelap panah, yang lebih dapat diandalkan informasi tersebut. Hubungan dari MJO dengan pola cuaca tropis berubah dengan musim (yang bisa dipilih di atas BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
3
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
peta tersebut). Besaran OLR dapat menunjukkan suhu puncak awan dan kandungan uap air awan, makin rendah suhu puncak awan dan makin tinggi kandungan uap airnya maka makin rendah nilai OLR-nya, yang berarti makin besar kemungkinan hujan yang ditimbulkannya. Sebaliknya nilai OLR yang tinggi berarti suhu puncak awannya tinggi dan kandungan uap airnya rendah sehingga kemungkinan hujan yang ditimbulkannya semakin kecil.(Kustiyo et.al., 1999). Fenomena
MJO
merupakan
fenomena musiman yang berdasarkan pada
pasangan
orthogonal medan
(EOF)
angin
empiris
fungsi
dikombinasikan
rata-rata
komponen
Zonal (Timur – Barat ) lapisan 850 HPa dan 200 Hpa di sekitar garis ekuator dan berdasarkan observasi data satelit
OLR
(Outgoing Longwave
Radiation). Ketika indeks MJO berada dalam pusat lingkaran maka fenomena MJO lemah.Semakin berada di luar dari pusat lingkaran tersebut maka fenomena MJO semakin kuat. Siklus Gambar 4. Fase MJO
pergerakan MJO bergerak berlawanan arah jarum jam dari arah Barat ke
Timur. III.
Fenomena Southern Oscilation Index (SOI)
Southern Oscilation Index SOI merupakan salah satu ukuran dari fluktuasi skala besar tekanan udara yang terjadi antara barat dan timur pasifik tropis ( yaitu keadaan Osilasi Selatan) selama episode El Nino dan La Nina. Secaraumum, indeks ini dihitung berdasarkan perbedaan anomali tekanan udara antara Tahiti dan Darwin, Australia. Umumnya , metode smoothed time series dari SOI sangat baik dan sesuai dengan perubahan suhu laut di bagian timur Pasifik tropis. Fase negatif dari SOI mewakili tekanan di bawah normal udara di Tahiti dan tekanan udara di atas normal di Darwin. Periode panjang nilai SOI negatif bertepatan dengan Suhu MukaLaut menghangat abnormal di bagian timur Pasifik tropis ciri episode El Nino. Periode panjang nilai SOI positif bertepatan dengan Suhu MukaLaut normal dingin di bagian timur Pasifik tropis ciri
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
4
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
episode La Nina.Nilai negatif yang berkelanjutan SOI dibawah nilai -8, biasanya menunjukkan periode
El
Nino.Nilai
negatifini
biasanyadisertai
denganpemanasanberkelanjutan
diwilayahtropisSamudera Pasifiktengah dan timur, penurunankekuatanangin Pasat diPasifik, dan penurunandi musim dingin danmusim semicurah hujanbanyakAustraliatimur. Nilai-nilai positif berkelanjutandariSOIdi atas+8merupakan cirri dari periode LaNiña.Hal ini terkait dengan menguatnya angin pasat di Pasifik dan suhu laut menghangat di sebelah utara Australia. Perairan di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur menjadi lebih dingin selama ini. Bersama-samaini memberikan kemungkinan peningkatan kandungan uap air diAustralia timur dan utara akan basah dari biasanya.
IV. Fenomena Oceanic Nino Index (ONI) Istilah Suhu Permukaan Laut mengacu pada suhu rata-rata laut dalam beberapa meter keatas. Operasional baru NOAA menjelaskan mengenai analisis Suhu permukaan laut, merupakan analisa data 7 hari dari in situ ( Kapal laut dan Buoy; Buoy merupakan alat pengamatan cuaca yang diletakan tetap diatas permukaan laut/stasioner) dan SST satelit. Analisis ini diproduksi secara mingguan dan harian menggunakan interpolasi optimum (IO) pada luasan grid 1° ( 1° ̴ 110km ) . OceanicNinoIndex(ONI)
sudah
menjadi
standarbakuyang
digunakanNOAAuntuk
mengidentifikasi adanya peristiwa ElNiño(suhu permukaan laut hangat)danLaNiña(suhu permukaan laut dingin)di Pasifiktropis. Hal ini merupakan proses pengolahan3bulanan rata-rata SST anomaly untukNiño3.4 (yaitu, 5°N - 5°S dan 120°W - 170°W). Kejadiannya didefinisikan sebagai5bulan berturut-turutpada atau di atas anomaly 0,5°untuk kejadianhangat (El Niño) danpada atau di bawah anomali-0.5untuk kejadiandingin(La Niña). Batasan
ini lebih
lanjutdikategorikan menjadi kondisiLemah(dengan 0,5 - 0,9 SST anomali), Sedang(1,0 - 1,4) dan Kuat(≥ 1,5). Untuk tujuan pelaporan inisebuah kejadianuntuk dikategorikan sebagailemah, sedang ataukuatitu harusmenyamai ataumelampaui ambang batasselama 3bulan. Dengan kata lain pada momen berlangsungnya fenomena El Nino, Suhu Muka Laut daerah timur-tengah pasifik equator (Nino 3.4) menghangat, Jika Nilai anomaly SST Nino 3.4 kuat terjadi El Nino Kuat, semakin kuat anomalinya, Semakin kuat pula kejadian El Nino hal ini mengakibatkan terjadi pergeseran sirkulasi udara yang mengangkat massa udara tumbuh menjadi awan hujan dari wilayah maritim Indonesia yang relatif lebih dingin ke daerah Nino 3.4 yang relatif lebih Hangat, wilayah benua Maritim Indonesia akan mengalami kekeringan dan menyebabkan bergesernya musim hujan diwilayah ini.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
5
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
Gambar.5 Daerah wilayah kejadian El Nino dan La Nina
Analisis Dinamika Atmosfer pada Bulan Februari 2015 I.
Index Dipole Mode
Gambar. 6.Nilai IOD
02Februari - 08Februari 2015
-0.43
09Februari - 15Februari 2015
-0.43
16Februari - 22Februari 2015
-0.44
23Februari- 01Maret2015
-0.66
Tabel 1.Nilai IOD Periode Mingguan Februaari 2015 (Sumber http://www.bom.gov.au/climate/iod.txt)
Nilai IOD selama periode mingguan terakhir menghasilkan nilai negatif yaitu -0.66 hal ini berada diantara luar batas normal ( ± 0.4 ). Dari nilai indeks tersebut kumpulan uap air dan awanawan konvektif berpotensi tumbuh di wilayah barat BMI (Benua Maritim Indonesia).
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
6
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
II.
Analisis Komponen Angin Zonal
Gambar 7.Fase Total angin lapisan 850 dan 200 hPa(Sumber :http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/index.primjo.html)
Komponen angin zonal pada paras 850 mb, angin bergerak menuju Benua Maritim Indonesia dari Lautan Hindia sebelah timur Benua Afrika dan pada paras 200 mb, angin bergerak menjauhi Benua Maritim Indonesia menuju Benua Afrika. Hal ini menunjukan pergerakan udara yang membawa Uap air dan mengalami pertukaran momentum diatas Belahan Bumi Indonesia pada lapisan 850 mb kemudian dibawa sampai pada lapisan atas 200 mb atau lebih dan berbalik.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
7
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
III.
Analisis Out Going Long Wave Range
Gambar 8.Anomaly OLR ; (Sumber :http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/index.primjo.html)
Analisa OLR pada bulan Februari 2015 Jumlah Radiasi balik yang dilepaskan oleh permukaan bumi relatif kecil di Indonesia bagian barat dan bagian timur yang menunjukan kondisi kanopi yang menghalangi radiasi balik dari bumi untuk keluar tebal sedangkan untuk wilayah Indonesia bagian tengah radiasi balik yang dipancarkan relatif besar yang mengindikasikan kondisi kanopi yang tipis. IV.
Analisis Posisi MJO
Gambar 9. Analisa Fase MJO bulan Februari 2015
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
8
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
Selama bulan Februari 2015 Fase MJO berada di Fase 6,7 dan 8.Fenomena MJO yang paling kuat terjadi di fase 7 dan 8 yaitu di wilayah Barat Samudera Pasifik dan wilayah Afrika, terjadi pada tanggal 03 s/d 11Februari 2015. V.
Prediksi Posisi MJO
Gambar 10.Prakiraan Fase MJO bulan Maret 2015 ; (sumber : http://origin.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/CLIVAR/BOMM_phase_33m_full.gif )
Prakiraan Fase MJO untuk bulan Maret2015 berada pada Fase 5, 6 dan 7.Dari wilayah Indonesia bagian Timur bergerak menuju Samudra Pasifik Barat semakin menguat. V. Fenomena Suhu Muka Laut ( SST )
Gambar 11. Anomali SST (Sumber :NCEP)
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
9
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
Kondisi
Suhu
Muka
Laut
pada
Bulan
Februaridiwilayah
Indonesia
pada
umumnyamengalami pemanasan dibandingkan data Klimatologinya.Pada wilayah Perairan Indonesia bagian Baratsampai dengan wilayah Indonesia Tengahmengalami pemanasan sedangkan perairan Indonesia bagian Timur tidakmengalami perubahan dibandingkan data klimatologinya. Hal ini menjelaskan pada daerah yang mengalami pemanasanberpotensiterjadi pergerakan udara vertikal yang menyebabkan pertumbuhan awan berpotensi besar terjadi, Di wilayah Indonesia terjadi penguapan relatif lebih tinggi dari data klimatologinya.
VI.
Analisis Ocean Nino Index
Index
Januari
Januari
Perubahan Temperatur
Nino3
+0.3
+0.2
-0.5 Mendingin
Nino3.4
+0.5
+0.5
-0.3 Tak Berubah
Nino4
+0.9
+1.0
-0.1 Memanas
Tabel II. Index Nino (Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/index.shtml#tabs=Sea-surface
Pada wilayah perairan Pasifik yangditandai dengan daerah Nino 3, 4 dan Nino 3.4 . Tidak terjadi perubahan dibandingkan dengan periode lalu pada wilayah Nino 3.4 yang menyebabkan pasokan uap air dari wilayah pasifik menuju Benua Maritim Indonesia Relatif cukup Signifikan.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
10
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
VII.
Fenomena Osilasi Selatan / Southern Oscilation Index (SOI)
Gambar 12. Analisa SOI bulan Februari2015 ; (sumber : http://www.bom.gov.au/climate/current/soi2.shtml)
Dari grafik SOI Januari 2007 s/d Februari 2015 nilai SOI pada bulan Februari 2015 bernilai positif ( + ) dengan nilai SOI 0,6 hal ini menunjukan keadaan Normal dengan yang kurang signfikanmempengaruhi pasokan uap air diwilayah benua maritim Indonesia sampai ke wilayah indonesia bagian tengah.
KESIMPULAN Dengan mempertimbangkan parameter-parameter pembentuk fenomena global yang terukur kondisi iklim untuk bulan Maret 2015 seperti nilai IOD -0.66 yang diluar dari ambang batas (±0.4) kemudian fenomena MJO yang diperkirakan lemah terjadi di wilayah BMI serta nilai SOI ( 0.6 ) yang berarti berlangsungnya periode Normal maka kondisi diwilayah Indonesia berkurang pasokan uap air untuk wilayah Indonesia bagian Timur sedangkan untuk bagian barat masih terdapat pasokan uap air untuk beberapa hari kedepan memasuki awal bulan Maret, dengan kata lain dapat disimpulkan potensi ketersediaan uap air dari Samudra Hindia sebelah Barat Sumatra masih cukup dan juga suplai untuk Indonesia bagian barat.Kondisi anomali suhu muka laut untuk Bulan Februari 2015 yang sudah terjadi di wilayah perairan Indonesia yang dominan menghangat di bagian
Barat dan bagian Tengah, Samudra Hindia sebelah barat Australia.
Keadaan ini dapat memicu menimbulkan adanya gangguan pola tekanan rendah pada perairan yang suhunya masih menghangat, pada daerah yang memiliki persediaan uap air yang dapat menghasilkan awan-awan hujan.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
11
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng yang terletak di propinsi Banten Tangerang wilayah sebelah utaranya berada cukup dekat dengan pantai Utara Jawa dan sebelah Selatan banyak terdapat deretan perbukitan dari wilayah Pandeglang memanjang ke arah Timur hingga Bogor.Kondisi geografis ini dapat menghasilkan interaksi sirkulasi lokal yaitu angin daratlaut berkombinasi dengan sirkulasi angin lembah-gunung. Adanya uap air yang masih tersedia di perairan sebelah Utara Jawa dan Samudra Hindia maka untuk Bulan Maret 2015 wilayah Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng dan sekitarnya masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas Sedang - Lebat disertai badai Guntur dan angin kencang yang disebabkan oleh awanawan konvektif dan Cumulonimbus dengan banyaknya hari hujan lebih rendah dibandingkan pada bulanFebruari.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
12
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK A. Data Parameter Cuaca di Bandar Udara Soekarno-Hatta Cengkareng dan sekitarnya bulan Pebruari 2015 dapat disajikan sebagai berikut : 1. Suhu Udara. suhu udara berkisar antara 22.0 oC – 32.8 oC. Suhu udara tertinggi 32.8oC terjadi pada tanggal 16 Pebruari 2015 sedangkan suhu udara terendah mencapai 22.0oC terjadi pada tangga 21 Pebruari 2015.
Grafik Suhu Udara Bulan Pebruari 2015
34 32
suhu (o)
30 28
MEAN
26
MAX
24
MIN
22 20 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27
2. Intensitas Hujan
Intensitas curah hujan yang terjadi pada bulan pebruari 2015 bersifat diatas normal , dimana normal curah hujan antara 254 mm – 344 mm. Jumlah curah hujan bulan Pebruari 2015 tercatat 414.8 mm dengan 18 hari hujan. Curah hujan tertinggi sebesar 128.7 mm terjadi pada tanggal 9 Pebruari. Terjadi 2 kali hujan dengan intensiatas lebat yaitu pada tanggal 1 sebesar 62.6mm dan tanggal 8 sebesar 76.0 mm. Hujan dengan intensitas sangat lebat terjadi pada tanggal 9 Pebruari 2015 sebesar 128.7 mm. Data intensitas curah hujan maksimum per satuan waktu yang diamati Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng selama bulan Pebruari 2015 disajikan sebagai berikut :
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
13
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
CURAH HUJAN PERIODE 3 JAM ( 9 Pebruari 2015 ) JAM (WIB)
7-10
10-13
HUJAN
7.8
2.2
13-16 16-19 19-22
22-01
01-04
04-07
JUML
4.2
34.1
53.1
16.8
128.7
0.3
10.2
Grafik Curah hujan Bulan Pebruari 2015 140 curah hujan ( mm )
120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
3. Lama Penyinaran Matahari.
Pada bulan Pebruari rata – rata penyinaran matahari 4.0 jam, lama penyinaran matahari tertinggi 11 jam terjadi pada tanggal 22 Pebruari, Sedangkan lama penyinaran matahari terendah 0 jam Grafik Penyinaran Matahari Bulan Pebruari 2015 12
penyinaran (jam )
10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
14
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
4. Tekanan Udara Tekanan udara rata rata pada bulan Pebruari 1009.8 mb Tekanan udara tertinggi 1014.6 mb terjadi pada tanggal 3 Pebruari jam 3.00 GMT ( 10.00 WIB ) sedangkan tekanan udara terendah 1004.5 mb terjadi tanggal 8 Januari jam 08.00 GMT (15.00 WIB )
Grafik Tekanan Udara Bulan Pebruari 2015 1016 1014 tekanan (mb)
1012 1010 1008
MEAN
1006
MAX
1004
MIN
1002 1000 998 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27
5. Kelembaban Udara Kelembaban udara rata-rata pada bulan Pebruari 2015 sebesar 85.9 %, kelembaban udara terendah 48% terjadi pada tanggal 22 Pebruari jam 05.00 GMT ( 12.00 WIB ) sedangkan kelembaban udara tertinggi 99 %. Terjadi pada tanggal 9 Pebruari jam 19.00 GMT ( 02.00 WIB ). Grafik Kelembaban Udara Bulan Pebruari 2014 120 100 Rh ( % )
80 MEAN
60
MAX 40
MIN
20 0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
15
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng 6
Penguapan Bulan Pebruari penguapan rata – rata 4.5 milimeter, penguapan maksimum 7,4 milimeter terjadi pada tanggal 29 dan penguapan minimum 0.9 milimeter terjadi pada tanggal 09 Pebruari 2015
Grafik Penguapan Bulan Pebruari 2015 penguapan (mm)
8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27
7. Perawanan. Berdasarkan data Sinoptik perawanan yang terjadi di Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng selama bulan Pebruari 2015 sebagai berikut : a. Jumlah Keseluruhan Awan. Grafik Jumlah Awan Rendah Bulan Pebruari 2015 0% 13% 41%
FEW SCT BKN
46%
OVC
Keterangan :
0 – 2 Oktas 3 – 4 Oktas 5 – 7 Oktas 8 Oktas
: Few ( Cerah ) : Scattered /SCT ( Berawan sebagian ) : Broken/ BKN ( Berawan ) : Overcast/ OVC ( Berawan banyak )
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
16
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
b. Jenis Awan Rendah
Grafik Jenis Awan Rendah Bulan Pebruiari 2015 3% 22% 4%
CB CU SC
71%
CUSC
Keterangan : CU : Awan Cumulus
CB : Awan Cumulonimbus SC : Awan Strato Cumulus 8. Angin Permukaan
Pada bulan Pebruari 2015 Arah angin dominan di wilayah Bandara SoekarnoHatta Cengkareng bertiup dari arah Barat Laut
dengan kecepatan angin
maksimum antara 12- 17 kt (22 - 31 km/jam ). Kecepatan Angin maksimum 22 kts ( ± 40 km/jam ). Terjadi pada tanggal 6 Pebruari 2015 jam 11.30 GMT ( 18.30 WIB ) Wind Rose dan grafik distribusi frekwensi angin permukaan seperti pada gambar dibawah ini
Gambar Wind rose Angin permukaan
Gambar Distribusifrekwensi kecepatan angin permukaan
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
17
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
B. Keadaan Cuaca di Bandar Udara Soekarno-Hatta Cengkareng. 1. Kondisi cuaca yang mengganggu Penerbangan. a. Jarak pandang ( Visibility ). Jarak pandang terendah 1km terjadi tgl 9 Pebruari jam 18.00 – 19.00 GMT ( 01.00 – 02.00 WIB ) jarak pandang < 2 km terjadi 18 kali, jarak pandang < 5 km terjadi 339 kali pada tanggal 9 Pebruari 2015 V I S IB I L I T Y < 2 KM
< 5 KM
18
339
HAZE
MIST
184
53
FOG
KILAT
GUNTUR
19
26
2
DZ
0
HUJAN
GUNTUR & HUJAN
110
10
Grafik Visibility Bulan Pebruari 2015 1%
2% 9% ≤ 1000
47%
1100-2000 41%
2100-3000 3100-5000 >5000
2. Informasi Cuaca Ekstrim Bulan Pebruari 2015.
KRITERIA EKSTRIM Angin berkecepatan > 25 knot atau
TANGGAL KEJADIAN Nil
> 45 km/jam Suhu udara > 35oC atau < 17oC
Nil
Curah hujan >20 mm/jam atau
1 Pebruari hujan 39.5 mm dari
> 50mm/hari atau > 400mm/bulan
jam 8.00 wib – 9.00 wib 8 Pebruari hujan 25.5.5 mm dari jam 02.00 wib s/d 03.00 wib 9 Pebruari hujan 39.3 mm dari
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
18
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
jam 01.00 wib s/d 02.00 Wib. 18 Pebruari hujan 25.6 mm dari jam 00.00 s/d 01.00
Kelembaban udara < 40%
3. Windrose Windrose adalah diagram yang menyederhanakan angin pada sebuah lokasi dalam periode tertentu (Encyclopedia Britannica). Selain itu windrose juga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui Prosentase delapan arah mata angin dan besar kecepatan anginnya. Windrose bulan Pebruari 2015 yang tercatat pada stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng hasil pengamatan Radio Sonde jam 00.00 UTC dan 12.00 UTC dari berbagai lapisan adalah sebagai berikut :
a.
Permukaan Windrose lapisan permukaan pada jam 00.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan permukaan jam 00.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan angin permukaan jam 00.00 UTC
Bulan Pebruari 2015 jam 00.00 UTC arah angin permukaan di Bandara SoekarnoHatta Cengkareng dominan dari Selatan dengan kecepatan angin antara 2-7 kt ( 3.6 – 12,6 km/jam ) dan persentasi angin calm sebesar 32.1 %.
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
19
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
Windrose Lapisan permukaan pada jam 12.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan permukaan jam 12.00 UTC UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan angin permukaan jam 12.00
Pada jam 12.00 UTC arah angin permukaan di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng dominan dari arah Utara dengan kecepatan angin maksimum antara 2-7 kt ( 3,6 – 12,6 km/jam ) dan persentasi angin calm sebesar 32.1 %. b.
Lapisan 3000 feet Windrose Lapisan 3000 feet Jam 00.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 3000 ft jam 00.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan angin 3000 ft jam 00.00 UTC
Pada bulan Pebruari 2015 jam 00.00 UTC, arah angin dominan pada lapisan 3000 feet dari arah Barat dengan kecepatan angin maksimum 12-18 knot ( 21.6 – 32.4 km/jam) dan persentasi angin calm sebesar 3.6 %. Kecepatan maksimum yang terjadi pada lapisan 3000 ft jam 00.00 UTC sebesar 17 knot ( 31 km/jam ) terjadi pada tanggal 13 Pebruari 2015
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
20
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
Windrose Lapisan 3000 feet Jam 12.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 3000 ft jam 12.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan angin 3000 ft jam 12.00 UTC
Pada jam 12.00 UTC, arah angin dominan pada lapisan 3000 feet dari arah Barat dengan kecepatan angin maksimum 12– 18 knot ( 21 – 32 km/jam) dan persentasi angin calm sebesar 14.3 %. Kecepatan maksimum yang terjadi pada lapisan 3000 ft jam 12.00 UTC sebesar 19 knot ( 34 km/jam ) terjadi pada tanggal 9 & 10 Pebruari 2015. a. Windrose Lapisan 850 mb / 5000 feet Jam 00.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 850 mb jam 00.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan angin 850 mb jam 00.00 UTC
Bulan Pebruari 2015 arah angin dominan pada lapisan 850 mb atau sekitar 5000 feet dari arah Barat Daya dan Barat Laut. Dengan kecepatan angin maksimum 12 - 18 kt ( 21 - 32 km/jam) dan persentasi angin calm sebesar 3.6 %. Kecepatan maksimum yang terjadi pada lapisan 850 mb / 5000 ft jam 00.00 UTC sebesar 24 knot ( 43 km/jam) terjadi pada tanggal 18 Pebruari 2015
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
21
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
Jam 12.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 850 mb jam 12.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan angin 850 mb jam 12.00 UTC
Pada jam 12.00 UTC arah angin dominan pada lapisan 850 mb atau sekitar 5000 feet dari arah Barat dengan kecepatan angin maksimum 22 - 27 kt ( 40 - 49 km/jam) dan persentasi angin calm sebesar 2.6 %. Kecepatan maksimum yang terjadi pada lapisan 850 mb / 5000 ft jam 00.00 UTC sebesar 20 knots ( 36 km/jam) terjadi pada tanggal 1 Pebruari 2015
c.
Lapisan 700 mb / 10000 feet
Jam 00.00 UTC
Gambar: windrose Lapisan 700 mb jam 00.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan angin 700 mb jam 00.00 UTC
Bulan Pebruari 2015 arah angin dominan pada lapisan 700 mb atau sekitar 10000 feet yaitu dari arah Barat dengan kecepatan angin maksimum 22 - 27 kt (40 - 49 km/jam) dan persentasi angin calm sebesar 14.3 %. Kecepatan maksimum yang terjadi pada lapisan 700 mb / 10000 ft jam 00.00 UTC sebesar 24 knot ( 43 km/jam ) terjadi pada tanggal 19 Pebruari 2015.
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
22
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
Jam 12.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 700 mb jam 12.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan angin 700 mb jam 12.00 UTC
Pada Jam 12.00 UTC arah angin dominan pada lapisan 700 mb atau sekitar 10000 feet dari arah Barat dengan kecepatan angin maksimum 22-27 kt (40-49km/jam) dan persentasi angin calm sebesar 14.3 %. Kecepatan maksimum yang terjadi pada lapisan 700 mb / 10000 ft jam 12.00 UTC sebesar 26 knot ( 47 km/jam ) pada tanggal 14 Pebruari 2015.
d.
Lapisan 500 mb / 15000 feet
Jam 00.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 500 mb jam 00.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan angin 500 mb jam 00.00 UTC
Bulan Pebruari 2015 arah angin dominan pada lapisan 500 mb atau sekitar 15.000 feet yaitu dari arah Tenggara dengan kecepatan angin maksimum 12 - 18 kt (22 - 32 km/jam) dan persentasi angin calm sebesar 3,6 %. Kecepatan maksimum yang terjadi pada lapisan 500 mb / 15000 ft jam 00.00 UTC sebesar 22 kts (40 km/jam ) terjadi pada tanggal 14 Pebruari 2015.
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
23
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
Jam 12.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 500 mb jam 12.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan angin 500 mb jam 12.00 UTC
Pada Jam 12.00 UTC arah angin dominan lapisan 500 mb atau sekitar 15.000 feet yaitu dari arah Timur dengan kecepatan angin maksimum 12-18 knots (22 - 32 km/jam) dan persentasi angin calm sebesar 0 %. Kecepatan angin maksimum yang terjadi pada lapisan 500 mb / 15000 ft jam 12.00 UTC sebesar 22 knot ( 40 km/jam ) terjadi pada tanggal 1 Pebruari 2015.. Grafik Komponen angin lapisan 3000 feet sebagai berikut : Komponen Angin 3000 Feet Jam 00 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 -10 -20 utara-selatan
timur-barat
Dari grafik komponen angin pada ketinggian 3000 feet jam 00.00 UTC menunjukan bahwa komponen angin timur barat di tunjukan dengan grafik line berwarna merah, terlihat bahwa angin dominan bertiup dari arah Barat (grafik memiliki nilai Negatif ). Untuk komponen utara selatan dimana ditunjukan dengan grafik line berwarna biru, terlihat bahwa angin dominan bertiup dari arah Utara ( grafik memiliki nilai Positif ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa bulan Pebruari 2015 pada pagi hari angin bertiup dari arah Baratan
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
24
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng Komponen Angin 3000 Feet Jam 12 10 5 0 -5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
-10 -15 -20 utara-selatan
timur-barat
Grafik komponen angin pada ketinggian 3000 feet jam 12.00 UTC menunjukan bahwa komponen angin timur barat di tunjukan dengan grafik line berwarna merah, juga terlihat bahwa angin dominan bertiup dari arah Barat(grafik memiliki nilai Negatif ). Untuk komponen utara selatan dimana ditunjukan dengan grafik line berwarna biru, terlihat bahwa angin dominan bertiup dari arah Utara ( grafik memiliki nilai Positif). Sehingga dapat disimpulkan bahwa bulan Pebruari 2015 pada malam hari angin bertiup dari arah Baratan KESIMPULAN Dari data unsur cuaca hasil pengamatan yang dilakukan oleh Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng pada bulan Pebruari 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut : No
UNSUR CUACA
1 2 3 4
Suhu Udara Maksimum Rata-rata ( oC ) Suhu Udara Minimum Rata – rata ( oC ) Suhu Udara Maksimum Tertinggi ( oC ) Suhu Udara Minimum Terendah ( oC )
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kelembaban Udara Maksimum Rata-rata (%) Kelembaban Udara Minimum Rata – rata (%) Kelembaban Udara Maksimum Tertinggi (%) Kelembaban Udara Minimum Terendah (%) Tekanan Udara Maksimum Rata-rata (mb) Tekanan Udara Minimum Rata – rata (mb) Tekanan Udara Maksimum Tertinggi (mb) Tekanan Udara Minimum Terendah (mb) Kecepatan Angin Maksimum (knot) Jumlah Curah Hujan ( mm ) Jumlah hari hujan ( hari )
OBSERVASI BULAN Pebruari 2015 30.1 23.8 32.8 22.0 96.1 71.4 99 48 1011.7 1007.3 1014.6 1004.5 22 414.8 18
BMKG | PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
25
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
PELAYANAN JASA
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng memiliki tugas pokok melaksanakan fungsi BMKG di bidang Pelayanan Meteorologi Penerbangan untuk menunjang keselamatan transportasi udara. Informasi meteorologi penerbangan yang diberikan harus bersifat cepat, tepat dan akurat karena memiliki peran dalam keselamatan penerbangan dan untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas kegiatan penerbangan.
A. Produk Pelayanan Jasa Penerbangan Produk pelayanan informasi meteorologi penerbangan yang dihasilkan oleh Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta diantaranya data synop, Upper wind (PIbal, Rason) QAM, Metar, Speci, Trend Type Landing Forecast ,Rofor, Tafor,
Sigmet, Analisa Upper Wind, Analisa
synoptic, dan Flight Document. Produk ini kemudian disampaikan kepada Airline, ATC, BMKG Pusat serta untuk pertukaran data secara internasional.
BMKG | PELAYANAN JASA
26
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
PRODUK PELAYANAN JASA PENERBANGAN BULAN FEBRUARI 2015 1442
1344
1344
672 448 112
Rofor
98
56
Tafor
Trend
Peta71
QAM
Metar
Speci
183 56
Sigmet
Peta Upper Wind
56
Temp
56
Synop
Pibal
Grafik Jumlah Produk Pelayanan Jasa Meteorologi Penerbangan
Keterangan : 1. Rofor / Route Forecast : prakiraan cuaca sepanjang jalur penerbangan dari bandara pemberangkatan sampai bandara tujuan 2. Tafor / Terminal Forecast : informasi meteorologi tentang prakiraan unsur-unsur cuaca di suatu bandara dalam jangka waktu 30 jam 3. Trend Type Landing Forecast : prakiraan cuaca dalam jangka pendek untuk mendarat dan tinggal landas pesawat terbang. 4. Analisa Synoptic : analisa data synoptic dan data angin lapisan 3000 feet pada peta Me71 5. QAM : Laporan cuaca bandara yang digunakan untuk pendaratan dan lepas landas 6. Metar : Kondisi cuaca disekitar suatu bandara yang dipertukarkan ke seluruh dunia lewat RODB (Regional Opmet Data Banks) Singapura . 7. Speci : Laporan cuaca khusus/ bermakna yang sedang berlangsung 8. Sigmet : informasi cuaca tentang adanya perubahan cuaca yang luar biasa atau fenomena yang signifikan disekitar bandara yang perlu diwaspadai 9. Analisa Upper Wind : analisa data udara atas dari beberapa lapisan pada peta 10. Berita Temp/ Radio Sonde : data tekanan, suhu, arah dan kecepatan angin serta kelembaban udara diberbagai lapisan. 11. Synop : kumpulan data unsur cuaca yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dituangkan dalam bentuk sandi. 12. Pibal / Pilot Balon : data untuk mengetahui laporan arah dan kecepatan angin lapisan udara atas untuk penerbangan BMKG | PELAYANAN JASA
27
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
Pelayanan Flight Document
Flight Document adalah dokumen/kumpulan beberapa informasi meteorologi yang meliputi (Signification Weathear Prognose, Wind/ Temp, Aerodrome Forecast, Type Cloud, Sigmet Volcanic Ash, Foto Satelit) yang disampaikan kepada pihak airline. Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta melayani Flight Document untuk penerbangan domestik (dari bandara Soekarno-Hatta ke seluruh bandara tujuan ,di Indonesia) dan Internasional (dari bandara Soekarno-Hatta ke bandara tujuan di Luar Negeri).
JUMLAH PELAYANAN JASA PENERBANGAN BULAN FEBRUARI 2015
14039 5333
Domestik
Internasional
Grafik Jumlah Pelayanan Flight Document
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta pada bulan Februari 2015 telah memberikan pelayanan Jasa Flight Document sebanyak 19.372 kepada airlines. Flight Document tersebut terdiri dari Filght Document untuk penerbangan domestic sebanyak 14.039 sedangkan untuk Flight Document penerbangan Internasional sebanyak 5.333
BMKG | PELAYANAN JASA
28
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
JUMLAH PELAYANAN FLIGHT DOCUMENT PADA AIRLINES BULAN FEBRUARI 2015
5753
4916 2884 1748
lion air
sriwijaya
1196 cytilink
1030
627 gapura angkasa
jaya angkasa semesta
garuda indonesia
air asia
994 batik air
56
84
56
air fast
kalstar
express air
28 sky aviation
Grafik Jumlah Pelayanan Flight Document Setiap Airlines
Grafik diatas menunjukkan jumlah pelayanan jasa Flight Document yang diberikan disetiap Airline selama bulan Februari 2015. Pelayanan ini diberikan kepada 12 airlines dimana yang paling banyak diberikan kepada Garuda Indonesia sebanyak 5.753
B. Hasil Verifikasi Tafor dan Trend Type Landing Forecast Kegiatan verifikasi data merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan informasi meteorologi penerbangan. Dengan hasil verifikasi tersebut akan diketahui tingkat ketepatan data yang diberikan kepada pelanggan dan kemudian akan menjadi bahan kajian dan evaluasi . Data yang di verifikasi di Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng diantaranya data Tafor dan data Trend Type Landing Forecast.
Berikut ini hasil verifikasi data Tafor dan Trend Type Landing Forecast sebagai berikut: 1. Verifikasi TAFOR Stasiun Meteorologi Soekarno – Hatta
BMKG | PELAYANAN JASA
29
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng
VERIFIKASI AERODROME FORECAST BULAN FEBRUARI 2015
90% 67%
arah angin
kecepatan angin
82%
jarak pandang
99%
98%
62%
cuaca
jumlah awan
tinggi dasar awan
Grafik Jumlah Verifikasi Aerodrome Forecast
2. Verifikasi Trend Type Landing Forecast Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta
VERIFIKASI TREND TYPE LANDING FORECAST BULAN FEBRUARI 2015
100%
arah angin
100%
kecepatan angin
100%
95%
97%
jarak pandang
cuaca
jumlah awan
99%
tinggi dasar awan
Grafik Jumlah Trend Type Landing Forecast
BMKG | PELAYANAN JASA
30