PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENINGKATAN KARAKTER SELF LEADERSHIP MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Donald Ivantoro 131114041
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“Lahir untuk berjuang” (St. Ignatius Loyola)
“Bukan kuantitas tugas yang diturunkan, tetapi kualitas diri yang ditingkatkan”
“Diri adalah kekuatan utama untuk mengubah pribadi menjadi lebih baik”
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk Tuhan Yesus Kristus Keluarga terkasih Almamater Sanata Dharma Pendidikan di Indonesia
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Januari 2017 Penulis
Donald Ivantoro
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Donald Ivantoro Nomor Mahasiswa : 131114041 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: PENINGKATAN KARAKTER SELF LEADERSHIP MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 16 Januari 2017 Yang menyatakan
Donald Ivantoro
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK PENINGKATAN KARAKTER SELF LEADERSHIP MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016) Donald Ivantoro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Penelitian ini bertujuan: 1) meningkatkan karakter self leadership siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning; 2) menganalisis peningkatan karakter self leadership antarsiklus pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal menggunakan pendekatan experiential learning; 3) mengukur signifikansi peningkatan karakter self leadership siswa sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan, serta mengukur signifikansi peningkatan karakter self leadership siswa antarsiklus; 4) mengukur efektivitas layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menurut penilaian siswa. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang terlaksana dalam tiga siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini terlaksana dalam satu kali pertemuan. Subjek penelitian ini melibatkan 34 siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Instrumen penelitian ini berupa Tes Karakter Self Leadership, Self Assesment Scale Karakter Self Leadership, skala validasi efektifitas model menurut siswa, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Koefisien reliabilitas dalam Tes Karakter Self Leadership (0,798) berkategori tinggi dan Self Assesment Scale Karakter Self Leadership (0.901) berkategori sangat tinggi diukur menggunakan teknik Alpha Cronbach. Teknik analisis data menggunakan kategorisasi capaian skor, one group pretest-posttest, dan Uji paired sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) berdasarkan hasil Tes Karakter Self Leadership terdapat peningkatan karakter self leadership antara sebelum dan sesudah tindakan; 2) berdasarkan hasil Self Assesment Scale Karakter Self Leadership terdapat peningkatan karakter self leadership antarsiklus; 3) ada peningkatan karakter self leadership yang signifikan antara sebelum dan sesudah tindakan (pv=0,001) dan antarsiklus (pv=0,000); 4) menurut siswa model ini sangat efektif meningkatan karakter self leadership. Kata kunci: pendidikan karakter, bimbingan klasikal, experiential learning, selfleadership
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT THE IMPROVEMENT OF SELF LEADERSHIP CHARACTER THROUGH CLASS GUIDANCE SERVICE USING THE EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH (Action Research of Guidance and Counseling to Students of Class VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Academic Year 2015/2016) Donald Ivantoro Sanata Dharma University Yogyakarta This study aims to: 1) improve the character of self-leadership among the students of class VIII A of SMP BOPKRI 1 Yogyakarta academic year 2015/2016 through guidance services classical using the experiential learning approach; 2) analyze the development in self-leadership character between cycles in class VIII A of SMP BOPKRI 1 Yogyakarta in following the class guidance services using the experiential learning approach; 3) gauge the significance of the development in self leadership character among the students before and after getting guidance services, as well as measure the significance of the development of students selfleadership character; 4) measure the effectiveness of class guidance services the experiential learning approach according to students using perspective. This research is a Guidance and Counseling action research completed in three cycles. Each cycle in this research was accomplished in one meeting. The subjects of this study involved 34 students of class VIII A of SMP BOPKRI 1 Yogyakarta academic year 2015/2016. The instrument of this research was Self Leadership Character Test, Self Assessment Scale of Self-Leadership Character, validation scale of the effectiveness of the model according to the student, interview guidelines and observation guidelines. The reliability coefficient of the selfleadership character test was considered high (o,798) and self assesment scale for self-leadership character was categorized as very high (0,901) measured from the Cronbach’s alpha. The technique for data analysis used the category for score items, one group pretest-posttest, and paired sample T-test. The results shows that 1) based on the Self-leadership character test, there was a significant development of self-leadership character before and after the treatment; 2) based on the Self Assessment Scale of Self Leadership Character, there was development of self leadership characters between cycles; 3) there was a significant development of self-leadership character before and after the action (pv = 0,001) and between cycles (pv = 0,000); 4) in students perspective, this model is effective to develop the students self-leadership character. Keywords: pendidikan karakter, bimbingan klasikal, experiential learning, selfleadership
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik atas segala berkat dan bimbingan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Peningkatan Karakter Self Leadership Melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016)”. Selama penulisan tugas akhir ini, peneliti mendapatkan bantuan dari banyak pihak, maka peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1.
Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2.
Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling serta Dosen Pembimbing Skripsi peneliti.
3.
Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.
4.
Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling: Ibu Indah, Bapak Budi, Ibu Hayu, Ibu Retno, Bapak Sinurat, dan Ibu Retha.
5.
Mas Moko atas segala bantuan pelayanan administrasi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.
6.
Para Guru dan Siswa SMP BOPKRI 1 Yogyakarta atas peran serta dalam penelitian ini.
7.
Orang Tua peneliti yang selalu memberikan dukungan doa dan penguatan kepada Peneliti. x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8.
Adik peneliti yakni Estherina Dini Listyantari yang selalu memberikan dukungan doa.
9.
Sahabat seperjuangan menyelesaikan skripsi: Yosep Yoga (sahabat ngeCamp Skripsi), Okdarina, Fransisca Ade, dan Rani Prihana yang selalu mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi dengan diskusi bersama, teman main, teman ngeLPJ, Stella dan Nadet (mitra kolaborasi), serta Retno yang menyemangati peneliti sebelum ujian.
10.
Sahabat-sahabat peneliti: Ira Felisia, Endo GP, Maria Septi, Chaesary Husna (Eki) dan Fatriyani yang selalu memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi, teman main, teman jalan-jalan, teman diskusi, teman curhat.
11.
Teman-teman angkatan 2013 yang juga selalu memberikan semangat dan saling menyemangati.
12.
Cristian Ade Prasetia, Thomas Govanis, Alvin Alfian, dan Fatriyani teman satu tim PKM-M dan Tim PIMNAS 29.
13.
Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung mulai dari proses penelitian hingga penyelesaian tugas akhir ini. Peneliti menantikan sumbang saran dari pembaca, sehingga penilitian ini
dapat menjadi lebih baik. Kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membaca. Yogyakarta, 16 Januari 2017 Peneliti
Donald Ivantoro xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ........... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT .......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ................................................................................................xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................6 C. Pembatasan Masalah................................................................................7 D. Rumusan Masalah ...................................................................................7 E. Tujuan Penelitian .....................................................................................8 F. Manfaat Penelitian ...................................................................................9 1. Manfaat Teoretis .................................................................................9 2. Manfaat Praktis ...................................................................................9 G. Definisi Istilah .......................................................................................10 1. Pendidikan Karakter .........................................................................10 2. Karakter Self leadership....................................................................10 3. Remaja ..............................................................................................10 4. Bimbingan Klasikal ..........................................................................11 5. Pendekatan Experiential Learning....................................................11 xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...............................................................................12 A. Hakikat Pendidikan Karakter.................................................................12 1. Pengertian Karakter ..........................................................................12 2. Pengertian Pendidikan Karakter .......................................................13 3. Tujuan Pendidikan Karakter .............................................................14 4. Fungsi Pendidikan Karakter..............................................................15 5. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Karakter di Sekolah ....................16 6. Hambatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP ..20 7. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP ................................20 8. Strategi Penyampaian Pendidikan Karakter Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling ................................................................25 B. Hakikat Karakter Self Leadership..........................................................25 1. Pengertian Karakter Self Leadership ................................................25 2. Aspek-Aspek Karakter Self Leadership ............................................27 3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Self Leadership .....28 4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Karakter Self Leadership ........................................................................................29 C. Hakikat Remaja .....................................................................................29 1. Pengertian Remaja ............................................................................29 2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sikap Remaja terhadap Pendidikan ........................................................................................30 3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Menyimpang pada Remaja ..............................................................................................30 4. Tugas Perkembangan Remaja ...........................................................31 D. Hakikat Bimbingan Klasikal .................................................................34 1. Pengertian Bimbingan Klasikal ........................................................34 2. Tujuan Bimbingan Klasikal ..............................................................35 3. Manfaat Bimbingan Klasikal ............................................................36 4. Strategi Layanan Bimbingan Klasikal ..............................................37 E. Hakikat Experiential Learning ..............................................................38 1. Pengertian Experiential Learning .....................................................38 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning .......................................39 3. Tahapan Model Experiential Learning .............................................40 4. Aktivitas Inti dalam Experiential Learning ......................................43 5. Metode Khas Experiential Learning.................................................44 6. Kelebihan Pendekatan Experiential Learning ..................................46 F. Hasil Penelitian yang Relevan ...............................................................48 G. Kerangka Pikir .......................................................................................48 H. Hipotesis ................................................................................................50 BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................51 A. Jenis dan Desain Penelitian ...................................................................51 B. Setting (Lokasi, Waktu, dan Mitra Penelitian) ......................................53 C. Subjek Penelitian ...................................................................................56 D. Jenis Tindakan dan Indikator Keberhasilan...........................................56 E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................58 F. Validitas dan Reliabilitas .......................................................................65 G. Prosedur Penelitian ................................................................................70 H. Teknik Analisis Data .............................................................................77 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................85 A. Hasil Penelitian ......................................................................................85 B. Pembahasan .........................................................................................110 BAB V PENUTUP ..............................................................................................116 A. Kesimpulan ..........................................................................................116 B. Keterbatasan Penelitian .......................................................................116 C. Saran ....................................................................................................117 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................119
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tahapan Langkah Model Pembelajaran Experiential Learning............40 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Bimbingan Klasikal ...................................................54 Tabel 3.2 Tugas Peneliti dan Kolaborator .............................................................56 Tabel 3.3 Subjek Penelitian ...................................................................................56 Tabel 3.4 Topik Bimbingan Per Siklus .................................................................57 Tabel 3.5 Indikator Keberhasilan Tindakan ..........................................................58 Tabel 3.6 Kisi-Kisi Self Assesment Scale Karakter Self Leadership ....................60 Tabel 3.7 Kisi-Kisi Tes Karakter Self Leadership ................................................62 Tabel 3.8 Pedoman Observasi ...............................................................................64 Tabel 3.9 Panduan Wawancara Siswa dan Guru ...................................................65 Tabel 3.10 Norma Kategori Reliability Statistics Guilford ...................................68 Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Alat Tes Karakter Self Leadership dan Self Assesment Scale...................................................................................68 Tabel 3.12 Hasil Uji Normalitas Tes Karakter Self Leadership ............................70 Tabel 3.13 Tabel Norma Kategorisasi ...................................................................78 Tabel 3.14 Kriteria Kategorisasi Self Assesment Scale Karakter Self Leadership Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ............................................................................................80 Tabel 3.15 Kriteria Kategorisasi Tes Karakter Self Leadership Siswa Kelas VIIIA SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 .....................81 Tabel.4.1 Distribusi Peningkatan Karakter Self Leadership Antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter .......................................98 Tabel. 4.2 Distribusi Peningkatan Karakter Self Leadership pada Setiap Siklus Implementasi Pendidikan Karakter ...................................................101 Tabel 4.3 Hasil Uji T-Test Peningkatan Karakter Self Leadership Antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter ..............................104 Tabel 4.4 Hasil Uji T-Test Peningkatan Karakter Self Leadership Antarsiklus.105 Tabel 4.5 Efektivitas Hasil Pendidikan Karakter Self Leadership Menurut Penilaian Siswa .....................................................................................107 xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Siklus Model Experiential Learning ................................................41 Gambar 2.2 Kerangka Pikir ..................................................................................49 Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemis dan Mac Taggart ............................................................................................52 Gambar 3.2 Desain Prosedur Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ....71
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GRAFIK Grafik. 4.1 Peningkatan Rata-Rata Skor Karakter Self Leadership Siswa Antara Pretest dan Posttest .............................................................................98 Grafik. 4.2 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Karakter SelfLeadership Antara Pretest dan Posttest ............................................100 Grafik. 4.3 Peningkatan Rata-Rata Skor Karakter Self Leadership Siswa Pada Setiap Siklus ......................................................................................102 Grafik. 4.4 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Karakter SelfLeadership pada Setiap Siklus ..........................................................103 Grafik 4.5 Hasil Observasi Perilaku Siswa Setiap Siklus ...................................109
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Satuan Pelayanan Bimbingan .........................................................123 Lampiran 2 Alat Tes Karakter Self Leadership ..................................................148 Lampiran 3 Self Assesment Scale Karakter Self Leadership ..............................153 Lampiran 4 Instrumen Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa) ............155 Lampiran 5 Panduan Observasi ..........................................................................157 Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Tes Karakter Self Leadership ......157 Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Self Assesment Scale ...................159 Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas.......................................................................161 Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas .......................................................................163 Lampiran 10 Hasil Uji Paired Simple T-Test berdasarkan Tes Karakter Self Leadership ....................................................................................166 Lampiran 11 Hasil Uji Paired Simple T-Test berdasarkan Self Assesment Scale .............................................................................................167 Lampiran 12 Tabulasi Data Penelitian ...............................................................169 Lampiran 13 Surat Izin Penelitian ......................................................................175 Lampiran 14 Daftar Hadir Siswa........................................................................177
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter sedang gencar-gencarnya diimplementasikan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Muncul berbagai kemasan pendidikan karakter yang implementasinya berada di jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar (SD), sekolah menengah (SMP/SMA) hingga jenjang perguruan tinggi (PT). Saat ini Character building menjadi trending topic di dunia pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam sambutan Hari Kemerdekaan RI ke 71 tahun 2016 menegaskan: Saat ini tugas mendesak dunia pendidikan memastikan setiap anak Indonesia memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menang di abad 21. Untuk itu, ada tiga hal yang mendesak yang harus dilakukan sesuai amanat Nawacita. Pertama, membekali anak-anak Indonesia dengan pendidikan karakter agar bisa beradaptasi pada lingkungan global yang dinamis dan beragam. Pendidikan karakter bukan hanya tugas sekolah, namun juga masyarakat dan keluarga…(Kemendikbud, 2016). Mengapa implementasi pendidikan karakter sangat penting? Tidak dapat disangkal bahwa pendidikan karakter sejak dulu hingga sekarang adalah persoalan bangsa yang besar dan penting. Pendidikan karakter di institusi pendidikan diharapkan dapat mengatasi krisis degradasi karakter atau moralitas anak bangsa dan dapat melahirkan generasi anak bangsa yang berkarakter atau bermoralitas baik dan utuh. Harapan itu sesuai dengan Undang-undang Nomor 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Depdiknas, 2003). Munculnya pendidikan karakter dilatarbelakangi oleh gejala maraknya degradasi karakter atau moral anak bangsa yang semakin merosot. Kemerosotan moral dapat dilihat dari permasalahan nyata yang terjadi, seperti penyalahgunaan narkoba dan seks bebas di kalangan remaja. Secara nasional permasalahan narkoba dan seks bebas di Indonesia telah menimbulkan keprihatinan dan bencana besar. Data BNN (Badan Narkotika Nasional) menyatakan di Indonesia pengguna narkoba hingga November 2015 mencapai 5,9 juta orang. Angka itu meningkat drastis dari 4,2 juta di bulan Juni 2015. Pengguna narkoba tertinggi adalah remaja yakni kalangan pelajar dan mahasiswa (www.kompas.com). Permasalahan yang juga sangat memprihatinkan adalah seks bebas. Pernyataan Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Julianto Witjaksono yang dirilis pada tanggal 12 Agustus 2014 mengatakan jumlah remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah mengalami tren peningkatan. Berdasarkan catatan lembaganya, Julianto mengatakan 46 persen remaja Indonesia berusia 15-19 tahun sudah berhubungan seks. Data Sensus Nasional bahkan menunjukkan 48-51 persen perempuan hamil adalah remaja (www.bkkbn.go.id). Pengaruh teman atau kelompok bermain dituding menjadi penyebab utama remaja menggunakan narkoba maupun melakukan seks bebas. 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fenomena yang lebih dekat dengan siswa SMP yaitu tawuran dan bolos sekolah. Data terbaru menunjukkan adanya tawuran antarpelajar di Cirebon pada Senin, 14 Maret 2016 (www.news.okezone.com). Dampak dari tawuran itu antara lain rusaknya fasilitas umum, membuat kemacetan jalan, dan terganggunya aktivitas warga. Para siswa yang seharusnya memiliki pendidikan yang baik, semakin terjebak pada aktivitas tidak bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Kasus siswa membolos juga masih saja terjadi di lingkungan sekolah. Saat jam pelajaran, bukannya mereka belajar dengan tekun di kelas, tetapi mereka justru menongkrong di warung internet, pusat game online, dan warung makan (burjo/angkringan). Tribun Jogja.com mengungkap bahwa ada 17 pelajar SMP terjaring razia yang dilaksanakan oleh gabungan Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta bersama Dinas Pendidikan pada Senin, 22 Februari 2016 (www.jogja.tribunnews.com). Merujuk pada permasalahan itu Buchori (2007) mempertanyakan: Apa yang salah dengan pendidikan karakter kita? Pendidikan watak diformulasikan menjadi pelajaran agama, pelajaran kewar-ganegaraan, atau pelajaran budi pekerti, yang program utamanya ialah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata. Padahal, pen-didikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahannya adalah pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP di seluruh tanah air selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari (Suyanto, 2011:8). 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pendidikan karakter terintegrasi sudah terlaksana mulai tahun 2010 hingga sekarang, tetapi hasilnya belum optimal dan banyak kendala. Kebijakan untuk memosisikan dan memfungsikan semua guru mata pelajaran sebagai “pengajar karakter” siswa di SMP tanpa melibatkan peran konselor sekolah saat ini masih harus terpaksa diterima sebagai realitas (Barus, 2015). Guru mata pelajaran menanamkan nilai karakter
masih cenderung pada tataran
kognitif/diceramahkan. Maka, mengoptimalkan peran guru BK/konselor sekolah sebagai pendidik karakter siswa adalah sebuah keharusan. Secara khusus peneliti melihat situasi nyata terkait permasalahan karakter di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan dan konseling (BK) mengungkap bahwa siswa tidak sepenuhnya dapat mengontrol atau memimpin dirinya sendiri. Siswa cenderung menjadi pengikut temannya. Sebagai contoh konkrit, siswa memilih ekstrakurikuler sekadar ikut teman tidak sesuai dengan minatnya, belum punya cita-cita, sering terlambat karena bangun kesiangan, membolos atau bahasa kekiniannya escape, lupa mengerjakan tugas, menunda tugas yang diberikan oleh guru, dan sering bermain hingga lupa belajar. Melihat dan menyadari hal itu, nilai karakter self leadership (kepemimpinan diri) perlu ditanamkan dalam diri setiap siswa. Self leadership adalah kemampuan diri seseorang dalam belajar untuk mengetahui dan berusaha memahami pribadi menjadi lebih baik, serta dapat mengendalikan dirinya. Oleh karena itu, siswa diajak untuk mengenal diri secara lebih mendalam, memahami
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tujuan hidup/cita-cita/mimpinya, dan cara menyusun strategi untuk meraih mimpi. Upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pelayanan pendidikan karakter.
Salah satu strategi efektif yang dapat digunakan yaitu layanan
bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. Layanan bimbingan klasikal merupakan pemberian informasi kepada siswa, sehingga layanan ini esensial untuk diimplementasikan di kelas. Guru BK tidak sekedar memberikan informasi, tetapi dapat menggunakan pendekatan experiential learning (belajar dari pengalaman) yang dikemas secara aktif, kreatif, menyenangkan, dan siswa dapat learning by doing. Layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning mampu membuat siswa belajar tidak hanya sekadar dalam tataran kognitif, tetapi juga afeksi, dan pengalaman nyata. Berdasarkan hal di atas peneliti melakukan penelitian tindakan bimbingan konseling bertujuan untuk meningkatkan karakter self leadership siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan mengangkat judul “Peningkatan Karakter Self Leadership Melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning pada Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016)”.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Identifikasi Masalah Berangkat dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut. 1.
Terjadi degradasi karakter atau moralitas anak bangsa di Indonesia.
2.
Pengguna narkoba pada November 2015 mencapai 5,9 juta orang dengan jumlah pengguna tertinggi adalah remaja yakni kalangan pelajar dan mahasiswa.
3.
Tahun 2014, 46 persen remaja Indonesia melakukan hubungan seks di luar nikah.
4.
Siswa SMP di Cirebon tawuran pada Maret 2016.
5.
Februari 2016, ditemukan 17 siswa di Yogyakarta membolos pada jam sekolah.
6.
Pendidikan karakter terintegrasi khususnya di SMP masih terbatas pada tataran kognitif, belum mencapai tataran afektif dan pengalaman nilai secara nyata.
7.
Beberapa siswa sering terlambat masuk sekolah, lupa mengerjakan tugas, dan mengantuk.
8.
Siswa SMP BOPKRI 1 Yogyakarta kurang memiliki karakter self leadership.
9.
Belum ada penelitian terkait peningkatan karakter self leadership di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Belum pernah diterapkan Pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. C. Pembatasan Masalah Penelitian ini difokuskan untuk menjawab masalah yang teridentifikasi di atas khususnya terkait dengan butir masalah 8, 9, dan 10 dengan mengkaji capaian karakter self leadership siswa SMP BOPKRI 1 Yogyakarta antara hasil pre-post test dan skor setiap siklus yang menunjukkan peningkatan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus PTBK ini sebagai berikut. 1. Apakah karakter self leadership siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta? 2. Seberapa tinggi peningkatan karakter self leadership antarsiklus dalam mengikuti
layanan
bimbingan
klasikal
menggunakan
pendekatan
experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta? 3. a. Apakah terdapat peningkatan karakter self leadership yang signifikan pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan
layanan
bimbingan
experiential learning? 7
klasikal
dengan
pendekatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Apakah terdapat peningkatan karakter self leadership yang signifikan antarsiklus pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning? 4. Seberapa efektif layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter self leadership menurut penilaian siswa kelas VIII A SMP BOKPRI 1 Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Meningkatkan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. 2. Menganalisis peningkatan karakter self leadership antarsiklus pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal menggunakan pendekatan experiential learning. 3. a. Mengukur signifikansi peningkatan karakter self leadership pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan
layanan
bimbingan
klasikal
dengan
pendekatan
experiential learning. b. Mengukur signifikansi peningkatan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning antarsiklus pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Mengukur efektivitas layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter self leadership menurut penilaian siswa kelas VIII A SMP BOKPRI 1 Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang kajian bimbingan dan konseling, khusunya mengenai peningkatan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi kepala sekolah dan guru Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tolok ukur yang dapat digunakan oleh sekolah untuk mengetahui, memahami dan melaksanakan program peningkatan karakter siswa melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. b. Bagi siswa kelas VIII A SMP BOPRKI 1 Yogyakarta Penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman karakter self leadership siswa, sehingga siswa mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. c. Bagi peneliti Peneliti dapat mengetahui efektivitas model pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter positif siswa di SMP. Selain itu peneliti 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
juga dapat berlatih mengaplikasikan prosedur penelitian tindakan bimbingan konseling di sekolah sebagai bekal peneliti di kemudian hari. d. Bagi peneliti lain Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai referensi dalam mengembangkan penelitian dengan topik peningkatan karakter positif di sekolah. G. Definisi Istilah 1. Pendidikan karakter adalah upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. 2. Karakter self leadership adalah kemampuan dari dalam diri individu untuk memengaruhi, mengarahkan, mengawasi, dan memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 3. Remaja adalah masa perkembangan transisi dari anak ke masa dewasa awal, dimulai kira-kira usia 10-12 tahun dan berakhir usia 18-22 tahun. Remaja juga merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat seksual, perenungan diri, perhatian terhadap diri, perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Bimbingan klasikal merupakan layanan pemberian informasi dalam bimbingan dan konseling berfokus pada optimalisasi perkembangan peserta didik di berbagai bidang bimbingan dengan situasi kelas/klasikal. 5. Pendekatan experiential learning suatu pendekatan yang dipusatkan pada pengalaman belajar siswa, dimana siswa harus mengalami aktivitas berupa permainan, sharing, refleksi, dan lain-lain, sehingga siswa mampu mengolah dan memaknai pengalamannya baik secara kognisi maupun afeksi. Siswa diharapkan mampu memaknai pengalamannya dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang hakikat pendidikan karakter, hakikat karakter self leadership, hakikat remaja, hakikat bimbingan klasikal, hakikat experiential learning, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis tindakan. A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter Mengawali kajian tentang permasalahan karakter perlu dijelaskan pengertian karakter. Berikut pengertian karakter menurut para ahli. Menurut Samani dan Hariyanto (2012:41), karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan
dan
siap
mempertanggungjawabkan
setiap
akibat
dari
keputusannya. Marzuki (2011:5) berpendapat bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Lickona (2013) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, dan karakter mulia lainnya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat, lalu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik. 2. Pengertian Pendidikan Karakter Samani dan Hariyanto (2012:45) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa. Frye (Wibowo, 2013:13) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai, “A national movement creating schools that foster ethical, responsible, and caring young people by modeling and teaching good character through an emphasis on universal values that we all share”. Sementara Kemendiknas (2010:8) mengungkapkan pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakterkarakter luhur kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Zubaedi (2012:17) pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhan, diri sendiri, antarsesama, dan lingkungannya. Dari beberapa definisi di atas, pendidikan karakter adalah upayaupaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. 3. Tujuan Pendidikan Karakter Kemendiknas (2010:3) mengatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: a. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. b. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila. c. Mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia. Tujuan pendidikan karakter menurut Zubaedi (2012) adalah sebagai berikut. a. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. 4. Fungsi Pendidikan Karakter Pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2010:3) berfungsi: a. Membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural. b. Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik. c. Membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dan media massa.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Zubaedi (2012) fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut. a. Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai falsafah hidup Pancasila. b. Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggungjawab dalam pengembangan potensi warganegara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera. c. Pendidikan karakter berfungsi sebagai penyaring atau memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. 5. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Karakter di Sekolah Koesoema (2007, 218-220) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter di sekolah memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa dan setiap individu yang bekerja dalam lingkup pendidikan itu sendiri. Ada beberapa prinsip yang bisa dijadikan pedoman bagi promosi pendidikan karakter di sekolah yaitu: a. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan atau kamu yakini. Prinsip ini ingin memberikan verifikasi konkret tentang karakter seorang individu dengan memberikan prioritas pada unsur psiko-motorik yang menggerakkan seseorang untuk 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bertindak. Pemahaman, pengertian, keyakinan akan nilai secara objektif oleh seorang individu akan membantu mengarahkan individu tersebut pada sebuah keputusan berupa tindakan. Namun, verifikasi nyata sebuah perilaku berkarakter hanya bisa dilihat dari fenomena luar berupa perilaku dan tindakan. Jadi, perilaku berkarakter itu ditentukan oleh perbuatan, bukan melalui kata-kata seseorang. b. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu. Individu mengukuhkan karakter pribadinya melalui setiap keputusan yang diambilnya. Hanya dari keputusannya inilah seorang individu mendefinisikan karakternya sendiri. Oleh karena itu, karakter seseorang itu bersifat dinamis. Ia bukanlah kristalisasi pengalaman masa lalu, melainkan kesediaan setiap individu untuk terbuka dan melatihkan kebebasannya itu dalam membentuk jenis manusia macam apa dirinya itu melalui keputusan dalam hidupnya. Untuk inilah setiap keputusan menjadi semacam jalinan yang membingkai, membentuk jenis manusia macam apa yang diinginkannya. c. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus membayar secara mahal, sebab mengandung risiko. Pribadi yang berproses membentuk dirinya menjadi manusia yang baik, juga akan memilih cara-cara yang baik bagi pembentukan dirinya. d. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari mereka. Tekanan sosial dan kelompok sebaya menjadi arena yang ramai bagi pergulatan pendidikan karakter di sekolah. Kultur nonedukatif yang berlangsung terus dalam sebuah lembaga pendidikan jika tidak segera diatasi akan menjadi standar perilaku bagi para siswa. Demikian juga tekanan kelompok sebaya sangat memengaruhi siswa dalam mengembangkan pendidikan karakter yang berguna bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, para guru dan pendidikan semestinya bisa menyadarkan anak-anak itu bahwa perilaku yang buruk bukanlah standar perilaku yang patut dicontoh, meskipun itu dilakukan oleh banyak siswa lain. e. Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformatif. Seseorang individu bisa mengubah dunia. Para siswa perlu disadarkan bahwa setiap tindakan yang berkarakter, setiap tindakan yang bernilai dan setiap perilaku bermoral yang mereka lakukan memiliki makna dan bersifat transformatif. f. Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa kamu menjadi pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni. Setiap tindakan dan keputusan yang memiliki karakter membentuk seorang individu itu menjadi pribadi yang lebih baik. setiap kali kita membuat keputusan moral dan bertindak secara konsisten atas keputusan moral tersebut, kita mengukuhkan diri kita sebagai manusia yang baik.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain prinsip di atas, Kementerian Pendidikan Nasional (2010) menyatakan bahwa karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter; b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku; c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter; d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian; e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik; f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses; g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik; h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggungjawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama; i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter; j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter;
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik. 6. Hambatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Barus (2010) mengemukakan bahwa berdasarkan data wawancara pada lima SMP, hambatan-hambatan umum yang dialami oleh SMP dalam pelaksanaan pendidikan karakter adalah: a. Pedoman pendidikan karakter dari Direktorat Pembinaan SMP (2010) tidak operasional; b. Integrasi nilai karakter melalui pembelajaran masih bersifat sekedar tempelan, sulit menerapkannya; c. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian karakter; d. Penanaman
nilai
karakter
masih
cenderung
pada
tataran
kognitif/diceramahkan; e. Komitmen dan konsistensi para guru dalam menjaga gawang karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh; f. Belum tercipta kolaborasi yang baik antara para guru dan konselor/guru BK dalam implementasi pendidikan karakter. 7. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP Berdasarkan pedoman pendidikan karakter Kementerian Pendidikan Nasional (2010), penyelenggaraan pendidikan karakter di SMP dilakukan secara terpadu melalui 3 (tiga) jalur yaitu: Pembelajaran, Manajemen
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sekolah, dan Kegiatan pembinaan kesiswaan. Langkah pendidikan karakter meliputi: Perancangan, Implementasi, Evaluasi, dan Tindak lanjut. a. Perancangan Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap penyusunan rancangan antara lain: 1) Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan karakter, yaitu nilai-nilai/perilaku yang perlu dikuasai, dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan karakter peserta didik direalisasikan dalam tiga kelompok kegiatan, yaitu: (a) terpadu dengan pembelajaran pada mata pelajaran, (b) terpadu dengan manajemen sekolah, (c) terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan. 2) Mengembangkan materi pendidikan karakter untuk setiap jenis kegiatan di sekolah. 3) Mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan di sekolah (tujuan, materi, fasilitas, jadwal, pengajar/fasilitator, pendekatan pelaksanaan, evaluasi). 4) Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pendidikan karakter di sekolah. Perencanaan kegiatan program pendidikan karakter di sekolah mengacu pada jenis-jenis kegiatan, yang setidaknya memuat unsurunsur: tujuan, sasaran kegiatan, substansi kegiatan, pelaksana kegiatan 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan pihak-pihak yang terkait, mekanisme pelaksanaan, keorganisasian, waktu dan tempat, serta fasilitas pendukung. b. Implementasi 1) Pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada semua mata pelajaran. Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaan) diimplementasikan dalam pembelajaran mata pelajaran yangt terkait, seperti Agama, PKn, IPS, IPA, Penjas Orkes, dan lain-lainnya. Hal ini dimulai dengan pengenalam nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengalaman nyata oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. 2) Pembentukan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah. Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan lain-lain) diimplementasikan dalam aktivitas manajemen sekolah, seperti pengelolaan: siswa, regulasi/peraturan sekolah, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan, pembelajaran, penilaian, dan informasi, serta pengelolaan lainnya. 3) Pembentukan karakter yang terpadu dengan kegiatan pembinaan kesiswaan. Beberapa kegiatan pembinaan kesiswaan yang memuat pembentukan karakter antara lain: a) Olah raga (sepak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja, dan lain-lain), 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b) Keagamaan (baca alkitab, ibadah, dan lain-lain), c) Seni Budaya (menari, menyanyi, melukis, teater), d) KIR, e) Kepramukaan, f) OSIS, g) Palang Merah Remaja (PMR), h) Kesehatan, dan lain-lainnya c. Monitoring Monitoring merupakan serangkaian kegiatan untuk memantau proses pelaksanaan program pembinaan pendidikan karakter. Fokus kegiatan monitoring adalah pada kesesuaian proses pelaksanaan program pendidikan karakter berdasarkan tahapan atau prosedur yang telah ditetapkan. Evaluasi cenderung untuk mengetahui sejauh mana efektivitas program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil monitoring digunakan sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pelaksanaan program pendidikan karakter. Monitoring
dan
evaluasi
secara
umum
bertujuan
untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas program pembinaan pendidikan karakter sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Secara rinci tujuan monitoring dan evaluasi pembentukan karakter adalah sebagai berikut.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1) Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung keterlaksanaan program pendidikan karakter di sekolah. 2) Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara umum. 3) Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program dan mengidentifikasi masalah yang ada, dan selanjutnya mencari solusi yang komprehensif agar program pendidikan karakter dapat tercapai. 4) Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan untuk menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program pendidikan karakter ke depan. 5) Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan pembinaan dan peningkatan kualitas pembentukan karakter. 6) Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan pendidikan karakter di sekolah. d. Tindak lanjut Hasil monitoring dan evaluasi dari implementasi program pembinaan pendidikan karakter digunakan sebagai acuan untuk menyempurnakan program, mencakup penyempurnaan rancangan, mekanisme pelaksanaan, dukungan fasilitas, sumber daya manusia, dan manajemen sekolah yang terkait dengan implementasi program (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Strategi
Penyampaian
Pendidikan
Karakter
Melalui
Layanan
Bimbingan dan Konseling Strategi pendidikan karakter melalui pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui: (a) Layanan Dasar; (b) Layanan Responsif; (c) Perencanaan Individual; (d) Dukungan Sistem. Strategi layanan dasar bimbingan merupakan pintu masuk bagi penyaluran pendidikan karakter melalui proses dan aktivitas bimbingan klasikal untuk membantu pemenuhan kebutuhan semua siswa terhadap penanaman nilainilai karakter. Perjumpaan interaktif di kelas antara konselor/guru BK dengan peserta didik secara rutin/terjadual sangat dibutuhkan dalam mana kesemapatan itu sangat berguna untuk memberikan layanan preventif dan pengembangan diri. Kehadiran konselor tidak dapat direduksi hanya sekadar untuk melaksanakan layanan konseling bagi peserta didik bermasalah (Rowley, 2005). B. Hakikat Karakter Self Leadership 1. Pengertian Karakter Self Leadership Dasar teori self leadership berasal dari teori belajar sosial dan teori kognitif sosial. Teori belajar sosial menjelaskan bagaimana seseorang dapat mempengaruhi kognisi, motivasi dan perilakunya. Teori kognitif sosial menjelaskan bahwa seseorang dan lingkungannya berinteraksi secara terusmenerus dan menimbulkan perilaku yang berasal dari motivasi dirinya.
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Neck & Houghton (2006) mengungkapkan bahwa self leadership merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk mempengaruhi, mengarahkan, mengawasi, dan memotivasi dirinya (pola pikir dan perilakunya) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Self leadership adalah gabungan dari aspek kognitif yang meliputi proses yang dilakukan untuk mempengaruhi dan memotivasi diri, dan aspek perilaku yang merupakan proses yang dilakukan untuk mengarahkan dan mengelola perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Robbins (2006) berpendapat bahwa self leadership merupakan serangkaian proses yang digunakan untuk mengendalikan perilakunya sendiri. Asumsi dasar dibalik self leadership adalah individu dikatakan bertanggungjawab, dapat dan mampu membangun dan mengembangkan inisiatif, bila tanpa ada tekanan dari atas dan pihak eksternal, tetap terbangun kesadaran
untuk
melakukannya.
Mereka
dapat
memantau
dan
mengendalikan perilakunya sendiri. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa self leadership adalah kemampuan dari dalam diri individu untuk mempengaruhi, mengarahkan, mengawasi, dan memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Aspek-Aspek Karakter Self Leadership Connor (Musaheri, 2014) mengungkapkan aspek-aspek self leadership meliputi: a. Kesadaran Diri (Self Awarness) Pemahaman diri dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki kinerja maupun untuk meningkatkan kepercayaan diri, dan pemahaman terhadap orang lain. Pemahaman diri mencakup evaluasi atau penilaian tentang nilai-nilai yang dianutnya, kelemahan dan kelebihannya, minat dan tujuan hidupnya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain adalah dengan melakukan umpan balik dari orang lain seperti bawahan, atasan, rekan sejawat, ataupun teman dan sahabat. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan pengamatan terhadap reaksi orang-orang di sekitarnya yaitu dari sikap, ucapan, tindakan dalam berinteraksi dengan orang lain. b. Pengarahan Diri (Self direct) Mengarahkan diri menjadi salah satu modal membangun kepemimpinan diri. Mengarahkan diri ditujukkan dengan jelasnya tujuan individu, sehingga bisa memimpin diri menuju tujuan. Semakin jelas tujuan yang ingin diraih akan menjadi mudah untuk memimpin diri khususnya dalam mengarahkan dirinya sendiri ke arah tujuan yang ingin dicapai. c. Pengeelolaan Diri (Self Manage) Mengelola diri sendiri dengan baik mempermudah untuk mencapai tujuan. Bentuk pengelolaan diri adalah berupa menyusun tindakan-tindakan yang
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan
dilakukan
dalam
skala
prioritas
beserta
jangka
waktu
penyelesaiannya. d. Penyelesaian Diri (Self Accomplishment) Bentuk dari penyelesaian diri sendiri berupa pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Individu mengidentifikasi sarana, prasarana yang sudah ada atau keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan rencana, dan hal ini menjadi bermakna dalam membangun kepemimpinan diri sendiri. 3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Self Leadership Rosiman (Musaheri, 2014) menyatakan bahwa karakteristik individu yang memiliki self leadership adalah: a. Individu dapat memahami diri secara terus menerus, melakukan permenungan potret diri/penilaian diri/self assesment (memahami kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri sendiri); mengenal diri dari orang lain dengan cara melakukan feedback (umpan balik), meminta masukan dan saran dari orang-orang yang sering berinteraksi. b. Individu mampu mengelola diri dengan menyusun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam skala prioritas; membangun keyakinan dan komitmen tinggi. c. Individu melakukan pegembangan diri sebagai upaya pengembangan diri secara berkelanjutan, sangat penting maknanya bagi keberhasilan memimpin diri sendiri.
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Karakter Self Leadership Ryan dan Deci (2000) mengungkapkan ada tiga faktor yang memengaruhi perkembangan karakter self leadership: a. Autonomy Autonomy adalah kebebasan yang dimiliki individu dalam melakukan sesuatu berdasarkan pilihannya sendiri yang mengacu pada hal yang dirasakan dan bersumber dari dirinya sendiri. b. Relatedness Relatedness adalah hubungan sosial atau relasi sosial individu dalam berinteraksi dengan individu lain dalam satu komunitas serta memiliki rasa saling membantu satu dengan yang lain. c. Competence Competence adalah kemampuan individu untuk menunjukkan apa yang dia bisa serta memberi dampak bagi diri sendiri maupun orang lain. C. Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja atau dikenal dengan istilah “adolescence”, berasal dari bahasa Latin “adolescere”. Istilah tersebut memiliki arti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Remaja adalah masa perkembangan transisi dari anak ke masa dewasa awal, dimulai kira-kira usia 10-12 tahun dan berakhir usia 18-22 tahun (Santrock, 2012).
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Masa remaja awal ditandai dengan masuknya anak pada masa pubertas. Masa pubertas adalah serangkaian dari periode perkembangan yang ditandai dengan kematangan fisik yang pesat, adanya perubahan hormonal dan tubuh seseorang (Santrock, 2012). 2.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sikap Remaja terhadap Pendidikan Jahja (2011: 224-225) menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan yaitu sebagai berikut. a. Sikap teman sebaya: berorientasi sekolah atau kerja. b. Sikap orang tua: menganggap pendidikan sebagai batu loncatan ke arah mobilitas sosial atau hanya sebagai suatu kewajiban karena diharuskan oleh hukum. c. Nilai-nilai yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan akademis. d. Relevansi atau nilai praktis dari berbagai mata pelajaran. e. Sikap terhadap guru-guru, pegawai tata usaha, dan kebijaksanaan akademis serta disiplin. f. Keberhasilan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler. g. Derajat dukungan sosial di antara teman-teman sekelas.
3.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Menyimpang pada Remaja Jahja (2011: 225) mengungkapkan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku menyimpang pada remaja: a. Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memerhatikan nilai-nilai moral). 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Beredarnya film-film atau bacaan porno. c. Kurang dapat memanfaatkan waktu luang. d. Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok. e. Hidup menganggur. f. Kehidupan ekonomi keluarga yang morat-marit. g. Diperjualbelikannya minuman keras/obat-obatan terlarang secara bebas. h. Perceraian orang tua. i. Perselisihan atau konflik orang tua. j. Sikap perlakuan orang tua yang buruk terhadap anak. 4.
Tugas Perkembangan Remaja Gunarsa (2008) menjelaskan bahwa tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut. a. Menerima keadaan fisiknya Pada masa ini remaja mengalami berbagai macam perubahan fisik. Perubahan fisik berhubung dengan pertumbuhannya dan kematangan seksual. Pertumbuhan fisik menghasilkan panjang lengan dan tungkai maupun tinggi badan yang tidak selalu sesuai dengan harapan remaja maupun lingkungan. Perbedaan antara harapan remaja dan harapan lingkungan dengan keadaan fisik remaja, menimbulkan masalah bagi remaja, sehingga sulit baginya untuk menerima keadaan diri.
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Menemukan model untuk identifikasi Remaja pada masa ini sedang merenggangkan diri dari ikatan emosional dengan orang tuanya. Remaja sedang membongkar landasan hidup yang sudah diletakkan orang tua sepanjang hayat. Menurut E.H. Erikson pada masa ini remaja harus menemukan identitas diri. Ia harus memiliki gaya hidup sendiri yang bisa dikenal dan ajek walaupun mengalami berbagai macam perubahan. Masalah
yang
sering
timbul
dalam
menunaikan
tugas
perkembangan ini terletak pada “langkanya” tokoh identifikasi yang patut dijadikan model bagi remaja. Banyak tokoh diambil dari dunia perfilman yang menonjolkan kekerasan dan agresifitas. c. Mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri Pada masa ini terlihat juga perubahan dalam cara berpikir remaja yang menunjukkan bertambahnya minat remaja terhadap peristiwa yang tidak langsung dan hal-hal yang tidak konkret. Pikirannya menjangkau jauh ke masa depan, mengenai pilihan bidang pekerjaan, pilihan calon istri ataupun calon suami dan bentuk kehidupan masyarakat lainnya. Dirinya
sering dijadikan objek
pemikirannya,
sehingga
dapat
menghasilkan penilaian diri maupun kritik diri sendiri. Dari hasil refleksi diri akan diperoleh pengetahuan tentang diri dan kemampuannya. Mengingat arah perkembangannya ditujukkan terhadap masa dewasa dan kemungkinan-kemungkinan baginya, maka pertimbangannya berpusat
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada kemampuan dan kesanggupan memanfaatkan kesempatan di kemudian hari. Dengan kemampuan berpikir abstrak remaja cenderung berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan, sehingga sering menghadapi kenyataan yang berbeda atau bertentangan dengan kemungkinan yang dipikirkannya. Realitasnya remaja menjadi putus asa atau frustasi ketika apa yang diinginkan tidak tercapai. Untuk mencegah timbulnya perilaku yang menghambat perkembangan remaja, maka remaja perlu refleksi diri untuk mengetahui kemampuan, sejauh mana jangkauan kesanggupannya bisa mencapai kemungkinan dan kesempatan yang diperolehnya secara nyata, dan menerima apa yang didapatkannya sebagai hasil refleksi. d. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma Remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan luar dan dalam. Lingkungan luar dan pengaruhnya kadang-kadang perlu dihambat dan dicegah, supaya tidak terlalu besar perangsangannya terutama bila bersifat
negatif. Demikian pula lingkungan
dalam diri
yang
mempengaruhi munculnya perilaku yang tidak bisa ditoleransikan oleh umum. Remaja perlu penguasaan diri yang kuat dan memiliki skala nilai dan norma yang baik, sehingga perwujudan perilakunya menunjukan perilaku yang positif. Pengaruh lingkungan luar paling kuat adalah konformitas teman sebaya. Konformitas
dapat
terjadi
dalam
beberapa
bentuk
dan
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan remaja. Konformitas (conformity) 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja. Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif atau negatif. D. Hakikat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal Nurihsan (2011:23) menjelaskan bimbingan klasikal merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok besar (kelas). Bimbingan klasikal dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial. Bimbingan klasikal merupakan cara yang efektif bagi guru BK dalam memberikan informasi dan atau orientasi kepada siswa tentang program layanan yang ada di sekolah, program pendidikan lanjutan, keterampilan belajar, selain ituu layanan bimbingan klasikal dapat digunakan sebagai layanan preventif (Farozin, 2012). Permendikbud nomor 111 tahun 2014 (Kemendikbud, 2014) menjelaskan bahwa bimbingan klasikal merupakan layanan
yang
dilaksanakan dalam seting kelas, diberikan kepada semua peserta didik, dalam bentuk tatap muka terjadwal dan rutin setiap kelas/perminggu. Layanan bimbingan klasikal tersebut berupa bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir.
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bimbingan klasikal merupakan kegiatan layanan yang diberikan kepada sejumlah peserta didik/konseli dalam satu rombongan belajar dan dilaksanakan di kelas dalam bentuk tatap muka antara guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan peserta didik/konseli. Bimbingan klasikal merupakan salah satu strategi layanan dasar serta layanan peminatan dan perencanaan indivual pada komponen program bimbingan dan konseling. Bimbingan klasikal diberikan kepada semua peserta didik/konseli dan bersifat pengembangan, pencegahan, dan pemeliharaan (Ditjen GTK, 2016). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal adalah layanan pemberian informasi dalam bimbingan dan konseling berfokus pada optimalisasi perkembangan peserta didik di berbagai bidang bimbingan dengan situasi kelas/klasikal. 2. Tujuan Bimbingan Klasikal Suciati
(2005)
mengungkapkan
bahwa
bimbingan
klasikal
digolongkan dalam beberapa tujuan sebagai berikut. a. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir mencakup kemampuan intelektual sederhana yakni mengingat sampai kemampuan memecahkan masalah. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif dari tingkatan paling rendah meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif berorientasi dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap yang menunjukkan penerimaan 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau penolakan terhadap sesuatu. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif dari tingkatan paling rendah meliputi: penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, pembentukan organisasi sistem nilai dan pembentukan pola hidup. c. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor dari tingkatan paling rendah meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas. 3. Manfaat Bimbingan Klasikal Bimbingan
klasikal
merupakan
sarana
untuk
menunjang
perkembangan yang optimal bagi siswa. Siswa diharapkan dapat mengambil manfaat yang sebanyak mungkin dari pelayanan bimbingan klasikal. Manfaat bimbingan klasikal menurut Depdiknas (2004) antara lain sebagai berikut. a. Siswa semakin memahami dirinya sendiri seperti bakat, minat, sifat, sikap, kemampuan, kebiasaan, perasaan, tingkah laku dan lain sebagainya. b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses bersosialisasi terhadap orang lain atau lingkungannya. c. Siswa semakin tertarik, termotivasi dan berminat untuk belajar, lebih giat sehingga hasil belajarnya menjadi baik. 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Siswa semakin mampu menyelesaikan masalahnya dan mengambil keputusan sendiri dalam hidupnya, serta mampu merencanakan kegiatan-kegiatan yang berguna untuk pengembangan hidupnya. e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri. f. Siswa semakin mampu menerima dan memahami tingkah laku manusia. Siswa semakin mampu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depannya. 4. Strategi Layanan Bimbingan Klasikal Bagian berikut disajikan Strategi layanan bimbingan klasikal yang dikemukakan oleh Romlah (2006): a. Ekspositori Ekspositori yaitu cara melaksanakan layanan dalam bimbingan klasikal maupun bimbingan kelompok, dengan menyampaikan informasi penjelasan kepada sekelompok konseli. Penyampaian informasi dapat diberikan secara lisan maupun bentuk tertulis. b. Diskusi Kelompok Diskusi kelompok dipandang sebagai jantungnya bimbingan klasikal. Sebab sebagian besar metode bimbingan kelompok menggunakan variasi teknik diskusi kelompok dalam proses pelaksanaannya. Kelebihan diskusi kelompok adalah siswa menjadi lebih aktif, sehingga tujuan layanan bisa lebih efektif, dapat melatih siswa 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berkomunikasi dan interaksi secara efektif, dan siswa dapat berlatih menjadi pemimpin. c. Permainan Simulasi Permainan simulasi terdiri dari dua kata yaitu permainan dan simulasi. Permainan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, mereka mengadakan pertemuan untuk mencapai tujuan tertentu, terdapat aturan dan batasan waktu. Sedang simulasi merupakan gabungan antara permainan dan simulasi , para pemain melakukan aktivitas simulasi dan mereka memperoleh balikan dari aktivitas permainan tersebut. Permainan simulasi merupakan salah satu jenis permainan yang digunakan untuk merefleksikan situasi yang terdapat dalam kehidupan nyata. Situasi yang diangkat dalam permainan dimodifikasi seperti disederhanakan, diambil sebagian ataupun dikeluarkan dari konteksnya. E. Hakikat Experiential Learning 1. Pengertian Experiential Learning Experiential learning adalah suatu proses belajar mengajar yang mengaktifkan
pembelajaran
untuk
membangun
pengetahuan
dan
keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Experiential learning ini lebih bermakna ketika pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan (Nasution, 2005). Experiential learning merupakan sebuah model holistik dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa
experience
(pengalaman)
berperan
penting
dalam
proses
pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme (Kolb, 1984). Supratiknya (2011) memaparkan bahwa experiential learning merupakan student centered learning atau pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran semacam ini perlu keterlibatan pribadi yang tinggi dari pihak siswa. Siswalah yang harus aktif mengalami aktivitas, mengolah, memaknai, dan menafsirkan pengalaman. Jadi experiential learning adalah suatu pendekatan yang dipusatkan pada pengalaman belajar siswa, dimana siswa harus mengalami aktivitas tertentu, mengolah dan memaknai pengalamannya. Siswa diharapkan mampu memaknai pengalamannya dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Apabila proses ini telah dilalui memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan baru, sikap baru atau bahkan cara berpikir baru. 2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning Tujuan model pembelajaran experiential learning adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa dan memperluas keterampilan yang telah ada pada siswa. Ketiga hal ini kemudian menjadi fokus pendekatan experiential learning (Baharuddin dan Wahyuni, 2010).
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Tahapan Model Experiential Learning Menurut experiential learning theory (Nasution dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2010:167) agar proses belajar mengajar efektif harus melewati empat tahapan, seperti tampak pada tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Tahapan Langkah Model Pembelajaran Experiential Learning Tahapan
Uraian
Pengutamaan
Concrete experience
Siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baru.
Feeling (perasaan)
Reflective observation
Siswa mengobservasi dan merefleksikan atau memikirkan pengalamannya dari berbagai segi.
Watching (mengamati)
Siswa menciptakan konsep Abstract conceptualisation yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat. Active experimentation
Siswa menggunakan teori tersebut untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
Thinking (berpikir)
Doing (berbuat)
Dalam tahapan pada tabel 2.1 terlihat proses belajar dimulai dari pengalaman konkret yang dialami seseorang. Pengalaman tersebut kemudian direfleksikan secara individu. Dalam proses refleksi, seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi atau apa yang dialaminya. Refleksi menjadi dasar konseptualisasi atau proses pemahaman prinsip-prinsip yang mendasari pengalaman yang dialami serta kemungkinan aplikasinya dalam
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
situasi atau konteks yang lain. Proses implementasi merupakan situasi atau konteks yang memungkinkan penerapan konsep yang sudah dikuasai. Konsep tahapan di atas juga sejalan dengan konsep tahapan Pfiefer dan Jones (1979, dalam Supratiknya, 2011). Ada lima tahapan pengalaman, seperti disajikan dalam Gambar 2.1.
Experiencing (The "Activity Phase")
Applying (Planning How to Use the Learning)
Publishing (Sharing Reactions and Observation)
Processing (Discussing Patterns and Dynamicals)
Generalizing (Developing Principles)
Gambar 2.1 Siklus Model Experiential Learning Seperti tampak dalam gambar 2.1, tahap-tahap pengalaman atau aktivitas dalam siklus experiential learning yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Mengalami (Experiencing) Siswa terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan tertentu, seperti melakukan tugas tertentu atau mengamati objek atau rekaman kejadian tertentu, entah secara sendiri-sendiri atau bersama. Pfeiffer dan Jones 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Supratiknya, 2011) mengingatkan, jika model ini berhenti di sini, maka kegiatan pembelajarannya hanya menjadi sekedar fun and games alias ketawa-ketiwi atau hura-hura belaka. Maka, tahap ini perlu segera diikuti dengan tahap membagikan pengalaman.
b. Membagikan pengalaman (Publishing) Siswa membagikan hasil pelaksanaan tugas atau hasil pengamatannya terhadap objek atau kejadian tertentu pada tahap sebelumnya termasuk reaski pribadinya baik berupa pikiran maupun tanggapan perasaannya, kepada siswa lain baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun kepada seluruh peserta. Pfeiffer dan Jones menyebut tahap ini sebagai tahap menciptakan data. c. Memproses pengalaman (Processing) Siswa mengolah data yang dibagikan dengan cara mendiskusikan atau memikirkannya
bersama,
memaknai
atau
menafsirkannya,
membandingkan tanggapan siswa yang satu dengan yang lain, menemukan hubungan antar makna atau tanggapan yang muncul dan sebagainya. Pfeiffer dan Jones menyebut ini sebagai tahapan kunci dari pengalaman
terstruktur
dan
menyarankan
agar
fasilitator
mengalokasikan waktu yang cukup leluasa untuk tahap ini. Selanjutnya, agar hasil belajar ini dapat dialihkan atau diterapkan ke situasi kehidupan nyata, maka siswa diajak masuk ke tahap merumuskan kesimpulan. d. Merumuskan kesimpulan (Generalizing) 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tahap ini siswa diajak dan dibantu untuk menyimpulkan prinsip-prinsip, merumuskan hipotesis-hipotesis, dan merumuskan hikmat-manfaat untuk didiskusikan atau dipikirkan bersama dalam tahap terakhir yaitu tahap menerapkan.
e. Menerapkan (Applying) Fasilitator perlu memastikan bahwa siswa sungguh-sungguh menangkap relevansi atau makna-manfaat dari pelatihan yang baru dijalaninya, serta memiliki tekad untuk menerapkan hasil belajarnya itu dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan hasil belajar dalam bentuk perilaku nyata akan menjadi pengalaman yang sekaligus menjadi awal dari siklus pembelajaran eksperiensial yang baru. 4. Aktivitas Inti dalam Experiential Learning Supratiknya (2011:78-80) ada beberapa jenis aktivitas atau kegiatan inti yang lazim dipraktekkan pada berbagai tahap proses belajar dalam siklus pembelajaran eksperiensial, yaitu: a. Refleksi Hakikat
refleksi
adalah
memantulkan
atau
lebih
tepat
menghadirkan kembali dalam batin individu aneka pengalaman yang sudah terjadi, untuk menemukan makna dan nilainya yang lebih dalam. Maka, ada yang menyatakan bahwa refleksi selalu bertujuan mendidik, dalam arti berperan sebagai sejenis jembatan yang menghubungkan pengalaman pribadi dan belajar. 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Sharing Sharing adalah membagikan pikiran dan atau perasaaan yang muncul sebagai hasil refleksi, kepada orang lain dalam kegiatan belajar bersama. Dalam sharing bersama atau saling berbagi hasil refleksi, masing-masing peseerta saling mendengarkan, saling membantu menangkap makna dan nilai yang semakin mendalam dari berbagai pengalaman hidupnya, serta saling meneguhkan. Supaya kegiatan refleksi dan sharing berjalan efektif dan baik, fasilitator atau guru BK perlu memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam apa yang disebut lingkaran refleksi (Reed & Koliba, 2003; dalam Supratiknya, 2011). Peserta diminta duduk membentuk lingkaran. Fasilitator atau guru BK sebaiknya ikut membaur duduk dalam lingkaran bersama para siswa, jangan berdiri atau duduk di depan. 5. Metode Khas Experiential Learning Ada banyak metode khas pembelajaran eksperiensial, namun pada bagian ini akan disajikan tiga metode pembelajaran eksperiensial menurut (Kay Tytler Abella, 1986; dalam Supratiknya, 2011) yaitu: a. Simulasi dan Games Game atau permainan adalah aktivitas bermain yang diformalkan, lazimnya tidak terkait langsung dengan situasi kehidupan nyata. Peserta diharapkan mencapai tujuan tertentu dalam batas-batas yang ditetapkan lewat serangkaian aturan main. Aturan main ini menentukan jenis aktivitas yang harus dilakukan dan kapan permainan harus diakhiri. 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Simulasi mempresentasikan situasi kehidupan nyata tertentu, tetapi komponen-komponen dan saling hubungan antar komponen itu ditampilkan sedemikian rupa, sehingga bisa dimanipulasikan atau dikendalikan oleh peserta mengikuti kerangka waktu yang ditentukan. Simulasi atau permainan sama-sama bertujuan menciptakan atau menghadirkan kembali proses, kejadian, atau serangkaian situasi, biasanya bersifat kompleks, sehingga peserta bisa menghayati dan memanipulasikan situasi itu tanpa perlu menanggung risiko yang biasanya timbul, dan selanjutnya bisa menganalisis apa yang terjadi. Selain itu permainan mampu membuat pikiran terasa segar dan siswa dapat mengambil pesan moral atau pelajaran dari berbagai permainan itu. b. Latihan Individual Latihan individual memberikan kesempatan kepada peserta untuk menerapkan hasil-hasil pelajaran (learning points) yang diperoleh dari program pendidikan psikologis yang baru dijalani ke dalam situasi kehidupan
masing-masing
untuk
menguji
pemahamannya
atau
memeriksa sejauh mana hasil pembelajaran itu bisa diterapkan dalam situasi kehidupannya. c. Diskusi Kelompok Diskusi kelompok memberikan kesempatan peserta untuk secara bebas bertukar gagasan atau pendapat, bisa dalam kelas besar atau dalam kelompok-kelompok kecil. Aturan main dalam diskusi kelompok disampaikan kepada peserta. Fasilitator bertanggungjawab membuat 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hidup
diskusi
yang
berlangsung
lewat
pertanyaan-pertanyaan,
menyatukan berbagai gagasan dan pendapat yang muncul, dan akhirnya membantu membuat kesimpulan. Diskusi kelompok bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta untuk saling mengungkapkan dan saling bertukar gagasan tentang pokok persoalan yang sedang dibahas. Metode ini bisa dipakai sebagai “pemanasan” sebelum mengawali aktivitas tertentu, sebagai penutup kegiatan atau sebagai kegiatan mandiri. 6. Kelebihan Pendekatan Experiential Learning Pendekatan experiential learning memiliki kelebihan, khususnya dalam membantu proses belajar dalam penerapan pendidikan karakter. Rincian penjelasan mengenai kekuatan experiential learning menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut. a. Experiential learning mampu merangkul aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik LKPP Universitas Hasanudin (2007) menjelaskan bahwa proses pembelajaran
experiential
learning
memungkinkan
peserta
mengaktifkan seluruh aspek diri secara total, berinteraksi dan lebur sepenuhnya dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini dapat menyentuh dan menstimulasi potensi kecerdasan kognitif, afektif dan psikomotorik dari pembelajar. Pengetahuan yang bersandar pada pengalaman dapat lebih terhayati, meningkatkan kesadaran diri, dan tersimpan lebih lama. 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Akumulasi pengalaman belajar secara nyata Rogers (1969) menjelaskan bahwa berbagai proses yang dilakukan dalam pendekatan experiential learning dapat mengarahkan siswa untuk
mendapatkan pengalaman lebih banyak
melalui
keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingkan bila mereka hanya membaca suatu materi atau konsep. Pada akhirnya siswa memiliki tabungan pengalaman belajar secara nyata, yang telah diterapkan langsung dalam dirinya. c. Mampu memberikan pemahaman baru Belajar
berdasarkan
pengalaman
lebih
terpusat
pada
pengalaman belajar siswa yang bersifat terbuka dan siswa mampu membimbing
dirinya
sendiri
untuk
mendapat
dan
mengolah
pemahaman baru. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa penerapan model experiential learning dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri (Depdiknas, 2004) d. Variasi model Proses pembelajaran dapat dilakukan melalui rancangan yang berbasis pada pengalaman, presentasi peserta dan diskusi maupun deskripsi tertulis. Selain dalam proses pembelajaran di kelas, pendekatan ini juga dapat dipergunakan di berbagai keperluan pendidikan, antara lain pendidikan informal, berbagai pelatihan, adult learning, lifelong learning (Faure, 1972).
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Penelitian terdahulu mengenai evaluasi pendidikan karakter (Barus, 2015) mengungkap hasil implementasi pendidikan karakter terintegrasi di SMP, efektivitasnya belum menggembirakan. Hal ini dibuktikan dengan temuan evaluatif secara empirik menunjukkan bahwa 36,4% dari 653 siswa SMP di 5 kota yang diteliti masih berada pada kategori kurang baik dan beberapa di antaranya buruk dalam capaian skor karakternya. 2. Garger dan Jacques (2007) mengungkapkan hasil penelitian tentang pengaruh kepemimpinan diri pada 316 siswa dari 18 tempat kursus yang berbeda menunjukkan bahwa kepemimpinan diri berpengaruh positif terhadap GPA (Indeks prestasi). Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa apabila seseorang mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, maka prestasi akan lebih mudah dicapai. 3. Penelitian Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Lazar (2016) mengungkapkan bahwa model pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning sangat efektif meningkatkan karakter siswa. G. Kerangka Pikir Pendidikan karakter terintegrasi berjalan dengan berbagai hambatan. Hambatan-hambatan itu seperti prosedur belum operasional, internalisasi nilai karakter masih pada tataran kognitif, dan guru BK belum terlibat aktif. Perlu adanya model pendidikan karakter yang mampu menanamkan nilai-nilai 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karakter positif tidak hanya sekadar pada tataran kognitif, tetapi juga afeksi hingga pengalaman-pengalaman nyata. Peneliti menawarkan solusi model pendidikan karakter yang didesain oleh Tim Stranas Prodi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma yaitu model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning.
EXPERIENTIAL LEARNING
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
49
Peningkatan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan karakter self leadership sebagai peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Secara khusus peneliti berfokus pada karakter self leadership siswa kelas VIII A. Karakter self leadership siswa kelas VIII A kurang terinternalisasi dalam diri, sehingga penanaman karakter tersebut perlu ditingkatkan. H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Ho : Karakter self leadership tidak dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa SMP Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Hi : Karakter self leadership dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa SMP Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang jenis dan desain penelitian, setting (lokasi, waktu, dan mitra penelitian), subjek penelitian, jenis tindakan dan indikator keberhasilan, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, prosedur penelitian, dan teknik analisis data. A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitan ini menggunakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pemberian layanan bimbingan di dalam kelas dan upaya memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang sesuai (Hidayat & Badrujaman, 2012). Penelitian ini tergolong dalam PTBK karena penelitian ini mengkaji masalah karakter siswa yang masih rendah, sehingga ingin ditingkatkan dengan serangkaian tindakan bimbingan klasikal. Tindakan tersebut akan menggunakan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter self leadership pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Desain penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart (Hopkins, 2008) yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/monitoring, dan refleksi. Tahaptahap dalam penelitian tersebut membentuk spiral. Tindakan penelitian yang membentuk spiral tersebut dengan jelas digambarkan sebagai berikut.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemis dan Mac Taggart Gambar di atas dapat diartikan bahwa setiap tahapan penelitian wajib dilakukan agar memperoleh hasil yang sesuai dengan kriteria keberhasilan PTK itu sendiri. Berdasarkan gambar model Kemis dan Mac Taggart dapat diketahui bahwa kegiatan penelitian diawali dari tahap identifikasi masalah. Tahap identifikasi masalah dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara, FGD (Focus Group Discussion) dan observasi. Tujuannya untuk menemukan dan merumuskan akar masalah agar mempermudah peneliti membuat perencanaan. Tahap perencanaan ini digunakan sebagai acuan pemberian tindakan bimbingan.
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tahap tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada tahap ini peneliti memberikan tindakan kepada siswa sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti. Pada pelaksanaan tahapan ini peneliti tetap melakukan observasi, wawancara, dan membagikan Kuesioner untuk mengetahui hasil yang dicapai melalui tindakan yang diberikan. Pada tahapan ini peneliti akan melihat kesesuaian rencana dengan pelaksanaan dan membuat refleksi atas setiap siklusnya. Tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat refleksi. Hal ini dilakukan setelah tindakan. Refleksi ini berisi renungan dari peneliti dan juga hasil yang diperoleh melalui observasi dan Kuesioner. Pada tahapan refleksi juga berisi evaluasi proses. Jika peneliti masih belum mencapai tujan dari patokan yang telah dibuat maka akan melaksanakan siklus selanjutnya dengan perbaikan yang menunjang pencapaian tujuan. B. Setting (Lokasi, Waktu dan Mitra Penelitian) 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 pada bulan Mei-Juni 2016. Lokasi penelitian adalah SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang beralamat di Jalan MAS Suharto 48 Tegal Panggung, Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempat penelitian ini adalah ruang aula, ruang kelas VIII A dan halaman tengah sekolah dengan menggunakan waktu pulang sekolah pukul 11.30-13.00 WIB. Halaman tengah sekolah dipakai pada hari terakhir tindakan untuk memberikan keleluasaan siswa dalam berdinamika menggunakan permainan berbasis experiential learning. 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian tidak hanya di sekolah, tetapi dilakukan juga di Kampus III Paingan untuk persiapan, mengolah data, dan penulisan hasil penelitian. Berikut rincian jadwal kegiatan bimbingan klasikal di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Bimbingan Klasikal Siklus
Hari, tanggal
Waktu
Topik Bimbingan
Durasi
I
Jumat, 20 Mei 2016
11.30-13.00
Mengenal Diri (My Self)
90 menit
II
Jumat, 27 Mei 2016
11.30-13.00
Menegaskan Mimpi (My Dream)
90 menit
III
Sabtu, 4 Juni 2016
11.30-14.00
Aksiku Menggapai Mimpi (My Action)
120 Menit
2. Mitra dalam Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dibantu oleh mitra kolaboratif dan beberapa teman pengamat, yaitu: a. Mitra Kolaboratif Nama
: Dra. Sukami
Jabatan
: Guru Bimbingan dan Konseling
b. Pengamat 1 Nama
: Bernadetta Mita Purwasari
NIM
: 131114036
Status
: Mahasiswa BK USD
c. Pengamat 2 Nama
: Maristela Oparekhe Hilapok
NIM
: 131114055 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Status
: Mahasiswa BK USD
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pihak luar yang sedang mengadakan penelitian dan ingin memberikan kontribusi dalam peningkatan karakter self leadership berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Oleh sebab itu, peneliti membicarakan peran dan tugas masing-masing dengan mitra kolaboratif. Berdasarkan hal tersebut, maka ditetapkan kesepakatan sebagai berikut. a. Pelaksana tindakan Dalam hal ini, disepakati bahwa peneliti merupakan pelaksana tindakan bimbingan dan konseling dalam rangka meningkatkan karatker self leadership siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. b. Kolaborator Kolaborator berperan sebagai pihak yang membantu peneliti mengumpulkan data dan merencanakan tindakan peningkatan karakter self leadership untuk setiap pertemuan yang akan diadakan. Pekerjaan inti kolaborator adalah sebagai observer proses tindakan. Kolaborator yang dilibatkan adalah guru bimbingan dan konseling dan rekan mahasiswa peneliti. Berikut adalah tugas dan peran antara peneliti dan kolaborator:
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.2 Tugas Peneliti dan Kolaborator No 1
2
Peran Peneliti
Kolaborator
a. b. c. d. e. a. b. c.
Deskripsi Tugas Membuat desain penelitian dan perbaikan. Merancang instrumen pengungkapan data. Mengumpulkan data awal sebagai dasar penelitian. Pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. Mengamati proses tindakan Bersama peneliti membuat disain penelitian dan rencana perbaikan. Mengamati dan berbagi informasi hasil observasi. Bersama peneliti mendiskusikan hasil interpretasi data hasil observasi.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016, siswa berjumlah 34 orang. Subjek penelitian terdiri dari 16 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Rincian subjek sebagai berikut. Tabel 3.3 Subjek Penelitian Jenis Kelamin
Subjek Penelitian Siswa kelas VIII A
Laki-laki
Perempuan
16
18
Total
34
D. Jenis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Jenis Tindakan Jenis Tindakan dalam penilitian ini adalah layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. Pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning terdiri dari tiga siklus.
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setiap siklus akan diberikan satu topik bimbingan yang relevan untuk meningkatkan karakter self leadership. Topik tiap siklus sebagai berikut. Tabel 3.4 Topik Bimbingan Per Siklus Siklus
Topik Bimbingan
Tujuan
I
Mengenal Diri (My Self)
Siswa dapat mengenal, memahami dan menerima dirinya.
II
Menegaksan Mimpi (My Dream)
Siswa dapat menuliskan impiannya dengan baik.
III
Aksiku Menggapai Mimpi (My Action)
Siswa dapat menyusun strategi untuk meraih mimpinya.
Skenario Experiential Learning Permainan “Angin Bertiup”, menonton cuplikan video, dan refleksi. Menulis impian sebagai bagian dari pengalaman merumuskan impian dengan baik, cuplikan video, dan refleksi. Mini Outbond “Raih Aku” sebagai bagian dari pengalaman siswa sekaligus belajar mengatur strategi untuk meraih mimpi, sharing, dan refleksi.
2. Indikator Keberhasilan Herbert, Robin, & Ortrun (2002), defined Action Research as a process that pursues improvement in practical situations without substantively prescribing objectives to be achieved. Pendapapat di atas mendefinisikan bahwa penelitian tindakan sebagai sebuah proses yang mengejar untuk suatu perbaikan di situasi praktis tanpa menentukan tujuan secara kenyataan untuk dapat tercapai. Jadi, penelitian tindakan ini tidak ada patokan yang pasti bagi peneliti untuk menentukan seberapa besar target yang harus dicapai pada tiap siklus, namun peneliti tetap mencoba mengusahakan suatu target peningkatan. Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti melalui perhitungan nilai awal berdasarkan pra tindakan. Indikator keberhasilan pemberian tindakan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter self leadership siswa diukur melalui capaian rata-rata skor tes dan self assesment peningkatan karakter self leadershhip sebagai berikut. Tabel 3.5 Indikator Keberhasilan Tindakan No 1
Indikator
Rerata Skor Siswa
2
Pre Test Post Test
56,74 60.00
3
Pra Siklus
56.26
4
Siklus I
58.00
5
Siklus II
61.00
6
Siklus III
64.00
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk diteliti atau dianalisis, maka dari itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penelitian ini adalah tes dan non tes. Tes bertujuan untuk mendapatkan data dari hasil pre-test dan post-test peningkatan karakter self leadership. Sedangkan teknik non tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui peningkatan karakter self leadership setiap siklus melalui Self Assesment Scale dan efektivitas implementasi pendidikan karakter self leadership berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menurut penilaian siswa. 2. Instrumen Penelitian Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner. Penelitian ini menggunakan 5 instrumen berupa 2 kuesioner, 1 soal tes, 1 pedoman observasi, dan 1 pedoman wawancara yang diuraikan seperti pada penjelasan di bawah ini. a. Kuesioner Skala Penilaian Diri (Self Assessment Scale) Karakter Self Leadership Kuesioner Skala Penilaian Diri dalam penelitian ini berbentuk pernyataan checklist dengan menggunakan model skala Likert. Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item dalam Kuesioner Skala Penilaian Diri Karakter Self Leadership memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata sangat sering (ss), sering (s), 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kadang-kadang (kk), tidak pernah (tp). Kuesioner Skala Penilaian Diri Karakter Self Leadership dibagikan kepada siswa setiap akhir siklus. Kuesioner ini digunakan untuk mengukur dari hasil (output) pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dalam meningkatkan karakter self leadership yang menjadi fokus peneliti. Kuisioner Self Assesment Scale terlampir pada Lampiran 3. Penyusunan Kuesioner diawali dengan membuat kisi-kisi yang memuat konstruk aspek karakter Self Leadership berdasarkan pemikiran Connor (Musaheri, 2014). Kisi-kisi dalam tabel 3.6 berikut ini. Tabel 3.6 Kisi-Kisi Self Assesment Scale Karakter Self Leadership Item No
Aspek
Indikator
1
Aspek kesadaran diri (self awareness)
2
Aspek pengarahan diri (self direct)
3
Aspek pengelolaan diri (self manage)
4
Aspek penyelesaian diri sendiri (self accomplishment)
Siswa mampu menyadari kekurangan, kelebihan, percaya diri, dan berpikir positif. Siswa mampu merumuskan tujuan/mimpi. Siswa mampu membuat rencana, dan membuat strategi sesuai kondisi dirinya. Siswa mampu melaksanakan/bertindak sesuai rencana yang telah disusun demi menggapai mimpi.
(+)
(-)
1, 2, 3, 4, 6
5, 7
8, 10, 12
9
13, 14
11, 15
16, 17, 19
18, 20
Aspek di atas memiliki keterkaitan dengan topik-topik bimbingan. Aspek kesadaran diri (self awareness) terkait dengan topik 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bimbingan “Mengenal Diri (My Self)”. Aspek mengarahkan diri (My Directing) terkait dengan topik bimbingan “Menegaskan Mimpi (My Dreams). Aspek mengelola diri (Self Managing) dan aspek penyelesaian diri (Self Accomplishment) terkait dengan topik bimbingan “Aksiku Menggapai Mimpi “My Action”. b. Tes Karakter Self Leadership Winkel dan Hastuti (2004:295) mengatakan bahwa, terdapat beberapa tipe penilaian, antara lain skala numerik, skala penilaian grafis dan daftar cek. Daftar cek menyerupai item dalam tes hasil belajar, bentuk obyektif dengan tipe pilihan berganda (multiple choice). Artinya data penelitian dapat dianalisis setelah scoring dilakukan. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan berupa tes karakter self leadership yang disebarkan dalam bentuk pilihan ganda dengan alternatif jawaban bergradasi mulai dari 1 hingga 4 dan masing-masing alternatif jawaban memiliki kebenaran. Skor 4 diberikan untuk alternatif jawaban yang sungguh mewakili pengaplikasian karakter self leadership. Sedangkan skor 1 untuk mewakili alternatif jawaban yang sangat kurang mewakili karakter self leadership. Instrumen disusun oleh peneliti sendiri dengan arahan tim dosen Penelitian Strategis Nasional, dalam hal ini berperan Dr. Gendon Barus, M.Si. Dalam penelitian ini tes memuat pernyataan-pernyataan/soal-soal yang mengungkapkan karakter self leadership siswa. Tes yang telah disusun oleh peneliti ini bersifat tertutup karena alternatif jawaban sudah
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disediakan, sehinga peserta didik tinggal memilih alternatif jawaban yang dirasa paling sesuai dirinya. Soal tes dengan ragam pilihan ganda ini diberikan pada awal (sebelum siklus pertama) dan akhir layanan (sesudah siklus ketiga). Pretest dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum tingkat pemahaman dan penerapan karakter self leadership siswa. Sedangkan soal tes yang diberikan pada akhir setelah perlakuan atau pos-test bertujuan untuk mencari data yang diperlukan guna mengetahui efektivitas layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dalam usaha meningkatkan karakter self leadership bagi siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Alat Tes Karakter Self Leadership terlampir pada Lampiran 2. Penyusunan soal tes diawali dengan membuat kisi-kisi yang memuat konstruk aspek karakter self leadership dan indikatornya berdasarkan konsep Connor (Musaheri, 2014). Kisi-kisi dalam tabel 3.7 berikut ini. Tabel 3.7 Kisi-Kisi Tes Karakter self leadership No 1
2
Aspek Aspek kesadaran diri (self awareness)
Aspek pengarahan diri (self direct)
Indikator
Item (+)
Percaya kemampuan diri
1
Menyadari kelebihan diri
2, 5, 6
Menyadari kelemahan diri
3
Memahami orang lain sebagai bagian dari memahami diri Memiliki tujuan sesuai kondisi sekarang
4
62
7, 10, 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
4
Membuat tujuan yang spesifik Memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri Menyusun tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan Mampu memotivasi diri untuk bertindak positif Membuat skala prioritas
Aspek pengelolaan diri (self managing)
Aspek penyelesaian diri sendiri (self accomplishment)
Mengasah kemampuan yang dimiliki Melaksanakan rencana yang telah disusun
8 9, 11 13, 14 15, 16, 17 18 19, 20
Aspek di atas juga memiliki keterkaitan dengan topik-topik bimbingan. Aspek kesadaran diri (self awareness) terkait dengan topik bimbingan “Mengenal Diri (My Self)”. Aspek mengarahkan diri (My Directing) terkait dengan topik bimbingan “Menegaskan Mimpi (My Dreams). Aspek mengelola diri (Self Managing) dan aspek penyelesaian diri (Self Accomplishment) terkait dengan topik bimbingan “Aksiku Menggapai Mimpi “My Action”. c. Kuesioner validasi efektivitas model (responden siswa) Validasi efektivitas Implementasi Model Pendidikan Karakter Self Leadership melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning diukur melalui penilaian partisipan/siswa berbentuk pernyataan checklist with Guttman scale. Sugiyono (2013:141) menerangkan bahwa skala pengukuran tipe ini, akan menghasilkan jawaban tegas, yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “positif-negatif”, dan lainlain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Biasanya, Guttman scale digunakan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan atau ingin diketahui oleh peneliti. Validasi efektivitas model dengan responden siswa digunakan untuk melihat efektivitas dari program yang dilaksanakan berdasarkan penilaian siswa. Kuesioner (disusun oleh Tim Penelitian Stranas) terlampir pada Lampiran 4. d. Pedoman observasi Pedoman observasi merupakan instrumen utama yang digunakan untuk mengumpulkan data proses dalam PTK. Observasi merupakan suatu pengamatan setiap kejadian yang sedang berlangsung, dengan maksud untuk mendapatkan informasi atau data tentang perilaku siswa sebagai pengaruh tindakan yang telah dilakukan (Sanjaya, 2009:86). Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi. Tabel 3.8 Pedoman Observasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perilaku yang Diamati Semangat mengikuti bimbingan Aktif bertanya Aktif Berpendapat Gembira Malu Takut salah Berani tampil Ngobrol dengan teman Mendengarkan orang lain Inisiatif Kerja sama Tertawa Fokus
64
Frekuensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Pedoman wawancara Pedoman wawancara disusun untuk menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi dan pengisian skala. Jenis wawancara yang digunakan dalam penilitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2013: 197) wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan Peneliti melakukan wawancara dengan siswa dan guru BK untuk mengetahui tanggapan mengenai kegiatan bimbingan yang dilaksanakan. Tabel 3.9 Panduan Wawancara Siswa dan Guru Siswa a. Apakah pendekatan experiential learning dengan bentuk permainan, melihat video, dan tugas individu dapat membantu Anda memahami karakter self leadership? b. Manfaat apa saja yang Anda dapatkan setelah mengikuti bimbingan ini?
Guru a. Bagaimana proses bimbingan yang dilakukan oleh peneliti? b. Apakah experiential learning dengan bentuk permainan, melihat video, dan tugas individu dapat membantu Siswa memahami karakter self leadership melalui topik bimbingan yang disampaikan?
F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat yang bersangkutan menjalankan fungsi ukurnya, atau 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Azwar, 2009: 5-6). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas empiris. Validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka, namun pengesahannya perlu melalui tahap pengujian terhadap isi alat ukur dengan kesepakatan penilaian dari penilai yang kompeten atau expert judgement (Azwar, 2009: 45). Pada penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada beberapa ahli dalam bidangnya. Ahli-ahli tersebut antara lain: Tim Dosen Penelitian Strategi Nasional dan Dosen Pembimbing, dalam hal ini berperan Dr. Gendon Barus, M.Si. Selain itu, uji validitas empiris alat tes karakter self leadership dan Self Assesment Scale dianalisis dengan mengkorelasikan skor item-total dengan korelasi product moment Pearson dengan rumus sebagai berikut (Azwar, 2014). 𝑟𝑖𝑌 =
∑ 𝑖𝑌 − (∑ 𝑖)(∑ 𝑌)/𝑛 √[∑ 𝑖 2 − (∑ 𝑖)2 /𝑛][∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 /𝑛]
Keterangan riY : koefisien korelasi i
: skor item
Y : skor skala n
: banyaknya subjek 66
(Rumus 3.1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rekapitulasi hasil uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6. 2. Reliabilitas Pengukuran reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran. Pengujian reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan metode alpha. Rumus Cronbach Alpha (Riduwan, 2006) adalah sebagai berikut. 𝑘
𝑟11 = (𝑘−1) . (1 − r11
: Nilai Realibilitas
∑ 𝑆𝑖
: Jumlah varians skor
St
: Varians total tiap item
k
: Jumlah item
∑ 𝑆𝑖 𝑆𝑡
)
(Rumus 3.2)
Data dikatakan reliabel apabila rhitung lebih besar dari harga rtabel secara teoritis atau bisa ditulis (r11> r tabel) pada taraf signifikansi 0,05. Jika( r11> r tabel) berarti Reliabel. Jika (r11< r tabel) berarti Tidak Reliabel. Selanjutnya guna mempermudah penafsiran hasil uji reliability statistics, peneliti menggunakan kategori koefisien (Guilford, 1973) dengan norma kriteria skor sebagai berikut.
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.10 Norma Kategori Reliability Statistics Guilford Norma atau kriteria Skor
Kategori
0,90 ≤ r11 < 1,00
Reliabilitas Sangat Tinggi
0,70 ≤ r11 < 0,90
Reliabilitas Tinggi
0,40 ≤ r11 < 0,70
Reliabilitas Sedang
0,20 ≤ r11 < 0,40
Reliabilitas Rendah
r11 – 0,20
Reliabilitas Sangat Rendah
Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Alat Tes Karakter Self Leadership dan Self Assesment Scale Tes Karakter Self Leadership Cronbach's Alpha N of Items
Self Assesment Scale
.798
.901
20
20
Tabel 3.11 menjelaskan bahwa ada 20 item, dimana setelah melakukan uji reliabilitas harga rhitung dikonsultasikan kepada rtabel. Berdasarkan output hasil hitung diketahui bahwa nilai Alpha Tes Karakter Self Leadership sebesar 0,798 dan nilai Alpha Self Assesment Scale sebesar 0.901, kemudian nilai ini akan dibandingkan dengan nilar r tabel dengan N Item = 20 dicari pada distribusi nilai r tabel signifikansi 5% maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,444. Kesimpulannya Alpha= 0,798 > r tabel= 0,444 dan Alpha= 0.901 > r tabel artinya item-item dalam alat tes karakter self leadership dan Self Assesment Scale dapat dikatakan reliabel. Selanjutnya bila ditinjau melalui norma kategorisasi Guilford pada tabel 3.10, hasil uji reliabilitas statistik item-item dalam alat tes karakter self leadership (0,798) 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masuk dalam reliabilitas tinggi, sedangkan Self Assesment Scale (0.901) masuk dalam reliabilitas sangat tinggi. 3. Uji Normalitas Menurut Nurgiyantoro dkk (2009:110) uji normalitas adalah salah satu bagian dari uji prasyarat analisis data, artinya sebelum melakukan analisis data yang sesungguhnya, data penelitian tersebut harus di uji kenormalan distribusinya. Adapun tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dalam variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal. Kriteria keputusan dalam uji normalitas pada SPSS adalah jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak normal. Setelah dilakukan uji normalitas menurut Kolmogorov-Smirnov data yang diperoleh peneliti teruji berdistribusi normal. Hasil uji normalitas divisualisasikan dalam tabel 3.12.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.12 Hasil Uji Normalitas Tes Karakter Self Leadership Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
PostTest
.122
34
.200*
.958
34
.214
PreTest
.248
34
.000
.833
34
.000
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Tabel 3.12 merupakan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,200 > 0,05 dengan demikian sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika ditinjau dari hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan nilai signifikansi 0,214 > 0,05 hal ini pun berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. G. Prosedur Penelitian 1. Desain Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini mengikuti tahapan dalam model Kemis dan Mac Taggart. Prosedur penelitian disajikan seperti pada gambar berikut.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 3.2 Desain Prosedur Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Kondisi awal memperlihatkan bahwa karakter self leadership siswa rendah. Kemudian pada rentang waktu tertentu peneliti memberikan tindakan pada siklus I, II, dan III melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter self leadership siswa kelas VIII A. Setelah diberikan tindakan diduga bahwa tingkat karakter self leadership siswa kelas VIII A meningkat. 2. Rancangan Siklus Penelitian SIKLUS I a. Perencanaan tindakan Pada kegiatan penelitian ini peneliti membuat perencanaan pada siklus I yaitu: 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1) Mempersiapkan satuan Pelayanan Bimbingan dengan topik “Mengenal Diri (My Self)”. 2) Mempersiapkan lembar refleksi, lembar kerja, materi dan file presentasi. 3) Mempersiapkan permainan in door di aula untuk dinamika kelompok. 4) Mempersiapkan instrumen tes karakter self leadership, self assesment scale, dan lembar observasi. b. Pelaksanaan tindakan Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan rencana yang telah disusun: 1) Pembukaan a) Pra pembuka mengisi tes karakter self leadership sebagai data pretest. b) Peneliti memberikan salam pembuka dan pengantar c) Pemberian ice breaking untuk penyegar suasana. 2) Inti kegiatan a) Permainan b) De briefing dari permainan c) Pemberian materi tentang kesadaran diri d) Menonton cuplikan video inspiratif e) Menarik makna dari video inspiratif 3) Penutup a) Mengisi lembar refleksi 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b) Mengisi lembar self assesment scale c) Menutup kegiatan c. Observasi Observasi dilakukan selama proses kegiatan bimbingan berlangsung. Hal ini dilakukan guna mengamati pelaksanaan tindakan. Hal yang diobservasi yaitu perilaku anak selama mengikuti kegiatan bimbingan. Mitra mahasiswa bertindak sebagai observer dalam penelitian ini. d. Refleksi Pada tahap ini, peneliti berdiskusi bersama mitra kolaboratif mengenai pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan selam bimbingan berlangsung. Hal yang dijadikan sebagai bahan refleksi yaitu kelebihan dan kekurangan selama bimbingan. SIKLUS II Siklus ini dilakukan sebagai perbaikan terhadap kekurangankekurangan yang masih ditemukan pada siklus I agar hasilnya lebih optimal. Perencanaan pada siklus ini dilakukan oleh peneliti, mitra kolaboratif, dan pengamat berdasarkan refleksi pada siklus I. Siklus II meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi kegiatan dan refleksi. a. Tahap perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus II ini sama dengan perencanaan tindakan pada siklus I. Pada siklus II peneliti memberikan topik bimbingan “Menegaskan Mimpi (My Dream)”.
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Pelaksanaan tindakan Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan rencana yang telah disusun sebagai berikut. 1) Pembukaan a) Peneliti memberikan salam pembuka dan pengantar. b) Pemberian ice breaking untuk penyegar suasana. 2) Inti kegiatan Pelaksanaan upaya tindakan pada siklus II dilakukan sesuai tahapan sesuai tahapan dalam SPB dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I. Layanan bimbingan klasikal pada siklus II diharapkan siswa lebih terlibat dalam seluruh kegiatan dan aktif. a) Permainan b) De briefing dari permainan c) Pemberian materi tentang menegaskan mimpi, cara siswa dapat menuliskan tujuan hidup (dalam penelitian ini peneliti menamai tujuan hidup dengan mimpi agar mudah diterima oleh siswa SMP). d) Menonton cuplikan video inspiratif e) Menarik makna dari video inspiratif 3) Penutup a) Mengisi lembar refleksi b) Mengisi lembar self assesment c) Menutup kegiatan
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adapun urutan kegiatan topik bimbingan pada tiap siklusnya, disusun dalam Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) yang termuat pada lampiran 1. c. Observasi Observasi dilakukan selama proses kegiatan bimbingan berlangsung. Hal ini dilakukan guna mengamati pelaksanaan tindakan. Hal yang diobservasi yaitu perilaku anak selama mengikuti kegiatan bimbingan. Mitra mahasiswa bertindak sebagai observer dalam penelitian ini. d. Refleksi Pada tahap ini, peneliti berdiskusi bersama mitra kolaboratif mengenai pelaksanaan tindakan
yang telah dilakukan selama bimbingan
berlangsung. Hal yang dijadikan sebagai bahan refleksi yaitu kelebihan dan kekurangan selama bimbingan. SIKLUS III Berdasarkan hasil observasi, refleksi dan penilaian pada siklus II maka pada siklus III direncanakan upaya perbaikan penyajian layanan dan proses
kegiatan
untuk
diintensifkan
pelaksanaannya,
meningkatkan
keterlibatan siswa untuk lebih berperan aktif. a. Tahap perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus III ini sama dengan perencanaan tindakan pada siklus I dan II. Pada siklus III peneliti memberikan topik bimbingan “Aksiku Menggapai Mimpi (My Action)”.
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Pelaksanaan tindakan Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan rencana yang telah disusun sebagai berikut. 1) Pembukaan a) Peneliti memberikan salam pembuka dan pengantar. b) Pemberian ice breaking untuk penyegar suasana. 2) Inti kegiatan Pelaksanaan upaya tindakan pada siklus III dilakukan sesuai tahapan sesuai tahapan dalam SPB dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus II. Layanan bimbingan klasikal pada siklus III diharapkan siswa lebih terlibat dalam seluruh kegiatan dan aktif. Siklus III lebih menekankan pada permainan yang peneliti sebut sebagai mini outbond. Meskipun hanya satu permainan, namun membutuhkan waktu yang cukup banyak. 3) Penutup a) Mengisi lembar refleksi b) Mengisi lembar self assesment scale c) Mengisi tes karakter self leadership sebagai data posttest. d) Menutup kegiatan Adapun urutan kegiatan topik bimbingan pada tiap siklusnya, disusun dalam Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) yang termuat pada lampiran 1.
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Observasi Observasi dilakukan selama proses kegiatan bimbingan berlangsung. Hal ini dilakukan guna mengamati pelaksanaan tindakan. Hal yang diobservasi yaitu perilaku anak selama mengikuti kegiatan bimbingan. Mitra mahasiswa bertindak sebagai observer dalam penelitian ini. d. Refleksi dan evaluasi Pada tahap ini, peneliti berdiskusi bersama mitra kolaboratif mengenai pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan selama bimbingan berlangsung. Hal yang dijadikan sebagai bahan refleksi yaitu kelebihan dan kekurangan selama bimbingan. Setelah tindakan dilakukan, peneliti segera mengolah data yang didapat melalui soal tes, Kuesioner, observasi dan wawancara dari setiap siklusnya untuk kemudian dianalisis. H. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber lain terkumpul (Sugiyono, 2013). Kegiatan dalam menganalisis data meliputi: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Saat pelaksanaan penelitian tindakan ini ada dua jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti, yaitu:
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Data Kuantitatif Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui pelaksanaan dan hambatan-hambatan yang terjadi selama penelitian tindakan berlangsung. Peneliti menggunakan analisis statistik guna mencari data kuantitatif setiap siklusnya, perbandingan pre test dan post test, efektivitas implementasi pendidikan karakter, dan signifikansi hasil pendidikan karakter self leadership. Adapun teknik analisis data kuantitatif adalah sebagai berikut. a. Kategorisasi Capaian Skor Self Assesment Scale Karakter Self Leadership dan Tes Karakter Self Leadership Kategorisasi bertujuan untuk menempatkan individu dalam kelompok
terpisah
secara
berjenjang menurut
suatu
kontinum
berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2014:147). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah sangat rendah sampai dengan sangat tinggi. Kategorisasi ditentukan berdasarkan formula yang digambarkan pada tabel 3.13 berikut ini. Tabel 3.13 Tabel Norma Kategorisasi Norma/Kriteria Skor +1,8σ < μ
Kategori Sangat Tinggi
+0,8σ < μ ≤ +1,8σ
Tinggi
-0,8σ < μ ≤ 0,8σ
Sedang
-1,8σ < μ ≤ -0,8σ
Rendah
μ ≤ -1,8σ
Sangat Rendah
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keterangan: Skor maksimum teoritik
: Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala.
Skor minimum teoritik
: Skor terendah yang diperoleh subjek peneliti menurut perhitungan skala.
Standar deviasi (σ/sd)
: Luas Jarak rentangan yang dibagi di dalam 6 satuan deviasi sebaran
μ (mean teoritik)
: Rata-rata teoritik skor maksimum dan minimum
Kategori di atas kemudian diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi rendahnya tingkat karakter self leadership berdasarkan self assesment scale dengan jumlah 20 item diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut. Tingkat karakter self leadership Skor maksimum teoritik
: 4 x 20 = 80
Skor minimum teoritik
: 1 x 20 = 20
Luas Jarak
: 80 – 20 = 60
Standar deviasi ((σ/sd)
:
μ (mean teoritik)
:
60 6
= 10
80+20 2
= 50
Hasil perhitungan analisis data skor kuesioner Self Assesment Scale Karakter Self Leadership subjek disajikan dalam norma kategorisasi tingkat karakter self leadership siswa kelas VIII A SMP 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 sebagai berikut pada tabel 3.14 Tabel 3.14 Kriteria Kategorisasi Self Assesment Scale Karakter Self Leadership Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 Norma/Kriteria Skor
Rentang Skor
Kategori
+1,8σ < μ
> 68
Sangat Tinggi
+0,8σ < μ ≤ +1,8σ
59 – 68
Tinggi
-0,8σ < μ ≤ 0,8σ
43 - 58
Sedang
-1,8σ < μ ≤ -0,8σ
32 - 42
Rendah
μ ≤ -1,8σ
< 32
Sangat Rendah
Selanjutnya dalam pengelompokan tinggi rendahnya tingkat karakter self leadership berdasarkan alat tes dengan jumlah 20 item diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut. Tingkat karakter self leadership Skor maksimum teoritik
: 4 x 20 = 80
Skor minimum teoritik
: 1 x 20 = 20
Luas jarak
: 80 – 20 = 60
Standar deviasi ((σ/sd)
:
μ (mean teoritik)
:
60 6
= 10
80+20 2
= 50
Hasil perhitungan analisis data skor subjek dalam norma kategorisasi tingkat karakter self leadership siswa kelas VIII A SMP 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 sebagai berikut pada tabel 3.15. Tabel 3.15 Kriteria Kategorisasi Tes Karakter Self Leadership Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 Norma/Kriteria Skor
Rentang Skor
Kategori
+1,8σ < μ
> 68
Sangat Tinggi
+0,8σ < μ ≤ +1,8σ
59 – 68
Tinggi
-0,8σ < μ ≤ 0,8σ
43 - 58
Sedang
-1,8σ < μ ≤ -0,8σ
32 - 42
Rendah
μ ≤ -1,8σ
< 32
Sangat Rendah
b. Analisis One Group Pretest-Posttest Peningkatan Karakter Self Leadership Untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah tindakan, peneliti menggunakan selisih antara posttest dikurangi pretest. Adapun rumus desain One Group Pretest-Posttest (Sugiyono, 2013) sebagai berikut.
Pengaruh = O2-O1 Keterangan: O1 : Pretest O2 : Posttest
81
(Rumus 3.3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Analisis Kuesioner Validasi Efektivitas Model (responden siswa) Guna melihat efektivitas peningkatan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning, peneliti menggunakan deskriptif dengan persentase, hal ini dilakukan peneliti sejalan dengan tiga alternatif jawaban tegas yang disajikan dalam kuesioner validasi implementasi pendidikan karakter self leadership yakni, ya, tidak, dan tidak tahu (Sugiyono, 2013) dengan siswa sebagai penilai dengan rumus sebagai berikut. 𝑃𝑒𝑚 =
∑𝑓 100 𝑁
(Rumus 3.4)
Keterangan 𝑃𝑒𝑚
: Persentase efektivitas model implementasi pendidikan karakter
∑𝑓
: Jumlah jawaban setiap item
𝑁
: Jumlah responden
d. Uji T-Test (Tes Karakter Self Leadership dan Self Assesment Scale) Dalam penelitian ini, uji hipotesis tindakan hasil pendidikan karakter self leadership berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 dilakukan dengan teknik statistik uji t. Uji t paired sample test digunakan untuk menganalisis perbedaan antara pre-test dan post-test, serta antarsiklus pada siswa kelas VIII A di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang mengikuti program implementasi layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rumus untuk menghitung paired sample t-test (Sugiyono, 2013:274) sebagai berikut.
t=
x1 - x 2 S S s12 s 22 + 2r 1 2 n n n1 n 2 1 2
Rumus 3.5
Keterangan
x1 : Rata-rata sampel 1 (Pre-test) x 2 : Rata-rata sampel 2 (Post-test)
s12 : Varians sampel 1 (Pre-test) s22 : Varians sampel 2 (Post-test) S1 : Simpangan baku sampel 1 (Pre-test) S 2 : Simpangan baku sampel 2 (Post-test) r
: Korelasi antara dat dua kelompok Uji t paired sampel test dilakukan dengan menggunakan SSPS
versi 17.0. Dimana data sudah diuji kenormalitasannya, sehingga data selanjutnya dapat dianalisis menggunakan uji t paired sampel test. 2. Data Kualitatif Data kualitatif merupakan data yang berupa informasi, berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang tingkat karakter self leadership siswa, pandangan atau sikap siswa, dan antusias siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan klasikal. 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Analisis Data Observasi Data hasil observasi diolah dan dianalisis setelah penelitian tindakan diberikan pada setiap siklusnya. Hasil data diolah secepat mungkin agar dapat menjadi bahan perbaikan untuk siklus selanjutnya. Peneliti mendapatkan hasil observasi dari pengamatan mitra kolaboratif kemudian peneliti menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah diberikan. Setelah itu, peneliti berdiskusi dengan mitra kolaboratif mengenai siklus yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti dan mitra kolaboratif mendiskusikan hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki pada siklus berikutnya. b. Analisis Data Wawancara Data yang diperoleh melalui wawancara dicatat oleh peneliti dan dianalisis sesuai dengan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh siswa mengenai layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter self leadership. Peneliti melakukan pengkodean sesuai pernyataan siswa, lalu memberikan kesimpulan atas hasil wawancara tersebut.
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian terdiri dari hasil pratindakan (pra siklus), siklus I, siklus II, dan siklus III. A. Hasil Penelitian 2. Deskripsi Implementasi Pendidikan Karakter Self Leadership melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning. a. Data Awal Penelitian (Pra Tindakan) Sebelum tindakan dilaksanakan, peneliti mengumpulkan data awal (pra tindakan) pada hari Selasa, 17 Mei 2016, pukul 11.00-11.45 WIB. Subjek yang digunakan adalah siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Jumlah siswa yang hadir sebanyak 34 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan Tes Karakter Self Leadership sebagai data pretest dan Self Assesment Scale Karakter Self Leadership sebagai data pra tindakan. Peneliti secara khusus memberikan informasi tentang karakter self leadership yang ingin ditingkatkan. Pemberian informasi dilakukan dengan diskusi dan tanya jawab pada siswa. Suasana pada saat kegiatan berlangsung kurang kondusif dan ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan, mengobrol dengan teman sebelahnya, dan mengerjakan tugas mata pelajaran lainnya. Setelah informasi selesai diberikan, peneliti memberikan Tes Karakter Self Leadership dan Self Assesment Scale Karakter Self 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Leadership kepada siswa untuk diisi. Data hasil pretest dan pra tindakan direfleksikan untuk tindakan siklus I. b. Siklus I 1) Tahap Perencanaan Peneliti menyiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) dan materi layanan bimbingan klasikal dengan topik “Mengenal Diri (My Self)”, menyiapkan Self Assesment Scale, lembar observasi dan alat dokumentasi. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung pada Jumat, 20 Mei 2016 pukul 11.30-13.00 WIB di aula SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Jumlah siswa yang hadir pada saat siklus I sebanyak 34 orang. Pada pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti membuat rincian kegiatan sebagai berikut. a) Kegiatan Awal Kegiatan awal, sebelum memulai aktivitas peneliti memimpin doa agar diberi kelancaran selama bimbingan berlangsung. Peneliti membuka kegiatan dengan salam pembuka dan memberikan pengantar singkat tentang topik bimbingan. Peneliti memberikan lembar refleksi “Character Card” pada siswa yang digunakan untuk refleksi pada setiap akhir pertemuan. Peneliti membagikan name tag sebagai tanda pengenal siswa. Siswa juga mendapatkan penjelasan
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa siswa yang aktif bertanya dan berpendapat akan mendapatkan stiker sebagai penghargaan terhadap dirinya. b) Kegiatan Inti Peneliti mengajak siswa bermain permainan “Angin Bertiup” sebagai awal menghantar siswa pada topik “Mengenal Diri”. Siswa membuat lingkaran besar dan memberikan satu tanda (sepatu atau benda lain) sebagai tanda posisi berdiri siswa. Salah satu siswa berdiri di tengah lingkaran sebagai instruktur dan wasit permainan. Instruktur berkata,“angin bertiup”, lalu siswa membalas dengan pertanyaan, “bertiup kemana?”, dan instruktur pun menjawab dengan menyebutkan salah satu ciri dari siswa, “bertiup ke anak yang memakai baju berwarna merah”. Siswa yang ciri-cirinya disebutkan oleh instruktor harus berpindah tempat dengan siswa yang memiliki ciri yang sama. Instruktur yang di tengah pun harus berpindah mencari tempat kosong. Siswa yang tidak mendapatkan tempat menggantikan instrukur sebelumnya di posisi tengah lingkaran. Permainan di atas mengajak siswa untuk mengenal dan memahami apa yang ada pada dirinya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Ketika instruktur mengatakan “bertiup ke anak yang memakai baju berwarna merah”, maka siswa yang memakai baju berwaran merah secara sadar dan jujur harus berpindah. Kadang kala ada yang tidak mau berpindah, ketika instruktur menyebutkan 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kata kunci sifat, misalnya “bertiup ke anak yang malas”. Pernyataan itu sulit terlihat karena berada pada dalam diri pribadi masingmasing siswa, maka perlu kesadaran dan kejujuran. Permainan itu sebagai proses experiencing (mengalami) dalam siklus model experiential learning. Siswa diajak mengalami sebuah permainan yang memiliki makna tentang pengenalan pribadi siswa. Aktivitas selanjutnya adalah mengajak siswa memaknai pengalaman ketika bermain permainan Angin Bertiup. Siswa membagikan hasil refleksi pengalamannya dengan megungkapkan makna di balik permainan tersebut. Makna dari permainan tersebut seperti, sebenarnya dalam diri seseorang ada yang bisa dilihat oleh orang lain, ada yang hanya bisa dilihat oleh diri sendiri dan bahkan ada yang tidak bisa sama sekali dilihat oleh diri sendiri dan orang lain. Aktivitas tersebut sebagai proses publishing (membagikan pengalaman) pada siswa lainnya. Selanjutnya siswa diajak untuk menuliskan kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri siswa. Hasilnya siswa cenderung mudah menuliskan kekurangan daripada kelebihan. Peneliti berinisiatif agar siswa memiliki kesadaran gambaran diri yang positif, maka siswa diajak untuk saling memberikan pendapat positif melalui inventori segi positif. Peneliti meminta siswa membuat lingkaran kecil dengan beberapa kelompok kecil. Kemudian setiap siswa dalam kelompok kecil memberikan ceklist pada lembar 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
inventori temannya. Hasilnya siswa menerima gambaran positif diri dari teman-temannya. Harapannya siswa dapat memandang diri dengan lebih positif, sehingga siswa dapat mengenal, memahami dan menerima diri secara positif. Aktivitas itu dalam siklus model experiential learning adalah processing (memproses pengalaman). Peneliti menguatkan proses mengolah pengalaman siswa dengan memutarkan sebuah video singkat Real Beauty Sketches sebagai gambaran bahwa pribadi kita memandang diri cenderung lebih negatif daripada pandangan orang lain terhadap diri kita. Aktivitas itu sebagai generalizing (merumuskan kesimpulan) tentang seluruh rangkaian bimbingan. Selanjutnya peneliti perlu memastikan bahwa siswa sungguh-sungguh menangkap relevansi dari bimbingan ini, serta memiliki tekad untuk menerapkan hasil belajarnya maka peniliti mengajak siswa untuk menuliskan refleksi pada lembar refleksi untuk mengetahui hasil belajar siswa dan niat siswa untuk mewujudkannya dalam perilaku nyata. Perwujudan dalam perilaku nyata dalam model pembelajaran eksperiensial adalah applying (menerapkan). c) Kegiatan Penutup Peneliti memberikan kisah bergambar dengan judul “Jangan Tutupi Kekurangan dan Kelebihan” sebagai bacaan ringan dan memberikan lembar Self Assesment Scale. Siswa mengisi Self
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Assesment Scale sebagai gambaran hasil bimbingan siklus I. Kemudian peneliti menutup kegiatan dengan doa penutup. 3) Tahap Observasi Observasi penelitian ini dibantu oleh mitra kolaboratif yaitu rekan peneliti. Berdasarkan hasil observasi, siswa sangat bersemangat dalam mengikuti bimbingan, aktif bertanya dan gembira. Peneliti juga menemukan beberapa siswa yang masih malu untuk berpendapat dan takut salah, serta masih banyak siswa yang mengobrol dengan temannya saat bimbingan. Hasil observasi dapat dilihat pada grafik 4.5. 4) Tahap Evaluasi dan Refleksi Siklus I Tahap ini dilakukan pengolahan data hasil Self Assesment Scale, dan observasi perilaku siswa untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian tindakan siklus selanjutnya. Hasil refleksi dan evaluasi dengan mitra kolaboratif pada siklus I ini adalah masih ada siswa yang skor skala penilaian diri berkategori sedang sebanyak 17 siswa. Jumlah siswa berkategori sedang tersebut bertambah 1 dari sebelumnya 16 siswa pada pra tindakan. Siswa yang skornya berkategori rendah sudah tidak ada, artinya bahwa pemahaman siswa telah naik pada kategori sedang. Peneliti juga melihat bahwa peran aktif siswa dalam bimbingan masih belum optimal, terbukti dari hasil observasi di atas menunjukkan bahwa masih ada siswa yang malu dan takut salah untuk berperan aktif.
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Oleh sebab itu, peneliti belum merasa puas dengan hal tersebut. Selanjutnya, peneliti melakukan perbaikan pada siklus II. c. Siklus II 1) Tahap Perencanaan Peneliti menyiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) dan materi layanan bimbingan klasikal dengan topik “Menegaskan Mimpi (My Dream)”, menyiapkan Self Assesment Scale, lembar observasi dan alat dokumentasi. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan a) Kegiatan Awal Peneliti memberikan salam semangat dan akrab kepada siswa. Peneliti juga mempersilahkan salah satu siswa untuk memimpin doa pembuka. Peneliti mengingatkan siswa untuk menggunakan name tag. Setelah itu, peneliti memberikan penjelasan singkat tentang topik bimbingan. b) Kegiatan Inti Peneliti mengajak siswa untuk review topik “Mengenal Diri” untuk bridging ke topik “Menegaskan Mimpi”. Setelah itu siswa diajak untuk membuat perisai diri yang di dalamnya terdapat unsur sifat diri positif, kebiasaan, kelemahan, impian, dan dukungan dari berbagai pihak. Siswa menuliskan impian berdasarkan pada kondisi dirinya. Menuliskan impian adalah sebuah pengalaman. Terbiasa menuliskan impian bermanfaat bagi siswa untuk memahami tujuan 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang ingin dicapai, sehingga siswa mampu mengarahkan segala tindakannya menuju impiannya. Proses menuliskan impian juga dapat disebut sebagai proses experiencing (mengalami). Peneliti mempersilahkan para siswa untuk mengungkapkan impiannya satu per satu di depan kelas (publishing/proses membagikan). Kemudian peneliti memberikan materi singkat cara membuat mimpi secara “SMART” atau yang dapat dicapai dan realistis. Lalu siswa masuk dalam kelompok kecil untuk berdiskusi (processing/memproses pengalaman) bertukar pendapat apakah mimpi yang telah dituliskan realistis dan dapat dicapai. Peneliti
memberikan
(generalizing/merumuskan cuplikan
film
“Sang
penguatan kesimpulan)
Pemimpi”.
dan
kesimpulan
dengan
memutarkan
Cuplikan
film
tersebut
mengungkapkan bahwa kata-kata memiliki kekuatan yang luar biasa, maka peneliti menyimpulkan bahwa kata-kata dalam impian siswa dapat menggetarkan diri sendiri maupun orang lain jika disusun dengan baik. Setelah kesimpulan, harapannya siswa dapat menerapkan cara menulis dan menegaskan impiannya dengan baik dalam kehidupan nyata (applying/menerapkan). c) Kegiatan Penutup Peneliti memberikan kisah bergambar dengan judul “Menjadi Pemenang Berawal dari Mimpi” sebagai bacaan ringan dan memberikan lembar Self Assesment Scale. Siswa mengisi Self 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Assesment Scale sebagai gambaran hasil bimbingan siklus II dan menuliskan refleksi pribadi. Kemudian peneliti menutup kegiatan dengan doa penutup. 3) Tahap Observasi Observasi perilaku siswa dilakukan oleh mitra kolaboratif yaitu 1 orang rekan peneliti. Observer itu bertugas mengamati dan menuliskan hasil observasi terhadap perilaku siswa selama proses penelitian di dalam kelas berlangsung. Hasil Observasi pada siklus II menunjukkan bahwa keaktivan siswa bertanya, berpendapat dan semangat terlibat meningkat. Siswa juga lebih mendengarkan orang lain yang sedang berbicara. Frekuensi siswa yang mengobrol dengan teman, takut salah dan malu berkurang, tetapi masih ada sekitar 2 siswa yang malu. Siswa lebih dapat kerja sama dan fokus dalam mengikuti bimbingan. Hasil observasi dapat dilihat pada grafik 4.5. 4) Tahap Evaluasi dan Refleksi Tahap ini dilakukan pengolahan data hasil Self Assesment Scale, dan observasi perilaku siswa untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian tindakan siklus selanjutnya. Tahap ini pula peneliti telah melakukan perbaikan siklus I yaitu dengan menambah waktu diskusi. Diskusi berguna untuk mempermudah siswa lebih aktif dalam menyampaikan pendapat, sehingga siswa lebih berani berpendapat.
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data hasil Self Assesment Scale mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki skor berkategori sedang menurun dari 17 siswa (Siklus I) menjadi 12 siswa (Siklus II), siswa dengan skor berkategori tinggi tetap 15 siswa, dan siswa dengan skor berkategori sangat tinggi jumlahnya naik menjadi 7 siswa. Hasil observasi juga mengungkapkan bahwa masih ada siswa yang malu untuk berpendapat, sehingga perlu perbaikan pada siklus III agar semua siswa dapat aktif dan berani. Kondisi itu bagi peneliti sudah cukup baik, akan tetapi peneliti tetap berusaha meningkatkan karakter self leadership siswa pada siklus III. d. Siklus III 1) Tahap Perencanaan Siklus III berlangsung pada Sabtu, 4 Juni 2016 pukul 11.30-14.00 WIB. Aktivitas bimbingan tersebut memerlukan berbagai peralatan. Peneliti menyiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) dan materi layanan bimbingan klasikal dengan topik “Aksiku Menggapai Mimpi (My Action)”, menyiapkan peralatan games outdoor, menyiapkan Self Assesment Scale, lembar observasi dan alat dokumentasi. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan a) Kegiatan Awal Peneliti membuka aktivitas bimbingan dengan salam pembuka yang akrab kepada para siswa dan dilanjutkan dengan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa pembuka. Kemudian, peneliti menjelaskan rencana bimbingan pertemuan ketiga/siklus III kepada 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
para siswa. Aktivitas bimbingan pada siklus III berlangsung di halaman tengah sekolah. Aktivitas bimbingan ini menekankan eksplorasi siswa di sekolah dengan aktivitas mini outbond. Harapannya siswa memiliki pengalaman yang lebih kuat dalam memaknai permainan berbasis experiential learning. b) Kegiatan Inti Aktivitas bimbingan siklus III menekankan pada mini outbond. Aktivitas yang dilakukan adalah permainan “Raih Aku”. Permainan ini berlangsung secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima siswa. Peneliti meminta siswa untuk menuliskan impiannya pada selembar kertas. Setelah itu siswa diminta meletakkan kertas impiannya di sebuah tempat yang tidak boleh diketahui oleh siswa lain. Kemudian siswa membuat lingkaran per kelompok kecil dan kaki setiap siswa diikat menggunakan tali pada kaki siswa lainnya. Setelah diikat, peneliti meminta setiap kelompok untuk mengambil kertas impian setiap anggota kelompok dengan cara apapun tanpa melepaskan ikatan tali yang ada di kaki. Jika setiap kelompok sudah menemukan semua kertas impian, maka siswa dapat melepaskan tali yang ada di kaki dan salah satu anggota menuju ke peneliti untuk meniup balon hingga pecah sebagai simbol bahwa telah sukses meraih mimpi-mimpinya. Permainan itu diikuti oleh siswa dengan sangat antusias dan gembira. Permainan ini merupakan experiencing (Mengalami) 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam model siklus experiential learning sebagai upaya menamkan pada diri siswa bahwa meraih mimpi tidaklah mudah, perlu strategi dan bantuan dari orang lain. Aktivitas selanjutnya adalah siswa membagikan hasil pengalamannya saat bermain “Raih Aku”. Siswa diajak untuk berbagi apa yang dialami, sehingga siswa dapat sukses melakukan permainan tersebut. Aktivitas ini masuk dalam publishing (membagikan pengalaman). Setelah
siswa
berbagi
pengalaman,
bersama
peneliti
memaknai proses permainan yang telah dialami. Siswa saling merefleksikan pengalamannya dengan proses diskusi, processing (Memproses pengalaman). Peneliti mengarahkan siswa pada kesimpulan pengalaman yang dialami. Kemudian Siswa juga mencoba membuat perwujudan tindakan yang akan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. c) Kegiatan Penutup Peneliti memberikan lembar Self Assesment Scale dan Tes Hasil Pendidikan Karakter Self Leadership. Siswa mengisi Self Assesment Scale dan Tes Hasil Pendidikan Karakter Self Leadership sebagai gambaran hasil bimbingan siklus III dan posttest, serta menuliskan refleksi pribadi. Kemudian peneliti menutup kegiatan dengan doa penutup.
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3) Tahap Observasi Observasi perilaku siswa dilakukan oleh mitra kolaboratif yaitu 1 orang rekan peneliti. Observer itu bertugas mengamati dan menuliskan hasil observasi terhadap perilaku siswa selama proses penelitian di dalam kelas berlangsung. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa lebih aktif bertanya, berpendapat, dan gembira mengikuti bimbingan. Siswa dapat membaur satu sama lain dan sangat antusias. Siswa yang malu dan takut salah sudah tidak ada. Kerja sama antarsiswa semakin kuat. Hasil observasi dapat dilihat pada grafik 4.5. 4) Tahap Evaluasi dan Refleksi Tahap ini dilakukan pengolahan data hasil observasi perilaku siswa dan skala minat siswa untuk memperoleh data yang akurat. Hasil evaluasi dan refleksi pada siklus III ini adalah siswa nampak senang dan bersemangat karena topik yang diberikan sangat menarik apalagi dikemasi menggunakan mini outbond. Siswa sangat antusias dan bersemangat, bahkan meminta permainan serupa diadakan kembali. 3. Peningkatan Karakter Self Leadership melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter. Penelitian ini menggunakan Tes Karakter Self Leadership. Data Tes Karakter Self Leadership itu bersumber dari hasil tes sebelum implementasi (pretest) dan tes sesudah implementasi (posttest). Berikut ini disajikan grafik peningkatan karakter self leadership antara pretest dan posttest. 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61.56
62.00
RATA-RATA SKOR
61.00 60.00 59.00 58.00 56.74
57.00 56.00 55.00 54.00
Pre Test
Post Test
Grafik. 4.1. Peningkatan Rata-Rata Skor Karakter Self Leadership Siswa Antara Pretest dan Posttest Grafik 4.1 di atas menunjukkan bahwa Capaian rata-rata skor karakter self leadership jika kita melihat dengan ketentuan O2 – O1, maka capaian ratarata skor siswa mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu naik 4,82 poin. Kemudian penelitian ini juga mendapatkan data distribusi peningkatan karakter self leadership antara sebelum dan sesudah implementasi sebagai berikut. Tabel. 4.1 Distribusi Peningkatan Karakter Self Leadership Antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter Rentang Skor
Pretest
Kategori
Posttest
Selisih
F
%
F
%
F
%
Sangat Tinggi
0
0
0
0
0
0
59-68
Tinggi
15
44%
25
74%
10
29%
43-58
Sedang
19
56%
9
26%
-10
29%
32-42
Rendah
0
0
0
0
0
0
Sangat Rendah
0
0
0
0
0
0
>68
<32
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil tes karakter sefl leadership sebelum tindakan (pretest) capaian skor siswa berkategori 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedang berjumlah 19 siswa atau 56%, sedangkan capaian skor siswa berkategori tinggi berjumlah 15 siswa atau 44%. Hasil tes karakter self leadership sesudah tindakan (posttest) capaian skor siswa berkategori sedang menurun dan jumlahnya menjadi 9 siswa atau 26%, sedangkan capaian skor siswa berkategori tinggi menaik dengan jumlah 25 siswa (74%). Hasil data sebelum dan sesudah tindakan memiliki selisih tiap kategorinya, kategori sedang memiliki selisih (-10) sedangkan kategori tinggi (+10) artinya pada kategori sedang antara sebelum dan sesudah mengalami penurunan jumlah siswa, sedangkan pada kategori tinggi antara sebelum dan sesudah mengalami kenaikan jumlah siswa, maka pendidikan karakter self leadership berhasil meningkatkan karakter self leadership siswa. Selain penyajian data distribusi peningkatan karakter self leadership di atas, penelitian ini juga memperoleh data komposisi sebaran subjek berdasarkan capaian skor pendidikan karakter self leadership antara pretest dan posttest sebagai berikut.
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80 70 63 60
68
67 6565 64 58 59 57
61
68 69 68 64 65 65
56 54 50 52 52 4747 46
51
50
5050 51
65 60
68 69 67 66 61
67 65 656565 59
59 61 5959 53 52 51 50 54
46 48
66 67 64 66 65 64 61 5858 57 53 52 48 45
SKOR
40 30 19 20 12 10 0 -10
11 0 -1 2
6 5
7
11
15 17 14 17 9 8 9
7 0
2 -3
1
2 0
8 10 6
3
1
-5 -6 -7 -7 -9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031323334
-20
SUBJEK Pre Test
Post Test
Selisih
Grafik. 4.2 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Karakter Self Leadership Antara Pretest dan Posttest Grafik 4.2 di atas mengungkapkan bahwa sebagian besar capaian skor karakter self leadership siswa meningkat. 4. Peningkatan Karakter Self Leadership antar Siklus melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning. Berdasarkan perolehan data penelitian kuesioner Self Assesment Scale yang dihimpun setiap akhir siklus dalam implementasi pendidikan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta, peneliti melakukan analisis data menggunakan teknik pengkategorisasian menurut Azwar. Berikut gambaran distribusi peningkatan karakter self leadership pada setiap siklus implementasi pendidikan karakter. 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel. 4.2 Distribusi Peningkatan Karakter Self Leadership pada Setiap Siklus Implementasi Pendidikan Karakter Rentang Skor >68 59-68 43-58 32-42 <32
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Pra Tindakan F % 2 6% 12 35% 16 47% 4 12% 0 0
Siklus I F 2 15 17 0 0
% 6% 44% 50% 0 0
Siklus II
Siklus III
F 7 15 12 0 0
F 10 15 9 0 0
% 21% 44% 35% 0 0
% 29% 44% 26% 0 0
Data distibusi peningkatan karakter self leadership di atas mengungkapkan bahwa mulai pra tindakan hingga siklus III capaian skor siswa dengan kategori sangat tinggi dan tinggi mengalami peningkatan jumlah siswa. Capaian skor siswa mulai pratindakan hingga siklus III dengan kategori sedang dan rendah mengalami penurunan. Kondisi itu menunjukkan bahwa implementasi pendidikan karakter sefl leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dapat ditingkatkan. Peningkatan secara umum dapat dilihat melalui grafik peningkatan capaian rata-rata skor pendidikan karakter self leadership sebagai berikut.
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66.00 64.06 64.00
RATA-RATA SKOR
62.00 62.00 60.00
58.56
58.00 56.26 56.00 54.00 52.00 Pra Tindakan
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Grafik. 4.3 Peningkatan Rata-Rata Skor Karakter Self Leadership Siswa Pada Setiap Siklus Berdasarkan grafik capaian rata-rata skor pendidikan karakter self leadership di atas menunjukkan bahwa mulai pratindakan hingga siklus III capaian rata-rata skor siswa meningkat 5,8 poin. Hal itu membuktikan implementasi pendidikan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning efektif dan dapat meningkatkan karakter self leadership siswa. Adapun komposisi sebaran subjek berdasarkan capaian skor karakter self leadership pada setiap siklus sebagai berikut.
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75 74 73 71 72 71 71 71 71 71 70 70 69 69 69 69 69 69 67 68 69 68 67 65 68 67 66 64 64 66 66 66 66 68 65 63 64 65 65 70 64 63 66 64 66 64 64 63 63 63 63 63 62 62 62 62 61 61 61 62 61 62 61 59 59 61 60 59 59 59 57 58 57 58 59 58 58 57 59 58 57 57 58 57 57 57 57 57 58 56 56 56 58 55 55 60 54 54 55 54 54 54 54 53 53 53 53 53 53 52 51 51 50 50 51 50 51 49 50 48 50 50 40 39 37 36 40
CAPAIAN SKOR SUBJEK
80
30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 SUBJEK Pra Tindakan
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Grafik. 4.4 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Karakter Self Leadership pada Setiap Siklus Setelah mengetahui gambaran capaian skor pendidikan karakter self leadership, peneltian ini perlu menguji signifikansi peningkatan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning agar dapat mengetahui kebermaknaan peningkatan skor sebagai penguat bahwa implementasi pendidikan karakter ini benar-benar efektif.
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Signifikansi Peningkatan Karakter Self Leadership melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning a. Hasil uji T berdasarkan hasil pretest dan posttest Tabel 4.3 Hasil Uji T-Test Peningkatan Karakter Self Leadership Antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter Paired Samples Test Paired Differences
Mean
Pair 1 PreTest PostTest
-4.82353
Std. Deviation
7.41199
Std. Error Mean
1.27115
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-7.40970
-2.23736
t
-3.795
Sig. (2tailed)
df
33
Uji signifikansi dilakukan menggunakan Uji T-Test untuk kelompok dependen (paired sample T-Test). Peneliti menganalisis data pretest dan posttest menggunakan program SPSS 17. Berdasarkan hasil pada tabel Paired Sample Test di atas tampak bahwa rata-rata skor karakter self leadership sebelum dan sesudah tindakan terjadi peningkatan senilai 4.823. Nilai signifikansi (Sig. (2tailed)) yang diperoleh sebesar 0.001 dimana lebih kecil dari batas kritis penelitian 0.05. Nilai signifikansi tersebut menunjukkan Ho ditolak. Artinya secara statistik terdapat peningkatan karakter self leadership secara signifikan melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.
104
.001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Hasil uji T berdasarkan hasil Self Assesment Scale antarsiklus Tabel 4.4 Hasil Uji T-Test Peningkatan Karakter Self Leadership Antarsiklus Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean
Std. Std. Error Deviation Mean
Lower
t
Sig. (2tailed)
df
Upper
Pair 1 Pra – Siklus I
-2.29412
5.96723
1.02337
-4.37618
-.21205
-2.242
33
.032
Pair 2 Pra – Siklus II
-5.73529
6.10171
1.04643
-7.86428
-3.60631
-5.481
33
.000
Pair 3 Pra – Siklus III
-7.79412
7.43366
1.27486
-10.38785
-5.20039
-6.114
33
.000
Pair 4 Siklus I – Siklus II
-3.44118
4.81910
.82647
-5.12264
-1.75971
-4.164
33
.000
Pair 5 Siklus I – Siklus III
-5.50000
5.32717
.91360
-7.35874
-3.64126
-6.020
33
.000
Pair 6 Siklus II – Siklus III -2.05882
3.53289
.60588
-3.29151
-.82614
-3.398
33
.002
Berdasarkan data pada tabel di atas mengungkapkan beberapa kesimpulan berikut. 1) Berdasarkan hasil olah data dengan perhitungan SPSS 17, pada pair1(Pra-SiklusI) diperoleh t = -2.242. p = 0.032 < α =0.05; maka terdapat peningkatan karakter self leadership secara signifikan antara pra siklus dan siklus I melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. 2) Berdasarkan hasil olah data dengan perhitungan SPSS 17, pada pair2(Pra-SiklusII) diperoleh t = -5.481. p = 0.000 < α =0.05; maka terdapat peningkatan karakter self leadership secara signifikan antara pra siklus dan siklus II melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning.
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3) Berdasarkan hasil olah data dengan perhitungan SPSS 17, pada pair3(Pra-SiklusIII) diperoleh t = -6.114. p = 0.000 < α =0.05; maka terdapat peningkatan karakter self leadership secara signifikan antara pra siklus dan siklus III melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. 4) Berdasarkan hasil olah data dengan perhitungan SPSS 17, pada pair4(SiklusI-SiklusII) diperoleh t = -4.164. p = 0.000 < α =0.05; maka terdapat peningkatan karakter self leadership secara signifikan antara siklus I dan siklus II melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. 5) Berdasarkan hasil olah data dengan perhitungan SPSS 17, pada pair5(SiklusI-SiklusIII) diperoleh t = -6.020. p = 0.000 < α =0.05; maka terdapat peningkatan karakter self leadership secara signifikan antara siklus I dan siklus III melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. 6) Berdasarkan hasil olah data dengan perhitungan SPSS 17, pada pair6(SiklusII-SiklusIII) diperoleh t = -3.398. p = 0.002 < α =0.05; maka terdapat peningkatan karakter self leadership secara signifikan antara siklus II dan siklus III melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning.
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Efektivitas Pendidikan Karakter Self Leadership melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning Menurut Penilaian Siswa. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian terhadap implementasi pendidikan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. Penilaian itu menggunakan kuesioner validasi efektivitas model pendidikan karakter yang dibuat oleh Tim Peneliti Stranas. Hasil penilaian menurut siswa disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.5 Efektivitas Hasil Pendidikan Karakter Self Leadership Menurut Penilaian Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Dalam kegiatan bimbingan karakter ini, saya mengalami/memperoleh/merasa: Semangat untuk mengikuti kegiatan Keberanian untuk tampil/melakukan sesuatu Gembira/senang dalam melaksanakan kegiatan Berani berpendapat Lebih Kreatif Berani mencoba melakukan sesuatu Takut salah dalam melakukan permainan Malu dalam permainan kelompok Dihargai oleh teman-teman Tertarik untuk mengikuti semua kegiatan Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan Manfaat bagi perbaikan perilaku Kemudahan bagi siswa dalam mengangkap materi Keinginan untuk menolong orang lain Puas terhadap bimbingan yang diberikan Tertantang utuk mencoba Capek/lelah/bosan dalam mengikuti semua kegiatan Berkesan terhadap kegiatan yang diikuti Terdorong untuk terlibat aktif Berani bertanggungjawab Menghargai teman 107
Ya
Persentase
34 34 34 34 34 34 4 1 32 33 31 34 33 34 34 34 3 34 32 34 34
100% 100% 100% 100% 100% 100% 12% 3% 94% 97% 91% 100% 97% 100% 100% 100% 9% 100% 94% 100% 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kesediaan bekerja sama/kekompakan tim Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang Membangun kepedulian/kesetiakawanan Peningkatan keingintahuan siswa Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri mendorong siswa lebih disiplin Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat
34 34 34 34 34 33 34 34 34
100% 100% 100% 100% 100% 97% 100% 100% 100%
Keterangan: item nomor 7, 8, dan 17 merupakan item negatif Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa siswa (100%) memilih “ya” pada 21 item validasi penilaian model pendidikan karakter tersebut. Hasil penilaian itu menegaskan bahwa siswa benar-benar mengalami pernyataan-pernyataan pada item berwarna putih saat implementasi pendidikan karakter berlangsung. Peneliti menyimpulkan implementasi model pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning efektif digunakan untuk meningkatkan karakter self leadership. 6.
Hasil Observasi Peneliti meminta dua orang mitra kolaboratif sebagai observer untuk mengobservasi perilaku siswa selama implementasi pendidikan karakter. Hasil observasi perilaku siswa tersebut kemudian dihitung dan dianalisis. Hasil analisis antarsiklus digunakan untuk melihat perkembangan perilaku siswa selama diberi tindakan. Berikut ini disajikan grafik observasi perkembangan perilaku siswa selama penelitian berlangsung.
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50 45 45 40 40 35 35 30 3030 30 30 2830 30 30 25 25 22 25 20 20 2020 20 20 20 20 20 15 111310 1012 15 8 10 54 42 4 2 5 0 00 0 0
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Grafik 4.5 Hasil Observasi Perilaku Siswa Setiap Siklus 7.
Hasil Wawancara Peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur terhadap guru dan dua siswa setelah kegiatan implementasi pendidikan karakter berakhir. Hasil wawancara sebagai berikut. a. Guru Bimbingan dan Konseling (Dra. Sukami) Implementasi pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning sangat menarik dan kreatif. Biasanya pendidikan karakter diimplementasikan bersamaan dengan proses pembelajaran di setiap mata pelajaran. Proses pendidikan karakter itu tidak berjalan karena guru mata pelajaran lebih memfokuskan pada materi mata pelajaran. Berbeda dengan implementasi pendidikan karakter ini mengajak guru dan siswa untuk beraktivitas, tidak hanya sekadar belajar materi. Ada permainan, berbagi pengalaman, dan refleksi sangat membantu siswa memahami topik bimbingan yang diberikan. Siswa juga bersemangat dan antusias mengikuti bimbingan. Beberapa siswa selalu menanti kedatangan peneliti untuk melaksanakan bimbingan di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Saya juga mengamati beberapa siswa yang mulanya pendiam dan sulit bersosialisasi, saat bimbingan mulai berbaur dan bisa tertawa juga. Hal itu sungguh luar biasa bagi saya dan tentunga para siswa di sini. Harapannya, 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saya dapat menerapkan model pendidikan karakter ini setelah penelitian ini dilakukan. b. Siswa 1 (Dimensi Nyanyian Gravitasi) Saya merasa senang dapat mengikuti bimbingan kali ini. Bimbingannya sangat seru dan menarik, tidak seperti bimbingan biasanya gak ada gamesnya. Pokoknya saya jadi bersemangat dan bisa bersama teman-teman. Saya juga semakin tahu kelebihan saya, saya semakin memantabkan impian saya untuk jadi pengusaha yang melayani Tuhan dan saya akan lebih berjuan untuk mewujudkan impian-impian atau tujuan hidup dengan berdoa dan mulai menyusun langkah-langkah untuk mencapai impian saya.
c. Siswa 2 (Devy Krisnawati) Bimbingannya asyik, banyak main games dan nonton film. Saya juga semakin mengerti diri saya. Saya ingin jadi desainer hebat, tentunya saya akan berjuang untuk meraih itu. Semakin self leadership saya kuat, maka saya bisa meeraih cita-cita saya dengan mengelola kegiatan dengan baik dan tidak mudah terpengaruh dengan hal negatif yang tidak mendukung ke arah cita-cita saya.
B. Pembahasan Peningkatan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning terlaksana sesuai perencanaan. Penelitian tindakan yang terdiri dari tiga siklus, menghasilkan beragam data tentang kondisi nyata siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Beragam data telah dirangkum pada hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Data tersebut menjadi tolok ukur keberhasilan dalam penelitian tindakan ini. Implementasi pendidikan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning (desain penelitian 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tindakan bimbingan dan konseling) berhasil terlaksana sangat efektif. Hasil penelitian tindakan ini mengungkapkan adanya peningkatan secara signifikan karakter self leadership siswa antara sebelum dan sesudah tindakan, serta ada peningkatan antarsiklus. Capaian karakter self leadership siswa sebelum dilakukan tindakan menunjukkan bahwa 15 siswa berada pada kategori tinggi, tetapi ada pula siswa dengan kategori sedang berjumlah 15 siswa. Peningkatan jumlah siswa berkategori tinggi sesudah dilaksanakan tindakan sangat menggembirakan. Ada sejumlah 25 siswa berada pada kategori tinggi bertambah 10 siswa, sedangkan 9 siswa berada pada kategori sedang berkurang 10 siswa. Secara keseluruhan ada peningkatan karakter self leadership pada siswa yang dilihat melalui rata-rata perolehan skor Tes Karakter Self Leadership pada saat sebelum dan sesudah tindakan megalami peningkatan 4,82 poin dimana rata-rata total skor pada pretest 56,74 dan posttest 61.56. Selain itu, kefeektifan implementasi pendidikan karakter dibuktikan dengan hasil penilaian siswa yang menyatakan bahwa siswa merasa sangat antusias, bergembira, lebih bersemangat, mampu memupuk kerjasama tim, mampu peduli terhadap teman, dan sangat terbantu dengan kegiatan implementasi pendidikan karakter ini. Keberhasilan implementasi pendidikan karakter self leadership digerakkan oleh upaya mengaplikasikan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. Bimbingan klasikal merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok besar/kelas (Nurihsan, 2011), sehingga 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
layanan ini memberikan manfaat bagi siswa untuk saling berinteraksi dan berbagi pengalaman secara berkelompok. Bimbingan klasikal pada hakikatnya memiliki fokus perhatian pada terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, dan nilai-nilai pada siswa. Oleh sebab itu bimbingan klasikal sangat efektif dan efisien untuk meningkatkan karakter self leadership siswa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah experiential learning. Pendekatan khas experiential learning sangat bermanfaaat bagi pembentukan karakter siswa. Proses yang dilakukan dalam pendekatan experiential learning dapat mengarahkan siswa untuk mendapatkan pengalaman lebih banyak melalui keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingkan bila mereka hanya membaca suatu materi atau konsep. Pada akhirnya siswa memiliki tabungan pengalaman belajar secara nyata, yang telah diterapkan langsung dalam dirinya (Rogers, 1969). Penggunaan media permainan (games) menjadi kekhasan dalam layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. Bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning yang lebih mengedepankan simulai permainan menyebabkan siswa terlibat aktif dan kreatif dalam berdinamika bersama. Setiap siklus dalam penelitian ini menggunakan permainan sebagai salah satu cara agar siswa learning by doing dan mampu memaknai setiap permainan untuk diwujudkan dalam kehidupan nyata. Tindakan pada siklus I topik “Mengenal Diri (My Self) bertujuan agar siswa mampu memahami apa yang ada dalam pribadi masing-masing. Pemahaman diri mencakup evaluasi atau penilaian tentang nilai-nilai yang 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dianutnya, kelemahan dan kelebihannya, minat dan tujuan hidupnya (Connor dalam Musaheri, 2014). Siklus I menggunakan permainan “Angin Bertiup”. Permainan itu bertujuan untuk melatih siswa agar mampu melihat, mengenal, dan menyadari keadaan diri baik yang tampak maupun tidak tampak. Kemudian siswa juga diberikan lembar kerja untuk menuliskan apa kelemahan dan kelebihan yang dimiliki pribadi masing-masing. Siswa juga mendapatkan hal-hal positif tentang diri melalui teman-teman dengan media lembar inventori hal positif diri. Siswa juga diajak berefleksi dari cuplikan video “Dove Real Beauty”. Siswa merefleksikan bahwa kadang seseorang melihat dirinya secara negatif, padahal orang lain memandang secara positif. Lembar kerja individu dan menonton cuplikan video juga bagian dari media dalam pendekatan experiential learning. Hasil Self Assesment Scale Karakter Self Leadership siklus I pada siswa menunjukkan ada 17 siswa berada pada kategori sedang, bertambah 1 siswa dari hasil pra tindakan sejumlah 16 siswa. Siswa yang berkategori tinggi berjumlah 15 siswa bertambah 3 siswa dari hasil pra tindakan sejumlah 12 siswa. Siswa yang berkategori sangat tinggi tetap berjumlah 2 siswa sama dengan hasil pra tindakan sejumlah 2 siswa. Siswa yang berkategori rendah berjumlah 0 siswa, berkurang 4 siswa dari hasil pra tindakan sejumlah 4 siswa. Tindakan pada siklus II topik “Menegaskan Mimpi (My Dream) menekankan siswa mampu merumuskan mimpi-mimpi/cita-citanya dan cara meraihnya (perencanaan), sehingga siswa memiliki tujuan hidup yang ingin diraihnya. Pada siklus II ini siswa diajak untuk menuliskan mimpi/cita-cita 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara pribadi dengan teknik latihan individual dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi, satu sama lain dengan siswa lain dalam upaya membuat rumusan mimpi yang “SMART”. Hasilnya para siswa mampu membuat rumusan mimpi-mimpi sesuai dengan keadan diri masing-masing. Mimpi-mimpi
itu
akan
diraih
oleh
para
siswa
dengan
membuat
strategi/rencana/kegiataan yang mendukung mewujudkan mimpi. Hasil Self Assesment Scale Karakter Self Leadership siklus II pada siswa menunjukkan ada 12 siswa berada pada kategori sedang. Siswa yang berkategori tinggi berjumlah 15 siswa. Siswa yang berkategori sangat tinggi meningkat berjumlah 7. Tindakan pada siklus III topik “Aksiku Menggapai Mimpi” lebih menekankan siswa mampu membuat strategi dan mensimulasikan melalui permainan mini outbond dengan judul permainan “Raih Aku”. Permainan berlangsung secara berkelompok. Pada siklus III peneliti berupaya menanamkan pada diri siswa bahwa meraih mimpi tidaklah mudah, perlu strategi dan bantuan dari orang lain. Perkembangan peningkatan karakter self leadership pada siklus III sangat terasa. Hasil Self Assesment Scale Karakter Self Leadership siklus II pada siswa menunjukkan ada 9 siswa berada pada kategori sedang. Siswa yang berkategori tinggi berjumlah 15 siswa. Siswa yang berkategori sangat tinggi meningkat menjadi 10 siswa. Tentunya hal tersebut sangat baik karena terbukti bahwa layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dapat sungguh meningkatkan karakter self leadership siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perlu diketahui juga keberhasilan peningkatan karakter self leadership tidak lepas dari kekuatan aktivitas inti pendekatan experiential learning yaitu refleksi dan sharing (Supratiknya, 2011). Setiap siklus tindakan, siswa diajak merefleksikan dan membagikan (sharing) pengalaman yang telah didapatkan. Siswa memaknai pengalaman yang didapatkan secara pribadi dan membagikan hasil pemaknaan itu kepada siswa lainnya. Peningkatan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning sangat bermanfaat bagi penyelesaian tugas perkembangan siswa (remaja). Siswa yang memiliki sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua dapat belajar untuk menjadi tidak bergantung pada orang tua dan orang lain (independence). Keberhasilan peningkatan karakter self leadership siswa didukung oleh aktivitas khas pendekatan experiential learning yaitu refleksi dan diskusi kelompok. Refleksi dan diskusi kelompok menjadikan siswa semakin mampu mengetahui dan menerima kemampuan diri, serta memperkuat penguasaan diri atas dasar norma. Pikiran siswa (remaja) menjangkau jauh ke masa depan, mengenai pilihan bidang pekerjaan, pilihan calon istri atau suami, dan bentuk kehidupan masyarakat lainnya (Gunarsa, 2008), sehingga pendidikan karakter self leadership sangat penting untuk mendukung kesiapan siswa untuk memasuki masa dewasa yang serba mandiri. Siswa yang memiliki karakter self leadership juga semakin mampu untuk berperilaku positif sesuai dengan tujuan hidup yang dibuatnya, memiliki arah hidup, dan menjadi pribadi yang berkembang secara optimal. 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP Bab ini menguraikan kesimpulan, keterbatasan, dan saran berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa: 1. Karakter self leadership dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Peningkatan itu dibuktikan dengan hasil tes karakter self leadership antara pretest dan posttest yang mengalami peningkatan. 2. Profil capaian karakter self leadership siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 mengalami perubahan dengan grafik meningkat pada setiap siklus. 3. a. Ada peningkatan karakter self leadership secara signifikan pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. b. Ada peningkatan karakter self leadership secara signifikan (pv=0,000) antarsiklus pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning.
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 menilai bahwa implementasi pendidikan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning sangat efektif. B. Keterbatasan Penelitian Penelitian bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta memiliki keterbatasan diantaranya: 1. Pelaksanaan penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini kurang lengkap yakni tidak adanya tahap wawancara pada setiap akhir siklus. Wawancara hanya dilakukan setelah berakhirnya siklus III atau saat berakhirnya penelitian ini. 2. Instrumen observasi belum mencerminkan aspek-aspek karakter self leadership, peneliti sebatas mengamati dari segi keterlibatan siswa dalam pelaksanaan penelitian tindakan bimbingan dan konseling. C. Saran Berikut merupakan beberapa saran yang dapat peneliti uraikan untuk mengoptimalkan dan meningkatkan keefektivitasan pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di sekolah. 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Penelitian yang terlaksana di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dalam tujuan meningkatkan karakter self leadership siswa kelas VIII A terbukti efektif. Para siswa pun masih memiliki potensi dan kesempatan untuk 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meningkatkan karakter self leadership. Oleh karena itu, siswa tetap membutuhkan bimbingan dalam hal meningkatkan karakter self leadership dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti menganjurkan kepada guru bimbingan dan konseling untuk melanjutkan implementasi pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter self leadership siswa. Guru bimbingan dan konseling pun dapat mengajak guru mata pelajaran untuk berkolaborasi, terlibat bersama dalam impelementasi pendidikan karakter ini mulai dari menyusun program, implementasi program hingga evaluasi dan refleksi program pendidikan karakter. 2. Bagi Peneliti lain Penelitian ini perlu pengembangan kemasan permainan yang lebih kreatif dan menarik, sehingga cerminan pendekatan experiential learning lebih optimal.
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Artantiani, Dwi Ayu. (2016). Tawuran Pelajar di Cirebon Rusak Truk Gandeng. [Tersedia: http://www.news.okezone.com] diakses tanggal 5 September 2016. Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baharuddin., Esa Nur Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Barus, Gendon. (2015). Menakar Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP. Cakrawala Pendidikan, Juni 2015, Th XXXIV No. 2. BKKBN. (2014). Remaja Pelaku Seks Bebas Meningkat. http://www.bkkbn.go.id] diakses tanggal 5 September 2016).
[Tersedia:
Buchori, Mochtar. (2007). Character Building dan Pendidikan Kita. [Tersedia: http://www.kompas.co.id] Diakses tanggal 27 Mei 2016. Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. (2004). Bimbingan dan Konseling. Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Ditjen GTK. (2016). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Kemendikbud Ditjen GTK. Farozin, Muh. (2012). Pengembangan Model Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP. Cakrawala Pendidikan, Februari 2012, Th. XXXI No 1. Faure, Edgar. (1972). Learning to be: The World of Education Today and Tomorrow. Paris: UNESCO. Ferri, Rendika. (2016). 17 Pelajar Tertangkap Membolos di Jam Sekolah. [Tersedia: http://www.jogja.tribunnews.com] Diakses tanggal 6 September 2016. Garger, J., & Jacques, P. (2007). Self Leadership and Academics Performance. Academic Exchange, Summer, 230-235. 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Guilford, J.P. (1973). Fundamental Statistics ini Psychology and Education. New York: Mc Graw-Hill Book Co.Inc. Gunarsa, Singgih D., Yulia Singgih D.G. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta; BPK Gunung Mulia. Herbert, A., Stephen, K., Robin, M., & Ortrun, Z. (2002). The Concept of Action Research The Learning Organization. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs. Hidayat, Dede Rahmat., Badrujaman, Aip. (2012). Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Indeks. Hopkins, David. 2008. A Teacher’s Guide to Classroom Research Fourth Edition. England: Open University Press. Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Kemendikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Kemendikbud. (2016). Sambutan Menteri Pendidikan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 71. Jakarta: Kemendikbud. Kemendiknas. (2010). Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Koesoema A, Doni. (2007). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Kolb, David A. (1984). Experiential Learning. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs. Lazar, Pricillia Eka D.S. (2016). Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential learning. Skripsi, tidak diterbitkan, USD, Yogyakarta. Lickona, Thomas. (2013). Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media. LKPP, Universitas Hasanudin. (2007). Panduan Penerapan Model Pemebelajaran Experiential Learning. Makassar: Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan, Universitas Hasanudin. 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Marzuki. (2011). Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah. Makalah. FIS Universitas Negeri Yogyakarta. Musaheri. (2014). Self Leadership: Motor Penggerak Kepemimpinan Mutu Pendidikan. Journal Pelopor Pendidikan. Vol 6 No. 2, 79-84. Nasution. (2005). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Neck, C. P., & Houghton, J. D. (2006). Two decades of self-leadership theory and research. Journal Managerial Psychology Vol 21 No.4, 270-295. Nurgiyantoro, Burhan., dkk. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nurihsan, Achmad Juntika. (2014). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama. Rachmawati, Ira. (2016). Buwas, Pengguna Narkoba di Indonesia Meningkat hingga 5,9 Juta Orang. [Tersedia: http://www.kompas.com] diakses tanggal 5 September 2016. Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Robbins, SP. (2006). Perilaku Organisasi Kontroversi, Aplikasi, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 2. Jakarta: PT. Prehallindo. Rogers, Carl R. (1969). Freedom to Learn. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company. Romlah, Tatiek. (2006). Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Malang. Rowley, W.J. (2005). Comprehensive Guidance and Counseling Programs‘ Use of Guidance Curricula Materials: A Survey of National Trends. Professional School Counseling, 8 (3), 256-263, Apr, 2005. Ryan, R.M., & Deci , E.L. (2000). Self Determination Theory and the Facilitation of Intrinsic Motivation, Social Development, and Well-Being. American Psychologist, 55, 68-78. Samani, Muchlas., Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana Prenada Media Group. 121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Santrock, John W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Erlangga. Suciati. (2005). PEKERTI. Mengajar di Perguruan Tinggi. Buku 1.07. Taksonomi Tujuan Instruksional. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Supratiknya, A. (2011). Merancang Program dan Modul Psikoedukasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Suyanto. (2011). Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP, Ditjenmandikdasmen. Wibowo, Agus. (2012). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wibowo, Agus. (2013). Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Winkel, WS., & Hastuti, Sri. (2004) Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi. Zubaedi. (2012). Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1 SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
DIRIKU (MY SELF) A. RANCANGAN PELAYANAN BIMBINGAN No 1. 2.
Pokok Bahasan Tugas Perkembangan
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Bidang Bimbingan Jenis layanan Fungsi bimbingan Sasaran Layanan Standar kompetensi Kompetensi Dasar
9.
Indikator
10. Materi
11. Metode 12. 13. 14. 15. 16.
Waktu Tempat Media Prosedur Penilaian
K e t e r a n g a n 3 M (Mengenal, Memahami dan Menerima) Diri Menyadari kekurangan dan kelebihan, serta potensi yang ada dalam diri Bimbingan pribadi Bimbingan klasikal Pemahaman dan pengembangan Siswa SMP Kelas VIII Siswa mampu membangun konsep diri yang positif Agar siswa dapat menyadari kekurangan dan kelebihan serta potensi yang ada dalam diri a. Siswa dapat menyebutkan kekurangan dan kelebihan dalam dirinya. b. Siswa dapat menyebutkan potensi yang ada dalam dirinya c. Siswa dapat mengenal, memahami dan menerima dirinya secara positif d. Siswa dapat membangun konsep diri yang positif a. Mengenal kekurangan dan kelebihan yang dimiliki b. Pentingnya mengetahui potensi diri c. Menonton video “Berjuang Meski Terbatas” d. Membangun konsep diri yang positif Permainan, dinamika kelompok, menonton video, ceramah singkat 60 menit Ruang kelas atau aula Modul, lembar kerja, LCD, Laptop, speaker Skenario kegiatan pelayanan terlampir a. Pernyataan hasil belajar siswa (hasil refleksi) b. Inventori self assesment siswa 123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17. Rencana Tindak lanjut Disesuaikan dengan kebijakan guru BK 18. Sumber Budisantoso, Nugroho., dkk. 2014. Buku Panduan Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa 2014 Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Widianingsih, Nunung. 2015. Pemahaman Diri. [diakses pada Minggu, 8 Mei 2016 pada: https://spiritkonselingbk.wordpress.com/2015/03/23/pemaham an-diri/] Depdiknas.2007.Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.Jakarta.
B. SKENARIO KEGIATAN PELAYANAN NO KEGIATAN 1. Pembuka Salam
Pengantar Bimbingan
2.
Inti Permainan dinamika kelompok
Refleksi dan sharing mengenai permainan
GURU
SISWA
Memberikan salam atau sapaan yang semangat dan akrab kepada siswa Memberikan pengantar singkat tentang kegiatan bimbingan dan penjelasan tujuan kegiatan bimbingan yang diadakan
WAKTU 5 menit
Menjawab salam saat guru memberi salam atau sapaan yang semangat dan akrab kepada siswa Mendengarkan pengantar singkat tentang kegiatan bimbingan dan penjelasan tujuan kegiatan bimbingan yang diadakan 10 menit
Mengajak siswa bermain “Angin Bertiup” (Aturan permainan terlampir)
Memberikan pertanyaanpertanyaan refleksi atas isi muatan karakter permainan tersebut secara lisan
124
Membuat satu lingkaran besar dan memberikan satu tanda (sepatu atau benda lain) sebagagai tanda posisi berdiri siswa Memaknai permainan tersebut, dengan menjawab pertanyaanpertanyaan refleksi atas isi muatan karakter permainan tersebut secara lisan
5 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kerja siswa I: Menulis Kekurangan dan kelebihan Review Kerja siswa I
Kerja siswa II: Menggali potensi diri Review kerja siswa II Menonton video singkat
Penyajian materi
3.
Penutup Merefleksikan kegiatan yang diikuti
Kesimpulan dan penutup Durasi
Memberikan selembar kertas kosong pada siswa. Lembaran kertas digunakan untuk menuliskan kekurangan dan kelebihan siswa Memberikan umpan balik pada pekerjaan siswa terkait dengan menulis kekurangan dan kelebihan diri Meminta siswa menyadari potensi dirinya (bakat dan minat) merujuk pada kelebihan diri Memberikan umpan balik terkait dengan potensi yang dimiliki Melihat video singkat “Berjuang Meski Terbatas”” (Refleksi dilakukan bersamaan dengan penyajian materi) Menyampaikan materi mengenai “Belajar Menghargai Diri dengan Apa yang Kita Miliki”
Menuliskan kekurangan dan 5 menit kelebihan pada selembar kertas yang dibagikan oleh guru Mendengarkan dan berdiskusi terhadap hasil menulis kekurangan dan kelebihan diri Menuliskan potensi diri merujuk pada kelebihan diri siswa
5 menit
Mendengarkan dan menjawab pertanyaan dari guru Menonton video yang diputarkan oleh pembimbing tentang konsep diri Menyimak dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru tentang “Belajar Menghargai Diri dengan Apa yang Kita Miliki”
5 menit
5 menit
3 menit
8 menit
5 menit Membagikan lembar refleksi untuk siswa
Menyampaikan kesimpulan kegiatan bimbingan dari awal hingga akhir yang disampaikan dan mengakhiri kegiatan bimbingan
Menuliskan hasil belajar/refleksi setelah mengikuti bimbingan (dapat dilakukan secara tertulis atau secara lisan dengan menunjuk beberapa siswa) Mendengarkan kesimpulan kegiatan bimbingan dari awal hingga akhir yang disampaikan guru
4 menit
Durasi 60 menit 125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. DESKRIPSI DINAMIKA KELOMPOK
AYO BERMAIN! ANGIN BERTIUP
1. Ajak siswa untuk bermain permainan ini, cari tempat yang luas. 2. Mintalah siswa untuk meletakkan salah satu di depannya sebagai tanda posisi awal siswa. 3. Tunjuk seorang siswa untuk berdiri di depan sebagai instruktor dan wasit permainan. 4. Instruktur berkata,“angin bertiup”. Lalu pemain membalas dengan pertanyaan, “ bertiup
kemana?”, dan instruktur pun menjawab dengan menyebutkan salah satu ciri dari pemain, “bertiup ke anak yang memakai baju berwarna merah”. 5. Maka pemain yang ciri-cirinya disebutkan oleh instruktor harus berpindah tempat
dengan pemain yang memiliki ciri yang sama. 6. Bagi pemain yang terlambat, dia akan gugur dan mendapatkan hukuman.
MENONTON VIDEO Menonton video tentang Konsep Diri yang Positif Link download: https://www.youtube.com/watch?v=litXW91UauE
Setelah siswa menonton video, siswa memaknai isi video tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan. (Lihat panduan pertanyaan di lembar evaluasi)
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. HANDOUT/MATERI LAYANAN
BELAJAR MENGHARGAI DIRI DENGAN APA YANG KITA MILIKI Konsep diri dapat diartikan sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri dibagi menjadi dua yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif. KONSEP DIRI NEGATIF Meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak memiliki kemampuan, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan tidak semangat untuk menjalani hidup. Ciri-ciri seseorang yang memiliki konsep diri negatif adalah sebagai berikut. Tidak yakin terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya.
Ia
tidak
melihat
tantangan
sebagai
kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Mudah menyerah sebelum mencoba dan jika gagal, akan menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain.
KONSEP DIRI POSITIF Orang yang memiliki konsep diri positif akan optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Ciri-ciri seseorang yang memiliki konsep diri positif adalah Mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
CARA MENGHARGAI DIRI SENDIRI Kenali Diri Sendiri Mengenali diri merupakan sebuah proses yang menuntut kejujuran kita dalam melihat dan menilai diri seperti apa. Hanya dengan kejujuran inilah kita bisa mengetahui kelebihan kita dan hal-hal dalam diri kita yang masih perlu kita perbaiki ataupun dikembangkan. Dengan mengenal diri kita dengan baik, kita bisa memilih cara terbaik untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain, kita bisa memahami kekuatan kita yang bisa kita “bagikan” kepada orang lain dan kita juga bisa memahami apa yang bisa kita pelajari dari orang lain.
Menghargai Diri sebagai Ciptaan Tuhan Menghargai diri sebagai ciptaan Tuhan membuat kita tetap rendah hati walaupun telah diberi kesempatan menikmati banyak kesuksesan. Menghargai diri sebagai ciptaan Tuhan juga dapat membuat kita menerima kelemahan kita. Semua ciptaan Tuhan adalah sempurna. Kita tidak perlu meratapi diri dalam menghadapi kelemahan yang tidak bisa diperbaiki. Kelemahan ini membuat kita mendapat kesempatan melihat hal-hal lain yang bisa kita lakukan bukan terpaku pada hal-hal yang tidak bisa kita lakukan lagi. Sadari Bahwa Kita Unik Yakinlah bahwa diri kita adalah unik dan tidak ada yang bisa menyamai keunikan kita. Dari jumlah manusia yang begitu banyak , tidak ada yang seperti kita sebelum kita hadir di dunia ini, dan tidak ada yang seperti kita pada saat kita ada didunia ini, lebih lagi di masa akan datang tidak akan ada yang bergerak, berbicara dan berpikir sama persis seperti kita. Atasi Kelemahan yang Kita Miliki Langkah yang satu ini sering kali sulit kita lakukan. Kita seringkali tidak mau mengakui kelemahan kita. Kita sering kali mengandalkan penilaian orang lain semata terhadap
kelemahan kita. Padahal sebenarnya jika kita jujur, kitalah orang yang seharusnya lebih tahu kelemahan kita sendiri. Jika kita jujur, kita mungkin mendapatkan bahwa kelemahan kita mungkin saja bukan kelemahan, tetapi kesalahan yang kita lakukan: kebiasaan buruk (misalnya: kebiasaan menunda pekerjaan, sikap negatif (misalnya: lupa berterima kasih pada orang-orang yang telah banyak membantu, iri terhadap orang lain). 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kembangkan Diri Kita
Setelah kita mampu mengetahui kelemahan dan kekuatan kita, kita perlu mengembangkan diri kita agar menjadi lebih baik. Kita mengembangkan diri kita misalnya dengan aktif mengikuti kegiatan yang positif dan tidak mudah putus asa. Sumber : Budisantoso, Nugroho., dkk. 2014. Buku Panduan Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa 2014 Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
E. EVALUASI
1. Panduan Pertanyaan Kegiatan
NO 1.
2.
KEGIATAN Setelah bermain permainan “Angin bertiup”
1. 2. 3.
PERTANYAAN Menurut kamu, apa yang kamu alami dan rasakan saat bermain angin bertiup tadi? Apa makna dari permainan angin bertiup? Jika dikaitkan dengan kehidupan, sehari-hari apa yang dapat kamu petik dari permainan tadi?
Refleksi PERNYATAAN HASIL BELAJAR
Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan hari ini, saya menjadi tahu bahwa: ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________
NIATKU Setelah aku mengikuti bimbingan dengan tema “Potret Diri” aku akan: ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________
“Kenali, pahami dan terimalah129kekurangan dan kelebihanmu sebagai wujud kekuatan untuk meraih impianmu”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MENEGASKAN MIMPIKU (MY DREAM) B. RANCANGAN PELAYANAN BIMBINGAN No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
K e t e r a n g a n Pokok Bahasan Menegaskan Impian Tugas Perkembangan Menyadari impian-impian yang ingin diraih Bidang Bimbingan Bimbingan pribadi Jenis layanan Bimbingan klasikal Fungsi bimbingan Pemahaman dan pengembangan Sasaran Layanan Siswa SMP Kelas VIII Standar kompetensi Siswa mampu menuliskan dan menegaskan impiannya Kompetensi Dasar Agar siswa dapat memiliki self direction dalam hidupnya Indikator e. Siswa mampu menyadari pentingnya memiliki impian hidup. f. Siswa mampu menuliskan impian hidup. g. Siswa mampu membuat langkah-langkah konkrit demi mencapai impian hidup. Materi e. I Have a dream f. Tips Menuliskan Mimpi dengan SMART Metode Permainan, dinamika kelompok, menonton video, ceramah singkat Waktu 60 menit Tempat Ruang kelas atau Aula Media Modul, lembar kerja, LCD, Laptop, speaker Prosedur Skenario kegiatan pelayanan terlampir Penilaian c. Pernyataan hasil belajar siswa (hasil refleksi) d. Inventori self assesment siswa Rencana Tindak lanjut Disesuaikan dengan kebijakan guru BK Sumber 1. Covey,Sean. 2001. The 7 Habits of Highly Effective Teens. Jakarta: Binarupa Aksara 2. Kuntoro Adi, dan tim penyusun. 2013. Buku Panduan Peserta Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa. Yogyakarta: Penerbit Sanata Dharma.
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. SKENARIO KEGIATAN PELAYANAN
NO KEGIATAN 1. Pembuka Salam
Pengantar Bimbingan
2.
Inti Review materi “Potret Diri”
Menonton video singkat
Menuliskan Impian
Sharing Impian
Menuliskan Langkah Konkrit untuk meraih Mimpi
GURU
SISWA
Memberikan salam atau sapaan yang semangat dan akrab kepada siswa Memberikan pengantar singkat tentang kegiatan bimbingan dan penjelasan tujuan kegiatan bimbingan yang diadakan
WAKTU 3 menit
Menjawab salam saat guru memberi salam atau sapaan yang semangat dan akrab kepada siswa Mendengarkan pengantar singkat tentang kegiatan bimbingan dan penjelasan tujuan kegiatan bimbingan yang diadakan 5 menit
Mengajak siswa untuk mereview materi “My Self” untuk Bridging ke materi “Menegaskan Mimpiku” Melihat Cuplikan Film “Sang Pemimpi”. Setelah menonton, guru mengajak siswa untuk memaknai cuplikan film itu. Memberikan materi tentang I Have a Dream dan tips menuliskan impian dengan SMART (materi terlampir). Selanjutnya guru mengajak siswa untuk memulai menuliskan impiannya. Mengajak siswa untuk mengungkapkan impian yang sudah dituliskan kepada siswa lainnya. Memberikan lembar kerja data kegiatan yang dilakukan siswa untuk meraih mimpi. 132
Mereview materi “Potret Diri” agar terbantu untuk masuk ke materi “Menegaskan Mimpi” Menonton cuplikan film yang diputarkan oleh pembimbing tentang Impian. Setalah itu siswa memaknai cuplikan film itu. Mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dan menuliskan impian masingmasing siswa dengan SMART.
Secara bergantian mengungkapkan impian yang sudah dituliskan di depan kelas. Mengisi daftar kegiatan konkrit
10 menit
15 menit
10 menit
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
Penutup Merefleksikan kegiatan yang diikuti
Kesimpulan dan penutup Durasi
5 menit Membagikan lembar refleksi untuk siswa
Menyampaikan kesimpulan kegiatan bimbingan dari awal hingga akhir yang disampaikan dan mengakhiri kegiatan bimbingan
Menuliskan hasil belajar/refleksi setelah mengikuti bimbingan (dapat dilakukan secara tertulis atau secara lisan dengan menunjuk beberapa siswa) Mendengarkan kesimpulan 2 menit kegiatan bimbingan dari awal hingga akhir yang disampaikan guru Durasi 60 menit
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. DESKRIPSI DINAMIKA KELOMPOK Menuliskan Impian
1. Siswa diminta menuliskan impian-impian masing-masing dalam sebuah kertas. 2. Setelah siswa menuliskan beberapa impian, siswa diminta memilih salah satu yang menjadi impian utama. 3. Guru meminta beberapa siswa untuk mengungkapkan impiannya pada semua siswa. 4. Guru mereview impian-impian siswa dan mengevaluasi dengan melihat aspek SMART. 5. Siswa diminta memperbaiki impiannya jika dirasa belum SMART. 6. Setelah selesai menuliskan impiannya, semua siswa diminta mengungkapkan impian masing-masing.
MENONTON VIDEO Menonton video tentang “Sang Pemimpi” Setelah siswa menonton video, siswa memaknai isi video tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan. (Lihat panduan pertanyaan di lembar evaluasi).
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. HANDOUT/MATERI LAYANAN
I HAVE A DREAM
Mimpi adalah cara kita menarik pikiran kita menuju masa depan. Stephen R. Covey mengajak kita dengan mulai dengan tujuan akhir dalam pikiran. Dengan mulai memikirkan tujuan yang hendak dicapai, yaitu masa depan Anda sendiri, Anda bisa mengarahkan dan memfokuskan energi yang Anda miliki untuk mencapai mimpi tersebut.
Kek, cara untuk memulai mimpi dengan tujuan akhir gimana sih kek?
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sini-sini kakek jelasin, gini nih caranya..
S Cara terbaik untuk mengenali TUJUAN HIDUP kita adalah dengan
Specific
M
MENULISKAN Measurable
MISI PRIBADI dan Harus SMART
R 136
Realistic
A Achievable
T Time-bound
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Percikan Inspirasi Merry Riana ~ Motivator Wanita Sukses Dari Indonesia Kisah Hidup Merry Riana Merry Riana lahir pada tanggal 29 Mei 1980 di Jakarta. Ia dilahirkan dalam keluarga yang bisa dibilang cukup sederhana. Ayahnya adalah seorang pebisnis dan ibunya tinggal dirumah sebagai ibu rumah tangga. Ia mempunyai 3 orang saudara, dan ia adalah anak pertama. Menjadi seorang anak pertama tentunya berarti menjadi tumpuan dan harapan orang tuanya. Dan hal tersebut disadari betul oleh nya. Selepas masa pendidikan menengah atas, ia yang mempunyai cita cita sebagai seorang insinyur teknik berencana melanjutkan studinya ke Universitas Trisakti mengambil jurusan Teknik Elektro. Namun karena pada waktu itu keadaan ibu kota sedang tidak kondusif pasca kerusuhan tahun ’98, orang tua Merry khatir jika anaknya harus melanjutkan studi di Jakarta. Dan jadilah ia dikirim ke Singapura untuk melanjutkan studi disana, dengan harapan ia bisa lebih fokus belajar dan relative terjaga keadaannya. Di Singapura, Merry memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Nanyang Technological University (NTU) mengambil jurusan Electrical and Electronics Engineering (EEE). Cita-cita besar ternyata memang harus ditempuh dengan jalan yang terjal, tidak semulus yang dibayangkan nyatanya ia mengalami beberapa masalah besar di sana. Ia yang tidak mempunyai persiapan yang cukup untuk studi di luar negeri ternyata gagal pada tes bahasa asingnya. Ditambah lagi dengan keadaan keuangan keluarga yang minim memaksanya untuk memutar otak mencari tambahan biaya hidupnya disana. Ia sempat mencari pinjaman uang untuk hidup sehari-hari, tidak hanya itu beberapa pekerjaan sampingan pun seperti penyebar pamflet, penjaga kios hingga menjadi pelayan di hotel harus ia jalani untuk terus bertahan di sana. Ia yakin seberat apapun jalanya, ia pasti bisa melaluinya. Keyakinan tersebut lah yang menjadi modal dan penguat niatnya.
Biodata Singkat Merry Riana
Nama : Merry Riana Nama Panggilan : Merry Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 29 Mei 1980 Pendidikan : Jurusan Electrical and Electronics Engineering (EEE), Nanyang Technological 137 University (NTU)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G.KISAH BERGAMBAR
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H.Evaluasi
Panduan Refleksi Pemutaran Video 1. Setelah menonton video tersebut, bagaimana perasaanmu? __________________________________________________________________ 2. Menurut pendapatmu, apa isi video tersebut? __________________________________________________________________ 3. Manfaat apa yang kalian dapat setelah menonton video tersebut? __________________________________________________________________ 4. Sebutkan 3 hal penting yang dapat kamu lakukan dalam rangka mencari tujuan hidup untuk meraih mimpi? __________________________________________________________________ 5. Menurut pendapatmu, mengapa kita perlu berani dalam bermimpi? __________________________________________________________________
Panduan Refleksi Tokoh Idolaku 1. Setelah kamu membaca kisah Merry Riana, apa saja isi yang terkandung di dalam cerita tersebut? ____________________________________________ 2. Apa yang menjadi kunci kesuksesan sosok Merry Riana menurutmu? ____________________________________________ 3. Apa manfaat/hal-hal yang dapat dipetik dari cerita 139
tersebut? ____________________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN HASIL BELAJAR Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan kelas saya menjadi tahu dan sadar bahwa, -
….. ….. dst
NIATKU Setelah saya mengenal diri dengan membuat pernyataan hasil belajar diatas saya akan, -
……… ……… dst
Kegiatan dapat diakhiri dengan kegiatan Hand Print Sebagai Wujud Aksi dari Bimbingan yang telah dilakukan
JEMBATAN YANG MEMBANTU MIMPI MENUJU KENYATAAN ADALAH KERJA KERAS DAN DOA
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
AKSIKU MENGGAPAI MIMPI (My Action) A. RANCANGAN PELAYANAN BIMBINGAN N o 1. 2.
K e t e r a n g a n
8.
Pokok Bahasan Tugas Perkembangan Bidang Bimbingan Jenis layanan Fungsi bimbingan Sasaran Layanan Standar kompetensi Kompetensi Dasar
9.
Indikator
3. 4. 5. 6. 7.
Waktu
Aksiku ‘Tuk Meraih Mimpi Mencapai perkembangan diri remaja yang mampu membuat prioritas dan strategi untuk meraih impian Bimbingan pribadi Bimbingan kelas Pemahaman dan pengembangan Siswa SMP Kelas VIII Siswa mampu membuat prioritas dan strategi dalam hidupnya Agar siswa dapat memahami pentingnya membuat prioritas dan strategi dalam hidup h. Siswa mampu menyadari pentingnya memiliki prioritas dan strategi untuk meraih mimpi i. Siswa mampu membuat skala prioritas j. Siswa mampu menggunakan fasilitas yang tersedia untuk meraih mimpi k. Siswa mampu terus belajar mengasah keterampilan sesuai dengan bakat dan minat g. Pentingnya memiliki prioritas dan strategi h. Skala prioritas i. Langkah baru dengan kebiasaan baru Permainan, dinamika kelompok, menonton video, ceramah singkat 60 menit
Tempat
Ruang kelas atau Aula
Media
Modul, lembar kerja, LCD, Laptop, speaker
10 Materi . 11 . 12 . 13 . 14 .
Metode
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15 . 16 . 17 . 18 .
Prosedur
Skenario kegiatan pelayanan terlampir
Penilaian
e. Pernyataan hasil belajar siswa (hasil refleksi) f. Inventori self assesment siswa Disesuaikan dengan kebijakan guru BK
Rencana Tindak lanjut Sumber
3. Covey,Sean. 2001. The 7 Habits of Highly Effective Teens. Jakarta: Binarupa Aksara 4. Kuntoro Adi, dan tim penyusun. 2013. Buku Panduan Peserta Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa. Yogyakarta: Penerbit Sanata Dharma.
D. SKENARIO KEGIATAN PELAYANAN
N O 1.
KEGIATAN Pembuka Salam
Pengantar Bimbingan
2.
GURU
SISWA
WAKTU 3 menit
Memberikan salam atau sapaan yang semangat dan akrab kepada siswa
Memberikan pengantar singkat tentang kegiatan bimbingan dan penjelasan tujuan kegiatan bimbingan yang diadakan
Inti Review Mengajak siswa untuk materi mereview materi “Menegaska “Menegaskan Mimpiku” n Mimpiku” 142
Menjawab salam saat guru memberi salam atau sapaan yang semangat dan akrab kepada siswa Mendengarkan pengantar singkat tentang kegiatan bimbingan dan penjelasan tujuan kegiatan bimbingan yang diadakan 5 menit Mereview materi “Menegaskan Mimpiku” agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Permainan “Batu pasir”
Debreafing
Materi Skala Prioritas Kerja siswa 1
Permainan “Bola Impian” Menonton video singkat
3.
Penutup Merefleksik an kegiatan yang diikuti
untuk Bridging ke materi “Aksiku tuk menggapai mimpi” Mengajak siswa untuk bermain dalam kelompok. Kelompok dibagi dengan sebuah permainan “Traveling” Mengajak siswa untuk menggali makna dalam permainan “Batu pasir” Menjelaskan materi Skala Prioritas “Dahulukan yang Utama” Mengajak siswa untuk mulai menentukan skala prioritas melihat dari langkah-langkah yang dituliskan siswa pada pertemuan kedua Mengajak siswa untuk bermain “Bola Impian”
terbantu untuk masuk ke materi “Aksiku tuk meraih mimpiku” Mengikuti permainan yang dipandu oleh guru
Melihat Cuplikan Film “Sang Pemimpi”. Setelah menonton, guru mengajak siswa untuk memaknai cuplikan film itu.
10 menit
Merefleksikan makna permainan “Batu pasir” Mendengarkan penjelasan materi dari guru
5 menit
Menentukan skala prioritas dari hasil kerja langkah-langkah konkrit pada pertemuan sebelumnya
5 menit
Menonton cuplikan film yang diputarkan oleh pembimbing tentang Impian. Setalah itu siswa memaknai cuplikan film itu.
10 menit
5 menit
5 menit Membagikan lembar refleksi untuk siswa
143
Menuliskan hasil belajar/refleksi setelah mengikuti bimbingan (dapat dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kesimpulan dan penutup Durasi
Menyampaikan kesimpulan kegiatan bimbingan dari awal hingga akhir yang disampaikan dan mengakhiri kegiatan bimbingan
secara tertulis atau secara lisan dengan menunjuk beberapa siswa) Mendengarkan kesimpulan kegiatan bimbingan dari awal hingga akhir yang disampaikan guru
2 menit
Durasi 60 menit
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E.
DESKRIPSI DINAMIKA KELOMPOK
1. Judul Permainan “Raih Aku” 2. Tujuan Permainan ini bertujuan membantu siswa dalam merumuskan dan melakukan strategi yang telah dibuatnya untuk mencapai tujuan atau impian hidup. 3. Bahan/Alat a. Rafia ± 5 meter b. Kertas lipat 2 pack c. Peluit 1 buah 4. Skenario Pelaksanaan Dinamika Kelompok a.
Awal permainan, siswa diminta menyembunyikan kertas yang bertuliskan impian di sekitar lapangan/halaman.
b.
Setelah selesai menyembunyikan kertas, siswa dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing ± 4 orang.
c.
Guru meminta 1-2 orang siswa untuk membantu mengikat tali dan mengamati siswa. 145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d.
Setelah siswa masuk dalam kelompok, guru dan siswa (asisten) mengikat kaki siswa dengan rafia.
e.
Selanjutnya dalam kelompok secara bersama dengan kaki terikat, siswa diajak untuk mencari dan menemukan kembali kertas yang telah disembunyikan (semua kertas yang dituliskan anggota dalam kelompok).
f.
Jika semua kertas telah ditemukan, siswa kembali ke titik kumpul lalu ketua tim meniup balon, dan memecahkannya sebagai akhir dari permainan. Kemudian kelompok memperlihatkan kertas semua anggota kelompok sebagai bukti.
5. Refleksi/Evaluasi Refleksi ini merujuk pada Debriefing Experential Learning. 6. Kesimpulan Secarik kertas yang bertuliskan impian adalah ibarat mimpi-mimpi siswa yang akan mereka capai. Proses penyembunyian kertas juga merupakan simbol bahwa kadangkala impian mereka masih tidak terlihat secara nyata, maka perlu strategi untuk mencapai impian mereka. Siswa dalam kelompok mengambil kertas yang bertuliskan impian masing-masing menandakan bahwa mereka harus fokus pada satu tujuan atau impian terlebih dahulu. Bayangkan jika secara bersamaan mereka mengambil kertas masing-masing dengan kaki terikat, maka mereka tidak akan bisa mengambil kertas-kertasnya. Strateginya mereka harus membuat sebuah komitmen untuk fokus pada satu kertas dulu setelah itu bergantian mengambil kertas siswa lainnya.
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Evaluasi dan Refleksi 1. Panduan Pertanyaan Kegiatan NO 1.
3.
KEGIATAN Setelah bermain permainan “Raih Aku”
1. 2. 3.
PERTANYAAN Menurut kamu, apa yang kamu alami dan rasakan saat bermain Raih Aku tadi? Apa makna dari permainan angin bertiup? Jika dikaitkan dengan kehidupan, sehari-hari apa yang dapat kamu petik dari permainan tadi?
Refleksi PERNYATAAN HASIL BELAJAR
Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan hari ini, saya menjadi tahu bahwa: __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ __________________
NIATKU Setelah aku mengikuti bimbingan dengan tema “Menggapai mimpi” aku akan: __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ __________________
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2 ALAT TES KARAKTER SELF LEADERSHIP Petunjuk pengisian: 1. Bacalah 20 pertanyaan di bawah ini dengan teliti! 2. Pilihlah jawaban A,B,C,atau D yang sesuai dengan keadaan dirimu sebenarnya 3. Tulislah jawabanmu di lembar jawaban yang diberikan oleh pembimbing
1. Aku diberi oleh guru pekerjaan rumah untuk mengerjakan lima soal matematika. Aku mengalami kesulitan pada soal nomor tiga dan lima. Maka yang aku lakukan adalah: a. Mengerjakannya dengan melihat hasil pekerjaan teman b. Mengerjakannya sendiri meskipun hasilnya mungkin salah c. Mengerjakannya dengan bertanya dulu pada guru d. Mengerjakannya dengan belajar kelompok bersama teman-teman 2. Guru BK memintaku menuliskan 10 kebaikan yang ada dalam diri, reaksiku yang muncul pertama kali adalah: a. Melihat punya teman sebagai contoh lalu menuliskannya b. Berpikir sebentar lalu menuliskannya c. Langsung menuliskannya dengan sangat mudah d. Ingin segera menulis tetapi cenderung berpikir kelemahan 3. Pada suatu hari kamu diajak oleh teman-temanmu untuk berenang. Kolam renang itu memiliki kedalaman dua meter. Kamu tahu bahwa kamu tidak bisa berenang. Lalu yang kamu lakukan adalah: a. Menerima ajakan teman dan ikut berenang di pinggiran kolam b. Menerima ajakan teman meskipun tidak ikut berenang c. Mengatakan saya tidak bisa berenang pada teman-teman d. Menerima ajakan teman dan meminta diajari berenang 4. Suatu hari kamu telah menyelesaikan tugas bahasa Inggris. Kemudian kamu melihat ada temanmu yang mengalami kesulitan untuk mengerjakan soal bahasa Inggris, lalu yang kamu lakukan adalah: 148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Saya telah berniat untuk membantunya b. Segera saya menawarkan bantuan padanya c. Saya terburu-buru jadi saya tidak sempat membantu d. Segera saya memberikan bantuan padanya 5. Steven suka menyanyi disela-sela aktivitasnya. Teman-temannya menganggap suara Steven sangat bagus dan membuat teman-temannya menyukainya. Pada suatu kesempatan Steven diminta teman-temannya untuk bernyanyi di sebuah acara Pentas Seni dan ia menerima permintaan itu. Dari kisah di atas, menurut kamu Steven orang yang….. a. Menyadari bakat menyanyi yang dimilikinya b. Percaya diri untuk tampil di depan umum c. Yakin akan kemampuan menyanyinya d. Berani menerima permintaan temannya 6. Saat kamu diberi kesempatan oleh guru untuk menunjukkan keahlianmu baik dibidang seni, akademik, olahraga atau yang lainnya, yang kamu lakukan adalah: a. Menerimanya karena aku yakin aku bisa b. Menerimanya karena aku punya potensi c. Menerimanya dengan percaya diri d. Menerimanya dengan penuh keberanian 7. Sisca memiliki banyak keinginan untuk membeli barang. Ia ingin mendapatkan setiap keinginan itu. Akan tetapi ia hanya memiliki uang Rp. 45.000,-. Ia pun membuat daftar impian. Di bawah ini impian Sisca yang paling sesuai dengan keadaan Sisca, sehingga dapat tercapai lebih dulu adalah… a. Sisca membeli tas baru seharga 40 ribu karena tas yang lama pengait talinya rusak b. Sisca membayar iuran kelas sebesar 5 ribu untuk keperluan piknik akhir semester c. Sisca membeli kotak pensil seharga 20 ribu karena kotak pensil yang lama hilang d. Sisca membeli buku novel seharga 35 ribu karena ada tugas membuat sinopsis 149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Budi ialah siswa kelas VII. Ia baru saja mendapat layanan bimbingan klasikal dari guru BK terkait dengan impian. Ia mengetahui cara merumuskan impian yang baik. Ia pun membuat impian. Di bawah ini rumusan impian yang paling baik adalah…. a. Saya mendapatkan nilai yang baik b. Saya mendapatkan nilai di atas KKM c. Semua nilai mata pelajaran saya adalah 85 d. Nilai mata pelajaran saya semester ini 85 9. Seseorang yang memiliki impian yang jelas, maka ia adalah seseorang yang… a. Punya mimpi yang ingin diraih b. Mudah untuk memimpin dirinya sendiri c. Tahu apa yang harus ia lakukan d. Fokus pada rencana kegiatannya 10. Saat saya duduk di bangku SMP, saya sudah memiliki impian untuk… a. Lulus dari bangku SMP b. Bekerja sesuai keahlian saya c. Kuliah di perguruan tinggi favorit d. Sekolah di SMA favorit 11. Bagiku manfaat memiliki impian adalah… a. Saya memiliki arah dalam melakukan tindakan b. Saya terdorong untuk melakukan tindakan sesuai impian c. Saya bisa memimpin diri saya sendiri d. Saya menjadi sadar dengan apa yang harus saya lakukan 12. Ketika saya membuat impian, saya selalu memperhatikan… a. Kejelasan rumusan impian b. Strategi untuk meraih impian c. Keadaan diri saya saat ini d. Potensi yang ada dalam diri 13. Saya memiliki impian untuk lulus dari SMP. Impian itu dapat saya raih dengan… a. Membuat impian jangka pendek b. Menciptakan langkah-langkah kecil 150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. membuat perencanaan d. menyusun skala prioritas 14. Anton tadi malam menonton pertandingan sepak bola hingga pukul 03.00. Kemudian setelah menonton, ia pun pergi tidur. Keesokan harinya ia bangun pukul 06.45, padahal ia harus masuk sekolah pukul 07.00. Jika kamu jadi Anton yang kamu lakukan adalah….. a. Tidur lagi dan tidak berangkat sekolah b. Segera bangun dan pergi kesekolah meskipun terlambat c. Meminta orang tua membuat surat izin untuk wali kelas dengan alasan sakit d. Minta teman untuk menyampaikan ke guru bahwa ia akan datang terlambat 15. Hari senin jam 17.00 saya memiliki agenda kerja kelompok untuk mengerjakan tugas Fisika. Kemudian, orang tua saya memberikan kabar bahwa saya diminta menjemput nenek di bandara pukul 17.00. Maka yang saya lakukan adalah: a. Meminta izin untuk terlambat kerja kelompok karena jemput nenek dulu b. Menjemput nenek dulu baru kerja kelompok c. Meminta izin tidak mengikuti kerja kelompok karena akan menjemput nenek d. Menjemput nenek saja tanpa memberi kabar pada teman kelompok 16. Saya menjadi tahu bahwa prioritas adalah… a. Mendahulukan yang penting dan mendesak b. Mendahulukan yang penting dan tidak mendesak c. Mendahulukan yang tidak penting dan mendesak d. Mendahulukan yang tidak penting dan tidak mendesak 17. Guru memberikan pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah itu harus dikumpulkan keesokan harinya. Padahal malam ini saya sudah janji dengan teman untuk bermain. Lalu yang saya lakukan adalah… a. Tetap bermain dengan teman dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah b. Mengerjakan pekerjaan rumah dahulu, lalu bermain dengan teman c. Mengerjakan pekerjaan rumah saja dan membatalkan bermain dengan teman d. Tetap bermain dengan teman dan mengerjakan pekerjaan rumah pagi hari sebelum sekolah
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18. Anton bisa bermain gitar. Di sekolahnya ada ekstrakurikuler Kelompok Band. Menurutmu apa yang dilakukan Anton untuk mengasah bakat bermain gitarnya? a. Berniat menjadi anggota ekstra band b. Segera mendaftarkan diri dalam ekstra band c. Sebaiknya tetap berlatih bermain gitar sendiri d. Menjadi anggota ekstra band dan berlatih bersama 19. Saya ingin pandai matematika, lalu saya ikut belajar kelompok dengan temanteman. Dalam kelompok yang saya lakukan adalah… a. Ikut berpendapat dalam kelompok b. Ambil bagian dalam mengerjakan tugas c. Bersama teman kelompok berbagi tugas d. Mendengarkan teman yang menjelaskan 20. Rani adalah seorang ketua OSIS. Ia ingin organisasinya berjalan dengan baik. Maka, Rani sebagai pemimpin yang dilakukan adalah… a. Berbagi tugas dengan anggota pengurus b. Mengerjakan semua tugas sendiri c. Berdiskusi dengan kelompok membuat program kerja d. Menyerahkan sepenunhya pada salah satu anggota pengurus
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3 SELF ASSESMENT SCALE KARAKTER SELF LEADERSHIP
SELF ASESSMENT SCALE Nama Lengkap
:
Kelas
:
Isilah Kolom kosong dengan tanda (ⱱ) di sebelah pernyataan sesuai dengan keadaan teman-teman yang sesungguhnya. Keterangan: SS : Sangat Sering S : Sering J : Jarang TP : Tidak pernah NO
PERNYATAAN
1
Saya menerima kekurangan diri saya
2
Saya tahu potensi yang ada dalam diri saya
3
Saya berpikir positif tentang diri saya
4
Saya memahami kelebihan diri saya
5
Saya memikirkan penilaian negatif orang tentang diri saya Saya percaya pada diri saya
6 7 8
Saya marah mendengar sindiran orang lain tentang diri saya Impian saya sesuai dengan kondisi diri saya
9
Saya berpikir panjang untuk merumuskan mimpi
10
Saya bisa menuliskan impian hidup saya
11
Saya tidak membuat rencana kegiatan harian
12
Saya membuat impian yang mudah diraih
13
Saya membuat strategi untuk meraih impian
14
Saya membuat skala prioritas
15
Saya menunda-nunda untuk mengerjakan tugas sekolah 153
SS
S
J
TP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16 17 18 19 20
Saya bekerjasama dengan teman untuk menggapai mimpi Saya berusaha sekuat tenaga untuk menggapai mimpi Saya menyerah ketika rencana saya gagal Saya membutuhkan orang lain untuk meraih mimpi. Saya malas melakukan aktivitas yang mendukung tercapainya impian saya
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 4 INSTRUMEN VALIDASI EFEKTIVITAS MODEL (RESPONDEN SISWA) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Dalam kegiatan bimbingan karakter ini, saya mengalami/memperoleh/merasa: Semangat untuk mengikuti kegiatan Keberanian untuk tampil/melakukan sesuatu Gembira/senang dalam melaksanakan kegiatan Berani berpendapat Lebih Kreatif Berani mencoba melakukan sesuatu Takut salah dalam melakukan permainan Malu dalam permainan kelompok Dihargai oleh teman-teman Tertarik untuk mengikuti semua kegiatan Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan Manfaat bagi perbaikan perilaku Kemudahan bagi siswa dalam mengangkap materi Keinginan untuk menolong orang lain Puas terhadap bimbingan yang diberikan Tertantang utuk mencoba Capek/lelah/bosan dalam mengikuti semua kegiatan Berkesan terhadap kegiatan yang diikuti Terdorong untuk terlibat aktif Berani bertanggungjawab Menghargai teman Kesediaan bekerja sama/kekompakan tim Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang Membangun kepedulian/kesetiakawanan Peningkatan keingintahuan siswa Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri mendorong siswa lebih disiplin Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat
155
Ya
Tidak
Tidak Tahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 5 PANDUAN OBSERVASI Nama Observer NIM Prodi NO
: : :
PERILAKU YANG DIAMATI
1
Semangat mengikuti bimbingan
2
Aktif bertanya
3
Aktif Berpendapat
4
Gembira
5
Malu
6
Takut salah
7
Berani tampil
8
Ngobrol dengan teman
9
Mendengarkan orang lain
10
Inisiatif
11
Kerja sama
12
Tertawa
13
Fokus
156
FREKUENSI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 6 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Tes Karakter Self Leadership
Item1
Hasil Hitung .441**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.009
N Item2
34 .000
N
34 .028
N
.429*
Pearson Correlation
.011
N
.421*
Pearson Correlation
.013
N
.457**
Pearson Correlation
.007
N
.400*
Pearson Correlation
.019
N
.431*
Pearson Correlation
.011
N
.373*
Pearson Correlation
.030
N
.496**
Pearson Correlation
.003
N
Valid
34 .401*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.019
N Item12
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item11
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item10
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item9
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item8
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item7
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item6
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item5
Valid
.376*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Item4
Valid
.651**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Item3
Keputusan
Valid
34 .581**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
157
Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
N Item13
34 .478**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.004
N Item14
.425*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.012
N Item15
.504**
Pearson Correlation
.002
N
.386*
Pearson Correlation
.024
N
.430*
Pearson Correlation
.011
N
.454**
Pearson Correlation
.007
N
Valid
34 .615**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N Item20
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item19
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item18
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item17
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item16
Valid
34
Valid
34 .511**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.002
N
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
158
Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 7 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Self Assesment Scale Karakter Self Leadership
Item1
Hasil Hitung .714**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N Item2
.572**
Pearson Correlation
.000
N
.659**
Pearson Correlation
.000
N
.546**
Pearson Correlation
.001
N
.576**
Pearson Correlation
.000
N
.803**
Pearson Correlation
.000
N
.462**
Pearson Correlation
.006
N
.508**
Pearson Correlation
.002
N
.491**
Pearson Correlation
.003
N
.376*
Pearson Correlation
.028
N
34 .000
N
Valid
34 .577**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N Item13
Valid
.810**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Item12
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item11
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item10
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item9
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item8
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item7
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item6
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item5
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item4
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item3
Keputusan
Valid
34 .594**
Pearson Correlation
159
Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sig. (2-tailed)
.000
N Item14
34 .499**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.003
N Item15
34 .535**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.001
N Item16
34 .000
N
34 .000
N
.652**
Pearson Correlation
.000
N
Valid
34 .540**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.001
N Item20
Valid
34
Sig. (2-tailed) Item19
Valid
.802**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Item18
Valid
.810**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Item17
Valid
Valid
34 .382*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.026
N
34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
160
Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 8 Hasil Uji Reliabilitas Tes Karakter Self Leadership dan Self Assesment Scale Karakter Self Leadership
A. Reliabilitas Tes Karakter Self Leadership
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 34
100.0
0
.0
34
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .798
20
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Reliabilitas Self Assesment Scale Karakter Self Leadership
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 34
100.0
0
.0
34
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .901
20
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 9 Hasil Uji Normalitas Tes Karakter Self Leadership Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
N
Total
Percent
N
Percent
PreTest
34
100.0%
0
.0%
34
100.0%
PostTest
34
100.0%
0
.0%
34
100.0%
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Descriptives Statistic PreTest
Mean 95% Confidence Interval for Mean
56.7353 Lower Bound
53.8081
Upper Bound
59.6625
5% Trimmed Mean
56.7386
Median
52.5000
Variance
1.43877
70.382
Std. Deviation
8.38942
Minimum
45.00
Maximum
68.00
Range
23.00
Interquartile Range
15.00
Skewness Kurtosis PostTest
Std. Error
Mean
.124
.403
-1.814
.788
61.5588
.80350
95% Confidence Interval for
Lower Bound
59.9241
Mean
Upper Bound
63.1936
5% Trimmed Mean
61.6536
Median
61.0000
Variance
21.951
Std. Deviation
4.68519
Minimum
52.00
Maximum
69.00
Range
17.00
Interquartile Range
7.00
Skewness
-.138
.403
Kurtosis
-.843
.788
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
PreTest
.248
34
.000
.833
34
.000
PostTest
.122
34
.200*
.958
34
.214
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 10 Uji Paired Samples T-Test Berdasarkan Alat Tes Karakter Self Leadership
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
PreTest
56.7353
34
8.38942
1.43877
PostTest
61.5588
34
4.68519
.80350
Paired Samples Correlations N Pair 1
PreTest & PostTest
Correlation 34
Sig.
.476
.004
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1 PreTes
-4.82353
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
7.41199
1.27115
tPostTe st
166
of the Difference Lower
Upper
-7.40970
-2.23736
Sig. (2t -3.795
df
tailed) 33
.001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 11 Uji Paired Samples T-Test Berdasarkan Self Assesment Scale Karakter Self Leadership Antarsiklus
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Pair 2
Pair 3
Pair 4
Pair 5
Pair 6
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pra
56.2647
34
9.18269
1.57482
SiklusI
58.5588
34
6.51893
1.11799
Pra
56.2647
34
9.18269
1.57482
SiklusII
62.0000
34
6.04027
1.03590
Pra
56.2647
34
9.18269
1.57482
SiklusIII
64.0588
34
5.80982
.99638
SiklusI
58.5588
34
6.51893
1.11799
SiklusII
62.0000
34
6.04027
1.03590
SiklusI
58.5588
34
6.51893
1.11799
SiklusIII
64.0588
34
5.80982
.99638
SiklusII
62.0000
34
6.04027
1.03590
SiklusIII
64.0588
34
5.80982
.99638
Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1
Pra & SiklusI
34
.762
.000
Pair 2
Pra & SiklusII
34
.753
.000
Pair 3
Pra & SiklusIII
34
.589
.000
Pair 4
SiklusI & SiklusII
34
.708
.000
Pair 5
SiklusI & SiklusIII
34
.632
.000
Pair 6
SiklusII & SiklusIII
34
.823
.000
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean
Std. Deviation
Mean
Lower
Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
Pair 1
Pra - SiklusI
-2.29412
5.96723
1.02337
-4.37618
-.21205
-2.242
33
.032
Pair 2
Pra - SiklusII
-5.73529
6.10171
1.04643
-7.86428
-3.60631
-5.481
33
.000
Pair 3
Pra - SiklusIII
-7.79412
7.43366
1.27486
-10.38785
-5.20039
-6.114
33
.000
Pair 4
SiklusI - SiklusII
-3.44118
4.81910
.82647
-5.12264
-1.75971
-4.164
33
.000
Pair 5
SiklusI - SiklusIII
-5.50000
5.32717
.91360
-7.35874
-3.64126
-6.020
33
.000
Pair 6
SiklusII - SiklusIII
-2.05882
3.53289
.60588
-3.29151
-.82614
-3.398
33
.002
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 12 TABULASI DATA PRETEST NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Gian Pieter Pujoharcahyo Ariel Valentino Yogi Pratama Tesyalonika Dhevina Pramudhita Himawan Shintaw Hadi Dorathea Evelyn Wynnedeta Marcel Aditya Pamungkas Olivia Kemebu Medeli Sihite Marshela Darlinanda Wiyata Aurelia Carmila Windyasari Yosua Mangiring Sihite Rachel Saniscara Nugraheni Hani Eka Prasasti Yeremia Fajar Hertanto Devy Krisnawati Muhammad David Nur Setya Aji Martinus Okta Rudito Wijayanto Dimensi Nyanyian Gravitasi Mailina Yohana Kusuma Ningati Apfia Theresella Pramitawati Margaretha Resa Petria Retno Dewi Wahyu Wulandari Ilmi Nurlaili Intami Yessy Mellany Yehezkiel Anugrah Kusuma Jatmika Mario Setiawan Lukas Aby Hernawan Media Binar Yedeya Abrahm Bayudestar Ben Cedar Gilbert Peter Imkotta Rachel Julia Ristra Putri Raden Rara Suzana Dessya Ayuda Citra Indah Kusumawati Imanuel Arief Kurniawan
1 2 4 4 4 2 2 2 3 3 3 4 4 3 4 4 2 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 3
2 2 3 3 2 2 1 2 1 3 2 3 4 2 1 2 3 1 3 4 3 2 1 3 2 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3
3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 2 3 2 4 4 3 4
4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 2 3 3 4 2 3 2 4 4 4 3 2 1 2 2 4 3 4 3 2 4 3 3 4 3
5 2 4 4 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 4 4 3 3 3 1 1 4 4 2 4 1 4 1 1 4 1 3
6 3 4 3 4 2 1 4 4 4 1 4 4 1 4 3 1 1 3 4 3 4 3 1 4 3 3 4 1 1 1 3 1 4 3
7 2 2 4 3 4 2 1 3 2 3 4 3 2 3 2 2 3 4 2 4 4 1 2 3 2 4 2 2 3 2 4 3 3 2
8 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 3 2 1 2 2 1 4 4 2 2 2 2 2 2 4 1 2 1 2 4 2 1 2
169
9 4 3 1 1 4 2 1 3 1 3 4 3 1 4 1 2 4 4 3 3 1 3 1 3 3 3 3 1 1 3 3 3 4 3
10 2 3 2 4 3 2 2 2 2 4 3 4 2 3 2 3 1 3 3 3 2 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 3
11 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 4 3 2 3 3 2 3 1 4 3 3 3 3 1 1 2 3 3 4 3
12 1 4 3 4 1 2 2 3 2 1 3 4 3 1 1 4 1 3 3 3 1 4 3 2 3 3 3 2 1 1 3 3 3 3
13 2 3 3 4 3 2 1 2 2 3 2 3 3 3 2 3 1 3 3 4 2 2 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3
14 3 4 4 4 4 4 4 4 1 2 4 4 3 4 4 3 2 3 4 3 3 4 2 1 4 3 4 2 3 1 4 4 3 4
15 3 4 4 4 2 4 4 3 2 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4
16 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3
17 3 4 4 4 1 4 1 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4
18 2 3 4 4 3 1 4 1 4 3 3 4 2 3 3 1 3 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 4 2 3 4 4 4 4
19 4 4 3 4 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 2 3 1 4 2 4 2 2 2 1 3 4 4 2 2 4 3 3 4 3
20 3 4 4 4 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 4
Score 51 68 65 65 50 47 47 52 46 54 64 68 50 50 51 46 48 68 67 66 52 51 50 53 65 65 65 45 48 52 66 64 66 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TABULASI DATA POSTTEST NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Gian Pieter Pujoharcahyo Ariel Valentino Yogi Pratama Tesyalonika Dhevina Pramudhita Himawan Shintaw Hadi Dorathea Evelyn Wynnedeta Marcel Aditya Pamungkas Olivia Kemebu Medeli Sihite Marshela Darlinanda Wiyata Aurelia Carmila Windyasari Yosua Mangiring Sihite Rachel Saniscara Nugraheni Hani Eka Prasasti Yeremia Fajar Hertanto Devy Krisnawati Muhammad David Nur Setya Aji Martinus Okta Rudito Wijayanto Dimensi Nyanyian Gravitasi Mailina Yohana Kusuma Ningati Apfia Theresella Pramitawati Margaretha Resa Petria Retno Dewi Wahyu Wulandari Ilmi Nurlaili Intami Yessy Mellany Yehezkiel Anugrah Kusuma Jatmika Mario Setiawan Lukas Aby Hernawan Media Binar Yedeya Abrahm Bayudestar Ben Cedar Gilbert Peter Imkotta Rachel Julia Ristra Putri Raden Rara Suzana Dessya Ayuda Citra Indah Kusumawati Imanuel Arief Kurniawan
1 4 4 4 4 2 2 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4
2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 3
3 3 3 4 3 3 1 2 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 4 2 4
4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3
5 3 3 4 4 1 1 4 1 4 4 2 2 4 3 3 1 4 4 3 2 4 1 1 4 4 3 4 1 4 4 1 2 4 4
6 1 4 1 4 1 4 3 3 4 1 3 4 4 4 3 1 1 4 4 3 4 4 4 3 1 4 4 4 1 3 1 4 3 2
170
7 3 3 4 2 3 2 3 3 2 4 4 3 4 4 2 2 4 4 2 2 4 2 2 3 2 2 4 1 3 4 4 2 4 4
8 1 3 3 1 4 2 2 2 2 1 4 2 3 1 4 4 4 2 1 3 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 3 1 1
9 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 2 4 3 1 4 3 4 1 3 1 3 1 1 1 3 3 3 1 2 3 3 4 4 1
10 3 4 3 4 3 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 1 3 4 4 3 4 4
11 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 1 4 1 3 2 4 2 3 3 3 3 2 2 1 3 1 3
12 1 3 1 3 1 1 2 3 3 1 3 3 2 3 2 4 1 3 3 3 1 4 4 1 1 3 3 1 1 1 3 3 3 2
13 3 1 2 4 1 1 2 3 2 2 3 3 3 1 4 1 1 1 3 3 1 3 1 1 2 4 1 3 3 2 2 3 2 3
14 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
16 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4
18 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 4 4 2 4 3 4 3 3 3 3 4
19 4 4 3 4 4 2 2 3 2 2 2 3 4 4 4 2 4 2 4 3 3 2 2 2 3 3 4 4 2 1 4 2 4 4
20 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 4
Score 63 68 64 67 56 52 58 59 57 61 64 65 69 65 68 60 65 61 69 59 61 59 59 54 59 67 65 53 58 58 57 67 61 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TABULASI DATA SELF ASSESMENT SCALE PRA TINDAKAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Gian Pieter Pujoharcahyo Ariel Valentino Yogi Pratama Tesyalonika Dhevina Pramudhita Himawan Shintaw Hadi Dorathea Evelyn Wynnedeta Marcel Aditya Pamungkas Olivia Kemebu Medeli Sihite Marshela Darlinanda Wiyata Aurelia Carmila Windyasari Yosua Mangiring Sihite Rachel Saniscara Nugraheni Hani Eka Prasasti Yeremia Fajar Hertanto Devy Krisnawati Muhammad David Nur Setya Aji Martinus Okta Rudito Wijayanto Dimensi Nyanyian Gravitasi Mailina Yohana Kusuma Ningati Apfia Theresella Pramitawati Margaretha Resa Petria Retno Dewi Wahyu Wulandari Ilmi Nurlaili Intami Yessy Mellany Yehezkiel Anugrah Kusuma Jatmika Mario Setiawan Lukas Aby Hernawan Media Binar Yedeya Abrahm Bayudestar Ben Cedar Gilbert Peter Imkotta Rachel Julia Ristra Putri Raden Rara Suzana Dessya Ayuda Citra Indah Kusumawati Imanuel Arief Kurniawan
1 3 4 1 3 4 2 3 1 1 3 3 4 3 2 3 3 2 4 1 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 2 3 3 3 3
2 3 3 3 4 2 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2 4 3
3 4 4 3 4 3 3 4 2 2 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3
4 3 3 3 3 3 4 4 1 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 2 2 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3
5 4 4 1 2 3 2 2 2 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3
6 4 4 2 4 4 2 4 4 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 2 3 4 3
7 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 1 4 3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 2
171
8 2 3 2 1 4 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 4 3
9 4 4 1 2 3 2 2 2 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 2 4 3 3 1 2 3 3 4 2 3 3 1 3 3
10 3 3 2 4 4 1 3 3 3 2 2 3 3 4 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 4 2 4 2 3 2 2 2 4 3
11 3 3 1 3 4 2 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 3 3 2 2 3 4 3 4 3 3 2 2 3 3 2
12 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 4 3 2 2 2 3 1 2 3 3 4 3 4 2 2 3 2 3 3 2
13 4 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 2 2 3 2 3 4 4 3 4 3 4 2 3 3 4 2
14 2 3 3 4 4 2 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 4 4 4 2 3 3 4 3 4 2
15 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2
16 3 3 1 3 4 2 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 3 3 2 2 3 4 3 4 3 3 2 2 3 3 2
17 4 3 2 4 4 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 2 3 4 3
18 4 3 1 3 4 2 3 3 1 4 2 3 3 1 4 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 3 4 2 3 2 4 3 4 3
19 4 3 1 4 2 1 3 4 1 3 3 4 2 2 4 2 2 1 2 1 2 3 4 2 3 3 3 2 4 2 2 3 2 3
20 1 2 2 3 3 2 3 2 2 4 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 1 1 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1
Score 64 63 37 64 66 48 62 50 36 57 58 63 50 40 65 53 59 57 39 55 56 49 65 58 69 61 74 52 61 54 53 56 68 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TABULASI DATA SELF ASSESMENT SCALE SIKLUS I NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Gian Pieter Pujoharcahyo Ariel Valentino Yogi Pratama Tesyalonika Dhevina Pramudhita Himawan Shintaw Hadi Dorathea Evelyn Wynnedeta Marcel Aditya Pamungkas Olivia Kemebu Medeli Sihite Marshela Darlinanda Wiyata Aurelia Carmila Windyasari Yosua Mangiring Sihite Rachel Saniscara Nugraheni Hani Eka Prasasti Yeremia Fajar Hertanto Devy Krisnawati Muhammad David Nur Setya Aji Martinus Okta Rudito Wijayanto Dimensi Nyanyian Gravitasi Mailina Yohana Kusuma Ningati Apfia Theresella Pramitawati Margaretha Resa Petria Retno Dewi Wahyu Wulandari Ilmi Nurlaili Intami Yessy Mellany Yehezkiel Anugrah Kusuma Jatmika Mario Setiawan Lukas Aby Hernawan Media Binar Yedeya Abrahm Bayudestar Ben Cedar Gilbert Peter Imkotta Rachel Julia Ristra Putri Raden Rara Suzana Dessya Ayuda Citra Indah Kusumawati Imanuel Arief Kurniawan
1 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 3 3 4 3
2 4 4 3 4 2 3 4 3 2 3 2 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 4 3
3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3
4 3 3 2 4 4 2 4 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4 4 3 3 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 4 3
5 4 3 3 1 3 3 3 2 1 3 3 3 2 1 2 3 2 2 2 4 3 1 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3
6 4 2 2 4 3 4 4 4 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 2 4 2 3 2 2 2 4 3
7 3 2 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 2 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2
8 4 3 3 1 3 3 4 2 4 3 3 4 3 2 1 3 3 4 2 3 2 3 4 2 3 3 4 1 2 2 3 3 4 3
172
9 1 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 4 2 2 1 3 1 2 3 2 2 1 3 1 2 1 3 2 3 1 3
10 4 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 2 4 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 2 3 3 4 2
11 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 3 2 3
12 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 2 2 3 4 2
13 3 3 2 4 4 4 4 1 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 2 4 2
14 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 2 4 2 3 4 3 4 4 4 2 3 2 2 3 3 3
15 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 4 3 2 4 2 2 4 3 4 3 3 2 2 3 4 4 3 2
16 3 4 1 4 3 2 3 1 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 1 3 2 1 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2 3 2
17 3 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 4 3
18 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3 1 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 4 3
19 4 2 3 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 4 3 2 3 3 3
20 3 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 2
Score 67 60 54 66 62 58 67 50 51 61 55 63 50 50 51 57 63 63 50 61 51 55 64 59 71 65 69 54 61 53 50 58 69 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TABULASI DATA SELF ASSESMENT SCALE SIKLUS II NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Gian Pieter Pujoharcahyo Ariel Valentino Yogi Pratama Tesyalonika Dhevina Pramudhita Himawan Shintaw Hadi Dorathea Evelyn Wynnedeta Marcel Aditya Pamungkas Olivia Kemebu Medeli Sihite Marshela Darlinanda Wiyata Aurelia Carmila Windyasari Yosua Mangiring Sihite Rachel Saniscara Nugraheni Hani Eka Prasasti Yeremia Fajar Hertanto Devy Krisnawati Muhammad David Nur Setya Aji Martinus Okta Rudito Wijayanto Dimensi Nyanyian Gravitasi Mailina Yohana Kusuma Ningati Apfia Theresella Pramitawati Margaretha Resa Petria Retno Dewi Wahyu Wulandari Ilmi Nurlaili Intami Yessy Mellany Yehezkiel Anugrah Kusuma Jatmika Mario Setiawan Lukas Aby Hernawan Media Binar Yedeya Abrahm Bayudestar Ben Cedar Gilbert Peter Imkotta Rachel Julia Ristra Putri Raden Rara Suzana Dessya Ayuda Citra Indah Kusumawati Imanuel Arief Kurniawan
1 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3
2 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 3
3 4 4 3 4 3 3 4 2 2 3 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 2 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4
4 4 3 2 4 2 2 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 2 2 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4
5 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 2 1 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3
6 4 3 2 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 2 4 3 4 3 2 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4
7 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3
8 3 2 3 2 3 4 4 2 1 3 3 3 2 2 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 2 2 2 2 3 4 3
173
9 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 1 3 3 1 2 4 1 3 1 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2
10 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4
11 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 3 4 1 4 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 2
12 3 3 3 2 2 3 2 3 1 2 3 3 3 2 4 3 1 3 2 3 1 1 3 3 3 3 4 3 3 3 1 3 4 2
13 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4 3
14 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 4 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 4 4 3 2
16 4 3 2 4 4 3 3 2 1 3 2 4 3 2 3 2 4 4 1 4 3 2 3 3 4 3 4 3 2 3 2 3 4 3
17 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3
18 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 3 2 3 2 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4
19 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 4 2 4 3 3 2 2 4 3 3 1 3 3 4 4 3 1 1 2 3
20 4 4 3 3 3 3 4 4 3 1 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 1 4 4 2 4 2 3 3 4 3
Score 71 63 57 63 63 59 71 58 54 59 62 69 57 56 72 59 71 62 53 66 57 53 58 57 68 66 73 62 68 57 54 59 70 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TABULASI DATA SELF ASSESMENT SCALE SIKLUS III NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Siswa Gian Pieter Pujoharcahyo Ariel Valentino Yogi Pratama Tesyalonika Dhevina Pramudhita Himawan Shintaw Hadi Dorathea Evelyn Wynnedeta Marcel Aditya Pamungkas Olivia Kemebu Medeli Sihite Marshela Darlinanda Wiyata Aurelia Carmila Windyasari Yosua Mangiring Sihite Rachel Saniscara Nugraheni Hani Eka Prasasti Yeremia Fajar Hertanto Devy Krisnawati Muhammad David Nur Setya Aji Martinus Okta Rudito Wijayanto Dimensi Nyanyian Gravitasi Mailina Yohana Kusuma Ningati Apfia Theresella Pramitawati Margaretha Resa Petria Retno Dewi Wahyu Wulandari Ilmi Nurlaili Intami Yessy Mellany Yehezkiel Anugrah Kusuma Jatmika Mario Setiawan Lukas Aby Hernawan Media Binar Yedeya Abrahm Bayudestar Ben Cedar Gilbert Peter Imkotta Rachel Julia Ristra Putri Raden Rara Suzana Dessya Ayuda Citra Indah Kusumawati Imanuel Arief Kurniawan
1 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4
2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 2 4 3 4 3 4 4 4 3 2 3 4 3
3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3
4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4
5 2 2 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 1 3 3 3 2 3 4 3 2 1 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3
6 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3
7 3 3 3 3 4 3 2 1 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3
8 4 3 4 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 2 3 4 3
174
9 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1 3 3 1 3 1 3 3 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 1 2
10 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 2 3 4 4
11 3 3 2 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 1 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 1 2
12 3 3 4 4 2 4 3 3 1 3 4 4 3 2 4 3 1 3 2 4 1 3 3 3 3 3 4 3 2 3 1 3 4 2
13 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3
14 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2
15 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 4 3 3 2 3 3 4 4 3 2
16 4 3 3 3 4 3 3 3 1 3 2 4 2 2 3 3 4 4 1 3 2 4 2 3 4 3 4 4 3 3 2 3 4 3
17 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 2 4 4 3
18 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 2 3 2 2 3 4 4 4 3 2 4 4 3
19 4 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 4 3 4 3 2 3 2 3
20 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 4 3 4 4 2 4 4 3 1 3 4 4 4 3 4 4 2 2 4 3
Score 70 63 65 68 69 66 69 64 57 64 69 66 54 56 71 62 75 64 58 64 57 61 57 57 71 63 74 67 71 59 54 66 69 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 13 SURAT IZIN PENELITIAN
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 14 DAFTAR HADIR SISWA
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178