PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKANKONSEP DIRI (Studi Pra Eksperimen pada Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Windriati Emban Pertiwi 131114002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Apapun yang orang katakan tentangku, aku tetap pribadi yang berharga. (Sinurat)
“ketika kau melakukan usaha mendekati cita-citamu, di waktu yang bersamaan cita-citamu juga mendekatimu. Alam semesta bekerja seperti itu” (Fiersa Besari)
““Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang disurga juga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Matius 6:14-15)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan : Tuhan Yesus yang menjadi teman dalam kesulitan maupun kebahagiaan sampai hari ini, Almamaterku, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Kedua orangtuaku tercinta, Albertus Mujiono dan Lidwina Endang Windayu Kakakku tercinta, Methodius Darmuat Abdi Buana Adik tercinta Ana Cekly Kristanti Untuk Panti Asuhan Santa Maria Pasang Surut Semua orang yang mendukungku baik dalam doa maupun bantuan secara langsung. Semua sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan menemani dalam mengerjakan. Untuk seseorang yang menjadi teman dekat, yang selalu memberi semangat dan bantuan dalam pembuatan karya ini
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI (Studi Pra Eksperimen pada Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017) Windriati Emban Pertiwi Universitas Sanata Dharma 2017 Penelitian ini bertujuan untuk mengukur: (1) peningkatan konsep diri pada remaja panti asuhan sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar; 2)signifikansi peningkatan konsep diri remaja panti sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar. Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan pendekatan One-Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian ini berjumlah 20 remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem, Temanggung. Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan Kuesioner Konsep Diri. Reliabilitas Kuesioner Konsep Diri dihitung menggunakan Alpha Cronbach, nilai reliabilitas senilai 0,939. Teknik Analisis data yang digunakan ialah teknik analisis deskriptif dengan kategorisasi distribusi normal dan Uji Nonparametrik Wilcoxon. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan; (1) terdapat peningkatan skor konsep diri sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar, 2)terdapat peningkatan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan klasikal. Kata kunci: konsep diri, bimbingan klasikal, experiential learning, media gambar.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT EFFECTIVENESS OF CLASSICAL GUIDANCE SEVICE WITH EXPERENTIAL LEARNING APPROACH USENG PICTURE MEDIA FOR SELF-CONCEPT DEVELOPMENT (Pre-Experiment Study on Adolescents of Pangrekso Dalem Orphanage in Temanggung Batch 2016/2017) Windriati Emban Pertiwi Sanata Dharma Univercity 2017 This research was aimed at measuring: (1) self-concept development of orphanage adolescents before and after receiving classical guidance service wit experiential learning approach using pictures media; (2) the significance of orphanage adolescents before and after receiving classical guidance service with experiential learning approach using pictures media. This research was pre-experiment research with One-Group PretestPosttest Design approach. The subject of this research were 20 adolescents of Pangrekso Dalem orphanage, Temanggung. The data in this research were collected using Self-Concept Questionaire. Self-Concept qoestionaire reliability was measured using Alpha Cronbach with reliability value of 0,939. The data analysiss technique used was descriptive analysis technique with Normal Distribution categorization and Wilcoxon Nonparametrix Test. The finding of this research showed: (1) There was a score increase before and after classical guidance service with experiential learning approach was given using pictures media, (2) there was a significant increase before and after classical guidance service was given. Keyword: Self-Concept, Classical Guidance, Experiental Learning, Pictures Media.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Proses penulisan skripsi ini memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis dalam mempraktekkan penulisan pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari selama pesnyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan mendampingi selama proses penyusunan. Oleh karena itu secara khusus peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Dr. Gendon Barus, M,Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling. 2. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling dan dosen pembimbing penulis selama penulisan skripsi ini yang telah mendukung, memberi semangat, dan selalu mengingatkan untuk bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membimbing dan telah memberi pengetahuan
kepada
penulis
selama
proses
perkuliahan
hingga
penyusunan skripsi ini. 4. Kedua orangtuaku tercinta yaitu bapakAlbertus MujianadanIbuLidwina Endang Windayu yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang, motivasi, doa, dukungan, dan membiayai seluruh kebutuhan demi terselesainya skripsi ini. 5. Kakak dan adikku tercintaMethodius Darmuat Abdi Buana dan Ana Cekly Kristanti yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan doa. 6. Sahabat-sahabat terbaikku, Putri, Desi, Umi, Aning yang selalu mendukung dalam susah maupun senang. 7. Teman-teman BK angkatan 2013 yang telah memberikan semangat, dan masukan demi terselesaikannya skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN MOTO ............................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYAILMIAH ......................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT .......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ................................................................................................xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. ... 1 A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1 B. Identifikasi Masalah .....................................................................................6 C. Batasan Masalah...........................................................................................6 D. Rumusan Masalah ........................................................................................7 E. Tujuan ..........................................................................................................7 F. Manfaat Hasil Penelitian ..............................................................................8 G. Definisi Istilah ..............................................................................................9 BAB II KAJIAN TEORI .....................................................................................10 A. Konsep Diri ................................................................................................10 1. Pengertian Konsep Diri ........................................................................10 2. Penggolongan Konsep Diri ..................................................................11 3. Aspek-aspek Konsep Diri ....................................................................12 4. Karakteristik Remaja yang Memiliki Konsep Diri Positif ...................13 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri .................................15
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Perkembangan Remaja ...............................................................................16 1. Pengertian Remaja ...............................................................................16 2. Ciri-ciri Masa Remaja ..........................................................................17 3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja...........................................19 4. Remaja Panti Asuhan ...........................................................................20 C. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal .......................................................22 1. Pengertian Bimbingan Klasikal............................................................22 2. Manfaat Bimbingan Klasikal ...............................................................23 3. Tahapan Layanan Bimbingan Klasikal ................................................24 D. Pendekatan Experiential Learning .............................................................26 1. Pengertian Experiential Learning ........................................................26 2. Proses Experiential Learning ...............................................................27 3. Langkah-langkah Model Pembelajaran experiential learning .............28 4. Aktivitas Inti dalam Experiential Learning .........................................28 5. Metodologi Pembelajaran Experiential Learning ................................29 E. Visual Art ..................................................................................................32 1. Pengertian Media Gambar....................................................................32 2. Klasifikasi Media Bimbingan dan Konseling ......................................32 3. ManfaatMedia Gambar ........................................................................35 4. Sifat Media Gambar dan Aktivitasnya .................................................36 5. Proses Konseling Art dengan Menggambar .........................................37 F. Penelitian Yang Relevan ............................................................................38 G. Kerangkan Berfikir.....................................................................................38 H. Hipotesis.....................................................................................................41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................42 A. Jenis Penelitian ...........................................................................................42 B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................43 C. Subjek Penelitian........................................................................................44 D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .................................................44 1. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................44 2. Instrumen Penelitian.............................................................................46
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Validitas dan Reliabilitas ...........................................................................48 1. Validitas ...............................................................................................48 2. Reliabilitas Instrumen ..........................................................................51 F. Uji Normalitas ...........................................................................................52 G. Prosedur Analisis Data ...............................................................................53 H. Teknik Analisis Data ..................................................................................56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................59 A. Hasil Penelitian .........................................................................................59 B. Pembahasan ................................................................................................65 BAB V PENUTUP ................................................................................................73 A. Kesimpulan ................................................................................................73 B. Keterbatasan Penelitian ..............................................................................74 C. Saran ..........................................................................................................75 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................77 LAMPIRAN ..........................................................................................................80
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Design Penelitian...................................................................................43 Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Bimbingan Kelompok ................................................44 Tabel 3.3 Jumlah Subjek Penelitia ........................................................................44 Tabel 3.4 Gradasi Pernyataan Item Skala Likert ...................................................47 Tabel 3.5 Kisi-kisi Konsep Diri (Sebelum Uji Coba) ...........................................48 Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Konsep Diri (Setelah Uji Coba) ............50 Tabel 3.7 Hasil Uji Kuesioner Konsep Diri ..........................................................51 Tabel 3.8 Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford ......................................52 Tabel 3.9 Tabel Uji Normalitas Kuesioner Tingkat Konsep Diri .........................53 Tabel 3.10Norma Kategorisasi ..............................................................................56 Tabel 3.11 Norma Kategorisasi .............................................................................57 Tabel 4.1 Distribusi Skor Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Menggunakan Media Gambar .............59 Tabel 4.2 Capaian Skor Selisih Pretest dan Posttest Konsep Diri Remaja Panti ...................................................................61 Tabel 4.3 Uji Sample Berpasangan Pretest dan Posttest Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung........................62 Tabel 4.4 Test Statistik ..........................................................................................64
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1Kolb’s Learning Style Model ........................................................... 27 Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Konsep Diri ...................................................... 40 Gambar 4.1 Kategorisasi Skor Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah diberikan Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media Gambar ....................................................... 60 Gambar 4.2 Sebaran Skor Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media Gambar ....................................................... 61 Gambar 4.3 Peningkatan Rata-rata Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah diberikan Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media Gambar ....................................................... 63
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1Kuesioner Konsep Diri ......................................................................80 Lampiran 2Hasil Uji Validitas Kuesioner Konsep Diri .......................................85 Lampiran 3Tabulasi Data Instrumen Skala Konsep Diri Remaja Panti (Responden/Subjek) ...................................................90 Lampiran 4Rekapitulasi Skor Skala Konsep Diri Remaja Panti Pretest dan Posttest .........................................................................94 Lampiran 5Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas (Topik: Konsentrasi Belajar) ............................................................95 Lampiran 6Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas (Topik: Berani Berbicara) ..............................................................103 Lampiran 7Foto selama Bimbingan ...................................................................109 Lampiran 8Surat Ijin Penelitian .........................................................................111
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN Bab ini mepaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi istilah. A. Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan gambaran orang tentang dirinya (Hurlock, 1989). Konsep diri menjadi hal penting bagi setiap orang. Hal tersebut dikarenakan perkembangan konsep diri sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi seseorang. Konsep diri juga sangat berpengaruh terhadap relasi dengan orang lain. Konsep diri bukan merupakan bawaan dari lahir tapi konsep diri terbentuk berdasarkan hasil belajar seseorang. Proses belajar seseorang bisa didapat dimana pun seseorang tinggal dan berada. Sehingga pendidikan dilingkungan seseorang tinggal dan berada sangat berpengaruh bagi terbentuknya konsep diri seseorang seperti lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah serta lingkungan pergaulannya. Lingkungan keluarga merupakan awal bagi seseorang mengenal dan belajar segala sesuatunya termasuk belajar mengenal diri sendiri maupun belajar mengenal orang lain. Lingkungan keluarga juga membentuk seseorang dalam memandang dirinya. Sehingga pendidikan keluarga menjadi dasar bagi perkembangan seseorang untuk menjadi pribadi yang utuh. Meskipun orang tua merupakan salah satu orang yang berpengaruh
dalam
perkembangan
1
kepribadian
seorang
anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
kenyataannya banyak anak yang tidak bisa hidup satu atap dengan orang tuanya dengan berbagai alasan. Seperti anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan, mereka tidak bisa tinggal bersama orang tua kandungnya serta keluarganya. Dengan berbagai alasan seorang anak dititipkan di Panti Asuhan, seperti masalah ekonomi, kehamilan diluar nikah, perceraian orang tua, kematian orang tua, penelantaran anak dan masalah-masalah lainnya. Dikatakan bahwa sikap orang-orang yang signifikan sangat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri anak. Sikap seseorang terhadap dirinya sangat dipengaruhi oleh cara tokoh-tokoh
signifikan
memperlakukannya,
terutama
pada
masa
anak/mudanya, yaitu pada waktu anak belum mampu menyaring benar tidaknya, tepat tidaknya yang dikatakan orang lain. Anak cenderung menganggap benar apa saja yang dikatakan orang lain. Sehingga jika orang-orang yang signifikan dalam hidupnya seperti orang tua, guru, teman sebaya dan orang lain yang berpengaruh baginya, merendahkan, meremehkan, mempermalukannya, menolaknya maka sikap anak terhadap dirinya pun negatif atau biasanya disebut konsep diri negatif. namun jika anak diterima, dihargai, dicintai, maka anak akan menerima, menghargai, dan mencintai dirinya. Sehingga akan terbentuk konsep diri yang positif. Sehingga kehadiran orang-orang yang signifikan sangat penting bagi pembentukan konsep diri seorang anak. Berdasarkan
wawancara
dengan
seorang
mahasiswi
yang
sebelumnya pernah PPL di panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
dapat ditemukan beberapa permasalahan seperti ada beberapa remaja kurang percaya diri ketika disuruh untuk berbicara didepan umum, ada beberapa remaja yang menganggap bahwa sekolahnya kurang bermutu, ada beberapa anak yang cenderung menutup diri, ada beberapa anak yang belum bisa menerima kekurangannya. Serta tidak adanya bimbingan kelompok terjadwal yang ada dipanti asuhan tersebut. Jika hal seperti ini dibiarkan maka kemungkinan besar akan membentuk konsep diri anak panti kearah negatif (konsep diri negatif) yang terjadi ketika hal tersebut dibiarkan yakni anak menjadi minder, tidak berani mengungkapkan pendapat karna takut, merasa dirinya tidak berharga sebagai anak panti dan kemungkinan prestasinya bisa memburuk. Berdasarkan
permasalahan-permasalahan
yang
terjadi
yang
mengakibatkan banyak anak yang harus tinggal di Panti asuhan, maka salah satu usaha pemerintah yaitu dengan menyediakan lembaga-lembaga yang menampung dan merawat anak-anak dengan permasalahan tertentu. Salah satu lembaga tersebut ialah panti asuhan. Panti Asuhan merupakan lembaga yang bertugas merawat anak-anak yatim piatu maupun anak-anak dengan
permasalahan
lain.
Panti
asuhan
merupakan
tempat
berkembangnya seorang anak yang tinggal di panti tersebut. Tempat untuk anak mengekspresikan diri seperti yang seharusnya mereka terima dalam keluarga. Mentri sosial Khofifah (Gresnews.com) mengatakan bahwa setidaknya 4,1 juta anak terlantar, diantaranya 5.900 mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
penelantaran, 3.600 bermasalah dengan hukum, 1,2 balita terlantar, dan anak jalanan sebanyak 34 ribu. Data tersebut yang menjadi salah satu alasan pemerintah bahwa perlu adanya lembaga-lembaga yang mampu menolong anak-anak dengan permasalahan diatas. agar anak mendapatkan kesempatan yang sama seperti anak-anak lain yang bisa hidup didalam keluarga. Di Panti ini anak-anak juga bisa merasakan kasih sayang melalui pengasuh-pengasuh yang sudah seperti orang tua mereka. Berdasarkan persoalan-persoalan di atas hal ini menggerakan peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan Bimbingan Kelompok berbasis exsperiential learning menggunakan media gambar. Bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik dalam memberikan bantuan kepada anak dalam menyelesaikan permasalahannya. Melalui bimbingan kelompok diharapkan, remaja panti dapat melihat hal positif dalam diri sebagai potensi dalam dirinya yang dapat dibanggakan. Sehingga remaja panti dapat semakin berkembang kepribadiannya sesuai dengan tahap perkembangan yang mereka jalani saat ini. Bimbingan yang akan diberikan beberapa kali diharapkan bisa memberi dampak yang lebih baik lagi untuk perkembangan kepribadian remaja panti khususnya pembentukan konsep diri positif. Peran pembimbing dan pengasuh dalam mendampingi dengan penuh kasih sayang dan ketulusan menjadi faktor penting untuk anak mendapatkan kenyamanan saat proses bimbingan. Untuk memberikan layanan bimbingan peneliti merasa bahwa perlu adanya metode yang tidak membuat remaja bosan saat mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
bimbingan untuk itu peneliti memilih metode experiential learning. Bimbingan kelompok berbasis Experiential Learning merupakan metode belajar yang menekankan pengalaman. Dengan experiential learning diharapkan remaja panti bisa belajar dengan pengalaman selama proses bimbingan berlangsung baik pengalaman dirinya maupun pengalaman orang lain. Hal ini menjadi nilai positif karena remaja terlibat dalam proses sehingga remaja akan termotivasi dari pengalaman orang lain yang dilihatnya selama proses bimbingan. Metode experiential learning ini diharapkan mampu memberi dampak positif bagi remaja panti. Mengingat bahwa di Panti tersebut tidak ada layanan bimbingan terjadwal bagi anakanak. Penggunaan media dalam pemberian layanan bimbingan menjadi faktor pendukung dalam mencapai keberhasilan terhadap topik yang ingin dituju. Salah satunya penggunaan media gambar. Media gambar merupakan sarana dalam membantu anak untuk mengekspresikan perasaannya. Penggunaan media gambar diharapkan semakin menambah pengalaman untuk semakin belajar mengenali diri sendiri dan mampu meningkatkan konsep diri remaja panti. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2015) pada 21 anak dengan kriteria tertentu dengan menyamakan sebanyak mungkin kondisi homogenitas penggunaan media gambar mampu meningkatkan konsep diri positif secara signifikan senilai Sig. (2 tailed) (0,00). Sehingga media gambar tepat digunakan sebagai media untuk meningkatkan konsep diri anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
Berkaitan dengan hal ini peneliti tertarik untuk meneliti disalah satu Panti yang diduga ada permasalahan mengenai konsep diri untuk ditingkatkan ke arah yang semakin positif. Metode yang digunakan melalui bimbingan kelompok dengan media gambar. Judul penelitian ini yaitu “Efektivitas Layanan Bimbingan Klasikal Dengan Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media Gambar Untuk Meningkatkan Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun ajaran 2016/2017”. B. Identifikasi masalah Berangkat dari latar belakang tersebut terkait dengan konsep diri remaja di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya kepercayaan diri remaja panti untuk berbicara didepan umum. 2. Kurangnya pemahaman remaja panti mengenai pentingnya sekolah untuk masa depan. 3. Kurang adanya pemahaman beberapa remaja mengenai penerimaan diri. 4. Belum adanya layanan bimbingan terjadwal di Panti tersebut. 5. Belum adanya penggunaan media dalam pemberian layanan bimbingan. C. Batasan Masalah Pada penelitian ini, fokus kajian diarahkan untuk menjawab masalah yang teridentifikasi khususnya penerimaan diri dan pemahaman pentingnya sekolah. Maka fokus judul yang digunakan yaitu Efektivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
Layanan Bimbingan Klasikal Dengan Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media Visual Art untuk Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2017/2017. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah dan identifikasi masalah maka rumusan masalah peneliti yaitu adalah 1.
Seberapa tinggi konsep diri remaja panti Asuhan Pangrekso Dalem Temangggung tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar?
2.
Apakah terdapat peningkatan signifikan konsep diri remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temangggung tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah 1. Mengukur peningkatan konsep diri remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temangggung tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan
layanan
bimbingan
klasikal
dengan
pendekatan
experiential learning menggunakan media gambar. 2. Mengukur signifikansi konsep diri remaja panti Asuhan Pangrekso Dalem Temangggung Tahun Ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
mendapatkan
layanan
bimbingan
klasikal
dengan
pendekatan
experiential learning menggunakan media gambar. F. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi ilmu pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling, khususnya dalam kaitannya antara konsep diri remaja yang tinggal di panti. 2. Manfaat Praktis a. Bagi remaja panti Membantu remaja agar semakin berkembang terutama kepribadiannya kearah yang lebih positif.Membantu remaja untuk lebih peka terhadap dirinya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan segera agar tidak berkembang menjadi hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri.Membantu remaja untuk semakin mengenali kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri. b. Bagi pengasuh Memberikan informasi kepada pengasuh tentang pentingnya konsep
diri
bagi
remaja
panti
sehingga
dapat
menjadi
pertimbangan dalam memberikan pengasuhan didalam panti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
c. Bagi peneliti Menambah
pengalaman
dan
wawasan
dalam
memberikan
pendampingan terhadap anak dan Mengimplementasikan ilmu yang sudah didapat selama dibangku kuliah didalam proses bimbingan nyata dilapangan. G. Definisi istilah 1.
Konsep diri adalah gambaran orang tentang dirinya yang dipengaruhi oleh sikap orang-orang yang signifikan dalam hidupnya dalam memperlakukannya seperti guru, orang tua, teman sebaya dan orangorang lain dalam hidupnya.
2.
Panti asuhan adalah lembaga yang bertugas membantu dan merawat anak dengan permasalahan-permasalahan tertentu.
3.
Bimbingan kelompok adalah salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah. Suasana kelompok menjadi wahan untuk masing-masing anggota kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan kepentingan dirinya dengan masalahnya.
4.
Experiential Learning merupakan pembelajaran dengan penekanan pada individu-individu yang memiliki pengalaman langsung atas bahan pembelajaran dan tidak terbatas pada pendidikan formal.
5.
Media gambar adalah media visual berupa gambar yang dihasilkan melalui proses menggambar dan menggunakanmedia berupa gambar yang digunakan dalam proses bimbingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
BAB II KAJIAN TEORI Bab ini di paparkan secara singkat mengenai konsep diri, perkembangan remaja, remaja panti asuhan, bimbingan kelompok, experiential learning, media gambar, penelitian yang relevan, kerangka berfikir, hipotesis. Masing-masing pokok bahasan tersebut dijelaskan sebagai berikut. A. Konsep Diri 1.
Pengertian Konsep diri Menurut Rahmat (2003) konsep diri merupakan cara individu memandang atau melakukan penilaian mengenai dirinya sendiri. konsep diri merupakan hal penting yang akan menentukan bagaimana seseorang memandang dirinya. Menurut Burns (1993) konsep diri adalah satu gambaran dari apa yang kita pikirkan tentang apa yang orang lain pikirkan mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Agustiani (2006) mengatakan konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman
yang
diperoleh
dari
interaksi
dengan
lingkungan. Konsep diri bukan merupakan bawaan lahir merlainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Fitts (Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa konsep diri adalah aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri menjadi kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Hartinah (2009) konsep diri adalah gambaran diri tentang aspek fisiologis maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
psikologis yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam halnya penyesuaian diri. Dari definisi beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk
melalui
pengalaman-pengalaman
dari
interaksi
dengan
lingkungan sekitarnya. Konsep diri juga menjadi aspek penting dalam diri seseorang terutama karna konsep diri menjadi kerangka acuan seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan luar. Sehingga pengaruh dari orang-orang sekitarnya terutama tempat dimana seseorang tinggal terlibat dalam membentuk konsep diri seseorang. 2.
Penggolongan Konsep Diri Menurut Burns (1993), konsep diri digolongkan menjadi dua yaitu konsep diri tinggi atau konsep diri positif dan konsep diri rendah atau konsep diri negatif. a. Konsep diri tinggi Konsep diri tinggi sebagai sinonim dari konsep diri positif. Burns (1993), mengatakan bahwa konsep diri yang tinggi menunjukan adanya penghargaan diri yang tinggi, evaluasi diri yang tinggi, perasaan harga diri yang positif, dan evaluasi diri yang positif. orang yang memiliki konsep diri tinggi umumnya akan menerima keadaan diri mereka sendiri. b. Konsep diri rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
Konsep diri rendah sebagai sinonim dari konsep diri negatif. konsep diri rendah menunjukan adanya evaluasi diri yang negatif, membenci diri, perasaan rendah diri dan tiadanya perasaan menghargai pribadi dan penerimaan diri. 3.
Aspek-aspek Konsep Diri Agustiani (2006) membagi konsep diri ke dalam beberapa aspek seperti berikut ini: a. Aspek fisik Aspek fisik disini meliputi bagaimana persepsi seseorang terhadap keadaan fisiknya seperti penampilan dirinya (cantik, ganteng, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya seperti tinggi, pendek, gemuk, kurus. Sehingga membentuk persepsi masing-masing orang yang jika persepsinya negatif maka seseorang memandang dirinya menjadi hal yang buruk, dan begitu juga sebaliknya. b. Aspek psikologis Aspek ini meliputi penilaian mengenai psikisnya seperti perasaannya atau persepsinya tentang keadaan pribadinya. Hal ini dipengaruhi oleh sebagaimana puas seseorang puas terhadap pribadinya. Termasuk label-label yang dikenakan pada dirinya bukan hanya menggambarkan tentang dirinya, tapi juga dengan nilai-nilainya seperti harga diri dan kepercayaan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
c. Aspek sosial Aspek ini meliputi penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun dengan lingkungan sekitarnya. Aspek tersebut seperti perasaan diterima dan dihargai dalam berinteraksi dengan orang lain. Seseorang tidak dapat mengatakan dirinya memiliki pribadi yang baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain yang menunjukan bahwa ia memang memiliki pribadi baik. d. Aspek moral Aspek ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Bagaimana seseorang memandang dirinya berdasarkan nilai-nilai yang ada dimasyarakat dan etika yang seharusnya. Aspek tersebut menyangkut hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk. 4.
Karakteristik Remaja yang Memiliki Konsep Diri Positif Konsep diri seseorang bergerak kearah negatif dan positif (Burns, 1993). Dengan respon yang didapat dari orang lain mengenai dirinya terutama orang tua. Respon yang dimaksud adalah persepsi dari orang tua dan orang terdekatnya dalam merespon seseorang. Jika seseorang diperlakukan baik, maka orang tersebut akan meniru untuk melakukan baik pula. Namun jika selama masa perkembangannya seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
diperlakukan buruk, maka seseorang tersebut akan melakukan hal yang sama terhadap orang lain. Menurut Burns (1993) seseorang yang memiliki konsep diri positif yaitu seseorang yang mampu memodifikasi nilai-nilai dan prinsipprinsip yang sebelumnya dipegang dengan teguh dan dipandang dari sudut pengalaman baru, tidak adanya kekawatiran terhadap masa lalu dan masa yang akan datang, memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan permasalahannya seperti kegagalan-kegagalan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, mampu menerima diri sebagai seorang pribadi yang sama berharganya dengan orang lain meskipun adanya perbedaan dari setiap pribadi. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Susana (Tim Familya, 2006), apabila seseorang memiliki konsep diri positif, maka akan memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, segala perilakunya tertuju pada keberhasilan. Seseorang yang memiliki konsep diri yang positif ia akan berjuang dan tidak mudah putus asa untuk selalu mewujudkan konsep dirinya seperti anak merasa pandai, maka ia akan membuktikan keyakinannya tersebut. Menurut Arini (Tim Familya, 2006), seseorang yang memiliki konsep diri positif yakni ketika menghadapi kegagalan akan bersikap lebih positif, menerima diri apa adanya, bersikap optimis, realistis, dan menilai kelebihan dan kekurangannya secara positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Berdasarkan penjelasan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa karakteristik remaja yang memiliki konsep diri positif yaitu: a. Cenderung menyenangi dan menghargai diri mereka sendiri, sebagaimana sikap mereka terhadap oran lain. b. Memiliki rasa aman dan percaya diri yang tinggi untuk menyelesaikan permasalahannya bahkan ketika menghadapi kegagalan. c. Mampu menerima diri dan memandang sekitarnya sebagai tempat yang menyenankan. Mereka memiliki kemampuan memodifikasi nilai dan prinsip yang sebelumnya dipegang teguh dan tidak memiliki kekawatiran terhadap masa lalu dan masa depan. d. Mampu menilai kekurangan dan kelebihannya secara positif. 5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri a. Orang lain Konsep diri seseorang terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain tentang dirinya. Biasanya hal tersebut dipengaruhi oleh orang-orang yang sangat penting bagi dirinya seperti orang tua dan saudaranya. Orang-orang tersebut biasanya disebut significant others.Significant others adalah orang tua dan saudaranya.Dari orangorang tersebutlah seseorang membentuk konsep dirinya khususnya waktu
masih
anak-anak. Jika sudah dewasa, individu
yang
bersangkutan akan menghimpun semua penilaian orang-orang yang pernah berhubungan dengannya. Konsep ini disebut generalized
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
others, yakni pandangan seseorang mengenai dirinya berdasarkan pandangan orang lain terhadap dirinya. b. Kelompok Acuan Setiap orang adalah anggota masyarakat dan setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantaranya kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu. Kelompok inilah yang memengaruhi konsep diri seseorang. c. Penyikapan Diri Devito (Hutagalung, 2007) mendefinisikan self disclosure sebagai bentuk komunikasi dimana informasi tentang diri sendiri yang biasanya disimpan atau disembunyikan, dikomunikasikan pada orang lain.
Penyikapan
ini
terjadi
bila
individu
secara
sukarela
mencerminkan mengenai dirinya pada orang lain, sehingga orang tersebut menjadi senang karena mendapat informasi langsung dari yang bersangkutan. Devito juga membedakan penyikapan diri atas lima dimensi, yaitu: 1) Ukuran penyikapan diri; 2) Valensi penyikapan diri; 3) Kecermatan dan kejujuran; 4) Tujuan dan maksud; 5) Keintiman. B. Perkembangan Remaja 1. Pengertian Remaja Hartinah
(2011),
Remaja
dalam
bahasa
aslinya
disebut
adolescence, berasal dari bahasa addolescene yang artinya, “tumbuh dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
tumbuh untuk mencapai kematangan”. Menurut Peaget (Hurlock, 1991) remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi julam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa berada dibawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak tergolong anak-anak, tapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. 2. Ciri-ciri Masa Remaja Menurut Hurlock (2002), Masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri tersebut diuraikan dibawah ini: a. Masa Remaja Sebagai Periode Yang Penting Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. b. Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan Peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan lainnya. Pada masa ini remaja mulai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
mencoba-coba hal baru dan berusaha menentukan perilaku, nilai sifat yang paling sesuai. c. Masa Remaja Sebagai Usia Bermasalah Pada masa ini remaja menganggap dirinya mampu mandiri dan tidak mau meminta bantuan orang dewasa. Kadang yang terjadi adalah orang tua dan anak mengalami perbedaan pendapat hingga yang terjadi seringkali masalah muncul. Pada masa ini remaja menganggap apa yang ia putuskan adalah hal yang benar. d. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Jati Diri Pada masa ini remaja mulai mencari identitas dirinya dengan cara mencari figur yang dapat dijadikan contoh baginya. Remaja mulai menginginkan diri yang sesuai dengan dirinya. jika remaja menyadari segala kelebihan yang dimilikinya dan mampu mengembangkannya maka konsep dirinya positif. e. Masa Remaja Sebagai Usia Yang Menimbulkan Ketakutan Didalam masyarakat pandangan terhadap remaja cenderung negatif. remaja seringkali takut tidak mampu mengatasi permasalahan yang dialaminya tersebut hal ini berpengaruh terhadap konsep dirinya. f. Masa Remaja Sebagai Masa Yang Tidak Realistik Pada masa ini remaja kurang mampu bersikap rasional dan kurang objektif terhadap dirinya dan lingkungannya. Sehingga hal ini sering menyebabkan remaja mengalami kegagalan dan kekecewaan yang berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
g. Masa Remaja Sebagai Masa Ambang Masa Dewasa Pada masa ini merupakan awal dari masa depan remaja tersebut. Jika pada masa ini remaja mampu membawa diri kearah positif artinya tidak mudah terpengaruh dengan pergaulan yang negatif maka konsep dirinya akan positif. Begitu juga dengan sebaliknya. 3. Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Remaja Hurlock (Hartinah, 2011), tugas perkembangan yang harus dilalui oleh seorang remaja yaitu: a. Mampu menerima keadaan fisiknya b. Mampu dan memahami peran seks usia dewasa c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlain jenis d. Mencapai kemandirian emosional e. Mencapai kemandirian ekonomi f. Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua. h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan kelua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
4. Remaja Panti Asuhan Remaja dipanti asuhan adalah semua anak panti yang tergolong dalam masa remaja. Menurut kementrian sosial panti asuhan adalah lembaga sosial yang memiliki tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi anak yatim, piatu, yatim piatu yang kurang mampu, dan terlantar agar seseorang tersebut mampu berkembang secara wajar sesuai tahap perkembangannya. Pada masa remaja ini tugas perkembangan yang harus dijalani oleh seorang remaja. Hurlock (Hartinah, 2011) menyebutkan bahwa tugas perkembangan yang harus dilalui oleh remaja diantaranya mampu menerima keadaan fisik, mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlawan jenis, memahami, menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua, dan mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. Remaja panti asuhan sama halnya dengan remaja pada umumnya yang juga melalui tahap-tahap perkembangannya. Panti asuhan adalah lembaga kesejahteraan sosial yang bertugas memberikan kesejahteraan sosial bagi orang-orang terlantar karena perasalahan tertentu, memberikan pelayanan sebagai pengganti orang tua yang seharusnya mereka terima agar anak-anak tersebut mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapannya. Sehingga anak-anak tersebut mampu melewati setiap tahap perkembangan dengan sebaik-baiknya dan nantinya menjadi penerus bangsa yang berkualitas dan bisa diandalkan. Banyak keluarga yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
dapat
menjalankan
fungsinya
dengan
keterlantaran anak. Beberapa penyebab
baik
dan
mengakibatkan
yaitu:
1) Orang tua meninggal dan tidak ada anggota keluarga lain yang merawatnya. 2) Orang tua kesulitan dalam masalah ekonomi atau dapat dibilang miskin, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan anak. 3) Orang tua tidak sanggup menjalankan fungsinya karena menderita sakit kronis dan alasan lainnya. Konsep diri yang dikembangkan oleh remaja panti asuhan dapat merupakan konsep diri positif maupun konsep diri negatif. remaja yang mengembangkan konsep diri positif akan mampu menghargai diri sendiri (penerimaan diri tinggi), memiliki perasaan aman dan percaya diri tinggi, menerima kekurangan dan kelebihan diri secara positif dan memiliki kemampuan memodifikasi nilai atau biasanya seseorang mampu menyesuaikan diri dalam situasi apapun. Hal-hal tersebut akan mengakibatkan terbentuknya penilaian diri yang positif. Dengan penilaian positif mengenai diri mereka maka akan mengakibatkan seseorang memiliki harga diri yang tinggi mengenai diri sendiri. Sedangkan pengembangan konsep diri negatif biasanya ditandai dengan cenderung sulit menerima pendapat dari orang lain, cenderung mengasingkan diri (menyendiri), sulit mengakui kesalahannya, dan kurang mampu mengungkapkan perasaannya. Hal tersebut yang menjadikan terbentuknya harga diri yang rendah bagi seorang anak. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
tersebut dikarenakan kurang adanya perasaan tidak berharga dan tidak mampu. Sehingga akan menghambat perkembangan seseorang terutama perkembangan pribadi secara utuh. Fitts (Agustiani, 2006) mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut. pada umumnya tingkah laku seseorang berkaitan dengan gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri. jika seseorang mempersepsi diri sebagai orang yang inferior dibandingkan orang lain, walaupun itu belum tentu benar, biasanya tingkah laku yang ia tampilkan akan berhubungan dengan kekurangan yang dipersepsinya secara subjektif. C. Hakikat Layanan Bimbingan klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal Dalam membantu
mengoptimalkan perkembangan pribadi peserta
didik ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling. Salah satunya yaitu dengan memberikan layanan bimbingan klasikal. Nurihsan
(2011:23)
menjelaskan
bahwa
bimbingan
klasikal
merupakan pemberian bantuan kepada individu yang dilaksanakan dalam jumlah yang besar. Sedangkan menurut permendikbud nomor 111 tahun 2014 bimbingan klasikal merupakan layanan yang dilakukan dengan tatap muka secara rutin, dilakukan dengan setting kelas, dan diberikan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
setiap siswa. Bidang bimbingan yang diberikan yakni pribadi, sosial, belajar dan karir (Kemendikbud, 2014). Winkel dan Hastuti (2004) mengatakan bahwa bimbingan klasikal merupakan istilah yang digunakan dalam institut pendidikan yang merujuk pada sejumlah siswa yang dikumpulkan untuk melakukan kegiatan bimbingan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
bimbingan
klasikal
adalah
kegiatan
bimbingan
secara
langsung/tatap muka antara guru BK dan siswa yang membahas topiktopik mengenai bidang pribadi, sosial, belajar dan karir, yang dilakukan dalam jumlah siswa banyak. 2. Manfaat Bimbingan Klasikal Manfaat bimbingan klasikal menurut Depdiknas (2004) yaitu sebagai berikut: a. Siswa semakin memahami dirinya sendiri seperti bakat, minat, potensi, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses bersosialisasi. c. Siswa semakin tertarik, termotivasi, dan berminat untuk belajar, lebih giat agar mendapat hasil belajar yang baik. d. Siswa semakin mampu menyelesaikan permasalahannya dan mampu mengambil keputusannya sendiri dalam hidupnya, serta mampu membuat perencanaan kegiatan yang berguna dalam hidupnya. e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai-nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
f. Siswa semakin mampu memahami dan menerima dirinya sendiri. 3. Tahapan Layanan Bimbingan Klasikal Tahapan-tahapan dalam bimbingan menurut Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling SMP Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kerja Kependidikan (2016) dijelaskan sebagai berikut: a. Prabimbingan 1) Menyusun RPL 2) Pembentukan Kelompok b. Pelaksanaan 1) Pembukaan a) Menciptakan suasana saling mengenal, rileks, dan hangat. b) Menjelaskan tujuan dan manfaat bimbingan. c) Menjelaskan peran masing-masing anggota dan pembimbing dalam proses pelaksanaan bimbingan. d) Menjelaskan aturan-aturan yang ada selama proses bimbingan berlangsung. e) Memotivasi anggota untuk saling terbuka satu sama lain. f) Memotivasi anggota agar mampu mengungkapkan harapanharapannya dan mampu merumuskan niat bersama. 2) Transisi a) Melakukan kegiatan selingan berupa permainan kecil yang melibatkan semua anggota.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
b) Mengulang kembali tujuan dan kesepakatan bersama. c) Memotivasi
anggota
agar
mampu
terlibat
aktif
dalam
pelaksanaan. d) Mengingatkan anggota bahwa kegiatan akan segera masuk kegiatan inti. 3) Inti a) Membantu siswa untuk mampu mengungkapkan topik yang perlu dibahas. b) Menetapkan topik untuk diintervensi bersama. c) Mendorong semua anggota agar mampu terlibat aktif. d) Mengulas kembali secara singkat hasil yang telah dicapai dari pertemuan sebelumnya. 4) Penutup a) Mengungkapkan kesan dan keberhasilan yang dicapai oleh setiap anggota. b) Merangkum hasil dari kegiatan. c) Menyampaikan kegiatan lanjutan d) Menyampaikan bahwa kegiatan akan segera berakhir. e) Menyampaikan pesan serta harapan setelah diberikan bimbingan. c. Pasca Bimbingan 1) Melakukan evaluasi perubahan yang dicapai. 2) Menetapkan tindak lanjut dari kegiatan. 3) Menyusun laporan bimbingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
D. Pendekatan Experiential Learning 1. Pengertian Experiential Learning Experiential learning adalah suatu pendekatan didalam pemberian layanan bimbingan kelompok menggunakan dinamika yang efektif bagi perkembangan individu yang terlibat. Dikatakan efektif ketika mampu menghadirkan suasana jiwa yang diantara peserta yang terlibat, meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif, meningkatkan minat atau gairah untuk semakin terlibat dalam proses, memungkinkan terjadinya katarsis, dan meningkatkan kemampuan sosialnya (Prayitno, dkk, 1998:90). Kolb mengatakan experiential learning: experience as tha source of learning and development” dalam pernyataan tersebut terdapat makna bahwa pengalaman nyata peserta didik. Peserta didik berperan aktif selama dalam mengikuti kegiatan layanan bimbingan tersebut. Experiential learning adalah suatu proses siswa membangun dan menyusun ketrampilan dan nilai langsung. Sehingga dapat diartikan bahwa experiential learning memfokuskan pada pengalaman yang dialami individu selama kegiatan. Pengalaman individu selama mengikuti kegiatan tersebut merupakan proses belajar yang mengalami perubahan, agar mampu meningkatkan efektivitas hasil belajar individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
2. Proses Experiential Learning Kolb menjelaskan empat tahapan dalam model pembelajaran, siklus pembelajaran model experiential learning disajikan dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kolb’s Learning Style Model Lebih lanjut, Kolb juga memaparkan keempat tahapan model pembelajaran experiential learning yakni: a. Concrete experience. Pada tahap ini siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman barunya. b. Observations and reflections. Pada tahap ini siswa mengobservasi dan merefleksikan atau memikirkan pengalamannya dari berbagai segi. c. Formation of abstract concepts and generalizations. Pada tahap ini siswa menciptakan konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
d. Testing implications of concepts in new situations. Pada tahap ini siswa menggunakan teori tersebut untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan. 3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiential Learning. Kolb
(2015)
menjelaskan
empat
tahapan
model
pembelajaran, siklus model experiential learning disajikan dalam Gambar 2.2.
Concrete experience
Testing implications of concept in new situations
Observations and reflections
Formation of abstract concepts and generalizations
4. Aktivitas Inti dalam Experiential Learning Menurut Supratiknya (2011) ada beberapa aktivitas dalam tahap proses experiential antara lain refleksi dan sharing. Refleksi adalah menghadirkan kembali dalam batin individu aneka pengalaman yang sudah terjadi, untuk menemukan makna dan nilai-nilai yang lebih dalam. Sehingga adanya refleksi memiliki tujuan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
mendidik, yang berarti memiliki peran sebagai sarana penghubung antara
pengalaman
pribadi
dan
pengalaman
belajar.
Sharng
merupakan membagikan hasil pikiran dan perasaan yang muncul sebagai hasil refleksi kepada orang lain sebagai hasil dari proses belajar.
Dalam
melakukan
sharing
semua
anggota
harus
mendengarkan agar mampu menangkap makna dan nilai dari apa yang disharingkan. 5. Metodologi Pembelajaran Experiential Learning Abella (Supratiknya, 2011) merumuskan delapan metode khas pembelajaran experiential learning, metode tersebut yakni: a. Metode Diskusi Kasus Metode diskusi kasus ini memanfaatkan studi kasus, yaitu deskriptif tentang uatu situasi yang disajikan baik secara tertulis, lewat rekaman audio, tau lewat video, untuk disimak atau dipelajari oleh peserta dan kemudian mendiskusikannya dengan panduan pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan oleh fasilitator. Sebaiknya diskusi difokuskan pada isu-isu yang terdapat di dalam situasi yang didiskripsikan: seperti tindakan apa yang perlu dilakukan atau pelajaran-pelajaran apa yang bisa dipetik, serta cara mengatasi atau mencegah agar situasi sejenis tidak terjadi b. Simulasi dan Games Games atau permainan adalah aktivitas bermain yang diformalkan, lazimnya tidak terkait angsung dengan situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
kehidupan nyata. Peserta diharapkan mencapai tujuan tertentu dalam batas-batas yang ditetapkan lewat serangkaian aturan main. Aturan main ini menentukan jenis aktivitas yang harus dilakukan dan kapan permainan harus diakhiri. Simulasi mempresentasikan situasi kehidupan nyata tertentu, tetapi komponen-komponen dan saling berhubungan antar komponen itu ditampilkan sedemikian rupa sehingga bisa dimanipulasikan atau dikendalikan oleh peserta mengikuti kerangka waktu yang ditentukan. c. Latihan Bermain Peran Dalam latihan bermain peran, peserta mensimulasikan sebuah situasi interaktif nyata atau hipotetis. Misal, memainkan peran siswa yang sering membuli temannya. Simulasi ini lazimnya dilakukan dengan diskusi dan analisis, untuk mengetahui bagaimana interaksi itu dirasakan dan dihayati, apa yang terjadi, dan mengapa demikian. Peserta bisa memperoleh umpan balik tentang tingkah lakunya selama bermain peran. d. Diskusi Kelompok Dalam metode diskusi kelompok ini peserta diberi kesempatan untuk bertukar pikiran secara bebas, baik dalam kelas besar maupun kelompok-kelompok kecil. Aturan dalam diskusi ini disampaikan kepada seluruh pesrta. Fasilitator bertanggung jawab untuk membuat diskusi kelompok tersebut hidup dan menyatukan berbagai gagasan serta pendapat, hingga menarik kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
e. Latihan Individual Dalam
latihan
individual
peserta
diminta
untuk
mengerjakan sendiri-sendiri, lazimnya berupa tugas mentransfer atau menerapkan isi atau hasil pelajaran dari program kegiatan yang baru diikutinya ke dalam situasi kehidupan masing-masing. Tujuan latihan individual adalah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan hasil yang diperoleh dari program, menguji
pemahaman
atau
memeriksa
sejauh
mana
hasil
pembelajaran bisa diterapkan dalam kehidupan masing-masing. f. Presentasi/Lekturet Presentasi/lekturet merupakan bentuk komunikasi atau penyampaian terstruktur atau yang disiapkan dan bersifat satu arah dari pihak penyaji atau penceramah kepada peserta. Peserta bisa mengajukan pertanyaan namun dibatasi. Dalam penyampaian biasanya menggunakan alat bantu visual yang digunakan untuk mendukung presentasi. g. Modelling Perilaku Dalam modelling perilaku peserta diberi contoh cara bertingkah laku dalam menghadapi situasi tertentu. Langkah-langkah tersebut biasanya didemontrasikan melalui rekaman video. Kemudian peserta diminta berlatih dan diminta untuk menerapkan langkahlangkah tersebut. sesudah itu peserta diminta umpan balik kepada peserta ditunjukan dalam hal apa saja yang perlu ditingkatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
E. Visual Art 1. Pengertian Media Gambar Menurut AECT (Nursalim 2013) media adalah sebagai segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk memproses penyaluran pesan. Miarso (Nursalim 2013) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa media bimbingan dan konseling adalah wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan bimbingan dan konseling, tujuan yang ingin dicapai ialah perkembangan siswa secara optimal. Selanjutnya penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa/klien tertarik pada layanan bimbingan dan konseling, serta untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajari lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam melakukan ketrampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling. Seni visual didefinisikan sebagai proses-proses dalam bidang seni yang berfokuspada penglihatan yang mewakilirealitas simbol. Seni visual mencakup secara luas dalam bidang media, termasuk lukisan, gambar, fotografi, dan patung Malchiodi dkk (Glading, 2010). 2. Klasifikasi Media Bimbingan dan Konseling Nursalim (2013) klasifikasi media bimbingan dan konseling diuraikan dibawah ini berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
a. Kelompok Media Grafis Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide, gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan diingat siswa. Yang termasuk media grafis yaitu: 1) Grafik, yaitu penyajian data berangka melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol. 2) Diagram, yaitu gambaran yang sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis simbol. 3) Bagan, yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan suatu proses, perkembangan, atau hubunganhubungan penting. 4) Sketsa, yaitu gambar yang sederhana atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk gambar. b. Media Bahan Cetak Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan. Jenis media bahan cetak ini diantaranya adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
1) Buku teks, yaitu buku yang membahas cara memecahkan masalah atau cara mengembangkan diri. Dalam bimbingan dan konseling buku teks biasanya berupa bibliokonseling. 2) Modul, yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain
sedemikian rupa guna memperlancar
pelaksanaan layanan informasi dan bimbingan klasikal. c. Media Gambar Diam Media gambar diam adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi. Jenis media gambar ini adalah foto. Media gambar diam ini dapat digunakan untuk berbagai macam layanan bimbingan dan konseling misalnya untuk menjelaskan entang macam-macam pelanggaran yang sering dilakukan siswa, menjelaskan prestasi yang diraih oleh siswa, menjelaskan tentang kegiatan pengembangan diri
siswa, MOS, kegiatan
ekstrakurikuer dan
sebagainya. d. Media Film Film merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya. Ada beberapa jenis film, diantaranya film bisu, film bersuara, dan filmgelang yang ujungnya saling bersambungan dan proyeksinya tak memerlukan penggelapan ruangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
e. Multimedia Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Contohnya suatu modul belajar yang terdiri dari bahan cetak, bahan audio, dan bahan audiovisual. 3. Manfaat Visual Art Adapun manfaat penggunaan seni visual art yakni sebagai berikut a. Seni visual art menekankan kesadaran dan membantu individu mengekspresikan konflik rahasia. b. Menggunakan seni visual, konseli dapat melambangkan perasaan dengan cara yang unik, nyata, dan kuat. Seni visual art membantu orang dalam membayangkan situasi diri mereka sendiri dengan cara yang konkret. c. Seni visual membantu dalam mengungkap masalah seseorang yang kadang-kadang sulit untuk dibicarakan, seperti kekerasan dalam keluarga dan pelecehan seksual. d. Kesesuaian penggunaan media gambar dan aktivitas sasaran. Menurut Geldard, dkk (2016), sasaran yang dapat dicapai dalam penggunaan media gambar (menggambar) yaitu: 1) Menguasai masalah dan peristiwa 2) Mendapatkan kekuatan untuk ekspresi fisik 3) Mendorong remaja untuk mengekspresikan emosi 4) Membangun konsep diri dan penghargaan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
5) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi 6) Mengembangkan wawasan 4. Sifat Media Vsual Art (menggambar) dan aktivitasnya Masing-masing media dan aktivitas memiliki keunikan dan sifat yang melekat. Sifat dan aktivitas media dijelaskan dibawah ini: a. Selalu terbuka dan luas Aktivitas ini bersifat fleksibel dan dinamis dan sering mengandung elemen kinestetik. Misalnya, anak-anak dapat menggunakan imajinasi mereka untuk membuat perubahan yang mereka sukai saat melakukan perjalanan imajinatif. b. Familiar dan stabil Hal ini menawarkan sesuatu yang sederhana, pengulangan, dan kadang interaksi yang biasa. Hal ini dapat memberikan rasa stabilitas dan sesuatu yang dapat diduga. c. Bersifat mendidik Hal ini menawarkan kesempatan untuk belajar dan menerima serta menolak aturan. Sifatnya terstruktur, tidak membutuhkan pemikiran yang rumit dan bersifat progresif sehingga membutuhkan pekerjaan yang memiliki tujuan. Misalnya, ketika menggunakan kertas kerja, anak-anak membangun konten kertas kerja dalam pemikiran mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
5. Proses Konseling Art dengan Teknik Menggambar Proses menciptakan gambar untuk mewakili pengalaman batin terinspirasi oleh Jung (Karyanti, 2015), yang menarik, dicat, dan dipahatrepresentasi dari mimpi dan pengalaman fantasi. Berdasarkan nilai psikologis ia secara pribadi ditemukan dari menjelajahi gambar, Jung kemudian mendorong pasien untuk membuat gambar visual mereka pengalaman batin sendiri. Penggunaan gambar dalam konseling tidak terbatas pada konselor yang terlatih dalam psikologi Jung. Konselor dengan berbagai teori orientasi dapat menyediakan konseli dengan kesepakatan untuk membuat gambar untuk memfasilitasi pelepasan pengalaman emosional atau mungkin trauma. France dan Alen (Karyanti, 2015), menggunakan pendekatan Gestalt untuk menggambar dengan konseli remaja untuk membantu meningkatkan kesadaran tentang perasaan dan mengintegrasikan kembali yang bertentangan dalam diri agar perasaan lebih sehat. pendekatan ini terdiri dari empat langkah. Langkah pertama pemanasan, pada tahap ini konseli berbicara tentang kekawatiran tertentu atau dilema dan pikiran konseli dan perasaan konseli tentang keprihatinan konseli. Langkah kedua pelaksanaan, pada tahap ini konseli diminta untuk membuat gambar untuk mewakili kekawatiran. Langkah keempat berbagi, pada tahap ini setelah konseli membuat gambar kemudian berbagi apa yang telah konseli simpulkan dengan konselor. Selanjutnya langkah dialog, pada tahap ini setelah konseling berbagi kesimpulan yang didapatnya kemudian konseli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
berdialog
dengan
konselor.
Konselor
bisa
mengajukan
berbagai
pertanyaan yang spesifik untuk membantu konseli mengeksplorasi kemungkinan terkait dengan gambar. F. Penelitian yang Relevan Menurut penelitian yang dilakukan Nursanthi (2011) pada siswa kelas XI di SMA Negeri Bergas layanan informasi menggunakan media visual mampu meningkatkan konsep diri siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan. Hasil analisis konsep diri siswa di SMA Negeri Bergas sebelum diberikan layanan informasi menunjukan kategori sedang dengan persentase 61,07%, setelah diberikan layanan informasi menggunakan media visual menunjukan kategori sedang dengan persentase 67,99%. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2015) pada 21 anak dengan kriteria tertentu dengan menyamakan sebanyak mungkin kondisi homogenitas penggunaan media gambar mampu meningkatkan konsep diri positif secara signifikan senilai Sig. (2 tailed) (0,00) < (0,05). G. Kerangka Berfikir Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan keluarga juga sangat berpengaruh terhadap konsep diri anak berupa perhatian dan kasih sayang. Namun tidak semua anak mengalami peristiwa menyenangkan seperti tinggal dan dibesarkan oleh orang tua maupun keluarga. Kenyataannya banyak anak yang mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan seperti hilangnya fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
keluarga yang disebabkan karena perceraian orang tua, masalah kemiskinan, kematian orang tua, dan keluarga broken home. Dengan permasalahanpermasalahan tersebut sehingga anak harus rela tidak tinggal dan tidak dibesarkan oleh orang tua maupun anggota keluarga lainnya. Kasih sayang yang seharusnya diterima anak hilang begitu saja dan anak menjalani kehidupan yang kadang susah dan keras sendirian tanpa ada keluarga yang mendampingi. Keadaan seperti inilah yang mengharuskan seseorang untuk masuk dan tinggal di lembaga sosial yang bernama panti asuhan. hal ini juga sangat berpengaruh terhadap konsep diri anak. Tempat dimana dan dengan siapa anak dibesarkan ikut membentuk konsep diri seseorang. Berangkat dari permasalahan-permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat meningkatkan konsep diri remaja, salah satunya metode gambar (visual art). Menurut Glading (2010), metode gambar (visual art) penggunaan gambar adalah bahwa klien akan mewakili diri mereka sendiri dan menggambarkan masalah mereka secara simbolis. Dengan bekerja secara positif dan melibatkan komponen berbicara untuk melengkapi elemen visual, konsep diri yang positif muncul pada individu-individu, dan perubahan perilaku terjadi. Melalui bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning bisa menjadi dasar bagi remaja panti untuk mengembangkan konsep diri yang positif melalui media gambar. Remaja yang telah menggambarkan diri dan telah berproses dalam kelompok diharapkan dapat lebih terbuka mengungkapkan perasaannya, lebih terbuka menerima pendapat maupun mengungkapkan pendapat mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
permasalahan yang dihadapi misalnya terkait dengan penampilan fisik sehingga konsep dirinya rendah, remaja dapat bercerita pada remaja lain agar pikirannya lebih terbuka dan orang lain dapat membantunya.
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Konsep Diri Konsep diri remaja di panti malu berpendapat, sulit mengakui kekurangannya. -
Orang lain Kelompok acuan Penyikapan diri
Faktor
-
Konsep Diri Pretest
Aspek -
Aspek fisik Aspek psikologis Aspek sosial Aspek moral
Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan experiential learning menggunkan media gambar
Remaja panti merumuskan niatniatnya Remaja panti mengaplikasikan niatniatnya ke dalam kehidupan sehariConcrete hari. Fasilitator memberikan peneguhanexperience dan motivasi.
Active axperimen tation Abstract conceptual itation
Remaja panti mengumpulkan nilainilai baik yang didapat. Fasilitator membantu remaja panti untuk memiliki konsep baru yang lebih baik.
Pengantar. Dinamika kelompok. Masuk dalam kelompok. Remaja mengikuti dinamika kelompok gambar digunakan sebagai media. Fasilitator menjelaskan pada subjek bagaimana mengikuti dinamika kelompok. Reflective observatio n
Siswa merefleksikan pengalamannya dengan masuk dalam kelompokdan mensharingkan bersama. Fasilitator mengajak remaja panti untuk mensharingkan pengalaman setelah mengikuti dinamika kelompok.
Peningkatan pemahaman, pengalaman konsep diri yang positif sebagai remaja panti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
H. Hipotesis Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Ho
: Layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar tidak efektif secara signifikan meningkatkan konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017.
Hi
: Layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar efektif secara signifikan meningkatkan konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas, reliabilitas, serta teknik analisis data. A. Jenis Penelitian Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian
pre-eksperimental
yangmenggunakan bentuk one group pretest-posttest design. Desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap peningkatan konsep diri (Sugiyono, 2013). Hal tersebut karena tidak adanya kelompok kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Desain ini digunakan untuk membandingkan keadaan sebelum dan sesudah pemberian perlakukan layanan bimbingan. Sehingga peneliti menggunakan tes awal (pretest), dan tes akhir (posttest). Tujuan dari menggunakan design ini adalah untuk mengetahui peningkatan konsep diri remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2017 sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar (visual art). Desain penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Pretest
Tabel 3.1 Design Penelitian Treatment
O1
X
Posttest O2
Keterangan: O1
: tes awal sebelum pemberian tindakan
O2
: tes akhir sesudah pemberian tindakan
X
: treatment/perlakuan (Treatment yang diberikan dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar (visual art)).
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan disalah satu panti asuhan swasta yang ada di Temanggung, yaitu Panti Asuhan Pangrekso Dalem. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tepatnya pada tanggal 8 mei 2017 dan 9 mei 2017. Penelitian dilaksanakan selama 2 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2. Penelitian dilakukan di ruang les Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung dengan menggunakan waktu setelah anakanak pulang sekolah yaitu pukul 16:30-18:00 WIB. Penelitian tidak hanya dilakukan di Panti Asuhan tetapi juga dilakukan di kampus III paingan untuk persiapan. Persiapan yang dilakukan di Kampus terkait dengan penyusunan modul dan kuesioner untuk implementasi ke lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Bimbingan Kelompok Bimbingan hari ke
Hari/tanggal
Waktu
Topik bimbingan
Durasi
1
Senin, 8 mei 2017
16.30 – 18.00
Konsentrasi Belajar
2x40 Menit
2
Selasa, 9 mei 2017
16.30 – 18.00
Aku Berani Berbicara
2x40 Menit
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah remaja SMP dan SMA/SMK yang tinggal di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun ajaran 2016/2017. Jumlah subjek dalam penelitian sebanyak 20 remaja. Penelitian ini merupakan penelitian sample dengan teknik random. Menurut Sugiyono (2012), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik tersebut disebut dengan teknik acak, tidak pandang bulu, sehingga semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampling. Rincian subjek penelitian digambarkan dalam tabel 3.3 dibawah ini. Tabel 3.3 Jumlah subjek penelitian Subjek penelitian Laki-laki 20 5 Jumlah
Perempuan 15
20 remaja
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2013), menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Oleh karena itu, dalam penelitian diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik non test. Teknik non test digunakan untuk mengetahui peningkatan dan signifikansi dari sebelum diberikan layanan bimbingan (Pretest) dan setelah diberikan layanan bimbingan (Posttest). Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah a. Tahap Persiapan 1) Membuat item kuesioner 2) Revisi dan konsultasi dengan dosen pembimbing 3) Melakukan uji coba alat 4) Menganalisis data hasil uji coba 5) Menggunakan data hasil coba yang sudah melalui seleksi item valid dan tidak valid sebagai data pretest 6) Menyusun Rancangan Pelayanan Bimbingan dan Konseling (RPBK). b. Tahap Pelaksanaan 1) Implementasi layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
2) Pemberian posttest untuk mengetahui Peningkatan Konsep Diri remaja panti setelah mendapatkan bimbingan. c. Tahap Akhir 1) Mengumpulkan data yang diperoleh selama penelitian. 2) Mengolah data yang telah diperoleh 3) Menganalisis dan membahas temuan hasil dalam penelitian yang telah dilakukan 4) Menarik kesimpulan 2. Instrumen Penelitian Sugiyanto (Hasan, 2002), mengatakan bahwa instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.Menurut Sugiyono (2013), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawab. Satu kuesioner dengan model pertanyaan seperti penjelasan dibawah ini: Instrumen dalam penelitian ini menggunakan Skala Penilaian Konsep Diri Remaja Pantiyang berbentuk pernyataan chechlist (√) dengan menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (sugiyono, 2013). Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan ataupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Jawaban setiap item dalam instrumen konsep diriini memiliki gradasi dari sangat positif sampai pada sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata yang ssangat sesuai (SS), sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat tidak Sesuai (STS). Berikut gradasi pernyataan item Skala Likert: Tabel 3.4 Gradasi Pernyataan Item Skala Likert Pernyataan Positif Sangat sesuai (SS) = 4 Sesuai (S) = 3 Tidak sesuai (TS) = 2 Sangat tidak sesuai (STS) = 1
Pernyataan Negatif Sangat sesuai (SS) =1 Sesuai (S) =2 Tidak sesuai (TS) =3 Sangat Tidak Sesuai (STS) = 4
Selanjutnya kuesioner dibagikan kepada siswa pada awal dan akhir pemberian layanan. Kuesioner ini digunakan untuk mengukur peningkatan konsep diri remaja panti yang menjadi fokus penelitian ini. berikut kisi-kisi dan gardasi pernyataan item skala likert
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Konsep Diri (Sebelum Uji Coba) NO 1.
Aspek Aspek Fisik
a.
b. 2.
Aspek Psikologis
a. b.
3.
4.
Aspek Sosial
Aspek Moral
a.
Indikator Remaja panti mampu memandang fisiknya sebagai sesuatu yang berharga (patut disyukuri, dirawat).
Item 3,1,17,25, 2,4,32
Jumlah 7
Remaja panti memandang penampilan dirinya sebagai salah satu hal penting. Remaja panti mampu mendeskripsikan perasaan tentang dirinya. Remaja panti mampu memberi label kualitas pribadinya. Siswa memandang dirinya mampu berinteraksi dengan individu lain didalam kelompok.
18,29,16
3
26,6,28, 5
4
30,8,20, 7,19,9,27, 33 10, 34,11
8 3
b.
Remaja panti dapat menilai diri apakah diterima/ditolak dalam lingkungan sekitar.
24, 21,30
3
c.
Remaja panti menilai dirinya sebagai seorang yang mampu menghargai pendapat individu lain didalam kelompok. Remaja panti menilai dirinya sebagai seorang yang mampu membedakan hal baik dan buruk. Remaja panti mampu menilai dirinya sebagai seorang yang mengerti mengenai sopan santun.
14, 38,39
3
12,40, 13,15,37
5
22, 23,35,36
4
a.
b.
Jumlah =
40
E. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Menurut Azwar (2011) validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagi tes yang memiliki validitas rendah. Validitas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
akan digunakan dalam penelitian melalui professional judgment, yaitu penilaian oleh ahli. Professional judgment dalam penelitian ini hanya diperoleh dari dosen pembimbing skripsi. Dosen pembimbing memberikan penilaian mengenai isi dan struktur kalimat. Selain penilaian ahli validitas instrumen dilihat dengan menghitung daya beda instrumen menggunakan rumus product moment person. Rumus teknik korelasi product moment yaitu: ∑ √∑
∑
∑
∑
]∑
∑
]
Keteranagan : koefisien korelasi : skor item : skor total : banyaknya subjek Menurut sugiyono (2012), item dianggap valid jika nilai koefisiennya sama dengan atau diatas 0,30. Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien dibawah 0,30 maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid. Untuk menghitung daya beda dilakukan uji coba. Uji coba dilakukan pada 10 remaja Panti Asuhan HAMBA dan 20 orang dari remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung. Proses perhitungan taraf validasi dilakukan dengan cara memberi skor pada item kuesioner dan mentabulasi data menggunakan microsoft excel 2007. Data yang telah ditabulasi dimasukan dalam SPSS (Statistical Program Social Science) versi 16.0 untuk menghitung validitas setiap item kuesioner. Dari perhitungan pada kuesioner uji coba dari 40 item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
ditemukan 3 item yang tidak valid yang nilai koefisiennya <0,30 dan 37 item yang valid >0,30. Peneliti kemudian berkonsultasi kepada dosen pembimbing mengenai item yang tidak valid. Kemudian 37 item yang valid digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian dan 3 item yang tidak valid tidak digunakan. Item valid dapat dilihat pada lampiran. Berikut kisi-kisi instrumen setelah dilakukan uji coba: Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Konsep Diri (Setelah Uji Coba) NO 1.
Aspek Aspek Fisik
c.
d. 2.
Aspek Psikologis
d. e.
3.
4.
Aspek Sosial
Aspek Moral
Item 3,1,17,25, 2,4,32
Jumlah 7
Remaja panti memandang penampilan dirinya sebagai salah satu hal penting. Remaja panti mampu mendeskripsikan perasaan tentang dirinya. Remaja panti mampu memberi label kualitas pribadinya.
18,29,16
3
26,6,28, 5
4
30,8,20, 7,19,9, 33 10, 34,11
7
c.
Siswa memandang dirinya mampu berinteraksi dengan individu lain didalam kelompok.
d.
Remaja panti dapat menilai diri apakah diterima/ditolak dalam lingkungan sekitar.
24, 21,30
3
f.
Remaja panti menilai dirinya sebagai seorang yang mampu menghargai pendapat individu lain didalam kelompok. Remaja panti menilai dirinya sebagai seorang yang mampu membedakan hal baik dan buruk. Remaja panti mampu menilai dirinya sebagai seorang yang mengerti mengenai sopan santun.
14,39
2
12,40, 13,15,
4
22, 23,35,36
4
c.
d.
Jumlah =
Indikator Remaja panti mampu memandang fisiknya sebagai sesuatu yang berharga (patut disyukuri, dirawat).
37
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
2. Reliabilitas Instrumen Arikunto (2013) reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena alat tersebut sudah baik. Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Pengukuran reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat kendala instrumen. Pengujian reliabilitas instrumendihitung dengan menggunakan metode Alpha. Rumus Alphamenurut Riduwan (2006) adalah sebagai berikut: ]
dan
= varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 = varians skor skala Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka 0 sampai dengan
1,00. Koefisian reliabilitas yang semakin mendekati 1,00 menandakan semakin reliabelnya instrumen yang digunakan. Untuk memperoleh hasil yang akurat peneliti menggunakan komputer program SPSS.16 menghasilkan angka
rxx’=0,939.
yang
Dengan demikian alat ukur yang
digunakan termasuk reliabel. Berikut tabel uji reliabilitas: Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Konsep Diri Reliability Statistics Cronbach's Alpha .939
N of Items 37
Data perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada tabel, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini termasuk sangat tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
(0,91-1,00). Kesimpulan sesuai dengan kriteria yang dikemukakan oleh Guilford (Masidjo, 1995:209) seperti yang disajikan pada tabel. Tabel 3.8 Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91-1,00 Sangat Tinggi 0,71-0,90 Tinggi 0,41-0,70 Cukup 0,21-0,40 Rendah Negatif-0,20 Sangat Rendah
Dalam tabel 3.6 dapat dijelaskan bahwa ada 37 item yang valid. Kemudian, setelah melakukan uji reliabilitas harga rhitung dikonsultasikan kepada rtabel. Berdasarkan perhitungan SPSS.16 diketahui bahwa nilai Alpha sebesar 0,939, lalu dibandingkan dengan rtabel, dengan n: 30. Pada distribusi nilai rtabel signifikansi 5% maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,444. Kesimpulannya alpha 0,939 > r tabel 0,444 artinya item-item dalam alat tes tingkat konsep diri bisa dikatakan reliabel.
Kemudian bila
disimpulkan menggunakan teorinya Guilford, alat/kuesioner ini memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. F. Uji Normalitas Menurut Nurgiyantoro dkk (2002:110) uji normalitas merupakan bagian dari syarat untuk bisa menganalisis data, dalam hal ini sebelum melakukan analisis data yang sesungguhnya. Data yang akan digunakan harus diuji terlebih dahulu kenormalan distribusinya. Tujuan dari dilakukannya uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data yang digunakan memiliki distribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Kriteria keputusan dalam uji normalitas pada SPSS dalam nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika signifikansi kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov data yang diperoleh peneliti berdistribusi normal. Hasil uji normalitas divisualisasikan dalam tabel 3.8. Tabel 3.9 Tabel Uji Normalitas Kuesioner Tingkat Konsep Diri Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Pretest
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
.108
20
.200
*
.145
20
.200
*
posttest
Df
Sig.
.967
20
.701
.928
20
.142
P Significance Correction a. Lilliefors *. This is a lower bound of the true significance.
D
Dalam
tabel
3.8
hasil
uji
normalitas
menggunakanKolmogorov-
Smirnovmenunjukan bahwa nilai signifikansi 0,200 >0,05 dengan demikian sampel peneliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika ditinjau dari hasil normalitas Shapiro-Wilk menunjukan nilai signifikansi 0,142 > 0,05 hal ini pun berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. G. Prosedur Analisis Data Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
1. Tahap Persiapan Pada tahap ini peneliti membuat kuesioner untuk dijadikan sebagai alat pengumpulan data. Selanjutnya, kuesioner yang sudah dibuat dikonsultasikan ke pada dosen pembimbing. Setelah kuesioner sudah disetujui oleh dosen pembimbing, peneliti melakukan uji coba alat tersebut. Uji coba dilakukan kepada 30 remaja panti asuhan. Lalu diseleksi item yang valid untuk digunakan sebagai pengambilan data pretest. Hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menyusun Rancangan Pelayanan Bimbingan
dan
Konseling
(RPBK).
Topik-topik
RPBK
didapat
berdasarkan dua item terendah. Pada penelitian ini dua item terendah yaitu “saya adalah orang yang mudah berkonsentrasi dalam belajar” dan “saya adalah orang yang senang bertukar pikiran dengan orang lain mengenai suatu hal”. Topik yang pertama dengan item “saya adalah orang yang mudah berkonsentrasi dalam belajar” topik yang diambil “konsentrasi belajar”. Item kedua “saya adalah orang yang senang bertukar pikiran dengan orang lain mengenai suatu hal” judul topik yang diambil yaitu Aku Berani Berbicara”. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini pelaksanaan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan visual art. Bimbingan dilaksanakan di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung. Bimbingan dilaksanakan dua kali dalam dua hari. Hari pertama dengan topik “Konsentrasi Belajar”. Pada bimbingan yang pertama menggunakan media gambar dinamika yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
dilakukan yaitu peserta mencari perbedaan dalam gambar yang dibagikan oleh pembimbing. Rincian kegiatan dapat dilihat pada lampiran 5. Topik kedua “Aku Berani Berbicara” layanan bimbingan dilaksanakan pada hari kedua. Pada topik ini peneliti menggunakan media menggambar. Dinamika yang dilakukan yaitu pembimbing membagikan kertas kosong kemudian menginstruksikan pada peserta untuk menggambar didalam kertas tersebut. pembimbing membebaskan peserta untuk menggambar apapun. Setelah selesai menggambar pembimbing membagi dalam kelompok dan pembimbing bertanggung jawab agar sharing dalam kelompok bisa berjalan secara aktif. Rincian kegiatan dapat dilihat pada lampiran 6. Pada setiap akhir bimbingan pembimbing membagikan lembar refleksi untuk diisi oleh peserta. Dan pada akhir topik kedua selesai bimbingan, peneliti membagikan kuesioner yang akan digunakan sebagai data posttest. 3. Tahap Akhir Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua data yang diperoleh selama penelitian. Data yang diperoleh berupa hasil prettest dan posttest, refleksi dari peserta dan kejadian selama proses bimbingan. Selanjutnya peneliti mengolah data-data yang didapatkan dan membahas temuan hasil dalam penelitian yang telah dilakukan. Kemudian menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
H. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data statistik nonparametrik. Menurut Soyofian (2014:368), statistik nonparametrik adalah bagian dari statistik yang parameter populasinya atau datanya tidak mengikuti suatu distribusi tertentu atau memiliki distribusi yang bebas dari persyaratan dan variannya tidak perlu homogen. Statistik nonparametrik biasanya digunakan untuk melakukan analisis data berjenis nominal atau ordinal. Berikut rincian teknik analisis data dalam penelitian ini. 1. Untuk menjawab rumusan masalah pertama Seberapa tinggi peningkatan Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temangggung Tahun Ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar menggunakan deskriptif dan kategorisasi. Tabel 3.10 Norma Kategorisasi Norma/kriteria skor Kategorisasi Sangat Tinggi +1,8σ < μ +0,8σ < μ ≤ +1,8σ Tinggi -0,8σ < μ ≤ 0,8σ Sedang -1,8σ < μ ≤ -0,8σ Rendah μ ≤ -1,8σ Sangat Rendah Keterangan: Skor maksimum teoritik Skor minimum teoritik Standar deviasi (σ/sd) μ (mean teoritik)
: Skor tertinggi yang diperoleh subjek Penelitian berdasarkan perhitungan skala. : Skor terendah yang diperoleh subjek peneliti menurut perhitungan skala. : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran : Rata-rata teoritik skor maksimum dan minimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Kategori tersebut digunakan sebagai pengelompokan tinggi rendahnya konsep diri remaja panti berdasarkan tes tingkat konsep diri remaja panti asuhan dengan jumlah 37 item. Hasil perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut. Tes Tingkat Konsep Diri Skor maksimum teoritik : 4 × 37 = 148 Skor minimum teoritik : 1 × 37 = 37 Luas jarak : 148 – 37 = 111 Standar Deviasi ((σsd) : 111 : 6 = 18,5 µ (Mean teoritik) : (148+37):2 = 92,5 Hasil perhitungan instrumen tingkat konsep diri disajikan dalam norma kategorisasi tingkat konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017 sebagai berikut. Tabel 3.11 Norma Kategorisasi Norma/kriteria skor +1,8σ < μ +0,8σ < μ ≤ +1,8σ -0,8σ < μ ≤ 0,8σ -1,8σ < μ ≤ -0,8σ μ ≤ -1,8σ
>125,8 107,3-125,7 77,7-107,2 59,2-77,6 <59,1
Kategorisasi Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
2. Untuk menjawab rumusan masalah nomor dua Apakah terdapat peningkatan signifikan konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temangggung Tahun Ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan menggunakan
kelompok media
dengan gambar
pendekatan menggunakan
experiential perhitungan
learning Uji
T
nonparametrik Wilcoxon. Dalam penelitian ini uji hipotesis signifikansi hasil peningkatan konsep diri dengan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar pada remaja panti asuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017 dilakukan dengan menggunakan uji t non parametrik Wilcoxon, digunakan untuk menganalisis perbedaan hasil pretest dan posttest. ⌊
⌋
√
Keterangan: N : banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda T : jumlah renking dari nilai yang selisih negatif (apabila banyaknya selisih yang positif > banyak dari yang negatif) = jumlah renking dari nilai positif (apabila banyaknya selisih negatif > dari banyaknya yang positif).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tingkat Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temangggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media. Berdasarkan perolehan data penelitian gambaran tingkat konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal divisualisasikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Distribusi Skor Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media Gambar. Rentang Kategorisasi Pre_test Post_test Skor F % F % >125,8 Sangat Tinggi 3 15 6 30 107,3125,7 77,7-107,2 59,2-77,6 <59,1
Tinggi
10
50
11
55
Sedang Rendah Sangat Rendah
7 0 0
35 0 0
3 0 0
15 0 0
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Data pada tabel divisualisasikan ke dalam grafik batang sebagai berikut: 55% 50%
60% 50% 40%
35%
30%
30% 20%
15%
15%
10%
PRETEST 0% 0%
0% 0%
POSTTEST
0% SANGAT TINGGI
TINGGI
SEDANG
RENDAH
SANGAT RENDAH
>125,8
107,3125,7
77,7107,2
59,2-77,6
<59,1
Grafik Batang 4.1 Kategorisasi Skor Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah diberikan Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media Gambar. Berdasarkan Grafik Batang 4.1 rata-rata pretest dan posttest terlihat bahwa tingkat konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun ajaran 2016/2017 sebelum diberikan layanan bimbingan klasikal secara keseluruhan sudah cukup baik. Sebanyak 3 remaja (15%) berada pada kategori sangat tinggi, 10 (50%) remaja berada pada kategori tinggi dan 7 (35%) remaja berada pada kategori sedang. Sedangkan tingkat konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017 sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar menunjukan bahwa
6 (30%) remaja
berada pada kategori sangat tinggi, 11 (55%) remaja berada pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
kategori sedang dan tidak ada (0%) remaja yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Tabel 4.2 Capaian Skor Selisih Pretest dan Posttest Konsep Diri Masing-masing Remaja Panti No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pretest 102 105 121 128 100 106 129 119 89 119 100 111 108 112 94 113 118 119 129 114
Posttest 109 110 132 127 106 109 128 123 105 125 103 121 120 115 133 115 124 130 129 124
Selisih 7 5 11 -1 6 3 -1 4 16 6 3 10 12 3 39 2 6 11 0 10
Data pada tabel 4.2 divisualisasikan ke dalam grafik sebagai berikut: 140 PRETEST
120 100
POSTTEST
80 60
Rata-rata Pretest 111,80
40 20
Rata-rata Posttest 119,40
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920
Grafik 4.2 SebaranSkor Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media Gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Berdasarkan Grafik Batang
4.4 rata-rata pretest dan posttest tiap
siswa dapat diketahui dari selih bahwa terdapat 2 siswa yang mengalami penurunan satu angka. Ada satu orang yang mengalami stagnan atau tidak berubah nilainya. Dan ada 17 orang yang mengalami kenalikan. 2. Signifikansi konsep diri remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temangggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan experiential learning Menggunakan Media Gambar. Efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar untuk meningkatkan konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017 dianalisis menggunakan Uji T nonparametrik. Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan nilai rata-rata sebelum dan sesudah diberikan layanan. Berikut hasil uji-t nonparametrik Wilcoxon terlihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Uji Sample Berpasangan Pretest dan Posttest Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017 Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
pretest
20
1.1180E2
11.34437
89.00
129.00
posttest
20
1.1940E2
9.64856
103.00
133.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Data pada tabel divisualisasikan dalam bentuk grafik batang berikut ini:
Grafik 4.3 Peningkatan Rata-rata Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah diberikan Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media Gambar.
Dari tabel Grup Statistik dan Diagram Batangdiatas, dapat dianalisis penelitian ini menggunakan sampel berjumlah n1=20 n2=20
orang.
Nilai
rata-rata
sebelum
adanya
perlakuan
(pretest)nilainya adalah 1,1180 dan sesudah adanya perlakuan (posttest) nilainya naik menjadi 1,1940. Sehingga, dapat dikatakan adanya peningkatan bila ditinjau dari selisih rata-rata yakni 7,60. Kemudian jika dilihat dari standar deviasi terjadi penurunan senilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
1,696. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perubahan konsep diri remaja panti sebelum dan sesudah pemberian layanan. Selain menggunakan uji t nonparametrik wilcoxon, signifikansi layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential
learning
menggunakan
media
gambar,
untuk
meningkatkan konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017 dapat dilihat dengan menggunakan rumus O2-O1= 119,40-111,80=7,6.
Angka ini
menunjukan ada selisih antara pretest dan posttest sebesar 7,6 maka dapat disimpulkan ada perubahan konsep diri remaja panti asuhan sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan. Tabel 4.4 Test Statisticsb posttest – pretest Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a
-3.706
.000
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari tabel Test Statistics terlihat bahwa nilai sig. (2-tailed) (0,000) < (0,05) dan jika dilihat dari nilai z sebersar -3.706 (sig=0,000) dimana lebih rendah dari batas kritis penelitian 0,05 (0,000<0,05) artinya Hi diterima. Jadi terdapat skor yang signifikan antara rata-rata skor pretest dan posttest, karena hasil uji ini menolak Ho dan menerima Hi. Jadi, Efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan experiential
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
learning menggunakan media gambar secara signifikan meningkatkan konsep diri remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017. B. Pembahasan 1. Gambaran Tingkat Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temangggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Belompok dengan Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media. Hasil penelitian, terlihat bahwa konsep diri remaja panti sebelum dan sesudah diberi layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar dari 20 remaja panti berada dalam kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hal ini dapat dikatakan bahwa remaja panti sudah memiliki pemahaman konsep diri yang baik. Remaja panti yang berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi dapat dikatakan sudah memiliki konsep diri tinggi (positif). Artinya remaja ketika menghadapi kegagalan mampu bersikap lebih positif, mampu menerima diri apa adanya, mampu bersikap optimis, realistis, dan menerima kelebihan dan kekurangannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Arini (Tim Familya), seseorang yang memiliki konsep diri positif yakni ketika menghadapi kegagalan akan bersikap lebih positif, menerima diri apa adanya, bersikap optimis, realistis, dan menilai kelebihan dan kekurangannya secara positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Faktor orang-orang terdekat tentu sangat mempengaruhi remaja panti dalam membentuk konsep diri selama ini, terutama dalam membentuk pengkategorian sedang, tinggi dan sangat tinggi. Mengingat bahwa remaja panti memiliki latar belakang permasalahan masingmasing seperti masalah pendidikan, perceraian orang tua, ditelantarkan tanpa mengetahui siapa orang tua mereka, dan masalah-masalah lainnya. Remaja panti yang memiliki konsep diri tinggi artinya remaja tersebut mampu memodifikasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dipegangnya dipandang dari sudut pandang baru, memiliki sikap optimis terhadap masa depan, misalnya mengenai cita-citanya remaja yang memiliki konsep diri tinggi akan terus berjuang untuk meraih itu. tidak mudah putus asa ketika menghadapi kegagalan, remaja yang memiliki konsep diri tinggi tidak akan mudah menyerah ketika menghadapi kegagalan berulang kali, ia akan terus optimis untuk kembali bangkit. Selanjutnya, seseorang yang memiliki konsep diri tinggi akan mampu menerima diri sebagai pribadi yang sama berharganya dengan orang lain meskipun ada perbedaan dari setiap pribadi. Meskipun remaja panti menyadari bahwa ia berbeda dengan orang lain, namun remaja tersebut tetap mampu menganggap bahwa dirinya pribadi yang berharga yang pantas untuk dicintai dan dihargai oleh orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja panti dipengaruhi oleh orang-orang terdekatnya yang sering berinteraksi dengannya. Misalnya, penerimaan dari teman-temannya, keluarganya, maupun pengasuhnya. Peran pengasuh maupun psikolog didalam memberikan
pendampingan
tentu
sangat
berpengaruh
terhadap
perkembangan remaja-remaja ini. Selain itu sekolah dan masyarakat sekitar pun ikut menentukan pengkategorian tersebut. Sebagian besar remaja panti berada pada kategori tinggi, mungkin orang-orang terdekat terutama pengasuh sudah menjalankan perannya sebagai pengganti orang tua didalam mengasuh. Hal ini sejala dengan pendapat Agustiani (2006), bahwa konsep diri bukan bawaan lahir melainkan berkembang dari pengalaman-pengalaman yang terus-menerus. Remaja panti yang berada pada kategorisasi sedang juga cukup banyak. Hal ini menunjukan bahwa kemungkinan besar remaja panti yang berada pada kategori sedang masih belum sepenuhnya mampu menerima dirinya, mereka masih kurang bisa menerima kekurangan didalam dirinya, serta masih belum percaya diri dalam berpendapat. Hasil ini menunjukan bahwa orang-orang terdekat memiliki peran yang sangat berarti dalam membentuk konsep diri remaja panti. Peran pengasuh sebagai orang tua bagi remaja panti memiliki pengaruh besar karna menjadi contoh bagi remaja untuk berprilaku. Seperti yang dikemukaan Burn (1993), konsep diri seseorang bergerak kearah negatif dan positif. Jika seseorang pada masa perkembangannya diperlakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
baik, maka orang tersebut akan berprilaku baik pula. Begitu juga sebaiknya. Seseorang yang diperlakukan tidak baik, maka hal yang sama juga akan dilakukan terhadap orang lain. Remaja yang sudah memiliki konsep diri tinggi (positif) dan konsep dirinya rendah tetap memerlukan pendampingan dari pengasuh maupun psikolog yang ada di Panti. Remaja yang sudah memiliki konsep diri tinggi butuh pendampingan untuk mengembangkan dan memelihara konsep dirinya agar tetap tinggi. Sedangkan remaja yang masih berada pada kategori sedang tentunya butuh pendampingan lebih agar remaja tersebut semakin memiliki konsep diri yang positif. Perlu dilakukan karena konsep diri seseorang mempengaruhi bagaimana ia bertingkah laku. Hal ini sejalan dengan Fit (Agustiani, 2006), bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Sehingga sangat perlu untuk mengetahui konsep diri seseorang. Dengan kita tahu bagaimana konsep diri seseorang, maka akan lebih mudah untuk meramalkan dan memahami tingkah laku seseorng. Pada umumnya tingkah laku seseorang berkaitan dengan gagasangagasan tentang dirinya sendiri. Jika seseorang mempersepsi diri sebagai orang yang inferior dibandingkan orang lain, walaupun itu belum tentu benar, biasanya tingkah laku yang ia tampilkan akan berhubungan dengan kekurangan yang dipersepsinya secara subjektif. Berdasarkan hasil data, dapat dilihat ada 16 remaja yang mengalami kenaikan dari pretest ke posttest, artinya remaja tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
benar-benar mengikuti dan terlibat aktif dalam setiap tahapan bimbingan sehingga mereka mendapatkan dampak yang baik seperti menemukan pandangan baru dari pengalamannya berdinamika. Kemudian ada 3 remaja yang mengalami penurunan dari pretest ke posttest, artinya remaja kurang terlibat maupun kurang merespon secara positif dalam mengikuti proses peningkatan konsep diri. Dugaan lain dari peneliti yaitu metode experiential learning menggunakan media gambar kurang membantu siswa dalam menggali/mengekspresikan halhal baru didalam diri remaja, sehingga mereka kesulitan dalam menemukan pandangan baru dengan menggunakan media gambar.Satu remaja mengalami stagnan atau tidak ada perubahan baik peningkatan ataupun penurunan, artinya remaja panti tersebut sudah memiliki konsep diri positif. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai yang diperolehnya masuk dalam kategori sangat tinggi. 2.
Signifikansi Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temangggung Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Dengan Pendekatan Experiential Learning Menggunakan Media Gambar. Berdasarkan
hasil
perhitungan
data
menunjukan
bahwa
pemberian layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar untuk meningkatkan konsep diri pada remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung terdapat peningkatan yang signifikan. Topik bimbingan yang digunakan ada dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
topik yaitu, Konsentrasi Belajar dan Aku Berani Berbicara. Masingmasing topik diberikan bimbingan selama 2x40 menit. Pemberian bimbingan ini lebih pada pemahaman remaja mengenai topik-topik yang disampaikan dengan cara berdinamika langsung. Sehingga layanan bimbingan klasikal berpengaruh terhadap pemahaman siswa mengenai informasi terkait topik bimbingan yang digunakan. Tujuan
pemberian
layanan
bimbingan
klasikal
dengan
pendekatan experiential learning menggunakan media gambar agar remaja panti memiliki pandangan baru terkait konsep dirinya yang didapat dari pengalamannya.Experiential learning memfokuskan pengalaman yang dialami seseorang selama kegiatan. Pengalaman individu selama mengikuti kegiatan tersebut merupakan proses belajar yang mengalami perubahan, agar mampu meningkatkan efektivitas hasil belajar individu.Metode experiential learning menggunakan media gambar yang digunakan dalam pemberian layanan dapat dikatakan efektif karna mampu menghasilkan peningkatan yang signifikan. Hasil yang signifikan dikarenakan remaja panti mampu terlibat aktif didalam proses bimbingan, mampu memunculkan perasaan positif saat mengikuti proses, serta mampu meningkatkan kemampuan sosialnya. Experiential learning adalah suatu pendekatan didalam pemberian layanan bimbingan kelompok menggunakan dinamika yang efektif bagi perkembangan individu yang terlibat. Dikatakan efektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
ketika mampu menghadirkan suasana jiwa yang diantara peserta yang terlibat, meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif, meningkatkan minat atau gairah untuk semakin terlibat dalam proses, memungkinkan terjadinya katarsis, dan meningkatkan kemampuan sosialnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Prayitno (Sinaga & Artati, 2017) yang mengatakan bahwa topik yang digunakan dalam dinamika kelompok mendukung, siswa mampu merasakan pengalaman secara langsung, mampu merefleksikan pengalamannya, merumuskan niat-niat yang relevan dalam kehidupannya. Selain itu, hasil yang efektif dikarenakan proses experiential learning
yang sudah terlaksana semua. Concret experience, dalam
tahap ini siswa sudah mampu melibatkan diri sepenuhnya terhadap layanan bimbingan yang diikuti. Reflective observation, pada tahap kedua ini siswa sudah mampu mengobservasi dan merefleksikan pengalamannya berdasarkan pengalaman yang didapatkan selama bimbingan. Abstrac conceptualisation, tahap ini remaja panti mampu membangun konsep baru yang mengintegrasikan observasinya yang menghasilkan teori yang sehat. Active experimentation, pada tahap ini siswa mampu menggunakan teori yang didapat pada tahap abstrac conceptualisation untuk menggunakan pada pemecahan permasalahan serta pengampulan keputusan.Efektivitas layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan konsep diri dipengaruhi beberapa faktor yaitu, kesiapan remaja panti dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
mengikuti kegiatan, pengetahuan yang luas terkait dengan topik yang disampaikan dan keterlibatan remaja panti dalam proses kegiatan tersebut (Sinaga & Artati, 2017). Penggunaan media gambar juga berpengaruh dalam terjadinya peningkatan yang signifikan didalam pemberian layanan. Remaja menjadi lebih bisa mengekspresikan perasaanya melalui gambar seperti menceritakan pengalaman terkait gambar yang dilukisnya, dan melambangkan perasaan dengan cara yang unik. Hal ini sejalan dengan manfaat visual art yang dikatakan oleh Glading (2010), yang mengatakan mengatakan bahwa seni visual art menekankan kesadaran dan
membantu
individu
mengekspresikan
konflik
rahasia,
menggunakan seni visual seseorang dapat melambangkan perasaan dengan cara yang unik, nyata, dan kuat, seni visual membantu dalam mengungkap masalah seseorang yang kadang-kadang sulit untuk dibicarakan. Dapat disimpulkan bahwa media gambar efektif dalam meningkatkan konsep diri remja panti. Hal ini sesuai dengan sasaran yang diungkapkan oleh Geldard, dkk (2016), bahwa salah satu sasaran yang dapat dicapai melalui media gambar adalah membangun konsep diri dan penghargaan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini dijelaskan kesimpulan dan saran hasil penelitian. A. Kesimpulan Berikut beberapa kesimpulan berdasarkan dari data hasil penelitian dan pembahasan: 1. Secara umum konsep diri remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung, Tahun Ajaran Tahun 2016/2017 berada pada kategori “tinggi” dan “sangat tinggi”. Artinya remaja tersebut sudah memiliki konsep diri positif. Namun, masih ada sebagian remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung, Tahun Ajaran 2016/2017 yang berada pada kategori “sedang”. Artinya, mereka masih memerlukan pendampingan konsep diri remaja tersebut agar semakin positif. 2. Layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar secara signifikan efektif meningkatkan konsep diri remaja Panti Asuhan. Hal ini dikarenakan topik yang diberikan mendukung dan siswa sungguh-sungguh terlibat dalam layanan bimbingan. Hasil penelitian juga menunjukan adanya peningkatan yang efektif sesudah dilakukan layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar.
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
B. Keterbatasan Penelitian Pelaksanaan penelitian efektivitas layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar pada remaja panti asuhan Pangrekso Dalem Temanggung tahun ajaran 2016/2017
dirancang
sesuai
dengan
prosedur
penelitian
untuk
menghasihkan hasil yang maksimal. Namun dalam penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan yang perlu dijadikan pertimbangan dan pembenahan oleh peneliti selanjutnya. Kekurangan tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Media Bimbingan Media bimbingan yang digunakan dalam penelitian belum banyak digunakan dalam penelitian-penelitian dalam topik yang serupa. Sehingga peneliti masih perlu banyak pembenahan terutama pemilihan gambar. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian yang relatif singkat selama dua hari dengan dua topik bimbingan. Sehingga layanan bimbingan ini kemungkinan hanya sampai pada pemahaman siswa tentang topik yang artinya baru sampai pada ranah kognitif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
C. Saran Berikut ini merupakan saran yang dapat peneliti paparkan untuk semakin memaksimalkan konsep diri remaja panti. 1. Bagi Bapak/Ibu Pengasuh Panti Bagi bapak/ibu pengasuh perlu memberikan perhatian lebih kepada remaja-remaja panti dalam membangun serta mengembangkan konsep diri remaja panti kearah yang positif. Oleh sebab itu sebagai pengasuh hendaknya mampu menjadi pengganti orang tua bagi remaja-remaja tersebut dan hendaknya mampu menjadi pengaruh yang baik terhadap remaja panti yang diasuhnya dengan cara menciptakan suasana yang menggembirakan dan mendidik. Selanjutnya, pemberian layanan bimbingan dengan pendekatan experiential learning menggunakan media mampu membantu untuk semakin meningkatkan konsep diri remaja panti. Sehingga perlu menyediakan jam bimbingan dengan metode-metode yang kreatif agar anak semakin termotivasi untuk terlibat aktif didalamnya. 2. Bagi Remaja Panti Siswa
diharapkan
mampu
memilih
contoh
yang
baikdalam
kehidupannya, sehingga tidak akan terpengaruh oleh hal-hal buruk disekitarnya. Oleh karna itu, remaja panti diharapkan menjadi penerus bangsa yang mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang berharga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
3. Bagi Peneliti Lain Peneliti lain diharapkan bisa semakin mengembangkan penelitian terutama terkait dengan efektivitas layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menggunakan media gambar untuk meningkatkan konsep diri remaja panti. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mencari informasi/pengetahuan sebanyak mungkin mengenai kesesuaian media dengan subjek yang dituju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Agustiani, Hendrianti. (2006). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Bandung: PT Refika Aditama. Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifudin. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Azwar, Saifudin. (2011). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Azwar, Saifudin. (2016). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Burns, R.B. (1993). Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku). Jakarta: Arcan. Depdiknas. (2004). Bimbingan dan Konseling. Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Gladding, Samuel T. (2010). The Creative Arts In Counseling. American Counseling Assosiation. Geldard, Kathryn & Geldard, David. (2008). Konseling Anak-anak (Panduan Praktis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. . (2016). Konseling Anak-anak (Panduan Praktis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hartinah, Siti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama. Hidayat., dkk. (2012). Penelitian Tindakan Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT INDEKS. Hurlock. E.B. 1989. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Hutagalung, Inge. (2007). Pengembangan Kepribadian. Jakarta: PT INDEKS.
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemendikbud. (2014). Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Karyanti (2015). Konseling Art dengan Media Gambar untuk Meningkatkan Self Disclosure Mahasiswa. Anterior Journal, Vol 15 no 1, Desember 2015, 5561. Kolb, David.(1984). Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development. New Jersey: Prentice Hall. Masidjo. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Nurgiyantoro, Burhan., dkk. (2009). Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nurihsan, Achmad Juntika. (2014). Bimbingan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama. Prayitno, H. & Erman. (2004). Dasar-dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Priyatno, Duwi. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik Dan Nonparametrik dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media. Rakhmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: KENCANA. Sinaga, Juster Donal & Artati, Kristina Betty. (2017). Experiential learning theory (ELT)-based classical guidance model to improve responsible character.Indonesian Journal of School Counseling(2017), 2(1), 1432. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: USD. Tim Familya. (2006). Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius. Winkel, WS., Hastuti, Sri. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wood, Julia. (2013). Komunikasi Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika. Yusuf, Syamsu & Juntika, Nurihsan. (2010). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. http://hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/viewFile/3464/162diakses pada 2 desember 2016. Http://kbbi.web.id/panti. Diunduh pada 1 desember 2016. Http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos&letter=p. Diunduh pada 2 desember 2016. http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos&letter=p. Diunduh pada 2 desember 2016. http://eprints.umk.ac.id/474/1/HALAMAN_DEPAN.pdf. 30 november 2016.
Diunduh pada tanggal
http://www.gresnews.com/berita/sosial/255165-penelantaran-anak-indonesia-44juta-anak-miskin-4-1-juta-terlantar/0/. Diunduh pada 8 juni 2017. Hidayah, Rifah. 2014. Pengaruh Terapi Seni Terhadap Konsep Diri Anak. http://hubsasia.ui.ac.id/index.php/hubsasia/article/viewFile/3464/162.Diunduh pada 2 desember 2016.
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 Kuesioner Konsep Diri
ANGKET SISWA
Disusun oleh: WindriatiEmban Pertiwi 131114002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nama
:
Jenis kelamin
:
Kelas
:
:
A. Petunjuk Pengisian Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian berikan jawabanmu pada kolom alternatif jawaban dengan cara mencentang (√) sesuai dengan dirimu yang sebenarnya. Keterangan: SS
: Sangat Sesuai
S
: Sesuai
TS
: Tidak Sesuai
STS
: Sangat Tidak Sesuai
B. Pernyataan NO 1.
PERNYATAAN
SS
Saya senang dengan bentuk hidung saya yang mancung/pesek.
2.
Saya malu dengan bentuk badan saya saat ini.
3.
Meskipun banyak yang mengatakan saya tidak cantik/ganteng saya tetap merasa percaya diri.
4.
Saya merasa tidak percaya diri dengan bentuk kaki saya.
5.
Saya adalah orang yang
mudah merasa senang
dengan hal-hal kecil.
6.
Saya adalah orang yang mudah marah ketika menghadapi situasi sulit.
7.
Saya adalah orang yang sangat memperhatikan kebersihan diri
81
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8.
Saya adalah orang yang cuek melihat penderitaan orang lain.
PERNYATAAN
NO 9.
SS
Saya adalah orang yang mudah berkonsentrasi dalam belajar.
10.
Saya adalah orang
yang pemalu ketika harus
bergabung dalam kelompok karna saya bukan orang pintar.
11.
Saya adalah orang yang senang bertukar pikiran dengan orang lain mengenai suatu hal.
12.
Saya adalah orang yang mampu membedakan perbuatan baik dan buruk yang saya lakukan.
13.
Saya adalah orang yang menjalankan aturan masyarakat ditempat saya tinggal.
14.
Saya adalah orang yang kurang peduli dengan pendapat teman.
15.
Saya adalah orang yang selalu berbuat sesuai perintah dalam kitab suci agama saya.
16.
Saya malu jika menggunakan pakaian yang terlalu terbuka.
17.
Saya tetap merasa menarik meskipun warna kulit saya hitam.
18.
Saya baru akan merasa cantik/ganteng jika menggunakan pakaian yang harganya mahal.
19.
Saya adalah orang yang peduli dengan kesedihan orang lain.
20.
Saya adalah orang yang kurang peduli dengan hasil belajar (nilai mata pelajaran) yang saya dapatkan.
21.
Saya adalah orang yang senang memiliki temanteman yang sangat perhatian dengan saya.
22.
Saya adalah orang yang cuek dengan perilaku
82
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
buruk saya.
23.
Saya adalah orang yang selalu sopan dalam berbicara.
24.
Saya adalah orang yang kurang bisa bergaul dengan teman-teman sehingga saya memilih untuk menyendiri.
PERNYATAAN
NO 25.
SS
Saya tetap percaya diri dengan ukuran tubuh saya saat ini (gemuk/kurus).
26.
Saya adalah orang yang mudah menangis ketika menghadapi permasalahan.
27.
Saya adalah orang yang mudah kecewa ketika gagal.
28.
Saya merasa lebih nyaman dan menarik jika menggunakan baju yang sopan.
39.
Saya adalah orang yang sering merasa tidak percaya diri ketika berbicara didepan umum.
30.
Saya adalah orang yang punya banyak teman ditempat sekitar saya tinggal.
31.
Saya kurang suka dengan bentuk rambut saya yang susah diatur.
32.
Saya adalah orang yang memiliki cita-cita tinggi.
33.
Saya adalah orang yang mudah membaur dengan orang baru, sehingga saya senang berkumpul dengan teman-teman.
34.
Saya adalah orang yang mampu memilih pakaian cocok dan sopan untuk dipakai.
35.
Saya adalah orang yang mampu berprilaku sopan.
36.
Saya adalah orang yang mampu menjadi pendengar baik
ketika
teman
sedang
mengungkapkan
pendapatnya.
83
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37.
Saya adalah orang yang tidak peduli dengan dosa yang saya terima atas perbuatan buruk saya.
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran ke 2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Konsep Diri
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
Pearson Corelation Aspek Penguasaan Kontrol Parameter Hasil Hitung Pearson Correlation .737** Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .528**
Sig. (2-tailed)
.003
N Pearson Correlation
30 .741**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .490**
Sig. (2-tailed)
.006
N Pearson Correlation
30 .695**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .538**
Sig. (2-tailed)
.002
N Pearson Correlation
30 .683**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .683**
Sig. (2-tailed)
.000
N
30
85
Keputusan VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
Pearson Correlation
.481**
Sig. (2-tailed)
.007
N Pearson Correlation
30 .664**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .447*
Sig. (2-tailed)
.013
N Pearson Correlation
30 .532**
Sig. (2-tailed)
.002
N Pearson Correlation
30 .477**
Sig. (2-tailed)
.008
N Pearson Correlation
30 .698**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .471**
Sig. (2-tailed)
.009
N Pearson Correlation
30 .512**
Sig. (2-tailed)
.004
N Pearson Correlation
30 .572**
Sig. (2-tailed)
.001
N
30
86
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
P25
Pearson Correlation
.642**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .692**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .729**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .404*
Sig. (2-tailed)
.027
N Pearson Correlation
30 .478**
Sig. (2-tailed)
.008
N Pearson Correlation
30 .437*
Sig. (2-tailed)
.016
N Pearson Correlation
30 .509**
Sig. (2-tailed)
.004
N Pearson Correlation
30 .596**
Sig. (2-tailed)
.001
N
30
87
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P26
P27
P28
P29
P30
P31
P32
P33
Pearson Correlation
.603**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .305
Sig. (2-tailed)
.101
N Pearson Correlation
30 .731**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .525**
Sig. (2-tailed)
.003
N Pearson Correlation
30 .578**
Sig. (2-tailed)
.001
N Pearson Correlation
30 .531**
Sig. (2-tailed)
.003
N Pearson Correlation
30 .437*
Sig. (2-tailed)
.016
N Pearson Correlation
30 .620**
Sig. (2-tailed)
.000
N
30
88
VALID
TIDAK VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P34
P35
P36
P37
P38
P39
P40
VAR000 02
Pearson Correlation
.494**
Sig. (2-tailed)
.006
N Pearson Correlation
30 .598**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .393*
Sig. (2-tailed)
.032
N Pearson Correlation
30 .334
Sig. (2-tailed)
.071
N Pearson Correlation
30 .305
Sig. (2-tailed)
.101
N Pearson Correlation
30 .686**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 .722**
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation
30 1
Sig. (2-tailed) N
30
89
VALID
VALID
VALID
TIDAK VALID
TIDAK VALID
VALID
VALID
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3 Tabulasi Data Instrumen Skala Konsep Diri Remaja Panti (Responden/Subjek) 1.
Pretest
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
∑
KATEGORI
1
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
2
1
1
1
4
4
4
4
2
4
1
3
4
4
3
4
4
3
4
4
3
3
3
2
2
102
Sedang
2
3
3
2
4
3
3
2
3
2
2
3
3
2
3
2
2
4
4
2
2
3
2
3
3
3
2
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
105
Sedang
3
3
4
3
4
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
4
4
4
4
4
3
2
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
2
3
3
121
Tinggi
4
4
3
4
3
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
3
2
2
4
4
4
3
3
4
3
3
4
3
3
4
4
128
5
3
1
3
1
3
1
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
100
Sangat Tinggi Sedang
6
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
4
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
106
Sedang
7
4
1
4
1
4
1
4
4
2
4
2
4
4
4
2
2
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
129
8
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
3
4
4
3
4
4
3
3
3
3
4
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
119
Sangat Tinggi Tinggi
9
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
1
1
1
1
4
1
3
1
2
2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
89
Sedang
10
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
2
3
3
4
2
2
3
3
3
3
3
2
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
119
Tinggi
11
3
2
3
2
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
3
4
3
3
100
Sedang
12
3
1
3
1
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
4
2
3
2
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
111
Tinggi
13
3
2
3
2
3
2
3
3
1
3
1
4
4
3
2
2
3
3
3
3
4
2
3
1
3
3
4
4
4
2
4
4
2
3
4
4
4
108
Tinggi
14
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
2
4
3
3
4
3
3
4
3
3
4
4
112
Tinggi
15
3
2
3
2
3
2
3
3
2
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
94
Sedang
16
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
113
Tinggi
17
3
4
3
4
3
4
3
4
2
4
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
118
Tinggi
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
18
3
1
3
1
3
1
3
4
2
4
2
4
4
3
2
2
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
2
4
4
119
Tinggi
19
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
1
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
129
2
3
2
3
2
3
2
4
2
4
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
4
1
3
4
4
4
4
3
3
4
3
3
4
4
3
4
4
114
Sangat tinggi Tinggi
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.
N O
P 1
P 2
P 3
P 4
P 5
P 6
P 7
P 8
P 9
1
4
1
3
2
4
2
3
4
2
3
3
3
3
3
2
3
3
4
4
4
4
4
3
4
2
3
4
3
3
5
4
2
4
1
6
3
2
4
7
3
3
8
3
9
POSTTEST
3
P 1 0 3
P 1 1 3
P 1 2 2
P 1 3 3
P 1 4 2
P 1 5 2
P 1 6 4
P 1 7 4
P 1 8 3
P 1 9 3
P 2 0 2
P 2 1 4
P 2 2 3
P 2 3 3
P 2 4 2
P 2 5 3
P 2 6 3
P 2 7 2
P 2 8 4
P 2 9 3
P 3 0 3
P 3 1 2
P 3 2 4
P 3 3 3
P 3 4 4
P 3 5 4
P 3 6 4
P 3 7 1
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
2
4
3
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
3
1
4
3
3
4
4
3
4
3
4
4
3
4
4
2
3
3
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
3
2
4
4
3
4
4
2
4
3
4
4
3
3
4
4
2
1
4
3
2
3
4
4
2
3
2
3
2
3
2
3
4
4
2
3
2
3
3
3
2
3
3
4
4
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
4
3
3
3
4
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
4
3
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
3
2
3
4
4
4
3
3
4
4
4
2
4
3
4
4
3
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
2
3
4
2
4
3
3
3
3
2
3
4
4
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
4
4
4
2
4
3
4
2
4
4
4
3
3
4
4
2
4
4
3
1
3
2
3
3
3
3
3
2
3
1
4
2
3
3
4
1
0
2
2
4
2
3
3
4
3
4
3
3
3
4
4
10
3
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
2
3
4
4
4
4
4
4
2
3
1
1
3
1
3
3
4
3
4
4
4
4
11
3
2
3
3
3
2
3
3
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
4
3
3
3
2
2
2
3
2
3
3
3
2
4
4
3
3
3
3
12
3
3
4
1
4
3
3
3
2
2
4
4
3
3
2
4
4
4
3
4
4
3
4
1
4
2
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
13
4
3
4
4
4
1
3
1
2
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
1
4
4
1
4
2
3
4
4
4
2
4
4
3
14
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
4
3
15
4
4
3
4
4
2
4
4
3
4
3
4
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
1
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
16
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
17
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
3
3
4
3
3
4
3
4
2
3
4
3
4
4
3
2
3
92
Ju ml ah 10 9 11 0 13 2 12 7 10 6 10 9 12 8 12 3 10 5 12 5 10 3 12 1 12 0 11 5 13 3 11 5 12
Kat ego ri T T ST ST S T ST T S T S T T T ST T T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 18
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
2
3
2
4
4
2
4
4
4
4
3
4
4
4
19
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
3
4
3
4
3
4
4
4
4
2
4
4
0
3
3
4
4
4
20
3
3
3
4
4
3
3
4
2
4
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
4
2
4
3
4
4
4
4
3.
93
13 0 12 9 12 4
ST ST T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Rekapitulasi Skor Skala Konsep Diri Remaja Panti Pretest dan Posttest NO. RESP
NAMA 1 KK 2 DR 3 SM 4 BS 5 PY 6 FF 7 SF
8 9 10 11 12 13 14 15
DH AR DL NP EW RL VA NR
16 YA 17 YH 18 HW 19 MI 20 CL
Jenis Pretest Kelamin Jumlah Kategori P 102 Sedang P 105 Sedang P 121 Tinggi L Sangat 128 Tinggi L 100 Sedang P 106 Sedang P Sangat 129 Tinggi L 119 Tinggi L 89 Sedang L 119 Tinggi L 100 Sedang P 111 Tinggi P 108 Tinggi P 112 Tinggi P 94 Sedang P 113 Tinggi L 118 Tinggi P 119 Tinggi P Sangat 129 tinggi P 114 Tinggi
94
Posttest Jumlah Kategori 109 Tinggi 110 Tinggi Sangat 132 Tinggi Sangat 127 Tinggi 106 Sedang 109 Tinggi Sangat 128 Tinggi 123 Tinggi 105 Sedang 125 Tinggi 103 Sedang 121 Tinggi 120 Tinggi 115 Tinggi Sangat 133 Tinggi 115 Tinggi 124 Tinggi Sangat 130 Tinggi Sangat 129 Tinggi 124 Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas (Topik: Konsentrasi Belajar) A. Rancangan Pelayanan Bimbingan Konsentrasi Belajar NO
KETERANGAN
1.
Topik
Konsentrasi Belajar
2.
Tugas Perkembangan
Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
3.
Bidang bimbingan
Belajar
4.
Jenis layanan
Layanan informasi
5
Fungsi Bimbingan
Pemahaman,
pengembangan,
pemeliharaan,
dan
pencegahan. 6.
Sasaran
Remaja Panti Asuhan
7.
Standar kompetensi
Remaja panti asuhan dapat belajar dengan baik dan memiliki konsep diri yang positif.
8.
Kompetensi Dasar
9.
Indikator
Remaja panti dapat mempraktekan cara-cara belajar a. Menjelaskan Pengertian konsentrasi. b. Menyebutkan manfaat konsentrasi belajar.
10.
Materi
a. Pengertian konsentrasi. b. Manfaat konsentrasi.
11.
Metode
Pembahasan/diskusi tentang handout,game, dinamika kelompok, sharing, refleksi.
12.
Waktu
2x40 menit
13.
Tempat
Aula panti
14.
Media
Laptop, alat tulis, LCD
15 .
Prosedur
16.
Penilaian/evaluasi
17.
Rencana tindak lanjut
18.
Sumber pustaka
Pernyataan hasil belajar
http://www.referensimakalah.com/2013/06/pengertianjenis-dan-tahapan-konsentrasi.html. diunduh pada 18 april 2017. 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Skenario NO
KEGIATAN
PEMBIMBING
1.
Pembuka
Membuka
SISWA pertemuan Siswa
DURASI menjawab 5 menit
dengan memberikan salam salam dan pengantar materi.
dan
mendengarkan pengantar
dari
pembimbing. 2.
Ice breaking
Meminta siswa untuk duduk Siswa mendengarkan 15 menit melingkar dan pembimbing dan mengajak
siswa
bermain permainan
“konsentrasi”. 3.
Dinamika kelompok
mengikuti dengan
antusias
a. Pembimbing
Siswa masuk dalam 35
membagi kelompok. kelompok yang sudah Setiap
kelompok dibagi
terdiri
dari
6-8 berdiskusi
orang.
dengan
arahan pembimbing.
b. Pembimbing membagikan gambar kepada
tiap
kelompok
untuk
mencari perbedaan. c. Pembimbing menginstruksikan pada
untuk
siswa
mencari
untuk
perbedaan
dalam gambar yang sudah
dibagikan
pembimbing
dan
mensharingkan pengalamannya mencari
perbedaan
dalam gambar pada teman-temannya. 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Pembimbing membantu untuk
siswa
mengaitkan
pengalaman mencari gambar
perbedaan
dengan permasalahannya. e. Pembimbing membantu
siswa
untuk
bisa
merumuskan
niat-
niatnya
untuk
kedepan
agar
menjadi
semakin
baik. 4.
Inti
Pembimbing menyampaikan Siswa mendengarkan 10 materi berupa power point
5.
Penutup
a. Memberikan
aktif a. Siswa
15
peneguhan mengenai
mendengarkan
materi.
aktif.
b. Memberikan lembar refleksi
berupa
pernyataan
hasil
belajar.
b. Siswa menjawab lembar refleksi yang
c. Mengambil kesimpulan materi
dibagikan oleh dari yang
disampaikan.
pembimbing. c. Siswa mendengarkan aktif.
97
sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Hand Out Materi Konsentrasi Belajar Pengertian Konsentrasi adalah memfokuskan pada satu subjek atau objek tanpa mengalihkan sedikitpun perhatian kesuatu yang lain.
Manfaat konsentrasi belajar yaitu: 1. Meningkatkan kepercayaan diri 2. Meningkatkan daya ingat 3. Meningkatkan daya ingat
D. Gambar Perbedaan Berikut gambar-gambar yang digunakan untuk melatih konsentrasi anak dengan cara mencari perbedaan pada gambar.
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Refleksi Pernyataan Hasil Belajar 1. Setelah saya mengikuti bimbingan dengan materi “konsentrasi belajar” saya menjadi tahu bahwa: .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .............................................................................................................................. 2. Berdasarkan hal positif yang saya dapatkan dari pengalaman saya mengikuti bimbingan, saya memiliki niat untuk: .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran6. Rencana Pelayanan Bimbingan Aku Berani Berbicara NO
KETERANGAN
1.
Topik
Berani berbicara
2.
Tugas Perkembangan
Memahami
dan
mengembangkan
perilaku
tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa. 3.
Bidang bimbingan
Pribadi
4.
Jenis layanan
Layanan informasi
5
Fungsi Bimbingan
Pemahaman, pengembangan, pemeliharaan, dan pencegahan.
6.
Sasaran
Remaja panti asuhan
7.
Standar kompetensi
Remaja panti mampu berkontribusi didalam kelompok sehingga memiliki konsep diri yang positif.
8.
Kompetensi Dasar
9.
Indikator
Remaja panti berani berbicara didalam kelompok.
a. Menjelaskan manfaat berani berbicara. b. Mampu mengatasi rasa takut berbicara. c. Bertanya
pada
orang
yang
berani
berbicara didepan umum hal-hal apa saja yang bisa dilakukan agar berani berbicara didepan umum. 10.
Materi
a. Manfaat berani berbicara. b. Cara mengatasi rasa takut berbicara.
11.
Metode
Pembahasan/diskusi
tentang
handout,game,
dinamika kelompok, sharing, refleksi. 12.
Waktu
2x40 menit
13.
Tempat
Aula panti
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14.
Media
Laptop, alat tulis, LCD,lembar kerja.
15 .
Prosedur
16.
Penilaian/evaluasi
17.
Rencana tindak lanjut
18.
Sumber pustaka
Refleksi berupa pernyataan hasil belajar.
http://www.binauralbeats.co.id/Manfaat-Luar-BiasaPublic-Speaking-Skill.htm. diunduh pada 18 april 2017. http://www.binauralbeats.co.id/Manfaat-Luar-BiasaPublic-Speaking-Skill.htm. diunduh pada 17 april 2017.
B. Skenario NO 1.
KEGIATAN Pembukaan
PEMBIMBING Membuka dengan
SISWA
pertemuan Menjawab
salam
memberikan pembimbing
salam
dan bersemangat
memperkenalkan diri.
DURASI dari 5 menit
dengan dan
siap
menerima materi
yang
disampaikan. 2.
Ice breaking
Meminta siswa untuk Siswa mengikuti instruksi 15 menit membentuk
lingkaran dari
pembimbing
dan
besar untuk bermai “Ha, mengikuti games dengan Ka, Zo”
penuh semangat.
Ice breaking Ha:
satu
tangan
membentuk
seperti
sedang hormat bendera. Ka:
tangan
diletakan
pada posisi diatas dada. Zo: tangan membentuk seperti
sebuah
pistol
dan sambil menembak. 3.
Penyampaian
Menyampaikan
materi
mengenai
materi Siswa
memperhatikan 10 menit
“berani materi yang disampaikan
berbicara”
oleh pembimbing. 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.
Proses kelompok
dalam
f. Pembimbing
a. Siswa
membagi
masuk 35 menit
dalam kelompok
kelompok.
b. Siswa
Setiap kelompok
kertas.
terdiri dari 6-8
c. Siswa
orang.
menerima
menggambar dan
g. Pembimbing
mensharingkan
memberi kertas
pada
beserta alat tulis
kelompok.
kepada siswa. h. Pembimbing
teman
d. Siswa merumuskan niat
menginstruksika
kedepannya
n
semakin
pada
siswa
untuk
agar berani
berbicara.
menggambar bebas
lalu
mensharingkan gambar tersebut didepan temanteman kelompok. i. Pembimbing membantu siswa merumuskan hal-hal
yang
akan dilakukan berkaitan dengan materi. 5.
Penutup
a. Memberikan peneguhan tentang
materi
yang
a. Mendengarkan pembimbing. b. Mengisi refleksi.
disampaikan.
105
lembar
15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Meminta siswa mengisi lembar refleksi. c. Mengambil kesimpulan atas kegiatan
yang
dilaksanakan.
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Handout Materi Aku Berani Berbica
Pengertian berbicara ialah kemampuan mengucapkan kata-kata dalam rangka menyampaikan atau menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh penyimak.
Manfaat berani berbicara: a. Memiliki banyak kenalan b. Meningkatkan rasa percaya diri c. Meningkatkan kemampuan belajar
Cara mengatasi rasa takut berbicara yaitu a. Melawan rasa malu b. Memberanikan diri mengajukan pertanyaan c. Berbicara dengan gaya sendiri tidak perlu dibuat-buat. d. Mempersiapkan diri e. Melakukan kontak mata dengan lawan bicara.
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Lembar Refleksi Lembar refleksi “Aku Berani berbicara”
1. Setelah saya mengikuti sesi “aku berani berbicara”, saya menjadi paham bahwa: .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... 2. Hal-hal apa yang akan kamu lakukan agar kamu semakin berani berbicara? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7. Foto-foto Selama Pelaksanaan Bimbingan
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112