PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BELA RASA (COMPASSION) (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Yohanes Purnomo Edi 121114019
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BELA RASA (COMPASSION) (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015)
Oleh: Yohanes Purnomo Edi NIM: 121114019
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si.
Tanggal 8 Maret 2016
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BELA RASA (COMPASSION) (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015)
Dipersiapkan dan disusun oleh: Yohanes Purnomo Edi NIM: 121114019
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 16 Maret 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji: Nama Lengkap
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Gendon Barus, M.Si.
Sekretaris
: Juster Donal Sinaga, M.Pd.
Anggota I
: Dr. Gendon Barus, M.Si.
Anggota II
: Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si.
Anggota III : Juster Donal Sinaga, M.Pd.
Yogyakarta, 16 Maret 2016 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dekan
Rohandi, Ph.D.
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Hidup adalah Perjuangan!!
Aja Dumeh, Eling, Lan Waspada (SEMAR)
Lebih Baik Melakukan Sesuatu dengan Tidak Sempurna Dibanding Tidak Melakukan Apapun dengan Sempurna (Dr. Robert Schuller)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini Yohan persembahkan bagi.... Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Sang teladan yang senantiasa menjadi pedoman, pegangan, sumber kekuatan, dan ketenangan dalam setiap alur indah yang Yohan jalani selama ini. Yayasan Tarakanita Yang telah membantu dalam hal financial sehingga Yohan dapat kuliah hingga selesai. Para dosen dan staf Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Semua orang terkasih yang telah memberikan seluruh kasih sayang yang tulus, perhatian, dan cintanya dalam mendampingi dan memotivasi hingga sekarang. Orang tua terscinta, Bapak Macarius Sumadiarto dan Wahyuni Imbar Yulianingsih Kakak-kakak tersayang, Andreas Bagus Prasojo dan Yohana Indah Susanti Adik tersayang, Fransisca Frida Tania Seluruh keluarga, Alm. Bapak Sarwo Dadi Ngudiono, Budhe Sumilah, Budhe Munjiah, dan segenap keluarga serta teman dekat dan sahabat yang tetap mendukung Yohan sampai sekarang.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Maret 2016 Penulis
Yohanes Purnomo Edi NIM: 121114019
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama
: Yohanes Purnomo Edi
Nomor Mahasiswa
: 121114019
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BELA RASA (COMPASSION) (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 16 Maret 2016 Yang menyatakan
Yohanes Purnomo Edi
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BELA RASA (COMPASSION) (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015)
Yohanes Purnomo Edi Universitas Sanata Dharma 2016 Tujuan penelitian ini: (1) Mengetahui gambaran tingkat karakter Bela Rasa (Compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Tahun Ajaran 2014/2015Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning; (2) Mengetahui efektivitas pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning dalam meningkatkan karakter Bela Rasa (Compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan pra-eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Karakter Bela Rasa (Compassion) yang disusun oleh peneliti. Koefisien reliabilitas penelitian ini dianalisa menggunakan teknik Test-retest hasilnya senilai 0,689 dan termasuk kategori cukup. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta berjumlah 28 orang. Teknik analisa data yang digunakan adalah kategorisasi distribusi normal dan uji Two Related Sample Test (Wilcoxon). Temuan penelitian menunjukkan: tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning secara umum baik. Namun demikian, masih terdapat siswa yang memiliki karakter bela rasa (compassion) pada kategori sedang. Tidak terdapat peningkatan karakter bela rasa (compassion) siswa secara signifikan senilai 0,352, (Sig 2 tailed) sebesar (0,352) > (0,05). Dengan demikian, implementasi layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning tidak secara efektif meningkatkan karakter bela rasa (compassion) siswa. Kata kunci: bimbingan klasikal kolaboratif, experiential learning, karakter bela rasa (compassion)
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT THE EFFECTIVENESS OF THE IMPLEMENTATION OF COLLABORATIVE CLASS GUIDANCE SERVICE-BASED CHARACTER EDUCATION USING EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH TO DEVELOP A SENSE OF COMPASSION
(Preliminary Study on the seventh grade students in SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Academic Year 2014 / 2015 ) Yohanes Purnomo Edi Sanata Dharma University 2016 The purposes of this research are: (1) To know the description of the sense of compassion among the seventh grade students of SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, academic year 2014/2015, before and after the implementation of the collaborative class guidance service-based character education using an experiential learning approach; (2) To explore the effectiveness of the collaborative class guidance service-based character education using an experiential learning approach to develop the seventh grade students’ sense of compassion in SMP Stella Duce 2 Yogyakarta academic year 2014/2015. This research is a quantitative research using a pre-experiment One-Group Pretest-Posttest Design design. The instrument used to collect data was a questionnaire to explore students’ sense of compassion which was designed by the researcher. The reliability coefficient of this research was analysed using a Testretest technique and the result was 0,689 and categorized as sufficient. The subjects of this research were 28 seventh grade students of Sekar Jagad Class in SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. The data analysis technique was the categorization of normal distribution and the Two Related Sample Test (Wilcoxon). The finding of the research shows that the seventh grade students’ sense of compassion before and after the implementation of the collaborative class guidance service-based character education using an experiential learning approach is generally good. However, some students have a medium sense of compassion. There was no significant development in the students’ sense of compassion, at the value of 0,352, (sig 2 tailed) as much as (0,352) > (0.05). Therefore, the implementation of the collaborative class guidance service using an experiential learning approach does not effectively increase students’ sense compassion. Keywords: bimbingan klasikal kolaboratif, experiential learning, karakter bela rasa (compassion)
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga, penulisan tugas akhir dengan judul “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bela Rasa (Compassion) (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015) dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selama penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses yang penulis jalani. Oleh karenanya, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling. 3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling. 4. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu mendampingi dengan penuh kesabaran, telaten, selalu memberikan saran, motivasi, petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi. 6. Mas Moko atas pelayanan yang diberikan dengan ramah dan sabar selama penulis menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling. 7. Yayasan Tarakanita yang telah membantu dalam hal financial sehingga Yohan dapat kuliah hingga selesai. x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Orang tua Yohanes Purnomo Edi, yakni Bapak Macarius Sumadiarto dan Ibu
Wahyuni
Imbar
Yulianingsih
atas
seluruh
doa,
dukungan,
pendampingan, serta penguatan yang diberikan kepada penulis selama ini. 9. Kakak-kakak Yohan, yakni Mas Andreas Bagus Prasojo dan Mbak Yohana Indah Susanti atas kasih sayang, perhatian, dukungan, doa, semangat, dan keceriaan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. 10. Adik Yohan, yakni Frasnsisca Frida Tania atas semangat, doa, kebersamaan, dukungan, dan keceriaan yang telah diberikan kepada penulis. 11. Budhe Sumilah, Budhe Munjiah, Pakdhe Wakijo, Budhe Yati, dan seluruh keluarga besar atas seluruh doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. 12. Seluruh kakak, teman, dan adik dari angkatan 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015 atas seluruh doa, dukungan, semangat, pengalaman, dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis selama ini. 13. Teman dekat dan sahabat terkasih atas doa, dukungan, semangat dan kebersamaan yang diberikan selama ini. 14. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang penulis lakukan selama proses pembuatan tugas akhir ini. Oleh karena itu, penulis minta maaf kepada semua pihak yang telah dirugikan atas keasalahan dan kekurangan tersebut. Penulis juga sadar bahwa peneitian ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis berharap mendapatkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna pembenahan, penajaman, dan perkembangan penelitian yang lebih baik. Akhir kata, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 16 Maret 2016 Penulis
Yohanes Purnomo Edi
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIIMBING ............................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii ABSTRACT ......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ...........................................................................................x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii BAB I
PENDAHULUAN ...............................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................10 C. Batasan Masalah ..........................................................................11 D. Rumusan Masalah .......................................................................12 E. Tujuan Penelitian ........................................................................12 F. Manfaat Penelitian ......................................................................12 1. Manfaat Teoritis .......................................................................13 2. Manfaat Praktis ........................................................................13 G. Definisi Operasional Variabel .....................................................14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA ........................................................................16 A. Hakikat Pendidikan Karakter ......................................................16 1. Pengertian Karakter ................................................................16 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Pengertian Pendidikan Karakter .............................................17 3. Tujuan Pendidikan Karakter ...................................................18 4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ......................................20 5. Nilai-nilai Keutamaan Karakter di Tarakanita .......................21 6. Proses Pembentukan Nilai Karakter .......................................30 B. Hakikat Karakter Bela Rasa (compassion) ..................................33 1. Pengertian Bela Rasa (compassion) .......................................33 2. Karakteristik Karakter Bela Rasa (compassion) .....................34 C. Hakikat Pendekatan Experiential Learning ................................35 1. Pengertian Pendekatan Experiential Learning .......................35 2. Prinsip Experiential Learning . ...............................................36 3. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Experiential Learning .............................................................37 4. Aktivitas Inti dalam Pembelajaran Experiential ....................37 D. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif .....................39 1. Pengertian Bimbingan Klasikal ..............................................39 2. Tujuan Bimbingan Klasikal ....................................................40 3. Bidang Bimbingan Klasikal ...................................................41 4. Bimbingan Klasikal Kolaboratif ............................................42 E. Hakikat Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning ...................................................................43 F. Hakikat Remaja sebagai Peserta Didik SMP ..............................51 1. Pengertian Peserta Didik SMP ...............................................51 2. Karakteristik Peserta Didik SMP. ...........................................52 3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja sebagai Pelajar ............52 4. Kebutuhan-kebutuhan Remaja sebagai Peserta Didik ............53 G. Kerangka Berpikir .......................................................................57 H. Hipotesis Tindakan ......................................................................59 BAB III
METODE PENELITIAN ................................................................60 A. Jenis Penelitian ............................................................................60 B. Setting Penelitian (Lokasi dan Waktu Penelitian) ........................63 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Subjek Penelitian .........................................................................63 D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................64 E. Validitas Reliabilitas, dan Uji Normalitas ..................................66 1. Validitas ..................................................................................66 2. Reliabilitas ..............................................................................66 3. Uji Normalitas. ........................................................................69 F. Teknik Analisis Data ...................................................................70 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................73 A. Hasil Penelitian ...........................................................................73 B. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................87 A. Kesimpulan .................................................................................87 B. Keterbatasan Penelitian ................................................................88 C. Saran ............................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design ..........................61 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Karakter Bela Rasa (compassion) ..........................65 Tabel 3.3 Kriteria Guilford ....................................................................................68 Tabel 3.4 Hasil Uji Normalitas ..............................................................................69 Tabel 3.5 Kategorisasi Normal Tingkat Karakter Bela Rasa (compassion) ..........71 Tabel 3.6 Kategorisasi Normal Tingkat karakter Bela Rasa (compassion) Siswa/i kelasVII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 ..............................................................................................72 Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiantial Learning ........................73
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial ......32 Gambar 2.2 Fase Pendekatan Experiential Learning Kolb....................................47 Gambar 2.3 Proses Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning....................50 Gambar 3.1 Efektivitas layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning......................................................62 Gambar 4.1 Tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning .......................................74
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Normalitas ...................................................................................96 Lampiran 2. Hasil Uji Two Related Sample Test (Wilcoxon) ................................97 Lampiran 3. Kuesioner Karakter Bela Rasa (Compassion) ...................................98 Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian Pretest......................................................104 Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian Posttest ....................................................106 Lampiran 6. Hasil Reliabilitas..............................................................................108 Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Layanan ........................................................109
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian. A. Latar Belakang Masalah Situasi sosial dan kultur masyarakat kita dewasa ini semakin mengkhawatirkan. Hancurnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan, dan ketidakjujuran, tipisnya rasa bela rasa, solidaritas, dan fenomena kemunduran yang lain telah terjadi dalam lembaga pendidikan kita. Hal ini mewajibkan kita untuk mempertanyakan, sejauh mana lembaga pendidikan kita telah mampu menjawab dan tanggap terhadap berbagai macam persoalan dalam masyarakat kita. Dalam konteks pendidikan di tanah air, kemerosotan nilai-nilai moral telah menjadi semacam lampu merah yang mendesak semua pihak, lembaga pendidikan, orang tua, negara, dan lembaga masyarakat lain untuk segera memandang pentingnya sebuah sinergi bagi pengembangan pendidikan karakter (Harsanto, 2009:55). Banyak bukti menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ternyata membantu menciptakan kultur sekolah menjadi lebih baik (Koesoema, 2007:132). Para siswa menjadi lebih aman dan nyaman, serta lebih mampu berkonsentrasi dalam belajar sehingga prestasi mereka meningkat.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Dewasa ini, Kementerian Pendidikan Nasional menerapkan kembali pendidikan pembangunan karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa sesungguhnya telah secara eksplisit dipaparkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal tersebut jelas bahwa pendidikan sebaiknya tidak hanya menghasilkan generasi yang cerdas secara akademik, namun juga berakhlak mulia. Oleh karena itu, pemantapan pendidikan karakter secara komprehensif menjadi sangat penting dan mendasar untuk diimplementasikan di sekolah. Pentingnya pendidikan karakter secara komprehensif diberikan kepada peserta didik sedini mungkin, sebab pendidikan tersebut mencakup ranah afeksi, kognisi, dan psikomotor. Para peserta didik harapannya mampu mewujudnyatakan tujuan pendidikan nasional di Indonesia. Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia, baik tujuan sekolah, perguruan tinggi, maupun tujuan nasional mencakup ketiga ranah perkembangan manusia, seperti tertulis dalam teori-teori pendidikan, yaitu perkembangan afeksi, kognisi dan psikomotor (Pidarta, 2009: 15). Sejauh ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
seperti
yang kita ketahui bahwa pendidikan masih
banyak
yang
berorientasikan terhadap tingkat kognitif dan psikomotorik siswa, padahal sangat penting untuk melihat perkembangan siswa juga dari segi afektif. Pendidikan komprehensif merupakan pendidikan yang mengembangkan seluruh aspek dalam diri peserta didik di lembaga pendidikan tanpa ada yang diabaikan, dan menciptakan lingkungan yang menopang perkembangan peserta didik. Lingkungan pendidikan yang menopang perkembamgan peserta didik dapat berupa sekolah, keluarga, komunitas, masyarakat, berbagai macam media informasi yang mempengaruhi pola pikir, sikap, bertindak peserta didik, dan lain sebagainya. Pendidikan yang komprehensif berada pada tataran praktis (Santoadi, 2010: 39-40). Tujuan pendidikan di Indonesia mencakup afeksi, kognisi, dan psikomotor hendaknya dikembangkan secara berimbang, optimal, dan integratif. Berimbang artinya ketiga ranah tersebut di atas dilakukan dengan intensitas yang sama, yang proporsional, dan tidak berat sebelah. Optimal maksudnya adalah setiap ranah itu dilayani perkembangannya sesuai dengan besar potensi masing-masing siswa. Integratif menunjukkan perkembangan ketiga ranah itu dikaitkan satu dengan yang lain menjadi kebulatan, sehingga setiap pribadi tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berkarakter demi
kemajuan
bangsa
Indonesia.
Inilah
yang
dimaksud
dengan
perkembangan individu seutuhnya. Proses perkembangan yang bebas sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing akan melahirkan manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Indonesia seutuhnya yang beragam diwarnai oleh sila-sila Pancasila dan berkarakter. Pendidikan karakter begitu penting diterapkan dalam dunia pendidikan karena karakter menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Karakter menentukan pikiran, perasaan, dan kehendak sesorang. Karakter merupakan sifat atau karakteristik dari seseorang yang sangat menonjol, sehingga merupakan trade mark orang tersebut. Orang berkarakter berarti memiliki integritas moral yang tinggi. Orang yang mempunyai integritas adalah orang yang mampu mempunyai komitmen dan menjalankan nilai-nilai yang diyakininya secara konsekuen dan konsisten. Menurut Chandra (2000:83), karakter merupakan sebagai “kualitas pribadi, yang cenderung menentukan kualitas hubungan seseorang dengan orang lain dan hubungannya dengan lingkungan tempat ia berada”. Salah satu karakter yang menentukan kualitas hubungan manusia dengan sesamanya adalah berbela rasa. Kata “bela rasa” zaman sekarang makin sering terdengar di telinga kita, terutama berkaitan dengan situasi sosial di mana banyak orang mengalami masalah kehidupan, musibah, bencana alam, dan sebagainya. Kata “bela rasa” perlahan-lahan mulai menjadi pilihan terhadap kata “belas kasihan”, yang lebih populer dan lebih sering digunakan orang dalam komunikasi sehari-hari, maupun dalam artikel, buku, majalah, koran, dan media cetak lainnya. Kata “bela rasa” atau dalam bahasa Inggris compassion, secara etimologi terdiri dari: passion berasal dari kata Latin yang berarti “merasakan”, dan awalan com yang berarti “bersama”. Jadi, “bela rasa” berarti merasakan bersama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
sama secara mendalam, dan secara umum dapat diartikan merasakan penderitaan yang dirasakan oleh orang lain. Ungkapan “belas kasihan” mendudukkan seseorang pada posisi yang lebih rendah dan ada perasaan berdosa atau bersalah di dalamnya. Bagi Borg (1994:53), “bela rasa” jelas berbeda dengan “belas kasihan” (mercy, pity). Ungkapan “belas kasihan” mendudukkan seseorang pada posisi yang lebih rendah dan ada perasaan berdosa atau bersalah di dalamnya. Sedangkan bela rasa (compassion) merupakan bentuk jamak yang berarti “rahim”. Seorang ibu merasa berbela rasa dengan anaknya yang lahir dari rahimnya sendiri. Seorang kakak berbela rasa dengan adiknya yang lahir dari rahim yang sama. Di dalam dunia pendidikan, bela rasa/belas kasih (compassion) sangat diperlukan supaya kita ikut merasakan bersama-sama secara mendalam apa yang sedang dirasakan orang lain. Hal tersebut bukanlah perkara mudah, terlebih lagi jika yang sedang dihadapi adalah berbagai perasaan negatif seperti sedih, marah, kecewa, dan lain-lain. Ketika menghadapi itu, kita cenderung menghindar dan bersikap acuh. Singkatnya, ketidakpedulian terhadap sesama berawal dari ketidakpedulian kita terhadap perasaan mereka. Bela rasa (compassion) adalah sikap hati yang timbul dari karya Roh di dalam diri, yang memampukan kita turut merasakan dan selalu ingin berbuat sesuatu terhadap penderitaan dan kesulitan yang dialami sesama. Hati yang berbela rasa
(compassion)
membutuhkan
kerelaan
untuk
berkorban
dan
mewujudnyatakan dalam tindakan. Tindakan yang muncul tidaklah harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
berupa hal yang spektakuler dan 'wah', namun dapat dirasakan melalui tindakan sederhana, hangat dan bersahabat. Karakter bela rasa di Sekolah Menengah Pertama khususnya di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta semakin mendesak diterapkan karena mengingat berbagai macam perilaku non-edukatif kini telah merasuki lembaga pendidikan
seperti
fenomena
kekerasan,
ketidakpedulian,
keegoisan,
kesewenang-wenangan yang terjadi di sekolah. Hal tersebut berawal dari wawancara dan diskusi yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan Suster Yesina Y Sumarni, CB., yang mengatakan bahwa bela rasa (compassion) yang merupakan bagian dari nilai keutamaan Tarakanita yaitu Cc5 (compassion, celebration, competence, conviction, creativity, dan community) di sekolah khususnya di yayasan Tarakanita masih sangat perlu ditingkatkan. Dalam hal ini peneliti tidak memperoleh data terkait Cc5 yang ada di sekolah tersebut, artinya data pendidikan karakter terutama karakter bela rasa yang diterapkan di sekolah tersebut peneliti belum mendapatkannya. Sekolah yang masih perlu terus menerus membangun kebiasaan berbela rasa adalah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta menurut Suster Yesina Y Sumarni, CB. Sehingga, peneliti dianjurkan untuk meneliti karakter bela rasa (compassion) SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, melalui penelitian di SMP ini pihak Tarakanita ke depannya dapat meningkatkan karakter bela rasa di sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Tarakanita. Kemudian peneliti juga memperoleh informasi terkait masih kurangnya karakter bela rasa (compassion) di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta dari guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
Bimbingan dan Konseling (BK) yang berada di sekolah tersebut yakni Fr. Romana Pipiet Cintia Sanjaya. dan beberapa guru yang lain saat peneliti berkunjung ke sekolah tersebut. Nara sumber mengatakan bahwa di SMP tersebut masih kurang sekali karakter bela rasanya, para siswa yang ada di sekolah tersebut masih sering berkelahi, saling membully, bersikap masa bodoh dengan temannya (misal: masalah meminjamkan alat tulis) siswasiswa masih belum memliki rasa bela rasa kepada sesamanya. Diterapkannya karakter bela rasa ini diharapkan siswa dapat mewujudkan kepedulian dan solidaritas terhadap yang lemah, miskin, dan tersingkir. Kemudian, mereka dapat ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang lain, bijaksana, mencintai sesama dengan tulus hati, semangat, murah hati, dan melayani sesama dengan setulus hati. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak sekolah diperoleh beberapa hal penting berkaitan dengan pendidikan karakter di sekolah ini. Program pengembangan karakter bela rasa (compassion) di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang diberikan kepada para siswa lebih menekankan pada ranah kognitif (pengetahuan) dan belum sampai pada ranah afektif dan perilaku. Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP itu lebih sering menggunakan pendekatan ceramah. Pendidikan Karakter Taraknita (PKT) yang dilaksanakan secara terjadwal atau rutin, namun masih terdapat karakter yang kurang terbentuk dalam diri siswa yakni karakter bela rasa (compassion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
Hal tersebut diduga sebagai salah satu faktor yang menjadikan pengaplikasian pendidikan karakter kepada siswa belum sampai pada ranah afektif dan perilaku. Peneliti berpendapat pendekatan Experiential Learning, lebih sesuai untuk pengembangan karakter para siswa yang ada di SMP tersebut karena pendekatan ini mengarah kepada pengalaman langsung terkait karakter bela rasa (compassion), sehingga dapat sampai mengena pada semua ranah yakni ranah kogntif, afektif, dan perilaku dalam diri setiap siswa. Experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman pada dasarnya merupakan student centered learning atau pembelajaran berpusat pada siswa atau pembelajar. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan ceramah yang berpusat pada pembimbing. Dalam hal ini, pembelajarlah yang harus aktif melakukan atau mengalami aktivitas atau peristiwa tertentu, mengolah, memaknai, dan menafsirkan pengalaman belajarnya itu dengan bantuan orang lain khususnya sesama pembelajar, dan berusaha menerapkan hasil pembelajarannya itu dalam menghadapi berbagai tugas di luar lingkungan pembelajaran, yaitu dalam kehidupan nyata sehari-hari. Untuk itu, ada beberapa jenis aktivitas atau kegiatan inti yang lazim dipraktekkan pada berbagai tahap proses belajar dalam siklus pembelajaran experiential, khususnya refleksi dan sharing (Reed & Koliba dalam Supratiknya, 2011). Pendekatan Experiential Learning memiliki kelebihan yakni dapat meningkatkan semangat dan gairah belajar, membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, dan mendorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
siswa untuk melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Dari kelebihan yang ada pada pendekatan Experiential Learning tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan Experiential Learning akan efektif meningkatkan karakter bela
rasa
(compassion)
apabila
diberikan
kepada
siswa
dengan
memperhatikan materi yang akan diberikan, persiapan, strategi yang akan digunakan dan alokasi waktu yang disediakan. Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru BK dan guru-guru mata pelajaran lainnya di SMP tersebut tidak kurang-kurang, para guru sudah menggunakan berbagai cara supaya para siswa memiliki serta paham akan karakter bela rasa (compassion), sehingga para siswa dapat mewujudnyatakan karakter bela rasa tersebut melalui tindakan di lingkungannya begitu menurut keterangan guru BK di SMP tersebut. Dalam praktiknya karakter bela rasa di sekolah tersebut masih perlu sekali untuk ditingkatkan bahkan dikembangkan supaya para siswa memiliki pribadi yang berkarakter terutama karakter bela rasa. Berdasarkan penjelasan guru BK dan guru-guru lainnya peneliti mencoba akan melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan experiential learning di sekolah tersebut. Melalui metode belajar dari pengalaman ini, harapannya para siswa dapat lebih memahami karakter bela rasa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini dilakukan pada saat peneliti melakukan bimbingan klasikal di dalam kelas. Peneliti menggunakan pendekatan experiential learning ini dari sisi Bimbingan dan Konseling di mana peneliti mencoba metode lain yang belum pernah guru-guru di SMP tersebut lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
Berdasar keadaan dan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik dan tergerak hati untuk mengangkat judul “EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
KOLABORATIF
EXPERIENTIAL
LEARNING
DENGAN UNTUK
PENDEKATAN MENINGKATKAN
KARAKTER BELA RASA (COMPASSION) PADA SISWA KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015” dalam penelitian ini.
B. Identifikasi Masalah Berangkat dari latar belakang di atas terkait dengan peningkatan karakter bela rasa (compassion) di SMP diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut: 1. Tujuan pendidikan nasional terkait pendidikan karakter belum terealisasi dengan baik karena belum sampai pada pengembangan potensi siswa dalam dunia pendidikan sekarang ini. 2. Kurangnya pemahaman peserta didik terkait karakter bela rasa (compassion) di dunia pendidikan. 3. Belum ada penelitian yang menunjukkan peningkatan karakter terkait karakter bela rasa (compassion) di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. 4. Karakter bela rasa (compassion) di sekolah, khususnya di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta masih belum sampai pada ranah afeksi maupun pekerti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
5. Penerapan Pendidikan Karakter Tarakanita (PKT) Cc5 (Compassion, celebration, competence, conviction, creativity, community) terutama karakter bela rasa (compassion) di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta belum menunjukkan perubahan/peningkatan karakter bela rasa (compassion) atau dengan kata lain belum maksimal. 6. Kurangnya solidaritas di antara teman, ketidakpedulian terhadap sesama maupun lingkungan, sering terjadinya kekerasan antar siswa dan saling membully di SMP.
C. Batasan Masalah Pada penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada karakter bela rasa (compassion) di sekolah, khususnya di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Pendidikan karakter belum sampai ranah afeksi maupun pekerti, penerapan Pendidikan Karakter Tarakanita (PKT) Cc5 (Compassion, celebration, competence, conviction, creativity, community) terutama karakter bela rasa (compassion) di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta belum menunjukkan hasil perubahan karakter atau dengan kata lain belum maksimal, dan belum ada penelitian yang menunjukkan peningkatan karakter terkait bela rasa (compassion) di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Maka peneliti fokus pada “Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bela Rasa (Compassion) pada Siswa Kelas VII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana gambaran tingkat karakter Bela Rasa (Compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan Experiential Learning? 2. Seberapa
efektif
layanan
bimbingan
klasikal
kolaboratif
dengan
pendekatan Experiential Learning untuk meningkatkan karakter Bela Rasa (Compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui gambaran tingkat karakter Bela Rasa (Compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning. 2. Mengetahui efektivitas layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter Bela Rasa (Compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengembangan penelitian dalam bidang kajian yang sama, khususnya mengenai penanaman karakter bela rasa (compassion) melalui bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi kepala sekolah dan para guru Hasil penelitian ini menjadi acuan atau tolak ukur keberhasilan pendidikan karakter bela rasa (compassion) yang diterapkan di sekolah. Di sisi lain, hasil penelitian ini juga dapat membantu kepala sekolah dan para guru dalam menentukan strategi-strategi dalam menanamkan karakter bela rasa (compassion) di sekolah yang kemudian dapat meningkatkan dan mengembangkan karakter bela rasa (compassion) dalam diri setiap siswa. b. Bagi siswa kelas VII Para siswa kelas VII dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat keberhasilan pendidikan karakter bela rasa (compassion) yang selama ini diberikan kepada diri siswa. Di sisi lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang baik terhadap para siswa mengenai manfaat, pengetahuan, dan bimbingan bagi pengolahan diri siswa terkait karakter bela rasa (compassion) melalui bimbingan klasikal. Hal tersebut diharapkan dapat memotivasi para siswa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
berkembang lebih optimal dan utuh serta menjadi pribadi yang terbentuk dengan baik karakternya. c. Bagi peneliti Peneliti dapat mengetahui penerapan pendidikan karakter bela rasa (compassion) dan memberikan pengalaman serta keterampilan baru untuk lebih kreatif melalui bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Selain itu, peneliti dapat memberikan usulan cara menanamkan karakter yang sampai mengena pada ranah afeksi dan konasi para siswa. d. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian terkait karakter bela rasa (compassion) sehingga penelitian menjadi lebih mendalam.
G. Definisi Operasional Variabel Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian, yaitu: 1. Karakter bela rasa (compassion) adalah salah satu kualitas pribadi seseorang yang disatukan dan dipanggil dalam pelayanan untuk dapat berkomitmen sebagai orang yang dapat mencintai dengan setulus hati dan mewujudkan kepedulian dan solidaritas, membuat kebijakan yang mendukung keberpihakan, mencintai dengan tulus, turut serta merasakan penderitaan orang lain dengan sikap empati dan keramahan, melayani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
sesama yang ada di lingkungan sekitar, mengembangkan sikap murah hati, dan melayani dengan semangat kepada mereka yang lemah, tersingkir, miskin, dan menderita demi “keselamatan” individu-individu yang dilayani dengan berdasar rahmat dan cinta Allah. 2. Bimbingan klasikal adalah layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru Bimbingan dan Konseling (Guru BK) atau konselor sekolah kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang dilaksanakan di dalam kelas. 3. Experiential learning merupakan sebuah pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman, di mana para pembelajar membangun pengetahuan, keterampilan, dan nilai dari pengalaman langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat karakter bela rasa (compassion), hakikat pendekatan experiential learning, hakikat layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning, dan hakikat remaja sebagai pelajar SMP. A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter Menurut Lickona (dalam Wibowo, 2012:32), karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Menurut Suyanto (2010), karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Menurut Kemendiknas (dalam Wibowo 2012: 37), karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi dari berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak, yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. 2. Pengertian Pendidikan Karakter Sunaryo berpendapat bahwa pendidikan karakter menyangkut bakat (potensi dasar alami), harkat (derajat melalui penguasaan ilmu dan teknologi), dan martabat (harga diri melalui etika dan moral) (Kurniawan, 2013:30). Sementar menurut Raharjo pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki
prinsip
kebenaran
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
(Kurniawan, 2013:30). Lickona (Samani, M. & Haryanto, 2013:44) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakkter dalam diri, yang dapat diterapkan dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, dan kreatif (Zubaedi, 2012: 17-18). Pendidikan karakter adalah sebuah peluang bagi pemyempurnaan diri manusia. Dengan kata lain pendidikan karakter sebagai usaha manusia untuk menjadikan dirinya sebagai manusia berkeutamaan. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikembangkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya terencana untuk menjadikan seseorang (peserta didik) untuk memahami, peduli, dan bertindak dengan berlandasakan nilai-nilai karakter dalam diri dan norma yang berlaku dalam lingkungan sekitar sehingga akhirnya membentuk manusia yang dapat berperilaku sebagai pribadi yang utuh. 3. Tujuan Pendidikan Karakter Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010), pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan
di
sekolah
yang mengarah
pada
pencapaian
pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, serta masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut dimata masyarakat luas. Secara khusus tujuan pendidikan karakter adalah untuk: a. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi karakter bangsa yang religius. b. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai karakter dan karakter bangsa. c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan. e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan serta rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Karakter Nasional (2010) menyatakan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter; b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku; c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter; d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian; e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik; f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses; g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada siswa; h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama; i. Ada pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter; j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter,dan menifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa. 5. Nilai-nilai Keutamaan Pendidikan Karakter di Tarakanita Keutamaan (bahasa latin: virtus) merupakan penggabungan antara nilai dan budi pekerti. Keutamaan adalah moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata sebagai manusia yang bertanggung jawab. Manusia yang sadar dalam proses untuk menjadi manusia yang lebih bermutu, manusia yang menggunakan kebebasannya memilih sesuatu yang baik. Jadi, keutamaan mencakup sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Tuhan, diri sendri, orang lain, masyarakat dan alam. Nilai keutamaan ini yang dimaksud dengan pendidikan karakter. Berdasarkan pemahaman di atasa dan mengacu semangat pendiri, Tarakanita mau ikut terlibat dengan pembentukan manusia utuh yaitu manusia yang berakarakter atau berkeutamaan dengan nilai Cc5 (Compassion, celebration, competence, conviction, creativity, community), KPKC
(Keadilan
Perdamaian
dan
Keutuhan
Penciptaan),
serta
Kedisiplinan dan Kejujuran. Cc5 (Compassion, celebration, competence, conviction, creativity, community) akan dijelaskan sebagai berikut: a.
Compassion Kata compassion berasal dari bahasa latin “compassio-onis” yang artinya belas kasih, hal ikut merasakan; bela sungkawa. Compassio berarti juga ikut merasakan beban penderitaan orang lain, bersama-sama memikul beban penderitaan namun bangkit mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
penderitaan itu bersama-sama pula. Compassion lebih dari sekedar mempunyai kepekaan hati (empati) dan merasakan penderitaan orang lain (simpati), tetapi merupakan sebuah kebajikan di mana kapasitas emosional empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain dianggap sebagai bagian dari cinta itu sendiri serta merupakan landasan keterkaitan sosial yang lebih besar dan humanistis, dasar prinsip-prinsip tertinggi dalam berperilaku sebagai pribadi yang utuh. Dalam compassion ada aspek belas kasih dalam dimensi kuantitatif seperti belas kasih yan individu sebagai “kedalaman atau kekuatan”. Compassion lebih kuat dari empati, tetapi turut merasakan yang menimbulkan keinginan aktif untuk meringankan penderitaan orang lain dengan mencari penyebab penderitaan itu, berusaha mengatasi bersama penyebab tersebut. Belas kasih mempunyai arti turut menderita bersama-sama orang lain. Karakter compassion yang perlu dibangun adalah sikap peduli, solider dan rela berbagi. Compassion merupakan nilai spriritual yang dihidupi oleh Bunda Elisabeth Gruyters pendiri Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus karena mengalami dan merasakan kasih Allah yang berbelarasa tanpa syarat. Perwujudan nilai ini tampak dalam seluruh kehidupan dan karya Bunda Elisabeth Gruyters yang senantiasa mengutamakan keselamatan manusia (Gruyters dalam Luisa, 2012:16-17). Compassion dapat diwujudkan melalui sikap, peduli, solider, dan rela berbagi dengan mereka yang lemah, miskin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
menderita (jasmani-rohani) dan tersisih tanpa membeda-bedakan, sebagai sesama ciptaan Allah, seperti: mengunjungi orang sakit, membantu orang yang mengalami kesulitan dan penderitaan, menghargai keberbedaan di lingkungan sekitarnya, mendengarkan dengan hati orang yang sedang bercbicara, dan ikut terlibat secara aktif kegiatan peduli kemanusiaan. b.
Celebration Secara harafiah celebration berarti perayaan khusus dalam menandai suatu peristiwa kehidupan. Sebagai orang beriman seseorang dapat memaknai setiap peristiwa kehidupan sebagai ungkapan syukur. Dalam berbagai situasi hidup kita Tuhan hadir dan menyatakan diri-Nya yang kadang sulit kita pahami dan terima. Kita dapat merasakan kehadiran-Nya dan menemukan arti atau makna yang tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa hidup, jika kita memiliki iman akan Allah. Berkat iman, kita mampu mengakui Allah yang adalah Kasih dan senantiasa memenuhi kebutuhan kita. Oleh karena itu, kita harus selalu bersyukur dan tidak perlu khawatir akan hidup kita. Celebration merupakan nilai spiritualitas yang dihidupi oleh Bunda Elisabeth Gruyters yang menaruh harapan yang kuat kepada Allah (Gruyters dalam Luisa, 2012:18) dan berdoa terus-menerus serta melibatkan campur tangan Allah dalam hidupnya (Gruyters dalam Luisa, 2012:18). Nilai celebration dapat dicapai dengan sikap rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
hati mensyukuri hidup yang diselenggarakan oleh Tuhan dan selalu berpengharapan serta mengandalkan campur tangan Tuhan dalam seluruh hidupnya. Nilai celebration yang perlu dibangun adalah kegembiraan menghadapi realitas, berpikir positif, dan optimis. Jadi, celebration adalah suatu sikap kerendahan hati bahwa segala peristiwa kehidupan tidak pernah lepas dari campur tangan Tuhan, seperti: mengucap syukur saat mendapat kesuksesan, tabah dan
tetap
penuh
pengharapan
ketika
mengalami
kegagalan,
mengandalkan penyelenggaraan ilahi namun tetap disertai usaha keras untuk
mencapai
keberhasilan,
merayakan
keberhasilan
tanpa
berlebihan dan tetap mengingat saudara-saudaranya yang menderita. c.
Competence Kata competence adalah bahasa Inggris yang diserap dari Bahasa Latin competens-entis, yang berarti berkuasa, berwenang, cakap dan sanggup. Jadi, yang dimaksud dengan nilai competence adalah suatu kesanggupan dan usaha tak kenal lelah untuk memiliki kecakapan, kecerdasan (kompetensi) sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kecakapan dan kecerdasan yang dikejar ini bukan hanya merupakan penguasaan seperangkat pengetahuan, melainkan juga sikap, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh peserta didik. Dengan mengacu pada dua dari empat pilar prinsip pendidikan UNESCO, maka nilai competence,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
menyiapkan peserta didik untuk learning to know; learning to do, namun tidak hanya itu, juga leaning how to learn. Competence merupakan nilai spiritualitas yang diperjuangkan Bunda Elisabeth Gruyters sebagai tanggapan atas munculnya teror, penindasan, kekerasan, pembunuhan, dan wabah penyakit. Peristiwaperistiwa di atas dipandang sebagai ancaman terhadap harkat dan martabat manusia. Bunda Elisabeth menangkap keprihatinan tersebut dan berupaya untuk melindungi dan membela harkat dan martabat manusia, khususnya anak-anak miskin dan terlantar dengan tujuan membangun dasar baik dalam batin mereka, memberikan pelajaran agama Kristen, menjahit, berdoa, serta memberikan dorongan kearah semangat hidup yang suci (Gruyters dalam Luisa, 2012:18-19). Pendidikan yang diperjuangkan Bunda Elisabeth mencakup aspek kecerdasan spiritual, rasional, emosional, sosial, dan daya juang. Nilai competence yang perlu dibangun adalah kemandirian belajar, dan sikap ilmiah. Maka
peserta
didik
diharapkan
mampu;
menerapkan
pengetahuan dan kemampuan di dalam kehidupan, memiliki kemandirian belajar (self regulated learner & continuous learning); dan
memiliki
sikap ilmiah (Curiosity, Objectiveness,
mindedness, Willingness to Suspend Judgment, Tentativeness).
Open-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
d.
Conviction Conviction berarti pendirian, keyakinan. Orang yang memiliki nilai conviction adalah orang yang belajar untuk menghayati prinsipprinsip
kehidupan
dengan
keteguhan,
dan
berusaha
untuk
melaksanakan secara konsisten segala aspek kehidupan. Dengan nilai ini, orang berusaha mengisi kehidupan berdasarkan keyakinankeyakinan sebagai suatu kebenaran, dan bertahan dengan kesabaran untuk mewujudkan dalam kehidupan. Dasar untuk memenangkan keutamaan
ini
para
peserta
didik
belajar
untuk
lebih
mempertimbangkan rasio dan akal ketimbang emosi dan perasaan. Prinsip rasio yang ditanamkan bukan prinsip senang tidak senang. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip pendidikan UNESCO yaitu learning to be. Pendidikan hendaknya menjadikan peserta didik terbentuk menjadi dirinya sendiri yang memiliki keteguhan prinsip dalam kehidupan. Conviction merupakan nilai spiritualitas yang diperjuangkan oleh Bunda Elisabeth Gruyters ketika ia berupaya dan berjuang merawat dan mendidik anak-anak miskin yang jumlahnya semakin bertambah. Meskipun dukungan dari masyarakat sekitar terhadap upayanya sangat sedikit, Bunda Elisabeth tidak menyerah. Dengan kesabaran dan susah payah ia terus bekerja keras karena memilki keinginan yang besar untuk maju (Gruyters dalam Luisa, 2012:19-20), serta kesanggupan untuk menderita dan berdiam diri, penuh kesabaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
dan kegembiraan, serta keberanian yang tangguh (Gruyters dalam Luisa, 2012:19-20). Karena memiliki keyakinan bahwa Allah menyertai dia, Bunda Elisabeth berani memilih jalan salib yang sempit sebagai risiko dalam melayani Allah. Conviction berarti memiliki daya juang dan ketangguhan dalam menghadapi tantangan hidup. Nilai conviction bisa nampak pada; ketahanan individu dalam menanggung kesulitan dan penderitaan, mampu bergembira dan optimis di setiap waktu, mampu menahan rasa tidak sabar, mengeluh, atau amarah, setia terhadap tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya tanpa mengeluh, mengerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang sedang dihadapi, bersikap ugahari (sederhana) yaitu kemampuan untuk mengaktualisasiskan dan memuaskan dorongan-dorongan keinginan dalam diri serta tuntutan insting/perasaan secara seimbang melalui cara-cara yang tepat, tahu batas, misal tahu batas ketika makan, saat tidur, waktu istirahat, bekerja dengan penuh kegembiraan, tahu kapan berbicara, dan tahu kapan harus diam (bene stat in medio). e.
Creativity Creativity adalah kemampuan seseorang untuk berdaya cipta. Kemampuan berdaya cipta dapat bersifat inovatif (in-novus) yaitu kemampuan memasukkan hal-hal yang baru dan eksploratif yaitu penjelajahan alam pikir untuk menambah pengetahuan sebanyak mungkin.
Dari
dimensi
pengetahuan
bahwa
nilai
creativity
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
memungkinkan orang tidak puas dengan apa yang telah diketahui, berusaha terus mengembangkan apa yang dimiliki secara optimal (profesionalisme). Dari dimensi kehidupan lebih luas bahwa orang selalu mencari jalan keluar terhadap kesulitan-kesulitan hidup, tidak puas dengan kualitas kehidupan yang telah dicapai, tetapi terus mencari dan berusaha mencapai kesempurnaan. Creativity merupakan nilai spiritualitas yang diperjuangkan oleh Bunda Elisabeth yang memandang bahwa hidup akan menjadi indah jika manusia mengembangkan daya kreatifnya. Manusia selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan hidup dan harus menemukan jalan keluar. Bakat dan kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia harus dikembangkan secara benar, bijaksana, dan bermakna bagi pengembangan manusia, pelayanan terhadap sesama beserta seluruh alam semesta sebagai ungkapan syukur atas anugerah Tuhan. Dalam diri Bunda Elisabeth nilai kreativitas tampak dalam upayanya yang tekun, pantang menyerah, dan konsisten untuk mengabdikan diri pada Tuhan dengan tulus ikhlas dan sempurna (Gruyters dalam Luisa, 2012:21). Peserta didik memiliki nilai creativity apabila melakukan antara lain: (1) mampu menciptakan/menemukan hal-hal baru yang bermanfaat; (2) mampu mengeksplorasi; (3) berani untuk mencoba dan menghadapi kegagalan; (4) terus belajar dengan tekun; (4) memanfaatkan waktu untuk berkreativitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
f.
Community Community berasal dari bahasa Latin communitas-atis berarti persekutuan, persaudaraan, perkumpulan. Jadi, yang dimaksud dengan keutamaan
community
adalah
semangat
untuk
membangun
persaudaraan sejati, kesetaraan, keberbedaan bukan menjadi pemecah belah melainkan saling memperkaya satu sama lain. Manusia selain sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia perlu menjalin relasi yang seimbang, bukan hanya dengan sesama melainkan juga dengan lingkungan dan alam sekitar. Melalui relasi itu, perjumpaan dengan Allah dialami secara bersama melalui satu sama lain. Keseimbangan relasi merupakan tanggung jawab bersama yang dapat terwujud melalui semangat saling berbagi dan membangun persaudaraan sejati. Sekolah Tarakanita mempunyai tugas dalam menciptakan lingkungan paguyuban yang dijiwai semangat kebebasan dan cinta kasih injili serta membantu tunas muda mengembangkan pribadi dan seluruh potensinya. Oleh karena itu, sekolah katholik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) merupakan komunitas iman; (2) tidak memecah belah, tidak memperuncing perbedaan; (3) terbuka terhadap semua orang; (4) berpusat pada Yesus Kristus; Prinsip Injil sebagai norma pendidikan; (5) membangun manusia seutuhnya. Community merupakan nilai spiritualitas yang dihidupi oleh Bunda Elisabeth Gruyters sejak awal mendirikan biara dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
menerima anak-anak miskin, memberikan dasar baik dalam hati mereka (EG dalam Luisa, 2012:22). Melayani anak-anak panti asuhan agar mengalami keselamatan (EG dalam Luisa, 2012:22) dan melayani orang orang-orang yang dalam penderitaan bagi para penderita di Rumah Sakit Calvarieberg (EG dalam Luisa, 2012:22). Dengan semakin bertambahnya kehadiran anak-anak miskin ini Bunda Elisabeth merasakan betapa besar karya Allah dalam seluruh hidup dan karyanya. Nilai community yang perlu dibangun adalah perhatian, penghargaan, dikungan, ramah, sopan, lemah lembut, penerimaan, persahabatan,
keterbukaan,
nyaman
dan
aman,
keterlibatan,
musyawarah, rekonsiliasi. 6. Proses Pembentukan Nilai Karakter Menurut Wibowo (2011), perilaku seseorang yang berkarakter pada hakikatnya merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokan dalam: Olah hati, (Spiritual and emotional developmental), Olah Pikir (Intellectual developmental), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and Kinestetic developmental), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity developmental).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Keempat proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa dan karsa) tersebut secara holistik dan koheren memiliki sidang keterkaitan dan saling melengkapi yang bermuara pada pembentukan karakter yang menjadi perwujudan nilai-nilai luhur. Secara diagramatik, koherensi keempat proses psikososial tersebut dapat digambarkan diagram Ven di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
Gambar 2.1 Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial
Masing-masing proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa) secara konseptual dapat diperlakukan sebagai suatu klaster atau gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai. Keempat proses psikologis tersebut, satu dengan yang lainnya saling terkait dan saling memperkuat. Karena itu setiap karakter, seperti juga sikap, selalu bersifat multipleks atau berdimensi jamak. Pengelompokan nilai tersebut sangat berguna untuk kepentingan perencanaan. Dalam proses intervensi (pembelajaran, pemodelan, dan penguatan) dan proses habituasi (pensuasanaan, pembiasaan, dan penguatan) dan pada akhirnya menjadi karakter, keempat kluster nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
luhur tersebut akan terintegrasi melalui proses internalisasi dan personalisasi pada diri masing-masing individu.
B. Hakikat Karakter Bela Rasa (Compassion) 1. Pengertian Bela Rasa (Compassion) Kata
compassion
(bela
rasa)
berasal
dari
bahasa
Latin
“compassionis” yang artinya belas kasih, hal ikut merasakan; bela sungkawa. Compassio berarti juga turut merasakan beban penderitaan orang lain, bersama-sama memikul beban penderitaan namun bangkit mengatasi penderitaan itu bersama-sama pula. Compassion lebih dari sekedar mempunyai kepekaan hati (empati) dan merasakan penderitaan orang lain (simpati), tetapi merupakan sebuah kebajikan di mana kapasitas emosional empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain dianggap sebagai bagian dari cinta itu sendiri serta merupakan landasan keterkaitan sosial yang lebih besar dan humanis, dasar prinsip tertinggi dalam berperilaku sebagai pribadi yang utuh (Luisa, 2012:16-17). Di dalam compassion ada aspek belas kasih dalam dimensi kuantitatif seperti belas kasih yang individu sebagai “kedalaman atau kekuatan”. Compassion lebih kuat dari empati tetapi turut merasakan yang menimbulkan keinginan aktif untuk meringankan penderitaan orang lain dengan mencari penyebab penderitaan itu, berusaha mengatasi bersama penyebab tersebut. Belas kasih mempunyai arti turut menderita bersama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
sama orang lain. Nilai compassion yang perlu dibangun adalah sikap peduli, solider, dan rela berbagi (Luisa, 2012:16-17). Compassion dapat diwujudkan melalui sikap peduli, solider, dan rela berbagi dengan mereka yang lemah, miskin, menderita (jasmanirohani) dan tersisih tanpa membeda-bedakan, sebagai sesama ciptaan Allah. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bela rasa (compassion) merupakan menanggungkan sesuatu bersama orang lain, cinta kasih tanpa syarat berlandaskan kasih Tuhan, melayani dengan semangat, mencintai dengan tulus, mengembangkan sikap murah hati demi “keselamatan” orang-orang yang dilayani (Luisa, 2012:16-17). 2. Karakteristik Karakter Bela Rasa (Compassion) Sebagai pribadi-pribadi yang disatukan dan dipanggil dalam pelayanan pendidikan, komitmen kita sebagai orang yang mencintai dengan setulus hati dan berbela rasa menurut Surani, dkk (2008), tampak dalam: a. Mewujudkan kepedulian dan solidaritas dengan mereka yang lemah, miskin, dan menderita, baik jasmani maupun rohani seperti teladan Bunda Elisabeth. b. Membuat kebijakan yang mendukung keberpihakan terhadap yang miskin lemah dan tersisih. c. Mencintai dengan tulus melampaui batas-batas suku, agama, ras, budaya, status sosial tanpa diskriminasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
d. Turut serta merasakan penderitaan orang lain dengan sikap empati dan keramahan (rela berkorban, siap sedia, murah hati, penuh perhatian, tenggang rasa, dan terbuka untuk berdialog). e. Melayani demi “keselamatan” anak-anak yang dilayani. f. Mengembangkan sikap murah hati di antara para “pelayan pendidikan” maupun peserta didik. g. Melayani dengan semangat “demi cinta Allah aku akan menolong mereka yang berkesesakan hidup, maka aku akan cukup kaya dengan rahmat dan cinta Allah”.
C. Hakikat Pendekatan Experiential Learning 1. Pengertian Pendekatan Experiential Learning Salah satu pendekatan pelaksanaan program bimbingan adalah experiential learning. Konsep experiential learning pertama kali dicetuskan oleh Kolb (1984). Kolb mengatakan: “experiential learning: experience as the source of learning and development” dalam pernyataan tersebut, terkandung makna pengalaman nyata peserta didik. Peserta didik berperan secara aktif mengeksplorasi, dan membuat catatan tentang peristiwa yang terjadi. Experiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung dengan menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Experiential learning adalah suatu proses siswa mengkonstruksi atau menyusun pengetahuan keterampilan dan nilai dari pengalaman langsung. Dengan kata lain experiential learning merupakan model pembelajaran
yang
memperhatikan
atau
menitik
beratkan
pada
pengalaman yang akan dialami siswa. Siswa`terlibat langsung dalam proses belajar dan siswa mengkonstruksi sendiri pengalaman-pengalaman yang didapat sehingga menjadi suatu pengetahuan. Pengalaman yang dialami secara langsung oleh siswa dalam prose belajar akan mengalami perubahan, guna meningkatkan efektifitas hasil belajar. 2. Prinsip Pendekatan Experiential Learning Experiential Learning adalah suatu proses siswa mengkonstruksi atau menyusun pengetahuan keterampilan dan nilai dari pengalaman langsung. Adapun prinsip dasar Experiential Learning adalah sebagai berikut: a. Tahapan pengalaman nyata. b. Tahapan observasi refleksi. c. Tahapan konseptualisasi. d. Tahap implementasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
3. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Experiential Learning Pendekatan Experiential Learning memiliki kelebihan yakni dapat meningkatkan semangat dan gairah belajar, membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, dan mendorong siswa untuk melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Selain beberapa kelebihan yang telah disebutkan, terdapat pula kekurangan dari pendekatan Experiential Learning yakni dibutuhkannya alokasi waktu yang relatif lama dalam proses pembelajaran (Sinaga, 2013). Dari kelebihan dan kekurangan yang ada pada pendekatan Experiential Learning tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan Experiential Learning dapat efektif apabila diberikan kepada peserta didik dengan memperhatikan materi yang akan diberikan, persiapan, strategi yang akan digunakan dan alokasi waktu yang disediakan. Dengan begitu pembelajaran dengan pendekatan Experiential Learning dapat efektif diberikan kepada peserta didik, sehingga tercapailah tujuan dari pendekatan Experiential Learning yakni; Mengubah struktur kognitif siswa, Mengubah sikap siswa, Memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. 4. Aktivitas Inti dalam Pembelajaran Experiential Experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman pada dasarnya merupakan student centered learning atau pembelajaran berpusat pada siswa atau pembelajar. Pembelajarlah yang harus aktif melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
atau mengalami aktivitas atau peristiwa tertentu, mengolah, memaknai, dan menafsirkan pengalaman belajarnya itu dengan bantuan orang lain khususnya
sesama
pembelajar,
dan
berusaha
menerapkan
hasil
pembelajarannya itu dalam menghadapi berbagai tugas di luar lingkungan pembelajaran, yaitu dalam kehidupan nyata sehari-hari. Untuk itu, ada beberapa jenis aktivitas atau kegiatan inti yang lazim dipraktekkan pada berbagai tahap proses belajar dalam siklus pembelajaran experiential, khususnya refleksi dan sharing. a. Refleksi Hakikat
refleksi
adalah
memantulkan
atau
lebih
tepat
menghadirkan kembali dalam batin kita aneka pengalaman yang sudah terjadi, untuk menemukan makna dan nilainya yang lebih dalam. Maka, ada yang menyatakann bahwa refleksi selalu bertujuan mendidik, dalam arti berperan sebagai sejenis jembatan yang menghubungkan pengalaman pribadi dan belajar. Refleksi yang benar membantu kita mencapai insight atau pencerahan, yaitu menangkap pengertian dan nilai-nilai hidup semakin mendalam serta menolong munculnya ketetapan hati untuk bertindak mewujudkan pengertian dan nilai hidup yang semakin mendalam itu dalam kehidupan kita sehari-hari (Reed & Koliba dalam Supratiknya, 2011). b. Sharing Sharing adalah membagikan pikiran dan atau perasaan yang muncul sebagai hasil refleksi, kepada orang lain dalam kegiatan belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
bersama. Dalam sharing bersama atau saling berbagi hasil refleksi, masing-masing peserta saling medengarkan, saling membantu menangkap makna dan nilai yang semakin mendalam dari berabagi penglaman hidupnya, serta saling meneguhkan. Agar berlangsung secara lancar dan efektif, kegiatan refleksi dan sharing dalam kelompok perlu difasilitasi oleh seorang fasilitator melalui pertanyaan-pertanyaan dalam apa yang disebut lingkaran refleksi (Reed & Koliba dalam Supratiknya, 2011).
D. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif 1. Pengertian Bimbingan Klasikal Bimbingan klasikal dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan dengan topik-topik bimbingan yang relevan dan sejalan dengan kebutuhan siswa. Pada dasarnya bimbingan klasikal merupakan bentuk dan sarana pelayanan bimbingan yang diberikan konselor di dalam kelas dengan menyajikan materi yang telah disiapkan sebelumnya untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri (Winkel dan Hastuti, 2004). Bimbingan klasikal merupakan layanan bimbingan kelompok yang diberikan dalam suasana kelompok kelas di sekolah. Bimbingan klasikal (Makhrifah & Wiryo Nuryono, 2014:1) merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada peserta didik oleh guru bimbingan dan konseling (Guru BK) atau konselor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang dilaksanakan di dalam kelas. Bimbingan klasikal (Dirjen Pendidikan Dasar, 2014:19) merupakan format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam rombongan belajar satu kelas. Kebutuhan dan masalah yang bersifat umum, dihadapi oleh seluruh atau sebagian besar peserta didik, dan tidak terlalu bersifat pribadi, dapat dibantu dengan layanan bantuan secara klasikal atau kelompok besar. Layanan klasikal atau kelompok besar biasanya bersifat informatif, sehingga dapat
segera diberikan oleh konselor atau guru
BK
(Sukmadinata, 2007:116 & 118). Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian layanan bimbingan klasikal adalah kegiatan bimbingan yang diberikan untuk membantu siswa yang memiliki kebutuhan serta masalah yang bersifat umum, dihadapi oleh seluruh atau sebagian besar siswa dalam satuan kelas. 2. Tujuan Bimbingan Klasikal Tujuan layanan bimbingan ialah supaya sesama manusia mengatur kehidupan sendiri, menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik padanya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan (Winkel, 2004:31). Layanan bimbingan mempunyai tujuan supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar membebek pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri akibat dan konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Tujuan bantuan itu diberikan yaitu supaya orang perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas, mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana, serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai (Winkel, 2004:32). Layanan bimbingan klasikal (Makhrifah & Wiryo Nuryono, 2014:2) memiliki tujuan untuk meluncurkan aktivitas-aktivitas pelayanan yang
mengembangkan
potensi
siswa
atau
mencapai
tugas-tugas
perkembangannya sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan. 3. Bidang Bimbingan Klasikal Model
ASCA
(American
School
Counselor
Association)
(Makhrifah & Wiryo Nuryono, 2014:1-2) menyatakan bimbingan klasikal merupakan bentuk kegiatan yang termasuk ke dalam komponen layanan dasar
(guidance
curriculum).
Komponen
layanan
dasar
bersifat
developmental, sistematik, terstruktur, dan disusun untuk meningkatkan kompetensi belajar, pribadi, sosial dan karier. Layanan dasar (guidance curriculum) merupakan layanan yang terstruktur untuk semua peserta didik (guidance for all), tanpa mengenal perbedaan gender, ras, atau agama mulai taman kanak-kanak sampai tingkat SLTA disajikan melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
kegiatan kelas untuk memenuhi kebutuhan perkembangan dalam bidang belajar, pribadi, sosial dan karir peserta didik. 4. Bimbingan Klasikal Kolaboratif Program bimbingan (Depdiknas, 2008:25) akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor atau guru BK berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh data tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya: a.
Menciptakan sekolah dengan iklim sosioemosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa.
b.
Memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam.
c.
Menandai siswa yang diduga bermasalah.
d.
Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching.
e.
Mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.
f.
Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa.
g.
Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga guru dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja). h.
Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi siswa).
i.
Memberikan informasi
kepada para siswa
tentang cara-cara
mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.
E. Hakikat
Bimbingan
Klasikal
Kolaboratif
dengan
Pendekatan
Experiential Learning Makhrifah & Nuryono, (2014:1) mengemukakan bimbingan klasikal merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada peserta didik oleh guru bimbingan dan konseling (Guru BK) atau konselor kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang dilaksanakan di dalam kelas. Kemudian Depdiknas (2008:25) mengemukakan Konselor atau guru BK berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Suatu program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Menurut Kolb (dalam Sinaga, 2013), mengatakan Experiential Learning merupakan tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektivan dari hasil belajar. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mempengaruhi siswa dalam tiga cara, yaitu (1) mengubah struktur kognitif siswa, (2) mengubah sikap siswa, dan (3) memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi secara keseluruhan, tidak terpisahpisah, karena apabila satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning merupakan model bimbingan yang dilakukan secara kerjasama antara konselor/guru BK dengan mitra kolaboratif dalam hal ini guru mata pelajaran, untuk membantu mengoptimalkan proses belajar siswa baik dari segi pribadi, sosial, belajar maupun kariernya. Di mana menurut Barus (2015), Guru BK telah dibekali kompetensi dalam mendesain dan melaksanakan program pengembangan diri bidang-bidang pribadi, sosial, belajar, dan karier, termasuk di dalamnya kemahiran dalam mendesain dan melaksanakan pendidikan nilai-nilai atau pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal yang dilakukan secara kolaboratif (antara konselor/guru BK dengan guru mata pelajaran) dengan mengaplikasikan pendekatan experiential learning. Supratiknya (2011) mengatakan, experiential learning menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri siswa untuk berhasil dalam belajar. Keinginan untuk berhasil tersebut dapat meningkatkan tanggung jawab siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
terhadap perilaku belajarnya dan mereka akan merasa dapat mengontrol perilaku tersebut. Adapun Prinsip-prinsip belajar yang berlaku bagi peserta didik adalah sebagai berikut (Ortigas dalam Supratiknya, 2011): a. Belajar adalah pengalaman yang terjadi dalam diri pembelajar. b. Belajar adalah penemuan makna dan relevansi dari ide, konsep, atau prinsip bagi kehidupan pribadi maupun masyarakat luas. c. Belajar sebagai perubahan tingkah laku adalah hasil pengalaman. d. Belajar berlangsung lewat proses bekerja sama dan berperan serta dalam suatu aktivitas. e. Belajar adalah proses yang bersifat evolusioner atau perubahan yang berlangsung secara pelan-pelan dan berkesinambungan. f. Belajar kadang-kadang merupakan proses yang menyakitkan. g. Sumber belajar yang sangat kaya adalah diri pembelajar sendiri. h. Proses belajar melibatkan baik pikiran maupun emosi atau perasaan. i. Proses belajar bersifat sangat pribadi dan unik. Kualitas belajar experiential learning mencakup: keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri dan adanya efek yang membekas pada siswa. David Kolb (1984) menyampaikan pendekatan Experiential Learning adalah sebuah proses yang melingkar dan terdiri dari empat fase sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
a. Concrete Experience Merupakan fase menggunakan pengalaman yang sudah dilalui peserta atau pengalaman yang disediakan untuk pembelajaran yang lebih lanjut. b. Reflective Observation Merupakan fase mendiskusikan pengalaman para peserta yang telah dilalui atau saling berbagi reaksi dan observasi yang telah dilalui. c. Abstract Conceptualization Merupakan fase dimana proses menemukan tren yang umum dan kebenaran dalam pengalaman yang telah dilalui peserta atau membentuk reaksi pada pengalaman yang baru menjadi sebuah kesimpulan atau konsep yang baru. d. Active Experimentation Merupakan fase modifikasi perilaku lama dan mempraktikkan pada situasi keseharian para peserta. Efektivitas proses pembelajaran experiential learning akan terdukung apabila peserta didik memiliki kemampuan mengikuti proses dari masing-masing fase tersebut. Keempat fase tersebut divisualisasikan seperti pada gambar di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Gambar 2.2. Fase Pendekatan Experiential Learning Kolb
Sejalan dengan pendapat David Kolb tersebut, Pfeiffer & Jones, (dalam Supratiknya, 2011), juga mengatakan bahwa dalam belajar experiential learning peserta didik memiliki pengalaman yang bertahap yakni: a. Mengalami Peserta didik terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan tertentu, seperti melakukan tugas tertentu atau mengamati objek atau rekaman kejadian tertentu, entah secara sendiri-sendiri atau bersama satu atau lebih peserta atau anggota kelompok lain. b. Membagikan pengalaman Peserta didik membagikan hasil pelaksanaan tugas atau hasil pengamatannya terhadap objek atau kejadian tertentu pada tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
sebelumnya termasuk reaksi pribadianya baik berupa tanggapan pikiran maupun tanggapan perasaannya, kepada peserta lain baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun kepada seluruh peserta. c. Memroses pengalaman Peserta
mengolah
mendiskusikan
atau
data
yang
baru
memikirkannya
dibagikan bersama,
dengan
cara
memaknai
atau
menafsirkannya, membandingkan tanggapan peserta yang satu dengan peserta yang lain, menemukan hubungan antar makna atau tanggapan yang muncul, dan sebagainya. d. Merumuskan kesimpulan Peserta didik diajak dan dibantu untuk menyimpulkan prinsip-prinsip, merumuskan hipotesis-hipotesis, dan merumuskan hikmat-manfaat untuk didiskusikan atau dipikirkan bersama. e. Menerapkan Peserta didik sungguh-sungguh menangkap relevansi atau maknamanfaat dari pelatihan atau bimbingan yang baru dijalaninya, serta memiliki tekad untuk menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Berdasarkan penjelasan di atas, bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning merupakan kegiatan bimbingan yang diperuntukan peserta didik, dirancang dan dilaksanakan oleh konselor/guru BK bekerja sama dengan guru mata pelajaran dengan tujuan membantu perkembangan peserta didik secara optimal baik dari segi pribadi, sosial, belajar dan kariernya. Secara jelas proses bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning dalam penelitian ini divisualisasikan dalam gambar sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Gambar 2.3. Proses Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
F. Hakikat Remaja sebagai Peserta Didik SMP 1. Pengertian Peserta Didik SMP Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua proses transformasi yang disebut pendidikan. Sebagai salah satu komponan penting dalam sistem pendidikan, peserta didik sering disebut sebagai “raw material” (bahan mentah). Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis makhluk “homo educandum”, makhluk yang menghajatkan pendidikan. Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa peserta didik dipandang yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap (Desmita, 2011:39). Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke titik optimal. Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
2. Karakteristik Peserta Didik SMP Menurut Desmita (2009) dilihat dari tahapan perkembangannya peserta didik usia sekolah menengah (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun). Beberapa karakterristik yang menonjol pada peserta didik usia SMP adalah sebagai berikut: a. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan. b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder. c. Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri degan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua. d. Senang menbandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa. e. Mulai mempertanyaakn secara skeptic mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan. f. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil. g. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial. h. Kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas. 3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja sebagai Peserta Didik Tugas perkembangan adalah berbagai ciri perkembangan yang diharapkan timbul dan dimiliki setiap individu pada setiap masa dalam periode perkembangnnya. Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1996) adalah berusaha: a. Mampu menerima keadaan fisiknya; b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa; c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis; d. Mencapai kemandirian emosional; e. Mencapai kemandirian ekonomi; f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyrakat; g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua; h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa; i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan; j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. 4. Kebutuhan-kebutuhan Remaja sebagai Peserta Didik Setiap individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, setiap individu mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda satu sama lain. Sebaliknya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
apabila ada sesuatu kebutuhan yang tidak terpenuhi, juga akan berdampak pada perubahan sikap dan perilakunya. Kebutuhan mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia timbul karena adanya suatu kebutuhan, dan tingkah laku manusia tersebt mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan tersebut. Berikut akan dijelaskan kebutuhankebutuhan yang dimiliki remaja menurut teori hierarki kebutuhan dari Maslow: a. Kebutuhan jasmani Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan dasar peserta didik. Kebutuhan tersebut antara lain; makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari berbagai ancaman. Apabila kebutuhan-kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, maka akan sangat berpengaruh pada pembentukan pribadi, perkembangan psikososial, dan juga proses belajar peserta didik. Adapun upaya-upaya untuk membantu peserta didik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaninya adalah sebagai berikut: 1) Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya pola hidup sehat dan teratur. 2) Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung gizi dan vitamin tinggi. 3) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk beristirahat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
4) Memberikan pendidikan jasmani dan latihan-latihan fisik, seperti olah raga. 5) Menyediakan berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat bergerak bebas, bermain, berolah raga, dan sebagainya. 6) Merancang
bangunan
memperhatikan
sekolah
pencahayaan,
sedemikian sirkulasi
udara,
rupa
dengan
suhu,
dan
sebagainya, yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan nyaman. 7) Mengatur tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik mereka masing-masing. b. Kebutuhan akan rasa aman Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta didik, terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang datang ke sekolah mengharapkan suasana sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan teratur, serta terhindar dari kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam. Hilangnya rasa aman dalam diri siswa akan memicu munculnya perasaan cemas, ketakutan, dan kegelisahan. Kehilangan rasa aman di kalangan peserta didik juga dapat menyebabkan rusaknya hubungan interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan rasa benci terhadap orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah c. Kebutuhan akan kasih sayang Setiap peserta didik membutuhkan kasih sayang, baik dari orang tua, guru, teman-teman sekolah, dan dari orang-orang yang ada di lingkungan sekitar. Peserta didik yang mendapatkan kasih sayang akan senang, betah, dan bahagia berada di dalam kelas, serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Sebaliknya peserta didik yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang, akan merasa terisolasi, rendah diri, merasa tidak nyaman, sedih, gelisah, bahkan mungkin akan mengalami kesulitan belajar, serta memicu munculnya tingkah laku maladaptif. d. Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk diakui dan di perlakukan sebagai orang yang berharga. Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui keberadaanya di tengah-tengah orang lain. Peserta didik yang mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan penghargan merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan dan sikap mereka terhadap dirinya dan orang lain akan positif. Peserta didik yang tidak mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan penghargaan, akan merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau kurang mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu
yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
dikerjakannya, maka sikap terhadap dirinya dan lingkungannya menjadi negatif. e. Kebutuhan akan rasa bebas Terhindar dari kungkungan-kungkungan dan ikatan-ikatan tertentu merupakan kebutuhan peserta didik akan rasa bebas yang diharapkan. Peserta didik yang merasa tidak bebas mengungkapkan apa yang terasa dalam hatinya atau tidak bebas melakukan apa yang dinginkannya, akan mengalami frustrasi, merasa tertekan, konflik dan sebagainya. f. Kebutuhan akan rasa sukses Rasa sukses merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta didik. Hal ini nampak pada peserta didik yang merasa senang dan puas apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa apabila pekerjaannya tidak berhasil atau mengalami kegagalan.
G. Kerangka Berpikir Peneliti menggunakan metode experiential learning sebagai upaya perbaikan terhadap karakter bela rasa (compassion) siswa melalui bimbingan klasikal kolaboratif. Selama ini guru dengan berbagai usaha telah menyiapkan metode bimbingan yang inovatif dan variatif, namun dalam kenyataannya belum bisa meningkatkan karakter bela rasa (compassion) siswa di sekolah. Siswa kurang dapat menerapkan karakter bela rasa (compassion) dalam diri mereka, di mana karakter tersebut merupakan karakter keutamaan dalam Yayasan Tarakanita yakni Cc5, salah satunya di SMP Stella Duce 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
Yogyakarta. Hal ini yang membuat karakter bela rasa (compassion) masih terlihat kurang pada siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Maka dari itu perlu ada sebuah pendekatan yang membuat karakter bela rasa (compassion) siswa melalui bimbingan klasikal kolaboratif benarbenar tinggi/meningkat. Salah satu pendekatan yang dimungkinkan mampu meningkatkan karakter bela rasa (compassion) siswa adalah pendekatan experiential learning. Experiential learning memiliki keunggulan dalam membangkitkan semangat, antusias, dan rasa ingin tahu yang tinggi untuk terlibat dalam mengikuti kegiatan yang dilakukan melalui bimbingan klasikal kolaboratif, dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling bersama guru mata pelajaran yang lain, siswa diajak untuk untuk terlibat dalam melakukan sesuatu kegiatan terlebih dahulu lalu direfleksikan, karena metode ini menekankan belajar dari pengalaman atau suatu kejadian yang pernah dialami oleh siswa itu sendiri. Sehingga, dengan demikian siswa senang, puas, gembira dalam mengikuti bimbingan dalam meningkatkan karakternya, dan muncul niat untuk memperbaiki diri setelah mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini juga akan membuat siswa mau dan mampu meresapi pengalaman karena dalam prosesnya, metode tersebut harapannya dapat menjadikan karakter bela rasa (compassion) siswa mengalami peningkatan/meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Hi
: Pendidikan karakter berbasis bimbingan klasikal kolaboratif secara signifikan
tidak
efektif
meningkatkan
karakter
Bela
Rasa
(Compassion) Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Ho
: Pendidikan karakter berbasis bimbingan klasikal kolaboratif secara signifikan efektif meningkatkan karakter Bela Rasa (Compassion) Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, yaitu jenis penelitian, setting penelitian (lokasi dan waktu penelitian), subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan pre-experimental one-group pretest-posttest design. Menurut Sugiono (2009:74) bahwa hasil penelitian pra-experimen merupakan variabel dependen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Desain ini merupakan teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah perlakuan. Maka dalam penelitian ini sebelum perlakuan subyek penelitian terlebih dahulu diberikan pretest (tes awal), dan diakhir perlakuan diberi posttest (tes akhir). Tujuan dari penggunaan desain ini adalah mengetahui gambaran umum tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning Tahun Ajaran 2014/2015, dan mengetahui efektivitas layanan bimbingan klasikal
kolaboratif
dengan
pendekatan
experiential
learning
untuk
meningkatkan karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Secara sederhana,
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1. Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design
Pretest
Treatment
Postest
O1
X
O2
Keterangan: O1 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan O2 : tes akhir (postest) setelah perlakuan diberikan X
: treatment/perlakuan (layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning)
Penelitian yang dirancang peneliti bersama tim Stranas dengan desain preexperimental One-Group Pretest-Posttest Design Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning, untuk mengetahui tingkat karakter Bela Rasa (Compassion) siswa/i kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, dan efektivitas pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning divisualisasikan dalam gambar 3.1 sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
TREATMENT
PRETEST
EXPERIENTIAL LEARNING
POSTTEST
Gambar 3.1 Efektivitas layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
B. Setting Penelitian (Lokasi dan Waktu Penelitian) Penelitian ini dilaksanakan di dalam ruang Stella untuk kelas VII yaitu pada saat proses pembelajaran di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. SMP Stella Duce 2 berlokasi di Jalan Suryodiningratan No. 33 Yogyakarta. SMP Stella Duce 2 merupakan salah satu sekolah swasta Katolik yang dikelola oleh Yayasan Tarakanita. Di SMP tersebut sudah ditanamkan pendidikan karakter yang diberi nama PKT (Pendidikan Karakter Tarakanita) Cc5 (Compassion, celebration, competence, conviction, creativity, community) setiap hari Rabu. SMP tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu pihak Tarakanita dan guru BK terkait SMP tersebut ditemukan kurangnya karakter bela rasa (compassion) terhadap lingkungan dan sesama. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Terdiri dari pemberian pretest sebelum treatment, tiga kali perlakuan (treatment) dengan tiga topik bimbingan yakni; “Peduli terhadap Sesama”, “Meminta dan Memberi Maaf”, “Kebersihan Diri dan Lingkungan” dan satu kali post-test setelah treatment.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, tahun ajaran 2014/2015. Jumlah subjek penelitian sebanyak 28 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah karakter bela rasa (compassion).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Menurut Arikunto (2006:175) teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang disebarkan dalam bentuk pilihan ganda dengan alternatif jawaban bergradasi mulai dari 1–4 dan dari keempat alternatif jawaban benar. Skor 4 diberikan untuk alternatif jawaban yang sungguh mewakili penerapan karakter bela rasa (compassion). Sedangkan skor 1 untuk mewakili alternatif jawaban yang sangat kurang mewakili karakter bela rasa (compassion). Instrument yang berupa kuesioner disusun oleh peneliti sendiri dengan arahan dosen pembimbimg dalam tim penelitian Stranas (Strategi Nasional). Menurut Umar H. (1998:49), teknik kuesioner merupakan suatu pengumpulan
data
dengan
memberikan
atau
menyebarkan
daftar
pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini kuesioner memuat pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan nilai-nilai karakter bertanggung jawab sebagai peserta didik. Kuesioner yang telah disusun oleh peneliti ini bersifat tertutup karena alternatif-alternatif jawaban sudah disediakan, sehingga peserta didik tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai. Kuesioner berbentuk soal tes dengan ragam pilihan ganda diberikan pada
awal
dan
akhir
pemberian
perlakuan.
Diberikan
sebelum
perlakuan/pretest dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa. Sedangkan kuesioner berbentuk soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
tes dengan ragam pilihan ganda yang diberikan pada akhir setelah perlakuan/posttest, bertujuan untuk mencari data yang diperlukan untuk mengetahui keefektivitasan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Dalam membuat soal tes peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi dengan menentukan aspek-aspek bela rasa (compassion) dan indikator siswa yang memiliki bela rasa (compassion) yang ditampilkan dalam tabel 3.2. berikut ini: Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Karakter Bela Rasa (Compassion) Item No 1.
2.
3.
Aspek
Jumlah
Indikator (+)
(-)
Peduli terhadap sesama
a. Kepedulian dan solidaritas
1, 2, 6
-
3
b. Kebijakan yang mendukung keberpihakan kepada yang miskin, lemah dan tersingkir
3, 4, 5
-
3
Meminta dan memberi maaf
a. Mencintai dengan tulus
9, 12, 13
-
3
b. Merasakan penderitaan orang lain
7, 11
-
2
c. Sikap murah hati
8, 10
-
2
a. Melayani demi keselamatan
14, 16, 18, 19
-
4
b. Melayani dengan semangat
15, 17, 20
-
3
Kebersihan diri dan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
E. Validitas, Relibilitas, dan Uji Normalitas 1. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat yang bersangkutan menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Azwar, 2009: 5-6) Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka, namun pengesahannya perlu melalui tahap pengujian terhadap isi alat ukur dengan kesepakatan penilaian dari penilai yang kompeten (expert judgement) (Azwar, 2009: 45). Pada penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada beberapa ahli dalam bidangnya. Ahli-ahli tersebut antara lain: Tim Dosen Penelitian Strategi Nasional dan Dosen Pembimbing, dalam hal ini yang berperan Dr. Gendon Barus, M.Si. dan Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. 2. Reliabilitas Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Reliabilitas memiliki berbagai nama lain
seperti
keterpercayaan,
keterandalan,
keajegan,
kestabilan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
konsistensi, dan sebaganya. Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2007). Perhitungan
indeks
reliabilitas
kuesioner
penelitian
ini
menggunakan teknik Test-retest dengan perhitungan koefisien korelasi Product Moment. Adapun rumus skor kasar reliabilitas yang diperoleh sebagai berikut:
= Keterangan rumus: = Koefisien korelasi X
= Deviasi dari mean untuk nilai variabel X
Y
= Deviasi dari mean untuk nilai variabel Y
∑X.Y = Jumlah perkalian antara nilai X dan Y = Kuadrat dari nilai X = Kuadrat dari nilai Y
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo,1995). Tabel 3.3 Kriteria Guilford
No
Koefisien Korelasi
Kualifikasi
1
0,91 – 1,00
Sangat tinggi
2
0,71 – 0,90
Tinggi
3
0,41 – 0,70
Cukup
4
0,21 – 0,40
Rendah
5
negatif – 0,20
Sangat Rendah
Melalui kriteria tersebut, hasil reliabilitas Kuesioner Karakter Bela Rasa (Compassion) diperoleh Reliability Statistics 0.689 dan dapat disimpulkan Cukup. Setelah diperoleh harga
hitung, selanjutnya untuk dapat diputuskan
instrumen tersebut reliabel atau tidak, harga tersebut dikonsultasikan dengan harga r tabel. Dengan n = 28 taraf kesalahan 5% diperoleh 0.374. Karena hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 5% (0.689>0.374), maka dapat disimpulkan Kuesioner Karakter Bela Rasa (compassion) tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Berdasarkan peninjauan terhadap hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada kriteria Guilford, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas Kuesioner Karakter Bela Rasa masuk dalam kriteria cukup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
3. Uji Normalitas Menurut Nurgiyantoro, dkk (2009:110) uji normalitas adalah salah satu bagian dari uji prasyarat analisis data, artinya sebelum melakukan analisis data yang sesungguhnya, data penelitian tersebut harus di uji kenormalan distribusinya. Adapun tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dalam variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal. Kriteria keputusan dalam uji normalitas pada SPSS adalah jika nilia signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak normal. Setelah dilakukan uji normalitas menurut Kolmogorov-Smirnov data yang diperoleh peneliti teruji berdistribusi normal. Hasil uji normalitas divisualisasika dalam tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 Tabel Hasil Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a)
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. ,089 28 ,200(*) ,176 28 ,026 * This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction Pretest Postest
pada tabel 3.4 hasil
Statistic ,942 ,949
Df 28 28
Sig. ,124 ,183
uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
menunjukan bahwa nilai signifikansi 0,200>0,05 dengan demikian sampel peneliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika ditinjau dari hasil
uji
normalitas
Shapiro-Wilk
menunjukan
nilai
signifikansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
0,183>0,05 hal ini pun berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
F. Teknik Analisis Data Sugiyono (2010:207) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis data dalam penelitian ini, untuk rumusan masalah pertama tentang gambaran tingkat karakter bertanggung jawab siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiantial learning Tahun Ajaran 2014/2015, menggunakan pekategorian berdasarkan model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan stribut yang diukur (Azwar, 2014:147). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah sangat rendah sampai dengan sangat tinggi. Kategorisasi ditentukan berdasarkan formula yang digambarkan pada tabel 3.5 berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Tabel 3.5 Kategorisasi Normal Tingkat Karakter Bela Rasa (Compassion) Normal/Kriteria Skor
Kategori
+1,8σ < μ
Sangat Tinggi
+0,6σ < μ ≤ +1,8σ
Tinggi
-0,6σ < μ ≤ 0,6σ
Sedang
-1,8σ < μ ≤ -0,6σ
Rendah
μ ≤ -1,8σ
Sangat Rendah
Keterangan: Skor maksimum teoritik
: Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala.
Skor minimum teoritik
: Skor terendah yang diperoleh subjek peneliti menurut perhitungan skala.
Standar deviasi (σ/sd)
: Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran
μ (mean teoritik)
: Rata-rata teoritik skor maksimum dan minimum
Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi rendah tingkat karakter Bela Rasa (compassion) dengan jumlah item 20 diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Tingkat karakter Bela Rasa (compassion) Skor maksimum teoritik
: 4 x 20
= 80
Skor minimum teoritik
: 1 x 20
= 20
Luas jarak
: 80 – 20
= 60
Standar deviasi ((σ/sd)
: 60 : 6
= 10
μ (mean teoritik)
: (80 + 20) : 2 = 50
Hasil perhitungan analisis data skor subjek disajikan dalam norma kategorisasi tingkat karakter Bela Rasa (compassion) siswa/i kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kategorisasi Normal Tingkat karakter Bela Rasa (compassion) Siswa/i kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 Normal/Kriteria Skor +1,8σ < μ
Rentang Skor > 68
Kategori Sangat Tinggi
+0,6σ < μ ≤ +1,8σ
56 – 68
Tinggi
-0,6σ < μ ≤ 0,6σ
44 – 55
Sedang
-1,8σ < μ ≤ -0,6σ
32 - 43
Rendah
μ ≤ -1,8σ
< 32
Sangat Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tingkat Karakter Bela Rasa (Compassion) Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Sebelum dan Sesudah mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Tahun Ajaran 2014/2015 Berdasarkan data pretest dan posttest tentang karakter bela rasa dan dianalisis dengan teknik kategorisasi model distribusi normal, gambaran tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 ditampilkan dalam table 4.1 dan gambar 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat Karakter Bela Rasa (compassion) Siswa Kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 Sebelum (pretest) Dan Sesudah (postest) Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif Dengan Pendekatan Experiential Learning Rumus Rentang Skor > 68 56-68 44-55 32-43 < 32
Pretest Kategorisasi Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Postest
Selisih
F
%
F
%
∑
%
8
28,56%
10
35,7%
2
7,14%
17 3
60,69% 10,71%
14 4
49,98% 14,28%
-3 1
10,71% 3,57%
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Data pada tabel di atas ditampilkan dalam bentuk gambar berikut ini:
Gambar 4.1 Tingkat Karakter Bela Rasa (compassion) Siswa Kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 Sebelum (pretest) Dan Sesudah (postest) Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif Dengan Pendekatan Experiential Learning
Gambaran tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 sebelum diberi perlakuan (pretest) adalah sebagai berikut: 1. Ada 8 siswa (28,56%) memiliki karakter bela rasa (compassion) dalam kategori sangat tinggi. 2. Ada 17 siswa (60,69%) memiliki karakter bela rasa (compassion) dalam kategori tinggi. 3. Ada 4 siswa (10,71%) memiliki karakter bela rasa (compassion) dalam kategori sedang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Gambaran tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 sesudah diberi perlakuan (postest) adalah sebagai berikut: 1. Ada 10 siswa (35,7%) memiliki karakter bela rasa (compassion) dalam kategori sangat tinggi. 2. Ada 14 siswa (49,98%) memiliki karakter bela rasa (compassion) dalam kategori tinggi. 3. Ada 4 siswa (14,28%) memiliki karakter bela rasa (compassion) dalam kategori sedang. Artinya pada kategori sangat tinggi ada peningkatan jumlah subjek, 2 (7,14%) dari 8 siswa menjadi 10 siswa. Namun pada kategori tinggi terjadi penurunan jumlah subjek, 3 (10,71%) dari 17 siswa menjadi 14 siswa. Sedangkan, pada kategori sedang mengalami peningkatan 1 (3,57%) dari 3 siswa menjadi 4 siswa. Dengan lain kata, siswa-siswi yang memiliki karakter bela rasa (compassion) dalam kategori tinggi itu mengalami perpindahan kategori setelah diadakannya treatment yakni pada kategori sangat tinggi bertambah 2 siswa pada kategori sedang juga bertambah 1, siswa-siswa tersebut berasal dari kategori tinggi setelah dialakukannya treatment.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
2. Efektivitas
layanan
bimbingan
klasikal
kolaboratif
dengan
pendekatan experiential learning dalam meningkatkan karakter Bela Rasa (Compassion) Keefektifan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dihitung melalui SPSS dengan rumus Two Related Sample Test (Wilcoxon) menghasilkan mean atau rata-rata dari 28 siswa, sebelum adanya perlakuan (pretest) nilainya yaitu 64,3214 dan sesudah adanya perlakuan (posttest) nilainya yaitu 65,0000. Sehingga, dapat dikatakan adanya peningkatan bila ditinjau dari selisih rata-rata yakni 0.6786. Kemudian bila dilihat dari standar deviasi untuk pretest yaitu 7,18050 dan postest yaitu 7,54738. Hal tersebut akan memberikan arti bahwa titik data individu jauh dari nilai rata-rata. Kemudian bila dilihat dari sisi nilai maximum pretest dan postest juga mengalami kenaikan sebanyak 3 angka. Ini menandakan adanya kenaikan dari sisi nilai maximum pretest dengan posttest. Artinya, bila
dilihat
dari
perhitungan
statistika
memang
terlihat
ada
perbedaan/perubahan angka namun tidak ada dampak yang signifikan namun demikian tidak berarti data tersebut tidak berguna melainkan data yang ada dapat sebagai acuan ke depannya supaya program yang dibuat lebih terancang dengan baik, sistematis, dan tepat sasaran yang dilakukan dengan perhitungan dan pemikiran yang matang. `
Perhitungan dengan rumus Two Related Sample Test (Wilcoxon),
memperoleh: nilai mean rank dan sum of ranks dari kelompok negatif ranks, positive ranks dan ties. Negatif ranks artinya sampel dengan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
kelompok
kedua
(posttest)
lebih
rendah
dari
nilai
kelompok pertama (pretest). Positive ranks adalah sampel dengan nilai kelompok
pertama
(pretest)
lebih
tinggi
dari
nilai kelompok kedua (posttest). Sedangkan ties adalah nilai kelompok kedua (postest) sama besarnya dengan nilai kelompok pertama (pretest). Simbol N menunjukkan jumlahnya, Mean Rank adalah peringkat rataratanya dan sum of ranks adalah jumlah dari peringkatnya. Hasil
perhitungan
Two
Related
Sample
Test
(Wilcoxon)
memperoleh, nilai Z sebesar -,930 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,352 di mana lebih besar dari batas kritis penelitian 0,05. Artinya, keputusan hipotesis adalah menolak H1. Jadi, pendidikan karakter berbasis bimbingan klasikal kolaboratif tidak efektif meningkatkan karakter Bela Rasa (Compassion) Siswa Kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Gambaran Tingkat Karakter Bela Rasa (Compassion) Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Sebelum (pretest) dan Sesudah (postest) mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Tahun Ajaran 2014/2015 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat karakter Bela Rasa (Compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum (pretest) dan sesudah (postest) mendapatkan layanan bimbingan klasikal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
kolaboratif dengan pendekatan experiential learning tahun ajaran 2014/2015 untuk sebagian besar siswa-siswi memiliki karakter bela rasa (compassion) yang sangat tinggi dan tinggi. Hal tersebut dikarenakan siswa-siswi di sekolah tersebut telah memiliki pemahaman dasar akan peduli, solider, dan rela berbagi dengan mereka yang lemah (melayani), miskin, menderita (jasmani-rohani) dan tersisih tanpa membeda-bedakan sebagai sesama ciptaan Allah. Hal ini dapat terbentuk dengan sangat baik karena lingkungan sekolah telah menanamkan karakter bela rasa (compassion) sejak pertama siswa-siswi masuk ke sekolah tersebut. Pada kategori ini seseorang dengan sangat baik memahami, merasakan, meyakini, menanamkan dalam dirinya, dan mengaplikasikan bentuk karakter bela rasa (compassion) dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tampak dengan jelas dari penanaman butir karakter bela rasa yang dirancang untuk layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning ternyata tidak menunjukkan peningkatan karakter bela rasa secara optimal. Karakter bela rasa (compassion) di sekolah tersebut sudah ditanamkan oleh pihak sekolah sejak siswa-siswi masuk ke sekolah tersebut, sehingga hal tersebut kemungkinan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketidak signifikan program layanan bimbingan ini. Penanaman karakter bela rasa (compassion) dilakukan oleh pihak sekolah setiap hari Rabu dengan Pendidikan Karakter Tarakanita (PKT).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Luisa, dkk (2012) mengatakan bahwa compassion lebih dari sekedar mempunyai kepekaan hati (empati) dan merasakan penderitaan orang lain (simpati), tetapi merupakan sebuah kebajikan di mana kapasitas emosional empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain dianggap sebagai bagian dari cinta itu sendiri serta merupakan landasan keterkaitan sosial yang lebih besar dan humanis, dasar prinsip tertinggi dalam berperilaku sebagai pribadi yang utuh. Melalui definisi tersebut, penulis ingin mengatakan bahwa siswa-siswi yang memiliki tingkat karakter yang sangat tinggi dan tinggi kemungkinan sudah memiliki karakter bela rasa (compassion) yang baik dalam melaksanakan perannya sebagai peserta didik. Ditinjau dari karakteristik remaja, siswa-siswi yang memiliki karakter bela rasa (compassion) yang sangat tinggi dan tinggi dapat dimaknai bahwa siswa-siswi tersebut berusaha mengembangkan dirinya sebagai manusia yang memiliki potensi yang membutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikan dirinya dalam masyarakat menjadi pribadi yang utuh atau baik. Desmita, (2011:39) mengatakan bahwa dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke titik optimal. Peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap. Di sisi lain, dalam penelitian ini terdapat juga siswa-siswi yang memiliki karakter bela rasa (compassion) dalam kategori sedang. Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, serta masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut dimata masyarakat luas. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor utama yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa-siswi itu sendiri. Faktor internal biasanya faktor genetis atau bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya, atau justru gabungan dari sifat kedua orang tuanya (Sjarkam, dalam Donal 2013). Kemudian pendidik pertama dan utama adalah orang tua. Lembaga keluarga merupakan pembentukan karakter anak yang utama, terlebih pada masa-masa awal pertumbuhan sebagai manusia. Dalam hal ini keluarga memiliki investasi afeksi yang tdak dapat tergantikan oleh peranan lembaga lain di luar keluarga, seperti sekolah, dan masyarakat. Anak belajar banyak dari cara bertindak, cara berpikir, dan cara berperilaku orang tua. Orang tualah yang menjadi model peran pertama dalam pendidikan nilai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Namun, meskipun keluarga memiliki posisi strategis sebagai tempat awal pembentukan karakter, posisi istimewa orang tua dapat menjadi titik lemah bagi pembentukan karakter anak (Luisa, dkk, 2012). Berdasarkan teori tersebut kemungkinan bahwa siswa-siswi yang berada pada kategori sedang kurang memiliki motivasi dari dalam dirinya, kurang memiliki pemahaman yang baik terkait diri dan tingkah laku moral. Dengan begitu ada beberapa siswa yang masih kurang memiliki karakter bela rasa (compassion) yang baik karena mungkin kurang mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yakni keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya, lingkungan masyarakat, dan media massa. Pendidikan karakter kurang memadai di dalam keluarga, kurangnya moral, dan kurangnya dukungan terhadap pemahaman diri dan tingkah laku moral yang baik (Sjarkam, dalam Donal 2013). Berdasarkan teori tersebut, ditambah dengan sharing yang dilakukan dengan kepala kantor yayasan Tarakanita, guru BK, wali kelas, dan guru mata pelajaran, kemungkinan beberapa siswa-siswi yang masuk dalam kategori sedang berasal dari latar belakang yang masih kurang untuk membentuk karakter dalam dirinya yang lebih baik, karena faktor eksternal mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. Di sisi lain ada faktor eksternal yang berlaku untuk semua kategori, yakni kurang pengoptimalan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru BK dan kepala yayasan Tarakanita, sehingga asumsi data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
awal kondisi subjek/level kondisi (screening) penelitian masih kurang pas/sesuai. Selain itu, kurangnya perencanaan program bimbingan yang melibatkan mitra kolaboratif terkait karakter bela rasa (compassion) yang ada di sekolah tersebut. Dalam hal ini peneliti mengandaikan bahwasanya karakter bela rasa (compassion) di sekolah tersebut berada pada tahapan paling dasar justru sebaliknya sekolah sudah menanamkan karakter bela rasa (compassion) sejak siswa-siswi memulai pembelajaran di sekolah. Gambaran umum tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum (pretest) dan sesudah (postest) mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning tahun ajaran 2014/2015 berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi. Bukan berarti bahwa mereka telah sempurna dalam karakter berbela rasa, tidak mempunyai masalah, dan tidak
membutuhkan
memerlukan
pendampingan/bimbingan.
bimbingan/pendampingan
guna
Mereka
masih
mempertahankan,
memantapkan, mengoptimalkan, dan terus menerus mengaplikasikan karakter berbela rasa (compassion) dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan, siswa-siswi yang berada pada kategori sedang, bukan berarti mereka bermasalah dan tidak dapat dibenahi kembali karakter bela rasa (compassion) yang ada dalam diri mereka. Akan tetapi, siswa-siswi yang masuk dalam kategori tersebut masih bisa dibenahi/ditingkatkan karena masih memiliki potensi dan peluang dalam dirinya untuk dapat meningkatkan karakter bela rasa (compassion). Maka dari itu, baik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
masuk dalam kategori sangat tinggi, tinggi, maupun sedang mereka semua masih memerlukan bimbingan sesuai dengan kebutuhan dari setiap pribadi yang bersangkutan.
2. Efektivitas
layanan
bimbingan
klasikal
kolaboratif
dengan
pendekatan experiential learning dalam meningkatkan karakter Bela Rasa (Compassion) Hasil perhitungan menunjukkan pemberian layanan bimbingan tidak signifikan. Peningkatan karakter bela rasa (compassion) tidak signifikan pada siswa-siswi kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Mungkin karena kurang terjalinnya kolaborasi yang baik antara guru BK dengan guru mata pelajaran dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi, dan mungkin karena keterbatasan dalam mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang ada pada instrumen penelitian yakni aspek peduli terhadap sesama, memberi dan meminta maaf, dan kebersihan diri dan lingkungan yang dilakukan oleh mitra kolaboratif. Bisa juga dikarenakan kurang berjalannya tugas dari masing-masing mitra kolaboratif, sehingga program kurang berjalan sesuai dengan rancangan peneliti. Di samping itu juga dapat dikarenakan ada tahapan yang terlewati dalam kolaborasi. Kolaborasi tidak hanya cukup pemberian evaluasi dan pengamatan tetapi hendaknya memang dimulai sejak pembuatan program itu sendiri. Depdiknas (2008:25) mengemukakan program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor atau guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
BK berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Lawson (2003) meneliti keterhubungan dan komunikasi, kerja sama, koordinasi,
pembangunan
komunitas/masyarakat,
dan
perjanjian
(contracting) sebagai komponan penting dalam keberhasilan kolaborasi. Peneliti menggunakan pendekatan experiential learning untuk melaksanakan program bimbingan melalui dinamika kelompok berupa permainan-permainan yang mendukung topik bimbingan, sehingga perserta
didik
dapat
mengalami
langsung,
merefleksikan
dari
kegiatan/dinamika yang telah dilakukannya bersama kelompok, dan menghubungkan dengan pengalaman hidup sehari-hari. Menurut Pfeiffer dan Jones (1979) dalam Supratiknya, 2011), tahap-tahap pengalaman atau aktivitas dalam siklus pembelajaran experiential learning adalah sebagai berikut: mengalami (experiencing), membagikan pengalaman (publishing), memroses
pengalaman
(processing),
merumuskan
kesimpulan
(generalizing) dan menerapkan (applying). Dari pemahaman tersebut dapat dimungkinkan bahwa pendekatan experiential learning kurang efektif karena mungkin masih ada tahapan yang peneliti belum lakukan atau laksanakan dalam prosesnya. Tahap yang
belum
terlaksana
yakni
tahap
merumuskan
kesimpulan
(generalizing) dan menerapkan (applying). Pada tahap tersebut siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
hendaknya
menyimpulkan
prinsip-prinsip,
merumuskan
hipotesis-
hipotesis, dan merumuskan hikmat-manfaat untuk didiskusikan atau dipikirkan bersama. Kemudian fasiltator perlu memastikan bahwa para peserta sungguh-sungguh menangkap relevansi atau makna manfaat dari pelatihan yang baru dijalaninya, serta tekad untuk menerapkan hasil belajarnya itu dalam kehidupan sehari-hari. Experiential
Learning
adalah
sebuah
pendekatan
dalam
penyelengaraan bimbingan kelompok, dengan menggunakan dinamika kelompok yang efektif. Suatu dinamika kelompok dikatakan efektif ketika dapat menghadirkan suasana kejiwaan yang sehat di antara peserta kegiatan, meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif (seperti senang, rileks, gembira, menikmati, dan bangga), meningkatkan minat atau gairah untuk lebih terlibat dalam proses kegiatan, memungkinkan terjadinya katarsis, serta meningkatnya pengetahuan dan keterampilan sosial (Prayitno, dkk, 1998:90). Dalam layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning ini disusun dengan tiga topik bimbingan yang dilakukan setiap minggu dalam jangka waktu 1 bulan, diantaranya adalah: (1) Peduli terhadap Sesama, (2) Meminta dan Memberi Maaf, (3) Kebersihan Diri dan Lingkungan. Topik
bimbingan
yang
peneliti
berikan
mungkin
kurang
berkesinambungan atau tumpang tindih sehingga, mungkin menjadi salah satu faktor tidak efektifnya layanan bimbingan tersebut. Kemudian bila ditinjau dari aspek-aspek instrumen bela rasa (compassion) yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
terdapat unsur positif dari bagian bela rasa (compassion) yang dapat dipertahankan/tinggi bila dilihat dari data yang didapatkan yakni ada pada aspek peduli terhadap sesama dan aspek kebersihan diri dan lingkungan. Pada aspek-aspek tersebut hendaknya dipertahankan dan dapat digunakan untuk peneltian berikutnya. Sedangkan pada aspek meminta dan memberi maaf yang merupakan bagian dari karakter bela rasa (compassion) hendaknya masih perlu terus menerus dikembangkan karena tergolong rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini dipaparkan kesimpulan, keterbatasan, dan saran terhadap hasil penelitian. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning secara umum baik. Namun demikian, masih terdapat siswa yang memiliki karakter bela rasa (compassion) pada kategori sedang. Siswa-siswi yang masuk dalam kategori tersebut masih bisa dibenahi/ditingkatkan karena masih memiliki potensi dan peluang dalam dirinya untuk dapat meningkatkan karakter Bela Rasa (compassion). Maka dari itu, baik yang masuk dalam kategori sangat tinggi, tinggi, maupun sedang mereka semua masih memerlukan bimbingan sesuai dengan kebutuhan dari setiap pribadi yang bersangkutan. 2. Program layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning secara signifikan tidak efektif meningkatkan karakter Bela Rasa (compassion) Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurang terjalinnya kolaborasi yang baik antara peneliti
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
dengan guru BK maupun guru mata pelajaran atau wali kelas, faktor pelaksanaan tahap-tahap experiential learning yang kurang lengkap dalam proses bimbingan klasikal, dan faktor topik bimbingan yang masih dianggap tumpang tindih atau kurang berkesinambungan antara satu topik dengan topik lainnya.
B. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan yang dapat diperbaiki dan lebih ditingkatkan lagi bagi peneliti selanjutnya, Instrumen ini; Kuesioner Bela Rasa; memiliki reliabilitas yang cukup dengan jumlah item yang sangat terbatas sehingga, belum banyak indikator bela rasa yang berhasil diungkap.
C. Saran Beberapa
saran
yang
dapat
peneliti
paparkan
guna
lebih
mengoptimalkan dan mengembangkan keefektivan layanan bimbingan untuk meningkatkan karakter bela rasa (compassion), yaitu: 1. Bagi Guru Bidang Studi Guru bidang studi diharapkan memberikan data yang lebih lengkap dan jelas kepada guru BK terkait kebutuhan siswa-siswi untuk mengembangkan karakter bela rasa (compassion). Berdasarkan interaksi guru bidang studi dengan siswa-siswi saat pelajaran berlangsung hendaknya guru bidang studi memberikan gambaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
rinci kepada guru BK, agar kolaborasi terlaksana dengan baik sejak pembuatan program. 2. Bagi Guru Pembimbing Pembimbing diharapkan mengetahui kebutuhan-kebutuhan siswasiswinya secara tepat dan lengkap melalui Alat Ungkap Kebutuhan (need assessment). Hal tersebut sangat penting untuk mengetahui kondisi awal para siswa (base line) atau gambaran tingkat karakter siswa (screening) agar penyusunan topik-topik bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan siswa-siswi di sekolah tersebut. Bila perlu guru pembimbing melakukan interview/wawancara terhadap para guru bidang studi maupun wali kelas supaya informasi yang didapat lebih tepat dan akurat. 3. Bagi Peneliti Lain Sebaiknya peneliti lebih dapat mengembangkan Kuesioner Karakter Bela Rasa yang lebih banyak mengungkapkan Karakter Bela Rasa dan hendaknya dilakukan beberapa kali uji coba agar memenuhi persyaratan penggunaan teknik Test-retest untuk uji reliabilitas. Peneliti lain juga diharapkan memperhatikan tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan saat penelitian, karena hal itu akan menentukan hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Juntika Nurihsan. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung. PT Refika Aditama, Cetakan Keempat April 2011 Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter (Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajarn Afektif). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Aditama, Chandra Yoga. 2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI Press Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta. Astuti, Puji. 2008. Pengaruh Religiusitas terhadap Penerimaan Musibah Gempa Tektonik (Studi Kasus di Desa Bawuran Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul), 3788-1-1102089 Azwar, Saifuddin. 2007. Sikap Manusia. Teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar _______________. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset _______________. 2014. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Barus, Gendon. 2015. Menakar Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi Di SMP. Cakrawala Pendidikan, Th XXXIV, No.2 Juni 2015. Barus, Gendon., Hastuti, M.M., Sinaga, J.D. 2015. Penelitian Strategi Nasional Pengembangan Manusia dan Daya Saing Bangsa. (Pengembangan Model Pendidikan Karakter di SMP Berbasis Layanan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning. USD Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Dirjen Pendidikan Dasar. 2014. Panduan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Fathurrohman, Pupuh, dkk. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama Hartinah. 2011. Pengembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Refika Aditama Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Harsanto, Radno. 2009. Having Competence, Conscience, Compassion, & Faith. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga _______, E. 1996. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan . Jakarta: Penerbit Erlangga Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta. Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo _________________. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo Kolb. 1984. Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development. New Jersey: Prentice Hall 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kurniawan, Syamsul. 2013. Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Implementasi Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Lickona, T. 2013. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media _______. 2014. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media LPM, P3MP. 2012. Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Luisa, dkk. 2012. Buku Panduan Pendidikan Karakter Taraknita. Jakarta: Yayasan Tarakanita Makrifah, Fanistika Lailatul & Wiryo Nuryono. 2014. Pengembangan Paket Peminatan dalam Layanan Bimbingan Klasikal untuk Siswa di SMP. Jurnal BK, Vol. 04, No. 3, 1-8. Marcus J.Borg. 1994 Kali Pertama Jumpa dengan Yesus Kembali. Jakarta: BPK Gunung Mulia Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Muhibbin Syah, 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Munif I. R. S., Mosik. (Juli 2009). Penerapan Metode Experiential Learning pada Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): 79-82, 1693-1246. diakses Senin, 5 Oktober 2015
pukul
13.15
WIB,
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/viewFile/1014/924 92
dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mustari, M. 2014. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Nurgiyantoro, dkk. 2002. Statistik Terapan (Untuk Penelirian Ilmu-Ilmu Sosial). Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pidarta, Made. 2014. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Prayitno, dkk. 1998. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar (Buku I). Jakarta: Penebar Aksara Purnami, Rahayu dan Rohayati. (2015). Implementasi Metode Experiential Learning dalam Pengembangan Softskills Mahasiswa yang Menunjang Integrasi Teknologi, Manajemen dan Bisnis. UPI, 13-8-2015 Putranto, Hendar. 2005. Mencari, Menemukan, dan Mengomunikasikan Nilai-nilai Bermain dalam Konteks Pendidikan. library.umn.ac.id. Robby Chandra. 2000. Transformasi: Dari Kepompong ke Langit Biru. Jakarta: Binawarga Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model: Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Santoadi, Fajar. 2010. Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Sinaga, J.D. 2013. Widya Dharma Jurnal Kependidikan. Program Bimbingan PribadiSosial Berbasis Experiential Learning Untuk Meningkatkan Karakter Humanis Siswa Sekolah Menengah Pertama Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, Vol. 25, No.1, Oktober 2013 ______. 2012. Program Bimbingan Pribadi-Sosial Berbasis Experiential Learning Untuk Meningkatkan Karakter Humanis Siswa Sekolah Menengah Pertama (Studi Pra 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Eksperimen pada Siswa Kelas IX SMP Salman Al Farisi, Bandung, Tahun Ajaran 2011-2012). Tesis, (tidak diterbitkan). Program Bimbingan dan Konseling Sekolah Pasca Sarjana-S2 Universitas Pendidikan Indonesia. Sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01052018/.../intro.pdf diunduh pada hari Jumat, 28 Agustus 2015 pukul 18.45 WIB Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta ________. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta ________. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta ________. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya). Jakarta: Bumi Aksara. Sukmadinata, Nana Syaodih & Sunaryo Kartadinata. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Bandung: Maestro. Suparno, Paul. 2011. Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma Supratikya. 2011. Merancang Program dan Modul Psikoedukai. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Surani, dkk. 2008. Pedoman Pelaksanaan Spiritualitas CB untuk Pelayanan Pendidikan. Yogyakarta: CB Media Suyanto. 2010. Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama, Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP, Ditjenmandikdasmen. Umar, H. 1998. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Varia Winansih.Pengantar Psikologi Pendidikan, Bandung: Cipta Pustaka Media, 2008, hal. 30. Winarto, Paulus Budi. 2013. Bela Rasa Tarakanita, Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Lereng Merbabu. SMP Pendowo Tarakanita Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi Winkel, W.S. & Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Jakarta: Media Abadi Wibowo. 2012. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yaumi. 2014. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar, & Implementasi. Jakarta: Prenadamedia Group Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Zuchdi, Darmiyati,dkk. 2010. Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Komprehensif Terintegrasi dalam Perkuliahan dan Pengembangan Kultur Universitas. Yogyakarta: UNY Press
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
LAMPIRAN 1
Tabel 3.3 Tabel Hasil Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic Df Sig. ,089 28 ,200(*) ,176 28 ,026 * This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction Pretest Postest
Statistic ,942 ,949
Shapiro-Wilk df 28 28
Sig. ,124 ,183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
LAMPIRAN 2 Uji Two Related Sample Test (Wilcoxon) Pretest dan Postest siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Descriptive Statistics Std. Mean Minimum Maximum Deviation 64,3214 7,18050 47,00 74,00 65,0000 7,54738 47,00 77,00
N Pretest Postest
28 28
Ranks N Postest Pretest
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
Mean Rank
Sum of Ranks
11(a)
12,64
139,00
15(b) 2(c) 28
14,13
212,00
a. Postest < Pretest b. Postest > Pretest c. Postest = Pretest Test Statistics(b) Postest - Pretest Z -,930(a) Asymp. Sig. (2,352 tailed) a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
LAMPIRAN 3
TILIK DIRI SIKAP BELA RASA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
Petunjuk pengisian: 1. Bacalah 20 pertanyaan di bawah ini dengan teliti 2. Pilihlah jawaban A, B, C, atau D yang sesuai dengan keadaan dirimu sebenarnya. 3. Tidak ada jawaban yang dianggap paling benar atau salah 4. Tulislah jawabanmu di lembar jawaban yang diberikan oleh pembimbing
1. Ketika ada teman saya yang terjatuh, hal yang saya lakukan adalah.... a. Saya melihat dan tak mampu untuk menolongnya karena saya sendirian b. Berteriak-teriak meminta bantuan teman lain karena ada teman yang terjatuh dengan berkata “hei ada yang jatuh ni” c. Bergegas untuk membantunya dengan mengangkatnya d. Mentertawakan sambil kemudian menolongnya 2. Pada suatu hari teman saya lupa membawa uang sakunya, sedangkan ia lapar dan membutuhkan uang saku untuk jajan, hal yang saya lakukan yaitu... a. Meminjamkan uang saya namun meminta kesediaannya untuk mengembalikan b. Membeli makanan/jajan dan saya membaginya dengan berkata “dibagi dua ya” c. Memberikan sebagian uang saku saya kepadanya d. Bertanya padanya “mengapa uang sakumu bisa tertinggal?” setelah tahu saya menawarkan bantuan kepadanya 3. Saat saya pulang sekolah di tepi jalan ada seorang pengemis tua dan renta, tindakan yang saya lakukan adalah... a. Merasa iba dan membayangkan bila orangtua saya seperti pengemis itu b. Melihat dan berpikir “kasihan banget ya, udah tua jadi pengemis” dan ada keinginan memberi namun tidak memiliki uang c. Memberi uang atau rejeki yang saya miliki dengan ikhlas kepada pengemis itu d. Memberikan sisa uang jajan saya karena teman lain juga melakukan hal serupa 4. Kamu melihat temanmu di-bully oleh kakak kelas, apa yang akan kamu lakukan? a. Melihat dengan kasihan namun pergi menghindar, karena takut kalau di-bully juga b. Melihat sebentar dan segera pergi melapor kepada wali kelas c. Menghampiri teman yang di-bully dan mengatakan dengan sopan kepada kakak kelas agar berhenti mem-bully teman saya d. Melihat sebentar dan kemudian berteriak minta tolong agar semua orang datang ke teman yang di-bully 5. Sewaktu istirahat teman saya mematahkan pensil saya, yang saya lakukan adalah... a. Di dalam hati saya marah, lalu saya memarahi dia dengan kata-kata kasar. Tetapi akhirnya saya meminta maaf, karena telah memarahinya dengan berkata “maaf ya saya tadi marah-marah ke kamu, saya telah menyakiti hatimu”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
b. Di dalam hati saya kesal, memaafkan atas perbuatannya dan saya berkata jujur kepada teman saya itu, supaya dia belajar menjaga barang milik orang lain c. Di dalam hati saya kesal namun saya berpikir bahwa saya dapat membelinya lagi dengan berkata “tidak apa-apa teman, masih bisa dibeli lagi pensilnya” d. Di dalam hati awalnya saya marah namun saya memendamnya saja supaya teman saya tidak tersinggung 6. Ketika mendekati gerbang sekolah, kamu melihat siswa lain dengan begitu banyak barang bawaan tidak sengaja menjatuhkan barang-barang bawaannya, apa yang kamu lakukan? a. Saya telah berniat menolongnya tapi saya malu untuk membantunya karena teman lain juga tidak ada yang membantu b. Segera menghampiri siswa tersebut dan menawarkan bantuan dengan berkata “boehkah saya membantumu?” c. Saya merasa kasihan dengan siswa tersebut namun pada saat itu saya terburuburu ada acara dan minta maaf kepadanya karena tidak sempat untuk membantunya d. Saya melihat dan dalam hati merasa kasihan terhadapnya 7. Perilaku mana yang kamu tunjukkan sebagai sikap peduli terhadap penderitaan sesama? a. Memberikan bantuan kepada korban bencana alam b. Menolong teman yang jatuh c. Membantu orangtua membereskan rumah d. Memberikan uang kepada pengemis atau pengamen 8. Cara yang bisa saya gunakan untuk meminta maaf adalah... a. Meminta maaf dengan tulus dan merubah kebiasaan jelek menjadi kebiasaan baik serta berusaha tidak mengulangi kesalahan yang sama. b. Setelah minta maaf atas perbuatan yang saya lakukan, maka harus siap untuk menerima akibat dari perbuatan saya dengan rela. c. Meminta maaf atas kesalahan yang saya lakukan tanpa menyalahkan orang lain d. Menyadari kesalahan yang telah dilakukan yang menyakiti teman dan mau mengakuinya 9. Alasan saya berani minta maaf adalah... a. Saya tidak mampu memendam lama-lama rasa bersalah saya karena takut dosa b. Berusaha memperbaiki kesalahan yang telah saya perbuat c. Merasa bersalah dengan apa yang telah saya perbuat d. Menyesal akan perbuatan yang telah saya perbuat 10. Ketika melakukan kesalahan, hal yang saya lakukan adalah... a. Saya mengakui kesalahan saya dengan perasaan malu-malu b. Segera meminta maaf atas apa yang telah saya perbuat c. Mengatakan dengan jujur kesalahan saya d. Bertanggung jawab atas kesalahan yang saya perbuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
11. Teman saya menghilangkan buku milik saya, lalu ia meminta maaf pada saya, yang saya lakukan adalah.... a. Saya berjanji memaafkannya apabila buku saya sudah diganti b. Memaafkan dan menasihati teman saya agar tidak mengulangi kesalahannya c. Memaafkan kesalahannya dan memintanya bertanggung jawab d. Meminta teman saya menggantikan buku saya 12. Cara yang dapat saya lakukan untuk memaafkan kesalahan teman saya adalah.... a. Mendoakan teman saya semoga tidak lagi mengulangi kesalahannya b. Tidak menceritakan kesalahan teman saya kepada orang lain c. Menasihati agar teman saya tidak mengulang kesalahan yang sama d. Melupakan kesalahan teman saya yang membuat saya sakit hati 13. Teman baikmu membuat kesalahan yang sama padamu lebih dari satu kali, apa yang akan kamu lakukan dengan temanmu tersebut? a. Memarahinya setelah itu memafkannya b. Memaafkan dan bersikap biasa saja karena dia adalah teman saya c. Memaafkan namun memperingatkannya untuk tidak melakukan kesalahannya lagi d. Memaafkan namun saya menjaga jarak dengan teman saya 14. Apa yang akan kamu lakukan bila kamu melihat lingkungan di sekitarmu banyak sampah? a. Melihat dan membersihkan walaupun hanya sedikit yang saya bersihkan b. Melihat dan menyampaikan pada petugas sampah untuk membersihkannya karena itu merupakan tugas petugas sampah c. Melihat dan ada keinginan untuk membersihkan namun saya tak berdaya karena terlalu banyak sampah d. Melihatnya namun saya membiarkan saja karena itu bukan tanggung jawab saya 15. Hal apa yang kamu lakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan? a. Melakukan kerja bakti di lingkungan sekitar b. Mengajak teman-teman dan warga sekitar untuk kerja bakti bersama c. Membuang sampah pada tempatnya d. Menempelkan poster-poster untuk menjaga kebersihan 16. Apa yang kamu lakukan ketika kamu melihat temanmu jarang mandi sehingga bau badannya menggangu teman-teman atau orang yang ada di sekitarnya termasuk mengganggumu? a. Mendiamkan saja dan saya berpikir dia akan sadar dengan sendirinya b. Menegur dengan sopan c. Mencium baunya dan di dalam hati berkata “orang ini kok jorok sekali ya” d. Menggosipkannya dengan teman-teman lain yang terganggu dengan bau badannya 17. Jika saya menjaga kebersihan diri, manfaat yang saya dapatkan adalah... a. Saya nyaman karena badan saya wangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
b. Terhindar dari penyakit atau kuman-kuman penyakit c. Penampilan saya menjadi menarik d. Kesehatan saya meningkat karena saya merawat diri dengan baik 18. Apa yang kamu lakukan ketika kamu melihat temanmu membuang sampah dengan sembarangan? a. Melihatnya dan membiarkan karena menurut saya itu bukan urusan saya b. Melihat dan menegur dengan nada yang lembut meskipun awalnya saya menggerutu dalam hati c. Melihat dan ada keinginan untuk menegur tapi merasa tidak enak, takut dikira sok-sokan d. Melihat namun tidak memiliki hak untuk menghentikan perbuatan teman saya itu 19. Jika kamu diberi dua pilihan mana yang akan kamu dahulukan (kebersihan diri atau kebersihan lingkungan)? a. Saya menjaga kebersihan diri dan bila sempat, saya mempedulikan kebersihan lingkungan b. Mendahulukan kebersihan lingkungan karena dengan menjaga kebersihan lingkungan maka tanpa saya sadari saya telah menjaga kebersihan diri c. Yang saya dahulukan kebersihan diri setelah diri saya bersih barulah saya melanjutkan dengan kebersihan lingkungan d. Saya menjaga kebersihan lingkungan meskipun saya tidak mempedulikan kebersihan diri sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
20. Apa yang kamu lakukan jika sungai dekat rumahmu tercemar oleh limbah pabrik/limbah yang berbahaya? a. Melihat dan menegur ke pabrik yang bersangkutan karena limbahnya telah mencemari sungai b. Mengajak warga sekitar untuk protes kepada pihak pabrik dan berusaha membersihkan sungai c. Melihat dan berusaha melaporkan pada pabrik yang bersangkutan d. Melaporkannya kepada ayah ibu supaya merapatkannya di RT/RW
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
LAMPIRAN 4 TABULASI DATA PENELITIAN PRETEST
1
2
3
4
5
6
asp 1
7
8
9
1 0
11
1 2
1 3
asp 2
1 4
1 5
16
1 7
1 8
1 9
2 0
asp 3
agatha prima vista
2
3
4
3
4
4
20
3
4
3
4
2
4
4
24
2
3
1
3
3
2
2
16
104
agry gading larasati
4
2
4
4
4
4
22
4
4
1
3
4
1
4
21
4
3
4
4
3
3
2
23
109
amelia grissca pradipta p anselmus hepi indra kurniawan
4
3
4
4
4
4
23
3
4
3
4
4
1
4
23
4
2
4
4
4
4
4
26
118
2
1
2
1
1
1
8
3
4
3
3
2
1
1
17
4
3
4
4
1
2
4
22
72
az zahra devandra putri bambang citramega berliano p chrystabella aurora ranindita
4
3
4
4
4
4
23
4
1
1
2
4
4
4
20
2
2
4
4
4
2
4
22
108
4
3
4
3
3
4
21
3
3
2
3
4
3
3
21
4
3
4
3
3
3
3
23
107
2
4
4
3
3
1
17
4
1
1
2
4
1
4
17
2
4
3
3
3
4
3
22
90
8
cornelia bertha adiasta
2
2
2
4
3
4
17
3
2
2
3
4
4
4
22
4
3
3
4
3
4
2
23
101
9
daniel aditya pragnyana
4
4
4
4
4
4
24
4
4
3
4
3
2
4
24
4
3
4
4
4
3
2
24
120
10
danny hendrawan
4
2
4
1
1
4
16
4
2
3
3
4
2
2
20
2
3
3
4
3
3
4
22
94
11
david edwin yogananta
4
3
4
1
1
4
17
1
4
3
4
3
4
4
23
4
2
4
4
1
3
2
20
100
12
destya ayu sekar kinanthi
4
2
4
4
4
4
22
1
3
4
3
3
1
3
18
4
3
3
2
3
4
3
22
102
13
diah erli aprili molle
2
2
2
1
3
4
14
4
1
3
1
4
1
2
16
4
3
2
2
4
2
2
19
79
14
dominicus jermi sanada
4
2
2
1
3
2
14
2
3
2
2
4
4
1
18
4
4
4
2
4
2
2
22
86
15
emalynda cahyaningrum
4
3
4
4
3
4
22
3
4
3
4
4
4
4
26
4
3
4
3
4
3
2
23
119
16
erica rafaella
4
3
4
3
4
4
22
2
4
1
3
4
4
3
21
4
3
4
3
3
4
4
25
111
17
gabriel avellindo rinanto
4
4
4
4
3
4
23
4
4
1
4
2
1
1
17
2
3
4
4
4
4
2
23
103
18
herlinna serly octaviani
4
3
4
4
3
4
22
3
1
4
4
4
3
3
22
4
3
4
3
4
3
3
24
112
19
mahesa asyam ragasa
4
2
4
3
4
4
21
4
4
3
3
4
4
4
26
4
3
4
4
4
3
4
26
120
Nomer Item
N o
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
prayudhi 20
maria ratnasari anggraini s
3
2
4
4
4
4
21
3
4
3
3
4
4
4
25
4
3
4
4
4
4
1
24
116
21
maura prajna dipatya
4
3
4
1
4
2
18
3
1
1
4
4
4
1
18
4
3
4
3
4
3
2
23
95
22
novi andria
4
2
2
3
4
4
19
4
4
1
4
3
1
2
19
4
3
4
4
4
4
2
25
101
23
patrisia gelang liwun silvester deski pungga pragola
4
3
4
3
4
4
22
1
4
3
4
4
4
4
24
4
3
4
2
4
3
2
22
114
4
2
4
4
4
4
22
3
4
4
3
4
4
4
26
4
3
4
4
4
3
3
25
121
25
thomas rio briantana
4
4
2
3
3
4
20
3
4
1
4
4
3
4
23
4
3
4
4
4
3
1
23
109
26
trifena aprilia eraputri vincentius bagas putra satria
4
3
4
3
4
4
22
4
4
4
2
4
4
4
26
4
2
4
4
4
4
4
26
122
27
4
3
4
3
4
4
22
4
4
1
4
4
4
4
25
1
3
3
3
3
1
3
17
111
28
vinona lula putri aprilia
4 10 1
3 7 6
4 10 0
4 8 4
3 9 3
4 10 2
22
3 8 7
4 9 0
4 6 8
4 9 1
4 10 2
4 8 1
3 8 9
26
4 9 9
2 8 1
4 10 2
4 9 6
4 9 7
3 8 6
4 7 6
25
121
24
1801
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
LAMPIRAN 5 TABULASI DATA PENELITIAN POSTTEST
N o
1
2
3
4
5
6
asp 1
7
8
9
1 0
11
1 2
13
asp 2
1 4
1 5
16
1 7
1 8
1 9
2 0
asp 3
Nomer Item Nama Siswa
1
agatha prima vista
3
2
4
3
4
4
20
2
4
3
4
3
4
3
23
4
2
4
3
4
3
2
22
108
2
agry gading larasati
4
2
4
4
3
4
21
4
4
4
3
4
1
4
24
4
3
4
4
4
3
2
24
114
3
amelia grissca pradipta p anselmus hepi indra kurniawan
4
3
4
4
4
4
23
3
4
1
4
4
1
4
21
4
3
4
3
4
3
4
25
113
4
2
2
1
1
4
14
4
3
1
3
2
1
3
17
3
4
2
4
2
3
4
22
84
4
3
1
4
4
4
20
4
4
2
2
4
4
4
24
4
3
4
4
4
4
4
27
115
1
2
1
2
2
2
10
4
1
2
3
1
3
4
18
1
3
4
2
4
3
2
19
75
7
az zahra devandra putri bambang citramega berliano p chrystabella aurora ranindita
2
3
3
3
3
1
15
4
4
4
1
4
1
2
20
2
4
3
3
3
3
2
20
90
8
cornelia bertha adiasta
4
2
2
4
4
1
17
3
4
4
4
4
4
4
27
2
3
4
3
3
3
2
20
108
9
daniel aditya pragnyana
4
3
3
3
3
4
20
3
4
3
3
4
3
4
24
3
3
4
3
4
3
3
23
111
10
danny hendrawan
4
4
2
1
2
4
17
1
4
4
3
4
2
4
22
2
2
3
3
3
3
3
19
97
11
david edwin yogananta
4
2
2
1
3
4
16
4
4
1
4
4
4
4
25
2
2
4
3
1
3
2
17
99
12
destya ayu sekar kinanthi
4
1
4
4
3
4
20
4
4
2
4
4
4
4
26
4
3
4
4
4
4
3
26
118
13
diah erli aprili molle
2
2
2
1
3
2
12
2
3
3
3
4
2
4
21
4
3
2
2
4
3
1
19
85
14
dominicus jermi sanada
4
4
4
1
4
4
21
1
3
2
4
4
4
4
22
4
4
2
2
4
4
4
24
110
15
emalynda cahyaningrum
4
3
4
4
4
3
22
3
4
2
4
4
4
4
25
4
3
4
4
4
4
2
25
119
16
erica rafaella
4
3
4
1
4
4
20
3
4
3
2
4
4
4
24
2
3
4
4
4
4
3
24
112
17
gabriel avellindo rinanto
4
3
3
3
3
4
20
3
4
3
3
4
3
4
24
3
3
4
3
4
3
3
23
111
4 5 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
18
4
3
4
3
3
4
21
4
4
1
4
4
1
3
21
4
2
4
4
4
3
2
23
107
19
herlinna serly octaviani mahesa asyam ragasa prayudhi
4
3
4
4
4
4
23
4
4
4
4
4
4
4
28
4
4
4
4
4
2
4
26
128
20
maria ratnasari anggraini s
3
2
2
4
4
4
19
3
4
4
3
4
1
4
23
4
3
4
4
4
4
2
25
109
21
maura prajna dipatya
2
4
4
1
4
4
19
1
4
1
4
4
3
3
20
4
2
4
4
3
3
2
22
100
22
novi andria
4
1
1
3
4
4
17
2
2
1
4
4
4
2
19
4
4
3
2
4
4
2
23
95
23
4
4
4
3
4
4
23
4
4
3
3
4
4
4
26
2
4
4
1
4
3
4
22
120
24
patrisia gelang liwun silvester deski pungga pragola
4
2
4
4
4
4
22
4
4
4
2
4
4
4
26
4
4
4
4
4
4
4
28
124
25
thomas rio briantana
4
3
4
4
3
4
22
4
4
3
2
3
4
4
24
4
4
3
4
2
4
4
25
117
26
4
3
4
4
3
4
22
1
4
4
4
4
4
4
25
4
2
4
4
4
4
4
26
120
27
trifena aprilia eraputri vincentius bagas putra satria
2
3
2
1
3
4
15
4
3
1
4
4
4
3
23
2
4
4
4
2
2
2
20
96
28
vinona lula putri aprilia
4 9 9
3 7 5
4 8 6
4 7 9
3 9 3
4 10 1
22
3 8 6
4 10 3
3 7 3
4 9 2
4 10 5
1 8 3
4 10 3
23
4 9 2
3 8 7
4 10 2
3 9 2
4 9 9
3 9 2
2 7 8
23
113 182 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
LAMPIRAN 6
Rumus skor kasar reliabilitas yang diperoleh sebagai berikut:
=
= = = = = = = 0, 6889
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 7
109
PEDULI TERHADAP SESAMA
A. RANCANGAN PELAYANAN BIMBINGAN NO 1. Topik 2. Tugas Perkembangan 3. 4. 5.
Bidang Bimbingan Jenis Layanan Fungsi Bimbingan
6. 7. 8.
Sasaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
9.
Indikator
10. Materi
11. Metode
12. Waktu
KETERANGAN Peduli terhadap Sesama Mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab terhadap sesama Bimbingan Pribadi-Sosial Bimbingan Klasikal/Kelompok Pemahaman dan Pengembangan Siswa Kelas VII SMP Siswa peduli dan empati terhadap sesama Siswa memiliki, menyadari pentingnya sikap peduli, dan mewujudnyatakan sikap peduli dan rasa empati terhadap sesama di mana dirinya tinggal a. Siswa dapat mendefinisikan pengertian peduli terhadap sesama b. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri orang yang peduli terhadap sesama c. Siswa dapat menyebutkan alasan pentingnya sikap peduli d. Siswa memraktikkan sikap peduli dan empati terhadap sesama melalui dinamika kelompok dan selanjutnya menerapkan dalam kehidupan seharihari a. Pengertian peduli terhadap sesama b. Ciri-ciri Orang yang memiliki sikap peduli terhadap sesama c. Pentingnya sikap peduli d. Penggalian nilai-nilai karakter melalui video, kisah inspiratif, dan kisah bergambar Cerita/pemberian informasi, tanya jawab, menonton video, permainan dinamika kelompok, dan penugasan/reflektif 2 X 40 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
13
Tempat
14 15 16 17
Media Mitra Kolaboratif Prosedur Penilaian/Evaluasi
18
Rencana Tindak Lanjut
19. Sumber Pustaka
Ruang kelas/aula (tempat-tempat yang kondusif untuk layanan) Modul, lembar kerja, kertas, alat tulis, LCD, laptop Guru Mapel PKn dan Agama Skenario kegiatan pelayanan terlampir a. Pernyataan hasil belajar siswa (hasil refleksi) b. Inventori tilik diri (self assessment) siswa Kelompok-kelompok dalam kelas merencanakan suatu proyek yang memberi kesempatan menerapkan bagaimana peduli terhadap sesama, misalnya kunjungan ke Panti Asuhan, Panti Jompo, SLB, live in, weekend dan program-program BK atau programprogram sekolah yang terencana. Percikan inspirasi: http://gemintang.com/kisah-sukses-motivasiinspirasi/berawal-dari-satu-kepedulian/ http://www.slideshare.net/arsy28/peduli-terhadapsesama http://www.slideshare.net/wurdiyantiyulia/pendidika n-karakter-peduli-terhadap-sesama Buku permainan (100 permainan penyegar pertemuan, karangan Martin Handoko)
B. SKENARIO KEGIATAN PELAYANAN
NO
KEGIATAN
1.
Pembuka
2.
Inti: a. Dinamika
KETERANGAN
WAKTU
Salam dan doa: 3 menit Siswa memberi salam kepada pembimbing, siswa mendengarkan penjelasan pembimbing tentang tujuan layanan dan dilanjutkan berdoa Ice breaking: 5 menit Siswa bersama pembimbing menyanyikan bersama lagu “Sedang Apa Sekarang?” diganti lirik Sedang apa... sedang apa (Teman jatuh...teman jatuh) Sedang apa sekarang (teman jatuh sekarang) Sekarang sedang apa (sekarang berbuat apa) Sedang apa sekarang? (berbuat apa sekarang?) Siswa bermain dinamika dengan permainan kepedulian 10 menit yang berjudul “Bersama Membangun Kepedulian”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
kelompok dengan antusias dan serius b. Refleksi dan Setelah bermain, siswa diberikan pertanyaan refleksi sharing (dapat diberikan secara tertulis atau lisan) yang kemudian dijawab dan disharingkan c. Penyajian Siswa mendengarkan penjelasan materi yang materi disampaikan oleh guru pembimbing mengenai “Peduli terhadap Sesama” dengan menyimak slide yang dipersiapkan. d. Menonton Siswa menonton video singkat bermuatan karakter film “Perilaku Peduli terhadap Sesama”. Setelah menonton karakter video, siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan refleksi atas isi muatan karakter video tersebut (secara lisan atau tertulis). e. Mendalami Siswa mengelompokkan diri menjadi 6 kelompok, percikan masing-masing 5-6 orang. Kemudian setiap kelompok inspiratif membaca cerita percikan inspiratif. f. Berdiskusi Setelah membaca, siswa berdiskusi bersama kelompok mengenai menjawab pertanyaan yang telah disiapkan percikan pembimbing berdasarkan cerita percikan inspiratif inspiratif tersebut. g. Sharing Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi. kelas
h. Pengisian lembar inventori tilik diri 3.
Penutup: a. Menuliskan Pernyataan hasil belajar b. Menarik kesimpulan, membaca pesan moral, dan mengakhiri bimbingan
8 menit
7 menit
10 menit
7 menit
10 menit
5 menit
Siswa mengisi lembar inventori tilik diri (self assessment) sesuai dengan yang dialaminya.
5 menit
Siswa menuliskan hasil belajar/refleksi setelah mengikuti bimbingan (dapat dilakukan secara tertulis atau secara lisan dengan menunjuk beberapa siswa).
5 menit
Siswa diajak menarik kesimpulan atas aktivitas layanan bimbingan penanaman karakter peduli yang disajikan pada pertemuan ini dan membaca dengan penuh penghayatan pesan moral yang telah disediakan. Kemudian dilanjutkan siswa bersama pembimbing mengakhiri kegiatan bimbingan dengan doa penutup
5 menit
Durasi
80 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
C.DESKRIPSI DINAMIKA KELOMPOK Ayo Bermain! “Bersama Membangun Kepedulian”
1. Tujuan permainan: Supaya siswa peduli dengan apa yang dimilikinya dan apa yang orang lain perlukan serta lebih peka dengan apa yang ada disekitarnya. 2. Bahan: Kertas berisi kalimat yang terpotong menjadi dua bagian. 3. Prosedur: a. Buatlah kalimat pendek yang berhubungan dengan materi bimbingan yang akan diberikan, misal: Bersama Membangun Kepedulian. Kalimat yang dibuat sebanyak setengah dari jumlah peserta, kalau peserta 20 orang, harus disediakan 10 kalimat. b. Pecahlah kalimat tersebut ke dalam dua bagian dan ditulis di kertas, satu kertas berisi kalimat “Bersama Membangun” dan satu kertas berisi kata “Kepedulian”. c. Gulunglah kedua kertas yang berisi tulisan tadi. d. Bagikan kertas-kertas tergulung yang sudah disiapkan sebanyak jumlah siswa (apabila peserta sisa, satu orang berpasangan dengan pembimbing) e. Minta siswa untuk membuka gulungan kertas masing-masing dan membaca isinya yaitu sepotong kalimat yang belum lengkap. f. Minta siswa untuk mencari pasangannya masing-masing agar kalimat itu menjadi lengkap. g. Minta setiap pasangan berkenalan dan mendiskusikan arti kalimat tersebut dan memberi contoh berdasarkan pengalaman sehari-hari. h. Minta siswa berkumpul lagi dan meminta setiap pasangan memperkenalkan pasangannya dan menyampaikan arti kalimat kepada siswa yang lain. 4. Durasi: 10 menit 5. Nilai karakter: Karakter peduli dan empati dengan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
Menonton Video Video mengenai contoh perilaku peduli terhadap sesama. (Life Vest Inside - Kindness Boomerang-"One Day") https://www.youtube.com/watch?v=nwAYpLVyeFU
Sinopsis Video Berawal dari satu orang yang peduli terhadap orang yang memerlukan bantuan, ternyata kebaikan yang dilakukannya ada yang melihat. Kebaikan/kepedulian yang dilakukannya itu diikuti oleh orang yang melihatnya dan akhirnya berujung baik yaitu orang lain yang melihat tergerak hatinya untuk melakukan kebaikan/kepedulian lain yang berguna bagi orang lain. Begitu seterusnya kebaikan itu menyebar/menyalur.
D. HANDOUT/MATERI LAYANAN
Ayo mendengarkan! PEDULI TERHADAP SESAMA
Perilaku peduli atau kepedulian sosial adalah suatu bentuk keterlibatan antara satu pihak ke pihak lainnya dalam merasakan apa yang sedang dirasakan atau dialami oleh orang lain, baik suka maupun duka. Kepedulian tidak hanya sebatas materi tetapi juga berupa perhatian, penerimaan, penyediaan waktu, pikiran, dan hati untuk sesama yang saling membutuhkan dan terlebih ketika mau turut berduka bersama dengan mereka yang juga berduka. Peduli terhadap sesama dalam kehidupan bermasyarakat lebih kental diartikan sebagai perilaku baik seseorang terhadap orang lain di sekitarnya. Peduli terhadap sesama dimulai dari kemauan “MEMBERI” bukan “MENERIMA”. Peduli bisa pada siapa saja terutama pada orang yang sedang kesusahan/tertimpa musibah. Peduli terhadap sesama berarti memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
perhatian kepada orang lain yang ada di sekitar. Orang yang memiliki sikap peduli akan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Mau membantu siapa dan apa saja yang ada dalam lingkungan sekitar. 2. Bersikap ramah dengan cara senyum, sapa, dan salam baik dengan teman, orang tua, guru, ataupun tetangga yang dijumpainya. 3. Menolong orang lain dengan ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan. Sikap peduli penting dan harus kita miliki dalam kehidupan sehari-hari karena sebagai manusia kita tidak mungkin mampu hidup sendiri, kita membutuhkan bantuan orang lain dan saling bekerja sama. Oleh karena itu, diperlukan sikap saling peduli sehingga tercipta kerja sama yang baik antar sesama. Sikap peduli memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan kerukunan. 2. Mengurangi sifat egois. 3. Mewujudkan sikap gotong royong. 4. Menciptakan perasaan bahagia baik bagi diri sendiri dan orang lain. 5. Mengurangi beban orang lain. Contoh sikap peduli yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah menjenguk teman yang sakit, menyapa teman saat bertemu, dan membantu korban bencana alam dengan menyumbangkan pakaian layak pakai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
E. PERCIKAN INSPIRASI
Bacalah cerita di bawah ini dengan teliti! Berawal Dari Satu Kepedulian
https://www.google.co.id/search?q=berawal+dari+peduli
Suatu hari, seorang pemuda bernama Billy baru saja keluar dari kelasnya dan sedang berjalan menuju perjalanan pulang ke rumah. Ketika mendekati gerbang sekolah, ia melihat siswa lain dengan begitu banyak barang bawaan tidak sengaja menjatuhkan barang-barang bawaannya. Siang itu, gerbang sekolah cukup ramai dengan siswa yang berlalu lalang, namun tidak seorang pun yang membantu siswa itu. Billy pun segera menghampiri si siswa tersebut dan menawarkan bantuan. Mereka pun berkenalan, nama siswa itu adalah Roy, ia satu angkatan dengan Billy hanya berbeda kelas. Billy kemudian mengetahui bahwa arah rumah Roy searah dengan rumahnya. Billy pun menawarkan untuk membawakan sebagian barang Roy dan mengantar Roy sampai ke rumah. Dari perjalanan pulang itu, dimulailah pertemanan antara Billy dan Roy. Tiga bulan berlalu, pertemanan Billy dan Roy pun berubah menjadi persahabatan. Suatu hari Roy bertanya pada Billy, “Bil, masih ingat awal pertemanan kita? Ketika kamu membantuku membereskan barang-barangku yang jatuh di dekat gerbang sekolah?” “Tentu saja aku ingat. Hari itu kan pertama kalinya kita berteman dan pulang bersama. Aku pun kaget karena ternyata ada anak sekolah yang tinggal tidak jauh dari rumahku.” Jawab Billy enteng. Sambil tersenyum tipis, Roy berkata, “Sebenarnya hari itu aku sudah mengumpulkan semua barang-barang yang dipinjam atau kupinjam dari orang dan semua tugas yang belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
aku selesaikan. Aku pun sudah membereskan semua barang-barangku di rumah. Kamu tahu kenapa?” Billy hanya menggeleng dengan kening berkerut. “Hari itu, aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Aku membereskan semuanya dan bersiap untuk pulang dan bunuh diri. Namun, ketika kamu membantuku dan mengantarku pulang, banyak hal yang kita bicarakan, aku pun mulai berpikir bahwa mungkin aku akan kehilangan teman potensial pertamaku. Rencana bunuh diri itu pun kutangguhkan. Mungkin kamu tidak menyadarinya, tapi apa yang kamu lakukan hari itu benar-benar mengubah hidupku.” Billy terkesiap, tampak tak percaya. Kemudian, ia pun merangkul sahabatnya, seperti mengatakan bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja. “Terima kasih, Billy. Aku sungguh bersyukur bisa mengenal dan menjadi sahabatmu,” ujar Roy membalas pelukan sahabatnya. Billy pun menitikkan air mata haru. Kadang kala hal kecil yang kita lakukan bisa berdampak sangat besar bagi orang lain. Entah itu segurat senyum diwajahmu, sapaan ringan dari mulutmu, atau tepukan hangat di bahu. Hal-hal yang mungkin kamu anggap sepele, bisa berarti besar bagi orang lain yang menerimanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
F. EVALUASI Di bawah ini ada beberapa pertanyaan refleksi (guru pembimbing boleh memilih beberapa pertanyaan yang sesuai diantara daftar berikut) No Keterangan 1.
Permainan
Pertanyaan Refleksi
Setelah bermain dinamika jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Dalam permainan “Bersama Membangun Kepedulian”: a. Adakah yang berinisiatif memimpin? b. Mengapa dia berinisiatif memimpin? c. Bagaimana sikapmu ketika dia memimpin? 2. Pelajaran berharga apa yang dapat kamu petik dari permainan tersebut? 3. Menurutmu peduli di lingkungan sekitar itu seperti apa dan dalam hal apa saja kamu akan peduli? Jelaskan! 4. Apakah yang kamu lakukan setelah mendapatkan potongan kertas tersebut? 5. Bagaimana cara yang kamu lakukan supaya pasangan dari kata yang kamu miliki dapat menjadi sebuah kalimat indah? Jelaskan!
2.
Video
Setelah menonton video, jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Setelah
menonton
video
tersebut,
bagian
mana
yang
menurutmu menarik dan patut untuk ditiru? 2. Menurut pendapatmu, apa sebenarnya keuntungan peduli terhadap orang lain? 3. Manfaat apa yang diperoleh oleh dirimu setelah menonton video tersebut? 4. Sebutkan 3 contoh sikap peduli yang dapat kamu lakukan dalam kehidupan sehari-hari! 5. Bertolak dari video yang kamu tonton, menurut pendapatmu, apa alasan seseorang peduli terhadap sesama?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
3.
Percikan Inspiratif
Setelah membaca, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1. Setelah kamu membaca, bayangkanlah kamu adalah Billy, hal apa yang akan kamu lakukan supaya kamu tidak bernasib sama dengan Billy? 2. Bagian mana dari cerita tersebut yang pantas untuk ditiru/dipraktekkan? Sebutkan! 3. Pelajaran berharga apa yang kamu dapat dan akan kamu terapkan dalam kehidupanmu setelah membaca cerita tersebut?
PERNYATAAN HASIL BELAJAR 1. Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan dengan tema “Peduli terhadap Sesama”, saya merasa.........................................karena.................................. 2. Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan dengan tema “Peduli terhadap Sesama”, saya menjadi tahu bahwa: _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ 3. Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan dengan tema “Peduli terhadap Sesama”, saya berniat untuk: _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
Perbanyaklah berbuat atau bersikap baik dan sopan terhadap orang lain, karena kita hidup di dunia ini akan saling membutuhkan bantuan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
MEMINTA DAN MEMBERI MAAF
A. RANCANGAN PELAYANAN BIMBINGAN NO
KETERANGAN
1. 2.
Topik Bahasan Tugas Perkembangan
3.
Bidang Bimbingan
Meminta dan Memberi Maaf Mencapai pola hubungan yang baik, yang dapat diterima dalam kehidupan social Pribadi-Sosial
4.
Jenis Layanan
Bimbingan Klasikal/Kelompok
5.
Fungsi Bimbingan
Pemahaman dan pengembangan
6.
Sasaran
Siswa Kelas VII SMP
7.
Standar Kompetensi
8.
Kompetensi Dasar
9.
Indikator
Siswa dapat lebih memaknai arti dari meminta dan memberi maaf Siswa mampu meminta maaf dengan segala kerendahan hati dan memberikan maaf (pada orang yang meminta maaf) dengan lapang hati (atau dengan tulus ikhlas) a. Siswa memahami makna maaf b. Siswa mampu membuktikan bahwa sikap meminta maaf dan memberi maaf adalah cermin kejujuran dan keberanian c. Siswa menyadari dari konsekuensi meminta maaf dan memberi maaf d. Siswa mampu menunjukkan contoh perbuatan yang menggambarkan sikap meminta maaf dan memberi maaf sebagai wujud menyelesaikan masalah dengan damai a. Arti dari meminta maaf dan memberi maaf b. Cara meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain c. Konsekuensi dari tindakan meminta maaf dan memberi maaf d. Penggalian nilai-nilai karakter melalui video dan pengalaman Cerita, tanya jawab, menonton video, permainan dinamika kelompok, dan penugasan/reflektif
10. Materi
11. Metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
12. Waktu 13 Tempat 14. 15. 16 17
Media Mitra Kolaboratif Prosedur Penilaian/Evaluasi
18. Rencana Tindak Lanjut
19. Sumber Pustaka
2 X 40 menit Ruang Kelas/aula (tempat-tempat yang kondusif untuk layanan) Handout, dan laptop, LCD, viewer, sounds Guru Mapel Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan Skenario kegiatan pelayanan terlampir a. Pernyataan hasil belajar siswa (hasil refleksi) b. Inventori tilik diri (self assessment) siswa Memberikan layanan konseling individual kepada siswa yang memiliki hambatan dalam memahami materi dan menumbuhkan sikap berani meminta maaf dengan segala kerendahan hati serta memberikan maaf (pada orang yang meminta maaf) dengan lapang hati (atau dengan tulus ikhlas) melalui seminar Lincoln Erik dan Amalee Irfan, (2008). 12 Nilai Dasar Perdamaian. Bandung: Pelangi Mizan. http://pepak.sabda.org/20/nov/2002/anak_permainan_saya _minta_maaf Video: https://www.youtube.com/watch?v=98_NqEFynaU
B. SKENARIO KEGIATAN PELAYANAN NO 1.
KEGIATAN Pembuka
KETERANGAN Salam dan doa: Siswa memberi salam kepada pembimbing, siswa mendengarkan penjelasan pembimbing tentang tujuan layanan dan dilanjutkan berdoa Ice breaking: Siswa bersama pembimbing menyanyi bersama lagu yang berjudul “I Want To Be Your Friend” “I Want To Be Your Friend” I want to be your friend A little bit more I want to be your friend A little bit more I want to be your friend
WAKTU 5 menit
5 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
A little bit more A little bit, a little bit a little bit Moore 2.
Inti a. Menonton video karakter dan berefleksi b. Penyajian materi c. Tanya jawab d. Mendalami percikan inspiratif e. Berdiskusi mengenai percikan inspiratif f. Sharing kelas g. Dinamika kelompok
Siswa mononton video karakter mengenai “Saling Memafkan” dan siswa menyimak dengan seksama Video Saling Memaafkan https://www.youtube.com/watch?v=98_NqEFynaU Setelah menonton video, siswa menjawab secara spontan pertanyaan yang diberikan pembimbing
10 menit
Siswa memperhatikan penjelasan materi mengenai topik bimbingan “Meminta dan Memberi Maaf” yang disampaikan oleh pembimbing Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan oleh pembimbing Siswa mengelompokkan diri ke dalam kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang, lalu setiap kelompok diminta untuk membaca cerita percikan inspiratif Setelah membaca, siswa berdiskusi bersama kelompok untuk merefleksikan cerita tersebut
15 menit
Salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok membacakan hasil diskusinya Siswa bermain dinamika kelompok dengan judul permainan “Sarang Burung”
5 menit
h. Pengisian Siswa mengisi lembar inventori tilik diri (self assesment) lembar sesuai dengan keadaan dirinya inventori tilik diri (self assessment) 3.
Penutup: a. Menuliskan pernyataan hasil belajar b. Kesimpulan/ penegasan
5 menit
5 menit
15 menit
5 menit
Siswa menuliskan hasil belajar/refleksi setelah mengikuti 5 menit bimbingan (secara tertulis) dan perwakilan dari beberapa siswa untuk membacakannya
Siswa diajak menarik kesimpulan atas aktivitas layanan bimbingan penanaman karakter saling memafkan yang
3 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
topik bimbingan dan membaca pesan moral c. Mengakhiri bimbingan
disajikan pada pertemuan ini dan membaca dengan penuh penghayatan pesan moral yang telah disediakan
Kemudian dilanjutkan siswa bersama pembimbing 2 menit mengakhiri kegiatan bimbingan dengan ucapan terima kasih, salam, dan doa penutup Durasi 80 menit
C. DESKRIPSI DINAMIKA KELOMPOK Ayo Bermain!
Sarang Burung
https://www.google.co.id/search?q=korek+api+kayu
1. Tujuan: Siswa belajar berani mengakui kesalahannya dan berani meminta maaf, sebagai sikap seseorang yang dewasa. Peserta belajar memaafkan orang lain tanpa mendendam, sebagai wujud sikap mengasihi orang lain 2. Bahan: Beberapa bungkus/pak korek api kayu 3. Prosedur: a. Siswa dikelompokkan (misalnya 6-8 orang perkelompok). b. Setiap kelompok siswa diberi beberapa bungkus/pak korek api. Setiap kelompok berlomba membuat menara dari korek api yang disusun semakin lama semakin tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
c. Setiap siswa (dalam kelompok) secara bergiliran satu per satu meletakkan sebatang korek api dengan membentuk menara. d. Setiap peserta meletakkan sebatang korek api di atas tumpukan korek hasil susunan korek teman-temannya. Tentu saja semakin lama tumpukan korek api itu akan semakin tinggi dan kemungkinan besar ada anak yang melakukan kesalahan/gagal, sehingga korek apinya jatuh atau bahkan ia menghancurkan seluruh bangunan korek api kelompoknya. e. Karena korek tersebut jatuh atau karena bangunan tersebut runtuh maka kelompok tersebut dinyatakan kalah oleh pembimbing. f. Siswa yang melakukan kesalahan harus berdiri di tengah kelompok dan dengan keras ia harus berteriak, "Saya minta maaf". Dan seluruh teman dalam kelompoknya menjawab, "Kami memaafkan!" Jika proses "maaf dan memaafkan" ini lancar, maka kelompok terebut diijinkan untuk meneruskan bangunan itu kembali. 4. Durasi: 15 menit 5. Nilai karakter: Saling memaafkan kesalahan diri dan orang lain
Menonton Video Video mengenai “Meminta dan Memberi Maaf” https://www.youtube.com/watch?v=TJE6JHErcyo Sinopsis Video Video ini menceritakan mengenai menumbuhkan sikap berani meminta maaf dengan segala kerendahan hati serta memberikan maaf (pada orang yang meminta maaf) dengan lapang hati (atau dengan tulus ikhlas). Awalnya salah seorang anak takut untuk meminta maaf dan tidak mau mengakui kesalahan, namun setelah mendapatkan pencerahan dari orangtuanya, si anak menjadi berani meminta maaf dan orang yang menjadi korbannya memafkan dengan lapang hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
D. HANDOUT/MATERI LAYANAN
Ayo mendengarkan! Meminta dan Memberi Maaf
https://www.google.co.id/search?q=saling+memaafkan
Aku Berani Meminta Maaf Pernahkan kamu melakukan kesalahan? Ya setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, namun apakah setelah melakukan kesalahan berani meminta maaf? Jawabannya ada yang berani dan ada pula yang takut untuk meminta maaf. Bagaimana denganmu? Apakah kamu berani untuk meminta maaf setelah melakukan kesalahan? Minta maaf menunjukkan bagaimana pilihan kita atau perbuatan kita telah berakibat buruk pada seseorang. Pada saat kita minta maaf, berarti kita telah mengatakan atau mengakui bahwa kita menyesal telah menyakitinya dan membuat kesalahan. Kita harus menerima akibat dari kesalahan yang telah kita perbuat. Kita harus menggunakan keberanian dan kejujuran kita dalam minta maaf. Bagaimana caranya kita meminta maaf? Berikut ini cara yang bisa kita gunakan untuk meminta maaf
Menyadari kesalahan yang telah dilakukan yang menyakiti teman dan mau mengakuinya.
Meminta maaf atas kesalahan yang kamu lakukan, bukan atas kesalahan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
Setelah minta maaf atas perbuatan yang kamu lakukan, maka harus siap untuk menerima akibat dari perbuatan kita dengan rela. Jangan membantah atau kesal, karena kita memang yang bersalah.
Meminta maaf dengan tulus dan merubah kebiasaan jelek menjadi kebiasaan baik akan lebih baik dari pada hanya berpura-pura meminta maaf. Harus juga mengatakan pada orang lain bahwa kamu ingin berubah.
Setelah meminta maaf, kita akan merasakan lega, tidak lagi terbebani oleh kesalahan yang pernah kita buat, dan tentunya kita dapat menjalin hubungan baik lagi dengan orang yang pernah kita sakiti atau kita pernah berbuat salah padanya. Dan jangan lupa, setelah orang lain memaafkan, kita harus mengubah perilaku-perilaku kita. Kita tidak boleh melakukan kesalahan yang sama. Aku Mau Memaafkan Kesalahan Orang Lain Terkadang kita sulit memaafkan kesalahan orang lain, bahkan memaafkan menjadi lebih sulit dilakukan daripada meminta maaf. Lalu bagaimana cara kita agar kita dapat dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain? Kita dapat melakukannya dengan cara membuat 4 janji untuk memaafkan. Berikut ini penjelasan tentang 4 janji untuk memaafkan. 1.
Berpikir positif “Tiap kali memikirkan kejadian ini, saya akan berusaha memikirkan hal yang positif tentang kamu” Cobalah berpikir positif tentang temanmu yang pernah membuat salah padamu, berhentilah memikirkan kejadian yang pernah terjadi.
2.
Sakiti? Nggak sportif! “Saya tidak akan memakai kesalahanmu seabagai senjata suatu hari kelak”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
Kesalahan yang sudah dimaafkan hendaknya jangan diungkit-ungkit lagi. Semua sudah selesai. Jangan diungkit untuk menyindir, menyakiti atau melukai teman yang sudah meminta maaf pada kita. 3.
Ceritakan? NO WAY! “Saya nggak akan menceritakan perbuatanmu ini sama orang lain” Bagiamana buruknya perbuatan teman kita, kita tidak boleh memberitahukannya kepada orang lain. Cukuplah kita dan teman kita yang mengetahuinya.
4.
Bertemanlah, OKE! “Saya tidak akan membiarkan perbuatanmu ini mengganjal hubungan pertemanan kita” Tapi cobalah jalin kembali pertemanan dengan teman yang pernah membuah kesalahan padamu. Jangan sampai membiarkan perbuatan salahnya menjadi alasan untuk menolak berteman dengannya.
Setelah kita mampu memaafkan kesalahan orang lain, maka kita akan merasa lega karena tidak ada lagi masalah yang mengganggu pikiran seperti memendam kemarahan dengan teman yang menyakiti kita dan tentunya menambah kerukunan dengan teman.
E. PERCIKAN INSPIRASI Bacalah cerita inspiratif berikut! AKIBAT TIDAK BERHATI-HATI DI JALAN
https://www.google.co.id/search?q=akibat+tidak+hati-hati+mengendarai+motor
Yono dan Aji adalah kakak beradik. Biasanya, mereka akrab sekali dan jarang bertengkar. Kemarin Yono berulang tahun yang ke 19 dan ia mendapat hadiah sepeda motor dari ayahnya. Yono sangat senang sekali. Suatu hari, Aji ingin meminjam motor Yono sebentar saja. Yono tidak mengijinkan adiknya meminjam motornya karena Aji belum memiliki SIM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Namun, Aji memaksa agar Yono mau meminjamkan motornya. Setelah merayu kakaknya dengan susah payah, Aji pun berhasil meminjam motor Yono, tetapi dengan satu syarat, Aji hanya boleh mengendarai di lingkungan perumahan saja, tidak boleh ke jalan raya. Aji pun menyetujui persyaratan kakaknya itu. Awalnya Aji mengendarai sepeda motor sesuai dengan janjinya hanya berkeliling di perumahan, namun Aji ingin mencoba-coba mengendarai di jalan raya. “Rasanya bosan hanya berkeliling perumahan, aku mau coba ke jalan raya ahh sebentar saja, kan kalau di jalan raya aku akan ketemu cewek-cewek cantik, siapa tahu ada yang terpesona sama aku”, pikir Aji. Aji lalu menarik gas menuju jalan raya, Aji mengendarai motor dengan kencang dan menggoda setiap cewek-cewek yang lewat. Karena tidak memperhatikan jalan dengan baik, tiba-tiba saja mobil di depan Aji berhenti dan Aji menabrak mobil tersebut. Aji tidak mengalami luka yang parah namun motor kesayangan Yono tergores cukup parah sehingga tidak mulus lagi, kaca spion pecah, dan lampu bagian depan juga pecah. Aji langsung panik dan bingung. Apa yang harus ia katakan pada Yono di rumah. Lalu Aji diantar pulang oleh seorang satpam yang kebetulan melihat kejadian tersebut. Yono melihat Aji pulang ke rumah sangat kesal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
F. EVALUASI Di bawah ini ada beberapa pertanyaan refleksi (guru pembimbing boleh memilih beberapa pertanyaan yang sesuai diantara daftar berikut) NO KETERANGAN 1.
Permainan
PERTANYAAN REFLEKSI
Setelah bermain dinamika jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Dalam permainan “Sarang Burung”: a. Adakah yang melakukan kesalahan? b. Mengapa dia bisa melakukan kesalahan tersebut? c. Bagaimana sikapmu ketika dia melakukan kesalahan? 2. Pelajaran berharga apa yang dapat kamu petik dari permainan tersebut? 3. Apakah kamu memafkan temanmu saat bermain tadi, apa alasanmu memaafkannya? 4. Adakah
yang
malu-malu/takut
dalam
meminta
maaf?
Mengapa dia malu/takut meminta maaf? 5. Apa alasanmu sehingga kamu memberi maaf dengan tulus pada yang meminta maaf kepadamu? Jelaskan! 2.
Video
Setelah menonton video, jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Setelah menonton video tersebut, bagian mana yang menarik menurutmu dari video tersebut! 2. Apakah video tersebut dapat menjadi contoh yang baik untukmu? Berikan alasanmu! 3. Apa yang dapat kamu petik/ambil untuk kehidupanmu setelah kamu menonton video tersebut?
3.
Percikan Inspiratif
Setelah membaca cerita di atas, jawablah pertanyaanpertanyaan di bawah ini! 1.
Menurutmu, setelah kamu jatuh dari sepeda motor apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
kamu lakukan kepada Yono bila kamu diposisikan seperti Aji? 2.
Menurutmu apakah kamu akan dimaafkan bila meminta maaf kepadanya? Berikan alasanmu!
3.
Apa manfaat yang kamu dapatkan dari cerita ini?
PERNYATAAN HASIL BELAJAR Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan hari ini mengenai “Saling Memafkan”, saya menjadi tahu bahwa: ___________________________________________________________________________ NIATKU Setelah saya mengikuti bimbingan pada hari ini mengenai “Saling Memafkan” saya berniat untuk: ___________________________________________________________________________
Jangan mempersoalkan kelemahan orang lain, jangan pula menyalahkan kelemahan sendiri. Jika Anda melakuan kesalahan, akui saja, sesudah itu perbaiki dan belajar dari kesalahan itu. (By: Stephen Covey)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
KEBERSIHAN DIRI DAN LINGKUNGAN
A. RANCANGAN PELAYANAN BIMBINGAN
NO 1. 2.
KETERANGAN
8.
Topik Tugas Perkembangan Bidang bimbingan Jenis Layanan Fungsi Bimbingan Sasaran Standar Kompetensi Kompetensi dasar
9.
Indikator
10
Materi
11.
Metode
12. 13. 14. 15. 16. 17.
Waktu Tempat Alat Mitra Kolaboratif Prosedur Penilaian/Evaluasi
18.
Rencana Tindak
3. 4. 5. 6. 7.
Kebersihan Diri dan Lingkungan Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kebersihan diri sendiri dan lingkungan Pribadi-Sosial Bimbingan Klasikal/Kelompok Pemahaman dan Pengembangan Siswa Kelas VII SMP Siswa memiliki kebiasaan hidup bersih Siswa mampu memahami dan mengembangkan kebiasaan hidup bersih dalam kehidupan sehari-hari serta terampil melakukan merawat diri sendiri dan lingkungan a. Siswa dapat menjelaskan arti kebersihan diri dan lingkungan b. Siswa dapat menunjukkan cara merawat diri dan lingkungan c. Siswa dapat menunjukkan keuntungan menjaga kebersihan diri dan lingkungan d. Siswa dapat menuliskan upaya-upaya hidup bersih bagi dirinya sendiri dan lingkungan a. Pengertian kebersihan b. Cara merawat diri dan lingkungan c. Keuntungan menjaga kebersihan diri dan lingkungan d. Upaya menjaga kebersihan diri dan lingkungan Cerita, tanya jawab, menonton video, permainan dinamika kelompok, dan penugasan/reflektif 2 X 40 menit Ruang Kelas/Aula (tempat-tempat yang kondusif untuk layanan) Laptop, lembar cerita, LCD, CD, Modul Semua Guru Mata Pelajaran Skenario kegiatan pelayanan terlampir a. Pernyataan hasil belajar siswa (hasil refleksi) b. Inventori tilik diri (self assessment) siswa Kelompok-kelompok dalam kelas merencanakan suatu proyek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
Lanjut
19.
Sumber
yang memberi kesempatan menerapkan perilaku cinta kebersihan diri dan lingkungan, misalnya gerakan toilet bersih, membuat tempat sampah, menggolongkan sampah organik dan anorganik, serta mengolah sampah organik menjadi pupuk . http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=10187 http://id.wikipedia.org/wiki/Kebersihan http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/09/sap-upayakebersihan-diri.html http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do _pdf=1&id=940 http://brainly.co.id/tugas/165110
B. SKENARIO KEGIATAN PELAYANAN NO
KEGIATAN
KEGIATAN
WAKTU
1.
Pembuka
Salam dan doa: Siswa memberi salam kepada pembimbing, siswa mendengarkan penjelasan pembimbing tentang tujuan layanan dan dilanjutkan berdoa bersama
5 menit
2.
Inti a. Menonton video karakter
Siswa mengelompokkan diri menjadi kelompok kecil (setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang), siswa menonton video mengenai “Kebersihan Diri” dan siswa menyaksikan video tersebut Video Kebersihan Diri https://www.youtube.com/watch?v=FucoYKK8Zw4 Setelah menonton video, siswa menjawab pertanyaan reflektif mengenai video tersebut Pembimbing mengajak siswa untuk bermain permainan “Patroli Sampah” dan memberikan pertanyaan refleksi setelah melakukan permainan tersebut Siswa berkelompok lagi seperti kelompok awal (setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang), siswa menonton video mengenai “Pencemaran Lingkungan” dan siswa menyaksikan video tersebut dengan seksama Video Lingkungan http://youtube.com/watch?v=AC6TcL1nECc
10 menit
Setelah menonton video, siswa berdiskusi di dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan reflektif
8 menit
b. Refleksi dan sharing c. Dinamika kelompok d. Menonton video karakter
e. Diskusi kelompok
5 menit 15 menit
7 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
f. Penyajian materi
3.
Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh pembimbing dengan topik bimbingan mengenai “Merawat Kebersihan Diri dan Lingkungan” Siswa berkelompok lagi seperti kelompok awal (setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang), siswa membaca kisah inspiratif, berefleksi, dan mensharingkannya dalam kelas
7 menit
g. Mendalami percikan inspiratif dan refleksi h. Menuliskan Siswa mengisi lembar inventori tilik diri (self assessment) inventori tilik kepada setiap siswa diri (self assessment) Penutup Siswa menuliskan hasil belajar/refleksi setelah mengikuti bimbingan (secara tertulis atau lisan) a. Menuliskan pernyataan hasil belajar
8 menit
b. Kesimpulan/ penegasan topik bimbingan dan membaca pesan moral
Siswa diajak menarik kesimpulan atas aktivitas layanan bimbingan penanaman karakter kebersihan diri dan lingkungan yang disajikan pada pertemuan ini dan membaca dengan penuh penghayatan pesan moral yang telah disediakan
3 menit
Mengakhiri bimbingan
Kemudian dilanjutkan siswa bersama pembimbing 2 menit mengakhiri kegiatan bimbingan dengan ucapan terima kasih, salam, dan doa penutup Durasi 80 menit
5 menit
5 menit
Menonton Video Video mengenai kebersihan diri ”Mari Hidup Sehat” https://www.youtube.com/watch?v=FucoYKK8Zw4 Sinopsis Video ini menceritakan mengenai cara menjaga kebersihan diri. Dengan menjaga kebersihan diri, tubuh menjadi sehat. Disamping itu banyak keuntungan yang didapatkan dari menjaga kebersihan diri, sehingga orang akan nyaman dengan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
C. DESKRIPSI DINAMIKA KELOMPOK
Ayo Bermain Patroli Sampah
https://www.google.co.id/search?q=patroli+sampah
1. Tujuan: Menanamkan cinta lingkungan kepada siswa yang berawal dari mencintai diri sendiri 2. Bahan: Kantong sampah 3. Prosedur: a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok bebas berapa orang jumlahnya tergantung kebijakan pembimbing. b. Setiap siswa dibagikan satu kantong sampah. c. Siswa diminta untuk memungut sampah yang berserakan di lingkungan sekolah dan memisahkan antara sampah organik dan anorganik (pembimbing dapat menjelaskan jika ada yang belum paham mengenai sampah organik dan anorganik) d. Pembimbing membagi tempat untuk setiap kelompok bersihkan. Pembimbing harus mengawasi siswa agar tidak keluar dari lingkungan sekolah e. Usai memungut sampah, siswa diajak untuk mencuci tangan dengan sabun hingga bersih. Jika di sekolah tidak menyediakan sabun, pembimbing dapat menyediakan sabun. Sabun yang digunakan haruslah sabun cair karena akan digunakan secara bersama-sama. 4. Durasi: 15 menit 5. Nilai Karakter: peduli terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar kita tinggal 6. Jumlah peserta: Tidak terbatas Usai bermain, siswa diajak untuk berdiskusi mengenai makna dari permainan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
Menonton Video http://youtube.com/watch?v=AC6TcL1nECc Sinopsis Sebuah film pendek yang menggambarkan pencemaran yang ada di bumi kita tercinta ini. Ada berbagai pencemaran yang disebabkan karena ketidakpedulian manusia dengan diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Ada berbagai pencemaran, ada pencemaran tanah, air, dan udara. Sudah saatnya kita peduli terhadap bumi kita dengan diawali dari peduli dengan diri kita.
D. HANDOUT/MATERI LAYANAN
Menjaga Kebersihan Diri dan Lingkungan
https://www.google.co.id/search?q=peduli+terhadap+diri+dan+lingkungan
Kebersihan merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau.
Kebersihan diri Suatu upaya untuk memelihara kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kebersihan diri terdiri dari: 1. Kebersihan rambut dan kulit kepala 2. Kebersihan mata, telinga, dan hidung 3. Kebersihan gigi dan mulut 4. Kebersihan badan 5. Kebersihan kuku tangan dan kaki. 6. Kebersihan pakaian Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan dengan mandi, gosok gigi, cuci tangan, keramas, membersihkan kuku, dan lain-lain.
Kebersihan Lingkungan Suatu upaya untuk memelihara kebersihan di sekitar tempat tinggal kita. Kebersihan lingkungan dapat dilakukan dengan cara melap jendela, menyapu, mengepel lantai, mencuci peralatan makan, membersihkan tempat tidur, membersihkan kamar mandi, membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
Manfaat yang kita dapatkan jika kita dapat menjaga kebersihan diri dan lingkungan adalah sebagai berikut. 1. Menghindarkan kita dari penyakit dan meningkatkan kesehatan. 2. Kita menjadi lebih nyaman dengan diri kita dan kerasan dengan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. 3. Kita tetap berpenampilan menarik dan tidak dijauhi oleh orang lain. 4. Terhindar dari bencana alam misalnya banjir.
Manfaat menjaga kebersihan
E. PERCIKAN INSPIRASI
SUNGAI BERSIH, BANJIR PUN PERGI
https://www.google.co.id/search?q=kisah+peduli+lingkungan
Andi, Antok, dan Eko adalah tiga orang siswa SD Negeri Pamulang 4 yang telah berteman sejak mereka TK. Ketiga siswa tersebut sangat gemar membersihkan lingkungan sekolah. Tidak heran bila bapak/ibu guru menjadikan mereka sebagai tauladan bagi siswa yang lain. Suatu hari di bulan September, mereka sedang bermain-main di sungai selepas pulang sekolah. Mereka memang gemar mencari ikan untuk kemudian digoreng dan dijadikan lauk makan siang. Ukuran sungai yang tidak begitu besar membuat mereka mudah berjalan dari ujung ke ujung bagian sungai. Mereka menjumpai banyak sekali sampah di pinggir sungai. Mulai dari plastik, botol-botol, dan lain-lain. Setelah kelelahan dan beristirahat di pinggir sungai, Andi pun berkata kepada Antok dan Eko tentang sampah yang banyak mereka jumpai di pinggir sungai. Mereka pun sepakat bahwa sampah yang menumpuk di sungai bisa mengakibatkan banjir saat musim hujan nanti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
Suatu pagi pada saat jam istirahat di sekolah, Andi, Antok, dan Eko pergi ke kantor guru. Mereka menemui Bapak Ahmad, Wali Kelas mereka. Antok menceritakan tentang banyaknya sampah yang ada di sungai, cerita Antok pun ditimpali dan dilengkapi oleh Andi dan Eko. Mereka memberikan usul kepada Wali Kelas mereka untuk mengadakan acara bersih sungai pada saat acara bersih-bersih sekolah yang rutin dilakukan setiap hari Jum'at minggu ke-2 setiap bulannya. Usulan mereka pun ditanggapi dengan positif oleh Wali Kelas. Akhirnya tibalah hari di mana acara bersih-bersih sungai itu dilaksanakan. Pada pagi hari, Kepala Sekolah memberikan arahan kepada semua siswa tentang pentingnya sebuah sungai yang bersih. Kepala Sekolah juga meminta kepada semua siswa untuk membersihkan sungai dengan sungguh-sungguh dan tak lupa Kepala Sekolah menyampaikan hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama acara bersih-bersih sungai berlangsung. Selesai acara pengarahan, dengan berbondong-bondong dan didampingi oleh Wali Kelas, para siswa menuju ke sungai yang lokasinya tidak jauh dari sekolahan. Sesampainya di tepi sungai, Wali Kelas membagi siswa kedalam beberapa kelompok di mana setiap kelompok terdiri dari 5 orang dan ada 1 orang siswa yang menjadi ketua serta koordinator kelompok.
Acara
bersih-bersih sungai berlangsung selama 2 jam. Setelah acara bersih-bersih sungai selesai, tampak beberapa gundukan sampah yang berhasil dikumpulkan oleh para siswa. Sampah-sampah tersebut kemudian diangkut oleh truk milik Dinas Pekerjaan Umum yang memang sengaja didatangkan untuk mengangkut sampah sungai. Sungai pun kini tampak sangat bersih. Wali Kelas menjelaskan tentang arti pentingnya kebersihan sungai agar masyarakat di sekitar terbebas dari banjir saat musim hujan datang. Oleh karena itu, kita harus selalu mnjaga kebersihan lingkungan sekitar kita termasuk kebersihan sungai agar terhindar dari bahaya banjir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
Bacalah cerita di bawah ini dengan teliti!
F. EVALUASI
Di bawah ini ada beberapa pertanyaan refleksi (guru pembimbing boleh memilih beberapa pertanyaan yang sesuai diantara daftar berikut)
NO KETERANGAN 1.
Permainan
PERTANYAAN REFLEKSI
Setelah bermain dinamika jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Dalam permainan “Patroli Sampah”: a. Adakah yang tidak melakukan patroli? b. Bagaimana sikapmu ketika temanmu tidak melakukan patroli sampah sedangkan kamu sangat rajin? c. Apa yang membuatmu melakukan patroli sampah dengan baik? Apa alasanmu? 2. Pelajaran berharga apa yang dapat kamu petik dari permainan tersebut? 3. Alasan
apa
yang
menjadikanmu
semangat
dalam
mengumpulkan sampah? 4. Apa yang akan kamu lakukan setelah mengikuti kegiatan tersebut? 2.
Video
Setelah menonton video kebersihan diri, jawablah pertanyaan di bawah ini! 1.
Setelah menonton video mengenai kebersihan diri, hal apa yang kamu pikirkan mengenai video tersebut?
2.
Hal apa yang dapat kamu petik/terapkan dalam kehidupanmu setelah menonton video tersebut?
3.
Menurut pendapatmu, apa saja cara yang dapat kamu lakukan untuk menjaga kebersihan diri?
Setelah menonton video kebersihan lingkungan, jawablah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
pertanyaan berikut ini! 1. Apa yang kamu pikirkan setelah menonton video tersebut? 2. Bagaimana perasaanmu ketika ada orang yang tidak menjaga lingkungan dengan baik? Apa dampaknya? 3. 3.
Kisah Inspiratif
Apa manfaat yang kamu dapat setelah menonton video tersebut?
Setelah membaca cerita di atas, jawablah pertanyaanpertanyaan di bawah ini! 1.
Menurut pendapatmu, apa usahamu supaya lingkunganmu tidak terkotori?
2.
Menurut pendapatmu jika ada orang yang mengotori lingkungan di sekitar tempat tinggalmu bagaimana? Berikan alasanmu!
3.
Setelah membaca dan mencermati cerita, manfaat apa yang kamu dapatkan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
PERNYATAAN HASIL BELAJAR Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan hari ini mengenai “Kebersihan Diri dan Lingkungan”, saya menjadi tahu bahwa: ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ NIATKU Setelah saya mengikuti bimbingan pada hari ini mengenai “Kebersihan Diri dan Lingkungan” saya berniat untuk: ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________
G. PESAN MORAL
Cintailah Lingkunganmu Seperti Kamu Mencintai Dirimu Sendiri-Anonim