PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BELA GENDER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Pricillia Eka Diah Sabu Lazar 121114036
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BELA GENDER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Pricillia Eka Diah Sabu Lazar 121114036
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Bebagi waktu dengan Alam, kau akan tau diri mu sebenarnya, hakikat manusia (Erros dan Okta-Ost Film Soe Hok Gie)
“Push yourself with a bigger motivation, because no one else is going to do it for you” (Ayahku, Yoseph Pati Lazar) “Roh Kudus itu tidak untuk dipermainkan, Putera Allah harus terus panggil nama Yesus” (Dr. Inyo Yos Fernandez, M.A) “Kalau seorang asing menghampirimu dan kau menganggap dia saudaramu, dan semua perselisihan lenyap, saat itulah malam berakhir dan terang hari dimula” -Dari Gelap Menjadi Terang(Paulo Coelho) “The good life is a process, not a state of being. It is a direction not a destination” (Carl Rogers) “Belajar itu Menyakitkan” (Drs. R. H. Dj. Sinurat, M.A.) “Urip iki semeleh wae” (Dr. M.G. Rini Kristiantari) “Memiliki prinsip jauh lebih penting dari pada menjadi seorang idealis” (Daniel Dwi Wahyu Ananta Jati) “Sinau sing sregep - ojo ming kuliah wae” (Rasah Kuliah 2015) -AMDGKetika Orang bertanya mengenai manfaat & tujuan, Aku berfikir tentang keindahan dan kedamaian (Soe Hok Gie)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Goresan karya tulis ini Eka persembahkan bagi.... Alam Semesta dan Sang Empunya- Allah Tri Tunggal Maha Kudus dan Bunda Maria yang senantiasa menjadi sumber ketenangan dan kekuatan dalam menjalani sebuah plot kehidupan selama ini.
Semua Perempuan-perempuan Cerdas yang Masih Terbentur oleh Birokrasi Gender dan Konstruksi yang Belum Operasional
Semua orang terkasih yang tidak pernah menganggap Eka sebagai Objek Bapak Yoseph Pati Lazar (alm) secara khusus Eka tepati janji untuk mewujudkan impian Bapak sebagai seorang Sarjana. Ibunda tercinta R.W.R Ristiantari Adik-adik tersayang Paskalina Dwi Intan Bui Lazar dan Regina Theresia Nogo Lazar Keluarga Om Ida Bagus Agung Surya Antara dan Keluarga Om Arief Mulani Sanak Saudara (F.X Suradi dan Lazar Family) Serta teman dekat dan sahabat yang menemani Eka hingga tak lekang oleh waktu.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BELA GENDER BERBASIS BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN EXPERIANTIAL LEARNING (Studi Pre-Experimental pada Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang 2014/2015) Pricillia Eka Diah Sabu Lazar Universitas Sanata Dharma 2016 Penelitian ini dilakukan karena terjadi hambatan penerapan pendidikan karakter di sekolah yang memberikan efek besar pada beberapa nilai karakter dalam diri remaja yakni, toleransi dan nilai peduli sosial yang menjadi bias oleh gender. Bertolak dari realita yang ada di wilayah Suku Dayak Salako, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif implementasi model pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 yang mayoritas adalah remaja Suku Dayak Salako. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat gambaran tingkat pendidikan karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang dan pada akhirnya dapat menemukan signifikansi atas peningkatan sebelum dan sesudah proses implementasi model ini dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif pre-experimental menggunakan one group pre-test post-test design.Subjek dalam penelitian ini berjumlah 33 siswa kelas VIII di SMP N 9 Singkawang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik non tes terdiri dari tiga instrumen, yakni kuesioner validasi eketivitas implementasi model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning (responden mitra kolaboratif), kuesioner validasi model pendidikan karakter (responden siswa), dan self assessment scale tingkat pendidikan karakter bela gender siswa. Sementara, teknik tes terdiri dari satu alat tes, yakni tes hasil pendidikan karakter bela gender yang diberikan sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) implementasi dilakukan. Koefisien reliabilitas dalam tes hasil pendidikan karakter bela gender diukur dengan menggunakan teknik analisa Alpha Cronbach dengan hasil hitung (0.721) sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, mitra kolobartif menilai model ini sangat lebih baik digunakan untuk meningkatkan nilai karakter siswa dibandingkan model terdahulu (pendidikan karakter terintegrasi). Selanjutnya berdasarkan hasil validasi siswa, pada enam aspek penilaian, seluruh siswa (100%) menilai bahwa implementasi model ini sangat efektif untuk meningkatkan kesadaran siswa guna memperbaiki diri, menghargai teman, membangun kepedulian atau kesetiakawanan, dan mendorong untuk lebih disiplin. Dapat digambarkan peningkatan hasil implementasi pendidikan karakter bela gender siswa. Kesimpulannya, implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif, efektif untuk meningkatkan nilai karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang. Kata kunci:
bimbingan klasikal kolaboratif, experiential learning, nilai karakter bela gender, pendidikan karakter, suku dayak salako
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT EFFECTIVENESS IMPLEMENTATION OF CHARACTER EDUCATION WITHI GENDER VALUE BASED COLLABORATIVE CLASICAL GUIDANCE SERVICE WITH EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH (Pre Experiment study among eighth grade in Singkawang State Junior High School No 9 batch 2014/2015) Pricillia Eka Diah Sabu Lazar Sanata Dharma University 2016 This research held due to the barriers of the implementation of character education in schools. It brings a big effect on some points of the character values in the teens themselves, tolerance and social care values which one biased by gender. Based on the current reality, this research aims to determine how effective the implementation of character education with gender values based on colaborative clasical guidance service using experiential learning approach on eighth grade student of 9 Singkawang State Junior High School batch 2014/2015 which most of them are from Dayak Salako Ethnical. Besides, this research also aims to look how great the level of gender-defense character education in on eighth grade student of 9 Singkawang State JHS and ultimately to find the significance of enchancement before and after the implementation process of these models is done. It was a quantitative research which was using pre-experimental One-Group Pretest Post-test design. The subjects of the research were thirty three (33) students of eighth from 9 Singkawang State JHS. Data of this research were collected by test and non t test technic. Non test technic of this research consists of three instruments, which are validation of effectiveness implementation models questionnaire (stakeholder as a respondent), validation of effectiveness implementation models questionnaire (students as respondent), and self assessment scale of gender level on character education. In another technic, the researcher used test to collect the data. The test was about gender level on charcter education which were given before (as a pre-test) and after (as a posttest) the process of implementation. The coefficient of reliability in a test of gender level on character education was measured by Alpha Cronbach analysis techniques. The coefficient of reliability tests of character education gender martial 0,721 and that was included in the high category. The collaboratives assessed that model was better to use to increase the value of the student's character than the previous models (integrated character education). Furthermore, based on the results of the validation of students at six aspects of assessment, all students (100%) considered that the implementation of this model was very effective to increase the student’s awareness to improve themselves, appreciate their friends, raise awareness or solidarity, and encourage to be more disciplined. This research provides an overview of the increasing student gender character. Finally it can be deduced that the implementation of character education-based guidance classical collaborative was effective to increase the value of gender character for eighth grade student on 9 Singkawang State JHS. Key words:
collaborative classical guidance, experiential learning, charcter of gender values, character education, dayak saloko ethnical
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan naungan
kasih-Nya,
penulisan
tugas
akhir
dengan
judul
“Efektivitas
Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif Dengan Pendekatan Experiential Learning (pada Siswa/i Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015) dapat terselesaikan dengan baik. Selama menulis tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa begitu banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses yang penulis jalani. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, sekaligus dosen pembimbing tugas akhir. 3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling. 4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi. 5. Mas Moko selaku petugas sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling yang senantiasa ramah dan sabar melayani administrasi selama penulis menempuh studi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Orang tua Lazar Bersaudara, yakni Bapak Yoseph Pati Lazar (alm) dan Ibu R.W.R Ristiantari atas seluruh doa, dukungan, pendampingan, serta penguatan yang senantiasa diberikan kepada penulis selama ini. 7. Adik-adik tesayang, Paskalina Dwi Intan Bui Lazar dan Regina Theresia Nogo Lazar atas doa, semangat meraih mimpi, dukungan, dan keceriaan yang selalu diberikan Tengah dan Bungsu kepada penulis selama ini. 8. Tiga serangkai sahabat Ayah tercinta, Om Ida Bagus Agung Surya Antara beserta Ibu Jero, dan Om Arief Mulani yang senantiasa mendoakan dan terus mendukung studi kami anak-anak dari Yoseph Pati Lazar hingga saat ini. 9. Opa dan Oma keluarga Dr. Inyo Yos Fernandez, MA yang selalu mendoakan dan memberikan masukan positif mengenai ilmu budaya, khususnya mengenai kebudayaan Suku Dayak serta senantiasa mengingatkan penulis untuk selalu dekat dengan Roh Kudus. 10. Sejawatku di Kampus, terkhusus Daniel Dwi Wahyu Ananta Jati yang selalu menyediakan “Poop Box” sebagai tempat mencari inspirasi, Ignatia Yole Puspita Wardani yang mengajarkan penulis untuk menjadi perempuan yang berani menentang idealisme diri serta menginspirasi penulis untuk dapat bertutur selayaknya perempuan, Marcela Junita Rinovi Maria yang selalu berjuang bersama dari bangku Sekolah Dasar hingga saat ini, Maximilianus Bimo Hastoprojokusuma dan Faris Sanjaya serta team jayan-jayan uyeah yang memberikan kesempatan pada penulis untuk menikmati gerhana matahari di alam terbuka di masa-masa sulit penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Sejawatku di Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sr. Maria Paulis, FSGM, Yohanes Purnomo Edi, Cicilia Indah Nuraeny yang senantiasa saling mendukung selama studi, PPL, PKM, hingga penulisan tugas akhir. 12. Teman-temanku dari “tanah anarki” yang memberikan cara pandang baru serta pengalaman luar biasa di akhir masa-masa menjadi mahasiswa, Robertus Krisnanda Windhartoko, Abel Fredian Panji Samudra, Taufan Arya Dewantara, Rosalina Puspitarini *First Bump Bosque*. 13. Teman-temanku bala tentara bahasa SMA Stella Duce 2 yang selalu mendukung walaupun lebih sering emosi ketika penulis belagak skeptis di group online gahul nurul, Tyas, Penta, Penti, Beke, Mendes Sesi, Cynthia, Nanita, Dadita, Sela dan Swila, Viva GFYS. 14. dr. Venny Pungus, Sp. KJ yang selalu mendorong penulis untuk dapat melewati masa-masa sulit dalam penulisan tugas akhir. 15. Keluarga Besar SMP N 9 Singkawang Kalimantan Barat yang telah mengijinkan penulis untuk berproses bersama dalam rangka penyusunan tugas akhir. 16. Kompas Gramedia Group yang selalu menyajikan keindahan melalui karyakarya terbaiknya, baik sajian online maupun cetak. 17. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini. 18. Alam Semesta, Terima kasih Semesta, Kami bahagia. Pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak, demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang dilakukan oleh
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis memohon maaf kepada pihak yang telah atau merasa dirugikan atas kesalahan dan kekurangan tersebut. Penulis juga sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, besar harapan penulis untuk mendapatkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, guna pembenahan, penajaman, dan perkembangan penilitian yang lebih baik. Akhir kata, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan penulis ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 1 Mei 2016 Penulis
Pricillia Eka Diah Sabu Lazar
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ......................................................................................... x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................. xix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xxi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xxii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6 E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8 1. Manfaat Teoritis ...................................................................................... 8 2. Manfaat Praktis ........................................................................................ 8 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Bagi kepala sekolah dan para guru ................................................... 8 b. Bagi siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang ................................... 9 c. Bagi peneliti...................................................................................... 9 d. Bagi peneliti lain............................................................................... 9 G. Definisi Istilah ............................................................................................ 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 12 A. Hakekat Pendidikan Karkter ...................................................................... 12 1. Pengertian Pendidikan Karakter ............................................................ 12 2. Tujuan Pendidikan Karakter .................................................................. 13 3. Prinsip Pendidikan Karakter .................................................................. 13 4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ............................................................. 15 5. Faktor-faktor Pengaruh Keberhasilan dan Hambatan Pendidikan Karakter ................................................................................................. 19 B. Hakekat Bela Gender.................................................................................. 20 1. Pengertian Bela Gender ......................................................................... 20 2. Aspek-aspek Bela Gender ..................................................................... 21 a. Aspek akses pergaulan.................................................................... 22 b. Aspek partisipasi proaktif ............................................................... 22 c. Aspek penguasaan atau kontrol ...................................................... 23 3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Bela Gender ............... 23 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karakter Bela Gender ............................................................................................................... 24 a. Biologis ........................................................................................... 24 b. Kognitif ........................................................................................... 24 c. Sosial dan kultural .......................................................................... 25 5. Hambatan Pembentukan Nilai Karakter Bela Gender ........................... 27 a. Akses .............................................................................................. 27 b. Partisipasi ....................................................................................... 28 c. Penguasaaan.................................................................................... 28 6. Upaya-upaya Peningkatan Nilai Karakter Bela Gender di Sekolah ...... 29 C. Hakekat Remaja dan Gender ...................................................................... 30 xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Karakteristik Remaja Secara Umum ..................................................... 30 2. Remaja dan Perkembangan Gender ....................................................... 31 a. Sejarah perkembangan gender ......................................................... 31 b. Perkembangan gender remaja .......................................................... 32 1) Pengaruh biologis, sosial, kognitif pada perkembangan gender remaja ........................................................................................ 32 2) Stereotip, persamaan dan perbedaan gender .............................. 33 3) Klasifikasi peran gender ............................................................ 35 D. Suku Dayak di Singkawang ....................................................................... 36 1. Karakteristik Remaja Suku Dayak ........................................................ 36 2. Karakteristik Suku Dayak di Desa Nyarumkop, Singkawang Barat ..... 36 3. Nilai-nilai Gender Suku Dayak ............................................................. 38 a. Ideologi ............................................................................................ 38 b. Gender dalam budaya masyarakat dayak ........................................ 40 4. Pergeseran Kesetaraan Gender di Suku Dayak ..................................... 42 a. Faktor budaya ................................................................................. 42 b. Faktor agama .................................................................................. 44 c. Faktor stereotipe ............................................................................. 44 d. Faktor political will ........................................................................ 45 e. Faktor ketakutan laki-laki pada kaum perempuan .......................... 45 f. Faktor kesalahan perempuan sendiri .............................................. 46 E. Hakekat Bimbingan Klasikal...................................................................... 47 1. Pengertian Bimbingan Klasikal ........................................................... 47 2. Tujuan Bimbingan Klasikal ................................................................ 47 3. Manfaat Bimbingan Klasikal .............................................................. 48 4. Bimbingan Klasikal Kolaboratif ......................................................... 49 F. Hakekat Experiential Learning .................................................................. 51 1. Pengertian Experiential Learning ....................................................... 51 2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning .......................................... 52 3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiential Learning .......... 52 4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Experiential Learning ......... 53
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Kekuatan Experiential Learning dalam Pendidikan Karakter ............ 54 G. Hasil Penelitian Relevan ............................................................................ 55 H. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 57 I. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 59 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 60 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................................................... 60
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 61 C. Subjek Penelitian ........................................................................................ 61 D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen ..................................................... 62
1. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 62 2. Instrumen ............................................................................................... 64 a. Kuesioner validasi efektivitas model (responden mitra kolaboratif) .................................................................................................................. 65 b. Kuesioner validasi efektivitas model (responden siswa) .................. 65 c. Kuesioner tilik diri (self assesssment) ................................................. 66 d. Tes tingkat karakter bela gender .......................................................... 67 E. Validitas Kuesioner dan Uji Validitas ............................................................. 69 1. Validitas Kuesioner ....................................................................................... 69 2. Reliabilitas Kuesioner ................................................................................... 70
3. Uji Normalitas ....................................................................................... 72 F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 73 1. Deskritif Kategorisasi Pendidikan Karakter Non Statistik ...................... 74 2. Uji T-Test ....................................................................................................... 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 80 A. Hasil Penelitian ................................................................................................... 80 1. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis
Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Menurut Mitra Kolaboratif ................................... 80 2. Efektivitas Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender
Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Experiential Learning Menurut Penilaian Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun 2014/2015 .................................................................... 82 3. Gambaran Hasil Self Assesssment Siswa Kelas VIII SMP N 9
Singkawang dalam Implementasi Model Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning .............................................................. 83 4. Signifikansi Hasil Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan
Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Sebelum dan Sesudah Implementasi .......................................... 87 B. Pembahasan ......................................................................................................... 89 1. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis
Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Berdasarkan Penilaian Mitra Kolaboratif ............ 89 2. Efektivitas Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender
Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Menuru Penilaian Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun 2014/2015 .................................................................... 93 3. Tingkat Karakter Bela Gender Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang
Tahun 2014/2015 ........................................................................................... 95 4. Signifikansi Hasil Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan
Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Sebelum dan Sesudah Implementasi ........................................ 100 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 102 A. Kesimpulan ................................................................................................ 102 B. Saran .......................................................................................................... 103 1. Bagi Kepala Sekolah ................................................................................... 103 2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling ....................................................... 103 3. Bagi Guru Mata Pelajaran .......................................................................... 104 4. Bagi Siswa .................................................................................................... 104 5. Bagi Peneliti Lain ........................................................................................ 104
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tahapan Langkah Model Pembelajaran Experiential Learning ....... 53 Tabel 3.1. One Group Pre-Test Post-Test Design ................................................ 61 Tabel 3.2. Data Subyek Penelitian .......................................................................... 62 Tabel 3.3. Rekapitulasi Kisi-kisi Aspek dan Nomer Item Kuesioner Tingkat Karakter Bela Gender .......................................................................................... 68 Tabel 3.4. Norma Kategori Reliability Statistics Guilford ................................... 71 Tabel 3.5. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ........................................................... 71 Tabel 3.6. Hasil Uji Normalitas ....................................................................... 73 Tabel 3.7. Norma Kategorisasi ............................................................................... 75 Tabel 3.8. Norma Kategorisasi Self Assessment Scale Tingkat Karakter Bela Gender Siswa/i Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 ................................................................................................................................ 77
Tabel 3.9. Norma Kategorisasi Tes Tingkat Karakter Bela Gender Siswa/i Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 ......................... 78 Tabel 4.1 Efektivitas Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning di Smp N 9 Singkawang Menurut Penilaian Mitra Kolaboratif ............................................................................................................ 80 Tabel 4.2. Penilaian Siswa Terhadap Efektivitas Layanan .................................. 82 Tabel 4.3. Kategorisasi Hasil Self Asssessment Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang dalam Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning ......................................................................................... 84 Tabel 4.4. Kategorisasi Tingkak Karakter Bela Gender Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning ......................................................................................... 86 Tabel 4.5. Hasil Uji T-Test (Paired Sample Statistics)......................................... 87 Tabel 4.6. Hasil Uji T-Test (Paired Sample Test) ................................................. 88
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kolb’s Learning Style Model ............................................................ 52 Gambar 4.1. Grafik Perubahan Pemahaman Siswa Mengenai Karakter Bela Gender pada Setiap Sesi Implementasi ............................................................. 85 Gambar 4.2. Grafik tingkat Karakter Bela Gender Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning ................................................................................................................ 86
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian 1. Validasi Efektivitas Model (Responden Mitra Kolaboratif) ............................................................................................. 109 Lampiran 2. Instrumen Penelitian 2. Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa) .................................................................................................................. 113 Lampiran 3. Instrumen Penelitian 3. Kuesioner Tilik Diri (Self Assessment) 114 Lampiran 4. Instrumen Penelitian 4. Alat Tes Tingkat Karakter Bela Gender .............................................................................................................................. 116
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Butir Item Kuesioner Pendidikan Karakter Bela Gender ............................................................................................... 122 Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 125 Lampiran 7. Data Hasil Uji Normalitas .............................................................. 126 Lampiran 8. Tabulasi Data Instrumen Penelitian 1 ........................................... 127 Lampiran 9. Tabulasi Data Instrumen Penelitian 2 ........................................... 135 Lampiran 10. Tabulasi Data Instrumen Penelitian 3 ......................................... 137 Lampiran 11. Tabulasi Data Instrumen Penelitian 4 ......................................... 141 Lampiran 12. Rancangan Pelayanan Bimbingan Klasikal 1 ............................ 144 Lampiran 13. Rancangan Pelayanan Bimbingan Klasikal 2 ............................ 158 Lampiran 14. Rancangan Pelayanan Bimbingan Klasikal 3 ............................ 176 Lampiran 15. Presensi Kehadiran Siswa ............................................................. 187 Lampiran 16. Surat Tugas Mahasiswa ................................................................ 188
xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah. A. Latar Belakang Masalah Karakter bangsa merupakan pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Tujuan
dari
pembangunan
karakter
adalah
untuk
mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila, namun sering terhambat oleh berbagai aspek yang mengacu pada permasalahan operasional lembaga terkait. Instansi pendidikan, melalui guru pengajar, masih sering mengabaikan point penting mengenai penerapan pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar. Kebanyakan guru mata pelajaran masih merasa asing untuk menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar. Dapat dikatakan oleh penulis, penerapan pendidikan karakter hanya sampai pada rancangan proses pembelajaran, belum pada penerapan secara nyata. Hal ini selaras dengan pernyataan Buchori (2010) bahwa character building kini sudah klise kosong, nyaris tidak bermakna dan tidak meninggalkan bekas apa-apa. Lebih jauh, pendidikan karakter di sekolah, khususnya di tingkat menengah pertama belum terlalu marak. Panduan pendidikan karakter yang belum operasional kemudian menjadi penyebab tertundanya pembangunan karakter bangsa dewasa ini. Efek tertundanya pembangunan pendidikan karakter di lapangan, menjadikan nilai-nilai luhur Pancasila agak sulit
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
ditemukan dalam diri remaja saat ini, hasilnya adalah penyimpangan sosial generasi muda (Sularto, 2009). Kenakalan, kriminalitas, maupun kemerosotan nilai dan moral yang terjadi pada kalangan remaja cukup beragam. Data BNN (Badan Narkotika Nasional) menyatakan bahwa 50-60% pengguna narkoba di Indonesia adalah kalangan remaja (The Jakarta Post: 2007). Generasi muda bangsa, yang dielukan sebagai generasi pencetus, terkadang berbelok menjadi pribadi yang anarkis tanpa aturan karena kenakalannya. Kenakalan remaja selalu dijadikan alasan kemerosotan moral bangsa ini, peneliti secara pribadi menentang keras anggapan ini. Menurut hemat saya, kenakalan remaja terjadi karena adanya ketimpangan aturan yang kurang operasional di ranah publik. Publik terkadang masih timpang dalam pembuatan standar aturan. Di beberapa wilayah sendiri, secara khusus peneliti menilik di wilayah Suku Dayak di Singkawang hal serupa terjadi. Remaja Suku Dayak di Singkawang, rata-rata menjadi korban pergeseran nila gender yang berdampak pada pemahaman karakternya. Fokus yang melulu dilakukan pada kebanyakan orang tua di Suku Dayak adalah menjadikan anak laki-laki mereka sukses dalam pendidikan dan melupakan hak untuk anak perempuan. Tidak hanya sampai disitu, instansi pendidikan, dalam hal ini di sekolah juga masih kerap menunjukan biasnya terhadap gender. Kebanyakan sekolah di kawasan Singkawang, khususnya di Kecamatan Nyarumkop masih belum bisa menerapkan pendidikan karakter yang semestinya. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Di sekolah perlu dilakukan kolaborasi antara guru mata pelajaran dengan guru bk atau konselor sekolah guna mempersiapkan rancangan yang operasioanl untuk memadankan nilai-nilai karakter yang seragam guna menunjang pembelajaran yang ada. Konselor sekolah memiliki kemampuan dalam hal ini.. Bicara mengenai pendidikan karakter, terdapat permasalahan klasik yang sudah lama mengakar sehingga sulit untuk dicabut dan dipugar pada salah dua nilai karakter yang disoroti oleh peneliti, yakni toleransi dan nilai peduli sosial yang menjadi bias oleh gender. Keprihatinan terhadap birokrasi gender yang dirasa masih melekat di beberapa instansi pendidikan memicu terjadinya kemunduran sosial dalam diri remaja. Minimnya siswi yang berani angkat bicara menjadi pemicu serius dominasi yang dilakukan oleh kaum adam. Pembangunan karakter yang kini diharapkan adalah pendidikan yang dapat merobohkan stigma bahwa derajat laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan perempuan ketika berada dalam koridor pendidikan secara khusus. Maraknya pendidikan karakter tanpa dibarengi dengan perspektif bela gender, akan membangun karakter bangsa yang bias gender. Karena itu perlu upaya khusus orientasi kurikulum pendidikan karakter yang adil gender. Pendidikan
karakter
memang
sangat
erat
kaitannya
dengan
permasalahan bela gender, namun desain dan perencanaan dengan tenaga ahli juga perlu dipikirkan. Guru bimbingan dan konseling, melalui bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dirasa cukup relevan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
mendukung proses dalam menghasilkan output generasi yang sadar dan paham gender. Learning by doing
dalam pendekatan experiential learning tentu
sangat relevan apabila digunakan dalam memecahkan masalah karakter sehingga bangsa ini dapat menghasilkan out put yang baik pula, yakni generasi muda yang sehat dan sadar moral. Selain paparan di atas, masalah gender dirasa cukup crusial, baik pada skala nasional maupun internasional. Secara historis pengembangan model integrasi kurikulum kesetaraan gender ini, dilandasi oleh Deklarasi pada Konferensi Dunia Tingkat Tinggi untuk Anak, yang mengatakan bahwa bias gender harus dihapuskan. Demikian juga dikatakan bahwa ketimpangan gender dalam pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005 harus dihapuskan dan mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan pada tahun 2015 (UNICEF, 2007). Dengan demikian pembelajaran nilai-nilai karakter diharapkan tidak hanya sampai pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Berdasarkan berbagai situasi yang terjadi, peneliti tertarik untuk mengangkat judul
berikut
“EFEKTIVITAS
IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN
KARAKTER BELA GENDER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF dengan PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING pada Siswa/i Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
B. Identifikasi Masalah Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan efektivitas implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada siswa/i Kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015 diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut: 1. Tujuan pendidikan nasional yang berkaitan dengan pembentukan karakter belum teruji. 2. Pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP selama ini baru menyentuh ranah kognitif dan belum sampai tataran ranah afeksi maupun pengalaman nilai-nilai secara nyata. 3. Panduan pendidikan karakter di SMP belum operasional, hal ini dikarenakan
realisasi
berhenti
pada
tataran
Rancangan
Proses
Pembelajaran (RPP) tanpa adanya praktik nyata yang jelas dan evaluatif. 4. Adanya indikasi masalah gender yang membuat keberlangsungan program yang diselenggarakan sekolah didominasi oleh siswa putra. 5. Banyak ketimpangan gender di masyarakat yang diasumsikan muncul karena terdapat bias gender dalam pendidikan. 6. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan selama ini masih terdapat persoalan kesenjangan antara perempuan dan laki-laki baik dalam hal akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
7. Terdapat perilaku yang bias gender dalam interaksi belajar mengajar, pengambilan keputusan pengelolaan sekolah. 8. Belum tersedianya informasi mengenai sikap kesetaraan gender dan perilaku guru yang operasioanal dalam pengimplementasian kebijakan gender di SMP Kecamatan Nyarumkop. 9. Belum adanya penelitian yang secara langsung menunjukan efektivitas pendidikan karakter bela gender di SMP N 9 Singkawang. 10. Belum pernah diterapkan layanan bimbingan klasikal yang kolaboratif berbasiskan experiential learning di SMP N 9 Singkawang. C. Pembatasan Masalah Bertolak dari pengidentifikasian masalah di atas, peneliti mencoba untuk memberi pembatasan pada poin 2, 6, 8, 9, dan 10. Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada hasil post-test yang menunjukkan seberapa efektif implementasi layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning guna meningkatkan karakter bela gender. D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut. 1. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning di SMP N 9 Singkawang menurut penilaian kepala sekolah dan guru?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
2. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning berdasarkan penilaian siswa? 3. Seberapa baik hasil implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015? 4. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan expeiential learning pada siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah implementasi? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini, yaitu : 1. Mengetahui penilaian kepala sekolah dan guru mengenai efektivitas implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning di SMP N 9 Singkawang. 2. Mengetahui seberapa efektif hasil implementasi pendidikan karakter bela gender
berbasis
layanan
bimbingan
klasikal
kolaboratif
dengan
pendekatan experiential learning di SMP N 9 Singkawang berdasarkan penilaian siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
3. Menganalisis gambaran tingkat karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah implementasi. 4. Menemukan signifikansi peningkatan pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning sebelum dan sesudah implementasi. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini
diharapkan mampu memberikan sumbangan
pengetahuan tentang efektivitas implementasi pendidikan karakter tertintegrasi yang ada saat ini, sehingga dapat digunakan sebagai bahan inspiratif untuk menemukan cara-cara yang tepat dalam peningkatan pendidikan karakter di sekolah. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengembangan penelitian dalam bidang kajian yang sama, khususnya mengenai pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif di Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi kepala sekolah dan para guru Hasil penelitian ini menjadi tolak ukur yang dapat digunakan oleh sekolah untuk mengetahui dan memahamai gambaran nyata seberapa efektif pendidikan karakter berbasis layanan kolaboratif yang mulai diterapkan kepada para siswa. Hasil penelitian ini juga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
membantu kepala sekolah dan para guru dalam menentukan langkahlangkah tepat guna meningkatkan kolaborasi pendidikan karakter di sekolah yang kemudian dapat berpengaruh pula untuk meningkatkan nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan dalam diri siswa. b. Bagi siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang Para siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat seberapa baik (efektif) hasil pendidikan karakter dengan model bimbingan klasikal kolaboratif yang mulai diterapkan kepada diri mereka. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para siswa mengenai manfaat, pengetahuan, dan bimbingan bagi pengolahan diri siswa, khsusnya berkaitan dengan karakter. Hal tersebut akan semakin memotivasi siswa/i untuk dapat berkembang lebih optimal dan menjadi pribadi yang lebih baik. c. Bagi peneliti Peneliti dapat mengetahui dan memahami efektivitas hasil pendidikan karakter kolaboratif di SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015. Selain itu, peneliti dapat mengusulkan penyusunan modul pendidikan karakter yang sesuai guna meningkatkan nilai-nilai karakter dalam diri siswa.
d. Bagi peneliti lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
Hasil penelitian ini menjadi tolak ukur yang dapat digunakan sebagai
dasar
atau
referensi
bagi
peneliti
lain
yang ingin
mengembangkan penelitian dengan topik efektivitas hasil pendidikan karakter secara lebih mendalam. G. Definisi Istilah Adapun definisi istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. 2. Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja guna membantu seseorang sehingga memiliki cara berpikir dan berperilaku sesuai dengan ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara. 3. Bimbingan klasikal kolaboratif adalah satu dari layanan dasar bk yang dirancang bersama dengan pihak lain, seperti guru mata pelajaran atau tenaga ahli untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik dikelas secara terjadwal yang hasilnya dapat diamati dan dinilai bersamasama. 4. Pendekatan experiential learning adalah model pembelajaran yang dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Melalui model ini, siswa belajar tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka, hal ini dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman. 5. Bela Gender adalah karakter yang menunjukkan sikap kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan dan laki-laki untuk mendapatkan kesempatan guna mengakses, berpartisipasi, mengontrol, dan memperoleh manfaat di semua bidang dalam kehidupan. Sikap bela gender mengandung pikiran, perasaan dan perilaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan hakekat pendidikan karakter, hakekat bela gender, hakekat bimbingan klasikal kolaboratif dan hakekat experiential learning. A. Hakekat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu manusia menjadi cerdas dan pintar (smart), dan membantu mereka menjadi manusia yang baik (good). Menjadikan manusia cerdas dan pintar, boleh jadi mudah melakukannya, tetapi menjadikan manusia agar menjadi orang yang baik dan bijak, tampaknya jauh lebih sulit atau bahkan sangat sulit. Dengan demikian, sangat wajar apabila dikatakan bahwa problem moral merupakan persoalan akut atau penyakit kronis yang mengiringi kehidupan manusia kapan dan dimana pun (Lickona, 1991) Kemendiknas, (2011) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilainilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatakan pengetahuan yang baik, persasaan yang baik, dan perilaku yang baik sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap peserta didik. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya terencana
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
bersifat intervensi berkelanjutan. Upaya tersebut secara khusus ditujukan pada peserta didik, sehingga pada akhirnya dapat mengenal, peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam diri, sehingga dapat berperilaku sebagai manusia seutuhnya. 2. Tujuan Pendidikan Karakter Kemendiknas (2011) mengatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan
untuk
meningkatkan
mutu
penyelenggaraan
dan
hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Lickona (1991) mengatakan dalam upaya pembangunan karakter tentu kita akan mencapai suatu goal value. Pendidikan karakter akan dirujuk sebagai suplemen yang akan menjawab penyakit-penyakit moral sosial. Artinya pendidikan karakter akan menjadi persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di masa depan yang mengajarkan nilai-nilai budaya, sehingga pada akhirnya akan menjadi bagian dari kerja peradaban. 3. Prinsip Pendidikan Karakter Kemendiknas (2011) mengatakan berdasarkan grand design yang dikembangkan pada tahun 2010, secara psikologis dan sosial kultural
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
pembentukan karakter dalam diri individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial kulutural tersebut dapat dikelompokkan dalam: olah hati (spritual and emotional development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic development), olah rasa dan karsa (affective and creativity development) Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya–upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai–nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Character Education Quality Standard (2014) merekomendasikan sebelas prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, yaitu: a. Mempromosikan nilai–nilai dasar etika sebagai basis karakter. b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran prasaan dan perilaku. c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter. d. Menciptakan komunitas sekolah yang mempunyai kepedulian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik. f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses. g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para siswa. h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama. i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter. j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter. k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru–guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa. Berdasarkan poin-poin di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika, estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari. 4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Menurut Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas (Suyadi, 2013) terdapat 18 nilai karakter yang harus dikembangan untuk peserta didik di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Indonesia. Kedelapan belas nilai beserta deskripsi untuk masing-masing nilai dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Nilai religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. b. Jujur Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. c. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, gender, jenis kelamin, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. d. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. e. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
f. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. g. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. h. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. i. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. j. Semangat kebangsaan Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. k. Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
l. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu berguna bagi masyarakat, serta menghormati keberhasilan orang lain. m. Bersahabat/ komunikatif Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. n. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. o. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. p. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upayaupaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. q. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan tanpa melihat pengkotakan sosial, baik agama, budaya, gender, jenis kelamin, dan status sosial. r. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
5. Faktor-faktor Pengaruh Keberhasilan dan Hambatan Pendidikan Karakter Menurut
Zubaedi
(2012)
terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter, yaitu: a. Insting (naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang. b. Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara berulangulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain sebagainya. c. Keturunan
Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. d. Lingkungan
Lingkungan adalah variabel yang selalu melekat pada diri setiap individu, mulai dari lingkungan fisik hingga pada lingkungan sosial Selanjutnya menurut Barus (2015) terdapat hambatan-hambatan umum dalam pelaksanaan pendidikan karakter, yakni. a. Pedoman Pendidikan Karakter dari Direktorat Pembinaan SMP (2010) tidak operasional.
b. Integrasi nilai karakter melalui pembelajaran masih bersifat sekedar tempelan, sulit menerapkannya.
c. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
d. Penanaman
nilai
karakter
masih
cenderung
pada
tataran
kognitif/diceramahkan.
e. Komitmen dan konsistensi para guru dalam menjaga gawang karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh dan belum tercipta kolaborasi yang baik antara para guru dan konselor/guru BK dalam implementasi pendidikan karakter.
B. Hakekat Bela Gender 1. Pengertian Bela Gender Istilah gender dan seks memiliki perbedaan dari segi dimensi. Istilah seks atau jenis kelamin mengacu pada dimensi biologis seorang laki-laki dan perempuan, sedangkan gender mengacu pada dimensi sosialbudaya seorang laki-laki dan perempuan. Pembelaan gender diasumsikan sebagai paradigma untuk menanggapi dimensi sosial budaya, baik untuk laki-laki maupun perempuan (Santrock, 2003: 365) Bela gender diartikan sebagai konstruksi sosiokultural yang membedakan karakteristik maskulin dan feminim. Attamimi, (2003: 19) mengemukakan bahwa bela gender atau keadilan gender berbeda dari seks dan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Rahmawati (2016) menjelaskan bahwa istilah bela gender atau keadilan gender merupakan interaksi sosial masyarakat yang membedakan perilaku perempuan dan laki-laki secara proporsiaonal menyangkut etika, moral dan budaya. Webster dan Guralnik (1991) menjelaskan bela gender sebagai sikap untuk melihat perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku, sementara itu dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
khazanah ilmu sosial, istilah gender diperkenalkan untuk mengacu pada perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan tanpa konotasi yang bersifat biologis. Perbedaan laki-laki dan perempuan itu merupakan bentukan sosial, yakni perbedaan yang tetap muncul meskipun tidak disebabkan oleh perbedaan biologis yang menyangkut jenis kelamin. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bela gender adalah konsep hubungan sosial yang membedakan (memilahkan atau memisahkan) fungsi dan peran antara perempuan dan laki-laki. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, melainkan dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai aspek kehidupan dan pembangunan. Karakteristik bela gender kemudian digunakan untuk memandang hasil konstruksi manusia berdasarkan dimensi sosial-kultural tentang lakilaki atau perempuan. Artinya adalah setiap individu memiliki kesamaan kondisi untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan serta keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. 2. Aspek-aspek Bela Gender Muawanah (2009) mengungkapkan gender merupakan konsep hubungan sosial yang membedakan fungsi dan peran antara perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
dan lak-laki. Dalam perspektif bela gender, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut. a. Aspek akses pergaulan Aspek akses pergaulan dimaksudkan karena adanya isu masa lalu yang mengklasifikasikan keterbatasan pergaulan perempuan yang lebih rendah daripada laki-laki. Dewasa ini, perempuan dituntut untuk berani bergaul dan melihat serta menerima wawasan global yang kaitannya untuk menambah kompetensi individu. b. Aspek partisipasi proaktif Bersikap proaktif lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif berarti bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri, baik di masa lalu, masa kini, maupun masa mendatang. Bersikap proaktif juga berarti mampu membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai yang berlaku. Individu yang proaktif akan mampu membuat keputusan secara bijak dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut, tanpa terpengaruh suasana hati atau keadaan. Bila dihadapkan dengan kondisi yang kurang kondusif ataupun keadaan dimana semua orang melakukannya, individu yang proaktif tidak reaktif, tidak ikut-ikutan, dan tidak menyalahkan orang lain atas kondisi tersebut, khususnya dalam melihat isu-isu terkait dengan kesetaraan maupun kesenjangan gender.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
c. Aspek penguasaan atau kontrol Aspek penguasaan berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau kemampuan dalam diri seseorang dalam menerima dan mengolah informasi
baru.
Informasi
sebagai
input,
memerlukan proses
penyaringan untuk dapat menghasilkan output yang baik. Informasi yang ada seiring perkembangan jaman seharusnya dapat semakin mensukseskan perananan keadilan gender. Aspek ini juga berkaitan dengan konstruk sosial yang sudah ada dalam budaya setiap individu. 3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Bela Gender Kementrian Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (Kemenppa, 2010) mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik individu yang dapat menunjukan karakter bela gender dalam diri, antara lain ditandai dengan dua hal, yakni. a. Tidak adanya sikap diskriminasi antara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh akses, kesempatan berpartisipasi. b. Tidak adanya usaha pembatasan kontrol atas pembangunan diri serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan diri. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang dan kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Sedangkan memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karakter Bela Gender a. Biologis Freud (2016) melalui psikoanalisanya menjelaskan, ketika tubuh dialiri oleh hormon androgen dan estrogen, anak perempuan mulai berperilaku feminin, sementara laki-laki berperilaku maskulin, karena beranggapan bahwa perilaku semacam itu dapat meningkatkan seksualitas. Lebih jauh pula dijelaskan oleh Freud, (2014) bahwa genital individu sangat mempengaruhi perilaku gendernya sehingga dapat dikatakan anatomi adalah takdir. Freud dan Erikson memiliki pandangan bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan berasal dari anatominya. Erikson memperkuat pendapatnya, karena struktur genital laki-laki lebih suka merusak dan agresif sedangkan perempuan lebih tenang dan pasif (Santrock, 2003: 367) b. Kognitif Terdapat teori kognitif yang menekankan bahwa individu secara aktif menyusun dunia gendernya, salah satunya adalah teori skema gender (gender schema thoery) menurut Cook (Tessa, 2003) menyatakan bahwa jenis gender muncul ketika individu secara bertahap mengembangkan skema gender mengenai gender yang sesuai dan tidak sesuai dengan budayanya. Skema adalah struktur kognitif, sebuah jaringan kerja asosiasi yang membimbing persepsi individu. Skema gender (gender schema) mengorganisasikan dunia menurut perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
dan laki-laki. Individu secara internal dimotivasi untuk menangkap dunianya dan bertindak sesuai dengan perkembangan skemanya c. Sosial dan kultural Faktor sosial kultural dapat dipengaruhi oleh pengaruh orang tua, saudara kandung, kawan sebaya, sekolah dan guru, serta pengaruh media masa. Remaja belajar tentang gender melalui pengamatan terhadap orang tua, dan orang dewasa lainnya, teman sebaya, media massa, lingkungan sekolah, dalam memilih peran yang akan diikutinya (Sears, 1994: 210). Berikut adalah penjelasannya. 1) Pengaruh orang tua melalu tindakannya. Orang tua dapat mempengaruhi perkembangan gender anakanak dan remaja. Teori kognisi sosial mengenai gender (social cognitive theory of gender) menekankan bahwa perkembangan gender anak-anak dan remaja dipengaruhi oleh pengamatan dan imitasi mereka terhadap perilaku gender orang lain, maupun hadiah dan hukuman yang dialami apabila mereka menampilkan perilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan gendernya. Ketika mengamati orang tua dan orang dewasa lain maupun kawankawan sebaya, di rumah, sekolah, dan media, remaja dihadapkan pada berbagai model yang memperlihatkan perilaku maskulin dan feminim. Serta orang tua sering menggunakan imbalan dan hukuman untuk mengajarkan anak-anak perempuannya agar feminim dan anak laki-laki agar maskulin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
2) Pengaruh saudara kandung Sebuah studi mengungkapkan bahwa dalam jangka waktu dua tahun di masa remaja awal, saudara kandung menjadi lebih menyerupai saudara kandung yang lebih tua dalam hal peran gender dan aktivitas waktu luang. 3) Pengaruh kawan sebaya remaja Meluangkan
sejumlah
waktu
bersama
kawan-kawan
sebaya. Di masa remaja, persetujuan atau penolakan dari kawankawan memiliki pengaruh yang kuat terhadap sikap dan perilaku gender. Anak laki-laki saling mengajarkan perilaku-perilaku maskulin terhadap satu sama lain dan memperkuatknya, demikian pula anak-anak perempuan juga saling mengajarkan perilaku feminim. 4) Pengaruh guru dan sekolah Terdapat kekuatiran bahwa sekolah dan guru-guru memiliki bias terhadap laki-laki dan perempuan. 5) Pengaruh media masa Masa remaja awal dapat menjadi sebuah masa yang sensitif terhadap pesan-pesan televisi mengenai peran gender. Tayangan televisi mengenai remaja sangat diwarnai oleh stereotip mengenai jenis kelamin, khususnya pada remaja perempuan. Sebuah studi menemukan bahwa remaja perempuan digambarkan sebagai sosok yang
mementingkan
pacaran,
belanja,
dan
penampilan.
Perempuan yang menarik sering kali dikategorikan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
“kepala kosong” dan perempuan yang inteligen sebagai sosok yang tidak menarik. Dalam video musik karakter perempuan banyak digambarkan pasif, sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang agresif, dominan, kompeten, otonom, dan aktif. Laki-laki digambarkan sebagai sosok yang lebih kuat dibandingkan perempuan di berbagai tayangan televisi. 5. Hambatan Pembentukan Nilai Karakter Bela Gender Kemenppa (2010) mengungkapkan bahwa hambatan pembentukan nilai karakter bela gender diakibatkan oleh adanya diskriminasi, terkhusus dalam dunia pendidikan. Ada tiga aspek permasalahan gender dalam dunia pendidikan, yakni: a. Akses Akses adalah fasilitas pendidikan yang sulit dicapai. Misalnya, banyak Sekolah Dasar (SD) di tiap-tiap kecamatan namun untuk jenjang pendidikan selanjutnya seperti SMP dan SMA tidak banyak. Tidak setiap wilayah memiliki sekolah tingkat SMP dan seterusnya, hingga banyak siswa yang harus menempuh perjalanan jauh untuk mencapainya. Di lingkungan masyarakat yang masih tradisional, umumnya orang tua segan mengirimkan anak perempuannya ke sekolah yang jauh karena mengkhawatirkan kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu banyak anak perempuan yang „terpaksa‟ tinggal di rumah. Belum lagi beban tugas rumah tangga yang banyak dibebankan pada anak perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
membuat mereka sulit meninggalkan rumah. Akumulasi dari faktorfaktor ini membuat anak perempuan banyak yang cepat meninggalkan bangku sekolah. b. Partisipasi Partisipasi dimana tercakup di dalamnya faktor bidang studi dan statistik pendidikan. Dalam masyarakat kita di Indonesia, terdapat sejumlah nilai budaya tradisional yang meletakkan tugas utama perempuan di arena domestik, seringkali anak perempuan agak terhambat memperoleh kesempatan yang luas untuk menjalani pendidikan formal. Sudah sering dikeluhkan bahwa jika sumbersumber pendanaan keluarga terbatas, maka yang harus didahulukan untuk sekolah adalah anak laki-laki. Hal ini umumnya dikaitkan dengan tugas pria kelak apabila sudah dewasa dan berumah-tangga, yaitu bahwa ia harus menjadi kepala rumah tangga dan pencari nafkah. c. Manfaat dan penguasaan Kenyataan banyaknya angka buta huruf di Indonesia di dominasi oleh kaum perempuan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, menunjukkan dari jumlah penduduk buta aksara usia 10 tahun keatas sebanyak 15.686.161 orang, 10.643.823 orang di antaranya (67,85%) adalah perempuan. Artinya, masih banyak perempuan di Indonesia belum memiliki kemampuan dasar ilmu pengetahuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
6. Upaya-upaya Peningkatan Nilai Karakter Bela Gender di Sekolah Jyotsna (2009) mengungkapkan bahwa upaya yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan nilai karakter bela gender di sekolah menuju kesetaraan gender dalam pendidikan adalah sebagai berikut. a. Penyediaan akses pendidikan yang bermutu terutama pendidikan dasar secara merata bagi anak laki-laki dan perempuan baik melalui pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah. b. Penyediaan akses pendidikan kesetaraan bagi penduduk usia dewasa yang tidak dapat mengikuti pendidikan persekolahan. c. Peningkatan penyediaan pelayanan pendidikan keaksaraan bagi penduduk dewasa terutama perempuan. d. Peningkatan koordinasi, informasi dan edukasi dalam rangka pendidikan berwawasan gender. e. Pengembangan kelembagaan institusi pendidikan baik di tingkat pusat maupun daerah mengenai pendidikan berwawasan gender. Hal serupa juga diungkapkan oleh (BouJaoude, 2011) sebagai berikut. a. Pencapaian kesetaraan gender memerlukan edukasi yang cukup, khususnya edukasi dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. b. Peningkatan layanan pendidikan bewawasan gender untuk semua lembaga pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
c. Pengembangan bimbingan teknologi kelembagaan institusi pendidikan di daerah-daerah yang belum terjangkau pusat, mengenai pendidikan berwawasan gender. C. Hakekat Remaja dan Gender. 1. Karakteristik Remaja Secara Umum Remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun (Hurlock, 1991). Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, antara lain sebagai berikut. a. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. b. Ketidakstabilan emosi. c. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup. d. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua. e. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
f. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya. g. Senang bereksperimentasi. h. Senang bereksplorasi. i. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan. j. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok. 2. Remaja dan Perkembangan Gender Pembahasan tentang sejarah dan perkembangan gender tidak bisa terlepas dari sejarah pergerakan kaum feminisme di Barat Maka pada pembahasan ini, penulis akan memulai dari pergerakan feminisme secara singkat sampai akhirnya muncul istilah gender dan perkembangan gender pada remaja. a. Sejarah perkembangan gender Istilah feminis sebagai nama suatu pergerakan aktivis perempuan dalam memperjuangkan hak mereka bukanlah yang pertama dalam tatanan bahasa. Sebelum istilah ini muncul, kata-kata seperti womanism, the woman movement, atau woman question telah digunakan terlebih dahulu. Seiring berkembangnya gerakan kelompok feminisme ini, istilah-istilah di atas berubah menjadi feminisme hingga sekarang. Gerakan feminisme berkembang dengan baik tidak hanya di Barat, tetapi juga di negara-negara Timur. Salah satu faktor yang mendorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
cepatnya gerakan femenisme adalah gerakan ini menjadi gelombang akademik di universitas-universitas, melalui progam women studies. Bahkan gerakan ini mampu menyentuh bidang politik dimana gerakan perempuan ini telah mendapat restu dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)
dengan
dikeluarkannya
CEDAW
(Convention
on
the
Eliminating of All Farms of Discriminating Against Women). b. Perkembangan gender remaja Dewasa ini, kaum perempuan berusaha semakin keras untuk memiliki pengaruh dan mengubah dunia bisnis, politik, dan mengubah hubungannya dengan laki-laki. Walaupun perubahan yang diusahakan tersebut masih jauh dari sempurna, sudah terdapat beberapa buah dari usaha tersebut, diantaranya warisan kebebasan, kesempatan, dan fleksibilitas bagi kaum perempuan. Kemungkinan pada generasi selanjutnya, ketika remaja sekarang menjadi orang dewasa di masa depan, akan banyak permasalahan etis, sebagai cerminan dari persamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Menilik lebih jauh mengenai perkembangan gender pada remaja, Santrock, (2014) mengupasnya dalam tiga pilar sebagai berikut. 1) Pengaruh biologis, sosial, dan kognitif pada perkembangan gender remaja. Perkembanganan
gender
merujuk
pada
bagaimana
perempuan dan laki-laki harus berpikir, bertindak, dan mengolah rasa. Masa remaja merupakan waktu transisi dimana terjadinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
perubahan pubertas. Akibat perubahan pubertas, seksualitas memainkan peran yang lebih penting dalam pembangunan gender bagi remaja. Biasanya remaja menjadi lebih sensitif, hal ini dikarenakan terjadi perubahan hormon dalam diri. Pengetahuan atau informasi yang kurang, biasanya dapat menimbulkan mall adjusment pada diri remaja yang berujung pada pemahaman gender yang salah. Pola mall adjusment yang sudah ada dalam konstruk sosial, menunjukan bahwa perempuan lebih sedikit memiliki daya untuk mengendalikan sesuatu. Sedangkan laki-laki dipandang dapat mengendalikan banyak hal dalam proses hidupnya. Konstruksi sosial semacam inilah, yang kemudian sering menimbulkan bias gender sedari dini. Melihat konstruksi sosial yang sudah ada, terjadi proses berpikir dalam diri remaja, biasanya remaja cenderung melakukan pengamatan dan proses peniruan (bertindak meniru orang disekitarnya). Hal serupa juga diungkapkan oleh Blakemore dkk, (2009) bahwa secara singkat, faktor kognitif berkontribusi pada cara berpikir dan bertindak remaja, sebagai laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh pola yang tersedia. 2) Stereotip, persamaan, dan perbedaan gender Stereotip gender merupakan pandangan atau konsepsi secara umum mengenai laki-laki dan perempuan, dengan berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
sudut pandang. Stereotip gender dalam perkembangan remaja tentu memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan gender remaja nampak dalam tingkat kematangan kognitif dan sosial emosional masing-masing pribadi. Contohnya adalah adanya realita yang menunjukan bahwa remaja perempuan secara signifikan memiliki kemampuan melebihi remaja laki-laki, baik dalam membaca, menulis, perolehan score akademik, dan eksistensi untuk bertahana selama studi, artinya sedikit ditemukan remaja putri putus sekolah. Secara sosioemosional laki-laki biasanya nampak lebih agresif, aktif secara fisik. Sementara, perempuan dipandang lebih kuat dalam hubungan, lebih baik di pengaturan diri, perilaku dan manajemen emosi, dan lebih sering terlibat dalam perilaku yang lebih pro sosial. Beranjak lebih jauh, pandangan di atas menimbulkan berbagai kontroversi tentang perbedaan gender serta sejauh mana perbedaan gender tersebut terjadi, dan apa penyebabnya. Secara gamblang perbedaan gender dapat terjadi karena masih marak konstruksi sosial yang belum operasional, secara khusus di Indonesia. Hal ini juga tidak lepas dari berbagai latar belakang budaya setiap pribadi.
Namun, Hyde (2013) memberikan
pernyataan bahwa kontroversi perbedaan gender yang terjadi selama ini terlalu dibesar-besarkan. Lebih jelas diungkapkan bahwa pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
psikologi yang sama atau tidak jauh berbeda. Dengan demikian konteks gender merupakan suatu konsep penting. Peran gender dapat bervariasi sesuai dengan budaya di mana remaja tersebut mengembangkannya dan secara langsung melakukan tindakannya dalam sebuah perilaku. 3) Klasifikasi peran gender Peran gender sering mengklasifikasikan individu dalam kategorikan maskulin, feminin, androgini, dan kategori yang dibeda-bedakan. Kebanyakan individu dengan peran androgini memiliki kesehatan mental yang baik serta fleksibilitas yang tinggi,
meskipun
secara
spesifik,
budaya
individu
juga
menentukan bagaimana adaptif seseorang dalam orientasi peran gendernya. Berpikir mengenai perkembangan gender, masih banyak negara di dunia yang lebih menggunakan peran gender yang tradisional. Artinya, perhatian khusus diberikan kepada anak lakilaki yang dibesarkan dengan cara tradisional, model ini mengajari remaja laki-laki
menyembunyikan emosi mereka. Sebuah
penelitian mengungkap bahwa karakter remaja cenderung sangat maskulin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
D. Suku Dayak di Singkawang 1. Karakteristik Remaja Suku Dayak Remaja di Suku Dayak, memiliki perbedaan wawasan dengan remaja-remaja pada umumnya. Remaja Dayak memiliki ketergantungan kepada alam sekitar. Ketergantungan pada alam tentu sudah menjadi tradisi turun temurun pada Suku Dayak. Rata-rata para orang tua di Suku Dayak tidak begitu memperhatikan pertumbuhan anak-anak mereka, terkhusus di masa remaja. Hampir 30% remaja perempuan di Suku Dayak menjadi korban kesenjangan gender (Komnas Perempuan, 2012). Remaja perempuan di Suku Dayak rata-rata memiliki kecerdasan intelektual yang cukup baik dibandingkan dengan laki-laki. Keprihatinan kemudian timbul ketika kecerdasan tersebut tidak diimbangi dengan keberanian untuk mengungkapkan pendapat (Harlan Becky, 2015) 2. Karakteristik Suku Dayak di Desa Nyarumkop Singkawang Barat Mayoritas penduduk di Desa Nyarumkop adalah masyarakat Suku Dayak dengan Sub Suku Dayak Salako. Masyarakat Dayak Salako yang hidup berpencar-pencar di desa mereka masing-masing secara umum dikategorikan dalam masyarakat horticultural (Kottak:2014). Artinya, substansi utama masyarakat Salako adalah menanam padi di ladang dan di sawah guna memenuhi kebutuhan keluarga sepanjang tahun. Tidak hanya padi, di ladang yang sama, orang Salako juga menanam kebutuhan seharihari keluarga, seperti sayur mayur, jagung, keladi, ubi, pepaya, tebu, dan lain sebagainya. Hasil bumi yang sedemikan melimpah, tidak menjadikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
masyarakat Salako menjadi market oriented, melainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saja. Bentuk subsistensi yang ekstensif ini sepenuhnya masih bergantung pada alam. Masyarakat Salako dalam menjalani rutinitas kehidupannya tidak lepas dari praktek religius tradisionalnya, (religi neolitikum) yang diwarisi oleh para leluhurnya, terutama dalam interaksinya dengan alam lingkungan hidupnya (Hofes: 1983). Sekitar tahun 1894 penyebaran agama Kristen Katolik di Kalimantan Barat dimulai. Penyebaran ini dilakukan oleh seorang misisonaris utusan dari Vatikan, Roma, tepatnya di daerah Sejiram. Penyebaran ini diperluas ke tempat-tempat yang banyak dihuni orang Dayak. Bukti penyebaran agama tersebut dapat dilihat dengan berdirinya Sekolah Seminari St Paulus, Yayasan Misi Nyarumkop. Sekolah ini banyak melahirkan barawan-biarawati dan guruguru agama untuk melanjutkan misi penyebaran agama Katolik pada masyarakat Dayak (Hartoko, 1984). Pengaruh penyebaran agama ini berdampak pada agama yang dianut oleh masyarakat Salako di Nyarumkop. Nooriya, seorang dan penggiat sosial budaya masyarakat Nyarumkop mengatakan bahwa (99,8%) penduduk di Desa Nyarumkop beragama Kristen Katolik. Kecintaan masyarakat dayak Salako pada alam menjadikan mereka yakin bahwa alam yang pernah dijaga oleh leluhur mereka, sudah sepatutnya diteruskan oleh mereka. Artinya, mereka ikut menjaga alam. Salah satu bentuk konkret kuatnya hubungan masyarakat dayak dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
alam adalah selalu terjaganya rantai makanan di daerah mereka. Suku Dayak merupakan salah satu kekayaan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), oleh karena itu, masyarakat Dayak, khususnya sub suku Dayak Salako juga ikut menghargai NKRI dengan memeluk agama (5 agama yang diakui) oleh negaranya. 3. Nilai-nilai Gender Suku Dayak Indonesia memiliki keragaman budaya. Melalui tinjauan psikologi lintas budaya, dapat dilihat kekhasan tiap kelompok etnik suku dan sub suku. Point ini secara khusus akan menjelaskan nilai-nilai gender Etnis Dayak. Puspitawati (2009) menjelasakan ada beberapa hal yang perlu diketahui untuk memahami nilai-nilai gender masyarakat dayak, antara lain sebagai berikut. a. Ideologi Secara teoritis di Indonesia, dasar pertalian keturunan, dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Pertalian darah menurut garis Bapak (Patrilineal), misalnya pada orang Dayak, Nias, dan Sumba. 2) Pertalian darah menurut garis Ibu (Matrilineal), misalnya pada keluarga Minangkabau. 3) Pertalian darah menurut garis Ibu dan Bapak (Parental Bilateral), seperti pada orang Jawa, Sunda, Bali, dan Kalimantan. Keluarga suku dayak mengenal parental bilateral, yaitu garis keturunan yang diambil baik dari pihak ibu maupun pihak bapak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
Tempat tinggal setelah perkawinan pada umumnya adalah suami mengikuti istri (martilokal). Sejak dulu kala, perempuan Dayak cenderung mengerjakan pekerjaan pada ruang domestik, sedangkan ruang publik didominasi oleh laki-laki. Kehidupan politik pemerintah, perempuan dayak masih jauh tertinggal. Mentalitas perempuan di Suku Dayak dinilai masih kalah dengan perempuan di luar Suku Dayak, misalnya Jawa, Manado, Sunda, dan lainnya. Perempuan dayak boleh dikatakan kurang gesit, pasif, kurang percaya diri, kurang berwibawa, dan kurang independen. Widen berpikir bahwasanya mentalitas perempuan Dayak menjadi seperti telah disebutkan di atas karena adanya sistem dowry (palaku). Dowry adalah istilah untuk mahar atau mas kawin. Anak laki-laki maupun perempuan di Suku Dayak diajarkan untuk mengerjakan pekerjaan sesuai dengan jenis kelaminnya dan sesuai ruang (domestik atau publik) yang dialami oleh ibu dan bapak mereka. Status sosial tertinggi perempuan pada Suku Dayak adalah sebagai wadian atau basir (belian), baik pada ritual penyembuhan orang sakit maupun pada ritual kematian. Sedangkan seorang pimpinan adat, tokoh masyarakat, dan yang bisa menjadi wali asbah dalam keluarga, baik inti maupun kerabat adalah laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
b. Gender dalam budaya Masyarakat Dayak Pada masyarakat Suku Dayak di Kalimantan, pembedaan peran pada tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan awalnya tidak ada. Tetapi sering zaman, telah terjadi pergeseran dari keadaan semula. Pada masa-masa awal, masyarakat Suku Dayak tidak mengenal adanya pembedaan dalam pembagian peran dan juga tanggung jawab, semuanya sama. Pemikiran akan adanya kesamaan peran dan tanggun jawab antara laki-laki dan perempuan tercipta karena adanya mitos antara laki-laki dan perempuan. Mitos ini menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan berasal dari apa yang disebut “Batang Garing”. Masyarakat Dayak mengenal sistem kekerabatan bilateral atau bilincal, artinya garis keturunan dalam satu keluarga Dayak tidak hanya dilihat dari ayah (patrilineal), tetapi juga dari garis keturunan ibu (matrilineal). Dalam lingkungan masyarakat, laki-laki dan perempuan dayak memiliki peran dan tanggung jawab yang sama. Misalnya saja pada peristiwa perkumpulan untuk pertemuan kampung, tidak hanya dihadiri oleh laki-laki saja. Selain itu, laki-laki dan perempuan juga memiliki andil yang sama dalam hal penjagaan keamanan. Untuk urusan pengobatan, perempuanlah yang biasanya mendapatkan peran utama, istilahnya balian. Beralih menilik peran dalam keluarga, biasanya kepala keluarga diperankan oleh ayah dan ibu (parental).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Uraian di atas menunjukkan adanya pemahaman mengenai kesetaraan dan kesederajatan dalam berbagai aspek kehidupan orang Dayak. Namun seiring berjalannya waktu, pemahaman tersebut mulai tergeserkan, walaupun tidak semua aspek. Masyarakat Dayak masa kini cenderung mengukur segala sesuatu dengan takaran laki-laki. Beberapa peristiwa seperti perkawinan kemudian menimbulkan suatu ketimpangan gender. Berikut point-point yang dapat diuraikan, khususnya untuk perkawinan Adat Hajambua. 1) Perkawinan Adat Hajambua (poligami) Menurut Undang-undang No I Tahun 1974, disebutkan bahwa perkawinan poligami dapat terjadi apabila memenuhi syarat tertentu yang telah ditentukan oleh undang-undang, antara lain seperti yang tertulis pada pasal 4 ayat 2 UU No I Tahun 1974. Demikian pula perkawinan Hajambua yang masih tunduk pada hukum adat. Perkawinan Hajambua hanya dapat terjadi apabila ada persetujuan dari isteri pertama dan si suami sanggup untuk memberikan kehidupan yang layak dan adil kepada isteri-isterinya serta sanggup pula memenuhi sayarat-syarat adat. 2) Hak dan kedudukan janda Pada beberapa Sub Suku Dayak, janda mendapat pengakuan sebagai ahli waris, namun harta warisan suami tidak boleh dikuasai sendiri. Kedudukan janda dengan isteri-isteri suaminya adalah sama. Biasanya pengambilan keputusan dilakukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
isteri pertama, karena dianggap yang paling tua. Apabila janda tersebut memilih untuk kawin lagi, maka kedudukannya sebagai ahli waris dari suami sebelumnya akan dicabut. 3) Hak dan kedudukan anak-anak Serupa dengan hak ibunya, hak kedudukan anak dalam Hukum Waris Adat Suku Dayak adalah sama, baik anak laki-laki maupun perempuan, baik anak isteri pertama maupun isteri kedua. Namun, biasanya anak sulung perempuan dipilih sebagai tunggu tubing yang bertanggung jawab mengurus dan memelihara serta menjamin kehidupan orang tuanya sampai wafat. 4. Pergeseran Kesetaraan Gender di Suku Dayak Puspitawati (2009) menjelaskan bahwa pada masa-masa awal, tidak ada pembedaan peran dan derajat antara laki-laki dan perempuan di suku dayak, artinya pembagian semuanya sama. Sesungguhnya, bila kita ingin menelaah tentang kesetaraan dan kesenjangan gender, khususnya pada masyarakat Dayak, maka tidak cukup hanya mengamatinya melalui pembagian kerja, tapi melihatnya dari sisi budayanya, misalnya adatistiadat, tradisi, mitologi, dan kebiasaan sehari-hari orang Dayak. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran atau kesenjangan gender. a. Faktor budaya Dalam Budaya Dayak perempuan memang hanya sebatas subordinatif bagi kaum laki-laki. Laki-laki adalah kepala rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
tangga, sumber utama ekonomi keluarga, “polisi” dalam keluarga, dan aktif dalam kegiatan sosial dan politik dalam masyarakat. Isteri adalah ibu rumah tangga, peran domestik, pengasuh dan pendidik anak-anak dan orang tua serta keluarga yang sakit. Sesungguhnya bila dilihat dari distribusi peran domestik dan peran non domestik, secara kuantitatif perempuan masih terlalu banyak dibanding laki-laki (sekitar 3:1). Baik dalam mitologi maupun cerita lisan lainnya di kalangan Dayak, perempuan lebih banyak hanya sebagai harta dan perhiasan bagi laki-laki. Seorang Kepala Suku Dayak bisa berpoligami, pada jaman pengayauan perempuan dan anak-anak dijadikan budak belian, dalam rumah panjang(betang) perempuan lebih banyak tinggal di rumah. Perlakuan terhadap anak laki-laki dan perempuan pun dibedakan. Misalnya anak perempuan tidur dalam bilik betang sedangkan anak laki-laki tidur di luar bilik. Tempat pendidikan (bakuwo) bagi anakanak dalam betang juga dibedakan yaitu, bagi anak laki-laki berada di bagian ngaju dan untuk perempuan berada di bagian ngawa. Makna ngaju (ento) dan ngawa (lembang) identik dengan ento artinya timur dan lembang artinya barat. Tapi ngaju atau ento dan ngawa atau lembang tidak selalu mengikuti arah mata angin, tapi berdasarkan pertimbangan posisi bangunan rumah. Daerah yang dinamakan ento adalah daerah yang tinggi dan baik, sedangkan lembang bermakna dataran rendah dan kurang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
b. Faktor agama Tuhan dipercaya memiliki sifat maskulin, oleh sebab itu perempuan harus tunduk pada suami (laki-laki) sebagaimana mereka tunduk dan taat pada Tuhan mereka. Pelanggaran pada aturan-aturan yang diatur oleh agama adalah dosa yang akan menggiring semua orang ke neraka. Janji yang indah adalah surga bagi setiap orang yang tunduk pada Tuhannya dan mengikuti semua perintah-Nya. Ketakutan akan dosa (neraka) inilah yang menghambat kaum perempuan untuk merubah mentalitas mereka yang disebut inferior menjadi superior, dan upaya mereka mensejajarkan peran mereka dengan laki-laki. Di samping itu ada agama yang menganjurkan poligami sebagai salah satu upaya memberdayakan perempuan yang lemah. Secara sosial budaya, perempuan yang dimadu lebih banyak diperlakukan tidak adil, baik dalam pembagian uang, tanggung jawab dan kebutuhan biologis. c. Faktor stereotipe Anggapan bahwa perempuan lemah, emosional, boros, dependen, tidak sabar, tidak cocok jadi pemimpin dan lain-lain hanyalah hasil konstruksi sosial budaya suatu masyarakat untuk selalu memojokkan perempuan. Tampaknya stereotipe negatif seperti ini sudah melekat dan dianggap sebagai kodrat bagi perempuan sehingga merupakan suatu hal yang tidak bisa diubah. Stereotipe seperti ini sudah melekat dalam pikiran laki-laki dan perempuan dan tampaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
hal ini telah dijadikan senjata oleh laki-laki untuk menghambat kemajuan bagi perempuan. d. Faktor political will. Hingga saat ini berbagai peraturan yang mengatur tentang kesetaraan dan keadilan gender sudah cukup memadai. Namun disayangkan political will dari pemerintah masih belum tanggap untuk mendukung dan menjalankan berbagai peraturan tersebut. Landasan idil (Pancasila) dan landasan konstitusionil (UUD 1945), GBHN 1999 dan Inpres no:9/2000 secara eksplisit dan implisit sudah menyinggung tentang kesetaraan dan keadilan gender. Di tambah lagi dengan berbagai Konvensi PBB yang telah diratifikasi, misalnya Konvensi PBB yang diratifikasi dengan UU No 7 tahun 1984 tentang penghapusan semua bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Masalahnya pemerintah masih enggan untuk menindaklanjuti berbagai peraturan tersebut. Hal ini mungkin juga dilandasi oleh faktor budaya dan agama di atas yang seolah-olah hanya melegalkan posisi perempuan sebagai subordinatif bagi laki-laki. Apalagi bila kebijakan itu menyentuh kepentingan agama, maka pemerintahpun harus berhati-hati. e. Faktor ketakutan laki-laki pada kaum perempuan. Faktor ketakutan ini wajar, karena sejak jaman adam dan hawa laki-laki selalu menang, dan perempuan disalahkan. Laki-laki adalah kepala rumah tangga dan sumber utama atau tulang punggung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
ekonomi keluarga. Ada kekhawatiran bila perempuan menjadi pemimpin sementara suaminya menjadi bahawan isterinya atau pangkat dan jabatannya jauh di bawah isterinya, akan menimbulkan tekanan psikologis yang luar biasa. Di samping itu, perempuan yang menjadi pemimpin agak susah untuk diajak berkolusi karena ketegasan dan kejujuran mereka. Bayangkan saja seorang guru perempuan yang suaminya nganggur atau “swasta”. Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan dan harga diri suaminya, yang seharusnya suaminyalah yang menjadi guru dan tulang punggung ekonomi keluarga. Namun sebenarnya perasaan seperti itu tidak perlu terjadi bila masing-masing sudah bisa memahami dan menerima konsep gender yang seharusnya kita praktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari. f. Faktor kesalahan perempuan sendiri Di samping beberapa faktor di atas, sebenarnya kesenjangan gender antara laki-laki dan perempuan adalah kesalahan perempuan itu sendiri. Sebenarnya apa yang dihadapi oleh perempuan pada saat ini bukanlah masalah yang mengganggu mereka, sehingga timbul sifat apatis dan menyerah pada keadaan. Sifat menyerah pada keadaan ini dan tidak mau berusaha untuk memperbaiki hidup muncul dari pengaruh nilai-nilai agama dan budaya agar bila ada masalah menyerahkan masalah itu pada Tuhan dan seolah-olah tidak boleh ada usaha lain selain hanya berserah pada Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
E. Hakekat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal Winkel dan Hastuti (2004) menjelaskan bimbingan klasikal merupakan istilah yang khusus digunakan di institusi pendidikan sekolah dan menunjuk pada sejumlah siswa yang dikumpulkan bersama untuk kegiatan bimbingan. Pengertian lain menyebutkan bahwa bimbingan klasikal adalah bimbingan yang berorientasi pada kelompok siswa dalam jumlah yang cukup besar antara 30-40 orang siswa (satu kelas). Bimbingan klasikal dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan peserta didik di kelas. Pada dasarnya bimbingan klasikal merupakan bentuk dan sarana pelayanan bimbingan yang diberikan konselor di dalam kelas dengan menyediakan materi yang telah disiapkan sebelumnya untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri (Winkel dan Hastuti, 2004). 2. Tujuan Bimbingan Klasikal Suciati
(2005)
mengungkapkan bahwa
bimbingan
klasikal
diklasifikasi dalam beberapa tujuan sebagai berikut. a. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir mencakup kemampuan intelektual sederhana yakni mengingat sampai kemampuan memecahkan masalah. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif dari tingkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
paling rendah meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif berorientasi dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif dari tingkatan paling rendah meliputi: penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, pembentukan organisasi sistem nilai dan pembentukan pola hidup. c. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor dari tingkatan paling rendah meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas. 3. Manfaat Bimbingan Klasikal Bimbingan
klasikal
merupakan
sarana
untuk
menunjang
perkembangan yang optimal bagi siswa. Siswa diharapkan dapat mengambil manfaat yang sebanyak mungkin dari pelayanan bimbingan klasikal. Manfaat bimbingan klasikal menurut Depdiknas, Bimbingan dan Konseling (2004) antara lain sebagai berikut. a. Siswa semakin memahami dirinya sendiri seperti bakat, minat, sifat, sikap, kemampuan, kebiasaan, perasaan, tingkah laku dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses bersosialisasi terhadap orang lain atau lingkungannya. c. Siswa semakin tertarik, termotivasi dan berminat untuk belajar, lebih giat sehingga hasil belajarnya menjadi baik. d. Siswa semakin mampu menyelesaikan masalahnya dan mengambil keputusan sendiri dalam hidupnya, serta mampu merencanakan kegiatan-kegiatan yang berguna untuk pengembangan hidupnya. e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri. f. Siswa semakin mampu menerima dan memahami tingkah laku manusia. g. Siswa semakin mampu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depannya. Manfaat pelayanan bimbingan klasikal dapat berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Bisa jadi ada siswa yang sangat merasakan manfaat pelayanan bimbingan klasikal yang diterimanya, ada juga yang kurang merasakan manfaatnya. Ini tergantung pada pengalaman siswa sendiri dalam mengikuti proses pelayanan bimbingan klasikal di sekolahnya. 4. Bimbingan Klasikal Kolaboratif Menurut Delucia-Waack (2006:188) bimbingan kelas kadang terjadi saat konselor diminta hadir untuk memberikan topik mengenai harga diri, keterampilan komunikasi, keluarga sehat, resolusi konflik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
keterampilan persahabatan dan pecegahan bullying. Pada bimbingan di dalam kelas kegiatan harus dikonseptualisasikan dalam tahap yang sama (initial, working, terminatin) dan bagian-bagian yang sama dari setiap sesi (opening, working, processing, closing) dalam rentang waktu yang jauh lebih singkat. Menurut Santoso (2011:139) bimbingan kelas (klasikal) adalah program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada para peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat). Selanjutnya bicara mengenai pendekatan kolaboratif, jika diperhatikan secara seksama, pendekatan kolaboratif adalah perpaduan antara pendekatan supervisi direktif dan non direktif. Dugaan itu benar, jika diperhatikan dari aspek tanggung jawab terlaksananya kegiatan. Artinya supervisor dan guru berbagi tanggung jawab. Tugas Supervisi dalam hal ini adalah mendegarkan dan memperhatikan secara cermat keluhan guru terhadap masalah perbaikan, peningkatan
dan
pengembangan
pengajarannya,
dan
sekaligus
memperhatikan pula gagasan-gagasan guru untuk mengatasi masalah itu selanjutnya. Supervisor dapat meminta penjelasan terhadap hal-hal yang diungkapkan guru yang kurang dipahami. Selanjutnya ia mendorong guru mengaktualisasikan inisiatif yang dipikirkan untuk memecahkan masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
yang dihadapinya, atau untuk meningkatkan dan mengembangkan pengajarannya (Gordon & Glickman, 2004). Berdasarkan beberapa penjelasan ahli, dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal kolaboratif adalah program yang dirancang untuk melakukan kontak langsung dengan siswa di kelas. Persiapannya dilakukan oleh konselor sekolah atau guru bk bekerja sama dengan pihak lain, misalnya guru mata pelajaran tertentu dan hasilnyapun dinilai bersama, artinya penilaian dilakukan oleh dua belah pihak. F. Hakekat Experiential Learning 1. Pengertian Experiential Learning Experiential learning adalah suatu proses belajar mengajar yang mengaktifkan
pembelajaran
untuk
membangun
pengetahuan
dan
keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Experiential learning ini lebih bermakna ketika pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan (Nasution, 2005). Experiential learning merupakan sebuah model holistik dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience (pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme (Kolb, 1984). Jadi
experiential
learning
adalah
suatu
pendekatan
yang
dipusatkan pada pengalaman belajar. Dimana perlu mengeluarkan seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
roda belajar, dari pengaturan tujuan, melakukan observasi dan eksperimen, memeriksa ulang, dan perencanaan tindakan. Apabila proses ini telah dilalui memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan baru, sikap baru atau bahkan cara berpikir baru. 2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning Tujuan model pembelajaran experiential learning adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa dan memperluas keterampilan yang telah ada pada siswa. Ketiga hal ini kemudian menjadi fokus pendekatan experiential learning (Baharuddin dan Wahyuni, 2010). 3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiential Learning Kolb (2015) menjelaskan empat tahapan model pembelajaran, siklus model experiential learning disajikan dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1 Kolb’s Learning Style Model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Lebih lanjut, Kolb juga memberikan pemaparan keempat tahapan model pembelajaran experiential learning pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Tahapan Langkah Model Pembelajaran Experiential Learning (Sumber: Baharuddin dan Wahyuni, 2010) Tahapan Uraian Concrete experience
Siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baru.
Reflective observation
Siswa mengobservasi dan merefleksikan atau memikirkan pengalamannya dari berbagai segi.
Abstract conceptualisation
Active experimentation
Siswa menciptakan konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat. Siswa menggunakan teori tersebut untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Experiential Learning Kelebihan model pembelajaran experiential learning yaitu dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, mendorong terbentuknya berpikir kreatif, mendorong siswa untuk melihat suatu hal dari perspektif yang berbeda dan meningkatkan gairah belajar siswa (Munif dan Mosik, 2009). Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran experiential learning juga memiliki kekurangan yaitu pembelajaran experiential learning membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk menciptakan konsep baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Tidak semua siswa memiliki motivasi yang cukup untuk melakukan concrete experience untuk menemukan konsep. Siswa yang cenderung pasif lebih suka untuk menerima konsep langsung dari guru. Peran guru adalah menciptakan situasi belajar yang unik dan menarik sehingga siswa tertarik untuk terlibat dalam pengalaman kongkrit. 5. Kekuatan Experiential Learning dalam Pendidikan Karakter Pendekatan experiential learning memiliki keunggulan atau kekuatan, khususnya dalam membantu proses belajar dalam penerapan pendidikan karakter. Rincian penjelasan mengenai kekuatan experiential learning menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut. a. Experiantial learning mampu merangkul aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik LKPP Universitas Hasanudin (2007) menjelaskan bahwa proses pembelajaran
experiential
learning
memungkinkan
peserta
mengaktifkan seluruh aspek diri secara total, berinteraksi dan lebur sepenuhnya dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini dapat menyentuh dan menstimulasi potensi kecerdasan kognitif, afektif dan psikomotorik dari pembelajar. Pengetahuan yang bersandar pada pengalaman dapat lebih terhayati, meningkatkan kesadaran diri, dan tersimpan lebih lama. b. Akumulasi pengalaman belajar secara nyata Rogers (1969) menjelaskan bahwa berbagai proses yang dilakukan dalam pendekatan experiential learning dapat mengarahkan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
untuk mendapatkan pengalaman lebih banyak melalui keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingkan bila mereka hanya membaca suatu materi atau konsep. Sehingga pada akhirnya siswa memiliki tabungan pengalaman belajar secara nyata, yang telah diterapkan langsung dalam dirinya. c. Mampu memberikan pemahaman baru Belajar berdasarkan pengalaman lebih terpusat pada pengalaman belajar siswa yang bersifat terbuka dan siswa mampu membimbing dirinya sendiri untuk mendapat dan mengolah pemahaman baru. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa penerapan model experiential learning dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri (Depdiknas, 2004) d. Variasi model Proses pembelajaran dapat dilakukan melalui rancangan yang berbasis pada pengalaman, presentasi peserta dan diskusi maupun deskripsi tertulis. Selain dalam proses pembelajaran di kelas, pendekatan ini juga dapat dipergunakan di berbagai keperluan pendidikan, antara lain pendidikan informal, berbagai pelatihan, adult learning, lifelong learning (Faure, 1972). G. Hasil Penelitian Relevan Penelitian terdahulu mengenai evaluasi pendidikan karakter (Kusuma Rosa Delima, 2016) menyimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi pada lima (5) SMP di Jawa tahun 2014/2015 belum menunjukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
hasil yan baik (belum optimal). Hal ini ditunjukan dengan banyaknya siswa yang memiliki tingkat ketercapaian hasil cukup. Guna menindaklanjuti hasil evaluasi pendidikan karakter terdahulu, peneliti melakukan penelitian terkait dengan implementasi model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan nilai karakter bela gender pada remaja SMP. Remaja belajar tentang gender melalui pengamatan terhadap orang tua, dan orang dewasa lainnya, teman sebaya, media massa, lingkungan sekolah, dalam memilih peran yang akan diikutinya (Sears, 1994). Dewasa ini, remaja cukup terjebak dalam kontsruk sosial tempat ia dibesarkan. Kecenderungan yang timbul pada akhirnya mengarah pada berbagai masalahmasalah penyimpangan sosial. Temuan masalah dalam penerapan pendidikan karakter untuk meningkatkan nilai bela gender dalam diri remaja dapat diterapkan dengan pendekatan secara nyata (experiential learning). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggara (2012) terkait model experiential learning. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan konsep diri dan pemahaman konsep antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran experiential dan model pembelajaran konvensional (F=7,174; p<0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran experiential lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam konsep diri dan pemahaman konsep.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Lebih jauh, Prayoga (2015) menjelaskan bahwa pelaksanaan supervisi akademik melalui pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan kompetensi guru bk dalam memberikan layanan bimbingan klasikal pada sekolah binaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 3 (tiga) sekolah binaan dengan subyek penelitian 12 (dua belas) guru BK menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan guru BK dalam melaksanakan layanan bimbingan klasikal di kelas. H. Kerangka Berpikir Pendidikan karakter yang merupakan bagian integral dari tujuan pendidikan nasional memiliki banyak orientasi yang masih sering keliru untuk ditafsirkan. Cakupan pendidikan karakter yang begitu luas membuat setiap penelitian terkait, harus pandai dalam membatasi klasifikasi serta paradigma nilai karakter yang akan dikupas. Realita lapangan yang sudah marak mengenai keprihatinan gender kemudian diangkat
dalam perspektif ringan melalui
metode
yang
menyenangkan serta menjunjung tinggi kearifan budaya sosial. Keprihatinankeprihatinan terkait masalah gender, secara khusus di institusi pendidikan dapat diulas secara elegan melalui perspektif psikologi terapa yang mendidik. Perspektif psikologi memiliki peranan besar dalam kontrol masalah karakter, hal ini tentu tidak lepas dari berbagai kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti, atau pendidik dalam memecahkan masalah gender di institusi pendidikan. Experiential learning kemudian menjadi salah satu pendekatan yang cukup segar ketika digunakan untuk memecahkan masalah pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
karakter yang pada praktiknya masih sulit untuk diterapkan oleh guru-guru mata pelajaran. Kesulitan implementasi pendidikan karakter mulai dapat terjawab dengan adanya persiapan pembelajaran yang kolaboratif, dimana kompetensi guru bk atau konselor sekolah dapat dikolaborasikan dengan guru mata pelajaran. Kolaborasi ini tentu akan lebih efektif untuk meningkatkan karakter positif dalam diri siswa, khususnya isu-isu mengenai gender yang menjadi momok bagi remaja di sekolah menengah. Ulasan paragraf sebelumnya tentu didasari oleh subjek penelitian yang masih ada pada rentan usia awal remaja, dimana experiential learning dapat menjadi jaminan mutu pengaplikasian pendidikan karakter. Dengan demikian pendidikan karakter dapat dengan mudah diterapkan dalam diri dan kehidupan sehari-hari siswa, khususnya nilai karakter bela gender.
Pendidikan Karakter
Perlu Ditingkatkan
Terintegrasi
Kurikulum
Sekolah Menengah Pertama
Belum Optimal
Implementasi Model Pnd. Karakter
Diaplikasikan Layanan Bimb. Klasikal Kolaboratif (Guru BK berkolaborasi bersama Guru Mata Pelajaran) dengan Pendekata Experiential Learning
Pemahaman, penghayatan, Penerapan Karakter Bela Gender Sebagai Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
I. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang relevan maka dapat ditarik satu hipotesis yaitu terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan jenis penelitian, subjek penelitian, metode penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan realibilitas kuesioner, dan teknik analisis prosuder pengumpulan data. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan pre-experimental dengan menggunakan one group pre-test posttest design. Menurut Sugiyono (2013:109) dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Dikatakan demikian karena masih terdapat variabel luar yang dipikirkan ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen, tetapi tidak dikontrol. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan sematamata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Desain ini merupakan teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah perlakuan. Maka dalam penelitian ini sebelum perlakuan subyek penelitian terlebih dahulu diberikan pre-test (tes awal) dan diakhir perlakuan diberi post-test (tes akhir). Tujuan dari penggunaan desain ini adalah mengetahui gambaran umum tingkat karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiantial learning. Selain itu peneliti akan mengetahui
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
efektivitas implementasi model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang pada tahun ajaran 2014/2015. Secara sederhana, desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design Pre-test
Treatment
O1
X
Post-test O2
Keterangan: O1 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan O2 : tes akhir (posttest)setelah perlakuan diberikan X
: treatment atau perlakuan (Dalam penelitian ini merupakan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning)
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP N 9 Singkawang pada tanggal 22-23 Mei 2015 pada pukul 11.00-14.00 WIB. Penelitian ini dilakukan dengan durasi delapan jam dalam dua hari pertemuan, berlokasi di ruang seni budaya. C. Subjek Penelitian Sugiyono (2013: 117) mengatakan populasi adalah seluruh wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
kemudian hari ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah sampel dari populasi kelas VIII SMP N 9 Singkawang, Kalimantan Barat. Sampel penelitian tidak diambil secara random (berdasarkan jenis kelamin) dari populas di kelas VIII. Subjek penelitian berikut dijelaskan secara rinci dalam tabel 3.2.
No
Keterangan
Tabel 3.2 Data Subyek Penelitian Jumlah Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki
Jumlah Sampel
Perempuan
Per Kelas
1.
VIII A
5
6
11
2.
VIII B
5
6
11
3.
VIII C
6
5
11
Total Keseluruhan
33
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen 1. Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk diteliti atau dianalisis, maka dari itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. Tes bertujuan untuk mendapatkan data dari hasil pre-test dan post-test peningkatan karakter bela gender. Sedangkan teknik non tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui efektivitas implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning menurut penilaian mitra kolaboratif dan siswa. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Tahap persiapan 1) Menganalisis topik materi. 2) Menyusun rancangan pelayanan bimbingan dan konseling (RPBK). 3) Mempersiapkan instrumen penelitian soal tes dan kuesioner atau skala. 4) Membuat soal-soal tes dan item kuesioner 5) Revisi dan konsultasi kepada tim ahli, dalam hal ini berperan Dr. Gendon Barus, M. Si b. Tahap pelaksanaan 1) Pemberian pre-test untuk mengetahui penguasaan dan pemahaman konsep siswa sebelum mengikuti implementasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
2) Implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning. 3) Pemberian post-test untuk melihat peningkatan penguasaan dan pemahaman konsep siswa setelah mengikuti implementasi. c. Tahap akhir 1) Mengumpulkan data yang diperoleh. 2) Mengolah data hasil penelitian. 3) Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian. 4) Menarik kesimpulan. 2. Instrumen Sugiyono
(2013)
mengemukakan
bahwa
dalam
penelitian
kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner. Menurut Umar (1998: 49), teknik kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan
atau
pernyataan
kepada
responden
dengan
harapan
memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 4 instrumen berupa 3 kuesioner dan 1 soal tes dengan berbagai model seperti pada penjelasan di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
a. Kuesioner validasi efektivitas model (responden mitra kolaboratif) Validasi efektivitas model dengan responden mitra kolaboratif berbentuk pernyataan checklist with rating scale. Sugiyono (2013:141) menerangkan bahwa dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka, dapat ditafsirkan secara kualitatif. Artinya, jawaban responden secara murni merupakan data kualitatif. Kuesioner validasi efektivitas model dipersiapkan guna memfasilitasi responden (mitra kolaboratif) untuk memberikan penilaian mengenai efektivitas model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning. Kuesioner terlampir pada Lampiran 1. (Halaman 109) b. Kuesioner validasi efektivitas model (responden siswa) Validasi efektivitas model dengan responden siswa berbentuk pernyataan checklist with guttman scale. Sugiyono (2013:141) menerangkan bahwa skala pengukuran tipe ini, akan menghasilkan jawaban tegas, yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “positif-negatif”, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio. Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3, 4, 5, 6, 7 interval, dari kata “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”, maka dalam guttman scale hanya ada dua interval, yakni setuju dan tidak setuju. Dalam penelitian ini, “ya dan tidak”. Biasanya, guttman scale digunakan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan atau ingin diketahui oleh peneliti. Validasi efektivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
model dengan responden siswa digunakan untuk melihat efektivitas dari program yang dilaksanakan berdasarkan penilaian siswa. Kuesioner terlampir pada Lampiran 2. (Halaman 113) c. Kuesioner tilik diri (self assessment) Kuesioner tilik diri dalam penelitian ini berbentuk pernyataan checklist dengan menggunakan skala likert. Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Jawaban setiap item dalam kuesioner tilik diri memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju (ts), sangat tidak setuju (sts). Kuesioner tilik diri dibagikan kepada siswa setiap akhir sesi atau topik bahasan. Kuesioner ini digunakan untuk melihat pengaruh dari model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning terhadap nilai karakter bela gender yang menjadi fokus peneliti. Kuesioner terlampir pada Lampiran 3. (Halaman 114) d. Tes tingkat karakter bela gender Winkel dan Hastuti (2004:295) mengatakan bahwa, terdapat beberapa tipe penilaian, antara lain skala numerik, skala penilaian grafis dan daftar cek. Daftar cek menyerupai item dalam tes hasil belajar, bentuk obyektif dengan tipe pilihan berganda (multiple choice). Artinya data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
penelitian dapat dianalisis setelah scooring dilakukan. Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan berupa tes tingkat bela gender yang disebarkan dalam bentuk pilihan ganda dengan alternatif jawaban bergradasi mulai dari 1 hingga 4 dan masing-masing alternatif jawaban memiliki kebenaran. Skor 4 diberikan untuk alternatif jawaban yang sungguh mewakili pengaplikasian nilai karakter bela gender. Sedangkan skor 1 untuk mewakili alternatif jawaban yang sangat kurang mewakili nilai karakter bela gender. Instrumen disusun oleh peneliti sendiri dengan arahan tim dosen Strategi Nasional, dalam hal ini berperan Dr. Gendon Barus, M.Si. Dalam penelitian ini kuesioner memuat pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan nilai-nilai karakter bela gender sebagai siswa. Kuesioner yang telah disusun oleh peneliti ini bersifat tertutup karena alternatif jawaban sudah disediakan, sehinga peserta didik tinggal memilih alternatif jawaban yang dirasa paling sesuai. Kuesioner berbentuk soal tes dengan ragam pilihan ganda ini diberikan pada awal dan akhir layanan. Pre-test dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum tingkat pemahaman dan penerapan karakter bela gender siswa. Sedangkan kuesioner berbentuk soal tes dengan ragam pilihan ganda yang diberikan pada akhir setelah perlakuan atau pos-test bertujuan untuk mencari data yang diperlukan guna mengetahui efektivitas layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning dalam usaha meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
karakter bela gender bagi siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang. Alat Tes terlampir pada Lampiran 4. (Halaman 116) Penyusunan soal tes penelitian diawali dengan membuat kisikisi dimana terjadi penentuan aspek karakter bela gender dan indikator siswa yang memiliki atau menerapakan karakter bela gender. Kisi-kisi disajikan dalam tabel 3.3 berikut ini. Table 3. 3 Rekapitulasi Kisi-kisi Aspek dan Nomer Item Tes Tingkat Karakter Bela Gender No
Aspek
1. Aspek penguasaan kontrol
2. Aspek partisipasi proaktif
3. Aspek akses pergaulan
Indikator a. Memiliki kesadaran bahwa gender tidak sama dengan jenis kelamin b. Mengetahui bahwa terdapat peran yang berbeda anta jenis kelamin (seks) dan gender c. Memiliki kontrol akan peran gender bagi laki-laki maupun perempuan a. Mampu meninggalkanan pandangan atau ideologi gender yang tradisional dengan pikiran dan tindakan yang proaktif b. Memiliki pikiran yang tidak reaktif, sehingga dapat menanggapi masalah dg proaktif a. Berani untuk tidak melakukan pengkotakan gender dalam pergaulan b. Mengerti kebutuhan unik laki-laki maupun perempuan di ranah pergaulan sehat c. Berani untuk membentuk mimpi tanpa dibatasi oleh gender. d. Mampu membagikan cerita atau pengalaman untuk membangkitkan mimpi sesama tanpa pembatasan gender
Item (+) 1 2, 3 4,5, 6,7 8, 9, 11, 15
10, 13
12, 16 18
17, 20 19
14,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
E. Validitas Kuesioner dan Uji Normalitas 1. Validitas Kuesioner Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat yang bersangkutan menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Azwar, 2009: 5-6) Validitas yang digunakandalam penelitian ini adalah validitas isi dan statistik. Validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka, namun pengesahannya perlu melalui tahap pengujian terhadap isi alat ukur dengan kesepakatan penilaian dari penilai yang kompeten atau expert judgement (Azwar, 2009: 45). Pada penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada beberapa ahli dalam bidangnya. Ahli-ahli tersebut antara lain: Tim Dosen Penelitian Strategi Nasional dan Dosen Pembimbing, dalam hal ini berperan Dr. Gendon Barus, M.Si. Selain itu, uji validitas kuesioner tes pendidikan karakter bela gender dikorelasikan dengan korelasi product moment Pearson dengan rumus sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
∑ √ ∑
∑
∑
∑
√ ∑
∑
Keteranagan : koefisien korelasi : skor item : skor total : banyaknya subjek 2. Reliabilitas Kuesioner Pengukuran reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat kendala instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan metode alpha. Rumus Alpha
menurut Riduwan (2006)
adalah sebagai berikut:
r
11
=
(
) (
r11
: Nilai Realibilitas
∑
: Jumlah varians skor
St
:Varians total tiap item
k
: Jumlah item
∑
)
Data dikatakan reliabel apabila rhitung lebih besar dari harga rtabel secara teoritis atau bisa ditulis (r11> r tabel) pada taraf signifikansi 0,05. Jika r11> r tabel) berarti Realibel. Jika r11< r tabel) berarti Tidak Realibel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Selanjutnya guna mempermudah penafsiran hasil uji reliability statistics, penulis menggunakan kategori koefisien (Guilford, 1956) dengan norma kriteria skor sebagai berikut. Tabel 3.4 Norma Kategori Reliability Statistics Guilford Norma atau
Kategori
kriteria Skor 0,80 - 1,00
Reliabilitas Sangat Tinggi
0,60 - 0,80
Reliabilitas Tinggi
0,40 - 0,60
Reliabilitas Sedang
0,20 - 0,40
Reliabilitas Rendah
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Reliability Statistics Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .721
20
Tabel 3.5 menjelaskan bahwa ada 20 item, dimana setelah melakukan uji realibiliatas harga rhitung dikonsultasikan kepada rtabel. Berdasarkan output hasil hitung diketahui bahwa nilai Alpha sebesar 0,721, kemudian nilai ini akan dibandingkan dengan nilai r tabel, dengan N Item = 20 dicari pada distribusi nilai r tabel signifikansi 5% maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
diperoleh nilai r tabel sebesar 0,444. Kesimpulannya Alpha= 0,721 > r tabel= 0,444 artinya item-item dalam alat tes pendidikan karakter bela gender dapat dikatakan reliabel. Selanjutnya bila ditinjau melalui norma kategorisasi Guilford pada tabel 3.4, hasil uji reliabilita statistik item-item dalam alat tes pendidikan karakter bela gender (0,721) masuk dalam reliabilitas tinggi. 3. Uji Normalitas Menurut Nurgiyantoro dkk (2009:110) uji normalitas adalah salah satu bagian dari uji prasyarat analisis data, artinya sebelum melakukan analisis data yang sesungguhnya, data penelitian tersebut harus di uji kenormalan distribusinya. Adapun tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dalam variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal. Kriteria keputusan dalam uji normalitas pada SPSS adalah jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka data tersebut tidak normal. Setelah dilakukan uji normalitas menurut Kolmogorov-Smirnov data yang diperoleh peneliti teruji berdistribusi normal. Hasil uji normalitas divisualisasikan dalam tabel 3.6 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Tabel 3.6 Tabel Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
Df
Sig.
PreTest
.155
33
.043
.945
33
.096
PostTest
.113
33
.200
*
.983
33
.866
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Tabel 3.6 merupakan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov yang menunjukan bahwa nilai signifikansi 0,200 > 0,05 dengan demikian sampel peneliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Jika
ditinjau dari hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukan nilai signifikansi 0,866 > 0,05 hal ini pun berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. F. Teknik Analisis Data Sugiyono (2013:207) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel seluruh responden, menyajikan tiap data variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Penelitian ini menggunakan beberapa dua teknik analisis data sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
1. Deskriptif Kategorisasi Pendidikan Karakter dan Persentase Non Statistik a. Guna menganalisis rumusan masalah pertama dan kedua dan ketiga, peneliti menggunakan deskritif
kategoriasasi, dimana responden
akan menjawab salah satu data kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu skala pengukuran ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya (Sugiyono, 2013:141). Lebih jauh, Winkel dan Hastuti (2004:295) juga menjelaskan bahwa rating scale dituangkan dalam bentuk gradasi, dimana penilaian dilakukan dengan observasi spontan terhadap peristiwa atau proses yang berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan gradasi rentetan score dengan kategori antara [{sedikit lebih baik, + bernilai (1)}, {lebih baik, ++ bernilai (2)}, dan {sangat lebih baik, +++ bernilai (3)}] dengan [{sedikit kurang, - bernilai (3)}, {sangat kurang,-- bernilai (-2)}, dan sangat buruk, --- bernilai (3)}] pada kuesioner yang nantinya akan menjawab rumusan masalah pertama. b. Kemudian untuk menjawab rumusan masalah kedua, peneliti menggunakan deskritif dengan persentase, hal ini dilakukan penulis sejalan dengan tiga alternatif jawaban tegas yang disajikan dalam kuesioner validasi implementasi pendidikan karakter bela gender
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
yakni, ya, tidak, dan tidak tahu dengan siswa sebagai penilai dengan rumus sebagai berikut. ∑
Keterangan : Persentase efektivitas model implementasi pendidikan karakter ∑
: Jumlah jawaban setiap item
: Jumlah responden
c. Guna melihat efektivitas layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning, maka akan dilakukan perbandingan dengan menghitung hasil pre test dan post test. Perbandingan dapat dilakukan dengan melihat selisih hasil. Kategorisasi bertujuan untuk menempatkan individu dalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2014:147). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah sangat rendah sampai dengan sangat tinggi. Kategorisasi ditentukan berdasarkan formula yang digambarkan pada tabel 3.7 berikut ini. Tabel 3.7 Tabel Norma Kategorisasi Norma/Kriteria Skor Kategori Sangat Tinggi +1,8σ < μ +0,6σ < μ ≤ +1,8σ Tinggi -0,6σ < μ ≤ 0,6σ Sedang -1,8σ < μ ≤ -0,6σ Rendah μ ≤ -1,8σ Sangat Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Keterangan: Skor maksimum teoritik
: Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala.
Skor minimum teoritik
: Skor terendah yang diperoleh subjek peneliti menurut perhitungan skala.
Standar deviasi (σ/sd)
: Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran
μ (mean teoritik)
: Rata-rata teoritik skor maksimum dan minimum
Kategori di atas kemudian diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan
tinggi
rendahnya
tingkat
karakter
bela
gender
berdasarkan skala tilik diri dengan jumlah 30 item diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut. Tingkat karakter bela gender Skor maksimum teoritik
: 4 x 30 = 120
Skor minimum teoritik
: 1 x 30 = 30
Luas jarak
: 120-30 = 90
Standar deviasi ((σ/sd)
:
= 15
μ (mean teoritik)
:
= 75
Hasil perhitungan analisis data skor kuesioner tilik diri subjek disajikan dalam norma kategorisasi tingkat karakter bela gender siswa/i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 sebagai berikut pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Tabel Norma Kategorisasi Self Assessment Scale Tingkat Karakter Bela Gender Siswa/i Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori Sangat Tinggi +1,8σ < μ > 102 +0,6σ < μ ≤ +1,8σ -0,6σ < μ ≤ 0,6σ -1,8σ < μ ≤ -0,6σ μ ≤ -1,8σ
85 - 102 67 - 84 48 - 66 < 48
Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Selanjutnya dalam pengelompokan tinggi rendahnya tingkat karakter bela gender berdasarkan alat tes dengan jumlah 20 item diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut. Tingkat karakter bela gender Skor maksimum teoritik
: 4 x 20 = 80
Skor minimum teoritik
: 1 x 20 = 20
Luas jarak
: 80 – 20 = 60
Standar deviasi ((σ/sd)
:
μ (mean teoritik)
:
= 10 = 50
Hasil perhitungan analisis data skor subjek disajikan dalam norma kategorisasi tingkat karakter bela gender siswa/i kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 sebagai berikut pada tabel 3.9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Tabel 3.9 Tabel Norma Kategorisasi Tes Tingkat Karakter Bela Gender Siswa/i Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori Sangat Tinggi +1,8σ < μ > 68 +0,6σ < μ ≤ +1,8σ 56 – 68 Tinggi -0,6σ < μ ≤ 0,6σ 44 - 55 Sedang -1,8σ < μ ≤ -0,6σ 32 - 43 Rendah μ ≤ -1,8σ < 32 Sangat Rendah
2. Uji T-Test Dalam penelitian ini, uji hipotesis signifikansi hasil pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajara 2014/2015 dilakukan dengan teknik statistik uji t. Uji t paired sample test digunakan untuk menganalisis perbedaan antara pre-test dan post-test pada siswa kelas VIII di SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014-2015 yang mengikuti program implementasi layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning. Berikut adalah rumus untuk menghitung paired sample t-test.
t=
x1 - x 2 S S s12 s 22 + 2r 1 2 n n n1 n 2 1 2
Keterangan
x1 : Rata-rata sampel 1 (Pre-test)
s12 : Varians sampel 1 (Pre-test)
x 2 : Rata-rata sampel 2 (Post-test)
s22 : Varians sampel 2 (Post-test)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
S1 : Simpangan baku sampel 1 (Pre-test) S 2 : Simpangan baku sampel 2 (Post-test) r
: Korelasi antara dat dua kelompok
Uji t paired sampel test dilakukan dengan menggunakan SSPS versi 21.0. Dimana data sudah diuji kenormalitasannya, sehingga data selanjutnya dapat dianalisis menggunakan uji t paired sampel test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. A. Hasil Penelitian 1. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Menurut Penilaian Mitra Kolaboratif Bertolak dari kegiatan bimbingan dan kegiatan belajar mengajar yang pernah dilakukan, terdapat penilaian validitas yang diisi oleh mitra kolaboratif di SMP N 9 Singkawang terkait dengan efektivitas layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada tahun 2014/2015. Penilaian dilakukan oleh satu Guru BK, satu Guru Mata Pelajaran Biologi, dan Kepala Sekolah. Berikut efektivitas hasil yang ditunjukan dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Efektivitas Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif di SMP N 9 Singkawang Menurut Penilaian Mitra Kolaboratif TA 2014/2015 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Nilai Efektivitas Model Peka Bila Bisa Kode Exl
Kepala Sekolah
Desain/rancangan lebih operasional Komprehensif/kelengkapan komponen Kemudahan dalam implementasi/penerapan Kepraktisan dalam pelaksanaan Sistematis/keruntutan langkah Efektivitas pencapaian tujuan Kesesuaian dengan kebutuhan siswa Kesesuaian dengan karakteristik siswa Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa Kesesuaian dengan nilai karakter yang ditanamkan Kemenarikannya bagi siswa Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan
3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2
80
Guru IPA 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3
Guru BK 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jumlah Skor 3,00*** 2,67*** 3,00*** 3,00*** 3,00*** 2,67*** 2,67*** 2,67*** 3,00*** 3,00*** 2,67*** 2,67***
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.
Kebermanfaatan bagi peningkatan karakter siswa Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi Kekuatannya dalam memperbaiki karakter siswa Ketepatan strategi/metode penanaman karakter Keberpihakan pada kearifan lokal Kemudahan dalam mengevaluasi proses Kemudahan dalam penilaian capaian hasil Menumbuhkan antusias/keberkesanan bagi siswa Memotivasi siswa untuk terlibat aktif Menumbuhkan kreativitas/inisiatif Memunculkan keberanian siswa untuk tampil Menanamkan rasa hormat siswa thd guru/teman Peningkatan keberanian siswa bertanggung jawab Penghargaan siswa terhadap teman/orang lain Peningkatan kerja sama/kekompakan tim Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang Membangun kepedulian/kesetiakawanan Kegembiraan siswamengikuti kegiatan Peningkatan keingintahuan siswa Mendorong siswa berpendapat Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri Mendorong siswa berrefleksi Membuat hubungan guru-siswa akrab,dekat Mengatasi perilaku negatif/trouble pada siswa Membangkitkan keikhlasan siswa utk menolong
3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
2,67*** 3,00*** 3,00*** 2,67*** 2,33*** 2,33*** 2,67*** 2,67*** 3,00*** 2,67*** 2,67*** 2,67*** 3,00*** 2,67*** 3,00*** 3,00*** 2,67*** 3,00*** 3,00*** 3,00*** 2,67*** 3,00*** 2,67*** 3,00*** 3,00*** 3,00*** 3,00***
Kriteria Kategori * < 1,0 ** 1,1 – 1,9 *** 2,0 – 3,0
sedikit lebih baik lebih baik sangat lebih baik
Dengan mencermati tabel 4.1 tampak bahwa mitra kolaboratif yang terlibat di SMP N 9 Singkawang menilai semua elemen efektivitas implementasi model pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning antara (2,33) hingga (3,00). Dinilai melalui aspek, terdapat 20 aspek dengan skor (3,00), selanjutnya terdapat 17 aspek dengan skor (2,67), dan 2 aspek dengan skor (2,33). Artinya mitra kolaboratif mengakui bahwa implementasi model ini sangat lebih baik untuk meningkatkan karakter bela gender dibandingkan dengan pendidikan karakter terintegrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
2. Efektivitas Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis
Layanan
Bimbingan
Klasikal
Kolaboratif
dengan
Pendekatan Experiential Learning Menurut Penilaian Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun 2014/2015 Pada akhir kegiatan implementasi, siswa diberikan kesempatan untuk memberikan penilaian terkait dengan efektivitas model layanan. Terdapat 30 butir pernyataan dan siswa diminta untuk mencentang kolom ya (artinya setuju terhadap isi pernyataan) atau mencentang kolom tidak (artinya menolak isi pernyataan) atau kolom tidak tahu (artinya tidak dapat memberi pendapat atas nilai efektivitas yang tertuang dalam pernyataan. Hasil dari penilaian siswa tertuang dalam tabel 4.2 Tabel 4.2 Penilaian Siswa terhadap Efektivitas Layanan (N=33) Ya No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Dalam kegiatan bimbingn karakter ini, saya mengalami/ memperoleh/ merasa: Semangat untuk mengikuti kegiatan Keberanian untuk tampil/melakukan sesuatu Gembira/senang dalam melaksanakan kegiatan Berani berpendapat Lebih kreatif Berani mencoba melakukan sesuatu Takut salah dalam melakukan permainan Malu dalam permainan kelompok Dihargai oleh teman-teman Tertarik untuk mengikuti semua kegiatan Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan Manfaat bagi perbaikan perilaku Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi Keinginan untuk menolong orang lain Puas terhadap bimbingan yang diberikan Tertantang untuk mencoba Capek/lelah/bosan dalam mengikuti semua kegiatan
Quan tity 33 29 33 22 26 28 8 7 25 26 26 31 27 30 29 27 3
(%) 100,0 90,6 100,0 68,8 81,3 87,5 25,0 21,9 78,1 81,3 81,3 96,9 84,4 93,8 90,6 84,4 9,4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Berkesan terhadap kegiatan yang diikuti Terdorong untuk terlibat aktif Berani bertanggung jawab Menghargai teman Kesediaan bekerja sama/kekompakan tim Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang Membangun kepedulian/kesetiakawanan Peningkatan keingintahuan siswa Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri Mendorong siswa lebih disiplin Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat
29 29 30 33 30 31 29 31 33 30 33 33 31
90,6 90,6 93,8 100,0 93,8 96,9 90,6 96,9 100,0 93,8 100,0 100,0 96,9
Keterangan : Item no 7, 8, dan 17 adalah pernyataan negatif. Dengan mencermati hasil data pada tabel 4.2 tampak dengan sangat meyakinkan bahwa sebagian besar siswa yang menjadi partisipan dalam implementasi model pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif menilai model ini sangat efektif. Pada enam aspek penilaian, seluruh siswa (100%) menilai bahwa implementasi model ini sangat efektif antara lain untuk meningkatkan kesadaran siswa guna memperbaiki diri, menghargai teman, membangun kepedulian atau kesetiakawanan, dan mendorong untuk lebih disiplin. Artinya model implementasi pendidikan karakter ini sangat efektif digunakan untuk meningkatkan nilai karakter siswa. 3. Gambaran Hasil Self Assessment Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang dalam Implementasi Model Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning. Berdasarkan perolehan data penelitian kuesioner tilik diri (self assesmennt) yang dihimpun setiap akhir sesi atau setiap pergantian topik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
bimbingan dalam implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif, diketahui gambaran peningkatan karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015. Peneliti melakukan analisis data menggunakan teknik pengkategoriasasian milik Azwar. Berikut visualisasi gambaran tingkat karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015 dalam tabel 4.3 dan grafik 4.1 di bawah ini Tabel 4.3 Kategorisasi Hasil Self Assessment Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang dalam Implementasi Model Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Rentang Skor
Kategori
> 102 85 - 102 67 - 84 48 - 66 < 48
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Sesi II
I F 0 0 11 22 0
% 0 0 33,4 66,6 0
F 0 5 24 4 0
% 0 15,1 72,7 12,2 0
III F 5 19 9 0 0
% 15,1 57,5 27.2 0 0
Data pengkategorisasian di atas, apabila disajikan dalam bentuk grafik, akan tampak seperti pada halaman berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
120 110 100 90
Sesi 1
80
Sesi 3
70
Sesi 2
60 50 40 30 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33
Grafik 4.1 Gambaran Perubahan Pemahaman Siswa mengenai Karakter Bela Gender pada Setiap Sesi Implementasi
Lebih jauh, penelitian ini juga menggunakan test pendidikan karakter bela gender yang dilakukan di awal (pre-test) dan akhir (post-test) kegiatan. Bertolak dari perolehan data penelitian yang dihimpun melalui tes peningkatan karakter bela gender, diketahui gambaran karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015. Hasil data menunjukan gambaran tingkat karakter bela gender siswa sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan. Peneliti melakukan analisis data menggunakan teknik kategorisasi dengan model distribusi normal. Berikut visualisasi gambaran tingkat karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015 dalam tabel 4.4 dan grafik 4.2 di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Tabel 4.4 Kategorisasi Tingkat Karakter Bela Gender Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Pre-Test Post-Test Rentang Kategori Skor F % F % >68 Sangat Tinggi 0 0 6 18,17 56-68 Tinggi 0 0 21 63,40 44-45 Sedang 26 78,78 6 18,17 32-43 Rendah 7 21,22 0 0 <32 Sangat Rendah 0 0 0 0 Data pengkategorisasian di atas apabila disajikan dalam bentuk grafik akan tampak sebagai berikut.
30
26
25
21
20 Pre Test
15 7
10 5
0 0
6 0
6 0
0
Tinggi
Sangat Tinggi
Post Test
0 Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Grafik 4.2 Grafik Tingkat Karakter Bela Gender Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
4. Signifikansi Hasil Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Sebelum dan Sesudah Implementasi Penelitian ini menggunakan hasil uji t sampel berpasangan untuk mengetahui efektivitas implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang. Berikut output hasil hitung uji t.
Tabel 4.5 Hasil Uji T-Test (Paired Sample Statistics)
Paired Samples Statistics
Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
PreTest
45.5152
33
4.41845
.76915
PostTest
69.0909
33
3.94589
.68689
Tabel Paired Samples Statistics di atas menunjukan bahwa ditinjau dari rata-rata skor karakter bela gender sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning terjadi peningkatan senilai 23.5757.Jika ditinjau dari standar deviasi terjadi penurunan senilai 0.47256. Penurunan standar deviasi atau standar eror rata-rata menunjukan bahwa data yang dimiliki adalah dan tidak terlalu jauh dari mean.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Tabel 4.6 Hasil Uji T-Test (Paired Sample Test)
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval of the Difference
Pa
PreTesti r PostTest
Mean
Std. Devi ation Std. Error Mean
Lower
-2.35758E1
5.02513
-25.35759
.87476
Upper
-21.79
Sig. t
26.951
df
(2-tailed)
32
.000
1
Berdasarkan tabel data Paired Samples Test di atas tampak nilai Sig. (2-tailed) (0.000) < (0.05) dan nilai t hitung (26.951) > t tabel (32;0.05) adalah 2.035, maka Ho ditolak. Artinya, secara statistik implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning guna meningkatkan nilai karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang sebelum dan sesudah treatment terbukti signifikan sehingga efektif digunakan untuk meningkatkan nilai karakter bela gender.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
B. Pembahasan 1. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Berdasarkan Penilaian Mitra Kolaboratif Mitra kolaboratif dalam penelitian efektivitas hasil implementasi layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning di SMP N 9 Singkawang pada Tahun Ajaran 2014/2015 diwakili oleh 3 pihak, yakni; a. Bapak Rahadian Dedy D, S.Pd
Guru Bimbingan dan Konseling
b. Bapak Suryadi, ST
Guru Mata Pelajaran IPA
c. Ibu Dra. Nani Inan
Kepala Sekolah
Proses implementasi layanan secara penuh dinilai oleh Guru BK dan Guru IPA. Kepala Sekolah dalam hal ini berperan sebagai observer efektivitas kegiatan. Data menggambarkan bahwa ketiga pihak yang terlibat sebagai penilai, mengakui bahwa model implementasi yang dilakukan di SMP N 9 Singkwang sangat lebih baik. Model implementasi layanan bimbingan klasikal kolaboratif dirasa sebagai inovasi pembelajaran yang sangat lebih baik untuk dilakukan. Hal ini tentu didasari oleh pengalaman-pengalam pendidikan karakter sebelumnya (pendidikan karakter terintegrasi). Mitra kolaboratif mendeskrpsikan secara singkat bahwa kolaborasi antar guru bk sangat perlu dilakukan. Kolaborasi dengan takaran yang sesuai tentu akan menghasilkan output yang baik, baik output hasil siswa, maupun output hasil bagi guru bk dan guru mata pelajaran tersendiri. Hal serupa juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
diungkapkan Depdiknas (2004) yang mengungkapkan bahwa bimbingan klasikal adalah sarana yang dapat menunjang perkembangan optimal siswa. Siswa diharapkan dapat mengambil manfaat yang sebanyak mungkin dari pelayanan bimbingan klasikal. Manfaat bimbingan klasikal menurut Bimbingan klasikal kolaboratif yang digunakan peneliti juga melibatkan pendekatan experiential learning. Artinya dalam kegiatan guru bk dan guru mata pelajaran menagajak siswa untuk berproses secara aktif sehingga siswa dapat belajar melalui pengalamannya secara langsung. Sesuai dengan tujuan dari experiential learning yang diungkapkan (Nasution, 2005) bahwa pendekatan ini bermakna ketika pembelajaran dapat mempengaruhi siswa dalam mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa, dan tentu memperluas keterampilan yang telah ada pada siswa. Jika ditinjau lebih jauh, desain program akan menjadi baik apabila disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik dan disesuaikan dengan nilai karakter yang dirasa masih perlu ditingkatkan. Apabila komponen pada pembahasan sebelumnya dipertimbangkan dengan masak, maka hasil yang signifikan dapat berdampak dalam memperbaiki karakter siswa menjadi lebih baik. Pendekatan experiential learning juga memiliki keunggulan untuk semakin memotivasi siswa sehingga dapat terlibat aktif, lebih berani untuk speak up, kooperatif, peduli, sehingga memiliki daya juang yang tinggi dalam mengatasi persoalan belajar dan menjadi peka sosial. Proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
kegiatan yang menyenangkan, disamping membantu mempermudah komunikasi antara guru dan siswa atau sebaliknya, juga dapat mempermudah pengalaman
siswa hidup
untuk pribadi,
berefleksi maupun
atas
pengalaman
belajar,
pengalaman-pengalaman
di
lingkungan sekitarnya. Dengan berefleksi siswa kemudian dapat semakin sadar akan pengalaman-pengalamannya dan menjadi pribadi yang semakin komunikatif. Dengan demikian perilaku-perilaku siswa yang semula salah suai dapat teratasi. Validitas penilaian yang dilakukan oleh mitra kolaboratif juga menghasilkan
anggapan
bahwa
kolaboratif dengan pendekatan
implementasi experiential
bimbingan learning
klasikal
pada tahun
2014/2015 merupakan model yang lebih baik dibandingkan dengan model sebelumnya. Secara khusus, guru bk mengungkapkan bahwa pada proses implementasi, siswa nampak lebih memiliki penghargaan terhadap teman. Selain itu, proses yang terjadi juga mampu menunjukan bahwa siswa di SMP N 9 Singkawang memiliki keberanian untuk tampil dan beraksi dengan krativitas tinggi. Proses ini dianggap kontekstual bila diterapkan sesuai dengan konten dan kebutuhan siswa, secara khusus untuk meningkatkan pendidikan karakter dalam diri mereka. Zubaedi (2012) juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor keberhasilan pendidikan karakter adalah adanya banyak corak refleksi sikap. Refleksi sikap akan menghasilkan tindakan-tindakan dan motivasi dari dalam diri dan tentunya dimotori oleh naluri dalam diri seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Pukurbalitbangnas pada tahun 2011 (Suyadi, 2013), juga memaparkan bahwa ada banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam pendidikan karakter, salah satunya adalah sikap toleransi. Toleransi dalam penerapan yang menghasilkan pengalaman akan berdampak pada sikap positif siswa dalam menanggapi kesenjangan gender. Dalam hal ini, siswa menanggapinya melalui implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal yang experiential learning. Terdapat sedikit sorotan pada score yang diberikan dalam item keberpihakan pada kearifan lokal. Rupanya ini adalah salah satu hal yang cukup dijunjung tinggi di Singkawang. Disadari oleh peneliti, kearifan lokal sedikit terlupakana ketika implementasi dilaksanakan. Lingkungan fisik
sekolah
yang
kurang
memungkinkan,
menjadikan
seluruh
implementasi layanan dilakukan di dalam ruang seni budaya (in door learning). Perlu diketahui, hal ini rupanya cukup disoroti mengingat hampir 90% siswa yang menerima perlakuan adalah anak-anak suku dayak, yang mana mereka sangat bergantung dan menjujung tinggi alam di sekitarnya. Guru mata pelajaran juga memberikan pemaparannya secara singkat bahwa mereka belum mampu jika harus melakukan ice breaking dengan lagu-lagu yang sangat modern di tengah-tengah jam pelajaran. “Belum jadi budayanya”, ungkap beliau. Guru bk menambahkan penjelassnya bahwa pada dasarnya anak-anak SMP N 9 Singkwang sangat terbuka atas model-model pembelajaran baru, namun tetap harus disatukan dengan lingkungan sekitar mereka. Model pembelajaran ini juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
menjadikan anak-anak berani memecahkan klick di antara mereka. Anakanak SMP N 9 Singkawang tidak begitu senang dengan model pembelajaran yang tidak melibatkan mereka, baik secara kognisis, afeksi, hingga konasi. Pernyataan serupa telah diungkapkan (Bahruddin, Wahyuni, 2010) bahwasannya fokus dari model pembelajaran experiential learning adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa (afeksi) dan memperluas keterampilan yang telah ada pada siswa (konasi). Berdasarkan validitas penilaian yang dilakukan oleh mitra kolaboratif, maka dapat ditarik satu kesimpulan yang kuat mengenai implementasi
bimbingan
klasikal
kolaboratif
dengan
pendekatan
experiential learning. Model pembelajaran seperti ini terbukti efektif dilakukan oleh siswa di SMP N 9 Singkawang. Secara khusus efektif untuk meningkatkan karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawan tahun ajaran 2014/2015 2. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Berdasarkan Penilaian Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 Proses implementasi layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning juga mendapatkan penilaian langsung dari para penerima perlakuan. Siswa ikut memberikan penilaian dengan hasil yang spektakuler, yakni sebagian besar siswa mengaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
merasa gembira sehingga menjadi lebih antusias dalam mengikuti implementasi layanan. Proses ini menjadikan siswa sadar akan potensi dalam dirinya sehingga siswa dapat menerapkan pemahaman dari setiap pengalaman dan mewujudnyatakannya dengan berani tampil. Model implementasi ini dirasa mudah untuk diterima oleh mereka. Kemudahan dalam menerima materi mengajak siswa untuk jadi lebih kreatif sehingga berani untuk mencoba hal-hal baru dalam proses pembelajaran. Namun, hingga akhir kegiatan, masih ada satu (1) siswa yang takut tidak dihargai oleh temannya. Dalam Tabel 4.2 terdapat tiga pernyataan yang diberikan shading berwarna kuning oleh peneliti. Hal ini dikarenakan ketiga item tersebut merupakan pernyataan negatif. Skor rendah dalam pernyataan negatif diartikan baik. Artinya, siswa merasa percaya diri dan tidak takut salah serta tidak malu dalam melakukan permainan. Selain itu, karena antusiasme yang sangat tinggi (> 60%) siswa tidak merasa capek, lelah, ataupun bosan dalam mengikuti semua kegiatan. Selanjutnya, dengan mencermati hasil data pada tabel 4.2 tampak dengan sangat meyakinkan bahwa sebagian besar siswa yang menjadi partisipan dalam implementasi model pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif menilai model ini sangat efektif. Pada enam aspek penilaian, seluruh siswa (100%) menilai bahwa implementasi model ini sangat efektif antara lain untuk meningkatkan kesadaran siswa guna memperbaiki diri, menghargai teman, membangun kepedulian atau kesetiakawanan, dan mendorong untuk lebih disiplin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Artinya model implementasi pendidikan karakter ini sangat efektif digunakan untuk meningkatkan nilai karakter siswa. 3. Tingkat Karakter Bela Gender Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 Berdasarkan data yang dihasilkan melalui self assessment tingkat karakter bela gender, ditemukan peningkatan yang berati baik mulai dari sesi pertama hingga sesi ketiga dalam proses implementasi model pendidikan karakter tersebut. Pada sesi pertama ditemukan sebagian besar siswa masuk dalam kategori rendah (>50%). Hasil ini tentu terjadi karena berbagai faktor, salah satunya penyesuaian model yang baru dan materi baru, mengingat belum pernah adanya pembahasan secara mendalam mengenai pendidikan karakter dengan latar belakang nilai gender di sekolah, tempat lokasi penelitian. Implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning memiliki intervensi berkelanjutan di antara setiap topik bahasannya. Selanjutnya, di akhir sesi ke dua dan ke tiga peneliti juga menghimpun data pemaham siswa melalui self assessment, dan hasilnya sejalan dengan pikiran penulis. Rupanya, terjadi peningkatan pemahaman setelah implementasi model di sesi yang kedua dan ketiga. Pada sesi kedua, (72,7%) siswa sudah mampu memahami nilai karakter bela gender. Memang belum sampai pada taraf tinggi atau sangat tinggi, namun sudah terdapat (15,1 %) siswa yang masuk pada kategori pemahaman tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
Hasil analisis data di sesi dua ditambah lagi dengan pengalaman refleksi siswa ketika proses implementasi berlangsung tentu sudah dapat diprediksikan. Pada sesi ketiga hasil olah data self assessment karakter bela gender menunjukan peningkatan fantastis. Sebagian besar siswa (57,5%) sudah memiliki pemahaman baik mengenai karakter bela gender sehingga dapat masuk dalam kategori tinggi. Lebih jauh, terdapat pula (15,1%) siswa yang berhasil melampaui skor 100 dari skala 30 hingga 120 sehingga dapat masuk dalam kategori sangat tinggi. Pencapaian pemahaman yang cukup melonjak jauh ini tentu dikarenakan keseriusan siswa dan kenyamanan yang dirasakan siswa dalam proses implementasi yang menggunakan pendekatan experiential learning. Secara keseluruhan terjadi peningkatan score di masing-masing sesi. Jika ditilik berdasarkan jenis kelamin, ada beberapa item yang tadinya bernilai 4, menjadi bernilai 3 atau 2. Hal ini dikarenakan pemahaman siswa yang sudah sampai ke tataran konasi, dimana siswa langsung mengalami peristiwinya. Sebagai contoh pada no item 20 dengan pernyataan, aku memandang laki-laki sebagai pemimpin. Rata-rata siswa perempuan kurang setuju dengan pernyataan tersebut, namun seiring berjalannya waktu pandangan mereka mengenai hal itu mulai terkikis. Dalam refleksinya, mereka mengutarakan bahwa gender itu berati keseimbangan. Artinya, sehebat apapaun perempuan, mereka juga memerlukan peran laki-laki, pun sebaliknya. Proses implementasi disinyalir menjadi lebih mudah karena siswa boleh langsung mengalami pembelajaran secara nyata. Pernyataan serupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
juga diungkapkan oleh Rogers, (1969) yang mengatakan bahwa berbagai proses yang dilakukan dalam pendekatan experiential learning dapat mengarahkan siswa untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak melalui keterlibatan secara aktif dibandingkan bila mereka hanya membaca suatu materi atau konsep tanpa doing something. Pemahaman mengenai tingkkat karakter bela gender juga digali oleh peneliti melalui suatu tes berbentuk multiple choice bergradasi. Bertolak dari test karakter bela gender yang dilakukan sebanyak dua kali, yakni diawal kegiatan (pre-test) dan diakhir kegiatan (post-test) terdapat hasil yang cukup unpredictable. Hasil pre-test tingkat pemahaman bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang berada pada kategori ratarata. Artinya ada sekitar 78,78% siswa memiliki pemahaman sedang mengenai konsep bela gender. Sisanya 21,22% siswa memiliki pemahaman rendah mengenai konsep bela gender. Pemahaman rendah yang dialami oleh siswa didasari oleh judgement yang kurang tepat mengenai apa itu gender sendiri. Siswa memandang bahwa gender hanya seputar jenis kelamin saja. Menanggapi salah pikir yang selama ini dipahami siswa, peneliti mengajak siswa untuk berproses bersama guna meningkatkan pemahaman mereka mengenai gender. Proses yang dilakukan dibagi menjadi 3 sesi dengan masi-masing topik berbeda pada tiap sesinya. Sesi pertama dilakukan oleh peneliti dengan membawakan topik bimbingan Menghargai Peran Gender. Pada sesi ini nampak antusiasme siswa untuk mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
apa itu gender yang sesungguhnya. Siswa tak luput memahami bahkan ada beberapa anak yang secara khusus mencatat informasi-informasi baru yang ia peroleh. Pada sesi pertama, kelas masih didominasi oleh siswa laki-laki, mulai dari keberanian berpendapat dengan teman di kanan maupun kirinya hingga mulai berani untuk membantu peneliti dalam mempersiapkan media. Melalui proses ini peneliti beranggapan bahwa dominasi di kelas VIII SMP N 9 Singkawang ini masih kuat oleh siswa laki-laki. Becky (2015) mengungkapkan bahwa remaja perempuan di suku dayak rata-rata memiliki kecerdasan intelektual yang cukup baik dibandingkan dengan laki-laki. Keprihatinan kemudian timbul ketika kecerdasan
tersebut
tidak
diimbangi
dengan
keberanian
untuk
mengunkapkan pendapat. Kembali kepada proses pada sesi pertama yang dilakukan oleh peneliti dan siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang. Dinamika yang digunakan peneliti pada waktu itu adalah dengan bermain role play. Sejak pembagian peran untuk persiapan role play, siswa perempuan sudah mulai mau ikut terlibat secara penuh dalam proses kegiatan. Bahkan sudah ada siswi yang berani menyampaiakan pendapatnya untuk mewakili kelompok yang mayoritas laki-laki untuk merefleksikan inti dari dinamika role play. Beranjak pada sesi kedua dengan topik yang berjudul Gaul It’s Okay, Gaul yang Proaktif. Topik ini bertujuan untuk mengajak siswa berani dalam kumpulan pergaulan, baik postif maupun negatif. Berani disini dimaksudkan untuk berani menyatakan pendapat sesuai norma yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
berlaku. Selain berani positif dalam pergaulan, topik ini juga mengajak siswa untuk berani proaktif dalam pergaulan. Peneliti mengajak siswa untuk menilik pergaulan secara lebih mendalam dengan media kisah bergambar dan membaca kisah inspiratif. Kisah inspiratif secara khusus menghadirkan sosok Ibu Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Siswa tentu sudah familiar dengan sosok Beliau sehingga dapat dengan mudah belajar dari kisah hidupnya. Gender merupakan konsep hubungan sosial yang membedakan fungsi dan peran antara perempuan dan laki-laki. Perspektif bela gender perlu memperhatikan aspek pergaulan dan partisipasi proaktif untuk menghapuskan bias didalamnya (Muawanah, 2009). Berpegang pada pandangan ahli, peneliti kemudian melihat kaitannya pada implementasi topik ketiga yakni Digelorakan oleh Mimpi. Respon luar biasa muncul dari siswa ketika ada salah satu dari antara mereka yang menuturkan citacitanya untuk menjadi seorang wakil rakyat. Kesimpulannya adalah tidak ada yang salah dengan kemampuan berpikir (kognisi) remaja di suku dayak. Masalah yang justru perlu dibenahi adalah penyampaian yang sesuai dengan realita dan kondisi siswa. Terkadang konstruk sosial yang sudah ada membuat siswa menjadi enggan untuk mengaktualisasikan pemahaman lewat dirinya. Guna menjawab permasalahan pendidikan karakter yang biasanya hanya sampai pada tatataran kognitif, implementasi model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
pendekatan experiential learning adalah jawabannya. Hasil post-test siswa menyatakan peningkatan pemahaman siswa yang cukup tinggi mengenai pemahaman gender. Peningkatan terjadi pada kategori pemahaman sangat tinggi yang mencapai 48,49% dan 51,51 % siswa memiliki pemahaman tinggi mengenai karakter bela gender. Artinya, berdasarkan peningkatan hasil post-test, model bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning adalah jawaban yang efektif atas permasalahan afeksi dan konasi di SMP N 9 Singkawang guna meningkatkan karakter bela gender. 4. Signifikansi Hasil Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Ezperiential Learning Sebelum dan Sesudah Implementasi Berdasarkan tujuan penelitian, dan hasil
penelitian tentang
efektivitas implementasi model pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian pokok (tes karakter bela gender) yang digunakan menunjukkan hasil yang baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model ini secara efektif dapat membantu baik guru maupun siswa dalam pembelajaran atau penerapan pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan tabel 4.5 pada sub bab ini nampak output hasil hitung Paired Sample t test (uji beda untuk sampel berpasangan) ditunjukan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pemahaman sebelum dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
sesudah mendapat perlakuan (implementsi model). Peningkatan signifikan yang terjadi sebesar 23.5757. Artinya, partisipan (siswa) merasa semakin mampu mengikuti, memahami, serta menerapkan pendidikan karakter bela gender dengan model yang didesain peneliti. Selanjutnya, jika ditinjau dari standar deviasi terjadi penurunan senilai 0.47256. Penurunan pada standar deviasi menunjukan bahwa persebaran data adalah baik atau dapat dikatakan tidak jauh dari rata-rata. Lebih lanjut pada tabel 4.6 ditunjukan output hasail hitung Paired Samples Test, tampak nilai Sig. (2-tailed) (0.000) < (0.05) dan nilai t hitung (26.951) > t tabel (32;0.05) adalah 2.035, maka Ho ditolak. Dengan demikian secara statistik terdapat peningkatan yang sangat signifikan hasil capaian pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran terhadap hasil penelitian. A. Kesimpulan Beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Mitra kolaboratif di SMP N 9 Singkawang menilai bahwa implementasi model pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning sangat lebih baik digunakan untuk meningkatkan dan menerapkan nilai-nilai dalam pendidikan karakter jika dibandingkan dengan model pendidikkam karakter terintegrasi. 2. Siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015 menilai bahwa implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning sangat lebih baik digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Profil capaian nilai karakter bela gender Siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/205 mengalami perubahan dengan grafik meningkat pada setiap sesi program. 4. Profil capaian nilai karakter bela gender Siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015 pada post-tes tergolong tinggi. 5. Implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning terbukti efektif untuk
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
meningkatkan karakter bela gender Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015. B. Saran Berikut adalah beberapa saran yang dapat penulis paparkan guna lebih mengoptimalkan dan mengembangkan ketercapaian hasil pendidikan karakter. 1. Bagi Kepala Sekolah Kepala sekolah diharapkan ikut ambil bagian dan berperan aktif dalam usaha membangun, mengembangkan, dan meningkatkan pendidikan karakter. Secara khusus peneliti memberikan saran agar kepala sekolah mulai menghimbau guru atau para staf pengajar, secara khusus di SMP N 9 Singkawang untuk menggiatkan layanan kolaboratif dengan pendekatan experiential learning. Kepala sekolah dapat membuat tim guna membentuk formula kolaborasi sesuai dengan kebutuhan sekolah. Misalnya saja, bekerja dengan guru bk dan pemuka agama atau pemuka suku di wilayah setempat untuk memberikan pandangannya mengenai nilai karakter bela gender kepada siswa sesuai dengan lingkungan sekitar. 2. Bagi Guru BK Guru BK hendaknya menjadi yang terdepat untuk menanggapi model pembelajaran guna menerapkan pendidikan karakter di sekolah, mengingat peran bimbingan konseling yang komperehensif. Selain itu, model pembelajaran yang secara aktif melibatkan siswa, dapat membantu perannya dalam memantau pergaulan siswa, yang notabene sedang berada di masa-masa remaja seperti saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
3. Bagi Guru Mata Pelajaran Guru mata pelajaran diharapkan turut kooperatif dalam penerapan pendidikan karakter yang terintegrasi. Langkah awal dapat dimulai dengan membentuk tim kolaboratif dengan guru bk. Perlu adanya kolaborasi dengan guru bk dikarenakan kemampuan untuk merancang suatu pembelajaran dengan penerapan pendidikan karakter sudah dimiliki oleh guru bk. Kiblat seorang guru bk adalah ilmu psikologi yang didalamnya terkandung pemahaman mengenai manusia beserta karakter yang dimiliki tentunya. 4. Bagi Siswa Siswa diharapkan terus menikmati proses belajar dan berani menciptakan kenyamanan dalam menjalani proses belajar sehingga semakin banyak pengetahuan yang dapat diterima dalam diri. Selain itu, siswa juga diharapkan untuk menerapkan nilai-nilai luhur yang nasionalis dalam diri, mengingat perannya sebagai generasi pencetus Bangsa Indonesia. 5. Bagi Peneliti Lain Peneliti lain diharpkan mampu mengembangkan penelitian yang terkait dengan efektivitas implementasi model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential
learning.
Hal
tersebut
dapat
dilakukan
dengan
mengembangkan kuesioner dan memperluas sebaran subjek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Anggara, I Komang Ari. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Terhadap Konsep Diri dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja. Tesis ,tidak diterbitkan, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha. Attamimi, Abdullah. 2010. Strategi Nasional Sosial Budaya untuk Mewujudkan Kesetaraan Gender. Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Azwar, S. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 2014. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baharuddin., Wahyuni, E.N. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Barus, Gendon. 2015. Menakar Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Th. XXXIV, No.2 Blakemore, J.E.O., Berenbaum, S.A., Liben, I.S. 2009. Gender Development. New York: Psychology Press. Buchori, M. (9 Februari 2010). Krisis Moral dan Masalah Karakter. Jakarta: Kompas Media Nusantara. BouJaoude, S. 2011. Elspeth Page and Jyotsna Jha: Exploring the bias: Gender and stereotyping in secondary schools. International Review of Education/ Internationale Zeitschrift f;Jan2011, Vol. 57 Issue 1/2, p227. Character Education Quality Standard. 2014. A Framework for School Success-11 Principles of Effective Character Education. USA: Character Organisation. DeLucia, Waack. 2006. Leading Psychoeducational Gruops For Children and Adolescents. United States Of America : Sage Publikations, Inc. Depdiknas. 2004. Bimbingan dan Konseling. Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Faure, Edgar. 1972. Learning to be: The World of Education Today and Tomorrow. Paris: UNESCO Freud, S. 2014. Sex and Dream. Harbor Lights Media Group diakses melalui https://books.google.com/ diakses pada tanggal 17 Januari 2016
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
Freud, S. 2016. Psychoanalisis for Beginners: A Generale Introduction to Psychoanalisis and Dream Psychology. Prague: e-artnow Gordon, S,. Glickman C., Ross-Gordon JM. 2004. Supervision and Intructional Leadersip: A Development approach (edisi ke-6). Boston: Allyn and Bacon. Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics ini Psychology and Education. New York: Mc Graw-Hill Book Co.Inc. Gunarsa, S. D. 1989. Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia. Harlan, Becky. 2015. Nine Dayak Culture-Rain Forest Cultures. Global Sites: National Geographic Hartoko, Dick. 1984. Manusia dan Budaya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hofes, M. Lewis. 1983. Religion of the World. New York: Macmillan Publishing Co.Inc. Hurlock, E.B. 1991. Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Erlangga. Hyde, J.S., Else-Quest, N. 2013. Half the Human Experience (8th edition). Boston: Cengangw. Jakarta Post. 2007. Data Shows Studets Taking Illicit Drugs on the Rise. Jakarta: The Jakarta Post: Bina Media Tenggara Jyotsna, J. 2009. Exploring the Bias: Gender Stereotyping in Secondary Schools. London: Commonwealth Secretariat. Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Pendidikan Karakter untuk Membangun Karakter Bangsa. Jurnal Policy Brief Edisi 4; Perspektf Pendidikan Karakter Menuju Bangsa Unggul.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kemendiknas. (4 Juli 2011) Kemenpppa, Kementrian Pemberdaya Perempuan dan Perlindungan Anak., Kemenkeu, Kementria Keuangan. 2010. Panduan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender di Lingkungan Kemetrian Keuangan. Jakarta: Kemeppa dan Kemenkeu Republik Indonesia. Kolb, David A. 1984. Experiential Learning. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
Kolb, David A. 2015. Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development (2nd edition). USA: Pearson Education Komnas Perempuan. 2012. Hasil Kerja Komisi Nasional Perempuan. Laporan Kerja. Jakarta: Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Diakses melalui komnasperempuan.go.id pada tanggal 4 januari 2016 Kottak, C Phillip. 2014. Anthropology. The Exploration of Human Diversity. New York : McGraw-Hill Education, Inc. Kusuma, Rosa Delima KJA. 2015. Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Lima SMP di Jawa. Skripsi, tidak diterbitkan, USD, Yogyakarta Lickona,T. 1991. Educating For Character: How Our School Can Teach Respect And Responsibility. USA: Bantam Books LKPP, Universitas Hasanudin. 2007. Panduan Penerapan Model Pemebelajaran Experiential Learning. Makassar: Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan, Universitas Hasanudin. Muawanah, Elfi. 2009. Pendidikan Gender dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: TERAS Munif,. I.R.S., Mosik. 2009. Penerapan Metode Experiential Learning pada Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5. Semarang. Universitas Negeri Semarang. Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung : Bumi Aksara. Nurgiyantoro, Burhan., dkk. 2009. Statistika Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Prayoga, Sugeng. 2015. Meningkatkan Kompetensi Layanan Bimbingan Klasikal Melalui Supervisi Akademik bagi Guru Bimbingan Konseling SMA Binaan di Kota Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015. Laporan Penelitian. Mataram: Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan NTB. Puspitawati, Herien. 2009. Nilai Gender Berdasarkan Suku Bangsa Di Indonesia. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen, IPB. Rahmawati, Nyoman. 2016. Perempuan Bali dalam Pergulatan Gender (Kajian Budaya, Tradisi, dan Agama Hindu). Cultural Studies Journal. 2016. Vol 1. No 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Rogers, Carl R. 1969. Freedom to Learn. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company. Santrok, J. W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Santrock, J.W. 2014. Adolescence: Fifteenth Edition. New York: Mc.Graw-Hill Education. Santoso, Djoko Budi. 2011. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Malang. Sears,O.D., Johanthan L. F., and L. Anne, Peplau. 1994. Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga. Suciati. 2005. PEKERTI. Mengajar di Perguruan Tinggi. Buku 1.07. Taksonomi Tujuan Instruksional. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sularto, St. 2009. “Krisis Identitas dan Harga Diri” Dalam Negara Minus Nurani; Esai-esai Kritis Kebijakan Publik. Indratno, A.F.T.(ed). Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Suyadi. 2013. Strategi Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tessa, Indrayanti Alice. 2003. Hubungan Gaya Perlakuan Orang Tua dengan Identitas Peran Jenis Kelamin pada Remaja Akhir di Daerah Suburban. Skripsi. Fakultas Psikologi UNPAD Bandung: tidak diterbitkan. Tomlinson, S. 2005. Indonesia’s Culture of Corruption May Hinder Aid. United States of America: The New York Times. Unicef. 2007. A Human Right-Based Approach to Education for All. New York: Division of Communication, UNICEF. Webster, N., Guralnik, D. 1991 Webster’s New Worl Dictionary. USA: Houghton Mifflin Harcourt. Winkel, WS., Hastuti, Sri. (2004) Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
Lampiran 1. Kuesioner Validasi Efektifitas Model Pendidikan Karakter Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning (Responden: Mitra Kolaboratif)
Validitas Penilaian Kepala Sekolah, Guru Bimbingan dan Konseling, dan Guru Mata Pelajaran A. Pengantar Bapak/Ibu Guru yang terhormat, sejak 2010 sekolah-sekolah di tanah air kita telah menerapkan Pendidikan Karakter Terintegrasi dengan Pembelajaran (berdasarkan Pedoman Pendidikan Karakter di SMP, Direktur Pembinaan SMP, Depdiknas, 2010). Dalam implementasinya, para guru di lapangan mengeluhkan banyak hambatan, seperti kurang operasionalnya pedoman, nilai karakter terrumus indah pada RPP, namun tidak menemukan cara atau strategi yang tepat dalam penerapannya, penanaman nilai karakter terhenti hanya diceramahkan, keteladanan yang diperagakan para guru seringkali kegerus oleh ketidak konsistenan dan kekurang komapkan semua pihak di sekolah. Kasus “Kantin Kejujuran” yang kini tinggal nama dapat ditunjukkan sebagai satu contoh kegagalan. Terlepas dari keunggulan dan keutamaan konsepnya, implementasi Pendidikan Karakter Terintegrasi juga belum melibatkan Konselor/ Guru BK untuk bersinergi dalam eksplisitasi program. Berangkat dari sejumlah kelemahan tersebut, Tim Penelitian Strategi Nasional Prodi BK Universitas Sanata Dharma 2014-2016 mencoba menawarkan sebuah model alternatif: Model Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning (PEKA BILA BISA KODE EXL). Dengan model ini, keyakinan Tim adalah, pendidikan karakter dapat lebih efektif apabila Guru Mata Pelajaran dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
berkolaborasi dengan Guru BK dalam implementasinya dengan suatu asumsi bahwa Guru BK mampu mengaplikasikan terapan pengetahuan psikologi yang dimilikinya dalam merancang strategi pendekatan experiential. Bagaimanapun juga, penanaman nilai karakter tidak dapat dilakukan dengan “ceramah” melainkan akan lebih berhasil jika didekati dengan olah pembelajaran berdasarkan pengalaman (Experiential Learning) B. Petunjuk Umum Pengisian Berangkat dari pemahaman atau asumsi di atas, dan setelah mengamati contoh implementasi model ini, kiranya Bapak/Ibu berkenan memberikan validasi/ penilaian atas efektivitas model ini. Kami memohon Bapak/Ibu mitra implementasi model menanggapi pertanyaan-pertanyaan dan mengisi skala asesmen berikut ini. 1. Dibandingkan dengan pendidikan karakter terintegrasi (dalam pembelajaran) yang selama ini Bapak/Ibu terapkan dalam pembelajaran, implementasi/ pelaksanaan Model PEKA BILA BISA KODE EXL ini menurut penilaian Bapak/Ibu apakah lebih baik/efektif (+) ataukah kurang baik/kurang efektif (-)? Isikan penilaian Bapak/Ibu pada lembar berikut. 2. Beri tanda centang (√) pada kolom sebelah kiri – (jika sedikit kurang) ; - (sangat kurang) ; - - - (sangat buruk) atau kolom sebelah kanan + (jika sedikit lebih baik); + + (lebih baik);
+ + + (sangat lebih baik) untuk setiap Nilai
Efektivitas Model pada Bagian Satu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
C. Bagian Satu (Checklist) ---
--
-
NILAI EFEKTIVITAS MODEL PEKA BILA BISA KODE EXL Desain/rancangan lebih operasional Komprehensif/kelengkapankomponen Kemudahan dalam implementasi/penerapan Kepraktisan dalam pelaksanaan Sistematis/keruntutan langkah Efektivitas pencapaian tujuan Kesesuaian dengan kebutuhan siswa Kesesuaian dengan karakteristik siswa Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa Kesesuaian dengan nilai karakter yang ditanamkan Kemenarikannya bagi siswa Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan Kebermanfaatan bagi peningkatan karakter siswa Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi Kekuatannya dalam memperbaiki karakter siswa Ketepatan strategi/metode penanaman karakter Keberpihakan pada kearifan lokal Kemudahan dalam mengevaluasi proses Kemudahan dalam penilaian capaian hasil Menumbuhkan antusias/keberkesanan bagi siswa Memotivasi siswa untuk terlibat aktif Menumbuhkan kreativitas/inisiatif siswa Memunculkan keberanian siswa untuk tampil Menanamkan rasa hormat siswa thd guru/teman Peningkatan keberanian siswa bertanggung jawab Penghargaan siswa terhadap teman/orang lain Peningkatan kerja sama/kekompakan tim Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang Membangun kepedulian/kesetiakawanan Kegembiraan siswa dalam mengikuti kegiatan Peningkatan keingintahuan siswa Mendorong siswa untuk berpendapat/merespon Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri
+
++
+++
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
Mendorong siswa berrefleksi Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat Mengatasi perilaku negatif/trouble pada siswa Membangkitkan keikhlasan siswa unt menolong
D. Bagian Dua (Pertanyaan Terbuka dan Tertutup) 1 Menurut Bapak/Ibu, apakah model ini dapat diterapkan (perlu dilanjutkan) di sekolah Bapak/Ibu (di SMP pada umumnya); mohon beri alasan jawaban! ________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ________________________________________________________________ _______________________________________________ 2 Jika model ini diterapkan secara kolaboratif antara Guru BK dan Guru Mapel tertentu, apa kira-kira kesulitan atau hambatannya ? ________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ________________________________________________________________ _______________________________________________ 3 Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus diperbaiki dalam implementasi model ini ?
4
________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ________________________________________________________________ _______________________________________________ Apakah perlu disediakan modul pegangan guru dan siswa untuk implementasi model ini? (Lingkari huruf) a. Ya, sangat perlu dan mendesak
c. Ya, tetapi tidak mendesak
b. Tidak perlu
d. Tidak tahu
Jika ya, apa saja isi/komponen yang perlu disusun/dimasukkan dalam modul tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
Lampiran 2. Kuesioner Validasi Efektifitas Model Pendidikan Karakter Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning (Responden: Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang) Pengantar Anak-anak yang budiman, kalian telah mengikuti serangkaian kegiatan bimbingan kelas yang bermuatan pendidikan karakter. Ada banyak kegiatan yang mengasyikan yang telah kalian ikuti dari kakak-kakak fasilitator. Kegiatan ini telas selesai, terima kasih atas kesediaan kalian berpartisipasi. Sekarang, kami mohon kesediaan kalian untuk memberi kesan-kesan atau penilaian atas pelaksanaan kegiatan tersebut. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan apa yang kamu alami atau kamu peroleh dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Alternatif Jawaban No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Dalam kegiatan bimbingn karakter ini, saya mengalami/ memperoleh/ merasa:
Ya
Tidak
Tidak Tahu
Semangat untuk mengikuti kegiatan Keberanian untuk tampil/melakukan sesuatu Gembira/senang dalam melaksanakan kegiatan Berani berpendapat Lebih kreatif Berani mencoba melakukan sesuatu Takut salah dalam melakukan permainan Malu dalam permainan kelompok Dihargai oleh teman-teman Tertarik untuk mengikuti semua kegiatan Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan Manfaat bagi perbaikan perilaku Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi Keinginan untuk menolong orang lain Puas terhadap bimbingan yang diberikan Tertantang untuk mencoba Capek/lelah/bosan dalam mengikuti semua kegiatan Berkesan terhadap kegiatan yang diikuti Terdorong untuk terlibat aktif Berani bertanggung jawab Menghargai teman Kesediaan bekerja sama/kekompakan tim Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang Membangun kepedulian/kesetiakawanan Peningkatan keingintahuan siswa Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri Mendorong siswa lebih disiplin Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat
Nama & Tanda tangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
Lampiran 3. Kuesioner Tilik Diri Siswa Karakter Bela Gender (Self Assessment)
A. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenik Kelamin : 3. No Absent : B. Petunjuk Umum Pengisisan Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian berikan jawaban mu pada kolom alternatif jawaban dengan cara mencentang (√) sesuai dengan situasi dan kepribadian Kamu dengan sejujur-jujurnya. Keterangan: SS : Sangat Setuju KS : Kurang Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju No
Pernyataan
1. Dalam keluargaku terdapat pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin . 2. Dalam keluargaku, anak laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. 3. Orang tuaku bersikap adil baik kepada anak laki-laki maupun kepada anak perempuan terutama dalam hal mencurahkan kasih saying. 4. Orang tuaku memberi pola asuh yang berbeda kepada anak laki-laki dan anak perempuan, missal ya anak laki-laki dididik untuk mempunyai sifat maskulin sedangkan anak perempuan dididik untuk lebih feminine. 5. Orang tuaku memperbolehkan anak laki-laki mempunyai sifat feminin dan anak perempuan mempunyai sifat maskulin (tomboy). 6. Ketika aku masih kecil, orang tuaku mengarahkan untuk bermain hanya dengan teman sesama jenis kelamin. 7. Dalam keluargaku terdapat perbedaan peran antara ayah ibu atau antara anak laki-laki dan ank perempuan. 8. Orang tuaku menanamkan ajaran agama tentang konsep gender.
KETERANGAN SS S KS TS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
9. Orang tuaku menerapkan diskriminasi gender terhadap anggota keluarga (membedakan anak laki-laki dengan anak perempuan . 10. Kelompok pergaulanku menganggap bahwa peran antara laki-laki dan perempuan sama (tidak dibedakan). 11. Aku pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan sekolah. 12. Aku pernah mendapatkan pelajaran tentang bela gender atau pendidikan gender. 13. Lingkungan masyarakat tempat aku tinggal masih terdapat perbedaan peran antara laki-laki & perempuan. 14. Aku pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan masyarakat tempat aku tinggal. 15. Lingkungan masyarakat tempat tinggalku kebanyakan menyediakan kegiatan untuk laki-laki saja. 16. Masih terdapat perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan di lingkungan masyarakatku. 17. Aku memandang laki-laki sebagai pemimpin 18. Aku menghormati perempuan yang berprestasi 19. Aku menghormati laki-laki yang berprestasi 20. Aku memandang hanya laki-laki boleh jadi ketua kelas. 21. Di sekolah siswa laki-laki boleh bermain ketika istirahat di luar kelas, sedangkan siswi perempuan cukup berada dalam kelas saja. 22. Siswi perempuan sulit untuk bergaul di luar kelas 23. Siswa laki-laki banyak yang berperilaku seperti penguasa. 24. Bagiku siswi perempuan mampu bersaing dalam kegiatan belajar di kelas. 25. Dalam menjalankan tugas piket di kelas siswa laki-laki tidak perlu menjalannya. 26. Siswi perempuan harus mengerjakan tugas piket kelas sebelum jam masuk kelas. 27. Bagiku kesuksesan itu hanya milik laki-laki 28. Siswi perempuan tidak boleh pulang sekolah tidak tepat pada waktunya. 29. Siswa laki-laki dapat bermain seusai jam pulang sekolah hingga sore hari. 30. Siswi perempuan tidak boleh membawa sepeda ketika berangkat ke sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
Lampiran 4. Test Bela Gender (Pre-test dan Pos-test Siswa)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
Character Building Test- Based on Gender Value Pricillia Eka Diah Sabu Lazar Yogyakarta, April 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
A. Identitas Responden Nama
:
No Absent
:
Jenis Kelamin
:
B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pentunjuk di bawah ini dengan teliti. 2. Pilihlah jawaban a, b, c atau d sesuai dengan keadaan dirimu sebenarnya. 3. Tidak ada jawaban yang paling benar atau salah. 4. Silanglah(X) jawaban yang paling sesuai dengan dirimu pada lembar jawaban yang sudah tersedia. Contoh: jika kamu memilih jawaban A, maka berilah tanda silang (X) pada kolom A, di lembar jawab yang tersedia. (Lihat contoh pengisian di bawah ini)
NO 1. 2. dst.
A
B
C
D
Selamat Mengerjakan 1. Gender bagi saya adalah ............................................... a. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam bentuk alat kelamin. b. Sikap sosial dalam berperan dalam masyarakat. c. Tanggung jawab yang harus dikerjakan oleh laki-laki maupun perempuan. d. Karakteristik laki-laki maupun perempuan yang nampak dalam sikap dan perilaku. 2. Dalam kehidupan sehari-hari seks bagi saya meliputi .................................. a. Jenis kelamin kita , laki-laki dan perempuan. b. Alamat kelamin kita yang diwakili oleh penis dan vagina. c. Ciri-ciri fisik laki-laki dan perempuan. d. Sifat laki-laki dan perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
3. Saya memahami bahwa seks adalah ............................................... a. Alat organ reproduksi. b. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan. c. Feminim dan maskulin d. Sifat tomboy dan feminim 4. Peran seks bagi laki-laki adalah ............................................... a. Untuk meneruskan keturunan keluarga. b. Untuk dapat menghamili. c. Untuk memberikan nafkah. d. Untuk mengatur Rumah Tangga. 5. Saya menganggap bahwa siswa laki-laki memiliki kewajiban untuk ........... a. Menjadi ketua kelas yang memiliki pendirian. b. Menjadi anggota kelas saja. c. Menjadi siswa yang aktif. d. Menjadi siswa yang dapat melindungi teman-temannya. 6. Saya ditunjuk sebagi seorang ketua kelas, maka hal yang saya lakukan adalah ............................. a. Saya langsung mengiyakan saja. b. Saya berpikir sebelum menerima tawaran sehingga dapat menjadi ketua kelas yang baik. c. Saya menerima, namun melakukannya dengan setengah hati. d. Saya menerima dan menjalankan amanah dari guru dan temen-teman dengan baik. 7. Saya mendapatkan tugas piket selama satu minggu bersama teman-teman, maka tindakan yang saya lakukan agar piket kelas ini berjalan dengan baik adalah ............................................... a. Saya membagi tugas , siswa laki-laki menaikan kursi dan perempuan menyapu lantai. b. Saya mengerjakan tugas piket bersama-sama pada waktunya. c. Saya meminta bapak tukang kebun untuk membantu bertugas piket. d. Saya berangkat agak siang selama seminggu sehingga tidak mengikuti piket. 8. Saat diminta membagi kelompok secara mandiri, hal yang saya lakukan adalah ........................... a. Bergegas dan mencari teman yang nyaman dengan saya. b. Berdiam diri saja menunggu teman yang memilih saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
c. Bergegas dan bergabung bersama teman-teman yang lain, baik itu laki-laki maupun perempuan. d. Membetuk kelompok dengan teman yang berjenis kelamin sama dengan saya. 9. Setelah jam pulang sekolah, hal yang sering saya lakukan adalah ............... a. Saya pulang ke rumah tepat waktu. b. Saya mampir terlebih dahulu ke pusat perbelanjaan. c. Saya bermain ke rumah teman. d. Saya pulang ke rumah, mengganti seragam lalu bermain bersama teman ke suatu tempat. 10. Saya tidak diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin regu pramukan, hal yang saya lakukan adalah ............................................... a. Saya marah namun tetap mengikuti kegiatan pramuka hingga selesai. b. Saya menerima siapapun yang menjadi pemimpin regu, dan belajar sehingga kelak dapat menjadi pemimpin regu. c. Saya tetap mengikuti kegiatan dengan gembira. d. Saya mengabaikan teman yang memimpin, dan tetap mengikuti kegiatan dengan baik. 11. Siswa berprestasi dapat menghargai teman-temannya baik laki-laki maupun perempuan, hal ini ditunjukan oleh ............................................... a. Saya tidak sombong ketika ada teman yang sedang memberikan pendapatnya di kelas. b. Saya tetap rendah hati. c. Saya mau berbagi pengetahuan dengan teman-teman yang lainnya. d. Saya mau mendengarkan teman-teman yang tidak lebih pandai dari pada saya. 12. Dalam bergaul, saya tahu bahwa............................................... a. Waktu main siswi perempuan tidak sebanyak siswa laki-laki. b. Siswi perempuan tidak boleh pulang terlalu malam. c. Siswa laki-laki harus menghormati siswi perempuan. d. Siswa perempuan harus bermain dengan perempuan dan laki-laki bermain dengan laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
13. Saya mau berbagi pendapat dengan teman yang berbeda jenis kelamin karena........................... a. Teman laki-laki dapat berfikir menggunakan akal pikiran dan perempuan dapat menggunakan perasaannya. b. Keputusan dapat diambil dengan cepat oleh laki-laki dan perempuan dapat berpikir lebih lama dalam mempertimbangkan suatu hal. c. Saya lebih nyaman ketika bertukar pendapat dengan lawan jenis. d. Saya bosan bercerita dengan teman sesama jenis. 14. Siswi perempuan di kelas saya terpilih sebagai ketua osis, maka sikap saya................................ a. Memberikan ucapan selamat. b. Mendukung segala programnya. c. Memberikan hadiah. d. Biasa saja. 15. Siswi perempuan harus lebih menjaga diri ktika di sekolah, hal ini ditunjukan dengan...................................... a. Cara berpakaiannya. b. Cara bertutur kata. c. Sikapnya dalam keseharian. d. Kesopanannya dalam bergaul. 16. Saya melihat ada teman yang tidak mau bergaul ketika jam istirahat, maka yang saya lakukan.................................. a. Mengajakanya jajan di kantin. b. Menanyakan apa yang terjadi sehingga tidak mau ke luar kelas. c. Melihat namun tidak menyapanya. d. Mendekatinya dan mengajaknya untuk bermain di luar kelas. 17. Saya berani bermimpi demi masa depan yang cerah, hal ini ditunjukan dengan.......................... a. Saya semangat belajar. b. Saya memiliki motivasi diri. c. Saya tetap semangat dan tidak pantang menyerah. d. Saya menjalami hidup saya dengan biasa-biasa saja. 18. Saya melihat teman laki-laki yang sering usil kepada teman perempuan, sikap saya....................... a. Saya membiarkannya saja, karena itu bukan urusan saya. b. Saya melihat namun tak berdaya untuk menegurnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
c. Saya melihat dan menegurnya secara pribadi (tidak di depan banyak teman) d. Saya mengajaknya bicara empat mata dan memintanya untuk minta maaf dan tidak berbuat usil lagi. 19. Saya berhasil memenangkan lomba, maka sikap saya setelahnya............................................. a. Saya bangga dan tetap belajar dengan tekun. b. Saya bersyukur dan semakin tekun belajar serta membagikan pengetahuan saya kepada teman yang lain. c. Saya mempersiapkan diri ikut lomba lagi, namun tanpa belajar. d. Saya bersyukur dan membagikan pengetahuan serta pengalaman saya sehingga teman lain dapat termotivasi mengikuti lomba juga. 20. Saya berani bermimpi karena................................. a. Saya ingin menjadi orang yang sukses. b. Saya ingin terus belajar demi masa depan yang baik. c. Saya harus mempersiapkan diri dengan belajar dan dapat menggapai impian saya hingga sukses. d. Saya memiliki target dalam hidup saya.
Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Butir Item Kuesioner Pendidikan Karakter Bela Gender
A. Uji Validitas Butir Item Kuesioner Test Pendidikan Karakter Bela Gender Aspek 1 Pearson Correation Aspek 1 Penguasaan Kontrol No Item
1
Parameters
Sig. (2-tailed)
.011
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
4
.000
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed) N
.460
**
.007
VALID
33 *
VALID
33 .451
**
.009
VALID
33 .483
**
.004
VALID
33 *
Pearson Correlation
.429
Sig. (2-tailed)
.013
N
VALID
33
.020
Pearson Correlation
7
**
Sig. (2-tailed)
N
6
.689
.404
Pearson Correlation
VALID
33
Pearson Correlation
N
5
*
.435
Pearson Correlation
3
Keputusan
Pearson Correlation
N
2
Hasil Hitung
33
VALID
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
B. Uji Validitas Butir Item Kuesioner Test Pendidikan Karakter Bela Gender Aspek 2 Pearson Correation Aspek 2 Partisipasi Proaktif No Item
Parameters Pearson Correlation
8
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
9
Sig. (2-tailed) N
10
.474
**
.005
VALID
33 *
.374
Sig. (2-tailed)
.032
VALID
33 .491
**
.004
VALID
33 *
Pearson Correlation
.417
Sig. (2-tailed)
.016
N
VALID
33
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
VALID
33
.068
N
15
.019
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
Keputusan
**
.321
N
13
.407
Pearson Correlation
N
11
JumlahSkor
33
VALID
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
C. Uji Validitas Butir Item Kuesioner Test Pendidikan Karakter Bela Gender Aspek 3 Pearson Correation Aspek 3 Akses Pergaulan No Item
Parameters Pearson Correlation
12
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
14
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
16
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
17
Sig. (2-tailed) N
18
**
.001
.462
**
.007
.459
**
.007
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Valid
33 .479
**
.005
Valid
33 *
.012
N
Valid
33
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
Valid
33
.434
Pearson Correlation
20
.539
Keputusan
Pearson Correlation
N
19
Hasil Hitung
Valid
33 .465
**
.006
Valid
33 .612
**
.000 33
Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Test Pendidikan Karakter Bela Gender Reliability Statistics Cronbach’s
N of Items
Alpha .721
20
Kuesioner terdiri dari 20 item, dimana setelah melakukan uji realibiliatas harga rhitung dikonsultasikan kepada rtabel. Berdasarkan output hasil hitung diketahui bahwa nilai Alpha sebesar 0,721, kemudian nilai ini akan dibandingkan dengan nilai r tabel, dengan N Item = 20 dicari pada distribusi nilai r tabel signifikansi 5% maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,444. Kesimpulannya Alpha= 0,721 > r tabel= 0,444 artinya item-item dalam alat tes pendidikan karakter bela gender dapat dikatakan reliabel. Selanjutnya bila ditinjau melalui tabel kategorisasi Guilford, hasil uji reliabilita statistik item-item dalam alat tes pendidikan karakter bela gender (0,721) masuk dalam reliabilitas tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
Lampiran 7. Data Hasil Uji Normalitas Pendidikan Karakter Bela Gender Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
Shapiro-Wilk Sig.
Statistic
Df
Sig.
PreTest
.155
33
.043
.945
33
.096
PostTest
.113
33
.200
*
.983
33
.866
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Tabel di atas merupakan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukan bahwa nilai signifikansi 0,200>0,05dengan demikian sampel peneliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika ditinjau dari hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukan nilai signifikansi 0,866>0,05 hal ini pun berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Lampiran 8. Tabulasi Data Instrumen 1 Validasi Efektifitas Model Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning (Responden: Stakeholder) A. Perolehan Data Validasi Kepala Sekolah Kepala SMP N 9 Singkawang
NILAI EFEKTIVITAS MODEL
Total
Desain/rancangan lebih operasional
++ + 3
Komprehensif/kelengkapan komponen
3
3
Kemudahan dalam implementasi/penerapan
3
3
Kepraktisan dalam pelaksanaan
3
3
Sistematis/keruntutan langkah
3
3
Efektivitas pencapaian tujuan
3
3
PEKA BILA BISA KODE EXL
+
++
3
Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
2
2
Kesesuaian dengan karakteristik siswa
2
2
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa
3
3
Kesesuaian dengan nilai karakter yang ditanamkan
3
3
Kemenarikannya bagi siswa
3
3
Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan
2
2
Kebermanfaatan bagi peningkatan karakter siswa
3
3
Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi
3
3
Kekuatannya dalam memperbaiki karakter siswa
3
3
Ketepatan strategi/metode penanaman karakter
3
3
Keberpihakan pada kearifan lokal
2
2
Kemudahan dalam mengevaluasi proses
2
2
Kemudahan dalam penilaian capaian hasil
2
2
Menumbuhkan antusias/keberkesanan bagi siswa
2
2
Memotivasi siswa untuk terlibat aktif
3
3
Menumbuhkan kreativitas/inisiatif siswa
3
3
Memunculkan keberanian siswa untuk tampil
3
3
Menanamkan rasa hormat siswa thd guru/teman
3
3
Peningkatan keberanian siswa bertanggung jawab
3
3
Penghargaan siswa terhadap teman/orang lain
2
2
Peningkatan kerja sama/kekompakan tim
3
3
Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan
3
3
Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk
3
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang
3
3
Membangun kepedulian/kesetiakawanan
3
3
Kegembiraan siswa dalam mengikuti kegiatan
3
3
Peningkatan keingintahuan siswa
3
3
Mendorong siswa untuk berpendapat/merespon
3
3
Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri
3
3
Mendorong siswa berrefleksi
3
3
Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat
3
3
Mengatasi perilaku negatif/trouble pada siswa
3
3
Membangkitkan keikhlasan siswa unt menolong
3
3
B. Perolehan Data Validasi Guru Bimbingan dan Konseling Guru BK SMP N 9 Singkawang
NILAI EFEKTIVITAS MODEL
++ + 3
Total
Komprehensif/kelengkapan komponen
3
3
Kemudahan dalam implementasi/penerapan
3
3
Kepraktisan dalam pelaksanaan
3
3
Sistematis/keruntutan langkah
3
3
Efektivitas pencapaian tujuan
3
3
Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
3
3
Kesesuaian dengan karakteristik siswa
3
3
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa
3
3
Kesesuaian dengan nilai karakter yang ditanamkan
3
3
Kemenarikannya bagi siswa
3
3
Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan
3
3
PEKA BILA BISA KODE EXL
+
++
Desain/rancangan lebih operasional
Kebermanfaatan bagi peningkatan karakter siswa
2
3
2
Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi
3
3
Kekuatannya dalam memperbaiki karakter siswa
3
3
Ketepatan strategi/metode penanaman karakter
2
2
Keberpihakan pada kearifan local
2
2
Kemudahan dalam mengevaluasi proses
3
3
Kemudahan dalam penilaian capaian hasil
3
3
Menumbuhkan antusias/keberkesanan bagi siswa
3
3
Memotivasi siswa untuk terlibat aktif
3
3
Menumbuhkan kreativitas/inisiatif siswa
3
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Memunculkan keberanian siswa untuk tampil Menanamkan rasa hormat siswa thd guru/teman
3 2
3 2
Peningkatan keberanian siswa bertanggung jawab
3
3
Penghargaan siswa terhadap teman/orang lain
3
3
Peningkatan kerja sama/kekompakan tim
3
3
Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan
3
3
Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk
3
3
Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang
3
3
Membangun kepedulian/kesetiakawanan
3
3
Kegembiraan siswa dalam mengikuti kegiatan
3
3
Peningkatan keingintahuan siswa
2
Mendorong siswa untuk berpendapat/merespon Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri
2 3
2
3 2
Mendorong siswa berrefleksi
3
3
Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat
3
3
Mengatasi perilaku negatif/trouble pada siswa
3
3
Membangkitkan keikhlasan siswa unt menolong
3
3
1. Menurut Bapak/Ibu, apakah model ini dapat diterapkan (perlu dilanjutkan) di sekolah Bapak/Ibu (di SMP pada umumnya); mohon beri alasan! Sangat perlu, karena model ini memberikan gambaran kepada peserta didik tentang motivasi belajar. Proses belajar terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum memperoleh bahan ajar yang akan dipelajari, dengan demikian, mereka dapat menunjukan kemampuannya dalam hal yang nyata. 2. Jika model ini diterapkan secara kolaboratif antara Guru BK dan Guru Mapel tertentu, apa kira-kira kesulitan atau hambatannya ? a. Kurangnya pemahaman tentang metode experiential learning bagi beberapa guru mata pelajaran yang masih mempertahankan metode ceramah. b. Belom adanya pedoman operasionalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
c. Kurangnya rasa harmonis antara guru bimbingan dan konseling dan guru mata pelajaran yang masih menganggap guru BK berpihak kepada siswa. 3. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus diperbaiki dalam implementasi model ini ? Menurut saya tidak ada yang perlu diperbaiki, tinggal bagaimana sekolah sebagai tempat berkembangnya pendidikan karakter menindaklanjuti model ini. 4. Apakah perlu disediakan modul pegangan guru dan siswa untuk implementasi model ini? (Lingkari huruf) a. Ya, sangat perlu dan mendesak
c. Ya, Tetapi tidak mendesak
b. Tidak perlu
d. Tidak tahu
Jika ya, apa saja isi/komponen yang perlu disusun/dimasukkan dalam modul tersebut ? a. Konsep nilai karakter b. Pedoman operasional (petunjuk penerapan model) c. Penanaman nilai karakter d. Petunjuk penerapan model secara kolaboratif antara Guru BK dan Guru Mapel C. Perolehan Data Validasi Guru Mata Pelajaran Biologi NILAI EFEKTIVITAS MODEL PEKA BILA BISA KODE EXL
Guru Mata Pelajaran SMP N 9 Singkawang
+
++
Desain/rancangan lebih operasional Komprehensif/kelengkapan komponen
++ + 3
2
Total 3 2
Kemudahan dalam implementasi/penerapan
3
3
Kepraktisan dalam pelaksanaan
3
3
Sistematis/keruntutan langkah
3
3
Efektivitas pencapaian tujuan
2
2
Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
3
3
Kesesuaian dengan karakteristik siswa
3
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa
3
3
Kesesuaian dengan nilai karakter yang ditanamkan
3
3
Kemenarikannya bagi siswa
2
2
Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan
3
3
Kebermanfaatan bagi peningkatan karakter siswa
3
3
Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi
3
3
Kekuatannya dalam memperbaiki karakter siswa
3
3
Ketepatan strategi/metode penanaman karakter
3
3
Keberpihakan pada kearifan lokal
3
3
Kemudahan dalam mengevaluasi proses
2
2
Kemudahan dalam penilaian capaian hasil
3
3
Menumbuhkan antusias/keberkesanan bagi siswa
3
3
Memotivasi siswa untuk terlibat aktif
3
3
Menumbuhkan kreativitas/inisiatif siswa
2
2
Memunculkan keberanian siswa untuk tampil
2
2
Menanamkan rasa hormat siswa thd guru/teman
3
3
Peningkatan keberanian siswa bertanggung jawab
3
3
Penghargaan siswa terhadap teman/orang lain
3
3
Peningkatan kerja sama/kekompakan tim
3
3
Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan
3
3
Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk
2
2
Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang
3
3
Membangun kepedulian/kesetiakawanan
3
3
Kegembiraan siswa dalam mengikuti kegiatan
3
3
Peningkatan keingintahuan siswa
3
3
Mendorong siswa untuk berpendapat/merespon
3
3
Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri
3
3
Mendorong siswa berrefleksi
3
3
Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat
3
3
Mengatasi perilaku negatif/trouble pada siswa
3
3
Membangkitkan keikhlasan siswa unt menolong
3
3
1
Menurut Bapak/Ibu, apakah model ini dapat diterapkan (perlu dilanjutkan) di sekolah Bapak/Ibu (di SMP pada umumnya); mohon beri alasan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
Ya, perlu dilanjutkan, selama ini sistem pembelajaran IPA terpisah dengan BK, dengan berkolaborasi IPA-BK dapat meningkatkan pembentukan karakter siswa yang lebih terarah. 2
Jika model ini diterapkan secara kolaboratif antara Guru BK dan Guru Mapel tertentu, apa kira-kira kesulitan atau hambatannya? Hubungan kolaboratif antara BK dengan IPA pada pendidikan bela gender bisa saling
mendukung,
khususnya
pada
kompetensi:
pertumbuhan
dan
perkembangan manusia di mata pelajaran IPA tidak hanya penilaian proses, tetapi juga ada standar penilaian yang dibatasi oleh SKL yang harus dicapai. 3
Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus diperbaiki dalam implementasi model ini ? Apabila model kolaborasi guru BK-IPA diterapkan yang perlu diperbaiki lebih pada kolaborasi guru BK-IPA pada penilaian sikap siswa yang harus dilaporkan ke orang tua siswa.
4
Apakah perlu disediakan modul pegangan guru dan siswa untuk implementasi model ini? Lingkari huruf: a. Ya, sangat perlu dan mendesak
c. Ya, tetapi tidak mendesak
b. Tidak perlu
d. Tidak tahu
Jika ya, apa saja isi/komponen yang perlu disusun/dimasukkan dalam modul tersebut? a. Sintaks atau tahapan kegiatan pembelajaran yang menggunakan model experiential learning BK-IPA b. Rubrik penilaian kolaboratif BK-IPA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
D. Rekapitulasi Efektivitas Hasil Validasi Stakeholder NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Nilai Efektivitas Model Peka Bila Bisa Kode Exl Desain/rancangan lebih operasional Komprehensif/kelengkapan komponen Kemudahan dalam implementasi/penerapan Kepraktisan dalam pelaksanaan Sistematis/keruntutan langkah Efektivitas pencapaian tujuan Kesesuaian dengan kebutuhan siswa Kesesuaian dengan karakteristik siswa Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa Kesesuaian dengan nilai karakter yang ditanamkan Kemenarikannya bagi siswa Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan Kebermanfaatan bagi peningkatan karakter siswa Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi Kekuatannya dalam memperbaiki karakter siswa Ketepatan strategi/metode penanaman karakter Keberpihakan pada kearifan lokal Kemudahan dalam mengevaluasi proses Kemudahan dalam penilaian capaian hasil Menumbuhkan antusias/keberkesanan bagi siswa Memotivasi siswa untuk terlibat aktif Menumbuhkan kreativitas/inisiatif Memunculkan keberanian siswa untuk tampil Menanamkan rasa hormat siswa thd guru/teman Peningkatan keberanian siswa bertanggung jawab Penghargaan siswa terhadap teman/orang lain Peningkatan kerja sama/kekompakan tim Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang Membangun kepedulian/kesetiakawanan Kegembiraan siswamengikuti kegiatan
Kepala Sekolah + ++ +++ 3 3
J Guru Biologi m l + ++ +++ 3 3 3 2
J Guru BK m l + ++ +++ 3 3 2 3
J m l 3 3
3,00*** 2,67***
3
3
3
3
3
3
3,00***
3 3 3
3 3 3 2 2
3 3 3 3
3 3 2 3 3
3 3 3 3 3
3 3 3 3 3
3,00*** 3,00*** 2,67*** 2,67*** 2,67***
2 2
2
Jumlah Skor (x)
3
3
3
3
3
3
3,00***
3
3
3
3
3
3
3,00***
3
3
2
3
3
2,67***
3
3
2,67***
2
2,67***
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3,00***
3
3
3
3
3
3
3,00***
3
3
3
3
2
2
2,67***
2
2
3
3
2
2
2,33***
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2,33***
3
3
3
3
2,67***
3
3
3
3
2,67***
3
3 3
3 3
2
3 2
3 3
3 3
3,00*** 2,67***
3
3
2
2
3
3
2,67***
3
3
3
3
2
2,67***
3
3
3
3
3
3
3,00***
2
3
3
3
3
2,67***
3
3
3
3
3
3
3,00***
3
3
3
3
3
3
3,00***
3
3
2
3
3
2,67***
3
3
3
3
3
3
3,00***
3
3
3
3
3
3
3,00***
3
3
3
3
3
3
3,00***
2
2
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.
Peningkatan keingintahuan siswa Mendorong siswa berpendapat Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri Mendorong siswa berrefleksi Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat Mengatasi perilaku negatif/trouble pada siswa Membangkitkan keikhlasan siswa unt menolong Kriteria Kategori * < 1,0 = sedikit lebih baik ** 1,1 – 1,9 = lebih baik *** 2,0 – 3,0 = sangat lebih baik
3 3
3 3
3 3
3 3
2
2 3
2,67*** 3,00***
3
3
3
3
2
2
2,67***
3
3
3
3
3
3
3,00***
3
3
3
3
3
3
3,00***
3
3
3
3
3
3
3,00***
3
3
3
3
3
3
3,00***
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
Lampiran 9. Tabulasi Data Instrumen 2 Validasi Efektifitas Model Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning (Responden: Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang)
A. Tabulasi Perolehan Data Validasi Siswa Alternatif Jawaban No
Dalam kegiatan bimbingn karakter ini, saya mengalami/ memperoleh/ merasa:
1. Semangat untuk mengikuti kegiatan 2. Keberanian untuk tampil/melakukan sesuatu 3. Gembira/senang dalam melaksanakan kegiatan 4. Berani berpendapat 5. Lebih kreatif 6. Berani mencoba melakukan sesuatu 7. Takut salah dalam melakukan permainan 8. Malu dalam permainan kelompok 9. Dihargai oleh teman-teman 10. Tertarik untuk mengikuti semua kegiatan 11. Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan 12. Manfaat bagi perbaikan perilaku 13. Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi 14. Keinginan untuk menolong orang lain 15. Puas terhadap bimbingan yang diberikan 16. Tertantang untuk mencoba 17. Capek/lelah/bosan dalam mengikuti semua kegiatan 18. Berkesan terhadap kegiatan yang diikuti 19. Terdorong untuk terlibat aktif 20. Berani bertanggung jawab 21. Menghargai teman 22. Kesediaan bekerja sama/kekompakan tim 23. Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan 24. Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk 25. Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang 26. Membangun kepedulian/kesetiakawanan 27. Peningkatan keingintahuan siswa 28. Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri 29. Mendorong siswa lebih disiplin 30. Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat Keterangan : Item no 7, 8, dan 17 adalah pernyataan negatif.
Ya 33 29 33 22 26 28 8 7 25 26 26 31 27 30 29 27 3 29 29 30 33 30 31 29 31 33 30 32 33 31
Tidak
Tidak Tahu
0 4 0 3 7 3 25 26 3 7 7 3 4 2 1 2 30 0 1 3 0 2 1 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 8 0 2 0 0 5 0 0 0 2 1 3 4 0 4 3 0 0 1 2 3 2 0 3 0 0 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
B. Rekapitulasi Efektivitas Hasil Validasi Siswa (N=33) Ya No
Dalam kegiatan bimbingn karakter ini, saya mengalami/ memperoleh/ merasa:
1. Semangat untuk mengikuti kegiatan 2. Keberanian untuk tampil/melakukan sesuatu 3. Gembira/senang dalam melaksanakan kegiatan 4. Berani berpendapat 5. Lebih kreatif 6. Berani mencoba melakukan sesuatu 7. Takut salah dalam melakukan permainan 8. Malu dalam permainan kelompok 9. Dihargai oleh teman-teman 10. Tertarik untuk mengikuti semua kegiatan 11. Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan 12. Manfaat bagi perbaikan perilaku 13. Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi 14. Keinginan untuk menolong orang lain 15. Puas terhadap bimbingan yang diberikan 16. Tertantang untuk mencoba 17. Capek/lelah/bosan dalam mengikuti semua kegiatan 18. Berkesan terhadap kegiatan yang diikuti 19. Terdorong untuk terlibat aktif 20. Berani bertanggung jawab 21. Menghargai teman 22. Kesediaan bekerja sama/kekompakan tim 23. Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan 24. Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk 25. Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang 26. Membangun kepedulian/kesetiakawanan 27. Peningkatan keingintahuan siswa 28. Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri 29. Mendorong siswa lebih disiplin 30. Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat Keterangan : Item no 7, 8, dan 17 adalah pernyataan negatif.
Quan titas 33
(%) 100,0
29
90,6
33
100,0
22
68,8
26
81,3
28
87,5
8
25,0
7
21,9
25
78,1
26
81,3
26
81,3
31
96,9
27
84,4
30
93,8
29
90,6
27
84,4
3
9,4
29
90,6
29
90,6
30
93,8
33
100,0
30
93,8
31
96,9
29
90,6
31
96,9
33
100,0
30
93,8
32
100,0
33
100,0
31
96,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 10. Tabulasi Data Instrumen 3 Kuesioner Tilik Diri Siswa Karakter Bela Gender (Responden Siswa) A. Tabulasi Data Skala Tilik Diri 1. Sesi Pertama No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑ Kategori 2 2 1 4 2 1 2 2 2 1 2 1 3 4 2 3 3 2 3 3 3 4 1 2 2 3 3 3 3 2 71 Sedang 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2 4 1 4 4 2 4 1 3 1 2 1 1 4 2 1 2 2 4 2 1 64 Rendah 2 1 2 1 1 3 2 2 3 1 2 1 2 4 2 3 4 3 2 2 2 3 3 1 2 3 2 4 4 2 69 Sedang 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 1 2 2 3 2 4 3 3 71 Sedang 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2 4 1 4 4 2 4 1 3 1 2 1 1 4 2 1 2 2 4 2 1 64 Rendah 3 2 2 2 1 2 2 2 3 1 2 1 2 3 2 3 4 3 2 2 3 4 1 3 2 2 2 3 2 3 69 Sedang 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 3 2 2 71 Sedang 3 2 2 3 1 2 2 2 2 1 2 1 3 4 2 3 4 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 70 Sedang 2 2 1 2 1 3 2 2 3 1 2 1 3 3 2 3 3 2 2 2 1 2 3 2 1 2 2 3 2 2 62 Rendah 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 3 4 2 3 3 3 2 2 2 3 3 1 2 3 2 4 4 2 68 Sedang 2 2 1 1 2 3 2 2 1 2 4 1 3 4 2 4 2 2 1 3 1 1 4 2 1 2 2 2 1 3 63 Rendah 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 3 1 3 4 1 3 1 3 1 2 1 1 4 2 1 2 2 4 2 1 61 Rendah 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2 4 1 4 3 2 4 1 2 1 2 1 1 4 2 1 2 2 4 2 1 62 Rendah 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 4 2 3 2 3 3 3 1 1 3 2 1 1 1 2 2 1 58 Rendah 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 1 2 4 2 3 2 3 1 3 1 1 4 2 2 2 2 2 1 3 65 Rendah 4 2 2 1 2 2 3 2 1 2 3 3 4 4 2 3 3 3 1 2 1 1 4 2 1 2 2 4 2 1 69 Sedang 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 3 2 2 1 2 3 3 3 2 1 2 2 3 2 3 3 4 60 Rendah 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2 4 1 4 4 2 4 2 3 1 2 1 1 4 2 1 2 2 3 2 1 64 Rendah 2 1 2 2 1 2 3 2 3 1 2 1 3 4 2 3 3 1 2 2 1 2 3 2 1 2 2 3 2 2 62 Rendah 2 1 2 2 1 1 3 2 1 2 4 1 3 3 2 4 1 3 1 3 1 1 4 2 1 2 2 2 1 3 61 Rendah 2 2 2 1 2 1 3 2 2 1 2 1 3 4 2 3 2 2 1 2 1 1 4 2 1 2 2 4 2 1 60 Rendah 2 2 2 3 1 3 2 2 1 2 3 1 4 3 2 3 1 3 3 3 1 1 3 2 1 1 1 2 2 1 61 Rendah 3 1 2 2 1 1 3 2 1 2 3 1 3 3 2 3 1 2 1 2 1 1 4 2 1 2 2 4 2 1 59 Rendah 2 1 2 2 2 4 1 1 2 2 4 1 4 4 2 4 2 3 3 3 1 1 4 2 1 1 1 3 2 1 66 Rendah 2 1 2 2 1 1 3 2 1 2 4 1 3 3 2 4 1 3 1 3 1 1 4 2 1 2 2 2 1 3 61 Rendah 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 4 3 1 4 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 67 Sedang 3 2 2 1 1 2 3 2 2 2 1 1 4 4 2 4 4 2 3 3 3 4 1 2 2 3 2 2 3 3 73 Sedang 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 3 4 2 3 2 3 1 2 1 1 4 3 1 1 1 3 2 1 61 Rendah 2 2 2 2 2 1 3 2 1 2 2 1 3 4 2 4 2 3 1 3 1 1 4 2 1 2 2 2 1 3 63 Rendah 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2 4 1 4 4 2 4 1 3 1 2 1 1 4 2 1 2 2 4 2 1 64 Rendah 4 2 2 1 2 2 3 2 1 2 4 1 4 4 2 3 1 3 1 2 1 1 4 2 1 2 2 4 2 1 66 Rendah 1 3 2 1 2 2 3 2 1 2 4 1 4 4 2 3 1 3 1 2 1 1 3 2 1 2 2 3 2 1 62 Rendah 2 1 2 2 1 3 2 2 2 4 3 1 4 2 1 3 2 2 2 3 3 1 1 2 2 3 2 4 2 3 67 Sedang
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Sesi Kedua No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 2 2 2 1 2 4 2 3 2 2 2 3 2 2 3 4 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 4 1 3
2 2 2 1 2 1 4 3 2 2 2 2 3 1 1 2 4 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3
3 1 1 2 2 2 4 3 2 1 1 1 2 2 2 2 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
4 4 2 1 1 1 3 2 3 2 2 1 2 1 1 2 3 1 1 2 2 1 3 2 2 2 4 3 2 2 1 3 1 3
5 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3
6 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 1 4 1 4 2 2 1 3 2 2 3
7 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 1 3 4 3 2 3 2 3 3 2
8 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑ Kategori 2 1 2 2 3 2 2 3 4 3 3 3 3 4 1 2 2 3 3 3 3 3 75 Sedang 3 1 2 2 2 3 2 4 3 3 2 2 3 4 1 2 2 3 4 4 3 3 74 Sedang 3 1 2 2 2 3 2 3 4 3 2 2 2 3 3 1 2 3 2 4 4 2 70 Sedang 2 1 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 1 2 2 3 2 4 3 3 71 Sedang 1 2 4 3 4 3 2 3 2 3 1 2 1 3 4 2 3 2 2 4 3 1 71 Sedang 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 85 Tinggi 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 4 4 87 Tinggi 2 1 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 71 Sedang 3 1 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 4 3 2 1 2 2 3 2 3 70 Sedang 2 1 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 1 3 4 2 4 4 3 71 Sedang 1 2 4 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 1 4 3 2 2 2 2 3 3 72 Sedang 1 2 3 3 3 3 1 3 2 3 1 2 1 1 4 2 3 2 2 4 2 3 72 Sedang 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 1 2 1 1 4 2 1 2 2 3 3 1 70 Sedang 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 2 3 3 67 Sedang 1 2 3 3 2 2 2 3 2 3 1 3 1 1 4 2 2 2 2 2 1 3 66 Rendah 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 86 Tinggi 2 1 2 3 1 2 2 4 3 3 3 3 3 4 1 2 2 3 2 4 3 3 71 Sedang 1 2 4 3 4 3 2 3 2 3 1 2 1 1 4 2 1 2 2 3 2 1 65 Rendah 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 72 Sedang 2 3 4 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 3 2 2 3 3 3 2 73 Sedang 2 1 2 3 3 2 2 3 4 2 1 2 1 1 4 2 1 2 2 4 2 1 63 Rendah 1 2 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 1 1 3 2 1 1 1 2 2 1 66 Rendah 1 2 3 2 3 3 2 3 3 2 1 2 3 3 4 2 3 2 2 4 2 4 71 Sedang 2 2 4 2 4 3 2 3 2 3 3 3 1 3 4 2 1 3 1 3 2 3 73 Sedang 1 2 4 3 3 2 2 4 1 3 1 3 3 1 4 2 3 2 2 2 4 4 71 Sedang 3 3 2 3 4 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 81 Sedang 3 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 4 85 Tinggi 2 1 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2 1 1 4 3 4 1 1 3 2 4 70 Sedang 1 2 2 3 3 3 2 3 2 3 1 3 1 1 4 2 1 4 4 4 3 3 72 Sedang 2 1 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 1 2 2 3 2 4 3 3 72 Sedang 1 2 4 3 4 3 2 3 2 3 1 2 1 1 4 2 1 2 4 4 2 1 73 Sedang 1 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 1 4 2 3 2 2 3 2 4 72 Sedang 2 1 2 3 3 3 1 3 2 4 3 3 3 4 4 4 3 3 2 4 3 3 85 Tinggi
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Sesi Ketiga No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑ Kategori 1 3 2 3 4 2 3 2 3 2 3 2 4 3 2 2 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 91 Tinggi 2 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 1 2 2 3 4 3 3 3 89 Tinggi 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 4 4 2 3 4 3 2 2 2 3 3 1 2 3 2 4 4 2 85 Tinggi 4 3 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 3 2 4 3 3 74 Sedang 5 4 4 2 4 2 2 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 1 4 4 2 4 2 2 4 2 4 92 Tinggi 6 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 87 Tinggi 7 4 4 4 3 3 4 3 4 3 2 3 2 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 102 Sangat Tinggi 8 3 2 2 3 1 2 2 4 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 85 Tinggi 9 3 2 3 2 3 4 2 4 3 3 2 3 3 2 4 4 3 3 2 2 3 4 3 3 2 2 2 3 3 3 85 Tinggi 10 4 4 3 2 3 3 2 3 2 4 2 3 3 3 4 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 96 Tinggi 11 4 3 3 2 2 3 2 3 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 4 1 3 4 3 3 2 2 2 4 4 91 Tinggi 12 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 4 2 3 2 2 4 2 4 87 Tinggi 13 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 2 3 2 4 2 2 2 2 3 3 1 89 Tinggi 14 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 1 1 3 2 2 2 2 3 3 3 75 Sedang 15 3 2 2 2 2 2 3 3 1 4 3 4 2 2 2 3 4 3 3 3 1 1 4 2 2 2 2 2 1 3 73 Sedang 16 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 112 Sangat Tinggi; 17 3 1 1 1 2 2 2 3 2 4 2 4 1 2 2 2 3 3 3 3 3 4 1 2 2 3 2 4 3 3 73 Sedang 18 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 2 3 2 4 2 2 2 2 3 3 1 87 Tinggi 19 3 1 2 2 1 2 3 3 3 4 2 4 3 3 2 2 3 3 3 2 1 2 3 2 1 2 2 3 2 2 71 Sedang 20 3 1 2 2 2 2 2 3 2 4 2 4 3 3 2 3 3 4 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 75 Sedang 21 3 2 2 1 2 1 3 3 2 3 2 4 3 2 2 3 4 2 3 2 1 1 4 2 1 2 2 4 2 1 69 Sedang 22 3 2 2 3 1 3 2 4 1 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 1 1 3 2 1 1 1 2 2 1 70 Sedang 23 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 102 Sangat Tinggi 24 4 3 2 3 2 2 3 3 1 3 4 4 4 3 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3 2 3 4 2 3 86 Tinggi 25 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 87 Tinggi 26 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 96 Tinggi 27 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 110 Sangat Tinggi; 28 4 2 2 2 2 2 2 3 2 4 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 2 4 86 Tinggi 29 4 2 2 2 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 1 4 2 3 2 3 2 3 4 85 Tinggi 30 4 3 3 3 2 4 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 88 Tinggi 31 4 3 2 3 2 2 3 3 1 3 4 4 4 3 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3 2 3 4 2 3 86 Tinggi 32 4 3 2 1 2 2 3 3 1 4 4 4 4 3 2 3 3 3 2 2 1 1 4 2 1 2 2 3 2 1 74 Sedang 33 4 3 3 2 4 3 4 3 2 4 2 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 102 Sangat Tinggi
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
B. Rekapitulasi Score Kuesioner Tilik Diri dalam Tiga Sesi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
NIS 2163 2164 2165 2167 2168 2169 2171 2172 2173 2174 2175 2244 2176 2177 2178 2179 2180 2181 2182 2183 2184 2185 2187 2223 2188 2224 2225 2226 2315 2227 2265 2231 2268
Nama Lengkap Agusto Ramos Alex Adun Andre Febryanto Andrianto Noberto Aprilia Angelina Bonnie Kyros Fam Chian Chian Darius Deriyanto Dede Prian Deni Jos Dini Andriani Ella Fitriani Eri Yanti Nopi Fitri Hendrika Dwi Utami Janve Nine Utin Jeremias Edi Margaretha Febi P. Dami Martinus Subandria Maurisius Septian Vilkhan Meliyanti Sari Mellinda Patricia Veronika Ratih Nurhandayani Ratika Rico Riki Apriyandi Samsiah Sumiati Surianto Yosepin Sri Rejeki Yeni Maharani Zakaria
L/P L L L L P L L L L L P P P P P P L P L L P P P P P L L P P L P P L
Score Setiap Sesi I Kategori II Kategori III 71 Sedang 75 Sedang 91 64 Rendah 74 Sedang 89 69 Sedang 70 Sedang 85 71 Sedang 71 Sedang 74 64 Rendah 71 Sedang 92 69 Sedang 85 Tinggi 87 71 Sedang 87 Tinggi 102 70 Sedang 71 Sedang 85 62 Rendah 70 Sedang 85 68 Sedang 71 Sedang 96 63 Rendah 72 Sedang 91 61 Rendah 72 Sedang 87 62 Rendah 70 Sedang 89 58 Rendah 67 Sedang 75 65 Rendah 66 Rendah 73 69 Sedang 86 Tinggi 112 60 Rendah 71 Sedang 73 64 Rendah 65 Rendah 87 62 Rendah 72 Sedang 71 61 Rendah 73 Sedang 75 60 Rendah 63 Rendah 69 61 Rendah 66 Rendah 70 59 Rendah 71 Sedang 102 66 Rendah 73 Sedang 86 61 Rendah 71 Sedang 87 67 Sedang 81 Sedang 96 73 Sedang 85 Tinggi 110 61 Rendah 70 Sedang 86 63 Rendah 72 Sedang 85 64 Rendah 72 Sedang 88 66 Rendah 73 Sedang 86 62 Rendah 72 Sedang 74 67 Sedang 85 Tinggi 102
Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sangat Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi; Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sangat Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 11. Tabulasi Data Instrumen 4 Hasil Pre-Test dan Post-Test Tingkat Karakter Bela Gender (Responden: Siswa) A. Tabulasi Data Pre-Test Pendidikan Karakter Bela Gender NO
1 1 1 2 3 2 1 3 1 1 3 2 4 4 4 1 1 3 4 1 3 3 4 2 4 3 3 3 4 1 2 3 2 1
2 3 1 3 3 2 2 4 2 1 4 3 1 1 3 1 1 1 4 3 3 1 2 3 3 4 2 3 1 3 2 4 1 2
Aspek 1 3 4 5 3 3 2 2 4 2 4 3 3 3 3 1 2 2 3 3 3 4 3 3 2 2 3 1 4 3 2 4 2 1 1 3 4 4 3 4 2 3 4 4 3 3 4 4 2 2 2 4 3 2 3 4 1 4 3 2 4 3 2 1 1 4 3 2 2 2 3 2 4 2 2 1 3 3 4 2 3 1 4 1 3 2 4 4 3 1 2 2 3 1 3 2 4 3 3 3 2 3 3
6 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 3 3 1 3 3 3 4 2 1 3 3 3 3 1 1 2 2 3 2 2 3 2 3
7 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 3 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 1 3 2 2 3 4 1 2 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 ∑ 80 77 92 87 89 69 78 item µ 2,4 2,3 2,8 2,6 2,7 2,1 2,4
Jml 16 13 19 17 14 17 18 13 13 16 19 22 16 23 18 16 18 22 16 18 18 18 20 14 21 15 18 21 16 13 21 16 17
8 1 1 1 1 1 3 2 2 1 1 2 1 2 2 3 4 3 1 2 4 4 3 3 4 2 3 4 2 3 4 2 3 1
9 2 4 2 2 2 1 1 1 3 2 2 4 2 1 2 3 1 1 4 3 1 3 2 3 2 1 1 2 2 1 3 2 3
Aspek 2 10 11 3 2 3 2 1 2 2 1 3 1 2 3 3 2 1 1 2 1 1 1 4 2 1 1 3 2 1 2 1 2 3 2 3 3 2 2 2 1 4 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 4 4 1 1 1 3 4 2 3 2 2 1 4 2 3 2
Aspek 3 Jml 13 15 12 14 16 17 18 19 20 2 2 12 2 1 3 1 2 2 1 12 3 3 16 3 3 3 2 3 2 3 19 3 2 11 1 3 2 3 2 1 1 13 1 3 10 3 2 2 2 4 3 1 17 2 2 11 2 1 3 1 3 3 4 17 2 1 12 4 1 1 2 2 3 1 14 3 2 13 4 3 2 3 1 2 1 16 2 3 10 2 2 3 4 2 1 1 15 1 1 9 1 2 1 1 3 2 2 12 2 2 9 2 1 2 3 1 3 3 15 2 3 15 1 2 2 2 1 3 3 14 2 3 12 2 1 2 2 2 3 2 14 2 2 13 2 1 1 2 3 4 1 14 2 1 9 1 3 1 3 3 2 1 14 3 1 12 1 2 3 2 4 3 3 18 3 3 18 1 3 2 1 2 4 1 14 3 3 16 1 1 1 3 1 3 2 12 1 3 10 1 1 1 2 2 2 1 10 2 4 15 1 4 1 4 2 1 2 15 4 2 19 1 1 3 2 2 3 1 13 1 2 12 1 1 1 3 3 3 4 16 3 2 14 2 2 3 1 3 2 3 16 1 2 11 2 1 2 1 2 3 4 15 1 3 14 2 3 3 3 4 3 3 21 3 2 13 2 3 3 1 2 1 4 16 2 3 17 3 1 3 3 2 2 1 15 3 3 13 1 1 2 4 2 3 1 14 2 3 13 2 1 3 2 2 2 3 15 1 1 13 1 3 3 4 3 2 3 19 3 1 14 1 3 3 2 2 1 3 15 2 2 12 2 3 4 3 3 1 4 20 1 3 15 2 3 3 3 3 4 1 19 2 2 13 1 2 1 1 3 3 4 15 Jml
76 69 75 61 70 75
58 65 73 76 79 80 73
2,3 2,1 2,3 1,8 2,1 2,3
1,8
2
∑
µ
40 48 43 44 42 43 47 38 34 40 48 48 43 46 48 48 46 42 46 50 46 48 46 49 50 47 45 49 48 42 53 50 45
2 2,4 2,15 2,2 2,1 2,15 2,35 1,9 1,7 2 2,4 2,4 2,15 2,3 2,4 2,4 2,3 2,1 2,3 2,5 2,3 2,4 2,3 2,45 2,5 2,35 2,25 2,45 2,4 2,1 2,65 2,5 2,25
2,2 2,3 2,4 2,4 2,2 141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Tabulasi Data Post-Test Pendidikan Karakter Bela Gender No
1 1 1 2 3 4 1 2 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
2 4 3 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 2
Aspek 1 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 2 2 2 3 2 4 2 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3
5 4 4 4 3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3
6 4 4 4 4 3 3 3 1 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3
7 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 ∑ 107 112 104 104 118 114 118 item µ 3,2 3,4 3,2 3,2 3,6 3,5 3,6
jml 24 21 24 25 24 20 19 21 23 24 22 24 24 26 23 27 25 27 22 20 20 21 23 24 26 24 28 26 25 22 27 26 20
8 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
9 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 3 4
Aspek 2 10 11 4 4 4 2 4 2 3 4 4 2 4 3 3 2 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 2 4 2 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2
13 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4 3 3 4 4 4
15 3 4 4 4 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 1 4 4 4
jml 22 21 21 19 19 20 20 21 21 23 22 22 21 21 21 23 24 24 22 20 19 21 21 22 21 18 23 22 23 20 24 22 22
12 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4
14 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4
Aspek 3 16 17 18 3 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 2 3 4 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4 3 1 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3
19 4 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 2 3 3 2 3 3
20 4 3 4 3 4 3 2 4 2 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 4 3 3 3 4 3 4
126 123 130 105 110 111
119 118 114 117 110 108 112
3,8 3,7 3,9 3,2 3,3 3,4
3,6 3,6 3,5 3,5 3,3 3,3 3,4
jml
∑
µ
27 22 23 26 23 24 24 25 16 24 24 27 24 21 25 26 28 24 23 26 22 26 24 25 23 24 28 23 23 24 24 24 26
73 64 68 70 66 64 63 67 60 71 68 73 69 68 69 76 77 75 67 66 61 68 68 71 70 66 79 71 71 66 75 72 68
3,65 3,2 3,4 3,5 3,3 3,2 3,15 3,35 3 3,55 3,4 3,65 3,45 3,4 3,45 3,8 3,85 3,75 3,35 3,3 3,05 3,4 3,4 3,55 3,5 3,3 3,95 3,55 3,55 3,3 3,75 3,6 3,4
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
C. Rekapitulasi Tabulasi Data Pre-Test dan Post-Test Pendidikan Karakter Bela Gender NIS
Nama Lengkap
L/P
Rekapitulasi Perolehan Hasil Test Rata-rata Score Kategori
Pre Post Pre Post 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2163 2164 2165 2167 2168 2169 2171 2172 2173 2174 2175 2244 2176 2177 2178 2179 2180 2181 2182 2183 2184 2185 2187 2223 2188 2224 2225 2226 2315 2227 2265 2231 2268
Agusto Ramos Alex Adun Andre Febryanto Andrianto Noberto Aprilia Angelina Bonnie Kyros Fam Chian Chian Darius Deriyanto Dede Prian Deni Jos Dini Andriani Ella Fitriani Eri Yanti Nopi Fitri Hendrika Dwi Utami Janve Nine Utin Jeremias Edi Margaretha Febi P. Dami Martinus Subandria Maurisius Septian Vilkhan Meliyanti Sari Mellinda Patricia Veronika Ratih Nurhandayani Ratika Rico Riki Apriyandi Samsiah Sumiati Surianto Yosepin Sri Rejeki Yeni Maharani Zakaria
L L L L P L L L L L P P P P P P L P L L P P P P P L L P P L P P L
40 48 43 44 42 43 47 38 34 40 48 48 43 46 48 48 46 42 46 50 46 48 46 49 50 47 45 49 48 42 53 50 45
73 64 68 70 66 64 63 67 60 71 68 73 69 68 69 76 77 75 67 66 61 68 68 71 70 66 79 71 71 66 75 72 68
2 2,4 2,15 2,2 2,1 2,15 2,35 1,9 1,7 2 2,4 2,4 2,15 2,3 2,4 2,4 2,3 2,1 2,3 2,5 2,3 2,4 2,3 2,45 2,5 2,35 2,25 2,45 2,4 2,1 2,65 2,5 2,25
3,65 3,2 3,4 3,5 3,3 3,2 3,15 3,35 3 3,55 3,4 3,65 3,45 3,4 3,45 3,8 3,85 3,75 3,35 3,3 3,05 3,4 3,4 3,55 3,5 3,3 3,95 3,55 3,55 3,3 3,75 3,6 3,4
Selisih
No
∑ Score
1,65 0,8 1,25 1,3 1,2 1,05 0,8 1,45 1,3 1,55 1 1,25 1,3 1,1 1,05 1,4 1,55 1,65 1,05 0,8 0,75 1 1,1 1,1 1 0,95 1,7 1,1 1,15 1,2 1,1 1,1 1,15
Pre-Test Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang
Post-Test Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
Lampiran 12. Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas (Topik : Menghargai Peran Gender) A. Rancangan Pelayanan Bimbingan No . 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Keterangan
8.
Pokok Bahasan Bidang Bimbingan Jenis Layanan Fungsi Bimbingan Sasaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
9.
Materi
7.
MENGHARGAI PERAN GENDER
10. Metode
11. Waktu 12. Tempat 13. Media 14. Evaluasi
15. Rencana Tindak
Menghargai Peran Gender Pribadi-sosial Bimbingan Kelas Preventif, Pengembangan Siswa-siswi SMP Siswa memahami dan memiliki kesadaran gender. Siswa mampu mengenal peran pribadi dalam kelompok sebaya sebagai pria atau wanita. 1. Siswa mampu membedakan antara gender dan seks (jenis kelamin) 2. Siswa mampu mengidentifikasi sifat dan peran pribadi dan sosial sebagai pria atau wanita. 3. Siswa mampu menyebutkan karakteristik gender pada diri mereka masing-masing. 1. Perbedaan Gender dan Seks (Jenis Kelamin) 2. Peran Sebagai Pria dan Wanita. 3. Sifat-sifat sebagai Pria dan Wanita 1. Dinamika kelompok 2. Diskusi 3. Tanya jawab 4. Game 5. Refleksi 6. Nonton video 2 x 40 menit Kelas Papan tulis (whiteboard), spidol, spiker, laptop, LCD, kertas warna, doble tips Siswa diberi pertanyaan atau tugas : 1. Membedakan antara Gender dan Seks (Jenis Kelamin) 2. Mengidentifikasi sifat-sifat laki-laki dan wanita. 3. Mengidentifikasi peran sebagai laki-laki dan perempuan pada maa remaja ini. 1. Siswa yang belum memahami materi diberi layanan bimbingan kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
Lanjut
16. Sumber Pustaka
kecil. 2. Siswa yang memiliki masalah,sehingga tidak aktif dalam layanan di kelas akan diberilayanan konseling; 3. Siswa yang memiliki masalah setelah layanan materi di kelas akan diberi layanan konseling. 1. http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/02/perangender.html(diakses pada tanggal 8 September 2014, pukul 11.30 WIB) 2. https://www.youtube.com/watch?v=aW_hNu6mSew&list=RDSxOSGlU RU3w&index=14 (diakses sebagai link video inspiratif) 3. Fakih,Mansour.1996. Analiss Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 4. Carroll. Jeri A., . Gladhart, Marsha A,Dixie L. Petersen. 1997. Character Building: Literature-Based Theme Units.Dayton: Teaching and Learning Company.
B. Skenario Kegiatan Pelayanan NO. Kegiatan 1. Pembukaan (Salam dan Doa pembuka)
Guru a. Membuka pertemuan dengan memberi salam Woyo-woman. b. Mengajak untuk berdoa dengan posisi melingkara dan mendoakan teman di sebelah kanannya.
2.
a. Menyiapkan video “Gummy Bear dan Jump In”.
Ice breaking
Siswa Durasi a. Menyambut salam dari pembimbing dengan 5’ menyuarakan Woyowoman. b. Siswa berdoa dengan posisi bergandengan tangan dan membentuk lingkaran dan mendoakan teman di sebelah kanannya. a. Siswa bernyanyi 5’ sambil berjoget bersama menirukan video dance yang tayangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
3.
Pre Test “Bela Gender”
a. Membagikan lembar Pre-Test kepada siswa b. Memberikan arahan dan penjelasan pengisian instrumen Pre-Test
4.
Penjelasan materi/topik
a. Penayangan video “Diskriminasi Gender” sebagai bentuk stimulus.
5.
Dinamika Kelompok Game “Tebak Siapakah Aku”
6.
Sharing dinamika kelompok
a. Mempersiapkan dan menjelaskan tahapan dalam game “Tebak Siapakah Aku” (Periksa Deskripsi Dinamika Kelompok di bawah) a. Mempersilahkan dan meminta siwa untuk men-sharing-kan apa yang telah siswa refleksikan mengenai dinamika kelompok.
7.
Materi “Bela Gender”
a. Menyampaikan sedikit materi dalam bentuk ppt “Bela Gender” b. Menayangkan video inspiratif.
a. Menerima lembar Pre-Test b. Mendengarkan arahan dan penjelasan pengisian Pre-Test. c. Mengisi lembar PreTest dengan sejujurjujurnya. a. Siswa menyaksikan tayang video. b. Siswa menangkap arah topik “Bela Gender” c. Siswa menyimpulkan apa itu gender secara singkat a. Memperhatikan instruksi. b. Membagi dalam kelompok. c. Menebak Peran.
5‘
a. Siswa mengungkapkan secara lisan isi refleksinya. b. Siswa membagikan apa saja yang membuatnya menjadi semakin sadar akan pentingnya “Bela Gender” a. Siswa memahami materi dalam ppt. b. Siswa aktif dalam interaksi selama materi dijelaskan c. Menyaksikan video inspiratif. d. Menyampaikan kesan-
5’
10’
20’
10’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
8.
Pernyataan diri: Refleksi dan sharing singkat sebagai arah menuju kesimpulan
9.
Penutup
Durasi Keseluruhan
a. Memberikan pertanyaan refleksi pada siswa mengenai hikmah yang didapat dari keseluruhan kegiatan bimbingan. b. Memberi waktu kepada siswa untuk menjawab pertanyaan refleksi. c. Mempersilahkan dan meminta siswa untuk men-sharing-kan hasil refleksi dirinya. a. Memberikan penegasan mengenai materi dan memberikan dukungan serta meyakinkan siswa bahwa dalam menjalani hidup ini pentingnya untuk menghargai sesama. b. Memberi salam penutup pada siswa.
kesan singkatnya terhadap tayangan dalam video. a. Men-sharing-kan hasil refleksi dirinya. b. Siswa menunjuk teman selanjutnya untuk diajak menyampaikan refleksinya.
a. Mendengarkan, memperhatikan, mengerti, dan memahami akan bahwa dalam menjalani hidup ini pentingnya untuk menghargai sesama. b. Mengulangi apa yang telah disampaikan oleh guru. c. Menyambut salam dari guru dengan bersemangat.
10‘
5’
75‘
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
C. Deskripsi Dinamika Kelompok
Ayo Bernyanyi! Oh Im a gummy bear. Yes Im a gummy bear. Oh Im a yummy tummy funny lucky gummy bear. Im a jelly bear. Cause I'm a gummy bear. Oh Im a movin groovin jammin singing gummy bear. Oh yeaoooh. Gummy Gummy Gummy Gummy Gummibär Gummy Gummy Gummy Gummy Gummibär Bai ding ba doli party Bamm bing ba doli party Breding ba doli party party pop Bai ding ba doli party Bamm bing ba doli party Breding ba doli party party pop (Back To Reff) Ba Ba Bidubidubi Yum Yum Ba Ba Bidubidubi Yum Yum Ba Ba Bidubidubi Yum Yum Three Times You Can Bite Me Ba Ba Bidubidubi Yum Yum Ba Ba Bidubidubi Yum Yum Ba Ba Bidubidubi Yum Yum Three Times You Can Bite Me Gummy Gummy Gummy Gummy Gummibär Gummy Gummy Gummy Gummy Gummibär Én vagyok a gumimaci Gyere már gyere velem Gyere táncolj már kérlek get get party pop. Én vagyok a gumicummi Cicci meg a kodile a mambó csoda Pápé gyere már és táncolj party pop. Oh Oh Oh Oh badudi party didi bab bi du bi dam gummy bear Oh Oh Oh Oh bi du bi dam dam ba du bi da bi didi gummy bear party pop
Reff
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
Saksikan yuk! a. Video Stand-Up comedy diskriminasi gender. b. Video Bela Gender dalam beberapa pekerjaan di Indonesia.
Ayo Bermain! (Dinamika dapat dipilih salah satu)
Nama kegiatan
: Identifikasi Peran Gender
Tujuan
: Membantu siswa memahami peran gender
Langkah-langkah
:
sebagai laki-laki dan perempuan 1.
Guru pembimbing memberikan tugas kelompok, adapun tugasnya adalah : a.
Kelas dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas siswa laki-laki dan perempuan.
b.
Asisten guru akan maju mengambil amplop yang berisi gambar dan kertas warna.
c.
Masing-masing kelompok mendapat tugas untuk menyebutkan ciri-ciri lakilaki maupun perempuan (min 3) yang kemudian ditempel di kertas warna di depan.
d.
Masing-masing kelompok mendapat tugas untuk menjelaskan gambar yang dimaksud yang dikaitkan dengan peran laki-laki dan perempuan.
e.
Kelompok berdiskusi untuk membandingkan hasilnya dengan menulis pada kertas warna dan menempelkan di depan, sehingga dapat diketahui mana yang merupakan sifat dan peran gender sebagai laki-laki dan sebagai perempuan. Siswa saling berdiskusi dan menuliskan dalam kertas warna yang akan di tempelkan di papan tulis.
f.
Kelompok diberi kertas warna dan amplop gambar yang akan diidentifikasi sebagai sifat dan peran.
g.
Diakhir dinamika, beri siswa kesempatan untuk merefleksikan kegiatan yang baru saja dilakukan.
-
Kertas warna = untuk menulis sifat-sifat lakilaki dan perempuan
-
Gambar menarik = akan diberikan secara acak dengan prosedur sebagai berikut. o Dua perwakilan siswa maju ke depan untuk memilih 1 amplop yang terdiri dari 3 gambar. o Siswa mengidentifikasi gambar o Siswa maju ke depan untuk menceritakan maksud dari gambargambar yang diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
Nama kegiatan Tujuan
: Tebak Siapakah Aku? : Siswa mampu mengidentifikasi peran gender berdasarkan tokoh-tokoh atau peran-peran yang disiapkan oleh pembimbing.
Langkah-langkah
:
1.
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil (sesuai dengan jumlah siswa)
2.
Setelah terbentuk kelompok, masing-masing kelompok diwajibkan mengirimkan satu anggotanya sebagai model atau pengarah gaya.
3.
Model dari setiap perwakilan kelompok, akan memperagakan satu peran yang menggambarkan seorang tokoh. (Diperagakan dengan bahasa non verbal, artinya tidak boleh berbicara)
4.
Anggota kelompok selain model, wajib menebak siapakah perang yang telah diperagakannya dan menuliskannya dalam kertas.
5.
Setelah berhasil ataupun tidak berhasil menebak siswa diminta memberikan kesannya terhadap game tersebut.
D. Handout Materi
1. Pengertian Gender Perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi karakteristik, sikap dan perilaku masing-masing dalam konteks sosial budaya, berbeda dengan seks yang hanya melihat perbedaan tersebut dari sudut jenis kelamin saja.
GENDER?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
2. Perbedaan Gender dan Sex
Gender: Karena Sosial Tidak universal/tidak sama dimana saja Dapat dipertukarkan Dinamis Bergantung Bukan kodrat
Sex: Karena beda Biologis Universal/Sama dimana saja Tidak dpt dipertukarkan Statis Tidak Tergantung masa Kodrat
3. Peran Gender a. Peran reproduktif Yaitu peran-peran yang dijalankan dan tidak menghasilkan uang, serta dilakukan di dalam rumah. Contoh peran reproduktif antara lain : pengasuhan atau pemeliharaan anak, pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, menjamin seluruh anggota keluarga sehat, menjamin seluruh anggota keluarga kecukupan makan, menjamin seluruh anggota keluarga tidak lelah. b. Peran produktif Yaitu peran - peran yang jika dijalankan mendapatkan uang langsung atau upah upah yang lain. Contoh peran produktif yang dijalankan di luar rumah : sebagai guru disuatu sekolah, buruh perusahaan, pedagang di pasar. Contoh peran produktif yang dijalankan di dalam rumah ; usaha salon dirumah, usaha menjahit di rumah dsb. c. Peran kemasyarakatan (sosial) Terdiri dari aktivitas yang dilakukan di tingkat masyarakat. Peran kemasyarakatan yang dijalankan oleh perempuan adalah melakukan aktivitas yang digunakan bersama. Contohnya : pelayanan posyandu,pengelolaan sampah rumah tangga, pekerjaan seperti itu (pekerjaan sosial di masyarakat) dan tidak dibayar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
4. Setara Gender itu Seperi Apa??
Kesetaraan gender adalah: Kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.
E. Tokoh Idolaku Ibu Pratiwi Sudarmono adalah satu – satu nya astronot wanita dari Indonesia bukan saja dari Indonesia, tetapi beliau juga astronot wanita pertama di Asia yang akan menjelajah luar angkasa. Sekitar 20 tahun yang lalu nama Pratiwi Sudarmono sebagai astronot wanita Indonesia benar – benar terkenal. Pratiwi adalah seorang ilmuwan dari Universitas Indonesia. Dia lahir tanggal 31 Juli 1952 di Bandung. Saat itu rencananya Indonesia akan memberangkatkan astronot dalam misi STS-61-H yang menggunakan pesawat ulang-alik Columbia. STS-61-H yang direncanakan berangkat tahun 1986 ini akan meluncurkan tiga satelit komersil Skynet 4A, Palapa B3 and Westar 6S.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153 Palapa B3 merupakan satelit Indonesia. Karena itu pemerintah merasa perlu memberangkatkan astronot sendiri. Rencananya Pratiwi akan menjadi pay load specialist, atau kru yang mengoperasikan satelit Palapa B-3 dalam misi tersebut. Untuk astronot cadangan, ditunjuk Taufik Akbar yang merupakan engineer dari PT Telkom. Keduanya sudah lama berlatih di bawah bimbingan NASA Amerika Serikat. Pemerintah RI sudah mengeluarkan biaya cukup besar untuk latihan ini. Pratiwi dan Taufik pun sudah siap diterbangkan ke luar angkasa. Tapi sebuah musibah terjadi. Pesawat ulang-alik Challengger yang hendak menuaikan misi STS-51-L, meledak sesaat setelah diluncurkan. Challenger meledak tanggal 28 Januari 1986, hanya 73 detik setelah diluncurkan. Tujuh kru tewas dalam insiden ini. Akibat dari insiden ini, NASA membatalkan beberapa penerbangan ke luar angkasa. Termasuk Columbia yang akan mengangkut satelit Palapa B-3 milik Indonesia. Para astronot dalam misi penerbangan itu pun batal berangkat. Satelit B-3 akhirnya diluncurkan dengan roket Delta, tanpa kehadiran astronot dari Indonesia. Setelah itu tak pernah ada lagi rencana Indonesia mengirimkan astronot ke luar angkasa. Pratiwi Sudarmono meneruskan karirnya sebagai ilmuwan hingga saat ini.
Biodata Singkat Pratiwi Sudarmono
Nama : Prof.dr. Pratiwi Pujilestari Sudarmono, Sp.MK, PhD Nama Panggilan : Pratiwi Tempat/Tgl Lahir: Bandung, 31 Juli 1952 Pendidikan : Fakultas Kedokteran (1976) Univ. Indonesia Spesialis Mikrobiologi Klinik (1992) PhD Course Medical Faculty(1984) Osaka University, Japan, PhD dalam Molecular Micrology
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
F. Kisah Bergambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
G. Evaluasi
Panduan Refleksi Pemutaran Video 1. Setelah menonton video tersebut, bagaimana perasaanmu? _____________________________________________________________________
2. Menurut pendapatmu, apa isi video tersebut? _____________________________________________________________________ 3. Manfaat apa yang kalian dapat setelah menonton video tersebut? _____________________________________________________________________ 4. Sebutkan 3 contoh sikap bela gender yang dapat kamu lakukan dalam kehidupan sehari-hari! _____________________________________________________________________
5. Menurut pendapatmu, mengapa kita perlu memiliki sikap bela gender terhadap sesama maupun lawan jenis? ____________________________________________________________________
Panduan Refleksi Materi Ppt (Handout) 1. Sebutkan perbedaan Gender dan Jenis Kelamin! ______________________________________ 2. Dalam usia remaja yang sedang Anda alami, menurutmu apa peran yang harus Anda lakukan sebagai laki-laki/perempuan? ______________________________________ 3. Buatlah “sebuah kalimat” penting yang dapat anda gunakan sebagai prinsip/motivasi berkaitan dengan bimbingan bela gender! ______________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
Panduan Refleksi Tokoh Idolaku 1. Setelah kamu membaca kisah Ibu Pratiwi, apa saja isi yang terkandung di dalam cerita tersebut? ____________________________________________
2. Apa yang menjadi kunci kesuksesan sosok Ibu Pratiwi menurutmu? ____________________________________________ 3. Apa manfaat/hal-hal yang dapat dipetik dari cerita tersebut? ____________________________________________
PERNYATAAN HASIL BELAJAR Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan kelas saya menjadi tahu dan sadar bahwa, -
….. ….. dst
NIATKU Setelah saya mengenal diri dengan membuat pernyataan hasil belajar diatas saya akan, -
……… ……… dst
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
Hidup Tidak Akan Seindah ini Jika Semua Sama, Dan Perbedaan Adalah Untuk Saling Melengkapi, Bukan Membeci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
Lampiran 15. Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas (Gaul It’s Okay! Gaul yang Proaktif)
A. Rancangan Pelayanan Bimbingan
No 1. 2.
Keterangan
8. 9.
Topik/Nilai karakter Tugas Perkembangan Bidang Bimbingan Jenis Layanan Fungsi Bimbingan Sasaran Standard Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
10.
Materi
11.
Metode
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Waktu Tempat Media Mitra Kolaboratif Prosedur Penilaian/ Evaluasi Rencana Tindak Lanjut
3. 4. 5. 6. 7.
Gaul It’s Okay…..!Gaul yang Proaktif
Etika Pergaulan. Mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. Pribadi-Sosial. Bimbingan kelas/kelompok. Pemahaman dan pengembangan. Siswa Kelas VIII SMP . Siswa mampu mengetahui cara berperilaku sopan santun yang baik ketika bergaul dalam kehidupan sehari-hari. Siswa mampu berperilaku sopan ketika sedang bergaul. a. Siswa berperilaku sopan terhadap sesamanya. b. Siswa bertutur kata sesuai norma yang ada. c. Siswa bergaul sesui dengan norma yang berlaku. a. Bergaul yang baik. b. Bergaul yang proaktif. c. Ciri-ciri bergaul yang proaktif. a. Dinamika kelompok b. Diskusi c. Tanya jawab d. Game e. Refleksi f. Nonton video 2 X 40 menit Ruang Kelas/ Aula (tempat-tempat yang kondusif untuk layanan) Alat tulis, kertas, laptop, viewer, sound. Guru Agama, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Dll. Ikuti skenario layanan Evaluasi dan Self Assessment Kelompok-kelompok dalam kelas diberi penugasan untuk merencanakan suatu proyek yang memberi kesempatan menerapkan bagaimana cara beretika dalam pergaulan, misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
kunjungan wisata, camping bimbingan, baksos, live in, weekend dan program-program BK atau program-program sekolah yang terencana. 19.
Sumber Pustaka
a. Mulyaningtyas, Hadiyanto. (2007). BIMBINGAN DAN KONSELING untuk SMA dan MA Kelas XI Jilid 2. Jakarta: Erlangga. b. Carroll. Jeri A., . Gladhart, Marsha A,Dixie L. Petersen. 1997. Character Building: Literature-Based Theme Units.Dayton: Teaching and Learning Company.
B. Rancangan Pelayanan Bimbingan NO
KEGIATAN
GURU
SISWA
WAKTU
1.
Pengantar
Guru Pembimbingbersama mitra (Guru mapel terkait) memberi salam , menjelaskan topik bimbingan yang akan dilaksanakan kepada siswa, mengungkapkan tujuan layanan dan membuka layanan dengan doa.
Memberi salam kepada guru pembimbing dan guru mitra(guru mapel terkait), siswa mendengerkan penjelasan pembimbing tentang tujuan layanan dan dilanjutkan berdoa.
3 menit
2.
Ice Breaking
Menyanyikan bersama lagu “Sedang apa …..? di lanjutkan kembali dengan bernyanyi secara berantai oleh siswa.
Menyanyikan bersamasama lagu “sedang apa…..?”
5 menit
3.
Pemberian Materi
Pembimbing memberikan materi topik bimbingan mengenai “Etika Pergaulan”.
Siswa memperhatikan penjelasan materi dari pembimbing dan mitra kolaboratif tentang “Etika Pergaulan”.
15
4.
Menonto Video Pergaulan.
Pembimbing memutarkan film mengenai contoh pergaulan yang baik untuk siswa.
Siswa memperhatikan video tentang pergaulan yang baik, kemudian beberapa siswa memakani video yang telah diputar.
15 menit
Peserta didik membaca sebuah contoh tokoh
10
“Dampak Kebaikan” 5.
Percikan Inspirasi
a. Pembimbing memberikan sebuah tokoh inspirasi untuk di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160 baca oleh peserta didik. b. Pembimbing menegaskan makan dari cerita tokoh inspiratif
inspirasi yang diberikan oleh guru pembimbing, kemudian peserta didik mendengarkan penegasan dari guru pembimbing mengenai tokoh inspirasi tersebut.
6.
Kibar
Guru pembimbing memberikan sebuah cerita bergambar dan menyuruh siswa menghayati dan menyimpulkannya
Siswa membaca cerita bergambar dan menghayatinya. Setelah itu siswa menyimpulkan maksud dari cerita bergambar tersebut.
10 menit
7.
Pernyataan diri
Guru pembimbing memberi lembar pernyataan diri dan sebuah niat diri.
Siswa mengisi lembar pernyataan diri dan membuat niat diri
15
8.
Penegasan dan penutup
Siswa mendengarkan hasil dari pertemuan bimbingan hari ini.
7
a. Pembimbing menegaskan materi dari pertemuan pertama sampai akhir. b. Pembimbing memberikan kata-kata bijak
C. Deskripsi Dinamika Kelompok
Ayo Bernyanyi! Sedang apa... Sedang apa... Sedang apa sekarang... Sekarang sedang apa, sedang apa, sekarang
Saksikan yuk! Video Dampak Kebaikan
Sedang .................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
Ayo Bermain!
Nama kegiatan
: Bergaul dengan kelemahan dan kelebihanku.
Tujuan
: Membantu siswa untuk semakin memahami bagaimana bergaul yang baik dengan menggunakan kelemahan dan kelebihan dalam diri.
Langkah-langkah 1.
:
Guru memberikan kertas kelebihan diri (berwarna biru) dan kertas kelemahan diri (berwarna kuning) a.
Siswa dibagi atas tiga kelompok.
b.
Siswa diinstruksikan menempelkan kertas kelebihan diri pada anggota tubuh yang dianggapnya paling kuat.
c.
Siswa diinstruksikan menempelkan kertas kekurangan diri pada anggota tubuh yang dianggapnya paling lemah.
d.
Setelah menempelkan kekurangan dan kelemahan dengan menggunakan kertas, siswa diminta menempelkan kekurangannya di tubuh kelebihan temannya.
e.
Setelah bisa saling melengkapi kelemahan dan kelebihan diri, siswa diminta untuk berjalan dengan posisi saling menempel.
2.
Siswa merefleksikan makana dari kegiatan Bergaul dengan kelemahan dan kelebihan yang berhasil dilakukannya dengan memperhatikan etika yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
D. Handout Materi
ETIKA DALAM PERGAULAN
Apa itu etika dalam pergaulan ?? Etika Pergaulan adalah cara yang baik untuk bertingkah laku dalam berelasi dengan orang lain, khususnya dengan teman-teman di sekitarnya. Sehingga apabila kita memiliki etika yang baik dalam pergaulan, maka teman kita akan menerima kita dengan baik dan merasa tidak dirugikan akan kedatangan kita.
PRINSIP ETIKA PERGAULAN PRINSIP HAK DAN KEWAJIBAN Hak adalah suatu wewenang yang secara sah dimiliki oleh seseorang. Diantaranya adalah hak dasar yang dimiliki oleh manusia semennjak lahir dan biasa disebut sebagai hak asasi manusia. Sedangkan kewajiban adalah suatu tugas yang harus dilakukan oleh setiap manusia untuk memperoleh, mempertahankan, dan membela haknya. Karena pada dasarnya setiap hak peru di ikuti oleh sebuah kewajiban.
PRINSIP TERTIB DAN DISIPLIN Tertib dan disiplin adalah suatu keadaan yang menunjukkan ketundukkan terhadap hokum atau peraturan yang telah diteteapkan dengan penuh kesadaran demi tercapainya tujuan bersama.
PRINSIP KESOPANAN Sopan berarti bertingkah laku / bertindak sesuai dengan norma kesopanan dan norma kesusilaan yang berlaku dalam masyaarakat. Orang sopan biasanya rendah hati dalam sikap, Tindakan, tutur kata, dan perbuatan.
PRINSIP KESEDERHANAAN Sederhana adalah tingkah laku yang bersahaja. Dalam ksederhanaan bukan berarti hal yang negative, maksudnya kesedrhanaan disini adalah seseorang tidak sombong akan semua hal yang dia miliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
PRINSIP KEJUJURAN Jujur adalah tingkah laku yang sesuai dari suara hati nurani. Apa yang dikatakan oleh suara hati diwujudkan melalui sikap dan tingkah laku. Sehingga kejujuran sangat dibutuhkan dalam pergaulan dengan semua orang PRINSIP KEADILAN Keadilan adalah pengakuan dan pelaksanaan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan tercapai jika kita senantiasa menghargai hak orang lain.
PRINSIP CINTA KASIH Cinta kasih menunjukkan adanya sikap saling menghargai. Menghormati, tidak membedabedakan sesame, serta memikirkan kebaikan orang lain. Semua itu dilakukan tanpa pamrih.
MANFAAT BERETIKA PERGAULAN YANG BAIK : 1. Mengetahui cara bergaul dengan teman yang baik 2. Saling menghargai satu sama lain 3. Memiliki ikatan kuat antara teman satu dengan yang lain
4. Memiliki rasa kebersamaan dan kepercayaan yang tinggi 5. Tidak membeda-bedakan dalam memilih teman
D. Handout Materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
Proaktif
Proaktif merupakan lawan dari reaktif. Kata reaktif ini mungkin umum bagi kita semua karena lebih sering digunakan di kehidupan sehari hari daripada kata proaktif. Proaktif adalah melakukan sesuatu setelah dipikirkan matang – matang.
Proaktif?? Ciri-ciri pribadi
yang gaul nan proaktif itu seperti apa ya?? Seperti Aku?? Hehehhe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
Kakek tahu lhoo!! Ciyusss!!! Yuk ..MARi kita lihat ciri pribadi yang gaul nan PROAKTIF itu !!!
Bertanggung jawab
Berpusat pada prinsip
Bekerja dari dalam ke luar Fokus Inisiatif Mengembangkan 4 anugrah uniknya
Tidak mudah marah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
Biasanya terucap kalimat seperti ini ketika kita bergaul, Mari kita bedakan !!!
Nah, sudah mulai menyadari kan? Yuk kita tinggalkan sikap reaktif. AND BEING PROACTIVE...
Lalu, bagaimana mengembangkan sikap proaktif???
Ahhaaa… Ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
Cara Mengembangkan Sikap Proaktif:
1. Inisiatif
2. Do i t
3. Jangan Takut
4. Selalu Tersenyum
5. Berpikir Aktif dan Positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
Manfaat 1. Tidak mudah tersinggung. 2. Bertanggung jawab atas pilihanpilihannya sendiri. 3. Berpikir sebelum bertindak. 4. Cepat pulih jika terjadi sesuatu yang buruk. 5. Selalu
mencari
jalan
untuk
menjadikan segalanya terlaksana lebih baik. 6. Fokus
7. Lebih sukses dalam hidup 8. Memiliki banyak teman 9. Menjadi pemberani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
E. Tokoh Idolaku Susi Pudjiastuti (Menteri Gaul yang bijaksana) Susi lahir di Pangandaran, 15 Januari 1965 adalah pengusaha pemilik dan Presdir PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir hasil-hasil perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation atau penerbangan Susi Air dari Jawa Barat. Hingga awal tahun 2012, Susi Air memiliki 46 pesawat dengan berbagai tipe seperti Cessna Grand Caravan, Pilatus PC-06 Porter dan Piaggio P180 Avanti. Susi Air mempekerjakan 179 pilot, dengan 175 diantaranya merupakan pilot asing. Tahun 2012 Susi Air menerima pendapatan Rp300 Miliar dan melayani 200 penerbangan perintis. Ayah dan ibunya Susi Pudjiastuti yaitu Haji Suwuh dan Hajjah Suwuh Lasminah berasal dari Jawa Tengah yang sudah lima generasi lahir dan hidup di Pangandaran. Keluarga Susi adalah saudagar sapi dan kerbau, yang membawa ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat. Kakek buyutnya Haji Ireng dikenal sebagai tuan tanah. Susi hanya memiliki ijazah SMP. Setamat SMP ia sempat melanjutkan pendidikan ke SMA. Namun, di kelas II SMAN Yogyakarta dia berhenti sekolah karena dikeluarkan dari sekolah lantaran keaktifannya dalam gerakan Golput. Setelah tidak lagi bersekolah, dengan modal Rp. 750 ribu hasil menjual perhiasan, pada 1983 Susi mengawali profesi sebagai pengepul ikan di Pangandaran. Bisnisnya terus berkembang, dan pada 1996 Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster dengan merek "Susi Brand". Ketika bisnis pengolahan ikannya meluas dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika, Susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat mengangkut lobster, ikan, dan hasil laut lain kepada pembeli dalam keadaan masih segar. Didukung suaminya, Christian von Strombeck, seorang Jerman yang lama bekerja sebagai mekanik pesawat dan pilot di Indonesia, pada 2004 Susi memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp20 Miliar menggunakan pinjaman bank. Melalui PT. ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan kemudian, satu-satunya pesawat yang ia miliki itu ia gunakan untuk mengangkut lobster dan ikan segar tangkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171 nelayan di berbagai pantai di Indonesia ke pasar Jakarta dan Jepang. Call sign yang digunakan Cessna itu adalah Susi Air. Dua hari setelah gempa tektonik dan tsunami Aceh melanda Aceh dan pantai barat Sumatera pada 26 Desember 2004, Cessna Susi adalah pesawat pertama yang berhasil mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah terisolasi. Peristiwa itu mengubah arah bisnis Susi. Di saat bisnis perikanan mulai merosot, Susi menyewakan pesawatnya itu yang semula digunakan untuk mengangkut hasil laut untuk misi kemanusiaan. Selama tiga tahun berjalan, maka perusahaan penerbangan ini semakin berkembang hingga memiliki 14 pesawat, ada 4 di Papua, 4 pesawat di Balikpapan, Jawa dan Sumatera. Perusahaannya memiliki 10 pesawat Cessna Grand Caravan, 2 pesawat Pilatus Porter, 1 pesawat Diamond star dan 1 buah pesawat Diamond Twin star. Sekarang Susi Air memiliki 45 pesawat terbang beragam jenis. Susi menerima banyak penghargaan antara lain Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005, serta Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia. Tahun 2006, ia menerima Metro TV Award for Economics, Inspiring Woman 2005 dan Eagle Award 2006 dari Metro TV, Indonesia Berprestasi Award 2009 dari PT Exelcomindo. Pada tahun 2008 ia mengembangkan bisnis aviasinya dengan membuka sekolah pilot Susi Flying School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying School. Negeri ini gak butuh lulusan insinyur atau sarjana, tapi butuh orang - orang benar, jujur, dan pekerja keras tak peduli apapun latar pendidikannya. Semoga ibu susi bisa memajukan dunia perikanan dan kelautan negeri ini semoga saja. Amin Proud To Be Indonesian
"Orang yang meraih kesuksesan tidak selalu orang yang pintar, tapi orang yang selalu meraih kesuksesan adalah orang yang gigih dan pantang menyerah. Bagaimana caranya mewujudkan Impian agar sukses, Kunci Suksesnya adalah Komitmen dengan apa yang kita jalani."-Susi Pudjiastuti-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
F. Kisah Bergambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
G. Evaluasi
Panduan Refleksi Pemutaran Video 1. Setelah menonton video tersebut, bagaimana perasaanmu? _____________________________________________________________________ 2. Menurut pendapatmu, apa isi video tersebut?
_____________________________________________________________________ 3. Manfaat apa yang kalian dapat setelah menonton video tersebut? _____________________________________________________________________ 4. Sebutkan 3 contoh beretika baik yang dapat kamu lakukan dalam kehidupan seharihari! _____________________________________________________________________ 5. Menurut pendapatmu, mengapa kita perlu memiliki perilaku pergaulan yang baik dan proaktif ? ____________________________________________________________________
Panduan Refleksi Materi Ppt (Handout) 1. Sebutkan ciri-ciri sikap gaul yang baik dan proaktif?
_________________________________________ 2. Buatlah “sebuah kalimat” penting yang dapat anda gunakan sebagai prinsip/motivasi berkaitan dengan bimbingan Gaul It’s Okay! ______________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
Panduan Refleksi Tokoh Idolaku 1. Setelah kamu membaca kisah Ibu Susi, apa saja isi yang terkandung di dalam cerita tersebut? ____________________________________________ 2. Apa yang menjadi kunci kesuksesan sosok Ibu Susi menurutmu? ____________________________________________ 3. Apa manfaat/hal-hal yang dapat dipetik dari cerita tersebut? ____________________________________________
PERNYATAAN HASIL BELAJAR Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan kelas saya menjadi tahu dan sadar bahwa, -
….. ….. dst
NIATKU Setelah saya mengenal diri dengan membuat pernyataan hasil belajar diatas saya akan, -
……… ……… dst
PENILAIAN DIRI Berilah tanda cek (V) pada pernyataan dibawa ini, sesuai dengan pergaulan yang telah kalian lakukan dalam kehidupan sehari-hari! No 1. 1. 2. 2. 3. 3. 4. 4. 5. 5.
Etika Pergaulan sudah kah kamu memiliki banyak teman sudah kah kamu berbuat baik terhadap teman pernah kah kamu berbuat jahat terhadap teman tahukah kamu manfaat memiliki banyak teman tahukah kamu pentingnya berbuat baik kepada teman sendiri
Ya
Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
PERBANYAKLAH BERBUAT ATAU BERSIKAP BAIK DAN SOPAN
TERHDAP TEMAN SENDIRI, KARENA KITA HIDUP DI DUNIA INI AKAN SALING MEMBUTUHKAN BANTUAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
Lampiran 16. Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas (Digelorakan Oleh Mimpi)
A. Rancangan Pelayanan Bimbingang
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pokok Bahasan Bidang Bimbingan Jenis Layanan Fungsi Bimbingan Sasaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
9.
Materi
10.
Metode
11. 12. 13. 14.
Waktu Tempat Media Evaluasi
15.
Rencana Tindak Lanjut
16.
Sumber Pustaka
DIGELORAKAN OLEH MIMPI
Keterangan Digelorakan oleh mimpi Pribadi-sosial Bimbingan Kelas Pemahaman dan pengembangan Siswa-siswi SMP Siswa memahami dan menyadari mimpi dalam dirinya Siswa mampu menyadari mimpi dalam dirinya 1. Siswa mampu menyebutkan apa yang menjadi harapan-harapannya 2. Siswa tau akan kelebihan dalam dirinya 3. Siswa dapat melihat hal-hal yang lebih dominan dalam dirinya 4. Siswa dapat mengekspresikan sikap antusiasnya untuk meraih mimpi yang nampak dalam dinamika kelompok 1. I have a dream 2. Tujuan Hidup untuk Meraih Mimpi 1. Dinamika kelompok 2. Sharing 3. Tanya jawab 4. Game 5. Refleksi 6. Nonton video 2 x 40 menit Kelas atau Aula Sek belum Siswa diberi pertanyaan atau tugas : 1. Pernyataan hasil belajar 2. Niatan Diri untuk menggapai mimpi 1. Siswa yang belum memahami materi diberi layanan bimbingan kelompok kecil. 2. Siswa yang memiliki masalah, sehingga tidak aktif dalam layanan di kelas akan diberi layanan konseling. 1. Covey,Sean. 2001. The 7 Habits of Highly Effective Teens. Jakarta: Binarupa Aksara 2. Kuntoro Adi, dan tim penyusun. 2013. Buku Panduan Peserta Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa. Yogyakarta: Penerbit Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
B. SKENARIO LAYANAN
NO KEGIATAN 1 Pengantar
2
3
GURU a. Guru pembimbing bersama mitra (Guru mapel terkait) memberi salam kepada siswa. “Selamat Pagi”
SISWA a. Siswa menjawab salam dengan menyuarakan “Pagi Pagi Pagi!”
b. Menjelaskan topik bimbingan yang akan dilaksanakan
b. Siswa memimpin doa dengan ciri khas yang akan dibawakan olehnya.
c. Membuka bimbingan dengan berdoa, dipimpin oleh salah satu siswa Ice Breaking a. Pembimbing memberikun Tepuk Irama instruksi ice breaking (Cek / Tepuk rincian dinamika kelompok) Sedang apa Pemberian a. Pembimbing memberikan materi materi topik bimbingan dengan memutar video berjudul “Berani Bermimpi” untuk memberikan stimulasi b. Pembimbing menayangkan slide melalui PPT berjudul “Digelorakan Oleh Mimpi” c. Pemutaran “Video Laskar Pelangi / Video Pramugari Garuda”
4
5
Dinamika Kelompok “Amazing Finger, Amazing Dream” Penegasan dari game dalam dinamuka kelompok
a. Pembimbing menginstruksikan tahaptahap untuk melaksanakan game.
a. Pembimbing memberikan makna dari game.
WAKTU 5 menit
a. Siswa mengikuti instruksi dari pembimbing
10 menit
a. Siswa menyaksikan video “Berani Bermimpi”
30 menit
b. Siswa mendengarkan dan menyaksikan PPT yang disakijakn. c. Siswa diajak berefleksi secara lisan setelah memahami beberapa materi yang diberikan. a. Siswa berdinamika dengan membentuk kelompok terlebih dahulu.
a.
Siswa menjadi semanin paham. b. Siswa merefleksikan secara lisan.
15 menit
5 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
6
Percikkan Inspiratif
a. Pembimbing memberikan bacaan tokoh inspiratif b. Pembimbing menegaskan makna dari cerita tokoh inspiratif tersebut
7
Pernyataan Diri
8
Penegasan dan penutup
a. Siswa membaca tokoh inspiratif yang sudah di siapkan oleh pembimbing b. Siswa mencari nilainilai yang ada dalam cerita tokoh inspiratif tersebut Siswa mengisi lembar pernyataan diri dan membuat niat pribadi
Pembimbing memberikan lembar pernyataan diri dan pembimbing memberikan instruksi agar siswa mengisi lembaran tersebut dan membuat niat pribadi a. Pembimbing Siswa mengikuti menegaskan materi dari awal sampai akhir. b. Pembimbing memberikan kata-kata bijak sebagai penguatan. c. Pembimbing memutarkan video “Indonesia Jaya” Total Durasi Keseluruhan
C. Deskripsi Dinamika Kelompok
Ayo Bernyanyi! Kalau kau suka hati tepuk tangan Kalau kau suka hati tepuk tangan Kalau kau suka hati, mari kita lakukan, kalau kau suka hati tepuk tangan
Petik Jari, Tepuk Paha, Hentak Kaki, Sore Hore, Diam Saja
10 menit
10 menit
10 menit
95 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
Saksikan yuk! “VIDEO BERANI BERMIMPI” & “LASKAR PELANGI”
Ayo Bermain!
Nama kegiatan : Amazing Finger , Amazing Dream Tujuan : Mengajak responden untuk fokus, dan yakin akan mimpinya. Langkah-langkah : 1. Guru meminta volunteer sebanyak 6 orang. a. 5 Siswa diinstruksiku untuk saling menggenggam jempol tangan kanan kelima rekannya. b. Setelah kokoh dan jempol membentuk rangkaian lingkaran, guru menginstruksikan untuk semakin mengutkan konstruksi tangan dengan menggenggam tangan kanan masing-masing siswa menggunakan tangan kiri. c. Siswa diberikan afirmasi bahwa jempol dan tangan mereka kuat untuk menggapai mimpi. d. 1 Siswa yang dipercayakan untuk perpanjangan tangan rekan-rekannya harus siap untuk membantu meletakkan mimpi mereka setinggi mungkin. e. Setelah siap, 1 orang siswa yang telah dipercaya oleh temannya ini, naik perlahan-lahan ke atas konstruks lingkaran dari jaempol teman-temannya. f. Setelah naik ke atas konstruk, dan siap untuk diangkat, mereka wajib meletakkan mimpi setinggi-tingginya. 2. Setelah menempelkan impinya di dinding, siswa di ajak untuk merefleksikan kegiatan dalam dinamika barusa, dapat dilakukan secara lisan, maupun tulisan. a. Adakah teman-teman yang merasa pesimis untuk mengangkat mimpinya? b. Apa kendala-kendala yang dialami ketika bermain? c. Sikap seperti apa yang diperlukan untuk menggapai mimpi seperti halnya yang kita lakukan dalam game barusan?
Saksikan yuk! “VIDEO PENEGUHAN- INDONESIA JAYA”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
D. Handout Materi
I HAVE A DREAM
Mimpi adalah cara kita menarik pikiran kita menuju masa depan. Stephen R. Covey mengajak kita dengan mulai dengan tujuan akhir dalam
pikiran.
Dengan
mulai
memikirkan tujuan yang hendak dicapai, yaitu masa depan Anda sendiri, Anda bisa mengarahkan dan memfokuskan energi yang Anda miliki untuk mencapai mimpi tersebut.
Kek, cara untuk memulai mimpi dengan tujuan akhir gimana sih kek?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
Sini-sini kakek jelasin, gini nih caranya..
S Cara terbaik untuk mengenali TUJUAN HIDUP kita adalah dengan MENULISKAN
Specific
M Measurable
MISI PRIBADI dan Harus SMART
R Realistic
A Achievable
T Time-bound
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182
E. Percikan Inspirasi
Merry Riana ~ Motivator Wanita Sukses Dari Indonesia Kisah Hidup Merry Riana Merry Riana lahir pada tanggal 29 Mei 1980 di Jakarta. Ia dilahirkan dalam keluarga yang bisa dibilang cukup sederhana. Ayahnya adalah seorang pebisnis dan ibunya tinggal dirumah sebagai ibu rumah tangga. Ia mempunyai 3 orang saudara, dan ia adalah anak pertama. Menjadi seorang anak pertama tentunya berarti menjadi tumpuan dan harapan orang tuanya. Dan hal tersebut disadari betul oleh nya. Selepas masa pendidikan menengah atas, ia yang mempunyai cita cita sebagai seorang insinyur teknik berencana melanjutkan studinya ke Universitas Trisakti mengambil jurusan Teknik Elektro. Namun karena pada waktu itu keadaan ibu kota sedang tidak kondusif pasca kerusuhan tahun ’98, orang tua Merry khatir jika anaknya harus melanjutkan studi di Jakarta. Dan jadilah ia dikirim ke Singapura untuk melanjutkan studi disana, dengan harapan ia bisa lebih fokus belajar dan relative terjaga keadaannya. Di Singapura, Merry memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Nanyang Technological University (NTU) mengambil jurusan Electrical and Electronics Engineering (EEE). Cita-cita besar ternyata memang harus ditempuh dengan jalan yang terjal, tidak semulus yang dibayangkan nyatanya ia mengalami beberapa masalah besar di sana. Ia yang tidak mempunyai persiapan yang cukup untuk studi di luar negeri ternyata gagal pada tes bahasa asingnya. Ditambah lagi dengan keadaan keuangan keluarga yang minim memaksanya untuk memutar otak mencari tambahan biaya hidupnya disana. Ia sempat mencari pinjaman uang untuk hidup sehari-hari, tidak hanya itu beberapa pekerjaan sampingan pun seperti penyebar pamflet, penjaga kios hingga menjadi pelayan di hotel harus ia jalani untuk terus bertahan di sana. Ia yakin seberat apapun jalanya, ia pasti bisa melaluinya. Keyakinan tersebut lah yang menjadi modal dan penguat niatnya.
Biodata Singkat Merry Riana
Nama : Merry Riana Nama Panggilan : Merry Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 29 Mei 1980 Pendidikan : Jurusan Electrical and Electronics Engineering (EEE), Nanyang Technological University (NTU)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
F. Kisah Bergambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
G. Evaluasi
Panduan Refleksi Pemutaran Video 1. Setelah menonton video tersebut, bagaimana perasaanmu? _____________________________________________________________________
2. Menurut pendapatmu, apa isi video tersebut? _____________________________________________________________________ 3. Manfaat apa yang kalian dapat setelah menonton video tersebut? _____________________________________________________________________ 4. Sebutkan 3 hal penting yang dapat kamu lakukan dalam rangka mencari tujuan hidup untuk meraih mimpi? _____________________________________________________________________ 5. Menurut pendapatmu, mengapa kita perlu berani dalam bermimpi? ____________________________________________________________________
Panduan Refleksi Materi Ppt (Handout) 1. Sebutkan perbedaan Gender dan Jenis Kelamin! ______________________________________ 2. Dalam usia remaja yang sedang Anda alami, menurutmu apa peran yang harus Anda lakukan sebagai laki-laki/perempuan? ______________________________________ 3. Buatlah “sebuah kalimat” penting yang dapat anda gunakan sebagai prinsip/motivasi berkaitan dengan bimbingan bela gender! ______________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185
Panduan Refleksi Tokoh Idolaku 1. Setelah kamu membaca kisah Merry Riana, apa saja isi yang terkandung di dalam cerita tersebut? ____________________________________________
2. Apa yang menjadi kunci kesuksesan sosok Merry Riana menurutmu? ____________________________________________ 3. Apa manfaat/hal-hal yang dapat dipetik dari cerita tersebut? ____________________________________________
PERNYATAAN HASIL BELAJAR Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan kelas saya menjadi tahu dan sadar bahwa, -
….. ….. dst
NIATKU Setelah saya mengenal diri dengan membuat pernyataan hasil belajar diatas saya akan, -
……… ……… dst
Kegiatan dapat diakhiri dengan kegiatan Hand Print Sebagai Wujud Aksi dari Bimbingan yang telah dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186
JEMBATAN YANG MEMBANTU MIMPI MENUJU KENYATAAN ADALAH KERJA KERAS DAN DOA
SELAMAT… ANDA SUDAH PUNYA ARAH DAN TUJUAN HIDUP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187