EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al Syukro Ciputat) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh : Febriyani Rofiqoh NIM: 106015000700
JURUSAN PENDIDIKAN IPS FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H /2010 M
ABSTRAK Febriyani Rofiqoh, Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Di Smp Islam Al Syukro Ciputat). Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS, Program Studi Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan efektifitas pembelajaran kooperetif model Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dan persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pembelajaran IPS. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al Syukro Ciputat dari Oktober sampai November 2010. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus dan setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah tes (pre test dan post tes), teknik analisis data dengan menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran di kelas berupa observasi dan hasil wawancara. Sedangkan teknik analisis data kuantitatif dengan menggunakan hasil tes setiap siklus dilihat dari N-Gain. Siklus akan berhenti jika indikator keberhasilan telah tercapai. Hasil analisis data dari hasil belajar siswa menunjukan adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklus. Ditunjukan dengan nilai rata-rata N-gain pada siklus 1 sebesar 47%, sedangkan siklus 2 menjadi 65%, dan pada siklus 3 meningkat menjadi 77%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada bab hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi melalui pembelajaran kooperatif model Make a Match. Kata kunci: Hasil Belajar siswa , Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match
ii
ABSTRACT Febriyani Rofiqoh, Cooperative Learning effectiveness Model Make a. Match In Increase Student Studying Result On IPS'S Subject (Action research brazes At SMP Al Syukro Ciputat's Islam). Paper, IPS'S Education majors, Study’s program Economy, Tarbiyah's Knowledge faculty and teachership, Countries Islamic university Syarif Hidayatullah Jakarta. This research intent cooperative learning effectiveness model Make a. Match in increase student studying result on IPS'S subject and student perception about cooperative learning purpose model Make a. Match in IPS'S learning. This research is executed at SMP Al Syukro Ciputat's Islam of October until November 2010. This observational method utilize action research method brazes (PTK) one that consisting of three cycles and each cycle cover planning, performing, observation, and reflection. Instrument that is utilized is essay (pre is test and post essays), analysis’s tech data by use of tech qualitative and quantitative. Qualitative tech is utilized to describe learning performing at brazes as observation and interview result. Meanwhile analysis’s tech quantitative data by use of result essays each cycle be seen of N Gain. Cycle will stop if success indicator was reached. Analysis’s result data of student studying result point out marks sense result stepup study on each cycle. At indication with average value N gain on cycle 1 as big as 47%, meanwhile cycle 2 as 65%, and on cycle 3 worked up as 77%. This observational result can be concluded that successful increase activity and student studying result on IPS'S subject on human essence chapter as creature social and economic via cooperative learning model Make a. Match. Key word: Students Learned result, Cooperative learning Model Make a. Match
iii
KATA PENGANTAR Bismillaahirrohmaanirrohiim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Tiada kata yang paling indah dan bermakna selain untaian kata syukur kehadirat zat yang maha agung dan maha perkasa, yang memberikan nikmat sehat, nikmat iman dan islam kepada hamba-Nya yang taat. Shalawat dan salam semoga tetap dicurahkan atas keharibaan Nabi ahhirul zaman “ushwah hasanah” yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis bersyukur karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya dapat diselesaikan dengan baik dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini tak lepas dari dukungan dan dorongan semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1.
Kedua orang tua Ayahanda (Arif Rahman, S.Ag) dan Ibunda (Tiharsih) tercinta yang telah mendidik, mengajar dan memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melangkah lebih jauh, menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya, yang selalu berdo’a dalam setiap hela napas dan sujudnya, yang selalu membanggakan dan mendukung penulis mempunyai kepercayaan diri yang sangat tinggi serta selalu optimis dalam menjalani hidup.
2.
Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengizinkan serta memberi restu kepada penulis guna menyusun skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.
3.
Drs. H. Nurochim, MM, ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah mengajar dan memberikan bimbingan dengan sabar, dan senantiasa memberikan suport dalam menyelasaikan skripsi ini.
4.
Seluruh bapak/ibu dosen dan sekretaris program studi Pendidikan IPS khususnya bapak Dr. Iwan Purwanto M. Pd, terimakasih atas ilmu yang diberikan selama perkuliahan. iv
5.
Dr. Muhamad Arif, M.Pd, pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dengan sabar dan mengarahkan sampai selesaian skripsi ini.
6.
Bapak kepala sekolah, Guru, serta Staf SMP Islam Al Syukro Ciputat, khususnya Bapak Kosaman SE, selaku guru IPS yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.
7.
Kakak-kakakku (St.Nurjalilah, S.Hi dan suami, St.Nurika Fofiyah, S.Pd.I dan suami, S.Pd.I, M.Farid Firdaus, S.Pd.I dan istri, M.Fahrul Rohman, S.Kom) yang senantiasa selalu memberikan do’a, cinta, harapan, motivasi dan semangat yang diberikan, terima kasih atas segalanya.
8.
Keponakan-keponakanku (Ziya, Ziddan, Fatih) yang selalu memberikan keceriaan dan kegembiraan kepada penulis.
9.
Sahabat-sahabat terbaikku Gossip makker (Best (Qq), Evi, Tami, Amel, Ani, Reni, Bariyah, Deby, Rifa, Lia, Sri, Leni, Inta), dan kelurga kecilku dikosan (Neng dan Ais). Yang tidak akan pernah terlupakan kenangan yang sudah kita lewati bersama ”Succses for All”.
10. Semua teman-teman seperjuangan jurusan IPS angkatan 2006, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, Desember 2010
Penulis Febriyani Rofiqoh
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR......................................................................................... iii DAFTAR ISI........................................................................................................ v DAFTAR TABEL ...............................................................................................viii
BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................... 7 C. Pembatasan Masalah .................................................................. 8 D. Perumusan Masalah ................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
BAB II:
KAJIAN TEORI A. Efektifitas ................................................................................... 9 1. Pengertian Efektifitas ........................................................... 9 2. Macam-macam Persfektif Efektifitas................................... 12 B. Pembelajaran Kooperatif............................................................ 12 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif.................................... 12 2. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif............................ 13 3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif........................................ 14 4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ......................................... 15 5. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif....................... 15 6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif......................... 16 7. Prinsip-prinsip Asas Pembelajaran Kooperatif .................... 17 8. Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match ............... 18 a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match ........................................................................... 18
vi
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match............................................................................ 18 c. Kelebihan dan Kekurangan
Pembelajaran Kooperatif
Model Make a Match .................................................... 19 C. Hakikat Belajar Siswa ................................................................ 20 1. Definisi Belajar .................................................................... 20 2. Teori-teori Belajar................................................................ 21 3. Jenis-jenis Belajar ................................................................ 24 4. Ciri-ciri Belajar ................................................................... 25 5. Belajar Sebagai Suatu Proses ............................................... 26 D. Hakekat Hasil Belajar ............................................................... 26 1. Definisi Hasil Belajar .......................................................... 26 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............... 28 E. Pendidikan IPS .......................................................................... 28 1. Hakekat dan Pendidikan IPS................................................ 28 2. Kompetensi Pendidikan IPS................................................. 30 3. Karakteristik Pendidikan IPS ............................................... 31 4. Fungsi dan Tujuan Pendidikan IPS ...................................... 31 F. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan..................................... 32 G. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan.......................... 33 H. Hipotesis Tindakan..................................................................... 34
BAB III
METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ....................................................................... 35 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 35 C. Metode Penelitian Dan Rancangan Siklus Penelitian ................ 36 D. Subjek atau Partisipasi yang Terlibat dalam Penelitian ............. 38 E. Peran Penelitian dalam Penelitian.............................................. 38 F. Tahapan Intervensi dalam Penelitian ......................................... 38 G. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan............................... 39 H. Data dan Sumber Data .............................................................. 39 vii
I. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 40 J. Instrumen-Instrumen Pengumpulan Data .................................. 40 K. Validitas Isi ................................................................................ 44 L. Analisis Data dan Intervensi Hasil Analisis............................... 46 M. Tindak Lanjut / Pengembangan Perencanaan Tindakan ............47
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data............................................................................ 48 B. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................... 49 C. Interpretasi Analisis Kegiatan Pembelajaran ............................. 49 D. Analisis Data .............................................................................. 65 E. Pembahasan Hasil Temuan ........................................................ 67 F. Keterbatasan Peneliti.................................................................. 69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................... 70 B. Saran .......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72 LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah paling penting dan aktual sepanjang zaman, karena kemajuan suatu bangsa dan negara tidak terlepas dari keberhasilan di sektor pendidikan suatu bangsa tersebut. Dapat dilihat dalam sejarah dan masa kini bahwa peradaban yang maju pada suatu bangsa dan Negara tidak terlepas dari peran pendidikan yang maju pula. Melalui pendidikan manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan tuntunan dalam kehidupan dan dengan pendidikan orang menjadi maju dan mampu mengelola alam yang dikaruniakan Allah SWT dengan baik. Hal-hal tersebut sesuai dengan visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya masyarakat indonesia yang damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing tinggi, maju dan sejahtera dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia-manusia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berdasarkan hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja tinggi serta disiplin. Redja Mulyahardjo mengatakan bahwa: “Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Dan dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dan segala pengaruh yang diupayakan sekolah 1
terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.”1 Pendidikan adalah suatu proses yang berfungsi membimbing siswa dalam kehidupan sesuai dengan tugas dan perkembangannya yang harus dijalani oleh peserta didik, pendidikan juga merupakan suatu usaha sadar yang teratur dan sistematik, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk membuat peserta didik agar mempunyai sifat atau tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
mengembangkan
pembelajaran
potensi
dirinya
agar untuk
peserta memiliki
didik
secara
kekuatan
aktif
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.2 Ngalim Purwanto menyatakan bahwa “Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.”3 Pendidikan merupakan salah satu cara manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan dalam proses tersebut seseorang haruslah belajar karena hal tersebut sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang baik pula. Dalam rangka meningkatkan pendidikan di Indonesia 1
Redja Mulyahardjo, pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
h. 8 2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 (Bandung: Citra Umbara, 2006), hal. 71-72 3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. ke- 16, hal. 10
2
serta menumbuhkan suatu sistem pembelajaran yang berkualitas, maka sistem pembelajaran tersebut harus menuju pada proses belajar yang kompetitif dan mandiri, karena salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang diperbuat atau apa yang diyakini. Semua yang diperoleh siswa tersebut didapat dari peran seorang guru. Semua orang percaya bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik. Agar dapat mengembangkan potensi secara optimal, dalam hal ini guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagi berikut: 1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. 2. Tema, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan dan bagi para peserta didik. 3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya. 4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. 5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab. 6. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya. 7. Mengembangkan kreatifitas.4 Perkembangan ilmu, teknologi dan arus globalisasi telah membawa perubahan dihampir setiap aspek kehidupan manusia. Dalam rangka menghadapi berbagai perubahan dan permasalahan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, yang antara lain melalui pembaharuan sistem pendidikan dan khususnya pembelajaran ilmu-ilmu sosial (IPS) yang lebih bermakna. Perubahan yang terus menerus terjadi dalam kehidupan sosial
4
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 36
3
mengisyaratkan bahwa pendidikan IPS mesti senantiasa melakukan langkah pengembangan guna menjawab permasalahan yang ada dalam masyarakat. Banyak pandangan yang muncul seputar permasalahan yang ada dalam pendidikan IPS itu sendiri, di antaranya ada pihak yang mengkritisi strategi atau pendekatan yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Ada yang mengkritisi dari sudut materi yang diajarkan yang sering kali missmacth dengan realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan yang demikian setidaknya munculnya asumsi dalam diri siswa bahwa IPS merupakan bidang studi yang menjemukan, kurang menantang minat belajar, bahkan dipandang sebagai ilmu pengetahuan kelas dua. Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Syafruddin Nurdin mengutip pendapat Nu’man Sumantri bahwa “Pelajaran IPS yang diberikan di sekolah-sekolah sangat menjemukan dan membosankan. Hal ini disebabkan penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris, sehingga siswa kurang antusias yang dapat mengakibatkan pelajaran kurang menarik”.5 Permasalahan pembelajaran tersebut berdampak pada minat dan motivasi siswa untuk belajar menjadi berkurang, dan pembelajaran menjadi tidak bermakna bagi siswa, sehingga mengakibatkan kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran berlangsung. Hal tersebut terjadi karena model pembelajaran yang diimplementasikan di sekolah-sekolah saat ini pada umumnya masih bersifat konvensional. Disebabkan karena sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Dalam pembelajaran IPS diperlukan juga efektivitas, efektivitas belajar IPS adalah hasil akhir yang diterima setelah mengalami proses belajar mengajar IPS yang tidak hanya diarahkan pada penguasaan materi saja, tetapi juga menyentuh ranah kognitif, afektif, dan juga psikomotorik dalam 5
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Bebasis Kompetensi, ( Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet.I h.7
4
mewujudkan
nilai-nilai
positif.
Efektivitas
proses
belajar
mengajar
menekankan pada suatu usaha yang akan melahirkan aktifitas belajar yang efektif. Belajar yang efektif merupakan suatu aktifitas belajar yang optimal pada diri siswa. Menciptakan kondisi belajar yang efektif bagi siswa sangat bergantung kepada cara mengelola kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan
siswa
dapat
belajar
sebaik
mungkin
berdasarkan
kemampuannya. Permasalahan di atas menimbulkan pertanyaan, yakni bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran IPS, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep
tersebut. Bagaimana
mata pelajaran dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh. Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Dalam proses belajar mengajar, terdapat sebuah ungkapan populer bahwa metode lebih penting dari materi. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sehingga sebuah proses belajar mengajar (PBM) bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode yang tepat. Karena metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran, yakni: tujuan, metode, materi, media, dan evaluasi. Oleh karena itu pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, dan kondisi lingkungan di mana pengajaran berlangsung. Basyirudin Usman menyatakan bahwa “Bila ditinjau lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain: tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi,
5
kemampuan dan kepribadian guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan.”6 Seorang pendidik dituntut agar cermat dalam memilih dan menetapkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran pada peserta didik, karena dalam proses belajar mengajar (PBM) dikenal ada beberapa macam metode. Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsung proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari. Setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa ternyata dengan pendekatan pembelajaran seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum maksimal. Belajar mengajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran. Dan proses tersebut dapat dilandaskan pada suatu sistem yang baik dengan memilih metode yang sesuai agar dapat menentukan keberhasilan siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi banyak faktor, diantaranya pemilihan metode mengajar, minat siswa terhadap materi yang diajarkan dan peranan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Pada saat ini antusias siswa untuk belajar mata pelajaran IPS masih rendah, selain itu kurangnya keterampilan guru dalam mengembangkan pendekatan
dan
metode
atau
model
pembelajaran,
sehingga
fokus
pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher centered) dan kurang ada partisipasi siswa yang berarti. Untuk mengatasi masalah di atas diperlukan tindakan kelas. Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa “Tindakan kelas yaitu merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
6
Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Intermasa, 2002), Cet.1,h.32
6
tindakan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa”.7 E. Mulyasa mengatakan bahwa: “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila di implementasikan dengan baik dan benar. Melalui penelitian guru dapat berkreasi dan mengembangkan kemampuan secara mandiri dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yang bersinambungan, baik kualitas hasil maupun prosesnya secara bersamaan”.8 Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti mencoba mengembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan model Make a Match melalui penelitian tindakan kelas. Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam model, salah satu model pembelajaran kooperatif yang ingin penulis sampaikan adalah Make a Match . Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya di dalam kelas, sehingga terjadilah suatu pembelajaran yang hidup di dalam kelas. Pada model ini setiap siswa dituntut untuk memberikan saran, pendapat, ide, bahkan, untuk menjawab soal yang diberikan guru, dengan cara mangangkat atau mengajukan kartu yang diberikan guru pada setiap siswa. Berdasarkan analisis di atas penulis berinisiatif untuk melakukan eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match dan diharapkan dengan model tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS. Dan dari latar belakang di atas penulis ingin
melakukan
penelitian
yang
berjudul
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL
“EFEKTIVITAS MAKE A MATCH
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS” (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al Syukro Ciputat) 7 8
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.3 E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h.8
7
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas
maka
dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Siswa menganggap pelajaran IPS menjemukan dan membosankan 2. Guru belum menjalankan dan mempraktekan model pembelajaran yang sesuai dengan materi. 3. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS yang kurang memuaskan. 4. Belum diketahuinya efektifitas belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. 5. Belum
diketahuinya
persepsi
siswa
tentang
penggunaan
pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pembelajaran IPS.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat lebih terarah, jelas dan tidak meluas, maka penulis membatasi masalah ini difokuskan pada: 1. Efektivitas pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. 2. Persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pembelajaran IPS.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana efektifitas pembelajaran kooperetif model Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS? 2. Bagaiamana persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pembelajaran IPS?
8
E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran kooperetif
model
Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. 2. Untuk
mengetahui
persepsi
pembelajaran kooperatif
siswa
model
tentang
penggunaan
Make a Match dalam
pembelajaran IPS. F. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat bagi: 1. Guru, dapat menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Siswa, dapat mempermudah dalam memahami pelajaran IPS, dan dapat meningkatkan hasil belajar. 3. Peneliti, memberikan wawasan pengetahuan peneliti tentang efektifitas pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS. 4. Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan wawasan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran IPS.
9
BAB II KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia “Efektivitas berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Sedangkan menurut etimologi efektif adalah bentuk kata benda (noun) dari kata sifat (adjective).” 9 Efektivitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasaran. Dalam dunia pendidikan, efektivitas dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu: dari segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid.
9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982)
10
Madyo mengatakan bahwa “Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut
kegiatan
belajar
mengajar
yang
direncanakan
dapat
dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan mengajar dan belajar yang ditempuh.”10 Untuk
tercapainya
pembelajaran
yang
efektif,
perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut: a.
Penguasaan bahan pelajaran.
b.
Pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
c.
Variasi metode.
d.
Seorang guru harus selalu menambah ilmunya agar dapat meningkatkan kemampuannya mengajar.
e.
Guru harus selalu memberikan pengetahuan yang aktual, sehingga akan menimbulkan rangsangan yang efektif bagi belajar siswa.
f.
Guru harus berani memberikan pujian, karena pujian yang diberikan dengan tepat dapat memotivasi belajar siswa dengan positif.
g.
Guru harus mampu menimbulkan semangat belajar secara individual.
Menurut Slameto bahwa untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut: a.
b.
c.
10
Kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam diri siswa itu sendiri, contohnya kesehatan, keamanan, ketenteraman, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan yang baik dan teratur. Strategi belajar. Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar
Madyo, et. al, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang: Efftah Offset, 1990), cet ke-1, h.
63
11
diperlukan untuk dapat mencapai hasil belajar semaksimal mungkin.11 Mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar. Dalam belajar, siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk tuntutan itu guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai fasilitator untuk siswa, maka ketika guru mengajar, guru juga harus mengajar dengan efektif. Mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif pula. Belajar yang dimaksud adalah suatu aktivitas mencari, menemukan dan melihat pokok masalah. Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g.
h. i. j.
Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. Guru harus memberikan motivasi pada siswa. Kurikulum yang baik dan seimbang. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis di sekolah. Pada penyajian bahan pelajaran pada siswa, guru perlu memberikan masalah-masalah yang merangsang siswa untuk berpikir. Semua pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat. Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, dan mencari pemecahan masalah sendiri.12
Fakta yang terjadi di kelas menuntut guru untuk tidak lagi mengajar dengan sistem lama (konvensional). Karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka guru harus dapat memanfaatkan kemajuan iptek tersebut untuk meningkatkan cara mengajar agar lebih efektif. 11
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. ke-4, h. 74-76 12 Slameto, Belajar dan Faktor…, h. 92-95
12
Sedangkan efektivitas belajar murid, terutama menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan yang telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Berdasarkan dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas itu berkaitan dengan terlaksanannya semua tugas serta tercapainya tujuan. Dan secara umum bahwa efektivitas berarti ketercapaian suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
2. Macam-macam Persfektif Efektifitas Menurut F.X Suwarto bahwa terdapat beberapa perspektif tentang keefektifan. Di antaranya adalah: a.
b. c.
Keefektifan individu yaitu menekankan pelaksanaan tugastugas dan tanggung jawab individu pekerja atau anggota organisasi dari suatu oarganisasi. Keefektifan kelompok yaitu jumlah sumbangan dari keseluruhan anggota kelompok. Keefektifan organisasi yaitu fungsi dari keefektifan individu dan kelompok, bahwa organisasi dapat memperoleh tingkat prestasi lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah prestasi masing-masing bagian yang ada dalam organisasi.13
Dapat disimpulkan bahwa keefektifan individu yaitu tanggung jawab individu, dan kelompok yaitu sumbangan dari keseluruhan anggota kelompok, sedangkan keefektifan organisasi yaitu fungsi dari keefektifan individu dan kelompok.
B. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Anita lie mengatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royang. Yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.” 14 13 14
www..clr. ui. Id., 20 November 2008 Isjono, Cooperatif Learning, (Bandung: Alfa Beta, 2010), Cet 3, h.16
13
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif yang tidak peduli pada orang lain. Arief Achmad menyatakan bahwa: “Metode pembelajaran cooperative learning beranjak dari dasar pemikiran (getting better together) yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat.”15 Menurut Isjono bahwa: “Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras, dan satu sama lain saling membantu. Menurut isjono bahwa Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah Untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar”.16 Dengan demikian pembelajaran kooperatif membuat siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses pembelajaran, melainkan siswa juga dituntut untuk belajar dalam kelompoknya dengan cara belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain.
2. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif Terdapat beberapa variasi dari model yang dikembangkan dalam pembelajaran koopertaif, yaitu: a.
Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu
15
Arief Ahmad, Implementasi Model Cooperative Dalam Pembelajaran IPS ,(google;http//www.dunia guru.com/indek) 16 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Konsep, Landasan Teoritis-Praktis Dan Implementasi, Jakarta: Perpustakan Nasional,Desember 2007),h.41
14
b.
c.
d.
kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Jigsaw, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/ subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Model Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement Model pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran mencari pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Dalam pembelajaran kooperatif model Make a Match siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. .17
3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif sangat menekankan adanya kerja sama siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi ketika proses pembelajaran berlangsung. Ibrahim dan Warsono mengungkapkan bahwa ada beberapa unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam memiliki tujuan yang sama. d. Siswa harusnya membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya. f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketermpilan untuk belajar bersama selama proses pembelajaran berlangsung.
17
Triyanto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, h. 49-63
15
g. Siswa mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditanganinya dalam kelompok kooperatif. 18 Ciri-ciri pembelajaran kooperatif di atas akan membuat siswa bertanggung jawab terhadap kelompoknya dan terhadap dirinya, karena setiap siswa dituntut untuk memberikan yang terbaik untuk kelompoknya sehingga siswa termotivasi untuk belajar demi kemajuan kelompoknya dan dirinya yang pada akhirnya
dapat mendapatkan hasil belajar yang
memuaskan. 4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disampaikan Ibrahim dan Anwar Holil sebagai berikut: a.
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b.
Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya,
ketidakmampuan.
kelas
sosial,
Pembelajaran
kemampuan, kooperatif
maupun
memberikan
peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja, saling bergantung satu sama lain atas tugastugas bersama. c.
Tujuan penting ketiga adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
5. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai fasilitator, motivator dan manajer belajar. Pemberian bantuan secara scaffolding sangat diperlukan. Scaffolding adalah pemberian sejumlah 18
Warsono, Penerapan Prinsip CTL dalam Pembelajaran, (Jurnal pendidikan dan kebudayaan Vidya karya, th.XXII,no.2, Oktober 2003), h.138
16
bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh, ataupun hal-hal yang memungkinkan siswa tumbuh mandiri. 6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif
mengikuti
langkah-langkah
sebagai berikut : Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Fase
Tingkah Laku Guru
Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase-2 Menyajikan informasi Fase-3 Mengorganisasikan Siswa ke dalam kelompok kooperatif Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase-5 Evaluasi
Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan motivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-6 Memberikan penghargaan
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja mereka. Guru mencari cara-cara untuk Menghargai baik. upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 19
19
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (konsep, landasan teoritis-praktis dan implementasi, Jakarta: Perpustakan Nasional,Desember 2007), h.4849
17
7. Prinsip-prinsip Asas Pembelajaran Kooperatif Menurut
Ramlah
mengatakan
bahwa,
setiap
melaksanakan
pembelajaran secara kooperatif, seseorang guru itu perlu mengetahui prinsip-prinsip asas yang terdapat dalam pembelajaran tersebut. Terdapat 7 prinsip asas dalam pembelajaran kooperatif yaitu : a. Saling kebergantungan positif Setiap anggota bekerjasama kearah mencapai matlamat yang sama melalui tujuan yang serupa, pembagian kerja atau tugasan yang sama rata. b. Ketergantungan individu Setiap pelajar merasa nasib mereka adalah serupa dan saling bergantung antara satu sama lain untuk mencapai sesuatu. c. Interaksi serentak Yang dimaksudkan dengan interaksi serentak ialah apabila pelajar-pelajar bekerja atau terlibat secara serentak dalam kumpulan kooperatif mereka. Interaksi serentak juga mempertingkatkan penglibatan aktif setiap murid dan mempertingkatkan potensi belajar setiap pelajar. d. Penglibatan seksama Setiap siswa dalam kelompok mesti melibatkan diri secara seksama dengan menjadi siswa yang aktif dalam proses pembejaran. e. Interaksi bersemuka Koperatif yang berkesan memerlukan pelajar-pelajarnya bekerja secara bersemuka dengan cara yang positif. f. Kemahiran sosial Siswa memerlukan kemahiran sosial untuk melancarkan proses pembelajaran dan membentuk pelajar menjadi ahli masyarakat yang interpersonal g. Pemprosesan kumpulan Di akhir pembelajran koperatif, pelajar akan membuat refleksi tentang sejauh mana keberhasilan pengajaran dan pembelajaran dalam tugasan akademik dan sosial.20 Dapat simpulkan bahwa prinsip-prinsip asas pembelajaran kooperatif yaitu Saling kebergantungan positif, ketergantungan individu, interaksi serentak, penglibatan seksama, interaksi serantak, kemahiran sosial, dan pemprosesan kumpulan. Di akhir pembelajran koperatif, pelajar akan 20
Isjoni, Pembelajaran Visioner (Perpaduan Indonesia-Malaysia), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Mei 2007), hal. 37-38
18
membuat refleksi tentang sejauh mana keberhasilan pengajaran dan pembelajaran.
8. Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match Tarmizi mengatakan banhwa “Model pembelajara Make a Match artinya model pembelajaran mencari pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang”.21 Pembelajaran kooperatif model Make a Match merupakan salah satu model pembelajaran yang kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Pembelajaran kooperatif model Make a Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Make a Match adalah sabagai berikut: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. 4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 5. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu 21
Tarmizi, Wordpress.com/2008/12/03/Pembelajaran kooperatif ‘’Make a Match’’.
19
jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. 6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 7. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 8. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.22 Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan pembelajaran kooperatif
model Make a Match.
Penerapan model ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartu diberi poin.
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Model
Make a Match Dari pembelajaran kooperatif model Make a Match memberikan kelebihan di antaranya: 1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan. 2. Materi pembelajaran
yang disampaikan lebih menarik
perhatian siswa. 3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Tidak ada model pembelajaran yang sempurna. Tiap-tiap model pembelajaran pasti ada kelemahan dan kekurangannya, begitu pula pembelajaran kooperatif model Make a Match. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model ini : 1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan 2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran. 3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai. 22
Tarmizi, Wordpress.com/2008/12/03/Pembelajaran kooperatif ‘’Make a Match’’.
20
C. Hakekat Belajar 1. Definisi Belajar Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto bahwa: “Belajar atau yang disebut juga dengan learning adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada prilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan”.23 Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ”.24 Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap dan tidak hanya terjadi pada prilaku yang saat ini nampak, tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman. Skinner berpandangan bahwa “Learning is a pocess of progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa “belajar itu merupakan suatu proses adaptasi prilaku yang bersifat progresif. Dari adanya belajar bersifat progresif, adanya ke arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya”.25
23
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet. ke-4,h.2 24 Zikri Neni Iska, sikologi (Jakarta: Kzi Brother’s, 2006), h. 76 25 Bimo Walgito,Pengantar Psikologi umum,(Yogyakarta:Andi Offset,2004),h.166
21
Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk”.26 Henry E. Garrett mengatakan bahwa“ laerning is the process which, as a result of training and experience, leads to new or chenged responses”. Bahwa “Belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”.27 Sejalan dengan perumusan diatas, ada pula tafsiran lain tentang belajar yang menyatakan, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dibanding dengan pengertian pertama maka jelas tujuan belajar itu prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaianya. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalamanpengalaman belajar.
2. Teori-teori Belajar Teori ialah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli. Pendapat ahli yang bersifat teoritis itu berisi konsep dan prinsip. Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam proses belajar. Kajian tersebut pada intinya menyangkut dua hal: a. Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial (daya-daya). b. Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon sistem energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa.28 26
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),
h.85 27
Aminuddin Rasyad, Teori belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:Uhamka press,2003),h.29 Yudhi Munadi , Media Pembelajaran, (Ciputat: Gaung Persada (GP) Press, 2008), Cet. ke-1, hal. 21 28
22
Dengan demikian, teori-teori belajar yang dimaksud diartikan dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip tentang belajar. Berikut merupakan macam-macam teori belajar: a. Teori Gestalt Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman. “Teori ini sering disebut Organism Psychology atau Field Psychology atau Insight Full Learning. Teori ini berpendirian bahwa keseluruhan
itu
lebih
penting
dari
bagian-bagian/unsur-
unsurnya”.29Menurut pandangan teori ini, manusia adalah organisme yang aktif berusaha mencapai tujuan, bahwa individu itu bertindak atas berbagai pengaruh baik dari dalam maupun dari luar diri individu. Oleh karena itu, menurut teori Gestalt belajar itu bukan hanya sekedar proses asosiasi antara stimulus dengan respon yang diperkuat dengan koneksi-koneksi atau conditioning dengan melalui latihan-latihan atau ulangan-ulangan, akan tetapi menurut teori ini belajar itu terjadi jika ada pemahaman (insight). Dengan demikian cara belajar menurut teori Gestalt harus dilakukan dengan sadar dan bertujuan serta dengan potensi dan motivasi yang dimiliki orang yang belajar berupaya memperoleh insight (pemahaman) tentang masalah yang dipelajari. Teori Gestalt ini digunakan selain untuk memperoleh penguasaan pengetahuan yang bersifat pemahaman, analisis sintesis dan evaluasi, juga teori ini akhirnya diharapkan dapat mencapai tujuan pembentukan kemampuan problem solving, agar siswa kelak mampu memecahkan setiap masalah yang dihadapi dengan baik.
b. Teori Belajar Menurut J. Bruner Bruner mengatakan bahwa:
29
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan……, h. 71-72
23
“Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang, tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan”.30 Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan “discovery learning environment”, ialah lingkungan di mana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
c. Teori Belajar Menurut Piaget Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah sebagai berikut: 1) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa. 2) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak. 3) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak 4) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: a) Kemasakan b) Pengalaman c) Interaksi sosial d) Equilibration (proses dari ketiga faktor di atas bersama sama untuk membangun dan memperbaiki struktur mental).31 d. Teori Belajar R. Gagne Gagne memberikan dua definisi, yaitu:
30
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet. ke-4,h.11 31 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor…., h. 12-13
24
1) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. 2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut “The domains of learning”. 1) Keterampilan motoris (motor skill). 2) Informasi verbal. 3) Kemampuan intelektual. 4) Strategi kognitif. 5) Sikap.32 Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Dalam uraian ini guna melengkapi dan memperluas pandangan kita tentang belajar. Maka, Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman sterngthening
(learning of
is
behavior
defined
as
through
the
modification
experiencing).
or
Menurut
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pertian sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya.
3. Jenis-jenis Belajar Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Jenis belajar ini muncul dalam
32
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet. ke-4,h.13-15
25
dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam: a) Belajar Abstrak, ialah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. b) Belajar keterampilan, adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan uraturat syaraf dan otot-otot. Tujuanya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. c) Belajar sosial, ialah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, persahabatan, dan yang bersifat kemasyarakatan. d) Belajar pemecahan masalah, adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional dan tuntas. e) Belajar rasional, adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya adalah untuk memperoleh anekaragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. f) Belajar kebiasaan, ialah proses pembentukan kebiasaankebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu.33
4. Ciri-ciri Belajar William Burton menyimpulkan bahwa, uraiannya tentang prinsippinsip belajar sebagai berikut : a) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampau (under going). b) Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. c) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.
33
Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 122
26
d) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalamanpengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid. e) Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan. f) Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.34
5. Belajar Sebagai Suatu Proses Dari bermacam-macam definisi yang telah dipaparkan di atas dapat dikemukakan bahwa pada umumnya para ahli melihat belajar itu sebagai suatu proses. Prosesnya sendiri tidak menampak, yang tampak adalah hasil dari proses. Karena belajar merupakan suatu proses, maka dalam belajar adanya masukan, yaitu yang akan diproses dan adanya hasil dari proses tersebut. Apabila hal ini digambarkan, maka akan didapati skema sebagai berikut: Masukan (input )
proses
hasil (output)
Dari bagan tersebut menurut Bimo Walgito bahwa “Belajar merupakan sesuatu yang terjadi dalam diri individu yang disebabkan karena latihan atau pengalaman, dan hal ini menimbulkan perubahan dalam perilaku”.35 Banyak faktor yang mempengaruhi belajar. Semua ini berinteraksi proses belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil balajar. D. Hakekat Hasil Belajar 1. Definisi Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Muhibbin Syah mengatakan bahwa “Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif 34 35
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,(Jakarta: PT Bumi Aksara,2003),h. 31 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi umum, (Yogyakarta:Andi Offset,2004), h.169
27
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.36 Bila dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjukkan sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu. Soedijarto menyatakan bahwa, hasil belajar adalah “Tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.”37 Adapun Briggs menyatakan bahwa hasil belajar merupakan “Seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.”38 Nana
sudjana
mengemukakan
“Kemampuan-kemampuan
yang
bahwa
dimiliki
siswa
hasil
belajar
setelah
ia
ialah terima
pengalaman belajar.”39 Dengan demikian hasil belajar mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan mental setiap siswa. Menurut Dimyati bahwa ”Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”.40 Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diberikan kesimpulkan penulis bahwa hasil belajar ialah perubahan sikap atau perilaku siswa akibat menjalani proses belajar dan perubahan perilaku siswa tersebut disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Dimana perubahan itu terjadi pada perubahan intelektual, perubahan pribadi siswa maupun perubahan dalam pengetahuan terutama penguasaan materi.
36
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1993), Cet. II, h. 4 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009), h. 2 38 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Hasil Belajar Mengajar,.........,h. 2 39 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Hasil Belajar Mengajar,........,h. 4 40 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2009), h.3 37
28
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pada dasarnya hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa itu saja, akan tetapi masih terdapat hal lain yang juga menjadi faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan siswa. Secara garis besar, faktor tersebut dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: a. Faktor internal atau faktor yang terdapat di dalam diri peserta didik, dan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor fisiologis dan psikologis. Adapun yang termasuk faktor fisiologis antara lain kondisi kesehatan, kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran. Sedangkan yang dikategorikan sebagai faktor psikologis seperti minat, bakat, intelegensi dan kebiasaan belajar. b. Faktor eksternal atau faktor yang terdapat di luar peserta didik, dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan alam seperti keadaan suhu dan kelembaban udara. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia atau representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor instrumental ini terdiri dari media pembelajaran, kurikulum pembelajaran serta model pembelajaran yang digunakan. 41 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa itu sendiri (internal) dan kualitas pembelajaran (eksternal). Dan secara keseluruhan sangat berkaitan erat dan saling mendukung satu sama lain.
E. Pendidikan IPS 1. Hakekat dan Pengertian IPS Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1957. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang 41
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. I, h. 59
29
diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sapriya mengatakan bahwa “Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya”.42 Dalam kajian IPS, terdapat beberapa istilah yang kadang-kadang di artikan secara tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya. Istilah-istilah tersebut adalah Studi Sosial (Social Studies), ilmuilmu sosial (social science) dan ilmu pengetahuan sosial (IPS). Meskipun pada masing-masing istilah sama-sama terdapat kata-kata sosial, tetapi dalam pengertian dan maknanya ada perbedaan. 43 Studi Sosial (Social Studies) merupakan studi yang mengkaji dan menelaah gejala-gejala serta masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan perkembangan dan struktur kehidupan manusia. Studi sosial juga lebih menekankan pada pendidikan kewarganegaraan yang bertujuan untuk pengembangkan pengetahuan, ketahuilah, nilai-nilai serta partisipasi sosial. IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan
masalah sosial di masyarakat ditinjau dari
berbagai aspek kehidupan secara terpadu, sedangkan pengertian ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. IPS adalah pelajaran yang merupakan suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran social merupakan suatu pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu dari ilmu-ilmu sosial. Azis Wahab mengatakan bahwa “IPS adalah sejumlah konsep mata pelajaran sosial dan ilmu lainnya yang dipadukan berdasarkan prinsipprinsip pendidikan yang bertujuan membahas masalah sosial atau
42
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 7 43 Syafrudin Nurdin, Model Pembelajaran yang memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, h.20
30
bermasyarakat dan kemasyarakatan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pendidikan melalui program pengajaran IPS pada tingkat persekolahan.”44 Kita telah sepakat, bahwa ruang lingkup IPS itu tidak lain adalah kehidupan sosial manusia masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial apapun yang kita pelajari apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya kejiwaan, sejarah, geografi, ataukah itu politik, bersumber dari masyarakat. Sebagai contoh, secara langsung kita mengamati, mempelajari, bahkan mengalami aspek kehidupan sosial yang kita sebut ekonomi, tidak terlepas dari masyarakat. Atau dengan kata lain, aspek ekonomi ini bersumber di masyarakat pemenuhan kebutuhan pokok, hubungan kegiatan ekonomi seperti perdagangan, proses produksi, semua terjadi di masyarakat. Dengan demikian, masyarakat ini menjadi sumber materi IPS. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran bagi siswa sekolah dasar dan menegah dan mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Dapat penulis pahami bahwa ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Yang termasuk di dalamnya memiliki keterpaduan satu sama lain dan mendukung sehingga diharapkan memberikan pengetahuan yang komperhensif.
b. Kompetensi Pendidikan IPS Kecakapan proses yang dikembangkan berdasarkan rasional bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang multi disiplin, terdiri dari beberapa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, yang mempelajari interaksi manusia dengan alam dan lingkungan masyarakat.
44
Ilmu Pengetahuan Sosial, Materi Pelatihan Terintegrasi, (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005), h. 3
31
c. Karakteristik Pendidikan IPS Proses pembelajaran ekonomi diupayakan agar dilakukan secara terpadu. Selain itu, perlu dipilih materi pelajaran yang sesuai, baik ditinjau dari tingkat kemampuan berfikir siswa maupun dari sudut lingkungan fisik dan psikis peserta didik. Dengan
memperhatikan
persoalan
di
atas,
IPS
memiliki
karakteristik seperti: a) Kerangka kerja IPS lebih menekankan pada bidang praktis tentang peristiwa, gejala dan masalah sosial daripada bidang teori keilmuan b) Dalam menelaah objek studinya, IPS menekankan pada keterpaduan aspek-aspek kehidupan sosial daripada aspek-aspek yang terpisah satu sama lain c) Kerangka kerja IPS berlandaskan ilmu-ilmu sosial sebagai induknya dan menjadikan ilmu-ilmu sosial tersebut sebagai sumber materinya d) Pada pengajaran IPS, masyarakat menjadi sumber materi, objek studi, laboratorium, dan sekaligus juga menjadi ruang lingkup penelaahannya.45 d. Fungsi dan Tujuan Pendidikan IPS Syafrudin Nurdin mengatakan bahwa “Ilmu pengetahuan sosial bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, sikap, dan nilai sebagai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya“.46 Sapriya mengatakan bahwa: “Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik”.47 45
Ilmu Pengetahuan Sosial, Materi Pelatihan Terintegrasi, (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005), H. 10 46 Syafrudin Nurdin,Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, h.24 47 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 42
32
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu, agar nantinya mampu hidup di tengah-tengah masyarakat dengan baik.
F. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian ini dirujuk pada skripsi: 1. Heru Subrata, pada makalah jurusan bahasa yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas VII”. Hasil penelitian tersebut dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan siswa dapat lebih aktif. Di samping itu, pembelajaran ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk diskusi,
bertanya,
maupun
mengeluarkan
pendapat
serta
berinteraksi dengan siswa yang menjadikan siswa aktif dalam kelas. Serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Turyanto, jurusan pendidikan IPA di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta program S1. Penelitian tersebut berjudul “Efektifitas Penggunaan Media Permainan Kartu dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana”. Hasil penelitian tersebut dapat meningkatkan hasil belajar, siswa juga termotivasi dan aktif dalam proses pembelajaran menggunakan media permainan kartu pada konsep tata nama senyawa kimia.
Dari hasil bahasan yang relevan di atas bahwa pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan dengan pembelajaran kooperatif model Make a Match sama dengan model pembelajaran mencari pasangan. Dan 33
sama halnya dengan media permainan kartu,
yakni model pembelajaran
kooperatif Make a Match yang digunakan media kartu yang berupa soal atau jawaban. Dari kedua hasil relevan tersebut terdapat persamaan dengan model pembelajaran kooperatif model Make a Match. Hasil penelitian tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa juga termotivasi serta aktif dalam proses pembelajaran.
G. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan Agar penelitian ini terlaksana dengan baik, maka sangat diperluakan konsep perencanaan tindakan yang harus dipersiapkan sebelum melakukan penelitian. Dengan adanya konsep konsep perencanaan tindakan yang telah dibuat sebelum melaksanakan penelitian, diharapkan yang akan dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana. Pada penelitian ini konsep perencanaan tindakan yang diajukan adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Tahap-tahap Kegiatan No TAHAPAN 1. Analisis Kebutuhan
2.
Temuan awal
3.
Diagnosa
4.
Monitoring dan evaluasi keberhasilan proses pembelajaran
5.
Refleksi proses pembelajaran
KEGIATAN sebelum kegiatan
a. Observasi pembelajaran berlangsung. b. Wawancara dengan guru IPS seputar pelajaran IPS. c. Wawancara dengan beberapa siswa mengenai pembelajaran IPS. a. Kesulitan siswa dalam mempelajari dan memahami pelajaran IPS. b. Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru. a. Pembalajaran kooperatif model Make a Match dapat mengatasi kesulitan guru dalam kesulitan siswa memahami pelajaran IPS. b. Dengan pembelajaran kooperatif model Make a Match dapat meningkat hasil belajar siswa a. Pada saat melaksanakan aktifitas mengajar peneliti dilakukan bersamaan dengan aktifitas pembelajaran di kelas dalam arti peneliti melakukan observasi. b. Memberikan tes kemampuan akhir (postest) a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh pada setiap siklus. b. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
Penulisan Laporan Penelitian
34
H. Hipotesis Tindakan Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran model Make a Match diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS dan persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pembelajaran IPS. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al Syukro yang berlokasi di Ciputat yang beralamat di Jl. Otista Raya Gg. H. Ma’ung No.30 Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun penelitian ini dilakukan pada semester ganjil (I) mulai pada bulan April 2010 - Nopember 2010.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Kegiatan Penelitian
April
Mei
Penyusunan Proposal Penelitian
√
√
Penyusunan Instrumen Penelitian
Sept
Okt
Nop
√
√
Des
√
Penyusunan Data Penelitian Pengolahan Data dan Analisis Data Penyusunan Laporan Penelitian
√ √
36
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini akan dilakukan beberapa tahap sebagai berikut: a. Menjalankan pembelajaran kooperatif model Make a Match di kelas VII SMP Islam Al-Syukro Ciputat. b. Pengambilan data yaitu nilai hasil belajar dari penyebaran pre test dan post test. C. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas dan secara bersama. Metode penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran IPS dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif model
Make a Match untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Secara etimologis, ada istilah yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas (PTK), yakni: 1. Penelitian, menunjukan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik dan penting bagi peneliti. 2. Tindakan, menunjukan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 3. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.48 Rancangan Siklus Penelitian: 1. Perencanaan Perencanaan dalam setiap siklus disusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran. Dalam perencanaan bukan hanya berisi tentang tujuan atau kompetensi yang harus dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan oleh guru dalam proses pembelajaran, ini berarti perencanaan
48
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 3
37
yang disusun harus dijadikan pedoman seutuhnya dalam proses pembelajaran. 2. Tindakan Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Sebelum memulai proses belajar mengajar, peneliti sekaligus guru melakukan tes kemampuan awal (pre test) siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari. 3. Observasi (Pengamatan) Observasi, dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Melalui pengumpulkan informasi, observer dapat mencatat berbagai kelemahan dan kelebihan guru dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya dapat dijadikan masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang memasuki siklus berikutnya. 4. Refleksi Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang. 49 Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut : Perencanaan tindakan I
permasalahan
Refleksi I
Siklus I
Perencanaan tindakan II
Permaslahan baru hasil refleksi
Refleksi II
siklus II Apabila permasalahan belum terselesaikan 49 50
Pelaksanaan tindakan I
Observasi (Penagamatan) I
pelaksanaan tindakan II
Observasi (Pengamatan) II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Desain tindakan kelas. 50
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: Kencana,2009 ),h.78 Suharsimi Arikunto,Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: PT Bumi Aksara,2009),h.74
38
D. Subjek atau Partisipasi yang Terlibat dalam Penelitian Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VII SMP Islam Al Syukro Ciputat. Adapun jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 20 orang, yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.
E. Peran Peneliti dalam Penelitian Proses penelitian ini posisi peneliti sekaligus sebagai guru. Peneliti dibantu oleh guru bidang studi sebagai observer, yang menyaksikan segala aktifitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match.
F. Tahapan Intervensi Tindakan Prosedur tindakan yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Peneliti membuat acuan program pembelajaran dengan pembelajaram kooperatif model Make a Match pada pokok bahasan manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi. 2. Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, guru memberikan tes kemampuan awal (pre test) kepada siswa. 3. Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran materi yang diberikan pada siswa. 4. Guru menjelaskan materi yang akan dibahas sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. 5. Guru menjelaskan materi pelajaran 6. Guru memberikan kesempatan untuk tanya jawab. 7. Guru mengadakan permainan yang sesuai dengan materi pembelajarannya, sebelum memulai permainannya guru memberi arahan atau aturan permainannya. 8. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 39
9. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban. 10. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. 11. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. 12. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 13. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. 14. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. 15. Tes kemampuan akhir setelah pembelajaran (post test)
G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil yang diharapkan peneliti adalah : 1. Tercipta kelompok belajar yang aktif 2. Situasi belajar yang menyenangkan 3. Hasil belajar siswa meningkat
H. Data dan Sumber Data Adapun data yang digali adalah berkaitan dengan: a. Proses pembelajaran berlangsung pada siswa kelas VII SMP Islam Al Syukro Ciputat. b. Hasil pembelajaran kooperatif model Make a Match yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan sebelum pembelajaran (pre test) dan setelah pembelajaran (post test). c. Persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pembelajaran IPS diperoleh dari observasi dan wawancara. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran setiap siklus berupa 40
observasi dan hasil wawancara. Sedangkan teknik analisis data kuantitatif dengan menggunakan hasil tes setiap siklus dilihat dari N-Gain. Siklus akan berhenti jika indikator keberhasilan telah tercapai.
I. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes sebagai instrumen penelitian. Jenis tes yang digunakan tes prestasi (achievement test) yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Jadi tes ini diberikan setelah siswa yang dimaksud mempelajari hal-hal yang diteskan dalam hal ini menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Macth. 1. Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru sekaligus peneliti melakukan tes kemampuan awal (pree test) siswa mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari. 2. Guru memberikan tes akhir (post test) kepada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan pembelajaran koopertaif model Make a Macth. 3. Guru sekaligus peneliti menilai hasil tes, kemudian dimasukan ke dalam blanko untuk selanjutnya dilakukan analisis data dan mempersiapkan laporan penelitian. 4. Observasi selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung. 5. Wawancara persepsi siswa tentang pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pembelajaran IPS.
J. Instrumen-Instrumen Pengumpulan Data a. Tes (pre test dan post tes) Menurut Ngalim Purwanto bahwa: Pre test, yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai, dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran (pengetahuan dan keterampilan) yang akan diajarkan. Dalam hal ini fungsi pre test adalah untuk melihat sampai dimana keefektifan pengajaran, setelah hasil pre test tersebut nantinya dibandingkan dengan hasil post test. 41
Post test, yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan pengajaran. Tujuan post test adalah untuk mengetahui sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pengajaran (pengetahuan maupun keterampilan) yang telah diajarkan. 51 Seperti telah dikatan di atas, jika hasil post test dibandingkan dengan hasil pre test, maka keduanya dapat berfungsi untuk mengukur sampai sejauh mana keefektifan pelaksanaan program pengajaran. Lembar tes tertulis ini berupa pre test dan post test. Soal-soal pada pokok bahasan yang di pelajari berbentuk pilihan ganda. Tes ini diberikan kepada siswa kelas VII
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif
model Make a Match untuk
memperoleh gambaran hasil belajar siswa sebelum dan sesudah aktivitas siswa saat proses pembelajaran. Tes penggunaan (kognitif), yang berupa tes tertulis yang diberikan kepada siswa yang termuat dalam bentuk soal objektif. Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Instrumen Standar Kompetensi 3. Memahami usaha manusia memenuhi kebutuhan
Kompetensi Indikator Dasar 3.1Mendeskripsik • Mendeskripsikan an manusia hakekat manusia sebagai sebagai makhluk makhluk sosial dan sosial dan makhluk ekonomi ekonomi yang yang bermoral bermoral • Mengidentifikasi dalam makna manusia memenuhi sebagai makhluk kebutuhan sosial dan makhluk ekonomi yang bermoral • Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
51
Nomor Soal
Jumlah
1, 2, 3, 4, 5
5
6, 7, 8, 9,10
5
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
10
M. Ngalim Purwanto,.Prinsip-prinsip dan Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2004) h.28
42
3.2 Mengidentifikasi hubungan antara kelangkaan sumber daya dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas
3.3 Mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi dalam berbagai kegiatan sehari-hari
manusia • Mengidentifikasi jenis-jenis kebutuhan hidup manusia • Menjelaskan prilaku manusia dalam memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya • Mendeskripsikan manusia dalam bekerjasma untuk memenuhi kebutuhan hidupnya • Mendeskripsikan perilaku manusia dalam memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya • Mendeskripsikan berbagai tindaka ekonomi rasional yang dilakukan manusia
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,11,12,13, 14
11
15, 16, 17, 18, 19, 20
9
1, 2, 3, 4,5
5
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14
9
15,16,17, 18, 19, 20
6
b. Observasi (Catatan Lapangan) Observasi, dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Observasi diperlukan untuk merekam kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung.
43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi Rumusan masalah 1. Efektifitas pembelajaran kooperetif model Make a Match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. 2. Persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pembelajaran IPS
Kegiatan
Indikator
Pelaksanaan pembelajaran
1. Kegiatan pembukaan a. Apersepsi b. Memotivasi siswa c. Memberikan pre test d. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan inti a. Menjelaskan materi pelajaran b. Siswa menanyakan halhal yang kurang dipahami c. Guru dan siswa saling melakukan tanya jawab d. Menggunakan alat atau media pembelajaran e. Menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match f. Menjawab pertanyaan atau menanggapi siswa g. Kualitas interaksi pembelajaran h. Kualitas pengelolaan kelas 3. Penutup a. Menyimpulkan hasil pembelajaran b. Memberikan gambaran berikutnya c. Menutup kegiatan pembelajaran Proses evaluasi pemberian tes berupa soal pre tes dan post test
Penilaian (evaluasi) pembelajaran
Sumber
Siswa kelas VII SMP Islam Al Syukro
3. Wawancara pada awal dan akhir siklus Pedoman wawancara dengan guru menitikberatkan pada tanggapan dan kendala-kendala yang dialami dalam penerapan rencana pembelajaran 44
dan
cara
penyelesaiannya.
Pedoman
wawancara
dengan
siswa
menitikberatkan pada penggunaan pembelajaran koopreatif model Make a Match. Serta saran siswa terhadap pembelajaran berikutnya. Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara Rumusan kegiatan masalah 1. Efektifitas Perencanaan penggunaan pembelajaran pembelajaran kooperetif model Make a Match dalam meningkatkan Pelaksanaan hasil belajar pembelajaran iswa pada mata pelajaran IPS.
Penilaian pembelajaran 2. Persepsi siswa tentang pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pembelajaran IPS
Pelaksanaan pembelajaran
Indikator
No.Item
1. Tujuan pembelajaran. 2. Menentukan srategi pembelajaran. 3. Menentukan metode dan sumber belajar.
1,2,3
1. Kegiatan pembelajaran a. Pembukaan b. Kegiatan inti c. Penutup/refleksi 2. Media dan sumber belajar yang digunakan. 3. Penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match
4,5,6,7,8,9
Sumber
,10,11,12, 13,14,
Guru dan
15,16
Siswa
Proses evaluasi 17,18,19 pemberian tes berupa soal pre tes dan post test Penggunaan 1,2,3,4,5,6 pembelajaran ,7,8,9 kooperatif model Make a Match
Siswa
K. Validitas Isi Sukardi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan validitas isi ialah “Derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan subtansi yang ingin di ukur.
45
Kadang-kadang validitas isi juga disebut face validity atau validitas wajah. Walaupun hal tersebut masih meragukan, karena validitas wajah hanya menggambarkan derajat dimana sebuah tes tampak mengukur, tetapi tidak diukur”.52 Proses ini sering digunakan sebagai awal menyaring dalam tes pilihan. Validitas isi juga mempunyai peran yang sangat penting untuk tes pencapaian atau achievement test. Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk menunjukan secara pasti. Tetapi untuk memberikan gambaran bagaimana suatu test divalidasi dengan menggunakan validitas isi, pertimbangan ahli tersebut dilakukan dengan cara seperti berikut. Para ahli, pertama diminta untuk mengamat secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mereka diminta untuk mengoreksi semua item-item yang telah dibuat. Dan pada akhir perbaikan, mereka juga diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur. Materi yang akan dilaksanakan
pada penelitian ini dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match di antaranya adalah sebagai berikut: a. Pada siklus 1 tentang Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi yang bermoral. b. Pada siklus 2 tentang kebutuhan manusia
52
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h.123
46
c. Pada siklus 3 tentang ilmu ekonomi, perilaku manusia dalam bekerjasama, dan perilaku manusia dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebelum pre test dan post test diberikan kepada siswa terlebih dahulu soal tersebut diamati oleh ahlinya sebelum setiap siklus dilaksanakan. Dari setiap siklus siswa diberikan 20 butir soal. Untuk dilihat apakah soal-soal tersebut sudah bisa dianggap valid dan tidak keluar dari materi yang akan diberikan, maka peneliti meminta para ahli untuk mengamati butir-butir soal tersebut yang sudah dibuat dengan indikator dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian, soal sudah bisa dianggap valid. Dan dapat digunakan untuk tes yang akan diberikan kepada siswa kelas VII SMP Islam Al Syukro. Menggunakan validitas isi tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk menunjukan secara pasti.
L. Analisis Data dan Interpretasi Pengujian teknik analisa data menggunakan analisis deskriptif dari tiap siklus dan dengan menggunakan N Gain untuk melihat selisih antara pre test dan post test pada setiap siklus, untuk melihat perbedaan hasil belajar pada setiap siklus. Penelitian ini dianggap berhasil jika setelah dilakukan tindakan terjadi peningkatan hasil belajar pada materi. Untuk mengetahui peningkatan skor pre test dan post test menggunakan rumus Normalized Gain: N Gain =
Skor Postest − Skor pretest Skor Ideal − Skor pretest
Apakah model Make a Match yang digunakan efektif atau tidak dalam penelitian ini, maka digunakan tafsiran persentase efektifitas untuk rata-rata Normalized gain adalah :
47
Tabel 3.5 Persentase N-Gain. 53 Persentase (%)
Tafsiran
Kurang 0, 40
Tidak Efektif
0,40 - 0,55
Kurang Efektif
0,56 - 0,75
Cukup Efektif
0,76 - 1,00
Efektif
M. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan Apabila setelah tindakan pertama siklus 1 selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa. Maka, akan ditindaklanjut dengan melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Tetapi
jika setelah
penelitian tindakan kelas tersebut selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan tercapai, maka penelitian akan diakhiri atau dihentikan. Peneliti berharap agar pembaca dan juga guru dapat melanjutkan penelitian ini dan juga menerapkan model-model pembelajaran yang dapat membuat siswa semakin aktif sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
53
Turyanto , “Efektifitas Penggunaan Media Permainan Kartu dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana”.skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,(Jakarta: Perpustakaan UIN Jakarta,2008), h. 35
48
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Islam Al Syukro Ciputat Jumlah siswa pada kelas VII SMP Islam Al syukro Ciputat berjumlah 20 orang yang terdiri dari 8 perempuan dan 12 laki-laki. Pada penelitian ini, siswa kelas VII berperan sebagai subyek penelitian.54
2. Hasil Penelitian Proses penelitian ini dilakukan selama empat kali pertemuan atau lebih dari satu bulan pada bulan Oktober - November. Kemudian materi yang diajukan pada penelitian ini adalah IPS pada bab Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi. Dari hasil pengamatan peneliti dapat diketahui situasi kelas dapat tergolong kelas yang ramai atau gaduh. Respon siswa dalam proses pembelajaran biasa-biasa saja tidak ada yang aktif mengemukakan pendapat, malah kebanyakan siswa acuh tak acuh terhadap pelajaran IPS. Dengan karakteristik yang berbeda-beda, ada siswa yang pendiam, ada siswa yang selalu bikin gaduh, dan ada siswa yang aktif dalam pembelajaran. Siswa memiliki latarbelakang keluarga
54
Dokumen sekolah, Observasi Sebelum Penelitian , SMP Islam Al Syukro Ciputat,
2010
49
dengan ekonomi menengah ke atas. Hal ini kemungkinan menyebabkan perilaku siswa yang cenderung kurang peduli terhadap guru.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data Sebelum siswa belajar siswa diberikan tes kemampuan awal (pre test), yaitu tes yang dilakukan sebelum siswa memperoleh materi pelajaran. Kemudian tes kemampuan akhir (post test), yaitu untuk mengukur kemampuan
siswa
setelah
diberikan
materi
dengan
menggunakan
pembelajaran kooperatif model Make a Match. Masing-masing test diperiksa atau dikoreksi untuk mengetahui hasil belajar. Kemudian dari hasil belajar tersebut dibandingkan apakah telah terjadi peningkatan hasil belajar atau tidak. Apabila hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan kiteria yang diharapkan maka akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya sebagai perbaikan pembelajaran. Data hasil penelitian juga diperoleh dari observasi yang dilakukan oleh peneliti agar dapat mengevaluasi kegiatan pembelajaran sehingga dapat memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas agar berjalan lebih baik. Selanjutnya diberikan lembar wawancara kepada siswa dan guru mengenai penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pelajaran IPS.
C. Interpretasi Hasil Analisis Kegiatan Pembelajaran 1. Tindakan Pembelajaran Silklus 1 a. Tahap Perencanaan Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka ada beberapa rencana tindakan yang diberikan pada siklus 1, yaitu: 1) Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Materi yang akan dilaksanakan pertemuan pertama ini tentang Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi yang bermoral.
50
2) Membuat lembar observasi untuk setiap pertemuan yang memuat tujuan pembelajaran, keterlaksanaan oleh guru, kemampuan dan keterampilan guru, keterlaksanaan oleh siswa, keaktifan siswa dalam kegiatan belajar dan interaksi guru dengan siswa. 3) Membuat
media
kartu
berpasang-pasang
yang
berisi
pertanyaan dan jawaban. 4) Menyiapkan sumber belajar. 5) Membuat alat evaluasi berupa soal tes bentuk pilihan ganda yang akan diberikan di awal dan di akhir siklus.
b. Tahap Pelaksanaan Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari kamis tanggal 21 Oktober 2010. Sebelum pelajaran dimulai, peneliti yang bertindak sebagai guru, terlebih dahulu menarik perhatian siswa dengan cara menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Kemudian guru
mencoba
berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari kegiatan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi. Sebelum dilanjutkan pada penjelasan materi, guru memberikan pre test berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mendapatkan
materi.
Siswa
diberikan
waktu
10
menit
untuk
menyelesaikan soal tersebut. Setelah pre test selesai guru menjelaskan tentang hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral, empat aspek dalam tindakan ekonomi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Kegiatan berikutnya setelah siswa memahami materi yang telah disampaikan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kemudian salah satu murid bertanya, Dhinar: apa makna bahwa manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi? Guru menjawab: Sebagai manusia sejak kita dilahirkan ke muka bumi ini hingga dewasa, kehidupan manusia 51
yang satu tidak dapat dilepaskan dari peran bantuan manusia yang lain, kita hidup di dunia tidak akan bisa hidup sendiri. Seperti kita hidup dalam lingkungan masyarakat mempunyai tetangga saling berinteraksi satu sama lainnya dan saling membutuhkan. Terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini menunjukan bahwa manusia selain sebagai makhluk sosial, juga sebagai makhluk ekonomi dengan hasratnya memenuhi kebutuhannya yang beragam dan tidak terbatas. Itulah bahwa manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi. Kemudian guru bertanya kembali kepada siswa apakah masih ada pertanyaan jika tidak ada kita akan memulai permainan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Sebelum dimulai guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghafal catatan yang telah dipelajari hari ini setelah itu guru menjelaskan bagaimana cara permainan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Pada model ini Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban, Setiap siswa mendapat satu buah kartu, tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang, setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban), Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, Demikian seterusnya.
c. Data Hasil Belajar Siklus 1 Data hasil belajar diperoleh dari nilai pre test dan post test yang diberikan sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
52
Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1 No
Nama Siswa
1 Arifatiq umara 2 Askinah Sandiah 3 Anisa Nurfadillah 4 Angga Reksa 5 Azka Nisail Kamilah 6 Bintang 7 Dhinar Trias Dewantary 8 Esa Bayu Rianto 9 Fadila Bunga 10 Fikri Daris A 11 Kusuma Panji 12 Lintang Mutiara Dini 13 Muhammad Ilham 14 M. Ikbal Naufal 15 Rashida An’am Shaliha 16 Rahman Hadiyanto 17 Razak 18 Salsabila Sadya 19 Syafri 20 Viru Jumlah Rata-rata
Siklus 1 Pre test Post test 65 80 45 70 85 90 60 75 60 85 10 55 75 90 70 90 65 80 40 70 35 60 80 85 80 95 55 70 60 85 20 55 30 60 70 85 60 70 50 70 795 1520 39,75 76
N Gain 0,5 0,5 0,3 0,4 0,6 0,5 0,6 0,7 0,5 0,4 0,3 0,3 0,8 0,3 0,6 0,5 0,5 0,5 0,3 0,4 9,5 0,47
Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai paling rendah yang diperoleh siswa pada saat pree test adalah 10. Sedangkan nilai terendah pada saat postest sebesar 55. Nilai tertinggi pada pre test adalah 80, sedangkan pada skor postest sebesar 95. Dari tabel tersebut bisa kita lihat sebagian besar siswa hasil belajarnya meningkat. Untuk hasil belajar siklus 1 diperoleh rata-rata N gain sebesar 47% ini berarti pembelajaran kooperatif model Make a Match yang digunakan belum
efektif
dalam
meningkatkan
hasil
belajar
siswa
yang
memperhitungkan ketuntasan hasil belajar sesuai dengan tabel tafsiran N-gain. Dengan demikian indikator keberhasilan peneliti ini belum tercapai. Untuk itu perlu adanya perbaikan-perbaikan dari kekurangan 53
yang terdapat pada siklus 1 untuk kegiatan disiklus 2 dan seterusnya. Dengan
adanya
perbaikan,
diharapkan
efektifitas
penggunaan
pembelajaran kooperatif model Make a Match dapat tercapai.
d. Observasi dan Analisis Pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran. Dimana, peneliti dibantu oleh guru IPS untuk melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa dan peneliti sebagai guru selama proses pembelajaran. Data dari hasil observasi menunjukan bahwa guru membuat rencana pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran. Walaupun masih ada sedikit penyimpangan yang dilakukan oleh guru dari skenario yang ada. Hal ini dikarenakan ada beberapa hal yang berada diluar perkiraan. Mengenai kemampuan peneliti dalam mengondisikan kelas, guru cukup tegas dalam menghadapi siswa walaupun masih ada yang mengobrol. Guru belum bisa mengondisikan kelas secara maksimal. Hal ini disebabkan siswa belum pernah mendapat model pembelajaran bermain sambil belajar, sehingga ada beberapa siswa yang masih bingung. Dari lembar observasi, untuk proses pembelajaran masih kurang khususnya waktu untuk mengerjakan soal post test hal ini dikarenakan banyak waktu yang terbuang untuk pembelajaran kooperatif model Make a Match yang akan digunakan pada penelitian ini. Siswa masih belum memahami cara penggunaannya. Sehingga guru harus memberi penjelasan ulang mengenai cara penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Dari hasil belajar siswa pada siklus 1 sebagaimana terlihat pada tabel menunjukan bahwa, sebagian besar siswa hasil belajarnya meningkat. Hal ini bisa dilihat dari skor pre test dan post test yang terdapat pada tabel hasil belajar siswa di silkus 1. Meskipun demikian, belum ada siswa yang mencapaian ketuntasan hasil belajarnya. Selain itu, rata-rata N-gain pada sikulus 1 hanya mencapai 47%. Hal ini menunjukkan penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match pada siklus 1 baru mencapai tingkat belum efektif. 54
e. Tahap Refleksi Tahap ini dilakukan setelah melakukan analisis pada siklus I. Berdasarkan hasil analisis pada observasi ditemukan beberapa kekurangan yang ada pada siklus I, yaitu : 1) Kurang meratanya peneliti membimbing saat pembelajaran berlangsung. 2) Kurang profesionalnya peneliti mengendalikan keadaan kelas yang sulit diatasi karena banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat pembelajaran berlangsung. 3) Kurangnya peneliti untuk mengatur waktu menjelaskan materi yang disampaikan sehingga banyak siswa belum memahami materi pembelajaran. 4) Kurang kondusifnya siswa pada saat mencari pasangan antara jawaban dan pertanyaan dikarenakan kurang pahamnya beberapa siswa bagaimana cara penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Pada tahap ini berdasarkan hasil analisis pada observasi ditemukan beberapa kelebihan yang ada pada siklus 1, yaitu: 1) Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match membuat suasana menyenangkan dalam belajar IPS. 2) Aktifnya siswa pada saat siswa mencari pasangan pertanyaan dan jawaban yang sudah ditangan mereka masing-masing yang telah dibagikan kepada seluruh siswa oleh peneliti. 3) Mudahnya peneliti dibagian mana siswa kurang memahami materi yang sudah disampaikan sehingga diakhir pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. peneliti dapat menyimpulkan kembali materi-materi mana yang harus dijelaskan kembali dalam menyimpulkan materi sehingga tidak harus terlalu banyak menghabiskan waktu untuk menjelaskan kembali. 55
Untuk memperbaiki kekurangan yang ada di siklus 1, dalam tahap refleksi peneliti beserta guru kelas memperoleh kesepakatan tentang hal-hal sebagai berikut: a) Agar suasana kelas menjadi lebih kondusif, peneliti yang bertindak sebagai guru, memberikan pengurangan poin kepada siswa yang berbuat gaduh. b) Guru lebih memperjelas penyampaian materi, yaitu penyampaian materi yang tidak terlalu cepat dan suara yang lebih lantang. c) Lebih memperhatikan siswa secara keseluruh dengan cara berkeliling di kelas. d) Mengajak siswa agar lebih konsentrasi dalam belajar.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus 2 Untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus 1, maka dilakukan penelitian kedua. Peneliti pada siklus ini tetap menggunakan model pembelajaran kooperatif model Make a Match.
a. Tahap Perencanaan Pada pembelajaran di siklus 2, ada beberapa perencanaan yang dipersiapkan oleh peneliti diantaranya: 1) Menyusun
kembali
scenario
pembelajaran
yang
akan
dilaksanakan pada pertemuan kedua. Membuat kembali rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi tentang kebutuhan manusia. 2) Menyiapkan alat bantu dan sumber belajar. 3) Menyiapkan media kartu berpasang-pasangan yang berisi pertanyaan dan jawaban. 4) Membuat soal pilihan ganda yang akan diberikan di awal pembelajaran dan di akhir pembelajaran pada akhir siklus 2.
56
5) Menyiapkan lembar observasi proses pembelajaran, yang akan menjadi acuan tentang proses pembelajaran selama siklus 2.
b. Tahap Pelaksanaan Pada siklus ini guru melaksanakan rambu-rambu pembelajaran yang telah direncanakan pada scenario pembelajaran, memberikan peringatan kepada siswa yang membuat suasana kelas menjadi gaduh yaitu dengan memberikan pengurangan poin. Selain itu guru lebih memantau kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa pada saat guru menjelaskan materi yang sedang berlangsung. Serta lebih mengarahkan siswa agar lebih konsentrasi dalam proses pembelajaran berlangsung. Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Selanjutnya guru memberikan 20 butir soal pre test kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal-soal tersebut adalah 10 menit. Pada kegiatan inti, guru mengulas sedikit materi kembali pertemuan sebelumnya dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Guru menanyakan kembali apa hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral. Dan ada siswa yang menjawabnya dengan benar. Kemudian guru menjelaskan materi selanjutnya pada pertemuan kedua. Guru menjelaskan tentang kebutuhan manusia adalah setiap keinginan manusia baik berupa barang maupun jasa yang dapat memberi rasa puas baik jasmani maupun rohani demi kelangsungan hidupnya. Penggolongan kebutuhan manusia antara lain Kebutuhan manusia menurut intensitas ada tiga yaitu Kebutuhan primer, Kebutuhan skunder, dan Kebutuhan tersier. Kebutuhan manusia menurut waktunya ada dua yaitu: Kebutuhan sekarang dan Kebutuhan yang akan datang. Kebutuhan manusia menurut sifatnya, ada dua yaitu: Kebutuhan material atau kebutuhan jasmani dan Kebutuhan immaterial
atau
kebutuhan
rohani.
Kebutuhan
manusia
menurut
subyeknya, ada dua yaitu: Kebutuhan individu dan Kebutuhan kolektif.
57
Selanjutnmya setelah pembahasan selesai guru bertanya kembali kepada siswa apakah ada yang kurang jelas dari materi yang kita pelajari hai ini? jika tidak ada, kita akan memulai permainan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Sebelum dimulai guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghafal catatan yang telah dipelajari hari ini setelah itu guru menjelaskan bagaimana cara permainan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Pada model ini guru menyiapkan media kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban, setiap siswa mendapat satu buah kartu, tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang, setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban), setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya , Demikian seterusnya. Diakhir pembelajaran, guru mengulas kembali materi tersebut dan meminta siswa untuk memberikan kesimpulan. Setelah itu peneliti dan siswa menyimpulkan bersama setelah pembelajaran selesai. Kegiatan selanjutnya pemberian soal kepada siswa. Masing-masing siswa mendapatkan 20 butir soal pilihan ganda yang sama seperti soal yang diberikan sebelum pembelajaran pada awal pembelajaran. Pemberian soal ini dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah mendapatkan materi.
c. Data Hasil Belajar Siklus 2 Data hasil belajar diperoleh dari nilai pre test dan postest yang diberikan sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran pada pertemuan kedua. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
58
Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa pada Siklus 2 Siklus II No Nama Siswa Pre test Post test 1 Arifatiq umara 35 60 2 Askinah Sandiah 50 80 3 Anisa Nurfadillah 40 85 4 Angga Reksa 35 70 5 Azka Nisail Kamilah 40 90 6 Bintang 20 60 7 Dhinar Trias Dewantary 45 95 8 Esa Bayu Rianto 65 85 9 Fadila Bunga 35 85 10 Fikri Daris A 50 65 11 Kusuma Panji 30 65 12 Lintang Mutia Dini 50 85 13 Muhammad Ilham 45 75 14 M. Ikbal Naufal 50 75 15 Rashida An’am Shaliha 40 95 16 Rahman Hadiayanto 25 65 17 Razak 25 65 18 Salsabila Sadya 40 90 19 Syakri 45 70 20 Viru 30 60 1115 1525 Jumlah 55,75 76,25 Rata-rata
N-Gain 0,4 0,6 0,8 0,7 0,9 0,5 0,9 0,6 0,8 0,3 0,5 0,7 0,6 0,6 1 0,6 0,4 0,9 0,7 0,5 13 0,65
Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai paling rendah yang diperoleh siswa pada saat pre test adalah 20. Sedangkan nilai terendah pada saat post test sebesar 60. Nilai tertinggi pada pre test adalah 65, sedangkan pada skor post test sebesar 95. Dari tabel tersebut bisa kita lihat sebagian besar siswa hasil belajarnya meningkat. Untuk hasil belajar siklus 2 diperoleh rata-rata N gain sebesar 65%. ini berarti pembelajaran kooperatif model Make a Match yang digunakan cukup
efektif
dalam
meningkatkan
hasil
belajar
siswa
yang
memperhitungkan ketuntasan hasil belajar sesuai dengan tabel tafsiran Ngain. Dengan demikian indikator keberhasilan peneliti ini sedikit akan tecapai.
Untuk
itu
peneliti
melanjutkan
ke
siklus
3
mencoba
menyempurnakan dan memperbaiki dari kekurangan yang terdapat pada 59
disiklus 2. Dengan adanya perbaikan sekali lagi, diharapkan efektifitas penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dapat tercapai dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Observasi dan Analisis Pengamatan pembelajaran pada siklus 2 masih berorientasi pada aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Selain aktifitas siswa, juga ada beberapa hal yang dilakukan pengamatan seperti, persiapan guru sebelum mengajar, media dan sumber yang digunakan. Data dari hasil siklus 2 menunjukan bahwa, guru membuat rencana pembelajaran sebelum rencana pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran. Pada siklus 2, guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Kemampuan peneliti dalam mengondisikan kelaspun mengalami sedikit peningkatan. Suasana kelas sudah lebih tenang dibandingkan pada proses pembelajaran disiklus 1. Hal ini disebabkan, guru memberi point kepada siswa yang membuat gaduh dan yang tidak memperhatikan, sehingga mereka menjadi lebih tenang. Dan waktu untuk proses pembelajaran sudah cukup. Karena dibandingkan pada siklus 1 banyak waktu yang terbuang akibat siswa tidak memperhatikan dan keadaan kelas gaduh. Sehingga guru harus menjelaskan berulang-ulang. Pada siklus 2 ini menyampaian guru lebih jelas dan dimengerti. Karena penjelasannya tidak secepat pertemuan sebelumnya. Suara guru sudah menjadi pusat perhatian semua siswa, sehingga menarik perhatian siswa untuk memperhatikan penjelasan guru. Siswa juga sudah mulai faham dengan penggunaan pembelajaran kooperarif model Make a Match. Sesuai data yang diperoleh, siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Guru melakukan interaksi dengan siswa memberikan pertanyaan. Interaksi lainnya bisa dilihat dari bantuan dan bimbingan guru pada siswa. Guru berkeliling di kelas untuk melihat pekerjaan siswa dan memberikan bantuan jika siswa mengalami kesulitan. 60
Hasil belajar siswa pada siklus 2 sebagaimana terlihat pada tabel menunjukan bahwa, sebagian siswa hasil belajarnya mulai meningkat. Hal ini bisa dilihat dari skor pre test dan post test yang terdapat pada tabel hasil belajar di siklus 2. Untuk perolehan rata-rata N-gain pada siklus 2 mencapai 65%. Hal ini menunjukan penggunaan pembelajara kooperatif model Make a Match pada siklus 2 baru mencapai tingkat cukup efektif.
e. Tahap Refleksi Tahap ini dilakukan oleh peneliti dan guru pengajar setelah melakukan analisis setelah siklus 2. Beberapa hal yang harus diperbaiki dalam siklus 2, antara lain : 1) Perlu ditingkatkan bimbingan dan arahan pada saat siswa mengerjakan tugas agar tidak menimbulkan kegaduhan di dalam kelas. 2) Peningkatan pengawasan dari peneliti, dengan memantau lebih dekat kepada siswa yang sering membuat kegaduhan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi siswa yang mengobrol dan bercanda pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. 3) Perlu diatur lebih tertib ketika siswa bertanya kepada guru. 4) Perlu diberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
pembelajaran kooperatif model Make a Match. Sehingga tidak hanya siswa berkemampuan lebih saja yang dominan dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. 5) Perlu diatur secara profesional pembagian waktu selama proses pembelajaran berlangsung. Agar dapat mencapai semua indikator yang akan disampaikan pada siklus 2. Berdasarkan observasi dan analisis dari siklus 2 terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar IPS, ternyata proses pembelajaran pada siklus 2 cukup baik. Untuk aktifitas dan respon positif pada siswa disiklus 2 cukup baik dibandingkan dengan siklus 1. Selain itu hasil belajar siswa
61
di siklus 2 cukup meningkat, dimana rata-rata N-gain yang diperoleh mencapai 65% dari 47% di siklus 1.
3. Tindakan Pembelajaran Silklus 3 Siklus 3 ditekankan pada perbaikan dan penyempurnaan terhadap tindakan yang dilakukan pada siklus 2. Tindakan pada siklus 3 diarahkan pada efektifitas siswa dalam mengoptimalisasikan proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.
a. Tahap Perencanaan Perencanaan ulang dibuat setelah melakukan refleksi terhadap siklus kedua. Dalam pembuat perencanaan pada siklus 3 tidak jauh berbeda dengan tahap pada siklus sebelumnya yaitu Ada beberapa perencanaan yang disiapkan oleh peneliti diantaranya : 1) Menyusun
kembali
scenario
pembelajaran
yang
akan
dilaksanakan pada pertemuan kedua. Membuat kembali rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi tentang ilmu ekonomi. 2) Menyiapkan alat bantu dan sumber belajar. 3) Menyiapkan media kartu berpasang-pasangan yang berisi pertanyaan dan jawaban. 4) Membuat soal pilihan ganda yang akan diberikan di awal pembelajaran dan di akhir pembelajaran pada akhir siklus 3. 5) Menyiapkan lembar observasi proses pembelajaran, yang akan menjadi acuan tentang proses pembelajaran selama siklus 3.
b. Tahap Pelaksanaan 1). Pertemuan 1 Pada
awal
pembelajaran,
guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Selanjutnya guru memberikan 20 butir soal pre test kepada siswa untuk mengetahui kemampuan
62
awal siswa waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal-soal tersebut adalah 10 menit. Setelah itu guru memberikan apersepsi dan motivasi. Apersepsi yang diberikan berupa penjelasan singkat tentang materi pada siklus 2 pada materi sekiranya kurang dimengerti oleh siswa. Penjelasan materi dilanjutkan pada pembahasan selanjutnya tentang ilmu ekonomi, Perilaku manusia dalam bekerjasama, dan Perilaku manusia dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada pertemuan pertama ini guru hanya sampai menjelaskan materi. Untuk masuk pada pembelajaran kooperatif model Make a Match dan post test dilanjutkan pada pertemuan berikutnya dikarenakan keterbatasan waktu selama proses pembelajaran berlangsung. 2). Pertemuan 2 Pada pertemuan kedua, guru mengulas kembali materi yang disampaikan pada pertemuan pertama. Kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada pembahasan yang belum dimengerti oleh siswa. Setelah pembahasan selesai dan tidak ada yang bertanya lagi guru melanjutkan pada permainan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Guru tidak harus menjelaskan kembali bagaimana cara pembelajaran
kooperaitf
model Make a Match karena karena dilihat dari siklus 2 siswa sudah memahaminya. Pada akhir pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan dari hasil diskusi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Setelah itu pada akhir siklus 3 guru memberikan post test pada siswa. Post test dilakukan untuk mengetahui efektifitas dari tindakan yang dilakukan pada siklus 3.
63
c. Data Hasil Belajar Siklus 3 Data hasil belajar diperoleh dari nilai pretest dan postest yang diberikan sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa pada Siklus 3 Siklus III No Nama Siswa Pre test Post test 1 Arifatiq umara 35 80 2 Askinah Sandiah 45 75 3 Anisa Hurfadillah 40 90 4 Angga Reksa 35 80 5 Azka Nisail Kamilah 65 90 6 Bintang 35 80 7 Dhinar Trias Dewantary 60 100 8 Esa Bayu Rianto 70 100 9 Fadila Bunga 30 75 10 Fikri Daris A 35 80 11 Kusuma Panji 30 75 12 Lintang Mutiara Dini 65 90 13 Muhammad Ilham 50 95 14 M. Ikbal Naufal 65 90 15 Rashida An’am Shaliha 60 100 16 Rahman Hadiyanto 40 85 17 Razak 30 70 18 Salsabila Sadya 45 85 19 Syafri 40 85 20 Viru 30 70 905 1695 Jumlah 45,25 84,75 Rata-rata
N- Gain 0,7 0,6 0,83 0,7 0,8 0,7 1 1 0,83 0,7 0,64 0,73 0,9 0,71 1 0,75 0,6 0,8 0,75 0,6 15,34 0,77
Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai paling rendah yang diperoleh siswa pada saat pre test adalah 30. Sedangkan nilai terendah pada saat post test sebesar 70. Nilai tertinggi pada skor pretest adalah 70, sedangkan pada skor post test sebesar 100. Dari tabel tersebut bisa kita lihat semua siswa hasil belajarnya meningkat. Untuk hasil belajar siklus 3 diperoleh rata-rata N-gain sebesar 77%. Nilai tersebut menunjukan penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang 64
memperhitungkan ketuntasan hasil belajar. Dengan demikian indikator keberhasilan penelitian ini sudah tercapai dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
d. Observasi dan Analisis Proses pembelajaran pada siklus 3 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 2. Beberapa peningkatan tersebut antara lain: a) Suasana kelas lebih tertib, keadaan siswa menjadi lebih terkendali, dan siswa lebih konsentrasi dalam pembelajaran. b) Siswa sudah mulai memahami tahapan dalam belajar yang digunakan. c) Alokasi waktu mengerjakan soal, diskusi dan menyimpulkan pembelajaran lebih optimal karena didukung siswa yang cukup kondusif dalam belajar. d) Hasil belajar siswa pada siklus 3 sebagaimana terlihat pada tabel menunjukkan bahwa, sebagian besar siswa hasil belajarnya meningkat. Hal ini bisa dilihat dari skor pre test dan post test untuk perolehan rata-rata N-gain pada siklus 3 mencapai 77%. dengan demikian penggunaan model pembelajaran Make a Match efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa yang memperhitungkan ketuntasan hasil belajar.
e. Tahap Refleksi Berdasarkan observasi dan analisis dari siklus 3 terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar IPS, ternyata proses pembelajaran pada siklus 3 lebih baik. Untuk aktifitas dan respon positif siswa disiklus 3 lebih baik dibandingkan dengan siklus 1 dan siklus 2. Selain itu hasil belajar siswa juga meningkat, di mana rata-rata N-gain yang diperoleh dari siklus 1 (47%) dan siklus 2 (65%), sedangkan siklus 3 (77%). Rata-rata N-gain di siklus 3 menunjukan bahwa, penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match efektif dalam meningkatkan ketuntasan hasil belajarnya. 65
Dengan demikian, indikator pada penelitian ini sudah tercapai sehingga penelitian tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
D. Analisis Data 1.
Efektifitas Pembelajaran kooperetif Model Make a Match dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS. Pada setiap pelaksanaan tindakan, peneliti mendapatkan hasil penelitian dari lembar observasi dan wawancara. Lembar observasi digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas belajar siswa. Pada setiap siklus peneliti didampingi oleh guru IPS. Data tersebut dianalisis pada setiap siklus dan lembar observasi untuk menilai kualitas guru untuk mendapatkan data mengenai kesiapan dan pelaksanaan mengajar guru. Dari tabel hasil belajar siswa, dapat dilihat bahwa untuk rata-rata N-gain di siklus 1 hanya 47% ini dan rata-rata N-gain di siklus 2 mencapai 65%, sedangkan rata-rata N-gain untuk siklus 3 mencapai sebesar 77%. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif model Make a Match sudah efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Selain data yang diperoleh dari lembar observasi, penelitian ini juga diperkuat dengan hasil wawancara. Wawancara dilakukan sebelum tindakan dan setelah tindakan. Adapun hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran.
Hasil
wawancara yang dilakukan peneliti sebelum tindakan dapat disimpulkan sebagai berikut: a. b. c. d.
Guru menentukan srategi pembelajaran pada saat proses pembelajaran berlangsung. Metode yang sering digunakan pada saat mengajar adalah metode ceramah, tanya jawab dan praktek. Guru jarang menggunakan model pembelajaran kooperatif Guru memotivasi belajar siswa dengan memberikan apersiasi yaitu dalam bentuk tepuk tangan dan pujian.
66
e.
Menurut pendapat guru, menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan membuat siswa lebih aktif.55 Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3,
hasil wawancara yang diperoleh memiliki perubahan pada pendapat guru terhadap pelajaran IPS. Pada wawancara yang dilakukan setelah tindakan dapat dirangkum sebagai berikut: a. b. c.
d.
2.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match memacu semangat siswa dalam belajar IPS. Keaktifan subyek sangat jauh berbeda dengan pembelajaran sebelum tindakan yang hanya menggunakan model ceramah. Beberapa siswa mengaku tidak takut lagi untuk bertanya kepada guru karena mereka menyadari bahwa tanpa bertanya mereka akan semakin ketinggalan dari siswa yang lain. Siswa terlihat senang saat belajar dan meningkatnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.56
Persepsi Siswa Tentang Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match dalam Pembelajaran Ips. Dari hasil observasi pada siklus 1, siswa cukup senang dan semangat belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Walaupun masih banyak kekurangan pada siklus 1 dikarenakan banyak siswa yang belum begitu paham bagaimana menggunakan pembelajaran
kooperatif model Make a Match. Mulai
terlihat pada siklus 2 terjadi peningkatan efektifitas siswa dalam proses pembelajaran , hal ini terjadi karena sudah pahamnya siswa menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Sehingga, keadaan kelas cukup tertib dan terkendali. Dilihat dari Proses pembelajaran pada siklus 3 lebih mengalami peningkatan. Suasana kelas lebih tertib, keadaan siswa menjadi lebih terkendali, dan siswa lebih konsentrasi dalam pembelajaran. Siswa sudah mulai memahami tahapan dalam belajar yang digunakan. 55
Kosaman (Guru IPS), Wawancara Sebelum Tindakan, SMP Islam Al Syukro Ciputat, Oktober 2010 56 Kosaman (Guru IPS) dan Siswa, Wawancara Setelah Tindakan, SMP Islam Al Syukro Ciputat, November 2010
67
Dari hasil wawancara kepada siswa mengenai persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match selama siklus 1, 2, dan 3 dapat disimpulkan sebagai berikut: a. b.
c. d.
Seluruh siswa menyukai pelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Hampir seluruh siswa mengakui lebih mudah memahami pelajaran dengan pembelajaran kooperatif model Make a Match ini. Hal ini terbukti dari nilai post test siswa yang semakin mengalami peningkatan dari hasil belajar. Seluruh siswa menyukai pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Siswa lebih mudah berkonsentrasi dan bersemangat dalam belajar menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya.57
E. Pembahasan Hasil Temuan Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa siswa menyenangi proses pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Rasa senang terhadap suatu pembelajaran akan meningkatkan efektivitas belajar Siswa. Pada siklus 1 dari hasil pengamatan siswa cukup senang dan semangat belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Walaupun masih banyak kekurangan pada siklus 1 dikarenakan banyak siswa yang belum begitu paham bagaimana menggunakan pembelajaran
kooperatif model Make a
Match. Mulai terlihat pada siklus 2 terjadi peningkatan efektifitas siswa dalam proses pembelajaran, hal ini terjadi karena sudah pahamnya siswa menggunakan pembelajaran
kooperatif model Make a Match. Sehingga,
keadaan kelas cukup tertib dan terkendali dibandingkan dengan siklus 1 dengan keadaan kelas yang gaduh dan susah di kendalikan. Dilihat dari Proses pembelajaran pada siklus 3 sudah lebih mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 2. Suasana kelas lebih tertib, keadaan siswa menjadi lebih terkendali, dan siswa lebih konsentrasi dalam pembelajaran. 57
Siswa kelas VII, Wawancara Setelah Tindakan, November 2010
68
SMP Islam Al Syukro Ciputat,
Siswa sudah mulai memahami tahapan dalam belajar yang digunakan, Alokasi waktu mengerjakan soal, diskusi dan menyimpulkan pembelajaran lebih optimal karena didukung siswa yang cukup kondusif dalam belajar. Selain proses pembelajaran, hasil belajar juga termasuk aspek yang diteliti. hasil belajar siswa pada siklus 1, diperoleh nilai paling rendah pada saat pre test dan post test adalah 10 dan 55. Nilai tertinggi pada pre test dan post test adalah 80 dan 95. Dan hasil belajar pada siklus 2, diperoleh nilai paling rendah pada saat pre test dan post test adalah 20 dan 60. Nilai tertinggi pada pre test dan postest adalah 65 dan 95. Sedangkan hasil belajar pada siklus 3, diperoleh nilai paling rendah pada saat pre test dan post test adalah 30 dan 70. Nilai tertinggi pada pre test dan postest adalah 70 dan 100. Dari tabel hasil belajar siklus 1, siklus2, dan siklus 3, dapat dilihat bahwa untuk rata-rata N-gain di siklus 1 hanya 47% ini dan rata-rata N-gain di siklus 2 mencapai 65%, sedangkan rata-rata N-gain untuk siklus 3 mencapai sebesar 77%. Dengan demikian, penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match disiklus 1 belum efektif, di siklus 2 cukup efektif, sedangkan di siklus 3 sudah efektif. Adanya peningkatan hasil belajar di siklus 3 dikarenakan adanya perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan yang dilakukan oleh guru terhadap kekurangan yang terdapat disiklus 1 dan siklus 2. Dengan adanya refleksi menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik. Selain itu, siswa juga lebih memperhatikan penjelasan dari guru, sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan. Pemahaman yang baik membawa pengaruh terhadap hasil belajar mereka, dimana hasil belajar lebih optimal
dan
meningkat. Hasil temuan lapangan telah diperkuat dari hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Widyaningsih, dkk (2008) yang melakukan penelitian dengan judul “Cooperative Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika”. Penelitian Widyaningsih mengambil pembelajaran kooperatif model Make a Match. Penerapan Cooperative Learning menurut hasil penelitian Widyaningsih dapat 69
disimpulkan bahwa pelaksanaan cooperative learning dalam pembelajaran dapat menggunakan berbagai model serta efektif jika digunakan dalam suatu periode waktu tertentu. Susana positif yang timbul dari cooperative learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan guru. Dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan siswa merasa lebih termotivasi untuk belajar dan berpikir.58 F. Keterbatasan Peneliti Setelah didapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan, maka peneliti menguraikan beberapa keterbatasan di dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah: 1. Keterbatasan peneliti tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan guru yang bersangkutan dalam jangka waktu yang panjang. 2. Pengelolaan waktu karena kegiatan pembelajaran membutuhkan tahapan-tahapan yang biasanya menghabiskan waktu yang lama. 3. Penelitian ini hanya dilakukan di SMP Islam Al Syukro Ciputat maka hasil penelitian ini belum tentu sama jika dilakukan di sekolah lainnya.
58
Widyaningsih, Wahyu. 2008. Kel. 3 Cooperative Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika. Makalah dipbulikasikan melalui http://tpcommunity05.blogspot.com.
70
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan Dilihat dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan di SMP Islam Al syukro Ciputat tentang efektifitas pembelajaran kooperatif model Make a Match yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan: 1. Pembelajaran kooperatif model Make a Match ini dapat meningkatkan efektifitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang meningkat, ditunjukkan dengan nilai rata-rata N gain pada siklus 1 sebesar 47%, sedangkan siklus 2 menjadi 65%, dan pada siklus 3 meningkat menjadi 77%. 2. Persepsi siswa tentang
penggunaan pembelajaran kooperatif
model
Make a Match dalam pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa dan siswa menjadi lebih aktif. Hampir seluruh siswa mengakui lebih mudah memahami pelajaran dengan pembelajaran kooperatif
model
Make a Match ini dan menyukainya. Berdasarkan kesimpulan di atas, dianggap berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada bab hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi melalui pembelajaran kooperatif model Make a Match.
71
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka maka penulis mangajukan beberapa saran agar menjadi masukan yang berguna, diantaranya: 1. Diharapkan bagi para pendidik dapat memilih metode atau cara mengajar yang tepat, agar dapat memicu semangat dan aktivitas belajar siswa, serta menumbuhkan minat dan motivasi dalam mengikuti pelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Guru juga harus terus mencoba dan menggali model pembelajaran lainnya agar lebih variatif dan menciptakan suasana belajar yang kondusif yang pada akhirnya berpengaruh positif pada hasil belajar siswa. 3. Siswa hendaknya lebih aktif lagi dalam berpartisipasi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan cara menggunakan referensi dan alat pembelajaran yang tersedia. 4. Pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan kelengkapan pembelajaran di sekolah dalam upaya menunjang kegiatan proses belajar mengajar. 5. Perlu
adanya
penelitian
pembelajaran kooperatif
lebih
lanjut
untuk
mengetahui
apakah
model Make a Match dapat diterapkan dan
memberi hasil yang baik pada mata pelajaran IPS dengan topik yang berbeda.
72
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2006 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982 Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara,2003 Ilmu Pengetahuan Sosial, Materi Pelatihan Terintegrasi, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005 Isjoni. Pembelajaran Visioner (Perpaduan Indonesia-Malaysia), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 Madyo, et. Al. Dasar-dasar Pendidikan, Semarang: Efftah Offset, cet ke-1, 1990 Mulyahardjo, Redja pengantar. Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002 Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Bandung: PT Remaja rosdakarya, 2009 Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran, Ciputat: Gaung Persada (GP) Press, Cet. ke-1, 2008 Neni, Iska Zikri. sikologi , Jakarta: Kzi Brother’s, 2006 Nurdin, Syafruddin. Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Bebasis Kompetensi, Jakarta: Ciputat Press, Cet.I, 2005 Nursid, Sumaatdja. Konsep Dasar IPS, Jakarta: Universitas Terbuka,2003 Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2004 ______________, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. ke- 16, 2004 ______________, Psikologi Pendidikan ,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000 Rasyad, Aminuddin. Teori belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Uhamka Press,2003
73
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya ,Cet. I,1995 Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana,2009 Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, cet.ke-4 2003 Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009 Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995 Trianto. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasi), Jakarta: Perpustakan Nasional, 2007 Turyanto. Efektifitas Penggunaan Media Permainan Kartu dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana, 2008 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1, Bandung: Citra Umbara, 2006. Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam,Jakarta: PT Intermasa,Cet.1, 2002 Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi umum, Yogyakarta:Andi Offset,2004 Warsono. Penerapan Prinsip CTL dalam Pembelajaran, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vidya karya, th.XXII,no.2, 2003 Yuwono, GB. Pedoman Umum Ejaan Indonesia Yang Telah Disempurnakan, Surabaya: Indah, 1990 Arief, Ahmad, Implementasi Model Cooperative Dalam Pembelajaran IPS, (google;http//www.dunia guru.com/indek) Tarmizi. Wordpress.com/2008/12/03/Pembelajaran kooperatif ‘’Make A Match’’. Widyaningsih, Wahyu. 2008. Kel. 3 Cooperative Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika. Makalah dipbulikasikan melalui http://tpcommunity05.blogspot.com.
74
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
: SMP Islam Al-Syukro
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / Semester
: VII / 1
Standar Kompetensi : 3. Memahami usaha manusia memenuhi kebutuhan Kompetensi Dasar
: 3.1 Mendeskrepsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral dalam memenuhi kebutuhan
Indikator
: - Mendeskripsikan hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral. - Mengidentifikasi makna manusia sebagai
makhluk
sosial dan makhluk ekonomi yang bermoral. - Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan manusia Alokasi Waktu
: 2 jam ( 1 x pertemuan )
A. TUJUAN PEMBELAJARAN • Siswa dapat menjelaskan hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral. • Siswa dapat menjelaskan makna manusia sebagai
makhluk sosial dan
makhluk ekonomi yang bermoral. • Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhuan manusia B. URAIAN MATERI • Manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral Keinginan merupakan hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik,sedangkan kebutuhan merupakian keinginan atas barang dan jasa yang dapat memberikan kepuasan untuk kelangsungan hidup. Hasrat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disebut manusia sebagai makhluk ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan, manusia tidak dapat 75
melakukannya sendiri, namun memerlukan bantuan orang lain disebut manusia sebagai makhluk sosial. Manusia meskipun tidak memiliki kesempurnaan dalam segala tindakannya, namun sebagai makhluk ekonomi, dalam bertindak ekonomi setidaknya memiliki empat aspek berikut : 1.
Rasionalitas (akal sehat), ialah sebagai kemampuan untuk berfikir baik dan berlatih mengambil keputusan yang tepat.
2.
Kepentingan pribadi, manusia sebagai homo economicus memiliki kepentingan pribadi yang melekat kental pada dirinya masing-masing.
3.
Moral,
manusia
dalam
memenuhi
kebutuhannya,
harus
mempertimbangkan aspek-aspek moral. 4.
Informasi, untuk dapat melakukan kegiatan ekonomi dengan baik, dibutuhkan informasi yang benar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhan adalah sebagai berikut : 1.
Tempat tinggal
2.
Pendidikan
3.
Usia
4.
Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia.
C. METODE PEMBELAJARAN •
Ceramah bervariasi
•
Tanya jawab
•
Make A Macth
•
Observasi / pengamatan
D. MEDIA PEMBELAJARAN Media yang dipakai atau digunakan dalam pembelajaran ini yaitu: •
Kartu yang berisi soal dan jawaban
•
Media yang sudah ada seperti papan tulis dan spidol yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
E. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN : Pertemuan I : 1. Pendahuluan • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 76
• Guru dengan apersepsi tentang kegiatan materi yang sedang di bahas • Guru menjelaskan materi yang akan dibahas sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. 2. Kegiatan Inti: • Guru membagikan soal pre test • Guru membagikan lembar materi kepada peserta didik • Guru menjelaskan materi pelajaran • Guru memberikan kesempatan untuk tanya jawab • Guru
mengadakan
permainan
yang
sesuai
dengan
materi
pembelajarannya, sebelum memulai permainannya guru memberi arahan atau aturan permainannya. 3. Penutup: • Guru memberikan lembar soal post test • Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengklasifikasi, kesimpulan dan diakhiri dengan salam. F. SUMBER PEMBELAJARAN •
Buku IPS SMP kelas VII bse, penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
•
PSB (panduan siswa berprestasi), rangkuman materi dan pelatihan.
•
Buku Ekonomi, penerbit Yudistira
G. PENILAIAN
:
1. Teknik Penilaian Tes Tertulis 2. Bentuk Instrumen : Tes pilihan ganda 3. Soal /Instrumen : Tes pilihan ganda: Terlampir Mengetahui, Guru mata pelajaran
Peneliti
Kosaman, SE
Febriyani Rofiqoh 77
Lampiran 3 Nama : Kelas : Berilah tanda silang pada jawaban yang tepat dibawah ini ! 1. Salah satu masalah yang dihadapi manusia yang paling kompleks adalah masalah.... a. Perdagangan c. Ekonomi b. Perindustrian d. Harta 2. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia sibuk mencari.... a. Penghasilan c. Gelar b. Status sosial d. pujian 3. Komponen jasmani memerlukan kebutuhan jasmani atau kebutuhan tubuh yang berwujud seperti .... a. Makan, minum, pakaian, rumah b. Agama, siraman rohani, rekreasi c. Perasaan, akal, dan naruli d. Ketenangan, kesenangan, kenikmatan 4. Hakikat manusia adalah manusia,kecuali.... a. Sosial c. Ekonomi b. Individu d. Hemat 5. Manusia sebagai makhluk ekonomi disebut .... a. Homo economicus c. oikonomia b. Homo d. economicus 6. Salah satu sifat manusia adalah.... a. Selalu mengalah c. Tidak pernah merasa puas b. Menerima takdir d. Selalu puas 7. Keinginan merupakan... a. Hasrat berusaha sekuat tenaga b. Hasrat persaingan dengan manusia lain c. Hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik d. Hasrat ingin berlomba memperoleh kemakmuran 8. Kebutuhan manusia semakin bertambah seiring dengan .... a. Pergaulan manusia c. Perputaran waktu b. Perkembangan zaman d. Pengadaan industri 9. Orang yang sebagian besar kebutuhanya dapat terpenuhi dapat dikatakan.... a. Hartawan c. Makmur b. Dermawan d. pemurah 10. Karena manusia mempunyai kebutuhan yang hampir sama, maka diperlukan adanya suatu .... a. Permusuhan c. Reaksi b. Perebutan d. Interaksi 11. Faktor – faktor yang mempengaruhi keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhan,kecuali .... a. Tempat tinggal c. Usia b. Pendidikan d. Moral 78
12. Manusia yang dapat memenuhi kebutuhan hanya sebagian kecil saja, cenderung berpenghasilan .... a. Cukup c. Tinggi b. Rendah d. Tidak tentu 13. Manusia yang bertempat tinggal di daerah tropis , umumnya membutuhkan makanan yang berkalori .... a. Tinggi c. Sedang b. Rendah d. Sangat tinggi 14. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin ..... dan bervariasi keinginan dalam memenuhi kebutuhannya. a. Besar c. Sedang b. Kecil d. sangat rendah 15. Hasrat manusia memerlukan bantuan orang lain disebut .... a. Manusia sebagai makhluk politik b. Manusia sebagai makhluk individu c. Manusia makhluk sosial d. Manusia makhluk ekonomi 16. Kebutuhan primer adalah kebutuhan .... a. Pokok c. Tambahan b. Selingan d. berguna 17. Untuk dapat melakukan kegiatan ekonomi dengan baik dan lengkap agar pilihan yang ditetapkan mempunyai nilai guna yang besar sehingga manfaatnya juga besar , dibutuhkan ..... a. Moral c. Informasi b. Kepentingan pribadi d. rasionalitas 18. Keinginan atas barang dan jasa yang dapat memberikan kepuasan untuk kelangsungan hidup, disebut ... a. Keinginan c. Kemauan b. Kebutuhan d. kepuasan 19. Kemampuan untuk berfikir baik dan berlatih mengambil keputusan yang tepat disebut .... a. Moral c. Kepentingan pribadi b. Informasi d. Rasionalitas (akal sehat) 20. Aspek moral dan akhlak sangat diperlukan saat manusia menjalankan fungsinya sabagai makhluk ... a. Sosial dan ekonomi c. Budaya b. Individu d. Bersama
79
Lampiran 4 Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1 No
Siklus 1
Nama Siswa
Pre test
Post test
N Gain
1
Arifatiq umara
65
80
0,5
2
Askinah Sandiah
45
70
0,5
3
Anisa Nurfadillah
85
90
0,3
4
Angga Reksa
60
75
0,4
5
Azka Nisail Kamilah
60
85
0,6
6
Bintang
10
55
0,5
7
Dhinar Trias Dewantary
75
90
0,6
8
Esa Bayu Rianto
70
90
0,7
9
Fadila Bunga
65
80
0,5
10
Fikri Daris A
40
70
0,4
11
Kusuma Panji
35
60
0,3
12
Lintang Mutiara Dini
80
85
0,3
13
Muhammad Ilham
80
95
0,8
14
M. Ikbal Naufal
55
70
0,3
15
Rashida An’am Shaliha
60
85
0,6
16
Rahman Hadiyanto
20
55
0,5
17
Razak
30
60
0,5
18
Salsabila Sadya
70
85
0,5
19
Syafri
60
70
0,3
20
Viru
50
70
0,4
1520
9,5
Jumlah
795 39,75
Rata-rata
80
76
0,47
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: SMP Islam Al-Syukro
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / Semester
: VII / II
Alokasi Waktu
: 2 jam ( 1 x pertemuan )
Standar Kompetensi : 3. Memahami usaha manusia memenuhi kebutuhan Kompetensi Dasar
: 3.2 Mengidentifikasi hubungan antara kelangkaan sumber daya dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
Indikator • Mengidentifikasi jenis-jenis kebutuhan hidup manusia. •
menjelaskan perilaku manusia dalam memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
D. TUJUAN PEMBELAJARAN •
Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis kebutuhan hidup manusia.
•
Siswa dapat menjelaskan perilaku manusia dalam memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
E. URAIAN MATERI •
Jenis-jenis kebutuhan manusia 1. Kebutuhan manusia menurut intensitas a. Kebutuhan primer (kebutuhan pokok) b. Kebutuhan sekunder (kebutuhan tambahan biasa) c. Kebutuhan tersier (kebutuhan kemewahan) 2. Kebutuhan manusia menurut waktunya a. Kebutuhan sekarang b. Kebutuhan kelak 3. Kebutuhan manusia menurut sifatnya a. Kebutuhan material atau kebutuhan jasmani 81
b. Kebutuhan immaterial atau kebutuhan rohani 4. Kebutuhan manusia menurut subyeknya atau kelompok manusia yang membutuhkan kebutuhan itu a. Kebutuhan individu (kebutuhan pribadi) b. Kebutuhan kolektif (kebutuhan kelompok) F. METODE PEMBELAJARAN : •
Ceramah bervariasi
•
Tanya jawab
•
Make A Macth
•
Observasi / pengamatan
D. MEDIA PEMBELAJARAN Media yang dipakai atau digunakan dalam pembelajaran ini yaitu: •
Lembar materi yang dibagikan kepada para peserta didik
•
Kertas origami yang berisi soal dan jawaban
•
Media yang sudah ada seperti papan tulis dan spidol yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN : Pertemuan I : 1. Pendahuluan • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran • Guru dengan apersepsi tentang kegiatan materi yang ingin di bahas • Guru menjelaskan materi yang akan dibahas sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. 2. Kegiatan Inti : • Guru membagikan lembar soal pre test • Guru menjelaskan materi pelajaran • Guru memberikan kesempatan untuk tanya jawab • Guru
mengadakan
permainan
yang
sesuai
dengan
materi
pembelajarannya, sebelum memulai permainannya guru memberi arahan atau aturan permainannya. 82
3. Penutup: • Guru memberikan lembar soal post test. • Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengklasifikasi, kesimpulan dan diakhiridengan salam.
I. SUMBER PEMBELAJARAN •
Buku IPS SMP kelas VII bse, penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
•
PSB (panduan siswa berprestasi), rangkuman materi dan pelatihan.
•
Buku Ekonomi, penerbit Yudistira
J. PENILAIAN
:
1. Teknik Penilaian Tes Tertulis 2. Bentuk Instrumen : Tes pilihan ganda 3. Soal /Instrumen : Tes pilhan ganda: Terlampir
Ciputat,.........2010
Mengetahui,
Guru mata pelajaran
Peneliti
Kosaman, SE
Febriyani Rofiqoh
83
Kebutuhan akan kemewahan dapat disebut juga kebutuhan ....
TERSIER
Kebutuhan jasmani dan rohani merupakan penggolongan kebutuhan menurut ....
SIFATNYA
Penggolongan kebutuhan individu dan kelompok merupakan penggolongan kebutuhan menurut ...
Kebutuhan manusia digolongkan menjadi, sebutkan ....
SUBYEKNYA
Manjadi 4, yaitu: 1. Intensitasnya 2. Waktunya 3. Sifatnya 4. Subyeknya
84
Lampiran 7 Nama : Kelas : Berilah tanda silang pada jawaban yang tepat di bawah ini ! 1. Setiap keinginan manusia baik berupa barang dan jasa yang dapat memberikan rasa puas baik jasmani dan rohani demi kelangsungan manusia, disebut .... a. Keinginan c. Kebutuhan b. Sekunder d. Primer 2. Kebutuhan yang dipenuhi sebagai pelengkap kebutuhan pokok adalah kebutuhan .... a. Tersier c. Sekunder b. Kelak d. primer 3. Kebutuhan yang akan dipenuhi setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi adalah .... a. Rohani c. Kelak b. Tersier d. Jasamani 4. Rumah merupakan tempat tinggal yang nyaman bagi keluarga untuk memenuhi kebutuhan .... a. Primer c. Skunder b. Tersier d. Kelak 5. Kebutuhan sekunder sama dengan kebutuhan .... a. Kebutuhan pokok c. Kebutuhan sekarang b. Kebutuhan tambahan biasa d. kebutuhan kelak 6. 1. Kulkas 4. meja 2. kasur 5. lemari 3. AC 6. Mesin cuci Berdasarkan data tersebut yang merupakan barang untuk memenuhi kebutuhan sekunder adalah .... a. 1,2,3 c. 1,4,6 b. 2,3,4 d. 2,4,5 7. Adanya kebutuhan sekarang dan kebutuhan yang akan datang, merupakan penggolongan kebutuhan menurut .... a. Kepentingannya c. Waktunya b. Subyeknya d. Sifatnya 8. Minum bagi orang yang kehausan tidak dapat ditawar lagi, merupakan kebutuhan .... a. Yang akan datang c. Jasmani b. Sekarang d. Rohani 85
9. Bagi masyarakat desa menyimpan padi di gudang untuk musim gugur, untuk memenuhi kebutuhan .... a. Primer c. Sekarang b. Kolektif d. Yang akan datang 10. Kebutuhan yang digunakan untuk kepentingan jasmani atau raga disebut kebutuhan .... a. Material c. Kolektif b. Immaterial d. Kelak 11. Kebutuhan yang dipergunakan untuk kepentingan rohani yang dapat memberi rasa puas nyaman pada jiwa manusia adalah kebutuhan .... a. Material c. Kolektif b. Immaterial d. Individu 12. Kebutuhan yang sangat dipengaruhi oleh bakat, minat, dan hoby merupakan kebutuhan .... a. Individu c. Sekunder b. Kolektif d. Indivdu 13. Kebutuhan yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan orang banyak adalah kebutuhan .... a. Manusia c. Jasmani b. Individu d. Kelompok 14. Kebutuhan sekarang dan kebutuhan kelak merupakan penggolongan kebutuhan menurut .... a. Intensitasnya c. Waktunya b. Subyeknya d. Sifatnya 15. Kebutuhan manusia pada dasarnya bersifat .... a. Terbatas c. Tidak terbatas b. Sangat terbatas d. Sedikit sakali 16. Salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi sekarang juga adalah .... a. Topi untuk maen c. Obat untuk nenek yang sedang sakit b. Sepeda untuk keliling kota c. Mesin cuci untuk ibu 17. Penggolongan kebutuhan individu dan kebutuhan kelompok, merupakan penggolongan kebutuhan menurut .... a. Intensitasnya c. Subyeknya b. Waktunya d. Sifatnya 18. 1. Rekreasi 4. Pakaian 2. Pengajian 5. Sepatu 3. kesenian 6. Asuransi 86
Berdasarkan data tersebut yang merupakan barang untuk memenuhi kebutuhan material Adalah .... a. 1,2,3 c. 2,4,5 b. 2,3,4 d. 4,5,6 19. Kebutuhan akan kemewahan dapat disebut juga kebutuhan .... a. Sekunder c. Kolektif b. Primer d. Tersier 20. Kebutuhan jasmani dan rohani merupakan penggolongan kebutuhan menurut.... a. Sifatnya c. Waktunya b. Intensitasnya d. subyeknya
KUNCI JAWABAN 1. 2. 3. 4. 5.
C C B A B
6. D 7. C 8. B 9. D 10.A
11. 12. 13. 14. 15.
B A D C C
16. C 17. C 18 . A 19. D 20. A
87
Lampiran 8 Hasil Belajar Siswa pada Siklus 2 No
Siklus II
Nama Siswa
Pre test
Post test
N-Gain
1
Arifatiq umara
35
60
0,4
2
Askinah Sandiah
50
80
0,6
3
Anisa Nurfadillah
40
85
0,8
4
Angga Reksa
35
70
0,7
5
Azka Nisail Kamilah
40
90
0,9
6
Bintang
20
60
0,5
7
Dhinar Trias Dewantary
45
95
0,9
8
Esa Bayu Rianto
65
85
0,6
9
Fadila Bunga
35
85
0,8
10
Fikri Daris A
50
65
0,3
11
Kusuma Panji
30
65
0,5
12
Lintang Mutia Dini
50
85
0,7
13
Muhammad Ilham
45
75
0,6
14
M. Ikbal Naufal
50
75
0,6
15
Rashida An’am Shaliha
40
95
1
16
Rahman Hadiayanto
25
65
0,6
17
Razak
25
65
0,4
18
Salsabila Sadya
40
90
0,9
19
Syakri
45
70
0,7
20
Viru
30
60
0,5
Jumlah
1115
1525
13
Rata-rata
55,75
76,25
88
0,65
Lampiran 9
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: SMP Islam Al-Syukro
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas / Semester
: VII / III
Alokasi Waktu
: 2 jam ( 1 x pertemuan )
Standar Kompetensi : 3. Memahami usaha manusia memenuhi kebutuhan Kompetensi Dasar
: 3.2 Mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi dalam berbagai kegiatan sehari-hari
INDIKATOR • Mendiskripsikan manusia dalam bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. • Mendeskripsikan perilaku manusia dalam memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. • Mendeskripsikan berbagai tindakan ekonomi rasional yang dilakukan manusia. A. TUJUAN PEMBELAJARAN •
Siswa dapat Mendiskripsikan manusia dalam bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
•
Siswa dapat mendeskripsikan perilaku manusia dalam memanfaatkan sumberdaya yang trebatasbuntuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
•
Siswa dapat mendeskripsikan berbagai tindakan ekonomi rasional yang dilakukan.
B. URAIAN MATERI 1. Perilaku manusia dalam bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
89
Hubungan prilaku kerjasama biasanya didasarkan pada maksud dan tujuan yang dinginkan ,yaitu : a.
Kerjasama yang menguntungkan
b.
Kerjasama untuk kepentingan bersama
c.
Kerjasama yang saling menghormati
2. Perilaku manusia dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan Sumber daya ekonomi dapat dikelompokan ke dalam sumber daya alam, sumber
daya manusia, sumber daya modal, dan sumber daya
keahlian (kewirausahaan). Sumber daya manusia sangat terbatas jumlahnya bila dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan dengan manusia. Kondisi seperti itulah menyebabkan ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan inilah yang disebut kelangkaan. 3.
Ilmu ekonomi Istilah ekonomi berasal dari kata yunani oikonomia, yaitu dari kata oikos dan nomos.oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti mengatur. Jadi oikonomia adalah mengatur rumah tangga. Ilmu ekonomi adalah Ilmu yang mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
C. METODE PEMBELAJARAN •
Ceramah bervarias
•
Tanya jawab
•
Make A Macth
•
Observasi / pengamatan
D. MEDIA PEMBELAJARAN Media yang dipakai atau digunakan dalam pembelajaran ini yaitu: • Lembar materi yang dibagikan kepada para peserta didik • Kertas origami yang berisi soal dan jawaban • Media yang sudah ada seperti papan tulis dan spidol yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. K. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN : Pertemuan I : 90
1. Pendahuluan • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran • Guru dengan apersepsi tentang kegiatan materi yang ingin di bahas • Guru menjelaskan materi yang akan dibahas sesuai kompetensi dasar yang ingi dicapai. 2. Kegiatan Inti • Guru membagikan lembar soal pre test • Guru menjelaskan materi pelajaran • Guru memberikan kesempatan untuk tanya jawab • Guru
mengadakan
permainan
yang
sesuai
dengan
materi
pembelajarannya, sebelum memulai permainannya guru memberi arahan atau aturan permainannya. 3. Penutup : • Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengklasifikasi, kesimpulan dan diakhiridengan salam.
L. SUMBER PEMBELAJARAN • • •
Buku IPS SMP kelas VII bse, penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. PSB (panduan siswa berprestasi), rangkuman materi dan pelatihan. Buku Ekonomi, penerbit Yudistira
M. PENILAIAN
:
1. Teknik Penilaian Tes Tertulis
3. Soal /Instrumen Tes Uraian
2. Bentuk Instrumen : Tes pilihan ganda
Ciputat, ...........2010 Mengetahui,
Guru mata pelajaran
Peneliti
Kosaman, SE
Febriyani Rofiqoh 91
Lampiran 10 Media Kartu Pembelajaran Kopeeratif Model Make A Match Siklus 3 SOAL JAWABAN Ilmu yang mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya adalah ....
ILMU EKONOMI
Mengatur rumah tanggadisebut juga ....
OIKONOMIA
Suatu sikap atau perbuatan manusia dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran disebut ....
TINDAKAN EKONOMI
Kerja sama untuk kebpentingan bersama
Bentuk kerjasama yang paling baik dalam memenuhi kebutuhan adalah ....
Sumber daya alam,sumber daya manusia, dan sumber daya modal
Sumber daya ekonomi dapat dikelompokan ke dalam sumber daya ....
Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang ....
Tidak dapat diperbaharui
Dalam pemanfaatan sumber daya alam kita harus melakukan ....
PENGHEMATAN
Menghasilkan, memakai, dan menyebarkan termasuk....
KEGIATAN EKONOMI
92
Lampiran 11 Nama : Kelas : Berilah tanda silang pada jawaban yang benar di bawah ini ! 1. Berikut ini fungsi manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi kecuali...... a. Saling berbagi ilmu dan pengetahuan b. Saling tolong-menolong dan bahu membahu dalam kegiatan seharihari c. Mementingkan diri sendiri dalam kehidupannya d. Menjaga dan memupuk harga diri setiap pihak dalam melakukan kerjasama 2. Adanya gotong royong, kegiatan kebersihan lingkungan dan kegiatan penghijauan adalah contoh dari.... a. Kerjasama saling menghormati b. Kerjasama untuk kepentingan bersama c. Kerjasama yang saling menguntungkan d. Kerjasama masyarakat 3. Perusahaan kecil dapat mendukung perusahaan besar dengan memasarkan hasil produksi perusahaan besar. Bentuk kerjasama ini untuk kepentingan .... a. Individu c. Bersama b. Masing-masing d. Orang lain 4. Bentuk kerja sama yang paling baik dalam memenuhi kebutuhan adalah .... a. Kerjasama yang saling menghormati b. Kerjasama untuk kepentingan bersama c. Kerjasama yang saling menguntungkan d. Kerjasama yang saling merugikan 5. Sumber daya ekonomi dapat dikelompokan ke dalam sumber daya, kecuali .... a. Sumber daya alam c. Sumber daya modal b. Sumber daya manusia d. Sumber daya listrik 6. Sumber daya ekonomi sangat terbatas, kondisi ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan yang disebut .... a. Kebutuhan c. Kelangkaan b. Keutuhan d. Keahlian 7. Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang .... a. Dapat diperbaharui c. Dapat dikendalikan b. Tidak dapat diperbaharui d. Tidak dapat diolah 93
8. Dalam pemanfaatan sumber daya alam kita harus melakukan..... a. Pemborosan c. Penghematan b. Kepuasan d. Penghabisan 9. Masalah kesuksesan dan kegagalan merupakan persoalan yang selalu harus di atasi untuk .... a. Berusaha c. Putus asa b. Mengalah d. Bertengkar 10. Menghasilkan, memakai dan menyebarkan termasuk..... a. Kegiatan produksi c. Kegiatan konsumsi b. Kegiatan sumber daya alam d. Kegiatan ekonomi 11. Untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat perlu dilakukan .... a. Produksi, distribusi, konsumsi c. Sandang, pangan, papan b. Primer, skunder, tersier d. Bunga, modal,kekayaan 12. Barang yang dapat digunakan untuk memproduksi barang lain disebut barang .... a. Produksi c. Mentah b. Konsumsi d. Jadi 13. Barang yang lansung dapat digunakan atau dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia disebut .... a. Produksi c. Konsumsi b. Distribusi d. Kelangkaan 14. Manusia tidak pernah merasa puas karena kebutuhannya ..... a. Terbatas c. Tidak terpenuhi b. Terjangkau d. Tidak terbatas 15. Kebutuhan manusia tidak terbatas karena disebabkan adanya , kecuali .... a. Pertambahan penduduk c. Kemajuan teknologi b. Aturan d. Peningkatan kebudayaan semakin baik 16. Kemajuan teknologi turut mendorong meningkatnya.... a. Kebutuhan manusia c. Penduduk b. Kelangkaan d. Kekayaan 17. Suatu sikap atau perbuatan manusia dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran disebut .... a. Tindakan ekonomi c. Ilmu ekonomi b. Prinsip ekonomi d. Politik ekonomi 18. Mengatur rumah tangga disebut juga .... a. Oikonomia c. Oikos b. Nomos d. homo economicus
94
19. Ilmu yang mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya adalah .. a. Tindakan ekonomi c. Ilmu ekonomi b. Prinsip ekonomi d. Politik ekonomi 20. Suatu studi mengenai individu dan masyarakat membuat pilihan dengan atau tanpa penggunaan uang, pendapatan ini dikemukakan oleh .... a. Adam smith c. Aristoteles b. Paul A. Samuelson d. Darwin KUNCI JAWABAN 1. C 6. C 11. A 2. B 7. B 12. A 3. C 8. C 13. C 4. A 9. A 14. D 5. D 10. D 15. B
16. A 17. A 18. A 19. C 20. B
95
Lampiran 12 Hasil Belajar Siswa pada Siklus 3 No
Siklus III
Nama Siswa
Pre test
Post test
N- Gain
1
Arifatiq umara
35
80
0,7
2
Askinah Sandiah
45
75
0,6
3
Anisa Hurfadillah
40
90
0,83
4
Angga Reksa
35
80
0,7
5
Azka Nisail Kamilah
65
90
0,8
6
Bintang
35
80
0,7
7
Dhinar Trias Dewantary
60
100
1
8
Esa Bayu Rianto
70
100
1
9
Fadila Bunga
30
75
0,83
10
Fikri Daris A
35
80
0,7
11
Kusuma Panji
30
75
0,64
12
Lintang Mutiara Dini
65
90
0,73
13
Muhammad Ilham
50
95
0,9
14
M. Ikbal Naufal
65
90
0,71
15
Rashida An’am Shaliha
60
100
1
16
Rahman Hadiyanto
40
85
0,75
17
Razak
30
70
0,6
18
Salsabila Sadya
45
85
0,8
19
Syafri
40
85
0,75
20
Viru
30
70
0,6
905
1695
15,34
45,25
84,75
0,77
Jumlah Rata-rata
96
Lampiran 13 LEMBAR OBSERVASI KELAS Nama sekolah Hari/Tanggal Mata Pelajaran Pertemuan ke Materi pokok
: : : : :
No Aspek yang diamati I Membuka Pelajaran 1. Apersepsi 2. Memotivasi siswa 3. Memberikan pre test 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran II Kegiatan Inti 5. Menjelaskan materi pelajaran 6. Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahami 7. Guru dan siswa saling melakukan tanya jawab 8. Menggunakan alat atau media pembelajaran 9. Menggunakan pembelajaran kooperatif model “Make A Match” 10.Menjawab pertanyaan atau menanggapi siswa 11.Kualitas interaksi pembelajaran 12.Kualitas pengelolaan kelas III Kegiatan Penutup 13.Menyimpulkan hasil pembelajaran 14.Memberikan gambaran berikutnya 15.Menutup kegiatan pembelajaran IV Penilaian Evaluasi 16.pemberian tes berupa soal pre tes dan post test Keterangan skala penilaian 1 : tidak baik 3 : baik 2 : kurang baik 4 : sangat baik Kategori penilaian total : 20 – 35 : tidak baik 36 – 50 : cukup 51 – 65 : baik 66 – 80 : sangat baik
1
Ciputat,...............2010 Pengamat
Kosaman, SE
97
Nilai 2 3
4
Lampiran 13
PEDOMAN WAWANCARA GURU
Hari / Tanggal
: Senin, 12 Oktobber 2010
Nama Responden
: Kosaman, SE
Nama Sekolah
: SMP Islam Al Syukro Ciputat
Tujuan wawancara
: Mengidentifikasi kondisi awal proses pembelajaran IPS pada kelas yang akan diteliti
Daftar pertanyaan wawancara guru sebelum tindakan: 1. Apakah bapak selalu menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai? 2. Sebelum kegiatan berlangsung, persiapan apa saja yang terlebih dahulu lukukan? 3. Metode apa saja yang sering Anda gunakan pada pembelajaran IPS? 4. Apakah siswa memperhatikan materi yang Anda sampaikan saat belajar IPS? 5. Apakah upaya yang Anda lakukan untuk mengatasi siswa yang tidak memperhatikan materi yang Anda sampaikan? 6. Apakah siswa aktif bertanya terhadap materi yang Anda sampaikan? 7. Bagaimana sikap siswa pada saat Anda meminta siswa untuk menjawab soal IPS di papan tulis? 8. Apakah Anda sering memberikan reward (hadiah) pada siswa yang berhasil menjawab soal dengan benar? 9. Apakah selama ini siswa mengalami kesulitan belajar? 10. Bagaimana cara Anda mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa? 11. Apakah dalam setiap pembelajaran siswa menunjukkan keaktifan dan kesenangannnya pada pelajaran IPS? 12. Berapa persen siswa yang aktif dalam kelas? 13. Apakah siswa sering mengeluh tentang pelajaran IPS? 14. Hal apa saja yang sering dikeluhkan oleh siswa? 15. Apa tanggapan Anda terhadap keluhan siswa tersebut? 98
16. Apakah Anda pernah mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif? 17. Berdasarkan pengalaman Anda, apa tanggapan Anda mengenai metode yang akan saya terapkan? 18. Apakah pembelajaran kooperatif model Make A Macth ini cocok diterapkan pada kelas yang Anda ajarkan? 19. Untuk mengetahui kemajuan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPS, apakah pada awal dan akhir pembelajaran selalu memberikan pre test dan post test ?
99
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Wawancara dilaksanakan pada: Hari / Tanggal
: Senin, 12 Oktober 2010
Nama Responden
: Siswa kelas VII
Nama Sekolah
: SMP Islam Al Syukro Ciputat
Tujuan Wawancara
: Mengidentifikasi kondisi awal siswa dalam belajar IPS
Daftar pertanyaan wawancara siswa sebelum tindakan: 1. Apa yang kamu rasakan saat belajar IPS? 2. Apa yang menyebabkan kamu senang atau tidak senang dalam belajar IPS? 3. Apakah saat belajar IPS kamu dapat berkonsentrasi dengan baik? 4. Bagaimana perasaan kamu bila mendapat nilai buruk pada pelajaran IPS? 5. Bagaimana sikap kamu saat mengerjakan soal IPS yang kamu anggap sulit? 6. Apakah menurut kamu pelajaran IPS penting untuk dipelajari? 7. Pembelajaran seperti apa yang kamu inginkan dalam belajar IPS? 8. Pembelajaran seperti apa yang lebih kamu sukai, ceramah, diskusi kelompok atau yang lain? Mengapa?
100
PEDOMAN WAWANCARA GURU
Hari / Tanggal
: Selasa, 17 November 2010
Nama Responden
: Kosaman, SE
Nama Sekolah
: SMP Islam Al Syukro Ciputat
Tujuan Wawancara
: Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan yang ada setelah tindakan dalam meningkatkan efektivitas belajar IPS siswa
Daftar pertanyaan wawancara guru setelah tindakan: 1. Apakah menurut Anda penggunaan pembelajaran kooperatif model Make A Macth ini cocok diterapkan pada pembelajaran IPS? 2. Materi apa yang paling cocok diterapkan pada pembelajaran IPS dengan pembelajaran kooperatif model Make A Macth ini? 3. Apakah ada kemungkinan anda menerapkan kooperatif model Make A Macth ini dikelas yang Anda ajarkan? 4. Berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan apakah terdapat kemajuan dalam belajar IPS siswa setelah dilakukan pembelajaran kooperatif model Make A Macth ini? 5. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan pengamatan? 6. Bagaimana menurut Anda tingkat perhatian siswa terhadap pelajaran IPS? 7. Apakah ada keluhan dari siswa tentang model pembelajaran IPS ini? 8. Apakah siswa terlihat menyukai model pembelajaran IPS ini? 9. Apa saja kekurangan dan kelebihan pada penggunaan pembelajaran koopeartif model Make A Macth ini? 10. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan ini?
101
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Wawancara dilaksanakan pada: Hari / Tanggal
: Selasa, 17 November 2010
Nama Responden
: Siswa kelas VII
Nama Sekolah
: SMP Islam Al Syukro Ciputat
Tujuan Wawancara
: Untuk mengetahui persepsi siswa tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model Make A Match dalam pembelajaran IPS
Daftar pertanyaan wawancara siswa setelah tindakan: 1. Apakah kamu menyukai pembelajaran IPS dengan menggunakan kooperatif model Make A Macth ini? 2. Apa yang kamu rasakan belajar IPS dengan menggunkan kooperatif model Make A Macth? 3. Metode manakah yang lebih kamu sukai, pembelajaran seperti biasa seperti ceramah dan diskusi kelompok atau pembelajaran kooperatif model Make A Macth? mengapa? 4. Bagian mana yang kamu sukai atau tidak kamu sukai dari Make A Macth ini? 5. Perbedaan apa yang kamu rasakan setelah belajar IPS dengan menggunakan kooperatif model Make A Macth ini? 6. Adakah kemajuan yang kamu rasakan setelah belajar dengan menggunakan kooperatif model Make A Macth ini? 7. Apakah model Make A Macth ini memotivasi kamu untuk lebih mempelajari IPS? 8. Apakah kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran kooperatif model Make A Macth ini? 9. Apa kamu memiliki saran terhadap pembelajaran IPS menggunakan kooperatif model Make A Macth agar menjadi lebih baik? Apa saran kamu?
102
KUTIPAN HASIL WAWANCARA Hasil wawancara dengan guru sebelum tindakan Peneliti : Apakah bapak selalu menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai? Guru
: kadang-kadang saja
Peneliti : Sebelum kegiatan berlangsung, persiapan apa saja yang terlebih dahulu lukukan? Guru
: Persiapan yang saya lakukan pertama persiapan program yang jelas diantaranya ya membuat pada awal tahun pelajaran baru atau pada awal semester dan membuat silabus sekaligu RPP.
Peneliti : Metode apa saja yang sering Anda gunakan pada pembelajaran IPS? Guru
: Ceramah dan praktek
Peneliti : Bagaimana cara
yang dilakukan bapak dalam membuka kegiatan
pembelajaran? Guru
: Biasanya saya melakukan pembiasaan kelas yaitu dengan membuka pelajaran yang diawali dengan do’a bersama dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa
Peneliti : Apakah siswa memperhatikan materi yang Anda sampaikan saat belajar IPS? Guru
: Siswa sangat memperhatikan materi yang saya disampaikan
Peneliti : Apakah upaya yang Anda lakukan untuk mengatasi siswa yang tidak memperhatikan materi yang Anda sampaikan? Guru
: Memindahkan siswa duduk paling depan jika siswa yang tidak memperhatikan
Peneliti : Apakah siswa aktif bertanya terhadap materi yang Anda sampaikan? Guru
: Aktif beberapa siswa saja
Peneliti : Bagaimana sikap siswa pada saat Anda meminta siswa untuk menjawab soal IPS di papan tulis? Guru
: Baik-baik saja menanggapinya
Peneliti : Apakah Anda sering memberikan reward (hadiah) pada siswa yang berhasil menjawab soal dengan benar?
103
Guru
: Tidak pernah, saya hanya memberikan epersiasi yaitu dalam bentuk tepuk tangan dan pujian. Tetapi dengan hadiah belum mencobanya.
Peneliti : Apakah selama ini siswa mengalami kesulitan belajar? Guru
: Ada hanya beberapa siswa
Peneliti : Bagaimana cara Anda mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa? Guru
: Kita harus lebih memperhatikan lagi siswa yang kemampuannya masih kurang dalam menerima pelajaran
Peneliti : Apakah dalam setiap pembelajaran siswa menunjukkan keaktifan dan kesenangannnya pada pelajaran IPS? Guru
: Menunjukan, tetapi terkadang terlihat bosan dan terlihat senang.
Peneliti : Apakah siswa sering mengeluh tentang pelajaran IPS? Guru
: Kadang-kadang mereka mengeluh jika materi yang diajarkan kurang dipahaminya.
Peneliti : Hal apa saja yang sering dikeluhkan oleh siswa? Guru
: Cara belajar yang membosankan
Peneliti : Apa tanggapan Anda terhadap keluhan siswa tersebut? Guru
: Mencari solusi bagaiman cara pembelaran yang baik agar siswa tidak jenuh dan membosankan.
Peneliti : Apakah Anda pernah mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif? Guru
: Pernah, tapi tidak maksimal karena ada beberpa anak yang mengandalkan kepada teman yang pintar
Peneliti : Berdasarkan pengalaman Anda, apa tanggapan Anda mengenai metode yang akan saya terapkan? Guru
: Boleh, silahkan diterapkan
Peneliti : Apakah model pembelajaran Make A Macth ini cocok diterapkan pada kelas yang Anda ajarkan? Guru
: Cocok-cocok saja
Peneliti : Untuk mengetahui kemajuan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPS, apakah pada awal dan akhir pembelajaran selalu memberikan pre test dan post test? Guru
: Tidak pernah paling hanya di akhir pembelajaran saja memberikan ulangan harian. 104
PEDOMAN WAWANCARA GURU
Hasil wawancara dengan guru setelah tindakan: Peneliti : Apakah menurut Anda penggunaan model pembelajaran Make A Macth ini cocok diterapkan pada pembelajaran IPS? Guru
: Cocok sekali, mengaktifkan siswa
Peneliti : Materi apa yang paling cocok diterapkan pada pembelajaran IPS dengan model pembelajaran Make A Macth ini? Guru
: Materi apa saja cocok
Peneliti : Apakah ada kemungkinan anda menerapkan model Make A Macth ini dikelas yang Anda ajarkan? Guru
: Bagus, respak dengan siswa bisa diterapkan
Peneliti : Berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan apakah terdapat kemajuan dalam belajar IPS siswa setelah dilakukan model pembelajaran Make A Macth ini? Guru
: Ada
Peneliti : Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan pengamatan? Guru
: Siswa lebih aktif dan siswa harus mampu mengingat materi setelah pembelajaran
Peneliti : Bagaimana menurut Anda tingkat perhatian siswa terhadap pelajaran IPS? Peneliti : Cukup tanggap dan senang Peneliti : Apakah ada keluhan dari siswa tentang model pembelajaran IPS ini? Guru
: Tidak ada
Peneliti : Apakah siswa terlihat menyukai model pembelajaran IPS ini? Guru
: Suka, dengan model pembelajaran ini siswa bisa bermain sambil belajar
Peneliti : Apa saja kekurangan dan kelebihan pada penerapan pembelajaran kooperatif model Make A Macth ini?
105
Guru
: Kekurangannya hanya diwaktu saja kita harus bisa mengatur waktu agr tidak habis waktunya pada permainan pembelajaran kooperatif model Make A Macth. Kelebihannya bagus karena dapat merangsang siswa dan siswa aktif dalam pembelajaran yang sedang berlansung
Peneliti : Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan ini? Guru
: Solusinya sedikit saja harus bisa mengatur waktu sebisa mungkin agar agar tujuan pembelajaran bisa tercapai.
106
KUTIPAN HASIL WAWANCARA SISWA
Hasil wawancara dengan siswa sebelum tindakan: Peneliti : Apa yang kamu rasakan saat belajar IPS? Siswa 1 : Menyenangkan Siswa 2 : Senang Siswa 3 : Biasa aja Peneliti : Apa yang menyebabkan kamu senang atau tidak senang dalam belajar IPS? Siswa 1 : Gurunya asik Siswa 2 : Gurunya asik dan gaul Siswa 3 : Tergantung gurunya Siswa 4 : Senang karena bisa mengerti Peneliti : Apakah saat belajar IPS kamu dapat berkonsentrasi dengan baik? Siswa 1 : ya, konsentrasi Siswa 2 : Lumayan konsentrasi Siswa 3 : Lumayan Peneliti : Bagaimana perasaan kamu bila mendapat nilai buruk pada pelajaran IPS? Siswa 1 : Sedih Siswa 2 : Sedih Siswa 3 : Gelisah Peneliti : Bagaimana sikap kamu saat mengerjakan soal IPS yang kamu anggap sulit? Siswa 1 : Tidak, karena sudah dijelaskan terlebih dahulu Siswa 2 : Berusaha sampai bisa Siswa 3 : Lihat catatan Peneliti : Apakah menurut kamu pelajaran IPS penting untuk dipelajari? Siswa 1 : Penting untuk kehidupan sosial dan untuk masa depan ketika dewasa Siswa 2 : Penting Siswa 3 : Penting untuk kehidupan kita 107
Peneliti : Pembelajaran seperti apa yang kamu inginkan dalam belajar IPS? Siswa 1 : Kelasnya tenang Siswa 2 : Yang happy aja Siswa 3 : Ada bercanda dan ada serius Peneliti : Pembelajaran seperti apa yang lebih kamu sukai, ceramah, diskusi kelompok atau yang lain? Mengapa? Siswa 1 : Diskusi kelompok karena lebih asik Siswa 2 : dijelaskan untuk dicatat, agar belajarnya lebih gampang tidak harus melihat
buku cetak.
Siswa 3 : Belajar sambil bermain, karena pelajaran yang kita pelajari tidak dipaksa masuk otak
108
KUTIPAN HASIL WAWANCARA SISWA
Wawancara kepada beberapa siswa yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran Nama Sekolah
: SMP Islam Al syukro
Tujuan Wawancara
: Mengetahui
persepsi
siswa
tentang
penggunaan
pembelajaran kooperatif model “Make A Match” dalam pembelajaran IPS
Wawancara siswa setelah tindakan: Peneliti
: Apakah kamu menyukai pembelajaran IPS dengan menggunakan model Make A Macth ini?
Siswa 1
: ya, dengan begitu kita bisa lebih teliti
Siswa 2
: ya, dengan begitu kita teliti dan lebih akrab
Siswa 3
: ya, menyukainya
Peneliti
: Apa yang kamu rasakan belajar IPS dengan menggunkan model Make A Macth?
Siswa 1
: Menyenangkan
Siswa 2
: Senang dan seru
Siswa 3
: Menyenangkan
Peneliti
: Metode manakah yang lebih kamu sukai, pembelajaran seperti biasa seperti ceramah dan diskusi kelompok atau pembelajaran kooperatif model Make A Macth? mengapa?
Siswa 1
: Semuanya suka
Siswa 2
: semuanya tapi lebih suka model make a match jadi belajar lebih gampang
Siswa 3
: Model make a match
Peneliti
: Bagian mana yang kamu sukai atau tidak kamu sukai dari Make A Macth ini?
Siswa 1
: menemukan pasangannya
Siswa 2
: Bagian mencari pasangan jawaban atau pertanyaan
Siswa 3
: Kadang-kadang g dapat pasangan 109
Peneliti
: Perbedaan apa yang kamu rasakan setelah belajar IPS dengan menggunakan model Make A Macth ini?
Siswa 1
: Terasa lebih seru dan ceria
Siswa 2
: Lebih beda dari yang lain
Siswa 3
: Lebih senang dan seru
Peneliti
: Adakah kemajuan yang kamu rasakan setelah belajar dengan menggunakan model Make A Macth ini?
Siswa 1
: Ada, caranya lebih seru
Siswa 2
: Ya ada
Siswa 3
: Ada, lebih teliti
Peneliti
: Apakah model Make A Macth ini memotivasi kamu untuk lebih mempelajari IPS?
Siswa 1
: Ya, lebih menyenangkan
Siswa 2
: insya Allah iya
Siswa 3
: Ya, sangat memotivasi
Peneliti
: Apakah kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran model Make A Macth ini?
Siswa 1
: Kadang-kadang bosen dan Kadang-kadang seru
Siswa 2
: kekurangnya sebel kalau belum menemukan pasangan, kelebihannya lebih seru
Siswa 3
: Kadang-kadang menyenangkan dan kadang bosen
Peneliti
: Apa kamu memiliki saran terhadap pembelajaran IPS menggunakan model Make A Macth agar menjadi lebih baik? Apa saran kamu?
Siswa 1
: Menggunakan model make a match lebih ditingkatkan lagi
Siswa 2
: Saran saya, kertas jangan warna biru terus dan dihias agar lebih aktif
Siswa 3
: Jangan terlalu jauh dipisah dari pasanganya.
110
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Febriayani Rofiqoh
Tempat/Tanggal Lahir
: Bogor, 18 Februari 1988
NIM
: 106015000700
Jurusan/Prodi
: Pendidikan IPS
Judul Skripsi
: “Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS ”
Dosen Pembimbing
: Dr. Muhammad Arif, M.Pd
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 05 November 2010 Mahasiswa Ybs,
Febriyani Rofiqoh NIM: 106015000700
111