KAJIAN FERTILITAS KETURUNAN ASLI KEPALA SUKU DAYAK HINDU BUDHA BUMI SEGANDU DALAM PERKEMBANGANNYA (Studi Kasus di Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu – Jawa Barat)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : ADITYA FAJAR SETIAWAN 1111015000067
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
(KAJIAN FERTILITAS KETURUNAN ASLI KEPALA SUKU DAYAK HINDU BUDHA BUMI SEGAI\DU DALAM PERKEMBANGANNYA" (Penelitian Deskriptif Kualitatif)
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana pendidikan
Disusun Oleh:
Aditva T'aiar Setiawan
NIM:
Panbimbing
1111015000067
I
Pembimbing
II
1---{ -/*:
Drs. H. Sv.arinulloh. M.Si
NIP:
Sodikin. M.Si
196709092007001 1033
Jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial Program Studi Sosiologi Antropologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatuttah Jakarta 2015
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No.
FoRM (FR)
Tgl.
: Terbit :
Dokumen
FITK-FR-AKD-087 1 Maret 2010
Jl. lr. H: Juanda No 95 Ciputat 15412 tndonesia
LEMBAR PENGESAHAN
PEMffi
skripsi yang berjudul Kajian Fertilitas Keturunan Asli Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Dalam perkembangannya di susun oleh Aditya Fajar Setiawan, NIM. 1111015000067, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengatahuan Sosial / Sosiologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai Karya Ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang muaqosah sesuai ketetapan yang ditentukan oleh fakultas.
Jakarta, November
Yang Mengesahkan
Pembimbing I
Drs. H. Svaripulloh. M.Si
NIP:
1967 09092007 00 1 I 033
M Pembimbing
II
Sodikin. M. Si
2015
: Terbit : No. Revisi: :
01
Hal
1t1
KETIENTERIAN AGATIIA
No.
UIN.'AKARTA
Tgl.
FORir (FR)
FITK Jl.
f.
H. Juartu No 95 Ciputat 15412
htua*t
Dokumen
FITK-FR-AKD-089 1 Maret 2010
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan dibawatr
ini,
Nama
Aditya Fajar Setiawan
TempaVTgl.Lahir
Tegal, 19 Desember 1992
NIM
I I I 1015000067
Jurusan/ Prodi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial / Sosiologi
Judul Skripsi
Kajian Fertilitas Keturunan Asli Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Dalam Perkembangannya
I Dosen Pembimbing II Doseo Pembimbing
Drs. H. Syaripulloh, M. Si
Sodikin, M.Si
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan sudah diuji dalam Ujian Munoqosah pada tanggat 26 November 2015, dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pemyataan
ini dibuat
sebagai salah satu syarat pendaftaran Wisuda.
Jakarta, 8 Desember 2015
Mahasiswa Ybs,
Aditva Faiar Setiawan I\[IM. 111101500m67
ABSTRAK Aditya Fajar Setiawan (NIM : 1111015000067), Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Judul Skripsi “Kajian Fertilitas Keturunan Asli Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Dalam Perkembangannya” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dari suatu budaya atau komunitas yang terdapat di lokasi desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Yaitu komunitas yang menyebut namanya dengan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. Komunitas ini lahir dari pemikiran seorang Kepala Sukunya yaitu Takmad Diningrat. Beliau adalah orang asli Indramayu yang memiliki ideologi yang berbeda, yang kemudian dikembangkan untuk keturunan dan pengikutnya. Metode yang digunakan selama penelitian adalah kualitatif deskriptif. Fokus penelitian ini lebih memusatkan bagaimana kehidupan keturunannya dalam perkembangannya. Untuk menjawab semua pertanyaan, maka peneliti mengambil data menggunankan tiga instrumen dasar dari penelitian kualitatif, yaitu dengan Wawancara, Observasi Lapangan, dan Dokumentasi. Teknik Wawancara digunakan guna memperoleh data – data yang perlu diketahui, Teknik Obervasi Lapangan digunakan untuk pembuktian di dalam hasil Wawancara, dan Dokumentasi digunakan untuk mengambil hasil rekaman atau foto – foto guna memperkuat data. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa dalam perkembangannya, terdapat hasil yang positif yaitu adanya peningkatan kualitas hidup dari keturunan kepala Suku Dayak. Untuk pembuktian dalam metode penelitian kualitatif deskriptif perlu adanya keabsahaan data, yang disebut dengan Kredibilitas. Meliputi memperpanjang pengamatan, meningkatkan Ketekunan, Triangulasi, dan menggunakan bahan referensi.
Kata Kunci
: Kajian Fertilitas, Keturunan Asli Kepala Suku, Dalam Perkembangan
ABSTRACT
Aditya Fajar Setiawan (student’s registration number 1111015000067), Department of Social Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, skripsi entitled “The Study of Fertility of the Development of the Original Generation of the Leader of Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Ethnic.” The objective of this study is to know the development of a culture or a community that is located in Krimun village, District Losarang, Indramayu city. It is a community that called themselves as Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Ethnic. This community was born from the idea of their Ethnic Leader named Takmad Diningrat. He is an original Indramayu people who has a different ideology, which then was developed into his generation and followers. The method used in this study is descriptive qualitative. This research focused on the development of their generation’s life. To answer all of the questions, the researcher collect the data using three basic instruments of qualitative research, these are Interview, Field Observation, and Documentation. Interview is used to gain the data that is needed to be known, Field Observation is used to prove the result of the interview, and Documentation is used to take records and pictures that aims to strengthen the data. Based on the result of the research, it is found that in the development, there is a positive result that is the improvement of life quality from the generation of the Leader of Dayak Ethnic. To verifying in descriptive qualitative research method, it is need the validity of the data that is called credibility. It includes lengthening observation, increasing diligence, triangulation, and using references.
Keywords: The Study of Fertility, the Original Generation of the Ethnic Leader, the Development.
KATA PENGANTAR Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir SKRIPSI. Shalawat serta salam semoga selalu Allah curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga juga para Sahabat – Sahabat beliau dan mudah – mudahan termasuk pula kita selaku Umat-Nya. Dalam Penyusuan laporan akhir skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
2.
Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
3.
Bapak Drs. H. Syaripulloh, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial sekaligus dosen pembimbing I
4.
Bapak Sodikin, M.Si selaku dosen pembimbing II
5.
Bapak Teuku Ramli Zakaria Dr. MA selaku dosen penasehat akademik
6.
Para dosen – dosen yang memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya di Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.
7.
Riki Andrian dan Fari Agung Setiadi selaku teman dan team dalam penyusunan skripsi ini
8.
Kedua orang tua yang saya hormati dan saya cintai, yang selalu mendoakan di setiap doa dan selalu memberikan dukungan moril maupun materil
9.
Kedua kakak saya yang ikut memberikan dukungan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Indah Puji Asih yang tidak bosan – bosannya menemani dan memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. viii
11. Teman – Teman PPKT Sabillilah ( Hariyanto,Muhammad Fadly, Lisnawati, Ahmad Maulana, Ellen Firdhiyana,Retna Apriliani, Ade Julia, Abdul Basith, Rinda, Mira Rosiana,Fuji Hastuti, Asep Priatna, Azmah Auliya, Annisa Marifah, dan Dhiya) atas semangat, dan motivasinya selama pelaksanaan proses penyelesaian skripsi ini. 12. Dan Teman – Teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial seluruh angkatan 2011, terutama teman – teman satu kosan. (Imam Munandar, Antoni widodo,Moh. Ibnu Ardhani, dan M. Nurul Huda) yang senantiasa berbagi dalam segala hal. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari pihak – pihak yang telah membantu di dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.
Jakarta, November 2015
Aditya Fajar Setiawan
ix
DAFTAR ISI ABTRAK KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 8 C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 8 D. Rumusan Masalah ................................................................................ 9 E. Tujuan dan Signifikasi Masalah ........................................................... 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN KONSEPTUAL A. Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ........................ 11 B. Definisi Fertilitas.................................................................................. 18 C. Faktor – Faktor Fertilitas...................................................................... 20 D. Pendidikan ............................................................................................ 23 E. Pekerjaan .............................................................................................. 24 F. Pandangan hidup .................................................................................. 26 G. Kerangka Konseptual ........................................................................... 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 34 B. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 36 C. Metodelogi Penelitian .......................................................................... 36 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 37 E. Keabsahaan Analisis Data .................................................................... 39 x
a. Perpanjangan pengamatan ........................................................ 38 b. Meningkatkan ketekunan ......................................................... 39 c. Triangulasi................................................................................ 39 d. Menggunakan bahan referensi ................................................. 40 F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 41 a. Reduksi Data ............................................................................ 41 b. Data Display / Penyajian Data ................................................. 42 c. Verifikasi / Menarik Kesimpulan ............................................. 42 BAB IV PEMBAHASAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ............................................................... 43 B. Biografi Takmad Diningrat .................................................................. 50 C. Pandangan Dinas Pendidikan Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ........................................... 55 D. Pandangan Dinas Pemuda, Olahraga,Budaya,dan Pariwisata Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ................................................................................................ 57 E. Pandangan Dinas Catatan Sipil Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ........................................... 59 F. Pandangan Kantor Kuwu Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu .................................................... 60 G. Pandangan Tokoh Masyarakat Sekitar Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu .................. 62 H. Deskripsi Analisis Data ........................................................................ 64 I. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 66
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 72 B. Saran ..................................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73 LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL 3.1 Time Schedule Penelitian................................................................................ 35 4.1 Keluarga Ketua Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ............................ 64 4.2 Anak Keturunan Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu .............. 64 4.3 Cucu Keturunan Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu .............. 65
xiii
DAFTAR GAMBAR 2.1 Kerangka Konseptual ...................................................................................... 32 3.1 Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu ............. 34 4.1 Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ....................................... 43 4.2 Ketua Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ........................................... 50
xiv
Data Lampiran
Lampiran 1
: Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
: Surat Izin Penelitian
Lampiran 3
: Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 4
: Menetapkan Informan
Lampiran 5
: Catatan Lapangan
Lampiran 6
: Menentukan Tema Budaya
Lampiran 7
: Mencatat dan Menulis Profil Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Lampiran 8
: Foto – Foto Suku Dayak Losarang
Lampiran 9
: Denah Lokasi
Lampiran 10
: Pedoman Wawancara
Lampiran 11
: Matrik Wawancara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beribu – ribu pulau seperti yang dikemukan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2004 adalah sebanyak 17.504 buah. 7.870 diantaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama. Dari sekian banyak pulau yang ada di indonesia inilah yang menjadikan salah satu faktor timbulnya beragam budaya, seperti beragamnya bahasa,pakaian, rumah adat serta adat istiadatnya, maka dari itu indonesia sering disebut juga masyarakat multikultural. Pembahasan tentang masyarakat, seperti yang diungkapakan di atas, tidak lengkap tanpa membahas mengenai kebudayaan, masyarakat yang ungkapan di atas, sifatnya masih statis, sementara sisi dinamis dari masyarakat itu terletak dalam kebudayaan, yang mana Indonesia adalah negara yang memiliki banyak kebudayaan. Secara etimologis kebudayaan artinya culture berasal dari kata budi, yang diambil dari bahasa sangsekerta, artinya kekuatan budi atau akal. Sehingga kebudayaan diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan dengan akal. Adapun secara terminologis, terdapat beberapa definisi mengenai kebudayaan, diantaranya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Paul B. Horton dan Chester L Hunt, Sebagai segala sesuatu yang dipelajari dan dialami berssama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat.1 Bukan hanya faktor geografi yang membuat Indonesia memiliki banyak budaya, namun tidak dipungkiri ada faktor sosial di dalamnya, seperti pertemuan – pertemuan dengan budaya luar yang masuk ke Indonesia dan
1
Bambang Pranowo. Sosiologi sebuah pengantar.(Tanggerang : Laboratorium sosiologi agama), h. 132
1
2
membentuk
kebudayaan
yang
baru
(Asimilasi).
Kemudian
juga
berkembangnya dan meluasnya agama – agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia, sehingga mencerminkan kebudayaan agama atau aliran tertentu. Sehingga bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat heterogeenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan. Dengan keanekaragaman kebudayaannya sehingga Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lain. Dalam Kamus Inggris – Inggris, Oxford, kebudayaan diartikan sebagai culture yang berarti perkembangan pemikiran (mind) dan kerohanian (spirit) sekelompok manusia, melalui latihan dan pengalaman. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebudayaan adalah keseluruhan ngkungan serta pengalamannya yang menjadi pedoman tingkah laku manusia.2 Berbicara tentang berbagai macam budaya yang ada di Indonesia ternyata sangat sedikit masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang keberadaan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, masyarakat hanya mengetahui keberadaan dayak yang berada di Kalimantan, namun sangat wajar karena suku dayak ini sangat berbeda dengan suku dayak yang ada di Kalimantan, mereka cenderung ekstrim tentang pemikiran agama,ideologi,serta apa yang mereka yakini. Jika di Kalimantan adalah Suku Dayak yang merupakan suatu etnis asli dari Kalimantan, namun di Indramayu memiliki arti yang sangat jauh berbeda, di Indramayu sendiri muncul kebudayaan baru ini dikarenakan pemikiran atau ideologi dari salah seorang ketuanya yaitu Takmad Diningrat, beliau adalah pendiri dari “Suku Dayak Hindu - Budha Bumi Segandhu” singkat cerita Suku yang ia maksud artinya adalah kaki (tempat berpijak),dan dayak artinya diayak (pilihan) begitu juga Hindu artinya kandungan, Budha artinya wudha
2
Andre Ata Ujan, dkk., Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan, (Jakarta, PT Indeks, 2011), h.22
3
(telanjang) serta Bumi Segandu adalah nama tempat pertama suku ini didirikan. Dari penjabaran itu bisa disimpulkan manusia dilahirkan dengan keadaan telanjang dari rahim seorang wanita, maka dari itulah seorang pria harus patuh terhadap istri dan anaknya sebagai titipin dari sang pemberi. Menurut Coomans (1987) Istilah Dayak mempunyai konotasi merendahkan sehingga ada yang lebih suka menamakannya dayak. Di kalangan Dayak itu sendiri terdapat keragaman yang besar antara suku yang satu dengan yang lainya dari sudut bahasa, kesenian, upacara upacara, arsitektur rumah dll. Namun ciri – ciri yang penting dari suku – suku Dayak adalah bertempat tinggal di pedalaman, di teori dan di lembah – lembah sungai, sistem pertanian berladang, mempraktekkan mengayau di masa silam, dan agama tradisional yang menamakan Kaharingan.3 Dayak merupakan sekumpulan masyarakat atau komunitas yang memiliki ciri khas dan adat istiadat yang unik, seperti cara mereka berpakaian, mencari makanan, melakukan ritual di hari tertentu, ciri khas rumah adatnya. Namun ciri yang paling khas adalah mereka hidup di pedalaman masyarakat, dan bekerja sebagai petani dan nelayan. Agama atau keyakinan mereka pun adalah agama keyakinan dari nenek moyang terdahulu. Dayak Hindu – Budha Bumi Segandu atau lebih dikenal secara umum dengan sebutan “Dayak Losarang Indramayu” merupakan sebuah komunitas yang memiliki kepercayaan, adat istiadat dan gaya hidup yang unik dayak ini berasal asli dari Indramayu, Dayak indramayu adalah nama panggilan Suku Hindu Budha Bumi Segandu yang bermukim di kampung Krimun kecamatan Losarang kabupaten Indramayu. Aliran ini ada semenjak tahun 1973 yang terbentuk atas prakarsa Takmad Diningrat.4 Dulunya beliau adalah seorang guru pencak silat, namun karena keprihatinannya atas orang – orang yang menyalah gunakan pencak silat untuk kejahatan dan kesombongan maka beliau membentuk perkumpulan yang
3
Masri Singarimbun, Penduduk dan Perubahan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), h.
258. 4
Aap, Abe, Dayak Dermay, Disesatkan MUI Tapi Disayang Warga Indramayu (The Official Site of Desatara Foundation: Desantara.org, 2007
4
mengajarkan hidup yang bersahaja, tentang kebaikan dan tata cara hidup yang bersahabat dengan alam atau dengan kata lain mereka menyebutnya ngaji rasa. Perbedaan dari kebanyakan orang yang telah mengundang banyak perhatian. Terlihat dari cara berpakai yang unik seperti : Celana kolor warna hitam Putih, sabuk bambu bertuliskan matra – matra yang dijadikan jimat, penutup kepala yang berbentuk kerucut, kalung yang melingkari leher dan gelang di tangan disandangnya hingga terlihat garang. Tempat tinggalnya pun berbaur bersama penduduk kampung Krimun.5 Dulu, pada masa penjajahan nama dayak sering digunakan sebagai kata ejekan, ketika seorang menyimpang dari norma – norma Islam. Bahkan ikan dan terasi busus di took pun disebut Dayak. Anjing kurus dan kurap disebut Dayak. Dayak mempunyai arti negatif, kafir, tidak tahu aturan liar, terbelakang dan tidak berbudaya.6 Namun Suku Dayak di Indramayu tidak ada sama sekali hubungannya dengan dayak kalimatan, arti Dayak di indramayu bermakna manusia bersatu dengan lingkungan alam atau menurut mereka disebut dengan ngaji rasa. Dayak berasal dari kata ayak (nama sebuah alat penyaring). Jadi banyak Dayak artinya orang – orang pilihan, hasil seleksi, saringan atau ayakan alam. Dan Hindu - Budha itu pun bukan sebuah agama. Ini yang membuat masyarkat salah paham terhadap komunitas ini. Arti sebenarnya adalah Hindu berarti lahir dan Budha bermakna telanjang yang bisa disimpulkan kita terlahir dari kandungan seorang wanita dalam keadaan telanjang. Sedangkan Bumi Segandhu adalah nama tempat tinggal.7 Masyarakat suku Dayak bekerja sebagai petani dengan cara yang masih tergolong tradisional, menurut mereka kerja apa saja yang penting berusaha untuk mencari makan. Keberadaan komunitas ini sudah sangat lama serta
5
Dikutip dari Skrispi: Saripuddin “Integrasi Sosial Suku Dayak Indramayu”, Skripsi pada sekolah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009, h. 3, tidak diterbitkan 6 Dikutip dari Skripsi : Saripuddin “Integrasi Sosial Suku Dayak Indramayu”, Skripsi pada sekolah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009, h. 3, tidak diterbitkan 7 Takmad Diningrat, Wawancara survey (sabtu, 18 oktober 2014).
5
pengikut dari aliran ini semakin lama semakin bertambah, bukan hanya masyarakat sekitar tapi banyak dari daerah lain yang menganut ajaran pak Takmad. Eksistensi Dayak Indramayu tidak saja tanpa hambatan, pada tahun 2007 mereka menerima tuduhan dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) menegenai fatwa sesat Walaupun demikian eksistensi komunitas ini tetap berjalan seperti biasa.8 Karena yang namanya komunitas apapun itu tidak terlepas dari dukungan masyarakat sekitarnya. Hal ini di buktikan dari bagaimana aliran ini beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Fatwa sesat yang dikeluarkan oleh MUI tidak merubah apapaun, nyatanya aliran ini tetap ada. Walaupun sudah dikatakan sesat namun tetap berjalan bahkan semakin banyak pengikut dari kota / daerah lainnya dan bertambahnya dari faktor perkawinan serta kelahiran. Inilah yang menjadi pertanyaan besar untuk penelitian, aliran atau pemikiran apa sehingga MUI menentang serta berapa angka kelahiran per tahunnya sehingga suku dayak Takmad diningrat semakin berkembang dan tetap eksis. Selain mendapat fatwa sesat dari MUI Kabupaten Indramayu, Komunitas ini juga mendapat perlakuan diskriminasi dari Dinas Kabupaten Indramayu, mereka di diskriminasi karena komunitas ini tidak mau membuat KTP, KK dan Akta Kelahiran sebagai identitas dan sebagai tanda penduduk Indramayu. Sehingga mereka tidak pernah dianggap sebagai budaya Indramayu, bukan karena hal itu saja budaya mereka dianggap menyimpang dari budaya asli indramayu sendiri. Semakin banyaknya persoalan yang dihadapi masyarakat maupun komunitas tentang masalah pertumbuhan dari beberapa kelompok minoritas maka perlu untuk mengkaji yang ada dengan bebagai alternatif. Banyak
8
Antara news, Dayak Indramayu abaikan vonis Mui, (Antara.com,2007) di unduh tanggal 12 Oktober, Pukul 12.30 WIB
6
kelompok minoritas yang dianggap sudah hilang karena tidak adanya antisipasi pembacaan dan pengetahuan mengenai potensi untuk bertahan dan menjaga eksistensinya. Dalam kasus diatas maka perlu adanya penelitian dan observasi agar semuanya lebih mudah, maka pengamatan akan fertilitas sangat penting guna mencari informasi tentang keberadaan komunitas serta informasi tentang perkembangan keturunannya. Pengamatan akan adanya pendataan bisa mencegah atau menimimalisir adanya diskriminasi sosial, dan usaha untuk mendapat pengakuan. Fertilitas sebagai Istilah demografi diartikan sebagai hasil repoduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan repoduksi manusia. Fertilitas merupakan performan repoduksi actual dari seoarang atau sekelompok individu, yang pada umumnya dikenakan pada seorang wanita atau sekelompok wanita, atau bisa diartikan fertilitas adalah kemampuan – kemampuan menghasilkan keterunan yang dikatikan dengan kesuburan wanita.9 Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari wanita yang tergolong subur dan tidak subur belum tersedia. Menurut Easterlin tingkat fertilitas sebagiannya ditentukan oleh karakteristik latar belakang seperti persepsi nilai anak, agama, kondisi pemukiman, pendidikan, status kerja, umur kawin pertama, pendapatan, kematian bayi/anak. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap fertilitas yang didasarkan atas karakteristik di atas.10
9
Jurnal Sri Yuniarti “Analisis yang berhubungan dengan Fertilitas suatu kajian yang literatur 10 Ibid.,
7
Berbicara tentang fertilitas (kelahiran), fertilitas sangat dekat kaitannya dengan yang namanya pertambahan atau pertumbuhan penduduk disuatu desa, kota, komunitas maupun sebuah negara, yang bisa dihitung dengan data statistic. Fertilitas merupakan salah satu upaya untuk mengetahui banyak atau sedikitnya jumlah penduduk dalam wilayah tertentu apakah wilayah tersebut merupakan wilayah dalam kategori cepat atau lambat dilihat dari pertumbuhan penduduk dari segi kelahiran. Namun penulis lebih memfokuskan dalam penelitian ini kepada jumlah angka kelahiran anak yang hidup dan melihat kualitas anak dari kepala suku dayak hindu budha bumi segandhu, apakah angka fertilitas keturunannya (anak dan cucunya) merupakan salah satu faktor dari pengakuan keberadaan komunitas ini hingga sekarang, serta bagaimana pendidikan, pekerjaan serta bagaimana pandangan hidup anak dan cucu dari Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dalam perkembangannya. Di tengah – tengah kebudayaan Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu tidak mementingkan pendidikan , pekerjaan yang layak dan pandangan hidup yang kembali lagi ke arah primitif, apakah ajaran – ajaran mereka berkembang dan turun – temurun hingga ke anak cucu mereka. Berdasarkan latar belakang di atas,untuk merucutkan penelitian penulis tertarik untuk mengetahui jumlah keturunan Kepala Suku Dayak losarang serta bagaiamana gerak perkembangannya, apakah keturunannya mengikuti ajaran yang selama ini ia kembangkan atau memilih kehidupan yang normal seperti masyarakat pada umumnya, pembuktiaannya dapat dilihat dari data tingkat pendidikan, pekerjaan serta pengamatan akan Pandangan hidup
anak dan
cucunya. Adapun judul penelitian ini adalah : KAJIAN FERTILITAS KETURUNAN ASLI KEPALA SUKU DAYAK “HINDU BUDHA BUMI SEGANDHU” DALAM PERKEMBANGANNYA
8
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat di identifikasi beberapa masalah yang berkaitan dalam pembahasan dari suku dayak losarang atau dayak hindu budha bumi segandu a.
Sejarah Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu lahir dari perenungan seorang Kepala Suku
b.
Terdapat Data fertilitas anak hidup keturunan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
c.
Keterkaitan fertilitas dengan perkembangan keluarga kepala Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terpusat atau terarah dari sasaran pokok pembahasan penelitian, maka peneliti menfokuskan kepada pembahasan masalah – masalah yang di batasi dalam konteks permasalahan sebagai berikut: a.
Meniliti sejarah singkat tentang awal berdirinya Suku Dayak Hindu – Budha Bumi Segandhu
b.
Meneliti data fertilitas anak hidup keturunan asli Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
c.
Meneliti perkembangan Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dari data fertilitas keluarga kepala suku
9
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah yang dapat membuat dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : a.
Bagaimana awal terjadinya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu
b.
Bagiamana keadaan angka kelahiran (Fertilitas) keturunan hidup kepala suku dayak losarang
c.
Bagaimana gerak perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu jika dilihat dari pendidikan, pekerjaan dan pandangan hidup keturunannya (Kepala Suku Dayak Losarang)?
E. Tujuan dan Signifikansi Masalah 1.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a.
Untuk mengkaji dan menganalisis tentang sejarah komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu.
b.
Untuk mengetahui jumlah anak yang hidup dari kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu.
c.
Untuk mendata dan menganalisis gerak perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dilihat dari keturunan Kepala Suku.
2.
Signifikasi penelitian a. Manfaat teoritis 1.
Menjadi bahan referensi bagi para ilmuwan dan peneliti khususnya di bidang ilmu pengetahuan sosial konsentrasi Sosiologi – Antropologi
2.
Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam kajian Sosiologi – Antropologi dan kebudayaan Indonesia.
10
b. Manfaat praktis Secara praktis manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Mejadi bahan masukan bagi para mahasiswa dan masyarakat dalam memahami kehidupan sosial yang terjadi pada suatu kelompok budaya atau komunitas.
2.
Bagi UIN JKT, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang kebudayaan.
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Komunitas Suku Dayak Hindu – Budha Bumi Segandhu Pasti kita pernah mendengar kata suku dayak, suku dayak adalah suku asli dari Kalimantan. Namun yang perlu diketahui di suatu perkampungan di desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu ada yang mengaku dan menyebut dirinya Suku Dayak, mereka menyebutnya dengan Suku Dayak Hindu – Budha Bumi Segandu Dermayu. Namun suku ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan dayak Kalimantan. Suku Dayak Losarang muncul dari pemikiran seorang Takmad yang dulunya seorang guru silat, yang kemudian belajar ilmu bathiniah tentang ilmu alam. Walapun penampilan mereka seperti halnya Suku Dayak pada umumnya, mereka merupakan bagian dari Wong Dermayu atau penduduk dayak Indramayu. Hanya saja mereka memiliki cara pandang, kepercayan, dan berpakaian yang berebeda . Suku Dayak Indramayu” hidup di tengah-tengah masyarakat sekitarnya, akan tetapi dalam beberapa hal, mereka mengisolasikan diri dari lingkungan masyarakatnya. Misalnya, untuk tempat tinggal dan tempat peribadatan (ritual) mereka, dibentengi dengan dinding yang cukup tinggi dan diberi ornamen lukisan-lukisan. Di dalam benteng ini terdapat beberapa bangunan yang terdiri atas: rumah pemimpin suku, pendopo, pesarean, pesanggrahan, dan sebuah bangunan rumah tinggal salah seorang pemimpin suku. 1 1. Asal – Asul Kelompok Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Menurut Toto Sucipto, asal mula kelompok Suku Dayak Indramayu ini terkait erat dengan perjalanan hidup Takmad Diningrat (ketua komunitas Suku Dayak Losarang). Ia seseorang yang berasal dari
1
Toto Sucipto,dkk. (www.rajaebookgratis.com) diakses pada tanggal 10 September pukul
10.50
11
12
sebuah desa yang bernama desa Segandu. Menurut penuturannya, Ia adalah seorang yatim dalam kandungan, yaitu ayahnya meninggal ketika ia sedang dikandung oleh ibunya dalam usia kandungan 3 bulan. Ia pun selama ini tidak mampu untuk mengikuti pendidikan formal dan tidak pernah mengaji (belajar ilmu agama) seperti anak lain seusianya, karena terbentur masalah biaya. Itu pula sebabnya, hingga sekarang ia tidak bisa membaca dan menulis. Ia tidak begitu fasih berbahasa Indonesia. Ia hanya menguasai bahasa Jawa Indramayu. Menginjak remaja, Takmad bekerja sebagai kuli pelabuhan yang berpindah-pindah dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain. Di beberapa tempat yang disinggahinya, ia belajar ilmu bela diri (silat). Salah seorang guru silat yang diseganinya adalah Midun (orang Aceh). Ketika ia kembali ke daerah asalnya di desa Segandu, ia menyunting seorang gadis dari desa itu dan kemudian memperistrinya. Dari hasil perkawinannya itu, mereka mempunyai 11 orang anak, terdiri atas 3 anak wanita, dan 8 anak pria. Dari kesebelas orang anaknya, 6 diantaranya telah meninggal akibat terserang penyakit. Kini ia hidup bersama istri dan 5 (lima) orang anak.Komunitas ini menamakan dirinya dengan sebutan Suku dayak hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, berdasarkan penjelasan warga komunitas ini adalah sebuah penanaman Suku Dayak yang memiliki arti sendiri menurut mereka2 Di desa tempat kelahirannya, ia pun kemudian mengembangkan ilmu yang dimilikinya baik ilmu kebathinan maupun ilmu kanuragan. Semula hanya istri dan anak-anaknya saja yang menjadi pengikutnya, akan tetapi kemudian ada juga beberapa warga masyarakat terdekat yang menjadi anggota perguruannya. Tahun 1974, ia mendirikan perguruan yang mengajarkan ilmu kanuragan dengan nama Silat Serbaguna. Pada tahun 1976 berganti nama menjadi Jaka Utama. Beberapa tahun kemudian, perguruan ini mulai ditinggalkan murid – muridnya karena beberapa hal, antara lain ingin mendalami ilmu di tempat lain. Takmad sendiri tidak pernah mengikat dan memaksa murid – muridnya untuk selalu mengikuti ajaran – ajarannya.3 Setelah ditinggalkan murid-muridnya, Takmad memperdalam ilmunya, khususnya ilmu kebathinannya dengan berguru pada alam, Setelah sekian lama
2
Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku Dayak Bumi Segandu Indramayu, 1999, h. 5, (http//www.rajaebookgratis.com). 3
Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku Dayak Bumi Segandu Indramayu, 1999, h. 6, (http//www.rajaebookgratis.com).
13
memperdalam ilmu kebathinannya, ia pun merasa mendapat pemurnian diri. Dari hasil pengkajian ilmu kebathinannya ini, akhirnya ia menemukan falsafah hidup tentang kebenaran yang ia yakini bersumber dari Nur Alam (cahaya alam), yaitu bumi dan langit. Bumi dan langit ini kemudian diungkapkan dalam bentuk simbol warna hitam dan putih pada celana kutung yang dipergunakan dalam keseharian dan menjadi identitas mereka. Warna putih melambangkan langit/kesucian, sedangkan warna hitam adalah lambang bumi. Pada tahun 1990-an, Takmad mendirikan Padepokan Nyi Ratu Kembar Jaya di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Sejak itu, pengikutnya semakin banyak. Adapun tanah yang kini menjadi padepokan kelompok ini adalah warisan dari mertua Pak Takmad.4 Asal mula Komunitas Suku Dayak Losarang tidak akan pernah lepas dari seorang kepala suku komunitas ini dan tidak ada campur tangan dari pemerintahan. Komunitas Suku Dayak Losarang muncul dari hasil pemikiran perenungan dari Takmad, tidak ada campur tangan dari pemerintah karena berawal dari sejarah alam guna mencari pemurnian diri dari hasil pengkajian ilmu kebathinannya yang menjadi falsafah hidup dan identitas diri pada komunitas ini. 2. Penanaman Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Suku Dayak Losarang atau Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu bukan sebuah suatu suku bangsa (etnik) yang biasa kita tahu suku dayak yang berada di Kalimantan, secara visual mempunyai beberapa kesamaan, yakni mereka (Kaum Lelaki) sama – sama tidak memakai baju dan hanya mengenakan aksesoris berupa kalung dan gelang kayu (tangan dan kaki). Penyebutan Suku pada komunitas ini bukan dalam konteks terminologi Suku Bangsa (etnik) dalam pengertian antropologis, melainkan penyebutan istilah yang diambil dari makna kata – kata dalam bahasa daerah indramayu.
4
Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku Dayak Bumi Segandu Indramayu, 1999, h. 6, (http//www.rajaebookgratis.com).
14
Adapun filosofi dari sebuah nama Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu yang mereka jabarkan dari arti perkatanya yaitu : a.
Kata Suku artinya kaki, yang mengandung makna bahwa setiap manusia berjalan dan berdiri diatas kaki masing – masing untuk mencapai tujuan sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya masing – masing.
b.
Kata Dayak berasal dari kata ayak atau ngayak yang artinya memilih atau menyaring. Makna kata dayak di sini adalah menyaring, memilah dan memilih mana yang benar dan mana yang salah.
c.
Kata Hindu artinya kandungan atau rahim. Filosofinya adalah bahwa setiap manusia dilahirkan dari kandungan sang ibu (perempuan).
d.
Sedangkan kata
Budha, asal dari kata wuda, yang artinya telanjang.
Makna filosofinya adalah bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang. e.
Selanjutnya adalah kata Bumi Segandu Indramayu. Bumi mengandung makna wujud, sedangkan segandu bermakna sekujur badan. Gabungan kedua kata ini, yakni “ Bumi Segandu” mengandung makna filosofis sebagai kekuatan hidup.
f.
Adapun kata Indramayu, mengandung pengertian : In maknanya adalah inti; Darma artinya orang tua, dan kata Ayu, maknanya perempuan. Makna filosofisnya adalah bahwa ibu (perempuan) merupakan sumber hidup, karena dari rahimnyalah kita semua dilahirkan. Itu sebabnya mereka sangat menghormati kaum perempuan, yang tercemin dalam ajaran dan kehidupan mereka sehari – hari.
3.
Ritual Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Ritual yang dijalankan oleh anggota suku Dayak Hindu-Budha Bumi
Segandu Indramayu dilakukan pada setiap malam jumat kliwon, bertempat di Pendopo Nyi Ratu Kembar. Beberapa puluh orang laki-laki bertelanjang dada dan bercelana pendek putih-hitam, duduk mengelilingi kolam kecil di dalam Pendopo. Sementara itu kaum perempuan duduk berselonjor di luar Pendopo. Ritual diawali dengan melatunkan Kidung Alas Turi Dan Pujian Alam secara
15
bersama-sama. Salah satu bait dari Pujian Alam tersebut berbunyi sebagai berikut: “Ana kita ana sira, wijile kita cukule sira jumlae hana pira, hana lima Ana ne ning awale sira, Robahna ya rohbana Robahna ya rohbana Robahna batin kita Ning dunya sabarana Benerana, jujurana nerimana, uripana, warasana, cukulana, openana, bagusana” 5 Bacaan – bacaan diatas merupakan ritual yang selalu Komunitas ini panjatkan setiap malam jumat kliwon, bacaan tersebut menggunakan bahasa jawa Cirebon ,yang mana merupakan karangan dari filosofi pengalaman hidup seorang kepala sukunya yaitu Takmad Diningrat, dalam bahasa indonesia artinya : Ada (pada) saya ada (pada) kamu, lahirnya saya tumbuhnya kamu, jumlahnya ada berapa, Jumlahnya ada lima. Adanya di badan kita, Robahna ya robana, rubahnya batin kita. Di dunia sabar, benar, jujur, nerima, hidup, sembuh (sadar), tumbuh dirawat, (supaya) bagus Melantunkan kidung dan pujian alam adalah kegiatan ritual mereka yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok ini sehari-hari. Kegiatan secara masal hanya dilakukan pada setiap malam jumat kliwon.
5
Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku Dayak Bumi Segandu Indramayu, h. 9, (http//www.rajabookgratis.com).
16
Selesai melantunkan kidung dan pujian alam, pemimpin kelompok, Takmad Diningrat, Medar (menceritakan) pewayangan, tentang kisah Pendawa lima dan guru spritual meraka, Semar. Usai paparan wayang, Takmad memberikan petuah-petuah kepada para pengikutnya. Paparan wayang dan petuah ini berlangsung hingga tengah malam. Usai itu, para lelaki menuju ke sungai yang terletak di belakang benteng Padepokan. Di sungai dangkal itu mereka berendam dalam posisi terlentang, yang muncul hanya mukanya saja. Mereka berendam hingga matahari terbit. Ritual berendam tersebut disebut kungkum. Siang harinya, di saat matahari sedang terik, mereka berjemur diri yang berlangsung mulai dari sekitar jam 9 pagi sampai tengah hari, ritual berjemur ini disebut pepe. Setiap kebudayaan atau komunitas pasti memiliki ciri khas dan adat istiadat masing - masing,baik dari cara mereka berpakaian, rumah adat dan ritual – ritual yang dijalakan, seperti halnya komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu pun memiliki ritual yang dijelaskan diatas yaitu Ritual Kungkum (Rendam) dan Pepe (Berjemur), mereka melakukan ritual seperti itu dengan ada tujuan dan fungsinya. Laku Kungkum atau ritual rendam berfungsi sebagai menahan rasa sabar dari rasa dingin yang menusuk dimalam hari, dan Laku Pepe atau ritual berjemur berfungsi untuk belajar rasa sabar dari rasa panasnya terik matahari disiang hari Ritual-ritual pada dasarnya adalah sebagai upaya mereka menyatukan diri dengan alam, serta cara mereka melatih kesabaran. Semua ini dilakukan tanpa ada paksaan. Bagi yang mampu silakan melakukannya, tapi bagi yang tidak mampu, tidak perlu melakukan, atau lakukan semaunya saja.6
6
Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku Dayak Bumi Segandu Indramayu., h. 11, (http//www.rajabookgratis.com).
17
4. Partisipasi Kelompok Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu terhadap Pemerintahan, Sosial, dan Politik Komunitas Suku Dayak Losarang tidak mau untuk terikat dengan aturanaturan formal, terbukti dari keengganan mereka membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP). Padahal kepemilikan KTP dan identitas kependudukan atau kewarganegaraan adalah hak sipil bagi semua warga negara yang telah cukup umur. Salah satu penyebab keengganan warga kelopok ini untuk memenuhi hak sipil mereka adalah karena adanya keharusan mengisi kolom agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam format KTP, sementara mereka tidak mengikatkan diri pada salah satu agama maupun organisasi kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sikap komunitas ini bersikap demikian karena selama perjalanan hidup ketua Sukunya banyak mengalami penderitaan, kesengsaraan, dan kemiskinan. Komunitas ini merasa kecewa dengan sikap dan perilaku para pemimpin pemerintahan, para politisi dan pemimpin partai, serta para penganut agama yang menurut pandangannya sudah banyak menyimpang dari hukum formal maupun ajaran-ajaran agamanya. Akibat dari rasa kecewa ini, memutuskan untuk tidak mengikatkan diri dengan segala peraturan pemerintahan, maupun peraturan agama manapun. yang berprinsip bahwa kebaikan dan kebenaran tidak bisa dipaksakan, melainkan datang dari diri sendiri masing-masing orang. Oleh sebab itu, Takmad dan pengikutnya, tidak mau menjadi umat atau penganut dari salah satu agama besar yang ada di Indonesia.7 Di samping itu, merekapun tidak mau mengikatkan diri dengan salah satu kelompok, golongan, maupun partai politik. Itu pula sebabnya, ketika negara ini tengah melangsungkan pesta demokrasi pemilihan umum, baik pemilu legislatif maupun pemilihan presiden, mereka memutuskan untuk tidak memilih salah satu kandidat maupun partai, dan mereka lebih memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Dalam hal hubungan kemasyarakatan, mereka biasa bergaul dengan warga masyarakat sekitar walaupun sangat terbatas, karena penampilan keseharian mereka yang sangat berbeda dengan warga masyarakat lainnya.
7
Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku 11,(http//www.rajabookgratis.com).
Dayak
Bumi Segandu
Indramayu.,h
18
Warga masyarakat sekitar mereka dalam keseharian biasa mengenakan baju kemeja atau kaos oblong (nglambi), sedangkan warga komunitas Suku Dayak Losarang hanya bertelanjang dada (blegiran). Keterbatasan mereka dalam hubungan kemasyarakatan ditandai dengan tidak aktifnya mereka berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong kerja bakti yang biasanya diarahkan oleh aparat desa melalui pengurus daerah (RW) setempat. Untuk kegiatan-kegiatan seperti ini mereka biasanya mengabaikan. B. Definisi Fertilitas Kelahiran atau Fertilitas merupakan salah satu indikator, kualitas penduduk, karena indikator – indikator kelahiran ini sangat berguna untuk menentukan kebijakan dan perencanaan program pembangunan sosial terutama kesejahteraan ibu dan anak.8 Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. Salah satu komponen yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran (fertilitas) yang bersifat menambah jumlah penduduk. 8
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Indramayu Tahun 2004., Hal 46.
19
Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita (fekunditas).9 Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari wanita yang tergolong subur dan tidak subur belum tersedia. Ada petunjuk bahwa di beberapa masyarakat yang dapat dikatakan semua wanita kawin dan ada tekanan sosial yang kuat terhadap wanita/ pasangan untuk mempunyai anak, hanya sekitar satu atau dua persen saja dari mereka yang telah menjalani perkawinan beberapa tahun tetapi tidak mempunyai anak. Seorang wanita dikatakan subur jika wanita tersebut pernah melahirkan paling sedikit seorang bayi. Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas (kematian) karena seorang wanita hanya meninggal sekali, tetapi dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Kompleksnya pengukuran fertilitas ini karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal). Seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya, seorang wanita yang telah melahirkan seorang anak, tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.10 Persepsi nilai terhadap anak akan mempengaruhi keputusan orang tua untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan. Banyak manfaat yang bisa diperoleh orang tua dengan adanya kehadiran anak dalam keluarga, diantaranya adalah manfaat secara ekonomi, bio-fisiologis, emosional dan spiritual. Persepsi tentang nilai anak dari segi bio-fisiologis adalah kehadiran anak merupakan sebagai penerus keturunan keluarga dan dapat membuktikan bahwa seseorang itu subur. Untuk persepsi tentang nilai anak dari segi emosional yaitu kehadiran anak dapat mendatangkan suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi orang tuanya serta dapat menghilangkan rasa sepi yang selama ini telah dialami.
9
Jurnal Sri Yuniarti, Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Fertilitas Suatu Kajian Literatur, h. 3 10 Ida Bagus Mantra, Demografi Umum, Edisi kedua ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar offset, 2013), hal 145.
20
Persepsi tentang nilai anak jika dilihat dari segi spiritual adalah anak diharapkan bisa mendoakan orang tua dan menjadi anak yang taat pada agama. Menurut Robinson (2000) ada tiga macam kegunaan anak, yaitu: 1) sebagai suatu barang konsumsi, misalnya sebagai sumber hiburan, 2) sebagai suatu sarana produksi, yakni anak diharapkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu yang menambah pendapatan keluarga, 3) sebagai sumber ketenteraman, baik pada hari tua maupun sebaliknya. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi fertilitas, diantaranya pendidikan, pekerjaan, pendapatan, umur kawin pertama, persepsi nilai anak, kematian bayi/balita dan unmet need 11
C. Faktor – Faktor Fertilitas Ada beragam faktor yang mempengaruhi dan menentukan fertilitas baik yang berupa faktor demografi maupun faktor non-demografi. Yang berupa faktor demografi diantaranya adalah struktur umur, umur perkawinan, lama perkawinan, paritas, distrupsi perkawinan dan proporsi yang kawin sedangkan faktor non-demografi dapat berupa faktor sosial, ekonomi maupun psikologi.
1. Teori Sosiologi tentang Fertilitas (Davis dan Blake: Variabel Antara) Kajian tentang fertilitas pada dasarnya bermula dari disiplin sosiologi. Sebelum disiplin lain membahas secara sistematis tentang fertilitas, kajian sosiologis tentang fertilitas sudah lebih dahulu dimulai. Sudah amat lama kependudukan menjadi salah satu sub-bidang sosiologi. Sebagian besar analisa kependudukan (selain demografi formal) sesungguhnya merupakan analisis sosiologis. Davis and Blake (1956), Freedman (1962), Hawthorne (1970) telah mengembangkan berbagai kerangka teoritis tentang perilaku fertilitas yang pada hakekatnya bersifat sosiologis. Dalam tulisannya yang berjudul “The Social structure and fertility: an analytic framework (1956)” Kingsley Davis dan Judith Blake melakukan
11
Jurnal Sriyuniarti, Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Fertilitas : Suatu Kajian Literatur, h. 5 - 6
21
analisis sosiologis tentang fertilitas. Davis and Blake mengemukakan faktorfaktor yang mempengaruhi fertilitas melalui apa yang disebut sebagai “variabel antara” (intermediate variables). Menurut Davis dan Blake faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui “variabel antara”. Ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, yang masing-masing dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai berikut :12 1.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
terjadinya
hubungan
kelamin
(intercouse variables): Faktor-faktor yang mengatur tidak terjadinya hubungan kelamin: a.
Umur mulai hubungan kelamin
b.
Selibat permanen: proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin
c.
Lamanya masa reproduksi sesudah atau diantara masa hubangan kelamin: i. Bila kehidupan suami istri cerai atau pisah ii. Bila kehidupan suami istri terakhir karena suami meninggal dunia
Faktor-faktor yang mengatur terjadinya hubungan kelamin a.
Abstinensi sukarela
b.
Berpantang karena terpaksa (oleh impotensi, sakit, pisah sementara)
c.
Frekuensi hubungan seksual
12
Jurnal Mundiharno, Kingsley Davis dan Judith Blake, Struktur Sosial dan Fertilitas
(Social structure and fertility: an analytical framework) (Yogyakarta: Lembaga Kependudukan UGM, 1974)., h. 1 - 2
22
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsepsi (conception variables): a. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak disengaja b. Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi: i.Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia ii.Menggunakan cara-cara lain c. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disengaja (sterilisasi, subinsisi, obat-obatan dan sebagainya)
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestation variables) a. Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja b. Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja
2. Ronald Freedman: Variabel Antara dan Norma Sosial Menurut Freedman variabel antara yang mempengaruhi langsung terhadap fertilitas pada dasarnya juga dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku di suatu masyarakat. Pada akhirnya perilaku fertilitas seseorang dipengaruhi norma-norma yang ada yaitu norma tentang besarnya keluarga dan norma tentang variabel antara itu sendiri. Selanjutnya norma-norma tentang besarnya keluarga dan variabel antara di pengaruhi oleh tingkat mortalitas dan struktur sosial ekonomi yang ada di masyarakat. Menurut Freedman intermediate variables yang dikemukakan DavisBlake menjadi variabel antara yang menghubungkan antara “norma-norma fertilitas” yang sudah mapan diterima masyarakat dengan jumlah anak yang dimiliki (outcome). Ia mengemukakan bahwa “norma fertilitas” yang sudah mapan diterima oleh masyarakat dapat sesuai dengan fertilitas yang dinginkan seseorang. Selain itu, norma sosial dianggap sebagai faktor yang dominan. Secara umum Freedman mengatakan bahwa:
23
Menurut Freedman, Salah satu prinsip dasar sosiologi adalah bahwa bila para anggota suatu masyarakat menghadapi suatu masalah umum yang timbul berkali-kali dan membawa konsekuensi sosial yang penting, mereka cenderung menciptakan suatu cara penyelesaian normatif terhadap masalah tersebut. Cara penyelesaian ini merupakan serangkaian aturan tentang bertingkah laku dalam suatu situasi tertentu, menjadi sebagian dari kebudayaannya dan masyarakat mengindoktrinasikan kepada para anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan norma tersebut baik melalui ganjaran (rewards) maupun hukuman (penalty) yang implisit dan eksplisit. Karena jumlah anak yang akan dimiliki oleh sepasang suami isteri itu merupakan masalah yang sangat universal dan penting bagi setiap masyarakat, maka akan terdapat suatu penyimpangan sosiologis apabila tidak diciptakan budaya penyelesaian yang normatif untuk mengatasi masalah ini.13 Jadi norma merupakan “resep” untuk membimbing serangkaian tingkah laku tertentu pada berbagai situasi yang sama. Norma merupakan unsur kunci dalam teori sosiologi tentang fertilitas. D. Pendidikan Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, dan keterampilan, serta memperkuat kepribadian dan semangat kebangsaan agar dapat membangun diri sendiri maupun bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiaanya sesuai dengan nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau pedagogic berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang 13
Jurnal Mundiharno, Kingsley Davis dan Judith Blake,Strukture Sosial dan Fertilitas (Sosial structure and fertility : an analytical framework) (Yogyakarta : Lembaga Kependudukan UGM,1974), h. 3 - 4
24
dewasa agar ia menjadi dewasa.14 Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam anti mental.15 Dapat diartikan pendidikan adalah sebuah kegiatan dimana seseorang mencari ilmu dan mendewasankan pemikiran, dan guna untuk mendapatkan penghidupan yang layak dari segi sosial dan ekonomi. Pendidikan juga bisa berfungsi untuk memanusiakan manusia, artinya manusia tanpa pendidikan tidak bisa memiliki pemikiran seperti manusia yang dapat berpikir kritis. Pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukan oleh para ahli (pendidikan).
1. Jhon Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan – kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Yaitu pendidikan bisa dikatakan proses dalam pengembangan intelektual manusia sebagai mahluk berpikir, pendidikan pula guna untuk dapat berinteraksi dengan manusia dengan baik 2. J. J Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak – kanak, akan tetapi kita membutuhkan pada waktu dewasa. 3. Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
14
Hasbullah. Dasar – dasar Ilmu Pendidikan. Edisi Revisi (Jakarta : PT RajaGrafinndoPersada.2008). h. 1 15 Hasbullah. Hal 1
25
4. Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak – anak, adapun maksdnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak – anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan
dan
kebahagian
yang
setinggi
tingginya.16 E. Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar, manusia perlu bekerja untuk mempertahankan hidup, dengan bekerja akan mendapatkan uang atau penghasilan. Dalam arti lain pekejaan berasal dari kata kerja yang merupakan kerja adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bermacam -
macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak
disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitasnya kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan – kebutuhan yang pada saat membentuk tujuan – tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja. Namun semua kegiatan belum tentu dikatakan kerja. Menurut Franz Von Magins, pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan. Jadi pekerjaan itu memerlukan pemikiran yang khusus dan tidak dapat dijalankan oleh binatang. Yang dilaksanakan tidak hanya karena pelaksanaan kegiatan itu sendiri menyenangkan, melainkan karena kita mau sungguh – sungguh mencapai suatu hasil yang kemudian berdiri sendri atau sebagai benda, karya, tenaga dan sebagainya, atau sebagai pelayanan terhadap masyarakat, termasuk dirinya sendiri. Kegiatan itu dapat berupa pemakaian tenaga jasmani maupun rohani.17
16
Habullah. Dasar – dasar Ilmu Pendidikan. Edisi Revisi (Jakarta : RajaGrafinndoPersada.2008). h. 4 17 Zein Achmad dkk, Membangun Psikologi Kerja & Aplikasi Etika Profesi, hal 25
PT
26
Jadi pekerjaan adalah sebuah aktivitas fisik maupun pemikiran yang khusus yang secara sistematis atau direncanakan untuk mendapat pendapatan untuk kebutuhan hidup sehari - hari, dimana pekerjaan dilakukan secara sungguh – sungguh. Bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama ini mampu berbuat untuk membanting tulang memeras keringat dan memutar otak, bekerja bukannlah sekedar memperoleh penghasilan bagi kepentingan keluarga, namun terkait mengejar “ Status Sosial” (derajat, pangkat dan jabatan), agar ia terpadang di mata masyarakat, lebih beribawa dan dihormati. Lebih – lebih di lingkungan masyarakat yang bisa membantu dan memberi eguh pretikel mengatasi permasalahan. F. Pandangan Hidup a) Pengertian Pandangan hidup merupakan cara berpikir dan cara interpretasi tentang pengalaman sosial dan kultural. Hal ini didasarkan atas nilai – nilai yng diyakini kebaikan dan kebenarannya. Pandangan hidup itu akan mempengaruhi norma, sikap, dan perilaku, serta mempengaruhi hasil karya manusia sebagai individu maupun komunitasnya. Lebih dari itu, padangan hidup merupakan suatu abstraksi dari pengalaman hidup yang kemudian dijadikan pedoman bagi pelaksanaan dan perbuatan di kemudian hari. Pandangan hidup itu kemudian menjadi logika dari pengalaman, penafsiran, dan pengharapan, dari proses sosial bagi mereka yang ikut serta dalam proses kehidupan. Ujung – ujungnya, pandangan hidup itu menentukan persepsi sosial. Sebagai implikasinya, pandangan hidup dibentuk oleh suatu cara berpikir dan cara merasakan tentang nilai – nilai, organisasi sosial, kelakuan, peristiwa – peristiwa, dan segi – segi laninya. Akibatnya, dapat menggerakkan pengaturan mental dan pada gilirannya dapat mengembangkan suatu sikap hidup.18 18
14
Asti Musman. 10 Filosofi Hidup Orang Jawa. 2015. Shira Media : Yogyakarta. Hal 13 -
27
Pandangan Hidup setiap manusia mempunyai tujuan yang berbeda karena itu didasarkan oleh sifat kodrati dari alam, karena itu menentukan masa depan seseorang. Pandangan hidup juga dapat diartikan pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan lingkungan hidupnya. Dengan demikian pandangan hidup yang ada di setiap manusia muncul begitu saja dan dalam waktu yang singkat, namun melalui proses waktu yang cukup lama dan berjalan terus menerus, sehingga pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehinggga diakui kebenarannya. Pandangan hidup banyak sekali macam dan ragamnya, akan tetapi pandangan dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya. Terdiri dari 3 macam : 1.
Pandangan hidup berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenerannya
2.
Pandangan hidup berupa idologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut
3.
Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenerannya
b) Keyakinan / Kepercayaan Keyakinan / Kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran naturalisme, aliran intelektual dan aliran gabungan. 1. Aliran Naturalisme Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yangmerupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang
tertinggi. Tuhan
menciptakan alam semesta lengkap dengan hukum – hukumnya, secara mutlak
28
dikuasai Tuhan. Manusia hanya dapat berusaha/berencana tetapi Tuhan yang menentukan Aliran naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar ? Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakan Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya natur. Bagi yang percaya Tuhan. Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran – ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama itu ada dua macam yaitu : 1.
Ajaran agama dogmatis, yang disampaikan oleh Tuhan melalui nabi – nabi. Ajaran agama yang dogmatis bersifat mutlak (obsolut), terdapat dalam kitab suci Al – Quran dan Hadist, Sifat tetap, tidak berubah – ubah.
2.
Ajaran agama dari pemuka – pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif (terbatas). Ajaran agama dari pemuka – pemuka agama termasuk kebudayaan, terdapat dalam buku – buku agama yang ditulis oleh pemuka – pemuka agama. Sifatnya dapat berubah – ubah sesuai dengan perkembangan jaman.
2. Aliran Intelektualisme Dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walapaun bertententangan dengan kekutan hati nurani. Manusia yakin bahwa kekuatan pikir (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi. Teknologi adalah alat bantu mencapai kebajikan yang maksimal, walaupun mungkin teknologi memberi akibat yang bertentangan dengan hati nurani. Akal berasal dari bahasa Arab, artinya qalbu, yang berpusat di hati, sehingga timbul istilah “hati nurani”, artinya daya rasa. Di Barat hati nurani ini
29
menipis, justru yang menonjol adalah akal yaitu logika berpikir. Karena itu aliran ini banyak dianut di kalangan Barat. Di Timur orang mengutamakan hati nurani, yang baik menurut akal belum tentu baik menurut hati nurani Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bermula dari akal. Jadi pandangan hiduo ini dilandasi oleh keyakinan bahwa kebajikan hanya dapa diperoleh dengan akal (ilmu dan teknologi). Pandangan hidup ini disebut liberalisme. Kebebasan perbuatan itu bertentangan dengan hati nurani. Kebebasan akal lebih ditekankan pada setiap indivisu, karena itu individu yang berakal (berilmu dan berteknologi) dapat mengusai individu yang berpikir rendah (bodoh). 3. Aliran Gabungan Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal, kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu, segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika berpikir juga dapat diterima oleh hati nurani. Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan timbul dua kemungkinan dengan pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir, sedangkan hati nurani dinomor duakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidak ditekankan pada logika berpikir individu, melainkan logika berpikir kolektif (masyarakat), pandangan hidup ini disebut sosialisme. Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal, kedua – duanya mendasari keyakinan secara berimbang, akal dalam arti baik sebagai logika berpikir maupun sebagai daya rasa (hati nurani, logika berpikir baik secara individual maupun secara kolektif pandangan hidup ini disebut sosialisme – religius. Kebajikan yang dikehendaki adalah kebjikan menurut logika berpikir dan dapat diterima oleh hati nurani, semuanya itu berkat karunia Tuhan.
30
Apabila kita kaji maka antara dua pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok. Pandangan hidup sosialisme menekankan pada logika berpikir kolektif, sedangkan pandangan hidup sosialisme religius menekankan pada logika berpikir kolektif individual. Pandangan hidup sosialisme mengutamakan logika berpikir dari pada hati nurani. Pandangan hidup sosialisme tidak begitu menghiraukan kekuasaan Tuhan, sebaliknya sosialisme religius kukuasaan Tuhan begitu menentukan.19 G. Hasil Penelitian yang Relevan No
Nama dan
Judul Skripsi
Kesimpulan
Instansi Peneliti 1
Ropi’I NIM
Eksklufitas Konsep
Masyarakat Suku Dayak
02210098,
Sekufu Dalam
Losarang adalah masyarakat
Mahasiswa
Perkawinan Masyarakat
Islam yang melaksanakan
Fakultas ilmu
Suku Rawayan
perkawinannya dengan
syariah
Indramayu
merapkan kafa’ah
Saripuddin NIM:
Integrasi Sosial Suku
Suku Dayak Losarang
05720002
Dayak Indramayu (Study
dinyatakan sesat namun masih
Fakultas Ilmu
Kasus Suku Dayak Hindu memiliki intergritas yang kuat,
Sosial dan
Budha Bumi Segandu).
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang 2
bentuk intergras dari proses
Humaniora
adaptasi yaitu upaya – upaya
Universitas Islam
dalam penyusuaian yang
Negeri Sunan
dilakukan dalam kondisi
Kalijaga
masyrakat.
Yogyakarta 3
Abdul Muiz NIM: Makna Simbol Ritual 19
Dalam masyarakat Jawa
Widyo Nugroho Achmad Muchji. Ilmu Budaya Dasar. ( Jakarta : Gunadarma, 1996), hal 135 - 142.
31
02521186.
dalam Ritual Agung
dikenal ungkapan “Wong Jowo
Fakultas Fakultas
Sejarah Alam Ngaji Rasa
Iku Nggoning Semu”(orang
Ushuluddin
di Komunitas Bumi
jawa itu peka terhadap bahasa
Universitas Islam
Segandu Indramayu
lambang). Masyarakat jawa
Negeri Sunan
mempercayai simbol
Kalijaga
menyimpan daya magis lewat
Yogyakarta
kekuatan absatarnya melalui dunia lewat pancaran makna. Hasil penelitian menunjukan bahwa : Tiga macam ritual dalam komunitas suku dayak bersifat tidak mengikat, dan simbol – simbol ritual dalam komunitas Suku Dayak Losarang mengandung pesan moril etis yang dijadikan pedoman
4
Caerih Nurlinda
Persepsi Komunitas Suku Suku Dayak Hindu Budha
Sari, NIM:
Dayak Hindu-Budha
Bumi Segandu atau Suku
109015000062,
Bumi Segandu Terhadap
Dayak Losarang, dilihat sangat
Jurusan
Pendidikan Formal
unik, yaitu secara penampilan
Pendidikan IPS,
dan cara mereka berfikir.
Fakultas Ilmu
Terutama persepsi mereka
Tarbiyah dan
tentang pendidikan yang sangat
Keguruan.
rendah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5
Anton
Moralitas Suku Dayak Moralitas pada saat ini
32
Nuryanto,NIM
Hindu
109032100029,
Segandu.
Budha
Bumi dijadikan sebagai tolak ukur dan dapat tumbuh berkembang
Program Study
karena beberapa faktor, yaitu
Perbandingan
faktor genetik yang dimiliki
Agama, Fakultas
orang tuanya, maupun
Ushuludin.
pengaruh lingkungan sekitar.
Universitas Islam
Komunitas Suku Dayak Hindu
Negeri Syarif
Budha Bumi Segandu,
Hidayatullah
terbentuk dari latar belakang
Jakarta.
orang – orang yang kurang bermoral, seperti mencuri, merampok, berzina dan lain sebagainya.
33
H. Kerangka Konseptual
Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu
Jumlah kelahiran
Pandangan hidup
Pendidikan dan Pekerjaan
anak yang hidup
Penelitian
Wawancara
Observasi
Hasil Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2015.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
34
35
Adapun kegiatan selama penelitian di Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu yang di perlihatkan melalui tabel. Tabel 3.1 Time schedule selama penelitian berlangsung
Adapaun perincian kegiatan selama penelitian baik sebelum di lapangan maupun pada saat di lapangan a. Kegiatan sebelum dilapangan (di hitung dalam bulan) 1. 2. 3. 4. 5.
Awal Oktober Pertengahan Oktober Awal November Pertengahan November Febuari – Juni
: : : : :
Penyusunan Proposal Pengumpulan Informasi Pengumpulan Proposal Seminar Proposal Konsultasi Dosen sebelum penelitian
: : : : : :
Wawancara Dinas Pendidikan Wawancara Disbukpar Wawancara Dinas Catatan Sipil Wawancara Kementrian Agama Wawancara Sekretaris Kuwu Losarang Wawancara Suku Dayak Losarang
b. Kegiatan selama di lapangan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Senin, 29 Juni 2015 Rabu, 1 Juli 2015 Senin, 6 Juli 2015 Senin, 6 Juli 2015 Selasa, 7 Juli 2015 Rabu, 8 Juli 2015
36
B. Pendekatan Penelitian Fokus penelitian ini sebagai bentuk upaya untuk mengetahui mengenai tingkat fertilitas serta pengaruh fertilitas terhadap perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. Dalam hal ini, jenis penelitian yang dianggap tepat adalah menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk mengetahui perkembangannya dilihat dari kualitas anak keturunan seperti tingkat pendidikan dan pekerjaan dan pandangan hidup yang di teliti. Karena dengan metode ini diharapkan dapat memeperoleh informasi secara detail dan lebih mendalam melalui wawancara, pengolahan data dan observasi langsung. C. Metode Penelitian Adapun dalam penelitian ini,penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna generalisasi.1 Menurut Sugiyono, “ metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan antara variable satu dengan yang lain.” Maka
dengan
cara
deskritif.
Peneliti
dapat
memberikan
penggambarannya mengenai bagaimana angka kelahiran dari komunitas itu sendiri sehingga membuat komunitas ini tetap eksis. Selain itu peneliti ini mencoba untuk menggambarkan perkembangan Suku Dayak bila dikaji dari garis keturunan dari ketua suku dayak Losarang yang dilihat dari tingkat pendidikan, pekerjaan dan pola hidup mereka , sehingga nantinya dapat di 1
Sugiyono. 2012, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta hal 15
37
analisa menjadi sebuah jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang menjadi penelitian. Sasaran dari penelitian ini adalah komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu yang berada di desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu Jawa Barat. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara yang disertai dengan pedoman wawancara dan Observasi mendalam guna menulusuri informasi yang lebih banyak mengenai komunitas yang diteliti. Hal ini akan lebih memungkinkan mendapatkan data yang lebih akurat. Wawancara melibatkan narasumber, yang potensial untuk menjawab pertanyaan penelitian. o Interview (Wawancara) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penelitian ingin mengetahui permasalahan yang akan ditelitinya, dan apabila juga ingin mengetahui informasi yang lebih mendetail dari informan : Wawancara pokok a. Ketua penganut Suku Dayak Losarang Indramayu (Takmad Diningrat) b. Para pengikut penganut Takmad Diningrat c. Kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Indramayu Wawancara penunjang data a. KUWU, RW dan RT di Desa Krimun, b. Wawancara juga dilakukan dengan warga di sekitar desa krimun
38
Dalam
penilitian
ini
data
yang
diperoleh
dianalisa
dengan
menggunakan teori dengan terfokus pada masalah yang telah menjadi tujuan dari penelitian. Sehingga hal – hal yang tidak berkaitan dihilangkan. o Observasi non partisipatif Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang tingkat spesifiknya lebih tinggi bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Obesrvasi partisipatif adalah teknik yang langsung mengetahui situasi kondisi tempat yang akan di amati namun tidak mengikuti dan menjalankan seperti kegiatan yang ada dalam objek penelitian, peneliti hanya sebatas menjadi pengamat. Sutrisno Hadi (1986) “mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang tepenting adalah proses – proses pengamatan dan ingatan”. o Dokumentasi Dalam uraian tentang studi pendahuluan, telah disinggung pula bahwa sebagai objek yang diperhatikan dalam memperoleh informasi, kita memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper) tempat (place), dan kertas atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber
pada
tulisan
inilah
kita
telah
menggunakan
dukumentasi2
2
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. (Jakarta : PT RINEKA CIPTA), h. 201
metode
39
E. Pemeriksaan Keabsahaan Data Dalam pengamatan penelitian kualitatif dikenal dengan menggunakan Uji Kredibiltas. Uji Kredibilitas dalam kulitatif ada 6 tahap yaitu : Perpanjangan pengamatan, Peningkatan Ketekunan, Trianggulasi, Diskusi dengan teman, Analisis Negatif, dan Member Check. a. Perpanjangan pengamatan Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Dengan perpanjang pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang diperoleh selama ini setel dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenaranannya. b. Meningkatkan Ketekunan Sebagai bekal peneliti untuk meningkatka ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dukumentasi – dokumentasi yang terkait dengan temuan yang ditelitii. Dengan membaca ini digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar / dipercaya atau tidak. c. Triangulasi Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
40
1.
Triangulasi Sumber Pada penelitian Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu yang dilakukan
di desa Krimun Rt 13 Kecamatan Losarang Kabupaten Indramyu, ini dilakukan Triangulusi sumber yang bertujuan untuk menguji kredibilitas data dengan cara melihat data yang diperoleh melalui beberapa sumber yaitu penduduk atau tokoh masyarakat di desa krimun, yang telah peneliti tentukan sebagai informan yang mumpuni sesuai tahapan metode penelitian maju bertahap yang pertama yaitu menentukan informan. Peneliti dalam menentukan informan ini meminta saran kepada Dosen Pembimbing serta kepada Kepala Kecamatan Losarang, untuk memberikan rekomendasikan calon - calon informan yang mumpuni baik dari kalangan warga desa krimun yang bukan pemeluk aliran kepercayaan Suku Dayak Losarang, pengikut Komunitas Suku Dayak Losarang, Tokoh mayarakat, ketua RT Desa krimun serta Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu. 2.
Triangulasi Teknik Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Teknik yang dilakukan selama meneliti, penelitian menggunakan tiga instrumen yaitu wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi. Dengan wawancara kontras peneliti menagajukan pedoman wawancara untuk mendapatkan hubungan dari bermacam data yang kemudian dilakukan analisis, saat wawancara kontras peneliti memilih tujuh orang informan yaitu tiga orang informan dari Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu yaitu Bpk. M. Ali Hasan, Bpk. Asep Ruchiyat dan Bpk. Bambang Riswanto dan empat orang lagi dari Tokoh Masyarakat di desa Krimun yaitu Bpk. Surjono, Bpk. Syarif, Bpk Sudirman dan Bpk Jauhari guna mengetahui pandangan terhadap Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dalam perkembangannya. Dengan Teknik tersebut dalam penelitian kualitatif deskritif data yang diperoleh dari salah satu teknik dapat diuji keabsahannya dengan mencocokan kepada teknik yang lainnya. Seperti hasil jawaban pada teknik wawancara, dapat diuji dengan melakukan pencockan pada saat observasi di kehidupan
41
nyata masyarakat yang diteliti, yang telah dibuat dengan teknik dokumentasi fakta di kehidupan masyarakat yang diteliti, untuk mendapatkan data valid dan dapat di pertanggungjawabkan. 3.
Triangulasi Waktu Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibiltas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang – ulang. d. Menggunakan bahan referensi Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam penelitian deskritif kualitatif penelti merekam hasil wawancara dengan rekaman kamera handphone serta foto – foto keadaan kehidupan suku dayak losarang dalam kesehariannya, foto dan rekaman digunakan untuk memperkuat keabsahaan data dalam kualitatif3 F. Teknik Analisis Data a. Reduksi Data Reduksi dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data, pemusatan perhatiaan, penyederhanaan data, pengabstakan data, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan. Dalam kegiatan reduksi data dilakukan pemilahan pemilahan tentang : bagian data yang perlu diberi kode, bagian data yang harus dibuang, dan pola yang harus dilakukan peringkasan. Jadi dalam kegiatan reduksi data dilakukan : penajaman data, penggolongan data, dan pengarahan data,pembuangan data yang tidak perlu, pengorganisasian data untuk bahan menarik kesimpulan. Kegiatan reduksi data 3
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif.(Bandung : ALFABETA), h. 122
42
ini dapat dilakukan melalui : seleksi data yang ketat, pembuatan ringkasan, dan menggolongkan data menjadi suatu pola yang lebih luas dan mudah dipahami. b. Data Display / Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menampilkan data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami. c. Verifikasi/ Menarik Kesimpulan Sejak langkah awal dalam pengumpulan data peneliti sudah mulai mencari arti tentang segala hal yang telah dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi tertentu. Pengolahan data kualitatif tidak akan menarik kesimpulan secara tergesa – gesa, tetapi secara bertahap dengan tetap memperhatikan perkembangan perolehan data. Langkah analisis ketiga dalam penelitian kualitatif dalam penarikan kesimpulan atau verifikasi. Penarikan kesimpulan pada tahap akhir analisis data penelitian tetang keadaan keturunan dari ketua suku dayak losarang dalam perkembangannya di desa Krimun, yang mana telah melalui beberapa proses sebelumnya seperti mengulas catatan hasil wawancara yang telah peneliti buat, sehingga kesimpulan tersebut mampu menjawab rumusan masalah penelitian. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneltian di lapangan.
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya Komunitas Suku Dayak Hindu – Budha Bumi Segandu Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Atau lebih dikenal dengan Suku Dayak Losarang adalah sebuah komunitas yang berada di Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Mereka tidak memiliki hubungan dengan Suku Dayak Kalimantan yang sering kita dengar, namun penamaan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu ini mengandung maksa sendiri. Kata Suku Artinya kaki, pemaknaan tersebut diambil dari bahasa jawa yang mengandung makna bahwa setiap manusia berjalan dan berdiri diatas kaki masing – masing untuk mencapai tujuan sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing – masing.
Gambar 4. 1 Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Kaya Dayak berasal dari kata Ayak atau Ngayak (diambil dari bahasa Jawa) yang artinya memilih atau nyaring. Makna kata “Dayak” disini adalah menyaring, memilah dan memilih mana yang benar dan mana yang salah, dan bukan merupakan suatu etnis. Kata Hindu artinya dari bahasa jawa adalah 43
44
kandungan atau rahim. Filosofinya adalah bahwa setiap manusia dilahirkan dari kandungan sang ibu (perempua). Kata hindu ini bukan merupakan sebah agama yang dianut oleh kepercayaan maupun terdapat intisari dari agama Hindu yang dijadikan sebagai dasar ajaran dari kepercayaan ini. Sedangkan kata Budha asal kata dari wuda (bahasa jawa) yang artinya telanjang. Makna filosofinya adalah bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang tidak menggunakan apa – apa. Pemaknaan kata budha pula bukan berarti merupakan sebuah agama yang dianut komunitas ini. Kata Bumi Segandu Indramayu. Bumi mengandung makna wujud sedangkan Segandu bermakna sekujur badan. Gabungan kedua kata ini, yakni Bumi Segandu mengandung makna filosinya sebagai kekuatan hidup. Adapun indramayu, mengandung pengertian in makna adalah inti , Darma artinya orang tua , dan kata Ayu maknanya perempuan.
Adapaun arti dari nama tersebut, suku dayak ini tidak ada kaitannya dengan baduy maupun dayak kalimantan, dinamakan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu diambil dari bahasa nama, yaitu : Suku yang artinya kaki karena manusia memiliki tujuan masing – masing kepercayaan, dayak berasal dari kata di ayak atau saringan yang artinya memilih salah dan benar pada hakikatnya kita jangan mengaku benar terus, karena antara benar dan salah lebih tua-an salah karena sebetulnya selangkah demi selangkah manusia itu selalu salah. Hindu – Budha bukan arti dari agama, namun hindu artinya pada saat kita ada di kandungan orang tua di dalam rahim ibu selama sawindu, dan budha pada saat kita lahir kedunia kita dalam keadaan wuda (telanjang) tanpa pembalut. Bumi artinya wujud dan Segandu adalah sekujur tubuh. Indramayu sebagai inti darma sebagai orang tua dan ayu karena bagus rupanya itu alasannya dikatakan ibu kita pertiwi bukan bapak kita pertiwi karena itulah komunitas ini mengabdikan kepada istri dan anak Di ibaratkan suatu pemerintah, pemerintah bisa dikatakan orang tua dan rakyat adalah anak, dan mengacu pada masyarakat bawah yaitu petani tanpa adanya petani masyarkat tidak akan bisa makan.1 Penanaman komunitas ini tidak berdasarkan etnik (terminologi suku bangsa), namun lebih kepada secara istilah – istilah jawa yang mempunyai 1
10.28
Rusdi. Wawancara. Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. 8 Juli 2015 Pukul
45
makna atau pandangan tersendiri yang menjadi satu kesatuan yang dijadikan penanaman kepercayaan tersendiri. Orang jawa memiliki pandangan hidup yang unik dan memiliki konteks serta komposisi yang tentunya berbeda dengan budaya - budaya lainnya, Budaya Jawa lebih terkenal dengan pengenalan terhadap simbol – simbol, jargon dan ajaran – ajaran kamulyaan (kemulian) atau pemurnian diri yang dijalani melalui ritual – ritual Suku Dayak Hindu Budha Segandu Indramayu dalam pemaknaan filosofinya bahwasannya manusia terlahir dari rahim seorang wanita dalam keadaan telanjang dan berhak menentukan jalan hidupnya sendiri, kekuatan manusia ada pada diri sendiri dan diaplikasikan kepada alam.
Menurut Ernest Cassier (filsuf Amerika asal Jerman), dalam bertindak, manusia sering menggunakan simbol,. Karena itu manusia sering dsebut sebagai mahluk yang menggunankan simbol – simbol (animal symbolicium). Lewat simbol – simbol itu manusia akan berkreasi, mencoba mengatasi kesulitan hidup dan ketidaktahuaannya. Baginya realitas adalah lebih dari sekedar tumpukan fakta, yang bisa di olah menjadi sesuatu yang dapat berguna, bagi kehidupannya.2 Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu merupakan sebuah komunitas yang utamanya adalah Sejarah Alam Ngajirasa. Komunitas ini awalnya berdiri pada tahun 1973 yang dulunya dikenal dengan nama Silat Serbaguna, yaitu sebuah perguruan silat yang ajarannya lebih terfokuskan terhadap ilmu bela diri dan keilmuan batin. Pada tahun 1975 perguruan ini tidak lagi mengajarkan ilmu bela diri, justru cenderung mengajarkan ilmu kebathinan yang sering disebut dengan Sejarah Nur Alam. Sejak 1982 perguruan Silat Serbaguna masuk ke dalam IPSI (Ikatan pencak Silat Indonesia) dan berubah nama menjadi Jaka Utama, pada penghujung tahun 1995 komuntas ini mengubah namanya lagi dengan alasan bahwasannya orang – orang IPSI sudah jauh dari sifat – sifat ngaji rasa, Aktualisasi dari keilmuan batin pada saat bernama jaka utama ini diantaranya yaitu ilmu pengobatan, 2
Andre Ata Ujan, dkk., Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan, (Jakarta, PT Indeks, 2011), h, 30
46
orang sakti mandraguna, dll. Namun pada masa Jaka Utama banyak penyalahgunaan ajarannya untuk kejahatan dan kesombongan, yang kemudian ditahun 1996 kembali merubah namanya menjadi Dayak Siswa. Hingga tahun 2000 Sampai sekarang komunitas ini terkenal dengan nama Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Dalam kepercayaan Takmad bahwasanya terdapat seruan untuk mendatangi tempat – tempat tertentu yang mempunyai nilai mistis dan diyakini tedapat kekuatan pada tempat yang terdapat kekuatan pada tempat tersbut yang dapat memberikan pertunjukan untuk kehidupannya. Sejarah alam Ngajirasa yang diilhami dari wangsit – wangsit yang diterima oleh Takmad Diningrat yang diyakini adalah sebuah petunjuk dari alam menuju keselamatan seluruh manusia. Salah satu contohnya adalah ketika mendapat wangsit untuk mengujungi pelabuhan Ratu, diyakini bahwasannya ada kaitannya dengan tempat – tempat yang lainnya seperti laut kidul dan pantai selatan yaitu terdapat kekuatan mistis yang dapat membawa kebaikan ataupun keburukan dari alam.
Wangsit itu bisa diterima melalui mimpi. Wangsit yang diterima itu lalu diberitahukan kepada orang lain, biasanya pada orang yang sedang berguru atau menuntut ilmu kepadanya. Tak jarang, wangsit yang diterimanya itu juga diceritakan pada orang lain agar mereka yang ingin memperoleh wahyu kemudian melakukan tirakat lahir batin, bisa dengan jalan menyepi di dalam sanggar pemujaan atau bertapa di dalam hutan. Namun, keputusan siapa yang akan memperoleh wahyu, tetap sepenuhnya berada di tangan Sang Maha Pencipta. Manusia hanya bisa berusaha.3 Keunikan dari komunitas ini dari segi berpakaian juga sangat mudah untuk masyarakat umum mengenali anggota dari komunitas ini. Pakaian dengan warna hitam putih serta memakai asesoris gelang dan kalung pada
3
Asti Musman. 10 Filosofi Hidup Orang Jawa, (Yogyakarta : Shira Media, 2015), hal 43
47
anggota tubuhnya merupakan ciri khas dari komunitas ini. Dari segi sosial sebenernya di kategorikan menjadi tiga bagian. 4 Pertama adalah Dayak Preman, yaitu dengan mengenakan pakain layaknya seperti masyarakat umum tanpa perbedaan apapun, hanya dengan keyakinan masih tetap pada keyakinan dari komunitas ini. Preman
yang
dimaksud bukan berarti mreka berasal dari komunitas ini namun berbuat selayaknya preman, namun lebih diartikan dengan golongan awam pada komunitas ini. Perilaku dan tindakan yang dilakukan Dayak Preman ini masih mencoba untuk mempelajari ajaran pada komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, belum sampai tahap untuk mengamalkan segala ritual yang ada. Kedua adalah Dayak Seragam yaitu cara berpakaian dengan seragam celana seperempat berwarna hitam dan baju berwarna hitam, biasanya anggota yang mengenakan seragam ini adalah anggota yang sedang dalam prosesi pendalam ajaran. Dalam anggota yang memiliki status sebagai Dayak Seragam ini mulai melakukan ritual – ritual yang ada dalam kehidupan sehari – hari. Tidak mengkonsumsi Dzat yang bernyawa, seperti ikan, telur dan daging. Pada tingkat Dayak Seragam ini masing – masing anggota komunitas memperbaiki moral masing – masing secara lebih dalam dan sebagai pertimbangan dari perbuatan terhadap orang lain adalah diri sendiri. Ketiga yaitu Dayak Blegir, ini merupakan cara berpakain yang sekarang populer di kalangan masyarakat umum mengenai Dayak Lisarang. Yaitu hanya mengenakan celana ukuran seperampat dengan warna hitam putih, bertelanjang dada (tidak memakai pakaian lain), serta memakai asesoris gelang dan kaling bagi anggota laki – laki. Dayak Blegir adalah tingkatan Dayak yang sudah dianggap sebagai anggota yang benar – benar sepenuhnya untuk menjalakan ritual kepercayaan yang ada. Prosesi Ritual Kungkum dan Ritual Pepe dilakukan pada tingkatan Dayak Blegir. Yang dilakukan selama empat bulan berturut – turut dan pada tahun berikutnya dilakukan setahun sekali, dan itu 4
Wardi. Wawancara. Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. 22 febuari 2015 pukul 12. 15
48
dilakukan pada bulan Ramadhan. Ini adalah rangkaian ritual yang dilakukan guna mencapai kesahajaan arti nilai hidup baik yang terdapat pada intisari ritual – ritual Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Dalam kehidupan sehari – hari komunitas ini komunitas ini tidak mengkonsumsi segala yang bernyawa seperti hewan, telur, ikan, dll.
5
Padda
kepercayaan komunitas ini semua yang ada di alam yang bernyawa adalah sama, dan sama – sama menginginkan hidup. Oleh karena itu saling menjaga dan menghormati terhadap sesama yang bernyawa. Pada keseharian sifat dari komunitas ini terbuka untuk siapa saja yang dapat berinteraksi dengan mereka. Di masyarakat Desa Krimun Komunitas dayak ini dengan sifat dan sikap – sikapnya yang sangat bermasyarakat. 6, suku dayak juga terkenal suka menolong sesama sebagai contoh membantu perbaikan jalan, memperbaikan jembatan rusak, dan membangun tempat ibadah sekalipun.7 Sikap Toleransi terhadap sesama mahluk hidup dan alam sekitar sangat dijunjung tinggi oleh komunitas Suku dayak Losarang, bahkan tidak hanya dalam lingkungan sekitar mereka tinggal tapi dimanapun mereka berada, mereka selalu menunjukan dan menjujung tinggi sikap bertoleransi.
Unsur pertama dari etika jawa adalah rasa atau pengertian. Rasa pertama – tama berkembang dalam keluarga inti yang secara ideal bebas dari tekanan dan pemaksaan dalam lingkungan keluarga luas dan diantara para tetangga. Misalnya, dari rumah timbul rasa takut terhadap dunia luar yang berbahaya. Dari rumah pula timbul sikap moral dasar seperti kejujuran, saling menolong, mencegah konflik antar warga.8 Pada dasarnya Suku Dayak Hindu Bumi Segandu Indramayu adalah bagian dari orang jawa yang masih memiliki dan menerapkan sifat – sifat kejawaanya, seperti menolong masyarakat di lingkungan sekitarnya dengan
5
Rusdi. Wawancara. Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. 08 Juli 2015 Pukul 10.28 Pak Syarif. Wawancara (warga desa Krimun) 7 Surjono. Wawancara. Sekretaris Kantor Kuwu Kecamatan Losarang. 07 Juli 2015 Pukul 6
11:47 8
Asti Musman. 10 Filosofi Hidup Orang Jawa, (Yogyakarta : Shira Media, 2015), hal 23
49
ikhlas, menghindari dari konflik, serta jujur dalam berkata. Mereka tidak ingin merugikan orang lain dalam kehidupannya. Terkait hubungan dengan pemerintah, Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu merasa kecewa dengan sikap dari pemerintah kabupaten Indramayu. Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu tidak pernah tercatat sebagai warga negara yang resmi, tidak memiliki Kartu Tanda penduduk (KTP). Oleh karena itu anggota komunitas ini terbebas dari segala hak dan kewajiban terhadap pemerintah, seperti membayar pajak. Begitupun sebaiknya tidak ada catatan pendataan mengenai Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu sebagai penduduk. Dari tingkat pendidikannya pun suku dayak losarang memiliki pendidikan yang sangat rendah karena mereka memiliki prinsip ngaji rasa mengabdikan dirinya untuk alam, menurut mereka untuk apa bersekolah kalau tidak bisa merubah kepribadiaan seseorang namun dengan mengerti Sejarah Alam Ngaji Rasa mereka tahu mana yang benar dan mana yang salah. Namun terkait dengan itu mereka tidak memaksakan kehendak keturunannya untuk tidak bersekolah karena kepribadian lahir pada diri sendiri seperti filosofi dari “Suku” yang mengandung makna bahwa setiap manusia berjalan dan berdiri diatas kaki masing – masing untuk mencapai tujuan sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing - masing.
50
B. Biografi Takmad Diningrat
Nama asli dari pendiri komunitas ini adalah Paheran Takmad Diningrat. Beliau adalah asli orang indramayu tepatnya di desa legok. Pak tua9 sekarang sudah menginjak 73 tahun. Takmad berasal dari keluarga yang sederhana, dari segi ekonomi dikategorikan kurang mampu dan belum pernah merasakan bangku sekolah hanya ikut pengajian pedesaan yang di dapat hanya ala kadarnya. Kondisi keluarga pak tua sangatlah kejawen, seperti melakukan ritual – ritual yang dilakukan dalam keseharian seperti nyuguh10 pada malam jumat, serta ritual lain yang masih berlaku sebagai suatu kebudayaan di jawa. Gambar 4.2
Secara etimologis, kata kejawen berasal dari kata jawi yang Ketua Komunitas Suku Dayak merupakan bentuk halus atau krama Hindu Budha Bumi Segandu dari kata Jawa. Dengan awalan ka dan akhiran an, kata jawi menjadi kejawen. Dalam perkembangannya, istilah kejawen di beri makna yang bermacam – macam, baik oleh para pengamat, penulis, maupun masyarakat Jawa. Kejawen dapat diartikan sebagai ilmu kebathinan Jawa atau Mistik Jawa. Neils Mulder mengartikannya sebagai suatu etika dan gaya hidup yang diilhami oleh cara pemikiran Javanisme. Istilah kejawen menurut Koentjaraningrat adalah agama jawi atau religi orang Jawa. Namun, ada pula yang menilai bahwa kejawen sama dengan kebudayaan Jawa. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Niles Mudler, bahwa cara berpikir orang Jawa bukan sebagai teologi, melainkan sebagai pandangan hidup.11
9
Pak Tua Sebutan untuk Takmad Diningrat Nyuguh adalah upacara sesajen yang dilakukan pada malam jumat sebagai penghormatan terhadap roh leluhur. 11 Asti Musman. 10 Filosofi Hidup Orang Jawa, (Yogyakarta : Shira Media, 2015), hal 12 10
51
Takmad adalah tokoh utama dan pendiri dari sebuah Padepokan Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. Beliau dulu hanyalah seorang tukang becak, kuli dan awak kapal yang berlabuh kemana – mana. Dari kecil dia dididik untuk mandiri, karena ia dari kecil sudah hidup susah. Keluarga dari Takmad memiliki paham kejawen yang sangat kuat, seperti melaksanakan ritual – ritual yang berbau mistis jawa. Singkat cerita, pada saat Takmad masih remaja, Takmad sudah melakukan Minang Seraya (berkelana) dari
pelabuhan satu ke pelabuhan
berikutnya, yang akhirnya di suatu tempat beliau bertemu dengan orang Aceh yang bernama Midun, ia salah satu guru silat dari aceh yang mengajarkan ilmu kepada Takmad. Kemudian sekitar tahun 1960 sampai 1970-an Takmad berkelana di Jakarta tepatnya di Cilingcing - Jakarta Utara, ia menjadi jawara pencak silat dan berhak memegang kawasan, namun seorang Takmad lebih memilih untuk meninggalkan daerah kekuasaannya dan kembali ke kota kelahirannya. Kemudian di tahun 1974 Takmad menikahi seorang gadis yang bernama Sarini, ia asli gadis desa Krimun kecamatan Losarang,
yang sekarang
dijadikan lokasi tempat padepokan Nyi Ratu Kembar, atau bisa disebut padepokan Suku Dayak Hindu Buda Bumi Segandu. Padepokan itu berdiri tepat disamping rumah dari takmad, yang mana tanah pendepokan itu adalah pemberian dari mertuanya. Peran dari Takmad Diningrat dalam sejarah terbentuknya komunitas kabatinan ini berawal dari perguruan “SS” singkatan dari Silat Serbaguna sekitar tahun 1973, ketika komunitas ini masih bernama Silat Serbagun, Takmad memiliki visi untuk memberbaiki moral masyarakat yang melenceng, serta menjaga kelestarian lingkungan dan juga mengajarkan ilmu – ilmu kebatinan yang ia dapatkan dari gurunya. Bukan hanya ilmu silat yang diajarkan oleh Takmad namun ia juga melakukan wejangan – wejangan terhadap problema yang dirasakan oleh masyarakat pada umumnya dan atas
52
alasan inilah Takmad dianggap sebagai guru spiritualitas baik oleh para pengikut maupun masyarakat luas, bahkan ada yang mengagap Takmad adalah seorang dukun. Menurut Rusdi berbicara tentang SS (Silat Serbaguna) pak takmad belajar silat dari orang aceh mereka bertemu di Grogrol - Jakarta Barat beliau bertemu saat masih sama – sama merantau, dari kecilpun pak takmad tetap menggali ilmu dari sejarah juga, masa muda takmad beliau sering melakukan minang seraya ( berkelana), beliau seorang nelayan yang berlabuh dari muara satu ke muara yang lain untuk beradu ilmu silat juga, pak takmad sempat menguasai wilayah dari bertarung silat di daerah Celincing – Jakarta Utara namun pak takmad meninggalkan kekuasaan begitu saja, Pak tua lebih memilih untuk kembali daerah asalnya dan memberikan ilmunya di Indramayu.12 Dalam pembentukan komunitas ini Takmad memiliki tujan untuk mengajarkan kebenaran yang hakiki kepada masyarakat Indramayu khususnya. Metode pengajarannya pun bukan dengan doktrinisasi yang bersifat paksaan namun
melalui
perilaku
dicontohkan
oleh
Takmad
sendiri
dalam
kesehariaannya. Dan seiring dengan perenungannya Takmad berangsur – angsur merubah nama komunitasnya. Menurut Rusdi (salah seorang pengikut Komunitas Suku Dayak Hindu – Budha Bumi Segandu atau komunitas Suku Dayak Losarang). Berawal tahun 1973 dinamakan perguruan silat SS (Silat Serbaguna), antara tahun 1973 sampai 1982 berubah nama menjadi jaka utama,ini bukan berganti nama namun sejarah itu bertahap dan sambungan ucapan dari orang tua,sekitar tahun 1982 sampai dengan tahun 1996 sebelum reformasi diganti dan dinamakan dengan sebutan dayak siswa. Baru setelah tahun 2000 barulah Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dipakai.13 Pak Tua melakukan perenungan yang kemudian sekarang menjadi ajaran dasar komunitas ini adalah Sejarah Alam Ngajirasa. Berbicara Sejarah Alam Ngajirasa, pada dasarnya merupakan kombinasi dari kebudayaan kejawen yang digabungkan atau di kombinasikan dengan pemikiran Takmad Diningrat
12 13
Rusdi. Wawancara. Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. 8 Juli 2015 Pukul 10.28 Rusdi. Wawancara. Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. 8 Juli 2015 Pukul 10.28
53
sebagai seorang guru spritualis.
14
Ajaran – ajaran dasar kejawen adalah
mempengaruhi pola perilaku masyarakat untuk percaya kepada hal – hal yang ghaib yang kemudian ajaran kejawen itu sendiri di kombinasikan dengan pemikiran Takmad yang didasari pada intisari ajaran sejarah alam ngaji rasa yang merupakan dari ajaran Kejawen itu sendiri. Hanya sedikit ada perbedaan pada pengaplikasian dari ajarannya. Ngaji rasa, adalah ajaran yang diakui sabagai proses pemurnian diri, yang mana untuk mengendalikan dari “TIGA TA” (harta, tahta dan wanita). Anggota komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu yang sudah menikah, diwajibkan untuk patuh terhadap keluarganya. Seorang suami tidak boleh memarahi, menghardik atau berlaku kasar kepada anak dan isterinya. Karena anak adalah titipan dari Nur Alam (sang pencipta) yang harus dijaga dan Isteri adalah wanita yang sejatinya adalah seorang Ibu yang harus dipatuhi setiap keinginannya. Ngaji rasa juga mengajarkan untuk saling mengasihi kepada sesama umat manusia. Misalnya, menolong orang yang sedang kesulitan walaupun berbeda kepercayaan, tidak menagih hutang kepada orang yang diberi pinjaman. Tidak menyakiti orang lain karena lebih baik disakiti dari pada menyakiti. Demikian juga dalam hal mendidik anak, sebaiknya tidak terlalu banyak mengatur karena yang bisa mengubah sikap dan perilaku adalah dirinya sendiri, bukan orang lain. Jalan menuju permurnian diri juga ditujukan dengan hidup yang sederhana, menjauhi keinginan mengejar kesenangan duniawi, menghilangkan perasaan dendam, penasaran dan iri kepada orang lain. 15 Prinsip pada komunitas ini adalah seorang istri dipandang lebih tinggi dari seorang pria,dan anak dipandang sebagai titipan yang harus dituruti, dalam kehidupannya mereka harus patuh, seperti rela mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang lazimnya dilakukan oleh kaum wanita, dan harus menuruti semua 14
Hiski Darmayana, “Kearifan Lokal Komunitas Dayak Indramayu”, Artikel diakses pada 10 September 2015 Pukul 09.14 15 Toto Sucipto, Sekilas Mengenai Suku Dayak Bumi Segandu Indramayu, h 8
54
kemauan anak, karena anak pada hakikatnya sebuah titipan dari nur alam (cahaya alam) dimana seorang anak harus diperlakukan dengan kasih sayang, tidak boleh membentak seorang anak dan tidak boleh banyak mengatur atau memaksa. Konsep – konsep yang di ajarkan Suku Dayak Losarang tidak di dasarkan pada kitab suci, kepercayaan, agama, maupun akar budaya tertentu. Mereka mengambil dari filosofi perwayangan pandawa lima dan Semar yang dianggapnya sangat bertanggung jawab pada keluarganya Menurut Takmad Diningrat, “dalam proses pemurnian diri filsafat hidup komunitas Dayak Losarang ini, melalui beberapa tahap yang harus dijalani dengan menjauhkan diri dari keramaian dunia yang hanya mengajar kesenangan duniawi. Tahap-tahap tersebut adalah Wedi, Sabar, Ngadirasa (Ngajirasa), Memahami Benar-Salah.”16 Pada dasarnya,setiap manusia yang hidup memeliki wedi – wedian (takut – penakut) baik terhadap alam maupun lingkungan sekitar. Oleh karena itu manusia harus memiliki sifat yang sabar terhadap keadaan apapun termasuk terhadap kondisi alam. Artinya jika dikasih panas maupun dingin harus sabar dan selaras dengan alam. Prinsipnya adalah jangan sekalipun merusak alam apabila tidak menginginkan balasan dari alam atau murka alam. Itulah yang disebut dengan ngaji rasa. Dalam arti selaras dengan alam sama saja dengan mengenal sifatsifat alam sehingga bisa hidup dengan tenteram dan damai karena mendapat lindungan dari Nur Alam (pencipta alam), manusia akan memahami benar dan salah melalui perjalan hidup, selanjutnya akan dengan mudah untuk mencapai pemurnian diri, yakni manusia tidak lagi memiliki kehendak duniawi. Cerminan dari manusia yang telah mencapai pemurnian diri adalah manusia yang telah memahami benar dan salah,
16
Takmad Diningrat. Wawancara. Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. 18 oktober 2014 pukul 16.30
55
yang nampak dalam kehidupan sehari-harinya. Manusia yang telah mencapai tahap tersebut, akan selalu jujur dan bertanggung jawab.17 Dalam ajaran ilmu alam atau sejarah alam ngaji rasa adalah tata cara pola hidup manusia untuk memahami alam dan tidak merusak yang ada di alam, sebagai bentuk melestarikan lingkungan sekitar serta mendapat lindungan dari Nur alam (pencipta alam) yang di dasari oleh adanya rasa yang puas yang dikaji melalui ajaran benar dan salah . Mereka pun mendapatkan pemurnian diri dari hasil pengkajian ilmu kebathinannya, yang kemudian menemukan nilai kebenaran yang diyakini bersumber dari Nur alam (Cahaya alam), yaitu bumi dan langit. Bumi dan langit ini kemudian disimbolkan dalam warna hitam dan putih di celana yang dipergunakan dalam keseharian dan menjadi identitas diri mereka sebagai Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. C. Pandangan Dinas Pendidikan Terhadap Perkembangan Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Dinas Pendidikan kabupaten Indramayu memandang komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, dalam ajarannya sangat bertentangan dengan program pemerintah, khususnya wajib belajar 9 tahun. Ajaran komunitas ini tidak menganjurkan bahwa pendidikan formal itu penting, yang merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia. Pandangan Dinas Pendidikan Terhadap awal kemunculan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu sebagai salah satu komunitas yang ada di Indramayu Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu merupakan sekelompok orang yang mempunyai pemahaman tentang ideologi kehidupan yang lazim pada masyarakat muslim di sekitar masyarakat losarang khususnya Indramayu. Mereka mengambil sikap memisahkan diri dari masyarakat biasa seakan – akan mereka termarginalkan ,kehidupan mereka pun 17
Ibid,. Takmad Diningrat. Wawancara. Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. 18 oktober 2014 pukul 16.30
56
banyak diilhami oleh salah seorang kepala sukunya yaitu Takmad, jadi komunitas ini bisa saja hilang ketika Takmad sudah tiada, dilihat dari perekrutanya pun tidak bersifat mengakar.18 Dinas pendidikan menganggap komunitas ini hanyalah komunitas yang dibuat oleh ideologi seseorang yang kemudian menyebarkan untuk kepentingannya, dimana ideologi sangat bertentangan dengan aturan yang ada di dalam pemerintahan. Yang mana kemunculan komunitas ini menimbulkan berbagai Pro dan Kontra dari masyakat khususnya masyarakat Indramayu. Berbicara respon masyarakat, berdasarkan pengamatan hanya masyarakat losarang saja yang mau menerima dan penganutnya saja, tidak pada masyarakat indramayu. Pengikut dayak losarang banyak diikuti oleh luar desaa krimun itu sendiri, kebanyakan dari pengikutnya adalah orang yang memiliki ideologi yang sama dengan takmad. Jika dilihat dari disiplin ilmu pemikiran pak takmad bersifat kontradiktif bukan konfrontatif, ini sangat berbeda dengan budaya lain contohnya baduy, baduy memiliki sunda wiwitan sedangkan dayak losarang tidak memiliki yang namanya tradisi yang sudah mengakar.19 Takmad memiliki pemikiran – pemikiran berbeda dengan orang lain, walaupun secara kehidupan sosial sama, namun jika dilihat dari budaya Takmad memiliki pemikiran yang beda, sepertinya halnya soal pendidikan, ajarannya tidak mementingkan yang namanya pendidikan, karena banyak yang bersekolah saja yang menjadi tidak benar. Namun takmad juga tak melarang anaknya atau penganutnya jika ingin bersekolah. Saya pernah menjadi Kepala Sekolah di SMP 1 Losarang, dari data yang ada anak – anak dari suku dayak rata – rata bersekolah dan mereka pun berjilbab, namun dalam perhatian dari dinas pendidikan tidak memberikan perlakuan khusus. Dan ketika anak tidak memiliki akta kelahiran karena KTP orang tuanya tidak ada maka dari dinas pendidikan tetap mempersilakan asalkan sedang dalam proses pembuatan KTP dan akta kelahiran.20
18
M. Ali Hasan. Wawancara. Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu . 29 Juni 2015 pukul 9:01 19 M. Ali Hasan. Wawancara. Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu . 29 Juni 2015 pukul 9:01 20 Ibid.M. Ali Hasan. Wawancara. Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu . 29 Juni 2015 pukul 9:01
57
Dari pandangan Dinas Pendidikan terhadap Kebudayaan yang berada di Indramayu Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu bukan sebuah budaya yang asli dari Indramayu, karena jika mereka adalah budaya seharusnya budaya ini sudah ada sejak indramayu itu ada, namun disini beda, suku dayak losarang muncul karena adanya pemikiran takmad. Dikatakan bukan budaya karena komunitas ini hanya mengikuti pemikiran – pemikiran yang muncul dan diikuti oleh orang – orang tertentu. D. Pandangan Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Indramayu Terhadap Perkembangan Komunitas Suku Dayak HinduBudha Bumi Segandu Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Parawisata Kabupaten Indramayu beranggapan komunitas Suku dayak losarang bukan merupakan salah satu budaya, bukan seperti Suku Dayak yang berada di Kalimantan. Komunitas ini hanya terbentuk didasarkan oleh ideologi dan pemikiran – pemikiran yang dikembangkan oleh ketua dari komunitas Suku Dayak Losarang
yaitu Takmad Diningrat, sehingga lebih tepat disebut dengan
Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK). Komunitas ini memakai asesoris dan celana hitam putih yang hanya semata – semata menujukan identitas atai eksistensi kelompok semata, dan bukan berakar dari segi kebudayaan yang mengalami proses perkembangan. Melvile J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditemtukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Herkovit memandang kebudayaan sebagai suatu superorganic, karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi hidup terus. Walapaun orang – orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran. Pengertian kebudayaan meliputi bidang yang luasnya seolah – olah tidak ada batasnya.
58
Kebudayaan jika dikaji dari asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colore, yang berarti mengolah tanah, jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya dalam lingkungannnya”. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada pola – pola perilaku yang ditularkan secara sosial, yang merupakan kekhususan kelompok sosial tertentu.21 Di dalam budaya ada yang dinamakan sentra budaya, di indonesia sendiri menurut Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI) yaitu : Bali, Jogja dan Jawa Barat, dan salah satu yang menjadi sentra budaya di Jawa barat adalah Indramayu yang dilihat dari adat istiadat, nilai – nilai seni budaya dan tradisi masyarakat Indramayu. Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu bukanlah sebuah budaya, jika dikatakan sebagai budaya, seharusnya mengalami proses yang berangsur yang disebut dengan produk budaya sebagai contoh : benda – benda cagar budaya adalah hasil dari kebudayaan ketika zaman sudah maju produk budaya seperti handphone sebelum ada handphone ada telepon rumah dan fingger benda itu mengalami proses itu bisa dikatakan produk budaya yang berproses.22 Dalam kesehariannya aliran Takmad ternyata sangat berlawan dengan kebudayaan asli Indramayu. Contohnya ritual – ritual yang mereka jalankan seperti rendam di sungai dan berjemur seharian di terik matahari, memakai celana hitam putih dan aksesoris lainnya yang hanya sebatas identitas fisik semata. Berbeda dengan kebudayaan ngarot yang memang kebudayaan asli Indramayu, jika dilihat dari sejarah dan nilai-nilai kebudayaannya memang ngarot sudah ada dari dulu dan memiliki nilai sanksi sosial bagi remaja putri 21
Widyo Nugroho Achmad Muchji. Ilmu Budaya Dasar, ( Jakarta : Gunadarma, 1996), hal
20. 22
Asep Ruchiyat, S.Sn. Wawancara. Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Indramayu, 01 Juli 2015. Pukul 13:10
59
asli Indramayu kalau sudah tidak memiliki kesucian (keprawanan) maka pada saat ritual kembang pada sanggul mereka akan layu. Laurence Blum, menawarkan devinisi sebagai berikut: Multikulturalisme meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis lain. Multikulturalisme meliputi sebuah penilaian terhadap budaya-budaya orang lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari budaya-budaya tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana sebuah budaya yang asli dapat mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya sendiri.23 E. Pandangan
Dinas
Catatan
Sipil
dan
Kependudukan
Kabupaten
Indramayu Terhadap Perkembangan Komunitas Suku Dayak HinduBudha Bumi Segandu Dinas
Catatan
Sipil
dan
Kependudukan
Kabupaten
Indramayu
memandang dan berpendapat bahwa komunitas Suku Dayak ini sangat berlawanan dengan visi dan misi Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan khususnya di Kabupaten Indramayu. Pengikut Suku Dayak Losarang enggan membuat seperti KTP, KK, Akta Kelahiran dan dokumen lainnya. Memang dari dinas sendiri pernah mensosialisasikannya, untuk membujuk mereka agar memilliki KTP, namun keengganan masyarakat komunitas ini yang tidak mengharuskan memiliki KTP membuat dinas untuk mendata mereka sebagai masyarakat Indramayu. Mereka beralasan tidak bisa mengisi formulir pembuatan KTP karena ada kolom agama yang harus mereka isi, walaupun pendataan itu tetap ada24 Menurut Freud manusia sebagai satu kepribadian mengadung tiga unsur yaitu : Id, Ego, dan Superego. Id yang merupakan struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak nampak. Id merupakan libido murni, atau energi psikis yang menunjukan ciri alami yang irasional dan terkait dengan sex, yang secara instingtual menentukan proses – proses ketidaksadaran (unconcious). Id tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri, tetapi terkait dengan struktur lain 23
Andre Ata Ujan, dkk., Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan, (Jakarta, PT Indeks, 2011), h, 14. 24 Bambang Riswanto. Wawancara. Ketua Dinas Catatan Sipil. 06 Juli 2015 Pukul 10.00
60
kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator antara insting Id dengan dunia luar. Terkukung dari realitas dan pengaruh sosial, Id diatur oleh prinsip kesenangan, mencari kepuasaan instingual libidal yang harus dipenuhi secara langsung melalui pengalaman eksual, atau tidak langsung 25 melalui mimpi dan khayalan. Jadi, Id atau identitas diri adalah sebuah naluri atau kepribadian yang paling primitif yang tidak nampak pada diri manusia, identitas muncul bukan dari ingkungan luar namun pada diri pribadi. Suatu identitas diri sangatlah penting karena Identitas diri beguna untuk menunjukan jati dirinya. Jika di dalam sebuah komunitas id bukan hanya sekedar sebagai personal namun juga punya ciri – ciri yang bisa sama dengan orang lain dari komunitasnya. Untuk menunjukan identitas diri personal harus tercatat dan terdata di dalam suatu tempat, wilayah maupun negara seperti KTP, KK dan Akta Kelahiran. Konsep Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dalam menunjukan Id dapat ditunjukan melaui syimbol mencintai, menjaga dan menyatu dengan alam yang terkandung dalam ajaran ngaji rasa. F. Pandangan Kantor Kuwu (Kepala Desa) Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu adalah sekelompok orang yang menganut pemikiran sdr. Takmad Diningrat yang tinggal terpencar – pencar di luar desa krimun kecamatan losarang. Mereka memiliki ciri khas yang menunjukan Identitasnya yaitu celana hitam putih dan gelang kayu di tangan serta kakinya. Dari awal mula kemunculan komunitas ini berawal dari Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu yaitu sdr Takmad yang menikah wanita asli dari desa krimun, Takmad menetap dan memiliki keturunan di desa krimun. Dahulu Takmad adalah seorang guru silat dari SS (Silat Serbaguna), murid – muridnya pun banyak dari kalangan desa krimun maupun dari lua desa 25
13
Widyo Nugroho Achmad Muchji. Ilmu Budaya Dasar, ( Jakarta : Gunadarma, 1996), hal
61
krimun, seiring perjalanan pencak silat ini terus berganti nama yang kemudian di tahun 2000-an mereka merubah komunitasnya menjadi Dayak Hindu Budha Bumi Segandu sampai sekarang. Takmad pun dianggap menjadi Kepala Suku dari komunitas ini Di dalam aktifitas sosialnya mereka sangat membantu masyarakat sekitar desa
krimun,
seperti
pembangunan
jembatan,
perbaikan
jalan
dan
pembangunan tempat ibadah. Namun Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu sangat bertentangan dengan pihak pemerintahan, mereka tidak memiliki KTP, KK, dan Akta Kelahiran. Kepala Suku Dayak Losarang pak Takmad dan sebagian pengikutnya belum mau memiliki KTP sesuai peraturan pemerintah, padahal dari LAKPESDAM sering memberikan penyuluhan kepada Suku Dayak Losarang untuk pembuatan dokumen – dokumen pemerintah yang berlaku,namun ada juga pengikut dan anak dari Ketua Suku sendiri yang mau membuat KTP untuk kepentingan mereka.26 Pada perkembangannya memang Kepala Suku Dayak dan sebagian pengikut masih sulit untuk dibujuk membuat KTP dan data – data lainnya guna pendataan pendudukan, namun dari beberapa pengikut dan penganut dari Takmad sudah membuat KTP, itu karena tuntunan dari anaknya yang menginginkan untuk masuk sekolah, bahkan anak dan cucu dari kepala suku dayak mengikuti jalur pendidikan baik formal maupun non - formal dan anaknya pun sudah memiliki KTP. Kepala Komunitas Suku Dayak Losarang memiliki Ideologi dan pendirian yang kuat, terlihat pada pemikirannnya yang bisa menarik banyak pengikut untuk menjalani semua ajarannya, namun anak dan cucu dari kepala suku dayak losarang sendiri mengikuti perkembangan zaman dilihat dari pendidikannya pun rata – rata sudah menempuh jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas). Itu semua difaktori oleh perkembangan zaman dan lingkungan sekitar masyarakat desa krimun dan yang pasti adalah tidak adanya unsur paksaan dari seorang Takmad terhadap keturunanannya. 26
Surjono. Wawancara. Sekretaris Kuwu Kecamatan Losarang. 07 Juli 2015 Pukul 11:43
62
G. Pandangan Tokoh Masyarakat Sekitar Terhadap Perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu adalah sekumpulan orang yang memiliki pemikiran yang berbeda dengan masyarakat desa krimun pada biasanya, mereka juga memiliki ciri khas dalam berpenampilan. Komunitas ini diprakasai oleh Takmad, yang mana dia dahulu adalah seorang guru silat SS atau singkatan dari Silat Serbaguna. Dalam perkembangan Komunitas ini sangat pesat pengikutnya pun bukan dari desa krimun saja, namun pengikutnya menyebar luas dimana – mana. Setiap malam jumat kliwon mereka mengadakan ritual yang mana di dihadirin oleh para pengikut – pengikutnya di luar desa krimun, dan ditonton oleh masyarakat – masyarakat sekitar untuk sekedar menyaksikan bahkan untuk meraup keuntungan mengambil makanan yang dibagikan oleh Suku Dayak Losarang. Menurut Syarif, “Dalam interaksi antara komunitas suku dayak losarang dengan masyarakat desa krimun sejauh ini rukun tidak ada gesekan seperti konflik, komunitas suku dayak sangat ramah terhadap masyarakat sekitar. Sehingga tidak ada diskriminasi dan tidak ada jarak masyakarat terhadap komunitas dayak.”27 Tidak hanya warga sekitar desa krimun yang berpendapat bahwa Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu tidak mengganggu dan meresahkan warga. Sama halnya dengan salah satu pemuka agama di sekitar desa krimun yang beranggapan suku dayak tidak meresahkan mereka. Ustadz sekaligus ketua DKM Dai An-Nur mengatakan bahwa suku dayak tidak meresahkan agama lain. Mereka tidak meresahkan warga sekitar sini, mereka memang berbeda ajaran dengan agama yang telah diakui pemerintah. Tapi mereka 27
Syarif. Wawancara. Warga Desa Krimun Rt 13 Kecamatan Losarang. 22 Maret 2015 Pukul 17.00
63
tidak pernah menyebarkan ajaran mereka ke warga sekitar sini. Mereka juga tidak pernah memaksa warga sekitar sini untuk masuk ke dalam komunitas atau ajaran mereka. Bahkan mereka juga tidak pernah mengeluh merasa terganggu, padahal kalau puasa sering ada suara mengaji di masjid menggunakan speaker masjid. Semua berjalan biasa saja, interaksi kita dengan mereka baik baik saja. Bahkan mereka sangat membantu kita, seperti jika ada perbaikan jembatan atau jalan mereka ikhlas membantu tanpa dibayar. 28 Komunitas Suku Dayak Losarang tersebar di mana – mana, yang berada di desa krimun hanyalah keluarga suku dayak dan beberapa orang pengikutnya saja, dalam menghidupi dirinya suku dayak losarang biasanya bekerja sebagai petani dan menjadi tukang bangunan saja bahkan ada juga yang menjadi tukang kayu sesuai ketrampilan yang dimiliki, mereka tidak bekerja tetap karena rata – rata pendidikan mereka rendah. Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu atau lebih dikenal Suku Dayak Losarang adalah suatu aliran kebatinan yang mana mereka memiliki ajaran ngaji rasa, yang menurut mereka adalah belajar sabar terhadap keadaan apapun. Namun komunitas ini tidak pernah sekalipun memaksa atau mendoktrin masyarakat untuk bergabung, ini terlihat dari anaknya dan cucu dari takmad sebagai kepala sukunya keturunannya tidak ada yang mengikuti, mereka bergaul, berpakain seperti masyarakat biasa. Cucu dari Takmad adalah murid dari saya, dia mengaji setiap sore dan bersekolah di Dai An – Nur juga, mereka bergaul seperti anak biasanya, belajar dan memakai jilbab. Dari takmad sendri tidak pernah melarang cucunya untuk bersekolah bahkan mengaji, interaksi antara suku dayak dan komunitas dan masyarakat sekitar pun biasa saja dari dulu sampai sekarang.29 Dari segi sosial Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu jika dilihat langsung dari keluarga kepala Sukunya mengalami kemajuan secara pola pikir atau pandangan hidup, serta adanya kemauan mengikuti pendidikan dan memiliki pekerjaan sudah cukup baik. 28 29
Ustadz Jauhari. Wawancara. Masjid Dai An-nur, 6 Juli 2015 Pukul 21.00 WIB. Ibid. Ustadz Jauhari. Wawancara. Masjid Dai An-nur, 6 Juli 2015 Pukul 21.00 WIB.
64
H. Deskripsi Analisis Data Data – data penelitian tentang perkembangan komunitas Suku Dayak dapat dilihat dari fertilitas keturunan asli kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu yang diperoleh melalui data penduduk, observasi dan wawancara. Wawancara dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwista Kabupaten Indramayu, Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan Kabupaten Indramyu, Kantor Kuwu Kecamatan Losarang dan Ketua Serta Penganut Suku Dayak Hindu – Budha Bumi Segandu. Kelahiran atau fertilitas merupakan salah satu indikator kualitas penduduk, karena indikartor – indikator ini sangat berguna untuk menentukan kebijakan dan pembangunan sosial. Data kelahiran (fertilitas) yang diambil di desa Krimun berguna untuk menghitung atau mendata bayi atau keturunan yang lahir hidup di desa krimun itu sendiri, namun dalam penelitian ini hanya terfokus untuk meniliti keluarga dari Ketua Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu yang dibutuhkan dalam penelitian ini, Maka diperoleh data dari keturunan Kepala Suku yang lahir hidup. Selanjutnya, untuk mendapatkan gambaran fakta mengenai hubungan fertilitas dengan perkembangan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dapat dilihat dari keturunan asli ketua suku itu sendiri, apakah mengalami kemajuan atau bahkan statis (tetap) yang mana bisa diamati dari tingkat pendidikan, pekerjaan dan pengamatan akan pandangan hidup, maka dilakukanlah observasi, dan pengumpulan data
keluarga Takmad serta
wawancara langsung kepada Kantor Kuwu dan Ketua RT Desa Krimun kecamatan losarang kabupaten Indramayu dapat dilihat dalam tabel.
65
Tabel Data 4.1 Keluarga Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Nama
Tanggal Lahir
Pendidikan
Takmad
10 Febuari 1941
Tidak Bersekolah
Sarini
15 Juli
Tidak Bersekolah
Pekerjaan Petani Ibu Rumah Tangga
Tabel Data 4.2 Pencatatan anak keturunan Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu
Nama Anak
Tanggal Lahir
Saripudin
7 Juli 1978
Casihih
9 Mei 1985
Darto Suhendra
Jenis Kelamin L P
Pendidikan Terakhir SLTP
SLTP SLTP
Trinuryati
SMEA
Nyi Dewi Ajah
SD
Pekerjaan Wiraswasta & Penasehat Hukum Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa 3 dari 5 anak keturunan dari kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Menamatkan bangku sekolah sampai SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Satu diantaranya ada yang SLTA dan SD, Hal ini menunjukan bahwa anak keturunan asli dari Ketua Suku Dayak Losarang sadar akan pendidikan. Dilihat dari pekerjaan dua anak dari Kepala Suku Dayak Losarang bekerja sebagai Wiraswasta
66
Tabel Data 4.3 Cucu Dari Ketua Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Nama Cucu Nyi Dewi Arang Mustika Ratu Sri Penganten Gumilang Sari Dewi Sabda Pengasih Sri Dewi Oktaviani Lintang Vina Dewi Rohani Ayu S Putri Ayu Raden Jaka Sumbing
Jenis Kelamin L P
Tanggal Lahir 23 Juli 1996 24 Mei 1998 24 Febuari 2006
Pendidikan SMA Belum Sekolah SMA Belum Sekolah SD Belum Sekolah SMP Belum Sekolah SMP SMP Belum Sekolah Belum Sekolah
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa 6 dari cucu Ketua Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu telah melakukan atau mengikuti kewajiban pendidikan. Hal ini menujukan perkembangan yang baik karena kesadaran akan pendidikan dari keturunan kepala suku dayak meningkat. I. Deskripitif Hasil Penelitian Berdasarkan analisa dari data hasil penelitian, dengan langkah mencari data, menganalisa data kemudian menginterpreasikan, mengenai Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, bagaimana perkembangan suku dayak losarang jika dilihat dari fertilitas keturunan asli kepala Suku Dayak. Maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : 1.
Ketua dan pengikut Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu tidak memiliki kesadaran untuk belajar dan mementingkan pendidikan formal, mereka hanya berprinsip kepada ajaran sejarah alam.
67
2.
Data fertilitas keturunan asli yang hidup dari keluarga kepala suku dayak dari pertumbuhan jumlah cukup pesat dan mayoritas berjenis kelamin perempuan.
3.
Cucu dari kepala suku dayak bersekolah dan mengaji di Dai An – Nur dan bergaul seperti masyarakat biasa
4.
Dalam perkembangannya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu yang dilihat dari data fertilitas mengalami perbaikan mutu atau kualitas anak, dari tingkat pendidikan,pekerjaan dan pengamatan akan pandangan hidup yang sudah modern dan mengikuti perkembangan zaman
5.
Ajaran pada komunitas ini adalah Ngajirasa, ajaran yang diakui sebagai jalan menuju pemurnian diri, mendidik setiap pengikutnya untuk mengendalikan diri dari “Tiga TA” (harta, tahta dan wanita). Bagi komunitas ini, anggota yang telah menikah kemudian suami harus sepenuhnya mengabdikan diri pada keluarga.
6.
Dinas
Pendidikan
masyarakat
kabupaten
komunitas
Suku
Indramayu Dayak
memandang
Losarang
dalam
kelompok aktifitas
kehidupannya sangat berlawanan dengan program pemerintah, khususnya program wajib belajar 9 tahun termasuk sedang mempersiapkan program wajib belajar 12 tahun. Maka komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu tidak menganjurkan dan mementingkan pendidikan sikap kelompok aliran kepercayaan yang dipimpin oleh sdr Takmad yang tidak mengharuskan anaknya bersekolah dengan alasan banyak orang pintar tapi tidak benar. 7.
Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata kabupaten Indramayu memandang kelompok masyarakat Komunitas Suku Dayak Losarang dalam aktifitas kehidupannya ternyata sangat berlawanan dengan kebudayaan asli Indramayu
8.
Dinas
Catatan
Sipil
dan
Kependudukan
kabupaten
Indramayu
memandang Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu adalah komunitas yang tidak sejalan dengan visi dan misi Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan kabupaten Indramayu. Misalnya masyarakat wajib
68
memiliki identitas diri seperti KTP, KK, Akta Kelahiran. Namun komunitas ini tidak memilikinya. 9.
Kantor Kuwu Kabupaten Indramayu memandang Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu terbentuk karena adanya pemikiran dari Sdr Takmad, yang bisa hilang ketika ia sudah tiada lagi. Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan berdasarkan hasil pengamatan
data, observasi dan wawancara bahwa perkembangan komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu jika dilihat atau dikaji dari fertilitas keturunan asli Kepala Suku Dayak mengalami kemajuan seperti tingkat pendidikan dan pandangan hidup mereka yang sudah maju dan modern. Dari data yang ada anak keturunan ketua Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu memiliki kesadaran akan pendidikan dan memilih untuk hidup seperti layaknya masyarakat biasa. Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu yang merupakan generasi penerus bangsa mengembangkan jati dirinya berbeda-beda. Upaya yang dilakukan komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dalam mengembangkan jati dirinya ialah dengan mengembangkan dan menjaga alam dan kemurnian ajaran ngaji rasa. Mereka merupakan kelompok aliran kebatinan atau lazim disebut aliran kepercayaan yang menganggap bahwa kewajiban sebagai warga negara adalah menjadi masyarakat yang bermartabat, harus menjaga kerukunan antar sesama, menciptakan lingkungan yang aman, tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum dan hukum negara seperti mencuri, merampok ataupun mabuk – mabukan. Prinsip dari Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu tidak akan membuat KTP sebelum kolom agama dihapuskan,karena itu sebuah bentuk diskriminasi terhadap pemikiran mereka, menurut mereka semua agama baik dan yang terpenting mampu menjaga alam, dan tidak melakukan hal – hal yang negatif.
69
Jika dilihat dari tingkat pendidikan ketua serta pengikutnya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu sangat rendah dan masih berpikir seperti orang primitif yang bergantung pada alam, mereka tidak memiiki motivasi untuk melakukan pendidikan, alasan mereka banyak orang berpendidikan namun belum benar dan merugikan orang lain. Namun mereka tidak pernah melarang keturunan mereka untuk tidak bersekolah karena pribadi seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri. Di dalam kehidupan manusia pasti akan mengalami perubahan atau perkembangan, baik perubahan yang bersifat nyata atau terlihat seperti fisik, maupun perubahan yang bersifat abstrak atau tidak terlihat seperti perubahan psikologis manusia. Menurut beberapa ahli pendidikan, perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor – faktor itulah yang akan menentukan perubahan manusia yang mengarah pada hal – hal positif atau malah sebaliknya mengarah pada perubahan negatif. Dalam beberapa literatur pendidikan terdapat aliran – aliran yang biasa digunakan oleh beberapa ahli pendidikan sebagai suatu pendekatan dalam menilai faktor – faktor yang mempengaruhi proses perubahan atau perkembangan manusia. Aliran – aliran tersebut diantaranya : 1. Aliran Nativisme Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor – faktor yang dibawa manusia sejak lahir, pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah memnentukan hasil perkembangannya. Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat – sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut, percumalah kita mendidik, atau kata lain pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagogis.
70
2. Aliran Naturalisme Nature artinya alam atau apa yang di bawa sejak lahir. Hampir senada dengan aliran nativisme, maka aliran ini (naturalisme) berpendapat bahwa pada hakikatnya semua anak (manusia) sejak dilahirkan adalah baik. Bagaimana jika pengaruh itu hasil perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengaruh pendidikan itu baik, akan menjadi baiklah ia, akan tetapi jika pengaruh itu jelek akan jelek pula hasilnya 3. Aliran Emprisme Aliran Empirisme berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme karena berpendapat bahwa dalam perkembangannya anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.30 Dalam perkembangannya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu mengalami perubahan secara pemikiran yang terbentuk dalam diri anak keturunannya, itu terlihat dari pendidikan, pekerjaan dan pandangan hidup mereka yang modern dan tidak mengikuti ajaran – ajaran ngaji rasa yang tergolong masih primitif, yang mana terjadi pada keturunan dari ketua Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu itu sendiri. Faktor yang sangat kuat mempengaruhi perubahan pemikiran anak dan cucunya berasal dari lingkungan pergaulan mereka dan tidak ada larangan dari manapun Menurut Suhana (Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu), “ Anak saya ingin sekolah sendiri,tanpa dorongan dari siapa pun mungkin karena dia melihat teman – temannya, pada dasarnya anak adalah titipan yang harus diberikan kasih sayang dan dicukupin kebutuhan dan kemauannnya ,namun
30
M. Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Edisi kedua. (Bandung : PT Remaja Rosda Karya), hal. 59
71
saya memiliki harapan agar anak saya bisa pintar dan mengejar cita – citanya.”31 Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu adalah komunitas yang memiliki pandangan hidup ke arah primitif namun masih mengenal teknologi, sikap mereka terhadap pendidikan sangat kurang, dari segi pekerjaannya pun mereka serabutan, mereka melakukan pekerjaan apapun yang penting atas dasar giat bekerja. Tetapi di tengah – tengah konsep ngaji rasa atau keprimitifannya, mereka tidak melakukan pemaksaan terhadap keturunannya untuk mengikuti pemikiran dan ajarannya, justru mereka membebaskan, karena seseorang berhak untuk memilih menentukan jalannya sendiri, dalam contohnya mereka tidak memaksa anak untuk tidak bersekolah, baik sekolah formal maupun non formal.
31
Suhana. Wawancara. Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. Pada Tanggal 16 Sepetember 2015 Pukul 11.00
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil analisis kajian fertilitas keturunan asli kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dalam perkembangannya, menunjukan ada kemajuan dari segi kehidupan, itu dibuktikan dari keturunan takmad yang sadar akan pendidikan formal dan non formal, serta tidak menjadi pengikut aliran komunitas Suku Dayak Losarang . Pada dasarnya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu mempunyai konsep yang tidak mementingkan akan pendidikan dirinya maupun keturunannya bahkan untuk masa depan sekalipun, karena menurut konsep komunitas ini, seorang manusia bisa berjalan diatas kaki sendiri dan menentukan nasibnya sendiri, yang mana itu sebuah makna dari kata Suku. Kepala Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu memiliki pandangan hidup (ideologi) dan pendirian yang kuat, ia bisa menarik banyak pengikut untuk menjalani ajaran, tapi berdasarkan data dan hasil wawancara sejumlah kantor Dinas dan Perangkat desa, anak dan cucunya tidak mengikuti ajaran dari takmad, mereka memiliki pandangan hidup yang normal bahkan cenderung mengikuti perkembangan zaman. B. Saran Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, saran penulis mengenai penelitian ini adalah: 1)
Bagi komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu, diharapkan dapat memberi arahan dan motivasi untuk keturunannya agar memiliki pendidikan dan pekerjaan yang baik
72
73
2)
Bagi masyarakat, diharapkan tidak deskriminasi terhadap komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu karena setiap masyarakat memiliki kepercayaan dan pandangan masing - masing
3)
Bagi PEMDA, diharapkan agar mempermudah kepengurusan pencatatan sipil maupun pendidikan bagi anak maupun cucu dari keturunan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu.
Dafar Pustaka
Aap, Abe, Dayak Dermayu, Disesatkan MUI Tapi Disayang Warga Indramayu (The Official Site Of Desatara Foundation:Desantara. Org, 2007) Achad Muchji, Widyo Nugroho. Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta : Gunadarma, 1996),h. 20 Andre Ata Ujan,dkk, Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan.(Jakarta, PT Indeks, 2011), h 22 Antara news, Dayak Indramayu abaikan vonis MUI, (Antara.com,2007) diunduh tanggal 12 oktober, Pukul 12.30 WIB Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta : PT RINEKA CIPTA), h. 201 Dikutip dari Skripi: Saripuddin “Integrasi Sosial Suku Dayak Indramayu”, Skripsi pada Sekolah Universitas Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009,h. 3, tidak diterbitkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Indramayu Tahun 2004, h. 46 Hasbullah. Dasar – dasar pendidikan. Edisi Revisi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.2008), h. 1 Hiski Darmayana, “Kearifan Lokal Komunitas Dayak Indramayu;, Artikel diakses pada 10 September 2015 Pukul 09.14 http://disparbud.javaprov.go.id/applications/fronted/index.php?mod=statistikwisatawan&catid=11 J. Moeleong, Lexi. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010) Jurnal Mundiharno, Structur Sosial dan Fertilitas (Social structure and fertility : an analytical framework) (Yogyakarta : Lembaga Kependudukan UGM ; 1974)
Jurnal Sri Yuniarti, Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan Fertilitas Suatu kajian Literatur Koentjaningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Renika Cipta. 2009
74
75
Mantra, Ida Bagus Demografi umum, Edisi Kedua ( Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset,2013), h. 145 M. Keesing, Roger. Antopologi budaya, suatu perspektif kontoporer. Edisi kedua (Jakarta : Erlangga, 1981). Musman, Asti. 10 Filosofi Hidup Orang Jawa. 2015. (Yogyakarta : Shira Media), h. 13 – 14 Pranowo, Bambang. Sosiologi sebuah pengantar.(Tanggerang : Laboratorium sosiologi agama), h. 132 Purwanto,M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (Bandung : PT Remaja Rosada Karya), h 5 Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif : Proses & Aplikasi. JakartaPT Indeks. 2012 Sanderson, Stephen K. Makro sosiologi, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada,2011) Schot, Jhon. Sosiologi : The key Consept : Tim Penerjemah Labsos FISIP UNSOED (Jakarta : Rajawali Pers, 2011) Cet ,I, hlm,,21 cm. Singarimbum, Masri. Penduduk dan Perubahan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1996, h. 258. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif.(Bandung : ALFABETA), h. 122 Sugiyono. 2012, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi ke – 2. Jakarta : Rajawali Pers. 2000 Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodelogi Penelitian Pendidikan. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011) Supardan, Dadang. Pengantar Imu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta : Bumi Aksara. 2009 Toto Sucipto, dkk (rajabookgratis.com),h. 8 diakses pada tanggal 10 September 2015 pukul 13.15 Zein Achmad dkk, Membangun Psikologi Kerja & Aplikasi Etika Edisi Profesi, h. 25
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jl. lr. H. JuaMa No 95 Ciputat
1
: Terbit :
No. Dokumen Tgl. No. Revisi:
FORM (FR)
5412 lndonesia
Hal
:
FITK-FR-AKD-081
1 Maret 01
1t1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.01/F.l/I(M .01.3/........./2015 Lamp. : Hal : Bimbingan Skripsi
Jakarta, 22 Januari 2015
KepadaYth. Syaripulloh, M.Si Sodikin, M.Si Pembimbing Skripsi Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. As salamu' al aikum w r.w b.
Dengan
ini diharapkan kesediaan
Saudara untuk menjadi pembimbing
l/ll
(materi/tekn is) penu I isan skripsi mahas iswa: Nama
Aditya Fajar Setiawan
NIM
l 1 l r015000067
Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengatahuan Sosial
Semester
VIII (Delapan)
Judul Skripsi
Kajian Fertilitas "Suku'Daiak Hlndu Budha Bumi Segandhu"
di
Losarang (Studi Kasus Desa Krimun Kecamatan
Losarang Kabupaten Indramayu
-
Jawa Barat)
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 8 Oktober 2014, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing mbnghubungi Jurusan terlebih dahulu..
Bimbingan skripsi
ini diharapkan selesai datam waktu 6 (enam) bulan, 6un dgpat
diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudarq kami ucapkan terinna kasih. Wass
alamu' alaihtm wr.w b. a.n. Dekan
Dr.Iwan Purwanto, M.Pd NrP. 19730424 20080t I 012 Tembusan:
l. 2. 3.
Dekan FITK
Kajur P.IPS Mahasiswa ybs.
2010
KEMENTERIAN AGAIIA UIN JAKARTA FITK Jt.
No.
FORIS {FR}
k. H. Jnda r1D9soipnad 1t112,n&re:*t
Tgl. No-
: Terlrit :
Dokumen
Revisi: :
Hal
FITK-FR-AKD-082 16
Juni
2O15
O2
1t1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN Nomor : Un.0 I lF. I A(M .Al 3 / I 17 l20lg Lamp. Hal : Permohonan lzin Penelitian
Jakarta, 16 Juni 2015
Kepada Yth.
di Tempat As s alamu' al aikum wr.w b.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa"
NIM
Jurusan/
1111015000011
Semester P.IPS/8
Nama
Riki Andrian
Aditya Fajar S.
I
1015000067
P.IPS/8
Fari Agung S.
I I l 101s000086
P.IPS/8
11
Judul Skrisi
Eksistensi
dan Mobilitas
Sosial
Masyarakat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Losarang Indramaw Jawa Barat FERTILITAS PENDUDUK DAYAK LOSARANG (Studi Kasus: Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten lndramaw) Pola Interaksi Umat Beragama Suku Dayak Bumi Segandu Losarang Indramaw Jawa Barat
adalah benar rnahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang men)rusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi yang Saudara
pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. lll as s al amu' al aikum wr.w b. IPS
Furwanto, M.Pd Tembusan: l. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3- Mahasiswa yang bersangkutan
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu, menerangkan bahwa : Nama
: Aditya Fajar Setiawan
NIM
: 1111015000067
Fakultas/Jurusan
: FITK/ Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Semester
: VIII (Delapan)
Tahun Akademik
: 2014 / 2015
Nama tersebut benar telah melaksanakan pnelitiaan di desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, sejak tanggal 29 Juni – 9 Juli 2015 pada tahun ajaran 2014 / 2015 yang penelitiannya berjudul : “Kajian Fertilitas Keturunan Asli Kepala Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Dalam Perkembanganya” Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Indramayu, 9 Juli 2015
Takmad Diningrat
Menetapkan Informan Untuk mendapatkan sebuah data yang valid, penentuan informan yang mumpuni perlu dilakukan. Setelah meminta saran dari beberapa pihak. Peneliti menetapkan beberapa informan kunci sebagai berikut Dari anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu No 1
Nama Informan Takmad
2
Rusdi
3
Wardi
4
Suhana
Alasan Pemilihan Informan Sebagai Ketua Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, sekaligus sentral utama komunitas ini Sebagai juru bicara sekaligus orang kepercayaan Takmad, yang mampu berkomunikasi baik dan mengetahui sejarah awal komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Sebagai Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu yang mampu berbicara tentang sejarah Sebagai anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu sekaligus orang yang mendukung kependidikan dan masa depan anakya.
Dari tokoh masyarakat desa krimun No 1
Nama Informan Surjono
2
Syarif
3
Jauhari
4
Sudirman
Alasan Pemilihan Informan Sekretaris Kantor KUWU Kecamatan Losarang yang mengetahui banyak sejarah Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dan mengetahui tentang keturunan dari ketua adat. Pedagang kecil sekaligus masyarakat terdekat dan bergaul dengan anggota suku dayak di desa krimun Ustad Dai An- Nur di kecamatan losarang sebagai pemuka agama di desa krimun Ketua RT desa krimun kecamatan Losarang, dan mengetahui perkembangan dari Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Dari Kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Indramayu No 1
Nama Informan M. Ali Hasan
2
Asep Ruchiyat
3
Bambang Riswanto
Alasan Pemilihan Informan Ketua Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, untuk mengetahui persepsi terhadap komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dan untuk mengetahui pendidikan mereka dan keturunannya Kepala Dinas Kebudayaan, untuk mengetahui persepsi terhadap komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dalam perkembangannya dari segi kebudayaan Kepala Dinas Catatan Sipil, untuk mengetahui pertumbuhan penduduk di kecamatan losarang, dan mengetahui persepsi terhadap komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dalam perkembanganannya
CATATAN LAPANGAN Hari dan Tanggal Minggu,18 Oktober 2014
Kegiatan Penelitian Survey Tempat
Minggu,22 Febuari 2015
Kunjungan Awal
Minggu,22 Maret 2015
Kunjungan Kedua
Senin, 29 Juni 2015
Observasi Wawancara Observasi Wawancara
Rabu, 1 Juli 2015
Senin, 6 Juli 2015
Observasi Wawancara
Rabu, 8 Juli 2015
Observasi Wawancara
Minggu,23 Agustus 2015
Wawancara
Keterangan Melihat – lihat tempat lokasi dan Wawancara ketua Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu (Takmad Diningrat) Wawancara seputar berdirinya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu kepada ketua dan anggota Suku Dayak Wawancara Pak Syarif (Masyarakat Krimun) Wawancara Ketua Dinas Pendidikan (M. Ali Hasan) Wawancara Ketua Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Asep Ruchiyat, S.Sn) Wawancara Ketua Dinas Catatan Sipil dan Ketua Dinas Agama (Bambang Riswanto dan H. Rachmat Jaya) Wawancara Rusdi (Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu) Wawancara Suhana (Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu)
Menentukan Tema Budaya Setelah melakukan Wawancara, Observasi Lapangan dan Dokumentasi ditemukan beberapa tema budaya yang dihasilkan
A. Nama Identitas Komunitas B. Lokasi, Lingkungan alam, Keadaan Masyarakat C. Asal Mula dan Sejarah a. Asal Mula Ajaran Ngaji Rasa b. Sejarah Terbentuknya Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu D. Data Keturunan Kepala Suku E. Rata – rata pencaharian F. Sistem Religi a. Keyakinan Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu b. Sumber Ajaran Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu c. Ritual Kepercayaan Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Mencatat dan Menulis Profil Komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Profil dari Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu berawal dari perguruan silat “Serba Guna” yang terus berkembang, komunitas ini terletak di desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Awal penamanan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu melewati beberapa tahap yang berasal dari pemikiran seorang ketuanya atau kepala sukunya yaitu Pangeran Takmad Diningrat, aliran ini bertujuan untuk membersihkan hati – hati yang telah kotor dan untuk mencapai kesahajaan. Ajaran dari komunitas ini adalah ngaji rasa, ngaji rasa sendiri adalah kembali pada alam yang artinya pemurnian diri dan mengabdi pada Nur alam. Mereka pun mendapatkan pemurniaan diri dari hasil pengkajian ilmu kebathinannya, yang kemudian menemukan nilai kebenaran yang diyakini langit ini kemudian disimbolkan dalam warna hitam dan putih di celana yang dipergunakan dalam keseharian dan menjadi identitas diri mereka sebagai Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu. Meski penampilan mereka layaknya orang Suku Dayak yang ada di Kalimantan, namun Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu atau bisa disebut Suku Dayak Losarang sama sekali tidak ada hubungannnya sama sekali dengan Dayak Kalimantan. Mereka merupakan bagian dari wong dermayu atau penduduk Indramayu yang pada umumnya menggunankan bahasa dengan dialek Jawa – Cirebon, dan rata – rata mereka bekerja sebagai petani dan nelayan. Dalam aspek bahasa dan ras, mereka tidak banyak berbeda dengan masyarakat Indramayu pada umumnya. Perbedaan mereka dengan kebanyakan orang Indramayu lainnya terletak pada adat istiadat, kepercayaan serta dari segi penampilan di kehidupan sehari harinya, Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu menyimpan beberapa makna dan filosofi di dalamnya, yang tentu menurut bahasa dan pemakna arti menurut mereka. Kata Suku artinya kaki yang artinya setiap manusia berdiri diatas kaki
sendiri yang mana bahwa setiap individu memiliki tujuan masing – masing dalam kehidupannya di alam ini. Sementara kata Dayak dari kata Ngayak atau menurut bahasa jawa artinya menyaring, yaitu menyaring berbagai pilihan yang ada dihadapan manusia dalam menjani hidupnya, yang seringkli terjebak dalam benar atau salah. Sedangkan kata ‘Hindu’ bermakna awal atau embrio dari kehidupan manusia ketika berada dalam kandungan ibu. Hal ini juga berfungsi mengingatkan setiap individu akan besarnya peranan ibu atau wanita dalam mempersiapkan seseorang untuk lahir dan memulai kehidupan di dunia ini. Kata ‘Budha’ artinya ‘wuda’ atau telanjang. ‘Ketelanjangan’ ini merupakan suatu refleksi atas hakikat hidup manusia yang sejatinya haruslah penuh dengan kejujuran dan kemurnian serta menyatu dengan alam. Hal inilah yang menjelaskan sebab dari penampilan Suku Dayak Indramayu yang memang tidak mengenakan pakaian (hanya mengenakan celana sebatas lutut) dalam kehidupan sehari-hari. Sementara kata “Bumi Segandu” berarti puser bumi atau alam, merefleksikan kecintaan terhadap alam. Kata Indramayu pun memiliki makna dalam filosofi mereka, yakni ‘darma’ atau bakti pada orang tua serta ‘ayu’ yang berarti perempuan. Jadi bakti yang wajib ditunaikan oleh setiap individu adalah pengabdian pada orang tua, terutama orang tua perempuan. Dalam hal ini terlihat suatu penghormatan yang besar terhadap kaum wanita dalam komunitas ini. Dari arti nama Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu sangat jelas posisi kaum wanita yang terhormat terlihat dari konsep kepercayaan yang dianut oleh suku Dayak Dermayu, “Sejarah Alam Ngaji Rasa” Dalam kepercayaan tersebut, sosok Tuhan atau zat yang memberi kehidupan bagi manusia dipersonifikasikan dengan figur wanita. Mereka menamakannya Nyi Dewi Ratu.
Aplikasi
keberagamaan komunitas pimpinan ki Takmad ini diwujudkan dengan memperlakukan istri atau kaum wanita dengan penuh kasih. Pengkhianatan, kekerasan serta kebohongan yang ditujukan pada istri (wanita) dilarang keras dan merupakan dosa besar. Dalam konsepsi ajaran Sejarah Alam Ngaji Rasa, Nyi Dewi Ratu adalah sumber kebenaran hidup. Oleh karenanya, sang dewi harus
dipuja dengan cara “ngajirasa” atau melakukan berbagai lelaku atau amalan. Amalan yang paling utama adalah kasih sayang dan kesetiaan kepada istri. Selain penghormatan yang tinggi pada kaum wanita, suku Dayak Indramayu juga menjalankan beberapa ritual yang menggambarkan kecintaan mereka terhadap Tuhan dan alam. Ritual untuk menyembah sang penguasa alam dilakukan dengan 2 cara, yang biasa disebut laku pepe dan laku kungkum. Laku pepe dilakukan dengan berjemur diri dibawah sinar matahari. Sementara laku kungkum dilaksanakan dengan cara merendam tubuh di dalam air hingga sebatas leher. Ritual ini dilakukan dari pukul 24.00 hingga pukul 06.00 WIB. Laku Kungkum atau ritual rendam berfungsi sebagai menahan rasa sabar dari rasa dingin yang menusuk dimalam hari, dan Laku Pepe atau ritual berjemur berfungsi untuk belajar rasa sabar dari rasa panasnya terik matahari disiang hari. Ritual-ritual pada dasarnya adalah sebagai upaya mereka menyatukan diri dengan alam, serta cara mereka melatih kesabaran. Semua ini dilakukan tanpa ada paksaan. Bagi yang mampu silakan melakukannya, tapi bagi yang tidak mampu, tidak perlu melakukan, atau lakukan semaunya saja
Profil Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Pendopo Nyi Ratu Kembar adalah Pendopo yang berguna untuk ritual dan bacaan alas Turi
-
Sumur yang terdapat dalam Pendopo berguna sebagai sumber mata air Lebak Keraton adalah bangunan yang menyimbolkan dan sebagai pembuktiaan terdapat bumi segandu
-
-
Gerbang Atau Gapura yang bertulisan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu, pembangunan padepokan ini adalah hasil dari patungan anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu dan berdiri di tanah warisan mertua dari kepala Sukunya Gambar wanita adalah penyimbolan bahwa wanita di istimewakan
-
Ritual Kungkum adalah Ritual yang dikerjakan setiap malam jumat kliwon dari jam 00.00 – 06.00 pagi. Ritual Pepe adalah Ritual yang dikerjakan setelah Ritual Kungkum dilaksanakan jam 10.00 – 12.00 siang. Laku Kungkum atau ritual rendam berfungsi sebagai menahan rasa sabar dari rasa dingin yang menusuk dimalam hari, dan Laku Pepe atau ritual berjemur berfungsi untuk belajar rasa sabar dari rasa panasnya terik matahari disiang hari. Ritual-ritual pada dasarnya adalah sebagai upaya mereka menyatukan diri dengan alam, serta cara mereka melatih kesabaran. Semua ini dilakukan tanpa ada paksaan. Bagi yang mampu silakan melakukannya, tapi bagi yang tidak mampu, tidak perlu melakukan, atau lakukan semaunya saja.
-
Takmad Diningrat adalah Ketua Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Suhana, Rusdi, dan Wardi Anggota Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Para Informan Selama Penelitian
Denah Bangunan Padepokan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Denah Kecamatan Losarang
PEDOMAN WAWANCARA Wawancara terhadap Bapak Takmad dan Pengikutnya
1. Apa alasan anda menamakan suku dayak Hindu Budha Bumi Segandhu ? 2. Apa alasan anda membentuk suku dayak Hindu Budha Bumi Segandhu ? 3. Berbicara ngaji rasa, apa yang dimaksud ngaji rasa? 4. Sejak kapan suku dayak Hindu Budha Bumi segandhu ? 5. Bagaimana sejarah awal berdirinya suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu ? 6. Bagaimana perkembangan komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu sejak awal sampai sekarang? 7. Adakah kendala selama perkembangan Suku Dayak ini ? 8. Dilihat dari banyaknya pengikut,bagaimana cara merekrut anggota komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Seghandu ? 9. Adat apa yang di pakai untuk mensakralkan sebuah ikatan perkawinan ? 10. Pemerintah Indonesia memberikan aturan untuk KB (Keluarga Berencana), apakah suku ini juga mengikuti peraturan tersebut ? 11. Ada berapa pasang keluarga yang ada di desa krimun yang menjadi pengikut anda ? 12. Serta bagaimana angka kelahiran yang ada dalam komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu ini sendiri ? 13. Apakah Suku ini mewajibkan seorang anak atau keturunan asli untuk mengikuti jejak dan menganut Komunitas Suku dayak Hindu Budha Bumi Segadhu . Jika iya kenapa, jika tidak kenapa alasannya ?
PEDOMAN WAWANCARA Persepsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu Terhadap Keberadaan Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu
1) Bagaimana persepsi anda terhadap komunitas suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu? 2) Apa respon awal masyarakat terhadap keberadaan Komunitas Suku Dayak HinduBudha Bumi Segandu? 3) Bagaimana persepsi masyarakat tentang Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu sekarang? 4) Bagaimana sejarah awal Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu? 5) Bagaimana kehidupannya dalam masyarakat Sekitar ? 6) Apa perbedaan mereka dengan masyarakat lain 7) Apa saja ritual yang dijalani ? 8) Menurut anda, apakah layak suku dayak Hindu Budha Bumi Segandu sebagai salah satu budaya yang patut untuk dilestarikan ? 9) Apa saran anda terhadap komunitas suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu? 10) Apa pesan anda terhadap komunitas suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu? 11) Apa harapan anda untuk komunitas suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu?
PEDOMAN WAWANCARA Persepsi Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu Terhadap Keberadaan Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu
1. Bagaimana persepsi anda terhadap komunitas suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu? 2. Menurut anda, apakah layak Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Sebagai salah satu budaya yang patut untuk dilestarikan 3. Apa harapan anda untuk komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu? 4. Setujukah anda Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu salah satu budaya asli Indramayu ? 5. Bagaimana tingkat pendidikan anak di kecamatan losarang khusunya Suku Dayak Losarang ? 6. Bagaimana kontribusi Dinas Pendidikan terhadap keberadaan Suku Dayak Losarang ? 7. Bagaimana tingkat prestasi anak di kecamatan losarang khususnya anak suku dayak Losarang ? 8. Apa upaya dinas pendidikan dalam meningkatkan tingkat pendidikan di daerah losarang khususnya ? 9. Perlukah perlakuan atau perhatian khusus dari dinas pendidikan untuk pendidikan anak suku dayak yang melaksanan pendidikan? 10. Bagaimana sejarah awal Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu? 11. Bagaimana kehidupannya dalam masyarakat Sekitar ? 12. Apa perbedaan mereka dengan masyarakat lain 13. Apa saja ritual yang dijalani ?
PEDOMAN WAWANCARA Persepsi Dinas Pencatatan Sipil Kabupaten Indramayu Terhadap Keberadaan Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu
1. Berapakah jumlah penduduk hidup di kecamatan losarang ? 2. Berapakah jumlah penduduk hidup di desa krimun ? 3. Berapakah mortalitas di desa krimun ? 4. Berapakah fertilitas di desa krimun ? 5. Berapakah jumlah migrasi dan emigrasi penduduk di desa krimun ? 6. Apa saja profesi yang ditekuni masyarakat desa krimun ? 7. Berapa tingkat angka pengangguran di desa krimun ? 8. Bagaimana pencatatan perkawinan ? 9. Bagaimana sejarah awal Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu? 10. Bagaimana kehidupannya dalam masyarakat Sekitar ? 11. Apa perbedaan mereka dengan masyarakat lain 12. Apa saja ritual yang dijalani ? 13. Bagaimana persepsi anda terhadap komunitas suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu? 14. Menurut anda, apakah layak Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Sebagai salah satu budaya yang patut untuk dilestarikan 15. Apa harapan anda untuk komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu? 16. Setujukah anda Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu salah satu budaya asli Indramayu ?
PEDOMAN WAWANCARA Persepsi Kepala desa, RT, RW dan masyrakat sekitar Terhadap Keberadaan Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu 1) Bagaimana pandangan anda terhadap komunitas suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu? 2) Bagaimana pendapat masyarakat terhadap awal keberadaan komunitas suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu? 3) Bagaimana pendapat masyarakat terhadap keberadaan komunitas suku Dayak HinduBudha Bumi Segandu sekarang? 4) Bagaimana pendapat anda sebagai Tokoh Masyarakat di desa krimun menilai perkembangan komunitas suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu? 5) Bagaimana sejarah awal Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu? 6) Bagaimana kehidupannya dalam masyarakat Sekitar ? 7) Apa perbedaan mereka dengan masyarakat lain 8) Apa saja ritual yang dijalani ? 9) Bagaimana tingkat kelahiran keturunan asli dari Suku Dayak Hindu Budha Segandu ? 10) Menurut anda, apakah layak suku dayak Hindu Budha Bumi Segandu sebagai salah satu budaya yang patut untuk dilestarikan ? 11) Sejauh mana yang anda ketahui Interaksi sosial yang berjalan antara masyarakat biasa dengan Suku dayak? 12) Berbicara tentang kelangsungan keturunan mereka, bagaimana proses perkawinan yang mereka lakukan ? 13) Adat apa yang mereka pakai di dalam perkawinan ? 14) Berapakah rata – rata umur di dalam perkawinan, baik pria dayak maupun wanita ? 15) Berapakah jumlah rata – rata angka kelahiran yang di hasilkan oleh wanita dayak ? 16) Bagaimana tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan dari keturunan suku dayak itu sendiri ?
PEDOMAN WAWANCARA Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Keberadaan Komunitas Suku Dayak HinduBudha Bumi Segandu 1) Bagaimana persepsi anda terhadap komunitas suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu? 2) Apa respon awal masyarakat terhadap keberadaan Komunitas Suku Dayak HinduBudha Bumi Segandu? 3) Bagaimana persepsi masyarakat tentang Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu sekarang? 4) Menurut anda, apakah layak suku dayak Hindu Budha Bumi Segandu sebagai salah satu budaya yang patut untuk dilestarikan ? 5) Bagaimana sejarah awal Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu? 6) Bagaimana kehidupannya dalam masyarakat Sekitar ? 7) Apa perbedaan mereka dengan masyarakat lain 8) Apa saja ritual yang dijalani ? 9) Bagaimana Kehidupan dari keturunannya, apakah mereka mengikuti ajaran Suku Dayak atau tidak ? 10) Bagaimana Pekerjaan dari anak Takmad ? 11) Bagaimana tingkt pendidikan dari keturunan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu? 12) Bagaimana pergaulan mereka kepada masyarakat sekitar khususnya anak dan cucu Takmad ?
PEDOMAN WAWANCARA Persepsi Pak Syarif selaku masyarakat sekitar Terhadap Keberadaan Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu 1. Bagaimana sejarah awal berdirinya suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu ? 2. Bagaimana perkembangan komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu sejak awal sampai sekarang? 3. Menurut bapak, apakah komunitas ini memeliki pengaruh yang sangat kuat terhadap agama yang lain seperti Islam ? 4. Bagaimana interaksi Suku dayak dengan masyarakat sekitar ? 5. Dilihat dari jumlah keturunan dalam satu kepala keluarga, apakah di suku dayak ini memiliki rasio angka kelahiran yang tinggi, sedang atau rendah pak ? 6. Bagaimana keadaan kehidupan ekonomi mereka, penghasilannya diperoleh dari mana untuk menghidupi anak dan istri ? 7. Apakah anak keturunan dayak diwajibkan untuk ikut atau tidak ? 8. Bagaimana keadaan rata – rata pendidikan anak keturunan asli dayak ? 9. Bagaimana pergaulan anak suku dayak dengan yang bukan dari keturnan suku dayak? 10. Apakah ada batasan – batasan tertentu orang tua terhadap anak suku dayak saat beranjak dewasa ? (contoh : si anak harus menikah dengan orang sekitar ? , si anak harus bekerja di sekitar lingkungan saja?, si anak harus menetap di lingkungan sekitar ?)
Analisis Wawancara Pemeritah Daerah Kabupaten Indramayu
29 Juni - 7 Juli 2015
Waktu
Matrik Wawancara Kontras Variable No Identitas Informan
M. Ali Hasan Kepala Dinas Pendidikan
Nama Informan Asep Ruchiyat Kepala Bagian Kebudayaan
Bambang Riswanto Kepala Dinas Catatan Sipil
1
Bagaimana persepsi anda terhadap komunitas Suku Dayak HinduBudha Bumi Segandu?
Dalam ajarannya sangat bertentang dengan program pemerintah, khususnya wajib belajar 9 tahun, karena dari pemikiran Takmad yang tidak menganjurkan penganut dan keturunannya untuk berpendidikan
2
Menurut anda, apakah layak suku dayak Hindu Budha Bumi Segandu sebagai salah satu budaya yang patut untuk dilestarikan ?
Tidak, karena komunitas ini bukan sebuah kebudayaan Jika dilihat dari pariwisata patut dilestarikan Tidak bisa untuk dilestarikan karena mereka belum bisa namun sebuah aliran yang berawal dari pemikiran tapi jika dilihat dari budaya, sangat tidak disebut budaya yang diakui dan dalam pendataan seorang Takmad setuju, karena Suku Dayak Losarang ini kabupaten Indramayu. tidak memiliki benang merah
3
Apa harapan anda untuk komunitas suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu?
Saya harap Suku Dayak Losarang merubah konsep untuk mengajurkan penganut dan keturunannya untuk menjalani pendidikan guna mencerdaskan kehidupan bangsa
4
Setujukah anda Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu salah satu Tidak, dari Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu budaya asli Indramayu? tidak mengakui Suku Dayak Losarang sebuah budaya asli dari sebelum masyarakat Indramayu ada, dan berkembang dari dulu dan bersifat mengakar.
Komunitas ini hanyan terbentuk didasarkan oleh ideologi dan pemikiran - pemikiran yang dikembangkan oleh ketua dari komunitas Suku Dayak Losarang yaitu Takmad, sehingga lebih tepat disebut dengan Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK)
Harapan saya dia mau mengikuti aturan aturan dalam pemerintahan, seperti membuat KTP dan SIM, kalau mereka megikuti aturan, dari dinas kebudayaan pasti mau mempromosikan dan mengakui kebudayaan mereka
Komuniras Suku Dayak Losarang bertentangan dengan pemerintah indramayu, karena mereka sangat enggan membuat KTP, KK, dan Kata Kelahiran dan dukumen lain untuk pendataan sebagai warga Indramayu.
Harapan saya ke Suku Dayak, mereka mau membuat KTP,KK, dan Akta Kelahiran guna pendataan
Bukan, dan tidak setuju karena kebudayaan Tidak setuju karena mereka bukanlah budaya, dan belum muncul dan memiliki benang merah dan bisa dikatakan sebagai budaya karena hanya satu titik sudah ada dari dulu di Indramayu, namun dan bersifat tertutup. mereka baru muncul ketika zaman sudah modern
Analisis Wawancara Kepada Tokoh Masyarakat Desa Krimun
Waktu
Matrik Wawancara Kontras Nomor
Surjono Sekretaris Kuwu Desa Krimun Suku Dayak Losarang adalah Komunitas yang lahir dari pemikiran kepala Sukunya Sendiri yaitu Takmad, dan berkembang di desa Krimun
2
Bagaimana pendapat masyarakat terhadap awal keberadaan komunitas Suku Dayak Losarang ?
3
Bagaimana kehidupan dari keturunannya, apakah mereka mengikuti ajaran suku dayak atau tidak ?
Pada awal keberadaannya yang pasti ada pro dan kontra, tapi sejauh ini tidak ada yang namanya perselisihan antara masyarakat dengan Suku Dayak Losarang Kalau dilihat dari keturunannya, mereka tidak mengikuti, mereka cenderung mengikuti perkembangan zaman
Pada awalnya ada yang pro dan kontra seperti terjadi konflik dahulu suara adzan yang menganggu Suku Dauak karena penggunaan mix yang terlalu keras Tidak mereka bergaul dan bernampilan seperti biasa seperti masyarakat biasa
4
Bagaimana Pekerjaan dari anak Takmad ?
Yang saya tahu pekerjaan anaknya adalah wiraswasta, salah satu dari anaknya juhga mampu membelikan mobil untuk operasional Suku Dayak Losarang
Pekerjaan anaknya cukup baik, Kurang mengetahui pekerjaan malah ada juga yang dengan dari anak keturunan Takmad orang perusahaan, yang kemudian memberikan sumbangan dana untuk pembangunan di Suku Dayak Losarang
Tingkat Pendidikan dari keturunan Takmad rata - rata sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) Pergaulan mereka di masyarakat
Tingkat pendidikan dari keturunan cukup baik, mereka bersekolah
1
29 Juni - 7 Juli 2015
Nama Informan Syarif Jauhari Masyarakat di Desa Krimun Ustadz di Desa Krimun Komunitas Suku Dayak adalah Komunitas Suku Dayak Ini Sudah sebuah komunitas masyarakat menjadi bagian dari masyarakat yang memiliki pemikiran yang desa krimun, hanya saja berbeda dengan masyarakat pada pemikiran dan penampilan umumnya mereka yang berbeda
Variable Identitas Informan Bagaimana presepsi anda terhadap komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ?
5
6
Bagaimana tingkat pendidikan dari keturanan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Bagaimana pergaulan mereka kepada masyarakat sekitar khususnya anak dan cucu dari Takmad
cukup baik
Pergaulan mereka seperti masyarakat pada biasanya
Selama saya disini kehidupan Suku Dayak Losarang dengan Masyakat desa Krimun rukun dan tidak pernah terjadi perselisihan
Yang saya tahu mereka hidup seperti masyarakat biasa
Sudirman Ketua RT Desa Krimun Komunitas ini menamakan dayak, namun kehidupan mereka normal di mata masyarakat desa krimun Pandangan masyarakat krimun sejauh ini sih tidak mempermasalahkan keberadaan mereka,karena mereka juga tidak menggangu masyarakat sekitar Keturunanya pernah ada satu yang ikut, itu dari anak ketiga dari Takmad, tapi sudah lama dia keluar dari komunitas tersebut Pekerjaan dari anak Takmad ada yang menjadi wiraswasta ada juga yang menjadi penasehat hukum, karena pada dasarnya dia pinter ngomong
Dilihat dari pendidikan bagus, Dari data pencatatan desa kebutulan cucu dari Takmad Saya anaknya berpendidikan SMA yang mengajar ngaji ya walapun ada yang tidak sampai menamatkan tingkat Pergaulan cucu dari Takmad SD, namun cucunya lumayan cukup baik seperti anak pada karena pendidikan mereka umumnya SMA ada juga yang masih
Analisis wawancara Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu
Waktu
Wawancara Deskriptif Nomor
29 Juni - 7 Juli 2015
1
2
3
4
Variable
Bagaimana sejarah awal Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ?
Bagaimana kehidupannya dalam masyarakat sekitar ?
Apa perberdaan mereka dengan masyarakat sekitar ?
Apa saja ritual yang dijalani?
M. Ali Hasan Ketua Dinas Pendidikan Sejarah Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu atau lebih dikenal dengan Suku Dayak Losarang adalah ketika pemikiran dari Takmad muncul, dengan ideologi ideologi yang dapat menarik pengikutnya Secara sosial kehidupan dengan masyarakat sekitar baik, interaksi berjalan namun pemikirannya saja yang tidak sesuai Jelas terlihat pada cara mereka berpenampilan, menggunakan kolor hitam putih dan ideologi - ideologi mereka Ritual rendem dan ritual pepe dihari hari tertentu
Nama Informan Asep Ruchiyat Kepala Bagian Kebudayaan Sejarah munculnya Suku Dayak Losarang, berawal dari pencak silat SS atau silat serbaguna, yang di ketuain oleh Takmad, yang kemudian di tahun 2000 mereka merubah namanya menjadi Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Dalam kehidupan bermasyarakat Suku Dayak Losarang baik, selama ini belum pernah ada perselisihan
Bambang Riswanto Ketua Dinas Catatan Sipil Suku Dayak Losarang muncul sekitar tahun 2000an, yang diketuai oleh Takmad, dan membentuk sebuah komunitas yang tertutup
Yang Saya ketahui mereka hidup rukun dan tidak pernah adanya perselisihan
Dalam penampilan yang menggunakan kolor Dari mereka berpenampilan yang hitam putih, rambut gondrong, bertelanjang memperlihatkan identitasnya dada dan memakai gelang Ritual rendem dan ritual pepe dimalam jumat kliwon
Ritual rendem dan ritual pepe
Analisis Wawancara Kepada Tokoh Masyarakat Desa Krimun
29 Juni - 7 Juli 2015
Waktu
Wawancara Deskriptif
Nomor
Variable
Surjono Skretaris KUWU Losarang Awal terbentuknya Suku Dayak ini di awali dari pemikiran dari pak Takmad, beliau dulu adalah seorang guru silat yang disegani oleh murid - muridnya yang kemudian seorang takmad di sebut sebut menjadi kepala suku dari Suku Dayak Losarang
Nama Informan Syarif Masyarakat Krimun Terbentuknya sih sudah lama, di ketuai oleh pak Takmad dahulu ini sebuah komunitas pencak silat yang namanya SS atau Silat Serbaguna
Jauhari Ustadz Desa Krimun Awal berdirinya tidak begitu tahu, namun semenjak saya disini orang yang berpakain seperti sudah ada di desa krimun
Sudirman Ketua RT Desa Krimun Awalnya sih hanya sebuah perguruan pencak silat SS, entah sekitar tahun 2000 , seorang Takmad mengubah nama menjadi Suku Dayak
1
Bagaimana sejarah awal Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu ?
2
Bagaimana kehidupannya dalam masyarakat sekitar ?
Dalam kehidupan sosialnya, suku dayak ini sangat ramah mereka hidup seperti masyarakat biasa, bahkan mereka suka menolong
seperti biasa, bahkan mereka yang Mereka bergaul seperti layaknya saya amati lebih baik dari orang yang masyarakat biasa di desa krimun beragama mereka mampu berinteraksi dengan baik, suka membantu dan mengerjakan hal - hal yang baik
Ya kaya biasa aja layaknya masyarakat biasa, hidup rukun tanpa percekcokan
3
Apa perberdaan mereka dengan masyarakat sekitar ?
Perbedaanmya mungkin cara mereka berpenampilan, dan cara pikir mereka saja yang berbeda
Hanya cara mereka berpakaian selebihnya sama dengan kita hidup dan bersosialisasi
Terlihat jelas dari cara mereka berpenampilan, cara hidup dia, dan ritual - ritual yang mereka jalani
4
Apa saja ritual yang dijalani?
Mereka biasanya setiap malam jumat mengadakan ritual yang mereka yakini, terus ada ritual berendam dan pepe di siang harinya
Ada ritual rendam di sungai dan ritual Ritual rendam dan pepe tiap malam pepe di siang harinya tertentu, biasanya juga masyarakat banyak yang menonton dan mengambil makanan saat suku dayak menjalankan ritualnya
Perbedaannya hanya terlihat pada cara mereka berpenampilan
Setiap malam jumat biasanya pada berndam di belakang sungai padepokan mereka, dan siangnya mereka pepe atau berjemur badan
BAB
I Judul Buku
1. Andre Ata Ujan,dkk, Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan, (Jakarta, PT Indeks, 2011), h
22
2. Masri
Singarimbum, Penduduk dan Perubahan : Pustaka Pelaia.1996). h. 258.
3. Aap, Abe, Dayak Dermayu, Disesatkan MUI Tapi Disayang Warga Indramayu ( The Official Site Of Desatara Foundation:Desantara. Or s.. 2001
4. Dikutip dari Skripi: Saripuddin "Integrasi Sosial Suku Dayak Indramayu", Skripsi pada Sekolah Universitas Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009,h. 3, tidak diterbitkan 5. Antara news, Dayak Indramayu abaikan vonis MUI, (Antara.com,2007) diunduh tanggal 12 oktober, Pukul 12.30 wIB 6.Jurnal Sri Yuniarti" Analisis yang berhubungan dengan Fertilitas suatu kaii
T.Bambang Pranowo. Sosiologi
sebuah pengantar. (Tanggerang : Laboratorium sosiologi agama),
h. r32
BAB
II
Judul Buku 1. Toto Sucipto, dkk (rajabookgratis.com) diakses pada 10 September2015 pukul 13.15 2 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Indramayu Tahun 2004 " h. 46 3. Jumal Sri Yuniarti, Analisis Faktor Yang Fertilitas Suatu kaiian Literatur 4.IdaBagus Mantra, Demografi umum, Edisi Kedua ( Yosyakarta: Pustaka Pelai ar Offset.20 1 3 ). h. 1 45 5. Jurnal Mundihamo, Structur Sosial dan Fertilitas (Social structure and fertility: an analytical framework) osvakarta : Lembasa Keoendudukan UGM :1974 6. Hasbullah. Dasar - dasar pendidikan. Edisi Revisi Jakarta : PT RaiaGrafindo Persada.2008). h. 1 7. Zein Achmad dkk, Membangun Psikologi Kerja & Aplikasi Etika Edisi Profesi. h. 25 8. Asti Musman. 10 Filosofi Hidup Orang Jawa. 2015. Yosvakarta: Shira Media). h. 13 - 14
Paraf II
9. Widyo Nugroho Achmad Muchji. Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: Gunadarma,1996), h. 135
-
142
BAB III 1. Sugiyono .2012, Metode Penelitian Pendidikan. Banduns: Alfabeta 2 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif.(Bandung : ALFABETA\.h.122 3 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. (Jakarta : PT RINEKACIPTA), h. 201
BAB IV Judul Buku Andre Ata Ujan, dkk., Niultikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan, (Jakarta, PT Indeks, 2011), h. 1.
30 2. Asti Musman, l0 Filosofi Hidup Orang Jawa, : Shira Media. 2015). h. 43 3. Hiski Darmayana, "Kearifan Lokal Komunitas Dayak Indramayu;, Artikel diakses pada 10 September 2015 Pukul 09.14 4.Toto Sucipto, dkk (rajabookgratis.com),h. 8 diakses pada
2015 pukul i3.15 5.Widyo Nugroho Achad Muchji. Ilmu Budaya Dasar, J akarta : Gunadarma. 1 990.h. 20 6. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (Bandung : PT Remaia Rosada Karya), h 59
Mengetahui Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing
Drs. H. Syaripulloh" M.Si
NIP: 1 96709092007001
I 033
II
BIODATA PENULIS
Nama
: Aditya Fajar Setiawan
TTL
: Tegal, 19 Desember 1992
NIM
: 1111015000067
Jurusan
: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas
: Tarbiyah dan Keguruan
Instansi
: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Angkatan
: 2011
Email
:
[email protected]
No HP
: 089663826099
Alamat
: Jln. Mawar, Desa Ujungrusi Rt/Rw : 21 / 03 Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal
Putra terakhir dari pasangan Bapak Didi Edijanto dan Ibu Khamidah, S.Pd, juga adik dari Ade Nurulita Wijayanti, S.Pd SD dan Aditya Arifianto Prabowo S.Pd, yang lahir di salah satu desa yang berada di kabupaten Tegal, mengawali pendidikan di TK Muhammadiyah Pesarean, SDN 1 Ujungrusi, SMPN 3 Adiwerna, SMAN 1 Dukuhwaru, dan memilih di Universitas Islam Negeri Jakarta di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengatahuan Sosial untuk mendapatkan gelar strata satu sarjana pendidikan.