PENGARUH INFLASI, IHSG, JUMLAH REKSA DANA SYARIAH DAN TINGKAT RETURN TERHADAP TOTAL NILAI AKTIVA BERSIH (NAB) REKSA DANA SYARIAH DI INDONESIA (Studi Kasus: Danareksa Syariah Berimbang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh: FICKY SEPTIANA NIM: 1113086000033
JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. IDENTITAS PRIBADI 1.
Nama Lengkap
: Ficky Septiana
2.
Tempat & Tanggal Lahir
: Tangerang, 23 September 1994
3.
Agama
: Islam
4.
Jenis Kelamin
: Perempuan
5.
Status
: Belum Menikah
6.
Pekerjaan
: Pelajar/Mahasiswa
7.
Kewarganegaraan
: Indonesia
8.
Golongan Darah
:O
9.
Tinggi & Berat Badan
: 161cm & 50kg
10. Hobi
: Nonton Film, Baca buku
11. Alamat
: Jl. Oscar 3 RT 03 RW 02 No. 105, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan
12. Nomor Telepon
: 085729853837
13. Email
:
[email protected] /
[email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL 1.
SD Negeri Bambu Apus II
Tahun 2001-2007
2.
SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2007-2010
3.
SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010-2013
4.
S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013-2017
vi
C. PENGALAMAN ORGANISASI 1.
Ketua Ekskul Mading SMA Negeri 6 Tangerang Selatan Periode 2012-2013.
2.
Pengurus KPP Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat periode 2014-2015.
3.
Ketua LSO Club Bussines Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2013-2014.
4.
Bendahara 1 Kuliah Kerja Nyata (KKN) ILSMA 046 di Desa Pabuaran, Kecamatan Gunungsindur, Kabupaten Bogor 25 Juli- 25 Agustus 2016.
D. SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Seminar LDK KOMDA FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tema, “Rahasia Mahasiswa Ideal”. Gedung FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. 2. Diskusi interaktif ,“Muda Bicara APEC 2013 „APEC di Mata Anak Muda‟” yang diselenggarakan oleh KOMPAS, 2013. 3. Seminar Kewirausahaan dengan tema, “Menciptakan Entrepreneur yang Sip dan Berprinsip”, Pekan Koperasi. Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta., 2013. 4. On The Soft Launching Faculty of Natural Resources and Environment, “Optimizing Indonesia’s Wealth of Natural Resources for The People”, Auditorium Prof. Dr. Harun Nasution, 2013.
vii
5. Seminar Internasional Ekonomi Islam Indonesia dengan tema, “Building Strategic Alliance In Islamic Economic, Finance, and Business Policies”, Gedung Dhanapala, Kompleks Kementerian Keuangan RI, 2015. 6. Company Visit to Dana Reksa Sekuritas, PT Dana Reksa Sekuritas, 2015. 7. Seminar Nasional Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia denga tema, “Pembiayaan
Properti
Pertumbuhan
Ekonomi
dan
Investasi
Indonesia”,
Syariah Gedung
Untuk
Meningkatkan
Dhanapala,
Kompleks
Kementerian Keuangan RI, 2016. E. LATAR BELAKANG KELUARGA 1.
Ayah
: Asir Bin Arafat
2.
Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang, 01 Januari 1971
3.
Ibu
: Nur‟aibah
4.
Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang, 07 Agustus 1976
5.
Alamat
: Jl. Oscar 3 RT 03 RW 02 No. 105, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
6.
Anak ke dari
: 1 dari 3 bersaudara.
viii
ABSTRACT
Net Asset Value (NAV) is a fair market value of securities and other assets of a mutual fund deducted by an obligation (debt). NAB is one of the benchmarks in monitoring the results of a mutual fund. The purpose of this research is to analyze the influence of Inflation, JCI, Number of Syariah Mutual Fund and Return Rate to Net Asset Value (NAV) of sharia mutual funds and balance sharia in July 2011 December 2016. This research is descriptive quantitative research. Data collection techniques used in this study is to collect data from the relevant literature and related to the research. This research uses Vector Error Correction Model (VECM) as an analytical technique. The results of this study indicate that IHSG and tinngkat return have a significant influence on NAB mutual funds sharia and syariah balanced in the long term. Keywords: Inflation, JCI, RDS Amount, Return Rate, NAV, and VECM
ix
ABSTRAK
Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau disebut juga Net Asset Value (NAV) merupakan nilai pasar wajar (fair market value) suau efek dan kekayaan lain dari reksa dana dikurangin dengan kewajiban (utang). NAB merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu reksa dana. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Inflasi, IHSG, Jumlah Reksa Dana Syariah dan Tingkat Return terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana syariah danareksa syariah berimbang pada Juli 2011- Desember 2016. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara mengumpulkan data dari literatur-literatur yang relevan dan berkaitan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan Metode Vector Error Correction Model (VECM) sebagai teknik analisis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa IHSG dan tinngkat return memiliki pengaruh yang signifikan terhadap NAB reksa dana syariah danareksa syariah berimbang dalam jangka panjang. Kata kunci: Inflasi, IHSG, Jumlah RDS, Tingkat Return, NAB, dan VECM
x
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr, Wb. Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, rezeki, karunia, berkah, dan hidayahNya kepada penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Inflasi, IHSG, Jumlah Reksa Dana Syariah dan Tingkat Return Terhadap Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah di Indonesia (Studi Kasus: Danareksa Syariah Berimbang)” dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa penulis hanturkan kepada baginda nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan, bantuan, bimbingan, semangat, dan do‟a dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Allah SWT, karena dengan kehendak dan segala pertolonganNya tidak mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala keberkahan yang Engkau berikan ya Rabb. 2. Keluarga tercinta dan terhebat yang saya miliki, Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan motivasi hidup dengan baik, selalu mencurahkan cinta, kasih sayang dan perhatiannya, serta selalu bekerja keras demi anak-anak dan keluarga. Adik-adikku Rosalina Aprianti dan Rima Febrian yang selalu menghibur di saat suka maupun duka, dan memberikan motivasi selama menulis skripsi ini. Tanpa dukungan dan pengorbanan kalian, penulis tidak akan menjadi pribadi yang lebih baik seperti sekarang ini. 3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga dapat memajukan Fakultas Ekonomi dan Bisnis menjadi lebih baik lagi. xi
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Dr. Muhammad Nur Rianto Al Arif, M.si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan kerendahan hatinya selalu bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan pengarahan, memberikan ilmu yang bermanfaat dan motivasi kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan bapak. 6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran yang sangat berharga dan bermanfaat bagi saya. Serta jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu penulis selama perkuliahan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak ibu semua. 7. Ketua dan seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan pelayanan pustaka selama penulisan skripsi. 8. Terima kasih banyak kepada Muhamad Aditia, yang selalu sabar membantu, mengingatkan, mendampingi dan memotivasi tiada henti selama pembuatan skripsi ini. 9. Sahabat-sahabatku Zyra Yunka Aulia dan Gessy Evelin Miranda yang telah membantu saya dan memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman Ekonomi Syariah A, Acin, Cahyani, Dita, Ihsan, Jiah, Andri, Abie, Hani, Muzda, Andep, Dimas, Ida, Ayub, Ridho, Arie, Rian, Umi, Hilyah, Iqbal, Harish, Vika, Fadhil, Afif, Azzam, Mega, Dzul dan yang tidak tersebut namanya, terimakasih atas semua kenangan selama empat tahun kebersamaan dengan penuh warna dan saling bahu-membahu dalam perkuliahan. Sukses untuk kalian semua. 11. Teman-teman Ekonomi Syariah angkatan 2013 yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu-persatu. Sukses untuk kalian semua.
xii
12. Kelompok KKN ILSMA 046 yang telah menghabiskan waktu selama satu tahun penuh dengan canda, tawa dan kesal serta banyak pelajaran hidup yang bisa saya
ambil
dalam kelompok ini, terima kasih banyak untuk kalian semoga
Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan kepada kalian semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamu‟alaikum Wr, Wb Jakarta, 7 Desember 2016
Ficky Septiana
xiii
DAFTAR ISI COVER LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .........................................................ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................................iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...........................................................iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...............................v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................vi ABSTRACT ..............................................................................................................ix ABSTRAK ................................................................................................................x KATA PENGANTAR ..............................................................................................xi DAFTAR ISI .............................................................................................................xiv DAFTAR TABEL ....................................................................................................xvi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah .....................................................................................10 C. Tujuan Penelitian .......................................................................................10 D. Manfaat Penelitian .....................................................................................11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ..........................................................................................12 1.
Pengertian Reksa Dana Syariah..........................................................12
2.
Jenis-jenis Reksa Dana .......................................................................13
3.
Nilai Aktiva Bersih .............................................................................17
4.
Inflasi ..................................................................................................20
5.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ............................................23
6.
Tingkat Return Reksa Dana................................................................24
B. Keterkaitan Antarvariabel..........................................................................25 C. Penelitian Terdahulu ..................................................................................27 xiv
D. Kerangka Berpikir .....................................................................................37 E. Hipotesis ....................................................................................................40 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................43 B. Jenis dan Sumber Data ..............................................................................43 C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................44 D. Teknik Analisis ..........................................................................................45 E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................51 1.
Variabel Dependen .............................................................................51
2.
Variabel Independen ...........................................................................52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Data Penelitian .............................................................54 B. Hasil Analisis Pengujian statistik dan Interpretasi ....................................59 1.
Uji Stasioneritas..................................................................................59
2.
Uji Lag Optimum ...............................................................................62
3.
Uji Kointegrasi ...................................................................................63
4.
Uji Kausalitas Granger .......................................................................64
5.
Estimasi VECM ..................................................................................68
6.
Impulse Response Function (IRF) ......................................................71
7.
Variance Decomposition ....................................................................74
8.
Analisis Ekonomi ...............................................................................75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................................80 B. Saran ..........................................................................................................80 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................82 LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................87
xv
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Perkembangan Reksa Dana Syariah di Indonesia Peiode Tahun 20112016 ....................................................................................................3
Tabel 1.2
Pertumbuhan Inflasi, IHSG, Jumlah RDS, Tingkat Return dan NAB Danareksa Syariah Berimbang Tahun 2011-2016 (dalam Persentase) ............................................................................................................4
Tabel 4.1
Total NAB Reksa Dana Syariah Danareksa Syariah Berimbang Periode Juli 2011- Desember 2016.....................................................54
Tabel 4.2
Inflasi di Indonesia Periode Juli 2011- Desember 2016 .....................56
Tabel 4.3
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode Juli 2011- Desember 2016 ....................................................................................................57
Tabel 4.4
Jumlah Reksa Dana Syariah Periode Juli 2011- Desember 2016.......58
Tabel 4.5
Tingkat Return Danareksa Syariah Berimbang ..................................59
Tabel 4.6
Hasil Uji ADF Data Tingkat Level ....................................................60
Tabel 4.7
Hasil Uji ADF Data Tingkat 1st Difference ........................................61
Tabel 4.8
Penentuan Panjang Lag ......................................................................62
Tabel 4.9
Hasil Uji Kointegrasi (Johansen Test) ...............................................63
Tabel 4.10
Uji Kausalitas Granger .......................................................................64
Tabel 4.11
Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek ........................69
Tabel 4.12
Nilai Impulse Response NAB Reksa Dana Syariah ...........................71
Tabel 4.13
Respon NAB Danareksa Syariah Berimbang .....................................73
Tabel 4.14
Variance Decompositions ...................................................................74
xvi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Kerangka Penelitian............................................................................39
xvii
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1
Data Penelitian....................................................................................88
Lampiran 2
Uji Stasioneritas Tingkat Level ..........................................................90
Lampiran 3
Uji Stasioneritas Tingkat 1st Difference .............................................95
Lampiran 4
Uji Lag Optimum ...............................................................................99
Lampiran 5
Uji Kointegrasi ................................................................................ 100
Lampiran 6
Uji Kausalitas Granger .................................................................... 104
Lampiran 7
Estimasi VECM ............................................................................... 105
Lampiran 8
Impulse Response Function ............................................................. 107
Lampiran 9
Forecast Error Decompositions Variance ...................................... 110
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya memperluas basis keterlibatan masyarakat dalam sistem perekonomian bangsa Indonesia memberikan suatu konsekuensi logis atas dibutuhkannya pengembangan pasar modal kepada arah yang diharapkan oleh masyarakat sebagai stakeholder dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Pasar modal yang merupakan salah satu mediasi dari investasi adalah tempat bertemunya antara penjual modal/dana dengan pembeli modal/dana untuk melakukan transaksi jual beli dengan diperantarai oleh para anggota bursa selaku pedagang perantara. Dalam pasar modal sama halnya dengan perbankan, merupakan media yang mampu menjadi jembatan bagi pihak yang kelebihan dan membutuhkan modal, dalam pasar modal terhubung begitu banyak pelaku ekonomi tanpa batas negara. Pasar modal adalah pasar yang mempertemukan mereka yang memerlukan dana jangka panjang dan mereka yang dapat menyediakan dana tersebut. Jual beli dana jangka panjang ditunjukkan dengan kegiatan perusahaan yang menerbitkan saham, obligasi dan sekuritas-sekuritas lain yang bersifat jangka panjang. Bursa efek merupakan satu bentuk kegiatan pasar modal (Rahmawati,2009). Pada era ini, perkembangan pasar modal syariah di Indonesia sangat pesat. Hampir setiap hari kita mendengar informasi dari bursa efek jakarta terkait perkembangan pasar modal syariah yang terdaftar disana. Berbeda dengan pasar 1
modal konvensional, sejumlah instrumen syariah di pasar modal sudah diperkenalkan kepada masyarakat, misalnya saham yang berprinsipkan syariah dimana kriteria saham syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha sesuai dengan syariah. Demikian juga, usaha untuk merealisasikan praktek obligasi syariah atau obligasi yang berprinsip syariah. Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Indonesia, “reksa dana diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek (saham, obligasi, valuta asing, deposito) oleh manajer investasi”. Bagi investor yang berniat melakukan investasi melalui reksadana serta menginginkan perolehan keuntungan yang bisa dipertanggungjawabkan secara Islami, investor dapat beralih pada reksa dana yang sering disebut dengan reksa dana syariah atau Islamic Investment Fund. Pada dasarnya, reksa dana syariah sama dengan reksa dana konvensional, yang bertujuan untuk mengumpulkan dana dari masyarakat, yang selanjutnya dikelola oleh manajer investasi untuk kemudian diinvestasikan pada instrumen-instrumen pasar modal dan pasar uang. Hanya saja perbedaan yang paling menonjol antara reksa dana syariah dan reksa dana konvensional adalah dalam reksa dana syariah terdapat proses screening atau filterisasi atau intrumen investasi berdasarkan pedoman syariah dan proses cleansing untuk membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari kegiatan yang haram menurut pedoman syariah. 2
Strategi pada investasi reksa dana syariah sangat tergantung pada manajer investasi syariah dan dapat dilihat dari portofolio investasinya. Reksa dana syariah merupakan sebuah bentuk investasi yang mempunyai risiko walaupun di pasar modal reksa dana syariah adalah sekuritas yang mempunyai risiko yang paling rendah (Natalina, 2015). Perkembangan reksa dana syariah di Indonesia tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Reksa Dana Syariah di Indonesia Periode 2011-2016 Jumlah Reksa Dana Total NAB per Tahun (Rp Miliar) Syariah 2011 50 5,564.79 2012 58 8,050.07 2013 65 9,432.19 2014 74 11,158.00 2015 93 11,019.43 2016 102 9,556,16 Sumber: OJK, Statistik Reksa Dana Syariah diolah Tahun
Reksa dana syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Apabila dilihat dari statistiknya pada Tabel 1.1, dapat dilihat pada kurun waktu tahun 2011 hingga 2016 pertumbuhan jumlah Reksa Dana Syariah di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2014-2015, yaitu dari 74 reksa dana syariah di tahun 2014 menjadi 93 reksa dana syariah di tahun 2015. Dari tahun 2011 hingga 2014 peningkatan jumlah reksa dana syariah tidak terlalu signifikan.
3
Selain itu Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) juga terus mengalami peningkatan selama periode 2011 hingga 2014 namun mengalami penurunan pada tahun 2015. Tahun 2014 total Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana syariah mencapai Rp. 11,158.00 miliar dengan jumlah reksa dana sebanyak 74, namun pada tahun 2015 total Nilai Aktiva Bersih menurun dari tahun sebelumnya menjadi Rp. 11,019.43 miliar dengan 93 reksa dana syariah, hingga pada tahun 2016 total Nilai Aktiva Bersih juga menurun sebesar Rp. 1,463.27 miliar, dari Rp. 11,019.43 miliar menjadi Rp. 9,556.16 miliar. Faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja reksa dana syariah diantaranya adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Index (JII), Nilai tukar rupiah terhadap Nilai US Dollar, Jumlah Reksa Dana Syariah, tingkat return, tingkat risiko. Dalam penelitian ini penulis hanya membahas empat variabel yaitu inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jumlah Reksa Dana Syariah dan Tingkat Return. Tabel 1.2 Pertumbuhan Inflasi, IHSG, Jumlah RDS dan Tingkat Return dan NAB Danareksa Syariah Berimbang Tahun 2011-2016 Indikator 2011 2012 2013 2014 24.97 25.57 25.47 25.48 NAB (%) 3.79 4.30 8.38 8.36 Inflasi (%) 8.25 8.37 8.36 8.56 IHSG (%) 50 58 65 74 Jumlah RDS -0,01341 0,04675 -0,00015 -0,02584 Tingkat Return (%) Sumber: OJK, Yahoo finance 2011-2016. Diolah.
2015 25.32 3.35 8.43 93 0,046786
2016 25.28 3.02 8.57 136 0,017135
4
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam perkembangannya selama periode tahun 20112016cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2011-2012 NAB mengalami peningkatan sebesar 0.6 persen dari 24.97 persen menjadi 25.57 persen. Pada tahun 2012-2013 NAB mengalami penurunan 0.1 sebesar persen dari 25.57 persen menjadi 24.47 persen. Pada tahun 2013-2014 NAB mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen dari 25.47 persen menjadi sebesar 25.48 persen. Pada tahun 2014-2015 NAB mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 0.16 persen dari 25.48 persen menjadi sebesar 25.32 persen. Pada tahun 2015-2016 NAB juga mengalami penurunan sebesar 0.04 persen dari 25.32 persen menjadi 25.28 persen. Peningkatan NAB tertinggi terjadi pada tahun 2011-2012 yaitu sebesar 0.6 persen. Dengan demikian perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi NAB sehingga dapat diambil langkah perbaikan kinerja reksa dana syariah untuk meningkatkan NAB selanjutnya. Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa tingkat inflasi pada tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011-2012 tingkat inflasi mengalami kenaikan sebesar 0.51 persen dari 3.79 persen menjadi 4.30 persen, NAB juga mengalami peningkatan sebesar 0.6 persen. Pada tahun 2012-2013 tingkat inflasi mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar 4.08 persen dari 4.30 persen menjadi 8.38 persen, tetapi NAB juga mengalami penurunan sebesar 0.1 persen. Pada tahun 2013-2014 tingkat inflasi mengalami penurunan sebesar 0.02 persen dari 8.38 persen menjadi 8.36 persen, tetapi NAB mengalami kenaikan sebesar 0.01 persen. 5
Pada tahun 2014-2015 tingkat inflasi mengalami penurunan sebesar 5.01 persen dari 8.36 persen menjadi 3.35 persen, tetapi NAB juga mengalami penurunan sebesar 0.16 persen dari 25.48 persen menjadi sebesar 25.32 persen. Pada tahun 2015-2015 inflasi mengalami penurunan sebesar 0.33 persen dari 3.35 persen menjadi 3.02 persen, NAB juga mengalami penurunan sebesar 0.04 persen. Fenomena ini menunjukkan telah terjadi ketidakkonsistenan hubungan antara tingkat inflasi dengan NAB. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2015) dan Citraningtyas (2016) inflasi berpengaruh negatif terhadap NAB artinya jika inflasi naik maka NAB turun dan sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan Tabel 1.2 pada tahun 2013-2014 ketika inflasi turun NAB mengalami kenaikan. Namun teori tersebut bertentangan dengan Tabel 1.2 pada tahun 2011-2013 inflasi mengalami kenaikan, tetapi NAB juga mengalami kenaikan dengan kata lain inflasi dan NAB memiliki hubungan positif. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarini (2015) bahwa inflasi dengan NAB memiliki hubungan yang positif dimana ketika inflasi naik maka NAB pun juga ikut naik, hal ini sesuai dengan fenomena NAB dan inflasi pada tahun 2011-2013, dimana ketika inflasi naik maka NAB juga naik. Karena ketidakkonsistenan ini oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa IHSG pada tahun 2011-2016 cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2011-2012 IHSG mengalami kenaikan sebesar 0.12 persen dari 8.25 persen menjadi 8.37 persen, NAB juga mengalami kenaikan sebesar 0.6 persen. Pada tahun 2012-2013 IHSG mengalami penurunan sebesar 6
0.01 persen dari 8.37 persen menjadi 8.36 persen, NAB juga menurun sebesar 0.1 persen. Pada tahun 2013-2014 IHSG mengalami peningkatan sebesar 0.2 persen dari 8.36 persen menjadi 8.56 persen, NAB juga meningkat sebesar 0.01 persen. Pada tahun 2014-2015 IHSG mengalami penurunan sebesar 0.13 persen dari 8.56 menjadi 8.43 persen, NAB juga mengalami penurunan sebesar 0.04 persen. Pada tahun 2015-2016 IHSG mengalami peningkatan sebesar 0.14 persen dari 8.43 persen menjadi 8.57 persen. Fenomena ini telah terjadi hubungan yang konsisten antara IHSG dengan NAB reksa dana syariah dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarini (2015), Rahmah (2011), dan Pradhipta (2015), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Artinya, ketika IHSG mengalami kenaikan maka NAB reksa dana syariah juga mengalami kenaikan, sesuai dengan Tabel 1.2. Namun untuk lebih memperkuat teori yang ada oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Jumlah RDS pada tahun 2011-2015 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011-2012
Jumlah RDS mengalami
kenaikan sebesar 8 unit dari 50 unit menjadi 58 unit , dan NAB juga meningkat sebesar 0.6 persen. Pada tahun 2012-2013 Jumlah RDS mengalami peningkatan sebesar 7 unit dari tahun sebelumnya 58 unit menjadi 65 unit di tahun berikutnya, NAB mengalami penurunan sebesar 0.1 persen. Pada tahun 2013-2014 Jumlah RDS mengalami kenaikan sebesar 9 unit dari 65 unit menjadi 74 unit, NAB juga mengalami kenaikan sebesar 0.1 persen. Pada tahun 2014-2015 Jumlah RDS 7
mengalami peningkatan sebesar 19 unit dari 74 unit menjadi 93 unit, dan NAB mengalami penurunan sebesar 0.04 persen. Pada tahun 2015-2016 Jumlah RDS mengalami kenaikan sebesar 43 unit dari 93 unit menjadi 136 unit. Fenomena ini menunjukkan telah terjadi hubungan yang tidak konsisten antara Jumlah RDS dengan NAB reksa dana syariah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putratama (2007) Jumlah RDS memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Dengan kata lain, semakin tinggi nilai Jumlah RDS semakin tinggi pula NAB reksa dana syariah. Namun untuk lebih memperkuat teori yang ada oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa tingkat return pada tahun 2011-2015 terus mengalami fluktuatif. Pada tahun 2011-2012 tingkat return mengalami kenaikan sebesar 0.060 persen dari -0.01341 persen menjadi 0.04675 persen, dan NAB juga meningkat sebesar 0.6 persen. Pada tahun 2012-2013 tingkat return mengalami penurunan sebesar 0.0469 persen dari tahun sebelumnya 0.04675 persen menjadi -0.00015 persen di tahun berikutnya, NAB mengalami penurunan sebesar 0.1 persen. Pada tahun 2013-2014 tingkat return mengalami penurunan sebesar 0.026 persen dari -0.00015 persen menjadi -0.02584 persen, NAB mengalami kenaikan sebesar 0.1 persen. Pada tahun 2014-2015 tingkat return mengalami peningkatan sebesar 0.073 persen dari -0.02584 persen menjadi 0.046786, dan NAB
mengalami penurunan sebesar 0.04 persen. Pada tahun
8
2015-2016 tingkat return mengalami penurunan sebesar 0.030 persen
dari
0.046786 persen menjadi 0.017135 persen. Fenomena ini menunjukkan telah terjadi hubungan yang tidak konsisten antara tingkat return dengan NAB reksa dana syariah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumanisita (2014) tingkat return memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Dengan kata lain, semakin tinggi nilai tingkat return semakin rendah NAB reksa dana syariah. Namun untuk lebih memperkuat teori yang ada oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Reksa dana syariah yang dipilih sebagai sampel adalah Danareksa Syariah Berimbang yang merupakan sebuah produk reksa dana campuran. Danareksa Syariah berimbang dipilih karena merupakan reksa dana yang tergolong aktif sampai sekarang sesuai dengan periode waktu yang diinginkan penulis, yaitu dari bulan Juli 2011 sampai Desember 2016. Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, maka penelitian ini menganmbil judul “Pengaruh Inflasi, IHSG, Jumlah Reksa Dana Syariah dan Tingkat Return Terhadap Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah di Indonesia
(Studi Kasus:
Danareksa Syariah Berimbang)”.
9
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ketidak konsistenan hubungan antara inflasi, IHSG, Jumlah RDS, dan Tingkat Return terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah, menjadi suatu masalah yang perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Oleh sebab itu penelitian ini berfokus kepada variabel inflasi, IHSG, Jumlah RDS, dan Tingkat Return terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah di Indonesia pada periode tahun 2011-2016. Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka diperlukan penelitian lebih lanjut, sehingga dapat dirumuskan sebuah masalah yang akan dibahas adalah bagaimanakah pengaruh Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jumlah RDS, dan Tingkat Return terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah di Indonesia? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Menganalisis pengaruh Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jumlah RDS, dan Tingkat Return secara jangka pendek terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah di Indonesia.
2.
Menganalisis pengaruh Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jumlah RDS, dan Tingkat Return secara jangka panjang terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah di Indonesia. 10
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi dan menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah di indonesia. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai saran implementasi ilmu pengetahuan bagi perkembangan dunia pendidikan dan perekonomian serta memberikan pembuktian yang empiris hubungan antara variabel-variabel inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jumlah RDS, dan Tingkat Return terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah di Indonesia. b. Manfaat Akademis Dari penelitian ini karena erat hubungannya dengan bidang ilmu ekonomi islam dan perbankan syariah, sehingga dengan penulisan penelitian ini pihakpihak yang berkepentingan dapat lebih mudah memahami, dan sebagai tambahan referensi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah. c. Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan sarana bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama proses pembelajaran di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Ekonomi Syariah dan untuk memotivasi peneliti untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Reksa Dana Syariah Reksa dana syariah merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak mempunyai banyak keahlian dan waktu untuk menghitung atas investasi mereka. Reksa dana syariah dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat hal tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Reksa dana syariah diperkenalkan pertama kali tahun 1995 oleh National Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade Equity dengan kapitalisasi sebesar USD 150 juta. Sementara itu, di Indonesia reksa dana syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1998 oleh PT Danareksa Investment Management, dimana pada saat itu PT Danareksa mengeluarkan produk reksa dana berdasarkan prinsip syariah berjenis reksa dana campuran yang dinamakan Danareksa Syariah Berimbang. Reksa dana syariah merupakan reksa dana yang mengalokasikan seluruh dana/portofolio ke dalam instrumen syariah, seperti saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII), obligasi syariah, dan berbagai instrumen keuangan lainnya. Pengertian dari reksa dana syariah sama dengan reksa dana konvensional, yaitu bertujuan untuk mengumpulkan dana dari 12
masyarakat yang selanjutnya dikelola oleh manajer investasi yang berbasis pada prinsip-prinsip Islam. Fatwa DSN-MUI mendefinisikan, “reksa dana syariah sebagai reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb al mal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shaib al-mal dengan pengguna investasi”. 2. Jenis-Jenis Reksa Dana Berdasarkan Undang-Undang Pasar modal, reksa dana di Indonesia dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: a.
Reksa dana berbentuk Perseroan Pada reksa dana berbentuk perseroan, perusahaan reksa dana (PT Reksa Dana) menghimpun dana dengan cara menjual saham melalui penawaran perdana (initial public offering/IPO) kepada masyarakat. Dana yang terkumpul dari penjualan tersebut kemudian diinvestasikan pada berbagai jenis surat-surat berharga. Pada reksa dana perseroan, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya adalah direksi, manajer investasi, dan bank kustodian.
b.
Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) merupakan perjanjian kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan reksa dana. dalam 13
kontrak tersebut, manajer investasi diberi wewenang penuh untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi secara kolektif. Fungsi kontrak tersebut mirip dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dalam suatu perusahaan. KIK mengatur tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak, tujuan dan jenis investasi yang akan dilakukan, tata cara transaksi, biaya-biaya yang timbul, hak pemegang unit penyertaan dan aturan-aturan lain yang menyangkut pengelolaan reksa dana. Berbeda dengan reksa dana berbentuk perseroan, reksa dana KIK menerbitkan unit penyertaan samapai sejumlah yang ditetapkan dalam AD/ART. Masyarakat yang tertarik berinvestasi dapat membeli unit penyertaan reksa dana dan akan mendapat tanda bukti berupa surat konfirmasi pembelian dari bank kustodian. Reksa dana berdasarkan sifat operasionalnya dapat digolongkan menjadi: a.
Reksa Dana Terbuka (open-end) Reksa dana terbuka menjual sahamnya melalui penawaran umum untuk seterusnya dicatatkan pada bursa efek. Investor tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada reksa dana melainkan
14
kepada investor lain melalui pasar bursa dimana harga jual belinya ditentukan oleh mekanisme bursa. b.
Reksa Dana Tertutup (close-end) Reksa dana tertutup menjual saham atau unit penyertaannya secara terus-menerus sepanjang ada investor yang membeli. Saham ini tidak perlu dicatatkan di bursa efek dan harganya ditentukan didasarkan atas NAB/Net Asset Value (NAV) per saham yang dihitung oleh Bank Kustodian. Berdasarkan jenis investasinya reksa dana terbagi menjadi empat
kategori, yaitu: a.
Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds/MMF) Reksa dana pasar uang adalah reksa dana yang melakukan investasi 100% pada efek pasar uang, yaitu efek-efek utang berjangka kurang dari satu tahun. Umumnya, instrumen atau efek yang masuk dalam kategori ini meliputi deposito, SBI, obligasi, serta efek lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksa dana pasar uang merupakan reksa dana dengan tingkat risiko paling rendah dan cocok untuk investor yang ingin menginvestasikan dananya dalam jangka pendek (kurang dari 1 tahun).
15
b.
Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds/FIF) Reksa dana pendapatan tetap merupakan reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat utang seperti obligasi dan surat utang lainnya dan 20% dari dana yang dikelola dapat diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksa dana jenis ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari reksa dana pasar uang dengan tujuan investasi untuk menghasilkan return yang stabil. Efek bersifat utang umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk bunga seperti deposito, SBI, obligasi dan instrumen lainnya. FIF yang terdapat di Indonesia lebih banyak memanfaatkan instrumen obligasi sebgai bagian terbesar investasinya.
c.
Reksa Dana Saham (Equity Funds/EF) Reksa dana saham adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham) dan 20% dari dana yang dikelola diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksa dana jenis ini memiliki return yang lebih tinggi. Berbeda dengan efek pendapatan tetap seperti deposito dan obligasi, dimana investor lebih berorientasi pada pendapatan bunga, efek saham umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-harga
16
saham. Selain hasil dari capital gain, efek saham juga memberikan hasil lain berupa dividen. d.
Reksa Dana Campuran (Balance Funds/BF) Reksa dana campuran tidak seperti MMF, FIF dan EF yang memiliki batasan alokasi investasi yang boleh dilakukan, reksa dana campuran dapat melakukan investasinya baik pada efek utang maupun ekuitas dan porsi alokasi yang lebih fleksibel. Reksa dana campuran dapat diartikan reksa dana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas dan efek utang yang perbandingannya (alokasi) tidak termasuk dalam kategori FIF.
3. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau disebut juga Net Asset Value (NAV) merupakan nilai pasar wajar (fair market value) suau efek dan kekayaan lain dari reksa dana dikurangin dengan kewajiban (utang). NAB merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu reksa dana. Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksa dana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. Perhitungan NAB diserahkan kepada Bank Kustodian sesuai peraturan yang diwajibkan Bapepam. Ini merupakan salah satu tugas dari bank kustodian yang tertuang dalam kontrak yang dibuat di hadapan notaris. Dalam
17
melakukan perhitungan, bank kustodian harus mengetahui harga pasar dari instrumen investasi dari reksa dana yang bersangkutan. Di samping itu, biaya-biaya yang dibebankan kepada reksa dana, yaitu biaya pengelolaan investasi yang akan diterima oleh manajer investasi, biaya bank kustodian, biaya akuntan publik, dan biaya lain-lain, salalu dikurangkan setiap hari dari reksa dana, sehingga NAB yang dipublikasikan bank kustodian merupakan nilai investasi yang dimiliki investor. Reksa dana akan membayarkan biaya-biaya tersebut pada akhir bulan. NAB dihitung sebagai berikut: NABt = NAKt - TKWt Keterangan: NABt : Nilai Aktiva Bersih pada periode t NAKt : Nilai Aktiva periode t TKWt : Total Kewajiban Reksa Dana pada periode t Menurut Haymans (2010), NAB per unit adalah nilai yang sehari-hari dipublikasikan di surat kabar dan nilai yang sangat ditunggu-tunggu oleh investor. Adapun perhitungan NAB per unit penyertaan adalah sebagai berikut: NABUPt = NABt / NUPt Keterangan: NABUPt
: NAB per unit penyertaan pada periode t
NABt
: NAB pada periode t 18
NUPt
: Jumlah unit penyertaan pada peiode t Nilai Aktiva Bersih (NAB) suatu reksa dana syariah dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Index (JII), Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai US Dollar, Jumlah Reksa Dana Syariah, tingkat return. NAB = f (X1, X2, X3, X4,.......) NAB = f(SBIS, Inflasi, IHSG, JII, Kurs, Jumlah RDS, Tingkat Return.....) Karena keterbatasan waktu dan penelitian ini ingin melihat pengaruh variabel makro ekonomi, penelitian ini membatasi pada 4 (tiga) faktor, yaitu pengaruh Inflasi, IHSG, Jumlah RDS, dan Tingkat return terhadap Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah. NAB = f(X1, X2, X3) NAB = f(Inflasi, IHSG, Jumlah RDS, Tingkat return) Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang yang merupakan sebuah produk reksa dana campuran. Danareksa Syariah Berimbang dipilih karena merupakan reksa dana yang tergolong aktif sampai sekarang sesuai dengan periode waktu yang diinginkan penulis, yaitu dari bulan Juli 2011 sampai dengan Desember 2016.
19
Danareksa Syariah berimbang merupakan sebuah produk reksa dana campuran yang dikeluarkan oleh PT Danareksa Invesment Management. Reksa dana Danareksa Syariah berimbang adalah reksa dana terbuka berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) berdasarkan undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Danareksa syariah berimbang bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan nilai investasi dalam jangka panjang dan memperoleh pendapatan yang berkelanjutan kepada pemodal yang hendak mengikuti syariah. 4. Inflasi Inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Inflasi akan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat, karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Secara umum inflasi merupakan suatu peristiwa atau proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang yang berkelanjutan. Berdasarkan sifatnya inflasi dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu: a.
Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun.
b.
Inflasi sedang berada diantara 10%-30% setahun.
c.
Inflasi berat antara 30%-100% setahun.
20
Hiperinflasi atau inflasi tidak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun. a.
Selain itu, inflasi dapat digolongkan karena penyebab-penyebabnya, yaitu: Natural Inflation dan Human Eror Inflation Sesuai dengan namanya natural inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Human eror inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.
b.
Expected Inflation dan Unexpected Inflation Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi, sedangkan pada Unexpected Inflation
tingkat suku bunga pinjaman
nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi. c.
Demand Pull dan Cosh Pull Inflation Demand Pull diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi Permintaan Agregat (AD) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost Pull Inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi Penawaran Agregat (AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.
21
d.
Spiralling Inflation Inflasi jenis ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi yang sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
e.
Imported Inflation dan Domestic Inflation Imported Inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam perdagangan internasional. Domestic Inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya. Terdapat tiga teori utama yang menerangkan mengenai inflasi,
diantaranya sebagai berikut: a.
Teori Kuantitas, menyatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang beredar dan psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa yang akan datang.
b.
Teori Keynes, menurut teori ini, inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Teori ini memfokuskan bagaimana persaingan dalam mendapatkan penghasilan antargolongan masyarakat dapat menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia. Teori Strukturalis, teori ini disebut juga inflasi jangka panjang. Teori ini menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekuatan struktur 22
ekonomi. Dengan demikian, penambahan barang-barang produksi ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya sehingga menaikkan harga bahan makanan devisa. Hal ini berakibat pada kenaikan harga-harga barang lain sehingga terjadi inflasi yang relatif berkepanjangan jika pembangunann sektor penghasil bahan pangan dan industri barang ekspor tidak ditambah. 5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Peningkatan atau penurunan harga saham yang direfleksikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bukan hanya mencerminkan perkembangan perusaahaan atau industri suatu negara. Perubahan IHSG bahkan bisa dianggap sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu negara, artinya maju mundurnya suatu negara bisa dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan suatu negara tersebut. Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat berkepentingan dengan naik-turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena nilai portofolio sahamnya secara umum tergantung pada naik turunnya indeks ini. Secara intuitif, sebagian besar saham atau portofolio saham bergerak searah dengan pergerakan indeks. Indeks harga saham sangat dipengaruhi variabelvariabel makro seperti suku bunga bebas risiko, kurs mata uang, surplus neraca perdagangan, cadangan devisa dan inflasi. Jika kondisi surplus neraca membaik, modal asing akan lebih banyak masuk atau terjadi capital inflow. Capital inflow ini pada akhirnya akan 23
menyebabkan mata uang rupiah menguat atau kurs USD dalam rupiah menurun. Sebagian model asing itu akan ditanamkan dalam portofolio saham sehingga memberikan efek positif untuk pasar saham dan indeksnya. Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga Saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa, baisanya berupa perubahan harga saham, dari waktu ke waktu. IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan pasar efek secara umum karena G adalah gabungan dari seluruh saham.
IHSG dihitung setiap hari sesudah penutupan perdagangan. Angka positif yang menyertai perubahan IHSG menunjukkan kenaikan dari IHSG sebelumnya. Angka negatif menunjukkan IHSG turun dibanding IHSG sebelumnya. Jika Indeks Harga Saham tidak berubah menunjukkan bahwa kondisi stabil. Indeks menggambarkan trend pergerakan pasar dan menjadi indikator yang sangat penting bagi pelaku di pasar modal khususnya pasar saham. 6. Tingkat Return Reksa Dana Return menurut Jogianto (2000) merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa 24
mendatang. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang, return realisasi dapat menggunakan rumus sebagai berikut.
Dimana: Ri
= Tingkat Pengembalian investasi
NABt
= NAB periode sekarang
NABt-1
= NAB periode lalu
B. Keterkaitan Antarvariabel a. Hubungan Antara Inflasi dengan NAB Salah satu risiko melakukan investasi reksa dana adalah inflasi, inflasi menyebabkan turunnya keuntungan. Risiko menurunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) disebabkan pasar yang mengalami penurunan. Penurunan pasar dapat dipengaruhi berbagai macam dan salah satunya adalah oleh tingkat inflasi yang terjadi. Dalam penelitian Agustina (2015) dan Citraningtyas (2016), inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Dikarenakan inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang terutama terhadap fungsi tabungan, mengarahkan investasi kepada hal-hal yang bersifat non-produktif 25
atau menumpuk kekayaan, dengan mengorbankan investasi yang bersifat ke arah produktif. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Setyarini (2015), inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah, dengan asumsi ketika terjadi peningkatan inflasi maka bank sentral akan merespon dengan meningkatkan suku bunga, kenaikan bonus inilah yang kemudian menjadi insentif bagi investor yang menginginkan return yang tinggi untuk berinvestasi pada reksa dana syariah sehingga NAB reksa dana syariah mengalami peningkatan. Lain halnya dengan penelitian Rachman (2015) dan Mawardi (2015) inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. b. Hubungan Antara IHSG dengan NAB Menurut hasil penelitian dari Setyarini (2015), Rahmah (2011), dan Pradhipta (2015), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Peningkatan IHSG mencerminkan kinerja perusahaan di pasar modal konvesional yang meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Hal tersebut dapat dijadikan patokan oleh para investor dalam berinvestasi. Secara umum pergerakan IHSG dan reksa dana saham berjalan searah, sehingga pada saat IHSG naik, reksa dana saham juga akan mengalami kenaikan, yang membedakan hanyalah persentase kenaikannya.
26
c. Hubungan Antara Jumlah RDS dengan NAB Menurut hasil penelitian dari Putratama (2007), Jumlah RDS berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Dengan semakin banyaknya jumlah reksa dana syariah yang ditawarkan maka kesempatan berinvestasi pada reksa dana syariah akan semakin meningkat. Oleh karena itu, akan lebih banyak dana yang ditanamkan dalam reksa dana syariah. d. Hubungan Antara Tingkat Return dengan NAB Menurut hasil penelitian dari Kusumanisita (2014), Tingkat return berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Penelitian ini menunjukkan Manajer Investasi kurang pintar dalam mengelola dananya, karena Manajer Investasi bertanggungjawab atas kegiatan investasi, yang meliputi analisa dan pemilihan jenis investasi, mengambil keputusankeputusan investasi, memonitor pasar investasi dan melakukan tindakantindakan yang dibutuhkan untuk kepentingan investor. C. Penelitian Terdahulu 1. Hendra Putratama (2007) Penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jumlah Uang Beredar (M2), real exchange rate, SWBI, Inflasi, JII dan jumlah reksadana syariah. Tujuan dari
27
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2), real exchange rate, SWBI, Inflasi, JII dan jumlah reksadana syariah dalam jangka panjang dan jangka pendek terhadap total NAB Reksa Dana Syariah, Penelitian ini menggunakan model analisis ECM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Jumlah Uang Beredar (M2), real exchange rate, SWBI, Inflasi, JII dan jumlah reksadana syariah memberikan pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek dan jangka panjang. 2. Aulia Rizky Amelia (2010) Penelitian dengan judul “Pengaruh Inflasi dan JII Terhadap Total Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat Inflasi dan Indeks JII. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi dan indeks JII secara simultan terhadap total NAB Reksa Dana Syariah pada Danareksa Syariah Berimbang, dan mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh dan signifikan terhadap variabel dependen, serta untuk mengetahui kontribusi variabelvariabel independen dalam menjelaskan variabel total NAB Reksa Dana Syariah pada Danareksa Syariah Berimbang. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah.
28
Variabel Jakarta Islamic Index (JII) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah. 3. Layaly Rahmah (2011) Penelitian dengan judul “Pengaruh SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah SBIS, IHSG, Nilai Tukar Rupiah dan NAB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel SBIS, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang, dan menganalisa variabel mana yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel SBIS tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah. Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah. Variabel Nilai Tukar Rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah. 4. Anggit Pradhipta (2015) Penelitian dengan judul “Pengaruh Alokasi Aset, Tingkat Risiko dan IHSG Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAMLK”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini Alokasi Aset, Tingkat Risiko, IHSG dan NAB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor yang mampu mempengaruhi kinerja Reksa Dana, 29
seperti alokasi aset, tingkat risiko dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel alokasi aset tidak berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham. Variabel tingkat risiko mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja reksa dana saham. Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja reksa dana saham. 5. Febrian Dwi Setyarini (2015) Penelitian dengan judul “Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar dan IHSG Terhadap NAB Reksa Dana Syariah”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah SBIS, Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar, IHSG dan NAB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar dan IHSG Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel SBIS berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Variabel nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Variabel jumlah uang beredar berpengaruh negatif dan
30
signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Variabel IHSG berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. 6. Rena Agustina (2015) Penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh SBIS, Inflasi dan JII Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah SBIS, Inflasi, JII dan NAB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara simultan pengaruh SBIS, Inflasi dan JII terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang dan variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi NAB Danareksa Syariah Berimbang. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel SBIS memiliki hubungan yang negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Variabel inflasi memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang. Variabel Jakarta Islamic Index (JII) memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang. 7. Ainur Rachman (2015) Penelitian dengan judul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan BI Rate Terhadap Net AssetValue Reksa Dana Saham Syariah”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Asset Value (NAV), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan BI Rate. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 31
mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan secara parsial dan secara simultan antara inflasi nilai tukar rupiah dan BI rate terhadap net asset value reksa dana syariah. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap NAB Reksa Dana Saham Syariah. Variabel nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap NAB Reksa Dana Saham Syariah. Variabel BI rate berpengaruh tidak signifikan terhadap NAB Reksa Dana Saham Syariah. Variabel Inflasi, nilai tukar rupiah, dan BI rate secara simultan berpengaruh signifikan terhadap NAB Reksa Dana Saham Syariah. 8. Adhan Trivanto (2015) Penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Suku Bunga,Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks Bursa Asing dan nilai Tukar Rupiah terhadap Tingkat PengembalianReksa Dana Saham di Indonesia”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suku Bunga BI, Tingkat Inflasi, IHSG, Indeks Bursa Asing, dan Nilai Tukar Rupiah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan secara parsial dan secara simultan antara Suku Bunga BI, Tingkat Inflasi, IHSG, Indeks Bursa Asing, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap tingkat pengembalian reksa dana saham. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda. 32
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Suku Bunga BI tidak berpengaruh terhadap pergerakan Tingkat Pengembalian Reksadana Saham. Variabel Tingkat Inflasi tidak berpengaruh terhadap pergerakan Tingkat Pengembalian Reksadana Saham. Variabel IHSG berpengaruh positif terhadap pergerakan Tingkat Pengembalian Reksadana Saham. Variabel Indeks Bursa Asing tidak berpengaruh terhadap pergerakan Tingkat Pengembalian Reksadana Saham. Variabel Nilai Tukar Rupiah tidak berpengaruh terhadap pergerakan Tingkat Pengembalian Reksadana Saham. 9. Pipit Citraningtyas (2016) Penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah Dan NAB Danareksa Syariah Berimbang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen yang meliputi Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah terhadap variabel dependen NAB Danareksa Syariah Berimbang. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi PAM (Partial Adjusment Model). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel BI Rate memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel Nilai 33
Tukar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang. 10. Anita (2013) Penelitian dengan judul “Pengukuran Pemilihan Saham dan Penetapan Waktu Menggunakan Model Treynor-Mazuy pada Reksadana Syariah di Indonesia”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah NAB, JII, SBIS, Informasi Kurs, Informasi Inflasi, TRIM Syariah Saham, SI Dana Saham Syariah, PNM Ekuitas Syariah, dan CIMB Principal Islamic. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti kinerja portofolio reksa dana saham syariah, ditandai oleh kemampuan manajer investasinya dalam memilih saham yang tepat dan kemampuan dalam menjual atau membeli saham pada saat yang tepat. Penelitian ini menggunakan model Treynor-Mazuy versi conditional dengan analisis ARCH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham syariah di Indonesia outperform daripada kinerja pasarnya JII. Kinerja yang baik ini dikarenakan manajer investasi reksa dana yang mengelola portofolio saham syariah memiliki kemampuan dalam melakukan pemilihan saham yang baik (stock selection ability). Namun, secara individu nilai alpha positif hanya dihasilkan oleh reksa dana TRIM Syariah Saham dan PNM Ekuitas Syariah, dua lainnya yaitu reksa dana Dana Saham Syariah dan CIMB Equity Syariah menghasilkan nilai alpha negatif, berarti ketidakmampuan manajer investasi dalam mengelola portofolionya menyebabkan penurunan return reksadana. 34
Nilai koefisien market timing atau gamma menghasilkan nilai negatif, hal ini menandakan manajer investasi reksadana yang mengelola portofolio saham syariah tidak melakukan market timing sesuai teori investasi. Tingkat volatilitas yang tinggi menandakan adanya ketidakpastian yang tinggi. Sehingga pentingnya mempertimbangkan variabel makro dalam keputusan investasi. 11. Mohamad Heykal (2014) Penelitian dengan judul “Analisis perbandingan Reksa Dana Saham Syariah dengan Reksa Dana Saham Konvensional”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah NAB reksa dana saham syariah dan NAB reksa dana saham konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kinerja reksa dana syariah dan reksa dana konvensional, mengevaluasi kinerja tahunan reksa dana syariah maupun konvensional dengan jenis reksa dana saham, dan mengetahui dan memberikan informasi kinerja reksa dana saham syariah dan reksa dana saham konvensional sebagai pembanding. Penelitian ini menggunakan metode annual return, risk adjusted return dan metode snail trails. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji statistik yang dilakukan terhadap kinerja reksa dana saham syariah dan konvensional selama empat periode (2009, 2010, 2011, 2012) menunjukkan tidak adanya perbedaan ratarata kinerja antara reksa dana saham syariah maupun reksa dana saham syariah dan layak untuk diperbandingkan. Dari semua hasil analisis dapat 35
disimpulkan bahwa dari 10 reksa dana saham yang diteliti, kinerja reksa dana saham syariah lebih baik dibandingkan dengan reksa dana saham konvensional. Secara statistik juga menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham syariah dan konvensional tidak jauh berbeda dengan significance level yang digunakan adalah sebesar 0.05 atau dengan confidence level sebesar 95%. 12. Apriliana Ika Kusumanista (2014) Penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana Manulife Syariah Sektoral Amanah pada PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah SBIS, Inflasi, JII, return reksa dana, risiko reksa dana dan NAB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara simultan pengaruh SBIS, Inflasi, JII, return reksa dana, risiko reksa dana terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang dan variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi NAB Danareksa Syariah Berimbang. Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel SBIS memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB). Variabel inflasi memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB). Variabel Jakarta Islamic Index (JII) memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap NAB. Variabel return reksa
36
dana berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap NAB. Variabel risiko reksa dana berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap NAB. D. Kerangka Berpikir Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah, dimana untuk mengetahui kinerja aset yang dimiliki oleh reksa dana syariah variabel yang digunakan adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB), variabel indeks harga saham diukur dengan Indeks Harga Saham Syariah Gabungan (IHSG), variabel makroekonomi yaitu inflasi, variabel internal diukur oleh jumlah reksa dana syariah dan tingkat return. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2015) dan Citraningtyas (2016), inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Dikarenakan inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang terutama terhadap fungsi tabungan, mengarahkan investasi kepada hal-hal yang bersifat non-produktif atau menumpuk kekayaan, dengan mengorbankan investasi yang bersifat ke arah produktif. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Setyarini (2015), Rahmah (2011), dan Pradhipta (2015), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Peningkatan IHSG mencerminkan kinerja perusahaan di pasar modal konvesional yang meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Hal tersebut 37
dapat dijadikan patokan oleh para investor dalam berinvestasi. Secara umum pergerakan IHSG dan reksa dana saham berjalan searah, sehingga pada saat IHSG naik, reksa dana saham juga akan mengalami kenaikan, yang membedakan hanyalah persentase kenaikannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh penelitian Putratama (2007), Jumlah RDS memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Dengan kata lain, semakin tinggi jumlsh RDS semakin tinggi pula NAB reksa dana syariah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyaknya jumlah reksa dana syariah yang ditawarkan maka kesempatan berinvestasi pada reksa dana syariah akan semakin meningkat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh penelitian Kusumanista (2014), tingkat return memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat return semakin rendah NAB reksa dana syariah. Hal ini menunjukkan bahwa Manajer Investasi kurang pintar dalam mengelola dananya.
38
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Pengaruh Inflasi, IHSG, Jumlah Reksa Dana Syariah dan Tingkat Return Terhadap Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah di Indonesia (Studi Kasus: Danareksa Syariah Berimbang)
Inflasi (X1)
Total Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah (Y)
IHSG (X2) Jumlah RDS (X3) Tingkat Return (X4)
Pengumpulan Data Time Series
Uji Stationeritas Data
Stasioner
Tidak Stasioner
VAR Bentuk Level
Stationer Di Deferensi Data
VAR Bentuk Diferensi
TIdak
Terjadi Kointegrasi Ya VECM
Impulse Response dan VAriance Decomposition Analisis dan Kesimpulan
39
E. Hipotesis Hipotesis menurut Sugiyono (2009) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1.
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Inflasi terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka pendek. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Inflasi terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka pendek.
2.
H0: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel IHSG terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka pendek. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel IHSG terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka pendek.
3.
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Jumlah RDS terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka pendek. 40
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Jumlah RDS terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka pendek. 4.
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat return terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka pendek. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat return terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka pendek.
5.
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka panjang. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka panjang.
6.
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel IHSG terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka panjang. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel IHSG terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka panjang.
7.
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Jumlah RDS
41
terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka panjang. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Jumlah RDS terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka panjang. 8.
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat return terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka panjang. H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat return terhadap Total Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah dalam jangka panjang.
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Dalam penulisan penelitian ini, data yang didapat, diolah, dan dikembangkan dengan berbagai macam cara dapat digunakan, misalnya tahun penelitian, teknik analisis, dan lain sebagainya. Akan tetapi mengingat keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan penulis, maka penelitian ini hanya terbatas pada 1 (satu) jenis reksa dana campuran yang diterbitkan oleh PT. Danareksa Investment Management. Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh 4 (tiga) variabel bebas yaitu inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jumlah RDS dan tingkat return terhadap variabel terikat dalam penelitian ini adalah Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang pada periode Juli 2011 sampai dengan Desember 2016. C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif time series, yaitu data bulanan NAB Danareksa Syariah Berimbang, Inflasi, IHSG, Jumlah RDS dan tingkat return di Indonesia dari Juli 2011 sampai dengan Desember 2016.
43
2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2012) data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku serta dokumen perusahaan. Data sekunder ini dalam bentuk Laporan Bulanan antara lain Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang, Inflasi, IHSG, Jumlah RDS dan tingkat return yang penulis peroleh dari publikasi Ototritas Jasa Keuangan serta Laporan Bulanan Bank Indonesia dan data lainnya melalui internet (internet research) seperti www.bi.go.id, www.ojk.go.id dan idx.go.id. Selain itu penelitian ini juga dilakukan dengan cara library research atau mempelajari dan memahami data atau bahan yang diperoleh dari berbagai literatur, serta mencatat teori-teori yang didapat dari buku-buku, majalah, jurnal artikel, atau karya ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data yang dipublikasi oleh Bank Indonesia dan OJK. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam peneltian ini, objek penelitian adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa dana Syariah dengan NAB Danareksa Syariah Berimbang yang merupakan sebuah produk reksadana campuran yang dikeluarkan oleh PT. Danareksa Investment Management dan obyek penelitian lain seperti Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jumlah RDS dan tingkat return pada 44
periode Juli 2011 sampai dengan Desember 2016. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Jumlah RDS
dan tingkat return terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Danareksa Syariah Berimbang periode Juli 2011 sampai dengan Desember 2016. E. Teknik Analisis Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis Vector Auto Regressive (VAR)/ Vector Error Correction Model (VECM). Penelitian menggunakan model Vector Auto Regression (VAR) apabila data dalam penelitian ini stasioner, namun bila data tidak stasioner dan terdapat hubungan kointegrasi antara variabel-variabelnya maka penelitian ini menggunakan model Vector Error Correction Model (VECM). Data-data tersebut akan diolah dengan menggunakan perangkat lunak (software) Eviews 9 dan Microsoft Excel 2010. Metode VAR memperlakukan semua variabel secara simetris tanpa mempermasalahkan variabel endogen dan eksogen atau dengan kata lain model ini memperlakukan seluruh variabel sebagai variabel endogen. Pendekatan yang digunakan dalam metode VAR merupakan pendekatan nonstruktural,
yakni
menggambarkan
hubungan
kausalitas
antarvariabel
(Tanjung, 2013). Keunggulan dari analisis VAR antara lain adalah: (1) Metode ini sederhana, tidak perlu khawatir untuk membedakan mana variabel endogen 45
mana variabel eksogen; (2) Estimasinya sederhana, dimana metode OLS biasa dapat diaplikasikan pada tiap-tiap persamaan secara terpisah; (3) Hasil perkiraan (forecast) yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dalam banyak kasus lebih bagus dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan menggunkan model persamaan simultan yang kompleks sekalipun. Selain itu, VAR analysis juga merupakan alat analisis yang sangat berguna, baik di dalam memahami adanya hubungan timbal balik (interreationship) antara variabel-variabel ekonomi, maupun di dalam pembentukan model ekonomi berstruktur. Namun model VAR juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (1) VAR merupakan model yang atheoritic atau tidak berlandaskan teori sehingga hal ini tidak seperti persamaan simultan. Pada persamaan simultan, pemilihan variabel yang akan dimasukkan dalam persamaan memegang peranan penting dalam mengidentifikasi model; (2) Metode ini juga bermasalah pada pemilihan parameter yang akan bermasalah pada derajat bebas (degrees of freedom-df) akan bertambah; (3) Semua variabel dalam VAR harus stasioner, jika tidak stasioner maka perlu dilakukan transformasi bentuk data, misalnya melalui first difference. Langkah-langkah dalam analisis VAR adalah sebagai berikut : a.
Uji Stasioneritas Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model ekonomi dengan time series adalah dengan menguji stasioneritas pada data 46
(stationery stochastic process). Data stasioner adalah data yang variansnya tidak terlalu besar dan punya kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya. Tujuan uji ini adalah agar nilai rata-raa stabil dan random error-nya sama dengan nol. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data stasioner atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan augmented dickey-fuller (ADF) pada derajat yang sama (level atau difference) hingga diperoleh suatu data yang stasioner. Hipotesis : H0
= data tidak stasioner
H1
= data stasioner Dengan mengikuti pernyataan bahwa :
1) Nilai t-statistik ADF < nilai kritis ADF pada level 5% maka H0 diterima. 2) Nilai t-statistik ADF > nilai kritis ADF pada level 5% maka H1 diterima. b.
Uji Lag Length Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah penentuan lag optimal. Jika lag yang digunakan dalam stasioneritas terlalu sedikit, maka residual dari regresi tidak akan menampilkan proses white noise sehingga model tidak dapat mengestimasi actual error secara tepat. Namun, jika lag yang digunakan terlalu banyak, maka 47
dapat mengurangi kemampuan untuk menolak H0 karena tambahan parameter terlalu banyak akan mengurangi derajat bebas. Dalam penentuan lag optimal dilakukan melalui likelihood ratio test, tentukan kriteria yang mempunyai Final Frediction Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC), dan HannanQuinn (HQ). c.
Uji Kointegrasi Kestasioneran data melalui diferensiasi dinilai masih belum cukup apabila peneliti meneruskan uji VECM. Model harus memiliki kointegrasi atau hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Pendekteksian ini dapat dilakukan dengan Metode Johansen. Pengujian kontegrasi dalam penelitian ini dilaksanan dengan derajat kepercayaan 5% dengan cara membandingkan trace statistic trace statistic atau max eigen statistic dengan critical value-nya. (Ariefianto, 2012). Jika variabel-variabel tidak terkointegrasi maka dapat diterapkan VAR standar yang hasilnya akan identik dengan OLS, jika pengujian membukatikan terdapat vektor kointegrasi, maka dapat diterapkan ECM untuk single equation dan VECM untuk system equation. Hipotesis : H0
: terdapat
hubungan jangka panjang antara variabel independen dan
variabel dependen.
48
H1
:
tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel
independen dan variabel dependen. Dengan mengikuti pernyataan bahwa : 1) Jika nilai trace statistic > nilai critical value maka H0 diterima, model terkointegrasi, dapat diterapkan VECM. 2) Jika nilai trace statistic < nilai critical value maka H1 diterima, model tidak terkointegrasi, dapat diterapkan VAR. d. Uji Kausalitas Uji kausalitas bertujuan untuk mengetahui hubungan sebabakibat (kausalitas) di antara variabel-variabel yang ingin diuji. Uji kausalitas digunakan untuk melihat hubungan antarvariabel, apakah hubungan tersebut satu arah atau dua arah ataupun tidak ada hubungan antarkeduanya, terdapat dua hipotesis dalam uji kausalitas: H0
: tidak terdapat hubungan kausalitas antarvariabel.
H1
: terdapat hubungan kausalitas antarvariabel. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, digunakan nilai
probabilitas. Jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari 5% maka terdapat cukup bukti untuk menolak hipotesis nol dan menyimpulkan bahwa antarvariabel mempunyai hubungan kausalitas.
49
e. Estimasi VAR dan VECM Diketahui dengan membandingkan nilai t-statistik hasil estimasi dengan nilai t-tabel, jika nilai t-statistik lebih besar dari nilai ttabelnya, maka dapat dikatakan variabel Y mempengaruhi variabel X. Sedangkan jika suatu data time series model VAR terbukti terdapat hubungan kointegrasi, maka VECM dapat digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka pendek dari suatu variabel terhadap nilai jangka panjangnya ( Ajija dkk, 2011). VECM juga digunakan untuk menghitung hubungan jangka pendek antarvariabel melalui koefisien standar dan mengestimasi hubungan jangka panjang dengan menggunakan lag residual dari regresi yang terkointegrasi. Sama halnya dengan estimasi VAR, jika nilai t-statistik lebih besar daripada nilai t-tabelnya, maka dapat dikatakan terdapat hubungan jangka panjang atau jangka pendek antarvariabel. f. Impulse Response Function (IRF) Analisis IRF dapat melacak respon variabel terikat di dalam sistem VECM karena adanya shock dari variabel bebas pada persamaan variabel terikat dalam suatu sistem VECM. Misalnya variabel
bebas
mengalami
kenaikan
sebesar
x
maka
akan
mempengaruhi variabel terikat untuk saat ini atau masa depan. Menurut Sims (1992) fungsi IRF menggambarkan ekspektasi periode dari kesalahan prediksi suau variabel akibat inovasi dari variabel yang 50
lain. Sehingga lamanya pengaruh shock pada suatu variabel terhadap variabel lain hingga pengaruhnya hilang atau kembali pada titik keseimbangan dapat dilihat. (Ajija dkk, 2011) g. Variance Decomposition Disebut juga forecast error variance decomposition, merupakan perangkat yang dapat menggambarkan relatif pentingnya variabelvariabel bebas pada model VECM karena shock dan menjelaskan seberapa kuat peranan variabel tertentu terhadap variabel lainnya. Analisis ini dilaksanakan dengan cara pemisahan variasi dari sejumlah variabel yang diestimasi menjadi komponen-komponen shock, dengan asumsi bahwa komponen-komponen tidak saling berkorelasi. F. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen
a. Nilai Aktiva Bersih NAB merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu reksa dana. NAB per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksa dana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu. Danareksa Syariah Berimbang yang merupakan sebuah produk reksa dana campuran yang telah dikeluarkan oleh PT Danareksa Investment Management. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini 51
diperoleh dari website resmi OJK berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Juli 2011 – Desember 2016 yang dinyatakan dalam bentuk miliar rupiah. 2. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel dapat di tulis dalam X. Variabel Independen berupa persentase. Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi Total Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di Indonesia maka penelitian ini menspesifikasikan variabel independen dan definisi operasional sebagai berikut : a. X1 (Inflasi)
Inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum secara terusmenerus. Inflasi akan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat, karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website resmi Bank Indonesia yaitu berdasarkan perhitungan bulanan dari Juli 2011 – Desember 2016 yang dinyatakan dalam bentuk persentase. b. X2 (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan menjadi barometer kesehatan pasar modal yang dapat menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi. Jika Indeks Harga Saham naik terus, dapatlah dikatakan bahwa keadaan pasar modal sedang baik. Para investor sering menggunakan IHSG sebagai 52
patokan dalam berinvestasi karena dengan IHSG, investor dapar menentukan saat investasi sudah tiba. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan invesor. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website resmi IDX yaitu berdasarkan perhitungan bulanan dari Juli 2011 – Desember 2016 yang dinyatakan dalam bentuk indeks. c. X3 (Jumlah RDS)
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari statistik reksa dana syariah yang diterbitkan oleh OJK, yaitu dari Juli 2011 – Desember 2016 yang dinyatakan dalam bentuk unit. d. X4 (Tingkat Return) Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari perhitungan melalui NAB yang diterbitkan oleh website resmi OJK yaitu berdasarkan perhitungan bulanan dari Juli 2011 – Desember 2016 yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Data Penelitian 1. Perkembangan NAB Danareksa Syariah Berimbang Pada penelitian ini menggunakan bantuan Microsoft Excel Windows 2010 dan Eviews 9, untuk dapat mengolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti. Tabel 4.1 Total NAB Reksa Dana Syariah Danareksa Syariah Berimbang (Rp. Miliar) Periode Juli 2011- Desember 2016 Bu lan Ja n Feb Ma r Ap r Me i Ju n Jul Ag us Sep Ok t No v De s
2011
2012
2013
72,295,413 133,759,42 ,271.70 9,055.10 69,513,007 127,407,36 ,734.67 2,491.74 80,028,821 126,315,47 ,514.45 7,502.34 91,263,362 134,716,18 ,993.72 8,203.16 90,294,182 128,905,90 ,150.31 6,597.55 93,344,284 137,598,34 ,839.37 7,003.09 73,745,68 98,321,653 127,456,19 9,644.32 ,594.54 1,028.71 73,481,69 112,910,50 117,692,77 4,792.72 7,826.44 4,153.69 70,405,97 113,438,91 116,628,03 0,233.77 5,129.90 0,775.78 72,090,67 122,462,89 120,441,67 4,606.51 2,339.25 9,610.01 70,942,73 121,787,57 115,720,80 1,173.42 8,404.32 6,734.45 69,991,03 127,481,09 115,703,06 5,280.81 4,287.87 9,142.68 Sumber: OJK, data diolah. 54
2014
2015
2016
117,900,66 7,460.47 121,096,45 0,704.58 112,895,47 8,399.44 113,459,68 1,708.33 115,604,39 9,129.23 115,442,50 4,771.49 122,718,43 1,564.35 116,964,03 1,335.57 115,450,64 6,458.28 119,678,85 6,294.77 119,679,79 5,384.06 116,586,92 3,884.52
116,721,44 6,619.55 120,171,67 4,026.30 126,908,32 9,646.64 127,769,53 6,400.62 125,376,76 0,089.70 101,472,57 3,353.55 101,110,03 2,518.42 97,728,742 ,565.52 94,811,713 ,366.26 100,129,51 9,003.24 95,090,813 ,409.06 99,539,701 ,141.78
101,217,71 5,086.89 105,064,09 3,751.17 106,461,67 8,105.95 107,935,06 7,313.66 107,735,52 7,284.65 109,700,95 4,173.08 110,642,86 7,941.91 113,780,22 9,636.05 103,094,80 9,769.16 101,939,79 8,740.05 93,862,048 ,865.25 95,470,338 ,767.61
Nilai Aktiva Bersih adalah total nilai investasi dan kas yang dipegang (univested) dikurangi biaya-biaya hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan. Tabel 4.1 menunjukkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang paling tinggi selama periode penelitian pada bulan Juni 2013 sebesar Rp 137,598,347,003.09 miliar, sedangkan Nilai Atikva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang terkecil pada bulan Februari 2012 sebesar Rp 69,513,007,734.67 miliar.
55
2. Perkembangan Inflasi di Indonesia Tabel 4.2 Inflasi di Indonesia (%) Periode Juli 2011- Desember 2016 Bulan 2011 2012 2013 3.65 4.57 Jan 3.56 5.31 Feb 3.97 5.90 Mar 4.50 5.57 Apr 4.45 5.47 Mei 4.53 5.90 Jun 4.61 4.56 8.61 Jul 4.79 4.58 8.79 Agus 4.61 4.31 8.40 Sep 4.42 4.61 8.32 Okt 4.15 4.32 8.37 Nov 3.79 4.30 8.38 Des Sumber: Statistik Bank Indonesia
2014 8.22 7.75 7.32 7.25 7.32 6.70 4.53 3.99 4.53 4.83 6.23 8.36
2015 6.96 6.29 6.38 6.79 7.15 7.26 7.26 7.18 6.83 6.25 4.89 3.35
2016 4.14 4.42 4.45 3.60 3.33 3.45 3.21 2.79 3.07 3.31 3.58 3.02
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Tabel 4.2, menunjukkan laju inflasi mencapai nilai tertinggi pada bulan Agustus 2013 yaitu sebesar 8.79% dan mencapai nilai terendahnya pada bulan Desember 2016 sebesar 3.02%.
56
3. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tabel 4.3 Indeks Harga Saham Gabungan Periode Juli 2011- Desember 2016 Bulan 2011 2012 2013 2014 3,941.576 4,453.571 4,418.626 Jan 3,985.092 4,795.647 4,620.079 Feb 4,121.429 4,940.839 4,768.136 Mar 4,180.608 5,033.922 4,840.00 Apr 3,832.71 5,068.478 4,893.763 Mei 3,955.46 4,818.752 4,878.438 Jun 4,130.677 4,142.214 4,610.24 5,088.651 Jul 4,194.964 5,136.71 Agus 3,841.617 4,060.211 4,316.048 5,137.427 Sep 3,548.927 4,262.435 4,510.50 5,089.40 Okt 3,790.735 4,350.162 3,714.97 4,276.015 4,256.31 5,149.736 Nov 4,274.05 5,226.792 Des 3,821.879 4,316.559 Sumber: OJK, Statistik Saham, data diolah.
2015 5,289.247 5,450.132 5,518.511 5,086.274 5,216.225 4,910.513 4,802.387 4,509.473 4,223.783 4,455.048 4,446.326 4,592.872
2016 4,615.026 4,770.815 4,845.228 4,838.439 4,796.727 5,016.499 5,215.84 5,385.922 5,364.646 5,422.542 5,148.91 5,296.711
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan barometer kesehatan pasar modal yang dapat menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi. Tabel 4.3, menunjukkan bahwa nilai IHSG tertinggi pada bulan Maret 2015 sebesar 5,518.511 dan nilai IHSG terendah pada bulan September 2011 sebesar 3,548.927.
57
4. Perkembangan Jumlah Reksa Dana Syariah Tabel 4.4 Jumlah Reksa Dana Syariah Periode Juli 2011- Desember 2016 Bulan 2011 2012 2013 2014 50 58 64 Jan 50 58 63 Feb 50 58 62 Mar 50 60 62 Apr 50 60 64 Mei 51 63 64 Jun 49 49 61 64 Jul 49 44 62 66 Agus 52 44 64 66 Sep 52 44 65 68 Okt 52 44 64 70 Nov 50 58 65 74 Des Sumber: OJK, statistik saham, data diolah.
2015 73 74 75 77 80 80 82 85 85 85 86 93
2016 94 96 99 101 102 106 109 114 123 123 132 136
Jumlah reksa dana syariah memberikan refleksi bahwa semakin banyak jumlah reksa dana syariah maka rata-rata NAB juga akan meningkat. Tabel 4.4, menunjukkan jumlah reksa dana syariah terbanyak selama periode penelitian terjadi pada bulan Desember 2017 sebanyak 136 unit dan jumlah terendah
terjadi
di
bulan
Juli
2011
sebanyak
49
unit.
58
5. Perkembangan Tingkat Return Danareksa Syariah Berimbang
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des
Tabel 4.5 Tingkat Return Danareksa Syariah Berimbang Periode Juli 2011- Desember 2016 2011 2012 2013 2014 2015 2016 0,032924 0,049249 0,018993 0,001154 0,016858 -0,03849 -0,04749 0,027106 0,029559 0,038001 0,151278 -0,00857 -0,06772 0,056059 0,013302 0,140381 0,066506 0,004998 0,006786 0,01384 -0,01062 -0,04313 0,018903 -0,01873 -0,00185 0,03378 0,067432 -0,0014 -0,19066 0,018243 0,084057 0,053323 -0,07371 0,063026 -0,00357 0,008586 -0,00358 0,148379 -0,0766 -0,04689 -0,03344 0,028356 -0,04186 0,00468 -0,00905 -0,01294 -0,02985 -0,09391 0,023928 0,079549 0,032699 0,036624 0,056088 -0,0112 -0,01592 -0,00551 -0,0392 7,85E-06 -0,05032 -0,07924 -0,01341 0,04675 -0,00015 -0,02584 0,046786 0,017135 Sumber: OJK, Statistik Saham, data diolah. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Tabel 4.5, menunjukkan bahwa tingkat return tertinggi pada bulan Maret 2012 sebesar 0,151278 dan tingkat return terendah pada bulan Juni 2015 sebesar -0,19066.
2.
Hasil Analisis Pengujian Statistik dan Interpretasi 1. Uji Stasioneritas Langkah pertama dalam melakukan analisis data time series yaitu uji stasioneritas, uji stasioneritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabelvariabel yang diuji stasioner atau tidak. Uji stasioneritas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji akar unit yaitu dengan menggunakan Augment Dickey-Fuller (ADF) pada derajat yang sama (level atau difference) hingga
59
diperoleh suatu data yang stasioner. Pada penelitian ini menggunakan uji Augment Dickey-Fuller (ADF). Berikut adalah hasil uji stasioneritas dengan menggunakan Augment Dickey-Fuller (ADF) dari setiap data. Tabel 4.6 Hasil Uji ADF Data Tingkat Level Variabel
ADF Test tStatistics
Mc Kinnon Critical Value 5%
Prob
Keterangan
NAB
-2.000377
-2.906923
0.2861
Tidak Stasioner
Inflasi
-2.003972
-2.907660
0.2845
Tidak Stasioner
IHSG
-1.345739
-2.906923
0.6032
Tidak Stasioner
Jumlah RDS
3.595395
-2.906923
1.0000
Tidak Stasioner
Return
-7.726059
-2.906923
0.0000
Stasioner
Sumber: Output Eviews 9, data diolah. Dari hasil pengolahan data pada Tabel 4.6, dapat dilihat nilai t-statistic pada variabel NAB, inflasi, IHSG dan jumlah reksa dana syariah lebih besar dari nilai critical value 5%, dan nilai probabilitasnya lebih besar dari 0.05 . Artinya, pada pengujian stasioneritas data pada tingkat level terhadap variabel NAB, inflasi,IHSG dan jumlah reksa dana syariah, tidak stasioner pada tingkat level. Sedangkan, variabel return nilai t-statistic-nya lebih kecil dari nilai critical value 5%, dan nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0.05. Artinya, pada pengujian stasioneritas pada tingkat level variabel return sudah stasioner. Apabila data tidak stasioner pada tingkat level maka perlu dilakukan differencing data untuk memperoleh data yang stasioner pada derajat yang 60
sama pada first difference. Seperti uji akar unit sebelumnya keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai ADF test t-statistic dengan Mc Kinnon Critical Value 5% serta dengan melihat nilai probabilitasnya yaitu harus lebih kecil dari 5%. Jika data masih tidak stasioner pada tingkat first difference maka perlu dilakukan uji derajat integrasi pada diferensi yang lebih tinggi yaitu second difference sehingga diperoleh data yang stasioner. Berikut adalah hasil uji stasioneritas pada tingkat first difference dari uji ADF. Tabel 4.7 Hasil Uji Adf Data Tingkat 1st Difference Variabel
ADF Test tStatistics
Mc Kinnon Critical Value 5%
Prob
Keterangan
NAB
-7.569242
-2.907660
0.0000
Stasioner
Inflasi
-6.136070
-2.908420
0.0000
Stasioner
IHSG
-7.495751
-2.907660
0.0000
Stasioner
Jumlah RDS
-7.026574
-2.907660
0.0000
Stasioner
Sumber: Output Eviews9, data diolah. Tabel 4.7 memperlihatkan hasil uji stasioneritas pada first difference, dimana semua data telah stasioner dapat dilihat dari nilai ADF Test t-Statistic pada setiap variabel lebih kecil dari nilai Mc Kinnon Critical Value 5%, dan nilai probabilitas dari setiap variabel juga lebih kecil dari 5%. Dari hasil uji stasioner bahwa variabel NAB, inflasi, IHSG dan Jumlah reksa dana syariah stasioner pada tingkat first difference. 61
2. Uji Lag Optimum Permasalahan yang terjadi pada uji stasioneritas adalah penentuan lag yang optimal. Pada pendekatan VAR maupun VECM sangat sensitif terhadap panjangnya lag yang digunakan. Penentuan panjangnya lag dimaksudkan untuk mengetahui panjangnya periode keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya maupun variabel endogen lainnya. Untuk menentukan panjang lag yang optimal dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu: Final Prediction Error (FPI), Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SC), dan Hanna-Quinn Information Criterion (HQ). Hasil uji panjang lag optimal dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.8 Penentuan Panjang Lag Lag
LogL
LR
FPE
0 1 2 3 4 5
106.6520 566.0206 579.3247 595.9647 606.6428 626.5544
NA 828.3697* 21.80996 24.55089 14.00405 22.84938
2.46e-08 1.61e-14* 2.40e-14 3.30e-14 5.73e-14 7.82e-14
AIC
SC
HQ
-3.332852 -3.159829 -3.265043 -17.57445* -16.53631* -17.16759* -17.19097 -15.28773 -16.44507 -16.91688 -14.14852 -15.83193 -16.44731 -12.81383 -15.02331 -16.28047 -11.78189 -14.51744
* indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion Sumber: Output Eviews 9, data diolah.
62
Dari Tabel 4.8 menunjukkan hasil dari tabel tersebut memberikan lag yang berbeda-beda, terlihat bahwa dengan kriteria LR, FPE, AIC, SC dan HQ kandidat lag yang disarankan adalah lag 1, dapat dilihat dari tanda (*) yang paling banyak dan nilai yang paling kecil. Tanda (*) yang paling banyak adalah lag 1, dengan demikian lag optimal yang disarankan adalah lag 1. 3. Uji Kointegrasi Setelah kedua uji dilakukan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah uji kointegrasi. Uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui terjadinya kestabilan jangka panjang terhadap variabel-variabel yang diteliti. Uji kointegrasi pada penelitian ini menggunakan uji kointegrasi Multivariate Johansen Test. Tabel 4.9 Hasil Uji Kointegrasi (Johansen Test) Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue None * At most 1 * At most 2 At most 3 At most 4
0.529862 0.369063 0.221138 0.139921 0.049403
Trace Statistic
0.05 Critical Value
Prob.**
106.6621 58.35944 28.88430 12.88936 3.242564
69.81889 47.85613 29.79707 15.49471 3.841466
0.0000 0.0038 0.0634 0.1189 0.0717
Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Sumber: Output Eviews 9, data diolah Berdasarkan Tabel 4.9, nilai trace statistic lebih besar dari nilai kritis pada tingkat keyakinan 5%, dan dapat dilihat bahwa nilai probabilitas lebih 63
kecil dari 0.05. Sehingga hasil uji kointegrasi ini menunjukkan bahwa analisis yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis VECM. 4. Uji Kausalitas Granger Uji kausalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu variabel endogen dapat diperlakukan sebagai variabel eksogen. Hal ini bermula dari ketidaktahuan keterpengaruhan antarvariabel. Jika ada dua variabel, maka apakah variabel yang satu menyebabkan variabel lainnya, atau berlaku keduanya atau tidak ada hubungan keduanya. Berikut adalah hasil uji kausalitas variabel-variabel penelitian yaitu NAB, inflasi, IHSG, Jumlah RDS dan Tingkat Return. Tabel 4.10 Uji Kausalitas Granger Null Hypothesis:
Obs F-Statistic
Prob.
INFLASI does not Granger Cause LNNAB LNNAB does not Granger Cause INFLASI
65
0.66852 4.82732
0.4167 0.0318
LNIHSG does not Granger Cause LNNAB LNNAB does not Granger Cause LNIHSG
65
1.58011 1.25256
0.2135 0.2674
JUMLAHRDS does not Granger Cause LNNAB LNNAB does not Granger Cause JUMLAHRDS
65
2.91731 0.33664
0.0926 0.5639
RETURN does not Granger Cause LNNAB LNNAB does not Granger Cause RETURN
65
0.11125 4.07883
0.7398 0.0478
LNIHSG does not Granger Cause INFLASI INFLASI does not Granger Cause LNIHSG
65
0.93328 1.08701
0.3378 0.3012
JUMLAHRDS does not Granger Cause INFLASI INFLASI does not Granger Cause JUMLAHRDS
65
1.24469 2.31964
0.2689 0.1328
RETURN does not Granger Cause INFLASI
65
0.52529
0.4713 64
INFLASI does not Granger Cause RETURN
2.27410
0.1366
JUMLAHRDS does not Granger Cause LNIHSG LNIHSG does not Granger Cause JUMLAHRDS
65
1.33622 0.52532
0.2521 0.4713
RETURN does not Granger Cause LNIHSG LNIHSG does not Granger Cause RETURN
65
0.59235 5.04742
0.4444 0.0282
RETURN does not Granger Cause JUMLAHRDS JUMLAHRDS does not Granger Cause RETURN Sumber: Output Eviews 9, data diolah.
65
0.26056 3.74028
0.6115 0.0577
Berdasarkan Tabel 4.10, penjabaran hasil uji kausalitas dari penelitian adalah sebagai berikut: a.
Variabel NAB secara statistik tidak signifikan mempengaruhi inflasi, sebaliknya inflasi secara statistik signifikan mempengaruhi variabel NAB. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas NAB terhadap inflasi lebih besar dari 0.05 yaitu 0.4167, dan nilai probabilitas inflasi terhadap NAB lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.0318. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kausalitas satu arah antara variabel NAB dengan inflasi.
b.
Variabel NAB secara statistik tidak signifikan mempengaruhi IHSG, begitu juga sebaliknya variabel IHSG tidak signifikan mempengaruhi variabel NAB. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas masing-masing lebih besar dari 0.05 yaitu 0.2135 dan 0.2674. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kausalitas apapun antara variabel NAB dengan IHSG.
65
c.
Variabel NAB secara statistik tidak signifikan mempengaruhi jumlah reksa dana syariah, begitu juga sebaliknya variabel jumlah reksa dana syariah tidak signifikan mempengaruhi variabel NAB. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas masing-masing lebih besar dari 0.05 yaitu 0.0926 dan 0.5639. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kausalitas apapun antara variabel NAB dengan jumlah reksa dana syariah.
d.
Variabel NAB secara statistik tidak signifikan mempengaruhi return danareksa syariah berimbang, sebaliknya variabel return danareksa syariah berimbang secara signifikan mempengaruhi variabel NAB. Hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitas NAB terhadap return danareksa syariah berimbang lebih besar dari 0.05 yaitu 0.7398, dan nilai probabilitas inflasi terhadap NAB lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.0478. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kausalitas satu arah antara variabel NAB dengan return danareksa syariah berimbang.
e.
Variabel inflasi secara statistik tidak signifikan mempengaruhi IHSG, sedangkan variabel IHSG signifikan mempengaruhi variabel inflasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas inflasi terhadap IHSG lebih besar dari 0.05 yaitu 0.3378 dan nilai probabilitas IHSG terhadap inflasi 0,3012. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kausalitas apapun antara variabel inflasi dengan IHSG.
66
f.
Variabel inflasi secara statistik tidak signifikan mempengaruhi jumlah reksa dana syariah, begitu juga sebaliknya variabel jumlah reksa dana syariah tidak signifikan mempengaruhi variabel inflasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas masing-masing lebih besar dari 0.05 yaitu 0.2689 dan 0.1328. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kausalitas apapun antara variabel inflasi dengan jumlah reksa dana syariah.
g.
Variabel inflasi secara statistik tidak signifikan mempengaruhi return danareksa syariah berimbang, begitu juga sebaliknya variabel return danareksa syariah berimbang tidak signifikan mempengaruhi variabel inflasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas masing-masing lebih besar dari 0.05 yaitu 0.4713 dan 0.1366. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kausalitas apapun antara variabel inflasi dengan return danareksa syariah berimbang.
h.
Variabel IHSG secara statistik tidak signifikan mempengaruhi jumlah reksa dana syariah, begitu juga sebaliknya variabel jumlah reksa dana syariah tidak signifikan mempengaruhi variabel IHSG. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas masing-masing lebih besar dari 0.05 yaitu 0.2521 dan 0.4713. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kausalitas apapun antara variabel IHSG dengan jumlah reksa dana syariah.
67
i.
Variabel IHSG secara statistik tidak signifikan mempengaruhi return danareksa syariah berimbang, sebaliknya variabel return danareksa syariah berimbang secara signifikan mempengaruhi variabel IHSG. Hal ini dibuktikan dengan
nilai probabilitas IHSG terhadap return
danareksa syariah berimbang lebih besar dari 0.05 yaitu 0.4444, dan nilai probabilitas return danareksa syariah berimbang terhadap IHSG lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.0282. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kausalitas satu arah antara variabel IHSG dengan return danareksa syariah berimbang. j.
Variabel jumlah reksa dana syariah secara statistik tidak signifikan mempengaruhi return danareksa syariah berimbang, begitu juga sebaliknya variabel return danareksa syariah berimbang tidak signifikan mempengaruhi variabel jumlah reksa dana syariah. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas masing-masing lebih besar dari 0.05 yaitu 0.6115 dan 0.0577. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kausalitas apapun antara variabel jumlah reksa dana syariah dengan return danareksa syariah berimbang.
5. Estimasi VECM Setelah melakukan beberapa uji sebelumnya, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah uji VECM. Uji VECM dilakukan karena terdapat kointegrasi pada saat uji kointegrasi. Uji VECM dilakukan dengan Impulse
68
Response Function atau IRF dan Forecast Error Decomposition Variance atau FEDV. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Tabel 4.11 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek VARIABEL C0intEq1 Inflasi IHSG Jumlah RDS Return Inflasi IHSG Jumlah RDS Return
KOEFISIEN Jangka Pendek (2.56920) (0.98213) (0.20106) (0.00229) (2.32622) Jangka Panjang (0.059410) (-0.096205) (0.000252) (-0.962167)
T-STATISTIK (-1.48364) (-0.92105) (-1.06627) (1.12964) (-0.80405 (0.86208) (-6.55251) (1.30870) (-92.8102)
Sumber: Output Eviews 9, data diolah. Berdasarkan Tabel 4.11 nilai signifikan didapat dari t-tabel 1.99962, dalam jangka panjang, inflasi memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Sedangkan variabel IHSG memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah, setiap kenaikan 1% variabel IHSG akan menurunkan NAB sebesar 0.537008. peningkatan IHSG dalam jangka panjang akan mendorong para investor untuk melakukan penebusan unit penyertaannya (redemption) untuk memperoleh keuntungan. Akibatnya, NAB reksa dana syariah akan mengalami penurunan jangka panjang (Beik:2012). Dalam jangka panjang jumlah reksa dana syariah berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap NAB reksa dana syariah,
69
dan dalam jangka panjang return danareksa syariah berimbang berpengaruh negatif terhadap NAB reksa dana syariah. Pada analisis jangka pendek, terdapat koreksi kesalahan sebesar 2.56920 yang tidak signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa setiap bulan kesalahan dikoreksi sebesar 2.56920 persen untuk menuju keseimbangan jangka panjang, dimana sebesar 25.69% proses adjustment terjadi pada bulan pertama (karena data bulanan) dan 74.31% proses adjustment terjadi pada bulan-bulan berikutnya. Pada jangka pendek ini semua variabel berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap NAB reksa dana syariah, setiap kenaikan 1% variabel inflasi akan meningkatkan NAB sebesar 0.98213, setiap kenaikan 1% variabel IHSG akan meningkatkan NAB sebesar 0.20106, setiap kenaikan 1% variabel jumlah reksa dana syariah akan meningkatkan variabel NAB sebesar 0.00229 dan setiap kenaikan 1% variabel return akan meningkatkan NAB sebesar 2.32622.
70
6. Impulse Response Function (IRF)
Period 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 4.12 Nilai Impulse Response NAB Reksa Dana Syariah Response of DLNNAB: DLNNAB DINFLASI DLNIHSG DJUMLAHRDS RETURN 0.065846 0.026717 0.046882 0.037402 0.042138 0.039714 0.040756 0.040332 0.040585 0.040432
0.000000 -0.008921 -0.004929 -0.007518 -0.006419 -0.005662 -0.006687 -0.006266 -0.006468 -0.006224
0.000000 0.003084 0.006522 0.003406 0.003062 0.003376 0.004275 0.003598 0.003709 0.003566
0.000000 0.004796 -0.004256 0.003796 -0.001265 0.002105 -0.000373 0.001143 0.000361 0.000840
0.000000 0.006375 0.009038 0.006802 0.003690 0.006714 0.006016 0.006478 0.005557 0.006133
Sumber : Output Eviews 9, data diolah. Tabel 4.12, menunjukkan bahwa variabel NAB merespon shock yang diberikan variabel inflasi adalah negatif pada awal periode hingga akhir periode atau negatif permanen, sedangkan shock yang diberikan oleh variabel IHSG adalah positif di awal hingga akhir periode atau positif permanen. Selanjutnya shock yang diberikan oleh variabel jumlah RDS adalah negatif di periode ke3, 5 dan 7. Shock yang diberikan variabel return danareksa syariah berimbang adalah positif permanen dari awal periode hingga akhir periode. Selanjutnya akan dibahas mengenai respon NAB terhadap shock yang ditimbulkan oleh variabel inflasi, IHSG dan jumlah RDS dan return danareksa syariah berimbang. Pertama akan dibahas mengenai respon NAB terhadap shock yang ditimbulkan oleh variabel inflasi, berdasarkan Tabel 4.12 71
menunjukkan respon yang diberikan variabel NAB akibat shock yang ditimbulkan variabel inflasi pada periode ke 2 sebesar -0.008921, artinya kenaikan inflasi sebesar 1% akan menurunkan NAB sebesar 0.008921%. Selanjutnya respon NAB terhadap IHSG, pada Tabel 4.12 dapat dilihat respon yang diberikan variabel NAB terhadap shock yang ditimbulkan variabel IHSG adalah positif permanen, Tabel 4.11 menunjukkan respon yang diberikan variabel NAB akibat shock yang ditimbulkan variabel IHSG pada periode ke 2 sebesar 0.003084, artinya kenaikan IHSG sebesar 1% akan meningkatkan NAB sebesar 0.003084%. Respon NAB terhadap jumlah RDS, pada Tabel 4.12 respon yang diberikan variabel NAB terhadap shock yang ditimbulkan variabel Jumlah RDS pada periode ke 2 adalah sebesar 0.004796, artinya setiap kenaikan jumlah RDS sebesar 1% akan meningkatkan NAB sebesar 0.004796%. Terakhir respon NAB terhadap return danareksa syariah berimbang, pada Tabel 4.12 dapat dilihat respon yang diberikan variabel NAB terhadap shock yang ditimbulkan variabel return danareksa syariah berimbang adalah positif permanen, Tabel 4.12 menunjukkan respon yang diberikan variabel NAB akibat shock yang ditimbulkan variabel return danareksa syariah berimbang pada periode ke 2 sebesar 0.006375, artinya kenaikan return danareksa syariah berimbang sebesar 1% akan meningkatkan NAB sebesar 0.006375%.
72
Tabel 4.13 Respon NAB Danareksa Syariah Berimbang Guncangan Variabel Respon NAB Danareksa Syariah Berimbang Inflasi Negatif permanen IHSG Positif Permanen Jumlah RDS Negatif pada periode ketiga, kelima dan ketujuh Return Positif permanen Sumber: Data diolah. Dari hasil uji IRF diketahui bahwa IHSG dan return danareksa syariah berimbang memiliki respon positif permanen terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah memperbaiki
kinerja
Berimbang, artinya jika NAB meningkat Danareksa
Syariah
Berimbang,
serta
akan
mampu
meningkatkan jumlah NAB reksa dana syariah yang ada di Indonesia. Berbeda dengan variabel Inflasi memiliki respon negatif permanen pada awal periode hingga akhir periode terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang, hal ini diduga bahwa kenaikan inflasi akan menyebabkan menurunnya nilai mata uang riil, masyarakat akan lebih banyak menggunakan uangnya untuk berkonsumsi daripada untuk berinvestasi. Sedangkan variabel jumlah RDS memiliki respon negatif pada periode ketiga, kelima dan ketujuh.
73
7. Variance Decomposition Tabel 4.14 Variance Decompositions Perio d
S.E.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.065846 0.072126 0.086987 0.095365 0.104575 0.112277 0.119860 0.126841 0.133500 0.139810
Variance Decomposition of DLNNAB: DJUMLAH DLNNAB DINFLASI DLNIHSG RDS RETURN 100.0000 97.06406 95.77938 95.07212 95.30020 95.18541 95.08395 95.01669 95.01547 94.99598
0.000000 1.529759 1.372816 1.763655 1.843467 1.853524 1.937690 1.974303 2.017011 2.037242
0.000000 0.182771 0.687742 0.699763 0.667687 0.669641 0.714781 0.718730 0.726014 0.727004
0.000000 0.442111 0.543309 0.610513 0.522342 0.488290 0.429425 0.391584 0.354223 0.326581
0.000000 0.781296 1.616750 1.853953 1.666304 1.803140 1.834150 1.898690 1.887282 1.913192
Sumber: Output Eviews 9, data diolah. Tabel 4.14 menggambarkan hasil variance decomposition yang menggambarkan hasil olah data ke empat variabel dalam kurun waktu 10 periode kedepan. Hasil dari uji ini menerangkan mengenai proporsi dari pergerakan pengaruh shock pada sebuah vaiabel lainnya yang dapat dilihat pada periode saa ini dan periode yang akan datang. Dari Tabel 4.14 di awal periode variabel Inflasi, IHSG, jumlah RDS dan return danareksa syariah berimbang tidak memberikan pengaruh terhadap variabel NAB, hal ini dapat dilihan bahwa nilai pengaruh dari variabel NAB itu sendiri adalah 100%. Pada periode kedua hingga ke sepuluh pun variabel NAB masih tetap memimpin dibandingkan dengan variabel lainnya, dapat dilihat pada periode kesepuluh yaitu nilai pengaruh dari variabel inflasi
74
sebesar 2.04%, nilai pengaruh dari variabel IHSG 0.73%, nilai pengaruh dari variabel jumlah RDS adalah sebesar 0.33%, dan jumalh pengaruh dari variabel return danareksa syariah berimbang sebesar 1.91%. Nilai pengaruh yang ditunjukkan sangat besar, karena nilai pengaruh terlihat dari awal periode cenderung meningkat. 6. Analisis Ekonomi Berdasarkan dari pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa analisis VECM cukup baik untuk menjelaskan hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara inflasi, IHSG dan JII terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Danareksa Syariah Berimbang pada bulan Juli 2011-Desember 2016. Berikut hasil dari penelitian ini. a. Inflasi terhadap Nilai Aktiva Bersih Salah satu risiko melakukan investasi reksa dana adalah inflasi, inflasi menyebabkan turunnya keuntungan. Risiko menurunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) disebabkan pasar yang mengalami penurunan. Pada hasil Estimasi VECM menunjukkan bahwa inflasi pada jangka pendek maupun jangka panjang memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang, hasil uji kausalitas granger variabel inflasi dan NAB memiliki hubungan satu arah yaitu inflasi secara signifikan memperngaruhi NAB, artinya jika inflasi meningkat maka NAB juga meningkat. Setiap kenaikan inflasi sebesar 1% akan meningkatkan 75
NAB sebesar 0.9%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarini (2015), inflasi berpengaruh positif terhadap NAB reksa dana syariah, dengan asumsi ketika terjadi peningkatan inflasi maka bank sentral akan merespon dengan meningkatkan suku bunga, kenaikan bonus inilah yang kemudian menjadi insentif bagi investor yang menginginkan return yang tinggi untuk berinvestasi pada reksa dana syariah sehingga NAB reksa dana syariah mengalami peningkatan. b. IHSG terhadap Nilai Aktiva Bersih Peningkatan atau penurunan harga saham yang direfleksikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bukan hanya mencerminkan perkembangan perusaahaan atau industri suatu negara. Perubahan IHSG bahkan bisa dianggap sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu negara, artinya maju mundurnya suatu negara bisa dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan suatu negara tersebut. Pada hasil Estimasi VECM dalam jangka pendek IHSG memiliki hubungan yang positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa
Syariah
Berimbang,
ketika
IHSG
naik
akan
mengakibatkan NAB juga meningkat. Dalam jangka pendek setiap kenaikan IHSG 1% akan meningkatkan NAB sebesar 0.2%. sedangkan dalam jangka panjang IHSG memiliki hubungan negatif 76
terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang, setiap kenaikan IHSG 1% dalam jangka panjang akan menurunkan NAB sebesar 0.09%. Dalam hangka pendek hal ini sesuai dengan penelitian Setyarini (2015), Rahmah (2011), dan Pradhipta (2015), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Peningkatan IHSG mencerminkan kinerja perusahaan di pasar modal konvesional yang meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Hal tersebut dapat dijadikan patokan oleh para investor dalam berinvestasi. Secara umum pergerakan IHSG dan reksa dana saham berjalan searah, sehingga pada saat IHSG naik, reksa dana saham juga akan mengalami kenaikan, yang membedakan hanyalah persentase kenaikannya. Menurut Beik (2012) dalam jangka panjang
peningkatan
IHSG akan mendorong para investor untuk melakukan penebusan unit penyertaannya (redemption) untuk memperoleh keuntungan. Akibatnya, NAB reksa dana syariah akan mengalami penurunan pada jangka panjang. c. Jumlah RDS terhadap Nilai Aktiva Bersih Pada hasil Estimasi VECM
dalam jangka pendek maupun
jangka panjang jumlah RDS memiliki hubungan positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang, artinya jika 77
jumlsh RDS meningkat maka NAB juga mengalami peningkatan. Setiap kenaikan Jumlah RDS 1% akan menyebabkan NAB meningkat sebesar 0.002%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putratama (2007), Jumlah RDS memiliki pengaruh positif terhadap NAB reksa dana syariah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin banyaknya jumlah reksa dana syariah yang ditawarkan maka kesempatan berinvestasi pada reksa dana syariah akan semakin meningkat. Oleh karena itu, akan lebih banyak dana yang ditanamkan dalam reksa dana syariah. d. Tingkat Return terhadap Nilai Aktiva Bersih Pada hasil Estimasi VECM
dalam jangka pendek tingkat
return memiliki hubungan positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang, artinya jika tingkat return meningkat maka NAB juga mengalami peningkatan. Setiap kenaikan Jumlah RDS 1% akan menyebabkan NAB meningkat sebesar 0.002%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin tingginya tingkat return maka investor semakin tertarik untuk menginvestasikan dananya pada danareksa syariah berimbang, maka NAB akan meningkat. Sedaangkan dalam jangka panjang tingkat return memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap NAB danareksa syariah berimbang. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumanista (2014) yang meyatakan bahwa tingkat return memiliki 78
hubungan negatif terhadap NAB reksa dana syariah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang Manajer Investasi kurang pintar dalam mengelola dana para investor.
79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara variabel inflasi, IHSG dan JII terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang untuk periode penelitian bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Desember 2016 dengan menggunakan analisis model VECM (Vector Error Correction Model), maka hasil pengujian dari Estimasi VECM dalam jangka panjang yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel NAB adalah variabel IHSG dan tingkat return, dan dari hasil uji Kausalitas Granger variabel inflasi dan tingkat return mempengaruhi variabel NAB secara signifikan. Sedangkan uji yang lainnya tidak.. B. Saran Berkaitan dengan penelitian ini, agar dapat diperoleh gambaran yang lebih baik dan komprehensif, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut: a. Bagi Investor dapat menggunakan variabel IHSG sebagai parameter dalam berinvestasi dengan memperhatikan informasi kondisi perekonomian yang dapat dilihat dari variabel tersebut, karena dalam penelitian ini variabel IHSG mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang.
80
b. Bagi Manager Investasi, sebaiknya mempertimbangkan variabel dalam penelitian ini dalam pengambilan keputusan penempatan dana dari masyarakat pemodal agar dapat mempertahankan atau meningkatkan hasil dari Danareksa Syariah Berimbang. c. Bagi Akademisi perlu diadakan penelitian selanjutnya, yakni menyempurnakan penelitian ini dengan membandingkan NAB dari semua
manajer
investasi
syariah
yang
ada
di
Indonesia,
menggunakan rentang waktu yang lebih lama agar diperoleh hasil yang lebih akurat, selain itu hendaknya menambah variabel-variabel baru dengan pengembangan teori sehingga penelitian selanjutnya lebih baik dan komprehensif.
81
DAFTAR PUSTAKA Agustina, Rena. 2015. Analisis Pengaruh SBIS, Inflasi dan JII Terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang. Skripsi. Palembang: UIN Raden Fatah Palembang. Ajija, Shocrul dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat. Amelia, Aulia Rizky. 2010. Pengaruh Inflasi dan JII Terhadap Total NAB Reksa Dana Syariah. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Anita. 2013. Pengukuran Pemilihan Saham dan Penetapan Waktu Menggunakan Model Treynor-Mazuy pada Reksadana Syariah di Indonesia. Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1. Hlm. 1-20. Ariefianto, Moch, Doddy. 2012. Ekonometrika : Esensi dan Aplikasi Dengan Menggunakan Eviews. Jakarta: Erlangga. Arifin, Zainul. 2009. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia Publisher. Aziz, Abdul. 2010. Manajemen investasi Syariah. Bandung: Alfabeta Bank Indonesia. PBI No. 10/11/PBI/2008 Tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat bank Indonesia Syariah (SBIS). Bank Indonesia. PBI No. 6/7/PBI/2004 Tanggal 16 Februari 2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Citraningtyas, Pipit. 2016. Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 82
Dwiyanti, Vonny. 2010. Panduan Praktis Bermain Saham. Jakarta: Atma Media Press. Fakhruddin, Hendy M. 2008. Go Public: Strategi Pendanaan. Jakarta: PT Elex Media. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/XI/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah. Himpnan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Edisi Kedua. Jakarta: Sinar Grafika. Hariyani, Iswi dan Serfianto Dibyo Purnomo. 2010. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Jakarta: Transmedia. Heykal, Mohamad dkk. 2014. Analisis Perbandingan Reksa Dana Saham Syariah dengan Reksa Dana Saham Konvensional Periode 2009-2012. Binus Business Review. Vol. 5 No. 1. Hlm. 230-240. Hidayat, Taufik. 2011. Buku Pintar Investasi Syariah. Jakarta: PT Trans Media. http://aria.bapepam.go.id/reksadana/statistik.asp?page=statistik-nab-rd (diakses pada 15 Desember 2016 pukul 22.40 WIB.) http://www.idx.go.id/ http://www.ojk.go.id/ Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Kencana. Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. 2008. Investasi pada Pasar Modal Syariah Jakarta: Kencana. Imam, Nofie. 2008. PSP:Memulai Investasi Reksaa Dana. Jakarta: Gramedia. 83
Juanda, Bambang dan Junaidi. 2012. Ekonometrika Deret Waktu. Bogor: IPB Press. Kusumanista, Apriliana Ika. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana Manulife Syariah Sektoral Amanah Pada PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia.Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Manurung, Adler Haymans. 2010, Panduan Sukses Menjual Reksa Dana. Jakarta: Grasindo. Nadjib, Mochammad. 2008. Investasi Syariah (Impllementasi Konsep Pada Kenyataan Empirik). Yogyakarta: Kreasi Wacana. Nasarudin, Irsan Et Al. 2011. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana. Natalina, Sri Anugrah. 2015. Analisa Manajemen Portofolio Investasi Reksadana Syariah ditinjau dari Strategi Investasi Berdasarkan Resiko Investasi dan Pengukuran Kinerja. Jurnal Realita. Vol. 13 No. 2. Hlm. 187-199. Pradhipta, Anggit. (2015). Pengaruh Alokasi Aset, Tingkat Risiko dan IHSG Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM-LK. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES). 2013. Bank Indonesia. Putratama, Hendra. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di Indonesia. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
84
Rachman, Ainur. 2015. Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan BI Rate Terhadap Net Asset Value Reksa Dana Saham Syariah. JSTT Vol. 2 No. 12. Hlm. 986-999. Rahmah, Layaly. 2011. Pengaruh SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Rahmawati, Yuke. 2009. Resolusi Investasi Keuangan Syariah. Jurnal Al-Iqtishad Vol. 1 No. 1. Hlm. 65-78. Setyarini, Febrian Dwi. 2015. Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar dan IHSG Terhadap NAB Reksa Dana Syariah. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga keuangan Syariah. Jakarta: Kencana. Soetanto, Hadi. 2009. Return Investmen: Kebebasan Finansial Tanpa Modal Besar. Jakarta: Kompas Gramedia. Sutedi, Adrian. 2011. Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Prinsip Syariah. Jakarta: Sinar Grafika. Trivanto, Adhan. 2015. Analisis Pengaruh Suku Bunga, Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks Bursa Asing dan nilai Tukar Rupiah terhadap Tingkat Pengembalian Reksa Dana Saham di Indonesia. Jurnal Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman. Vol.5 No.1. Hlm. 9-15.
85
Undang-undang Republik indonesia No. 8 Tahun 1995 Pasal 18 ayat 1 tentang Pasar Modal. Widjajanta, Bambang dan Aristianti Widyanigsih. 2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi. Bandung: Penerbit Citra Praya. www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx (diakses pada 15 Desember 2016 pukul 22.51 WIB.)
86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
87
Lampiran 1 Data Penelitian Bulan Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Mei-13 Jun-13 Jul-13 Agust-13 Sep-13 Okt-13 Nop-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14
NAB INFLASI IHSG Jumlah RDS 73.745.689.644,32 4,61 4130,677 49 73.481.694.792,72 4,79 3841,617 49 70.405.970.233,77 4,61 3548,927 52 72.090.674.606,51 4,42 3790,735 52 70.942.731.173,42 4,15 3714,97 52 69.991.035.280,81 3,79 3821,879 50 72.295.413.271,70 3,65 3941,576 50 69.513.007.734,67 3,56 3985,092 50 80.028.821.514,45 3,97 4121,429 50 91.263.362.993,72 4,50 4180,608 50 90.294.182.150,31 4,45 3832,71 50 93.344.284.839,37 4,53 3955,46 51 98.321.653.594,54 4,56 4142,214 49 112.910.507.826,44 4,58 4060,211 44 113.438.915.129,90 4,31 4262,435 44 122.462.892.339,25 4,61 4350,162 44 121.787.578.404,32 4,32 4276,015 44 127.481.094.287,87 4,30 4316,559 58 133.759.429.055,10 4,57 4453,571 58 127.407.362.491,74 5,31 4795,647 58 126.315.477.502,34 5,90 4940,839 58 134.716.188.203,16 5,57 5033,922 60 128.905.906.597,55 5,47 5068,478 60 137.598.347.003,09 5,90 4818,752 63 127.456.191.028,71 8,61 4610,24 61 117.692.774.153,69 8,79 4194,964 62 116.628.030.775,78 8,40 4316,048 64 120.441.679.610,01 8,32 4510,50 65 115.720.806.734,45 8,37 4256,31 64 115.703.069.142,68 8,38 4274,05 65 117.900.667.460,47 8,22 4418,626 64 121.096.450.704,58 7,75 4620,079 63 112.895.478.399,44 7,32 4768,136 62 113.459.681.708,33 7,25 4840,00 62 88
Return 0,084057 -0,00358 -0,04186 0,023928 -0,01592 -0,01341 0,032924 -0,03849 0,151278 0,140381 -0,01062 0,03378 0,053323 0,148379 0,00468 0,079549 -0,00551 0,04675 0,049249 -0,04749 -0,00857 0,066506 -0,04313 0,067432 -0,07371 -0,0766 -0,00905 0,032699 -0,0392 -0,00015 0,018993 0,027106 -0,06772 0,004998
Bulan Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14 Nop-14 Des-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 Mei-15 Jun-15 Jul-15 Agust-15 Sep-15 Okt-15 Nop-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16 Jul-16 Agust-16 Sep-16 Okt-16 Nop-16 Des-16
NAB INFLASI 115.604.399.129,23 7,32 115.442.504.771,49 6,70 122.718.431.564,35 4,53 116.964.031.335,57 3,99 115.450.646.458,28 4,53 119.678.856.294,77 4,83 119.679.795.384,06 6,23 116.586.923.884,52 8,36 116.721.446.619,55 6,96 120.171.674.026,30 6,29 126.908.329.646,64 6,38 127.769.536.400,62 6,79 125.376.760.089,70 7,15 101.472.573.353,55 7,26 101.110.032.518,42 7,26 97.728.742.565,52 7,18 94.811.713.366,26 6,83 100.129.519.003,24 6,25 95.090.813.409,06 4,89 99.539.701.141,78 3,35 101.217.715.086,89 4,14 105.064.093.751,17 4,42 106.461.678.105,95 4,45 107.935.067.313,66 3,60 107.735.527.284,65 3,33 109.700.954.173,08 3,45 110.642.867.941,91 3,21 113.780.229.636,05 2,79 103.094.809.769,16 3,07 101.939.798.740,05 3,31 93.862.048.865,25 3,58 95.470.338.767,61 3,02
89
IHSG Jumlah RDS Return 4893,763 64 0,018903 4878,438 -0,0014 64 5088,651 0,063026 64 5136,71 66 -0,04689 5137,427 66 -0,01294 5089,40 68 0,036624 5149,736 70 7,85E-06 5226,792 74 -0,02584 5289,247 73 0,001154 5450,132 74 0,029559 5518,511 75 0,056059 5086,274 77 0,006786 5216,225 80 -0,01873 4910,513 80 -0,19066 4802,387 82 -0,00357 4509,473 85 -0,03344 4223,783 85 -0,02985 4455,048 85 0,056088 4446,326 86 -0,05032 4592,872 93 0,046786 4615,026 94 0,016858 4770,815 96 0,038001 4845,228 99 0,013302 4838,439 101 0,01384 4796,727 102 -0,00185 5016,499 106 0,018243 5215,84 109 0,008586 5385,922 114 0,028356 5364,646 123 -0,09391 5422,542 -0,0112 123 5148,91 132 -0,07924 5296,711 136 0,017135
Lampiran 2 Uji stasioner tingkat level NAB Null Hypothesis: LNNAB has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.000377 -3.534868 -2.906923 -2.591006
0.2861
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LNNAB) Method: Least Squares Date: 05/29/17 Time: 05:03 Sample (adjusted): 2011M08 2016M12 Included observations: 65 after adjustments Variable
Coefficient
LNNAB(-1) C
-0.073641 1.873504
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.059723 0.044798 0.054103 0.184409 98.38104 4.001509 0.049774
Std. Error
t-Statistic
0.036813 -2.000377 0.934614 2.004576 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
90
Prob. 0.0498 0.0493 0.003972 0.055357 -2.965571 -2.898666 -2.939173 1.898074
Inflasi Null Hypothesis: INFLASI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.003972 -3.536587 -2.907660 -2.591396
0.2845
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(INFLASI) Method: Least Squares Date: 05/29/17 Time: 05:03 Sample (adjusted): 2011M09 2016M12 Included observations: 64 after adjustments Variable
Coefficient
INFLASI(-1) D(INFLASI(-1)) C
-0.102201 0.325439 0.005360
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.129534 0.100994 0.006774 0.002799 230.3852 4.538701 0.014536
Std. Error
t-Statistic
0.050999 -2.003972 0.123094 2.643825 0.002916 1.837673 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
91
Prob. 0.0495 0.0104 0.0710 -0.000277 0.007144 -7.105788 -7.004590 -7.065921 1.838596
IHSG Null Hypothesis: LNIHSG has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.345739 -3.534868 -2.906923 -2.591006
0.6032
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LNIHSG) Method: Least Squares Date: 05/29/17 Time: 05:04 Sample (adjusted): 2011M08 2016M12 Included observations: 65 after adjustments Variable
Coefficient
LNIHSG(-1) C
-0.060324 0.512575
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.027943 0.012513 0.039519 0.098390 118.7980 1.811012 0.183210
Std. Error
t-Statistic
0.044826 -1.345739 0.378076 1.355743 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
92
Prob. 0.1832 0.1800 0.003825 0.039769 -3.593785 -3.526881 -3.567387 1.726725
Jumlah Reksa Dana Syariah Null Hypothesis: JUMLAHRDS has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
3.595395 -3.534868 -2.906923 -2.591006
1.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(JUMLAHRDS) Method: Least Squares Date: 05/29/17 Time: 05:04 Sample (adjusted): 2011M08 2016M12 Included observations: 65 after adjustments Variable
Coefficient
JUMLAHRDS(-1) 0.054268 C -2.491192 R-squared 0.170254 Adjusted R-squared 0.157084 S.E. of regression 2.588039 Sum squared resid 421.9704 Log likelihood -153.0238 F-statistic 12.92686 Prob(F-statistic) 0.000636
Std. Error
t-Statistic
0.015094 3.595395 1.112475 -2.239324 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
93
Prob. 0.0006 0.0287 1.338462 2.818892 4.769964 4.836868 4.796362 2.250789
Return Null Hypothesis: RETURN has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.726059 -3.534868 -2.906923 -2.591006
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RETURN) Method: Least Squares Date: 05/29/17 Time: 05:05 Sample (adjusted): 2011M08 2016M12 Included observations: 65 after adjustments Variable
Coefficient
RETURN(-1) C
-0.957886 0.005209
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.486519 0.478369 0.055459 0.193768 96.77218 59.69199 0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.123981 -7.726059 0.006926 0.752069 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
94
Prob. 0.0000 0.4548 -0.001030 0.076787 -2.916067 -2.849163 -2.889669 1.997066
Lampiran 3 Uji Stasioner Tingkat 1st Difference NAB Null Hypothesis: D(LNNAB) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.569242 -3.536587 -2.907660 -2.591396
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LNNAB,2) Method: Least Squares Date: 05/29/17 Time: 09:31 Sample (adjusted): 2011M09 2016M12 Included observations: 64 after adjustments Variable
Coefficient
D(LNNAB(-1)) C
-0.960837 0.003943
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.480273 0.471890 0.056191 0.195763 94.45934 57.29343 0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.126940 -7.569242 0.007040 0.560027 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
95
Prob. 0.0000 0.5775 0.000321 0.077323 -2.889354 -2.821889 -2.862776 2.001005
Inflasi Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.136070 -3.538362 -2.908420 -2.591799
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(INFLASI,2) Method: Least Squares Date: 05/29/17 Time: 09:32 Sample (adjusted): 2011M10 2016M12 Included observations: 63 after adjustments Variable
Coefficient
D(INFLASI(-1)) -0.924436 D(INFLASI(-1),2) 0.269672 C -0.000242 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.408180 0.388453 0.006788 0.002765 226.6734 20.69112 0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.150656 -6.136070 0.125171 2.154420 0.000856 -0.282453 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
96
Prob. 0.0000 0.0352 0.7786 -6.03E-05 0.008681 -7.100743 -6.998689 -7.060605 1.999592
IHSG Null Hypothesis: D(LNIHSG) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.495751 -3.536587 -2.907660 -2.591396
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LNIHSG,2) Method: Least Squares Date: 05/29/17 Time: 09:33 Sample (adjusted): 2011M09 2016M12 Included observations: 64 after adjustments Variable
Coefficient
D(LNIHSG(-1)) C
-0.923614 0.004756
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.475404 0.466943 0.039084 0.094708 117.6949 56.18628 0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.123218 -7.495751 0.004904 0.969777 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
97
Prob. 0.0000 0.3359 0.001576 0.053532 -3.615467 -3.548002 -3.588889 2.056397
Jumlah Reksa Dana Syariah Null Hypothesis: D(JUMLAHRDS) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.026574 -3.536587 -2.907660 -2.591396
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(JUMLAHRDS,2) Method: Least Squares Date: 05/29/17 Time: 09:33 Sample (adjusted): 2011M09 2016M12 Included observations: 64 after adjustments Variable
Coefficient
D(JUMLAHRDS(1)) -0.891950 C 1.219248 R-squared 0.443311 Adjusted R-squared 0.434332 S.E. of regression 2.842310 Sum squared resid 500.8811 Log likelihood -156.6516 F-statistic 49.37274 Prob(F-statistic) 0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.126940 -7.026574 0.391576 3.113697 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
98
Prob. 0.0000 0.0028 0.062500 3.779120 4.957863 5.025328 4.984441 2.014117
Lampiran 4 Uji Lag Length VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: LNNAB INFLASI LNIHSG JUMLAHRDS RETURN Exogenous variables: C Date: 05/29/17 Time: 05:06 Sample: 2011M07 2016M12 Included observations: 61 Lag
LogL
LR
FPE
0 1 2 3 4 5
106.6520 566.0206 579.3247 595.9647 606.6428 626.5544
NA 828.3697* 21.80996 24.55089 14.00405 22.84938
2.46e-08 1.61e-14* 2.40e-14 3.30e-14 5.73e-14 7.82e-14
AIC
HQ
-3.332852 -3.159829 -3.265043 -17.57445* -16.53631* -17.16759* -17.19097 -15.28773 -16.44507 -16.91688 -14.14852 -15.83193 -16.44731 -12.81383 -15.02331 -16.28047 -11.78189 -14.51744
* indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion
99
SC
Lampiran 5 Uji Kointegrasi Date: 05/29/17 Time: 05:07 Sample (adjusted): 2011M09 2016M12 Included observations: 64 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: LNNAB INFLASI LNIHSG JUMLAHRDS RETURN Lags interval (in first differences): 1 to 1 Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue None * At most 1 * At most 2 At most 3 At most 4
0.529862 0.369063 0.221138 0.139921 0.049403
Trace Statistic
0.05 Critical Value
Prob.**
106.6621 58.35944 28.88430 12.88936 3.242564
69.81889 47.85613 29.79707 15.49471 3.841466
0.0000 0.0038 0.0634 0.1189 0.0717
Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue None * At most 1 * At most 2 At most 3 At most 4
0.529862 0.369063 0.221138 0.139921 0.049403
Max-Eigen 0.05 Statistic Critical Value 48.30270 29.47514 15.99494 9.646800 3.242564
33.87687 27.58434 21.13162 14.26460 3.841466
Prob.** 0.0005 0.0283 0.2251 0.2362 0.0717
Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): 100
LNNAB -0.024829 -5.332030 0.945880 -7.657511 4.062451
INFLASI 10.35055 75.69866 -38.50633 5.765571 14.96348
LNIHSG -0.022120 0.463197 -1.088234 18.82427 1.711984
JUMLAHRD S -0.000683 -0.001746 -0.056064 -0.052325 -0.023765
RETURN 318.1548 -11.01387 -17.51437 -24.85109 -17.41027
Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(LNNAB) 0.002224 D(INFLASI) 0.000124 D(LNIHSG) -0.004488 D(JUMLAHR DS) -0.415706 D(RETURN) -0.000825
0.001626 -0.002383 -0.002808
0.016744 0.001636 0.006508
0.000543 0.000673 -0.012003
-0.009042 0.000816 -0.002103
-1.253874 0.002108
-0.651169 0.016838
0.146797 0.000873
-0.204600 -0.008881
1 Cointegrating Equation(s):
Log likelihood
578.1476
Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) JUMLAHRD LNNAB INFLASI LNIHSG S RETURN 1.000000 -416.8667 0.890874 0.027497 -12813.63 (384.630) (65.3638) (0.38269) (1607.53) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(LNNAB) -5.52E-05 (0.00018) D(INFLASI) -3.08E-06 (2.2E-05) D(LNIHSG) 0.000111 (0.00012) D(JUMLAHR DS) 0.010322 (0.00891) D(RETURN) 2.05E-05 (0.00018)
101
2 Cointegrating Equation(s):
Log likelihood
592.8852
Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) JUMLAHRD LNNAB INFLASI LNIHSG S RETURN 1.000000 0.000000 -0.121343 -0.000630 453.9098 (2.18728) (0.01250) (57.1451) 0.000000 1.000000 -0.002428 -6.75E-05 31.82681 (0.15137) (0.00086) (3.95465) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(LNNAB) -0.008726 0.146108 (0.03825) (0.54811) D(INFLASI) 0.012702 -0.179085 (0.00438) (0.06281) D(LNIHSG) 0.015086 -0.259049 (0.02587) (0.37073) D(JUMLAHR DS) 6.696014 -99.21934 (1.69499) (24.2874) D(RETURN) -0.011222 0.151068 (0.03798) (0.54423) 3 Cointegrating Equation(s):
Log likelihood
600.8827
Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) JUMLAHRD LNNAB INFLASI LNIHSG S RETURN 1.000000 0.000000 0.000000 0.005973 365.3526 (0.00859) (47.2103) 0.000000 1.000000 0.000000 6.47E-05 30.05472 (0.00068) (3.73271) 0.000000 0.000000 1.000000 0.054422 -729.8089 (0.02165) (118.984) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(LNNAB) 0.007112 -0.498628 -0.017517 (0.03695) (0.58373) (0.00807) D(INFLASI) 0.014249 -0.242069 -0.002886 (0.00429) (0.06785) (0.00094) 102
D(LNIHSG) D(JUMLAHR DS) D(RETURN)
4 Cointegrating Equation(s):
0.021243 (0.02586)
-0.509664 (0.40855)
-0.008284 (0.00565)
6.080086 (1.65688) 0.004705 (0.03663)
-74.14523 (26.1774) -0.497317 (0.57880)
0.137029 (0.36193) -0.017329 (0.00800)
Log likelihood
605.7061
Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses) JUMLAHRD LNNAB INFLASI LNIHSG S RETURN 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 459.9692 (57.9554) 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 31.07912 (3.85807) 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 132.2409 (18.3534) 0.000000 0.000000 0.000000 1.000000 -15840.11 (2384.67) Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(LNNAB) 0.002953 -0.495496 -0.007292 (0.06398) (0.58502) (0.12868) D(INFLASI) 0.009093 -0.238187 0.009787 (0.00739) (0.06758) (0.01486) D(LNIHSG) 0.113153 -0.578866 -0.234224 (0.04223) (0.38611) (0.08493) D(JUMLAHR DS) 4.955987 -73.29886 2.900374 (2.86377) (26.1837) (5.75919) D(RETURN) -0.001983 -0.492281 -0.000888 (0.06344) (0.58003) (0.12758)
103
-0.000971 (0.00052) -0.000123 (6.0E-05) 0.000271 (0.00035) 0.031299 (0.02342) -0.000993 (0.00052)
Lampiran 6 Uji Kausalitas Pairwise Granger Causality Tests Date: 05/29/17 Time: 05:08 Sample: 2011M07 2016M12 Lags: 1 Null Hypothesis:
Obs F-Statistic
Prob.
INFLASI does not Granger Cause LNNAB LNNAB does not Granger Cause INFLASI
65
0.66852 4.82732
0.4167 0.0318
LNIHSG does not Granger Cause LNNAB LNNAB does not Granger Cause LNIHSG
65
1.58011 1.25256
0.2135 0.2674
JUMLAHRDS does not Granger Cause LNNAB 65 LNNAB does not Granger Cause JUMLAHRDS
2.91731 0.33664
0.0926 0.5639
RETURN does not Granger Cause LNNAB LNNAB does not Granger Cause RETURN
65
0.11125 4.07883
0.7398 0.0478
LNIHSG does not Granger Cause INFLASI INFLASI does not Granger Cause LNIHSG
65
0.93328 1.08701
0.3378 0.3012
JUMLAHRDS does not Granger Cause INFLASI 65 INFLASI does not Granger Cause JUMLAHRDS
1.24469 2.31964
0.2689 0.1328
RETURN does not Granger Cause INFLASI INFLASI does not Granger Cause RETURN
0.52529 2.27410
0.4713 0.1366
JUMLAHRDS does not Granger Cause LNIHSG 65 LNIHSG does not Granger Cause JUMLAHRDS
1.33622 0.52532
0.2521 0.4713
RETURN does not Granger Cause LNIHSG LNIHSG does not Granger Cause RETURN
0.59235 5.04742
0.4444 0.0282
0.26056 3.74028
0.6115 0.0577
65
65
RETURN does not Granger Cause JUMLAHRDS 65 JUMLAHRDS does not Granger Cause RETURN 104
Lampiran 7 Estimasi VECM Vector Error Correction Estimates Date: 05/29/17 Time: 05:35 Sample (adjusted): 2011M10 2016M12 Included observations: 63 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq:
CointEq1
DLNNAB(-1)
1.000000
DINFLASI(-1)
0.059410 (0.06891) [ 0.86208]
DLNIHSG(-1)
-0.096205 (0.01468) [-6.55251]
DJUMLAHRDS(-1)
0.000252 (0.00019) [ 1.30870]
RETURN(-1)
-0.962167 (0.01037) [-92.8102]
C
0.001477
Error Correction:
D(DLNNAB D(DINFLAS D(DLNIHSG D(DJUMLA ) I) ) HRDS) D(RETURN)
CointEq1
-3.811771 (2.56920) [-1.48364]
-0.209626 (0.34060) [-0.61546]
7.377891 (1.55816) [ 4.73499]
-203.8533 (117.886) [-1.72924]
-3.369478 (2.56377) [-1.31427]
D(DLNNAB(-1))
1.368477 (2.34241) [ 0.58422]
0.142998 (0.31053) [ 0.46049]
-4.200226 (1.42062) [-2.95662]
257.3849 (107.479) [ 2.39474]
1.540192 (2.33745) [ 0.65892]
D(DINFLASI(-1))
-0.904587
-0.157669 105
-1.719333
-65.27787
-0.904420
(0.98213) [-0.92105]
(0.13020) [-1.21097]
(0.59564) [-2.88654]
(45.0642) [-1.44855]
(0.98005) [-0.92283]
-0.214388 (0.20106) [-1.06627]
-0.015316 (0.02665) [-0.57462]
-0.155136 (0.12194) [-1.27224]
-19.07392 (9.22560) [-2.06750]
-0.170446 (0.20064) [-0.84952]
0.002585 (0.00229) [ 1.12964]
0.000281 (0.00030) [ 0.92731]
-0.000189 (0.00139) [-0.13651]
-0.545885 (0.10499) [-5.19945]
0.002471 (0.00228) [ 1.08221]
D(RETURN(-1))
-1.870398 (2.32622) [-0.80405]
-0.118362 (0.30839) [-0.38381]
4.008946 (1.41080) [ 2.84161]
-257.4350 (106.737) [-2.41186]
-2.052067 (2.32131) [-0.88401]
C
0.000132 (0.00831) [ 0.01587]
-5.61E-05 (0.00110) [-0.05095]
0.001360 (0.00504) [ 0.26991]
0.114538 (0.38108) [ 0.30056]
0.000119 (0.00829) [ 0.01432]
0.352677 0.283321 0.242799 0.065846 5.085028 85.70457 -2.498558 -2.260432 0.000948 0.077780
0.086648 -0.011211 0.004267 0.008729 0.885435 213.0049 -6.539839 -6.301713 -6.03E-05 0.008681
0.505139 0.452119 0.089305 0.039934 9.527195 117.2101 -3.498733 -3.260607 0.001707 0.053951
0.426275 0.364805 511.1795 3.021292 6.934635 -155.3411 5.153685 5.391811 0.015873 3.790872
0.343416 0.273068 0.241773 0.065707 4.881662 85.83789 -2.502790 -2.264664 0.000936 0.077066
Determinant resid covariance (dof adj.) Determinant resid covariance Log likelihood Akaike information criterion Schwarz criterion
4.46E-14 2.48E-14 539.8979 -15.86978 -14.50906
D(DLNIHSG(-1))
D(DJUMLAHRDS(1))
R-squared Adj. R-squared Sum sq. resids S.E. equation F-statistic Log likelihood Akaike AIC Schwarz SC Mean dependent S.D. dependent
106
Lampiiran 8 Uji IRF Response of DLNNAB: Perio DJUMLAH d DLNNAB DINFLASI DLNIHSG RDS RETURN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.065846 0.026717 0.046882 0.037402 0.042138 0.039714 0.040756 0.040332 0.040585 0.040432
0.000000 -0.008921 -0.004929 -0.007518 -0.006419 -0.005662 -0.006687 -0.006266 -0.006468 -0.006224
0.000000 0.003084 0.006522 0.003406 0.003062 0.003376 0.004275 0.003598 0.003709 0.003566
0.000000 0.004796 -0.004256 0.003796 -0.001265 0.002105 -0.000373 0.001143 0.000361 0.000840
0.000000 0.006375 0.009038 0.006802 0.003690 0.006714 0.006016 0.006478 0.005557 0.006133
Response of DINFLASI: Perio DJUMLAH d DLNNAB DINFLASI DLNIHSG RDS RETURN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-0.000955 0.000348 -0.000747 -8.57E-05 -0.000392 -0.000240 -0.000330 -0.000290 -0.000301 -0.000295
0.008677 0.007246 0.007100 0.007224 0.007070 0.007230 0.007188 0.007163 0.007171 0.007176
0.000000 7.89E-05 0.000505 0.000514 0.000311 0.000295 0.000385 0.000387 0.000360 0.000352
0.000000 0.000684 9.42E-05 0.000243 0.000309 0.000268 0.000289 0.000248 0.000283 0.000270
0.000000 0.000296 0.000785 0.000906 0.000494 0.000543 0.000656 0.000659 0.000619 0.000605
Response of DLNIHSG: Perio DJUMLAH d DLNNAB DINFLASI DLNIHSG RDS RETURN 1 2 3 4 5
0.019949 0.010207 0.016415 0.012450 0.013884
0.001373 -0.011919 -0.000169 -0.003211 -0.003285
0.034567 0.008782 0.013527 0.012249 0.017083 107
0.000000 0.005213 0.003166 0.005420 0.001959
0.000000 -0.010961 -0.020189 -0.011226 -0.010805
6 7 8 9 10
0.013568 0.013889 0.013634 0.013667 0.013686
-0.004167 -0.003498 -0.003247 -0.003510 -0.003582
0.014051 0.014234 0.013983 0.014826 0.014397
0.004331 0.003368 0.004042 0.003392 0.003750
-0.011280 -0.013714 -0.012197 -0.012127 -0.012047
Response of DJUMLAHRDS: Perio DJUMLAH d DLNNAB DINFLASI DLNIHSG RDS RETURN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-0.157343 -0.474645 -0.269909 -0.359471 -0.297618 -0.331139 -0.329104 -0.324132 -0.323977 -0.324254
0.041862 -0.674908 -0.088406 -0.592197 -0.302698 -0.383283 -0.361574 -0.387532 -0.376742 -0.371835
0.081139 0.130166 0.427373 0.331430 0.179077 0.274744 0.270871 0.291585 0.252248 0.269378
3.015810 0.000000 1.217845 -0.217437 2.036798 0.662012 1.626377 0.100100 1.880321 0.175299 1.759096 0.121712 1.800611 0.250006 1.773323 0.190379 1.797654 0.186856 1.785572 0.179237
Response of RETURN: Perio DJUMLAH d DLNNAB DINFLASI DLNIHSG RDS RETURN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.065597 0.027069 0.046941 0.037574 0.042201 0.039850 0.040878 0.040454 0.040698 0.040551
0.000343 -0.001287 -5.54E-05 -0.008555 0.002626 0.004767 -0.004664 0.004633 -0.003879 -0.006836 0.002316 0.003870 -0.006019 0.001863 -0.001081 -0.005244 0.002293 0.002173 -0.006258 0.002981 -0.000174 -0.005799 0.002399 0.001271 -0.006019 0.002505 0.000517 -0.005786 0.002384 0.000970
0.003547 0.007769 0.010266 0.008111 0.005534 0.008271 0.007538 0.007974 0.007156 0.007691
Cholesky Ordering: DLNNAB DINFLASI DLNIHSG DJUMLAHRDS RETURN
108
Res pons e of DLNNAB to Choles ky One S.D. Innovations
Res pons e of DINFLASI to Choles ky One S.D. Innovations
.08
.010 .008
.06
.006 .04 .004 .02 .002 .00
.000
-.02
-.002 1
2
3
4
5
DLNNAB DJUMLAHRDS
6
7
8
DINFLASI RETURN
9
1
10
DLNIHSG
2
3
4
5
DLNNAB DJUMLAHRDS
Res pons e of DLNIHSG to Choles ky One S.D. Innovations
6
7
8
DINFLASI RETURN
9
10
DLNIHSG
Res pons e of DJUMLAHRDS to Choles ky One S.D. Innovations
.04
4
.03 3 .02 .01
2
.00
1
-.01 0 -.02 -.03
-1 1
2
3
4
5
DLNNAB DJUMLAHRDS
6
7
8
DINFLASI RETURN
9
10
DLNIHSG
Res pons e of RETURN to Choles ky One S.D. Innovations .08 .06 .04
.02 .00
-.02 1
2
3
4
DLNNAB DJUMLAHRDS
5
6
7
DINFLASI RETURN
8
9
10
109
DLNIHSG
1
2
3
4
DLNNAB DJUMLAHRDS
5
6
7
DINFLASI RETURN
8
9
10
DLNIHSG
Lampiran 9 Variance Decomposition
Perio d
S.E.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.065846 0.072126 0.086987 0.095365 0.104575 0.112277 0.119860 0.126841 0.133500 0.139810
Perio d
S.E.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.008729 0.011375 0.013462 0.015316 0.016886 0.018383 0.019758 0.021033 0.022238 0.023381
Perio d
S.E.
1 2 3 4 5
0.039934 0.045447 0.054180 0.058363 0.063421
Variance Decomposition of DLNNAB: DJUMLAH DLNNAB DINFLASI DLNIHSG RDS RETURN 100.0000 97.06406 95.77938 95.07212 95.30020 95.18541 95.08395 95.01669 95.01547 94.99598
0.000000 1.529759 1.372816 1.763655 1.843467 1.853524 1.937690 1.974303 2.017011 2.037242
0.000000 0.182771 0.687742 0.699763 0.667687 0.669641 0.714781 0.718730 0.726014 0.727004
0.000000 0.442111 0.543309 0.610513 0.522342 0.488290 0.429425 0.391584 0.354223 0.326581
0.000000 0.781296 1.616750 1.853953 1.666304 1.803140 1.834150 1.898690 1.887282 1.913192
Variance Decomposition of DINFLASI: DJUMLAH DLNNAB DINFLASI DLNIHSG RDS RETURN 1.196042 0.797923 0.877487 0.681095 0.614189 0.535226 0.491236 0.452446 0.423064 0.398607
98.80396 98.76786 98.32666 98.21629 98.32601 98.43628 98.44895 98.46635 98.48967 98.51485
0.000000 0.004815 0.144406 0.224409 0.218444 0.210138 0.219890 0.227910 0.230103 0.230885
0.000000 0.361854 0.263215 0.228477 0.221355 0.208072 0.201511 0.191692 0.187731 0.183184
0.000000 0.067546 0.388232 0.649730 0.619997 0.610281 0.638417 0.661604 0.669427 0.672475
Variance Decomposition of DLNIHSG: DJUMLAH DLNNAB DINFLASI DLNIHSG RDS RETURN 24.95484 24.31208 26.28545 27.20304 27.82968
0.118125 6.969323 4.904568 4.529393 4.104054 110
74.92704 61.58624 49.56487 47.12006 47.15920
0.000000 1.315516 1.267002 1.954234 1.750382
0.000000 5.816839 17.97811 19.19327 19.15668
6 7 8 9 10
0.067580 0.071932 0.075705 0.079428 0.082918
Perio d
S.E.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3.021292 3.369920 4.025727 4.410370 4.819748 5.164422 5.503487 5.814598 6.114454 6.397102
Perio d
S.E.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.065707 0.072203 0.087066 0.095525 0.104773 0.112567 0.120197 0.127233 0.133935 0.140294
28.54042 28.91967 29.35203 29.62582 29.90857
3.994693 3.762444 3.580656 3.448213 3.350671
45.85571 44.39047 43.48745 42.99111 42.46289
1.952201 1.942315 2.038619 2.034391 2.071321
19.65698 20.98510 21.54124 21.90047 22.20655
Variance Decomposition of DJUMLAHRDS: DJUMLAH DLNNAB DINFLASI DLNIHSG RDS RETURN 0.271213 2.201804 1.992387 2.324339 2.327563 2.438377 2.504775 2.554653 2.590979 2.624003
0.019198 4.026409 2.869649 4.193875 3.906127 3.952938 3.912504 3.949222 3.951016 3.947446
0.072123 0.207167 1.272174 1.624670 1.498449 1.588128 1.640711 1.721308 1.726813 1.754910
99.63747 93.14830 90.86984 89.30943 90.00230 89.99177 89.94915 89.88230 89.92636 89.94627
0.000000 0.416321 2.995954 2.547681 2.265559 2.028786 1.992863 1.892512 1.804834 1.727373
Variance Decomposition of RETURN: DJUMLAH DLNNAB DINFLASI DLNIHSG RDS RETURN 99.66734 96.59475 95.49911 94.80510 95.03045 94.85916 94.76502 94.68210 94.67713 94.64441
0.002722 1.406119 1.254002 1.553840 1.621675 1.621892 1.693569 1.719118 1.753321 1.768071
0.038384 0.164046 0.396003 0.387752 0.353947 0.348116 0.366839 0.362931 0.362489 0.359248
7.11E-05 0.436033 0.498333 0.578102 0.491196 0.462814 0.406132 0.372423 0.337572 0.312448
0.291481 1.399056 2.352552 2.675207 2.502734 2.708020 2.768436 2.863428 2.869492 2.915819
Cholesky Ordering: DLNNAB DINFLASI DLNIHSG DJUMLAHRDS RETURN
111