Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
PENGARUH LABEL HALAL PADA KEMASAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK ES KRIM Nor Wulan P1), Sri Hastuti2), Burhan2) Alumni Prodi TIP, Universitas Trunojoyo Madura Dosen Prodi TIP, Universitas Trunojoyo Madura
ABSTRAK Salah satu usaha dari produsen untuk meyakinkan konsumen bahwa produknya bebas dari bahaya hal yang diharamkan adalah dengan mencantumkan label halal pada kemasan produknya. Masyarakat sebagai konsumen harus berhati-hati dalam melakukan keputusan pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh adanya label halal terhadap keputusan pembelian produk es krim dengan menggunakan metode angket/kuesioner. Populasi yang digunakan adalah mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura berjumlah 4.460 orang yang diambil sebagai sampel sebanyak 98 orang dengan rumus Slovin. Teknik analisis data yaitu analisis deskriptif serta analisis kuantitatif seperti uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda dan uji hipotesis. Berdasarkan pengolahan data diperoleh persamaan linear Y = 5,583 + 0,198X1 + 0,267X2 + 0,451X3 + e, dimana variabel X1 (proses pembuatan), X2 (bahan utama) dan X3 (bahan tambahan) memiliki hubungan yang kuat dengan Y (keputusan pembelian) yang ditunjukkan dengan koef R bernilai 0,735. Secara simultan, X1, X2 dan X3 berpengaruh terhadap Y, namun secara parsial X2 tidak berpengaruh terhadap Y karena nilai thitung lebih kecil dibanding ttabel (1,903<1,9852). Variabel Y dipengaruhi X1, X2 dan X3 sebesar 52,5% sementara sisanya 47,5% dipengaruhi faktor lain. Kata kunci: label halal, keputusan pembelian PENDAHULUAN Saat ini perkembangan teknologi telah merambah ke berbagai bidang kerja termasuk dalam bidang industri pangan. Teknologi yang diterapkan dalam industri pangan yaitu dalam hal mengembangkan teknik pengolahan dan teknik pengawetan pangan. Proses pengolahan pangan dalam skala industri bertujuan untuk menghasilkan produk pangan dalam jumlah besar, memiliki daya simpan yang lama, mempunyai karakteristik fisik dan nutrisi yang baik serta bernilai ekonomis. Untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan kriteria tersebut maka dibutuhkan penanganan dan proses dengan melibatkan berbagai macam bahan baku maupun bahan aditif (bahan tambahan pangan) yang dapat membantu proses pengolahan atau memperbaiki kualitas (Apriyantono 2009).
874
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Bahan aditif merupakan bahan yang ditambahkan secara sengaja pada bahan makanan yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas atau kenampakan makanan. Bahan aditif tersebut ada yang alami dan ada yang buatan. Bahan aditif alami berasal dari unsur nabati atau tumbuh- tumbuhan, sedangkan bahan aditif buatan berasal dari unsur nabati atau hewani yang mengalami proses pengolahan. Bahan aditif buatan ini cenderung masih diragukan kehalalannya dilihat dari sumber dan proses pembuatan bahan aditif tersebut. Oleh karena itu, bahan aditif yang ditambahkan dalam jumlah sedikit pada bahan makanan ini berpengaruh dalam menentukan kehalalan suatu produk pangan. Masyarakat sebagai konsumen semakin kritis dalam memilih produk pangan. Konsumen tidak hanya sekedar menuntut produk pangan yang terjamin kandungan gizinya, namun juga keamanan. 90% konsumen pangan di Indonesia merupakan konsumen muslim. Bagi konsumen muslim produk pangan yang aman bukan hanya sekedar terbebas dari cemaran fisik, kimia maupun biologis, namun juga ada suatu unsur yang hakiki, yaitu aman dari bahaya barang yang diharamkan atau diragukan (Adisasmito 2008). Salah satu usaha dari produsen untuk meyakinkan konsumen bahwa produknya bebas dari bahaya hal yang diharamkan adalah dengan mencantumkan label halal pada kemasan produknya yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Beberapa waktu yang lalu, masyarakat dihebohkan dengan adanya kabar bahwa produk es krim Magnum yang beredar di pasaran mengandung babi. Kesimpangsiuran adanya unsur babi pada es krim Magnum berdasarkan tulisan kode E472 yang terdapat di bagian komposisi bahan pada kemasan es krim. Masyarakat termakan isu bahwa kode E tersebut bermakna mengandung babi, padahal sebenarnya kode E atau yang biasa disebut E-Number merupakan kode yang digunakan untuk bahan aditif makanan pada label makanan di Eropa. Menghadapi banyaknya isu tentang produk-produk di pasaran yang diragukan kehalalannya, konsumen harus lebih berhati-hati sebelum membuat keputusan pembelian. Menurut Hatane (2007), keputusan pembelian merupakan kesimpulan terbaik dari seorang individu konsumen untuk melakukan pembelian. Dalam membuat suatu keputusan pembelian produk halal, konsumen memiliki patokan paling aman yaitu tersedianya sertifikat halal yang dikeluarkan MUI dalam bentuk adanya label halal pada kemasan produk pangan (Andani 2011). Penelitian ini akan menggambarkan bagaimana pengaruh label halal yang ada pada kemasan terhadap keputusan pembelian konsumen produk es krim.
875
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kota Bangkalan, tepatnya di Universitas Trunojoyo Madura yang disesuaikan dengan sampel yang akan digunakan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei 2012. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang pernah membeli produk es krim. Jumlah mahasiswa yang ada di UTM yang terbagi menjadi lima fakultas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah mahasiswa UTM (Angkatan 2008/2009 sampai 2011/2012) Fakultas (orang) Jumlah Mahasiswa Pertanian 888 Ekonomi 1183 Teknik 1009 Hukum 508 Fisib 872 Total 4460 Sumber : BAAK UTM (2012) Untuk menentukan besarnya jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan rumus Slovin:
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara proporsional setiap fakultas dengan rumus:
Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian (10%) ni = ukuran sampel yang harus diambil Ni = ukuran sub populasi ke-i Dari hasil perhitungan diperoleh: 1. Fakultas Pertanian diambil sampel sebanyak 20 orang 2. Fakultas Ekonomi diambil sampel sebanyak 26 orang 3. Fakultas Teknik diambil sampel sebanyak 22 orang 4. Fakultas Hukum diambil sampel sebanyak 11 orang 5. Fakultas Fisib diambil sampelsebanyak 19 orang maka diperoleh besarnya sampel sebesar 98 mahasiswa 876
(membagi)
untuk
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Accidental Sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data (Sugiyono 2006). Variabel Penelitian Variabel independen adalah variabel bebas sebagai penyebab atau pendahulu variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Label Halal yang terdiri dari tiga variabel sebagai berikut: 1. Proses pembuatan (X1) 2. Bahan utama (X2) 3. Bahan tambahan (X3) sedangkan variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian konsumen (Y) dengan indikator: 1. Tingkat keyakinan 2. Kepercayaan 3. Minat 4. Pengenalan Informasi 5. Kualitas produk Pengukuran variabel-variabel tersebut menggunakan skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap,pendapat dan persepsi yang dijabarkan menjadi indikator variabel dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono 2006). Tabel 2 menunjukkan skor yang digunakan dalam kuesioner menggunakan skala likert. Tabel 2. Instrumen skala Likert Jawaban Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
Skor 5 4 3 2 1
Teknik Analisis Data Uji validitas dan reliabilitas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total memakai rumus
rhitung rtabel 877
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
keterangan: r = nilai korelasi n = jumlah responden (sampel) X = nilai skor pada masing-masing pertanyaan Y = total nilai skor tiap responden α = taraf signifikan (5%) Kriteria dalam menentukan validitas kuesioner adalah sebagai berikut : 1) Jika rhitung > rtabel maka pertanyaan tersebut valid 2) Jika rhitung < rtabel maka pertanyaan tersebut tidak valid Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan berulang kali (Sugiyono 2006). Pengujian secara reliabilitas instrument dilakukan dengan menggunakan rumus alpha cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha >0,60 (Ghozali 2001). Analisis regresi linear berganda Menurut Riduwan (2007), analisis ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh dua atau lebih variable bebas secara bersama-sama terhadap suatu variabel terikat. Besarnya pengaruh ditunjukkan oleh koefisien regresi (b) yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +e Keterangan: Y = keputusan pembelian a = bilangan konstanta b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi X1 = var. proses pembuatan X2 = var. bahan utama X3 = var. bahan tambahan e = error atau galat Untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara bersama-sama digunakan analisis korelasi ganda (R). Tabel 3 merupakan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi (Sugiyono 2007). Tabel 3. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0, 799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat
878
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Uji asumsi klasik Pengajuan asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi linier berganda tersebut telah memenuhi asumsi klasik atau belum. Agar menghasilkan persamaan terbaik linier yang tidak mengandung kesalahan(BLUE/Best Linier Unbiased Estimator) digunakan asumsi-asumsi model linier klasik (Gujarati 2000). Asumsi-asumsi yang digunakan yaitu : 1. Uji Normalitas Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi atau sebaran data. Normalitas data dideteksi dengan melihat penyebaran titik (data) pada sumbu diagonal dari grafik normal plot. Selain melihat penyebaran data di grafik, uji normalitas juga menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov agar lebih akurat. 2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikoleniaritas dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) atau faktor pertambahan ragam. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinieritas, begitupun sebaliknya (Bhuono 2005). 3. Uji Heterokedastisitas Tujuan dari uji heteroskedastisitas yaitu untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pangamatan lain. Heteroskedastisitas diukur dengan metode plot, jika scatterplot menunjukkan adanya titik-titik yang membentuk pola tertentu maka terjadi heteroskedastisitas. Uji hipotesis 1. Uji F (Signifikansi simultan) Uji ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari variable bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. 2. Uji t (Signifikansi parsial) Uji t bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh variabel-variabel bebas secara terpisah terhadap variabel terikat. 3. Uji Koef Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengaruh antar variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan atau ketepatan suatu instrumen, dalam hal ini adalah kuesioner. Kriteria untuk menentukan validitas kuesioner dengan membandingkan nilai rhitung dan rtabel, dimana jika rhitung lebih besar dari rtabel, maka dikatakan valid. Uji validitas juga dapat dilihat dari nilai 879
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
signifikansinya. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dikatakan signifikan (Ghazali 2001). Hasil pengujian validitas yang telah dilakukan terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil uji validitas instrumen Variabel Item Pernyataa n X1(Proses pembuatan X11 X12 X13 X14 X15 X2 (Bahan utama) X21 X22 X23 X24 X3 (Bahan Tambahan) X31 X32 X33 X34 Y (Keputusan Pembelian Y11 Y12 Y13 Y14 Y15
Signifikansi
rhitung
r tabel
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
0,753 0,833 0,841 0,722 0,718 0,618 0,718 0,782 0,692 0,718 0,783 0,686 0,77 0,748 0,745 0,825 0,713 0,731
0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986 0,1986
Ket Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 4 menunjukkan semua item pernyataan mempunyai r hitung yang lebih besar dari rtabel dan nilai significansi kurang dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen dalam penelitian ini adalah valid. Uji Realibilitas Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi dari instrument penelitian, dalam hal ini kuesioner, artinya kuesioner memiliki hasil pengukuran yang relatif konsisten atau stabil jika dilakukan berulang- ulang. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui apakah kuesioner reliabel atau tidak dapat dilihat dari nilai Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,60 (Ghazali 2001). Hasil pengujian realibilitas terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil uji Realibilitas instrumen Variabel Cronbach Alpha Keterangan 0,8 X1 (Proses Pembuatan) Reliabel 0,779 X2 (Bahan Utama) Reliabel 0,793 X3 (Bahan Tambahan) Reliabel 0,794 Y(Keputusan Pembelian) Reliabel Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat keempat variabel memiliki nilai Cronbach Alpha di atas 0,60, yaitu masing-masing sebesar 0,8; 0,779; 0,793; dan 0,794. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan reliabel. 880
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Analisis Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (proses pembuatan, bahan utama dan bahan tambahan) terhadap variabel terikat (keputusan pembelian) maka dibutuhkan analisis regresi linier berganda. Analisis dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.0 dan hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai koefisien regresi Model Koefisien Tidak Baku B Konstanta 5,583 X1 0,198 X2 0,267 X3 0,451
Std. Error 1,379 0,088 0,140 0,147
Dari Tabel 6. dapat diambil persamaan regresi sebagai berikut : Y = 5,583 + 0,198X1 + 0,267X2 + 0,451X3 + e persamaan tersebut menunjukkan semua koefisien bernilai positif, itu artinya variabel proses pembuatan (X1), bahan utama (X2) dan bahan tambahan (X3) berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian (Y). Sementara nilai konstanta sebesar 5,583, menunjukkan bahwa jika tidak ada pengaruh dari variabel bebas atau variabel bebas bernilai nol maka keputusan pembelian akan bernilai 5,583. Variabel proses pembuatan (X1) mempunyai nilai koefisien sebesar 0,198. Itu artinya ketika terjadi kenaikan proses pembuatan sebesar satu satuan, maka keputusan pembelian akan naik sebesar 0,198 dengan asumsi semua variabel bebas bernilai tetap atau tidak mengalami kenaikan atau penurunan. Sedangkan untuk variabel bahan utama diperoleh koefisien sebesar 0,267, dan sama halnya dengan variabel proses pembuatan, apabila nilai bahan utama ditingkatkan sebesar satu satuan maka akan terjadi peningkatan sebesar 0,267 pada keputusan pembelian dengan asumsi semua variabel bebas bernilai tetap. Koefisien pada variable bahan tambahan bernilai 0,451 dan bertanda positif, hal ini berarti keputusan pembelian akan meningkat sebesar 0,451 ketika nilai dari bahan tambahan dinaikkan sebesar satu satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain bernilai tetap. Selain itu untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara variable bebas (proses pembuatan, bahan utama dan bahan tambahan) dengan variabel keputusan pembelian, dapat dilihat pada nilai koefisien R seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai koefisien korelasi R Model R R kuadrat
1
0,735
Adj R Square Standar Kesalahan dari Nilai Prediksi 0,525 190,601
0,540
Berdasarkan Tabel 8 diperoleh koefisien R bernilai 0,753, dan berada diantara nilai 0,60 – 0,799 yang artinya proses pembuatan, bahan utama dan bahan tambahan 881
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
memiliki hubungan yang kuat dengan keputusan pembelian (Sugiyono 2007). Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan distribusi atau sebaran data. Dalam penelitian ini untuk mengetshui kenormlan data dilihat dari penyebaran titik (data) pada sumbu diagonal dari grafik normal plot. Selain itu, agar lebih akurat menggunakan uji Kolmogorof-Smirnof.
Gambar 1. Normal P-P plot Berdasarkan Gambar 1 terlihat penyebaran data mengikuti garis diagonal dan menyebar di sekitar garis diagonal atau tidak melenceng dari garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (Ghozali 2001). Selain itu untuk mendapatkan data yang lebih akurat, menggunakan uji Kolmogorof- Smirnov seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Uji Kolmogorof- Smirnov N Parameter Normal Rata-rata Standar Deviasi Perbedaan paling besar Nilai mutlak Positif Negatif Kolmogorof- Smirnov Z Asymp.Sig (2-tailed)
Nilai Prediksi tidak baku 98 19,4183673 2,03159765 0,049 0,040 0,049 0,488 0,971
Terlihat pada Tabel 8. nilai signifikansi sebesar 0,971, jauh lebih besar dibanding 0,05. Menurut Ghozali (2001) bila nilai signifikansi > 0,05, maka uji normalitas dapat terpenuhi. 882
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
2.
Uji Multikolinieritas Tujuan uji multikolinieritas yaitu untuk mengetahui ada tidaknya korelasi yang tinggi antar variabel bebas dalam suatu model regresi linier berganda. Uji ini dapat diketahui dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor), dimana jika nilai VIF > 10, maka terjadi multikolinieritas dan sebaliknya (Bhuono, 2005). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil uji multikolinieritas Model Konstanta Toleransi VIF X1 0,417 2,397 X2 0,387 2,587 X3 0,371 2,693 Variabel proses pembuatan (X1), bahan utama (X2), dan bahan tambahan (X3) memiliki nilai VIF < 10, yaitu berturut-turut sebesar 2,397; 2,587; dan 2,693. Hal ini berarti tidak terjadi multikolinieritas dan model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. 3. Uji Heterokedastisitas Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan nilai residualnya (SRESID). Jika dalam plot, terdapat titik-titik yang membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan terjadi heteroskedastisitas (Ghazali 2001).
Gambar 2. Scatterplot Gambar 2. menunjukkan bahwa titik-titik tidak membentuk sebuah pola, melainkan menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y yang disebut dengan homokedastisitas. Hasil ini sesuai dengan model regresi yang digunakan yaitu model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Hipotesis 4) Uji F (Simultan) Uji F untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Pengujian ini dengan Uji F, jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima (Sugiyono 2009). Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh F hitung sebesar 36,735 jauh lebih besar disbanding Ftabel yaitu 2,70. Untuk nilai signifikansi diperoleh 0,000 kurang dari 0,05. Hal ini berarti variabel proses pembuatan 883
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
(X1), bahan utama (X2) dan bahan tambahan (X3) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel keputusan pembelian (Y). 5) Uji t (Parsial) Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas secara terpisah terhadap variabel terikat. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas secara terpisah berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (Sugiyono 2009). Tabel 10. Uji t Model T Sig Konstanta 4,047 0,000 X1 2,264 0,026 X2 1,903 0,060 X3 3,060 0,003 Variabel proses pembuatan (X1) memiliki t hitung sebesar 2,264, lebih besar dibanding t tabel, yaitu 1,98552. Sedangkan untuk signifikansinya diperoleh 0,000, artinya proses pembuatan secara terpisah (parsial) berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Untuk variabel bahan utama (X2) diperoleh t hitung sebesar 1,903 dan signifikansi 0,060. Hal ini berarti bahan utama secara terpisah tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan t hitung dari variable tambahan (X3) adalah 3,060 lebih besar dibanding t tabel dan mempunyai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,03, artinya bahan tambahan secara terpisah berpengaruh dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Pada uji parsial, didapatkan bahwa variabel proses pembuatan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Konsumen melakukan berbagai pertimbangan sebelum memutuskan untuk membeli produk es krim, salah satu pertimbangan tersebut yaitu dengan adanya label halal pada kemasan produk es krim. Faktor yang menentukan apakah produk es krim dikatakan halal dapat dilihat dari proses pembuatannya. Proses pembuatan es krim yang sesuai dengan syariat Islam dan prosedur pembuatan, penggunaan mesin dan peralatan yang steril, penggunaan air yang bersih dan suci sebagai utilitas serta memperhatikan sanitasi pekerja akan membuat produk es krim lebih berkualitas dan aman untuk dikonsumsi sehingga mampu meningkatkan daya beli masyarakat. Secara parsial variabel bahan utama tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk es krim yaitu dilihat dari nilai t hitung sebesar 1,903 yang lebih kecil dibanding t table 1,98552. Bahan utama tentunya sangat menentukan kualitas dari produk es krim sehingga perusahaan benar-benar memilih bahan utama yang berkualitas dan layak untuk diproses menjadi es krim. Masyarakat sebagai konsumen tidak meragukan kehalalan dari bahan utama produk es krim, yaitu susu. Untuk variabel bahan tambahan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Seperti yang diketahui, tahapan dalam keputusan pembelian yaitu 884
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
proses pencarian informasi mengenai produk es krim, salah satunya tentang bahan apa saja yang terkandung dalam produk es krim. Beredarnya kabar penggunaan lemak babi dalam es krim sebagai pengemulsi atau pelembut menyebabkan masyarakat sangat memperhatikan kandungan apa saja yang ada di dalam es krim dengan melihat komposisi pada kemasan. Saat ini dimana teknologi mulai berkembang, banyak bahan- bahan aditif yang terbuat dari bahan yang masih belum pasti kehalalannya dan juga keamanannya. Penggunaan bahan aditif berbahaya ini karena faktor harga yang lebih murah sehingga mampu menekan biaya produksi namun tetap bias meningkatkan kualitas es krim. Masyarakat sebagai konsumen mulai pintar memilih produk yang aman untuk dikonsumsi dengan memperhatikan bahan tambahan apa yang digunakan dalam produk es krim. 6) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan semua variabel bebas (X) dalam menjelaskan variabel terikat (Y) (Sugiyono 2007). Koefisien determinasi (R2) dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square seperti pada Tabel 11. Tabel 11. Koefisien determinasi Model R R kuadrat 1
0,735
0,54
Adjusted square 0,525
R
Standar Kesalahan dari Nilai Prediksi 1,90601
Dari Tabel 11 diperoleh nilai adjusted square sebesar 0,525 atau 52,5%, artinya variabel keputusan pembelian (Y) dipengaruhi variabel bebas (proses pembuatan, bahan utama dan bahan tambahan) sebesar 52,5% dan sisanya 47,5% dipengaruhi faktor lain yang bukan termasuk variabel bebas tersebut. Berdasarkan nilai koefien determinasi (R2) keputusan pembelian pada produk es krim dipengaruhi oleh adanya label halal yang diwakilkan dengan variabel proses pembuatan, bahan utama, dan bahan tambahan sebesar 52,5%, sedangkan sisanya sebesar 47,5% dipengaruhi faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Ini berarti konsumen (dalam hal ini mahasiswa UTM) melakukan keputusan untuk membeli produk es krim dengan mempertimbangkan adanya label halal pada kemasan es krim. Selain dengan adanya label halal, konsumen juga mempertimbangkan faktor lain dalam membeli produk es krim, misalnya merek atau harga dari es krim tersebut. KESIMPULAN Label halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk es krim sebesar 52,5% yang diwakilkan dengan variable proses pembuatan, bahan utama dan bahan tambahan. Secara simultan, proses pembuatan, bahan utama dan bahan tambahan berpengaruh terhadap keputusan pembelian, sementara secara parsial bahan utama tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian. 885
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura SARAN
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan diperoleh hasil bahwa label halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian, maka diharapkan perusahaanperusahaan yang memproduksi pangan untuk mencantumkan label halal pada kemasan produknya. 2. Disarankan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan membandingkan tingkat penjualan dari sebuah produk sebelum diberi label halal dengan setelah diberi label halal DAFTAR PUSTAKA Andani
YM. 2011. Hunting kuliner halal dan thayyib. [Online] http://www.salimah.or.id/huntin g-kuliner-halal-dan-thayyib/. diakses pada 17 Januari 2012
Apriyantono A. 2009. Masalah halal: kaitan antara syar’i, teknologi dan sertifikasi. [Online]. http://www.azhar.jp/info/localcopies/halal-syari-teksertifikasi.html diakses pada 23 Juli 2011 Bhuono NA. 2005. Strategi jitu memilih metode statistik penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Ghozali I. 2001. Aplikasi analisa multivariate dengan program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro Gujarati D. 2000. Ekonometrika dasar. Terjemahan Sumarno Zain, Cetakan 6. Gelora Aksara Pratama Hatane. 2007. Perilaku dan keputusan pembelian konsumen restoran melalui stimulus 50% diskon di Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran LPPOM
MUI. 2008. Panduan umum system jaminan halal. [Online]. http://jambi.kemenag.go.id/file/dokumen/PEDOMANSISTEMJAMINANHA LAL.pdf diakses pada 23 Juli 2011
Sugiyono. 2006. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2007. Metode penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2009. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
886