Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
ANALISA KANDUNGAN SAPONIN DUA VARIETAS TANAMAN GENDOLA (BASELLA SP) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM YANG BERBEDA Siti Fatimah Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
ABSTRAK Pada saat ini kebutuhan akan bahan baku obat yang berasal dari tanaman terus menunjukkan peningkatan sejalan dengan semakin meningkatnya pemanfaatan beberapa jenis tanaman untuk bahan obat tradisional. Gendola adalah salah satu contoh tanaman sebagai sumber bahan baku obat yang potensial, karena mengandung banyak metabolit sekunder tanaman antara lain : saponin, vitamin A, B dan C, glucan c, carotene, organic acid, dan mucopolysacharida seperti L-arabinose, D-galactose, Lrhamnose dan aldonic acid. Di masyarakat tanaman gendola banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional, misalnya sebagai penurun panas, menghilangkan racun dan mengeluarkan organisme penyebab sakit dari darah. Khususnya saponin merupakan salah satu metabolit sekunder dari tanaman gendola yang mempunyai khasiat obat. Terdapat dua varietas tanaman Gendola yang banyak dikembangkan oleh masyarakat, yaitu varietas gendola merah (Basella rubra L.) dan varietas gendola putih (Basella alba L.). Pemilihan komposisi media tanam yang tepat merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tanaman gondola, khususnya penanaman pada pot. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui kandungan saponin dari dua varietas tanaman gondola yang ditanam pada komposisi media tanam yang berbeda. Penelitian dilakukan di rumah plastik kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura yang terletak pada ketinggian ± 3 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dimulai pada bulan November 2011 – Februari 2012. Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah varietas tanaman gendola yang terdiri dari 2 varietas dan faktor kedua adalah macam kombinasi media tanam yang terdiri dari 4 macam kombinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan saponin pada daun dari varietas gendola merah lebih tinggi dari pada varietas gendola putih. Sedangkan pada perlakuan komposisi media tanam menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap kandungan saponin pada daun, yaitu kandungan saponin tertinggi terdapat pada komposisi media tanam 2 : 1 ( 2/3 bagian tanah : 1/3 pupuk kotoran sapi) dan komposisi media tanam 1 : 2 ( 1/3 bagian tanah : 2/3 pupuk kotoran sapi). Dan tanaman gendola yang ditanam pada media kontrol yaitu komposisi media tanam tanah saja tanpa pemberian pupuk kotoran sapi menunjukkan kandungan saponin terendah. Kata kunci: gendola, varietas, media tanam, saponin PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara penghasil bahan obat dari tumbuhan yang potensial. Kebutuhan akan bahan baku obat semakin meningkat sejalan dengan pemanfaatan obat tradisional yang semakin meningkat. Tanaman obat sudah sangat 596
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
populer di kalangan masyarakat Indonesia sebagai bahan obat tradisional, dan merupakan sarana penunjang kesehatan rakyat secara turun-temurun. Disamping itu, tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dijadikan komoditas ekspor nonmigas yang penting, terutama setelah manusia cenderung lebih senang menggunakan bahan alami daripada bahan sintetis. Aneka ragam jenis tanaman obat telah digunakan, baik sebagai bahan baku obat modern (farmasetik) maupun obat tradisional. Tanaman yang mempunyai kandungan zat berkhasiat atau zat aktif yang tinggi sangat diperlukan, karena kemampuan suatu tanaman sebagai bahan obat disebabkan oleh kandungan senyawa kimianya yang memiliki daya kerja pengobatan. Mutu dari tanaman obat saat proses pertumbuhan tanaman dan kualitasnya dipengaruhi selama pengumpulan bahan, pengeringan, dan penyimpanan. Disamping itu, tinggi rendahnya kualitas juga ditentukan oleh faktor keaslian dan kemurnian dari tanaman tersebut (Sutrisno, 1996). Gendola adalah salah satu jenis tanaman obat potensial, yang mempunyai dua varietas yaitu gendola merah (Basella rubra L.) dan gendola putih (Basella alba L.). Tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang mempunyai banyak khasiat diantaranya penurun panas, menghilangkan racun dan mengeluarkan organisme penyebab sakit dari darah. Kandungan kimia pada tanaman gendola yaitu saponin, vitamin A, B dan C, glucan c, carotene, organic acid, dan mucopolysacharida seperti Larabinose, D-galactose, L-rhamnose dan aldonic acid. Pertumbuhan yang optimal pada tanaman ini diperlukan agar diperoleh kandungan saponin yang terbaik karena saponin tersimpan pada daun dan batang (Anonimous, 2011d). Usaha tani tanaman obat di Indonesia masih dianggap sebagai tanaman sampingan dengan pengelolaan secara sederhana sehingga hasil panen yang didapatkan juga mempunyai kualitas yang kurang baik. Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan produktivitas, kualitas, dan kontinuitas gendola, diperlukan upaya perbaikan teknik budidaya. Salah satu usaha tersebut adalah dengan menggunakan bahan organik untuk media tumbuh tanaman. Media tanam yang tepat merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tanaman khususnya budidaya dalam wadah. Penggunaan media tanam yang tepat akan memberikan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Media tanam yang baik memiliki kemampuan menyediakan air dan udara yang optimum. Pupuk kotoran sapi termasuk salah satu bahan organik yang dapat digunakan sebagai campuran media tanam. Pupuk kotoran sapi mengandung sejumlah unsur hara dan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Suwahyono, 2011). Dalam budidaya tanaman obat dianjurkan menggunakan pupuk organik karena apabila menggunakan pupuk kimia yang dikhawatirkan dapat memberikan efek negatif berupa residu kimia. Perlu diketahui pengaruh komposisi media tanam untuk mendukung pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan bioaktif pada kedua varietas tanaman gendola. 597
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan saponin dari dua varietas tanaman gendola (Basella sp.) yang ditanam pada komposisi media tanam yang berbeda. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura yang terletak pada ketinggian ±3 meter di atas permukaan laut. Penelitian dimulai bulan November 2011– Februari 2012. Alat yang digunakan untuk uji kandungan saponin adalah Spektrofotometer UV, Labu ekstraktor, gelas ukur, kertas saring, alat Rajang daun. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah jenis gumosol yang diambil dari kebun percobaaan Fakultas Pertanian kampus Universitas Trunojoyo Madura Desa Telang Kecamatan Kamal, pupuk kotoran sapi, bibit tanaman gendola merah, bibit gendola putih, polybag, fungisida. Bahan untuk uji kandungan saponin adalah air, 50 ml etanol, dan daun gondola yang sudah dirajang. Bibit tanaman gendola diperoleh dari hasil perbanyakan vegetative stek batang, dengan menggunakan 4 ruas yang ditanam dalam polybag. Stek batang diambil dari tanaman induk umur tiga bulan dari kebun tanaman obat keluarga (toga) Dayang Sumbi di Desa Sumber Lawang, Kecamatan Dlanggu, Mojokerto. Penanaman bibit dilakukan pada media tanam campuran tanah dan pupuk kotoran sapi dengan komposisi media tanam yang berbeda. Bibit ditanam tegak lurus sedalam 5 cm atau 1/3 bagian dari pangkal stek batang. Media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kotoran sapi dengan komposisi media tanam yang berbeda. Media tanam yang sudah dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam polybag berukuran 25 x 30 cm, 1 minggu sebelum bibit pindah tanam. Polibag diisi media tanam dengan berat 5 kg dan ditempatkan di lapangan sesuai dengan rancangan yang digunakan. Penanaman dilakukan dengan cara memilih bibit yang baik dari tanaman hasil pembibitan. Setiap lubang diisi satu bibit, selanjutnya dilakukan pemadatan tanah di sekitar bibit, dan menyiram media tanam sampai cukup basah. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi : penyulaman, penyiraman, pemasangan ajir, penyiangan dan pengendalian hama/penyakit dengan tujuan untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang sehat. Panen awal dilakukan pada saat tanaman berumur 4 – 6 minggu yang ditunjukkan dengan pertumbuhan tanaman sudah tumbuh rimbun. Pada penelitian ini waktu panen dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam. Analisa kandungan saponin pada tanaman gendola yang dilakukan adalah uji kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV. Sampel yang digunakan bagian daun tanaman gendola dan `pengujian dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian dan Konsultasi Industri Surabaya. Adapun tahapan analisa saponin seperti gambar 3. 598
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Daun Gendola (Basella rubra L.)
Cuci bersih
Dirajang sekitar ½ cm
Oven suhu 30-40ºC
50 ml etanol selama 2x24 jam
Labu Ekstraktor
Saring dengan kertas WH 40
Filttrat Saponin
Ukur nilai absorbansinya dengan panjang gelombang 277nanometer
Konsentrasi saponin
Gambar 1. Bagan Alur Analisis Kuantitatif Saponin Penelitian ini terdiri dari dua faktor dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama adalah varietas gondola dan faktor kedua adalah komposisi media, yang diulang tiga kali ulangan. Faktor varietas terdiri (1) V1 = Gendola varietas merah dan (2) V2 = Gendola varietas putih. Sedangkan factor kedua adalah komposisi media tanam, yang terdiri (1) P0 = Komposisi media tanam 1 : 0 ( 1 bagian tanah : 0 pupuk kotoran sapi), (2) P1 = Komposisi media tanam 1 : 1 ( ½ bagian tanah : ½ pupuk kotoran sapi), (3) P2 = Komposisi media tanam 1 : 2 ( 1/3 bagian tanah : 2/3 pupuk kotoran sapi), dan (4) P3 = Komposisi media tanam 2 : 1 ( 2/3 bagian tanah : 1/3 pupuk kotoran sapi). Model statistik yang digunakan adalah : Yij = µ + αi + βj + (αβ) ij + ε ijk Dimana : Yijk µ αi βj (αβ) ij εijk
= = = = = =
Respon tanaman yang diamati Nilai tengah umum Pengaruh taraf ke-i dari faktor V Pengaruh taraf ke-j dari faktor P Pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor V dan taraf ke-j dari faktor P Pengaruh sisa (galat percobaan) taraf ke-i dari faktor V dan taraf ke-j dari faktor P pada ulangan yang ke-k 599
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
3
2
V2P2 1
V2P1 3
2
V1P1
V2P2
1
V2P0
3
V1P2 3
V2P1 2
V2P0
V2P3 1
V2P3
V1P1
1
V1P1 2
3
V2P0 2
3
V1P0 2
1
V1P2
2
V2P2 1 1
V2P1 3
V2P3 V1P0
V1P3
3
V1P0
V1P3
2 1
V1P2
V1P3
Gambar 2. Denah Penelitian Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dengan taraf nyata 5 %, dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan (UJD). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan varietas dan komposisi media tanam terhadap kandungan saponin yang diamati. Tetapi terjadi pengaruh sangat nyata (p=0,1) dari masing-masing perlakuan, yaitu perlakuan varietas dan komposisi media tanam terhadap kandungan saponin pada daun tanaman gondola (Tabel 1). Tabel 1. Analisis sidik ragam kandungan saponin akibat perlakuan komposisi media tanam pada dua viarietas tanaman gendola Sumber db JK Keragaman V 1 0.0070 P 3 0.0071 VP 3 0.0006 Galat 16 0.0047 Keterangan : * : Berpengaruh nyata ** : Berpengaruh sangat nyata ns : Tidak berpengaruh
KT
F hit
Sign
0.0070 0.0024 0.0002 0.0003
24.01 8.09 0.74
** ** ns
F tabel 5% 1% 4.49 8.53 3.24 5.29 3.24 5.29
Untuk mengetahui perbedaan kandungan saponin dari masing-masing perlakuan, dilakukan dengan Uji Jarak Duncan (UJD). Dan rata-rata kandungan saponin pada daun tanaman gendola akibat perlakuan varietas dan komposisi media tanam disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata – rata kandungan saponin (%) akibat perlakuan varietas dan komposisi media tanam Rata – rata kandungan saponin (%) pada umur HST PERLAKUAN Varietas V1
0.18 b 600
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
V2
Juni, 2013
0.15 a **
Media tanam P0 P1 P2 P3
0.14 a 0.17 b 0.18 b 0.18 b **
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %.
Dari table 1 dapat dijelaskan bahwa pada daun gendola varietas merah (V1) menghasilkan rata – rata kandungan saponin yang lebih tinggi, yaitu sejumlah 0,18 % daripada gendola putih (V2) sejumlah 0,15 %. Sedangkan perlakuan komposisi media tanam, yaitu campuran antara 1/3 bagian tanah dan 2/3 bagian pupuk kotoran sapi atau (P2), dan perlakuan komposisi media tanam campuran antara 2/3 bagian tanah dan 1/3 pupuk kotoran sapi atau (P3) memberikan rata – rata kandungan saponin yang paling tinggi (0,18 %), kemudian diukuti perlakuan P1 dan kandungan saponin terendah diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian pupuk organic kotoran sapi atau P0, yaitu rata – rata kandungan saponinnya sebesar 0,14 %. Hasil analisa kuantitatif menunjukkan bahwa kandungan saponin yang diperoleh diatas nilai standard saponin sebesar 0,1 %, berarti sudah termasuk kategori tinggi. Varietas gendola merah atau V1 memberikan rata – rata kandungan saponin lebih tinggi (sebesar 0,18 %) dibandingkan varietas gendola putih (V2) sebesar 0,15 %. Terjadinya perbedaan kandungan saponin antara dua varietas tersebut diduga disebabkan dari masing – masing varietas mempunyai potensi atau sifat genetik yang berbeda. Potensi setiap varietas berpengaruh terhadap kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Perbedaan fisiologis tanaman banyak disebabkan oleh faktor genetik tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Poespodarsono (1988), bahwa varietas terdiri atas sejumlah genotipe yang berbeda, dimana setiap genotipe mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan tempat tumbuhnya. Metabolit sekunder terakumulasi dalam sel tanaman dalam jumlah yang berbeda. Metabolisme sekunder berperan untuk kelangsungan hidup, salah satunya adalah dalam pertahanan diri (Manito, 1992). Kandungan saponin banyak terdapat pada bagian daun tanaman gendola. Saponin merupakan salah satu metabolit sekunder golongan terpenoid yang disintesis melalui jalur asam mevalonat dari jalur respirasi. Metabolit sekunder diproduksi sebagai respon terhadap terbatasnya bahan makanan dan pada umumnya baru diproduksi setelah fase pertumbuhan vegetative atau akhir fase pertumbuhan logaritmik dan pada fase stasioner.
601
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Perbedaan kandungan saponin juga terjadi akibat perlakuan komposisi media tanam. Perlakuan P2 komposisi media tanam 1:2 (1/3 tanah dan 2/3 pupuk kotoran sapi) dan P3 komposisi media tanam 2 :1 (2/3 tanah : 1/3 pupuk kotoran sapi) memberikan rata – rata kandungan saponin yang paling tinggi (0,18 %), sedangkan perlakuan P0 kontrol 1:0 (1 bagian tanah) memberikan rata – rata kandungan saponin paling rendah (0,14 %). Pemberian pupuk kotoran sapi pada media tanam berpengaruh terhadap kandungan saponin pada daun gendola. Semakin cocok dengan komposisi media tanam yang dipakai maka semakin banyak pula kandungan saponinnya. Pencampuran pupuk kotoran kandang yang lebih banyak akan berpengaruh terhadap unsur Nitrogen yang dihasilkan. Menurut Widiana et al., (1993) unsur nitrogen banyak berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman seperti pembentukan zat hijau daun (klorofil) yang dibutuhkan dalam fotosintesis. Anonimous, (2011b) menjelaskan bahwa kandungan saponin tanaman gendola lebih baik pada fase vegetative, yaitu pada bagian daun dan batang. Hasil kandungan saponin pada perlakuan komposisi media menunjukkan bahwa semua memberikan hasil diatas nilai standart saponin atau diatas 0,1%’ Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dasiyem (2008) bahwa pada media tanam yang baik dan dengan pemberian konsentrasi GA3 dapat mempengaruhi peningkatan sintesis protein sebagai bahan baku penyusun enzim pada proses metabolisme tanaman yang selanjutnya dapat meningkatkan biosintesis metabolit sekunder diantaranya saponin. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tanaman gendola varietas merah memberikan hasil kandungan saponin lebih tinggi daripada varietas gendola putih Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang analisa kandungan saponin pada semua bagian tanaman gendola dan dengan waktu panen yang berbeda
602
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
DAFTAR PUSTAKA Anas, M. Didi Suari dan Haryono, 1978. Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Biji Kedelai. Balitan Bogor. Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Anonimous. 1990. Brosur Saponin untuk Pembasmi Hama Udang. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung, Bandung, 1990. _________, 2010. Identifikasi Senyawa Organik Bahan Alam pada Daun Melur (Brucea javanica L. Mess). http://kimia.unp.ac.id/?p=92. Diakses pada tanggal 05 September 2011. _________,2011a. Tanaman Gendola (Basella sp.) http://ditjenbun.deptan.go.id/ budtansim/index.php?option=com_ content &viw =article&id=12:tanamangendola-basella-rubra-1-1&catid=6 iptek& Itemid =7. Diakses pada tanggal 05 September 2011. _________, 2011b. Ramuan Herbal Gendola. http:// ramuherbal. Wordpress com/2011/03/30/gendola/ Diakses pada tanggal 05 September 2011. _________, 2011c. Manfaat dan Khasiat Tanaman Herbal Gendola beserta Penyakitnya. http://perhiasans.blogspot.com/2011/03/manfaat-dan-khasiattanaman-hebal_14.html Diakses pada tanggal 05 September 2011. __________, 2011 d. Tanaman Obat Indonesia.http://www.iptek.net.id/ ind/pd_tanobat/view.php?id=36. Diakses pada tanggal 05 September 2011. __________, 2011e. Penyakit dan Pengobatannya. http://www.sehatbebaspenyakit.com/search/saponin-dan-manfaatnya. Diakses pada tanggal 06 Oktober 2011 Buckman, H.O. dan Brady, 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta Chen, J.C., M.X. Xu, L.D. Chen, Y.N. Chen and T.H. Chiu. 1998. Effect of Panax notoginseng saponins on sperm motility and progession in vitro. Phytomedicine. Dasiyem, F. 2008. Pengaruh IAA dan GA3 terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Saponin Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina, Molk.). Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Dwidjoseputro, D, 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta. Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R.I. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah: Susilo, H. Jakarta: UI Press. 603
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A. M Lubis, S.G. Nugoho. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universita Lampung. Harjadi, M. M. S. S. 1996. Pengantar Agonomi. Gamedia Pustaka Utama. Jakarta. Hopkins, W.G, 1999. Introduction to Plant Physiologi. New York : John Willey and Sains Inc. Islami, T. dan Utomo, W.H. 1995.Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada. Manitto, P. 1992. Biosintesis Produk Alami. Penerjemah Koensoemardiyah Semarang : IKIP Press Munajin, 1990. Cara Analisis Kimia Fisika. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri RI : Surabaya Mustarichie, R., Musfiroh, I., dan Levita, J., 2011. Metode Penelitian Tanaman Obat. Bandung : Widya Padjadjaran Poespodarsono. 1988. Dasar – Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor : PAU IPB Rinsema, W. T. 1983. Pupuk dan Pemupukan. Bharata Karya Aksara. Jakarta. Sadikin, S. 2004. Pengaruh Dosis Pupuk N dan Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Nilam ( Pogostemon cablin Benth.). Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor Setyorini, D., W. Hartatik, L.R. Widowati, dan S. Widati. 2004. Laporan Akhir Penelitian Teknologi Pengelolaan Hara pada Budidaya Pertanian Organik. Laporan Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Tanah dan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipasif. Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Soepardi,
1983.
Sifat
dan
Ciri
Tanah.
Penebar
Swadaya.
Jakarta.
Sugito, Y. Nuraini, Y. dan Nihayati, E. 1995. Sistem Pertanian Organik. Faperta Unibraw. Malang. 604
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Susilo, H. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press Salemba. Jakarta. Sutedjo, M.M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta : Jakarta. Sutrisno, R. B. 1996. Tanaman Obat ditinjau dari Aspek Farmasi. Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Koordinasi Pengembangan Agoindustri Tanaman Obat. Suwahyono, Untung. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif dan Efisien. Depok : Penebar Swadaya Inforamsi Dunia Pertanian Thompson, H.C. and W.C. Kelly. 1957. Vegetable Crops. 5 Th ed. Mc Gaw Hill Book Co. Inc. New York.. Wididana, G.N., Sukartono I.G.S. dan Asmah. 1993. Pengaruh Effective Microorganism (EM4) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Universitas Nasional. Wiroatmodjo, E. Sulistyono dan Hendrinova. 1990. Pengaruh Berbagai Pupuk Organik dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Hasil Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Jenis Badak. Buletin Agonomi XIX.
605