Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
KAJIAN SISTEM USAHATANI PADI-GOGO SPESIFIK LOKASI DI KAWASAN PHBM - KSJT Wahyunindyawat dan Al.Gamal Pratomo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl Raya Karangploso km 4 Malang 65102
ABSTRACT In order to increase paddy production in East Java, there are opportunities to develop paddy productivity in rice field and dry land. There are still possibilities to explore the lands for gogo paddy in revitalizing forest of PHBM (Forestry Management with Community) in southern region of East Java. Paddy Gogo productivity in PHBM area has been too low. In order to increase paddy Gogo in PHBM land, there is a way to apply innovation technology through approach of PTT (Integrated Plantation Management). The aim of this research is to gain the system model of Paddy Gogo with specific location in PHBM area, through Integrated Plantation Management (PTT) approach with effectively and efficiently. The assesssment of this model has been conducted in 2010 in 3 different locations : (1) Kaulon, Sutojayan, Blitar district, 200m above sea level, (2) Kradinan, Pagerwojo, Tulungagung district, 800 m above sealevel, (3) Dompyong, Bendungan, Trenggalek district, 1000 m above sea level. The assessment has been used this method on farm research with area of 3 hectares in each district. Result of the assessment showed, the system model of farming from Situ Patenggang paddy upland with application of PTT technology of paddy upland, included : jajar legowo technique, organic fertilizing, anorganic fertilizing according to soil requirements and gulma, controlling of gulma with herbicides non grow and controlling of OPT (Plants Organism Disturbance) through technologically concept application, is economically and prospectively feasible to develop in dry land, especially in PHBM area. Kata kunci: farm management system, upland pady PENDAHULUAN Ketergantungan sumber energi pada beras bagi penduduk Indonesia akan terus berlanjut. Dengan berkembangnya penduduk Indonesia sekitar 1,34 persen per tahun, produksi beras yang dihasilkan tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri walaupun tingkat konsumsi beras per kapita terjadi penurunan dari 113,8 kg pada 1996 menjadi 107,4 kg pada tahun 1999, tetapi import beras terus meningkat (Erwidodo dan Ning Pribadi, 2004). Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya impor beras, pada 1996 sekitar 2,15 juta ton menjadi 4,75 juta ton pada tahun 1999 (Suryana dan Hermanto, 2004). Akan tetapi selama lima tahun terakhir (2002-2006) import beras Indonesia cenderung menurun, tahun 2002 sekitar 1.8 juta ton menjadi 483 ribu ton pada tahun 2006 (BPS, 2007).
606
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Dalam rangka meningkatkan produksi padi di Jawa Timur dapat dilakukan dengan peningkatan produktivitas padi di lahan sawah dan ladang. Luas lahan untuk tanaman padi ladang di Jawa Timur tahun 2006 sekitar 98.000 ha dengan produktivitas 35,22 kw/ha atau baru mencapai 64,6% dari produktivitas padi sawah. Selain itu masih terdapat lahan untuk tanaman padi gogo di lahan peremajaan hutan yang dikelola melalui pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) termasuk diantaranya di Kawasan Selatan Jawa Timur. Produktivitas padi gogo dikawasan PHBM umumnya masih sangat rendah, karena cara tanamnya adalah tumpang sari dengan tegakan jati dengan tanaman lainnya. Di lahan PHBM kabupaten Nganjuk produktivitas padi gogo pada tahun 2006 hanya sekitar 2,4 t/ha (Kasijadi, et. al, 2008), pola tanam berbasis padi gogo dapat mencapai 3,8 t/ha (Arifin dan Toha, 1996), sedangkan pada pertanaman monokultur dapat mencapai di atas 5 t/ha (Toha et. al, 2005). Peningkatan produktivitas padi gogo di lahan PHBM dapat dilakukan melalui inovasi teknologi dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) (Badan Litbang Pertanian, 2007). Hasil pengkajian MH 2007/2008 menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul baru padi gogo seperti Situ Patenggang, Situ Bagendit dan Mekongga dapat meningkatkan produktivitas 21-50% dibandingkan dengan varietas Ciherang yang biasa dipakai petani selama ini. Selain itu penerapan teknologi dan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu padi gogo dapat meningkatkan produktivitas 30% dibandingkan teknologi petai (Kasijadi, 2008). Dengan adanya varietas unggul baru dan inovasi teknologi dengan pendekatan PTT, maka produktivitas padi gogo dilahan PHBM dapat dicapai. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh model sistim usahatani padi gogo spesifik lokasi kawasan PHBM melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu yang efektif dan efisien. BAHAN DAN METODE Tanam padi dilakukan pada akhir bulan November hingga awal bulan Desember tahun 2010 berdasarkan kesepakatan dengan petani varietas yang ditanam adalah Situ Patenggang, jarak tanam jajar legowo 40 cm x 20 cm x 10 cm, penggunan pupuk organik/bokasi 2 ton/ha, pengendalian gulma dengan herbisida dan manual dan pemupukan menggunakan bagan warna daun. Dalam kegiatan ini disetiap hamparan kelompok tani pada masing-masing kabupaten dilakukan penelitian super imposed sebagai laboratorium lapang seluas 0,25 ha. Teknologi yang diterapkan adalah pendekatan PTT secara penuh (Tabel 1). Tabel 1. Komponen Teknologi Padi Gogo dengan pendekatann PTT Uraian Pilihan Komponen Teknologi Varietas Unggul baru, relatif tahan kering, toleran penyakit Blas, potensi produksi tinggi Benih Berlabel, daya tumbuh > 85 %, kemurnian 98 % Jumlah benih 40 – 50 kg/ha 607
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Uraian Pilihan Komponen Teknologi Cara tanam Tugal, 2-3 butir/rumpun Sistim tanam Jajar Legowo (15X30 X 10)cm. Pengendalian gulma Herbisida, manual Dosis pupuk * Urea/ZA Menggunakan bagan warna daun * P dan K Berdasarkan status hara P dan K pada lahan1) Pupuk organik 2 t/ha kompos pupuk kandang sapi Pengendalian hama/penyakit Monitoring, pestisida hayati Penanganan panen dan pasca Alat perontok, pengeringan dan dilakukan segera panen Sumber : 1) Suwono, dkk (1999) Penelitian dilakukan survai pada wilayah PHBM di 3 Kabupaten, yaitu (1) desa Kaulon, Sutojayan, Kabupaten Blitar tinggi tempat 200m dpl., (2) desa Kradinan, Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, tinggi tempat 800 m dpl., (3) desa Dompyong, Bendungan, Kabupaten Trenggalek, tinggi tempat 1000 m dpl pada bulan Agustus 2010. Pengumpulan data melalui ”Farm Record Keeping” dari kegiatan usahatani pada 5 responden dalam kelompok tani dan 5 responden diluar kelompok tani disetiap lokasi, meliputi data agronomis, ekonomi dan sosial. Untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam meningkatkan daya saing produk padi dilakukan dengan pendekatan (Kasijadi et. al, 2000) dilakukan dengan menggunakan pendekatan: (1). Nilai peningkatan produktivitas dan keuntungan bersih (NKB), yaitu NKB
KB cf KB pt
KBcf KBpt ....... ............................................................................ (1) KBpt = keuntungan bersih atau produktivitas hasil
= keuntungan bersih atau produktivitas teknologi
petani.
(2). Nilai keuntungan kompetitif yang menggambarkan, tingkat produksi atau harga minimal dari suatu teknologi terhadap teknologi sebelumnya sehingga mencapai tingkat keuntungan yang sama. B K ts Pti vsPts ti ................ ............................................................. (2) H ti dimana: Pti vs Pts Bti Kts Hti
= produksi/harga minimal teknologi introduksi = biaya produksi teknologi introduksi = keuntungan dari teknologi sebelumnya = produktivitas aktual teknologi introduksi/harga produksi
608
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Rumah Tangga Petani Diwilayah PHBM Hasil kriteria desa penelitian pada usahatani padi gogo, varietas Ciherang diusahakan pada kabupaten Blitar, sedangkan varietas Situ Patenggang di kabupaten Trenggalek dan Tulungagung (Tabel 2) Tabel 2 Kriteria Desa Penelitian Sistim Usahatani Padi Gogo Uraian Nama Desa, Kecamatan, Kabupaten Luas (ha) Pola tanam
Varietas yang ditanam Cara tanam Jarak tanam Pemupukan organik Pengendalian gulma Hama penyakit
Kaolan, Sutujayan Blitar 200 (a) jagung – padi – kacang tanah (b) padi –jagung – jagung
Ciherang
Dompyong, Kradinan, Pagerwojo Bendungan Trenggalek Tulungagung 96 169 (a) padi – padi (a) Padi- jagung- ubi kayu (b) padi – jagung (b) kacang tanah dengan (c) Jagung - jagung sistem blok tidak tumpang disekelingnya sari. ditanami ubi kayu
Situpatenggang
Situpatenggang
digejik
15 x 15 cm
20 x 25 cm
20 x 25 cm
Belum dilakukan manual Tikus, lundi, blas
Belum dilakukan manual Tikus, lundi, blas
Belum dilakukan manual Tikus, lundi, blas
Rata-rata umur responden 55 tahun dengan tanggungan 2 anak, dan tingkat pendidikan adalah sekolah dasar yang tamat 60%, dan pekerjaan di pertanian sebesar 50% dan sisanya diperuntukkan merawat ternak sapi. Melihat rata-rata usia bukan lagi tergolong produktif, hal ini memberi gambaran bahwa yang usia produktif lebih menikmati kerja sebagai tenaga pabrik atau sebagai karyawan di perusahaan. Kepemilikan lahan seluas 0,25 ha dengan status penguasaan adalah bagi hasil, ketersediaan air hanya dapat ditanami dua kali setahun. Penguasaan ternak rata-rata memiliki sapi 2 ekor, ayam 7 ekor. Sebelum adanya pengkajian, varietas padi yang digunakan umumnya mengadopsi varietas padi dari sawah seperti Ciherang, IR-64, Inpari 1 dengan kualitas berlabel, demikian pula dengan benih jagung. Kebanyakan petani belum mengetahui nama varietas padi yang ditanam di lahan kering. Benih-benih tersebut didapatnya dengan membeli dari toko pertanian dalam satu kecamatan. Cara penanaman padi gogo di Blitar, Tulungagung dan Trenggalek dengan cara disebar tanpa menggunakan jarak tanam dengan 5-10 biji perlubang, sehingga pertumbuhannya kurang maksimal. Petani diwilayah PHBM Blitar menggunakan varietas padi adalah Ciherang. Tulungagung petani menggunakan varietas Inpari 1, Situpatenggang. Trenggalek, petani hanya menanam padi dan memanfaatkan varietas padi Selegreng dan Ciherang.
609
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
2. Model Sistim Usahatani Padi Gogo Ditinjau dari letak lokasi PHBM maka usahatani padi gogo dapat dikategorikan menjadi 3 cara yaitu : 1. Usahatani padi gogo yang didasarkan pada terasering, yaitu dimana pinggir teras adalah tanaman tahunan dan padi ditanam diatas bibir teras, keadaan tanahnya berbukit 2. Usahatani padi gogo diantara pohon tahunan, tanahnya datar 3. Usahatani padi gogo diantara tegakan pohon tahunan atau usahatani padi gogo yang tanaman padinya disekitar tegakan pohon tahunan/tanaman jatinya masih kecil. Dari hasil kaji varietas padi gogo Situ patenggang dari tiga (3) lokasi menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh paling tinggi di sekitar tegakan pohon tahunan dan paling rendah pada terasering. Rendahnya produksi di terasering karena selain disebabkan varietas juga curah hujan yang rendah. Hal ini berbeda di disekitar tegakan pohon tahunan dan diantara tegakan pohon tahunan, curah hujannya lebih tinggi sehingga memungkinkan padi mendapat kecukupan air. Semakin meningkatnya produktivitas tersebut akan diikuti meningkatnya biaya produksi yang dibutuhkan dalam usahatani padi gogo, walaupun komponen teknologinya sama tetapi karena produksi yang dihasilkan berbeda akan menyebabkan perbedaan biaya panen. (Tabel 3). Hal ini didukung oleh tingginya nilai nisbah produktivitas padi gogo dilokasi Disekitar Tegakan Pohon tahunan mencapai 50%, Diantara Tegakan Pohon tahunan 34% dan Terasering 24%, sedangkan ditinjau dari indikator kompetitif berturut-turut dapat mencapai 54%, 23% dan 16% (Tabel 4). Tabel 3. Kelayakan Ekonomi Padi Gogo Di Lokasi PHBM Usahatani Padi Gogo Disekitar Diantara Uraian Tegakan Pohon Tegakan Pohon Tahunan Tahunan 1. Produksi (t/ha) 3,15 2,85 2. Biaya (Rp.000,-) 3.632 3.576 3. Penerimaan (Rp.000,-) 6.300 5.700 4. R/C ratio 1,73 1,60 5. Keuntungan (Rp.000,-) 2.668 2.127
Terasering 2,35 3.472 4.700 1,35 1.228
Tabel 4. Nilai Nisbah Peroduktivitas dan Keunggulan Kompetitif Lokasi PHBM dan Teknologi PTT Padi Gogo Uraian Disekitar Diantara Disekitar Tegakan Tegakan Pohon Tegakan Pohon Pohon Tahunan vs Tahunan vs Tahunan vs Diantara Tegakan Terasering Terasering Pohon Tahunan 1. Nilai Nisbah (%) 610
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
-Produktivitas -Keuntungan 2. Nilai Indikator Kompetitif -Produksi minimal (kg/ha) -Harga minimal (Rp/kg)
Juni, 2013
50 523
21,28 73,21
34,05 117,68
2.703 (0,46) 1.268
2.402 (0,84) 1.837
2.430 (0,77) 1.543
Penyebab tingginya produktivitas dan keunggulan kompetitif padi varietas Situ Patenggang adalah varietas tersebut tahan naungan, kekeringan dan penyakit Blas. Hal ini berbeda dengan varietas yang ditanam petani diluar pengkajian. Rendahnya produktivitas dan keunggulan komopetitif varietas yang digunakan petani diluar pengkajian tidak tahan kekurangan air dan naungan. Dalam pada itu penerapan teknologi dengan pendekatan PTT memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi petani. Untuk semua varietas yang dikaji juga memberikan hasil lebih tinggi, walaupun membutuhkan biaya lebih tinggi dari pada Ciherang. Lebih tinginya biaya produksi penerapan PTT dibandingkan dengan teknologi petani terutama pada biaya panen, tanam dan pupuk organik. Walaupun biaya produksi penerapan teknologi PTT lebih tinggi, tetapi memberikan hasil yang lebih tinggi juga sehingga memberikan keuntungan lebih tinggi (Tabel 5) Tabel 5. Kelayakan Ekonomi Penerapan PTT dan Petani Padi Gogo Di PHBM Disekitar Diantara Terasering Rata-Rata Tegakan Tegakan Uraian Pohon Pohon Tahunan Tahunan Teknologi PTT 1. Produksi (t/ha) 3,55 3,15 2,65 3,11 2. Biaya (Rp.000,-) 4.250 4.170 4.070 4.163 3. Penerimaan (Rp.000,-) 7.100 6.300 5.300 6.233 4. R/C ratio 1,67 1,51 1,30 1,49 5. Keuntungan (Rp.000,-) 2.850 2.130 1.230 2.070 Teknologi Petani 1. Produksi (t/ha) 2,75 2,55 2,05 2,45 2. Biaya (Rp.000,-) 3.015 2.975 2.875 2.955 3. Penerimaan (Rp.000,-) 5.500 5.100 4.100 4.900 4. R/C ratio 1,82 1,71 1,43 1,65 5. Keuntungan (Rp.000,-) 2.485 2.125 1.225 1.945
611
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Ditinjau dari nilai nisbah ternyata penerapan PTT dapat meningkatkan produktivitas 31% dan keuntungan 12%. Selain itu penerapan PTT dapat juga meningkatkan keunggulan kompetitif sebesar 8,1% (Tabel 6) Tabel 6. Nilai Nisbah Produktivitas dan Keunggulan Kompetitif Penerapan PTT Padi Gogo Di Wilayah PHBM Uraian 1. Nilai Nisbah (%) -Produktivitas -Keuntungan 2.Nilai Indikator Kompetitif -Produksi minimal (kg/ha) -Harga minimal (Rp/kg)
Teknologi PTT vs Teknologi Petani Disekitar Tegakan Terase Diantara Tegakan Pohon Tahunan ring Pohon Tahunan
Rata-rata
37,37 34,99
23,53 0,24
29,09 14,69
29,99 16,64
5.670 (83,41) 1.668
3.148 (99,9) 1.998
3.367 (94,84) 1.897
4.061 (92,73) 1.854
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa varietas padi unggul baru memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas dan keunggulan kompetitif lebih tinggi dibandingkan dengan komponen teknologi PTT lainnya KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Model sisitim usahatani dengan varietas padi gogo Situ Patenggang dengan penerapan teknologi PTT padi gogo meliputi : tanam jajar legowo, pemupukan organik, pemupukan anorganik sesuai hara tanah dan pengendalian gulma dengan herbisida pratumbuh dan pengendalian OPT (organism pengganggu tanaman) mengikuti konsep PHT secara teknis. ekonomis layak dikembangkan di lahan kering terutama di wilayah PHBM Saran Agar penerapan teknologi PTT padi gogo dapat berkembang dengan cepat perlu dilakukan perluasan padi gogo diwilayah lahan kering PHBM maupun di lahan petani
612
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z dan H.M. Toha.1996. Perbaikan Pola Tanam Tanaman Pangan Untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Kering. Jurnal Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara. 15(3):174-180 Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Petunjuk Teknis Lapang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta BPS, 2007. Statistik Indonesia 2007. Badan Pusat statistik. Jakarta Erwidodo dan Ning Pribadi. 2004. Permintaan dan produksi Beras Nasional : Surplus atau Defisit ?. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Harrington, L.H. 1989. An Introduction of On Farm Adaptive Research (OFAR). In Dynamics in On Farm Research Proc. Of Workshop. Balitan Malang. Kasijadi., F., Wahyunindyawati, Yuliastuti, Sunaryo dan Taman. 2008, Program Rintisan dan Akselerasi pemasyarakatan inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani)di kabupaten Nganjuk. Balai Pengkajian Teknologi pertanian Jawa Timur. Malang. Suryana, A dan Hermanto. 2004. Kebijakan Ekonomi Perberasan Nasional. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Suwono; H. Sembiring; D.P. Saraswati; F. Kasijadi dan Suyamto, 1999. Acuan Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi untuk Padi Sawah di Jawa Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso, Malang. Toha H.M., K. Permadi,. Prayitno dan I Juliardi. 2005. Peningkatan Produksi Padi Gogo Melalui Pendekatan Model Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Makalah disampaikan pada Seminar Rutin Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 18p.
613