Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PADI INPARA DAN PENAMPILAN PERTUMBUHAN DI LAHAN RAWA KABUPATEN BARITO KUALA CONSUMER PREFERENCES FOR INPARA PERFORMANCE AND GROWTH IN SWAMP LAND REGENCY BARITO KUALA Rina D.Ningsih dan Khairatun N Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat no 4 Banjarbaru 70711
[email protected]
ABSTRAK Penggunaan varietas unggul dan benih bermutu merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas usahatani padi di lahan rawa. Petani padi lahan rawa di Kalimantan Selatan sebagian sudah mengenal varietas unggul dan mengetahui bahwa penggunaan varietas unggul dapat meningkatkan produktivitas. Sebagian petani masih tanam padi varietas lokal tanam sekali setahun dengan alasan cekaman lingkungan seperti kemasaman yang tinggi, keracunan besi serta ketinggian air yang sulit diduga pada saat pasang besar dan tanaman dapat tenggelam. Kegiatan ini bertujuan untuk mempercepat diseminasi varietas unggul baru dan mengetahui prefernsi/tanggap petani/konsumen terhadap varietas yang didiseminasikan. Kegiatan dilaksanakan di desa Dandajaya, Kecamatan Rantau Bedauh, Kabupaten Barito Kuala, pada akhir musim penghujan 2011 seluas 2 ha. Ada 5 varietas padi yang ditanam yaitu inpara 1, inpara 2, inpara 3, inpara 4 dan inpara 5. Untuk mengetahui varietas yang disukai oleh petani/konsumen, pada setiap varietas dilakukan penilaian secara deskriptif melalui tanya jawab terhadap sekitar 25 orang petani/pedagang dan penyuluh pada saat diadakan acara temu lapang. Kesimpulan : Varietas Inpara 1, 2, 3 dan 4 adaptif ditanam di lahan pasang surut sulfat masam. Responden menyukai karakter pertumbuhan semua varietas kecuali inpara 5. Varietas yang lebih dipilih konsumen adalah inpara 1 dan inpara 2. Kata kunci : preferensi, VUB, pasang surut. ABSTRACT One of the attempts to improve productivity in swamp land is high yielding varieties and quality seeds. In tidal lands, most farmers are still planting local varieties (plant once a year) by reason of environmental stresses, high acidity, iron toxicity and unpredictable water levels at high tide and large plants can be drowned. This activity aims to accelerate the dissemination of new varieties and know the preferences / responsiveness of farmers / consumers to varieties disseminated.Activities carried out in the village DandajayaSubdistrict of Rantau Bedauh, Barito Kuala district, at the end of the rainy season in 2011 covering an area of 2 ha. There are 5 varieties of rice planted is Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara Inpara 4 and 5. To find varieties preferred by farmers / consumers, in every variety of descriptive assessment through questioning of 172
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
around 25 farmers / traders and extension at the time of the open-field event. Conclusion: Varieties Inpara 1, 2, 3 and 4 adaptive grown in acid sulfate tidal land. Respondents liked the character growth of all varieties except Inpara 5. Varieties are preferred by consumers is Inpara 1 and Inpara 2. Keywords: preferences, variety, tidal swamp. PENDAHULUAN Upaya peningkatan produksi padi berkelanjutan terus dilakukan melalui program pengelolaan usaha tani yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Beberapa variable penting dalam upaya peningkatan dan produksi padi di daerah antara lain peningkatan produksi gabah bermutu tinggi, perluasan areal tanam, peningkatan pendapatan petani, perluasan lapangan kerja dlsb (Djamaluddin et al, 1999). Setiap daerah memiliki unggulan terhadap varietas padi tertentu yang adaptif terhadap kondisi lingkungan setempat. Terutama pada daerah-daerah yang mempunyai cekaman lingkungan cukup tinggi seperti lahan rawa pasang surut. Lahan rawa menjadi semakin penting peranannya bagi pertanian Indonesia, terutama dalam hubungannya dengan keamanan pangan nasional. Beralih fungsinya lahan-lahan sawah di Jawa yang telah mencapai lebih dari satu juta hektar menjadikan lahan rawa menjadi tumpuan harapan untuk mengkompensasi hilangnya produksi pangan, khususnya beras, dari daerah tersebut. Lahan ini dirasa semakin penting apabila terjadi kemarau panjang di Jawa dan daerah produsen pangan lainnya. Penggunaan varietas unggul dan benih bermutu merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas usahatani padi di lahan rawa. Petani padi lahan rawa di Kalimantan Selatan sebagian sudah mengenal varietas unggul dan mengetahui bahwa penggunaan varietas unggul dapat meningkatkan produktivitas. Sebagian petani masih tanam padi varietas lokal tanam sekali setahun dengan alasan cekaman lingkungan seperti kemasaman yang tinggi, keracunan besi serta ketinggian air yang sulit diduga pada saat pasang besar dan tanaman dapat tenggelam. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui preferensi/tanggap petani/konsumen terhadap varietas yang didiseminasikan dan mempercepat diseminasi varietas unggul baru. METODE PENELITIAN Kegiatan dilaksanakan di desa Dandajaya, Kecamatan Rantau Bedauh, Kabupaten Barito Kuala, pada akhir musim hujan 2011 seluas 2 ha. Lima varietas padi yang ditanam yaitu inpara 1, inpara 2, inpara 3, inpara 4 dan inpara 5 merupakan bagian dari kegiatan pendampingan SLPTT yaitu kegiatan uji adaptasi varietas unggul. Untuk mengetahui varietas yang disukai oleh petani/konsumen, pada setiap varietas dilakukan penilaian secara deskriptif melalui tanya jawab terhadap sekitar 25 orang petani/pedagang dan penyuluh pada saat diadakan acara temu lapang.
173
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Karekteristik Wilayah Kabupaten Barito Kuala merupakan wilayah yang seluruh sawahnya adalah daerah pasang surut. Pada lahan pasang surut sulfat masam dengan kedalaman pirit < 50cm, pengolahan tanah yang terlalu dalam akan menyebabkan teroksidasinya lapisan pirit sehingga konsentrasi ion Fe terlarut menjadi sangat tinggi. Teroksidasinya larutan pirit juga menyebabkan pH tanah menjadi rendah, kemasaman tinggi, akibatnya tanaman padi keracunan Fe. Ambang batas kandungan Fe terlarut adalah ........., sedangkan hasil analisa tanah menunjukkan kandungan Fe tanah mencapai >200 ppm, dapat dilihat pada Tabel 1. Pada kondisi tersebut diatas hanya varietas lokal (varietas unus dan siam) yang dapat bertahan dan menghasilkan. Varietas lokal walaupun mengalami keracunan Fe yang ditandai dengan bintik-bintik coklat pada daun, pada kondisi yang parah daun akan mengering. Padi varietas lokal mempunyai kemampuan untuk recovary kembali setelah mengalami keracunan. sedangkan varietas unggul tidak. Dibanyak tempat, varietas unggul Ciherang yang sudah dikenal dan ditanam petani, terkena keracunan besi sehingga petani kembali ke varietas lokal. Tabel 2. Kandungan kimia tanah lokasi pengkajian. Sifat Tanah
Kadar unsur dan kriteria
pH H2O 4,15 (SM) DHL 0,083 C -Organik (%) 4,62 (T) Nitrogen (%) 0,23 (S) C/N 20,09 (T) P2O5 HCl (me/100g) 79,34 P2O5 Bray-1 (ppm) 15,02 (R) K2O HCl 25% (me/100g) 9,86 (R) KTK (me/100g) 16,5 (S) K (Cmol(+)/kg) 0,102 (R) Na (Cmol(+)/kg) 0,620 (S) Mg (Cmol(+)/kg) 1.812 (S) Ca (Cmol(+)/kg) 2,531 (R) Al-dd 3,8 Fe (ppm) 268 % pasir:debu:liat 6,35 : 31,28 ; 68,85 Keterangan : SR = sangat rendah; R = rendah; S = sedang; T = tinggi Adaptasi Tanaman Dari ke lima varietas yang ditanam, empat varietas yang mempunyai pertumbuhan cukup bagus yaitu inpara 1, inpara 2, inpara 3, inpara 4. Pertumbuhan 174
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
varietas inpara 5 kurang bagus, daun tanaman menunjukkan gejala keracunan besi. Skoring keracunan besi pada Inpara 1, inpara 2 dan Inpara 3 berkisar 1-3, pada inpara 4 berkisar 0-1 sedangkan pada inpara 4 berkisar 3-5. Inpara 5 juga rentan terhadap penyakit blas. Ada serangan hama penggerek batang berkisar 5%. Dilihat dari pertumbuhan tanaman dan produktivitas, secara umum varietas inpara 1, 2, 3, dan 4 beradaptasi cukup baik di lahan pasang surut dengan pH yang sangat masam (4,15) dan kadar Fe mencapai 268 ppm. Varietas yang memberikan hasil tertinggi adalah inpara 4, dengan tidak berbeda dengan inpara 1 dan inpara 3. Tabel 2. Hasil dan komponen hasil padi, MK 2011, desa Dandajaya.
Preferensi Responden Varietas yang berpotensi hasil tinggi dan adaptif tidak selalu menjadi pilihan petani. Tergantung dari selera konsumen/pasar setempat. Preferensi responden bermanfaat untuk mengetahui pilihan konsumen terhadap varietas yang adaptif, sehingga varietas yang diintroduksikan dapat diterima oleh masyarakat setempat. Kondisi lahan dengan cekaman yang tinggi, pH rendah dan kelarutan Fe tinggi, menjadi seleksi alam tersendiri. Hanya sedikit varietas yang dapat tumbuh dan menghasilkan, seperti varietas martapura. Akan tetapi sangat sedikit petani yang menanam varietas tersebut. Beberapa alasan yang membuat satu varietas padi diterima oleh masyarakat selain adaptif dan memberikan hasil tinggi adalah : bentuk gabah, rasa nasi, diikuti dengan karakter vegetatif lainnya. Karakter tanaman yang disukai petani di Kabupaten Barito Kuala dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Preferensi responden terhadap karakter tanaman dan gabah Karakter Tanaman Preferensi Petani (%) Tinggi tanaman tinggi (>110 cm) 30 sedang (95-110 cm) 50 rendah (<95 cm) 20 Bentuk tanaman tegak 90 agak tegak 10 terbuka 0 berserak 0 menjalar 0 Bentuk gabah 0 agak bulat 0 175
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura sedang ramping panjang Warna gabah Kuning jerami Keemasan Coklat kekuningan Kerontokan sulit sedang mudah Tekstur nasi sangat pulen pulen pera
Juni, 2013
25 75 40 40 20 10 80 10 0 40 60
Tinggi tanaman yang disukai responden adalah yang sedang dengan bentuk tanaman yang tegak, hal ini terkait dengan kemudahan petani saat panen. Cara panen petani masih menggunakan jerami dan ani-ani. Ani-ani digunakan bila saat panen kondisi air dilahan lebih dari 10 cm. Tanaman yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dan tanaman yang terbuka atau terserak akan menyulitkan disaat penen menggunakan aniani/sabit. Bentuk gabah menjadi salah satu poin utama yang menjadi perhatian petani/konsumen. Masyarakat Banjar menyukai bentuk gabah yang ramping. Varietas martapura tidak terlalu disukai karena bentuk gabahnya yang agak bulat dan besar. Inpara 1-5 mempunyai bentuk gabah ramping-sedang, diharapkan konsumen menyukai. Kerontokan yang disukai petani adalah yang sedang. Varietas yang mudah rontok akan banyak kehilangan hasil saat penen seperti inpara 3, yang sulit dirontok akan menambah waktu perontokan karena masih banyak gabah yang tertinggal ditangkai malai. Tekstur nasi juga menjadi perhatian petani, responden tidak menyukai yang sangat pulen. Kecenderungannya menyukai yang pera. Akan tetapi bila bentuk gabah ramping mendekati kemiripan dengan varietas lokal, rasa nasi yang pulen tidak terlalu diperhatikan. Biasanya kadar amilosa >20% masih diterima masyarakat. Dari lima varietas yang ditanam dan didiseminasikan, pilihan responden adalah Inpara 1 atau inpara 2. Kelemahan dari inpara 3 adalah mudah rontok sehingga kehilangan hasil tinggi, terutama bila terjadi keterlambatan panen. Inpara 4 disukai petani akan tetapi umurnya yang lebih panjang menjadikan inpara 4 alternatif pilihan berikutnya. Rasa nasi Inpara 5 disukai dan umurnya lebih pendek daripada varietas inpara lainnya, tetapi inpara 5 tidak menjadi pilihan petani karena tidak adaptif pada lahan masam. Bila responden disuruh memilih varietas yang diinginkan, pilihannya adalah Inpara 1 dan inpara 2. Varietas apa yang akan ditanam biasanya ditentukan olah ketersediaan benih dan program dari pemerintah.
176
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Tabel 4. Preferensi responden terhadap varietas Karakter tanaman Inpara 1 Inpara 2 Inpara 3 Inpara 4 Tinggi tanaman S S S S Bentuk tanaman S S S S Bentuk gabah S S S S Warna gabah S S S S Kerontokan SS SS TS SS Rasa nasi S S S S Umur tanaman S S S TS Keterangan: SS=sangat suka, S=suka, TS=tidak disukai
Juni, 2013
Inpara 5 TS S S S S S S
KESIMPULAN Kesimpulan dari kegiatan ini adalah : 1. Varietas Inpara 1, 2, 3 dan 4 adaptif ditanam di lahan pasang surut sulfat masam. 2. Responden menyukai karakter pertumbuhan semua varietas kecuali inpara 5. 3. Inpara 1 dan 2 menjadi pilihan pertama responden.
177