Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
DAYA TANGGAP HASIL TANAMAN MENTIMUN PADA KOMBINASI PEMUPUKAN NPK DAN ORGANIK DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH CUCUMBER YIELD RESPONSIBILITY TO COMBINATION OF NPK AND ORGANIC FERTILIZATION IN SEMARANG DISTRICT OF CENTRAL JAVA PROVINCE Samijan dan Abadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah E-mail :
[email protected] H/P : 08122935525
ABSTRACT Since 2000, Indonesia government have been alleviate and stop of some inorganic fertilizers subsidy and moved to organic fertility. The improvement of public orientation to organic product of agriculture was affected to increase of organic fertilizer use in agriculture production. Recently, some vegetable commodities were reported as a pioneer that resulted of organic product. According to above, was conducted of yield response assessment of combination use of NPK and organic fertilization on cucumber. The assessment was conducted in Candi Village of Bandungan Sub District of Semarang District of Central Java Province at wet season 2011/2012 (2011 December – 2012 March). The assessment use randomized block design (RBD) with 3 replications and 7 treatments, that were consist of combination of inorganic NPK and organic fertilizer. The assessment result shows, that the cucumber growth not significantly different affected by using of organic fertilizer as a single fertilizer nor on combination with inorganic NPK fertilizer. But, combination use of organic with inorganic NPK fertilizer significantly affected to increase of cucumber yield, higher than control. The best effectivity and efficiency use of organic fertilizer on cucumber was known on the combination of 800 kg/ha NPK Phonska with 3,5 ton/ha of organic fertilizer. Keywords : cucumber, inorganic NPK, organic fertilizer PENDAHULUAN Semenjak revolusi hijau dicanangkan, umumnya petani menjadi lebih memilih untuk menggunakan pupuk buatan karena praktis aplikasinya, jumlah yang diaplikasikan jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganyapun relatif jauh lebih murah pada saat mendapatkan porsi subsidi dan relatif lebih mudah diperoleh (Lakitan, 2005). Namun demikian, revolusi hijau sekaligus mebawa dampak kurang menyenangkan karena kebanyakan petani menjadi sangat tergantung kepada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian, ketika terjadi kelangkaan pupuk dan harga pupuk naik karena dicabutnya subsidi pupuk (Fagi et al., 2005 dan Simanungkalit et al., 2006).
277
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Membengkaknya beban anggaran belanja negara setiap tahun telah berdampak pada perubahan kebijakan pemerintah di sektor pertanian. Salah satu kebijakan yang sangat dirasakan dan berdampak nyata terhadap perilaku budidaya pertanian pada petani adalah dihapuskannya subsidi pupuk dan diserahkannya tataniaga pupuk kepada mekanisme pasar. Seiring dengan kecenderungan perkembangan kearah sistem pertanian ramah lingkungan yang semakin meningkat, pemerintah telah membuka kesempatan luas kepada pihak swasta untuk memproduksi beberapa pupuk alternatif (selain Urea, SP36 dan KCl) dan pupuk organik. Pada prinsipnya tujuan utama pemupukan adalah untuk memberikan tambahan unsur hara bagi tanaman sehingga kebutuhan akan hara selama pertumbuhannya menjadi tercukupi, sehingga pada gilirannya dapat mendukung pertumbuhan dan memberikan hasil yang optimal bagi tanaman (Joko Pramono dan Samijan, 2003). Oleh karena itu, pupuk memegang peranan sangat penting sebagai komponen teknologi utama dalam meningkatkan produksi tanaman. Pupuk organik merupakan salah satu produk pupuk alami yang dilaporkan memiliki kandungan C-organik, N, P dan K yang cukup baik, sehingga memiliki peluang untuk ditawarkan sebagai salah satu pupuk organik alternatif pelengkap maupun substitusi. Salah satu produk pupuk organik yang sudah mulai berancangancang untuk merambah pasar adalah pupuk organik merk ‘Patigan’, yang menurut produsennya dilaporkan memiliki kandungan hara C-Organik sebesar 15,69%; N 0,72%; C/N ratio 21,79; P2O5 0,42% dan K2O sebesar 0,50% (Sucofindo, 2008), sehingga apabila kandungan haranya telah teruji kevalidannya serta efektif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman maka dapat direkomendasikan sebagai pupuk organik alternatif. Tanaman hortikultura sayuran merupakan komoditas yang dalam pengembangannya sangat tergantung pada pemberian pupuk NPK dan organik (Balitsa, 2007 dan BPTP Jawa Tengah, 2011). Diantara komoditas sayuran yang banyak dikembangkan di wilayah dataran tinggi di Kabupaten Semarang adalah cabai, tomat, kubis, kol bunga dan brokoli. Dalam rangka mengetahui perbedaan efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk NPK dan pupuk organik terhadap produksi tanaman, maka telah dilakukan pengujian daya tanggap hasil tanaman terhadap penggunaan pupuk pada tanaman mentimun. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui daya tanggap hasil tanaman mentimun terhadap pemberian pupuk NPK sesuai rekomendasi yang dikombinasikan dengan pupuk organik ’Patigan’ dan berdasarkan kebiasaan petani. METODE PENELITIAN Penelitian daya tanggap tanaman mentimun terhadap pemupukan NPK dan organik dilaksanakan di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Penelitian dilaksanakan pada musim hujan (MH) 2011/2012 (Desember 2011-Maret 2012) dengan menggunakan tanaman mentimun varietas ’Roberto’. 278
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Acak Kelompok (Randomized Block Design) dengan menerapkan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diuji coba merupakan kombinasi dari penggunaan pupuk organik merk ’Patigan’ secara mandiri atau dikombinasikan dengan pupuk NPK secara bertaraf serta kombinasi pemupukan eksisting yang menggunakan pupuk NPK dan pupuk organik kandang setempat. Adapun kombinasi perlakuan yang diterapkan secara rinci adalah sebagai berikut : Tabel 1. Kombinasi perlakuan pada kegiatan pengujian daya tanggap hasil tanaman mentimun terhadap pemupukan NPK dan organik merk ‘Patigan’ P erlakuan A
Keterangan
Mentimun
Kontrol eksisting
B C D
NPK Standar PO Patigan 100% 1/2 NPK + PO
Pukan 20 t/ha, NPK Mutiara 133 kg/ha, KNO3 266 kg/ha Phonska 400 kg/ha 7 ton/ha Phonska 200 kg/ha + 7 ton/ha
Patigan E
NPK
+
PO
Phonska 400 kg/ha + 7 ton/ha
Patigan F
1/2 NPK + 1/2 PO
Phonska 200 kg/ha + 3,5 ton/ha
NPK + 1/2 PO
Phonska 400 kg/ha + 3,5 ton/ha
Patigan G Patigan
Rujukan : Balitsa, 2007 Petak percobaan dibuat dalam bentuk bedengan-bedangan dengan ukuran 6 m x 0,8 m, dengan jarak antar bedengan sekitar 40-50 cm. Jarak tanam mentimun dibuat dengan ukuran 80 cm x (40-50) cm. Ulangan dibedakan bedasarkan perbedaan petakan dari atas ke bawah. Pupuk organik ’Patigan’ dan pupuk organik kandang sebagai pupuk dasar diaplikasikan 7 hari sebelum tanam. Sedangkan aplikasi NPK diberikan pada umur -2 hari sebelum tanam serta 15 dan 30 hari setelah tanam. Beberapa data yang diamati pada kegiatan percobaan ini antara lain beberapa sifat kimia tanah, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang dan bobot buah, serta bobot buah panenan periodik dan beberapa data input-output usahatani. Data hasil pengamatan diolah menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji beda nyata terkecil Duncan (DMRT) (Gomez, 1978). Sedangkan data usaha tani akan diolah menggunakan analisis keuntungan sederhana dengan hanya memperhitungkan faktor peubah kunci (Kadariah, 1988). HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Karakteristik Lokasi Pengujian daya tanggap hasil tanaman mentimun terhadap pemupukan NPK dan organi telah dilaksanakan di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang dengan jenis tanah Inceptisol (Typic Dystrudepts) pada ketinggian tempat sekitar 1.000
279
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
m dpl. Pola tanam yang terdapat di lokasi pengujian adalah sayuran dan tanaman hias sepanjang tahun dengan sumber pengairan tadah hujan dan mata air dari pegunungan. Kondisi iklim pada waktu pengujian (MH 2011-2012) pada awal pertumbuhan hujan cukup tinggi bersamaan dengan angin kencang, dan terulang kembali pada masa pertengahan pertumbuhan sampai mulai pembungaan. Kondisi ini cukup berpengaruh terhadap kerusakan fisik (patahnya batang, ranting dan pucuk) pada beberapa tanaman serta mengganggu pembungaan tanaman. Kondisi jenis tanah yang terdapat di lokasi pengujian secara umum memiliki kemasaman (pH) agak masam, karbon organik (C-organic) sedang, N total rendah, P2O5 tinggi dan K2O tinggi. Secara umum kondisi tersebut belum menjadi faktor pembatas utama dari kegiatan pengujian daya tanggap hasil tanaman terhadap pupuk NPK dan organik. Kecenderungan permasalahan hanya terjadi pada faktor kemasaman tanah yang tergolong agak masam. Sedangkan kandungan hara N yang relatif rendah justru berpotensi meningkatkan efektivitas suatu jenis pupuk yang diberikan ke dalam tanah. 2. Karakteristik Pupuk Organik yang Dipergunakan untuk Pengujian Pupuk organik yang dipergunakan pada kegiatan pengujian ini adalah kompos pupuk yang berasal dari kotoran ternak sapi dengan merk dagang ‘Patigan’ dibandingkan dengan pupuk organik kandang setempat. Pupuk organik merk ‘Patigan’ ini telah dilaporkan mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, mengandung nutrisi cukup baik untuk mensuplai kebutuhan tanaman. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan di laboratorium Sucofindo dan cross check yang dilakukan di laboratorium BPTP Jawa Tengah terlihat beberapa kandungan sebagaimana disajikan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Kandungan nutrisi pada pupuk organik merk ‘Patigan’ No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Parameter Kadar air pH H2O C-Organik N-Organik N-NH4 N-NO3 N-Total C/N Rasio P2O5 Total K2O Total Fe Mn Cu Zn
Keterangan :
Satuan % % % % % % % % % ppm ppm ppm ppm
Persyaratan PO (PERMENTAN 28/2009) 15-25 4-8 >12 <6 15-25 <6 <6 0-8000 0-5000 0-5000 0-5000
Kandungan *) 15,69 0,72 21,79 0,42 0,50 -
Re-check **) 19,30 7,71 14,28 1,78 0,03 0,08 0,90 15,87 1,17 1,29 2.377,49 247,11 8,07 38,72
*) Hasil uji di laboratorium Sucofindo, Juni 2008 **) Hasil re-check di laboratorium kimia BPTP Jawa Tengah, Desember 2012 280
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
3. Keragaan Agronomis dan Hasil 3.1. Tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tanaman mentimun Rata-rata pencapaian tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tanaman mentimun pada kegiatan pengujian daya tanggap hasil tanaman mentimun terhadap pemupukan NPK dan organik disajikan dalam Tabel 3 berikut. Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang yang dicapai pada kegiatan pengujian daya tanggap hasil tanaman mentimun terhadap pemupukan NPK dan organik (Desember 2011-Maret 2012) Perlakuan Kontrol Kebiasaan NPK Standar PO Patigan 100% 1/2 NPK + PO Patigan NPK + PO Patigan 1/2 NPK + 1/2 PO Patigan NPK + 1/2 PO Patigan
Tinggi Tan (cm) 129,5 a 106,5 a 119,9 a 113,1 a 105,6 a 113,1 a 119,8 a
Jumlah Daun 24 b 19 a 21 ab 20 ab 21 ab 21 ab 22 ab
Diameter Btg (cm) 0,8 a 0,7 a 0,8 a 0,8 a 0,8 a 0,7 a 0,8 a
*) Angka dalam kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Berdasarkan keragaan data pertumbuhan tanaman mentimun pada Tabel 3 di atas terlihat, bahwa pemberian pupuk NPK baik secara mandiri maupun dikombinasikan dengan pupuk organik tidak menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang nyata antar perlakuan pemupukan yang diuji. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan pupuk NPK standar yang dikombinasikan dengan pupuk organik merk ‘Patigan’ atau masing-masing secara mandiri memiliki peluang menjadi alternatif dari kebiasaan pemupukan petani setelah diketahui tingkat efisiensinya. Kebiasan pemupukan petani pada Tabel 3 di atas memperlihatkan pertumbuhan jumlah daun yang paling tinggi, hal ini diduga karena pada kebiasaan pemupukan petani menggunakan pupuk NPK Mutiara yang dikombinasikan dengan pupuk KNO3, dengan waktu aplikasi setaip seminggu sekali. 3.2. Berat, panjang dan diameter buah dominan tanaman mentimun Rata-rata pencapaian berat, panjang dan diameter buah dominan tanaman mentimun pada kegiatan pengujian daya tanggap hasil tanaman mentimun terhadap pemupukan NPK dan organik disajikan dalam Tabel 4 berikut. Tabel 4. Rata-rata berat, panjang dan diameter buah yang dicapai pada kegiatan pengujian daya tanggap hasil tanaman mentimun terhadap pemupukan NPK dan organik (Desember 2011-Maret 2012) Perlakuan Kontrol Kebiasaan NPK Standar PO Patigan 100% 1/2 NPK + PO Patigan NPK + PO Patigan
Berat Buah Dominan (gr) 469,1 a 438,7 a 436,1 a 444,5 a 452,7 a
281
Panjang Buah Dominan (cm) 27,2 a 28,5 a 27,6 a 28,9 a 27,7 a
Diameter Buah Dominan (cm) 4,6 a 4,7 a 4,6 a 4,5 a 4,6 a
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
1/2 NPK + 1/2 PO Patigan NPK + 1/2 PO Patigan
433,2 425,6
a a
28,3 27,9
a a
4,8 4,7
a a
*) Angka dalam kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Sebagaimana keragaan data pertumbuhan sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa pemberian pupuk NPK baik secara mandiri maupun dikombinasikan dengan pupuk organik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pencapaian komponen berat buah, panjang buah dan diameter buah dominan. Fenomena ini juga mengindikasikan bahwa daya tanggap tanaman secara fisik dan agronomis terhadap perlakuan pemupukan NPK standar dan pupuk organik merk ‘Patigan’ mampu bersaing dengan murni maupun kebiasaan pemupukan petani yang menggunakan pupuk organik kandang dalam jumlah lebih banyak dan pupuk kimia yang lebih mahal harganya. 3.3. Hasil panen buah mentimun per hektar Rata-rata pencapaian hasil panen (jumlah dan bobot buah) per hektar tanaman mentimun pada kegiatan pengujian daya tanggap hasil tanaman mentimun terhadap pemupukan NPK dan organik disajikan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Rata-rata hasil panen (jumlah dan bobot buah) per hektar yang dicapai pada kegiatan pengujian daya tanggap hasil tanaman mentimun terhadap pemupukan NPK dan organik (Desember 2011-Maret 2012) Perlakuan Kontrol Kebiasaan NPK Standar PO Patigan 100% 1/2 NPK + PO Patigan NPK + PO Patigan 1/2 NPK + 1/2 PO Patigan NPK + 1/2 PO Patigan
Hasil Panen (buah/ha) 44.247 a 39.386 a 46.628 a 44.247 a 46.826 a 52.680 a 48.712 a
Hasil Panen (ton/ha) 22,6 a 20,8 a 20,6 a 23,3 a 23,5 a 24,4 a 28,5 a
% vs Kontrol -8,0 -8,7 3,1 4,0 8,1 26,3
% vs NPK Standar -0,8 12,0 13,0 17,5 37,2
*) Angka dalam kolom yang sama diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Berdasarkan keragaan hasil panen sebagaimana disajikan dalam Tabel 5 di atas terlihat bahwa pemberian pupuk NPK baik secara mandiri maupun dikombinasikan dengan pupuk organik tidak memberikan dampak yang berbeda nyata dibandingkan kontrol kebiasaan maupun perlakuan lainnya dalam hal pencapaian jumlah buah dan hasil panen mentimun. Namun demikian apabila dilihat dari selisih hasil antara penggunaan pupuk organik ‘Patigan’ yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik NPK, semua kombinasi penggunaan pupuk organik ‘Patigan’ (50-100%) dengan NPK Phonska (50-100%) menunjukkan adanya peningkatan daya tanggap tanaman mentimun terhadap efektivitas pupuk secara fisik sebesar 3,1-26,3%. Efektivitas pupuk tertinggi yang diperhitungkan dari selisih hasil terhadap kontrol kebiasaan petani, terjadi pada penggunaan pupuk organik ‘Patigan’ 3,5 ton/ha + 282
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
pupuk NPK Phonska 800 kg/ha, yaitu dengan selisih hasil sebesar 26,3% lebih tinggi dari kontrol kebiasaan. Sedangkan apabila dibandingkan dengan rekomendasi pemupukan anorganik NPK standar (800 kg/ha Phonska), semua kombinasi penggunaan pupuk organik ‘Patigan’ (50-100%) dengan pupuk NPK Phonska (50-100%) masih cenderung lebih tinggi dengan kisaran selisih hasil sebesar 12,0-37,2%. Berdasarkan fenomena ini, efektivitas penggunaan pupuk organik ‘Patigan’ pada tanaman mentimun harus dikombinasikan dengan pupuk NPK Phonska. 4. Analisis Keuntungan Sederhana Selain dihitung berdasarkan keragaan daya tanggap tanaman terhadap penggunaan pupuk NPK dan organik, efektivitas penggunaan pupuk perlu diketahui tingkat efisiensinya. Efisiensi penggunaan pupuk untuk tujuan pencapaian produktivitas tanaman dapat diketahui melalui penghitungan terhadap pencapaian tingkat keuntungan secara sederhana. Analisis keuntungan dilakukan dengan hanya mempertimbangkan faktor-faktor peubah yang secara langsung dipengaruhi oleh penggunaan inovasi pupuk NPK dan organik yang dipergunakan dalam pengujian. Beberapa faktor peubah yang diidentikasi dan dianalisis antara lain jumlah penggunaan pupuk (NPK, organik, anorganik lain), harga pupuk dan harga jual buah mentimun. Hasil analisis keuntungan sederhana berdasarkan beberapa faktor peubah tersebut secara lengkap disajikan dalam Tabel 6 berikut. Tabel 6. Hasil analisis keuntungan sederhana kegiatan pengujian daya tanggap hasil tanaman mentimun terhadap pemupukan NPK dan organik (Desember 2011Maret 2012) Perlakuan
Biaya Bibit & Pupuk
Hasil (ton/ha)
Kontrol Kebiasaan NPK Standar PO Patigan 100% 1/2 NPK + PO Patigan NPK + PO Patigan 1/2 NPK + 1/2 PO Patigan NPK + 1/2 PO Patigan
10.597.000 960.000 3.500.000 3.980.000 4.460.000 2.230.000 2.710.000
22,57 20,77 20,60 23,27 23,47 24,40 28,50
Pendapatan (Rp/ha) 15.796.667 14.536.667 14.420.000 16.286.667 16.426.667 17.080.000 19.950.000
Keuntungan (Pendapatan - Biaya)
Selisih vs kontrol (%)
5.199.667 13.576.667 10.920.000 12.306.667 11.966.667 14.850.000 17.240.000
161,1 110,0 136,7 130,1 185,6 231,6
Berdasarkan hasil analisis keuntungan sederhana sebagaimana disajikan dalam Tabel 6 di atas terlihat, bahwa penggunaan pupuk organik merk ‘Patigan’ 3,5 ton/ha yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik (NPK) standar mampu memberikan keuntungan keuntungan tertinggi sekitar 231,6% dibandingkan kontrol kebiasaan petani. Untuk budidaya tanaman mentimun, penggunaan pupuk organik merk ‘Patigan’ baik secara mandiri (100% ‘Patigan’) maupun kombinasi antara pupuk organik merk ‘Patigan’ (50-100%) dengan pupuk NPK standar (50-100%) semuanya memiliki keunggulan ekonomi yang cukup baik, dengan rata-rata peningkatan keuntungan antara 283
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
110% sampai 231,6%. Lebih tingginya keuntungan yang terjadi pada penggunaan pupuk organik merk ‘Patigan’ murni dibandingkan kontrol kebiasaan petani disebabkan karena faktor biaya penggunaan pupuk (organik dan anorganik) pada kontrol kebiasaan petani jauh lebih tinggi dari perlakuan pupuk organik merk ‘Patigan’ murni 100%. PENUTUP Kesimpulan a. Secara umum penggunaan pupuk NPK secara mandiri maupun dikombinasikan dengan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap daya tanggap pertumbuhan tanaman mentimun. b. Kombinasi penggunaan pupuk NPK dengan pupuk organik merk ‘Patigan’ terbukti efektif dan berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil tanaman mentimun dibandingkan kontrol kebiasaan petani. c. Efektivitas daya tanggap hasil dan efisensi penggunaan pupuk terbaik pada tanaman mentimun diketahui pada kombinasi penggunaan dengan NPK Phonska 400 kg/ha + pupuk organik merk ‘Patigan’ sebanyak 3,5 ton/ha. Saran Perlu dilakukan kajian penggunaan pupuk organik dan anorganik NPK lebih dari satu kali musim tanam untuk mengetahui dan memastikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. DAFTAR PUSTAKA Balitsa, 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Tim Teknis Prima Tani. Balai Penelitian Sayuran Lembang Jawa Barat BPTP Jawa Tengah, 2011. Risalah Hasil Pengkajian ‘Inovasi Pertanian Hortikultura di Jawa Tengah’. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Fagi, A.M., Irsal Las, dan S. Suriatna, 2005. Menyikapi Gagasan dan Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia. Workshop Pengkajian Pengembangan Teknologi Pertanian Organik, Desa Ketapang, Kabupaten Semarang, 25 Juli 2005. Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1976. Statistical Prosedures for Agriculture Research. The International Rice Research Institutes, Los Banos, Philippines. Joko Pramono dan Samijan, 2003. Uji Efektivitas Pupuk NPK Pelangi pada Tanaman Padi di Jawa Tengah. Laporan Hasil Penelitian. BPTP Jawa Tengah (tidak dipublikasikan) 284
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Kadariah, 1988. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Edisi Kedua. Universitas Indonesia, Jakarta. Lakitan, B. 2005. Pertanian Organik: Ketika Teknologi dan Keraifan Tradisional Bertaut. Workshop Pengkajian Pengembangan Teknologi Pertanian Organik, Desa Ketapang, Kabupaten Semarang, 25 Juli 2005. Mentan, 2009. Peraturan Meneteri Pertanian No. 28/Permentan/SR. 130/5/2009 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Simanungkalit R.D.M, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini dan W. Hartatik, 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan dan Pertanian. Badan Litbang Pertanian.
285