Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
KERAGAAN ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DI KABUPATEN LUMAJANG THE ADAPTABILITY PERFORMANCE OF NEW SUPERIOR SOYBEAN VARIETIES IN LUMAJANG DISTRICT P.E.R. Prahardini, Endah Retnaningtyas dan Lailatul Isnaini BPTP Jawa Timur Jln Raya Karangploso Km 4 Malang email:
[email protected]
ABSTRACT The productivity of soybean in Lumajang District still needs to be improved. The new superior varieties of soybean which were released by AARD have not been well known and yet have not been planted by farmers. The aim of this research was to study the adaptability (production) performance of four new superior varieties of soybean in the District of Lumajang. In this research, a one factor randomized block design was used to analyse the production data with location (or district) was used as replication. The factor was the new soybean variety consisting of 5 (five) varieties namely Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang, Kaba, and Wilis. The replication was 7 (seven) districts in Lumajang, which have different agro-ecosystems, namely Tekung, Yosowilangun, Klakah, Randuagung, Ranuyoso, Tempeh, and Sumbersuko. The plants were grown and managed using the integrated crop management approach. The results showed that the production performances of new superior varieties were higher than that of commonly grown by farmers (Wilis variety). The highest production performance of each variety was 3.68 t/ha of Anjasmoro Variety in Tempeh District, 2.4 t/ha of Argomulyo Variety and 3.0 t/ha of Burangrang Variety in Sumbersuko District, 2.76 t/ha of Kaba in Randuagung District respectively, while the average production of Wilis variety from seven district was 1.25 t/ha. Compared to Wilis variety, the four new superior soybean varieties were capable to increase the production by 71.74%, 56.67%, 65.33%, and 64.31% respectively for Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang, and Kaba varieties. Anjasmoro variety has a potential to be developed to replace Wilis variety. Keywords: adaptation, new superior varieties, soybean, production PENDAHULUAN Pemerintah sangat memperhatikan masalah pangan seperti padi, kedelai dan lainnya yang menyangkut kebutuhan masyarakat. Kebutuhan kedelai nasional telah mencapai 2,37 juta ton pada tahun 2010 dan diperkirakan pada tahun 2014 kebutuhan kedelai Nasional mencapai 2,5 juta ton, sedangkan proyeksi produksi kedelai secara Nasional berkisar antara 1,3 juta ton per tahun (Dirjen Tan. Pangan, 2011), sehingga
455
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
pemerintah harus mengimpor kedelai untuk menutupi kekurangan produksi (Deptan, 2008). Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu pusat penyumbang kedelai secara Nasional. Pada tahun 2009 Jawa Timur memasok 37% dari total produksi Nasional, namun luas areal panen kedelai terus mengalami penurunan (Dirjen Tan. Pangan, 2011), Salah satu faktor penentu keberhasilan usahatani kedelai adalah penyediaan benih bermutu dari varietas unggul dan penyediaannya mengikuti pola enam tepat yaitu tepat varietas, mutu, waktu, jumlah, tempat dan harga tetapi pola ini tidak pernah tercapai secara utuh (Diperta Jawa Timur, 2008). Kabupaten Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di propinsi Jawa Timur. Kabupaten ini terletak pada posisi 7° 52' s/d 8° 23' Lintang Selatan dan 112° 50' s/d 113° 22' Bujur Timur. Dengan Luas wilayah 1.790,90 Km2 atau 3,74% dari luas Propinsi Jawa Timur. Secara administratif batas-batas wilayah kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Probolinggo. Sebelah Timur : Kabupaten Jember. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia. Sebelah Barat : Kabupaten Malang. Luas lahan sawah dan tegal yang mampu ditanami kedelai seluas 1.428 ha. Rata-rata produktivitas kedelai di kab. Lumajang saat ini sebesar 1.403 ton/ ha, sementara produktivitas kedelai ditingkat penelitian bervariasi tergantung varietas dan kesuburan lahan yang bisa mencapai 3,2 ton/ha (Anonimous, 2010). Upaya meningkatkan produktivitasnya, antara lain dengan meningkatkan produktivitas dengan penggunaan varietas unggul dan meningkatkan mutu hasil, perluasan areal tanam, pengamanan produksi dan penguatan kelembagaan pertanian (Diperta Lumajang, 2012). Penggunaan verietas Unggul Baru kedelai di tingkat petani masih belum banyak dilakukan, disisi lain Badan Litbang Pertanian telah melepas lebih dari 60 Varietas Unggul kedelai (Suhartina, 2005). Petani kedelai khususnya di kab. Lumajang masih belum mengenal vaarietas-varietas tersebut dan masih menanam satu varietas yaitu varietas Wilis secara terus menerus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keragaan produksi 4 varietas unggul baru kedelai di kabupaten Lumajang BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan mulai bulan April - Agustus 2010. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak kelompok dengan perlakuan Varietas sebagai faktor tunggal yang terdiri dari 5 Varietas Unggul Baru kedelai : Varietas Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang, Kaba dan Wilia (pembanding). Kelima varietas kedelai tersebut ditanam di 7 Kecamatan antara lain Kecamatan Klakah, Randuagung, Yosowilangun, Ranuyoso, Tempeh, Sumbersuko dan Tekung. Ulangan di setiap kecamatan tidak sama, penanaman dilakukan di kelompok tani sebagai ulangan dengan luasan 0,1 ha di setiap kelompok sebagai unit penelitian. Penanaman kedelai mengunakan Jarak tanam : 40 cm x 15 cm, Jumlah benih : 1-2 biji/ lubang, Pupuk 456
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
organik 2 t/ha, pemberian pupuk 50 kg Urea/ha, 50 kg SP/ ha dan 50 kg KCl/ha. Pengendalian hama penyakit menggunakan kaidah Pengendalian Hama Terpadu. Panen secara: ubinan 2,5 m x 2,5 m. Parameter yang diamati meliputi parameter pertumbuhan vegetatif yang meliputi: tinggi tanaman dan jumlah cabang utama/ tanaman, sedangkan parameter produksi meliputi: umur panen, bobot 100 biji (g) dan hasil ubinan berukuran 2,5 x 2,5 m (dikonversi menjadi hasil panen = t/ha) dan mengidentifikasi respon petani berdasarkan keragaan tanaman dan hasil panen. Data dianalisis menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagai berikut: Yij = μ + τi + βj+ εij Dimana: i Yij μ τi βj εij
= 1,2,3,4,5 dan j= 1,2,3 = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j = Rataan umum = Pengaruh perlakuan ke-j = Pengaruh kelompok ke-j = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j.
Bila hasil Analisis Ragam memberikan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan Uji BNT 5% (Steel dan Torrie, 1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Agroekologi Penyebaran lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat antara 25 sampai 105 m di atas permukaan laut dengan iklim agak kering sampai sedang, dengan rata-rata bulan kering antara 3 -4 bulan per tahun dan dengan jumlah curah hujan per tahun antara 2.079 - 3.771 mm3/ th seperti pada Tabel 1 dan penyebaran lokasi tertera pada Gambar 1. Tabel 1. Agroekologi 7 Lokasi Adaptasi Kedelai No Kecamatan Tinggi tempat Iklim (m dpl) 1. Klakah 100 sedang 2. Randuagung 75 sedang 3. Yosowilangun 10 Agak kering 4. Ranuyoso 105 sedang 5. Tempeh 25 sedang 6. Sumbersuko 60 Agak kering 7. Tekung 75 Agak kering
457
Curah Hujan (mm/th) 2.400 3.771 2.079 2.685 2.610 2.557 2.587
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Gambar 1. Peta penyebaran lokasi penelitian Pertumbuhan vegetatif Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa varietas unggul baru kedelai tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah cabang utama/ tanaman pada umur 80 hari setelah tanam. Jika dilihat pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman di setiap kecamatan juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 1) namun varietas unggul baru kedelai berpengaruh secara nyata terhadap jumlah cabang utama per tanaman di kecamatan Yosowilangun dan menunjukkan pertumbuhan yang sama di kecamatan yang lain (Tabel 2). Perbedaan ketinggian tempat dan kesuburan lahan di lokasi tersebut berbeda namun dengan pemberian pupuk yang sama ternyata respon varietas unggul baru kedelai nampak berbeda hanya pada pertumbuhan cabang utama di kec. Yosowilangun. Harjadi (1986) menjelaskan, jarak tanam akan mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya matahari, persaingan penggunaan air dan unsur hara, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tabel 2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman kedelai Varietas Tinggi tanaman (cm) di 7 kecamatan Unggul Klakah R.agung Y.wngun R.yoso Tempeh Sm.suko Baru Argomulyo 46.4 67 42 60 65 58,75 a
Tekung
Anjasmoro Kaba Burangrang Wilis
69,90 a
51,5
81
61,17 a
45.5
65
70
66,72 a
52
65
56,83 a
51,5
75
70
63,25 a
56,3
-
52,00 a
48
54
75
68,40 a
46
50
55,00 a
54,5
78
70
68,25 a
458
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Keterangan: angka yang didampingi huruf sama pada satu kolom tidak menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% dengan uji BNT
Tabel 3. Pertumbuhan Jumlah cabang utama/ tanaman kedelai Varietas Jumlah cabang utama/ tanaman kedelai di 7 kecamatan Unggul Klakah R.agung Y.wngun R.yoso Tempeh Sm.suko Tekung Baru Argomulyo 3,3 2 ,5 2 ,0 b 2 ,5 2.0 2 ,0 2,5 a Anjasmoro 3,8 2 ,0 2 ,0 b 2 ,0 3.0 2 ,0 2,75 a Kaba 2,3 2 ,5 2 ,0 b 2 ,0 2,0 2 ,0 2,5 a Burangrang 2,5 2 ,0 2 ,0 b 2 ,5 2.0 2 ,0 2,58 a Wilis 3,9 2 ,0 3,16 a 2 ,0 2.0 2 ,0 2,5 a Keterangan: angka yang didampingi huruf sama pada satu kolom tidak menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% dengan uji BNT
Pertumbuhan Generatif Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa varietas unggul baru kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap umur panen (Tabel 3) dan bobot 100 biji. Namun jika di lihat di Kecamatan Yosowilangun dan Tekung ternyata varietas unggul baru kedelai berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji (Tabel 4). Tabel 4. Umur panen kedelai Varietas Umur panen kedelai (hst) di 7 kecamatan Unggul Klakah R.agung Y.wngun R.yoso Tempeh Sm.suko Baru Argomulyo 82 83 90,5 a 81 94 86 Anjasmoro 82 85 90,5 a 86 94 89 Kaba 82 86 89,5 a 86 94 88 Burangrang 82 84 89,17 a 86 94 88 Wilis 82 85 89,17 a 86 93 87
Tekung 85,17 85,5 85,17 85,5 86,0
a a a a a
Keterangan: angka yang didampingi huruf sama pada satu kolom tidak menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% dengan uji BNT
Tabel 5. Bobot 100 biji (g) kedelai Varietas Unggul Baru Argomulyo Anjasmoro Kaba Burangrang Wilis
Bobot 100 biji (g) Kec. Yosowilangun Kec. Tekung
14,65 ab 18,78 a 15,03 ab 14,85 ab 10,17 b
13,03 13,07 10,27 14,10 12,02
a a b a ab
Keterangan: angka yang didampingi huruf sama pada satu kolom tidak menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% dengan uji BNT
Dari Tabel 4 tampak bahwa umur panen semua varietas kedelai di kecamatan tersebut sama dan jika dibandingkan dengan deskripsi varietas umur panen juga menunjukkan waktu yang sama (Tabel 5). Jika dilihat bobot 100 biji kedelai ternyata varietas Anjasmoro di Kecamatan Yosowilangun mampu menghasilkan bobot yang 459
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
nyata lebih tinggi dibandingkan varietas yang lain disamping itu bobot 100 biji juga lebih tinggi dari deskripsi varietas. Sedangkan bobot 100 biji kedelai yang di hasilkan dari Kec. Tekung hasilnya sama dan tidak berbeda dengan deskripsi yang ada. Bobot 100 bijji kedelai merupakan salah satu parameter yang mendukung hasil panen (ton/ha). Bobot 100 biji digunakan dalam menetukan ukuran benih kedelai. Ukuran biji kedelai dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu : biji berukuran kecil (6-12 g); biji berukuran sedang (12-14 g); dan biji berukuran besar (lebih dari 14 g). berdasarkan hal tersebut maka varietas unggul baru kedelai menghasilkan biji dengan kriteria biji berukuran besar. Bobot 100 biji sangat erat hubungannya dengan hasil yang dicapai. Bila Bobot dari 100 biji semakin tinggi maka semakin besar prodiktivitas hasil yang diperoleh. Peningkatran produksi dapat dicapai melalui peningkatan bobot 100 biji atau ukuran biji. Ukuran biji maksimum tiap tanaman ditentukan secara genetik, namun ukuran nyata biji yang terbentuk ditentukan oleh lingkungan semasa pengisian biji. Jumlah polong isi pertanaman atau pembentukan dan pertumbuhan polong sampai pematangan juga di pengeruhi oleh iklim. (Karamoy, 2009). Tabel 6. Deskripsi Varietas Unggul Baru Kedelai No Varietas Potensi Hasil (t/ha) Bobot 100 Umur panen biji (g) (hst) 1 Anjasmoro 2,25 - 3,20 14,8 – 15,3 83 - 93 2 Argomulyo 1,5 – 2,0 16,0 80 – 82 3 Burangrang 1,6 – 2,7 17,0 80 - 82 4 Kaba 2,13 - 3,25 10,37 85 5 Wilis 1,6 10,0 85 - 90 Sumber: Suhartina, 2005 dan Dirjen Tan. Pangan – Kementrian Pertanian. 2011 Hasil Panen
Gambar 2. Histogram Rata-rata hasil panen (t/ha) Varietas Unggul Baru Kedelai antar kecamatan di Kab. Lumajang 460
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Dari Gambar 1 terlihat histogram rata-rata hasil panen varietas unggul baru kedelai memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan varietas Wilis yang selama ini di tanam petani. Varietas kedelai Anjasmoro mampu memberikan hasil panen tertinggi secara nyata dibandingkan varietas Wilis dan melampaui potensi hasil yang tertera di Deskripsi varietas dengan kisaran panen (2,55 t/ha – 3,68 t/ha) antara lain di Kecamatan Randuagung (2,55 t/ha), Yosowilangun (2,96 t/ha), Tempeh (3,68 t/ha) dan Sumbersuko (3,32 t/ha). Varietas Argomulyo memberikan hasil tertinggi di Kecamatan Randuagung ( 2,23 t/ha) Yosowilangun (2,08 t/ha), Ranuyoso (2,3 t/ha), Tempeh (2,32 t/ha) dan Sumbersuko (2,4 t/ha). Varietas Burangrang memberikan hasil tertinggi di Kecamatan Randuagung ( 2,28 t/ha) Yosowilangun (1,89 t/ha), Ranuyoso (3,0 t/ha), Tempeh (2,56 t/ha) dan Sumbersuko (3,0 t/ha). Varietas Kaba memberikan hasil tertinggi di Kecamatan Randuagung (2,76 t/ha). Tempeh (2,53 t/ha) dan Sumbersuko (2,64 t/ha), Varietas Unggul Baru kedelai Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang dan Kaba mampu meningkatkan produksi berturut-turut sebesar 71,74%, 56,67%, 65,33% dan 64,31% dibandingkan Varietas Wilis. Hasil panen merupakan hasil interaksi antara faktor lingkungan dan genetis, faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain; ketersediaan unsur hara, ketersediaan air saat pertumbuhan awal dan panjang hari. Tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal, sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim, kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varitas yang ditanam (Adisarwanto, 2006). Hasil rata rata dari 7 kecamatan menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro mampu menghasilkan 2,363 ton/ha dan Burangrang 2,213 ton/ ha nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Wilis (Gambar 3)
Gambar 3. Histogram rata-rata Hasil Panen Varietas Unggul Baru Kedelai di Kab. Lumajang
461
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Tabel 7. Respon petani terhadap Varietas Unggul Baru Kedelai Varietas Respon petani terhadap Varietas Unggul Baru Kedelai di 7 kecamatan Unggul Klakah R.agung Y.wngun R.yoso Tempeh Sm.suko Tekung Baru Argomulyo Suka Suka Suka Suka Suka Suka Suka Anjasmoro Suka Suka Sangat Suka Sangat Suka Sangat suka suka suka Kaba Kurang Suka Suka Suka Suka Kurang Suka suka suka Burangrang Suka Kurang Kurang Kurang Suka Suka Suka suka suka suka Wilis Suka Suka Suka Suka Suka Suka Suka Dari hasil pengamatan respon petani terhadap ke lima varietas tersebut terlihat petani suka sampai sangat suka varietas kedelai Anjasmoro, suka varietas Argomulyo, kurang suka terhadap varietas Kaba di Kec. Klakah dan Sumbersuko, demikian juga kurang suka terhadap varietas Burangrang di Kec. Randuagung, Yosowilangun dan Ranuyoso. Kesukaan tersebut dinilai petani mulai dari pertumbuhan vegetatif, keragaan biji dan ditunjukkan produksi atau hasil yang tinggi. Dengan adanya varietas unggul baru kedelai yang disukai petani di masing-masing kecamatan diharapkan varietas Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang dan Kaba menjadi alternatif pengganti varietas Wilis yang telah ditanam masyarakat selama bertahun-tahun. KESIMPULAN 1. Pertumbuhan tanaman dan hasil panen varietas unggul kedelai bersifat spesifik di setiap kecamatan di Kab. Lumajang 2. Varietas Unggul Baru kedelai Kecamatan Yosowilangun
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman di
3. Varietas Unggul Baru kedelai memberikan hasil tertinggi dibandingkan varietas lain di Kecamatan Randuagung, Yosowilangun, Tempeh dan Sumbersuko 4. Varietas Unggul Baru kedelai Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang dan Kaba mampu meningkatkan produksi berturut-turut sebesar 71,74%, 56,67%, 65,33% dan 64,31% dibandingkan Varietas Wilis 5. Varietas Unggul baru Anjasmoro dan Argomulyo disukai di semua kecamatan dan mampu digunakan sebagai alternatif pengganti varietas Wilis UCAPAN TERIMA KASIH Kelancaran pelaksanaan kegiatan ini di lapangan berkat bantuan dan kerjasama semua pihak yang terlibat, terutama petani kooperator dan teknisi lapang serta para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Untuk itu pada kesempatan ini penulis 462
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
menyampaikan terima kasih kepada Khusnul H, SP, Atmo Sanusi, SP , Rike T Suryani, Rakhmathulah, SP dan Edhi Suparno, SP, Nurul Huda, SP dan Endang Muktiningsih, SP atas pengorbanan dan bantuannya. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto. 2006. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering, Jakarta Penebar SwadayaAnonim. 1996. Anonimous. 2010. Panduan Teknis Budidaya Kedelai di Berbagai Agroekosistem. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balitkabi. Malang BPTP Jatim. 2009. Pendampingan SLPTT Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang tanah. BPTP Jatim Malang. Deptan, 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Kedelai. Departemen Pertanian. 39p. Diperta Jawa Timur. 2008. Program Pembanguan Pertanian Tanaman Pangan 20082009. Disampaikan dalam Acara Sinkronisasi Program Pertanian, Batu. Diperta Kab. Lumajang. 2012. Program Pembangunan Pertanian Kab. Lumajang. Diperta Lumajang. Dirjen Tan. Pangan – Kementrian Pertanian. 2011. kebijakan dan Program Pengembangan kedelai mendukung Swasembada Kedelai Tahun 2014. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Hal 1 - 10 Harjadi, S.S. 1986. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta Karamoy. L. Th. 2009. Hubungan Iklim Dengan Pertumbuhan Kedelei. Jurnal Ilmu Tanah Vol. 7 No.1, April 2009 : 65-68. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Gramedia. Jakarta. Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 170 hal. Tulus, S. 2007. Uji Daya Hasil Beberapa Varitas Kedelai (Glycine max (L.) Merill) Berdaya Hasil Tinggi pada Lahan Kering di Manggoapi Manokwari. (10 Maret 2013)
463