Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
PROFIL USAHATANI TEMBAKAU VIRGINIA DAN JAWA SPESIFIK LOKASI DI KABUPATEN LAMONGAN Diding Rachmawati, Zainal A, Nurul I. dan Indriana RD BPTP Jawa Timur
ABSTRAK Tembakau mempunyai prospek pasar yang baik karena merupakan bahan baku utama industri rokok dan mempunyai peranan ekonomi yang cukup luas, sebagai penyumbang pendapatan negara melalui cukai dan pajak, sebagai sumber pendapatan utama petani tembakau dan sebagai penyediaan lapangan kerja padat karya di pedesaan dan perkotaan. Lamongan, sebagai salah satu penghasil tembakau di Jawa Timur, mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan, khususnya di wilayah Lamongan bagian selatan. Penelitian bertujuan memperoleh informasi tentang teknologi eksisting dalam budidaya tembakau Virginia dan Jawa spesifik lokasi di sentra produksi tembakau Kabupaten Lamongan. Identifikasi masalah danpPeluang pengembangan intensifikasi tembakau berdasarkan potensi sumberday pertanian spesifik llokasi dilakukan melalui pendekatan PRA untuk memperoleh informasi tentang teknologi eksisting serta potensi dan permasalahan dalam pengembangan usahatani tembakau di sentra produksi tembakau Kabupaten Lamongan yang meliputi : karakteristik bio-fisik dan sosial ekonomi, identifikasi dan aktifitas penggunaan sumberdaya pertanian. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling, yaitu di sentra produksi tembakau Virginia dan tembakau Jawa, dilakukan di 4 kecamatan masingmasing kecamatan dipilih 2 desa, masing-masing desa dipilih 10 orang petani responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sentra produksi tembakau di Kabupaten Lamongan antara lain berada di Kecamatan Sambeng, Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Bluluk dan Kecamatan Modo dan merupakan lokasi penelitian tembakau. Kontribusi terhadap produksi tembakau virginia dan tembakau jawa di Kecamatan Modo mencapai 20,06% dari total produksi, Kecamatan Sambeng sebesar 14,98% dari total produksi, Kecamatan Ngimbang sebesar 10,81% dari total produksi dan Kecamatan Bluluk sebesar 8,21% dari total produksi. Kata Kunci: Tembakau, Usahatani, spesifik lokasi PENDAHULUAN Tembakau mempunyai prospek pasar yang baik karena merupakan bahan baku utama industri rokok dan mempunyai peranan ekonomi yang cukup luas, sebagai penyumbang pendapatan negara melalui cukai dan pajak, sebagai sumber pendapatan utama petani tembakau dan sebagai penyediaan lapangan kerja padat karya di pedesaan dan perkotaan. Produksi rokok di Indonesia yaitu sebanyak 84% merupakan rokok kretek, dan sekitar 80—85% bahan baku rokok kretek tersebut berasal dari jenis tembakau yang ada di dalam negeri. Pengembangan tembakau bersifat lokasi spesifik karena sangat ditentukan oleh kesesuaian mutu yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri rokok (Balittas, 1997; 1998). 236
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Tanaman tembakau dapat digolongkan dalam 2 jenis yaitu : a) Voor-Oogst adalah tanaman tembakau yang ditanam pada musim penghujan dan dipanen pada musim kemarau. Tanaman tembakau jenis Voor-Oogst ini adalah jenis tembakau Virginia, tembakau rakyat (Jawa), dan tembakau Lumajang, dan b) Na-oogst adalah tanaman tembakau yang ditanam pada musim kemarau dan dipanen pada musim penghujan. Tanaman tembakau jenis ini adalah jenis tembakau Besuki (Pemkab. Lamongan, 2008). Lamongan, sebagai salah satu penghasil tembakau di Jawa Timur, mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan, khususnya di wilayah Lamongan bagian selatan. Daerah penghasil tanaman tembakau Virginia adalah Kecamatan Sambeng, Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Modo, Kecamatan Mantup, Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Sugi, Kecamatan Sukorame dan Kecamatan Bluluk, sedangkan kecamatan penghasil tanaman tembakau rakyat (Jawa) adalah Kecamatan Sambeng, Kecamatan Modo, dan Kecamatan Sukorame. Dari total produksi 19.878 ton daun basah tembakau Virginia, maka Kecamatan Sambeng memberikan kontribusi sebesar 0,86%, Kecamatan Ngimbang memberikan kontribusi 13,91 dari total produksi, Kecamatan Modo memberikan kontribusi 25,21%, Kecamatan Mantup memberikan kontribusi sebesar 6,53%, Kecamatan Kedungpring memberikan kontribusi sebesar 11,54%, Kecamatan Sugio memberikan kontribusi sebesar 26,90% dari total produksi, Kecamatan Sukorame memberikan kontribusi sebesar 8,59% dan Kecamatan Bluluk memberikan kontribusi sebesar 6,53%. Untuk tanaman tembakau rakyat (Jawa) dengan total produksi sebesar 14.760 ton daun basah, maka Kecamatan Sambeng, Kecamatan Modo, dan Kecamatan Sukorame masing-masing mempunyai kontribusi terhadap total produksi sebesar 33,3% (BPS Kab. Lamongan, 2007). Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi tentang teknologi eksisting dalam budidaya tembakau Virginia dan Jawa spesifik lokasi di sentra produksi tembakau Kabupaten Lamongan BAHAN DAN METODE 1. Proses Implementasi Kegiatan Implementasi kegiatan Identifikasi Masalah dan Peluang Pengembangan Intensifikasi Tembakau Berdasarkan Potensi Sumberdaya Pertanian Spesifik Lokasi dilakukan melalui pendekatan PRA untuk memperoleh informasi tentang teknologi eksisting serta potensi dan permasalahan dalam pengembangan usahatani tembakau di sentra produksi tembakau Kabupaten Lamongan yang meliputi : karakteristik bio-fisik dan sosial ekonomi, identifikasi dan aktifitas penggunaan sumberdaya pertanian. 2. Pemilihan Lokasi Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling, yaitu di sentra produksi tembakau Virginia dan tembakau Jawa, meliputi Kecamatan Modo, Bluluk, Ngimbang serta Sambeng dan masing-masing kecamatan ditentukan 2 desa yang 237
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
mempunyai areal pertanaman tembakau terluas. Lokasi penelitian di Kecamatan Modo meliputi Desa Sidomulyo dan Desa Kedungkerep, Kecamatan Bluluk meliputi Desa Songo Wareng dan Desa Sumber Banjar, Kecamatan Ngimbang meliputi Desa Selahar Wotan dan Desa Lamongrejo, dan Kecamatan Sambeng meliputi Desa Wates Winangon dan Desa Garung. Pengumpulan data kegiatan usahatani tembakau dilakukan terhadap 10 petani responden berdasarkan jenis tembakau yang ditanam untuk mengetahui proses produksi tembakau yang ditanam. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Wilayah Penelitian Kabupaten Lamongan terbagi menjadi 27 Kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 474 desa/kelurahan (Gambar 1). Jumlah penduduk tahun 2007 sebanyak 1.412.386 jiwa terdiri dari 706.631 perempuan dan 705.755 laki-laki dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 779 jiwa/km2. Luas areal sawah yang dipergunakan untuk tanaman tembakau Virginia sebesar 2.639 Ha dan areal sawah yang dipergunakan untuk tanaman tembakau rakyat (Jawa) lAMONGAN_P sebesar 2.235,08 Ha. Untuk lahan tegal yang dipergunakan untuk menanam tembakau Virginia seluas 83,76 Ha dan areal tanam tembakau rakyat (Jawa) yang menggunakan lahan tegal seluas 636,12 Ha (Diperta Lamongan. 2007). 112°2'00"
112°12'20"
112°22'40"
112°33'00"
112
PACIRAN BRONDONG
SOLOKURO
6°58'00"
LAREN
MADURAN
6°58'00"
KARANG GENENG
-7
-7 #
KALITENGAH
N #
KAR ANGBINANGUN W
E
SEKARAN TURI
GLAGAH
S BABAT
PUCUK SUKODADI
DEKET
LAMONGAN
7°8'20"
7°8'20"
KEDUNGPRING
SUGIO
TIKUNG KAMBANGBAHU
SARIREJO
MODO
BLULUK NGIMBANG
SAMBENG
MANTUP
7°18'40"
7°18'40"
3
SUKORAME
0
3
6 Kilometers
112 112°2'00"
112°12'20"
112°22'40"
112°33'00"
Gambar 1. Lokasi penelitian di wilayah administrasi Kabupaten Lamongan P
2. Kecamatan BlulukTinggi Sedang tembakau sebesar 914 Ha yang terdiri dari tembakau Luas areal tanaman Rendah virginia varietas cocek 45 seluas 554 Ha dengan tingkat produktivitas sebesar 15.000 kg/Ha dan tembakau rakyat (Jawa) varietas manila dengan luas areal tanam 360 Ha dengan tingkat produktivitas sebesar 650 kg/Ha (Diperta Lamongan. 2007). Wilayah kecamatan Bluluk mempunyai tipe iklim Oldeman D3 yaitu 3 bulan basah dan 6 bulan. 238
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
a. Desa Songo Wareng Tingkat pendidikan penduduk Desa Songo Wareng sebagian besar (72 %) adalah tidak tamat SD sampai tamat SD yaitu sebanyak 1.536 orang. Desa Songo Wareng berada pada ketinggian tempat 63 m dpl dengan kondisi topografi di dominasi dataran dengan jenis tanah Grumosol dan tekstur liat berpasir serta mempunyai kandungan C-organik 0,93%; N-total 0,05%, P2O5 68 ppm dan K 0,29 cmol (+) kg-1 atau tergolong kesuburan tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 5-20% (Gambar 4).
Variabel Jenis tanah Kelerengan (%) Tanaman semusim
Sawah Tadah Hujan Grumosol 5 - 10 Padi sawah, tembakau, jagung, kacang hijau, tebu
Mangga, pisang, nangka, lamtoro Sapi, kerbau, kambing, ayam, itik Sumur pantek Rumah,kandang, Lain-lain sendang Gambar 2. Transek Desa Songo Wareng, Kec. Bluluk, Kab. Lamongan Tanaman Tahunan Ternak
Jati, pisang
Pekarangan Grumosol 5-8 -
Tegal Grumosol 5 – 20 Padi gogo, tembakau, jagung Jati -
-
Desa Sumber Banjar Jumlah penduduk Desa Sumber Banjar sebanyak 2.983 orang, dan tingkat pendidikan sebagian besar (74 %) tidak tamat SD sampai tamat SD. Tingkat kesuburan tanah tergolong sedang sampai subur dengan kondisi topografi di dominasi dataran dengan jenis tanah Grumosol dan tekstur liat serta mempunyai kandungan C-organik 1,44%; N-total 0,20%, P2O5 120 ppm dan K 0,44 cmol (+) kg1 atau tergolong kesuburan tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 8-20% (Gambar 5).
239
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Variabel Tegal Pekarangan Sawah Tadah Hujan Grumosol Grumosol Jenis tanah Grumosol 10 - 20 12 8 - 12 Kelerengan (%) 15 12 - 17 Kedalaman air 15 - 25 tanah (m) Jagung, Padi, tembakau, jagung, Tanaman Kc. hijau, kacang hijau Semusim Tembakau Jati, Pisang,Mangga, Lamtoro Tanaman Pisang Nangka Tahunan Sapi, kambing, Ternak ayam Jalan Rumah, Sumur pantek Lain-lain kandang, telaga Gambar 3. Transek Desa Sumber Banjar, Kec. Bluluk, Kab. Lamongan
Tegalan Grumosol 15 - 20 15 - 30 Jagung, Kc. hijau, tembakau Pisang -
3. Kecamatan Ngimbang Kecamatan Ngimbang terdiri dari 19 desa yaitu Kedungmentawar, Ganggangtingan, Mendogo, Durikedungrejo, Lawak, Ngasem, Lemahbang, Purwokerto, Jejel, Gebangangkrik, Slaharwotan, Cerme, Ngimbang, Drujugurit, Kakatpenjalin, Tlemang, Girik, Sendangrejo, Munungrejo dan Lamongrejo. Kondisi tanahnya berbukit sampai bergelombang dengan ketinggian 82 m dpl. Luas lahan untuk tanaman tembakau di Kecamatan Ngimbang sebesar 921 Ha dengan rincian 112 Ha untuk tembakau virginia varietas BAT dengan tingkat produktivitas 550- 650 kg/Ha, dan seluas 87 Ha digunakan menanam tembakau virginia varietas Oker dengan produksi 650-700 kg/Ha, sedangkan 722 Ha digunakan menanam tembakau jenis rakyat (Jawa) varietas manila dengan produktivitas 450-500 kg/Ha (Cabang Diperta Kec. Ngimbang. 2009). Wilayah Kecamatan Ngimbang mempunyai iklim D3 (Oldeman) yaitu 4 bulan basah dan 4 bulan kering sehingga mempengaruhi pola tanam dan produktivitas tanaman. a. Desa Slaharwotan Jumlah penduduk Desa Slaharwotan sebanyak 3.362 orang (748 KK) meliputi lakilaki 1.732 orang dan perempuan 1.630 orang. Tingkat pendidikan sebagian besar tidak tamat SD dan Tamat SD sebesar 62%. Kondisi tanahnya datar sampai bergelombang dengan jenis tanah Grumosol dan tekstur liat serta mempunyai kandungan C-organik 1,43%; N-total 0,20%, P2O5 100 ppm dan K 0,31 cmol (+) kg1 atau tergolong kesuburan tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 5-20% (Gambar 4).
240
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Variabel Jenis tanah Kelerengan (%) Tanaman Semusim Tanaman Tahunan
Tegalan Grumosol 10 - 20 Jagung, tembakau
Pekarangan Grumosol 5 -
Juni, 2013
Sawah Tadah HUjan Grumosol 5 – 10 Padi, jagung, tembakau
Jati, mindi
Nangka, Jati, mahoni kedondong, pisang lamtoro, mangga, jambu biji, bambu Sapi, ayam, Ternak kerbau, kambing, ayam, itik Rumah, kandang Lain-lain Gambar 4. Transek Desa Selahar Wotan, Kec. Ngimbang, Kab. Lamongan b. Desa Lamongrejo Jarak Desa Lamongrejo ke ibukota kecamatan 4 km dan jarak ke ibukota kabupaten 56 km. Luas penggunaan lahan di Desa Lamongrejo meliputi tanah sawah seluas 421,84 Ha (63,8%), tegal seluas 116,485 Ha (17,6%), pekarangan seluas 115,365 Ha (17,4%) dan Lain-lain seluas 7,60 Ha (1,2%). Kondisi tanahnya berbukit dengan jenis tanah Grumosol dan tekstur liat berpasir serta mempunyai kandungan Corganik 1,25%; N-total 0,20%, P2O5 107 ppm dan K 0,14 cmol (+) kg-1 atau tergolong kesuburan tanah kurang subu, dengan kelerengan lahan 8-25% (Gambar 5).
Variabel Jenis tanah Kelerengan (%) Tanaman Semusim Tanaman Tahunan
Pekarangan Grumosol 10 - 15 -
Sawah Tadah Hujan Grumosol 8 - 10 Padi sawah, tembakau jagung -
Tegal Grumosol 15 - 25 Padi gogo, tembakau, jagung Jati, Mahoni, Sawo
Mangga, jambu biji, pisang, bambu Sapi, kambing, Ternak ayam Rumah, Lain-lain kandang Gambar 5. Transek Desa Lamongrejo, Kec. Ngimbang, Kab. Lamongan 241
-
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
4. Kecamatan Sambeng Kecamatan Sambeng terdiri dari 22 desa yaitu Desa Sekijang, Wudi, Wonorejo, Kedungbanyar, Sumbersari, Pasarlegi, Pataan, Gempolmanis, Nogojatisari, Pasar legi, Sidokumpul, Tenggiring, Semampirejo, Kedungwangi, Barurejo, Candisari, Wateswinangon, Garung, Jatipandak, Pamotan, Selorejo dan Kreteranggon (Cabang Diperta Kec. Sambeng. 2009). Wilayah Kecamatan Sambeng mempunyai iklim C3 (Oldeman) yaitu 5 bulan basah dan 5 bulan kering sehingga mempengaruhi pola tanam dan produktivitas tanaman. a. Desa Wates Winangon Tingkat pendidikan penduduk Desa Wates Winangon sebagian besar (57 %) adalah tidak tamat SD sampai tamat SD. Desa Wates Winangon berada di ketinggian tempat 76 m dpl dengan kondisi topografi di dominasi dataran dengan jenis tanah Grumosol dan tekstur liat berpasir serta mempunyai kandungan C-organik 0,74%; N-total 0,16%, P2O5 50 ppm dan K 0,27 cmol (+) kg-1 atau tergolong kesuburan tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 8-30% (Gambar 5).
Variabel Jenis tanah Kelerengan(%) Tanaman semusim Tanaman Tahunan
Tegal Grumosol 10 - 30 Padi gogo, jagung Jati, pisang
Ternak
Sapi, kambing, ayam, kelinci -
Pekarangan Grumosol 10 - 15 -
Sawah Tadah Hujan Grumosol 8 – 10 Padi sawah, tembakau, jagung
Mangga, pisang, jambu biji, bambu Sapi, kambing, ayam
Jati
-
Rumah, kandang Gambar 6. Transek Desa Wates Winangon, Kec. Sambeng, Kab. Lamongan Lain-lain
b. Desa Garung Jumlah penduduk Desa Garung mencapai 1.985 orang, dengan tingkat pendidikan sebagian besar (73 %) adalah tidak tamat SD sampai tamat SD. Desa Garung berada pada ketinggian tempat 65 m dpl dengan kondisi topografi di dominasi perbukitan dengan jenis tanah Grumosol dan tekstur liat berpasir serta mempunyai kandungan C-organik 1,03%; N-total 0,17%, P2O5 82 ppm dan K 0,18 cmol (+) kg-1 atau
242
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
tergolong kesuburan tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 5-20% (Gambar 7).
Variabel Jenis tanah Kelerengan (%) Tanaman semusim
Sawah Tadah Hujan Grumosol 10 – 15 Padi sawah, tembakau, jagung, kedelai, kacang tanah
Pekarangan Grumosol 5 -10 -
Tegalan Grumosol 10 – 20 Padi gogo, tebu, tembakau, jagung Lamtooro Mangga, nangka, Tanaman pisang, bambu tahunan Sapi, kerbau, Ternak kambing, ayam Sungai Rumah, kandang Lain-lain Gambar 7. Transek Desa Garung, Kec. Sambeng, Kab. Lamongan 5. Kecamatan Modo Kecamatan Modo terdiri dari 17 desa yaitu Nguwok, Sambungrejo, Kedungrejo, Sidomulyo, Kacangan, Kedungwaras, Jatipayak, Kedungpengaron, Sumberagung, Sidodowo, Medalem, Pule, Yungyang, Kedungerep, Sambangrejo, Jegrek, dan Mojorejo (Cabang Diperta Kec. Modo. 2009). Wilayah Kecamatan Modo mempunyai iklim D3 (Oldeman) yaitu 4 bulan basah dan 5 bulan kering. a. Desa Sidomulyo Jarak Desa Sidomulyo ke ibukota kecamatan Modo 7 km dan jarak ke ibukota kabupaten Lamongan 45 km dan berada pada ketinggian tempat 82 m dpl. Jenis tanah Grumosol dan tekstur liat serta mempunyai kandungan C-organik 1,58%; Ntotal 0,23%, P2O5 141 ppm dan K 0,24 cmol (+) kg-1 atau tergolong kesuburan tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 5-15% (Gambar 8).
Variabel Jenis tanah Kelerengan (%) Tanaman Semusim Tanaman Tahunan Ternak Lain-lain
Sawah Tadah Hujan Grumosol 5 – 10 Padi, tembakau, jagung Turi
Tegal Grumosol 5 - 15 Padi, tembakau, temu-temuan Pisang
-
-
-
-
243
Pekarangan Grumosol 5 Mangga, pisang, bambu Sapi, kambing, ayam Rumah, kandang
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Gambar 8. Transek Desa Sidomulyo, Kecamatan Modo, Kab. Lamongan b. Desa Kedungkerep Tingkat pendidikan sebagian besar (75 %) adalah tidak tamat SD sampai tamat SD. Jenis tanah Grumosol dan tekstur liat berpasir serta mempunyai kandungan Corganik 1,16%; N-total 0,17%, P2O5 47 ppm dan K 0,23 cmol (+) kg -1 atau tergolong kesuburan tanah kurang subur, dengan kelerengan lahan 5-15% (Gambar 9).
Variabel Jenis tanah Kelerengan (%) Tanaman Semusim
Tegal Grumosol 8 - 10 Padi gogo, tembakau, palawija Jati, lamtoro, kayu kertas
Sawah Tadah Hujan Grumosol 5 -8 Padi sawah, tembakau jagung
Pekarangan Grumosol 10 - 15 -
Mangga, bambu, jambu biji, lamtoro, pisang Sapi, kambing, Ternak ayam Rumah, kandang Lain-lain Gambar 9. Transek Desa Kedungkerep, Kecamatan Modo, Kab. Lamongan Tanaman Tahunan
-
6. Teknik Budidaya Tembakau a. Jenis Tembakau Jenis dan luas penanaman tembakau mencapai 5.594,35 Ha yang meliputi tembakau Virginia 2.723,15 Ha (49%) dan tembakau Jawa 2.871,20 Ha (51%). Tembakau Virginia terdapat 4 varietas yang biasa ditanam oleh petani yaitu varietas 15, varietas DB, varietas BAT, varietas Paiton. Untuk tembakau rakyat (Jawa) terdapat 2 varietas yaitu varietas Manila dan varietas Jinten. Tembakau virginia varietas 15 dan varietas DB banyak ditanam petani, sedangkan tembakau Jawa yang banyak ditanam adalah varietas Manila. Tabel 1. Jenis, varietas, luas dan produktivitas tembakau di sentra Kabupaten Lamongan Jenis Produktivitas No. Varietas Luas (Ha) tembakau (kg/Ha) 1. Virginia 15 2.571 10.400 DB 124,15 700 - 1.600 BAT 14 700 - 1.600 244
produksi tembakau Keterangan Daun basah Rajangan Rajangan
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
No.
Jenis tembakau
Jumlah 2. Rakyat (Jawa)
Varietas
Luas (Ha)
Paiton
14 2.723,15 2.834,20 37,00 2.871,20 5.594,35
Manila Jinten
Jumlah Total Sumber: Diperta Lamongan (2007)
Juni, 2013
Produktivitas (kg/Ha) 2.000
Rajangan
5.000 - 6.000 5.000
Daun basah Daun basah
Keterangan
Beberapa alasan petani dalam menanam jenis tembakau Virginia dan tembakau Jawa varietas tertentu, antara lain : (a) jenis tembakau tersebut cocok tumbuh di jenis tanah tertentu, (b) hasil dan mutunya cukup baik, (c) mempunyai rendemen tinggi, (d) warna daun cerah dan tebal, dan (e) tembakau jenis tersebut telah disiapkan oleh pihak pabrikan dalam kemitraan. b. Tanah Tekstur tanah yang terbaik untuk tembakau adalah lempung berpasir, pasir berlempung atau liat berpasir. Tanah-tanah tersebut mempunyai proporsi udara dan air tanah yang optimum bagi pertumbuhan akar tembakau virginia. Pada umumnya tanah berpasir yang ringan cenderung menghasilkan daun yang tipis dan berwarna kuning, ringan dan beraroma lemah, hasil dan mutu rendah karena sering terjadi kekeringan. Pada tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi menghasilkan daun tebal, berat, dan berminyak, mutu rendah karena kandungan N daun terlalu tinggi, pengolahan tanah sulit, aerasi sulit, dan sering tergenang bila hujan, sedangkan pH tanah yang baik pada kisaran pH 5,0 - 6,0. Kecamatan Bluluk, Ngimbang, Sambeng dan Modo mempunyai jenis tanah Grumosol dengan ciri kandungan liatnya cukup tinggi (lebih dari 30%), mempunyai sifat mengembang dan mengerut (sifat vertik), bila keadaan kering, tanah akan mengerut, pecah-pecah dan keras, dan keadaan basah akan mengembang dan llengket. c. Pembibitan Bibit tembakau yang berasal dari tembakau yang mempunyai pertumbuhan baik, diambil bunga yang telah tua dan dikeringkan. Pembibitan dilakukan di lahan dekat pengairan dengan mendeder biji tembakau dan disiram sercara intensif. Bibit yang siap dipindah tanam ke lapang berumur 1 bulan dengan tinggi tanaman sekitar 10 cm – 15 cm dan mempunyai 4 daun. Bibit tersebut digunakan sendiri atau dijual ke petani tembakau lainnya. Harga jual per 1.000 bibit antara Rp. 15.000,- sampai dengan Rp. 35.000,-
245
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
d. Penanaman Buatlah guludan berukuran lebar 60 cm dan panjang sesuai kondisi lahannya dengan lebar selokan 50 cm. Jarak tanam 40 cm x 40 cm dengan 2 baris tanaman dalam guludan (double row). Untuk penanaman tembakau secara triple row (3 baris tanaman dalam guludan), maka lebar guludan 120 cm dan lebar selokan 50 cm. Jarak tanam 40 cm x 30 cm. Guludan diberi lubang dengan cara tugal sesuai jarak tanamnya, kemudian diberi pupuk dasar yaitu pupuk Ponska dan NPK. Selanjutnya bibit tembakau berumur 1 bulan ditanam dalam lubang tugal, kemudian ditutup dengan campuran air dan lumpur yang tujuannya agar menjadi padat sehingga mengurangi terjadinya penguapan sekitar tanaman. Penyulaman dilakukan 2 kali, yaitu tanaman berumur 1 minggu dan tanaman berumur 2 minggu. e.
Pemupukan Pemupukan pada tanaman tembakau Virginia menggunakan pupuk ZA, Ponska dan NPK dengan kualitas daun yang diinginkan berwarna kuning, sedangkan pemupukan pada tembakau Jawa menggunakan pupuk Urea, ZA, Ponska dan NPK dengan kualitas daun berwarna gelap. Penggunaan pupuk Urea menyebabkan daun tembakau menjadi lebih subur namun kualitas daun menjadi rendah. Jenis, dosis dan waktu pemupukan yang diterapkan petani cukup beragam (Tabel 34). Tabel 2. Jenis, dosis dan waktu pemupukan pada tembakau Virginia Pemupukan Waktu Jenis Pupuk Jumlah (kg/.ha) Pemupukan I 30 hst ZA 200 Urea 100 Ponska 75 NPK 50 Pemupukan II 45 hst ZA 400 Urea 200 Ponska 150 NPK 100 Pemupukan III 65 hst ZA 400 Urea 200 Ponska 150 NPK 100 Tabel 3. Jenis, dosis dan waktu pemupukan pada tembakau Jawa Pemupukan Waktu Jenis Pupuk Jumlah (kg/.ha) Pemupukan I Sebelum tanam NPK 40 Pemupukan II 10 hst Urea 100 Pemupukan III 20 hst Urea 100 ZA 100 Pemupukan IV 30 hst Urea 100 ZA 100 Pemupukan V 40 hst Urea 100 ZA 100 246
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Cara pemupukan yaitu : semua jenis pupuk dicampur sesuai dosis dan waktu pemberiannya, kemudian setiap 0,5 kg campuran pupuk dilarutkan dalam 25 liter air. Sekitar 0,25 liter larutan pupuk tersebut disiramkan pada setiap tanaman tembakau secara kocor. f. Pembubunan dan Penyiangan Frekuensi penyiangan didasarkan pada populasi gulma di pertanaman tembakau. Umumnya pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan yaitu pada umur 15 hst (hari setelah tanam). Kemudian penyiangan berikutnya dilakukan setalah tanaman berumur 30 hst, 45 hst dan 60 hst. g. Pengairan Pengairan dilaksanakan dengan sistem lep atau kocor dengan melihat kondisi pertanaman dan tanah serta iklim saat itu. Sistem pengairan dengan lep dilakukan 12 kali selama masa pertumbuhan tanaman dan biasanya setelah tanaman tembakau telah berumur 2 bulan, sedangkan pengairan dengan sistem kocor dimulai pada umur 1-5 hst dengan cara menyiram setiap hari, kemudian pada umur 6-60 hst dilakukan penyiraman secara kocor 2 kali setiap minggunya. h. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit utama yang sering ditemui dalam pertanaman tembakau yaitu penyakit kerdil, penyakit layu, Thrips (indrak), kutu putih (Bemisia tabacci), wereng (Myzus persicae), Aphis dan ulat daun. Pada umumnya dalam menanggulangi penyakit dan hama tersebut menggunakan pestisida Gusadrin, Azodrin, Lannate, dan Dursban. i. Panen Panen dilakukan secara bergotong royong, yaitu memetik daun secara bertahap sesuai dengan klasifikasi daun bawah, daun tengah dan daun atas dalam waktu serta harga yang berbeda. Frekuensi pemetikan daun tembakau Virginia lebih banyak (Tabel 35), sedangkan frekuensi pemetikan daun tembakau Jawa lebih sedikit (Tabel 36). Hasil petikan panen daun dipisahkan sesuai dengan klasifikasinya karena mempunyai mutu dan nilai jual yang berbeda pula. Tabel 4. Skema pemetikan dan pewiwilan serta klasifikasi daun tembakau Virginia berdasar posisi pada batang Kegiatan Umur Jumlah Harga Klasifikasi (hari) daun/batang (Rp/kg) Petik 9 175 6 2.000 (Kerosok) DP Petik 8 165 4 16.000 (kerosok) DPMA Petik 7 158 3-4 17.000 (kerosok) DMA Wiwil 5 151 Petik 6 144 3-4 20.000 (kerosok) DMA 247
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Wiwil 4 137 Petik 5 130 Wiwil 3 123 Petik 4 116 Wiwil 2 109 Petik 3 102 Wiwil 1 95 Petik 2 85 Petik 1 75 Keterangan : DT : Daun Tanah DK : Daun Kaki DMP : Daun Madya Pertama DMA : Daun Madya Atas DP : Daun Pucuk Pangkas bunga umur 90 hari
3-4 3-4 3 2-3 2-3
18.000 (kerosok) 12.000 (kerosok) 10.000 (kerosok) 2.000 (daun hijau) 1.000 (daun hijau)
DMP DMP DMP DK DT
Pangkas bunga tembakau Virginia dilakukan pada umur 85 hari. Tunas ketiak berpotensi tumbuh sampai 3 kali sehingga dilakukan pewiwilan 15 hari sekali yaitu seminggu sebelum pemetikan daun. Pemetikan daun pada tembakau Virginia sampai 5 kali, sehingga dilakukan pewiwilan sebanyak 5 kali juga. Tabel 5. Skema pemetikan dan pewiwilan serta klasifikasi daun tembakau Jawa berdasar posisi pada batang Kegiatan Umur Jumlah Harga Klasifikasi (hari) daun/batang (Rp/kg) Petik 3 116 9 17.000 DMA (rajangan kering) Petik 2 109 6-7 14.000 DMP (rajangan kering) Wiwil 2 102 Petik 1 95 4 10.000 (kerosok) DK Wiwil 1 90 Keterangan : DK : Daun Kaki DMP : Daun Madya Pertama DMA : Daun Madya Atas Pangkas bunga umur 75 hari Pangkas bunga tembakau Jawa dilakukan pada umur 70 hari. Tunas ketiak berpotensi tumbuh sampai 2-3 kali dan dilakukan pewiwilan sebelum pemetikan daun. Pemetikan daun hanya 3 kali, sedangkan pewiwilan hanya 2 kali. KESIMPULAN Sentra produksi tembakau di Kabupaten Lamongan antara lain berada di Kecamatan Sambeng, Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Bluluk dan Kecamatan Modo dan merupakan lokasi penelitian tembakau. Kontribusi terhadap produksi tembakau 248
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
virginia dan tembakau jawa di Kecamatan Modo mencapai 20,06% dari total produksi, Kecamatan Sambeng sebesar 14,98% dari total produksi, Kecamatan Ngimbang sebesar 10,81% dari total produksi dan Kecamatan Bluluk sebesar 8,21% dari total produksi. V. DAFTAR PUSTAKA Balittas, 1997. Tembakau Virginia Buku 1. Monograf Balittas No. 3. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat Malang. 76 p. ----------, 1998. Tembakau Virginia Buku 2. Monograf Balittas No. 3. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat Malang. 60 p. BPS Kab. Lamongan. 2007. Lamongan Dalam Angka 2007. Badan Pusat Satistik Cabang Diperta Kec. Modo. 2007. Program Kerja Cabang Dinas Pertanian dan Kehutanan. Pemerintah Kabupaten Lamongan, Kecamatan Modo Cabang Diperta Kec. Ngimbang. 2009. Programa Penyuluhan Pertanian Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Ngimbang Tahun 2010. Pemerintah Kabupaten Lamongan, Kecamatan Ngimbang.
Cabang Diperta Kec. Sambeng. 2009. Program Kerja Cabang Dinas Pertanian dan Kehutanan Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan. Diperta Lamongan. 2007. Laporan Tahunan 2007. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kebupaten Lamongan Pemkab. Lamongan. 2008. Laporan Akhir penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian (Pemetaan Industri Tembakau Kab. Lamongan). Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan, Sekretariat Daerah. 140 hal.
249