RENCANA PENGEMBANGAN
KER A JINAN NA SIONAL
2015-2019
RENCANA PENGEMBANGAN KERAJINAN NASIONAL 2015-2019
Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
i
Dionisius Ardiyanto Narjoko Titik Anas Haryo Aswicahyono
PT. REPUBLIK SOLUSI
RENCANA PENGEMBANGAN KERAJINAN NASIONAL 2015-2019
Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif: Penasihat Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Pengarah Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kemenparekraf Ahman Sya, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya Cokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan Penanggung Jawab Mumus Muslim, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya Watie Moerany S, Direktur Pengembangan Seni Rupa Yuke Sri Rahayu, KasubditTata Usaha - Pengembangan Seni Rupa Tim Studi Dionisius Ardiyanto Narjoko Titik Anas Haryo Aswicahyono ISBN 978-602-72367-4-5 Tim Desain Buku RURU Corps (www.rurucorps.com) Yosifinah Rachman Farly Putra Pratama Sari Kusmaranti Subagiyo Penerbit PT. Republik Solusi Cetakan Pertama, Maret 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
v
Terima kasih kepada narasumber dan peserta Focus Group Discussion (FGD): Adhi Nugraha (Dosen KriyaFSRD ITB) I Wayan Seriyoga Parta (Kurator/Dosen Anika Widiana (STIE Prasetiya Mulya) Universitas Negeri Gorontalo) Antin Sambodo (Seniman Keramik – Jinjit Dr. Kahfiati Kahdar (Head Of Craft Pottery) Department/Dosen FRSD ITB) Ari Anindya H. (Kemenkop & UKM) Ir. Kirono Arundatie, MM (Daty handicraft) Asmojo Jono Irianto (Dosen Kriya FSRD Drs. Ponimin, M.Hum (Seniman Keramik/ ITB) Dosen Universitas Negeri Malang) Bambang Irianto (ditjen IKM Wil 3) Pranandang Adi L. (Ditjen IKM) Basuki Antariksa (Peneliti Ekonomi Kreatif R. Rizky A. Adiwilaga (Bandung Creative City Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif ) Forum) Budi Prasodjo (Kemenko Perekonomian) R. Setyo Aji (Pengurus PEKALRLIN) Dinny Jusuf (Toraja Melo) Siti Alfisahrah (Kemenkop & UKM) Emmy Soebagyo (Nendo / Batik Bogor) Thamrin Bustami (ASEPHI Jakarta) F. Widayanto (Seniman Keramik) Timbul Raharjo (Dosen Kriya ISI Yogyakarta) Frida Adyasari (Ditjen PDN Kemenko) Uke Kurniawan (Batik Banten) Harry Purwanto (PT. Artura Insanindo/ William Kwan (Peneliti/Pemerhati Batik) Penggagas Kegiatan Indonesian Contemporary Yuyun Sriwahyuni (Rizqi Batik Tasikmalaya) Art & Design) Yusuf Susilo Hartono (Majalah Galeri)
vi
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Kata Pengantar Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan berkat dan Rahmat-Nya maka dapat diselesaikan buku “Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025”. Dari buku ini diharapkan pembaca semakin mengenal tentang subsektor kerajinan di Indonesia dan mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengembangkannya. Buku ini merupakan bentuk pertanggungjawaban Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atas tugas, fungsi, dan kewenangannya dalam membantu Presiden Republik Indonesia untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan. Diharapkan melalui kementerian ini dapat membantu pelaku kreatif kerajinan untuk berkembang, kesejahteraannya meningkatkan dan karyanya bermanfaat bagi masyarakat luas. Dalam rangka pengembangan subsektor kerajinan, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membuat buku yang berisi rencana aksi jangka menengah untuk subsektor Kerajinan dari tahun 2015-2019. Buku in diharapkan mampu berikan gambaran lengkap tentang kerajinan di Indonesia dan juga arah mengenai perkembangan di lima tahun kedepan. Oleh karena itu, maka penulis memulai dengan memberikan pemahaman mengenai definisi dan sejarah kerajinan di Indonesia. Setelah itu dilanjutkan dengan pemaparan pelaku-pelaku dan proses pembuatan nilainya. Kemudian dijelaskan juga kondisi pasarnya serta kesempatan dan tantangan yang ada. Bagian terakhir yang berguna untuk para pengambil kebijakan, adalah visi, misi, dan tujuan dari susbsektor kerajinan di Indonesia. Kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan buku ini, dimulai dari akademisi, pelaku kreatif kerajinan, komunitas, media, hingga perwakilan kementerian terkait lainnya yang aktif berkontribusi dalam penyelengaraan diskusi kelompok, pencarian data hingga penyajian penulisannya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Jakarta, September 2014. Salam Kreatif,
Mari Elka Pangestu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
vii
Daftar Isi Kata Pengantar...................................................................................................................vii Daftar Isi.............................................................................................................................. viii Daftar Gambar.....................................................................................................................xi Daftar Tabel.........................................................................................................................xii Ringkasan Eksekutif..........................................................................................................xiii BAB 1 PERKEMBANGAN SUBSEKTOR KERAJINAN DI INDONESIA...........................3 1.1 Definisi Dan Ruang Lingkup Subsektor Kerajinan.........................................................4 1.1.1 Definisi Subsektor Kerajinan....................................................................................4 1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Subsektor Kerajinan................................................8 1.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan..............................................................10 1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan Dunia..........................................10 1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan Indonesia....................................16 BAB 2 EKOSISTEM DAN RUANG LINGKUP INDUSTRI SUBSEKTOR KERAJINAN INDONESIA.......................................................................................................................... 27 2.1 Ekosistem Subsektor Kerajinan..........................................................................................28 2.1.1 Definisi Ekosistem.....................................................................................................28 2.1.2 Peta Ekosistem Kerajinan..........................................................................................28 2.2 Peta dan Ruang lingkup Industri Kerajinan.......................................................................38 2.2.1 Peta Industri Kerajinan..............................................................................................38 2.2.2 Ruang Lingkup Industri Kerajinan............................................................................40 2.2.3 Model Bisnis di Industri Kerajinan............................................................................47 BAB 3 KONDISI UMUM SUBSEKTOR KERAJINAN DI INDONESIA...............................49 3.1 Kontribusi Ekonomi Subsektor..........................................................................................50 3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)................................................................. 52 3.1.2 Berbasis KetenagaKerjaan.........................................................................................53 3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan..................................................................................54 3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga..........................................................................55 3.2 Kebijakan Pengembangan Subsektor..................................................................................56
viii
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
3.3 Struktur Pasar Subsektor....................................................................................................57 3.4 Daya Saing Subsektor........................................................................................................58 3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Subsektor.........................................................59 BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN SUBSEKTOR KERAJINAN DI INDONESIA.................65 4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015-2019...........................................66 4.2 Visi, Misi, Tujuan Pengembangan Kerajinan......................................................................67 4.2.1 Visi Pengembangan Kerajinan...................................................................................67 4.2.2 Misi Pengembangan Kerajinan................................................................................. 69 4.2.3 Tujuan Pengembangan Kerajinan............................................................................. 70 4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis pencapaian Pengembangan Kerajinan.................................71 4.4 Arah kebijakan Pengembangan Kerajinan..........................................................................74 4.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Pelaku Kreatif Subsektor Kerajinan yang Berdaya Saing dan Mampu Mengangkat Potensi Kekayaan Lokal...................................................74 4.4.2 Arah Kebijakan Perlindungan, Pengembangan, Dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Dan Budaya Bagi Kerajinan Secara Berkelanjutan...........................................74 4.4.3 Arah Kebijakan Penciptaan Industri Kerajinan Yang Berkembang Secara Optimal dan Berkualitas........................................................................................................ 74 4.4.4 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Pembiayaan Bagi Proses Kreasi Kerajinan yang Transparan, Mudah Diakses dan Bersaing................................................................ 74 4.4.5 Arah Kebijakan Penciptaan Industri Kerajinan yang Mampu Menjawab Kebutuhan dari Pasar Domestik dan Internasional..................................................................... 74 4.4.6 Arah Kebijakan Penciptaan Infrastruktur dan Teknologi yang Mendukung Pelaku Kerajinan Untuk Maju dan Berkembang..................................................................75 4.4.7 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan Yang Menghargai Proses Kreatif dari Setiap Produk Kerajinan...........................................................................................75 4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Kerajinan........................................................ 75 4.5.1 Meningkatnya Kuantitas Dan Kualitas Pendidikan Yang Mendukung Penciptaan Kerajinan................................................................................................................. 75 4.5.2 Meningkatnya Kuantitas Dan Kualitas Sumber Daya Manusia Pelaku Dan Pendukung Kerajinan...............................................................................................75 4.5.3 Tersedianya Materi Bahan Mentah Dan Sumber Budaya Lokal Bagi Kerajinan, Yang Terpercaya, Mudah Dan Cepat Di Akses ....................................................... 76 4.5.4 Meningkatnya Wirasusahawan Kreatif Kerajinan Yang Mampu Mengembangkan Produk Sesuai Dengan Kondisi Lokal Dan Internasional........................................ 76 4.5.5 Meningkatnya Kualitas Dan Kuantitas Usaha-Usaha Kerajinan Di Berbagai Daerah.....................................................................................................................76 4.5.6 Terciptanya Karya Kerajinan Yang Beragam Dan Berkualitas................................... 76
ix
4.5.7 Meningkatnya Ketersediaan Pembiayaan Bagi Proses Kreasi Kerajinan Yang Transparan, Mudah Diakses Dan Bersaing............................................................... 77 4.5.8 Meningkatkan Akses Pasar Produk Kerajinan Di Pasar Domestik Dan Internasional............................................................................................................77 4.5.9 Meningkatnya Ketersediaan Jaringan Telematika, Logistik Yang Mendukung Pengembangan Kerajinan.........................................................................................77 4.5.10 Meningkatnya Penerapan Teknologi Produksi Yang Optimal Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Barang Kerajinan Yang Berkualitas Dan Beragam.......77 4.5.11 Meningkatnya Partisipasi Aktif Pemegang Kepentingan Dalam Pengembangan Kerajinan Yang Berkualitas Dan Berkelanjutan........................................................ 78 4.5.12 Meningkatkan Pemahaman Aspek-Aspek Hukum Terkait Ekonomi Kreatif Dan Hak Kekayaan Intelektual Serta Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Kreatif .....................................................................................................................78 4.5.13 Meningkatkan Iklim Usaha Yang Kondusif Bagi Pelaku Kreatif Sub Sektor Kerajinan................................................................................................................. 78 4.5.14 Meningkatnya Apresiasi Kepada Orang Pelaku Kerajinan Dan Karya Kreatif Mereka.....................................................................................................................78 BAB 5 PENUTUP................................................................................................................... 81 5.1 Kesimpulan.......................................................................................................................82 5.1 Saran.................................................................................................................................86 LAMPIRAN............................................................................................................................ 89
x
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Daftar Gambar Gambar 1‑1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Subsektor Kerajinan.......................9 Gambar 1‑2 Sejarah Perkembangan Kerajinan........................................................................25 Gambar 2‑1 Peta Ekosistem Subsektor Kerajinan....................................................................30 Gambar 2‑2 Proses Kreasi Subsektor Kerajinan.......................................................................31 Gambar 2‑3 Proses Produksi Kerajinan...................................................................................32 Gambar 2‑4 Proses Distribusi Kerajinan................................................................................ 33 Gambar 2‑5 Proses Promosi Kerajinan....................................................................................34 Gambar 2‑6 Lingkungan Pengembangan Kerajinan................................................................35 Gambar 2‑7 Kegiatan Apresiasi Sub Sektor Kerajinan............................................................ 35 Gambar 2‑8 Kegiatan Pendidikan Subsektor Kerajinan............................................................36 Gambar 2‑9 Pasarnya Barang Kerajinan Di Indonesia............................................................ 37 Gambar 2‑10 Proses Pengarsipan Dokumentasi Kerajinan......................................................38 Gambar 2‑11 Peta Industri Kerajinan......................................................................................39 Gambar 3-1 Kinerja Daya Saing Subsektor Kerajinan Saat Ini................................................58
xi
Daftar Tabel Tabel 2‑1 KBLI Subsektor Kerajinan dalam KBLI 2009......................................................... 40 Tabel 3‑1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan ...............................................................50 Tabel 3‑2 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis PDB Tahun 2010-2013 ........... 53 Tabel 3‑3 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Ketenagakerjaan Tahun 2010-2013.............................................................................................................. 54 Tabel 3‑4 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Aktivitas Usaha Tahun 2010-2013 ..............................................................................................................55 Tabel 3‑5 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Konsumsi Rumah Tangga Tahun 2010-2013 .......................................................................................56 Tabel 3‑6 Potensi dan Permasalahan Penembangan Subsektor Kerajinan ................................ 59 Tabel 4‑1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Kerajinan 2015 - 2019................... 68
xii
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Ringkasan Eksekutif Dokumen rencana aksi jangka menengah kerajinan 2015-2019 disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran secara utuh mengenai kondisi subsektor kerajinan saat dokumen ini dibuat dan juga memberikan arahan perkembangannya dalam konteks ekonomi kreatif di Indonesia. Dokumen ini dibagi menjadi empat bagian besar. Pada bagian pertama, dimulai dengan pemaparan mengenai pemahaman mengenai Kerajinan di Indonesia. Disini dipaparkan pengertian kerajinan secara konseptual serta seberapa luas yang dimaksud dengan kerajinan yang akan dibahas dalam dokumen ini. Selanjutnya, dibagian pertama juga dijelaskan sejarah perkembangan kerajinan di dunia dan Indonesia, serta titik-titik penting dalam sejarah tersebut bagi dunia kerajinan. Di bagian kedua, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai lingkungan ekosistem di subsektor kerajinan. Pada bagian ini, dijelaskan mengenai pihak-pihak yang dan, apa perannya dan juga apa yang dihasilkannya. Secara sederhana, interaksi berbagai pihak dalam subsektor kerajinan dapat dibagi menjadi empat lingkungan; yaitu lingkungan pembuatan nilai kreatif, pasar, arsip serta, dan lingkungan pengembangan. Setelah itu, pada bagian kedua ini juga dijelaskan pihakpihak usaha lain yang terkait dalam hubungan perekonomian. Disini terlihat bahwa subsektor kerajinan bisa terpengaruh dan memberikan pengaruh kepada usaha lain. Selajutnya di bagian ketiga, dipaparkan mengenai kondisi subsektor kerajinan jika dilihat dari indikator ekonomi serta kebijakan yang mempengaruhinya. Dimulai dengan faktanya bahwa struktur pasar untuk subsektor kerajinan merupakan berbentuk monopolistik. Lalu terlihat bahwa kerajinan merupakan penyumbang penerimaan domestik bruto ketiga terbesar setelah kuliner dan mode. Lalu kerajinan juga mampu memberikan penghidupan melalui penyerapan tenaga kerja yang besar juga. Dari sisi aktivitas perusahaan, kerajinan juga bisa menyediakan usaha-usaha di Indonesia, walaupun terlihat pertumbuhannya yang melambat. Dan terakhir terlihat bahwa konsumsi rumah tangga saat ini akan produk-produk kerajinan menjadi melambat. Pada bagian ini juga terlihat daya saing subsektor kerajinan di Indonesia yang masih berjuang menjawab tantangan serta meraih potensi di waktu yang bersamaan. Secara keseluruhan subsektor ini dirasakan belum optimal bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, khususnya di area kualitas produk dan sumberdaya orang kreatifnya. Oleh karena itu, di bagian ke-empat dipaparkan visi, misi, tujuan serta sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019. Visi yang akan dituju oleh subsektor kerajinan yaitu agar mampu bersaing di tingkat internasional dengan tetap memberikan kontribusi bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini kemudian diterjemahkan kedalam tiga misi besar, tujuh tujuan, serta 14 sasaran strategis yang kemudian di jabarkan kedalam berbagai rencana aksi. Sehingga harapannya melalui dokumen ini dapat menghantarkan kemajuan kepada subsektor kerajinan secara khusus, dan secara umumnya mampu memberikan arahan yang jelas dalam mengembangkan kegiatan ekonomi kreatif di Indonesia.
xiii
If you fail to plan, you are planning to fail.
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
PERIKLANAN 2015-2019
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
TV & RADIO 2015-2019
VIDEO 2015-2019
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
TEKNOLOGI INFORMASI 2015-2019
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
SENI RUPA 2015-2019
PENERBITAN 2015-2019
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
SENI PERTUNJUKAN 2015-2019
17
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
16
MUSIK 2015-2019
15
18
PENELITIAN & PENGEMBANGAN 2015-2019
PERFILMAN 2015-2019
14
KULINER 2015-2019
10
KERAJINAN 2015-2019
ARSITEKTUR 2015-2019
09
12 08
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
11
ARSITEKTUR 2015-2019
06 05 04
“ KEKUATAN BARU INDONESIA MENUJU 2025
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
xiv
“ Benjamin Franklin
xv
2
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
BAB 1 Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
BAB 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
3
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Subsektor Kerajinan Pemahaman kerajinan sebagai salah satu subsektor dalam ekonomi kreatif adalah penting, karena kerajinan berbasis kepada ide dari daya kreativitas seseorang akan pengetahuan, warisan budaya, dan juga teknologi yang diketahuinya. Untuk kerajinan sendiri, mayoritas kreativitasnya berbasis budaya. Ketika kerajinan bisa menghasilkan keluaran (output) dari pemanfaatan kreativitas, keahlian, dan bakat individu untuk menciptakan nilai tambah, lapangan kerja, dan juga kualitas hidup yang lebih baik, maka bisa dikatakan ia telah menjadi bagian dari industri kreatif. Dimana ia akan memiliki peran yang penting dalam ekonomi kreatif karena mampu menggerakan sektor-sektor lainnya yang berkaitan. Untuk dapat mengembangkan kerajinan sebagai salah satu subsektor dalam ekonomi kreatif, maka pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup subsektor ini adalah mutlak. Berangkat dari pemahaman definisi serta ruang lingkup, maka proses selanjutnya untuk melakukan pemetaan dan perencanaan perkembangan subsektor ini pun akan menjadi lebih baik dan jelas arahnya. Tetapi proses pemahaman ini mendapat tantangan tersendiri, yaitu pemahaman kerajinan yang kontekstual dengan ekonomi kreatif. Di satu sisi kerajinan dilihat sebagai sebuah kreativitas dengan basis seni dan budaya. Di sisi lain, ada sudut pandang tentang kerajinan dari sisi ekonomi dan industri kreatif. Hal ini bukan berarti pemahaman yang satu akan lebih baik dari yang lain. Pemahaman kerajinan dari sisi seni dan budaya pun bisa berbeda-beda. Apa yang dipahami sebagai kerajinan pada satu masyarakat bisa berbeda dengan masyarakat lainnya. Selain itu, sejarah juga berperan dalam membentuk definisi sebuah kerajinan. Peristiwa-perisitiwa penting yang terjadi di suatu masyarakat akan membentuk proses kreatif yang berbeda jika kita tarik di skala negaranegara yang memiliki latar belakang budaya dan sejarah yang berbeda-beda. Pada sisi ekonomi dan industri kreatif, pemahaman kerajinan lebih menekankan pada proses kreasi nilai. Nilai disini diartikan bahwa kerajinan itu dihasilkan dengan memiliki kegunaan/ fungsi dalam kehidupan sehari-hari dan juga memberikan manfaat ekonomis bagi pembuat atau penciptanya. Lebih jauh lagi, seperti disebutkan di atas, nilai dari industri kerajinan akan terlihat dari penciptaan pekerjaan dan peningkatan taraf hidup individu-individu yang terkait. Menyadari adanya dua sudut pandang akan kerajinan, dan melihat keperluan akan pentingnya pembuatan dokumen pengembangan dan rencana jangka menengah subsektor ini, maka kita perlu menentukan definisi dan ruang lingkupnya dengan menyesuaikan kepada budaya serta proses pembuatan nilai untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Diharapkan dengan pemahaman definisi dan ruang lingkup yang kontekstual ini, maka potensi dan pengembangan subsektor kerajinan dapat semakin jelas menjaga tradisi akan produk kerajinan yang berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia.
1.1.1 Definisi Subsektor Kerajinan Pemahaman definisi dalam buku ini akan dibagi menjadi dua pendekatan. Dimulai dari pemahaman definisi etimologis, yaitu dengan memahami arti sebuah kata berdasarkan asal katanya. Hal ini dilakukan dengan menelusuri perubahan bentuk dan makna kata seiring berjalannya waktu. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembahasan definisi secara konseptual. Di bagian ini kita akan melihat kerajinan sesuai dengan teori-teori yang berkaitan dengan kerajinan. Kemudian ditutup dengan kesimpulan definisi tentang subsektor kerajinan.
4
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Jika kita lihat padanan kata “kerajinan” dalam bahasa Inggris, maka akan kita temukan kata “craft”. Berasal dari kata cræft (bahasa Inggris kuno) yang merupakan serapan dari bahasa Jerman, kata ini memiliki arti “kekuasaan, kekuatan fisik, keahlian”. Hadir juga dalam bahasa Belanda, yaitu “kracht” dan juga bahasa Swedia “kraft” yang memilki arti “kekuatan”. Kata “craft” ini kemudian dalam bahasa Inggris berkembang dalam pemahamannya, yaitu dari “keahlian, seni, ilmu dan talenta”, hingga ke “perdagangan, kerajinan tangan, panggilan” dan “sesuatu yang dibuat atau dibangun”.1 Sekarang kita melihat asal kata kerajinan dalam bahasa Indonesia. Kata “kerajinan” berasal dari kata “rajin” yang berarti suka bekerja, getol, dan sungguh-sungguh bekerja. Ia mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an” yang kemudian menjadi kata benda yang berarti barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan seperti tikar, anyaman, gerabah, dan sebagainya. Selain itu, ada juga istilah yang sering dipakai untuk kata kerajinan, yaitu “kriya”. Kata ini memiliki arti pekerjaan (kerajinan) tangan.2 Dalam konteks asal kata di negara-negara Eropa dengan yang ada di Indonesia, bisa dikatakan bahwa kerajinan atau kriya memiliki pengertian yang mirip. Di Eropa, kerajinan dipahami sebagai sesuatu penguasaan keahlian dalam berkreasi. Sedangkan di Indonesia kerajinan dipahami bahwa sebagai suatu barang yang dihasilkan akibat proses pekerjaan yang terus menerus (menjadi semakin ahli dalam berkreasi). Dalam terjemahan kerajinan dan kriya masuk juga unsur kata ‘tangan’. Maksudnya ‘tangan’ di sini adalah sebagai simbol dari kerajinan manual. Lebih jauh lagi yaitu bahwa dalam perjalanan sejarah kreasi barang kerajinan, individu-individunya banyak yang mengerjakannya dengan menggunakan tenaga tangan. Tapi, seiring perkembangan zaman dan teknologi, tidak jarang individu tersebut juga menggunakan bantuan teknologi dan mesin dalam berkreasi barang kerajinan dan tidak melupakan koordinasi anggota tubuh yang lain (seperti mulut, kaki, dan lain-lain). Walaupun bisa dikatakan mirip, tetapi terdapat perbedaan mengenai pemahaman istilah kata ‘kerajinan’ dan ‘kriya’. Seni kriya berasal dari kata Sanskerta yaitu “kr” yang berarti ‘mengerjakan’ dan dari akar kata tersebut berubah menjadi karya, kriya, dan kerja. Menurut Haryono (seperti dikutip oleh Parta, 2009), kata kriya ini memiliki arti khusus yaitu mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni. Pemahaman ini senada dengan pendapat Gustami (1997) yang mengatakan bahwa seni kriya adalah karya seni yang unik, punya karakteristik di mana di dalamnya terkandung muatan-muatan nilai estetik, filosofis, dan sekaligus fungsional. Selanjutnya oleh Gustami dikatakan, bahwa dalam mewujudkan karya seni kriya ini didukung oleh craftmanship yang tinggi. Pemisahan kriya dengan kerajinan juga dapat dilihat dari sejarahnya, yaitu pada masa kerajaan. Kriya tumbuh dalam lingkungan istana, sedangkan kerajinan tumbuh pada lingkungan luar istana.3 Sebagai salah satu cabang seni rupa, seni kriya memiliki akar yang kuat, yaitu nilai tradisi yang bermutu tinggi. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu, para kriyawan dari keraton menghasilkan karya seni dengan ketekunan dan konsep filosofis tinggi. Sehingga memberikan legitimasi pada produk seni kriya zaman dahulu.4 (1) Online etimology dictionary, http://www.etymonline.com (2) Kamus Besar Bahasa Indonesia (online), http://kbbi.web.id/rajin ; http://kbbi.web.id/kriya (3) Pengertian Kriya, 2009, http://yogaparta.wordpress.com/2009/06/14/pengertian-seni-kriya/ (4) Seni kriya dan seni kerajinan dalam industri kreatif, Dr. Timbul Raharjo, M.Hum. 2010, http://timbulkasonganblog. blogspot.com/2010/03/seni-kriya-dan-seni-kerajinan-dalam.html
Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
5
Dengan beralihnya dari sistem kerajaan menjadi kenegaraan, maka perbedaan antara karya kriya dengan kerajinan menjadi semakin tidak berjarak. Hal ini terlihat dari segi kualitas, karya-karya kriya tradisi sudah banyak dibuat dan dipasarkan untuk memenuhi tuntutan pariwisata. Sedangkan kerajinan Indonesia banyak yang mendapatkan apresiasi baik di dalam negeri ataupun luar negeri dengan permintaan ekspornya. Dengan memiliki spesifikasi teknik, ide, dan pengerjaan yang tinggi, maka produk kerajinan di masyarakat sekarang lebih tepat dikatakan sebagai kriya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui organisasi untuk pendidikan, pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO), memiliki kerangka pemahaman sendiri tentang kerajinan. UNESCO memulai memahami kerajinan dari pengakuan arti pentingnya tentang “Intangible Cultural Heritage”. Organisasi ini mengakui bahwa istilah warisan kebudayaan tidak hanya terbatas pada obyek-obyek monumen dan koleksi barang, tetapi juga warisan dalam bentuk tradisi atau cara hidup (intangible/tidak berwujud) yang diwariskan oleh nenek moyang kita dan kemudian kita teruskan kepada generasi selanjutnya. Hal ini contohnya seperti: tradisi berkata-kata, seni pertunjukan, praktek sosial, ritual, acara-acara pesta, pengetahuan tentang alam semesta, dan pengetahuan dan keahlian untuk menghasilkan kerajinan tradisional. Selanjutnya, UNESCO melihat kerajinan dari pemahaman mengenai “traditional craftmanship” atau keahlian tradisional. Masih sejalan dengan perlindungan warisan budaya yang tidak berwujud, UNESCO melihat bahwa keahlian dalam pembuatan kerajinan adalah lebih penting dibanding barang hasil kerajinannya. Mereka merasa bahwa perlu ada usaha-usaha dalam mendorong para perajin untuk bisa meneruskan keahlian dan pengetahuan kerajinannya kepada orang lain (khususnya kepada anggota komunitasnya). Organisasi ini kemudian menjelaskan cara perajin mengekspresikan keahliannya, pengunaan barang-barang hasil kerajinan dan juga keahlian apa saja yang dibutuhkan. Seperti dikutip pada bagian berikut ini: “There are numerous expressions of traditional craftsmanship: tools; clothing and jewellery; costumes and props for festivals and performing arts; storage containers, objects used for storage, transport and shelter; decorative art and ritual objects; musical instruments and household utensils, and toys, both for amusement and education. Many of these objects are only intended to be used for a short time, such as those created for festival rites, while others may become heirloom that are passed from generation to generation. The skills involved in creating craft objects are as varied as the items themselves and range from delicate, detailed work such as producing paper votives to robust, rugged tasks like creating a sturdy basket or thick blanket.”5 Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa kreasi barang kerajinan memerlukan keahlian yang kompleks. Mereka (perajin) harus memahami bahan/media berkreasi, kegunaannya, jangka waktu penggunaan, serta tingkat kerumitan yang dituntut dalam berkreasi. Dan terakhir, UNESCO memandang kerajinan dari sudut pandang pembuatnya. Berdasarkan Simposium UNESCO/ITC di Manila, October 1997, organisasi ini mendefinisikan produk kerajinan, sebagai berikut: “Artisanal products are those produced by artisans, either completely by hand, or with the help of hand tools or even mechanical means, as long as the direct manual contribution of the artisan remains the most substantial component of the finished product. These are produced without restriction in terms of (5) Traditional Craftmanship, UNESCO, http://www.unesco.org/culture/ich/?pg=00057
6
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
quantity and using raw materials from sustainable resources. The special nature of artisanal products derives from their distinctive features, which can be utilitarian, aesthetic, artistic, creative, culturally attached, decorative, functional, traditional, religiously and socially symbolic and significant.”6 Dalam kutipan diatas, UNESCO menyebut individu yang menghasilkan barang kerajinan sebagai artisan. UNESCO tidak secara langsung mendefinisikan apa itu kerajinan, melainkan memberikan pengertian mengenai apa itu produk kerajinan. UNESCO menyatakan bahwa sebuah produk akan dianggap sebagai produk kerajinan jika kontribusi manual dari sang perajin masih merupakan komponen terbesar dalam produk akhirnya. Dikatakan juga bahwa hasil kerajinan tidak dibatasi secara jumlah dan bahan-bahan. Dengan tidak melupakan fitur unik dari produk kerajinan yaitu mulai dari berguna, indah, artistik, kreatif, berdasarkan budaya, dekoratif, fungsional, tradisional, hingga bersifat keagamaan dan bersifat sosial secara signifikan.
Logo UNESCO
Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (bahasa Inggris: United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, disingkat UNESCO) merupakan badan khusus PBB yang didirikan pada tahun 1945. Tujuan organisasi ini adalah mendukung perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antarnegara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan, peraturan hukum, hak asasi manusia, dan kebebasan hakiki. UNESCO memiliki anggota 191 negara. Organisasi ini bermarkas di Paris, Perancis, dengan 50 kantor wilayah serta beberapa institut dan pusat di seluruh dunia. UNESCO memiliki lima program utama yang disebarluaskan melalui: pendidikan, ilmu alam, ilmu sosial & manusia, budaya, serta komunikasi & informasi. Proyek yang disponsori oleh UNESCO termasuk program baca-tulis, teknis, dan pelatihan guru; program ilmu internasional; proyek sejarah regional dan budaya, promosi keragaman budaya; kerja sama persetujuan internasional untuk mengamankan warisan budaya dan alam serta memelihara HAM; dan mencoba untuk memperbaiki perbedaan digital dunia. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Pendidikan,_Keilmuan,_dan_Kebudayaan_PBB
Selain itu, Risatti (2007), dalam bukunya “A Theory of Craft” mendeskripsikan bahwa kerajinan memiliki fungsi pencampur nilai-nilai manusia dan cara berekspresi dengan melewati batas budaya, ruang, dan waktu. Risatti juga menambahkan bahwa kerajinan harus bisa mewakili perannya di masyarakat modern atau dia akan kalah dibandingkan seni dan desain, serta satusatunya pendekatan untuk memahami dunia akan hilang. (6) UNESCO, http://portal.unesco.org/culture/en/ev.php-URL_ID=35418&URL_DO=DO_TOPIC&URL_SECTION=201.html
Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
7
“Craft as uniquely blending function with a deeper expression of human values that transcend culture, time, and space. Craft must articulate a role for itself in contemporary society, says Risatti; otherwise it will be absorbed by fine art or design, and its singular approach to understanding the world will be lost.”7 Dengan mengacu pada pemahaman akar kata dan juga konseptual di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan sebagai kerajinan (kriya) adalah
“
Kerajinan (Kriya) merupakan bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga dari tematik produknya.
“
Sumber: Focus Group Discussion subsektor kerajinan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Mei—Juni 2014).
Kata kunci dari definisi tersebut adalah: 1. Seni rupa terapan adalah berupa bentuk gabungan dari berbagai aspek yang melingkupi seni, desain, dan kerajinan (kriya). 2. Warisan tradisi adalah sesuatu yang yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan. 3. Kontemporer adalah memiliki nilai kekinian dan adanya pengaruh modernisasi. 4. Fungsional adalah memiliki fungsi khusus dan memberikan solusi atas kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. 5. Dekoratif adalah memiliki efek dekorasi. 6. Material dan eksplorasi alat teknik adalah bahan baku yang digunakan serta teknik produksi dari bahan baku yang digunakan tersebut, misalnya: ukiran kayu; pahat logam; anyaman bambu, eceng gondok, atau tenun. 7. Tematik produk adalah jenis produk yang dihasilkan, misalnya: perhiasan, furniture, tekstil, produk dekorasi interior, table ware, dan sebagainya.
1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Subsektor Kerajinan Selanjutnya, dasar yang kuat atas pembahasan juga dimulai dengan pemahaman akan konteks atau ruang lingkup. Harapannya dengan pemahaman akan ruang lingkup maka akan memberikan batasan-batasan yang jelas akan fokus pengembangan kerajinan dalam konteks pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Subsektor kerajinan bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, bisa (7) Risatti, H., 2007., A Theory of Craft: Function and Aesthetic Expression,University of North Carolina Press.
8
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
dari materi yang digunakan, tematik produk, skala produksi dan pelaku kerajinan, hingga tujuan penciptaan kerajinan itu sendiri. Dalam perjalanan perkembangan kerajinan di Indonesia, subsektor ini bisa dipahami melalui beberapa sudut pandang, yaitu berdasarkan: jenis produk kerajinan, bentuk, pelaku, dan skala produksinya, dan bahan dan teknik pengerjaan dari produk kerajinan tersebut. Jika ditelaah lebih jauh maka pengelompokkan kerajinan dapat dijabarkan dibawah ini. Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Subsektor Kerajinan KERAJINAN BERDASARKAN JENIS PRODUK
BERDASARKAN PELAKUDAN SKALA
BERDASARKAN BENTUK PRODUK
BERDASARKAN JENIS BAHAN
BERDASARKAN TEKNIK
Ukir
Batu
Pahat
Limited Edition Craft
Relief
Kayu, Rotan
Rakit
Individual Craft
Lukisan Ukiran
Keramik
Cetak
Plastik
Pilin
Furniture/ Interior Product
Logam
Slabbing
Keris
Serat
Tenun
Perhiasaan
Kertas
Batik
Toys
Lainnya
Lainnya
2 Dimensi
Kerajinan Seni
3 Dimensi
Mass Craft Kerajinan Desain
Limited Edition Craft Busana Adat Individual Craft Kitchenware
Tableware
Glassware Fokus Pengembangan Kerajinan
1. Berdasarkan jenis produknya, maka kerajinan (kriya) dapat dibedakan menjadi art-craft dan craft-design. a. Art-craft (kerajinan (kriya)-seni), merupakan bentuk kerajinan yang banyak dipengaruhi oleh prinsip-prinsip seni. Tujuan penciptaannya salah satunya adalah sebagai wujud ekspresi pribadi.
Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
9
b. Craft-design (kerajinan (kriya)-desain), merupakan bentuk kerajinan (kriya) yang mengaplikasikan prinsip-prinsip desain dan fungsi dalam proses perancangan dan produksinya, dengan tujuan utamanya adalah pencapaian nilai komersial atau nilai ekonominya. 2. Berdasarkan bentuknya, dapat dibedakan menjadi bentuk dua dan tiga dimensi. Bentuk dua (2) dimensi, misalnya: karya ukir, relief, lukisan; sedangkan bentuk tiga (3) dimensi, misalnya: karya patung dan benda-benda fungsional (seperti keris, mebel, busana adat, perhiasan, mainan, kitchenware, glassware, tableware); 3. Berdasarkan pelaku dan skala produksinya, dapat dibedakan menjadi mass craft, limited edition craft dan individual craft. a. Handycraft/mass craft adalah kerajinan (kriya) yang diproduksi secara massal. Pelaku dalam kategori ini misalnya perajin (kriyawan) di industri kecil dan menengah (IKM) atau sentra kerajinan; b. Limited Edition Craft adalah kerajinan (kriya) yang diproduksi secara terbatas. Pelaku dalam kategori ini misalnya perajin (kriyawan) yang bekerja di studio/bengkel kerajinan (kriya). Dan yang terakhir; c. Individual Craft adalah kerajinan (kriya) yang diproduksi secara satuan (one of a kind). Pelaku dalam kategori ini misalnya: seniman perajin (artist craftman) di studio. 4. Berdasarkan bahan yang digunakan, meliputi: keramik, kertas, gelas, logam, serat, tekstil kayu dan sebagainya; dan 5. Berdasarkan teknik yang digunakan meliputi: teknik pahat (ukir), rakit, cetak, pilin, slabing (keramik), tenun, batik (tekstil); Berdasarkan penjelasan di atas dan dari hasil wawancara dengan beberapa pelaku usaha kerajinan, maka dapat disimpulkan bahwa fokus pengembangan kerajinan dalam konteks industri kreatif, meliputi: kerajinan seni (art-craft) dan juga kerajinan desain (craft-design).
1.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan 1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan Dunia Berbagai bukti menunjukkan bahwa industri kerajinan tangan memiliki sejarah yang panjang. Kerajinan muncul pertama kali di zaman batu. Pada zaman tersebut, berbagai peralatan hidup manusia mulai dari tombak untuk berburu binatang dan alat-alat masak seperti piring terbuat dari batu. Secara perlahan dan seiring kemajuan yang diperoleh manusia, maka mereka mulai memanfaatkan bahan-bahan alam seperti tanah liat, kayu, biji besi, tembaga, sutra, dan bulu-bulu binatang, serta serat tanaman. Oleh karena itu, industri kerajinan memiliki sejarah yang panjang dan berumur lebih dari 4000 tahun. Menurut para ahli, era Renaissance atau pembaharuan sangat berpengaruh bagi kesempurnaan seni kerajinan tangan. Di dunia Barat, sejarah mencatat bahwa perajin ini cenderung tinggal di daerah perkotaan dan membentuk asosiasi/perkumpulan. Mereka biasanya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan kelas sosial yang baik. Pendidikan tinggi tersebut dimiliki karena tuntutan profesi dan juga secara tetap melakukan kegiatan pertukaran barang. Berbeda dengan petani yang bisa memenuhi kebutuhan pokoknya secara sendiri, perajin harus bergantung pada pertukaran barang untuk kelangsungan hidupnya.
10
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Pada akhir abad ke-19, terjadi reformasi desain dan pergerakan sosial di Eropa, Amerika Utara dan juga Australia. Pergerakan ini juga mengakibatkan pergerakan di area seni dan kerajinan. Salah satu tokoh yang mendukung pergerakan ini yaitu William Morris dan John Ruskin yang berpendapat bahwa masyarakat Eropa di saat sebelum masa industri, telah mencapai taraf hidup yang memuaskan melalui proses kreatif dari produk kerajinan. Hal ini mereka bandingkan dengan pengaruh masa industri yang memberikan pengaruh kurang baik kepada hidup mereka. Bermula di tahun 1850-an, ketika sekelompok individu dari Universitas Oxford yaitu William Morris, Edward Burne-Jones, dan beberapa temannya dari Pembroke College (nantinya mereka dikenal sebagai Kelompok Birmingham) berkumpul dan membentuk visi mengenai keindahan dan sosial dari pergerakan seni dan kerajinan. Walaupun pada masa ini Morris bisa dikatakan tidak tertarik pada politik, tetapi ia dan kelompok Birmingham merasakan langsung masyarakat industri dan menggabungkan rasa cintanya terhadap karya literatur roman dari Tennyson, Keats dan Shelly dengan komitmen yang kuat akan reformasi sosial yang mendasar serta besar. Pada tahun 1855, kelompok ini menemukan sebuah artikel tulisan John Ruskin yang mengulas tentang seni dari Pre-Raphaelites (yaitu membedakan antara masa sebelum zaman industri yang memukau dengan masa budaya kontemporer yang kasar). Tanpa disadari, kelompok ini sudah membentuk persaudaraan yang memperjuangkan aktivitas-aktivitas literatur dan seni. Bahkan mereka memiliki istilah tersendiri atas aktivitasnya, yaitu ‘perang suci’ terhadap zaman (yang merusak seni) itu.
John Ruskin
William Morris
John Ruskin (8 February 1819–20 January 1900) adalah kritikus utama seni dari era victoria, ia juga dikenal sebagai penyokong seni, ahli menggambar, pelukis cat air, seorang pemikir sosial, dan dermawan. Ruskin menghasilkan berbagai macam karya tulis, mulai dari geologi, arsitektur, mitos, pendidikan, hingga ekonomi politik. Gaya penulisannya juga bervariasi, dari puisi, materi kuliah, pedoman perjalanan bahkan dongeng. Dalam semua karya-karya tulisnya, beliau menekankan pada hubungan antara alam, seni dan masyarakat. Dia juga membuat sektsa yang cukup rinci mengenai tanaman, burung-burung, pemandangan, struktur arsitek, dan juga barang hiasan. William Morris (24 March 1834–3 October 1896) adalah seorang perancang tekstil, penyair, penulis novel, penerjemah, dan juga aktivis yang mendukung paham sosialis. Sebagai kontributor utama dalam kebangkitan produksi seni tekstil tradisional dan metode produksi di Inggris, beliau tercatat dalam sejarah sebagai bagian dari pergerakan seni dan kerajinan. Memiliki latar belakang pendidikan tinggi sebagai arsitek, selanjutnya dia mendirikan perusahaan di bidang dekor interior dengan rekan-rekannya. Selain itu ia sukses dalam merancang karpet, wallpaper, mebel dan kaca patri untuk jendela-jendela. Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/John_Ruskin ; http://en.wikipedia.org/wiki/William_Morris
Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
11
Awalnya Morris & Burne-Jones akan bergabung kepada persaudaraan tersebut, tetapi mereka memilih berkarir dahulu, yaitu Morris sebagai arsitek dan Burne-Jones sebagai pelukis. Pada awal tahun 1856, Morris bergabung ke arsitek Gothic revival di G.E.Street, dan bertemu pada teman arsiteknya, Phillip Webb. Dari sinilah, mereka mulai mencoba-coba mengukir batu, kayu dan bordir, kerajinan dengan logam, dan konsep-konsep pencahayaan. Sedangkan Burne-Jones menjadi muridnya pelukis masa pre-Raphaelite, Gabriel Rossetti. Morris dan Burne-Jones kemudian di tahun 1856 pindah ke Bloomsbury. Disinilah kelompok Birmingham menulis artikel tentang politik di ranah seni untuk The Oxford and Cambridge Magazine, plus disini juga Morris memulai mendesain mebel dan interior. Prinsip radikal dari Morris saat itu adalah dirinya berperan serta dalam proses desain dan juga pembuatan dari seluruh produk mebel dan interiornya. Pendapat senada juga di luncurkan oleh Ruskin. Ia merasa bahwa pemisahan kegiatan intelektual desain dari kegiatan kreasi yang dilakukan secara manual/fisik adalah merusak tataran sosial dan keindahan. Oleh karena itu, Morris menyatakan bahwa dia perlu menguasai teknik dan material produksi baru kemudian melanjutkan ke pekerjaan di bengkelnya. Morris berpendapat bahwa tanpa martabat, maka pekerjaan kreatif yang dilakukan akan terputus dari kehidupan itu sendiri. Ide Morris ini terus menyebar pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Hasilnya, banyak asosiasi dan juga komunitas yang terbentuk dengan dasar pemikirian Morris. Di Inggris sendiri, antara tahun 1895-1905, telah berdiri organisasi seni dan kerajinan sebanyak 130 buah. Selain itu, di tahun 1885 Birmingham School of Art menjadi sekolah terkemuka untuk seni dan kerajinan. Dalam dunia pendidikan, bisa dikatakan bahwa ide-ide dari Morris telah diadopsi dan masuk ke dalam filosofi pendidikan di akhir tahun 1880-an. Pergerakan seni dan kerajinan ini pun menyebar ke Irlandia dan Skotlandia. Salah satu perajin yang terkenal dengan kerajinan kacanya adalah Harry Clarke dan Evie Hone. Kerajinan Kaca tersebut bisa dilihat dalam ornamen pada desain arstitek kapel Honan, di University College Cork. Motif yang mirip pun banyak terlihat pada karya kerajinan perak, permadani, ilustrasi di buku, dan juga mebel ukiran. Di Skotlandia, pergerakan ini juga terlihat pada hasil kerajinan kaca di tahun 1850-an dengan tokohnya James Ballantine. Karyanya menempati salah satu jendela di gereja Dunfermline Abbey dan juga di Katedral St.Giles di Edinburgh. Di Amerika Serikat, pergerakan seni dan kerajinan ini terasa pertama kali di Chicago pada tahun 1897. Para pekerja seni di Amerika Serikat sendiri berusaha untuk menyesuaikan pemahaman gaya seni dan kerajinan tersebut untuk negaranya. Ide-ide mengenai hal tersebut disebarkan melalui jurnal, koran, dan kuliah-kuliah umum ke masyarakat. Tindak lanjut konkrit dari penyebaran ide tersebut adalah sebuah pameran. Pameran The 1st American Arts & Crafts Exhibition berlangsung di Boston pada April 1897. Suksesnya pameran ini kemudian membuahkan satu asosiasi The Society of Arts and Crafts (SAC). Para pendirinya mengklaim bahwa mereka memiliki kepedulian di luar penjualan semata, dan menekankan kepada pengembangan perajin agar bisa menghasilkan kualitas desain dan karya. Pergerakan seni dan kerajinan ini juga menyebar ke negara-negara lain. Seperti di Belgia pada tahun 1890 terinspirasi gerakan di Inggris, maka kemudian beberapa seniman dan arsitek membentuk kelompok La Libre Esthetique. Lalu di Jerman, juga terbentuk asosiasi serupa pada tahun 1898. Di Austria, Finlandia, Hungaria, dan Islandia terlihat juga karya-karya yang terinspirasi pergerakan ini. Sampai di Jepang, di tahun 1920, Yanagi Soetsu juga menunjukkan minatnya pada ide-ide yang dicetuskan Morris dan Ruskin.
12
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Dari perjalanan di atas, bisa dilihat bahwa pada akhir abad ke-19 tersebut, di dunia Barat ada dua pendekatan kepada kerajinan. Pertama, yang dicetuskan oleh Ruskin & Morris, yaitu kerajinan tidak membutuhkan mesin dan penggunaannya hanya akan membuat penurunan kualitas hidup perajin dan masyarakat. Dan yang kedua, yang mengatakan bahwa mesin dapat memperbaiki kualitas karya dan perajinnya. Pada akhirnya, bahkan Morris bersikap rasional dan mengatakan bahwa selama mesin-mesin tersebut bisa meningkatkan kualitas karya dan kualitas hidup pembuatnya, maka ia bisa menerima. Hal ini bisa dipahami, karena ditakutkan dengan hadirnya mesin manufaktur pada area seni dan kerajinan, bisa mengurangi craftsmanship/ keahlian dari sang pembuat. Sejak revolusi industri, (1750-1850) kerajinan pun telah melewati perubahan struktural yang besar. Akibat adanya industri besar yang memiliki jumlah produksi massal, maka dengan sendirinya ada perajin yang membatasi pemasarannya pada segmen pasar yang tidak terlayani oleh industri besar. Segmen ini adalah kelompok konsumen yang tidak menginginkan barang produksi massal. Dampak lainnya adalah perajin sekarang juga memanfaatkan beberapa materi bahan produknya dari komponen atau material setengah jadi. Hal ini dilakukan untuk memenuhi perkembangan keinginan dari konsumennya. Istilah ‘kerajinan tangan’ pada masa itu dipahami memiliki dua arti. Pertama, sebagai sebuah produk dari usaha seorang seniman yang memerlukan pengetahuan khusus, mungkin pengetahuan teknikal dalam pengerjaannya atau peralatan khusus dalam memproduksinya, lalu mempekerjakan pekerja manual, dapat diakses oleh masyarakat umum, dan dibuat dari material yang diluar tradisi seperti keramik, kaca, kain, logam, dan kayu. Kedua, benda kerajinan tangan bisa dipahami menjadi barang seni. Hal ini khususnya ketika barang tersebut berada di museum atau dipajang di dalam rumah konsumennya.
Perajin kaca hias di Perancis Sumber: © Alexis Lecomte, Ministère de la Culture - France, http://www.unesco.org/culture/ich/?pg=00057
Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
13
Di Amerika Serikat (AS) industri ini mulai berkembang pesat pada tahun 1940-an. Walaupun faktanya masyarakat Amerika Serikat telah membuat dan menjual produk kerajinan tangan sejak lama, tetapi meningkatnya industri kerajinan tangan yang dikenal sekarang dimulai sejak berkembangnya industri pemasok barang-barang kerajinan di tahun 1940-an. Industri ini bermula di wilayah Barat AS yang kemudian dalam 10 tahun setelahnya mulai menyebar secara luas ke wilayah lain. Penyebaran ini juga disebabkan meningkatnya penjualan buku-buku teknis yang membahas mengenai cara pembuatan kerajinan tangan. Pada tahun 1960-an majalah yang menyasar perajin dan pelaku hobi, pertama kali diterbitkan. Selain itu, terbit juga majalah yang membahas tentang teknik kerajinan dan jenis-jenis seni baru, serta muncul buku tentang pola dan materi pasokan untuk kerajinan. Pada waktu yang sama, perhatian media menyoroti industri ini ketika penerbit dan produsen barang kerajinan dan hobi mulai marak melakukan pameran atas barang-barang kerajinannya. Perhatian secara nasional mulai tertarik kepada pameran dan ribuan perajin ketika proyek tentang cara membuat kerajinan muncul di acara televisi. Untuk membantu usaha para perajin maka dibentuklah asosiasi dan organisasi untuk kerajinan dan seni. Pada pertengahan tahun 1970-an, sebuah hasil survei nasional menunjukkan hasil bahwa 2 dari 3 orang Amerika Serikat telah berpartisipasi di bidang kerajinan dan seni, dan diperkirakan masih banyak lagi orang yang akan ikut membuat kerajinan. Di masa itu juga disaksikan banyak dibukanya toko-toko pasokan bahan-bahan kerajinan, penerbit yang menerbitkan buku-buku tentang kerajinan serta suksesnya majalah-majalah yang ditujukan bagi konsumen barang kerajinan. Awal 1980-an menjadi saksi bagaimana menjamurnya acara televisi mengenai kerajinan dan suksesnya penjualan boneka Cabbage Patch®. Kedua hal tersebut menambah perhatian kepada industri kerajinan. Alhasil, semakin banyak pameran seni dan kerajinan digelar. Selain itu, tokotoko yang menjual produk kerajinan juga banyak bermunculan, bahkan tidak jarang ada yang berumur pendek dan tutup. Saat inilah dirasakan bahwa perajin dan pemilik toko kerajinan membutuhkan pengetahuan akan pengelolaan sebuah bisnis agar sukses dan berkelanjutan. Di tahun 1979 terbitlah sebuah buku karangan Brabec, Creative Cash yang merupakan salah satu buku yang membahas topik mengenai cara menjual barang seni dan kerajinan. Buku ini dirasakan penting untuk para individu yang ingin mencapai sukses sebagai wiraswasta di bidang kerajinan.
Variasi boneka Cabbage Patch
14
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Cabbage Patch Kids adalah produk boneka yang diciptakan oleh mahasiswa seni Xavier Roberts di tahun 1978. Aslinya boneka ini bernama “ little people”. Boneka ini awalnya dibuat dari kain dan dijual pada pameran kerajinan lokal, yang selanjutnya dijual di Babyland General Hospital in Cleveland, Georgia. Boneka ini sempat menjadi mainan paling populer di tahun 1980 dan menjadi boneka dengan sejarah franchise paling lama di America. Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Cabbage_Patch_Kids )
Hal yang menarik terjadi di tahun 1980-an, yaitu terjadinya pembeliaan komputer oleh konsumen rumah tangga. Mereka tidak membeli komputer untuk permainan, tetapi untuk menjalankan bisnisnya dari rumah. Hal ini menarik karena para seniman dan perajin sudah memulai model pekerjaan ini lebih dahulu 1 dekade. Sebab dari itu semua perubahan massal ini adalah teknologi komputer, sehingga muncul revolusi work-at-home di tahun 1990-an. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa bisnis seni dan kerajinan lah yang pertama mengaplikasikannya. UNESCO, sebuah organisasi internasional yang memiliki visi global akan peran sosial-budaya dan ekonomi dari kerajinan di masyarakat, telah berusaha untuk membuat kegiatan yang seimbang, jelas dan fokus kepada subsektor kerajinan ini. Dukungan dari organisasi dunia UNESCO kepada dunia kerajinan banyak diwujudkan melalui berbagai penghargaan, seperti UNESCO Craft Prize yang di anugerahkan dari tahun 1990-2005. Selain itu, juga sejak 2001 dengan pengenalan penghargaan UNESCO Award of Excellence for Handicraft. Dengan tidak melupakan kegiatan komersialisasi dari produk kerajinan di pasar internasional. Dalam hal ini, berbagai aktivitas pendukung pengembangan kerajinan dilakukan seperti pelatihan dan pameran kerajinan internasional (di luar negara asal perajin) baik di markas UNESCO atau di pameran internasional lainnya. Maksud dari kegiatan-kegiatan UNESCO dalam mengundang berbagai pihak yang memiliki kepentingan kepada kerajinan adalah untuk memastikan bahwa subsektor kerajinan layak untuk mendapatkan prioritas dalam rencana pembangunan nasional. Tahun 2000 hingga 2008 industri kerajinan di Amerika Serikat terus menunjukan perkembangan. Hal ini ditambah dengan adanya internet yang mempermudah perajin individual dalam mencari pembeli di internet yang menginginkan karya seni dan produk kerajinannya. Dari sisi pemasok barang kerajinan juga semakin dimudahkan dengan banyaknya permintaan dari para perajin yang mencari material bahan untuk karyanya. Tetapi tahun 2009 hal itu berubah. Kedua belah pihak, konsumen ataupun pemasok terpukul oleh adanya peraturan dari Consumer Product Safety Commission. Komisi ini mengeluarkan peraturan mengenai kewajiban uji kandungan timbal pada produk-produk mainan, boneka, produk garmen, dan barang-barang untuk anak kecil. Ketika peraturan ini berlaku, akibatnya adalah ribuan individual produsen produk-produk tersebut bangkrut. Hal ini karena mereka belum sanggup melewati uji kandungan timbal yang mahal sebelum menjual produknya. Selain perajin individual, peraturan ini pun memengaruhi ritel modern Amazon.com yang kemudian melarang penjualan ribuan produk di website-nya. Salah satu kabar baiknya, yaitu mainan anakanak merupakan salah satu segmen saja dalam industri kerajinan di Amerika Serikat. Walaupun mereka masih dibayangi oleh pemulihan dari keadaan ekonomi yang sulit akibat krisis, tetapi para perajin masih optimis bisa bangkit seperti mereka telah bangkit dari krisis-krisis yang lalu.
Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
15
1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Subsektor Kerajinan Indonesia Sejarah kerajinan di Indonesia bisa ditelusuri dari masa prasejarah, masa pengaruh Hindu-Budha hingga ke masa pengaruh Islam. Titik awalnya kerajinan di Indonesia berkembang pada zaman Neolithikum. Di zaman ini, manusia sudah mulai menetap dan tidak lagi mengutamakan berburu dan berpindah tempat. Ketika mereka menetap, maka mereka mulai membuat kerajinan tangan. Kerajinan tangan yang mereka kembangkan adalah peralatan seperti pakaian, tembikar, dan anyaman. Pada masa prasejarah akhir, kriya yang berkembang seperi contoh candrasa (kapak), bejana, dan perhiasan. Di masa ini mereka terlihat berkembang dengan mulai munculnya motif tertentu di peralatan tersebut. Plus, sudah dikenalnya kerajinan dengan bahan perunggu. Baik candrasa dan bejana ditemukan bahwa dilengkapi dengan motif-motif hiasan yang nampaknya selain mereka berfungsi pada kehidupan sehari, tapi juga mungkin sebagai simbol kebesaran sang pemilik atau digunakan juga di ritual tertentu. Di masa prasejarah akhir ini terlihat bahwa keterampilan merek dalam pengecoran perunggu sudah mahir. Ditambah dengan seniman yang memulai menghias peralatan tersebut dengan hati-hati (tidak asal-asalan menghias). Pada masa pengaruh Hindu-Buddha, yang berkembang adalah kriya wayang kulit. Wayang ini berkembang pembuatan tokohnya hingga datangan pengaruh Islam ke Indonesia. Setelah Majapahit runtuh, perkembangan kriya banyak terlihat bergeser ke Bali. Buktinya dari karya patung, pahatan, dan lukisan (di materi daun lontar, kain, hingga permukaan langit-langit). Perkembangan seni ukiran dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan bahwa seni berperan penting alam menjaga keseimbangan dan keselarasan kehidupan. Akibatnya, arca-arca peninggalan masa ini masih terlihat indah dan menarik minat banyak orang dari dalam/luar negeri.
Dengan mulai menetap, manusia mulai membuat perkakas untuk kegiatan sehari-hari Sumber: http://yogadesign.wordpress.com
16
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Produk-produk kriya ditujukan pada awalnya untuk bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Sehingga produk kriya bersifat fungsional seperti untuk kepentingan keagamaan dan kebutuhan manusia seharihari (perkakas rumah tangga). Sebagai contoh di zaman logam produk kriya seperti perhiasan (gelang, kalung, dan cincin) yang dipakai sebagai penghormatan terhadap arwah nenek moyang. Selain itu produk yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari contohnya: nekara, moko, candrasa, kapak dan bejana. Pada dasarnya, keindahan yang unggul dari kerajinan Indonesia ini, datang dari penyatuan potensi lokal dan pengaruh dari budaya luar negeri. Hal ini telah berlangsung melalui migrasi orang-orang yang terjadi bertahap dari tahun 2500 sampai 500 SM. Hal lain yang memengaruhi adalah komunikasi antarwilayah dan juga transaksi komersial yang terjadi antara penduduk di daratan Asia tenggara dengan wilayah Cina Tenggara (Yunnan) dengan wilayah Vietnam serta Laos. Pengaruh juga datang dari perdagangan dengan pedagang India, Cina, Arab, serta Eropa yang telah terjadi sejak lama. Dari zaman logam, status kriya berubah ketika masuk agama Hindu-Buddha ke Indonesia. Agama tersebut membawa pengaruh kepercayaan dan juga sistem sosial di masyarakat. Terjadinya asimilasi pengaruh budaya Hindu-Buddha yang dibawa oleh pedagang dari India dengan kebudayaan di Indonesia di masa itu yang melakukan penghormatan kepada arwah nenek moyang dan rohroh yang ada di alam sekitar. Pengaruh Hindu-Budha juga membawa perubahan sistem sosial dengan struktur pemerintahan kerajaan dan sistem kasta (adanya tingkat sosial di masyarakat). Sistem sosial tersebut melahirkan kerajaan-kerajaan dengan berdasarkan kepercayaan Hindu. Sebagai contoh kerajaan Sriwijaya di Sumatra, kerajaan Kutai di Kalimantan, kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah, hingga kerajaan Majapahit di Jawa Timur yang kemudian meluas pengaruh Hindu-nya hingga ke Bali. Dari pengaruh Hindu-Budha ini melahirkan kesenian ukiran dan juga pembuatan patung sebagai perwujudan dewa-dewa. Dengan kata lain, seni kriya menjadi konsumsi kaum elit di kerajaan/bangsawan. Sedangkan kerajinan hanya bertumbuh di masyarakat kalangan biasa atau rendah.
Berbagai kerajinan kain pemenang “Award of exellence for handycraft” (Saluak Laka Songket Shoulder Cloth, Songket, the wave of Nusa Penida, Tenun Songket Sambas, Hand drawn batik cloth, woven cloth with batik) Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
17
Menurut Gustami (yang dikutip oleh Yoga Parta, 2009) mengatakan bahwa kriya berbeda dengan kerajinan dari sisi profesinya. Hal ini khususnya terlihat pada masa kerajaan, seperti contohnya pada masa Majapahit. Pembuat kriya akan berada dalam lingkungan istana dan disebut Empu. Sementara pembuat kerajinan yang berada di luar lingkungan istana disebut sebagai Pandhe. Dalam berkreasi, empu lebih mementingkan nilai keahlian dan kualitas skill. Sedangkan pandhe dalam berkreasi mengutamakan fungsi dan penggunaan sebuah barang untuk mendukung kebutuhan praktis bagi masyarakat. Unsur-unsur kebudayaan asing makin memperkaya seni kerajinan, di samping itu tradisi seni kerajinan lama tidak mati bahkan ikut menentukan nilai dan mutunya. Pusat-pusat kerajinan pada zaman Islam-purba tidak hanya terdapat di pusat pemerintahan raja atau sultan, juga di kadipaten dan kabupaten. Sesuai dengan perkembangan kehidupan ekonomi terjadilah persinggungan antara kegiatan seni di istana dengan seni yang berkembang di masyarakat luar istana. Maka terjadilah pergeseran nilai seni kerajinan dari benda upacara menjadi benda pakai dengan pertimbangan ekonomi. Apabila di negara-negara lain para seniman Islam mampu menghasilkan bermacammacam karya kerajinan yang bermutu karena didukung oleh daya kreatif yang tinggi, maka seni kerajinan Indonesia pada zaman Islam dalam perkembangannya lebih banyak mengalami proses penghalusan dan penyempurnaan dari karya seni masa lampau. Pengaruh yang paling jelas adalah terlihat pada pemberian motif. Di zaman ini, motif kriya dilarang menggunakan motif hewan dan manusia. Pada masa ini juga munculah kerajinan (kriya) wayang kulit.
Berbagai kerajinan pemenang “Award of exellence for handycraft” (Red Dinggul, Keban Bronai-Mendong baskets, Copper lamp with mega mendung batik motifs, bowl (tamarind wood), Earth layer vase, Copper hanging lamp “Gong Lorigi”) Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Di masa modern, sistem pemerintahan kerajaan pun ditinggalkan dan hal ini berpengaruh kepada status dari kriya. Selain itu, sistem “kasta” juga tidak ada lagi, tetapi berubah. Berubah ini berarti pembagian kelas sosial masyarakat bukan berdasar kasta, tapi berdasarkan tingkat kemapanan ekonomi. Semakin seseorang mapan secara ekonomi, maka status dia akan lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak mapan secara ekonomi. Yang dulunya kaum elit adalah kaum ningrat, sekarang ditempati oleh para konglomerat. Di masa modern kriya tidak eksis lagi seperti pada masa lalu (Yoga Parta, 2009). Dikarenakan posisi kriya yang tidak lagi spesial, maka kriya kini menjadi sebuah artefak masa lalu. Ditambah
18
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
lagi dalam masa industri modern sekarang, kriya menjadi sebuah objek budaya yang diproduksi banyak dan diperjualbelikan untuk kepentingan ekonomi. Di masa ini masyarakat telah mengenal modernisasi, sehingga seluruh pengerjaan pembuatan benda-benda kriya tidak hanya menggunakan tangan, tetapi juga telah menggunakan alat/mesin. Contohnya dalam pembuatan batik, masyarakat telah mengenal teknik pembuatan dengan cara cap ataupun dengan sablon printing. Pembuatan gerabah, keramik, dan guci pun telah menggunakan cetakan-cetakan yang terbuat dari besi.
Berbagai kerajinan pemenang “Award of Exellence for Handycraft” (the leaf of life, Incung Kincai Filigree Brooch, Silver Jewellery). Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Aktivitas pada industri kerajinan di Indonesia sangat kental dengan indigenousskill (keahlian lokal) di mana tingkat keterampilan dan karakteristiknya dapat dibedakan berdasarkan lokasi atau daerah di mana indigenousskill tersebut tumbuh dan berkembang. Sehingga masyarakat dan konsumen mengenal batik Cirebon, batik Jogja, patung Bali, mebel Jepara, mebel rotan Cirebon, aneka kerajinan Tasikmalaya, dan lain-lain.
Berbagai kerajinan pemenang “Award of exellence for handycraft” woven Ulap Doyo fibre, Ulap doyo slippers, table runner from recycled cement sack papers). Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
19
Proses pemberian lilin malam pada kain batik.
Batik Indonesia menjadi semakin terkenal setelah memperoleh pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB yang memutuskan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia. Pengakuan yang diberikan pada 2 Oktober 2009 lalu menjadi tonggak penting untuk eksistensi batik di dunia internasional. Dalam rentang waktu sangat panjang batik hadir di bumi Nusantara. Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: amba, yang bermakna ‘menulis’ dan titik, yang bermakna ‘titik’. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes, arkeolog Belanda, dan F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesia, percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Adapun detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan Buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Sementara pada legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin, menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan dia hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Kemudian keempat lembar kain tersebut ditafsirkan sebagai batik.
20
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Dalam literatur Eropa, teknik batik pertama kali diceritakan dalam buku History of Java, London, 1817 tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda, Van Rijekevorsel, memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19. Saat itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman. Kemudian sejak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak. Adapun pada batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Hugh Clifford merekam industri membatik ini hingga menghasilkan kain pelangi dan kain telepok.
Dalam sejarah Indonesia, batik kemudian menjadi busana yang dikenakan oleh para tokoh, mulai dari masa sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Di awal tahun 1980-an, dalam diplomasi ke luar negeri, Presiden Soeharto mengatakan batik sebagai warisan nenek moyang Indonesia, terutama masyarakat Jawa yang hingga kini dikenakan oleh berbagai kalangan dan usia. Dengan pengakuan UNESCO dan ditetapkannya Hari Batik Nasional pada 2 Oktober semakin menempatkan batik tak hanya budaya Indonesia, tapi jati diri dan indentitas bangsa. Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/10/02/110518313/Ini-Sejarah-Panjang-Batik-Indonesia
Dalam dunia pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui konsorsium kurikulum seni menetapkan bahwa istilah “kerajinan” diganti dengan “kriya”. Hal ini dipandang sebagai usaha untuk mengangkat kriya dari hanya sebagai artefak, tapi juga bisa tampil kembali menjadi seni yang terhormat dan bisa mengikuti perkembangan zaman. Seiring dengan perkembangan zaman, maka praktek seni kriya yang awalnya berorientasi fungsional, kini mengalami pergeseran orientasi penciptaan, termasuk untuk menjadi sebuah seni. Alhasil munculah kategori-kategori dalam dunia kriya (kerajinan) yaitu kriya seni dan kriya desain.
Kriya kayu, dalam bentuk Jam tangan.Matoa Sumba Sumber: http://matoa-indonesia.com/index/
Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
21
Saat ini kriya (kerajinan) dihadapkan pada dua kenyataan, yaitu agar dapat menjaga tradisi dan juga bisa beradaptasi. Kriya (kerajinan) diharapkan bisa menjaga dan mempertahankan nilai-nilai lokal (tradisi) dan di sisi lain bisa mengikuti perkembangan dan pergerakan seni rupa (visual art). Upaya ini sebenarnya sudah digiatkan terutama dalam seni keramik hadirnya nama F. Widayanto, atau Hildawati. Selain itu juga sedang diintensifkannya pewacanan oleh kritikus kriya seperti Asmudjo dan Agus Mulyadi (di Bali). Hal ini sebagai sebuah usaha memacu perkembangan seni keramik di Indonesia. Selain medium keramik kriya mempunyai lingkup yang cukup luas, meliputi kayu, batu, logam, dan serat (tekstil). Seni ukir (kriya) kayu nampaknya belum mendapatkan perhatian yang serius terutama dalam hal pewacanaan, baik dari kritikus maupun senimannya sendiri. Tetapi faktanya, bidang seni ini telah menggairahkan perekonomian di Bali khususnya yang berbasis pada pariwisata budaya. Salah satu institusi yang sampai saat ini masih dengan setia mengembangkan kriya kayu adalah ISI Denpasar di samping ISI Yogyakarya, ITB, IKJ, dan STSI yang tersebar di beberapa kota di tanah air (Yoga Parta, 2010)
F. Widayanto saat ini adalah seniman keramik paling terkenal di Indonesia dengan hasil karya yang original dan unik. Perhatian ke detail merupakan salah satu ciri khas di setiap karyanya. Untuk dekorasi karya keramiknya, F. Widayanto memberikan elemen flora dan fauna. Dalam berkarya, dia pasti mengeluarkan karakter dan tekstur dari tanah liat yang digunakan. Untuk melengkapi karyanya, dia juga menggunakan materi kayu rotan, bambu, tali, dan logam. Hal ini pun terbukti sukses memberikan kesan bahwa ada hubungan yang harmoni antara tanah liat dan materi-materi lain. Semua karya F. Widayanto adalah buatan tangannya, dari mulai proses membentuk, mendekor, hingga glazing. Hal ini untuk menjamin bahwa tidak ada dua hasil karya yang sama. Dan semua produk yang dibuat oleh F. Widayanto merupakan karya individual, dan disinilah letak dari daya tarik terbesarnya. Sumber: http://www.fwidayanto.com
22
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Walaupun kerajinan dikatakan sebagai sumber inspirasi yang kemudian berpengaruh kepada perubahan dan penciptaan, kenyataannya sekarang kerajinan dihadapi pada tantangan kehidupan modern, khususnya isu pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan. Produksi kerajinan di konteks ini dikatakan untuk melayani konsumen eksternal, yaitu kelompok konsumen yang berada di luar dari kelompok masyarakat yang memproduksi. Praktek produksi ini terlihat jelas pada area produksi kerajinan di daerah urban atau daerah tujuan wisata, seperti Parapat, Bukittinggi, Bali, Yogyakarta, dan Jakarta.
Proses menenun kain Ulosuntuk di ekspor ke Eropa & Amerika Sumber: http://www.antaranews.com/en/news/89062/batak-ulos-marketed-to-europe-america. Foto: Fanny Octavianus
Disini kita lihat bahwa ada dua konteks pemahaman tradisi yang berjalan bersama ke dalam produksi kerajinan masa kini. Produksi ini sebagai simbol akan keberlanjutan budaya dan perubahan, yang juga mewakili masyarakat Indonesia yang sedang berubah menyambut kemajuan dengan tidak melupakan adatnya. Sekarang kita lihat keberadaan dan produksi kerajinan Indonesia dihadapkan pada fenomena dua sisi. Di satu sisi, kerajinan menunjukkan semangat untuk meneruskan tradisi dan membuktikan nilai-nilai mulia tradisi itu sendiri. Sedangkan disisi lain, menunjukkan produksi kerajinan yang dipengaruhi keadaan sosial saat ini, seperti kepentingan permintaan konsumen dan tuntutan gaya hidup modern. Semua hal di atas, pada akhirnya terhubung kepada hubungan sistemik antara produksi, distribusi, dan konsumsi secara baru, yang berpengaruh kepada perubahan kualitas dan kuantitas dalam aspek keindahan, teknis dan fungsional. Kecenderungan ini terlihat pada daerah produsen kerajinan di Indonesia. Hal ini khususnya terlihat di daerah pusat kunjungan wisatawan dan memiliki akses langsung ke ‘dunia luar’, seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Lombok, dan sebagian dari Kalimantan dan Papua.
Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
23
Setiap kecenderungan tersebut menyebabkan produksi kerajinan Indonesia bergerak ke arah produksi dengan perbedaan yang luas dan juga beragam. Di samping itu, tidak terlepas juga bahwa kerajinan yang berangkat dari nilai-nilai tradisi akan terkena pengaruh dari nilai pembaharuan, khususnya di aspek tampilan. Produk kerajinan tangan Indonesia tercipta dari kekayaan yang sangat beragam, sebagai hasil dari ratusan keahlian dari suku yang berbeda-beda dari berbagai pulau. Hal ini nampak dari berbagai variasi material yang digunakan, teknik, ukuran, dan juga fungsi yang yang dapat ditemukan di berbagai sudut Nusantara. Banyak kerajinan tangan yang dibuat sebagai buah dari tradisi yang telah ada selama ratusan tahun di sebuah komunitas, ada juga kerajinan yang hampir punah. Sehingga bisa dikatakan bahwa keunggulan kerajinan Indonesia terletak khususnya pada keindahan yang diturunkan. Hal ini muncul tidak hanya dari keahlian dan baiknya hasil kerja perajin, tapi juga kreativitas dan sensitivitas yang telah turun dalam penggunaan material, dalam bentuk gaya, warna, tektsur, dan dalam penampilan yang beragam dan harmoni dalam ukuran dan bentuk.
24
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Gambar 1 - 2 Sejarah Perkembangan Kerajinan di Indonesia
1948 – berdirinya GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia)
2000 sebelum masehi
1950 -Bung Karno mengusulkan adanya Batik nasional Indonesia. -Penggunaan kain Batik yang luas (hiasan, taplak, dll), muncul teknik cap untuk membatik -Kebangkitan nasionalisme, menciptakan gaya Tiga Negeri
Prasejarah akhir
1900sekarang
masyarakat mulai bercocok tanam, dan membuat perkakas untuk kehidupan sehari (kapak, bejana, nekara)
MASA HINDU BUDHA masuknya pengaruh dari India dan terbentuknya kerajaan-kerajaan di Nusantara
ABAD viii - x masehi
1958 – Pusat Penelitian Batik didirikan di Yogyakarta 1960 -mulai seringnya pergelaran busana batik di ruang publik -Munculnya gaya Indonesia Raya, yaitu dengan kesadaran desain-desain daerah lain di Indonesia
1990 – Iwan Tirta mengeluarkan koleksi perhiasan Nusantara (perhiasan dengan motif batik)
1991 - istilah kriya seni muncul di festival kesenian Yogyakarta III
ABAD XV 1999 - Inacraft pertama kali muncul dan semakin berkembang hingga sekarang
MASA ISLAM terjadilah pergeseran nilai seni kerajinan dari benda upacara menjadi benda pakai dengan pertimbangan ekonomi
2001 – Iwan Tirta juga mengeluarkan barang pecah belah dengan corak batik
2002 – masih dengan corak batik, Iwan Tirta mengeluarkan benda-benda perak ukiran
MASA MODERN kriya menjadi sebuah objek budaya yang diproduksi banyak dan diperjualbelikan untuk kepentingan ekonomi
1900sekarang
2003 – pengakuan dari UNESCO akan wayang sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanit
2005 – pengakuan UNESCO akan Keris dari Indonesia, sebagai karya agung warisan kemanusiaan milik seluruh bangsa di dunia 1942 – pengaruh perang dunia ke-2, dalam motif batik: gaya Hokokai (dengan kuntum bunga sakura), gaya Pagi Sore, gaya Terang Bulan
2009 - pengakuan UNESCO akan Batik sebagai warisan pusaka dunia
2013 - Biennale Desain dan Kriya Indonesia pertama
Bab 1: Perkembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
25
26
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
BAB 2 Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia
27
2.1 Ekosistem Subsektor Kerajinan 2.1.1 Definisi Ekosistem Dalam upaya memahami dan mengenal industri ekonomi kreatif, maka pendekatan dengan menggunakan pemetaan ekosistem dipilih. Pada pendekatan ini akan memberikan gambaran menyeluruh kondisi ideal dari ekosistem kerajinan. Gambaran menyeluruh ini disarikan berdasarkan pada hasil kajian yang sudah dilakukan, dan diharapkan dapat menjadi kenyataaan bagi industri kreatif di Indonesia, khususnya subsektor kerajinan. Ekosistem secara umum merupakan suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap komponen yang saling mempengaruhi. Di dalam ekosistem ini terdapat keterkaitan antar komponen yang menggambarkan aktivitas di setiap tahapan kreatif dan peran pelaku utama yang terlibat di dalamnya. Adapun komponen-komponen utama dalam peta ekosistem kerajinan adalah: 1. Rantai nilai kreatif (creative value chain) Dalam rantai nilai kreatif terdapat penggambaran mengenai aktivitas utama, aktivitas pendukung, peranan, dan pelaku yang terlibat di dalamnya, serta keluaran dari setiap proses tersebut. Hasil akhir dari kegiatan rantai nilai kreatif kerajinan yaitu barang kerajinan dengan berbagai material bahan. 2. Lingkungan pengembangan (nurturance environment) Untuk menjaga kelangsungan dan perkembangan proses penciptaan karya kreatif kerajinan, maka diperlukan dukungan dari lingkungan pengembangan (nurturance environment) yang terdiri dari aktivitas apresiasi dan pendidikan. Kedua komponen tersebut diperlukan untuk regenerasi orang-orang kreatif pada industri kerajinan dan memotivasi orang-orang kreatif yang ada saat ini untuk terus berkarya dan meningkatkan kualitas karya yang dihasilkannya. 3. Pasar (market) Bagian ini menggambarkan keluaran rantai nilai kreatif kerajinan yang dinikmati oleh masyarakat, baik yang menjadi target pasar maupun masyarakat umum yang bukan menjadi target dari produk kerajinan. Selain itu sebuah karya kerajinan akan dilihat juga oleh penikmat seni, kritikus, pedagang barang-barang kerajinan, hingga perusahaan. 4. Pengarsipan (archiving) Pengarsipan merupakan proses dokumentasi dan penyimpanan karya atau catatan mengenai kerajinan tertentu. Idealnya arsip ini dapat diakses dan dimanfaatkan oleh orang-orang kreatif kerajinan, wirausahawan, asosiasi, pelaku bisnis, lembaga pendidikan, komunitas, kaum intelektual, dan pemerintah sebagai media pembelajaran dan literasi.
2.1.2 Peta Ekosistem Kerajinan Seperti telah disebutkan sebelumnya, kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan keahlian kreasi, produksi, distribusi, dan penyajian produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya. Berikut akan diberikan gambaran model ideal interaksi antar komponen yang terjadi pada subsektor kerajinan di Indonesia.
28
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
A. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain) Rantai nilai kreatif (creative value chain) merupakan kunci utama dalam setiap subsektor ekonomi kreatif. Disebut kunci karena pada tahap inilah awal dari proses terjadinya penciptaan produk kerajinan yang bernilai bagi berbagai pihak. Tahapan dalam rantai nilai subsektor kerajinan terbagi ke dalam empat proses, yaitu kreasi, produksi, distribusi, dan promosi. Pada usaha kerajinan di Indonesia, mayoritas pengrajin akan melakukan semua aktivitas dalam rantai nilai-nya secara sendiri. Pada perkembangannya saat ini, ada yang mengatakan bahwa pengrajin ini berlaku hanya sebagai pelaku di proses produksi dan seterusnya. Sedangkan mulai muncul trend bahwa dibagian kreasi ide, lebih dominan dilakukan oleh desainer. Desainer ini pun sekarang semakin banyak berasal dari usaha di luar kerajinan tersebut.
A.1 Proses Kreasi Awal dari rantai nilai kreatif adalah tahapan proses kreasi. Aktivitas pada tahap ini menuntut kreativitas paling tinggi. Karena di tahap inilah pengrajin dituntut untuk bisa memiliki ide yang kemudian akan dibuat menjadi sebuah barang bernilai bagi konsumen serta memiliki kandungan seni yang besar. Pihak-pihak yang berperan dalam tahap ini adalah: 1. Pengrajin, yang dimaksudkan sebagai pengrajin disini adalah orang yang pekerjaannya membuat barang-barang kerajinan atau orang-orang yang mempunyai keterampilan berkaitan dengan kerajinan tertentu. 2. Desainer, adalah seorang individu yang melakukan desain atau merancang sebuah barang. Individu ini akan berperan membantu sang pengrajin untuk memberikan masukan mengenai rancangan sebuah barang kerajinan. Ada juga pengrajin yang sudah bisa melakukan sendiri proses perancangan/mendesain barang kerajinannya sendiri. Pelaku-pelaku kreatif tersebut selanjutnya akan berkreasi. Gambar 2-1 memperlihatkan aktivitasaktivitas utama tersebut dan juga hasil keluaran dari proses ini. Aktivitas pertama dimulai dari penciptaan ide. Baik pengrajin maupun desainer akan melalui proses pencarian ide dan inspirasi akan produk kerajinannya. Hal ini biasanya tidak terbatas lokasi dan waktu untuk munculnya sebuah ide. Aktivitas yang kedua adalah mengkonkritkan ide tersebut dalam sebuah desain/ rancangan. Rancangan paling dasar biasanya dalam bentuk gambaran kasar atau model dasar dari produknya. Dan selanjutnya, aktivitas finalisasi konsep sebuah produk. Di tahap final ini para pelaku kreatif kerajinan akan memperhalus konsep produknya, dengan biasanya membuat rincian spesifik akan rancangan produk tersebut. Hasil akhir dari proses pertama ini adalah sebuah konsep produk kerajinan. Sang pelaku akan memiliki gambaran yang jelas mengenai pilihan bahan yang akan digunakan, cara pembuatan hingga kegunaan dari produk tersebut.
“
Proses kreatif tidak hanya mencakup kualitas suatu barang, tetapi juga harus fokus pada “kreativitas” dalam keberlanjutan usaha, bagaimana cara produksi dan penjualannya. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang baik antar industri untuk memajukan setiap subsektor kerajinan.
“
Sumber: Focus Group Discussion subsektor Kerajinan, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Mei-Juni 2014)
Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia
29
Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Subsektor Kerajinan
30
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Gambar 2 - 2 Proses Kreasi Subsektor Kerajinan
A.2 Proses Produksi Tahap selanjutnya dalam rantai nilai kreatif adalah proses produksi. Pada tahap ini, intinya adalah semua aktivitas yang diperlukan untuk mewujudkan produk kerajinan yang utuh. Pelakupelaku dalam tahapan produksi ini pun terbagi dua, yaitu pelaku utama dan pihak-pihak terkait lainnya. Untuk pelaku utama adalah: 1. Pengrajin, yang dimaksudkan sebagai pengrajin disini adalah orang yang pekerjaannya membuat barang-barang kerajinan atau orang-orang yang mempunyai keterampilan berkaitan dengan kerajinan tertentu. 2. Sentra kerajinan tradisional, merupakan suatu daerah tertentu yang terdapat banyak pengrajin dengan fokus hasil kerajinan tertentu. Misalnya sentra kerajinan gerabah, sentra kerajinan batik, dan lain-lain. 3. Studio workshop kriya/desain, adalah pihak yang akan memberikan dukungan teknis kepada pengrajin untuk mewujudkan barang kerajinan sesuai dengan ide dan konsep yang telah di tentukan sebelumnya. Selain itu, pihak-pihak yang terkait dalam tahap produksi ini adalah: 1. Pemasok bahan mentah, adalah pihak-pihak yang menguasai atau memiliki akses langsung kepada bahan mentah dari produk kerajinan. 2. Lembaga pembiayaan, merupakan sebuah institusi yang memiliki usaha menawarkan pembiayaan jika dibutuhkan oleh pengrajin untuk melakukan kegiatan produksinya. Lembaga ini bermacam-macam bentuknya, dari koperasi hingga sebuah bank.
Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia
31
3. Penjamin kualitas, adalah pihak yang bertugas memang untuk menjaga standard produksi barang kerajinan. Dalam melaksanakan tugasnya, pihak ini akan mengevaluasi barang kerajinan dengan ukuran-ukuran tertentu akan sebuah produk berkualitas. 4. Pekerja asisten pengrajin, merupakan pihak yang memberikan bantuan umum kepada pengrajin dalam mewujudkan kreasinya. Gambar 2 - 3 Proses Produksi Kerajinan
Terdapat empat hal aktivitas berbeda yang dilaksanakan dalan tahap proses produksi ini. Pertama adalah tahapan pemilihan dan penentuan bahan. Setelah konsep barang kerajinan selesai, maka pengrajin perlu menentukan bahan atau materi apa yang akan digunakan untuk mewujudkan kreasinya. Pemilihan bahan ini tergantung dari konsep barang kerajinan itu sendiri, plus tingkat ketersediaan bahan tersebut di pasaran. Hal ini karena akan menentukan kelancaran proses produksi keseluruhan. Tahapan kedua, setelah yakin bahwa bahan yang dibutuhkan tersedia cukup, maka aktivitas selanjutnya adalah membuat sketsa detail spesifikasi dan dimensi produknya. Tahap ketiga, yaitu bagian produksi mewujudkan dalam bentuk barang kerajinan dan juga mengetesnya ke pasar secara terbatas. Harapannya di tahap ini, pengrajin akan mendapatkan masukan dari konsumen, jika seandainya dibutuhkan penyesuaian. Dan tahap ke-empat yaitu finalisasi dan pengecekan kualitas. Pada tahap ini pelaku kreatif akan memperbaiki produknya (jika diperlukan),
32
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
serta dengan bantuan penjamin kualitas akan mengecek apakah produk kerajinannya sudah memiliki kualitas yang sama sesuai harapan dari konsumennya.
A.3 Proses Distribusi Proses selanjutnya yang ketiga adalah proses distribusi. Aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini yaitu berupa proses pemindahan barang-barang kerajinan dari tempat produksi hingga tempat tujuan pasarnya. Pada tahapan ini pelaku utamanya adalah pengrajin itu sendiri, ditambahkan dengan keterlibatan pihak-pihak luar terkait, seperti: 1. Pengusaha pemilik galeri & toko barang kerajinan, mereka adalah para pengusaha yang melakukan pembelian barang-barang kerajinan untuk kemudian di jual di 2. Pengusaha kerajinan (orientasi ekspor), hampir sama dengan tipe pengusaha sebelumnya, yaitu juga melakukan pembelian dari pengrajin, tetapi kemudian melakukan penjualannya di pasar luar negeri. Gambar 2 - 4 Proses Distribusi Kerajinan
Aktivitas di tahap ini adalah usaha dalam rangka menyampaikan produk jadi hingga ke tangan konsumen di pasar. Hal ini bisa dilihat pada gambar 2-4. Aktivitas dimulai dengan mengemas produk dengan kemasan yang menjaga keutuhan barang kerajinan tersebut. Lalu kemudian barang-barang itu dihantarkan hingga mencapai pasar tujuannya. Ada berbagai pilihan tempat untuk menyampaikan barang kerajinan tersebut. Dari toko milik pengrajin sendiri, sewa tempat
Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia
33
di pasar tradisional, bazaar barang kerajinan, pasar lelang, festival seni, hingga toko retail modern yang ada di kota besar atau bahkan juga secara online.
A.4 Proses Promosi Aktivitas terakhir dalam rantai nilai kreatif pada subsektor kerajinan adalah proses promosi. Di tahap ini pengrajin sebagai pelaku utama akan mengkomunikasikan kepada para konsumennya mengenai barang-barang kerajinan. Aktivitas yang terjadi dalam tahap ini dapat dibedakan menjadi 2. Pertama, pengrajin akan memilih cara mengkomunikasikannya melalui pameran dengan tujuan komersial seperti misalnya pada pameran Inacraft. Atau kedua, ia akan memilih untuk mengkomunikasikan barang kerajinannya melalui pameran nonkomersial, seperti pada museum, eksebisi seni tahunan. Selain itu, pengrajin akan dapat memilih apakah ingin melakukan dua jenis kegiatan promosinya tadi baik di dalam ataupun di luar negeri. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2-5. Gambar 2 - 5 Proses Promosi Kerajinan
B. Lingkungan Pengembangan Kreativitas (Nurturance Environment) Di tahap ini akan dijelaskan mengenai lingkungan pengembangan (nurturance environment) kreativitas dari subsektor kerajinan. Bagian ini penting, karena pada bagian inilah terjadi proses penemuan dan pengembangan dari keahlian serta sosok-sosok yang akan membesarkan subsektor kerajinan. Keterkaitan lingkungan ini dengan komponen lain di ekosistem subsektor kerajinan dapat dilihat pada gambar 2-6.
34
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Gambar 2 - 6 Lingkungan Pengembangan Kerajinan
B.1 Apresiasi Gambar 2 - 7 Kegiatan Apresiasi Sub Sektor Kerajinan
Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia
35
Bagian apresiasi ini muncul dengan tujuan untuk memberikan pengakuran dan penghargaan terhadap pelaku-pelaku di subsektor kerajinan. Penghargaan bagi pelaku-pelaku kerajinan dapat hadir dari lembaga hukum, pihak media, asosiasi pelaku kerajinan, pemerintah, dan juga dari konsumen sendiri. Seperti ditunjukan pada gambar 2-7, apresiasi dalam subsektor kerajinan dapat berupa penghargaan terhadap perajin dan karya-nya, serta ulasan di media. Untuk penghargaan bagi karya perajin bisa dimulai dari perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI). Kemudian penghargaan dari konsumen ketika membeli sebuah produk kerajinan, serta penghargaan dan pengakuan terhadap perajin yang berprestasi baik di pasar dalam negeri ataupun luar negeri juga harus ada. Selain itu, bentuk apresiasi dalam ulasan di media pun bisa semakin luas. Hal ini terbukti dengan adanya ulasan-ulasan di media tradisional dan juga media online (website atau blog).
B.2 Pendidikan Untuk menjamin keberlanjutan subsektor kerajinan, maka pendidikan berorientasi kerajinan harus terjadi. Pihak yang terlibat disini merupakan semua lembaga pendidikan yang berkepentingan membentuk sumber daya manusia baik itu sebagai orang kreatifnya, atau bisa juga sumber daya manusia pendukung yang berhubungan dengan kerajinan. Pendidikan ini bisa dalam bentuk pendidikan formal maupun informal. Dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat pasca sarjana. Di tingkat sekolah dasar misalnya dimulai dengan pendidikan keterampilan. Kemudian berlanjut di sekolah menengah kejuruan dan berlanjut dengan munculnya sekolah tinggi dengan kekhususan di jurusan Seni serta sekolah bagi pihak pendukungnya seperti sekolah politeknik di bidang kerajinan. Semua proses ini dapat dilihat pada gambar 2-8. Gambar 2 - 8 Kegiatan Pendidikan Subsektor Kerajinan
36
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
C. Pasar (Market) Pada bagian ini menjelaskan pihak-pihak yang menjadi pembeli dari barang-barang kerajinan. Lebih lengkapnya, pasar yang dimaksudkan disini tidak hanya pihak yang membeli, tetapi juga pihak yang menggunakan atau menkonsumsi barang-barang kerajinan. Sudah sering terjadi bahwa pembeli dan pengguna dari barang-barang kerajinan Indonesia itu datang dari dalam dan luar negeri. Selanjutnya mengenai skala pasarnya pun juga dapat dibedakan menjadi konsumen perorangan dan konsumen bisnis/usaha. Pembeli dan pengguna perorangan bisa merupakan masyarakat umum, atau orang-orang penikmat karya seni hingga individu yang berperan sebagai pengamat/kritikus seni kriya itu sendiri. Sedangkan untuk pembeli dan pengguna dari usaha bisa datang dari perusahaan yang memang melakukan perdagangan barang-barang kerajinan, atau usaha yang menggunakan karya kerajinan dalam kegiatan bisnisnya. Jenis pasar yang terakhir biasanya akan memberikan jumlah pembelian yang lebih besar dibandingkan dengan pasar perorangan. Hal ini terjadi karena mereka biasanya membeli dalam jumlah yang lebih banyak. Gambar 2 - 9 Pasarnya barang kerajinan di Indonesia
D. Pengarsipan (Archiving) Satu bagian yang tidak kalah penting adalah bagian Pengarsipan. Di bagian ini terjadi proses pengumpulan, penyimpanan dan juga pemberian akses ke publik. Seperti yang ada pada gambar 2-10. Yang dimaksud dengan pengumpulan disini adalah aktivitas pencarian dan pengumpulan bukti-bukti mengenai karya kerajinan. Setelah itu, kemudian dilanjutkan kepada penyimpanan dokumen-dokumen atau contoh produknya kedalam system pengarsipan yang jelas pembagiannya dari jenis, asal daerah, hingga karya pengrajin tertentu. Dan aktivitas terakhir adalah pemberian akses kepada masyarakat umum agar bisa melihat dan membaca dokumen arsip tersebut. Pada pelaksanaannya aktivitas pengarsipan ini paling dasarnya sudah dilakukan oleh sang pengrajin sendiri. Baru kemudian muncul peran dari pemerintah melalui badan resmi arsip nasional ataupun melalui bagian pada kementerian yang terkait. Selain itu pihak yang bisa melakukan pengarsipan adalah konsumen yang bisa saja juga menjadi kolektor barang-barang kerajinan. Dengan kemudian diikuti oleh pihak media, asosiasi, dan juga lembaga pendidikan yang juga melakukan aktivitas pengakrsipan ini.
Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia
37
Gambar 2 - 10 Proses pengarsipan dokumentasi kerajinan
2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Kerajinan 2.2.1 Peta Industri Kerajinan Usaha kreatif kerajinan merupakan bisnis yang berpengaruh kepada pihak yang luas. Hal ini terlihat dari peta industri kerajinan di Indonesia. Industri kerajinan mampu memberikan pengaruh baik ke industri hulu dan hilir pada beberapa tahapan penciptaan nilai kreatif. Pada peta ini akan dijelaskan gambaran hubungan pelaku industri yang memberikan suplai (supply) ke pelaku industri utama (backward linkage), dan juga hubungan pelaku industri yang memberikan permintaan (demand) oleh pelaku industri utama (forward linkage). Hal bisa dilihat pada gambar 2-11. Kita akan melihat hubungan pelaku industri yang terkait untuk setiap rantai nilai yang ada. Dimulai pada proses kreasi, pelaku utama yaitu pengrajin dan desainer sepenuhnya melakukan kegiatan menciptakan ide secara independent (tidak tergantung pihak luar). Dilanjutkan dengan proses produksi, para pengrajin mendapatkan dukungan dari pemasok bahan mentah untuk materi kerajinannya, lalu lembaga pembiayaan & koperasi untuk mendukung pendanaan produksinya, kemudian dari perusahaan BUMN & Swasta sebagai mitra pembina atau pendamping, serta para asisten yang membantu pekerja. Di sini mereka semua akan berlaku sebagai pemasok (supplier – backward linkage). Bagian kedua dalam rantai nilai adalah distribusi dan promosi. Pada proses distribusi, pengrajin akan dibantu oleh perusahaan jasa logistik dan transportasi sebagai pemasok untuk jasa menghantarkan barang kerajinan ke saluran penjualan/pameran. Setelah itu, pengrajin akan menyebarkan berbagai barang jadi melalui pendukungnya seperti pengelola pasar seni, pemilik toko retail, online, serta specialty store yang khusus menjual produk kerajinan di tokonya. Selain itu juga ada galeri & hotel-restaurant sebagai tempat untuk menjual barang-barang kerajinan. Kemudian pada proses promosi, pengrajin akan mendapat pasokan modal dana untuk melakukan berbagai kegiatan komunikasi, dan juga sarana transaksi atas barang kerajinan. Selain itu, event organizer akan memasok pengrajin dalam bentuk bantuan akan keperluankeperluan pameran di berbagai tempat. Terkait dengan proses promosi, pengrajin akan memilih berbagai media (cetak, elektronik, dan digital) dan juga tempat-tempat untuk merealisasikan pameran barang kerajinannya, seperti galleri ataupun gedung serba guna. 38
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Gambar 2 - 11 Peta Industri Kerajinan
Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia
39
2.2.2 Ruang Lingkup Industri Kerajinan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan klasifikasi baku mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia. KBLI disusun dengan maksud untuk menyediakan satu set kelompok kegiatan ekonomi di Indonesia agar dapat digunakan untuk penyeragaman pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data masing-masing kegiatan ekonomi, serta untuk digunakan disaat mempelajari keadaan atau perilaku ekonomi menurut masing-masing kegiatan ekonomi. Dengan penyeragaman tersebut, keterbandingan data kegiatan ekonomi antar waktu, antar wilayah, dan keterbandingan dengan data internasional dapat dilakukan. Dikarenakan banyaknya jenis lapangan usaha yang bisa dimasukan ke dalam definisi Kerajinan, maka pencatatan dalam KBLI untuk kerajinan inipun juga tersebar di berbagai kelompok kategori. Kelompok kode industri subsektor kerajinan berdasarkan KBLI 2009 adalah: Tabel 2 - 1 KBLI Subsektor Kerajinan dalam KBLI 2009
KATEGORI
C
Industri Pengolahan
KELOMPOK
15129
INDUSTRI BARANG DARI KULIT DAN KULIT BUATAN UNTUK KEPERLUAN LAINNYA Kelompok ini mencakup usaha pembuatan barang-barang dari kulit dan kulit buatan untuk keperluan yang belum terliput dalam kelompok 15121 sampai dengan 15123, seperti jok, sabuk pengaman, alat pengepak dan kerajinan tatah sungging (hiasan, wayang dan kap lampu) dan lain-lain.
16292
INDUSTRI BARANG ANYAMAN DARI TANAMAN BUKAN ROTAN DAN BAMBU Kelompok ini mencakup usaha pembuatan macam-macam tikar, keset, tas, topi, tatakan dan kerajinan tangan lainnya yang bahan utamanya bukan rotan dan bambu, seperti pandan, mendong, serat, rumput dan sejenisnya.
16293
INDUSTRI KERAJINAN UKIRAN DARI KAYU BUKAN MEBELLER Kelompok ini mencakup usaha pembuatan macam-macam barang kerajinan dan ukir-ukiran dari kayu, seperti relief, topeng, patung, wayang, vas bunga, pigura dan kap lampu.
32903
INDUSTRI KERAJINAN YTDL Kelompok ini mencakup usaha pembuatan barang-barang kerajinan dari bahan tumbuh-tumbuhan dan hewan, seperti kerajinan pohon kelapa, tempurung, serabut, akar-akaran, kulit, gading, tanduk, tulang, bulu, rambut, binatang yang diawetkan, kegiatan taxidermy (mengisi kulit binatang dengan kapas dan lain-lain sehingga nampak seperti binatang hidup), karangan bunga, rangkaian bunga berbentuk lingkaran dan keranjang bunga; bunga, buah-buahan dan daun-daunan buatan dan barang-barang lukisan.
40
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
KATEGORI KELOMPOK
G
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
47781
PERDAGANGAN ECERAN BARANG KERAJINAN DARI KAYU, BAMBU, ROTAN, PANDAN, RUMPUT DAN SEJENISNYA Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari kayu, bambu, rotan, pandan, rumput dan sejenisnya, seperti patung, topeng, relief, ukiran nama, wayang, pigura, kap lampu, bingkai, talam/baki, tas, keranjang, tikar, topi/tudung, kerai, hiasan dinding dan keset. Termasuk kegiatan galeri kesenian yang menjual barang kerajinan tersebut.
47782
PERDAGANGAN ECERAN BARANG KERAJINAN DARI KULIT, TULANG, TANDUK, GADING, BULU DAN BINATANG/HEWAN YANG DIAWETKAN
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari kulit, tulang, tanduk, bulu dan binatang/hewan yang diawetkan, seperti kipas dari kulit penyu, karangan bunga dari kulit kerang, pipa rokok dari tulang, pajangan dari tanduk, pajangan dari gading, pajangan dari bulu burung merak dan binatang/hewan yang diawetkan. Termasuk kegiatan galeri kesenian yang menjual barang kerajinan tersebut.
47783
PERDAGANGAN ECERAN BARANG KERAJINAN DARI LOGAM Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari logam, seperti vas bunga, patung, tempat lilin, piala, medali dan gantungan kunci. Termasuk kegiatan galeri kesenian yang menjual barang kerajinan tersebut.
47784
PERDAGANGAN ECERAN BARANG KERAJINAN DARI KERAMIK
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari keramik, seperti patung, vas bunga, asbak, tempat sirih, celengan dan pot bunga. Termasuk kegiatan galeri kesenian yang menjual barang kerajinan tersebut.
47789
PERDAGANGAN ECERAN BARANG KERAJINAN DAN LUKISAN LAINNYA Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus barangbarang kerajinan dan lukisan lainnya yang belum tercakup dalam kelompok 47781 s.d. 47785. Termasuk kegiatan galeri kesenian yang menjual barang kerajinan tersebut.
47881
PERDAGANGAN ECERAN KAKI LIMA DAN LOS PASAR BARANG KERAJINAN Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran kaki lima barang kerajinan dari kayu, bambu, rotan, pandan, rumput dan sejenisnya, kulit, tulang, tanduk, gading, bulu dan hewan yang diawetkan, logam, keramik yang dilakukan di pinggir jalan umum (kaki lima), serambi muka (emper) toko atau tempat tetap di pasar yang dapat dipindah-pindah atau didorong (los pasar), seperti patung, topeng, relief, ukiran nama, wayang, keranjang, tikar, topi/tudung, kerai, keset, pajangan dari tanduk, pipa rokok dari tulang, vas bunga, tempat lilin piala dari logam, asbak, celengan pot bunga dari keramik dan lain-lain.
47998
PERDAGANGAN ECERAN KELILING BARANG KERAJINAN, MAINAN ANAKANAK DAN LUKISAN
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran barang kerajinan, mainan anak-anak dan lukisan yang dilakukan dengan cara menjajakannya berkeliling dan tidak mempunyai tempat yang tetap atau menjualnya mendatangi rumah ke rumah masyarakat/langganan
Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia
41
KATEGORI
P
KELOMPOK
85498
Jasa Pendidikan JASA PENDIDIKAN KERAJINAN DAN INDUSTRI Kelompok ini mencakup kegiatan pendidikan kerajinan dan industri yang diselenggarakan swasta. Kegiatan yang termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa pendidikan atau kursus anyaman dan kerajinan, bordir, hantaran, keterampilan atau home industri, membatik, menjahit, meubelair, MPP, MPWA, pertukangan kayu, sablon, tata boga/memasak, tata busana, tenun, ukir kayu
Sumber: KBLI (2009)
Pada kenyataannya, kerajinan di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang besar. Hal ini terlihat dengan banyaknya lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri kerajinan yaitu: 1. Industri Batik yang mencakup usaha pembatikan dengan proses malam (lilin) baik yang dilakukan dengan tulis, cap, maupun kombinasi antara cap dengan tulis;
Proses Produksi Kain Batik
2. Industri Permadani yang mencakup usaha pembuatan permadani dan sejenisnya, yang terbuat dari serat, baik serat alam, sintetis, maupun serat campuran, baik yang dikerjakan dengan proses tenun (woven), tufting, braiding, flocking, dan needlepunching; 3. Industri Bordir/Sulaman yang mencakup usaha bordir/sulaman, baik yang dikerjakan dengan tangan maupun dengan mesin, seperti: kain sulaman,pakaian jadi/barang jadi sulaman, dan badge; 4. Industri Kain Rajut yang mencakup usaha pembuatan kain yang dibuat dengan cara rajut atau pun renda; 5. Industri Barang dari Kulit dan Kulit Buatan untuk keperluan lainnya yang mencakup usaha pembuatan barang-barang dari kulit dan kulit buatan seperti: jok, dan kerajinan tatah sungging (hiasan, wayang, dan kap lampu); 6. Industri Anyam-anyaman dari Rotan dan Bambu yang mencakup usaha pembuatan macam-macam tikar, webbing, lampit, tas, topi, tampah, kukusan, bakul kipas, tatakan, bilik/gedek dan sejenisnya yang bahan utamanya dari rotan atau bambu; 7. Industri Anyam-anyaman dari Tanaman, Selain Rotan dan Bambu yang mencakup usaha pembuatan tikar, keset, tas, topi, tatakan, dan kerajinan tangan lainnya yang bahan
42
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
utamanya dari pandan, mendong, serat, rumput, dan sejenisnya;Industri Kerajinan Ukirukiran dari Kayu kecuali Mebeller yang mencakup usaha pembuatan macam-macam barang kerajinan dan ukir-ukiran dari kayu, seperti: relief, topeng patung, wayang, vas bunga, pigura, dan kap lampu;
Proses Pembuatan Kerajinan Ukiran Kayu
8. Industri Alat-alat Dapur dari Kayu, Rotan, dan Bambu yang mencakup usaha pembuatan alat-alat dapur yang bahan utamanya kayu, bambu dan rotan, seperti: rak piring, rak bumbu masak, parutan, alu, lesung, talenan, cobek, dan sejenisnya; 9. Industri Barang dari Kayu, Rotan, Gabus yang tidak diklasifikasikan di tempat lain yang mencakup usaha pembuatan barang-barang dari kayu, rotan, dan gabus, yang belum tercakup sebelumnya. Barang-barang dari kayu misalnya: alat tenun, peti mati, pajangan dari rotan, ayunan bayi dari rotan, kuda-kudaan dari rotan. 10. Industri Perlengkapan dan Peralatan Rumah Tangga dari Gelas yang mencakup usaha pembuatan macam-macam perlengkapan rumah tangga dari gelas, seperti cangkir, piring, mangkuk, teko, stoples, asbak, dan botol susu bayi; barang-barang pajangan dari gelas, seperti: patung, vas, lampu kristal, semprong lampu tekan dan semprong lampu tempel; 11. Industri barang-barang lainnya dari gelas yang mencakup usaha pembuatan macam-macam barang dari gelas seperti: tasbih, rosario, manik gelas, gelas enamel, dan aquarium, serta bahan bangunan dari gelas seperti: bata, ubin, dan genteng; 12. Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Porselin yang mencakup pembuatan macammacam perlengkapan rumah tangga dari porselen, seperti: piring, tatakan, cangkir, mangkuk, teko, sendok, dan asbak, serta usaha pembuatan barang pajangan dari porselen seperti: patung, tempat bunga, kotak rokok, dan guci; 13. Industri barang-barang dari Tanah Liat yang mencakup usaha pembuatan barang dari tanah liat/keramik untuk perlengkapan rumah tangga, pajangan/hiasan, dan sejenisnya, seperti: piring, cangkir, mangkuk, kendi, teko, periuk, tempayan, patung, vas bunga, tempat piring, sigaret, dan celengan; Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia
43
Proses Pembuatan Kerajinan Patung dari Tanah Liat.
14. Industri Bahan Bangunan dari Tanah Liat/Keramik selain Batu Bata dan Genteng yang mencakup usaha pembuatan barang dari tanah liat/keramik seperti: kloset, ubin, dan lubang angin; 15. Industri Barang dari Marmer dan Granit untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan yang mencakup usaha pembuatan macam-macam barang dari marmer/granit untuk keperluan rumah tangga dan pajangan, seperti: daun meja, ornamen, dan patung; 16. Industri Barang dari Batu untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan yang mencakup pembuatan macam-macam barang dari batu untuk keperluan rumah tangga dan pajangan. Seperti: lumpang, cobek, batu pipisan, batu asah, batu lempengan, batu pecah-pecahan, abu batu, dan kubus mozaik; 17. Jasa Industri untuk Bahan Berbagai Pekerjaan Khusus terhadap Logam dan Barang-barang dari Logam yang mencakup kegiatan jasa industri untuk pelapisan, pemolesan, pewarnaan, pengukiran, pengerasan, pengkilapan, pengelasan, pemotongan, dan berbagai pekerjaan khusus terhadap logam atau barang-barang dari logam; 18. Industri Furnitur dari Kayu yang mencakup usaha pembuatan furnitur dari kayu untuk rumah tangga dan kantor seperti: meja, kursi, bangku, tempat tidur, lemari, rak, kabinet, penyekat ruangan, dan sejenisnya; 19. Industri Furnitur dari Rotan, dan/atau Bambu yang mencakup pembuatan furnitur dengan bahan utamanya dari rotan dan/atau bambu seperti: meja, kursi, bangku, tempat tidur, lemari, rak, penyekat ruangan dan sejenisnya; 20. Industri Furnitur dari Logam yang mencakup pembuatan furnitur untuk rumah tangga dan kantor yang bahan utamanya dari logam seperti: meja, kursi, rak, springbed, dan sejenisnya;
44
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
21. Industri Furnitur yang mencakup pembuatan furnitur yang bahan utamanya bukan kayu, rotan, bambu, logam, plastik, dan bukan barang imitasi, seperti: kasur, bantal, dan guling dari kapuk, dakron, dan sejenisnya; 22. Industri Permata yang mencakup usaha pemotongan pengesahan, dan penghalusan batu berharga atau permata dan sejenisnya seperti berlian perhiasan, intan perhiasan, batu aji, dan intan tiruan 23. Industri Barang Perhiasan Berharga untuk Keperluan Pribadi dari Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan barang-barang, perhiasan yang bahan utamanya dari logam mulia (emas, platina, dan perak) untuk keperluan pribadi, seperti: cincin, kalung, gelang, giwang, bross, ikat pinggang, dan kancing, termasuk bagian dan perlengkapannya; 24. Industri Barang Perhiasan Berharga Bukan untuk Keperluan Pribadi dari Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan perhiasan yang bahan utamanya dari logam mulia selain untuk keperluan pribadi, seperti: peralatan makan dan minum, barang hiasan untuk rumah tangga, piala, medali dan noveltis, termasuk bagian dan perlengkapannya; 25. Industri Barang Perhiasan Bukan untuk Keperluan Pribadi dari bukan Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan barang-barang perhiasan dari logam tidak mulia selain untuk keperluan pribadi, seperti: tempat cerutu, tempat sirih, piala, medali, dan vas bunga, termasuk pembuatan koin baik yang legal sebagai alat tukar maupun tidak. 26. Industri Alat-alat Musik Tradisional yang mencakup usaha pembuatan alat-alat musik tradisional, seperti: kecapi, seruling bambu, angklung, calung, kulintang, gong, gambang, gendang, terompet tradisional, rebab dan tifa; 27. Industri Alat-Alat Musik Non Tradisional yang mencakup usaha pembuatan alat-alat musik non tradisional, seperti: alat musik petik, (gitar, bas, dan sejenisnya), alat musik tiup (terompet, saxophone, clarinet, harmonika, dan sejenisnya), alat musik gesek (biola, cello, dan sejenisnya), alat musik perkusi (drum set, selofon, metalofon, dan sejenisnya), serta usaha pembuatan piano/organ, pianika, akordeon, dan garputala. 28. Industri Mainan yang mencakup usaha pembuatan macam-macam mainan, seperti: boneka dari kayu, kain, karet, dan sejenisnya, catur, mainan jenis kendaraan, mainan berupa senjata, toys set, dan mainan edukatif dari kayu, bambu atau rotan; 29. Industri Kerajinan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain yang mencakup usaha pembuatan barang-barang kerajinan dari bahan tumbuh-tumbuhan dan hewan, seperti: kerajinan pohon kelapa, tempurung, serabut, akar akaran, kulit, gading, tanduk, tulang, bulu, rambut, binatang yang diawetkan dan barang-barang lukisan; 30. Perdagangan Besar Barang-barang Keperluan Rumah Tangga khususnya mencakup usaha perdagangan besar peralatan dan perlengkapan rumah tangga, seperti: perabot rumah tangga (furnitur), peralatan dapur dan memasak, lampu dan perlengkapannya, peralatan dari kayu, wallpaper, karpet dan sebagainya; 31. Perdagangan Besar berbagai Barang-barang dan Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, mencakup usaha perdagangan besar berbagai barang-barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya, seperti: mainan anak-anak, jam dan sejenisnya, perhiasan, barang-barang dari kulit, dan barang kerajinan lainnya; 32. Perdagangan Eceran Barang Perhiasan yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang perhiasan baik terbuat dari batu mulia, ataupun bukan logam mulia seperti: berlian, intan, batu aji, serbuk dan bubuk intan, cincin, kalung, gelang, giwang/anting-
Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia
45
anting, tusuk konde peniti, bross, ikat pinggang, dan kancing dari logam mulia (platina, emas, dan perak); 33. Perdagangan Eceran Jam yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus berbagai jam, seperti: arloji tangan, arloji saku, jam dinding, jam beker, lonceng, dan alat ukur lainnya, termasuk juga bagian dari arloji dan jam; 34. Perdagangan Eceran Furnitur yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus furnitur, seperti: meja, kursi, lemari, tempat tidur, rak buku, raks epatu, dan bufet, serta perdagangan eceran khusus kasur dan bantal/guling; 35. Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Batu atau Tanah Liat yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang pecah belah dan perlengkapan dapur yang terbuat dari batu atau tanah liat, seperti: piring, mangkok, cangkir, teko, kendi, periuk, cobek, tempayan, lumpang, asbak, dan uleg-uleg; 36. Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Kayu, Bambu, atau Rotan yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang pecah belah dan perlengkapan dapur yang terbuat dari kayu, bambu, atau rotan, seperti: rak bambu, alu, lesung, parutan kelapa, telenan, papan gilesan, centong, bakul, tampah, kukusan, kipas, tudung saji, tusukan sate, gilingan daging; 37. Perdagangan Eceran Alat-alat Musik yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus alat-alat musik, baik alat musik tradisional maupun alat musik modern, seperti: kecapi, seruling bambu, calung, angklung, kulintang, gamelan, set, rebab, rebana, tifa, sasando, flute, saxophone, harmonika, trombone, gitar, mandolin, ukulele, harpa, bass, gambus, biola, cello, piano/organ, drumset, dan garpu tala; 38. Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kayu, Bambu, Rotan, Pandan, Rumput, dan sejenisnya yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari kayu, bambu, rotan, pandan, rumput, dan sejenisnya, seperti: patung, topeng, relief, ukiran nama, wayang, pigura, kap lampu, bingkai, talam/baki, tas, keranjang, tikar, topi, tudung, kerai, hiasan dinding, dan keset; 39. Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kulit, Tulang, Tanduk, Gading, Bulu, dan Binatang/Hewan yang diawetkan yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari kulit, tulang, tanduk, bulu, dan binatang/hewan yang diawetkan, seperti: kipas dari kulit penyu, karangan bunga dari kulit kerang, pipa rokok dari tulang, pajangan dari tanduk, pajangan dari gading, pajangan dari bulu burung merak, dan binatang/hewan yang diawetkan; 40. Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Logam yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari logam, seperti: vas bunga, patung, tempat lilin, piala, medali, dan gantungan kunci; 41. Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Keramik yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari keramik, seperti: patung, vas bunga, asbak, tempat sirih, celengan, dan pot bunga; 42. Perdagangan Eceran Mainan Anak-anak yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus macam-macam mainan anak-anak, seperti: boneka, bekel, congklak, scrable, karambol,
46
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
mainan yang berupa alat musik, mobil-mobilan, mainan berupa senjata, mainan berupa alat memasak, dan mainan berupa perabotan rumah tangga; 43. Perdagangan Eceran Lukisan yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barangbarang lukisan, seperti: lukisan orang, lukisan binatang, dan lukisan pemandangan; 44. Perdagangan Eceran Barang-barang Kerajinan, Mainan Anak-anak, dan Lukisan lainnya; 45. Perdagangan Eceran Kaki Lima Barang Kerajinan yang mencakup usaha perdagangan eceran kaki lima barang kerajinan dari kayu, bambu, rotan, pandan, rumput dan sejenisnya, kulit, tulang, tanduk, gading, bulu dan hewan yang diawetkan, logam, keramik yang dilakukan dipinggir jalan umum, serambi muka (emper), toko atau tempat tetap dipasar yang dapat dipindah-pindah atau didorong seperti: patung, topeng, relief, ukiran nama, wayang , keranjang, tikar, topi/tudung, kerai, pajangan dari tanduk, pipa rokok dari tulang, vas bunga, tempat lilin piala dari logam, asbak, celengan pot bunga dari keramik, dan lain-lain; 46. Perdagangan Eceran Kaki Lima Lukisan. Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran barang-barang lukisan yang dilakukan dipinggir jalan umum, serambi muka (emper), toko atau tempat tetap dipasar yang dapat dipindah-pindah atau didorong seperti: lukisan orang, binatang, dan pemandangan.
2.2.3 Model Bisnis di Industri Kerajinan Proses bisnis yang terjadi pada sub sektor kerajinan bisa dikatakan sesuai dengan yang terjadi pada ekosistem-nya, yaitu dimana ada empat aktivitas utama-nya. Pertama, ketika perajin dengan proses kreatif-nya mencari inspirasi, baik itu dilakukan-nya sendiri, atau melalui bantuan designer. Masih dalam proses kreasi ini, biasanya sang perajin akan membuat sketsa, lalu desain awal hingga membuat model. Proses kedua ini yang cukup panjang. Ditahap kedua ini ia akan menanyakan ke pihak-pihak pendukung dalam studio-nya, apakah model kerajinan tersebut disetujui dan akan berlanjut ke pembuatan prototype. Setelah itu biasanya akan ada tes pasar yang dilakukan terbatas. Dari hasil tes pasar tersebut, maka sang perajin akan mendapatkan masukan untuk mengkoreksi dan membetulkan produknya. Kemudian setelah melewati tahap penyempurnaan, maka produk itu baru akan diproduksi untuk diperbanyak. Seiring dengan waktu, muncul juga model bisnis kerajinan yang baru. Di model ini, muncul 1 pihak baru yaitu pengusaha kerajinan. Dengan bekal pengetahuan wiraswasta, pengetahuan pasar lebih baik, maka pengusaha kerajinan ini menjaring beberapa perajin yang dijadikan mitra dalam berusaha. Pengusaha ini akan membawa ide mengenai design sebuah produk kerajinan yang diminati pasar dan kemudian akan membuat pesanan ke para perajin. Setelah jadi produk akhirnya, maka pengusaha ini yang akan melaksanakan kegiatan pemasaran-nya.
Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Subsektor Kerajinan Indonesia
47
48
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
BAB 3 Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia
BAB 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia
49
3.1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Merupakan suatu keharusan untuk memperhitungkan peran subsektor kerajinan secara umum dalam perekonomian Indonesia dan secara khusus kepada ekonomi kreatif. Peran atau kontribusi kerajinan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai data awal untuk perumusan kebijakan di Indonesia yang terkait dengan subsektor kerajinan. Diketahui bahwa kontribusi kerajinan dalam pembangunan Indonesia adalah besar dan penting. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dijelaskan kontribusi ekonomi kerajinan yang dapat dilihat dari lima aspek dasar. Adapun kelima aspek tersebut adalah; produk domestik bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan berdasarkan kontribusi terhadap ekspor nasional. Aspek pertama yaitu dengan dasar produk domestik bruto akan menggambarkan besaran hasil produksi yang mampu dikeluarkan oleh pengrajin dalam 1 tahun. Aspek kedua melihat dari dasar berapa besar tenaga kerja yang mampu diserap oleh subsektor kerajinan. Aspek ketiga akan melihat seberapa besar kerajinan mampu menghasilkan usaha-usaha baru di Indonesia. Selanjutnya aspek keempat melihat besaran permintaan atau konsumsi rumah tangga akan produk kerajinan. Dan terakhir aspek kelima melihat jumlah ekspor produk kerajinan kepada keseluruhan ekspor dari Indonesia. Berikut dalam Tabel 3-1 dipaparkan data kinerja kontribusi kerajinan berdasarkan pada lima aspek tersebut. Tabel 3 - 1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan (2010-2013)
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATARATA
1.
Berbasis Produk Domestik Bruto
a
Nilai Tambah Subsektor (ADHB)*
Miliar Rupiah
72,955.16
79,516.69
84,222.86
92,650.89
82,336.40
b
Kontribusi Nilai Tambah Subsektor terhadap Ekonomi Kreatif (ADHB)*
Persen
15.42
15.09
14.55
14.44
14.88
c
Kontribusi Nilai Tambah Subsektor terhadap Total PDB (ADHB)*
Persen
1.13
1.07
1.02
1.02
1.06
d
Pertumbuhan Nilai Tambah Subsektor (ADHK)**
Persen
-
3.51
1.91
6.38
3.93
2.
Berbasis Ketenagakerjaan
a
Jumlah Tenaga Kerja Subsektor
2,909,574.37
2,988,100.67
3,077,098.67
3,109,047.21
3,020,955
50
Orang
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATARATA
b
Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Sektor Ekonomi Kreatif
Persen
25.31
25.62
26.08
26.19
25.80
c
Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Nasional
Persen
2.69
2.72
2.78
2.81
2.75
d
Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Subsektor
Persen
-
2.70
2.98
1.04
2.24
e
Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor
Ribu Rupiah/ Pekerja Pertahun
7,766
7,827
7,746
8,155
7,873.54
3.
Berbasis Aktivitas Perusahaan
a
Jumlah Perusahaan Subsektor
Perusahaan
1,054,753
1,063,645
1,071,680
1,076,612
1,066,673
b
Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Jumlah Perusahaan Ekonomi Kreatif
Persen
20.04
19.95
19.85
19.86
19.93
c
Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Total Usaha
Persen
1.94
1.94
1.93
1.92
1.93
d
Pertumbuhan Jumlah Perusahaan
Persen
-
0.84
0.76
0.46
0.69
e
Nilai Ekspor Subsektor
Juta Rupiah
15,539,776.54
17,773,446.95
20,176,373.93
21,723,601.04
18,803,299.61
f
Kontribusi Ekspor Subsektor terhadap Ekspor Sektor Ekonomi Kreatif
Persen
16.07
16.90
18.32
18.26
17.39
Bab 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia
51
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATARATA
g
Kontribusi Ekspor Subsektor terhadap Total Ekspor
Persen
0.98
0.91
1.01
1.04
0.99
h
Pertumbuhan Ekspor Subsektor
Persen
-
14.37
13.52
7.67
11.85
4.
Berbasis Konsumsi Rumah Tangga
a
Nilai Konsumsi Rumah Tangga Subsektor
Juta Rupiah
110,447,341.00
121,993,598.46
133,549,297.45
145,267,724.11
127,814,490.25
b
Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Subsektor terhadap Konsumsi Sektor Ekonomi Kreatif
Persen
17.19
17.24
17.08
16.76
17.07
c
Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga
Persen
3.03
3.01
2.97
2.88
2.97
d
Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga
Persen
-
10.45
9.47
8.77
9.57
*ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku
**ADHK = Atas Dasar Harga Konstan
Sumber: Badan Pusat Statistik 2014, diolah
3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB) Jika dibandingkan dengan nilai tambah sub sektor lain dalam kategori ekonomi kreatif, kontribusi nilai tambah yang diberikan terhadap PDB oleh subsektor Kerajinan dapat dikatakan cukup besar, yakni pada rata-rata 1,06%. Subsektor Kerajinan berada pada urutan nomor 3 terbesar penyumbang PDB setelah subsektor Kuliner dan Mode. Sehingga dirasakan perlunya stimulasi subsektor ini agar dapat berkembang lebih baik. Namun jika dilihat perkembangannya tampak bahwa kontribusi subsektor Kerajinan terhadap PDB Indonesia berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan mengalami penurunan setiap tahun. Hal ini ditunjukkan dari besaran nilai tambah yang dihasilkan dan persentase laju pertumbuhannya yang secara rata-rata mencapai 1,06%. Dari tingkat laju pertumbuhan subsektor itu sendiri, subsektor Kerajinan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan rendah di ekonomi kreatif, 3,93%. Sedangkan subsektor Teknologi informasi bertumbuh pada tingkat rata-rata 8,81%. Walaupun begitu, pertumbuhan di subsektor Kerajinan tahun 2013 merasakan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Di mana dibanding tahun 2012 pertumbuhannya pada tingkat 6, 38%. Bisa dikatakan
52
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Perlambatan di tahun 2012 tidak hanya dialami oleh subsektor Kerajinan, namun juga terjadi hampir di seluruh subsektor ekonomi kreatif. Tabel 3 - 2 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis PDB Tahun 2010-2013
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATARATA
1.
Berbasis Produk Domestik Bruto
A
Nilai Tambah Subsektor (ADHB)
Miliar Rupiah
72,955.16
79,516.69
84,222.86
92,650.89
82,336.40
B
Kontribusi Nilai Tambah Subsektor terhadap Ekonomi Kreatif (ADHB)
Persen
15.42
15.09
14.55
14.44
14.88
C
Kontribusi Nilai Tambah Subsektor terhadap Total PDB (ADHB)
Persen
1.13
1.07
1.02
1.02
1.06
D
Pertumbuhan Nilai Tambah Subsektor (ADHK)
Persen
-
3.51
1.91
6.38
3.93
Sumber: Badan Pusat Statistik
3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan Pada bagian ini kita melihat perkembangan subsektor Kerajinan dari sisi tenaga kerja yang ada. Data Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di sektor ini merupakan kedua terbesar setelah subsektor Mode. Hal ini cukup menggembirakan bahwa subsektor Kerajinan mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Tingkat partisipasi tenaga kerja subsektor Kerajinan terhadap ketenagakerjaan Nasional masih terbilang rendah, yaitu hanya pada rata-rata 2,75%. Tetapi tingkat partisipasinya pada ketenagakerjaan ekonomi kreatif menunjukan sebaliknya, yaitu pada tingkat rata-rata 25,80%. Namun secara keseluruhan, tingkat partisipasi subsektor ini baik. Hal ini terlihat bahwa angka partisipasi kepada ekonomi kreatif dan nasional terus meningkat dari tahun 2010 hingga 2013. Jika dibandingkan tahun 2012, pada tahun 2013 subsektor Kerajinan mengalami penurunan laju pertumbuhan tenaga kerja. Sementara ditinjau dari produktivitas tenaga kerja, subsektor Kerajinan termasuk ke dalam salah satu subsektor yang menghasilkan produktivitas terendah dibanding subsektor lainnya. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah dalam membuat kebijakan ketenagakerjaan. Sehingga para tenaga kerja baru dapat melihat potensi subsektor ini dan tertarik berkarya di subsektor ini.
Bab 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia
53
Tabel 3 - 3 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Ketenagakerjaan Tahun 2010-2013
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATARATA
2.
Berbasis Ketenagakerjaan
A
Jumlah Tenaga Kerja Subsektor
Orang
2,909,574.37
2,988,100.67
3,077,098.67
3,109,047.21
3,020,955
B
Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Sektor Ekonomi Kreatif
Persen
25.31
25.62
26.08
26.19
25.80
c
Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Nasional
Persen
2.69
2.72
2.78
2.81
2.75
d
Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Subsektor
Persen
-
2.70
2.98
1.04
2.24
e
Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor
Ribu Rupiah/ Pekerja Pertahun
7,766
7,827
7,746
8,155
7,873.54
Sumber: Badan Pusat Statistik
3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan Jumlah perusahaan yang bergerak di subsektor Kerajinan pada tahun 2013 mencapai 1.076.612 perusahaan, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 0.69%. Dari segi jumlah perusahaan, subsektor Kerajinan termasuk ke-2 terbesar setelah subsektor Mode. Namun telihat bahwa laju pertumbuhannya di semakin menurun sejak tahun 2011. Hal ini memberikan sinyal adanya kejenuhan dari pelaku usaha untuk masuk ke dalam industri ini. Jika dilihat dari nilai ekspor, lagi-lagi subsektor Kerajinan termasuk nomor 2 terbesar setelah subsektor Mode. Untuk kontribusi kepada ekspor ekonomi kreatif dan total ekspor subsektor Kerajinan cukup baik. Hal ini terlihat dari meningkatnya kontribusi subsektor Kerajinan kepada kedua hal tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah laju pertumbuhan ekspor subsektor Kerajinan, yang ternyata semakin rendah sejak 2011. Sementara dari nilai impor dapat dikatakan subsektor Kerajinan memiliki trend ketergantungan pada impor yang rendah.
54
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Tabel 3 - 4 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Aktivitas Usaha Tahun 2010-2013
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATARATA
3.
Berbasis Aktivitas Perusahaan
a
Jumlah Perusahaan Subsektor
Perusahaan
1,054,753
1,063,645
1,071,680
1,076,612
1,066,673
b
Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Jumlah Perusahaan Ekonomi Kreatif
Persen
20.04
19.95
19.85
19.86
19.93
c
Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Total Usaha
Persen
1.94
1.94
1.93
1.92
1.93
d
Pertumbuhan Jumlah Perusahaan
Persen
-
0.84
0.76
0.46
0.69
e
Nilai Ekspor Subsektor
Juta Rupiah
15,539,776.54
17,773,446.95
20,176,373.93
21,723,601.04
18,803,299.61
f
Kontribusi Ekspor Subsektor terhadap Ekspor Sektor Ekonomi Kreatif
Persen
16.07
16.90
18.32
18.26
17.39
g
Kontribusi Ekspor Subsektor terhadap Total Ekspor
Persen
0.98
0.91
1.01
1.04
0.99
h
Pertumbuhan Ekspor Subsektor
Persen
-
14.37
13.52
7.67
11.85
Sumber: Badan Pusat Statistik
3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga Subsektor Kerajinan memiliki nilai konsumsi rumah tangga ke-3 terbesar setelah kuliner dan mode. Kabar ini merupakan kabar baik baik pelaku usaha di subsektor Kerajinan. Tetapi yang perlu diwaspadai adalah laju pertumbuhannya konsumsinya yang menurun sejak 2011. Hal perlu menjadi perhatian bagi setiap pihak yang terkait dengan subsektor Kerajinan, agar bisa membuat rumah tangga mempertimbangkan dan mengkonsumsi produk-produk kerajinan Indonesia.
Bab 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia
55
Tabel 3 - 5 Kontribusi Ekonomi Subsektor Kerajinan Berbasis Konsumsi Rumah Tangga Tahun 2010-2013
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATARATA 127,814,490.25
a
Nilai Konsumsi Rumah Tangga Subsektor
Juta Rupiah
110,447,341.00
121,993,598.46
133,549,297.45
145,267,724.11
b
Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Subsektor terhadap Konsumsi Sektor Ekonomi Kreatif
Persen
17.19
17.24
17.08
16.76
17.07
c
Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga
Persen
3.03
3.01
2.97
2.88
2.97
d
Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga
Persen
-
10.45
9.47
8.77
9.57
Sumber: Badan Pusat Statistik
3.2 Kebijakan Pengembangan Subsektor Kerajinan Terdapat beberapa kebijakan yang memberikan dampak langsung pada kinerja subsektor kerajinan. Berikut adalah analisis terhadap kebijakan-kebijakan tersebut: 1. Undang-undang No. 14 tahun 1997 tentang Perlindungan Perindustrian dan Undang-undang No. 12 tahun 1997 tentang Hak cipta. Kedua undang-undang ini menjadi dasar dukungan hukum untuk subsektor ekonomi kreatif. Pada UU No. 14/1997 tentang perlindungan perindustrian dikatakan bahwa “desain produk industri mendapat perlindungan hukum yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah.” Dan kemudian ditambahkan, “barang siapa dengan sengaja tanpa hak melakukan peniruan desain produk industri sebagaimana dimaksud dalam pasal diatas, dipidana selama-lamanya 2 (dua) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Sedangkan dari UU.12/1997 tentang Hak Cipta secara spesifik memberikan sanksi yang lebih berat dibanding dengan UU. No. 14/1997. Disini dikatakan bahwa bab VI pasal 44 ayat 1, “Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
56
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).” Dan kemudian ditegaskan pada ayat 2, “barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).” Dari kedua undang-undang tersebut jelas bahwa produk kerajinan yang dihasilkan oleh para perajin mendapatkan jaminan perlindungan atas tindakan pembajakan. 2. Selanjutnya undang-undang tentang hak cipta diperbaharui dengan dikeluarkannya; Undang-undang No. 12 tahun 2002 tentang Hak Cipta. 3. Undang-undang No.31 tahun 2000 tentang Desain Industri. Pada undang-undang ini juga dikatakan mengenai perlindungan kepada desain industri, termasuk di dalamnya untuk kepentingan membuat kerajinan tangan. Hal ini disebutkan dalam Bab I, pasal 1, “Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.” Bisa disimpulkan bahwa tantangan terbesar dari sisi kebijakan untuk subsektor kerajinan adalah bagaimana peran pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jenderal HaKI, Kementerian Hukum dan HAM RI) agar dapat mensosialisasikan Undang-Undang yang terkait dengan Hak Cipta kepada masyarakat. Hal ini karena masih banyaknya karya masyarakat yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia di daerah-daerah, yang belum mendapatkan perlindungan hukum. Ditambah lagi, masyarakat yang belum menyadari arti penting dari pendaftaran/pendataan karya cipta dan karya kreatif tersebut. Diharapkannya pemerintah daerah pun juga berperan sama, yaitu menyadarkan arti penting hak cipta kepada setiap perajin di daerahnya. Sehingga mereka akan langsung merasakan manfaat komersial dari produk kerajinan mereka.
3.3 Struktur Pasar Subsektor Kerajinan Struktur Pasar subsektor Kerajinan: Monopolistik. Sifat-sifat monopolistik adalah: ada banyaknya perusahaan, dan masuknya perusahaan baru ke pasar ini adalah bebas (tidak ada hambatan). Tetapi barang yang dihasilkan setiap perusahaan adalah berbeda. Berbeda karena, setiap perusahaan menjual merek atau versi barang yang berbeda dalam hal kualitas, tampilan ataupun reputasi. Sehingga setiap perusahaan merupakan produsen satu-satunya dari merek tersebut. Besarnya kesuksesan tergantung pada seberapa sukses sang perusahaan dapat membedakan produknya dari produkproduk perusahaan lain. Kekuasaan yang bagaikan memiliki monopoly ini pada dasarnya terbatas. Hal ini karena sebetulnya para konsumen dapat dengan mudah berpindah kepada merek substitusi (penggantinya). Oleh karena itu, itulah sebabnya ada usaha-usaha kerajinan yang mengenakan harga barang kerajinannya mahal tetapi tidak jauh lebih mahal dari substitusi terdekatnya. Pasar monopolistik memiliki 2 karakter. Karakter pertama, perusahaan akan bersaing dengan menjual produk yang berbeda tetapi mudah digantikan oleh perusahaan lain, tapi barang penggantinya tersebut tidaklah pengganti yang sempurna atau barang yang sama persis. Karaketer kedua, bagi perusahaan adalah bebas untuk masuk dan keluar pasar dengan merek mereka. Sehingga jika ada perusahaan lama yang merasa usahanya tidak menguntungkan lagi, maka mereka pun bebas untuk keluar dari pasar tersebut.
Bab 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia
57
Kedua karakter itupun akan terlihat pada pasar produk-produk Kerajinan. Untuk karakter yang pertama, sebuah perusahaan batik tidak akan membuat satu buah baju batik yang sama persis dengan perusahaan batik lainnya. Mungkin yang terjadi adalah kemiripan motif, tetapi hanya sampai di situ, sifat-sifat produk lainnya bisa berbeda. Karakter yang kedua adalah, jika ada perusahaan batik yang ingin masuk pasar ini, maka mereka bisa masuk dan keluar sesuai keinginan berusahanya mereka. Tidak ada hambatan untuk masuk dan keluar menjadi pemain di pasar produsen batik. Oleh karena mudah masuknya pesaing ke pasar ini, maka disarankan agar pemain-pemain di pasar monopolistik ini untuk bisa membedakan produknya tidak hanya melalui keunikan produknya. Mereka bisa saja membedakan penawaran produknya melalui cara lain seperti; membuka toko di lokasi lain, keahlian dari para agen penjualan, bahkan sampai kemudahan pembayaran akan produk-produknya.
3.4 Daya Saing Subsektor Kerajinan Gambar 3 - 1 Kinerja Daya Saing Subsektor Kerajinan Saat Ini
Hasil focus group discussion dan indepth interview dengan pengamat subsektor ini, diketahui bahwa daya saing produk kerajinan Indonesia cukup baik di dalam negeri. Selain karena karakter pasar kerajinan yang menawarkan produk-produk yang unik dan tidak sama persis, juga penyebabnya adalah perilaku konsumen Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa pada dasarnya, konsumen dalam negeri kita masih loyal dengan produk-produk kerajinan yang khususnya dibuat oleh perajin dari Indonesia. Yang menjadi tantangan daya saing adalah ketika produk kerajinan Indonesia dibandingkan dengan produk serupa dari negara lain. Oleh karena itu, tantangan daya saing ini terasa sekali di pasar luar negeri. Hal ini berarti tidak adanya lagi sentimen nasionalisme dari konsumen dan pilihan didasarkan pada kualitas produk. Kualitas produk disini adalah seperti kerapihan produk, penggunaan bahan yang baik, produk bisa tahan lama, ketepatan produksi barang, dan lain-lain.
58
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Sering kali hal-hal kualitas produk kerajinanlah yang membuat konsumen akan membeli. Dan karena sering kali kualitas produk yang tidak standard dan tidak konsisten inilah yang akhirnya menggerogoti daya saing produk-produk kerajinan dari Indonesia di pasar luar negeri. Indonesia merupakan pasar yang potensial dikarenakan ukuran pasar yang besar dan kondisi perekonomian makro yang dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonominya. Tetapi untuk memiliki subsektor kerajinan yang kuat dan berkembang, maka kita tidak dapat untuk terus bergantung kepada pasar dalam negeri.
3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Subsektor Kerajinan Pada bagian ini dijelaskan potensi dan permasalahan subsektor Industri Kreatif di Indonesia, dengan merujuk 7 isu strategis yang dialami oleh ekonomi kreatif, yaitu: sumber daya kreatif, sumber daya pendukung, industri, pembiayaan, pemasaran, infrastruktur dan teknologi, serta kelembagaan. Tabel 3 - 6 Potensi dan Permasalahan Penembangan Subsektor Kerajinan
POTENSI (Peluang dan Kekuatan)
PERMASALAHAN (Tantangan, Hambatan, Kelemahan, Ancaman)
1.
SUMBER DAYA KREATIF
1
Dilihat dari besarnya jumlah populasi penduduk Indonesia usia produktif di masa depan. Hal ini akan berguna sebagai tenaga pengrajin ataupun tenaga pendukung bagi pengrajin di masa-masa depan.
1
Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia di bidang kerajinan (kurangnya SDM yang berkualitas, mulai dari sikap & mentalnya).
2
Banyaknya SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) kerajinan, ditambah adanya perguruan tinggi senirupa & design.
2
Sangat sedikitnya potensi orang kreatif, dari populasi orang muda yang jumlahnya besar (proporsi).
3
Pendidikan nonformal di bidang kerajinan, seperti kursus-kursus di bidang kerajinan.
3
Sulitnya alih pengetahuan antar generasi tua ke generasi muda, karena adanya perbedaan orientasi antar generasi. Misalnya, generasi muda yang ingin serba cepat dan kurang menyukai seni tradisional.
4
Terjadinya kolaborasi & sinergi dengan lembaga pendidikan formal & nonformal manajemen. Sebagai contoh, dengan kerjasama dengan sekolah tinggi ekonomi ataupun fakultas ekonomi sebuah universitas.
4
Hilangnya para maestro craft, dan belum sempat alih pengetahuan.
5
Kurangnya sekolah-sekolah yang mampu mencetak orang kreatif
6
Kurangnya berpikir secara “out of the box”, khususnya dari sisi pengrajin.
7
Kurangnya pemahaman akan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) dalam kegiatan ekonomi kreatif umumnya dan khususnya di industri kerajinan.
8
Kurikulum pendidikan yang tidak mendukung dihasilkannya orang-orang kreatif
9
Tidak mendukung motivasi/keinginan berwirausaha
Bab 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia
59
POTENSI (Peluang dan Kekuatan)
60
PERMASALAHAN (Tantangan, Hambatan, Kelemahan, Ancaman) 10
Tidak adanya kesinambungan antara kurikulum SMK dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi (polytechnic seni, pendidikan seni rupa).
11
Seringkali tidak tepat sasarannya kegiatan pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada pengrajin.
12
Tidak tepatnya pemangku kepentingan dalam pengelolaan & pelaksanaan program/ pelatihan.
2.
SUMBER DAYA PENDUKUNG
1
Kayanya nilai budaya & tradisi Indonesia yang tersebar di berbagai daerah.
1
Kurangnya pendataan, pengembangan, & pengadaan bahan-bahan berasal dari sumber daya alam Indonesia.
2
Materi bahan mentah untuk produkproduk kerajinan yang tersedia di dalam negeri dalam jumlah yang tidak sedikit juga.
2
Kurang optimalnya pengelolaan & distribusi sumber daya alam sebagai bahan baku untuk industri kerajinan.
3
Terjadinya Cross learning (pembelajaran) antar budaya di satu daerah dengan daerah lain yang mengakibatkan semakin luasnya persebaran budaya di Indonesia.
3
Tidak ada dan/atau kurangnya kebijakan untuk pengadaan & pengembangan berbagai jenis bahan baku siap pakai untuk industri kerajinan yang standard.
4
Adanya anggapan bahwa bahan mentah kerajinan lebih baik di ekspor ke negaranegara pesaing.
5
Kurangnya pendataan, pendokumentasian karya-karya budaya yang dapat mengembangkan kerajinan Indonesia.
6
Kurangnya promosi terhadap potensi sumber daya budaya.
3.
INDUSTRI
1
Masih adanya kewajiban bagi BUMN dan perusahaan swasta agar mengikuti program pendampingan kemitraan dengan pengrajin.
1
Kurangnya R & D (research & development) oleh para pengrajin (Orang kreatif).
2
Adanya sistem penjamin kualitas & standard, seperti curator dan system standard dalam produksi barang kerajinan yang massal.
2
Kurangnya fasilitasi mesin & peralatan dalam proses produksi barang kerajinan.
3
Kurangnya kegiatan produksi barang kerajinan yang berkelanjutan & ramah lingkungan
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
POTENSI (Peluang dan Kekuatan) 4.
PEMBIAYAAN
1
Pengrajin sekarang mendapat kesempatan akan akses dana untuk operasional produksi kerajinan mereka. Yang mana bersumber dari: 1. Produk kredit pembiayaan, baik itu berasal dari perbankan dan juga non perbankan. 2. Koperasi di tingkat daerah juga membantu pembiayaan ke para pengrajin. 3. Dana CSR (Corporate Social Responsibility) dari perusahaanperusahaan swasta. 4. Lembaga pemerintah, seperti BUMN (Badan Usaha Milik Negara). 5. Lembaga/perusahaan asing, seperti lembaga bantuan dari luar negeri ataupun dari perusahaan luar negeri.
PERMASALAHAN (Tantangan, Hambatan, Kelemahan, Ancaman)
1
tidak adanya lembaga yg memberikan pendanaan ke pelaku usaha kerajinan dengan konsep “angel investor”/model ventura.
2
banyak pelaku usaha kerajinan yang mengetahui ttg produk kredit ke usaha kecil, tapi belum banyak yang memanfaatkan.
3
secara umum sumber pendanaan untuk men-support industri kerajinan di Indonesia, adalah kecil. Dalam arti masih bermodel harus dengan jaminan kredit seperti di perbankan ketika mengucukan kredit kepada perusahaan biasa.
5.
PEMASARAN
1
Potensi permintaan dari pasar dalam & luar negeri
1
Lemahnya posisi pengrajin dalam menentukan harga dengan pembeli, karena lemahnya posisi asosiasi pengrajin.
2
Online marketing (termasuk di dalamnya peran social media).
2
Belum kuatnya penggunaan produk kerajinan lokal di outlet potensial, terutama hotel & restaurant.
3
Terlihat dari pameran kerajinan di dalam negeri yang selalu padat
3
Belum optimalnya penggunaan produk kerajinan di instansi pemda ataupun swasta nasional/daerah.
4
Jumlah kelas menengah di Indonesia yang besar dan memiliki daya beli yang besar juga.
4
Belum dimanfaatkannya teknologi informasi sebagai sarana pemasaran yang efektif.
5
Tren penggunaan kerajinan lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
5
Lemahnya pemahaman tentang konsep branding dalam pemasaran kerajinan.
6
Semakin banyaknya permintaan produk yang dihasilkan dengan keterampilan tangan yang sangat tinggi.
6
Kurangnya pengetahuan tentang manajemen, usaha, pemasaran, keuangan dsb.
7
Semakin banyaknya pengrajin yang menjual produk dengan memasukan unsur “pengalaman mencoba” & lengkap beserta cerita mengenai kerajinan tersebut.
7
Tidak adanya kebijakan klasifikasi pasar industri kerajinan berdasarkan klasifikasi produk kerajinannya.
Bab 3: Kondisi Umum Subsektor Kerajinan di Indonesia
61
POTENSI (Peluang dan Kekuatan)
62
PERMASALAHAN (Tantangan, Hambatan, Kelemahan, Ancaman) 8
Belum siapnya IKM (Industri Kecil Menengah) kerajinan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (di antaranya produk kerajinan impor yang lebih murah).
9
Produk kerajinan yang dibuat di luar daerah asal kerajinan tersebut, dan masuk kembali ke daerah asal sebagai produk pesaing.
6.
INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI
1
Perkembangan teknologi informasi menciptakan beberapa potensi bagi subsektor kerajinan. Seperti perkembangan teknologi baru untuk produksi, sehingga proses produksi barang menjadi lebih efisien dan juga efektif.
1
Kurangnya pengembangan alat-alat produksi yang efisien & efektif.
2
Munculnya teknologi dalam produksi barang-barang kerajinan.
2
Belum terserapnya secara optimal subsidi dana atau skema pengadaan dan/atau pengembangan teknologi bagi industri kerajinan, khususnya program dari pemerintah.
3
Kurangnya teknologi yang dapat memaksimalkan bahan baku berasal dari sumber daya alam Indonesia.
7.
KELEMBAGAAN
1
Peran aktif dari lembaga pemerintah (kementerian, BUMN).
1
Penguatan lembaga konsultasi HKI terutama di daerah, sehingga mereka bisa memberikan pemahaman HKI kepada pengrajin.
2
Peran aktif dari lembaga swasta.
2
Kurangnya koordinasi antar kementerian terkait kebijakan didalam industri kerajinan. (Perindustrian, Perdagangan, KUKM dan Kemenparekraf).
3
Peran aktif dari Asosiasi untuk bantu pengrajin berkembang.
3
Lemahnya penegakan hukum dan HKI.
4
Belum optimalnya kebijakan pemerintah yang mendukung pemasaran produk kerajinan. Di antaranya kebijakan pajak, promosi, pengadaan bahan baku, infrastruktur, dsb.
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
64
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
BAB 4 Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
BAB 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
65
4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015-2019 Arahan RPJPN 2005-2025, pembangunan nasional tahap ketiga (2015-2019) adalah ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan iptek yang terus meningkat. Pembangunan periode 2015-2019 tetap perlu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi haruslah inklusif dan berkelanjutan, yaitu meminimasi permasalahan sosial dan lingkungan. Pembangunan inklusif dilakukan terutama untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antar penduduk dan ketimpangan kewilayahan antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan kawasan timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan manfaat yang bisa dirasakan generasi mendatang dengan memperbaiki kualitas lingkungan (sustainable). Tema pembangunan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah pembangunan yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang, maka fokus perhatian pembangunan nasional adalah: 1. Merealisasikan potensi ekonomi Indonesia yang besar menjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja yang layak (decent jobs) dan mengurangi kemiskinan yang didukung oleh struktur ekonomi dan ketahanan ekonomi yang kuat. 2. Membuat pembangunan dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia di berbagai wilayah Indonesia secara adil dan merata. 3. Menjadikan Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah dan perusahaan yang benar dan baik. 4. Menjadikan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari. Dalam rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 terdapat enam agenda pembangunan, yaitu: (1) Pembangunan Ekonomi; (2) Pembangunan Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan Pengelolaan Bencana (3) Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; (4) Pembangunan Kesejahteraan Rakyat; (5) Pembangunan Wilayah; dan (6) Pembangunan Kelautan. Pembangunan Ekonomi Kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. Memantapkan pengembangan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah memperkuat landasan kelembagaan untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan dengan melibatkan seluruh pemangku kebijakan. Landasan yang kuat akan menjadi dasar untuk mewujudkan daya saing nasional dengan memanfaatkan iptek dan kreativitas serta kedinamisan masyarakat untuk berinovasi, dan menciptakan solusi atas permasalahan dan tantangan yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan industri kreatif yang berdaya saing, beragam, dan berkelanjutan.
66
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Secara strategis pengembangan ekonomi kreatif tahun 2015-2019 bertujuan untuk menciptakan ekonomi kreatif yang berdaya saing global. Tujuan ini akan dicapai antara lain melalui peningkatan kuantitas dan kualitas orang kreatif lokal yang didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai dan berkualitas, peningkatan kualitas pengembangan dan pemanfaatan bahan baku lokal yang ramah lingkungan dan kompetitif, industri kreatif yang bertumbuh, akses dan skema pembiayaan yang sesuai bagi wirausaha kreatif lokal, pasar yang makin beragam dan pangsa pasar yang makin besar, peningkatan akses terhadap teknologi yang sesuai dan kompetitif, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif lokal. Subsektor kerajinan tentu saja akan mendukung pencapaian dari tujuan pembangunan ekonomi kreatif tersebut. Ada empat cara diharapkan kerajinan bisa membantu mencapainya. Yaitu, pertama dengan membuat permintaan yang kuat akan barang kerajinan Indonesia pada pasar dalam negeri. Kedua, dengan memperkuat kegiatan produksi kerajinan itu sendiri. Seperti dari sumber daya manusia pengrajin atau pendukungnya, akses permodalan yang mudah dan berbiaya rendah, serta menjamin adanya pasokan bahan mentah kerajinan. Ketiga, dengan merancang lingkungan usaha yang berdekatan dan saling mendukung dari sisi usaha. Sehingga diharapkan biaya lebih kecil dan pengetahuan bisa lebih mudah disebarkan diantara pihak-pihak terkait. Dan terakhir, keempat melalui penciptaan iklim usaha melalui kebijakan pemerintah agar terjadi persaingan yang sehat yang memacu perbaikan dan inovasi.
4.2 Visi, Misi, Tujuan, dan Pengembangan Kerajinan Visi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan kerajinan pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah dan terukur. Secara umum, kerangka strategis pengembangan kerajinan pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada gambar 4-1.
4.2.1 Visi Pengembangan Kerajinan Berdasarkan kepada keadaan subsektor kerajinan di Indonesia saat ini, termasuk potensi yang ada, serta tantangan yang mungkin menghadang dan juga arahan strategis pembangunan nasional dan pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi pengembangan kerajinan selama periode 2015-2019 adalah:
“
“
Terwujudnya subsektor kerajinan yang berdaya saing global serta berkontribusi pada kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan
Terwujudnya subsektor kerajinan yang berdaya saing global yang dimaksudkan disini adalah bahwa subsektor kerajinan adalah sektor unggulan dalam ekonomi kreatif di Indonesia. Hal ini terlihat dari besarnya kontribusi sektor kerajinan dalam PDB Indonesia, yang menempati posisi ketiga terbesar setelah subsektor kuliner dan mode. Melalui visi ini bisa dikatakan bahwa subsektor kerajinan bercita-cita menjadi pemenang dalam persaingan di pasar domestik maupun internasional. Posisi pemenang ini dapat diraih dengan memiliki daya saing yang baik. Dengan memiliki daya saing yang baik, pasar (dalam atau luar negeri) akan mampu melihat produk kerajinan Indonesia yang berkualitas.
Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
67
Berkontribusi pada kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan berarti dengan menjadi pemenang persaingan, diharapkan bisa menghantarkan pelaku di subsektor kerajinan menjadi sejahtera. Pelaku kerajinan di Indonesia masih mayoritas berskala UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Di subsektor ini pun dikenal bahwa kegiatan produksinya yang padat karya. Sehingga jika ada perajin yang mampu memenangi persaingan di pasar, maka akan membawa manfaat positif yang luas. Dalam arti, ketika usaha seorang perajin menjadi maju, maka karyawan beserta pihak-pihak yang terkait juga bisa semakin sejahtera.
VISI
Mengoptimalkan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, & berkelanjutan
Mengembangkan industri kerajinan yang berdaya saing, tumbuh, beragam, dan berkualitas
Mengembangkan lingkungan yang kondusif untuk pemberdayaan potensi dan pengetahuan kerajinan yang berdasarkan kreativitas dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
1
3
4
Terciptanya sumber pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing.
5
Terwujudnya industri kerajinan yang mampu menjawab kebutuhan dari pasar domestik dan internasional.
6
Terciptanya infrastruktur dan teknologi yang mendukung pelaku kerajinan untuk maju dan berkembang.
7
Terwujudnya kelembagaan yang menghargai proses kreatif dari setiap produk kerajinan.
7
Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses dan bersaing.
8
Meningkatkan akses pasar produk kerajinan di pasar domestik dan internasional
9
Meningkatnya ketersediaan jaringan telematika, logistik yang mendukung pengembangan kerajinan.
10
Meningkatnya penerapan teknologi produksi yang optimal untuk meningkatkan nilai tambah barang kerajinan yang berkualitas dan beragam.
11
Meningkatnya partisipasi aktif pemegang kepentingan dalam pengembangan kerajinan yang berkualitas dan berkelanjutan
TUJUAN
“Terwujudnya subsektor kerajinan yang berdaya saing global serta berkontribusi pada kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan.”
MISI
Tabel 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Kerajinan 2015 - 2019
2
SASARAN STRATEGIS
1
68
2
Terciptanya pelaku kreatif kerajinan yang berdaya saing dan mampu mengangkat potensi kekayaan lokal.
Terwujudnya industri kerajinan yang berkembang secara optimal dan berkualitas.
Terjaminnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya bagi kerajinan secara berkelanjutan Meningkatnya kuantitas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kerajinan
Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku dan pendukung kerajinan.
4
5
Meningkatnya wirausahawan kreatif kerajinan yang mampu mengembangkan produk sesuai dengan kondisi lokal dan internasional
Meningkatnya kualitas dan kuantitas usahausaha kerajinan di berbagai daerah
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
3
Tersedianya materi bahan mentah dan sumber budaya lokal bagi kerajinan, yang terpercaya, mudah, dan cepat di akses.
6
terciptanya karya kerajinan yang beragam dan berkualitas
12
Meningkatkan pemahaman aspek-aspek hukum terkait ekonomi kreatif dan Hak Kekayaan Intelektual serta menjamin perlindungan hukum bagi pelaku kreatif
13
Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku kreatif subsektor kerajinan.
14
Meningkatnya apresiasi kepada orang pelaku kerajinan dan karya kreatif mereka.
4.2.2 Misi Pengembangan Kerajinan Dalam mewujudkan Visi pengembangan subsektor Kerajinan tersebut, maka pencapaiannya akan melalui pelaksanakan Misi pengembangan subsektor Kerajinan 2015-2019, yaitu sebagai berikut: 1. Mengoptimalkan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, & berkelanjutan. Misi pertama ini memiliki 3 arti, yaitu: a. Mengembangkan sumber daya manusia penghasil dan pendukung kerajinan yang merata di seluruh wilayah Indonesia. Serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia penghasil kerajinan agar bisa menghasilkan barang kerajinan yang berdasarkan pada kekayaan nilai-nilai lokal dengan sentuhan kekinian sehingga mampu bersaing di tingkat global. b. Dalam pengembangan kerajinan ini pihak-pihak yang terkait harus dapat menjaga keseimbangan antara melestarikan nilai-nilai budaya lokal dengan memasukan unsur-unsur kekinian. Diharapkan dengan praktek ini bisa memperkuat karakter dan jatidiri bangsa Indonesia. c. Ketika mengembangkan kerajinan ini, penggunaan dan pengembangan sumber daya alam lokal juga harus bisa dilakukan secara berkelanjutan. Sehingga kegiatan penciptaan kerajinan ini bisa berlangsung secara terus menerus dan mampu memberikan nilai ke generasi selanjutnya. 2. Mengembangkan industri kerajinan yang berdaya saing, tumbuh, beragam, dan berkualitas, di sini berarti mampu membuat suatu ekosistem yang mendukung berkembangnya wirausaha di bidang kerajinan, serta mampu membuat dan meningkatkan karya kerajinan yang berkualitas 3. Mengembangkan lingkungan yang kondusif untuk pemberdayaan potensi dan pengetahuan kerajinan yang berdasarkan kreativitas dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Misi ini memiliki 2 arti, yaitu: a. Lingkungan kondusif berarti pemerintah dapat memfasilitasi terciptanya infrastruktur subsektor kerajinan yang kondusif. Hal ini termasuk di dalamnya: insitusi, peraturanperaturan yang dapat memberikan insentif pada penciptaan nilai barang-barang kerajinan dan mengatur kelancaran jalannya pasar barang kerajinan, serta akses pembiayaan dan pembentukan jejaring dan asosiasi. b. Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan berarti pemerintah meyakinkan seluruh pihak yang berkepentingan dari para pengrajin, akademis, hingga praktisi mampu ikut serta secara aktif mengembangkan kerajinan ini secara transparan dan akuntabel. Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
69
4.2.3 Tujuan Pengembangan Kerajinan Berdasarkan pada tiga misi yang diemban untuk pencapaian visi yang sudah ditetapkan, kemudian akan ditentukan 7 (tujuh) tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Terciptanya pelaku kreatif subsektor kerajinan yang berdaya saing dan mampu mengangkat potensi kekayaan lokal. Pelaku kreatif pada subsektor kerajinan ini mencakup dari pengrajin, sentra kerajinan tradisional, pengusaha kerajinan, studioworkshop kriya/desain, serta independent artist/designer. Pelaku kreatif yang berdaya saing artinya mempunyai keahlian dan pengetahuan untuk menciptakan dan mendukung karya kerajinan dengan tidak melupakan potensi-potensi dari dalam negeri. 2. Terjaminnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya bagi kerajinan secara berkelanjutan. Perlindungan berarti perlu adanya peraturan yang menjamin agar sumber daya alam juga dilestarikan, serta sumber daya budaya bisa dijaga dengan pengarsipan yang baik. Pengembangan artinya baik sumber daya alam atau budaya bisa digunakan sepenuhnya untuk inspirasi karya-karya kerajinan. Dan terakhir, pemanfaatan disini berarti semua pihak yang berkepentingan dapat memiliki akses ke sumber daya alam dan budaya tersebut dalam proses penciptaan nilai barang kerajinan di kemudian hari. 3. Terwujudnya industri kerajinan yang berkembang secara optimal dan berkualitas. Hal ini berarti terjadi sebuah sistem yang mendorong tumbuhnya usaha dan wirausaha di bidang yang mampu memberikan keluaran secara konsisten berupa barang-barang kerajinan yang berkualitas. 4. Terciptanya sumber pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing. Pembiayaan yang transparan berarti publik dapat mengetahui semua informasi terkait dengan hal tersebut. Mudah diakses berarti berbagai pihak dapat mudah mendapatkan pembiayaan tersebut melalui sistem informasi yang terpadu. Dan bersaing berarti lembaga pembiayaan yang ada akan secara sehat berusaha memberikan pelayanaan terbaik kepada pelaku-pelaku kreatif. . 5. Terwujudnya industri kerajinan yang mampu menjawab kebutuhan dari pasar domestik dan internasional. Artinya adalah terciptanya barang-barang kerajinan yang berkualitas sehingga jumlah permintaan dan pembeli akan barang-barang tersebut akan meningkat, baik di dalam atau luar negeri. 6. Terciptanya infrastruktur dan teknologi yang mendukung pelaku kerajinan untuk maju dan berkembang. Hal ini berarti para pelaku kerajinan mendapatkan sarana, prasarana, dan teknologi mutakhir yang mampu membantu dan mengembangkan proses kreasi kerajinan mereka dengan lebih efisien dan efektif. 7. Terwujudnya kelembagaan yang menghargai proses kreatif dari setiap produk kerajinan. Kelembagaan yang menghargai berarti bahwa untuk mengembangkan kerajinan maka diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang melindungi hak kekayaan intelektual dari para pelaku kreatif kerajinan. Selain itu, penghargaan juga dapat di berikan melalui kelembagaan yang mengatur mengenai apresiasi terhadap pelaku kreatif kerajinan yang berprestasi baik di dalam atau luar negeri.
70
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pencapaian Pengembangan Kerajinan Untuk mencapai tujuh tujuan pengembangan kerajinan, maka terdapat empat belas sasaran strategis yang dapat diindikasikan oleh 53 indikasi strategis. Sasaran dan indikasi strategis pengembangan kerajinan meliputi: 1. Meningkatnya kuantitas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kerajinan. a. Naiknya jumlah sekolah menengah kejuruan kerajinan, politeknik kerajinan, dan jurusan kerajinan di perguruan tinggi seni di luar pulau jawa. b. Meningkatnya sekolah menengah kejuruan kerajinan, politeknik kerajinan, dan jurusan kerajinan di perguruan tinggi di luar Jawa dengan nilai akreditasi baik di luar pulau Jawa. c. Terdapatnya pembaharuan kurikulum pendidikan yang menekankan pada kualitas, disiplin berkreasi, dan mudah diterapkan pada sekolah-sekolah kerajinan di seluruh Indonesia. d. Kualitas pengajaran yang meningkat, dengan metode pengajaran yang mendorong kreatifitas. 2. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku dan pendukung kerajinan. a. Terciptanya secara merata jumlah lulusan sekolah kerajinan dari berbagai tingkatan (sekolah menengah kejuruan, politeknik, perguruan tinggi). b. Meningkatnya jumlah pelaku kerajinan dan juga pendukungnya yang memiliki latar belakang pendidikan kerajinan. c. Terciptanya pelaku kerajinan yang produktif, menjunjung tinggi kualitas, menghargai seni dan keaslian, paham menggunakan teknologi dalam kegiatan kreasinya, mampu mengelola sumberdaya yang ada, dapat bekerja sama dengan pihak lain, serta peduli dengan kondisi sekitarnya. d. Terciptanya system secara berkala mengirimkan pelaku dan pihak pendukung untuk mendapatkan pelatihan/studi lanjut dari insitusi pendidikan yang unggul. Tersedianya materi bahan mentah dan sumber budaya lokal bagi kerajinan, yang terpercaya, mudah, dan cepat di akses. e. Terciptanya pusat data acuan yang berisi informasi mengenai lokasi tersedianya bahan-bahan mentah kerajinan tertentu di Indonesia, serta juga informasi harga bahan-bahan tersebut di pasaran. f. Mudahan diaksesnya pusat data bahan mentah tersebut oleh pelaku dan pihak pendukung. g. Terkontrolnya harga-harga baham mentah untuk berbagai kerajinan. h. Meningkatnya jumlah dokumentasi dan kumpulan catatan mengenai nilai budaya, dan juga produk budaya dari seluruh wilayah di Indonesia. 3. Meningkatnya wirausahawan kreatif kerajinan yang mampu mengembangkan produk sesuai dengan kondisi lokal dan internasional. a. Meningkatnya jumlah keanggotaan pelaku kerajinan yang tergabung dalam asosiasiasosiasi kerajinan. b. Meningkat jumlah usaha-usaha dengan produk utama barang-barang kerajinan di berbagai daerah di Indonesia. c. Meningkatnya jumlah usaha berbentuk wokshop atau studio yang fokus pada kreasi barang kerajinan. d. Terciptanya sentra-sentra kerajinan baru di berbagai daerah.
Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
71
4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas usaha-usaha kerajinan di berbagai daerah. a. Semakin banyak pelaku dan pendukung kerajinan yang memahami mengenai standard barang berkualitas dari kerajinannya. b. Terciptanya asosiasi atau komunitas untuk mengembangkan pelaku usaha kerajinan di berbagai daerah. c. Masih bertahannya usaha-usaha kerajinan yang sudah lama dan juga meningkatnya jumlah usaha-usaha yang baru. d. Terciptanya kolaborasi antara pelaku kerajinan dalam menghantarkan produk yang lebih berkualitas. 5. Terciptanya karya kerajinan yang beragam dan berkualitas. a. Semakin kecilnya jumlah keluhan yang muncul dari pembeli barang kerajinan, baik di dalam atau luar negeri. b. Konsistennya usaha kerajinan dalam kesempatan mengenalkan berbagai produkproduk barunya. 6. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing. a. Semakin banyaknya institusi keuangan yang mengeluarkan produk pembiayaan bagi usaha kecil dan menengah di bidang kerajinan. b. Terciptanya kebijakan pemerintah yang mendukung pembiayaan produksi kerajinan oleh BUMN atau bank pemerintah. c. Terciptanya skema keringanan pembiayaan (pajak) dari pemerintah untuk operasional usaha-usaha kerajinan. d. Semakin banyak macamnya pihak yang menyediakan pembiayaan kepada usaha kerajinan dalam bentuk investasi atau pinjaman. 7. Meningkatkan akses pasar produk kerajinan di pasar domestik dan internasional. a. Semakin banyaknya jumlah pengusaha kerajinan yang megikuti pameran produk kerajinan di dalam dan luar negeri. b. Semakin meningkatnya jumlah toko atau galeri barang kerajinan di berbagai retail modern di kota-kota besar di Indonesia. c. Terciptanya outlet resmi barang kerajinan di berbagai daerah wisata di Indonesia. d. Semakin banyaknya usaha-usaha kerajinan yang memiliki website atau melakukan kegiatan penjualan melalui internet. e. Terciptanya pusat informasi produk kerajinan Indonesia di berbagai kedutaan besar di seluruh dunia. f. Meningkatnya jumlah pengunjung dan pembeli pameran kerajinan, baik di dalam atau luar negeri g. Meningkatnya pembeli dengan skala perusahaan atau bisnis untuk barang-barang kerajinan. 8. Meningkatnya ketersediaan jaringan telematika, logistik yang mendukung pengembangan kerajinan. a. Terciptanya jelas jalur logistik ke berbagai daerah di Indonesia, untuk menjamin penghantaran pasokan dan barang jadi ke pasar. b. Terciptanya skema bantuan teknologi komunikasi dan informasi bagi usaha-usaha kerajinan.
72
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
9. Meningkatnya penerapan teknologi produksi yang optimal untuk meningkatkan nilai tambah barang kerajinan yang berkualitas dan beragam. a. Meningkatnya adopsi penggunaan teknologi komunikasi dan informasi di setiap kegiatan rantai nilai usaha kerajinan yang ada. b. Meningkatnya adopsi teknologi dalam kegiatan produksi barang-barang kerajinan, sehingga mampu meningkatkan kualitas barang yang dihasilkan. 10. Meningkatnya partisipasi aktif pemegang kepentingan dalam pengembangan kerajinan yang berkualitas dan berkelanjutan. a. Semakin aktifnya peran Dewan Kerajinan Nasional b. Terciptanya komunitas/asosiasi pelaku kerajinan di berbagai daerah untuk setiap jenis kerajinan. c. Terciptanya komunitas /asosiasi pendukung kerajinan di berbagai daerah untuk setiap jenis kerajinan. d. Meningkatnya peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang berkaitan dengan kerajinan. 11. Meningkatkan pemahaman aspek-aspek hukum terkait ekonomi kreatif dan Hak Kekayaan Intelektual serta menjamin perlindungan hukum bagi pelaku kreatif. a. Terciptanya peraturan yang akan memberikan jaminan atas hak kekayaan intelektual dari barang kreasi pengrajin. b. Semakin kecilnya kasus perselisihan dari pelaku kerajinan terkait dengan pelanggaran hak atas ciptaan barang kerajinan. c. Meningkatnya program pelatihan bagi pelaku kerajinan dan pendukungnya mengenai peraturan akan perlindungan hak kekayaan intelektual. d. Terciptanya suasana berusaha dengan jaminan sanksi bagi pihak yang melanggar aturan yang berlaku. 12. Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku kreatif kerajinan. a. Terciptanya kebijakan pemerintah yang akan mengatur agar berbagai pihak yang berkecimpung dalam dunia kerajinan tidak akan saling merugikan. b. Terciptanya mekanisme perdagangan di pasar yang akan sama-sama menguntungkan bagi pelaku kerajinan serta konsumennya. c. Terciptanya mekanisme keringanan biaya atau pajak dalam berusaha bagi para pelaku dan pendukung kerajinan. 13. Meningkatnya apresiasi kepada orang pelaku kerajinan dan karya kreatif mereka. a. Terciptanya instrumen penghargaan bagi pelaku kerajinan dan pendukung kerajinan yang berprestasi, baik dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. b. Semakin meningkatnya pelaku dan pendukung kerajinan yang mendapatkan penghargaan tersebut. c. Terciptanya pola pikir di konsumen bahwa pemakaian produk kerajinan dalam negeri merupakan hal yang baik. d. Meningkatnya penggunaan barang kerajinan dalam berbagai unsur kehidupan sehari-hari. e. Semakin banyaknya kolektor, museum, dan galeri untuk barang-barang kerajinan.
Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
73
4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Kerajinan Arah pengembangan kerajinan dijabarkan berdasarkan tujuan pengembangan kerajinan, yang meliputi 7 tujuan utama, yaitu: (1) Terciptanya pelaku kreatif subsektor kerajinan yang berdaya saing dan mampu mengangkat potensi kekayaan lokal; (2) Terjaminnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya bagi kerajinan secara berkelanjutan; (3) Terwujudnya industri kerajinan yang berkembang secara optimal dan berkualitas; (4) Terciptanya sumber pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing; (5) Terwujudnya industri kerajinan yang mampu menjawab kebutuhan dari pasar domestik dan internasional; (6) Terciptanya infrastruktur dan teknologi yang mendukung pelaku kerajinan untuk maju dan berkembang; dan (7) Terwujudnya kelembagaan yang menghargai proses kreatif dari setiap produk kerajinan. Berikut arah kebijakan-kebijakan dari setiap tujuan yang ada:
4.4.1 Arah kebijakan penciptaan pelaku kreatif subsektor kerajinan yang berdaya saing dan mampu mengangkat potensi kekayaan lokal a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas lembaga pendidikan formal vokasional dan nonformal, serta mengembangkan kurikulum bagi kerajinan. b. Penyusunan program pelatihan yang melibatkan desainer, lembaga pendidikan dan penelitian dengan pelaku kreatif subsektor kerajinan.
4.4.2 Arah kebijakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya bagi kerajinan secara berkelanjutan a. Menyusun kebijakan bekerjasama dengan lembaga/instansi terkait untuk mendukung tumbuhnya pelaku usaha yang bergerak dibidang penyediaan bahan baku, bahan penolong dan/atau bahan-bahan terkait lainnya.
4.4.3 Arah kebijakan penciptaan industri kerajinan yang berkembang secara optimal dan berkualitas a. Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan kompetensi keahlian-pengetahuan-sikap wirausaha kreatif kerajinan, agar bisa membuat produk dengan konteks lokal, nasional, dan internasional. b. Mendirikan/merevitalisasi pusat kerajinan di daerah, bekerjasama dengan instansi terkait. c. Memfasilitasi kolaborasi antar usaha dalam industri kerajinan dengan industri lainnya, baik di tingkat lokal, nasional, dan internasional
4.4.4 Arah kebijakan penciptaan sumber pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing a. Menyusun berbagai skema dukungan pembiayaan bersama instansi/lembaga terkait bagi usaha kerajinan. b. Menyusun berbagai skema dukungan pembiayaan bersama instansi/lembaga terkait bagi pelaku kreatif subsektor kerajinan
4.4.5 Arah kebijakan penciptaan industri kerajinan yang mampu menjawab kebutuhan dari pasar domestik dan internasional a. Mendorong pemerintah provinsi, kota/kabupaten untuk membuat perda untuk menggunakan unsur-unsur rupa dan material lokal dalam bangunan dan fasilitas umum. b. Menyusun peta craft fair, trade show dan pameran berkala internasional dan berkualitas.
74
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
4.4.6 Arah kebijakan penciptaan infrastruktur dan teknologi yang mendukung pelaku kerajinan untuk maju dan berkembang a. Menyusun peta perkembangan teknologi mutakhir dalam subsektor kerajinan sesuai jenis/kategori subsektor kerajinan. b. Menyusun program pelatihan sesuai jenis/kategori subsektor kerajinan.
4.4.7 Arah kebijakan penciptaan kelembagaan yang menghargai proses kreatif dari setiap produk kerajinan a. Mengadakan kampanye menggunakan produk kerajinan asli Indonesia bukan bajakan atau import. b. Membuat daftar hitam pelaku kreatif subsektor kerajinan yang karyanya jiplakan atau bajakan. c. Melakukan proses seleksi produk kreatif untuk mendapatkan dukungan dalam proses pendaftaran HKI. d. Kampanye usaha perdagangan kerajinan yang beretika dan bersaing sehat. e. Memberikan penghargaan kepada pelaku kreatif subsektor kerajinan yang melakukan praktek usaha jujur dan beretika kreatif (tidak menjiplak atau membajak).
4.5 Strategi dan rencana aksi pengembangan kerajinan Strategi pengembangan kerajinan merupakan pendekatan pelaksanaan perencanaan, dan rencana aksi dalam kurun waktu tertentu.
4.5.1 Meningkatnya kuantitas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kerajinan 1. Strategi 1: hadirnya lembaga pendidikan politeknik yang akan mendukung kerajinan. Rencana aksi untuk strategi ini adalah dengan men-survey jenis-jenis kerajinan apasaja yang mebutuhkan dukungan lulusan tenaga pendukung teknis. Hal ini akan dijawab dengan pendirian sekolah politeknik khusus untuk kerajinan tersebut. 2. Strategi 2: terciptanya kurikulum pendidikan yang mendukung kreativitas. Rencana aksi untuk mendukung strategi ini adalah dengan mempertemukan pihak pelaku kerajinan, perwakilan dari konsumen, serta pemilik usaha/bisnis kerajinan. Untuk kemudian membahas mengenai pengetahuan dan keterampilan apa saja yang dibutuhkan dari seorang lulusan sekolah-sekolah kerajinan. 3. Strategi 3: sertifikasi pelaku usaha kerajinan dari lembaga pendidikan yang berhubungan dengan kerajinan. Terkait dengan strategi ini, maka rencana aksi yang akan dilakukan adalah dengan melakukan penilaian dengan standard yang telah di setujui oleh asosiasi atau komunitas dari pelaku kerajinan tertentu.
4.5.2 Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku dan pendukung kerajinan. 1. Strategi 1: memfasilitasi kerjasama antara desainer, lembaga penelitian, dan pengembangan dengan pelaku kreatif subsektor kerajinan. Rencana aksi yang akan dilakukan adalah
Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
75
dengan memberikan sebuah system produksi, dimana pada tahap awal akan dibutuhkan peran peneliti untuk melihat trend pasar dan perkembangan dunia kerajinan, lalu ditambahkan dengan peran desainer untuk memberikan rancangan barangnya dan akhirnya akan direalisasikan oleh sang pengrajin. 2. Strategi 2: memfasilitasi pelaku kreatif subsektor kerajinan untuk mengikuti kompetisi di tingkat nasional dan internasional. Untuk strategi ini, maka rencananya akan dengan memberikan fasilitas dukungan pembiayaan dan hal lain yang dibutuhkan untuk bisa berangkat maju ke kompetisi yang ada. Tentunya pihak yang terpilih melewati tahapan seleksi dahulu.
4.5.3 Tersedianya materi bahan mentah dan sumber budaya lokal bagi kerajinan, yang terpercaya, mudah, dan cepat di akses. 1. Strategi 1: mengoptimalkan informasi dan promosi bahan baku serta membangun jejaring antara pelaku usaha usaha yang mau bergerak dibidang penyediaan bahan baku, bahan penolong dan/atau bahan-bahan terkait lainnya dengan kerajinan. Adapaun rencana aksi yang akan dilewati untuk merealisasikan strategi ini adalah: a. Dengan membuat suatu pusat data yang akan dikelola pemerintah. Pusat informasi ini akan berisi mengenai detail bahan mentah kerajinan, lokasi bahan itu tersedia dimana, serta harga yang ditawarkan oleh penjualnya. b. Pusat data ini juga akan memberikan informasi siapa saja pihak-pihak yang siap menawarkan bahan mentah tersebut. 2. Strategi 2: mempermudah pendirian usaha dan insentif bagi pelaku usaha yang mau bergerak di bidang penyediaan bahan baku, bahan penolong dan/atau bahan-bahan terkait lainnya. Rencana aksi untuk strategi ini adalah dengan pemerintah memberikan insentif keuangan bagi pengusaha bahan-bahan kerajinan, khususnya dengan penekanan pada kemampuan memasok bahan tersebut secara berkelanjutan.
4.5.4 Meningkatnya wirasusahawan kreatif kerajinan yang mampu mengembangkan produk sesuai dengan kondisi lokal dan internasional 1. Strategi 1: mempermudah perijinan usaha terhadap start-up company. Rencananya kegiatan yang akan dilakukan untuk mendukung strategi ini adalah dengan memberikan persyaratan yang sederhana kepada usaha-usaha baru (start-up) di bidang kerajinan. 2. Strategi 2: mempermudah proses pendirian badan usaha untuk start-up company. Meneruskan dari strategi sebelumnya, rencana aksi untuk aksi ini adalah dengan mendukung penyederhanaan birokrasi terkait untuk usaha-usaha baru di bidang kerajinan.
4.5.5 Meningkatnya kualitas dan kuantitas usaha-usaha kerajinan di berbagai daerah 1. Strategi 1: memfasilitasi program magang, mentoring, dan kemitraan dalam proses produksi kerajinan secara bertahap dan berkelanjutan. Rencananya untuk mendukung strategi ini, maka aksinya adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa-siswa berprestasi untuk ikut bekerja dalam program magang pada usaha kerajinan yang sudah mapan.
4.5.6 Terciptanya karya kerajinan yang beragam dan berkualitas 1. Strategi 1: memfasilitasi penelitian pelaku kreatif kerajinan akan perkembangan pasar, serta memjembatani kolaborasi antar pelaku kerajinan dan pihak-pihak lain, baik di
76
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
tingkat nasional atau internasional. Rencana aksi yang akan dilakukan adalah dengan membuat suatu buletin atau laporan berkala mengenai perkembangan kebutuhan dan selera dari konsumen yang ada, baik di dalam atau luar negeri.
4.5.7 Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing. 1. Strategi 1: memfasilitasi pembiayaan kepada pelaku kreatif yang baru dengan konsep angel investor di mana dana tersebut apabila terjadi kegagalan tidak dianggap sebagai temuan. Rencana aksi untuk strategi ini adalah dengan membuat suatu acara di mana memungkinkan angel investor untuk bertemu dan membicarakan proposal ide usaha kerajinan mereka. 2. Strategi 2: memfasilitasi kemudahan dalam memperoleh insentif pajak. Rencana aksi terkait strategi ini adalah dengan pemerintah memberikan langsung potongan pajak bagi usaha-usaha kerajinan, serta usaha pendukungnya.
4.5.8 Meningkatkan akses pasar produk kerajinan di pasar domestik dan internasional 1. Strategi 1: mewajibkan pasar modern untuk memberikan sarana/tempat penjualan dan promosi produk dari pelaku kreatif. Rencananya akan ditunjuk beberapa pusat perbelanjaan di kota besar di Indonesia untuk menyediakan tempat bagi wadah untuk sarana penjualan barang kerajinan. 2. Strategi 2: meningkatkan promosi dan pemasaran melalui kegiatan craft fair, trade fair, exhibition tingkat domestik dan internasional. Untuk mendukung strategi ini, maka rencananya pemerintah akan memilih beberapa perwakilan usaha kerajinan untuk didukung mengikuti kegiatan promosi dan pemasaran. Untuk pemilihannya bisa melewati seleksi di tingkat asosiasi ataupun kriteria yang telah ditentukan oleh pemerintah.
4.5.9 Meningkatnya ketersediaan jaringan telematika, logistik yang mendukung pengembangan kerajinan. 1. Strategi 1: menyediakan informasi perkembangan terkini teknologi sesuai dengan kategori pelaku kerajinan. Rencana aksi pendukung strategi ini adalah dengan membuat publikasi berkala yang berisi informasi teknologi-teknologi dan jalur distribusi yang menguntungkan bagi usaha kerajinan. 2. Strategi 2: memfasilitasi kebutuhan mesin dan peralatan kepada pelaku kreatif subsektor kerajinan. Untuk mendukung strategi ini, rencana aksinya adalah dengan memberikan bantuan modal bagi pelaku dan pendukung kerajinan agar dapat mengadopsi berbagai teknologi dalam kegiatan rantai nilai kreatifnya.
4.5.10 Meningkatnya penerapan teknologi produksi yang optimal untuk meningkatkan nilai tambah barang kerajinan yang berkualitas dan beragam. 1. Strategi 1: mengadakan pelatihan terkait penguasaan dan penggunaan teknologi yang terkait. Guna mendukung strategi ini, maka rencana aksi yang akan dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan kepada pada pelaku dan pendukung kerajinan di berbagai daerah. 2. Strategi 2: mengadakan pendampingan kepada pelaku kreatif untuk meningkatkan penguasaan teknologi. Setelah pelatihan, rencananya maka akan diberikan juga pendampingan agar pemanfaatan teknologi yang ada akan bisa efektif dan efisien. 3. Strategi 3: memfasilitasi program magang untuk penguasaan dan peningkatan teknologi. Rencana aksi untuk strategi ini adalah dengan menyalurkan siswa-siswa dan juga pelaku kerajinan untuk magang pada usaha kerajinan yang sudah berpengalaman mengadopsi teknologi sejak lama. Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
77
4.5.11 Meningkatnya partisipasi aktif pemegang kepentingan dalam pengembangan kerajinan yang berkualitas dan berkelanjutan 1. Strategi 1: dewan kerajinan nasional dan asosiasi yang berperan aktif. Rencana aksi untuk strategi ini adalah dengan menghidupkaan kembali cabang-cabang dewan kerajinan nasional di daerah-daerah, beserta mendorong pembentukan asosiasi pelaku kerajinan di daerah-daerah.
4.5.12 Meningkatkan pemahaman aspek-aspek hukum terkait ekonomi kreatif dan Hak Kekayaan Intelektual serta menjamin perlindungan hukum bagi pelaku kreatif 1. Strategi 1: mendorong praktek usaha subsektor kerajinan yang menghargai karya asli (original) bukan karya bajakan. Rencana aksi untuk mendukung strategi ini adalah dengan membuat kampanye menghargai originalitas dari sebuah barang kerajinan. Hal ini diharapkan akan membuat konsumen akan menghargai nilai lebih tinggi yang terkandung pada produk yang dengan ide unik dan original. 2. Strategi 2: mengimplementasikan praktek usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Rencana aksi untuk strategi ini adalah dengan sosialisasi penegakan peraturan berusaha, dan memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang melanggarnya. 3. Strategi 3: melakukan sosialisasi hukum terkait dengan ekonomi kreatif, HKI, dan manajemen HKI ke segala level pelaku kreatif subsektor kerajinan. Kegiatan yang direncanakan adalah dengan memberikan pelatihan berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan Hak Kekayaan Intektual dari hasil kreatif para pelaku dan pendukung kerajinan.
4.5.13 Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku kreatif subsektor kerajinan. 1. Strategi 1: mendorong praktek usaha yang menjunjung tinggi etika kreatifitas di antara pelaku kreatif subsektor kerajinan. Adapun rencana aksinya adalah dengan memberikan pemahaman kepada para pelaku kerajinan agar bersaing dalam melakukan bisnis dengan sehat dan perlu juga melihat akan pengaruh usahanya kepada lingkungan hidup dan masyarakat sekitar.
4.5.14 Meningkatnya apresiasi kepada orang pelaku kerajinan dan karya kreatif mereka. 1. Strategi 1: secara berkala berikan penghargaan kepada perajin berkualitas. Untuk mendukung strategi ini, maka rencana aksinya adalah dengan membuat suatu acara penghargaan bagi pelaku dan pendukung kerajian yang berprestasi di dalam dan luar negeri. Selain itu, penghargaan bisa jug dalam bentuk kampanye pengunaan barang kerajinan dalam kehidupan sehari-hari.
78
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
79
80
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
BAB 5 Penutup
Bab 4: Rencana Pengembangan Subsektor Kerajinan di Indonesia
81
5.1 Kesimpulan Pertumbuhan ekonomi akan memberikan pengaruh yang baik bagi ekonomi kreatif. Diketahui bahwa ekonomi kreatif merupakan tahapan perkembangan ekonomi sebuah bangsa setelah ekonomi pertanian, ekonomi industri dan ekonomi informasi. Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat terlihat dari perkembangan jumlah kelas menengah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Pertengahan tahun 2013 dicatat jumlah konsumen kelas menengah hingga atas sebanyak 74 juta orang, dan jumlah ini akan naik terus. Sehingga pada 2020 diperkirakan jumlahnya akan sebanyak 141 juta orang (Budiartie, 2013). Bagi ekonomi kreatif, hal ini akan menarik dari sisi potensi pasar dan tentunya potensi penghasil orang-orang kreatif. Salah satu subsektor dalam ekonomi kreatif yang cukup berpotensi adalah Kerajinan. Mengenai kerajinan (kriya) itu sendiri diartikan sebagai bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga dari tematik produknya. Besarnya potensi ekonomi kreatif, khususnya dari subsektor kerajinan, terlihat dari semakin besarnya perhatian masyarakat pada acara tahunan Inacraft (Jakarta International Handicraft Trade Fair). Di tahun ke tujuh belas dari pelaksanaan pameran ini, Inacraft berhasil menunjukan perkembangannya. Hal ini terlihat dari perkembangan pembeli dari sektor usaha, jumlah kontrak perdagangan, dan jumlah penjualan eceran. Penyelenggaraan Inacraft di 2014 berhasil mencatat pembelian dari sektor usaha sebanyak 898, dengan kontrak perdagangan sebesar 9 juta dollar Amerika, dan penjualan eceran sebesar 115 miliar rupiah (di 2013 sejumlah 106 miliar rupiah). Penyelengara pameran ini yaitu ASEPHI (asosiasi eksportir dan produsen handicraft Indonesia) berharap dengan pameran ini akan mampu memberikan wadah agar produk kerajinan bisa tampil dengan baik ke masyarakat umum dan dapat bersaing dengan produk sejenis di pasar luar negeri. Suksesnya Inacraft dari tahun ke tahun tidak terlepas dari suksesnya penciptaan nilai yang saling mengait dalam proses kreatif kerajinan. Hal ini yang disebut sebagai rantai nilai kreatif. Tahapan ini merupakan kegiatan utama, karena disinilah terjadi penciptaan produk kerajinan yang bernilai bagi berbagai pihak. Rantai nilai subsektor kerajinan terbagi ke dalam empat proses, yaitu kreasi, produksi, distribusi, dan promosi. Dimulai dengan Kreasi oleh pengrajin dan desainer, tahap ini menuntut tingkat kreativitas paling tinggi. Hal ini karena lahirnya konsep sebuah produk kerajinan. Dilanjutkan dengan tahap Produksi, dimana pengrajin dibantu oleh studio/workshop akan mewujudkan ide produk tadi. Tahap selanjutnya adalah Distribusi. Pada tahap ini pengrajin juga akan dibantu oleh pengusaha seperti pemilik toko, galeri, pengusaha kerajian, serta asosiasi untuk menyalurkan produk-produk kerajinannya. Dan terakhir tahap promosi yang dilakukan oleh pengrajin dengan dibantu pemilik galeri, event organizer yang bertujuan mengkomunikasikan produk kerajinan ke masyarakat luas. Pembuatan nilai kreatif tidak akan berkelanjutan jika tidak ada tahapan pengembangan. Di sinilah masuknya peran penghargaan (apresiasi) dan juga pendidikan. Penghargaan, yang dapat dilakukan oleh pemerintah, asosiasi, masyarakat, lembaga hukum dan media. Mereka semua dapat berperan serta dalam membuat subsektor kerajinan yang sehat dan mampu bersaing. Pemerintah dapat memberikan penghargaan terhadap pengrajin berprestasi, lalu mengeluarkan produk hukum yang menjamin tidak terjadinya perampasan hak kekayaan intektual. Sedangkan media dapat juga memberikan porsi liputan untuk mengkomunikasikan produk kerajian ke masyarakat luas. Dan
82
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
konsumen dapat menghargai dengan melakukan pembelian dan menggunakan produk kerajinan dalam kegiatan sehari-harinya. Selanjutnya juga ada proses penciptaan orang-orang kreatif dari pendidikan. Di mana mereka akan mempelajari pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan agar dapat berpikir kreatif dan mampu mewujudkan ide-ide kreatifnya. Dari kedua tahapan besar diatas dapat kita lihat bahwa ada banyak pihak selain pengrajin yang terkait dalam subsektor kerajinan. Mereka dapat menjadi pihak yang akan memasok kepada pengrajin dan juga pihak yang akan menjadi pembeli (selain pasar konsumen) bagi hasil keluaran dari pengrajin. Dalam proses pembuatan nilai kreatif, pengrajin membutuhkan dukungan dari pemasok bahan-bahan kerajinannya, pembiayaan, hingga para pekerja yang membantu dalam kegiatan produksinya. Di sisi lain, produk kerajinan membutuhkan dukungan dari pemilik toko, galeri, museum, hingga gedung pameran untuk mendistribusikan dan mempromosikan produk-produk kerajinannya. Produk kerajianan di Indonesia sangat beragam, sehingga pencatatan dalam KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia) juga tersebar ke berbagai kategori. KBLI disusun dengan maksud untuk menyediakan satu set kelompok kegiatan ekonomi di Indonesia agar dapat digunakan untuk penyeragaman pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data masing-masing kegiatan ekonomi, serta untuk digunakan disaat mempelajari keadaan atau perilaku ekonomi menurut masing-masing kegiatan ekonomi. Dikarenakan banyaknya jenis lapangan usaha yang bisa dimasukan ke dalam definisi Kerajinan, maka pencatatan dalam KBLI untuk kerajinan inipun juga tersebar di berbagai kelompok kategori. Sederhananya fokus pengembangan dalam konteks industri kreatif, meliputi: kerajinan seni (art-craft) dan juga kerajinan desain (craft-design). Dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia, ada tujuh pilar utama yang perlu diperhatikan, yaitu sumber daya kreatif, sumber daya pendukung, industri, pembiayaan, pemasaran, infrastruktur dan teknologi, kelembagaan. Ketujuh pilar tersebut akan dianalisa dengan melihat setiap potensi dan tantangan yang ada pada subsektor kerajinan. Pilar pertama adalah sumber daya kreatif. Pilar ini pada dasarnya membahas mengenai sumber daya manusia kreatif, beserta peran pendidikan yang akan membentuk mereka. Di area ini , potensi terbesarnya adalah jumlah populasi usia produktif di Indonesia saat ini yang besar. Hal ini didukung dengan tersedianya pilihan sekolah mulai dari sekolah kejuruan hingga perguruan tinggi. Ditambah lagi dengan terjadinya kolaborasi antara lembaga pendidikan kerajinan dan lembaga lain, seperti fakultas ekonomi dari sebuah universitas. Namun, tantangan besar juga berada disini. Hal itu adalah masih kecilnya jumlah orang kreatif dari keseluruhan populasi orang di usia produktif tadi. Penyebabnya adalah sekolah kerajinan yang ada belum mencukupi dan belum untuk mencetak orang kreatif ataupun pendukungnya. Selain itu, kurikulum pendidikannya dirasakan kurang tepat menjawab kebutuhan para pengusaha kerajinan. Ada juga tantangan dari proses alih pengetahuan kerajinan antar generasi yang tidak lancar. Manusia yang kreatif, membutuhkan dukungan sumber daya budaya dan bahan-bahan mentah. Kayanya Indonesia akan sumber-sumber kreatifitas dari budaya berbagai daerah sangat besar, ditambah dengan materi bahan mentah kerajinan yang banyak berasal dari alam Indonesia. Tetapi sayangnya pendataan dan pengelolaan kedua sumber daya pendukung tadi kurang maksimal, sehingga tidak jarang dirasakan sumber insipirasi yang kurang dan bahan mentah yang langka di pasar.
Bab 5: Penutup
83
Pilar ketiga adalah dari sisi Industri. Potensi dari industri untuk subsektor kerajinan adalah masih terjalinnya kemitraan dari badan usaha milik negara dengan pengrajin. Mereka akan membina para pengrajin untuk mengenalkan perihal standar kualitas barang serta sistem produksi yang lebih berkelanjutan. Tetapi kadang ada juga tantangan seperti inovasi dan riset yang kurang dilakukan oleh pengrajin. Tantangan lain muncul dari kurang tersedianya mesin-mesin untuk produksi yang lebih baik dan banyak. Serta cara agar pengrajin bisa berproduksi dengan lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dari pilar pembiayaan bisa dikatakan keadaanya lebih baik. Hal ini terlihat dari luasnya kesempatan pengrajin mendapatkan dana pembiayaan untuk usahanya. Mereka bisa mendapatkan pembiayaan dari kredit perbankan, dana sosial perusahaan swasta dan badan usaha milik negara, hingga pilihan dari koperasi. Tetapi tantangan muncul dari kurang mengertinya pengrajin akan kesempatan ini. Ditambah lagi dirasakan bahwa pembiayan dari lembaga-lembaga tersebut masih bersifat mengikat. Sehingga diharapkan pembiayaan dari modal ventura bisa lebih banyak lagi di masa depan. Pilar kelima adalah dari sisi pemasaran. Banyak kesempatan yang dapat diraih oleh subsektor kerajinan. Diantaranya dari meningkatnya permintaan dalam negeri atas produk kerajinan untuk digunakan sehari-hari. Begitu juga dengan permintaan dari luar negeri yang besar. Potensi terlihat pada semakin banyak pengrajin yang semakin baik mengemas penjualannya. Tantangan dari sisi pemasaran beragam dari kurangnya pemahaman pengrajin tentang branding, tentang penjualan melalui internet, hingga kurang gencarnya penjualan ke konsumen bisnis. Dari sisi infrastruktur dan teknologi dirasakan bahwa tantangan lebih besar dibandingkan dengan potensi. Para pengrajin bisa meraih kesempatan dengan memasukan penggunaan teknologi yang sesuai dengan kegiatan produksinya. Namun kendala hadir pada belum optimalnya bantuan pemerintah untuk mesin-mesin, yang disebabkan oleh kurang penguasaan teknologi itu sendiri. Belum lagi masalah dari kurangnya inovasi teknologi untuk sektor kerajinan. Hal ini akhirnya dirasakan membuat laju perkembangan kerajinan menjadi tidak optimal. Pilar ketujuh adalah dari sisi kelembagaan. Potensi yang hadir disini adalah dengan hadirnya asosiasi/komunitas untuk para pengrajin, seperti Dewan Kerajinan Nasional. Selain itu, peran dari lembaga pemerintah (Kementerian-kementerian, BUMN) dan juga lembaga swasta yang turut mendukung pengrajin. Tetapi, lembaga-lembaga tersebut dapat juga menjadi tantangan jika mereka tidak banyak berperan aktif. Selain itu, koordinasi antar kementerian terkait diharapkan lebih lancar khususnya terkait dengan pembuatan dan penerapan kebijakan. Sebagai tanggapan atas tantangan dan kesempatan yang ada saat ini, maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membuat rencana pengembangan subsektor kerajinan untuk tahun 20152019. Dokumen Rencana Aksi Jangka Menengah Kerajinan 2015-2019 ini diharapkan mampu memberikan penjelasan terinci mengenai subsektor kerajinan sebagai bagian ekonomi kreatif dan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mengembangkannya. Ada empat hal utama yang telah dipaparkan dalam dokumen ini. Yang pertama adalah Visi, ingin terwujudnya subsektor kerajinan yang berdaya saing global serta berkontribusi pada kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan. Kedua, adalah misi untuk mencapai visi tersebut, disini ada tiga misi. Hal ketiga, misi tersebut dijabarkan dalam tujuh tujuan. Dan keempat adalah empat belas sasaran
84
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
strategis yang ingin dicapai pada tahun 2019. Kemudian dijelaskan juga mengenai dua puluh enam strategi dan dua puluh enam rencana aksi. Adapun kerangka strategis pengembangan subsektor kerajinan akan dijelaskan sebagai berikut: Misi pertama adalah mengoptimalkan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, & berkelanjutan. Misi ini dijabarkan dalam dua tujuan, yaitu (1) Terciptanya pelaku kreatif subsektor kerajinan yang berdaya saing dan mampu mengangkat potensi kekayaan lokal. (2) Terjaminnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya bagi kerajinan secara berkelanjutan. Selanjutnya ada tiga sasaran strategis untuk misi ini, yang terdiri: (1) Meningkatnya kuantitas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kerajinan. (2) Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku dan pendukung kerajinan. (3) Tersedianya materi bahan mentah dan sumber budaya lokal bagi kerajinan, yang terpercaya, mudah, dan cepat di akses. Misi kedua adalah Mengembangkan industri kerajinan yang berdaya saing, tumbuh, beragam, dan berkualitas Misi ini diwujudkan dalam tujuan berupa; Terwujudnya industri kerajinan yang berkembang secara optimal dan berkualitas. Pencapaian tujuan tersebut dapat dilihat dari pencapaian tiga sasaran strategis: (1) Meningkatnya wirausahawan kreatif kerajinan yang mampu mengembangkan produk sesuai dengan kondisi lokal dan internasional; (2) Meningkatnya kualitas dan kuantitas usaha-usaha kerajinan di berbagai daerah; dan (3) Terciptanya karya kerajinan yang beragam dan berkualitas Misi ketiga adalah Mengembangkan lingkungan yang kondusif untuk pemberdayaan potensi dan pengetahuan kerajinan yang berdasarkan kreativitas dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Misi ini dijabarkan melalui empat tujuan, yaitu: (1) Terciptanya sumber pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing, (2) Terwujudnya industri kerajinan yang mampu menjawab kebutuhan dari pasar domestik dan internasional, (3) Terciptanya infrastruktur dan teknologi yang mendukung pelaku kerajinan untuk maju dan berkembang, (4) Terwujudnya kelembagaan yang menghargai proses kreatif dari setiap produk kerajinan. Adapun sasaran strategisnya adalah sebagai berikut: (1) Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing, (2) Meningkatkan akses pasar produk kerajinan di pasar domestik dan internasional, (3) Meningkatnya ketersediaan jaringan telematika, logistik yang mendukung pengembangan kerajinan, (4) Meningkatnya penerapan teknologi produksi yang optimal untuk meningkatkan nilai tambah barang kerajinan yang berkualitas dan beragam, (5) Meningkatnya partisipasi aktif pemegang kepentingan dalam pengembangan kerajinan yang berkualitas dan berkelanjutan, (6) Meningkatkan pemahaman aspek-aspek hukum terkait ekonomi kreatif dan Hak Kekayaan Intelektual serta menjamin perlindungan hukum bagi pelaku kreatif, (7) Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku kreatif kerajinan, (8) Meningkatnya apresiasi kepada orang pelaku kerajinan dan karya kreatif mereka.
Bab 5: Penutup
85
5.2 Saran Setelah dipaparkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis untuk subsektor kerajinan, berikut adalah rekomendasi yang penting juga untuk ditindaklanjuti. Hal ini penting karena diharapkan dengan saran ini dapat mempercepat penerapan rencana aksi tersebut. Berikut saran-saran yang perlu diperhatikan: 1. Mendorong persaingan. Dengan membuat kondisi di mana persaingan dibiasakan, maka akan memacu para pengrajin untuk bisa memenangi hati para konsumen. Sehingga dengan sendirinya akan memacu mereka untuk bisa berkreasi dengan inovatif dan lebih baik terus. Bahkan tidak tertutup kemungkinan untuk para pengrajin melakukan kolaborasi antar bidang kerajinan, sehingga bisa semakin kuat dan kreatif. Tentu saja, persaingan yang ada ini harus dalam suasana yang sehat, yang bisa di atur melalui kebijakan persaingan usaha yang sehat oleh pemerintah. 2. Permintaan lokal yang kuat. Salah satu syarat agar sebuah usaha bisa maju adalah dengan terserapnya hasil usaha tersebut. Disinilah dibutuhkan pasar yang mampu menghargai, membutuhkan dan akhirnya membeli harsil karya kreatif pengrajin. Hal tersebut bisa diwujudkan melalui penciptaan event pameran dan promosi untuk kreasi kerajinan. Dengan adanya acara tersebut, diharapkan bisa memberikan tempat bertemunya para penjual dan pembeli. Dan hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak swasta. 3. Sentra kerajinan yang lebih luas. Yang dimaksudkan luas disini adalah dalam sentra kerajinan diharapkan ada juga usaha-usaha pendukung kerajinan yang berlokasi berdekatan dengan mereka. Pendukung misalnya pihak-pihak pemasok, pesaing dan juga pihak-pihak yang hadir melengkapi usaha dari pengrajin tersebut. Hal ini akan menunjang proses kreatif pengrajin melalui pengetahuan yang terbagi diantara mereka, hingga manfaat turunnya biaya perdagangan diantara kegiatan usaha mereka. 4. Adanya faktor produksi yang baik. Hal ini dikarenakan dengan hadirnya faktor produksi seperti modal, sumber daya manusia, dan ruang berkreasi yang dalam jumlah banyak dan berkualitas, akan memacu usaha kerajinan untuk bisa produktif dan meningkatkan kualitas hasil keluarannya. 5. Dukungan bea cukai. Diharapkan dengan dukungan dari pihak bea cukai terkait dengan aliran keluar-masuk barang seni, maka akan membuat proses pengaliran hasil kreasi kreatif dari atau kepada pengrajin akan lancar. Kelancaran distribusi merupakan salah satu syarat dimana ekosistem subsektor kerajinan akan berjalan baik. Hal ini juga akan meningkatkan besarnya penyerapan hasil karya pengrajin di pasar, yang akhirnya menguntungkan kedua pihak, pengrajin dan juga konsumen.
86
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
88
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
LAMPIRAN
Lampiran
89
90
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku dan pendukung kerajinan
Meningkatnya kuantitas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kerajinan
a
a
Penyusunan program pelatihan yang melibatkan desainer, lembaga pendidikan, dan penelitian dengan pelaku kreatif subsektor kerajinan
Meningkatkan kuantitas dan kualitas lembaga pendidikan formal vokasional dan nonformal, serta mengembangkan kurikulum bagi kerajinan
Memfasilitasi pelaku kreatif subsektor kerajinan untuk mengikuti kompetisi di tingkat nasional dan internasional
2
Sertifikasi pelaku usaha kerajinan dari lembaga pendidikan yang berhubungan dengan kerajinan
3
Memfasilitasi kerjasama antara desainer, lembaga penelitian, dan pengembangan dengan pelaku kreatif subsektor kerajinan
Terciptanya kurikulum pendidikan yang mendukung kreativitas
2
1
hadirnya lembaga pendidikan politeknik yang akan mendukung kerajinan
Tersedianya materi bahan mentah dan sumber budaya lokal bagi kerajinan, yang terpercaya, mudah, dan cepat di akses
a
Menyusun kebijakan bekerja sama dengan lembaga/instansi terkait untuk mendukung tumbuhnya pelaku usaha yang bergerak dibidang penyediaan bahan baku, bahan penolong dan/atau bahan-bahan terkait lainnya
3. Mewujudkan industri kerajinan yang berkembang secara optimal dan berkualitas
MISI 2: Mengembangkan industri kerajinan yang berdaya saing, tumbuh, beragam, dan berkualitas
2.1
STRATEGI
1
Mengoptimalkan informasi dan promosi bahan baku serta membangun jejaring antara pelaku usaha yang mau bergerak di bidang penyediaan bahan baku, bahan penolong dan/atau bahan-bahan terkait lainnya dengan kerajinan Mempermudah pendirian usaha dan insentif bagi pelaku usaha yang mau bergerak dibidang penyediaan bahan baku. Bahan penolong dan/atau bahan-bahan terkait lainnya
1
2
2. Menjamin perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya bagi kerajinan secara berkelanjutan
1.2
1.1
1. Penciptaan pelaku kreatif kerajinan yang berdaya saing dan mampu mengangkat potensi kekayaan lokal
MISI 1: Mengoptimalkan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, & berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
MATRIKS TUJUAN, SASARAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KERAJINAN 2015 - 2019
Lampiran
91
Meningkatnya kualitas dan kuantitas usaha-usaha kerajinan di berbagai daerah
Terciptanya karya kerajinan yang beragam dan berkualitas
3.2
3.3
a
a
a
Memfasilitasi kolaborasi antar usaha dalam industri kerajinan dengan industri lainnya, baik di tingkat lokal, nasional, dan internasional
Mendirikan/merevitalisasi pusat kerajinan di daerah, bekerjasama dengan instansi terkait
Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan kompetensi keahlian-pengetahuan-sikap wirausaha kreatif kerajinan, agar bisa membuat produk dengan konteks lokal, nasional dan internasional
ARAH KEBIJAKAN
1
memfasilitasi penelitian pelaku kreatif kerajinan akan perkembangan pasar, Serta memjembatani kolaborasi antar pelaku kerajinan dan pihak-pihak lain, baik di tingkat nasional atau internasional
memfasilitasi program magang, mentoring dan kemitraan dalam proses produksi kerajinan secara bertahap dan berkelanjutan
Mempermudah proses pendirian badan usaha untuk start-up company
2
1
Mempermudah perijinan usaha terhadap start-up company
1
STRATEGI
4.1
Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing
Menyusun berbagai skema dukungan pembiayaan bersama instansi/lembaga terkait bagi usaha kerajinan Menyusun berbagai skema dukungan pembiayaan bersama instansi/lembaga terkait bagi pelaku kreatif subsektor kerajinan
a
b
2
1
Memfasilitasi kemudahan dalam memperoleh insentif pajak
Memfasilitasi pembiayaan kepada pelaku kreatif yang baru dengan konsep angel investor di mana dana tersebut apabila terjadi kegagalan tidak dianggap sebagai temuan
4. Penciptaan sumber pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing
MISI 3: Mengembangkan lingkungan yang kondusif untuk pemberdayaan potensi dan pengetahuan kerajinan yang berdasarkan kreativitas dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
Meningkatnya wirausahawan kreatif kerajinan yang mampu mengembangkan produk sesuai dengan kondisi lokal dan internasional
3.1
MISI/TUJUAN/SASARAN
92
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatkan akses pasar produk kerajinan di pasar domestik dan internasional
Mendorong pemerintah provinsi, kota/ kabupaten untuk membuat perda untuk menggunakan unsur-unsur rupa dan material lokal dalam bangunan dan fasilitas umum Menyusun peta craft fair, trade show dan pameran berkala internasional dan berkualitas
a
b
2
1
Meningkatnya penerapan teknologi produksi yang optimal untuk meningkatkan nilai tambah barang kerajinan yang berkualitas dan beragam
6.2
a
a
Menyusun program pelatihan sesuai jenis/ kategori subsektor kerajinan
Menyusun peta perkembangan teknologi mutakhir dalam subsektor kerajinan sesuai jenis/kategori subsektor kerajinan
7.1
Meningkatnya partisipasi aktif pemegang kepentingan dalam pengembangan kerajinan yang berkualitas dan berkelanjutan
a
Mengadakan kampanye menggunakan produk kerajinan asli Indonesia bukan bajakan atau impor
7. Mewujudkan kelembagaan yang menghargai proses kreatif dari setiap produk kerajinan
Meningkatnya ketersediaan jaringan telematika, logistik yang mendukung pengembangan kerajinan
6 .1
Memfasilitasi program magang untuk penguasaan dan peningkatan teknologi
3
Dewan Kerajinan Nasional dan asosiasi yang berperan aktif
Mengadakan pendampingan kepada pelaku kreatif untuk meningkatkan penguasaan teknologi
2
1
Mengadakan pelatihan terkait penguasaan dan penggunaan teknologi yang terkait
Memfasilitasi kebutuhan mesin dan peralatan kepada pelaku kreatif subsektor kerajinan
2 1
menyediakan informasi perkembangan terkini teknologi sesuai dengan kategori pelaku kerajinan
Meningkatkan promosi dan pemasaran melalui kegiatan Craft Fair, Trade Fair, Exhibition tingkat domestik dan internasional
Mewajibkan pasar modern untuk memberikan sarana/ tempat penjualan dan promosi produk dari pelaku kreatif
STRATEGI
1
6. Penciptaan infrastruktur dan teknologi yang mendukung pelaku kerajinan untuk maju dan berkembang
5.1
5. Mewujudkan industri kerajinan yang mampu menjawab kebutuhan dari pasar domestik dan internasional
MISI/TUJUAN/SASARAN
Lampiran
93
Meningkatkan pemahaman aspekaspek hukum terkait ekonomi kreatif dan hak kekayaan intelektual serta menjamin perlindungan hukum bagi pelaku kreatif
Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku kreatif subsektor kerajinan
Meningkatnya apresiasi kepada orang pelaku kerajinan dan karya kreatif mereka
7.2
7.3
7.4
MISI/TUJUAN/SASARAN
a
Memberikan penghargaan kepada pelaku kreatif subsektor kerajinan yang melakukan praktek usaha jujur dan beretika kreatif (tidak menjiplak atau membajak)
Kampanye usaha perdagangan kerajinan yang beretika dan bersaing sehat
Melakukan proses seleksi produk kreatif untuk mendapatkan dukungan dalam proses pendaftaran HKI
b
a
Membuat daftar hitam pelaku kreatif subsektor kerajinan yang karyanya jiplakan atau bajakan
a
ARAH KEBIJAKAN
1
secara berkala berikan penghargaan kepada perajin berkualitas
Mendorong praktek usaha yang menjunjung tinggi etika kreatifitas di antara pelaku kreatif subsektor kerajinan
Melakukan sosialisasi hukum terkait dengan ekonomi kreatif, HKI dan Manajemen HKI ke segala level pelaku kreatif subsektor kerajinan
3
1
Mengimplementasikan praktek usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Mendorong praktek usaha subsektor kerajinan yang menghargai karya asli (original) bukan karya bajakan
2
1
STRATEGI
94
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
INDIKASI STRATEGIS
Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku dan pendukung kerajinan
Meningkatnya kuantitas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kerajinan
Meningkatnya jumlah pelaku kerajinan dan juga pendukungnya yang memiliki latar belakang pendidikan kerajinan Terciptanya pelaku kerajinan yang produktif, menjunjung tinggi kualitas, menghargai seni dan keaslian, paham menggunakan teknologi dalam kegiatan kreasinya, mampu mengelola sumber daya yang ada, dapat bekerja sama dengan pihak lain, serta peduli dengan kondisi sekitarnya Terciptanya system secara berkala mengirimkan pelaku dan pihak pendukung untuk mendapatkan pelatihan/ studi lanjut dari insitusi pendidikan yang unggul
c
d
Kualitas pengajaran yang meningkat, dengan metode pengajaran yang mendorong kreatifitas
d
b
Terdapatnya pembaharuan kurikulum pendidikan yang menekankan pada kualitas, disiplin berkreasi dan mudah diterapkan pada sekolah-sekolah kerajinan di seluruh Indonesia
c
Terciptanya secara merata jumlah lulusan sekolah kerajinan dari berbagai tingkatan (sekolah menengah kejuruan, politeknik, perguruan tinggi)
Meningkatnya sekolah menengah kejuruan kerajinan, politeknik kerajinan, dan jurusan kerajinan di perguruan tinggi di luar Jawa dengan nilai akreditasi baik di luar pulau Jawa
b
a
Naiknya jumlah sekolah menengah kejuruan kerajinan, politeknik kerajinan, dan jurusan kerajinan di perguruan tinggi seni di luar pulau Jawa
a
2.1
Tersedianya materi bahan mentah dan sumber budaya lokal bagi kerajinan, yang terpercaya, mudah, dan cepat di akses
Terciptanya pusat data acuan yang berisi informasi mengenai lokasi tersedianya bahan-bahan mentah kerajinan tertentu di Indonesia, serta juga informasi harga bahan-bahan tersebut di pasaran Mudah diaksesnya pusat data bahan mentah tersebut oleh pelaku dan pihak pendukung Terkontrolnya harga-harga bahan mentah untuk berbagai kerajinan
a b c
2. Menjamin perlindungan, pengembangang, dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya bagi kerajinan secara berkelanjutan
1.2
1.1
1. Penciptaan pelaku kreatif kerajinan yang berdaya saing dan mampu mengangkat potensi kekayaan lokal
MISI 1: Mengoptimalkan pemanfaatan dan mengembangkan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, dan berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
MATRIKS INDIKASI STRATEGIS PENGEMBANGAN KERAJINAN 2015-2019
Lampiran
95
d
Meningkatnya kualitas dan kuantitas usahausaha kerajinan di berbagai daerah
Terciptanya karya kerajinan yang beragam dan berkualitas
3.2
3.3
Konsistennya usaha kerajinan dalam kesempatan mengenalkan berbagai produk-produk barunya
b
Terciptanya kolaborasi antara pelaku kerajinan dalam menghantarkan produk yang lebih berkualitas
d
Semakin kecilnya jumlah keluhan yang muncul dari pembeli barang kerajinan, baik di dalam atau luar negeri
Masih bertahannya usaha-usaha kerajinan yang sudah lama dan juga meningkatnya jumlah usaha-usaha yang baru
c
a
Terciptanya asosiasi atau komunitas untuk mengembangkan pelaku usaha kerajinan di berbagai daerah.
Terciptanya sentra-sentra kerajinan baru di berbagai daerah
d
b
Meningkatnya jumlah usaha berbentuk wokshop atau studio yang fokus pada kreasi barang kerajinan
c
Semakin banyak pelaku dan pendukung kerajinan yang memahami mengenai standard barang berkualitas dari kerajinannya
Meningkat jumlah usaha-usaha dengan produk utama barang-barang kerajinan di berbagai daerah di Indonesia
b
a
Meningkatnya jumlah keanggotaan pelaku kerajinan yang tergabung dalam asosiasi-asosiasi kerajinan.
a
4. Penciptaan sumber pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing
MISI 3: Mengembangkan lingkungan yang kondusif untuk pemberdayaan potensi dan pengetahuan kerajinan yang berdasarkan kreativitas dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
Meningkatnya wirausahawan kreatif kerajinan yang mampu mengembangkan produk sesuai dengan kondisi lokal dan internasional
3. Mewujudkan industri kerajinan yang berkembang secara optimal dan berkualitas
3.1
INDIKASI STRATEGIS Meningkatnya jumlah dokumentasi dan kumpulan catatan mengenai nilai budaya, dan juga produk budaya dari seluruh wilayah di Indonesia
MISI 2: Mengembangkan industri kerajinan yang berdaya saing, tumbuh, beragam, dan berkualitas
MISI/TUJUAN/SASARAN
96
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing
Semakin banyaknya institusi keuangan yang mengeluarkan produk pembiayaan bagi usaha kecil dan menengah di bidang kerajinan Terciptanya kebijakan pemerintah yang mendukung pembiayaan produksi kerajinan oleh BUMN atau bank pemerintah Terciptanya skema keringanan pembiayaan (pajak) dari pemerintah untuk operasional usaha-usaha kerajinan Semakin banyak macamnya pihak yang menyediakan pembiayaan kepada usaha kerajinan dalam bentuk investasi atau pinjaman
a b c d
INDIKASI STRATEGIS
Meningkatkan akses pasar produk kerajinan di pasar domestik dan internasional
Semakin banyaknya jumlah pengusaha kerajinan yang megikuti pameran produk kerajinan di dalam dan luar negeri Semakin meningkatnya jumlah toko atau galeri barang kerajinan di berbagai retail modern di kota-kota besar di Indonesia Terciptanya outlet resmi barang kerajinan di berbagai daerah wisata di Indonesia Semakin banyaknya usaha-usaha kerajinan yang memiliki website atau melakukan kegiatan penjualan melalui internet Terciptanya pusat informasi produk kerajinan Indonesia di berbagai kedutaan besar di seluruh dunia Meningkatnya jumlah pengunjung dan pembeli pameran kerajinan, baik di dalam atau luar negeri Meningkatnya pembeli dengan skala perusahaan atau bisnis untuk barang-barang kerajinan
a b c d e f g
6.1
Meningkatnya ketersediaan jaringan telematika, logistik yang mendukung pengembangan kerajinan
Terciptanya secara jelas jalur logistik ke berbagai daerah di Indonesia, untuk menjamin penghantaran pasokan dan barang jadi ke pasar Terciptanya skema bantuan teknologi komunikasi dan informasi bagi usaha-usaha kerajinan
a b
6. Penciptaan infrastruktur dan teknologi yang mendukung pelaku kerajinan untuk maju dan berkembang
5.1
5. Mewujudkan industri kerajinan yang mampu menjawab kebutuhan dari pasar domestik dan internasional
4.1
MISI/TUJUAN/SASARAN
Lampiran
97
Meningkatnya penerapan teknologi produksi yang optimal untuk meningkatkan nilai tambah barang kerajinan yang berkualitas dan beragam
Meningkatnya adopsi penggunaan teknologi komunikasi dan informasi di setiap kegiatan rantai nilai usaha kerajinan yang ada Meningkatnya adopsi teknologi dalam kegiatan produksi barang-barang kerajinan, sehingga mampu meningkatkan kualitas barang yang dihasilkan
b
Meningkatnya partisipasi aktif pemegang kepentingan dalam pengembangan kerajinan yang berkualitas dan berkelanjutan
Meningkatkan pemahaman aspek-aspek hukum terkait ekonomi kreatif dan Hak Kekayaan Intelektual serta menjamin perlindungan hukum bagi pelaku kreatif
Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku kreatif subsektor kerajinan
7.1
7.2
7.3
INDIKASI STRATEGIS a
Terciptanya mekanisme perdagangan di pasar yang akan sama-sama menguntungkan bagi pelaku kerajinan serta konsumennya Terciptanya mekanisme keringanan biaya atau pajak dalam berusaha bagi para pelaku dan pendukung kerajinan
b c
Terciptanya suasana berusaha dengan jaminan sanksi bagi pihak yang melanggar aturan yang berlaku
d
Terciptanya kebijakan pemerintah yang akan mengatur agar berbagai pihak yang berkecimpung dalam dunia kerajinan tidak akan saling merugikan
Meningkatnya program pelatihan bagi pelaku kerajinan dan pendukungnya mengenai peraturan akan perlindungan hak kekayaan intelektual
c
a
Semakin kecilnya kasus perselisihan dari pelaku kerajinan terkait dengan pelanggaran hak atas ciptaan barang kerajinan
Meningkatnya peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang berkaitan dengan kerajinan
d
b
Terciptanya komunitas/asosiasi pendukung kerajinan di berbagai daerah untuk setiap jenis kerajinan
c
Terciptanya peraturan yang akan memberikan jaminan atas hak kekayaan intelektual dari barang kreasi pengrajin
Terciptanya komunitas/asosiasi pelaku kerajinan di berbagai daerah untuk setiap jenis kerajinan
b
a
Semakin aktifnya peran Dewan kerajinan nasional
a
7. Mewujudkan kelembagaan yang menghargai proses kreatif dari setiap produk kerajinan
6.2
MISI/TUJUAN/SASARAN
98
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
7.4
Meningkatnya apresiasi kepada orang pelaku kerajinan dan karya kreatif mereka
MISI/TUJUAN/SASARAN
Terciptanya instrumen penghargaan bagi pelaku kerajinan dan pendukung kerajinan yang berprestasi, baik dari dalam negeri ataupun dari luar negeri Semakin meningkatnya pelaku dan pendukung kerajinan yang mendapatkan penghargaan tersebut Terciptanya pola pikir di konsumen bahwa pemakaian produk kerajinan dalam negeri merupakan hal yang baik Meningkatnya penggunaan barang kerajinan dalam berbagai unsur kehidupan sehari-hari Semakin banyaknya kolektor, museum dan galeri untuk barang-barang kerajinan
a b c d e
INDIKASI STRATEGIS
Lampiran
99
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB
Mensurvei jenis-jenis kerajinan apa saja yang membutuhkan dukungan lulusan tenaga pendukung teknis
Mempertemukan pihak pelaku kerajinan, perwakilan dari konsumen, serta pemilik usaha/bisnis kerajinan
Melakukan penilaian dengan standard yang telah di setujui oleh asosiasi atau komunitas dari pelaku kerajinan tertentu
1
2
3
Dipilihnya perwakilan dari asosiasi/komunitas pengrajin tertentu untuk menjadi anggota tim penilai sekolah-sekolah kerajinan
Mengunjungi sekolah-sekolah kerajinan yang ada, dan melakukan penilaian sesuai standard yang telah ditetapkan
a
b
Mengevaluasi mengenai pengetahuan dan keterampilan apa saja yang dibutuhkan dari seorang lulusan sekolah-sekolah kerajinan
b
Pendirian sekolah politeknik khusus untuk kerajinan tersebut
c
Mendata dan mengundang perwakilan dari pengrajin, konsumen, dan pengusaha kerajinan untuk diskusi
Mendata dan mengidentifikasi keahlian teknikal yang dibutuhkan di produksi kerajinan tersebut
b
a
Kunjungan ke sentra-sentra kerajinan, dan mengobservasi kegiatan teknis dalam produksi kerajinan tersebut
a
Kementerian/lembaga yang membidangi pendidikan dan kerajinan
Kementerian/lembaga yang membidangi pendidikan, kerajinan dan perdagangan
Kementerian/lembaga yang membidangi pendidikan dan kerajinan
SASARAN 1: Meningkatnya kuantitas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan kerajinan
SASARAN/RENCANA AKSI
MATRIKS RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KERAJINAN 2015-2019
x
x
2016
2015
x
x
x
2018
x
2017
TAHUN
x
x
2019
100
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB
Memberikan fasilitas dukungan pembiayaan dan hal lain yang dibutuhkan untuk bisa berangkat maju ke kompetisi yang ada
2
Sosialisasi mengenai mengikuti kompetisi, manfaat dan mengapa perlu mengikuti kompetisi tersebut
Seleksi di tingkat daerah untuk memilih perwakilan peserta yang akan maju ke tingkat nasional
Peserta yang terpilih akan diberikan paket bantuan konsultasi dari para ahli terkait ataupun dari pemenang di tahun sebelumnya
b
c
Lalu ditambahkan dengan peran desainer untuk memberikan rancangan barangnya dan akhirnya akan direalisasikan oleh sang pengrajin
b
a
Dimana pada tahap awal akan dibutuhkan peran peneliti untuk melihat tren pasar dan perkembangan dunia kerajinan
a
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan
1
Dengan membuat suatu pusat data yang akan dikelola pemerintah
Mendata dan mengidentifikasi bahan-bahan yang dibutuhkan khusus dari kerajinan tertentu
Pusat informasi ini akan berisi mengenai detail bahan mentah kerajinan, lokasi bahan itu tersedia dimana, serta harga yang ditawarkan oleh penjualnya
Pusat data ini juga akan memberikan informasi siapa saja pihak-pihak yang siap menawarkan bahan mentah tersebut.
a
b
c
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan, perdagangan, telematika, dan komunikasi
x
x
x
2016
2015
SASARAN 3: Tersedianya materi bahan mentah dan sumber budaya lokal bagi kerajinan, yang terpercaya, mudah, dan cepat diakses
Mengembangkan sistem produksi yang andal
1
SASARAN 2: Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia pelaku dan pendukung kerajinan
SASARAN/RENCANA AKSI
x
x
x
2017
TAHUN
x
x
x
2018
x
x
x
2019
Lampiran
101
Memberikan insentif keuangan bagi pengusaha bahanbahan kerajinan, khususnya dengan penekanan pada kemampuan memasok bahan tersebut secara berkelanjutan
Mendata pengusaha-pengusaha yang memperdagangkan bahan baku untuk kerajinan
Mengidentifikasi hal-hal yang bisa menghambat mereka dalam memasok bahan kerajinan
Merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan mendukung lancarnya pengadaan pasokan bahan kerajinan, hingga lancarnya penyampaian bahan tersebut ke pasar atau pengrajin yang membutuhkan
a
b
c
DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan, keuangan, perdagangan dan hukum
PENANGGUNGJAWAB
x
x
2016
2015
Memberikan persyaratan yang sederhana kepada usaha-usaha baru (start-up) di bidang kerajinan
Mendukung penyederhanaan birokrasi terkait untuk usaha-usaha baru di bidang kerajinan
1
2
Mensurvei beberapa usaha kerajinan terkait dengan syarat-syarat pembentukan badan usaha
Mengidentifikasi syarat-syarat yang memperumit dan menyulitkan para usaha tersebut
Menyederhanakan persyaratan yang ada, sehingga sebuah usaha baru dapat segera terbentuk dan berjalan
b
c
Menyesuaikan syarat tersebut dengan keadaan di bidang kerajinan
b
a
Mendata persyaratan yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah usaha kerajinan
a
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan
x
x
x
x
x
x
x
2017
TAHUN
SASARAN 4: Meningkatnya wirasusahawan kreatif kerajinan yang mampu mengembangkan produk sesuai dengan kondisi lokal dan internasional
2
SASARAN/RENCANA AKSI
x
x
x
2018
x
x
x
2019
102
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Memberikan kesempatan kepada siswa-siswa berprestasi untuk ikut bekerja dalam program magang pada usaha kerajinan yang sudah mapan
Mensosialisasikan ke sekolah-sekolah kerajinan mengenai program magang siswa (untuk yang berada di tingkat akhir) pada sebuah usaha kerajinan
Membuka pendaftaran peminat program magang tersebut, dan kemudian seleksi berdasarkan kualifikasi tertentu sesuai dengan permintaan usaha kerajinan
Siswa terpilih akan langsung menjalankan magangnya dengan berkala konsultasi kepada pengajar mengenai perkembangan dalam magangnya
Setelah selesai siswa kembali ke sekolah dengan memberikan laporan ke pengajar dan pengusaha kerajinan tersebut
a
b
c
d
1
Membuat suatu buletin atau laporan berkala mengenai perkembangan kebutuhan dan selera dari konsumen yang ada, baik di dalam atau luar negeri
Dibentuk tim redaksi dalam dewan kerajinan untuk membuat buletin ini
Pengumpulan materi bisa hasil berita, tulisan oleh tim, pengrajin ataupun pihak terkait lainnya dengan kerajinan. Juga diberikan ruang untuk iklan
Adanya bagian yang membahas mengenai perkembangan kebutuhan konsumen, termasuk selera konsumen dalam dan luar negeri
Buletin terbit sebulan sekali dan dikirimkan kepada pengusaha-pengusaha kerajian
a
b
c
d
SASARAN 6: Terciptanya karya kerajinan yang beragam dan berkualitas
1
SASARAN 5: Meningkatnya kualitas dan kuantitas usaha-usaha kerajinan di berbagai daerah
SASARAN/RENCANA AKSI
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan dan perdagangan
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan dan pendidikan
PENANGGUNGJAWAB
x
2015
x
x
2016
x
x
2017
TAHUN
x
x
2018
x
x
2019
Lampiran
103
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB 2015
Pemerintah memberikan langsung potongan pajak bagi usaha-usaha kerajinan, serta usaha pendukungnya
2
Memberikan potongan pajak sesuai dengan klasifikasi produk dan skala usaha kerajinan.
Proposal terbaik akan mendapatkan investasi dan bantuan konsultasi dengan investor itu dalam meningkatkan kemampuan produksinya.
d
b
Tim ahli dan para investor akan berkeliling ke berbagai ibukota provinsi untuk mendapatkan proposal yang terbaik
c
Mengidentifikasi usaha-usaha kerajinan, dan usaha pendukung kerajinan di setiap daerah.
Adanya tim ahli yang akan melakukan seleksi awal bagi pengrajin yang memiliki proposal usaha yang baik
b
a
Mensosialisasikan ke berbagai sentra kerajinan mengenai program ini
a
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan dan keuangan
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan dan perdagangan
1
Ditunjuk beberapa pusat perbelanjaan di kota besar di Indonesia untuk menyediakan tempat bagi wadah untuk sarana penjualan barang kerajinan
Survei pusat perbelanjaan yang ramai dengan pengunjung di setiap wilayah
Membuka toko atau outlet untuk display & penjualan barang kerajinan
a
b
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan dan perdagangan
SASARAN 8: Meningkatkan akses pasar produk kerajinan di pasar domestik dan internasional
Membuat suatu acara yang memungkinkan angel investor untuk bertemu dan membicarakan proposal ide usaha kerajinan mereka
1
x
x
x
x
2016
SASARAN 7: Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi proses kreasi kerajinan yang transparan, mudah diakses, dan bersaing
SASARAN/RENCANA AKSI
x
x
x
2017
TAHUN
x
x
x
2018
x
x
x
2019
104
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
Pemerintah akan memilih beberapa perwakilan usaha kerajinan untuk didukung mengikuti kegiatan promosi dan pemasaran
Seleksi di tingkat asosiasi/komunitas dengan kriteria yang telah ditentukan oleh pemerintah
Memberangkatkan pengrajin terpilih untuk ikut misi promosi pameran di luar negeri
a
b
DESKRIPSI RENCANA AKSI Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan, perdagangan dan luar negeri
PENANGGUNGJAWAB
Membuat publikasi berkala yang berisi informasi teknologiteknologi dan jalur distribusi yang menguntungkan bagi usaha kerajinan
Memberikan bantuan modal bagi pelaku dan pendukung kerajinan agar dapat mengadopsi berbagai teknologi dalam kegiatan rantai nilai kreatifnya
1
2
Mengidentifikasi kerajinan apa saja yang bisa memanfaatkan teknologi dalam kegiatan rantai nilainya
Memberikan bantuan dana dan juga pelatihan pemakaian mesin-mesin tersebut
Bagi para penerima bantuan memiliki kewajiban untuk kemudian meneruskan pengetahuannya ke pengrajin lain
b
c
Buletin ini kemudian didistribusikan kepada para pengrajin melalui asosiasi
b
a
Dalam buletin kerajinan yang telah dibuat sebelumnya, juga memuat perkembangan teknologi yang bisa dimanfaatkan oleh para pengrajin dalam kegiatan kreasinya
a
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan dan perdagangan
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan, telematika dan komunikasi
SASARAN 9: Meningkatnya ketersediaan jaringan telematika dan logistik yang mendukung pengembangan kerajinan
2
SASARAN/RENCANA AKSI
x
x
x
x
x
x
x
2017
2016
2015
TAHUN
x
x
x
2018
x
x
x
2019
Lampiran
105
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB 2015
2016
2017
TAHUN
Memberikan pelatihan kepada para pelaku dan pendukung kerajinan di berbagai daerah
Pendampingan agar pemanfaatan teknologi yang ada akan bisa efektif dan efisien
Menyalurkan siswasiswa dan juga pelaku kerajinan untuk magang pada usaha kerajinan yang sudah berpengalaman mengadopsi teknologi sejak lama
1
2
3
Mensosialisasikan ke sekolah-sekolah kerajinan mengenai program magang siswa (untuk yang berada di tingkat akhir) pada sebuah usaha kerajinan yang intensif menggunakan teknologi
Membuka pendaftaran peminat program magang tersebut, dan kemudian seleksi berdasarkan kualifikasi tertentu sesuai dengan permintaan usaha kerajinan
Siswa terpilih akan langsung menjalankan magangnya dengan konsultasi berkala kepada pengajar mengenai perkembangan dalam magangnya
a
b
c
Yang masih baru menggunakan teknologi dalam produksinya, akan diprioritaskan untuk mendapatkan konsultasi & pendampingan dari balai latihan
b
Untuk skala yang kecil, mesin akan dipinjamkan atau bisa dengan sistem sewa mesin
c
Mendata pengrajin sesuai dengan tingkat keahlian dalam penggunaan teknologi yang ada
Para pengrajin dengan skala kecil dan masih sedikit menggunakan teknologi dalam produksinya, akan mendapatkan prioritas untuk mendapatkan pelatihan
b
a
Mendata & mengklasifikasikan pengrajin berdasarkan skala usaha dan penggunaan teknologi dalam proses produksinya
a
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan dan pendidikan
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
2018
SASARAN 10: Meningkatnya penerapan teknologi produksi yang optimal untuk meningkatkan nilai tambah barang kerajinan yang berkualitas dan beragam
SASARAN/RENCANA AKSI
x
x
x
2019
106
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
d
Setelah selesai siswa kembali ke sekolah dengan memberikan laporan ke pengajar dan pengusaha kerajinan tersebut
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNGJAWAB
2015
Menghidupkaan kembali cabangcabang dewan kerajinan nasional di daerah-daerah, beserta mendorong pembentukan asosiasi pelaku kerajinan di daerah-daerah
Mendata cabang-cabang dewan kerajinan di daerahdaerah
Mengundang perwakilan pelaku kerajinan, pendukung, asosiasi dan komunitas dalam bagian struktur dewan kerajinan di daerah
a
b
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan
x
x
2017
TAHUN
x
2018
x
2019
1
Membuat kampanye menghargai originalitas dari sebuah barang kerajinan
Mengajak pengrajin dan ahli hukum kekayaan intelektual untuk merumuskan pesan yang akan disampaikan ke masyarakat
Membuat event-event di area publik terkait kampanye ini. Hal ini dilakukan secara berulang untuk menyadarkan dan mengingatkan masyarakat
Dalam event tersebut juga termasuk aktivasi pada media sosial, dengan mengikutsertakan para tokoh masyarakat
a
b
c
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan, hukum dan HAM
x
x
x
x
x
SASARAN 12: Meningkatkan pemahaman aspek-aspek hukum terkait ekonomi kreatif dan Hak Kekayaan Intelektual serta menjamin perlindungan hukum bagi pelaku kreatif
1
2016
SASARAN 11: Meningkatnya partisipasi aktif pemegang kepentingan dalam pengembangan kerajinan yang berkualitas dan berkelanjutan
SASARAN/RENCANA AKSI
Lampiran
107
Memberikan pelatihan berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hak kekayaan intektual dari hasil kreatif para pelaku dan pendukung kerajinan
3
Pelatihan ini dilakukan secara bertahap hingga semua pelaku kerajinan mendapatkan pemahaman yang sama akan perlindungan hak kekayaan intelektual
b
Menyoroti contoh-contoh sanksi jika ada kejadian pelanggaran aturan tersebut
c
Mengumpulkan pelaku kerajinan yang ada di berbagai daerah dan memberikan pelatihan mengenai cara melindungi hasil karya para pengrajin
Pemahaman diberikan oleh tokoh masyarakat yang dihormati di daerah tersebut. Dan dengan media yang relevan bagi pelaku kerajinan
b
a
Kunjungan ke sentra-sentra kerajinan, dan memberikan pemahaman mengenai pelaksanaan hukum kekayaan intelektual
a
DESKRIPSI RENCANA AKSI
1
Memberikan pemahaman kepada para pelaku kerajinan agar bersaing dalam melakukan bisnis dengan sehat dan perlu juga melihat akan pengaruh usahanya kepada lingkungan hidup dan masyarakat sekitar
a
Kunjungan dan sosialisasi ke sentra kerajinan mengenai pentingnya dan kegunaan dari adanya persaingan yang sehat di antara pengusaha kerajinan
SASARAN 13: Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku kreatif kerajinan.
Sosialisasi penegakan peraturan berusaha, dan memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang melanggarnya
2
SASARAN/RENCANA AKSI
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan dan perdagangan
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan, hukum dan HAM
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan dan perdagangan
PENANGGUNGJAWAB
x
x
x
x
x
x
2016
2015
x
x
x
2017
TAHUN
x
x
2018
x
x
2019
108
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019
b
Juga diberikan pemahaman bahwa iklim usaha yang sehat juga dapat terjadi dengan terjadinya kolaborasi antar pelaku kerajinan
DESKRIPSI RENCANA AKSI
1
Membuat suatu acara penghargaan bagi pelaku dan pendukung kerajinan yang berprestasi di dalam dan luar negeri. Selain itu, penghargaan bisa juga dalam bentuk kampanye pengunaan barang kerajinan dalam kehidupan sehari-hari
Pendataan pengrajin yang produktif dan inovatif. Hal ini dilakukan secara tahunan, untuk setiap cabang kerajinan.
Dari data tersebut, dipilih lah pengrajin yang paling berprestasi dan mendapatkan penghargaan dari kementerian
Penghargaan juga termasuk dengan liputan di media serta kampanye ke masyarakat untuk menggunakan karya kerajinan tersebut dalam kehidupan seharihari
a
b
c
PENANGGUNGJAWAB
Kementerian/lembaga yang membidangi kerajinan
SASARAN 14: Meningkatnya apresiasi kepada orang pelaku kerajinan dan karya kreatif mereka.
SASARAN/RENCANA AKSI
2015
x
2016
x
2017
TAHUN
x
2018
x
2019
112
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kerajinan Nasional 2015-2019