RENCANA PENGEMBANGAN
T V & R ADIO NA SIONAL
2015-2019
RENCANA PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO NASIONAL 2015-2019
i
Edwina Triwibowo Wawan Dhewanto
PT. REPUBLIK SOLUSI
iv
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
RENCANA PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO NASIONAL 2015-2019
Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif: Penasihat Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Pengarah Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kemenparekraf Harry Waluyo, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEK Cokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan Penanggung Jawab Poppy Safitri, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEK M. Iqbal Alamsjah, Direktur Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media Sagit Suwidhi, Kepala Seksi Karya Kreatif Audio Tim Studi Edwina Triwibowo Wawan Dhewanto ISBN 978-602-72387-5-6 Tim Desain RURU Corps (www.rurucorps.com) Rendi Iken Satriyana Dharma Sari Kusmaranti Subagiyo Yosifinah Rachman Penerbit PT. Republik Solusi Cetakan Pertama, Maret 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
v
Terima Kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD) Abie Besman Agnes Widyanti Arie Ardianto (DJ Arie) Bowo Usodo Dadang Rahmat Hidayat Danang Sanggabuwana Dini Aryanti Putri Erina HC Tobing Gantama F Gandjar Gebyar Ahadiakbar G Gita Andriani Harsya Subandrio Hasudungan Silalahi Helmy Yahya Iqbal Ramadhan Irman Meilandi Kalamullah Ramli Marcellus Ardiwinata Prasetyo Wibowo Prita Prawirohardjo Ronni Suyanto Syaharuddin Theodora Rosa Woro Widyastuti Yogi Hartarto
vi
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Kata Pengantar Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup. Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial. Televisi dan radio sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, dapat didefinisikan secara terpisah, yaitu televisi yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan, serta radio yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Saat ini masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan industri kuliner di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna. Dalam upaya melakukan pengembangan konten televisi dan radio di Indonesia, diperlukan pemetaan terhadap ekosistem televisi dan radio yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, nurturance environment, dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
vii
Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009, di mana televisi dan radio merupakan salah satu bagian dalam industri kreatif. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan data, informasi, telah dilakukan sejumlah Focus Discussion Group (FGD) dengan semua pemangku kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif, dan komunitas industri televisi dan radio secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci pemahaman mengenai konten televisi dan radio dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam percepatan pengembangan konten televisi dan radio lima tahun mendatang. Dengan demikian, masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan konten televisi dan radio selama ini dapat diatasi sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, menciptakan konten televisi dan radio yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.
Salam Kreatif
Mari Elka Pangestu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
viii
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Daftar Isi Kata Pengantar
vii
Daftar Isi
xi
Daftar Gambar
xiii
Daftar Tabel
xv
Ringkasan Eksekutif
xvi
BAB 1 PERKEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO DI INDONESIA
1
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Televisi dan Radio
2
1.1.1 Definisi Televisi dan Radio
2
1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Televisi dan Radio
4
1.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio 1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Dunia 1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Indonesia
8 8 14
BAB 2 EKOSISTEM & RUANG LINGKUP INDUSTRI TELEVISI DAN RADIO INDONESIA25 2.1 Ekosistem Televisi dan Radio
26
2.1.1 Definisi Ekosistem Televisi dan Radio
26
2.1.2 Peta Ekosistem Televisi dan Radio
29
2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio
44
2.2.1 Peta IndustriTelevisi dan Radio
44
2.2.2 Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio
50
2.2.3 Model Bisnis di Industri Televisi dan Radio
52
BAB 3 KONDISI UMUM TELEVISI DAN RADIO DI INDONESIA
57
3.1 Kontribusi Ekonomi Televisi dan Radio
58
3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)
60
3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan
61
ix
3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan
62
3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga
63
3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor
64
3.2 Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio
66
3.3 Struktur Pasar Televisi dan Radio
68
3.3.1 Televisi
68
3.3.2 Radio
74
3.4 Daya Saing Televisi dan Radio
77
3.5 Potensi dan Permasalahan dalam Pengembangan T elevisi dan Radio
77
BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO INDONESIA
81
4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019
82
4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Televisi dan Radio
83
4.2.1 Visi Pengembangan Televisi dan Radio
84
4.2.2 Misi Pengembangan Televisi dan Radio
84
4.2.3 Tujuan Pengembangan Televisi dan Radio
85
4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Televisi dan Radio
85
4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio
87
4.4.1 Arah Kebijakan sumber daya manusia kreatif di industri Televisi dan Radio yang mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
88
4.4.2 Arah Kebijakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagi industri Televisi dan Radio Indonesia secara berkelanjutan
88
4.4.3 Arah Kebijakan industri Televisidan Radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
88
4.4.4 Arah Kebijakan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif
88
4.4.5 Arah Kebijakan perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan
88
4.4.6 Arah Kebijakan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif
88
4.4.7 Arah Kebijakan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri Televisi dan Radio Indonesia 4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Televisi dan Radio
x
89 89
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
4.5.1 Mendorong dan memfasilitasi peningkatan jumlah lembaga pendidikan ilmu komunikasi di setiap provinsi di Indonesia
89
4.5.2 Mendorong peningkatan standar mutu lembaga pendidikan ilmu komunikasi yang sudah ada di Indonesia
89
4.5.3 Mendorong peningkatan jumlah sebaran lembaga sertifikasi media yang diakui secara nasional/dan internasional di setiap provinsi di Indonesia
89
4.5.4 Menegaskan kewajiban penetapan kode etik profesi di tingkat nasional dan global dalam dunia usaha
89
4.5.5 Memberikan jaminan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi dan radio
90
4.5.6 Memfasilitasi penelitian untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sumber daya budaya lokal yang merupakan inspirasi dalam pengembangan konten kreatif televisi dan radio
90
4.5.7 Mengembangkan sistem pengarsipan (fisik dan nonfisik) terkait penelitian dan informasi sumber daya budaya Indonesia sebagai bahan sumber inspirasi konten lokal televisi dan radio
90
4.5.8 Mendorong pengembangan tingkat profesionalisme wirausaha kreatif di bidang Televisidan Radio
90
4.5.9 Mengembangkan ragam serta meningkatkan kualitas standar usaha kreatif nasional di bidang Televisidan Radio
90
4.5.10 Mendorong pengembangan konten karya kreatif yang berkualitas dengan menghadirkan unsur-unsur lokal Indonesia melalui ajang penghargaan bergengsi dan festival
90
4.5.11 Memfasilitasi program pembiayaan untuk industri televisi dan radio pemula di tingkat lokal
90
4.5.12 Mendukung pembentukan bank data konten kreatif televisi dan radio di Indonesia yang dapat diakses secara global sebagai salah satu fungsi wadah pengarsipan
91
4.5.13 Memfasilitasi program Bimbingan Peningkatan Standar Mutu untuk skala Pasar global
91
4.5.14 Memfasilitasi penyebaran konten kratif lokal melalui bursa konten acara internasional
91
4.5.15 Mendorong usaha peningkatan jangkauan siaran televisi serta kualitas jaringan penyiaran televisi dan radio di Indonesia
91
xi
4.5.16 Mendukung adanya kebijakan subsidi kebutuhan fasilitas pengadaan penyiaran dan pemrograman
91
4.5.17 Mendorong terjalinnya kerjasama antara industri Televisi dan radio dengan pengembang perangkat lunak pemrograman dan penyiaran
91
4.5.18 Mendorong terciptanya penyempurnaan kebijakan terkait penyiaran yang bisa mendukung iklim lingkungan bisnis televisi dan radio menjadi lebih kondusif
91
4.5.19 Memfasilitasi pembentukan lembaga milik pemerintah yang secara aktif mendukung penciptaan konten Televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing
91
4.5.20 Mengaktifkan kembali dan memfasilitasi asosiasi keprofesian media untuk berjejaring di tingkat lokal, nasional, maupun global
92
4.5.21 Memfasilitasi keikutsertaan konten kreatif Televisi dan Radio dengan memberikan subsidi atau sponsorship bagi konten kreatif yang mampu ikut serta dalam festival dan even internasional
92
4.5.22 Memberikan penghargaan bagi konten kreatif lokal maupun usaha kreatif secara berkala
92
4.5.23 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif karya Indonesia 92 4.5.24 Memfasilitasi pengarsipan di bidang Televisi dan Radio yang dapat memperkaya proses pengembangan konten acara kreatif
92
BAB 5 PENUTUP
95
5.1 Kesimpulan
96
5.2 Saran
97
LAMPIRAN
xii
101
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Daftar Gambar Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup Konten Televisi dan Rating Penonton
7
Gambar 1 - 2 Ruang Lingkup Substansi Radiodan Rating Penonton
7
Gambar 1 - 3 Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
22
Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Televisi dan Radio
28
Gambar 2 - 2 Ruang Lingkup Televisi
29
Gambar 2 - 3 Ruang Lingkup Radio
29
Gambar 2 - 4 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio
30
Gambar 2 - 5 Rantai Nilai Produksi Subsektor Televisi dan Radio
32
Gambar 2 - 6 Rantai Nilai Distribusi Subsektor Televisi dan Radio
36
Gambar 2 - 7 Rantai Nilai Penyiaran Subsektor Televisi dan Radio
37
Gambar 2 - 8 Peta Pasar
38
Gambar 2 - 9 Peta Apresiasi Subsektor Konten Televisi dan Radio
39
Gambar 2 - 10 Peta Studi Subsektor Konten Televisi dan Radio
41
Gambar 2 - 11 Peta Pengarsipan Subsektor Konten Televisi dan Radio
43
Gambar 2 - 12 Peta Industri Subsektor Televisi
45
Gambar 2 - 13 Peta Industri Subsektor Radio
46
Gambar 3 - 1 Kontribusi terhadap Total Produk Domestik Bruto Industri Kreatif (BPS, 2013)
60
Gambar 3 - 2 Kontribusi Terhadap Total Tenaga Kerja Industri Kreatif (BPS, 2013)
61
Gambar 3 - 3 Kontribusi Terhadap Total Unit Usaha Bruto Industri Kreatif (BPS, 2013)
62
Gambar 3 - 4 Kontribusi Terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga (BPS, 2013)
63
Gambar 3 - 5 Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio (BPS, 2013)
64
Gambar 3 - 6 Perbandingan Ekspor dan Impor Tahun 2010-2013 (dalam Ribu Rupiah) (BPS, 2010-2013)
65
xiii
Gambar 3 - 7 Perkembangan Stasiun Televisi Nasional (Wikipedia, 2011)
68
Gambar 3 - 8 Radio Market Competitiveness dan Concentration (Nastiti, 2011)
75
Gambar 3 - 9 Proporsi Penikmat Media Elektronik dan Cetak (Menkominfo, 2011)
76
Gambar 3 - 10 Diagram Daya Saing Televisi dan Radio
77
Gambar 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Televisi dan Radio 2015-2019
83
xiv
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Daftar Tabel Tabel 3 - 1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Televisi dan Radio 2010-2013
58
Tabel 3 - 2 Tabel Kebijakan Subsektor Televisi dan Radio
66
Tabel 3 - 3 Daftar Stasiun Televisi Jaringan
69
Tabel 3 - 4 Daftar Stasiun Televisi Berlangganan
70
Tabel 3 - 5 Market Share Stasiun Televisi Jaringan
71
Tabel 3 - 6 Daftar 5 Acara dengan Rating Tertinggi
72
Tabel 3 - 7 Daftar Hak Siar Ekslusif Siaran Olahraga
73
Tabel 3 - 8 Market Share Industri Radio di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar
74
Tabel 3 - 9 Potensi Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan Radio
77
xv
Ringkasan Eksekutif Pergeseran makna dari televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di Indonesia. Pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan definisi dan ruang lingkupsebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas. Secara umum, cakupan definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan dengan konten acara televisi dan radio. Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif, maka perlu dilakukan pemetaan ekosistem dari subsektor televisi dan radio terhadap kondisi ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari industri kreatif televisi dan radio yang berjalan di negara-negara yang sudah maju dan berdaya saing, dan kondisi aktual dari industri kreatif televisi dan radio di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi di Indonesia. Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan kondisi aktual dari subsektor televisi dan radio dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari industri kreatif subsektor televisi dan radio sehingga dapat berkembang dengan baik, dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi dalam mengembangkan industri kreatif subsektor televisi dan radio di Indonesia. Ekosistem televisi dan radiomerupakan sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai tersebut. Peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk ikut serta dalam memajukan Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk televisi dan radio. Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi ekonomi televisi dan radio, nilai yang ada pada data BPS tersebut dihitung berdasarkan data Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009. Visi, misi, tujuan dan, sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan jangka menengahtelevisi dan radio pada periode 2015-2019. Poin-poin tersebut menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi atau lembaga terkait secara terarah dan terukur yang dijabarkan pada Bab 4 Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia. xvi
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
If you fail to plan, you are planning to fail.
“ Benjamin Franklin
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
KULINER 2015-2019
10
KERAJINAN 2015-2019
ARSITEKTUR 2015-2019
09
12 08
PERIKLANAN 2015-2019
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
17
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
SENI PERTUNJUKAN 2015-2019
SENI RUPA 2015-2019
TEKNOLOGI INFORMASI 2015-2019
TV & RADIO 2015-2019
VIDEO 2015-2019
PENERBITAN 2015-2019
16
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
PENELITIAN & PENGEMBANGAN 2015-2019
15
18
MUSIK 2015-2019
PERFILMAN 2015-2019
14
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
11
ARSITEKTUR 2015-2019
06 05 04
“ KEKUATAN BARU INDONESIA MENUJU 2025
xvii
BAB 1 Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Televisi dan Radio Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kegiatan kreatif televisi dan radio, maka perlu dipelajari definisi televisi dan radio menurut beberapa ahli di dunia serta bagaimana perkembangan dari definisi-definisi tersebut untuk melihat adanya perubahan makna baik menyempit maupun meluas. Pergeseran makna dari definisi televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di Indonesia. Pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan definisi dan ruang lingkupsebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas. Secara umum, cakupan definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan dengan konten acara televisi dan radio.
1.1.1 Definisi Televisi dan Radio Televisi dan radio pada dasarnya merupakan kegiatan penyebaran informasi dan gagasan kepada publik yang dilakukan secara serentak. Akan tetapi, pada awal masa penemuannya, televisi dan radio memiliki tujuan yang berbeda. Radio dibuat sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan pemerintah dalam menyebarkan informasi secara serentak. Pada saat itu, fungsi utama radio adalah sebagai alat penyebar informasi semata. Berbeda dengan radio yang pertama kali dibuat sebagai media penyebar informasi untuk publik, pada awal masa penemuannya, televisi dikenal sebagai media yang digunakan untuk menampilkan gambar bergerak yang disertai suara secara serentak kepada publik. Hal ini menjadikan fungsi utama televisi adalah sebagai salah satu sumber hiburan bagi publik. Seiring dengan adanya perkembangan industri jurnalistik, pada awal tahun 1950–an, televisi mulai marak digunakan sebagai media penyampaian aspirasi rakyat secara luas. Definisi televisi pun mulai bergeser menjadi suatu media yang memfasilitasi kultur demokratis pertama bagi publik agar dapat menyuarakan pendapatnya tanpa terikat oleh peraturan pemerintah.1 Hal ini juga dipicu oleh semakin maraknya stasiun-stasiun televisi dan radio milik swasta yang menyiarkan beragam program acara yang tidak terkait dengan kepentingan pemerintah. Untuk mengontrol hal tersebut, pemerintah di berbagai negara mulai memberlakukan undang-undang yang terkait dengan peraturan penyiaran konten acara pada media elektronik. Di Indonesia, definisi televisi dan radio secara umum selalu mengacu ke undang-undang yang diberlakukan pada masanya. Saat ini, undang-undang yang berlaku terkait dengan penyiaran adalah Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002. Dalam UU Penyiaran tersebut terdapat
(1) Harper Collins, 2012
2
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
beberapa istilah yang terkait dengan televisi dan radio, di antaranya adalah kata-kata “siaran” dan “penyiaran”. Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Sedangkan penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya, untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. Selain istilah siaran dan penyiaran yang terkait dengan industri televisi dan radio, dalam UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 juga didefinisikan lebih jauh terkait dengan kegiatan penyiaran televisi dan radio, sebagai berikut ini:
Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat dilihat bahwa siaran dan penyiaran merupakan kegiatan atau proses penyebarluasan dari konten televisi dan radio kepada publik secara serentak. Dalam hal ini, unsur kretivitas itu sendiri tidak terlalu banyak dilibatkan secara langsung, sehingga kegiatan penyiaran dan siaran dalam subsektor televisi dan radio di ekonomi kreatif tidak akan terlalu difokuskan. Oleh karena itu, definisi televisi dan radio secara umum berdasarkan undang-undang perlu dilakukan penyesuaian lebih lanjut sehingga relevan dengan kontekstual pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Dengan mempertimbangkan empat fungsi utama media kepada publik, yaitu sebagai sumber informasi, fasilitas hiburan, memberikan pendidikan, serta memberikan unsur persuasi, maka definisi televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif sebaiknya mampu mencakup keempat fungsi tersebut, serta mampu menciptakan atau meningkatkan nilai tambah baik secara ekonomi maupun secara sosial kepada publik. Oleh karena itu, pengembangan televisi dan radio sangatlah terkait dengan pengembangan konten televisi dan radio yang terkait dengan pengelolaan gagasan dan informasi yang dikemas sehingga dapat menghasilkan konten yang menghibur, menginspirasi dan mendidik bagi para penikmatnya.
BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
3
Berdasarkan pemikiran di atas, maka televisi dalam industri kreatif dapat didefinisikan sebagai berikut:
Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Televisi dan Radio, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mei—Juni 2014
Sedangkan definisi radio terkait dengan industri kreatif untuk adalah:
Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepadapenikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Sumber: Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Televisi dan Radio, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mei—Juni 2014
Dalam definisi televisi dan radio di atas, terdapat beberapa kata kunci yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam menjelaskan definisi televisi dan radio secara lebih mendalam, yaitu: 1. Proses pengemasan yang dimaksud adalah kegiatan pemrograman informasi atau gagasan yang diajukan sebagai ide agar menjadikonten acara televisi dan radio. Pada proses pengemasan, unsur kreativitas dinilai memiliki pengaruh dan keterlibatan yang tinggi dalam upaya menghasilkan konten acara yang berdaya saing; 2. Gagasan yang dimaksud adalah rancangan yang tersusun di pikiran para pencetus ide kreasi konten acara yang kemudian dapat dituangkan dalam bentuk konsep akhir atau naskah; 3. Informasi yang dimaksud merupakan penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita terkait suatu kejadian yang nantinya akan dikemas menjadi suatu konten acara yang sifatnya informatif; 4. Berkualitas dalam hal ini merupakan konten acara yang memiliki standar estetika dan teknis yang baik dengan konten yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, baik sebagai sumber informasi, hiburan, pendidikan, serta unsur persuasi, sehingga dapat memberikan hiburan, pengetahuan, ataupun dampak sosial dan budaya yang positif bagi masyarakat.
1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Televisi dan Radio Menurut Fred Wibowo, dalam bukunya yang berjudul Teknik Produksi Program Televisi (2007), ruang lingkup substansi dari konten televisi mencakup empat kategori besar, yaitu berita lunak, program hiburan, permainan, serta musik dan pertunjukan. Keempat kategori besar tersebut 4
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
terbagi lagi menjadi beberapa jenis subkategori sebagai berikut: 1. Kategori Berita Lunak,yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi: a. Current Affair, merupakan konten acara berita yang membahas persoalan kekinian yang terjadi dalam skala lokal, nasional, maupun internasional; b. Magazine, merupakan konten acara yang menyajikan berita dengan topik atau tema yang serupa dengan konten yang seringkali juga ditemukan dalam media cetak majalah; c. Dokumenter, meliputi acara-acara yang menyuguhkan tayangan yang bersifat nonfiksi, bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mengedukasi ataupun menghibur, menyediakan analisis yang cukup dalam dan tajam terhadap suatu subjek; d. Talkshow, meliputi program acara yang menampilkan satu atau lebih orang untuk membahas topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara. 2. Kategori Hiburan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi: a. Drama dan Komedi, merupakan konten acara yang meliputi cerita fiksi, termasuk dramatisasi dari peristiwa yang sesungguhnya. Jenis tayangan drama dan komedi ini dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu drama berseri, sitcom berseri, seri spesial (mini seri atau drama yang dibuat khusus untuk televisi tertentu), film yang ditayangkan di televisi, animasi, stand-up comedy, komedi improvisasi, komedi lepas, dan sketsa komedi; b. Variety Show, merupakan program acara yang sebagian besar kontennya adalah pertunjukan (tidak selalu musik atau komedi), yang terdiri dari beberapa kegiatan seni peran individu seperti menyanyi, menari, atraksi akrobat, sketsa komedi, pertunjukan monolog, atau sulap; c. General Entertainment dan Human Interest, merupakan program acara yang membahas seputar dunia hiburan serta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Contoh paling populer dari program jenis ini adalah acara gosip selebriti dalam dan luar negeri, festival, acara penghargaan, atau peragaan busana. 3. Kategori Permainan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi: a. Game Show, merupakan program acara yang memfasilitasi kemampuan unjuk bakat atau perlombaan; b. Reality Show, merupakanprogram acara yang dibuat tanpa menggunakan skrip drama atau situasi komedi. Program seperti ini menampilkan sepenuhnya kejadian yang sesungguhnya, dan biasanya melibatkan publik atau individu yang bukan berprofesi di industri televisi/radio/film. 4. Kategori Musik dan Pertunjukan, yaitu jenis konten acara yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa subkategori, meliputi: a. Pertunjukan, merupakan jenis program acara yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio, di dalam ruangan ataupun di luar ruangan; b. Klip Musik, adalah kategori konten acara yang menyiarkan beberapa kumpulan klip musik; c. Program Klip Musik, merupakan program acara yang tidak hanya menyiarkan klip musik, tetapi juga memiliki segmen interaktif atau pemrograman. BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
5
Fred Wibowo: Tokoh Media, Seni, dan Kebudayaan Fred Wibowo adalah seorang praktisi media yang juga berprofesi sebagai penulis berbagai macam buku yang cukup berperan dalam dunia penyiaran, seni, dan kebudayaan. Salah satu bukunya yang paling terkenal di Indonesia adalah Teknik Produksi Program Televisi yang diterbitkan pada tahun 2007 oleh PINUS Publisher. Buku ini kemudian dijadikan salah satu pedoman bagi para produser dan program creator televisi tentang bagaimana menciptakan program televisi yang baik, dengan seluruh latar belakang persiapannya. Fred saat ini aktif berpartisipasi dalam Rumah Produksi dan Pusat Pelatihan Audio Visual SAV Puskat di Yogyakarta. Selain itu, beliau juga sempat berperan dalam industri perfilman sebagai sutradara dan produser. Gambar Sampul Buku Teknik Produksi Program Televisi Sumber: siper.mmtc.ac.id
Adapun untuk konten radio, ruang lingkup dari materi yang disiarkannya sendiri dibedakan berdasarkan beberapa jenis kategori sebagai berikut ini: 1. Berita, yaitu konten-konten acara yang menyiarkan suatu kejadian atau situasi tertentu baik yang terjadi di wilayah lokal, nasional, maupun internasional; 2. Siaran lepas, yaitu konten acara yang dibawakan secara bebas oleh penyiar dengan satu tema tertentu yang telah ditentukan; 3. Siaran dengan naskah, yaitu konten acara yang sepenuhnya mengacu pada naskah yang telah disusun sebelumnya tanpa adanya improvisasi dialog oleh penyiar; 4. Musik, yaitu konten radio yang hanya terdiri dari beberapa kumpulan lagu tanpa adanya konten tambahan dari penyiar. Sedangkan di Indonesia sendiri, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam keputusan KPI yang berlaku, yakni Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KPI, yakni Pasal 21 P3 dan Pasal 33 – 39 SPS, menyatakan bahwa konten penyiaran dapat diklasifikasikan berdasarkan penonton yang kemudian disebut sebagai rating penonton, sebagai berikut: 1. Kategori P (Pra-sekolah), untuk anak umur 2 hingga 6 tahun; 2. Kategori A (anak-anak), untuk usia 7 hingga 12 tahun; 3. Kategori R (remaja), untuk usia 13 hingga 17 tahun; 4. Kategori D (dewasa), untuk usia di atas 18 tahun; 5. Kategori SU (semua umur), untuk seluruh kelompok usia di atas 2 tahun.
6
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Berdasarkan kategori-kategori pengelompokan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka ruang lingkup konten televisi dapat digambarkan seperti pada Gambar 1-1. Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup Konten Televisi dan Rating Penonton
Sedangkan, kategori pengelompokan ruang lingkup konten radio sendiri dapat digambarkan seperti pada Gambar 1-2. Gambar 1 - 2 Ruang Lingkup Substansi Radio dan Rating Penonton
BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
7
Berdasarkan ruang lingkup konten pada Gambar 1-1 dan Gambar 1-2, maka dapat dilihat bahwa untuk setiap jenis program akan memiliki sasaran segmen penikmat konten televisi dan radio yang dibedakan berdasarkan rentang umur, yang merupakan target pengembangan konten yang menjadi fokus pengembangan konten televisi dan radio dalam konteks pengembangan industri kreatif di Indonesia.
1.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio 1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Dunia Sebelum televisi dan radio ditemukan, proses pertukaran informasi dilakukan hanya sebatas dua arah melalui telegram yang ditemukan pada tahun 1837. Telegram merupakan satu-satunya bentuk komunikasi dua arah yang digunakan pada saat itu, dan cukup populer untuk menyampaikan berbagai informasi dan pesan baik yang bersifat kenegaraan maupun pribadi. Lama-kelamaan, berangkat dari adanya kebutuhan pemerintah untuk menyampaikan informasi secara serentak kepada publik dalam waktu yang singkat, telegram dinilai sudah tidak mampu lagi memfasilitasi hal tersebut, sehingga perlu untuk mencari solusi dari kendala yang dihadapi. Kemudian pada tahun 1876, Alexander Graham Bell berhasil menemukan alat komunikasi media secara elektronik melalui telepon, yang pada saat itu merupakan terobosan baru media komunikasi, di mana jalur informasi bisa diberikan secara real time dalam dua arah. Telepon yang ditemukan oleh Bell, kemudian mengundang minat David Sarnoff, seorang manajer di perusahaan telegram, American Marconi, untuk mengadopsi teknologi nirkabel yang digunakan telepon pada telegram, sehingga informasi yang disebarkan dengan telegram dapat disiarkan secara cepat. Jika dirunut berdasarkan waktu, maka perkembangan televisi dan radio ini dapat dilihat pada beberapa periodisasi, yaitu pada Era Pra Perang Dunia I; Era Perang Dunia I (1914–1918); Pasca Perang Dunia I; Era Perang Dunia II (1939–1945); Era Pasca Perang Dunia II;danEra Modern. Era Pra Perang Dunia I. Sebelum Perang Dunia I terjadi, Reginald Fessenden dengan bantuan perusahaan General Electric Corporation Amerika, berhasil menciptakan pembangkit gelombang radio kecepatan tinggi yang dapat mengirim suara manusia dan juga musik. Sementara itu, tabung hampa udara yang ketika itu bernama audion berhasil pula diciptakan. Penemuan audion menjadikan penerimaan gelombang radio menjadi lebih mudah. Akan tetapi, pemerintah dan publik masih belum menilai radio sebagai suatu media yang cukup teruji dalam menyampaikan informasi dengan cepat dan akurat. Kepopuleran dan pentingnya peran radio dalam menyampaikan pesan secara serentak kepada publik mulai diakui pada tahun 1909 ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam. Berdasarkan peristiwa tersebut, radio dinilai sebagai medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat, sehingga pemerintah pun mulai melirik radio. Era Perang Dunia I (1914–1918). Pada masa Perang Dunia I, Sarnoff menerbitkan sebuah memoyang menyatakan bahwa radio music box mulai bisa dijual dan dimiliki secara pribadi oleh publik.Secara resmi, badan militer angkatan laut memiliki hak penuh untuk mengelola penyiaran
8
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
nirkabel. Pada masa tersebut, radio lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintah untuk kebutuhan penyampaian informasi dan berita internal saat Perang Dunia I berlangsung.
Foto Stasiun Radio pada Perang Dunia I Sumber: Wikipedia
Ketika Amerika mulai terlibat ke dalam Perang Dunia I, stasiun radio milik swasta terpaksa dihentikan hak siarnya dan sebagian diambil alih kepemilikannya oleh pemerintah. Bahkan, pemerintah pun menetapkan bahwa selama perang dunia berlangsung, masyarakat dilarang memiliki stasiun radio pribadi ataupun receiver radio. Sehingga, pada saat Perang Dunia I berlangsung, radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasauntuk tujuan yang berkaitan dengan ideologi dan politik secara umum di internal pemerintahan. Hingga setelah Perang Dunia I hampir usai, masyarakat mulai menuntut keterbukaan informasi terkait kondisi dan perkembangan Perang Dunia I dari pemerintah dan militer. Pada tahun 1919, pemerintah Amerika mulai mengumumkan status konflik Perang Dunia I yang telah berakhir, dan Marconi pun berhasil membuat negosiasi peraturan akan kebebasan publik untuk terlibat di dunia penyiaran, di bawah pengawasan pemerintah sebagai syarat utamanya. Pasca Perang Dunia I. Stasiun radio yang pertama kali muncul di Amerika dan bahkan di dunia, adalah KDKA pada tahun 1920.2 Stasiun radio KDKA menjadi ikon pelopor stasiun radio swasta di dunia, hingga akhirnya stasiun radio milik pribadi lainnya mulai bermunculan. Hingga pada tahun 1926, sebuah perusahaan manufaktur radio berhasil mengembangkan teknologi yang membuat sistem instalasi radio menjadi lebih sederhana, sehingga dapat digunakan secara pribadi di rumah penduduk. Penemuan tersebut memiliki dampak signifikan pada kepopuleran radio sebagai alat media masa di era pasca Perang Dunia I. Hal ini ditunjukan dengan jumlah
(2) Suseno, Agi, “Sejarah Penyiaran Dunia”,[http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiarandunia/], April 2009
BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
9
penjualan pesawat radio yang mencapai 17 juta unit pada periode 1925 hingga 1930.Saat itu pendengar radio mayoritas merupakan ibu rumah tangga yang memanfaatkan radio sebagai media hiburan yang menyiarkan berbagai macam lagu populer ataupun berita penting. Walaupun masih memiliki keterbatasan jangkauan penyiaran, akan tetapi radio mulai dinilai sebagai pesaing utama media cetak pada saat itu. Adapun stasiun radio yang cukup popular di Inggris, yang hingga kini masih menguasai dunia penyiaran, mulai didirikan, yaitu British Broadcasting Company (BBC) oleh General Post Office (GPO) pada tahun 1922. Pembentukan BBC ini merupakan gabungan dari enam perusahaan telekomunikasi, di antaranya adalah Marconi (perusahaan komunikasi radio), Metropolitan Vickers (MetroVick), General Electric, Western Electric, dan British Thomson-Houston. pada saat itu, konten drama radio sangat populer, hingga di tahun 1929, BBC memperoleh 6000 naskah drama radio yang dikirimkan untuk disiarkan.3
Logo KDKA Radio www.davey.com
KDKA Sebagai Pelopor Stasiun Radio di Dunia KDKA Sebagai Pelopor Stasiun Radio di Dunia KDKA merupakan stasiun radio tertua di Amerika dan di dunia. Banyak orang mempertanyakan apakah KDKA merupakan sebuah singkatan dan memiliki makna tertentu, tapi ternyata KDKA sendiri diambil dari sebuah daftar kode untuk kapal angkatan laut.Stasiun radio KDKA didirikan oleh seorang ahli teknik ternama, bernama Frank Conrad pada tahun 1920 di Pittsbrugh AS, yang secara tidak sengaja bereksperimen membangun sebuah pemancar radio di garasi rumahnya.4 Pada saat itu, Conrad menyiarkan lagu-lagu, hasil pertandingan olahraga, serta menyiarkan instrumen musik yang dimainkan oleh putranya sendiri. Kalimat yang pertama kali disiarkan adalah “This is KDKA, of the Westinghouse Electric and Manufacturing Company, in East Pittsburgh, Pennsylvania. We shall now broadcast the election returns”. Kalimat pembuka yang sangat ikonik tersebut disiarkan pertama kali oleh Leo Rosenburg pada 2 November 1920.5 Dalam waktu singkat, pendengar stasiun radio yang dibuat oleh Conrad pun meningkat dengan pesat, seiring dengan meningkatnya penjualan pesawat radio pada masa tersebut. Hingga saat ini KDKA masih aktif mengudara di jaringan 1020kHz dan menjadi stasiun radio pelopor yang kini dioperasikan di bawah manajemen CBS Radio.
(3) http://en.wikipedia.org/wiki/BBC, diakses pada 23 Juli 2014 (4) Suseno, Agi, “Sejarah Penyiaran Dunia”,[http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiarandunia/], April 2009 (5) Wikipedia, “KDKA (AM)”, [http://en.wikipedia.org/wiki/KDKA_(AM)]
10
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Di era pasca Perang Dunia I, prinsip televisi yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan, Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884,akhirnya berhasil direalisasikan pada tahun 1928 oleh Vladimir Zworkyn di Amerika Serikat.Zworkyn menemukan tabung kamera atau iconoscopeyang mampu mengubah gambar dari bentuk gambar optis kedalam sinyal elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan dipancarkan kedalam gelombang radio. Dengan bantuan rekannya, Philo Farnsworth, Zworkyn berhasil menciptakan pesawat televisi pertama yang dipertunjukkan kepada umum pada pertemuan World’s Fair di tahun 1939. Tujuan dibuatnya televisi pada saat itu adalah sebagai alat penyedia hiburan berupa gambar bergerak kepada publik. Akan tetapi, respon publik terhadap penemuan televisi ini, sayangnya tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan oleh harga pesawat televisi yang dinilai relatif masih sangat mahal bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini membuat orang-orang yang bekerja di industri televisi tidak yakin bahwa televisi akan mampu berkembang pesat di dunia media. Era Perang Dunia II (1939–1945). Memasuki era Perang Dunia II, perkembangan sistem frekuensi radio sempat terhenti seiring dengan terhambatnya perkembangan teknologi. Sistem radio yang populer digunakan pada saat itu adalah frekuensi Amplitudo Modulasi (AM), di mana kualitas suara yang dimiliki masih terbatas jika dibandingkan dengan kualitas frekuensi radio FM saat ini. Baru pada pertengahan 1930–an, Edwin H. Amstrong berhasil menemukan radio yang menggunakan frekuensi FM. Akan tetapi, meletusnya Perang Dunia II menghambat pengembangan frekuensi radio FM untuk dipopulerkan kepada masyarakat. Faktor lain yang menghambat perkembangan radio FM pada saat itu adalah ketertarikan industri yang mulai berkurang terhadap radio yang disebabkan oleh mulai meningkatnya kepopuleran televisi.6 Industriindustri besar lebih tertarik untuk berpartisipasi dalam pengembangan televisi di ranah publik. Meskipun terhambat dan cenderung berlangsung sangat lambat, akan tetapi penyempurnaan teknologi baru pemrograman televisi dapat diselesaikan ketika Perang Dunia II telah berakhir. Hal ini tentunya berhasil mendorong kemajuan industri televisi dalam melakukan proses produksi konten acaranya. Kamera televisi yang baru dikembangkan tidak lagi membutuhkan banyak cahaya untuk dapat menangkap kualitas gambar yang baik, sehingga para pengisi acara di studio tidak lagi terganggu dengan alat pencahayaan yang berlebihan. Pengembangan lain yang ditemukan adalah ukuran layar televisi yang lebih besar, serta terdapat lebih banyak program yang tersedia dan sejumlah stasiun televisi lokal pun mulai membentuk jaringan. Adapun stasiun televisi jaringan yang pertama kali dibuat adalah WRGB, sebuah stasiun televisi yang berlokasi di Albany, New York, USA. WRGB memulai percobaan penyiaran pertamanya dengan dukungan penuh oleh perusahaan General Electric pada awal tahun 1928.7 Hingga di akhir tahun 1928, program televisi harian pertama pun mulai disiarkan secara reguler oleh WRGB hingga sebelum Perang Dunia II berakhir. Kini, WRGB masih mengudara di bawah merek dagang CBS 6 dan mendominasi siaran berita televisi di Amerika dengan stasiun CBS 6 News andalannya. Sedangkan di Inggris, BBC sendiri memulai siaran percobaan untuk televisi pada tahun 1932, hingga akhirnya mulai menyiarkan programnya secara reguler pada tahun 1934. Namun sayangnya, pada 1939 hingga 1946, siaran televisi dihentikan karena adanya Perang Dunia II.
(6) http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran-dunia/ (7) http://en.wikipedia.org/wiki/WRGB, July 2014
BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
11
Logo Stasiun TV Jaringan Pertama di Dunia Sumber: Logopedia
Era Pasca Perang Dunia II. Mulai akhir tahun 1945, setelah Perang Dunia II berakhir dan kesejahteraan masyarakat mulai mengalami peningkatan, harga pesawat televisi pun mulai dirasa tidak terlalu tinggi. Masyarakat pun mulai beralih ke televisi sebagai media penyaji hiburan sehari-hari. Hal ini tentunya membuat jumlah stasiun televisi mengalami peningkatan yang cukup pesat, dan jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat televisi pribadi pun mencapai lebih dari 50% dari total jumlah rumah tangga. Perkembangan industri televisi juga dipicu oleh industri televisi di AS yang mulai mengikuti model industri radio untuk membentuk jaringan. Stasiun televisi lokal selain menayangkan program lokal juga bekerjasama dengan tiga televisi jaringan yaitu CBS, NBC, dan ABC. Sebagaimana radio, ketiga televisi jaringan itu juga menjadi sumber program utama bagi stasiun afiliasinya.
Logo Stasiun Televisi Terpopuler di Amerika Sumber: teamdoctorsblog.com
Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah stasiun radio dan televisi di dunia, maka kebutuhan bisnis dan komersil di industri televisi dan radio pun semakin tinggi. Hal ini kembali membuat makna kata televisi dan radio mengalami perluasan menjadi tidak hanya sebatas media penyebaran berita dan hiburan, tetapi juga informasi terkait kebutuhan komersil atau iklan.
12
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Era Modern. Seiring dengan perkembangan teknologi dan penemuan internet pada akhir tahun 1980–an, cakupan industri sektor televisi dan radio semakin meluas.Penyiaran informasi dan hiburan mulai dilakukan tidak hanya melalui jaringan radio/satelit/kabel, tetapi juga melalui internet.Internet Protocol Television (IPTV) ditemukan pertama kalinya pada 1995 oleh Judith Estrin dan Bill Carrico. Terdapat tiga jenis klasifikasi IPTV yang ada hingga saat ini, yaitu Live Streaming, Time-Shifted TV, dan Video on Demand (VOD). Kemudian, perusahaan radio internet AudioNet untuk pertama kalinya menyiarkan secara langsung konten webcast dari WFAA-TV dan KCTU-LP pada tahun 1998.
Logo Web Streaming Media Sumber: www.fxsound.com
Disamping perkembangan era multimedia yang semakin pesat, pada September 1997, National Geographic Channels mulai secara resmi diluncurkan di Inggris, Eropa, dan Amerika. Pada awal kemunculannya, National Geographic Channels dinilai berhasil mengangkat konten pendidikan dan ilmu pengetahuan sebagai tren yang berbeda di dunia penyiaran.8 Hingga dua
(8) http://en.wikipedia.org/wiki/National_Geographic_Channel, diakses pada 23 Juli 2014
BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
13
tahun kemudian, pada 1999, BBC juga ikut meluncurkan program bertema pendidikan miliknya, BBC Learning yang kemudian kini dikenal sebagai BBC Knowledge. Dengan membidik pasar usia anak-anak hingga dewasa, BBC Knowledge mencoba membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Akan tetapi, sayangnya hal tersebut tidak berhasil. Hal ini ditandai dengan semakin rendahnya rating yang diperoleh BBC Knowledge. Hingga pada tahun 2001, BBC mencoba meluncurkan kembali BBC Knowledge dengan pengemasan yang berbeda. Namun, hal tersebut tetap tidak dapat mendongkrak rating yang rendah.9 Puncaknya pada 2002, BBC Knowledge terpaksa dihentikan. Semakin pesatnya perkembangan teknologi media digital, hal ini tentunya membuat definisi televisi dan radio menjadi jauh lebih luas lagi. Titlaw (2012), seorang pakar media internasional,kemudian memaknai penyiaran televisi dan radio sebagai suatu kegiatan yang menyuguhkan informasi dan hiburan secara audio dan audio-visual kepada seluruh publik, terlepas dari jaringan distributor yang digunakannya. Salah satu contoh kesuksesan televisi berbasis web baru-baru ini adalah keberhasilan yang dicapai oleh Netflix pada tahun 2013,dengan menoreh sejarah sebagai stasiun televisi berbasis web pertama yang mampu meraih nominasi Primetime Emmy Award untuk drama seri House of Cards, Arrested Development, dan Hemlock Grove pada Primetime Emmy Awards ke-65.
1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Televisi dan Radio Indonesia Perkembangan industri televisi dan radio di Indonesia dimulai ketika Angkatan Laut Kerajaan Belanda pertama kali mengoperasikan fasilitas radio komunikasi di Sabang pada tahun 1911. Pada saat itu, fasilitas radio digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengatur lalu lintas kapal laut yang melintas Selat Malaka, jalur perdagangan yang sangat padat pada masanya. Setelah Perang Dunia I usai, tepatnya pada tahun 1925, Batavia Radio Society atau Radio Batavia Vereniging (BRV) mulai didirikan di Jakarta. BRV merupakan sekelompok broadcaster yang mulai mengudarakan siaran tetap berupa pemutaran musik dari luar negeri. Lahirnya BRV inilah yang mulai mengawali keberadaan radio siaran di Hindia Belanda (Indonesia). Salah satu stasiun radio milik swasta yang paling popular di Hindia Belanda adalah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan oleh Bumi Putera di Solo pada tahun 1933.10 Pada 8 Maret 1942, saat Belanda menyerahkan diri kepada Jepang, radio siaran yang ada dihentikan sepenuhnya. Kemudian Jepang mendirikan lembaga penyiaran baru yang dinamakan Hoso Kanri Kyoko dengan cabang-cabangnya di Jakarta, Bandung, Purwokerto, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, dan Malang. Kedelapan stasiun daerah inilah yang kemudian menjadi embrio pendirian Radio Republik Indonesia (RRI). Setelah masa ini, kemudian televisi dan radio di Indonesia berkembang dalam beberapa era, yaitu: Era Kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, 1945–1965); Orde Baru (1966–1998); Era Reformasi. Era Kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, 1945–1965). Di awal masa kemerdekaan, RRI mulai didirikan oleh pemerintah Indonesia sebagai stasiun radio resmi pertama milik pemerintah pada 11 September 1945. Pada masa itu, RRI mempunyai peran penting dalam mengampanyekan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 kepada dunia. Berkat siaran
(9) http://en.wikipedia.org/wiki/BBC_Knowledge, diakses pada 23 Juli 2014 (10) http://id.wikipedia.org/wiki/Nederlandsch-Indische_Radio_Omroep_Maatschappij, Februari 2014
14
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
radio inilah, dunia mengetahui informasi terkait proklamasi kemerdekaan Indonesia, sehingga dukungan dan rasa simpati pun serta merta mengalir dari negara-negara tetangga. Sejarah momen kemerdekaan ini diukir oleh para penyiar radio senior, Ronodipoero, beserta pemimpin redaksinya, Bachtiar Lubis, yang mengudarakan naskah proklamasi dan mempropagandakan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terus menerus dari waktu ke waktu, mulai dari pukul 19.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945.
Logo Radio Republik Indonesia (RRI) Sumber: trisaktimarketingclub.com
Moehamad Joesoef Ronodipoero
Illustrasi Moehamad Joesoef Ronodipoero Sumber: LP3ES, 2012
Moehamad Joesoef Ronodipoero atau Yusuf Ronodipuro, adalah seorang duta besar Indonesia yang awalnya dikenal sebagai seorang penyiar kemerdekaan Republik Indonesia berkat perannya dalam menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia melalui Radio Hoso K yoku. Saat itu, Ronodipoero tidak mengetahui akan serangan yang dilakukan oleh tentara Amerika kepada Jepang. Tiba-tiba saja siaran Radio Hoso K yoku dihentikan tanpa alasan yang jelas. Baru setelah Mochtar Loebis, seorang sastrawan dan wartawan yang dipercaya untuk menangani pemberitaan mancanegara, memberikan kabar tersebut pada Ronodipoero, Ronodipoero pun berangkat ke markas Menteng 31 untuk mendiskusikan strategi perebutan Radio Hoso K yoku. Setelah sistem penyiaran dapat diambil alih sepenuhnya, Ronodipoero yang pada saat itu masih berusia 26 tahun pun mulai menyiarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam bahasa Inggris ke seluruh dunia. Berkat jasa Ronodipoero ini, seluruh dunia pun mengetahui peristiwa bersejarah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Tidak lama setelah peristiwa bersejarah tersebut, bersama dengan pimpinan-pimpinan radio daerah, Ronodipoero pun turut berperan sebagai salah seorang pendiri Radio Republik Indonesia pascamerdeka, hingga akhirnya merintis karir sebagai duta besar Indonesia untuk beberapa negara di Eropa.
BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
15
Sejarah sistem penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada 17 Agustus 1962. Pada saat itu, Televisi Republik Indonesia (TVRI) lahir dan untuk pertama kalinya mulai beroperasi. Siaran pertama dilakukan untuk menyiarkan peringatan hari ulang tahun ke-17 proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dari halaman Istana Merdeka Jakarta. Pada awalnya TVRI adalah proyek khusus untuk menyukseskan penyelenggaraan Asian Games IV di Jakarta. Siaran TVRI pada saat itu hanya terkait seputar Asian Games yang dikoordinir oleh Organizing Committee Asian Games IV, di bawah naungan Biro Radio dan Televisi Departemen Penerangan. Mulai 12 November 1962,TVRI mengudara secara reguler setiap hari dengan variasi konten yang berbeda. Pada 1 Maret 1963 TVRI mulai menayangkan iklan seiring dengan ditetapkannya TVRI sebagai televisi berbadan hukum yayasan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 215 Tahun 1963. Orde Baru (1966–1998). Pergeseran kekuasaan politik ekonomi di Indonesia turut memengaruhi industri televisi dan radio di Indonesia. Pada masa pemerintahan orde baru, RRI sebagai satusatunya radio siaran milik pemerintah, sempat mengalami konflik ketika RRI diperebutkan oleh Partai Komunis Indonesia(PKI) dan militer untuk menyiarkan propagandanya. Hingga akhirnya, RRI menjadi media utama yang digunakan untuk menyebarkan kepentingan-kepentingan politik pemerintah pusat dan daerah. Mengacu pada UU No. 5 Tahun 1964, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970, tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Dalam peraturan tersebut, konten siaran radio non pemerintah diwajibkan memiliki fungsi sosial, yaitu sebagai alat pendidik, penerangan, hiburan, bukan alat untuk kegiatan politik.11 Akan tetapi, akomodasi yang diberikan oleh pemerintah ini sifatnya menjadi sangat terbatas, karena peran politis radio dan televisi swasta menjadi ditiadakan sama sekali. Siaran-siaran yang sifatnya politis hanya diberikan kepada RRI dan TVRI, yang selanjutnya di-relay oleh televisi dan radio swasta. Selain itu, sistem kepemilikan media hanya terkonsentrasi pada sejumlah golongan yang berpengaruh di masa pemerintahan Orde Baru. Hal ini ditunjukkan ketika anak pertama Presiden Soeharto, Siti Hardianti Rukmana yang ditunjuk sebagai ketua umum Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) yang bertugas mengelola penyiaran radio swasta di Indonesia. Memasuki tahun 1988, industri televisi dan radio di Indonesia mulai mengalami perkembangan yang pesat ketika stasiun televisi dan radio milik swasta mulai berdiri. Pada saat itu, pemerintah mulai mengijinkan televisi swasta beroperasi di Indonesia. Stasiun televisi milik swasta yang pertama kali didirikan di Indonesia adalah RCTI.Tidak lama setelah RCTI didirikan, stasiun televisi swasta lainnya pun mulai bermunculan dalam waktu yang singkat, di antaranya adalah SCTV (1989), TPI (1990), ANTV (1993), INDOSIAR (1995),dan sebagainya.Untuk dapat mengimbangi persaingan dengan televisi swasta, TVRI pun mulai mencoba berinovasi dengan menghadirkan konten yang unik dan berbeda. Salah satu konten yang cukup ikonik pada saat itu adalah program Berpacu Dalam Melodi (BDM) yang diciptakan pada tahun 1988 oleh Ani Sumadi. Program BDM juga lah yang membawa nama Koes Hendratmo mulai populer di Indonesia. Adapun konten-konten unggulan yang sarat nilai pendidikan dan inspirasi pada saat itu adalah Aneka Ria Safari di tahun 1980–an, serta Titian Muhibah yang sarat nilai budaya di tahun 1990.
(11) Suranto dan Haryanto, 2007:14
16
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Disamping tren perkembangan munculnya stasiun televisi swasta, televisi berlangganan pun sudah mulai disiarkan oleh PT Media Nusantara Citra (MNC) dengan mendirikan anak perusahaan Skyvision pada Agustus 1988. Akan tetapi, karena tarif berlangganan yang cukup tinggi, pelanggan Skyvision sendiri masih sangat minim, dan hanya digunakan oleh golongan menengah ke atas.12 Kemudian operator televisi berlangganan pertama kali, Indovision pun secara resmi diluncurkan oleh Skyvision di Indonesia pada tahun 1994, setelah melalui proses perijinan yang panjang. Lalu menyusul didirikannya televisi kabel yaitu Kabelvision di tahun 1994, persaingan di dunia televisi pun semakin ketat.
Foto Para Pemain Drama Seri Si Doel Anak Sekolahan Sumber: soulovart.blogspot.com
(12) http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_berlangganan, diakses pada 23 Juli 2014
BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
17
Masing-masing stasiun televisi swasta kemudian berlomba-lomba untuk menyuguhkan acara yang menarik dan kreatif. Akan tetapi, RCTI tetap menjadi stasiun televisi pelopor yang merajai dunia pertelevisian swasta di Indonesia dengan program-program unggulannya yang kreatif dan menarik. Seputar Indonesia, Kuis Kotak Katik, tayangan-tayangan serial drama populer mancanegara, Si Doel Anak Sekolahan, dan Keluarga Cemara, merupakan beberapa program unggulan milik RCTI. Kesuksesan RCTI ini yang kemudian dicoba diikuti jejaknya oleh stasiun televisi swasta lainnya, dengan menghadirkan konten-konten yang relatif serupa untuk menyaingi konten-konten unggulan RCTI. Hal ini tentunya membuat TVRI menjadi semakin tertekan dalam persaingan industri pertelevisian, ditambah lagi, pada tahun 1981, dengan berbagai alasan politis TVRI tidak diijinkan lagi menayangkan iklan. Seiring dengan perkembangan jumlah stasiun televisi swasta di Indonesia, pada tahun 1997 DPR-RI akhirnya menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Penyiaran yang kemudian disahkan oleh Presiden menjadi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Penyiaran, pada tanggal 29 September 1997. Ketatnya persaingan industri televisi swasta di Indonesia memicu para pelaku usaha untuk semakin kreatif menciptakan konten-konten yang menarik dan kompetitif. Pada masa inilah, penayangan hak siar konten acara luar negeri mulai gencar dilakukan dan meraih respon yang positif dari para pemirsa-nya. Saat itu, konten serial drama seperti telenovela yang dipopulerkan oleh SCTV, hingga serial drama produksi dalam negeri (sinetron) pun marak ditayangkan hampir di seluruh stasiun televisi pada jam tayang yang hampir bersamaan. Jenis penonton yang dibidik untuk segmen tayangan serial drama ini mayoritas adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan menghabiskan banyak waktunya di rumah. Tak heran apabila iklan-iklan yang disuguhkan di sela-sela program acara tidak luput dari produk-produk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Era Reformasi. Masa reformasi yang diawali dengan demo dan kerusuhan besar-besaran di tahun 1998, merupakan salah satu titik di mana media juga ikut mulai menuntut kebebasan dalam berkarya. Berkembangnya ruang gerak media penyiaran pada masa reformasi tentunya memberikan pengaruh besar kepada peningkatan jumlah pemodal yang berinvestasi di industri tersebut. Pergerakan reformasi juga memicu pergeseran kepemilikan bisnis radio dan televisi di Indonesia yang ditunjukan dengan mulai maraknya para pengusaha yang terjun ke bidang media penyiaran.
Logo Stasiun Televisi Swasta Indonesia Sumber: infoindonesiakita.com
18
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Perubahan lain yang cukup terlihat adalah dengan direvisinya UU Penyiaran yang baru, UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002. Namun, hal tersebut tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap industri televisi di Indonesia. Pemilik stasiun televisi swasta masih didominasi oleh segelintir elit yang memiliki pengaruh cukup tinggi di pemerintahan. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan UU Penyiaran sebelumnya, revisi UU Penyiaran yang dilakukan dirasa jauh lebih demokratis. Hal ini terlihat dari diakuinya empat macam lembaga penyiaran, yaitu lembaga penyiaran publik, komunitas, swasta, dan berlangganan, serta didirikannya juga lembaga independen perwakilan publik yang bertindak sebagai regulator sistem penyiaran yang berlaku. Tren konten acara yang disuguhkan oleh televisi swasta yang baru bermunculan pun mulai bergerak ke arah talk show dan variety show komedi. Acara variety show yang diadaptasi dari konten luar negeri pun mulai menjadi tren baru yang mendominasi sebagian besar stasiun televisi, seperti salah satu contoh program yang sangat populer pada saat itu adalah Ekstravaganza milik Trans TV. Bukan hanya variety show yang sifatnya lucu, tetapi beberapa rumah produksi mulai berani bereksperimen dengan memberikan tayangan reality show yang cukup kontroversial, seperti Dunia Lain, Akademi Fantasi Indosiar, dan Termehek-Mehek. Acara-acara yang dinilai kontroversial dan berani ini ternyata berhasil menjadi acara yang banyak diminati penonton pada saat itu. Hal yang sama juga terjadi pada industri radio. Konten acara seperti dongeng cerita hantu serta reality show yang dinilai usil dengan mengerjai pendengarnya, secara spontan pun menjadi favorit sebagian stasiun radio. Di Bandung, cerita ber-genre horor, Nightmare Side, sempat menjadi acara primadona yang mampu meraup jumlah pendengar yang cukup tinggi. Hingga akhirnya beragam kritikan pedas muncul terkait acara-acara yang dinilai memberikan dampak buruk psikologis pada para pendengarnya serta penyalahgunaan informasi pribadi milik para pendengar, maka acara seperti ini mulai dikurangi. Adapun pada era peralihan sinyal analog menjadi sinyal digital sudah mulai merambah dunia media Indonesia, Kabelvision pun mengeluarkan merek dagang baru dengan nama Digital1, yang menggunakan sinyal digital sebagai jaringan penyiarannya. Kemudian pada tahun 2007, Kabelvision bergabung dengan Digital1 di bawah nama First Media.
Logo First Media Sumber: www.rizafirli.com
BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
19
Perkembangan teknologi internet yang sangat pesat menjadi suatu peluang sekaligus ancaman bagi industri televisi dan radio bila tidak dimanfaatkan secara optimal. Dengan pemanfaatan teknologi internet yang baik oleh industri media, maka proses penetrasi pasar media televisi dan radio untuk menembus pasar internasional pun akan menjadi lebih mudah. Mulai bergesernya kanal televisi dan radio di Indonesia menjadi media multi-platform ditandai dengan meningkatnya pengguna layanan streaming seperti Youtube, Vimeo, Netflix, serta webstreaming lainnya yang menyiarkan konten-konten acara televisi dan radio di Indonesia. Bahkan kini, sebagian besar situs resmi stasiun televisi dan radio telah menyediakan layanan streaming konten-konten acaranya. Adapun stasiun televisi swasta di Indonesia yang memanfaatkan media digital sebagai strategi utamanya dalam melakukan penetrasi dan perluasan pasar, adalah NET TV. Sebelum NET TV mulai mengudara sebagai salah satu stasiun televisi berjaringan, NET TV telah terlebih dahulu menjaring pasar global dengan memanfaatkan streaming platform melalui Youtube.
Logo dan Acara Unggulan NET TELEVISI Sumber: televisiguide.co.id
Era media digital ini, tentunya akan jauh lebih terbuka, sehingga membuat peningkatan keragaman pasar semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Selain itu, digitalisasi media juga menimbulkan dinamika industri televisi dan radio menjadi lebih kompleks, membuat perkembangan tren konten acara yang diminati pun menjadi sangat cepat berubah.
20
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Kini, konten acara yang diproduksi secara amatir oleh masyarakat sendiri pun dapat langsung disiarkan secara luas kepada publik melalui internet tanpa adanya proses pendistribusian atau pengemasan konten acara yang sistematis seperti pada stasiun televisi dan radio, ataupun rumah produksi profesional. Sayangnya, tidak semua konten yang dibuat memiliki dampak positif bagi sosial. Seperti salah satunya adalah acara musik yang populer sejak pertama kali tayang 2008, Dahsyat, menimbulkan pro dan kontra terkait kontennya yang dinilai oleh sebagain orang sebagai konten yang kreatif dan menghibur, akan tetapi sebagian orang lainnya berpendapat justru tayangan tersebut merupakan bentuk kreativitas yang bersifat destruktif. Hal serupa terkait pro dan kontra juga turut dialami oleh konten-konten acara hiburan populer lainnya, seperti acara Yuk Keep Smile (YKS), Pesbukers (ANTV), Film Televisi (FTV), serta acara-acara infotainment yang semakin menjamur. Tidak hanya acara hiburan, konten berita di Indonesia pun apabila tidak dikelola dengan baik,secara tidak disadari justru dapat memprovokasi ataupun menimbulkan keresahan masyarakat. Hal ini terlihat dari konten berita-berita aktual yang menampilkan peristiwa kejahatan, kerusuhan, serta maraknya kasus korupsi. Konten-konten seperti itu apabila ditayangkan secara bebas, dinilai dapat menimbulkan efek negatif yang memengaruhi optimisme dan kepercayaan rakyat, terutama kaum muda. Selain itu, konten berita yang kini disuguhkan kepada masyarakat memiliki unsur independensi yang sangat rendah di dalamnya. Kepentingan politis yang kental di dunia media membuat laporan berita tidak lagi menjadi objektif dan independen, sehingga terjadi kesimpangsiuran fakta yang terjadi sesungguhnya. Konten-konten seperti inilah yang sangat sulit untuk dikendalikan oleh pemerintah secara teliti dan terus menerus. Hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan lembaga pengawasan penyiaran yang bertugas untuk mengawasi konten kualitas penyiaran baik yang dihasilkan dari dalam negeri maupun konten dari luar negeri yang disiarkan di Indonesia.
BAB 1: Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
21
Gambar 1 - 3 Perkembangan Televisi dan Radio di Indonesia
1976
Sistem Komunikasi Satelit omestik (SKS ) melalui satelit Palapa (satelit pertama milik Indonesia) diluncurkan.
1979
Siaran televisi ber arna diperkenalkan.
Orde baru
Kemerdekaan
1933
1937
Stasiun radio pertama di Indonesia, Bataviase Radio Vereniging (BRV), berdiri. Stasiun radio pertama, Solosche Radio Vereniging (SRV), didirikan oleh BumiPutra.
19
Presiden Soeharto mengeluarkan instruksi untuk menghilangkan iklan dari TVRI.
19
Indovision sebagai TV berlangganan pertama di Indonesia dengan menggunakan satelit palapa 2.
(1965 – 199 )
1963
Iklan diperkenalkan di TVRI bersamaan dengan peningkatan am siaran. TVRI (Televisi Republik Indonesia) memulai siarannya dengan menayangkan peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia XVII.
Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) berdiri.
cara Kuis Berpacu alam elodi pertama kali ditayangkan di TVRI.
et TV didirikan sebagai stasiun TV yang memba a revolusi media di era modern.
cara The endees yang diba ak an oleh dua penyiar senior, Imam arto dan imas anang mulai disiarkan di Prambors .
2 1
Sebelum
1925
2 13
2
2
cara TV ahsyat mulai ditayangkan dan men adi salah satu acara TV terpopuler hingga kini.
2
Orde Lama
1945
RRI (Radio Republik Indonesia) didirikan.
1962
TVRI melakukan siaran langsung upacara pembukaan sian ames IV dari elora Bung Karno.
2 1994
Sinetron Si oel nak Sekolahan mulai ditayangkan di R TI. TV Kabel Kabelvision mulai beroperasi sebagai televisi kabel pertama.
22
cara ightmare Side pertama kali disiarkan di rdan
R TI (Ra a ali itra Televisi Indonesia) pertama kali mengudara dan berdiri sebagai stasiun televisi s a sta pertama.
(1945 – 1965)
iterbitkan ndang ndang Republik Indonesia omor 32 2 2 tentang Penyiaran.
epartemen Penerangan dibubarkan.
Orde re ormasi (199 – sekarang)
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
BAB 2 Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
2.1 Ekosistem Televisi dan Radio 2.1.1 Definisi Ekosistem Televisi dan Radio Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif, maka perlu dilakukan pemetaan ekosistem dari subsektor televisi dan radio terhadap kondisi ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari industri kreatif televisi dan radio yang berjalan di negara-negara yang sudah maju dan berdaya saing, dan kondisi aktual dari industri kreatif televisi dan radio di Indonesia untuk memahami dinamika yang terjadi di negeri ini. Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan kondisi aktualnya dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari sebsektor ini sehingga dapat berkembang dengan baik dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi. Ekosistem subsektor televisi dan radio adalah sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif. Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan tersebut, dibuatlah sebuah peta ekosistem yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu: 1. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain) adalah rangkaian proses penciptaan nilai kreatifdimana transaksi sosial, budaya, dan ekonomi terjadi didalamnya. Pada setiap proses, terdapat aktivitas utama, aktivitas pendukung, dan peran utama yang terkait dengan setiap proses yang terjadi. Pada subsektor televisi dan radio, proses yang terlibat dalam rantai nilai kreatif yang terjadi adalah kreasi–produksi–distribusi–komersialisasi. Terdapat dua jenis industri yang terlibat pada rantai nilai kreatif (Creative value chain),yaitu industri utama yang merupakan penggerak dalam subsektor televisi dan radio, serta industri pendukung (backward-forward linkage industry) yang berfungsi untuk mendukung pengembangan industri kreatif utama. 2. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment) adalah lingkungan yang dapat menggerakkan dan meningkatkan kualitas proses penciptaan nilai kreatif dari konten acara yang dihasilkan, meliputipendidikan dan apresiasi. a. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang meliputi peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku yang sangat berpengaruh pada penciptaan orang kreatif. Kegiatan pendidikan ini meliputi: (1) pendidikan formal, yaitu pendidikan di sekolah yang di peroleh secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas; (2) nonformal, yaitu pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; dan (3) informal, yaitu pendidikan yang diperoleh dari keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. b. Apresiasi merupakan tanggapan terhadap karya, orang kreatif, serta proses penciptaan nilai kreatif yang menstimulasi peningkatan kualitas karya, orang, dan proses kreatif tersebut. Apresiasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu apresiasi oleh pasar
26
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
(konsumen, khalayak,dan customer) dan apresiasi terhadap orang, karya, dan proses kreatif. Kegiatan apresiasi oleh pasar dapat ditunjukkan dari konsumsi serta tanggapan pasar terhadap karya, orang, dan proses kreatif,sedangkan kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat berupa penghargaan, pemberian insentif, dan juga apresiasi terhadap HKI (Hak Kekayaan Intelektual). Kegiatan apresiasi oleh pasar dapat ditingkatkan melalui proses peningkatan literasi masyarakat terhadap kreativitas, sedangkan kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat ditingkatkan dengan mengomunikasikan orang serta karya kreatif tersebut kepada masyarakat. Dengan adanya kegiatan apresiasi yang baik, maka orang-orang kreatif akan terdorong untuk terus berkreasi. 3. Pasar (Market) - Konsumen, Khalayak, dan Customer adalah pihak yang mengapresiasi karya kreatif dari subsektor televisi dan radio. Ketiga jenis pasar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Berikut penjelasannya. a. Konsumen adalah orang yang membeli karya kreatif berupa konten acara dari industri subsektor televisi dan radio. b. Khalayak adalah orang yang menonton karya kreatif dari subsektor televisi dan radio, yang dapat dibedakan menjadi dua: khalayak umum yang menikmati konten acara hanya dengan kepekaan indrawi, dan khalayak ahli yang menikmati konten acara dengan pengetahuan yang khusus. Khalayak ahli memiliki peran yang vital dalam pengembangan industri televisi dan radio karena mereka menciptakan wacana, kritik, dan kurasi yang dapat meningkatkan kualitas dari konten acara serta meningkatkan kualitas pemahaman dari pasar terhadap kreativitas. c. Customer adalah pihak yang membeli menggunakan jasa dari subsektor televisi dan radio untuk meningkatkan kesejahteraan bisnisnya. 4. Pengarsipan (Archiving) adalah proses preservasi terhadap karya kreatif dan dokumentasi karya kreatif tersebut yang dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan (orang kreatif, pemerintah, lembaga pendidikan, pelaku bisnis, komunitas, dan intelektual) yang terlibat di dalam ekosistem televisi dan radio sebagai media pembelajaran dan literasi. Proses pengarsipan pada umumnya dilakukan melalui tahapan pengumpulan-restorasipenyimpanan-preservasi. Proses restorasi hanya dilakukan apabila dokumen atau hal yang perlu diarsipkan tersebut sudah mengalami kerusakan atau ketidaksesuaian sehingga perlu dilakukan proses perbaikan tanpa mengubah nilai atau makna aslinya sebelum dilakukan proses penyimpanan dan preservasi. Keempat komponen ini dalam subsektor televisi dan radio mempunyai peran yang berbeda dan saling berinteraksi sehingga membentuk sebuah siklus dalam sebuah ekosistem subsektor televisi dan radio yang dapat menghasilkan rantai nilai kreatif secara berkelanjutan. Melalui ekosistem ini diharapkan proses penciptaan nilai kreatif, aktivitas,dan output dari setiap proses dan peran yang terlibat didalamnya dapat terpetakan dengan baik sehingga rencana pengembangan yang dibuat akan lebih sistematis dan tepat sasaran.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
27
Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Televisi dan Radio
NIAHC EULAV EVITAERC asrub nemejanaM legneP malad ek kusamret gnay isaisosA ,nnaaksraaiwsiadggnneapy,naararacaiynneeptnloaknankasnaataalbom ,VT araca netnok ep nad aisenodnI akitameleT takaraysaM araca margorp isomorp araca netnok emsitaigalp nasawagnep
kosamep nemejanam ,itreporp & isakol nemejanaM gnukudnep kisum nataubmep ,narais sinket takgnarep nalki nataubmep ,araca hamuR iskudorP
netnoK asruB aracA
rotarepO lennahC
OIDAR
ISIVELET
oidaR nuisatS
DOV & VT nuisatS
ISMUSNOK
gnusgnaL aracA netnoK oidaR & VT lanaK
,VTPI ,VTi ,gnimaerts beW aerts bew tsacdop ,ppa elibom tsagcndim op ppa elibom
rotaerC tnetnoC
OIDAR ISIVELET ,regnits ,repmub nataubmeP iskurtsnok ,draobyrots nataubmeP sesorp,mutsok ,itreporp ,isakol & tes nwodnur ,elgnij sinket nemejanam ,gnitegdub ,gnitsac narais araca araca gnituyS araca netnok nakraiyneM
iskudorP arP
narais lanretni gnirotinoM margogrnpulsagnnreatlnniagrnaiirsotinoM
riA oT eerF
,ragnednep/notnonep halmuj nad gnitar nagnutihreP araca netnok nagnabmegnep nad tesir
nautneneP nemges narasas ecneidua
isavresbO
iskudorP
gnimrotsniarB
acsaP iskudorP
isasilaniF pesnok araca
isatlusnoK
diaP
netnok nagnaleleP VT namaker araca
lanaK desaB-PI
rais kaH araca netnok
,gnusgnal narais araca netnoK namaker narais araca netnok ypoc retsaM
tpircs retniop nad haksaN
ISUBIRTSID
ISKUDORP
ISAERK
NARAIYNEP
netnoK ypoC retsaM namakeR aracA
,araca netnok nasamegneP ,araca netnok gnitidE araca netnok isaulavE
kilbuP seskA TEKRAM
GNIVIHCRA
notnoneP mumU notnoneP ilhA
isarotseR
kilbuP seskA
naaraggneleynep nakajibeK netnok nakajibeK naraiynep IKH nakajibeK naraiynep
nalupmugneP nanapmiyneP
:nagnareteK fitaerK ialiN iatnaR sineJ/amatU sativitkA gnukudneP sativitkA amatU ukaleP isaisosA tuptuO tnemnorivnE ecnarutruN
NAANIBMEP
isavreserP
naahasureP nalkigneP
mulukiruK nakajibeK aideM nakididneP
satinumoK ,hatniremeP ,oidaR/VT nuisatS
& ECNEIDUA TEKRAM
kilbuP seskA
ISAISERPA isaiserpa nataigeK VT araca netnok :oidaR &
:mumu isaretiL
naagrahgnep nairebmeP atsaws aidem helo
iggnit takgnit nakididneP
naagrahgnep nairebmeP hatniremep helo gnitar nairebmeP oidar/VT araca margorp
tujnal takgnit nakididneP hagnenem takgnit nakididneP
araca netnok IKH
inid aisu kana nakididneP
naagrahgneP gnitaR nad
malad isargetnireT mulukiruK lanoisaN nakididneP
rasad takgnit nakididneP
NAKIDIDNEP
:kfiiseps isaretiL
naraiyneP nakididneP namargormeP &
aganeT kididnep
:lamrof noN :lamroF naraiyneP pohskroW umlI iggniT halokeS emsilanruJ & isakinumok
aut gnarO
ISAISERPA metsiS isakfiiralK notnoneP
hatniremeP nad nakididneP isutitsnI ,yevruS agabmeL ,kitsilanruJ isaisosA
nakididneP nareP ineS
isinkeT nakididneP naraiyneP
:lamrof noN
:lamroF
iggniT halokeS isamrofnI igolonkeT
negA iracnep takab
halokeS umlI iggniT isakinumok
namlfireP halokeS kitsilanruj halokeS isakfiitresreb
isitepmoK iracnep takab
halokeS amard iggnit narep ines &
iseforP ilhA aganeT
iseforP ilhA aganeT
:lamrof noN susruK gniniarT pohskroW
:lamroF amolpiD anajraS anajraS acsaP rotkoD isakfiitreS
igolonkeT nad nauhategneP naraiyneP uraB
aideM irtsudnI latigiD nad kateC
nasalu nairebmeP araca netnok
kitirk nairebmeP araca netnok
kitirk nad nasalU
ilhA notnoneP ,nednepednI iskudorP hamuR ,hatniremeP & atsawS oidaR/VT nuisatS ,kitsilanruJ & aideM satinumoK ,iregeN & atsawS nakididneP isutitsnI TNEMNORIVNE ECNARUTRUN
28
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
2.1.2 Peta Ekosistem Televisi dan Radio Peta ekosistem televisi dan radio dibentuk berdasarkan definisi dan ruang lingkup yang telah diidentifikasi secara spesifik berdasarkan fokus kebutuhan konteks ekonomi kreatif Indonesia. Dalam hal ini, cakupan ruang lingkup dari subsektor televisi dan radio yang akan dijadikan fokus untuk kebutuhan pengembangan ekonomi kreatif Indonesia berbeda satu sama lain. Untuk subsektor televisi, kategori ruang lingkup yang akan dijadikan fokus pengembangan adalah kategori berita lunak, hiburan, dan permainan. Sedangkan untuk subsektor radio, ruang lingkup yang akan dijadikan fokus dalam pemetaan ekosistem adalah kategori berita, siaran lepas, dan siaran naskah. Gambar 2 - 2 Ruang Lingkup Televisi
Gambar 2 - 3 Ruang Lingkup Radio
Untuk setiap kategori fokus industri kreatif akan disegmentasi lagi sesuai dengan rating yang telah ditetapkan oleh KPU. Pada akhirnya akan diperoleh segmentasi konten sesuai dengan genre dan rating acaranya.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
29
A. Rantai Nilai Kreatif A.1 Proses Kreasi Proses kreasi pada subsektor televisi meliputi tahapan bagaimana proses pengemasan suatu ide konten acara yang dicetuskan agar menjadi bahan mentah atau konsep awal yang dapat diproduksi dalam pemrograman secara sistematis. Gambar 2 - 2 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio Gambar 2 - 4 Rantai Nilai Kreasi Subsektor Televisi dan Radio
Pada tahap kreasi, aktivitas utama yang dilakukan dapat terbagi menjadi tiga kegiatan yang bisa dilakukan baik secara paralel ataupun sekuensial. Ketiga kegiatan tersebut adalah konsultasi, penentuan sasaran segmen audience, dan observasi. 1. Konsultasi dilakukan oleh stasiun televisi ataupun radio yang menyerahkan studi atau riset terkait ide konten acaranya pada pihak ketiga sepenuhnya. Dalam hal ini pihak ketiga, yang biasanya merupakan konsultan program media, menjadi aktor utama dalam pencetusan ide konten acara yang akan dibuat. Mereka mencetuskan konsepnya murni berdasarkan pada hasil riset mengenai preferensi konten acara yang dimiliki oleh penonton atau pendengar di suatu segmen yang ditentukan. 2. Penentuan Sasaran Segmen Audience juga merupakan aktivitas awal yang lazim dilakukan untuk menentukan ide konten acara yang akan diproduksi. Dari setiap segmen audience,tentunya akan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga akan menghasilkan kebutuhan konten acara yang berbeda pula. Adapun segmen penonton atau pendengar
30
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
tersebut dikelompokan berdasarkan kategori rating yang telah ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). 3. Observasi dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada keadaan lingkungan baik secara lokal maupun global. Keadaan lingkungan merupakan salah satu sumber inspirasi utama dari ide konten acara bagi sebagian besar content creator di berbagai stasiun televisi maupun radio. Peristiwa penting yang terjadi ataupun tren gaya hidup masyarakat saat ini bisa menjadi bahan konten acara yang akan digagas. Selanjutnya, dari ketiga aktivitas tersebut, dilakukan brainstorming untuk mematangkan ide konten acara yang telah digagas oleh tim content creator untuk mendapat persetujuan dari program director ataupun pimpinan lain yang terlibat dalam penggagasan ide konten acara. Selanjutnya ide-ide yang diajukan akan dilakukan penyesuaian lebih lanjut untuk menghasilkan kesepakatan konsep acara. Konsep acara yang telah disetujui ini kemudian akandiselesaikan dengan cara menuangkannya dalam bentuk naskah sementara ataupun pointer script yang umumnya digunakan oleh penyiar radio. Pelaku utama yang berperan dalam rantai nilai kreasi disebut sebagai tim content creator. Tim content creator dalam industri televisi terdiri dari sutradara, produser, program supervisor, dan program director. Sedangkan pada industri radio, ide konten acara dicetuskan sepenuhnya oleh produser yang didukung oleh masukan dari para penyiar, scriptwriter, program supervisor, program director, dan music director. Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman, idealisme dari fungsi media tersebut di Indonesia sudah tidak dapat berjalan beriringan secara seimbang. Kepentingan bisnis serta politis dari para pejabat yang umumnya bertolak belakang dengan idealisme fungsi media menjadikan konten acara televisi dan radio di Indonesia menurun kualitasnya. Hal ini utamanya terjadi pada industri televisi.Rating acara dan jumlah penonton menjadi kejaran utama para pelaku bisnis industri televisi demi menarik parapengiklan.Adapun perhitungan rating tersebut termasuk dalam aktivitas pendukung utama yang dijadikan sebagai masukan ide konten yang akan diproduksi. Selain aktivitas utama, terdapat juga beberapa aktivitas pendukung yang berfungsi sebagai sumber untuk ide-ide konten acara yang akan dibuat. Sumber utama yang menginspirasi sekaligus menjadi pertimbangan utama dalam mencari ide konten acara adalah observasi tren di lingkungan yang selanjutnya didukung oleh hasil riset dan pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya oleh pihak luar terkait dengan preferensi masyarakat akan konten media televisi dan radio. Riset dan pengembangan yang dilakukan dapat berupa kajian empiris terkait konten-konten kreatif dunia yang dinilai memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi. Adapun perhitungan rating dan jumlah penonton atau pendengar untuk suatu konten acara tertentu dilakukan oleh pihak ketiga sebagai aktivitas pendukung yang memiliki pengaruh sangat tinggi di proses kreasi. Aktor pendukung dalam rantai nilai kreasi yang perannya tidak terlibat langsung dalam mencetuskan ide ataupun tidak selalu memberikan ide konten acara adalah lembaga survei, konsultan media serta pemerintah yang menjalin kerjasama dengan KPI. 1. Lembaga survei yang melakukan riset dan pengembangan dalam bidang televisi dan radio. Saat ini di Indonesia sendiri hanya terdapat satu lembaga survei yang melakukan perhitungan rating konten acara, yaitu Nielsen. Minimnya lembaga survei yang beroperasi
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
31
di Indonesia menjadikan para perusahaan pengiklan tidak memiliki pembanding lain dalam menilai tingkat ketertarikan masyarakat akan konten acara sehingga menurunkan tingkat objektivitas penilaian. Hal ini berimbas kepada ide yang digagas dalam pembuatan konten acara televisi dan radio itu sendiri. Keseragaman jenis acara antar stasiun televisi dan radio adalah salah satu dampak dari penitikberatan rating sebagai target pencapaian utama. 2. Lembaga yang dinilai sebagai pakar di bidang konten penyiaran yang dipercaya sebagai penasihat terkati tren konten penyiaran di masa mendatang. Akan tetapi, stasiun televisi dan radio yang menggunakan konsultan tidak lantas sepenuhnya memercayakan ide konten acara kepada pihak ketiga. Perlu dilakukan brainstorming serta persetujuan lebih lanjut dari program director serta pimpinan terkait untuk dapat menentukan konten apa yang akan diproduksi. 3. Pemerintah menjalin kerjasama dengan KPI. Peran pemerintah mulai terlibat ketika acara televisi atau radio yang akan dibuat bertujuan untuk digunakan sebagai salah satu media yang memfasilitasi isu yang diangkat oleh pemerintahan. Selain itu, pemerintah juga berperan dalam mengawasi konten acara televisi dan radio yang dinilai pantas untuk diproduksi oleh para tim produser. Hal tersebut dicerminkan dalam bentuk undangundang dan peraturan resmi pemerintah lainnya terkait dengan kegiatan penyiaran dan pemrograman.
A.2 Proses Produksi Proses produksi dari subsektor televisi dan radio merupakan proses di mana naskah sementara yang telah disetujui akan diterjemahkan dalam bentuk konten audio visual ataupun audio. Gambar 2 - 5 Rantai Nilai Produksi Subsektor Televisi dan Radio
32
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Tahapan produksi suatu acara televisi dan radio terbagi menjadi tiga sub proses besar, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
Praproduksi Proses praproduksi meliputi persiapan yang dilakukan sebelum proses produksi dilakukan. Pada industri televisi, praproduksi merupakan kegiatan yang meliputi pembuatan storyboard suatu konten acara apabila terdapat beberapa adegan yang sulit dijelaskan dalam naskah (contohnya konten animasi). Penyesuaian naskah, konstruksi set dan lokasi, properti, kostum, proses casting, budgeting serta manajemen teknis juga termasuk dalam proses praproduksi konten televisi.
Foto Radio Mixing Board Sumber: http://cfcr.ca/join_us/become_a_host
Sedangkan pada industri radio, pra produksi itu sendiri meliputi pembuatan naskah atau panduan konten untuk penyiar, pemilihan penyiar, serta pembuatan bumper13 , jingle14 , stinger15 , dan playlist.
Produksi Proses produksi dilakukan sebagai tahapan pembuatan konten acara televisi atau radio itu sendiri. Kegiatan utama yang dilakukan pada ini adalah syuting acara televisi ataupun melakukan siaran radio. Ada dua jenis keluaran pada proses produksi ini, diantaranya acara siaran langsung serta siaran rekaman. Untuk siaran langsung, selanjutnya tidak akan melalui tahapan rantai nilai distribusi, melainkan langsung memasuki tahapan rantai nilai presentasi kepada penonton ataupun pendengar. Sedangkan untuk konten acara rekaman dapat didistribusikan dalam bursa konten acara ataupun langsung disiarkan di stasiun televisi setelah melalui proses pasca produksi.
(13) Berdasarkan Wikipedia, bumper merupakan sebuah pengumuman singkat yang umumnya berdurasi tidak lebih dari 15 detik yang ditempatkan di antara jeda program dan iklan pada siaran radio (14) Berdasarkan Wikipedia, jingle merupakan musik pendek yang digunakan untuk membuat iklan ataupun tujuan komersil lainnya dalam industri radio (15) Berdasarkan artikel The Medialink Broadcasting Glossary, stinger merupakan musik singkat yang digunakan untuk memberikan jeda antara dua program yang berbeda dalam siaran radio
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
33
Pascaproduksi Kegiatan pascaproduksi merupakan kegiatan tambahan yang dilakukan setelah produksi khusus untuk acara siaran rekaman.Acara-acara yang sifatnya rekaman, sebelum dipresentasikan kepada publik, harus melalui proses editing dan penyuntingan akhir terlebih dahulu. Untuk acara rekaman yang diproduksi oleh rumah produksi independen, beberapa akan melalui proses distribusi berupa bursa konten acara. Sedangkan untuk acara siaran rekaman yang tidak ditayangkan secara langsung, hasil akhir yang berupa master copy acara rekaman akan disimpan untuk selanjutnya direstorasi kembali oleh operator saat jam tayang atau jam siaran acara tiba. Pada rantai nilai produksi, terdapat perbedaan pada aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Aktor-aktor yang terlibat pada rantai nilai produksi di industri televisi itu sendiri meliputi tim produksi (sutradara, produser, scriptwriter, dan lain-lain), tim artistik, tim teknis, serta tim editor. Sedangkan pada industri radio, aktor-aktor yang terlibat dalam rantai nilai produksi adalah: •
Sound designer.
•
Produser.
•
Program director.
•
Program supervisor.
•
Operator.
Idealnya, untuk seluruh draft naskah serta ide acara yang digagas pada tahapan kreasi merupakan ide-ide yang telah disetujui untuk masuk ke tahapan selanjutnya, yaitu produksi.Akan tetapi adanya konflik kepentingan dari pemilikdari segi bisnis dan politis yang bertentangan dengan ide kreatif, membuat hasil keluaran dari produksi tidak sesuai dengan konsep awal yang telah ditentukan. Hal ini diakibatkan oleh adanya penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan pada saat proses produksi dilakukan. Kesulitan lain yang dihadapi sebagian besar pelaku industri televisi dan radio adalah peralatan penyiaran dan pemrograman yang memiliki harga cukup tinggi dan ketersediaannya yang sulit. Akibatnya pengadaan alat-alat keperluaran siaran harus dilakukan melalui distributor luar negeri. Hal ini berimbas pada pajak barang impor yang melambung tinggi karena alat-alat tersebut dikategorikan sebagai barang mewah. Bagi para pelaku industri lokal yang memiliki modal terbatas, tentunya hal ini menjadi persoalan yang serius.Solusi alternatif yang dapat dilakukan oleh beberapa stasiun televisi lokal adalah dengan membeli hak siar konten acara dari rumah produksi independen. Rumah produksi independen pada rantai nilai produksi tentunya juga berperan sebagai aktor utama, selain daripada seluruh tim yang ada dalam stasiun televisi dan radio itu sendiri. Adapun beberapa contoh rumah produksi independen yang terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut: • • • • • •
34
REVO Films (PT. Hadi Cinema Putra). MD Entertainment. NET Films. Sinemart dan Lenza Film. Rapi Films. AVICOM.
• • • • • •
Bola Dunia. Dwingkara Citra Suara (Elang Perkasa Film). Indika Era Mandiri. Intercine Film. Karnos Film. Miles Production.
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
• • • • • •
Millenium Visitama Film. Multivision Plus. Pearson TELEVISI. Persari Film. Prima Entertainment. Soraya Intercine Film.
• • • • •
PT GMM Films Indonesia. PT Visi Lintas Film. PT Triwarsana. PT Genta Buana Paramita. PT Shandika Widya Cinema.
Lembaga pemerintahan yang berperan utama dalam rantai nilai produksi konten acara televisi dan radio ini bertugas mengawasi dan mengevaluasi jalannya proses produksi acara agar tetap sejalan dengan Undang-undang Penyiaran yang berlaku di Indonesia. Berikut ini jenis-jenis lembaga pemerintahan yang terlibat dalam rantai produksi subsektor televisi dan radio di Indonesia: •
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
•
Lembaga Sensor Film Indonesia.
Setiap stasiun televisi dan radio biasanya memiliki nilai proporsi tertentu akan jumlah acara inhouse production dan acara-acara yang sudah dibeli hak siarnya. Hal ini disebabkan oleh jumlah dana yang dibutuhkan untuk produksi siaran in-house lebih tinggi jika dibandingkan dengan film atau serial dari rumah produksi lain. Sumber dana utama untuk proses produksi dan manajemen stasiun televisi dan radio itu sendiri adalah melalui iklan. Semakin tinggi jumlah penonton suatu acara, maka akan semakin banyak pula perusahaan yang tertarik untuk mengiklankan produknya di sela-sela acara tersebut. Untuk itu pada proses produksi, penentuan proporsi jumlah iklan serta urutannya juga ditentukan. Adapun beberapa kegiatan pendukung pada proses produksi yang membantu kelancaran produksi acara hingga tahapan distribusi. Kegiatan-kegiatan pada aktivitas pendukung tersebut adalah manajemen lokasi danproperti, manajemen pemasok perangkat teknis siaran, pembuatan musik pendukung acara, serta pembuatan iklan. 1. Manajemen lokasi dan properti merupakan aktivitas pendukung yang meliputi pengelolaan lokasi yang akan digunakan untuk proses produksi, serta pengelolaan properti yang akan digunakan sebagai pendukung jalannya proses produksi. 2. Manajemen pemasok perangkat teknis siaran adalah aktivitas pendukung yang sangat penting dalam tahapan persiapan proses produksi. Perangkat teknis siaran yang digunakan diatur dalam Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 sehingga standar alat penyiaran yang digunakan oleh industri televisi maupun radio menjadi baik. 3. Pembuatan musik pendukung merupakan aktivitas yang meliputi proses rekaman musik dan pengemasannya yang digunakan sebagai pendukung pada satu adegan tertentu dalam sebuah program acara. Pembuatan musik pendukung ini tentunya erat kaitannya dengan industri musik. 4. Pembuatan iklan adalah proses pengemasan suatu bentuk komersil dari produk ataupun jasa tertentu hingga menjadi sebuah konten singkat yang bersifat persuasif bagi penonton ataupun pendengarnya. Iklan biasanya disisipkan di antara segmen atau adegan suatu program acara televisi maupun radio.
A.3 Proses Distribusi Tahapan distribusi khusus dilakukan pada konten televisi baik yang sifatnya rekaman ataupun siaran langsung yang direkam. Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk memasarkan konten
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
35
acara yang dinilai memiliki daya saing yang cukup tinggi kepada pasar nasional maupun manca negara untuk ditayangkan di stasiun televisi di negara lain. Gambar 2 - 6 Rantai Nilai Distribusi Subsektor Televisi dan Radio
Terdapat tiga jenis bentuk sindikasi program televisi dan radio16 , diantaranya adalah: 1. First-run syndication merupakan jenis sindikasi yang dilakukan untuk konten-konten yang belum pernah disiarkan sebelumnya dan hanya diproduksi khusus untuk didistribusikan pada bursa konten acara. 2. Off-network syndication merupakan bentuk bursa konten acara yang ditujukan khusus untuk konten-konten acara yang sebelumnya pernah disiarkan sehingga bursa konten ditujukan sebagai bentuk penyiaran ulang dari konten acara tersebut. 3. Public broadcasting syndication merupakan bentuk bursa konten yang dilakukan untuk suatu segmen konten acara untuk dapat disiarkan di sebuah konten acara stasiun televisi atau radio lain. Salah satu contoh lembaga yang sukses dalam memfasilitasi bentuk sindikasi konten acara televisi di Amerika adalah The Program Exchange yang dibentuk pertama kali dengan nama Program Syndication Services Inc. di tahun 1973. Di Indonesia sendiri, kegiatan bursa konten acara televisi dan radio dinilai belum begitu marak perkembangannya. Rumah-rumah produksi independen yang menghasilkan konten acara lebih banyak menjual hak siarnya secara langsung kepada stasiun-stasiun televisi yang dirasa akan tertarik untuk menayangkan konten yang ditawarkannya. Hal ini tentunya membuat para rumah produksi independen berskala kecil menjadi kesulitan dalam menjalin koneksi untuk dapat memasarkan kontennya ke para pemain besar media di Indonesia. Akibatnya, konten yang dihasilkan hanya mampu menembus jaringan pasar lokal saja.
(16) http://en.wikipedia.org/wiki/Broadcast_syndication, diakses pada 21 Juli 2014 36
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
A.4 Proses Penyiaran Tahapan akhir dalam rantai nilai utama sektor televisi dan radio adalah tahap penyiaran. Pada tahapan ini, seluruh program acara yang telah dibuat pada proses produksi disiarkan kepada publik melalui presenter. Pelaku utama yang berperan sebagai presenter adalah media penyiaran konten televisi dan radio. Gambar 2 - 7 Rantai Nilai Penyiaran Subsektor Televisi dan Radio
Presenter pada proses penyiaran terbagi menjadi berbagai macam jenis sesuai dengan format distribusi ataupun format acara itu sendiri. Untuk acara siaran langsung yang telah selesai diproduksi, selanjutnyaakan dipresentasikan melalui stasiun televisi atau radio, serta IP based platform secara serentak. Sedangkan untuk acara rekaman akandisimpan terlebih dahulu pada
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
37
tempat pengarsipan acara rekaman untuk selanjutnya dipresentasikan oleh operator dengan merestorasi kembali konten acara. Rantai nilai penyiaran merupakan bentuk penyajian stasiun televisi dan radio akan acara-acaranya sebagai salah satu usaha pembentukan citra produknya di mata masyarakat. Pada rantai nilai presentasi, aktor utama yang terlibat meliputi perusahaan televisi kabel, stasiun televisi dan radio, serta jaringan internet. Berikut ini daftar nama perusahaan televisi kabel yang menyiarkan acara dari stasiun-stasiun televisi lokal di Indonesia: • PT. MNC Sky Vision (Indovision dan Top TV, Oke Vision), kabel dan satelit. •
PT. Indosat Mega Media (IM2/IndosatM2 (IM2 PayTV)), kabel.
•
PT. Link Net (First Media), kabel dan satelit.
•
PT. Mentari Multimedia (M2V Mobile TV), terrestrial.
•
PT. Indonesia Media Televisi (BigTV), kabel dan satelit
•
PT. Indonusa Telemedia (TelkomVision), kabel dan satelit
•
PT. Indonusa Telemedia (Yes TV), satelit.
•
PT. Nusantara Vision (OkeVision), satelit.
•
PT. Karyamegah Adijaya (Aora), satelit.
•
PT. Cipta Skynindo (Skynindo), satelit.
•
PT. Telekomunikasi Indonesia (Groovia TV), IPTV.
Pada rantai nilai penyiaran, aktor dari bidang pemerintahan yang paling berperan dalam kegiatan penyiaran serta pengawasan acara-acara televisi dan radio tentunya adalah Komisi Penyiaran Indonesia. Untuk televisi, siaran acara dari beberapa stasiun televisi swasta dan milik pemerintah dapat dinikmati secara gratis dan serentak se-Indonesia. Sedangkan untuk acara radio, karena keterbatasan frekuensi siaran, masing-masing wilayah akan memiliki jenis siaran radio yang berbeda-beda.
B. Pasar Gambar 2 - 8 Peta Pasar
Konten acara yang dihasilkan oleh televisi dan radio kemudian disiarkan secara serentak kepada publik sebagai pemirsa dan pendengar konten acara di berbagai macam jangkauan. Para penikmat konten acara televisi dan radio dapat dikelompokkan menjadi penonton umum, penonton ahli, serta perusahaan pengiklan. 38
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Penonton Umum terdiri dari masyarakat yang menikmati konten acara televisi dan radio semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan informasi. Jumlah penonton umum yang menikmati konten acara yang disuguhkan oleh stasiun televisi dan radio tertentu merupakan salah satu tolak ukur yang digunakan oleh perusahaan pengiklan untuk mengiklankan produknya di konten acara tersebut. Penonton Ahli merupakan pihak-pihak yang memiliki keahlian yang diakui untuk memberikan penilaian kualitas dari konten sehingga mereka menikmati konten acara televisi atau radio sebagai bagian dari profesionalisme kerja. Contoh dari penonton ahli diantaranya adalah kritikus, penulis atau jurnalis, serta pakar media. Perusahaan pengiklan merupakan salah satu target utama para pemilik media yang sekaligus mendasari ide pembuatan konten tersebut. Hal ini disebabkan oleh iklan yang menjadi satusatunya sumber pendapatan stasiun televisi dan radio di Indonesia.
C. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment) C.1 Apresiasi Proses apresiasi karya seni dari televisi dan radio adalah salah satu rantai nilai pendukung dalam sektor tersebut. Tahapan apresiasi ini terbagi menjadi beberapa jenis seperti ditunjukkan pada Gambar 2-9. Gambar 2 - 9 Peta Apresiasi Subsektor Konten Televisi dan Radio
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
39
Acara-acara yang disiarkan selanjutnya akan diapresiasi dalam bentuk pemberian beragam penghargaan dan nominasi, kritik oleh para pakar film atau acara radio serta penonton.Bentuk apresiasi yang diberikan oleh asosiasi jurnalistik berupa penghargaan, sedangkan untuk apresiasi dari penonton dan kritikus adalah rating yang diberikan secara spesifik untuk satu acara tertentu. Adapun bentuk apresiasi berupa literasi, yakni bentuk pengajaran akan konten-konten acara televisi dan radio yang direkomendasikan untuk dinikmati sesuai dengan segmen umur penikmatnya. Bentuk apresiasi dalam bentuk literasi ini diberikan oleh tenaga pendidik secara formal dan oleh orang tua secara nonformal. Di Indonesia sendiri sudah terdapat banyak jenis penghargaan yang diberikan pada subsektor penyiaran televisi dan radio. Berikut ini jenis-jenis bentuk penghargaan yang terdapat di Indonesia beserta aktor yang terlibat di dalamnya untuk subsektor penyiaran acara televisi: •
Panasonic Gobel Awards.
•
Musium Rekor Indonesia (MURI).
•
SCTV Awards.
•
Infotainment Awards.
•
Penghargaan Peabody.
•
KONI Awards.
•
Anugerah Jurnalistik Pertamina.
•
Muctar Lubis Award.
•
KPI Awards.
•
Citra Pariwara Awards.
Sayangnya, beberapa penghargaan besar yang diharapkan mampu menjadi pemicu untuk mengembangkan kreativitas dalam pemrograman konten, ternyata justru kurang mampu mendongkrak kualitas konten acara. Selain itu, stasiun-stasiun televisi lokal yang cenderung tidak memiliki ambisi untuk mengompetisikan kontennya dalam beberapa ajang penghargaan bergengsi secara nasional, membuat hasil kreativitas lokal yang berkualitas tidak dapat tertangkap dan mendapat apresiasi dari masyarakat. Hal ini tentunya membuat konten-konten acara lokal menjadi kurang menarik bagi para perusahaan pengiklan untuk berinvestasi di dalamnya. Sedangkan jenis-jenis penghargaan yang diberikan pada subsektor radio juga tidak kalah jumlahnya dengan industri televisi. Berikut ini beberapa penghargaan yang dianugerahkan untuk konten radio: •
Indonesian Radio Awards.
•
Penghargaan Peabody.
•
Apresiasi Jurnalistik Jakarta.
•
Anugerah Adinegoro.
•
MH Thamrin Award (PWI Award).
•
Jusuf Ronodipuro Award.
C.2 Pendidikan Dokumen acara dan apresiasi yang telah didapatkan selanjutnya dapat menjadi input pada tahapan studi. Tahapan ini merupakan proses jalannya kegiatan pembelajaran ilmu penyiaran televisi dan radio dilakukan. 40
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Gambar 2 - 10 Peta Studi Subsektor Konten Televisi dan Radio
Proses pembelajaran ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara formal dan nonformal. Proses pembelajaran secara formal dilakukan oleh sekolah jurusan penyiaran dengan ijazah atau sertifikasi resmi yang diakui. Sedangkan pendidikan nonformal bisa diperoleh melalui komunitaskomunitas yang memberikan kuliah umum secara singkat terkait dalam bidang penyiaran televisi dan radio. Berbeda dengan pendidikan formal, pendidikan nonformal tidak disertai dengan ijazah, tetapi memiliki sertifikasi kompetensi. Proses dari kedua jenis pendidikan ini nantinya diharapkan akan menghasilkan tenaga ahli yang kemudian dapat berperan dalam memberikan ide-ide kreatif mengenai konsep awal penyiaran televisi dan radio. Sekolah pendidikan ilmu penyiaran secara formal, baik televisi maupun radio, di Indonesia sudah mulai memiliki jumlah yang cukup banyak walaupun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar. Akan tetapi, pendidikan ilmu penyiaran tidak hanya dapat diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi juga pendidikan nonformal yang bersertifikasi ataupun tidak. Di Indonesia sendiri, fasilitas seperti ini biasanya disediakan oleh komunitas penyiaran televisi ataupun radio dalam bentuk seminar, workshop, dan festival. Aktor-aktor di bidang akademisi yang berperan dalam rantai nilai studi adalah sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan formal terkait dengan ilmu penyiaran di Indonesia. Adapun sekolah-sekolah yang memiliki program pendidikan ilmu penyiaran dan jurnalistik tersebut adalah sebagai berikut: •
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bina Nusantara Medan.
•
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan Medan.
•
Akademi Ilmu Komunikasi Padang.
•
Akademi Komunikasi Bina Ekatama.
•
Akademi Komunikasi Media Radio dan Televisi.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
41
•
Akademi Teknologi Komunikasi dan Informasi Indosiar.
•
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung.
•
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang.
•
Akademi Komunikasi Indonesia “Yayasan Pendidikan Komunikasi”.
•
Akademi Komunikasi Yogyakarta.
•
Akademi Telekomunikasi Indonesia Yogyakarta.
•
UPN Veteran Yogyakarta.
•
Universitas Atmajaya Yogyakarta.
•
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya.
•
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Mahkamah Samarinda.
•
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Fajar.
•
Multi Media Training Center “MMTC” Yogyakarta.
Adapun di bidang bisnis, aktor yang menyelenggarakan ilmu pendidikan terkait dengan industry penyiarantelevisi dan radio adalah lembaga-lembaga kursus penyiaran. Biasanya lembaga-lembaga kursus ini sebagian besar didirikan oleh stasiun radio ataupun televisi itu sendiri. Beberapa contoh stasiun televisi dan radio yang membuka kursus bidang jurnalistik dan penyiaran adalah sebagai berikut: •
MitraFM Bekasi.
•
99ers Radio School.
•
DJ Arie Broadcasting School.
•
Shinta Broadcasting School.
•
Journalist Development Program (JDP) TVOne.
•
Broadcast Development Program (BDP) RCTI.
•
Production Development Program (PDP), Cameraman Development Program (CAMDP), dan Technic Development Program (TDP) oleh Metro TV.
Dari lapisan yang berperan sebagai penyelenggara ilmu pendidikan di penyiaran adalah komunitaskomunitas film, jurnalistik, atau radio. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa lembaga komunitas terkait dengan bidang penyiaran seperti berikut ini: •
Komunitas Penyiar dan Pendengar Siaran Radio.
•
Jaringan Radio Komunitas.
•
Komunitas Televisi Indonesia (KOMTEVE).
•
Komunitas Presenter Indonesia.
C.3 Pengarsipan Proses pengarsipan pada industritelevisi dan radio terdiri dari beberapa aktivitas, yaitu pengumpulanrestorasi-penyimpanan-preservasi.
42
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Gambar 2 - 11 Peta Pengarsipan Subsektor Konten Televisi dan Radio
Pada televisi dan radio, bentuk pengarsipan dapat dilakukan oleh beberapa pihak berikut ini: 1. Stasiun Televisi dan Radio Dokumentasi yang dilakukan oleh stasiun televisi dan radio biasanya meliputi pengarsipan konten-konten yang disiarkan oleh stasiun-stasiun tersebut. Konten yang direkam oleh stasiun televisi dan radio itu sendiri disimpan sebagai arsip yang akan digunakan baik untuk bahan evaluasi ataupun sebagai bahan masukan dalam riset dan pengembangan konten acara. Adapun untuk acara-acara yang bersifat rekaman secara in-house akan disimpan dalam ruang pengarsipan internal setelah proses produksinya selesai dan diputar pada saat jadwal tayang acara tersebut tiba. Sedangkan untuk acara siaran langsung akan disimpan sebagai database untuk keperluan studi lembaga-lembaga pendidikan, apresiasi, ataupun keperluan lainnya. Hal yang sama dilakukan untuk dokumentasi jumlah penonton dan pendengar setiap acara. 2. Pemerintah Peran pemerintah dalam proses pengarsipan diantaranya adalah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) ataupun preservasi dalam bantuk museum yang dapat diakses oleh publik secara bebas, mudah, dan cepat. Di Indonesia sendiri, museum yang menyimpan arsip dokumentasi seputar kejadian-kejadian bersejarah di industri penyiaran di Indonesia adalah Museum Penerangan. Museum ini tidak hanya menyimpan dokumentasi peristiwaperistiwa bersejarah terkait penyiaran, tetapi juga replika studio penyiaran yang dapat merefleksikan suasana saat proses penyiaran sedang berlangsung. 3. Komunitas Peran komunitas dalam proses pengarsipan cukup signifikan. Bahkan, beberapa dokumen daftar konten acara yang diarsipkan oleh komunitas terkadang memiliki kelengkapan serta aktualisasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan dokumen pemerintah. Terlebih lagi, untuk kemudahan akses publik, dokumen komunitas terkadang tidak memiliki birokrasi yang rumit sehingga mempercepat proses akses secara langsung. Seperti telah dijelaskan sebelumnya rantai nilai pengarsipan, meliputi proses pendokumentasian acara televisi dan radio yang telah disiarkan secara langsung sebagai database yang nantinya akan digunakan baik untuk proses studi, apresiasi, maupun pencarian ide dan inovasi. Proses pengarsipan yang bentuknya berupa bahan mentah dari acara televisi dan radio disimpan oleh stasiun-stasiun itu sendiri. Sedangkan untuk dokumen-dokumen yang terkait dengan database, seperti rating, jumlah penonton diarsipkan oleh lembaga-lembaga yang bergerak dibidang statistik seperti badan penelitian statistik
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
43
atau lembaga survei seperti Nielsen. Sayangnya, di Indonesia sendiri, lembaga survei yang melakukan penelitian mengenai preferensi penonton televisi dan pendengar radio di Indonesia hingga saat ini hanyalah Nielsen. Sehingga tidak terdapat perbandinganyang bisa dijadikan bahan pertimbangan.
2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio 2.2.1 Peta Industri Televisi dan Radio Peta industri adalah peta yang menggambarkan hubungan antar pelaku dan entitas usaha yang membentuk industri utama, mulai dari proses kreasi hingga eksibisi atau presentasi; serta pelaku dan entitas pendukung yang memberikan suplai pada pelaku dan entitas usaha di industri utama (backward linkage) dan entitas pendukung yang memberikan permintaan (demand) kepada pelaku dan entitas usaha industri utama (forward linkage). Peta industri dibuat sebagai gambaran ruang lingkup aktor-aktor yang terlibat secara langsung serta seberapa banyak industri pendukung yang terlibat secara tidak langsung dalam menjalani proses bisnis industri yang terkait. Pada industri kreatif subsektor televisi dan radio, peta industri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu peta industri subsektor televisi dan subsektor radio.Hal ini disebabkan kedua industri memiliki perbedaan aktor dan industri pendukung yang cukup signifikan, sehingga tidak memungkinkan untuk digambarkan dalam satu bagan. Pada industri kreatif subsektor televisi, tahapan kreasi dilakukan oleh tim content creator. Industri pendukung yang dapat dilibatkan setelah konsep awal dilahirkan adalah industri film dan percetakan. Hal ini disebabkan oleh hasil konsep yang digagas oleh sutradara dan produser dapat dibuat dalam versi film atau kemudian ditulis oleh penulis buku untuk selanjutnya diterbitkan dalam bentuk novel atau literatur. Selanjutnya tahapan produksi dilakukan oleh rumah produksi yang terlibat, baik dalam studio yang dimiliki oleh stasiun televisi tersebut, ataupun rumah produksi independen. Industri pendukung yang terlibat dalam proses produksi ini meliputi teknis serta artistik selama proses rekaman ataupun penyiaran berlangsung. Berbeda dengan industri televisi, industri radio lebih banyak melibatkan industri musik yang mendukung dalam setiap tahapan rantai nilainya.Perbedaan juga teletak pada jenis-jenis aktor yang terlibat di dalamnya. Terlihat bahwa music director dan sound designer memegang peranan utama yang penting dalam tahapan kreasi dan produksi. Sedangkan indutri pendukung pada tahapan produksi tentunya adalah industri musik serta manajemen artis yang terkadang diperlukan dalam beberapa acara spesial. Sebagaimana terlihat pada Gambar-11 dan Gambar-12, aktor utama yang terlibat dalam peta industri subsektor televisi dan radio ada tiga, yaitu industri televisi, industri radio, serta rumah produksi independen. Dari gambaran tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang lingkup industri yang relevan pada subsektor televisi dan radio merupakan industri-industri yang bergerak di ketiga bidang tersebut.
44
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Gambar 2 - 12 Peta Industri Subsektor Televisi
Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 2015-2019
45
Gambar 2 - 13 Peta Industri Subsektor Radio
46
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
A. Pelaku Industri dalam Proses Kreasi Pada proses kreasi untuk industri televisi, terdapat beberapa pelaku utama yang berperan penting dalam pembuatan suatu ide konten acara, diantaranya adalah sutradara, produser, program supervisor, serta program director. 1. Sutradara dalam industri televisi memiliki beberapa peran gabungan, yakni memberikan pengarahan para pemain dan pengisi acara, bertanggung jawab dalam merumuskan ide serta menerjemahkan naskah konten acara ke dalam pesan audio visual, dan yang terakhir adalah memberikan pengarahan kepada tim operasional dan teknis terkait kebutuhan produksi. Pada proses kreasi, peran utama seorang sutradara konten televisi adalah memberikan masukan bagaimana sebaiknya mengemas ide-ide yang digagas oleh para anggota creative talent agar menjadi suatu konsep yang menarik dan kreatif. 2. Produser dalam proses kreasi berperan sebagai pencetus ide ataupun pengembang ide yang dicetuskan. Selain itu, seorang produser juga berperan penting dalam membantu penulis dalam menerjemahkan ide konten ke dalam bentuk naskah. 3. Program supervisor pada proses kreasi bertugas sebagai untuk mengawasi dan menyetujui proses perumusan ide konten acara yang diajukan. Akan tetapi seringkali program supervisor juga ikut mengajukan ide konten acara. 4. Program director pada proses kreasi bertanggung jawab untuk mengarahkan tim content creator agar ide-ide yang diajukan sesuai dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun industri-industri yang mendukung proses kreasi pada konten televisi diantaranya adalah konsultan media, lembaga survei, asosiasi, serta pemerintah. Lembaga-lembaga tersebut mendukung proses kreasi konten televisi dalam hal memberikan masukan atau sebagai sumber inspirasi dari ide konten yang akan dibuat. Keluaran dari proses kreasi konten televisi umumnya berupa naskah konten acara yang sudah disetujui dan siap untuk diproduksi. Naskah konten acara televisi tersebut, selain dikemas dalam proses produksi, dapat pula digunakan sebagai masukan untuk industri hiburan lainnya seperti industri perfilman, ataupun industri penerbitan buku. Sedangkan pada industri radio, ide konten acara dicetuskan sepenuhnya oleh produser yang didukung oleh masukan dari para penyiar, scriptwriter, program supervisor, program director, dan music director. 1. Produser pada proses kreasi berperan aktif dalam perumusan ide konten acara siaran yang akan dibuat. Pada industri radio, peran produser menjadi sangat penting karena keterlibatannya di setiap proses dalam rantai nilai kreasi sangat besar. 2. Penyiar pada proses kreasi bertugas untuk memberikan masukan serta penyesuaian terhadap beberapa ide konten siaran yang akan difinalisasi. 3. Program supervisor pada proses kreasi kurang lebih memiliki peran yang hampir serupa dengan penyiar radio. Perbedaannya adalah, program supervisor memiliki tanggung jawab lebih dalam mengawasi kesesuaian proses perumusan ide dengan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan. 4. Program director bertugas selain sebagai penanggung jawab, juga memiliki wewenang untuk menyetujui atau tidaknya suatu ide konten acara yang diajukan.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
47
5. Music director bertugas untuk merancang daftar panduan yang berisi judul musik yang akan diputar pada saat siaran acara berlangsung. Daftar musik yang ditentukan dapat dibuat berdasarkan tema siaran acara, tren lagu terpopuler di dunia, ataupun ciri khas dari radio itu sendiri. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa lagu yang diputar dapat diubah sewaktu-waktu oleh penyiar. Adapun industri-industri yang mendukung proses kreasi pada konten radio diantaranya adalah penulis buku, TELEVISI talent, media cetak, media elektronik, media digital, serta konsultan media. Lembaga-lembaga tersebut mendukung proses kreasi konten radio dalam hal memberikan masukan atau sebagai sumber inspirasi dari ide konten yang akan dibuat. Keluaran dari proses kreasi konten radio umumnya berupa naskah konten acara yang sudah disetujui dan siap untuk diproduksi. Naskah ataupun pointer script konten acara radio tersebut, selain dikemas dalam proses produksi, dapat pula digunakan sebagai masukan untuk industri perfilman, industri radio, industri penerbitan buku, ataupun industri musik.
B. Pelaku Industri dalam Proses Produksi Pada rantai nilai produksi, terdapat perbedaan pada aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Aktoraktor yang terlibat pada rantai nilai produksi di industri televisi itu sendiri meliputi tim produksi (sutradara, produser, scriptwriter, dll), tim artistik, tim teknis, serta tim editor. •
Tim produksi merupakan orang-orang yang secara langsung terlibat secara substansial pada saat proses pengemasan suatu konten acara berlangsung. Dalam hal ini, aktor-aktor utama yang termasuk ke dalam tim produksi diantaranya adalah sutradara, produser, scriptwriter.
•
Tim artistik merupakan orang-orang yang terlibat dalam penataan artistik yang mendukung nilai estetika dari suatu konten acara itu sendiri. Contoh tim artistik diantaranya adalah tim penataan properti panggung, tim penata rias, serta tim kostum.
•
Tim teknis merupakan orang-orang yang terlibat dalam persiapan teknis untuk keperluan pengemasan konten acara. Proses pengelolaan alat-alat elektronik oleh para teknisi dan operator adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh tim teknis.
•
Tim editor adalah orang-orang yang bekerja khusus untuk konten acara yang sifatnya rekaman atau siaran tidak langsung. Konten yang direkam perlu dilakukan penyuntingan lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas konten tersebut. Di sini lah tim editor berperan dalam memberikan penyuntingan akhir dari konten-konten acara rekaman.
Pada proses produksi industri televisi, terdapat industri pendukung yang memegang peranan penting, diantaranya adalah industriyang meliputi teknis serta artistik selama proses produksi rekaman ataupun penyiaran berlangsung. Sedangkan pada industri radio, aktor-aktor yang terlibat dalam rantai nilai produksi adalah sebagai berikut ini:
48
•
Sound designer dalam proses produksi bertugas untuk membuat musik pendukung konten acara ketika penyiaran berlangsung. Pembuatan jingle, bumper, dan stinger merupakan beberapa contoh produk yang dihasilan oleh seorang sound designer dalam mendukung proses pengemasan konten siaran agar lebih atraktif dan menarik minat pendengarnya.
•
Produser dalam proses produksi bertugas untuk mengawasi jalannya proses pengemasan konten siaran, ataupun jalannya proses penyiaran agar tetap berada dalam jalur yang telah Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
disepakati sebelumnya. Produser juga bisa melakukan beberapa penyesuaian lebih lanjut saat proses produksi berlangsung apabila dibutuhkan. •
Program director dan program supervisor dalam proses produksi bertugas untuk memonitor jalannya proses penyiaran acara siaran langsung agar tetap berada pada batasan norma serta aturan yang berlaku.
•
Penyiar merupakan aktor terpenting dalam proses produksi konten acara radio. Sebagian besar konten siaran radio tidak dibawakan menggunakan naskah tertulis, melainkan sepenuhnya datang dari imajinasi dan kreativitas sang penyiar itu sendiri. Oleh sebab itu, citra sebuah stasiun radio akan sangat erat kaitannya dengan gaya siaran dari para penyiarnya itu sendiri.
•
Operator bertugas untuk memastikan bahwa seluruh kebutuhan teknis penyiaran konten acara yang dibutuhkan telah terpenuhi dan dapat dijalankan dengan baik.
•
Tim Editor dalam proses produksi konten radio bertugas untuk mengemas konten siaran yang sifatnya adalah rekaman. Biasanya, tim editor dalam industri radio juga banyak melibatkan produser, penyiar, dan sound designer di dalam proses penyuntingan akhir konten siaran rekaman.
Pada proses produksi konten radio, terdapat industri pendukung yang memegang peranan penting, diantaranya adalah industriyang meliputi manajemen artis yang bertugas mengelola bintang tamu yang didatangkan pada acara siaran, penyedia alat elektronik penyiaran, industri musik, serta rumah produksi pembuat iklan radio.
C. Pelaku Industri dalam Proses Distribusi Proses distribusi hanya dilalui oleh konten acara rekaman televisi baik yang diproduksi oleh stasiun televsimaupun rumah produksi independen. Proses distribusi ini dilakukan agar konten acara yang diproduksi dapat disiarkan di stasiun televisilain sehingga mampu memperluas pasar dan jangkauan siarnya. Pelaku industri yang telibat dalam proses distribusi tentunya adalah organisasi burssa yang bertindak sebagai pihak ketiga dalam memasarkan konten acara televisi. Umumnya, konten acara televisi yang diikutsertakan dalam bursa konten acara adalah drama berseri serta kuis atau permainan.
D. Pelaku Industri dalam Proses Penyiaran Pada proses penyiaran konten televisi, pelaku industri utama yang terlibat adalah stasiun televisi dan provider layanan kanal siaran lainnya, baik yang berbasis kabel, satelit, maupun internet. Tentunya, proses penyiaran memiliki keterkaitan yang erat dengan industri telekomunikasi penyedia jaringan kanal siaran, serta industri penyedia jasa listrik. Oleh sebab itu, hasil produksi dari kedua jenis industri tersebut merupakan input yang paling penting untuk digunakan oleh channel operator penyiaran konten televisi dan radio. Adapun konten acara televisi dan radio yang disiarkan kepada publik akan digunakan sebagai bahan input bagi komisi penyiaran untuk memonitor konten siaran. tugas komisi penyiaran sendiri adalah memastikan bahwa konten yang disiarkan di televisi dan radio tetap sesuai dengan kebijakan dan norma yang berlaku, serta tidak menimbulkan dampak negatif bagipara penikmatnya. Apabila terdapat konten acara yang melanggar ketentuan-ketentuan tersebut, maka komisi penyiaran berhak memberikan peringatan atau bahkan menghentikan sementara penyiaran konten acara tersebut kepada publik.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
49
2.2.2 Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009, ruang lingkup dari industry kreatif televisi dan radio dijabarkan sebagai kegiatan kreatif yang mencakup kegiatankegiatan berikut ini:
KODE 60 PENYIARAN DAN PEMROGRAMAN Golongan pokok ini mencakup pembuatan muatan atau isi siaran atau perolehan hak untuk menyalurkannya dan kemudian menyiarkannya, seperti radio, televisi, dan program hiburan, berita, perbincangan dan sejenisnya. Juga termasuk penyiaran data, khususnya yang terintegrasi dengan penyiaran radioatau televisi. Penyiaran dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yangberbeda, melalui udara, satelit, jaringan kabel atau melalui internet. Termasuk produksi dari program yang khususnya memberikan informasi dasar padakalangan tertentu dengan format yang terbatas, seperti program berita, olahraga, pendidikan dan program yang ditujukan untuk anak muda atas dasarberlangganan atau biaya, pada pihak ke tiga, untuk penyiaran berikutnya kemasyarakat. Tidak termasuk program berlangganan dengan atau tanpa kabel lainnya (Golongan Pokok 61).
KODE 601 PENYIARAN RADIO Golongan ini mencakup penyiaran sinyal suara melalui studio penyiaran radio dan fasilitas untuk transmisi program yang berhubungan dengan masyarakat, termasuk mengumpulkan dan menyalurkan program melalui kabel atau satelit,internet (stasiun radio internet), termasuk penyiaran data yang terintegrasi dengan penyiaran radio.
KODE 6010 PENYIARAN RADIO Subgolongan ini mencakup: •
Penyiaran sinyal suara melalui studio penyiaran radio dan fasilitas untuk transmisi pemograman sinyal suara kepada masyarakat, untuk para pendengar.
•
Kegiatan jaringan radio, yaitu mengumpulkan dan mengirimkan program sinyal suara untuk para pendengar lewat udara, kabel atau satelit.
•
Kegiatan penyiaran radio lewat internet (stasiun radio internet).
•
Penyiaran data yang terintegrasi dengan penyiaran radio.
Subgolongan ini tidak mencakup: •
Produksi program siaran radio yang direkam, lihat 5920.
Kode 60101 Penyiaran Radio oleh Pemerintah Kelompok ini mencakup kegiatan pemerintah dalam usaha penyelenggaraan siaran radio, seperti penyiaran sinyal suara melalui studio penyiaran radio dan fasilitas untuk transmisi pemrograman sinyal suara kepada masyarakat atau pendengar; kegiatan jaringan radio, yaitu mengumpulkan dan mengirimkan program sinyal suara untuk para pendengar lewat udara, kabel atau satelit; kegiatan penyiaran radio lewat internet (stasiun radio internet); dan penyiaran data yang terintegrasi dengan penyiaran radio. Termasuk juga station relai (pemancar kembali) siaran radio.
50
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Kode 60102 Penyiaran Radio oleh Swasta Kelompok ini mencakup kegiatan dalam usaha penyelenggaraan siaran radio yang dikelola oleh swasta, seperti penyiaran sinyal suara melalui studio dan fasilitas untuk transmisi pemograman sinyal suara kepada masyarakat atau pendengar; kegiatan jaringan radio, yaitu mengumpulkan dan mengirimkan program sinyal suara untuk para pendengar lewat udara, kabel, atau satelit; kegiatan penyiaran radio lewat internet (stasiun radio internet); dan penyiaran data yang terintegrasi dengan penyiaran radio. Termasuk juga station relai (pemancar kembali) siaran radio.
KODE 602 PENYIARAN DAN PEMROGRAMAN TELEVISI Golongan ini mencakup kegiatan pembuatan program saluran televisi lengkap, dari komponen program yang dibeli (misalnya film, dokumentasi dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (misalnya berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi dari hal tersebut. Program televisi lengkap ini dapat disiarkan baik melalui unit yang menghasilkan atau dihasilkan untuk transmisi melalui distributor pihak ketiga, seperti “Cable Companies” atau penyedia televisi satelit. Termasuk penyiaran data terintegrasi dengan penyiaran televisi.
KODE 6020 PENYIARAN DAN PEMROGRAMAN TELEVISI Subgolongan ini mencakup: •
Pembuatan program saluran televisi lengkap dari komponen program yang dibeli (seperti, film, dokumenter dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (seperti berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi keduanya.
Program televisi lengkap dapat disiarkan sendiri atau melalui distribusi pihak ketiga, seperti perusahaan kabel atau provider televisi satelit. Pemograman dapat bersifat umum atau khusus (misalnya format terbatas seperti program berita, olahraga, pendidikan atau program yang ditujukan untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat hanya tersedia atas dasar langganan. •
Pemograman dari saluran video atas dasar permintaan.
•
Penyiaran data yang diintegrasikan dengan siaran televisi.
•
Subgolongan ini tidak mencakup:
•
Produksi komponen program televisi (misalnya film, film dokumentasi,iklan), lihat 5911.
•
Penggabungan paket saluran dan distribusi dari paket tersebut melalui kabel atau satelit ke penonton, lihat Golongan Pokok 61.
Kode 60201 Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Pemerintah Kelompok ini mencakup kegiatan pemerintah dalam usaha penyelenggaraan siaran televisi, termasuk juga station relay (pemancar kembali) siaran televisi, seperti pembuatan program saluran televisi lengkap dari komponen program yang dibeli (seperti film, documenter, dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (seperti berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi keduanya; pemrograman dari saluran video atas dasar permintaan; dan penyiaran data yang diintegrasikan dengan siaran televisi. Program televisi lengkap dapat disiarkan sendiri atau melalui distribusi pihak ketiga, seperti perusahaan kabel atau provider televisi satelit.Pemrograman dapat bersifat umum atau khusus (misalnya format terbatas seperti program berita, olahraga, pendidikan atau program yang ditujukan
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
51
untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat hanya tersedia atas dasar langganan.
Kode 60202 Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Swasta Kelompok ini mencakup kegiatan dalam usaha penyelenggaraan siaran televisi yang dikelola oleh swasta, termasuk juga station relay (pemancar kembali) siaran televisi, seperti pembuatan program saluran televisi lengkap dari komponen program yang dibeli (seperti film, dokumenter, dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (seperti berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi keduanya; pemrograman dari saluran video atas dasar permintaan; dan penyiaran data yang diintegrasikan dengan siaran televisi. Program televisi lengkap dapat disiarkan sendiri atau melalui distribusi pihak ketiga, seperti perusahaan kabel atau provider televisi satelit. Pemrograman dapat bersifat umum atau khusus (misalnya format terbatas seperti program berita, olahraga, pendidikan atau program yang ditujukan untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat hanya tersedia atas dasar langganan. Berdasarkan KBLI 2009, maka terlihat bahwa ruang lingkup industri televisi dan radio mencakup penyelenggaraan penyiaran dan pemrograman yang dilakukan oleh stasiun televisi dan radio milik pemerintah dan swasta. Adapun sebaiknya ruang lingkup ini diperluas lagi dengan ikut melibatkan rumah produksi independen yang terbatas untuk menyiarkan produknya di stasiun televisi dan radio sebagai konten acara. Hal ini disebabkan oleh ruang lingkup industri kreatif subsektor televisi dan radio itu sendiri lebih menitikberatkan pada proses pemrograman, dimana unsur kreativitas di dalamnya sangatlah tinggi. Di sisi lain, proses pemrograman hiburan konten televisi itu sendiri sebagian besar dilakukan oleh rumah produksi independen yang kemudian dibeli hak siarnya oleh stasiun televisi pemerintah dan swasta.
2.2.3 Model Bisnis di Industri Televisi dan Radio Industri televisi dan radio merupakan dua jenis industri media penyiaran elektronik yang memiliki proses bisnis yang hampir serupa. Keduanya sama-sama memiliki tujuan untuk menyebarkan informasi dan hiburan kepada publik secara serentak. Tentunya tidak mengherankan apabila kedua industri ini memiliki model bisnis yang juga mirip. Ada beberapa jenis model bisnis yang dikenal secara umum yang diadaptasi oleh beragam pemain utama pada industritelevisi dan radio. Untuk setiap pemeran utama, tentunya akan memiliki model bisnis yang juga berbeda-beda, terganting dari proses bisnisnya. Berikut ini beberapa penjelasan model bisnis yang diadaptasi oleh masing-masing pemain utama pada industri televisi dan radio yang diklasifikasikan berdasarkan jenis pemain utamanya.
Jaringan Televisi Nasional dan Lokal (Free to Air) Stasiun penyiaran berjaringan nasional maupun lokal merupakan stasiun televisi ataupun radio yang disiarkan secara gratis pada publik melalui jaringan frekuensi satelit ataupun pemancar. Bentuk jaringan penyiaran seperti ini dapat diakses public secara gratis apabila jangkauan pemancar atau penerima satelit yang digunakan memadai di areanya. Ada beberapa stasiun televisi dan radio yang memiliki jenis jaringan penyiaran seperti ini di Indonesia. Akan tetapi, untuk radio, jangkauan penyiarannya tidak menggunakan satelit, sehingga terbatas dalam satu area yang jauh lebih kecil dari luas jangkauan jaringan televisi.
52
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Sumber pendapatan utama yang diperoleh dari layanan jaringan penyiaran gratis ini adalah melalui iklan. Model bisnis dengan cara mendapatkan pendapatan melalui berbagai perusahaan lain dengan menyediakan satu jenis fasilitas yang mereka butuhkan, tetapi memberikan produknya secara gratis pada konsumen seperti ini disebut juga dengan model bisnis fee in, free out. Setiap stasiun televisi dan radio seperti ini memiliki standar proporsi iklan yang berbeda-beda pada setiap programnya. Biasanya, semakin banyak peminat program acara, maka akan semakin banyak pula iklan yang ditayangkan oleh stasiun televisi atau radio tersebut. Jenis-jenis iklan yang ditayangkan biasanya juga memiliki target pasar yang disesuaikan dengan jenis program acara yang ditayangkan atau disiarkan. Kerjasama antara perusahaan yang ingin mengiklankan produknya dengan stasiun televisi atau radio biasanya terjadi dalam dua arah, baik klien yang mendatangi stasiun televisi atau radio, maupun stasiun televisi atau radio yang menawarkan fasilitas promosi pada program acara yang dimilikinya. Agar tetap dapat mempertahankan bisnisnya, tentunya stasiun televisi mematok harga yang tidak sedikit bagi para kliennya untuk dapat memasang iklan pada jeda programnya. Beberapa stasiun televisi berjaringan nasional di Indonesia mengemukakan bahwa terkadang tarif untuk pemasangan iklan selama 30 detik pada program acara prime time bisa mencapai kisaran 350 juta rupiah hingga 750 juta rupiah dalam satu rentang waktu kontraknya. Apabila program acara yang ditayangkan pada saat peak time umumnya memiliki slot waktu sekitar 10 hingga 15 menit dalam satu kali jeda iklan, tentunya jumlah pendapatan yang diperoleh dari iklan menjadi sangat besar. Hal ini mengapa stasiun televisi berjaringan nasional masih tetap dapat bertahan kuat tanpa perlu menetapkan tariff berlangganan pada para penontonnya.
Perusahaan Jaringan Siaran Berbayar Selain jaringan penyedia siaran penyiaran secara gratis, adapun beberapa stasiun televisi yang berbayar. Di Indonesia sendiri, untuk siaran radio berbayar belum tersedia, sehingga siaran program berbayar hanya sebatas stasiun televisi saja. Biasanya stasiun-stasiun televisi berbayar ini merupakan stasiun televisi dari luar negeri yang menjalin kerjasama dengan perusahaan televisi kabel agar dapat disiarkan di Indonesia. Program-program acara yang ditayangkannya pun jauh lebih beragam dan memiliki porsi iklan yang lebih sedikit dibandingkan dengan stasiun televisi lokal. Pendapatan utama pada perusahaan televisi kabel ini tentunya adalah dari jumlah pelanggan mereka di seluruh Indonesia. Setiap pelanggan yang memutuskan untuk berlangganan dapat memilih jenis-jenis paket yang disediakan dengan harga yang beragam. Terkadang, paket yang ditawarkan tidak hanya meliputi akses stasiun televisi luar negeri saja, tetapi juga paket penyedia jasa internet. Model bisnis seperti ini disebut sebagai model bisnis berlangganan (subscription business model). Model bisnis berlangganan merupakan model bisnis yang mewajibkan para pelanggannya untuk membayar sejumlah harga berlangganan yang telah ditetapkan untuk dapat memiliki akses pada suatu produk atau jasa dalam periode waktu tertentu. Model ini pertama kali diprakarsai oleh industri media cetak, yaitu majalah dan koran.
Rumah Produksi Independen Rumah produksi independen merupakan industri yang menyediakan jasa berupa pembuatan konten program acara yang tidak dapat dibuat oleh studio televisi atau radio. Di indonesia,
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
53
rumah produksi independen lazim dijalankan untuk menghasilkan program acara serial televisi dibandingkan dengan acara siaran radio. Sumber pemasukan utama dari rumah produksi independen ini diperoleh dari biaya hak siar yang ditetapkan oleh rumah produksi independen untuk masing-masing program acaranya. Umumnya, proses jalinan kerjasama ini terjadi dengan cara menawarkan program acara yang dimiliki kepada beberapa stasiun televisi yang berminat. Model bisnis seperti ini dikenal juga dengan model bisnis penjualan langsung (direct selling business model). Pada model bisnis penjualan langsung, rumah produksi independen bertugas sebagai pabrik pembuat program acara yang tidak dapat dilakukan oleh rumah produksi stasiun televisi. Pembuatan program acara serial di luar studio dapat memakan biaya dan sumber daya yang sangat tinggi, sehingga tidak dimungkinkan bagi stasiun televisi untuk melakukan produksi tersebut dalam jangka waktu yang panjang. Kelebihan yang dimiliki oleh rumah produksi independen yang sudah besar adalah lokasi tetap serta fasilitas kelengkapan alat produksi yang telah disediakan secara tetap di beberapa lokasi tersebut, sehingga mobilisasi dan set up time bisa dieliminasi. Hal ini memudahkan rumah produksi independen untuk dapat memproduksi beragam jumlah program dalam waktu yang sangat singkat.
Internet Protocol Based Provider Sistem penyiaran program acara televisi ataupun siaran radio melalui jaringan internet kurang lebih memiliki prinsip yang sama seperti halnya dengan stasiun televisi dan radio lokal. Sistem ini menawarkan fasilitas web streaming gratis bagi para penonton dan pendengarnya, akan tetapi menyediakan fasilitas layanan iklan berbayar pada platform-nya. Untuk itu, bisa dikatakan bahwa model bisnis yang diadaptasi oleh siaran acara internet protocol (IP) based provider adalah fee in, free out. Akan tetapi, beberapa siaran IP Based menyediakan pula layanan berlangganan berbayar untuk dapat mengakses siaran acaranya. Untuk jenis model bisnis seperti ini, IP based provider mengadaptasi model bisnis berlangganan, seperti yang dilakukan oleh perusahaan televisi kabel berbayar.
54
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
BAB 3 Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
3.1 Kontribusi Ekonomi Televisi dan Radio Peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk ikut serta memajukan Indonesia. Bentuk nyata kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif, termasuk televisi dan radio. Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi ekonomi televisi dan radio, nilai yang ada pada data BPS itu dihitung berdasarkan data Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009. Secara umum kontribusi ekonomi subsektor televisi dan radio dapat dilihat pada Tabel 3-1. Tabel 3 - 1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Televisi dan Radio 2010-2013
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATARATA
13,288.48
15,664.90
17,518.58
20,340.49
16,703.11
1
BERBASIS PRODUK DOMESTIK BRUTO
a
Nilai Tambah Subsektor (ADHB)*
Miliar Rupiah
b
Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Ekonomi Kreatif (ADHB)*
Persen
2.81
2.97
3.03
3.17
2.99
c
Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Total PDB (ADHB)*
Persen
0.21
0.21
0.21
0.22
0.21
d
Pertumbuhan Nilai Tambah Subsektor (ADHK)**
Persen
-
7.44
6.44
6.82
6.90
2
BERBASIS KETENAGAKERJAAN
a
Jumlah Tenaga Kerja Subsektor
Orang
123,051
125,392
127,189
128,061
125,923
b
Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Sektor Ekonomi Kreatif
Persen
1.07
1.08
1.08
1.08
1.08
c
Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenagakerjaan Nasional
Persen
0.11
0.11
0.11
0.12
0.11
d
Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Subsektor
Persen
-
1.90
1.43
0.69
1.34
58
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATARATA
e
Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor
Ribu Rupiah/ Pekerja Pertahun
107,992
124,927
137,737
158,834
94,513.59
3
BERBASIS AKTIVITAS PERUSAHAAN
a
Jumlah Perusahaan Subsektor
Perusahaan
11,508
12,004
12,418
12,481
12,103
b
Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Jumlah Perusahaan Ekonomi Kreatif
Persen
0.22
0.23
0.23
0.23
0.23
c
Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Total Usaha
Persen
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
d
Pertumbuhan Jumlah Perusahaan
Persen
-
4.31
3.45
0.51
2.76
e
Nilai Ekspor Subsektor
Juta Rupiah
1,335,320.00
1,378,471.63
1,447,760.19
1,509,450.11
1,417,750.49
f
Kontribusi Ekspor Subsektor Terhadap Ekspor Sektor Ekonomi Kreatif
Persen
1.38
1.31
1.31
1.27
1.32
g
Kontribusi Ekspor Subsektor Terhadap Total Ekspor
Persen
0.08
0.07
0.07
0.07
0.07
h
Pertumbuhan Ekspor Subsektor
Persen
-
3.23
5.03
4.26
4.17
4
BERBASIS KONSUMSI RUMAH TANGGA
a
Nilai Konsumsi Rumah Tangga Subsektor
Juta Rupiah
1,833,789.00
2,087,838.92
2,461,253.45
2,840,633.73
2,305,878.77
b
Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Subsektor terhadap Konsumsi Sektor Ekonomi Kreatif
Persen
0.29
0.30
0.31
0.33
0.31
c
Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga
Persen
0.05
0.05
0.05
0.06
0.05
d
Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga
Persen
-
13.85
17.89
15.41
15.72
*ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku **ADHK = Atas Dasar Harga Konstan Sumber Data: Badan Pusat Statistik
BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
59
3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB) Dalam kontribusi berbasis produk domestik bruto, subsektor televisi dan radio telah memberikan peran penting pada industri kreatif di Indonesia. Hal itu ditunjukan pada bagan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor Televisi dan Radio berikut ini. Gambar 3 - 1 Kontribusi terhadap Total Produk Domestik Bruto Industri Kreatif
Sumber Data: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan Gambar 3‑1, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio menduduki peringkat ke-6 terbesar dalam kontribusi terhadap total PDB industri kreatif Indonesia. Persisnya, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi sebesar 3,17% dari total produk domestik bruto industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan NTB (Nilai Tambah Bruto) industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 5,2% dan 6,1%. NTB subsektor televisi dan radio pada 2013 sendiri sejumlah Rp20,340 triliun dengan rata-rata pertumbuhan NTB sebesar 6,9% untuk periode 2010-2013. 60
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan Dalam kontribusi berbasis ketenagakerjaan, subsektor televisi dan radio telah memberikan peran cukup penting pada industri kreatif di Indonesia. Hal tersebut ditunjukan pada bagan kontribusi Ketenagakerjaan Subsektor Televisi dan Radio berikut ini. Berdasarkan Gambar 3‑2, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio menduduki peringkat ke-6 terbesar dalam kontribusi terhadap total tenaga kerja industri kreatif Indonesia. Kontribusi yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio adalah 1,08% terhadap total tenaga kerja industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan tenaga kerja industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 1,09% dan 0,79%. Nilai tersebut didapatkan dari 128.061 tenaga kerja pada 2013 dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 1,34% untuk periode 2010–2013. Gambar 3 - 2 Kontribusi Terhadap Total Tenaga Kerja Industri Kreatif
BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
61
3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan Dalam kontribusi berdasarkan aktivitas perusahaan, kontribusi yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio belum begitu signifikan dalam industri kreatif di Indonesia. Hal itu ditunjukkan pada bagan perbandingan kontribusi Total Unit Usaha Subsektor Televisi dan Radio berikut ini. Gambar 3 - 3 Kontribusi Terhadap Total Unit Usaha Bruto Industri Kreatif
Sumber Data: Badan Pusat Statistik
62
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Berdasarkan Gambar 3‑3, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi 0,23% terhadap total unit usaha industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan unit usaha industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 0,98% dan 1,05%. Nilai itu didapatkan dari 12.481 unit usaha pada 2013 dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 2,76% untuk periode 2010–2013. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah unit usaha subsektor televisi dan radio di Indonesia masih sangat minim, akibatnya informasi penting yang terkandung dalam konten acara televisi dan radio masih belum dapat tersampaikan dengan baik ke seluruh daerah di Indonesia.
3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga Dalam kontribusi berbasis konsumsi rumah tangga, kontribusi yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio masih rendah jika dibandingkan dengan subsektor lain dalam industri kreatif di Indonesia. Hal tersebut ditunjukan pada bagan Total Konsumsi Rumah Tangga Subsektor Televisi dan Radio berikut ini. Gambar 3 - 4 Kontribusi Terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga
Sumber Data: Badan PusatStatsitik
BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
63
Berdasarkan Gambar 3‑4, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi 0,23% terhadap total konsumsi rumah tangga industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 10,5% dan 11,15%. Nilai konsumsi rumah tangga pada 2013 sendiri bernilai Rp2.840,6 miliar dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 15,72% untuk periode 2010-2013.v
3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor Dalam kontribusi berbasis konsumsi rumah tangga, kontribusi yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio masih rendah jika dibandingkan dengan subsektor lain dalam industri kreatif di Indonesia. Kontribusi total nilai ekspor masih didominasi oleh subsektor mode. Hal itu tampak pada bagan Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio berikut ini. Gambar 3 - 5 Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio
Sumber Data: Badan Pusat Statistik
64
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Dari data ekspor dan impor dalam industri televisi dan radio di Indonesia, terlihat bahwa jumlah ekspor untuk industri televisi dan radio terus mengalami peningkatan. Rata-rata laju peningkatan ekspor subsektor televisi dan radio pada periode 2010–2013 mencapai 4,17%. Akan tetapi, laju peningkatan jumlah impor industri ini memiliki perbandingan yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan ekspornya. Rata-rata laju peningkatan impor untuk subsektor televisi dan radio pada periode 2010–2013 mencapai angka 18,47%. Upaya peningkatan ekspor subsektor televisi dan radio bisa dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas dan daya saing konten yang diproduksi oleh televisi dan radio di Indonesia. Penetrasi pasar melalui media konten digital merupakan salah satu strategi efektif yang bisa dilakukan. Hal ini sebaiknya mendapat dukungan aktif dari pemerintah agar peningkatan daya saing konten produksi lokal dapat menembus pasar internasional lebih luas lagi. Gambar 3 - 6 Perbandingan Ekspor dan Impor Tahun 2010-2013 (dalam Ribu Rupiah) (BPS, 2010-2013)
Sumber Data: Badan Pusat Statistik
BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
65
3.2 Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio Konten acara yang disiarkan oleh televisi ataupun radio tentunya telah dianggap lolos dan layak untuk ditayangkan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Adapun peraturan-peraturan yang berkaitan dengan konten siaran serta kegiatan penyiaran adalah sebagai berikut ini: Tabel 3 - 2 Tabel Kebijakan Subsektor Televisi dan Radio
KELOMPOK PERATURAN Undang-undang terkait penyiaran (KPI, 2013)
PERATURAN
KETERANGAN
Undang-undang Dasar 1945 (Amandemen Keempat)
Undang-undang yang telah dibuat terkait dengan proses pelaksanaan kegiatan penyiaran dan pemrograman oleh beberapa pelaku bisnis dinilai telah ideal dan komprehensif. Akan tetapi pada pelaksanaannya perlu ketegasan dan batasan yang jelas dari pihak pemerintah sendiri. Resistensi terhadap regulasi yang berlaku menimbulkan dinamika yang bersifat destruktif terhadap ekosistem penyiaran itu sendiri.
Undang-undang No. 8 Tahun 1992 tentang Perfilman Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
66
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
KELOMPOK PERATURAN Peraturan KPI (KPI, 2013)
PERATURAN Keputusan KPI No. 45 Tahun 2014
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS)
KETERANGAN Peraturan KPI menjabarkan terkait ketentuan-ketentuan program acara yang layak untuk disiarkan, serta wewenang KPI terhadap konten acara yang disiarkan.
Pedoman Rekrutmen Komisi Penyiaran Indonesia MoU (KPI, 2013)
Surat Keputusan Bersama BAWASLU, KPU, KPI dan KIP - 28 Februari 2014 Keputusan Bersama KPU, KPI, dan Bawaslu - 18 Oktober 2013 Nota Kesepahaman KPI dan Bawaslu
MoU yang berlaku merupakan bentuk usaha dukungan KPI sebagai lembaga penyiaran untuk menghimbau keterlibatan masyarakat dalam isu-isu sosial yang sedang diusung oleh beberapa lembaga pemerintahan.
Nota Kesepahaman KPI dan KPU Nota Kesepahaman KPI dan Persatuan Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia Nota Kesepahaman KPI dan BkkbN Nota Kesepahaman KPI dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nota Kesepahaman KPI dan LSF Nota Kesepahaman KPI dan Lembaga Penyiaran Publlik Radio Republik Indonesia
Ditinjau dari dinamika yang terjadi pada setiap rantai nilai ekosistem subsektor televisi dan radio, maka perlu dilakukan beberapa penambahan usulan kebijakan yang diharapkan dapat membangun kondisi ekosistem agar lebih sehat secara berkesinambungan. Beberapa usulan kebijakan yang perlu ditindaklanjuti di antaranya adalah sebagai berikut: •
Kebijakan terkait subsidi pajak alat-alat penyiaran dan pemrograman konten televisi dan radio.
•
Kebijakan yang mengatur proporsi kewajiban tayangan konten untuk setiap ketegori usia penonton televisi.
•
Kebijakan terkait ketetapan upah para talent atau pekerja seni sementara (tidak tetap) di bidang industri penyiaran.
•
Kebijakan terkait standar kompetensi pekerja industri penyiaran.
BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
67
3.3 Struktur Pasar Televisi dan Radio 3.3.1 Televisi Pada saat tekonologi penyiaran televisi mulai masuk Indonesia, TVRI milik negara adalah satusatunya stasiun televisi yang memiliki hak siar di Indonesia. Persaingan dalam industri televisi di Indonesia dimulai ketika badan stasiun televisi swasta didirikan. Stasiun televisi swasta yang pertama kali didirikan adalah RCTI. Tidak lama setelah RCTI didirikan, stasiun televisi swasta lainnya pun mulai bermunculan dalam waktu yang singkat. Masing-masing stasiun televisi itu berlomba-lomba untuk menyuguhkan acara yang menarik, kreatif, sampai yang kontroversial. Hal ini tentunya membuat TVRI menjadi semakin tertekan dalam persaingan industri pertelevisian. Gambar 3 - 7 Perkembangan Stasiun Televisi Nasional
Sumber: Wikipedia, 2011
68
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Berikut ini adalah daftar stasiun televisi yang ada di Indonesia yang dipisahkan berdasarkan jenis penyiarannya. Tabel 3 - 3 Daftar Stasiun Televisi Jaringan
STASIUN TELEVISI TERESTRIAL
NO.
STASIUN TELEVISI BERJARINGAN
STASIUN TELEVISI DENGAN PARABOLA
1
Antv
B-Channel
Arjuna TV
2
Global TV
Bali TV
ASWAJA TV
3
Indosiar
City TV Network
Bloomberg TV Indonesia
4
MetroTV
Indonesia Network
DAAI TV
5
MNCTV
JPMC
DMC TV
6
RCTI
Kompas TV
Gogomall Homeshopping
7
SCTV
SINDO TV
HCBN Indonesia
8
Trans TV
TempoTV
Lejel Home Shopping
9
Trans7
Top TV Network
LBS TV MIX
10
tvOne
LBS TV K-Drama
11
TVRI
LBS TV C-Drama
12
NET
LBS TV In-Drama
13
LBS TV A-Movie
14
LBS TV Music
15
LBS TV On Life
16
Matrix TV
17
More 1
18
More 2
19
More Mall
20
Quran Takziah
21
Rodja TV
22
Shine Initiatives
BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
69
STASIUN TELEVISI TERESTRIAL
NO.
STASIUN TELEVISI BERJARINGAN
STASIUN TELEVISI DENGAN PARABOLA
23
Spacetoon
24
TV Edukasi
25
TVMu
26
U-Channel
27
Ummat TV
Sumber: Dikutip dari berbagai sumber
Tabel 3 - 4 Daftar Stasiun Televisi Berlangganan (dikutip dari berbagai sumber)
STASIUN TELEVISI BERLANGGANAN
SALURAN TELEVISI LOKAL BERLANGGANAN
Aora TV
Alif TV
MNC Drama
Astro Nusantara (tidak beroperasi)
Allegro
MNC Entertainment
Big TV
Ananda
MNC Infotainment
Centrin TV (tidak beroperasi)
Aora 9
MNC International
First Media
Arena Channel
MNC Fashion
Groovia TV
BeritaSatu TV
MNC Food dan Travel
IM2 PayTV
Bioskop TelkomVision
MNC Kids
Indovision
Dangdut Channel
MNC Lifestyle
K-Vision
Dangdutz
MNC Movies
M2V Mobile TV
Festival Channel
MNC Music
Max3
Haari TV
MNC Muslim
Nexmedia
Haari Kids
MNC News
OkeVision
Haari Drama
MNC Shop
70
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
STASIUN TELEVISI BERLANGGANAN
SALURAN TELEVISI LOKAL BERLANGGANAN
OrangeTV
Haari Movie
MNC Sports 1
Skynindo
Haari Music
MNC Sports 2
TelkomVision
Jowo Channel
Reformed 21
Topas TV
Kompas TV
SFI
Top TV
MIX
SMI
USeeTV
Mi! TV
SINDO TV
Vivasky (segera beroperasi)
MNC Business
Top Hits
YesTv
MNC Comedy
Vision 2 Drama
Daftar stasiun televisi di atas tidak mencakup stasiun televisi lokal yang beroperasi secara lokal di setiap daerah. Banyaknya jumlah stasiun televisi di Indonesia membuat peluang untuk bersaing di pasar industri televisi semakin sulit. Preferensi masyarakat sendiri hingga saat ini masih cenderung dominan terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu peminat siaran televisi berjaringan serta peminat siaran televisi berbayar. Bentuk struktur pasar dari industri televisi dapat diidentifikasi secara kasar dari data pangsa pasar (market share) yang dihasilkan oleh lembaga survei. Data perhitungan jumlah pangsa pasar pada beberapa stasiun televisi nasional berjaringan dapat dilihat pada Tabel 3-5. Tabel 3 - 5 Market Share Stasiun Televisi Jaringan
RANK
STATION
JAN 13
FEB 13
MAR 13
APR 13
MAY 13
JUN 13
1
RCTI
23.4
24.3
22.4
23.1
23.4
22.9
2
MNC TV
12.2
11.0
13.0
13.1
12.7
14.0
3
SCTV
16.6
14.2
13.0
11.6
11.6
13.5
4
Trans 7
12.1
12.6
13.8
13.7
13.5
12.3
5
IVM
7.4
7.3
7.7
9.0
9.2
10.1
6
Trans TV
10.7
11.0
9.8
10.1
9.2
8.1
7
Antv
5.9
6.7
6.6
6.0
6.6
6.4
8
GTV
4.6
6.1
6.4
6.5
6.3
5.8
BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
71
RANK
STATION
JAN 13
FEB 13
MAR 13
APR 13
MAY 13
JUN 13
9
tvOne
3.8
3.7
4.1
4.0
4.3
3.7
10
MetroTV
2.1
1.9
1.9
1.8
1.9
2.0
Tabel 3 - 6 Daftar 5 Acara dengan Rating Tertinggi
NO
PROGRAM NAME
CHANNEL
TELEVISIR
SHARE
1
Tukang Bubur Naik Haji
RCTI
6.3
25.5
2
Berkah
RCTI
4.0
18.4
3
Raden Kian Santang
MNC TV
3.7
15.2
4
Yang Muda Yang Bercinta
RCTI
3.6
21.8
5
Cinta 7 Susun
RCTI
3.6
17.0
Sumber: Nielsen,2014
Dari hasil perhitungan pangsa pasar tersebut, maka struktur pasar untuk industri televisi dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu berdasarkan jumlah stasiun televisi, berdasarkan kepemilikan stasiun televisi, serta berdasarkan konten yang disiarkan. Ketiga sudut pandang tersebut menghasilkan tiga jenis analisis struktur pasar yang berbeda-beda.
Persaingan Sempurna Ditinjau dari jumlah stasiun televisi nasional berjaringan di Indonesia yang tidak sedikit, proporsi pangsa pasar tiap stasiun televisi cenderung seimbang. Terlihat dari Tabel 3-5 bahwa tidak terdapat perbedaan angka pangsa pasar yang dominan secara signifikan antara satu stasiun televisi dan stasiun televisi lainnya. Maka, bentuk struktur pasar industri televisi menjadi persaingan sempurna. Secara teori, bentuk persaingan seperti ini memberi potensi besar kepada para pemain baru untuk bersaing dalam industri televisi, walaupun akan sangat sulit bagi mereka untuk dapat menyaingi pemain-pemain besar yang menjadi perintis stasiun televisi swasta.
Persaingan Oligopoli Apabila dilihat dari segi kepemilikan stasiun televisi di Indonesia, jumlah pangsa pasar yang ada pada Tabel 3-5 menjadi tidak relevan lagi. Terjadi dominasi jumlah pangsa pasar yang cukup signifikan oleh beberapa perusahaan pemilik stasiun televisi atas pemain lainnya yang hanya memiliki stasiun televisi tunggal. Hasilnya adalah struktur pasar kepemilikan stasiun televisi yang berbentuk oligopoli. Kondisi ini tentunya mempersulit para pemain baru yang mulai terjun merintis bisnisnya di dunia televisi Indonesia. Alternatifnya adalah dengan membidik pasar baru yang memiliki bentuk persaingan sempurna yang lebih mudah dipenetrasi, yaitu pasar media digital.
72
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Persaingan Monopoli Selain bentuk persaingan sempurna dan oligopoli yang terjadi pada ruang lingkup industri televisi, ada pula bentuk persaingan monopoli yang terjadi akibat penayangan konten acara secara eksklusif. Biasanya, bentuk persaingan monopoli ini berlaku untuk jenis acara siaran olahraga, seperti sepak bola, balap motor, balap mobil, hingga tenis dan badminton. Pada Tabel 3-7 dijabarkan beberapa contoh hak siar eksklusif acara olahraga yang ada di Indonesia. Tabel 3 - 7 Daftar Hak Siar Ekslusif Siaran Olahraga (diambil dari berbagai sumber)
NAMA ACARA
STASIUN TELEVISI
SCTV (2 laga/pekan) INDOSIAR (2 laga/pekan) ORANGE TV (Full Match, 10 laga/pekan) Barclays Premier League (BPL) FIRSTTV (Full match, 10 laga/pekan) NEXMEDIA (Full match, 10 laga/pekan) BIG TV (Full Match, 10 laga/pekan)
Trans TV (4 laga/pekan) La Liga (Liga BBVA) Trans 7 (2 laga/pekan) Serie A
TVRI (4-6 laga/pekan)
Bundesliga
INDOSIAR (4 laga/pekan)
UEFA Champions League dan UEFA Europe League
SCTV (Full Match)
FA Cup
Trans TV (Full Match)
Copa Del Rey
RCTI (Full Match)
League 1
Matrix Garuda
MotoGP
Trans 7
Formula 1
Kompas TV
Sumber: Diambil dari berbagai sumber
BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
73
Adanya bentuk persaingan monopoli konten ini tentunya bisa memiliki pengaruh yang signifikan pada jumlah pangsa pasar yang dimiliki oleh stasiun televisi tertentu. Pada beberapa musim penayangan siaran ekslusif, tentunya monopoli hak siar dapat menjadi kekuatan utama stasiun televisi tersebut dalam meraup audiens. Tentunya akan sangat sulit bagi para pemain baru untuk menyaingi konten acara pada saat musim penayangan siaran ekslusif tersebut berlangsung.
3.3.2 Radio Sama halnya dengan industri kreatif stasiun televisi, perkembangan industri kreatif subsektor radio mulai mengalami perkembangan pesat semenjak didirikannya stasiun radio swasta di Indonesia. Bentuk persaingan yang terjadi saat ini untuk stasiun-stasiun radio di Indonesia masih dibatasi oleh jarak tangkap siaran, sehingga persaingan tiap kota akan berbeda-beda. Tabel 3 - 8 Market Share Industri Radio di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar (Nielsen 2005-2009, dikutip dari Nastiti, 2011) Pangsa Pendengar Radio di Jakarta (%) RADIO
Pangsa Pendengar Radio di Makassar (%)
2005
2006
2007
2008
2009
-
-
-
13.0
12.8
Gamasi
Bens
18.3
20.9
16.7
13.7
11.6
Dangdut TPI
N/A
N/A
13.8
14.5
9.9
Megaswara
6.6
11.6
10.6
7.8
Erlangga
9.7
6.8
6.3
5.9
Elshinta
7.9
7.1
9.3
7.8
GEN FM
RADIO
2005
2006
2007
2008
2009
42.9
43.6
39.7
28.7
35.2
Venus
26.0
33.4
29.8
20.5
30.6
Telstar
30.8
21.8
27.4
18.3
21.0
8.7
Madama
14.5
17.9
16.6
13.5
19.9
7.0
Sonata
20.1
19.1
14.6
9.9
15.3
8.0
Prambors
17.4
14.6
13.4
9.9
14.2
I-Radio
9.7
9.5
6.2
7.6
4.9
Gama
4.8
13.5
10.6
10.4
11.6
POP FM
N/A
12.7
10.0
7.6
4.9
Makassar FM
N/A
N/A
N/A
8.1
11.6
RKM
8.0
10.7
8.4
9.1
3.7
Fajar
0.0
7.2
5.7
6.0
9.4
Lesmana
0.9
1.7
4.0
5.4
3.2
SP FM
14.4
7.2
10.3
3.3
6.6
CR4
45.7
55.9
51.1
50.3
43
CR4
76.4
70.8
78.8
56.8
60.4
Pangsa Pendengar Radio di Surabaya (%) RADIO
2005
2006
Pangsa Pendengar Radio di Medan (%)
2007
2008
2009
RADIO
2005
2006
2007
2008
2009
Suara Giri
43.0
37.0
27.8
22.3
21.9
MOST FM
16.0
21.6
24.7
14.2
18.4
Wijaya FM
34.4
30.8
26.3
22.4
15.1
Simponi
22.0
18.9
19.9
14.0
14.7
Elvictor
7.0
7.0
9.5
9.2
9.4
Sikamoni
19.0
16.4
16.1
11.9
14.2
EBS FM
6.5
8.7
13.7
10.4
8.5
Dangdut TPI
8.9
13.9
11.8
8.9
13.1
Suzana
15.6
15.8
13.1
7.4
8.4
Merdeka
13.9
16.4
13.9
11.2
8.1
Suara Medan
12.1
12.8
16.5
13.0
11.7
MTB FM
7.9
9.2
5.9
11.0
7.8
Kardopa
8.8
12.7
12.7
14.6
11.4
M Radio
N/A
N/A
N/A
8.8
7.3
KISS
19.4
11.6
14.9
10.2
10.4
Suara SBY
11.0
9.6
8.4
8.2
6.6
RRI PRO 2
8.6
12.0
16.7
14.0
8.9
Suara SBY
11.0
9.6
8.4
8.2
6.6
Citra
13.4
13.0
17.5
9.4
8.2
CR4
106.9
100
81.7
66.9
54.9
CR4
76.4
70.8
78.8
56.8
60.4
74
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Dilihat dari data pangsa pasar yang diperoleh dari Nielsen pada 2009, terlihat bentuk persaingan industri radio yang berbeda-beda di setiap kota. Di Jakarta, apabila dilihat sekilas, proporsi pangsa pasar yang dimiliki oleh beberapa stasiun radio terpopuler tidak memiliki perbedaan signifikan. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa industri radio di kota Jakarta memiliki bentuk persaingan pasar yang sempurna. Hal ini diperkuat dengan hasil perhitungan indeks Herfindahl yang ditunjukkan oleh Gambar 3-8. Hasil perhitungan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat kompetisi industri radio cenderung stabil dengan nilai HI (Herfindahl Index) yang rendah. hal ini menunjukkan bahwa bentuk persaingan industri radio di Jakarta adalah persaingan sempurna. Akan tetapi, lain halnya dengan Medan, Surabaya, dan Makassar yang memiliki nilai HI di antara 0.2 < HI < 0.7. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk persaingan pasar di kota-kota itu adalah persaingan oligopoli. Gambar 3 - 8 Radio Market Competitiveness dan Concentration
BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
75
Persaingan Televisi dan Radio di Industri Media Indonesia Dengan populasi sebesar 237 juta, persaingan merupakan peluang yang perlu dimaksimalkan untuk kepentingan bisnis media. Media televisi memimpin dengan 97% pasar media, sedangkan radio saat ini berada pada urutan keempat setelah televisi, internet, dan surat kabar. Terjadi persaingan media yang sangat tinggi untuk memperebutkan pasar atau segmentasi khalayak. Gambar 3 - 9 Proporsi Penikmat Media Elektronik dan Cetak
Sumber: Menkominfo, 2011
Pada Gambar 3-9 terlihat bahwa subsektor televisi tidak memiliki pesaing yang perlu diwaspadai karena posisinya sudah cukup aman dan sangat dominan jika dibandingkan dengan subsektor media lainnya. Berbeda halnya dengan subsektor radio yang menghadapi persaingan ketat dengan subsektor internet dan surat kabar. Hal ini terjadi karena televisi pada awal ditemukannya sudah dibentuk sebagai media yang menyajikan hiburan bagi masyarakat, sehingga mampu menarik perhatian lebih sejak awal kemunculannya. Konten acara dengan gambar yang interaktif dan menarik pun dinilai sukses mengikat masyarakat dari segala jenis lapisan ekonomi, umur, dan budaya. Sementara itu, radio masih kalah populer dengan surat kabar yang, walaupun memiliki keterbatasan audio, tetap mampu menampilkan visual yang menarik. Selain itu, keterbatasan jaringan yang dimiliki oleh radio menjadi salah satu penyebab utama mengapa radio masih kurang bersaing dengan media lainnya yang memiliki jangkauan siaran yang lebih luas. Sumber: Nastiti, 2011
76
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
3.4 Daya Saing Televisi dan Radio Dimensi infrastruktur dan teknologi merupakan aspek yang paling baik prestasinya (6,0 dari 10) dari 7 dimensi yang digunakan untuk mengukur daya saing industri televisi dan radio. Teknologi telah memudahkan akses data dan informasi. Perkembangan ini memungkinkan aspek konten berubah dengan landasan multiplatform lewat digitalisasi, sehingga dapat menekan biaya pemrograman. Kondisi ini juga didukung oleh infrastruktur pendukung, misalnya: telematika-jaringan internet, logistik, dan energi yang sudah cukup memadai, terutama di kota-kota besar. Namun, hal ini tidak terjadi di kotakota kecil, sehingga persebaran siaran media televisi dan radio terhambat.
Gambar 3 - 10 Diagram Daya Saing Televisi dan Radio
Banyaknya SDM kreatif dalam bidang televisi dan radio harus berhadapan dengan kondisi eksploitasi karena merasa terlalu dikuasai oleh medianya. Sumber daya kreatif memiliki skor sebesar 4,0. Rendahnya skor itu adalah akibat banyaknya pelaku industri SDM kreatif dalam bidang televisi dan radio tidak diimbangi dengan perbaikan terhadap kondisi yang eksploitatif itu. Kemudian, kurikulum yang tidak sesuai antara lembaga pendidikan dan industri kreatif televisi dan radio membuat lulusan lembaga itu dinilai belum dapat memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan, sehingga memerlukan masa pelatihan terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. Selain itu, jumlah lembaga pendidikan yang ada di subsektor ini belum tersebar secara merata, hanya terdapat di kota-kota besar dan belum mempunyai standar yang jelas. Dengan menggunakan tujuh aspek dalam penghitungan daya saing, maka diperoleh skor daya saing untuk subsektor televisi adalah rata-rata sebesar 4,5.
3.5 Potensi dan Permasalahan dalam Pengembangan T elevisi dan Radio Tabel 3 - 9 Potensi Permasalahan dalam Pengembangan Televisi dan Radio
NO
PERMASALAHAN (TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN)
POTENSI (PELUANG DAN KEKUATAN)
1
SUMBER DAYA KREATIF
1
Jumlah institusi pendidikan yang memadai di kota-kota besar
1
Institusi pendidikan media yang tidak merata
2
Adanya beberapa institusi pendidikan terakreditasi tinggi di kota-kota besar
2
Institusi pendidikan yang tidak terstandardisasi
3
Banyaknya sumber daya manusia yang kreatif
3
Keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja baru tidak dapat memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan (diperlukan masa training terlebih dahulu sebelum bekerja)
BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
77
NO
78
PERMASALAHAN (TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN)
POTENSI (PELUANG DAN KEKUATAN)
4
Kreatifitas radio yang cukup tinggi dan tidak terlalu terganggu
4
Sumber daya manusia yang terlalu dieksploitasi dan terlalu dikuasai oleh media
2
SUMBER DAYA PENDUKUNG
1
Sumber daya budaya yang sangat kaya dapat diberdayakan menjadi ide konten kreatif
1
Banyaknya konten acara yang melibatkan unsur budaya asing
3
INDUSTRI
1
Penyebaran dan jumlah stasiun radio di berbagai kota yang cukup tinggi
1
Kepemilikan media tv terlalu terpusat pada grup-grup besar
2
Terciptanya sindikasi stasiun-stasiun radio antar kota untuk menyebarkan konten acara yang kreatif
2
Rumah produksi yang dikontrol kontennya oleh stasiun TV
3
Banyaknya konten acara yang berkualitas untuk layak mendapatkan apresiasi
3
Popularitas konten kreatif yang berkualitas masih rendah
4
Konten kreatif yang mengedukasi dan menginspirasi penikmatnya
4
Rumah produksi dan pengiklan hanya berkiblat pada rating
4
PEMBIAYAAN
1
Ketersediaan perusahaan pengiklan yang cukup melimpah
1
Tidak adanya lembaga pembiayaan produk kreatifitas dari komunitas
5
PEMASARAN
1
Pasar yang luas dan selalu tersedia
1
Pasar produk penyiaran radio yang terbatas oleh jangkauan siaran
2
Kesulitan untuk menembus pasar internasional
1
Pembangunan infrastruktur yang tidak merata di kota-kota kecil membuat pesebaran media terhambat
6
INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI
1
Infrastruktur telematika-jaringan internet; dan infrastruktur logistik dan energi di kota-kota besar sudah cukup memadai
2
Perkembangan teknologi yang memudahkan akses data dan informasi sebagai input kreasi
3
Perkembangan teknologi yang memungkinkan konten menjadi multiplatform (digitalisasi)
4
Kemajuan teknologi yang memungkinkan pemrograman dengan biaya rendah
7
KELEMBAGAAN
1
Sudah ditetapkannya undang-undang yang dapat mendukung penciptaan iklim usaha yang kondusif untuk berkembang
1
Standard kurikulum yang masih belum seragam
2
Adanya apresiasi konten acara kreatif dari masyarakat
2
Resistensi media terhadap regulator
3
Tidak ada lembaga yang memfasilitasi pembiayaan indutri kreatif TV & Radio secara khusus
4
Pajak pengadaan peralatan penyiaran yang terlalu tinggi
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
NO
PERMASALAHAN (TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN)
POTENSI (PELUANG DAN KEKUATAN)
BAB 3: Kondisi Umum Televisi dan Radio di Indonesia
5
HKI belum bisa melindungi konten karya kreatif
6
Konten kreatif yang cenderung tidak mendapatkan apresiasi tinggi menyebabkan tidak adanya pengarusutamaan kreatifitas
7
Parameter apresiasi yang dipertanyakan validitasnya
8
Kurangnya edukasi market terkait konten yang dinilai kreatif dan mendidik
9
Apresiasi yang diberikan pada konten acara kreatif masih kurang
10
Market yang mengarahkan konten acara yang tidak mengedukasi
11
Konten penyiaran luar negeri yang mengancam market media lokal serta kultur bangsa
79
BAB 4 Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia
4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019 Arahan RPJPN 2005-2025, pembangunan nasional tahap ketiga (2015-2019) adalah ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat. Pembangunan periode 2015-2019 tetap perlu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi haruslah inklusif dan berkelanjutan, yaitu meminimasi permasalahan sosial dan lingkungan. Pembangunan inklusif dilakukan terutama untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antar penduduk dan ketimpangan kewilayahan antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan kawasan timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan manfaat yang bisa dirasakan generasi mendatang dengan memperbaiki kualitas lingkungan (sustainable). Tema pembangunan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah pembangunan yang kuat, inklusif dan berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang, maka fokus perhatian pembangunan nasional adalah: 1. Merealisasikan potensi ekonomi Indonesia yang besar menjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja yang layak (decent jobs) dan mengurangi kemiskinan yang didukung oleh struktur dan ketahanan ekonomi yang kuat. 2. Membuat pembangunan dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia di berbagai wilayah Indonesia secara adil dan merata. 3. Menjadikan Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah dan perusahaan yang benar dan baik. 4. Menjadikan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari. Dalam rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 terdapat enam agenda pembangunan nasional, yaitu: (1) Pembangunan Ekonomi; (2) Pembangunan Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana (3) Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; (4) Pembangunan Kesejahteraan Rakyat; (5) Pembangunan Wilayah; dan (6) Pembangunan Kelautan. Pembangunan Ekonomi Kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. Memantapkan pengembangan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah memperkuat landasan kelembagaan untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan dengan melibatkan seluruh pemangku kebijakan. Landasan yang kuat akan menjadi dasar untuk mewujudkan daya saing nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kreativitas serta kedinamisan masyarakat untuk berinovasi, dan menciptakan solusi atas permasalahan dan tantangan yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan industri kreatif yang berdaya saing, beragam, dan berkelanjutan.
82
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Secara strategis pengembangan ekonomi kreatif tahun 2015-2019 bertujuan untuk menciptakan ekonomi kreatif yang berdaya saing global. Tujuan ini akan dicapai antara lain melalui peningkatan kuantitas dan kualitas orang kreatif lokal yang didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai dan berkualitas, peningkatan kualitas pengembangan dan pemanfaatan bahan baku lokal yang ramah lingkungan dan kompetitif, industri kreatif yang bertumbuh, akses dan skema pembiayaan yang sesuai bagi wirausaha kreatif lokal, pasar yang makin beragam dan pangsa pasar yang makin besar, peningkatan akses terhadap teknologi yang sesuai dan kompetitif, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif lokal.
4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Televisi dan Radio Visi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan televisi dan radio pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah dan terukur. Secara umum, kerangka strategis pengembangan televisi dan radio pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Gambar 4‑1 berikut ini.
SASARAN STRATEGIS
TUJUAN
MISI
VISI
Gambar 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Televisi dan Radio 2015-2019
Terciptanya penyelenggaraan program tv & radio yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri TV & radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
Mengembangkan proses penyelenggaraan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam menghasilkan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
3. Penciptaan industri televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
4. Pengadaan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif
2. Perwujudan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagi industri televisi dan radio Indonesia secara berkelanjutan 1.1. Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang TV & Radio secara berkelanjutan
5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan 6. Penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif 7. Penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri televisi dan radio Indonesia
3.1. Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia
4.1. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri TV & Radio lokal yang sesuai,mudah diakses, dan kompetitif 5.1. Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar konten TV & Radio di dalam negeri dan luar negeri 6.1. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif
83
SASARAN STRATEGIS
1.2. Meningkatnya kualitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di bidang TV & Radio
3.2. Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang berdaya saing
6.2. Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses dan kompetitif 7.1. Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri TV & Radio 7.2. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri TV & Radio secara berkualitas dan berkelanjutan
2.1. Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat
3.3. Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di konten TV & Radio
7.3. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio baik itu di dalam dan luar negeri 7.4. Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten lokal yang mengusung kebudayaan dan SDA lokal
4.2.1 Visi Pengembangan Televisi dan Radio Berdasarkan kondisi seni pertunjukan di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi, serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis pembangunan nasional dan juga pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi pengembangan seni pertunjukan selama periode 2015–2019 adalah:
Terciptanya penyelenggaraan program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia Program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing yang dimaksud adalah industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten acara yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki nilai tambah berupa unsur informasi, mengandung ajakan yang sifatnya positif, serta bersifat mendidik. Konten yang dihasilkan juga diharapkan memiliki daya saing yang tinggi yang berarti dalam pengemasannya, konten televisi dan radio mampu menonjolkan unsur kreativitas tanpa memberikan efek negative pada penikmatnya.
4.2.2 Misi Pengembangan Televisi dan Radio Visi pengembangan televisi dan radio akan diwujudkan melalui 3 misi utama yang dijabarkan menjadi 7 tujuan utama dan 14 sasaran strategis. Tiga misi utama pengembangan televisi dan radio diantaranya, yaitu: 1. Mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan industri televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan. 2. Mengembangkan proses penyelenggaraan konten televisi dan radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan.
84
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
3. Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam menghasilkan konten televisi dan radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
4.2.3 Tujuan Pengembangan Televisi dan Radio Dalam pengembangan televisi dan radio terdapat tujuh tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tiga misi utama yang diemban untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif di industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing. 2. Perwujudan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagi industri televisi dan radio Indonesia secara berkelanjutan. 3. Penciptaan industri televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan. 4. Pengadaan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif. 5. Perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan. 6. Penyediaan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif. 7. Penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri televisi dan radio Indonesia.
4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Televisi dan Radio Untuk mencapai tujuan pengembangan televisi dan radio maka terdapat 14 sasaran strategis yang dapat diindikasikan oleh 40 indikasi strategis. Sasaran dan indikasi strategis pengembangan televisi dan radio meliputi: 1. Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang televisi dan radio secara berkelanjutan. a. Adanya metodologi pendidikan ilmu komunikasi yang mengutamakan kreativitas dengan tetap menekankan pentingnya etika keprofesian. b. Adanya nomenklatur pendidikan ilmu komunikasi yang terbaru dan sesuai. c. Adanya institusi pendidikan tingkat tinggi di bidang ilmu komunikasi yang terakreditasi dan bersertifikasi di setiap provinsi. d. Jumlah institusi ilmu komunikasi dengan ketersediaan fasilitas yang memenuhi standar meningkat. e. Adanya lembaga sertifikasi yang diakui secara nasional dan atau internasional di setiap provinsi di Indonesia. f. Pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di setiap provinsi di Indonesia yang belum memilikinya. 2. Meningkatnya kualitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di bidang televisi dan radio. a. Adanya buku laporan hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan radio yang dapat diakses oleh publik. b. Jumlah tenaga ahli dengan sertifikasi kompetensi di industri televisi dan radio meningkat.
BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia
85
c. Adanya kebijakan bagi tenaga kerja asing media yang bekerja di Indonesia. d. Adanya kebijakan kewajiban penerapan kode etik profesi. e. Adanya kebijakan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi dan radio. 3. Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat. a. Adanya laporan hasil pemetaan sumber daya alam dan budaya di setiap provinsi di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio. b. Jumlah jurnal penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat digunakan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio. c. Jumlah jurnal tingkat nasional maupun internasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran. d. Adanya bank data pengetahuan sumber daya alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi konten lokal televisi dan radio. 4. Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio yang menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing. a. Adanya laporan hasil pemetaan unit usaha televisi dan radio di Indonesia. b. Adanya program bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio di Indonesia. 5. Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio yang berdaya saing a. Adanya laporan hasil analisis KBLI untuk industri televisi dan radio secara berkelanjutan 6. Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di konten televisi dan radio. a. Adanya festival konten lokal kreatif skala nasional setiap tahun. b. Adanya kebijakan yang mengatur proporsi kewajiban jumlah konten lokal televisi untuk setiap segmen usia. 7. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri televisi dan radio lokal yang sesuai,mudah diakses, dan kompetitif. a. Penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi dan radio. 8. Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar konten televisi dan radio di dalam negeri dan luar negeri. a. Adanya alokasi dana sebagai dukungan bagi konten kreatif televisi dan radio untuk mengikuti ajang penghargaan di dalam maupun luar negeri. b. Adanya workshop bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan standar pasar internasional. c. Jumlah konten televisidan radio yang disiarkan di luar negeri. 9. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif. a. Proporsi wilayah yang mendapat akses dan peningkatan kecepatan internet di Indonesia meningkat. b. Proporsi wilayah kota yang memiliki daya tangkap siaran televisi dan radio yang memadai di Indonesia meningkat. c. Jumlah gangguan infrastruktur pemancar siaran televisidan radio menurun.
86
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
10. Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses dan kompetitif. a. Adanya program kerja sama dengan pengembang perangkat lunak pemrograman. b. Adanya perangkat lunak lokal yang dikembangkan khusus untuk memenuhi kebutuhan standar perangkat lunak pemrograman. 11. Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri televisi dan radio. a. Adanya kebijakan subsidi pajak fasilitas alat-alat penyiaran dan pemrograman. b. Adanya kebijakan transfer pengetahuan bagi industri televisi dan radio asing yang melakukan proses pemrograman di Indonesia. 12. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri televisi dan radio secara berkualitas dan berkelanjutan. a. Adanya lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independen. b. Meningkatnya jumlah asosiasi keprofesian media yang aktif dan berjalan dengan baik. c. Adanya kebijakan standar birokrasi yang memfasilitasi penyelenggaraan penyiaran konten televisi dan radio agar lebih mudah dan cepat. d. Jumlah pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri televisi dan radio yang diadakan dalam satu tahun. 13. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio baik itu di dalam dan luar negeri. a. Jumlah pelaku/karya/usaha kreatif televisi dan radio yang ikut serta dalam festival dan event internasional. b. Adanya ajang penghargaan nasional di bidang media yang secara resmi diselenggarakan oleh pemerintah. 14. Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten lokal yang mengusung kebudayaan dan SDA lokal. a. Jumlah konten lokal maupun orang kreatif dalam televisi dan radio yang menerima penghargaan berskala nasional. b. Jumlah penonton dan rating konten kreatif yang berkualitas mengalami peningkatan . c. Jumlah tulisan terkait konten televisi dan radio di media massa yang sukses dipublikasikan meningkat.
4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio Arah pengembangan ekonomi kreatif dijabarkan berdasarkan tujuan pengembangan ekonomi kreatif, meliputi 7 tujuan utama, yaitu: (1) terciptanya sumber daya manusia kreatif di industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing; (2) terwujudnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagi industri televisi dan radio Indonesia secara berkelanjutan; (3) terciptanya industri televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan;(4) terciptanya pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif; (5) terciptanya perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan; (6) tersedianya infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif; dan (7) terciptanya kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri televisi dan radio Indonesia.
BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia
87
4.4.1 Arah Kebijakan Sumber Daya Manusia Kreatif di Industri Televisi dan Radio yang Mampu Menghasilkan Konten yang Berkualitas dan Berdaya Saing 1. Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan lembaga pendidikan (formal dan nonformal) oleh pemerintah dan swasta di daerah yang memiliki potensi ekonomi kreatif di bidang televisi dan radio. 2. Menyelaraskan antara tahapan pendidikan serta meningkatkan partisipasi dunia usaha dalam pendidikan. 3. Menciptakan orang kreatif yang dinamis dan profesional yang menjunjung tinggi kode etik profesi di tingkat nasional dan global. 4. Perlindungan kerja terhadap tenaga kerja kreatif Indonesia di dalam dan luar negeri.
4.4.2 Arah Kebijakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya budaya bagi industri Televisi dan Radio Indonesia secara berkelanjutan Mengembangkan pusat pengetahuan budaya Indonesia yang akurat dan terpercaya yang dapat diakses dengan mudah dan cepat serta memiliki program distribusi pengetahuan budaya.
4.4.3 Arah Kebijakan Industri Televisi dan Radio yang Berkualitas dan Berdaya Saing Secara Berkelanjutan 1. Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan profesionalisme (skill-knowledge-attitude) wirausaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio. 2. Mengembangkan standar usaha kreatif nasional yang diakui secara global serta memfasilitasi usaha kreatif lokal untuk memenuhi standar industri kreatif nasional dan global. 3. Mengembangkan ide pengemasan konten karya kreatif baru di televisi dan radio yang memanfaatkan sumberdaya budaya lokal secara berkelanjutan.
4.4.4 Arah Kebijakan Pembiayaan yang Sesuai, Mudah Diakses, dan Kompetitif Menciptakan dan mengembangkan lembaga pembiayaan yang mempercepat perkembangan industri kreatif.
4.4.5 Arah Kebijakan Perluasan Pasar di dalam dan Luar Negeri yang Berkualitas dan Berkelanjutan 1. Mengembangkan sistem informasi pasar karya kreatif di dalam negeri yang dapat diakses dengan mudah dan informasi didistribusikan dengan baik. 2. Meningkatkan kualitas branding, promosi, pameran, festival, misi dagang, BtoB networking di dalam dan luar negeri. 3. Memperluas jangkauan distribusi produk kreatif di dalam dan luar negeri.
4.4.6 Arah Kebijakan Infrastruktur dan Teknologi yang Tepat Guna, Mudah Diakses, dan Kompetitif 1. Menjamin ketersediaan, kesesuaian, jangkauan harga/biaya, sebaran/penetrasi, dan performansi, infrastruktur telematika-jaringan internet; dan infrastruktur logistik dan energi. 2. Memfasilitasi akses terhadap teknologi secara mudah dan kompetitif. 3. Mendorong pengembangan basis-basis pengembangan teknologi lokal yang mendukung pengembangan industri kreatif. 88
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
4.4.7 Arah Kebijakan Kelembagaan yang Kondusif dan Mengarusutamakan Kreativitas dalam Pengembangan Industri Televisi dan Radio Indonesia 1. Memperbaiki dan membuat berbagai regulasi terkait penyiaran. 2. Membentuk lembaga yang dapat mendukung pengembangan televisidan radio yang sekaligus dapat menjadi penghubung antara pemangku kepentingan dalam industri televisidan radio. 3. Mengembangkan, memfasilitasi pembentukan dan peningkatan kualitas organisasi atau wadah yang dapat mempercepat pengembangan ekonomi kreatif. 4. Memfasilitasi dan memberikan penghargaan yang prestisius bagi orang/karya/wirausaha/ usaha kreatif lokal di tingkat nasional dan internasional. 5. Meningkatkan komunikasi keberadaan orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal dan konsumsi karya kreatif lokal. 6. Meningkatkan apresiasi terhadap HKI. 7. Meningkatkan akses dan distribusi terhadap informasi/pengetahuan terhadap sumber daya alam dan sumber daya budaya lokal.
4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Televisi dan Radio 4.5.1 Mendorong dan Memfasilitasi Peningkatan Jumlah Lembaga Pendidikan Ilmu Komunikasi di Setiap Provinsi di Indonesia 1. Peningkatan jumlah institusi pendidikan tingkat tinggi di bidang ilmu komunikasi yang terakreditasi. 2. Pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di Indonesia di luar Pulau Jawa.
4.5.2 Mendorong Peningkatan Standar Mutu Lembaga Pendidikan Ilmu Komunikasi yang Sudah Ada di Indonesia 1. Perbaikan kurikulum pendidikan tingkat tinggi yang mengedepankan kreativitas yang beretika dalam ilmu komunikasi. 2. Perbaikan nomenklatur pendidikan ilmu komunikasi. 3. Pembaruan dan penambahan fasilitas pendidikan ilmu komunikasi di pendidikan tinggi.
4.5.3 Mendorong Peningkatan Jumlah Sebaran Lembaga Sertifikasi Media yang Diakui Secara Nasional dan Internasional di Setiap Provinsi di Indonesia Pembangunan lembaga sertifikasi ilmu komunikasi yang diakui oleh negara di setiap provinsi di Indonesia.
4.5.4 Menegaskan Kewajiban Penetapan Kode Etik Profesi di Tingkat Nasional dan Global Dalam Dunia Usaha 1. Penetapan standar sertifikasi kompetensi di bidang televisi dan radio. 2. Penetapan kebijakan kewajiban penerapan kode etik profesi.
BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia
89
4.5.5 Memberikan Jaminan Perlindungan Kerja Terhadap Para Pelaku Kreatif di Industri Televisi dan Radio 1. Pemetaan dan publikasi hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan radio. 2. Penyusunan kebijakan bagi tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia. 3. Penyusunan kebijakan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi dan radio.
4.5.6 Memfasilitasi Penelitian Untuk Mengidentifikasi dan Mengembangkan Sumber Daya Budaya Lokal yang Merupakan Inspirasi dalam Pengembangan Konten Kreatif Televisi dan Radio 1. Penyediaan fasilitas dan dana untuk penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio. 2. Pembuatan jurnal tingkat nasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran.
4.5.7 Mengembangkan Sistem Pengarsipan (Fisik dan Nonfisik) Terkait Penelitian dan Informasi Sumber Daya Budaya Indonesia Sebagai Bahan Sumber Inspirasi Konten Lokal Televisi dan Radio 1. Pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio. 2. Pemberian fasilitas untuk pengembangan pusat data pengetahuan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi konten lokal televisi dan radio.
4.5.8 Mendorong Pengembangan Tingkat Profesionalisme Wirausaha Kreatif di Bidang Televisi dan Radio 1. Pemetaan unit usaha televisi dan radio di Indonesia. 2. Pemberian bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio di Indonesia.
4.5.9 Mengembangkan Ragam Serta Meningkatkan Kualitas Standar Usaha Kreatif Nasional di Bidang Televisi dan Radio Perbaikan KBLI untuk industri televisi dan radio secara berkelanjutan.
4.5.10 Mendorong Pengembangan Konten Karya Kreatif yang Berkualitas Dengan Menghadirkan Unsur-Unsur Lokal Indonesia Melalui Ajang Penghargaan Bergengsi dan Festival 1. Penyelenggaraan festival konten lokal kreatif skala nasional. 2. Penetapan kewajiban proporsi jumlah konten lokal untuk setiap segmen usia.
4.5.11 Memfasilitasi Program Pembiayaan Untuk Industri Televisi dan Radio Pemula di Tingkat Lokal Penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi dan radio.
90
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
4.5.12 Mendukung Pembentukan Bank Data Konten Kreatif Televisi dan Radio di Indonesia yang Dapat Diakses Secara Global Sebagai Salah Satu Fungsi Wadah Pengarsipan Pemberian fasilitas pengarsipan konten kreatif karya industri televisidan radio sebagai bentuk publikasi global untuk membantu pemasaran karya.
4.5.13 Memfasilitasi Program Bimbingan Peningkatan Standar Mutu Untuk Skala Pasar Global Pemberian bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan standar pasar internasional.
4.5.14 Memfasilitasi Penyebaran Konten Kreatif Lokal Melalui Bursa Konten Acara Internasional Pemberian fasilitas dan dana bagi konten kreatif televisi dan radio untuk mengikuti bursa konten acara serta ajang penghargaan di dalam maupun luar negeri.
4.5.15 Mendorong Usaha Peningkatan Jangkauan Siaran Televisi Serta Kualitas Jaringan Penyiaran Televisi dan Radio di Indonesia 1. Peningkatan persebaran akses dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap. 2. Peningkatan daya tangkap siaran televisi dan radio di seluruh kota di Indonesia. 3. Peningkatan kualitas infrastruktur pemancar siaran televisidan radio.
4.5.16 Mendukung Adanya Kebijakan Subsidi Kebutuhan Fasilitas Pengadaan Penyiaran dan Pemrograman Penetapan subsidi pajak fasilitas alat-alat penyiaran dan pemrograman.
4.5.17 Mendorong Terjalinnya Kerjasama Antara Industri Televisi dan Radio Dengan Pengembang Perangkat Lunak Pemrograman dan Penyiaran 1. Pemberian fasilitas untuk melakukan kerja sama dengan pengembang perangkat lunak pemrograman untuk memberikan harga khusus bagi perangkat lunak asli. 2. Pemberian fasilitas untuk pengembang perangkat lunak lokal untuk mengembangkan perangkat lunak pemrograman.
4.5.18 Mendorong Terciptanya Penyempurnaan Kebijakan Terkait Penyiaran yang Bisa Mendukung Iklim Lingkungan Bisnis Televisi dan Radio Menjadi Lebih Kondusif Penyusunan kebijakan transfer pengetahuan bagi industri televisi dan radio asing yang melakukan proses pemrograman di Indonesia.
4.5.19 Memfasilitasi Pembentukan Lembaga Milik Pemerintah yang Secara Aktif Mendukung Penciptaan Konten Televisi dan Radio yang Berkualitas dan Berdaya Saing 1. Pembentukan lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independent. 2. Penyusunan kebijakan birokrasi yang memfasilitasi penyelenggaraan penyiaran konten Televisi dan Radio agar lebih mudah dan cepat. BAB 4: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Indonesia
91
4.5.20 Mengaktifkan Kembali dan Memfasilitasi Asosiasi Keprofesian Media Untuk Berjejaring di Tingkat Lokal, Nasional, Maupun Global 1. Pemberian fasilitas yang dibutuhkan asosiasi keprofesian media agar dapat aktif dan berjalan dengan baik. 2. Pembentukan pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri televisi dan radio.
4.5.21 Memfasilitasi Keikutsertaan Konten Kreatif Televisi dan Radio dengan Memberikan Subsidi atau Sponsorship bagi Konten Kreatif yang Mampu Ikut Serta Dalam Festival dan Event Internasional Pemberian fasilitas pembiayaan untuk subsidi pelaku/karya/usaha kreatif televisi dan radio yang mampu ikut serta dalam festival dan event internasional.
4.5.22 Memberikan Penghargaan Bagi Konten Kreatif Lokal Maupun Usaha Kreatif Secara Berkala 1. Penyelenggaraan ajang penghargaan nasional di bidang media yang secara resmi diselenggarakan oleh pemerintah. 2. Pemberian penghargaan bagi karya maupun usaha kreatif dalam bidang media yang berskala nasional.
4.5.23 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif karya Indonesia Pemberian fasilitas pada komunitas media untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif yang berkualitas.
4.5.24 Memfasilitasi Pengarsipan di Bidang Televisi dan Radio yang Dapat Memperkaya Proses Pengembangan Konten Acara Kreatif Pemberian fasilitas untuk publikasi tulisan terkait konten televisi dan radio di media massa.
92
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
BAB 5 Penutup
5.1 Kesimpulan Dalam penyusunan Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019, televisi didefinisikan sebagai “Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secaraberkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan”, sedangkan radio di definisikan sebagai “Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan”. Definisi tersebut merupakan hasil elaborasi dari proses analisis yang meliputi kajian pustaka, wawancara mendalam, dan focus group discussion yang melibatkan para narasumber yang mewakili pemangku kepentingan dari unsur pemerintah, pelaku industri, komunitas/asosiasi, dan kalangan intelektual. Secara umum, ruang lingkup pengembangan televisi meliputi kategori berita lunak, kategori hiburan, kategori permainan, serta kategori musik dan pertunjukan. Kategori berita lunak dikelompokkan menjadi current affair, magazine, dokumenter, dan talkshow. Kategori hiburan dikelompokkan menjadi drama dan komedi, variety show, general entertainment dan human interest. Kategori permainan dikelompokkan menjadi game show dan reality show, sedangkan kategori musik dan pertunjukan dikelompokkan menjadi pertunjukan, klip musik, dan program klip musik. Radio memiliki ruang lingkup pengembangan yang berbeda, yang dikelompokkan menjadi berita, siaran lepas, siaran dengan naskah, dan musik. Perkembangan televisi dan radio di Indonesia dimulai pada era sebelum kemerdekaan dengan berdirinya stasiun radio pertama di Indonesia, Bataviase Radio Vereniging (BRV) pada tahun 1925. TVRI (Televisi Republik Indonesia) memulai siarannya dengan menayangkan peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia XVII pada tahun 1962, menandai dimulainya industri pertelevisian nasional. Maraknya perkembangan televisi dan radio di Indonesia dimulai pada tahun 1988 pada saat Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), stasiun televisi swasta, mulai mengudara. Diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran membuka lembaran baru dunia pertelevisian dan radio di Indonesia. Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta ekosistem televisi dan radio yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu rantai nilai kreatif, lingkungan pengembangan, pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif televisi dan radio terdiri dari proses kreasi, produksi, distribusi, dan penyiaran. Lingkungan pengembangan televisi dan radio meliputi kegiatan apresiasi dan pendidikan, sedangkan pasar di dalam subsektor televisi dan radio dikelompokkan menjadi penonton umum, penonton ahli, serta perusahaan pengiklan. Pengarsipan dalam subsektor televisi dan radio dilakukan dengan melalui proses pengumpulan, restorasi, penyimpanan, dan preservasi yang dilakukan baik oleh stasiun televisi dan radio, pemerintah, maupun komunitas. Dampak ekonomi dari pengembangan subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari peta industri yang menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke arah hulu (backward linkage) dan ke arah hilir (forward linkage). Backward linkage di dalam subsektor televisi dan radio diantaranya adalah konsultan konten media, jasa penyewaan lokasi, pembuat properti studio, manajemen artis, jasa tata rias dan rambut, jasa penyewaan kostum, industri musik, pemasok alat-alat penyuntingan, rumah produksi pembuatan iklan, dan lain-lain. Forward linkage di dalam subsektor televisi dan radio diantaranya adalah industri hiburan, industri penerbitan,
96
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
komisi penyiaran, dan lain-lain. Selain digunakan dalam melihat dampak ekonomi dari subsektor televisi dan radio, rantai nilai kreatif juga digunakan dalam mengidentifikasi model bisnis yang umumnya terjadi di subsektor televisi dan radio, yaitu berupa Jaringan Televisi dan Radio Nasional dan Lokal (Free to Air), Perusahaan Jaringan Siaran Berbayar, Rumah Produksi Independen, dan Internet Protocol Based Provider. Kontribusi ekonomi subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari nilai tambah bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor. Sebagai contoh dapat dilihat di tahun 2013, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar 3,17% terhadap total nilai tambah bruto industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 6,9%. Dari sisi ketenagakerjaan, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi sebesar 1,08% terhadap total jumlah tenaga kerja industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 1,34%. Berdasarkan kondisi televisi dan radio di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi, serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis pembangunan nasional serta pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi pengembangan televisi dan radio selama periode 2015–2019 adalah “Terciptanya penyelenggaraan program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.” Program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing yang dimaksud adalah industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten acara yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki nilai tambah berupa unsur informasi, mengandung ajakan yang sifatnya positif, serta bersifat mendidik. Konten yang dihasilkan juga diharapkan memiliki daya saing yang tinggi yang berarti dalam pengemasannya, konten televisi dan radio mampu menonjolkan unsur kreativitas tanpa memberikan efek negatif pada penikmatnya.
5.2 Saran Pengembangan subsektor televisi dan radio dalam satu tahun kedepan akan difokuskan pada: •
Mulai melakukan pembaruan dan penambahan fasilitas pendidikan ilmu komunikasi di pendidikan tinggi.
•
Mulai melakukan pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di Indonesia di luar Pulau Jawa.
•
Mulai melakukan pemetaan dan publikasi hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan radio.
•
Melakukan pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.
•
Mulai menyediakan fasilitas dan dana untuk penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.
•
Membuat jurnal tingkat nasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran.
•
Memetakan unit usaha televisi dan radio di Indonesia.
•
Mulai menyelenggarakan festival konten lokal kreatif skala nasional.
•
Menetapkan kewajiban proporsi jumlah konten lokal untuk setiap segmen usia.
•
Mulai melakukan penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi dan radio.
BAB 5: Penutup
97
•
Mulai memberikan bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan standar pasar internasional.
•
Mulai memberikan fasilitas pengarsipan konten kreatif karya industri televisi dan radio sebagai bentuk publikasi global untuk membantu pemasaran karya.
•
Mulai meningkatkan persebaran akses dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap.
•
Mulai meningkatan daya tangkap siaran televisi dan radio di seluruh kota di Indonesia.
•
Mulai meningkatkan kualitas infrastruktur pemancar siaran televisi dan radio.
•
Pembentukan lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independen.
•
Mulai memberikan fasilitas yang dibutuhkan asosiasi keprofesian media agar dapat aktif dan berjalan dengan baik.
•
Mulai membentuk pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri televisi dan radio.
•
Mulai memberikan fasilitas pada komunitas media untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif yang berkualitas.
•
Mulai memberikan fasilitas untuk publikasi tulisan terkait konten televisi dan radio di media masa.
Untuk penyempurnaan studi dan penulisan buku rencana aksi periode selanjutnya, perlu dilakukan beberapa hal seperti: meningkatkan intensitas kolaborasi antar pemangku kepentingan di subsektor televisi dan radio, meningkatkan intensitas komunikasi lintas kementerian/lembaga, dan memutakhirkan data kontribusi ekonomi dengan perbaikan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif.
98
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
LAMPIRAN
102
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
ARAH KEBIJAKAN
STRATEGI
Meningkatnya kualitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di bidang TV & Radio
Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang TV & Radio secara berkelanjutan
Menciptakan orang kreatif yang dinamis dan profesional yang menjunjung tinggi kode etik profesi di tingkat nasional dan global Perlindungan kerja terhadap tenaga kerja kreatif Indonesia di dalam dan luar negeri
b
Menyelaraskan antara tahapan pendidikan serta meningkatkan partisipasi dunia usaha dalam pendidikan
b
a
Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan lembaga pendidikan (formal dan non-formal) oleh pemerintah dan swasta di daerah yang memiliki potensi ekonomi kreatif di bidang TV & Radio
a
1
1
Memberikan jaminan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi dan radio
Menegaskan kewajiban penetapan kode etik profesi di tingkat nasional dan global dalam dunia usaha
Mendorong peningkatan jumlah sebaran lembaga sertifikasi media yang diakui secara nasional/dan internasional di setiap provinsi di Indonesia
Mendorong peningkatan standar mutu lembaga pendidikan ilmu komunikasi yang sudah ada di Indonesia
2
1
Mendorong dan memfasilitasi peningkatan jumlah lembaga pendidikan ilmu komunikasi di setiap provinsi di Indonesia
1
2.1
Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat
a
Mengembangkan pusat pengetahuan budaya Indonesia yang akurat dan terpercaya yang dapat diakses dengan mudah dan cepat serta memiliki program distribusi pengetahuan budaya
Memfasilitasi penelitian untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sumber daya budaya lokal yang merupakan inspirasi dalam pengembangan konten kreatif televisi dan radio Mengembangkan sistem pengarsipan (fisik dan nonfisik) terkait penelitian dan informasi sumber daya budaya Indonesia sebagai bahan sumber inspirasi konten lokal televisi dan radio
1
2
2. Terwujudnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya bagi industri TV & Radio Indonesia secara berkelanjutan
1.2
1.1
1. Terciptanya sumber daya manusia kreatif di industri TV & Radio yang mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
MISI 1: Mengoptimalkan pemanfaatan dan mengembangkan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, dan berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
MATRIKS TUJUAN, SASARAN, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TV DAN RADIO 2015-2019
Lampiran
103
ARAH KEBIJAKAN
STRATEGI
Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang berdaya saing
Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di konten TV & Radio
3.2
3.3
c
b
a
Mengembangkan ide pengemasan konten karya kreatif baru di TV & Radio yang memanfaatkan sumberdaya budaya lokal secara berkelanjutan
Mengembangkan standar usaha kreatif nasional yang diakui secara global serta memfasilitasi usaha kreatif lokal untuk memenuhi standar industri kreatif nasional dan global
Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan profesionalisme (skillknowledge-attitude) wirausaha kreatif lokal di bidang TV & Radio
1
1
1
Mendorong pengembangan konten karya kreatif yang berkualitas dengan menghadirkan unsur-unsur lokal Indonesia melalui ajang penghargaan bergengsi dan festival
Mengembangkan ragam serta meningkatkan kualitas standar usaha kreatif nasional di bidang TV & Radio
Mendorong pengembangan tingkat profesionalisme wirausaha kreatif di bidang TV & Radio
Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri TV & Radio lokal yang sesuai,mudah diakses, dan kompetitif
a
Menciptakan dan mengembangkan lembaga pembiayaan yang mempercepat perkembangan industri kreatif
5.1
Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar karya TV & Radio di dalam negeri dan luar negeri
a
Mengembangkan sistem informasi pasar karya kreatif di dalam negeri yang dapat diakses dengan mudah dan informasi didistribusikan dengan baik
5. Terciptanya perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan
4.1
4. Terciptanya pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif
1
1
Mendukung pembentukan bank data konten kreatif televisi dan radio di Indonesia yang dapat diakses secara global sebagai salah satu fungsi wadah pengarsipan
Memfasilitasi program pembiayaan untuk industri televisi dan radio pemula di tingkat lokal
MISI 3: Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam menghasilkan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
3.1
3. Terciptanya industri TV & Radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
MISI 2: Mengembangkan proses penyelenggaraan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
104
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Meningkatkan kualitas branding, promosi, pameran, festival, MISI dagang, BtoB networking di dalam dan luar negeri Memperluas jangkauan distribusi produk kreatif di dalam dan luar negeri
b
c
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses dan kompetitif
6.2
Memfasilitasi akses terhadap teknologi secara mudah dan kompetitif Mendorong pengembangan basis-basis pengembangan teknologi lokal yang mendukung pengembangan industri kreatif
c
Menjamin ketersediaan, kesesuaian, jangkauan harga/biaya, sebaran/ penetrasi, dan performansi, infrastruktur telematika-jaringan internet; dan infrastruktur logistik dan energi
b
a
2
1
1
3
2
Mendorong terjalinnya kerjasama antara industri TV & radio dengan pengembang perangkat lunak pemrograman dan penyiaran
Mendukung adanya kebijakan subsidi kebutuhan fasilitas pengadaan penyiaran dan pemrograman
Mendorong usaha peningkatan jangkauan siaran televisi serta kualitas jaringan penyiaran televisi dan radio di Indonesia
Memfasilitasi penyebaran konten kratif lokal melalui bursa konten acara internasional
Memfasilitasi program bimbingan peningkatan standar mutu untuk skala global
STRATEGI
Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri TV & Radio
Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri TV & Radio secara berkualitas dan berkelanjutan
7.1
7.2
a
a
Membentuk lembaga yang dapat mendukung pengembangan TV & radio yang sekaligus dapat menjadi penghubung antara pemangku kepentingan dalam industri TV & radio
Memperbaiki dan membuat berbagai regulasi terkait penyiaran
1
1
Memfasilitasi pembentukan lembaga milik pemerintah yang secara aktif mendukung penciptaan konten TV & radio yang berkualitas dan berdaya saing
Mendorong terciptanya penyempurnaan kebijakan terkait penyiaran yang bisa mendukung iklim lingkungan bisnis televisi dan radio menjadi lebih kondusif
7. Terciptanya kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri TV & Radio Indonesia
Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif
6.1
6. Tersedianya infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif
MISI/TUJUAN/SASARAN
Lampiran
105
Meningkatnya apresiasi kepada orang/ karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio baik itu di dalam dan luar negeri
Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten lokal yang mengusung kebudayaan dan SDA lokal
7.3
14
MISI/TUJUAN/SASARAN
Meningkatkan apresiasi terhadap HKI
c Meningkatkan akses dan distribusi terhadap informasi/pengetahuan terhadap sumber daya alam dan sumber daya budaya lokal
Meningkatkan komunikasi keberadaan orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal dan konsumsi karya kreatif lokal
b
a
Memfasilitasi dan memberikan penghargaan yang prestisius bagi orang/ karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di tingkat nasional dan internasional
Mengembangkan, memfasilitasi pembentukan dan peningkatan kualitas organisasi atau wadah yang dapat mempercepat pengembangan ekonomi kreatif
a
b
ARAH KEBIJAKAN
1
3
2
1
2
Memfasilitasi pengarsipan di bidang TV & radio yang dapat memperkaya proses pengembangan konten acara kreatif
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif karya Indonesia
Memberikan penghargaan bagi konten kreatif lokal maupun usaha kreatif secara berkala
Memfasilitasi keikutsertaan konten kreatif TV &radio dengan memberikan subsidi atau sponsorshipbagi konten kreatif yang mampu ikut serta dalam festival dan even internasional
Mengaktifkan kembali dan memfasilitasi asosiasi keprofesian media untuk berjejaring di tingkat lokal, nasional, maupun global
STRATEGI
106
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
INDIKASI STRATEGIS
Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang TV & Radio secara berkelanjutan Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang TV & Radio secara berkelanjutan
Meningkatnya kualitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di bidang TV & Radio
1.1
1.2
Jumlah tenaga ahli dengan sertifikasi kompetensi di industri TV & Radio meningkat Adanya kebijakan bagi tenaga kerja asing media yang bekerja di Indonesia Adanya kebijakan kewajiban penerapan kode etik profesi Adanya kebijakan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi dan radio
c d e
Pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di setiap provinsi di Indonesia yang belum memilikinya
f
b
Adanya lembaga sertifikasi yang diakui secara nasional/dan atau internasional di setiap provinsi di Indonesia
e
Adanya buku laporan hasil pemetaan tenaga kerja TV & Radio yang dapat diakses oleh publik
Jumlah institusi ilmu komunikasi dengan ketersediaan fasilitas yang memenuhi standar meningkat
d
a
Adanya institusi pendidikan tingkat tinggi di bidang ilmu komunikasi yang terakreditasi dan bersertifikasi di setiap provinsi
Adanya nomenklatur pendidikan ilmu komunikasi yang terbaru dan sesuai
b c
Adanya metodologi pendidikan ilmu komunikasi yang mengutamakan kreativitas dengan tetap menekankan pentingnya etika keprofesian
a
1. Terciptanya sumber daya manusia kreatif di industri TV & Radio yang mampu menghasilkan konten yang mengedukasi dan menginspirasi
MISI 1: Mengoptimalkan pemanfaatan dan mengembangkan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, dan berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
MATRIKS INDIKASI STRATEGIS PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO 2015-2019
Lampiran
107
INDIKASI STRATEGIS
Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat
Adanya laporan hasil pemetaan sumber daya alam dan budaya di setiap provinsi di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal TV & Radio Jumlah jurnal penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat digunakan untuk memperkaya konten lokal TV & Radio Jumlah jurnal tingkat nasional maupun internasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran Adanya bank data pengetahuan sumber daya alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi konten lokal TV & Radio
a b c d
Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang berdaya saing
Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di konten TV & Radio
3.2
3.3
Adanya festival konten lokal kreatif skala nasional setiap tahun Adanya kebijakan yang mengatur proporsi kewajiban jumlah konten lokal TV untuk setiap segmen usia
d e
adanya laporan hasil analisis KBLI untuk industri TV & Radio secara berkelanjutan
Adanya program bimbingan bagi unit usaha TV & Radio di Indonesia
b c
Adanya laporan hasil pemetaan unit usaha TV & Radio di Indonesia
a
4.1
Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri TV & Radio lokal yang sesuai,mudah diakses, dan kompetitif
4. Terciptanya pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif a
Penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri TV & Radio
MISI 3. Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam menghasilkan konten TV & Radio Indonesia yang mengedukasi dan menginspirasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang menghasilkan konten yang mengedukasi dan menginspirasi
3.1
3. Terciptanya industri TV & Radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
MISI 2. Mengembangkan proses penyelenggaraan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
2.1
2. Terwujudnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya bagi industri TV & Radio Indonesia secara berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
108
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar karya TV & Radio di dalam negeri dan luar negeri
Adanya alokasi dana sebagai dukungan bagi konten kreatif TV & Radio untuk mengikuti ajang penghargaan di dalam maupun luar negeri Adanya workshop bagi unit usaha TV & Radio untuk meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan standar pasar internasional Jumlah konten TV & radio yang disiarkan di luar negeri
b c
Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses dan kompetitif
6.2
Adanya perangkat lunak lokal yang dikembangkan khusus untuk memenuhi kebutuhan standar perangkat lunak pemrograman
b
Jumlah gangguan infrastruktur pemancar siaran TV & radio menurun
c
Adanya program kerja sama dengan pengembang perangkat lunak pemrograman
Proporsi wilayah kota yang memiliki daya tangkap siaran TV & Radio yang memadai di Indonesia meningkat
b
a
Proporsi wilayah yang mendapat akses dan peningkatan kecepatan internet di Indonesia meningkat
a
Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri TV & Radio
Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri TV & Radio secara berkualitas dan berkelanjutan
7.1
7.2
Adanya lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independen Meningkatnya jumlah asosiasi keprofesian media yang aktif dan berjalan dengan baik Adanya kebijakan standar birokrasi yang memfasilitasi penyelenggaraan penyiaran konten TV & Radio agar lebih mudah dan cepat
b c
Adanya kebijakan transfer pengetahuan bagi industri TV & Radio asing yang melakukan proses pemrograman di Indonesia
b a
Adanya kebijakan subsidi pajak fasilitas alat-alat penyiaran dan pemrograman
a
7. Terciptanya kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri TV & Radio Indonesia
Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif
6.1
INDIKASI STRATEGIS
a
6. Tersedianya infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif
5.1
5. Terciptanya perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
Lampiran
109
Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/ usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio baik itu di dalam dan luar negeri
Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten lokal yang mengusung kebudayaan dan SDA lokal
7.3
7.4
MISI/TUJUAN/SASARAN
Jumlah konten lokal maupun orang kreatif dalam TV & Radio yang menerima penghargaan berskala nasional Jumlah penonton dan rating konten kreatif yang berkualitas mengalami peningkatan Jumlah tulisan terkait konten TV dan Radio di media massa yang sukses dipublikasikan meningkat
b c
Adanya ajang penghargaan nasional di bidang media yang secara resmi diselenggarakan oleh pemerintah
b a
Jumlah pelaku/karya/usaha kreatif TV & Radio yang ikut serta dalam festival dan event internasional
Jumlah pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri TV & Radio yang diadakan dalam satu tahun
a
d
INDIKASI STRATEGIS
110
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNG JAWAB 2015
Perbaikan nomenklatur pendidikan ilmu komunikasi
Peningkatan jumlah institusi pendidikan tingkat tinggi di bidang ilmu komunikasi yang terakreditasi
Pembaruan dan penambahan fasilitas pendidikan ilmu komunikasi di pendidikan tinggi
Pembangunan lembaga sertifikasi ilmu komunikasi yang diakui oleh negara di setiap provinsi di Indonesia
3
4
5
Perbaikan kurikulum pendidikan tingkat tinggi yang mengedepankan kreativitas yang beretika dalam ilmu komunikasi
2
1
Analisis kebutuhan lembaga sertifikasi ilmu komunikasi (formal maupun non-formal); Penyusunan prioritas pembangunan lembaga sertifikasi ilmu komunikasi; Pembangunan lembaga sertifikasi ilmu komunikasi;
Pendataan fasilitas pendidikan ilmu komunikasi yang diperlukan di pendidikan tinggi; Pembaruan dan penambahan fasilitas pendidikan ilmu komunikasi di pendidikan tinggi
Studi dan pengembangan kurikulum pendidikan ilmu komunikasi yang sudah ada di Indonesia
Peninjauan dan perancangan ulang rumpun keilmuan ilmu komunikasi di lembaga pendidikan
Memasukkan nilai-nilai etika ilmu komunikasi dalam soft skill dan hard skill di dalam rancangan kurikulum pendidikan tingkat lanjut
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Asosiasi keprofesian
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Institusi pendidikan tinggi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Institusi pendidikan tinggi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Asosiasi keprofesian
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Asosiasi keprofesian; Institusi pendidikan tinggi
X
SASARAN 1: Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang TV & Radio secara berkelanjutan
SASARAN/RENCANA AKSI
MATRIKS RENCANA AKSI PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO 2015-2019
X
X
X
X
X
2016
X
X
X
X
2017
TAHUN
X
X
X
X
2018
X
X
X
X
2019
Lampiran
111
Pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di Indonesia di luar Pulau Jawa
Analisis kebutuhan institusi pendidikan ilmu komunikasi (formal maupun non-formal); Penyusunan prioritas pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi; Pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi;
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Pemetaan dan publikasi hasil pemetaan tenaga kerja TV & Radio
Penetapan standar sertifikasi kompetensi di bidang TV & Radio
Penyusunan kebijakan bagi tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia
1
2
3
Studi dan penyusunan kebijakan bagi tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia; Sosialisasi kebijakan bagi tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia
Studi standar kompetensi umum dan khusus yang sesuai bagi tenaga kerja di Industri TV & Radio; Penyusunan standar kurikulum pelatihan ilmu komunikasi
Pemetaan tenaga kerja TV & Radio di seluruh provinsi di Indonesia, mulai dari skala UKM hingga perusahaan internasional
SASARAN 2: Meningkatnya kualitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di bidang TV & Radio
6
SASARAN/RENCANA AKSI
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Menteri Perdagangan; Menteri Perindustrian; Menteri Hukum dan HAM; Pimpinan daerah
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Menteri Komunikasi dan Informatika
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Menteri Koperasi dan UKM; Menteri Perindustrian; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Badan Pusat Statistik; Bappenas; Pimpinan daerah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Kepala daerah
PENANGGUNG JAWAB
X
X
X
X
2015
X
X
X
X
2016 X
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
112
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Penyusunan kebijakan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi dan radio
5
Studi dan penyusunan kebijakan perlindungan kerja di industri TV & Radio
Studi dan penyusunan kebijakan kode etik profesi di bidang TV & Radio; Memasukkan kode etik profesi dalam setiap kurikulum pelatihan
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Menteri Hukum dan HAM
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Menteri Komunikasi dan Informatika; Menteri Hukum dan HAM
PENANGGUNG JAWAB
X
X
2015
X
X
2016
2017
TAHUN 2018
Pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal TV & Radio
Penyediaan fasilitas dan dana untuk penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia untuk memperkaya konten lokal TV & Radio
Pembuatan jurnal tingkat nasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran
1
2
3
Mendorong institusi pendidikan yang memiliki fakultas/program studi/jurusan ilmu komunikasi untuk membuat jurnal terakreditasi di institusi masing-masing
Adanya insentif bagi para peneliti di bidang ilmu komunikasi dengan tujuan menambah ragam konten berbudaya Indonesia dengan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya
Perencanaan pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia; Pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia; Publikasi hasil pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat dimanfaatkan industri TV & Radio melalui saluran yang dapat diakses oleh banyak pihak
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Institusi pendidikan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Riset dan Teknologi;
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Kepala Daerah
X
X
X
X
X
X
SASARAN 3: Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat
Penetapan kebijakan kewajiban penerapan kode etik profesi
4
SASARAN/RENCANA AKSI
X
2019
Lampiran
113
Pemberian fasilitas untuk pengembangan pusat data pengetahuan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi konten lokal TV & Radio
Memfasilitasi pengembangan pusat data pengetahuan ilmu komunikasi seperti mengenai studi, hasil pemetaan, dan jurnal dengan cara: mengumpulkan hasil studi; membangun sistem pengetahuan; mensosialisasikan pusat pengetahuan ilmu komunikasi; dan memonitor dan evaluasi tingkat penggunaan pusat pengetahuan ilmu komunikasi
DESKRIPSI RENCANA AKSI Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Menteri Komunikasi dan Informatika
PENANGGUNG JAWAB 2015 X
2016 X
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
Pemetaan unit usaha TV & Radio di Indonesia
Pemberian bimbingan bagi unit usaha TV & Radio di Indonesia
1
2
Pemberian fasilitas dan dana untuk mendorong peningkatan jumlah dan persebaran unit usaha TV & Radio di Indonesia; Pemberian fasilitas inkubator bagi unit usaha TV & Radio yang memerlukan.
Perencanaan pemetaan unit usaha TV & Radio di Indonesia; Pemetaan unit usaha TV & Radio di Indonesia; Publikasi hasil pemetaan unit usaha TV & Radio di Indonesia.
Menteri Perindustrian; Menteri Koperasi dan UKM; Menteri Perdagangan; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Pimpinan daerah
Menteri Perindustrian; Menteri Koperasi dan UKM; Menteri Perdagangan; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Bappenas; Badan Pusat Statistik
X
X
X
X
X
X
SASARAN 4: Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang penyelenggaraan program TV & Radio yang menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
4
SASARAN/RENCANA AKSI
114
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Perbaikan KBLI untuk industri TV & Radio secara berkelanjutan
Analisis hasil produk TV & Radio untuk perbaikan KBLI; Perbaikan dan publikasi KBLI terbaru
Penetapan kewajiban proporsi jumlah konten lokal untuk setiap segmen usia
2
Studi perencanaan proporsi konten lokal TV untuk setiap segmen usia; sosialisasi kebijakan proporsi konten lokal
Perencanaan dan penyelenggaraan festival konten lokal kreatif skala nasional yang mengedepankan kreativitas serta kekayaan alam dan budaya Indonesia
Menteri Komunikasi dan Informatika; KoMISI Penyiaran Indonesia
Menteri Perindustrian; Menteri Perdagangan; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Menteri Perindustrian; Menteri Perdagangan; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Bappenas; Badan Pusat Statistik
PENANGGUNG JAWAB
X
X
2015
1
Penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri TV & Radio
Studi skema pembiayaan untuk modal awal wirausahawan desain; Penyusunan skema pembiayaan modal awal wirausahawan desain
Menteri Perindustrian; Menteri Koperasi dan UKM; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Keuangan; Bank Indonesia
X
SASARAN 7: Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri TV & Radio lokal yang sesuai,mudah diakses, dan kompetitif
Penyelenggaraan festival konten lokal kreatif skala nasional
1
SASARAN 6: Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di konten TV & Radio
1
SASARAN 5: Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang berdaya saing
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
X
2016
X
X
X
2017
TAHUN
X
X
2018
X
X
2019
Lampiran
115
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNG JAWAB
Pemberian fasilitas dan dana bagi konten kreatif TV & Radio untuk mengikuti bursa konten acara serta ajang penghargaan di dalam maupun luar negeri
Pemberian bimbingan bagi unit usaha TV & Radio untuk meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan standar pasar internasional
Pemberian fasilitas pengarsipan konten kreatif karya industri TV & radio sebagai bentuk publikasi global untuk membantu pemasaran karya
1
2
3
Pemberian fasilitas pembentukan sistem pengarsipan konten kreatif industri TV & Radio yang dapat diakses secara global untuk membantu memasarkan konten kreatifnya di dalam dan luar negeri
Pendaftaran unit usaha, seleksi, pemberian bimbingan, launching produk, evaluasi, dan sebagainya
Pemberian fasilitas dan dana untuk mendorong keikutsertaan konten kreatif TV & Radio Indonesia yang berkualitas untuk mengikuti ajang penghargaan di dalam maupun luar negeri
Menteri Perindustrian; Menteri Koperasi dan UKM; Menteri Perdagangan; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Luar Negeri;
Menteri Perindustrian; Menteri Koperasi dan UKM; Menteri Perdagangan; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Perindustrian; Menteri Koperasi dan UKM; Menteri Perdagangan; Komunitas desain; Asosiasi keprofesian;
SASARAN 8: Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar karya TV & Radio di dalam negeri dan luar negeri
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
X
2015
X
X
X
2016
X
X
X
2017
TAHUN
X
X
X
2018
X
X
X
2019
116
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Peningkatan kualitas infrastruktur pemancar siaran TV & radio
3
Studi dan evaluasi terhadap jumlah gangguan pada pemancar siaran tv & radio; Perbaikan infrastruktur pemancar siaran tv & radio
Studi kelayakan peningkatan persebaran daya tangkap siaran di setiap kota di Indonesia; Peningkatan persebaran daya tangkap siaran TV dan radio secara bertahap
Studi kelayakan peningkatan persebaran dan kecepatan internet di Indonesia; Peningkatan persebaran dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap
1
Pemberian fasilitas untuk melakukan kerja sama dengan pengembang perangkat lunak pemrograman untuk memberikan harga khusus bagi perangkat lunak asli
Kerja sama dengan pengembang perangkat lunak pemrograman untuk memberikan harga khusus atau memberikan subsidi dari pemerintah terutama untuk institusi pendidikan; Pemberian akses pada universitas untuk mendapatkan harga khusus tersebut
SASARAN 10: Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses dan kompetitif
Peningkatan daya tangkap siaran TV & Radio di seluruh kota di Indonesia
Peningkatan persebaran akses dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap
2
1
SASARAN 9: Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif
SASARAN/RENCANA AKSI
Menteri Perindustrian; Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Menteri Riset dan Teknologi; Menteri Koperasi dan UKM; Menteri Perdagangan;
Menteri Komunikasi dan Informatika; Menteri Riset dan Teknologi; Menteri Hukum dan HAM;
Menteri Komunikasi dan Informatika; Menteri Riset dan Teknologi; Menteri Hukum dan HAM;
Menteri Komunikasi dan Informatika; Menteri Riset dan Teknologi; Menteri Pekerjaan Umum; Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal;
PENANGGUNG JAWAB
X
X
X
2015
X
X
X
2016
X
X
X
X
2017
TAHUN
X
X
X
X
2018
X
X
X
X
2019
Lampiran
117
Penetapan subsidi pajak fasilitas alat-alat penyiaran dan pemrograman
3
Perencanaan anggaran subsidi pajak alat-alat penyiaran TV & Radio
Pemberian fasilitas untuk bekerja sama dengan para pengembang perangkat lunak lokal untuk mengembangkan perangkat lunak pemrograman; Publikasi perangkat lunak pemrograman
DESKRIPSI RENCANA AKSI
Menteri Perindustrian; Menteri Koperasi dan UKM; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Keuangan; Bank Indonesia
Menteri Perindustrian; Menteri Riset dan Teknologi; Menteri Koperasi dan UKM; Menteri Perdagangan;
PENANGGUNG JAWAB 2015
1
Pengembangan kebijakan kemitraan dengan perusahaan asing dalam produksi sehingga terjadi transfer pengetahuan dan teknologi
Penyusunan kebijakan transfer pengetahuan bagi industri TV & Radio asing yang melakukan proses pemrograman di Indonesia; Sosialisasi kebijakan transfer pengetahuan bagi industri TV & Radio asing yang melakukan proses pemrograman di Indonesia
Menteri Perdagangan; Menteri Perindustrian; Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Menteri Hukum dan HAM;
SASARAN 11: Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri TV & Radio
Pemberian fasilitas untuk pengembang perangkat lunak lokal untuk mengembangkan perangkat lunak pemrograman
2
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
2016
X
X
X
2017
TAHUN
X
2018
X
2019
118
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNG JAWAB 2015
2016
2017
TAHUN
Pemberian fasilitas yang dibutuhkan asosiasi keprofesian media agar dapat aktif dan berjalan dengan baik
Penyusunan kebijakan birokrasi yang memfasilitasi penyelenggaraan penyiaran konten TV & Radio agar lebih mudah dan cepat
Pembentukan pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri TV & Radio
3
4
Pembentukan lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independen
2
1
Penyusunan agenda pertemuan, evaluasi hasil pertemuan, tindak lanjut hasil pertemuan, serta publikasi hasil pertemuan
Penyusunan kebijakan birokrasi penyelenggaraan penyiaran konten TV & Radio; Sosialisasi kebijakan birokrasi penyelenggaraan penyiaran konten TV & Radio
Pendaftaran asosiasi keprofesian; Studi kebutuhan fasilitas bagi asosiasi keprofesian; Pemberian fasilitas yang dibutuhkan
Kajian akademik lembaga survey penyiaran nasional, perencanaan, dan penganggaran; Soft launching lembaga survey penyiaran nasional; Grand launching lembaga survey penyiaran nasional; Pengembangan, networking dengan lembaga survey penyiaran internasional
Menteri Komunikasi dan Informatika; KoMISI Penyiaran Indonesia
Menteri Komunikasi dan Informatika; KoMISI Penyiaran Indonesia
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Komunikasi dan Informatika; KoMISI Penyiaran Indonesia
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Perindustrian; Menteri Komunikasi dan Informatika; KoMISI Penyiaran Indonesia; Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Institusi pendidikan; Asosiasi keprofesian; Komunitas media
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
SASARAN 12: Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri TV & Radio secara berkualitas dan berkelanjutan
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
X
2018
X
X
X
2019
Lampiran
119
DESKRIPSI RENCANA AKSI
PENANGGUNG JAWAB 2015
2016
2017
TAHUN
Penyelenggaraan ajang penghargaan nasional di bidang media yang secara resmi diselenggarakan oleh pemerintah
2
Perencanaan dan penyelenggaraan ajang penghargaan konten lokal kreatif skala nasional yang mengedepankan kreativitas yang berkualitas
Studi skema pembiayaan untuk subsidi pelaku/karya/usaha kreatif TV & Radio yang mampu ikut serta dalam festival dan even internasional; Penyusunan skema pembiayaan subsidi pelaku/karya/usaha kreatif TV & Radio yang mampu ikut serta dalam festival dan event internasional Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Perindustrian; Menteri Komunikasi dan Informatika; KoMISI Penyiaran Indonesia; Asosiasi keprofesian
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Perindustrian; Menteri Perdagangan;
Pemberian penghargaan bagi karya maupun usaha kreatif dalam bidang media yang berskala nasional
Pemberian fasilitas pada komunitas media untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif yang berkualitas
Pemberian fasilitas untuk publikasi tulisan terkait konten TV dan Radio di media massa
1
2
3
Dengan makin banyaknya tulisan mengenai konten kreatif TV & Radio Indonesia di media massa nasional dan internasional, diharapkan masyarakat semakin sadar akan konten acara TV dan Radio yang dinilai memiliki kreativitas yang berkualitas
Fasilitas yang dapat diberikan antara lain adalah ruang publik, sosialisasi konten kreatif yang berkualitas, dan sebagainya
Pendaftaran dan sosialisasi penghargaan; Penjurian karya kreatif; Publikasi dan kegiatan lanjutan dari penghargaan seperti networking;
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Pimpinan daerah;
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Menteri Perindustrian; Menteri Perdagangan;
SASARAN 14: Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten lokal yang mengusung kebudayaan dan SDA lokal
Pemberian fasilitas pembiayaan untuk subsidi pelaku/karya/usaha kreatif TV & Radio yang mampu ikut serta dalam festival dan event internasional
1
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
SASARAN 13: Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio baik itu di dalam dan luar negeri
SASARAN/RENCANA AKSI
X
X
X
X
X
2018
X
X
X
X
X
2019
348 120
Kreatif: Rencana AksiRadio Jangka Menengah 2015-2019 Ekonomi Kreatif: RencanaEkonomi Pengembangan Televisi dan Nasional 2015-2019