SALINAN
P U T U S A N Nomor : 141/Pdt.G/2011/PTA Bdg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Bandung yang mengadili perkara tertentu dalam tingkat banding, dalam persidangan Majelis telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara antara : Pembanding, umur 35 tahun, agama Islam, pekerjaan mengurus rumah tangga, bertempat tinggal di Kabupaten Garut. Dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya bernama CEVY MAAKH, SH., dan MUSLIM, SH., pada Advokat yang tergabung pada kantor hukum CEVY MAAKH, SH & REKAN, beralamat di Jl. Merdeka Gang Resik No. 89 Jayaraga Garut, Semula Penggugat, sekarang sebagai Pembanding M E L A W A N Terbanding;, umur 44 tahun, agama Islam, pekerjaan wiraswasta, bertempat tinggal di Kabupaten Garut semula Tergugat, sekarang sebagai Terbanding; Pengadilan Tinggi Agama tersebut; Telah membaca berkas perkara dan semua surat-surat yang berhubungan dengan perkara tersebut; TENTANG DUDUK PERKARA Mengutip segala uraian sebagaimana termuat dalam Salinan Putusan Pengadilan Agama Garut Nomor: 137/Pdt.G/2011/ PA.Grt. tanggal 27 April 2011 M. bertepatan dengan tanggal 23 Jumadil Awal 1432 H. yang amarnya berbunyi;
1.
Menolak gugatan Penggugat ;
2.
Membebankan biaya perkara kepada Penggugat sejumlah Rp. 266.000,(dua ratus enam puluh enam enam ribu rupih) 1
Memperhatikan Akta permohonan banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Garut Nomor: 137/Pdt.G/2011/PA.Grt pada tanggal 06 Mei 2011, yang menyatakan Pembanding mengajukan upaya hukum banding atas Putusan Pengadilan Agama tersebut, dan permohonan banding tersebut telah diberitahukan secara patut kepada pihak Terbanding pada tanggal 18 Mei 2011 ; Memperhatikan, bahwa Pembanding telah mengajukan Memori Banding tanggal 06 Mei 2011 yang telah diterima oleh Panitera Pengadilan Agama Garut tanggal 06 Mei 2011 dan memori banding tersebut telah diberitahukan kepada Terbanding pada tanggal 18 Mei 2011 dan Terbanding telah tidak mengajukan Kontra memori banding sesuai surat keterangan Panitera Pengadilan Agama Garut Nomor : 137/Pdt.G/2011/PA. Grt tanggal 03 Juni 2011; Memperhatikan bahwa para pihak yang berperkara telah diberi kesempatan dengan patut untuk memeriksa dan mempelajari berkas perkara (inzage) sebelum dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama Bandung Pembanding datang menghadap Panitera Pengadilan Agama Garut sesuai dengan surat akta inzage Nomor : 137/Pdt.G/2011/PA. Grt Terbanding
telah tidak
tanggal 15 Juni 2011, namun
melakukan inzage atas berkas perkara tersebut
sebagaimana dinyatakan dalam Surat
Panitera Pengadilan Agama
Garut
tanggal 23 Juni 2011 ; TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM Menimbang, bahwa permohonan banding Pembanding telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara-cara sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang, maka permohonan banding tersebut secara formal harus dinyatakan dapat diterima; Menimbang, bahwa setelah memperhatikan segala uraian sebagai ternyata dalam putusan Pengadilan Agama, Pengadilan Tinggi Agama menyatakan tidak sependapat dengan pertimbangan dan putusan Majelis Hakim tingkat pertama karena tidak tepat dan tidak benar. Oleh karena itu Majelis akan memberikan pertimbangan sendiri sebagaimana terurai di bawah ini; Menimbang, bahwa yang menjadi dasar hukum diajukannya gugatan cerai
oleh
Penggugat/Pembanding
terhadap
Tergugat/Terbanding
pada
pokoknya didasarkan atas alasan karena antara Penggugat/Pembanding dengan Tergugat/Terbanding terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran 2
sehingga tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga (ex pasal 19 PP. No. 9/1975); Menimbang, bahwa perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga dapat dikatakan ada atau terjadi jika terdapat fakta-fakta yang menunjukkan ke arah itu, antara lain: tidak adanya kepercayaan satu sama lain, umpatan, tak ada kepedulian satu pihak kepada pihak yang lain, saling mengungkapkan kekesalannya, adanya sikap ketidak sukaan, pisah meja dan tempat tidur, pisah tempat tinggal dan lain sebagainya yang intinya sudah tidak adanya mu’asyarah bil ma’ruf lagi; Menimbang, bahwa dari apa yang dikemukakan oleh kedua belah pihak di persidangan telah terungkap adanya fakta-fakta sebagai berikut: -
Bahwa Tergugat/Terbanding sering membawa kawan-kawannya ke rumah tempat tinggal bersama yang hal itu tidak disukai oleh Penggugat/Pembanding karena menurut Penggugat/Pembanding kalau sudah demikian sering tidak perduli dengan keluarga;
-
Bahwa Tergugat/Terbanding tidak mempercayai Penggugat/Pembanding lagi untuk belanja sembako ke pasar karena menurutnya tidak jujur, uang belanja tidak dibelanjakan seluruhnya, keperluan dapur sering tidak ada. Karena itu Tergugat/Terbanding belanja sendiri ke pasar;
-
Bahwa
Penggugat/Pembanding
Tergugat/Terbanding
merasa
kesal
kepada
karena tidak dihargai dan tidak dipercaya lagi
untuk belanja sembako ke pasar; -
Bahwa Tergugat/Terbanding kesal kepada Penggugat/Pembanding karena menjual tanah tanpa sepengetahuannya dan tidak diberi bagian dari hasil penjualan itu sama sekali, padahal Tergugat/Terbanding merasa ikut mengupayakan diperolehnya tanah itu;
-
Bahwa Penggugat/Pembanding kesal kepada Tergugat/Terbanding karena tidak memberi nafkah secara layak/cukup, menurutnya hasil yang diperoleh hanya sebagian kecil saja yang diberikan kepadanya;
-
Tergugat/Terbanding
merasa
diperlakukan
tidak
pantas
oleh
Penggugat/Pembanding karena menolak diajak berhubungan seksual, dan mau diajak kalau diberi uang saku per hari Rp 100.000,00 selain nafkah; 3
-
Penggugat/Pembanding merasa diperlakukan dengan perlakuan yang tidak pantas dan dilecehkan oleh Tergugat/Terbanding, yaitu mengajak berhubungan seksual dengan mengiming-imingi uang Rp 100.000,00 sampai Rp 200.000,00 sehingga Penggugat/Pembanding menolak tidak mau diajak berhubungan seksual;
-
Bahwa Tergugat/Terbanding menyangka Penggugat/Pembanding dua kali berselingkuh dengan orang Garut di depan matanya;
-
Bahwa Penggugat/Pembanding dan Tergugat/Terbanding telah berpisah ranjang dan berpisah tempat tinggal; Menimbang, bahwa dari fakta-fakta tersebut Majelis menyimpulkan
adanya perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat/Pembanding dengan Tergugat/Terbanding karena menurut akal sehat tidaklah mungkin sampai terjadi hal-hal sebagaimana tersebut di atas jika rumah tangga meraka dalam keadaan tenteram dan damai. Dalam suatu rumah tangga hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis yang paling prinsip bagi kedua belah pihak yang tidak dapat diganti dengan apapun, kalaulah hanya perselisihan kecil saja tak mungkin sampai terjadi penolakan. Seandainya benar Penggugat/Pembanding sampai minta uang bayaran sehari Rp 100.000,00 selain nafkah, itu menunjukkan bahwa Penggugat/Pembanding benar-benar kesal kepada Tergugat/Terbanding karena sebelum adanya permasalahan tidak pernah bersikap demikian. Demikian pula jika benar Tergugat/Terbanding mengiming-imingi uang Rp 100.000,00 sampai Rp
200.000,00
kepada
Penggugat/Pembanding
pada
waktu
mengajak
berhubungan seksual, itupun juga menunjukkan kekesalannya. Jika yang diterangkan oleh kedua belah pihak tidak benar, maka sikap seperti itu berarti sudah saling menuduh dengan kebohongan yang hal itu justru menunjukkan bahwa perselisihan dan pertengkaran antara kedua belah pihak sudah benarbenar serius. Menimbang, bahwa serangkaian fakta-fakta tersebut di atas tidaklah mungkin terjadi secara bersamaan dalam satu waktu, seperti: tuduhan dua kali selingkuh terjadi sebelum Penggugat/Pembanding berangkat bekerja ke Saudi Arabia, masalah menjual tanah satu waktu tersendiri, mengajak berhubungan seksual juga tidak hanya sekali, soal belanja kepasar hampir setiap hari, hal itu menunjukkan bahwa hampir setiap kali antara Penggugat/Pembanding dengan
4
Tergugat/Terbanding terjadi perselisihan dan pertengkaran sehingga dapat disimpulkan adanya perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus; Menimbang, bahwa tentang ada tidaknya harapan untuk hidup rukun lagi terdapat fakta-fakta sebagai berikut: -
Bahwa upaya Majelis Hakim tingkat pertama untuk mendamaikan kedua belah pihak baik melalui mediasi maupun dalam setiap kali persidangan ternyata tidak berhasil;
-
Bahwa Penggugat/Pembanding sudah tidak mau diajak berhubungan seksual, padahal hal itu merupakan bagian dari kebutuhan biologisnya sendiri yang selalu menuntut untuk dipenuhi;
-
Bahwa antara Penggugat/Pembanding dengan Tergugat/Terbanding telah terjadi perpisahan ranjang dan diikuti dengan perpisahan tempat tinggal, bahkan
seperti
tertera
dalam
memori
banding,
sekarang
Penggugat/Pembanding sudah berangkat bekerja ke Saudi Arabia tanpa mempedulikan Tergugat/Terbanding; -
Bahwa
sejak
awal
hingga
berakhirnya
persidangan
Penggugat/Pembanding tetap bersikukuh hendak bercerai dan tidak dapat rukun lagi dengan Tergugat/Terbanding; Menimbang,
bahwa
berdasarkan
fakta-fakta
tersebut
Majelis
berkesimpulan sikap Penggugat/Pembanding dengan Tergugat/Terbanding sudah bertolak belakang yang menurut pertimbangan akal sehat tidak mungkin dapat
disatukan lagi dalam rumah tangga. Seandainya masih ada secercah
harapan, pastilah ada upaya pendekatan dari pihak yang menginginkan rukun agar pihak yang tidak mau dapat memahami keinginannya, akan tetapi upaya itu sama sekali tidak ada; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut Majelis berpendapat bahwa alasan gugatan Penggugat/Pembanding telah terbukti dan perkawinannya benar-benar telah pecah. Sesuai yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor: 38K/AG/1990 tanggal 05-10-1991 dengan telah pecahnya perkawinan tersebut dapat dinilai telah memenuhi alasan perceraian sebagaimana diatur dalam pasal 39 ayat 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.
5
Menimbang, bahwa adapun mengenai sebab-musabab terjadinya persesisihan
dan
pertengkaran
antara
Penggugat/Pembanding
dengan
Tergugat/Terbanding, Majelis telah mendengar saksi-saksi dari keluarga kedua belah pihak, akan tetapi tak seorangpun saksi yang mengetahui secara pasti karena kedua belah pihak juga tidak pernah menceritakan hal ihwal rumah tangganya kepada orang lain. Namun demikian bukan tak ada sebab sama sekali, dari apa yang diungkapkan oleh kedua belah pihak di persidangan dan fakta kepergian Penggugat/Pembanding ke Arab Saudi juga untuk mencari nafkah buat keluarga, maka persoalan mendasar yang menyebabkan perselisihan dan pertengkaran adalah tidak terpenuhinya keperluan hidup rumah tangga secara layak; Menimbang, bahwa pada akhirnya tujuan perkawinan sesuai dengan pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan pasal 3 Kompilasi Hukum Islam adalah untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sakinah, mawadah, dan rahmah. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai jika kedua belah pihak seia sekata untuk mewujudkan tujuan itu secara bersama-sama. Jika hanya dikehendaki oleh salah satu pihak sedangkan pihak yang lain justru sebaliknya tidaklah mungkin tujuan itu
dapat
terwujud.
Oleh
karena
tujuan
Penggugat/Pembanding
dan
Tergugat/Terbanding dalam mensikapi rumah tangga meraka sudah bertolak belakang, maka tidaklah mungkin dapat mewujudkan tujuan perkawinan itu. Mempertahankan perkawinan yang sudah demikian
keadaannya
tidak ada
manfaatnya lagi dan hanyalah akan menimbulkan madlarat bagi kedua belah pihak. Oleh karena itu guna mencagah adanya mafsadat bagi kedua belah pihak dan agar masing-masing pihak dapat menentukan masa depannya sendiri, menceraikan perkawinan mereka adalah jalan yang terbaik; Menimbang, bahwa Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 229 menyatakan:
Artinya, “ Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik…”. Meskipun khitab ayat tersebut ditujukan kepada para suami, akan tetapi terkandung makna pula bahwa dalam suatu rumah tangga hanya ada dua 6
alternatif, yaitu tetap mempertahankan keutuhan rumah tangga dengan cara yang patut sepanjang masih mungkin atau carai dengan cara yang baik jika jalan untuk rukun sudah tidak mungkin lagi, Oleh karena dalam hal ini keutuhan rumah tangga Penggugat/Pembanding dengan Tergugat/Terbanding sudah tidak mungkin dapat dipertahankan lagi, maka tiada pilihan lain melainkan cerai. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Putusan Pengadilan Agama Garut Nomor : 137/Pdt.G/2011/PA. Grt tanggal 27 April 2011 tidak dapat dipertahankan dan cukup alasan bagi Majelis Hakim tingkat banding untuk membatalkannya dan dengan mengadili sendiri menyatakan gugatan Penggugat dikabulkan seluruhnya ; Menimbang,
bahwa
perkara
ini
termasuk
bidang
perkawinan
sebagaimana pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, maka biaya perkara dalam tingkat pertama dibebankan kepada Penggugat sedangkan biaya perkara pada tingkat banding dibebankan kepada Pembanding ; Mengingat, semua pasal peraturan perundangan yang berhubungan dengan perkara tersebut; MENGADILI I.
Menyatakan permohonan banding yang diajukan oleh Penggugat / Pembanding dapat diterima ;
II.
Membatalkan
Putusan
Pengadilan
Agama
Garut
Nomor
:
137/Pdt.G/2011/PA.Grt., tanggal 27 April 2011 M bertepatan dengan tanggal 23 Jumadil Awal 1432 H ; dan Mengadili sendiri : 1. Mengabulkan gugatan Penggugat/Pembanding seluruhnya; 2. Menjatuhkan talak satu ba’in shugro Tergugat () terhadap Penggugat () ; 3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Garut untuk mengirimkan satu helai salinan putusan ini yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah ditempat tinggal Penggugat dan Tergugat untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu ;
7
4. Membebankan biaya perkara kepada Penggugat sejumlah Rp. 266.000,- (dua ratus enam puluh enam ribu rupiah) ; III. Membebankan kepada Pembanding untuk membayar biaya perkara pada tingkat banding sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah).
Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Tingkat Banding pada hari Senin tanggal 12 September 2011 Masehi bertepatan dengan tanggal 14 Syawal 1432 Hijriyah oleh kami Drs. ZEIN AHSAN, MH. Hakim Tinggi yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Tinggi Agama Bandung sebagai Hakim Ketua
Majelis, Drs. H. MUHTADIN, SH
dan Drs. H.
NOORUDDIN ZAKARIA, SH. masing-masing sebagai Hakim Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis tersebut dengan dihadiri Hakim-hakim Anggota serta dibantu oleh AHMAD FUAD AGUSTANI. S.Ag. sebagai Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak yang berperkara. KETUA MAJELIS TTD Drs. H. ZEIN AHSAN, MH HAKIM ANGGOTA
HAKIM ANGGOTA
TTD
TTD
Drs. H. MUHTADIN, SH
Drs. H. NOORUDDIN ZAKARIA, SH
PANITERA PENGGANTI TTD AHMAD FUAD AGUSTANI, S. Ag Rincian biaya proses : 1. 2. 3.
ATK, Pemberkasan dll Redaksi Meterai Jumlah
Rp. 139.000,Rp. 5.000,Rp. 6.000,Rp. 150.000,-
8
9