No. 56 / 11 / 94 / Th. IX, 01 November 2016 2010
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2016 TURUN -0,27 PERSEN οΎ Pada Bulan Oktober 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Papua mengalami penurunan -0,27 persen dengan indeks NTP 95,91 dibandingkan indeks NTP bulan sebelumnya 96,17. Kenaikan yang terjadi karena indeks harga diterima petani (πΌπ‘ ) lebih rendah dari indeks harga dibayar petani (πΌπ ) dimana πΌπ‘ mengalami kenaikan 0,20 persen dan πΌπ mengalami kenaikan 0,48 persen. οΎ NTP Nasional Oktober 2016 sebesar 101,71 atau mengalami penurunan sebesar -0,30 persen dibandingkan NTP September 2016. Hal ini terjadi karena indeks harga diterima petani lebih rendah dari indeks harga dibayar petani dimana indeks harga diterima petani mengalami penurunan -0,22 persen dan indeks harga dibayar petani mengalami kenaikan 0,07 persen. οΎ NTP Provinsi Papua bulan Oktober 2016 menurut subsektor tercatat 3 (tiga) subsektor memiliki nilai NTP dibawah 100 yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan 88,40; NTP Holtikultura 99,44 dan NTP Subsektor Peternakan 99,89. Sedangkan 2 (dua) subsektor lainnya memiliki nilai NTP diatas 100 yaitu NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat 100,05 dan NTP subsektor Perikanan tercatat 102,38. Lebih lanjut, NTP subsektor Perikanan dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap 107,91 dan NTP Perikanan Budidaya 87,12. Secara umum, penurunan indeks NTP terjadi pada subsektor Holtukultura, Tanaman Perkebunan Rakyat dan subsektor Perikanan sedangkan subsektor Tanaman Pangan dan subsektor Peternakan mengalami kenaikan indeks NTP. οΎ Dari 33 provinsi yang dihitung NTP nya, tercatat 17 Provinsi mengalami kenaikan NTP dan 16 provinsi mengalami penurunan NTP dimana Sulawesi Barat tercatat mengalami kenaikan NTP tertinggi yaitu 1,09 persen sedangkan Banten tercatat mengalami kenaikan NTP terendah 0,08 persen. Sedangkan Sulawesi Utara tercatat provinsi dengan penurunan indeks terbesar yaitu -1,34 persen dan Jawa Barat dengan penurunan terkecil -0,13 persen. οΎ Inflasi Pedesaan dapat diketahui melalui Indeks Konsumsi Rumah Tangga. Inflasi Pedesaan Papua Oktober 2016 tercatat mengalami inflasi 0,61 persen. Inflasi perdesaan terjadi karena adanya kenaikan indeks pada sebagian besar sub kelompok pengeluaran rumah tangga kecuali sub kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga yang mengalami penurunan indeks sebesar -0,62 persen dan sub kelompok transportasi dan komunikasi sebesar -0.21 persen sementara itu kenaikan indeks tertinggi terjadi pada subkelompok perumahan 1,13 persen. οΎ Secara nasional, 15 provinsi mengalami inflasi perdesaan dan 18 provinsi lainnya terjadi deflasi pedesaan dengan Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Sumatera Utara 0,76 persen dan terendah di Bangka Belitung 0,01 persen. Deflasi pedesaan terbesar terjadi di Gorontalo -0,91 persen dan terkecil tercatat di Jawa Timur -0,01 persen. οΎ Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) di Papua pada Oktober 2016 mengalami kenaikan 0,22 persen atau terjadi kenaikan angka indeks dari 110,73 pada September 2016 menjadi 110,97 pada Oktober 2016.
Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga diterima petani (πΌπ‘ ) terhadap harga dibayar petani (πΌπ ) (dalam persentase) merupakan salah satu indikator untuk melihat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 56 / 11 / 94 / Th. IX, 01 November 2016
pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif, semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP Papua Oktober 2016 mengalami penurunan -0,27 persen menjadi 95,91 dibandingkan NTP September 2016. Berdasarkan pemantauan harga pedesaan di beberapa daerah di Papua, penurunan indeks NTP disebabkan oleh kenaikan indeks harga diterima petani (πΌπ‘ ) sebesar 0,48 persen lebih kecil dari indeks harga dibayar petani (πΌπ ) dimana kenaikannya sebesar 0,20 persen.
Grafik 1 menunjukkan perkembangan NTP Papua bulan Oktober 2016 dengan bulan sebelumnya dimana 2 (dua) subsektor yang mengalami kenaikan indeks yaitu subsektor Tanaman Pangan naik 0,61 persen dan subsektor Peternakan naik 0,14 persen. Sedangkan subsektor Holtikultura turun -0,88 persen; subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun -1,49 persen dan subsektor Perikanan turun -1,48 persen.
1. Indeks Harga Diterima Petani (It) Perubahan harga komoditas yang dihasilkan petani ditunjukkan oleh indeks harga yang diterima petani (πΌπ‘ ). Pada Oktober 2016, πΌπ‘ Papua sebesar 117,74 atau naik 0,20 persen dibandingkan πΌπ‘ September 2016. kenaikan πΌπ‘ terjadi karena πΌπ‘ di subsektor Tanaman Pangan mengalami kenaikan cukup besar yaitu 1,14 persen; subsektor Peternakan 0,50 persen. Sedangkan πΌπ‘ subsektor Holtkultura mengalami penurunan 0,31 persen; subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat -1,21 persen serta subsektor Perikanan -0,94 persen.
2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib) Fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk keperluan produksi hasil pertanian dapat diketahui melalui indeks harga dibayar petani (πΌπ ). Pada Oktober 2016, πΌπ Papua sebesar 122,76 atau naik 0,48 persen lebih tinggi dibandingkan πΌπ bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 122,18. Peningkatan πΌπ gabungan tersebut didorong oleh meningkatnya πΌπ pada seluruh subsektor pertanian dengan kenaikan indeks tertinggi terjadi pada subsektor Holtikultura sebesar 0,58 persen dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat merupakan subsektor dengan kenaikan indeks terendah sebesar 0,28 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 56 / 11 / 94 / Th. IX, 01 November 2016
Tabel 1 Nilai Tukar Petani menurut Subsektor Provinsi Papua Bulan September - Oktober 2016 serta Persentase Perubahannya (2012 = 100) Subsektor (1)
Bulan
Perubahan
September
Oktober
(%)
(2)
(3)
(4)
NTP Gabungan tanpa Perikanan a. Indeks diterima petani (It)
116.86
117.21
0.30
b. Indeks dibayar petani (Ib)
122.23
122.80
0.47
c. Nilai Tukar Petani (NTP)
95.61
95.44
-0.17
110.21
110.55
0.31
a. Indeks diterima petani (It)
117.50
117.74
0.20
b. Indeks dibayar petani (Ib)
122.18
122.76
0.48
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) NTP Gabungan dengan Perikanan
c. Nilai Tukar Petani (NTP)
96.17
95.91
-0.27
110.73
110.97
0.22
a. Indeks diterima petani (It)
109.03
110.26
1.14
b. Indeks dibayar petani (Ib)
124.09
124.73
0.52
87.86
88.40
0.61
102.06
103.16
1.07
a. Indeks diterima petani (It)
124.72
124.34
-0.31
b. Indeks dibayar petani (Ib)
124.32
125.04
0.58
c. Nilai Tukar Petani (NTPH)
100.32
99.44
-0.88
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
117.82
117.54
-0.24
a. Indeks diterima petani (It)
123.91
122.40
-1.21
b. Indeks dibayar petani (Ib)
121.99
122.34
0.28
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
101.57
100.05
-1.49
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
116.56
115.37
-1.02
a. Indeks diterima petani (It)
117.14
117.72
0.50
b. Indeks dibayar petani (Ib)
117.43
117.85
0.36
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 1.
Tanaman Pangan
c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 2.
3.
4.
Hortikultura
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
99.76
99.89
0.14
111.61
112.15
0.48
a. Indeks diterima petani (It)
126.27
125.07
-0.94
b. Indeks dibayar petani (Ib)
121.50
122.17
0.55
c. Nilai Tukar Petani (NTPN)
103.92
102.38
-1.48
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
117.82
116.74
-0.92
a. Indeks diterima petani (It)
133.26
131.64
-1.22
b. Indeks dibayar petani (Ib)
121.36
121.99
0.52
c . Nilai Tukar Petani (NTN)
109.81
107.91
-1.73
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
122.62
121.16
-1.19
a. Indeks diterima petani (It)
106.85
106.85
0.00
b. Indeks dibayar petani (Ib)
121.91
122.65
0.61
87.65
87.12
-0.60
103.76
103.79
0.02
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 5
Perikanan
5.1 Perikanan Tangkap
5.2 Perikanan Budidaya
c. Nilai Tukar Petani (NTPi) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 56 / 11 / 94 / Th. IX, 01 November 2016
3. NTP Menurut Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada bulan Oktober 2016, NTPP sebesar 88,40 atau mengalami kenaikan indeks sebesar 0,61 persen dibandingkan NTPP September 2016. Hal ini disebabkan oleh πΌπ‘ mengalami kenaikan sebesar 1,14 persen dan πΌπ mengalami kenaikan hanya sebesar 0,52 persen. Kelompok padi pada kelompok πΌπ‘ mengalami kenaikan sebesar 1,62 persen dan kelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 1,06 persen sedangkan kenaikan πΌπ disebabkan oleh meningkatnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,59 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami kenaikan indeks sebesar 0,06 persen.
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Oktober 2016, NTPH mengalami penurunan sebesar -0,88 persen menjadi 99,44 disebabkan oleh menurunnya πΌπ‘ sebesar -0,31 persen dan πΌπ mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen. Menurunnya πΌπ‘ didorong oleh menurunnya indeks kelompok buah-buahan sebesar -0,39 persen, kelompok sayur-sayuran mengalami penurunan -0,28 persen dan tanaman obat tidak mengalami perubahan. Peningkatan πΌπ Subsektor Hortikultura disebabkan oleh meningkatnya IKRT sebesar 0,68 persen dan BPPM turun sebesar -0,07 persen.
c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Oktober 2016, NTPR mengalami penurunan angka indeks sebesar -1,49 persen dari 101,57 menjadi 100,05. πΌπ‘ pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan sebesar -1,21 persen dan πΌπ meningkat sebesar 0,28 persen. Kenaikan πΌπ dipicu oleh naiknya IKRT sebesar 0,48 persen dan indeks BPPM yang mengalami penurunan sebesar -0,20 persen.
d. Subsektor Peternakan (NTPT) NTPT tercatat sebesar 99,89 atau mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen dibandingkan NTPT bulan sebelumnya sebesar 99,76. Kenaikan NTPT di bulan Oktober 2016 disebabkan oleh kenaikan πΌπ‘ sebesar 0,50 persen dan πΌπ mengalami kenaikan sebesar 0,36 persen. Dari keempat kelompok penyusun πΌπ‘ Peternakan, kelompok ternak kecil mengalami kenaikan indeks sebesar 0,77 persen sedangkan kelompok unggas dan kelompok hasil ternak mengalami penurunan angka indeks masing-masing -0,04 persen dan 0,22 persen. Kelompok ternak besar tidak mengalami perubahan angka indeks (perubahan relatif kecil terhadap perubahan angka indeks secara umum) Sedangkan pada πΌπ , IKRT mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen dan indeks BPPBM juga mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen.
e. Subsektor Perikanan (NTNP) Nilai Tukar Nelayan di bulan Oktober 2016 adalah 102,38 atau mengalami penurunan sebesar -1,48 persen dibandingkan NTPN bulan sebelumnya. Penurunan NTPN adalah kenaikan πΌπ lebih besar dari perubahan πΌπ‘ atau πΌπ mengalami kenaikan 0,55 persen sedangkan πΌπ‘ mengalami penurunan angka indeks sebesar -0,94 persen. Penurunan πΌπ‘ tercatat karena turunnya πΌπ‘ kelompok Perikanan Tangkap sebesar -1,22 persen dan πΌπ‘ kelompok Budidaya tidak mengalami perubahan angka indeks (perubahan relatif kecil Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 56 / 11 / 94 / Th. IX, 01 November 2016
terhadap perubahan angka indeks secara umum). Sedangkan kenaikan πΌπ adalah kenaikan pada IKRT sebesar 0,80 persen dan BPPM juga mengalami penurunan sebesar -0,02 persen.
1) Kelompok Perikanan Tangkap (NTN) NTN Oktober 2016 mengalami penurunan indeks sebesar -1,73 persen dibandingkan NTN September 2016 menjadi 107,891. πΌπ‘ mengalami penurunan sebesar -1,22 persen dipicu oleh indeks penangkapan laut yang mengalami penurunan sebesar -1,23 persen dan indeks penangkapan perairan umum yang juga mengalami penurunan angka indeks sebesar -0,49 persen. Sedangkan πΌπ mengalami kenaikan sebesar 0,80 persen disebabkan oleh kenaikan IKRT sebesar 0,11 persen dan indeks BPPBM yang mengalami penurunan sebesar -0,02 persen.
2) Kelompok Perikanan Budidaya (NTPi) Pada Oktober 2016, NTPi Papua adalah 87,12 atau mengalami penurunan sebesar -0,60 persen dibandingkan NTPi bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh πΌπ‘ mengalami tidak mengalami perubahan angka indeks (perubahan relatif kecil terhadap perubahan angka indeks secara umum) dan πΌπ mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen. Perubahan πΌπ disebabkan oleh kenaikan indeks IKRT
sebesar 0,80 persen dan penurunan indeks BPPM turun sebesar -0,02 persen.
3. PERBANDINGAN NTP ANTARPROVINSI Dari 33 provinsi yang dilakukan penghitungan NTP pada Oktober 2016 menunjukkan bahwa 17 provinsi mengalami peningkatan NTP sementara 16 provinsi lainnya mengalami penurunan NTP. Provinsi Sulawesi Barat tercatat mengalami kenaikan NTP tertinggi sebesar 1,09 persen dan Banten merupakan provinsi dengan kenaikan terendah sebesar 0,08 persen. Untuk provinsi yang mengalami penurunan NTP, Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebagai provinsi dengan penurunan NTP terbesar yakni -1,34 persen dan penurunan terkecil terjadi di Jawa Barat sebesar -0,13 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 56 / 11 / 94 / Th. IX, 01 November 2016
Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi dan Persentase Perubahannya, Oktober 2016 (2012 = 100) Indeks Harga Diterima
Indeks Harga Dibayar
Indeks
% Perubahan
Indeks
% Perubahan
Rasio
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
NAD
118.67
0.38
124.48
0.14
95.33
0.25
SUMATERA UTARA
127.97
1.12
126.36
0.63
101.28
0.49
SUMATERA BARAT
119.88
-0.74
124.09
0.50
96.60
-1.24
RIAU
125.67
0.76
126.11
0.21
99.65
0.55
JAMBI
123.81
0.57
124.17
0.16
99.70
0.41
SUMSEL
116.61
0.23
122.98
-0.52
94.82
0.75
BENGKULU
116.70
-0.14
125.70
0.16
92.85
-0.30
LAMPUNG
126.89
-0.28
122.64
-0.41
103.46
0.12
BANGKA BELITUNG
119.44
-1.00
119.97
0.02
99.56
-1.02
KEPULAUAN RIAU
116.45
0.34
119.86
0.20
97.16
0.14
DKI
118.62
-0.91
119.46
0.12
99.29
-1.03
JAWA BARAT
132.27
0.08
127.17
0.21
104.01
-0.13
JAWA TENGAH
124.90
-0.53
124.71
0.19
100.15
-0.72
YOGYAKARTA
130.11
-0.24
123.62
0.23
105.26
-0.47
JAWA TIMUR
133.09
-0.72
126.77
0.05
104.98
-0.77
BANTEN
123.78
0.09
123.10
0.02
100.55
0.08
BALI
130.51
-0.48
121.83
-0.19
107.13
-0.29
NUSA TENGGARA BARAT
130.72
0.19
121.88
-0.05
107.25
0.24
NUSA TENGGARA TIMUR
124.20
0.44
121.27
0.06
102.41
0.38
KALIMANTAN BARAT
117.05
-0.02
123.11
-0.28
95.07
0.27
KALIMANTAN TENGAH
119.54
-0.23
122.03
-0.52
97.96
0.30
KALIMANTAN SELATAN
116.52
0.37
119.49
-0.31
97.52
0.68
KALIMANTAN TIMUR
120.76
-0.43
122.77
-0.16
98.37
-0.27
SULAWESI UTARA
117.13
-1.34
123.90
-0.01
94.54
-1.34
SULAWESI TENGAH
121.84
-0.75
123.47
-0.18
98.68
-0.57
SULAWESI SELATAN
129.48
-0.62
124.23
-0.02
104.23
-0.60
SULAWESI TENGGARA
122.37
-0.85
123.12
-0.09
99.39
-0.76
GORONTALO
131.01
0.06
123.06
-0.75
106.46
0.81
SULAWESI BARAT
130.55
0.86
118.91
-0.23
109.79
1.09
MALUKU
126.11
-0.36
124.95
0.22
100.93
-0.58
MALUKU UTARA
126.33
126.82
121.71
-0.11
104.20
0.50
PAPUA BARAT
124.79
0.16
123.95
-0.05
100.68
0.22
PAPUA
117.74
0.20
122.76
0.48
95.91
-0.27
NASIONAL
126.79
-0.22
124.66
0.07
101.71
-0.30
Propinsi (1)
NTP % Perubahan
4. Inflasi Perdesaan Perubahan Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga mencerminkan angka inflasi/deflasi pedesaan. Pada Oktober 2016, terjadi inflasi di wilayah perdesaan Papua sebesar 0,61 persen yang dipicu oleh kenaikan indeks harga pada sebagian besar subkelompok pengeluaran rumah tangga kecuali pada kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga dan kelompok Transportasi dan Komunikasi. Kenaikan indeks harga tertinggi terjadi pada kelompok Perumahan sebesar 1,13 persen, kelompok Bahan Makanan sebesar 0,79 persen, kelompok Kesehatan sebesar 0,61 persen, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,44 persen dan kelompok Sandang sebesar 0,30 persen sedangkan kelompok
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 56 / 11 / 94 / Th. IX, 01 November 2016
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mengalami penurunan angka indeks sebesar -0,62 persen dan kelompok Transportasi dan Komunikasi juga mengalami penurunan angka indeks sebesar -0,21 persen. Tabel 3 Perkembangan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Menurut Subkelompok Provinsi Papua Bulan September - Oktober 2016 (2012 = 100) Indeks Konsumsi Rumah Tangga
Kelompok Pengeluaran
September
(1)
Oktober
Perubahan Indeks
(2)
(3)
Konsumsi Rumah Tangga
127.75
128.53
(4)
0.61
Bahan Makanan
136.03
137.11
0.79
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
131.03
131.61
0.44
Perumahan
116.30
117.60
1.13
Sandang
113.56
113.90
0.30
Kesehatan
113.06
113.74
0.61
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
112.06
111.36
-0.62
Transportasi dan Komunikasi
116.67
116.42
-0.21
Inflasi Pedesaan di Provinsi Papua pada Oktober 2016 tercatat 0,61 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi perdesaan nasional sebesar 0,04 persen. Dari 33 provinsi tercatat 15 provinsi mengalami inflasi dan 18 provinsi lainnya mengalami deflasi. Papua menempati peringkat ketiga secara nasional. Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Sumatera Utara sebesar 0,76 persen dan inflasi pedesaan terendah terjadi di Bangka Belitung sebesar 0,01 persen. Deflasi pedesaan terbesar terjadi di Gorontalo sebesar -0,91 persen dan deflasi pedesaan terkecil terjadi di Jawa Timur sebesar -0,01 persen. Tabel 4 Perbandingan Inflasi Perdesaan Oktober 2016 di Wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) dengan Nasional (2012 = 100) Inflasi Perdesaan
Urutan Tingkat Sulampua
Urutan Tingkat Nasional
No
Provinsi
Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
SULUT
128.29
-0.04
3
17
2
SULTENG
128.30
-0.35
9
27
3
SULSEL
129.83
-0.04
4
18
4
SULTRA
126.89
-0.09
6
21
5
GORONTALO
128.90
-0.91
10
33
6
SULBAR
121.79
-0.31
8
26
7
MALUKU
129.73
0.24
2
7
8
MALUKU UTARA
124.89
-0.16
7
23
9
PAPUA BARAT
129.11
-0.09
5
20
PAPUA
128.53
0.61
1
3
129.50
0.04
10
NASIONAL
Untuk wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, dan Papua) yang terdiri atas 10 provinsi, hanya 2 (dua) provinsi mengalami inflasi pedesaan (termasuk Papua) dimana dan 8 (delapan) provinsi lainnya mengalami deflasi. Papua menempati peringkat pertama untuk wilayah Sulampua dengan inflasi pedesaan Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 56 / 11 / 94 / Th. IX, 01 November 2016
sebesar 0,61 persen. Inflasi pedesaan terendah terjadi di Maluku sebesar 0,24 persen. Deflasi pedesaan terbesar di wilayah Sulampua tercatat di Gorontalo sebesar -0,91 persen dan deflasi pedesaan terkecil terjadi di Sulawesi Utara sebesar -0,04 persen.
5. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Subsektor NTUP Papua pada Oktober 2016 adalah 110,97 atau naik 0,22 persen. Berdasarkan Subsektor, dua dari lima subsektor mengalami kenaikan indeks seperti Tanaman Pangan sebesar 1,07 persen dan Peternakan sebesar 0,48 persen sedangkan subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor Hortikultura sebesar -0,24 persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar -1,02 persen dan Perikanan sebesar -0,92 persen. Kelompok Perikanan Tangkap mengalami penurunan NTUP sebesar -1,19 persen dan kelompok Perikanan Budidaya juga mengalami kenaikan NTUP sebesar 0,02 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian menurut Subsektor Provinsi Papua dan Persentase Perubahannya Tahun 2016 (2012 = 100) Subsektor
September
Oktober
Perubahan(%)
(1)
(2)
(3)
(4)
102.06 117.82 116.56 111.61 117.82 122.62 103.76 110.73
103.16 117.54 115.37 112.15 116.74 121.16 103.79 110.97
1.07 -0.24 -1.02 0.48 -0.92 -1.19 0.02 0.22
1. Tanaman Pangan 2. Hortikultura 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 4. Peternakan 5. Perikanan 5.1 Perikanan Tangkap 5.2 Perikanan Budidaya NTUP Gabungan
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Jl.Dr. Sam Ratulangi Dok II Jayapura Papua Telp. (0967) 534519, 533028 (Hunting), Fax. (0967) 536490 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 56 / 11 / 94 / Th. IX, 01 November 2016 E-mail:
[email protected] Homepage: http://papua.bps.go.id