No.07/02/36/ Th.X, 1 Februari 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) JANUARI 2016 SEBESAR 106,61 ATAU TURUN 0,78 PERSEN NTP Banten Januari 2016 sebesar 106,61 atau turun 0,78 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami penurunan 0,32 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami kenaikan 0,47 persen. Pada Januari 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,55 persen terutama disebabkan oleh naiknya indeks kelompok bahan makanan yang sebesar 1,06 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Banten Januari 2016 sebesar 112,49 atau turun 0,53 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
Pada Bulan Januari 2016 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 16 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Jawa Barat dengan nilai indeks sebesar 107,54 yang diikuti oleh Provinsi Banten sebesar 106,61 dan Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 106,24. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Bengkulu sebesar 92,09.
NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (ter m of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada Januari 2016, NTP secara umum turun 0,78 persen dibandingkan NTP Desember 2015, yaitu dari 107,45 menjadi 106,61. Penurunan NTP pada Januari 2016 disebabkan karena Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,32 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami kenaikan 0,47 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
1
Bulan
Subsektor
Desember 2015
Januari 2016
(2)
(1)
Persentase Perubahan
(3)
(4)
Gabungan / Banten a. Indeks yang diterima (It)
129,29
128,88
-0,32
b. Indeks yang d dibayar (Ib)
120,32
120,89
0,47
c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga
122,41
123,08
0,55
d. Indeks BPPBM
114,33
114,57
0,22
e. Nilai Tukar Petani (NTP)
107,45
106,61
-0,78
Penurunan NTP Januari 2016 terutama disebabkan oleh turunnya NTP tiga subsektor, yakni Subsektor Tanaman Pangan turun sebesar 1,93 persen, Subsektor Tanaman perkebunan Rakyat turun sebesar 0,32 persen dan Subsektor Perikanan yang turun sebesar 0,16 persen. Namun penurunan NTP tersebut menjadi tidak terlalu besar karena dihambat oleh naiknya dua subsektor yang lain yakni Subsektor Hortikultura yang naik sebesar 0,87 persen dan Subsektor Peternakan yang naik sebesar 0,19 persen.
1.
Indeks Harga yang Diterima Petani (I t)
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Januari 2016, It Banten mengalami penurunan sebesar 0,32 persen dibanding It Desember 2015, yaitu turun dari 129,29 menjadi 128,88. Penurunan It pada Januari 2016 disebabkan turunnya It pada Subsektor Tanaman Pangan yang cukup besar yakni sebesar 1,42 persen. Padahal keempat subsektor lainnya mengalami kenaikan, namun tidak bisa mengimbangi penurunan pada It Tanaman Pangan. It Subsektor Hortikultura naik sebesar 1,33 persen, It Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 0,18 persen, It pada subsektor Subsektor Peternakan naik 0,51 persen, serta It pada Subsektor Perikanan yang naik sebesar 0,16 persen.
1.50 1.00
1.33
0.97
1.04
1.18
0.55
0.61
0.50
0.88
0.51
0.18
0.16
0.00 -0.50
-0.32
-1.00 -1.50 -2.00
-1.42 T. pangan
Hortikultura
Perkebunan
Des-15
2
Peternakan
Perikanan
Jan-16
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
Gabungan
2.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (I b) Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan
biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (I b) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Januari 2016 indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan sebesar 0,55 persen yakni dari 122,41 menjadi 123,08 dan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen atau naik dari 114,33 menjadi 114,57. Kenaikan ini disebabkan naiknya indeks pada lima kelompok BPPBM yaitu kelompok bibit naik sebesar 0,45 persen, kelompok pupuk, obat-obatan, dan pakan naik 0,19 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lain naik sebesar 0,56 persen, kelompok penambahan barang modal naik 0,44 persen dan kelompok upah buruh naik sebesar 0,58 persen. Hanya kelompok transportasi yang mengalami penurunan sebesar 1,71 persen karena turunnya harga BBM.
Ib 0.80 0.60
Konsumsi RT 0.68
0.67 0.51 0.52
0.46
BPPBM
0.50
0.46
0.57 0.47
0.42 0.32
0.40
0.32 0.22
0.20
0.20
0.55
0.11
0.00 -0.20
-0.17
-0.40
-0.32
T. Pangan
3.
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Gabungan
Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P) Pada bulan Januari 2016 NTP-P mengalami penurunan indeks sebesar 1,93 persen atau turun dari 115,14 menjadi 112,92. Hal ini karena Indeks Harga yang Diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 1,42 persen, dan diperparah dengan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar petani (Ib) sebesar 0,51 persen. Penurunan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena turunnya indeks pada subkelompok padi sebesar 1,57 persen. Kenaikan indeks subkelompok palawija yang mengalami kenaikan sebesar 1,50 persen, tidak cukup untuk membantu menaikkan It. Penurunan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh turunnya harga gabah sebesar 1,57 persen, sedangkan naiknya indeks pada subkelompok palawija terutama disebabkan oleh naiknya harga jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi kayu. Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen karena pengaruh naiknya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,52 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,46 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada empat kelompok yakni kelompok bibit naik sebesar 0,67 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lain naik sebesar 0,87 persen, kelompok penambahan barang modal naik sebesar
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
3
0,60 persen, kelompok upah buruh naik sebesar 0,85 persen. Sementara kelompok transportasi dan kelompok pupuk dan obat-obatan turun masing-masing sebesar 1,22 persen dan 0,07 persen,
Bulan Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok (1) 1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani - Padi - Palawija b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani - Sayur-sayuran - Buah-buahan - Tanaman Obat b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani - Termak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani - Penangkapan - Budidaya b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani (NTN)
4
November 2015
Desember 2015
Januari 2016
(2)
(3)
(4)
Persentase perubahan Januari 2016 thd Desember 2015 (5)
138,65 139,38 125,28 120,37 121,33 115,63 115,19
139,99 140,70 126,85 121,59 122,71 116,05 115,14
138,00 138,50 128,75 122,21 123,35 116,59 112,92
-1,42 -1,57 1,50 0,51 0,52 0,46 -1,93
118,33 119,57 117,70 111,59 118,45 120,59 112,56 99,90
118,99 120,83 117,92 113,40 119,48 121,89 112,84 99,59
120,57 119,73 121,28 114,48 120,03 122,71 112,65 100,45
1,33 -0,91 2,85 0,95 0,46 0,67 -0,17
121,68 121,68 119,72 121,03 113,39 101,64
123,12 123,12 120,91 122,39 113,75 101,83
123,34 123,34 121,51 123,10 113,87 101,50
0,18 0,18 0,50 0,57 0,11 -0,32
119,54 127,49 123,87 114,55 115,98 116,35 121,04 111,36 102,75
120,27 127,85 125,02 114,94 117,65 117,34 122,35 112,01 102,50
120,88 128,72 123,77 115,84 119,03 117,71 122,87 112,24 102,69
0,51 0,68 -1,00 0,78 1,17 0,32 0,42 0,20 0,19
126,08 141,15 114,33 118,14 120,34 114,68 106,72
127,39 142,65 115,51 119,04 121,73 114,80 107,02
127,59 143,86 114,91 119,42 122,55 114,49 106,84
0,16 0,85 -0,51 0,32 0,68 -0,27 -0,16
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
0,87
b. Subsektor Hortikultura (NTP-H) Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan Januari 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,87 persen dari 99,59 menjadi 100,45. Hal ini terjadi karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,33 persen masih lebih lambat dari laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,46 persen. Kenaikan It pada subsektor hortikultura terutama disebabkan oleh naiknya indeks pada kelompok buah-buahan naik sebesar 2,85 persen dan tanaman obat mengalami kenaikan angka indeks yakni sebesar 0,95 persen. Kelompok sayur-sayuran turun sebesar 0,91 persen. Kenaikan indeks pada kelompok buahbuahan disebabkan oleh naiknya harga semangka, durian, melon, mangga, pisang dan nangka. Kenaikan indeks pada kelompok tanaman obat disebabkan oleh naiknya harga lengkuas dan kunyit. Sementara kenaikan indeks pada kelompok sayur-sayuran terutama disebabkan oleh turunnya harga petsai, timun, terung panjang, kacang panjang dan lain-lain. Di sisi lain kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya IKRT sebesar 0,67 persen, meski Indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,17 persen. c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R) Pada Bulan Januari 2016 NTP-R sebesar 101,50 atau mengalami penurunan sebesar 0,32 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,18 persen lebih cepat dibanding laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani yakni sebesar 0,50 persen. Kenaikan It terjadi karena naiknya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,18 persen yakni dari 123,12 menjadi 123,34 yang dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa tanaman perkebunan rakyat, di antaranya harga kelapa sawit yang naik sebesar 8,45 persen, kelapa naik sebesar 7,61 persen, kapulaga naik 6,07 persen, dan kopi naik 5,79 persen. Di sisi lain kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi naiknya IKRT sebesar 0,57 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,11 persen. d. Subsektor Peternakan (NTP-T) Pada bulan Januari 2016 NTP-T mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen yang disebabkan karena laju kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 0,51 persen lebih cepat dari laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,32 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks pada empat kelompok peternakan, yakni kelompok ternak besar sebesar 0,68 persen, kelompok unggas naik sebesar 0,78 persen dan hasil ternak sebesar 1,17 persen. Sementara kelompok ternak kecil mengalami penurunan sebesar 1,00 persen, Kenaikan indeks pada kelompok ternak besar dipengaruhi oleh naiknya harga kerbau dan sapi potong; pada unggas dipengaruhi oleh naiknya harga ayam buras, ayam ras pedaging dan itik; pada hasil ternak dipengaruhi oleh naiknya harga telur ayam ras, telur ayam buras dan telur itik. Penurunan indeks kelompok ternak kecil dipengaruhi turunnya harga kambing dan domba. Sementara itu yang mempengaruhi kenaikan indeks pada Ib yang sebesar 0,32 persen adalah naiknya IKRT sebesar 0,42 persen dan naiknya indeks pada BPPBM sebesar 0,20 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
5
e. Subsektor Perikanan (NTNP) NTNP pada bulan Januari 2016 mengalami penurunan indeks sebesar 0,16 persen yang disebabkan karena laju kenaikan pada indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,16 persen masih lebih lambat dibanding laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,32 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks pada kelompok penangkapan sebesar 0,85 persen yang diperlambat dengan turunnya kelompok budidaya sebesar 0,51 persen. Di sisi lain Ib mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen disebabkan indeks KRT mengalami kenaikan sebesar 0,68 persen meski diperlambat dengan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,27 persen. 1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada Januari 2016, NTN naik sebesar 0,75 persen dari 119,23 menjadi 120,12. Hal ini terjadi karena laju kenaikan It yang sebesar 0,85 persen lebih cepat dibanding laju kenaikan Ib yang sebesar 0,10 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap antara lain: ikan sebelah, teri, tenggiri, dan lain-lain. Sedangkan pada Ib terjadi kenaikan indeks yang disebabkan oleh naiknya indeks kelompok KRT yakni sebesar 0,67 persen, meski diperlambat dengan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,81 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada Januari 2016, NTPi turun sebesar 1,00 persen. Hal ini terjadi karena It yang mengalami penurunan sebesar 0,51 persen dan diperparah dengan adanya kenaikan Ib yang sebesar 0,94 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga ikan pada kelompok budidaya air tawar yakni sebesar 90,7 persen dan kelompok budidaya air payau yang turun 0,26 persen. Komoditas yang mengalami penurunan harga yakni ikan lele, ikan mujair, dan ikan nila pada budidaya air tawar; pada budidaya air payau yang mengalami penurunan harga adalah ikan bandeng. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan naiknya indeks pada IKRT sebesar 0,68 persen dan Indeks BPPBM yang naik juga sebesar 0,16 persen.
4.
Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di
pedesaan. Pada bulan Januari 2016 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi inflasi di perdesaan sebesar 0,55 persen. Pemicu inflasi tertinggi adalah naiknya indeks harga pada kelompok bahan makanan yakni sebesar 1,06 persen, disusul oleh kenaikan indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang naik sebesar 0,92 persen, kelompok kesehatan 0,59 persen, dan kelompok sandang naik 0,03 persen. Kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan sebesar 1,42 persen, kelompok pendidikan,rekreasi dan olahraga yang turun sebesar 0,04 persen, dan kelompok perumahan turun 0,03 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
KELOMPOK IKRT UMUM 1. Bahan Makanan 2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 3. Perumahan 4. Sandang 5. Kesehatan 6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 7. Transportasi & Komunikasi
5.
IKRT Desember 2015
IKRT Januari 2016
Inflasi Perdesaan (persen)
122,41
123,08
0,55
124,05
125,36
1,06
120,83
121,94
0,92
125,89
125,86
-0,03
116,75
116,79
0,03
118,11
118,81
0,59
116,54
116,50
-0,04
124,98
123,21
-1,42
Perbandingan antar Provinsi di Indonesia
Pada Bulan Januari 2016 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 16 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Jawa Barat dengan nilai indeks sebesar 107,54 yang diikuti oleh Provinsi Banten sebesar 106,61 dan Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 106,24. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Bengkulu sebesar 92,09. NTP nasional sebesar 102,55 yang mengalami penurunan sebesar 0,27 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 102,83.
Provinsi Jawa Barat Banten Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Jawa Timur NTB Bali Gorontalo Maluku Utara Yogyakarta Lampung Maluku Bangka Belitung NTT Jawa Tengah Sulawesi Tenggara Sumatera Utara
NTP
Rangking
107,54 106,61 106,24 106,05 105,90 105,53 104,96 104,65 104,14 103,94 103,68 103,55 102,01 101,69 101,52 100,08 99,39
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Provinsi DKI Papua Barat Sulawesi Tengah Kalimantan Selatan Kepulauan Riau NAD Sulawesi Utara Sumatera Barat Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Jambi Papua Riau Kalimantan Barat Sumatera Selatan Bengkulu Nasional
NTP
Rangking
99,30 99,14 99,09 99,04 98,68 98,06 97,69 97,50 97,46 96,94 96,21 95,89 95,65 95,43 95,37 92,09 102,55
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor Pada Januari 2016 terjadi penurunan NTUP sebesar 0,53 persen. Hal ini terjadi karena It yang mengalami penurunan sebesar 0,32 persen ditambah dengan kenaikan indeks BPBBM yang sebesar 0,22 persen. Jika dilihat per subsektor, penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP pada salah satu subsektor penyusun NTUP yakni subsektor tanaman pangan yang turun 1,88 persen. Keempat subsektor Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
7
lainnya mengalami kenaikan, namun kenaikan tersebut tidak cukup mendongkrak kenaikan NTP gabungan. Keempat subsektor tersebut adalah: subsektor hortikultura naik sebesar 1,50 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik sebesar 0,07 persen, subsektor peternakan naik 0,31 persen dan subsektor perikanan juga naik sebesar 0,43 persen
Subsektor (1)
Desember 2015 2015
Januari 2016
Perubahan
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan
120,63
118,36
-1,88
2. Hortikultura
105,45
107,03
1,50
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
108,24
108,31
0,07
4. Peternakan
107,37
107,70
0,31
5. Perikanan
110,96
111,44
0,43
a. Tangkap
122,58
124,63
1,68
b. Budidaya
101,69
101,01
-0,68
113,09
112,49
-0,53
Gabungan
8
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH Berdasarkan observasi sebanyak 38 transaksi gabah di 3 Kabupaten (Pandeglang, Serang dan Lebak), rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Januari 2016 dibandingkan keadaan Desember 2015 untuk Gabah Kering Giling (GKG) turun sebesar 2,85 persen, Gabah Kering Panen (GKP ) turun sebesar 2,48 persen dan gabah kualitas rendah turun sebesar 0,79 persen. Rata-rata harga gabah bulan Januari 2016 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKG sebesar Rp. 5.537,- per kg, gabah kualitas GKP Rp. 5.450,- per kg,- dan gabah kualitas rendah rata-rata Rp. 4.849,per kg. Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp 4.000,- per kg dijumpai di Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak dengan kualitas kering panen (varietas ciherang), sedangkan harga tertinggi sebesar Rp. 6.170,- per kg dijumpai di Kecamatan Pontang Kabupaten Serang untuk kualitas GKP (varietas ciherang).
Pada Januari 2016, survei harga produsen gabah yang masuk berasal dari 38 observasi di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Pandeglang, Serang dan Lebak. Pemantauan harga ini dilakukan melalui pencacahan rutin bulanan. Observasi yang dilakukan ditemukan GKG sebanyak 19 observasi (45,24 %), kualitas GKP sebanyak 12 observasi (28,57%) dan kualitas rendah sebanyak 7 observasi (16,67%). Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (RP/Kg)
Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.)
(5)
(6)
(7)
5.437
5.537
4.600
Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.)
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
Terendah
Tertinggi
Rata-Rata
(1)
(2)
(3)
(4)
5.300 (Kec. Wanasalam, Kab Lebak)
5500 (Kec. Warunggunung,Kec. Malingping, Kab. Lebak)
4.000 (Kecamatan Warunggunung, Kab. Lebak)
6.170 (Kec. Pontang Kab. Serang)
4.500 (Kec. Ciruas Kab Pandeglang)
4.650 (Kec.Cimanuk & Saketi Kab. Pandeglang)
19
GKG
45,24%
12
GKP
28,57%
Gabah Kualitas Rendah
≤
7 16,67%
5.337
5.450
4.621
4.849
Petani 3.700 Penggilingan 3.750
-
≤
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
9
2.
Harga Terendah, Tertinggi dan Rata – rata Komponen Mutu Pada Bulan Januari 2016, dari 38 observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar
Rp. 4.000,- per kg untuk kualitas GKP dijumpai di Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak dengan varietas Ciherang. Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 6.170,- per kg untuk kualitas GKP di Kecamatan Pontang Kabupaten Serang dengan varietas ciherang. Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKG KA nya 12,83 persen dan KH 2,70 persen, kualitas GKP KA nya sebesar 13,61 persen dan KH nya 8,11 persen sedangkan untuk Kualitas Rendah KA nya 21,54 persen dan KH 11,87 persen.
Kelompok Kualitas
3.
Kadar Air (persen)
Kadar Hampa/Kotoran (persen)
November’15
Desember’15
Januari’16
November’15
Desember’15
Januari’16
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
GKG
13,21
13,13
12,83
2,64
2,77
2,70
GKP
13,28
13,74
13,61
6,79
6,60
8,11
Kualitas Rendah
20,05
20,12
21,54
12,60
12,85
11,87
Persentase Jumlah Observasi harga Gabah di bawah HPP di Tingkat Penggilingan
Pada Bulan Januari 2016 ini tidak ditemukan observasi harga gabah di bawah HPP, sedangkan observasi gabah kualitas rendah sebesar 16,67 persen.
Di Tingkat Penggilingan (persen)
Rincian Agust’15
Sept’15
Okt’15
Nov’15
Des’15
Jan’15
Observasi Di bawah HPP
-
-
-
-
-
-
Obs. Gabah Kualitas Rendah
21,95
26,83
23,81
4,76
14,29
16,67
4.
Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas
Rata-rata harga gabah kualitas kering giling (GKG) di Provinsi Banten sebesar Rp. 5.537,- per kg di tingkat penggilingan dan di tingkat petani sebesar Rp. 5.437,- per kg. Rata-rata harga gabah kualitas panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 5.450- per kg atau turun sebesar 2,18 persen sementara di tingkat petani rata-rata harga GKP sebesar Rp. 5.337,- per kg atau turun sebesar 2,48 persen. Untuk gabah kualitas rendah di tingkat penggilingan mengalami penurunan rata-rata harga sebesar 0,95 persen dan di tingkat petani juga mengalami penurunan rata-rata harga yakni sebesar 0,79 persen.
10
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
T ing ka t P engg il ing an (Rp/ Kg )
T ing ka t P e tani (Rp /Kg)
K u al i tas No v’ 1 5
De s ’ 15
J an ’ 1 6
P e rs en ta se P e rub a han Ko l ( 8 ) th d (7)
N o v’ 1 5
D e s ’ 15
J an ’ 1 6
P e rs en ts se P e ruba han Ko l (4 )thd (3 )
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
GKG
5.475
5.695
5.537
-2,78
5.571
5.595
5.437
-2,83
GKP
5.393
5.572
5.450
-2,18
5.517
5.472
5.337
-2,48
K u al i tas r end ah
4.650
4.896
4.849
-0,95
4.875
4.658
4.621
-0,79
6000 5500 5000 4500 4000 3500 3000 2500
GKG
GKP
Non Kwalitas
HPP GKG
HPP GKP
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
11
C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN JANUARI 2016 SEBESAR Rp 40.338,
Upah nominal buruh tani pada Januari 2016 dibanding upah buruh tani Desember 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen atau naik dari Rp. 40.338,- menjadi Rp. 40.545,- per hari. Secara riil*) mengalami penurunan sebesar 0,03 persen.
Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Januari 2016 tidak mengalami perubahan yakni Rp. 79.122,- per hari. Secara riil*), upah Januari 2016 dibanding Desember 2015 turun sebesar 0,87 persen, yaitu dari Rp. 61.160,- menjadi Rp. 60.626,- per hari.
1.
Perkembangan Upah Buruh Pertanian
Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada Januari 2016 dibanding upah buruh tani Desember 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen atau naik dari Rp. 40.338,- menjadi Rp. 40.545,per hari. Secara riil*) mengalami penurunan sebesar 0,03 persen dibanding Desember 2015 yaitu dari Rp. 32.953,- menjadi Rp. 32.942,- per hari.
Bulan Rincian (1)
Provinsi
Jenis Upah
November 2015
Desember 2015
Januari 2016
(3)
(4)
(5)
(6)
Upah Nominal
40.242
40.338
40.545
0,51
Upah Riil *)
33.242
32.953
32.942
-0,03
(2)
2.
Perkembangan Upah Buruh Informal
a.
Upah Buruh Bangunan (konstruksi) Per hari
% Perubahan Januari 2016 thd Desember 2015 2015
Secara nominal, rata-rata upah buruh bangunan di Provinsi Banten pada Bulan Januari 2016 tidak mengalami perubahan yakni Rp. 79.122,- per hari. Secara riil*), upah buruh bangunan Januari 2016 dibanding Desember 2015 turun sebesar 0,87 persen, yaitu dari Rp. 61.160,- menjadi Rp. 60.626,- per hari.
Upah Pembantu Rumah Tangga Per Bulan Secara nominal, rata-rata upah pembantu rumah tangga di Provinsi Banten pada Januari 2016 mengalami kenaikan sebesar 2,14 persen atau naik dari Rp. 510.732,- menjadi Rp. 521.667,- per bulan. Sedangkan secara riil, upah Januari 2016 dibanding Desember 2015 mengalami kenaikan sebesar 1,25 persen, yaitu naik dari Rp. 394.784,- menjadi Rp. 399.727,- per bulan.
12
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
Rincian
Jenis Upah
November 2015
Desember 2015
Desember
% Perubahan Januari 2016 thd Desember 2015
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Upah Nominal
77,856
79.122
79.122
0,00
Upah Riil *)
60,778
61.160
60.626
-0,87
Pembantu rumah tangga
Upah Nominal
510,732
510.732
521.677
2,14
per bulan
Upah Riil*)
398,698
394.784
399.727
1,25
Bangunan per hari
Bulan
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016
13
BPS PROVINSI BANTEN Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Agoes Soebeno, M.Si Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: 0254-267027 E-mail :
[email protected],
[email protected] Website : banten.bps.go.id
14
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 07/02/36/Th.X, 1 Februari 2016