1
PERAN GURU DALAM MENGATASI SISWA BERMASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN 4 TELAGA KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO Ginangsih Mohamad¹, Haris Mahmud², Samsi Pomalingo³
1 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo (Ginangsih Mohamad¹) email:
[email protected] 2 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo (Haris Mahmud²) email: 3 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo (Samsi Pomalingo³) email: ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah “.Bagaimana Peran Guru Dalam Mengatasi Siswa Bermasalah di SDN 4 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo?, Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru dalam mengatasi siswa bermasalah di SDN 4 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini yaitu dalam sebuah lembaga sekolah tidak lepas dari adanya peran guru dalam pendidikan. Karena peran guru sangat diperlukan untuk membantu para siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan mengarahkan siswa pada perilaku yang lebih positif, harmonis, dan memberi motivasi belajar pada siswa. Seorang siswa dikategorikan sebagai anak yang bermasalah, apabila ia menunjukan gejala-gejala penyimpangan seperti prestasi belajarnya rendah, kurang berminat pada bidang studi tertentu, melanggar tata tertib, membolos, terlambat masuk sekolah, pendiam, dan menyendiri atau kurang bergaul. Menyadari hal tersebut guru dituntut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh sisiwa. karena pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang mempunyai peranan penting dalam membentuk mental generasi mendatang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran guru sangat diperlukan dalam mengatasi siswa bermasalah, sebab segala sesuatu yang terjadi kepada siswa tentunya tidak lepas dari pengamatan guru, sehingga apa yang terjadi kepada siswa haruslah mendapatkan solusi dari guru itu sendiri bukan dari orang lain. Kata Kunci : Guru, Siswa Bermasalah ABSTRACT The problem of research is “how is the Role of Teachers in Solving the student in Problem in Social Science Subject at SDN 4 Telaga, Sub District of Telaga, Gorontalo District ? This research aimed at finding outthe role of teachers in solving the students in problem in Social science subject. The method of this research was descriptive qualitative method. The result found that a school can not be separated from the role of teachers in education. This is because the teachers role is trully needed in helping the student to solve their problem by directing studebts’ behavior to be more positive, harmony and give learning motivation for the students. A students can be categorized as a student in a
2
problem if he/she shows the symptoms of abberation for examples learning achievement is low, lack of interest in learning specific subjects, disobey the rules, absent, being late to school, quiet, introvert or does not want to socialize. Realizing these symtoms, teachers are required to solve students’ problems, because education is regarded as one of the aspect which has important role in mental building of the future generation. Besed on the research, it can be conclude that the role of teachers is recisely required in over studedents in problem,because all students’ activities surely are under teachers’ control, therefore anything happen to students should have the solution from the teacher itself not from others. Keywords : Teacher, Students In Problem
1. PENDAHULUAN Pada dasarnya proses belajar mengajar adalah sesuatu yang dilakukan oleh guru agar bagaimana siswa yang dihadapinya dapat berubah sesuai apa yang diinginkan baik oleh guru dan orang tua siswa. Dalam proses belajar mengajar, guru haruslah memperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi dan menghalangi sehingga siswa tidak paham dengan apa yang diajarkan oleh guru. Guru bukan hanya sebagai seorang yang mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada siswanya akan tetapi haruslah menjadi seorang yang dapat memberikan alternatife-alternatif kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa yang dihadapi tidak putus semangat untuk melakukan proses belajar. Pada proses belajar mengajar yang dilakukan tidak lepas dari masalah yang dapat menghalangi tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditentukan. Oleh karena itu seorang guru harus paham dalam melihat hal-hal yang dapat menghambat tercapainya tujuan dari proses balajar mengajar yang telah ditentukan. Berdasarkan observasi di lapangan di temukan ada dua orang siswa sering merasa sulit dalam memahami mata pelajaran IPS. Cara yang dilakukan guru adalah menjelaskan kembali dan menanyakan hal-hal yang
kurang di pahami oleh siswa tersebut. Selain itu juga pada saat pembelajaran IPS berlangsung ada siswa yang hanya bermain dengan temannya, bahkan beberapa siswa yang keluar masuk kelas dengan alasan yang tidak jelas. Siswa juga kurang berminat pada mata pelajaran IPS karena pelajaran IPS yang luas banyak pada konsep dan teori. Disamping itu, kecenderungan mata pelajaran IPS terjadwal setiap akhir pembelajaran sehingga membuat siswa merasa tidak bersemangat lagi pada saat menerima pembelajaran. Di samping beberapa masalah di atas terdapat beberapa masalah yang sering ditemukan pada siswa dan yaitu suka iri pada temannya, suka berbohong, suka berkata kotor pada temamnnaya, susah belajar, malas mengerjakan PR, dan yang terakhir ketika siswa itu bertengkar dengan temannya siswa tersebut langsung melapor kepada orang tuanya bukan pada guru yang ada di sekolah tersebut. Hal ini dapat menyebabkan yang dampak buruk, dimana kepercayaan siswa terhadap guru sudah tidak ada, sedangkan peran guru dalam sekolah khususnya di dalam kelas yaitu memberikan pengarahan yang baik kepada siswa, selain itu guru juga menjadi komponen penting dalam pendidikan sebab guru yang melakukan interaksi langsung dengan siswa pada saat proses pembelajaran, untuk itu guru lebih memahami permasalahan siswa.
3
Sehingga masalah yang dihadapi oleh siswa akan mendapatkan solusi yang baik dari guru. Namun dalam pembelajaran walupun guru sudah melaksanakan perannya dengan baik, masih ada beberapa siswa yang mengalami kebosanan yaitu Haina, dan Gidion Untuk mengatasi masalah tersebut yang dilakukan guru dalam pembelajaran adalah memotivasi siswa agar dapat bergairah dan aktif dalam belajar, selain itu juga guru menyediakan fasilitas yang memungkinkan kegiatan belajar siswa, selanjutnya guru membimbing siswa menjadi manusia dewasa yang cakap, guru juga dituntut memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan dalam bentuk dan jenisnya, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua siswa dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru, dan yang terakhir guru dituntut menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Cara lain yang dilakukan guru untuk mengatasi siswa bermasalah dalam belajar yaitu melakukan pendekatan terhadap siswa itu sendiri tanpa langsung menghukumnya, dimana seorang guru mendatangi langsung siswa tersebut kemudian menanyakan hal-hal tentang kasus yang dialaminya, setelah itu mengembangkan ide-ide untuk memecahkan masalah tersebut dan yang terakhir mengusahakan upayaupaya untuk mengatasi atau memecahkan permasalahan tersebut. Dimana seorang guru memotivasi siswa agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya, memotivasi siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas mereka, sehingga dengan ketercapaian itu siswa dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri .
Sesuai permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Peran Guru Dalam Mengatasi Siswa Bermasalah Pada Pembelajaran IPS Di SDN 4 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo”. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah Peran Guru Dalam Mengatasi Siswa Bermasalah Di SDN 4 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru dalam mengatasi siswa bermasalah di SDN 4 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. 2. LANDASAN TEORETIS Hakekat Peran Guru Peran merupakan suatu keterampilan yang harus di kuasai sesorang agar dapat melakukan sosialisasi sesuai dengan strukturstruktur situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri maupun orang lain. Menurut Soekamto (Giasi, 2013:5) menyebutkan bahwa peran mempunyai dua pengertian,peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya dan penentuan apa yang diperbuat bagi masyarakat. Oleh karena itu,suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal, yaitu : a) peranan yang meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing dalam kehidupan kemasyarakatan. b) peranan adalah suatu konsep perihal yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat. c) peranan juga dapat dikatakan sebagai perlakuan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Pengertian Peran Guru
4
Peran Guru bukan saja dilihat dari kedudukannya yang terhormat dimasyarakat tetapi guru juga dihormati karena kewibawaannya dapat mendidik dan membentuk kepribadian anak dengan sangat baik. Kepribadian disini adalah cara guru menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, menunjukkan rasa pengertian dan juga dapat menciptakan rasa aman bagi semua siswa. Menurut Sanjaya (2006:152) peran guru adalah sebagai sumber belajar (learning resources) bagi siswa. Selain disamping itu, keterampilan dasar merupakan syarat mutlak agar guru bisa dapat mengimplementasikan sebagai strategi pembelajaran. Sejalan dengan pendapat diatas menurut Gafur (2012:11) peran guru adalah sebagai pendidik serta pengelola pembelajaran, yang berperan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Sementara menurut Sadia (2013:268) peran guru adalah sebagai fasilitator atau mediator yang menyiapkan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Selanjutnya Sukadi (2008:22) mengemukakan peran guru adalah sebagai tenaga pendidik serta menjadi inspirator dan menjaga disiplin kelas, sebagai inspirator, guru memberikan semangat kepada siswa tanpa memandang tingkat kemampuan intelektual atau tingkat motivasi belajarnya. Selain itu menurut Ramdan, dkk (2010:26) bahwa guru memiliki peran yang sangat besar dalam pendidikan, dipuncaknya dibebani suatu tanggung jawab atas mutu pendidikan. Manfaat Peran Guru Tanggung jawab guru adalah membantu siswa agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Potensi siswa yang harus dikembangkan bukan hanya menyangkut kecerdasan dan keterampilan melainkan menyangkut seluruh aspek kepribadian. Sehububgan
dengan hal tersebut Prayitno, dkk (2004:35) mengemukakan manfaat peran guru adalah sebagai berikut : 1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada seluruh siswa 2. Membantu mengembangkan suasana kelas, baik hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa yang menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar didalam kelas. 3. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan untuk mengikuti/menjalani kegiatan yang dimaksudkan. 4. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa seperti konferensi kasus. 5. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian bimbingan serta upaya tindak lanjutnya. Bentuk – bentuk Permasalahan Siswa Bentuk-bentuk permaslahan siswa yang sering dihadapi siswa menurut Prayitno, dkk (2004:58) adalah sebagai berikut : a) Prestasi belajar rendah, b) Kurang berminat pada bidang studi tertentu, c) Bentrok dengan guru, d) Melanggar tata tertib, e) Membolos, f) Terlambat masuk sekolah, g) Pendiam, h) Kesulitan alat pelajaran, i) Bertengkar, j) Sukar menyesuaikan diri, k) Pemalu, takut, canggung, kaku dan gugup, l) Menyendiri, kurang bergaul. Peran Guru Dalam Mengatasi Siswa Bermasalah Menurut Prayitno, dkk (2004:77) Beberapa cara dalam mengatasi siswa bermasalah, meliputi : a. Pengenalan awal tentang kasus (dimulai sejak semula kasus itu dihadapkan). b. Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung di dalam kasus itu. 5
c. Penjelajahan yang lebih lanjut tentang segala seluk beluk kasus tersebut dan akhirnya. d. Mengusahakan upaya-upaya kasus untuk mengatasi atau memecahkan sumber pokok permasalahan itu. Beberapa Model Bimbingan 1) Bimbingan Belajar 2) Bimbingan Sosial 3) Bimbingan Pribadi 4) Bimbingan Karier Karakteristik Siswa Kelas Tinggi Ada beberapa karakteristik siswa kelas tinggi, yakni : 1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit. 2. Amat realistis, ingin tahu dan ingin belajar. 3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran hkusus. 4. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak dapat membutuhkan seorang guru/ orang-orang dewasa lainya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya. 5. Pada masa ini anak memandang (nilai raport) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah. 6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk bermain bersama. 7. Mengembangkan kata hati, moralitas suatu skala nilai-nilai. Hakekat IPS Pada point ini ada beberapa pendapat mengenai IPS. Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari (social studies). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Taneo (2009:6) “Merupakan hasil perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi dan
sosiologi”. Perpaduan ini disebabkan mata pelajaran tersebut memiliki objek material kajian yang sama yaitu manusia. Selanjutnya Saidiharjo (Taneo, 2009:8) mengatakan bahwa “IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Hakekat Pembelajaran IPS di SD Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan yang berupaya mengembangkan minat siswa tentang bagaimana manusia sebagai individu dan kelompok hidup bersama dan berinteraksi dengan lingkungannya baik fisik maupun sosial. Menurut Fenton (Taneo, 2009:26) “Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD bertujuan mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik, mengajar siswa agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsa”. Sejalan dengan pendapat di atas Thamrin Talut (Taneo, 2009:27) mengatakan bahwa “Pembelajaran IPS bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai anggota yang produktif, berpartisipasi, dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong dengan sesamanya, dan dapat mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide dari masyarakatnya”. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN 4 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut agar mudah mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yakni tentang peran guru dalam mengatasi siswa bermasalah di SDN 4 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Pendekatan penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan
6
peran guru dalam mengatasi siswa bermasalah pada pembelajaran IPS Di SDN 4 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo pada penelitian jenis ini dilakukan tahap observasi turun langsung pada obyek, wawancara, dan dokumentasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriftif dan cendrung menggunakan analisis dengan pendektan induktif. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan hasil pengamatan tentang peran guru dalam mengatasi siswa bermasalah pada pembelajaran IPS di SDN 4 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti sangat penting karena peneliti sebagai pelaku dan pengumpul data. Karena bertindak sebagai pelaku, peneliti akan senantiasa berhubungan dengan subjek yang diteliti. Pada penelitian ini, kehadiran peneliti sebagai pelaku utama dilakukan secara terbuka, artinya status peneliti, tujuan maupun kegiatan peneliti dalam melakukan observasi, wawancara, dokumentasi maupun pengumpulan data harus diketahui oleh pihak-pihak sekolah yang bersangkutan, seperti kepala sekolah, guru, yang ada di SDN 4 Telaga. Dalam penelitian ini data yang terkumpul berkaitan dengan penelitian yaitu peran guru dalam mengatasi siswa bermasalah pada pembelajaran IPS di SDN 4 Telaga kecamatan Kabupaten Gorontalo. Dalam penelitian, diambil beberapa sumber yang dapat dibagi atas : Data primer dan Data sekunder. Untuk mencari data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain : 1. Observasi Langsung ( participant observation ) 2. Wawancara 3. Dokumentasi Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis
interaktif. Model ini mengandung komponen yang saling berkaitan, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) menarik kesimpulan/verifikasi. Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Namun, selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka akan dikembangkan intrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Caranya segala yang didapatkan dari sumber dikembangkan tanpa mengurangi atau menambah hasil yang telah didapatkan. Penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Tahap persiapan dan perencanaan Observasi awal, identifikasi dan merumuskan masalah konsultasi dengan dosen pembimbing menyusun usulan penelitian untuk diseminarkan 2. Tahap penelitian Menetapkan metode penelitian Memilih dan menetapkan informan Mengumpul dan menganalisis data. 3. Tahap akhir penelitian Penulisan laporan 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Kurikulum kaitannya dengan pengelolaan kelas di rancang sebagai jumlah pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikan, yang diselenggarakan secara berencana dan terarah serta terorganisir, karena kegiatan kelas bukan sekedar dipusatkan pada penyampaian sejumlah
7
materi pelajaran atau pengetahuan yang bersifat intelektualistik (berakal cerdas atau berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan), akan tetapi juga memperhatikan aspek pembentukan pribadi, baik sebagai makhluk individual dan makhluk sosial maupun sebagai makhluk yang bermoral. Sesuai apa yang diamati oleh peneliti bahwa yang mana di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo bahwa kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Sekolah ini juga pernah menggunakan kurikulum 2013. Akan tetapi saat ini sudah kembali menggunakan KTSP. Karena adanya aturan dari pemerintah untuk menghentikan penerapan kurikulum tersebut. Model pengajaran di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo berdasarkan silabus dan RPP yang menjadi pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran, selain itu guru dan siswa menggunakan buku pegangan setiap mata pelajaran agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Peran guru dalam mengatasi siswa bermasalah di SDN 4 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo : Dalam sebuah lembaga sekolah tidak lepas dari adanya peran guru dalam pendidikan. Karena peran guru sangat diperlukan untuk membantu para siswa dalam memecahkan masalahmasalah yang dihadapi dengan mengarahkan siswa pada perilaku yang lebih positif, harmonis, dan memberi motivasi belajar pada siswa. Seorang siswa dikategorikan sebagai anak yang bermasalah, apabila ia menunjukan gejala-gejala penyimpangan seperti prestasi belajarnya rendah, kurang berminat pada bidang studi tertentu, melanggar tata tertib, membolos, terlambat masuk sekolah, pendiam, dan menyendiri atau kurang bergaul.
Menyadari hal tersebut guru dituntut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa. karena pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang mempunyai peranan penting dalam membentuk mental generasi mendatang. Untuk itu peneliti melakukan wawancara dengan dengan guru kelas IV dan V. Pembahasan 1. Analisis peran guru dalam mengatasi siswa bermasalah pada pembelajaran IPS di SDN 4 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Definisi yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang mana terjadi aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Dengan kata lain menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempakan pada pada kelas yang dapat menunjang pembelajaran. Kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Dari penejelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi belajar yang baik dapat dilihat dari perubahan tingkah laku siswa itu sendiri setelah ia ditempatkan pada situasi tersebut. Untuk mencapai kondisi belajar yang baik pada proses belajar mengajar itu harus dirancang dan diprtimbangkan terlebih dahulu oleh guru, serta melihat sejauh mana kemampuan siswa untuk meresapi pembelajarn yang akan diberikan. Penjelasan di atas setara dengan pendapat Prayitno, dkk (2004:35)
8
mengemukakan manfaat peran guru adalah sebagai berikut, Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada seluruh siswa, Membantu mengembangkan suasana kelas, baik hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa yang menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar didalam kelas, Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan untuk mengikuti/menjalani kegiatan yang dimaksudkan, Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa seperti konferensi kasus, Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian bimbingan serta upaya tindak lanjutnya. Ada beberapa hal yang harus dilakukan guru untuk memotivasi siswa dalam hal ini terlambat masuk sekolah. Yang pertama guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja. Kemudian guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai musuh. Selanjutnya guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan hidup. Selain itu guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan memahami yang telah diajarkan guru, dan memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur dan tidak merekayasa. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara memotivasi siswa yang bermasalah pertama guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, selanjutnya guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas dapat menyenangkan siswa, selain itu guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri, dan
yang terakhir guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil. Hal ini seirama dengan pendapat sukardi (2007:73) bimbingan pribadi yaitu bantuan yang diberikan kepada individu yang mengalami kesukaran dalam proses penemuan jati diri sendiri. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pribadi seutuhnya agar individu dapat mengenal, menerima, dan menerapkan diri sendiri dala proses pemilihan dan penyesuaian dengan lingkungan hidupnya. Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku. yang merentang dari kategori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: (1) pendekatan disiplin dan (2) pendekatan bimbingan dan konseling. Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai masalah siswa. Meskipun demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala masalah yang terjadi pada para siswanya. Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu pendekatan melalui Bimbingan. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi
9
untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara mengatasi siswa bermasalah dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan konseling. Yang dimaksud dengan pendekatan disiplin itu merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sedangkan pendekatan bimbingan konseling adalah penanganan siswa bermasalah dengan menggunakan berbagai teknik yang ada tanpa menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah. Penjelasan di atas didukung oleh Prayitno, dkk (2004:77) Beberapa cara dalam mengatasi siswa bermasalah, meliputi Pengenalan awal tentang kasus (dimulai sejak semula kasus itu dihadapkan), Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung di dalam kasus itu, Penjelajahan yang lebih lanjut tentang segala seluk beluk kasus tersebut dan akhirnya, dan mengusahakan upayaupaya kasus untuk mengatasi atau memecahkan sumber pokok permasalahan itu.
Untuk mendapatkan solusi secara tepat atas permasalahan siswa, guru harus terlebih dahulu melakukan identifikasi dalam upaya mengenali gejala-gejala secara cermat terhadap fenomena-fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya permasalahan yang melanda siswa. Kemudian melakukan pendekatan untuk mengetahui dan menetapkan jenis masalah yang dihadapi siswa lalu menentukan jenis bimbingan yang akan diberikan. Dalam melakukan pendekatan dengan siswa perlu ditempuh langkahlangkah sebagai berikut: 1) Mengenal siswa yang mengalami masalah sosial 2) Memahami sifat dan jenis masalah 3) Menetapkan latar belakang masalah 4) Menetapkan usaha-usaha bantuan 5) Pelaksanaan bantuan 6) Tindak lanjut Dari penejelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk evaluasi siswa bermasalah adalah perlu dilakukan pendekatan dengan siswa yang bersangkutan. Adapun langkah –langkah yang akan dilakukan yaitu mengenal siswa yang mengalami masalah sosial, Memahami sifat dan jenis masalah, Menetapkan latar belakang masalah, Menetapkan usaha-usaha bantuan, Pelaksanaan bantuan, dan yang terakhir tindak lanjut. Sesuai penjelasan di atas didukung oleh Robinson (dalam Makmun, 2004:57) menyatakan bahwa ada beberapa kriteria dari keberhasilan evaluasi yang telah diberikan diantaranya adalah Peserta didik telah menyadari atas adanya masalah yang dihadapi, Peserta didik telah memahami permasalahan yang dihadapi, Peserta didik telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif , Peserta didik telah menurun ketegangan emosinya, Peserta didik telah menurun penentangan terhadap lingkungannya, 10
Peserta didik telah melai menunjukkan sikap keterbukaannya serta mau memahami dan menerima kenyataan lingkungannya secara obyektif, Peserta didik mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional. Selain guru, peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mengatasi siswa bemasalah, sebab komukasi antara guru dan orang tua siswa sangat membantu masalah yang dihadapi oleh siswa yang bersangkutan. Karena masalah siswa ada bebagai macam hal, baik yang berada di sekolah maupun yang berada di rumah. Oleh sebab itu kerja sama guru dengan orang tua siswa sangat medukung demi tercapainya apa yang diharapkan bersama. Tujuannya agar guru dapat menjelaskan kepada orang tua siswa masalah apa yang dihadapi oleh siswa sehingga orang tua siswa mengetahui langsung tanpa menanyakan kepada anaknya. Seperti halnya dengan siswa yang bernama Gidion, Gidion sudah dikategorikan anak yang berkebutuhan khusus, dalam artian bahwa kelakuan Gidion di sekolah sudah melampaui batas dan merugikan siswa yang lain. Sehingga cara guru mengatasi siswa yang demikian harus lebih hati-hati, salah satunya guru harus melakukan pendekatan terhadap siswa tersebut, langkah selanjutnya memberikan motivasi, dan memberitahukan kepada orang tua siswa yang bersangkutan dan mengundangnya datang kesekolah. Tujuannya agar orang tua siswa mengetahui sifat dari anaknya. Namun kedatangan orang tua Gidion kesekolah sangat mengejutkan guru, dimana orang tua Gidion langsung memukul anaknya. Sehingga guru menyampaikan kepada orang tua Gidion bahwa dalam mendidik anak janganlah diambil dengan kekerasan, hal itu malah akan mempersulit pemecahan masalah yang dihadapi oleh anak, haruslah
diambil dengan perlahan-lahan sehingga anak merasa tidak sedang dihakimi atau dimarahi. Sejalan dengan apa yang telah dibahas di atas Asmani (dalam Priyanto, 2013:2) mengatakan: permasalahan siswa dalam ranah ilmu sosial dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang. Dalam perspektif ini, permasalahan terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan sosial ataupun nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang ini dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Dalam penyimpangan tingkah laku, siswa didalam kelas seharusnya melakukan berbagai aktivitas yang mengarah kepada perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Namun pada kenyataannya siswa tidak selalu bertingkah laku sesuai dengan apa yang diinginkan sekolah. Suatu perilaku dikatakan menyimpang apabila perilaku tersebut mengakibatkan kerugian terhadap diri sendiri dan orang lain. Senada dengan pendapat di atas Menurut Trijayati, Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial”. (online: http://www.sukmastc.blogspot.com/) Menyadari hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Sekolah sebagai institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan tetapi juga mengembangkan keseluruhan kepribadian anak. Oleh karena itu sebagai pentransfer ilmu dalam pelajaran disekolah seorang guru turut memiliki tanggung jawab dalam
11
pembelajaran yang meliputi pengetahuan akan materi pembelajaran terutama ilmu pengetahuan sosial dan pengetahuan tentang bagaimana cara menangani perilaku menyimpang siswa yang dapat mengganggu proses pembelajaran dan perkembangan peserta didik. Seorang guru harus dapat membimbing muridnya terutama dalam hal proses pembelajaran agar peserta didik memiliki kompetensi yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru tersebut. Terutamanya bagi guru mata pelajaran IPS yang lingkup materinya ialah interaksi antar individu yang lebih mengenal akan bagaimana interaksi itu harus terjadi serta dapat membimbing siswa karena merupakan panutan dalam pembelajaran terutama guru IPS. 5. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa peran guru dalam mengatasi siswa bermasalah sudah dilakukan semaksimal mungkin,dengan berbagai macam upaya antara yang satu dengan upaya yang lain yang berbeda dalam setiap penangannya tergantung dengan masalah yang dihadapi siswa. Upaya yang dilakukan guru yakni membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, memberikan motivasi agar lebih aktif dalam pembelajaran. Adapun dari hasil upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi siswa bermasalah adalah menjadikan siswa bersemangat dalam pembelajaran dalam hal ini guru lebih menekankan kepada siswa agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar sehinga dapat menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya sekolah untuk masa depan, dan siswa menjadi lebih baik, akan tetapi masih terdapat siswa yang tidak berubah disebabkan oleh lingkungan yang tidak mendukung dan niat pada anak itu sendiri. Sedangkan dari segi pembelajaran untuk dapat menumbuhkan minat belajar siswa yang
guru lakukan yaitu memperbaiki teknik pengajaran, lebih melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga siswa berminat terhadap materi yang diajarkan guru. 6. REFERENSI Gafur,
2012.Desain Pembelajaran Konsep, Model, Dan Aplikasinya Dalam Perencanaan Pelaksanaan Dan Pembelajaran, Yogyakarta : ombak.
Giasi B. Nurjana. 2013. Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerasan Interpersonal Anak Kelompok B di TK Negeri Pembina Kihadjar Dewanatoro. Skripsi. Makmun, Abin. 2004. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Prayitno, dkk. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung : Rineke Cipta Priyanto, Iip. 2013. Perilaku Menyimpang Siswa Di SMAN 1 Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Skripsi: Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan. UNTAN Pontianak. Ramdan, dkk. 2010. Standar Kinerja Guru. Jakarta : Persada Press Sadia, I Gusti Tri. 2013.Konsep Dasar IPA Aspek Fisika Dan Kimia. Yogyakarta : Ombak. Sanjaya. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung : Kencana Prenada Media Group Sukadi. 2008.Guru Power Full, Guru Masa Depan. Bandung : Kolbu.
12
Taneo, Petrus Silvester. 2009. Kajian IPS SD. Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi
Trijayati, Sukma. 2013. http://www.sukmastc.blogspot.com/ tanggal 10 Juni 2015.
(online). diakses
13