PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Oleh: Mizlawaty Hamzah 1. Pembimbing I : Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si 2. Pembimbing II: Drs. Hi. Haris Mahmud, S.Pd, M.Si Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar ABSTRAK Mizlawaty Hamzah. 2013. Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Dengan pembimbing I Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si dan pembimbing II Drs. Hi. Haris Mahmud, S.Pd, M.Si. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dan bagaimana peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif melalui observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek penelitian. Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian ini didasarkan pada peristiwa yang terjadi secara alamiah dalam situasi yang wajar tanpa dipengaruhi oleh peneliti. Berdasarkan hasil pengolahan data dan hassil penelitian, maka dapat disimpulkan guru sudah menjalankan perannya dengan baik, namun belum optimal dalam melaksanakan perannya sebagai pengelola kelas, fasilitator, dan mediator.
Kata Kunci: Peran Guru, Motivasi Belajar BAB I PENDAHULUAN Dalam belajar masing-masing siswa memiliki motivasi belajar yang berbadabeda. Ada siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dan ada juga siswa yang 1
memiliki motivasi belajar yang rendah. Menurut Dalyono (2005:55), motivasi adalah daya penggerak atau dorongan untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang berasal dari dalam atau biasa disebut dengan motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan motivasi yang berasal dari luar atau biasa disebut dengan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang muncul karena doktrin yang diberikan para guru dan ditunjang oleh fasilitas-fasilitas yang memadai. Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang tinggi, maka peranan guru dan siswa itu sendiri sangatlah dibutuhkan, sebab hanya seorang gurulah dan siswa itu sendiri yang mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa pada saat berada di dalam kelas, serta seorang gurulah yang dapat menentukan keberhasilan program pendidikan di Sekolah Dasar. Sosok guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam membentuk karakter generasi bangsa. Ditangan gurulah tunastunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini dimasa yang akan dating. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatakan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahanperubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, penggunaan media pembelajaran, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses pembelajaran. Berdasarkan pejelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa peran guru sangatlah dibutuhkan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas, khususnya pada mata pelajaran IPS. Pembelajaran akan berhasil ketika seorang guru menggunakan media, metode dan model pembelajaran yang tepat pada saat mengajar, serta guru memahami betul perannya sebagai seorang pendidik. Selain itu, motivasi
2
belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dapat terangsang jika seorang guru terusmenerus memberikan rangsangan atau motivasi yang tinggi pada siswa itu sendiri. Pada kenyataan yang terjadi di Kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo bahwa motivasi belajar siswa di kelas sangat rendah, khususnya pada mata pelajaran IPS. Hal ini terjadi pada saat pelaksanaan proses KBM yang tidak kondusif. Pada saat guru menjelaskan materi di depan kelas siswa dengan kesibukannya sendiri bercerita dengan teman sebangkunya, ada yang bermain, sering keluar masuk kelas, dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru. Selain itu, pada saat guru menyampaikan isi materi pembelajaran guru tidak menggunakan media pembelajaran. Oleh sebab itu, dengan melihat permasalahan yang ada, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo”. BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1
Hakekat Motivasi Belajar
2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafiah dan Suhana, 2009:26). Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat dicapai.Selain itu, motivasi dalam kegitan belajar sangat diperlukan. Sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. 2.1.2 Jenis-jenis Motivasi Belajar
3
Ada dua jenis motivasi belajar menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 26-27) yaitu; motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, adapun penjelasannya sebagai berikut; a. Motivasi Intrinsik. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self awareness) dari lubuk hati yang paling dalam. b. Motivasi Ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan oleh faktorfaktor di luar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antarpeserta didik, hukuman dan sebagainya. 2.1.3 Fungsi Motivasi Belajar Pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, menumbuhkan motivasi belajar siswa, merupakan salah satu tugas dan tanggungjawab guru. Ada tiga fungsi motivasi belajar menurut (Oemar Hamalik, 2002. Dalam bukunya Fathurrohman Pupuh, 2007: 20), antara lain; a. Mendorong manusia untuk berbuat. b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatan. 2.1.4 Prinsip-prinsip Motivasi belajar Dalam penerapan motivasi belajar untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal, perlu diperhatikan prinsip-prinsip penerapan motivasi. Dari hasil penelitiannya Kenneth H. Hoover (Oemar Hamalik, 1995. Dalam bukunya Sanjaya Wina, 2009: 258-261) mengemukakan sejumlah prinsip sebagai berikut; a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. b. Para siswa membutuhkan psikologis yang bersifat dasar yang perlu mendapat kepuasan.
4
c. Dorongan yang muncul dari dalam (Intrinsik), lebih efektif dibandingkan dengan dorongan yang muncul dari luar (Ekstrinsik), dalam menggerakkan motivasi belajar siswa. d. Tindakan-tindakan atau respons siswa yang sesuai dengan tujuan, perlu diberikan penguatan untuk memantapkan hasil belajar. e. Motivasi mudah menular kepada orang lain. f. Pemahaman siswa yang jelas terhadap tujuan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. g. Minat siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri, akan lebih besar dibandingkan dengan tugas yang dibebankan oleh orang lain. h. Berbagai macam penghargaan seperti ganjaran yang diberikan dari luar kadangkadang diperlukan untuk merangsang minat belajar siswa. i.
Penerapan strategi pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
j.
Minat khusus yang dimiliki siswa akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa manakala dihubungkan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
k. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat siswa yang tergolong lamban, ternyata kurang bermanfaat untuk siswa yang tergolong cepat belajar. l.
Tidak semua kecemasan berdampak negativ terhadap motivasi belajat siswa.
m. Keadaan psikologis yang serius seperti kecemasan dan emosi yang berat dapat menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar. n. Tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikerjakan akan menyebabkan frustasi kepada siswa, bahkan dapat mengakibatkan munculnya efek-efek negativ, seperti munculnya perbuatan-perbuatan
menyimpang
mencontoh). o. Setiap siswa memiliki kadar emosi yang berbeda.
5
(misalnya
menyontek atau
p. Pengaruh kelompok sebaya pada umumnya lebih efektif dibandingkan pengaruh orang dewasa dalam membangkitkan motivasi belajar siswa bagi para remaja. q. Motivasi berhubungan dengan peningkatan kreativitas. 2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Dalam aktivitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai. Terkait dengan hal tersebut, maka Mudjiono dan Dimyati (2009: 109-112) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: 1. Cita-cita atau Aspirasi siswa 2. Kemampuan Siswa 3. Kondisi Siswa 4. Kondisi Lingkungan Siswa 5. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran 6. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa 2.1.6 Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Ada beberapa strategi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar di sekolah, seperti yang oleh diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2007:20-21), motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu; (1) Menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik, (2) Hadiah, (3) Saingan/Kompetisi, (4) Pujian, (5) Hukuman, (6) Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar, (7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik, (8) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, (9) Menggunakan metode yang bervariasi dan (10) Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2.2
Hakekat Peran Guru
2.2.1 Pengertian Guru Kata guru berasal dari bahasa Sansekerta, guru yang juga berarti secara harfiahnya didefinisikan sebagai “berat” adalah pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama 6
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dalam definisi yang lebih luas juga, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru (dalam bukunya Rahmat Abdul, 2010: 19) Menurut UU RI NO 14 TAHUN 2005, Guru adalah pendidik yang professional dengan tugas utama memndidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 2.2.2 Ciri-ciri Guru Profesional Adapun
ciri-ciri
guru
profesional
yang
dikutip
(dalam
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2259670-ciri-ciri-guruprofesional.html), antara lain; a. Para guru dituntut mampu bercakap-cakap sesuai keahlian serta tugas-tugas khusus keguruannya. b. Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab. c. Para guru yang profesional juga dituntut untuk berwawasan sosial yang luas d. Guru yang mempunyai kepribadian yang baik, diantarnya yaitu guru yang mempunyai akhlakul karimah. e. Jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan atau Negara. 2.2.3 Tugas dan Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru juga adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi.Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilainilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru
7
sebagai pelatih bararti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Dari uraian di atas secara lebih terperinci, Naim Ngainun (2009: 28-29) mengemukakan bahwa peran guru dalam proses pembelajaran diantaranya: (1) Guru sebagai Demonstrator, (2) Guru sebagai pengelola kelas, (3) Guru sebagai mediator dan fasilitator, (4) Guru sebagai evaluator, dan (5) Peran guru sebagai pengadministrasian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 5 Telaga. Sekolah ini memiliki tigabelas
ruangan yang terdiri dari tujuh ruangan kelas, satu ruang kepala sekolah, satu ruang para guru, dua ruang tata usaha, satu ruang perpustakaan dan satu ruang UKS. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat meneliti, adalah: a. Ide judul penelitian ini berawal ketika peneliti melakukan pengalaman praktek lapangan di sekolah tersebut. b. Lokasi sekolah mudah di jangkau. 3.2
Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif.
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif atau disebut penelitian naturalistik, dimana data pada penelitian jenis ini didasarkan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi secara alamiah dilakukan dalam situasi yang wajar tanpa dipengaruhi dengan sengaja oleh peneliti.data yang dikumpulkan melalui penelitian kualitatif lebih bersifat naratif berupa kata-kata. 3.3
Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti sangat penting karena peneliti sebagai
pelaku dan pengumpul data. Karena bertindak sebagai pelaku, peneliti akan senantiasa berhubungan dengan subjek yang diteliti. 8
Kehadiran peneliti sebagai pelaku utama dilakukan secara terbuka, artinya status sebagai peneliti, tujuan maupun kegiatan peneliti dalam melakukan observasi, wawancara, dokumentasi dan pengumpulan data diketahui oleh kepala sekolah dan guru serta anak-anak kelas V SDN 5 Telaga yang menjadi informan penelitian. 3.4
Sumber Data Dalam penelitian ini data yang terkumpul terdiri atas data primer dan data
sekunder. 1. Data primer, merupakan informasi utama dalam penelitian, meliputi seluruh data kualitatif yang diperoleh melalui kegiatan observasi dan wawancara. 2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui buku-buku referensi berupa pengertian-pengertian dan teori-teori yang ada hubungannya dengan permasalahan yang sedang diteliti. 3.5
Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data,
yaitu: 1. Observasi Tehnik ini sengaja dilakukuan untuk memperoleh gambaran umum fenomena yang ada di lapangan sebagai dasar pelaksanaan prosedur pengumpulan data lainnya. Dalam penelitian ini, prosedur observasi yang digunakan adalalah observasi partisipasi pasif (Passive Participation). Menurut Sugiyono (2013:66) observasi partisipasi pasif (Passive Participation) merupakan observasi yang dilakukan oleh seorang peneliti dengan cara peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Observasi ini dilakukan untuk melihat aktivitas belajar siswa kelas 5, dan aktivitas guru mengajar dalam kelas. 2. Wawancara Selain observasi, prosedur lain yang digunakan dalam pengumpulan data adalah prosedur wawancara. Wawancara dipilih untuk mengetahui kondisi mendasar tentang permasalahan yang menjadi fokus kajian melalui informan yang dipilih oleh peneliti. Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara 9
Semiterstrukur. Menurut Sugiyono (2013:73) wawancara semiterstruktuur merupakan jenis wawancara yang dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data fisik yang digunakan sebagai bukti karena peneliti telah melakukan penelitian. Baik itu dokumentasi observasi yang dilakukan oleh peneliti, ataupun wawancara guru dan siswa. 3.6
Analisis Data Analisis data adalah proses pengaturan secara sistematis seluruh data, baik
data hasil observasi maupun transkip wawancara. Pengaturan ini dilakukan terusmenerus selama pengumpulan data. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis induktif. Menurut Maleong, J Lexy (2013:32) analisis induktif merupakan analisis yang dilakukan dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu, kemudian menarik kesimpulan. 3.7
Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan teknik triangulasi dan ketekunan
pengamat dalam mengecek keabsahan data pada penelitian ini. Menurut Sugiyono (2013: 125-127) Teknik trianggulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara (teknik) dan berbagai waktu. Sedangkan ketekunan pengamat menurut Sugiyono (2013: 124) yaitu: melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan caratersebut maka data menjadi lebih pasti dan sistematis. 3.8
Tahap-tahap Penelitian Data Proses pelaksanaan penelitian membutuhkan waktu yang cukup lama, muali
dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya sampai pada penulisan laporan. 10
Pada penelitian pendahuluan, peneliti mulai mengamati segala sesuatu yang ada di lingkungan sekolah seperti guru, siswa, sarana dan prasaran, serta keadaan lingkungan sekolah secara keseluruhan. Kemudian pada pengembangan desain, peneliti mencoba merancang penelitian dengan menetapkan strategi yang digunakan untuk
memperoleh
data
yang
akurat
sesuai
dengan
penelitian
yang
dilakukan.Selanjutnya, observasi dan wawancara dilakukan pada saat penelitian yang sebenarnya. Disini peneliti akan meneliti keadaan guru, siswa, sarana dan prasarana, dan lingkungan sekolah keseluruhan secara mendalam. Setelah mengamati lebih mendalam atau secara detail, barulah peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa. Adapun tahap-tahap penelitian secara umum, yaitu: 1. Tahap pra lapangan seperti observasi/pengamatan lokasi dan menyusun rencana lapangan. 2. Tahap pekerjaan lapangan seperti memahami latar belakang penelitian dan mengumpulkan data dengan observasi, angket, dan waancara. 3. Melakukan analisis data dan membuat laporan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Temuan Umum Secara umum, peneliti menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS berkurang disebabkan karena guru belum menjalankan perannya secara optimal. Misalnya perannya sebagai pengelola kelas, fasilitator dan mediator. Sebagai pengelola kelas, guru belum memahami betul bagaimana cara menciptakan suasana kelas yang nyaman dan bersih sebagai lingkungan belajar siswa yang dapat meningkatkan motivasi belajar pada saat berada dalam kelas. Sebagai fasilitator dan mediator, guru belum bisa menyiapkan kemudahan belajar untuk siswa dan guru belum memahami betul peran media pembelajaran dalam proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran IPS.
11
Jadi, secara umum lebih menonjol mengenai peran guru yang belum optimal dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah terutama pada mata pelajaran IPS kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten gorontalo. 4.1.2 Temuan Khusus Adapun yang menjadi temuan khusus dalam penelitian ini yaitu: 1. Sebagian besar siswa lebih banyak bermain daripada belajar. 2. Siswa
sering
melakukan percakapan
yang
tidak
berhubungan dengan
pembelajaran, dan menyebabkan kurangnya perhatian siswa dalam belajar. 3. Siswa sering menyontek atau mengcopy tugas dari teman sekelasnya. Temuan-temuan yang telah didskripsikan diatas merupakan suatu gambaran tentang masalah-masalah yang akan kita temui pada saat kita akan menjadi seorang pendidik nanti. Maka untuk selanjutnya kita akan membahas masalah-masalah tersebut pada bagian kedua dari bab ini, yaitu pembahasan. 4.2 Hasil Pembahasan Berdasarkann penelitian terdapat beberapa temuan, baik temuan umum maupun temuan khusus, bahwa yang menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam belajar pada mata pelajaran IPS adalah kurangnya motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang dimilki oleh setiap siswa. Menurut pendapat Mashlow dan Rogers motivasi intrinsik dan ekstrinsik sangat penting bagi acara pembelajaran. Seperti yang telah ditemui oleh peneliti dilapangan bahwa motivasi intrinsik yang dimiliki oleh tiap siswa berbeda-beda. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada masing-masing siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar siswa lebih banyak menyontek atau mengcopy tugas dari temannya, sering melakukan percakapan yang tidak berhubungan dengan materi pembelajaran, sering bermain pada saat proses KBM berlangsung, dan mereka lebih memilih untuk tidak masuk kelas daripada mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar, seperti cara mengajar guru yang belum optimal dalam menjalankan perannya sebagai seorang
12
pendidik. Oleh sebab itu peran guru sebagai seorang pendidik sekaligus pembimbing sangatlah dibutuhkan dalam membangun motivasi belajar siswa. BAB V PENUTUP 1.1 Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan uraian pada pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata pelajara IPS berkurang disebabkan oleh beberapa hal, pertama, kemampuan yang dimilki oleh masing-masing siswa berbeda. Kedua, kondisi lingkungan belajar siswa yang tidak mendukung, misalnya penataan ruang kelas dan pengaruh teman sebaya. Dan ketiga, upaya guru dalam membelajarkan siswa belum optimal, misalnya gaya mengajar guru yang belum memahami perannya sebagai seorang pendidik. Oleh sebab itu, peran guru sebagai seorang pendidik perlu untuk dimaksimalkan lagi. Sebab motivasi belajar siswa akan meningkat jika guru sering memberikan stimulus atau rangsangan dari luar. 1.2 Saran Berdasarkan simpulan tersebut di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Kiranya hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan masukan guna memperluas pengetahuan dan pemahaman siswa tentang perlunya meningkatakan motivasi belajar siswa pada saat berada di dalam kelas, khususnya pada mata pelajaran IPS. 2. Hasil penelitian ini hendaknya mendorong bagi rekan-rekan guru Sekolah Dasar untuk senantiasa memelihara bahkan meningkatkan motivasi belajar siswa, baik saat berada di dalam kelas maupun berada di rumah. 3. Pelaksanaan penelitian ini tentang peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kiranya menjadi dasar bagi teman-teman mahasiswa untuk melakukan kajian-kajian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA 13
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo. 2010. Buku Pedoman Penulisan Karya IlmiahI. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo Maleong, J Lexy. 2013. Metodologi Pnelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Rahmat, Abdul. 2010. Kearifan Cinta Sang Guru. Bandung: MQS Publishing Naim, Ngainun. 2009. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta http://id.shvoong.com/social-sciences/aducation/2259670-ciri-ciri-gruprofesional.html (diakses tanggal 25 februari)
14