Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X
Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran IPS Berbantukan Media Gambar Pada Siswa Kelas V di SDN Inpres Bobolon Hastin Andi Nurdin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal dari pada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat masih banyak siswa yang belum tuntas nilainya bersarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Apakah dengan berbantukan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN Impres Bobolon? Tujuan penilitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN Impres Bobolon dengan berbantukan media gambar. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 3 (tiga) bulan yakni pada Bulan September sampai Nopember 2014. Penelitian ini difokuskan pada dua subjek yakni siswa dan guru. Siswa kelas V secara umum mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II secara signifikan dengan menggunakan media gambar. Dari hasil tes terlihat bahwa pada siklus I didapatkan rata – rata 58,19 atau daya serap klasikal sebesar 58,19% ketuntasan klasikal sebesar 42,85%, sedangkan pada siklus II didapatkan rata – rata 80,47 atau daya serap klasikal sebesar 80,47% ketuntasan klasikal sebesar 95,23%. Analisa data hasil observasi siswa dan analisa data observasi guru menunjukkan peningkatan hasil belajar yang meningkat. Dilihat dari kriteria taraf keberhasilan tindakan observasi siswa dan observasi guru mendapatkan kategori nilai baik. Analisa data hasil observasi siswa siklus II dan analisa data observasi guru menunjukkan nilai yang sangat memuaskan. Dilihat dari taraf keberhasilan tindakan observasi siswa dan observasi guru mendapatkan kategori nilai sangat baik. Hasil observasi siklus I dan II menunjukkan aktifitas siswa dan aktifitas guru dalam pembelajaran dari baik menjadi sangat baik. Kata Kunci: Hasil Belajar; Media Gambar I. PENDAHULUAN Dalam kehidupan yang serba maju, modern dan serba canggih seperti saat ini, pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia-manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran
33
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X pembangunan nasional. Dalam pasal 20 UU tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab (UU No. 20 tahun 2003). Kini semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan yang sangat penting didalam kehidupan dan kemajuan umat manusia. Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya, jiwa, sosial dan moralitasnya, atau dengan perkataan lain, pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan, kepribadian dan kehidupan individu dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama, serta hubungannya dengan Tuhan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatankegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Mutu pendidikan sangat erat hubungannya dengan mutu siswa, karena siswa merupakan titik pusat proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam meningkatkan mutu pendidikan harus diikuti dengan peningkatan mutu siswa. Peningkatan mutu siswa dapat dilihat pada tingginya tingkat prestasi belajar siswa, sedangkan tingginya tingkat prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh besarnya minat belajar siswa itu sendiri. Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum disusun untuk mendorong anak berkembang ke arah tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini dicoba diwujudkan dalam kurikulum tiap tingkat dan jenis pendidikan, diuraikan dalam bidang studi dan akhirnya dalam tiap pelajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas. Dalam
mencapai
tujuan
pendidikan
ini,
pemerintah
menggagas
diberlakukannya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Tetapi pada penelitian kali ini, peneliti masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan
34
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. KTSP tersebut memberikan keleluasaan
kepada
sekolah
untuk
merancang,
mengembangkan,
dan
mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Alasan peneliti masih menggunakan KTSP karena kurikulum baru tahun 2013 belum sepenuhnya serentak diberlakukan pada sekolah diseluruh indonesia lebih khususnya di SDN Inpres Bobolon sampai saat ini masih menggunakan KTSP. Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal dari pada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat masih banyak siswa yang belum tuntas nilainya bersarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Faktor minat itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Metode yang konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah dengan komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh pengajar, sedangkan siswa biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan siswa kurang aktif dan pembelajaran yang dilakukan kurang efektif. Disini guru dituntut untuk pandai menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa kembali berminat mengikuti kegiatan belajar. Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, media, dan metode, serta evaluasi. Dalam pencapaian tujuan tersebut, media merupakan salah satu kompenen pembelajaran sangat penting sebab dengan adanya media atau alat pembelajaran, bahan dapat dengan mudah dipahami dan diserap oleh siswa dan guru lebih mudah menyampaikan bahannya kepada siswa peserta didik nantinya. Di dalam proses belajar mengajar dikenal istilah, seperti peragaan atau keperagaan. Tetapi dewasa ini istilah keperagaan ini telah mulai dipopulerkan dengan istilah media. Kata media sendiri berasal dari bahasa latin dan secara
35
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Penggunaan media gambar dalam pembelajaran sangat diutamakan guna menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Melalui media gambar diharapkan dapat lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. SDN Inpres Bobolon adalah salah satu sekolah dasar negeri yang terletak di kecamatan Banggai, kabupaten Banggai Laut, propinsi Sulawesi Tengah. Kegiatan pembelajaran SDN Inpres Bobolon masih termasuk tradisional karena kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, sehingga siswa merasa bosan dalam megikuti proses pembelajaran. Hal itu diketahui dari hasil survei yang telah dilakukan. Dari hasil survei tersebut bahwa pembelajaran IPS kurang diminati oleh siswa. Dalam proses pembelajaran terlihat masih rendah perhatian siswa, siswa kurang berpartisipasi, sedangkan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi. Diharapkan dengan berbantukan media gambar dalam proses pembelajaran IPS akan menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Slameto (2008:2),”Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Kosasi Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Sedangkan menurut Brigs (Sadiman, 2002:6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Jadi, media
36
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara partisipatif. Partisipatif artinya peneliti dibantu oleh teman sejawat yang terlibat secara langsung dalam penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi suatu permasalahan di dalam kelas, yaitu kurang aktifnya siswa dalam pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial. Dengan cara melakukan tindakan
diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS di kelas. Sesuai tujuan dasar penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu memperbaiki praktek pembelajaran guru di kelas, maka setiap tindakan dalam penelitian ini selalu diikuti dengan refleksi atau mempertimbangkan baik buruknya, berhasil tidaknya tindakan. Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Inpres Bobolon. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu suatu pendekatan yang menjadikan informasi itu miliknya sendiri, dan berperan aktif dalam pembelajaran, karena informasi yang diterima dapat ditransfer dan dibangun sendiri menjadi suatu pengetahuan yang lebih bermakna. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian Kemmis dan Mc.Taggart (Aip Badrujaman dan Dede Rahmat Hidayat, 2010:12). Di mana alur pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas ini dimulai dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan (3) pengamatan/observasi dan (4) refleksi. Penelitian ini direncanakan dalam beberapa siklus. Siklus merupakan ciri dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setiap siklus yang di laksanakan berdasarkan perubahan yang dicapai. Setiap siklus mengikuti empat tahap, yaitu:
37
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X a.
Planning (rencana) Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum
melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat mengatasi hambatan. Adapun kegiatan yang dilakukan pada saat perencanaan adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan guru mitra sebagai pengamat. 2. Memilih materi yang akan diajarkan 3. Menggunakan media gambar 4. Membuat skenario pembelajaran 5. Membuat rencana pembelajaran 6. Membuat lembar observasi 7. Membuat lembar kerja siswa 8. Menyiapkan tes akhir tindakan b. Action (Tindakan) Setelah perencanaan dalam penelitian ini maka diadakan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan media gambar yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru kelas V SDN Inpres Bobolon sedangkan penerima tindakan adalah siswa kelas V SDN Inpres Bobolon. Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai jadwal pelajaran yaitu setiap hari kamis. c.
Observation (Pengamatan) Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan sekaligus dilakukan pengamatan.
Pengamatan dalam penelitian ini direncanakan terdiri atas dua orang pengamat, yakni (1) Suharto Balahanti, A.Ma.Pd yang khusus mengamati kegiatan guru dalam menyajikan pembelajaran dengan menggunakan media dan (2) Hasna U. Sanggayu, S.Pd khusus mengamati siswa dalam menerima pelajaran dengan menggunakan media. Dimana ke dua pengamat tersebut dilengkapi lembar pengamatan yang telah dibuat pada tahap perencanaan terdahulu. Akan tetapi ke dua pengamat tetap diberikan kesempatan dan keleluasaan untuk mencatat hal-hal yang lain yang terjadi selama pembelajaran yang tidak termuat dalam lembar observasi
38
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X d.
Reflection (Refleksi) Refleksi
di
sini meliputi
kegiatan: analisis,
sintesis, penafsiran
(penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, penelitian tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk untuk melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Inpres Bobolon Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Laut. Karena di kelas ini hasil belajar pada mata pelajaran IPS masih rendah / masih banyak yang belum tuntas berdasarkan kriteria ketuntasan minima (KKM). Pelaksanaan penelitian ini direncanakan selama 2 (Tiga) bulan yakni pada bulan September sampai bulan nopember tahun ajaran 2014-2015. Sampel penelitian sebanyak 20 siswa Kelas V SDN Inpres Bobolon untuk memperoleh sampel penulis menggunakan teknik sampling total. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode belajar secara berkelompok terhadap mata pelajaran IPS di Kelas V dengan berbantukan media gambar yang berorientasi pada peningkatan kemampuan siswa. Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang terkait dengan subjek yang terdapat dalam judul penelitian atau yang tercakup dalam paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Pada penelitian ini terdapat beberapa subjek yang perlu dijelaskan sehingga menunjang proses operasional penelitian, yaitu: 1. Subjek Bebas (X) Unsur yang mengikat munculnya unsur lain, jadi subjek bebas merupakan gejala yang sengaja mengikat terhadap subjek terikat. Dalam penelitian ini subjek bebasnya adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan di ruang kelas yang disajikan dengan mengerjakan soal yang diberikan secara individu kemudian bertukar pendapat dengan kelompok untuk mendapatkan
39
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X kesepakatan dan pada akhirnya apa yang menjadi keputusan kelompok dipersentasikan untuk ditanggapi kelompok lain. 2. Subjek Terikat (Y) Unsur yang diikat oleh adanya subjek yang lain. Jadi subjek terikat merupakan gejala sebagai akibat dari subjek bebas. Penelitian ini yang menjadi subjek terikat adalah hasil belajar. Sesuai dengan jenis data yang di kumpulkan ada dua prosedur dalam pengambilan data, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Kuantitatif dikenal teknik pengumpulan data angket (questionnaire), wawancara, dan dokumentasi yang diperoleh dari siswa kelas V SDN Inpres Bobolon. Kualitatif dikenal teknik pengumpulan data: observasi, studi kasus (case study), dan hasil tes belajar siswa kelas V SDN Inpres Bobolon dan Sumber data pada penelitian ini adalah guru (peneliti) dan siswa. 1. Guru: Data yang di peroleh dari hasil observasi saat pembelajaran berlansung. 2. Siswa: Data yang di peroleh dari hasil observasi, wawancara dan tes. Proses pengumpulan data di-awali dengan dialog antara peneliti dan seluruh dewan guru. Hal ini dimaksudkan untuk mematangkan rencana pelaksaan tindakan. Kegiatan dilanjutkan dalam penyusunan rencana kegiatan dan menyiapkan instrumen yang diperlukan. Rencana yang dimaksud iyalah, menetapkan topik yang akan diajarkan, kebutuhan bahan ajar dan media serta menyusun skenario pembelajaran. Langkah berikutnya peneliti menggunakan dua jenis metode pengumpulan data, yaitu: 1. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari siswa dan kegiatan guru (peneliti) dalam kegiatan belajar mengajar yang mencakup: a. Observasi, yang dilakukan untuk mengamati seluruh kegiatan pembelajaran yang difokuskan pada pengamatan mengenai aktifitas guru dan siswa. b. Wawancara, dimaksudkan untuk menggali kesulitas siswa dalam memahami materi yang sulit diperoleh dari pekerjaan siswa maupun observasi. 2. Data kuantitatif yaitu dari hasil belajar siswa dalam pengajaran tes yang mencakup:
40
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X a. Tes awal. Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa sebagai dasar dalam pembentukan kelompok belajar. b. Tes akhir. Tes ini diberikan pada saat akhir tindakan untuk mengukur hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dan tingkat pembelajaran pada setiap siklus Penelitian ini menerapkan nilai rata-rata 60 sebagai batas ketuntasan minimal. Oleh karena itu, jika setelah pembberian tindakan semua siswa minimal mendapatkan nilai 60 maka tindakan yang diberikan memenuhi kinerja atau dianggap berhasil. Diketahui kentutasan individu seorang siswa dikatakan tuntas belajar secara individu bila peroleh daya serap secara individual 60%. Suatu kelas dikatakan tuntas klasifikasi jika persentasi daya serap klasifikasi sudah mencapai 80%.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN No
Tabel 1. Analisis Hasil Tes Awal Aspek Perolehan Skor Hasil Balajar
1.
Skor tertinggi
45 (1 orang)
2.
Skor terendah
15 (4 orang)
3.
Rata - rata
50,28
4.
Banyaknya siswa yang tuntas
5.
Banyak siswa yang belum tuntas
15 orang
6.
Presentase ketuntasan klasikal
28,57 %
7.
Presentase daya serap klasikal
50,28 %
6
orang
Hasil analisis tes awal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa juga dijadikan dasar untuk pembentukan kelompok. Peneliti membagi siswa dalam 7 kelompok. terdiri dari 3 orang siswa. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
41
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X Tabel 2. Analisis Hasil Tes Akhir Siklus I Aspek Perolehan Skor Hasil Belajar Skor tertinggi 45 ( 1 orang ) Skor terendah 20 ( 6 orang ) Rata - rata 58,19 Banyaknya siswa yang tuntas 9 orang Banyak siswa yang belum tuntas 11 orang Presentase ketuntasan klasikal 42,85 % Presentase daya serap klasikal 58,19 %
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Berdasarkan hasil tes akhir yang diberikan dalam pelaksanaan tindakan siklus I didapatkan rata – rata penguasaan siswa atau daya serap klasikal hanya mencapai 58,19% dengan ketuntasan belajar klasikal 42,85%. Tabel 3. Analisis Hasil Tes Akhir Siklus II No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Aspek Perolehan Skor tertinggi Skor terendah Rata - rata Banyaknya siswa yang tuntas Banyak siswa yang belum tuntas Presentase ketuntasan klasikal Presentase daya serap klasikal
Skor Hasil Belajar 50 ( 1 orang ) 25 ( 1 orang ) 80,47 21 orang 1 orang 95,23 % 80,47 %
Berdasarkan hasil tes akhir yang diberikan dalam pelaksanaan tindakan siklus I didapatkan rata–rata penguasaan siswa atau daya serap klasikal hanya mencapai 80,47% dengan ketuntasan belajar klasikal 95,23%. Hasil tes pada siklus II telah mencapai kriteria ketuntasan belajar klasikal minimal 80 % dan daya serap klasikal minimal 60%. Oleh karena itu, sesuai kriteria tersebut maka pembelajaran IPS pada materi perjuangan para tokoh untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Pembahasan Hasil Penelitian Pra Tindakan Pada tahap awal peneliti memberikan tes pra tindakan atau tes awal pada siswa yang akan diteliti. Tes awal diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa tentang materi yang akan diajarkan dan untuk keperluan pembagian kelompok belajar. Pembentukan kelompok belajar dilakukan dengan menyusun nama-nama siswa yang berdasarkan kemampuan
42
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X hasil tes pra tindakan. Hasil tes awal didapatkan rata – rata penguasaan siswa atau daya serap klasikal hanya mencapai 50,28% dengan ketuntasan belajar klasikal 28,57%. Dari hasil analisis pelaksanaan tes pra tindakan memberikan gambaran bahwa sebagian besar siswa belum dapat mengerjakan soal dengan benar. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, apalagi dalam pembelajaran sebelumnya tidak menggunakan media gambar. Fenomena ini terlihat jelas dari jawaban siswa dalam menyelesaikan tes awal. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengupayakan suatu perbaikan dalam peningkatan hasil belajar siswa dalam memahami konsep Ilmu Pengetahuan Sosial. Alternatif yang ditempuh adalah dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran IPS khususnya materi perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan. Hasil Penelitian Siklus I Dari hasil penelitian pra tindakan yang dikemukakan di atas mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu rata – rata 60. Pengamatan terhadap hasil tes tindakan siklus I selama pembelajaran berlangsung diperoleh hasil hasil rata-rata 58,19 atau presentase daya serap klasikal mencapai 58,19 % dan ketuntasan klasikal mencapai 42,17 %. Pada lampiran mengenai analisis tindakan pada siklus I dan hasil wawancara tampak bahwa sebagian besar siswa belum bisa menjawab soal nomor 1 dan 2 secara tepat, hal ini karena siswa belum memahami materi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan., kenaikan hasil belajar siswa disebabkan karena guru sudah menggunakan media gambar serta guru terus berusaha memotivasi dan memeberikan bimbingan kepada siswa. Hasil yang diperoleh belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merencanakan untuk melanjutkan ke siklus II, dengan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Hasil Penelitian Siklus II
43
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X Secara umum pelaksanaan tindakan siklus II materi ajarnya masih sama dengan pelaksanaan tindakan siklus I yaitu perjuangan para tokoh perjuangan kemerdekaan tetapi peneliti melanjutkan materi yaitu perjuangan para tokoh untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Menurut observer peneliti/guru pada siklus II, peneliti/guru terlihat lebih baik dalam menyajikan materi dalam proses kegiatan pembelajaran. Menggunakan satu model bangun ruang mempermudah siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru/peneliti serta peneliti/guru sudah lebih intensif dalam memberikan perhatian, motivasi dan bimbingan terhadap siswa. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus II didapatkan rata-rata penguasaan siswa 80,47 atau daya serap klasikal sudah mencapai 80,47% dengan ketuntasan belajar klasikal 95,23%. Analisa data hasil observasi siswa siklus II menunjukkan menunjukkan adanya peningkatan yang sidnifikan. Dilihat dari taraf keberhasilan tindakan oservasi siswa dan observasi guru mendapatkan kategori nilai sangat baik. Pada siklus II terlihat lebih baik lagi dibandingkan dengan hasil tes akhir siklus I. Peningkatan hasil belajar terlihat pada daya serap klasikal yang siklus I hanya mencapai 58,19% sedangkan pada siklus II daya serap klasikal sudah mencapai 80,47% dan ketuntasan belajar klasikal yang siklus I hanya mencapai 42,85% sedangkan pada siklus II daya serap klasikal mencapai 95,23%.Hal ini dapat dilihat dari analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif memperlihatkan peran siswa yang sesuai dengan kriteria dalam kegiatan pembelajaran telah terarah dengan baik. Sedangkan hasil analis kuantitatif telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan untuk daya serap individu 60% dan tuntas klasikal minimal 80% serta daya serap klasikal minimal 80%. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa tindakan penelitian ini berhasil.
IV.
PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian yang dikemukakan, maka hasil belajar siswa kelas V secara umum mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II secara signifikan dengan menggunakan
44
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X media gambar. Dari hasil tes terlihat bahwa pada siklus I didapatkan rata – rata 58,19 atau daya serap klasikal sebesar 58,19%
ketuntasan klasikal sebesar
42,85%, sedangkan pada siklus II didapatkan rata-rata 80,47 atau daya serap klasikal sebesar 80,47% ketuntasan klasikal sebesar 95,23%. Saran Dengan mengacu pada temuan dari penelitian tindakan ini, disampaikan beberapa saran. Penyampaian saran ini merupakan sumbangan pemikiran kepada mitra peneliti untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas V SDN Inpres Bobolon. Saran yang dapat dikemukakan adalah: 1. Dalam melaksanakan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, guru hendaknya memanfaatkan media gambar sebagai sumber belajar. 2. Hendaknya siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk memanipulasi media gambar tersebut untuk mengukur, melihat, mengamati dan membentuk, sehingga suasana kelas menjadi hidup. 3. Apabila pembelajaran ini dapat meningkatkan keahlian dan meningkatkan kemampuan siswa, maka penggunaan media peraga dapat juga diterapkan pada mata pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Badrujaman, A dan Hidayat, D. R (2010) Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Mata Pelajaran dan Guru Kelas. Jakarta: Trans Info Media Sadiman, Arief. (2009). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press Slameto. (2008). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Yaba. (2006). Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Progaram Studi Pendidikan Guru Sekolah. Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar. Makassar.
45