1
PERSETUJUAN PEMBIMBING
JURNAL ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN 11 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO
Oleh Festy Djenaan NIM. 151410350
Telah diperiksa dan disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si. NIP. 19580712 198403 2 001
Samsi Pomalingo, S.Ag.MA NIP. 19760520 200604 1 015
MENGETAHUI Ketua Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan
Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si NIP. 19580712 198403 2 001
2
ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN 11 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO Festy Djenaan, Hakop Walangadi, Samsi Pomalingo Jurusan Pendidkan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Email :
[email protected] ABSTRAK Festy Djenaan. 2014. Analisis Kemampuan Guru Dalam Penerapan Pendekatan Kontekstual Pada Mata Pelajaran Ips Di Kelas IV SDN 11 Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Jurusan Ilmu Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hakop Walangadi, M.Si dan Pembimbing II Samsi Pomalingo, S.Ag.MA Masalah dalam penelitian ini adalah, (1) Bagaimana kemampuan guru dalam penerapan pendekatan kontekstual, (2) Apa yang menjadi faktor pendukung dan kendala dalam menerapkan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS. Dengan tujuan (1) Untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual, (2) Apa yang menjadi faktor pendukung dan kendala dalam menerapkan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual di kelas IV SDN 11 Bongomeme sangatlah beragam, namun pada dasarnya sama. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia peserta didik secara nyata dan mendorong mereka untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulan, bahwa kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual di kelas IV SDN 11 Bongomeme yakni dengan melaksanakan tujuh komponen yaitu konstruktivisme (Constuctivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment). Kata Kunci : Kemampuan Guru, Pendekatan Kontekstual1
1
Festy Djenaan 151410350 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo. Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si, Samsi Pomalingo, S.Ag.MA
3
Berdasarkan perubahan kurikulum yang menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (di dalam kelas ataupun di luar kelas). Salah satu paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang berpusat pada guru beralih berpusat pada murid. Semula metodologi lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semulanya lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran di SDN 11 Bongomeme, Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo pada proses pembelajaran guru kurang mampu penggunaan pendekatan pembelajaran yang telah dipelajari. Siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Dan pembelajaran hanya berpusat pada guru saja.. Dalam membantu siswa memahami konsep-konsep dan memudahkan guru dalam mengajarkan konsep-konsep tersebut diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang langsung mengaitkan materi konteks pelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilkinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami langsung apa yang dibelajarkan oleh guru. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran pada proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis terdorong untuk mengangkat dan mengadakan penelitian yang diformulasikan dengan judul ”Analisis kemampuan guru dalam penerapan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN 11 Bongomeme Kabupaten Gorontalo”. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN 11 Bongomeme, Kec Dungaliyo, Kab Gorontalo. Dengan luas bangunan sekolah 1500 M2 Terdapat 10 ruangan yaitu terdiri dari : 6 Ruangan untuk kelas 1-kelas 6 dan 4 ruangan lainnya adalah Ruang Kepala Sekolah, Dewan Guru, Perpustakaan sekolah, Ruangan UKS. Jumlah siswa keseluruhan 174 orang siswa, dengan jumlah guru sejumlah 9 orang. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk meberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut bisa berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, vidio tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-katan tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
4
dapat diamati. Dalam pendekatan deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini sebagaimana yang diungkapkan oleh J.R.Raco. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan. Menurut Creswell (dalam Raco,2008:93) bahwa “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan sumber data salah satunya adalah guru dan siswa yang dijadikan informan. Dikarenakan penelitian ini dilakukan pada lembaga pendidikan, tepatnya di Sekolah Dasar Negeri 11 Bongomeme, Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo. Maka data itu yang menjadi informan yaitu, guru kelas IV sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik yang berinteraksi langsung dengan guru pada proses pembelajaran. Untuk mempermudah dalam memperoleh data yang mendukung penelitian ini, maka data yang diperoleh adalah melalui prosedur sebagai berikut : Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi di SDN 11 Bongomeme, Kec. Dungaliyo, Kab. Gorontalo Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati kegiatan informan dalam mempersiapkan media atau pada saat membuat model pembelajaran dengan penggunaan media pembelajaran dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data informasi dari informan yang telah ditentukan melalui proses tanya jawab seputar masalah yang dijadikan fokus penelitian, dalam hal ini peneliti akan membuat panduan pertanyaan sederhana yang akan diajukan kepada narasumber. Tujuan peneliti menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan lengkap mengenai kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan pembelajaran pada siswa kelas IV SDN 11 Bongomeme, Kec. Dungaliyo, Kab. Gorontalo. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan guru kelas IV SDN 11 Bongomeme, Kec. Dungaliyo, Kab. Gorontalo
5
Kemudian langkah lainnya yang digunakan adalah mencari data dari data tertulis, berupa: arsip, buku-buku, surat kabar, majalah dll. Hal ini dilakukan untuk menunjang data yang diperoleh di lapangan. Dari rumusan di atas peneliti menarik garis besar bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif. Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta. Dalam pengecekan Keabsahan data ada 3 kriteria yaitu : 1. Kepercayaan (kreadibility) Kreadibilitas data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik : teknik triangulasi (Observasi,Wawancara Catatan lapangan) sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan. 2. Kebergantungan (depandibility) Menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggung jawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor independent oleh dosen pembimbing. 3. Kepastian (konfermability) Menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit. Pada penelitian ini, peneliti melaksanakan 4 tahap dalam proses mencapai pengetahuan baru yaitu: Sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian. Pekerjaan lapangan, mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, data diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat langsung proses pembelajaran. Analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan guru dan siswa SDN 11 Bongomeme, Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo. Kemudian
6
dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benarbenar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. penulisan laporan ini meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi. HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian deskriptif ini peneliti menemukan beberapa temuan umum dan khusus melalui metode dan prosedur peneletian yang sesuai dengan maksud untuk memperoleh hasil penelitian yang akurat terutama pada penerapan pendekatan pada pembelajaran IPS di SDN 11 Bongomeme Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo: 1.1.1 Kemampuan Guru Menerapkan Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran Dengan temuan umum dan khusus yang diperoleh dari hasil wawancara guru wali kelas IV di SDN 11 Bongomeme Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, yang akan dibahas peneliti yakni kemampuan guru menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS. Guru adalah seorang pendidik yang harus memiliki segala kemampuan untuk mengubah psikis dan pola pikir siswa dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Dengan mengajar di dalam kelas adalah kegiatan yang paling banyak dihadapi oleh guru dan bagaimana cara guru untuk menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan pada pembelajaran IPS, dengan demikian guru harus memiliki kemampuan dalam proses belajar mengajar, menguasai dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Penerapan pendekatan pembelajaran pada IPS ini dapat memudahkan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Pembinaan kemampuan guru merupakan tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik guna memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu. Hasil Wawancara Pada penelitian ini peneliti hanya fokus meneliti satu kelas saja yakni hanya kelas IV yang guru wali kelasnya yakni ibu Misrawati Napu S.Pd. Dalam hal ini meneliti melakukan penelitian tentang kemampuan guru dalam penerapan pendekatan kontekstual pada pemeblajaran IPS di kelas IV SDN 11 Bongomeme Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo.
7
Gambar 4.2.1 wawancara guru wali kelas IV Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan yakni (Misrawati Napu S.Pd) guru wali kelas IV yang mengemukakan bahwa guru mampu menerapkan pendekatan kontekstual dan guru telah menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS. Menurut Trianto (2008:43-47) guru dikatakan telah menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual apabila menempuh tujuh komponen yaitu konstruktivisme (Constuctivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment). 1. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir yang dipergunakan dalam pendekatan kontekstual. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. 2. Bertanya (questioning) Belajar dan pembelajaran kontekstual dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa. Pada sisi lain, kenyataan menunjukkan seseorang selalu bermula dari bertanya. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama dalam pembelajaran yang berbasis kontektual. Bertanya merupakan suatu kegiatan guru yang sering dilakuan dalam hal mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Inti dari komponen ini adalah untuk mengembangkan sifat rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.
Gambar 4.2.1 Guru mengajukan pertanyaan pada siswa 3. Menemukan ( inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis pembelajaran kontekstual. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap
8
fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. 4. Masyarakat belajar (Learning Community) Konsep dari masyarakat belajar menyarankan agar hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjaama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam kelas pembelajaran kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok yang anggotanya heterogen dengan jumlah yang bervariasi. Metode ini sangat membantu dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Intinya dalam masyarakat belajar ini dilakukan dengan cara belajar kelompok. 5. Pemodelan (Modelling) Komponen ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh tentang tentang, misalnya, cara mengoperasiakan sesuatu, menujukkan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan,cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan pada siswa tanpa ditunjukkan contohnya. 6. Refleksi (Reflection) Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran kontekstual adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah, dan merespon semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan. Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas dengan sedidit kunci dari itu semua. Pada akhir pembelajaran guru minyisakan waktu sejenak untuk refleksi. Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran karena siswa banyak bertanya kepada guru. 7. Penilaian otentik Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan siswa harus diketahui oleh guru agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran. (Sugandi,2007:127) Dengan kemampuan guru wali kelas IV di SDN 11 Bongomeme Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo dalam menerapkan pendekatan kontekstual melalui tujuh komponen tersebut pada saat proses pembelajaran menjadikan
9
pembelajaran menyenangkan bagi siswa, siswa lebih aktif pada proses pembelajaran dan dapat membantu siswa mengembangkan pemikiran mereka serta siswa dapat melewati KKM yang sudah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, kemampuan guru sangat di perlukan, sebab seorang guru yang tidak mempunyai kemampuan mengajar dan kemampuan menerapkan pendekatan pembelajaran, tidak akan mungkin berjalan dengan baik pembelajaran yang guru lakukan. Hal ini harus diperhatikan guru apabila proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik maka tidak akan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Guru profesional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Dan mengajar diperlukan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar. 4.2.2 Faktor pendukung dan kendala dalam menerapkan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS a. Faktor pendukung dalam menerapkan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan yakni (Misrawati Napu S.Pd) guru wali kelas IV mengatakan bahwa faktor pendukung penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPS di kelas IV SDN 11 Bongomeme Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo yakni terdiri dari buku sumber, alat peraga, dan media pembelajaran. Dengan melakukan model pembelajaran kontekstual akan membuat belajar menjadi lebih bermakna dengan bekerjasama dalam kelompok dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang semula pasif menjadi aktif, dan siswa menjadi aktif, kreatif dan kritis. Adapun digunakannya media pembelajaran yang merupakan faktor pendukung dari pendekatan kontekstual akan lebih membantu siswa dalam hal belajar. a. Kendala dalam menerapkan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Dari masalah yang peneliti peroleh dari informan (Misrawati Napu S.Pd) guru wali kelas IV mengatakan bahwa kendala yang ditemukan dalam penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPS yakni sebagian anak belum begitu memahami materi yang diajarkan guru. Hal ini berkaitan dengan kekurangan dari pendekatan kontekstual menurut Trianto (2008: 30) kekurangan pendekatan kontekstual yakni waktu yang digunakan kurang
efisien karena membutuhkan waktu yang cukup untuk mengaitkan tema dengan materi pelajaran. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan bahwa dengan adanya kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual di kelas IV SDN 11 Bongomeme Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo yaitu:
10
a. Kemampuan guru menerapkan pendekatan kontekstual di kelas dalam pembelajaran yakni dengan melaksanakan tujuh komponen yaitu konstruktivisme (Constuctivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment). Berdasarkan tujuh komponen tersebut dapat membantu guru untuk menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan dan siswa lebih aktif selama pembelajaran IPS. b. Faktor pendukung pada penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS yakni guru menggunakan buku sumber, alat peraga dan media pembelajaran. c. Kendala yang dihadapi guru pada penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS yaitu sebagian anak belum begitu memahami materi yang diajarkan guru. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan tersebut, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada guru agar sering menerapkan pendekatan kontekstual tersebut pada proses pembelajaran, agar pembelajaran menjadi menyenangkan, menjadikan siswa lebih aktif pada proses pembelajaran, memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Diharapkan kepada siswa penelitian ini dapat memberikan motivasi dan lebih aktif dalam pembelajaran. 3. Kepada pihak-pihak yang terkait terutama kepada sekolah, kiranya dapat memberikan dukungan dan fasilitas keperluan-keperluan yang dibutuhkan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. 4. Diharapkan kepada peneliti lain dapat melaksanakan penelitian deskriptif kualitatif yang serupa untuk pokok-pokok pembahasan dalam mata pelajaran IPS guna perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajara di kelas IV
DAFTAR PUSTAKA
11
Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo. 2013. Panduan Karya Tulis Ilmiah. Departemen Pendidikan Nasional.Gorontalo. Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Departemen Pendidikan Nasional.Gorontalo. Jauhari, Heri. 2007. Setia.Bandung.
Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah.
CV
Pustaka
Moh, N. dan Ph, D. 2003. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia.Jakarta. Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. PT Grasindo.Jakarta. Sumiati, dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima.Bandung. Hakim, L. 2008. Perencanaan Pembelajaran. CV. Wacana Prima.Bandung. Uno,Hamzah. 2004. Model Pembelajaran. Nurul Jannah.Gorontalo. Rahmat, A. 2009. Think Teacher! Think Profesional !. MQS Publishing.Bandung. Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya.Bandung. Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka karya Hamalik, O. 2007. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara.Jakarta. Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual Di Kelas. Cerdas Pustaka Publisher.Jakarta. Marjun, A. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Gorontalo. Lexy Moleong. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya.Bandung Anitah .W. Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas terbuka.Jakarta Depdiknas ( 2002 ). Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ( CTL ). Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah.