1
PERAN GURU DALAM MENGATASI SISWA YANG INDISIPLINER PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN 4 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Delvin Muthmainnah Rauf¹, Haris Mahmud², Elmia Umar³
1 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo (Delvin Muthmainnah Rauf¹) email:
[email protected] 2 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo (Haris Mahmud²) email: 3 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo (Elmia Umar³) email: ABSTRAK Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana peran guru dalam mengatasi siswa yang indisipliner pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN 4 Kabupaten Gorontalo, tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peran guru dalam mengatasi siswa yang indisipliner pada mata pelajaran IPS di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian ini yaitu dalam mengatasi siswa yang sering melakukan indisipliner dalam kelas, seorang guru tidak perlu menggunakan kekerasan, sebab dengan cara kekerasan seperti memukul siswa itu dampaknya pada siswa itu sendiri, yang mana siswa tersebut akan bertambah nakal. Apabila masih ada siswa yang indisipliner guru berikan peringatan atau hukuman-hukuman ringan, misalnya jika ada siswa yang ribut saat pembelajaran berlangsung, siswa tersebut harus mengulangi apa yang dijelaskan guru. Jadi seorang guru harus menyikapinya dengan cara guru harus memberikan nasehat, motivasi agar mereka lebih senang belajar dalam kelas dan tidak melakukan perilaku indisipliner. Dan juga guru memberikan pujian-pujian atau penghargaan atas apa yang telah mereka capai tanpa memilih-milih siswa. Selain itu kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa sangat diperlukan untuk mengatasi siswa yang indisipliner. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran guru sangat diperlukan dalam mengatasi siswa yang indisipliner, sebab segala sesuatu yang pada siswa tidak lepas dari pengamatan seorang guru yang ada didalam kelas. Sehingganya masalah yang dihadapi oleh siswa haruslah mendapatkan solusi dari guru yang bersangkutan dan pihak sekolah. Kata Kunci : Peran Guru, Siswa Indisipliner, Pembelajaran IPS ABSTRACT The problem statement in this reserch was “how was the teacher’s role in resolving the indiscipline student at social science subject on grade IV student of SDN 4 Telaga District of Gorontalo ?” the objective of this research was to find out the teacher’s role in resolving the indiscipline students at social science subject on grade IV students of 4 Telaga District of Gorontalo. The research findings revealed that in resolving the indiscipline students within the class, a teacher has no need to exercise violence. Because violent actions, such as, hitting the students would bring an impact on increase of the students’ naughtiness. The teacher can give light penalty to the indiscipline students, for
2
instance, the student who is noisy during the lesson, the teacher can ask him or her to repeat theteacher’s explanation. Thus a teachers has to be wise by giving advice and motivation for the students to be happier in the class and not to commit indiscipline behavior. Teacher can also praise or give rewards to the students’ good achievement without discrimination. In addition, cooperation between school and parents is strongly needed to resolve the indiscipline behavior of the students. Based on this research, it was concluded that the teacher’s role is very important in resolving the indiscipline students, and because student’ action is always monitored by the classroom teacher. Thus, the students’ problem should have been given a solution by the teacher and the school. Keywords : Teachers Role, Indiscipline students, social science learning 1. PENDAHULUAN Pada dasarnya, guru memegang peranan penting dalam hal pendidikan anak didik. Hal ini dikarenakan seorang guru harus mampu menanamkan pengetahuan kepada mereka sebagaimana diharapkan terutama melalui pelajaran IPS. Pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang mengajarkan kepada siswa tentang nilai-nilai luhur bangsanya. Mata pelajaran IPS mampu menumbuhkan sikap nasionalisme namun masih banyak siswa yang tidak mampu merealisasikan apa yang terkandung didalam mata pelajaran IPS itu sendiri. Berdasarkan kenyataan di lapangan siswa sering merasa sulit dalam memahami mata pelajaran IPS. Karena mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang luas banyak pada konsep dan teori. Disamping itu, kecenderungan mata pelajaran IPS terjadwal setiap akhir pembelajaran. Dengan demikian kondisi siswa menerima materi yang diajarkan guru, sudah lelah dan capek. Di samping itu ada beberapa penyebab perilaku siswa yang indisipliner, antara lain: perilaku tidak disiplin, kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, siswa yang berasal dari keluarga yang broken home, terlalu dipaksakan dan hal lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya. Ada 5 orang
siswa yang tidak disiplin di sekolah tersebut, khususnya yang ada di kelas IV tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulanggannya. Perilaku indisipliner siswa tersebut apabila dibiarkan akan membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap siswa itu sendiri. Ketidakdisiplinan akan mengganggu pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai oleh siswa tersebut. Oleh karena itu, agar proses belajar mengajar berjalan lancar salah satu upaya yaitu, dengan meningkatkan disiplin belajar pada siswa. sehingga siswa tidak mengalami kebosanan dalam belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS. Belum lagi jika ditemukan faktor-faktor perilaku siswa yang indisipliner, siswa yang indisipliner biasanya ada 2 faktor penyebabnya, yaitu faktor pribadi bersama dengan faktor Iingkungan. Faktor pribadi datang dari diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor Iingkungan datang dari luar diri siswa. Faktor-faktor dari luar diri siswa yaitu posisi duduk siswa yang jauh dari guru, perlakuan guru terhadap siswa yang tidak tepat, tidak ada kontrol terhadap siswa, sesuatu yang memaksa siswa, dan hal lain yang lebih menjenuhkan bagi siswa pada pembelajaran. Sedangkan faktor lingkungan yakni faktor keluarga, faktor
3
lingkungan masyarakat.
sekolah
dan
faktor
Selain masalah-masalah yang dihadapi siswa, sekolah juga dituntut untuk bisa memaksimalkan tata terib yang ada disekolah,karena dengan adanya siswa yang indisipliner itu menandakan bahwa penerapan tata teritb disekolah masih kurang, sehingga sekolah harus mengadakan sosialisasi mengenai tata tertib kepada orang tua siswa agar perilaku indisipliner ini bisa teratasi, dan khusunya guru yang ada di sekolah harus bisa mengatasi perilaku tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut upaya yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu dengan memotivasi siswa agar dapat bergairah dan aktif dalam belajar, selain itu juga guru harus memfasilitasi atau menyediakan fasilitas yang memungkinkan kegiatan belajar siswa, selanjutnya guru harus membimbing siswa menjadi manusia dewasa yang cakap, guru juga dituntut harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan dalam bentuk dan jenisnya, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua siswa dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru, guru juga dituntut menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh baik aspek ekstrinsik dan intrinsik. Dengan adanya siswa yang mengalami indisipliner atau perilaku yang menyimpang itu diharapkan agar guru dapat berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa yang indisipliner bisa teratasi dengan mudah, selaian itu harapan untuk sekolah agar dapat menertibkan tata tertib yang ada di sekolah tersebut, baik dari siswa maupun guru, dan yang terakhir untuk peneliti (calon guru) dengan adanya perilaku indisipliner, ini merupakan
bahan masukan yang nantinya akan diantisipasi tetika kelak menjadi guru. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Peran Guru Dalam Mengatasi Siswa Yang Indisipliner Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo”. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran guru dalam mengatasi siswa yang indisipliner pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN 4 Kabupaten Gorontalo Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam mengatasi siswa yang indisipliner pada mata pelajaran IPS di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo. 2. KAJIAN TEORETES 2.1 Hakekat Peran Guru 2.1.1 Pengertian Peran Peran merupakan suatu keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru agar dapat melakukan sosialisasi sesuai dengan struktur situasi tertentu agar dapat memenuhi harapanharapan mereka sendiri maupun orang lain. Soekamto (Giasi 2013 : 5) menyebutkan bahwa peran mempunyai dua pengertian, peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya dan penentuan apa yang diperbuat bagi masyarakat. Oleh karena itu,suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal, yaitu : a) peranan yang meliputi norma-norma (aturan-aturan) yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing dalam kehidupan kemasyarakatan. b) peranan adalah suatu konsep perilaku yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat. c) peranan juga dapat dikatakan sebagai perlakuan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Pemahaman yang sama
4
disampaikan oleh Levinson (dalam Ibrahim 2010: 8) peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturanperaturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2.1.2 Pengertian Peran Guru Djamarah (2005:43-48) banyak peran yang diperlukan guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peran yang diharapkan guru seperti diuraikan dibawah ini: (a) Guru sebagai inspirator (b) Guru sebagai motivator (c) Guru sebagai fasilitator (d) Guru sebagai pembimbing (e) Guru sebagai mediator (f) Guru sebagai pengelola kelas (g) Guru sebagai evaluator. Mulyasa (2008:37) berpendapat bahwa peran guru antara lain seperti di bawah ini: 1. Guru sebagai Pribadi Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan aka kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dari profesi lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa guru bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. 2. Guru sebagai pengajar Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari
sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. Menurut Syaodih (Mulyasa, 2003:13) mengemukakan bahwa guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Berdasarkan beberapa pengertian peran, peneliti menyimpulkan bahwa peran guru yaitu sebagai fasilitator, motivator, pembimbing, inspirator, pengelola kelas, mediator, pribadi dan pengajar serta guru juga sebagai wali orang tua murid di sekolah. 2.2 Pengertian Indisipliner Menurut Kadir (2004:80) “Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Kedua disiplin yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri, agar berprilaku tertib dan efisien”. Sedangkan disiplin menurut Djamarah (2002:12) adalah “Suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pridadi dan kelompok”. Kedisiplinan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya belajar siswa sangat dipengaruhi oleh paktor yang paling pokok yaitu kedispilan, disamping faktor lingkungan, baik keluarga, sekolah, kedisiplinan serta bakat siswa itu sendiri. Selanjutnya Arikunto (2006:114) mengemukakan “Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulakn bahwa disiplin merupakan suatu peraturan atau tata tertib yang dibuat dengan penuh tanggung jawab dan dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu
5
peningkatan kedisiplinan belajar siswa sangat diperlukan bagi siswa. Selanjunya ada beberapa bentuk indisipliner siswa antara lain, perilaku membolos, terlambat masuk sekolah, ribut di kelas, ngobrol di kelas saat guru sedang menjelaskan mata pelajaran, tidak mengenakan atribut sekolah secara lengkap, dan menyontek. Widodo (2009:12), Sementara Brown dan Brown dalam (Sudrajat, 2008:5) mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang indisipliner, antara lain: perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru, kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, siswa yang berasal dari keluarga yang broken home, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lainlain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya. Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulanggannya. Perilaku indisiplin siswa tersebut apabila dibiarkan akan membawa dampak yang kurang menguntungkan terhadap prestasi belajar maupun sikap mental para siswa, ketidakdisiplinan akan mengganggu pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap kurang berkembangnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, agar proses belajar mengajar berjalan lancar salah satu upaya yaitu, dengan meningkatkan disiplin belajar pada peserta didik. 2.2.1 Jenis-jenis Perilaku Indisipliner Ada beberapa bentuk dari pelanggaran, yaitu pelanggaran berbentuk ucapan, pelanggaran berbentuk tindakan, dan pelanggaran gabungan bentuk ucapan dengan tindakan. Ketika siswa berperilaku indisipliner yang bersangkutan tidak memiliki perhatian terhadap pembelajaran. Pada waktu itu konsentrasinya beralih kepada hal
indisipliner. Pelaku tidak memelihara perilakunya yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran sehingga merusak ketertiban suasana pembelajaran. Paling tidak merusak ketertiban bagi pembelajaran dirinya sendiri, lebih dari itu merusak pula pembelajaran siswa lain, dan yang parah merusak pembelajaran secara keseluruhan. (Mulyadi, Yahya. 2013 Online, diakses tanggal 24 Februari 2015 ) http://repository.upi.edu/975/7/T_PK_99 9533_Chapter5.pdf 2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Indisipliner Penyebab perilaku indisipliner adalah faktor pribadi bersama dengan faktor Iingkungan. Faktor pribadi datang dan diri siswa sendiri, sedangkan faktor Iingkungan datang dari luar diri siswa pelaku. Faktor-faktor dari luar diri siswa yaitu posisi duduk siswa yang jauh dari guru, perlakuan guru terhadap siswa yang tidak tepat, tidak ada kontrol terhadap siswa, sesuatu yang memaksa siswa, dan hal lain yang lebih menjenuhkan bagi siswa pada pembelajaran. Penyebab Iingkungan merangsang berpadu dengan penyebab pribadi yang ada pada diri siswa yakni keinginan melakukan perbuatan indisipliner, khilaf, atau terpaksa.( Mulyadi, Yahya. 2013. Online, diakses tanggal 24 Februari 2015 ) http://repository.upi.edu/975/7/T_PK_99 9533_Chapter5.pdf 2.2.3 Hakekat IPS Pada point ini ada beberapa pendapat mengenai IPS. Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari (social studies). Samlawi (2000:9) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan humoniora untuk tujuan pembinaan warga negara yang baik. Selain itu beliau menegaskan bahwa ilmu
6
pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang di susun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Segala peristiwa yang dialami dalam kehidupan manusia telah membentuk pengetahuan sosial dalam diri kita masing-masing, kehidupan sosial manusia di masyarakat beraspek majemuk yang meliputi aspek hubungan sosisal, ekonomi, sosial, budaya, politik, psikologi, sejarah, geografi. Ber aspek majemuk berarti kehidupan sosial meliputi berbagai segi yang berkaitan satu sama lain, bukti bahwa manusia adalah mul tiaspek, kehidupan sosial yang merupakan hubungan aspek-aspek ekonomi adalah sandang, papan, pangan merupakan kebutuhan manusia. Kehidupan manusia tak hanya terkait dengan aspek sejarah tatapi juga dengan aspek ruang dan tempat. Sering kita ditanya “kapan kamu lahir” dan dimana kamu lahir” ini menunjukkan bahwa ruang atau tempat memiliki makna tersendiri bagi kehidupan kita manusia. Karena setiap aspek kehidupan sosial itu mencakup lingkup yang luas untuk mempelajari dan mengkajinya menuntut bidang-bidang ilmu yang khusus , maka melalui ilmu-ilmu sosial dikembangkan bidang-bidang ilmu tertentu sesuai dengan aspek kehidupan sosial masingmasing. 2.2.4 Hakekat Pembelajaran IPS di SD Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan yang berupaya mengembangkan pemahaman siswa tentang bagaimana manusia sebagai individu dan kelompok hidup bersama dan berinteraksi dengan lingkungannya baik fisik maupun sosial. Menurut Fenton (Taneo, 2009:26) “Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD bertujuan mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik,
mengajar siswa agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsa”. Selanjutnya Thamrin Talut (Taneo, 2009:27) mengatakan bahwa “Pembelajaran IPS bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai anggota yang produktif, berpartisipasi, dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong dengan sesamanya, dan dapat mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide dari masyarakatnya”. 2.2.5 Upaya Mengidentifikasi dan Mengatasi Perilaku Indisipliner Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi perilaku indisipliner siswa melalui pembelajaran yakni : 1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal. 2. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya. 3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan
7
khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin. 3. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian yang di maksud dalam bahasan ini adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan. Dalam hal ini peneliti mengambil lokasi di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo. Lokasi tersebut ditetapkan sebagai lokasi penelitian karena didasarkan pada pertimbangan bahwa lebih memudahkan peneliti melaksanakan penelitian dalam arti hemat waktu, tenaga, dan biaya yang di perlukan. Serta yang paling inti karena adanya masalah yang diteliti. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yakni tentang peran guru dalam mengatasi siswa yang indisipliner di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini dipilih lebih sesuai untuk mengungkapkan apa yang menjadi masalah penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan pokok permasalahan dan subjek penelitian yang diteliti, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Mengenai kehadiran peneliti dalam pendekatan kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Menurut Sugiyono (2011:59) bahwa peneliti berfungsi sebagai pelaku utama dalam penelitian, tentu saja sebagai manusia biasa dengan segala kemampuan masih terbatas, maka dalam pengumpulan data
masih diperlukan catatan lapangan (field notes). Kehadiran peneliti sebagai pelaku utama dilakukan secara terbuka, artinya status sebagai peneliti, tujuan, maupun kegaitan peneliti dalam melakukan observasi, wawancara, dokumentasi, dan pengumpulan data diketahui kepala sekolah, guru, dan siswa SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo yang menjadi informasi peneliti. Arikunto (Dimyati, 2013:39), menjelaskan bahwa secara garis besar sumber data penelitian berasal dari data sumber yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer yaitu wawancara langsung dengan guru kelas IV SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo 2. Sumber data sekunder, yakni : buku referensi yang menunjang jalannya kegiatan penelitian. Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: Observasi Langsung Observasi langsung adalah cara pengambilan data melalui pengamatan tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direcanakan secara sistematik tentang bagaimana proses pembelajaran IPS. Contonya proses belajar mengajar didalam kelas. Wawancara Wawancara digunakan untuk mengadakan komunikasi dengan pihakpihak terkait atau subjek penelitian,
8
antara lain kepala sekolah, guru dan siswa dalam rangka memperoleh penjelasan atau informasi tentang halhal yang belum tercantum dalam observasi dan dokumentasi. Menurut Kahn & Cannell (Sarosa, 2012:45) wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumentasi baik yang berada di sekolah ataupun yang berada diluar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Sukmadinata (2007:220) mengemukakan bahwa: “Studi dokumenter adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dalam penelitian kualitatif proses penelitian bersifat deskriptif dan yang digunakan adalah metode berfikir induktif yang bertitik tolak dari “khusus ke umum” bukan dari “umum ke khusus” sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Konseptualisasi,kategorisasi, dan deskripsi dikembangkan atas dasar “kejadian” (incidence) yang diperoleh ketika kegiatan lapangan berlangsung. Teoretisasi yang memperlihatkan bagaimana hubungan antar kategori (bukan hubungan antar variabel dalam terminologi penelitian kuantitatif) juga dikembangkan atas dasar data yang diperoleh ketika kegiatan lapangan berlangsung. Karenanya, antara antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tidak mungkin dipisahkan satu sama lain. Hal ini berarti bahwa ketika seorang peneliti melakukan pengumpulan data, maka pada saat itu juga usaha melakukan analisis data dilakukan, sehingga dalam prosesnya
menunjukan langkah bolak balik antara analisis dan pengumpulan data, jika dalam analisis data masih dirasakan terdapat informasi yang kurang, maka peneliti akan menggali kembali data di lapangan untuk melengkapinya, sehingga dapat diperoleh suatu analisis yang dapat mendorong pada keyakinan akan kesimpulan yang diambil sampai dicapai situasi saturated (jenuh) yaitu suatu kondisi di mana penggalian data baru di lapangan tidak menanmbah informasi baru bagi kepentingan analisis. Pengecekan keabsahan data dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tiga kriteria yang kredibilitas, kebergantungan dan kepastian. a. Kredibilitas adalah kendala data yang akan digunakan. b. Kepastian yakni data aktual yang diperoleh langsung melalui teknik pengumpulan data. c. Kebergantungan yakni pengecekan data dengan memperhatikan berbagai faktorfaktor yang saling berhubungan dengan masalah penelitian. Proses pelaksanaan penelitian membutuhkan waktu yang cukup lama, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan. Pada penelitian pendahuluan, peneliti mulai mengamati segala sesuatu yang ada di lingkungan sekolah seperti guru, siswa, sarana dan prasarana, serta keadaan lingkungan sekolah secara keseluruhan. Kemudian pada pengembangan desain, peneliti mencoba merancang penelitian dengan menetapkan strategi yang digunakan untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Selanjutnya, observasi dan wawancara dilakukan pada saat penelitian yang sebenarnya. Disini peneliti akan meneliti guru setelah mengamati lebih mendalam
9
atau secara detail peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa. Adapun tahap-tahap penelitian secara umum, yaitu: 1. Tahap pra lapangan seperti observasi/pengamatan lokasi dan menyusun rencana lapangan. 2. Tahap pekerjaan lapangan seperti memahami latar belakang penelitian dan mengumpulkan data dengan observasi dan wawancara. 3. Melakukan analisis data dan membuat laporan. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian Temuan Umum Secara umum peneliti dapat menggambarkan peran guru dalam mengatasi siswa yang indisipliner pada Pembelajaran IPS di kelas IV SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo bahwa guru sudah bisa mengatasi siswa yang indisipliner dalam pembelajaran. Cara guru mengatasi siswa yang indisipliner yaitu mengenal terlebih dahulu jenisjenis perilaku indisipliner siswa, cara pelanggaran dilakukan, kehendak siswa melakukan pelanggaran, jumlah pelanggaran yang dilakukan, dan akibat pelanggaran itu sendiri. Penyebab indisipliner terdiri atas faktor pribadi dan faktor lingkungan. Faktor pribadi datang dan diri siswa sendiri, sedangkan faktor Iingkungan datang dari luar diri siswa. Faktor-faktor dari luar diri siswa yaitu posisi duduk siswa yang jauh dari guru, perlakuan guru terhadap siswa yang tidak tepat, tidak ada kontrol terhadap siswa, sesuatu yang memaksa siswa, dan hal lain yang lebih menjenuhkan bagi siswa pada pembelajaran. Sedangkan faktor Iingkungan yakni faktor keluarga, faktor lingkungan sekolah dan faktor masyarakat. Mengenai cara guru IPS mengidentifikasi perilaku indisipliner siswa meliputi bentuk kegiatan dalam
melakukan identifikasi, misalnya tentang hal yang menjadi permasalahan siswa,faktor yang mempengaruhi permasalahan siswa serta solusi yang dilakukan. Selanjutnya langkah-langkah yang akan dilakukan untuk pemecahan masalah tentang siswa yang indisipliner, yakni pengenalan awal tentang permasalahan yang dihadapi, pengembangan ide/cara mengatasi permasalahan tersebut dan yang terakhir melakukan tindak lanjut untuk permasalahan tersebut. dan cara pemecahan masalah, yakni melibatkan pihak orang tua, sekolah, maupun masyarakat. Karena kerja sama antar unsur-unsur terkait ini sangat diperlukan sehingga diperoleh hasil yang optimal dengan cara efektif dan efisien. Diantaranya usaha yang sangat penting dan dapat dilakukan oleh orang tua,guru,atau pemimpin masyarakat adalah dapat menciptakan ketentraman batin bagi anak. Penanganan siswa yang indisipliner merujuk pada aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, tata tertib siswa berserta sanksinya memang perlu untuk ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai masalah siswa. Meskipun demikian, harus diingat sekolah bukan lembaga hukum yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan prilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha untuk memecahkan segala masalah yang terjadi pada para siswa. Sehingga diperlukan peran guru dalam memberikan penjelasan kepada siswa untuk memahami dan mematuhi aturan tata tertib tersebut. Tata tertib akan terlaksana dengan baik, jika setiap individu memiliki kesadaran dalam melaksanakan aturan atau tata tertib tersebut dengan baik.
10
Perilaku indisipliner adalah perilaku yang menunjukkan tidak patuh pada peraturan, atau melanggar disiplin yang sudah ada. Dengan kata lain melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Sehingga perilaku indisipliner sangat merugikan siswa yang bersangkutan, oleh karena itu peran guru dalam menanggulanginya sangat diperlukan. Penanggulangan siswa yang indisipliner dapat dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut: 1) Adanya tata tertib, 2) Konsisten dan konsekuen, 3) Hukuman dan 4) Kemitraan dengan orang tua. Keterlibatan dan tanggung jawab seorang guru, diharapkan berhasil membina dan membentuk siswa menjadi individu-individu yang unggul dan sukses. Pada dunia pendidikan, disiplin merupakan salah satu unsur pendidikan yang berguna untuk menjaga hal-hal yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran pendidikan. Untuk mewujudkan suasana disiplin pada suatu sekolah diperlukan adanya peraturan atau tata tertib yang mengatur jalanya pendidikan tersebut. Sebab, tanpa tata tertib tidak mungkin disiplin dapat diwujudkan. Disiplin adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Kedisiplinan merupakan salah satu unsur pendidikan yang berguna untuk menjaga hal-hal yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran pendidikan. Disiplin sekolah menjadi salah satu prasyarat terbentuknya lingkungan pendidikan yang kondusif bagi keagiatan dan proses pendidikan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah, guru dan orang tua perlu terlibat dan bertanggung jawab membangun disiplin siswa tersebut. Kedisiplinan dapat melahirkan akhlak yang mendorong keaktifan dan kesadaran serta kemauan
dari siswa guna melaksanakan tugas yang diharapkan secara produktif. Temuan Khusus, Berdasarkan hasil wawancara dengan beliau selaku guru kelas IV di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo dapat disimpulkan dalam mengatasi siswa yang sering melakukan pelanggaran, melakukan perilaku indisipliner dalam kelas, seorang guru tidak perlu menggunakan kekerasan, sebab dengan cara kekerasan seperti memukul siswa itu dampaknya pada siswa itu sendiri, yang mana siswa tersebut akan bertambah nakal. Apabila masih ada siswa yang indisipliner guru berikan peringatan atau hukumanhukuman ringan, misalnya jika ada siswa yang ribut saat pembelajaran berlangsung, siswa tersebut harus mengulangi apa yang dijelaskan guru. Jadi seorang guru harus menyikapinya dengan cara guru harus memberikan nasihat, motivasi agar mereka lebih senang belajar dalam kelas dan tidak melakukan prilaku indisipliner. Dan juga guru harus memberikan pujian-pujian atau penghargaan atas apa yang telah mereka capai tanpa memilih-milih siswa. Selain itu kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa sangat diperlukan untuk mengatasi siswa yang indisipliner. Pembahasan. Dalam hal ini yang akan dibahas yakni dari hasil observasi kegiatan guru dikelas IV. Penelitian dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015. Peneliti melakukan penelitian dengan mengamati guru kelas IV SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo yang melaksanakan proses belajar mengajar. Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disusun dengan materi masalahan sosial. Dari 24 aspek yang diamati peneliti terhadap guru yang melakukan pembelajaran dikelas, tinggal ada 1 aspek yang guru tidak lakukan yaitu tidak menggunakan media dalam pembelajaran yang berkaitan dengan
11
materi ajar (keanekaragaman suku bangsa dan budaya). Sedangkan aspek yang lain dilaksanakan oleh guru. Ini menandakan bahwa guru dalam pembelajaran sudah sangat baik, tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru. Sehingga dapat merugikan siswa itu sendiri. Namun semua itu bisa diatasi dengan semaksimal mungkin. Proses pembelajaran merupakan susatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam mengatasi siswa yang indisipliner guru telah menjalankan peranya sebagai fasilitator, motivator, inspirator, pengelola kelas, dan evaluator. Djamarah (2005:43-48) 1. Guru sebagai fasilitator 2. Guru sebagai motivator 3. Guru sebagai inspirator 4. Guru sebagai pengelola kelas 5. Guru sebagai evaluator. Sejalan dengan peran guru sebagai evaluator berdasarkan pengamatan peneliti dengan responden mengungkapkan memberikan evaluasi kepada seluruh siswa dengan memberikan tugas-tugas dan tanya jawab mengenai materi yang diajarkan selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian perlu dilakukan karena dalam penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Guru mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dimana kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Hal ini seirama dengan pendapat Mulyasa (2006:62) hal yang penting diperhatikan dalam penilaian yakni dilakukan secara adil. Prinsip ini diikuti oleh prinsip lain agar penilaian bisa dilakukan secara objektif, karena penilaian yang adil tidak dipengaruhi
oleh faktor keakraban, menyeluruh, mempunyai kriteria yang jelas, dilakukan dalam kondisi yang tepat sehingga mampu menunjukan prestasi belajar peserta didik sebagaimana adanya. 5. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa guru telah menjalankan perannya dengan baik dalam mengatasi siswa yang indisipliner di kelas IV SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo yakni Pertama guru memfaslitasi siswa dengan menggunakan fasilitas yang ada didalam ruangan kelas, selanjutnya Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat melihat faktor apa yang melatarbelakangi siswa malas belajar sehingga prestasinya di sekolah menurun. Kemudian guru memberikan arahan dan petunjuk kepada siswa mengenai materi yang belum dipahami. Selain itu guru hendaknya mengelola kelas semaksimal mungkin, karena kelas adalah tempat interaksinya antara guru dan siswa. Dan yang terakhir guru memberikan tugas-tugas dan tanya jawab selama proses pembelajaran berlangsung. Selain peran guru dalam pembelajaran, dalam mengatasi siswa yang indisipliner sangat diperlukan penanganannya. Sebab Penanganan siswa yang indisipliner merujuk pada aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, tata tertib siswa berserta sanksinya memang perlu untuk ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai masalah siswa. Oleh sebab itu kepala sekolah, guru dan orang tua perlu terlibat dan bertanggung jawab untuk membangun disiplin siswa tersebut. Kedisiplinan dapat melahirkan akhlak yang mendorong keaktifan dan kesadaran serta kemauan dari siswa
12
guna melaksanakan tugas diharapkan secara produktif.
yang
Samlawi . 2000. konsep dasar IPS. Jakarta: Depdikbud Dikti. Proyek pendidikan guru sekolah dasar.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Sudrajat. 2008. Penerapan Konseling Kelompok Realita Untuk Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Elly Nur Syavanah dan Najlatun Naqiyah. Diakses Tanggal 11 Februari 2015.
6. REFERENSI
Dimyati, Johni. 2013 Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).Jakart:.Kencana Djamarah Bahri Syaiful. 2005. Guru dan anak didik dalam interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Giasi B. Nurjana. 2013. Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerasan Interpersonal Anak Kelompok B di TK Negeri Pembina Kihadjar Dewanatoro. Skripsi. Kadir. 2004. Penuntun Belajar PPKN. Bandung: Pen Ganeca Exact. Mulyasa, Enco. 2003. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mulyadi,Yahya. 2013. Jenis-jenis Perilaku Indisipliner. http://repository.upi.edu/975/3/ T_PK_999533_Chapter 5.pdf. Diakses Tanggal 24 Februari 2015
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana. Syaodih. 2007. Metodode Penelitian Pendidikan. Pt Remaja Rosdakarya. Bandung. Taneo, Petrus Silvester. 2009. Kajian IPS SD. Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi. Widodo. 2009. Penerapan Konseling Kelompok Realita Untuk Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya,author : Elly Nur Syavanah dan Najlatun Naqiyah. Diakses Tanggal 11 Februari 2015.
13