ARTIKEL
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEHNIK BEHAVIOR CONTRACT PADA SISWA KELAS IV SDN 6 TELAGA KABUPATEN GORONTALO
Oleh : Lian Tuna Salau NIM. 111 410 178 Lembar Pengesahan
1
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEHNIK BEHAVIOR CONTRACT PADA SISWA KELAS IV SDN 6 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Lian Tuna Salau, Tuti Wantu, Irpan A. Kasan
ABSTRAK Lian Tuna Salau. 2014. Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Tehnik Behavior Contract Pada Siswa Kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas negeri Gorontalo. Pembimbing I, Dra. Hj. Tuti Wantu, M.Pd. Kons, dan Pembimbing II , Irpan A. Kasan, S.Ag, M.Pd. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah melalui tehnik behavior contract dapat meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo ?. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar matematika melalui tehnik behavior contract pada siswa kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo. Metode penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dan melalui 4 tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, pantauan dan evaluasi serta tahap analisis dan refleksi sedangkan tehnik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, dari jumlah 22 orang yang dikenai tindakan yaitu 14 orang atau 63,63% yang memperoleh nilai 70 ke atas sedangkan 8 siswa atau 36,36% yang memperoleh nilai 70 ke bawah ini berarti belum mencapai indikator yang ditetapkan sehingga dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II diperoleh 19 siswa atau 86,36% yang memperoleh nilai 70 ke atas, sedangkan 3 siswa atau 13,63% yang memperoleh nilai 70 ke bawah ini berarti indikator kinerja telah tercapai. Dengan demikian dapat disimpulkan dengan menggunakan tehnik Behavior Contract motivasi belajar matematika pada siswa kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo meningkat.
Kata Kunci : Motivasi Belajar, Matematika, Behavior Contract.
Dra. Hj. Tuti Wantu, M.Pd. Kons dosen pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo : Irpan A. Kasan, S.Ag, M.Pd dan Ahmad Dukalang, S.Pd wali kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo
2
Pendahuluan Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah merupakan sarana dan wahana utama untuk pengembangan kecerdasan siswa. Hal ini cukup beralasan, karena matematika merupakan suatu ilmu yang mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif, logis dan analisis, yang dicirikan dengan memiliki ketelitian dan kecermatan, menggunakan prosedur dan metode yang benar dalam menyelesaikan soal yang dihadapi. Salah satu fungsi matematika adalah untuk menanamkan daya nalar siswa baik dilihat dari segi argumentasi maupun dari segi isi dan materi. Dengan demikian mempelajari matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi, karena selalu belajar tentang hal-hal yang berkenaan dengan ide-ide, stukturstruktur atau konsep-konsep abstrak yang diberi simbol dan tersusun secara khirarkis membentuk suatu sistem dengan penalaran yang deduktif dan induktif. Oleh karena itu dalam pembelajarannya haruslah bersifat menarik dan menantang kesanggupan berpikir anak. Banyak faktor yang menyebabkan siswa memiliki perasaan takut terhadap matematika, salah satu faktor penyebabnya yaitu dari luar diri siswa yaitu pengalaman belajar siswa yang kurang menyenangkan. Pengalaman yang kurang menyenangkan yang dialami siswa sebagian besar dari suasana belajar mengajar matematika di kelas yang terlalu menoton. Kurangnya penghargaan guru bagi siswa terhadap usaha yang dilakukan dalam suatu pembelajaran matematika terutama bagi siswa yang kemampuan akademiknya kurang. Akibatnya motivasi dan kepercayaan diri dalam belajar menurun. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar matematika tergantung pada beberapa faktor antara lain adanya motivasi guru dan siswa, kesiapan belajar siswa, kesiapan pendukung belajar siswa, lingkungan belajar, serta cara siswa dalam belajar. Cara guru dalam mengajar yang kurang sesuai dengan cara berfikir siswa dapat menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam menerima pelajaran. Kondisi ini akhirnya akan membuat siswa merasa enggan dan kurang termotivasi untuk belajar sehingga prestasi belajar siswa juga akan menurun. Motivasi akan meningkatkan minat belajar anak, karena itu dalam pembelajaran diperlukan adanya faktor-faktor yang dapat memotivasi anak untuk belajar. Guru harus mengupayakan agar pembelajaran menjadi lebih menarik, dapat menimbulkan minat siswa serta dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan siswa. Peningkatan proses pembelajaran dapat ditingkatkan dan dikembangkan dengan menerapkan tehnik pembelajaran yang sesuai. Demikian pula halnya dengan motivasi belajar peserta didik di sekolah. Salah satu tehnik yang dapat digunakan adalah behavior contract. Tehnik ini menitik beratkan pada pemberian reward kepada peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah maupun di rumah. Guru dapat membuat kontrak tertentu dengan peserta didik dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru adalah guru dan peserta didik membuat kontrak pembelajaran, misalnya untuk membiasakan peserta didik mampu untuk memahami pembelajaran matematika yang diajarkan oleh guru khususnya pada materi pengolahan data, maka guru menyediakan sesuatu berupa barang maupun materil sebagai imbalan yang
3
diberikan kepada peserta didik yang dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan tepat. Kegiatan pembiasaan belajar pada diri peserta didik merupakan kegiatan yang amat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Seorang peserta didik yang terbiasa dalam belajar baik membaca, mendengar maupun memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru maka hasil yang dicapainya akan lebih baik dibandingkan dengan peserta didik lainnya yang jarang dan tidak pernah membaca. Metode behavior contract selain dapat meningkatkan perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran, dapat pula membiasakan peserta didik untuk bertindak dan berpikir bahwa tidak ada hasil yang diperoleh tanpa kesungguhan dan keuletan. Namun perlu diingat bahwa penerapan behavior contract hanya dapat dilakukan oleh guru dan peserta didik apabila kedua pihak mampu komitmen dengan apa yang tertuang dalam perjanjian yang telah disepakati bersama. Kenyataan yang dihadapi oleh peneliti selama melaksanakan proses pembelajaran di kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo, nampak bahwa peserta didik cenderung tidak termotivasi dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Peserta didik lebih banyak bermain, baik pada saat proses belajar mengajar di kelas berlangsung maupun di luar kelas dan sekolah. Selain itu, nilai yang diperoleh peserta didik pada mata pelajaran matematika umumnya rendah yaitu di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dapat dilihat dari 22 siswa ternyata 16 siswa kelas IV SDN 6 Telaga dengan presentase 72,72% belum termotivasi sehingga mendapat nilai di bawah KKM yaitu 70. Dari pengamatan peneliti, ditemukan bahwa hasil belajar peserta didik di kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo tergolong masih rendah. Hal tersebut nampak pada: kurangnya peserta didik memanfaatkan waktu luang untuk belajar, peserta didik masih kurang perhatiannya dalam belajar, dan dalam menyelesaikan tugas-tugas belum tepat waktu. Rendahnya hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh: kurangnya ketekunan dalam belajar, belum bisa menghadapi kesulitan dalam pembelajaran, minat dan ketajaman perhatian dalam belajar masih rendah ini dibuktikan dengan adanya siswa yang sering minta izin ke luar kelas,kurangnya keinginan berprestasi, belum mandiri dalam belajar serta tehnik pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum dapat merangsang peserta didik untuk belajar dengan baik sehingga hasil belajarnyapun rendah. Berdasarkan uraian di atas, maka guru mengupayakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan tehnik behavior contract, yaitu kegiatan perjanjian antara guru dan peserta didik yang dibuat secara tertulis. Inti dari perjanjian tersebut adalah kesepakatan antara peserta didik dan guru untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan syarat-syarat tertentu. Teknik behavior contract dilakukan guru untuk mengubah perilaku peserta didik agar memiliki minat dan motivasi belajar yang tinggi. Kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang dirumuskan dalam judul “Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Tehnik Behavior Contract Pada Siswa Kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo”
4
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sardiman 2012:73) motif merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan Dalam kamus besar Bahasa Indonesia motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006:42) mengartikan bahwa motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Hamalik (dalam Anurrahman 2009:114-115) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energy di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam berbagai bentuk kegiatan. Slameto (Dalam Amri, 2013:220) mendefenisikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan pendapat tersebut Gagne (Dalam Amri, 2013:220) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Motivasi belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:239) adalah merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang sangat menggembirakan. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi : Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuantujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka siswa akan belajar dengan baik dan prestasi belajar akan optimal. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu: a. Motivasi Primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
5
b.
Motivasi sekunder Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar. Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono, 2006:90). a. Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. b. Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Menurut Sardiman (2006 : 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri-ciri: a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai) b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah Sedangkan Riduwan (dalam Jurnal Aritonang, 2008:14) Motivasi belajar siswa meliputi dimensi: a. Ketekunan dalam belajar 1) Kehadiran di sekolah 2) Mengikuti PBM di kelas 3) Belajar di rumah b. Ulet dalam menghadapi kesulitan 1) Sikap terhadap kesulitan 2) Usaha mengatasi kesulitan c. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar 1) Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran 2) Semangat dalam mengikuti PBM d. Berprestasi dalam belajar 1) Keinginan untuk berprestasi 2) Kualifikasi hasil e. Mandiri dalam belajar 1) Penyelesaian tugas/PR 2) Menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri atau dimensi motivasi tersebut di atas, berarti siswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa memiliki minat untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. Menurut Sardiman (2012:92-95) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain :
6
a.
Memberi angka Angka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang. b. Hadiah Hadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah tersebut dapat digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa. Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah : Kehadiran di sekolah Usaha mengatasi kesulitan Semangat dalam mengikuti PBM Keinginan untuk berprestasi Tidak bosan pada tugas-tugas Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata matematika erat hubungannya dengan kata Sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensia (Subariah Dalam Pambudi 2011:2). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi, dalam Devantri 2013:2). Soedjadi (2000:11) menyajikan beberapa defenisi atau pengertian tentang matematika sebagai berikut : a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Berdasarkan beberapa pengertian matematika di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa juga mendorong siswa mengembangkan berbagai potensi intelektual yang dimilikinya serta dapat dijadikan sarana untuk menumbuhkan berbagai sikap dan perilaku positif dalam rangka meletakkan dasar-dasar kepribadian sedini mungkin seperti sikap kritis, ulet, mandiri, ilmiah, rasional dan sebagainya. Selain itu menurut Defantri (2013:5) matematika mempunyai kegunaan yaitu sebagai berikut : a) Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain.
7
Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika yaitu: - Penemuan dan pengembangan teori mendel dalam biologi melalui konsep probabilitas - Perhitungan dengan bilangan imajiner digunakan untuk memecahkan masalah tentang kelistrikan. b) Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh : - Memecahkan persoalan dunia nyata - Mengadakan transaksi jual beli, maka manusia melakukan proses perhitungan matematika yang berkaitan dengan bilangan dan operasi hitungnya. Menurut Jusuf (dalam Otaya, 2008:18) Behavior Contract adalah dimana guru dan siswa membuat suatu kontrak tertulis, yaitu jika siswa melakukan suatu tingkah laku tertentu sesuai harapan akan diberikan hadiah. Sedangkan lutfifauzan (http://lutfifauzan.wordpress.com) kontrak perilaku (behavior contract) adalah perjanjian dua orang ataupun lebih untuk berperilaku dengan cara tertentu dan untuk menerima hadiah bagi perilaku itu. Menurut latipun (dalam http. eukaristia /teknik-kontrak-perilaku.html), Kontrak Perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Konselor dapat memilih perilaku yang realistik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan kesepakatan, ganjaran dapat diberikan kepada klien. Dalam terapi ini ganjaran positif terhadap perilaku yang dibentuk lebih dipentingkan daripada pemberian hukuman jika kontrak perilaku tidak berhasil. Untuk melaksanakan proses belajar mengajar berhasil guna maka guru dapat membuat perjanjian dengan peserta didik. Perjanjian adalah suatu persetujuan formal yang tertulis antara dua orang atau lebih. Perjanjian tersebut dapat berisi pemberian hadiah kepada peserta didik apabila dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang diharapkan. Alat yang dapat digunakan guru untuk melaksanakan teknik contract tersebut adalah token. Token adalah sesuatu benda misalnya kupon atau tanda bintang pada hasil pekerjaan peserta didik mendapat nilai tinggi. Apabila peserta didik dapat mengumpulkan kupon sesuai dengan target guru, maka peserta didik tersebut mendapatkan hadiah, misalnya makanan ringan atau benda-benda lainnya yang bermanfaat dan menarik. Menurut Schaefer (2000 : 20), hadiah dapat digolongkan menjadi hadiah yang bersifat instrinsik (tindakan-tindakan atau perbuatan yang memuaskan dan memenuhi tujuan dan kehendak anak) dan yang bersifat ekstrinsik (kepuasan atau kesenangan yang berasal dari sumber-sumber luar diri anak). Lebih lanjut Schaefer (2000 : 21) mengemukakan langkah-langkah sebagai garis pedoman pemberian hadiah, adalah: 1. Hadiah-hadiah yang bersifat konkret, haruslah sesuai diberikan dalam kaitannya dengan dorongan-dorongan yang bersifat sosial, seperti pujian,
8
kasih sayang, penghargaan, dan perhatian yang bersifat perseorangan. Dalam hal ini hadiah yang bersifat konkret secara lambat laun haruslah makin berkurang dan lenyap dan cukuplah digantikan oleh hadiah yang bersifat sosial (rewards). 2. Gunakanlah sesuatu sebagai hadiah yang diingini anak. Jika anak anda inginkan gemar menghitung, tapi karena itu lupa mengerjakan tugas lainnya seperti membersihkan kelas, maka guru harus dapat mengatur waktu belajar peserta didik. 3. Sistematislah dalam memberi hadiah. Supaya spesifik, mengadakan catatan dan bersifat menetap. Janganlah menghadiahi anak karena perbuatan yang umum walaupun baik. Tujuan dari teknik kontrak perilaku menurut Victorique (http://animenekoi.blogspot.com) diantaranya: 1) Melatih individu untuk mengubah tingkah lakunya yang maladaptif menjadi adaptif. 2) Melatih kemandirian berperilaku individu. 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan behavioral individu sehingga mampu berperilaku secara tepat. Prinsip Kontrak perilaku Menurut Gantina (Dalam http://animenekoi.blogspot.com), prinsip dasar kontrak perilaku adalah sebagai berikut: 1. Kontrak disertai dengan penguatan. 2. Reinforcement diberikan dengan segera. 3. Kontrak harus dinegosiasikan dengan terbuka, bebas, dan disepakati antara konseling dengan konselor. 4. Kontrak harus fair. 5. Kontrak harus jelas (target tingkah laku, frekuensi, lamanya kontrak). 6. Kontrak dilaksanakan secara terintegrasi dengan program sekolah Pada aplikasinya dalam dunia helping, syarat-syarat dalam memantapkan kontrak perilaku menurut Victorique (http://animenekoi.blogspot.com) adalah: (1) Adanya batasan yang cermat mengenai masalah klien. (2) Situasi dimana masalah itu muncul. (3) Kesediaan klien untuk mencoba suatu prosedur. (4) Tugas yang harus dilakukan perlu dirinci. (5) Kriteria sukses disebutkan serta reinforcement-nya ditentukan. Kalau semua itu ada, kontrak akan dapat dimantapkan melalui reinforcement yang cukup dekat dengan tugas dan kriterium yang diharapkan. Berikut juga beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan sebuah kontrak perilaku menurut Victorique (http://animenekoi.blogspot.com) diantaranya sebagai berikut: (1) Nyatakan kontrak dalam kalimat positif. (2) Atur tugas dan kriteria yang mungkin dicapai (achievable). (3) Berikan reinforcement secepat mungkin. (4) Gunakan serial kontrak.
9
a.
Kelebihan Victorikue (http://animenekoi.blogspot.com) 1) Pelaksanaannya yang cukup sederhana. 2) Penerapannya dikombinasikan dengan beberapa pelatihan yang lain. 3) Pelatihan ini dapat mengubah perilaku individu secara langsung melalui perasaan dan sikapnya. 4) Disamping dapat dilaksanakan secara perorangan juga dapat dilaksanakan dalam kelompok. b. Kekurangan Victorikue (http://animenekoi.blogspot.com): 1) Meskipun sederhana namun membutuhkan waktu yang tidak sedikit, ini juga tergantung dari kemampuan individu itu sendiri. 2) Bagi konselor yang kurang dapat memberikan reinforcement dengan baik dan hati-hati, pelatihan ini kurang berjalan dengan baik. Pelaksanaan behavior contract dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru dan peserta didik mengadakan perjanjian dan menyepakati token yang akan dijadikan hadiah dalam proses pembelajaran 2. Guru dan peserta didik menyepakati aturan main dalam pelaksanaan pembelajaran 3. Guru dan peserta didik menyepakati tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran 4. Guru dan peserta didik menyepakati waktu pelaksanaan 5. Guru menyediakan format penilaian tertentu untuk menilai perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran 6. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran 7. Guru mengumumkan nilai yang diperoleh peserta didik Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN 6 Telaga berada di Kecamatan Telaga tepatnya desa Hulawa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 22 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 12 orang perempuan. Kondisi sosial di kelas ini bermacam-macam ada yang nakal, pendiam, suka cari perhatian, pandai, pemarah. Peneliti menetapkan beberapa kriteria penilaian sebagai indikator keberhasilan penerapan tehnik behavior contract dalam meningkatkan motivasi belajar matematika dapat di ukur melalui indikator sebagai berikut : 1. Kehadiran di sekolah 2. Usaha mengatasi kesulitan 3. Semangat dalam mengikuti PBM 4. Keinginan untuk berprestasi 5. Tidak bosan pada tugas-tugas Untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa, tes yang diberikan selanjutnya diberikan dalam skala 0-100. Dengan demikian rumus yang digunakan menurut Anurrahman,dkk (2009:9-10)
10
=
Skor
100
Dengan mengacu pada pemaknaan nilai - 80 – 100 = Baik sekali - 70 – 79 = Baik - 60 – 69 = Cukup - 45 – 59 = Kurang - 0 – 44 = Kurang Sekali Nilai yang menjadi tolak ukur kemampuan siswa adalah 70. Dengan demikian untuk mengetahui ketuntasan siswa seperti pada tabel berikut: Tabel Indikator Keberhasilan. No Nilai Keterangan 1 Tuntas N ≥ 70 2 N < 70 Tidak Tuntas Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian tentang tehnik behavior contract dalam meningkatkan motivasi belajar matematika di kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kinerja dari siklus I ke siklus II. Rincian hasil penelitian setiap siklus dapat dipaparkan sebagai berikut: Siklus I Dari kegiatan pembelajaran dengan rencana pembelajaran terlampir diperoleh data sesuai tabel berikut: a. Hasil Observasi Motivasi Belajar siswa pada siklus II Tabel 1 : Data Hasil Observasi Motivasi siswa pada Siklus I Aspek yang Dinilai
Kriteria
Jumlah
Persentase
Ya 6 27,27% Tidak 16 72,73% Ya 9 40,90% Usaha Mengatasai Kesulitan Tidak 13 59,10% Ya 8 36,36% Semangat dalam mengikuti PBM Tidak 14 63,64% Ya 12 54,54% Keinginan untuk berprestasi Tidak 10 45,46% Ya 6 27,27% Tidak bosan pada tugas-tugas Tidak 16 72,73% Berdasarkan data pada tabel 3 dapat diketahui bahwa dari setiap aspek diperoleh untuk aspek kehadiran di sekolah terdapat 6 siswa atau 27,27% kriteria ya dan 16 siswa atau 71,73% kriteria tidak, aspek usaha mengatasi kesulitan terdapat 9 siswa atau 40,90% kriteria ya dan 13 siswa atau 59,10% kriteria tidak, aspek semangat dalam mengikuti PBM terdapat 8 siswa kriteria ya atau 36,36% dan 14 siswa atau 63,64% kriteria tidak, aspek keinginan untuk berprestasi terdapat 12 siswa atau 54,54% kriteria ya dan 10 siswa atau 45,46% kriteria tidak, serta aspek tidak bosan pada tugas-tugas terdapat 6 orang siswa atau 27,27% Kehadiran di sekolah
11
kriteria ya dan 16 siswa atau 72,73% kriteria tidak. Dari uraian tersebut maka hasil penelitian belum memenuhi target yang diharapkan, untuk itu perlu dilakukan tindakan ke siklus II. b. Hasil Evaluasi siswa Tabel 2 . Data hasil evaluasi siswa pada siklus I Kriteria Kemampuan Jumlah No Kategori Rentang Nilai siswa Tuntas Tidak Tuntas 1 Sangat Baik 6 80 – 100 Tuntas 2 Baik 8 70 – 79 Tuntas 3 Cukup 4 60 – 69 Tidak Tuntas 4 Kurang 3 45 – 59 Tidak Tuntas 5 Kurang Sekali 1 0 – 44 Tidak Tuntas Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 22 orang 14 orang atau 61,63% mendapat nilai 70 keatas sedangkan 8 orang atau 36,34% belum mencapai nilai standar ketuntasan. Dari hasil refleksi maka dirasa sangat perlu untuk melaksanakan siklus II. Siklus II a. Hasil Observasi Motivasi Belajar siswa pada siklus II Hasil pengamatan motivasi belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel beikut ini: Tabel 3 : Data Hasil Observasi Motivasi siswa pada Siklus II Aspek yang Dinilai Kehadiran di sekolah Usaha Mengatasai Kesulitan Semangat dalam mengikuti PBM Keinginan untuk berprestasi Tidak bosan pada tugas-tugas
Kriteria
Jumlah
Persentase
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
18 4 17 5 20 2 19 3 19 3
81,81% 18,19% 77,27% 27,73% 90,90% 9,10% 86,36% 13,64% 86,36% 13,64%
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari setiap aspek diperoleh untuk aspek kehadiran di sekolah terdapat 18 siswa atau 81,81% kriteria ya dan 4 siswa atau 18,19% kriteria tidak, aspek usaha mengatasi kesulitan terdapat 17 siswa atau 72,72% kriteria ya dan 5 siswa atau 27,73% kriiteria tidak, aspek semangat dalam mengikuti PBM terdapat 20 siswa kriteria ya atau 90,90% dan 2 siswa atau 9,10% kriteria tidak, aspek keinginan untuk berprestasi terdapat 19 siswa atau 86,36% kriteria ya dan 3 siswa atau 13,64%
12
kriteria tidak, serta aspek tidak bosan pada tugas-tugas terdapat 19 orang siswa atau 86,36% kriteria ya dan 3 siswa atau 13,64% kriteria tidak. Dari uraian tersebut meskipun setiap aspek belum memenuhi 100% akan tetapi sudah sesuai dengan target yang diharapkan sehingga penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. b. Hasil Evaluasi siswa Dari hasil evaluasi yang dilakukan diketahui bahwa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi perkalian dengan tehnik behavior contract pada siswa kelas IV SDN 6 Telaga Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4 . Data hasil evaluasi siswa pada siklus II Kriteria Kemampuan Jumlah No Kategori Rentang Nilai siswa Tuntas Tidak Tuntas 1 Sangat Baik 12 80 – 100 Tuntas 2 Baik 7 70 – 79 Tuntas 3 Cukup 1 60 – 69 Tidak Tuntas 4 Kurang 2 45 – 59 5 Kurang Sekali 0 – 44 Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 22 orang , 19 orang atau 86,36% mendapat nilai minimal 70 keatas sedangkan 3 orang atau 13,64% belum mencapai nilai standar ketuntasan. Oleh karena hasil evaluasi sudah sesuai dengan yang diharapkan maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikut Dari hasil refleksi bersama dan deskripsi data yang telah diuraikan di atas jelas bahwa peningkatan yang diharapkan telah tercapai sesuai dengan indikator yang diharapkan. Meskipun masih ditemui beberapa kelemahan, namun peneliti merasa tidak perlu lagi melakukan tindakan siklus berikutnya. Hasilnya sudah dapat digambarkan. Perbandingan peolehan nilai hasil penelitian siklus I dan siklus II No.
Siklus I
Siklus II
27,27% 40,90%
81,81% 77,27%
36,36%
90,90%
4
Kehadiran di sekolah Usaha mengatasi kesulitan Semangat dalam mengikuti PBM Keinginan utnuk berprestasi
54,54%
86,36%
5
Tidak bosan pada tugas-tugas
27,27%
86,36%
1 2 3
Aspek
Tabel di atas dapat digambarkan kedalam grafik berikut ini:
13
Grafik 1.Hasil Observasi motivasi belajar matematika dari siklus I sampai Siklus II 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
kehadiran di sekolah Usaha mengatasi kesulitan Semangat dalam mengikuti PBM Keinginan untuk berprestasi
Category 1
Category 2
Tidak bosan pada tugas-tugas
Kesimpulan Simpulan dari pelaksanaan tindakan penelitian tindakan kelas ini bahwa : Motivasi belajar matematika pada siswa kelas IV SDN 6 Telaga dapat ditingkatkan melalui tehnik Behavior Contract. . Daftar Pustaka Aritonang Keke. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Skripsi. http://Jurnal.Aritonang.blogspot.com. Diakses 5 Desember 2013. Amri Sofan. 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengah. Jakarta. PT.Prestasi Pustaka Raya. Anurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011. Kamus Bahasa Indonesia. Jalan Deksinapati Barat IV, Jakarta Timur. Devantri. 2013. Hakekat Matematika dan Pembelajarannya di SD. http://devantri.blogspot.com. Diakses 12 Oktober 2013. Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT. Rineke Cipta. Eukaristia. 2012. Teknik Kontrak Perilaku. http://Animenekoi.blogspot.com. Diakses 09 Agustus 2013. Faanuzulhuda. 2013. Ketrampilan Belajar. http://Faanuzulhuda.blogspot.com. Diakses 09 Agustus 2013. Otaya Nelco. 2008. Meningkatkan Kemampuan Membaca Teknis Siswa Kelas II SDN 4 Padengo Kecamatan Limboto Barat kabupaten Gorontalo Melalui Teknik Behavior Contract. Skripsi. Pambudi Agung. 2011. Hakekat Matematika dan Pembelajrana Matematika (Piaget) SD. http://haripambudi.blogspot.com. Diakses 12 Oktober 2013. Sardiman A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 14
Suhardi. 2012. Hakekat Pembelajaran Matematika. http://eprints.uny.ac.id. Diakses 12 Oktober 2013. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Schaefer, 2000. Rewards and Motivation. USA: Irwin-McGraw Hill. http://www.slideshare.net. Diakses 12 Oktober 2013. Winataputra, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka. http://lutfifauzan.wordpres.com/2009/08/09/kontrak-perilaku/diakses pada tanggal 12 Oktober 2013.
15