MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PELAPUKAN DAN JENIS-JENIS TANAH MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Oleh : Agrioni Dwi Putri Lahay 1. Pembimbing I Prof. Dr. H. Abdul Haris PanaI, S.Pd, M.Pd 2. Pembimbing II Drs. Djotin Mokoginta, S.Pd, M.Pd Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar ABSTRAK Agrioni Dwi Putri Lahay. 2013. Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelapukan dan jenis-jenis tanah melalui metode discovery di kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Prof. Dr. H. Abdul Haris Panai, S.Pd, M.Pd dan pembimbing II Drs. Djotin Mokoginta, S.Pd, M.Pd. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan metode discovery hasil belajar siswa pada materi pelapukan dan jenis-jenis tanah di kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo dapat meningkat? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelapukan dan jenis-jenis tanah melalui metode discovery di kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 34 orang siswa terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan, dengan hipotesis tindakan yaitu jika guru menggunakan metode discovery pada materi pelapukan dan jenis-jenis tanah maka hasil belajar siswa kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo akan meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang mencapai ketuntasan dengan KKM 70 sebanyak 15 siswa atau 44% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 31 siswa atau 91% atau sudah mencapai KKM. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi pelapukan dan jenis-jenis tanah dapat ditingkatkan melalui metode discovery.
Kata Kunci : Hasil belajar, metode discovery
PENDAHULUAN Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan sehingga mengalami banyak kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaran pun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan
guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan, untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan hasil belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Pelajaran IPA merupakan pelajaran yang erat kaitannya dengan kehidupan siswa. Melalui pelajaran IPA siswa dapat mengenal lingkungan dan alam sekitar dan segala isinya, Untuk itu perlu pemahaman yang lebih mendasar bagi siswa dalam mempelajarinya. Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan (Samatowa, 2006:3) Berdasarkan tujuan di atas, maka pembelajaran IPA di SD menuntut proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan verbalistik, misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan, sebab IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang
benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memcahkan masalah (Samatowa, 2006:3) Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Siswa yang tuntas dalam pelajaran IPA hanya 7 orang dari 34 siswa pada tahun ajaran 2011/2012. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA belum mencapai ketuntasan yaitu mencapai 50. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar
mengajar
belum
memvariasikan
metode
pembelajaran,
belum
menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara berurutan. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran discovery untuk mengungkapkan dengan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA. Discovery itu sendiri adalah penemuan, dalam kaitannya dengan pendidikan bahwa discovery adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan (Illahi, 2012:29), sehingga penulis memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan,
mencari,
mendikusikan
sesuatu
yang
berkaitan
dengan
pembelajaran. Bertolak dari permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan memformulasikan dalam judul “Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Pelapukan Dan Jenis-Jenis Tanah Melalui Metode Discovery Di Kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo”
PEMBAHASAN 2.1. Hakikat Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002). Menurut Skinner dalam bukunya Dimyati dan Mudjiono (2006:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
2.2. Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya dan berupa suatu konsep yang bersifat umum didalamnya tercakup prestasi. Hasil belajar merupakan perubahan perubahan yang diharapkan terjadi pada perilaku dan pribadi siswa setelah mengalami dan melalui proses belajar. Hasil belajar merupakan tingkah laku yang dimiliki siswa setelah menempuh pengalaman belajar (Sudjana, 2006:2).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, baik segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Tercapainya hasil belajar dapat dilihat melalui tes, mengamati perilaku siswa dan lain-lain. Penilaian hasil belajar menjadi tes dan bukan tes. Teknik tes bisa berupa tes lisan, tes tulisan dan tes tindakan. Sedangkan alat penilaian bukan tes terdiri dari observasi/ wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dan daftar cek. Di dalam pembelajaran terdapat tiga unsur yang sangat erat hubungannya yaitu tujuan instruksional, pengalaman pembelajaran dan hasil belajar (Sudjana, 2006:2).
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (2008:24) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal: a. Faktor Internal Faktor internal terdiri atas dua yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Adapun penjelasan dari kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1) Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran. 2) Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.
b. Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri atas dua yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental. Adapun penjelasan dari kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1) Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega. 2) Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.
2.4. Hakikat Pelapukan Dan Jenis-Jenis Tanah Pelapukan adalah proses pengrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga oksigen yang disebabkan karena proses fisik, kimia, dan biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk ketahui bahwa proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral baru. Inilah
sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah itu sendiri. Di alam pada umumnya ke tiga jenis pelapukan (fisik, kimiawi dan biologis) itu bekerja bersama-sama, namun salah satu di antaranya mungkin lebih dominan dibandingkan dengan lainnya. Walaupun di alam proses kimia memegang peran yang terpenting dalam pelapukan, tidak berarti pelapukan jenis lain tidak penting. Berdasarkan pada proses yang dominan inilah maka pelapukan batuan dapat dibagi menjadi pelapukan fisik, kimia dan biologis. Pelapukan merupakan proses proses alami yang menghancurkan batuan menjadi tanah. Jenis pelapukan : a) Pelapukan biologi: merupakan pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup. contoh: tumbuhnya lumut b) Pelapukan fisika: merupakan pelapukan yang disebabkan oleh perubahan suhu atau iklim .contoh : perubahan cuaca c) Pelapukan kimia: merupakan pelapukan yang disebabkan oleh tercampurnya batuan dengan zat - zat kimia . contoh: tercampurnya batu oleh limbah pabrik yang mengandung bahan kimia Menurut butiran-butiran penyusunnya, tanah terdiri dari batu, kerikil, pasir, lumpur, tanah liat, dan debu. Sementara berdasarkan jenisnya, tanah dibedakan sebagai berikut :
1. Tanah Humus Tanah humus berada di lapisan atas, berwarna gelap, dan bersifat gembur. Tanah humus terbentuk dari pembusukan tumbuh-tumbuhan. Tanah humus banyak ditemukan di hutan tropis termasuk di Indonesia. 2. Tanah Pasir Tanah pasir sangat mudah dilalui air atau bersifat porous. Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan. Tanah pasir kurang baik bagi pertanian, karena mengandung sedikit humus, tetapi cocok untuk menahan bangunan. 3. Tanah Liat Tanah liat atau lempung terdiri atas butiran-butiran liat yang halus sehingga bersifat liat. Tanah ini sukar dilalui air, tetapi mudah dibentuk sehingga dimanfaatkan untuk membuat gerabah.
2.5. Hakikat Metode Discovery Dalam
kaitannya
dengan
pendidikan,
Hamalik
(Illahi,
2012:29),
menyatakan bahwa discovery adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para siswa dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan. Dengan kata lain, kemampuan mental intelektual merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan siswa dalam menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi, termasuk persoalan belajar yang membuat siswa sering kehilangan semangat dan gairah ketika mengikuti materi pelajaran.
Adapun beberapa tujuan pembelajaran discovery yang memiliki pengaruh besar bagi siswa adalah sebagai berikut, Dewey (Dalam Illahi, 2012:47-66) : a. Untuk mengembangkan kreativitas b. Untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam belajar c. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan kritis d. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran e. Untuk belajar memecahkan masalah f. Untuk mendapatkan inovasi dalam proses pembelajaran Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa metode pembelajaran discovery adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan , karena metode pembelajaran discovery ini merupakan metode pembelajaran penemuan atau menumukan sendiri. Artinya siswa dapat memecahkan sendiri persoalan-persoalan dalam pelajaran yang di hadapi , khususnya persoalan dalam mata pelajaran IPA yang kebanyakan menuntut kemampuan dan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah misalnya pada materi pelapukan dan jenis-jenis tanah. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo di kelas V dengan jumlah siswa 34 orang, 14 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan. Variabel yang digunakan adalah variabel input, proses dan output dengan tahap persiapan tahap pelaksanaan tindakan yaitu dari tindakan yang dilakukan pada siklus I dapat dilihat dan akan diketahui hasil belajar siswa. Jika hasil
capaian siklus I belum mencapai target yang diinginkan maka peneliti harus melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya yaitu siklus II. Pempantauan
dan
evaluasi
Pemantauan
dilaksanakan
selama
berlangsungnya tindakan. Pemantauan terhadap aktifitas siswa dilakukan dengan daftar ceklist (√) sedangkan hal – hal lain yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran dicatat pada jurnal. Pada akhir siklus I siswa diberikan tes hasil belajar tentang pelapukan dan jenis-jenis tanah. Tes ini dilakukan secara individual oleh siswa selama 15 menit. Analisis dan refleksi Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada siklus I, maka peneliti melakukan refleksi yakni dengan cara mengidentifikasi kembali kekurangan dan kelebihan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I, serta menganalisis data hasil evaluasi dan mencari solusi serta menyusun perbaikan untuk tindakan selanjutnya. Jika indikator yang diharapkan sudah tercapai maka pembelajaran tidak akan dilanjutkan kesiklus selanjutnya dengan cara mengidentifikasi hal – hal yang perlu diperbaiki dengan melihat hasil evaluasi, analisis dan refleksi sampai pelaksanaan tindakan tercapai. Alat pengumpulan data tehnik pengumpulan data pada penelitian ini berupa Observasi, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yaitu hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif. Proses dalam penelitian ini merupakan suatu analisis data yang bertujuan untuk menyederhanakan data sehingga memudahkan peneliti dalam menafsirkannya, jenis data yang digunakan adalah suatu analisis data kualitatif.
Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 7 mei 2013. Data hasil siklus I jelas bahwa dari 34 siswa yang duduk dibangku kelas V SDN 5 Telaga kabupaten Gorontalo telah mengalami peningkatan hasil belajar, namun masih terdapat siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata nilai ketuntasan atau belum mencapai indikator kinerja dengan penjelasan ada 19 orang atau sekitar 56% yang hasil belajarnya masih di bawah atau dapat dikatakan belum lulus dan ada 15 orang atau sekitar 44% dari indikator kinerja yang sudah ditentukan yaitu 80% yang hasil belajarnya sudah meningkat atau dapat dikatakan lulus. Itu artinya masih ada 7% yang masih perlu dilakukan tindakan selanjutnya Dari hasil data siklus II jelas bahwa dari 34 siswa yang duduk dibangku kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo telah mengalami peningkatan hasil belajar dan juga masih terdapat beberapa siswa yang memiliki nilai di bawah ratarata nilai ketuntasan atau belum mencapai indikator kinerja dengan penjelasan ada 3 orang yang atau 9% yang belum mencapai nilai ketuntasan hasil belajar siswa, dan ada 31 orang atau 91% yang sudah mencapai nilai ketuntasan hasil belajar siswa. Pada tahap refleksi ini dapat dilihat bahwa setelah diadakan pelaksanaan tindakan pada subjek penelitian yang menggunakan metode Discovery dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelapukan dan jenis-jenis tanah. Berdasarkan pada penelitian tindakan siklus II ini dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mencapai sesuai dengan indikator kinerja lebih dari 80% yakni 82,9% dengan demikian penelitian tindakan lanjutan dan penelitian tindakan kelas ini telah dianggap selesai.
Grafik perbandingan perolehan nilai dari observasi awal, siklus I, dan siklus II
Observasi Awal; 29% Siklus II; 91%
Siklus I; 44%
Pada diagram diatas dapat terlihat jelas bahwa terdapat peningkatan hasil belajar pada siswa. Dengan demikian tidak perlu lagi diadakan pelaksanaan tindakan selanjutnya karena pada siklus II ini sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan. Dengan demikian hasil penelitian ini dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pelapukan Dan Jenis-Jenis Tanah Melalui Metode Discovery Di Kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo” dinyatakan dapat diterima.
PENUTUP 3.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan di atas maka
dapat
disimpulkan
bahwa
penggunaan
metode
discovery
dapat
meningkatkan hasi belajar siswa di kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi awal yang dapat dilihat hanya ada 10 siswa yang tuntas atau hanya mencapai 29%. Kemudian pada siklus I meningkat menjadi 15 siswa atau 44%. Tetapi pada siklus I ini belum mencapai indikator
kinerja yang ditentukan yaitu 80%. Selanjutnya pada siklus II hasil belajar meningkat dan sudah mencapai indikator kinerja yang ditentukan yaitu 91%.
3.2. Saran 1. Penggunaan metode Discovery dapat membuat siswa lebih kreatif dalam proses pembelajaran artinya siswa dapat dengan sendirinya menemukan sendiri inti permasalahan dari suatu materi sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat dipahami secara langsung. Oleh karena itu, penggunaan metode Discovery ini sebaiknya digunakan dalam pembelajaran IPA untuk sub pokok bahasan lain. 2. Keberhasilan penggunaan metode Discovery pada mata pelajaran IPA, maka diharapkan pada para guru dan calon guru agar dapat mengadopsi dan menguji coba pada mata pelajaran lain. 3. Diharapkan pada guru agar dapat menerapkan metode Discovery ini sebagai alternatif atau pilihan dalam praktik pembelajaran di kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo khususnya pada mata pelajaran IPA, dan guru juga
bisa menerapkan metode ini pada pelajaran-pelajaran yang bersifat
pemecahan persoalan yang dihadapi khususnya persoalan dalam mata pelajaran IPA yang kebanyakan menuntut kemampuan dan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah misalnya pada materi pelapukan dan jenis-jenis tanah sehingga siswa lebih aktif daan kreatif dalam proses pembelajaran yang berlangsung. 4. Guru hendaknya lebih meningkatkan motivasi pada siswa untuk belajar secara mandiri dalam arti mereka dapat mempergunakan pengetahuan dasar
yang telah mereka miliki dalam belajar agar mereka bisa
memperoleh
pengetahuan secara cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA Azmiyawati, Choiril. 2008. IPA Salingtemas 5. Jakarta : Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional. Dimyati Dan Mudjiono, dkk. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Fudyartanto. 2002. Pengertian Belajar (online) Tersedia http: // mardiahrahmawati. Com/2012/04/pengertian – belajar . (Diakses, 02 Maret 2013). Hakim. 2005. Hasil Belajar (online) Tersedia http: // susilofy. Wordpress. Com/2010/09/28/hakikat – belajar – prestasi – belajar – dan – aktivitas – belajar . (Diakses, 02 Maret 2013). Hanafiah, Nanang dkk. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika Aditama Ilahi, Mohammad. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill. Jogjakarta : Diva Press Kangmoes. 2013. Pengertian Tanah (online) Tersedia http: // kangmoes.com / artikel – tips – trik – ide – menarik – kreatif. Definisi / pengertian tanah. (Diakses 04 April 2013) Munadi. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar (online) Tersedia http: // dedi26. Blogspot. Com/ 2013 / 01 / faktor – faktor – yang – mempengaruhi – hasil. (Diakses 06 Maret 2013) Rositawaty. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta : Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Jakarta : Pustaka Indonesia Press Samatowa, Usman. 2002. Pembelajaran Terpadu. Gorontalo : Percetakan Raisal.
Slameto. 2003. Hasil Belajar (online) Tersedia http: // susilofy. Wordpress. Com/2010/09/28/hakikat – belajar – prestasi – belajar – dan – aktivitas – belajar . (Diakses, 02 Maret 2013). Sudjana. 2006. Hakikat Hasil Belajar (online) Tersedia http: // id. Shvoong. Com/ social-sciences/education/2255220 – hakikat – hasil – belajar. (Diakses 02 Maret 2013) Sulistyanto, Heri. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional. Sunarto. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar (online) Tersedia http: // dedi26. Blogspot. Com/ 2013 / 01 / faktor – faktor – yang – mempengaruhi – hasil. (Diakses 06 Maret 2013) Wikipedia, 2012. Pelapukan (online) Tersedia http: // id.wikipedia.org / wiki / pelapukan. (Diakses 04 April 2013)