Edumatica Volume 06 Nomor 01 April 2016
ISSN: 2088-2157
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI GUIDED NOTE TAKING PADA SISWA KELAS IV SDN 1 LABALAWA La Eru Ugi1), Nani Sri Lindayani2) 1)
Dosen FKIP Pendidikan Matematika, 2) Mahasiswa FKIP Pendidikan Matematika Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau
Email:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa kelas lV SD Negeri 1 Labalawa pada pokok bahasan pecahanmelalui model pembelajaran Guided Note Taking. Jenis penelitian yakni Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus terdapat empat tahapan yang dilalui yaitu perencanaan, pelaksanakan, pengamantan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN 1 Labalawa .Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan. Keaktifan siswa kelas IV SD Negeri Labalawa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Guided Note Taking pada pokok bahasan pecahan. Presentase keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan peningkatan yang di capai telah memenuhi kriteria yang diinginkan. Kata Kunci. Keaktifan Belajar Matematika, Guided Note Taking, Pokok Bahasan Pecahan PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya serta mengubah tingkah laku keaktifan yang lebih baik. Pendidikan juga dapat mencetak manusia menjadi sumber daya manusia yang handal dan terampil dibidangnya. Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Selain itu, dalam dunia pendidikan proses pembelajaran merupakan proses yang bisa diterapkan mengajar dan belajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Proses pembelajaran yang berkembang di kelas umumnya ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai individu-individu yang terlibat langsung dalam proses tersebut. Prestasi belajar siswa itu sendiri sedikit banyak tergantung pada cara guru menyampaikan pelajaran pada anak didiknya, oleh karena itu kemampuan serta kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting bagi keaktifan, keberhasilan proses pembelajaran pada siswa (Gagne, 1978) . Hal ini menunjukan adanya keterkaitan antara hasil belajar siswa dengan metode mengajar yang digunakan oleh guru.
55
Edumatica Volume 06 Nomor 01 April 2016
ISSN: 2088-2157
Salah satu pelajaran yang selama ini yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa adalah matematika, ilmu yang berkenaan dengan konsep abstrak yang disusun secara hirarki dan penalaran deduktif membutuhkan pemahaman secara bertahap dan berurutan. Menurut Skemp (1971: 37) bahwa konsep-konsep matematika bersifat abstrak, yang saling berkorelasi membentuk konsep baru yang lebih kompleks Matematika merupakan suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir berkomunikasi alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis (Hamzah, 2007:129). Pemahan konsep merupakan langkah awal yang diambil untuk melangkah pada tahap selanjutnya yaitu aplikasi dalam perhitungan matematika. Namun demikian siswa pada umumnya belum menguasai materi prasyarat dari konsep yang diajarkan. Upaya mengatasi belajar matematika dan meningkatkan mutu pendidikan sekolah diantaranya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang baru. Model pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan berbagai variasi sehingga siswa terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana yang nyaman dan menyenangkan. Dalam interaksi pembelajaran terdapat berbagai macam model pembelajaran yang bertujuan agar proses pembelajaran dapat berjalan baik. Hal ini juga bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif serta memungkinkan timbulnya sikap keterkaitan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Perlu dikembangkan pengajaran yang dapat membangun keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan alternatif dalam menerapkan model pembelajaran yang baru. Pembelajaran yang efektif tersebut harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam menguasai model pembelajaran dan materi yang akan diajarkan. Seiring diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diharapkan guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika dengan berkreasi dan berinofasi menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran yang berkembang saat ini. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar matematika, antara lain kesesuain antara model pembelajaran yang digunakan guru dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Model pembelajaran diduga merupakan salah satu penyebab rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika. Selain itu, selama proses pembelajaran berlangsung,siswa kurang percaya diri khusunya pada saat menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru serta siswa juga belum terbiasa menyelesaikan soal-soal secara bersama-sama dalam kelompokkelompok kecil yang dapat membantu mereka agar lebih memahami permasalahan yang ada. Hal ini juga terjadi di SD Negeri 1 Labalawa. Hasil belajar matematika siswa di SD Negeri 1 Labalawa misalnya masih tergolong rendah. Hasil diskusi yang dilakukan oleh peneliti dengan guru mata pelajaran matematika, peneliti memperoleh informasi bahwa guru matematika menghadapi masalah sehubungan dengan materi pembelajaran. Masalah yang dihadapi oleh guru tersebut yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, salah satunya pada kelas IV dengan rata-rata hasil belajar matematika sebesar 56, nilai ini
56
Edumatica Volume 06 Nomor 01 April 2016
ISSN: 2088-2157
masih tergolong rendah karena masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil belajar siswa yang rendah tersebut siswa kurang aktif dalam mengikuti materi pelajaran, kurangnya daya serap siswa dalam memahami materi pelajaran dan umumnya kreatifitas siswa dalam membuat dan menyampaikan ide-idenya masih sangat rendah serta siswa kurang percaya diri khususnya pada saat menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru .Dari hasil pengamatan pada proses pambelajaran di kelas, guru hanya memberikan informasi atau pengetahuan kepada siswa, dimana siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan kurang aktif dalam proses pembelajaran, sehingga berpengaruh pada rendahnya hasil belajar siswa. Guru matematika masih menggunakan model pembelajaran yang berfokus pada pembelajaran konsep yang bersifat hafalan. Selama ini proses pembelajaran berpusat atau berfokus pada guru serta dalam pelaksanaannya guru memegang kendali memainkan peran aktif, sedangkan siswa cenderung pasif dalam menerima informasi, pengetahuan dan keterampilan dari guru. Proses pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik yang tidak hanya menekan pada apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar (Nasution, 1988). Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah dengan meggunakan model pembelajaran Guided Note Taking. Penerapan model pembelajaran ini diharapkan dapat mengatasi kejenuhan siswa serta membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Adapun langkah- langkah pembelajaran Guided Note Taking yakni (1) Menyajikan materi dengan metode ceramah. (2) Kosongkan sebagian dari poin-poin yang anda anggap penting seperti a). Berikan suatu istilah dengan pengertian dalam uraian kosong, b) buat isian kosong dari suatu pernyataan, c) buat LKS yang menyangkut sub-topik yang penting, (3) Kegiatan mengisi bahan ajar/handout yang telah dibuat, (4) Menjelaskan isi LKS Model pembelajaran Guided Note Taking ini berorientasi pada siswa menempati posisi yang dominan dalam proses pembelajaran dengan ciri utamanya siswa diberi kesempatan untuk berfikir, menjawab. Saling membantu satu sama lain sehingga dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Seorang guru hanya menyampaikan pelajaran dengan metode ceramah dimana siswa menggunakan suatu bagan, sebagai media yang dapat membantu dalam membuat catatan sehingga metode ceramah yang di kembangkan oleh guru mendapat perhatian siswa. Menurut Agus Suprijono, (2009: 105) bahwa tujuan metode pembelajaran Guided Note Taking adalah agar metode ceramah yang dikembangkan oleh guru mendapat perhatian siswa, terutama pada kelas yang jumlah siswanya cukup banyak. Pembelajaran dengan strategi Guided Note Taking memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengeluarkan pendapatnya dan bertukar ide sehingga proses belajar siswa tidak lagi berpusat kepada guru. Belajar kelompok membuat suasana belajar menjadi lebih menarik dan siswa dapat berperan aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelekual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kogniti, efektif dan psikomotor (Rachman Natawijaya dalam Depdiknas, 2005 : 31).
57
Edumatica Volume 06 Nomor 01 April 2016
ISSN: 2088-2157
Dengan ini diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini mengingatkan bahwa kegiatan pembelajaran diadakan dalam rangka memberikan pengalaman-pengalaman belajar pada siswa. Jika siswa aktif dalam kegiatan tersebut kemungkinan besar akan dapat mengambil pengalaman-pengalaman belajar tersebut. Menurut Sardiman, (2001 : 98) bahwa aktifitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Kegiatan pembelajaran dipandang sebagai kegiatan komunikasi antara guru dan siswa. Kegiatan komunikasi ini tidak akan tercapai apabila siswa tidak dapat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran (Hermawan, 2007 : 83). Dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran diharapkan hasil belajar siswa yang dicapai akan memuaskan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini termaksud penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas atau disekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktek pembelajaran (Aqib,2006: 19). Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian di laksanakan pada semester genap kelas IV SD Negeri 1 Labalawa Tahun Pelajaran 2014/2015. Subjek Penenlitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV SD Negeri 1 Labalawa yang berjumlah 32 siswa. Prosedur Pelaksanaan Penelitian tindakan kelas diawali dengan pembagian siswa kedalam kelompok bersifat heterogen. Pelaksanaan tindakan penelitian terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. Tahap-tahap penelitian ini adalah sebagai berikut : Perencanaan (Planning) Pada tahap ini yang dilakukan yaitu membuat secara rinci rancangan tindakan meliputi: (1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (2) Membuat lembar observasi, (3) Menyiapkan format evaluasi tes awal dan tes akhir, (4) Membuat jurnal evaluasi diri dalam rangka mengembangkan skenario pembelajaran dengan metode Guided Note Taking,
58
Edumatica Volume 06 Nomor 01 April 2016
ISSN: 2088-2157
Pelaksanaan Tindakan (Action) Setelah perencanaan telah tersusun, maka tehap selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan, meliputi : (1) Menerapkan rancangan yang telah disusun dengan menggunakan metode Guided Note Taking, (2) Tindakan yang diberikan berupa kegiatan belajar mengajar dimana peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru matematika sebagai observasi yang mengamati kegiatan di kelas selama pembelajaran berlangsung, (3) Pada akhir tindakan ini siswa diberi tes Tahap Observasi Observasi (pengamatan) dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh guru Matematika Kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi lembar observasi/ penilaian yang telah disusun. Tahap Refleksi Hasil yang didapat dari tahap tindakan dan pengamatan serta wawancara dikumpulkan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan dari tindakan yang dilakukan. Hasil refleksi ini selanjutnya akan digunakan sebagai dasar tahap perencanaan pada siklus berikutnya. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran dilakukan dengan memberikan skor pada setiap indikator yang diamati. Adapun pedoman penskoran yang digunakan adalah skor 1 untuk jawaban “ya” dan skor 0 untuk jawaban “tidak”. Untuk menganalisis hasil observasi keaktifan siswa adalah dengan menghitung jumlah siswa yang aktif dalam pembelajaran. Pengkategorian keaktifan siswa belajar berdasarkan tabel 1. Tabel 1. Kriteria Keaktifan Siswa Presentase Kategori 75% < % keaktifan ≤ 100% Sangat Baik 50% < % keaktifan ≤ 75% Baik 25% < % keaktifan ≤ 50% Cukup 0% ≤ % keaktifan ≤ 25% Kurang Dengan rumus persentase yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Presentase keterlaksanaan pembelajaran =
skor yang diperoleh skor maksimal
x 100%
Inikator Kinerja Indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini terdiri atas dua yaitu indicator keterlaksanaan indikator pembelajaran dan indikator keaktifian siswa. Keterlaksanaan indikator pembelajaran dikatakan meningkat apabila persentase keterlaksaan mencapai >85% dan indikator keaktifian siswa dikatakan meningkat apabila presentase keaktifan telah mencapai > 85%.
59
Edumatica Volume 06 Nomor 01 April 2016
ISSN: 2088-2157
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Kegiatan Pendahuluan Penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi awal dan kegiatan wawancara dengan guru bidang studi matematika kelas IV SD Negeri 1 Labalawa. Dari hasil observasi tentang keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika sebesar 40%. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara tersebut perlu diterapkan Model Pembelajaran Guided note taking. Tindakan Siklus I Perencanaan Pada tahap perencanaan penelitian melakukan beberapa persiapan yakni (1) Menentukan kolaborasi dengan guru kelas IV sebagai partner penelitian, (2) Menyusun Rencana Pembelajaran (RP) untuk materi Pecahan (3) Menyusun lembar pengamatan untuk kinerja guru, (4) Menyusun lembar pengamatan untuk aktivitas siswa, (5) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS). Pelaksanaan Tindakan Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I berjalan sesuai perangkat pembelajaran (RPP, LKS, tes) yang telah dibuat. Tindakan yang di berikan pada siklus I sebanyak 3 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Adapun skenariao pembelajarannya terdapat pada tabel 2.
60
Edumatica Volume 06 Nomor 01 April 2016
ISSN: 2088-2157
Tabel 2. Skenario Pembelajaran Model Guided note taking Tahap Pendahuluan
Inti
Penutup
Aktivitas Guru 1. 2.
Aktivitas Siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan 3. Guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan dipelajari serta manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. 1. Guru meminta siswa untuk menyebutkan sebanyak mungkin benda-benda disekitar yang berhubungan dengan materi 2. . Dengan menggunakan media yang ada guru membimbing siswa untuk dapat memahami materi 3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami 4. Guru membagi siswa-siswi kedalam kelompok yang heterogen (4-5 orang) 5. Guru membagikan LKS sebagai bahan latihan kepada masing-masing siswa. 6. Guru meminta siswa untuk mengamati soal dalam LKS. 7. Guru membimbing siswa untuk membuat model dengan menggunakan media pipet minuman. 8. Guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sekelas, mengenai LKS. 9. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat, berekspresi, serta berkomunikasi dengan teman sekelas. 10. Guru mengawasi dan memberikan bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan. 11.Guru meminta tiap siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya sesuai dengan soal yang diberikan. 12.Guru memberi skor untuk setiap siswa sesuai dengan hasil presentasinya. 13.Guru memberi penghargaan pada siswa yang memperoleh hasil yang tinggi. 1. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi subpokok bahasan yang telah dipelajari. 2. Guru bersama siswa melakukan refleksi.
Menyimak penyampaian guru Menyimak
3. Guru memberikan tugas sesuai materi yang telah diajarkan.
Mencatat tugas yang diberikan
Siswa memperhatikan penjelasan guru Menyebutkan benda-benda yang berhubungan dengan materi Memperhatikan
Bertanya
Siswa berkumpul sesuai kelompok Siswa menerima LKS dan berdiskusi Siswa berdiskusi Siswa bekerja sesuai arahan guru Berdiskusi Saling bertukar pendapat
Siswa memperhatikan bimbingan guru Mempresentasikan jawaban hasil diskusi Menerima skor Menerima penghargaan Siswa mencatat Siswa memperhatikan
61
Edumatica Volume 06 Nomor 01 April 2016
ISSN: 2088-2157
Tabel 3. Lembar Observasi indikator keaktifan siswa di kelas No 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Aspek-Aspek yang diamati Siswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa menyebutkan sebanyak mungkin bendabenda yang ada di sekitar. Siswa mengamati contoh
Ya/ Tidak Ya
Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami Siswa mengambil LKS yang dibagikan oleh guru. Siswa mengamati soal yang ada di LKS. Siswa Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru terkait materi yang telah dibahas. Siswa berdiskusi dengan teman sekelas mengenai LKS. Siswa mengemukakan pendapat, berekspresi serta berkomunikasi dengan teman sekelas. Siswa menyimak penyelesaian guru. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Siswa aktif menyimpulkan materi. Siswa melakukan refleksi bersama guru. Siswa menulis tugas yang diberikan.
Tidak
Tidak Ya
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Observasi Hasil observasi terhadap guru mengenai keterlaksanaan metode Guided Note Taking dalam pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama mencapai 83,33%, pertemuan kedua mencapai 94,44% dan pertemuan ketiga mencapai 100% sehingga diperoleh rata-rata keterlaksanaan 92,59%. Hasil observasi terhadap siswa mengenai keterlaksanaan metode Guided Note Taking dalam pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama mencapai 57,14%, pertemuan kedua mencapai 64,28% dan pertemuan ketiga mencapai 78,57% sehingga diperoleh rata-rata keterlaksanaan 66,66%. Hasil observasi keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika pada siklus I pertemuan pertama mencapai 45,43%, pertemuan kedua mencapai 73,31% dan pertemuan ketiga mencapai 87,25% sehingga diperoleh rata-rata keterlaksanaan 68,66% masih berada pada kategori baik. Refleksi Refleksi dilaksanakan segera setelah pelaksanaan siklus I selesai. Refleksi digunakan untuk mngukur kelebihan maupun kekurangan pada siklus I. Bersama dengan guru kelas IV didiskusikan untuk mengadakan perubahan menuju pada siklus II.
62
Edumatica Volume 06 Nomor 01 April 2016
ISSN: 2088-2157
Salah satu hasil kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran Guided Note Taking pada pokok bahasan pecahan sehingga belum bisa menyelesaikan soal secara mandiri. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan guru berasumsi bahwa belum sepenuhnya siswa aktif dalam kegiatan belajar dikelas yang menggunakan model pembelajaran Guided Note Taking. Hal ini dapat terlihat dari kurangnya siswa dalam menyampaikan pendapatnya. Siswa juga belum terbiasa dengan kegiatan kelompoknya. Kemudian guru dan peneliti memutuskan untuk melakukan tindakan siklus II. Tindakan Siklus II Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti melakukan persiapan yang hamper sama dengan perencanaan pada tindakan siklus I, hanya pada siklus II ini guru membuat sebaik mungkin LKS yang diberikan kepada siswa guna lebih mengaktifkan lagi pembelajaran di kelas. Pelaksanaan Tindakan Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II berjalan sesuai perangkat pembelajaran (RPP,LKS dan tes) yang telah dibuat. Guru sudah melakukan semua indicator pembelajaran yang dibuat di dalam RPP. Observasi Hasil observasi terhadap guru mengenai keterlaksanaan model pembelajaran Guided Note Talking pada pokok bahasan pecahan pada siklus II pertemuan pertama mencapai 100% dan pertemuan kedua mencapai 100% sehingga diperoleh rata-rata keterlaksanaan 100%. Hasil observasi terhadap siswa mengenai keterlaksanaan model pembelajaran Guided Note Talking pada pokok pbahasan pecahan pada siklus II pertemuan pertama mencapai 85,71% dan pertemuan kedua mencapai 100% sehingga diperoleh rata-rata keterlaksanaan 92,85% berada pada kategori sangat baik. Hasil observasi keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika pada siklus II pertemuan pertama mencapai 93,26% dan pertemuan kedua mencapai 98,31% sehingga diperoleh rata-rata keterlaksanaan 95,78%. Refleksi Hasil refleksi diperoleh dalam pelaksanaan pembelajaran pada sikulus II yaitu : (1) Guru telah menerapkan model pembelajaran Guided Note Talking pada pokok bahasan pecahan, dan sudah memberikan motivasi atau penguatan serta memberikan bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan, (2) Siswa mampu beradaptasi dengan penerapan model pembelajaran Guided Note Taking pada pokok bahasan pecahan, (3) Siswa mulai berani bertanya ataupun mengemukakan pendapat, (4). Siswa dapat memahami isi soal sehingga dapat menuliskan apa yangdiketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan apa yang ditanyakan dengan suatu pecahan.
63
Edumatica Volume 06 Nomor 01 April 2016
ISSN: 2088-2157
Pembahasan Model pembelajaran Guided Note Taking pada pokok bahasan pecahanbagi siswa SD Negeri 1 Labalawa khususnya pada kelas IV merupakan hal yang baru. Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus I hasilnya antara lain guru masih raguragu dalam melaksanakan penerapan model pembelajaran Guided Note Taking, sehingga pembelajaran kurang lancar. Hal ini karena guru belum pernah menggunakan model pembelajaran tersebut. Begitu juga dengan siswa, karena merupakan hal yang baru sehingga belum biasa bekerja sama dengan teman sekelasnya secara maksimal. Selain itu guru kurang berperan aktif dan kurang memberikan motivasi ataupun penguatan secara maksimal kepada siswa. Masih banyak siswa yang malu ataupun takut bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Dengan melihat hasil observasi keaktifan siswa keterlaksanaan model pembelajaran Guided Note Taking pada materi pokok pecahan pada siklus I diperoleh rata-rata nilai 68,66% < 85%. Jadi hasil yang diperoleh dalam pembelajaran siklus I masih perlu diperbaiki lagi, dengan demikian siklus II perlu dilaksanakan agar keaktifan siswa dapat lebih baik. Pada siklus II diharapkan guru lebih berperan aktif dan selalu memberi motivasi dengan cara memancing siswa untuk berpikir agar siswa lebih aktif. Dengan kegiatan tersebut maka keaktifan siswa dapat lebih baik. Kegiatan aktif dalam belajar dapat membentuk pengetahuan siswa. Budiningsih (2012: 58) mengartikan belajar sebagai suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa itu sendiri. Hasil refleksi siklus II menunjukkan bahwa guru sudah mulai trampil dalam melaksanakan model pembelajaran Guided Note Taking pada pokok bahasan pecahan, sehingga keaktifan pembelajaran berjalan lancar dan guru berperan aktif, sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Disamping itu guru sudah memberikan motivasi ataupun penguatan dan memberi bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan tetapi masih perlu ditingkatkan sehingga siswa semakin tertarik dan terdorong untuk ikut aktif dalam model pembelajaran Guided Note Taking, sebagian besar siswa aktif dalam kegiatan walaupun ada beberapa siswa yang tidak ikut melibatkan diri, siswa mulai berani bertanya ataupun mengemukakan pendapatnya. Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa pada siklus II diperoleh nilai ratarata 95,78% > 85%, hasil ini sudah sesuai dengan yang diharapkan pada indikator keberhasilan, maka secara umum pelaksanaan pembelajaran siklus II lebih baik dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Dengan demikian indikator keberhasilan dapat dicapai sehingga tidak perlu dilaksanakan pembelajaran siklus berikutnya.. Berdasarkan kajian dan pembahasan siklus I, dan siklus II terdapat temuantemuan sebagai berikut. a. Kinerja guru mengalami peningkatan dari siklus I, dan siklus II, khususnya dalam menerapkan model pembelajaran Guided Note Taking. Proses pembelajaran belangsung lancar sehingga skenario pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
64
Edumatica Volume 06 Nomor 01 April 2016
ISSN: 2088-2157
b.
Semangat dan kerjasama siswa pada pembelajaran Guided Note Taking pada pokok bahasan pecahan, siswa terbiasa denganpola belajar bersama-sama dan memiliki tanggung jawab. Siswa semakin terampil dan lancar dalammenyampaikan pendapat kepada temanya masing-masingsehingga skenario pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Keaktifan siswa mengalami peningkatan yaitu siklus I: 68,66% dan siklus II: 95,78% Dari hasil observasi yang diberikan kepada siswa pada akhir penelitian diperoleh bahwa, dengan model pembelajaran Guided Note Taking pada pokok bahasan pecahan membuat siswa berani bertanya, menanggapi pendapat teman dan lebih mudah memahami materi pelajaran, sehingga terampil menyelesaikan soal secara mandiri. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan keaktifan belajar matematika pada pokok bahasan pecahan melalui metode Guided Note Taking pada siswa kelas IV SDN 1 Labalawa terlaksana dengan baik sesuai dengan RPP yang dibuat. Sedangkan keaktifan siswa kelas IV SD Negeri Labalawa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran yang digunakan pada pokok bahasan pecahan. Hal ini dapat dilihat dari presentase keaktifan siswa telah mencapai kriteria yang diinginkan. Saran Dari hasil penelitian tindakan kelas di SD Negeri 1 Labalawa dengan menggunakan metode pembelajaran Guided Note Taking maka saran yang diberikan peneliti buat adalah (1) Hendaknya guru SD Negeri 1 Labalawa menggunakan model pembelajaran Guided Note Taking dalam mengajarkan materi pecahan untuk dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, (2) Hendaknya model pembelajaran Guided Note Takingdapat digunakan pada pembelajaran materi lain, karena menumbuhkan keaktifan siswa. DAFTAR PUSTAKA Gagne, Briggs. 1978. Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Depdiknas. Nasution, A. H. 1988 : 243. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Depdiknas. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Penbelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Anonim, 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta : Depdikbud Dikti PPGSM. Prajitno, E., 2002. Penulisan Karya Ilmiah dan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Dikti. ----------, E. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: PPGM Matematika. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Skemp, R,R. (1971). The psychology of learning mathematics. Victoria, Australia: Penguin books Australia ltd.
65
Edumatica Volume 06 Nomor 01 April 2016
ISSN: 2088-2157
Simanjutak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: PT Rineka Cipta. Yuwono, RM., 1983. Strategi Belajar Mengajar. Ujung Pandang : IKIP Ujung Pandang. Hutabarat, E.P., 1985. Cara Belajar Pedoman Praktis Untuk Belajar Secara Efisien dan Efektif. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
66