UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SD AL-ZAHRA INDONESIA PAMULANG
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Fitri Nurmala 1110018300016
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H
UPAYA MENINGKATKAFI HASIL BELAJAR MATEMATIKA TCKOK BAHASAN BILANGATi PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PAI'A SISWA KTLAS III SD AI-ZAHRA INDONf,SIA PAMULAI\IG Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syaat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
OIeh:
Fitri Nurmala
NIM. 1110018300016
Dibawah Bimbingan
r /l--L // llIVMWt)
/tl V
Dr. Gelar lhrirahavu. M.Pd NIP. 197906U 20A6A4 4 0M
JURUSAI\I PENDIDIKAITi GURU MAI}RASAH
IBTIDAIYA}I
FAKULTAS ILNTU TARBIYATI I}AI\[ KEGURUAI\T UNIYTRSITAS ISLAM NSGOnI SYARIT HIDAYATULLAH
JAKARTA 2At5
LEMBAR PENGESAHAN PENITIA UJIAN MUNAQOSAII Skripsi berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas
NIM
III
SD Al-Zahra Indonesia Pamulang disusun oleh Fitri Nurmala,
1110018300016, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 16 Januari 2015 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Jakarta, 16 Januari 2015
Panitia Ujian Munaqosah Tanggal Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
Dr. Fauzan, MA
*r/4 %rr
NrP. 19761t01 200101 1 103 Sekretaris
(S
ekretaris JurusarVProdi)
Asep Edian a Latip, M.Pd.
NIP. 19810623 200912
t
003
r7t
Penguji I
eors
Dra. Afidah Mas'ud
NIP. 19610926 198603 2 004 Penguji
II
Dr. Tita Khalis Maryati, M.Kom.
Yzots
NrP. 19690924 t99903 2 003 Mengetahui,
.N urlenaf.i fa' I, MA, Ph. D -} NIP. 19591020 198603 2
001
Tanda Tangan
rtQQNI.
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
Fitri Nurmala
NIM
11
Jurusan
PGMI
Alamat
Jl. Jagakarsa 1, RT 004107, Kelurahan Jagakarsa, Jakarta Selatan
10018300016 ,
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama
Pembimbing : Dr. Gelar Dwirahayu, M. Pd.
NIP
:
19790601 2006042004
Jurusary'Prodi
:
Pendidikan Matematika
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil
karya sendiri.
Jakarta, Januari 2015 Yang Menyatakan
Fitri Nurmala
ABSTRAK Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD AlZahra Indonesia Pamulang (PTK di SD Al-Zahra Indonesia Pamulang) Kata Kunci : Pembelajaran Kontekstual, Hasil Belajar Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang melalui penerapan pembelajaran kontekstual. Metode yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar pada setiap akhir siklus dan lembar observasi kegiatan belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus II sebesar 76% dibandingkan dengan siklus I. Begitu pula dengan hasil belajar siswa, pada siklus I skor rata-rata kelas sebesar 69,83 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 54,54%, sedangkan pada siklus II skor ratarata kelas meningkat menjadi 81,80 dengan persentase ketuntasan 81,81%. Skor rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 11,97, sedangkan ketuntasan belajar mengalami persentase peningkatan sebesar 27,27%. Kesimpulannya bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang.
i
ABSTRACT Improve of Mathematical Learning Outcomes on Fraction by Contextual Learning At Al-Zahra Elementary School Indonesia Pamulang, Class III (Classroom Action Research at Al-Zahra Elementary School Indonesia Pamulang) Keywords : Contextual Teaching and Learning, Learning Outcomes This research aimed to improve of Mathematical Learning Outcomes in class III students Al-Zahra Elementary School Indonesia Pamulang through contextual teaching and learning application. The method used is Classroom Action Research design that consists two cycle. The research instrument used is the achievement test at the end of each cycle and observation sheet student learning activities. The results showed that an increase in the activity of students in the second cycle of 76% compared with the cycle I. Similarly, student learning outcomes, in the first cycle class average score of 69.83 with a percentage of 54.54% mastery learning, while the second cycle of the class average score increased to 81.80 with a percentage of 81.81% completeness. Class average score increased by 11.97, while mastery learning experience percentage increase of 27.27%. The conclusion that the application of contextual teaching and learning model can improve learning outcomes mathematic at class III Al-Zahra Elementary School Indonesia Pamulang.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, karena dengan pertolongan, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai hari kiamat kelak. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan mori dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Fauzan, MA, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M. Pd, Dosen pembimbing skripsi yang sangat sabar
memberikan
motivasi,
meluangkan
waktu
dan
tenaga,
serta
membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini hingga selesai. 4. Segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya selama penulis menuntut ilmu. 5. Kepala sekolah dan segenap pengajar SD Al-Zahra Indonesia Pamulang, yang telah membantu terlaksananya penelitian dan terwujudnya skripsi ini.
iii
6. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta yang telah mendidik, merawat, membesarkan, mememberi doa setulus hati, serta bantuan moril dan materil kepada ananda sehingga dapat menyelesaikan kuliah ini dengan lancar. 7. Dendi Zainal M., suami tercinta yang selalu siaga dalam menemani ananda dalam menyusun skripsi ini, serta memberikan dukungan moril dan materil serta doa sehingga dapat menyelesaikan kuliah ini. 8. Erien Damayanti dan Siti Nur Chayati, sahabat tersayang yang selalu ada saat suka maupun duka dalam masa kuliah hingga selesai. 9. Sahabat Genggers yang selalu berbagi cerita dan tawa selama kuliah, yang selalu kompak dalam hal apapun serta seluruh teman-teman seperjuangan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2010, khususnya PGMI A, sehingga semakin terasa rasa kekeluargaan yang terjalin, terima kasih atas dukungan dan doa selama ini. Akhir kata, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan dating. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya, serta kemanjuan dunia pendidikan di Indonesia.
Jakarta,
Januari 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN`
ix
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
5
C. Pembahasan Fokus Penelitian
5
D. Perumusan Masalah Penelitian
6
E. Tujuan Penelitian
6
F. Manfaat Penelitian
6
: KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti
BAB III
8
1. Pembelajaran Kontekstual
8
2. Komponen Pembelajaran Kontekstual
13
3. Hasil Belajar Matematika
16
4. Bilangan Pecahan
21
B. Hasil Penelitian yang Relevan
27
C. Kerangka Berpikir
27
D. Hipotesis Tindakan
29
: METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
30
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
30
C. Subjek Penelitian
32
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
33
v
BAB IV
E. Tahapan Perencanaan Tindakan
33
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
35
G. Data dan Sumber Data
36
H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
36
I. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
37
J. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data
42
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan
43
: DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan
BAB V
45
1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I
45
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II
61
B. Analisis Data dan Pembahasan
74
C. Temuan Penelitian
77
D. Keterbatasan Penelitian
79
: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
80
B. Saran
81
DAFTAR PUSTAKA
82
LAMPIRAN
84
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Prosedur Kegiatan Penelitian
34
Tabel 4.1 Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I
55
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I
56
Tabel 4.3 Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus II
68
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II
69
Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
74
Tabel 4.6 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Kontekstual
76
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Berpikir
30
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
32
Gambar 4.1 Aktivitas belajar saat menunjukkan bangun datar sederhana yang akan dipotong menjadi beberapa bagian sesuai bilangan pecahan
46
Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Saat Menggunting Kertas Berbentuk Bangun Datar
48
Gambar 4.3 Aktivitas Belajar Saat Siswa Sedang Berkelompok
52
Gambar 4.4 Kegiatan Tes Akhir Siklus I
54
Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Saat Diskusi Kelompok
63
Gambar 4.6 Aktivitas Siswa Saat Mencatat Hasil Temuannya Dalam Buku Catatan
64
Gambar 4.7 Siswa Mencatat Hasil Kegiatan dalam Buku Catatannya
66
Gambar 4.8 Kegiatan Tes Akhir Siklus II
68
Gambar 4.9 Diagram Peningkatan Hasil Belajar
75
Gambar 4.10 Diagram Persentase Hasil Ketuntasan
75
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Nilai Siswa Pra Penelitian
84
Lampiran 2
Hasil Wawancara Guru Pra Penelitian
85
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
87
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
92
Lampiran 5
Lembar Kerja Siswa
96
Lampiran 6
Uji Validitas
100
Lampiran 7
Uji Reliabilitas
102
Lampiran 8
Uji Taraf Kesukaran
104
Lampiran 9
Uji Daya Beda
106
Lampiran 10 Kisi-kisi
108
Lampiran 11 Tes Akhir Siklus I
110
Lampiran 12 Tes Akhir Siklus II
113
Lampiran 13 Pedoman Penilaian Observasi Siswa
115
Lampiran 14 Lembar Observasi Siswa
118
Lampiran 15 Hasil Lembar Observasi Kelompok
125
Lampiran 16 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I
135
Lampiran 17 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II
136
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyiapkan diri dalam peranannya di masa akan datang. Pendidikan dilakukan tanpa ada batasan usia, ruang dan waktu yang tidak dimulai atau diakhiri di sekolah, tetapi diawali dalam keluarga dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat, yang hasilnya digunakan untuk membangun kehidupan pribadi agama, masyarakat, keluarga dan negara. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk pengembangannya. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan terus dilaksanakan, berbagai usaha diupayakan agar tercipta pendidikan yang benarbenar berkualitas tinggi dengan metode-metode tertentu sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam sistem pendidikan nasional, fungsi dan tujuan pendidikan telah ditentukan dalam UU RI Bab II pasal 3 dan 4 tahun 2003 sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.1 Dalam menempuh proses pendidikan di sekolah, siswa wajib mengikuti beberapa mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti siswa adalah matematika, karena matematika adalah dasar dari beberapa mata pelajaran yang ada di sekolah baik dari dasar, menengah, atas maupun di 1
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 2 Tahun 1989) Bab II pasal 3 dan 4, (Jakarta: Sinar Grafika)
1
2
perguruan tinggi. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak, sehingga menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Hasil belajar matematika siswa, baik secara
klasikal
maupun
individual
belum
menggembirakan.
Dalam
pembelajaran matematika belum bermakna di dalam benak siswa, sehingga pengertian siswa tentang konsep matematika sangat lemah. Kemampuan belajar setiap siswa berbeda-beda baik dari pengetahuan kognitif, keterampilan motorik, kecakapan intelektual, informasi verbal dan sikap. Beberapa hal yang mempengaruhi antara lain metode pembelajaran, sarana belajar, lingkungan belajar, dan lain-lain. Hal ini mempunyai dampak terhadap hasil belajar siswa dan dalam kegiatan pembelajaran guru bertanggung jawab atas hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti pada penelitian pendahuluan, menunjukkan bahwa matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Siswa cenderung belajar pasif sehingga ketercapaian rata-rata hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kenyataan ini disebabkan sifat abstrak matematika dan siswa cenderung diajar untuk menghafal konsep dan prinsip matematika tanpa disertai pemahaman yang baik.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, siswa belum memahami betul konsep pada materi bilangan pecahan. Hal ini bisa dilihat saat siswa merasa bingung dan keliru dalam mengerjakan soal yang diberikan guru, misalnya + = , sedangkan pada konteks yang benar adalah + = + = . Tetapi pada praktiknya guru hanya memberi penjelasan berupa rumus penjumlahan kepada siswa untuk terlebih dahulu menyamakan penyebut bilangan
pecahan
kemudian
menjumlahkannya.
Siswa
beranggapan
penjumlahan pada bilangan pecahan sama halnya dengan menjumlahkan bilangan biasa tanpa memahami konsep bilangan pecahan. Akhirnya dengan ketidakfahaman siswa tentang materi bilangan pecahan ini akan berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan. Padahal banyak
3
aspek matematika yang berkaitan dengan konsep dan operasi bilangan pecahan yang diperlukan dalam kehidupan nyata maupun dalam pendidikan formal, oleh sebab itu konsep materi bilangan pecahan penting untuk dikuasai siswa. Khususnya pada bahasan bilangan pecahan siswa di kelas III B memperoleh nilai rata-rata terendah dibanding kelas lainnya. Hal ini disebabkan selain faktor dari diri siswa sendiri juga karena faktor guru dalam mengajar.
Faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh guru kelas yang kurang kreatif dalam menggunakan media pembelajaran di kelas. Guru kelas tersebut hanya memberikan demonstrasi, langsung dengan menggunakan rumus penjumlahan pecahan pada soal-soal penjumlahan pecahan tanpa menggunakan benda nyata dan media yang menarik sebagai media pembelajaran, karena dengan benda nyata dianggap menyita banyak waktu dalam proses pembelajaran yang terjadi. Setelah memberikan demonstrasi, siswa langsung diberikan tugas sehingga siswa kurang dilibatkan dalam setiap pembelajaran yang berlangsung dan akhirnya siswa hanya diberikan rumus yang harus dihafal dan diuji cobakan pada soal-soal latihan. Sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya untuk mengungkapkan kreativitasnya di dalam menemukan pengetahuan baru yang dialami. Pada praktiknya dalam pembelajaran bilangan pecahan guru lebih sering memberikan penjelaskan langsung dari pada menggunakan media. Sekalipun guru melakukan praktik itupun dilakukan menggunakan media yang sangat sederhana berupa kertas yang dilipat kemudian gunting untuk memotong. Padahal dengan menggunakan media ini saja siswa lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, terlebih jika menggunakan media pembelajaran yang nyata dan menarik. Dengan ini pembelajaran menggunakan kontekstual akan lebih efektif dengan disertai media pembelajaran yang mendukung dan kreatif sehingga akan menambah semangat siswa dalam belajar dan memahami konsep bilangan pecahan.
4
Pembelajaran matematika yang berlangsung di SD Al-Zahra Indonesia ini menggunakan pengantar Bahasa Inggris. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam penyampaian materi kepada siswa. Sehingga siswa merasa terbebani karena mereka tidak hanya dituntut untuk menguasai konsep materi pembelajaran matematika tetapi juga dituntut untuk memahami setiap kata petunjuk maupun soal yang terdapat dalam latihan matematika yang menggunakan konteks penulisan dalam Bahsa Inggris. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya sebatas pada akumulasi pengetahuan yang berupa seperangkat fakta-fakta, konsep, dan kaidah yang siap untuk ditransfer dari guru kepada siswa. Selain itu guru cenderung menggunakan pola pembelajaran yang masih bersifat tekstual. Siswa secara pasif menerima rumus-rumus dari hasil membaca, mendengar, mencatat, dan menghafal tanpa memberikan kontribusi berupa ide-ide atau gagasan sehingga proses pembelajaran cenderung terpaku pada guru dan materi pembelajaran. Hal ini mengakibatkan esensi dari materi yang dipelajari siswa itu sendiri menjadi kurang bermakna. Siswa kurang dapat mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata dan merasa kesulitan ketika menemukan dan menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kondisi yang memprihatinkan tersebut harus terus diupayakan untuk diperbaiki dan kondisi itu tidak hanya disebabkan oleh kesulitan yang bersumber dari diri siswa, misalnya cara sajian pelajaran atau suasana pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pembaharuan atau perbaikan pembelajaran karena kegiatan pembelajaran merupakan faktor penting yang perlu mendapat perhatian. Selain itu pembelajaran yang diterapkan haruslah pula dapat mengajarkan mereka untuk dapat mengaplikasikan suatu konsep atau pengetahuan yang diperoleh tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pendekatan pembelajaran seperti ini diharapkan dapat menggeser peras siswa dari sekedar penerima pasif menuju kepada pencarian aktif suatu pengetahuan dan keterampilan serta menggunakannya secara bermakna. Salah satu pembelajaran yang memiliki karakteristik tersebut adalah pendekatan pembelajaran kontekstual.
5
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas peneliti ingin meningkatkan kemampuan siswa kelas III Sekolah Dasar dalam proses pembelajaran Matematika pada bahasan bilangan pecahan dan memilih judul penelitian “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan masalahmasalah yang relevan dalam penelitian ini yaitu: 1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang masih belum mencapai rata-rata yang ditentukan. 2. Pembelajaran berpusat pada guru sehingga siswa hanya mengikuti penjelasan guru, cenderung pasif dan tidak dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. 3. Guru kurang kreatif dan inovatif dalam penggunaan metode pembelajaran. 4. Pembelajaran matematika yang disajikan menggunakan Bahasa Inggris menjadi faktor yang menyebabkan siswa kurang memahami konteks pembelajaran. 5. Tingkat pemahaman siswa yang masih rendah terhadap pembelajaran matematika pada bahasan bilangan pecahan.
C. Pembatasan Fokus Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah dan agar penelitian ini lebih fokus, maka peneliti akan membatasi pada masalah hasil belajar matematika siswa. 1. Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengukur hasil belajar matematika siswa pada bahasan bilangan pecahan. 2. Pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
6
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari serta mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.
D. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan yang hendak dikaji dapat dirumuskan: 1. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa pada bahasan bilangan pecahan setelah diterapkan pembelajaran kontekstual? 2. Bagaimana penerapan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar matematika pada bahasan bilangan pecahan pada siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut. 1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika pokok bahasan bilangan pecahan setelah diterapkan pembelajaran kontekstual. 2. Mengetahui penerapan pembelajaran kontekstual pada pelajaran matematika pada bahasan bilangan pecahan.
F. Manfaat Penelitian Dilakukannya penelitian tindakan di kelas III SD Al-Zahra Indonesia diharapkan dapat memberi manfaat yang cukup besar bagi siswa, guru, dan sekolah, yaitu: 1. Bagi siswa, agar dapat memberikan alternatif pembelajaran dalam memahami konsep matematika pada bahasan bilangan pecahan, membantu untuk mengembangkan daya fikir yang kreatif, inovatif, dan positif. 2. Bagi guru, agar dapat menjadi pola pembelajaran alternatif yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran matematika pada pokok bahasan bilangan pecahan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
7
3. Bagi peneliti, sebagai bekal dan pengalaman guna untuk memperluas wawasan tentang tata cara pembelajaran matematika khususnya pada bahasan bilangan pecahan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual ketika telaj terjun ke dunia pendidikan.
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti Pada bab ini membahas tantang acuan teori dan fokus yang diteliti, yaitu mengenai beberapa penjelasan tentang pembelajaran kontekstual, hasil belajar matematika, serta penjelasan tentang materi bilangan pecahan yang disampaikan dengan pembelajaran kontekstual. 1. Pembelajaran Kontekstual Salah satu hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran memiliki banyak definisi, diantaranya yaitu pendekatan pembelajaran merupakan strategi yang dapat memperjelas arah yang ditetapkan dan sering kali juga disebut kebijakan guru atau pengajar agar mencapai tujuan pembelajaran.1 Pendekatan pembelajaran (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. 2 Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Dalam hal ini untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik guru harus dapat menentukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang sesuai. Contextual Teaching and Learning merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.3
1
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (PSPM), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 231. 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. Ke-8, h. 127 3 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. 2, h. 189
8
9
Sebagaimana dikatakan oleh Howey R, Keneth “Contextual teaching is teaching that enables learning in wich student employ their academic understanding and abilities in a variety of in-and out of school context to solve simulated or real world problems, both alone and with others.”4 CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulative ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.5 Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya yang mengatakan Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.6 Ada tiga hal yang harus dipahami dari konsep tersebut. Pertama, pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalamn secara langsung. Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan. Untuk memperkuat pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa 4
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), Ce. 2, h. 190. 5 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, h. 79. 6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. Ke-8, h. 255
10
untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri, bahkan sekedar menjadi pendengar yang pasif dalam memperoleh informasi dari guru. Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut.7 a. Relating Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajari bermakna. Dalam proses pembelajaran, relating dimaksudkan dalam konteks agar siswa dapat menghubungkan pengetahuan baru yang diperolehnya dengan pengalaman hidup yang telah dan akan dia peroleh.8 b. Experiencing Belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya.
Experiencing
dipandang
sebagai
jantung
pembelajaran
kontekstual. Proses pembelajaran akan berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif.9 Pengalaman diperoleh berkat interaksi antara individu dengan lingkungan. Pengalaman juga sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu integrasi pribadi murid. 7
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, h. 84 8 Gelar Dwirahayu dkk, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, (Jakarta: PIC UIN, 2007), Cet. 1, h. 125 9 Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. Ke 2, h. 17
11
c. Applying Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya. Applying merupakan belajar dalam konteks bagaimana pengetahuan atau informasi baru yang diperoleh siswa dapat digunakan dalam berbagai situasi yang dia hadapi, baik situasi yang mudah maupun yang sulit.10 d. Cooperating Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif. Dalam proses pembelajaran pastinya setiap siswa akan mengahadapi persoalan yang berbeda. Untuk menyelesaikan masalah yang ada, khususnya masalah yang melibatkan situasi yang realistis yang tidak dapat diselesaikan secara individu sebaiknya siswa dapat bekerja sama dengan temannya secara berkelompok. e. Transferring Belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru. Transferring merupakan belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru. Dengan kata lain pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki bukan sekedar untuk dihafal tetapi dapat digunakan atau dialihkan pada situasi dan konsisi lain.11 Dalam pembelajaran kontekstual, strategi ini mengarahkan agar siswa dalam belajar dapat menghubungkannya dengan konteks nyata sehingga siswa dapat mengalaminya sendiri. Siswa juga menjadi tidak bergantung hanya kepada penjelasan guru melainkan dapat menemukan sendiri solusi dalam memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan pelajaran. Pada bidang matematika kita mengenal keterampilan berpikir matematika yang erat kaitannya dengan daya matematika (mathematical power) yang mempunyai makna kemampuan atau kekuatan yang berkaitan dengan karakteristik 10
Gelar Dwirahayu dkk, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, (Jakarta: PIC UIN, 2007), Cet. 1, h. 126 11 Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. Ke 2, h. 18
12
matematika. Berbicara tentang karakteristik matematika, masing-masing orang akan memberikan penafsiran yang berbeda-beda tergantung dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing. Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif yang berarti sifatnya yang menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksiomatik yang mungkin diawali dengan proses induktif meliputi penyusunan konjektur, model matematika, analogi, dan generalisasi, melalui pengamatan terhadap sejumlah data. Karakteristik berikutnya matematika dikenal sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis yang artinya konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis, mulai dari konsep yang paling kompleks.12 Walaupun tidak ada definisi tunggal tentang pengertian matematika, akan tetapi ada karakteristik khusus yang terdapat pada pengertian matematika itu sendiri. Beberapa karakterisktik matematika adalah sebagai berikut.13 a. Memiliki objek kajian abstrak b. Bertumpu pada kesepakatan c. Berpola pikir dedukatif d. Memiliki simbol yang kosong dari arti e. Memerhatikan semesta pembicaraan (universal) f. Konsisten dalam sistemnya Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual
merupakan
pembelajaran
yang
dalam
pelaksanaannya
lebih
menekankan pada proses belajar dimana siswa mampu memahami konsep pembelajaran yang merupakan hasil temuannya sendiri serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam konsep pembelajaran kontekstual ini guru dapat menghadirkan konsep yang berhubungan dengan dunia nyata. Dalam pembelajaran matematika pembelajaran kontekstual ini merupakan proses pembelajaran yang cocok dikarenakan matematika memiliki sifat yang abstrak.
12
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (PSPM), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 39 13 Ibid, Ali Hamzah dan Muhlisrarini, h. 92.
13
Siswa dapat mencari kebenarannya sendiri terkait materi pelajaran yang dipelajarinya serta menghubungkannya dengan kehidupan mereka sehari-hari.
2. Komponen Pembelajaran Kontekstual Ada tujuh komponen pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi, dan penilaian autentik (authentic assesment).14 a. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif berdasarkan pengalaman.15 Pembelajaran kontekstual pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” dan bukan “menerima” pengetahuan. Pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi maupun dialektika berpikir Thesa-Antithesa-Sinthesa.16 b. Inkuiri Inkuiri menekankan bahwa proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.17 Belajar penemuan melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan lama. Pengetahuan ini bukanlah sejumlah fakta dari hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. c. Masyarakat Belajar Leo Semenovich Vygotsky, seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain.18 Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar itu diperoleh 14
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, h. 85 15 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. Ke-8, h. 264 16 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 85 17 Ibid, Wina Sanjaya, h. 265 18 Opcit., Wina Sanjaya, h. 267
14
dari sharring antar teman, antar kelompok, dan antar anggota masyarakat. Essensi masyarakat belajar adalah bahwa belajar itu dapat diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. d. Bertanya Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari kegiatan bertanya. Dalam proses pembelajaran kontekstual, pendidik tidak menyampaikan informasi begitu saja akan tetapi memancing siswa agar dapat menemukan sendiri makna dari materi yang dipelajarinya dan kemudian menanyakannya jika tidak mengerti. Kegiatan bertanya sangat penting untuk menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahui. Dalam pembelajaran, bertanya dapat dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan memiliki kemampuan berpikir siswa. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:19 1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis 2) Mengecek pemahamn siswa 3) Membangkitkan respons kepada siswa 4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa 5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa 6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru 7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa 8) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa e. Pemodelan Pemodelan adalah kegiatan mendemonstrasikan suatu perbuatan agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Dalam pembelajaran kontekstual pendidik bukanlah satu-satunya model. Model itu bisa berupa benda, cara/prosedur kerja atau yang lain yang bisa ditiru oleh siswa. 19
h. 115
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009),
15
f. Refleksi Refleksi adalah melihat atau merespon kembali suatu kejadian, kegiatan serta pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah diketahui dan hal-hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan tindakan penyempurnaan. g. Penilaian yang Sebenarnya Authentic Assesment merupakan suatu prosedur penilaian yang menuntut siswa benar-benar menunjukkan kemampuannya. Penilaian dilakukan di sepanjang proses pembelajaran sehingga authentic assesment juga dapat memberikan gambaran perkembangan kemajuan belajar. Prinsip dasar dalam pembelajaran kontekstual adalah agar siswa dapat mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang telah diketahui dan apa yang ada di masyarakat, yaitu aplikasi dan konsep yang dipelajari. Berkaitan dengan faktor kebutuhan individu siswa, untuk menerapkan pembelajaran kontekstual guru perlu memegang prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut.20 a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa. b. Membentuk mental belajar yang saling tergantung (Independent Learning Groups). c. Menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri (self regulated leraning). d. Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity of students). e. Memerhatikan multi intelegensi (multiple intelegences) siswa. f. Menggunakan teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. g. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).
20
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 303.
16
3. Hasil Belajar Matematika Belajar merupakan kewajiban setiap umat manusia. Belajar merupakan proses mencari tahu dari yang belum diketahui ataupun memahami dari yang belum dipahami. Setiap orang akan mengalami belajar baik secara sengaja maupun tidak sengaja, tanpa mengenal ruang dan waktu, juga tanpa mengenal batas usia. Belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan perubahan perilaku.21 Proses belajar pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik.22 Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok, yaitu adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahan relative permanen dan perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahanperubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya. Proses belajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi siswa dengan guru, hasil belajar yang maksimal dapat pula diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar lainnya.23 Pada hakikatnya belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat disaksikan dengan kasat mata. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan sekedar adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak.24 Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan 21
Yana Wardhana, Teori Belajar dan Mengajar, (Bandung: PT Pribumi Mekar, 2010), h.
3 22
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 21 23 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 320 24 Yana Wardhana, Teori Belajar dan Mengajar, (Bandung: PT Pribumi Mekar, 2010), h. 5
17
yang dimiliki dari belajar mengajar harus bisa mendapatkan hasil bisa melalui kreatifitas seseorang itu. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan-kemampuan ketrampilan, sikap yang diperoleh siswa setelah menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pemahaman para ahli tentang belajar ditinjau dari berbagai aspeknya.
Dengan
mengedepankan
pada
aspek
mana
pendidikan
lebih
mempengaruhi anak didik maka itulah yang melandasi atau pengklasifikasian faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yaitu:25 a. Faktor Intern Siswa Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni: 1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa. 2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. 3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). b. Faktor Ekstern Siswa Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, yakni: 1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. 2) Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh, dan teman sepermainan. 3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
25
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h.185
18
Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi dari berbagai hal. Hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa melainkan juga dari luar diri siswa, bahkan faktor dari luarpun dapat berpengaruh secara nyata dalam hasil belajar siswa. Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang, penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik, hampi sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Pengertian hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu yang dicapai seseorang setelah melakukan sesuatu usaha. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Horwart Kingsley membagi tiga macam hasil belajar mengajar yaitu, ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan, serta sikap dan cita-cita.26 Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni dari diri siswa dan faktor dari luar siswa. Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa adalah perubahan kemampuan yang dimilikinya, seperti yang dikemukakan seorang ahli bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:27 a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mepresentasikan konsep dan lambang.
26
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. XI, h. 22 27 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, h. 5
19
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Hasil pembelajaran dapat diklasifikasi menjadi tiga yaitu keefektifan, efisiensi, dan daya tarik. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian belajar. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan tingkat kesalahan, kecepatan untuk kerja, tingkat alih belajar, dan tingkat retensi dari apa yang dipelajari. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah yang dipakai belajar. Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya, itulah sebabnya pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.28 Menurut Bloom, hasil belajar mancakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, (menguraikan,
meringkas, menentukan
contoh),
application
hubungan),
(menerapkan),
synthesis
analysis
(mengoranisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), dan characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari initiatory, 28
8, h. 21
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. Ke-
20
pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampialn produktif, teknik, fisik, social, menajerial, dan intelektual.29 Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja, dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Berikut merupakan karakteristik perubahan hasil belajar:30 a. Perubahan Intensional Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswaa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya. b. Perubahan Positif Aktif Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif baik, bermanfaat serta sesuai dengan harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan. c. Perubahan Efektif Fungsional Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya perubahan tersebur membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Dari uraian tersebut maka hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyata2kan dalam bentuk pengusaan, pengetahuan dan kecakapan yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga nampak perubahan pada diri individu. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotrik. Ketiga aspek tersebut berkaitan dengan tingkat akademik siswa, sikap serta motorik siswa 29
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, h. 6-7 30 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 117119
21
yang berubah setelah mengalami proses belajar. Diharapkan perubahan yang terjadi pada diri siswa merupakan perubahan positif yang sesuai dengan harapan.
4. Bilangan Pecahan a. Pengertian Bilangan Pecahan Bilangan pecahan merupakan bagian dari materi pada pembelajaran matematika. Bilangan pecahan sudah dikenalkan kepada anak saat mereka duduk di kelas III. Tingkat kesulitan pada bilangan pecahan juga disesuaikan dengan jenjang pendidikan anak. Kata pecahan berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran sama. Kata pecahan berasal dari bahasa latin fractio yang berarti memecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Sebuah pecahan mempunyai dua bagian yaitu pembilang dan penyebut, yang dalam penulisannya dipisahkan oleh garis lurus, misalnya ; ;
dan seterusnya. Dalam lambang bilangan
(dibaca satu per
tiga), angka “tiga” menunjukkan banyaknya bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan atau utuh dan disebut sebagai penyebut, sedangkan angka “satu” menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian atau digunakan atau diambil dari keseluruhan pada saat tertentu dan disebut sebagai pembilang.31 Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan dan dinamakan penyebut.32 Bilangan pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan.
Kesulitan
itu
terlihat
dari
kurang
bermaknanya
kegiatan
pembelajaran yang dilakukan, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran. 31
Sukajati, Pembelajaran Operasi Penjumlahan Pecahan di SD Menggunakan Berbagai Media, (Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika, 2008), h. 6 32 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: Rosda Karya, 2010), Cet. ke-3, h. 43
22
Sehingga biasanya langsung diajarkan pengenalan angka, seperti
, 1 disebut
pembilang dan 2 disebut penyebut. Bilangan pecahan sangat erat hubungannya dengan satuan, maka metode mengajarkan bilangan pecahan ini perlu sekali bantuan visualisasi dengan satuan. Berikut
pedoman-pedoman
yang
harus
dicamkan
dalam
mengembangkan strategi perhitungan untuk pecahan:33 1) Mulai dengan tugas kontekstual sederhana. 2) Hubungkan pengertian perhitungan pecahan dengan perhitungan bilangan asli. 3) Biarkan penaksiran dan metode informal memainkan peranan yang besar pada pengembangan strategi. 4) Eksplorasi setiap operasi dengan menggunakan model.
b. Bilangan Pecahan dengan Kontekstual Dalam
pelaksanaan
pembelajaran
diharapkan
guru
mengangkat
permasalahan-permasalahan keseharian untuk menghilangkan kesan abstrak dari konsep. Guru dapat menyediakan benda-benda kongkrit seperti tali, kertas, pita, kertas berwarna, kue, serta benda yang ada di kelas baik meja, lantai, maupun papan tulis. Pada kelas III materi pembelajaran matematika bahasan pecahan
terdiri
dari
penjumlahan
pecahan,
pengurangan
pecahan,
membandingkan pecahan, serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan. Adapun untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan bilangan pecahan dapat kita lakukan dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik untuk dipraktikan oleh siswa. Untuk lebih memahami konsep mengenai bilangan pecahan, perhatikan ilustrasi berikut.
33
Jhon A. Van De Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan Pengajaran, (Jakarta: Erlangga, 2006), Jilid 2, h. 59
23
Pada gambar di atas terdapat gambar bagian satu donat utuh dan donat yang telah dipotong menjadi dua bagian sama besar. Ini menunjukkan bahwa “satu” bagian donat (yang menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian atau digunakan atau diambil) dipotong menjadi “dua” (menunjukkan banyaknya bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan atau utuh). Jika ditulis dalam lambang bilangan pecahan menjadi . Apabila diperhatikan makan donat yang dipotong menjadi dua bagian tersebut berbentuk menjadi setengah lingkaran.
Selain ilustrasi menggunakan donat di atas, dapat juga menggunakan media berupa manipulasi kue yang dipotong menjadi beberapa bagian. Dalam hal ini kue dipotong menjadi 8 bagian. Ini menunjukkan bahwa “satu” bagian kue (yang menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian atau
24
digunakan atau diambil) dipotong menjadi “delapan” (menunjukkan banyaknya bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan atau utuh). Jika ditulis dalam lambang bilangan pecahan menjadi
(tiap satu bagian kue yang dipotong sama
besar). Apabila satu bagian utuh kue tersebut dipotong menjadi delapan bagian kemudian kita ambil satu bagian kue yang dipotong, maka akan tersisa 7 potong bagian kue. Hal ini berarti satu bagian penuh kue sama artinya dengan delapan potong kue yang telah dipotong. Jika dilambangkan ke dalam lambang bilangan pecahan maka 1 bagian utuh kue sama dengan , dan jika di ambil satu bagian kue yang telah dipotong itu sama dengan . Jadi jika kue tersebut diambil satu bagian kue potong dapat ditulis
– = .
Sebagai ilustrasi dari kue yang telah dipotong, gambar di bawah ini dapat dikenalkan kepada siswa untuk lebih memahami makna pecahan. Siswa diminta untuk memotong langsung gambar yang telah disediakan oleh guru, sehingga siswa akan lebih ingat dan memahami materi pecahan.
Gambar di atas merupakan ilustrasi kue yang dipotong menjadi berbagai macam bagian. Dimulai dari gambar lingkaran utuh yang menunjukkan satu buah kue, kemudian dipotong menjadi dua bagian yang menunjukkan tiap bagiannya bernilai dari
bagian. Jika dipotong menjadi tiga bagian maka
menunjukkan tiap bagiannya bernilai bagian, dan seterusnya.
25
Dengan pembelajaran yang demikian konsep mengenai bilangan pecahan akan lebih mudah diingat oleh siswa. Pembelajaran akan lebih bermakna dengan media pembelajaran
yang sesuai sehinggan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 1) Penjumlahan Pecahan Jika penyebutnya sama dapat langsung dijumlah pembilang-pembilangnya sedemikian sehingga
+
=
. Namun jika penyebutnya berbeda maka
terlebih dahulu penyebutnya disamakan. Di bawah ini contoh penyelesaian penjumlahan pecahan. Contoh:
Jadi dapat kita simpulkan bahwa + = Berikut ini merupakan contoh penjumlahan dengan penyebut yang berbeda, terlebih dahulu penyebutnya disamakan jika dalam perhitungan pecahan. Dapat diilustrasika sebagai berikut.
+ Jadi dapat disimpulkan bahwa + =
=
+
=
26
Dalam mengenal berbagai jenis bentuk pecahan, siswa juga dapat dikenalkan melalui bangun datar lainnya, misalnya persegi panjang. Di bawah ini merupakan contoh bentuk pecahan yang diambil dari persegi panjang dengan nilai yang sama tetapi menggunakan bentuk yang berbeda. Misal, nilai
dapat dikenalkan dengan berbagai bentuk pecahan dalam
gambar persegi panjang sebagai berikut.
=
=
=
=
27
2) Pengurangan Pecahan Jika penyebutnya sama dapat langsung dikurang pembilang-pembilangnya sedemikian sehingga
-
=
. Namun jika penyebutnya berbeda maka
terlebih dahulu penyebutnya disamakan. Di bawah ini contoh penyelesaian pengurangan pecahan. Contoh: - =
3) Membandingkan Pecahan Membandingkan bilangan pecahan dapat dilakukan menggunakan gambar yang telah ditentukan untuk membandingkan besarnya suatu pecahan. Contoh: Pada gambar di bawah ini terdapat dua buah pizza yang dipotong. Siswa diminta untuk menentukan bagian pizza mana yang lebih besar atau lebih kecil dari bagian yang telah dipotong tiap satu bagiannya. Pizza pertama dipotong menjadi
bagian dan pizza yang kedua dipotong
menjadi bagian.
Lebih besar
>
28
B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dilakukan oleh Siti Aisyah (2010) yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa”. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa kelas VIII-7 dan VIII8 SMPN 16 Jakarta terkait materi pembelajaran matematika pada bahasan Relasi dan Fungsi. Pada kelas eksperimen hasil penelitian ini sebagian besar siswa sudah mampu mengekspresikan peristiwa sehari-hari ke dalam bentuk diagram, grafik dan pasangan berurutan. Siswa juga mampu mempresentasikan masalah sehari-hari ke dalam bentuk notasi/simbol matematika. Sedangkan pada kelas kontrol sebagian besar siswa lebih mampu menerjemahkan bahasa matematika ke dalam bentuk angka-angka. Secara umum kemamapuan komunikasi matematik siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Pada kelas eksperimen rata-rata kelas sebesar 61,24 sedangkan pada kelas control rata-rata kelas sebesar 54,08. Selain itu juga terdapat penelitian Didin Junaedin (2012) yang berjudul “Peningkatah Hasil Belajar Matematika Siswa MI Melalui Pembelajaran Model CTL pada Pokok Bahasan Pecahan”. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa kelas V MIS Miftahul Huda terkait pembelajaran kontekstual pada matematika pokok bahasan bilangan pecahan. Kemampuan siswa menyelesaikan soal bilangan pecahan pada kelompok eksperimen (yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual) lebih tinggi dari rata-rata kemampuan menyelesaikan soal bilangan pecahan pada kelompok control (yang dalam pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional). Pada penelitian ini menyebutkan bahwa hasil belajar pada kelas eksperimen rata-rata kelas sebesar 12,952 dan pada kelas kontrol rata-rata kelas sebesar 10,095.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran merupakan suatu proses atau interaksi antara berbagai komponen yang terlibat di dalamnya baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Oleh karena itu dalam prakteknya dapat dilakukan dengan mengaitkan materi yang dipelajari dengan lingkungan atau situasi nyata sehingga pembelajaran menjadi lebih
29
bermakna. Kemampuan siswa dalam mengaitkan materi pelajaran dengan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari di luar konteks sekolah merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu bentuk pola pembelajaran yang dapat mengeksplorasi kemampuan siswa dalam pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang membantu guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuannya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran seperti itu dapat mendorong siswa untuk dapat menginterpretasikan dan mengekspresikan berbagai fenomena yang terjadi di dunia luar ke dalam bentuk/model matematika sehingga dapat menghubungkan konsep pembelajaran matematika yang bersifat abstrak kepada yang konkret. Selain itu di dalam pembelajaran kontekstual siswa didorong untuk aktif bekerja sama dan melakukan diskusi serta menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan. Di dalam matematika sering kali hasil belajar siswa menjadi perhatian. Hal ini merupakan akibat dari sifat matematika yang abstrak sehingga siswa sulit untuk memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dunia nyata, sehingga hasil belajar matematika siswa mendapat perhatian khusus dari guru. Jika matematika diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata, akan membantu siswa dalam memahami materi dan konsep matematika. Begitu pula dalam pembelajaran matematika pada bahasan bilangan pecahan, karena pada hakikatnya bilangan pecahan merupakan materi yang banyak berkaitan dengan dunia nyata. Bilangan pecahan merupakan salah satu materi dalam matematika yang banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memahami konsep bilangan pecahan ini. Oleh karena itu, pembelajaran kontekstual ini memberikan banyak kesempatan kepada guru untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
30
Pemodelan
Inkuiri
Konstruktivisme
Masyarakat belajar
Authentic assessment
Bertanya
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian Tindakan Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah dengan menerapkan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan bilangan pecahan.
Refleksi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Al-Zahra Indonesia beralamat di Komplek Vila Dago, Pamulang, Tangerang Selatan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 pada bulan September 2014.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian Metode penelitian yang penulis lakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian
tindakan
kelas
merupakan
penelitian
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan menyelesaikan masalah pembelajaran, serta memberikan kesempatan bagi guru dalam mengambil tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan bilangan pecahan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual. Penelitian ini lebih menekankan kepada proses tindakan penelitian, oleh sebab itu berhasil atau tidaknya suatu penelitian dapat dilihat dari proses tindakannya. Agar proses berjalan dengan lancar, peneliti harus mempersiapkan dengan matang segala sesuatu yang menjadi pendukung sebuah proses agar dapat dikatakan berhasil. Adapun tahapan dalam penelitian tindakan kelas adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sedangkan rancangan dari setiap aspek pokok yang akan menjadi gambaran dari proses penelitian adalah sebagai berikut. 1. Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan melakukan identifikasi masalah tentang proses dan hasil belajar matematika, melakukan wawancara terhadap guru kelas yang mengajar matematika, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kolaborasi antara peneliti dengan observer. Penyusunan rencana
31
32
pengajaran disertai pula dengan penyusunan instrumen penelitian, soal akhir siklus I dan II. 2. Pelaksanaan (Acting) Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kolaborasi dengan guru kelas. Peneliti sebagai pelaku tindakan yang perannya sebagai guru yang menjalankan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kontekstual, sedangkan guru sebagai observer yang berperan sebagai pengamat. Pengamatan yang dilakukan oleh observer adalah pengamatan terhadap keaktifan siswa dan pengamatan terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penerapan pembelajaran kontekstual pada lembar observasi kegiatan belajar siswa yang telah disediakan peneliti. Pada tahap pelaksanaan ini rancangan strategi dan skenario yang sudah didiskusikan bersama diterapkan. 3. Observasi (Observing) Pada tahap ini observer melakukan monitoring terhadap proses tindakan kelas, situasi kelas, dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan oleh peneliti agar data yang diperoleh akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Dalam kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran, apakah siswa mengalami kesulitan atau tidak dalam mengikuti pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kontekstual. 4. Refleksi Data-data yang diperoleh saat observasi, dikumpulkan dan dianalisis secara menyeluruh kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan pengkajian ulang melalui siklus berikutnya. Guru yang melakukan penelitian tindakan kelas mencatat seluruh kegiatan PTK yang telah dilakukannya. Penelitian Tindakan Kelas biasa dilakukan oleh guru dengan menekankan pada penyempurnaan atau proses dan praktik pembelajaran. Siklus akan berhenti apabila indicator keberhasilan telah tercapai. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, akan dilanjutkan pada siklus II. Jika indikator pembelajaran pada siklus II telah menunjukkan bahwa indikator
33
keberhasilan telah tercapai maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan pada penelitian siklus III dan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. Hasil Belajar Matematika Siswa Rendah
Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual
Perencanaan Siklus I
Pengamatan Siklus I
Refleksi Siklus I
Hasil Belajar Matematika Siswa Masih Rendah
Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual
Perencanaan Siklus II
Refleksi Siklus II
Hasil Belajar Matematika Siswa Sudah Mencapai Keberhasilan
Pengamatan Siklus II
Jika belum mencapai keberhasilan, maka dilanjutkan ke siklus berikutnya Gambar 3.1
Alur Penelitian Tindakan Kelas
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa 22 orang yang terdiri dari 12 orang perempuan dan 10 orang laki-laki. Penelitian dilakukan di kelas III
34
berdasarkan hasil pengamatan awal sebelum penelitian yang dirundingkan dengan guru kelas bahwa hasil belajar matematika siswa di kelas tersebut masih rendah.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku tindakan penelitian, hingga penyusunan laporan penelitian tindakan kelas. Dalam melakukan tindakan penelitian, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas yang posisinya sebagai observer untuk membantu peneliti dalam mengamati pelaksanaan kegiatan yang berkenaan dengan masalah hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan pada pembelajaran matematika sebagai sumber data penelitian.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Tahapan intervensi tindakan ini berlangsung beberapa siklus dimana setiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan refleksi. Pada tahapan penelitian kegiatan pendahuluan dilakukan beberapa tindakan yaitu sebagai berikut. 1. Melakukan wawancara kepada guru matematika. 2. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian. 3. Mensosialisasikan pembelajaran siswa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran matematika. Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi. Tahap tindakan pada siklus I antara lain: 1. Pemberian informasi tentang rencana pembelajaran. 2. Siswa diminta untuk mengerjakan tugas sesuai dengan skenario. 3. Memberikan arahan dan tugas untuk kegiatan berikutnya. Adapun tahap tindakan pada siklus II adalah mempelajari hasil refleksi tindakan pada siklus pertama dan menggunakannya sebagai masukan pada tindakan siklus II. Adanya intervensi dalam pembelajaran matematika ini juga disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan penelitian.
35
Prosedur penelitian di atas bila digambarkan, seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 3.1 Prosedur Kegiatan Prapenelitian Kegiatan Prapenelitian 1. Observasi masalah yang ada di SD Al-Zahra Indonesia 2. Membuat instrumen penelitian 3. Wawancara dengan guru kelas (yang bersangktan) 4. Menentukan kelas subjek penelitian 5. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian Prosedur Kegiatan pada Siklus I Perencanaan 1. Membuat rencana pengajaran 2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator 3. Menyiapkan materi ajar (mengenal bilangan pecahan) untuk setiap pertemuan 4. Menyiapkan lembar observasi kegiatan belajar siswa 5. Menyiapkan lembar kerja siswa pada setiap pertemuan 6. Menyiapkan soal akhir siklus
Siklus I
Pelaksanaan 1. Melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan 2. Melaksanakan pembelajaran kontekstual 3. Siswa mengerjakan LKS secara kelompok 4. Penilaian hasil tes siklus I Observasi Tahapan ini berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa, mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran dan dibantu oleh observer (guru kelas). Refleksi Dasar pelaksanaan siklus berikutnya
36
Prosedur Kegiatan pada Siklus II Perencanaan 1. Membuat rencana pengajaran 2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator 3. Menyiapkan materi ajar (operasi bilangan pecahan) untuk setiap pertemuan 4. Menyiapkan lembar observasi kegiatan belajar siswa 5. Menyiapkan lembar kerja siswa pada setiap pertemuan 6. Menyiapkan soal akhir siklus
Siklus II
Pelaksanaan 1. Melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan 2. Melaksanakan pembelajaran kontekstual 3. Siswa mengerjakan LKS secara individu 4. Penilaian hasil tes siklus II Observasi Tahapan ini berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa, mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran dan dibantu oleh observer (guru kelas). Refleksi Menentukan keberhasilan dan kekurangan pelaksanaan siklus II yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil intervensi yang diharapkan sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, mendeskripsikan bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar matematika materi pecahan dengan pembelajaran kontekstual. Hasil perencanaan tindakan penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kriteria keberhasilan penelitian dengan nilai rata-rata kelas mencapai nilai 70 serta hasil belajar matematika siswa kelas III mengalami peningkatan setelah proses pembelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual atau hasil pengamatan melalui observasi pembelajaran matematika melalui penerapan pembelajaran kontekstual terlaksana ≥75 %.
37
G. Data dan Sumber Data Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berasal dari data hasil belajar siswa pada ranah kognitif tentang bilangan pecahan. Teknik pengumpulan data kuantitatif ini diperoleh dengan memberikan tes. Tes yang diberikan berupa soal essay yang diberikan pada setiap akhir siklus. Sementara data kualitatif berasal dari data pengamatan tindakan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Teknik pengumpulan data kualitatif ini diperoleh dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Data pengamatan tindakan tersebut digunakan untuk mengontrol kesesuaian anatara perencanaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual.
H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi Observasi dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini digunakan untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran, data hasil observasi dalam penelitian ini adalah data hasil observasi proses pembelajaran siswa yang diisi oleh observer. 2. Teknik Tes Tes ini dilakukan setiap akhir pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana anak memahami materi yang telah disampaikan. Tes dibuat dalam bentuk tes tertulis seperti latihan soal yang berupa essay atau soal uraian guna untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi bilangan pecahan, tes lisan yang disampaikan secara langsung kepada siswa untuk meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar saat ada siswa yang maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal yang dibacakan guru sehingga siswa bersemangat dalam belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Pada setiap akhir siklus juga dilakukan tes akhir siklus.
38
3. Dokumentasi Kegiatan dokumentasi ini dilakukan dengan mengambil gambar atau foto-foto pada saat pembelajaran berlangsung. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen antara lain: 1. Instrumen Tes Instrumen tes yang digunakan adalah tes formatif, yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk mengukur peningkatan hasil belajar matematika siswa yang berkaitan dengan bilangan pecahan. Adapun tes formatif ini berbentuk soal uraian yang terdiri dari enam butir soal pada setiap akhir siklus. 2. Instrumen Non Tes Instrumen non tes yang digunakan adalah lembar observasi proses pembelajaran. Lembar observasi proses pembelajaran yaitu lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.
I. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan dari setiap aktivitas siswa yang termasuk dalam indikator hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran matematika saat pembelajaran kontekstual berlangsung. Hasil setiap pengamatan didiskusikan bersama observer untuk melakukan tindakan pada siklus selanjutnya. Selain itu peneliti juga mengumpulkan data dari hasil belajar siswa berupa lembar kerja siswa maupun tugas lain yang diberikan. Dengan demikian data yang diperoleh merupakan hasil observasi dan tes siswa. 1. Pengujian Validitas Instrumen Validitas berasal dari kata validity, yang artinya tepat atau shahih, yaitu sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Artinya bahwa valid atau tidaknya suatu alat ukur tergantung pada
39
mampu atau tidaknya alat tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.1 Untuk mengukur validitas suatu soal digunakan rumus sebagai berikut : (∑ √[ (∑
)
)
(∑ )(∑ )
(∑ ) ][ (∑
)
(∑ ) ]
Keterangan: : Koefisien kolerasi n
: Banyaknya subyek
∑
: Jumlah nilai setiap butir soal
∑
: Jumlah nilai total
∑
: Jumlah Hasil perkalian tiap –tiap skor asli dari x dan y
Uji validitas ini dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan rxy dengan rtabel Product Moment pada taraf signifikansi 5% dengan terlebih dahulu menetapkan degrees or fredomnya atau derajat kebebasannya yaitu db = n-2. Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Jika rxy ≥ rtabel, maka soal tersebut dinyatakan valid. b. Jika rxy < rtabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. Setelah diadakan uji validitas, instrumen siklus I yang telah diujicobakan dari 7 butir soal adalah 6 butir soal valid dan 1 butir soal tidak valid. Butir soal yang valid adalah soal bernomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, sedangkan butir soal yang tidak valid bernomor 7. Pada siklus II hasil uji validitas instrumen dari 7 butir soal adalah 6 butir soal valid dan 1 butir soal tidak valid. Butir soal yang valid adalah soal bernomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 7, sedangkan butir soal yang tidak valid bernomor 6.
2. Uji Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrument. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan.2
1
Ahmad Sopyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 105. 2 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-3, h. 258
40
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.3 Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur realiabilitas suatu tes dengan menggunakan rumus Alpha, yaitu:4
i2 n r11 1 t2 n 1
Dengan
2
Keterangan:
X
X
2
2
r11
: Koefisien reliabeilitas tes
n
: Banyaknya butir pernyataan yang valid
1
: Bilangan konstanta
i2
: Jumlah varians skor tiap-tiap item
t2
: Varians total
n
n
Indeks reliabilitas diklasifikasikan sebagai berikut:5 0,81 – 1,00
= sangat tinggi
0,61 – 0,80
= tinggi
0,41 – 0,60
= cukup
0,21 – 0,40
= rendah
0,00 – 0,20
= sangat rendah
Berdasarkan hasil pengujian validitas diperoleh 6 soal yang valid, butir soal yang valid ini kemudian diuji relibilitasnya. Adapun hasil uji reliabilitas instrumen pada siklus I dari 6 butir soal diperoleh nilai r11 =0,77 dengan kriteria reliabilitas tinggi. Sedangkan hasil uji reliabilitas instrumen pada siklus II dari 6 butir soal diperoleh nilai r11 =0,59 dengan kriteria reliabilitas sedang.
3
Ahmad Sopyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 104. 4 Suharsini Arikunto, Dasar–dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet.11, h. 109. 5 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-3, h. 257
41
3. Taraf Kesukaran Butir Soal Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bermutu atau tidaknya suatu butir-butir tes yang digunakan. Indeks kesukaran butir soal ditentukan dengan rumus:6 P=
∑
Keterangan: P
: Tingkat kesukaran
∑
: Jumlah peserta didik yang menjawab benar
N
: Jumlah peserta didik
Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan criteria sebagai berikut:7 P > 0,70
= mudah
0,30 ≤ P ≤ 0,70
= sedang
P < 0,30
= sukar
Berdasarkan uji taraf kesukaran butir soal pada siklus I yang dilakukan dari 7 butir soal memperoleh kriteria soal dengan taraf kesukaran soal mudah dan sedang. Nomor butir soal yang memperoleh kriteria mudah adalah soal bernomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 7, sedangkan nomor butir soal yang memperoleh kriteria sedang adalah soal bernomor 6. Pada siklus II uji taraf kesukaran butir soal yang dilakukan dari 7 butir soal memperoleh kriteria soal dengan taraf kesukaran soal mudah dan sedang. Nomor butir soal yang memperoleh kriteria mudah adalah soal bernomor 1, 2, 4, 6, dan 7, sedangkan nomor butir soal yang memperoleh kriteria sedang adalah soal bernomor 3 dan 5. 4. Daya Pembeda Uji daya bedakan ditentukan dengan rumus:
⁄
6
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-3, h.
272 7
Ibid, Zainal Arifin, h. 272
42
Keterangan : DP
: Daya pembeda soal
SA
: Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
SB
: Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
n
: Banyaknya siswa kelompok atas dan kelompok bawah
Skor maks : Skor maksimal soal yang bersangkutan. Untuk mengetahui penilaian daya pembeda tiap-tiap soal, indeks diskriminan menurut Russefendi diklasifikasikan sebagai berikut:8 0,40 and up
: Very good items (Sangat baik)
0,30 – 0,39
: Reasonably good, but possibly subject to improvement (Cukup baik)
0,20 – 0,29
: Marginal items, usually needing and being subject to improvement (Cukup)
Below 0,19
: Poor items, to be rejected or improved by revision (Jelek, dibuang atau dirombak)
Berdasarkan hasil uji daya beda soal pada siklus I yang dilakukan dari 7 butir soal dengan jumlah anak 17 menghasilkan kriteria cukup dan jelek. Nomor butir soal yang memperoleh kriteria cukup adalah soal yang bernomor 1, 3, 4, 5, dan 6, sedangkan nomor butir soal yang memperoleh kriteria jelek adalah soal yang bernomor 2 dan 7. Pada siklus II hasil uji daya beda soal yang dilakukan dari 7 butir soal dengan jumlah anak 23 menghasilkan kriteria cukup baik, cukup, dan jelek. Nomor butir soal yang memperoleh kriteria cukup baik adalah soal yang bernomor 7, nomor butir soal yang memperoleh kriteria cukup adalah soal yang bernomor 3, 4, dan 6, sedangkan nomor butir soal yang memperoleh kriteria jelek adalah soal yang bernomor 1, 2, dan 5.
8
h. 274
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-3,
43
Hasil validitas instrumen soal pada siklus I yang dilakukan menghasilkan 6 butir soal yang valid dari 7 butir soal yang diujikan, begitu pula hasil validitas soal pada siklus II yang dilakukan menghasilkan 6 butir soal yang valid dari 7 butir soal yang diujikan. Adapun hasil uji reliabilitas instrumen pada siklus I dari 6 butir soal diperoleh nilai r11 = 0,77 dengan kriteria reliabilitas tinggi. Sedangkan hasil uji reliabilitas instrumen pada siklus II dari 6 butir soal diperoleh nilai r11 = 0,59 dengan kriteria reliabilitas sedang. Berdasarkan uji taraf kesukaran butir soal pada siklus I yang dilakukan memperoleh kriteria soal dengan taraf kesukaran soal mudah dan sedang, sedangkan pada siklus II uji taraf kesukaran butir soal yang dilakukan memperoleh kriteria soal dengan taraf kesukaran soal mudah dan sedang pula. Serta berdasarkan hasil uji daya beda soal pada siklus I yang dilakukan dari 7 butir soal dengan jumlah anak 17 menghasilkan kriteria cukup dan jelek, pada siklus II hasil uji daya beda soal yang dilakukan dari 7 butir soal dengan jumlah anak 23 menghasilkan kriteria cukup baik, cukup, dan jelek.
J. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menelaah seluruh sumber yang telah diperoleh untuk mendapatkan data tersebut. Berdasarkan data pada saat di lapangan yaitu pada saat pelaksanaan kegiatan analisis data yang sudah terkumpul. Data yang sudah terkumpul berupa hasil kerja siswa, hasil observasi, dan dokumentasi yang dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas siswa yang diubah menjadi kalimat bermakna dan alamiah. Sedangkan analisis data kuantitatif yaitu suatu teknik analisis yang penganalisisannya dilakukan dengan perhitungan dari hasil tes kemampuan menyelesaikan soal matematika yang berupa uraian. Kriteria keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa adalah adanya peningkatan hasil belajar matematika yang terlihat dari hasil pengamatan telah menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana, rata-rata skor hasil belajar matematika siswa dalam penerapan pembelajaran kontekstual lebih dari atau sama dengan 75 %. Data penelitian yang telah terkumpul berupa hasil belajar mengenai bilangan pecahan, dapat dianalisis dengan menggunakan rumus:
44
Indikator keberhasilan =
x 100%
Tahap selanjutnya adalah mendeskripsikan data yang telah terkumpul, menyajikan data ke dalam bentuk table atau diagram untuk kemudian dapat diperoleh
sebuah
kesimpulan
dipertanggungjawabkan.
Sehingga
yang
bersifat
berdasarkan
ilmiah
kesimpulan
dan tersebut
dapat dapat
ditentukan mengenai tindak lanjut yang akan dilakukan. Apakah kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya atau kegiatan penelitian dihentikan karena tujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa mengenai bilangan pecahan melalui pembelajaran kontekstual telah tercapai sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan Tindakan yang akan dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis pada siklus yang telah dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan yang terjadi, selanjutnya disusun strategi-strategi dalam upaya perbaikan pada siklus berikutnya. Apabila dalam pelaksanaan siklus pertama telah selesai namun ternyata hasil yang diharapkan belum memenuhi kriteria seperti yang diharapkan, yaitu peningkatan hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan, maka akan ditindaklanjuti untuk melakukan tindakan berikutnya sebagai rencana perbaikan pada siklus berikutnya. Pada tahap perencaan tindakan, identifikasi masalah yang dijumpai pada siklus yang telah dilaksanakan kemudian memperbaiki tindakan dan perencanaan pembelajaran untuk siklus berikutnya. Pada tahap pelaksanaan tindakan, disesuaikan dengan RPP yang sudah disusun peneliti dengan menggunakan pembelajaran kontekstual pada bahasan bilangan pecahan. Selanjutnya pada tahap observasi
dilakukan
untuk
mengumpulkan
data-data
penelitian
dengan
menggunakan instrumen yang telah dibuat. Serta pada tahap refleksi dilakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil penelitian untuk mengetahui apakah tindakan yang telah dilakukan menghasilkan suatu perubahan ke arah yang lebih baik dari siklus sebelumnya.
45
Kegiatan ini akan berakhir apabila penelitian telah berhasil menguji penggunaan model pembelajaran kontekstual terhadap peningkatan hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan. Dengan kata lain, penilaian terhadap hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan meningkat dari pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya.
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan Data penelitian diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Al-Zahra Indonesia Pamulang, khususnya untuk siswa kelas III yang terdiri dari 22 orang siswa. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, pada siklus pertama terdiri dari 4 kali pertemuan ditambah 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus dan pada siklus kedua terdiri dari 3 kali pertemuan ditambah 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Alokasi waktu dalam penelitian ini adalah 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Pelaksanaan tiap siklusnya melalui tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data penelitian ini berkaitan dengan meningkatkan hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan melalui model pembelajaran kontekstual. 1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I Pelaksanaan pada siklus I ini terdiri dari 4 pertemuan. Pertemuan pertama sampai keempat peneliti memberikan pembelajaran materi mengenal pecahan sederhana dan membandingkan pecahan sederhana dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, dan pada pertemuan kelima peneliti akan memberikan tes akhir siklus I kepada siswa. Adapun uraian proses pembelajaran pada siklus I sebagai berikut. a. Pelaksanaan Pembelajaran 1) Pertemuan pertama (Senin, 1 September 2014) Pertemuan ini dilakukan selama 2 jam pelajaran, yakni dari pukul 07.15 sampai pukul 08.25. Sebelum pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap menerima materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab untuk menggali informasi dan mengetahui kemampuan siswa
46
47
terkait materi bilangan pecahan yang baru akan dipelajari di kelas III. Kemudian guru pun melanjutkan dengan menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini. Sebelum memulai pembelajaran, guru terlebih dahulu melakukan tahapan pemodelan dengan menunjukkan kertas berbentuk bangun datar sederhana seperti lingkaran dan segi empat, kemudian dilanjutkan dengan memotong kertas tersebut menjadi dua bagian, empat bagian, dan sebagainya. Kemudian menunjukkan bagian kertas yang telah dipotong sesuai
dengan
bentuk
pecahan
sederhana.
Setelah
guru
selesai
menerangkan kegiatan tersebut, kemudian guru meminta siswa untuk menyiapkan kertas dengan bentuk yang guru minta, selanjutnya siswa diminta untuk memotong kertas tersebut sesuai dengan bilangan pecahan yang guru sebutkan. Pada pembelajaran kontekstual, kegiatan belajar siswa
dengan
menemukan
sendiri
dan
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuannya disebut dengan inkuiri dan konstruktivisme.
Gambar 4.1 Aktivitas Belajar Saat Menunjukkan Bangun Datar Sederhana yang Akan Dipotong Menjadi Beberapa Bagian Sesuai Bilangan Pecahan
Setelah kegiatan tersebut selesai, siswa diminta untuk mencatat hasilnya ke dalam buku tulisnya masing-masing. Kemudian guru menjelaskan makna pecahan yang merupakan bagian dari sesuatu yang utuh, serta mengenalkan istilah-istilah pecahan dalam bahasa Indonesia
48
dan bahasa Inggris agar siswa lebih memahami konsep bilangan pecahan. Istilah bilangan pecahan dalam bahasa Inggris diantaranya fraction, numerator, denominator, one-third, of the whole, dan lainnya. Pada kegiatan selanjutnya guru membagi siswa menjadi lima kelompok, dalam tahapan ini pada pembelajaran kontekstual disebut dengan masyarakat belajar, kemudian memberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok. Pada saat kegiatan berlangsung, guru memperhatikan dan membimbing jalannya diskusi kelompok. Setelah semua kelompok sudah menyelesaikan tugas diskusi mereka, guru meminta masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kepada teman-temannya di depan kelas secara bergantian. Setelah selesai, pada tahapan penilaian atau authentic assessment guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil latihan soal yang telah dikerjakan dan proses pembelajaran yang telah berlangsung, serta meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan. Guru juga mempersilakan siswa untuk bertanya dan melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa. Selanjutnya guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pecahan yang merupakan bagian dari sesuatu yang utuh. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan penguatan kepada siswa mengenai materi pecahan. Pada tahapan refleksi ini, secara bersamasama guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan penghargaan kepada siswa dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam. 2) Pertemuan kedua (Selasa, 2 September 2014) Pertemuan ini dilakukan selama dua jam pelajaran, yakni dari pukul 08.25 sampai pukul 09.35. Sebelum pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap
49
menerima materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab untuk menggali informasi dan mengetahui kemampuan siswa terkait materi bilangan pecahan yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru pun melanjutkan dengan menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini. Sebelum memulai pembelajaran, guru terlebih dahulu melakukan tahapan pemodelan dengan menunjukkan kertas berbentuk bangun datar sederhana seperti segi empat, segi tiga, dan segi enam, kemudian dilanjutkan dengan memotong kertas tersebut menjadi dua bagian, empat bagian, enam bagian, dan sebagainya. Kemudian menunjukkan bagian kertas yang telah dipotong sesuai dengan bentuk pecahan sederhana. Setelah guru selesai menerangkan kegiatan tersebut, kemudian guru meminta siswa untuk menyiapkan kertas dengan bentuk yang guru minta, selanjutnya siswa diminta untuk memotong kertas tersebut sesuai dengan bilangan pecahan yang guru sebutkan. Pada pembelajaran kontekstual, kegiatan belajar siswa dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya disebut dengan inkuiri dan konstruktivisme
Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Saat Menggunting Kertas Berbentuk Bangun Datar
Setelah kegiatan tersebut selesai, siswa diminta untuk mencatat hasilnya ke dalam buku tulisnya masing-masing. Kemudian guru
50
menjelaskan bagian-bagian dari segi empat, segi tiga, maupun segi enam yang telah digunting oleh siswa., serta mengenalkan istilah-istilah pecahan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris agar siswa lebih memahami konsep bilangan pecahan. Istilah bilangan pecahan dalam bahasa Inggris diantaranya fraction, numerator, denominator, one-third, of the whole, dan lainnya. Pada kegiatan selanjutnya guru membagi siswa menjadi lima kelompok, dalam tahapan ini pada pembelajaran kontekstual disebut dengan masyarakat belajar, kemudian memberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok. Pada saat pembagian kelompok diskusi guru sengaja membaginya agar siswa dapat lebih tenang dan tidak gaduh saat pembagian kelompok, dan siswa juga tidak ada yang memilihmilih teman dalam melakukan diskusi, Pada saat kegiatan berlangsung, guru memperhatikan dan membimbing jalannya diskusi kelompok. Setelah semua kelompok sudah menyelesaikan tugas diskusi mereka, guru meminta masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kepada teman-temannya di depan kelas secara bergantian. Setelah selesai, pada tahapan penilaian atau authentic assessment guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil latihan soal yang telah dikerjakan dan proses pembelajaran yang telah berlangsung, serta meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan. Guru juga mempersilakan siswa untuk bertanya dan melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa. Selanjutnya guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pecahan yang merupakan bagian dari sesuatu yang utuh. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan penguatan kepada siswa mengenai materi pecahan. Pada tahapan refleksi ini, secara bersamasama guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang
51
telah dilakukan. Guru memberikan penghargaan kepada siswa dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam. 3) Pertemuan ketiga (Rabu tanggal 3 September 2014) Pertemuan ini dilakukan selama dua jam pelajaran, yakni dari pukul 07.50 sampai pukul 09.00. Sebelum pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap menerima materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab untuk menggali informasi dan mengetahui kemampuan siswa terkait materi bilangan pecahan yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru pun melanjutkan dengan menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini. Sebelum memulai pembelajaran, guru terlebih dahulu melakukan tahapan pemodelan dengan menunjukkan kertas berbentuk bangun datar sederhana seperti segi empat, segi tiga, dan lingkaran, kemudian dilanjutkan dengan memotong kertas tersebut menjadi dua bagian, empat bagian, enam bagian, dan sebagainya. Kemudian menunjukkan bagian kertas yang telah dipotong sesuai dengan bentuk pecahan sederhana. Kemudian guru mengajak siswa untuk membandingkan kertas yang telah dipotong antara bagian satu dan bagian lainnya serta meminta siswa untuk membandingkan kertas mana yang lebih besar atau lebih kecil. Guru mengajak siswa berilustrasi dengan potongan pizza yang bentuknya sama dengan lingkaran. Guru berkata “Coba kalian bayangkan apabila kalian mendapat potongan pizza pizza
bagian dan adik kalian mendapat potongan
bagian, maka bagian pizza siapakah yang lebih besar?”.
Kemudian siswa menjawab “Saya bu yang mendapat bagian lebih besar”. Setelah guru selesai menerangkan kegiatan tersebut, kemudian guru meminta siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
52
Guru meminta siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, dalam tahapan ini pada pembelajaran kontekstual disebut dengan masyarakat belajar. Saat berkumpul dengan kelompok masingmasing, siswa diminta untuk mempersiapkan kue yang telah dibawanya, guru meminta siswa untuk membawa kue pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru meminta setiap kelompok bekerja sama untuk membagi kue tersebut menjadi beberapa bagian sama besar menggunakan pisau, selanjutnya membandingkan masing-masing bagian kue yang telah dipotong sesuai dengan instruksi bilangan pecahan yang guru sebutkan. Kemudian siswa diminta untuk memotong kertas berbentuk bangun datar sederhana seperti segi empat, segi tiga, dan lingkaran, kemudian dilanjutkan dengan memotong kertas tersebut menjadi dua bagian, empat bagian, enam bagian, dan sebagainya, serta meminta siswa membandingkan kembali bagian-bagian kertas yang dipotong untuk menentukan mana yang lebih besar dan lebih kecil. Pada pembelajaran kontekstual, kegiatan belajar siswa dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya disebut dengan inkuiri dan konstruktivisme. Setelah siswa mencatat hasil kegiatan tersebut, kemudian guru menjelaskan bagian-bagian dari segi empat, segi tiga, maupun lingkaran yang telah digunting oleh siswa kemudian membandingkannya juga, dilanjutkan dengan menjelaskan istilah-istilah dalam pecahan dalam bahasa Inggris agar siswa lebih memahami konsep, misalnya compare, arrange, bigger/greater, greatest, smaller, smallest, dan lainnya. Selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal latihan secara individu. Setelah itu siswa diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal latihan yang telah dikerjakan. Pada tahapan penilaian atau authentic assessment, guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil soal latihan yang telah dikerjakan serta meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan.
53
Guru mempersilakan siswa untuk bertanya dan melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa, serta membimbing siswa menyimpulkan materi pecahan dalam membandingkan dua buah pecahan yang mereka ketahui. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan penguatan kepada siswa mengenai materi pecahan. Pada tahapan refleksi ini, secara bersama-sama guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan penghargaan kepada siswa dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam. 4) Pertemuan keempat (Senin, 8 September 2014) Pertemuan ini dilakukan selama 2 jam pelajaran, yakni dari pukul 07.15 sampai pukul 08.25. Sebelum pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap menerima materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab terkait materi bilangan pecahan yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya serta materi bilangan pecahan yang akan dipelajari pada pembelajaran hari ini. Kemudian guru pun melanjutkan dengan menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini. Sebelum memulai pembelajaran, guru terlebih dahulu melakukan tahapan pemodelan menunjukkan kertas berbentuk bangun datar sederhana, kemudian dilanjutkan dengan memotong kertas tersebut menjadi beberapa bagian yang sama. Selanjutnya menunjukkan bagian kertas yang telah dipotong sesuai dengan bentuk pecahan sederhana. Kemudian guru mengajak siswa untuk membandingkan kertas yang telah dipotong antara bagian satu dan bagian lainnya serta meminta siswa untuk membandingkan kertas mana yang lebih besar atau lebih kecil. Setelah siswa dapat membandingkan bagian-bagian kertas tersebut, guru mengajak
54
siswa untuk mengurutkan bagian kertas yang telah guru tentukan untuk diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar atau sebaliknya. Guru meminta siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, dalam tahapan ini pada pembelajaran kontekstual disebut dengan masyarakat belajar. Saat berkumpul dengan kelompok masingmasing, siswa diminta untuk memotong kertas berbentuk bangun datar sederhana menjadi beberapa bagian, serta meminta siswa membandingkan kembali bagian-bagian kertas yang dipotong untuk menentukan mana yang lebih besar dan lebih kecil. Setelah itu siswa diminta untuk mengurutkan bagian-bagian pecahan dari yang terkecil ke yang terbesar atau sebaliknya. Pada pembelajaran kontekstual, kegiatan belajar siswa dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya disebut dengan inkuiri dan konstruktivisme. Selanjutnya siswa diminta untuk mencatat hasil kegiatannya dalam buku catatan sesuai dengan apa yang mereka temukan.
Gambar 4.3 Aktivitas Belajar Saat Siswa Sedang Berkelompok Guru menjelaskan bagian-bagian dari kertas yang telah digunting siswa kemudian membandingkan dan mengurutkannya, serta menjelaskan istilah-istilah dalam pecahan dalam bahasa Inggris agar siswa lebih memahami konsep, misalnya compare, arrange, bigger/greater, greatest, smaller, smallest, dan lainnya. Selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal latihan secara individu. Setelah itu siswa diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal latihan yang telah dikerjakan. Guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa saat proses pembelajaran berlangsung dan hasil soal latihan yang telah dikerjakan serta meluruskan
55
pemahaman siswa tentang pecahan. pada tahapan ini disebut dengan tahapan penilaian atau authentic assessment. Guru mempersilakan siswa untuk bertanya dan melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa, serta membimbing siswa menyimpulkan materi pecahan dalam membandingkan dua buah pecahan yang mereka ketahui. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan penguatan kepada siswa mengenai materi pecahan. Pada tahapan refleksi ini, secara bersama-sama guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan penghargaan kepada siswa dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam. 5) Tes akhir siklus I (Selasa, 9 September 2014) Pada pertemuan hari Selasa tanggal 9 September 2014 akan dilaksanakan tes akhir siklus I. Adapun materi yang diujikan dalam tes ini adalah mengenal pecahan sederhana dan membandingkan pecahan sederhana berupa soal berbentuk uraian berjumlah 6 butir soal. Pelaksanaan tes akhir siklus I ini berjalan cukup lancar, meskipun masih banyak siswa yang mencoba bertanya kepada teman dan sering bertanya kepada peneliti untuk memastikan jawaban mereka, tetapi peneliti mencoba untuk membimbing siswa untuk dapat mandiri dalam menemukan hasil jawaban yang benar.
Gambar 4.4 Kegiatan Tes Akhir Siklus I
56
Setelah pelaksanaan tes siklus I, peneliti juga melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengungkapkan pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mendiskusikan hasil lembar observasi yang telah diisi oleh observer atau guru kelas yang berisi catatan selama proses pembelajaran.
b. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa pada siklus I ini merupakan hasil awal dari penelitian yang telah dilakukan. Untuk mengetahui dilanjutkan atau tidaknya penelitian ini berdasarkan hasil belajar siswa serta ketercapaian nilai KKM yang telah ditentukan. Nilai KKM untuk pelajaran matematika di sekolah ini yaitu 70 serta rata-rata skor hasil belajar matematika siswa dalam penerapan pembelajaran kontekstual lebih dari atau sama dengan 75 %. Adapun hasil tes akhir siklus I pada penelitian ini yang berkaitan dengan bilangan pecahan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I Hasil Tes
Nilai
Jumlah Siswa
22
Jumlah Siswa yang Tuntas
12
Nilai Terendah
50
Nilai Tertinggi
87,5
Rata-rata Nilai Tes
69,83
Prosentase Ketuntasan Belajar
54,54%
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa perolehan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai nilai rata-rata 69,83 dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 12 orang. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
57
pada siklus I ini masih rendah dan belum mencapai indicator keberhasilan yang ditetapkan.
c. Hasil Lembar Observasi Siswa Kegiatan observasi dilakukan pada saat melaksanakan tahap pelaksanaan tindakan kelas oleh observer dengan menggunakan lembar pengamatan tindakan siswa yang terdiri dari 5 aspek penilaian. Dalam hal ini yang berttindak sebagai observer adalah rekan sejawat selaku guru kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang. Pengamatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya, serta untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan yang akan dicapai. Adapun informasi yang diperoleh tentang kegiatan belajar siswa menggunakan model pembelajaran kontekstual berdasarkan pengamatan yang dilakukan melalui lembar observasi kegiatan sebagai berikut. Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I No.
Aspek yang diukur
Kelompok 1
2
3
4
5
1.
Cara mengemukakan pendapat
7
6
5
6
6
2.
Cara mengajukan pertanyaan
7
6
6
7
6
8
7
7
6
7
3.
Cara menghargai pendapat orang lain
4.
Kualitas jawaban yang diberikan
11
10
10
8
11
5.
Cara menarik kesimpulan
8
9
7
8
8
Total
41
38
35
35
38
1) Kelompok 1 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 1 sudah memenuhi indikator keberhasilan dengan kriteria baik, meskipun masih ada beberapa kegiatan pembelajaran yang masih belum efektif dilakukan. Pada pertemuan
58
pertama sampai dengan keempat, cara mengemukakan pendapat kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap pertemuannya karena sudah memenuhi indikator penilaian yang ditentukan. Sedangkan cara mengajukan pertanyaan yang dilakukan mengalami penurunan saat pertemuan kedua, tetapi dapat mengalami peningkatan lagi pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Hal ini disebabkan karena siswa yang bertanya pada setiap kelompok dilakukan secara bergantian dengan anggota kelompoknya, sehingga setiap anggota kelompok dapat ikut berpartisipasi apabila ada pertanyaan yang ingin disampaikan. Selain itu faktor rasa percaya diri setiap siswa yang berbeda dalam setiap kelompok. Pada cara yang dinilai dalam menghargai pendapat orang lain dalam kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik dalam setiap pertemuannya dengan tidak menyela pendapat temannya dari kelompok lain yang sedang berbicara. Penulisan jawaban yang dilakukan pada kelompok ini juga sudah cukup baik sesuai dengan indikator penilaian yang diharapkan yaitu dengan menuliskan jawaban secara lengkap beserta gambar-gambar pecahan yang diperintahkan. Dalam penarikan kesimpulan untuk siswa di kelas bawah masih harus dibantu oleh guru mengingat materi bilangan pecahan ini merupakan materi baru dalam kelas tiga, namun dalam pelaksanaannya kegiatan ini sudah cukup efektif sehingga anggota kelompok bersama-sama guru dapat menyimpulkan hasil pembelajaran hari itu. Pada kelompok ini indikator penilaian yang dihasilkan sudah cukup baik karena dalam praktiknya penilaian kegiatan belajar siswa mengalami peningkatan dalam setiap pertemuannya. 2) Kelompok 2 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 2 sudah memenuhi indikator keberhasilan dengan kriteria baik, meskipun masih ada beberapa kegiatan pembelajaran yang masih belum efektif dilakukan. Pada pertemuan pertama sampai dengan keempat, cara mengemukakan pendapat kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap pertemuannya karena sudah memenuhi indikator penilaian yang ditentukan, meski pada pertemuan
59
terakhir mengalami penurunan kembali. Sedangkan cara mengajukan pertanyaan yang dilakukan mengalami peningkatan pada pertemuanpertemuan berikutnya. Pada cara yang dinilai dalam menghargai pendapat orang lain dalam kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik dalam setiap pertemuannya dengan tidak menyela pendapat temannya dari kelompok lain yang sedang berbicara. Penulisan jawaban yang dilakukan pada kelompok ini juga sudah cukup baik sesuai dengan indikator penilaian yang diharapkan yaitu dengan menuliskan jawaban secara lengkap beserta gambar-gambar pecahan yang diperintahkan, meski dalam praktiknya tidak sepenuhnya jawaban yang dituliskan sempurna sesuai jawaban yang guru harapkan. Namun untuk tahap awal pembelajaran, hasil jawaban siswa sudah dapat dikatakan baik. Pada aspek penarikan kesimpulan untuk siswa di kelas bawah masih harus dibantu oleh guru mengingat materi bilangan pecahan ini merupakan materi baru dalam kelas tiga, namun dalam pelaksanaannya kegiatan ini sudah cukup efektif sehingga anggota kelompok bersama-sama guru dapat menyimpulkan hasil pembelajaran hari itu. Pada kelompok ini indikator penilaian yang dihasilkan sudah cukup baik pada pertemuan berikutnya tetapi mengalami penurunan juga pada pertemuan keempat. 3) Kelompok 3 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 3 sudah memenuhi indikator keberhasilan dengan kriteria baik, meskipun masih ada beberapa kegiatan pembelajaran yang masih belum efektif dilakukan dibanding dengan kelompok lainnya. Cara mengemukakan pendapat pada kelompok ini terbilang cukup sehingga hasil penilaian pada setiap pertemuannya masih belum maksimal. Pada cara mengajukan pertanyaan sudah cukup baik dan mengalami peningkatan pada petemuan ketiga dan keempat. Sedangkan dalam menghargai pendapat temannya, kelompok ini juga sudah memperoleh nilai yang cukup baik dan dapat menerima serta memperhatikan jawaban temannya dengan seksama.
60
Sebaliknya pada aspek kualitas jawaban yang diberikan kelompok ini sudah memperoleh hasil yang cukup baik sesuai dengan indikator yang diharapkan meskipun jawaban yang dihasilkan belum sepenuhnya benar sesuai dengan harapan. Namun, pada penarikan kesimpulan siswa masih harus tetap dalam bimbingan guru agar kesimpulan yang didapat tidak jauh dari yang diharapkan dan sesuai dengan indikator keberhasilan belajar. 4) Kelompok 4 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 4 sudah memenuhi indikator keberhasilan dengan kriteria baik dan juga sudah cukup efektif dilakukan, meskipun masih ada beberapa kegiatan pembelajaran kelompok yang belum maksimal pelaksanaannya. Pada cara mengemukakan pendapat, kelompok ini sudah cukup baik dilakukan pada kelompoknya. Pada pertemuan akhir siklus I, kelompok ini juga sudah memperoleh penilaian yang baik pada aspek mengemukakan pendapat. Pada cara mengajukan pertanyaan mereka masih belum memahami bagian mana yang perlu ditanyakan, sehingga kelompok ini masih belum maksimal dalam menyampaikan pertanyaan. Apabila ada pertanyaan yang ingin disampaikan mereka lebih memilih memanggil guru dan menanyakannya langsung tanpa mau mengajukan pertanyaan dengan menunjukkan jari sendiri. Sedangkan pada cara menghargai pendapat, kelompok ini sudah cukup baik dengan tidak mencela temannya yang sedang berargumen dan bisa menerima pendapat temannya dengan cukup baik. Pada kualitas jawaban yang diberikan, kelompok ini sudah cukup baik meskipun belum mendapatkan jawaban yang sempurna, serta penarikan kesimpulan yang sudah cukup baik dalam akhir pembelajaran. Siswa dapat
berdiskusi
bersama teman
kelompoknya yang kemudian dapat menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan bimbingan dari guru. 5) Kelompok 5 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 5 sudah memenuhi indikator keberhasilan dengan kriteria baik, meskipun masih ada beberapa kegiatan pembelajaran yang masih belum efektif dilakukan, namun secara
61
keseluruhan
kelompok
ini
sudah
cukup
baik
dalam
melaksanakan
pembelajaran secara berkelompok. Pada cara mengemukakan pendapat, kelompok ini masih rendah dalam pelaksanaannya meskipun mengalami peningkatan pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Hal ini dikarenakan kurangnya rasa percaya diri pada siswa sehingga mereka enggan untuk mengemukakan pendapatnya. Pada cara mengajukan pendapat pun masih terdapat penurunan penilaian pada pertemuan berikutnya, hal ini dikarenakan siswa yang diwajibkan untuk mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran berkelompok dibagi secara bergantian. Setiap siswa memiliki tingkat rasa percaya diri yang berbeda. Hingga akhirnya pun guru yang mendatangi kelompok tersebut saat ingin bertanya. Pada kegiatan saat mereka harus menghargai pendapat temannya ini sudah cukup baik. Mereka dapat menghargai hasil jawaban dari setiap kelompok tanpa mencela hasil jawaban kelompok lain. Hasil jawaban yang mereka kerjakan pun sudah hampir mendekati sempurna sesuai dengan yang guru harapkan. Hal ini merupakan hasil yang cukup memuaskan dalam pembelajaran. Sedangkan dalam menarik kesimpulan siswa masih harus tetap dalam bimbingan guru agar kesimpulan yang didapat sesuai dengan pembelajaran pada hari itu.
d. Refleksi Setelah melalui tahap kegiatan pembelajaran pada siklus I, peneliti bersama observer melakukan refleksi untuk mencocokkan data yang diperoleh di lapangan. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang dilakukan peneliti belum dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan bahwa berdasarkan hasil pengamatan tindakan oleh observer dan tes hasil belajar siswa belum mencapai kriteria yang telah ditentukan. Selain itu terdapat beberapa kekurangan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan siklus I dan harus diperbaiki pada pelaksanaan tindakan siklus berikutnya. Kegiatan perbaikan akan dilakukan pada siklus II diantaranya yaitu:
62
1) Guru harus memberikan motivasi kepada setiap siswa agar terbentuk sikap percaya diri dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat tanpa takut salah. 2) Guru harus memberikan motivasi yang dapat menjadikan siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi, juga selalu mengarahkan dan membimbing siswa untuk bekerja sama dengan temannya dalam satu kelompok belajar, serta menghargai pendapat temannya dari kelompok lain, sehingga menghindarkan adanya dominasi dari beberapa siswa dan kegaduhan di dalam kelas saat berlangsungnya proses belajar mengajar. 3) Melakukan pengaturan giliran terhadap yang akan mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas dengan memberikan waktu kepada maisng-masing kelompok untuk mepersiapkan secara matang agar ketika kelompok yang ditunjuk untuk mepresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain tidak sibuk dengan kegiatannya sendiri dan antusias untuk mendengarkan dan memberikan tanggapan kepada kelompok yang presentasi. 4) Guru harus menekankan konsep bilangan pecahan dengan cara yang lebih mudah dipahami siswa, sehingga siswa pun dapat menarik kesimpulan dari kegiatan belajarnya meskipun masih dalam bimbingan guru. Berdasarkan hasil refleksi dari beberapa hal yang telah dipaparkan, terlihat bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan siswa pada siklus I masih kurang optimal dan belum dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian diperlukan tindakan berikutnya sebagai tindak lanjut dari kegiatan siklus I yaitu akan dilaksanakan proses perbaikan pada siklus II.
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II Tahap pelaksanaan pada siklus II ini terdiri dari 3 pertemuan. Pertemuan pertama sampai keempat peneliti memberikan pembelajaran materi mengenal pecahan sederhana dan membandingkan pecahan sederhana dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, dan pada pertemuan kelima peneliti akan memberikan
63
tes akhir siklus I kepada siswa. Adapun uraian proses pembelajaran pada siklus I sebagai berikut. a. Pelaksanaan Pembelajaran 1) Pertemuan kelima (Rabu, 10 September 2014) Pertemuan ini dilakukan selama dua jam pelajaran, yakni dari pukul 07.50 sampai pukul 09.00. Sebelum pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap menerima materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab untuk menggali informasi dan mengetahui kemampuan siswa terkait materi bilangan pecahan yang akan dibahas pada pembelajaran hari ini. Kemudian guru pun melanjutkan dengan menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini. Saat memulai pembelajaran guru terlebih dulu melakukan tahapan pemodelan dengan menunjukkan kertas berbentuk bangun datar sederhana yang kemudian dipotong menjadi beberapa bagian, seperti lingkaran, segi empat, segitiga, dan sebagainya. Selanjutnya guru menunjukkan bagianbagian media tersebut sesuai dengan bentuk pecahan sederhana yang selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam operasi penjumlahan dan pengurangan. Siswa pun mulai memahami bentuk penjumlahan dan pengurangan yang dipraktikan melalui potongan-potongan kertas yang berbentuk bangun datar tersebut. Kemudian guru menugaskan siswa untuk menggunting/membagi kertas yang berbentuk segi empat, segi tiga, atau lingkaran sesuai dengan bilangan pecahan yang guru minta dan mengaplikasikannya dalam operasi penjumlahan maupun pengurangan. Selanjutnya siswa mencatat hasil kegiatan dalam buku catatannya sesuai apa yang ia temukan. Pada pembelajaran kontekstual, kegiatan belajar siswa
dengan
menemukan
sendiri
dan
mengkonstruksi
pengetahuannya disebut dengan inkuiri dan konstruktivisme.
sendiri
64
Guru menjelaskan bagian-bagian dari segi empat, segi tiga, maupun lingkaran yang telah digunting oleh siswa yang apabila dijumlahkan atau dikurangkan maka bentuk potongan kertas bangun datar tersebut tidak lagi menjadi satu buah bangun datar yang utuh bila operasi pengurangan atau penjumlahannya kurang atau melebihi satu bagian utuh bangun datar tersebut. Guru juga menjelaskan istilah-istilah pecahan dalam bahasa Inggris agar siswa lebih memahami konsep, misalnya add, subtract, dan lainnya. Pada kegiatan selanjutnya, guru membagi siswa menjadi lima kelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibagi sebelumnya, dalam tahapan ini pada pembelajaran kontekstual disebut dengan masyarakat belajar. Guru memberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara kelompok. Guru memperhatikan dan membimbing siswa saat mengerjakan soal latihan. Selanjutnya guru meminta beberapa siswa mewakili kelompoknya maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal latihan yang telah dikerjakan. Pada tahapan penilaian atau authentic assessment, guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa serta proses pembelajaran yang telah berlangsung dan hasil soal latihan yang telah dikerjakan serta meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan.
Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Saat Diskusi Kelompok
65
Guru mempersilakan siswa untuk bertanya dan melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami, serta membimbing siswa menyimpulkan materi pecahan dalam membandingkan dua buah pecahan yang mereka ketahui. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan penguatan kepada siswa mengenai materi pecahan. Pada tahapan refleksi ini, secara bersama-sama guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan penghargaan kepada siswa dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam. 2) Pertemuan keenam (Senin, 15 September 2014) Pertemuan ini dilakukan selama 2 jam pelajaran, yakni dari pukul 07.15 sampai pukul 08.25. Sebelum pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap menerima materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab terkait materi bilangan pecahan yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya serta materi bilangan pecahan yang akan dipelajari pada pembelajaran hari ini. Kemudian guru pun melanjutkan dengan menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini. Saat memulai pembelajaran, guru melakukan tahapan pemodelan dengan menunjukkan media berbentuk segi empat, segi tiga, lingkaran, dan sebagainya. Kemudian menunjukkan bagian-bagian media tersebut sesuai dengan bentuk pecahan sederhana yang selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam operasi penjumlahan dan pengurangan. Hal ini selalu dilakukan di awal pembelajaran agar siswa lebih mudah dalam memahami konsep bilangan pecahan khususnya dalam pengurangan dan penjumlahan pecahan sederhana. Selanjutnya guru menugaskan siswa untuk menggunting kertas berbentuk bangun datar segi empat, segi tiga, atau lingkaran sesuai dengan bilangan pecahan yang guru minta.
66
Kemudian mengaplikasikannya dalam operasi penjumlahan ataupun pengurangan. Pada pembelajaran kontekstual, kegiatan belajar siswa dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya disebut dengan inkuiri dan konstruktivisme. Setelah siswa melakukan kegiatan tersebut kemudian mereka mencatatnya dalam buku catatan apa yang iya temukan, yang selanjutnya guru akan menjelaskan hasil kegiatan siswa tersebut. Selain itu guru juga menjelaskan
istilah-istilah
Bahasa
Inggris
yang
dipakai
dalam
pembelajaran ini yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan, seperti add, subtract, dan lainnya.
Gambar 4.6 Aktivitas siswa saat mencatat hasil temuannya dalam buku catatan
Pada kegiatan berikutnya guru membagi siswa sesuai kelompoknya yang telah dibentuk pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, dalam tahapan ini pada pembelajaran kontekstual disebut dengan masyarakat belajar. Guru memberikan latihan soal kepada siswa untuk dikerjakan secara berkelompok. Saat kegiatan diskusi berlangsung, guru membimbing jalannya diskusi dengan mendatangi setiap kelompok tersebut. Guru juga mempersilakan apabila ada siswa yang ingin bertanya mengenai hal-hal yang tidak dipahami saat melangsungkan diskusi kelompok. Selanjutnya guru membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran mengenai pecahan yang merupakan bagian dari sesuatu yang utuh. Setelah selesai, pada tahapan penilaian atau authentic assessment guru
67
mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil latihan soal yang telah dikerjakan dan proses pembelajaran yang telah berlangsung, serta meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan penguatan kepada siswa mengenai materi pecahan. Pada tahapan refleksi ini, secara bersamasama guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan penghargaan kepada siswa dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam. 3) Pertemuan ketujuh (Selasa, 16 Sepetember 2014) Pertemuan ini dilakukan selama dua jam pelajaran, yakni dari pukul 08.25 sampai pukul 09.35. Sebelum pembelajaran, guru mengajak siswa berdoa bersama, kemudian dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. Guru mengondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa agar siap menerima materi pelajaran. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab untuk menggali informasi dan mengetahui kemampuan siswa terkait materi bilangan pecahan yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru pun melanjutkan dengan menginformasikan secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini. Pembelajaran diawali dengan melakukan tahapan pemodelan yaitu guru menunjukkan media berbentuk segi empat, segi tiga, lingkaran, dan sebagainya. Kemudian menunjukkan bagian-bagian media tersebut sesuai dengan bentuk pecahan sederhana yang selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam operasi penjumlahan dan pengurangan. Guru juga memberikan contoh kegiatan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk cerita mengenai penjumlahan dan pengurangan pecahan, misalnya “Apakah kalian pernah memakan pizza? Sekarang ibu tanya, apabila pizza tersebut dibagi menjadi empat bagian kemudian adik kalian memakan satu bagian pizza, maka berapa potongkah pizza yang tersisa? Kemudian berapa nilai pizza
68
yang tersisa tersebut?”. Siswa pun mulai berpikir kritis menanggapi pertanyaan guru tersebut. Sebagian siswa dapat menjawab dengan jawaban ”Saya tau bu, jadi pizza yang tersisa ada tiga bagian dan berarti adik memakan satu bagian pizza dengan jumlah keseluruhan pizza ada empat bagian yang artinya
-
= ”. Guru pun memberikan penghargaan
kepada siswa yang menjawab pertanyaan tersebut. Selanjutnya guru menugaskan siswa untuk menggunting/membagi kertas yang berbentuk segi empat, segi tiga, atau lingkaran sesuai dengan bilangan pecahan yang guru minta. Kemudian mengaplikasikannya dalam operasi penjumlahan maupun pengurangan. Pada pembelajaran kontekstual, kegiatan belajar siswa
dengan
menemukan
sendiri
dan
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuannya disebut dengan inkuiri dan konstruktivisme.
Gambar 4.7 Siswa Mencatat Hasil Kegiatan dalam Buku Catatannya Guru meminta siswa mencatat hasil kegiatan dalam buku catatannya sesuai apa yang ia temukan dan menjelaskan materi pecahan yang disajikan dalam bentuk soal cerita kepada siswa. Guru juga menjelaskan istilah-istilah dalam pecahan dalam bahasa Inggris agar siswa lebih memahami konsep, misalnya add, subtract, serta istilah-istilah yang biasa digunakan dalam soal cerita. Pada kegiatan belajar selanjutnya, guru membagi siswa menjadi lima kelompok sesuai kelompok yang telah dibentuk dan memberikan latihan soal kepada siswa, dalam tahapan ini pada pembelajaran
69
kontekstual disebut dengan masyarakat belajar. Guru meperhatikan jalannya diskusi kelompok dan membimbing siswa dalam mengerjakan soal latihan. Guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal latihan yang telah dikerjakan untuk mewaikili setiap kelompoknya. Pada tahapan penilaian atau authentic assessment, guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil latihan soal yang telah dikerjakan serta meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan serta proses pembelajaran yang telah berlangsung. Guru juga mempersilakan siswa untuk bertanya dan melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa serta membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pecahan yang merupakan bagian dari sesuatu yang utuh. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru mengulas kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan penguatan kepada siswa mengenai materi pecahan. Pada tahapan refleksi ini, secara bersamasama guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan penghargaan kepada siswa dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam. 4) Tes akhir siklus II (Rabu, 17 September 2014) Pada pertemuan hari Rabu tanggal
17
September 2014
dilaksanakan tes akhir siklus II. Tujuan dilakukan tes ini adalah untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa mengenai materi bilangan pecahan, apakah mengalami peningkatan dari siklus I atau tidak. Tes akhir siklus II yang diberikan berupa soal berbentuk uraian berjumlah 6 butir soal. Siswa diberikan waktu selama dua jam pelajaran untuk menyelesaikan tes tersebut. Berbeda dengan tes akhir siklus I, sebagian besar siswa terlihat lebih serius dan percaya diri dalam mengerjakan soal tes akhir siklus II.
Siswa terlihat sudah mulai terbiasa dalam
menyelesaikan permasalahn yang berkaitan dengan bilangan pecahan. Setelah pelaksanaan tes akhir siklus II, peneliti memberikan wawancara secara lisan kepada siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.
70
Gambar 4.8 Kegiatan Tes Akhir Siklus II
b. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa pada siklus II ini merupakan hasil awal dari penelitian yang telah dilakukan. Untuk mengetahui dilanjutkan atau tidaknya penelitian ini berdasarkan hasil belajar siswa serta ketercapaian nilai KKM yang telah ditentukan. Nilai KKM untuk pelajaran matematika di sekolah ini yaitu 70 serta rata-rata skor hasil belajar matematika siswa dalam penerapan pembelajaran kontekstual lebih dari atau sama dengan 75 %. Adapun hasil tes akhir siklus II pada penelitian ini yang berkaitan dengan bilangan pecahan adalah sebagai berikut. Tabel 4.3 Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus II Hasil Tes
Nilai
Jumlah Siswa
22
Jumlah Siswa yang Tuntas
18
Nilai Terendah
50
Nilai Tertinggi
100
Rata-rata Nilai Tes Prosentase Ketuntasan Belajar
81,80 81,81%
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa perolehan hasil belajar sebagian besar siswa pada siklus II mengalami peningkatan, yakni mencapai nilai rata-rata
71
81,80 dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 18 orang dengan prosentase ketuntasan belajar 81,81% siswa yang meperoleh nilai ≥ 70 (memenuhi KKM). Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II sudah memenuhi criteria keberhasilan yang telah ditentukan, sehingga tidak diperlukan lagi penelitian ke siklus berikutnya.
c. Hasil Lembar Observasi Siswa Kegiatan observasi dilakukan pada saat melaksanakan tahap pelaksanaan tindakan kelas oleh observer dengan menggunakan lembar pengamatan tindakan siswa yang terdiri dari lima aspek penilaian. Dalam hal ini yang berttindak sebagai observer adalah rekan sejawat selaku guru kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang. Pengamatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya, serta untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan yang akan dicapai. Adapun informasi yang diperoleh tentang kegiatan belajar siswa menggunakan model pembelajaran kontrekstual berdasarkan pengamatan yang dilakukan melalui lembar observasi kegiatan siswa sebagai berikut. Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II No.
Aspek yang diukur
Kelompok 1
2
3
4
5
1.
Cara mengemukakan pendapat
5
5
6
6
5
2.
Cara mengajukan pertanyaan
8
6
5
7
6
9
7
7
6
7
3.
Cara menghargai pendapat orang lain
4.
Kualitas jawaban yang diberikan
9
8
8
8
8
5.
Cara menarik kesimpulan
6
9
7
7
6
Total
37
35
33
34
32
72
1) Kelompok 1 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 1 sudah memenuhi indikator keberhasilan dengan kriteria sangat baik. Pada cara mengemukakan pendapat, kelompok ini masih kurang efektif karena mereka mash belum percaya diri dalam menyampaikannya, serta cara mereka mengajukan pertanyaan yang masih harus diminta bertanya oleh guru. Tetapi pada cara mereka menghargai pendapat temannya sudah mendapatkan hasil yang cukup baik dan dapat menerima setiap argumen teman tanpa mencela pendapat temannya. Pada siklus II, kelompok ini sudah baik dalam memberikan jawaban yang dihasilkan bersama kelompoknya. Hasil jawaban dari diskusi kelompok pada setiap pertemuannya mengalami peningkatan. Jawaban yang dihasilkan pun sudah mendekati sempurna sesuai dengan yang diharapkan guru. Pada penarikan kesimpulan siswa masih tetap dalam bimbingan guru meskipun sudah berulang kali melakukan kegiatan belajar kelompok. Hal ini dikarenakan siswa yang kita bimbing merupakan siswa kelas bawah yang masih harus diperhatikan dalam setiap melakukan kegiatan di dalam kelas, terlebih dalam cara menarik kesimpulan hasil belajar yang telah dilakukan. Kegiatan belajar yang dapat membuat siswa aktif ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam setiap pertemuannya pada setiap kelompok belajar yang ada. Guru juga selalu menyajikan pembelajaran yang menarik pada setiap pertemuan pembelajaran. 2) Kelompok 2 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 2 sudah memenuhi indikator keberhasilan dengan kriteria baik. Pada cara mengemukakan pendapat, pada pertemuan kelima dan keenam kelompok ini sudah melakukan kegiatannya dengan baik. Namun, pada pertemuan ketujuh kelompok ini mengalami penurunan sehingga memperoleh nilai lebih rendah. Pada cara mengajukan pertanyaan, kelompok ini sudah memenuhi kriteria baik dan pada setiap pertemuannya mengalami perkembangan yang normal tanpa mengalami penurunan aktivitas belajar pada kelompok tersebut.
73
Pada kegiatan menghargai pendapat temannya, kelompok ini sudah mengalami perkembangan cukup baik juga dari pertemuan-pertemuan sebelumnya, sehingga pada pertemuan-pertemuan berikutnya mereka sudah bisa menempatkan sikap yang baik untuk menerima pendapat dari kelompok lain. Jawaban yang diberikan saat mengerjakan soal pun sudah mengalami peningkatan yang dapat dikatakan sudah memenuhi kriteria jawaban yang baik dan benar. Jika ada jawaban yang kurang tepat pun dapat dipertanggungjawabkan oleh kelompoknya dan megganti jawaban yang lebih tepat. Pada penarikan kesimpulan siswa masih tetap dalam bimbingan guru meskipun sudah berulang kali melakukan kegiatan belajar kelompok. Hal ini dikarenakan siswa yang kita bimbing merupakan siswa kelas bawah yang masih harus diperhatikan dalam setiap melakukan kegiatan di dalam kelas, terlebih dalam cara menarik kesimpulan hasil belajar yang telah dilakukan. 3) Kelompok 3 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 3 sudah memenuhi indikator keberhasilan dengan kriteria baik, meskipun masih ada beberapa kegiatan pembelajaran yang masih belum efektif dilakukan. Pada pertemuan kelima sampai dengan keenam, cara mengemukakan pendapat kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap pertemuannya karena sudah memenuhi indikator penilaian yang ditentukan. Pada proses tanya jawab kelompok ini sudah mendapat skor nilai yang cukup. Pada setiap pertemuan keaktifan siswa dalam bertanya sudah meningkat dan setiap anggota kelompok sudah bisa menyampaikan pertanyaan kepada kelompok lain meskipun belum maksimal. Dengan cukup aktifnya siswa dalam berdiskusi kelompok juga memengaruhi bagaimana cara siswa dalam menanggapi pendapat dari temannya. Siswa sudah cukup baik dalam menghargai pendapat temannya dengan tidak mencela hasil jawabannya. Hasil jawaban yang mereka kerjakan pun sudah hampir mendekati sempurna sesuai dengan yang guru harapkan. Hal ini merupakan hasil yang cukup
memuaskan
dalam
pembelajaran.
Sedangkan
dalam
menarik
74
kesimpulan siswa masih harus tetap dalam bimbingan guru agar kesimpulan yang didapat sesuai dengan pembelajaran pada hari itu. 4) Kelompok 4 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 4 sudah memenuhi indikator keberhasilan dengan kriteria sangat baik. Pada pertemuan kelima sampai dengan keenam, cara mengemukakan pendapat kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap pertemuannya karena sudah memenuhi indikator penilaian yang ditentukan. Sedangkan cara mengajukan pertanyaan yang dilakukan mengalami peningkatan pada pertemuan berikutnya. Pada cara yang dinilai dalam menghargai pendapat orang lain dalam kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik dalam setiap pertemuannya dengan menghargai pendapat temannya dari kelompok lain yang sedang berbicara. Penulisan jawaban yang dilakukan pada kelompok ini juga sudah cukup baik sesuai dengan indikator penilaian yang diharapkan yaitu dengan menuliskan jawaban secara lengkap, meski dalam praktiknya tidak sepenuhnya jawaban yang dituliskan sempurna sesuai jawaban yang guru harapkan. Pada aspek penarikan kesimpulan untuk siswa di kelas bawah masih harus dibantu oleh guru mengingat materi bilangan pecahan ini merupakan materi baru dalam kelas tiga, namun dalam pelaksanaannya kegiatan ini sudah cukup efektif sehingga anggota kelompok bersama-sama guru dapat menyimpulkan hasil pembelajaran hari itu. 5) Kelompok 5 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelompok 5 sudah memenuhi indikator keberhasilan dengan kriteria baik, meskipun masih ada beberapa kegiatan pembelajaran yang masih belum efektif dilakukan. Pada pertemuanpertemuan yang telah dilaksanakan, cara mengemukakan pendapat kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap pertemuannya karena sudah memenuhi indikator penilaian yang ditentukan, meski pada pertemuan
75
terakhir mengalami penurunan kembali. Sedangkan cara mengajukan pertanyaan yang dilakukan mengalami penurunan pada pertemuan berikutnya. Pada cara yang dinilai dalam menghargai pendapat orang lain dalam kelompok ini mengalami peningkatan yang cukup baik dalam setiap pertemuannya dengan tidak menyela pendapat temannya dari kelompok lain yang sedang berbicara. Penulisan jawaban yang dilakukan pada kelompok ini juga sudah cukup baik sesuai dengan indikator penilaian yang diharapkan yaitu dengan menuliskan jawaban beserta cara-cara penyelesaiannya, meski dalam praktiknya tidak sepenuhnya jawaban yang dituliskan sempurna sesuai jawaban yang guru harapkan. Namun untuk hasil pembelajaran, jawaban siswa sudah dapat dikatakan baik. Sedangkan dalam menarik kesimpulan siswa masih harus tetap dalam bimbingan guru agar kesimpulan yang didapat sesuai dengan pembelajaran pada hari itu.
d. Refleksi Tahap refleksi pada siklus II ini dilakukan oleh peneliti dan observer yang berkolaborasi untuk mengkritisi pelaksanaan tindakan kelas yang telah dilakukan selama siklus II berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil refleksi bahwa guru sudah dapat memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas belajar, mengarahkan siswa dalam menyusun penyelesaian masalah sehingga pembagian tugas dan peran masing-masing anggota dalam kelompok dapat terlaksanan dengan maksimal, guru membimbing siswa untuk terus menemuka konsep bilangan pecahan yang sedang dipelajari dengan terus memberikan latihan soal kepada siswa, serta media pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru dapat memberikan respon yang semakin baik pada siswa. Hal ini terlihat bahwa pada setiap pertemuan terjadi peningkatan aktivitas pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kontekstual juga semakin membaik. Hal tersebut terbukti dari nilai tes hasil belajar matematika siswa terhadap penyelesaian permasalahan bilangan pecahan pada siklus II ini sudah mencapai target yang telah ditetapkan atau dengan kata lain sudah tuntas. Berdasarkan
76
perolehan data-data tersebut, maka pemberian tindakan diakhiri sampai dengan siklus II.
B. Analisis Data dan Pembahasan Tahap analisis danata dan interpretasi data dilakukan terhadap data yang sudah terkumpul pada saat di lapangan. Adapun berdasarkan data-data tersebut diperoleh informasi bahwa siklus I dari hasil pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil tes siswa menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa tentang bilangan pecahan masih rendah. Namun dengan adanya tindakan perbaikan di siklus II dapat membuat kegiatan belajar dan hasil tes siswa menjadi meningkat. Adapun untuk membaca secara keseluruhan data yang diperoleh adalah sebagai berikut. 1. Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes formatif, yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa yang berkaitan dengan konsep bilangan pecahan. Adapun hasil belajar pada setiap tes akhir siklus tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Nilai Rata-rata Prosentase Ketuntasan Belajar
Siklus I
Siklus II
69,83
81,80
54,54%
81,81%
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus I. Banyaknya siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 12 siswa (54,54%), sedangkan siswa yang tuntas belajar pada siklus II sebanyak 18 siswa (81,81%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, serta tercapainya indikator keberhasilan yaitu ≥ 75% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (memenuhi KKM). Berdasarkan tabel di atas, dapat juga diketahui nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat setelah
77
menerapkan model pembelajaran kontekstual. Rata-rata tes hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 69,83 dan meningkat pada siklus II menjadi 81,80. Peningkatan hasil belajar jika disajikan dalam diagram adalah sebagai berikut.
Nilai Rata-rata
Nilai rata-rata 85 80 75 70 65 60
Nilai rata-rata Siklus I
Siklus II
Gambar 4.9 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Dari diagram di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II, hal ini tidak lepas dari upaya yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan dalam kegiatan belajar menggunakan pembelajaran kontekstual. Melalui pembelajaran kontekstual ini siswa dibiasakan untuk memahami materi dengan konteks suatu masalah dan menemukan pemahamannya sendiri melalui sebuah kegiatan yang diberikan, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih bermakna dan siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan guru, serta siswa ikut aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Persentase
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Siklus II
Gambar 4.10 Diagram Persentase Hasil Ketuntasan
78
2. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui prosentase aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Lembar observasi ini juga digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap siklus penelitian yang dilakukan. Adapun hasil observasi aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.6 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Kontekstual No.
Aspek yang diukur
Siklus I
Siklus II
50 %
60 %
1.
Cara mengemukakan pendapat
2.
Cara mengajukan pertanyaan
53,33 %
71,11 %
3.
Cara menghargai pendapat orang lain
58,33 %
80 %
4.
Kualitas jawaban yang diberikan
83,33 %
91,11 %
5.
Cara menarik kesimpulan
66,67 %
77,78 %
Rata-rata
62,33 %
76 %
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh data bahwa rata-rata prosentase aktivitas belajar seluruh siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 13,67%. Data pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa tindakan pembelajaran
yang
dilakukan
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
kontekstual telah memberikan kontribusi dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang. Peningkatan pembelajaran
siswa
aktivitas
belajar
dibagi
menjadi
siswa
dikarenakan
beberapa
kelompok
dalam
kegiatan
belajar.
Guru
mengondisikan setiap kelompok belajar agar dapat aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan memberikan kegiatan kelompok serta diskusi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Setelah disukusi selesai dilakukan, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan melakukan tanya jawab dengan kelompok lain. Guru mengatur siswa yang mempresentasikan jawaban
79
hasil diskusinya, sehingga setiap anggota kelompok mendapat giliran untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Apabila ada pertanyaan yang ingin disampaikan, siswa dapat menanyakannya langsung kepada guru. Dalam menarik kesimpulan hasil belajar juga dilakukan secara bersama-sama dengan bimbingan guru, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar.
C. Temuan Penelitian Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta aktivitas belajar siswa, karena dalam penelitian ini pembelajaran kontekstual yang diterapkan adalah siswa diberikan sebuah konteks permasalahan untuk diidentifikasi dan menemukan sendiri pemahaman materi melalui permasalahan tersebut. Soal-soal yang diberikan juga merupakan terapan yang berkaitan dengan kehidupan keseharian siswa dalam bentuk soal cerita. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual ini diawali dengan langkah pemodelan, guru menunjukkan sebuah media pembelajaran yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas yaitu materi bilangan pecahan. Guru menyiapkan berbagai bentuk bangun datar sederhana seperti lingkaran, segiempat, dan memotongnya menjadi dua bagian, empat bagian, dan sebagainya. Kemudian menunjukkan bagian lingkaran tersebut sesuai dengan bentuk pecahan sederhana dan menjelaskannya kepada siswa maksud dari potongan kertas tersebut. Selanjutnya pada tahap inkuiri siswa mencoba mempraktikan kegiatan seperti yang telah dicontohkan guru, siswa membuat bangun datar sederhana dari kertas kemudian memotongnya sesuai dengan bilangan pecahan yang disebutkan oleh guru. Pada tahap berikutnya yaitu tahap konstruktivisme, dimana siswa diminta untuk mencatat hasil kegiatannya. Hal ini diperoleh langsung dari kegiatan siswa sehingga siswa lebih memahami makna dari pembelajaran dan bukan hanya sekedar mengingat atau menghafalnya. Pada tahap ini guru mengenalkan istilah-istilah pecahan dalam bahasa Inggris agar siswa lebih memahami konsep. Materi matematika yang disajikan kepada siswa juga dalam bentuk bahasa Inggris, jadi siswa harus dapat menguasai materi dengan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dalam penyampaian materi,
80
guru mengenalkan kosakata yang berhubungan dengan materi bilangan pecahan dalam bahasa Inggris, guru juga membuat jenis soal cerita yang disajikan dengan bahasa Inggris, sehingga siswa dapat memahami konteks permasalahan yang disajikan dalam bahasa Inggris. Masyarakat belajar merupakan pembelajaran yang khas pada pembelajaran kontekstual. Pada kegiatan ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok belajar dan melakukan kegiatan diskusi bersama kelompoknya masing-masing untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Pada kegiatan ini guru membimbing jalannya diskusi kelompok. Selanjutnya pada tahap authentic assessment, guru meminta perwakilan kelompok untuk maju ke depan kelas mengerjakan hasil diskusi kelompok. Guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil latihan soal yang telah dikerjakan serta meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan. Guru juga mempersilakan siswa untuk bertanya dan melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa, serta membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari itu. Selanjutnya peningkatan hasil belajar matematika siswa meningkat dengan menerapkan pembelajaran kontekstual, karena dalam pembelajaran kontekstual siswa mengonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman terhadap sebuah permasalahan kontekstual sehingga siswa memperoleh pengetahuan dari permasalahan keseharian yang nyata. Pada siklus II ini siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan secara kontekstual. Dalam proses pembelajaran kontekstual, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya dan aktivitas siswa pada siklus ini cukup meningkat. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelas dan mau maju mengerjakan soal di depan kelas tanpa guru minta. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi pengetahuan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran kontekstual adalah hasil dari proses menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh siswa adalah pengetahuan yang memiliki makna bagi kehidupan siswa.
81
D. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna, karena penelitian ini masih mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Kegiatan berkelompok yang kurang maksimal, siswa masih enggan untuk bekerja sama dengan kelompoknya dan kegiatan kelompok masih didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan unggul dalam kelompok tersebut. 2. Pada tahapan konstruktivisme, siswa masih bingung dalam mencatat hasil yang mereka temukan dari kegiatan yang dilakukan, hal ini karena siswa belum terbiasa terhadap proses pembelajaran secara kontekstual. 3. Penyampaian materi dalam bahasa Inggris yang belum maksimal dikarenakan siswa masih bingung dengan kosakata yang disampaikan guru, terlebih jika siswa menghadapi jenis soal cerita dengan bahasa Inggris guru diminta untuk mengartikannya ke dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi pecahan dalam konteks bahasa Inggris belum maksimal.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan halhal sebagai berikut. 1. Pembelajaran kontekstual yang diterapkan pada pelajaran matematika pokok bahasan bilangan pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata nilai tes hasil belajar siswa yang diberikan pada setiap akhir siklus. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 69,83 dengan prosentase ketuntasan belajar 54,54%. Sedangkan pada siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 81,80 dengan prosentase ketuntasan belajar 81,81%. 2. Penerapan pembelajaran kontekstual pada proses pembelajaran matematika materi
bilangan
pecahan
juga
memberikan
kontribusi
untuk
dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa, siswa mempraktikkan langsung materi yang didapat dari guru terhadap pengetahuan baru yang didapatnya, bukan dengan menghafal pengetahuan baru yang sudah didapatnya.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut. 1. Guru sebaiknya memberikan tugas atau tanggung jawab masing-masing kepada setiap anggota kelompok, sehingga siswa dituntut aktif dalam kegiatan diskusi kelompok. 2. Diharapkan guru dapat memaksimalkan penerapan konsep materi pecahan dalam kehidupan sehari-hari siswa, serta menggunakan media pembelajaran yang menarik agar siswa lebih memahami konsep materi.
82
83
3. Penyampaian materi dalam bentuk bahasa Inggris perlu ditekankan lagi dengan cara yang menarik, misalnya dalam membuat sebuah permainan sehingga siswa dapat lebih mengingat kosakata dalam bahasa Inggris.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2010. Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011 B. Uno, Hamzah. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2006. Dwirahayu, Gelar, dkk. Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar. Jakarta: PIC UIN. 2007. Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (PSPM). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakart. 2009. Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Rosda Karya. 2010. Jhon A. Van De Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Erlangga. 2006. Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Gaja Grafindo Persada. 2007. Prawiradilaga, Dewi Salma. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2004. Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011. Sanjaya, Wina Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2011. Sopyan, Ahmad, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar. 2009. Suherman, Erman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: IMSTEP UPI. 2003.
82
83
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008. Sukajati. Pembelajaran Operasi Penjumlahan Pecahan di SD Menggunakan Berbagai Media. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. 2008. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003. Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana, 2009. Undang-undang RI Bab II pasal 3 dan 4. Jakarta: Rineka Cipta Wardhana, Yana. Teori Belajar dan Mengajar. Bandung: PT Pribumi Mekar. 2010.
Data Nilai Siswa Pra Penelitian No.
Nama
Nilai UH
Nilai UH
1
Amjad Gesang Nayottama
75
75
2
Annisa Alayya Sabrina
70
75
3
Arsiteno Rasendriya
60
70
4
Ayudhya Viandra Putri
50
60
5
Daffa Maybach Martin
45
65
6
Ghefira Naura Fatin Setiawan
80
65
7
Ilaria Sekar Ailsa
62
70
8
Mayla Shafira Arroyani
55
50
9
Mobby Rahmat Akbar
60
73
10
Muhamad Hafid Asriandy Putra
56
75
11
Muhammad Nabeel Fayyaz
55
60
12
Naila Saffana Dewani Nugroho
70
75
13
Raditya Pascal Ramadhan
60
60
14
Radzikra Azahra Gustam
85
80
15
Rafhy Bahana Sati
70
80
16
Raqueena Alzahra Lubis
80
90
17
Raz Fath Pramono
50
55
18
Reizky M Fahlevi
75
75
19
Tabina Azalia
100
90
20
Talitha Adiva Salsabila
100
95
21
Tasya Aqeela Kailani
78
80
22
Ula Syafiqah
80
70
23
Vania Imtiaz
78
56
69.30
71,48
Rata-rata
Wawancara Guru Pra Penelitian Hari/tanggal
:
Tempat
: SD Al-Zahra Indonesia, Pamulang
Tujuan wawancara
: Mengidentifikasi kondisi awal pembelajaran matematika di kelas yang akan diteliti.
1. Metode apa yang biasanya ibu gunakan dalam pelaksanaan pembelajaran materi pokok bahasan bilangan pecahan di kelas? Jawab
: Metode yang digunakan adalah metode ceramah, tapi bila waktunya mencukupi juga melakukan praktik minimal dengan menggunakan kertas yang dilipat dan gunting untuk memotong.
2. Bagaimana antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan metode yang ibu gunakan? Jawab
: Siswa lebih bersemangat dalam belajar saat mereka melakukan
praktik. 3. Bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bilangan pecahan? Jawab
: Tingkat kemampuan sebagian siswa di kelas III B memang memiliki kemampuan yang lebih rendah dibanding dengan kelas lainnya.
4. Apakah ibu pernah melakukan pembelajaran secara berkelompok? Jawab
: Untuk jenjang kelas ini sudah mencoba menerapkan pembelajaran berkelompok tetapi siswa belum maksimal dalam pelaksanakannya karena kelas III merupakan kelas rendah.
5. Apakah ibu menggunakan media pembelajaran saat pembelajaran matematika pada pokok bahasan bilangan pecahan? Jawab
: Dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bilangan pecahan biasanya menggunakan media sederhana berupa kertas yang dilipat beserta gunting, namun apabila waktu untuk
menyampaikan pembelajaran ini panjang guru juga melakukan praktik misalnya dengan memotong kue atau buah menjadi beberapa bagian yang menggambarkan pecahan. 6. Bagaimana hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan bilangan pecahan di kelas? Jawab
: Hasil belajar matematika yang ada bervariasi tetapi pada kelas III B merupakan kelas yang memperoleh nilai rata-rata terendah dibanding kelas lainnya.
7. Bagaimana usaha ibu dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa? Jawab
: Memberikan pelajaran tambahan maupun remedial bagi siswa yang nilainya kurang.
8. Kendala apa yang ibu hadapi dalam menyampaikan pembelajaran matematika pada pokok bahasan bilangan pecahan di kelas? Jawab
: Siswa sulit memahami materi karena disampaikan dengan pengantar Bahasa Inggris dimana siswa harus memahami makna dari setiap kata serta siswa kurang memahami konsep pecahan sehingga keliru dalam mengerjakan soal.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Nama Sekolah
: SD Al-Zahra Indonesia Pamulang
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas
: III
Pertemuan ke
:1
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Standar Kompetensi
: 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
: 3.1 Mengenal pecahan sederhana
Indikator
: 1. Mengenal pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris 2. Membaca dan menulis lambang pecahan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris 3. Menjelaskan bagian dari pecahan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menjelaskan pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris 2. Siswa dapat membaca dan menulis lambang pecahan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris 3. Siswa dapat menjelaskan bagian dari pecahan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Materi Ajar
: Pecahan (Fractions), Mengenal bilangan pecahan.
Name Equal Parts Of A Whole Numerator
: Pembilang
Equal : Bagian yang sama
Denominator
: Penyebut
One-half
:
One-third
:
(satu per dua) Whole
: Utuh (satu per tiga)
This is a whole cake
Divide the whole cake into 2
equal parts Model Pembelajaran
: Kontekstual
Metode Pembelajaran : Ceramah ekspository, diskusi, praktik, tanya jawab, penugasan. Sumber
: 1. Buku Paket Matematika Kelas III MI/SD 2. Buku Tugas Matematika Kelas III
Media
: 1. Kertas berbentuk lingkaran 2. Gunting 3. Penggaris
Langkah-langkah pembelajaran Tahapan Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kontekstual Membuka kegiatan pembelajaran dengan
Pembuka
Nilai Karakter Religius
mengucap salam dan menanyakan kabar siswa. Melakukan pengondisian kelas dan memotivasi
Disiplin
siswa agar semangat dalam mengikuti pembelajaran. Melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang pelajaran yang akan dipelajari untuk mengetahui kemampuan
Aktif Percaya diri
awal siswa. Menyampaikan tujuan pembelajaran secara
Perhatian
singkat dan jelas. Inti
Pemodelan
Menunjukkan sebuah media berbentuk lingkaran dan memotongnya menjadi dua
Penuh perhatian
bagian, empat bagian, dan sebagainya. Kemudian menunjukkan bagian lingkaran tersebut sesuai dengan bentuk pecahan sederhana. Inkuiri
Guru menugaskan siswa untuk
Aktif
menggunting/membagi kertas yang berbentuk lingkaran sesuai dengan bilangan pecahan yang guru minta. Konstruktivisme
Guru meminta siswa mencatat hasil kegiatan dalam buku catatannya sesuai apa yang ia
Tanggung jawab
temukan. Guru menjelaskan makna pecahan dari sesuatu yang utuh.
Penuh perhatian
Guru mengenalkan istilah-istilah dalam pecahan dalam bahasa Inggris agar siswa lebih memahami konsep, misalnya fraction, numerator, denominator, one-third, of the whole, dan lainnya. Masyarakat
Guru membagi siswa menjadi lima kelompok.
Disiplin
belajar Guru memberikan LKS kepada siswa. Authentic assessment
Guru memperhatikan dan membimbing siswa saat mengerjakan soal latihan. Guru meminta beberapa siswa maju ke depan
Berani
kelas untuk mengerjakan soal latihan yang telah dikerjakan. Guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan hasil latihan soal yang telah dikerjakan serta meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan. Guru mempersilakan siswa untuk bertanya dan Bertanya
melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang
Rasa ingin tahu
belum dipahami siswa. Guru membimbing siswa menyimpulkan
Aktif
materi pecahan yang merupakan bagian dari sesuatu yang utuh. Penutup
Refleksi
Guru mengulas kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, serta memberikan
Penuh perhatian
penguatan kepada siswa mengenai materi pecahan. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan
Aktif
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberi penghargaan kepada siswa
Percaya
berupa applause.
diri
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
Religius
mengucap salam. Penilaian 1. Teknik Penilaian
: 1. Tertulis 2. Kinerja
2. Bentuk Instrumen
: LKS berupa essay (terlampir)
Mengetahui, Kepala Sekolah
Drs. Heru Suparman, M. M.
Jakarta, …………………. 2014 Guru Kelas
Fitri Nurmala
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Nama Sekolah
: SD Al-Zahra Indonesia Pamulang
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: III/2
Pertemuan ke
:5
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Standar Kompetensi
: 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
: 3.3 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana
Indikator
: 1. Menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan sederhana dengan gambar 2. Menjumlahkan pecahan sederhana 3. Mengurangkan pecahan sederhana 4. Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pecahan sederhana dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan sederhana dengan gambar 2. Siswa dapat menjumlahkan pecahan sederhana 3. Siswa dapat mengurangkan pecahan sederhana 4. Siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pecahan sederhana Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Materi Ajar
: Pecahan (Fractions), Penjumlahan dan pengurangan pecahan sederhana dengan gambar.
Add and Subtract the Fractions
+ =
Model Pembelajaran
- =
: Kontekstual
Metode Pembelajaran : Ceramah ekspository, diskusi, tanya jawab, penugasan. Sumber
: 1. Buku Paket Matematika Kelas III MI/SD 2. Buku Tugas Matematika Kelas III MI/SD
Media
: 1. Kertas 2. Penggaris
Langkah-langkah pembelajaran Tahapan Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kontekstual Membuka kegiatan pembelajaran dengan
Pembuka
Nilai Karakter Religius
mengucap salam dan menanyakan kabar siswa. Melakukan pengondisian kelas dan memotivasi
Disiplin
siswa agar semangat dalam mengikuti pembelajaran. Melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang pelajaran yang akan dipelajari untuk mengetahui kemampuan
Aktif Percaya diri
awal siswa. Menyampaikan tujuan pembelajaran secara
Perhatian
singkat dan jelas. Inti
Pemodelan
Menunjukkan media berbentuk segi empat, segi tiga, lingkaran, dan sebagainya. Kemudian
Penuh perhatian
menunjukkan bagian-bagian media tersebut sesuai dengan bentuk pecahan sederhana yang selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam operasi penjumlahan dan pengurangan. Inkuiri
Guru menugaskan siswa untuk
Aktif
menggunting/membagi kertas yang berbentuk segi empat, segi tiga, atau lingkaran sesuai dengan bilangan pecahan yang guru minta. Kemudian mengaplikasikannya dalam operasi penjumlahan maupun pengurangan. Konstruktivisme
Guru meminta siswa mencatat hasil kegiatan dalam buku catatannya sesuai apa yang ia
Tanggung jawab
temukan. Guru menjelaskan bagian-bagian dari segi empat, segi tiga, maupun lingkaran yang telah
Penuh perhatian
digunting oleh siswa apabila dijumlahkan atau dikurangkan. Guru menjelaskan istilah-istilah pecahan dalam bahasa Inggris agar siswa lebih memahami konsep, misalnya add, subtract, dan lainnya. Masyarakat
Guru membagi siswa menjadi lima kelompok.
Disiplin
belajar Guru memberikan LKS kepada siswa. Guru memperhatikan dan membimbing siswa Authentic assessment
saat mengerjakan soal latihan. Guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal latihan yang telah dikerjakan. Guru mengevaluasi kegiatan diskusi siswa dan
Berani
hasil latihan soal yang telah dikerjakan serta meluruskan pemahaman siswa tentang pecahan. Bertanya
Guru mempersilakan siswa untuk bertanya dan melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang
Rasa ingin
belum dipahami siswa.
tahu
Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pecahan yang merupakan bagian dari
Aktif
sesuatu yang utuh. Penutup
Refleksi
Guru mengulas kembali kegiatan pembelajaran
Penuh
yang telah dilakukan, serta memberikan
perhatian
penguatan kepada siswa mengenai materi pecahan. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan
Aktif
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberi penghargaan kepada siswa
Percaya
berupa applause.
diri
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
Religius
mengucap salam. Penilaian 3. Teknik Penilaian
: 1. Tertulis 2. Kinerja
4. Bentuk Instrumen
: LKS berupa essay (terlampir)
Mengetahui, Kepala Sekolah
Drs. Heru Suparman, M. M.
Jakarta, …………………. 2014 Guru Kelas
Fitri Nurmala
Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 Kelompok
:
Anggota
: 1. 2. 3. 4.
Ikutilah langkah-langkah kegiatan di bawah ini ! 1. Siapkan bahan-bahan berikut. a. Kertas b. Gunting c. Penggaris 2. Guntinglah kertas berbentuk lingkaran, buat 3 buah lingkaran. 3. Lipatlah kertas menjadi 2 bagian yang sama, 4 bagian yang sama, dan 6 bagian yang sama. 4. Garislah bekas lipatan pada setiap lingkaran tersebut. 5. Guntinglah lingkaran tersebut sesuai garis lipatan. 6. Tentukan nilai setiap bagian lingkaran yang telah dilipat tadi sesuai dengan nilai pecahan yang kamu ketahui. 7. Kemudian tempelkan kertas yang telah dipotong tersebut dalam kolom tugas yang telah disediakan guru.
8. Catatlah dalam kolom di bawah ini. No.
1.
2.
3.
Gambar
Nilai setiap bagaian yang telah dipotong In Indonesia
In English
Lembar Kerja Siswa (LKS) 3 Kelompok
:
Anggota
: 1. 2. 3. 4.
Jawablah soal berikut dengan tepat ! 1. What fraction of each figure is shaded? a. . \
+
= ……….
+
= ……….
+
= ……….
b.
c.
2. What fraction of each figure is shaded? a.
-
= ……….
b. -
= ……….
3. Ibu pergi ke pasar untuk membeli beras sebanyak
kg. Saat
perjalanan pulang ibu tersandung dan jatuh sehingga sebagian beras tumpah ke tanah. Beras yang tumpah sebanyak
kg. Berapakah sisa
beras yang ibu bawa pulang ke rumah? 4. Father would be made the frame from paper. He need paper, but he just have
m2 of
m2 of paper. How many paper is he need?
Uji Validitas Siklus I
No. Nama 1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q Jumlah r hitung r tabel (5 %, n-2) Status
X1 1 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 56 0.51368
X2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 3 61 0.74338
Nomor Butir Soal X3 X4 X5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 1 1 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 1 3 2 4 4 4 1 2 1 2 2 3 57 54 57 0.76242 0.63303 0.73267
X6 2 2 3 1 4 2 4 2 1 1 2 2 3 1 2 1 2 35 0.79438
X7 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 59 0.24206
Valid
Invalid
0.4821 Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Skor (Y) 20 26 27 19 28 21 28 25 19 20 22 26 27 13 26 14 18 379
Uji Validitas Siklus II No. Nama 1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q 18 R 19 S 20 T 21 U 22 V 23 W Jumlah r hitung r tabel (5 %, n-2) Status
Nomor Butir Soal X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 4 4 4 4 2 4 1 4 4 4 1 3 4 4 1 1 1 1 1 4 1 4 4 1 4 1 4 1 2 4 2 4 1 3 4 4 4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 1 4 4 4 4 1 2 2 4 1 4 4 1 4 1 4 4 4 4 1 1 2 1 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 2 1 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 4 1 4 1 1 1 4 4 1 4 2 1 4 4 4 1 4 2 1 4 4 4 1 1 1 4 1 4 4 1 1 1 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 4 1 1 2 4 1 87 89 39 72 43 76 65 0.46938 0.53586 0.57044 0.5774 0.50058 0.39515 0.73306 0.4132 Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Invalid
Valid
Skor (Y) 23 24 10 19 20 24 25 22 18 22 14 25 28 17 25 23 16 20 20 16 19 24 17 471
Uji Reliabilitas Siklus I
No. Nama 1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q Jumlah Si² ΣSi² St² r₁₁ Kriteria
Nomor Butir Soal Skor Total X1 X2 X3 X4 X5 X6 1 4 4 4 4 2 19 4 4 4 4 4 2 22 4 4 4 4 4 3 23 1 4 1 4 4 1 15 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 2 3 2 19 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 3 4 2 21 4 4 4 1 1 1 15 1 4 4 2 4 1 16 4 4 4 3 3 2 20 4 4 4 4 4 2 22 4 4 4 4 4 3 23 1 1 1 3 2 1 9 4 4 4 4 4 2 22 4 1 1 2 1 1 10 4 3 2 2 3 2 16 56 61 57 54 57 35 320 1.72059 1.00735 1.49265 1.02941 1.11765 0.93382 7.30147 21.5294 0.771 Tinggi
Uji Reliabilitas Siklus II
NO NAMA 1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q 18 R 19 S 20 T 21 U 22 V 23 W Jumlah Si² ΣSi² St² r₁₁ Kriteria
x₁ 4 4 1 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 87 0.5415 7.5415 15.5138 0.59953 Sedang
NOMOR BUTIR SOAL Skor Total x₂ x₃ x₄ x₅ x₇ 4 4 4 2 1 19 4 4 1 3 4 20 1 1 1 1 1 6 4 1 4 1 1 15 4 2 4 1 4 17 4 1 4 3 4 20 4 4 4 1 4 21 4 1 4 1 4 18 4 1 2 2 1 14 4 1 4 1 4 18 4 1 1 2 1 13 4 4 4 1 4 21 4 4 4 4 4 24 4 1 4 2 1 16 4 1 4 4 4 21 4 1 4 2 4 19 4 1 4 1 1 15 4 1 4 2 4 19 4 1 4 2 4 19 4 1 1 1 1 12 4 1 1 1 4 15 4 1 4 3 4 20 4 1 1 2 1 13 89 39 72 43 65 395 0.3913 1.58498 1.84585 0.93676 2.24111
Uji Taraf Kesukaran Siklus I
No. Nama
X1 1 A 1 2 B 4 3 C 4 4 D 1 5 E 4 6 F 4 7 G 4 8 H 4 9 I 4 10 J 1 11 K 4 12 L 4 13 M 4 14 N 1 15 O 4 16 P 4 17 Q 4 Jumlah 56 P 0.82353 Keterangan Mudah
X2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 3 61 0.89706 Mudah
Nomor Butir Soal X3 X4 X5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 1 1 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 1 3 2 4 4 4 1 2 1 2 2 3 57 54 57 0.83824 0.79412 0.83824 Mudah Mudah Mudah
X6 2 2 3 1 4 2 4 2 1 1 2 2 3 1 2 1 2 35 0.51471 Sedang
X7 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 59 0.8676 Mudah
Uji Taraf Kesukaran Siklus II
No.
Nama
1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q 18 R 19 S 20 T 21 U 22 V 23 W Jumlah P Keterangan
X1 4 4 1 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 87 0.94565 Mudah
X2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 89 0.96739 Mudah
Butir Soal (item) X3 X4 X5 4 4 2 4 1 3 1 1 1 1 4 1 2 4 1 1 4 3 4 4 1 1 4 1 1 2 2 1 4 1 1 1 2 4 4 1 4 4 4 1 4 2 1 4 4 1 4 2 1 4 1 1 4 2 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 4 3 1 1 2 39 72 43 0.42391 0.78261 0.46739 Sedang Mudah Sedang
X6 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 4 1 1 1 4 4 4 4 76 0.82609 Mudah
X7 1 4 1 1 4 4 4 4 1 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 1 65 0.70652 Mudah
Daya Beda Soal Siklus I
No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8
G E M C O L B H Σ
9 10 11 12 13 14 15 16 17
K F J A I D Q P N
Σ SA - SB DP Kriteria
1
2
4 4 4 4 4 4 4 4 32
4 4 4 4 4 4 4 4 32
Nomor Butir Soal 3 4 5 Kelompok Atas 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 32 31 32
6
7
4 4 3 3 2 2 2 2 22
4 4 4 4 4 4 4 4 32
Kelompok Bawah 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 2 3 2 2 1 4 4 2 4 1 4 1 4 4 4 4 2 1 4 4 4 1 1 1 4 1 4 1 4 4 1 4 4 3 2 2 3 2 2 4 1 1 2 1 1 4 1 1 1 3 2 1 4 24 29 25 23 25 13 27 8 3 7 8 7 9 5 0.23529 0.08824 0.20588 0.23529 0.20588 0.26471 0.14706 Cukup Jelek Cukup Cukup Cukup Cukup Jelek
Jumlah 28 28 27 27 26 26 26 25
22 21 20 20 19 19 18 14 13
Daya Beda Soal Siklus II
No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1
2
3
M O L G V F B P A J H
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
4 1 4 4 1 1 4 1 4 1 1 26
R S E U D I W N T Q K C
4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 1 43 1 0.02174
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 45 -1 -0.0217
Jelek
Jelek
Σ
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Σ SA - SB DP Kriteria
Nomor Butir Soal 4 5 Kelompok Atas 4 4 4 4 4 1 4 1 4 3 4 3 1 3 4 2 4 2 4 1 4 1 41 25
Kelompok Bawah 1 4 2 1 4 2 2 4 1 1 1 1 1 4 1 1 2 2 1 1 2 1 4 2 1 1 1 1 4 1 1 1 2 1 1 1 13 31 18 13 10 7 0.28261 0.21739 0.15217 Cukup
Cukup
Jelek
6
7
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 41
1 4 1 4 3 4 4 4 4 1 4 1 4 1 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 32 24 12 17 0.26087 0.36956522 Cukup Cukup Baik
Jumlah 28 25 25 25 24 24 24 23 23 22 22
20 20 20 19 19 18 17 17 16 16 14 10
Kisi-Kisi Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Siklus I Sekolah
: SD Al-Zahra Indonesia
Tahun Ajaran : 2013/2014
Mata Pelajaran
: Matematika
Jumlah Soal
: 7
Kelas
: III
Bentuk Soal
: Uraian
Standar Kompetensi : 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar : 3.1 3.2
Mengenal pecahan sederhana Membandingkan pecahan sederhana
No.
Kisi-kisi Soal
1.
Menunjukkan bentuk pecahan berdasarkan masalah
Tingkatan
Nomor
Kognitif
Soal
C3
1 dan 2
C3
3
C3
4
C3
5
C3
6
yang disajikan dalam Bahasa Indonesia. 2.
Menunjukkan bentuk pecahan berdasarkan masalah yang disajikan dalam Bahasa Inggris.
3.
Membandingkan nilai pecahan berdasarkan masalah yang disajikan dalam Bahasa Indonesia
4.
Membandingkan nilai pecahan berdasarkan masalah yang disajikan dalam Bahasa Inggris
5.
Menyajikan nilai pecahan berdasarkan urutan nilai berdasarkan permasalahan yang disajikan dalam Bahasa Indonesia
Kisi-Kisi Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Siklus II Sekolah
: SD Al-Zahra Indonesia
Tahun Ajaran : 2013/2014
Mata Pelajaran
: Matematika
Jumlah Soal
: 7
Kelas
: III
Bentuk Soal
: Uraian
Standar Kompetensi : 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar : 3.3 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana
No.
Kisi-kisi Soal
1.
Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan
Tingkatan
Nomor
Kognitif
Soal
C3
1 dan 2
C3
3 dan 4
C3
5
C3
6
penjumlahan pecahan dalam Bahasa Indonesia. 2.
Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pengurangan pecahan dalam Bahasa Indonesia.
3.
Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan dalam Bahasa Inggris.
4.
Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pengurangan pecahan dalam Bahasa Inggris.
Tes Akhir Siklus 1 Mata Pelajaran
: Matematika
Nama
:
Kelas
:
Hari, Tanggal
:
Jawablah soal berikut dengan tepat ! 1. Ibu memiliki memberikan
bagian kue keju yang berbentuk lingkaran. Kemudian ibu bagian kue keju kepada adik. Gambarkan kue keju yang
diberikan ibu kepada adik ! 2. Andi membeli kue ulang tahun berbentuk segi empat. Pada pesta ulang tahun Andi hanya mengundang 10 temannya untuk merayakan ulang tahunnya. Jika semua teman Andi datang, maka gambarkanlah bagian kue yang didapat setiap teman Andi yang datang ! 3. Today mother make a cake. She give my brother
of the whole cake. Draw
the cake’s mother of the whole cake is left ! 4. Budi mempunyai pita berwarna merah dengan dengan panjang
meter,
kemudian Budi membeli lagi sebuah pita berwarna biru dengan panjang meter. a) Gambarkanlah pita berwarna merah dan berwarna biru ! b) Pita manakah yang memiliki ukuran lebih panjang? 5. Here is
of a whole cake, then he get
of a whole cake. Draw of the whole
cake ! 6. Fira mempunyai penggaris dengan panjang penggaris dengan panjang
meter, Mila mempunyai
meter, dan Budi mempunyai penggaris dengan
panjang meter. a) Gambarkan panjang penggaris yang dimiliki Fira, Mila, dan Budi ! b) Urutkanlah panjang ketiga penggaris mulai dari yang terkecil !
Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus 1
No.
Jawaban
1.
2.
3.
4.
\
a).
b). pita merah lebih panjang dari pita biru
5.
6. a).
Penggaris Fira
Penggaris Mila
Penggaris Budi
b).
Urutan panjang penggaris mereka adalah penggaris Fira, penggaris Mila, dan penggaris Budi.
Kriteria Penilaian Kriteria
Skor
Cara penyelesaian benar dan hasil akhir benar
4
Cara penyelesaian benar dan hasil akhir salah
3
Cara penyelesaian salah dan hasil akhir benar
2
Cara penyelesaian salah dan hasil akhir salah
1
Tidak menjawab soal
0
Tes Akhir Siklus 2 Mata Pelajaran
: Matematika
Nama
:
Kelas
:
Hari, Tanggal :
Jawablah soal berikut dengan tepat ! 5. Ayah memiliki potong kue. Kemudian ayah mendapat kue dari paman sebanyak potong kue. Berapa kue yang dimiliki ayah sekarang?
6. Fani memiliki kertas karton sebanyak bagian untuk mengerjakan tugas sekolah. Ibu memberikan kertas karton lagi kepada Fani
bagian untuk digunakan mengerjakan
tugas sekolah. Berapa banyak bagian kertas yang dimiliki Fani?
7. Pada sebuah acara perpisahan sekolah pak guru membawa sebuah kue untuk dibagikan kepada 20 siswanya. Namun ada 2 siswa yang tidak masuk. Berapa bagian kue yang dibagikan kepada semua siswa yang masuk? 8. Untuk mengikat sebuah box Budi memerlukan tali dengan panjang Sedangkan Budi hanya memiliki tali dengan panjang
meter.
meter. Berapa meter tali yang
dibutuhkan Budi untuk mengikat sebuah box?
9. A strip of paper is divided into 10 equal parts. 2 parts are blue and 3 parts are red. What fraction of the red paper is and the blue paper?
10. Here is of a whole cake, Deny ate of the whole cake, and Fani ate of the whole cake. How many cake is left?
Good Luck
Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus 2
No.
Jawaban
1.
+ =
2.
+ =
3. 4.
-
=
- =
5.
Blue Red
6.
equal parts equal parts
- - =
Kriteria Penilaian Kriteria
Skor
Cara penyelesaian benar dan hasil akhir benar
4
Cara penyelesaian benar dan hasil akhir salah
3
Cara penyelesaian salah dan hasil akhir benar
2
Cara penyelesaian salah dan hasil akhir salah
1
Tidak menjawab soal
0
Pedoman Penilaian Observasi Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
No.
Aspek
Skor
Indikator Penilaian Terpenuhi semua indikator, jika:
3
1.
2. Sistematis 3. Fokus pada masalah yang dibahas
Cara mengemukakan pendapat
1. Jelas
2
Jika hanya terpenuhi 2 indikator dari 3 indikator yang disebutkan Jika hanya terpenuhi 1 indikator dari 3
1
indikator yang disebutkan atau tidak satupun indicator terpenuhi Terpenuhi semua indikator, jika:
3
2.
2. Percaya diri dalam bertanya 3. Fokus pada satu masalah
Cara mengajukan pertanyaan
1. Jelas
2
Jika hanya terpenuhi 2 indikator dari 3 indikator yang disebutkan Jika hanya terpenuhi 1 indikator dari 3
1
indikator yang disebutkan atau tidak satupun indicator terpenuhi Terpenuhi semua indikator, jika: 1. Tidak menyela pemberi pendapat sampai selesai mengemukakan
3.
Cara menghargai pendapat orang lain
3
pendapatnya 2. Tidak mengejek pemberi pendapat walaupun pendapatnya keliru 3. Memberi kesempatan yang sama pada siswa lain untuk memberika pendapat
2
Jika hanya terpenuhi 2 indikator dari 3 indikator yang disebutkan Jika hanya terpenuhi 1 indikator dari 3
1
indikator yang disebutkan atau tidak satupun indicator terpenuhi Terpenuhi semua indikator, jika: 1. Benar sesuai dengan konsep
3
2. Sistematis 3. Memperkuat jawaban dengan
4.
penyelesaian soal
Kualitas jawaban yang diberikan
2
Jika hanya terpenuhi 2 indikator dari 3 indikator yang disebutkan Jika hanya terpenuhi 1 indikator dari 3
1
indikator yang disebutkan atau tidak satupun indicator terpenuhi Terpenuhi semua indikator, jika:
3
5.
2. Tepat 3. Sesuai dengan masalah yang dibahas
Cara menarik kesimpulan
1. Jelas
2
Jika hanya terpenuhi 2 indikator dari 3 indikator yang disebutkan Jika hanya terpenuhi 1 indikator dari 3
1
indikator yang disebutkan atau tidak satupun indicator terpenuhi
Keterangan : Skor 3
: Baik
Skor 2
: Cukup
Skor 1
: Kurang
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan
No.
Aspek yang diukur
1
Cara mengemukakan pendapat
2
Cara mengajukan pertanyaan
3
Cara menghargai pendapat orang lain
4
Kualitas jawaban yang diberikan
5
Cara menarik kesimpulan
Keterangan : Skor 3
: Baik
Skor 2
: Cukup
Skor 1
: Kurang
Kel. 1 1
2
Kel. 2 3
1
2
Kel. 3 3
1
2
Kel. 4 3
1
2
Kel. 5 3
1
2
3
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Pertemuan 1 No.
Aspek yang diukur
1
Cara mengemukakan pendapat
2
Kel. 1 1
Cara mengajukan
Cara menghargai pendapat orang lain
4
√
2
1 √
√
√
4
2
6
Kel. 4 3
1
1
3
√
√
1
√
8
√ -
2
Keterangan : Skor 3
: Baik
Skor 2
: Cukup
Skor 1
: Kurang
Jakarta, 1 September 2014 Peneliti
Fitri Nurmala
3
√
√ 2
2
√
√
√ 3
3
√
√
-
2
Kel. 5
√
√
√ 3
2
√
√
kesimpulan
3
√
√
Cara menarik
2
Kel. 3
√
Kualitas jawaban
Jumlah
1
√
yang diberikan 5
3
√
pertanyaan 3
2
Kel. 2
Observer
Endang Lestari, S. Pd.
4
3
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Pertemuan 2 No.
Aspek yang diukur
1
Cara mengemukakan
Kel. 1 1
Cara mengajukan pertanyaan
3
√
Kualitas jawaban
Cara menarik kesimpulan Jumlah
1
2
3
1
2
Kel. 4 3
√
√
Cara menghargai
yang diberikan 5
1
Kel. 3
√
√
pendapat orang lain 4
3
√
pendapat 2
2
Kel. 2
1
3
1
√
√ √
2
Kel. 5
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
6
3
1
4
6
2
6
-
2
6
-
1
Keterangan : Skor 3
: Baik
Skor 2
: Cukup
Skor 1
: Kurang
Jakarta, 2 September 2014 Peneliti
Fitri Nurmala
3
√ √
√
2
Observer
Endang Lestari, S. Pd.
8
-
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Pertemuan 3 No.
Aspek yang diukur
1
Cara mengemukakan
Kel. 1 1
pendapat 2
Cara mengajukan pertanyaan
3
Cara menghargai
2 √
√
√
Kualitas jawaban
-
8
3
1
1
3
1
√
6
3
2
2
Kel. 5 3
√ √
√ 3
2
Kel. 4
√
√
√
kesimpulan
Kel. 3
√ √
Cara menarik
Jumlah
1
√
yang diberikan 5
3
√
pendapat orang lain 4
2
Kel. 2
√
√
√
√
√
√
√ -
1
: Baik
Skor 2
: Cukup
Skor 1
: Kurang
8
√ -
1
Jakarta, 3 September 2014 Peneliti
Fitri Nurmala
3
√
Keterangan : Skor 3
2
√
√
6
1
Observer
Endang Lestari, S. Pd.
6
3
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Pertemuan 4 No.
Aspek yang diukur
1
Cara mengemukakan
Kel. 1 1
Cara mengajukan pertanyaan
3
Cara menghargai pendapat orang lain
4
-
1
2
√
√
8
-
8
3
1
1
√ √ √
8
√ -
1
Keterangan : Skor 3
: Baik
Skor 2
: Cukup
Skor 1
: Kurang
Jakarta, 8 September 2014 Peneliti
Fitri Nurmala
3
√
√ 3
2
√
√ -
2
Kel. 5
√ √
√ 1
1
√
√
3
3
√
√
8
Kel. 4
√ √
√
kesimpulan
3
√
√
Cara menarik
2
√
Kualitas jawaban
Jumlah
1
Kel. 3
√
yang diberikan 5
3
√
pendapat 2
2
Kel. 2
Observer
Endang Lestari, S. Pd.
6
3
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Pertemuan 5 No.
Aspek yang diukur
1
Cara mengemukakan pendapat
2
Kel. 1 1
Cara mengajukan
Cara menghargai
Kualitas jawaban yang diberikan
5
Cara menarik
2
-
6
Kel. 3 3
3
1
2 √
√
√
√
√
√
√ √ -
2 √
√
6
1
Kel. 4
√
√
kesimpulan Jumlah
1
√
pendapat orang lain 4
3
√
pertanyaan 3
2
Kel. 2
4
6
√
-
Kel. 5 3
1
√
√
√
√
√
√
√
√
√
8
3
-
10
: Baik
Skor 2
: Cukup
Skor 1
: Kurang
-
-
Jakarta, 10 September 2014 Peneliti
Fitri Nurmala
3
√
Keterangan : Skor 3
2
Observer
Endang Lestari, S. Pd.
8
3
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Pertemuan 6 No.
Aspek yang diukur
1
Cara mengemukakan
Kel. 1 1
Cara mengajukan pertanyaan
3
Cara menghargai pendapat orang lain
4
Kualitas jawaban yang diberikan
5
Cara menarik
1
2
-
4
Kel. 3 3
1
2
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
kesimpulan Jumlah
3
√
pendapat 2
2
Kel. 2
-
8
3
1
2
3
6
3
1
√
6
√ √
√
√ -
6
: Baik
Skor 2
: Cukup
Skor 1
: Kurang
√ 6
1
Jakarta, 14 September 2014 Peneliti
Fitri Nurmala
3
√
Keterangan : Skor 3
2 √
√
√ -
Kel. 5
√
√ √
9
Kel. 4
Observer
Endang Lestari, S. Pd.
4
6
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Pertemuan 7 No.
Aspek yang diukur
1
Cara mengemukakan
Kel. 1 1
Cara mengajukan pertanyaan
3
Cara menghargai pendapat orang lain
4
Kualitas jawaban
Cara menarik
2
-
4
Kel. 3 3
1
√ √
√
√
√
1
4
6
2
1
√
√ √
-
6
√
6
√ 1
Keterangan : Skor 3
: Baik
Skor 2
: Cukup
Skor 1
: Kurang
Jakarta, 15 September 2014 Peneliti
Fitri Nurmala
3
√
√ 3
2
√
√ 6
3
√
√
1
Kel. 5
√
√ √
1
3
√
√ 9
2
Kel. 4
√
√
kesimpulan Jumlah
1
√
yang diberikan 5
3
√
pendapat 2
2
Kel. 2
Observer
Endang Lestari, S. Pd.
6
3
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Siklus I Kelompok 1 Pertemuan KeNo.
Aspek yang diukur
1 1
1
2
3
4 5
Cara mengemukakan
Cara mengajukan
1
2
Cara menghargai pendapat
3
1
9
6
∑ ∑
3
-
10
x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi: 1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 % 2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 % 3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 % 4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 % - 100% Skor rata-rata =
x 100 % = 68,33 %
3
1
2
√
√
√
√
√
√
8 11
3
√
√
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok: Skor rata-rata =
4
√
√
√ 4
2
√
√
diberikan
Total
1
√
Kualitas jawaban yang
2
3
√
√
Cara menarik kesimpulan
3
√ √
pertanyaan
Jumlah
3
√
pendapat
orang lain
2
2
√ 3
-
8 11
3
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Siklus I Kelompok 2 Pertemuan KeNo.
Aspek yang diukur
1 1
1
2
3
4 5
Cara mengemukakan
3
1
2
Cara mengajukan
Cara menghargai pendapat
Kualitas jawaban yang diberikan Cara menarik kesimpulan 2
Total
√
√
√ -
1
8
∑ ∑
4 11
x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi: 1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 % 2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 % 3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 % 4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 % Skor rata-rata =
x 100 % = 63,33 %
3
1
6
3
√ √ √
√
√ 1
2
√
√
√
6
2 √
√
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok: Skor rata-rata =
1
4
√
√
orang lain
3
√
√
pertanyaan
3
√
√
pendapat
Jumlah
2
2
6 3 10
√ 1
8 9
-
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Siklus I Kelompok 3 Pertemuan KeNo.
Aspek yang diukur
1 1
1
2
3
4 5
Cara mengemukakan pendapat Cara mengajukan pertanyaan
2
1 √
√
√
Kualitas jawaban yang
√
diberikan √ 3
Total
2
2
∑ ∑
3
2
8
2
3
1
√
√
√
8
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 % 2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 % 3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 % 4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 %
-
2
3
√
√ √
6
2 √
√
x 100 %
x 100 % = 58,33 %
1
√
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
Skor rata-rata =
3
4
√
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok: Skor rata-rata =
3
√
√
orang lain
Jumlah
3
√
Cara menghargai pendapat
Cara menarik kesimpulan
2
6 8
√ √ -
-
8 11
3
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Siklus I Kelompok 4 Pertemuan KeNo.
Aspek yang diukur
1 1
1
2
3
4 5
Cara mengemukakan
3
Cara mengajukan
1
Cara menghargai pendapat
Kualitas jawaban yang diberikan Cara menarik kesimpulan 1
Total
∑ ∑
1
2
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
8
-
2
6 8
x 100 %
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 % 2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 % 3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 % 4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 %
-
1
3
√
√
9
x 100 % = 58,33 %
3
√
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
Skor rata-rata =
2
4
√
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok: Skor rata-rata =
1
√
√
orang lain
3
√
√
pertanyaan
2
3
√
√
pendapat
Jumlah
2
2
8 9
-
1
8 9
-
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Siklus I Kelompok 5 Pertemuan KeNo.
Aspek yang diukur
1 1
1
2
3
4 5
Cara mengemukakan pendapat Cara mengajukan pertanyaan
2
3
1
2
√
√
√
√
Cara menghargai pendapat
Kualitas jawaban yang
2
Total
4
3
∑ ∑
1
9
8 9
x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi: 1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 % 2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 % 3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 % 4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 % Skor rata-rata =
x 100 % = 63,33 %
2
4 3
1
√
2
√
√ √ √
√
√ -
1
3
√
√
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok: Skor rata-rata =
1
√
√
Cara menarik kesimpulan
3
√
√
diberikan
3
√
√
orang lain
Jumlah
2
6 10
√ 3
1
6 10
3
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Siklus II Kelompok 1 Pertemuan KeNo.
Aspek yang diukur
5 1
1
Cara mengemukakan pendapat
2
Cara mengajukan pertanyaan
3
4 5
2
6 3
1
√ √
orang lain Kualitas jawaban yang diberikan
1
Total
4
∑ ∑
√
√
√
√
√
√
√ 6
-
11
x 100 %
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 % 2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 % 3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 % 4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 % x 100 % = 82,22 %
3
√
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
Skor rata-rata =
2
√
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok: Skor rata-rata =
1
√
√
Cara menarik kesimpulan
3
√
Cara menghargai pendapat
Jumlah
2
7
4 13
√ 9
-
4 13
9
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Siklus II Kelompok 2 Pertemuan KeNo.
Aspek yang diukur
5 1
2
6 3
1
2
7 3
1
2
1
Cara mengemukakan pendapat
√
√
2
Cara mengajukan pertanyaan
√
√
√
√
√
√
√
√
3
4 5
Cara menghargai pendapat orang lain Kualitas jawaban yang diberikan
√
Cara menarik kesimpulan Jumlah
-
Total
4
9
13
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok: Skor rata-rata =
∑ ∑
x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi: 1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 % 2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 % 3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 % 4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 % Skor rata-rata =
x 100 % = 77,78 %
√
√ √
-
8 11
3
3
√ 1
4 11
6
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Siklus II Kelompok 3 Pertemuan KeNo.
Aspek yang diukur
5 1
2
6 3
1
2
1
Cara mengemukakan pendapat
√
√
2
Cara mengajukan pertanyaan
√
√
3
4 5
Cara menghargai pendapat
√
orang lain Kualitas jawaban yang diberikan Cara menarik kesimpulan Jumlah
-
Total
∑ ∑
√ -
11
x 100 %
1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 % 2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 % 3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 % 4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 % x 100 % = 73,33 %
6 12
3
√
√ 3
2
√
√
8
1
√
√
Kriteria rata-rata hasil skor observasi:
Skor rata-rata =
3
√
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok: Skor rata-rata =
7
6
√ √ 1
6 10
3
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Siklus II Kelompok 4 Pertemuan KeNo.
Aspek yang diukur
5 1
2
1
Cara mengemukakan pendapat
√
2
Cara mengajukan pertanyaan
√
3
4 5
Cara menghargai pendapat
6 3
1
Kualitas jawaban yang
Jumlah
-
Total
10
∑ ∑
-
10
x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi: 1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 % 2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 % 3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 % 4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 % Skor rata-rata =
x 100 % = 75,56 %
√ √
√ -
6 12
3
√
√
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok: Skor rata-rata =
2 √
√
√
Cara menarik kesimpulan
1
√
√
diberikan
3
√
√
orang lain
2
7
√ 6
-
6 12
6
Hasil Skor Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Konsep Bilangan Pecahan Siklus II Kelompok 5 Pertemuan KeNo.
Aspek yang diukur
5 1
1
Cara mengemukakan pendapat
2
Cara mengajukan pertanyaan
3
4 5
2
6 3
1
√
orang lain Kualitas jawaban yang diberikan
Jumlah
-
√
√
Total
11
Keterangan perhitungan skor rata-rata tiap kelompok: Skor rata-rata =
∑ ∑
x 100 %
Kriteria rata-rata hasil skor observasi: 1. Dikatakan kurang, apabila skor rata-rata < 25 % 2. Dikatakan cukup, apabila skor rata-rata 26 % – 50 % 3. Dikatakan baik, apabila skor rata-rata 51 % - 75 % 4. Dikatakan sangat baik, apabila skor rata-rata > 76 % Skor rata-rata =
x 100 % = 71,11 %
√ √
√ 1
3
√ √
3
2
√
√
8
1
√
√
Cara menarik kesimpulan
3
√ √
Cara menghargai pendapat
2
7
4 11
√ 6
1
6 10
3
Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V Rata-rata Prosentase Ketuntasan
Nilai 70.8 58 70.8 54 83.3 66.7 66.7 87.5 75 62.5 58 83.3 50 62.5 83 87.5 75 70.8 62.5 71 83.3 54 69.8273
Ketercapaian KKM Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 10 54,54 %
Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V Rata-rata Prosentase Ketuntasan
Nilai 91.6 70.8 91.6 62.5 87.5 87.5 79.2 87.5 91.6 79.2 83.3 100 79.2 58.3 75 100 50 66.7 87.5 95.8 91.6 83.3 81.8045
Ketercapaian KKM Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 18 4 81,81 %
BIOGRAFI PENULIS Fitri Nurmala, lahir di Tegal, 7 November 1992. Anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Casmad dan Ibu Suela. Penulis beralamat di Jl. Jagakarsa Raya, Gg. Aren, RT 004/02 No. 49 F, Kelurahan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN Ketanggungan 01 (19982004), Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Dukuhturi (2004-2007), dan Sekolah Menengah Atas di SMKN 1 Dukuhturi (2007-2010), dan melanjutkan S1 tahun 2010 pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegururan (FITK) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi penulis ialah “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika
Pokok
Bahasan
Bilangan
Pecahan
Melalui
Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang”.