MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA SD
Disusun Oleh: FATKHUL ARIFIN 106017000518
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H/2011 M
ABSTRAK
FATKHUL ARIFIN (106017000518), “Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Pecahan Melalui Pendekatan PAIKEM pada Siswa SD”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan PAIKEM. Penelitian dilakukan di MI AlMursyidiyah Pamulang kelas V pada tahun akademik 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen yang digunakan adalah instrumen non tes dan tes. Instrumen non tes berupa lembar observasi yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan instrumen tes berupa tes essay yang digunakan untuk mengukur hasil dan ketuntasan belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan suatu peningkatan aktivitas dan hasil belajar dari siklus satu ke siklus dua, baik dari segi aktivitas maupun hasil belajar matematika siswa. Data tentang keaktifan siswa pada siklus I sebesar 62,14%, pada siklus II meningkat menjadi 76,62%. Data tentang hasil belajar matematika siswa pada siklus I, nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 68,41 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 68,97%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa meningkat menjadi 76,03 dengan ketuntasan belajar mencapai 79,31%. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa penerapan pendekatan PAIKEM dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan pecahan.
i
ABSTRACT
FATKHUL ARIFIN (106017000518), “Improving Students’ Activity in Learning Mathematics on Fraction Through PAIKEM Approach at Fifth Grade of Elementary students. A “skripsi” of Mathematics Education Department, Faculty of Tarbiya and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. The purpose of this study was to assess the activity of students in learning mathematics through PAIKEM approach. The study was conducted in MI AlMursyidiyah Pamulang fifth grade in the academic year 2010/2011. The instrument used is a non-test and test instruments. Non-testing instruments used in the form of observation sheet to see the activities of students in the learning process. While the test instruments used in the form of an essay test to measure student learning outcomes and exhaustiveness. The results showed that activities of learning out come in mathematics has increase from cycle I to cycle II. The data student activity on the first cycle of 62.14%, on the second cycle increased to 76.62%. The data on students' mathematics learning outcomes in the first cycle, average value obtained at 68.41 with student learning completeness of 68.97%. In cycle II, the average value of students' mathematics learning outcomes increased to 76.03 with 79.31% achieving mastery learning. Conclusion of the study is that implementation PAIKEM approach in the learning process can enhance the students’ activity and mathematics learning outcomes on the subject of fractions.
ii
KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat serta rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sampai selesai. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita ke peradaban yang lebih baik dan juga telah membukakan mata kita semua untuk mengikuti jalan yang lurus sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT. Tersusunya skripsi ini bukan hal mudah bagi penulis, banyak sekali cobaan dan rintangan yang penulis hadapi. Di awal penyusunan skripsi penulis dipertemukan dengan cobaan yang begitu berat, seorang ibu yang selalu memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis pergi untuk selamanya meninggalkan kenangan dan harapan buat penulis. Sehingga penyusunan skripsi sempat tertunda selama beberapa bulan. Berkat nasihat, dorogan dan motivasi dari keluarga, orang terdekat dan kawan-kawan untuk penulis supaya tidak larut dalam kesedihan, akhirnya penulis bisa melanjutkan penyusunan skripsi. Oleh karena itu sudah merupakan satu keharusan dan kewajiban bagi penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Gelar Dwi Rahayu, M.Pd, Dosen pembimbing akademik Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Dr. Kadir, M.Pd, Dosen pembimbing I yang telah banyak memotivasi serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
iii
6. Ibu Mukhlisrarini, M.Pd (Alm), Dosen pembimbing II serta dosen pembimbing skripsi yang begitu sabar dan telaten membantu penulis dari awal pengajuan hingga awal penyusunan skripsi ini. Semoga beliau tenang disisi Allah SWT. 7. Bapak Jaenudin, M.Si, Dosen pembimbing II yang telah membimbing dengan sabar dan meluangkan waktunya membantu penulis menyelesaikan skripsi. 8. Seluruh civitas akademik Jurusan Pendidikan Matematika serta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Kepala Sekolah MI Al-Mursyidyiah Pamulang Ibu Hj. Murdiah Hayati, M.A, yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. Ibu Hj. Umi Kalsum, S.Pd dan siswa-siswi MI Al-Mursyidyiah yang senantiasa bersikap kooperatif selama penulis melakukan penelitian. Seluruh staff dan guru MI Al-Mursyidyiah yang telah menerima penulis dengan baik selama melakukan penelitian. 10. Ayahanda tercinta H. Syakuri yang selalu berharap penulis untuk segera lulus dan Ibunda Hj. Khodijah (Alm) yang selalu memotivasi dan menanyakan kapan penulis lulus, penulis hanya bisa berucap maaf kepada ibunda, penulis belum bisa memberikan apapun kepada ibunda tersayang. Kakak-kakaku tersayang Waqi’ah & Muhidin, Qurrotul’aini & Jaharih, Fauzan & Umi Kulsum, Anisah & Qastolani, Mahfudah & Saiful Bahri serta Nyai (Hj. Yanah) yang selalu memberikan bimbingan, motivasi baik moril maupun materiil, serta keponakan-keponakanku tercinta Faiz, Upep, Riva, Aghni, Helma, Bilqis dan Nazla, dengan adanya kalian penulis selalu termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Neng Ika Eryanti yang tidak pernah bosan untuk mendampingi, mengiringi, memotivasi, sekaligus memberikan support kepada penulis sehingga penulis senantiasa terus bersemangat dan mendapat inspirasi serta kekuatan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 12. Sahabat serta kawan-kawanku terutama Diding Mahpudin dan Indra Bagea sebagai mitra aktivis setia di intra maupun ekstra kampus. Kawan-kawan HMI Komisariat Tarbiyah dan BEMJ-Pendidikan Matematika karena dari
iv
merekalah penulis banyak belajar ilmu yang tidak didapatkan dalam perkuliahan. 13. Kawan-kawan Pendidikan Matematika angkatan 2006 khususnya kelas A, yang memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini. 14. Semua sahabat, rekan-rekan serta semua pihak yang ikut berkontribusi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang banyak membantu penulis hingga diselesaikannya penulisan skripsi ini. Bersykur dan ikhlas merupakan ungkapan penulis atas terselesaikannya penulisan skripsi ini, meskipun penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan yang perlu diperbaiki. Penulis hanya bisa berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang sepadan dengan jasa dan bantuan yang telah mereka berikan. Yakinkan diri dengan doa, maksimalkan karya dengan usaha, pastikan sampai pada cita-cita, Yakin Usaha Sampai. Mudah-mudahan karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan.
Jakarta, 30 Mei 2011 Penulis
Fatkhul Arifin
v
DAFTAR ISI ABSTRAK...................................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................................. ii KATA PENGANTAR .................................................................................. iii DAFTAR ISI .................................................................................................vi DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .....................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x BAB I.
PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1 B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ..................................... 4 C. Pembatasan Fokus Penelitian ................................................... 5 D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................. 6 E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB II.
LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN .................................................. 8 A. Landasan Teoritis .................................................................... 8 1. Hakikat Matematika ........................................................... 8 2. Pembelajaran Matematika .................................................. 9 3. Aktivitas Belajar Matematika ........................................... 10 a. Pengertian Aktivitas Belajar Matematika .................... 10 b. Prinsip Aktivitas ......................................................... 13 c. Klasifikasi Aktivitas Belajar ....................................... 15 4. Bilangan Pecahan ............................................................. 16 a. Pengertian Pecahan .................................................... 16 b. Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan ...................... 17 5. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan .. 24 a. Pengertian PAIKEM .................................................. 24 b. Unsur-Unsur PAIKEM ............................................... 26 vi
c. Karakteristik PAIKEM ............................................... 30 d. Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAIKEM ............................................ 31 e. Desain Pembelajaran Aktif Inovatfi Kreatif Dan Menyenangkan .......................................................... 34 B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 36 C. Kerangka Konseptual Intervensi Tindakan ............................. 37 D. Hipotesis Tindakan ................................................................ 39 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 40 A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 40 B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ................................ 40 C. Subjek Penelitian ................................................................... 42 D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ............................ 42 E. Tahapan Intervensi Tindakan ................................................. 43 F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan .......................... 45 G. Data dan Cara Pengumpulan Data .......................................... 45 H. Instrumen Penelitian .............................................................. 46 I. Teknik Analisis Data ............................................................. 46 J. Pengembangan Perencanaan Tindakan ................................... 50 BAB IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 51 A. Hasil Penelitian ...................................................................... 51 1.
Pelaksanaan Penelitian Siklus I........................................ 51
2.
Pelaksanaan Penelitian Siklus II ...................................... 63
B. Pembahasan ........................................................................... 73
BAB V.
1.
Deskripsi Data ................................................................. 73
2.
Pembahasan Hasil Temuan .............................................. 80
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 82 A. Kesimpulan............................................................................ 82 B. Saran ..................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Contoh Kegiatan Pembelajaran dan Kemampuan Guru Dalam Desain PAIKEM ......................................................................... 35
Tabel 2.
Scedule Penelitian........................................................................ 40
Tabel 3.
Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran Butir Soal..................... 49
Tabel 4.
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ....................... 50
Tabel 5.
Rekapitulasi dan Rata-rata Persentase Keaktifan Siswa Pada Siklus I ....................................................................................... 59
Tabel 6.
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ............................................... 62
Tabel 7.
Rekapitulasi dan Rata-rata Persentase Keaktifan Siswa Pada Siklus II ...................................................................................... 69
Tabel 8.
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II .............................................. 72
Tabel 9.
Persentase Rata-rata Keaktifan Siswa.......................................... 73
Tabel 10. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan II ..................................... 76
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas ................................... 43 Gambar 2. Salah satu hasil kerja siswa ...................................................... 52 Gambar 3 Aktivitas Siswa Melakukan Kegiatan Sesuai Dengan LKS....... 53 Gambar 4. Aktivitas Siswa Mengerjakan Soal di Papan Tulis.................... 55 Gambar 5. Aktivitas
Siswa
Mendengarkan/Memperhatikan
Pendapat
Orang Lain .............................................................................. 56 Gambar 6. Aktivitas Diskusi Dengan Teman Dalam Menyelesaikan Permasalahan Real ................................................................... 57 Gambar 7. Aktivitas Membuat Catatan/Ringkasan Materi ......................... 65 Gambar 8. Aktivitas Siswa Mengerjakan Soal di Papan Tulis.................... 66 Gambar 9. Aktivitas Siswa Mengerjakan Latihan Soal .............................. 67 Gambar 10.Aktivitas Siswa Membuat Ringkasan Materi............................ 68 Gambar 11.Grafik
Persentase
Rata-rata
Aktivitas
Siswa
Dalam
Pembelajaran Matematika ........................................................ 74 Gambar 12.Grafik Hasil Belajar Maematika Siswa .................................... 76
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 86
Lampiran 2.
Kisi-kisi instrumen tes siklus I.................................................. 111
Lampiran 3.
Kisi-kisi instrumen tes siklus II ................................................ 112
Lampiran 4.
Instrumen tes uji coba siklus I .................................................. 113
Lampiran 5.
Instrumen tes uji coba siklus II ................................................. 114
Lampiran 6.
Instrumen tes siklus I................................................................ 115
Lampiran 7.
Instrumen tes siklus II .............................................................. 118
Lampiran 8.
Lembar tugas siswa .................................................................. 121
Lampiran 9.
Lembar kerja siswa .................................................................. 129
Lampiran 10. Validitas instrumen tes siklus I ................................................. 141 Lampiran 11. Reliabilitas instrumen tes siklus I ............................................. 144 Lampiran 12. Taraf kesukaran butir soal instrumen tes siklus I....................... 146 Lampiran 13. Daya pembeda butir soal instrumen tes siklus I ........................ 148 Lampiran 14. Hasil perhitungan uji soal siklus I ............................................. 150 Lampiran 15. Validitas instrumen tes siklus II................................................ 151 Lampiran 16. Reliabilitas instrumen tes siklus II ............................................ 154 Lampiran 17. Taraf kesukaran butir soal instrumen tes siklus II ..................... 156 Lampiran 18. Daya pembeda butir soal instrumen tes siklus I ........................ 158 Lampiran 19. Hasil perhitungan uji soal siklus I ............................................. 160 Lampiran 20. Kisi-kisi observasi aktivitas belajar matematika siswa .............. 161 Lampiran 21. Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa ............... 162 Lampiran 22. Lembar wawancara tanggapan guru terhadap pendekatan PAIKEM .................................................................................. 163 Lampiran 23. Lembar catatan lapangan .......................................................... 166 Lampiran 24. Hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I ....... 167 Lampiran 25. Hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran siklus II ...... 168 Lampiran 26. Hasil belajar matematika siswa pada siklus I ............................ 169 Lampiran 27. Hasil belajar matematika siswa pada siklus II ........................... 170
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini akan dapat membawa dampak yang positif pada masyarakat Indonesia berupa usaha untuk selalu meningkatkan diri agar tidak ketinggalan pada bidang pendidikan. Masalah-masalah pendidikan yang sangat mendesak dan menuntut prioritas untuk segera ditanggulangi antara lain: pemerataan pendidikan, relevansi pendidikan, dan mutu pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional, fungsi dan tujuan pendidikan telah ditentukan dalam UU RI Bab II pasal 3 dan 4 tahun 2003 sebagai berikut: “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”1 Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk pengembangannya. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan terus dilaksanakan, berbagai usaha diupayakan agar
tercipta
pendidikan
yang
benar-benar
berkualitas
tinggi
dengan
metode-metode tertentu sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan merupakan proses bertahap dan berkesinambungan sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama. Tahapan demi tahapan dalam menguasai materi yang ada menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dasar, pengetahuan menengah dan pengetahuan tingkat tinggi sehingga peserta didik dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang diterimanya.
1
Undang-undang RI Bab II pasal 3 dan 4, Jakarta: Rineka Cipta h.31
1
2
Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi manusia, maka pendidikan itu berkembang semakin maju hingga sekarang, yang kemudian pendidikan tersebut dibuat lembaga pendidikan secara formal sebagai sarana untuk belajar mengajar. Terdapat pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan yang akan diajarkan, mata pelajaran adalah salah satu media dalam pencapaian pengetahuan kepada peserta didik. Diantaranya mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, dan IPA. Guru merupakan unsur penting dalam sebuah sistem pendidikan. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa memandang guru mereka. Guru yang memberi perhatian, hangat dan supportif (memberi semangat) diyakini bisa memberi motivasi belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi siswa. Hal ini dapat dilihat dengan adanya bahan pembelajaran yang sulit akan terasa mudah oleh siswa dengan bantuan guru. Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar mengajar sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut akan mengoptimalkan tujuan yang telah dirumuskan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu pokok permasalahan yang sesegera mungkin dicari solusinya. Permasalahan tersebut di antaranya adalah: rendahnya aktivitas siwa terhadap pembelajaran matematika dan kurangnya inovasi pembelajaran di kelas oleh guru. Salah satu pemecahan masalah tersebut adalah pemanfaatan penelitian pendidikan. Penelitian pendidikan yang dimaksud adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Suatu proses belajar yang aktif ditandai dengan adanya keterlibatan siswa secara komprehensif baik fisik, mental, maupun emosional. Pembelajaran matematika memerlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat optimal, yang akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar. Pengelolaan ini dapat dilakukan dengan melakukan variasi pendekatan dalam mengajar yang disesuaikan dengan sub pokok bahasan yang sedang diberikan.
3
Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peranan penting dalam memajukan daya pikir manusia. Karena itulah matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan pada perguruan tinggi. Akan tetapi pada kenyataannya, khususnya di kalangan para pelajar sekolah dasar, matematika masih merupakan mata pelajaran yang kurang disenangi. Banyak siswa beranggapan matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan sulit untuk dipahami secara baik, apalagi untuk memperoleh hasil yang maksimal. Salah satu sebab utama dari kesulitan memahami matematika, karena sifatnya yang abstrak. Hal ini sangat kontras dengan alam pikiran siswa sekolah dasar yang terbiasa berpikir tentang objek-objek yang konkrit. Bahasa matematika adalaha bahasa pelambang, karena sifatnya yang abstrak inilah sebagian besar siswa menganggap matematika tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Pada umumnya siswa SD memiliki kemampuan berhitung yang masih tergolong rendah, termasuk dalam hal itu kemampuan berhitung dalam pecahan. Hal tersebut disebabkan oleh proses belajar mengajar pelajaran matematika yang cenderung siswa mendengarkan informasi dari guru, bahkan banyak di antara siswa melakukan aktifitas di luar pelajaran matematika seperti mencoret-coret buku, mengganggu temannya dan sebagainya. Matematika seringkali dimulai dari hal-hal yang abstrak sehingga sulit diterima dan dipahami oleh siswa, termasuk di dalamnya pada sub pokok bahasan pengerjaan operasi hitung pecahan. Faktor lain, karena banyak guru yang enggan menggunakan alat peraga dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru enggan menciptakan alat peraga sendiri sebagai penunjang keberhasilan di dalam menyampaikan materi pelajaran. Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika terutama yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas belajar matematika
siswa
pada
materi
pecahan,
maka
upaya
inovatif
untuk
menanggulanginya perlu segera dilakukan. Salah satu alternatif solusi yang mungkin
dapat
menyelesaikan
permasalahan
tersebut
adalah
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pendekatan PAIKEM.
dengan
4
Pendekatan PAIKEM adalah pembelajaran yang menggunakan berbagai metode secara bervariasi, menggunakan berbagai media dan alat bantu pembelajaran. Pendekatan PAIKEM berisi berbagai kegiatan seperti merangkum bacaan, merancang sesuatu, membuat laporan dan sebagainya. Di dalam pendekatan PAIKEM, individu harus selalu diperhatikan oleh guru, dan guru harus bersikap ramah sehingga siswa tidak merasa takut. Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai dengan kemampuan siswa dan dalam setiap pembelajaran siswa diberi tugas serta hasilnya dipajang di papan informasi ataupun papan tulis sehingga dapat membangkitkan motivasi untuk berprestasi. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas belajar pecahan melalui pendekaan pembelajaran PAIKEM. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Pecahan Melalui Pendekatan PAIKEM Pada Siswa SD “.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian Area dalam penelitian tindakan ini adalah siswa kelas V MI AlMursyidiah Pamulang pada tahun ajaran 2010/2011. Fokus penelitian ini berkenaan dengan keaktifan siswa pada saat pembelajaran matematika. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Metode yang umum digunakan dalam pembelajaran matematika adalah metode konvensional.
2.
Siswa hanya cenderung mendengarkan informasi dari guru dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran.
3.
Faktor lain, banyak guru yang enggan menggunakan alat peraga dalam menyampaikan materi pelajaran matematika serta variasi pengajaran.
5
C. Pembatasan Fokus Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah dan permasalahan yang akan dibahas tidak menyimpang terlalu jauh, maka penelitian ini dibatasi pada penerapan pendekatan PAIKEM untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Untuk lebih jelasnya mengenai pembatasan masalah berikut uraiannya: 1.
Pendekatan PAIKEM Pendekatan PAIKEM adalah pembelajaran menggunakan berbagai metode secara bervariasi, menggunakan berbagai media dan alat bantu pembelajaran. Pendekatan PAIKEM berisi berbagai kegiatan seperti merangkum bacaan, merancang sesuatu, membuat laporan dan sebagainya. Dalam pendekatan PAIKEM, individu harus selalu diperhatikan oleh guru, dan guru harus bersikap ramah sehingga siswa tidak merasa takut. Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai dengan kemampuan siswa dan setiap selesai pembelajaran siswa diberi tugas serta hasilnya dipajang di papan informasi sehingga dapat membangkitkan motivasi untuk berprestasi.
2.
Aktivitas Siswa Aktivitas siswa yang dimaksud adalah semua kegiatan siswa yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani selama proses belajar mengajar berlangsung. Keaktifan siswa yang diamati adalah aktivitas siswa yang dapat terlihat jelas atau aktivitas fisik. Indikator keaktifan siswa yang diamati adalah bertanya, menanggapi jawaban, mengajukan pendapat, tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan menghargai pendapat orang lain.
3.
Materi yang disajikan Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah pecahan (penjumlahan dan pengurangan pecahan, pembagian dan perkalian pecahan, membandingkan dua pecahan, perbandingan dan skala, mengubah pecahan menjadi bentuk persen serta desimal, dan menentukan persentase dari jumlah benda).
6
D. Perumusan Masalah Penelitian Secara operasional, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM?
2.
Apakah pendekatan PAIKEM dapat meningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan?
3.
Apakah pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan pecahan?
E. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperoleh alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika pada pokok bahasan pecahan melalui pendekatan PAIKEM. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PAIKEM
2.
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahsan pecahan setelah penerapan pendekatan PAIKEM.
3.
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematika pada pokok bahasan pecahan setelah penerapan pendekatan PAIKEM.
F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini di antaranya adalah: 1.
Manfaat bagi siswa dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dapat memacu potensi siswa agar lebih meningkatkan aktivitas belajar matematika.
2.
Manfaat bagi guru adalah dapat mereformasi proses pembelajaran yang selama ini masih menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang masih konvensional menjadi proses yang menyenangkan dan menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif.
7
3.
Manfaat bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah, dengan adanya informasi yang diperoleh dari penelitian ini, dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah khususnya dalam pembelajaran matematika.
4.
Manfaat bagi penulis dari hasil penelitian ini adalah penulis dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan sumbangan terhadap khazanah ilmu pengetahuan.
BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teoritis 1.
Hakikat Matematika Dalam dunia pendidikan banyak orang yang mempertukarkan antara
matematika dengan aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada aritmatika. Aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar maupun siswa yang berkesulitan belajar.1 Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Prancis), matemticeski (Rusia), atau mathematik (Belanda), berasal dari bahasa latin “mathematica yang diambil dari bahasa Yunani mathematike yang berhubungan erat dengan sebuah kata yang mengandung arti belajar (berpikir)”2. Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia, “matematika berarti ilmu bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”3. Sehingga matematika seringkali dilukiskan sebagai suatu kumpulan sistem matematika yang setiap sistemnya memiliki struktur tersendiri dan bersifat deduktif. Penalaran deduktif bekerja atas dasar asumsi, yaitu kebenaran logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga keterkaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. James & James seperti dikutip Suherman mengungkapkan bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lain dengan jumlah yang 1
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.251-252. 2 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bandung: IMSTEP UPI, 2003),h.15 3 Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: balai Pustaka, 2002), h.723
8
9
banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri”4. Konsep-konsep matematika tersusun secara sederhana sampai konsep yang paling kompleks. Selanjutnya beberapa ahli juga berpendapat tentang definisi matematika, diantaranya yaitu: 1) Menurut Jhonson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya mengekspresikan hubungan-hubungan kualitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. 2) Menurut Kline, matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. 3) Menurut Reys, matematika merupakan telaah tentang pola hubungan, sesuatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. 4) Menurut Lerner matematika selain sebagai bahasa simbolis juga sebagai bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mangenai elemen dan kuantitas.5 Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Logika adalah masa bayi dari matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika.6 Dengan demikian, matematika selalu berkembang seiring dengan kemampuan logika manusia.
2.
Pembelajaran Matematika Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu yaitu
matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu soasial dan linguistik. Didasarkan pada pandangan konstruktivisme, hakikat matematika yakni anak yang belajar matematika dihadapkan pada masalah tententu berdasarkan konstruksi pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar dan anak berusaha. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Namun demikian, dalam pembelajaran pemahaman konsep sering 4
Erman Suherman, Strategi…, h.15 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.252-253 6 Erman Suherman, Strategi…, h. 17. 5
10
di awali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktifdeduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Selama mempelajari matematika di kelas, aplikasi hasil rumus atau sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif maupun induktif sering ditemukan meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar bernalar. Pendapat lain dalam buku “konsep dan makna pembelajaran” dikemukakan bahwa pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan proses komunikasi utama keberhasilan pendidikan.7 Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika. Suatu proses pembelajaran yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan situasi agar siswa belajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing.
3.
Aktivitas Belajar Matematika a. Pengertian Aktivitas Belajar Matematika Aktivitas secara bahasa berarti kegiatan, kesibukan, keaktivan, kerja, atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian dalam perusahaan.8 Artinya seluruh kegiatan yang dilaksanakan seseorang dengan maksud untuk mengerjakan sesuatu dapat berarti “aktifitas”. Aktivitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan pada saat ini. Aktivitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru. Individu dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya,
karena
mereka
mampu
memenuhi
kebutuhan
lingkungannya yang terus berubah. Individu dan organisasi yang kreatif akan mampu bertahan dalam kompetisi global yang dinamis dan ketat.
7
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung; Alfabeta, 2009), hal.61.
11
Sementara “belajar” diartikan sebagai rangkaian kegiatan untuk menambah pengetahuan, serta terjadinya satu proses perubahan, baik dalam sisi kognitif (intelektualitas), afektif (sikap), maupun sisi psikomotorik (ketrampilan). Hal ini senada dengan pendapat James. O. Whittaker, bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.9 Hakikat belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan, dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar.10 Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan aktivitas belajar, yakni istilah belajar aktif (active learning), interactive learning, dan belajar bersama (collaborative learning). Menurut Dede Rosyada dalam bukunya “Paradigma Pendidikan demokratis” berpendapat bahwa active learning (belajar aktif) adalah: “Belajar aktif diartikan sebagai belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, buku teks, perpustakaan, internet atau sumber-sumber belajar lain, untuk mereka bahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah kompetensi pengetahuan mereka, tapi juga kemampuan analitis, sintesis dan menilai informasi yang relevan untuk dijadikan nilai baru dalam hidupnya, sehingga mereka terima, diimitasi, dibiasakan sampai mereka adaptasikan dalam kehidupannya.11 Dengan demikian, aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan
8
Tri Kurnia Nurhayati, ”Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Eska Media, 2003),
9
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, “Psikologi Belajar”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
h. 29. h.126. 10
Tim LPP-SDM, “Ensiklopedia Pendidikan Islam; Proses dan istilah Umum dalam Pendidkan Islam”, (Jakarta: Binamuda, 2010), h. 7.
12
psikis
berupa ketrampilan terintegrasi.
Keterampilan dasar
yaitu
mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Senada dengan hal di atas, dapat juga dikatakan bahwa, yang disebutkan kegiatan belajar atau aktivitas belajar sebagai proses yang terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar yang hendak dicapai, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar siswa, stimulus dari lingkungan dimana peserta didik berada, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik terhadap proses pembelajaran. Horng dkk, mengemukakan berbagai strategi pengajaran kreatif terbukti berhasil meningkatkan aktivitas para siswa. Strategi-strategi tersebut sebaiknya diterapkan sebagai aktivitas yang terintegrasi. Strategistrategi yang dimaksud adalah sebagai berikut.12 1. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). 2. Penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pengajaran (multi-teaching aids assisstance). 3. Strategi manajemen kelas (class management strategies). 4. Menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata. 11
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 165-166 12 “Aktivitas Belajar Matematika” dalam http://matematikamobile.uni.cc/aktivitas-belajarmatematika , 28 Desember 2010, 10:50.
13
5. Menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berpikir kreatif (open questions and encouragement of creative thinking). Jika dikaitkan dengan kegiatan matematika (doing math) atau aktivitas belajar matematika, aktifitas tersebut ditandai oleh kegiatan seperti: “Mencari dan menemukan pola untuk memahami struktur dan hubungan matematik, menggunakan sumber tersedia secara efektif dalam merumuskan dan menyelesaikan masalah, memahami idea matematika, berfikir dan bernalar matematika melalui: generaisasi, menggunakan aturan inferensi, membuat konjektur, memberi alasan, mengkomunikasikan ide matematika, menetapkan apakah hasil atau jawaban yang diperoleh masuk akal, dimana kemampuan ini kelak sangat berguna bagi siswa dalam menghadapi persoalan dunia nyata yang serba cepat dan tidak menentu”.13 Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar matematika
adalah
rangkaian
kegiatan
siswa
dalam
mengikuti
pembelajaran matematika sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya siswa dapat mencari dan menemukan pola untuk memahami struktur dan hubungan matemtika, berfikir dan bernalar matematika. Sehingga pembelajaran yang terjadi bukan teacher centre melainkan student centre, siswa jadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika.
b. Prinsip Aktivitas Pendidikan saat ini menghendaki peranan aktivitas siswa dalam kegiatan interaksi pada saat proses pembelajaran. Hal ini tidak berarti guru pasif, tetapi guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar. Kecenderungan saat ini, banyak yang menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai keinginan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar 13
Kadir,” Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Soal-soal Terbuka” Algoritma Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1 No. 1 (Juni 2006): hal. 13.
14
hanya mungkin terjadi apabila anak aktif dengan sendirinya. Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah barang tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahanperubahan tersebut timbul melalui fase-fase anara yang satu sama lain yang saling berkaitan secara berurutan dan fungsional. Dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase14, yaitu: a. Fase informasi (tahap penerimaan materi) Dalam fase ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. b. Fase transformasi (tahap perubahan materi) Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisia, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dinyatakan bagi hal-hal yang lebih luas. c. Fase evaluasi (tahap penilaian materi) Dalam fase ini siswa akan menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuan
(informasi
yang
telah
ditransformasikan)
dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah. Pendapat di atas menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif. Tanpa adanya aktivitas maka proses belajar akan menjadi satu arah dan terpusat pada guru (Teacher Centre). Trinandita dalam pernyataannya mengatakan “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”.15 Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi antara siswa dengan guru atau antara siswa dengan siswa. Dengan demikian belajar harus dialihkan, dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Karena 14
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 111-112 15 “Aktivitas dan Prestasi Belajar” dalam http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prestasibelajar/, 28 Maret 2011, 15:16 WIB.
15
sekolah merupakan sebuah miniatur dari masyarakat, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerjasama dan interaksi antar berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktivitas, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri, siswa memperoleh pengetahuan pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai.
c. Klasifikasi Aktivitas Belajar Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri–ciri perilaku seperti: 1). sering bertanya kepada guru atau siswa lain, 2). mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, 3) mampu menjawab pertanyaan, 4) senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.16 Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil. Meskipun orang telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta memilih set yang tepat untuk merealisasi tujuan itu, namun tindakantindakan untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi di manapun dan kapan saja memberi kesempatan belajar kepada seseorang. Situasi ini ikut menentukan set belajar yang dipilih. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh aktivitas belajar:17 1. Visual activities. Di antara visual activities (kegiatan visual) adalah membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2. Oral activities. Beberapa kegiatan yang tergolong oral activities adalah: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, melakukan wawancara, diskusi, interupsi dan sebagainya. 16
“Aktivitas dan Prestasi Belajar” dalam http//ipotes.wordpress.com, 13 Desember 2010,
08:49. 17
“Aktivitas Belajar” dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitas-belajar/, 13 Desember , 08:58.
16
3. Listening activities seperti mendengakan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan sebagainya. 4. Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya. 5. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya. 6. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. 7. Mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,
melihat
hubungan,
mengambil
keputusan,
dan
sebagainya. 8. Emotional activities seperti menaruh minat dalam pembelajaran matematika, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
4.
Bilangan Pecahan a. Pengertian Pecahan Mempelajari Matematika tidak terlepas dengan bilangan. Salah satu klasifikasi bilangan adalah bilangan pecahan. Bilangan pecahan ini sudah diajarkan dijenjang SD kelas 3. Namun siswa SD masih sangat sulit membayangkan hal-hal yang abstrak sehingga kita sering menemukan siswa lanjutan tidak menguasai materi bilangan pecahan dengan baik. Bilangan pecahan adalah bilangan yang jumlahnya kurang atau lebih dari bilangan utuh.18 Masih dalam ruang lingkup pecahan, Sugiarto juga menyebutkan bahwa bilangan pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-bagian benda, jika benda itu dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Bilangan pecahan sangat erat hubungannya dengan satuan,
18
“Bilangan Pecahan” dalam http://amalia07.files.wordpress.com/2008/07/bilangan-1.pdf, 13 Desember 2010, 09:09.
17
maka metode mengajarkan bilangan pecahan ini perlu sekali bantuan visualisasi dengan satuan.
b. Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan Dalam pelaksanaan pembelajaran diharapkan guru mengangkat permasalahan-permasalahan keseharian untuk menghilangkan kesan abstrak dari konsep. Guru dapat menyediakan benda-benda kongkrit sederhana seperti pita, kain perca, kertas, kue tar, kertas folio berwarna, untuk dijadikan media pembelajaran sebelum masuk pada tahap semi kongkrit berupa gambar. Secara umum operasi bilangan pecahan terdiri dari: penjumlahan bilangan pecahan, pengurangan bilangan pecahan, perkalian bilangan pecahan, dan pembagian bilangan pecahan. 1) Penjumlahan Pecahan dengan Penyebut yang sama Dengan menggunakan luas daerah Rumus: Contoh:
Bagian yang Diarsir digabung
Menjadi
+
=
Peragaan dilanjutkan dengan penjumlahan pecahan-pecahan yang lain. Dari peragaan di atas, dapat dilihat bahwa ada pola hubungan yaitu pembilangnya dijumlah sedangkan penyebutnya tatap.
Kesimpulan: Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dapat dilakukan dengan menjumlahkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap.
18
Dengan memanfaatkan garis bilangan Contoh:
0 mulai dari nol(0) kekanan menuju
3 2 dan dilanjutkan lagi, sehingga 6 6
5 2 3 5 atau . Garis tebal menggambarkan hasil akhir. 6 6 6 6 Peragaan dapat dilanjutkan untuk pecahan-pecahan yang lain.
menjadi
2) Penjumlahan pecahan dengan penyebut yang tidak sama Rumus:
Saat anak harus mempelajari materi ini, maka mereka hasrus diberikan pengalaman-pengalaman dalam ilustrasi kehidupan sehari-hari.
Contoh: 1 bagian dari kuenya di atas meja. Kemudian ibu 4 1 memberinya sepotong lagi yang besarnya bagian. Berapa kue adik 2 sekarang?
Adik mempunyai
1 4
+
1 2
=
3 4
19
Dari peragaan ini tampak bahwa hasil akhir adalah
Tempak pula bahwa
3 1 1 3 , berarti . 4 4 2 4
1 1 1 2 3 1 2 . Sehingga . Bila peragaan 2 4 4 2 4 4 4
ini diulang untuk pecahan-pecahan yang lain di mana penyebut dari pecahan yang dijumlah merupakan kelipatan dari penyebut-penyebut lain, maka anak akan mempunyai pengalaman bahwa bila menjumlah pecahan dengan penyebut tidak sama, supaya dapat memperoleh hasil maka penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu, yaitu dengan cara mencari pecahan senilainya. Peragaan dan soal di atas masih mudah, karena penyebut yang satu
meupakan kelipatan dari yang lain. Bila permasalahan berkembang 3 1 menjadi maka anak harus mencari penyebut persekutuan. Kendala 8 6
timbul bila anak belum belajar tentang KPK. Satu cara untuk membantu menentukan penyebut persekutuan adalah dengan mendaftar pecahanpecahan yang senilai untuk setiap pecahan. Sehinngga anak mempunyai pengalaman untuk memperoleh penyebut yang nilainya paling kecil yang tepat untuk diambil.
Ketika siswa memeriksa kedua daftar tersebut, mereka menemukan bahwa beberapa pecahan mempunyai penyebut yang sama (dilingkari). Halini akan membantu anak menyadari bahwa terdapat lebih dari satu pasang penyebut persekutuan untuk kedua pecahan. Salah satu pasangan yang penyebutnya nilainya kecil (ternyata penyebutnya merupakan KPK dari kedua penyebut) dapat digunakan untuk menjumlahkan atau mengurangi pasangan pecahan yang tidak sama penyebutnya
20
1. Dengan mengalikan kedua penyebut rumus 1 2. Dengan menentukan KPK nya rumus 2 (contoh di atas KPK dari 6 dan 8 adalah 24) 3) Pengurangan pecahan dengan penyebut yang sama Rumus:
Pengurangan pecahan dapat juga diragakan dengan model kongkrit. Dengan menggunakan luas daerah Luas daerah yang diarsir semula adalah 3/5
Dihapus arsirannya 1/5 menjadi 2/5
Jadi
3 1 2 5 5 5
Contoh peragaan diperluas sehingga anak mempunyai pengalamanpengalaman yang banyak. Dari peragaan-peragaan dapatlah disimpulkan bahwa pengurangan pecahan
yang
berpenyebut
sama
dapat
dilakukan
dengan
mengurangkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap. Dengan menggunakan garis bilangan
0
Catatan: garis tebal menggambarkan hasilakhir Untuk pecahan yang penyebutnya tidak sama, dengan cara disamakan penyebutnya lebih dahulu, seperti pada operasi penjumlahan.
21
4) Perkalian Bilangan Pecahan Dalam perkalian bilangan pecahan pembilang dikalikan dengan pembilang; penyebut dikalikan dengan penyebut. Perkalian bilangan pecahan dengan bilangan bulat Rumus:
Contoh:
Perkalian bilangan dengan bilangan pecahan
Perkalian bilangan pecahan dengan bilangan pecahan campuran Contoh:
5) Pembagian Bilangan Pecahan Pembagian bilangan pecahan dengan bilangan pecahan Rumus:
Menjadi perkalian dengan bilangan keduanya (pembilang dan penyebutnya ditukar) Contoh:
Pembagian bilangan pecahan biasa dengan bilangan pecahan campuran Contoh:
22
Bilangan pecahan campuran dibuat dulu menjadi bilangan pecahan biasa Pembagian bilangan cacah dengan bilangan pecahan Contoh:
Bilangan cacah diubah menjadi bilangan pecahan dengan penyebutnya mengikuti penyebut bilangan kedua
6) Megubah Bentuk Pecahan Satu ke Bentuk Pecahan yang Lain Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Persen Persen artinya perseratus, sehinnga nama pecahan biasa yang penyebutnya seratus dapat diartikan dengan lambangnya untuk persen adalah %. Dengan demikian untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan persen, dicari lebih dahulu pecahan senilainya yang penyebutnya 100.
Mengubah Bilangan Pecahan Menjadi Desimal Untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, dicari terlebih dahulu pecahan senilainya yang penyebutnya berbasis sepuluh (persepuluhan, perseratusan, perseribuan dan sebagainya) Contoh: (dibaca nol koma lima)
(dibaca nol koma dua lima)
7) Pecahan dalam perbandingan dan skala
23
Pecahan
mempunyai
arti
perbandingan.
Pecahan
sebagai
perbandingan dengan keseluruhan jumlah benda dalam suatu kumpulan. Mari kita perhatikan gambar berikut.
Lingkaran hitam “ada 2 dari 5” ditulis
2 . Dapat juga dikatakan 5
“lingkaran hitam” berbanding “semua” adalah “2 berbanding 5”, ditulis 2 : 5. Jadi,
2 mempunyai nilai yang sama dengan 2 : 5. Semua ada 5, 5
terdiri atas “yang hitam” 2, “yang putih” 3. Dapat dikatakan “yang hitam” berbanding “yang putih” sebagai 2 : 3. Ditulis” hitam : putih = 2:3”. Contoh: Jumlah kelereng A ada 36 butir dan kelereng B ada 20 butir. Bagaimana perbandingan kelereng A dan kelereng B? Jawab Kelereng A : B = 36 : 20 =9:5 Perbandingan harus dinyatakan dengan bilangan yang sederhana. Oleh karena itu, 36 : 20 menjadi 9 : 5, 42 : 36 = 7 : 6, dan 51 : 34 = 3 : 2. Sedangkan skala merupakan perbandingan antara ukuran gambar dengan ukuran sebenarnya atau sesungguhnya. Contoh: Skala sebuah peta 1 : 1.500.000. Jarak kota A dan B pada peta 4 cm Berapa kilometer jarak sebenarnya antara kota A dan B? Jawab Jarak sebenarnya antara kota A dan B = 1.500.000 x 4 cm = 6.000.000 cm = 60 km.
24
5.
Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan a. Pengertian PAIKEM Istilah PAIKEM lahir dan berkembang di Indonesia. Awal perkembangannya PAIKEM dikenal dengan PAKEM yang kemudian mengalami penambahan Inovatif. PAKEM atau PAIKEM sebenarnya lahir dari berbagai pendekatan yang berkembang selama ini, seperti SAL (student active learning) atau yang biasa kita kenal dengan CBSA (cara belajar siswa aktif), dengan latar belakang teori pengajaran dan pengajarannya (teaching and learning theory) yang mendukung.19 Pengertian PAIKEM sendiri merupakan kepanjangan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.20 Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan
siswa
melakukan
kegiatan
yang
beragam
untuk
mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar yang amat mungkin digunakan untuk mengimplementasikan PAIKEM, ialah: 1) metode sort card, 2) metode the power of two; 3) metode mind mapping; 4) metode role play; dan 5) metode simulasi. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari pelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka
19
Dasim Budimansyah,dkk. PAIKEM (Pendekatan Aktif, Kreatif, efektif, dan Menyenangkan). (Bandung: PT. Genesindo, 2009), cet. ke-3, hal.7 20 Muhibbin Syah & Rahayu Kariadinata. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). (Bandung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2009), h.1.
25
pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Inovasi dapat diartikan sebagai suatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu masalah. Dilihat dari bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatau yang baru itu bisa benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invention. Proses invention, misalkan penerapan metode atau pendekatan pembelajaran yang benar-benar baru dan belum dilaksanakan dimanapun untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran21. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, gambaran PAIKEM adalah sebagai berikut: 1) Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui perbuatan. 2) Guru atau siswa dapat memunculkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru dalam suatu pembelajaran. Dalam model pembelajaran ini siswa dan 21
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. 2, h. 317.
26
guru harus bisa lebih berinovasi dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar. 3) Guru menggunakan berbagai alat bantu tidak hanya dalam ruang lingkup kelas, tetapi juga bisa membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Karena siswa akan bisa menikmati belajar jika diterapkan hal-hal yang berbau alamiah. 4) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’. Anak kebanyakan jika tidak ada tuntutan tidak akan muncul keinginan untuk membaca, maka dengan cara ini siswa diharapkan bisa meluangkan waktu yang tersedia untuk sedikit membaca. 5) Guru dapat menerapkan berbagai cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, salah satunya dengan cara belajar kelompok. 6) Guru mendorong dan memotivasi siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
b. Unsur-unsur PAIKEM Dalam PAIKEM terdapat 5 unsur utama, yaitu:22 1) Aktif, 2) Inovatif, 3) Kretif, 4) Efektif, dan 5) Menyenangkan. Sedangkan huruf “P” merupakan pembelajaran yang didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik. Dengan demikian pada waktu peserta didik belajar, pilar-pilar PAIKEM berikut harus dirancang:
22
Indrawati dan Wawan Setiawan, Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan untuk guru SD,(Jakarta: PPPPTK IPA, 2009), hal. 12.
27
1) Pembelajaran Aktif, dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan, dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah.23 Keaktifan siswa ini pun dapat dilihat dari jenis komunikasinya, jenis komunikasi seperti ini dimaksudkan untuk mengembangkan gagasan, kreatifitas, dan utamanya untuk mencapai efektivitas komunikasi pembelajaran baik secara mandiri maupun kelompok. 2) Pembelajaran Inovatif, McLeod
dalam Indrawati dan Wawan
Setiawan mengartikan inovasi sebagai: “something newly introduced such as method or device”. Berdasarkan pengertian ini, segala aspek (metode, bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain. Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media atau alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif. 3) Pembelajaran Kreatif, yaitu Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan atau kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan 23
kompetensi
dan
kreativitas
dalam
pelaksanaan
Dasim Budimansyah,dkk. PAIKEM (Pendekatan Aktif, Kreatif, efektif, dan Menyenangkan). (Bandung: PT. Genesindo, 2009), cet. ke-3, hal.70
28
pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa. Stretegi mengajar untuk mengembangkan kreatifitas siswa adalah: a) Memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru. b) Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa. c) Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa. d) Penekanan pada proses bukan pada penilaian hasil akhir karya siswa. e) Memberikan waktu yang cukup untuk siswa berpikir dan menghasilkan karya. f) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreatifitas, seperti: “mengapa”, “bagaimana”, “apa yang terjadi jika .....” dan bukan pertanyaan “apa”, “kapan”. 4) Pembelajaran efektif. Secara harfiah efektif memiliki makna manjur, mujarab, berdampak, membawa pengaruh, memiliki akibat dan membawa hasil. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan apa
yang
harus dikuasai
siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung (seperti yang dicantumkan dalam tujuan pembelajaran). 5) Pembelajaran yang menyenangkan. Menurut hasil penelitian, konsentrasi yang tinggi terbukti meningkatkan hasil belajar. Dalam penelitian mengenai otak dan pembelajaran mengungkapkan fakta yang mengejutkan, yaitu apabila sesuatu dipelajari secara sungguh-sungguh (dimana perhatian yang tinggi dari seorang tercurah) maka struktur internal sistem syaraf kimiawi seseorang berubah. Di dalam diri seseorang tercipta hal-hal baru seperti jaringan syaraf baru, jalur elektris baru, asosiasi baru, dan koneksi baru.
29
Dave Meier dalam Muhibbin syah dan Rahayu Kariadinata memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira di sini bukan berarti suasana ribut, hura-hura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Ciri-ciri suasana belajar yang menyenangkan adalah sebagai berikut: a) Siswa mengikuti pembelajaran dengan rileks dan santai tetapi tetap fokus pada materi yang diajarkan. b) Siswa bebas dari tekanan, artinya dalam mengikuti pelajaran siswa tidak ada paksaan dari guru maupun orang tua. c) Terciptanya suasana aman dalam kelas. Kesan guru galak dan diktator harus dihilangkan dalam kegiatan belajar mengajar,tetapi guru yang karismatik dan mampu memahami siswa yang mesti ada dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa merasa aman dan nyaman. d) Dalam kegiatan belajar mengajar siswa akan merasa senang apabila pembelajaran yang disuguhkan oleh pengajar menarik. e) Siswa harus membangkitkan minat belajar, suasana ini akan tercipta jika seorang pengajar mempu memotivasi siswa dengan sugestisugesti yang positif. f) Adanya keterlibatan teman atau kerjasama tim dalam pembelajaran akan meningkatkan pemahaman dan kesenangan siswa dalam pembelajaran. g) Perhatian peserta didik tercurah, artinya perhatian siswa tertuju pada pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru. h) Lingkungan belajar yang menarik (misalnya keadaan kelas terang, pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak) i) Semangat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar merupakan model utama, sehingga siswa akan merasa senang sepanjang mengikuti pembelajaran tersebut.
30
j) Perasaan gembira dapat menghilangkan kejenuhan dalam kegiatan belajar
mengajar,
sehingga
akan
tercipta
suasana
yang
menyenangkan. k) Konsentrasi tinggi akan menumbuhkan pemahaman siswa terhadap apa yang diajarkan oleh guru, hal ini akan menumbuhkan kepercayaan diri dan kesenangan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
c. Karakteristik PAIKEM Ada beberapa ciri menonjol yang tampak secara kasat mata dalam proses pembelajaran dengan menggunakan PAIKEM, 24 ciri-ciri tersebut adalah: 1) Adanya sumber belajar yang beraneka ragam, dan tidak lagi mengandalkan buku sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama sekali buku pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik. 2) Sumber belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario pembelajarannya dengan berbagai kegiatan. 3) Hasil kegiatan belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan
tulis,
dan
bahkan
ditambah
dengan
hiasan
yang
menarik.pajangan tersebut merupakan hasil diskusi atau hasil karya siswa. Pajangan hasil karya siswa menjadi salah satu ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses pembelajaran. 4) Kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif, yang biasanya didominasi oleh kegiatan individual dalam beberapa menit, kegiatan berpasangan, dan kegiatan kelompok kecil antara empat sampai lima orang, untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama, dan salah seorang di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil 24
Dasim Budimansyah, dkk, “ PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Menyenangkan”, (Bandung: Genesindo, 2009), hal. 73.
Efektif dan
31
kegiatan mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang kemudian dipajang. 5) Dalam mengerjakan pelbagai tugas tersebut, para siswa, baik secara individual maupun secara kelompok, mencoba mengembangkan semaksimal mungkin kreatifitasnya. 6) Dalam melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah antusiasme dan rasa senang siswa. 7) Pada akhir proses pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan dengan apa yang disebut sebagai refleksi, yakni menyampaikan (kebanyakan secara tertulis) kesan dan harapan mereka terhadap proses pembelajaran yang baru saja diikutinya. Dari ketujuh ciri tersebut, pada pembelajaran menggunakan pendekatan PAIKEM siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan peran seorang pengajar hanya sebagai fasilitator dan pengarah siswa.
d. Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan PAIKEM PAIKEM bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya serta mengembangkan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan beberapa hal berikut:25 Pertama, memahami sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia –selama mereka normal– terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembang kedua sifat yang diberikan Allah tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji 25
Dasim Budimansyah, dkk, “ PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan”, (Bandung: Genesindo, 2009), hal. 74-76.
32
anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud. Kedua, mengenal anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal. Ketiga, memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. Keempat, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri
anak
sejak
lahir.
Oleh
karena
itu,
tugas
guru
adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas
33
atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu). Kelima, mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. Keenam, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. Ketujuh, memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara
34
memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka. Kedelapan, membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAIKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan “PAIKEM”.
e. Desain Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan Gambaran PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru.26
26
Sofan Amri dan Iif Khoiru, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 3.
35
Tabel 1 Contoh Kegiatan Pembelajaran dan Kemampuan Guru Dalam Desain PAIKEM Kemampuan Guru Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan.
Pembelajaran Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal: Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar Studi kasus Nara sumber Lingkungan Siswa: Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Melalui: Diskusi Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Guru mengaitkan PEMBELAJARAN dengan pengalaman siswa sehari-hari.
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai PEMBELAJARAN dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
Guru memantau kerja siswa Guru memberikan umpan balik
36
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Indarti Relik yang berjudul ”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Turunan Andong Boyolali Pokok Bahasan Bangun Ruang dengan Model PAKEM Melalui Penggunaan Alat Peraga Matematika Buatan Siswa”,27 menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model PAKEM melalui penggunaan alat peraga matematika buatan siswa dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dari penelitian yang dilaksanakan diperoleh bahwa pada siklus 1 rata-rata kelas 71,64, aktivitas siswa dalam pembelajaran mencapai 61,09%. Pada siklus 2 rata-rata kelas 73,40 dan aktivitas siswa 67,17%. Sedangkan pada siklus 3 diperoleh rata-rata kelas meningkat menjadi 77,75 dan prosentase aktivitas siswa 68,91%. Dari penelitian Anggun Eko Ferianto yang berjudul “Penerapan PAKEM untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Sindurejo 01 Kabupaten Malang”28, dapat disimpulkan bahwa penerapan PAKEM pada pembelajaran matematika meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran PAKEM di kelas III SDN Sindurejo 01 Kabupaten Malang, dilihat dari kualifikasi keberhasilan pelaksanaan pembelajaran PAKEM
setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Kualifikasi keberhasilan pelaksanaan pembelajaran PAKEM mengalami peningkatan, dari 58% dengan kriteria kurang pada siklus 1, menjadi 76,3% pada siklus 2 dengan kriteria baik dan memenuhi kategori sangat baik pada siklus 3 (88,75%). Sedangkan berdasarkan penelitian Ima Nurmilah Syam, yang berjudul Pengaruh Pendekatan PAIKEM Melalui Eksperimen Sederhana terhadap Hasil
27
Indiarti Relik,” Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Turunan Andong Boyolali Pokok Bahasan Bangun Ruang dengan Model PAKEM Melalui Penggunaan Alat Peraga Matematika Buatan Siswa”, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang, 2005. 28 Anggun Eko Ferianto, “Penerapan PAKEM untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Sindurejo 01 Kabupaten Malang”, Skripsi Jurusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Universitas Negeri Malang, 2009.
37
Belajar Fisika”.29 Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dapat diketahui bahwa pendekatan PAIKEM berpengaruh terhadap hasil belajar fisika, hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan statistik menggunakan uji-t pada taraf signifikansi (α) = 0,05 didapatkan thitung > ttabel yaitu 2,844 > 1,668, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan PAIKEM melalui eksperimen sederhana terhadap hasil belajar fisika. Selain itu berdasarkan hasil perhitungan instrumen non tes menggunakan analisis statistik deskriptif diperoleh hasil observasi aktivitas siswa pada setiap aspek PAIKEM mencapai rata-rata 71,08% termasuk kategori baik.
C. Kerangka Konseptual Intervensi Tindakan Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan dan lingkungan tersebut mengalami perubahan. Lingkungan yang mendukung proses belajar adalah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya. Selain itu proses belajar juga memerlukan partisipasi aktif dan kreatif dari siswa. Jadi siswa tidak hanya menerima dan menghafal begitu saja materi yang diperolehnya dari guru, namun saat ini masih banyak guru yang menerapkan pembelajaran konvensional, dimana guru sebagai pemegang peran utama pemberi informasi. Hal ini berdampak pada rendahnya aktivitas siwa terhadap pembelajaran matematika dan kurangnya inovasi pembelajaran di kelas oleh guru. Di mana definisi, rumus dan contoh soal diberikan dan dikerjakan oleh guru. Siswa sekedar menirukan penyelesaian yang dikerjakan guru. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Keterampilan dasar 29
Ima Nurmilah Syam, “Pengaruh Pendekatan PAIKEM Melalui Eksperimen Sederhana terhadap Hasil Belajar Fisika”, Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu
38
yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Inovasi dapat diartikan sebagai suatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu masalah. Dilihat dari bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatau yang baru itu bisa benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invention. Proses invention, misalkan penerapan metode atau pendekatan pembelajaran yang benar-benar baru dan belum dilaksanakan
dimanapun
untuk
meningkatkan
efektifitas
dan
efisiensi
pembelajaran30. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.. Pada pembelajaran PAIKEM tugas seorang guru adalah harus aktif dalam memantau kegiatan belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, mempertanyakan gagasan siswa. Guru harus kreatif dalam mengembangkan kegiatan yang beragam, membuat alat bantu atau media pembelajaran. Guru harus bisa mengemas materi agar lebih mudah dipahami siswa, menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi untuk menarik Pengetahuan alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. 30 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. 2, h. 317.
39
perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Perbedaan pendapat dalam kelas adalah hal yang biasa dan patut dihargai. Justru dengan adanya perbedaan pendapat tersebut dapat merangsang siswa untuk menemukan ide-ide baru yang menambah pengetahuan siswa. Siswa pun diharapkan terampil dalam berproses. Sehingga apabila keterampilan prosesnya baik maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan pendekatan PAIKEM. Pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM ini diharapkan lebih baik dari pembelajaran yang konvensional dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.
D. Hipotesis Tindakan Penerapan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa pada pokok bahasan pecahan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di MI Al-Mursyidiah, yang beralamat di Jalan Raya Siliwangi Gg. Anggrek Rt. 003/ Rw. 18 No. 46, Kelurahan Pondok Benda Kecamatan Pamulang - Tangerang Selatan Banten
2.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011, pada tanggal 26 Januari 2011 sampai tanggal 16 Maret 2011. Tabel 2 Scedule Penelitian
No Rangkaian Kegiatan Penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8
Agustus 1 2 3 4
Pelaksanaan Kegiatan Januari Februari 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Maret 2 3 4
Pengajuan Judul Skripsi Pengesahan Judul Skripsi Permohonan Izin Penelitian Observasi Penelitian Siklus 1 Tes Akhir Siklus 1 Penelitian Siklus 2 Tes Akhir Siklus 2
Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pengajuan Judul Skripsi Pengesahan Judul Skripsi Permohonan Izin Penelitian Observasi Penelitian Siklus 1 Tes Akhir Siklus 1 Penelitian Siklus 2 Tes Akhir Siklus 2
13 Agustus 2010 31 Agustus 2010 11 Januari 2011 11 Januari 2011 9 s.d 17 Februari 2010 23 Februari 2011 2 s.d 10 Maret 2011 16 Maret 2011
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK),atau istilah dalam bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research
40
41
(CAR). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru dan dosen di kelas (sekolah dan perguruan tinggi) tempat ia mengajar yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau dosen (tenaga pendidik), kolaborasi (tim peneliti) yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan. 1 Sementara itu, dilaksanakannya penelitian tindakan kelas (PTK) diantaranya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru atau dosen/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa siklus, di mana tiaptiap siklus terdiri dari empat tahapan, diantaranya: 1.
Perencanaan (planning) Secara lebih rinci tahapan perancanaan terdiri dari kegiatan sebagai kerikut: a. Mengidentifikasi masalah tentang proses belajar siswa. b. Melakukan
wawancara
pendahuluan
dengan
guru
bidang
studi
matematika. c. Data penelitian yang telah terkumpul, dianalisis berdasarkan hasil wawancara dan disimpulkan. d. Merencanakan tindakan yang tepat berdasarkan akar penyebab masalahmasalah itu dengan menerapkan skenario pembelajaran dan instrument penelitian yang akan diterapkan. 2.
Pelaksanaan tindakan (acting) Dalam tahap ini dilaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan peneliti. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kerja sama dengan
1
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h.21
42
guru bidang studi matematika. Peneliti berlaku sebagai pelaku tindakan sedangkan guru berlaku sebagai pengamat (observer). 3.
Pengamatan (observasi) Peneliti dibantu seorang observer mengamati segala aktifitas dan respon siswa terhadap skenario pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi.
4.
Refleksi (reflecting) Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu dilakukan penyempurnaan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan pengkajian ulang melalui siklus berikutnya.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa MI Al-Mursyidiah kelas V Semester II tahun pelajaran 2010/2011. Banyaknya siswa 29 orang dengan komposisi 15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian Dalam penelitian ini, posisi peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana kegiatan. Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegaiatan, melakukan pengamatan, pengumpulan data, dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh seorang guru bidang studi matematika sebagai observer atau pengamat untuk membantu peneliti dalam mengamati pelaksanaan kegiatan sebagai sumber data.
43
E. Tahapan Intervensi Tindakan Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting), seperti digambarkan di bawah ini.
Jika indikator belum tercapai
Gambar 1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas Tahap-tahap penelitian dimulai dengan peninjauan dan akan dilanjutkan dengan siklus I, dan siklus II. Pada tiap siklus, peneliti akan menganalisis dan melakukan refleksi sebelum melanjutkan ke siklus selanjutnya. Berikut adalah uraian kegiatan penelitian: 1. Persiapan Penelitian Tahap ini merupakan tahap awal dalam penelitian tindakan yang peneliti lakukan. Tahap ini juga merupakan tahap perkenalan antara peneliti dengan kepala sekolah, guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut dan lingkungan sekolah. Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah: a. Melakukan observasi awal untuk identifikasi masalah dan analisis akar penyebab masalah melalui wawancara dengan guru dan melakukan pengamatan proses pembelajaran di kelas. b. Menentukan tindakan yang tepat melalui pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran materi pecahan.
44
c. Menyusun lembar observasi siswa serta wawancara guru. d. Menyusun instrumen penelitian berupa rencana pembelajaran, lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa dan alat evaluasi (tes). e. Melakukan uji coba soal. 2. Penelitian siklus I a. Perencanaan 1) Menyiapkan rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa. 2) Membuat alat peraga berupa kartu pecahan. 3) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. 4) Menyiapkan alat evaluasi. b. Pelaksanaan tindakan 1) Melaksanakan skenario pembelajaran yang direncanakan. 2) Pemberian tes siklus I. c. Observasi Untuk mengamati kegiatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, diperlukan lembar observasi aktivitas siswa. Observasi yang dilakukan meliputi
keaktifan
siswa
dalam
mengikuti
pelajaran
matematika.
Pengamatan bagi siswa dilakukan oleh guru peneliti. Pada tahap ini, siswa melaksanakan tindakan dan peneliti melakukan pemantauan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar (KBM), selanjutnya menganalisa nilai tes siklus I. d. Analisis, Refleksi dan Evaluasi Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, di analisis dan di evaluasi oleh peneliti, sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan. Kemudian untuk siklus berikutnya diadakan perbaikan-perbaikan apabila perlu secara kualitas maupun kuantitas berdasarkan hasil evaluasi. 3. Penelitian Siklus II a. Perencanaan 1) Menyiapkan rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa. 2) Membuat alat peraga (media) pengajaran materi pecahan.
45
3) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. 4) Menyiapkan alat evaluasi. b. Pelaksanaan tindakan. 1) Melaksanakan skenario yang direncanakan. 2) Pemberian tes siklus II. c. Observasi Untuk mengamati kegiatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, diperlukan lembar observasi aktivitas siswa. Observasi yang dilakukan meliputi
keaktifan
siswa
dalam
mengikuti
pelajaran
matematika.
Pengamatan bagi siswa dilakukan oleh guru peneliti. Pada tahap ini, siswa melaksanakan tindakan dan peneliti melakukan pemantauan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar (KBM), selanjutnya menganalisa nilai tes siklus II. d. Analisa, Refleksi dan Evaluasi Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, dianalisa dan di evaluasi oleh peneliti. Kemudian guru dan peneliti dapat merefleksi tentang keberhasilan tindakan yang dilakukan. F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan Hasil intervensi yang diharapkan yaitu: 1. Rata-rata skor aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada setiap siklus sudah mencapai ≥ 75% di atas rata-rata aktivitas. 2. Tes hasil belajar matematika siswa yang diperoleh pada akhir siklus menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas ≥ 65 dan siswa yang mencapai nilai ≥ 65 (mencapai ketuntasan) sebanyak 75% dari jumlah siswa dalam kelas. G. Data dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Data kualitatif
46
meliputi aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Cara pengambilan data, yaitu: 1. Data tentang hasil belajar matematika siswa diambil dengan memberikan tes. Tes berupa soal essay berjumlah 10 butir soal untuk siklus I dan 10 butir soal untuk siklus II yang digunakan untuk mengambil data kemampuan kognitif siswa pada tiap akhir siklus. 2. Data tentang aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Data ini diambil pada tiap pertemuan oleh guru. H. Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut: 1. Catatan lapangan Catatan lapangan diperlukan untuk mencatat kejadian-kejadian yang dianggap penting selama proses pembalajaran berlangsung. 2. Pedoman wawancara Kegiatan wawancara terhadap guru dilakukan di awal penelitian, mengenai aktivitas siswa dalam proses belajar matematika maupun pembelajaran yang dilakukan oleh guru. 3. Lembar observasi proses pembelajaran Lembar observasi proses pembelajaran yaitu lembar observasi siswa. Pedoman observasi siswa adalah lembar yang digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 4. Lembar soal tes. I.
Teknik Analisis Data 1. Analisis Kualitas Tes Untuk mendapatkan data hasil belajar siswa adalah dengan memberikan tes kepada siswa. Tes yang digunakan adalah tes obyektif berupa essay sebanyak 10 butir soal pada siklus I dan 10 butir soal pada siklus II. Pengambilan data melalui tes ini dilakukan sesudah proses
47
pembelajaran pada tiap akhir siklus. Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji coba. Metode analisis data yang digunakan meliputi: a. Validitas Uji validitas yaitu untuk mengetahui apakah soal itu valid atau tidak. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas butir soal atau validitas item. Suharsimi mendefinisikan rumus yang digunakan untuk mengukur validitas adalah dengan rumus Korelasi Product Moment Pearson dengan angka kasar, yaitu:2 rxy
n XY X Y
n X
Keterangan
2
X
2
n Y
2
Y
2
:
rxy
:Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
n
:Banyak siswa
X
:Skor butir soal
Y
:Skor total
Anas Sudijono menyatakan bahwa uji validitas instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan rxy dengan rtabel product moment pada taraf signifikansi 5%, dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat kebebasan yaitu dk=n-2. Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: Jika rxy ≥ rtabel, maka soal tersebut dinyatakan valid. Jika rxy < rtabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrumen tes penelitian siklus I, dari 10 soal yang diujicobakan diperoleh 9 butir soal yang valid dan 1 soal tidak valid, sehingga jumlah soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian berjumlah 9 butir soal. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrumen tes penelitian siklus II, dari 10 soal yang diujicobakan diperoleh 8 butir soal yang valid dan 2 soal tidak valid, 2
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 72.
48
sehingga jumlah soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian berjumlah 8 butir soal Perhitungan selengkapnya mengenai uji validitas instrumen tes penelitian siklus I dan siklus II dapat dilihat pada lampiran 11 (halaman 140). b. Uji Reliabilitas Konsep mengenai reliabilitas atau reliabel dapat diartikan sebagai kepercayaan bahwa suatu soal dapat dengan tetap memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Menurut Suharsimi, adapun rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu tes yang berbentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:3 2 k i r11 1 2 t k 1
X i 2 X i N 2 i N 2
Dengan Keterangan: r11
:Reliabilitas yang dicari
k
:Banyaknya ítem yang valid
t
2
2 i
:Jumlah varians skor tiap-tiap item :Varians total
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes penelitian siklus I, diperoleh skor reliabilitas instrumen tes sebesar 0,809. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes penelitian siklus II, diperoleh skor reliabilitas instrumen tes sebesar 0,607. Perhitungan selengkapnya pada lampiran 12 (halaman 142). Dengan skor reliabilitas demikian, maka instrumen penelitian tersebut dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang baik dan memenuhi persyaratan instrumen tes yang baik. 3
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar…, h. 109
49
c. Taraf Kesukaran Butir Soal Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukur tingkat kesukaran butir soal. Suharsimi
mendefinisikan
indeks
kesukaran
butir-butir
soal
ditentukan dengan rumus :4 Pi
Bi JS
Keterangan : Bi
: Jumlah skor yang diperoleh responden pada item ke-i.
JS
: Jumlah skor maksimum item soal ke-i.
P
: Indeks kesukaran
Sedangkan tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal menurut Lilik Nofijanti, dkk digunakan kriteria sebagai berikut:5 Tabel 3 Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran Butir Soal Besarnya P 0,00 0,01 – 0,39 0,40 – 0,80 0,81 – 0,99 1,00
Interpretasi Sangat sukar Sukar Sedang (baik) Mudah Sangat mudah
d. Daya Pembeda Butir Soal Uji daya pembeda butir soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan kemampuan siswa. Suharsimi menentukan rumus daya pembeda tiap butir-butir soal sebagai berikut:6
4
DP
BA JA
BB JB
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar…, h. 208 Lilik Nofijanti, dkk., Evaluasi Pembelajaran, Learning Assistance Program For Islamic Schools. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008, h. 11-9. 6 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar…, h. 213 5
50
Keterangan : DP
: Daya pembeda
BA
: Jumlah skor kelompok atas
BB
: Jumlah skor kelompok bawah
JA
: Skor maksimum yang dapat diperoleh oleh peserta kelompok atas
JB
: Skor maksimum yang dapat diperoleh oleh peserta kelompok bawah
Kriteria tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal yang didefinisikan oleh Suharsimi Arikunto terdapat pada tabel berikut: Tabel 4 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Besarnya Angka Indeks Diskriminasi Item (D) 0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 1,00
Interpretasi Jelek (poor) Cukup (satisfactory) Baik (good) Baik sekali (excellent)
2. Analisis Data Aktivitas Siswa Untuk menilai aktivitas siswa digunakan lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa yang terdiri dari 13 aspek dalam bentuk chek list. J.
Pengembangan Perencanaan Tindakan Penelitian ini dimulai pada siklus I, kemudian akan dilakukan penilaian
yang mengacu kepada aktivitas belajar siswa dan hasil belajar matematika siswa. Perencanaan siklus II akan dilakukan jika hasil intervensi tindakan pada siklus I yang diharapkan belum tercapai. Penelitian akan diberhentikan setelah hasil intervensi tindakan yang diharapkan sudah tercapai.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti meliputi 2 siklus. Pengambilan 2 siklus dengan mempertimbangkan kesesuaian materi dengan waktu yang diperlukan. Setiap siklus terdiri dari 4 pertemuan dengan melalui tahap perencanaan, implementasi tindakan, observasi dan interpretasi, serta refleksi.
1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I Siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Februari 2011 untuk pertemuan 1, pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis tangggal 10 Februari 2011, pembelajaran 3 dilaksanakan pada hari Rabu tangggal 16 Februari 2011, sedangkan pembelajaran 4 dilaksanakan pada hari Kamis tangggal 17 Februari 2011. a. Pelaksanaan dan Observasi Pada siklus 1 dilaksanakan skenario pembelajaran yang ada dalam rencana pembelajaran yaitu dalam bentuk RPP pertemuan 1 sampai dengan RPP pertemuan 4 siklus I yang dibuat oleh peneliti beserta LKSnya. 1) Pertemuan pertama (Rabu, 9 Februari 2011) Materi pembelajaran pada pertemuan pertama adalah penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Pada pertemuan pertama ini, peneliti mengkondisikan kelas dengan mengatur tempat duduk siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 anggota. Pada awal pembelajaran, siswa diingatkan kembali tentang penjumlahan pecahan berpenyebut sama dengan menggunakan alat peraga yang dibuat oleh guru untuk memudahkan siswa memahami penjumlahan pecahan. Siswa diberikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari berupa soal cerita “adik meletakkan ¼ bagian dari kuenya di atas meja, kemudian ibu
51
52
memberinya sepotong lagi yang besarnya ½ bagian. Berapa bagiankah kue adik sekarang?”. Dengan bimbingan guru, siswa menyelesaikan permasalahan tersebut menggunakan alat peraga untuk memudahkan siswa dan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Gambar 2 Hasil kerja siswa Namun beberapa siswa masih terlihat bingung dan hanya diam saja, bahkan terdapat beberapa siswa yang bercanda. Pada pertemuan pertama ini masih banyak ditemukan siswa yang hanya diam walaupun belum mengerti, dan lebih memilih bertanya kepada temannnya karena kurang percaya diri untuk mengajukan pertanyaan kepada guru. Begitupun ketika guru mengajukan pertanyaan, sebagian besar siswa terlihat diam dan menundukkan kepala. Beberapa siswa terlihat belum fokus dalam mengikuti proses pembelajaran, beberapa siswa terlihat ramai dengan
53
aktivitasnya
sendiri,
meskipun
demikian,
sebagian
besar
siswa
mendengarkan atau memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Pada
kegiatan
mengerjakan
lembar
kegiatan
siswa
secara
berkelompok, sebagian besar siswa mengerjakan perintah sesuai yang tertera pada lembar kegiatan siswa, namun terdapat beberapa siswa yang hanya menyontek pekerjaan teman. Pada saat diskusi kelompok, nampak beberapa siswa mencoba menyanggah pendapat teman lain yang kurang sesuai dengan pendapatnya. Dokumentasi aktivitas melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kerja siswa pada siklus I dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3 Aktivitas Siswa Melakukan Kegiatan Sesuai Dengan LKS Pada kegiatan pembelajaran pertemuan I siklus I ini, siswa masih terlihat malu-malu ketika guru meminta siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di papan tulis, anatara siswa yang satu dengan yang lainnya dalam kelompok saling menunjuk. Selain itu, pada pertemuan ini sebagian besar siswa membuat ringkasan materi, hanya beberapa saja yang tidak membuat catatan/ringkasan materi.
2) Pertemuan kedua (Kamis, 10 Februari 2011) Pokok pembahasan pada pertemuan kedua adalah pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama. Diawal pembelajaran guru dan siswa
54
melakukan tanya jawab untuk menggingatkan siswa tentang penjumlahan berpenyebut tidak sama yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pada saat tanya jawab tersebut, hanya beberapa siswa saja yang mau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, sedangkan beberapa diantaranya terlihat diam dan menundukkan kepala ketika guru mengajukan pertanyaan. Ketika siswa diminta memberikan contoh yang lain yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, hanya beberapa siswa yang mencoba. Itupun masih harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru. Dalam menyelesaikan masalah, guru menggunakan alat peraga yang terbuat dari karton dan meminta beberapa siswa untuk membantunya memperagakan permasalahan real yang diajukan oleh guru. Dengan bimbingan guru, siswa menyelesaikan soal cerita mengenai pengurangan pecahan berpenyebut berbeda. Dalam hal ini, terlihat beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru seputar soal cerita yang mereka kerjakan, dimana sebelumnya mereka terlebih dahulu mencoba bertanya kepada teman. Persentase rata-rata aktivitas mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru pada pertemuan kedua ini mengalami peningkatan dari pertemuan sebelumnya. Dalam menyelesaikan masalah yang diajukan oleh guru dalam bentuk soal cerita, siswa menyelesaikan secara perorangan kemudian siswa diminta untuk berpasangan dan menukar jawabannya satu sama lain kemudian berdiskusi untuk membahas jawaban satu sama lain. Dari hasil pembahasan yang dilakukan, masing-masing pasangan melengkapi dan membuat jawaban yang baru kemudian menempelkannya pada papan tulis agar dapat dievaluasi oleh guru. Ketika guru mengemukakan hasil yang diperolehnya sebagai bahan evaluasi terhadap hasil kerja siswa, beberapa siswa terlihat berani untuk menanggapi jawaban guru. Seperti yang dikemukakan oleh siswa Va: “Pak… ko jawaban saya beda caranya, tapi hasilnya sama ???” Pada pelaksanaan pembelajaran di pertemuan kedua, siswa terlihat lebih berani untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan oleh guru
55
di papan tulis, meskipun untuk itu masih harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru. Itupun tidak semua siswa mau untuk melakukannya ketika guru menunjuknya. Pada pertemuan ini sebagian besar siswa, membuat ringkasan materi yang dipelajari. Dokumentasi aktivitas mengerjakan soal di papan tulis pada siklus I dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4 Aktivitas Siswa Mengerjakan Soal di Papan Tulis
3) Pertemuan ketiga (Rabu, 16 Februari 2011) Pada pertemuan ketiga siklus I, materi yang dipelajari yaitu perkalian pecahan. Pada pertemuan ini, guru mengadakan permainan pada kertas berpetak, yaitu mengalikan pecahan menggunakan media kertas berpetak. Setelah setiap kelompok melakukan peragaan perkalian pada kertas berpetak sesuai dengan lembar kegiatan siswa, setiap ketua kelompok dibentuk kedalam kelompok ahli untuk menyatukan hasil kerja dan saling melengkapi, sehingga terbentuk sebuah hasil kerja dan diskusi kelas yang telah dilengkapi. Guru memberikan kesempatan kepada salah satu anggota kelompok ahli untuk mempresentasikan hasil kerjanya di papan tulis dan membuat kesimpulan dari hasil yang diperolehnya. Dari kegiatan yang dilakukan, sebagian besar siswa saling berdiskusi dan bertanya serta saling bertukar pendapat tentang kegiatan yang mereka lakukan dan hasil perkalian yang mereka dapatkan.
56
Kegiatan pada pertemuan ketiga ini membuat siswa lebih banyak bertanya pada temannya, baik teman sebangku maupun teman yang ada di sekitarnya. Siswa juga mulai berani untuk menyanggah dan memberikan tanggapan ketika ada pernyataan siswa lain yang berbeda dengannya. Sebagian besar siswa melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kerja siswa, dan menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru meskipun pada saat pembelajaran terdapat beberapa siswa yang berjalan-jalan dari tempat duduknya, dan beberapa terlihat mengobrol dengan temannya. Selain itu, sebagian besar siswa membuat ringkasan materi yang dipelajari. Pada saat siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan dan menuliskan hasil kerjanya di papan tulis, beberapa siswa terlihat mengangkat tangan dan ingin mencoba, meskipun hanya beberapa dari mereka yang dipersilahkan guru mewakili teman-temanya untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Walaupun demikian, siswa yang lain tetap antusias memperhatikan dan mendengarkan pendapat teman mereka yang sedang mempresentasikan hasil kerjanya, hanya beberapa yang tidak fokus memperhatikan karena sibuk dengan aktivitasnya sendiri, misalnya melengkapi catatan/ringkasan materi yang dipelajari. Dokumentasi aktivitas siswa mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain.
Gambar 5 Aktivitas Siswa Mendengarkan/Memperhatikan Pendapat Orang Lain.
57
4) Pertemuan keempat (Kamis, 17 Februari 2011) Materi pembelajaran pada pertemuan keempat siklus I yaitu operasi pembagian bilangan asli dengan pecahan biasa. Kegiatan pembelajaran diawali dengan tanya jawab guru dan siswa tentang materi prasyarat yang akan digunakan yaitu konsep pembagian merupakan pengurangan berulang. Siswa dikondisikan berpasangan dan diberikan contoh permasalahan sehari-hari yang dihubungkan dengan materi bilangan asli yang dibagi dengan pecahan biasa. Dengan bantuan media dan gambar sederhana, guru menjelaskan cara
memperagakan
media,
dan
memperoleh
hasil penyelesaian
permasalahan. Kegiatan diskusi berpasangan pada pertemuan keempat ini dimulai dengan menyelesaikan permasalahan real dengan bantuan alat peraga berupa pita yang mereka bawa. Dalam pelaksanaannya, siswa saling bertanya dan menjawab setiap pertanyaan yang muncul dari temannya dalam berdiskusi. Beberapa siswa terlihat adu pendapat dalam menyelesaikan permasalahan real yang diajukan oleh guru. Dokumentasi aktivitas diskusi dengan teman dalam menyelesaikan permasalahan real dengan alat peraga pita dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 6 Aktivitas Diskusi Dengan Teman Dalam Menyelesaikan Permasalahan Real.
58
Hasil kerja setiap kelompok ditempel di papan tulis. Beberapa siswa mempresentasikan hasil kerjanya dan nampak pada kegiatan ini siswa yang lain mengajukan pertanyaan dan menanggapi pernyataan kepada siswa yang sedang presentasi. Pada kegiatan pembelajaran pertemuan keempat ini, beberapa siswa yang pada pertemuan sebelumnya terlihat kurang aktif, mengangkat tangan ketika guru memberikan kesempatan untuk memberikan contoh lain dan penyelesaian dari masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Dengan pengetahuan yang telah dimiliki kemudian siswa mengerjakan latihan soal. Beberapa siswa maju untuk mengerjakan soal di papan tulis. Pada pertemuan ini, seluruh siswa telah mengerjakan latihan soal yang diberikan dan membuat ringkasan materi.
Aspek Yang Diamati
Menanggapi jawaban guru Memberikan contoh Berani memberikan tanggapan dalam diskusi Berani menyanggah pendapat teman lain saat diskusi Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada teman Menanggapi jawaban teman Berani mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas Mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain Mengerjakan soal di papan tulis Mengerjakan latihan soal Membuat catatan/ringkasan materi Melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2 Pertemuan Ke-3 Pertemuan Ke-4 Rata-rata Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 12 41,38% 12 41,38% 15 51,72% 17 58,62% 48,28% 10 34,48% 10 34,48% 10 34,48% 12 41,38% 36,21% 10 34,48% 12 41,38% 10 34,48% 15 51,72% 40,52% 17 58,62% 20 68,97% 13 44,83% 24 82,76% 63,79% 10 34,48% 15 51,72% 21 72,41% 19 65,52% 56,03% 20 68,97% 22 75,86% 24 82,76% 21 72,41% 75,00% 15 51,72% 20 68,97% 10 34,48% 15 51,72% 51,72% 8 27,59% 12 41,38% 10 34,48% 10 34,48% 34,48% 17 58,62% 20 68,97% 22 75,86% 22 75,86% 69,83% 10 34,48% 13 44,83% 15 51,72% 17 58,62% 47,41% 25 86,21% 29 100,00% 27 93,10% 29 100,00% 94,83% 25 86,21% 25 86,21% 29 100,00% 29 100,00% 93,10% 27 93,10% 29 100,00% 27 93,10% 29 100,00% 96,55% Rata-Rata Persentase Siklus I 62,14%
Tabel 5 Rekapitulasi dan Rata-rata Persentase Keaktifan Siswa Pada Siklus I
59
Hasil pengamatan pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
60
b. Analisis Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa aktivitas siswa pada siklus I sebagai berikut: 1) Bertanya Aktivitas siswa untuk mengajukan pertanyaan masih terlihat belum maksimal, khususnya mengajukan pertanyaan kepada guru. Hal ini ditandai dengan sebagian besar siswa lebih memilih untuk mengajukan pertanyaan kepada teman, baik pertanyaan tentang materi yang belum dipahami maupun penyelesaian soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Pembentukan kelompok dan diskusi berpasangan pada kegiatan belajar, membantu siswa untuk menyelesaikan permasalahan belajar, siswa menjadi leluasa dan terbuka untuk mengajukan pertanyaan dalam kelompoknya maupun kepada guru.
2) Menanggapi jawaban guru ataupun teman Rata-rata persentase menanggapi jawaban guru pada siklus I mengalami peningkatan dari pertemuan kedua sebesar 41,38% dan terus meningkat pada pertemuan berikutnya sampai pertemuan keempat menjadi 58,62%. Sebagian besar siswa antusias dalam menanggapi jawaban guru, meskipun pada pertemuan pertama hanya beberapa siswa yang menanggapi jawaban guru sedangkan siswa yang lainnya sibuk dengan kegiatannya sendiri. Sedangkan rata-rata persentase menanggapi jawaban teman pada siklus I mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua, namun mengalami penurunan pada pertemuan ketiga. Dalam hal menanggapi jawaban guru pada siklus I, siswa terlihat masih ragu-ragu dalam menanggapi pernyataan guru, mereka merasa takut salah jika menanggapi pernyataan guru, karena mereka menganggap pernyataan guru selalu benar.
61
3) Mengajukan pendapat Aktivitas siswa dalam mengajukan pendapat pada siklus I masih belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya jumlah siswa yang berani memberikan tanggapan dalam diskusi dan berani menyanggah pendapat teman lain saat diskusi. Di awal pembelajaran juga masih sedikit siswa yang memberikan contoh ketika guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab. Kurang maksimalnya aktivitas mengajukan pendapat pada siklus I ditandai beberapa siswa yang masih terlihat ragu-ragu untuk mengajukan pendapat mereka dalam bentuk mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas. Begitu juga dalam hal mengerjakan soal di papan tulis, sebagian besar siswa masih terlihat belum percaya diri ketika mengerjakan soal di papan tulis. Untuk mengatasi hal ini, guru meminta siswa untuk mengajukan pendapatnya dengan bahasa mereka sendiri, baik dalam hal memberikan contoh, memberikan tanggapan dalam diskusi, menyanggah pendapat teman lain saat diskusi, maupun mengerjakan soal di papan tulis.
4) Mengerjakan tugas Dalam kegiatan mengerjakan tugas, ada beberapa siswa yang tidak memenuhi tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa yang tidak mengerjakan latihan soal,
membuat
catatan/ringkasan materi dan tidak melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa. Beberapa siswa yang mengerjakan tugas juga masih ditemui yang hanya mencontek pekerjaan teman, atau dengan kata lain hanya menyalin pekerjaan temannya, dan terlihat masih bingung untuk membuat ringkasan materi.
5) Menghargai pendapat orang lain Aktivitas meghargai pendapat orang lain pada siklus I cukup baik. Meskipun pada pembelajaran pertama hanya beberapa siswa yang mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain, yaitu pendapat teman
62
ataupun guru, sedangkan sebagian besar lainnya masih sibuk dengan kegiatannya sendiri. Persentase aktivitas mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua, yaitu sebesar 58,62% pada pertemuan pertama dan meningkat menjadi 68,97% pada pertemuan kedua sampai pertemuan keempat. Tiga belas aspek keaktifan belajar matematika siswa yang diamati melalui lembar observasi aktivitas siswa memperoleh rata-rata persentase keaktifan siswa pada siklus I sebesar 62,14%, dan hasil ini belum menunjukkan tercapainya indikator penelitian. Perolehan hasil belajar matematika siswa pada siklus I yaitu sebagai berikut: Tabel 6 Hasil Belajar Matematika Siswa Pokok Bahasan Pecahan Pada Siklus I No.
Hasil Tes
Nilai
1.
Nilai terendah
18
2.
Nilai tertinggi
100
3.
Rata-rata nilai tes
68,41
4.
Persentase ketuntasan belajar klasikal
68.97%
c. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan analisis siklus I, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 62,14% dan hasil ini belum mencapai indikator keberhasilan yaitu persentase aktivitas siswa mencapai 75%. Karena aktivitas siswa pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan ke siklus II. 2. Berdasarkan perolehan nilai tes siklus I, siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih ada 20 siswa (68,97%). Hal ini belum mencapai indikator keberhasilan yaitu persentase siswa yang memperoleh nilai
63
65 atau lebih sebesar 75% atau lebih. Karena hasil belajar pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan ke siklus II. 3. Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus I dimana keberanian sebagian besar siswa untuk mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas masih belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh rasa takut salah baik untuk mengerjakan soal yang ada dalam lembar kerja siswa maupun lembar kegiatan siswa yang diberikan oleh guru. Selain itu, masih ada rasa malu untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. 4. Penerapan kelompok pada siklus I sudah sesuai. Akan tetapi, setiap anggota kelompok masih beradaptasi antara anggota kelompok yang satu dengan yang lainnya. 5. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I belum sesuai dengan waktu yang telah direncanakan terutama untuk jam pelajaran pertama. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan guru dengan adanya penggunaan 10 menit pada jam pertama untuk tadarus Al-Qur’an, sehingga waktu pembelajaran yang direncanakan semula 80 menit menjadi 70 menit. Dengan demikian perlu adanya penyesuaian dalam pembuatan rencana
pembelajaran
pada
siklus
kedua
terutama
untuk
pembelajaran pada jam pertama.
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 Maret 2011 untuk pertemuan 1, pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis tangggal 3 Maret 2011, pembelajaran 3 dilaksanakan pada hari Rabu tangggal 9 Maret 2011, sedangkan pembelajaran 4 dilaksanakan pada hari Kamis tangggal 10 Maret 2011. a. Pelaksanaan dan Observasi Pada siklus II dilaksanakan skenario pembelajaran yang ada dalam rencana pembelajaran yaitu dalam bentuk RPP pertemuan 1 sampai
64
dengan RPP pertemuan 4 siklus II yang dibuat oleh peneliti beserta LKSnya.
1) Pertemuan pertama (Rabu, 2 Maret 2011) Kegiatan awal pembelajaran matematika pada pertemuan pertama siklus II adalah guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai pecahan biasa dan campuran yang telah dipelajari pada jenjang sebelumnya. Pada kegiatan inti pembelajaran, siswa membuat dua buah lingkaran yang sama besar pada kertas yang berbeda dengan menggunakan jangka. Lingkaran yang pertama dibagi menjadi 8 bagian yang sama besar dan lingkaran yang kedua dibagi menjadi 4 bagian yang sama besar. Siswa diminta mengarsir (mewarnai) satu bagian dari kedua lingkaran yang dibuat dan dinyatakan kedalam
bentuk
pecahan.
Dengan
berdiskusi,
siswa
diminta
membandingkan kedua pecahan tersebut. Dalam berdiskusi, terjadi tanya jawab antar siswa. Jika dalam berdiskusi siswa mengalami kesulitan dan siswa yang lain tidak dapat membantunya dalam menjawab, maka mereka langsung bertanya kepada guru. Setelah siswa melakukan kegiatan yang diperintahkan oleh guru, salah satu pasangan siswa mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi hasil pekerjaan yang telah dibuat kelompok yang presentasi. Dalam kegiatan ini terdapat beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan berkaitan dengan pekerjaan yang telah dibuat oleh siswa yang sedang presentasi. Beberapa siswa memberikan tanggapan terhadap pernyataan siswa lain, baik memberikan tanggapan kepada kelompok yang berdiskusi maupun kepada siswa lain yang menyanggah. Pada pertemuan pertama siklus II ini Pada pertemuan ini seluruh siswa menyelesaikan latihan soal yang terdapat dalam lembar kerja siswa, diakhir pembelajaran sebagian besar siswa melengkapi ringkasan materi yang telah dipelajari. Dokumentasi aktivitas siswa membuat catatan/ringkasan materi pada pertemuan pertama siklus II dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
65
Gambar 7 Aktivitas Membuat Catatan/Ringkasan Materi
2) Pertemuan kedua (Kamis, 3 Maret 2011) Pokok pembahasan pertemuan kedua siklus II adalah mengenai perbandingan dan skala. Di awal pembelajaran, guru dan siswa membahas PR yang dianggap sulit oleh siswa dan tanya jawab materi pertemuan sebelumnya. Setelah melakukan apersepsi guru memberikan permasalahan real untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Pada pertemuan kedua, siswa yang mengalami kesulitan, mereka aktif bertanya kepada temannya ataupun guru. Begitupun ketika guru meminta perwakilan siswa mempresentasikan hasil kerjanya, sebagian besar siswa mengangkat tangan untuk maju kedepan. Pada kegiatan mengerjakan latihan soal, siswa menyelesaikannya secara berkelompok. Pada saat mengerjakan soal, siswa saling bertanya dan bertukar pendapat. Setelah mengerjakan latihan soal, sebagian besar siswa mencoba untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan menuliskan hasil pekerjaan di papan tulis. Pada pertemuan kedua ini, seluruh siswa telah mengerjakan latihan soal yang diberikan dan tidak ada siswa yang tidak membuat catatan/rangkuman materi, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang asal-asalan dan hanya menyalin pekerjaan
66
teman. Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan soal di papan tulis dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 8 Aktivitas Siswa Mengerjakan Soal di Papan Tulis
3) Pertemuan ketiga (Rabu, 9 Maret 2011) Pada pertemuan ketiga siklus II, siswa diberikan lembar kegiatan siswa untuk memahami konsep persen. Pada pertemuan ketiga ini suasana kelas memang sedikit ramai karena siswa saling berebut untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Begitupun ketika salah satu siswa menjelaskan hasil kerjanya, beberapa siswa lain yang memiliki hasil yang berbeda dengan hasil kerja siswa yang sedang prsentasi, terlihat antusias untuk bertanya. Beberapa siswa yang lain memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh siswa yang bertanya. Namun kegiatan
pembelajaran
terus
berlangsung
sesuai
dengan
yang
direncanakan. Dalam kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa tentang merubah pecahan menjadi bentuk persen dan merubah pecahan menjadi desimal, beberapa siswa langsung tunjuk tangan untuk memberikan jawaban dari setip pertanyaan yang diajukan oleh guru. Meskipun beberapa jawaban diantaranya kurang tepat, namun mereka tetap percaya diri menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
67
Dengan
pengetahuan
yang
telah dimiliki,
kemudian
siswa
menyelesaikan latihan soal pada Lembar Kerja Siswa yang diberikan oleh guru. Beberapa siswa terlihat ada yang mengerjakan secara bersama-sama dan ada juga yang mengerjakan sendiri. Kemudian setelah siswa selesai mengerjakan, beberapa siswa maju untuk mengerjakan soal di papan tulis. Pada pertemuan ini, seluruh siswa telah mengerjakan latihan soal yang diberikan, namun beberapa siswa tidak membuat catatan/ringkasan materi. Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan latihan soal dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 9 Aktivitas Siswa Mengerjakan Latihan Soal
4) Pertemuan keempat (Kamis, 10 Maret 2011) Pokok pembahasan pada pertemuan keempat siklus II adalah menentukan persentase dari jumlah benda. Pada awal pembelajaran, guru dan siswa membahas tugas rumah yang dianggap sulit oleh siswa, pada kegiatan ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Beberapa siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya yang belum dipahami. Pada kegiatan inti pembelajaran, guru memberikan sebuah contoh permasalahan dalam kehidupan sehari-hari kemudian menyelesaikan
68
permasalahan tersebut. Kemudian siswa diberikan sebuah pertanyaan pendahuluan yaitu “berapa banyak uang jajanmu setiap hari?“. Nampak sebagian besar siswa antusias menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban yang berbeda-beda. Dalam kegiatan diskusi kelompok, siswa terlihat saling bertukar pikiran dan pendapat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, yaitu menentukan 25% dari jumlah uang jajan seluruh anggota kelompoknya. Pada diskusi kelas, sebagian besar siswa terlihat aktif, ada yang mengajukan pertanyaan, menanggapi pernyataan yang diberikan oleh temannya ataupun guru, ada juga yang maju kedepan kelas untuk memberikan penjelasan. Beberapa siswa yang pada pertemuan sebelumnya jarang bertanya, pada pertemuan keempat ini mereka nampak mengajukan pertanyaan seputar soal yang mereka kerjakan, baik kepada guru maupun teman. Diakhir pertemuan keempat di siklus II ini, seluruh siswa telah menyelesaikan latihan soal yang diberikan dan membuat ringkasan materi. Dokumentasi aktivitas siswa membuat ringkasan materi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 10 Aktivitas Siswa Membuat Ringkasan Materi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
No.
Keterangan: Pada pertemuan ke-2, satu siswa tidak hadir karena sakit
Aspek Yang Diamati
Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2 Pertemuan Ke-3 Pertemuan Ke-4 Rata-rata Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa PersentaseJumlah Siswa Persentase Menanggapi jawaban guru 13 44,83% 16 57,14% 12 41,38% 15 51,72% 48,77% Memberikan contoh 10 34,48% 15 53,57% 0 0,00% 15 51,72% 34,94% Berani memberikan tanggapan dalam diskusi 26 89,66% 25 89,29% 27 93,10% 27 93,10% 91,29% Berani menyanggah pendapat teman lain saat diskusi 21 72,41% 22 78,57% 25 86,21% 25 86,21% 80,85% Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru 15 51,72% 18 64,29% 20 68,97% 23 79,31% 66,07% Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada teman 22 75,86% 23 82,14% 25 86,21% 27 93,10% 84,33% Menanggapi jawaban teman 22 75,86% 22 78,57% 26 89,66% 20 68,97% 78,26% Berani mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas 15 51,72% 22 78,57% 15 51,72% 19 65,52% 61,88% Mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain 20 68,97% 26 92,86% 25 86,21% 24 82,76% 82,70% Mengerjakan soal di papan tulis 20 68,97% 18 64,29% 22 75,86% 24 82,76% 72,97% Mengerjakan latihan soal 29 100,00% 28 100,00% 29 100,00% 29 100,00% 100,00% Membuat catatan/ringkasan materi 25 86,21% 28 100,00% 29 100,00% 29 100,00% 96,55% Melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa 27 93,10% 27 96,43% 29 100,00% 29 100,00% 97,38% Rata-Rata Persentase Siklus II 76,62%
Tabel 7 Rekapitulasi dan Rata-rata Persentase Keaktifan Siswa Pada Siklus II
69
Hasil pengamatan pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
70
b. Analisis Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa aktivitas siswa pada siklus II sebagai berikut: 1) Bertanya Aktivitas siswa untuk mengajukan pertanyaan pada siklus II mengalami penigkatan dari pertemuan pertama sampai pada pertemuan keempat, baik mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru maupun kepada teman. Selain itu ada beberapa siswa yang mulai berani mengajukan pertanyaan kepada guru ketika menemukan kesulitan dan belum menemukan solusinya, padahal pada siklus I siswa-siswi tersebut terlihat pasif pada saat kegiatan belajar. Pembentukan kelompok dan diskusi berpasangan pada kegiatan belajar membantu siswa untuk menyelesaikan permasalahan belajar, siswa dapat saling memberi dan menerima pelajaran dengan teman-temannya. Meningkatnya aktivitas bertanya siswa dapat dilihat dari meningkatnya jumlah siswa yang melakukan aktivitas tersebut dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat.
2) Menanggapi jawaban guru ataupun teman Aktivitas menanggapi jawaban guru ataupun teman pada siklus II terlihat lebih baik. Sebagian besar siswa tidak lagi merasa ragu maupun malu untuk menanggapi jawaban guru ataupun teman, termasuk ketika ada jawaban guru ataupun teman yang berbeda dengan jawabannya. Pada kegiatan pembelajaran siklus II, siswa lebih percaya diri dalam memberikan tanggapan terhadap jawaban guru maupun teman.
3) Mengajukan pendapat Pada pembelajaran di siklus II, aktivitas siswa dalam hal mengajukan pendapat sudah lebih baik dari siklus I. Dari pertemuan pertama, jumlah siswa yang menyanggah pendapat teman lain saat diskusi sudah cukup banyak, yang kemudian meningkat pada pertemuan
71
berikutnya. Meningkatnya aktivitas mengajukan pendapat ditandai oleh meningkatnya aktivitas memberikan contoh, memberikan tanggapan dalam diskusi, mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas, dan mengerjakan soal di papan tulis. Pada siklus II, sebagian besar siswa berani untuk mengemukakan pendapatnya, siswa tidak lagi malu taupun ragu untuk mengutarakan pendapatnya.
4) Mengerjakan tugas Rata-rata persentase aktivitas mengerjakan soal pada siklus II, membuat catatan/ringkasan materi maupun melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa, relatif meningkat dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat. Hampir seluruh siswa telah bertanggung jawab dengan mengerjakan latihan soal dan membuat catatan/ringkasan materi.
5) Menghargai pendapat orang lain Aktivitas siswa dalam mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain, baik guru maupun teman mengalami peningkatan pada pertemuan pertama sampai pertemuan kedua, seddangkan pada pertemuan ketiga dan keempat mengalami sedikit penurunan. Meskipun demikian, pada
proses
pembelajaran
di
siklus
II
sebagian
besar
siswa
mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain, hanya beberapa siswa yang tidak memperhatikan, sehingga proses pembelajaran tetap efektif. Berdasarkan hasil pengamatan selama siklus II diperoleh rata-rata persentase keaktifan belajar matematika siswa adalah 78,82%. Hal ini menandakan bahwa indikator keberhasilan penelitian sudah tercapai, sehingga penelitian dihentikan sampai di siklus II. Hal tersebut juga diikuti oleh hasil belajar matematika pada siklus II yang memperoleh nilai yang cukup baik dengan nilai rata-rata.
72
Hasil belajar siswa selama penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Hasil Belajar Matematika Siswa Pokok Bahasan Pecahan pada Siklus II No. 1. 2. 3. 4.
Hasil Tes Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai tes Persentase ketuntasan belajar klasikal
Nilai 20 100 76,03 79,31%
c. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan analisis siklus II, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus II sebesar 76,62% dan hasil ini sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu persentase aktivitas siswa mencapai 75% atau lebih. Oleh karena itu penelitian dihentikan sampai siklus II. 2. Berdasarkan perolehan nilai tes siklus II, siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih ada 23 siswa (79,31%). Dengan demikian sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu persentase siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih sebesar 75% atau lebih. 3. Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus II, keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil kerja/diskusi di depan kelas dan memberikan tanggapan dalam diskusi semakin baik. Hal ini diikuti pula oleh aktivitas yang lain. 4. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. 5. Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran siklus II, diperoleh data bahwa pembelajaran dengan pendekatan paikem semakin optimal, peran aktif siswa dalam pembelajaran semakin meningkat dengan peningkatan sebesar 14,48% jika dibandingkan dengan siklus I. Keaktifan siswa dalam siklus II ini sudah terlihat merata, pelaksanaan diskusi kelompok juga sudah berjalan dengan baik.
73
Sebagian besar siswa berani bertanya, menanggapi jawaban guru, maupun memberikan pendapat tanpa ada dorongan dari guru, sehingga guru tidak lagi mendominasi diskusi kelas.
B. Pembahasan 1. Deskripsi Data Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa yang dilakukan selama dua siklus, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 9 Persentase Rata-rata Keaktifan Siswa No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Aspek Yang Diamati Menanggapi jawaban guru Memberikan contoh Berani memberikan tanggapan dalam diskusi Berani menyanggah pendapat teman lain saat diskusi Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada teman Menanggapi jawaban teman Berani mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas Mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain Mengerjakan soal di papan tulis Mengerjakan latihan soal Membuat catatan/ringkasan materi Melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa Rata-rata Persentase
Siklus I 48,28% 36,21% 40,52% 63,79% 56,03% 75,00% 51,72% 34,48% 69,83% 47,41% 94,83% 93,10% 96,55% 62,14%
Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa pada tabel di atas, dapat dilihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengamatan pada siklus I bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 62,14%. Sedangkan pada siklus II rata-rata persentase aktivitas siswa yaitu 76,62%. Dengan demikian setelah pembelajaran siklus II, indikator keberhasilan sudah tercapai. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran materi pecahan dapat dilihat pada gambar berikut:
Siklus II 48,77% 34,94% 91,29% 80,85% 66,07% 84,33% 78,26% 61,88% 82,70% 72,97% 100% 96,55% 97,38% 76,62%
Rata-rata Persentase
74
Siklus I Siklus II
Aspek Yang Diamati
Gambar 11 Grafik Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
Grafik pada gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa secara berurutan ada peningkatan rata-rata keaktifan siswa dari siklus I sampai siklus II, meskipun pada aspek kedua yaitu aktivitas memberikan contoh terjadi penurunan dari siklus I ke siklus II sebesar 1,27%. Dari pengamatan yang dilakukan diketahui rata-rata persentase aktivitas yang mengalami peningkatan cukup baik yaitu memberikan tanggapan dalam diskusi pada siklus pertama sebesar 40,52%, kemudian pada siklus kedua sebesar 91,29%. Rata-rata persentase aktivitas menanggapi jawaban teman pada siklus pertama sebesar 51,72%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 78,26%. Rata-rata persentase mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas pada pertemuan pertama sebesar 34,48% dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 61,88%. Sedangkan persentase rata-rata mengerjakan soal di papan tulis pada pertemuan pertama sebesar 47,41% kemudian meningkat pada pertemuan kedua menjadi 72,97%. Aktivitas lain yang juga mengalami peningkatan adalah mengajukan pendapat. Hal ini ditandai dari meningkatnya aspek berani menyanggah
75
pendapat teman lain saat diskusi. Aktivitas menyanggah pendapat teman lain saat diskusi mengalami peningkatan cukup baik, dimana pada siklus I ratarata persentasenya adalah 63,79% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,85%. Selain itu aktivitas menghargai pendapat orang lain juga mengalami peningkatan yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata persentase aktivitas mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain pada siklus pertama sebesar 69,83% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,70%. Dari hasil pengamatan juga diketahui bahwa dalam penelitian ini aktivitas menanggapi jawaban guru dan aktivitas bertanya juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Persentase rata-rata menanggapi jawaban guru pada siklus I sebesar 48,28% menjadi 48,77% pada siklus II. Persentase rata-rata aktivitas mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru pada pertemuan pertama sebesar 56,03% meningkat pada siklus II menjadi 66,07%, sedangkan persentase rata-rata aktivitas mengajukan pertanyaan yang relevan kepada teman pada siklus I sebesar 75% meningkat pada siklus II menjadi 84,33%. Dalam penelitian ini aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang dapat dikategorikan sangat baik adalah aspek mengerjakan tugas yang terdiri atas aktivitas mengerjakan latihan soal, membuat catatan/ringkasan materi dan melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa. Pada siklus pertama rata-rata persentase mengerjakan latihan soal sebesar 94,83% dan meningkat pada siklus kedua menjadi 100%, aktivitas ini tidak hanya mengalami peningkatan tetapi juga sudah maksimal. Rata-rata persentase aktivitas membuat catatan/ringkasan materi pada siklus pertama sebesar 93,10% dan meningkat menjadi 96,55% pada siklus kedua. Sedangkan ratarata persentase aktivitas melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa sebesar 96,55% pada siklus pertama dan meningkat menjadi 97,38% pada siklus kedua. Berdasarkan hasil penelitian, data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus pertama sebesar 62,14%.
76
Sedangkan rata-rata persentase aktvitas siswa pada siklus kedua sebesar 76,62%. Adapun perolehan hasil belajar matematika siswa pada siklus I dan Siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 10 Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Pecahan Pada Siklus I dan Siklus II No.
Nilai
Hasil Tes Siklus I
Siklus II
1.
Nilai terendah
18
20
2.
Nilai tertinggi
100
100
3.
Rata-rata nilai tes
68,41
76,03
4.
Jumlah siswa yang tuntas
20
23
5.
Persentase ketuntasan belajar klasikal
68.97%
79,31%
Grafik Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I dan Siklus II SIKLUS 1 SIKLUS 2
Gambar 12 Grafik Hasil Belajar Matematika Siswa
77
Peningkatan keaktifan siswa dari siklus I sampai siklus II diiringi dengan meningkatnya hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui adanya peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 20 siswa (68,97%) sedangkan siswa yang tuntas belajar pada siklus II sebanya 23 siswa (79,31%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II serta tercapainya indikator keberhasilan yaitu nilai ratarata kelas ≥ 65 dan siswa yang mencapai nilai ≥ 65 (mencapai ketuntasan) sebanyak 75% dari jumlah siswa dalam kelas. Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui nilai rata-rata matematika kelas meningkat setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM. Rata-rata tes hasil belajar siklus I sebesar 68,41 dan meningkat pada siklus II menjadi 76,03, hal ini berarti rata-rata hasil belajar matematika mengalami peningkatan sebesar 7,62 poin. Berdasarkan hasil analisis dan observasi, data yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan dengan penerapan pendekatan PAIKEM mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II secara berurutan yaitu 62,14% dan 76,62%. Indikator keberhasilan aktivitas siswa pada penelitian tindakan kelas ini ditetapkan sebesar 75%. Berdasarkan indikator tersebut, maka aktivitas siswa tercapai pada siklus II. Aktivitas siswa pada siklus I belum optimal. Penerapan pendekatan paikem ini bagi siswa masih merupakan hal baru. Walaupun mereka sudah pernah melakukan pembelajaran kelompok dan pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa. Pada saat diskusi masih banyak siswa yang tidak serius dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa. Pada pembelajaran siklus I diperoleh data bahwa masih banyak siswa yang proses belajarnya belum optimal, keaktifan siswa dalam siklus ini masih belum merata hanya siswa-siswa tertentu saja yang terlihat aktif dalam pembelajaran, pada saat diskusi kelompok pelaksanaannya belum berjalan dengan optimal, siswa masih tampak malu, enggan, dan takut salah dalam
78
bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat dan memberikan tanggapan. Hal tersebut diduga karena siswa belum terbiasa pada penerapan pendekatan PAIKEM. Pada siklus II keaktifan siswa hampir merata, hanya siswa-siswa tertentu saja yang kurang aktif dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran dan diskusi kelas pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik, sehingga guru tidak lagi mendominasi pembelajaran. Sebagian besar siswa mulai berani bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat dan memberi tanggapan. Pada siklus II ini guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, terutama siswasiswa yang belum aktif dengan menunjuk dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat dan memberikan tanggapan juga dengan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran, hal tersebut cukup efektif, karena aktivitas pembelajaran tidak didominasi oleh siswa yang pandai saja. Selain itu berdasarkan hasil analisis aktivitas belajar siswa yang berkembang sangat baik yaitu aktivitas mengerjakan latihan soal, membuat catatan/ringkasan materi dan melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa. Ketiga aktivitas ini tidak hanya mengalami peningkatan tetapi juga hampir maksimal. Pada siklus I masih terdapat beberapa siswa yang tidak mengerjakan latihan soal. Hal ini selain dikarenakan mereka tidak serius dalam belajar, juga mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Pada siklus II ketiga aktivitas ini rata-rata persentasenya hampir mencapai maksimal, aktivitas mengerjakan latihan soal pada siklus kedua mencapai nilai maksimal yaitu 100%. Keaktifan belajar siswa ternyata memberi pengaruh terhadap hasil belajarnya. Hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian ini juga mengalami peningkatan yang cukup baik. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menyebabkan interaksi yang baik antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa yang lain, aktivitas merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan prestasi belajar.
79
Berdasarkan hasil wawancara guru terhadap pembelajaran matematika yang menerapkan pendekatan paikem, baik pada siklus I maupun siklus II, guru menyatakan setuju bahwa dengan penerapan pendekatan paikem pada materi pecahan dapat meningkatkan aktivitas siswa. Guru yang juga mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar, melihat bahwa siswanya memang lebih aktif. Termasuk sikap saling menghargai pendapat orang lain semakin baik, sehingga baik siswa yang berkemampuan tinggi maupun rendah ikut memberikan andil dalam usaha memahami materi pelajaran secara bersama. Dilihat dari hasil pengamatan, catatan lapangan, dokumentasi dan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus, terlihat bahwa penerapan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran
matematika pada materi pecahan dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan juga memberikan kontribusi terhadap hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kelas V MI AlMursyidiah Pamulang.
2. Pembahasan Hasil Temuan Penerapan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan keaktifan siswa, karena siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata hanya menerima informasi atau pelajaran dari guru. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata1 bahwa PAIKEM merupakan pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Pada prosesnya, timbul rasa keingintahuan siswa sehingga timbul sebuha pertanyaan, ide serta 1
Muhibbin Syah & Rahayu Kariadinata. (2009). Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). (Bandung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung), h.1.
80
cara pemecahan permasalahan yang berbeda-beda. Dengan demikian diperlukan keaktifan siswa pada proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan, terlihat bahwa keaktifan siswa lebih baik dibandingkan sebelum dilakukan penelitian. Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan paikem, memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua. Proses pembelajaran yang berlangsung menuntut siswa untuk berperan aktif, guru memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berpendapat sesuai dengan temuannya masing-masing dalam kegiatan pembelajaran untuk membangun pengetahuan siswa. Penerapan pendekatan paikem dalam pembelajaran matematika melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai kegiatan, selain itu melatih kemandirian siswa dalam belajar termasuk keterampilan mencari dan memanfaatkan informasi. Dengan demikian selama proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan,
sehingga
dalam
pelaksanaannya
siswa
dapat
memecahkan permasalahan, dengan kata lain dapat membantu siswa untuk memahami konsep dari materi yang dipelajari. Dengan pemahaman konsep yang baik siswa menjadi lebih percaya diri untuk menyelesaikan latihan soal. Berdasarkan hasil tes akhir akhir siklus I dan siklus II, rata-rata hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan, begitupun dengan jumlah siswa yang tuntas belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian Indarti Relik (2005) yang berjudul ”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Turunan Andong Boyolali Pokok Bahasan Bangun Ruang dengan Model PAKEM Melalui Penggunaan Alat Peraga Matematika Buatan Siswa”, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Mipa, Universitas Negeri Semarang, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model PAKEM melalui penggunaan alat peraga matematika buatan siswa dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa
81
dalam pembelajaran. Begitupun dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggun Eko Ferianto (2009) yang berjudul “Penerapan PAKEM untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Sindurejo 01 Kabupaten Malang” Skripsi Jurusan S 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Universitas Negeri Malang, dapat disimpulkan bahwa penerapan PAKEM pada pembelajaran matematika meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu terdapat peningkatan aktivitas maupun hasil belajar siswa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan pendekatan PAIKEM pada proses pembelajaran matematika materi pecahan dapat meningkatkan aktivitas siswa. Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 62,14%. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus II mencapai 76,62%. Dengan demikian aktivitas siswa tergolong baik. Aktivitas siswa yang berkembang dengan baik meliputi kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan dalam diskusi, mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas, menanggapi jawaban teman, mengerjakan soal di papan tulis, menyanggah pendapat teman lain saat diskusi dan mendengarkan/memperhatikan pendapat teman lain saat diskusi. 2. Pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM
juga dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa, hal ini terlihat pada siklus I siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih sebanyak 20 siswa, atau dengan kata lain ketuntasan klasikalnya sebesar 68,97%. Sedangkan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih sebanyak 23 siswa (79,31%). Nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 68,4, sedangkan nilai rata-rata siswa pada siklus II sebesar 76,03.
B. Saran Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian tindakan kelas pada kelas V MI Al-Mursyidiah Pamulang, peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Pendekatan PAIKEM perlu dilaksanakan oleh guru karena dengan pembelajaran tersebut dapat melatih siswa dalam mengembangkan aktivitas siswa, keterampilan siswa dalam berpikir dan bekerja sama secara kelompok.
82
83
2. Dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM, guru harus memperhatikan alokasi waktu yang dialokasikan. 3. Pendekatan PAIKEM perlu diterapkan pada materi selain pecahan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Amri, Sofan dan Iif Khoiru. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka. Balai Pustaka. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Budimansyah, Dasim, dkk. 2009. PAIKEM (Pendekatan Aktif, Kreatif, efektif, dan Menyenangkan). Bandung: PT. Genesindo. Indrawati dan Wawan Setiawan. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan untuk guru SD. Jakarta: PPPPTK IPA. Kadir. 2006.” Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Soal-soal Terbuka” Algoritma Jurnal Jurusan Pendidikan Matematika Vol. 1 No. 1 (Juni 2006). Nurhayati, Tri Kurnia. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Eska Media. Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung; Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: IMSTEP UPI. Tim LPP-SDM. 2010. Ensiklopedia Pendidikan Islam; Proses dan istilah Umum dalam Pendidkan Islam. Jakarta: Binamuda.
84
85
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibbin & Rahayu Kariadinata. 2009. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Bandung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
INTERNET “Aktivitas Belajar Matematika” dalam http://matematikamobile.uni.cc/aktivitasbelajar-matematika, 28 Desember 2010, 10:50. “Aktivitas
dan
Prestasi
Belajar”
dalam
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prestasi-belajar/, 28 Maret 2011, 15:16 WIB. “Aktivitas dan Prestasi Belajar” dalam http//ipotes.wordpress.com, 13 Desember 2010, 08:49. “Aktivitas Belajar” dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitasbelajar/, 13 Desember , 08:58. “Bilangan
Pecahan”
http://amalia07.files.wordpress.com/2008/07/bilangan-1.pdf, Desember 2010, 09:09.
dalam 13
86
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1 PERTEMUAN KE-1
Nama Sekolah
: MI AL-Mursyidiah
Mata Pelajaran
:Matematika
Kelas/Semester
:V/2
Tahun Pelajaran
:2010/2011
Pokok Bahasan
:Pecahan : 3.
Standar Kompetensi
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
: 3.1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan
Kompetensi Dasar
bilangan-bilangan pecahan. : a.
Indikator
Melakukan
penjumlahan
pecahan
berpenyebut tidak sama. : 2x40 Menit
Alokasi Waktu
A.
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjumlahkan dua bilangan pecahan berpenyebut tidak sama.
B.
Materi Ajar Pecahan
C.
Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran dengan penerapan PAIKEM
D.
Langkah-langkah Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan Apersepsi: 1.
a. Perkenalan. b. Guru mengkondisikan kelas.
10‘
87
Motivasi: Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok bahasan yang akan dipelajari. Inti a. Siswa diingatkan kembali pada penjumlahan pecahan berpenyebut sama yang telah siswa pelajari pada jenjang sebelumnya.
b. Guru memberikan pengalaman-pengalaman dalam ilustrasi kehidupan sehari-hari. Yaitu dengan mengemukakan cerita berikut: 1 bagian dari cakenya di atas meja. 4 1 Kemudian ibu memberinya sepotong lagi yang besarnya 2 bagian. Berapa kue adik sekarang? c. Guru menyelesaikan permasalahan tesebut dengan
Adik meletakkan
2.
mengunakan alat peraga yang dibuat oleh guru, dan guru menginstruksikan kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang diperagakan oleh guru. d. Dengan tanya jawab, guru menjelaskan konsep penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama. e. Siswa dikondisikan dalam berkelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa. f. Setiap kelompok diberikan kartu pecahan yang telah dibuat oleh guru. g. Siswa diminta untuk memotong kotak-kotak tersebut. h. Guru meminta siswa mengambil 3 potong kartu yang memiliki kode yang sama.
60‘
88
i. Kemudian tiga potong kartu yang diperoleh, diminta untuk dituliskan sebagai hasil operasi penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama. j. Setiap kelompok menempelkan hasil kerjanya di papan tulis, dan ditentukan kelompok-kelompok yang akan saling mengevaluasi. k. Guru menuliskan hasil pasangan kartu pecahan dipapan tulis sebagai bahan evaluasi. l. Siswa menyelesaikan lembar kerja siswa 1. m. Guru membahas penyelesaian soal yang masih dianggap sulit oleh siswa. Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan materi yang
10‘
telah dipelajari.
3.
b. Siswa diberikan pekerjaan rumah dan ditugaskan membaca materi tentang pengurangan dua pecahan.
E.
Sumber, Alat/Media Belajar Sumber : -
Rj.Soenarjo. Matematika 5. Jakarta :Pusat Perbukuan Depdiknas. 2007.
-
Sumanto, dkk. Gemar Matematika 5. Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas. 2008.
Alat/media : Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol dan media yang dibuat oleh guru.
F.
Penilaian Jenis penilaian
:Tes
Teknik
:Tes tulis
Bentuk instrumen :Uraian (terlampir)
89
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1 PERTEMUAN KE-2
Nama Sekolah
: MI AL-Mursyidiah
Mata Pelajaran
:Matematika
Kelas/Semester
:V/2
Tahun Pelajaran
:2010/2011
Pokok Bahasan
:Pecahan : 3.
Standar Kompetensi
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
: 3.1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan
Kompetensi Dasar
bilangan-bilangan pecahan. : a.
Indikator
Melakukan pengurangan bilangan pecahan berpenyebut tidak sama
: 2x40 Menit
Alokasi Waktu
A.
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat melakukan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama.
B.
Materi Ajar Pecahan
C.
Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran dengan penerapan PAIKEM
D.
Langkah-langkah Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Guru menyampaikan keterkaitan materi sebelumnya dengan
10‘
Pendahuluan Apersepsi: 1.
materi yang akan dipelajari. Motivasi: Memberi motivasi siswa agar tertarik dalam proses pembelajaran
90
yang akan berlangsung. Inti a. Siswa diingatkan kembali pada materi sebelumnya yaitu penjumlahan dua pecahan berpenyebut tidak sama. b. Guru
menjelaskan
materi pengurangan
pecahan
60‘ yang
penyebutnya berbeda. c. Guru memberikan permasalahan dalam bentuk soal cerita. d. Siswa diminta menyelesaikan soal tersebut secara lengkap dengan langkah-langkahnya. 2.
e. Setelah semua siswa selesai menjawab soal tersebut, siswa di perintahkan berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain dan membahasnya. f. Guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk saling melengkapi dan membuat jawaban baru, kemudian mengundi pasangan-pasangan
yang
akan
mempresentasikan
hasil
kerjanya agar dapat dievaluasi oleh guru. g. Siswa menyelesaikan lembar kerja siswa 2. h. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada materi yang belum dipahami. Penutup a. Guru dan siswa melakukan refleksi dari materi yang 3.
10‘
dipelajari. b. Siswa diberikan tugas (pekerjaan rumah). c. Siswa ditugaskan membawa kertas berpetak 1 lembar dan pensil warna atau krayon.
E.
Sumber, Alat/Media Belajar Sumber : -
Rj.Soenarjo. Matematika 5. Jakarta :Pusat Perbukuan Depdiknas. 2007.
-
Sumanto, dkk. Gemar Matematika 5. Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas. 2008.
91
Alat/media : Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol dan media yang dibuat oleh guru. F.
Penilaian Jenis penilaian
:Tes
Teknik
:Tes tulis
Bentuk instrumen :Uraian (terlampir)
92
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1 PERTEMUAN KE-3
Nama Sekolah
: MI AL-Mursyidiah
Mata Pelajaran
:Matematika
Kelas/Semester
:V/2
Tahun Pelajaran
:2010/2011
Pokok Bahasan
:Pecahan : 3.
Standar Kompetensi
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
: 3.2. Melakukan
Kompetensi Dasar
perkalian
dan
pembagian
bilangan-bilangan pecahan. Indikator
: a.
Alokasi Waktu
: 2x40 Menit
A.
Melakukan perkalian pecahan
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat melakukan perkalian pecahan.
B.
Materi Ajar Pecahan
C.
Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran dengan penerapan PAIKEM
D.
Langkah-langkah Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan Apersepsi: 1.
a. Guru mengkomunikasikan dan menulis pokok bahasan. b. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran. Motivasi: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
10‘
93
Inti a. Siswa dikondisikan kedalam 5 kelompok, setiap kelompok memilih
ketua
kelompok,
dan
masing-masing
60‘
siswa
ditugaskan menyiapkan kertas berpetak. b. Guru membagikan lembar kegiatan siswa (terlampir) kepada setiap siswa. c. Dengan bimbingan guru, siswa melakukan kegiatan seperti yang tertera pada lembar kegiatan siswa. d. Setiap ketua kelompok dibentuk kedalam sebuah kelompok (kelompok ahli) untuk menyatukan hasil kerja dan saling melengkapi, sehingga terbentuk sebuah hasil kerja dan diskusi 2.
kelas yang telah dilengkapi. e. Guru memberikan kesempatan kepada salah satu anggota kelompok ahli untuk mempresentasikan hasil kerja dan diskusi. f. Guru mengevaluasi hasil kegiatan siswa, dan dengan tanya jawab,
guru
menjelaskan
perkalian
pecahan
untuk
menguatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi perkalian pecahan. g. Siswa menyelesaikan lembar kerja siswa 3 yang dibagikan oleh guru. h. Guru membahas penyelesaian soal yang dianggap sulit oleh siswa. Penutup a. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 3.
b. Guru memberikan tugas (pekerjaan rumah). c. Siswa
ditugaskan
membaca
materi
untuk
pertemuan
berikutnya yaitu pembagian pecahan serta membawa gunting dan pita sepanjang 2 m.
10‘
94
E.
Sumber, Alat/Media Belajar Sumber : -
Rj.Soenarjo. Matematika 5. Jakarta :Pusat Perbukuan Depdiknas. 2007.
-
Sumanto, dkk. Gemar Matematika 5. Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas. 2008.
Alat/media : Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol dan media yang dibuat oleh guru.
F.
Penilaian Jenis penilaian
:Tes
Teknik
:Tes tulis
Bentuk instrumen :Uraian (terlampir)
95
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1 PERTEMUAN KE-4
Nama Sekolah
: MI AL-Mursyidiah
Mata Pelajaran
:Matematika
Kelas/Semester
:V/2
Tahun Pelajaran
:2010/2011
Pokok Bahasan
:Pecahan : 3.
Standar Kompetensi
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
: 3.2. Melakukan
Kompetensi Dasar
perkalian
dan
pembagian
pecahan. : a.
Indikator
Melakukan operasi pembagian bilangan asli dengan pecahan biasa.
: 2x40 Menit
Alokasi Waktu
A.
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat melakukan operasi pembagian bilangan asli dengan pecahan biasa.
B.
Materi Ajar Pecahan
C.
Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran dengan penerapan PAIKEM
D.
Langkah-langkah Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Dengan menggunakan metode tanya jawab, guru mengingatkan
10‘
Pendahuluan Apersepsi: 1.
siswa tentang materi prasyarat yang akan digunakan yaitu konsep pembagian merupakan pengurangan berulang.
96
Motivasi: Guru menginformasikan kepada siswa tentang materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Inti a. Siswa dikondisikan berpasangan dan diminta mempersiapkan alat dan bahan yang mereka bawa, yaitu pita dan gunting. b. Guru membuka pembelajaran dengan cara mengemukakan permasalahan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan materi bilangan asli yang dibagi dengan pecahan biasa. Permasalahan: Ini ada pita yang panjangnya 2 m akan kamu buat bunga. Setiap bunga memerlukan pita
1 m. Berapa 4
bunga yang dapat kamu buat? c. Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan cara memperoleh hasilnya. d. Guru memperjelas cara memperagakan media, menggambar 2.
secara sederhana dan cara memperoleh hasil yaitu dengan cara pengurangan, kemudian mengembangkannya dalam bentuk pembagian. Permasalahan tersebut dalam bentuk gambar adalah sebagai berikut: 1 meter
1 meter
1 bunga Ada 8 bunga. Dalam bentuk kalimat matematika:2-
Ada 8 pengambilan dengan
1 1 1 1 1 1 1 1 - - - - - - 4 4 4 4 4 4 4 4
1 1 atau 2: =8 4 4
e. Setiap pasangan diberikan permasalahan sebagai berikut: Kakak mempunyai pita sepanjang 2 m yang akan dibuat bros.
60‘
97
2 m. Berapa bros 5
Setiap bros memerlukan pita sepanjang yang dapat dibuat? f. Dengan
bimbingan
menyelesaikan
guru,
siswa
permasalahan
yang
secara ada
berpasangan seperti
yang
dicontohkan oleh guru. g. Setelah semua pasangan menyelesaikan tugasnya, maka hasil kerjanya ditempel di papan tulis. h. Beberapa pasangan siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya, dan siswa yang lainnya menanggapi. i. Melalui tanya jawab, guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi, yaitu ada 5 pengambilan dengan
2 2 atau 2: =5 5 5
j. Siswa dan guru memeriksa jawaban setiap pasangan. k. Siswa menyelesaikan lembar kerja siswa 4. Penutup a. Guru dan siswa melakukan refleksi. 3.
10‘
b. Siswa diberikan pekerjaan rumah. c. Siswa ditugaskan membawa kertas hvs dua lembar, jangka dan gunting pada pertemuan selanjutnya dan diingatkan jadwal ulangan harian 1.
E.
Sumber, Alat/Media Belajar Sumber : -
Rj.Soenarjo. Matematika 5. Jakarta :Pusat Perbukuan Depdiknas. 2007.
-
Sumanto, dkk. Gemar Matematika 5. Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas. 2008.
Alat/media : Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol dan media yang dibuat oleh guru.
98
F.
Penilaian Jenis penilaian
:Tes
Teknik
:Tes tulis
Bentuk instrumen :Uraian (terlampir)
99
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 2 PERTEMUAN KE-1
Nama Sekolah
: MI AL-Mursyidiah
Mata Pelajaran
:Matematika
Kelas/Semester
:V/2
Tahun Pelajaran
:2010/2011
Pokok Bahasan
:Pecahan : 3.
Standar Kompetensi
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
: 3.3. Membandingkan dua pecahan.
Indikator
: a.
Alokasi Waktu
: 2x40 Menit
A.
Membandingkan dua bilangan pecahan.
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat membandingkan dua pecahan.
B.
Materi Ajar Pecahan
C.
Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran dengan penerapan PAIKEM
D.
Langkah-langkah Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan Apersepsi: a. Guru mengkondisikan kelas. 1.
b. Mengulang pemahaman tentang pecahan biasa dan campuran yang telah dipelajari pada jenjang sebelumnya. Motivasi: Menyampaikan apabila materi ini dikuasai dengan baik, maka
10‘
100
dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Inti a. Siswa dikondisikan kerja berpasangan dan menyiapkan kertas
60‘
hvs yang diperintahkan pada pertemuan sebelumnya. b. Guru meminta kepada siswa agar setiap pasangan membuat dua buah lingkaran yang sama besar pada kertas yang berbeda dengan menggunakan jangka. Lingkaran yang pertama dibagi menjadi 8 bagian yang sama besar dan lingkaran yang kedua dibagi menjadi 4 bagian yang sama besar. c. Siswa diminta mengarsir (mewarnai) satu bagian dari kedua lingkaran yang dibuat dan dinyatakan kedalam bentuk pecahan.
2.
d. Dengan berdiskusi, siswa diminta membandingkan kedua pecahan tersebut. e. Guru meminta hasil kerja setiap pasangan ditempel di papan tulis, dan beberapa pasangan mempresentasikan hasil kerjanya. f. Dengan tanya jawab, siswa dan guru membahas perbandingan dua pecahan. g. Siswa menyelesaikan lembar kerja siswa 5. h. Guru dan siswa membahas penyelesaian soal-soal yang dianggap sulit oleh siswa. Penutup 3.
a. Guru dan siswa melakukan refleksi pembelajaran. b. Siswa diberikan tugas (pekerjaan rumah) dan ditugaskan membawa selembar kertas folio pada pertemuan berikunya.
10‘
101
E.
Sumber, Alat/Media Belajar Sumber : -
Rj.Soenarjo. Matematika 5. Jakarta :Pusat Perbukuan Depdiknas. 2007.
-
Sumanto, dkk. Gemar Matematika 5. Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas. 2008.
Alat/media : Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol dan media yang dibuat oleh guru.
F.
Penilaian Jenis penilaian
:Tes
Teknik
:Tes tulis
Bentuk instrumen :Uraian (terlampir)
102
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 2 PERTEMUAN KE-2
Nama Sekolah
: MI AL-Mursyidiah
Mata Pelajaran
:Matematika
Kelas/Semester
:V/2
Tahun Pelajaran
:2010/2011
Pokok Bahasan
:Pecahan : 3.
Standar Kompetensi
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
: 3.4. Menjelaskan perbandingan dan skala.
Indikator
: a.
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan dan skala.
: 2x40 Menit
Alokasi Waktu
A.
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan dan skala.
B.
Materi Ajar Pecahan
C.
Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran dengan penerapan PAIKEM
D.
Langkah-langkah Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
a. Guru dan siswa membahas pekerjaan rumah yang dianggap
10‘
Pendahuluan Apersepsi: 1.
sulit oleh siswa. b. Siswa diingatkan pada materi yang telah dipelajari.
103
Motivasi: Apabila materi ini dikuasai dengan baik, akan memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Inti a. Siswa diberikan tugas sebagai berikut yang dikerjakan di kertas
60‘
folio:
b. Guru membimbing siswa menyelesaikan tugasnya. 2.
c. Beberapa siswa diminta untuk menempelkan hasil kerjanya di papan tulis. d. Guru mengevaluasi hasil kerja siswa. e. Dengan bantuan media yang dibuat guru, guru menjelaskan tentang skala dan perbandingan. f. Siswa diberikan kesempatan membentuk kelompok sendiri yang terdiri dari 5 siswa untuk menyelesaikan lembar kerja siswa 6 yang dibagikan oleh guru. g. Siswa diberikan kesempatan bertanya jika ada materi yang belum dipahami. Penutup a. Dengan tanya jawab, guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
3.
b. Guru memberikan pekerjaan rumah. c. Siswa ditugaskan membuat rangkuman materi pecahan yang telah dipelajari dalam bentuk catatan yang unik (sesuai kreasi siswa).
10‘
104
E.
Sumber, Alat/Media Belajar Sumber : -
Rj.Soenarjo. Matematika 5. Jakarta :Pusat Perbukuan Depdiknas. 2007.
-
Sumanto, dkk. Gemar Matematika 5. Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas. 2008.
Alat/media : Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol dan media yang dibuat oleh guru.
F.
Penilaian Jenis penilaian
:Tes
Teknik
:Tes tulis
Bentuk instrumen :Uraian (terlampir)
105
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 2 PERTEMUAN KE-3
Nama Sekolah
:MI AL-Mursyidiah
Mata Pelajaran
:Matematika
Kelas/Semester
:V/2
Tahun Pelajaran
:2010/2011
Pokok Bahasan
:Pecahan : 3.
Standar Kompetensi
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
: 3.5. Mengubah pecahan ke bentuk persen dan
Kompetensi Dasar
desimal serta sebaliknya. : a.
Indikator
Mengubah pecahan menjadi persen atau sebaliknya.
b.
Mengubah pecahan menjadi desimal atau sebaliknya.
: 2x40 Menit
Alokasi Waktu
A.
B.
Tujuan Pembelajaran 1.
Siswa dapat mengubah pecahan menjadi persen atau sebaliknya.
2.
Siswa dapat mengubah pecahan menjadi desimal atau sebaliknya.
Materi Ajar Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal, serta sebaliknya
C.
Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran dengan penerapan PAIKEM
D.
Langkah-langkah Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan 1.
Apersepsi: a. Guru mengkondisikan kelas.
10‘
106
Motivasi: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Inti a. Guru mengkomunikasikan dan menulis pokok bahasan. b. Siswa dikondisikan kedalam 3 kelompok besar, setiap
60‘
kelompok diberikan sebuah kantong yang berisi manik-manik oleh guru. c. Dengan tanya jawab, siswa diingatkan tentang materi pecahan yang pernah siswa dapatkan di kelas IV. 2.
d. Setiap siswa diberikan lembar kegiatan yang disiapkan oleh guru (terlampir). e. Secara bergantian,beberapa kelompok di berikan kesempatan menuliskan
hasil
kerjanya
di
papan
tulis
dan
mempresentasikannya. f. Kemudian dengan tanya jawab, guru menjelaskan tentang langkah merubah pecahan kedalam bentuk persen dan merubah pecahan menjadi desimal. g. Siswa menyelesaikan lembar kerja siswa 7. Penutup a. Beberapa siswa diminta secara lisan untuk mengungkapkan
10‘
intisari materi yang dipelajari.
3.
b. Siswa diberikan tugas (Pekerjaan Rumah) dari materi yang dipelajari. E.
Sumber, Alat/Media Belajar Sumber : - Rj.Soenarjo. Matematika 5. Jakarta :Pusat Perbukuan Depdiknas. 2007. -
Sumanto, dkk. Gemar Matematika 5. Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas. 2008.
Alat/media : Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol dan media yang dibuat oleh guru.
107
F.
Penilaian Jenis penilaian
:Tes
Teknik
:Tes tulis
Bentuk instrumen :Uraian (terlampir)
108
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 2 PERTEMUAN KE-4
Nama Sekolah
: MI AL-Mursyidiah
Mata Pelajaran
:Matematika
Kelas/Semester
:V/2
Tahun Pelajaran
:2010/2011
Pokok Bahasan
:Pecahan : 3.
Standar Kompetensi
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
: 3.6. Mengubah pecahan ke bentuk persen dan
Kompetensi Dasar
desimal serta sebaliknya. Indikator
: a.
Alokasi Waktu
: 2x40 Menit
A.
Menentukan persentase dari jumlah benda.
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menentukan persentase dari jumlah benda.
B.
Materi Ajar Pecahan
C.
Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran dengan penerapan PAIKEM
D.
Langkah-langkah Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan Apersepsi: a. Guru mengkondisikan kelas. 1.
b. Guru menanyakan PR. c. Siswa dan guru membahas PR yang dianggap sulit oleh siswa. Motivasi:
10‘
109
Mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Inti a. Guru memberikan sebuah contoh permasalahan dalam kehidupan
sehari
hari
kemudian
60‘
menyelesaikan
permasalahan tersebut.
b. Guru memberikan pertanyaan pendahuluan kepada siswa “berapa banyak uang jajanmu setiap hari?“. c. Siswa diperintahkan untuk mencari teman dan membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang, kemudian membuat 2.
daftar jumlah uang jajan dari masing-masing 5 orang temannya. d. Selanjutnya siswa ditugaskan menentukan 25% dari jumlah uang jajan seluruh anggota kelompoknya. e. Setiap kelompok menempelkan hasil kerja dan diskusinya di depan kelas. f. Guru
mengundi
kelompok
yang
akan
maju
untuk
mempresentasikan hasil kerjanya. g. Guru mengevaluasi hasil kerja siswa. h. Siswa menyelesaikan lembar kerja siswa 8 yang diberikan oleh guru. Penutup a. Beberapa siswa diminta secara lisan untuk mengungkapkan intisari materi yang telah dipelajari. 3.
b. Guru menginformasikan jadwal ulangan harian kedua pada pertemuan selanjutnya. c. Siswa ditugaskan melengkapi ringkasan materi yang telah dipelajari.
10‘
110
E.
Sumber, Alat/Media Belajar Sumber : -
Rj.Soenarjo. Matematika 5. Jakarta :Pusat Perbukuan Depdiknas. 2007.
-
Sumanto, dkk. Gemar Matematika 5. Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas. 2008.
Alat/media : Media pembelajaran yang digunakan adalah papan tulis, spidol dan media yang dibuat oleh guru. F.
Penilaian Jenis penilaian
:Tes
Teknik
:Tes tulis
Bentuk instrumen :Uraian (terlampir)
111
Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Siklus I
Satuan Pendidikan
:Sekolah Dasar (SD)
Kelas/Semester
:V/2
Standar Kompetensi
:
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar
:
1.
Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan-bilangan pecahan.
2.
Melakukan perkalian dan pembagian pecahan. Aspek Pemahaman/No. Soal
No.
Bentuk
Indikator Soal C1
C2
Melakukan penjumlahan 1. bilangan pecahan
C3
C4
C5
C6
Soal
1, 3
Essay
2
4
Essay
6, 8
5,7
Essay
berpenyebut tidak sama. Melakukan pengurangan 2. bilangan pecahan berpenyebut tidak sama. 3. Melakukan perkalian pecahan. 4. Melakukan pembagian pecahan.
9
10
Essay
112
Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Siklus II Satuan Pendidikan
:Sekolah Dasar (SD)
Kelas/Semester
:V/2
Standar Kompetensi
:
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar
:
1.
Membandingkan dua pecahan.
2.
Menjelaskan perbandingan dan skala
3.
Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya. Aspek Pemahaman/No. Soal
No.
Indikator Soal C1 C2
1. Membandingkan dua bilangan pecahan.
C3
8
C4 C5 C6 7
Bentuk Soal
Essay
Menyelesaikan masalah yang 2. berkaitan dengan
10
9
Essay
perbandingan dan skala. 3. Mengubah pecahan menjadi persen atau sebaliknya.
1,2
Essay
4. Mengubah pecahan menjadi desimal atau sebaliknya.
3,4
Essay
5. Menentukan persentase dari jumlah benda.
5,6
Essay
113
Lampiran 4 Instrumen Tes Uji Coba Siklus I 1.
Mula-mula Tuti membeli 3
3 2 liter beras. Kemudian, ia membeli lagi 2 liter 4 3
beras. Berapa liter jumlah beras yang dibeli oleh Tuti? 1 1 kuintal jeruk. Jika kamu mengambil kuintal, 8 3 berapa kuintal jeruk yang tersisa di keranjang? 3 3. Ibu membeli 2 bungkus gula pasir. Bungkus pertama beratnya kg dan 4 3 bungkus kedua beratnya kg. berapa kilogram berat semua gula? 5 3 4. Termos air minum Edi isinya liter air. Sehabis olahraga, ia minum dari 4 3 termosnya sebanyak liter. Masih berapa liter air dalam termos Edi? 8 1 5. Masing-masing anak memerlukan meter pita untuk membuat kerajinan 5 bunga. Berapa meter pita yang diperlukan bila ada 4 anak? 7 6. Dalam sehari ada 24 jam. Berapa jamkah terdapat dalam hari? 8 1 7. Pak Ridwan mempunyai 8 petak sawah. Setiap petak mempunyai luas yang 2 1 sama, yaitu hektar. Berapa hektar luas sawah Pak Ridwan seluruhnya? 8 2 5 8. Mana yang lebih banyak dari 12 kg atau dari 12 kg? Berapa kilogram 3 6 bedanya? 9. Selesaikanlah pembagian berikut! 2 1 1 :2 = 3 2 1 10. Paman Dewa membeli lusin 3 pensil. Seluruh pensil tersebut akan 2 1 dibagikan kepada beberapa keponakannya. Setiap anak mendapat lusin. 4 Berapa banyak keponakan yang mendapat pensil?
2.
Dalam keranjang terdapat 1
114
Lampiran 5 Instrumen Tes Uji Coba Akhir Siklus II 1.
Lengkapilah titik-titik dibawah ini!
24 ..... ..... : 4 100 100 100 : 4 25 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
9.
Dari 40 jeruk terdapat 6 jeruk yang busuk. Berapakah persentase jeruk yang busuk? 3 Ubahlah pecahan 2 menjadi pecahan desimal! 5 Ubahlah pecahan desimal 0,625 menjadi pecahan biasa! Sebanyak 40% dari siswa SD Sukamaju adalah perempuan. Jika jumlah siswa SD Sukamaju 245 orang, berapa orang jumlah siswa perempuan? Harga sepatu yang tertera pada tabel Rp. 50.000,00. Apabila besar diskon 20%, berapa harga sepatu setelah didiskon? Nenek membawa oleh-oleh buah manggis. Oleh-oleh tersebut diberikan 2 4 kepada ibu bagian, bibi bagian, dan sisanya untuk adik. Diantara ibu 5 7 dan bibi, siapa yang mendapat bagian lebih banyak? Bandingkan dua pecahan dibawah ini dengan menyatakan labih dari atau kurang dari! 4 dan 0,15 25 Perhatikan gambar di bawah!
Tentukan perbandingan banyak pisang dengan seluruh buah. 10. Jarak kedua kota sesungguhnya 45 km. skala pada peta 1:150.000. Tentukan jarak kedua kota pada peta!
115
Lampiran 6 Instrumen Tes Siklus I 1.
Mula-mula Tuti membeli 3
3 2 liter beras. Kemudian, ia membeli lagi 2 liter 4 3
beras. Berapa liter jumlah beras yang dibeli oleh Tuti? 2.
Ibu membeli 2 bungkus gula pasir. Bungkus pertama beratnya
3 kg. berapa kilogram berat semua gula? 5 3 Termos air minum Edi isinya liter air. Sehabis olahraga, ia minum dari 4 3 termosnya sebanyak liter. Masih berapa liter air dalam termos Edi? 8 1 Masing-masing anak memerlukan meter pita untuk membuat kerajinan 5 bunga. Berapa meter pita yang diperlukan bila ada 4 anak? 7 Dalam sehari ada 24 jam. Berapa jamkah terdapat dalam hari? 8 1 Pak Ridwan mempunyai 8 petak sawah. Setiap petak mempunyai luas yang 2 1 sama, yaitu hektar. Berapa hektar luas sawah Pak Ridwan seluruhnya? 8 2 5 Mana yang lebih banyak dari 12 kg atau dari 12 kg? Berapa kilogram 3 6 bedanya? Selesaikanlah pembagian berikut! 2 1 1 :2 = 3 2 1 Paman Dewa membeli lusin 3 pensil. Seluruh pensil tersebut akan 2 1 dibagikan kepada beberapa keponakannya. Setiap anak mendapat lusin. 4 Berapa banyak keponakan yang mendapat pensil?
bungkus kedua beratnya 3.
4.
5. 6.
7. 8.
9.
3 kg dan 4
116
KUNCI JAWABAN TES SIKLUS 1
1. 3
3 2 + 2 = .... 4 3
15 8 45 32 77 5 + = + = =6 4 3 12 12 12 12
Jadi jumlah beras yang dimiliki Tuti adalah 6 2.
3 3 + = .... 4 5 15 12 27 7 + = =1 20 20 20 20
Jadi berat semua gula adalah 1 3.
7 kilogram 20
3 3 - = .... 4 8 6 3 3 - = 8 8 8
Jadi sisa air dalam termos adalah 4.
3 liter 8
1 x 4 = .... 5 1 4 4 x = 5 1 5
Jadi pita yang diperlukan adalah 5. 24 x
7 = ... 8
24 7 168 x = 1 8 8
= 21 Jadi
7 hari adalah 21 jam 8
4 meter 5
5 l iter 12
117
6. 8
1 1 : = .... 2 8
17 1 17 8 136 : = x = 2 8 2 1 2
= 68 Jadi luas hektar sawah Pak ridwan adalah 68 hektar
7.
2 2 dari 12 = 12 x = 8 3 3 5 5 Dari 12 = 12 x = 10 6 6
8 < 10, dan bedanya adalah 2 kg
2 1 8. 1 : 2 = .... 3 2 5 5 5 2 : = x 3 2 3 5
=
9. 3
10 2 = 15 3
1 1 : = .... 2 4
7 1 7 4 : = x 2 4 2 1
=
28 2
= 14 Jadi banyaknya ponakan adalah 14 anak
118
Lampiran 7 Instrumen Tes Uji Coba Akhir Siklus II 1.
Lengkapilah titik-titik dibawah ini!
24 ..... ..... : 4 100 100 100 : 4 25 2.
Dari 40 jeruk terdapat 6 jeruk yang busuk. Berapakah persentase jeruk yang busuk? 3 menjadi pecahan desimal! 5
3.
Ubahlah pecahan 2
4.
Ubahlah pecahan desimal 0,625 menjadi pecahan biasa!
5.
Sebanyak 40% dari siswa SD Sukamaju adalah perempuan. Jika jumlah siswa SD Sukamaju 245 orang, berapa orang jumlah siswa perempuan?
6.
Harga sepatu yang tertera pada tabel Rp. 50.000,00. Apabila besar diskon 20%, berapa harga sepatu setelah didiskon?
7.
Bandingkan dua pecahan dibawah ini dengan menyatakan labih dari atau kurang dari! 4 dan 0,15 25
8.
Jarak kedua kota sesungguhnya 45 km. skala pada peta 1:150.000. Tentukan jarak kedua kota pada peta!
119
KUNCI JAWABAN TES SIKLUS 2 1.
24 ..... ..... : 4 100 100 100 : 4 25 24 24 24 : 4 6 100 100 100 : 4 25
2. Ada 6 jeruk yang busuk dari 40 jeruk berarti 6 2 3 5 15 : x 15% 40 2 20 5 100
Jadi presentasi 6 jeruk yang busuk dari 40 jeruk adalah 15%
3. 2
3 diubah menjadi bilangan desimal 5
3 13 2 26 2 = x = = 2,6 5 5 2 10 3 Jadi bentuk desimal dari 2 adalah 2,6 5
4. 0,625 diubah menjadi pecahan biasa 0,625 =
625 25 25 5 5 : = : = 1000 25 40 5 8
Jadi 0,625 bentuk pecahan biasanya adalah
5 8
5. 40% x 245 siswa 40 40 245 9800 x 245 = x = = 98 100 100 1 100
Jadi jumlah siswa perempuan adalah 98 siswi 6. 20% x 50.000 20 50.000 1000.000 x = = 10.000 100 1 100
Harga setelah didiskon adalah Rp.50.000 - Rp. 10.000 = Rp. 40.000 Jadi harga sepatu setelah didiskon adalah Rp. 40.000 7.
4 dan 0,15 25
120
4 4 16 x = = 0,16 25 4 100
0,16 > 0,15 Jadi
4 > 0,15 25
8. Skala =
Jarakpadapeta JarakSesungguhnya
Jarak pada peta = Jarak Sesungguhnya x Skala Jarak pada peta = 45 km x =
1 150.000cm
45km 4.500.000cm = = 30 cm 150.000cm 150.000cm
Jadi jarak kedua kota pada peta adalah 30 cm
121
Lampiran 8
Tentukan hasilnya 1.
4 3 +2 7 5
2.
5 4 + 8 7
3.
Ibu membeli 2 bungkus gula pasir. Bungkus pertama beratnya bungkus kedua beratnya
3 kg dan 4
3 kg. Berapa kilogram berat semua gula? 5
122
1 1. Dari jeruk 1 kuintal yang ada di keranjang tersebut, kamu ingin 8 3 memberikan kuintal kepada pamanmu. Berapa kuintal jeruk yang 5
masih tersisa dalam keranjang?
2. Ibu membeli 4 liter minyak tanah. Minyak itu digunakan untuk mengisi lampu sebanyak
3 liter. Berapa liter sisa minyak itu? 4
3. Isilah titik-titik berikut dengan tepat! 3 1 ......... 4 3
123
1. Cari hasil kali perkalian di bawah ini 1 1 x ........ 2 3 2. Pada suatu malam terjadi gerhana bulan selama 4½ menit. Selama 4 dari waktu itu gelap sama sekali. Berapa menitkah waktu gelap 9 sama sekali itu? 3. Berapa luas daerah persegi panjang yang panjangnya 2½ dm dan 3 lebarnya 1 dm? 4
124
1. Sepotong bambu panjangnya 1 m. Bambu itu dipotong masing5 masing panjangnya m. Berapa potongan diperoleh? 20 2. Hitunglah nilai n di bawah ini!!!! 8 : 10 n 15 1 bagiannya menjadi 10 m. Sisanya masih ada 3 18 m. Berapa meter panjang tali itu mula-mula?
3. Seutas tali dipotong
125
Bandingkan dua pecahan dibawah ini dengan menyatakan lebih dari atau kurang dari. 1.
0,25 dan
2 5
2.
45% dan
3 4
3.
Pak Amat menjual mangga kepada tiga pedagang. Pedagang A sebanyak 0,4 bagian, pedagang B sebanyak
1 7 bagian, dan pedagang C sebanyak 4 20
bagian. Pedagang mana yang memperoleh bagian paling banyak?
126
1. Kelereng Dedi 24 butir lebih banyak daripada kelereng Endi. Kelereng Dedi dan Endi berbanding 5 : 2. Berapa jumlah kelereng mereka masing masing? 2. Jarak sebenarnya antara Yogyakarta dan Solo adalah 60 km. Berapa skala jika jarak kedua kota itu pada peta 3 cm? 3.
Tentukan perbandingan banyak kelinci hitam dengan jumlah seluruh kelinci?
127
1. Dari 48 siswa terdapat 18 siswa perempuan. Berapakah persentase siswa perempuan? 2. Ubahlah pecahan di bawah ini menjadi bentuk desimal! 5 8
3. Ubahlah pecahan desimal berikut dalam bentuk pecahan biasa! 0,75
128
1.
Tentukan nilai atau banyaknya 45% dari Rp. 20.000
2.
1 10% dari 1 ton + 12 % dari 2 kuintal = ….. kg 2
3.
1 Jumlah murid sebiuah SD 232 orang. Murid laki-laki ada 62 %. Berapa 2
orang jumlah murid laki-laki saja ?
129
Lampiran 9 Kartu Pecahan☺ (Siklus I - Pertemuan Ke-1)
☺
4 13 1 5 12 4 3 19 5 8 24 12 5 20 8 6 15 15 ♣
♫
♣
♣
♫
☺
♫
☺
130
131
132
☺(Kegiatan Pertemuan Ke-3 Siklus 1)☺
☺ Setelah selesai mengarsir, hitunglah banyak petak yang diwarnai atau diarsir sebanyak dua kali. ☺ Tulislah pecahan dengan pembilangnya banyak petak yang diwarnai atau diarsir dua kali, yaitu …. ☺ Sedangkan penyebutnya adalah jumlah seluruh petak yaitu … Pembilang ....... 1 ☺ Pecahan yang dimaksud adalah = inilah hasil perkalian 3 Penyebut ....... 5 dan 7 1 5 ....... ☺ Jadi x = 3 7 .......
133
1.
2.
3.
4.
5.
134
1.
2.
3.
4.
5.
135
1.
Bandingkan dua pecahan di bawah ini dengan menyatakan lebih dari atau kurang dari ! 2.
4 5 dan 9 12
3.
45% dan
4.
Hasil panen mangga Pak Amat tahun ini 0,825 ton. Hasil panen tahun kemarin
2 5
3 ton. Hasil panen manakah yang lebih besar? 4
136
1.
2.
a.Tentukan perbandingan banyak pisang dengan seluruh buah. b.Berapa perbandingan banyak pisang dan apel.
3.
137
4.
5.
Lebar suatu kolam renang 20 meter. Pada denah dibuat dengan skala 1:250. Berapa sentimeter lebar kolam pada denah?
138
Pertemuan Ke 3 Siklus 2
Diskusikan dengan kelompokmu ! a. Berapakah banyaknya kelereng yang berwarna merah? b. Berapakah jumlah seluruh kelereng? Maka pecahan untuk menyatakan banyaknya manik-manik berwarna merah dan jumlah seluruh manik adalah
Dibaca … Kesimpulan: Perseratus disebut persen, lambangnya %
139
1.
Perintah !
Arsirlah kotak di bawah ini yang memuat pernyataan bernilai benar ! Jika berhasil mengarsir semua kotak yang memuat pernyataan benar, huruf pada kotak yang diarsir jika disusun akan membentuk kata yang kalau dibaca lengkap akan menjadi suatu kata dalam bahasa inggris.
5 =1,2 3
5%=
1,5=150%
1 30 = 3 90
0,47=20%
30%=0,03
4 =0,57 7
0,3=
2 3
0,2=2% 2 =4% 50
2.
2 18 = 3 27
1
3 =1,06 50
1 2
2,51=25,1%
2%=
1 50
12%=
6 50
Pasangkan bentuk pecahan biasa dengan bentuk persen yang nilainya sama !
140
Jawablah dengan benar ! 1.
Ibu membeli 2 kg rambutan. Semuanya sebanyak 60 buah. Ternyata yang busuk 15%. Coba kamu hitung berapa buah rambutan yang busuk?
2.
Sebuah toko buku memberikan diskon 10% setiap pembelian sebuah buku. Rita membeli buku yang
harganya
tertera
pada
label. Berapa rupiah diskon yang didapat Rita?
3.
Tentukan persentasenya. a. 30 manik-manik dari 75 manik-manik b. 35 mangga dari 50 buah yang ada.
4.
Sebanyak 40% dari siswa SD Sukamaju adalah perempuan. Jika jumlah siswa SD Sukamaju 245 orang, berapa orang jumlah siswa perempuan?
5.
10% dari 1 ton + 2% dari 2 kuintal = ….. kg
141
Lampiran 10 UJI VALIDITAS INSTRUMEN TES SIKLUS I No.
SISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB S r hitung r tabel Status
x1 4 0 4 0 4 3 4 3 4 0 4 4 3 3 0 4 0 4 4 3 0 4 4 4 4 4 4 0 79 0.378
x2 4 4 4 3 4 1 4 4 4 3 4 0 4 4 4 4 4 4 0 0 4 4 4 0 4 4 4 4 91 0.326
x3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 108 0.508
Valid
Invalid
Valid
BUTIR SOAL (ITEM) x5 x6 x7 4 4 0 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 0 0 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 0 0 4 0 4 4 4 4 3 4 0 4 4 4 4 4 0 0 4 4 4 2 4 5 4 4 4 0 0 0 0 0 4 0 4 4 4 0 4 4 4 4 0 0 4 3 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 100 77 70 0.492 0.673 0.840 0.374 Valid Valid Valid Valid x4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 0 0 4 4 3 4 4 3 0 96 0.557
x8 0 0 4 4 0 4 4 4 5 0 3 4 4 4 0 4 4 4 0 0 4 0 4 4 0 4 4 0 72 0.729
x9 0 5 5 5 0 5 5 5 5 0 4 5 0 5 0 5 3 5 4 4 5 0 0 4 5 5 5 0 94 0.654
x10 0 4 2 4 2 4 4 4 4 0 4 4 0 4 0 4 4 4 0 0 4 0 4 0 4 4 4 0 72 0.851
Valid
Valid
Valid
Skor (y) 24 34 38 36 22 33 41 40 43 15 35 37 26 40 20 37 33 42 19 11 29 24 36 23 36 41 40 4 859
142
PERHITUNGAN UJI VALIDITAS INSTRUMEN TES SIKLUS I
Uji validitas untuk soal no. 1
∑X
=4+0+4+0+4+3+4+3+4+0+4+4+3+3+0+4+0+4+ 4+3+0+4+4+4+4+4+4+0 = 79
∑Y
= 24 + 34 + 38 + 36 + 22 + 33 + 41 + 40 + 43 + 15 + 35 + 37 + 26 + 40 + 20 + 37 + 33 + 42 + 19 + 11 + 29 + 24 + 36 + 23 + 36 + 41 + 40 + 4 = 859
∑ XY
= (4x24) + (0x34) + (4x38) + (0x36) + (4x22) + (3x33) + (4x41) + (3x40) + (4x43) + (0x15) + (4x35) + (4x37) + (3x26) + (3x40) + (0x20) + (4x37) + (0x33) + (4x42) + (4x19) + (3x11) + (0x29) + (4x24) + (4x36) + (4x23) + (4x36) + (4x41) + (4x40) + (0x4) = 2602
∑ X2
= 42 + 02 + 42 + 02 + 42 + 32 + 42 + 32 + 42 + 02 + 42 + 42 + 32 + 32 + 02 + 42 + 02 + 42 + 42 + 32 + 02 + 42 + 42 + 42 + 42 + 42 + 42 + 02 = 301
∑ Y2
= 242 + 342 + 382 + 362 + 222 + 332 + 412 + 402 + 432 + 152 + 352 + 372 + 262 + 402 + 202 + 372 + 332 + 422 + 192 + 112 + 292 + 242 + 362 + 232 + 362 + 412 + 402 + 4 = 29.209
143
r11
n XY X Y
n X
2
X n Y 2 Y 2
2
28 x 2.602 79 859
28x301 79 28x 29.209 859 2
2
0,378 Karena r11 > rtabel , maka soal nomor 1 valid .
Langkah-langkah uji validitas untuk no. 2 dan selanjutnya sama dengan di atas.
Dari hasil perhitungan uji validitas instrumen, maka diperoleh 9 item dinyatakan valid sedangkan 1 item lainnya tidak valid.
144
Lampiran 11 UJI RELIABILITAS INSTRUMEN TES SIKLUS I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
SISWA
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA AB Jumlah Jumlah Kuadrat 2 si Ssi2 st2 r11
x1 4 0 4 0 4 3 4 3 4 0 4 4 3 3 0 4 0 4 4 3 0 4 4 4 4 4 4 0 79
x3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 108
x4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 0 0 4 4 3 4 4 3 0 96
2.893 26.579 98.032 0.810
0.571
1.587
BUTIR SOAL (ITEM) x5 x6 x7 4 4 0 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 0 0 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 0 0 4 0 4 4 4 4 3 4 0 4 4 4 4 4 0 0 4 4 4 2 4 5 4 4 4 0 0 0 0 0 4 0 4 4 4 0 4 4 4 4 0 0 4 3 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 100 77 70 1.661
3.306
4.259
x8 0 0 4 4 0 4 4 4 5 0 3 4 4 4 0 4 4 4 0 0 4 0 4 4 0 4 4 0 72
x9 0 5 5 5 0 5 5 5 5 0 4 5 0 5 0 5 3 5 4 4 5 0 0 4 5 5 5 0 94
x10 0 4 2 4 2 4 4 4 4 0 4 4 0 4 0 4 4 4 0 0 4 0 4 0 4 4 4 0 72
3.884
4.905
3.513
Skor Total 20 30 34 33 18 32 37 36 39 12 31 37 22 36 16 33 29 38 19 11 25 20 32 23 32 37 36 0 768
145
PERHITUNGAN UJI RELIABILITAS INSTRUMEN TES SIKLUS I
Perhitungan uji reliabilitas dengan Rumus Alpha
2 k i r11 1 2 t k 1
10 26,579 1 10 1 98,032 10 1 0, 271 9 10 0,729 9 0.810
Jadi reliabilitas instrumen tes adalah 0.810.
146
Lampiran 12 UJI TARAF KESUKARAN BUTIR SOAL INSTRUMEN TES SIKLUS I
No.
SISWA
1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q 18 R 19 S 20 T 21 U 22 V 23 W 24 X 25 Y 26 Z 27 AA 28 AB Jumlah P Kriteria
x1 4 0 4 0 4 3 4 3 4 0 4 4 3 3 0 4 0 4 4 3 0 4 4 4 4 4 4 0 79 0.564 Baik
x2 4 4 4 3 4 1 4 4 4 3 4 0 4 4 4 4 4 4 0 0 4 4 4 0 4 4 4 4 91 0.650 Baik
x3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 108 0.771 Baik
x4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 0 0 4 4 3 4 4 3 0 96 0.686 Baik
BUTIR SOAL (ITEM) x5 x6 x7 4 4 0 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 0 0 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 0 0 4 0 4 4 4 4 3 4 0 4 4 4 4 4 0 0 4 4 4 2 4 5 4 4 4 0 0 0 0 0 4 0 4 4 4 0 4 4 4 4 0 0 4 3 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 100 77 70 0.714 0.550 0.500 Baik Baik Baik
x8 0 0 4 4 0 4 4 4 5 0 3 4 4 4 0 4 4 4 0 0 4 0 4 4 0 4 4 0 72 0.514 Baik
x9 0 5 5 5 0 5 5 5 5 0 4 5 0 5 0 5 3 5 4 4 5 0 0 4 5 5 5 0 94 0.671 Baik
x10 0 4 2 4 2 4 4 4 4 0 4 4 0 4 0 4 4 4 0 0 4 0 4 0 4 4 4 0 72 0.514 Baik
147
Perhitungan Uji Taraf Kesukaran Butir Soal Instrumen Tes Siklus I
1.
Menentukan Bi
: Jumlah skor yang diperoleh responden pada item ke-i.
2.
Menentukan JS
: Jumlah skor maksimum item soal ke-i.
3.
Menentukan indeks taraf kesukaran
Pi
Bi JS
Untuk soal nomor 1.
4.
Pi
Bi JS
Pi
79 0,564 140
Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran, nilai P1 =0,564 berada pada kisaran 0,40 - 0,80, maka soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran sedang (baik). Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan taraf kesukaran butir soal sama dengan perhitungan taraf kesukaran soal nomor 1.
148
Lampiran 13 UJI DAYA PEMBEDA BUTIR SOAL INSTRUMEN TES SIKLUS I
Kelompok
Kelompok Atas
S
Kelompok Bawah
S DP Kriteria
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56 4 4 3 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0 0 23 0.471 Baik
2 4 4 4 4 4 4 3 0 4 4 4 1 4 4 48 4 4 4 4 4 0 0 0 4 4 4 4 3 4 43 0.071 Jelek
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 52 0.057 Jelek
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 0 4 4 4 51 4 4 4 3 4 3 3 0 4 4 4 4 4 0 45 0.086 Jelek
Butir Soal 5 6 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 4 4 0 4 4 4 4 4 3 53 51 4 0 4 2 4 4 4 4 4 0 4 0 4 0 0 0 3 4 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 47 26 0.086 0.357 Jelek Cukup
7 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 5 4 54 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 0.543 Baik
8 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 0 49 3 4 4 4 0 4 0 0 4 0 0 0 0 0 23 0.371 Cukup
9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70 5 4 4 4 4 3 0 0 0 0 0 0 0 0 24 0.657 Baik
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56 4 4 4 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 0.571 Baik
149
Perhitungan Uji Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Tes Siklus I
1.
Menentukan nilai BA:
Jumlah skor kelompok atas.
2.
Menentukan nilai BB:
Jumlah skor kelompok bawah.
3.
Menentukan JA
:
Skor maksimum yang dapat diperoleh oleh peserta
:
Skor maksimum yang dapat diperoleh oleh peserta
kelompok atas . 4.
Menentukan JB kelompok bawah.
5.
Menentukan DP
BA JA
BB JB
Untuk soal nomor 1 DP
6.
56 23 0, 471 70 70
Berdasarkan klasifikasi daya pembeda butir soal, nilai DP=0,471 berada pada kisaran 0,40 – 0,70, maka soal nomor 1 memiliki daya pembeda yang baik. Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan daya pembedanya sama dengan perhitungan daya pembeda soal nomor 1.
150
Lampiran 14
HASIL PERHITUNGAN UJI VALIDITAS, TARAF KESUKARAN DAN DAYA PEMBEDA INSTRUMEN TES SIKLUS I
No.Soal
Validitas
Tingkat Kesukaran
Daya Pembeda
r hitung
Ket
IK
Ket
DP
Ket
1
0.378
Valid
0.564
Baik
0.47143
Baik
2
0.326
Invalid
0.650
Baik
0.07143
Jelek
3
0.508
Valid
0.771
Baik
0.05714
Jelek
4
0.557
Valid
0.686
Baik
0.08571
Jelek
5
0.492
Valid
0.714
Baik
0.08571
Jelek
6
0.673
Valid
0.550
Baik
0.35714
Cukup
7
0.840
Valid
0.500
Baik
0.54286
Baik
8
0.729
Valid
0.514
Baik
0.37143
Cukup
9
0.654
Valid
0.671
Baik
0.65714
Baik
10
0.851
Valid
0.514
Baik
0.57143
Baik
151
Lampiran 15 UJI VALIDITAS INSTRUMEN TES SIKLUS II No.
SISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA S r hitung r tabel Status
x1 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 125 0.457
x2 4 4 4 3 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 4 2 5 5 4 5 119 0.424
x3 5 0 0 4 5 4 0 5 0 4 0 0 4 5 5 0 0 5 4 2 5 0 2 5 5 5 2 76 0.666
Valid
Valid
Valid
BUTIR SOAL (ITEM) x4 x5 x6 x7 5 4 4 0 0 0 3 3 0 0 0 3 0 1 3 4 5 5 3 0 3 4 1 4 1 1 3 3 5 5 3 4 2 2 3 2 4 4 4 3 5 4 3 3 1 5 4 5 5 3 0 2 5 5 3 2 5 4 4 3 1 5 5 0 5 5 3 4 4 3 0 3 4 4 5 4 5 4 3 3 1 0 4 2 2 4 3 0 5 0 0 2 5 4 0 2 4 5 5 3 5 5 4 2 4 4 5 2 91 90 78 68 0.673 0.733 0.405 0.220 0.396 Valid Valid Valid Invalid
x8 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 2 3 4 2 4 2 3 3 3 0 3 3 4 2 2 79 0.406
x9 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 0 4 4 4 3 4 2 3 82 0.093
x10 3 0 2 3 2 4 2 5 2 2 5 4 1 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 67 0.490
Valid
Invalid
Valid
Skor (y) 37 20 18 30 36 35 24 43 25 38 36 34 29 39 40 26 35 32 40 33 31 24 24 34 42 36 34 875
152
PERHITUNGAN UJI VALIDITAS INSTRUMEN TES SIKLUS II
Uji validitas untuk soal no. 1
∑X
=5+4+3+5+5+4+5+5+5+5+5+4+5+4+5+3+5+5+ 5+5+5+5+4+4+5+5+5 = 125
∑Y
= 37 + 20 + 18 + 30 + 36 + 35 + 24 + 43 + 25 + 38 + 36 + 34 + 29 + 39 + 40 + 26 + 35 + 32 + 40 + 33 + 31 + 24 + 24 + 34 + 42 + 36 + 34 = 875
∑ XY
= (5x37) + (4x20) + (3x18) + (5x30) + (5x36) + (4x35) + (5x24) + (5x43) + (5x25) + (5x38) + (5x36) + (4x34) + (5x29) + (4x39) + (5x40) + (3x26) + (5x35) + (5x32) + (5x40) + (5x33) + (5x31) + (5x24) + (4x24) + (4x34) + (5x42) + (5x36) + (5x34) = 4101
∑ X2
= 52 + 42 + 32 + 52 + 52 + 42 + 52 + 52 + 52 + 52 + 52 + 42 + 52 + 42 + 52 + 32 + 52 + 52 + 52 + 52 + 52 + 52 + 42 + 42 + 52 + 52 + 52 = 589
∑ Y2
= 372 + 202 + 182 + 302 + 362 + 352 + 242 + 432 + 252 + 382 + 362 + 342 + 292 + 392 + 402 + 262 + 352 + 322 + 402 + 332 + 312 + 242 + 242 + 342 + 422 + 362 + 342 = 29.521
153
r11
n XY X Y
n X
2
X n Y 2 Y 2
2
27 x 4.101 125875
27 x589 125 27 x29521 875 2
2
0.457 Karena r11 > rtabel , maka soal nomor 1 valid .
Langkah-langkah uji validitas untuk no. 2 dan selanjutnya sama dengan di atas.
Dari hasil perhitungan uji validitas instrumen, maka diperoleh 8 item dinyatakan valid sedangkan 2 item lainnya tidak valid.
154
Lampiran 16
UJI RELIABILITAS INSTRUMEN TES SIKLUS II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
SISWA
x1 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 125
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA Jumlah Jumlah Kuadrat 2 0.396 si 2 17.709 Ssi 2 42.054 st r11 0.643
x2 4 4 4 3 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 4 2 5 5 4 5 119
x3 5 0 0 4 5 4 0 5 0 4 0 0 4 5 5 0 0 5 4 2 5 0 2 5 5 5 2 76
0.789
4.926
BUTIR SOAL (ITEM) x4 x5 x6 5 4 4 0 0 3 0 0 0 0 1 3 5 5 3 3 4 1 1 1 3 5 5 3 2 2 3 4 4 4 5 4 3 1 5 4 5 3 0 5 5 3 5 4 4 1 5 5 5 5 3 4 3 0 4 4 5 5 4 3 1 0 4 2 4 3 5 0 0 5 4 0 4 5 5 5 5 4 4 4 5 91 90 78 3.627
3.231
2.718
x8 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 2 3 4 2 4 2 3 3 3 0 3 3 4 2 2 79
x10 3 0 2 3 2 4 2 5 2 2 5 4 1 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 67
0.840
1.182
Skor Total 33 14 12 23 33 29 18 36 21 32 30 25 25 33 34 23 28 26 32 30 25 20 18 29 35 32 29 725
155
PERHITUNGAN UJI RELIABILITAS INSTRUMEN TES VALID SIKLUS II
Perhitungan uji reliabilitas dengan Rumus Alpha
2 k i r11 1 2 t k 1
10 17,709 1 10 1 42,054 10 1 0.421 9 10 0.579 9 0.643
Jadi reliabilitas instrumen tes adalah 0.643.
156
Lampiran 17 UJI TARAF KESUKARAN BUTIR SOAL INSTRUMEN TES SIKLUS II
No.
SISWA
1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q 18 R 19 S 20 T 21 U 22 V 23 W 24 X 25 Y 26 Z 27 AA Jumlah P Kriteria
x1 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 125 0.926 Mudah
x2 4 4 4 3 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 4 2 5 5 4 5 119 0.881 Mudah
x3 5 0 0 4 5 4 0 5 0 4 0 0 4 5 5 0 0 5 4 2 5 0 2 5 5 5 2 76 0.563 Baik
x4 5 0 0 0 5 3 1 5 2 4 5 1 5 5 5 1 5 4 4 5 1 2 5 5 4 5 4 91 0.674 Baik
BUTIR SOAL (ITEM) x5 x6 x7 4 4 0 0 3 3 0 0 3 1 3 4 5 3 0 4 1 4 1 3 3 5 3 4 2 3 2 4 4 3 4 3 3 5 4 5 3 0 2 5 3 2 4 4 3 5 5 0 5 3 4 3 0 3 4 5 4 4 3 3 0 4 2 4 3 0 0 0 2 4 0 2 5 5 3 5 4 2 4 5 2 90 78 68 0.667 0.578 0.504 Baik Baik Baik
x8 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 2 3 4 2 4 2 3 3 3 0 3 3 4 2 2 79 0.585 Baik
x9 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 0 4 4 4 3 4 2 3 82 0.607 Baik
x10 3 0 2 3 2 4 2 5 2 2 5 4 1 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 67 0.496 Baik
157
Perhitungan Uji Taraf Kesukaran Butir Soal Instrumen Tes Siklus II
1.
Menentukan Bi
: Jumlah skor yang diperoleh responden pada item ke-i.
2.
Menentukan JS
: Jumlah skor maksimum item soal ke-i.
3.
Menentukan indeks taraf kesukaran
Pi
Bi JS
Untuk soal nomor 1.
4.
Pi
Bi JS
Pi
125 0.926 135
Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran, nilai P1 =0,926 berada pada kisaran 0,81 - 0,99, maka soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran mudah. Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan taraf kesukaran butir soal sama dengan perhitungan taraf kesukaran soal nomor 1.
158
Lampiran 18 UJI DAYA PEMBEDA BUTIR SOAL INSTRUMEN TES SIKLUS II
Kelompok
Kelompok Atas
S
Kelompok Bawah
S DP Kriteria
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 60 0.01 Jelek
2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 54 0.10 Jelek
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 62 4 4 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 0.67 Baik
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 64 4 4 4 4 3 2 2 1 1 1 1 0 0 0 27 0.50 Baik
Butir Soal 5 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 60 53 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 25 0.40 0.37 Baik Cukup
7 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 46 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 22 0.32 Cukup
8 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 46 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 0 33 0.15 Jelek
9 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 47 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 0 35 0.13 Jelek
10 5 5 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 42 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 0 25 0.22 Cukup
159
Perhitungan Uji Daya Pembeda Butir Soal Instrumen Tes Siklus II
1.
Menentukan nilai BA:
Jumlah skor kelompok atas.
2.
Menentukan nilai BB:
Jumlah skor kelompok bawah.
3.
Menentukan JA
:
Skor maksimum yang dapat diperoleh oleh peserta
:
Skor maksimum yang dapat diperoleh oleh peserta
kelompok atas . 4.
Menentukan JB kelompok bawah.
5.
Menentukan DP
BA JA
BB JB
Untuk soal nomor 1 DP
6.
65 60 0,01 70 65
Berdasarkan klasifikasi daya pembeda butir soal, nilai DP=0,01 berada pada kisaran 0,00 – 0,20, maka soal nomor 1 memiliki daya pembeda yang jelek. Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan daya pembedanya sama dengan perhitungan daya pembeda soal nomor 1.
160
Lampiran 19
HASIL PERHITUNGAN UJI VALIDITAS, TARAF KESUKARAN DAN DAYA PEMBEDA INSTRUMEN TES SIKLUS II
No.Soal
Validitas
Tingkat Kesukaran
Daya Pembeda
r hitung
Ket
IK
ket
DP
ket
1
0.457
Valid
0.926
Mudah
0,01
Jelek
2
0.424
Valid
0.881
Mudah
0,10
Jelek
3
0.666
Valid
0.563
Baik
0,67
Baik
4
0.673
Valid
0.674
Baik
0,50
Baik
5
0.733
Valid
0.667
Baik
0,40
Baik
6
0.405
Valid
0.578
Baik
0,37
Cukup
7
0.220
Invalid
0.504
Baik
0,32
Cukup
8
0.406
Valid
0.585
Baik
0,15
Jelek
9
0.093
Invalid
0.607
Baik
0,13
Jelek
10
0.490
Valid
0.496
Baik
0,22
Cukup
161
Lampiran 20
Kisi-Kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa
No. 1.
Klasifikasi Oral Activities
Indikator 1. Mengemukakan pendapat.
No. Item 1, 2, 7
2. Memberikan tanggapan.
3
3. Menyanggah pendapat teman
4
lain. 4. Berani bertanya 5. Mempresentasikan hasil kerja
5, 6 8
dan diskusi di depan kelas. 2.
Listening Activities
1. Mendengarkan/memperhatikan
9
pendapat orang lain. 2. Berani menjawab pertanyaan
10, 11
dari guru/teman lain. 3.
Writing Activities
Mencatat/membuat resume.
12
4.
Motor Activities
Melakukan kegiatan sesuai
13
dengan lembar kerja siswa (LKS).
Aspek Yang Diamati Ab
Ks
Rr
Nh
Af
Hari/Tanggal:
Va Ca Aff Mh Nk Ua Mb Ap Ak
1 Menanggapi jawaban guru 2 Memberikan contoh 3 Berani memberikan tanggapan dalam diskusi 4 Berani menyanggah pendapat teman lain saat diskusi 5 Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru 6 Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada teman 7 Menanggapi jawaban teman 8 Berani mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas 9 Mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain 10 Mengerjakan soal di papan tulis 11 Mengerjakan latihan soal 12 Membuat catatan/ringkasan materi 13 Melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa Petunjuk Pengisian: Berilah tanda cek (√) pada kolom yang tersedia terhadap aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran
No.
Pertemuan ke: Siswa In Fh
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Vn
If
Lf
Ip
Ta
Mi Ma
Jf
Dp My Na
Observer:
El
Bk
Jumlah
162
Lampiran 21
163
Lampiran 22 Lembar Wawancara Tanggapan Guru Terhadap Pendekatan PAIKEM 1.
Bagaimana tingkat keaktifan siswa dalam belajar matematika khususnya siswa kelas V MI Al-Mursyidiah Pamulang? Jawaban: Aktif
2.
Bagaimana gambaran aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran matematika? Jawaban: Merespon dan antusias dalam pembelajaran matematika
3.
Bagaimana aktivitas siswa pada saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru? Jawaban: Banyak bertanya dan berusaha mengerjakan dengan baik dan tuntas
4.
Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa? Jawaban: - selalu memberikan motivasi supaya menyenangi pelajaran matematika - menciptakan suasana belajar yang menyenangkan - memberikan funishman dan reward (hadiah)
5.
Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas V dalam belajar matematika? Jawaban: Cukup baik
6.
Kesulitan apa saja yang dialami oleh siswa dalam belajar matematika selama ini? Jawaban: -
Memahami soal cerita
-
Perkalian dan pembagian serta aplikasinya
-
Anak tidak berusaha dan tidak memiliki disiplin dalam belajar
-
Menggunakan cara yang tepat dan mudah untuk mengerjakan soal
-
Tingkah laku anak di kelas pada saat guru menjelaskan tidak siap (tidak memperhatikan)
-
Mengidentifikasi kalimat matematika dan penyelesaiannya
164
7.
Upaya apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa? Jawaban: -
Menerapkan disiplin belajar
-
Peran aktif orang tua
-
Mengajar dengan cara yang menarik
-
Menggunakan alat peraga sederhana
-
Menjelaskan dari materi yang mudah sampai materi yang sukar atau dari masalah yang konkrit ke masalah yang abstrak
-
Selalu melafalkan perkalian setiap memulai pelajaran dan tanya jawab secara acak
-
Siswa yang belum bisa pembagian diminta berlatih/menyelesaikan di depan kelas dan dibimbing sampai benar-benar faham
8.
Metode mengajar apa yang Bapak/Ibu terapkan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada pokok bahasan pecahan? Jawaban:
9.
-
Demonstrasi (membuat garis bilangan)
-
Game (memadukan kartu/short card)
-
Metode drill
-
Metode resitasi
Apa saja kendala/kesulitan yang Bapak/Ibu dihadapi dalam mengajarkan pokok bahasan pecahan? Jawaban: -
Masalah waktu
-
Alat peraga yang minim
-
Pemahaman konsep oleh siswa
-
Memotivasi siswa agar selalu berlatih di rumah
10. Apakah Bapak/Ibu sudah memusatkan perhatian atau kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa? Jawaban: Iya, antara lain dengan cara:
165
-
Mengajar dengan cara yang menarik, misalnya menyesuaikan bahan pelajaran yang diajarkan dengan dunia anak-anak
-
Mengadakan selingan sehat
-
Menggunakan alat peraga
-
Sedapat mungkin menghilangkan keadaan yang menyebabkan perhatian yang tidak fokus
11. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang Pendekatan PAIKEM? Jawaban: Iya, PAIKEM adalah cara dan seni menggunakan sumber daya seoptimal
mungkin
dalam
lingkungan
pembelajaran
yang
diciptakan secara kondusif untuk membelajarkan siswa secara aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan, sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang efektif.
166
Lampiran 23 Lembar Catatan Lapangan Hari
:
Pertemuan ke:
Tanggal
:
Siklus
Materi
:
No.
Catatan
:
Rencana Perbaikan
Observer/Peneliti
(…………………..)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
No.
Menanggapi jawaban guru Memberikan contoh Berani memberikan tanggapan dalam diskusi Berani menyanggah pendapat teman lain saat diskusi Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada teman Menanggapi jawaban teman Berani mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas Mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain Mengerjakan soal di papan tulis Mengerjakan latihan soal Membuat catatan/ringkasan materi Melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa
Aspek Yang Diamati
Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2 Pertemuan Ke-3 Pertemuan Ke-4 Rata-rata Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 12 41.38% 12 41.38% 15 51.72% 17 58.62% 48.28% 10 34.48% 10 34.48% 10 34.48% 12 41.38% 36.21% 10 34.48% 12 41.38% 10 34.48% 15 51.72% 40.52% 17 58.62% 20 68.97% 13 44.83% 24 82.76% 63.79% 10 34.48% 15 51.72% 21 72.41% 19 65.52% 56.03% 20 68.97% 22 75.86% 24 82.76% 21 72.41% 75.00% 15 51.72% 20 68.97% 10 34.48% 15 51.72% 51.72% 8 27.59% 12 41.38% 10 34.48% 10 34.48% 34.48% 17 58.62% 20 68.97% 22 75.86% 22 75.86% 69.83% 10 34.48% 13 44.83% 15 51.72% 17 58.62% 47.41% 25 86.21% 29 100.00% 27 93.10% 29 100.00% 94.83% 25 86.21% 25 86.21% 29 100.00% 29 100.00% 93.10% 27 93.10% 29 100.00% 27 93.10% 29 100.00% 96.55% Rata-Rata Persentase Siklus I 62.14%
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus I
167
Lampiran 24
Menanggapi jawaban guru Memberikan contoh Berani memberikan tanggapan dalam diskusi Berani menyanggah pendapat teman lain saat diskusi Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada teman Menanggapi jawaban teman Berani mempresentasikan hasil kerja dan diskusi di depan kelas Mendengarkan/memperhatikan pendapat orang lain Mengerjakan soal di papan tulis Mengerjakan latihan soal Membuat catatan/ringkasan materi Melakukan kegiatan sesuai dengan lembar kegiatan siswa
Aspek Yang Diamati
Keterangan: Pada pertemuan ke-2, satu siswa tidak hadir karena sakit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
No.
Pertemuan Ke-1 Pertemuan Ke-2 Pertemuan Ke-3 Pertemuan Ke-4 Rata-rata Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase 13 44.83% 16 57.14% 12 41.38% 15 51.72% 48.77% 10 34.48% 15 53.57% 0 0.00% 15 51.72% 34.94% 26 89.66% 25 89.29% 27 93.10% 27 93.10% 91.29% 21 72.41% 22 78.57% 25 86.21% 25 86.21% 80.85% 15 51.72% 18 64.29% 20 68.97% 23 79.31% 66.07% 22 75.86% 23 82.14% 25 86.21% 27 93.10% 84.33% 22 75.86% 22 78.57% 26 89.66% 20 68.97% 78.26% 15 51.72% 22 78.57% 15 51.72% 19 65.52% 61.88% 20 68.97% 26 92.86% 25 86.21% 24 82.76% 82.70% 20 68.97% 18 64.29% 22 75.86% 24 82.76% 72.97% 29 100.00% 28 100.00% 29 100.00% 29 100.00% 100.00% 25 86.21% 28 100.00% 29 100.00% 29 100.00% 96.55% 27 93.10% 27 96.43% 29 100.00% 29 100.00% 97.38% Rata-Rata Persentase Siklus II 76.62%
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus II
168
Lampiran 25
169
Lampiran 26
Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Pada Siklus I No
Siswa
Nilai
1 A 51 2 B 82 3 C 88 4 D 93 5 E 68 6 F 100 7 G 80 8 H 75 9 I 75 10 J 18 11 K 47 12 L 93 13 M 84 14 N 71 15 O 87 16 P 20 17 Q 84 18 R 91 19 S 84 20 T 35 21 U 27 22 V 67 23 W 35 24 X 95 25 Y 75 26 Z 42 27 AA 89 28 AB 95 29 AC 33 Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-Rata Ketuntasan Belajar (%)
Ketuntasan Belajar Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas 18 100 68.41 68.97
170
Lampiran 27 Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Pada Siklus II No
Siswa
Nilai
1 A 65 2 B 80 3 C 75 4 D 75 5 E 55 6 F 72.5 7 G 90 8 H 95 9 I 70 10 J 62.5 11 K 85 12 L 92.5 13 M 95 14 N 80 15 O 100 16 P 45 17 Q 100 18 R 95 19 S 72.5 20 T 20 21 U 50 22 V 72.5 23 W 72.5 24 X 87.5 25 Y 82.5 26 Z 65 27 AA 97.5 28 AB 100 29 AC 52.5 Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-Rata Ketuntasan Belajar (%)
Ketuntasan Belajar Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas 20 100 76.03 79.31