1
PENERAPAN ORNAMEN PADA KERAJINAN ANYAMAN ECENG GONDOK DI DESA LUWOO KECAMATAN TELAGA JAYA KABUPATEN GORONTALO ARTIKEL Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan pada Program Studi S1 Pendidkan Teknik Kriya Fakultas Teknik
OLEH RINI ABD RADJAK NIM.544 409 005
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KRIYA PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK KRIYA 2013
2
3
4
PENERAPAN ORNAMEN PADA KERAJINAN ANYAMAN ECENG GONDOK DI DESA LUWOO KECAMATAN TELAGA JAYA KABUPATEN GORONTALO
Rini Abd Radjak¹ Suleman Dangkua² Mursidah Waty³
ABSTRAK Eceng gondok sebagai bahan alternatif membuat kerajinan anyaman menginsipirasi bagi pengrajin di Gorontalo khususnya sentra industri kerajinan UD Rotan Indah. Kerajinan yang dihasilkan sangat beragam dan akan lebih menarik dengan diterapkannya motif ornamen. Namun, realitasnya kerajinan anyaman eceng gondok yang dihasilkan ini sangat kurang bervariasi motif ornamennya sehingga terlihat sangat monoton. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan pengrajin di Sentra Kerajinan Anyaman UD Rotan Indah Desa Luwoo Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo dalam menerapkan ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok dilihat dari jenis ornamen yang diterapkan, teknik penerapan dan fungsi ornamennya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif bersifat deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan 1) kemampuan pengrajin di Sentra Industri Rotan Indah dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan berhubungan dengan tingkat pendidikan pengrajin. Tingkat pendidikan pengrajin yaitu SD,SMP,SMA,STM. Latar belakang pendidikan berpengaruh pada pengetahuan tentang motif ornamen, teknik penerapan ornamen dan fungsi ornamen. Dari keterampilan, masing-masing pengrajin memiliki keahlian dibidangnya sehingga kemampuan pun berbeda. Dari 15 orang pengrajin hanya 1 orang yang mampu menerapkan ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok. 2) Teknik penerapan ornamen dilakukan dengan teknik anyaman pita dan teknik anyaman sasak. 3) Ornamen yang diterapkan berfungsi estetis dan konstruksi. Kata Kunci : Ornamen, Anyaman, Eceng Gondok
5
APPLICATION OF THE ORNAMENTS CRAFTS WOVEN HYACINTH AT DESA LUWOO KECAMATAN TELAGA JAYA KABUPATEN GORONTALO Rini Abd Radjak ¹ Suleman Dangkua ² Mursidah Waty ³ ABSTRACT Water hyacinth as an alternative material for making crafts woven inspire artisans in Gorontalo particular craft industry center UD Beautiful Rattan. The resulting craft is very diverse and will be more attractive with the implementation of ornamental motifs. However , the reality is woven water hyacinth handicraft produced is very less varied motifs ornaments that look very monotonous. The study aimed to determine the ability of craftsmen at UD Woven Rattan Craft Center Village Luwoo Beautiful Ponds Jaya subdistrict district of Gorontalo in applying ornaments to craft woven water hyacinth seen from the type of ornaments are applied , the application of techniques and functions ornaments. The method used is descriptive qualitative method. The results of this study indicate 1 ) the ability of artisans in Beautiful Rattan Industry Centers influenced by knowledge and skills. Knowledge related to education level craftsmen . Educational level craftsmen is elementary, junior high , high school , STM. Educational background affects the knowledge of ornamental motifs , techniques and functions of the application of ornament ornaments. Of skills , each craftsmen have expertise in their field abilities were different. Of the 15 people craftsmen only one person who is able to implement ornaments at craft woven water hyacinth. 2 ) application of the technique is done by using ornaments and ribbon woven webbing technique sasak. 3 ) Ornaments applied functional aesthetic and construction . Keywords : Ornaments , Wicker , water hyacinth
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam melimpah yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Peluang untuk memanfaatkan sumber daya tersebut menjadi suatu tantangan dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah sumber daya menjadi karya seni rupa terapan yang memiliki fungsi praktis dan estetis. Karya seni rupa terapan adalah segala bentuk macam karya seni rupa yang memiliki fungsi praktis dan estetis. Seni kriya adalah semua hasil karya manusia yang memerlukan keahlian khusus yang berkaitan dengan tangan, sehingga seni kriya sering juga disebut kerajinan tangan. Kerajinan adalah hasil karya manusia yang mengutamakan keindahan, mengarah pada benda pakai dan dibuat dengan keterampilan sehingga dapat
6
meningkatkan mutu atau kualitas dari benda tersebut. Seni kriya yang ada di nusantara diantaranya kriya keramik, kriya ukir, kriya tekstil, kriya logam, kriya anyam. Salah satu seni kriya yang ada di Nusantara terkait dalam penelitian ini adalah adalah kriya anyam. Kriya anyam merupakan kerajinan tangan yang dibuat dengan memanfaatkan berbagai macam serat tumbuh-tumbuhan tertentu yang dapat dianyam.Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa serat tumbuh-tumbuhan seperti rotan, daun pandan, mendong, eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk membuat kerajinan anyaman yang bernilai ekonomis. Seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, munculnya inovasi-inovasi baru dengan memanfaatkan batang eceng gondok sebagaibahan baku kerajinan. Dengan proses pengolahan yang benar eceng gondok dapat menjadi sumber potensi yang menguntungkan. Beberapa daerah di Indonesia eceng gondok sudah dimanfaatkan dalam membuat berbagai aneka kerajinan anyaman. Di daerah Rawa Pening Kabupaten Semarang misalnya tanaman eceng gondok yang tumbuh pesat di rawa-rawa dimanfaatkan menjadi bahan baku kerajinan, di Palembang pun demikian bahkan eceng gondok dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama
ilung-ilung
dan
di
Manado
dikenal
dengan
nama
Tumpe
(dalam
http://blogs.unpad.ac.id/rioalexander, diakses 7 desember 2013 pukul 11.20 ). Meskipun eceng gondok ini dikenal dengan bermacam-macam nama tetapi pada intinya pengrajin di daerah tersebut memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan baku dalam pembuatan kerajinan. Pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku kerajinan menginspirasi pengrajin di Gorontalo mengingat eceng gondok tumbuh pesat di danau Limboto. Eceng gondok dianggap sebagai tanaman pengganggu ini mampu tumbuh dan berkembang pesat dan hampir menutupi seluruh permukaan danau Limboto yang berada di daerah Gorontalo. Kerajinan anyaman eceng gondok dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi pesatnya pertumbuhan tanaman itu. Berbagai aneka kerajinan dapat dihasilkan dengan pemanfaatan batang eceng gondok sebagai pelengkap pembuatan kerajinan furnitur seperti meja dan kursi, keranjang parcel, tudung saji, keranjang pot yang bernilai artistik serta menunjang penghasilan pengrajin dengan adanya penambahan-penambahan ornamen yang sesuai dengan benda-benda kerajinan tersebut.
7
Kesempatan dalam memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan pembuatan kerajinan sudah dilakukan oleh para pengrajin yang berada di Sentra Industri kerajinan anyaman Rotan Indah berada di desa Luwoo Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Sentra industri ini didirikan pada tanggal 17 September 1980. Awalnya para pengrajin hanya menggunakan rotan sebagai bahan baku pembuatan produk kerajinannya, tetapi di tahun 2007/2008 mereka berinovasi menggunakan eceng gondok sebagai bahan pelengkap pembuatan kerajinannya (wawancara Suranip Abdul 18 Juni 2013). Kerajinan akan tampak lebih menarik apabila ada penambahan-penambahan motif ornamennya. Namun, kenyataan di lapangan bahwa kerajinan eceng gondok yang dihasilkan ini sangat kurang bervariasi
motif ornamennya sehingga terlihat sangat
monoton. Untuk menunjang produksi kerajinan dengan motif ornamen yang bervariasi, kemampuan pengrajin dalam menerapkan motif ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomenafenomena apa adanya dengan kondisi nyata yang berada di lapangan. Subjek penelitian adalah sentra kerajinan Rotan Indah, sedangkan objeknya adalah kemampuan pengrajin dalam menerapkan ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok, teknik penerapannya dan fungsi ornamen. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data dianalisis menggunakan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini, penulis menetapkan lokasi penelitian pada salah satu sentra kerajinan UD Rotan Indah di Desa Luwoo Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Alasan dipilih lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa UD Rotan Indah merupakan sentra kerajinan yang memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan baku. Dengan demikian penelitian ini, subjeknya adalah sentra kerajinan Rotan Indah, sedangkan objeknya adalah kemampuan pengrajin dalam menerapkan ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok dilihat dari jenis ornamennya, teknik penerapan dan fungsi ornamen. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Desember 2013.
8
PEMBAHASAN Anyaman Eceng Gondok Di Sentra Industri Rotan Indah Pada awalnya anyaman yang diproduksi oleh sentra industri Rotan Indah adalah anyaman dengan bahan baku rotan. Seiring permintaan jumlah produk kerajinan yang meningkat, bahan baku yang dibutuhkan semakin banyak sehingga para pengrajin mencari alternatif lain untuk mengurangi tingkat pemakaian rotan yang harganya semakin mahal (wawancara Suranip Abdul 18 Juni 2013 pukul 09.00). Para pengrajin kemudian mulai berfikir dengan mencari solusi bahan baku alternatif guna mendukung permintaan produk yang meningkat sedangkan bahan baku rotan terbatas. Pemilihan bahan alternatif eceng gondok sebagai bahan baku memproduksi kerajinan dijadikan pertimbangan yang utama melihat potensi bahan baku banyak tumbuh disekitar desa tersebut. Selain itu, eceng gondok ini banyak dijumpai di danau Limboto, sehingga pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku anyaman sangat efisien dan efektif. Dengan pengolahan yang benar eceng gondok ini dapat digunakan untuk membuat produk kerajinan. Anyaman eceng gondok ini menjadi pelengkap kerajinan furnitur seperti, meja dan kursi, tudung saji, pot bunga. Tapi hasil kerajinan tersebut masih kurang bervariasi baik produk yang dihasilkan maupun motif ornamennya. Dari data di atas dapat dianalisis, kurangnya variasi motif ornamen yang diterapkan disebabkan oleh proses untuk membuat helaian eceng gondok menjadi tipis dan siap digunakan memerlukan waktu lama (± 7 hari) serta pengaruh cuaca sangat mempengaruhi hasil bahan baku baik kualitas maupun jumlah. Di sentra kerajinan tersebut juga pernah diberikan bantuan oleh pemerintah berupa alat untuk mengepress eceng gondok, akan tetapi tidak difungsikan secara maksimal karena biaya operasional yang dibutuhkan untuk alat tersebut sangat besar dan hasil eceng gondok yang dipress sedikit termasuk tenaga ahli operasional dan pemeliharaan. Selain itu, penggunaan anyaman eceng gondok yang berbeda baik dari segi teknik maupun penerapannya pada produk kerajinan, berbeda tingkat kesulitannya. Perbedaan itu dapat dilihat pada penerapan eceng gondok yang dalam bentuk helaian tipis lebih mudah dibandingkan eceng gondok yang telah dikepang begitu pula penerapannya pada produk kerajinan furnitur dan alat rumah tangga. Proses produksi kerajinan ini sudah menjadi rutinitas pengrajin, walaupun tanpa penerapan ornamen masih lebih menguntungkan dibandingkan produksi yang memiliki ornamen. Hal tersebut dapat dianalisis, dirasakan pengrajin bila menerapkan ornamen
9
pada hasil kerajinan memerlukan waktu dan biaya besar, namun hasilnya kurang diminati karena produsen masih melihat dari segi fungsional, belum pada estetikanya. Hal ini juga disebabkan kurangnya tenaga ahli yang dapat menerapkan ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk sebuah produk kerajinan. Keterampilan menganyam para pengrajin di sentra industri Rotan Indah dilakukan secara turun temurun karena memang dalam industri ini para pengrajin tersebut masih dalam satu lingkup keluarga. Namun pengetahuan mereka tentang motif ornamen masih sangat kurang. Motif yang mereka terapkan selama ini hanya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui sebelumnya tanpa membuat inovasi baru. Sehingga sebagian besar produk kerajinan tidak nampak motif ornamen yang bervariasi. Berdasarkan informasi di atas, ternyata motif ornamen yang diterapkan kurang bervariasi, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengalaman yang dimiliki pengrajin. Selain itu, pengrajin kurang diikutkan pelatihan keterampilan guna mendukung peningkatan potensi serta keahlian yang dimiliki oleh pengrajin. Sehingga ini sangat mempengaruhi produk kerajinan yang dihasilkan di Sentra industri Rotan Indah. Namun, produk kerajinan eceng gondok di Sentra Industri kerajinan Rotan Indah ini senantiasa dihasilkan dan terus diproduksi meskipun dengan produk kerajinan serta motif yang
masih
sederhana. Kemampuan Pengrajin dalam Menerapkan Ornamen Kemampuan tidak hanya berkaitan dengan kecekatan tangan tetapi berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dan keterampilan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pelatihan. Pengrajin di Sentra Industri Rotan Indah ini memiliki kemampuan yang berbeda. Akan tetapi untuk menjadi pengrajin yang terampil, mereka diberikan bimbingan serta latihan sesuai dengan bidang yang dikuasai walaupun masih terasa kurang dalam mendukung produksi kerajinan anyaman dalam penerapan ornamen. Dari uraian yang dikemukakan di atas, dapat dianalisis bahwa kemampuan pengrajin akan meningkat dengan adanya bimbingan serta pelatihan yang berkelanjutan dan ini dianggap perlu untuk ditindaklanjuti. Hal ini, jika bimbingan dan latihan yang diberikan hanya sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing dan tidak berkelanjutan, maka pengrajin tidak akan terampil pada bidang dan potensi serta keahliannya juga tidak akan meningkat. Selain itu, dengan kemampuan membuat
10
anyaman sederhana pengrajin hanya fokus pada kerajinan itu saja dan produk yang dihasilkan kurang bervariasi. Sehingga untuk membuat bentuk-bentuk kerajinan yang baru, pengrajin akan kesulitan dengan penyesuaian dalam membuat inovasi baru. Hal ini berpengaruh pula terhadap penerapan ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok, selain itu kurangnya tingkat pengetahuan pengrajin mengenai ornamen yang diterapkan pada kerajinan anyaman juga dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan. a. Tingkat Pendidikan Berdasarkan wawancara (Suranip Abdul 12 November 2013 pukul 09.30), diketahui bahwa tingkat pendidikan pengrajin yang ada di Sentra Industri Rotan Indah berbeda-beda. Jenjang pendidikan pengrajin yaitu SD, SMP, SMA, STM. Dari 15 orang pengrajin, 3 orang yang menyelesaikan pendidikan sampai SD, SMP 6 orang, SMA 5 orang, dan STM 1 Orang. Dari informasi di atas, ternyata latar belakang pendidikan pengrajin ini berbedabeda. Pengrajin yang berjumlah 15 orang tersebut hanya dilatarbelakangi pendidikan umum dan tidak memahami bidang keterampilan secara khusus sehingga hal tersebut menjadi dasar yang mempengaruhi kurangnya pengetahuan pengrajin terhadap jenis ornamen yang diterapkan pada anyaman eceng gondok. b. Keterampilan Berdasarkan wawancara (Suranip Abdul 12 November 2013 pukul 10.00), keterampilan pengrajin di Sentra industri Rotan Indah diukur berdasarkan indikator penilaian keterampilan yang ada di Sentra industri tersebut. Indikator ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pengrajin pada bidang keahlian masing-masing dan mengukur kemampuan pengrajin yang dapat menerapkan ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok. Dari informasi di atas dapat dianalisis bahwa, keterampilan pengrajin tidak hanya dilihat pada tingkat pendidikan yang dimilikinya saja. Namun dapat dilihat pada kecekatan tangan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan waktu cepat hal ini dipengaruhi adanya bimbingan dan hasil pelatihan meskipun demikian masih dianggap kurang. Keterampilan ini dianggap kurang disebabkan pelatihan yang tidak berkelanjutan. Tabel 3. Data pengrajin sentra kerajinan rotan indah
No
Nama
Pendidikan
Bidang pekerjaan
Tingkat Kemampuan
1
Suranip Abdul
SD
Pimpinan
-
11
2
Saipul Thalib
SD
Penganyam
Mampu
3
Thaib Ahmad
SMP
Penganyam
Sangat mampu
4
Yeni Kadir
SMP
Penganyam/Instruktur
Sangat mampu
5
Danil Bakari
STM
Penganyam
Mampu
6
Wiwin Abas
SMA
Penganyam keranjang parsel
Kurang mampu/ tahap belajar
7
Tomi Hasan
SMA
Penganyam
Mampu
8 9 10 11 12 13
Suharti Kadir Ongki Ibrahim Yakob Hasan Hamzah Kasim Syarifudin Ramli Nggule
SMP SMP SMA SMP SMA SD
Penganyam Penganyam Penganyam Pembuat rangka Pembuat rangka Pembuat rangka
14
Pian Katili
SMA
Pembuat rangka
SD SMP
Finishing Finishing
Sangat mampu Mampu Sangat mampu Sangat Mampu Sangat Mampu Mampu Kurang mampu/ tahap belajar Sangat Mampu Sangat Mampu
15 Djafar Thalib 16 Syarifudin Kadu
Sumber : Sentra Industri Rotan Indah, 18 juni 2013
Dari tabel data pengrajin sentra industri Rotan Indah, dapat dilihat perbedaan tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada keterampilan pengrajin. Hal ini disebabkan keterampilan tersebut diperoleh secara turun-temurun yang didukung dengan informasi bahwa semua pengrajin di sentra industri Rotan Indah dan penjaringan tenaga kerja masih dalam satu lingkup keluarga. Namun tingkat pendidikan pengrajin ini secara tidak langsung mempengaruhi pula pengetahuan mereka dalam pembuatan produk serta penerapan ornamen, teknik penerapan serta fungsi ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok. Hasil
analisis
menunjukkan
masing-masing
kategori
tingkat
kemampuan
berpengaruh pada hasil produksi kerajinan yang ada di sentra kerajinan anyaman tersebut. Pada masing-masing bidang pekerjaan dengan kategori sangat mampu hampir 100% jenis kerajinan dapat dikerjakan, pada kategori mampu hanya 50% jenis kerajinan yang dapat dikerjakan,dan kategori kurang mampu atau dalam tahap belajar hanya 20% kerajinan yang dikerjakan.
12
Teknik Penerapan Ornamen Pada Kerajinan Anyaman Eceng Gondok Di Sentra industri Rotan Indah penerapan ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok dapat dilakukan dengan menggunakan teknik anyaman pita dan teknik anyaman sasak. Teknik anyaman pita adalah teknik anyaman yang digunakan oleh pengrajin di sentra industri Rotan Indah untuk menerapkan ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok. Untuk anyaman pita, eceng gondok yang digunakan berjumlah 6 helaian. Teknik anyaman sasak juga digunakan pada pembuatan keranjang dengan ukuran besar. Penerapan ornamen dengan teknik anyaman sasak dilakukan langsung pada saat pembuatan keranjang. Eceng gondok yang digunakan untuk menerapkan ornamen masih dalam bentuk helaian tipis. Selanjutnya setiap helaian disisipkan satu demi satu pada kerangka dinding keranjang yang terbuat dari rotan. Sisipan eceng gondok pada keranjang ini menghasilkan motif geometris dengan bentuk belah ketupat. Fungsi Ornamen Pada Kerajinan Anyaman Eceng Gondok Pada dasarnya ornamen merupakan hiasan yang sengaja ditambahkan pada produk untuk menambah nilai estetik. Tetapi ornamen tidak hanya berfungsi sebagai estetik namun dapat berfungsi simbolik dan berfungsi konstruksi. Berdasarkan tinjauan pada bab sebelumnya bahwa fungsi estetik artinya ornamen bertujuan untuk memperindah penampilan bentuk produk yang dihiasi. Fungsi simbolik artinya selain memiliki nilai estetis, ornamen dapat dijumpai pada benda-benda pusaka yang besifat keagamaan atau kepercayaan. Sedangkan fungsi konstruksi artinya ornamen dapat berfungsi untuk menyangga, menopang, menghubungkan atau memperkokoh konstruksi. Pada produk kerajinan keranjang kecil menunjukkan motif ornamen yang diterapkan pada kerajinan keranjang adalah motif geometris dan dapat dilihat pada bagian dinding keranjang dengan bentuk belah ketupat. Motif tersebut berfungsi estetis yang menambah keindahan pada kerajinan keranjang tersebut. Sedangkan fungsi konstruksi yaitu motif ornamen yang ada pada keranjang memperkokoh bagian dari dinding keranjang. Di sentra industri Rotan Indah penerapan ornamen lebih berfokus pada bagian konstruksinya sehingga untuk estetisnya masih dirasakan kurang bervariasi dengan motif yang sederhana. Dilihat dari segi fungsional dapat dianalisis, produk keranjang ini hanya dibuat untuk fungsi praktis saja yaitu untuk meletakkan bunga. Sehingga tidak ada nilai simbolik yang
13
ditunjukkan dari produk keranjang tersebut. Hasil produk dibuat hanya sebagai perlengkapan rumah tangga saja tanpa adanya nilai-nilai keagamaan ataupun kepercayaan dan ini disebagian besar produk kerajinan yang dihasilkan di sentra industri Rotan Indah. Pada kerajinan keranjang besar motif ornamen yang dihasilkan dengan teknik anyam sasak yaitu motif geometris. Motif ornamen dapat dilihat pada bagian dinding keranjang besar yang berbentuk belah ketupat. Ornamen yang diterapkan tersebut berfungsi estetis yaitu memperindah bagian dinding keranjang dengan tambahan warna yang sesuai. Selain estetis, ornamen tersebut juga berfungsi konstruksi karena eceng gondok yang dianyam dengan teknik anyaman sasak ini menutupi bagian dinding dari keranjang besar dan memperkokoh produk secara keseluruhan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: a.
Kemampuan pengrajin di sentra industri Rotan Indah sangat di pengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan berhubungan dengan tingkat pendidikan pengrajin. Tingkat pendidikan pengrajin yaitu SD, SMP, SMA, STM. Latar belakang pendidikan
yang kesemuanya berasal dari umum secara tidak langsung
mempengaruhi pengetahuan pengrajin tentang penerapan motif ornamen pada anyaman eceng gondok, teknik serta fungsi ornamen itu sendiri. Dari keterampilan, masing-masing pengrajin memiliki keahlian dibidangnya yaitu pada bidang menganyam, membuat rangka, dan finishing dengan kategori kemampuan yang berbeda pula. Dari 15 orang pengrajin hanya 1 orang yang sangat mampu menerapkan ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok dan tentunya mempengaruhi hasil produk kerajinan anyaman di Sentra industri Rotan Indah. b.
Teknik penerapan ornamen dilakukan dengan menggunakan teknik anyaman pita dan anyaman sasak pada pembuatan kerajinan anyaman keranjang eceng gondok sehingga menghasilkan produk yang masih sederhana dan kurang bervariasi.
c.
Ornamen yang diterapkan pada kerajinan anyaman eceng gondok berfungsi estetik dan konstruksi. Ornamen tidak berfungsi simbolik karena produk kerajinan yang dibuat hanya merupakan perlengkapan rumah tangga sehingga tidak memiliki nilai keagamaan atau kepercayaan. Estetik dapat dilihat pada motif ornamen dengan bentuk belah ketupat yang dihasilkan dengan teknik anyam pita dan sasak.
14
Sedangkan konstruksi dapat dilihat pada dinding keranjang. Ornamen yang diterapkan merupakan bagian dari keranjang tersebut.
Saran a.
Diharapkan bagi pemerintah dan instansi terkait perlu adanya pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
pengrajin
khususnya
dalam
menerapkan ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok, teknik penerapan serta fungsi dari ornamen yang diterapkan. b.
Bagi pengrajin diharapkan untuk lebih mengembangkan kemampuan dalam berinovasi dan berkreasi untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan estetik serta didukung oleh pelatihan yang berkelanjutan.
c.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi generasi selanjutnya dan dapat melanjutkan penelitian ini dengan temuan masalah-masalah yang baru terkait dengan penerapan ornamen pada kerajinan anyaman eceng gondok.
DAFTAR PUSTAKA Gerbono dan Djarijah. 2009. Kerajinan Mendong. Yogyakarta: KANISIUS Nuryanto, Hery.2006. Dari Eceng Gondok Menjadi Rupiah. Jakarta: Azka Mulia Media Satori, dan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA Sunaryo, Aryo. 2009. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize