PEMERINTAH KOTA DEPOK
Draft Laporan
Survey Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA)
Kota Depok
September 2011
Oleh : Kelompok Kerja Sanitasi Sanitas Kota Depok (Pokja Santasi– Kota Depok) 1 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
KATA PENGANTAR Sanitasi sebagai salah satu wujud pelayanan dasar bidang kesehatan seringkali terlupakan dan tidak menjadi prioritas. Terdapat 26 kab/kota di Jawa Barat diantara 330 kab/kota di Indonesia bermasalah dalam bidang sanitasi. Melalui Konferensi Konferen Sanitasi Nasional (2007), International Year of Sanitation (2008), Konvensi Strategi Sanitasi Perkotaan (2009), maka lahirlah Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) melalui penyusunan Strategi Sanitasi Perkotaan (SSK). Ada enam tahapan pan kegiatan program PPSP, yaitu : a. Tahap 1: Kampanye, edukasi, advokasi dan pendampingan b. Tahap 2: Pengembangan kelembagaan dan peraturan c. Tahap 3: Penyusunan strategi sanitasi kab/kota d. Tahap 4: Penyiapan memorandum program e. Tahap 5: Pelaksanaan/implementasi, dan f. Tahap 6: Pemantauan, pembimbingan, evaluasi dan pembinaan Pada tahun 2011 ini Kota Depok telah memasuki tahap 3, yaitu penyusunan stategi sanitasi kota (SSK). Dalam penyusunan SSK ini dilaksanakan cukup banyak studi sebagai bahan masukan dalam penyusunan peny unan Buku Putih. Salah satu studi tersebut adalah studi EHRA. Hasil studi EHRA dapat kita simak bersama dalam laporan ini. Laporan ini kami susun dengan menyajikan data sanitasi berupa diagram dan tabel. Dengan penyajian berupa diagram dan tabel, kami berharap berharap dapat lebih mudah untuk dipahami. Kami sebagai penangung jawab, koordinator survei, dan tim EHRA dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kota Depok pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang sedalamsedalam dalamnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi berkontribusi dalam survei ini. Kami ucapkan terima kasih kepada para kader PKK di 63 kelurahan, para sanitarian/ pelaksana sanitasi Puskesmas se-Kota Kota Depok, teman-teman teman teman di Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan, City Fasilitator dan seluruh anggota Pokja Sanitasi tasi Kota Depok. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembangunan sanitasi dan seluruh masyarakat di Kota Depok Depok, 8 September 2011 Penyusun
1 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar
1
Daftar Isi
2
Daftar Singkatan
3
Daftar Diagram
4
Daftar Tabel
6
Daftar Foto
8
1. PENDAHULUAN
9
2. CATATAN METODOLOGI METODOLOG 3. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/ RESPONDEN
10
4. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
21
15
5. PEMBUANGAN AIR KOTOR/LIMBAH KO TINJA MANUSIA, DAN LUMPUR TINJA
33
6. DRAINASE LINGKUNGAN/SELOKAN SEKITAR RUMAH DAN BANJIR
48
7. PENGELOLAAN AIR MINUM, MASAK, MENCUCI DAN GOSOK GIGI YANG AMAN DAN HYGIENE
53
8. PRILAKU HYGIENE / SEHAT
63
9. KEJADIAN AN PENYAKIT DIARE
66
10. HASIL-HASIL HASIL PENGAMATAN ENUMERATOR
68
Lampiran-lampiran
85
2 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
DAFTAR SINGKATAN
AMPL BABS BAPPEDA CF DED FS IPAL IPLT KMW KPS KSM LSM MCK MONEV MPSS Musrenbang PAMSIMAS PDAM PHBS PIU PKK PMU POKJA PPLP PPSP RT RW SPAL SPAM SPM SSK TPA TPS TPST TTPAMS
: Air Minum dan Penyehatan Lingkungan : Buang Air Besar Sembarangan : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah : City ity Fasilitator : Detailed Engineering Design : Feasibility Study : Instalasi Pengolahan Air Limbah : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja : Konsultan Managemen Wilayah : Kemitraan Pemerintah dan Swasta : Kelompok Swadaya Sw Masyarakat : Lembaga Swadaya Masyarakat : Mandi Cuci dan Kakus : Monitoring dan Evaluasi : Memorandum Program Sektor Sanitasi : Musyawarah Perencanaan Pembangunan : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat Mas : Perusahaan Daerah Air Minum : Prilaku Hidup Bersih dan Sehat : Project Implementing Unit : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga : Project Management Unit : Kelompok Kerja : Pengembangan Penyehatan Lingkungan Lingkungan Permukiman : Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman : Rukun Tetangga : Rukun Warga : Saluran Penyaluran Air Limbah : Sistem Penyediaan Air Minum : Standar Pelayanan Minimum : Strategi Sanitasi Kota : Tempat empat Pengolahan Pe Akhir : Tempat Penampungan Sementara : Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu : Tim Teknis Pembangunan Air Minum dan Sanitasi (dahulu TTPS)
3 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
DAFTAR DIAGRAM Halaman Diagram 1: Jumlah Responden tiap kecamatan Diagram 2: Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga Diagram 3 : Kelompok Umur Responden Diagram 4: Status Kepemilikan Rumah Diagram 5: Pendidikan Terakhir Responden Diagram 6: Kepemilikan Anak Diagram 7: Pengelolaan lolaan Sampah Rumah Tangga Diagram 8: Pengelolaan Barang Bekas Layak Pakai Diagram 9: Pemilahan Sampah Diagram 10: Daur Ulang Sampah Diagram 11: Frekuensi Petuga Mengangkut M Sampah dari Rumah Diagram 12: Ketepatan tan Waktu Sampah Diangkut Diang Diagram 13: Pembiayaan Layanan Layana Sampah oleh Tukang Sampah Diagram 14: Tempat Pembuangan Pembuan Air Besar Orang Dewasa Diagram 15: Jenis nis Kloset Yang Dipakai Diagram 16: Tempatt Pembuangan Akhir Tinja Diagram 17: Lama Tangki Septik S Dibuat Diagram 18: Waktu Tangki Septik Terakhir Dikosongkan Diagram 19: Pihak yang Mengosongkan Tangki Septik Diagram 20: Tempat Lumpur Tinja Dibuang Diagram 21: Kebiasaan Anak Umur 0-5 0 th Buang Air Besar di Lantai, Kebun, Jalan, Selokan atau Sungai Diagram 22: Tempat Membuang Tinja di Pampers Diagram 23: Tempat Membuang Bekas Pampers Diagram 24: Kebiasaan Menceboki Anak Setelah BAB Diagram 25: Tempat Pembuangan Air Bekas Cebok Anak Bila Diceboki dengan Air Diagram 26: Tempat Pembuangan Tissu, Jika Anak Diceboki dengan Tissu Diagram 27: Keberadaan Sarana Pengolahan Air Limbah Selain Tinja di Rumah Diagram 28: Kejadian Banjir di Rumah yang Ditempati atau Sekitar Rumah Diagram 29: Frekuensi Kejadian Banjir Diagram 30: Lama Banjir/Air akan Mengering Diagram 31: Kejadian Kamar Mandi dan WC/Jamban Terendam, Jika Banjir Diagram 32: Ketinggian ian Air yang Masuk ke Dalam Rumah
4 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
16 17 17 18 19 19 24 26 27 29 29 30 31 34 37 37 39 41 42 43 44 44 45 46 46 48 48 50 50 51 52 52
Diagram 33: Pengamalan Menurunnya Volume Pasokan Air yang Dikonsumsi Diagram 34: Pengalaman Menurunnya Kualitas Air yang Dikonsumsi Diagram 35: Jarak Sumber Air dengan Tempat Penampungan/ Pembuangan gan Tinja Diagram 36: Penyimpanan Air Sebelum Digunakan Untuk Minum, Masak dll Diagram 37: Pengolahan Air Sebelum Diminum Diagram 38: Cara Mengolah Air Sebelum Diminum Diagram 39: Penyimpanan Air Yang Sudah Diolah Sebelum Seb Diminum Diagram 40: Tempat Penyimapanan Air Setelah Setelah Diolah Sebelum Diminum Diagram 41 Pemakaian Sabun Hari Ini atau Kemarin Diagram 42: Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Terkena Diare Diagram 43: Hasil Pengamatan Keamanan Makanan Maka dari Lalat, Kecoak, Cicak dan Serangga Lainnya Diagram 44: Hasil Pengamatan Pengumpulan Pengumpulan Sampah Sebelum Dibuang Diagram 45: Hasil Pengamatan Wadah/ Tempat Untuk Mengumpulkan Sampah Diagram m 46: Hasil Pengamatan Lokasi Pembuangan air Limbah Bekas Cuci Peralatan Minum/ Makan dan Masak Dibuang Diagram 47: Hasil Pengamatan Keberadaan Sabun, Shampoo dan Sabun Cuci Tangan di Kamar Mandi Diagram gram 48: Hasil Pengamatan Lokasi Pembuangan Air Limbah Bekas Mandi dan Cuci Tangan dari Wastafel Diagram 49: Hasil Pengamatan Keberadaan Jentik Nyamuk pada Bak Penampung Air / Ember Diagram 50: Hasil sil Pengamatan Ketersediaan Air di Dalam Ruangan Jamban / WC Diagram 51: Hasil Pengamatan Ketersediaan Sabun di Dalam atau Di Dekat Jamban Diagram 52: Hasil Pengamatan Tipe WC/ Jamban Diagram iagram 53: Hasil Pengamatan Saluran Pembuangan dari WC/ Jamban Terhubungkan Diagram 54: Hasil Pengamatan Jarak Tangki Septik dengan Sumber Air Minimal 10 Meter Diagram 55: Hasil Pengamatan Pemilahan Pemila Sampah Diagram 56:: Hasil Pengamatan Saluran Air Hujan Dekat Rumah Diagram 57:: Hasil Pengamatan Fungsi Saluran Untuk Mengalirkan Air Diagram 58:: Hasil Pengamatan Tentang keberadaan Sampah Dalam Saluran Air
5 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
56 56 57 58 60 60 61 62 63 67 70 71 72 73 74 75 76 77 77 78 79 80 81 83 83 84
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Jumlah Anak Laki-Laki dalam Kelompok Umur
20
Tabel 2 : Jumlah Anak Perempuan dalam Kelompok Umur Tabel 3: Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Tabel 4 : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga per Kecamatan Tabel 5: Pemilahan Sampah di Rumah Sebelum Dibuang Tabel 6: Jenis Sampah yang Dipilah Tabel 7: Pihak Penerima Layanan Pengangkutan Sampah Tabel 8: Besaran Biaya Layanan Pengangkutan Sampah dalam Sebulan Tabel 9: Tempat Buang air Besar Orang Dewasa BerdasarkanKecamatan Tabel 10: Orang Diluar Anggota Keluarga yang Buang Air Besar di Ruang Terbuka Tabel 11: Tempat Penyaluran Buangan akhir Tinja per Kecamatan
20 23 25 27 28 31 32 35
Tabel 12: Lama Tangki Septik Terakhir Dikosongkan
40
Tabel 13: Waktu Tangki Septik Terakhir Dikosongkan
41
Tabel 14: Asal Limbah Cair Rumah Tangga dan Saluran Pembuangannya Tabel 15: Sumber Air untuk Keperluan Rumah Tangga Tabel 16: Tempat Menyimpan Air untuk Memasak, Mencuci, dan Gosok Gigi Tabel 17: Cara Mengambil Air untuk Minum, Mencuci Piring&Gelas dan Gosok Gigi Tabel 18: Penggunaan Air yang Telah Diolah Selain Untuk Minum Tabel 19: Peruntukan Sabun Tabel 20: Tempat Mencuci Tangan bagi Anggota Keluarga
49 48
59 62 64 64
Tabel 21: Waktu Mencuci Tangan Memakai Sabun
65
Tabel 22: Anggota Keluarga yang Terakhir Menderita Diare Tabel 23: Hasil Pengamatan Tentang Sumber Air Untuk Minum, Masak dan Mencuci Alat Makan/Masak/Minum Tabel 24: Hasil Pengamatan Wadah/ Tempat Menyimpan Air Sebelum Diolah Tabel 25: Hasil Pengamatan Persediaan Air Untuk Cuci Tangan dan Sumber Air Tabel 26: Hasil Pengamatan Asal Sumber Air Untuk Mandi Tabel 27: Hasil Pengamatan Hygiene Jamban Tabel 28: Hasil Pengamatan Ketersediaan Alat Penyiram dalam Jamban Leher Angsa Tipe Jongkok atau Duduk Tabel 29: Hasil Pengamatan Cara Pengelolaan Sampah Tabel 30: Hasil Pengamatan Jenis Sampah yang Dipilah
67
6 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
36 38
58
68 69 69 74 78 79 80 81
Tabel 31: Hasil Pengamatan Genangan Air di Halaman/ Bagian Depan Rumah Tabel 32: Hasil Pengamatan Lokasi/ Bagian Yang Tergenang Tabel 33: Hasil Pengamatan matan Asal Air Penyebab Genangan
7 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
82 82 82
DAFTAR FOTO Halaman Foto 1 : Penentuan Cluster untuk Pengambilan Sampel Foto 2 : Pelatihan EHRA Pusat Foto 3 : Pembukaan Pelatihan EHRA Oleh Ketua Tim Pengarah PKK Kota Depok Depok Foto 4 : Suasana Pelatihan Enumerator EHRA
8 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
15 15 15 15
1 PENDAHULUAN DAHULUAN Studi EHRA (Environmental Environmental Health Risk Assessment) Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang mendalami kondisi sanitasi dan prilaku yang berhubungan dengan sanitasi.. Yang ingin diketahui mencakup akses dan kondisi sarana sanitasi yang telah ada, termasuk air bersih, jamban, air buangan dan saluran pembuangan air, dan jasa pengumpulan limbah padat. Studi EHRA juga mengamati bagaimana perilaku rumah tangga dalam menggunakan nakan fasilitas yang ada, dan mempelajari perilaku anggota rumah tangga dalam hubungannya dengan risiko kesehatan lingkungan. Perilaku hidup sehat yang dipelajari mencakup cuci tangan dengan sabun, penganan kotoran anak, dan pengelolaan limbah padat di rumah. rum Data ata EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kota Depok yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program program sanitasi kota. Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai benchmark pencapaian encapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat kota sampai di tingkat kelurahan (indikatif). Pelaksanaan studi EHRA banyak melibatkan kelompok perempuan. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi erkolaborasi dengan kader-kader kader PKK di tingkat kelurahan. kelurahan Kolaborasi dengan kader dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, yakni 1) kader-kader kader memiliki akses yang lebih leluasa untuk datang ke rumah-rumah rumah rumah dan diterima oleh RT/ RW dan warga penghuni rumah. Pertimbangan ini terkait erat dengan karakteristik responden, responden yakni Ibu berusia antara 18-55 18 tahun dan juga pertanyaan-pertanyaan pertanyaan di dalam kuesioner yang banyak mengandung hal-hal hal hal yang dalam norma masyarakat dinilai sangat privat dan sensitif, seperti tempat dan perilaku buang air besar (BAB), ( 2) kader umumnya memahami mahami wilayah kelurahan sehingga mempermudah mencari rumah yang terpilih secara acak. Perempuan erempuan atau ibu dipilih sebagai responden karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya. Dokumen ini adalah Laporan EHRA di d Kota Depok yang kegiatan survey pengumpulan datanya dilakukan pada tanggal 25-29 25 Juli tahun 2011.. Penyusunan laporan didampingi oleh Fasilitator Kota Depok (CF) yang disediakan oleh Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) dengan melibatkan an berbagai pihak, khususnya Kelompok Kerja Sanitasi (Pokja Pokja Sanitasi) Sanitasi Kota Depok sebagai pemilik utama kegiatan, yang menangani koordinasi dan supervisi lapangan, proses data entry dan analisis data, data para enumerator yang menggunakan kader-kader PKK tingkat kelurahan sebanyak 126 orang dari 63 kelurahan di Kota Depok, juga melibatkan Sanitarian Puskesmas sebanyak 32 orang yang bertindak sebagai supervisor lapangan dan petugas entry data. data 9 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
2 CATATAN METODOLOGI EHRA adalah studi yang relatif pendek (sekitar 2 bulan) yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview)) dan 2) pengamatan (observation). ( ). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah kader-kader kader PKK yang dipilih secara kolaboratif laboratif oleh Pokja Sanitasi Kota Depok, pihak Kelurahan dan Puskesmas.. Sebelum turun ke lapangan, para kader diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut berturut yaitu hari Kamis-Jum’at Jum’at tanggal 21 dan 22 Juli 2011. Tempat pelatihan pelatihan di Gedung Pertemuan Sekarpeni, Jl. Siliwangi No.14 Depok Kec. Pancoranmas. Pancoranmas. Materi pelatihan mencakup; mencakup Pengenalan EHRA, Pengorganisasian EHRA, Dasar-dasar Wawancara awancara dan Pengamatan; Pemahaman tentang Instrumen nstrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang te indikator-indikator; Simulasi dan Praktek; Praktek Teknik Pengumpulan dan Pelaporan Data, Penjelasan Alur EHRA dan diskusi perbaikan instrumen. Yang menarik dalam pelatihan enumerator kali ini adalah peran Ketua Tim Penggerak PKK Tingkat Kota Depok yang sekaligus ligus istri Wali Kota Depok yang memberikan materi tentang peran PKK dalam pembangunan sanitasi di Kota Depok yang sekaligus memberikan motivasi kepada seluruh peserta pelatihan sebagai kader PKK untuk menyukseskan program percepatan pembangunan sanitasi permukiman di Kota Depok.
Foto 1 Penentuan Cluster untuk Pengambilan Sampel
Dengan ukuran populasi penduduk kota Depok sebesar 1.639.173 taahun 2010 (sumber BPS Kota Depok) jumlah kecamatan sebanyak 11 kecamatan, kelurahan 63, jumlah RW 871, jumlah RT 4.856, dan jumlah kepala keluarga 435.294 KK. 10 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin sbb.:
Dimana: • n adalah jumlah sampel • N adalah jumlah populasi • d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)• Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.Asumsi keragaman populasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah P(1-P), P(1 dimana P = 0,5 Dengan menggunakan rumus Slovin dengan CL (Confidence ( Level)) sebesar seb 98% CI (Confidence Interval)) atau tingkat presisi sebesar 2 % didapat ukuran sampel sebesar 2.486 rumah tangga. Sedangkan dalam studi EHRA Kota Depok kali ini ditetapkan sampel sebesar 3.780 rumah tangga, dengan demikian presisinya kurang dari 2 %. Sampel S sebesar 3.780 rumah tangga tersebut diambil secara merata di 11 kecamatan dan di 63 kelurahan.
Foto 2 Pelatihan EHRA Pusat Yang menjadi primary sampling unit adalah RT. Di setiap kelurahan diambil secara random 12 RT secara proposional berdasarkan berdasarkan kluster RW. Setiap kelurahan dilakukan klustering RW dengan 4 indikator, yaitu: tingkat kepadatan penduduk, tingkat kemiskinan, daerah aliran sungai, dan kejadian banjir. Maka pada setiap kelurahan terdapat RW kluster 1, kluster 2, kluster 3, kluster 4, dan kluster 5. prosentase masingmasing masing tingkat kluster RW menentukan jumlah RT yang akan menjadi sasaran sampling. 11 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Setiap kelurahan diambil 12 RT sebagai sasaran sampling. Penentuan RT sasaran disetiap kluster RW dilakuan secara acak. Setiap RT diambil 5 rumah tangga sebagai responden, jadi setiap kelurahan diambil sampel sebanyak 60 rumah tangga. Rumah tangga ditarik secara acak (random) dengan menggabungkan antara teknik random multistage (bertingkat) dan random sistematis. Untuk menentukan rumah tangga digunakan pilihan teknik random andom sistematis (urutan rumah) dengan menggunakan interval. Contoh; jumlah rumah tangga di RT 02 RW 12 Kelurahan Pengasinan adalah 50. Jumlah sampel yang akan dijadikan sasaran survey adalah 5 rumah tangga. Maka intervalnya interva adalah 50:5=10, maka enumerator bersama supervisor membuat daftar rumah tangga calon sasaran dari 1 – 50 dan slot angka 1 – 50. Sasaran rumah tangga pertama yang akan dikunjungi ditentukan secara acak. Setelah itu rumah tangga kedua dan seterusnya ditentukan ditent dengan interval 10. Yang menjadi unit analisis dalam EHRA adalah rumah tangga. Sementara, yang menjadi unit respon adalah ibu rumah tangga. Ibu dipilih dengan asumsi bahwa mereka relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi sanitasi serta mereka relatif lebih mudah ditemui dibandingkan bapak-bapak. bapak bapak. Ibu dalam EHRA didefinisikan sebagai perempuan berusia 18-65 5 tahun yang telah atau pernah menikah. Untuk memilih Ibu di setiap rumah, enumerator menggunakan matriks prioritas yang mengurutkan menguru prioritas Ibu di dalam rumah. Prioritas ditentukan oleh status Ibu yang dikaitkan dengan kepala rumah tangga. Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih Ibu, maka usia menjadi penentunya.
Foto 3 Pembukaan Pelatihan EHRA Oleh Ketua Tim Pengarah Pengarah PKK Kota Depok
12 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 30 45 menit. Panduan sudah diujicoba di sebuah lokasi riset di Jakarta Pusat tahun 2006 lalu dan diuji kembali dalam hari ke-2 ke pelatihan enumerator. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh kader sehingga responden memahami betul hak-haknya hak haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim EHRA Dinas Kesehatan sebagai anggota Pokja Sanitasi dengan mengerahkan tim koordinator entri data dan Sanitarian Puskesmas Kecamatan. Sebelum melakukan entri data, data tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Fasilitator Kota ta Depok dan Pokja Sanitasi. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah langkah untuk uji konsistensi. Untuk quality control,, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvai. Tim spot check ini dilakukan oleh supervisor yang y secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri di-re-check di kembali oleh tim Pokja Sanitasi. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.
Foto 4 Suasana Pelatihan Enumerator EHRA Untuk mengorganisir Studi EHRA, dibentuk panitia ad-hoc yang intinya terdiri dari Dinas Kesehatan sebagai Penanggungjawab Studi EHRA, Koordinator EHRA, EHRA Koordinator Entri Data, dan anggota Pokja Sanitasi yang lain. Sebagai ebagai ujung tombak, direkrut enumerator 13 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
yang berasal dari kader-kader kader PKK dari semua kelurahan di Kota Depok dan supervisor berasal dari Sanitarian Puskesmas di seluruh Kota Depok. Depok
14 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
3 KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/ RESPONDEN Bagian ini memaparkan sejumlah variabel sosio-demografis sosio demografis dan hal-hal hal yang terkait dengan status rumah di Kota Depok. Variabel-variabel variabel yang dimaksud mencakup hubungan bungan responden dengan kepala keluarga, usia responden, status rumah responden, pendidikan terakhir, kepemilikan anak, dan jumlah anak laki-laki laki laki dan perempuan dalam kelompok umur; kurang dari 2 tahun, umur 2-5 2 tahun, 6-12 12 tahun dan lebih dari 12 tahun. Variabel-variabel variabel sosio-demografis sosio demografis perlu dipelajari karena keterkaitan yang cukup erat dengan masalah sanitasi. Jumlah anggota rumah tangga berhubungan dengan kebutuhan kapasitas fasilitas sanitasi. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, maka semakin besar sar pula kapasitas yang dibutuhkan. Usia anak termuda menggambarkan besaran populasi yang memiliki risiko paling tinggi atau yang kerap dikenal dengan istilah population at risk. risk. Secara umum diketahui bahwa balita merupakan segmen populasi yang paling rentan rentan terhadap penyakit-penyakit penyakit yang berhubungan dengan air (water ( borne diseases), ), kebersihan diri dan lingkungan. Dengan demikian, rumah tangga yang memiliki balita akan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah sanitasi dibandingkan rumah tangga yang tidak memiliki balita. Variabel ariabel yang terkait dengan status rumah, seperti kepemilikan diperlukan untuk memperkirakan potensi partisipasi warga dalam pengembangan program sanitasi. Mereka yang menempati rumah atau lahan yang tidak dimilikinya diduga kuat memiliki rasa memiliki (sense sense of ownership) ownership) yang rendah. Mereka cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi ataupun kebersihan lingkungan. Sebaliknya, mereka yang menempati rumah atau lahan yang dimilikinya dimilikiny sendiri akan cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi. Secara mendasar, perbedaan-perbedaan perbedaan karakteristik ini akan menuntut pendekatan program yang berbeda. Variabel yang terkait dengan pendidikan terakhir responden juga sangat penting. Hal ini i berkaitan dengan pola pikir dan kecepatan transpormasi informasi-informasi informasi informasi sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung mempunyai pola pikir yang terbuka dan mudah menerima hal-hal hal baru serta memiliki kecepatan yang baik dalam menerima informasi-informasi informasi informasi terkait dengan sanitasi dan prilaku hidup bersih sehat. Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia 18 – 55 tahun 15 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
atau bapak.. Batas usia, khususnya batas-atas batas atas diperlakukan secara fleksibel. Penilaian kader sebagai enumerator banyak menentukan. Bila usia calon responden sedikit melebihi batas-atas (55 tahun), namun responden terlihat dan n terdengar masih cakap untuk merespon pertanyaan-pertanyaan pertanyaan dari pewawancara,, maka calon responden itu dipertimbangkan masuk dalam daftar prioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 55 tahun, namun bila performa komunikasinya kurang k memadai, maka ibu itu dapat dikeluarkan dari daftar calon responden. Diagram 1: Jumlah Responden tiap kecamatan N = 3.777
A. JUMLAH
RESPONDEN TIAP KECAMATAN (3777 ORANG) RESPONDEN 240
360
01
240 02
300
03
420 359
04 05
01 Pancoran Mas 02 Cipayung 03 Beji 04 Sukmajaya 05 Cilodong 06 Cimanggis
06 07 420
08 360
07 Tapos 08 Sawangan 09 Bojongsari
09 10 299
419
10 Cinere 11 Limo
11
360
Diagram di atas menggambarkan jumlah responden yang merata di 11 kecamatan yang ada di Kota Depok. ok. Rentang jumlah responden terkecil 240 responden dan terbesar 420 responden. Responden sejumlah 240 terdapat di Kecamatan Cinere dan Limo dan jumlah responden 420 terdapat di Kecamatan Sawangan dan Bojongsari. Besar kecilnya jumlah responden ini terkait dengan jumlah kelurahan pada kecamatan yang bersangkutan.
16 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 2: Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga N=3.752 A8. HUBUNGAN RESPONDEN DENGAN KEPALA KELUARGA
4.58%
12.58%
82.84%
Suami
Istri
Anak
Diagram di atas memperlihatkan bahwa sebagian terbesar (82,84%) responden adalah istri. Namun responden sebagai suami maupun anak juga ada. Anak yang menjadi responden telah berumur 15 tahun ke atas dengan demikian mereka telah mengerti tentang sanitasi rumah mereka dan memiliki komunikasi yang baik. Diagram 3 : Kelompok Umur Responden N = 3.777 B1. KELOMPOK UMUR RESPONDEN 16.97%
<= 20 tahun 18.69% 21 - 25 tahun 26 - 30 tahun 31 - 35 tahun 36 - 40 tahun
40.96%
41 - 45 tahun > 45 tahun 13.03% 0.69%
7.70%
1.96%
Diagram 3 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berumur >45 tahun atau 45-65 65 tahun sebesar 40,96%. Dan responden terkecil 0,69% berumur <20 tahun (15-20 (15 tahun), yang termasuk sebagai anak, sebagaimana diperlihatkan dalam diagram 2. 17 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Dari sisi aspek usia, kebanyakan adalah Ibu yang berusia antara 35-44 35 tahun, yakni sekitar 34,5 % dari total responden. Sekitar 27,4 % berada di usia 45-54 tahun. Sementara, mereka yang berada di rentang 25 2 – 34 tahun mencakup sekitar s 19 % dari total responden. Kemudian usia 14-25 14 25 sebesar 2,6 %, dan sisanya adalah usia diatas 65 tahun sebesar 4 % Diagram 4: Status Kepemilikan Rumah N = 3.773 B2. STATUS KEPEMILIKAN RUMAH 90.00%
87.70%
80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
1.96% Milik sendiri
Rumah dinas
0.93% Berbagi dengan keluarga lain
0.64% Sewa
3.68% Kontrak
5.01% Milik orang tua
0.08% Lainnya
Diagram 4 memperlihatkan bahwa sebagian besar atau 87,70% responden menempati menem rumah dengan status kepemilikan rumah milik sendiri. Disusul kemudian 5,01% responden yang menempati rumah dengan status rumah milik orang tua. Sementara itu responden yang menempati rumah kontrakan menempati urutan ke tiga atau 3,68%.
18 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram iagram 5: Pendidikan Terakhir Responden N = 3.773 B3. PENDIDIKAN TERAKHIR RESPONDEN 12.96%
Universitas/Akademi 7.18%
SMK/Kejuruan SMA
28.84%
20.73%
SMP
25.76%
SD Tidak sekolah formal
4.53%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
Diagram 5 memperlihatkan bahwa pendidikan terakhir responden terbesar adalah SMA sebesar 28,84% disusul kemudian berpendidikan SD sebesar 25,76%, baru kemudian SMP sebesar 20,73%. 3%. Yang menarik bahwa responden yang berpendidikan universitas/akademi cukup besar yaitu 12,96%. Bila digabung, responden yang berpendidikan terakhir SMA sampai universitas / akademi sebesar 48,96% atau hampir setengahnya. Ini menunjukkan bahwa responden berpendidikan cukup tinggi. Diagram 6: Kepemilikan Anak N = 3.766 B4. KEPEMILIKAN ANAK
4.73%
95.27%
Ya
Tidak
Diagram 6 memperlihatkan bahwa sebagian terbesar yaitu 95,27% responden memiliki anak. Sedangkan yang tidak mempunyai anak hanya 4,73%. Jumlah anak dalam kelompok ok umur dan jenis kelaminnya diperlihatkan dalam tabel berikut. 19 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Tabel 1 : Jumlah Anak Laki-Laki Laki dalam Kelompok Umur Umur Anak
Jumlah Anak 1 Anak
%
2 Anak
%
Total
3 Anak
%
4 Anak
%
%
kurang dari 2 tahun
204
5.7
4
0.1
0
0
0
0
208
5.8
2-5 tahun
364
10.1
20
0.6
0
0
1
0
385
10.7
811
22.5
89
2.5
9
0.2
2
0.1
911
25.3
lebih dari 12 tahun
1601
36.5
531
14.7
157
4.4
39
1.1
2328
56.7
Total
2980
74.8
644
17.9
166
4.6
42
1.2
3832
6-12 tahun
Tabel 2 : Jumlah Anak Perempuan dalam Kelompok Umur Umur Anak
Jumlah Anak 1 Anak
%
2 Anak
%
Total
3 Anak
%
4 Anak
%
%
kurang dari 2 tahun
168
4.7
9
0.3
0
0
0
0
177
5
2-5 tahun
341
9.5
17
0.5
1
0
2
0.1
361
10.1
6-12 tahun
754
21
69
1.9
7
0.2
0
0
830
23.1
lebih dari 12 tahun
1256
34.9
442
11.7
106
2.9
31
0.9
1835
50.4
Total
2519
70.1
537
14.4
114
3.1
33
1.0
3203
Dari tabel 1 diketahui bahwa responden yang memiliki anak laki-laki laki laki berumur kurang dari 2 tahun sebanyak 5,8%, yang memiliki anak berumur 2-5 2 5 tahun sebesar 10,7%, 10,7% yang memiliki anak berumur 6-12 6 tahun ahun sebesar 25,3%. Dan sebagian besar yaitu 56,7% memiliki anak yang berumur lebih dari 12 tahun. Keadaan yang hampir sama terjadi pada responden yang memiliki anak perempuan. Responden yang memiliki anak perempuan berumur kurang dari 2 tahun sebesar 5%, yang berumur 2-5 2 tahun sebesar 10,1%, yang memiliki anak berumur 6-12 6 12 tahun sebesar 23,1%. Dan responden yang memiliki anak perempuan berumur lebih dari 12 tahun sebesar 50,4%.
20 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
4 PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA Perubahan paradigma pengelolaan sampah sampah dimulai dengan diundangkannya UndangUndang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pada tanggal 7 Mei 2008. 2008 Pola pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang dilakukan dengan metode kumpul, angkut dan buang tidak diperkenankan diperkenankan lagi untuk dilakukan dengan dikeluarkannya undang-undang undang undang ini. Mekanisme pengelolaan sampah selanjutnya harus dilakukan dalam dua kegiatan yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan penanganan sampah dilakukan dengan metode pilah, kumpul, angkut, olah dan pemrosesan akhir di TPA.
Penanganan sampah mutlak dilakukan dengan ramah lingkungan sejak diundangkannya Undang-undang undang Nomor 18 Tahun 2008 ini. Langkah pertama yang dilakukan dalam penanganan sampah adalah pemilahan sampah sesuai sesuai dengan kategorinyanya. Hal ini diupayakan melalui penempatan bak sampah terpilah yaitu organik, anorganik dan B-3 B rumah tangga. Langkah kedua adalah pengumpulan sampah dari setiap rumah tangga yang sudah terpilah-pilah pilah tersebut untuk selanjutnya diangkut diangkut yang merupakan langkah ketiga. Pengangkutan secara terpilah pun mutlak diperlukan berdasarkan undangundang-undang ini. Langkah keempat adalah pengolahan sampah baik pada sumber maupun di TPA. Pengolahan secara sederhana dapat dilakukan dengan pengkomposan sampah sampah organik sejak dari sumber/rumah tangga. Pengkomposan secara besar dilakukan di TPA dengan penyediaan mesin-mesin mesin 21 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
pengolah yang memadai. Pengolahan sampah anorganik sampai saat ini masih dilakukan secara mandiri oleh masyarakat melalui pemulung dan pelapak. pelapak. Langkah terakhir adalah pemrosesan akhir sampah di TPA, hal ini haruslah dilakukan secara ramah lingkungan. Paradigma penanganan sampah yang baru ini mutlak memerlukan peran serta secara aktif dari masyarakat, hal ini dikarenakan adanya proses pemilahan pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Tanpa didukung oleh kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk memilah sampah mustahil dapat dilakukan pengelolaan sampah yang benar. benar Selain masyarakat umum yang harus berperan aktif, seharusnya pihak penghasil sampah dari produsen harus ikut bertanggung jawab. Perusahaan-perusahaan perusahaan makanan hamper semua membungkus produksi makanannya dengan plastik. Pada akhirnya plastik akan menjadi sampah. Bila komsumen saja yang bertanggung jawab maka tidak memenuhi rasa keadilan. Karena produsen menikmati keuntungan ekonomi, tetapi masyarakat konsumen dan pemerintah selalu sibuk mengurusi sampah yang tidak pernah ada habisnya. Solusinya harus ada peraturan yang mewajibkan para produsen bertanggung jawab terhadap wadah produksinya atau mengganti me wadah dengan bahan selain plastik. Aspek-aspek aspek pengelolaan sampah yang dikaji dalam studi EHRA kali ini meliputi : 1. Kondisi sampah di lingkungan rumah 2. Pengelolaan sampah rumah tangga 3. Perlakuan barang bekas layak pakai 4. Pemilahan / pemisahan sampah di d rumah sebelum dibuang 5. Jenis sampah yang dipilah sebelum dibuang 6. Daur ulang sampah 7. Frekuensi petugas mengangkut sampah dari rumah 8. Ketepatan waktu pengangkutan sampah 9. Pembiayaan layanan pengangkutan sampah oleh tukang sampah. sampah 10. Pihak penerima pembayaran layanan laya sampah, dan 11. Jumlah biaya iuran layanan sampah per bulan Koesioner mengenai kondisi sampah di lingkungan rumah terdapat 6 opsi jawaban yaitu; 1) lalat berkembang biak di sampah, 2) banyak tikus dan cacing, 3) bau busuk yang mengganggu tetangga, 4) saluran uran yang mampet karena sampah, 5) lainnya dan 6) tidak ada masalah. Jabawan 1-5 5 adalah indikator sampah di lingkungan rumah yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan yang cukup besar. Koesioner mengenai pengelolaan rumah tangga terdapat 7 opsi jawaban, jawaban yaitu; 1) diangkut tukang sampah, dibuang ke TPS, 2) dibuang dan di kubur di lubang, 3) dibakar, dibuang ke sungai/laut/danau, 4) dibiarkan saja, 5) dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan, 6) lainnya, sebutkan. Jawaban 1 dan 2 mengindikasikan pengelolaan sampah mpah yang cukup baik dan memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah 22 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
dibandingkan dengan jawaban 3 sampai 7. Opsi jawaban 1 berkaitan dengan dengan aspek 7 sampai dengan 11, yaitu; frekuensi petugas mengangkut sampah, ketepatan waktu pengangkutan sampah, pembiayaan pembiayaan layanan pengangkutan sampah oleh tukang sampah, pihak penerima pembayaran layanan sampah dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Frekuensi dan ketepatan waktu pengangkutan sampah berkaitan dengan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh sampah dan juga menyangkut ukuran kinerja lembaga pengelola layanan sampah. Pihak penerima pembayaran layanan sampah perlu dikaji untuk mengetahui pengelolaan sampah telah dikelola oleh pihak yang berwenang atau tidak. Sebab bila pihak penerima pembiayaan pengangkutan sampah sam ini diterima oleh perseorangan belum tentu dikelola dengan benar. Bisa Bi a jadi hanya dipindahkan ke tempat lain yang tidak mengurangi masalah sampah tetapi tetap menimbulkan masalah di tempat pembuangannya. Perlakuan barang bekas layak pakai juga menjadi menjadi sasaran kajian dalam studi EHRA kali ini. Koesioner yang berkaitan dengan perlakuan barang bekas layak pakai memiliki 5 opsi jawaban, yaitu; 1) diberikan kepada orang lain, 2) dijual, 3) dibuang, 4) lainnya, sebutkan, 5) tidak tahu. Jawaban 1 dan 2 adalah adalah indikator pengelolaan sampah yang baik. Tetapi pilihan jawaban 3 sampai 5 adalah indikasi potensi masalah persampahan yang memiliki risiko kesahatan yang tinggi. Kemudian yang tak kalah penting untuk dikaji adalah tentang pemilahan / pemisahan sampah di rumah sebelum dibuang. Dalam koesionernya ada 4 opsi jawaban, yaitu; 1) tidak pernah, 2) kadang-kadang, kadang, 3) sering, 4) selalu. Jawaban 2-4 2 4 adalah indikasi yang baik, artinya kesadaran untuk mengelola sampah rumah tangga dengan baik sudah tumbuh. Aspek pemilihan lihan / pemisahan sampah ini berkaitan dengan aspek lainnya yaitu; jenis sampah yang dipilah sebelum dibuang, dan daur ulang sampah. Enumerator dalam kegiatan studi EHRA di wajibkan untuk mengamati wadah penyimpanan sampah di rumah tangga secara mendetail mendetail data yang di peroleh dari cara utama membuang sampah rumah tangga. Hasil kajian EHRA mengenai pengelolaan sampah di Kota Depok tampak dalam diagram atau tabel tab berikut; Tabel 3: Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Jawaban Responden KONDISI SAMPAH DILINGKUNGAN DILIN RUMAH
Ya
%
Tidak
%
Lalat berkembang biak di sampah
382
10.1
3,391
89.9
Banyak tikus dan cacing
465
12.3
3,308
87.7
Bau busuk yang mengganggu tetangga
201
5.3
3,572
94.7
Saluran drainase mampet karena sampah
120
3.2
3,653
96.8
72
1.9
3,701
98.1
2,835
75.1
938
24.9
Lainya Tidak ada masalah
23 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Tablel 3 di atas memperlihatkan kondisi sampah di lingkungan rumah yang dialami oleh responden. Yang mengalami kondisi sampahnya menjadi tempat berkembang biak lalat sebesar 10,1%, banyak tikus dan cacing sebesar sebesar 12,3%, bau busuk yang mengganggu tetangga 5,3%, dan yang menimbulkan saluran mampet karena sampah sebesar 3,2%. Namun ternyata lebih besar lagi yang mengalami tidak ada masalah dengan sampah di lingkungan rumahnya yaitu sebesar 75,1%. Diagram 7: Pengelolaan gelolaan Sampah Rumah Tangga C2. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 16.96%
38.96%
Dibuang dan dikubur dilobang Diangkut tukang sampah, di TPS Dibakar Dibuang ke suangai Dibiarkan saja
33.70%
Dibuang ke lahan kosong 1.41%
6.69%
2.07% 0.21%
Lainnya
Diagram 7 di atas memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Depok masih belum begitu baik. Cara pengelolaan yang terbesar adalah dengan cara dibakar yaitu 38,96%. Dan pengelolaan yang sangat buruk juga ada yaitu dengan cara dibuang ke sungai sebesar 2,07%, dibiarkan saja sebesar 0,21%, dibuang ke lahan kosong sebesar 6,69% dan lainnya sebesar 1,41%. Sementara itu cara pengelolaan yang relatif cukup baik yaitu dibuang dan dikubur dilubang dilubang sebesar 33,70% dan cara pengelolaan yang telah tertangani dengan baik yaitu diangkut tukang t kang sampah di TPS sebesar 16,96%. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa sampah masih merupakan potensi yang menimbulkan risiko kesehatan yang tinggi di Kota Depok. Dep Bila kita lihat cara pengelolaan sampah pada setiap kecamatan diperlihatkan dalam tabel pada halaman selanjutnya. selanjutnya
24 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
% within Kec. BOJONG SARI
Count % within Kec.
CILODONG
Count % within Kec.
CIMANGGIS
Count % within Kec.
CINERE
Count % within Kec.
CIPAYUNG
Count % within Kec.
LIMO
Count % within Kec.
PANCORAN MAS
Count % within Kec.
SAWANGAN
Count % within Kec.
SUKMAJAYA
Count
TOTAL
6
1
23
11
359
59.33
6.96
22.28
1.67
0.28
6.41
3.06
100.00
Lainnya
80
Dibiarkan saja
25
Dibakar
213 102
8
253
2
1
42
9
417
24.46
1.92
60.67
0.48
0.24
10.07
2.16
100.00
122
12
143
2
0
14
6
299
40.80
4.01
47.83
0.67
0.00
4.68
2.01
100.00
8
212
89
5
1
32
12
359
2.23
59.05
24.79
1.39
0.28
8.91
3.34
100.00
5
191
32
2
0
10
0
240
2.08
79.58
13.33
0.83
0.00
4.17
0.00
100.00
139
11
111
21
0
14
4
300
46.33
3.67
37.00
7.00
0.00
4.67
1.33
100.00
95
8
94
8
0
35
0
240
39.58
3.33
39.17
3.33
0.00
14.58
0.00
100.00
261
4
59
16
0
17
3
360
72.50
1.11
16.39
4.44
0.00
4.72
0.83
100.00
40
60
287
2
3
28
0
420
9.52
14.29
68.33
0.48
0.71
6.67
0.00
100.00
161
105
57
2
0
22
8
355
45.35
29.58
16.06
0.56
0.00
6.20
2.25
100.00
124
3
263
12
2
15
0
419
% within Kec.
29.59
0.72
62.77
2.86
0.48
3.58
0.00
100.00
Count
1270
639
1468
78
8
252
53
3768
% within Kec.
33.70
16.96
38.96
2.07
0.21
6.69
1.41
100.00
% within Kec. TAPOS
Diangkut tukang sampah, di TPS
Count
Total
Dibuang dan dikubur dilobang BEJI
Dibuang ke sungai
KECAMATAN
Dibuang ke lahan kosong
Tabel 4 : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga per Kecamatan
Count
Tabel 4 memperlihatkan kepada kita cara pengelolaan sampah ditingkat kecamatankecamatan. Kecamatan yang mengelola sampah dengan cara dibakar yang tertinggi adalah Kecamatan Sawangan sebesar 68,33%, Kecamatan Tapos sebesar 62, 77%, Kecamatan Bojongsari sebesar 60,67%, dan Kecamatan Cilodong sebesar 47,83%. Hal ini barangkali ada kaitannya dengan tingkat kepadatan penduduk yang masih rendah sehingga ada ruang untuk melakukan pembakaran sampah. Kemudian kecamatan yang masyarakatnya membuang sampah ke sungai dengan prosentase cukup tinggi yaitu Cipayung sebesar 7,0% dan Kecamatan Pancoranmas sebesar 4,4%. Hal ini berkaitan dengan adanya aliran sungai yang melintasi pemukiman di dua wilayah tersebut. Kemudian prosentase yang cukup tinggi pengelolaan sampah dengan cara dibuang di lahan kosong yaitu di Kecamatan Limo sebesar 14,58% dan Kecamatan Bojongsari
25 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
sebesar 10,07%. Demikianlah potret pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Depok berdasarkan studi EHRA. Diagram 8: Pengelolaan Barang Bekas Layak Pakai
C3. PENGELOLAAN BARANG BA BEKAS LAYAK PAKAI
1600 1400 1200 1000 Diberikan kepada orang lain
800 600
Dijual
400 Dibuang
200 0
1
2
Diberikan kepada orang lain
1543
Dijual
404
17.84%
Dibuang
166
7.33%
Lainnya
38
1.68%
113
4.99%
Tidak tahu
Lainnya
68.15% Tidak tahu
Diagram 8 memperlihatkan bahwa sebagian terbesar yaitu 68,15% warga Kota Depok mengelola barang bekas layak pakai dengan cara diberikan kepada orang lain. Kemudian disusul dengan cara dijual sebesar 17,84%. Namun demikian masih ada yang diperlakukan dengan cara dibuang, lainnya, dan tidak tahu jumlah ketiga cara ini sebesar 14%, yang masih berpotensi menimbulkan masalah sampah dan risiko kesehatan.
26 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 9: Pemilahan Sampah N = 2.263 C4. PEMILAHAN SAMPAH
5%
4% 23%
68%
Tidak pernah
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Diagram 9 memperlihatkan bahwa sebagian besar warga Kota Depok belum melakukan pemilahan sampah organik dan non organik, plastik, kertas, logam dan lain-lain yaitu sebesar 68%. Sementara yang kadang-kadang saja sebesar 23%, yang sering memilah sampah sebesar 4%, dan yang selalu memilah sampah hanya sebesar 5%. Kita akan melihat potret pemilahan sampah ini pada setiap kecamatan sebagai berikut; Tabel 5: Pemilahan Sampah di Rumah Sebelum Dibuang
BEJI BOJONG SARI CILODONG CIMANGGIS CINERE CIPAYUNG LIMO
Count % within Kec. Count % within Kec. Count % within Kec. Count % within Kec. Count % within Kec. Count % within Kec. Count
100 76.34 270 84.91 103 59.88 173 72.08 217 92.34 123 77.85 39
Total
13 9.92 28 8.81 60 34.9 40 16.7 9 3.83 29 18.4 83
27 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Selalu
Sering
Tidak pernah
Kecamatan
Kadangkadang
Jawaban Responden
10 7.63 5 1.57 4 2.33 10 4.17 1 0.43 5 3.16 10
8 6.11 15 4.72 5 2.91 17 7.08 8 3.4 1 0.63 13
131 100 318 100 172 100 240 100 235 100 158 100 145
PANCORAN MAS SAWANGAN SUKMAJAYA TAPOS Total
% within Kec. Count % within Kec. Count % within Kec. Count % within Kec. Count % within Kec. Count % within Kec.
26.9 72 74.23 237 62.86 77 81.91 142 47.97 1553 68.63
57.2 7 7.22 89 23.6 10 10.6 147 49.7 515 22.8
6.9 7 7.22 25 6.63 2 2.13 4 1.35 83 3.67
8.97 11 11.3 26 6.9 5 5.32 3 1.01 112 4.95
100 97 100 377 100 94 100 296 100 2263 100
Tabel 5 di atas memperlihatkan bahwa prosentase terbesar kecamatan yang tidak melakukan pemilahan sampah di rumah sebelum dibuang adalah Kecamatan Kecam Cinere sebesar 92,34%, disusul Kecamatan Bojongsari Bojongsar sebesar 84,91%. Sementara itu prosentase terbesar kecamatan yang selalu melakukan pemilahan sampah adalah Kecamatan Pancoranmas sebesar 11,3%, kemudian Kecamatan Limo sebesar 8,97%. Tabel 6: Jenis Sampah yang Dipilah JENIS SAMPAH YANG DIPILAH
Ya
%
Tidak
%
Total
%
Sampah organik/sampah basah
237
33.2
477
66.8
714
100.0
Plastik
477
66.9
236
33.1
713
100.0
Gelas/kaca
486
68.2
227
31.8
713
100.0
Kertas
283
39.7
430
60.3
713
100.0
Besi/logam
308
43.2
405
56.8
713
100.0
11
1.5
702
98.5
713
100.0
6
0.8
708
99.2
714
100.0
Lainnya Tidak Tahu
Berdasarkan tabel 6 di atas, dari total responden yang menjawab pertanyaan terkait pemilahan sampah sebesar 2,263 dengan total yang melakukan pemilahan 32% atau 714 responden, prosentase terbesar jenis sampah yang dipilah adalah jenis gelas/kaca sebesar 68,2% dan jenis plastik sebesar 66,9%. Disusul kemudian jenis besi/logam sebesar 43,2%, dan kertas sebesar 39,7%. Sementara itu yang melakukan pemilahan sampah jenis is organik/sampah basah 33,2%.
28 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 10 : Daur Ulang Sampah N = 726 C6. DAUR ULANG SAMPAH
38.02%
61.98%
Ya
Tidak
Diagram 10 di atas memperlihatkan bahwa resonden yang melakukan daur ulang sampah sebesar 61,98%. Daur ulang yang dimaksudkan dalam studi kali ini adalah sampah dijadikan kompos atau pupuk hijau. Sementara yang melakukan pemilahan sampah tetapi tidak melakukan daur ulang sampah sebesar 38,02%. Diagram 11: Frekuensi Petugas Mengangkut Sampah dari Rumah N = 3.639 C7. FREKUENSI PETUGAS MENGANGKUT SAMPAH DARI RUMAH
16.21%
37.46%
30.97%
9.40%
0.14% 0.55%
5.28%
Tiap hari
Beberapa kali dlm seminggu
Sekali dalam seminggu
Beberapa kali dlm sebulan
Sekali dalam sebulan
Lainnya
Tidak tahu
Terkait dengan penerima layanan pengangkutan sampah, diagram 11 menunjukkan prosentase frekuensi pengangkutan sampah dari rumah. Yang menyatakan sampah 29 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
diangkut tiap hari sebesar 16,21%, diangkut beberapa kali dalam seminggu 30,97%, sekali dalam seminggu 5,28%. Standar minimum inimum dalam indikator global tentang layanan angkutan sampah rumah tangga adalah seminggu sekali. Rumah tangga yang telah menerima layanan pengangkutan sampah sebetulnya telah cukup mendapatkan pelayanan yang memadai, karena frekuensi pengangkutan paling besar proporsinya adalah menerima pengangkutan beberapa kali dalam seminggu. Sementara itu responden yang menyatakan tidak tahu mengindikasikan belum mendapatkan layanan pengangkutan sampah. Diagram 12: Ketepatan Waktu Sampah Diangkut N = 3.555 C8. KETEPATAN KETEPATA WAKTU SAMPAH DIANGKUT 50.00%
45.82%
45.34%
45.00% 40.00% 35.00% 30.00% Series1
25.00% 20.00% 15.00%
8.83%
10.00% 5.00% 0.00% Tepat waktu
Sering terlambat
Tidak tahu
Penilaian terhadap rumah tangga yang menerima pelayanan pengangkutan sampah dalam satu bulan terakhir terlihat dalam diagram 12 di atas. Bahwa ahwa sebagian besar yaitu 45,34% menilai tidak tepat waktu, waktu, 8,23% menyatakan sering terlambat dan selebihnya menyatakan tidak tahu.
30 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 13: Pembiayaan Layanan Sampah oleh Tukang Sampah N = 3.555 C9. APAKAH LAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH OLEH TUKANG SAMPAH DIBAYAR?
47.12% 52.88%
Ya
Tidak
Diagram 13 di atas menyatakan bahwa 52,88% layanan pengangkutan sampah oleh tukang sampah dibayar. Sementara Sementara 47,12% menyatakan layanan pengangkutan sampah tidak dibayar. Kepada siapakah biaya pengangkutan sampah ini dibayarkan? Jawabannya akan terlihat dalam tabel 7 di bawah ini. Tabel 7: Pihak Penerima Layangan Pengangkutan Sampah C10. Kepada siapa ibu membayarnya ? Frequency Percent Valid
Total
Cumulative Percent
Pemungut uang sampah dari RT
1,249
33.1
66.2
66.2
Pemungut uang sampah dari Kelurahan
8
0.2
0.4
66.6
Pemungut uang sampah dari Perusahaan
307
8.1
16.3
82.9 100.0
Tidak tahu Missing
Valid Percent
323
8.6
17. 17.1
Total
1,887
50.0
100.0
System
1,890
50.0
3,777
100.0
Tabel 7 di atas memperlihatkan bahwa para pihak yang menerima pembayaran layanan pengangkutan sampah adalah pihak Rukun Tetangga (RT) sebesar 66,2%, pihak kelurahan sebesar 0,4%, dan pihak perusahaan sebesar 17,1%. Sementara itu data missing system dapat diindikasikan sebagai warga yang tidak menerima layanan 31 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
pengangkutan sampah, karena seluruh responden (3.777) memberikan jawabannya. Sedangkan yang memberikan jawaban tidak tahu masih tanda tanya, apakah tidak tahu pihak mana yang menerima pembayaran atau karena memang tidak ada layanan pengangkutan sampah. Tabel 8: Besaran Biaya Layanan Pengangkutan Sampah dalam Sebulan BESAR BIAYA (Rp)
Frequency
Percent
1000-10000
672
17.8
11000-20000
578
15.3
21000-30000
179
4.7
31000-40000
23
0.5
41000-50000
29
0.8
>51000
42
1.1
Tidak jelas
240
6.4
Total
1,763
46.7
Missing system
2,014
53.32
Total
3,777
100.0
Berdasarkan tabel 8 di atas besarnya biaya untuk layanan pengangkutan pengangkutan sampah dalam satu bulan cukup bervariasi dari Rp 1.000,1.000, – 10.000,- sampai diatas Rp 51.000,-. 51.000, Prosentase terbesar adalah di kisaran Rp 1.000,1.000, s/d 10.000,-.
32 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
5. PEMBUANGAN AIR KOTOR/LIMBAH TINJA MANUSIA, DAN LUMPUR TINJA Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak aman adalah salah satu faktor risiko bagi turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak aman bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai/ kali/ got/ kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Bagian ini memaparkan fasilitas sanitasi rumah tangga beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi difokuskan pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup jenis jamban yang tersedia, penggunaan, pemeliharaan, dan kondisinya. Untuk tempat pembuangan air kotor/ limbah tinja manusia, EHRA menyediakan pilihan jawaban sebanyak 9, yaitu; jamban pribadi, MCK / WC umum, WC helikopter di empang / kolam, sungai/pantai/laut, kebun/pekarangan rumah, lubang galian, lainnya dan tidak tahu. Sedangkan jenis jamban, EHRA membaginya ke dalam 4 (empat) kategori besar, yakni kolset duduk leher angsa, kloset jongkok leher angsa, plensengan dan cemplung. Pilihan-pilihan pada dua kategori pertama kemudian dispesifikasikan lebih lanjut dengan melihat tempat penyaluran tinja yang mencakup tangki septik, cubluk/lubang tanah, langsung ke saluran drainase, sungai/danau/pantai, kebun/sawah dan lainnya. Karena informasi jenis jamban rumah tangga didapatkan melalui wawancara, maka terbuka kemungkinan munculnya salah persepsi tentang jenis yang dimiliki, khususnya bila dikaitkan dengan sarana penyimpanan/ pengolahan. Warga seringkali mengklaim bahwa yang dimiliki adalah tangki septik. Padahal, yang dimaksud adalah tangki yang tidak kedap air atau cubluk, yang isinya dapat merembes ke tanah. Karenanya, EHRA juga mengajukan sejumlah pertanyaan konfirmasi yang dapat dapat mengindikasikan status keamanan tangki septik yang dimiliki rumah tangga. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud antara lain, Apakah tangki septik itu pernah dikosongkan?; Kapan tangki septik dikosongkan?; dan Sudah berapa lama tangki septik itu dibangun? Lebih jauh tentang kondisi jamban, Studi EHRA melakukan sejumlah pengamatan pada bangunan jamban/ WC/ latrin yang ada di rumah tangga. Ada sejumlah aspek/ fasilitas yang diamati oleh enumerator, misalnya ketersediaan air, sabun, alat pengguyur atau gayung, dan handuk. Enumerator EHRA juga mengamati aspek-aspek yang terkait 33 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
dengan kebersihan jamban dengan melihat melihat apakah ada tinja menempel atau tidak? Selain itu, enumerator juga mengamati apakah ada lalat beterbangan di jamban atau sekitarnya. Terakhir, bab ini pun memaparkan informasi tentang kebiasaan membuang tinja/pampers, air bekas cebokan, tisu bekas cebokan cebokan anak untuk anak usia 0-5 0 tahun. Hal ini penting karena semua hal tersebut juga menyangkut limbah. Hasil studi EHRA tentang pembuangan air kotor / limbah tinja manusia, dan lumpur tinja adalah sebagai berikut. Diagram 14: Tempat Buang Air Besar Orang Dewasa N = 3.769 D1. TEMPAT BUANG AIR BESAR ORANG DEWASA
100.00%
A. Jamban pribadi
95.01%
B. MCK/WC Umum
90.00%
C. Ke WC helikopter
80.00% 70.00%
D. Ke sungai/pantai/laut
60.00%
E. Ke kebun/pekarangan
50.00%
F. Ke selokan/parit/got
40.00%
G. Ke lubang galian
30.00%
H. Lainnya,
20.00% 10.00%
3.58% 1.32% 0.58% 0.26% 0.08% 0.21% 0.24% 0.26%
I. Tidak tahu
0.00%
Berdasarkan diagram 14 di atas, kita dapat mengetahui bahwa kepemilikan jamban pribadi di Kota Depok sudah cukup baik, 95,01% telah membuang limbah tinja manusia di jamban pribadi. Namun demikian masih juga terdapat warga Kota Depok yang membuangnya pada WC helikopter di atas empang / kolam, kolam, ke sungai, ke kebun, ke selokan/parit/got, juga ke lubang galian, meskipun prosentasenya cukup kecil. Ini artinya bahwa Kota Depok belum terbebas dari kebiasaan buang air air besar sembarangan (BABS). Hal ini sejalan dengan hasil pendataan yang dilakukan oleh Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan mengenai warga yang buang air besar sembarangan.
34 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
BEJI
Count % within Kecamatan
BOJONG SARI
Count % within Kecamatan
CILODONG
Count
TOTAL
I. Tidak tahu
H. Lainnya,
D. Ke sungai/pantai/laut E. Ke kebun/pekarangan F. Ke selokan/ parit/got G. Ke lubang galian
0
0
0
0
0
390
5
46
0
0
1
0
3
2
92.86
1.19
11
0
0
0.24
0
0.71
0.48
2
1
1
2
0
0
0.33
0.33
0.67
0
0
348
8
0
0
0
0
0
2
0
97.21
2.22
0
0
0
0
0
0.56
0
219
5
3
0
0
1
0
2
0
91.63
2.08
1.25
0
0
0.42
0
0.83
0
277
10
20
5
0
3
1
4
0
92.33
3.33
6.67
1.67
0
1
0.33
1.33
0
227
4
13
0
0
0
2
3
3
94.98
1.67
5.42
0
0
0
0.83
1.25
1.25
341
4
2
0
0
0
0
4
0
94.72
1.11
0.56
0
0
0
0
1.11
0
373
8
42
2
1
1
3
4
1
88.81
1.9
10
0.48
0.24
0.24
0.71
0.95
0.24
349
1
2
0
0
0
1
0
3
97.76
0.28
0.56
0
0
0
0.28
0
0.84
409
2
5
1
1
1
0
0
1
% within Kecamatan
97.61
0.48
1.19
0.24
0.24
0.24
0
0
0.24
Count
3581
50
135
10
3
8
9
22
10
% within Kecamatan
95.01
1.32
3.58
0.26
0.08
0.21
0.24
0.58
0.26
Count
Count
Count
Count
Count
Count
Count % within Kecamatan
TAPOS
0
0
0.67
% within Kecamatan SUKMAJAYA
0
0
2
% within Kecamatan SAWANGAN
0
0
0.67
% within Kecamatan PANCORAN MAS
0
0
2
% within Kecamatan LIMO
0
0.67
% within Kecamatan CIPAYUNG
1 0.28
290
% within Kecamatan atan CINERE
358 99.72
97.32
% within Kecamatan CIMANGGIS
B. MCK/WC Umum
A. Jamban pribadi
KECAMATAN
C. Ke WC helikopter
Tabel 9: Tempat Buang Air Besar Orang Dewasa berdasarkan Kecamatan
Count
a Berdasarkan tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Beji telah bebas buang air besar sembarangan, sebab penggunaan jamban pribadi mencapai 99,72% dan sisanya 35 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
0,28% menggunakan MCK umum. Sedangkan 10 kecamatan yang yang lainya masih belum bebas buang air sembarangan. Kecamatan yang warganya tertinggi prosentasenya membuang limbah tinja manusia di WC helikopter helikopter adalah Kecamatan Bojongsari sebesar seb 11%. Kemudian kecamatan yang prosentase warganya buang limbah tinja ke sungai sun adalah Kecamatan Cipayung sebesar 1,6%. Dalam studi EHRA juga menelaah tentang pengamatan atau pengalaman responden terhadap orang di sekitarnya diluar anggota keluarganya yang masih buang air besar di tempat terbuka. Hasil studinya seperti tampak dalam da tabel di bawah ini. Tabel 10: Orang Di Luar Anggota A Keluarga yang Buang Air Besar Di Ruang uang Terbuka Jawaban Responden Ya
%
Tidak
%
Anak laki-laki umur 5-12 th
39
1.0
3,736
99.0
Anak perempuan umur 5-12 12 th
23
0.6
3,752
99.4
Remaja laki-laki
16
0.4
3,759
99.6
Remaja perempuan
14
0.4
3,761
99.6
Laki-laki dewasa
37
1.0
3,738
99.0
Perempuan dewasa
31
0.8
3,744
99.2
Laki-laki tua
23
0.6
3,752
99.4
Perempuan tua
21
0.6
3,754
99.4
Masih ada tapi tdk jelas
143
3.8
3,632
96.2
Lainnya
538
14.3
3,23 3,235
85.7
2
0.1
3,777
100.0
Missing system Total
Menurut tabel 10 di atas, masih ditemukan orang di luar anggota keluarganya yang memiliki kebiasaan buang air besar sembarangan di ruang terbuka. Walaupun prosentasenya cukup kecil dikisaran 0,4 – 1,0%. ,0%. Dalam tabel di atas responden juga menjawab ada sekitar 3,8% yang BAB sembarangan tapi dengan kriteria umur yang tidak jelas. Hal ini bisa kiranya tidak meyakinkan. Kemudian juga ada prosentase yang cukup tinggi yaitu 14,3% dengan menjawab lainnya yang yang berarti diluar kriteria umur yang disediakan dalam koesioner. Bila kita lihat responden yang menjawab katagori lainnya mereka menyebutkan; bayi, balita, dan sebagian besar menjawab tidak ada atau tidak pernah. Jadi prosentase jawaban lainnya ini bisa diabaikan. dia Kemudian tentang jenis kloset yang dipakai warga Kota Depok, studi EHRA mendapatkan data sebagai berikut.
36 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 15: Jenis Kloset yang Dipakai N = 3.777 D3. JENIS KLOSET YANG DIPAKAI 84.32%
Kloset jongkok leher angsa Kloset duduk siram leher angsa Plengsengan Cemplung
13.00%
1.99% 0.69%
Diagram 15 di atas menjelaskan kepada kita bahwa sebagian besar besar warga Kota Depok menggunakan jenis kloset jongkok leher angsa yang mencapai 84,32%. Namun demikian ada juga yang menggunakan kloset duduk siram leher angsa sebesar 13,00%. Sedangkan jenis kloset plengsengan dan cemplung masing-masing masing masing sebesar 0,69% dan 1,99%. Warga yang membuang limbah tinja dengan menggunakan kloset belum tentu buangan akhirnya adalah tangki septik yang aman. Studi EHRA juga melakukan kajian mengenai buangan akhir tinja warga. Hasilnya sebagaimana digambarkan dalam diagram berikut. Diagram agram 16: Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja N = 3.773
D 4. T E MP AT P E NY AL UR AN B UANG AN AK H IR T INJ A 88.66%
Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Ti
u ta h
da
k
in n
ya
n
37
La
bu
w /s a
Ko
la
m
Ke
ah
u na
e ai /d a
na s
ng
dr ai Su
ng
ke
ng su ng
La
Cu
bl
uk
Ta
/lo ba
ng
ki s
ep
ta n
tik
ah
2.39% 0.42% 1.59% 2.49% 0.03% 4.35% 0.08%
Diagram 16 di atas menunjukkan kepada kita bahwa tidak semua tinja dari kloset disalurkan ke tangki septik, hanya sebesar 88,66% yang menyalurkannya ke tangki septik. Selebihnya ada yang menyalurkan menyalurkan ke kolam/sawah sebesar 2,49%, ke cubluk/lubang tanah sebesar 2,39%, ke sungai 1,59%, langsung ke drainase, ke kebun dan lainnya. Responden yang menjawab pilihan lainnya ternyata juga menyalurkannya ke sungai, kebun, lubang, dan kolam. Jadi sesungguhnyaa yang menyalurkan ke sungai, kebun atau kolam angkanya tentu lebih besar dari prosentase di atas. Sekarang mari kita lihat tempat penyaluran buangan akhir tinja ini per kecamatan, untuk mengetahhui kecamatan mana yang penyaluran buangan akhir tinjanya kurang kurang baik. Tabel 11: Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja per Kecamatan D4. Kemana tempat penyaluran buangan akhir tinja?
Count % within Kecamatan
BOJONG SARI
Count % within Kecamatan
CILODONG
Count % within Kecamatan
CIMANGGIS
Count % within Kecamatan
CINERE
Count % within Kecamatan
CIPAYUNG
Count % within Kecamatan
LIMO
Count % within Kecamatan
PANCORAN MAS
Count % within Kecamatan
SAWANGAN
Count % within Kecamatan
Tidak tahu
Lainnya
Kebun
Kolam/sawah
Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau
Tangki septik BEJI
Total
348
1
2
5
3
0
0
0
359
96.94
0.28
0.56
1.39
0.84
0
0
0
100
294
8
2
8
19
0
88
1
420
70
1.9
0.48
1.9
4.52
0
21
0.24
100
275
8
1
4
4
0
7
0
299
91.97
2.68
0.33
1.34
1.34
0
2.34
0
100
346
6
4
3
1
0
0
0
360
96.11
1.67
1.11
0.83
0.28
0
0
0
100
231
1
3
1
3
0
1
0
240
96.25
0.42
1.25
0.42
1.25
0
0.42
0
100
254
12
1
12
7
0
14
0
300
84.67
4
0.33
4
2.33
0
4.67
0
100
209
5
0
1
20
0
5
0
240
87.08
2.08
0
0.42
8.33
0
2.08
0
100
334
3
1
11
1
0
7
2
359
93.04
0.84
0.28
3.06
0.28
0
1.95
0.56
100
329
24
2
4
22
0
38
0
419
78.52
5.73
0.48
0.95
5.25
0
9.07
0
100
38 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
SUKMAJAYA
Count
339
8
0
2
5
0
4
0
358
94.69
2.23
0
0.56
1.4
0
1.12
0
100
386
14
0
9
9
1
0
0
419
% within Kecamatan
92.12
3.34
0
2.15
2.15
0.24
0
0
100
Count
3345
90
16
60
94
1
164
3
3773
% within Kecamatan
88.66
2.39
0.42
1.59
2.49
0.03
4.35
0.08
100
% within Kecamatan TAPOS
Total
Count
Berdasarkan tabel 11 di atas kita ketahui bahwa Kecamatan Bojongsari adalah kecamatan yang memiliki prosentase prosentase buangan akhir tinja ke tangki septik yang terkecil dibanding kecamatan-kecamatan kecamatan lannya yaitu sebesar 70%, kemudian Sawangan sebesar 78,52% dan Kecamatan Limo sebesar 87,08%. Tigaa kecamatan ini juga penyumbang terbesar prosentase pembuangan akhir tinja ke kolam/sawah yaitu Kecamatan Limo 8,33%, Sawangan 5,25% dan Bojongsari sebesar 4,52%. Mengenai tangki septik tempat pembuangan akhir tinja yang aman studi EHRA juga memperdalam dengan mengkajinya dari sisi lama pembuatannya. Hal ini terkait dengan kajian n berikutnya tentang pengosongan tangki septik. Sebab makin lama tangki septik dibangun bila tidak ada pengosongan itu penanda bahwa yang sebesarnya tangki tersebut tidak septik. Berarti juga berpotensi mencemari air tanah. Hasil kajian EHRA terkait lama tangki angki septik dibangun disajikan dalam diagram berikut. Diagram 17: Lama Tangki Septik Dibuat/dibangun N = 3.349 D5. LAMA TANGKI SEPTIK DIBUAT/DIBANGUN 45.03%
8.66%
0-12 12 bulan yang lalu 1-5 5 tahun yang lalu Lebih dari 5-10 5 tahun yang lalu
3.43%
Lebih dari 10 tahun Tidak tahu
23.71%
19.17%
Diagram 17 menunjukkan bahwa prosentase terbesar tangki septik warga Kota Depok seudah dibangun lebih dari 10 tahun tahun yang lalu saat studi EHRA dilaksanakan mencapai 45,03%. Kemudian 23,71% menyatakan dibangun lebih dari 5-10 5 10 tahun yang lalu. 39 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Sekarang mari kita lihat prosentase warga Kota Depok yang menyedot tangki septiknya dalam diagram berikut. ki Septik Pernah Disedot per Kecamatan Tabel 12: Lama Tangki
BEJI BOJONG SARI CILODONG CIMANGGIS CINERE CIPAYUNG LIMO PANCORAN MAS SAWANGAN SUKMAJAYA TAPOS Total
Count % Count % Count % Count % Count % Count % Count % Count % Count % Count % Count % Count %
8 2.30 9 3.06 12 4.36 11 3.14 4 1.73 16 6.27 11 5.26 8 2.40 10 3.06 15 4.41 11 2.85 115 3.43
36 10.34 97 32.99 73 26.55 40 11.43 36 15.58 55 21.57 50 23.92 53 15.87 83 25.38 50 14.71 69 17.88 642 19.17
65 18.68 71 24.15 62 22.55 60 17.14 62 26.84 74 29.02 68 32.54 68 20.36 103 31.50 61 17.94 100 25.91 794 23.71
219 62.93 89 30.27 94 34.18 214 61.14 94 40.69 83 32.55 69 33.01 182 54.49 118 36.09 180 52.94 166 43.01 1508 45.03
Tidak tahu
Lebih dari 10 tahun
Lebih dari 5-10 tahun yang lalu
1-5 tahun yang lalu
0-12 bulan yang lalu
* D5. Sudah berapa lama tangki septik ini dibuat/dibangun? Crosstabulation D5. Sudah berapa lama tangki septik ini Total dibuat/dibangun?
20 5.75 28 9.52 34 12.36 25 7.14 35 15.15 27 10.59 11 5.26 23 6.89 13 3.98 34 10.00 40 10.36 290 8.66
348 100 294 100 275 100 350 100 231 100 255 100 209 100 334 100 327 100 340 100 386 100 3349 100
Berdasarkan tabel 12 di atas kita ketahui bahwa kecamatan yang tangki septiknya telah dibangun lebih dari 10 tahun tahun yang terbesar adalah Kecamatan Beji 62,93% dan Kecamatan Sukmajaya 52,94%.
40 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 18 : Waktu Tangki Septik Terakhir Dikosongkan N = 1.215 D6. WAKTU TANGKI SEPTIK TERAKHIR DIKOSONGKAN 65.68%
70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00%
14.47%
9.78% 4.48%
4.07%
1.52%
0.00% 0-12 12 bulan Series1
1-5 tahun Lebih dari Lebih dari yang lalu 5-10 10 tahun
4.48%
9.78%
4.07%
1.52%
Tidak pernah
Tidak tahu
65.68%
14.47%
Data diagram 18 menjelaskan kepada kita bahwa tangki septik di Kota Depok belum aman masih berpotensi mencemari air tanah, karena prosentase terbesar yaitu 65,68% menyatakan tidak pernah mengosongkan tangki septiknya. Bila hal ini ditambah dengan prosentase yang menyatakan tidak tahu, tentu lebih besar lagi. Sedangkan yang mengosongkan n tangki septiknya dari 0 tahun – lebih 10 tahun yang lalu prosentasenya hanya mencapai 19,85%. Tabel 13: Waktu Tangki Septik Terakhir Dikosongkan per Kecamatan
CILODONG CIMANGGIS
14 4.02 5 1.70 14 5.09 18
49 14.08 21 7.14 19 6.91 36
11 3.16 4 1.36 2 0.73 5
41 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
188 54.02 181 81 61.56 214 77.82 218
Total
Tidak tahu
19 5.46 11 3.74 11 4.00 22
Tidak pernah
Lebih dari 10 tahun
BOJONG SARI
Count % Count % Count % Count
Lebih dari 5-10 tahun yang lalu
BEJI
1-5 tahun yang lalu
0-12 bulan yang lalu
* D6. Kapan tangki septik terakhir dikosongkan Crosstabulation D6. Kapan tangki septik terakhir dikosongkan
67 19.25 72 24.49 15 5.45 51
348 100 294 100 275 100 350
CINERE CIPAYUNG LIMO PANCORAN MAS SAWANGAN SUKMAJAYA TAPOS Total
% Count % Count % Count % Count % Count % Count % Count % Count %
5.14 26 11.26 4 1.57 5 2.39 21 6.33 4 1.22 27 7.96 12 3.12 150 4.48
10.29 58 25.11 6 2.35 13 6.22 44 13.25 17 5.20 33 9.73 31 8.05 327 9.78
6.29 19 8.23 5 1.96 3 1.44 19 5.72 5 1.53 16 4.72 6 1.56 136 4.07
1.43 5 2.16 0 0.00 3 1.44 10 3.01 2 0.61 7 2.06 2 0.52 51 1.52
62.29 101 43.72 190 74.51 171 81.82 218 65.66 259 79.20 187 55.16 270 70.13 2197 65.68
14.57 22 9.52 50 19.61 14 6.70 20 6.02 40 12.23 69 20.35 64 16.62 484 14.47
100 231 100 255 100 209 100 332 100 327 100 339 100 385 100 3345 100
Berdasarkan tabel 13 tersebut di atas, kecamatan yang prosentase tertinggi tidak pernah mengosongkan tangki septiknya adalah Kecamatan Limo sebesar 81,82% disusul Kecamatan Sawangan 79,20% dan Cilodong Cilod 77,82%. Diagram 19: Pihak yang Mengosongkan Tangki Septik N = 1.215
D7. PIHAK YANG MENGOSONGKAN TANGKI SEPTIK
60.00%
50.53%
45.93%
50.00%
Layanan sedot tinja
40.00%
Membayar tukang
30.00%
Bersih karena banjir
20.00% 10.00%
3.37%
Tidak tahu 0.16%
0.00% 1
Berdasarkan diagram 19 di atas, hanya 50,53% yang dilayani oleh layanan sedot tinja. Sedangkan 45,93% tidak tahu, 3,73% dengan cara membayar tukang. Pengosongan Pen isi
42 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
tangki septik dengan membayar tukang masih berpotensi mencemari lingkungan, karena kita belum tahu dibuang ke mana lumpur tinjanya. Data berikut akan menjelaskan dugaan potensi pencemaran lingkungan dari pengosongan tangki septik ini. Diagram m 20: Tempat Lumpur Tinja Dibuang N = 1.228 D8. TEMPAT LUMPUR TINJA DIBUANG
90.64%
100.00% 80.00%
Sungai, sungai kecil Dikubur di halaman
60.00%
Dikubur di tanah orang lain
40.00%
Lainnya 20.00%
4.23%0.73% 0.41%3.99%
0.00%
Tidak tahu
1
Berdasarkan diagram 20 di atas, diketahui bahwa masih ada yang membuang Lumpur tinja ke sungai, kemudian juga dikubur di halaman atau tanah orang. Mungkin ini adalah yang dilakukan oleh leh pihak selain yang dilakukan oleh pihak layanan sedot tinja. Namun sebagian terbesar 90,64% menyatakan tidak tahu kemana Lumpur tinja ini dibuang. Selain kebiasaan buang air besar orang biasa, studi EHRA juga menyoroti kebiasaan buang air besar bagi anak-anak anak khususnya anak umur 0-5 0 5 tahun. Karena umumnya masyarakat masih menganggap bagi anak-anak anak buang air besar di lantai di halaman masih menjadi hal yang lumrah. Studi EHRA ingin mengetahui bagaimana perlakuan tinja anak-anak anak ini baik yang memakai pampers rs atau tidak. Berikut ini hasilnya.
43 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 21: Kebiasaan Anak Umur 0-5 0 5 th Buang Air Besar di Lantai, Kebun, Jalan, Selokan atau Sungai
D9. KEBIASAAN ANAK UMUR 0-5 0 5 TH BUANG AIR BESAR DI LANTAI, KEBUN,JALAN, SELOKAN ATAU SUNGAI 60.00%
52.59% 43.92%
40.00%
20.00% 0.60% 0.00%
Series1
Ya, sangat sering 0.60%
2.89% Ya, kadangkadang
Tidak biasa
Tidak tahu
2.89%
52.59%
43.92%
Diagram 21 di atas menunjukkan kebiasaan anak-anak anak umur 0-5 5 tahun buang air besar, be 52,59% menyatakan tidak biasa buang air besar di lantai, kebun, jalan, selokan atau sungai bagi anak-anaknya. anaknya. Namun yang menjawab tidak tahu masih cukup besar. Jawaban ini masih merupakan tanda tanya. Namun yang menjawab kadang-kadang kadang 2,8% dan yang sering 0,60%. Pembuangan tinja yang ada di pampers bagi anak-anak anak juga menjadi perhatian dalam studi EHRA ini. Berikut ini adalah hasil studi selengkapnya. Diagram iagram 22: Tempat Membuang Tinja di Pampers N = 987
44 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
D11. TEMPAT MEMBUANG TINJA DI PAMPERS Ke WC/Jamban 46.81%
Ke tempat sampah Ke kebun/pekarangan/jalan Ke sungai/selokan/got
18.84%
Lainnya 11.96%
14.79% 4.15%
3.44%
Tidak tahu
Diagram 22 di atas as menunjukkan bahwa warga yang membuang tinja yang ada di pampers ke tempat yang relative aman masih dibawah 50%, hanya mencapai 46,81%. Selebihnya masih membuang ke tempat yang tidak aman. Seperti ke tempat sampah 14,79%, ke kebun/pekarangan/jalan 3,44%, ke sungai 4,15%, lainnya 11,96% dan yang tidak tahu sebesar 18,84%. Data di atas baru menjelaskan tempat membuang tinja yang ada dalam pampers. Pampersnya sendiri masih merupakan limbah berbahaya bagi kesehatan. Untuk itu harus pula dikelola dengan baik. Data berikut ini akan menjelaskan tentang pengelolaan limbah pampers oleh warga Kota Depok. Diagram 23: Tempat Membuang Bekas Pampers N = 981 D12. TEMPAT MEMBUANG BEKAS PAMPERS Ke WC/Jamban
55.35%
Ke tempat sampah 2.65%
Ke kebun / pekarangan/ jalan Ke sungai/selokan/got Lainnya
21.10% 3.57% 5.61% 11.72%
45 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Tidak tahu
Tempat membuang bekas pampers yang baik tentunya ke tempat pembuangan sampah sementara ntara (TPS) setelah dicuci bersih. Namun sesungguhnya pampers bekas ini bisa bi didaur ulang seperti yang dilakukan oleh anggota PKK Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Mereka mendaur ulang pampers sebagai bantal. Data diagram 23, menggambarkan 55,35% 35% warga Kota Depok membuang bekas pampers ke tempat sampah. Yang membuangnya ke kebun 3,57%, ke sungai/selokan/got 5,61% dan lainnya 11,72%. Setelah kita perhatikan jawaban lainnya dalam hasil studi EHRA ternyata, yang dimaksudkan lainnya tersebut adalah ke kali, ke kebun, ke kolam, dikubur, dibakar dan lain-lain. lain. Jadi dengan demikian pembuangan bekas pampers yang tidak aman masih cukup tinggi bila digabung dengan jawaban “tidak tahu”. Terkait dengan studi mengenai buang air besar pada anak, EHRA juga melakukan m kajian yang berhubungan dengan kebiasaan menceboki anak setelah buang air besar. Berikut datanya. Diagram 24: Kebiasaan Menceboki Anak Setelah BAB N = 990
D13. KEBIASAAN MENCEBOKI ANAK SETELAH BAB 73.64%
17.27% 6.67% Ya, dengan air
Ya, dengan air & sabun
1.52%
0.40%
Ya, dengan tissu
Ya, dengan lainnya
0.51% Tidak
Tidak tahu
Diagram 24 di atas mengungkapkan bahwa sebagian besar warga Kota Depok telah telah memiliki kebiasaan yang baik terkait buang air besar anak-anaknya. anak anaknya. Sudah 73,64% 73 yang menceboki anaknya dengan air dan sabun, 17,27% dengan air saja dan 1,52% dengan tissu. Hanya 0,51% yang tidak melakukannya. Diagram iagram 25: Tempat Pembuangan Pembuangan Air Bekas Cebok Anak Bila Diceboki dengan Air N = 987
46 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
D14. TEMPAT PEMBUANGAN AIR BEKAS CEBOK ANAK BILA DICEBOKI DENGAN AIR
52.18%
31.00%
8.81% 1.82%
Ke WC/Jamban
Ke kebun/ pekarangan/ jalan
6.18%
Ke sungai/selokan/got
Lainnya
Tidak tahu
Berdasarkan data dalam diagram 25 di atas 52,18% membuangnya ke WC/ jamban. Namun yang masih memprihatinkan bahwa 31,00% membuangkan ke sungai/ selokan/ got. Ini berarti rarti mereka masih menyamakan perlakuan air bekas cebokan yang banyak mengandung tinja dengan air limbah cucian biasa. Menceboki anak yang buang air besar ada kalanya dengan memakai tissu. Sesungguhnya pemakaian tissu untuk menceboki anak kurang baik, terkait terkait dengan tempat pembuangan bekas tissu yang mengandung tinja. Cara yang baik tentu dengan cara tissu dicuci dan airnya mengalir ke tangki septik. Tetapi hal ini menimbulkan masalah lain pada tangki septiknya, karen tissu bukanlah benda cair. Kehadirannya Kehadirannya ke tangki akan bisa menimbulkan sumbatan pada salurannya. Namun demikian studi EHRA kali ini juga menjadikannya sasaran. Berikut hasilnya. Diagram 26: Tempat Pembuangan Tissu, Jika Anak Diceboki dengan Tissu N = 940 D15. TEMPAT PEMBUANGAN TISSU, TIS JIKA ANAK DICEBOKI DENGAN TISSU Ke WC/Jamban 40.74%
38.09%
Ke tempat sampah Ke kebun/ pekarangan/ jalan Ke sungai/selokan/got
13.83% 3.62%
Lainnya
1.49%2.23%
Tidak tahu
1
47 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Berdasarkan kan diagram 26 di atas yang terbanyak tempat pembuangan tissu yang mengandung tinja adalah tempat sampah sebesar 38,09%. Tetapi prosentase terbesar adalah tidak dak tahu yang mencapai 40,74%. Selebihnya ada yang membuangnya ke WC/jamban 3,62% dan juga ke sungai/selokan/got sunga sebesar 2,23%.
48 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
6 DRAINASE LINGKUNGAN/SELOKAN SEKITAR RUMAH DAN BANJIR Drainase lingkungan merupakan sarana yang penting dalam sanitasi. Selain itu darinase berfungsi juga mengalirkan limbah cair dari rumah rangga seperti dapur, kamar mandi, tempat cucian dan juga wastafel. Drainase yang buruk akan menimbulkan banjir pada waktu hujan, selain itu juga akan membuat genangan air dari limbah cair rumah tangga. Bila kondisinya demikian akan menjadi tempat perindukan nyamuk yang bisa menularkan berbagai penyakit seperti demam berdarah, chikungunyak, juga filariasis. Oleh karena itu studi EHRA juga membidik drainase sebai obyek kajiannya. Diagram-diagram selanjutnya membahas lebih detail tentang kepemilikan sarana pengolahan air limbah selain tinja, tempat pembuangan limbah cair rumah tangga, pengalaman banjir yang rumah tangga di Kota Depok, termasuk waktu terakhir banjir, kerutinan, frekuensi dalam setahun, lama air mengering, dan tinggi air di rumah maupun di pekarangan rumah. Diagram 27: Keberadaan Sarana Pengolahan Air Limbah Selain Tinja di Rumah N = 3.764 E1. KEBERADAAN SARANA PENGOLAHAN AIR LIMBAH SELAIN TINJA DI RUMAH
51.62% Tidak ada Ya, ada parit 25.69%
Ya, ada sumur serapan Lainnya
12.86% 9.70%
Tidak tahu
0.13% 1
Diagram 27 di atas menjelaskan bahwa sebagian besar yaitu 51,62% warga Kota Depok tidak memiliki sarana pengolahan air limbah selain tinja di rumah. Sementara itu yang memiliki sarana berupa parit 25,69%, berupa sumur serapan 12,86% dan sarana lainnya 49 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
9,70%. Hal ini mengindikasikan limbah cair rumah tangga berpotensi menimbulkan risiko kesehatan lingkungan. Studi EHRA juga memperhatikan kemana air limbah rumah tangga tangga yang berasal dari dapur, kamar mandi, tempat mencuci pakaian, dan wastafel dibuang. Berikut hasil studi EHRA tentang hal tersebut di atas. Tabel 14:: Asal Limbah Cair Rumah Tangga dan Saluran Pembuangannya
%
Wastafel
%
Freku ensi
%
Tempat cuci pakaian Freku ensi
Kamar mandi
Freku ensi
Freku ensi
Dapur
%
Ke sungai
1,365
36.2
1,353
35.8
1,351
35.8
969
25.7
Ke jalan, halaman
52 1,290
1.4 34.2
47 1,283
1.2 34.0
54 1,288
1.4 34.1
33 1,022
0.9 27.1
725
19.2
735
19.5
728
19.3
575
15.2
446
11.8
445
11.8
442
11.7
327
8.7
174
4.6
184
4.9
176
4.7
149
3.9
20
0.5
22
0.6
22
0.6
19
0.5
7
0.2
6
0.2
7
0.2
13
0.3
Saluran terbuka Saluran tertutup Lubang galian Pipa saluran pembuangan Pipa IPAL sanimas Tidak tahu
Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar limbah rumah tangga yang berasal dari dapur, kamar mandi, tempat cuci pakaian dan wastafel dialirkan ke sungai dan saluran terbuka. Sedangkan yang menyalurkannya ke saluran tertutup, lubang galian, pipa saluran pembuangan dan pipa IPAL sanimas prosentasenya lebih lebih keil dibanding yang disaluranke sungai dan saluran terbuka. Hal ini mengidikasikan bahwa pembuangan limbah rumah tangga masih berpotensi mencemari lingkungan dan menimbulkan risiko kesehatan lingkungan. Keberadaan sarana drainase di sekitar rumah berkaitan berkaitan dengan kejadian banjir di rumah atau sekitar rumah. Untuk itu studi EHRA juga menanyakan kepada responden tentang kejadian banjir yang dialami di rumah yang ditempatinya atau sekitar rumah. Berikut hasil studi selengkapnya.
50 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 28: Kejadian n Banjir di Rumah yang Ditempati atau Sekitar Rumah N = 3.772 E3. KEJADIAN BANJIR DI RUMAH YANG DITEMPATI ATAU LINGKUNGA SEKITAR RUMAH
Tidak pernah
93.50%
100.00% 80.00%
Sekali dalam setahun
60.00%
Beberapa kali dlm setahun
40.00% 20.00%
1.67% 3.42% 0.93% 0.48%
Sekali atau beberapa kali dlm sebulan Tidak tahu
0.00% 1
Berdasarkan tabel 28 di atas sebagian besar yaitu 93,50% responden menyatakan tidak pernah mengalami kejadian banjir di rumah yang ditempatinya atau di sekitar rumahnya. rumah Hanya total 6,02% yang menyatakan pernah mengalami dengan perincian 1,67% mengalami banjir sekali dalam satu tahun, 3,42% dalam setahun dan 0,93% menyatakan sekalu atau beberapa kali dalam sebulan. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian banjir belum menjadi di masalah di Kota Depok terutama di pemukiman penduduk. Kemudian penting juga digali lebih lanjut tentang kejadian banjir ini terkait dengan frekuensi, lama air surut, berapa kedalaman air yang masuk rumah, apakah jamban/WC dan kamar mandi ikut terendam dan an sebagainya. Hal ini penting menyakut dampak banjir terhadap kesehatan penghuni rumah. Berikut hasil studinya terkait bahasan di atas. Diagram 29: Frekuensi Kejadian Banjir N = 253 E4. APAKAH BANJIR TERJADI SECARA RUTIN
39.53%
60.47%
Ya
Tidak
51 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Berdasarkan diagram 29 di atas mereka yang mengalami kejadian banjir menyatakan bahwa 60,47% banjir terjadi secara rutin, sedangkan 39,53% menyatakan banjir tidak terjadi secara rutin. Diagram 30: Lama Banjir/Air akan Mengering N = 153 E5. LAMA BANJIR/AIR AKAN MENGERING
50.00%
42.48% 39.87%
40.00%
Kurang dari 1 jam
30.00%
Antara 1 - 3 jam Setengah hari
20.00% 10.00%
Satu hari 7.84% 5.23% 4.58%
Lebih dari 1 hari
0.00% 1
Diagram 30 menunjukkan bahwa sebagian sebagian besar air dari banjir akan mengering kurang dari 1 jam sampai 3 jam, dengan perincian yang menyatakan kurang dari 1 jam sebesar 42,48% dan yang menyatakan antara 1-3 1 3 jam sebesar 39,87%. Sementara yang menyatakan sampai setengah hari 5,23%, satu hari 7,84%, dan lebih dari satu hari sebesar 4,58%.
52 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 31: Kejadian Kamar Mandi dan WC/Jamban Terendam, Jika Banjir N = 153 E6. JIKA BANJIR, KEJADIAN KAMAR MANDI DAN WC/JAMBAN TERENDAM
70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
60.13% Tidak pernah Kadang Kadang-kadang Sebagian 17.65%
Selalu
13.73% 4.58% 3.92%
Tidak tahu
1
Berdasarkan diagram 31 di atas, responden yang menyatakan tidak pernah kamar mandi dan WC/jambannya /jambannya tidak pernah terendam jika banjir sebesar 60,13%, kemudian yang kadang-kadang kadang terendam sebesar 17,65%, yang sebagian terendam sebesar 3,02%, yang selalu terendam sebesar 13,73% dan yang tidak tahu sebesar 4,58%. Dengan demikian jika banjir sebagian ian besar masih relatif aman. Diagram 32: Ketinggian Air yang Masuk ke Dalam Rumah N = 156 E7. KETINGGIAN AIR YANG MASUK KE DALAM RUMAH Tidak masuk rumah 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00%
Setumit orang dewasa
37.82% 35.26%
Setengah lutut orang dewasa Selutut orang dewasa Sepinggang orang dewasa Sebahu orang dewasa
12.82% 7.05%
4.49% 1.28% 0.64% 0.64%
1
53 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Lebih ih tinggi dari orang dewasa Tidak tahu
Diagram 32 manunjukkan ketinggian air yang masuk ke dalam rumah menurut responden. 37,82% menyatakan tidak pernah masuk ke rumah, 35,26% 35, menyatakan setumit orang dewasa, 12,82% menyatakan setengah lutut orang dewasa, 7,05% menyatakan selutut orang dewasa, 1,28% menyatakan sebahu orang dewasa, 0,64% sebahu dan lebih tinggi orang dewasa, sisanya 4,49% menyatakan tidak tahu.
54 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
7. PENGELOLAAN AIR MINUM, MASAK, MENCUCI DAN GOSOK GIGI YANG AMAN DAN HYGIENE Bab ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum, masak, mencuci dan gosok gigi bagi rumah tangga di Kota Depok. Hal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari 2 (dua) hal utama, yakni 1) sumber air yang digunakan rumah tangga, dan 2) pengolahan, penyimpanan dan pengamanan air yang baik dan hygiene. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Terkait dengan sumber air, studi EHRA mempelajari tentang jenis sumber air untuk keperluan minum, mandi, memasak, dan gosok gigi. Yang menggunakan sumber air dari ledeng atau PDAM ditanyakan juga tentang penurunan volume yang dialami dan penurunan kualitasnya. Kemudian untuk jenis sumur gali/ sumur bor/ sumur pompa ditanyakan jarak sumber air tersebut dengan tempat penampungan atau pembuangan tinja. Dari sisi jenis sumber air diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/ PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiliki risiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah, sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi. Suplai atau kuantitas air pun memegang peranan. Para pakar higinitas global melihat suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare. Sejumlah studi mengonfirmasi bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki risiko terkena diare yang lebih rendah, karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas secara lebih teratur. Karenanya, kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitan-kesakitan seperti gejala diare. Terkait dengan pengolahan, penyimpanan dan pengamanan air yang hygiene studi EHRA mempelajari tentang penyimpanan air, tempat yang digunakan untuk menyimpan, cara 55 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
mengambil air, pengolahan air sebelum diminum, cara pengolahannya, penyimpanan air setelah diolah, alat penyimpanan air setelah diolah, juga penggunaan air olahan selain untuk minum. Hal-hal hal tersebut penting dipelajari karena terkait dengan risiko kesehatan keseh bagi anggota rumah tangga tersebut. Berikut hasil studi EHRA selengkapnya. Tabel 15:: Sumber Air untuk Keperluan Rumah Tangga
%
%
Gosok gigi %
Frekuensi
%
Cuci pakaian
Frekuensi
Frekuensi
%
Cuci piring/gelas Frekuensi
Masak
Frekuensi
Minum
Air botol kemasan
666
17.6
82
2.2
8
0.2
8
0.2
26
0.7
Air isi ulang
353
9.4
86
2.3
18
0.5
17
0.5
28
0.7
Air ledeng PDAM
226
6.0
322
8.5
319
8.5
317
8.4
320
8.5
Air hidram umumPDAM
15
0.4
19
0.5
20
0.5
21
0.6
19
0.5
Air kran umumPDAM/PAMSIMAS
3
0.1
6
0.2
6
0.2
6
0.2
7
0.2
Air sumur pompa tangan
8
0.2
12
0.3
14
0.4
14
0.4
14
0.4
Air sumur gali terlindungi
1,227
32.5
1,547
41.0
1,650
43.7
1,650
43.7
1,63 1
43.2
Air sumur gali tak terlidungi
1,526
40.4
1,671
44.3
1,686
44.7
1,685
44.6
1,67 9
44.5
62
1.6
66
1.7
70
1.9
69
1.8
69
1.8
Mata air tak terlindungi
8
0.2
10
0.3
10
0.3
11
0.3
11
0.3
Air hujan
1
0.0
2
0.1
1
0.0
2
0.1
2
0.1
Air dari sungai
2
0.1
2
0.1
2
0.1
2
0.1
2
0.1
Air dari waduk
2
0.1
2
0.1
2
0.1
1
0.0
2
1.0
Lainnya
1
0.0
1
0.0
1
0.0
1
0.0
1
0.0
Mata air terlindungi
Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar warga Kota Depok menggunakan sumur gali baik yang tak terlindungi maupun yang terlindungi untuk keperluan minum, masak, cuci dan gosok gigi. Air dari sumur gali tak terlindungi menempati menem urutan pertama terbanyak disusul kemudian air sumur gali terlindungi untuk semua jenis keperluan baik itu minum, masak, cuci dan gosok gigi. Sedangkan bila dilihat untuk keperluan minum saja urutan pertama sumur gali tak terlindungi, kedua sumur gali terlindungi dan ketiga dan keempat masing-masing masing masing air botol kemasan dan air isi ulang.
56 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 33: Pengamalan Menurunnya Volume Pasokan Air yang Dikonsumsi N = 249 F1.2 APAKAH PERNAH MENGALAMI MENURUNNYA VOLUME PASOKAN AIR YANG DI KOSUMSI
23.29% 46.99%
2.41% 14.06% 13.25% Tidak pernah
Satu kali dalam setahun
Beberapa kali dalam setahun
Sekali atau lebih dalam sebulan
Tidak tahu
Warga yang menggunakan air ledeng dari PDAM berdasarkan diagram 33 di atas yang menyatakan tidak pernah mengalami penurunan volume pasokan air sebesar 46,99%, mengalami penurunan satu kali dalam setahun sebesar 13,25%, beberapa kali dalam setahun 14,06% dan sekali atau lebih dalam sebulan sebesar 2,41%. Namun yang menyatakan tidak tahu cekup besar yaitu 23,29%. Hal ini berarti masih cukup rawan. Diagram 34: Pengalaman Menurunnya Kualitas Air yang Dikonsumsi N = 250 F1.3 APAKAH PERNAH MENGALAMI MENURUNNYA KUALITAS AIR YANG DIKONSUMSI
23.20% 43.60% 10.00% 17.60%
5.60%
Tidak pernah
Satu kali dalam setahun
Beberapa kali dalam setahun
Sekali atau lebih dalam sebulan
Tidak tahu
57 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Terkait dengan kualitas air yang dikonsumsi warga yang menggunakan air dari d ledeng untuk keperluan rumah tangganya 43,60% menyatakan tidak pernah mengalami penurunan kualitas, 5,60% menyatakan pernah mengalami penurunan kualitas satu kali dalam setahun, 17,60% beberapa kali dalam setahun, 10,00% pernah mengalami penurunan kualitas litas sekali atau lebih dalam sebulan, sisanya 23,20% menyatakan tidak tahu. Hampir sama kondisinya dengan pasokan volume terhadap air yang dikonsumsi, kualitas air juga cukup rawan. Diagram 35: Jarak Sumber Air dengan Tempat Penampungan/ Pembuangan Tinja N = 3.680 F1.4 JARAK SUMBER S AIR DENGAN TEMPAT PENAMPUNGAN/ PEMBUANGAN TINJA
11.00% 29.43%
59.54%
Kurang 10 m Lebih 10 m Tidak tahu
Bagi warga yang menggunakan sumber air jenis sumur gali/pompa tangan/ pompa mesin, jarak dengan sumber pencemar seperti tempat penampungan/ pembuangan tinja sangat penting diperhatikan. Karena jarak kurang dari 10 meter eter dari sumber pencemar ditengarai rawan tercemar. Hasil studi EHRA sesaui yang ditampilkan dalam diagram 35 di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya atau 59,54% lebih dari 10 meter. Hal ini berarti dari segi jarak dengan sumber pencemar masih relatif relatif aman.
58 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 36: Penyimpanan Air Sebelum Digunakan Untuk Minum, Masak dll
F2.1 PENYIMPANAN AIR SEBELUM DIGUNAKAN UNTUK MINUM, MASAK DLL
15.68%
84.32%
Ya
Tidak
Diagram 36 menunjukkan bahwa sebagian besar warga Kota Depok menyimpan terlebih dahulu air bersihnya sebelum digunakan untuk keperluan rumah tangga, yaitu sebesar 84,32%. Sedangkan yang tidak melakukan penyimpanan hanya 15,68%. Tabel 16: Tempat Menyimpan Air untuk Memasak, Mencuci, dan Gosok Gigi Minum Frekuensi
Masak %
Frekuensi
Cuci piring/gelas %
Frekuensi
%
Gosok gigi Frekuensi
%
Panci / ember terbuka
59
1.8
102
3.2
775
24.3
698
21.9
Panci / ember tertutup
1,099
34.4
1,079
33.8
370
11.6
389
12.2
59
1.8
84
2.6
179
5.6
189
5.9
Tempayan tertutup
1,290
40.4
1,403
44.0
497
15.6
527
16.5
Galon air isi ulang
405
12.7
84
2.6
18
0.6
33
1.0
Lainnya
540
16.9
694
21.7
1,523
47.7
1,496
46.9
Tempayan terbuka
Data dalam tabel 16 di atas menunjukkan tentang tempat untuk menyimpan air untuk keperluan memasak, mencuci piring/ gelas dan untuk menggosok gigi. Tempat penyimpanan air yang tertutup relatif lebih aman bila dibandingkan dengan tempat penyimpanan yang terbuka. Bila dilihat dari prosentase di atas tempat penyimpanan tertinggi pertama adalah tempayan tertutup dan tertinggi kedua adalah panci/ ember tertutup hampir untuk semua keperluan. Sedangkan yang menjawab tidak tahu mereka 59 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
sebagian besar menyebutkan torn atau kran. Dengan demikian untuk aspek penyimpanan air masih aman. Tabel 17:: Cara Mengambil Air untuk Minum, Mencuci Piring&Gelas dan Gosok Gigi Minum Frekuensi
Masak %
Frekuensi
Cuci piring/gelas %
Frekuensi
%
Gosok gigi Frekuensi
%
Langsung dari dispenser
971
25.8
102
2.7
41
1.1
44
1.2
Dengan menggunakan gayung
1,117
29.6
2,636
70.0
1,530
40.6
2,020
53.6
Dengan menggunakan gelas
1,535
40.7
61
1.6
34
0.9
90
2.4
492
13.1
925
24.5
2,021
53.6
1,562
41.5
Lainnya
Cara untuk mengambil air untuk keperluan minum, masak, cuci piring/gelas dan gosok gigi penting untuk diketahui. Hal ini berhubungan dengan kemungkinan pencemaran air yang disimpan. Cara mengambil air langsung dari dinpenser, dinpenser, dengan menggunakan gayung, langsung dari kran relatif lebih aman bila dibandngkan dengan menggunakan gelas. Karena cara yang disebutkan pertama air terjaga dari sentuhan tangan secara langsung. Tetapi dengan gelas kemungkinan tangan menyentuh langsung langsun air lebih besar, karena sebagian besar gelas tanpa pegangan. Bila dilihat dari tabel 17 17 di atas kondisinya relatif masih aman karena prosentase terbesar air untuk keperluan minum, masak, cuci piring gelas dan gosok gigi sebagian besar menggunakan gayung dan langsung dari dispenser. Kecuali untuk keperluan minum prosentase terbesar dengan menggunakan gelas, tetapi barangkali bila yang dimaksung dengan menggunakan geas itu adalah gelas yang dituang air dari teko, itu masih lebih baik. Kemudian prosentase tinggi ti menjawab lainnya, setelah ditelusuri mereka sebagan besar mengambil air dengan cara mengambil dari kran. Dengan demikian cara pengambilan air masih relatif aman. Selain cara mengambil air untuk keperluan minum dan lain-lain lain lain yang penting diketahui jugaa masalah pengolahan air sebelum diminum. Karena diketahui bahwa pihak penyedia layanan air di Kota Depok baru menyediakan air dengan kualitas air bersih, belum dengan kualitas air minum. Jadi masih memerlukan pengolahan sebelum aman untuk diminum. Berikut adalah hasil studi EHRA terkait pengolahan air sebelum diminum.
60 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 37: Pengolahan Air Sebelum Diminum N = 3.763 F2.4 PENGOLAHAN AIR SEBELUM DIMINUM
10.68%
89.32%
Ya
Tidak
Data dalam diagram 37 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar warga Kota Depok telah mengolah air sebelum diminum yaitu 89,32%. Sisanya tidak melakukannya. Diagram 38: Cara Mengolah Air Sebelum Diminum N = 3.367 F2.5 CARA MENGOLAH AIR SEBELUM DIMINUM
100.00%
97.86%
Direbus
80.00%
Ditambahkan kaporit
60.00%
Menggunakan filter keramik
40.00%
Lainnya 20.00% 0.92%0.39%0.71%0.12% 0.00%
Tidak tahu
1
Diagram 38 menunjukkan bahwa cara mengolah air sebelum diminum yang terbesar adalah dengan cara direbus yang mencapai 97,86%. Selebihnya dengan cara menambahkan kaporit, menggunakan filter keramik dan lainnya. Mereka yang menggunakan cara selain direbus hanya dalam prosentase yang kecil. 61 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Penyimpanan air yang sudah dioleh juga sangat penting untuk menjaga agar air tetap aman. man. Studi EHRA menemukan bahwa warga Kota Depok 93,93% menyimpan air yang sudah diolah sebelum diminum. Selebihnya 6,07% tidak melakukannya sebagiaman ditunjukkan dalam diagram 39 di bawah ini. Diagram 39: Penyimpanan Air Yang Sudah Diolah Sebelum Diminum Diminu N = 3.363 F2.6 PENYIMPANAN AIR YANG SUDAH SUDA DIOLAH SEBELUM DIMINUM
6.07%
93.93%
Ya
Tidak
Tempat penyimpanan air yang sudah diolah sebelum digunakan penting juga untuk diketahui. Penyimpanan yang baik dan relatif aman adalah tempat penyimpanan yang tertutup. Seperti panci tertutup, teko/ketel/ceret, juga juga termos. Hasil studi EHRA menunjukkan bahwa tempat penyimpanan sebagian besar sudah cukup baik. 34,01% dalam panci tertutup, 80,35% dalam teko/ketel/ceret, dan 69,88% disimpan dalam termos. Hasil selengkapnya digambarkan dalam diagram 40 di bawah ini.
62 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 40: Tempat Penyimapanan Air Setelah Diolah Sebelum Diminum N = 3.161 F2.7 TEMPAT PENYIMPANAN AIR SETELAH DIOLAH SEBELUM DIMINUM
100.00% 80.35% 69.88%
80.00%
Panci terbuka Panci tertutup
60.00% 40.00%
Teko/ketel/ceret 34.01%
Botol/termos Galon isi ulang
11.39% 1.84%
20.00% 0.76%
Lainnya
0.00% 1
Tabel 18: Penggunaan Air yang Telah Diolah Selain Untuk Minum Ya
%
Tidak
%
Memasak
631
19.99%
2,525
80.01%
Menggosok gigi
122
3.87%
3,033
96.13%
Menyiapkan susu formula untuk bayi
533
16.89%
2,622
83.11%
Lainnya
512
16.23%
2,643
83.77%
Tidak tahu
181
5,76%
2,964
94.24%
Menggunakan air yang telah diolah seperti air yang direbus untuk keperluan menyiapkan susu formula untuk bayi, menggosok gigi dan lain-lain yang langsung masuk ke dalam mulut penting untuk mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh. Untuk itu studi EHRA juga memperhatikan tentang hal ini. Hasilnya sebagaimana tampak dalam tabel 16 di atas. Responden yang menggunakan air yang telah terolah untuk keperluan masak hanya sebesar 19,99%. Yang menggunakannya untuk menggosok gigi lebih kecl lagi yaitu sebesar 3,87%. Sedangkan untuk menyiapkan susu formula untuk bayi hanya sekitar 16,89%. Data tersebut di atas menunjukkan potensi gangguan kesehatan terutama bagi bayi dan balita yang minum susu.
63 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
8 PRILAKU HYGIENE / SEHAT Prilaku hygiene / sehat menjadi fokus perhatian dalam bab ini. Prilaku hygiene sehat dalam studi EHRA dikaitkan dengan pemakaian sabun. Pemakaian sabun penting untuk dikaji karena sabun adalah salah satu desinfektan yang dapat mencegah masuk dan berkembangnya kuman patogen ke dalam tubuh. Koesioner EHRA menanyakan kepada responden tentang pemakaian sabun hari ini atau kemarin. Kemudian juga penggunaan sabun untuk keperluan apa saja. Tempat cuci tangan dan waktu mencuci tangan bagi anggota keluarga juga menjadi perhatian dalam studi ini. Berikut hasil studi selengkapnya. Diagram 41 Pemakaian Sabun Hari Ini atau Kemarin N = 3.771
G.1 PEMAKIAN SABUN HARI INI ATAU KEMARIN
99.76% 100.00% 80.00% Ya
60.00%
Tidak 40.00% 0.24%
20.00% 0.00% 1
Bila melihat data dalam diagram 41 di atas pemakaian sabun bagi warga Kota Depok sudah sangat baik. 99,76% telah memakai sabun dalam kesehariannya.
64 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Tabel 19:: Peruntukan Sabun PERUNTUKAN SABUN
Frekuensi
%
Mandi
3,720
98.6
Memandikan anak
1,612
42.7
Menceboki pantat anak
1,359
36.0
Mencuci tangan sendiri
3,199
84.8
Mencuci tangan anak
2,013
53.4
Mencuci perlatan
3,558
Mencuci pakaian
3,498
92.7
220
5.8
93
2.5
Lainnya
Tidak tahu
Berdasarkan tabel 19 di atas, peruntukan sabun yang tertinggi prosentasenya adalah ad untuk mandi yang mencapai 98,6%, mencuci pakaian 92,7%, untuk mencuci tangan sendiri 84,8% dan mencuci tangan anak 53,4%. Melihat data tersebut kebiasaan pemekaian sabun warga Kota Depok dapat dikatakan sudah cukup baik, hanya penting untuk ditingkatkan an cuci tangan pakai sabun untuk anak. Karena anak lebih rentan terhadap kuman patogen dibanding orang dewasa. Tabel 20:: Tempat Mencuci Tangan bagi Anggota Keluarga TEMPAT MENCUCI TANGAN
Frekuensi
%
2,831
75.1
Di dekat kamar mandi
422
11.2
Di jamban
286
7.6
Di dekat jamban
188
5.0
Di sumur
366
9.7
93
2.5
Di tempat cuci piring
2,379
63.1
Di dapur
1,024
27.2
Lainnya
337
8.9
46
1.2
Di kamar Mandi
Di sekitar penampungan
Tidak tahu
Tempat mencuci tangan yang ideal adalah tempat yang terdapat air mengalir me dan sabun. Bila kita perhatikan tabel 20 di atas, tempat cuci tangan yang terbesar dipakai oleh warga Kota Depok adalah di kamar mandi sebesar 75,1%, dan tempat cuci piring. Di kedua tempat tersebut besar kemungkinan terdapat air mengalir dan sabun. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tempat cuci tangan warga Kota Depok berdasarkan studi ini sudah cukup baik.
65 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Tabel 21: 1: Waktu Mencuci Tangan Memakai Sabun WAKTU MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN
Frekuensi
% 317
8.4
Setelah menceboki bayi/anak
1,114
29.5
Setelah buang air besar
3,095
82.1
Sebelum makan
3,509
93.1
Setelah makan
3,530
93.6
Sebelum menyuapi anak
1,296
34.4
Sebelum menyiapkan masakan
2,031
53.9
Setelah memegang hewan
1,748
46.4
Sebelum sholat
1,761
46.7
182
4.8
46
1.2
Sebelum ke toilet
Lainnya Tidak tahu
Dalam hal mencuci tangan memakai sabun, waktu mencuci tangan memakai sabun sangat penting. Setidaknya ada lima saat penting harus mencuci tangan memakai sabun, yaitu; setelah buang air besar/menceboki bayi/anak, sebelum makan, sebelum sebe menyiapkan masakan, setelah memegang sesuatu/hewan, dan sebelum menyuapi anak makan. Berdasarkan data dalam tabel 21 1 di atas, prosentase mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar sudah cukup baik, yaitu sebelum makan 93,1% dan setelah buang ang air besar 82,1%. Namun mencuci tangan memakai sabun setelah menceboki anak, sebelum menyuapi anak, setelah memegang hewan dan sebelum menyiapkan masakan prosentasenya masih kecil. Setelah menceboki anaka 29,5%, sebelum menyuapi anak 34,4%, setelah memegang memegang hewan 46,4% dan sebelum menyiapkan makanan 53,9%. Hal ini menunjukkan masih ada risiko kesehatan yang cukup tinggi melalui keempat kegiatan tersebut.
66 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
9. KEJADIAN PENYAKIT DIARE Gejala diare seringkali dipandang sepele. Di beberapa daerah, balita yang terkena diare malah dipandang positif. Katanya, diare adalah tanda akan berkembangnya anak, seperti akan segera bisa berjalan, bertambah tinggi badan, atau tumbuhnya gigi baru di rahangnya. Sejumlah kelompok masyarakat di Jawa menamakannya dengan istilah ngenteng-ngentengi. Meski tidak dijumpai istilah khusus, sejumlah kelompok masyarakat di Sumatra pun mempercayai hal-hal semacam itu (Laporan ESP Formative Research, 2007). Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat memblok transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/ kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah pencegahan cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/ pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni, 1) sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga. Berikut ini disajikan hasil studi EHRA terkait dengan kejadian penyakit diare.
67 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 42: Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Kel Terkena Diare N = 3.759 H.1 WAKTU PALING DEKAT ANGGOTA KELUARGA TERKENA DIARE
80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
74.12%
1.38%
2.79%
3.64%
3.48%
3.33%
24 jam 1 1 bulan 3 bulan 6 bulan terkahir minggu terakhir terakhir terakhir terakhir
11.25% Lebih Tidak ada dari 6 bulan yang lalu
Series1 Terkait kejadian penyakit diare yang menimpa anggota keluarganya 74,12% responden menyatakan tidak ada yang terkena, 11,25% menyatakan terkena diare lebih dari 6 bulan yang lalu, 3,33% terkena dalam dalam 6 bulan terakhir dan seterusnya sebagaimana termuat dalam diagram 42 di atas. Hal ini menunjukkan warga lebih banyak yang tidak mengalami kejadian penyakit diare. diare. Kemudian mereka yang mengalami kejadian penyakit diare perlu ditelusuri labih lanjut usia mereka yang terkena diare. Hasil studinya sebagai berikut: Tabel 22:: Anggota Keluarga yang Terakhir Menderita Diare ANGGOTA KELUARGA YANG TERAKHIR MENDERITA DIARE
Frekuensi
% 212
21.7
Anak-anak non balita
66
6.7
Anak remaja laki-laki
70
7.2
Anak remaja perempuan
67
6.9
Orang dewasa laki-laki
192
19.6
Orang dewasa perempuan
319
32.6
Anak-anak balita
Melihat data dalam tabel 22 2 di atas, 32,6% anggota keluarga yang terakhir terkena diare adalah orang dewasa perempuan. Hal ini dapat dijelaskan terkait dengan prilaku menceboki anak biasanya dilakukan oleh orang dewasa perempuan yang prosentase mencuci tangan memakai sabun setelah menceboki juga kecil. Urutan nomor dua terbesar yang terkena diare adalah anak-anak anak anak balita yang memang masih rentan, prosentase se sebesar 21,7%. Setelah itu baru orang dewasa laki-laki laki laki sebesar 19,6%. 68 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
10. HASIL PENGAMATAN ENUMERATOR Dalam studi EHRA selain berdasarkan hasil wawancara dengan responden data juga didapatkan dari pengamatan oleh enumerator dan petugas survei. Hasil pengamatan p ini digunakan untuk membandingkan data yang didapat melalui wawancara. Berikut ini adalah hasil studi EHRA melalui pengamatan oleh enumerator. A.
SUMBER AIR UNTUK MAKAN/MASAK/MINUM
MINUM,
MASAK
DAN
MENCUCI
ALAT
Tabel 23:: Hasil Pengamatan Tentang Sumber Air Untuk Minum, Masak dan Mencuci Alat Makan/Masak/Minum SUMBER AIR UNTUK MINUM, MASAK DAN MENCUCI ALAT MAKAN/MASAK/MINUM
Frekuensi
%
379
10.1
7
0.2
1,507
40.0
Sumur gali tak terlindungi
141
3.7
Sumur bor/pompa tangan
216
5.7
1,561
41.4
7
0.2
Penjual air keliling
10
0.3
Lainnya
41
1.1
Tidak
22
0.6
Air ledeng PDAM-berfungsi/mengalir berfungsi/mengalir Air ledeng PDAM-tidak tidak berfungsi Sumur gali terlindungi
Sumur bor/pompa mesin Kran umum PAMSIMAS/HIPPAM
Dalam tabel 23 di atas terlhat bahwa prosentase terbesar terbesar sumber air yang digunakan oleh warga Kota Depok untuk kperluan minum, masak dan mencuci alat makan/masak/minum adalah sumur bor/pompa mesin sebesar 41,4%, sumur gali terlindungi sebesar 40,0% dan yang menggunakan ledeng PDAM-berfungsi/ PDAM berfungsi/ mengalir hanya 10,1%. ,1%. Hal ini hampir sama dengan hasil wawancara.
69 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
B.
PENYIMPANAN DAN PENANGANAN AIR MINUM & MASAK YANG BAIK & AMAN
Tabel 24:: Hasil Pengamatan Wadah/ Tempat Menyimpan Air Sebelum Diolah WADAH/ TEMPAT MENYIMPAN AIR SEBELUM DIOLAH
Frekuensi
% 155
4.1
1,313
34.9
87
2.3
1,553
41.3
Galon air isi ulang
289
7.7
Lainnya
857
22.8
Panci atau ember terbuka Panci atau ember dengan tutup Tempayan terbuka Tempayan dengan tertutup
Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa tempayan dengan tutup menduduki urutan teratas untuk wadah atau tempat menyimpan air sebelum diolah dalam rumah tangga Kota Depok mencapai 41,3%. Panci atau ember tertutup menududuki urutan berikutnya 34,9%. Sedangkan yang lainnya 22,8% banyak yang menggunakan torn atau bak untuk menyimpan air sebelum diolah. Hal ini pun hampir sama dengan hasil studi melalui wawancara. C.
PRILAKU HYGIENE / SEHAT
Pengamatan terhadap sarana dan prasarana seperti misalnya persediaan air untuk cuci tangan dan lain-lain lain untuk hidup sehat penting dilakukan. Hasil pengamatan para p enumerator seperti tertera dalam tabel 23 di bawah ini. Tabel 25:: Hasil Pengamatan Persediaan Air Untuk Cuci Tangan dan Sumber Air PERSEDIAAN AIR UNTUK CUCI TANGAN DI DAPUR Ya, air ledeng PDAM-berfungsi/mengalir berfungsi/mengalir Ya, air ledeng PDAM - tidak berfungsi Ya, dari sumur gali yg terlindungi Ya, dari sumur gali yg tidak terlindungi
Frekuensi
% 372
9.87
4
0.11
1374
36.5
91
2.42
155
4.11
Ya, dari sumur bor/pompa tangan mesin
1499
39.8
Ya, dari hidran umum/kran umum PDAM
12
0.32
Ya, dari kran umum PAMSIMAS/HIPPAM
11
0.29
4
0.11
223
5.92
Ya, dari sumur bor/pompa tangan
Ya, dari penjual air keliling Lainnya
Berdasarkan tabel 25 di atas, hasil pengamatan terhadap persediaan air untuk cuci tangan di dapur, sebagian besar air berasal dari sumur bor/ pompa tangan t mesin yang mencapai 39,8% dan dari sumur gali terlindungi sebesar 36,5%. Selebihnya dari air ledeng PDAM-berfungsi/mengalir berfungsi/mengalir sebesar 9,87%. Data tersebut sesuai dengan hasil wawancara. 70 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 43: Hasil Pengamatan Keamanan Makanan dari Lalat, Kecoak, Cicak dan Serangga Lainnya
AO.3.3 KEAMANAN MAKANAN DARI LALAT, KECOK, CICAK DAN SERANGGA LAINNYA YA, disimpan di atas di atas meja dan tertutup 50.00%
46.27%
YA, disimpan di atas di atas meja dan tidak tida di tutup YA, disimpan dalam lemari makan tertutup
45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00%
26.31%
YA, disimpan dalam lemari yang tertutup
20.23%
YA, di dalam kulkas
15.00% 10.00% 5.00%
Lainnya
4.25%
1.59% 0.77% 0.58%
0.00%
Tidak
1
Bila kita lihat hasil pengamatan tentang keamanan penyimpanan makanan sebagaiaman digambarkan dalam diagram 43 di atas, sebagian besar masih cukup aman. Karena 46,27% makanan disimpan di atas meja dan tertutup, 20,23% disimpan dalam lemari makan dengan tertutup, dan 26,31% disimpan dalam lemari yang tertutup. Sementara itu yang menyimpan dalam di tempat terbuka dan tidak menyimpan makanan prosentasenya kecil.
71 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
D.
PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DAPUR
Penanganan sampah rumah tangga terutama di dapur sebagai sember sampah juga perlu diamati. Hasil pengamatan penanganan sampah rumah tangga di dapur adalah sebagai berikut; Diagram 44: Hasil Pengamatan Pengumpulan Sampah Sebelum Dibuang N = 3.768 AO.4.1 PENGUMPULAN SAMPAH SEBELUM DIBUANG
6.05%
93.95%
Ya
Tidak
Berdasarkan diagram 44 tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa warga Kota Depok sudah melakukan penanganan sampah dengan cukup baik. Studi EHRA menemukan bahwa 93,95% telah mengumpulkan sampah di dapur.
72 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 45: Hasil sil Pengamatan Wadah/ Tempat Untuk Mengumpulkan Sampah N = 3.748 AO.4.2 WADAH/TEMPAT UNTUK MENGUMPULKAN SAMPAH
35.00
33.94
33.42
Kantong plastik tertutup
30.00 25.00
Kantong plastik terbuka
22.31
20.92
20.00
Keranjang sampah terbuka
15.00 10.00
4.46
5.00
Keranjang sampah tertutup Lainnya
0.00 1
Berdasarkan diagram 45 di atas, wadah/ tempat yang dipakai oleh warga Kota Depok untuk mengumpulkan sampah di dapur adalah keranjang sampah terbuka 33,94%, kantong ng plastik tertutup 33,42%, keranjang sampah tertutup 22,31% dan kantong plastik terbuka 20,92%. Wadah sampah yang baik adalah yang tertutup untuk menghindari berkembang biaknya lalat dan serangga lainnya. Dengan demikian berdasarkan hasil pengamatan enumerator rator pewadahan sampah warga Kota Depok sudah cukup baik. E.
SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH (SPAL) RUMAH TANGGA NON TINJA
Berikut ini disajikan hasil pengamatan dalam studi EHRA mengenai saluran pembuangan air limbah yang berasal dari kegiatan cuci peralatan peralatan minum/ makan dan masak.
73 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 46: Hasil Pengamatan Lokasi Pembuangan air Limbah Bekas Cuci Peralatan Minum/ Makan dan Masak Dibuang N = 3.768 AO.5.1 LOKASI PEMBUANGAN AIR LIMBAH BEKAS CUCI PERALATAN MINUM/ MAKAN DAN MASAK DIBUANG Ke sungai/kanal/kolam/ selokan
35.00%
Ke jalan, halaman, kebun
32.11%31.93%
Saluran terbuka
30.00% Saluran an tertutup
25.00% Lubang galian
18.10% 20.00%
10.00% 5.00%
Pipa saluran pembuangan kotoran (SPAL) Pipa IPAL Sanimas
11.07%
15.00%
4.33% 1.38%
0.61% 0.29% 0.19%
0.00%
Tidak tahu
Tidak ada bak cuci peralatan dapur
1
Berdasarkan diagram di atas, prosentase terbesar lokasi pembuangan air limbah rumah tangga adalah ke sungai/ kanal/ kolam/selokan sebesar 32,11%, ke saluran terbuka 31, 93%, saluran tertutup 18,10%. Sementara yang ke lubang galian 11,07%, pipa saluan pembuangan kotoran 4,33%. Bila memperhatikan data dalam diagram 46 di atas, at air limbah rumah tangga di Kota Depok berpotensi besar mencemari sungai. F.
PENGAMATAN KAMAR MANDI
Keberadaan sabun, shampoo dan juga sabun cuci tangan di kamar mandi penting. Karena sebagai sarana untuk mandi, cuci tangan, cuci pakaian dan lain-lain lain dengan baik. Untuk itu EHRA tidak luput untuk mengamati hal ini. Hasil pengamatan para enumerator tertera dalam diagram berikut.
74 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 47: Hasil Pengamatan Keberadaan Sabun, Shampoo dan Sabun Cuci Tangan di Kamar Mandi N = 3.771 BO.1 KEBERADAAN SABUN MANDI, SHAMPO DAN SABUN CUCI TANGAN DI KAMAR MANDI
1.09%
98.91%
Ya
Tidak
Berdasarkan data dalam diagram 47 di atas, kebaradaan sabun, shampoo dan sabun cuci tangan di kamar mandi dalam rumah tangga Kota Depok sudah baik. Karena 98,91% ada sabun, shampoo dan sabun cuci tangan di kamar mandi. Tabel 26:: Hasil Pengamatan Asal Sumber Air Untuk Mandi ASAL SUMBER AIR UNTUK MANDI A. Ya, air ledeng PDAM - berfungsi/mengalir
Frekuensi
% 377
B. Ya, air ledeng PDAM - tidak berfungsi C. Ya, dari sumur gali yg terlindungi D. Ya, dari sumur gali yg tidak terlindungi terlind E. Ya, dari sumur Bor/pompa tangan
10.0
4
0.1
1,545
41.0
91
2.4
159
4.2
F. Ya, dari sumur Bor/pompa tangan mesin
43.5 1,638
G. Ya, dari hidran umum/kran umum PDAM
16
0.4
H. Ya, dari kran umum PAMSIMAS/HIPPAM
11
0.3
I. Ya, dari penjual air keliling
2
0.1
J. Lainnya
9
0.2
K. Tidak
5
0.1
Hasil pengamatan tentang asal sumber air untuk mandi konsisten dengan hasil mengenai sumber air minum berdasarkan wawancara, dimana yang terbesar sumber air untuk mandi adalah dari sumur gali terlndungi sebesar 41,00% dan sumur bor/ bor pompa tangan mesin sebesar 43,50%. Kemudian hasil pengamatan enumerator tentang pembuangan air limbah bekas dari kamar mandi dan cuci tangan dari wastafel disajikan dalam diagram 48 di bawah ini. 75 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Hasilnya hampir sama dengan air limbah yang lain. Lokasi pembuangan terbesar adalah saluran terbuka 32,11% dan sungai 30,60%. Hal ini juga masih rawan mencemari sungai. Diagram 48: Hasil Pengamatan Lokasi Pembuangan Air Limbah Bekas Mandi dan Cuci Tangan dari Wastafel N = 3.768
BO.3 LOKASI PEMBUANGAN AIR LIMBAH BEKAS MANDI DAN CUCI TANGAN DARI WASTAFEL Ke sungai/kanal/ kolam/selokan 35.00% 30.60%
Ke jalan, halaman, kebun
32.11% 2.11%
30.00%
Saluran terbuka
25.00% Saluran tertutup 20.00%
18.13% Lubang galian
15.00% 10.72% 10.00% 4.06%
5.00%
1.83% 0.64% 0.37%
1.54% 0.00% 1
Pipa saluran pembuangan kotoran (SPAL) Pipa IPAL Sanimas Tidak tahu Tidak ada tempat cuci tangan/westafel
beradaan jentik nyamuk juga tidak luput dari pengamatan para enumerator yang Keberadaan sebagian besar sudah dilatih juga menjadi juru pemantau jentik. Hasilnya adalah sebagai berikut.
76 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 49: Hasil Pengamatan Keberadaan Jentik Nyamuk pada Bak Penampung Air / Ember N = 3.766 BO.4 KEBERADAAN JENTIK NYAMUK PADA BAK PENAMPUNG AIR/ EMBER
15.24%
84.76%
Ya
Tidak
Berdasarkan hasil pengamatan seperti dalam diagram 49 diatas, bak penampung air yang masih ditemukan jentik sebesar 15,24%, yang tidak ditemukan sebesar 84,76%. Hal berarti belum aman dari wabah penyakit demam berdarah dimana angka bebas jentik yang aman adalah 95%. G.
PENGAMATAN WC/ JAMBAN
Ketersediaan air dan sabun dalam ruang WC/ jamban penting untuk mendukung prilaku hidup bersah dan sehat. Untuk perlu mendapat perhatian. Hasil pengamatan ketersediaan air dan sabun dalam ruang WC/ jamban adalah sebagai berikut;
77 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 50: Hasil Pengamatan Ketersediaan Air di Dalam Ruangan Jamban / WC N = 3.759 CO.1.1 KETERSEDIAAN AIR DI DALAM RUANGAN JAMBAN/WC
100.00%
86.78% .78%
YA, dalam bak Air/ember
80.00% 60.00%
YA, dari kran & berfungsi
40.00%
YA, dari kran, tidak berfungsi
20.00%
10.03%
0.29% 2.90%
Tidak ada
0.00% 1
Ketersediaan air di dalam ruangan jamban/ WC sudah cukup baik, terbukti 86,78% 86 ada persediaan air dalam bak/ ember, 10,03% ada persediaan air dari kran yang berfungsi. Diagram 51: Hasil Pengamatan Ketersediaan Sabun di Dalam atau Di Dekat Jamban N = 1.186 CO.1.2 KETERSEDIAAN SABUN DI DALAM ATAU DI DEKAT JAMBAN
12.39%
87.61%
Ya
Tidak
Ketersediaan sabun di ruangan jamban/ WC juga juga sudah cukup baik, dimana 87,61% sudah ada persediaan sabun.
78 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
H.
PEMBUANGAN AIR KOTOR/LIMBAH TINJA DAN LUMPUR TINJA
Pengamatan terhadap sarana pembuangan air kotor/ limbah tinja dan lumpur tinja difokuskan pada tipe WC yang digunakan dan saluran pembuangan pembuangan dari kloset diarahkan ke mana. Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut; Diagram 52: Hasil Pengamatan Tipe WC/ Jamban N = 3. 755 CO.2.1 TIPE WC/JAMBAN
90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
Kloset jonghkok leher angsa Kloset duduk leher leh angsa Plengsengan
84.90%
Cemplung 12.01% 1.60% 0.88% 0.27% 0.35%
Lainnya Tidak tahu
1
Hasil pengamatan terhadap tipe atau jenis WC/ jamban/ kloset tidak berbeda dengan hasil sebelumnya. elumnya. Sebagian besar yaitu 84,00% jenis kloset jongkok leher angsa dan 12,01% kloset duduk leher angsa. Sedangkan tipe lain yang kurang baik seperti plengsengan dan cemplung prosentasenya relatif kecil. Dengan demikian untuk jenis/ tipe kloset sudah cukup up baik. Tabel 27:: Hasil Pengamatan Hygiene Jamban Ya
%
Tidak
%
Missing system
Total
%
CO.3.1 Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja?
3,072
82.1
670
17.9
35
0.9
3777
100.0
CO.3.2 Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat?
2,938
78.6
798
21.4
41
1.1
3777
100.0
Dari hasil pengamatan terhadap hygiene jamban sebagaimana digambarkan dalam tabel 27 di atas, menunjukkan bahwa 82,1% lantai dan dinding jamban bebas dari tinja dan 78,6% lantai dan dinding jamban bebas dari kecoak dan lalat. Kondisi Kond demikian masih cukup baik.
79 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Tabel 28: Hasil Pengamatan Ketersediaan Alat Penyiram dalam Jamban Leher Angsa Tipe Jongkok atau Duduk Ya
%
Tidak
%
CO.3.3 Jika ada jamban siram leher angsa, apakah ada gayung untuk menyiram
3,194
94.0
205
6.0
CO.3.4 Jika ada jamban duduk, coba menekan alat penyiram, apakah berfungsi
940
46.4
1,084
53.6
Missing system
%
Total
%
378
10.0
3,777
100. 0
1,753
46.4
3,777
100. 0
Diagram 53: Hasil Pengamatan Saluran Pembuangan dari WC/ Jamban Terhubungkan N = 3.758 CO.2.2 SALURAN PEMBUANGAN DARI WC/ JAMBAN TERHUBUNGKAN Cubluk 80.00%
77.20%
Tangki Septik
70.00%
Sungai, kanal, kolam
60.00%
Jalan, halaman, kebun
50.00%
Saluran terbuka
40.00%
Saluran tertutup
30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
10.32% 7.56%
2.37% 1.36% 0.53% 0.40% 0.21% 0.05%
Pipa saluran pembuangan kotoran Pipa IPAL Sanimas Tidak tahu
1
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa saluran pembuangan dari WC/ jamban terbanyak dihubungkan ke tangki septik sebesar 77,20%, disalurkan ke cubluk 10,32%, ke sungai/ kanal/ kolam sebesar 7,56%. Melihat hasil ini masih dapat dikatagorikan cukup baik. I.
HALAMAN/ PEKARANGAN/ KEBUN
Pengamatan terhadap halaman/ pekarangan/ kebun diarahkan untuk mengetahui mengenai jarak sumber air bersih terhadap lokasi pembuangan/ penampungan tinja. Hasil pengamatannya adalah sebagai berikut;
80 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 54: Hasil Pengamatan Jarak Tangki Septik dengan Sumber Air Minimal 10 Meter N = 3.663 EO.1.1 JARAK TANGKI SEPTIK DENGAN SUMBER AIR MINIMAL 10 METER
26.24%
73.76%
Ya
Tidak
Berdasarkan hasil pengamatan para enumerator jarak tangki septik dengan sumber air yang minimal 10 meter mencapai 73,76%. Sisanya 26,24% kurang dari 10 meter. Hal ini berarti masih dapat dikatagorikan cukup baik. J. PENGELOLAAN SAMPAH: DAUR ULANG DAN PENGGUNAAN KEMBALI Pengelolaan sampah harus juga menjadi obyek yang harus diamati. Yang menjadi obyek pengamatan meliputi; daur ulang dan penggunaan kembali sampah, keberadaan sampah di halaman, pemilahan sampah, jenis sampah yang dipisahkan, dan pembuatan kompos. Hasil pengamatannya disajikan dalam diagram/tabel berikut ini. Tabel 29: Hasil Pengamatan Cara Pengelolaan Sampah EO.2.1 Bagaimana cara mengelola sampah? Frequency Percent Valid Percent Valid
Dibuang dan dikubur di lobang galian
Cumulative Percent
79
2.1
2.1
2.1
417
11.0
11.2
13.4
3
0.1
0.1
13.5
Dikumpulkan dlm keranjang sampah permanen
1,298
34.4
35.0
48.4
Langsung dibakar
1,083
28.7
29.2
77.6
68
1.8
1.8
79.5
Dibuang dlm lubang galian dan dibakar Dijadikan makanan binatang
Dibuang ke sungai/danau/laut
81 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan
219
5.8
5.9
85.4
23
0.6
0.6
86.0
519
13.7
14.0
100.0
3,709
98.2
100.0
Dibiarkan saja Lainnya Total Missing
System
Total
68
1.8
3,777
100.0
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa cara pengelolaan sampah terbanyak adalah dengan cara dibakar yaitu langsung dibakar 29,2% ditambah yang dibuang dalam lubang galian dan dibakar 11,2%. Sisanya Sisanya dikumpulkan dalam keranjang sampah permanen 29,2%. Diagram 55: Hasil Pengamatan Pemilahan Sampah N = 3.748 EO.2.2 PEMILAHAN SAMPAH
20.28%
79.72%
Ya
Tidak
Warga yang melakukan pemilahan sampah masih cukup sedikit hanya 20,28%, sisanya tidak melakukan pemilihan sampah yang mencapai 79,72%. Tabel 30:: Hasil Pengamatan Jenis Sampah yang Dipilah JENIS SAMPAH YANG DIPILAH
Ya
%
Tidak
%
Missing system
%
Total
%
A. Sampah organic/sampah basah
302
40.4
445
59.6
3,030
80.2
3,777
100.0
B. Plastik
467
62.9
276
37.1
3,034
80.3
3,777
100.0
C. Gelas/kaca
474
63.8
269
36.2
3,034
80.3
3,777
100.0
D. Kertas/kardus
376
50.7
365
49.3
3,036
80.4
3,777
100.0
E. Besi/logam
271
36.6
469
63.4
3,037
80.4
3,777
100.0
17
2.3
723
97.7
3,037
80.4
3,777
100.0
F. Lainnya
82 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Berdasarkan data tersebut rsebut di atas, sebagian besar jenis sampah yang dipilah adalah jenis gelas/ kaca, plastik dan kertas/ kardus, karena jenis-jenis jenis jenis tersebut masih laku dijual. Tabel 31:: Hasil Pengamatan Genangan Air di Halaman/ Bagian Depan Rumah EO.3.1 Apakah halaman/bagian halaman/bagian depan rumah bebas dari genangan air? Frequency Percent Valid Percent Valid
Missing
Cumulative Percent
Ya
1,978
52.4
52.6
52.6
Tidak
1,785
47.3
47.4
100.0
Total
3,763
99.6
100.0
14
0.4
3,777
100.0
System
Total
Berdasarkan tabel dii atas, rumah yang diamati terbebas dari genangan sebesar 52,6% dan yang tidak bebas genangan air sebesar 47,4%. Adanya genangan dengan prosentase 47,4% cukup mengawatirkan. Pada bagian mana saja dan darimana sajakah asal genangan ini? berikut hasil pengamatan pengam para eumerator. Tabel 32:: Hasil Pengamatan Lokasi/ Bagian Yang Tergenang BAGIAN YANG TERGENANG
%
Tidak
%
242
15.3
1,336
84.7
B. Di dekat dapur
18
1.1
1,558
C. Di dekat kamar mandi
25
1.6
1,549
26
1.7
138
8.8
A. Dihalaman rumah
Ya
D. Di dekat bak penampungan E. Lainnya
Missing system
%
Total
%
2,199
58.2
3,777
100.0
98.9
2,201
58.3
3,777
100.0
98.4
2,203
58.3
3,777
100.0
1,547
98.3
2,204
58.4
3,777
100.0
1,433
91.2
2,206
58.4
3,777
100.0
Data dalam tabel 32 di atas, menunjukkan bahwa bagian yang yang tergenang terbesar pada halaman, namun dengan prosentase yang cukup kecil 15,3%. Sedangkan asal genangan tersebut terlihat dalam tabel berikut; Tabel 33:: Hasil Pengamatan Asal Air Penyebab Genangan ASAL AIR PENYEBAB GENANGAN A. Air limbah kamar mandi B. Air limbah dapur C. Hujan D. Air limbah lainnya E. Tidak tahu
Ya
% 83
Tidak
%
5.3
1,486
94.7
Missing system
%
Total
%
2,208
58.5
3,777
100.0
59
3.8
1,510
96.2
2,208
58.5
3,777
100.0
280
17.9
1,288
82.1
2,209
58.5
3,777
100.0
26
1.7
1,542
98.3
2,209
58.5
3,777
100.0
150
9.5
1,424
90.5
2,203
58.3
3,777
100.0
Tabel 33 menunjukkan bahwa asal air yang menyebabkan genangan adalah dari air hujan sebesar 17,9%. Air dari sumber lain prosentasenya hanya kecil. 83 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 56:: Hasil Pengamatan Saluran Air Hujan Dekat Rumah N = 3.755 EO.3.5 HASIL PENGAMATAN SALURAN AIR HUJAN DEKAT RUMAH
60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
57.84%
18.72%
23.44%
Series1
Ya, terbuka Ya, tertutup, Tidak, tidak tidak terlihat terlihat
Berdasarkan diagram 55 di atas, sebagian besar rumah tangga di Kota Depok sudah memiliki saluran air hujan di dekat rumah. Kondisi saluran tersebut 57,84% saluran terbuka, 18,72% salauran tertutup. Sisanya Sisany 23,44% tidak saluran. Diagram 57:: Hasil Pengamatan Fungsi Saluran Untuk Mengalirkan Air N = 3.753 EO.3.6 APAKAH AIR DI SALURAN DAPAT MENGALIR?
100.00%
84.39%
Ya
80.00% Tidak
60.00% 40.00% 20.00%
10.87% 3.01%1.73%
Tidak dapat dipakai, slauran kering Tidak ada saluran
0.00% 1
Kondisi saluran sudah cukup baik dimana 84,39% dapat mengalirkan air, sementara itu 10,87% tidak ada saluran dan 3,01% saluran saluran tidak dapat mengalirkan air. 84 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Diagram 58:: Hasil Pengamatan Tentang keberadaan Sampah Dalam Saluran Air N = 3.759
70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
EO.3.7 APAKAH SALURAN AIR BERSIH DARI SAMPAH? Ya, bersih atau hampir selalu bersih Tidak bersih dari 67.36% sampah, tapi masih dapat mengalir
19.61% 10.59% 1.33% 1.12%
Tidak bersih dari sampah, saluran tersumbat Tidak bersih dari sampah, tapi saluran kering Tidak ada saluran
1 Hasil pengamatan terhadap keberadaan sampah dalam saluran air menunjukkan bahwa 67,36% bersih dari sampah, 19,61% 19,61% tidak bersih dari sampah tapi air masih bisa mengalir dan 1,12% sampah sudah menyumbat saluran. Demikianlah seluruh data hasil studi EHRA Kota Depok semoga bermanfaat bagi semua pihak untuk percepatan pembangunan sanitasi.
85 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
DAFTAR NAMA-NAMA ENUMERATOR STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT (EHRA) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
NAMA
KELURAHAN
Maimunah Mulyani Rosanah Devi. K Siti Djubaedah Agustini Riliajie Roswatini Asuroh Halimah Hernawati Langgeng. S Lasmi Kiah Ani Eni Ruslina Sumarni Anik. S Sri Wahyu Sri Nurbaiti Oktaliana Hayati. K Ika Kartikawati S. Siti Lestari Siti Fathonah Asmiaty Hariroh Mila Lionita Romenan Iin Triyani Salmah Yani Alting Dewi. M Yayah T. Fransisca. N Mastinah Azmiyati Kristiana
Depok Depok Pancoran Mas Pancoran Mas Depok Jaya Depok Jaya Mampang Mampang Rangkapan Jaya Rangkapan Jaya Rangkapan Jaya Baru Rangkapan Jaya Baru Cipayung Cipayung Bojong Pondok Terong Bojong Pondok Terong Ratu Jaya Ratu Jaya Cipayung Jaya Cipinang Jaya Pondok Jaya Pondok Jaya Beji Timur Beji Timur Beji Beji Kemiri Muka Kemiri Muka Pondok Cina Pondok Cina Tanah Baru Tanah Baru Kukusan Kukusan Mekar Jaya Mekar Jaya Tirtajaya Tirtajaya Bhaktijaya
86 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
Suzana Romah Nuralimah Rini Indah Holilah Yati Sayuti Alin Elfrianti Nunung Choiriah Rita Sahara Titi. S Thomas Ruhiya Halimah Supriyati Rini. R Wanti Christiyanti Sri Rahayu Maryati Jelly. ML Maryanti Titik Riyanto Kermiyati Musrini Elia Robiyatun Dady Ernawati Karina Yoyo. C Sri Hartini Maesaroh Kokom Komariah Nunung Fatimah Sri Rahayu Dayani. W Dewi. T Iyam Wiji Lestari Sustinah Nirmalawati Siti Maryam Ninik Tuminoh
Bhaktijaya Sukmajaya Abadijaya Abadijaya Cisalak Cisalak Kalimulya Kalimulya Jatimulya Jatimulya Cilodong Cilodong Kalibaru kalibaru Kalibaru Sukamaju Sukamaju Curug Curug Cisalak Pasar Cisalak Pasar Mekarsari Mekarsari Tugu Tugu Pasir Gunung Selatan Pasir Gunung Selatan Harjamukti Harjamukti Tapos Tapos Leuwinanggung Leuwinanggung Cimpaeun Cimpaeun Jatijajar Jatijajar Cilangkap Cilangkap Sukatani Sukatani Sukamaju Baru Sukamaju Baru
87 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125
Maswani Mariyanih Saadah Salbiah Sugiarti Sana. S Ade Irma Susanti Tuti Sutiati Hanifah Wati Euis Ningrum Ida Susanti Tuti Yumi Fatiyah Arafli Komarudin Hj. Muanah Julaeha Nurhasanah Lilis Suryani Suhartinah Kokom Komariyah Ihat Solihat Yuyun Wahyuni Mulyanan Nurlaila Nur Komala Nina Diana Selfia Herviana Sri Mulyani Siti Khodijah Rohimi Sulastri Tuti Rusmiyati E. Fatimah Ida Farida Neneng. S Enung Rahayu Ernawati Hayati Nurjanah Wiwin Erni. H Tri Mulyani Masanih
Sawangan Sawangan Sawangan Baru Sawangan Baru Pasir Putih Pasir Putih Cinangka Cinangka Kedaung Kedaung Pengasinan Pengasinan Bedahan Bedahan Pondok Petir Pondok Petir Serua Serua Curug Bojongsari Curug Bojongsari Bojong Sari Baru Bojong Sari Baru Bojongsari Bojongsari Duren Seribu Duren Seribu Duren Mekar Duren Mekar Cinere Cinere Gandul Gandul Pangkalan Jati Pangkalan Jati Pangkalan Jati Baru Pangkalan Jati Baru Grogol Grogol Krukut Krukut Meruyung Meruyung Limo
88 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
126
Siti Komariah
Limo
DAFTAR KELURAHAN STUDI EHRA & NAMA SUPERVISOR
1 2 3 4 5
KEC
PUSKESMAS
KELURAHAN
PANCORAN MAS PANCORAN MAS
NO
6
DEPOK JAYA RANGKAPAN JAYA BARU
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
BEJI
KEMIRI MUKA TANAH BARU DTP MEKARJAYA
SUKMAJAYA
21
CIPAYUNG
BEJI TIMUR
BHAKTI JAYA PONDOK SUKMAJAYA
Ecih Sumiarsih, AMKL Tutik Ismayati, AMKL
KALIMULYA CILODONG VILLA LA PERTIWI DTP CIMANGGIS MEKARSARI TUGU PASIR GUNUNG SELATAN HARJAMUKTI
60 60 60 60 60 60 60
Rahmawati
Memet Ermawan, AMKL Yuyun Andiyana,AMKL Budi Setya Margana, AMKL Neneng Sumiati, AMKL Efa Winayarti Eni Supariyah
Abadijaya Cisalak Kalimulya Jatimulya Cilodong Kali Baru Sukamaju Curug Cisalak Pasar Mekarsari Tugu Pasir Gunung Selatan Harjamukti
JMLH KUESIONER
dr. Zakiah
Sukmajaya
ABADIJAYA CILODONG
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
CIMANGGIS
8
CIPAYUNG
7
Depok Pancoran Mas Depok Jaya Mampang Rangkapan Jaya Rangkapan Jaya Baru Cipayung Bojong Pondok Terong Ratu Jaya Cipayung Jaya Pondok Jaya Beji Timur Beji Kemiri Muka Pondok Cina Tanah Baru Kukusan Mekarjaya Tirtajaya Bhaktijaya
SUPERVISOR
Elly Kurnia, AMKL Eva Gita Avianti Pratanti Hidayat Qodaria, SKM Asisti Wulan Ningrum Ivone Rosari Nursima, AMKL
89 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
Kanti Rahayu
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
59 60 61 62 63
TAPOS
CIMPAEUN JATIJAJAR CILANGKAP SUKATANI
SAWANGAN
SAWANGAN PASIR PUTIH KEDAUNG
BOJONG SARI
PENGASINAN
BOJONG SARI
DUREN SERIBU
CINERE
58
TAPOS
CINERE
LIMO
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
LIMO
Tapos Leuwinanggung Cimpaeun Jatijajar Cilangkap Sukatani Sukamaju Baru Sawangan Lama Sawangan Baru Pasir Putih Cinangka Kedaung Pengasinan Bedahan Pondok Petir Serua Curug Bojong Sari Baru Bojong Sari Lama Duren Seribu Duren Mekar Cinere Gandul Pangkalan Jati Lama Pangkalan Jati Baru Grogol Krukut Meruyung Limo
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Junaedi Asep Komara Dien Falah Sisca Zatnika Sari Fitriyanti Jafar, AMKL Frety Hasanah, AMKL Emma Karmila, Rohimi Desy Tri Astuti, AMKeb
Ayu Fitriyanti
Meilina Andriyani
Puspa Ayu Lasiani 60 60 60 60 60 60
Sri Wahyuningsih, AMKL
TOTAL SAMPEL
90 Laporan Studi EHRA Kota Depok Tahun 2011
3,780