LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)
KELOMPOK KERJA SANITASI KAB. ACEH SINGKIL TAHUN 2013
rl
reH
tLgZ lunf IZ'lHOuS
'
qlil' Uvl w ryle P, n we lesse/M
'lernle uep delOuel ermas leqrd entues qalo p16u6 qecy uelednqey rp ue6unl0utl ueleqosel ueOuep ilelJol Oue[ tseuolur ueqnlnqel tLlnuouotll nduleut elutlueu eOOurqas 'tut uounlop ueeundualued 1n1un uelnseu eluepe deleq tuey 'ueOuetn1e1 reOeqreq ledepral qrseu ueutl0unuel dnlnueu lep[ 'lu! uounlop ueunsnduad uele6 '
uelresolosJel ledep lll 0ul S qacy ueled nqry (VU H l) ruo{rssassy
)tstt tlileoH pluowuoJt^u3 uaunlop eO0urqes ertursnquluol uep ledepued 'ueJes ueluoquou 'e4ep l4ue sasord uelep nluequou.t qe1e1 6uel ueqtsJoqa) uep ueueuleliad 'eplepedeg uBp 'unun uee[.le1a6 seulg 'ue]Er.loso) seut6 'epeddeg OaXS uep lse]lues efiay loduo;ey e1o00ue 'to^rns uelnlelsul qele1 Ouelt lq0uls qacy uelednqey-os seusolsnd !p ueue}lues se0n1e6 uep 1r16qg qecy ualednqey-os esop tp ue6un10ur1 ueleqosol tepel e,(usnsnql '1eqtd Llrunlos epedal e{u:eseq-resaqas 6uer{ qrsel eupol ueldecn6ueu tuel nI Inlun 'ueleduo4aq 6ue[ leqrd BnuJos ue4eqllau ue0uep uqOunu le.lnleos unsnslp qelol lul usunlo6 'lUBulS qeoy uelednqey
rp lelerer(setu ueleqosal telerep uel1e16urueu eun6 ueu]qnuxad rsellues ueun6ueque6 ueyedeua6 uet6oi4 0unlnpuetu ertedn u;elep senl lelerelseu uep eqesn elunp 'leuotsalotd e0equq 'ueqeluuoured ueOuele1 epedel leelueur uoquou pdep ueldaeqlp lul uaunlog 'uelresolosrp ledep 1r10ugg qecy uelednqry lp (VUU:)ruouissossy )tsty qilelH Plu€wuolt^u1 nele ue6un16u5 ueleqesey ollse5 ueteltusd lpnls llseH uoutnlo6 e66urqes e[5-qe[eptq uep lrlnel 'leuqer sele esen) eqeyrl 6ue1 qellv ]eJtpeq e1 ue4e[ued e1r1 tnln{s tfn6
'qM'liA wryEp,nwepssv
UVINVON]d VIVY
RINGKASAN EKSEKUTIF
Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah sebuah survei partisipatif di tingkat Kabupaten Aceh Singkil yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat. Studi EHRA menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data yakni wawancara (interview) dan pengamatan (observation). Studi EHRA Kabupaten Aceh Singkil dilaksanakan mulai awal bulan Mei sampai Akhir Juni 2013. Pokja Sanitasi Kabupaten Aceh Singkil melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil mengambil sample sebesar 2.400 responden. Sample ini didistribusikan di 50 desa yang terpilih dengan jumlah sample per desa sebanyak 48 responden. Sample dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling) sehingga memenuhi kaidah “Probability Sampling”, di mana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sample. Artinya, penentuan rumah tangga itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun keinginan responden itu sendiri. Sample dalam EHRA adalah rumah tangga, sementara yang menjadi unit respon adalah ibu rumah tangga dengan usia 18-65 tahun yang telah menikah dan telah pernah menikah dengan asumsi bahwa ibu rumah tangga relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta mereka lebih mudah ditemui dibandingkan bapak-bapak. Metoda penentuan target area survei dilakukan secara geografis dan demografis melalui proses yang dinamakan clustering. Hasil c l u stering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Studi EHRA menghasilkan analisis Indeks Resiko Sanitasi berdasarkan tingkat resiko mencakup Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Pembuangan Air Limbah Domestik, Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir, Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga, Perilaku Higiene dan Sanitasi, Kejadian Penyakit Diare dan Indeks Risiko Sanitasi (IRS).
Hal | ii
DAFTAR ISI Ringkasan Eksekutif Bab 1: Pendahuluan ………………………………………………………………………………………………. 8 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………….…………………. 8 1.2 Tujuan dan Manfaat ……………………………………………………………………………….… 8 1.3 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA ………………………………………………………………….. 9 Bab 2: Metodologi dan Langkah Studi EHRA ………………………………………………………………… 10 2.1 Penentuan target area survei (Klastering Kecamatan dan Desa/Kelurahan) ………………… 10 2.2 Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan survei ……………………………………………………… 16 2.3 Penentuan Jumlah/besar responden ……………………………………………………………… 16 2.4 Penentuan Desa/Gampong dan responden di lokasi survei ………………………………….. 16 Bab 3: Hasil Studi EHRA ………………………………………………………………………………………… 18 3.1 Informasi responden ………………………………………………………………………………… 18 3.2 Pengelolaan sampah rumah tangga ………………………………………………………………. 20 3.3 Pembuangan air kotor/limbah tinja manusia dan lumpur tinja ………………………………….. 21 3.4 Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir …………………………………………. 24 3.5 Pengelolaan air minum rumah tangga …………………………………………………………….. 28 3.6 Perilaku hygiene ……………………………………………………………………………………… 31 3.7 Kejadian penyakit diare ……………………………………………………………………………… 33 3.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS) ………………………………………………………………………… 34 Bab 4: Penutup …………………………………………………………………………………………………….. 36 4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………………… 36 4.2 Hambatan/Kendala ………………………………………………………………………………….. 36 4.3 Saran ………………………………………………………………………………………………….. 37
Daftar Istilah Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Foto Hal | iii
DAFTAR ISTILAH dan SINGKATAN
BABS
: Buang Air Besar Sembarangan
Balita
: Bawah Lima Tahun
BAPPEDA
: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BPS
: Buku Putih Sanitasi
CTPS
: Cuci Tangan Pakai Sabun
EHRA
: Environmental Health Risk Assessment
Ha
: Hektar
KK
: Kepala Keluarga
MCK
: Mandi Cuci Kakus
PDAM
: Perusahaan Daerah Air Minum
POKJA
: Kelompok Kerja
PPLP
: Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
PPSP
: Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat Privacy
: Bersifat rahasia dan pribadi
SATKER
: Satuan Kerja
SD
: Sekolah Dasar
SKPD
: Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
SMA
: Sekolah Menengah Atas
SMK
: Sekolah Menengah Kejuruan
SPAL
: Sistim Pengolahan Air Limbah
SSK
: Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota
Stakeholders
: Pemangku kepentingan
TPA
: Tempat Pembuangan Akhir
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Kategori klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan beresiko
Tabel 2.2
Hasil clustering desa di Kab. Aceh Singkil Tahun 2013
Tabel 3.1
Informasi responden
Tabel 3.2
Area beresiko persampahan berdasarkan studi EHRA
Tabel 3.3
Area beresiko air limbah domestik berdasarkan studi EHRA
Tabel 3.4
Area beresiko genangan air berdasarkan studi EHRA
Tabel 3.5
Area beresiko sumber air berdasarkan studi EHRA
Tabel 3.6
Area beresiko perilaku higienis dan sanitasi berdasarkan studi EHRA
Tabel 3.7
Kejadian diare pada penduduk berdasarkan studi EHRA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Grafik pengelolaan sampah
Gambar 3.2
Grafik perilaku praktek pemilahan sampah oleh rumah tangga
Gambar 3.3
Grafik persentase tempat buang air besar
Gambar 3.4
Grafik tempat pengeluaran akhir tinja
Gambar 3.5
Grafik waktu terakhir pengurasan tangki septik
Gambar 3.6
Grafik praktek pengurasan tangki septik
Gambar 3.7
Grafik persentase tangki septik suspek aman dan tidak aman
Gambar 3.8
Grafik persentase rumah tangga yang mengalami banjir
Gambar 3.9
Grafik persentase rumah tangga yang mengalami banjir rutin
Gambar 3.10
Grafik lama air menggenangi jika terjadi banjir
Gambar 3.11
Grafik persentase kepemilikan SPAL
Gambar 3.12
Grafik lokasi genangan di sekitar rumah
Gambar 3.13
Grafik akibat tidak memiliki SPAL rumah tangga
Gambar 3.14
Grafik persentase SPAL yang berfungsi
Gambar 3.15
Grafik persentase SPAL
Gambar 3.16
Grafik akses terhadap air bersih
Gambar 3.17
Grafik sumber air minum dan masak
Gambar 3.18
Grafik CTPS di lima waktu penting
Gambar 3.19
Grafik waktu melakukan CTPS
Gambar 3.20
Grafik persentase penduduk yang melakukan BABS
Gambar 3.21
Grafik Indeks Resiko Sanitasi (IRS)
DAFTAR FOTO
Foto 1.
Pelatihan enumerator dan supervisor untuk kegiatan studi EHRA oleh Dinas Kesehatan Kab. Aceh Singkil
Foto 2.
Kegiatan studi EHRA saat enumerator melakukan interview dengan responden di Desa Kuta Simboling Kec. Singkil
Foto 3.
Kegiatan studi EHRA saat enumerator melakukan interview dengan responden di Desa Ranto Gedang Kec. Singkil
Foto 4.
Pelatihan operator entry data untuk kegiatan studi EHRA oleh Dinas Kesehatan Kab. Aceh Singkil
Foto 5.
Pelatihan operator entry data untuk kegiatan studi EHRA oleh Dinas Kesehatan Kab. Aceh Singkil
Foto 6.
Pengecekan ulang terhadap data responden berdasarkan kuesioner yang telah terkumpul di Dinas Kesehatan Kab. Aceh Singkil
Foto 7.
Kegiatan Pokja Sanitasi dalam menyusun Laporan Studi EHRA
Foto 8.
Kegiatan Pokja Sanitasi dalam menyusun Laporan Studi EHRA
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko
Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survei partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten sampai ke tingkat desa. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena :
Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat;
Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor/SKPD yang berbeda;
EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa;
EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif;
EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa
1.2
Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari studi EHRA adalah : 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan; 2. Menyediakan salah satu bahan utama (baseline) penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kab. Aceh Singkil;
Manfaat dari studi EHRA adalah : 1.
Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi;
2.
Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survei yang handal.
1.3
Waktu Pelaksanaan Studi EHRA Laporan studi EHRA ini merupakan dokumen yang mengakomodasi masukan dari
berbagai pihak khususnya Pokja Sanitasi Kabupaten Aceh Singkil sebagai pemilik utama kegiatan. Diawali dengan pelatihan enumerator, supervisor dan petugas entry data pada bulan Mei 2013. Dilanjutkan dengan kegiatan survei dilaksanakan mulai tanggal 13 - 23 Mei 2013. Setelah semua data responden dikumpulkan, selanjutnya dilaksanakan koreksi data oleh supervisor, dan entry data, pengolahan dan analisa data dan laporan hasil studi EHRA dilaksanakan pada 15 Mei – 21 Juni 2013. Unit sampling utama (primary sampling) adalah rumah tangga. Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan acak berdasarkan total rumah tangga dalam setiap desa yang telah ditentukan menjadi area survei. Jumlah sampel per desa adalah 48 responden dari total 2.400 reponden yang tersebar di 50 desa terpilih. Yang menjadi responden adalah ibu-ibu, perempuan yang pernah menikah (janda) atau anak perempuan yang sudah menikah dengan umur antara 18 s/d 60 tahun. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner yang di nilai sangat privacy dan sensitif seperti tempat dan perilaku buang air besar. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban dan saluran drainase untuk pembuangan air limbah. Sedangkan pada aspek perilaku dipelajari hal-hal yang terkait dengan higinitas dan sanitasi berupa cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak dan sampah. Pelaksanaan pengumpulan data responden dan umpan balik hasil studi EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Aceh Singkil dengan penanggungjawab utama Dinas Kesehatan Kabupten Aceh Singkil. Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Singkil dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten Aceh Singkil.
BAB ll METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA Studi EHRA adalah studi pengumpulan data yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan teknik wawancara (interview) dan pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja Sanitasi dan Dinas Kesehatan Kota Aceh Singkil. Sebelum turun ke lapangan, para supervisor dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan, pemahaman tentang instrumen EHRA, latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator, uji coba lapangan, dan diskusi perbaikan instrumen. 2.1
Penentuan Target Area Survei (Klastering Kecamatan dan Desa) Metoda penentuan target area survei dilakukan secara geografis dan demografis melalui
proses yang dinamakan klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan beresiko. Proses pengambilan sample dilakukan secara acak sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” di mana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sample. Dengan demikian metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan untuk menentukan jumlah sample di Kabupaten Aceh Singkil mengingat area yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sample didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klastering dilakukan berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan oleh Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) sebagai berikut : 1.
Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/desa.
2.
Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau gampong. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut :
(∑ Pra-KS + ∑ KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% ∑ KK 3.
Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat
4.
Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, dan lamanya surut.
Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Aceh singkil menghasilkan kategori klastering sebagaimana diperlihatkan pada tabel 2.1. Wilayah (kecamatan) yang terdapat pada klastering tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat resiko kesehatannya. Dengan demikian kecamatan yang menjadi area survei pada suatu klastering akan mewakili kecamatan lainnya yang bukan merupakan area survei pada klastering yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area beresiko sanitasi untuk Kabupaten Aceh Singkil. Tabel 2.1: Kategori klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan beresiko Klaster
Kriteria
Klaster 0
Wilayah gampong yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan beresiko
Klaster 1
Wilayah gampong yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan beresiko
Klaster 2
Wilayah gampong yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan beresiko
Klaster 3
Wilayah gampong yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan beresiko
Klaster 4
Wilayah gampong yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan beresiko
Klastering pada tingkat desa dilakukan oleh Pokja bersama petugas kecamatan, berdasarkan
ke empat indikator klastering untuk menunjukkan indikasi awal lingkungan beresiko pada desa klastering tingkat desa dilakukan terhadap seluruh desa yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Singkil
(Tabel 2.2). Tabel 2.2 : Hasil clustering desa di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 Klaster K-0
Jumlah Desa Dan Nama Desa
Jumlah Desa dan Nama Desa
Jumlah
Terpilih Untuk Lokasi Survei
Responden
Desa calon area survei :
Terpilih : 5 Desa
1
Tanah Merah
1
Tanah Merah
48
2
Sebatang
2
Sidorejo
48
3
Suka Makmur
3
Silulusan
48
4
Sidorejo
4
Blok VI Baru
48
5
Blok 31
5
Bukit Harapan
48
6
Blok 18
7
Silulusan
8
Blok 15
9
Tulaan
10
Blok VI Baru
11
Tunas Harapan
12
Lae Butar
13
Bukit Harapan
Total K-1
240
Desa calon area survei :
Terpilih : 19 Desa
1
Pulau Baguk
1
Pulau Baguk
48
2
Pulau Balai
2
Pulau Sarok
48
3
Haloban
3
Kuta Simboling
48
4
Pulo Sarok
4
Suka Damai
48
5
Pasar Singkil
5
Gosong Telaga Timur
48
6
Kota Simboling
6
Gosong Telaga Barat
48
7
Takal Pasir
7
Pangi
48
8
Pemuka
8
Pertabas
48
9
Suka Damai
9
Lipat Kajang Atas
48
10
Gosong Telaga Utara
10
Seping Baru
48
11
Gosong Telaga Timur
11
Tanah Bara
48
12
Telaga Bakti
12
Sianjo-anjo Meriah
48
13
Kampung Baru
13
Sintuban Makmur
48
14
Gosong Telaga Barat
14
Napa Galuh
48
15
Suka Jaya
15
Situbuh Tubuh
48
16
Pangi
16
Mungkur Sirimo
48
17
Kain Golong
17
Lae Cikala
48
18
Sukarejo
18
Sumber Mukti
48
19
Pertabas
19
Danau Bungara
48
20
Lae Gambir
21
Lipat Kajang Atas
22
Sidodadi
23
Pandan Sari
24
Seping Baru
25
Gunung Lagan
26
Tanah Bara
27
Sari Pandan
28
Rimo
29
Sianjo-anjo Meriah
30
Labuhan Kera
31
Sintuban Makmur
32
Lae Balno
33
Sikoran
34
Napa Galuh
35
Biskang
36
Situbuh-tubuh
37
Danau Pinang
38
Mandumpang
39
Mungkur Sirimo
40
Siompin
41
Lae Cikala
42
Sri Kayu
43
Pea Jambu
44
Sumber Mukti
45
Samardua
46
Danau Bungara Total
K-2
912
Desa calon area survei :
Terpilih : 19 Desa
1
Teluk Nibung
1
Teluk Nibung
48
2
Asantola
2
Ujung Sialit
48
3
Ujung Sialit
3
Kilangan
48
4
Suka Makmur
4
Selok Aceh
48
5
Ujung
5
Siti Ambia
48
6
Kilangan
6
Gosong Telaga Selatan
48
7
Teluk Ambun
7
Kuala Baru Laut
48
8
Selok Aceh
8
Lae Gecih
48
9
Paya Bumbung
9
Lipat Kajang
48
10
Ujung Bawang
10
Lae Nipe
48
11
Siti Ambia
11
Guha
48
12
Suka Makmur
12
Perangusan
48
13
Gosong Telaga Selatan
13
Penjahitan
48
14
Ketapang Indah
14
Keras
48
15
Kuala Baru Sungai
15
Bulu Ara
48
16
Kuala Baru Laut
16
Suro Baru
48
17
Tuh-tuhan
17
Singkohor
48
18
Lae Gecih
18
Muara Baru
48
19
Siatas
19
Lapahan Buaya
48
20
Kuta Karangan
21
Lipat Kajang
22
Kuta Tinggi
23
Lae Nipe
24
Pakiraman
25
Kuta Batu
26
Guha
27
Pertampakan
28
Perangusan
29
Cingkam
30
Penjahitan
31
Tanjung Betik
32
Alur Linci
33
Keras
34
Ketangkuhan
35
Bulu Ara
36
Lae Bangun
37
Pangkalan Sulampi
38
Suro Baru
39
Lae Pinang
40
Singkohor
41
Mukti Harapan
42
Lae Sipola
43
Muara Baru
44
Butar
45
Lapahan Buaya Total
K-3
912
Desa calon area survei :
Terpilih : 7 Desa
1
Rantau Gedang
1
Rantau Gedang
48
2
Teluk Rumbia
2
Tugan
48
3
Kayu Menang
3
Serasah
48
4
Tugan
4
Lae Riman
48
5
Cibubukan
5
Ladang Bisik
48
6
Tanjung Mas
6
Silakar Udang
48
7
Serasah
7
Kayu Menang
48
8
Ujung Limus
9
Silatong
10
Lae Riman
11
Bulu Sema
12
Mukti Jaya
13
Ladang Bisik
14
Mukti Lincir
15
Lentong
16
Silakar Udang Total
336
Jumlah Total Desa (4 Klaster)
2400
2.2
Penentuan Jumlah Desa Area Survei Kabupaten Aceh Singkil mempunyai anggaran Studi EHRA relatif terbatas dengan wilayah
yang luas dan memiliki jumlah desa yang banyak, maka pengambilan seluruh desa sebagai area survei menjadi tidak mungkin. Maka Kabupaten Aceh Singkil menggunakan metoda “Proporsionate Startified Random Sampling” artinya populasi tidak homogen dan cluster berbeda, sehingga sample diambil berdasarkan persentase untuk setiap cluster. Pokja Sanitasi dan Tim EHRA mengambil kebijakan dengan mengambil porsi dari jumlah desa pada setiap cluster sebagai area survei (mengambil desa yang memiliki kepadatan penduduk lebih dari 25 jiwa per Ha), sehingga didapatkan jumlah desa sebanyak 50 desa area survei (Tabel 2.2).
2.3
Penentuan Jumlah/Besar Responden
Jumlah responden per desa diambil 48 rumah tangga yang tersebar secara proporsional di 50 desa terpilih sehingga total jumlah responden adalah 48 x 50 = 2400 responden. Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sample minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut :
Di mana:
n adalah jumlah sample
N adalah jumlah populasi
d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sample yang dapat ditolerir 5% (d=0,05) dengan asumsi tingkat kepercayaan 95% (karena menggunakan α=0,05), sehingga diperoleh nilai Z=1,96 dan dibulatkan menjadi Z=2
2.4
Penentuan Desa/Gampong Dan Resonden Di Lokasi Survei
Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah rumah tangga yang menjadi responden. Karena itu, data responden per desa dikumpulkan sebelum memilih
responden. Jumlah responden per desa adalah 48 (empat puluh delapan). Untuk menentukan responden terpilih, silahkan ikuti panduan berikut : 1. Urutkan responden per desa 2. Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total rumah tangga total dan jumlah yang akan diambil
Jumlah total rumah tangga desa : X
Jumlah rumah tangga yang akan diambil : Y
Maka angka interval (AI) = jumlah total rumah tangga desa / jumlah rumah tangga yang diambil
AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z
3. Untuk menentukan rumah tangga pertama, kocoklah/ambillah secara acak angka antara 1 – Z (angka acak). Sebagai contoh, angka acak (R#1) yang diperoleh adalah 3 4. Untuk memilih rumah tangga berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.
Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling) bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sample. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sebagai berikut : a. Pergi ke rumah tangga terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung b. Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sample minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5 c. Ambil/kocok angka secara acak antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh di bawah misal angka mulai 2 d. Menentukan rumah tangga selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.
BAB lll HASIL STUDI EHRA
Pelaksanaan studi EHRA dilakukan dalam rangka untuk mengidentifikasi kondisi eksisting sarana sanitasi yang ada ditingkat masyarakat serta perilaku masyarakat terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator penentuan tingkat resiko kesehatan masyarakat didasarkan pada pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah domestik, drainase lingkungan sekitar rumah dan banjir, pengelolaan air minum rumah tangga, perilaku higiene, kejadian penyakit diare dan Indeks Risiko Sanitasi (IRS). 3.1
Informasi Responden Berdasarkan hasil analisis umur responden maka didapatkan responden yang berumur < 20
tahun sebanyak 59 orang (2.5%), umur 21 - 25 tahun sebanyak 249 orang (10.4%), umur 26 – 30 tahun sebanyak 520 orang (21.7%), umur 31 - 35 tahun sebanyak 462 orang (19.3%), umur 36 40 tahun sebanyak 383 orang (16.0%), umur 41 - 45 tahun sebanyak 252 orang (10.5%) dan umur > 45 tahun sebanyak 474 (19.8%) (Tabel 3.1). Rumah yang ditempati oleh responden berstatus milik sendiri berjumlah 1.993 responden (83%), rumah dinas berjumlah 50 responden (2.1%), berbagi dengan keluarga lain berjumlah 24 responden (1.0%), kontrak berjumlah 40 responden (1.7%), sewa berjumlah 78 responden (3.3%), milik orang tua berjumlah 202 responden (8.4%), dan lainnya berjumlah 13 responden (0.5%) (Tabel 3.1). Dari 2.400 responden yang dilakukan wawancara, sebanyak 637 responden (26.5%) yang tidak mengenyam bangku sekolah formal, SD sebanyak 969 responden (40.4%), SMP sebanyak 399 responden (16.6%), SMA sebanyak 271 responden (11.3%), SMK sebanyak 21 responden (0.9%), dan perguruan tinggi/universitas sebanyak 103 responden (4.3%) (Tabel 3.1). Dari 2,400 responden yang dilakukan wawancara sebanyak 533 responden (22.2%) yang memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan dan 1.597 responden (66.5%) yang memiliki Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN) (Tabel 3.1).
Tabel 3.1: Informasi Responden Kluster Desa/Kelurahan Kategori
Variabel
0 n
Status dari rumah yang ditempati
%
n
%
n
%
n
%
7
2.9
19
2.1
19
2.1
14
4.2
59
2.5
21 - 25 tahun
25
10.5
79
8.7
103
42
12.5
249
10.4
26 - 30 tahun
43
18.0
200
21.9
195
82
24.4
520
21.7
31 - 35 tahun
37
15.5
198
21.7
161
66
19.6
462
19.3
36 - 40 tahun
42
17.6
150
16.4
150
41
12.2
383
16.0
41 - 45 tahun
34
14.2
98
10.7
86
11. 3 21. 4 17. 7 16. 4 9.4
34
10.1
252
10.5
> 45 tahun
51
21.3
169
18.5
198
Milik sendiri
201
84.1
714
78.2
780
Rumah dinas
1
.4
35
3.8
Berbagi dg keluarga lain Sewa
0
.0
9
7
2.9
Kontrak
6
2.5
24
10.0
0
57
17.0
475
19.8
298
88.7
7
2.1
199 3 50
83.0
7
21. 7 85. 5 .8
1.0
9
1.0
6
1.8
24
1.0
39
4.3
32
3.5
0
.0
78
3.3
26
2.8
7
.8
1
.3
40
1.7
83
9.1
71
7.8
24
7.1
202
8.4
.0
7
.8
6
.7
0
.0
13
.5
30
12.6
206
22.6
287
114
33.9
637
26.5
105
43.9
368
40.3
344
152
45.2
969
40.4
SMP
52
21.8
159
17.4
144
44
13.1
399
16.6
SMA
35
14.6
118
12.9
100
18
5.4
271
11.3
SMK
3
1.3
9
1.0
7
31. 5 37. 7 15. 8 11. 0 .8
2
.6
21
.9
Univ/Akademi
14
5.9
53
5.8
30
3.3
6
1.8
103
4.3
Ya
47
19.7
226
24.8
191
69
20.5
533
22.2
Tidak
192
80.3
687
75.2
721
20. 9 79. 1
267
79.5
186 7
77.8
Ya
148
61.9
635
69.6
607
207
61.6
66.5
91
38.1
278
30.4
305
129
38.4
159 7 803
215
90.0
849
93.0
852
319
94.9
24
10.0
64
7.0
60
17
5.1
Lainnya Tidak sekolah formal SD
Kepemilikan SKTM dari desa/kel
Kepemilikan ASKESKIN
Tidak Ya
Memiliki anak
3
n
Milik orang tua
Pendidikan terakhir
Total
2
%
< 20 tahun
Kelompok umur responden
1
Tidak
66. 6 33. 4 93. 4 6.6
223 5 165
2.1
33.5 93.1 6.9
3.2
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pengelolaan sampah merupakan masalah yang sangat memprihatinkan terutama sampah yang
dihasilkan rumah tangga yang semakin hari semakin komplek permasalahannya dan tidak bisa ditangani dengan sistem persampahan yang ada. Maka untuk menangani limbah sampah rumah tangga terutama skala kabupaten perlu adanya peran serta masyarakat. Pengelolaan sampah sangat penting dilakukan dimulai pada tingkat rumah tangga dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sampah dijadikan bahan baku kerajinan atau dijadikan kompos. Faktor resiko yang dilihat pada survei ini yang berhubungan dengan pengelolaan sampah adalah : 1. Cara pengelolaan sampah rumah tangga, 2. Frekuensi pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah, 3. Ketepatan waktu pengangkutan sampah, dan 4. Pengolahan sampah setempat Berdasarkan hasil analisis studi EHRA didapatkan bahwa dari 2.400 responden, 2.373 responden (98.9%) yang pengelolaan sampahnya tidak memadai, frekuensi pengangkutan sampah, dan ketepatan waktu pengangkutan sampah. Bahkan dalam pengolahan sampah, hanya 254 (10.6%) responden yang melakukan pengolahan sampah rumah tangganya (Tabel 3.2).
Tabel 3.2: Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA Klaster Desa/Kelurahan Variabel
Pengelolaan sampah Frekuensi pengangkutan sampah Ketepatan waktu pengangkutan sampah Pengolahan sampah setempat
Kategori
0
1
2
Total
3
N
%
n
%
n
%
N
%
238
99.6
906
99.3
893
97.9
336
100.0
2373
98.9
1
.4
6
.7
19
2.1
0
.0
26
1.1
Tidak memadai
0
.0
0
.0
1
100.0
0
.0
1
100.0
Tidak tepat waktu
0
.0
0
.0
1
100.0
0
.0
1
100.0
Tidak diolah
214
89.5
833
91.2
773
84.8
326
97.0
2146
89.4
Ya, diolah
25
10.5
80
8.8
139
15.2
10
3.0
254
10.6
Tidak memadai Ya, memadai
n
%
Gambar 3.1: Grafik Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah Berdasarkan Klaster di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013
100 90
87.9
Dikumpulkan dan dibuang ke TPS
87.2
Dibakar 77
76.8
80
70.6
70
Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah
60 50
Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah
40 30
Dibuang ke sungai/kali/laut/danau
20 7.9
10 0
0.4
2.5 0 1.3 0
Kluster 0
9.8 3.2 2.64.9 0.7 0.7
Kluster 1
2
11.2 6.45.2 1.62.6
3.35.1 2.7 1.2 0
0
Kluster 2
Kluster 3
1
8.8 3.4 5 2.9 1
Dibiarkan saja sampai membusuk
Total
Pada grafik pengolahan sampah di atas dapat dilihat bahwa dari 2.400 responden, lebih dari 50% responden di 50 desa mengelola sampah rumah tangganya dengan cara dibakar (77.0%).
Gambar 3.2: Grafik Perilaku Praktek Pemilahan Sampah oleh rumah Tangga Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Berdasarkan Kluster Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 100% 95%
8.4
80%
Dipilah/dipisahkan
14.7
90% 85%
3
8.3
Tidak dipilah/dipisahkan 91.6
97
91.7 85.3
75% Kluster 0 Kluster 1
Kluster 2
Kluster 3
Dari grafik di atas, terlihat bahwa dari 2.400 responden, masih terdapat 2.160 responden (90%) yang tidak melakukan pemilahan sampah yang tersebar di 50 desa.
3.3
Pembuangan Air Kotor atau Limbah Domestik Permasalahan yang timbul dalam perilaku mengelola limbah domestik menjadi salah satu
faktor resiko timbulnya masalah kesehatan. Pada bahasan ini kuesioner diarahkan untuk menjawab faktor resiko yang ditimbulkan akibat perilaku yang tidak benar seperti tangki septik suspek aman, pencemaran karena pembuangan isi tangki septik dan pencemaran karena SPAL (Tabel 3.3). Tabel 3.3: Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kluster Desa/Kelurahan Variabel
Tangki septik suspek aman Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik Pencemaran karena SPAL
0
Kategori Tidak aman Suspek aman Tidak, aman Ya, aman Tidak aman Ya, aman
1
2
Total
3
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
58
24.3
107
11.7
s
20.7
6
1.8
360
15.0
181
75.7
806
88.3
723
79.3
330
98.2
2040
85.0
5
100.0
31
96.9
17
94.4
3
100.0
56
96.6
0
.0
1
3.1
1
5.6
0
.0
2
3.4
99
41.4
436
47.8
538
59.0
180
53.6
1253
52.2
140
58.6
477
52.2
374
41.0
156
46.4
1147
47.8
Gambar 3.3: Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar Persentase Tempat Buang Air Besar Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 1.0 15.5 6.0
.3 4.3
8.3
27.0 5.2
MCK/WC Umum Ke WC helikopter Ke sungai/pantai/laut Ke kebun/pekarangan Ke selokan/parit/got Ke lubang galian Lainnya, Tidak tahu
Dari grafik di atas, terlihat bahwa masih banyak responden yang buang air besar sembarangan seperti ke sungai/pantai/laut (27.0%), ke kebun/pekarangan (5.2%), ke selokan/ parit/got (6.0%), ke lubang galian (15.5%) dan lainnya (1.0%).
Gambar 3.4: Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja
Tempat Penyaluran Akhir Tinja Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013
29.7
41.5
22.4 .2
2.5
Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Kolam/sawah Kebun/tanah lapang Tidak tahu
.3 2.3 1.1
Dari grafik di atas, terlihat bahwa dari 2.400 responden, hanya 712 responden (29.7%) yang tempat penyaluran akhir tinja ke tanki septik.
Gambar 3.5: Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik
Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik Berdasarkan Kluster di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 Tidak tahu
120 100
2.9
5.3
8.8
5.9
6.3
Lebih dari 10 tahun
80 60
Tidak pernah Lebih dari 5-10 tahun yang lalu
95.1
88.2
93.7
94.1
91.8
40
1-5 tahun yang lalu 0-12 bulan yang lalu
20 0
1.9
1.8
0
0
Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3
1
Total
Dari grafik di atas, terlihat bahwa dari 712 responden yang tempat penyaluran akhir tinjanya ke tangki septik, hanya sebagian kecil responden yang pernah melakukan pengurasan pada tangki septiknya yaitu lebih dari 10 tahun sebanyak 2 responden (0.3%), 5 – 10 tahun sebanyak 3 responden (0.4%), 1 – 5 tahun sebanyak 7 responden (1.0%) dan 0 -12 bulan sebanyak 1 responden (0.1%).
Gambar 3.6: Grafik Praktek Pengurasan Tangki Septik Praktik Pengurasan Tanki Septik Berdasarkan Kluster di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 100%
50%
100
84.4
0%
0
9.4
88.9
0
100
87.9
0
5.2
Tidak tahu Bersih karena banjir Dikosongkan sendiri Membayar tukang Layanan sedot tinja
Kluster Kluster Kluster Kluster 0 Total 1 2 3
Dari grafik di atas, terlihat bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui siapa yang mengosongkan tangki septik miliknya.
Gambar 3.7: Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman Berdasarkan Kluster di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 100% 90%
11.7 24.3
1.8 20.7
80% 70%
Suspek tidak aman
60% 50% 40%
88.3 75.7
98.2
Suspek aman
79.3
30% 20% 10% 0% Kluster 0
Kluster 1
Kluster 2
Kluster 3
Dari grafik di atas, terlihat bahwa sebagian besar responden di masing-masing klaster desa memiliki persentase tangki septik suspek aman yaitu pada klaster 0 berjumlah 75.7%, klaster 1 berjumlah 88.3%, klaster 2 berjumlah 79.3% dan klaster 3 berjumlah 98.2%.
3.4
Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir Kondisi drainase lingkungan yang baik dapat mencegah terjadinya genangan di sekitar dan
banjir. Pada survei ini dikumpulkan data yang berhubungan dengan faktor resiko yang berasal dari kondisi drainase lingkungan yaitu ada tidaknya genangan air di halaman rumah (Tabel 3.4). Tabel 3.4 : Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Variabel
Kluster Desa/Kelurahan 0 1 2 N % N % n %
Kategori Ada genangan air (banjir)
Adanya genangan air
Tidak ada genangan air
Total
3 n
%
n
%
56
23.4
328
35.9
318
34.9
138
41.1
840
35.0
183
76.6
585
64.1
594
65.1
198
58.9
156 0
65.0
Gambar 3.8: Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banji Berdasarkan Kluster di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 100% 90%
2.1 7.1 3.3
1.3
3
0
1.8
22.9
23.5
28
22.3
4.4
0.9
1.5
80% 70%
2.5
Sekali atau beberapa dalam sebulan
60% 50% 40%
87.4 70.3
71.8
69.6
Tidak tahu
72.5
30%
Beberapa kali dalam
20%
Sekali dalam setahun
10%
Tidak pernah
0% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3
Total
Dari grafik di atas, terlihat bahwa 1.740 responden (72.5%) yang rumahnya tidak pernah terkena banjir/bebas banjir.
Gambar 3.9: Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin
Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin Berdasarkan Kluster di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 400
400 350 300
260
250
Ya
200
Tidak
150 76.7
100 50
23.3
81.4
44 56
44.6 55.4
18.6
0 Kluster 0
Kluster 1
Kluster 2
Kluster 3
Total
Dari grafik di atas, terlihat bahwa hanya 260 responden (39.4%) yang rumahnya mengalami banjir rutin. Gambar 3.10: Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir Bersarkan Kluster Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
0
6
2.5
3.8
3.9
Tidak tahu
84.2
68.1
Lebih dari 1 hari
61.5 74.7
82.5
Satu hari Setengah hari Antara 1 - 3 jam
7.7 7.8 0 5.3
3.9
0 7.8
2.5
3.8
Kurang dari 1 jam
5
Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Total
Dari grafik di atas, terlihat bahwa lama air tergenang pada saat banjir di masing-masing klaster desa kebanyakan lebih dari satu hari yaitu pada klaster 0 sebesar 84.2%, klaster 1 sebesar 68.1%, klaster 2 sebesar 82.5% dan klaster 3 sebesar 61.5%.
Gambar 3.11: Grafik Persentase Kepemilikan SPAL
Persentase Kepemilikan SPAL Berdasarkan Kluster di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 86
90
76.5
80 70 60
50.5 49.5
50
Ya, Ada Tidak Ada
51.7
48.3
40 23.5
30
14
20 10 0 Kluster 0
Kluster 1
Kluster 2
Kluster 3
Dari grafik di atas, terlihat bahwa pada desa klaster 3 masih banyak rumah tangga yang belum memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL) yaitu sebesar 86%.
Gambar 3.12: Grafik Lokasi Genangan di Sekitar Rumah
Lokasi Genangan di Sekitar Rumah Lainnya
32
Di Dekat Bak Penampungan
32.5
Persentase Di Dekat Kamar Mandi
44
Di Dekat Dapur
52.1
Di Halaman Rumah
74.8
0
20
40
60
80
Dari grafik di atas, terlihat bahwa lokasi genangan air di sekitar rumah paling banyak di halaman rumah (74.8%). Gambar 3.13: Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga Berdasarkan Kluster di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 100%
23.4
34.9
35.9
80%
41.1
Ada genangan
60% 40%
Tidak ada genangan 76.6
65.1
64.1
58.9
20% 0% Kluster 0
Kluster 1
Kluster 2
Kluster 3
Dari grafik di atas, terlihat bahwa akibat tidak memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL) rumah tangga, pada klaster 0 mengalami genangan sebanyak 23.4 % responden, pada klaster 1 sebanyak 35.9% responden, pada klaster 2 sebanyak 34.9% responden dan pada klaster 3 sebanyak 41.1% responden. Sedangkan yang tidak ada genangan sebanyak 76.6% responden pada klaster 0, sebanyak 64.1% responden pada klaster 1, sebanyak 65.1% responden pada klaster 2 dan sebanyak 58.9% responden pada klaster 3.
Gambar 3.14: Gambar Persentase SPAL yang Berfungsi
Persentase SPAL yang Berfungsi Berdasarkan Kluster di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 100%
9.6 2.1
80%
21.1 4.9
25
25.1 47.3
13.3
9.6
60% 40% 20%
Tidak ada saluran Tidak dapat dipakai, saluran kering Tidak
87.4 68
17.9 62.1
60.3 33
0% Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3
Total
Ya
Dari grafik di atas, terlihat bahwa hanya 1.491 rumah tangga (62.1%) yang memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang berfungsi. Gambar 3.15: Grafik Pencemaran SPAL
Pencemaran SPAL Berdasarkan Kluster di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
58.6
52.2
41
46.4
Ada pencemran SPAL Tidak ada pencemaran SPAL
41.4
Kluster 0
47.8
Kluster 1
59
Kluster 2
53.6
Kluster 3
Dari grafik di atas, terlihat bahwa masih ada pencemaran karena saluran pembuangan air limbah (SPAL) di masing-masing klaster desa yaitu sebanyak 58.6% pada klaster 0, sebanyak 52.2% pada klaster 1, sebanyak 41% pada klaster 2 dan sebanyak 46.4% pada klaster 3. 3.5
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga Menurut pakar higinitas bahwa suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang
mengurangi resiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare. Dari sejumlah studi yang telah dilakukan oleh beberapa pakar menginformasikan bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki resiko terkena diare yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas secara lebih teratur. Sebaliknya kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko tidak langsung bagi terjadinya kesakitan-kesakitan seperti gejala diare atau kesakitan yang disebabkan oleh air lainnya (Tabel 3.5). Sumber-sumber air minum yang dianggap memiliki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi pathogen ke dalam tubuh manusia yaitu sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi.
Tabel 3.5: Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kluster Desa/Kelurahan Variabel
Kategori
0
Tidak, sumber air berisiko tercemar Ya, sumber air terlindungi Tidak Aman
Sumber air terlindungi Penggunaan sumber air tidak terlindungi.
Ya, Aman
Kelangkaan air
Mengalami kelangkaan air Tidak pernah mengalami
1
Total
2
3
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
169
70.7
414
45.3
292
32.0
209
62.2
1084
45.2
70
29.3
499
54.7
620
68.0
127
37.8
1316
54.8
46
19.2
501
54.9
589
64.6
165
49.1
1301
54.2
193
80.8
412
45.1
323
35.4
171
50.9
1099
45.8
32
13.4
187
20.5
257
28.2
54
16.1
530
22.1
207
86.6
726
79.5
655
71.8
282
83.9
1870
77.9
Gambar 3.16: Grafik Akses Terhadap Air Bersih
Penggunaan Sumber Air di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 100% 0.6
90% 80%
0.1 0.1
1.5 1.5 7.5
2.6
0.7 2.7
43
17.4
2.7 10
7.8
60%
43.7 18
2.7 2.7
50% 3.3
26.8
9.5
7
2.5
10
14.5 20.8 1.3
0.3
15.8
0.3
Cuci Pakaian
0.3
Cuci Piring dan Gelas
Gosok Gigi
8.6
1.5
16.9
42.5 14.7
3.7
7
37.6 14.3
8
1.3
Masak
21.6 1.3 0.4 14.5 0.9
1.5 2.8
0.6
15.7
18.2
4
7
10%
43.9
22.3 1.3
2.6
2.7 9.5
20%
7
7
2.9
30%
0%
9.5
6.8
70%
40%
2.6
16.3
13.8 0.7
0.3
Minum
Dari grafik di atas, terlihat bahwa mayoritas responden menggunakan akses air bersih yang bersumber dari air sumur gali terlindungi yaitu sebanyak 37.6% responden menggunakan untuk minum, 26.8% responden menggunakan untuk masak, 43.9% responden menggunakan untuk cucu piring dan gelas, 43.7% responden menggunakan untuk cuci pakaian dan 43% responden menggunakan untuk sikat gigi. Selain itu masih banyak juga responden yang menggunakan air sungai dan danau untuk keperluan gosok gigi, cuci pakaian, cuci piring dan gelas, bahkan untuk masak dan minum.
Gambar 3.17: Grafik Sumber Air Minum dan Masak
Sumber Air Minum dan Masak di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
0.7 2.9
4
9.5
42.5
14.7
8.6
1.5
16.9
14.5
0.9
0.4
7 26.8 3.3
Masak 2.8
3.7
7
37.6
14.3
8
1.3
16.3
13.8
0.7
0.3
Minum
1.5 0.6
Dari grafik di atas, terlihat sumber air minum dan masak yang banyak digunakan responden bersumber dari air sumur gali terlindungi, kemudian disusul air isi ulang, air sumur gali tidak terlindungi, air sungai, mata air terlindungi dan mata air tidak terlindungi, danau, air botol kemasan, air isi ulang, PDAM dan air hujan.
3.6
Perilaku Higiene Perilaku masyarakat yang higienis adalah faktor resiko yang mencegah terjadinya kejadian
penyakit pada masyarakat. Pada survei ini, dilakukan penilaian terhadap perilaku responden yang meliputi cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting, lantai dan dinding jamban bebas dari tinja, jamban bebas dari kecoa dan lalat, keberfungsian penggelontor, terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban, pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air, dan perilaku BABS. Kebiasaan tidak mencuci tangan pada waktu-waktu penting merupakan salah satu faktor penyebab masuknya penyakit ke dalam tubuh, misalnya diare. Bila kebiasaan mencuci tangan diterapkan pada waktu penting oleh masyarakat, khususnya yang memiliki anak Balita maka resiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare dapat berkurang. Setidaknya, masyarakat melakukan cuci tangan pada 5 waktu penting adalah 1) sesudah buang air besar, 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, 5) sebelum menyiapkan makanan (Tabel 3.6). Tabel 3.6: Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kluster Desa/Kelurahan Variabel
Kategori
0
1
Total
2
3
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
CTPS di lima waktu penting
Tidak
196
82.0
689
75.5
766
84.0
319
94.9
1970
82.1
Ya
43
18.0
224
24.5
146
16.0
17
5.1
430
17.9
Lantai dan dinding jamban bebas dari tinja Jamban bebas dari kecoa dan lalat
Tidak
89
37.2
430
47.1
416
45.6
210
62.5
1145
47.7
Ya
150
62.8
483
52.9
496
54.4
126
37.5
1255
52.3
Tidak Ya Tidak Ya, berfungsi Tidak
100 139 118
41.8 58.2 49.4
492 421 551
53.9 46.1 60.4
458 454 505
50.2 49.8 55.4
198 138 247
58.9 41.1 73.5
1248 1152 1421
52.0 48.0 59.2
121
50.6
362
39.6
407
44.6
89
26.5
979
40.8
149
62.3
569
62.3
438
48.0
229
68.2
1385
57.7
Ya
90
37.7
344
37.7
474
52.0
107
31.8
1015
42.3
43
18.0
193
21.1
176
19.3
82
24.4
494
20.6
196
82.0
720
78.9
736
80.7
254
75.6
1906
79.4
Ya, BABS
109
45.6
589
64.5
563
61.7
258
76.8
1519
63.3
Tidak
130
54.4
324
35.5
349
38.3
78
23.2
881
36.7
Keberfungsian penggelontor. Terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air Perilaku BABS
Ya, tercemar Tidak tercemar
Gambar 3.18: Grafik CTPS di Lima Waktu Penting
CTPS di Lima Waktu Penting Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 17.9 Tidak
82.1
Grafik
di atas
menunjukkan
Iya
bahwa dari 2.400 responden hanya
sejumlah
1 7 . 9 % responden melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting, sementara 82.1% responden lainnya tidak melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting. Hal ini menunjukkan masih kurangnya pola hidup sehat dan bersih (PHBS) pada masyarakat.
Gambar 3.19: Grafik Waktu Melakukan CTPS
Waktu Melakukan CTPS di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 80 60 40
64 40.3
20 0
4.3
64 45.8
57.5 32.1
33.5
44.5 4.4
Persentase
Grafik di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting yaitu setelah dari buang air besar dan sebelum makan sebanyak 64% responden.
Gambar 3.20: Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS
Persentase Praktik BABS Berdasarkan Kluster di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013 100% 23.2
90% 80% 70%
35.5
38.3
54.4
Tidak Ya, BABS
60% 50% 76.8
40% 30% 20%
64.5
61.7
45.6
10% 0% Kluster 0
Kluster 1
Kluster 2
Kluster 3
Grafik di atas menunjukkan dari 2.400 responden hanya sejumlah 8 8 1 r e s p o n d e n ( 3 6 . 7 % ) yang tidak melakukan buang air besar sembarangan (BABS), sedangkan 1.519 responden (63.3%) responden lainnya masih buang air besar sembarangan (BABS) tempat. 3.7
Kejadian Penyakit Diare Penyakit diare dapat menyerang siapa saja dalam anggota keluarga tanpa pandang bulu.
Mulai dari balita, anak-anak, anak remaja laki-laki, anak remaja perempuan, orang dewasa lakilaki, maupun orang dewasa perempuan. Balita merupakan usia yang cukup rawan untuk terserang penyakit diare. Besaran kejadian penyakit diare dapat diindikasikan kurang memenuhinya sarana sanitasi yang ada di masyarakat seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.7.
Tabel 3.7 : Kejadian Diare pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kluster Desa/Kelurahan 0 1 2 n % N % n %
n
%
n
%
Hari ini
6
2.5
25
2.7
34
3.7
5
1.5
70
2.9
Kemarin 1 minggu terakhir
1
.4
21
2.3
15
1.6
2
.6
39
1.6
9
3.8
60
6.6
48
5.3
15
4.5
132
5.5
1 bulan terakhir
12
5.0
51
5.6
105
11.5
28
8.3
196
8.2
3 bulan terakhir
17
7.1
56
6.1
71
7.8
13
3.9
157
6.5
6 bulan yang lalu
10
4.2
42
4.6
73
8.0
20
6.0
145
6.0
Lebih dari 6 bulan yang lalu
23
9.6
77
8.4
82
9.0
17
5.1
199
8.3
Tidak pernah
161
67.4
581
63.6
484
53.1
236
70.2
1462
60.9
196
59.0
276
64.5
66
66.0
583
62.2
Variabel
Waktu paling dekat anggota keluarga terkena diare
Kategori
Total
3
Anggota Keluarga yang Mengalami Diare A. Anak-anak balita B. Anak-anak non balita C. Anak remaja laki-laki D. Anak remaja perempuan E. Orang dewasa lakilaki F. Orang dewasa perempuan
3.8
Tidak
45
57.7
Ya
33
42.3
136
41.0
152
35.5
34
34.0
355
37.8
Tidak
70
89.7
281
84.6
354
82.7
76
76.0
781
83.3
Ya
8
10.3
51
15.4
74
17.3
24
24.0
157
16.7
Tidak
73
93.6
306
92.2
370
86.4
86
86.0
835
89.0
Ya
5
6.4
26
7.8
58
13.6
14
14.0
103
11.0
Tidak
72
92.3
305
91.9
369
86.2
86
86.0
832
88.7
Ya
6
7.7
27
8.1
59
13.8
14
14.0
106
11.3
Tidak
66
84.6
282
84.9
356
83.2
85
85.0
789
84.1
Ya
12
15.4
50
15.1
72
16.8
15
15.0
149
15.9
Tidak
55
70.5
264
79.5
305
71.3
89
89.0
713
76.0
Ya
23
29.5
68
20.5
123
28.7
11
11.0
225
24.0
Indek Resiko Sanitasi (IRS) Dari grafik di bawah menunjukkan kalkulasi indeks resiko sumber air pada klaster 0
berjumlah 29, pada klaster 1 berjumlah 35, pada klaster 2 berjumlah 38 dan pada klaster 3 berjumlah 36. Kalkulasi indeks resiko air limbah domestik pada klaster 0 berjumlah 55, pada klaster 1 berjumlah 52, pada klaster 2 berjumlah 58 dan pada klaster 3 berjumlah 52. Kalkulasi indeks resiko sumber persampahan pada klaster 0 berjumlah 47, pada klaster 1 berjumlah 48, pada klaster 2 berjumlah 96 dan pada klaster 3 berjumlah 49. Kalkulasi indeks resiko genangan air
pada klaster 0 berjumlah 23, pada klaster 1 berjumlah 36, pada klaster 2 berjumlah 35 dan pada klaster 3 berjumlah 41. Dan kalkulasi indeks resiko perilaku higiene dan sanitasi pada klaster 0 berjumlah 48, pada klaster 1 berjumlah 54, pada klaster 2 berjumlah 54 dan pada klaster 3 berjumlah 65. Kumulatif indeks resiko pada klaster 0 bernilai 203, angka ini menunjukkan bahwa desa klaster 0 kurang berisiko karena masih di batas bawah nilai resiko. Pada klaster 1 bernilai 225, angka ini menunjukkan bahwa desa klaster 1 beresiko sedang, hal ini dilihat karena batas nilai beresiko sedang antara 224 – 243. Begitu juga pada klaster 3 dengan nilai indeks resiko 243. Sedangkan pada klaster 2 bernilai 281, angka ini menunjukkan bahwa desa klaster 2 beresiko sangat tinggi hal ini dilihat karena batas nilai beresiko sangat tinggi 265 – 284.
Gambar 3.21: Grafik Indeks Resiko Sanitasi
BAB lV PENUTUP 4.1
Kesimpulan
Survei Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau Survei Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah sebuah survei yang digunakan dalam mengidentifikasi kondisi sanitasi yang ada di desa/kelurahan. Dengan diketahuinya kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat, akan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk promosi atau advokasi kesehatan lingkungan di kabupaten sampai ke desa di Kabupaten Aceh Singkil. Pelibatan kader kesehatan desa dan sanitarian Puskesmas sangat efektif dalam pencapaian sasaran berupa promosi dan advokasi dimaksud. Dokumen hasil survei EHRA akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Aceh Singkil. Perlunya pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana sanitasi di masyarakat serta pentingnya advokasi dan promosi kesehatan lingkungan kepada masyarakat diharapkan akan menjadi salah satu target perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Aceh Singkil. Kondisi eksisting sarana dan prasarana sanitasi serta perilaku masyarakat sesuai yang teridentifikasi di dalam dokumen hasil survei EHRA akan dijadikan sebagai dasar penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Aceh Singkil. Diketahuinya kondisi eksisting tersebut baik sarana dan prasarana serta perilaku masyarakat di desa akan menghasilkan tingkat area beresiko di tiap desa. Dengan adanya kondisi eksisting area beresiko tersebut diharapkan akan dapat mendukung penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Aceh Singkil.
4.2
Hambatan/kendala
Banjir yang melanda Kabupaten Aceh Singkil mulai 9 Mei – 16 Mei 2013 telah membuat beberapa program kabupaten tidak berjalan sempurna dan aktivitas perkantoran cenderung lumpuh. Salah satunya adalah program PPSP yang akan melaksanakan kegiatan studi EHRA, di mana rencana awal di mulai dengan pelatihan enumerator dan supervisor pada 8 Mei 2013 dengan melibatkan 100 enumerator, 11 supervisor, dan 11 koordinator kecamatan. Rencana pengambilan data 2.400 responden di mulai pada 13 Mei 2013 namun karena banjir yang merendam 7 kecamatan dari 11 kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Singkil, menyebabkan kegiatan ini tertunda dan terkendala akses transportasi.
4.3
Saran
Sinergi antar SKPD yang telah terbangun diharapkan dapat terjaga dan berkesinambungan demi untuk menghasilkan dokumen Laporan Studi EHRA yang lebih berkualitas Adanya dukungan teknis baik provinsi maupun dari pusat baik berupa capacity building bagi fasilitator maupun Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota Adanya koordinasi efektif dan kerja sama positif di antara Satker PPLP, Pokja Provinsi, Pokja Kabupaten/Kota dengan melibatkan semua tenaga ahli fasilitator guna membahas kendala yang muncul, kemajuan dari pelaksanaan kegiatan dan memberikan dukungan/bantuan.
FOTO DOKUMENTASI KEGIATAN STUDI EHRA 2013 KAB. ACEH SINGKIL Foto 1. Pelatihan enumerator untuk kegiatan studi EHRA oleh Dinas Kesehatan Kab. Aceh Singkil
Foto 2. Kegiatan studi EHRA saat enumerator melakukan interview dengan responden di Desa Kuta Simboling Kec. Singkil
Foto 3. Kegiatan studi EHRA saat enumerator melakukan interview dengan responden di Desa Ranto Gedang Kec. Singkil
Foto 4. Pelatihan operator entry data untuk kegiatan studi EHRA oleh Dinas Kesehatan Kab. Aceh Singkil
Foto 5. Pelatihan operator entry data untuk kegiatan studi EHRA oleh Dinas Kesehatan Kab. Aceh Singkil
Foto 6. Pengecekan ulang terhadap data responden berdasarkan kuesioner yang telah terkumpul di Dinas Kesehatan Kab. Aceh Singkil
Foto 7. Kegiatan Pokja Sanitasi dalam menyusun Laporan Studi EHRA
Foto 8. Kegiatan Pokja Sanitasi dalam menyusun Laporan Studi EHRA