Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2014
LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT)
REVISI
KOTA CIREBON PROPINSI JAWA BARAT
OLEH : POKJA SANITASI KOTA CIREBON
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan
bimbinganNya
kami
Environmental Health Risk Risiko
Kesehatan
dapat
menyelesaikan
Assessment
(EHRA)
Laporan atau
Hasil
studi
Studi
Penilaian
Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi
primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kota Cirebon untuk menyusun buku Pemetaan Kondisi Sanitasi (Buku Putih Sanitasi) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) berdasarkan pendekatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data ilmiah dan factual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kota Sub sektor sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah dan drainase lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Muatan pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan telah diarahkan sesuai dengan
lima
pilar
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat
(STBM)
yang
dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Laporan
hasil
Studi
EHRA
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
kemandirian Pokja PPSP Kota dengan sumber daya yang dimiliki. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikan laporan ini.
Cirebon,
Januari 2015
Ketua Pokja Sanitasi Kota Cirebon
Drs. ASEP DEDI, M.Si NIP. 196101051986031016
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 2 1.3 Ruang Lingkup ................................................................................ 2 1.4 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA..................................................... 3 BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA ...................................... 4 2.1 Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kota .......................... 5 2.2 Penentuan Strata Kelurahan ........................................................... 5 2.3 Penentuan Jumlah Kelurahan Target Area Studi............................. 6 2.4 Penentuan RT dan responden di lokasi di Area Studi...................... 7 2.5 Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya 12 BAB III HASIL STUDI EHRA............................................................................ 15 3.1 Informasi Responden .................................................................... 15 3.2 Pengelolaan sampah rumah tangga .............................................. 18 3.3 Pembuangan air kotor/limbah tinja manusia dan lumpur tinja ........ 25 3.4 Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir .................. 33 3.5 Pengelolaan air minum rumah tangga ........................................... 40 3.6 Perilaku higiene dan sanitasi ......................................................... 46 3.7 Kejadian penyakit diare ................................................................. 50 3.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS) .......................................................... 51 BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 55 4.1 Kesimpulan ................................................................................... 55 4.2 Hambatan/Kendala........................................................................ 57 4.3 Saran ............................................................................................ 57 DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. 58 DAFTAR TABEL ............................................................................................... 59 DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... 60 FOTO-FOTO HASIL KEGIATAN STUDI EHRA ................................................ 62
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Envinronmental Health Risk
Assessment=EHRA)
adalah
sebuah
survey
partisipatif
di
tingkat
Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Dalam pelaksanaan studi EHRA menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator
yang
merupakan
petugas
sanitasi
(sanitarian)
Puskesmas.
Sementara Sanitarian dari Dinas Kesehatan bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Kota Cirebon menetapkan seluruh kelurahan sebagai area studi. Dengan unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Jumlah sampel RT per Kelurahan sebanyak 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per kelurahan adalah 40 responden.
Sehingga total respoden sebanyak 880 responden dari 22
kelurahan. Di Kota Cirebon responden yang status di dalam rumah tangga sebagai istri sejumlah 793 (90,1%) dan status sebagai anak perempuan yang sudah menikah sejumlah 87 (9,9% ). Kondisi sampah di Kota Cirebon 23,3% banyak tikus berkeliaran ditumpukan sampah dan banyak nyamuk sebanyak 24,5%. Sebanyak 76,8% pengelolan sampah rumah tangga dilakukan oleh responden adalah dikumpulkan dan dibuang ke TPS. Frekuensi pengangkutan sampah dilakukan dalam beberapa kali dalam seminggu sebanyak 37%. Upaya pemilahan sampah dilakukan oleh 3,5% responden. Sarana kepemilikan jamban pribadi
sebesar
95,2%, terdapat 74%
responden yang memiliki saluran akhir pembuangan akhir tinja berupa tangki septic dan 48,4% responden yang memiliki tangki septic tidak pernah mengosongkan tangki septik. Persentase rumah tangga yang memiliki saluran pengelolaan air limbah adalah sebesar 92,5%,
dan dari hasil pengamatan survey EHRA sebanyak
96,8% tidak ada genangan air di sekitar rumahnya.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
iv
Sumber air bersih rumah tangga menunjukkan bahwa persentase tertinggi responden menggunakan air ledeng PDAM adalah sebesar 78% untuk keperluan masak dan 68,4% untuk minum. Sebanyak 95,1% rumah tangga mengolah air minum dengan cara direbus. Dan sebanyak 89,9% merasa puas dengan kualitas air yang digunakan. Praktik cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagian besar tidak dilakukan oleh responden yaitu sebanyak 82,4%. Sedangkan ketersediaan sarana CTPS di kamar mandi sebesar 64,2%. Perilaku praktik buang air besar sembarangan masih dilakukan oleh 43,4% responden. Sedangkan kejadian diare pada respoden dan anggota keluarga sebanyak 77% tidak pernah diare, 23% pernah menderita diare dan sebanyak 5,2% diantaranya pernah menderita diare lebih dari 6 bulan yang lalu. Hasil analisa indeks risiko sanitasi adalah sebagai berikut: 1. Kelurahan dengan risiko sangat tinggi adalah kelurahan Kesepuhan dengan nilai IRS 272. 2. Kelurahan dengan risiko tinggi adalah kelurahan Jagasatru, Lemahwungkuk, Pulasaren, dan Pekalipan dengan nilai IRS berturut-turut yaitu 235, 210, 205, dan 202. 3. Kelurahan dengan risiko sedang adalah Kelurahan Kejaksan, Harjamukti, Kebonbaru, Argasunya, Kalijaga, dan Pegambiran dengan nilai IRS berturutturut 193, 181, 168, 166, 157, dan 156. 4. Kelurahan yang kurang berisiko yaitu Kelurahan Kesenden (IRS 146), Pekalangan (IRS 139), Kesambi (IRS 130), Karyamulya (IRS125), Sunyaragi (IRS 123), Sukapura (IRS 120), Kecapi (IRS 119), Drajat (IRS 119), Larangan (IRS 115), Pekiringan (IRS 114), dan Panjunan (IRS 113).
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Envinronmental Health Risk Assessment=EHRA) adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota untuk mengetahui situasi dan kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat Kabupaten/kota sampai dengan tingkat desa/kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten/Kota sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Oleh karena itu studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kota Cirebon karena: a.
Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat
b.
Data terkait dengan sanitasi dan higienitas terbatas dimana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda.
c.
Isu
sanitasi
dan
higienitas
masih
dipandang
kurang
penting
sebagaimna terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang. d.
Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan
e.
EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholder dan masyarakat di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegaitan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholder desa/kelurahan.
f.
Dengan kedalaman area studi adalah kelurahan, maka EHRA merupakan studi yang menghasilkan data representative sampai tingkat kelurahan sehingga dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
1
1.2 Tujuan dan Manfaat Studi EHRA bertujuan untuk mengumpulkan data primer, untuk mengetahui : a.
Kondisi fasilitas sanitasi
b.
Perilaku higiene dan sanitasi
c.
Kejadian diare
d.
Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Adapun manfaat dari hasil studi EHRA meliputi :
a. Sebagai informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan. b. Memberikan advokasi kepada masyarakat, pemerintah dan semua pihak akan pentingnya layanan sanitasi. c. Sebagai bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) 1.3 Ruang Lingkup Lingkup Kegiatan Studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yaitu : a. Fasilitas sanitasi yang diteliti : 1) Sumber air minum 2) Pembuangan sampah 3) Jamban 4) Saluran pembuangan air limbah b. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higienitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM: 1) Buang air besar 2) Cuci tangan pakai sabun 3) Pengelolaan air minum rumah tangga 4) Pengelolaan sampah dengan 3 R 5) Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan)
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
2
1.4 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA Survey dilaksanakan pada pada Bulan Nopember 2014. Lokasi Survey adalah seluruh kelurahan se Kota Cirebon (22 kelurahan). Entry data hasil studi EHRA dan analisis dilakukan pada bulan Desember 2014.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
3
BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang merupakan petugas sanitasi Puskesmas (Sanitarian Puskesmas). Sementara Sanitarian Dinas Kesehatan bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator terlebih dahulu. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara random di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan
yang
menjadi
area
survey.
Jumlah
sampel
RT
per
Desa/Kelurahan sebanyak 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per kelurahan adalah sebanyak 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh enumerator sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh BAPPEDA Kota Cirebon selaku koordinator Pokja Sanitasi. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
4
lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan
dan
wawancara
dengan standar yang ditentukan. Quality
benar-benar
terjadi
control juga dilakukan di tahap data entri.
kemudian
menyimpulkan
apakah
Hasil entri dire- check kembali oleh
tim Pokja AMPL. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kota mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut: 1. Penanggungjawab
:
Kepala
Bidang
Pengendalian
Masalah
Kesehatan 2. Koordinator Survey
:
Kepala
Seksi
Wabah,
Bencana
dan
Kesehatan Linkungan 3 Supervisor
:
Sanitarian Dinas Kesehatan
4. Tim Entry dan Analisa Data :
Pokja Sanitasi Kota Cirebon
5 Enumerator
Sanitarian Puskesmas
:
2.1 Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kota Pokja Sanitasi Kota Cirebon mengambil kebijakan seluruh kelurahan dijadikan sebagai area study. Dengan merujuk pada Pedoman Praktis Pelaksanaan Studi EHRA Tahun 2014, ditetapkan jumlah sampel per kelurahan adalah 40 sampel. Dengan jumlah RT target studi adalah 8 RT, dan tiap RT target studi sebanyak 5 sampel. 2.2 Penentuan Strata Kelurahan Kota Cirebon menetapkan seluruh kelurahan sebagai area study, sehingga tidak melakukan clustering (stratifikasi) area study.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
5
2.3 Penentuan Jumlah Kelurahan Target Area Studi Kota Cirebon menetapkan seluruh kelurahan sebagai area study, yaitu sebanyak 22 kelurahan dari 5 kecamatan. Adapun nama-nama kelurahan tersebut beserta kode kelurahannya adalah sebagai berikut :
Tabel 1 : Nama dan Kode Kelurahan Target Area Studi No
Kecamatan
Kode Kecamatan
Kelurahan
Kode Kelurahan
1
Argasunya
001
2
Kalijaga
002
Harjamukti
003
4
Kecapi
004
5
Larangan
005
6
Pegambiran
006
Kesepuhan
007
8
Lemahwungkuk
008
9
Panjunan
009
10
Jagasatru
010
Pulasaren
011
12
Pekalipan
012
13
Pekalangan
013
14
Karyamulya
014
15
Sunyaragi
015
Drajat
016
17
Kesambi
017
18
Pekiringan
018
19
Kejaksan
019
Kebonbaru
020
21
Sukapura
021
22
Kesenden
022
3
7
11
16
20
Harjamukti
Lemahwungkuk
Pekalipan
Kesambi
Kejaksan
01
02
03
04
05
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
6
2.4 Penentuan RT dan responden di lokasi di Area Studi Penentuan RW/RT dilakukan oleh supervisor dari Dinas Kesehatan. Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT
per RW
per kelurahan dikumpulkan terlebih
dahulu dari Puskesmas sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : a. Mengurutkan RT per RW per kelurahan. b. Menentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil. 1) Jumlah total RT kelurahan : X. 2) Jumlah RT yang akan diambil : Y 3) Maka angka interval (AI) =
jumlah total RT kelurahan / jumlah RT
yang diambil. c. Membuat kertas kocokan dan memberi nomor urut sejumlah angka interval yang diperoleh. Dan dimasukkan kedalam gelas. d. Menentukan RT pertama dengan cara mengambil secara acak kertas kocokan yang berisi nomor urut RT berdasar interval. e. Menentukan RT selanjutnya
dengan cara angka pertama ditambah
angka interval. f.
Mencatat RT target studi hasil penentuan dengan cara random ini ke tabel. Sedangkan penentuan responden dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut : a. Mengurutkan nomor rumah/KK pada RT terpilih. b. Menentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total rumah dan jumlah responden yang akan diambil yaitu 5. 1) Jumlah total rumah RT terpilih: X. 2) Jumlah responden yang akan diambil : 5 3) Maka angka interval (AI) = jumlah total rumah RT terpilih dibagi 5. c. Membuat kertas kocokan dan memberi nomor urut sejumlah angka interval yang diperoleh. Dan dimasukkan kedalam gelas.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
7
d. Menentukan responden pertama dengan cara mengambil secara acak kertas kocokan yang berisi nomor urut responden berdasar interval. e. Menentukan responden selanjutnya dengan cara angka pertama ditambah angka interval. f.
Mencatat responden hasil penentuan dengan cara random ini ke tabel.
Tabel 2 : Daftar RT Terpilih Hasil Random NO
KELURAHAN
KODE KELURAHAN
1
ARGASUNYA
001
2
KALIJAGA
002
3
HARJAMUKTI
003
4
KECAPI
004
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
RT TARGET AREA STUDI 1. 02/01 2. 05/02 3. 04/03 4. 08/04 5. 03/06 6. 04/07 7. 01/09 8. 02/10 1. 06/01 2. 03/03 3. 01/06 4. 04/08 5.06/10 6. 05/12 7. 13/13 8. 02/15 1. RT 06 RW 01 2. RT 01 RW 03 3. RT 03 RW 04 4. RT 03 RW 06 5. RT 05 RW 07 6. RT 02 RW 09 7. 05/10 8. 02/12 1. 03/02 2. 02/04 3. 06/05 4. 04/08 5. 02/11 6. 01/14 7. 01/16 8. 04/17
8
NO
KELURAHAN
KODE KELURAHAN
5
LARANGAN
005
6
PEGAMBIRAN
006
7
KESEPUHAN
007
8
9
LEMAHWUNGKUK
PANJUNAN
008
009
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
RT TARGET AREA STUDI 1. 01/03 2. 02/05 3. RT 03/07 4. RT 03/09 5. RT 02/12 6. 02/15 7. 1/17 8. 4/19 1. 03/01 2. 05/02 3. RT 1 RW 4 KARANGDAWA T 4. RT 5 RW 5 KEJAWANAN 5. 04/08 6. 05/10 7. 01/13 8. 02/15 GAMBIR BARU 1. KESEPUHAN.02/01 2. MANDALANGAN 06/02 3. BANJAR MELATI 0503 4. GAMBIRLAYA UTARA 01/05 5. GAMBIRLAYA SELATAN 03/06 6. KESUNEAN UTARA 03/07 7. KESUNEAN TENGAH 03/08 8. KESUNEAN SELATAN 03/09 1. 02/01 2. 04/02 3. 05/03 4. 02/04 5. 08/04 6. 05/05 7. 03/06 8. 09/06 1. 02/01 2. 07/01 3. 03/03 4. 02/05 5. 01/08 6. 02/06 7. 02/09 8. 05/10
9
NO
KELURAHAN
KODE KELURAHAN
10
JAGASATRU
010
11
PULASAREN
011
12
13
14
PEKALIPAN
PEKALANGAN
KARYAMULYA
012
013
014
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
RT TARGET AREA STUDI 1. 03/01 2. 04/02 3. 06/03 4. 02/05 5. 03/06 6. 04/07 7.05/08 8. 01/10 1. 03/01 2.02/02 3.03/03 4. 03/04 5. 03/05 6. 03/06 7. 03/07 8. 03/08 1. 04/01 2. RT 04/02 3. 02/03 4. RT04 RW05 5. RT 04 RW 06 6. RT 04/07 7. RT 03/09 8. RT 01/11 1. RT01/RW02 2. RT02/RW03 3. RT01/RW04 4. RT01/RW05 5. 01/06 6. 06/06 7. 01/08 8. RT 02/09 1. 04/01 2. 01/04 3. 01/06 4. 01/08 5. 01/10 6. 04/12 7. 02/15 8. 03/16
10
NO
15
16
17
KELURAHAN
SUNYARAGI
DRAJAT
KESAMBI
KODE KELURAHAN
015
016
017
18
PEKIRINGAN
018
19
KEJAKSAN
019
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
RT TARGET AREA STUDI 1. 01/02 2. 3/3 3. 5/4 4. 03/06 5. 5/7 6. 04/8 7. 1/10 8. 2/11 1. 03/02 2. 06/03 3. 07/04 4. 03/06 5. 04/07 6. 03/08 7. 02/09 8. 10/09 1. 02/01 2. 03/02 3. 02/03 4. 08/03 5. 06/04 6. 05/05 7. 06/06 8. 03/07 1. 06/01 2. 01/03 3. 05/04 4. 01/06 5. 01/07 6. 03/08 7. 04/09 8. 02/11 1. 04/01 KEGIREN 2. 03/02 SECHMAGELUNG 3. 01/03 PAMITRAN 4. 01/04 KABUPATEN 5. 03/05 KEBON KELAPA TIMUR 6. 01/06 KEBON KELAPA BARAT 7. 01/07 KEBON KELAPA TENGAH 8. 05/07 KEBON KELAPA TENGAH
11
NO
KELURAHAN
KODE KELURAHAN
20
KEBONBARU
020
21
SUKAPURA
021
22
KESENDEN
022
RT TARGET AREA STUDI 1. 0201 2. 0302 3. 0103 4. 0603 5. 0404 6. 0106 7. 0606 8. 0407 1. 03/01 2. 02/03 3. 08/03 4. 02/05 5. 03/06 6. 01/08 7. 01/09 8. 03/10 1. 01/01 2. 03/02 3. 04/03 4. 04/04 5. 03/06 6. 01/08 7. 02/09 8. 01/11
2.5 Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya Dalam kegiatan survey EHRA ini, Pokja Sanitasi Kota Cirebon dengan mempertimbangkan kemampuan akademis, kemampuan tekhnis, penguasaan
wilayah,
menunjuk
22
petugas
kesehatan
lingkungan
(sanitarian) Puskesmas sebagai enumerator dan Petugas Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan sebanyak 5 orang sebagai supervisor.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
12
Tabel 3 : Daftar Enumerator Beserta Wilayah Study EHRA NO
NAMA
1
Susi Yunianingsih, SKM
2
Apik Setiati, SKM
3
Amrih Setianingwulan, SKM
4
Yusi Suprihatini, AMd
5
Wirda Juanita, AMd
6
Nining Setianingsih, SKM
7
Irma Herawati
8
Mulyani, SKM
9
Arip Mulyanto, AMKL
10
Eka Surya Wardhana
11
Wati Raswiti, AMKL
12
Binayah, AMd
13
Sukaesih
14
Sri Wahyuni
15
Kasmuri
16
Bahri, AMd
17
Mustika K, AMd
18
Jaharoh, SKM
19
Supardi, AMKL
20
Subagyo, SKM.
21
Ela Gandakumala, SKM
22
Winangsih, AMKL
JABATAN Sanitarian Puskesmas Kejaksan Sanitarian Puskesmas Jalan Kembang Sanitarian Puskesmas Pamitran Sanitarian Puskesmas Nelayan Sanitarian Puskesmas Gunungsari Sanitarian Puskesmas Kesambi Promkes Puskesmas Majasem Sanitarian Puskesmas Sunyaragi Sanitarian Puskesmas Drajat Sanitarian Puskesmas Jagasatru Sanitarian Puskesmas Pulasaren Sanitarian Puskesmas Astanagarib Sanitarian Puskesmas Pekalangan Sanitarian Puskesmas Pesisir Sanitarian Puskesmas Cangkol Sanitarian Puskesmas Kesunean Sanitarian Puskesmas Pegambiran Sanitarian Puskesmas Kalitanjung Sanitarian Puskesmas Kalijaga Sanitarian Puskesmas Sitopeng Sanitarian Puskesmas Larangan Sanitarian Puskesmas Perumnas Utara
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
WILAYAH STUDY (KELURAHAN) Kesenden Sukapura Kejaksan Kebonbaru Pekiringan Kesambi Karyamulya Sunyaragi Drajat Jagasatru Pulasaren Pekalipan Pekalangan Panjunan Lemahwungkuk Kesepuhan Pegambiran Harjamukti Kalijaga Argasunya Kecapi Larangan
13
Tabel 4 : Daftar Supervisor Beserta Wilayah Studi EHRA NO
1
NAMA
Wijaya, AMKL, SAP
2
Torikin, SKM
3
Akmad Sutrisno, SKM
4
5
JABATAN Staf Seksi Wabah, Bencana & Kesling Staf Seksi Wabah, Bencana & Kesling Staf Seksi Wabah, Bencana & Kesling
WILAYAH STUDY (KECAMATAN) Harjamukti
Kejaksan
Lemahwungkuk
Urip Endang Suyadi
Staf Seksi Wabah, Bencana & Kesling
Kesambi
Elen Moriska Anes, AMKL
Staf Seksi Wabah, Bencana & Kesling
Pekalipan
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
KELURAHAN Argasunya Kalijaga Harjamukti Kecapi Larangan Kejaksan Kebonbaru Sukapura Kesenden Pegambiran Kesepuhan Lemahwungkuk Panjunan Karyamulya Sunyaragi Drajat Kesambi Pekiringan Jagasatru Pulasaren Pekalipan Pekalangan
14
BAB III HASIL STUDI EHRA Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014 mencakup informasi responden, pengelolaan sampah rumah tangga, pembuangan air limbah dan tinja, drainase lingkungan, pengelolaan air minum, perilaku higiene dan sanitasi, kejadian penyakit diare dan Indeks Risko Sanitasi dengan hasil sebagai berikut : 3.1 Informasi Responden Pada pelaksanaan studi EHRA memerlukan bantuan enumerator untuk melakukan wawancara dan pengamatan langsung ke rumah responden. Persyaratan responden antara lain istri, anak perempuan yang sudah menikah, umur antara 18-60 tahun. Dalam melakukan pemilihan sampel, apabila dalam rumah bersangkutan terdapat 2 (dua) kepala keluarga, maka yang diwawancarai hanya 1 (satu) kepala keluarga dan diutamakan keluarga yang mempunyai balita dan apabila tidak mempunyai balita, yang diwawancarai adalah keluarga yang lebih lama tinggal di rumah tersebut. Informasi responden dapat dilihat pada grafik-grafik dibawah ini.
Gambar 3.1 : Grafik Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga 9,9% Istri
90,1%
Anak perempuan yg sudah menikah
Dari gambar 3.1 diketahui bahwa sebagian besar responden berstatus sebagai istri sebanyak 90,1% dan status sebagai anak perempuan yang sudah menikah sebanyak 9,9%.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
15
Gambar 3.2 : Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Persentase Responden Berdasarkan Kelompok Umur <= 20 tahun 1,3% 4,7%
7,2%
21 - 25 tahun 9,8%
48,0%
26 - 30 tahun
31 - 35 tahun
13,7%
36 - 40 tahun
15,4%
41 - 45 tahun > 45 tahun
Dari gambar 3.2 diketahui bahwa kelompok umur responden terendah adalah umur <=20 tahun sebesar 1,3% dan tertinggi umur >45 tahun sebesar 48%, umur 21-25 tahun sebesar 4,7%, umur 26-30 tahun sebesar 7,2%, umur 31-35 tahun sebesar 9,8%, umur 36-40 tahun sebesar 13,7% dan umur 41-45 tahun sebesar 15,4%.
Gambar 3.3 : Grafik Status Kepemilikan Rumah
Status Kepemilikan Rumah 1,6%
Milik sendiri Rumah dinas
22,5%
Berbagi dengan keluarga lain
5,8% 0,9%
63,4%
1,8% 4,0%
Sewa Kontrak Milik orang tua Lainnya
Status kepemilikan rumah responden yang ditempati sebagian besar adalah milik sendiri yaitu sebesar 63,4% sedangkan yang persentasenya
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
16
paling kecil adalah status berbagi dengan keluarga lain yakni sebesar 0,9% sebagaimana yang tergambarkan pada gambar 3.3.
Gambar 3.4 : Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 5,3%
10,1%
Tidak sekolah formal
7,5%
SD
26,8%
SMP
32,6%
SMA
17,6%
SMK Universitas/Akademi
Dari hasil survey diketahui bahwa paling banyak responden berpendidikan SMA yakni sebesar 32,6%, sedangkan paling sedikit berpendidikan
SMK
yaitu
5,3%.
Responden
yang
berpendidikan
universitas/akademi sebesar 10,1% dan yang tidak sekolah formal sebanyak 7,5%. Dan sebagian besar responden yang tidak sekolah formal adalah responden dari kelurahan Argasunya.
Gambar 3 5 :Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan
100,0%
84,8% 65,7%
80,0%
Ya
60,0% 40,0% 20,0%
34,3%
Tidak
15,2%
0,0% SKTM
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
ASKESKIN
17
Dari gambar 3.5 diketahui bahwa sebagian besar responden tidak memiliki SKTM (84,8%) dan tidak memiliki ASKESKIN (65,7%). Dari data ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden bukan termasuk keluarga miskin/tidak mampu.
Gambar 3.6 : Grafik Distribusi Responden Berdasarkan
Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Anak 9,2% Memiliki anak 90,8%
Tidak memiliki anak
Dari gambar 3.6 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki anak sebesar 90,8%. Data ini berhubungan dengan perilaku Buang Air Besar anak balita, yang akan dibahas tersendiri.
3.2 Pengelolaan sampah rumah tangga a. Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Kondisi sampah di lingkungan rumah menggambarkan apakah masyarakat sudah melakukan pengelolaan sampah dengan baik dan benar. Lingkungan yang bersih menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan salah satunya adalah pengelolaan sampah yang baik dan benar dirumah. Dari hasil analisa data dapat terlihat pada gambar 3.7 dibawah ini.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
18
Gambar 3.7 : Grafik Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah
Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Lainnya
88,2
11,8
anak2 bermain dekat sampah
4,2
Menyumbat drainase
5,1
Bau busuk
3,3
Banyak kucing dan anjingmendatangi…
95,8 94,9 96,7 88,4
11,6
Banyak nyamuk
24,5
Banyak tikus berkeliaran
23,3
Banyak lalat di sekitar tumpukan…
75,5 76,7 82,5
17,5
Sampah berserakan
78,3
21,7 0
20
40
Tidak
60
80
100
120
Ya
Dari gambar 3.7 diketahui bahwa kondisi sampah di lingkungan rumah sebagian besar bersih dari sampah yaitu sebesar 78,3%, sedangkan 21,7% masih terdapat sampah yang berserakan. Sebagian besar dari kondisi sampah yang berserakan ini terdapat di kelurahan Argasunya. Kondisi lingkungan juga bersih dari lalat yaitu sebesar 82,5%, kondisi banyak lalat hanya sebesar 17,5%. Sebanyak 23,3% responden mengatakan banyak tikus, 24,5% responden mengatakan banyak nyamuk, 11,6% responden mengatakan banyak kucing dan anjing yang mendatangi
tumpukan
sampah.
Sebagian
besar
sampah
tidak
menyumbat saluran drainase (94,9%). Sebanyak 96,7% responden mengatakan tidak ada bau busuk dari sampah, dan sebanyak 95,8% mengatakan tidak ada anak-anak bermain dekat sampah. b. Pengelolaan sampah rumah tangga Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
19
ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah
dan selama proses alam tersebut berlangsung, untuk itu
pengelolaan sampah rumah tangga sangatlah penting. Dari hasil analisa pengelolaan sampah rumah tangga terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.8 : Grafik Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Lain-lain Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Dibiarkan saja sampai membusuk Dibuang ke sungai/kali/laut/danau
1,0% 2,8% 0,2% 5,2%
Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah
1,8%
Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah
0,3%
Dibakar
6,8%
Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang
76,8% 4,9% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
Dari gambar 3.8 diketahui bahwa sebesar 76,8% responden membuang sampahnya ke TPS, 6,8% responden membakar sampahnya, 5,2% responden membuang sampahnya ke sungai/laut, 4,9% responden sampahnya
dikumpulkan
oleh
kolektor
informal,
2,8%
membuang
sampahnya ke lahan kosong dan dibiarkan membusuk, 1,8% sampahnya dibuang ke lubang tetapi tidak ditutup tanah, 0,3% sampahnya dibuang ke dalam lubang dan ditutup tanah, dan 0,2% sampahnya dibiarkan saja sampai membusuk.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
20
c. Pemilahan sampah Pemilahan sampah merupakan langkah sederhana yang dapat dilakukan setiap rumah tangga sebagai kunci awal kegiatan 3R. Secara umum, pemilahan dapat dilakukan berdasarkan jenis sampahnya, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik di antaranya adalah sampah sisa makanan, sayur mayur serta sampah yang mudah membusuk lainnya. Sedangkan sampah anorganik pada umumnya terdiri atas plastik, botol kaca, kaleng dan semacamnya. Untuk dapat memulai kegiatan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, pemilahan sampah plastik dapat menjadi pilihan. Salah satu keuntungan dari pemilahan sampah plastik adalah tidak timbulnya permasalahan dengan bau serta relatif rendahnya potensi penyebaran penyakit apabila penyimpanan dilakukan di dalam rumah.
Berikut
adalah Gambar pemilahan sampah yang dilakukan oleh responden.
Gambar 3.9 : Grafik Praktik Pemilahan Sampah
Praktik Pemilahan Sampah 3,5%
Ya Tidak
96,5%
Sebagian besar responden yakni sebesar 96,5% tidak melakukan pemilahan sampah, hanya 3,5% saja yang melakukan pemilahan sampah. Sedangkan jenis sampah yang paling banyak dilakukan pemilahan adalah sampah plastik sebesar 14%, sampah gelas/kaca 4,7%, kertas 2,3%, besi/logam 2,3%, sampah organik 0% dan terdapat 4,7% responden yang menjawab tidak tahu jenis sampah yang dipilah dan
yang
menjawab
lainnya
sebanyak
2,3%
sebagaimana
tergambarkan pada gambar 3.10.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
21
Gambar 3.10 : Grafik Jenis Sampah yang Dipilah
Jenis sampah yang dipilah 14,0 14,0
12,0 10,0 8,0 4,7
6,0
4,7 2,3
4,0
2,3
2,3
2,0
,0
,0
d. Layanan pengangkutan sampah Dari hasil survey diketahui bahwa frekuensi pengangkutan sampah sebagian besar dilakukan beberapa kali dalam satu minggu yakni sebasar 37,1%, pengangkutan setiap hari sebanyak 10,9%, dengan ketepatan waktu pengangkutan sebesar 58,7%, sebagaimana tergambarkan di Gambar 3.11 dan 3.12. Gambar 3.11 : Grafik Frekuensi Pengangkutan Sampah
Frekuensi Pengangkutan Sampah 10,9
Tiap hari
39,1 37,0
Beberapa kali dalam seminggu Sekali dalam seminggu
6,5 2,2 4,3
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
Beberapa kali dalam sebulan
22
Gambar 3.12 : Grafik Ketepatan Waktu Pengangkutan Sampah
Ketepatan Waktu Pengangkutan Sampah 4,3%
Tepat waktu
37,0% 58,7%
Sering terlambat Tidak tahu
Pada gambar 3.13 dan 3.14 diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebesar 91,3% membayar jasa pengangkutan sampah dengan besaran yang bervariasi kepada pemungut uang sampah dari RT setempat sebesar 88,1%.
Gambar 3.13 : Grafik Pembiayaan layanan pengangkutan sampah
Pembiayaan Layanan Pengangkutan Sampah 8,7%
Ya 91,3%
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
Tidak
23
Gambar 3.14 : Grafik Pemungut Biaya Layanan Pengangkutan Sampah
Pemungut Biaya Layanan Pengangkutan Sampah 100,0% 90,0% 80,0% 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0%
88,1%
Pemungut uang sampah dari RT
2,4%
2,4%
7,1%
Pemungut uang sampah dari Kelurahan
Pemungut uang sampah dari Perusahaan
Tidak tahu
Gambar 3.15 : Grafik Besar Biaya Layanan Pengangkutan Sampah 3,8 13,0 <5000 48,4
5000-10000 11000-20000
34,8
>20000
Dari gambar 3.15 diketahui bahwa sebanyak 48,4% responden membayar jasa layanan pengangkutan sampah dari rumah ke TPS dengan biaya kurang dari Rp.5.000,-, sebanyak 34,8% membayar antara Rp.5000 s.d. Rp.10.000,-, sebanyak 13% membayar antara Rp.11.000,- s.d. Rp.20.000,- dan sebanyak 3,8% membayar sebesar lebih dari Rp.20.000,-
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
24
Tabel 5 : Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA KETEPATAN WAKTU PENGANGKUTAN SAMPAH KELURAHAN Tidak Ya, Tidak Ya, Tidak Ya, tepat tepat memadai memadai memadai memadai waktu waktu Harjamukti 42,5 57,5 100,0 ,0 100,0 ,0 Jagasatru ,0 100,0 100,0 ,0 100,0 ,0 Kesepuhan 40,0 60,0 94,7 5,3 57,9 42,1 Lemahwungkuk 53,8 46,2 ,0 100,0 44,4 55,6 Kebonbaru 2,5 97,5 50,0 50,0 50,0 50,0 Pekalipan 10,0 90,0 60,0 40,0 20,0 80,0 Argasunya 87,5 12,5 ,0 ,0 ,0 ,0 Kalijaga 37,5 62,5 ,0 100,0 ,0 100,0 Karyamulya 32,5 67,5 ,0 ,0 ,0 ,0 Pegambiran 20,0 80,0 ,0 ,0 ,0 ,0 Kesenden 15,0 85,0 ,0 ,0 ,0 ,0 Drajat 17,5 82,5 ,0 ,0 ,0 ,0 Sukapura 5,0 95,0 ,0 ,0 ,0 ,0 Kesambi 7,7 92,3 ,0 100,0 ,0 100,0 Kecapi 2,5 97,5 ,0 ,0 ,0 ,0 Panjunan 2,5 97,5 ,0 ,0 ,0 ,0 Pekiringan 12,5 87,5 ,0 ,0 ,0 ,0 Pekalangan ,0 100,0 ,0 ,0 ,0 ,0 Sunyaragi 2,5 97,5 ,0 ,0 ,0 ,0 Pulasaren 5,0 95,0 ,0 100,0 ,0 100,0 Kejaksan 7,5 92,5 ,0 ,0 ,0 ,0 Larangan ,0 100,0 ,0 ,0 ,0 ,0 PENGELOLAAN SAMPAH
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
FREKUENSI PENGANGKUTAN SAMPAH
PENGOLAHAN SAMPAH SETEMPAT Tidak diolah
Ya, diolah
87,5 100,0 97,5 100,0 95,0 100,0 100,0 95,0 97,5 97,5 100,0 92,5 100,0 95,0 100,0 100,0 90,0 100,0 97,5 92,5 87,5 90,0
12,5 ,0 2,5 ,0 5,0 ,0 ,0 5,0 2,5 2,5 ,0 7,5 ,0 5,0 ,0 ,0 10,0 ,0 2,5 7,5 12,5 10,0
Dari tabel diatas diketahui lima (5) kelurahan yang berisiko persampahan berdasarkan studi EHRA adalah Kelurahan Harjamukti, Jagasatru, Kesepuhan, Lemahwungkuk dan Kebonbaru. 3.3 Pembuangan air kotor/limbah tinja manusia dan lumpur tinja Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah,
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
25
ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). a. Perilaku Buang Air Besar Dari gambar 3.16 diketahui bahwa sebagian besar responden berperilaku buang air besar ke jamban pribadi yakni sebesar 95,2%, ke sungai/pantai/laut 2,3%, ke MCK umum 1,7%, WC helicopter 0,1%, ke kebun/pekarangan 0,1%, ke lubang galian 0,1% dan ke selokan/parit/got 0%. Gambar 3.16: Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar selokan/parit/got
0,0%
lubang galian
0,1%
kebun/pekarangan
0,1%
WC helikopter
0,1%
Tidak tahu
0,6%
Lainnya,
1,1%
MCK/WC Umum
1,7%
sungai/pantai/laut
2,3%
Jamban pribadi
95,2% 0,0%
20,0%
40,0%
60,0%
80,0%
100,0%
b. Kepemilikan Jamban Dari gambar 3.17 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jamban sebanyak 96,45% dan sebanyak 3,55% tidak memiliki jamban. Gambar 3.17 : Grafik Persentase Kepemilikan Jamban
Persentase Kepemilikan Jamban 3,55% Memiliki 96,45%
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
Tidak
26
c. Jenis closet yang digunakan Dari gambar 3.18 diketahui bahwa jenis closet yang paling banyak digunakan oleh responden adalah kloset jongkok leher angsa sebanyak 81,4%. Sedangkan kloset duduk leher angsa sebanyak 13,8%, plengsengan sebanyak 0,6%, cemplung sebanyak 0,5% dan sebanyak 3,9% tidak memiliki closet. Gambar 3.18 : Grafik Jenis Closet yang digunakan 0,5% 0,6%
Jenis Closet yang digunakan 3,9%
13,8%
Kloset jongkok leher angsa Kloset duduk leher angsa Plengsengan 81,4%
Cemplung Tidak punya closet
d. Tempat penyaluran buangan akhir tinja Dari gambar 3.19 diketahui bahwa tempat penyaluran buangan akhir tinja sebagian besar responden menggunakan tangki septic yaitu sebanyak 74,0%. Yang menggunakan pipa sewer sebanyak 8,5%, ke sungai/laut sebanyak 5,6%, langsung ke drainase sebanyak 3,8%, cubluk/lubang tanah sebanyak 1,1%, dan tidak tahu kemana buangan akhir tinja sebanyak 7%. Gambar 3.19 : Grafik Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja
Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja 3,8%
5,6%
7,0%
Tangki septik
1,1%
Pipa sewer
8,5%
Cubluk/lobang tanah 74,0%
Langsung ke drainase
Sungai/danau/pantai Tidak tahu
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
27
e. Lamanya tangki septic dibangun Gambar 3.20 : Grafik Lamanya Tangki Septik Dibangun
Lamanya Tangki Septik Dibangun 4,1
8,9
0-12 bulan yang lalu
17,1 16,3
1-5 tahun yang lalu Lebih dari 5-10 tahun yang lalu
53,6
Lebih dari 10 tahun Tidak tahu
Dari gambar 3.20 diatas diketahui bahwa lamanya tangki septic dibangun sebagian besar responden adalah lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 53,6%. Sedangkan yang lamanya 0-12 bulan sebanyak 4,1%, antara 1-5 tahun sebanyak 8,9%, antara 5-10 tahun sebanyak 16,3% dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 17,1%.
f.
Pengurasan Tangki Septik Dari hasil survey diketahui bahwa sebagian besar responden tidak pernah
melakukan
pengosongan
tangki
septic
yaitu
sebesar
48,4%.Yang melakukan pengosongan 0-12 bulan yang lalu sebanyak 7,1%, 1-5 tahun sebanyak 18,6%,antara 5-10 tahun yang lalu sebanyak 8,1% dan yang lebih dari 10 tahun sebanyak 3,7%, sebagaimana digambarkan pada gambar 3.22 di bawah ini.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
28
Gambar 3.21 : Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik
Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik 0-12 bulan yang lalu 14,1%
7,1%
1-5 tahun yang lalu Lebih dari 5-10 tahun yang lalu
18,6%
Lebih dari 10 tahun
48,4%
8,1%
3,7%
Tidak pernah Tidak tahu
Dari gambar 3.22 dan 3.23 diketahui bahwa yang melakukan pengosongan tangki septic sebagian besar adalah layanan sedot tinja sebesar 51,5%. Yang menjawab tidak tahu sebanyak 24,4%, oleh tukang sebanyak 17,9% dan dikosongkan sendiri sebanyak 6,3%. Sedangkan pembuangan lumpur tinja yang sudah disedot, sebagian besar responden menjawab tidak tahu kemana dibuang sebesar 72,6%, dibuang ke sungai sebanyak 15,5%, dikubur dihalaman sebanyak 4,8%, dikubur di tanah orang lain sebanyak 1,2% dan yang menjawab lainnya sebanyak 6%.
Gambar 3.22 : Grafik Pelaku Pengurasan Tangki Septik
Pelaku Pengurasan Tangki Septik 24,4
Layanan sedot tinja 51,5
6,3
17,9
Membayar tukang Dikosongkan sendiri Tidak tahu
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
29
Gambar 3.23 : Grafik Praktik Pembuangan Lumpur Tinja
Praktik Pembuangan Lumpur Tinja Sungai, sungai kecil 4,8 1,2
15,5
Dikubur di halaman
6,0 Dikubur di tanah orang lain
72,6
Lainnya Tidak tahu
g. Perilaku BAB Sembarangan Anak Balita Dari gambar 3.24 diketahui bahwa masih terdapat perilaku anak balita yang buang air besar sembarangan di lantai, di kebun, di got, atau di sungai sebanyak 3,2% sangat sering, kadang-kadang sebanyak 2,4%. Sedangkan anak balita yang tidak biasa BAB sembarangan sebanyak 25,3%, dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 69,1%.
Gambar 3.24 : Grafik Perilaku BAB Sembarangan Anak Balita
Perilaku BAB Sembarangan Anak Balita 3,2 2,4 25,3
Ya, sangat sering Ya, kadang-kadang
69,1
Tidak biasa Tidak tahu
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
30
h. Perilaku Ibu Membuang Tinja Anak Gambar 3.25 : Grafik Perilaku Ibu Membuang Tinja Anak
Perilaku Ibu Membuang Tinja Anak Ke WC/Jamban 1,7
24,1
,5 70,6
2,6 ,6
Ke tempat sampah Ke kebun/pekarangan/jalan Ke sungai/selokan/got Lainnya Tidak tahu
Dari gambar 3.25 diatas diketahui sebanyak 24,1% membuang tinja anak ke WC/jamban, ke tempat sampah sebanyak 1,7%, ke kebun/pekarangan sebanyak 0,5%, ke sungai/got/selokan sebanyak 2,6%, lainnya 0,6% dan sebagian besar responden menjawab tidak tahu sebanyak 70,6%.
Gambar 3.26 : Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman.
Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
47,4% 52,6%
Suspek aman Tidak aman
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
31
Dari gambar diatas diketahui bahwa terdapat sebanyak 52,6% tangki septic yang aman dan sebanyak 47,4% tangki septic tidak aman bagi lingkungan. Dari hasil Studi EHRA diketahui bahwa kelurahan yang paling berisiko terhadap air limbah domestik adalah Kelurahan Jagasatru, Pegambiran, Kebonbaru dan Kesepuhan.
Tabel 6 : Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA
NO
Kelurahan
Tangki septic suspek aman Tidak aman 72,5
Suspek aman 27,5
Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik Tidak, Ya, aman aman 100,0 ,0
Pencemaran karena SPAL Tidak aman 95,0
Ya, aman 5,0
1
Jagasatru
2
Pegambiran
72,5
27,5
66,7
33,3
77,5
22,5
3
Kebonbaru
50,0
50,0
50,0
50,0
95,0
5,0
4
Kesepuhan
32,5
67,5
46,2
53,8
100,0
,0
5
Kejaksan
60,0
40,0
91,3
8,7
22,5
77,5
6
Kesenden
45,0
55,0
30,0
70,0
90,0
10,0
7
Pekalipan
42,5
57,5
20,0
80,0
97,5
2,5
8
Argasunya
32,5
67,5
77,8
22,2
45,0
55,0
9
Kesambi
67,5
32,5
64,3
35,7
2,5
97,5
10
Pulasaren
47,5
52,5
50,0
50,0
32,5
67,5
11
Panjunan
60,0
40,0
63,6
36,4
2,5
97,5
12
Lemahwungkuk
42,5
57,5
71,4
28,6
5,0
95,0
13
Harjamukti
75,0
25,0
,0
,0
37,5
62,5
14
Kalijaga
70,0
30,0
22,2
77,8
20,0
80,0
15
Larangan
7,5
92,5
100,0
,0
,0
100,0
16
Pekalangan
30,0
70,0
70,0
30,0
2,5
97,5
17
Sunyaragi
65,0
35,0
21,4
78,6
10,0
90,0
18
Drajat
37,5
62,5
27,3
72,7
30,0
70,0
19
Karyamulya
35,0
65,0
25,0
75,0
15,0
85,0
20
Sukapura
55,0
45,0
,0
100,0
15,0
85,0
21
Pekiringan
32,5
67,5
16,7
83,3
17,5
82,5
22
Kecapi
10,0
90,0
28,6
71,4
,0
100,0
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
32
3.4 Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir Kota Cirebon sebagian besar merupakan dataran rendah dengan ketinggian hampir seluruhnya adalah 5 mdpl, sehingga merupakan daerah rawan banjir, kecuali kelurahan Argasunya yaitu 5 – 30 mdpl.
Gambar 3.27 : Grafik Persentase Kepemilikan SPAL
Persentase Kepemilikan SPAL 7,5
Ada Tidak ada
92,5
Dari Gambar 3.27 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki drainase/selokan sebanyak 92,5%, dan sebanyak 7,5% tidak memiliki. Dan dari Gambar 3.28 diketahui bahwa sebagian besar air limbah baik dari dapur, kamar mandi, tempat cuci pakaian, maupun dari wastafel dibuang ke saluran tertutup sekitar 43%. Namun demikian masih banyak juga yang membuang air limbahnya ke sungai yaitu sekitar 30%. Gambar 3.28 : Grafik Prosentase Buangan Akhir Air Limbah
Prosentase Buangan Akhir Air Limbah Dapur
9,0 29,9 30,4 30,9
Kamar Mandi
Tempat cuci Pakaian
Wastafel
14,9 39,5
,9 2,1 2,3
4,7 15,6 16,6 16,4
43,9 43,9
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
,1 ,6 ,8
7,4 9,2 9,4 9,3
,1 ,6 ,5
,1
33
Gambar 3.29 : Grafik Persentase Rumah Tanggga yang Pernah Mengalami Banjir
Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir 2,7
0,2
Tidak pernah
0,7
17,0
Sekali dalam setahun Beberapa kali dalam setahun
79,3 Sekali atau beberapa dalam sebulan Tidak tahu
Kejadian banjir di Kota Cirebon berdasarkan survey EHRA diketahui sebanyak 79,3% responden menjawab tidak pernah terjadi, sebanyak 17% responden menjawab terjadi sekali dalam setahun, sebanyak 2,7% responden mengatakan terjadi beberapa kali dalam setahun, 0,2% mengatakan terjadi sekali atau beberapa kali dalam sebulan, dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 0,7%. Dan responden yang mengalami kejadian banjir secara rutin sebanyak 50,5%.
Gambar 3.30 : Grafik Persentase Rumah Tangga Mengalami Kejadian Banjir Secara Rutin
Persentase Rumah Tangga Mengalami Kejadian Banjir Secara Rutin 49,5
50,5
Ya
Tidak
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
34
Gambar 3.31: Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Masuk Rumah
Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Masuk Rumah 34,1 Ya 65,9
Tidak
Kejadian banjir atau genangan di Kota Cirebon dari hasil survey EHRA diketahui sebanyak 65,9% responden mengatakan banjir masuk ke rumah. Dan 34,1% mengatakan banjir tidak sampai masuk ke rumah.
Gambar 3.32: Grafik Ketinggian Air Saat Banjir
Ketinggian Air Saat Banjir 2,5 2,5
Setumit orang dewasa
19,2
Setengah lutut orang dewasa 50,8 Selutut orang dewasa
25,0
Sepinggang orang dewasa Tidak tahu
Ketinggian air saat banjir menurut responden, sebanyak 50,8% mengatakan setinggi tumit orang dewasa, 25% mengatakan setengah lutut orang
dewasa,
19,2%
mengatakan
selutut
orang
dewasa,
2,5%
mengatakan sepinggang orang dewasa dan 2,5% mengatakan tidak tahu.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
35
Gambar 3.33 : Grafik Kondisi Kamar Mandi dan WC/Jamban
Kondisi Kamar Mandi dan WC/Jamban 5,0%
Tidak pernah terendam
18,3%
Kadang-kadang terendam 51,7% Selalu terendam
25,0%
Tidak tahu
Pada gambar 3.33 dan 3.34 diketahui bahwa kondisi kamar mandi dan WC saat terjadi banjir diketahui sebanyak 51,7% tidak pernah terendam air banjir, sebanyak 25% kadang-kadang terendam banjir, sebanyak 18,3% selalu terendam dan sebanyak 5% tidak tahu. Dan lamanya banjir surut menurut sebagian besar responden antara 1-3 jam yaitu sebanyak 53,3%. Dan dari gambar 3.35 diketahui bahwa lokasi genangan air yang paling banyak ada di halaman rumah yaitu sebanyak 42,9%.
Gambar 3.34 : Grafik Lamanya Air Banjir Surut
Lamanya Air Banjir Surut 9,2%
2,5% 5,8%
29,2%
Kurang dari 1 jam Antara 1 - 3 jam Setengah hari
53,3%
Satu hari Tidak tahu
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
36
Gambar 3.35 : Grafik Persentase Lokasi Genangan Air di Rumah
Persentase Lokasi Genangan Air di Rumah Dihalaman rumah Di dekat dapur
14,3%
,0% 3,6%
Di dekat kamar mandi
7,1%
42,9%
Di dekat bak penampungan Lainnya
Gambar 3.36 : Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga
Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga 3,2
Tidak ada genangan 96,8
Ada genangan
Dari hasil pengamatan survey EHRA diketahui sebanyak 96,8% tidak ada genangan air di sekitar rumahnya, dan sebanyak 3,2% terdapat genangan air di sekitar rumahnya akibat tidak memiliki SPAL rumah tangga.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
37
Gambar 3.37 : Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi
Persentase SPAL yang Berfungsi 5,8
3,8
3,0 Ya Tidak ada saluran Tidak 87,5 Tidak dapat dipakai, saluran kering
Dari gambar 3.37 diketahui sebanyak 87,5% saluran pembuangan air limbah berfungsi, sebanyak 5,8% tidak ada saluran, 3,8% saluran tidak berfungsi, dan sebanyak 3,0% tidak dapat dipakai/ saluran kering.
Gambar 3.38 : Grafik Pencemaran Karena SPAL
Pencemaran Karena SPAL 36,9
Ya, aman 63,1
Dari gambar 3.38 diatas diketahui bahwa kondisi lingkungan relatif aman dari pencemaran karena SPAL yaitu sebesar 63,1% dan sebanyak 36,9% berisiko mencemari lingkungan.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
38
Dari hasil Studi EHRA diketahui bahwa kelurahan yang paling berisiko terhadap genangan adalah Kelurahan Pulasaren dan Kesepuhan. Tabel 7 : Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA
NO
KELURAHAN
Adanya genangan air Ada genangan air Tidak ada (banjir) genangan air 67,5 32,5
1
Pulasaren
2
Kesepuhan
60,0
40,0
3
Pekalipan
47,5
52,5
4
Kejaksan
45,0
55,0
5
Kecapi
35,0
65,0
6
Sukapura
35,0
65,0
7
Lemahwungkuk
27,5
72,5
8
Pekalangan
27,5
72,5
9
Larangan
25,0
75,0
10
Kalijaga
22,5
77,5
11
Pekiringan
20,0
80,0
12
Kebonbaru
17,5
82,5
13
Drajat
12,5
87,5
14
Kesenden
12,5
87,5
15
Pegambiran
10,0
90,0
16
Jagasatru
10,0
90,0
17
Argasunya
7,5
92,5
18
Sunyaragi
7,5
92,5
19
Kesambi
7,5
92,5
20
Harjamukti
2,5
97,5
21
Panjunan
2,5
97,5
22
Karyamulya
,0
100,0
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
39
3.5 Pengelolaan air minum rumah tangga Gambar 3.39 : Grafik Penggunaan Sumber Air untuk Kebutuhan Sehari-hari Penggunaan Sumber Air untuk Kebutuhan Sehari-hari 90,0% 80,0% 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0%
Minum
Masak
Cuci pakaian
Gosok gigi
Cuci piring&Gelas
Dari gambar 3.39 diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan air ledeng dari PDAM yaitu sebanyak 68,4% untuk keperluan minum, 78% untuk keperluan masak, 65,7% untuk keperluan cuci piring & gelas dan 68,6% untuk gosok gigi. Sebagian responden juga mengunakan air isi ulang untuk keperluan minum sebanyak 22,6% dan untuk masak 4,2%.Sebagian lagi ada yang menggunakan air sumur pompa tangan sebanyak 3,5% untuk keperluan minum, 4,9% untuk masak, 11,7% untuk cuci piring & gelas, 0,2% untuk cuci pakaian dan 10% untuk gosok gigi. Responden yang menggunakan air sumur gali terlindung sebanyak 3,8% untuk keperluan minum, 6,4% untuk masak, 15,2% untuk cuci piring & gelas, 0,5% untuk cuci pakaian dan 11,4% untuk gosok gigi. Sedangkan responden yang menggunkaan air sumur gali tidak terlindungi sebanyak 1,5% untuk keperluan minum, 2% untuk masak, 4,7% untuk cuci piring & gelas, 0% untuk cuci pakaian dan 3,5% untuk gosok gigi.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
40
Gambar 3.40 : Grafik Sumber Air untuk Minum dan Masak
Sumber Air Untuk Minum dan Masak 78,0% 68,4%
Air Ledeng dari PDAM 4,2%
Air isi ulang Air botol kemasan Lainnya
22,6% 0,8%10,8% 3,8% 4,5% 6,4% 3,8% 4,9% 3,5%
Air sumur gali terlindungi Air sumur pompa tangan Air sumur gali tdk terlindungi Air hidran umum - PDAM
2,0% 1,5% 1,8% 0,9%
0,3% Air kran umum -PDAM/PROYEK … 0,2% 0,1% Mata air terlindungi 0,1% 0,0%
20,0%
Masak
40,0%
60,0%
80,0%
100,0%
Minum
Supply air untuk keperluan sehar-hari sebagian responden mengatakan tidak pernah mengalami kesulitan yaitu sebanyak 74,3%, sebanyak 18,9% mengatakan mengalami kesulitan beberapa jam saja, sebanyak 2,2% selama satu sampai beberapa hari, 0,9% selama seminggu, 1,1% lebih dari seminggu. Gambar 3.41 : Grafik Waktu Lamanya Mengalami Kesulitan Air 0,9%
Waktu Lamanya Mengalami Kesulitan Air
2,2%
1,1% 2,6% Tidak pernah
18,9%
Beberapa jam saja Satu sampai beberapa hari 74,3%
Seminggu Lebih dari seminggu Tidak tahu
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
41
Gambar 3.42 : Grafik Tingkat Kepuasan Responden terhadap Kualitas Air
Tingkat Kepuasan terhadap Kualitas Air 10,1%
Puas Tidak puas
89,9%
Dari Gambar 3.42 diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan puas terhadap kualitas air yang digunakan yaitu sebanyak 89,9%. Hanya 10,1% yang mengatakan tidak puas terhadap kualitas air yang digunakan.
Gambar 3.43 : Grafik Jarak Sumur ke Tempat Penampungan/Pembuangan Tinja
Jarak Sumur ke Tempat Penampungan/Pembuangan Tinja 17,4%
17,3% 65,3%
Kurang 10 m Lebih 10 m Tidak tahu
Dari hasi survei diketahui responden yang mengunakan air sumur gali atau sumur pompa, jarak sumber air tersebut dengan tempat penampungan/pembuangan tinja sebanyak 17,4% kurang dari 10 m, sebanyak 17,3% lebih dari 10 m dan sebanyak 65,3% mengatakan tidak tahu.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
42
Dari Gambar 3.44 dan 3.45 diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan pengolahan air sebelum digunakan untuk minum dan masak sebanyak 88,3%.
Dan sebanyak 95,1% melakukan
pengolahan air dengan cara direbus terlebih dahulu.
Gambar 3.44 : Grafik Mengolah/Menangani Air sebelum digunakan untuk Minum dan Masak
Mengolah/Menangani Air sebelum digunakan untuk Minum dan Masak 11,7 Ya 88,3 Tidak
Gambar 3.45 : Grafik Teknik Pengolahan Air Sebelum digunakan Untuk Minum dan Masak
Teknik Pengolahan Air Sebelum digunakan Untuk Minum dan Masak 1,2%
0,3%
3,0%
0,5%
Direbus Ditambahkan kaporit Menggunakan filter keramik
95,1% Lainnya Tidak tahu
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
43
Gambar 3.46 : Grafik Tempat Penyimpanan Air yang Sudah Diolah
Tempat Penyimpanan Air yang Sudah Diolah 4,5 1,5 1,0
5,9
Ya, dalam Teko/ketel/ceret
,3
Ya, dalam Botol/termos Ya, dalam Panci dengan tutup
17,0
51,6
Ya, dalam Galon isi ulang Tidak disimpan
18,1
Ya, dalam Panci terbuka Lainnya Tidak tahu
Air yang sudah diolah oleh responden sebagian besar disimpan dalam teko/ketel/cerek sebanyak 51,6%, sebanyak 18,1% disimpan dalam termos, 17% disimpan dalam panci dengan tutup, 5,9% disimpan dalam galon isi ulang, 4,5% tidak disimpan, dan 1,5% disimpan dalam panci terbuka.
Gambar 3.47 : Grafik Tekhnik Mengambil Air dari Tempat Penyimpan Air
Tekhnik Mengambil Air dari Tempat Penyimpan Air 9,5% 0,6% 18,0%
Dengan menggunakan gayung 43,8%
Lainnya Dengan menggunakan gelas
28,1%
Langsung dari dispenser Tidak tahu
Dari hasil survei diketahui teknik mengambil air dari tempat penyimpanan air untuk minum dan masak sebanyak 43,8% dengan menggunakan gayung,
28,1% langsung dari kran, 18% dengan
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
44
menggunakan gelas, 9,5% langsung dari dispenser, sebagaimana digambarkan pada gambar 3.47. Dari hasil studi EHRA diketahui kelurahan yang paling berisiko terhadap sumber air adalah Kelurahan Lemahwungkuk. Tabel 8 : Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Penggunaan sumber air tidak terlindungi
Sumber air terlindungi NO
Kelurahan
1
Lemahwungkuk
2
Kalijaga
3
Tidak, sumber air berisiko tercemar 57,5
Ya, sumber air terlindungi
Tidak Aman
Ya, Aman
Kelangkaan air Mengalami kelangkaan air
Tidak pernah mengalami
42,5
85,0
15,0
45,0
55,0
50,0
50,0
42,5
57,5
32,5
67,5
Sunyaragi
37,5
62,5
55,0
45,0
,0
100
4
Harjamukti
12,5
87,5
77,5
22,5
,0
100
5
Argasunya
42,5
57,5
37,5
62,5
,0
100
6
Kecapi
12,5
87,5
47,5
52,5
17,5
82,5
7
Pekalipan
32,5
67,5
32,5
67,5
,0
100
8
Kesenden
40,0
60,0
15,0
85,0
7,5
92,5
9
Karyamulya
22,5
77,5
37,5
62,5
,0
100
10
Pulasaren
17,5
82,5
20,0
80,0
17,5
82,5
11
Kesepuhan
25,0
75,0
22,5
77,5
5,0
95,0
12
Kejaksan
17,5
82,5
30,0
70,0
2,5
97,5
13
Kesambi
5,0
95,0
35,0
65,0
5,0
95,0
14
Pekalangan
20,0
80,0
7,5
92,5
2,5
97,5
15
Drajat
10,0
90,0
15,0
85,0
2,5
97,5
16
Pekiringan
2,5
97,5
20,0
80,0
2,5
97,5
17
Pegambiran
15,0
85,0
2,5
97,5
5,0
95,0
18
Larangan
,0
100
15,0
85,0
2,5
97,5
19
Jagasatru
7,5
92,5
10,0
90,0
,0
100
20
Panjunan
2,5
97,5
7,5
92,5
,0
100
21
Kebonbaru
2,5
97,5
2,5
97,5
,0
100
22
Sukapura
,0
100
,0
100
2,5
97,5
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
45
3.6 Perilaku higiene dan sanitasi Dari gambar 3.48 di bawah ini diketahui bahwa sebagian besar responden tidak melakukan cuci tangan pakai sabun di lima waktu penting yaitu sebanyak 82,4%. Dan yang melakukan cuci tangan pakai sabun di lima waktu penting hanya 17,6%. Lima waktu penting cuci tangan pakai sabun yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sesudah menceboki anak, sebelum menyiapkan makan, setelah memegang/menyentuh hewan. Gambar 3.48 : Grafik CTPS di Lima Waktu Penting
CTPS di Lima Waktu Penting 17,6 Tidak 82,4
Ya
Selain untuk cuci tangan, sabun juga digunakan untuk keperluan mandi sebanyak 97,8%, mencuci peralatan 91,7%, mencuci pakaian 87,5%, mencuci tangan anak 43,9%, memandikan anak 37,9%, dan menceboki anak 35,3%. Gambar 3.49 : Grafik Pola Pemanfaatan Sabun
Pola Pemanfaatan Sabun 37,9
35,3
3,2
2,7 97,8
43,9
91,7
85,3 87,5
Mandi Mencuci peralatan Mencuci pakaian Mencuci tangan sendiri Mencuci tangan anak Memandikan anak Menceboki pantat anak Lainnya Tidak tahu
Dari gambar 3.50 diketahui sebagian besar responden dan anggota keluarganya melakukan cuci tangan di kamar mandi yaitu sebanyak 64,2%. Sedangkan di tempat cuci piring sebanyak 45,8%, di dapur sebanyak 22%,
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
46
di dekat kamar mandi 8,2%, di sumur 6,7%, di jamban 3,6%, di dekat jamban 2%, dan disekitar penampungan 0,7%.
Gambar 3.50: Grafik Lokasi Tempat Cuci Tangan
3,6 8,2
7,3
Lokasi Tempat Cuci Tangan
6,7 2,0 0,7
0,5
64,2 22,0
45,8
Di kamar mandi Di tempat cuci piring Di dapur Di dekat kamar mandi Lainnya Di sumur Di jamban Di dekat jamban Di sekitar penampungan Tidak tahu
Gambar 3.51 : Grafik Persentase Waktu Melakukan CTPS
Persentase Waktu Melakukan CTPS 30,2%
28,2%
4,0%
12,0%
30,9%
Sebelum makan 92,5%
31,5%
Setelah makan
Setelah dari buang air besar 86,1%
53,2%
78,5%
Sebelum menyiapkan masakan Setelah memegang hewan Setelah menceboki bayi/anak Sebelum sholat
Dari gambar 3.51 diketahui persentase terbesar waktu melakukan cuci tangan pakai sabun adalah setelah makan yaitu sebanyak 92,5%, Sedangkan sebelum makan sebanyak 78,5%, setelah buang air besar 53,2%, sebelum menyiapkan makan 31,5%, setelah memegang hewan 31,5%, setelah menceboki anak 30,9%, sebelum sholat 30,2%, sebelum menyuapi anak 28,2%, sebelum ke toilet 12%, dan lainnya sebanyak 4%
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
47
diantaranya setelah pulang dari bepergian, setelah pulang kerja, setelah mengepel lantai, setelah bersih-bersih, pulang dari pasar, dan lain-lain. Perilaku praktik buang air besar sembarangan masih dilakukan oleh 43,4% responden sebagaimana dapat diihat pada gambar 3.52 dibawah ini. Gambar 3.52: Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS
Persentase Penduduk yang Melakukan BABS 43,4 56,6
Ya, BABS Tidak
Dari hasil studi EHRA diketahui bahwa kelurahan yang merupakan area paling berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi adalah kelurahan Kesepuhan. Tabel 9 : Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA
NO
Kelurahan
CTPS di lima waktu penting
Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja?
Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat?
Keberfungsian penggelontor
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya, berfungsi
1
Kesepuhan
97,5
2,5
30,0
70,0
30,0
70,0
37,5
62,5
2
Jagasatru
97,5
2,5
22,5
77,5
22,5
77,5
15,0
85,0
3
Karyamulya
87,5
12,5
57,5
42,5
37,5
62,5
5,0
95,0
4
Pulasaren
95,0
5,0
45,0
55,0
27,5
72,5
15,0
85,0
5
Kalijaga
72,5
27,5
57,5
42,5
45,0
55,0
7,5
92,5
6
Panjunan
100,0
,0
12,5
87,5
17,5
82,5
5,0
95,0
7
Kejaksan
90,0
10,0
17,5
82,5
15,0
85,0
7,5
92,5
8
Pekalangan
100,0
,0
25,0
75,0
32,5
67,5
10,0
90,0
9
Pekiringan
87,5
12,5
22,5
77,5
12,5
87,5
12,5
87,5
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
48
NO
Kelurahan
CTPS di lima waktu penting
Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja?
Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat?
Keberfungsian penggelontor
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya, berfungsi
10
Kebonbaru
72,5
27,5
20,0
80,0
70,0
30,0
2,5
97,5
11
Argasunya
100,0
,0
10,0
90,0
7,5
92,5
10,0
90,0
12
Pegambiran
100,0
,0
5,0
95,0
12,5
87,5
7,5
92,5
13
Pekalipan
90,0
10,0
7,5
92,5
7,5
92,5
22,5
77,5
14
Kesambi
75,0
25,0
10,0
90,0
7,5
92,5
7,5
92,5
15
Drajat
95,0
5,0
2,5
97,5
10,0
90,0
10,0
90,0
16
Lemahwungkuk
92,5
7,5
2,5
97,5
7,5
92,5
5,0
95,0
17
Sunyaragi
85,0
15,0
5,0
95,0
,0
100,0
2,5
97,5
18
Sukapura
80,0
20,0
5,0
95,0
,0
100,0
,0
100
19
Kesenden
72,5
27,5
,0
100,0
,0
100,0
7,5
92,5
20
Harjamukti
50,0
50,0
,0
100,0
65,0
35,0
,0
100,0
21
Kecapi
60,0
40,0
,0
100,0
,0
100,0
2,5
97,5
22
Larangan
12,5
87,5
5,0
95,0
5,0
95,0
,0
100
Lanjutan Tabel 9 : Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA
NO
Kelurahan
Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban?
Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air
Tidak
Ya
Ya, tercemar
Tidak tercemar
Ya, BABS
Tidak
Perilaku BABS
1
Kesepuhan
37,5
62,5
65,0
35,0
67,5
32,5
2
Jagasatru
55,0
45,0
12,5
87,5
87,5
12,5
3
Karyamulya
30,0
70,0
30,0
70,0
60,0
40,0
4
Pulasaren
17,5
82,5
35,0
65,0
50,0
50,0
5
Kalijaga
7,5
92,5
10,0
90,0
55,0
45,0
6
Panjunan
77,5
22,5
,0
100,0
32,5
67,5
7
Kejaksan
5,0
95,0
50,0
50,0
60,0
40,0
8
Pekalangan
10,0
90,0
22,5
77,5
35,0
65,0
9
Pekiringan
50,0
50,0
,0
100,0
45,0
55,0
10
Kebonbaru
12,5
87,5
,0
100,0
42,5
57,5
11
Argasunya
40,0
60,0
12,5
87,5
30,0
70,0
12
Pegambiran
40,0
60,0
30,0
70,0
12,5
87,5
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
49
NO
Kelurahan
Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban?
Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air
Tidak
Ya
Ya, tercemar
Tidak tercemar
Ya, BABS
Tidak
Perilaku BABS
13
Pekalipan
20,0
80,0
15,0
85,0
30,0
70,0
14
Kesambi
5,0
95,0
,0
100,0
77,5
22,5
15
Drajat
2,5
97,5
2,5
97,5
57,5
42,5
16
Lemahwungkuk
5,0
95,0
,0
100,0
42,5
57,5
17
Sunyaragi
2,5
97,5
17,5
82,5
35,0
65,0
18
Sukapura
2,5
97,5
,0
100,0
55,0
45,0
19
Kesenden
2,5
97,5
,0
100,0
52,5
47,5
20
Harjamukti
,0
100,0
10,0
90,0
,0
100,0
21
Kecapi
2,5
97,5
15,0
85,0
17,5
82,5
22
Larangan
,0
100,0
7,5
92,5
10,0
90,0
3.7 Kejadian penyakit diare Dari hasil survei diketahui bahwa sebagian besar responden dan anggota keluarganya tidak pernah menderita diare yaitu sebesar 77%. Sebanyak 5,2% pernah menderita lebih dari 6 bulan lau, 4,5% pernah menderita 3 bulan terakhir, 4,3% pernah menderita 1 bulan terakhir, 3,8% pernah menderita 6 bulan terakhir, 2,2% pernah menderita 1 minggu terakhir, 1,8% menderita diare kemarin.
Gambar 3.53 : Grafik Persentase Kejadian Diare
2,2
4,5
4,3 3,8
Persentase Kejadian Diare 1,8 1,1 Tidak pernah
5,2
Lebih dari 6 bulan yang lalu 3 bulan terakhir 1 bulan terakhir
77,0
6 bulan yang lalu 1 minggu terakhir Kemarin Hari ini
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
50
Dari gambar 3.54 diketahui sebagian besar anggota keluarga yang menderita diare adalah orang dewasa perempuan yaitu sebanyak 40,6%. Sedangkan anak-anak balita sebanyak 28,2%, orang dewasa laki-laki 18,3%, anak-anak perempuan 9,4%, anak remaja laki-laki 8,4%, dan pada anak-anak non balita 5,4%.
Gambar 3.54 : Grafik Persentase Anggota Keluarga yang Menderita Diare
Persentase Anggota Keluarga yang Menderita Diare 8,4
5,4
Orang dewasa perempuan
9,4 40,6
Anak-anak balita Orang dewasa laki-laki
18,3 28,2
Anak remaja perempuan Anak remaja laki-laki Anak-anak non balita
3.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Risiko Sanitasi diartikan sebagai terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Indeks Risiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagai ukuran atau tingkatan risiko sanitasi, dalam hal ini adalah hasil dari analisa Studi EHRA. Manfaat penghitungan Indeks Risiko Sanitasi (IRS) adalah sebagai salah satu komponen dalam menentukan area berisiko sanitasi. Berikut adalah Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Kota Cirebon Tahun 2014 berdasarkan vaiabel sumber air, air limbah domestik, persampahan, genangan air, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
51
Gambar 3.55: Grafik Indeks Risiko Sanitasi Kota Cirebon Tahun 2014 300 250
66
Sumber Air
Persampahan
35
Kejaksan
32 34 40 40 39 29 24 49 26 28 45 26 58 65 26 55 32 22 8 13 7 13 1 23 1 18
Genangan Air
Kebonbaru Sukapura Kesenden
44
53 35 48 24 25 89 43 53 25 33 32 34 25 4 18 16 8 15 23
Panjunan Jagasatru Pulasaren
Air Limbah Domestik
53
Kesambi Pekiringan
40 29 40 23 38 26 26 52 37 36 72 60 58 13 42 20 22 39 23 24 5 14 3 33
Argasunya Kalijaga Harjamukti Kecapi
0
73
75
50
Kesepuhan Lemahwungkuk
50
47
83 23 8
40
Larangan Pegambiran
100
40 42
52 37
Karyamulya Sunyaragi Drajat
19 150
57
35
Pekalipan Pekalangan
200
PHBS
Setelah Indeks Risiko Sanitasi diketahui, kemudian dikumulatifkan sehingga diketahui total indeks maksimal adalah 272 dan terendah adalah 113 dengan interval 40. Sehingga diketahui katagori area berisiko sangat tinggi adalah kelurahan dengan nilai total IRS 236-276, kelurahan risiko tinggi dengan IRS 195-235, kelurahan risiko sedang dengan IRS154-194, kelurahan kurang berisiko dengan IRS 113-153.
Tabel 10 : Katagori daerah berisiko sanitasi
Total Indeks Risiko Max Total Indeks Risiko Min Interval Katagori Area Berisiko Kurang Berisiko Berisiko Sedang Risiko Tinggi Risiko Sangat Tinggi
Batas Nilai Risiko 272 113 40 Batas Bawah 113 154 195 236
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
Keterangan
Batas Atas 153 194 235 276
52
Berdasarkan nilai kumulaif Indeks Risiko Sanitasi dan katagori area berisiko dapat diketahui katagori risiko sanitasi tiap kelurahan, sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah ini. Tabel 11 : Hasil Skoring Studi EHRA berdasarkan Indeks Risiko NO
KELURAHAN
NILAI IRS
KATAGORI RISIKO
1
Kesepuhan
272
Risiko Sangat Tinggi
2
Jagasatru
235
Risiko Tinggi
3
Lemahwungkuk
210
Risiko Tinggi
4
Pulasaren
205
Risiko Tinggi
5
Pekalipan
202
Risiko Tinggi
6
Kejaksan
193
Risiko Sedang
7
Harjamukti
181
Risiko Sedang
8
Kebonbaru
168
Risiko Sedang
9
Argasunya
166
Risiko Sedang
10
Kalijaga
157
Risiko Sedang
11
Pegambiran
156
Risiko Sedang
12
Kesenden
146
Kurang Berisiko
13
Pekalangan
139
Kurang Berisiko
14
Kesambi
130
Kurang Berisiko
15
Karyamulya
125
Kurang Berisiko
16
Sunyaragi
123
Kurang Berisiko
17
Sukapura
120
Kurang Berisiko
18
Kecapi
119
Kurang Berisiko
19
Drajat
119
Kurang Berisiko
20
Larangan
115
Kurang Berisiko
21
Pekiringan
114
Kurang Berisiko
22
Panjunan
113
Kurang Berisiko
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
53
Hasil analisa indeks risiko sanitasi adalah sebagai berikut: 1. Kelurahan dengan risiko sangat tinggi adalah kelurahan Kesepuhan dengan nilai IRS 272. 2. Kelurahan dengan risiko tinggi adalah kelurahan Jagasatru, Lemahwungkuk, Pulasaren, dan Pekalipan dengan nilai IRS berturut-turut yaitu 235, 210, 205, dan 202. 3. Kelurahan dengan risiko sedang adalah Kelurahan Kejaksan, Harjamukti, Kebonbaru, Argasunya, Kalijaga, dan Pegambiran dengan nilai IRS berturutturut 193, 181, 168, 166, 157, dan 156. 4. Kelurahan yang kurang berisiko yaitu Kelurahan Kesenden (IRS 146), Pekalangan (IRS 139), Kesambi (IRS 130), Karyamulya (IRS125), Sunyaragi (IRS 123), Sukapura (IRS 120), Kecapi (IRS 119), Drajat (IRS 119), Larangan (IRS 115), Pekiringan (IRS 114), dan Panjunan (IRS 113).
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
54
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Envinronmental Health Risk
Assessment=EHRA)
merupakan
survey partisipatif
di
tingkat
Kabupaten/Kota untuk memahami/mengetahui kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Hasil studi EHRA memberi data ilmiah dan faktual tentang ketersediaan layanan sanitasi pada tingkat rumah tangga dalam skala kota. Sektor sanitasi yang menjadi obyek studi sekaligus variabel Indeks Risiko Sanitasi meliputi air bersih, sampah, limbah cair domestik, drainase lingkungan, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan perilaku Buang Air Besar. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kota sampai dengan tingkat kelurahan. Data ini juga akan digunakan Pokja Sanitasi Kota Cirebon sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih Sanitasi, penetapan area berisiko dan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Adapun hasil Studi EHRA yang telah dilaksanakan Pokja Sanitasi Kota Cirebon, secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Fasilitas sanitasi 1) Air Bersih Sumber air bersih masyarakat Kota Cirebon dari PDAM untuk masak sebanyak 78% dan untuk minum sebanyak 68,4%. Dengan daerah yang paling berisiko terhadap air bersih adalah Kelurahan Lemahwungkuk. 2) Air Limbah dan Tinja Persentase jumlah keluarga yang memiliki jamban pribadi sebanyak 96,45% serta masih ada sebagian masyarakat yang membuang tinjanya di kebun, sungai, selokan, lubang galian, dan lainnya. Sebagian masyarakat, meskipun telah memiliki sarana jamban tetapi masih ada kondisi yang kurang memadai dari
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
55
pembuangan tinjanya, yaitu tidak memiliki tangki septik, tinjanya dibuang ke sungai/selokan. Dan area berisiko air limbah domestic berdasarkan hasil studi EHRA diantaranya adalah Kelurahan Jagasatru, Kelurahan Pegambiran, Kebonbaru dan Kesepuhan. 3) Drainase / SPAL Sebanyak 92,5% rumah tangga memiliki saluran pembuangan air limbah. sebagian besar air limbah baik dari dapur, kamar mandi, tempat cuci pakaian, maupun dari wastafel dibuang ke saluran tertutup sekitar 43%. Namun demikian masih banyak juga yang membuang air limbahnya ke sungai yaitu sekitar 30%. Akibat tidak memiliki SPAL, terjadi genangan yang dialami oleh 3,2% responden. Sedangkan area berisiko genangan air berdasarkan hasil studi EHRA yaitu Kelurahan Pulasaren dan Kesepuhan. 4) Persampahan Sebagian besar masyarakat Kota Cirebon (76,8%) pengelolaan sampah rumah tangganya adalah dengan dikumpulkan dan dibuang ke TPS. Frekuensi pengangkutan sampah ke TPS dilakukan dalam beberapa kali dalam seminggu. Upaya pemilahan sampah baru dilakukan oleh 3,5% responden. Dan yang merupakan area berisiko persampahan menurut studi EHRA adalah kelurahan Harjamukti, Jagasatru dan Kesepuhan, Lemahwungkuk dan Kebonbaru. b. Perilaku Higiene dan Sanitasi Praktik cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagian besar (82,4%) tidak dilakukan oleh masyarakat Kota Cirebon sedangkan praktik buang air besar sembarangan masih dilakukan oleh 43,4% responden. Dan area yang paling berisiko perilaku hygiene dan sanitasi berdasarkan hasil studi EHRA adalah kelurahan Kesepuhan. c. Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Kelurahan dengan risiko sangat tinggi adalah kelurahan Kesepuhan dengan nilai IRS 272. Dan kelurahan dengan risiko tinggi adalah kelurahan Jagasatru, Lemahwungkuk, Pulasaren, dan Pekalipan dengan nilai IRS berturut-turut yaitu 235, 210, 205, dan 202
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
56
4.2 Hambatan/Kendala 1. Keterbatasan anggaran sehingga pelatihan enumerator kurang optimal dan tidak menghadirkan fasilitator PPSP. 2. Waktu pelaksanaan di akhir tahun, karena bersumber pada anggaran perubahan. Sehingga dalam pelaksanaannya terkesan terburu-buru, persiapan belum benar-benar matang. 3. Pelatihan entry data dilakukan secara singkat. 4. Pada saat kunjungan /survey ke rumah calon responden, enumerator juga mengalami kesulitan untuk bertemu dan wawancara dengan calon responden pada siang hari, sehingga dilakukan kesepakatan waktu pertemuan. 4.3 Saran 1. Agar pelaksanaan studi EHRA selanjutnya dapat terencana dengan matang, baik itu masalah anggaran maupun pelaksanaan di lapangan sehingga jika akan dilaksanakan kembali studi EHRA dapat terlaksana dengan baik pada seluruh tahapannya, termasuk pelatihan enumerator, pelatihan supervisor, pelatian petugas entry data, pelatihan analisis data dan pembuatan laporan studi EHRA, dan lainnya yang terkait. 2. Hasil study EHRA ini agar dijadikan sebagai acuan dalam pembangunan di Kota Cirebon, khususnya terkait bidang sanitasi. 3. Sudi EHRA harus dilakukan secara berkesinambungan dan bertahap mengingat dinamika laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah kota yang selalu dinamis. 4. Tersusunnya peraturan daerah yang mengatur penanganan/pengelolaan sanitasi di Kota Cirebon. 5. Hasil studi EHRA dengan Indeks Risiko Sanitasi sangat tinggi perlu ditindaklanjuti dengan desain program/kegiatan untuk penanganannya.
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
57
DAFTAR ISTILAH -
CTPS = Cuci Tangan Pakai Sabun : Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
-
STBM = Sanitasi total : Kondisi ketika suatu komunitas Tidak Buang Air Besar Sembarangan (BABS), Mencuci tangan pakai sabun, Mengelola air minum dan makanan yang aman, Mengelola sampah dengan benar.
-
Tangki septik (septic tank) : Ruang kedap air yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga.
-
3R : Reduce, Reuse, dan Recycle. Sebuah pendekatan untuk mengurangi timbulan sampah melalui: mengurangi, menggunakan kembali, serta mendaur ulang sampah.
-
Sampah : Sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (UU No. 18 tahun 2008)
-
Tempat Penampungan Sementara (TPS) : Tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu (UU No. 18 tahun 2008).
-
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) : Tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan (UU No. 18 tahun 2008)
-
Drainase : Prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air penerima air dan atau ke bangunan resapan manusia.
-
Drainase perkotaan : Drainase di wilayah perkotaan yang berfungsi mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
58
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Nama dan Kode Kelurahan Target Area Studi ....................................... 6 Tabel 2 : Daftar RT Terpilih Hasil Random .............................................................. 8 Tabel 3 : Daftar Enumerator Beserta Wilayah Study EHRA ................................. 13 Tabel 4 : Daftar Supervisor Beserta Wilayah Studi EHRA .................................... 14 Tabel 5 : Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA .............. 25 Tabel 6 : Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA .. 32 Tabel 7 : Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA .............. 39 Tabel 8 : Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA ................... 45 Tabel 9 : Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA ............................................................................................................ 48 Tabel 10 : Katagori daerah berisiko sanitasi ............................................................. 52 Tabel 11 : Hasil Skoring Studi EHRA berdasarkan Indeks Risiko ......................... 53
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
59
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 : Gambar 3.2 : Gambar 3.3 : Gambar 3.4 : Gambar 3 5 : Gambar 3.6 : Gambar 3.7 : Gambar 3.8 : Gambar 3.9 : Gambar 3.10 : Gambar 3.11 : Gambar 3.12 : Gambar 3.13 : Gambar 3.14 : Gambar 3.15 : Gambar 3.16: Gambar 3.17 : Gambar 3.18 : Gambar 3.19 : Gambar 3.20 : Gambar 3.21 : Gambar 3.22 : Gambar 3.23 : Gambar 3.24 : Gambar 3.25 : Gambar 3.26 : Gambar 3.27 : Gambar 3.28 : Gambar 3.29 : Gambar 3.30 : Gambar 3.31: Gambar 3.32: Gambar 3.33 : Gambar 3.34 : Gambar 3.35 : Gambar 3.36 : Gambar 3.37 :
Grafik Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga ............ 15 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ...... 16 Grafik Status Kepemilikan Rumah ............................................ 16 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 17 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan ............ 17 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan ................................ 18 Grafik Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah ......................... 19 Grafik Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ............................ 20 Grafik Praktik Pemilahan Sampah ............................................ 21 Grafik Jenis Sampah yang Dipilah ............................................ 22 Grafik Frekuensi Pengangkutan Sampah ................................. 22 Grafik Ketepatan Waktu Pengangkutan Sampah ...................... 23 Grafik Pembiayaan layanan pengangkutan sampah ................. 23 Grafik Pemungut Biaya Layanan Pengangkutan Sampah ......... 24 Grafik Besar Biaya Layanan Pengangkutan Sampah ............... 24 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar ............................. 26 Grafik Persentase Kepemilikan Jamban ................................... 26 Grafik Jenis Closet yang digunakan .......................................... 27 Grafik Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja ....................... 27 Grafik Lamanya Tangki Septik Dibangun .................................. 28 Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik..................... 29 Grafik Pelaku Pengurasan Tangki Septik .................................. 29 Grafik Praktik Pembuangan Lumpur Tinja................................. 30 Grafik Perilaku BAB Sembarangan Anak Balita ........................ 30 Grafik Perilaku Ibu Membuang Tinja Anak ................................ 31 Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman 31 Grafik Persentase Kepemilikan SPAL ....................................... 33 Grafik Persentase Buangan Akhir Air Limbah ........................... 33 Grafik Persentase Rumah Tanggga yang Pernah Mengalami Banjir ........................................................................................ 34 Grafik Persentase Rumah Tangga Mengalami Kejadian Banjir Secara Rutin ............................................................................. 34 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Masuk Rumah ...................................................................................... 35 Grafik Ketinggian Air Saat Banjir ............................................... 35 Grafik Kondisi Kamar Mandi dan WC/Jamban .......................... 36 Grafik Lamanya Air Banjir Surut................................................ 36 Grafik Persentase Lokasi Genangan Air di Rumah ................... 37 Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga ..................... 37 Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi ....................................... 38
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
60
Gambar 3.38 : Gambar 3.39 : Gambar 3.40 : Gambar 3.41 : Gambar 3.42 : Gambar 3.43 : Gambar 3.44 : Gambar 3.45 : Gambar 3.46 : Gambar 3.47 : Gambar 3.48 : Gambar 3.49 : Gambar 3.50 : Gambar 3.51 : Gambar 3.52: Gambar 3.53 : Gambar 3.54 : Gambar 3.55:
Grafik Pencemaran Karena SPAL................................................... 38 Grafik Penggunaan Sumber Air untuk Kebutuhan Sehari-hari ... 40 Grafik Sumber Air untuk Minum dan Masak .................................. 41 Grafik Waktu Lamanya Mengalami Kesulitan Air ........................ 41 Grafik Tingkat Kepuasan Responden terhadap Kualitas Air ....... 42 Grafik Jarak Sumur ke Tempat Penampungan/Pembuangan Tinja...................................................................................................... 42 Grafik Mengolah/Menangani Air sebelum digunakan untuk Minum dan Masak.............................................................................. 43 Grafik Teknik Pengolahan Air Sebelum digunakan Untuk Minum dan Masak ........................................................................................... 43 Grafik Tempat Penyimpanan Air yang Sudah Diolah ................... 44 Grafik Tekhnik Mengambil Air dari Tempat Penyimpan Air ........ 44 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting ............................................... 46 Grafik Pola Pemanfaatan Sabun...................................................... 46 Grafik Lokasi Tempat Cuci Tangan................................................. 47 Grafik Persentase Waktu Melakukan CTPS .................................. 47 Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS ................. 48 Grafik Persentase Kejadian Diare ................................................... 50 Grafik Persentase Anggota Keluarga yang Menderita Diare ...... 51 Grafik Indeks Risiko Sanitasi Kota Cirebon Tahun 2014............ 52
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
61
FOTO-FOTO HASIL KEGIATAN STUDI EHRA DI KOTA CIREBON TAHUN 2014
Sanitarian Puskesmas sedang mengikuti Pelatihan Enumerator di Dinas Kesehatan
Pelatihan petugas entri data Studi EHRA
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
62
Salah satu enumerator sedang melakukan wawancara dengan responden di Kelurahan Pekalipan
Salah satu enumerator sedang melakukan wawancara dengan responden di Kelurahan Kecapi
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
63
Supervisor sedang melakukan pengecekan kuesioner hasil wawancara dan pengamatan
Petugas sedang melakukan entry data hasil studi EHRA
Tim Supervisor Studi EHRA
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
64
Kondisi tempat cuci dan kamar mandi
Keberadaan sabun di kamar mandi dan jamban
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
65
WC “Helikopter” di pinggir pantai Kelurahan Kesepuhan
Kondisi drainase dan keberadaan sampah di area studi EHRA
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
66
WC “Helikpter” dan keberadaan sampah di area studi EHRA Layanan pengangkutan sampah rumah tangga
Sarana pengelolaan sampah rumah tangga
Laporan Studi EHRA Kota Cirebon Tahun 2014
67