LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
2016
LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
KABUPATEN PASAMAN BARAT 2016 1
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
2016
DAFTAR ISI 1.
PENGANTAR……………………………………………………………………………………… 2
2.
CATATAN METODOLOGI………………………………………………………………………. 3
3.
KARAKTERISTIK RUMAH / RESPONDEN………………………………………………….4
4. . 5.
SUMBER AIR MINUM……………………………………………………………………………. 5
6.
SAMPAH RUMAH TANGGA……………………………………………………………………. 8
7.
JAMBAN DAN PEMBUANGAN AKHIR………………………………………………………. 11
8.
SALURAN AIR (DRAINASE LINGKUNGAN)……………………………………………... 14
9.
GRAFIK INDEKS RESIKO SANITASI TOTAL…………………………………………….. 17
PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS)………………………………………………. 6
10. PETA RESIKO SANITASI KABUPATEN…………………………………………………….. 21 11. TABEL RESIKO SANITASI PER KECAMATAN……………………………………………. 22
2
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
2016
1 PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki risiko pada kesehatan warga. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan Drainase lingkungan. Sementara, perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan sampah rumah tangga. Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan dokumen Sanitasi Kabupaten Pasaman Barat yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten . Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai benchmark pencapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat Kabupaten sampai di tingkat Nagari. Pelaksanaan studi EHRA banyak melibatkan kelompok perempuan. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi (secara fungsional) dengan Kader-Kader di tingkat Nagari. Kolaborasi dengan Kader Nagari dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, yakni : 1. memiliki akses yang lebih leluasa untuk datang ke rumah-rumah dan diterima oleh Kepala Kampung dan warga penghuni rumah. Pertimbangan ini terkait erat dengan karakteristik responden, yakni Ibu berusia antara 20-65 tahun dan juga pertanyaanpertanyaan di dalam kuesioner yang banyak mengandung hal-hal yang dalam norma masyarakat dinilai sangat privat dan sensitif, seperti tempat dan perilaku BAB 2. Kader-Kader Nagari umumnya memahami wilayah Nagari sehingga mempermudah mencari rumah yang terpilih secara acak. Perempuan atau ibu dipilih sebagai responden karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya EHRA di Kabupaten Pasaman Barat yang kegiatan dimulai Mei 2016 s/d Juli 2016. Dimulai dengan pelatihan Enumerator dilaksanakan pada 10 – 11 Mei 2016 dilanjutkan dengan pelatihan Entri data EHRA yang dilaksanakan pada 03 - 04 Juni 2016, analisis Data dilakukan di akhir Juli 2016. Seluruh kegiatan EHRA dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat.
3
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
2016
2 CATATAN METODOLOGI EHRA adalah studi yang relatif pendek (sekitar 2-3 bulan) yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA Kabupaten Pasaman Barat adalah Kader Nagari yang dipilih secara kolaboratif oleh Puskesmas-Puskesmas yang ada di Kabupaten Pasaman Barat. Sebelum turun ke lapangan, para kader diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator- indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Studi EHRA Kabupaten Pasaman Barat mencakup 11 Kecamatan, yakni Kecamatan Sungai Beremas, Ranah Batahan, Koto Balingka, Sungai Aur, Lembah Malintang, Gunung Tuleh, Talamau, Pasaman, Luhak Nan Duo, Sasak Ranah Pasisie, Kinali . serta 19 Nagari dan 215 Jorong yang ada di Kabupaten Pasaman Barat disurvey dengan cara seluruh jorong dilibatkan dan diambil 40 KK setiap jorongnya untuk studi EHRA, Kabupaten Pasaman Barat memiliki 11 kecamatan 19 Nagari dan 215 Jorong, Jumlah responden 8.600 KK yang direncanakan dan finalnya menjadi 8.320 KK. Yang menjadi unit analisis dalam EHRA adalah rumah tangga. Sementara, yang menjadi unit respon adalah ibu rumah tangga. Ibu dipilih dengan asumsi bahwa mereka relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta mereka relatif lebih mudah ditemui dibandingkan bapak-bapak. Ibu dalam EHRA didefinisikan sebagai perempuan berusia 20-65 tahun yang telah atau pernah menikah. Untuk memilih Ibu di setiap rumah, enumerator menggunakan matriks prioritas yang mengurutkan prioritas Ibu di dalam rumah. Prioritas ditentukan oleh status Ibu yang dikaitkan dengan kepala rumah tangga. Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih Ibu, maka usia menjadi penentunya. Pelaksanaan entri data dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan sendiri, Selama pelatihan itu tim data entri dikenalkan pada perangkat lunak yang digunakan serta langkahlangkah untuk uji konsistensi. Untuk quality control, tim spot mendatangi 20% rumah yang telah disurvai. Tim spot check adalah Suvervisor Puskesmas secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri di-re-check kembali oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat. diambil 5% entri kuesioner diperiksa kembali.
4
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
3 KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/ RESPONDEN Variabel yang terkait dengan status rumah, seperti kepemilikan dan juga ketersediaan kamar yang disewakan diperlukan untuk memperkirakan potensi partisipasi warga dalam pengembangan program sanitasi. Mereka yang menempati rumah atau lahan yang tidak dimilikinya diduga kuat memiliki rasa memiliki (sense of ownership) yang rendah. Mereka cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi ataupun kebersihan lingkungan. Sebaliknya, mereka yang menempati rumah atau lahan yang dimilikinya sendiri akan cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi. Secara mendasar, perbedaan-perbedaan karakteristik ini akan menuntut pendekatan program yang berbeda. Grafik III-1
Usia Responden Survey EHRA Kabupaten Pasaman Barat
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
Dari sisi aspek usia, kebanyakan adalah Ibu-ibu yang berusia > 45 tahun, yakni sekitar 30,3% dari total responden. Sekitar 12,8% berada di usia 41 – 45 tahun, Sementara mereka yang berada di rentang 36 – 40 tahun mencakup sekitar 16,4%, Untuk 31 – 35 tahun jumlah responden sebanyak 17,5%. Sebanyak 14,9% berada pada rentang umur 26 – 30 tahun, sedang antara umur 21 – 25 tahun sebanyak 7,3%. Proporsi yang paling kecil adalah yang berusia paling muda, yakni 20 tahun. Proporsi mereka hanya mencakup sekitar 0,9% dari total responden yang terpilih.
5
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Studi EHRA juga mengidentifikasi keberadaan balita di sebuah rumah tangga. Keberadaan balita menjadi penting sebab dibandingkan kelompok lain, balita adalah segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan sanitasi. Diare, misalnya, adalah pembunuh balita nomor dua di Indonesia setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dengan korban sekitar 40.000 balita per tahun. Karena itu, sebaran balita dapat memberi gambaran tentang kerentanan wilayah tertentu. Terkait dengan status rumah yang ditempati responden, survai EHRA menjumpai mayoritas atau sekitar 75,9% dari total populasi menyatakan bahwa rumah yang ditempati adalah rumah yang dimiliki sendiri, Sekitar 2,3% yang melaporkan rumahnya adalah rumah dinas, 0,9% adalah berbagi dengan keluarga lain, sedang untuk sewa sebesar 1,7%. lalu 2,5% menyatakan bahwa rumah yang ditempati adalah rumah kontrakan. dan 16,1% masih menempati rumah milik orang tua, serta lainnya sebesar 0,4%. Grafik III3
Status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
4 SUMBER AIR MINUM
Bab ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum bagi rumah tangga di Kabupaten Pasaman Barat. Hal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari
6
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
2 (dua) hal utama, yakni : 1) jenis sumber air minum yang digunakan rumah tangga 2) kelangkaan air yang dialami rumah tangga dari sumber Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Dari sisi jenis sumber diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/ PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi dan mata air terlindungi. Di lain pihak, terdapat sumber- sumber yang memiliki risiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah, sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai dan waduk. Hasil Survey EHRA terlihat bahwa sebagian besar responden mendapatkan air bersih untuk minum dari Botol kemasan 1,5%, Air isi ulang 25,1%, ledeng PDAM 16,2%, Hidran Umum PDAM 2,7%, Kran Umum PDAM 4,3%, Sumur Pompa tangan 2,8%, sumur gali terlindungi sebanyak 24,3%, Sumur gali tidak terlindungi 19,2%, Mata air terlindungi 2%, Mata air tidak terlindungi sebanyak 3,4%, Air hujan 0,9%, dari Sungai 1,7% seperti terlihat pada tabel dibawah ini Grafik IV-I
Akses Terhadap Air minum pada Lokasi EHRA di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
7
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Kelangkaan air di Kabupaten Pasaman Barat 75,1% mengatakan tidak pernah ini disebabkan warga sudah punya sumur gali baik yang terlindungi maupun yang tidak terlindungi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pada grafik IV-2 tentang kelangkaan air di Kabupaten Pasaman Barat menurut EHRA 2016, yang menjawab tidak pernah 75,1%, Beberapa jam saja 6,9%, satu sampai beberapa hari 10,3 %, seminggu 2,5%, lebih dari seminggu 4,2% dan tidak tahu 1%. Grafik IV-2
Lama kesulitan Air pada Lokasi EHRA di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016
Sumber : EHRA Kab. Kabupaten Pasaman Barat 2016
5 PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) Gejala diare seringkali dipandang sepele. Di beberapa daerah, balita yang terkena diare malah dipandang positif. Katanya, diare adalah tanda akan berkembangnya anak, seperti akan segera bisa berjalan, bertambah tinggi badan, atau tumbuhnya gigi baru di rahangnya. Meski tidak dijumpai istilah khusus, sejumlah kelompok masyarakat pun mempercayai hal-hal semacam itu (Laporan ESP Formative Research, 2007). Sekitar 40.000 anak Indonesia meninggal setiap tahun akibat diare (Unicef, 2002; dikutip dari facts sheet ISSDP, 2006). Bukan hanya itu, diare juga ikut
8
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
menyumbang pada angka kematian balita yang disebabkan faktor gizi buruk. Dalam studi global disimpulkan bahwa dari 3,6 juta kematian akibat gizi buruk, sekitar 23% ternyata disebabkan oleh diare (Fishman, dkk., 2004). Diare sebetulnya dapat dicegah dengan cara yang mudah. Sekitar 42-47% risiko terkena diare dapat dicegah bila orang dewasa, khususnya pengasuh anak mencuci tangan pakai sabun pada waktuwaktu yang tepat. Bila dikonversikan, sekitar 1 juta anak dapat diselamatkan hanya dengan mencuci tangan pakai sabun (Curtis & Cairncross, 2003). Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat memblok transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/ kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah prevensi cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Hasil Survey EHRA memperlihatkan bahwa kebiasaan masyarakat Kabupaten Pasaman Barat pada umumnya belum melakukan praktek cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting pada keluarga. Pada Grafik berikut terlihat hanya 4,2 % saja yang melakukan praktek cuci tangan pakai sabun. Grafik V-1 Praktek CTPS Pada keluarga Berdasarkan Survey EHRA Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016
Sumber EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
9
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Pada keluarga yang memiliki balita hendaknya melakukan praktek cuci tangan pakai sabun setidaknya di lima waktu utama antara lain : 1. Setelah menceboki anak 2. Setelah BAB 3. Sebelum Makan 4. Sebelum menyiapkan masakan 5. Sebelum menyuapi anak Berdasarkan Survey EHRA kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada keluarga yang mempunyai balita belum membudaya, umumnya Hanya 24,6% yang melakukan setelah menceboki anak, yang melakukan setelah BAB 51,4%, sebelum makan 43,6%, sebelum menyuapi anak/bayi 14,5%, sebelum menyiapkan makanan 19,3%, Seperti terlihat pada grafik dibawah ini :
Sumber EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
6 SAMPAH RUMAH TANGGA EHRA mempelajari sejumlah aspek terkait dengan masalah penanganan sampah, yakni: 1. cara pembuangan sampah yang utama 2. frekuensi & pendapat tentang ketepatan pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah
10
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
3. praktik pemilahan sampah 4. penggunaan wadah sampah sementara di rumah. Cara utama pembuangan sampah di tingkat rumah tangga diidentifikasi melalui jawaban verbal yang disampaikan responden. Dalam kuesioner tersedia 22 (duapuluh dua) opsi jawaban. Duapuluh dua opsi itu dapat dikategorikan dalam 4 (empat) kelompok besar, yakni 1) Dikumpulkan di rumah lalu diangkut keluar oleh pihak lain, 2) Dikumpulkan di luar rumah/ di tempat bersama lalu diangkut oleh pihak lain, 3) Dibuang di halaman/ pekarangan rumah, dan 4) Dibuang ke luar halaman/ pekarangan rumah. Di antara empat kelompok itu, cara-cara yang berada di bawah kategori 1 dan 2 atau yang mendapat layanan pengangkutan merupakan cara- cara yang memiliki risiko kesehatan paling rendah. Beberapa literatur menyebutkan bahwa cara pembuangan sampah di lobang sampah khusus, baik di halaman atau di luar rumah, merupakan cara yang aman pula. Namun, dalam konteks wilayah Kabupaten, di mana kebanyakan rumah tangga memiliki keterbatasan dalam hal lahan, penerapan cara-cara itu dinilai dapat mendatangkan risiko kesehatan yang cukup besar. Dari sisi layanan pengangkutan, EHRA melihat aspek frekuensi atau kekerapan dan ketepatan waktu dalam pengangkutan. Meskipun sebuah rumah tangga menerima pelayanan, risiko kesehatan tetap tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah terjadi lebih lama dari satu minggu sekali. Sementara, ketepatan pengangkutan digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten ketetapan/ kesepakatan tentang frekuensi pengangkutan sampah yang berlaku. Di banyak Kabupaten di Indonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam banyak kasus, beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada. Untuk mengurangi beban di tingkat Kabupaten , banyak pihak mulai melihat pentingnya pengelolaan/ pengolahan di tingkat rumah tangga, yakni dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sebagai bahan untuk kompos. Dengan latar belakang semacam ini, EHRA kemudian memasukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kegiatan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga serta melakukan pengamatan yang tertuju pada kegiatan-kegiatan pengomposan. kebiasaan membuang sampah masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat juga masih menimbulkan pencemaran tanah dan air. Rata-rata masyarakat membuang sampah di halaman, kali/sungai kecil, di lubang sampah tetapi tidak melakukan pengolahan selanjutnya. Kebiasaan masyarakat membuang sampah dapat dilihat selengkapnya pada grafik berikut:
11
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Grafik VI-1 Kebiasaan Masyarakat mengelola Sampah Survey EHRA di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
Dari hasil survey EHRA diatas sebagian besar masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat membuang sampah dengan cara di bakar yaitu sebanyak 59,5 %, kemudian yang dibuang ke sungai sebanyak 13% dan yang dibuang ke lahan kosong sebanyak 17,1%. Pembuangan sampah yang dibuang ke TPS sebesar 4% Selanjutnya yang dibuang dan dikubur dilobang sebanyak 0,5 %, sedangkan yang dibuang kedalam lubang tetapi tidak ditimbun sebanyak 0,7%. ini menunjukkan pelayanan sampah di Kabupaten Pasaman Barat belum maksimal dikarenakan daerah yang luas dan tingkat kesadaran warga yang memilih dengan cara dibakar lebih efektif dibandingkan harus jalan terlebih dahulu ke TPS terdekat.
7 JAMBAN DAN PEMBUANGAN AKHIR Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak aman adalah salah satu faktor risiko bagi turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak aman bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai/ kali/ got/ kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan
12
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
sumber air minum. Bagian ini memaparkan fasilitas sanitasi rumah tangga beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi difokuskan pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup jenis jamban yang tersedia, penggunaan, pemeliharaan, dan kondisinya. Berdasarkan hasil Study EHRA jumlah keluarga yang Buang Air Besar di Jamban Pribadi 52,9%, MCK/WC umum 5,4%, WC helicopter 2,3%, ke sungai 30%, selokan 6,5%, Lubang galian Grafik VII-1 : Tempat BAB Kabupaten Pasaman Barat di Lokasi Survey EHRA Tahun 2016
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
sementara tempat penyaluran akhir Tinja di Kabupaten Pasaman Barat yang ke Tanki Septick sebesar 20,4%, Yang Cubluk 26,6%, langsung ke drainase 1%, yang langsung membuang ke sungai 3,8%, ke sawah/Kolam 0,7% tempat Penyalurannya di Kabupaten Pasaman Barat dapat dilihat pada grafik VII-2 berikut
13
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Grafik VII-2 : Tempat Penyaluran akhir Tinja Kabupaten Pasaman Barat di Lokasi Survey EHRA Tahun 2016
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
Secara umum kondisi keluarga yang menggunakan tanki septick berdasarkan Survey EHRA sebesar 20,4% tetapi dari 20,4% hanya 89,6% yang tergolong suspec aman, berarti yang benar-benar aman sebesar 18,29% saja, sisa pengurangan masuk kategori cubluk. Grafik VII. 2.1 Tangki Septic Suspeck aman dan tidak aman di Kabupaten Pasaman Barat pada lokasi Survey EHRA Tahun 2016
Sumber EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
14
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Kriteria suspek aman adalah sebagai berikut: 1. Dibangun kurang dari lima tahun lalu 2. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras/ dikosongkan kurang dari lima tahun lalu Kriteria suspek tidak aman adalah sebagai berikut: 1. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan tidak pernah dikuras 2. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras lebih dari lima tahun lalu Grafik IV.2.2 Tangki Septik terbangun di Kabupaten Pasaman Barat EHRA Tahun 2016
Sumber EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
Pada grafik diatas dapat dilihat tanki septick terbangun 0-12 bulan sebesar 8,3%, 15 tahun 37,6%, yang dibangun 5-10 tahun 26,4%, lebih sepuluh tahun 20,8%, tidak tahu 6,9%.
15
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Grafik V Praktek Pembuangan Isi Tangki Septik di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016
Sumber EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
Tabel diatas menganalisa Praktek pengosongan Tanki septic yang menggunakan layanan Sedot tinja ataupun mandiri dan yang mengatakan belum pernah dikuras angkanya besar sekali 86,3%, lebih sepuluh tahun 0,9%, lebih dari 5-10 tahun 1%, 1-5 tahun lalu 2,5%, 0-12 bulan 2,5%. Bila kita gabungkan dengan kepemilikan tanki septic 18,29% yang aman maka hanya 5% yang sebenarnya aman dikarenakan pengurasannya kurang dari 5 (lima) tahun.
8 Saluran Air (Drainase) Bagian ini menyediakan informasi mengenai kondisi saluran air rumah tangga di Kabupaten Pasaman Barat. Saluran air merupakan salah satu objek yang diperhatikan EHRA karena saluran yang tidak memadai berisiko memunculkan berbagai penyakit, termasuk polio yang sempat merebak kembali di satu Kabupaten di Indonesia beberapa tahun lalu. EHRA mengamati keberadaan saluran air di sekitar rumah terpilih. Saluran yang dimaksud adalah saluran yang digunakan untuk membuang air bekas penggunaan rumah tangga (grey water), seperti air dapur (bekas cuci piring/ bahan makanan), air cuci pakaian maupun air bekas mandi. Seperti kebanyakan terjadi di Kabupaten Kabupaten di Indonesia, saluran grey water dapat pula berfungsi menjadi saluran bagi pengaliran air hujan (drainage). Bila suatu rumah didapati memiliki saluran, akan mengamati lebih dekat apakah air di saluran itu mengalir, warna airnya, dan melihat apakah terdapat tumpukan sampah di
16
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
dalam saluran air itu. Saluran yang memadai ditandai dengan aliran airnya yang lancar atau tidak ada air, warna airnya yang cenderung bening atau bersih, dan tidak adanya tumpukan sampah di dalamnya. Sementara itu berdasarkan hasil survey EHRA menyebutkan bahwa sebanyak 59,4% masyarakat Kabupaten Pasaman Barat memiliki SPAL dan 40,6% tidak memiliki SPAL. Grafik VIII-1 Keluarga yang memiliki SPAL di Kabupaten PASAMAN BARAT Berdasarkan Survey EHRA Tahun 2016
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
8.1 KEJADIAN BANJIR Untuk kejadian banjir sebanyak 89,8 % tidak pernah mengalami, 2,4% mengalami setahun sekali, 4,5% mengalami beberapa kali dalam setahun, 2,8% mengalami beberapa kali dalam sebulan, dan 0,6% tidak mengetahui. Grafik VIII-2 Kejadian Banjir di Kabupaten Pasaman Barat
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
17
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Grafik VIII-4 Lamanya Genangan dan ketinggian air diSekitar Lingkungan Rumah EHRA di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
Dari chart diatas lama genangan diwilayah terkena banjir di Kabupaten Pasaman Barat kurang dari 1 jam 22,9%, antara 1 – 3 jam 39,1%, setengah hari 13,1%, satu hari 9,8%, lebih satu hari 4,7%, selebihnya 10,4% menjawab tidak mengetahui kejadian banjir.
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
18
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Dari chart diatas diketahui ketinggian banjir yang pernah terjadi di Kabupaten Pasaman Barat setumit orang dewasa 51,9%, setengah lutut orang dewasa 20,2%, selutut orang biasa 12,8%, selebihnya 8,1% menjawab tidak mengetahui Umumnya wilayah Kabupaten Pasaman Barat jarang terjadi banjir yang diakibatkan karena hujan akan tetapi dikarenakan luapan sungai, dan kejadian banjir itu tidak diwilayah permukiman.
19
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
INDEKS RESIKO SANITASI TOTAL PER KECAMATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT 2016
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
20
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
21
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
22
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
23
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
24
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
25
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
26
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
27
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
28
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
29
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
Sumber : EHRA Kabupaten Pasaman Barat 2016
30
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
PETA INDEKS RESIKO SANITASI
31
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
DOKUMENTASI KEGIATAN EHRA KABUPATEN PASAMAN BARAT 2016 PELATIHAN ENUMERATOR EHRA KABUPATEN PASAMAN BARAT 10-12 MEI 2016
PELATIHAN ENUMERATOR EHRA KABUPATEN PASAMAN BARAT 10-12 MEI 2016
PELATIHAN ENUMERATOR EHRA KABUPATEN PASAMAN BARAT 10-12 MEI 2016
32
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
PELATIHAN ENUMERATOR EHRA KABUPATEN PASAMAN BARAT 10-12 MEI 2016
PELATIHAN ENUMERATOR EHRA KABUPATEN PASAMAN BARAT 10-12 MEI 2016
PELATIHAN ENUMERATOR EHRA KABUPATEN PASAMAN BARAT 10-12 MEI 2016
33
LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 Assessment)
34