LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN Kelompok Kerja Sanitasi Kota Banjarmasin
Kota Banjarmasin Bulan Nopember 2012
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
13
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 14 KATA PENGANTAR...................................................................................................................... 2 DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... 16 DAFTAR GRAFIK.......................................................................................................................... 4 I.
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 5
II.
METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA 2011 .............................................................. 6 2.1. Penentuan Target Area Survey ....................................................................................... 7 2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden ........................................................................... 23 2.3. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei ....................................................................... 24 2.4. Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei .................................................... 24
III. HASIL STUDI EHRA 2011 KABUPATEN/ KOTA ... .............................................................. 13 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ............................................................................ 13 3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik ............................................................................... 15 3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir ........................................................... 18 3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga ......................................................................... 19 3.5 Perilaku Higiene ............................................................................................................. 21 3.6 Kejadian Penyakit Diare................................................................................................. 24 3.7 Indeks Resiko menurut EHRA ........................................................................................ 26
IV. PENUTUP ......................................................................................................................... 30 LAMPIRAN ................................................................................................................................ 31
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
14
KATA PENGANTAR Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Banjarmasin untuk menyusun buku Pemetaan Kondisi Sanitasi (Buku Putih Sanitasi) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) berdasarkan pendekatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data ilmiah dan factual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kota Sub sektor sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah dan drainase lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Muatan pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan telah diarahkan sesuai dengan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Pengorganisasian pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan berikut penomorannya dibuat sedemikian rupa sehingga mempermudah pelaksanaan survei, entri maupun analisa data hasil studinya. Perangkat Studi EHRA juga telah dilengkapi dengan perangkat lunak (software) yang terdiri atas: 1. Perangkat lunak khusus untuk entri data dalam format Epi Info, 2. Perangkat lunak converter dari format Epi Info ke format yang bisa dibaca oleh SPSS 3. Perangkat lunak syntax SPSS untuk cleaning data dan pemprosesan data hingga menghasilkan berbagai table hasil pengamatan termasuk beberapa table analisis Crosstab. Perangkat lunak entri data menggunakan Epi Info versi MS-DOS (bukan versi MS-Windows). Hal ini untuk menjamin konsistensi pemasukan data oleh operator. Dengan demikian hasil entri data akan memiliki tingkat kesalahan yang seminim mungkin. Berdasarkan metoda pelaksanaan studi EHRA, sebelum menentukan jumlah sampel, Pokja Sanitasi Kota harus melakukan klastering desa/kelurahan berdasarkan 4 kriteria, yaitu kepadatan penduduk, angka kemiskinan, dinilai sering mengalami banjir dan dilalui sungai yang berpotensi digunakan untuk sarana sanitasi. Penarikan sampel studi EHRA dibuat lebih fleksibel disesuai dengan ketersediaan anggaran. Namun demikian ada batasan minimum tertentu yang harus tetap dipenuhi sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian ilmiah dengan tingkat kepercayaan 95%. Akhirnya kami berharap, laporan hasil kegiatan studi EHRA ini , dapat dipergunakan dengan sebaik baiknya didalam pembuatan BUKU PUTIH SANITASI, Pokja Sanitasi Program PPSP Kota Banjarmasin. Semoga bermanfaat,
TIM STUDI EHRA DINAS KESEHATAN KOTA BANJARMASIN,
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
15
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Hasil Klastering Kelurahan di Kota Banjarmasin tahun 2012 ................................................ 8 Tabel 2.2. Kelurahan Terpilih Untuk Survey EHRA Kota Banjarmasin tahun 2012 ................................ 9 Tabel 2.3. Jumlah Kelurahan yang diidentifikasi sering terjadi banjir .................................................... 9 Tabel 2.4. Distribusi Kelurahan per Klaster untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA ............................... 10
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
16
DAFTAR GRAFIK Grafik 3.1. Pengelolaan Sampah (skala kota) ....................................................................................... 13 Grafik 3.2. Frekuensi Pengankutan Sampah (skala kota) ..................................................................... 14 Grafik 3.3. Ketepatan pengangkutan sampah (skala kota) .................................................................... 14 Grafik 3.4. Pengelolaan Sampah Setempat (skala kota) ....................................................................... 15 Grafik 3.5. Kondisi Tangki Septik (skala kota) ....................................................................................... 16 Grafik 3.6. Pencemaran karena pembuangan isi Tangki Septik (skala kota)......................................... 16 Grafik 3.7. Pencemaran karena SPAL (skala kota) ............................................................................... 17 Grafik 3.8. Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (skala kota) .......................................................... 17 Grafik 3.9 Genangan Air (skala kota).................................................................................................... 19 Grafik 3.10 Penggunaan Sumber Air Minum (skala kota) ...................................................................... 20 Grafik 3.11 Keadaan Kelangkaan Air Bersih (skala kota) ...................................................................... 21 Grafik 3.12 Praktek CTPS pada 5 waktu penting (skala kota) ............................................................... 22 Grafik 3.13.Kebersihan Jamban (WC) (skala kota)................................................................................ 23 Grafik 3.14 Ketersediaan Sabun disekitar Jamban (skala kota) ............................................................ 23 Grafik 3.15 Keadaan Pencemaran Penampungan Air (skala kota)........................................................ 24 Grafik 3.16 Kejadian Penyakit Diare (skala kota)................................................................................... 25 Grafik 3.17 Indeks Risiko Sanitasi (skala kota) ..................................................................................... 26
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
17
BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kota sampai ke kelurahan. Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena: 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat 2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda 3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan 4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif 5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan. Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah: 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota Banjarmasin Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Banjarmasin Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kota Banjarmasin dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kota. LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
18
BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH EHRA EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja Sanitasi dan Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin . Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator Provinsi Kalimantan Selatan yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
19
Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja Sanitasi. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut: 1. Penanggungjawab
: Pokja Kota Banjarmasin
2. Koordinator Survey
: Anggota Pokja dari Unsur Dinas Kesehatan
3. Anggota
: BAPPEDA,dan Pokja dari Unsur Dinas Kesehatan
4. Koordinator wilayah/kecamatan
: Kepala Puskesmas
5. Supervisor
: Sanitarian Puskesmas
6. Tim Entry data
: Bag.Pengolahan, Data,Bappeda dan Dinas Kesehatan
7. Tim Analisis data
: Pokja Kota Banjarmasin
8. Enumerator
: Sanitarian Puskesmas
2.1.
Penentuan Target Area Survey Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui
proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kota Banjarmasin mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut:
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
20
1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: (∑ Pra-KS + ∑ KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% ∑ KK 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kota Banjarmasin menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Error! Reference source not found.. Wilayah (kecamatan atau kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kota Banjarmasin. Tabel 2.1. Hasil Klastering kelurahan di Kota Banjarmasin Tahun 2012
Klaster
Jumlah Total Sampel dlm Kelurahan
Target kelurahan
Jumlah yg tidak diambil sampel dalam kelurahan
1
5
1
4
2
7
1
6
3
19
4
15
4
19
4
15
Jumlah
50
10
40
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
21
Tabel 2.2. Kelurahan Terpilih untuk Survey EHRA di Kota Banjarmasin Tahun 2012 No
Kelurahan
Kecamatan Banjarmasin Timur 1 Karang Mekar 2 Pengambangan Kecamatan Banjarmasin Tengah 3 Mawar 4 Pasar Lama Kecamatan Banjarmasin Selatan 5 Kelayan Selatan 6 Kelayan Dalam Kecamatan Banjarmasin Barat 7 Belitung Selatan 8 Teluk Tiram Kecamatan Banjarmasin Utara 9 Sungai Andai 10 Alalak Selatan
Klaster
Keterangan
3 3
40 KK/Responden 40 KK/Responden
1 4
40 KK/Responden 40 KK/Responden
3 4
40 KK/Responden 40 KK/Responden
3 4
40 KK/Responden 40 KK/Responden
2 4
40 KK/Responden 40 KK/Responden
Tabel 2.3. Jumlah kelurahan yang diidentifikasi sering terjadi banjir
Jumlah Kelurahan
Jumlah Kelurahan sering Banjir
1 Banjarmasin Timur
9
9
2 Banjarmasin Tengah
11
7
3 Banjarmasin Barat
9
8
4 Banjarmasin Selatan
11
10
5 Banjarmasin Utara
10
10
50
44
No.
Kecamatan
Jumlah
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
22
Tabel 2.4. Distribusi kelurahan per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA KLASTER
KLASTER 1
KLASTER 2
KLASTER 3
KLASTER 4
JUMLAH KELURAHAN
5
7
18
20
JUMLAH KELURAHAN YANG DISURVEY
1
1
3
5
JUMLAH RESPONDEN
40
40
120
200
Klastering wilayah di Kota Banjarmasin menghasilkan katagori klaster sebagaimana diperlihatkan pada Error! Reference source not found..1 Wilayah (kecamatan atau kelurahan) yang erdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. 2.2.
Penentuan Jumlah/Besar Responden Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Sementara itu jumlah
sampel RT per Kelurahan minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan tersebut. Jumlah responden per Kelurahan/Desa minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:
Dimana:
n adalah jumlah sampel
N adalah jumlah populasi
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
23
d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05) Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.
Dengan jumlah populasi rumah tangga maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 400. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kota Banjarmasin metetapkan jumlah kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak 10 kelurahan sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 10 kelurahan X 40 = 400 responden.
2.3.
Penentuan Kelurahan Area Survei Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka
selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 10 kelurahan secara random.
2.4.
Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data
RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut.
Urutkan RT per RW per kelurahan.
Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil. Jumlah total RT kelurahan : X. Jumlah RT yang akan diambil : Y Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z
Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.
Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
24
Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb.
Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.
Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5
Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2
Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
25
BAB III HASIL STUDI EHRA 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Gambaran Umum Pada saat ini pengelolaan sampah di Kota Banjarmasin dikelola oleh Dinas Tata Kota dan Kebersihan Kota Banjarmasin dengan pengelolaan sampah, dilakukan dengan melalui proses sebagai berikut : a) Proses Pengumpulan Sampah Proses pengumpulan sampah dilakukan baik secara individual maupun secara komunal melalui bak-bak penampungan yang disediakan di setiap unit lingkungan perumahan maupun pada unit kegiatan komersial dan perkantoran. Proses pengumpulan sampah ini dapat dilakukan dengan sistem door to door dengan menggunakan gerobak sampah yang selanjutnya dikumpulkan di bak-bak penampungan yang pelaksanaanya dapat dilakukan oleh masing-masing unit lingkungan. b) Proses Pengangkutan Sampah ke TPS / TPA Proses pengangkutan sampah dilakukan dari bak-bak penampungan ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) atau transfer depo. Selanjutnya diangkut dengan menggunakan truck / dump truck menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). c) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan harus dilakukan secara reguler. Grafik 3.1. Pengelolaan Sampah (skala kota)
Pengelolaan Sampah memadai 35% tidak memadai 65%
Ket :
Pengelolaan sampah di kota Banjarmasin tidak memadai dengan prosentase 65%, hal ini yang mengakibatkan masih banyaknya tumpukan sampah di kota Banjarmasin yang belum terkelola dengan baik
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
26
Grafik 3.2. Frekuensi Pengangkutan Sampah
Frekuensi Pengangkutan Sampah tidak memadai 0%
memadai 100%
Ket :
Dari grafik tersebut diatas menggambarkan bahwa keadaan sampah terangkut 100%, namun dari proses pengamatan masih ada masyarakat yang membuang sampah tidak tepat waktu (tidak sessuai dengan jam buang yaitu jam 20.00 sampai dengan jam 06.00 pagi)
Grafik 3.3. Ketepatan Pengangkutan Sampah
Ketepatan Pengangkutan sampah
tidak tepat waktu 50%
Ket :
tepat waktu 50%
Dari grafik tersebut diatas menggambarkan 50% sampah tidak terangkut tepat waktu
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
27
Grafik 3.4. Pengolahan Sampah Setempat
Pengolahan Sampah Setempat diolah 2%
tidak diolah 98%
Ket :
Sampah diolah oleh masyarakat setempat baru 2%, yang tidak diolah 98%
3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik Gambaran Umum Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal, maka garis besar perhitungan perencanaan pengelolaan air limbah sampai 5 dan 10 tahun mendatang di Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut : Rencana pengelolaan air limbah di Wilayah Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat. Saat ini tidak semua wilayah di Kota Banjarmasin terlayani oleh sistem terpusat. Wilayah yang tidak terlayani sistem terpusat menggunakan sistem individu, berupa cubluk atau tanki septik. Untuk daerah yang padat, sistem individu ini sebenarnya tidak memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu di daerah-daerah yang belum terlayani sistem terpusat, akan dikembangkan sistem setempat, namun sistem ini sudah didesain agar dapat disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk sistem terpusat di masa yang akan datang. 2. Pengelolaan penanganan limbah cair dari kegiatan industri, rumah sakit, hotel, dan
restoran. Kegiatan industri dan rumah sakit umumnya menghasilkan limbah berbahaya, yang seharusnya diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air, sedangkan kegiatan hotel dan restoran umumnya tidak menghasilkan limbah berbahaya, namun secara kuantitas limbah yang dihasilkan cukup besar, sehingga diharapkan agar hotel dan restoran mempunyai system pengelolaan limbah tersendiri.
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
28
Grafik 3.5. Keadaan Tangki Septik
Kondisi Tangki Septik
Suspek aman 49%
Ket :
Tidak aman 51%
Keadaan tangki septic di Kota Banjarmasin seperti terlihat pada grafik diatas tergambar bahwa kondisi tangki septic yang hanya 49%, sehingga 51% tidak aman.
Grafik 3.6. Pencemaran karena pembuangan isi tangki septic
Keadaan Pencemaran Karena pembuangan isi tangki septik Aman 4%
Tidak aman 96%
Ket :
Tangki septik merupakan pilihan warga sebagai saluran akhir pembuangan tinja, tetapi dalam pelaksanaan baru 4% yang dikuras sesuai dengan kondisi aman, sisanya tidak dilakukan pengurasan atau dilakukan secara tidak aman.
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
29
Grafik 3.7. Pencemaran karena SPAL
Pencemaran Karena SPAL Aman 36%
Tidak aman 64%
Ket :
Dari hasil survey 64% pencemaran karena SPAL
Grafik 3.8. Perilaku BABS (skala Kabupaten)
Perilaku Buang Air Besar Sembarangan Tidak BABS 20%
BABS 80%
Ket :
Perilaku BABS baik ditinjau per kluster maupun skala kabupaten tergolong tinggi yaitu sebesar 80,% yang buang air besar sembarangan sisanya 20% tidak BABS Dari pengamatan dapat disimpulkan perlunya kesadaran masyarakat untuk lebih memahami Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan tidak buang air besar sembarangan. Dan juga masalah perilaku BABS ini juga diengaruhi oleh Sarana Jamban Pribadi dan tangki septic yang tidak terpelihara dan terawat dengan baik, terutama praktek pengurasan tangki septic yang tidak tepat, jadi bukan Cuma BABS disembarang tempat.(lihat grafik Praktek Pengurasan Tangki Septic).
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
30
3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir Gambaran Umum Saluran drainase sangat penting sekali peranannya dalam pembangunan pertanian di daerah rawa walaupun biayanya sangat mahal. Terbangunnya saluran drainase yang menyeluruh dan terpadu di rawa potensial Kota Banjarmasin merupakan dasar dalam merekomendasikan pengembangan RTRW di wilayah Kota Banjarmasin di masa mendatang. Saluran drainase sangat berfungsi untuk memperlancar keluar masuknya air (tata air) yang akan dan diperlukan untuk menghindari terlalu tingginya genangan dan luapan air pasang surut serta banjir musiman yang akan mengganggu proses arus transportasi pada umumnya. Dengan demikian diperlukan sekali adanya penambahan saluran drainase baru yang direncanakan dan dibangun dengan tepat serta dilakukan dengan hati-hati agar terhindar kemungkinan tersingkapnya lapisan pirit di tanah yang akan menyebabkan kondisi tanahnya menjadi berbahaya/beracun bagi tanaman. Dalam rangka mengendalikan genangan air di waktu musim hujan dan banjir musiman, di wilayah Kota Banjarmasin telah dibangun saluran drainase. Fungsi saluran drainase akan berkurang dengan berjalannya waktu. Hal ini disebabkan pendangkalan saluran dan tumbuhnya gulma di saluran akan mempercepat pendangkalan. drainase yang direncanakan merupakan saluran terbuka yang berfungsi untuk menampung aliran permukaan. Jaringan drainase terbagi atas jaringan primer, jaringan sekunder dan jaringan tersier. a) Jaringan Primer Jaringan primer berfungsi untuk menampung aliran permukaan dengan daerah tangkapan yang luas. Jaringan primer merupakan drainase alam yaitu aliran sungai dan anak sungai. Kota Banjarmasin ditinjau dari Daerah Aliran Sungai (DAS). b) Jaringan Sekunder dan Tersier Saluran sekunder adalah saluran drainase buatan yang berfungsi untuk menampung aliran air permukaan yang berasal dari jaringan tersier dan mengalirkannya ke jaringan primer. Saluran tersier adalah saluran drainase buatan yang berfungsi menampung aliran air permukaan dari suatu kawasan seperti kawasan permukiman, kawasan pertokoan, kawasan industri kemudian mengalirkannya ke jaringan sekunder. c) Sistem drainase lokal Saluran dan bangunan pelengkap yang melayani sebagian wilayah perkotaan d) Sistem drainase utama Saluran dan bangunan pelengkap yang melayani seluruh wilayah perkotaan
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
31
Tabel 3.9. Adanya Genangan Air di sekitar Permukiman (skala kota)
Adanya Genangan Air
tidak ada genangan air 48%
Ket :
ada genangan air 52%
Belum maksimalnya penataan drainase lingkungan permukiman berpotensi menimbulkan penyakit akibat genangan air Ulasan topografi wilayah Kota Banjarmasin Topografi yang relatif datar/rata dan rendah mengkondisikan Wilayah Kota Banjarmasin rawan terhadap bencana banjir. Kawasan rawan banjir di Wilayah Kota Banjarmasin hamper ada disetiap kecamatan rawan tergenang air musiman (pasang air sungai).
3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga Gambaran Umum A. Cakupan pelayanan air bersih Kota Banjarmasin eksisting saat kini mencapai ±98%. Data Kota Banjarmasin Dalam Angka Tahun 20011, menunjukkan produksi air minum PDAM Kota Banjarmasin sangat tinggi. Kuantitas air minum yang berhasil didistribusikan oleh PDAM adalah sebesar ……………. m3, sedang yang terjual sebesar ………… m3 untuk …….. pelanggan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa angka kehilangan air pada tahun berjalan sementara ini dapat disimpulkan sebesar ……%. B. Dari total pelanggan, ……. pelanggan dari KU, ……. pelanggan dari golongan bukan niaga, …… pelanggan dari Non Umum (a.l. Kantor Pemerintah dan Bangunan Sosial), dan 4 pelanggan Niaga Besar. Terdapat 50 kelurahan yang sudah tercakup pelayanan air minum perpipaan, namun tercatat sudah memiliki sumber air bersih perdesaan bukan perpipaan maupun swadaya. Kelengkapan serta akurasi data akses terhadap sumber daya air yang layak minum masih perlu dikonfirmasi, didata ulang dan menjadi bagian dari studi ketersediaan air baku yang sedang berjalan.
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
32
C. Prakiraan kebutuhan air minum ditetapkan berdasar jumlah penduduk eksisting serta proyeksinya pada tahun rencana. Hasil identifikasi terhadap kondisi pelayanan eksisting dan pendalaman terhadap RTRW dan VISI-MISI Daerah menjadi dasar penetapan konsumsi air minum penduduk serta kebijakan perbandingan tingkat pelayanan sektor niaga-industri pada setiap tahun proyeksi. D. Dengan menggunakan standar kebutuhan air minum sebesar 120 liter /orang/hari, maka air minum minimal yang harus disediakan pada akhir perencanaan (tahun 2030) adalah sebesar ………. liter/detik. Pada saat ini kapasitas produksi PDAM baru mencapai …… liter/detik berarti hingga tahun 2030 diperlukan tambahan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada tahun-tahun yang akan datang agar kebutuhan akan air bersih dapat ditangani yaitu dengan cara mencari sumber-sumber air bersih untuk mendukung agar pembangunan di Wilayah Kota Banjarmasin dapat berkembang dengan baik. E.
Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distribusi air minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk seluruh Wilayah Kota Banjarmasin. Prioritas utama sebaiknya di kelurahan-kelurahan yang mempunyai kepadatan sangat tinggi. Upaya peningkatan cakupan pelayanan ini akan dilaksanakan secara bertahap, hingga akhirnya pada tahun 2030 seluruh penduduk yang ada di Wilayah Kota Banjarmasin sudah dapat dilayani oleh sistem publik, dengan tetap memperhatikan kecukupan kuantitas dan persyaratan kualitas. Upaya pengembangan sistem publik ini dapat pula dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat.
Grafik 3.10. Penggunaan Sumber Air Minum (skala kota)
Penggunaan Sumber Air Minum
Tidak aman 38% aman 62%
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
33
Grafik 3.11. Masalah Kelangkaan Air (skala kota)
Kelangkaan Air Bersih
Mengalami kelangkaan 9%
Tidak pernah mengalami 91%
Ket :
Warga Banjarmasin sistem penyimpanan air yang tidak aman sekitar 38% artinya budaya masyarakat akan pentingnya penampungan air yang tertutup masih belum maksimal sehingga kemungkinan datangnya penyakit kemungkinan relatif besar. Kepedulian Warga banjarmasin untuk menjaga kesehatan keluarga cukup tinggi terbukti dengan merebus air sebelum di konsumsi, selain itu mereka menggunakan filter keramik dalam mengolah air untuk minum. Masalah kelangkaan air oleh warga masyarakat sangat kecil hanya 9% pernah mengalami kelangkaan air dan waktunya hanya sesaat (tidak melebihii waktu sampai 3 hari)
3.5 Perilaku Higiene Tujuan Diketahuinya program/ proyek/ layanan yang telah dilakukan terkait pemberdayaan masyarakat, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan promosi higiene dengan pelibatan jender dan kemiskinan, oleh : 1. Dinas-dinas, program dan layanan yang ada 2. LSM lokal 3. Kelurahan, kecamatan dan kelompok masyarakat 4. Sektor swasta (formal maupun informal). Deskripsi Survei Pemberdayaan Masyarakat, Jender, dan Kemiskinan (PMJK), promosi higiene dan sanitasi sekolah diperlukan untuk menilai partisipasi masyarakat dengan pelibatan peran jender dan kemiskinan dalam pengelolaan sistem sanitasi baik dalam skala kabupaten/kota maupun nasional serta prospek pengembangannya di masa depan. Survei PMJK, promosi higiene dan sanitasi sekolah mengidentifikasikan Program/Proyek/Layanan Berbasis Masyarakat yang telah dilakukan oleh Kabupaten/Kota,
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
34
LSM, CBO (Community-based Organization) dan masyarakat untuk subsektor air limbah domestik, persampahan, drainase lingkungan, promosi higiene, dan sanitasi sekolah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangakan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas). Program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi dan perilaku sehat bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment). Program ini selalu dihubungkan dengan kegiatan promosi higiene pada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, sesuai dengan tatanan yang ada. Program PHBS meliputi 5 tatanan yaitu (a) Rumah Tangga, (b) Sekolah, (c) Tempat Kerja, (d) Sarana Kesehatan dan (e) Tempat Tempat Umum (TTU). Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang biasa hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Program sanitasi sekolah merupakan salah satu tatanan yang terintegrasi dengan PHBS. Program PPSP hanya akan fokus pada tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah (sanitasi sekolah) Grafik 3.12. Praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada 5 + 1 waktu penting. ya 7%
CTPS di 5 Waktu Pentung
tidak 93%
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
35
Grafik 3.13. Kebersihan di jamban (WC)
Lantai dan Dinding Jamban Bebas dari Tinja tidak 25%
ya 75%
Grafik 3.14. Ketersediaan Sabun disekitar jamban (WC)
Ketersediaan Sabun disekitar Jamban tidak 32%
ya 68%
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
36
Grafik 3.15. Kondisi pencemaran pada wadah penyimpanan/penampungan air
Pencemaran penampungan Air ya, tercemar 24%
tidak tercemar 76%
Ket :
Sebagian besar warga belum melakukan cuci tangan pakai sabun (CPTS) dalam kehidupan sehari-hari yang mencapai lebih dari 93% Warga yang CPTS hanya 7% ini berarti kesadaran warga Banjarmasin yang sadar pentingnya CTPS pada 5 waktu penting masih rendah. Kebersihan lingkungan jamban (WC) cukup tinggi yaitu mencapai angka 75%, namun angka 25% dipandang cukup tinggi karena ini dapat membahayakan kesehatan bagi masyarakat. Begitu juga sarana CPTS di jamban maupun dekat jamban masih banyak warga yang tidak menyediakan sarana tersebut (sabun). Perlunya kesadaran masyarakat bahwa upaya menjaga kesehatan dapat dilakukan dengan hal-hal kecil seperti cuci tangan pakai sabun dan pengamanan penampungan air.
3.6 Kejadian Penyakit Diare
Penyakit Diare di Kota Banjarmasin masuk dalam golongan penyakit terbesar yang angka kejadiannya relative cukup tinggi. Keadaan ini didukung oleh faktor lingkungan, yaitu penggunaan air untuk keperluan sehari hari yang tidak memenuhi syarat, sarana jamban keluarga yang kurang memenuhi syarat, serta kondisi sanitasi perumahan uang tidak higienis. Berikut grafik dan keterangan hasil wawancara dengan responden di wilayah Kota Banjarmasin mengenai kejadian penyakit diare di setiap rumah tangga, baik per kluster maupun skala kabupaten.
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
37
Grafik 3.16. Kejadian Penyakit Diare Hari ini 1%
1 minggu
Kejadian Penyakit Diare terakhir Kemarin -1%
3%
3 bulan terakhir 1 bulan terakhir 7% 5% 6 bulan yang lalu 9%
Tidak pernah 61% Lebih dari 6 bulan yang lalu 14%
Ket :
Dilihat dari grafik diatas tergambar penyakit diare sebesar 39% dari 1 hari kejadian sampai lebih dari 6 bulan yang lalu, ini bisa jadi diakibatkan oleh perilaku hidup bersih dan sehat yang belum maksimal sehingga didorong upaya penyadaran masyarakat. Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai upaya pemerintah dalam menjaga kesehatan keluarga, termasuk di antaranya cuci tangan pakai sabun (CPTS) dan tidak buang air besar sembarangan (BABS) harus digalakkan di Banjarmasin untuk menghindari berbagai macam penyakit.
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
38
3.7 Gambaran area berisiko menurut EHRA Grafik 3.17. Indeks Resiko Sanitasi Kota Banjarmasin tahun 2012
Grafik Indeks Risiko Sanitasi Kota Banjarmasin 2012 350
300
61
250
58 43 200
5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT. 4. GENANGAN AIR.
61 50 38
150
40
50
3. PERSAMPAHAN. 2. AIR LIMBAH DOMESTIK.
28
59 35
1. SUMBER AIR
25 100 74 62
72
69
36
40
CLUSTER 3
CLUSTER 4
50
36
49
0 CLUSTER 1
CLUSTER 2
Data-data hasil pengklasteran kelurahan di kota Banjarmasin Klaster 1 Kurang berisiko digambarkan berwarna hijau 1. Antasan Besar 2. Kertak Baru Ilir 3. Mawar 4. Melayu 5. Pemurus Luar LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
39
Klaster 2 Resiko Sedang digambarkan berwarna biru 1. Telaga Biru 2. Belitung Utara 3. Kertak Baru Ulu 4. Pemurus Dalam 5. Sungai Andai 6. Kebun Bunga 7. Benua Anyar Klaster 3 Risiko Tinggi digambarkan berwarna kuning 1. Belitung Selatan 2. Kuin Cerucuk 3. Kuin Selatan 4. Sungai Baru 5. Kelayan Barat 6. Kelayan Selatan 7. Pekauman 8. Mantuil 9. Pemurus Baru 10. Sungai Jingah 11. Surgi Mufti 12. Sungai Miai 13. Pangeran 14. Kuin Utara 15. Kuripan 16. Karang Mekar 17. Sungai Bilu 18. Pengambangan 19. Sungai Lulut Klaster 4 Risiko Sangat Tinggi digambarkan berwarna merah 1. Pelambuan 2. Teluk Tiram 3. Basirih 4. Telawang 5. Teluk Dalam 6. Pasar Lama 7. Seberang Mesjid 8. Gedang 9. Pekapuran Laut 10. Kelayan Timur 11. Kelayan Tengah 12. Kelayan Dalam 13. Murung Raya 14. Tanjung Pagar 15. Antasan Kecil Timur 16. Alalak Tengah 17. Alalak utara 18. Alalak Selatan 19. Pekapuran Raya LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
40
Dari hasil Studi didapatkan/teridentifikasi area berisiko sanitasi sebagai berikut : Area berisiko untuk seluruh komponen sanitasi ( Air Limbah, Persampahan, Drainase dan PHBS ) No Nama Kelurahan Klaster 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kurang Berisiko Antasan Besar Kertak Baru Ilir Mawar Melayau Pemurus Luar Telaga Biru Belitung Utara Kertak Baru Ulu Pemurus Dalam Sungai Andai Kebun Bunga Banua Anyar
No
Nama Kelurahan
Klaster 1 Klaster 1 Klaster 1 Klaster 1 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 2 Klaster 2 Klaster 2 Klaster 2 Klaster 2 Klaster 2 Klaster
Resiko Tinggi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Pelambuan Teluk Tiram Basirih Telawang Teluk Dalam Pasar Lama Seberang Mesjid Gedang Pekapuran Laut Kelayan Timur Kelayan Tengah Kelayan dalam Murung Raya Tanjung pagar Antasan Kecil Timur Alalak Tengah Alalak Utara Alalak Selatan Pekapuran Raya
No
Nama Kelurahan Resiko Sangat Tinggi 1 Belitung Selatan 2 Kuin Cerucuk
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster 4 Klaster Klaster 3 Klaster 3 41
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kuin Selatan Sungai Baru Kelayan Barat Kelayan Selatan Pekauman Mantuil Pemurus Baru Sungai Jingah Surgi Mufti Sungai Miai Pangeran Kuin Utara Kuripan Karang Mekar Sungai Bilu Pengambangan Sungai Lulut
Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3 Klaster 3
Peta Area Berisiko Berdasarkan Studi EHRA
IV.
PENUTUP
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
42
EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki risiko pada kesehatan warga. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Untuk perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan sampah. EHRA dikomandani oleh Pokja Sanitasi Kota Banjarmasin dan difasilitasi oleh PMU dan PIU AE, EHRA diharapkan dapat berkontribusi bagi pengembangan Buku Putih dan perencanaan strategi dan program-program sanitasi. Karenanya, selain mencakup variabel-variabel yang komparatif antarkota, EHRA juga mengakomodasi variabel-variabel khas yang muncul dari kebutuhan-kebutuhan kota yang berkaitan dengan perbaikan sanitasi. Dalam berbagai tahap, pengembangan studi EHRA melibatkan kelompok perempuan. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi dengan kader-kader posyandu. Kolaborasi dengan kader dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, yakni 1) kader-kader memiliki akses yang leluasa untuk datang ke rumah-rumah dan diterima oleh RT/ RW dan warga penghuni rumah. Pertimbangan ini terkait erat karakteristik responden yang merupakan Ibu berusia antara 18-60 tahun dan juga pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner yang banyak mengandung hal-hal yang dalam norma masyarakat dinilai sangat privat, seperti tempat dan perilaku BAB; 2) kader umumnya memahami wilayah kelurahan sehingga mempermudah mencari rumah yang dipilih random. Perempuan atau ibu dipilih sebagai responden dalam EHRA karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya. Pelibatan perempuan, khususnya kader posyandu, telah menghasilkan "side product" yang menarik. Dalam diskusi hasil sementara oleh Pokja Banjarmasin, sejumlah anggota Pokja sanitasi kota Banjarmasin menuntut lebih dilibatkannya perempuan baik dari kader posyandu maupun masyarakat umum dalam upaya peningkatan layanan sanitasi. Dengan pengalaman di bidang isu sanitasi, seperti keterlibatan di EHRA, dukungan perempuan untuk advokasi dan promosi isu sanitasi menjadi sangat strategis. Dokumen ini adalah dari Laporan EHRA di kota Banjarmasin yang penyusunan laporan dengan melibatkan berbagai pihak, khususnya Pokja Sanitasi Kota Banjarmasin sebagai pemilik utama kegiatan, kader-kader Posyandu, pihak kelurahan di kota Banjarmasin.
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
43
LAMPIRAN Dokumentasi lain yang dianggap perlu terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan Studi EHRA
LAPORAN STUDI EHRA BJM 2012
44