LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON
I.
PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana sanitasi, kesehatan/higinitas, serta perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi dan advokasi di tingkat kota hingga kelurahan. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Pada aspek perlaku, dipelajari hal-hal yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan sampah. Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Cirebon. Selanjutnya data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk melengkapi Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon dan menjadi masukan untuk menyusun strategi sanitasi dan programprogram sanitasi kota. Pelaksanaan pengumpulan data EHRA, Pokja berkolaborasi dengan kelurahan, kader PKK dan kader Kesling, dengan pertimbangan kader memiliki akses lebih mudah diterima oleh RT/RW dan warga, serta lebih memahami wilayah kelurahan. Responden yang dipilih adalah ibu rumah tangga karena mereka adalah kelompok warga yang lebih memahami kondisi lingkungan di rumahnya.
II.
TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan Mendapatkan gambaran jelas tentang sarana dan prasarana sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan tingkat kota berdasarkan data primer. Manfaat Hasil survey digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota dan Strategi Sanitasi Kota (SSK).
III. METODOLOGI EHRA adalah studi yang relatif pendek (sekitar 2 bulan) dengan metode pengumpulan data, sampling dan analisis. EHRA menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 teknik pengumpulan data, yaitu : LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON
A-2
1. Wawancara / interview 2. Pengamatan / observation Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah kader-kader kelurahan, Kesling dan PKK. Sebelum turun ke lapangan, para kader diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator dengan materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan, pemahaman tentang instrument EHRA, latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator, uji coba lapangan, dan diskusi perbaikan instrument. Sampling dilakukan secara acak/random bertahap dan sistematis. Satuan sampling primer adalah Rukun Tetangga (RT). Pengambilan sampel mencakup semua kelurahan dengan jumlah RT diambil secara proporsional yaitu 40 rumah tangga per kelurahan. Sebagai unit respon adalah ibu rumah tangga dengan asumsi bahwa mereka lebih memahami kondisi lingkungan rumah berkaitan dengan isu sanitasi dan lebih mudah untuk ditemui dibandingkan bapak-bapak. Ibu dalam EHRA didefinisikan sebagai perempuan berusia 18-55 tahun yang telah atau pernah menikah. Pemilihan ibu berdasarkan urutan/tabel prioritas sebagai berikut : 1. Kepala rumah tangga (orang tua tunggal) 2. Istri kepala rumah tangga 3. Anak rumah tangga 4. Adik/kakak kepala rumah tangga Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih ibu, maka usia menjadi penentunya. Untuk mengorganisir studi EHRA, dibentuk tim khusus yang intinya terdiri dari Tim Pokja Sanitasi sebagai Koordinator EHRA, anggota HAKLI sebagai supervisor, kader kelurahan dan kader Kesling sebagai enumerator, serta mahasiswa sebagai tim data entri. IV. AIR BERSIH Survey EHRA menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Cirebon mengolah terlebih dahulu air minumnya, seperti terlihat pada tabel, sekitar 87,5% rumah tangga dari total populasi mengolah air untuk air minum. Sedangkan supply air bersih yang digunakan untuk mencuci sekitar 72,2% rumah tangga menggunakan perpipaan sebagai sarana pengalirnya.
LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON
A-3
Air Minum Diolah
Desa/Kelurahan Kejaksan Kesenden Kebon Baru Sukapura Pekiringan Kesambi Sunyaragi Karyamulya Drajat Jagasatru Pulasaren Pekalipan Pekalangan Kesepuhan Lemahwungkuk Panjunan Pegambiran Harjamukti Larangan Kecapi Argasunya Kalijaga Total
Diolah Ya Tidak 87.5% 12.5% 97.5% 2.5% 92.5% 7.5% 97.5% 2.5% 100.0% 0.0% 95.0% 5.0% 77.5% 22.5% 72.5% 27.5% 97.5% 2.5% 87.5% 12.5% 100.0% 0.0% 90.0% 10.0% 97.5% 2.5% 92.5% 7.5% 100.0% 0.0% 90.0% 10.0% 97.5% 2.5% 72.5% 27.5% 100.0% 0.0% 90.0% 10.0% 22.5% 77.5% 67.5% 32.5% 87.5% 12.5%
Sumber Air Mencuci
Perpipaan Ya Tidak 77.5% 22.5% 57.5% 42.5% 72.5% 27.5% 77.5% 22.5% 90.0% 10.0% 97.5% 2.5% 50.0% 50.0% 57.5% 42.5% 70.0% 30.0% 77.5% 22.5% 87.5% 12.5% 62.5% 37.5% 70.0% 30.0% 77.5% 22.5% 100.0% 0.0% 97.5% 2.5% 75.0% 25.0% 62.5% 37.5% 97.5% 2.5% 77.5% 22.5% 15.0% 85.0% 37.5% 62.5% 72.2% 27.8%
V. CUCI TANGAN PAKAI SABUN Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare seringkali dipandang sepele, padahal sekitar 40.000 anak Indonesia meninggal setiap tahun akibat diare (Unicef, 2002). Selain itu, diare juga ikut menyumbang pada angka kematian balita yang disebabkan faktor gizi buruk. Dalam studi global disimpulkan bahwa dari 3,6 juta kematian akibat gizi buruk, sekitar 23% ternyata disebabkan oleh diare (Fishman, dkk., 2004). Diare sebenarnya dapat dicegah dengan cara yang mudah. Sekitar 4247% risiko terkena diare dapat dicegah bila orang dewasa, khususnya pengasuh anak mencuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu yang tepat. Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat memblok transmisi patogen penyebab diare. Kotoran adalah sumber utama dari virus, bakteri dan patogen lain penyebab diare, sedangkan salah satu jalur pencemaran adalah melalui tangan. Cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan prenvetif untuk memblok transmisi patogen melalui tangan. LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON
A-4
Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 waktu penting, yaitu : 1. Sesudah buang air besar (BAB) 2. Sebelum menyuapi anak 3. Sebelum menyiapkan makanan 4. Sebelum makan 5. Sesudah menceboki pantat anak Studi EHRA menemukan hampir semua rumah tangga di Kota Cirebon memiliki akses pada sabun, tetapi belum memanfaatkan akses itu untuk kepentingan higinitas, khususnya cuci tangan di waktu-waktu penting. Seperti terlihat grafik di bawah, proporsi ibu yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan mencakup sekitar 46,6% dari total populasi. Sekitar 43,6% melaporkan mencuci tangan pakai sabun sesudah BAB dan sekitar 12,6% melaporkan melakukannya sebelum menyiapkan makanan. Dan walaupun merupakan populasi paling penuh resiko, praktik cuci tangan pakai sabun pada kelompok ibu memiliki anak balita sangat kurang. Hanya sekitar 34,7% yang mencuci tangan pakai sabun setelah menyeboki anak dan sekitar 13,4% yang melakukannya sebelum menyuapi anak. Dengan demikian, terlihat bahwa cakupan ibu-ibu yang belum mencuci tangan pakai sabun di lima waktu penting masih cukup besar yaitu lebih dari 50% dari total populasi, terutama sebelum menyiapkan makanan mencapai 87,4%.
Setelah menyeboki anak
34.7%
Sebelum makan
46.6%
Sebelum menyiapkan makanan
12.6%
Sebelum menyuapi anak
13.4%
Sesudah BAB 0.0%
LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON
43.6% 20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
A-5
CTPS sebelum CTPS setelah menyiapkan CTPS sebelum makan menceboki anak Desa/Kelurahan makanan Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Kejaksan 25.0% 75.0% 20.0% 80.0% 17.5% 82.5% 27.5% 72.5% 15.0% 85.0% Kesenden 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 32.5% 67.5% Kebon Baru 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 27.5% 72.5% Sukapura 65.0% 35.0% 17.9% 82.1% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 50.0% 50.0% Pekiringan 30.0% 70.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 20.0% 80.0% Kesambi 27.5% 72.5% 2.5% 97.5% 2.5% 97.5% 90.0% 10.0% 27.5% 72.5% Sunyaragi 90.0% 10.0% 10.0% 90.0% 17.5% 82.5% 97.5% 2.5% 22.5% 77.5% Karyamulya 87.5% 12.5% 45.0% 55.0% 20.0% 80.0% 90.0% 10.0% 42.5% 57.5% Drajat 30.0% 70.0% 7.5% 92.5% 7.5% 92.5% 45.0% 55.0% 45.0% 55.0% Jagasatru 62.5% 37.5% 22.5% 77.5% 10.0% 90.0% 35.0% 65.0% 72.5% 27.5% Pulasaren 65.0% 35.0% 7.5% 92.5% 7.5% 92.5% 10.0% 90.0% 25.0% 75.0% Pekalipan 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 22.5% 77.5% Pekalangan 55.0% 45.0% 25.0% 75.0% 37.5% 62.5% 82.5% 17.5% 25.0% 75.0% Kesepuhan 37.5% 62.5% 17.5% 82.5% 7.5% 92.5% 62.5% 37.5% 15.0% 85.0% Lemahwungkuk 62.5% 37.5% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 100.0% 0.0% 85.0% 15.0% Panjunan 75.0% 25.0% 20.0% 80.0% 60.0% 40.0% 60.0% 40.0% 12.5% 87.5% Pegambiran 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 92.5% 7.5% 25.0% 75.0% Harjamukti 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 57.5% 42.5% Larangan 45.0% 55.0% 7.5% 92.5% 2.5% 97.5% 52.5% 47.5% 17.5% 82.5% Kecapi 100.0% 0.0% 17.5% 82.5% 12.5% 87.5% 75.0% 25.0% 47.5% 52.5% Argasunya 12.5% 87.5% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 20.0% 80.0% 55.0% 45.0% Kalijaga 85.0% 15.0% 60.0% 40.0% 70.0% 30.0% 85.0% 15.0% 20.0% 80.0% TOTAL 43.6% 56.4% 13.4% 86.6% 12.6% 87.4% 46.6% 53.4% 34.7% 65.3% CTPS sesudah BAB
CTPS sebelum menyuapi anak
VI. PEMBUANGAN SAMPAH Pada studi ini, dipelajari mengenai cara pembuangan sampah yang utama dan praktik pemilahan sampah. Di banyak kota di Indonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam banyak kasus, beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada walaupun sebagian rumah tangga ada yang tidak membuang sampah setiap hari. Seperti terlihat pada tabel sekitar 90,3% dari total rumah tangga tidak setiap hari membuang sampahnya. Seperti diketahui, rumah tangga sebenarnya dapat ikut berperan dalam mengurangi volume sampah dengan berbagai cara. Contoh yang cukup popular adalah dengan melakukan pemilahan dan memanfaatkan kembali atau mengolah sampah-sampah tertentu. Terkait dengan ini, EHRA di Kota Cirebon mencoba mengetahui praktik pemilahan sampah di rumah tangga. Dari EHRA diperoleh gambaran bahwa hanya sekitar 8,1% dari total rumah tangga melakukan pemilahan, walaupun tidak secara signifikan mengurangi sampah, tetapi setidaknya ada masyarakat yang sadar mengenai pengelolaan sampah secara benar.
LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON
A-6
Walaupun hanya sekitar 8,1% yang melakukan pemilahan sampah, tetapi masyarakat Kota Cirebon cukup bersih, dapat dilihat dari tabel bahwa sekitar 90,1% tidak membuang sampah ke sungai atau parit atau selokan atau lapangan bahkan dibakar.
Desa/Kelurahan
Kejaksan Kesenden Kebon Baru Sukapura Pekiringan Kesambi Sunyaragi Karyamulya Drajat Jagasatru Pulasaren Pekalipan Pekalangan Kesepuhan Lemahwungkuk Panjunan Pegambiran Harjamukti Larangan Kecapi Argasunya Kalijaga Total
Sampah Dibuang Tiap Hari
Sampah ke Sungai/Parit/ Selokan/ Lapang/Bakar
Memisahkan Sampah di Rumah
Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 0.0% 100.0% 7.5% 92.5% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 12.5% 87.5% 17.5% 82.5% 0.0% 100.0% 10.0% 90.0% 12.5% 87.5% 0.0% 100.0% 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 5.0% 95.0% 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 7.5% 92.5% 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 7.5% 92.5% 15.0% 85.0% 7.5% 92.5% 5.0% 95.0% 10.0% 90.0% 25.0% 75.0% 17.5% 82.5% 10.0% 90.0% 2.5% 97.5% 2.5% 97.5% 30.0% 70.0% 5.0% 95.0% 2.5% 97.5% 27.5% 72.5% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 10.0% 90.0% 25.0% 75.0% 15.0% 85.0% 22.5% 77.5% 7.5% 92.5% 2.5% 97.5% 10.0% 90.0% 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 2.5% 97.5% 15.0% 85.0% 2.5% 97.5% 25.0% 75.0% 25.0% 75.0% 7.5% 92.5% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 17.5% 82.5% 0.0% 100.0% 10.0% 90.0% 12.5% 87.5% 0.0% 100.0% 57.5% 42.5% 10.0% 90.0% 12.5% 87.5% 10.0% 90.0% 40.0% 60.0% 9.7% 90.3% 9.9% 90.1% 8.1% 91.9%
VII. JAMBAN DAN BAB Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak memadai adalah salah satu faktor resiko turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah, praktik seperti itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai/kali/got/kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan
LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON
A-7
tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Bagian ini memaparkan fasilitas sanitasi rumah tangga beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi difokuskan pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup kepemilikan jamban, kondisi, penggunaan, pemeliharaannya. Lebih jauh tentang kondisi jamban, studi EHRA melakukan sejumlah pengamatan pada bangunan jamban/WC yang ada di rumah tangga. Ada beberapa aspek yang diamati, seperti ketersediaan air, sabun dan mengenai kebersihan diamati juga apakah ada tinja yang menempel, apakah ada pembalut perempuan? Survey EHRA menunjukkan bahwa sekitar 92,7% rumah tangga memiliki jamban, dan 70,9% memiliki tangki septik. Kepemilikan Jamban Desa/Kelurahan Kejaksan Kesenden Kebon Baru Sukapura Pekiringan Kesambi Sunyaragi Karyamulya Drajat Jagasatru Pulasaren Pekalipan Pekalangan Kesepuhan Lemahwungkuk Panjunan Pegambiran Harjamukti Larangan Kecapi Argasunya Kalijaga Total
Jawaban Ya Tidak 92.5% 7.5% 95.0% 5.0% 95.0% 5.0% 97.5% 2.5% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 95.0% 5.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 97.5% 2.5% 90.0% 10.0% 92.5% 7.5% 90.0% 10.0% 60.0% 40.0% 95.0% 5.0% 97.5% 2.5% 87.5% 12.5% 95.0% 5.0% 90.0% 10.0% 97.5% 2.5% 75.0% 25.0% 97.5% 2.5% 92.7% 7.3%
Jamban ke Satu Septictank Jawaban Ya Tidak 70.0% 30.0% 70.0% 30.0% 70.0% 30.0% 90.0% 10.0% 67.5% 32.5% 75.0% 25.0% 75.0% 25.0% 82.5% 17.5% 82.5% 17.5% 77.5% 22.5% 72.5% 27.5% 62.5% 37.5% 40.0% 60.0% 42.5% 57.5% 80.0% 20.0% 60.0% 40.0% 72.5% 27.5% 77.5% 22.5% 75.0% 25.0% 62.5% 37.5% 67.5% 32.5% 87.5% 12.5% 70.9% 29.1%
Terkait dengan kondisi kebersihan fasilitas WC di rumah, apapun jenisnya, hanya sedikit WC yang terlihat kotor. Dari pengamatan , hanya sekitar 3% WC yang terlihat
LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON
A-8
memiliki tinja di dinding jamban, dan sekitar 3,4% WC yang terlihat ada pembalut perempuan di dalamnya.
Ada Tinja di Dinding Jamban
3.0%
Ada Pembalut di Jamban
3.4%
0.0%
Desa/Kelurahan Kejaksan Kesenden Kebon Baru Sukapura Pekiringan Kesambi Sunyaragi Karyamulya Drajat Jagasatru Pulasaren Pekalipan Pekalangan Kesepuhan Lemahwungkuk Panjunan Pegambiran Harjamukti Larangan Kecapi Argasunya Kalijaga Total
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
Ada Pembalut di Ada tinja di dinding Jamban Jamban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 2.5% 97.5% 7.5% 92.5% 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 15.0% 85.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 2.5% 97.5% 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 7.5% 92.5% 12.5% 87.5% 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 2.5% 97.5% 2.5% 97.5% 2.5% 97.5% 10.0% 90.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 25.0% 75.0% 0.0% 100.0% 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 2.5% 97.5% 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 7.5% 92.5% 0.0% 100.0% 2.5% 97.5% 3.4% 96.6% 3.0% 97.0%
Mengenai kondisi fasilitas jamban, rata-rata jamban cukup memiliki fasilitas seperti terlihat bahwa sekitar 87,8% WC yang tersedia air dan 95% WC yang tersedia sabun. LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON
A-9
Ada Air di Jamban Desa/Kelurahan
Kejaksan Kesenden Kebon Baru Sukapura Pekiringan Kesambi Sunyaragi Karyamulya Drajat Jagasatru Pulasaren Pekalipan Pekalangan Kesepuhan Lemahwungkuk Panjunan Pegambiran Harjamukti Larangan Kecapi Argasunya Kalijaga Total
Jawaban Ya Tidak 97.5% 2.5% 85.0% 15.0% 95.0% 5.0% 80.0% 20.0% 95.0% 5.0% 100.0% 0.0% 77.5% 22.5% 65.0% 35.0% 87.5% 12.5% 87.5% 12.5% 95.0% 5.0% 62.5% 37.5% 95.0% 5.0% 92.5% 7.5% 87.5% 12.5% 87.5% 12.5% 92.5% 7.5% 92.5% 7.5% 92.5% 7.5% 97.5% 2.5% 70.0% 30.0% 97.5% 2.5% 87.8% 12.2%
Ada Sabun di Jamban Jawaban Ya Tidak 92.5% 7.5% 97.5% 2.5% 95.0% 5.0% 90.0% 10.0% 100.0% 0.0% 95.0% 5.0% 95.0% 5.0% 100.0% 0.0% 97.5% 2.5% 90.0% 10.0% 100.0% 0.0% 82.5% 17.5% 97.5% 2.5% 95.0% 5.0% 80.0% 20.0% 97.5% 2.5% 92.5% 7.5% 97.5% 2.5% 97.5% 2.5% 100.0% 0.0% 97.5% 2.5% 100.0% 0.0% 95.0% 5.0%
VIII. BANJIR Studi EHRA di Kota Cirebon menunjukkan sekitar 15,3% rumah tangga pernah mengalami banjir, seperti terlihat pada grafik dibawah, proporsi terbesar yaitu sekitar 84,7% rumah tangga melaporkan tidak pernah mengalami banjir.
LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON
A-10
Tidak Pernah
Ya, Pernah
0.0%
84.7%
15.3%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
Data lengkap jumlah rumah tangga yang pernah mengalami banjir tiap kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut :
Desa/Kelurahan Kejaksan Kesenden Kebon Baru Sukapura Pekiringan Kesambi Sunyaragi Karyamulya Drajat Jagasatru Pulasaren Pekalipan Pekalangan Kesepuhan Lemahwungkuk Panjunan Pegambiran Harjamukti Larangan Kecapi Argasunya Kalijaga Total
Pernah Banjir Jawaban Ya Tidak 0.0% 100.0% 17.5% 82.5% 7.5% 92.5% 40.0% 60.0% 2.5% 97.5% 7.5% 92.5% 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 7.5% 92.5% 12.5% 87.5% 25.0% 75.0% 20.0% 80.0% 25.0% 75.0% 15.0% 85.0% 17.5% 82.5% 57.5% 42.5% 5.0% 95.0% 27.5% 72.5% 25.0% 75.0% 7.5% 92.5% 12.5% 87.5% 15.3% 84.7%
LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON
Total 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
A-11