168
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME KELAS IV SD NEGERI 2 KRANDEGAN KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2012/2013 Oleh: Tutut Trinarmi Guru SDN 2 Krandegan, Trenggalek
Abstrak. Pembelajaran berbasis Konstruktivisme membutuhkan strategi Pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran yang lebih bermakna. Konstruktivisme adalah seni dan ilmu bertanya serta menjawab. Konstruktivisme melibatkan observasi dan pengukuran, pembuatan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Konstruktivisme menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan metode-metodenya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran berbasis konstruktivisme memiliki dampak positif dalam Prestasi Belajar IPA Pada sub Pokok Struktur dan fungsi bagian tumbuhan Kelas IV semester I SD Negeri Krandegan Kecamatan Gandusari Trenggalek Tahun 2012/2013. Hal ini dapat diidentifikasi dari kenaikan Persentase prestasi ketuntasan belajar siswa secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan dari tiap siklus, yaitu sebelum siklus (26,67%), siklus I (80,00%), siklus II (100%). Kata kunci: prestasi belajar, IPA, model belajar konstruktivisme
Kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran IPA walaupun sang guru sudah berusaha semaksimal mungkin tanpa dibarengi metode yang relevan dengan materi pembelajaran maka hasilnya tidak akan memuaskan. Pengalaman membuktikan bahwa melihat dari perolehan hasil Ulangan Akhir Semester untuk mata pelajaran IPA selalu berada di bawah ratarata. Memang untuk pembelajaran IPA yang baik seperti diungkapkan oleh Achmadi (1993), bahwa pengajaran IPA yang baik tidak cukup hanya bersumber pada buku, melainkan harus dilengkapi dengan alat praktik serta dihubungkan dengan lingkungan alam. Apabila kita cermati kembali hal tersebut diatas pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar IPA dalam kelas adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat
penting. Guru bukan hanya sekedar sebagai penyampai materi saja melalui ceramah, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu Pembelajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Dari uraian tersebut, maka guru diharapkan untuk berupaya lebih untuk dapat melakukan pendekatan dalam belajar mengajar sebagai upaya mengoptimalisasi hasil belajar, sebab tanpa pendekatan ini hasil belajar tidak akan diperoleh dengan sebaik-baiknya. Ada berbagai alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya pendekatan yang dapat digunakan guru dalam
Tutut Trinarmi, Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Pendekatan Konstruktivisme...
Pembelajaran Sains adalah Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme. Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme membutuhkan strategi Pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran yang lebih bermakna. Konstruktivisme adalah seni dan ilmu bertanya serta menjawab. Konstruktivisme melibatkan observasi dan pengukuran, pembuatan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Konstruktivisme menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan metode-metodenya sendiri. Metode Konstruktivisme adalah konstruktivisme merupakan pendekatan yang memberikan pengakuan terhadap keragaman siswa. Dalam pandangan pembelajaran konstruktivisme ini diakui bahwa siswa, pada awal proses pembelajaran, telah memiliki konsep kognitif, afektif dan psikomotor tertentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman sebelumnya. Bertolak dari pengetahuan awal dan pengalaman ini, siswa membangun sendiri pandangan mereka terhadap pengetahuan baru yang sedang diperolehnya. Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran Konstruktivisme, yaitu pendekatan yang memberikan pengakuan terhadap keragaman siswa. Dalam pandangan
169
169 pembelajaran konstruktivisme ini diakui bahwa siswa, pada awal proses pembelajaran, telah memiliki konsep kognitif, afektif dan psikomotor tertentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman sebelumnya. Bertolak dari pengetahuan awal dan pengalaman ini, siswa membangun sendiri pandangan mereka terhadap pengetahuan baru yang sedang diperolehnya. Analisa data untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan Pembelajaran perlu diadakan. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan Pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses Pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Tahap Refleksi Awal Peneliti selaku guru kelas IV mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas IV SD Negeri Krandegan Kecamatan Gandusari Trenggalek yaitu tentang rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Struktur dan fungsi bagian tumbuhan. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat Pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat Pembelajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
170
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
observasi pengolahan metode Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Tahap Pelaksanaan Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru kelas. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Adapun langkahlangkahnya adalah sebagai berikut: Pertemuan I Kegiatan awal (5 menit): (a) Salam pembuka, (b) Berdo’a, (c) Absensi dan (d) Apersepsi dan motivasi. Kegiatan inti (60 menit): (a) Siswa mengamati gambar tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari akar; (c) Menjelaskan akar tunggang dan memberikan contoh tanamannya, manga, jeruk, sawo dan kacang-kacangan; (d) Menjelaskan akar serabut dan memberikan contoh tanamannya, padi, jagung, pohon kelapa; (e) Menjelaskan akar-akar yang memilki tugas khusus; (f) Menjelaskan kegunaan akar bagi tumbuhan; (g) Guru membuat pertanyaan tentang materi terkait; (h) Siswa secara acak diminta untuk menjawab; (i) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok; (j) Tiap kelompok diminta untuk mengklasifikasikan gambar akar tumbuhan tersebut; (k) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (l) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan akhir (5 menit): (a) Kesimpulan hasil diskusi kelas, penguatan dan pembetulan, serta memajang hasil kerja siswa; (b) Mengulang kegunaan materi akar, struktur akar, dan kegunaan akar; (c) Memotivasi dan menasehati murid; (d) Berdo’a dan salam. Pertemuan II Kegiatan awal (5 menit): (a) Memeriksa kesiapan siswa; (b) Berdo’a; (c) Apersepsi; (d) Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti (60 menit): (a) Siswa mengamati gambar tentang struktur dan
fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari batang; (c) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok; (d) Siswa melakukan diskusi tentang bagian-bagian batang dan fungsinya; (e) Siswa melaporkan hasil diskusi; (f) Guru melakukan Tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (g) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan akhir (5 menit): (a) Siswa mengerjakan lembar evaluasi individu dan dikumpulkan; (b) Siswa diminta merefleksikan kegiatan belajar pada hari tersebut; (c) Berdo’a dan salam. Tahap Pengamatan Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti adalah seorang guru kelas IV. Sebagai pengamat adalah peneliti sendiri yang juga sebagai guru kelas IV SD Negeri Krandegan.. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran aktivitas guru 63,89%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah 61,11%. Pada siklus I, secara garis besar Pembelajaran dengan metode Pendekatan Konstruktivisme cukup dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu; (2) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan Pembelajaran; (3) Siswa kurang begitu antusias selama Pembelajaran berlangsung.
Tutut Trinarmi, Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Pendekatan Konstruktivisme...
Rencana perbaikan: Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya: (1) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan; (2) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan Pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan; (3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. Siklus II Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat Pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat Pembelajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme dan lembar observasi guru dan siswa. Tahap Pelaksanaan Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru kelas. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada siklus II ini adalah sebagai berikut. Pertemuan I Kegiatan awal (5 menit): (a) Salam pembuka, (b) Berdo’a, (c) Absensi dan (d) Apersepsi dan motivasi. Kegiatan inti (60 menit): (a) Siswa mengamati gambar tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari akar; (c) Menjelaskan akar tunggang dan memberikan contoh tanamannya, manga, jeruk, sawo
171
171 dan kacang-kacangan; (d) Menjelaskan akar serabut dan memberikan contoh tanamannya, padi, jagung, pohon kelapa; (e) Menjelaskan akar-akar yang memilki tugas khusus; (f) Menjelaskan kegunaan akar bagi tumbuhan; (g) Guru membuat pertanyaan tentang materi terkait; (h) Siswa secara acak diminta untuk menjawab; (i) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok; (j) Tiap kelompok diminta untuk mengklasifikasikan gambar akar tumbuhan tersebut; (k) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (l) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan akhir (5 menit): (a) Kesimpulan hasil diskusi kelas, penguatan dan pembetulan, serta memajang hasil kerja siswa; (b) Mengulang kegunaan materi akar, struktur akar, dan kegunaan akar; (c) Memotivasi dan menasehati murid; (d) Berdo’a dan salam. Pertemuan II Kegiatan awal (5 menit): (a) Memeriksa kesiapan siswa; (b) Berdo’a; (c) Apersepsi; (d) Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti (60 menit): (a) Siswa mengamati gambar tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari batang; (c) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok; (d) Siswa melakukan diskusi tentang bagian-bagian batang dan fungsinya; (e) Siswa melaporkan hasil diskusi; (f) Guru melakukan Tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (g) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan akhir (5 menit): (a) Siswa mengerjakan lembar evaluasi individu dan dikumpulkan; (b) Siswa diminta merefleksikan kegiatan belajar pada hari tersebut; (c) Berdo’a dan salam. Tahap Pengamatan Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat dan peneliti ada-
172
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
lah guru kelas IV bertindak sebagai pelaksana proses belajar mengajar di dalam kelas. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran aktivitas guru 83,33%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah 81,94%. Pada siklus II, secara garis besar Pembelajaran dengan metode Pendekatan Konstruktivisme dilaksanakan dengan baik, peran siswa sudah terlihat lebih dominan dibanding dengan peran guru. Dari tabel di atas diperoleh nilai ratarata prestasi belajar siswa adalah 95,33 dan ketuntasan belajar mencapai 100% atau ada 15 siswa dari 15 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan, sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode Pendekatan Konstruktivisme. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Memotivasi siswa; (2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep; (3) Pengelolaan waktu. Kekurangan-kekurangan pada siklus I telah dapat diatasi pada siklus II ini, sehingga penelitian cukup sampai pada siklus II. Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa,
hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sebelum siklus, siklus I dan II) yaitu masing-masing 26,67%, 80,00%, dan 100%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode Pendekatan Konstruktivisme dalam kelompok di setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. Aktivitas guru dan siswa dalam Pembelajaran (Gambar 1). Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses Pendekatan Konstruktivisme paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama Pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode Pendekatan Konstruktivisme dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/ menemukan konsep, menjelaskan melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/ evaluasi/ tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. PENUTUP Kesimpulan Berpijak pada pembahasan dan analisis yang telah dilakukan serta dari hasil kegiatan Pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Metode Pendekatan Konstruktivisme memiliki dampak positif dalam Prestasi Belajar IPA Pada sub Pokok Struktur dan fungsi bagian tumbuhan Kelas
Tutut Trinarmi, Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Pendekatan Konstruktivisme...
173
173
Gambar 1 Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Siswa IV semester I SD Negeri Krandegan Kecamatan Gandusari Trenggalek Tahun 2012/ 2013. Hal ini dapat diidentifikasi dari kenaikan Persentase prestasi ketuntasan belajar siswa secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan dari tiap siklus, yaitu sebelum siklus (26,67%), siklus I (80,00%), siklus II (100%); (2) Salah satu pengaruh dari Penerapan metode Pendekatan Konstruktivisme di Kelas IV semester I SD Negeri Krandegan Kecamatan Gandusari Trenggalek adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. DAFTAR RUJUKAN Achmadi, Abu. 1993. Teknik Belajar dengan Sistem SKS. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Bimo
Walgito, 1980, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Fakultas Psikologi Unviersitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Moharnad Ali, 1982, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Angkasa, Bandung.
Saran Setelah melakukan penelitian selama tiga siklus, maka saran yang dapat di berikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: (1) Dalam melaksanakan metode pendekatan konstruktivisme, guru perlu mempersiapkan materi beserta media Pembelajarannya dengan matang; (2) Metode Pendekatan Konstruktivisme perlu diteliti dan dikembangkan lebih lanjut sebagai upaya untuk mencari konsep ideal Pembelajaran.
Moh. Uzer Usman, 2000 dan Lilis Setiawati, Upaya mengoptimalkan Kegiatan Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung. Nana Sudjana, 1988, Cara Belajar Siswa Aktif, Sinar Baru, Jakarta. Nasution Sudah,1988 Metodologi Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.
174
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
Sanapiah Faisal, 1995, Format format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Pers.
Singgih Gunarsa, 1983, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Gunung Mulia, Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Soffian Efendi, 1982, Metodologi Penelitian Survai, LP3S, Jakarta.
Sugiono, 2000, Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta, Jakarta.