130
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
MELALUI MODEL BELAJAR KOOPERATIF MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS VI SD NEGERI II WONOREJO KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Sri Hanifah Guru SDN II Wonorejo, Trenggalek
Abstrak. PAI perlu diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa Agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis, dan produktif, baik personal maupun sosial. Guna mencapainya maka dilakukan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa untuk siklus I sebesar 74,74 dengan ketuntasan 73,68%. Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 63,16 dengan ketuntasan 31,58 % karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rerata skor formatif sebesar 90,53 dengan ketuntasan mencapai 100%. Kualitas pembelajaran PAI di kelas VI SDN II Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek mengalami peningakatan setelah diterapkannya metode kooperatif. Hal ini berdampak pula pada peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI pada pembelajaran PAI. Kata Kunci: Kooperatif, Prestasi Belajar, Pendidikan Agama Islam, PAI
Tokoh penting dalam peningkatan kualitas dan kuantitas pengajaran adalah guru. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha men-ciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuantujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut untuk mem-berikan rangsangan kepada siswa, sehingga mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar. PAI diberikan dengan meng-ikuti tuntunan bahwa Agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil,
berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis, dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetensi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri: (1) Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi; (2) Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia; dan (3) Memberikan lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan. Jadi output dari PAI diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradapan bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan,
Siti Hanifah, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Multi Metode...
hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkungan lokal, nasional, regional maupun global.(Ditjen PDM, 1994). Pelaksanaan pendidikan harus dapat membantu siswa untuk mengembangkan bakat potensi, kreatifitas yang dimiliki siswa secara penuh menuju pembentukan manusia seutuhnya. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan perlu adanya upaya-upaya dalam penyelenggaraan Pendidikan, seperti peningkatan interaksi timbal balik antara siswa dan guru. Interaksi timbal balik tersebut dapat berupa perlakuan khusus pada saat proses belajar mengajar berlangsung atau pemberian umpan balik terhadap hasil yang dicapai siswa. Yang dimaksud dengan interaksi timbal balik guru murid adalah respon langsung maupun tidak langsung dalam proses belajar mengajar dari guru ke siswa atau dari siswa ke guru. Umpan balik perilaku guru dapat diwujudkan dalam bentuk membantu setiap anak yang mengalami kesulitan belajar secara individual dengan cara memberikan pujian, kritikan dan arahan serta tanggapan terhadap hasil pekerjaan siswa selama proses belajar mengajar. (Slameto, 1998) Follow up digunakan untuk membantu setiap anak dalam mengatasi kesulitan baik klasikal maupun secara individual disesuaikan dengan kebutuhan masingmasing peserta didik (Nasution, 1988). Guru hendaknya menempatkan diri berdampingan dengan siswa sebagai senior yang selalu siap menjadi nara sumber atau konsultan (Purwanto, 1997). Hal ini merupakan kewajiban seorang guru dan pembina pendidik lainnya. Program ini dapat dilaksanakan secara berencana atau sewaktuwaktu disesuaikan dengan kebutuhan. Kajian dalam penelitian ini diarahkan kepada pengembangan metode kooperatif, karena faktor penyebab yang lain menjadi bidang kajian tersendiri. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diterapkan metode belajar kooperatif untuk mengatasi masalah tersebut.
131
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri II Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek di Kelas VI. Jumlah siswa Kelas VI adalah 19 siswa. Pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 pada Semester II. Tahapan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diteliti. Nilai pada semester sebelumnya merupakan prestasi belajar awal, sedangkan observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat yang diberikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa SD Negeri II Wonorejo Kecamatan Gandusari. Mulai evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkanlah bahwa tindakan yang dipergunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SD Negeri II Wonorejo Kecamatan Gandusari adalah dengan menggunakan metode kooperatif. Berpatokan pada refleksi awal tersebut, maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan 2 siklus, di mana setiap siklus terdiri dari tahap Perencanaan, Observasi, Tindakan, dan Refleksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar Siswa Siklus I Refleksi Awal Pada tahap refleksi awal ini peneliti bersama mitra guru mengidentifikasi permasalahan yang ada pada siswa kelas VI yaitu tentang rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Agama Islam. Perencanaan Tahap perencanaan yang perlu dilakukan adalah: Menentukan bacaan yang akan di latihan, merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), membuat atau mempersiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka memperlancar proses pembelajaran tersebut, mendesain alat evaluasi tes prestasi, mempersiapkan
132
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
prosedur monitoring, kolaboratif kunjungan kelas, format atau bahan wawancara siswa, perangkat tes kuesioner, dan buku catatan lapangan. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan berisi kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Kegiatan pendahuluan, meliputi: Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah dan berdo’a, menjelaskan materi yang akan diajarkan beserta kompetensi yang akan dicapai secara singkat, meminta siswa untuk menyiapkan buku pendidikan agama Islam; (2) Kegiatan inti, meliputi: Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok, siswa mendiskusikan tentang definisi,-contoh Iman Kepada Qadha dan Qadhar, siswa mempresentaiskan hasil diskusinya dan kelompok lain memberikan tannggapan; (3) Kegiatan penutup, meliputi: Guru member tugas siswa untuk menjelaskan tentang Iman Kepada Qadha dan Qadhar dan menuliskannya dalam buku tugas, mengadakan Tanya jawab tentang macam-macam Iman Kepada Qadha dan Qadhar, dan siswa bersama-sama membaca doa akhir majlis sebagai penutup kegiatan pembelajaran. Observasi Observasi atau pengamatan dilaukan oleh peneliti terhadap aktivitas pembelajaran di Kelas VI baik untuk aktivitas siswa atau guru. Untuk aktivitas guru, tampak guru sudah mampu menerapkan metode pembelajaran dengan baik. Akan tetapi guru dalam memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi masih kurang. Guru belum mampu memberikan kesempatan kepada siswa yang berkemampuan rendah untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Untuk aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I memperoleh persentase sebesar 50,00% dan termasuk dalam kriteria aktivitas yang baik.
Aktivitas
siswa
dalam
pem-
belajaran PAI dengan menerima tindakan
perbaikan pembelaajaran yang dilakukan oleh guru mendapatkan apresiasi sebesar 50,00% dan termasuk dalam criteria aktivitas yang baik. Aktivitas siswa yang masih perlu ditingkatkan adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan diskusi. Mulai dari aktivitas pembelajaran yang semakin berkembang di Kelas VI dalam pembelajaran menunjukkan perkembangan prestasi yang baik. Refleksi Hasil pengamatan dapat direfleksikan bahwa pembelajaran PAI di Kelas VI sudah mengalami pe-ningkatan menuju ke arah yang baik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas pem-belajaran dan perolehan prestasi belajar siswa pada siklus I yang meningkat. Akan tetapi dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif di Kelas VI masih ditemui kendala sehingga prestasi belajar siswa tidak maksimal. Hal ini terlihat dari ketuntasan belajar siswa yang hanya mencapai 73,33% dari 85% yang ditentukan. Untuk itu diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Hasil Belajar Siswa Siklus I Perencanaan Siklus kedua ini perencanaannya secara garis besar sama dengan siklus I, yang beda adalah pada materi kegiatan yang membahas tentang perkembangbiakan hewan dan tumbuhan. Selain itu berdasarkan pada temuan siklus I, maka langkah perencanaannya perlu tambahan yang meliputi: (a) Memperbaiki teknik bertanya pada guru, (b) Mengurangi dominasi guru, (c) Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi melalui media yang digunakan oleh bapak ibu guru. Pelaksanaan Siklus II pelaksanaan tindakannya secara garis besar sama dengan siklus I dengan adanya perbaikan mengurangi dominasi guru, memperbaiki teknik bertanya dan memotivasi siswa agar lebih aktif
Siti Hanifah, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Multi Metode...
dalam kegiatan diskusi. Adapun langkahlangkah pembelajarannya sebagai berikut: (1) Kegiatan pendahuluan, meliputi: Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah dan berdo’a, menjelaskan materi yang akan diajarkan beserta kompetensi yang akan dicapai secara singkat, meminta siswa untuk menyiapkan buku pendidikan agama Islam; (2) Kegiatan inti, meliputi: Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok, siswa mendiskusikan tentang definisi contoh Iman Kepada Qadha dan Qadhar, siswa mempresentaiskan hasil diskusinya dan kelompok lain memberikan tannggapan; (3) Kegiatan penutup, meliputi: Guru member tugas siswa untuk menjelaskan tentang Iman Kepada Qadha dan Qadhar dan menuliskannya dalam buku tugas, mengadakan Tanya jawab tentang macam-macam Iman Kepada Qadha dan Qadhar, siswa bersama-sama membaca doa akhir majlis sebagai penutup kegiatan pembelajaran. Observasi Observasi atau pengamatan pada siklus II dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan format yang sama pada siklus I. Pada siklus II ini, guru telah mampu menjadi motivator yang baik dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari siswa berkemampuan rendah sudah berani mengemukakan gagasannya dalam kegiatan diskusi, sehingga pembelajaran di kelas menjadi aktif. Untuk aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus II memperoleh prosentase sebesar 70,00% dan termasuk dalam criteria aktivitas yang baik. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PAI dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mendapatkan apresiasi sebesar 70,00% dan termasuk dalam criteria aktivitas yang baik. Dalam kegiatan diskusi semua siswa mampu terlibat secara aktif dalam kegiatan, sehingga tidak lagi didominasi oleh siswa tertentu saja.
133
Melihat dari aktivitas pembelajaran yang semakin berkembang di Kelas V dalam pembelajaran PAI siklus II menunjukkan perkembangan prestasi yang baik. Refleksi Dari hasil pengamatan pada siklus II dapat direfleksikan bahwa metode pembelajaran kooperatif dapat diterapkan secara optimal di Kelas VI. Hal ini dapat dilihat dari teratasinya kendala yang muncul pada siklus I sehingga prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 100,00% pada akhir siklus II dapat tercapai. Untuk itu tidak diperlukan lagi perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Hasil angket yang diberikan kepada siswa dapat diketahui seberapa jauh respon siswa terhadap pembelajaran. Setelah dilakukan verifikasi terhadap hasil angket, diperoleh hasil sebesar 1,97. Hasil penelitian tentang situasi pembelajaran dengan metode kooperatif tampaknya pengajaran dengan menggunakan metode ini membuat siklus yang lebih baik daripada jika diajar dengan teknik belajar yang biasa dilakukan sebelumnya. Di dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar siswa mampu menyebutkan pengertian Iman Kepada Qadha dan Qadhar serta dapat membedakan Qadha dan Qadhar, banyak siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan guru. Tetapi dalam penelitian ini diketahui pula bahwa frekuensi untuk bertanya masih kurang. Kemungkinan hal ini disebabkan budaya malu masih sangat kuat di dalam diri siswa. Dari segi guru, tampaknya pengajaran dengan metode kooperatif sangat memudahkan karena guru lebih mudah mengarahkan jalannya proses belajar mengajar. Untuk lebih jelasnya gambaran tentang peningkatan prestasi hasil belajar siswa yang dicapai dari sebelum siklus sampai siklus II, penulis ekspresikan dalam bentuk
134
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
grafik peningkatan prestasi hasil belajar seperti pada Gambar 1.
Gambar 1 Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa yang dinyatakan dengan rerata skor tes formatif untuk siklus I sebesar 74,74 dengan ketuntasan 73,68%. Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 63,16 dengan ketuntasan 31,58 % karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rerata skor formatif sebesar 90,53 dengan ketuntasan mencapai 100%. Hasil dari siklus II jauh beda dengan siklus I, karena siswa sudah terbiasa dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran, terdorong untuk belajar yang lebih baik, serta merasa lebih terbuka, kepada teman kelompoknya untuk pemahaman konsep-konsep yang belum dimengerti. Pada siklus I, siswa dikelompokkan dalam 6 kelompok terdiri dari 3-4 orang untuk mengerjakan tugas kelompok dan diskusi. Tampaknya pengelompokkan ini dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar. Berdasarkan hasil yang diperoleh, yaitu tidak jauh beda dengan siklus II. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian tugas secara berkelompok sangat bermanfaat, utamanya untuk kelas yang berjumlah besar. Dari respon siswa terhadap pembelajaran dengan pembelajaran diskusi dikatakan positif, karena sebagian siswa
menyatakan lebih mudah dan lebih tertarik dalam proses belajar mengajar. Hal ini bisa dipahami karena proses belajar mengajar menjadi bergairah dan tidak membosankan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa: (1) Sikap siswa sangat positif terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam dengan diterapkannya metode kooperatif engan diskusi kelompok pada kegiatan belajar mengajar. Hal ini bisa diketahui dari hasil angket yang dibagikan kepada siswa. (2) Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI SDN II Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 dalam memahami materi Iman Kepada Qadha dan Qadhar secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa untuk siklus I sebesar 74,74 dengan ketuntasan 73,68%. Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 63,16 dengan ketuntasan 31,58 % karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rerata skor formatif sebesar 90,53 dengan ketuntasan mencapai 100%. (3) Kualitas pembelajaran PAI di kelas VI SDN II Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek mengalami peningakatan setelah diterapkannya metode kooperatif. Hal ini berdampak pula pada peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI pada pembelajaran PAI. Saran Saran yang dapat peneliti berikan setelah mengadakan proses penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) Pembelajaran yang menggunakan pembelajaran diskusi perlu dikembangkan untuk Mata Pelajaran Agama Islam untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa; (2) Perlu dicoba melakukan kombinasi pola pembelajaran
Siti Hanifah, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Multi Metode...
yang menggunakan pembelajaran diskusi dengan model belajar yang lain; (3) Penggunaan model Pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif perlu terus dilakukan karena pembelajaran ini lebih menyenangkan bagi siswa, mendorong dan membiasakan siswa untuk belajar DAFTAR RUJUKAN ……….1994. Kurikulum Pendidikan Dasar, GBPP Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Al-Attas, Sayyed Muhammad Al-Naquib. 1984. Konsep Pendidikan Dalam Islam (Terj. Haidar Baqir). Bandung: Mizan. Ditjen PDM Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-Garis Besar program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Citra Lamtoro Gang Persada.
135
mandiri, tidak bergantung kepada guru; (4) Untuk meningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan model Pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, pelatihan perlu diberikan agar guru dapat mengembangkan kemampuannya
Kistona, AR. 2002. Action Research. Makalah Pelatihan Wakasek Kurikulum SLIP se Jawa Timur. Surabaya: BPG. Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito Purwanto, Ngalim MP. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja. Slameto. 1998. Evaluasi Jakarta: Bina Aksara.
Pendidikan.