Sri Winarsih, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika...
131
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI JARING-JARING KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE KOOPERATIF STAD DI KELAS IV SEMESTER II SDN 2 NGENTRONG KECAMATAN CAMPURDARAT KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2013/2014
Oleh: Sri Winarsih SDN 2 Ngentrong, Campurdarat , Trenggalek
Abstrak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui metode Kooperatif STAD pada siswa Kelas IV SDN 2 Ngentrong Tulungagung Tahun 2013/2014 Semester II. Melalui metode Kooperatif STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru. Dalam model STAD, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan beranggotakan masingmasing 4-5 orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ras. Selama pemberian materi, siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompoknya bisa menguasai materi. Kemudian semua siswa menerima kuis secara perorangan dengan materi yang sudah dibahas di dalam kelompok tadi. Namun mereka tidak boleh saling membantu lagi satu sama lainnya. Nilai hasil kuis tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh dari sebelumnya. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan Metode Kooperatif STAD sangat sesuai dalam pembelajaran Matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa yang meningkat dari prasiklus, siklus I, dan siklus ke II, serta siswa mampu mengerjakan latihan soal-soal yang berkaitan dengan kubus dan balok dengan pencapaian nilai pra siklus nilai rata-rata siswa mencapai 61,33 dengan ketuntasan 20,00 meningkat pada siklus I yaitu dengan nilai ratarata siswa 73,53 dan ketuntasan 73,33 kemudian peneliti memaksimalkan hasil penelitian dengan menerapkan metode Kooperatif STAD yaitu dengan nilai rata-rata 89,67 dengan ketuntasan 93,33%. Kata Kunci: Prestasi Belajar, Matematika, Kooperatif STAD
Departemen Pendidikan Nasional secara terus menerus melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan, hal tersebut dilakukan bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan adalah berkaitan dengan faktor guru. Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, keduanya merupakan kebijakan pemerintah yang memuat usaha peme-
rintah dalam menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Sudarwan Danim, (2002:123) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum menunjukkan kinerja yang memadai. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000:57) mengemukakan bahwa “educational change depends on what teachers do and think...” Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan pendidikan bergantung pada penguasaan kompetensi guru. Dari kedua
132
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
pendapat tersebut mengindikasikan bahwa penguasaan kompetensi guru sebagai wujud kinerja guru yang memadai sebagai hal yang urgen dan mendesak agar perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik di negeri ini menjadi kenyataan. Kewajiban seorang guru di sekolah salah satunya adalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu adanya upaya-upaya dalam penyelenggaraan pendidikan, seperti peningkatan interaksi timbal balik antara siswa dan guru. Interaksi timbal balik tersebut dapat berupa perlakuan khusus pada saat proses belajar mengajar berlangsung atau pemberian umpan balik terhadap hasil yang dicapai siswa. Yang dimaksud dengan interaksi timbal balik guru murid adalah respon langsung maupun tidak langsung dalam proses belajar mengajar dari guru ke siswa atau dari siswa ke guru. Umpan balik perilaku guru dapat diwujudkan dalam bentuk membantu setiap anak yang mengalami kesulitan belajar secara individual dengan cara memberikan pujian, kritikan dan arahan serta tanggapan terhadap hasil pekerjaan siswa selama proses belajar mengajar. Menurut WJS. Purwadarminta dalam "Kamus Umum Bahasa" mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau dilakukan (Poerwadarminta, 1976: 768). Bentuk prestasi belajar tidak dapat dipandang dari nilai yang diperoleh dari hasil ulangan saja, tetapi prestasi dapat dilihat dari segi yang lain. Simon Bloom dalam buku "Supervisi Pendidikan" menjelaskan bahwa bentuk prestasi belajar mencakup tiga mantra, yaitu: kognifikan, afektif dan psikomotorik (simon, 1987:68). Prestasi belajar siswa dicerminkan oleh nilai yang diperoleh dalam evaluasi.
Cara penilaian pada umumnya dipergunakan dengan cara kuantitatif, artinya hasil evaluasi itu diberikan dalam bentuk angkaangka. Dalam kegiatan belajar dan mengajar tentu saja akan dipengaruhi oleh beberapa hal dalam pencapaian tujuannya. Terlebih bagi seorang pelajar, banyak faktor yang akan mempengaruhi hasil belajarnya tersebut. Menurut Sumadi Suryabrata, hasil prestasi belajar akan dipengaruhi oleh faktor luar yang terdiri dari lingkungan dan instrumental, dan faktor dalam yang terdiri dari atas fisiologis dan psikologis. (Sumadi Suryabrata, 1987:7). Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dan mempunyai banyak kegunaan, karena dengan pembelajaran Matematika anak dilatih berfikir secara kritis, kreatif, cermat dan teliti serta bertindak secara logis. Dengan demikian perlu sekali diperhatikan bagaimana cara agar anak didik dapat menyerap materi ajar Matematika semaksimal mungkin, sehingga anak didik dapat menggunakannya di dalam kehidupan sehari-hari. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas ialah Aritmatika, Aljabar, geometri dan analisis (analysis) dimana arti dari aritmatika mencakup antara lain teori bilangan dan statistik, selain itu Matematika adalah ratunya ilmu (matematice is the queen science) maksudnya antara lain ialah bahwa Matematika itu tidak tergantung pada bidang studi lain, misalnya bahasa, dan agar dapat dipahami orang dengan tepat kita harus menggunakan simbul dan istilah yang cermat yang disepakati secara bersama. Disini penulis ambil contoh pada geometri bidang, pada giometri bidang itu
Sri Winarsih, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika...
terdapat unsur-unsur terutama antara lain ialah titik, garis, lengkungan dan bidang, sekarang kita tinjau pengertian titik. Titik itu dianggap ada tetapi tidak dapat dinyatakan dalam suatu kalimat dengan tepat, sebab titik itu adalah unsur yang tidak didefinisikan. Dengan kata lain hanya mampu memberikan penjelasan misalnya "titik itu adalah suatu, yang mempunyai ukuran panjang, luas, isi atau berat, "yang juga belum jelas". Meskipun demikian kita sepakat bahwa titik itu ada. Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan rumusan unsur-unsur lainnya yang kita definisikan itu di buat suatu asumsi-asumsi dasar atau aksioma-aksioma atau postulat-postulat dalam hal ini aksioma dan postulat penulis samakan yaitu pernyataan dasar dalam Matematika tidak disangsikan kebenarannya karena kebenarannya tidak disangsikan lagi. Terdapat beberapa permasalahan yang menyebabkan sebagian besar siswa kurang tertarik pada mata pelajaran Matematika diantaranya: (1) Siswa merasa takut pada mata pelajaran Matematika, (2) siswa sulit memahami dan menerapkan pokok bahasan Matematika, (3) sebagian guru kurang tepat dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang digunakan dan (4) sebagian guru masih belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Dengan adanya permasalahan tersebut berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar Matematika pada siswa kelas IV Semester II SDN 2 Ngentrong Tahun 2013/ 2014. Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan proses pembelajaran Matematika yang mampu menumbuhkan motivasi belajar sehingga prestasi belajar siswa secara otomatis juga meningkat.
133
Metode kooperatif merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada pandangan bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Siswa rutin bekerja dalam kelompok 4-5 orang untuk membantu memecahkan masalah yang komplek (Muhammad Nur: 2000). Pendekatan ini sangat relevan dengan 5 pilah pendidikan seumur hidup yang dirumuskan dalam konferensi Internasional kemudian diratifikasi UNESCO Tahun Pelajaran 1996, yaitu: (a) Learn to Know: Belajar untuk berpengetahuan; (2) Learn How to Learn: Belajar bagaimana anak didik belajar dengan baik dan benar; (3) Learn to do: Belajar untuk berbuat; (4) Learn to be: Berbuat untuk membentuk jadi diri (kepribadian); (5) Learn to live together: Belajar untuk dengan hidup bersama (Marsetio Dono Seputro: 2002). Ada tiga tujuan (nilai penting) yang ingin dicapai dan perlu ditanamkan yaitu siswa akan lebih sukses jika belajar dalam kelompok, yaitu: (a) Hasil belajar secara akademik; (b) Penerimaan terhadap keragaman; (c) Pengembangan keterampilan sosial (Masitah dkk : 2002). Metode Kooperatif STAD sudah sering digunakan dalam berbagai kegiatan, semacam penataran dan pelatihan, dengan harapan peserta penataran atau pelatihan dapat langsung mempraktikkan materi-materi yang ditatarkan dan dilatihkan. Dalam penelitian ini, metode Kooperatif STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru. Dalam model STAD, siswa dibagi
134
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
menjadi beberapa kelompok dengan beranggotakan masing-masing 4-5 orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ras. Model STAD dapat digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada akhirnya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai. Ciri-ciri pembelajaran STAD: (a) Kelompok belajar heterogen 4-5 siswa; (b) Topik biasanya ditentukan guru; (c) Menggunakan lembar kegiatan; (d) Penilaian dengan tes mingguan Selama pemberian materi, siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompoknya bisa menguasai materi. Kemudian semua siswa menerima kuis secara perorangan dengan materi yang sudah dibahas di dalam kelompok tadi. Namun mereka tidak boleh saling membantu lagi satu sama lainnya. Nilai hasil kuis tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh dari sebelumnya. METODE PENELITIAN Pada tahap ini kegiatan penelitian memuat beberapa kegiatan pra tindakan dan kegiatan tindakan pelaksanaan tindakan yaitu: Kegiatan Pra Tindakan Kegiatan pra tindakan dilakukan untuk mendata permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung yaitu pada pembelajaran Matematika, sekaligus melakukan studi dokumentasi. Studi dokumentasi dilakukan terhadap hasil nilai siswa pada mata pelajaran Matematika dari hasil ulangan harian siswa pada pembelajaran se-
belumnya, serta rencana pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru kelas IV. Kegiatan Pelaksanaan Tindakan Perencanaan Tindakan, meliputi: (1) Menyusun rancangan tindakan berupa rencana pembelajaran meliputi penentuan tema dan butir pembelajaran, pemilihan materi dan media pembelajaran, pelaksanaan evaluasi proses dan hasil; (2) Menyusun instrumen pengumpul data berupa pedoman pengamatan, format observasi lapangan dan dokumentasi serta tes. Pelaksanaan Tindakan, meliputi: (1) Guru melakukan tindakan sesuai dengan rancangan yang telah di buat; (2) Peneliti dan partisipan mengadakan pengamatan dengan menggunakan format catatan lapangan, dan melakukan refleksi awal terhadap tindakan melalui diskusi. Pengamatan, meliputi: (1) perencanaan pembelajaran yang telah direncanakan, (2) pelaksanaan proses pembelajaran, (3) sikap siswa dalam proses belajar, dan (4) hasil pembelajaran berupa kemampuan siswa. Pengamatan dilakukan berdasarkan instrumen yang telah dibuat. Refleksi, dilakukan pada setiap akhir tindakan untuk mendiskusikan tindakan yang telah dilakukan dengan menganalisis tindakan yang baru dilakukan, mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan dan melakukan interpretasi, pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 2 Ngentrong Kecamatan Campurdatar Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2013/2014 yang dilaksanakan dalam bulan Februari sampai bulan Maret 2014 pada bidang studi Matematika. Sedangkan kelas yang dijadikan obyek
Sri Winarsih, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika...
dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas IV SDN 2 Ngentrong Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2013/ 2014 Semester II yang berjumlah 15 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kooperatif STAD, yaitu pendekatan yang memberikan pengakuan terhadap keragaman siswa. Dalam pandangan metode Kooperatif STAD ini diakui bahwa siswa, pada awal proses pembelajaran, telah memiliki konsep kognitif, afektif dan psikomotor tertentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman sebelumnya. Bertolak dari pengetahuan awal dan pengalaman ini, siswa membangun sendiri pandangan mereka terhadap pengetahuan baru yang sedang diperolehnya. Waktu penelitian adalah rentang waktu untuk melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret semester genap Tahun 2013/ 2014. Obyek pada penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas IV SDN 2 Ngentrong Tulungagung Tahun 2013/2014 semester II yang berjumlah 15 siswa. Untuk mengumpulkan data hasil penelitian, maka peneliti menggunakan beberapa instrument penelitian antara lain: (1) Lembar Observasi; (2) Lembar Tes Tertulis; (3) Dokumen Siswa; (4) Daftar Nilai. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu : Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar
135
mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
p
Siswa. yang.tuntas.belajar x100% Siswa
Untuk lembar observasi Lembar observasi pengolahan metode kooperatif Kooperatif STAD Untuk menghitung lembar observasi pengolahan metode kooperatif Kooperatif STAD digunakan rumus sebagai berikut: X P1 P2 2 Dimana: P1 = pengamat 1 dan P2 = pengamat 2 Lembar observasi aktivitas guru dan siswa Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut: X x100%.dengan X %=
X
Jumlah.hasil. pengamatan jumlah. pengamat
dimana: % X
X P1 P2
P P
= Persentase pengamatan = Rata-rata = Jumlah rata-rata = Pengamat 1 = Pengamat 2
1
2
2
136
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Prasiklus
Perencanaan (Planning)
Pada kegiatan prasiklus ini peneliti dan kolaborator mencatat bahwa siswa memang masih mengandalkan guru sebagai penyaji materi dan hanya mendengarkan tanpa aktif dalam pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berjalan secara efektif hal ini terbukti dengan hasil nilai siswa yang kurang baik sehingga perlu adanya perubahan metode belajar agar dapat merubah kegiatan belajar mengajar menjadi aktif. Sebelum dilakukan penelitian Siklus I dan Siklus II terlebih dahulu dilakukan tes prasiklus untuk melihat sejauh mana nilai siswa sebelum diadakan penelitian. Berikut adalah nilai prasiklus: Tabel 1. Nilai Prasiklus no nilai frekuensi 1 50 2 2 54 2 3 56 2 4 60 1 5 62 2 6 68 3 7 70 2 8 72 1 jumlah 15
n x frekuensi 100 108 112 60 124 204 140 72 920
persentase 13.33 13.33 13.33 6.67 13.33 20.00 13.33 6.67 100.00
Berdasarkan pada data hasil penilaian prasiklus dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas sebesar 3 siswa dan siswa yang belum tuntas sebesar 12 siswa dari jumlah keseluruhan 15 siswa. Secara umum dapat dijabarkan bahwa nilai rata-rata siswa sebelum diadakan siklus adalah 61,33 dengan tingkat ketuntasan sebesar 20%. Data tersebut masih jauh di bawah rata-rata ketuntasan sebesar 80.00%. Sehingga diperlukan perlakuan kusus berupa perubahan cara mengajar atau metode mengajar Guru.
Kegiatan Awal, meliputi: (1) Berdoa bersama untuk mengawali pembelajaran; (2) Guru mengabsen siswa; (3) Guru menginformasikan tujuan dan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran; (4) Guru memotivasi siswa dengan melakukan tanya jawab. Kegiatan Inti, meliputi: (1) Guru meminta siswa untuk duduk bersama masing-masing kelompoknya; (2) Guru menyampaikan materi pelajaran tentang jaring-jaring kubus dan balok; (3) Secara berdiskusi kelompok siswa mengerjakan lembar kerja; (4) Meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi; (5) Guru memfasilitasi jika terdapat siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan dan memberikan klarifikasi jika terjadi keterangan tidak tuntas konsep. Kegiatan Penutup, melikesalahan tidak tuntas puti: (1) Guru bersama siswa mengambil tidak tuntas kesimpulan akhir sebagai penguatan; (2) tidak tuntas tidak tuntas Guru melakukan postes secara lisan tentang tidak tuntas materi tuntas yang dipelajari; (3) Guru bersama siswa tuntas melakukan refleksi; (4) Guru menutup pelajaran dengan salam. Pengamatan (Observation) Guru kolaborator mengamati hal-hal berikut dalam pembelajaran: (1) Guru selalu memusatkan perhatian, memperjelas pendapat siswa, memberi waktu yang cukup untuk berfikir, mengajukan pertanyaan secara merata, membuat rangkuman dan memberikan kesimpulan; (2) Siswa selalu memperhatikan: (a) guru sedang memberi penjelasan, (b) Siswa yang mengemukakan pendapat, (c) Siswa yang mendefinisikan suatu konsep, (d) Siswa yang sedang mengerjakan soal. Di samping itu siswa bersikap selalu: (a) Melaksanakan perintah, (b) Mempelajari
Sri Winarsih, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika...
pokok bahasan, dan (c) Bekerja sama dengan kelompoknya; (3) Sedangkan kegiatan yang sering dilakukan oleh guru adalah: (a) Menguraikan permasalahan bila ada pendapat yang kurang jelas, (b) Meminta Pendapat kelompok lain untuk memberi penegasan, dan (c) memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Refleksi Berdasarkan hasil pantauan guru peneliti dan guru pengamat maka pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat direfleksikan sebagai berikut: (1) Semua tindakan yang direncanakan dapat terlaksana meskipun belum efektif; (2) Guru peneliti menyadari adanya kekurangan-kekurangan yang timbul saat proses pembelajaran; (3) Siswa lebih memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan sesuatu permasalahan, hal ini disebabkan pandangan siswa dengan guru tidak terhalang siswa lain; (4) Rencana perbaikan, meliputi: (a) Guru akan merubah urutan pembelajaran; (b) Memberi kesempatan bertanya pada siswa supaya lebih aktif; (c) Mendiskusikan langkahlangkah yang sudah mapan yang telah dilakukan di siklus I. Siklus II Perencanaan (Planning) Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada siklus I yang dipaparkan di atas maka guru peneliti dan guru pengamat saat diskusi merumuskan rencana tindakan untuk siklus II, dengan beberapa perubahan diantaranya: (a) Menekankan pemahaman siswa dengan menggunakan metode Kooperatif STAD; (b) Menunjukkan kepada setiap kelompok untuk bersiap-siap melakukan
137
metode Kooperatif STAD sebagaimana yang ada pada buku petunjuk. Pelaksanaan (Action) Kegiatan Awal, meliputi: (1) Berdoa bersama untuk mengawali pembelajaran; (2) Guru mengabsen siswa; (3) Guru menginformasikan tujuan dan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran; (4) Guru memotivasi siswa dengan melakukan tanya jawab tentang pelajaran minggu yang lalu (review). Kegiatan Inti, meliputi: (1) Guru meminta siswa untuk duduk bersama masing-masing kelompoknya; (2) Guru menyampaikan materi pelajaran tentang jaringjaring kubus dan balok; (3) Secara berkelompok siswa mengerjakan lembar kerja; (4) Meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi; (5) Guru memfasilitasi jika terdapat siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan dan memberikan klarifikasi jika terjadi kesalahan konsep. Kegiatan Penutup, meliputi: (1) Guru bersama siswa mengambil kesimpulan akhir sebagai penguatan; (2) Guru bersama siswa melakukan refleksi; (3) Mengumumkan tes evaluasi pada pertemuan berikutnya; (4) Guru menutup pelajaran dengan salam. Pengamatan (Observation) Hasil pengamatan guru dan pengamat menunjukkan: (a) Guru berhasil melaksanakan seluruh rencana tindakan dengan efektif; (b) Ketika melaksanakan Metode Kooperatif STAD tindakan siswa lebih percaya diri dan kelihatan menyakinkan; (c) Tindakan merubah urut-urutan pembelajaran dan juga memberi bimbingan dan arahan kepada siswa semakin membuat situasi pembelajaran lebih baik dan menyenangkan; (d) Hasil Pengukuran minat pada siklus II yang memenuhi kriteria cukup yaitu: memper-
138
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
siapkan buku Matematika, berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan guru, aktif berkumpul dengan anggota kelompoknya memperhatikan arahan guru, berusaha menjawab bila mendapat pertanyaan, dan lebih intensif jika diberitahukan akan ada ulangan. Refleksi Dari hasil pengamatan guru peneliti dan guru pengamat pada siklus II dapat diilustrasikan sebagai berikut: (a) Semua tindakan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik; (b) Kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran dapat diatasi oleh guru peneliti; (c) Alur berfikir lebih menyeluruh dalam memahami suatu konsep, terlihat dari kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika sesuai pokok bahasan. Interpretasi Data Siklus I Penelitian siklus I dengan menggunakan metode Kooperatif STAD memberikan hasil yang signifikan dibandingkan dengan prasiklus. Berikut akan ditampilkan data nilai siswa siklus I. Tabel 2 Nilai Siswa Siklus I no nilai frekuensi n x frekuensi 1 60 2 120 2 66 1 66 3 68 1 68 4 72 2 144 5 75 2 150 6 76 4 304 7 78 1 78 8 86 1 86 9 87 1 87 jumlah 15 1103
persentase 13.33 6.67 6.67 13.33 13.33 26.67 6.67 6.67 6.67 100.00
Pada tabel hasil penilaian siklus I di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas sebesar 11 siswa dan siswa yang
belum tuntas sebesar 4 siswa dari jumlah keseluruhan siswa 15 siswa, maka dari itu dapat diketahui nilai rata-rata prasiklus 61,33 dengan ketuntasan 20,00% dan pada siklus I 73,53 dengan ketuntasan belajar 73,33%. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan siklus prasiklus namun hasi pada siklus I ini belum memuaskan sehingga perlu ditingkatkan lagi pada penelitian siklus ke II. Siklus II Penelitian siklus II dilakukan atas dasar nilai siklus I yang belum mencapai nilai maksimal yaitu rata-rata 73,53 dengan ketuntasan 73,33%. Hasil dari penelitian siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 3. Nilai Siswa Siklus II no nilai Frek. n x frek. % 1 68 1 68 6.67 2 76 1 76 6.67 3 80 1 80 6.67 4 82 1 82 6.67 5 84 1 84 6.67 6 87 1 87 6.67 7 88 1 88 6.67 8 90 1 90 6.67 9 95 2 190 13.33 10 100 5 500 33.33 jumlah 15 1345 100.00
Ket. tidak tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas
Berdasarkan data hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa dari 15 siswa yang dikatakan mencapai ketuntasan adalah keterangan 14 siswa sedangkan siswa yang belum tuntidak tuntas tas sebesar 1 siswa, dengan demikian maka tidak tuntas tidak hasiltuntas perbandingan nilai rata-rata siswa dari tuntas siklus I dan juga siklus II mencapai 73,53 tuntas sedangkan pada siklus II meningkat menjadi tuntas 89,67 tuntas dengan ketuntasan belajar 93,33%, tuntasdari itu permasalahan pada siklus ke I maka tuntas dapat diatasi pada siklus ke II dengan baik. Nilai siklus II sangat baik karena peneliti sudah benar-benar menguasai metode Koperatif STAD dengan baik, penguasaan kelas juga sudah sangat bagus. Penguasaan
Sri Winarsih, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika...
materi juga sangat bagus sehingga tidak ada masalah pada siklus yang kedua ini. Untuk lebih jelasnya adanya peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini. Tabel 4. Tabel Peningkatan Prestasi Belajar Siswa prasiklus SIKLUS I SIKLUS II NILAI RATA-RATA 61.33 73.53 89.67 % KETUNTASAN 20.00 73.33 93.33
Gambar 1 Kenaikan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan grafik hasil penilaian prestasi belajar selama penelitian berlangsung maka dapat diketahui bahwa nilai siswa mengalami pengkatan dari sebelum penelitian sampai penelitian siklus II atara lain pada prasiklus hasil nilai rata-rata siswa mencapai 61,33 dengan ketuntasan 20,00 meningkat pada siklus I yaitu dengan nilai rata-rata siswa 73,53 dan ketuntasan 73,33 kemudian peneliti memaksimalkan hasil penelitian dengan menerapkan metode Kooperatif STAD yaitu dengan nilai ratarata 89,67 dengan ketuntasan 93,33%. Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan metode Kooperatif STAD dapat diterima siswa dan dapat meningkatkan prestasi belelajar siswa.
139
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan Metode Kooperatif STAD sangat sesuai dalam pembelajaran Matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa yang meningkat dari prasiklus, siklus I, dan siklus ke II, serta siswa mampu mengerjakan latihan soal-soal yang berkaitan dengan kubus dan balok dengan pencapaian nilai prasiklus nilai rata-rata siswa mencapai 61,33 dengan ketuntasan 20,00 meningkat pada siklus I yaitu dengan nilai rata-rata siswa 73,53 dan ketuntasan 73,33 kemudian peneliti memaksimalkan hasil penelitian dengan menerapkan metode Kooperatif STAD yaitu dengan nilai rata-rata 89,67 dengan ketuntasan 93,33%. Saran Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau metode belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan. Memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS dengan menerapkan kegiatan metode Kooperatif STAD. Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan metode kooperatif STAD. Meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan atau input dari para kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja. Dalam proses belajar mengajar guru perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkannya. Pihak perpustakaan sekolah agar mengusahakan keberadaan buku-buku bacaan populer yang ada sangkut pautnya dengan Matematika, sehingga menambah sumber belajar siswa.
140
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
DAFTAR RUJUKAN Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia. H. A. Simon. 1987. Diambil dari buku Kusrini yang berjudul Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Andi Yogyakarta: Yogyakarta Marsetia, Dono Saputro. 2002 Pendidikan Menyongsong Globalisasi, Makalah Seminar Nasional 13 Mei 2002 dalam rangka Hari Pendidikan Nasional FIS Nasional.
Muhammad Nur. 2014. Metodologi Research 2. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Sumadi Suryabrata. 1987. Psikologi Pendidikan. Penerbit Rajawali, Jakarta. Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Adi Cita. WJS. Poerwadarminto. 1985. Kamus Umum. Jakarta: PN Balai Pustaka.