Sri Andriani, Model Belajar Kooperatif Meningkatkan Prestasi Belajar PKn...
9
MODEL BELAJAR KOOPERATIF MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN MATERI KEBEBASAN BERORGANISASI DI KELAS V SEMESTER II SDN 2 BENDOREJO KECAMATAN POGALAN TRENGGALEK TAHUN 2013/2014
Oleh: Sri Andriani SDN 2 Bendorejo, Pogalan, Trenggalek
Abstrak. Dunia pendidikan dapat berjalan beriringan dengan dinamika pembangunan yang ada jika didukung dengan adanya perubahan dalam metode pembelajaran di kelas. Salah satunya dengan menerapkan model belajar kooperatif. Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V Semester II SDN 2 Bendorejo Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 33 siswa. Penerapan model belajar kooperatif pada siswa Kelas V dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dilihat dari kenaikan tes hasil belajar yang mengalami peningkatan yaitu dari pra tindakan nilai rata-rata 69.09 siklus I sebesar 74,85 dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 88.48 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 90.91%. Hasil ini dipertegas dengan respon siswa yang sangat positif dalam menerima tindakan perbaikan pembelajaran siswa dengan nilai 3.71. Kata Kunci: model belajar kooperatif, PKn, kebebasan berorganisasi
Model belajar kooperatif adalah pembelajaran yang berdasarkan pada pandangan bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Siswa rutin bekerja dalam kelompok 4 orang untuk membantu memecahkan masalah yang komplek (Nurkancana: 1992). Unsur-unsur Dasar Kooperatif, (a) Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”. (b) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. (c) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. (d) Siswa haruslah mendapat tujuan dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. (e) Siswa diminta mempertanggung jawabkan secara individu materi atau tugas yang menjadi tanggung jawabnya di dalam kelompok. (f) Siswa mendapat hadiah/penghargaan bukan untuk diri sendiri tetapi untuk kelompoknya. Ciri-ciri Model belajar kooperatif, (a)
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk memutuskan materi belajarnya. (b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. (c) Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perbedaan ras, budaya, suku dan jenis kelamin. (d) Kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. (e) Menerima perbedaan individu menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan atau ketidakmampuan. (f) Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu. Model Penerapan Model belajar kooperatif, diantaranya Model STAD, Model Investivigasi Kelompok dan Model Pendekatan Struktural. Model belajar kooperatif sangat relevan dengan 4 pilah pendidikan seumur hidup yang dirumuskan dalam konferensi Internasional kemudian diratifikasi UNESCO tahun 1996. (a) Learn to Know: Belajar untuk berpengetahuan. (b) Learn How to Learn: Belajar bagaimana anak didik belajar dengan baik dan benar. (c) Learn to do: Belajar untuk berbuat. (d) Learn to be: Berbuat untuk membentuk jadi diri (kepri-
10
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
badian). (e) Learn to live together: Belajar untuk dengan hidup bersama (Marsetio Dono Seputro: 2002). Ada tiga tujuan (nilai penting) yang ingin dicapai dan perlu ditanamkan yaitu siswa akan lebih sukses jika belajar dalam kelompok. (a) Hasil belajar secara akademik, (b) penerimaan terhadap keragaman, (c) pengembangan keterampilan sosial (Slameto: 1998). Model belajar kooperatif menanamkan nilai-nilai perbedaan sebagai akibat latar belakang yang berbeda untuk dihadapkan pada realitas untuk bekerja saling tergantung yang positif satu sama lain atas dasar kesamaan tugas bersama, sekaligus menanamkan sikap saling menghargai satu sama lain. Belajar kelompok sekaligus juga mengajarkan kepada siswa keterampilan untuk beroganisasi yang diciptakan melalui kompetensi dalam kelompok. Nilai penting belajar kelompok adalah menanamkan kemampuan kerja sama dalam mengatasi masalah dan kemampuan membantu teman dalam pemecahan masalah. Setiap siswa dalam satu kelompok yang ingin dicapai sangat berhubungan dengan motivasi yang dianggap sama dengan tujuan dan maksudnya yaitu satu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih siswa yang mengadakan kontak untuk satu tujuan mereka mempertimbangkan hubungan yang bermakna. Pada tahun 1973 melalui MPR ditetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) ditegaskan bahwa: “Pendidikan Kewarganegaraan dimasukkan dalam kurikulum di semua tingkat pendidikan, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi baik Negeri maupun swasta”. (Tap. MPR. No. IV/MPR/1973). Maka sejak itu PKn dijadikan sebagai bidang studi tersendiri. Tim Pembina PKn Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan bahwa: “Pendidikan Kewarganegaran adalah usaha yang dilakukan secara sadar, teratur dan terus menerus yang terjadi di dalam proses belajar mengajar yang diciptakan hubungan
antara guru dengan siswa menurut aturan moral Pancasila. Proses belajar mengajar menanamkan norma Pancasila dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku siswa menurut tuntutan moral Pancasila”. (Tim Pembina PKn Depdikbud, 1983 :24). Dari definisi di atas dapat diuraikan bahwa hakekat bidang studi PKn adalah pendidikan moral yang berlandaskan Pancasila. Dengan demikian penekanannya lebih menitik beratkan pada aspek moral (afektif) dan perbuatan (psikomotor) disamping secara integratif perlu diperhatikan aspek pengetahuan (kognitif). Materi PKn mencakup semua unsur yang erat kaitannya dengan sejarah dan perkembangan PKn terutama tentang Pendidikan Masalah Moral.Dengan adanya materi yang disediakan itu diharapkan dihayati dan diamalkan.Perintah yang ada dalam Pancasila yang berdasarkan UUD 1945 oleh setiap peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Para guru PKn seharusnya mengenal, memahami dan dapat menerapkan berbagai metode penyajian yang bervariasi sesuai dengan perkembangan dunia metodologi pendidikan dewasa ini. Metode apapun yang kita pilih atau kita gunakan dalam pelaksanaan program pengajaran PKn hendaknya dapat menjamin pengembangan keseluruhan aspek, yakni Pengetahuan, sikap dan keterampilan, terutama pengembangan sikap dan moral dan mental (penghayatan) nilai - nilai yang terkandung dalam UUD 1945. Memilih dan menerapkan berbagai metode penyajian PKn yang sesuai dengan tuntutan kurikulum hendaknya dilandasi oleh sistem agung. Berikut azas yang diajarkan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro yang terkenal, yaitu: “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tutwuri Handayani”. Dari azaz tersebut kiranya sungguh tepat dalam penyajian PKn karena bercirikan sejarah perjuangan Ki Hajar Dewantoro dalam membangun pendidikan yang ada di Indonesia.
Sri Andriani, Model Belajar Kooperatif Meningkatkan Prestasi Belajar PKn...
Sasaran akhir PKn adalah dihayati dan diamalkannya Pancasila oleh setiap anak didik di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Dalam pada itu D. Djamal mengemukakan bahwa: “Tujuan mempelajari PKn adalah untuk mengerti dan memahami tentang isi dan makna yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 atau dengan kata lain untuk menjadi warganegara yang baik dengan sikap moral dan perilaku yang berdasarkan falsafah negara dan UUD 1945”. (Djamal, D. 1979: 7). Pada buku lain dirumuskan tujuan PKn sebagai berikut: “Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan meneruskan dan mengembangkan jiwa semangat dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pedoman Penghayatan dan GBHN kepada generasi muda, dengan menekankan ranah sikap dan nilai yang mendorong semangat merangsang ilham dan menyeimbangkan kepribadian peserta didik”. (Depdikbud, 1984: 3). Dengan demikian PKn juga membentuk peserta didik yang sadar akan hak dan kewajibannya. Sebagai peserta didik yang taat akan peraturan kedisiplinan sekolah dan peraturan lainnya. Tujuan penyusunan penelitian tindakan ini dimaksudkan untuk: (1) Untuk mengetahui langkah-langkah untuk meningkatkan prestasi belajar bidang studi PKn di Kelas V dengan menggunakan model belajar kooperatif. (2) Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa Kelas V pada pembelajaran PKn setelah peneliti menerapkan model belajar kooperatif METODE PENELITIAN Lokasi penelitian yang akan digunakan adalah SDN 2 Bendorejo, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek. Peneliti dalam hal ini adalah kepala sekolah di SDN 2 Bendorejo, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek, dan guru kelas V sebagai subyek dalam penelitian ini. Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V Semester II SDN 2 Bendorejo, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek Tahun
11
Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 33 siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini terdiri dari: instrumen Lembar Observasi Guru dalam PBM, instrumen Lembar Observasi Kerja Siswa dalam PBM, kuesioner untuk siswa, soal tes kinerja siswa. Prosedur Penelitian, dalam tahap persiapan yang dilakukan: (1) Menentukan topik yang akan didiskusikan. (2) Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK). (3) Bila kelas terlalu besar dibagi dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. (4) Merumuskan butir-butir pengarahan, petunjuk dan tindakan-tindakan lain untuk kelancaran jalannya diskusi (kapan memberikan pujian, teguran, meluruskan pembicaraan yang menyimpang, dan sebagainya). Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan: (1) Menjelaskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK). (2) Mengkomunikasikan topik diskusi. (3) Memberikan pengarahan diskusi. (4) Bila kelas besar dibagi dalam kelompok yang lebih kecil sesuai dengan kebutuhan. (5) Masing-masing kelompok memilih pimpinan diskusi, sekretaris ataupun pelapor. (6) Siswa berdiskusi dalam kelompoknya. Guru berkeliling mendatangi tiap-tiap kelompok untuk menjaga ketertiban atau membantu kegiatan diskusi, misalnya mengarahkan diskusi, membantu menjawab pertanyaan dan sebagainya. (7) Kelompokkelompok diskusi melaporkan hasil yang telah didiskusikan. Hasil diskusi tersebut kemudian ditanggapi oleh kelompok lain, bila perlu juga dapat membantu memberikan jawaban. (8) Hasil diskusi antar kelompok kemudian dicatat, ditulis dalam laporan. (9) Laporan hasil diskusi disampaikan kepada guru, oleh pimpinan diskusi atau pelapor. Pada tahap penutup: (1) Guru menyimpulkan hasil penelitian dan mengumumkannya kepada siswa. (2) Guru memberikan latihan yang akan dikerjakan di rumah (PR). Pelaksanaan penelitian ini berbentuk siklus yang terdiri dari 2 siklus yang ma-
12
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
sing-masing meliputi: planning (perencanaan), acting (pelaksanaan), observing (pengamatan) dan reflection (refleksi). Masing-masing siklus terdiri dari 1 pertemuan.Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Permasalahan yang belum dapat dipecahkan dalam siklus pertama direfleksikan bersama tim peneliti dalam suatu pertemuan kolaborasi, untuk mencari penyebabnya, selanjutnya peneliti merencanakan berbagai langkah perbaikan untuk diterapkan dalam siklus II. Hal itu dilaksanakan terus dari satu siklus ke siklus berikutnya sampai masalah yang dihadapi dapat dipecahkan secara tuntas, pada siklus dalam penelitian ini tindakan yang diberikan berupa penggunaan model belajar kooperatif dalam proses belajar mengajar. Untuk mendapatkan hasil penelitian maka digunakan instrumen sebagai berikut: (1) Lembar perencanaan pembelajaran mata pelajaran PKn materi Kebebasan berorganisasi. (2) Lembar kisi-kisi dan lembar soal ulangan harian. (3) Lembar analisis penilaian formatif. (4) Lembar pelaksanaan program perbaikan/pengayaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Refleksi Awal Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator penelitian yaitu guru kelas V memberikan pertanyaan apresiasi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap mata pelajaran PKn materi “Kebebasan Berorganisasi” di kelas. Setelah itu peneliti melakukan kegiatan pembelajaran. Guru juga memberi tes kemampuan tentang materi PKn kepada siswa melalui “tes tertulis” atau pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa sesuai pokok bahasan di atas. Selama proses pengamatan siswa kurang merespon guru sehingga hanya terjadi komunikasi satu arah, dan siswa terlihat bosan selama proses pembelajaran. Sementara itu dari hasil “Pre-Test” yang dilakukan terhadap siswa guna mendapatkan data awal, dengan hasil sebagaimana terdapat dalam tabel berikut:
Tabel 1 Nilai Pre-Test siswa Kelas V No
Nama Siswa
Nilai
1
Ananda Akbar Ramadhan Alzilzou Maulana Diop Aryoga Attala Py Ari Adi Putra Askih Signifikan Aland Yaafi Atmaja Brilyan Asyarico Bagas Aditya P. Clarida Cahya A. Dimas Arsal Abima Dheka Rpp. Danu Faizal R. Ema Rahma Wati Endah Sarima Perba Elli Eka Pratiwi Ema Tri Susanti Finandi Dwi Laksana Firdausi Zs. Hengki Irawan Hamzah Ip. Husna Ms. Hendra Dr. Ilham A. Kurnia Ap. Marlina Marsanda Maysela Natasya Ds. Ota Budi P. Anggi Dwi O. M. Anggie Prayoga Bayu Aji S. Angga Eka P. Jumlah Rata-Rata
70
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Ketuntasan Belajar Tidak Tuntas Tuntas TT
80
T
-
90
T
-
90 80
T T
-
70
-
TT
60
-
TT
80
T
-
70
-
TT
30
-
TT
60 80 70
T -
TT TT
80
T
-
80 80
T T
-
50
-
TT
40 80 80 60 90 70 50 70 50 60 60 70 70 50
T T T -
TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT
80 80 2280 69.09
T T 14 42.42
19 57.58
Sri Andriani, Model Belajar Kooperatif Meningkatkan Prestasi Belajar PKn...
Dari data di atas, terlihat jelas bahwa kemampuan siswa terhadap penguasaan materi sebelum diterapkan model belajar kooperatifmasih rendah dibawah KKM (75), yaitu rata-rata hanya sebesar 69.09. Di samping itu, dilihat dari jumlah siswa yang belajarnya mencapai ketuntasan atau mencapai standar ketuntasan minimal yang ditentukan (nilai 75), prosentasenya tergambar sebagaimana dalam tabel di bawah ini: Tabel 2 Data ketuntasan belajar siswa Kelas V Jumlah Ketuntasan No 1
Tuntas 14
Tidak Tuntas 19
Prosentase Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas 42.42 57.58
Dari data di atas, terlihat jelas bahwa ketuntasan individual siswa terhadap penguasaan materi sebelum diterapkan metode model belajar kooperatifmasih sangat rendah, yaitu hanya 14 dari 33 anak atau hanya 42.42%. Siklus I 1. Planning (perencanaan) Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah: menentukan topik yang akan didiskusikan, merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), bila kelas terlalu besar dibagi dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil, merumuskan butir-butir pengarahan, petunjuk dan tindakan-tindakan lain untuk kelancaran jalannya diskusi (kapan memberikan pujian, teguran, meluruskan pembicaraan yang menyimpang, dan sebagainya). 2. Action (pelaksanaan) Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan siswamelaksanakan kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertemuan 1 a. Kegiatan Awal, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang apa yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, siswa berkelompok dalam kelompok diskusi, siswa menyiapkan bahan yang akan
13
didiskusikan b. Kegiatan Inti, siswa mencermati materi dalam buku yang berkaitan dengan pengertian dan unsur-unsur organisasi, siswa mendiskusikan hasil pengamatan dengan kelompoknya masing-masing, siswa menyiapkan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menyimak serta perlu menyanggahnya apabila tidak sesuai dengan pendapat kelompok tersebut, siswa menganalogikan atau member contoh yang berkaitan dengan kehidupan beroragnisasi dalam kehidupan seharihari, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang hasil diskusi dari masingmasing kelompok. c. Kegiatan Akhir, siswa dibimbing guru membuat rangkuman hasil diskusi yang telah disempurnakan jawabannya, siswa menjawab penjelasan dari guru tentang hasil diskusi dari masing-masing kelompok. Pertemuan 2 a. Kegiatan Awal, siswa menyimak penjelasan guru tentang indicator yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran, siswa aberkelompok dalam diskusi masing-masing, siswa menyiapkan materi diskusi tentang pentingnya/manfaat berorganisasi. b. Kegiatan Inti, siswa mencermati materi dalam buku tentang pentingnya.manfaat organisasi, siswa melakukan kegiatan diskusi tentang pentingnya/manfaat berorganisasi, siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain memperhatikan sert aperlu menyanggah apabila tidak sesuai dengan pendapat kelompok mereka, siswa menyimak penjelasan dari guru tentang hasil diskusi yang telah disampaikan oleh setiap kelompok, siswa membuat kesimpulan hasil diskusi sesuai dengan pendapat kelompok masing-masing. c. Kegiatan Akhir, siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai materi manfaat berorganisasi, siswa mendapat
14
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
tugas individu sebagai bahan pendalaman materi. Pertemuan 3 a. Kegiatan Awal, siswa menyimak penjelasan guru tentang indicator yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran, siswa berkelompok dalam kelompok diskusi masing-masing, siswa menyiapkan materi diskusi tentang cirri-ciri organisasi dan macam-macam organisasi b. Kegiatan Inti, siswa melakukan kegiatan diskusi tentang ciri-ciri organisasi dan macam-macam organisasi, siswa mendata dan mencatat hasil diskusi yang menunjukkan sikap positif dalam mencapai tujuan bersama, siswa menyiapkan hasil diskusi kelompoknya dan eklompok lain menyimak serta perlu menyanggah apabila tidak sesuai dengan pendapat kelompok tersebut, siswa bertanya dan mengeluarkan rasa ingin tahu mereka dengan materi-materi yang belum jelas dan guru memberikan nilai tanbahan bagi siswa yang berani mengutarakan pertanyaan maupun pendapat, siswa menyimak penjelasan dari guru tentang hasil diskusi, siswa membuat kesimpulan hasil diskusi yang disempurnakan jawabannya. c. Kegiatan Akhir, siswa menjawab beberapa pertanyaan dari guru tentang cirri-ciri organisasi, siswa mendapat tugas individu sebagai bahan pendalaman materi 3. Observation (pengamatan) Hasil observasi dapat dilihat dari hasil analisa data penilaian siswa, hasil post test dan lembar observasi.Untuk penilaian kinerja hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 3 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I No 1 2
Nama Siswa Ananda Akbar Ramadhan Alzilzou
Nilai 70 50
Ketuntasan Belajar Tidak Tuntas Tuntas TT -
TT
No
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Siswa Maulana Diop Aryoga Attala Py Ari Adi Putra Askih Signifikan Aland Yaafi Atmaja Brilyan Asyarico Bagas Aditya P. Clarida Cahya A. Dimas Arsal Abima Dheka Rpp. Danu Faizal R. Ema Rahma Wati Endah Sarima Perba Elli Eka Pratiwi Ema Tri Susanti Finandi Dwi Laksana Firdausi Zs. Hengki Irawan Hamzah Ip. Husna Ms. Hendra Dr. Ilham A. Kurnia Ap. Marlina Marsanda Maysela Natasya Ds. Ota Budi P. Anggi Dwi O. M. Anggie Prayoga Bayu Aji S. Angga Eka P. Jumlah Rata-Rata
Nilai
Ketuntasan Belajar Tidak Tuntas Tuntas
80
T
-
90 60
T -
TT
90
T
-
50
-
TT
60
-
TT
70
-
TT
60
-
TT
100 50 80
T T
TT -
80
T
-
80 80
T T
-
80
T
-
90 80 80 60 60 80 60 80 90 60 60 80 90 90
T T T T T T T T T
TT TT TT TT TT -
90 90 2470 74.85
T T 20 60.61
13 39.39
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-rata siswa memang sudah meningkat menjadi 74.85 akan tetapi ketuntasan belajar siswa masih kurang dari 85% (ketuntasan klasikal) yaitu 60.61 sehingga dibutuhkan
Sri Andriani, Model Belajar Kooperatif Meningkatkan Prestasi Belajar PKn...
siklus II untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Selama pengamatan juga diketahui bahwa aktivitas guru dalam menerapkan model belajar kooperatif sebesar 65.83% sedangkan untuk aktivitas siswa yaitu 64.17%. Hal ini membuktikan bahwa pada siklus I penerapan model belajar kooperatifdalam pembelajaran siklus I kurang sempurna, jadi diharapkan adanya perbaikan pada siklus II. 4. Reflection (refleksi) Dari hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (a) Guru kurang dalam memotivasi siswa. (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru masih kurang baik, sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu fenomena masih sangat rendah. (c) Dalam forum diskusi masih sedikit siswa yang terlibat aktif. Dalam hasil temuan di atas akan dipergunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Siklus II 1. Planning (perencanaan) Secara garis besar perencanaannya sama dengan siklus I dengan materi yang sama pada siklus I. Berdasar pada temuan siklus I maka ada beberapa tambahan dalam perencanaan sebagai berikut: (a) Meningkatkan perbaikan teknik bertanya. (b) Meningkatkan pemberian motivasi kepada siswa. 2. Action (pelaksanaan) Pada siklus II pelaksanaan tindakannya secara garis besar sama dengan siklus I dengan adanya perbaikan mengurangi dominasi guru, memperbaiki teknik bertanya dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Langkah pembelajaran pada siklus II peneliti sajikan berikut ini: Pertemuan 1 a. Kegiatan Awal, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang apa yang akan
15
dicapai dalam proses pembelajaran, siswa berkelompok dalam kelompok diskusi, siswa menyiapkan bahan yang akan didiskusikan b. Kegiatan Inti, siswa mencermati materi dalam buku yang berkaitan dengan pengertian dan unsur-unsur organisasi, siswa mendiskusikan hasil pengamatan dengan kelompoknya masing-masing, siswa menyiapkan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menyimak serta perlu menyanggahnya apabila tidak sesuai dengan pendapat kelompok tersebut, siswa menganalogikan atau member contoh yang berkaitan dengan kehidupan beroragnisasi dalam kehidupan sehari-hari, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang hasil diskusi dari masing-masing kelompok. c. Kegiatan Akhir, siswa dibmbing guru membuat rangkuman hasil diskusi yang telah disempurnakan jawabannya, siswa menjawab penjelasan dari guru tentang hasil diskusi dari masing-masing kelompok. Pertemuan 2 a. Kegiatan Awal, siswa menyimak penjelasan guru tentang indikator yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran, siswa aberkelompok dalam diskusi masing-masing, siswa menyiapkan materi diskusi tentang pentingnya/manfaat berorganisasi b. Kegiatan Inti, siswa mencermati materi dalam buku tentang pentingnya.manfaat organisasi, siswa melakukan kegiatan diskusi tentang pentingnya/manfaat berorganisasi, siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain memperhatikan sert aperlu menyanggah apabila tidak sesuai dengan pendapat kelompok mereka, siswa menyimak penjelasan dari guru tentang hasil diskusi yang telah disampaikan oleh setiap kelompok, siswa membuat kesimpulan hasil diskusi sesuai dengan pendapat kelompok masing-masing.
16
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
c. Kegiatan Akhir, siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai mateir manfaat berorganisasi, siswa memdapat tugas individu sebagai bahan pendalaman materi Pertemuan 3 a. Kegiatan Awal, siswa menyimak penjelasan guru tentang indicator yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran, siswa berkelompok dalam kelompok diskusi masing-masing, siswa menyiapkan materi diskusi tentang cirri-ciri organisasi dan macam-macam organisasi b. Kegiatan Inti, siswa melakukan kegiatan diskusi tentang cirri-ciri organisasi dan macam-macam organisasi, siswa mendata daan mencatat hasil diskusi yang menunjukkan sikap positif dalam mencapai tujuan bersama, siswa menyiapkan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menyimak serta perlu menyanggah apabila tidak sesuai dengan pendapat kelompok tersebut, siswa bertanya dan mengeluarkan rasa ingin tahu mereka dengan materi-materi yang belum jelas dan guru memberikan nilai tanbahan bagi siswa yang berani mengutarakan pertanyaan maupun pendapat, siswa menyimak penjelasan dari guru tentang hasil diskusi, siswa membuat kesimpulan hasil diskusi yang disempurnakan jawabannya c. Kegiatan Akhir, siswa menjawab beberapa pertanyaan dari guru tentang cirri-ciri organisasi, siswa mendapat tugas individu sebagai bahan pendalaman materi 3. Observation (pengamatan) Hasil observasi selama proses belajar mengajar pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II No 1 2
Nama Siswa Ananda Akbar Ramadhan Alzilzou
Nilai 90 90
Ketuntasan Belajar Tidak Tuntas Tuntas T T
-
No
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Siswa Maulana Diop Aryoga Attala Py Ari Adi Putra Askih Signifikan Aland Yaafi Atmaja Brilyan Asyarico Bagas Aditya P. Clarida Cahya A. Dimas Arsal Abima Dheka Rpp. Danu Faizal R. Ema Rahma Wati Endah Sarima Perba Elli Eka Pratiwi Ema Tri Susanti Finandi Dwi Laksana Firdausi Zs. Hengki Irawan Hamzah Ip. Husna Ms. Hendra Dr. Ilham A. Kurnia Ap. Marlina Marsanda Maysela Natasya Ds. Ota Budi P. Anggi Dwi O. M. Anggie Prayoga Bayu Aji S. Angga Eka P. Jumlah Rata-Rata
Nilai
Ketuntasan Belajar Tidak Tuntas Tuntas
90
T
-
100 80
T T
-
80
T
-
80
T
-
100
T
-
100
T
-
90
T
-
90 90 100
T T T
-
90
T
-
100 90
T T
-
90
T
-
90 100 90 50 80 80 70 100 80 100 90 50 90 100
T T T T T T T T T T T
TT TT TT -
100 100 2920 88.48
T T 30 90.91
3 9.09
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-rata siswa sudah mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 88.48, sedangkan ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan menjadi 90.91%,
Sri Andriani, Model Belajar Kooperatif Meningkatkan Prestasi Belajar PKn...
sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siklus II ini pengembangan kegiatan pengajaran menggunakan kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selama pengamatan juga diketahui bahwa aktivitas guru dalam menerapkan model belajar kooperatif mengalami peningkatan dari pada siklus I yaitu sebesar 81.67% sedangkan untuk aktivitas siswa juga mengalami peningkatan yaitu 80.00%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model belajar kooperatif dalam pembelajaran siklus II telah mengalami perbaikan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Reflection (refleksi) Dari hasil observasi ditemukan perbaikan-perbaikan sebagai berikut: (a) Guru sudah bisa menjadikan suasana kelas menjadi hidup sehingga siswa menjadi semangat dan termotivasi untuk belajar. (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru sudah dapat diterima siswa dengan baik, sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu fenomena sudah sangat baik. (c) Dalam forum diskusi semua siswa sudah terlibat dengan aktif. Setelah kegiatan pembelajaran berakhir, maka peneliti memberikan angket ke-
100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
pada siswa dengan tujuan untuk mengetahui respon, sikap dan minat siswa setelah mengikuti pembelajaran PKn dengan menggunakan model belajar kooperatif. Dari hasil rekapitulasi angket siswa dapat diketahui bahwa respon siswa terhadap pembelajaran dalam kategori “sangat positif” dengan perolehan rata-rata nilai respon siswa sebesar 3,71. Hal ini membuktikan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran PKn dengan menggunakan model belajar kooperatif mendapat respon yang sangat positif. Dari hasil data di atas, prestasi belajar siswa (hasil tes belajar) dengan menggunakan model belajar kooperatif menunjukkan prestasi belajar yang meningkat dari setiap siklusnya dapat diketahui bahwa nilai ratarata pada siswa Kelas V SDN 2 Bendorejo, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek, sebelum siklus: 69.09 siklus I: 74.85 dan siklus II: 88.48. Hal ini menandakan keberhasilan dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa Kelas V Semester II SDN 2 Bendorejo, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek, Tahun Pelajaran 2013/2014, dengan hasil penelitian yang selalu meningkat setiap siklusnya berarti bahwa penelitian telah berhasil. Untuk dapat lebih jelasnya dalam peningkatan prestasi belajar ini peneliti sajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
90,91 69,09
74,85
88,48
60,61 NILAI RATA-RATA
42,42
KETUNTASAN
SEB. SIKLUS
SIKLUS I
17
SIKLUS II
Gambar 1 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
18
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
PENUTUP Kesimpulan Guru dalam kegiatan pembelajaran selalu mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa pada kegiatan pendahuluan. Dalam menjelaskan materi guru senantiasa melibatkan peran siswa dalam kegiatan diskusi kelompok maupun menarik kesimpulan dalam kegiatan inti. Dan di akhir pembelajaran guru memberikan reward. Penerapan model belajar kooperatif pada siswa Kelas V dapat meningkatkan prestasi belajar siswa DAFTAR RUJUKAN Djamal, D. 1979. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka. Marsetia, Dono Saputro. 2002 Pendidikan Menyongsong Globalisasi, Makalah Seminar Nasional 13 Mei 2002 dalam rangka Hari Pendidikan Nasional FIS Nasional. Nurkancana, Wayan dan Sunartana, PPN. 1992. Evaluasi Prestasi Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Poerwodarminto, WJS. 1978. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Yayasan Penerbit Fak Psikologi Universitas Gajah Mada. Robert L. Cilstrap dan William R. Martin. Pengertian Kooperatif. Jakarta: Erlangga. Slameto. 1998. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Soleh. 1984. Kamus Rakyat Populer. Surabaya: Karya And.
Saran Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain: (1) Perlu adanya beberapa metode atau metode bervariasi dalam penyampaian materi pada setiap PBM, sebab dengan metode yang bervariasi siswa tidak akan jenuh dan bahkan menyenangi materi yang disampaikan. (2) Penulisan penelitian seperti ini perlu waktu yang cukup untuk mempersiapkan instrumen dan perangkat untuk pengambilan data. (3) Hendaknya terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik agar KBM berjalan efektif.