Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 9 PONTIANAK oleh Netti Yuniarti, St. Y. Slamet, Budhi Setiawan Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program PASCASARJANA UNS
[email protected] Abstract The purposes of this class action research are to: (1) improve the quality of short stories writing learning with mind mapping methods, and (2) improve the short story writing skill with mind mapping method. This study is Classroom Action Research, which is research type that a form of cooperation or collaboration between researchers, teachers, and students. Classroom Action research was carried out three cycles. Each cycle of two meetings, this includes four stages: (1) action planning, (2) the implementation of action, (3) observation, and (4) reflection. The subjects were students and teachers of class IX SMP Negeri 9 Pontianak. Data collection techniques used is observation, interviews, tests, and questionnaires. The data validity test used triangulation of data sources and methods. Data analysis techniques used analytical techniques of comparative descriptions, and critical, by comparing the improvement of processes and outcomes in each cycle with success performance indicators that has been set. Based on these results it can be concluded that the mind mapping method, can improve the quality of the learning process, and the results of short story writing skill of students class IX SMP Negeri 9 Pontianak. It can be seen through some of the indicators are as follows: (1) increase the quality of learning process to write short stories, which is characterized by: (a) increasing students’ interest to participating in the study, (b) increasing the teacher’s ability of to generate the student’s interest, (c) increasing the teacher’s ability to implement mind mapping methods in the learning, (d) increasing the teacher’s ability to manage the classroom, and (e) increasing the teacher’s ability to overcome some obstacles of short stories writing learning, and (2) increasing the students’ ability to write a short story from each cycle were implemented, such as the average value of pre cycle is 63,14, increased in the first cycle (66,71), second cycle (72,29) and third cycle (77,43). The value increase has met the minimum completeness criteria (KKM) set is 70. Keywords: teaching quality, short stories writing competence, short stories, and mind mapping PENDAHULUAN Disebutkan Satuan
berorientasi pada belajar bahasa untuk
dalam
Pendidikan
Kurikulum (KTSP)
Tingkat
2006,
Mata
berkomunikasi, dan belajar sastra untuk menghargai
manusia
dan
nilai-nilai
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
kemanusiaan (Depdiknas, 2006: 5). Belajar
untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP),
bahasa untuk berkomuni-kasi memiliki
bahwa standar kompetensi Mata Pelajaran
arti bahwa siswa harus diberi kesempatan
Bahasa
yang
dan
Sastra
Indonesia
harus
125
luas,
langsung,
dan
nyata
agar
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id mereka
mampu
meng-gunakan
bahasa
pembelajaran
menulis
cerita
pendek.
yang dipelajari seba-gai alat atau media
Rendahnya kualitas pembelajaran tersebut
untuk
dapat diindikatori oleh tiga hal, sebagaimana
berbagi
pengalaman,
pikiran,
perasaan dengan orang lain secara baik dan benar. Sementara itu, belajar sastra untuk menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan, memiliki arti bahwa dengan
yang diungkapkan oleh Soedijarto dalam Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (2004: 1), yaitu (1) tingkat partisipasi
siswa
dan jenis kegiatan belajar yang dihayati oleh
tumbuh kepekaan batin, rasa empati yang
siswa, (2) peran guru dalam proses belajar-
dalam
mengajar, dan (3) suasana proses belajar.
mempelajari
sastra
untuk
diharapkan
saling
menghargai
antarsesama.
Mengacu pada indikator pertama yang
Khususnya
dalam
belajar
sastra,
terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajarannya, yaitu: (1) siswa menganggap
bahwa
karya
sastra
merupakan bahan–bahan pela-jaran yang sulit untuk dimengerti, dan (2) sebagian
digunakan
untuk
mengukur
kualitas
pembelajaran tersebut, berdasarkan observasi atau pengamatan peneliti pada Jumat, 14 September 2012, pembelajaran menulis cerita pendek yang telah berlangsung di Kelas IX A
besar guru enggan untuk mengajarkan
SMP Negeri 9 Pontianak dapat dikatakan
sastra, sehingga pada umumnya guru
masih rendah, karena partisipasi siswa pada
mengambil
untuk
ketika mengikuti pembelajaran menulis cerita
mengajarkan teori. (Ariadinata, 2006: 23).
pendek, belum menunjukkan keaktifannya
Dari sisi guru, jalan pintas itu sangat
yang
memudahkan
tersebut, kualitas pembelajaran menulis cerita
jalan
karena
pintas
me-mang
teori
mudah diajarkan. Dengan mengajarkan teori, tanggung jawab terhadap beban kurikulum menjadi terkurangi. Selain itu, berdasarkan
pengalaman,
model–model
maksimal.
Dari
indikator
kedua
pendek yang telah berlangsung di Kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak masih
kurang
atau
dapat dikatakan
rendah.
Hal
ini
tes yang kebanyakan diujikan adalah teori
dikarenakan pembelajaran menulis cerita
(sedikit praktik, lebih–lebih apresiasi dan
pendek yang berlangsung masih berpusat
kreasi). Dari sisi siswa juga melegakan
pada guru.
karena
dengan
lebih
ba-nyak
guru
Untuk
menyikapi
permasalahan
mengajarkan teori, beban “membaca dan
tersebut
menulis yang sulit” akan terhindarkan.
pembelajaran yang dapat meningkatkan
Fenomena dan gejala serupa yang
kualitas
diperlukan pembelajaran
satu menulis
metode cerita
telah dipaparkan di atas, terjadi pula
pendek. Diharapkan dengan peningkatan
dalam pembelajaran sastra di kelas XI A
kualitas
SMP Negeri 9 Pontianak khususnya pada
pembelajaran berupa kemampuan menulis
126
proses
pem-belajaran,
hasil
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id cerita pendek siswa pun meningkat. Peta
sesuai dengan keinginan serta kreativitas
pikiran atau biasa dikenal dengan istilah
mereka. Di samping itu, simbol serta
mind mapping adalah metode yang tepat
gambar
untuk mengatasi permasalahan ter-sebut.
berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja
Berakar
dari
memahami
kesulitan dan
otak kanan yang memacu kreativitas serta
menerapkan
unsur
imajinasi sehingga diharapkan siswa tidak
yang dibuatnya serta kesulitan dalam
pendek.
ide
metode
digunakan
dalam
kehabisan
dipilihlah
yang
siswa
intrinsik dalam menulis cerita pendek mengembangkan
berwarna
cerita
peta
ide
dalam
menulis
cerita
pendek
Implikasi dari uraian di atas dalam
(mind
kaitannya dengan penelitian ini adalah
pikiran
mapping).
perlu diterapkannya metode peta pikiran
Dalam metode peta pikiran (mind
(mind
mapping)
sebagai
upaya
mapping) tersebut, pertama-tama siswa
meningkatkan kualitas proses dan hasil
menuliskan satu kata kunci dari tema
pembelajaran menulis cerita pendek pada
yang
Tema
siswa kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak
dalam
dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas
cerita
(PTK).
dipilih
tersebut
di
tengah
kemudian
ranting-ranting
kertas.
dijabarkan
berupa
unsur
pendek yang meliputi alur, penokohan, watak,
setting,
sudut
pan-dang
serta
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1)
meningkatkan
kualitas
pro-ses
ending cerita pendek yang telah dipilih.
pembelajaran menulis cerita penek siswa
Pada dasarnya, dengan metode ini, siswa
kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak dengan
dituntut untuk mem-buat perencanaan
metode peta pikiran (mind mapping), dan
sebelum menulis cerita pendek. Bila dalam
(2) meningkatkan kemampuan menu-lis
perencanaan tulisan sering dikenal dengan
cerita pendek dengan metode peta pikiran
pem-buatan kerangka karangan (outlining),
(mind mapping) pada siswa IX A SMP
maka
Negeri 9 Pontianak.
dalam
tersebut
peta
berupa
pikiran, kata
outlining
kunci
yang
dilengkapi dengan gambar berwarna yang
KAJIAN TEORI
dipetakan. Selain lebih menarik, kelebihan
Hakikat Kemampuan Menulis Cerita
lain dari peta pikiran ini adalah siswa
Pendek
dapat menambah kata kunci di mana pun
Kata kemampuan yang melekat pada frasa
jika
(kelompok
di
tengah
mendapatkan
ide
kegiatan
kata)
“kemampuan
menulis
cerita pendek” pada penelitian ini memiliki
tersebut dapat terus berkembang sesuai
acuan pengertian yang sepadan dengan
dengan
Dengan
salah satu kategori keluaran belajar yang
demikian, dibebaskan
dalam untuk
Peta
ia
pikiran
keinginan
baru.
menulis
penulisnya. metode
ini,
siswa
disebutkan Gagne dan Briggs di atas, yaitu
menulis
“apa
pun”
kemampuan intelektual. Dijelaskan oleh
127
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id Winkel
(1995:
73),
yang
dimaksud
Cerita pendek ialah kisahan pendek
kemampuan intelektual ialah kemampuan
yang
untuk berhubungan dengan lingkungan
kesan tunggal yang do-minan, dan yang
hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk
berpusat pada satu tokoh dalam satu
suatu representasi, khususnya konsep dan
situasi dan pada satu ketika.
berbagai lambang/simbol (huruf, angka,
dimaksudkan
untuk
memberikan
Berdasarkan pengertian di atas, istilah
kata, gambar). Menurut Muhibbin Syah
kemampuan
(2000: 119) kemampuan bukan hanya
diartikan sebagai kesanggupan seseorang
meliputi gerakan motorik melainkan juga
(siswa)
pengejawantahan
bagaimana
bersifat
fungsi
kognitif.
intelektual
di
mental
Jadi,
sini
yang
kemampuan
berkenaan
dengan
fungsi
menulis
dalam ia
cerita
pendek
hubungannya
dengan
mendayagunakan
semua
mental/kognitifnya
menuangkan
buah
pikiran
untuk dan
imaji-
kesanggupan orang dalam mendayaguna-
nasinya secara teratur dan terorganisasi
kan segala fungsi mental/ kognitifnya
ke dalam sebuah karangan yang ber-
untuk mencapai hasil secara maksimal.
bentuk cerita pendek.
Melalui penjelasan itu, kata kemampuan
Pembelajaran
merupakan
proes
pada penyebutan penelitian ini, bukan
kegiatan
dimaksudkan
bungan timbal balik antara guru dengan
motorik
sebagai
yang
kemampuan
berhubungan
dengan
gerakan-gerakan otot tubuh seseorang. seseorang dalam menampil-kan potensi
yang
berupa
hu-
siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung
Jadi kemampuan ialah kesanggupan
akademik
sehingga
siswa
memperoleh
pengalaman belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
maksimalnya tentang sesuatu. Bila itu
Pembelajaran
merupakan
proses
dikaitkan dengan kemampuan menulis,
berkesinambungan
dapat
dengan segala sesuatu yang me-nunjang
diartikan
seseorang gagasan,
sebagai
dalam dan
kesanggupan
menuang-kan
pengalamannya
terjadinya perubahan tingkah laku. Untuk
melalui
mencapai proses yang berkesinambungan itulah, metode pembelajaran yang tepat
Menulis
adalah
berkomunikasi
secara
menyampaikan
kegiatan
tidak
perlu diterap-kan.
langsung
pesan
dengan
mengguna-kan tulisan sebagai medium-
Hakikat
yang
bermakna
Peta
Pikiran
(Mind
Peta
pikiran
(mind
mapping)
segala
merupakan salah satu metode belajar yang
kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan
dikembangkan oleh Tony Buzan tahun
dan
1970-an yang didasarkan pada cara kerja
pungtuasi.
dengan
Metode
Mapping)
nya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf
pembelajar
ide,
bahasa tulis.
untuk
antara
Kegiatan
menulis
bersifat produktif dan ekspresif.
ini
otak. Disebut metode, karena peta pikiran
128
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id ini berupa urutan langkah-langkah yang
adalah
sistematis.
menghasilkan
Otak
mengingat
informasi
dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-
cara
yang
sangat
dan
baik
menata
untuk gagasan
sebelum menulis.
bentuk, suara musik, dan perasaan. Otak
Secara aplikatif, implementasi metode
menyimpan informasi dengan pola dan
peta pikiran ini adalah sebagai berikut.
asosiasi seperti pohon dengan cabang dan
Pertama-tama siswa memilih ide cerita
rantingnya.
kemudian menuliskannya di atas selembar
Otak
tidak
menyimpan
informasi menurut kata demi kata atau
kertas kosong.
kolom demi kolom dalam kalimat baris
kunci dari ide yang dipilih disertai dengan
yang rapi seperti yang kita keluarkan
simbol
dalam berbahasa.
Selanjutnya,
Suroso (2004: 85) berpendapat bahwa
atau
yang
merangkum
tersebut.
persoalan,
sejarah,
siswa
berupa
gambar
kata
berwarna.
menulis-kan
unsur-
unsur cerita pendek dalam ranting-ranting
peta pikiran merupakan sejenis teknik suatu
Penulisan
melingkupi
pusat/
Setelah
ide
siswa
cerita
mem-buat
kejadian, atau suatu yang memiliki suatu
perencanaan dalam bentuk peta pikiran,
topik. Namun peta pikiran ini lebih jelas,
siswa baru ditugaskan untuk menulis
mendalam, menarik daripada rangkuman.
cerpen.
Sebab
digunakan
aktivitas menulis dapat di-tuangkan dalam
teknik grafis dan ruang (baik berupa
cabang-cabang atau ranting mana pun
gambar dan symbol) serta warna untuk
dalam peta pikiran untuk selanjutnya
menandai ide-ide dalam pikiran.
dituangkan dalam cerpen.
dalam
Untuk cepat
peta
pikiran
mengingat
apa
yang
kembali
telah
kita
Ide
yang
muncul
di
tengah
dengan
Berdasarkan kajian teori di atas,
pelajari
dapat diajukan hipotesis dalam penelitian
sebaiknya meniru cara kerja otak dalam
tindakan kelas ini sebagai berikut:
bentuk peta pikiran. Dengan demikian,
Dengan menggunakan metode peta
proses menyajikan dan menangkap isi
pikiran
pelajaran
konsep
pembelajaran sastra, khususnya menu-lis
mendekati operasi alamiah dalam berpikir
cerita pendek, kualitas pem-belajaran dan
(Sugiyanto, 2007: 41).
hasil kemampuan menu-lis cerita pendek
dalam
peta-peta
(mind
mapping)
dalam
siswa kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak Implementasi Metode Peta Pikiran (Mind
dapat ditingkatkan.
Mapping) dalam Pembelajar-an Menulis Cerita Pendek
METODE PENELITIAN
Metode peta pikiran (mind mapping) sangat
tepat
digunakan
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9
dalam
Pontianak, dengan Alamat Jalan Pangeran
pembelajaran menulis. Wycoff (2003: 84)
Natakusuma, Telepon (0561) 737674, yang
mengemukakan bahwa pemetaan pikiran
berstatus Akreditasi A dengan Nomor
129
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id Surat Ke-putusan 130/Kep/BASKO/2010
sesudah diberi tindakan berupa penerapan
Tang-gal 14 Maret 2012. Sementara itu,
metode peta pikiran (mind mapping).
kelas yang digunakan untuk penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas
tindakan kelas adalah kelas IX A dengan
IX A SMP Negeri 9 Pontianak sejumlah 35
pertimbangan di kelas tersebut terdapat
siswa, dengan rincian siswa laki-laki 15
permasalahan
Bahasa
orang, dan siswa perempuan 20 orang.
pem-belajaran
Selain siswa, subjek penelitian ini adalah
menulis dan kemampuan menulis cerita
guru pengampu mata pelajaran Bahasa
pendek.
dan Sastra Indonesia IX A yaitu Bapak
Indonesia
pembelajaran
khususnya
Waktu penelitian dilaksanakan selama lima
bulan
yaitu
pada
bulan
Juli
–
Nopember 2012. Tindakan
Kelas
(Classroom
Research)
yaitu
sebuah
penelitian
menciptakan
dan
Indonesia
dari
Universitas
Tanjungpura Tahun 2011.
Acti-on
kolaboratif antara peneliti, guru, untuk
magister (S2) Program Studi Pendidikan Bahasa
Penelitian ini berbentuk Pene-litian
siswa
Subhan, S.Pd., M.Pd., beliau adalah lulusan
Sumber data penelitian tindakan kelas ini meliputi: 1.
kinerja
Peristiwa proses pembelajaran menulis cerita pendek.
(tindakan) dalam pembelajaran di kelas
Data yang dikumpulkan yaitu data
yang lebih baik. Sesuai dengan paparan di
tentang
depan, penelitian ini bertujuan untuk
menulis cerita pendek di kelas IX A SMP
mengetahui
Negeri 9 Pontianak baik sebelum tindakan
kualitas
ada
tidaknya
pembelajaran
peningkatan
menulis
cerita
pelaksanaan
pembelajaran
(survei awal) maupun yang telah dikenai
pendek, dan kemampuan menulis cerita
tindakan
pendek siswa dengan penerapan metode
survei awal atau sebelum tindakan kelas
peta pikiran (mind mapping). Di samping
dilaksanakan,
data
itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
pembelajaran
menulis
mendeskripsikan penerapan metode peta
diperoleh mela-lui observasi (pengamatan
pikiran
langsung) peneliti di kelas IX A pada
(mind
mapping)
dalam
pembelajaran menulis cerita pendek. Strategi
yang
digunakan
pada
setiap
siklusnya. peristiwa cerita
Pada proses
pendek
Jumat, 14 September 2012 pk 09.20-11.20.
dalam
Sementara
itu,
data
peristiwa
proses
menulis
cerita
pendek
penelitian ini adalah deskriptif kua-litatif.
pembelajaran
Strategi
untuk
dengan metode mind mapping pada Siklus
menjelaskan
I diperoleh melalui observasi (pengamatan
kenyataan di lapangan. Kenyataan yang
langsung) pada Selasa,25 September 2012,
dimaksud adalah proses pem-belajaran
dan Jumat 28 September 2012; pada Siklus
menulis
II pengamatan terhadap peristiwa proses
ini
menggambarkan
cerita
bertujuan serta
pendek
se-belum
dan
pembelajaran
130
menulis
cerita
pendek
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id dengan metode mind mapping dilaku-kan
proses
pada selasa 9 oktober 2012, dan jumat 12
pendek dengan metode peta pikiran (mind
oktober
iii
mapping) yang dilaksanakan oleh guru
pengamatan terhadap peristiwa proses
yang dikum-pulkan dengan angket, (2)
pembelajaran
data tentang tanggapan siswa terhadap
2012,
dan
pada
menulis
siklus
cerita
pendek
pembelajaran
dengan metode mind mapping dilakukan
cara meng-ajar guru.
pada selasa 16 oktober 2012.
3.
2.
Informan
menulis
cerita
Dokumen Dokumen yang dikumpulkan, antara
Sumber data penelitian yang berupa
lain:
(1)
rencana
informan di sini ada dua yaitu (a) guru
pembelajaran
mata
pembelajaran
pelajaran
Bahasa
dan
Sastra
(RPP),
(2)
menulis
pelaksanaan foto
kegiatan
cerita
pendek
Indonesia di kelas IX A, yaitu Bapak
dengan
Subhan, S.Pd., M.Pd., dan (b) tiga siswa
mapping), (3) peta pikiran (mind map-ping)
kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak, yaitu
yang dibuat siswa, (4) hasil tes siswa
(1) Bella Elvara Pratiwi, (2) Muhammad
berupa tulisan cerita pendek, serta (5)
Ilham; dan (3) Sekar Aprilia Maharani.
hasil angket yang diisi oleh siswa, dan (6)
Data
yang
dikumpulkan
mela-lui
hasil
metode
angket
peta
yang
pikiran
diisi
(mind
oleh
guru
sumber data guru mata pelajaran Bahasa
pengampu mata pelajaran Bahasa dan
dan Sastra Indonesia di kelas IX A, yaitu
Sastra Indonesia.
Bapak Subhan, S.Pd., M.Pd., adalah data tentang
(1)
pelaksanaan
pembelajaran
Data-data dalam penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan dengan teknik:
menulis cerita pendek dengan metode
observasi,
mind mapping yang dilakukan di kelas; (2)
dokumen.
wawancara,
dan
analisis
hambatan-hambatan yang dihadapi oleh
Teknik analisis data yang digunakan
guru dalam pelaksanaan pem-belajaran
dalam penelitian ini adalah teknik analisis
menulis cerita pendek dengan metode
kritis. Teknik analisis tersebut bermaksud
peta pikiran (mind mapping); (3) usaha–
mengungkap kekurangan dan kelebihan
usaha
dalam
kinerja guru dan siswa selama proses
yang
pembelajaran di dalam kelas. Kriteria
yang
mengatasi
ditempuh
ham-batan-hambatan
dihadapinya
ketika
pembelajaran dengan
guru
melaksungkan
menulis
metode
peta
cerita
teknik
ini
didasarkan
pada
pendek
kerangka teoretis yang telah dipaparkan
(mind
sebelumnya. Hasil analisis dijadikan dasar
pikiran
mapping). Data
dalam
untuk menyusun rencana tindakan kelas yang
dikumpulkan
mela-lui
berikutnya sesuai dengan siklus yang telah
sumber data para siswa kelas IX A SMP
direncanakan.
Negeri
merupakan penelitian kolaboratif, analisis
9
mengenai
Pontianak
adalah
keaktifan
siswa
(1)
data
meng-ikuti
data
131
dilakukan
Karena
penelitian
bersama-sama
ini
antara
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id peneliti dan guru pengampu. Analisis
serta deskripsi hasil penelitian, berikut ini
kritis terhadap kemampuan menulis cerita
dijabarkan pembahasan hasil penelitian
pendek siswa mencakup isi cerita pendek
penerapan metode peta pikiran (mind
yang
mapping)
ditulis
tulisan,
siswa,
kosakata
pengorganisasian yang
digunakan,
pada
pembelajaran
cerita pendek di kelas IX
pengembangan baha-sa serta penerapan
Pontianak.
mekanika penu-lisan. Aspek isi mencakup
1.
Penerapan
Metode
menulis
SMP Negeri 9 Mind
Mapping
kreativitas siswa dalam menentukan ide
dalam Pembelajaran Menulis Cerita
cerita serta mengembangkannya seunik
Pendek
mungkin.
Berdasarkan
Adapun
analisis kritis yang
hasil
survei
awal,
dilakukan terhadap proses pem-belajaran
diperoleh gambaran bahwa minat dan
yang berlangsung meliputi keaktifan serta
motivasi
minat
menulis
siswa
terhadap
pembelajaran
menulis cerita pendek. Prosedur
Siswa
penelitian
merupakan
siswa
dalam
cerita
pendek
masih
kurang
tertarik
dengan
merupakan
akibat
hingga
pembelajaran
yang
penelitian.
Penelitian
ini
rendah. cerita
pendek dan pembelajarannya. Hal tersebut
rangkaian tahapan penelitian dari awal akhir
pembelajaran
dari
proses
kurang
memper-
adalah proses pengkajian sistem berdaur
hatikan
sebagaimana kerangka ber-pikir. Prosedur
pembelajaran. Dari hasil pengamatan awal
dalam
diperoleh permasalahan sebagai berikut :
Penelitian
Tindakan
Kelas
ini
keterlibatan
siswa
dalam
mencakup langkah-langkah: (1) persiapan,
a)
(2)
konvensional yang masih terpusat pada
studi/survei awal, (3)
siklus,
dan
(4)
pelaksanaan
penyusunan
Pelaksanaan
siklus
perencanaan
tin-dakan
pelaksanaan
tin-dakan
pengamatan
(observing),
laporan.
pembelajaran
guru;
b)
kemampuan
(planning),
(b)
nilai belum mencapai KKM, dan c) siswa
(acting),
(c)
tidak
(d)
refleksi
siswa
menjadi
pada
telah
siklus
mencapai
mema-dai/cukup,
/
bosan
dengan
pembelajaran menulis cerita pendek.
penelitian
ini,
belum
tertarik
pembelajaran,
III)
cerita
pendek
dilak-sanakan ada tiga mengingat dalam (siklus
menulis
(a)
Guru
terakhir
ber-sifat
meliputi
(reflecting). Banyaknya siklus yang telah tindakan
masih
masih
menjadi
akibatnya
kurang
pusat
pembelajaran
kondusif dan
kurang
menyenangkan. Kondisi tersebut mem-
indikator kinerja atau capaian yang telah
bawa
ditetapkan.
kemampuan menulis cerita pendek. Dari hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
permasalahan
dampak ulangan
yang
negatif
harian
terhadap
dalam
tahap
pratindakan, hanya 42,86% siswa yang yang
dirumuskan dalam bagian pendahuluan
memperoleh ketuntasan
132
nilai minimal
diatas (KKM)
kriteria yaitu
70.
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id Sedangkan
siswa
yang
lainnya
yaitu
secara
pribadi,
serta
mem-berikan
57,14% memperoleh nilai masih di-bawah
kesempatan
KKM yang ditetapkan dalam kurikulum.
berinteraksi dan belajar bersama-sama
Dari
hasil
tersebut
dapat
di-
kepada
siswa
untuk
siswa yang berbeda latar belakangnya.
simpulkan, bahwa antara proses pem-
Dengan
belajaran dan hasil mempunyai hubungan
berpikir yang matang, maka siswa akan
timbal
harus
terbiasa untuk melakukan segala sesuatu
mengubah paradigma dalam pembelajaran
berdasarkan konsep pola pikir yang dapat
sesuai
dipertanggungjawabkan.
balik
yang
dengan
Pemilihan
erat.
guru
per-kembangan
metode
zaman.
pembelajaran
yang
bekerja
berdasarkan
konsep
Metode peta pikiran (mind mapping)
efektif menjadi hal penting bagi guru.
telah
Berdasarkan
tersebut
menulis cerita pendek melalui tindakan
dalam
sebanyak tiga siklus. Pada siklus I, siklus
penelitian adalah menerapkan menulis
II, dan siklus III dilaksanakan dalam dua
cerita pendek. Alasan pemilihan metode
pertemuan. Berdasarkan hasil observasi
ini
melalui
dan hasil tes yang telah dilakukan dari
siswa
siklus I sampai siklus III pembelajaran
tindakan
per-masalahan
yang
setelah
pemetaan
telah
dilakukan
berdiskusi pikir-an
:
1)
kemampuan
diterapkan
dalam
pembelajaran
dalam mere-konstruksi kejadian menjadi
menulis
lebih terarah; 2) melalui metode ini siswa
peningkatan.
akan terbiasa mengonsep sesuatu secara
peningkatan kualitas proses pembelajaran
terstruktur
menulis cerita pendek dan peningkatan
pertimbangan
dan dan
berdasarkan pemetaan
yang
cerita
pendek
mengalami
Peningkatan
mencakup
kemampuan menulis cerita pendek siswa
matang.. Hal ini sangat memungkinkan
kelas IX A SMP Negeri 9 Pontianak.
siswa untuk belajar menulis cerita pendek
2.
dengan merekonstruksi ber-bagai kejadian
Pembahasan Persiklus Pada
bagian
ini
akan
dibahas
yang pernah mereka alami menjadi sebuah
kemampuan menulis dan keaktifan siswa
cerita yang menarik.
tiap siklus dalam proses pem-belajaran
Dengan metode peta pikiran (mind
dengan
menggunakan
mapping) dapat menjadikan siswa lebih
pikiran (mind mapping.)
aktif dalam proses pem-belajaran, mereka
a.
terlibat
langsung
dalam
menyimak,
me-tode
peta
Kemampuan Menulis Cerita Pendek Pada
siklus
I
jumlah
siswa
yang
mencapai
75%.
memahami, meng-analisis kejadian, dan
mencapai
menulisnya menjadi cerita pendek yang
Namun ada peningkatan dari pratindakan,
menarik. Pembelajaran ini disusun dalam
yaitu dari 42, 86 % yang memperoleh nilai
se-buah usaha untuk meningkatkan par-
diatas kriteria ketun-tasan minimal (KKM)
tisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
meningkat
pengalaman
sebesar 11,43 %. Setelah dilakukan analisis
pengambilan
keputusan
133
KKM
belum
menjadi
54,29%,
kenaikan
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id dan refleksi kekurangan pada siklus I,
alur dalam sebuah cerita pendek dengan
disepakati untuk dilaksanakan siklus II.
memerhatikan gaya bahasa yang menarik.
Pada
siklus
pembelajaran dengan
II
siswa
menulis
diberikan
cerita
menerapkan
1)
pendek
metode
Pemberian
Mind
reward
berupa
cerpen
memerhatikan
lafal,
dengan
intonasi,
dan
ekspresi
Mapping tetapi diiringi dengan bebe-rapa perbaikan.
Membacakan
Setelah
dilakukan
uji
kompe-tensi
siklus III siswa yang dapat mencapai KKM
pujian dan hadiah menambah motivasi
sebanyak
siswa.
Pada siklus III ini pencapaian ketuntasan
Peran
pengawasan
guru dan
dalam
melakukan
pengon-trolan
lebih
88,57%.
Sebelumnya
71,43%.
klasikal sebesar 75% dan nilai kemampuan
diperhatikan. Pada siklus II mengalami
minimal
peningkatan kualitas proses dan hasil
penelitian tindakan kelas yang dila-kukan
pembelajaran. Nilai yang diperoleh di
dinyatakan berhasil sehingga dianggap
siklus II meningkat menjadi 71,43% sudah
selesai.
70
telah
tercapai
sehingga
mencapai KKM atau peningkatan sebesar
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
17,14% dari siklus I. Peningkatan ini sudah
kelas yang dilaksanakan tampak bahwa
mencapai
secara teoritis dan secara empiris hasil
KKM
sebesar
66,71
tetapi
ketuntasan klasikal belum mencapai 75%
penelitian
sehingga
dalam
menulis
cerita
pendek
dilanjutkan pada siklus III.
tersebut
cukup
meningkat-kan
pembelajaran
dan
bermanfaat kualitas
me-ningkatkan
Pada siklus III pembelajaran sehingga
kemampuan menulis cerita pendek. Secara
menulis cerita pendek dilakukan dengan
teoritis penelitian yang dilakukan oleh
menerapkan
Mapping
peneliti didukung dengan teori-teori yang
dengan beberapa perbaikan-perbaikan atas
relevan dengan masalah yang dihadapi.
kekurangan pada siklus II. Pada siklus III
Secara empiris tindakan-tindakan yang
mengalami
dilakukan oleh peneliti memiliki dampak
penilaian
metode
Mind
peningkatan proses
dan
dilihat
dari
penilaian
hasil.
Penilaian proses seperti dijelaskan pada bab
sebelumnya,
sedangkan
yang
bermanfaat
bagi
peningkatan
kemam-puan menulis cerita pendek.
penilaian
Terhadap empat siswa yang tidak
hasil yang digunakan untuk mengetahui
mencapai
kompetensi siswa dalam menulis cerita
belajar
pendek. Penilaian hasil pada siklus III
melakukan
ditekankan
(1)
pada siswa tersebut maupun pada guru
mengidentifikasi tema, tokoh, latar, dan
yang bersangkutan. Dari wawan-cara pada
alur dari cerita pendek yang dihasilkan; (2)
guru terungkap bahwa keempat siswa
mengem-bangkan tema, tokoh, latar, dan
tersebut tergolong siswa yang berkesulitan
pada
kemampuan
:
belajar.
134
batas (nilai
>
minimal 70)
wawancara
Siswa
tersebut
ke-tuntasan
peneliti
telah
mendalam
baik
memang
lebih
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id lambat
dalam
pembelajaran.
ini
Pada siklus II dari 35 siswa dihasilkan
diketahui dari perolehan nilai siswa pada
nilai lebih dari KKM 71,43%, ketuntasan
pelajaran
siswa
klasikal 71,43%, rata-rata 72,29 kurang
tersebut mendapat nilai kurang dibanding
dari KKM 38,57% hal ini disebabkan 1)
dengan siswa yang lain. Akan tetapi guru
siswa kurang aktif dalam proses pem-
yang
belajaran;
yang
lain.
bersangkutan
Hal
Keempat
menggaris
bawahi
bahwa keempat siswa tersebut tergolong
2)
siswa
kurang
optimal
berdiskusi dalam kelompok.
rajin dan patuh pada guru. Biasanya guru
Sedangkan pada siklus III dari 35
memberikan remidi lagi untuk anak-anak
siswa dihasilkan nilai lebih dari KKM
yang nilainya masih kurang.
88,57%, ketuntasan klasikal 88,57%, rata-
b.
Proses Keaktifan Siswa
rata 77,43 yang kurang dari KKM 11,43%
Keaktifan siswa dalam pem-belajaran
hal ini disebabkan 1) siswa tidak aktif
menulis
cerita
peningkatan.
pendek
Keterlibatan
mengalami siswa
yang
dalam proses pembelajaran; 2) siswa tidak optimal berdiskusi dalam kelompok
diwujudkan dalam kerja sama antar siswa
3.
Pembahasan Antar Siklus
dalam
a.
Peningkatan
kelompok
selama
proses
Kualitas
pembelajaran me-ningkat. Keaktifan siswa
Menulis Cerita Pendek
dalam
Setelah
lembar
pem-belajaran penilaian
dipantau
sikap
dengan
(afektif)
yang
Mapping
diterapkan
dalam
Pem-belajaran metode
pembelajaran
Mind
menulis
terdiri dari aspek : 1) kedisiplinan; 2)
cerita
minat; 3) kerja sama; 4) keaktifan; dan 5)
pembelajaran selama ber-langsung terasa
tanggung jawab.
lebih
Keaktifan pembelajaran
siswa
dalam
proses
menjadi
sangat
penting
pendek, hidup
maka
dari
Tindakan-tindakan
dalam
pada yang
proses
sebelumnya. dilaksanakan
dalam tiap siklus mampu meningkatkan
sehingga harus dipahami oleh guru, bahwa
kualitas
guru
proses
pendek siswa kelas IX A SMP Negeri 9
pembelajaran yang menempatkan siswa
Pontianak. Hal ini dapat dilihat pada
sebagai
indikator-indikator berikut :
harus subjek
menciptakan dan
guru
tidak
mendominasi dalam proses pem-belajaran.
1)
pembelajaran
menulis
cerita
Keaktifan Siswa
Hasil nilai kemampuan menulis cerita
Pada pra tindakan keaktifan siswa
pendek. Pada siklus I yaitu 35 siswa
sangat rendah, pada siklus I keaktifan
dihasilkan nilai yang lebih dari KKM
siswa rendah, pada siklus II keaktifan
54,39%, ketuntasan klasikal 54,39%, rata-
siswa sedang, sedangkan pada siklus III
rata 66,71 yang kurang dari KKM 45,61%
keaktifan siswa tinggi.
hal ini disebabkan 1) aktivitas siswa masih
2)
kurang; 2) siswa belum memahami metode Mind Mapping dengan baik.
Minat dan Motivasi Siswa Pada
pra
tindakan
minat
dan
motivasi siswa kurang berminat, setelah
135
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id dilakukan tindakan dengan menerapkan
memiliki ke-pribadian yang matang dan
metode Mind Mapping, siswa tampak lebih
ber-kembang; 2) penggunaan ilmu yang
berminat
kuat;
dan
pembelajaran Pemberian
termotivasi menulis
mengikuti
cerita
3)
keterampilan
untuk
mem-
pendek.
bangkitkan peserta didik kepada sains dan
berupa
teknologi; dan 4) pengembangan profesi
reward/penghargaan
pujian dan hadiah berupa barang (buku
secara
tulis) bagi
tindakan pembelajaran didominasi dengan
point
individu
tertinggi
yang
mampu
memperoleh meningkatkan
minat dan motivasi siswa lain. 3)
Tanggung
Jawab
dan
berkesinambungan.
metode
ceramah.
Keberanian
pembelajaran
sebagai pengontrol kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
Pra tindakan tanggung jawab dan
dengan
siswa
pra
dengan metode Mind Mapping, peran guru
Siswa keberanian
Dalam
Pada
rendah,
setelah
sudah
metode
tidak
ceramah,
didominasi guru
sudah
menciptakan suasana pembelajaran yang
dilakukan pembelajaran dengan metode
kondusif.
Mind Mapping dapat melatih tanggung
membangkitkan
jawab siswa untuk menger-jakan tugasnya.
tanggung jawab siswa. Guru aktif dalam
Siswa menyatakan bahwa dengan metode
memantau kinerja siswa dan menekankan
Mind
lebih
kepada siswa bahwa mereka mempunyai
percaya diri. Mereka dapat berkomunikasi
tanggung jawab untuk memastikan setiap
lebih lancar tanpa rasa minder.
aspek
Mapping
mereka
menjadi
Guru
yang
telah
minat,
mampu
keaktifan
dipelajari
dapat
dan
diserap
Keberanian siswa untuk men-ceritakan
dengan baik. Sewaktu para siswa sedang
kembali cerita pendek yang ditulisnya di
bekerja, guru berkeliling kelas, dan kadang
depan kelas meningkat. Keberanian siswa
guru duduk dengan tiap siswa untuk
sangat berkaitan dengan rasa harga diri.
mendengarkan bagaimana siswa bekerja.
Seperti yang diungkapkan Slavin (2007:
5)
122) bahwa rasa harga diri yang dimiliki
cerita pendek
oleh siswa adalah perasaan bahwa mereka memang
kualitas
menulis
pem-belajaran
menulis cerita pendek juga berimplikasi
mereka dan perasaan bahwa siswa dapat
pada kemampuan siswa dalam menulis
melakukan hal-hal yang berbau akademik
cerita
dapat diterima oleh teman-temannya.
pengamatan awal dan hasil pra tindakan,
4)
Keterampilan guru dalam menge-lola
diperoleh nilai siswa yang rendah. Hal ini
kelas
disebabkan karena proses pembelajaran
Kemampuan guru dalam mengelola
yang belum menyentuh taraf apresiastif.
merupakan
oleh
Peningkatan
kemampuan
teman-teman
kelas
disukai
Peningkatan
salah
satu
penentu
pendek.
Keterlibatan
Berdasarkan
siswa
dalam
hasil
proses
keberhasilan proses pem-belajaran. Guru
pembelajaran masih kurang, juga belum
yang professional mempunyai ciri-ciri 1)
memanfaatkan potensi diri secara optimal.
136
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id Hasil ulangan harian sebelum tindakan
mengalami
dengan nilai rata-rata yang dicapai masih
bagus.
rendah yaitu 63,14 masih dibawah KKM
peningkatan
Peningkatan
yang
tersebut
cukup
dilihat
dari
yang ditetapkan dalam kurikulum yaitu
penilaian
70. Berdasarkan permasalahan tersebut
Penilaian proses seperti dijelaskan pada
peneliti melaksanakan penelitian tindakan
bab
kelas untuk meningkatkan kemampuan
hasil yang digunakan untuk mengetahui
apresiasi
sastra
kompetensi siswa dalam menulis cerita
khususnya menulis cerita pendek dengan
pendek. Penilaian hasil pada siklus I dan
menerapkan
metode
Mapping.
siklus II ditekankan pada kemampuan
Tujuannya
agar
memiliki
siswa menulis cerita pendek dari kejadian-
kemampuan
sesuai
standar
kejadian yang pernah dialami kemudian
kompetensi yang telah ditentukan, juga
mampu menemukan unsur-unsur intrinsic
mencapai batas KKM yang ditetapkan
serta
dalam kurikulum yakni 70 dan daya serap
kemampuan menceritakan kembali cerita
mencapai 75%.
pendek yang sudah ditulis. Aspek yang
siswa terhadap karya Mind siswa dengan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
menerapkan
dan
sebelumnya,
hal-hal
penilaian
sedangkan
yang
hasil.
penilaian
menarik,
dan
dinilai meliputi : 1) Mengidentifikasi tema,
Mind
tokoh, latar, dan alur dari cerita pendek
Mapping, merupakan pertama kali baru
yang dihasilkan. 2) Mengembangkan tema,
dialami oleh siswa. Dengan demikian,
tokoh, latar, dan alur dalam sebuah cerpen
dapat
dengan memerhatikan gaya bahasa yang
dikatakan
memiliki metode
bahwa
pengalaman Mind
metode
proses
siswa
belajar
Mapping.
belum dengan
Guru
pun
menarik. ekspresi.
pembelajaran
b.
masih
rendah
cerita
sehingga
pendek
3)
Membacakan
cerpen
dengan memer-hatikan lafal, intonasi, dan
menyadai bahwa minat siswa terhadap menulis
Dan
Kelebihan dan kelemahan antar siklus
berpengaruh
Kekurangan
pada
pra
tindakan
terhadap nilai mereka. Guru belum pernah
adalah siswa sering mengalami kesulitan
menerapkan strategi pembelajaran khusus
dalam menulis cerita pendek, minat siswa
yang mampu membangkitkan minat siswa
rendah dan metode didominasi dengan
dan melibatkan siswa secara aktif dalam
metode ceramah. Sedangkan kelebihan
proses pembelajaran. Dapat disimpulkan
guru
bahwa
pembelajaran
pembelajaran
pendek
belum
menulis
berjalan
dengan
cerita baik.
Setelah diterapkan metode Mind Mapping dalam
pembelajaran
menulis
mengubah dari
ceramah
metode menjadi
metode Mind Mapping sehingga dapat meningkatkan minat siswa.
cerita
pendek dari siklus I sampai siklus III
mau
Kekurangan pada siklus I adalah siswa yang
mencapai
keaktifan
137
siswa
KKM dalam
masih
rendah,
pembelajaran
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id belum maksimal, siswa kurang serius dan
Hal ini pun disebabkan oleh berbagai
kurang konsentrasi. Guru belum mampu
pihak, baik oleh guru, siswa keterbatasan
mengelola
sarana
metode
kelas
Mind
dengan
Mapping
menerapkan dengan
dan
prasarana
maupun
faktor
baik.
lainnya. Kendala yang dihadapi dalam
Kelebihan pada siklus I adalah adanya
peningkatan kemampuan menulis cerita
kemauan siswa untuk meningkatkan diri
pendek dengan menerapkan metode Mind
dan menerima bimbingan guru untuk
Mapping
menjadi lebih baik. Selain itu adanya
berikut :
kemauan guru untuk meningkatkan diri
1)
didalam menguasai metode Mind Mapping.
dapat
dideskripsikan
sebagai
Guru dan siswa yang belum terbiasa menerapkan metode Mind Mapping
Kekurangan pada siklus II adalah
dalam
proses
pem-belajaran,
pada
keaktifan siswa masih belum maksimal,
siklus I terkesan kaku sehingga situasi
sebagaian siswa kurang konsentrasi, siswa
pem-belajaran tidak kondusif. Kendala
ada yang belum memperoleh sesuai KKM,
ini dianalisis peneliti dan dila-kukan
serta guru belum sepenuhnya mampu
perbaikan pada siklus II dan siklus III
melaksanakan
sehingga berhasil diatasi.
metode
Mind
Mapping.
Kelebihan pada siklus II adalah adanya
2)
Jumlah siswa dalam satu kelas yang
kemauan siswa untuk meningkatkan diri
cukup
dan menerima bimbingan guru untuk
Menghadapi
menjadi lebih baik. Guru meningkatkan
menghadapi
kinerjanya dalam proses pembelajaran
karakter yang berbeda-beda. Sehingga
dengan metode Mind Mapping.
melakukan
Kekurangan pada siklus III adalah
besar,
yaitu 35
35
35
siswa
berarti
individu
dengan
pengawasan
pengontrolan
terhadap
siswa.
dan
35
siswa
masih ada siswa yang belum aktif, kurang
dalam satu kelas merupakan jumlah
serius, dan memperoleh nilai dibawah
yang besar dan merupakan pekerjaan
KKM. Kelebihannya jumlah siswa yang
yang sulit. Hal ini tentu berhubungan
belum aktif, kurang serius dan yang
dengan metode Mind Mapping yang
memperoleh nilai dibawah KKM jumlahnya
mengharuskan
relatif kecil dari jumlah seluruh kelas.
memecahkan masalah secara individu.
c.
Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Peningkatan
Kemampuan
3)
Menulis
peserta
didik
Adanya siswa yang memang agak sulit untuk
dikondisikan,
karena
masih
Cerita Pendek dengan Menerapkan
memiliki
Metode Mind Mapping
jawab, minat dan motivasi yang masih
Dalam suatu proses kegiatan belajar-
rendah dalam pembelajaran.
mengajar sering terjadi suatu hambatanhambatan
atau
kendala-kendala
4)
yang
sering dialami oleh guru maupun siswa.
138
kedisiplinan,
tanggung
Alokasi waktu yang terbatas untuk terus melakukan penelitian. Masalah alokasi
waktu
sebelumnya
masih
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 125-139) http://jurnal.pasca.uns.ac.id klasik yang harus dimanajemen oleh
beberapa indikator keberhasilan sebagai
guru dalam mengorganisasikan materi
berikut: (1) minat siswa dalam mengikuti
pelajaran.
waktu
pembelajaran menulis meningkat, (2) guru
dalam proses penelitian ini menjadi
mampu membangkitkan minat siswa, (3)
salah satu kendala, karena peneliti
guru mampu menerapkan metode Mind
tidak dapat melakukan perbaikan lagi
Mapping
terhadap ke-kurangan yang dianggap
pembelajaran, (4) guru mampu mengelola
masih perlu diperbaiki. Karena waktu
kelas dengan baik serta dapat mengatasi
yang terbatas, tidak mungkin seluruh
beberapa
kendala
dalam
siswa tampil satu per satu ke depan
menulis
cerita
pendek,
kelas untuk men-ceritakan kembali
kemampuan menulis cerita pendek siswa
cerita pendek yang telah dibuat.
terus meningkat dari nilai rata-rata 63,14
Namun,
masalah
(Peta
Pikiran)dalam
pembelajaran dan
(5)
pada pra siklus, meningkat pada siklus I SIMPULAN DAN SARAN
(66,71), siklus II (72,29) dan siklus III
Berdasarkan hasil penelitian dapat
(77,43). Peningkatan nilai tersebut telah
disimpulkan bahwa metode Peta Pikiran
memenuhi
(Mind
minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70.
mutu
Mapping), proses
dapat
me-ningkatkan
pembelajaran
batas
kriteria
ketuntasan
bahasa
Bagi peneliti lain, hasil penelitian
Indonesia dan menghasilkan peningkatan
ini bisa dijadikan bahan referensi untuk
kualitas
cerita
melakukan penelitian sejenis lainnya atau
pendek siswa kelas IX A SMP Negeri 9
mengkaji lebih mendalam tentang satu sisi
Pontianak. Hal tersebut terefleksi dari
menarik dalam cerpen yang dikaji ini.
kemampuan
menulis
DAFTAR PUSTAKA Ariadinata. 2006. Pengajaran Sastra di Sekolah. Jakarta: Gramedia. Buzan, Tony. 2004. Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Sugiyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Suroso. 2004. Smart Brain Metode Menghafal Cepat dan Meningkatkan Ketajaman Memori. Penerbit SIC. Syah, Muhibin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Winkel, W.S. 1995. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
139