158 Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:151−156
Peningkatan Kecepatan Membaca...(Rahmati, Rajab Bahry, dan Ramli)
159
2
Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:101−109
ISSN 2337-4462
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 4 Nomor 2; Juli 2016 Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Penaggung Jawab/ Ketua Penyunting: Dr. Rajab Bahry, M.Pd. Penyunting Pelaksana : Muhammad Iqbal, S.Pd., S.H., M.Hum. Dewan Penyunting : Dr. Wildan, M.Pd. Dr. Mohd. Harun, M.Pd. Dr. Ramli, M.Pd. Penyunting Ahli : Prof. Dr. Yusrizal, M.Pd. Prof. Dr. Bahrein T. Sugihen, M.A. Prof. Dr. A. Halim Madjid, M.Pd. Prof. Dr. Azman Ismail, M.A. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. Prof. Amrin Saragih, Ph.D. Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. Prof. Dr. Syukur Ghazali, M.Pd. Prof. A. Chaidar Alwasilah, Ph.D. Prof. Dr. Zamzani. M.Pd. Prof. Dr. Mahsun, M.S. Abdul Gani Asyik, M.A., Ph.D. Dr. T.M. Jamil, M.Si. Dr. Husaini, M.A. Dr. Endry Boeriswati, M.Pd. Dr. Vismaia Damaianti, M.Pd. Dr. Khaeruddin, M.Pd. Dr. Dendy Sugono Layouter : Muhammad Rifki, S.Pd. Tata Usaha : Rahmad Nuthihar, S.Pd. Suci Maulidya, A.Md. Cover + halaman 80−156 ; 21 x 29,7 cm Banda Aceh, 2016
Pemakaian Tutur Sapaan... (Muhammad Iqbal)
3
ISSN 2337-4462
Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 4 Nomor 2; Juli 2016
DAFTAR ISI Kesalahan Ejaan dalam Buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh Azwardi 80−100 Pemakaian Tutur Sapaan Kekerabatan Bahasa Aceh di Kabupaten Pidie Muhammad Iqbal 101−109 Kajian Psikologi Tokoh dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburahman El Shirazy (Berdasarkan Teori Psikoanalisis Lacanian) Khairiyah Lubis, Wildan, dan Rajab Bahry 110−117 Literasi Guru Bahasa Indonesia pada SMA di Kota Banda Aceh Muhammad Iqbal, Rajab Bahry, dan Mohd. Harun 118−126 Hubungan Motivasi Belajar dan Kebiasaan Membaca dengan Penguasaan Kosakata Siswa Kelas IV SD IT Nurul Ishlah Banda Aceh Khalil Al Yadir, Rajab Bahry, dan A. Halim Majid 127−134 Karakteristik Bahasa Guru Bimbingan dan Konseling pada SMP Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya Hayatun Rahmi, Rajab Bahry, dan A. Halim Majid 135−144 Campur Kode dan Alih Kode dalam Proses Belajar-Mengajar Guru Kelas IV MIN Lamjampok Kecamatan Ingin Iaya Kabupaten Aceh Besar Rahmad Munawar, Mohd. Harun, dan Rajab Bahry 145−150 Peningkatan Kecepatan Membaca dengan Menggunakan Metode Spritz Rahmati, Rajab Bahry, dan Ramli 151−156
80 Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:80−100
KESALAHAN EJAAN DALAM BUKU BAHASA INDONESIA: KE ARAH MEMAHAMI KAIDAH DAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH PADA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH oleh Azwardi*
ABSTRAK Penelitian yang berjudul “Analisis Kesalahan Ejaan dalam Buku Teks Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh” ini mengangkat masalah bagaimana penggunaan ejaan dalam buku tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesalahan penggunaan ejaan dalam buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah dan menetapkan kesalahan yang dominan terdapat di dalamnya. Sumber data penelitian ini adalah buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan membaca sumber data penelitian dan mencatat kesalahan yang ditemukan. Data kesalahan yang ditemukan sebanyak 190 data. Kemudian, data tersebut diklasifikasi dan dianalisis secara kualitatif. Data dominan dihitung menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian data menunjukkan bahwa kesalahan huruf kapital berjumlah 17,37%, penulisan huruf miring berjumlah 5,79%, penulisan huruf tebal berjumlah 20,53%, penulisan kata depan berjumlah 5,79%, penggunaan tanda titik berjumlah 8,42%, penggunaan tanda koma berjumlah 35,79%, penggunaan tanda titik dua berjumlah 4,74%, tanda hubung dan tanda petik masing-masing berjumlah 0,53% dan 1,05%, dan yang dominan terjadi adalah kesalahan penggunaan tanda koma. Berdasarkan hasil penelitian, ejaan dalam buku ini perlu diperbaiki. Kata Kunci: kesalahan, ejaan, buku bahasa Indonesia. ABSTRACT The study, entitled “Analysis of Spelling Errors in Textbooks Indonesian: Towards Understanding the Rule and Essay Writing at the State Islamic University of Ar-Raniry Banda Aceh” This raised the question of how to use the spelling in the book. The purpose of this study was to describe the use of spelling mistakes in the book Indonesian: Towards Understanding the Rule and Essay Writing and establish a dominant errors contained therein. The data source of this research is the book Indonesian: Towards Understanding the Rule and Essay Writing. The method used in this research is descriptive method. Data collected by reading the source of research data and records the errors found. Data errors are found as many as 190 data. Then, the data is classified and analyzed qualitatively. Dominant Data calculated using quantitative methods. Results of the study data show that the error amounted to 17.37% of capital letters, writing amounted to 5.79% italics, *Dosen Tetap pada Prodi PBSI FKIP Unsyiah
Kesalahan Ejaan... (Azwardi)
81
bold lettering amounted to 20.53%, writing the next word amounted to 5.79%, the use of dot totaled 8.42%, use commas amounted to 35.79%, the use of colons amounted to 4.74%, dashes and quotation marks respectively amounted to 0.53% and 1.05%, and the dominant happened was a mistake using a comma. Based on the research results, the spelling in this book needs to be fixed. Keywords: error, spelling, book Indonesian. Pendahuluan Bahasa adalah alat komunikasi paling efektif antarmanusia dalam berbagai situasi. Bahasa digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan pembicara kepada pendengar sehingga pesan yang disampaikan mampu dipahami dengan baik. Secara umum media penyampaian bahasa terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan menggunakan lafal atau pengucapan dan intonasi dalam penyusunan kata, sedangkan bahasa tulis menggunakan kaidah ejaan dan tanda baca dalam pembentukan kata (Mansurudin, 2010:94). Bahasa tulis merupakan ragam bahasa yang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis (Nurudin, 2007:4). Kegiatan penyampaian gagasan (pikiran) tersebut ditulis dengan baik dan benar agar mudah dipahami orang lain. Aktivitas yang berkaitan dengan proses menulis lazim digunakan dalam ranah pendidikan untuk mentransformasikan pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang dimiliki kepada masyarakat. Oleh karena itu, pengungkapan gagasan memerlukan penyusunan kelengkapan struktur dan tatanan yang jelas agar tidak menyalahi pedoman baku penulisan. Bahasa tulis dianggap sebagai sarana efektif dalam menuangkan ide atau gagasan pengetahuan. Dalam dunia akademis misalnya, mahasiswa harus dibekali aturan kepenulisan yang benar mengenai kaidah ejaan dan teknik penulisan karya ilmiah yang benar. Dengan demikian, bahasa tulis yang diajarkan kepada mahasiswa harus memenuhi kaidah ejaan dan aturan yang berlaku seperti kecermatan penggunaan ejaan. Buku teks merupakan salah satu karya yang dihasilkan melalui bahasa tulis. Buku teks mengandung informasi tertulis yang dapat dimanfaatkan untuk memperluas khazanah pengetahuan dan wawasan pembaca. Buku teks berisi ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang dapat meningkatkan kemampuan hidup yang lebih berkualitas. Sebagai karya ilmiah, buku teks harus ditulis sesuai dengan kaidah ejaan yang berlaku. Dengan memperhatikan kaidah ejaan dalam penulisannya, buku teks dapat menjadi sumber informasi dan referensi bagi penggunanya. Salah satu penunjang keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar adalah melalui buku teks. Buku teks harus berisi informasi dan memuat pembahasan tentang suatu objek yang penting untuk diketahui oleh pembacanya. Buku teks yang menyajikan informasi secara jelas dan tepat akan mempermudah peserta didik dalam mempelajari isi buku, sehingga mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Jadi, buku teks harus memberikan dan menyajikan informasi secara tepat, sistematis, menarik, mudah dipahami, dan harus memenuhi aturan penulisan yang berlaku. Mata kuliah bahasa Indonesia di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh menggunakan buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Ilmiah sebagai penunjang proses belajar mengajar. Dalam belajar bahasa Indonesia, seorang pengajar harus menggunakan buku ajar yang dapat mengarahkan peserta didik pada informasi yang benar, jelas, dan tepat melalui buku ajar yang digunakan. Penggunaan buku ajar yang baik dan benar berdasarkan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia akan memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Buku ajar yang digunakan sedapat mungkin menghindari kesalahan penggunaan bahasa agar memberikan pengetahuan dan informasi yang tidak salah kepada peserta didik. Buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Ilmiah yang digunakan di Universitas Islam Negeri Ar- Raniry Banda Aceh terdapat kesalahan-kesalahan ejaan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
82 Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:80−100 terhadap ketepatan ejaan yang digunakan. Berikut adalah contoh kesalahan ejaan yang terdapat dalam buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Ilmiah. (1) Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Bahasa Indonesia sebagai pegangan utama bagi mahasiswa IAIN. Singkatan SWT pada kalimat (1) tidak perlu menggunakan huruf kapital karena SWT merupakan singkatan umum yang disingkat dari huruf pertama pada setiap suku katanya. Dalam kaidah singkatan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf harus menggunakan tanda titik. Huruf setelah tanda titik pada singkatan swt. tidak menggunakan huruf kapital karena kalimat selanjutnya bukanlah kalimat baru, melainkan sambungan kalimat dari kalimat sebelumnya. Jadi, penulisan yang tepat adalah sebagai berikut. (1a) Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Bahasa Indonesia sebagai pegangan utama bagi mahasiswa IAIN. (2) Berdasarkan pengertian secara praktis tadi dapat kita ketahui bahwa bahasa dalam hal ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek sistem (lambang) bunyi dan aspek makna. Kalimat (2) seharusnya membubuhkan tanda koma di antara kata tadi dan kata dapat. Tanda koma digunakan dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Berdasarkan pengertian tersebut, tadi merupakan keterangan untuk kalimat selanjutnya sehingga harus dibubuhkan tanda koma. Jadi, kalimat yang tepat adalah sebagai berikut. (2a) Berdasarkan pengertian secara praktis tadi, dapat kita ketahui
bahwa bahasa dalam hal ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek sistem (lambang) bunyi dan aspek makna. Berdasarkan kesalahan yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa banyak kesalahan ejaan yang ditemukan pada buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang kesalahan kaidah ejaan yang terdapat pada buku tersebut. Ketertarikan ini muncul karena beberapa hal. Pertama, buku teks merupakan buku ilmiah. Karya ilmiah atau buku ilmiah seharusnya sangat memperhatikan penggunaan kaidah ejaan secara tepat, tetapi pada buku ini terdapat banyak kesalahan penggunaan ejaan. Kedua, penelitian terhadap buku ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Ketiga, buku ini digunakan sebagai pedoman bagi pengajar sebagai bahan acuan yang mengacu pada aspek dasar kebahasaan, tetapi dalam penyajiannya masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan. Rumusan masalah penelitian ini: (1) bagaimanakah kesalahan ejaan dalam buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Ilmiah Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh? (2) aspek kesalahan ejaan apakah yang dominan terjadi dalam buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Ilmiah Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh? Adapun tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) mendeskripsikan kesalahan ejaan dalam buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Ilmiah Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh; (2) mendeskripsikan aspek kesalahan ejaan yang dominan terjadi dalam buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Ilmiah Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Manfaat penelitian ini dapat dilihat secara praktis dan teoretis. Secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat bagi penulis, bagi pihak pengarang buku, dan juga bagi para pembaca. Bagi penulis, manfaat
Kesalahan Ejaan... (Azwardi) dari penelitian ini adalah penulis dapat lebih memahami penggunaan bahasa, khususnya dalam bidang ejaan. Bagi pihak pengarang buku, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam menulis sebuah buku sehingga apa yang disajikan dalam buku tersebut dapat menjadi acuan yang baik dan benar bagi pembacanya. Bagi para pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi mengenai kesalahan ejaan dan dapat dijadikan sebagai acuan agar menghindari kesalahan ejaan dalam menulis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan yang berhubungan dengan kebahasaan, khususnya tentang ejaan. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun tulisan yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan dari kaidah tata bahasa Indonesia (Setyawati, 2002:15). Umumnya, kesalahan berbahasa terjadi karena kecerobohan pemakai bahasa dan kurangnya pengetahuan. Pendapat tersebut sesuai dengan yang dikatakan Setyawati (2002:13) bahwa kesalahan berbahasa mungkin disebabkan oleh pemakai bahasa yang belum tahu, atau tidak tahu terdapat norma, kemungkinan yang lain dia khilaf. Tarigan (1995:67) mengatakan bahwa kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa. Dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa adalah penggunaan bentuk bahasa yang salah yang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan. Dengan demikian, analisis kesalahan berbahasa adalah prosedur kerja yang dilakukan terhadap suatu kesalahan berbahasa melalui beberapa tahap. Tahap-tahap yang harus dilakukan seseorang dalam melakukan analisis kesalahan berbahasa, yaitu mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, dan mengevaluasi kesalahan. Pengertian Ejaan Ejaan adalah kaidah cara menggambarkan/melambangkan bunyibunyi ujaran dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta berhubungan dengan
83
tanda baca (Wijayanti, 2013:1). Secara umum, ejaan mencakup penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Pendapat tersebut serupa dengan Kushartanti (2009:83) yang mengatakan bahwa aspek ejaan tidak hanya mengatur cara memakai huruf, tetapi juga cara menulis kata dan menggunakan tanda baca. Jadi, ejaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan huruf, kata, dan tanda baca. Penulisan Huruf Penulisan Huruf Kapital Huruf kapital hanya digunakan dalam bahasa tulis sebagai penanda awal sebuah kalimat baik kalimat di awal paragraf, di tengah paragraf, dan di akhir paragraf. Dalam bahasa lisan, penanda awal sebuah ujaran bukanlah huruf kapital, melainkan intonasi yang dikeluarkan oleh penuturnya. Dalam hal ini, Sadikin (2011:12) menguraikan penggunaan huruf kapital sebagai berikut. (1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci termasuk kata ganti Tuhan. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama untuk menuliskan kata-kata, seperti imam, makmum, gereja, doa, puasa, dan misa. (2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Apabila pada suatu kalimat terdapat gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama diri, huruf kapital tidak digunakan. (3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. (4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. (5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. (6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. (7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf
84 Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:80−100 pertama petikan langsung. (8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang mengikuti nama diri. Penulisan Huruf Miring Huruf miring biasanya digunakan pada penulisan istilah dan nama buku pada sebuah tulisan. Wijayanti (2013:6) berpendapat bahwa dalam tulisan tangan atau tikan (hasil mengetik) huruf miring digantikan dengan tanda garis bawah. Berdasarkan pernyataan tersebut, Mansurudin (2010:24) menambahkan bahwa huruf miring dapat digunakan sebagai berikut. (1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam suatu tulisan. (2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk memberi penegasan pada kalimat. (3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah, bahasa daerah, dan ungkapan asing kecuali yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Huruf Tebal Secara umum, huruf tebal dalam berbahasa hanya berlaku pada bahasa tulis. Widjono (2005:37) mengatakan bahwa huruf tebal digunakan dalam cetakan. Huruf tebal berfungsi untuk menandai kata-kata yang dianggap penting atau perlu mendapatkan perhatian, seperti: judul dan subjudul dalam karangan, nama (judul) tabel, atau kata yang menuntut perhatian khusus. Permendiknas (2009:22) menambahkan bahwa huruf tebal digunakan untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi. Penulisan Kata Kata Depan Menurut Alek (2011:276) kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Kata kepada dan daripada tidak dipisahkan karena sudah dianggap sebagai yang padu ditulis serangkai (Permendiknas, 2009:30) Wijayanti (2013:8) menyebutkan bahwa kata depan terdiri dari
di, ke, dan dari. Secara umum, kata depan biasanya terdapat di depan nomina. Partikel Dalam KBBI tertulis bahwa partikel adalah kata yang mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal. Permendiknas (2009:38) menyebutkan bahwa partikel terdiri dari -lah, -kah, -tah, dan –pun. Menurut Sadikin (2011:30), partikel -lah, -kah, dan, -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya, dan partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya. Namun, ada beberapa kelompok kata yang sudah lazim dianggap padu. Kelompok kata tersebut adalah adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, meskipun, walaupun, dan sekalipun. Pemakaian Tanda Baca Mansurudin (2010:52) mengatakan bahwa tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa. Penggunaan tanda baca menunjukkan struktur suatu penulisan, intonasi, dan juga jeda. Berikut adalah beberapa penggunaan tanda baca. Tanda Titik (.) Dalam bahasa tulis, tanda titik digunakan sebagai pemisah antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Penggunaan tanda titik pada sebuah kalimat dapat mempengaruhi intonasi pelafalannya. Alek (2010:299) menguraikan penggunaan tanda titik sebagai berikut. (1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. (2) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. (3) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. (4) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. (5) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf hanya dipakai satu tanda titik saja. (6) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu dan menunjukkan jangka waktu.
Kesalahan Ejaan... (Azwardi) Tanda Koma (,) Sama halnya dengan tanda titik, tanda koma yang digunakan dalam sebuah kalimat dapat mempengaruhi intonasi pelafalannya. Dalam penulisannya, tanda koma sering keliru digunakan. Untuk menghindari kekeliruan tersebut, Waridah (2008:30) menguraikan penggunaan tanda koma sebagai berikut. (1) Tanda koma dipakai di antara unsurunsur dalam suatu perincian atau pembilangan. (2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan. (3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat mendahului induk kalimat. (4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. (5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dsb. (6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (7) Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, dan nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. (8) Tanda koma dipakai di antara bagianbagian dalam catatan kaki. (9) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. (10) Tanda koma dipakai di muka angka perpuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. (11) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (12) Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian – dan di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. (13) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam
85
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Tanda Titik Dua (:) Tanda titik dua biasa digunakan dalam teks drama yang menunjukkan pelakonnya. Namun, penggunaannya tidak hanya itu, Permendiknas (2009:64) menguraikan penggunaan tanda titik dua sebagai berikut. (1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. (2) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian (3) Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. (4) Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul suatu karangan, dan di antara nama kota dan penerbit buku acuan dalam penulisan daftar pustaka. Tanda Hubung ( - ) Umumnya tanda hubung digunakan pada penulisan kata ulang. Tanda hubung ditulis serangkai dengan kata yang mengapitnya. Sadikin (20011:96) menguraikan penggunaan tanda hubung sebagai berikut. (1) Tanda hubung digunakan untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. (2) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris. (3) Tanda hubung menyambung unsurunsur kata ulang. (4) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagianbagian tanggal. (5) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagianbagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata. (6) Tanda hubung dipakai untuk merangkai (i) sedengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
86 Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:80−100 (7) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Tanda Petik (“...”) Permendiknas (2009:72) menguraikan penggunaan tanda petik sebagai berikut. (1) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya. (2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. (3) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penggunaan metode deskriptif karena metode ini meneliti suatu objek, suatu kondisi, sistem pemikiran, ataupun sesuatu yang terjadi pada masa sekarang (Nazir, 2005:54). Metode ini digunakan untuk menggambarkan kesalahan penggunaan ejaan yang terdapat dalam buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Ilmiah. Sumber data untuk penelitian ini adalah buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Ilmiah oleh Winci Firdaus, S.Pd,. M.Hum. dan Syahminan, M.Ag. yang digunakan sebagai buku ajar di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Buku tersebut diterbitkan oleh CV P&G Kilat Jaya di Bandung pada tahun 2013 dengan 2 lembar kover, 1 halaman kata pengantar, 2 halaman sambutan Rektor UIN ArRaniry, 6 halaman daftar isi, 3 halaman rancangan aktivitas pembelajaran, dan 205 halaman yang sudah termasuk isi, daftar pustaka, serta lampiran. Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan teknik dokumen. Sugiyono (2011:326) mengatakan bahwa dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karyakarya monumental dari seseorang. Untuk menemukan data kesalahan, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut: (1) teknik baca, peneliti membaca objek penelitian dengan teliti dan seksama. (2) teknik catat, peneliti mencatat kesalahan-kesalahan yang ditemukan
(3) teknik klasifikasi, peneliti mengklasifikasi kesalahan-kesalahan yang telah ditemukan ke dalam tabel yang telah disediakan. Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara kualitatif. Langkahlangkah yang akan dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut: (1 mengidentifikasi kesalahan penggunaan bahasa; (2) mengklasifikasi kesalahan; (3) menganalisis kesalahan; (4) alternatif pembetulan. Rumus yang digunakan untuk menentukan aspek kesalahan ejaan yang dominan terjadi adalah sebagai berikut.
Keterangan P = Angka Persentasi f = Frekuensi yang dicari persentasinya N = Jumlah keseluruhan data 100% = nilai tetap Hasil Dan Pembahasan Berdasarkan data yang ditemukan, peneliti menemukan berbagai tipe kesalahan ejaan dalam buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Ilmiah. Kesalahan ejaan yang ditemukan meliputi kesalahan penggunaan huruf kapital, kesalahan penggunaan huruf miring, kesalahan penggunaan huruf tebal, kesalahan penggunaan kata depan, kesalahan penulisan singkatan dan akronim, kesalahan penggunaan tanda titik, kesalahan penggunaan tanda koma, kesalahan penggunaan tanda titik dua, kesalahan penggunaan tanda hubung, kesalahan penggunaan tanda kurung, kesalahan penggunaan tanda petik, dan kesalahan penggunaan kata. Kemudian, data kesalahan yang ditemukan disajikan dan diklasifikasi dalam bentuk tabel. Dari keseluruhan data yang disajikan, peneliti hanya menganalisis beberapa data karena terdapat tipe kesalahan yang sama dari seluruh data yang sudah diklasifikasi. Penomran data dituliskan berdasarkan data mentah sebelum diklasifikasi. Klasifikasi data dan analisis data disajikan di bawah ini.
Kesalahan Ejaan... (Azwardi) Huruf Kapital Tabel 4.1 Kesalahan Penulisan Huruf Kapital No.
Data
1.
Puji syukur kami kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku Bahasa Indonesia sebagai pegangan bagi mahasiswa IAIN.
9.
Berbahasa adalah salah satu wujud kepribadian dan intelektualitas. kita bisa ambil contoh seorang presenter televisi Indonesia yang terkenal Desi Anwar, ia adalah wartawati dengan modal intelektualias berbahasa yang baik, ia berbahasa Inggris dengan baik, berbahasa Perancis dengan baik, dan tetap berbahasa Indonesia dengan baik.
21.
Selanjutnya, dari Selandia baru di sebelah Selatan sampai ke Taiwan di sebelah Utara.
23.
... bahasa Melayu pernah ada di nusantara dan sebagian kawasan asia sekaligus digunakan sebagai bahasa pengantar ....
24.
... 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang ....
25.
Dari bukti-bukti prasasti tertua dia atas kita dapat mengambil kesimpulan sementara bahwa pemakaian Bahasa Melayu kuno pada Abad VII itu masih terbatas di Sumatera ....
26.
... tentang dipulihkannya kekuasaan raja Sunda.
28.
... menyebarkan pemakaian Bahasa Melayu.
29.
Mereka memakai Bahasa Melayu di dalam urusan perdagangan dan kebudayaan ....
30.
Demikianlah, Bahasa Melayu sudah mulai dipakai secara internasiaonal ....
31.
... teks yang memperlihatkan pemakaian Bahasa Melayu.
37.
Awal pencipataan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa berawal dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
39.
Pada tahun 1908 Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan ....
43
Hal-hal yang menunjukkan sikap positif seseorang terhadap bahasanya antara lain: (1) Memakai bahasa .... (2) Memakai bahasa sendiri .... (3) Memakai bahasa sesuai dengan keperluan.
45
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara mempunyai beberapa fungsi: (1) Sebagai bahasa resmi kenegaraan. (2) Sebagai bahasa pengantar ....
47
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi: (1) Sebagai lambang kebangsaan nasional. (2) Sebagai lambang ....
61.
Bahasa Indonesia tidak baku
62.
Bahasa Indonesia baku
67.
... dicetuskannya Sumpah Pemuda pada 28 oktober 1928 sampai dengan saat ini ....
69
Ciri-ciri ragam bahasa lisan: (1) Memerlukan ....
87
88 Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:80−100 71
Ciri-ciri ragam bahasa tulis: (1) Tidak memerlukan ....
73
Ciri-ciri ragam bahasa resmi: (1) Menggunakan unsur gramatikal ....
76
Alasan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia: 1) Bahasa Melayu .... 2) Bahasa Melayu ....
78.
3.3.4 Berdasarkan Bidang atau Tema yang sedang Dikomunikasikan
80
Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah: (1) Bahasa Indonesia ....
85
Ejaan bahasa Indonesia dalam huruf Latin ini sampai lebih kurang tiga abad kemudian barulah mendapat perhatian untuk dibakukan, yaitu dengan adanya usaha penetapan ejaan yang dilakukan oleh Ch. A. Van Ophuijsen (pemerintah Belanda), seperti yang tercantum dalam Kitab Logat Melajoe.
87
Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu: 1. Huruf j .... 2. Huruf oe ....
102
Ada beberapa fungsi paragraf yang dapat kita rumuskan: 1. Untuk mengekspresikan gagasan dalam suatu rangkaian kalimat .... 2. Untuk memudahkan penulis dalam mengembangkan topik .... 3. Sebagai penanda .... 4. Untuk memudahkan pembaca ....
106.
Fungsi dari diksi antara lain: (1) Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis. (2) Untuk mencapai target komunikasi. (3) Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal. (4) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
119.
Kata atau istilah asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia atau sudah diIndonesiakan, maka sebaiknya kata atau istilah yang digunakan ....
122.
Mereka sedang belajar bahasa indonesia sekarang
169.
... jumlahnya sangat banyak: Putus sekolah, pengangguran ....
185.
... laporan formal karya ilmiah harus menggunakan Kata Pengantar.
(21) Selanjutnya, dari Selandia baru di sebelah Selatan sampai ke Taiwan di sebelah Utara. Konstruksi (21) di atas salah karena menggunakan huruf kapital pada huruf pertama istilah geografi dan tidak menggunakan huruf kapital pada huruf pertama nama negara dan menggunakan huruf kapital pada istilah geografi yang tidak dipakai menjadi unsur nama diri. Kesalahan tersebut terdapat pada baru yang merupakan bagian dari nama Selandia, Selatan, dan
Utara. Berdasarkan kaidah ejaan, huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi, dan tidak digunakan sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak dipakai menjadi unsur nama diri. Berdasarkan kaidah tersebut, kata baru harus diubah menjadi huruf kapital. Kemudian, Selatan dan Utara masing-masing huruf pertamanya diubah menjadi huruf kecil. Oleh karena itu, konstruksi yang benarnya adalah sebagai berikut. (21a) Selanjutnya, dari Selandia Baru di sebelah selatan sampai ke Taiwan di sebelah utara.
Kesalahan Ejaan... (Azwardi) (26) ... tentang dipulihkannya kekuasaan raja Sunda. Konstruksi (26) salah karena tidak menggunakan huruf kapital pada nama jabatan yang diikuti nama tempat. Kesalahan tersebut terdapat pada kata raja. Pada konstruksi di atas, nama jabatan diikuti oleh nama tempat sehingga nama jabatannya harus ditulis dengan huruf kapital pada huruf pertama. Hal tersebut berkaitan dengan kaidah ejaan, huruf kapital dipakai
89
sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Oleh karena itu, konstruksi di atas dapat diperbaiki dengan mengubah huruf pertama kata tersebut menjadi huruf kapital. Konstruksi yang benarnya adalah sebagai berikut. (26a) ... tentang dipulihkannya kekuasaan Raja Sunda. Huruf Miring
Tabel 4.2 Kesalahan Penulisan Huruf Miring No.
Data
18.
... sebuah karangan yang berjudul “Custom common to the hill Tribes Bordering on assam and those of Indiana archipelago”.
40
Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
41.
Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia.
53.
(1) Kata yang penting disebutkan atau dituliskan lebih dulu, sesudah itu baru keterangannya atau kata yang diterangkan di depan kata yang menerangkan. Dengan istilah lain bahasa Indonesia mengikuti hukum D-M (Diterangkan-Menerangkan).
54.
(2) Tidak mengenal perubahan kata bentuk kata benda sebagai bukti penjamakan.
58.
(3) Tidak mengenal tingkatan dalam pemakaian
86
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 353) ejaan yaitu kaidah atau cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
117.
(1)
Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi
141.
(2)
Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaan
144.
(3)
Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri
146.
(4)
Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing
(40) Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas. (41) Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia. Konstruksi (40) dan (41) salah karena terdapat penulisan judul buku yang tidak ditulis miring. Kesalahan tersebut terletak pada Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Kamus besar Bahasa Indonesia,dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Dalam
90 Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:80−100 kaidah ejaan, Mansurudin (2010:24) mengatakan bahwa penggunaan huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Berdasarkan kaidah ejaan tersebut, kedua konstruksi di atas dapat diperbaiki dengan memiringkan nama buku. Jadi, konstruksi yang benarnya adalah sebagai berikut. (40a) Balai itu menerbitkan bukubuku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan,
yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas. (41a) Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia. Huruf Tebal
Tabel 4.3 Kesalahan Penulisan Huruf Tebal No.
Data
8.
1.4.1 Pengertian Sikap Berbahasa
11.
1.4.2 Ciri-ciri Sikap Bahasa
22.
2.2.1 Bahasa Melayu dalam Berbagai Prasasti
27.
2.2.2 Bahasa Melayu dalam Berbagai Surat Kerajaan
44.
2.4.1 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Negara
46.
2.4.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
65.
3.3.1.1 Ragam bahasa Indonesia lama
66.
3.3.1.2 Ragam Bahasa Indonesia Baru
68.
3.3.2.1 Ragam Bahasa Lisan
70.
3.3.2.2 Ragam Bahasa Tulis
72.
3.3.3.1 Ragam Bahasa Resmi
74.
3.3.3.2 Ragam Bahasa tidak resmi
75.
3.3.3.3 Ragam Bahasa Akrab
77.
3.3.3.4 Ragam Bahasa konsultasi
79.
3.3.4.1 Ragam bahasa ilmiah
81.
3.3.4.2 Ragam Bahasa Sastra
82.
3.3.4.3 Ragam Bahasa Iklan
83.
3.3.4.4 Ragam Bahasa Bidang-bidang Tertentu
95.
4.4.1 Tanda Titik (.)
96.
4.4.2 Tanda Koma (,)
97.
4.4.3 Tanda Titik Koma (;)
98.
4.4.4 Tanda Titik Dua (:)
Kesalahan Ejaan... (Azwardi) 108.
5.3.1 Pengaruh Bahasa Daerah
110.
5.3.2 Pengaruh Bahasa Asing
124.
6.4.1 Subjek
126
6.4.2 Predikat
127.
6.4.3 Objek
128.
6.4.4 Pelengkap
131.
6.4.5 Keterangan
132.
6.5.1 Kalimat Tunggal
133.
6.5.2 Kalimat Majemuk
134.
6.5.2.1 Kalimat majemuk setara
138.
6.5.2.2 Kalimat majemuk bertingkat
139.
6.5.2.3 Kalimat majemuk gabungan
158.
8.6.1 Pembagian Paragraf Berdasarkan Posisi Kalimat Topik
160.
8.6.2 Pembagian Paragraf Berdasarkan Fungsinya dalam Karangan
162.
8.6.3 Pembagian Paragraf Berdasarkan Sifat Isinya
167.
Pertama, tema yang pendek.
168.
Kedua, tema yang panjang.
(8) 1.4.1 Pengertian Sikap Berbahasa (97) 4.4.3 Tanda Titik Koma (;) Konstruksi (8) dan (97) salah karena ada subbab yang tidak ditulis dengan huruf tebal. Kesalahan tersebut terdapat pada 1.4.1 Pengertian Sikap Berbahasa dan 4.4.3 Tanda Titik Koma (;). Huruf tebal digunakan dalam menulis bagian bab. Berkaitan dengan penggunaan huruf tebal,Widjono (2005:37) mengatakan bahwa kaidah penggunaan huruf tebal dalam cetakan
91
dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Oleh karena itu, konstruksi tersebut dapat dibenarkan dengan cara menebalkan penulisan subbab. Konstruksi yang benar adalah sebagai berikut. (8a) 1.4.1 Pengertian Sikap Berbahasa (97a) 4.4.3 Tanda Titik Koma (;) Kata Depan
Tabel 4.4 Kesalahan Penulisan Kata Depan No.
Data
6.
... perilaku dan tata krama suatu masyarakat sehingga mereka dapat membaurkan diri kedalam masyarakat itu.
14.
... dan lebih menjamin untuk memperoleh kesempatan disektor modern dan semacamnya.
32.
Dibawah ini adalah surat Sultan Iskandar Muda kepada Raja Inggris ....
34.
Dibawah ini adalah surat izi berdagang di Aceh ....
109.
Banyak kata dari bahasa daerah masuk kedalam bahasa Indonesia, memperkaya perbendaharaan kata-katanya.
125.
b. Di sertai kata itu.
129.
...pelengkap biasanya berada langsing dibelakang predikat.
142.
Salah satu rusaknya kesatuan kalimat adalah bila diantara predikat dan objek disisipi kata lain.
173.
Walaupun tema itu sebenarnya berada didalam pikiran penulis ....
92 Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:80−100 181.
Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis diantaranya adalah sebagai berikut:
184
Mayat wanita yang di temukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut.
(6) ... perilaku dan tata krama suatu masyarakat sehingga mereka dapat membaurkan diri kedalam masyarakat itu. (14) ... dan lebih menjamin untuk memperoleh kesempatan disektor modern dan semacamnya (142) Salah satu rusaknya kesatuan kalimat adalah bila diantara predikat dan objek disisipi kata lain. Konstruksi (6), (14) dan (142) salah karena terdapat penulisan kata depan yang ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kesalahan itu terletak pada kata kedalam, disektor,dan diantara. Kata depan ke pada kata kedalam, dan di pada kata disektor dan diantara ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Berdasarkan kaidah ejaan yang dikemukakan Alek (2011:276), kata depan
di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang sudah dianggap lazim sebagai gabungan kata seperti kepada dan dari pada. Jadi, konstruksi tersebut dapat diperbaiki dengan cara memisahkan ke dan di dengan kata yang mengikutinya. Konstruksi yang benarnya adalah sebagai berikut. (6a) ... perilaku dan tata krama suatu masyarakat sehingga mereka dapat membaurkan diri kedalam masyarakat itu. (14a) ... dan lebih menjamin untuk memperoleh kesempatan disektor modern dan semacamnya. (142a) Salah satu rusaknya kesatuan kalimat adalah bila diantara predikat dan objek disisipi kata lain. Tanda Titik
Tabel 4.5 Kesalahan Pemakaian Tanda Titik No.
Data
3
... semua yang telah membantu penyusun sehingga memungkinkan terbentuknya buku ini. Terutama kepada Lembaga Bahasa IAIN Ar-Raniry (LDC) dan kepada tim pengajar MKU Bahasa Indonesia di IAIN Ar-Raniry.
12.
Seperti ‘sikap’ pada umumnya bahwa selalu memiliki dua sisi. Sisi jelek dan sisi baik.
13.
... norma yang berlaku. Sedangkan sikap positif bahasa adalah penggunaan bahasa sesuai dengan kaidah ....
33.
... memiliki hiasan, tertua, serta terindah. Dan melihat tingginya yang mencapai hampir satu meter, menjadikannya surat terbesar dan papling spektakuler.
55
... yang perlu diihindari penggunaannya agar tidak menimbulkan kemacetan dalam komunikasi sehingga informasi yang disampaiikan menjadi tidak efektif. (Putrayasa, 2010:123)
60.
Sampai sekarang belum ada ketentuan pelafalan atau ucapan baku tersebut. Tetapi itu tidak berarti dalam bahasa Indonesia belum ada ucapan yang dianggap baik.
99.
... kesulitan mengungkapkan maksud kepada orang lain..
101
... kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosakata suatu bahasa adalah ....
112.
Demikian pula masalah makna kata yang tepat meminta pula perhatian penulis atau pembicara untuk tetap mengikuti perkembangan makna tiap kata dari waktu ke waktu, karena makna kata dapat mengalami pula perkembangan, sejalan dengan perkembangan waktu. Keraf (2004: 87 – 88)
Kesalahan Ejaan... (Azwardi) 115.
Kata-kata asing yang mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan: favorable-favorite ....
121.
Klausa merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas objek dan predikat. Sedangkan frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur prediksi.
130
Hal itu dapat dimengerti karena antara kedua konsep itu memang terdapat kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina ....
143.
Jika dalam sebuah kalimat terdapat beberapa unsur yang dirinci. Rinciannya itu harus diusahakan sejajar dengan menggunaan bentuk bahasa yang sama.
153.
Paragraf yang terlalu pendek seringkali tidak cukup menjelaskan gagasan pokok senyatanya. Sedangkan, paragraf yang terlampau panjang dan berbelitbelit justru akan mengaburkan gagasan yang seharusnya ditonjolkan.
156.
4) dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung
163.
... atau tidak (membaur di dalam paragraf itu sendiri, sehingga tak terlihat jelas sebagai daftar. Baik berformat maupun tidak, kalimat-kalimat rincian perlu seiring dan berhubungan secara mulus dengan kalimat induknya.
(13) ... norma yang berlaku. Sedangkan sikap positif bahasa adalah penggunaan bahasa sesuai dengan kaidah .... (121) Klausa merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas objek dan predikat. Sedangkan frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur prediksi. Konstruksi (13) dan (121) salah karena menggunakan tanda titik pada bagian yang salah. Kesalahan tersebut terdapat di antara kata berlaku dan Sedangkan, dan kata predikat dan Sedangkan. Konjungsi sedangkan digunakan antaradua kalimat setara. Selanjutnya, antara dua kalimat setara dipisahkan dengan tanda koma. Berdasarkan kaidah ejaan, tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan melainkan, tetapi, sedangkan, dan kecuali. Dengan demikian, kedua konstruksi di atas dapat diperbaiki dengan dua cara. Pertama, mengubah tanda titik menjadi tanda koma, dan mengubah huruf kapital pada
93
huruf pertama kata sedangkan menjadi huruf kecil. Kedua, menghapus sedangkan. Alternatif yang benar adalah sebagai berikut. (13a) ... norma yang berlaku, sedangkan sikap positif bahasa adalah penggunaan bahasa sesuai dengan kaidah .... (13b) ... norma yang berlaku. Sikap positif bahasa adalah penggunaan bahasa sesuai dengan kaidah .... (121a) Klausa merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas objek dan predikat, sedangkan frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur prediksi. (121b) Klausa merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas objek dan predikat. Frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur prediksi. Tanda Koma
Tabel 4.6 Kesalahan Pemakaian Tanda Koma No.
Data
2.
... keterampilan yang baik dalam pemanfaatan bahasa Indonesiabaiksebagai alat komunikasi dan penerapannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
94 Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:80−100 4.
Berdasarkan pengertian secara praktis tadi dapat kita ketahui bahwa bahasa dalam hal ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek sistem (lambang) bunyi dan aspek makna.
5.
Untuk mengekspresikan rasa lapar atau hausmisalnyaseorang bayi biasanya menangis.
7.
... bahasa dapat digunakan untuk mengatur berbagai aktivitas sosial, merencanakan berbagai kegiatan, dengan mengarahkannya ke dalam suatu tujuan yang diinginkan.
10.
Dalam bahasa Indonesiakata sikap dapat mengacu pada bentuk tubuh, posisi berdiri yang tegak, perilaku atau gerak gerik dan perbuatan ... .
15.
... tidak menguasai bahasa asing (Inggris)tetapi tidak pernah merasa malu apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.
16.
Banyak orang Indonesia belajar dan menguasai bahasa asing dengan baik tetapi menguasai bahasa Indonesia apa adanya.
17.
Terkait dengan itu, banyak orang Indonesia yang mempunyai bermacam-macam kamus bahasa asingtetapi tidak mempunyai satu pun kamus bahasa indonesia.
35.
Walau tanpa tarikh, namun dapat dipastikan bahawa surat beraksara Jawi ini dikeluarkan pada tahun 1602.
36.
... bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan tetapi pasti, berkembang dan tumbuh terus.
42.
Fungsi bahasa Indonesia dapat dilihat dalam dua kedudukan pokok yakni (i) sebagai bahasa resmi negara dan (ii) sebagai bahasa nasional.
48.
Dalam fungsi ini bahasa Indonesia memberikan kesan sebagai bangsa yang besar ....
51.
Dalam usaha berbahasa Indonesia yang baik dan benar susunan seperti itu harus ditinggalkan.
57
Karena kata para, pada contoh tadi sudah menunjukkan pengertian banyak, maka cukup dipakai salah satu saja.
63.
Mira tidak percaya kepada saya, saya dianggapnya akan menipu.
64.
Bila ada hal-hal yang belum jelas saya akan terangkan sekarang.
84.
Ragam bahasa ini gunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi, komputer, ekonomi, hukum, dan psikologis.diagnosis, infus, dan USG adalah contoh istilah dalam bidang kedokteran.
88.
Ketidaksetujuan atas konsep Melindo dikemukakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dalam hal ini Lembaga bahasa dan Kesusastraan (LBK), yang pada tahun 1966 membentuk sebuah panitia dengan Anton M. Moeliono sebagai ketua.
89.
Akhirnya pihak Malaysia menerima konsep LBK dalam sebuah perundingan di Kuala Lumpur.
90.
Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972.
91
Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya.
92.
Selain daripada itu bahasa Indonesia juga menyerap perbendaharaan katanya dari bahasa Tionghoa ....
93.
Bentuk dasar yang berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, gabungan kata itu ditulis serangkai,
100.
Menurut Enre (1988:101) diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat atau mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam suatu pola kalimat.
103.
Dengan mengemukakan hal di atasdapat kita ketahui bahwa kita memerlukan penguasaan kosa kata ....
Kesalahan Ejaan... (Azwardi) 104.
Secara populer orang akan mengatakan bahwa meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik.
105.
Sebaliknya orang yang miskin kosa katanya akan sulit menemukan kata yang tepat, karena pertama, ia tidak tahu bahwa ada kata lain yang lebuh tepat ....
107.
... faktor yang mempengaruhi yaitu pengguanaan kata bahasa asing atau bahasa daerah yang sebaiknya dihindari.
111
Di atas dahan asam jawa itu sepasang burung kutilang tampak sedang asyik bercanda ....
113.
Dari dua kata yang mempunyai makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana yang akan digunakan untuk mencapai maksudnya.
114.
Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya.
116.
Jika kata yang bernilai rasa kurang tepat digunakan maka orang yang mendengar perkataan itu akan tersinggung.
118.
Dalam tulisan lebih mudah dipahami kata-kata konkret daripada kata-kata abstrak.
120.
Di samping itu ada beberapa kata yang berbentuk seperti itu: sehubungan dengan, berhubungan dengan ....
123.
Dalam arti bahwa kalimat tetap dapat dipahami tanpa harus diketahui konteks situasi pemakaiannya.
135.
Andi ingin pintar tetapi malas bekerja.
136
Ia bukan pandai melainkan rajin.
137
Kakaknya rajin sedangkan adinya malas.
140.
Kata-kata lain yang tidak boleh mendahului subjek yaitu bagi, dalam, dengan, sebagai, merupakan dan untuk.
145.
... dengan kata ulang berimbuhan, namun jika kedua hal itu digunakan sekaligus akan terjadi respirokal yang salah.
147
Dalam pembentukan kalimat ini klausanya harus sama, yaitu aktif dengan aktif dan pasif dengan pasif.
148.
Amerika adalah negara yang sangat maju, Negara Adidaya ini mampu mempengaruhi negara lain untuk mengikuti kehendaknya.
149
Dalam pertemuan itu para mahasiswa dapat saling tukar-menukar informasi.
150.
Kalimat-kalimat tersebut menunjukkan, bahwa ide yang dipentingkan diletakkan di bagian awal kalimat.
151.
Dalam pembiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintah dan swasta ....
152
Oleh karena itu pilihlah rincian yang cocok dengan pokok bahasan, dan jumlahnya memadai sehingga terbentuk paragraf yang hemat.
153.
Paragraf yang terlalu pendek seringkali tidak cukup mampu menjelaskan gagasan pokok senyatanya. Sedangkan, paragraf yang terlampau panjang dan berbelit-belit justru akan mengaburkan gagasan yang seharusnya ditonjolkan.
154.
Pada umumnya buku ajar perguruan tinggi memiliki panjang paragraf antara 75 dan 200 kata.
159.
... dapat mengubah sistem pertanian tradisional misalnya bercocok tanam ....
161
.... cara yang dapat dilakukan oleh seorang pengarang atau penulis dalam menarik minat dan perhatian pembaca yaitu
164.
Dalam kaitan ituperlu dicantumkan penunjukan kepada gambar ....
165.
Dalam pada itupengarang menggunakan unsur perangkai yang mempertautkan paragraf ....
95
96 Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:80−100 166.
Dengan demikian gagasan pada paragraf yang sedang dibaca tidak terlepas dari gagasan yang mendahuluinya.
170.
Pada jenis karangan lain seperti artikel sederhana, judul dapat dibuat sesudah karangan selesai ....
171.
Dari daftar itu dapat dipilih salah satu topik untuk dijadikan topik karangan.
172
Tujuan yang dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa satu kalimat, disebut tesis.
175.
... urutan unit-unit dalam kerangka pola alamiah dapat dibagi dua yaitu (1) urutan ruang dan (2) urutan waktu.
176.
Memang temuan ilmiah dilakukan melalu penelitian, namun tidak hanya penelitian merupakan satu-satunya karya tulis ilmiah.
177
Dalam karya tulis ilmiahciri-ciri keilmiahan dari suatu karya harus dapat dipertanggungjawabkan ....
178.
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi ....
179
Penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih kata yang sesuai ....
180
Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebalikanya, kalauu bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakann pola deduktif.
182.
Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur ....
183.
Akan tetapi, dalam materi perkuliahan ini hanya ditampilkan bagian-bagian makalah ilmiah.
187
Adapun fungsi pemakaian bahasa Indonesia standar dan baku yaitu
188
... cara yang dapat dilakukan oleh seorang pengarang atau penulis dalam menarik minat dan perhatian pembaca yaitu
189.
Pengutip tahu bahwa dalam kata itu ada kata yang salah, namun pengutip tidak boleh memperbaikinya.
190.
Melalui daftar pustaka itukita dapat melihat kembali sumber aslinya.
(4) Berdasarkan pengertian secara praktis tadi dapat kita ketahui bahwa bahasa dalam hal ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek sistem (lambang) bunyi dan aspek makna. (111) Di atas dahan asam jawa itu sepasang burung kutilang tampak sedang asyik bercanda .... Konstruksi (4) dan (111) salah karena tidak menggunakan tanda koma di belakang keterangan kalimat. Sebuah kalimat memerlukan penanda agar isi kalimat tersampaikan dengan benar. Berhubungan dengan penggunaan tanda koma, Waridah (2008:31) mengatakan bahwa tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca/ salah pengertian – di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Berdasarkan kaidah tersebut, setelah kata
tadi pada konstruksi (4) dan setelah kata itu pada konstruksi (111) dibubuhkan tanda koma sebagai penanda bahwa berdasarkan pengertian di atas tadi dan di atas dahan asam jawa itu adalah keterangan yang mengawali kalimat. Dengan demikian, konstruksi tersebut dapat diperbaiki dengan membubuhkan tanda koma setelah kata tadi dan itu. Konstruksi yang benar adalah sebagai berikut. (4a) Berdasarkan pengertian di atas tadi, dapat kita ketahui bahwa bahasa dalam hal ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek sistem (lambang) bunyi dan aspek makna. (111a) Di atas dahan asam jawa itusepasang burung kutilang tampak sedang asyik bercanda ....
Kesalahan Ejaan... (Azwardi) Tanda Titik Dua
97
Tabel 4.7 Kesalahan Pemakaian Tanda Titik Dua
No.
Data
38.
Berikut teks Sumpah Pemuda
49.
Kedua syarat yang dimaksud itu yaitu
50.
Beberapa kaidah bahasa Indonesia tersebut adalah
157.
Sementara pikiran penjelas memiliki ciri-ciri
161.
.... cara yang dapat dilakukan oleh seorang pengarang atau penulis dalam menarik minat dan perhatian pembaca yaitu
174
Dengan demikian, menurut aturan bahasa Indonesia yang benar ialah susunan seperti
186.
Pada bagian ini, diuraikan tentang (a) masalah yang akan diteliti, (b) penjelasan dipilihnya masalah ini bagi penulis ....
(38) Berikut teks Sumpah Pemuda (50) Beberapa kaidah bahasa Indonesia tersebut adalah Konstruksi (38) dan (50) salah karena tidak menggunakan tanda titik dua pada akhir pernyataan lengkap. Kata berikut pada konstruksi (39) dan kata adalah pada konstruksi (50) secara leksikal menunjukkan kata yang memerlukan perincian. Berdasarkan kaidah ejaan, tanda titik dua dipakai pada akhir pernyataan
lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. Oleh karena itu, kedua konstruksi tersebut dapat dibenarkan dengan membubuhkan tanda titik dua pada akhir pernyataannya. Konstruksi yang benarnya adalah sebagai berikut. (38a) Berikut adalah teks Sumpah Pemuda: (50a) Beberapa kaidah bahasa Indonesia tersebut adalah sebagai berikut: Tanda Hubung
Tabel 4.8 Kesalahan Pemakaian Tanda Hubung No.
Data
155.
Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat kalimat dalam paragraf tersebut bersama-sama menyatakan suatu hal atau tema tertentu
(155) Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat kalimat dalam paragraf tersebut bersama-sama menyatakan suatu hal atau tema tertentu Konstruksi (155) di atas salah karena tidak menggunakan tanda hubung pada kata ulang. Kesalahan tersebut terdapat pada kalimat kalimat. Kata ulang tersebut seharusnya diberi tanda hubung. Berdasarkan kaidah ejaan, tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-
unsur kata ulang. Oleh karena itu, konstruksi tersebut dapat dibenarkan dengan memberi tanda hubung pada unsur kata yang diulang. Konstruksi yang benarnya dalah sebagai berikut. (155a) Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut bersama-sama menyatakan suatu hal atau tema tertentu. Tanda Petik
Tabel 4.9 Kesalahan Pemakaian Tanda Petik
No. 19
Data Yang dimuat dalam majalah “Jurnal of The indiana Archipelago and Eastern Asia”
98 Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:80−100 20.
John Reinhold Foster menulis buku yang berjudul “Voyage Round the World” pada tahun 1776.
(19) Yang dimuat dalam majalah “Jurnal of The indiana Archipelago and Eastern Asia” Konstruksi (19) salah karena menggunakan dua ejaan sekaligus pada judul karangan, nama majalah, dan judul buku. Kesalahan tersebut terdapat pada“Jurnal of The indiana Archipelago and Eastern Asia” dan“Voyage Round the World”. Berdasarkan kaidah ejaan, tanda petik dipakai untuk mengapit judul karangan, nama majalah dan judul buku. Demikian pula untuk penggunaan huruf miring. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar. Oleh karena itu, konstruksi di atas dapat diperbaiki dengan dua cara. Pertama, menghilangkan tanda petik pada nama majalah dan judul buku. Kedua, tidak memiringkan nama majalah dan judul buku. Konstruksi yang benarnya adalah sebagai berikut. (19a) Yang dimuat dalam majalah Jurnal of The indiana Archipelago and Eastern Asia. Persentase Kesalahan Dominan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, data kesalahan diperoleh sejumlah 190 kesalahan. Untuk lebih jelas, perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Persentase Kesalahan No.
Frekuensi Kesalahan
Jenis Kesalahan Ejaan
Persentase kesalahan
1.
Kesalahan penulisan huruf kapital
33
17,37%
2.
Kesalahan penulisan huruf miring
11
5,79%
3.
Kesalahan penulisan huruf tebal
39
20,53%
4.
Kesalahan penulisan kata depan
11
5,79%
5.
Kesalahan penggunaan tanda titik
16
8,42%
6.
Kesalahan penggunaan tanda koma
68
35,79%
7.
Kesalahan penggunaan tanda titik dua
9
4,74%
8.
Kesalahan penggunaan tanda hubung
1
0,53%
9.
Kesalahan penggunaan tanda petik
2
1,05%
190
100%
Total
Kesalahan penggunaan huruf kapital pada buku ini, umumnya menulis huruf pertama pada kata bahasa dengan huruf kapital. Dalam kaidah ejaan, huruf kapital tidak digunakan pada huruf pertama kata bahasa. Huruf kapital digunakan pada nama bahasa itu sendiri, kecuali kata bahasa terletak pada awal kalimat. Penulisan huruf miring umumnya dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan kalimat. Padahal, huruf miring dalam cetakan dipakai pada huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Selanjutnya, dalam buku ini, huruf miring tidak dipakai pada penulisan judul buku,
sedangkan penulisan judul buku dalam cetakan harus dimiringkan Umumnya, kesalahan penulisan huruf tebal dalam buku ini adalah tidak menebalkan bagian-bagian yang harus ditulis tebal. Sebagai contoh, penulisan subbab banyak yang tidak ditebalkan. Padahal, dalam kaidah ejaan, huruf tebal dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, subbab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Kesalahan penulisan kata depan dalam buku ini, umumnya, tidak banyak. Namun, ada beberapa kesalahan yang ditemukan. Kesalahan yang
Kesalahan Ejaan... (Azwardi) ditemukan adalah penulisan kata depan yang tidak ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kesalahan yang ditemukan, misalnya, penggunaan kata depan di dan ke yang tidak ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Penggunaan tanda titik dalam buku ini, umumnya, digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dengan kalimat setara lain yang didahului oleh konjungsi. Padahal, tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan kalimat setara, tetapi tanda koma. Selain itu, tanda titik dalam buku ini digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan dengan kalimat sebelumnya. Dalam buku ini, tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang saru dengan kalimat setara lain yang didahului oleh konjungsi. Kedua kalimat tersebut dipisahkan oleh tanda titik. Padahal, dalam kaidah ejaan, tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yanag satu dengan kalimat setara lain yang didahului oleh konjungsi (Permendiknas, 2009:57). Kemudian, tanda koma dalam buku ini tidak digunakan di belakang keterangan kalimat. Sebagai contoh, melalui daftar pustaka itu, dan berdasarkan pengertian secara praktis tadi adalah keterangan kalimat yang harus diikuti tanda koma. Penggunaan tanda titik dua, tanda hubung, dan tanda petik dalam buku ini, tidak banyak ditemukan kesalahan. Dalam buku ini, pernyataan yang memerlukan rincian dan pemerian tidak menggunakan tanda titik dua, sedangkan dalam kaidah ejaan, tanda titik dua digunakan pada akhir pernyataan yang diikuti rangkaian atau pemerian. Untuk tanda hubung dan tanda petik, penggunaan kedua tanda ini, umumnya, benar. Penggunaan tanda hubung dalam buku ini terdapat kesalahan pada penulisan kata ulang yang tidak dibubuhkan tanda hubung di antara kata yang diulang. Penggunaan tanda petik dalam buku ini, umumnya, digunakan untuk mengapit judul buku. Namun, judul buku yang diapit juga dimiringkan. Padahal, dalam kaidah ejaan, tanda petik dan huruf miring tidak dipakai pada waktu yang bersamaan. Jika sudah diapit oleh tanda petik, judul buku tidak perlu dimiringkan lagi. Jika judul buku dimiringkan, tanda petik diperlu dipakai
99
lagi. Hal tersebut sesuai dengan Permendinas (2009:22), huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring. Kesalahan penulisan huruf tebal pada buku ini, umumnya, tidak menebalkan penulisan bab dan subbab. Akan tetapi, dalam kaidah ejaan, huruf tebaldalam cetakan digunakan untuk menulis bab dan subbab.Kesalahan penggunaan tanda koma pada buku ini, umumnya terjadi pada pemisahan antar kalimat setara yang menggunakan konjungsi tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Jika dalam kalimat terdapat konjungsi yang disebut di atas, penulisannya harus didahului oleh tanda koma. Penelitian ini juga menemukan kesalahan pengetikan kata. Kesalahan pengetikan kata tersebut terjadi tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali. Kemudian, kesalahan tersebut bukan terjadi pada kata yang sama, melainkan pada kata yang berbeda. Sebagai contoh; serjana, bahawa, pengguanaan, dll. Penutup Simpulan Terdapat kesalahan ejaan sebanyak 210 kesalahan dalam buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahamai Kaidah dan Penulisan Ilmiah. Kesalahan tersebut adalah penulisan huruf kapital, penulisan huruf miring, penulisan huruf tebal, penulisan kata depan, penulisan singkatan, penggunaan tanda titik, penggunaan tanda koma, penggunaan tanda titik dua, penggunaan tanda hubung, dan penggunaan tanda titik. Kesalahan yang dominan terjadi adalah kesalahan penggunaan tanda koma dengan total kesalahan sebanyak 76 kesalahan. Saran Sehubungan dengan penelitian ini, dapat dikemukakan saran sebagai berikut. Pertama, buku Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Ilmiah adalah buku yang berisi ilmu pengetahuan tentang kebahasaan, termasuk ejaan. Jadi, dalam penulisannya, harus menggunakan kaidah ejaan yang benar dan sesuai dengan kaidah EYD agar dapat dijadikan
100 Master Bahasa Vol. 4 No. 2; Juli 2016:80−100 pedoman yang benar oleh pembaca dan penggunanya. Kedua, pembaca hendaknya lebih teliti dalam memilih buku untuk dijadikan pedoman. Hal tersebut harus dilakukan untuk mengurangi kesalahankesalahan di masa yang akan datang. Ketiga, sebelum menerbitkan sebuah buku yang akan dijadikan sebagai pedoman, buku harus dievaluasi kembali. Keempat, karena buku ini sudah diterbitkan, buku ini lebih baik direvisi dan diterbitkan kembali. DAFTAR PUSTAKA Alek & Achmad. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwardi dan Muhammad Idham. 2007. Analisis Kesalahan Penulisan Bahasa Aceh pada Media Luar Ruang di Kota Banda Aceh. Banda Aceh: FKIP Unsyiah. Firdaus, Winci & Syahminan. 2013. Bahasa Indonesia: ke Arah Memahami Kaidah dan Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: P&G Kilat Jaya Kushartanti. 2009. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mansuruddin, Susilo. 2010. Mozaik Bahasa Indonesia. Malang: UIN Maliki Press.
Moleong, J. Lexy. 2007. Metode Penelitian: Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nazir, Mohd. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Galia Indonesia. Nurudin. 2007. Dasar-Dasar Penulisan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Permendiknas. 2009. EYD Terbaru. Yogyakarta: Pustaka Timur. Sadikin, Muhammad. 2011. EYD: Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, M a j a s Peribahasa. Bekasi: Laskar Aksara. Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfa Beta. Tarigan, Hendry Guntur & Djago Tarigan. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Offset Angkasa. Waridah, Ernawati. 2008. EYD dan Seputar Kebahasaindonesiaan. Jakarta: Kawan Pustaka. Widjono. 2005. Bahasa Jakarta: PT Grasindo.
Indonesia.
Wijayanti, Sri Hapsari, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.