Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
PIDATO BUPATI LOMBOK BARAT ATAS REKOMENDASI PANSUS LKPJ DPRDDAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN WACANA DI SEKOLAH : KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK Hakim Usman
[email protected] Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana, Univeritas Mataram ABSTRACT This research isfocused onthe analysis ofthe meaning oftransitivityandinterpersonal meaningonthe WestLombokRegentspeech, and therelevance ofthe reseachwithlearning discourseinschool. This researchaims to describethe systemof transitivityand interpersonalmeaning inthe speech, afterwards, to describemeaning orvaluethat is containedinthe dominance ofprocessand basic action, and its relevance tothe learningdiscourseinschool. Theoryused in this research isthetheory ofLFSby Halliday thatfocusing ontext,in this case thetext ofthe WestLombokRegentSpeech. Data collected bythe methodsof documentation, observation, andrecordtechnique. This studyuseda qualitativedescriptiveapproach. The results showedthat dominates theprocessis a mental processamounting to21%, whilethe basic actionthat dominate isthe actionstatementis amounting to60%. As forsome of thevalues containedinthemthe value ofawareness, sincerity, confidence, certainty(direction), creativity, thoroughness, responsibility, compliance, and permissive value. These valuesare containedinmental processes. hevaluescontained in thestatementbasic actionamong them; the value ofgratitude, awareness, sincerity, anddedicationvalue. The relevance of this researchwithlearning discourseinschoolshows the relationshipof languageandapproach thatcan bedescribedexplicitly, wherelearningdiscourse especially speechat the school levelcan also beresearched usingLFStheory approachtofindingmeaning containedin it, as the research in thecollege. Keywords:Speech, Value, LFS, andLanguage Learning. ABSTRAK Penelitian ini terfokus pada analisis transitivitas dan makna antar persona pada pidato Bupati Lombok Barat, serta relevansi kajian dengan pembelajaran wacana di sekolah. Terkait dengan hal itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sistem transitivitas dan makna antar persona yang ada di dalam pidato tersebut, selanjutnya mendeskripsikan makna atau nilai yang terkandung di balik dominasi proses dan protoaksi, serta relevansinya dengan pembelajaran wacana di sekolah. Teori yang dipergunakan yakni teori LFS oleh Halliday yang berfokus pada teks, dalam hal ini teks Pidato Bupati Lombok Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, observasi, dan teknik catat. Penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan proses yang mendominasi adalah proses mental yakni sebanyak 21%, sedangkan protoaksi yang mendominasi adalah aksi pernyataan yakni sebanyak 60%. Adapun beberapa nilai yang terkandung di antaranya nilai kesadaran, kesungguhan, keyakinan, kepastian (arah), Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
159
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
kreatifitas, ketelitian, tanggung jawab, kepatuhan, dan nilai permisif. Nilai- nilai tersebut terkandung pada proses mental. Adapun nilai- nilai yang terkandung dalam protoaksi pernyataan di antaranya; nilai kesyukuran, kesadaran, kesungguhan, dan nilai pengabdian.Relevansi kajian ini dengan pembelajaran wacanan di sekolah menunjukkan hubungan kebahasaan dan pendekatan yang dapat dideskripsikan secara eksplisit, di mana pembelajaran wacana khususnya pidato di tingkat sekolah juga dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan teori LFS untuk menemukan makna yang terkandung di dalamnya sebagaimana pengkajian di perguruan tinggi. Kata kunci : Pidato, Nilai, LFS, dan Pembelajaran Bahasa.
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pidato adalah salah satu bentuk keterampilan berbicara yang menuntut kemampuan retorika yang baik. Sebagai salah satu bentuk keterampilan berbicara, berpidato juga menjadi bagian dari aktivitas rutin seorang Kepala Daerah, sebagaimana pidato yang dilakukan oleh Bupati Lombok Barat yang menyampaikan sebuah pidato yang berjudul “Pidato Terima Kasih Atas Rekomendasi Pansus LKPJ Akhir Tahun 2013 dan Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Lombok Barat Periode Tahun 2009 – 2014” yang dilakukan dihadapan anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat. Pada hakikatnya Pidato Kepala Daerah merupakan sarana untuk pengaktualisasian pikiran dan gagasan seorang kepala daerah kepada masyarakat melalui anggota DPRD, dengan kalimat lain Pidato Kepala Daerah merupakan salah satu sarana berinteraksi antara kepala daerah dengan anggota DPRD dalam hubungan sosial dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Seorang penutur bahasa (dalam hal ini Bupati) merealisasikan pengalamannya (pengalaman bukan linguistik) menjadi pengalaman linguistik. Pengalaman bukan linguistik itu direalisasikan ke dalam
pengalaman linguistik yang terdiri atas tiga unsur, yaitu proses, partisipan, dan sirkumstan. Di samping itu, dari perspektif makna antar persona dalam LFS pada pidato akan ditemukan beberapa bentuk realisasi aksi seorang pembicara terhadap lingkungannya, yang dapat berupa pernyataan, pertanyaan, perintah, maupun tawaran kepada lawan bicaranya. Aktivitas pidato Bupati tersebut merupakan rutinitas tahunan yang selalu dilakukan, namun meskipun demikian, kenyataannya selama ini belum ada peneliti yang mencoba untuk melakukan pengkajian dari segi kebahasaan khususnya dengan kajian LFS. Hal ini tentu penting dilakukan untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai kemampuan seorang Bupati menyusun dan memberikan makna dalam pidatonya agar dapat dipahami dengan tepat oleh para pendengarnya. Berpidato adalah bentuk keterampilan berbicara yang disampaikan secara lisan atau melalui ekspresi bunyi (dalam tata bahasa disebut fonologi) dan tertuang dalam bahasa tulisan (grafologi) yang tersusun atas klausa-klausa yang dapat dianalisis dengan teori Linguistik Fungsional Sistemik (selanjutnya disingkat LFS). Penelitian ini sengaja mengambil topik Pidato Kepala Daerah, oleh karena belum ada peneliti sebelumnya yang melakukan penelitian terhadap Pidato ini. Selain itu,
Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
160
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
Pidato Kepala Daerah merupakan bagian dari kegiatan memaparkan pengalaman seseorang yang merupakan salah satu fungsi bahasa berdasarkan metafungsi bahasa. Pidato Kepala Daerah disampaikan menggunakan teks, sehingga akan memudahkan peneliti menganalisis teks tersebut. Berdasarkan hal di atas, tentu saja hal ini menjadi menarik untuk diteliti. Secara fungsional, merujuk pada teori LFS bahwa metafungsi bahasa itu ada tiga, yakni fungsi pemaparan pengalaman, pertukaran pengalaman, dan perangkaian pengalaman. Fungsi pemaparan pengalaman dapat kita lihat ketika Bupati menyampaikan pikiran dan gagasannya yang tentunya berdasarkan pada pengalamannya kepada para anggota DPRD selaku pendengar. Pidato Bupati tersebut selain sebagai pemaparan pengalaman juga merupakan fungsi pertukaran, hal ini disebabkan karena Pidato Bupati tersebut merupakan tanggapan balik atas rekomendasi pansus DPRD. Lalu fungsi perangkaian pengalaman merupakan fungsi bahasa dalam “Pidato Terima Kasih Atas Rekomendasi Pansus LKPJ Akhir Tahun 2013 dan Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Lombok Barat Periode Tahun 2009 – 2014”untuk merangkaikan pikiran dan gagasan tersebut menjadi bahasa yang mudah dipahami oleh pendengar. 1.2 Rumusan Masalah Mencermati latar belakang di atas, isupenting yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana pemakaian sistem transitivitas yang ada dalam “Pidato Terima Kasih Atas Rekomendasi Pansus LKPJ Akhir Tahun 2013 dan Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Lombok Barat Periode Tahun 2009 – 2014” serta bagaimanakah bentuk protoaksi yang muncul dari pidato tersebut.
Adapun rumusan masalah penelitian dapat dirinci sebagai berikut. a). Bagaimanakah transitivitas yang terdapat dalam Pidato Terima Kasih Atas Rekomendasi Pansus LKPJ Akhir Tahun 2013 dan Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Lombok Barat Periode Tahun 2009-2014? b). Bagaimanakah bentuk protoaksi yang muncul pada Pidato Terima Kasih Atas Rekomendasi Pansus LKPJ Akhir Tahun 2013 dan Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Lombok Barat Periode Tahun 2009-2014? c). Bagaimanakah relevansi hasil kajian LFS terhadap Pembelajaran wacana di Sekolah? 1.3 Tujuan a) Penelitian ini mendeskripsikan transitivitas yang terdapat dalam Pidato Terima Kasih Atas Rekomendasi Pansus LKPJ Akhir Tahun 2013 dan Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Lombok Barat Periode Tahun 20092014. b) Penelitian ini mendeskripsikan protoaksi yang muncul pada Pidato Terima Kasih Atas Rekomendasi Pansus LKPJ Akhir Tahun 2013 dan Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Lombok Barat Periode Tahun 20092014. c) Penelitian ini mendeskripsikan relevansi hasil kajian LFS terhadap Pembelajaran wacana di Sekolah. 2.
Kajian Pustaka, Landasan Teori
Konsep,
dan
2.1 Kajian Pustaka Terdapat tujuh penelitan yang penulis jadikan penelitian relevan, tiga di antaranya yaitu; 1).“Kajian Linguistik
Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
161
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
Fungsional Sistemik Pada Pemberitaan Kekerasan Gender dalam Media Cetak Lombok Post Dan Relevansinya Terhadap Pembelajaran Wacana di Perguruan Tinggi”(Setiawan, 2014). Penelitian ini fokus pada analisis transitivitas dan modalitas pada pemberitaan kekerasan gender pada media cetak Lombok Post. 2).“Makna Antarpersona dalam Teks Upacara Perkawinan pada Masyarakat Karo” (Herlina, 2007). Yang dikaji dalam penelitian ini adalah makna antar persona, modus, serta konteks situasi yang mendukung makna antar persona. 3).“Visi Dan Misi Pemilihan Gubernur NTB Periode 2013-2018: Kajian Linguistik Fungsional Sistemik dan Relevansinya Terhadap Pembelajaran Kebahasaan Di Perguruan Tinggi” (Ansori, 2014). Penelitian ini fokus pada perbandingan sistem transitivitas padaklausa Visi dan Misi PILGUB NTB Periode 2013-2018. 2.2 Konsep Beberapa konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini antara lain: 1).Teks. Teks dimaknai sebagai naskah yg berupa kata-kata, frasa, klausa asli dari pengarang atau bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, teks yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teks pidato. 2).Pidato.Pidato yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah tuturan Bupati Lombok Barat di depan DPRD yang dalam perspektif LFS dapat dikategorikan sebagai fungsi pemaparan pengalaman. 3).Fungsional. Fungsional yang dipahami di sini adalah melihat bahasa berdasarkan fungsinya terhadap kebutuhan manusia. 4).LFS. Istilah LFS merupakan sebuah singkatan dari Linguistik Fungsional Sistemik. Ia merupakan nama sebuah teori.
Teori ini memandang bahasa adalah sistem arti dan sistem lain (yakni sistem bentuk dan ekspresi) untuk merealisasikan arti tersebut. 2.3 Landasan Teori Landasan teori yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah teori LFS yangdipelopori oleh Halliday (1961) di Universitas London Inggris (Sinar, 2012:6).Fungsi bahasa dalam Pidato Bupati secara langsung membawa salah satu fungsi dari tiga metafungsi bahasa, yakni fungsi pemaparan. Dengan demikian, maka LFS sebagai salah satu teori dalam kajian kebahasaan sangat layak dijadikan sebagai landasan teori dalam penelitian ini karena LFS berbicara tentang fungsi bahasa dalam konteks sosial, di mana pidato adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang menggunakan bahasa sebagai alat pengungkapan ide dan pengalaman penuturnya. Adapun secara spesifik teori yang dimaksud adalahteori tentang sistem transitivitas (proses, partisipan, dan sirkumstan) dan teori tentang makna antarpersona khsusnya realisasi aksi dalam klausa. Istilah transitivitas dalam LFS merupakan realisasi pengalaman linguistik manusia sebagai pemakai bahasa (Saragih, 2006:23). Di mana, satu unit pengalaman yang sempurna direalisasikan dalam klausa yang terdiri atas tiga unsur, yaitu proses (process), partisipan (participant), dan sirkumstan (circumstance). Dalam realisasinya proses di menunjuk kepada kegiatan atau aktifitas yang terjadi dalam klausa, partisipan dibatasi sebagai orang atau benda yang terlibat dalam proses, dan sirkumstan adalah lingkungan tempat proses yang melibatkan partisipan terjadi (Halliday, 1954, dikutip Saragih, 2006:24, 2013:9). Hal tersebut senada dengan yang ditulis Sinar (2007:60, 2012:29) bahwa klausa transitivitas merupakan unit tata
Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
162
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
bahasa yang mempunyai tiga komponen yaitu (a) proses, (b) partisipan, dan (c) sirkumstan. Makna antarpersona menunjukkan tindakan yang dilakukan terhadap pengalaman dalam interaksi sosial. Dengan kata lain, makna antarpersona merupakan aksi yang dilakukan pemakai bahasa dalam saling bertukar pengalaman linguistik yang terprenterpretasikan dalam makna pengalaman (experiential meaning) (Saragih, 2006: 50). Fungsi interpersonal juga dimaknai sebagai sebuah interpretasi bahasa dalam fungsinya sebagai suatu saling tukar- menukar maklumat yang disebut „bahasa sebagai kegiatan‟. (Sinar, 2012: 45). Dalam bukunya yang berjudul “Phasal and Experiential Realizations in Lecture Discourse” Sinar (2007: 76) juga
a. Protoaksi Dalam berbahasa penutur atau pengguna bahasa hanya melakukan dua peran, yakni meminta dan menerima. Dalam membawakan kedua peran itu dua jenis komoditas terkait, yaitu informasi dan barang dan jasa. Jika kedua variabel peran dan komoditas tersebut diklasifikasi silang, empat jenis aksi didapat seperti teringkas di dalam bagan berikut.
Komoditas Informasi Pernyataan pertanyaan
Peran memberi meminta
b. Aksi dan Realisasi dalam Tata Bahasa Protoaksi tersebut direalisasikan oleh tiga nada percakapan pada tingkat tata bahasa yang secara teknis linguistik disebut mood, yang dalam istilah Indonesia disebut modus. Sebagai realisasi Semantik
menyebutkan defenisi yang sama dengan defenisi fungsi antar persona di atas dalam bahasa inggris the interpersonal meaning is an interpretation of language in its function as an exchange, which is a doing function of language; it is concerned with language as action.
Tata Bahasa (Modus)
Barang dan Jasa tawaran perintah aksi pada strata tata bahasa, modus terdiri atas modus deklaratif, interogatif, dan imperatif. Hubungan antara aksi pada strata semantik dengan modus pada tingkat tata bahasa diringkas dalam bagan berikut.
Klausa
pernyataan deklaratif
Anaknya bekerja di Australia
pertanyaan interogatif
Adakah anaknya bekerja di Australia ?
perintah
imperatif
Kerjakan tugas itu sekarang !
tawaran
-
Biar saya sajalah mengerjakan tugas itu.
3. Metode Kajian Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yakni berupa “Pidato
Terima Kasih Atas Rekomendasi Pansus LKPJ Akhir Tahun 2013 dan Laporan Akhir Masa Jabatan Bupati Lombok Barat Periode Tahun 2009 – 2014”, selanjutnya
Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
163
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
metode observasi, yakni mengamati semua klausa yang ada di dalam teks Pidato tersebut selanjutnya digunakan teknik catat untuk memilih klausa-klausa yang mengandung sistem transitivitas serta protoaksi-protoaksi yang muncul di dalamnya. Adapun kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan terlebih dahulu membaca keseluruhan isi teks pidato tersebut, lalu menguraikan dan mencatat klausa-klausa yang ada dalam teks, selanjutnya mengidentifikasi serta mengklasifikasikan klausa yang berhubungan dengan transitivitas dan protoaksi yang muncul di dalamnya. Adapun analisis data, menurut Patton dalam Moleong (2010: 280), adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Berdasarkan defenisi tersebut serta berdasarkan kajian penelitian ini, maka data penelitian ini dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif sesuai dengan perspektif LFS.Dalam perspektif LFS unit tata bahasa terdiri atas 1) klausa, 2) grup atau frase, 3) kata, dan 4) morfem. Setelah melakukan analisis berdasarkan unit tatabahasa kemudian dilakukan analisis berdasarkan fungsi dengan melakukan pemilahan minimal sesuai perspektifLFS karena orientasinya kepada fungsi. Setelah melakukan penganalisisan data penelitian, maka langkah selanjutnya adalah penyajian hasil penganalisisan. Adapun metode penyajian hasil penganalisisan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode formal dan metode informal. Metode formalhasil analisis data disajikan dengan menggunakan kaidah kebahasaan yaitu berbentuk rumus, bagan atau diagram, tabel, dan gambar. Khsusus dalam
penelitian ini lebih banyak menggunakan penyajian melalui tabel. Metode informal, hasil analisis disajikan dengan kata-kata, klausa-klausa atau pernyataan-pernyataan ilmiah yang apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami. Adapun contoh tabel penyajian hasil penganalisisan secara formal dapat dilihat pada beberapa penyajian hasil penghitungan pada sub pembahasan. 4. Pembahasan Setelah melakukan pengidentifikasian serta pengklasifikasian terhadap data, maka diperoleh sebanyak 56 klausa yang merupakan data yang dianalisis dengan pendekatan teori LFS, khususnya dengan kajian sistem transitivitas dan makna antar persona. 4.1 Analisis Sistem Transitivitas pada Pidato Bupati Lombok Barat Sistem transitivitas menyangkut tiga fungsi, di antaranya Proses, Partisipan, dan Sirkumstan. Berdasarkan ketiga fungsi tersebut hasil analisis diperoleh sebagaimana dipaparkan berikut ini. 4.1.1. Proses Setelah melakukan analisis terhadap 56 klausa sebagaimana disebutkan di atas, ditemukan 21 butir proses mental, 14 proses relasional identifikasi, 9 butir proses material, 7 butir proses relasional atribut, 3 butir proses verbal, dan 3 butir proses wujud, sedangkan proses tingkah laku serta proses relasional kepemilikan tidak ditemukan. Adapun hasil analisis tentang proses mental pada pidato Bupati Lombok Barat dapat dilihat pada dua contoh analisis berikut.
164 Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
“Untuk melanjutkan proses pembangunan yang telah dilaksanakan” (Kita)
untuk
Pengindera Nomina Tawaran (Deklaratif)
melanjutkan proses pembangunan Penghubung Proses : Fenomena Mental Adverbia Verba Grup nomina
yang telah dilaksanakan Sirkukstan : Label fungsi masalah Grup Verba Label kelas Protoaksi
“dan saya yakin dalam setiap tahapan pembahasan Laporan Pertanggungjawaban ini” dan
saya
Penghubung
Pengindera Proses : Mental Nomina Verba Adverbia
Adverbia Pernyataan (Deklaratif)
yakin
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap keberadaan proses tampaklah bahwa proses yang paling banyak muncul pada hasil analisis proses tersebut adalah proses mental, yakni sejumlah 21 proses (37%). Adapun proses relasional No 1 2 3 4 5 6 7 8 J u
Jenis Proses Material Mental Relasional Identifikasi Relasional Atribut Relasional Kepemilikan Tingkah Laku Verbal Wujud m l a h
dalam setiap pembahasan Sirkumstan : Masalah
laporan Pertanggungjawaban ini Sirkumstan : Label fungsi Penyerta Grup nomina
Label kelas Protoaksi
kepemilikan dan proses tingkah laku tidak ditemukan dalam kajian ini. Hasil penghitungan disajikan dalam data berbentuk tabel pada data berikut.
Jumlah 9 21 14 7 0 0 3 3 57
4.1. 2 Partisipan 56
Persentase (%) 16 37 25 12 0 0 5 5 100
Setelah melakukan analisis tehadap klausa khususnya terkait dengan
165 Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
analisis partisipan, ditemukan 45 butir yang merupakan partisipan I dan 43 butir yang merupakan partisipan II. Kedua jenis
partisipan tersebut dipaparkan dengan dua contoh analisis sebagai berikut.
Contoh analisis terhadap partisipan I “Perjalanan panjang ini sangat menguras energi dan pikiran yang kita miliki” Perjalanan panjang ini Pengindera
Sangat menguras
energi dan pikiran yang kita miliki Fenomena Label Fungsi Grup nomina Label Kelas Protoaksi
Proses : mental
Gerup nomina Grup verba Pernyataan (Deklaratif)
“untuk itulah, pada Tahun Anggaran 2014 ini, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat akan terus fokus pada pencapaian kondisi dari tujuan mensejahterakan masyarakat” untuk itulah
pada Tahun Pemerintah Anggaran Kabupaten 2014 ini Lombok Barat
Penghubung Sirkumstan : Pengindera Lokasi : waktu Grup adverbial Grup nomina Pernyataan (Deklaratif) Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap keberadaan partisipan I tampaklah bahwa partisipan yang paling banyak muncul pada hasil analisis partisipan tersebut adalah partisipan pengindera, yakni sejumlah 15 partisipan No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Partisipan I Pelaku Pengindera Identifikasi: Bentuk Atribut: Penyandang Kepemilikan: Pemilik Petingkah Laku Pembicara
akan terus fokus
pada pencapaian kondisi dari tujuan mensejahterakan masyarakat Proses : Sirkumstan: Label Mental Masalah Fungsi Grup verba
Grup adverbial
Label Kelas Protoaksi
(33%). Sementara itu, partisipian kepemilikan dan petingkah laku tidak ditemukan dalam kajian ini. Adapun hasil masing- masing analisis tersebut dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya.
Jumlah 6 15 12 7 0 0 2
Persentase % 13 33 27 16 0 0 4
166 Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
8
ISSN 2442-6865
Maujud Jumlah
3 45
7 100
Contoh analisis terhadap partisipan II “Dalam menjalankan fungsi sebagai penyelenggara pemerintahan, abdi negara dan abdi masyarakat”. (Kita)
dalam menjalankan
fungsi
sebagai penyelenggara pemerintahan, abdi negara dan abdi masyarakat Pengindera Proses : Fenomena Sirkumstan : Peran Label Mental fungsi Nomina Grup verba Nomina Grup adverbial Label kelas Pernyataan (Deklaratif) Protoaksi “Terutama untuk menjamin terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat sebagai manusia”. Terutama untuk (kita/Pemeritah) menjamin
terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat sebagai manusia Pengindera Proses : Fenomena Sirkumstan : Masalah Label Mental fungsi Grup nomina Grup verba adverbial Grup nomina Label kelas Tawaran (Deklaratif) Protoaksi Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap keberadaan partisipan II tampaklah bahwa partisipan yang dominan pada hasil analisis partisipan tersebut adalah partisipan nilai, yakni sebanyak 13 No 1 2 3 4 5 6 J u m la
Jenis Partisipan II Gol Fenomenon Nilai Atribut Milik Perkataan h
partisipan (30%). Sementara itu, partisipan milik tidak ditemukan dalam kajian ini. Adapun hasil masing- masing analisis tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Jumlah 7 12 13 8 0 3 43
Persentase (%) 16 28 30 19 0 7 100
167 Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
4.1.3 Sirkumstan sirkumstan (31%). Sementara itu, Berdasarkan analisis yang dilakukan srikumstan yang tidak ditemukan dalam terhadap keberadaan sirkumstan tampaklah kajina ini adalah sirkumstan pandangan. bahwa sirkumstan yang paling banyak Berikut ditunjukkan contoh analisis muncul pada hasil analisis tersebut adalah sirkumstan lokasi dan sirkumstan masalah. sirkumstan lokasi dan sirkumstan masalah, yakni masing- masing sejumlah 16 “Yth. Saudara Sekretaris Daerah, Para Asisten, Kepala Badan, Kepala Dinas, Kepala Kantor dan Bagian Dalam Lingkunan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat”. Yang
terhormat Saudara Sekretaris Daerah, Para Asisten, Kepala Badan, Kepala Dinas, Kepala Kantor dan Bagian
Proses: Atribut Relasional : atribut Grup adverbia Pernyataan (Deklaratif)
Penyandang
Grup nomina
Dalam Lingkunan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Sirkumstan : Label Lokasi : fungsi tempat Grup adverbia Label kelas Protoaksi
“Telah mampu memberikan kontribusi berupa rekomendasi yang sangat berharga dan bermakna”. (DPR)
telah
mampu kontribusi berupa memberikan rekomendasi yang sangat berharga dan bermakna Pelaku Penghubung Proses : Gol Sirkumstan : Label Material Masalah fungsi Nomina Adverbia Grup verba Nomina Grup nomina Label kelas Pernyataan (Deklaratif) Protoaksi Adapun secara keseluruhan hasil masing- masing analisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. No Jenis Sirkumstan Jumlah Persentase (%) 1 Rentang 2 4 2 Lokasi 16 31 3 Cara 9 18 4 Sebab 3 6 5 Lingkungan 2 4 6 Masalah 16 31 7 Peran 1 2
168 Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
8 Penyerta 9 Pandangan J u m la h 4.2 Analisis Makna Antarpersona pada Pidato Bupati Lombok Barat Memperhatikan analisis yang dilakukan terhadap 56 klausa khususnya terkait keberadaan protoaksi pada makna antarpersona tampaklah bahwa protoaksi yang mendominasi pada hasil analisis
2 4 0 0 51 100 sirkumstan tersebut adalah protoaksi pernyataan, yakni sejumlah 34 butir (60%). Sementara itu protoaksi pertanyaan (interogatif) tidak ditemukan dalam kajian ini. Berikut ditampilkan contoh analisis pada klausa yang terdapat aksi pernyataan dan aksi tawaran di dalamnya.
“(kebijakan pembangunan) lebih merupakan proses lanjutan dari proses pembangunan” (kebijakan pembangunan)
lebih merupakan
proses lanjutan dari proses pembangunan Tanda/bentuk Proses : Relasional Nilai Label identifikasi fungsi Nomina Grup adverbial Grup nomina Label kelas Pernyataan (Deklaratif) Protoaksi “Akhirnya melalui kesempatan yang berbahagia ini izinkan saya” Akhirnya
melalui kesempatan yang berbahagia ini Penghubung Surkumstan : Lokasi : waktu Grup adverbial
izinkan
saya
Proses: Mental Verba
Fenomena
Tawaran (Deklaratif)
Nomina
Label fungsi Label kelas Protoaksi
Adapun hasil keseluruhann masing- masing analisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. No 1 2 3 4 J u m l
Jenis Protoaksi Pernyataan (Deklaratif) Pertanyaan (Interogatif) Perintah (Imperatif ) Tawaran a h
4.3 Makna dan Nilai yang Terkandung di Balik Dominasi Setiap Analisis dalam Pidato Bupati Lombok Barat
Jumlah 34 0 7 15 56
Persentase (%) 60 0 12 28 100
Makna yang terkandung pada dominasi proses mental apabila dikaitkan dengan aksi pernyataan pada teks pidato Bupati Lombok Barat yang merupakan
169 Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
bagian dari pidato politik atau pidato birokrasi yang berisi jargon-jargon pembangunan, maka dapat diinterpretasikan bahwa pada pidato tersebut berisi penyampaian berupa persepsi (ditunjukkan dengan proses mental) dan pernyataan tentang aksi atau aktifitas-aktifitas pembangunan yang telah dan sedang dilakukan serta ajakan kepada masyarakat melalui DPRD untuk meneruskan aksi nyata dalam pembangunan demi kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat Lombok Barat. Namun tentu, ajakan tersebut masih pada tataran teks dan konsep, sehingga perlu ditindaklanjuti dalam bentuk aksi yang sesungguhnya di lapangan. Adapun terkait dengan nilai yang terkandung di balik domonasi proses (mental) dan protoaksi (pernyataan) dapat diuraikan bawha nilai- nilai tersebut di antaranya; nilai kesadaran, kesungguhan, keyakinan, kepastian (arah), Kreatifitas/kesungguhan, kekhusyu’an/ketelitian, ketuntasan/tanggung jawab, tanggung jawab, Kepatuhan/ketataan, dan nilai permisif. Nilai- nilai tersebut terkandung pada proses mental. Adapun nilai- nilai yang terkandung dalam protoaksi pernyataan di antaranya; nilai kesyukuran, kesadaran, kesungguhan, dan nilai pengabdian. Nilai- nilai ini tercermin pada pilihan kata yang digunakan dalam klausa-klausa pada data kajian. 4.4 Relevansi Kajian LFS dengan Pembelajaran Wacana di Sekolah Dalam tata bahasa tradisional pada pembelajaran wacana di sekolah untuk mendapatkan informasi dari sebuah klausa maka dapat diketahui melalui verbanya, yang dalam istilah tata bahasa tradisional disebut sebagai predikat, karena salah satu
cara untuk memperoleh hal- hal yang dapat memberikan informasi penting adalah dengan jalan menemukan verba (predikat) klausa tersebut. Sejalan dengan tata bahasa tradisional, untuk menemukan inti atau pokok pembahasan dari sebuah wacana pada kajian LFS maka terlebih dahulu harus mencari klausa-klausa yang di dalamnya terdapat verba yang dalam istilah LFS dinyatakan dengan sebutan proses. Secara substansial istilah predikat tidak jauh berbeda maknanya dengan istilah proses dalam teori LFS. Hanya saja istilah proses memiliki uraian yang lebih terperinci dan detail menjelaskan makna tentang realisasi dari sebuah pengalaman linguistik maupun non linguistik. Dikatakan demikian, karena verba dalam LFS yang diistilahkan dengan proses terdiri dari delapan proses, yakni proses material, proses mental, proses relasional identifikasi, atribut, dan kepemilikan, proses tingkah laku, proses wujud, dan proses verba yang masing- masing proses merepresentasikan makna yang berbeda. lain halnya dengan verba dalam tata bahasa tradisional hanya disebut sebagai istilah predikat. Oleh karena keterpautan makna yang tidak jauh berbeda antara isilah predikat dalam tata bahasa tradisional dengan istilah proses dalam teori LFS, maka kajian dengan pendekatan teori LFS juga dapat dipergunakan untuk pembelajaran wacana di sekolah khsusnya di SMA atau MA sebagaimana pembelajaran wacana di Perguruan Tinggi. 5. Kesimpulan Kajian ini menggunakan pendekatan teori LFS yang fokus pada sistem teransitivitas dan makna antar persona pada 56 klausa dari data kajian berupa pidato Bupati Lombok Barat dengan menggunakan pendekatan yang bersifat
170 Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
deskriptif kualitatif. Adapun kesimpulan yang dapat disampaikan di antaranya: 1). Hasil kajian atau analisis pada sistem transitivitas diperoleh bahwa proses yang mendominasi adalah proses mental yakni sejumlah 21 klausa atau sebesar 37%. 2). Hasil kajian atau analisis pada realisasi aksi pada makna antar persona diperoleh bahwa protoaksi yang mendominasi adalah aksi pernyataan yakni sebanyak 34 klausa (60%). 3). Makna yang dapat dipaparkan yakni berisi penyampaian berupa persepsi (ditunjukkan dengan proses mental) dan pernyataan tentang aksi atau aktifitasaktifitas pembangunan yang telah dan sedang dilakukan serta ajakan (melalui aksi tawaran) kepada masyarakat melalui DPRD untuk meneruskan aksi nyata dalam pembangunan demi kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat Lombok Barat. Adapun beberapa nilai
yang dapat dipetik dari pidato Bupati tersebut telah disebutkan pada sub pembahasan di atas. 4). Relevansi kajian terhadap pembelajaran wacana di sekolah terletak pada kesamaan pendekatan yang digunakan untuk menemukan makna dan informasi dari sebuah wacana, di mana pada pembelajaran wacana di sekolah verba disebut sebagai predikat sedangakan pada teori LFS verba disebut sebagai proses. Yang berbeda adalah proses pada LFS memiliki uraian yang lebih kompleks dan detail dalam memaparkan makna sebuah wacana. Dapat disimpulkan bahwa teori LFS dapat juga diterapkan dalam menganalisis atau menemukan makna dari sebuah wacana pada pembelajaran di sekolah pada tingkat SMA atau MA sebagaimana penerapan teori LFS di Perguruan Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Aisyah,Siti. 2002. “Metafora Leksikal dalam Novel “Larung” Karya Ayu Utami suatuKajian Linguistik Fungsional Sistemik” (Tesis). Medan: Program Pascasarjana USU. Ansori, Ahmad. 2014. “Visi Dan Misi Pemilihan Gubernur NTB Periode 2013-2018: Kajian Linguistik Fungsional Sistemik dan Relevansinya Terhadap Pembelajaran Kebahasaan Di Perguruan Tinggi” (Tesis). Mataram: Program Pascasarjana Universitas Mataram. Arifin, E.Zainal dan Hadi, Farid. 2009. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta: AKADEMIKA PRESSINDO. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Paktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori,Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP. Bloor, Thomas and Meriel Bloor. 2004. The Functional Analysis of English: A Hallidayan Approach Second Edition. Lomdon: Arnold. Booth, Wayne C, Gregory G. Colomb, Jopseph M. Williams. 2003. The Craft of Reserach. Chicago. The University of Chicago Press. Darma, Yoce Aliah. 2014. Analisis Wacana Kritis: dalam Multiperspektif. Bandung: PT. Refika Aditama. Darma, Yoce Aliah. 2013. Analisis Wacna Kritis. Bandung: YRAMA MEDYA.
171 Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
Ginting, Syifa Asriany. 2003. “Modalitas pada Cerita Rakyat Karo Seri Turi-Turin Karo Beru Dayang Jile-Jile: Suatu Kajian Fungsional Sistemik” (Tesis). Medan: Program Pascasarjana USU. Halliday M.A.K. 2007. Language Education. Great Britain: Continuum. Halliday M.A.K. 1994. An Introduction To Functional Grammar Second Edition. Great Britain: Hodder Arnold. Halliday M.A.K. 1990. Cohesion in English. Singapore: Longman. Halimatussakdiah. 2010. “Wacana Kepemimpinan: Analisis Fase dan Sistem transitivitas Teks Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Berdasarkan Perspektif Linguistik Sistemik Fungsional” (Tesis). Medan: Program Pascasarjana USU. Hasbullah. 2012. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT.RAJAGRAFINDO PERSADA. Herlina. 2007. “Makna Antarpersona dalam Teks Upacara Perkawinan pada Masyarakat Karo” (Tesis). Medan: Program Pascasarjana USU. Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajawali Press. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muhammad. 2011. Paradigma Kualitatif Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Liebe Book Press. Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Rusman. 2012. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Saragih, Amrin. 2006. Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: Program Pascasarjana UNIMED. Saragih, Amrin. 2013. Introducing Systemic Functional Grammar of English. Medan: English Department Faculty of Languages and Arts The State University of Medan UNIMED Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Lombok Barat. 2014. Risalah Sidang tentang LKPJ Bupati Lombok Barat Tahun Anggaran 2013 dan LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Lombok Barat Tahun Anggaran 2009-2014. Gerung: Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Lombok Barat. Setiawan, Irma. 2014. “Kajian Linguistik Fungsional Sistemik Pada Pemberitaan Kekerasan Gender dalam Media Cetak Lombok Post Dan Relevansinya Terhadap Pembelajaran Wacana di Perguruan Tinggi” (Tesis). Mataram: Program Pascasarjana Universitas Mataram. Sinar, Tengku Silvana. 2012. Teori & Analisis Wacana: Pendekatan Sistemik Fungsional. Medan: CV. MITRA. Sinar, Tengku Silvana. 2007. Phasal and Experiential Realizations in Lecture Discourse: A Systemic – Functional Analysis. Medan: Kopertis Wilayah I Sumut-NAD. Sudaryanto. 2006. Metode Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana Universitas Press. Sukardjo dan Komarudin, Ukim. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: PT.RAJAGRAFINDO PERSADA. Thomas, linda dan Wareing, Shan. 2007. BAHASA, MASYARAKAT & KEKUASAAN. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
172
Vol. 1 No. 2. Juli 2015
ISSN 2442-6865
Wajdi, Mohammad. 2014. “Pidato Pembina Upacara di SMP Negeri 2 Kuripan Kajian Linguistik Fungsional Sistemik dan Relevansinya Terhadap Pembelajaran Wacana di SMP” (Tesis). Mataram: Program Pascasarjana Universitas Mataram.
Litera Jurnal Bahasa Dan Sastra 2015
173