Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
POTRET KEMISKINAN MASYARAKAT DI KOTA PONTIANAK (Studi Tentang Kemiskinan Masyarakat di Kelurahan Tanjung Hilir Kecamatan Pontianak Timur )
Oleh: FIRDIS NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak, 2015. E-mail:
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan analisis mengenai faktor penyebab kemiskinan yang terjadi pada masyarakat di Kelurahan Tanjung Hilir serta mendeskripsikan bentuk kemiskinan yang terjadi pada masyarakat miskin di Kelurahan Tanjung Hilir. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Dalam penelitian ini, menggunakan indikator dalam memahami kemiskinan. Informan ditentukan dengan menggunakan teknik Purposive. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kemiskinan yang terjadi di kelurahan Tanjung Hilir adalah kemiskinan struktural yang disebabkan oleh faktor struktural seperti, sistem kebijakan pemerintah yang tidak optimal dalam menjalankan program yang tertuang dalam RPJM maupun program PKH sehingga mengakibatkan masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, pemerataan pembangunan berkaitan dengan sarana dan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, kurangnya peluang kerja, rendahnya akses masyarakat terhadap permodalan. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan pengetahuan, sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk membangun konsep baru yang berkaitan dengan kemiskinan. Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan dan sumber informasi bagi pemerintah, dalam melihat daerah yang menjadi sasaran pembangunan. Kata-kata Kunci : Kemiskinan Struktural,Sistem Kebijakan, RPJM, PKH
1 FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Menjadi negara maju tentu menjadi harapan masyarakat semua negara,
tak
terkecuali
sebanyak 249 juta jiwa tentu menjadi potensi penggerak bagi pembangunan. tersebut
kemudian
coba
diwujudkan melalui berbagai upaya pembangunan, baik fisik maupun non fisik.
Namun
juta jiwa (BPS, 2013).
Indonesia.
Dengan jumlah sumber daya manusia
Harapan
dari populasi penduduk berkisar 249
dalam
prosesnya,
pembangunan seringkali menghadapi berbagai kendala, seperti misalnya masalah sosial.
Gambaran
kemiskinan
juga
tampak di beberapa kawasan di Kota Pontianak.
Seperti
di
kelurahan
Tanjung Hilir Kecamatan Pontianak Timur. Jika kita merujuk pada data kemiskinan
di
kawasan
tersebut,
tampak masih banyak masyarakat yang di kategorikan miskin. Hal ini dapat di lihat dari data yang di himpun oleh Badan Pusat Statistik Kota Pontianak pada tahun 2013, bahwa di kelurahan
Masalah sosial tersebut dapat
Tanjung Hilir terdapat 39 keluarga
berbagai macam bentuk, namun salah
dalam kategori keluarga Pra Sejahtera
satu masalah sosial yang berpotensi
atau tergolong sangat miskin serta 644
menghambat
adalah
keluarga yang dikategorikan dalam
Kemiskinan
keluarga sejahtera 1 atau keluarga
pembangunan
masalah
kemiskinan.
memang
masalah
khawatirkan negatif, perdagangan
serius,
di
yang tergolong miskin, dan total 683
dampak
keluarga miskin dari jumlah keluarga
kriminalitas,
sebesar 3262 keluarga atau 20,93 %
membawa seperti narkotika,
dan
eksploitasi
anak, masalah kesehatan dan lain-lain. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional pada September tahun 2013, jumlah masyarakat miskin di Indonesia berkisar 28,55 juta jiwa atau 11,47%
dari
total
keluarga
di
kelurahan
tersebut (BPS, 2013). Dalam
berbagai
program
pembangunan
masyarakat
miskin
tetap
upaya, bagi menjadi
prioritas pemerintah di berbagai daerah sebagaimana juga yang tertuang dalam 2
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
amanat Undang-Undang Dasar 1945
Levitan (1980 dalam Nawawi
tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 34
2009)
ayat 1, 2 dan 3 yaitu: fakir miskin dan
sebagai kekurangan barang-barang dan
anak-anak yang terlantar dipelihara
pelayanan
oleh
Negara
mencapai suatu standar hidup yang
mengembangkan sistem jaringan sosial
layak. Definisi lain yang menjelaskan
bagi
dan
tentang kemiskinan adalah menurut
yang
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7
Negara,
dan
seluruh
memberdayakan
rakyat masyarakat
mendefinisikan
kemiskinan
yang dibutuhkan untuk
lemah dan tidak mampu sesuai dengan
tahun
martabat kemanusiaan. Serta Negara
Pembangunan
bertanggung jawab atas penyediaan
Nasional (RPJMN) yaitu : kemiskinan
fasilitas pelayanan umum yang layak
terjadi
(UUD 1945). Berdasarkan landasan
sekelompok orang, baik laki-laki dan
tersebut,
bahwa
perempuan, tidak terpenuhi hak-hak
masyarakat miskin juga memiliki hak
dasarnya untuk mempertahankan dan
untuk
mengembangkan
mengandung
hidup
arti
sejahtera,
dengan
2005
bermartabat
yang
Sedangkan
oleh
pemerintah,
Rencana
Jangka
ketika
mendapatkan hak-haknya dari negara diwakili
tentang
Menengah
seseorang
atau
kehidupan
yang
(Samosir,
2012).
berdasarkan
Program
termasuk hak mendapatkan bantuan,
Penanggulangan
Kemiskinan
khususnya bantuan sosial ekonomi,
Perkotaan
kemiskinan
yang nantinya dapat menjadi modal
diartikan sebagai kondisi masyarakat
untuk
yang
memberdayakan
masyarakat
tidak
(P2KP),
memiliki
akses
ke
miskin. Namun dalam praktiknya,
prasarana dan sarana dasar yang
masyarakat mendapatkan
miskin,
masih
sulit
memadai, kualitas perumahan yang di
akses
sosial
dan
bawah standar kelayakan serta mata
ekonomi. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kemiskinan
pencaharian yang tidak menentu yang mencakup multidimensi, yaitu dimensi politik, sosial, lingkungan, ekonomi dan aset (Suparyanto, 2011). 3
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
2005). Kemiskinan absolut adalah
2. Penyebab Kemiskinan Penyebab kemiskinan sendiri
kondisi dimana seseorang memiliki
dalam Undang-Undang Nomor 25
pendapatan di bawah garis kemiskinan
tahun
2000
tentang
Program
atau tidak cukup untuk memenuhi
Pembangunan
Nasional
(Propenas)
kebutuhan pangan, sandang, papan,
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
kesehatan, perumahan yang layak, dan
kemiskinan kronik dan kemiskinan.
pendidikan yang dibutuhkan untuk
Kemiskinan kronis diartikan sebagai
bisa hidup dan bekerja. Kemiskinan
kemiskinan yang disebabkan oleh
relatif adalah kondisi miskin karena
sikap dan kebiasaan hidup masyarakat
pengaruh
yang
yang
tidak
sumber
produktif,
daya
dan
terbatasnya
keterisolasian,
kebijakan
tidak
pembangunan
merata,
mengakibatkan
sehingga ketimpangan
rendahnya taraf pendidikan, kesehatan,
pendapatan di masyarakat. Kemiskinan
terbatasnya lapangan kerja, maupun
kultural,
ketidakberdayaan
seseorang
Sedangkan
masyarakat.
kemiskinan
disebabkan atau
oleh
sikap
masyarakat
yang
sementara
disebabkan oleh faktor budaya, seperti
umumnya disebabkan oleh perubahan
malas berusaha memperbaiki tingkat
siklus ekonomi dari kondisi normal
kehidupan, perilaku konsumtif, tidak
menjadi krisis ekonomi, perubahan
kreatif meskipun ada bantuan dari
musiman seperti kasus kemiskinan
pihak luar. Kemiskinan struktural,
nelayan
tanaman
yaitu situasi miskin yang disebabkan
pangan, bencana alam atau dampak
oleh rendahnya akses terhadap sumber
dari kebijakan (Samosir, 2012).
daya yang ada dalam sistem sosial,
3. Bentuk Kemiskinan
kebijakan politik kurang serius dalam
dan
pertanian
Menurut
Suryawati,
kemiskinan dibagi ke dalam 4 bentuk,
mendukung pengentasan kemiskinan, 4.Karakteristik Masyarakat Miskin
yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan
kemiskinan
kultural,
struktural
(Suryawati,
Badan Pusat Statistik tahun 1992
mengemukakan karakteristik
rumah tangga miskin dapat dilihat dari 4
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
jumlah pekerja dalam satu rumah
Kemiskinan
tangga,
tinggal,
diakibatkan oleh sistem modernisasi
tanah
atau pembangunan yang membuat
(pertanian), tingkat pendidikan dan
masyarakat tidak dapat menguasai
jam kerja kepala rumah tangga, serta
sumber daya, sarana, dan fasilitas
jenis dan status pekerjaan rumah
ekonomi yang ada secara merata
tangga. Dikemukakan pertama-tama
(Suryawati, 2005).
bahwa rumah tangga miskin hanya
6. Indikator Kemiskinan
pemilikan
kondisi
tempat
dan
penguasaan
buatan,
lebih
banyak
mempunyai satu orang pekerja yang
Indikator kemiskinan menurut
menghasilkan pendapatan. Sebagian
Bappenas (2006, dalam Waskitho,
besar kondisi tempat tinggal mereka
2010) adalah terbatasnya kecukupan
belum
memenuhi
dan mutu pangan, rendahnya akses dan
kesehatan
yang
persyaratan Rumah
mutu layanan kesehatan, rendahnya
tangga miskin hanya memiliki lahan
akses dan mutu layanan pendidikan,
yang
terbatasnya
kecil
memadai.
atau
bahkan
tidak
kesempatan
kerja,
memilikinya sama sekali. Tingkat
terbatasnya akses layanan perumahan
pendidikan kepala rumah tangganya
dan
rendah. Jam kerja mereka rata-rata per
terhadap
minggu relatif lebih lama. Jenis dan
kepemilikan tanah, buruknya kondisi
status pekerjaan di perkotaan berupa
lingkungan dan sumber daya alam,
usaha kecil-kecilan, terutama sektor
lemahnya
informal (Kamaluddin, 2004).
lemahnya partisipasi, dan besarnya
5. Jenis Kemiskinan
beban kependudukan akibat besarnya
Menurut
Suryawati
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi
sanitasi, air
jaminan
Menurut kemiskinan
daya alam dan prasarana umum, serta
sebagai
keadaan
pengaruh
tandus.
rasa
lemahnya
aman,
7. Penyebab Kemiskinan Struktural
berkaitan dengan kelangkaan sumber
yang
bersih,
akses
tanggungan.
dua jenis yaitu: Kemiskinan alamiah,
tanah
terbatasnya
Jamasy struktural
kondisi kebijakan
miskin
(2004) diartikan karena
pembangunan 5
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
yang
belum
merata
menyebabkan pendapatan. muncul
sehingga ketimpangan
Kemiskinan
karena
struktural
ketidakmampuan
peraturan
organik
yang
lebih
operasional untuk mengatur praktek kegiatan ekonomi. 4. Paradigma ekonomi masih bertumpu
sistem dan struktur sosial dalam
pada
menyediakan kesempatan kerja bagi
kapitalistik. Dalam peradaban global
masyarakat miskin.
diakui
Handoyo (2012) mengemukakan lima faktor penyebab kemiskinan struktural,
neoliberal
bahwa
pengaruh
yang
ekonomi
kapitalistik demikian besar. 5.Konsistensi
terhadap
nilai
moral
Pancasila masih kurang. Pancasila
yaitu : 1.Struktur
ekonomi
sosial
menyebabkan
masyarakat sekelompok
yang orang
berada pada lapisan miskin. Keluarga miskin memiliki lahan yang sempit, atau bahkan tidak punya. Anak yang lahir dari keluarga miskin, sejak awal sudah mewarisi kemiskinan. Mereka sulit mendapatkan akses pendidikan dan keterampilan untuk memperbaiki kualitas diri dan hidupnya sehingga jatuh dalam situasi kemiskinan yang
2. Praktek ekonomi masih jauh dari nilai moral Pancasila yang bertumpu pada kekeluargaan,
demokratis, berkeadilan, efisien, dan berkelanjutan,
dan
dan
keadilan. 3. Pasal 33 UUD 1945 masih belum efektif untuk diterjemahkan dalam
menempatkan
posisi negara sebagai entitas yang penting
sebagai
eksekutor. praktek
regulatator
Namun, ekonomi
dan
kenyataanya
lebih
berpihak
kepada ekonomi kapital dari pada rakyat. Nasib ekonomi kerakyatan menjadi kurang jelas. 8. Teori Struktural Fungsional Konsep
sama dengan generasi sebelumnya.
kebersamaan,
mengajarkan praktek ekonomi yang
utama
Struktural
Fungsional adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan. Stuktural fungsional melihat masyarakat sebagai sistem sosial yang terdiri dari bagian yang saling berkaitan dalam keseimbangan. Pandangan dasarnya bahwa setiap 6
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
struktur
dalam
sistem
sosial,
memperbaiki,
motivasi
individual,
fungsional bagi yang lain. Teori ini
pola kultural, yang menciptakan dan
hanya melihat kepada sumbangan satu
menopang motivasi.
sistem terhadap sistem yang lain dan mengabaikan
kemungkinan
bahwa
suatu peristiwa atau sistem dapat beroperasi menentang fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial. Parsons (dalam Ritzer, 2004) sebagai tokoh Funsionalisme
Struktural
mengemukakan empat fungsi untuk semua sistem dan terkenal dengan istilah AGIL. Fungsi tersebut ialah Adaptation,
Goal
Atteinment,
Integration, dan Latency.
AGIL digunakan pada bahasan empat sistem tindakan . Organisme perilaku ialah sistem tindakan yang melaksanakan
fungsi
adaptasi,
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan eksternal. Sistem
kepribadian
fungsi
pencapaian
menetapkan
melaksanakan tujuan
tujuan
dengan
sistem
dan
mengoptimalkan sumber daya untuk mencapai
tujuan.
Sistem
sosial
menjalankan fungsi integrasi dengan
Adaptation, Sistem tersebut harus
menghubungkan setiap komponennya
menyesuaikan
yaitu
lingkungannya
diri dan
dengan menyesuaikan
A,G,L.
kultural
melaksanakan
lingkungan itu dengan kebutuhannya.
pemeliharaan
Goal
Dalam
Atteinment,
Sistem
harus
Sedangkan
pola
fungsi
(Ritzer,
kaitannya
sistem
2004). dengan
mendefenisikan dan mencapai tujuan.
Fungsionalisme Struktural, kemiskinan
Integration, Sistem harus mampu
terjadi dikarenakan ketidakberdayaan
mensinergiskan antar komponen dalam
masyarakat dalam beradaptasi dengan
sistem dan ketiga fungsi yang lain
sistem.
(Adaptation,
Goal
Atteinment,
Latency). Latency, memperlengkapi,
Struktural fungsional melihat kemiskinan
Sistem memelihara
harus dan
sebagai
akibat
disfungsinya sistem dalam masyarakat yang
tergambar
dari
hilangnya 7
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
kesempatan ekonomi,
mengakses pendidikan,
sumber kesehatan,
Penentuan dilakukan,
subjek
dengan
menggunakan
produksi, aset, hasil produksi maupun
teknik
jaminan sosial. Disfungsinya sistem
pengambilan
data
dengan
pemerintah
pertimbangan
tertentu.
Dalam
ditandai
optimalnya
dengan
pemerintah
menjalankan
program
tidak
Purposive,
penelitian
yaitu
teknik
dalam
penelitian ini informan di bagi dua,
pengentasan
yaitu informan pangkal dan informan
kemiskinan.
kunci. informan pangkal dan informan
METODE PENELITIAN
kunci yang di maksud adalah: Dinas
1.Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di pakai dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan metode
Sosial,
Bappeda
Kota
Pontianak, Kelurahan, Kecamatan. Masyarakat miskin di kelurahan Tanjung Hilir.
kualitatif, dengan tujuan mendapatkan
Adapun yang objek dalam penelitian
gambaran umum tentang kemiskinan
ini adalah Kemiskinan Masyarakat Di
yang terjadi di Kelurahan Tanjung
Kawasan Kelurahan Tanjung Hilir.
Hilir.
4. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data
2. Lokasi Penelitian
dalam penelitian ini sebagai berikut :
Lokasi yang di pilih dalam penelitian
ini
adalah
Kelurahan
Observasi observasi
:
Peneliti
secara
melakukan
langsung
untuk
Tanjung Hilir, yang memang memiliki
mengamati
bagaimana
kehidupan
angka kemiskinan yang cukup tinggi,
masyarakat
miskin
kelurahan
dengan tingkat kepadatan penduduk
Tanjung Hilir.
yang
Wawancara
tinggi.
Minimnya
sarana
:
di
Objek
wawancara
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
dalam penelitian ini adalah masyarakat
Serta rendahnya tingkat pendidikan
miskin, Dinas Sosial, Bappeda Kota
masyarakat. 3. Subjek dan Objek Penelitian 8 FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Pontianak,
pejabat
Kelurahan,
Kecamatan.
yang
telah
menjadi
Dokumentasi
:
Dokumentasi
landasan
menentukan
merupakan catatan peristiwa yang
Kota
sudah berlalu.
kebijakan
disusun
dasar
langkah
Pontianak.
dalam
pembangunan Adapun
arah
pembangunan
ditempuh
5. Teknik Analisis Data
dirumuskan
dalam
yang
Meningkatkan
Adapun teknik analisis data dilapangan
kualitas sumber daya manusia yang
yang digunakan oleh peneliti sebagai
cerdas,
berikut:
harmonis yaitu:
sehat,
berbudaya
dan
Reduksi data : yaitu menyaring data
Upaya pemberian pembiayaan
yang diperoleh dilapangan kemudian
kesehatan pada masyarakat miskin
dituliskan kedalam bentuk laporan
dalam
terperinci, laporan tersebut di reduksi,
Penyediaan 6 Puskesmas rawat inap
di rangkum, di pilih, difokuskan, di
dan
susun lebih sistematis.
Peningkatan
Penyajian Data : yaitu usaha untuk
kesehatan
menunjukkan sekumpulan informasi,
Mengoptimalkan
untuk melihat gambaran keseluruhan
menekan angka kematian ibu dan
atau bagian tertentu dari penelitian.
anak. Penyediaan rumah sakit tipe C di
Verifikasi
Kota
:
yaitu
proses
untuk
bentuk
asuransi
pelayanan
dokter
kualitas dasar
Pontianak.
di
spesialis. pelayanan Puskesmas.
posyandu
untuk
Memperbanyak
menjawab permasalahan dan tujuan
dokter
sehingga
dan
Meningkatkan penyuluhan kesehatan
masukan untuk pemecahan masalah
lingkungan dan reproduksi remaja.
(Sugiyono, 2009).
Peningkatan
ditentukan
saran
PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Gambaran Program Pemerintah
spesialis
kesehatan.
berencana.
di
puskesmas.
pelayanan
keluarga
Peningkatan
layanan
kesehatan terkait Narkoba, HIV dan AIDS. Memberikan pendidikan gratis
Arah kebijakan pembangunan
bagi keluarga miskin. Mendorong
Kota Pontianak tahun 2010 – 2014
pengembangan kualitas anak didik 9
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
dalam pembinaan iman dan taqwa,
organisasi
yang
mental dan spiritual. Memberikan
permasalahan
kaum
kesempatan pada anak terlantar dan
Menekan
jalanan
menyediakan
untuk
pengetahuan
mengembangkan
dan
keterampilan.
angka
membela perempuan. KDRT
pusat
Meningkatkan
dan
konsultasi.
persentase
pegawai
Mengoptimalkan dan membentuk balai
perempuan dalam jabatan struktural.
pelatihan teknologi padat karya di
Memberikan pelatihan dan kemudahan
setiap kelurahan bekerjasama dengan
akses permodalan kepada organisasi
LPM. Mendorong peningkatan sarana
kepemudaan.
dan
penghargaan
prasarana
perpustakaan.
Memberikan kepada
pemuda
Menjadikan
kelompok
Membangun sarana dan prasarana
berprestasi.
untuk SD, SMP, SMA dan SMK.
pemuda sebagai mitra pemerintah
Mewujudkan
berstandar
dalam menangani masalah di Kota
nasional dan internasional untuk SMP,
Pontianak. Sedangkan arah kebijakan
SMA dan SMK. Mengembangkan
yang ditempuh dalam Meningkatkan
pendidikan berbasis lapangan kerja.
pertumbuhan ekonomi yang lebih
Meningkatkan budaya toleransi di
merata
masyarakat
pengangguran yaitu:
sekolah
untuk
menciptakan
keharmonisan dan kerukunan.
juga
dilaksanakan
Meningkatkan perempuan Pemberian
untuk
pemberdayaan
dan
pemuda
pelatihan
dan
yaitu: modal
bergulir untuk industri rumah tangga. Memberikan
kesempatan
mengurangi
Percepatan pemerataan pertumbuhan
Arah kebijakan pembangunan yang
dan
kaum
perempuan untuk ikut dalam kancah politik. Memberikan perhatian kepada
ekonomi antar kawasan/kecamatan. Meningkatkan
kerjasama
tingkat
sektoral, destinasi, SDM pariwisata, kualitas
produk
dan
pelayanan
pariwisata. Penataan ODTW yang berbasis tepian sungai. Meningkatkan promosi pariwisata melalui media cetak dan elektronik. Meningkatkan iklim investasi agar lebih kondusif yang bersifat padat karya di sektor 10
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
sekunder dan tersier. Menyediakan
diwajibkan melaksanakan persyaratan
tempat
pedagang
yang telah ditetapkan. Program ini,
informal. Memberikan pendampingan
bertujuan mengurangi beban warga
guna
dan
miskin dan diharapkan dapat memutus
industri.
mata rantai kemiskinan antar generasi,
Mengoptimalkan sarana dan prasarana
sehingga generasi berikutnya dapat
pertanian, perikanan serta peternakan.
keluar dari perangkap kemiskinan.
berusaha
bagi
meningkatkan
kuantitas
produk
Meningkatkan
kualitas home
pengawasan
dan
Secara khusus, tujuan PKH
pengendalian pangan yang dilakukan
adalah:
melalui
kualitas pelayanan pendidikan dan
pengembangan
pangan
daerah.
pengelolaan
cadangan
Meningkatkan
kesehatan
pemanfaatan
Meningkatkan taraf pendidikan peserta
PKH,
sumberdaya perikanan. Merevitalisasi
PKH,
koperasi
guru
kesehatan dan gizi ibu hamil, balita
masyarakat.
dan anak prasekolah anggota rumah
sebagai
soko
perekonomian Memberikan pada
kemudahan
semua
pelaku
serta
Peserta
dan
Meningkatan
dan
bagi
akses
meningkatkan
miskin.
Adapun
status
perizinan
tangga
besaran
ekonomi.
bantuan PKH yaitu Rp 1.287.000 /
Membentuk kelompok usaha bagi
tahun.
siswa SMK. Memberikan insentif
Bentuk Kemiskinan Masyarakat Kelurahan Tanjung Hilir
untuk investasi yang menyerap tenaga
Dengan melihat paparan yang
kerja. Adapun penanggulangan
program kemiskinan
yang
menjadi andalan pemerintah adalah Program Keluarga Harapan.
PKH
adalah program perlindungan sosial yang
memberikan
bantuan
tunai
kepada rumah tangga miskin dan
berkaitan dengan faktor penyebab kemiskinan,
maka
penulis
mengindikasikan bahwa kemiskinan yang terjadi di kelurahan Tanjung Hilir mengarah kepada bentuk kemiskinan struktural. Menurut (Nugroho, 2001) Kemiskinan
struktural
diartikan
sebagai akibat dari super-struktur yang 11 FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
menyebabkan
tidak
pemerataan
adanya
pembangunan
tidak
struktural
dengan
menganalisis
masalah tersebut dengan pendekatan
berkembangnya kualitas sumber daya
Struktural
manusia. Pernyataan ini menguatkan
kemiskinan di kelurahan Tanjung Hilir
bahwa
berkaitan
tidak
adanya
pemerataan
Fungsional.
antara
Masalah
fungsi
yang
di
pembangunan di kelurahan Tanjung
kemukakan Parsons dengan sistem
Hilir terlihat dari kurangnya sarana
kebijakan
dan prasarana pendidikan, kesehatan
penanggulangan kemiskinan seperti
dan
Program Keluarga Harapan (PKH),
ekonomi.
merupakan
Faktor
penyebab
struktural masyarakat
telah
pemerintah.
diterapkan
Program
pemerintah
yang
Tanjung Hilir tetap miskin dan sulit
tujuannya untuk meningkatkan akses
lepas
Faktor
masyarakat
struktural tersebut antara lain: Program
pendidikan
pemerintah
pendidikan
dalam
dari
kemiskinan.
yang
tidak
mewujudkan
pembangunan
dalam
maksimal pemerataan
temuan
pendidikan,
rendahnya
miskin dengan gratis.
terhadap memberikan
Tetapi
yang
adanya
memperlihatkan
tingkat
pendidikan
kesehatan, penciptaan peluang kerja
masyarakat di kelurahan Tanjung Hilir
baru,
tidak terlepas dari tidak maksimalnya
sulitnya
akses
permodalan,
sarana ekonomi yang kurang dan lain-
fungsi
lain.
sosial. Hal tersebut diperkuat dari Pernyataan bahwa kemiskinan
di kelurahan Tanjung Hilir merupakan bentuk kemiskinan struktural diperkuat dengan melihat penyebab kemiskinan itu sendiri. Dalam kaitannya dengan kemiskinan, penulis melihat bahwa permasalahan merupakan
kemiskinan bentuk
ini
kemiskinan
pemerintah
dalam
struktur
tinjauan Struktural Fungsional yang dikemukakan oleh Parsons (dalam Ritzer, 2004) berkaitan dengan fungsi adaptasi
yang
gagalnya
menguatkan bahwa
sistem
kebijakan
yang
tertuang dalam program pemerintah belum kesempatan
mampu
menyediakan
pendidikan
bagi
12 FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
masyarakat yang membutuhkan akses
pembangunan terkait dengan sarana
pendidikan.
dan
Masih banyaknya penduduk yang hanya menamatkan pendidikan sekolah dasar, tidak tamat sekolah dasar dan bahkan tidak mengenyam bangku sekolah yaitu sebanyak 3575 orang
ataupun
masyarakat
yang
menamatkan
SD
masih
adanya
tidak
mampu
yaitu
863
dan
prasarana
pendidikan
untuk
kawasan kelurahan Tanjung Hilir. Masih minimnya sarana dan prasarana pendidikan di kelurahan Tanjung Hilir terlihat dari tidak adanya prasarana pendidikan seperti SMP maupun SMA dan SMK di kelurahan ini. Adapun prasarana pendidikan di kawasan ini adalah SD sebanyak 5 unit.
pendidikan SLTP dan SLTA yaitu
Pernyataan
tersebut
seperti
sebanyak 1142 orang dan 1621 orang.
yang diungkapkan oleh Lipton (1977
Rendahnya
pendidikan
dalam Bahrum, 2011) dengan istilah
menunjukkan bahwa sistem kebijakan
"mal-distribution with growth" yakni
pemerintah dengan program keluarga
gagalnya upaya pemerintah dalam
harapan
mampu
melakukan pemerataan pembangunan
masyarakat
akan menimbulkan kondisi dimana
akses
masih
meningkatkan
belum akses
terhadap pendidikan, kecilnya nilai
orang
bantuan
kemiskinan.
juga
memaksimalkan pada
pelayanan
Parsons tujuannya penulis
terkait
tidak akses
mampu masyarakat
sosial.
Pendapat
fungsi
pencapaian
menguatkan
pandangan
bahwa
gagalnya
sistem
kebijakan dalam menjalankan fungsi pencapaian tujuan terlihat dari tidak seriusnya sistem kebijakan pemerintah dalam
melakukan
pemerataan
miskin
akan
terbelenggu
Adanya indikasi kemiskinan juga terlihat dari tidak meratanya kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan. Terlihat dari kurangnya sarana dan prasarana kesehatan di kelurahan Tanjung Hilir, yang di dasarkan dari data dilapangan bahwa kelurahan
Tanjung
Hilir
tidak
memiliki fasilitas kesehatan seperti 13
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Puskesmas
ataupun
rumah
sakit
harapan (PKH) menjadi tidak jelas.
adapun fasilitas kesehatan yang ada di
Kurangnya
kawasan ini hanya Posyandu sebanyak
integrasi
antara
4 unit dan Puskesmas pembantu 1 unit.
sebagai
pembuat
Sedangkan tenaga medis juga masih
pemerintah daerah sebagai pelaksana
sangat kurang dengan hanya 1 bidan 2
kebijakan serta masyarakat sebagai
perawat dan 6 dukun bersalin.
sasaran
Meskipun program keluarga harapan memberikan bantuan bagi
terhadap
menjadi
disebabkan sarana
tidak
kurangnya
dan
maksimal penyediaan
prasarana
kesehatan.
Seperti yang dikemukakan Suryawati (2005)
bahwa
kemiskinan
tidak
terlepas dari kebijakan politik yang kurang serius dan tidak tepat sasaran sehingga ikut berperan terhadap masih
fungsi
pemerintah
pusat
kebijakan
kebijakan
kurangnya
dan
memperlihatkan
kontrol
pemerintah
pelaksanaan
program.
Selain itu, lemahnya sistem
peningkatan akses layanan kesehatan tetapi
berjalannya
kebijakan
pemerintah
dalam
menjalankan rencana penurunan angka pengangguran merupakan gambaran tidak maksimalnya pemerintah dalam menjalankan fungsi adaptasi seperti menyediakan
peluang
kerja
bagi
masyarakat yang terlihat dari tingginya pengangguran di kelurahan Tanjung Hilir yang tercatat sebanyak 3022
berlangsungnya kemiskinan.
orang. Kemudian tidak berjalannya fungsi integrasi juga tampak dari tidak tersedianya data penerima jaminan kesehatan di institusi kelurahan. ini memberikan kurangnya
gambaran sinergi
antara
bahwa institusi
kelurahan dengan institusi kesehatan sehingga data warga penerima jaminan kesehatan
dari
program
keluarga
Keberadaan bantuan
tunai,
PKH tidak
berupa mampu
menyediakan peluang kerja. Hal ini memperlihatkan struktural
yang
bahwa
faktor
berkaitan
dengan
kebijakan dalam menjalankan fungsi adaptasi yang dibutuhkan masyarakat telah mengakibatkan rendahnya akses pekerjaan. Pernyataan ini di perkuat 14
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
dengan pendapat Jamasy (2004) bahwa
seperti ungkapan Lipton (1977 dalam
ketidakmampuan sistem dan struktur
Bahrum, 2011) dengan istilah "mal-
sosial dalam menyediakan kesempatan
distribution
yang memungkinkan warga miskin
gagalnya upaya pemerintah dalam
dapat bekerja telah berdampak pada
melakukan pemerataan pembangunan.
tetap
Faktor Penyebab Kemiskinan Masyarakat di Kelurahan Tanjung Hilir
terbelenggunya
masyarakat
dalam kemiskinan. Penyebab struktural lain adalah
with
growth"
yakni
1.Kebijakan Pemerintah
tidak adanya modal bagi warga miskin.
Meskipun
Program keluarga harapan yang tidak
diterapkan namun apa yang penulis
fokus dalam memberikan modal juga
temukan selama penelitan menunjukan
tidak
bahwa
mampu
meningkatkan
kebijakan
program
PKH
tersebut
telah
belum
kesejahteraan. Kebijakan pemerintah
sepenuhnya optimal. Pernyataan ini
kurang
berdasarkan atas masih rendahnya
serius
menjalankan fungsi
pemeliharaan pola, dimana PKH yang
tingkat
tidak fokus pada pemberian modal
Terlihat dari banyaknya penduduk
tidak
dalam
yang hanya menamatkan pendidikan
menopang motivasi masyarakat dalam
sekolah dasar, tidak tamat sekolah
meningkatkan
dasar dan bahkan tidak mengenyam
melalui
banyak
membantu
kesejahteraannya
kegiatan
masyarakat.
Masih
bangku sekolah yaitu sebanyak 3575
di
orang. Sedangkan masyarakat yang
Tanjung Hilir juga berkaitan dengan
tidak menamatkan pendidikan SLTP
tidak adanya fasilitas ekonomi seperti
dan SLTA masing-masing sebesar
pasar tradisional, koperasi atau pun
1142 dan 1621.
berlangsungnya
usaha.
pendidikan
kemiskinan
perbankan di kawasan tersebut. Hal ini menggambarkan pemerintah melaksanakan
bahwa
tidak
kebijakan
optimal
fungsi
Masih masyarakat
rendahnya pada
pelayanan
akses dasar
dalam
seperti pendidikan dan tingginya buta
pencapaian
aksara sepertinya tidak luput dari
tujuan yaitu pemerataan pembangunan. 15 FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
faktor
struktural
yaitu
dampak
kebijakan politik yang kurang serius dalam
pelaksanaan
PKH
sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan.
maupun
Dengan
meninjau
masalah
dalam mengupayakan RPJM terkait
diatas melalui pendekatan Struktural
dengan
Fungsional Parsons (dalam Ritzer,
Program
Wajib
Belajar
Pendidikan Dasar 12 tahun maupun
2004)
Program
menguatkan
Pendidikan
Non
Formal
dengan
skema
AGIL,
pandangan
bahwa
untuk buta aksara. Setidaknya ada
kemiskinan di Tanjung hilir berkaitan
sekitar 508 orang warga kelurahan
dengan
Tanjung Hilir yang masih tergolong
maksimalnya
buta aksara dan 863 orang tidak
masyarakat tergambar dari rendahnya
mampu
SD.
akses masyarakat pada pendidikan.
(2005)
Serta tidak terlepas dari kebijakan
menamatkan Suryawati
fungsi
adaptasi. fungsi
adaptasi
mengungkapkan bahwa kemiskinan
pemerintah
struktural disebabkan oleh rendahnya
menyediakan sumber bagi peningkatan
akses terhadap sumber daya dalam
akses pendidikan. Pemerintah tidak
sistem sosial, kebijakan politik kurang
maksimal dalam melaksanakan PKH
serius dalam pengentasan kemiskinan
maupun mengupayakan program wajib
dan kurang tepat sasaran.
belajar dan pendidikan non formal
Tidak pemerintah
optimalnya dalam
yang
Tidak
program
untuk buta aksara.
menyediakan
Sementara
tidak
itu
mampu
kurangnya
kesempatan akses pendidikan secara
pemerataan
tidak langsung berpengaruh terhadap
pendidikan di kelurahan Tanjung Hilir
rendahnya
Seperti
juga mempengaruhi rendahnya akses
bahwa
masyarakat terhadap pendidikan dan
kemiskinan struktural tidak terlepas
PKH menjadi tidak maksimal. Seperti
dari
ungkapan
ungkapan
pendapatan. Jamasy
kebijakan
menjangkau
(2004)
yang
seluruh
belum
masyarakat
pembangunan
Lipton
(1977
fasilitas
dalam
Bahrum, 2011) dengan istilah "maldistribution
with
growth"
yakni 16
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
gagalnya upaya pemerintah dalam
Puskesmas
melakukan pemerataan pembangunan
sedangkan tenaga kesehatan yaitu 6
akan menimbulkan kondisi dimana
dukun bersalin 1 bidan dan 2 perawat.
orang
Kondisi ini menunjukkan bahwa PKH
miskin
akan
terbelenggu
unit,
yang
pembangunan sarana dan prasarana
bantuan tetapi pelaksanaannya tidak di
sekolah.
dukung dengan penyediaan fasilitas
fasilitas
yang
terdapat di kelurahan Tanjung Hilir hanya Sekolah Dasar berjumlah 5 unit
sebatas
1
kemiskinan. Terlihat dari kurangnya
Adapun
hanya
pembantu
memberikan
kesehatan yang memadai. 2. Struktur Sosial
dengan 55 tenaga pengajar. Dalam
Jamasy (2004) mengungkapkan
kaitannya fungsi pencapaian tujuan
bahwa kemiskinan struktural terjadi
menguatkan
bahwa
karena ketidakmampuan sistem dan
Hilir
struktur sosial dalam menyediakan
mempunyai kaitan dengan kebijakan
kesempatan bagi warga miskin untuk
pemerintah yang tidak optimal dalam
dapat
menjalankan fungsi pencapaian tujuan.
dilapangan
yang
pengangguran masih cukup tinggi. Ini
pandangan
kemiskinan
di
Tanjung
mengakibatkan
tujuan
bekerja..
pemerataan pembangunan pendidikan
menunjukkan
tidak tercapai.
masyarakat
Faktor struktural lain adalah kebijakan
pemerintah
berkaitan
dengan kesehatan yang terlihat dari
membuka
Tetapi
kondisi
memperlihatkan
bahwa
bahwa kota
struktur
masih
peluang
belum
kerja
bagi
masyarakat miskin di Tanjung Hilir. Berkaitan
dengan
pendapat
rendahnya ketersediaan sarana dan
Parsons (dalam Ritzer, 2004) tentang
prasarana
ketersediaan
fungsi adaptasi, maka permasalahan
tenaga medis dan paramedis. Data
pengangguran di kelurahan Tanjung
menunjukkan
Hilir merupakan pengaruh dari tidak
kesehatan,
bahwa
fasilitas
kesehatan di Tanjung Hilir masih
maksimalnya
kurang. Adapun fasilitas yang ada
pemerintah dalam menjalankan fungsi
yaitu Posyandu berjumlah 5 unit dan
adaptasi
dimana
sistem
kebijakan
pemerintah tidak 17
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
mampu
menyesuaikan
masyarakat lapangan
kebutuhan
terkait kerja
yang
Kebijakan PKH yang tidak membantu
penyediaan
kebutuhan
dibutuhkan
miskin menjadi tidak efektif sehingga
masyarakat.
kurang
Faktor
struktural
penyebab
permodalan
membantu
motivasi
masyarakat
dan
masyarakat
menopang
yang
ingin
kemiskinan adalah seperti ungkapan
membuka usaha.
Suryawati (2005) yaitu rendahnya
Minimnya sarana perekonomian di
akses masyarakat miskin terhadap
Tanjung Hilir menunjukkan bahwa
sumber daya dalam sistem sosial
pemerintah
dikarenakan
kurang
melakukan pemerataan pembangunan.
kebijakan
tidak
optimal
dalam
membantu
meningkatkan
akses
Pembangunan industri perekonomian
masyarakat.
PKH
hanya
yang tumbuh pesat di pusat kota tidak
memberikan bantuan tunai kurang
di iringi dengan pembangunan sarana
membantu masyarakat. Kecilnya nilai
perekonomian
bantuan, serta tidak adanya insentif
sehingga hanya bersifat "urban bias"
modal
yakni hanya terkonsentrasi di pusat
usaha
mengakibatkan sulit
yang
dan
pelatihan
masyarakat
meningkatkan
miskin
kesejahteraan.
di
Tanjung
Hilir
kota. 3. Konsistensi
Adapun RPJM yang berkaitan dengan
Menurut
Handoyo
pemberian pelatihan dan modal untuk
kemiskinan
industri
masalah yang bersifat majemuk dan
rumah
tangga
tidak
diupayakan secara optimal. Berkaitan pemeliharaan masyarakat
dengan
pola. miskin
Masih yang
struktural
(2012),
merupakan
disebabkan oleh multi faktor. Salah fungsi
satunya adalah masalah konsistensi.
adanya
Konsistensi yang dimaksud dalam hal
tidak
ini
adalah
kurangnya
konsistensi
mendapatkan bantuan dari pemerintah
pemerintah dalam penerapan nilai
akibat dari sistem kebijakan yang
moral
masih
menjalankan
mengajarkan praktek ekonomi yang
fungsinya dalam pemeliharaan pola.
demokratis, berkeadilan, efisien, dan
tidak
serius
Pancasila.
Pancasila
18 FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
berkelanjutan,
dan
menempatkan
persoalan. Berdasarkan temuan bahwa
posisi negara sebagai entitas penting
keberadaan fasilitas umum di Tanjung
sebagai
eksekutor.
Hilir seperti kesehatan, pendidikan
Penjabaran nilai luhur tersebut secara
ataupun ekonomi masih kurang. Ini
jelas tersurat dan tersirat dalam UUD
menunjukkan
1945.
pemerintah sangat diperlukan dalam
regulator
dan
Sebagaimana
yang
diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945
melaksanakan
bahwa
amanat
konsistensi
UUD 1945
terkait penyediaan fasilitas umum.
pasal 31 ayat 1 dan 2 yaitu setiap
Sementara itu Undang-Undang
warga negara berhak mendapatkan
Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 2 yang
pendidikan serta setiap warga negara
berbunyi: Setiap orang berhak atas
wajib mengikuti pendidikan dasar dan
jaminan sosial yang memungkinkan
pemerintah
pengembangan dirinya secara utuh
Tetapi
wajib
pada
membiayainya. masih
sebagai manusia yang bermartabat.
banyak anggota masyarakat khususnya
Amanat UUD tersebut jelas mengatur
di kelurahan Tanjung Hilir yang
bahwa pemberian jaminan sosial bagi
tingkat pendidikannya masih tergolong
masyarakat, merupakan tugas dan
rendah.
Ini
konsistensi
kenyataannya
menunjukkan
bahwa
tanggung jawab pemerintah. Tidak
pemerintah
dalam
konsistensinya
pelaksanaan
aturan
menjalankan aturan UUD 1945 terkait
tersebut terlihat dari masih adanya
dengan pelayanan pendidikan kurang
masyarakat
optiomal.
menerima jaminan sosial.
Sementara
itu
Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat 3
miskin
yang
tidak
Adapun pasal 33 ayat 2, dan 3
yang berbunyi: Negara bertanggung
yang
jawab
fasilitas
produksi yang penting bagi Negara
fasilitas
dan menguasai hajat hidup orang
atas
pelayanan
penyediaan
kesehatan
dan
pelayanan umum.
UUD
:
Cabang-cabang
banyak dikuasai oleh negara. Bumi
Konsistensi yang kurang dalam pelaksanaan
berbunyi
juga
menjadi
dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh 19
FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Negara
dan
dipergunakan
untuk
serta
distribusi
kekayaan
alam.
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sebagai contoh bahwa pengelolaan
Meskipun kekayaan alam Indonesia
sumber daya air yang kurang baik bisa
melimpah tetapi dalam pengelolaannya
meningkatkan
tidak sepenuhnya berjalan dengan baik
miskin.
dan konsisten.
jumlah
penduduk
Sebagai contoh bahwa sumber
Seperti yang di kemukakan
daya alam seperti tambang, jika tidak
oleh Handoyo (2012) bahwa Pasal 33
dikelola
UUD 1945 terkait dengan peran
mengakibatkan air sungai tercemar.
pemerintah
Tidak berfungsinya air sungai sebagai
nasional dalam
dalam
dan
kesejahteraan
baik
bisa
sosial
sumber air bersih menyebabkan rumah
belum
tangga miskin harus membeli air
dilaksanakan. Sejumlah
bersih, setidaknya untuk minum, atau
prakteknya
konsistensi
perekonomian
dengan
Undang-Undang
masih
Organik
dan
terpaksa
mengkonsumsi
air
yang
peraturan yang telah dibuat oleh
tercemar tersebut. Akibatnya mereka
lembaga tinggi Negara tidak serta
terpaksa mengeluarkan biaya lebih
merta
masalah
untuk membeli air tersebut. Hal itu
kesejahteraan. Kenyataannya masih
tentu akan menambah pengeluaran
tingginya penduduk miskin di Tanjung
masyarakat miskin.
menyelesaikan
Hilir mengindikasikan bahwa aturan yang telah dibuat belum dijalankan
PENUTUP 1. Kesimpulan
secara optimal.
Adapun penyebab kemiskinan
Indonesia memang memiliki
di kelurahan Tanjung Hilir berkaitan
kekayaan alam melimpah dan mampu
dengan sistem kebijakan yang tidak
menyediakan
bagi
optimal dalam melaksanakan program
Tetapi
PKH serta kurangnya upaya dalam
kenyataannya angka kemiskinan masih
mewujudkan rencana pembangunan
cukup tinggi. Ini tentu tidak terlepas
dalam
dari tidak optimalnya pengelolaan
rendahnya akses masyarakat terhadap
kemakmuran
sumber rakyat.
RPJM
sehingga
masih
20 FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pendidikan,
kurangnya
penyediaan
Penulis
menyarankan
fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan
pemerintah
dan sarana dan prasarana ekonomi,
peningkatan keterampilan usaha dan
masih tingginya pengangguran akibat
memberikan bantuan modal usaha bagi
kurangnya penyediaan peluang kerja,
masyarakat
tidak adanya bantuan modal dan serta
usaha, memberikan jaminan sosial
pelatihan
Dengan
kesehatan, peningkatan akses sanitasi
melihat berbagai penyebab kemiskinan
dan air bersih bagi masyarakat miskin
yang telah dipaparkan maka bentuk
di Tanjung Hilir serta membangun
kemiskinan masyarakat di Tanjung
sarana
Hilir merupakan bentuk kemiskinan
kesehatan, dan pendidikan yang layak
struktural sebagai akibat dari struktur
agar
yang
tercapai.
keterampilan.
menyebabkan
kurangnya
pemerataan pembangunan.
upaya
kesejahteraan
meningkatkan
masyarakat
yang serius dan kerja sama berbagai Peran
diperlukan
pemerintah
dalam
sangat
mensukseskan
program pengentasan kemiskinan, baik program berskala nasional maupun daerah.
Penyediaan
jaminan
pendidikan bagi masyarakat miskin yang masuk dalam kategori usia sekolah tampaknya merupakan upaya strategis
yang
perlu
ingin
prasarana
membuka
ekonomi,
pembangunan
dapat
di
Handoyo, B. (2012). Kemiskinan: Agenda Menunggu Pemecahan. Bahan Kuliah Geografi Sosial.
penulis
menyarankan bahwa diperlukan upaya
pihak.
tujuan
yang
melakukan
DAFTAR PUSTAKA
2. Saran Dalam
dan
perlu
agar
dorong
Jamasy, O. (2004). Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta: Belantika. Nawawi, I. (2009). Pembangunan dan Problem Masyarakat. Surabaya: Putra Media Nusantara. Nugroho, H. (2001). Negara, Pasar, dan Keadilan Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ritzer, G., & Goodman, D.J. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media.
pemerintah. 21 FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN
Sociologique, Jurnal S-1 Sosiologi, Volume 3 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang Dasar Indonesia 1945. Sandro Jaya
Republik Jakarta:
Rujukan Elektronik Bahrum, S. (2011). Kemiskinan Struktural dari Perspektif Teoritis. di akses pada tanggal 16.01.2015 dari http://www.haluankepri.com/o pini-kemiskinan-strukturaldariperspektif-teoritis.html BPS. (2013). Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin: di akses pada tanggal 27.03.2014 dari http://bps.go.id/tab_sub/view.p hp?kat=1&tabel=1&daftar=1&i d_subyek Kamaluddin, R. (2004). Kemiskinan Perkotaan di Indonesia. Di unduh pada tanggal 25.06.2014 dari http://www.bappenas.go.id/file s/3513/5022/6052/rustian.pdf
eam/123456789/3502/4/Chapte r%20II.pdf Suparyanto. (2011). Masyarakat Miskin. Diakses pada tanggal 25.06.2014 dari http://drsuparyanto.blogspot.com/2011/ 04/masyarakat-miskinmaskin.html Suryawati, C. (2005). Memahami Kemiskinan Secara Mulidiminsional. Jurnal Penelitian. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang. di unduh pada tanggal 19.08. 2014 dari http://jurnal.ugm.ac.id/jmpk/art icle/download/2927/2646 Waskitho. (2010). Kemiskinan Versi Pemerintah. di akses pada tanggal 17.12.2014 dari https://crackbone.wordpress.co m/kemiskinan-versipemerintah-indonesia
Samosir, A.S. (2012). Dampak Program Dana Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat. Tesis Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara di unduh pada tanggal 27.04. 2014 dari http://repository.usu.ac.id/bitstr 22 FIRDIS, NIM. E51110039 Program Studi Sosiologi Fisip UNTAN