Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
FUNGSI PENGAWASAN DPRD KABUPATEN KETAPANG TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NO 19 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN DAN PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN POLA KEMITRAAN Oleh: DENNY RACHMAT NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak. Tahun 2016 Email:
[email protected]
Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah kecenderungan pola kemitraan yang diterapkan Peraturan daerah No 19 tahun 2009 tersebut kepada masyarakat dengan pola pembangunan 80% dimiliki oleh perusahaan inti/investor, 20% dimiliki koperasi/masyarakat tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hidup masyarakat sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengawasan yang dilakukan DPRD ketapang terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah No 19 tahun 2009 tentang perizinan dan pembinaan usaha perkebunan dengan pola kemitraan dan menganalisis faktorfaktor yang menjadi penghambat Pengawasan DPRD Kabupaten Ketapang terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut Sadu wasistiono dan Yonatan wiyoso tentang faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam menjalankan fungsi pengawasan DPRD. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pengawasan DPRD kabupaten Ketapang terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah No 19 tahun 2009 tentang pembinaan usaha perkebunan dengan pola kemitraan ini sudah terlaksana sesuai dengan prosedur pengawasan legislatif sebagai lembaga politik, akan tetapi pengawasan tersebut masih kurang maksimal dalam rangka meningkatkan efektifitas fungsi pengawasan sebagai lembaga representasi masyarakat. Belum maksimalnya fungsi pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah No 19 tahun 2009 tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi penghambat DPRD dalam menjalankan fungsi pengawasan, yaitu belum tersusunnya agenda pengawasan DPRD, belum adanya standar pengawasan, sistem dan prosedur baku pengawasan DPRD, dan partisipasi masyarakat yang belum optimal Saran peneliti dari hasil penelitian ini adalah dalam rangka optimalisasi peran DPRD dalam menjalankan fungsi di bidang pengawasan, Sebaiknya DPRD kabupaten Ketapang segera membuat semacam agenda pengawasan yang baik, yang memuat tentang cara pengawasan DPRD terhadap setiap pelaksanaan Peraturan Daerah setiap satu tahun kerja. Selain itu, sebaiknya secara institusional melakukan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, konseptual dan operasional tentang pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah. Kata-kata Kunci: Pengawasan, DPRD, Faktor Penghambat, Peraturan Daerah
Abstract The problem in this research is the tendency of a partnership that were applied to the area Regulation No 19 of 2009 to the public with the development pattern of 80% were owned by the core company / investor, 20% owned by the cooperative / community no longer appropriate to the needs of people living today. This study aims to determine the regulatory process conducted ketapang Parliament on the implementation of the Regional Regulation No. 19 of 2009 on licensing and development of plantation business with the partnership and analyze the factors inhibiting Ketapang Regency Monitoring of the implementation of the regional regulation. The theory used in this research is the theory according to Sadu wasistiono and Jonathan Wiyoso about the factors that become an obstacle in performing the oversight function of Parliament. The method used is descriptive research with a qualitative approach. The results of
1 DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id this study found that the supervision of Parliament Ketapang district of the implementation of Regional Regulation No. 19 of 2009 on fostering the plantation business with this partnership has been implemented in accordance with the procedures of legislative oversight as a political institution, but supervision is still less than the maximum in order to improve the effectiveness of the oversight function as representatives of the public institutions. Not maximal oversight function of Parliament on the implementation of Regional Regulation No. 19 of 2009 was influenced by a number of factors that DPRD in performing supervisory functions, ie not yet agendas supervision of Parliament, there is no supervisory standards, systems and procedures of raw supervision of Parliament and public participation Suggestions not optimal researchers of this study is that in order to optimize the role of parliament to exercise their functions in the field of supervision, better Ketapang regency soon make some kind of good supervision agenda, which includes about how to control parliament against any implementation of the Regional Regulation of work every year. In addition, should institutionally did increase the ability and knowledge, conceptual and operational supervision of the implementation of local regulations. Keywords: Monitoring, Parliament, Obstacles, Regional Regulation
perkebunan,
A. PENDAHULUAN
kabupaten Sesuai
dengan
Undang-Undang
kemudian Ketapang
pemerintah
menindak
Undang-Undang
tersebut
lanjuti dengan
Nomor 18 tahun 2004 tentang perkebunan
mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten
yang merupakan landasan hukum untuk
Ketapang Nomor 19 tahun 2009 tentang
mengembangkan perkebunan dengan tujuan
Perizinan dan Pembinaan Usaha Perkebunan
mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan
dengan
rakyat. Sehubungan dengan prinsip-prinsip
prasurvei
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2004
sebelumnya
tentang perkebunan itu pula mengharapkan
kecamatan
saling bekerja sama, saling bertanggung
menjelaskan
jawab dan saling ketergantungan. Namun
Peraturan Daerah No 19 tahun 2009 tentang
permasalahannya
perkebunan kelapa sawit dalam pelaksanaan
substansial
adalah
bahwa
undang-undang
secara
perkebunan
pola
pola
kemitraan.
yang
telah
dengan Matan bahwa
kemitraan
Berdasarkkan
peneliti
lakukan
masyarakat
Hilir dalam
yang
Utara,
di yaitu
pelaksanaan
dilaksanakan
di
tersebut membuka ruang yang luas kepada
Kabupaten Ketapang, belum sesuai dengan
pemilik
lahan
harapan masyarakat. Fenoma yang terjadi
perkebunan sehingga menciptakan adanya
antara lain Kecenderungan pola kemitraan
ketergantungan rakyat terhadap pengusaha
yang diterapkan Peraturan daerah No 19
perkebunan. Bertitik tolak dari Undang-
tahun 2009 tersebut kepada masyarakat
Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang
dengan pola pembangunan 80% dimiliki
modal
untuk
membuka
2 DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
oleh perusahaan inti/investor, 20% dimiliki
lain yang akan melakukan penelitian lebih
koperasi/masyarakat
dengan
lanjut. Manfaat praktis dari penelitian ini
pembebanan kredit/potongan kebun kepada
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masyarakat yang tidak lain adalah petani itu
kajian bagi
sendiri. Potongan-potongan yang dimaksud
Ketapang untuk meningkatkan efektifitas
yaitu (1) potongan kredit sebesar 30%, (2)
kerja khusus nya dalam bidang pengawasan
potongan untuk manajemen vee sebesar 5%
berdasarkan fungsi dan perannya masing-
(3) potongan untuk biaya perawatan 35% (4)
masing
potongan jasa pelayanan untuk KUD 3% (5)
masyarakat
Potongan untuk biaya pengangkutan sebesar
berdasarkan nilai-nilai budaya masyarakat
10 % (6) potongan untuk biaya permanen
setempat.
disertai
anggota DPRD kabupaten
dalam
mewujudkan
kehidupan
sejahtera,
demokratis
yang
5% (7) potongan lansir atau pekerja sebesar 2%. Berdasarkan uraian latar belakang masalah
diatas,
peneliti
memfokuskan
penelitian ini pada fungsi pengawasan DPRD
Kabupaten
B. TINJAUAN PUSTAKA
Ketapang
1.
terhadap
Pengawasan
DPRD
terhadap
Peraturan Daerah
pelaksanaan Peraturan Daerah No 19 tahun
Menurut
Sujamto
(1987:120)
2009 tentang pembinaan usaha perkebunan
pengawasan merupakan bagian dari seluruh
dengan
kegiatan
pola
kemitraan
yang
telah
pemerintahan,
justru
untuk
dilaksanakan di Kecamatan Matan Hilir
menjamin tercapainya tujuan kebijaksanaan
Utara, Kabupaten Ketapang .
yang telah digariskan dan sasaran yang telah
Manfaat teoritis dari penelitian ini
ditetapkan. Oleh Karena itu pengawasan
diharapkan dapat memberikan kontribusi
bukan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan
kesalahan atau mencari siapa yang salah.
dibidang ilmu, khususnya dalam kajian ilmu
tujuan
pemerintahan. Dari sisi teoritis, penelitian ini
memahami apa yang salah, demi perbaikan
bermanfaat sebagai media aplikasi teori yang
di
dapat
mengembangkan
organisasi
pemerintah
pengetahuan dan pengalaman penulis, serta
organisasi
pemerintahan
sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti
secara
berguna
dalam
ditujukan
utama
masa
mencari-cari
pengawasan
datang.
efisien,
untuk
ialah
untuk
Pengawasan
efektif
dalam
diperlukan dapat dan
agar
bekerja
ekonomis. 3
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Pengawasan disini merupakan unsur penting
penampilan pekerja sering diukur antara
untuk
mutu dan jumlah terhadap hasil.
meningkatkan
pendayagunaan
aparatur negara dalam melaksanakan tugastugas
umum
pemerintahan
pembangunan
menuju
dan
membandingkan kembali kinerja dengan
terwujudnya
standar, mungkin kinerja lebih tinggi,
pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Menurut Stoner dan Freeman (dalam Wasistiono
dan
3. Compare performance again standards,
standar.
2009:143)
4. Consider corrective action, keputusan
controlling is the process of asssuring that
untuk mengambil tindakan yang berat
actual activities conform to planed activities.
manajer
memerlukan
Secara
keahlian
diagnostik,
umum
pengawasan
Wiyoso
atau lebih rendah atau sama dengan
dapat
dikatakan
merupakan
proses
bahwa untuk
menjamin suatu kegiatan sesuai dengan
analisis meneliti
dan tingkat
penyimpangan atau merubah standar atau ukuran atau norma.
rencana kegiatan. Menurut Griffin (dalam
Menurut Wasistiono dan Wiyoso
Wasistiono dan Wiyoso 2009:144) bahwa
(2009:
proses pengawasan memiliki empat dasar
penghambat yang mempengaruhi Kinerja
tahapan yaitu:
DPRD
1. Estabilished
standards,
dengan
157)
setidaknya
dalam
ada
3
melaksanakan
faktor
fungsi
pengawasan. yakni adalah sebagai berikut:
menetapkan kembali target atau program yang berikut untuk perbandingan yang membawa
kinerja
terukur,
1. Belum tersusunnya Agenda Pengawasan
standar
DPRD
pengawasan selalu konsisten terhadap
2. Belum
tujuan organisasi. 2. Measurement
adanya
Standar,
sistem
dan
prosedur Baku Pengawasan DPRD performance,
ukuran
3. Partisipasi Masyarakat belum optimal
kinerja yang tetap, kegiatan yang terus menerus pada sebagian besar organisasi untuk suatu pengawasan yang efektif ukuran kinerja harus benar atau sah, harian,
minggunan,
atau
bulanan.
penampilan ukuran pelayanan dari unit cost, kualitas produk dan jumlahnya, 4 DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten Ketapang Terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah No 19 Tahun 2009 Tentang Perizinan dan Pembinaan Usaha Perkebunan dengan Pola Kemitraan
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah kantor
Dasar Hukum Pengawasan DPRD: - Undang-Undang No 32 Tahun 2004 pasal 42 huruf c - Keputusan DPRD Kabupaten Ketapang Pasal 4 ayat 1 huruf c
DPRD Kabupaten Ketapang.Waktu yang digunakan untuk menyusun skripsi ini dari pengajuan judul, konsultasi, hingga sidang skripsi dimulai pada Mei 2015 hingga
Identifikasi Masalah: Peraturan Daerah tersebut merugikan masyarakat, sehingga banyak aduan/keluhan dari masyarakat. Rumusan Masalah: Faktor-faktor apa saja yang menghambat Pengawasan DPRD dalam pelaksanaan Peraturan Daerah No 19 tahun 2009 tentang pembinaan usaha Perkebunan dengan pola kemitraan?
Februari 2016. Subjek dari penelitian ini adalah ketua komisi I DPRD (bidang Pemerintahan),ketua komisi II, dan anggota komisi II bidang perekonomian, kasubbag peraturan dan perundang-undangan,tokoh masyarakat setempat/petani mitra. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan alat
Wasistiono dan Wiyoso (2009: 157) 3 faktor penghambat yang mempengaruhi Kinerja DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan yaitu: 1. Belum tersusunnya Agenda Pengawasan DPRD 2. Belum adanya Standar, sistem dan prosedur Baku Pengawasan DPRD 3. Partisipasi Masyarakat belum optimal
bantu penelitian berupa tape recorder atau camera DSLR. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa
observasi,
dokumentasi.
Untuk
wawancara
dan
menganalisis
data,
peneliti menggunakan teknik analisis data Output : Dapat diketahuinya faktor apa saja yang menjadi penghambat pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah
Miles and Huberman (dalam Sugiyono 2010: 95) yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Agar data yang peneliti dapat teruji keabsahannya maka dari itu peneliti menggunakan cara triangulasi 5
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
data.
Peneliti
menggunakan
triangulasi
fungsi anggaran, karena obyek-obyek yang
sumber yaitu mencari data dari sumber yang
diawasi
beragam yang masih terkait satu sama lain.
kebijakan-kebijakan
Dengan ini peneliti bertujuan melakukan
program hasil dan fungsi legislasi maupun
check and recheck hasil wawancara dengan
anggaran, oleh karena itu fungsi pengawasan
beberapa
merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat
informan
kebenaran
data
untuk
mengetahui
dengan
menanyakan
kebanyakan
merupakan
maupun
program-
dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya.
pertanyaan yang sama terhadap informan yang berbeda.
DPRD
Fungsi pengawasan yang dimiliki oleh DPRD dapat dijadikan sebagai sarana agar pelaksanaan Peraturan Daerah yang dilaksanakan
oleh
pemerintah
daerah
Kabupaten Ketapang berjalan sesuai dengan
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
tujuan dan sasaran yang diinginkan. Sebagai Untuk menganalisis permasalahan
lembaga
representasi
dari
masyarakat,
dalam pelaksanaan peraturan daerah No 19
DPRD harus memastikan pembangunan
tahun 2009 tentang perizinan dan pembinaan
yang dilaksanakan tepat sasaran dan tidak
usaha perkebunan dengan pola kemitraan,
terjadi
peneliti menggunakan teori dari Wasistiono
uraian diatas, peneliti akan menguraikan
dan Wiyoso tentang 3 faktor penghambat
hasil observasi penelitian berkaitan dengan
yang mempengaruhi kinerja DPRD dalam
pelaksanaan pengawasan DPRD kabupaten
menjalankan fungsi pengawasan. Ada 3
Ketapang terhadap pelaksanaan Peraturan
faktor penghambar yang mempengaruhi
Daerah
fungsi
pembinaan usaha perkebunan dengan pola
pengawasan
DPRD
Wasisitiono dan Wiyoso
menurut
yaitu,
belum
penyelewengan.
No
19
tahun
Sejalan
2009
dengan
tentang
kemitraan.
tersusunnya agenda pengawasan DPRD, belum adanya standar, sistem dan prosedur baku
pengawasan
DPRD,
2. Rapat Dengar Pendapat
Partisipasi
Rapat dengar Pendapat merupakan
masyarakat belum optimal. Fungsi DPRD
kegiatan yang dilakukan oleh DPRD dengan
dalam bidang pengawasan merupakan tindak
mengundang pihak eksekutif guna meminta
lanjut dari fungsi-fungsi yang diperankan
keterangan
DPRD sebelumnya yaitu fungsi legislasi dan
permasalahan
dari yang
pemerintah
perihal
ditemui
dalam 6
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pelaksanaan Perda. Tidak hanya terbatas
dibahas.
pada pihak eksekutif, rapat dengar pendapat
kesekretariatan
juga dapat mengundang pihak-pihak yang
menyediakan berbagai data dan informasi
dinilai
pelaksanaan
kepada anggota DPRD. Pentingnya data dan
pembangunan. Dalam rapat ini, DPRD
informasi tersebut agar pertanyaan atau pun
berhak untuk menanyakan berbagai hal
hal-hal penting yang akan disampaikan
terkait
kepada
ikut
serta
dengan
dilaksanakan
dalam
pembangunan
pemerintah
sesuai
yang dengan
substansi masalah.
Dalam
Dinas
hal
ini
sangat
peranan
penting
Perkebunan
untuk
sebagai
implementor Perda No 19 memiliki bobot dan
memiliki
urgensi
yang
akan
Rapat dengar pendapat antara DPRD
mempengaruhi kinerja pelaksanaan Perda
melalui komisi II dengan Dinas Perkebunan
tersebut. Disamping itu, apabila perlu setiap
yang merupakan mitra kerja, akan dibahas
anggota DPRD wajib memiliki data dan
beberapa permasalahan dalam pelaksanaan
informasi tersendiri mengenai pelaksanaan
Peraturan Daerah No 19 tahun 2009 tentang
Perda di sektor perkebunan ini.
pola kemitraan yang dilaksanakan oleh
Hasil
observasi
dengan
pendapat, akan terjadi tanya jawab atau
bahwa
interaktif antara pihak legislatif (DPRD) dan
memiliki data dan informasi yang akurat
eksekutif (Dinas Perkebunan). Umumnya
sesuai dengan bidang komisi dimana mereka
pihak
ditempatkan.
akan
lebih
banyak
belum
tersebut,
berkaitan
Dinas Perkebunan. Dalam rapat dengar
legislatif
hal-hal
peneliti
semua
menunjukkan
anggota
Mengenai
DPRD
Pelaksanaan
mengajukan pertanyaan maupun usulan
Peraturan Daerah yang dilaksanakan oleh
kepada eksekutif. Pada akhir rapat dengar
Dinas Perkebunan kabupaten Ketapang,
pendapat tersebut, biasanya akan dilakukan
banyak anggota dewan yang belum atau
kesimpulan hasil rapat yang akan menjadi
kurang menguasai bidang tersebut. Tentu
bahan rekomendasi bagi dinas perkebunan
saja
dalam melaksanakan Perda tersebut. Agar
dilakukan oleh Dinas Perkebunan tersebut,
dapat
secara
anggota DPRD harus memiliki data dan
maksimal dalam rapat dengar pendapat
informasi yang akurat sebagai tolak ukurnya.
melaksanakan
fungsinya
untuk
menilai
hasil
kerja
yang
dengan pihak eksekutif. Maka DPRD harus mempersiapkan berbagai data dan informasi mengenai urgensi permasalahan yang akan
3.
Rapat Pembahasan Dalam Sidang Komisi 7
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Sesuai fungsinya sebagai lembaga
bagian dari tugas kami di Komisi II. Kami
pengawasan politik yang kedudukannya
melakukan
sederajat dengan pemerintah setempat, maka
instansi terkait seperti Dinas Perkebunan
DPRD juga diberikan hak untuk melakukan
Kabupaten Ketapang yang tentu saja sudah
amandemen dan apabila perlu menolak sama
terlebih dahulu dijadwalkan oleh sekretariat
sekali
dewan”.
rancangan
yang
diajukan
oleh
pemerintah itu. Bahkan DPRD juga diberi
rapat
pembahasan
dengan
Terkait dengan temuan hasil rapat
hak untuk mengambil inisatif sendiri guna
komisi
mengajukan
kepada
pemerintah, peneliti melakukan wawancara
pemerintah. Sidang komisi merupakan salah
dengan salah seorang anggota di Komisi II
satu sarana yang dimiliki oleh DPRD untuk
DPRD kabupaten Ketapang yaitu Ismanto
mengevaluasi
dari Fraksi PDIP memberikan keterangan
rancangan
sendiri
Peraturan
Daerah
yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Berkenaan
dengan
pembahasan
yang
dilaksanakan
dengan
sebagai berikut: dalam
“Masih
terdapat
beberapa
program
sidang komisi, dari hasil wawancara yang
pembangunan yang dilaksanakan oleh Dinas
peneliti lakukan dengan ketua Komisi II
Perkebunan yang kurang efektif dan efisien,
yang
hal ini diperjelas dengan adanya aduan
membidangi
perekonomian
dan
kesejahteraan Rakyat yaitu Antoni Salim
dari
dari fraksi PDIP memberikan penjelasan
ketidakpuasan
sebagai berikut:
pemerintah.
“Sebagai
mereka Mereka
menunjukkan
terhadap terkesan
kerja kecewa
dengan pemerintah, mereka menganggap
membidangi masalah perekonomian dan
pemerintah kurang melakukan pembinaan
kesejahteraan rakyat, Komisi II selalu
dan sosialisasi terhadap pelaksanaan Perda
proaktif dalam membahas berbagai masalah
yang berkaitan dengan kemitraan ini.
yang berkenaan dengan perekonomian.
masyarakat merasakan pembebanan semua
Kami
membidangi
biaya produksi dan organisasi pada mereka
perekonomian yang meliputi lagi sektor
yang sangat jarang dibicarakan secara
pertanian, sektor pertambangan dan energi,
transparan”.
perkebunan,
pemerintah
yang
yang
di
mitra
masyarakat
Komisi
perikanan
II
dan
koperasi.
Berdasarkan
hasil
wawancara
Khusus untuk pelaksanan peraturan daerah
tersebut, menunjukkan bahwa masih terdapat
No 19 tentang kemitraan ini, tentu itu
beberapa hal yang menjadi temuan DPRD 8
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
terkait dengan pelaksanaan pola kemitraan
Peraturan Daerah No 19 tahun 2009,
ini. Berkaitan dengan sosialisasi terhadap
pandangan umum fraksi pada saat rapat,
perda, sosialisasi sangat penting dilakukan
tentu akan menyoroti berbagai permasalahan
sebagai modal awal dalam merancang
yang berkaitan dengan pola kemitraan ini
program
yang sangat mempengaruhi kesejahteraan
kerjasama
dengan
masyarakat
karena indikator dalam pelaksanaan program
masyarakat
ini
keterlibatan
Berkenaan dengan hal tersebut, dari hasil
masyarakat. Mereka meminta agar dinas
wawancara yang peneliti lakukan dengan
perkebunan selaku pihak yang bertanggung
ketua Komisi I DPRD kabupaten Ketapang
jawab terhadap pelaksanaan Perda No 19 ini
yaitu Hadi Upas Mulyono yang peneliti
untuk
kutip dari wawancara tanggal 3 Oktober
adalah
partisipasi
melakukan
dan
pembinaaan
serta
sosialisasi yang baik kepada masyarakat
2015
sekaligus petani mitra.
berikut:
di
Kabupaten
memberikan
Ketapang.
penjelasan
sebagai
“Pandangan umum fraksi di DPRD 4. Rapat
Koordinasi
dan
Evaluasi
Melalui Pandangan Umum Fraksi
kabupaten Ketapang pada pelaksanaan rapat paripurna dewan, merupakan bagian
Rapat koordinasi dan evaluasi DPRD
dari fungsi pengawasan dewan terhadap
melalui pandangan umum fraksi merupakan
jalannya pemerintahan. Pandangan umum
salah satu bentuk pengawasan politik yang
yang
dilakukan oleh DPRD terhadap pelaksanaan
fraksi bertujuan untuk memberikan koreksi
jalannya
yang
terhadap pelaksanaan pembangunan yang
Dalam
dilaksanakan oleh masing-masing SKPD
program
dilaksanakan
oleh
pembangunan pemerintah.
disampaikan
masing-masing
pandangan umum fraksi, masing-masing
terkait.
fraksi di DPRD kabupaten Ketapang akan
peraturan daerah No 19 tahun 2009 yang
menyampaikan
dilakukan oleh Dinas Perkebunan, beberapa
pembangunan
penilaiannya yang
terhadap
dilaksanakan
Berkaitan
oleh
dengan
pelaksanaan
oleh
fraksi memberikan kritik terkait masih
pemerintah daerah. Penilaian tersebut akan
banyaknya keluhan masyarakat tentang pola
mengkritik atau memberikan saran serta
kemitraan
masukan terhadap berbagai kekurangan di
keuntungan
yang
tidak
bidang pembangunan yang dilaksanakan
pemotongan
harga
komoditas
pemerintah. Berkenaan dengan pelaksanaan
sepihak serta pembebanan biaya produksi
ini,
seperti
pembagian seimbang, secara
9 DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
dan organisasi pada petani yang sangat jarang dibicarakan secara transparan”. Hasil
wawancara
“Secara umum, fraksi partai Golkar menilai bahwa masih banyak kekurangan
tersebut
dalam pelaksanan Peraturan Daerah No 19
menunjukkan bahwa fungsi pengawasan
tahun 2009 ini, misalnya masih banyak
DPRD melalui pandangan fraksi merupakan
aduan masyarakat yang mengatakan jika
bagian dari upaya untuk memastikan bahwa
sawit mereka belum dibagikan. mereka
Peraturan daerah yang telah dibuat, dapat
mengeluhkan masa panen yang terlalu lama,
dijalankan dengan baik dan tepat oleh Dinas
padahal umur sawit 48 bulan itu udah harus
Perkebunan. Sebagai pandangan politik,
dipanen. Terus yang kedua ada yang
maka pandangan umum yang disampaikan
menyerahkan
oleh DPRD harus direspon oleh pemerintah
mendapatkan Sawit. kemudian mengeluhkan
dengan
fee manajemen yang terlalu besar”.
melakukan
sesungguhnya DPRD
perbaikan.
bukan
melainkan
alat
Fraksi
kelengkapan
Sementara
itu
tetapi
hasil
tidak
wawancara
tangan
dengan salah seorang anggota komisi II yang
partai politik untuk mengkomunikasikan
juga anggota fraksi Partai Demokrat Yang
agenda atau kepentingan partai politik
Kim
bersangkutan dalam institusi DPRD. Meski
berikut:
demikian,
perpanjangan
lahan
fraksi
penjelasan
sebagai
fungsi
“Beberapa fraksi di DPRD kabupaten
pengawasan terhadap kebijakan dan kinerja
Ketapang memang sedang menyoroti kinerja
pelayanan
Dinas
publik
memiliki
memberikan
yang
hasilnya
dapat
langsung
melalui
alat
pelaksanaan Peraturan Daerah, melakukan
kelengkapan dewan dan atau induk partai
pembinaan dan melaksanakan tugas sesuai
masing-masing sebagai sikap politik.
tupoksinya”.
disampaikan
Berikut hasil wawancara peneliti Mengenai
pandangan
fraksi
di
DPRD
Perkebunan
Untuk
itu
dalam
kedepan
menjalankan
diharapkan
pelaksanaan peraturan daerah ini, dapat
kabupaten Ketapang terhadap pelaksanaan
dijalankan
Peraturan Daerah No 19 tahun 2009 tentang
sebagaimana tujuan awal dari peraturan
pembinaan
Hasil
daerah No 19 tahun 2009 sendiri yaitu
wawancara peneliti dengan anggota Fraksi
perkebunan diselenggarakan dengan tujuan
Partai
meningkatan
pola
Golkar,
kemitraan
Gusmani
ini.
memberikan
penjelasan sebagai berikut:
dengan
tepat
pendapatan
dan
baik
masyarakat,
meningkatkan penerimaan devisa negara, 10
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
menyediakan lapangan kerja, meningkatkan
melihat fakta dilapangan berkenaan dengan
produktivitas, nilai tambah, dan daya saing,
pelaksanaan pembangunan yang dilakukan
memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan
oleh pemerintah atau dalam hal ini dinas
baku
dan
terkait di kabupaten Ketapang. Melalui
mengoptimalkan pengelolaan sumber daya
pengawasan langsung dilapangan, anggota
alam secara berkelanjutan.
dewan
industri
dalam
negeri
dapat
dengan
mudah
melihat
pelaksanaan pembangunan dalam hal ini 5.
Kunjungan Kerja ke Masyarakat dan
adalah pelaksanan Perda
Instansi Pemerintah Daerah
oleh
SKPD
yang dilakukan
terkait.Berkaitan
dengan
Untuk mengefektifkan pengawasan,
pengawasan yang dilakukan oleh DPRD
anggota DPRD selain melakukan rapat-rapat
kabupaten Ketapang terhadap pelaksanaan
di
gedung
juga
melakukan
Perda dalam bentuk kunjungan kerja ke
dengan
melakukan
masyarakat dan instansi pemerintah di sektor
kunjungan kerja ke masyarakat dan instansi
perkebunan, peneliti telah mewawancarai
pemerintah.
ketua komisi II DPRD kabupaten Ketapang
pengawasan
dewan, diluar
Kegiatan
tersebut
biasanya
dilaksanakan dengan memanfaatkan masa
yaitu Antoni salim.
reses, dimana anggota DPRD kabupaten
Berikut hasil wawancara dengan
Ketapang berdasarkan daerah pemilihan
ketua Komisi II DPRD kabupaten Ketapang
(dapil) masing-masing menyerap aspirasi
yaitu Antoni salim:
masyarakat
dan
langsung
“Pengawasan langsung dalam bentuk
pembangunan yang sedang berlangsung.
kunjungan ke masyarakat atau instansi
Kegiatan
reses anggota DPRD kabupaten
terkait selalu dilaksanakan oleh anggota
Ketapang, prinsipnya terjun langsung ke
DPRD kabupaten Ketapang, tidak hanya
lapangan untuk menjaring asirasi masyarakat
pada masa reses, terkadang jika ada
dan
masalah
memantau
meninjau
perkembangan
program
dalam
pembangunan
seperti
pembangunan yang telah dilaksanakan oleh
masalah dalam pelakasanaan Perda di
pemerintah.
yang
daerah yang dilaporkan oleh masyarakat,
dilaksanakan oleh anggota DPRD kabupaten
maka anggota dewan akan turun langsung
Ketapang dengan cara melakukan kunjungan
ke
kerja ke masyarakat merupakan salah satu
menindaklanjuti temuan tersebut kepada
Pengawasan
politik
lapangan
untuk
mengecek
dan
bentuk pengawasan yang cukup baik guna 11 DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
dinas terkait. Misalnya dalam hal ini dinas
melalui
kunjungan
kerja
ke
lapangan,
perkebunan”.
merupakan bagian dari upaya anggota dewan
Berdasarkan keterangan dari hasil
untuk mewakili kepentingan masyarakat
wawancara tersebut, menunjukkan bahwa
yang menghendaki bahwa pelaksanaan suatu
pelaksanaan
fungsi
DPRD
perda sudah tepat sasaran dan
kabupaten
Ketapang
bentuk
dilakukan dengan baik oleh pihak eksekutif.
kunjungan kerja sudah dilaksanakan dengan
Menjadi hal yang wajar apabila anggota
cukup baik, dimana tidak hanya pada masa
DPRD harus mengawal pelaksanaan suatu
reses anggota DPRD turun ke lapangan
perda
sesuai dengan daerah pemilihannya, tetapi
direalisasikan dengan baik.
pengawasan dalam
yang
sudah
sudah
terpogram
dapat
juga tanpa diagendakan manakala ada laporan dan permasalahan urgen maka mereka dengan sendirinya akan turun ke
C. PEMBAHASAN
lapangan. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Anggota komisi II DPRD kabupaten
Faktor Penghambat yang Dihadapi
Ketapang yaitu Amantus Sumarno dari F-P
DPRD Dalam Melaksanakan Pengawasan
Demokrat. Berikut hasil wawancara:
Terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah No
“Kunjungan kerja yang dilakukan oleh DPRD bertujuan untuk melihat realisasi kegiatan dari Dinas perkebunan tentang
19 tahun 2009 1. Belum
Tersusunnya
Agenda
Pengawasan DPRD
pelaksanan Perda kemitraan ini. Kunjungan
Dalam
menjalankan
fungsi
kerja ini harus dilakukan guna melihat
Pengawasan, semestinya DPRD memiliki
sejauhmana
yang
rencana atau agenda Pengawasan meliputi
perkebunan
apa, siapa yang akan diawasi, mengapa
dilapangan serta beberapa temuan terkait
harus diawasi serta kapan dan bagaimana
pelaksanan Perda ini. Hasil kunjungan kerja
pengawasan tersebut dilakukan.
dilakasanakan
tersebut
pelaksanaan oleh
selanjutnya
Perda
Dinas
disampaikan
Para wakil rakyat belum memandang
dalam rapat dengar pendapat dengan dinas
pengawasan sebagai proses manajerial dan
Perkebunan”.
politik yang memerlukan langkah-langkah
Hasil
akan
wawancara
tersebut
memberikan gambaran bahwa pengawasan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian.
Dari
sekian
alat 12
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
kelengkapan yang ada, khusunya di DPRD
dinas perkebunan. Jadi tidak boleh komisi I
kabupaten Ketapang, komisi merupakan alat
yang memanggil, haruslah dari komisi II”.
kelengkapan
yang
sering
melakukan
Pernyataan
tersebut
kemudian
pengawasan terhadap Peraturan daerah. Hal
dilanjutkan oleh pernyataan salah seorang
ini dikarenakan komisi merupakan alat
anggota
kelengkapan DPRD yang sifatnya teknis,
Ketapang, yaitu Gusmani dari Fraksi Golkar
artinya komisi merupakan perpanjangan
yang
tangan dari DPRD dan lebih intensif
pengawasan DPRD kabupaten Ketapang
melakukan pengawasan terhadap Peraturan
dalam hal ini komisi II. Akan tetapi agenda
daerah maupun kebijakan dan program
pengawasan ini belum dilaksanakan secara
lainnya yang dilahirkan DPRD.
maksimal terbukti dalam hasil wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian, komisi
komisi
II
menjelaskan
DPRD
kabupaten
tentang
agenda
Berikut kutipan wawancara:
yang melakukan pengawasan terhadap Perda
“Pengawasan yang dilakukan DPRD
tentang pola kemitraan ini adalah komisi II.
terhadap pelaksanaan Perda No 19 tahun
Seperti yang dikutip dari wawancara tanggal
2009 ini belum sepenuhnya teragendakan
8 oktober dengan anggota komisi II bidang
dengan baik, hal ini juga dikarenakan kami
perekonomian yaitu Usman Dianto dari F-
juga harus menyesuaikan dengan berbagai
PAN. Berikut hasil wawancara:
jadwal kegiatan kami sebagai anggota
“Jadi fungsi pengawasan yang kami lakukan ini masing-masing komisi. Jadi
dewan dan pihak pemerintah yang akan dimintai keterangan”.
masing-masing komisi mengawasi SKPD
Menyusun agenda pengawasan harus
yang terkait. Misalnya kami di komisi II
dilakukan dalam mengawasi suatu kebijakan
bidang perekonomian mengawasi sektor
atau program yang dihasilkan oleh DPRD
pertambangan dan energi, perkebunan,
kabupaten Ketapang, hal ini bertujuan
perikanan
ada
mencegah pengawasan DPRD yang tidak
masing-
sesuai ranah kebijakan dan politik serta tidak
dan
penyimpangan masing
SKPD
koperasi.
yang
Jika
dilakukan
tersebut,
DPRD
akan
terpogram.
Karena
hal
tersebut
melakukan rapat kerja. Kemudian dipanggil
membawa
dampak
lah SKPD yang bersangkutan sesuai dengan
anggapan pengawasan yang belum efektif,
komisi yang terkait. misalkan dalam pola
kurangnya mutu pengawasan, dan ruang
kemitraan ini, SKPD yang terkait adalah
lingkup pengawasan DPRD yang terabaikan.
pada
akan
munculnya
13 DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Pengawasan DPRD kabupaten Ketapang
lembaga seperti inspektorat atau bawasda,
terhadap pelaksanaan Perda ini belum
lembaga seperti inspektorat atau BPK
memiliki agenda yang kongkrit tentang
memang memfokuskan diri pada fungsi
aspek-aspek
pengawasan
yang diawasi. Selama ini
sementara
DPRD
agenda pengawasan hanya didasarkan atas
melaksanakan
berbagai hal yang sifatnya kasuistis, artinya
pemerintahan,
hanya terpaku terhadap terjadinya sebuah
pelaksanaan tugas yang lainnya. Seperti
kasus terhadap permasalahan yang timbul
penyusunan anggaran, dan penyusunan
dalam pelaksanaan Peraturan daerah saja.
rancangan peraturan daerah. Kondisi ini
Tidak
meyebabkan
yang menyebabkan pengawasan DPRD
pengawasan yang dilakukan berjalan dengan
menjadi tidak fokus karena banyak tugas
kurang efektif. hal ini dikarenakan tidak
yang harus dilaksanakan”
terdapatnya
terdapat
agenda
jadwal/waktu
juga
disibukkan
jalannya dengan
akan
Berdasarkan hasil wawancara di atas,
melakukan pengawasan dan prioritas apa
menunjukkan bahwa salah satu penyebab
yang akan diawasi, serta berapa orang
belum teragendakannya pengawasan yang
anggota DPRD yang harus melakukan
dilakukan oleh DPRD dikarenakan secara
pengawasan
untuk
kebijakan
kelembagaan anggota DPRD beranggapan
pemerintah.
Apabila
agenda
bahwa sifat pengawasan yang dijalankan
pengawasan, maka pengawasan yang akan
oleh mereka adalah pengawasan politis,
dilakukan sudah dipersiapkan dan disusun
sehingga DPRD tidak perlu terpaku dengan
sedemikian
aturan baku atau agenda agar mereka lebih
rupa
kapan
pengawasan
selain
satu terdapat
sehingga
pada
saat
pelaksanaan anggota DPRD langsung fokus
leluasa
dalam
pada inti permasalahan terhadap sebuah
pengawasannya.
melaksanakan
fungsi
permasalahan kebijakan pemerintah. Hasil wawancara dengan salah seorang anggota ketapang,
komisi yaitu
II
DPRD
kabupaten
Ismanto
diperoleh
keterangan bahwa: “Pengawasan DPRD
memang
2. Belum Adanya Standar, Sistem dan Prosedur Baku Pengawasan DPRD Pelaksanaan
pengawasan
DPRD
masih dirasakan sebagai suatu pengawasan yang
dilakukan
berbeda
oleh
dengan
pengawasan seperti yang dilaksanakan oleh
yang reaktif dan sporadis, tanpa terencana dan tersistem dalam pelaksanaannya.
Hal
diatas dikarenakan pengawasan oleh DPRD 14
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
untuk mengawasi produk hukum dalam hal
menguatkan posisi kami sebagai lembaga
ini Peraturan Daerah tanpa dirinci lebih
pengawasan politik. Dalam hal ini, semacam
lanjut tentang batas kewenangan serta cara
peraturan pelaksana dari Undang-Undang
pengawasannya oleh UU Nomor 22 tahun
No 32 tahun 2004 tentang pemerintah
1999 pada pasal 18 demikian juga di dalam
daerah”.
UU nomor 32 tahun 2004 sehingga membuat
Tetapi
terlepas
semua itu,
pengawasan DPRD terhadap produk hukum
pengawasan
menjadi kurang efektif. Hal tersebut dapat
pelaksanaan Perda No 19 tentang pola
dilihat dalam hasil wawancara peneliti
kemitraan ini tetap dilakukan. Hal ini
bersama Kepala sub bagian peraturan dan
dilakukan agar pihak-pihak terkait (pihak
perundang-undangan yaitu bapak Tony jaya.
pemerintah dan swasta) tidak bertentangan
Berikut hasil wawancara:
dengan
“Pengawasan yang dilakukan DPRD ini,
kesepakatan bersama. Berdasarkan hasil
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
penelitian,
DPRD melakukan audiensi, terus memanggil
kabupaten Ketapang terhadap pelaksanaan
SKPD
yang
Perda ini dilaksanakan dengan melakukan
melalui
metode formal, yakni dengan kunjungan
sekretariat dewan tujuannya untuk meminta
kerja, masa Reses dan rapat dengar pendapat
keterangan dari SKPD tersebut. oleh karena
dengan
itu, sistem pengawasan DPRD itu melalui
kabupaten Ketapang. Masa reses adalah
komisi-komisi yang membidangi masalah
masa kegiatan DPRD diluar kegiatan masa
tersebut,
ada
sidang dan diluar gedung DPRD. Seperti
dari
yang diungkapkan oleh Ismanto dari F-
atau
sebelumnya
semacam
instansi sudah
sampai
terkait
itu
dijadwalkan
sekarang
Peraturan
belum
pelaksana
Undang-Undang No 32 tahun 2004 terkait dengan cara pengawasan DPRD ini”.
DPRD
dari
ketetapan
yang
bentuk
instansi
ketapang
terhadap
telah
menjadi
pengawasan
terkait
yang
DPRD
ada
di
PDIP: “jadi
secara
formal
itu
DPRD
Hal tersebut juga sesuai dengan
melakukan pengawasan adalah pertama,
pernyataan Anggota Komisi II Usman
adanya laporan dari masyarakat, kedua
Dianto. Beliau mengungkapkan bahwa:
dewan mengadakan reses setiap 3 (tiga)
“Pengawasan
yang
kami
lakukan
bulan sekali. Reses tersebut kami gunakan
sekarang ini bisa kami lakukan secara
untuk
mengunjungi
daerah
pemilihan
optimal, jika terdapat Peraturan yang
anggota dewan yang bersangkutan dan 15
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
menyerap aspirasi masyarakat. ketika ada
masyarakat dalam proses pemerintahan.
laporan lewat masa reses tersebut, dewan
Dalam hal ini keterbukaan informasi dalam
akan mengambil sebuah kesimpulan apabila
setiap praktek pemerintahan, mulai dari
perlu kami akan menjadwalkannya melalui
perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi
sekretariat
terhadap
dewan
yang
kemudian
dijadwalkan dengan rapat kerja dengan
sangat
dinas dan pihak-pihak terkait lainnya”.
anggota
Berkenaan
dengan
pelaksanaan
efektifitas urgen.
kebijakan
Dalam
DPRD
batas
sebagai
menjadi maksimal
penyelenggara
daerah harus siap memberikan informasi
pengawasan DPRD kabupaten Ketapang
kepada
terhadap pelaksanaan Peraturan daerah ini,
masyarakat publik. Akan tetapi, partisipasi
DPRD
belum
masyarakat dalam pengawasan ini masih
dan
dirasakan belum optimal, terbukti dalam
dapat
hasil wawancara singkat bersama anggota
memberikan manfaat lebih optimal dalam
DPRD komisi II, Usman dianto. Berikut
rangka
hasil wawancara:
kabupaten
Ketapang
menjalankan
standar
mekanisme
pengawasan
memberikan
pengawasan yang
penilaian
terhadap
masyarakat
konstituen
atau
jalannya kebijakan tersebut. Pelaksanaan
“Sebenarnya DPRD sudah memfasilitasi
pengawasan berupa rapat komisi, rapat
masyarakat itu dalam hal pengawasan, kami
dengar pendapat dan kunjungan kerja serta
mempersilahkan masyarakat menyampaikan
masa reses DPRD belum dirancang dalam
aduan mengenai masalah yang mereka
sebuah sistem pengawasan yang baku.
keluhkan itu melalui website dprd kabupaten
Konsekuensinya adalah pengawasan yang
Ketapang, kemudian bisa juga kami sendiri
dilakukan tidak terlaksana secara teratur.
yang mengunjungi masyarakat, ataupun masyarakat
3. Partisipasi
Masyarakat
dalam
Salah satu instrumen penting yang
bisa
juga
menyampaikan keluhan mereka itu melalui sub
Pengawasan Belum Optimal
sebenarnya
Bagian
Masyarakat
Penanganan di
DPRD.
Pengaduan
Terus
perlu diperkuat dalam rangka pencapaian
pengaduan
pemerintahan
menyampaikannye kepada ketua DPRD
yang
mengoptimalkan
baik
partisipasi
adalah masyarakat
dalam pengawasan, karena hal ini dapat memberikan
stimulus
bagi
untuk
masyarakat
diproses
kenyataannye,
lebih
tadi
bagian
lanjut.
masyarakat
tu
Tapi jarang
partisipasi 16
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
menyampaikan aduan semacam itu ke
takut tidak mendapat respon yang baik oleh
kami”.
pemerintah, Sedangkan
menunjukkan
fakta
yang
bahwa
terlebih
lagi,
kami
tidak
ada
mengetahui cara mengadukan hal tersebut.
penyaluran
caranya itu tidak jelas. Oleh karena itu kami
pengawasan masyarakat sampai saat ini belum terlaksana dengan optimal. Tidak
tidak heran dengan sikap pemerintah itu”. Dalam
pelembagaan
partisipasi,
adanya mekanisme dan prosedur tindak
pemerintah dan daerah seringkali hanya
lanjut yang baku mengakibatkan minimnya
mengakui
informasi masyarakat yang masuk ke gedung
kelompok organisasi masyarakat sipil yang
DPRD. Hal ini sesuai penuturan dari hasil
berbadan
wawancara dengan salah seorang warga
menyebabkan organisasi masyarakat atau
sekaligus Humas antara petani dengan pihak
organisasi yang tidak berbadan hukum,
perusahaan di kecamatan Matan Hilir Utara,
misalnya
bapak Polonius gondon:
pengusaha informal, seperti pedagang, kaki
“Sebenarnya kami mau mengadukan keluhan,
tetapi
formal.
paguyuban,
kelompok-
Hal
petani
ini
lokal,
lima, ojek, kelompok nelayan, kelompok kesenian lokal, dan asosiasi masyarakat adat
persoalan ini, kami mau menyampaikan
tidak dilibatkan dalam proses pembangunan
keluhan kami saja tidak mengerti harus
pemerintahan, perencanaan, penganggaran,
melalui siapa. Seperti pihak DPRD ini,
pelayanan publik, serta pengelolaan sumber
mereka datang kepada masyarakat jika
daya alam, dan aset daerah. Padahal peran
mendekati pileg (Pemilihan Legislatif) saja.
mereka sebagai organisasi sosial, ekonomi
Setelah itu, DPRD sudah jarang kesini.
dan budaya sangat konkrit dan berdampak
Seharusnya
langsung pada peningkatan kesejahteraan
DPRD ruang
bingung.
hukum
melibatkan
Seperti
semacam
kami
dan
memberikan
atau
wadah
kami laporan
masyarakat”.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu
Hal ini juga sependapat dengan hasil wawancara
baik secara ekonomi, sosial dan budaya.
bersama
petani
sawit
di
warga di kecamatan Matan Hilir Utara yaitu Zailani yang menyatakan bahwa:
kecamatan Matan Hilir Utara, yaitu bapak
“Belum pernah kami menemukan PP, Perda
Rudi. Berikut pernyataan beliau:
yang mengatur tentang partisipasi kami
“Jujur saja, kami sebagai masyarakat pun jika mengadukan persoalan seperti ini,
sebagai
masyarakat
ini
dalam
pemerintahan. Padahal, seperti Perda itu, 17
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
merupakan pengakuan keterlibatan kami
terdapatnya
dalam
pengawasan yang dilakukan berjalan
pemerintahan
daerah,
karena
agenda
kebijakan-kebijakan pemerintah yang lain
dengan
kami juga yang merasakannya”.
dikarenakan tidak terdapat jadwal/waktu
Atas dasar hal tersebut, sangat dibutuhkan
instrumen
efektif.
hal
ini
kapan akan melakukan pengawasan dan
yang
prioritas apa yang akan diawasi, serta
memberikan kewajiban kepada pemerintah
berapa orang anggota DPRD yang harus
daerah
melakukan
untuk
kebijakan
kurang
meyebabkan
menjamin
keterlibatan
pengawasan
untuk
satu
masyarakat dalam proses penyelenggaraan
kebijakan pemerintah. Apabila terdapat
pemerintahan daerah dengan memperhatikan
agenda pengawasan, maka pengawasan
secara sungguh-sungguh kebutuhan, aspirasi
yang akan dilakukan sudah dipersiapkan
dan harapan masyarakat.
dan disusun sedemikian rupa sehingga pada saat pelaksanaan anggota DPRD langsung fokus pada inti permasalahan terhadap
D. PENUTUP
sebuah
permasalahan
kebijakan pemerintah. 2. Belum Adanya Standar, Sistem dan Prosedur Baku Pengawasan DPRD
a) Kesimpulan
1. Belum Tersusunnya Pengawasan
Agenda
Hambatan
Berkenaan
dengan
pelaksanaan
pengawasan
DPRD
Belum tersusunnya agenda pengawasan
kabupaten
Ketapang
dari
pelaksanaan
DPRD
membuat
kabupaten
Ketapang
pengawasan
terhadap
DPRD
Peraturan
kabupaten
terhadap daerah
Ketapang
ini, belum
pelaksanan perda belum optimal atau
menjalankan standar pengawasan dan
kurang baik.
mekanisme pengawasan yang dapat
pengawasan
Selama ini agenda hanya
didasarkan
atas
memberikan
manfaat
lebih
optimal
berbagai hal yang sifatnya kasuistis,
dalam rangka memberikan penilaian
artinya
terpaku
terhadap
terhadap jalannya kebijakan tersebut.
kasus
terhadap
Pelaksanaan pengawasan berupa rapat
dalam
komisi, rapat dengar pendapat dan
pelaksanaan Peraturan daerah saja. tidak
kunjungan kerja serta masa reses DPRD
terjadinya
hanya sebuah
permasalahan
yang
timbul
18 DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
belum dirancang dalam sebuah sistem
DPRD. Dalam pelembagaan partisipasi,
pengawasan
yang
baku.
pemerintah dan daerah seringkali hanya
adalah
pengawasan
mengakui dan melibatkan kelompok-
yang dilakukan tidak terlaksana secara
kelompok organisasi masyarakat sipil
teratur.
yang berbadan hukum formal. Hal ini
Konsekuensinya
menyebabkan 3. Partisipasi Masyarakat Pengawasan Belum Optimal
hukum, misalnya paguyuban, petani lokal,
asosiasi
yang perlu diperkuat dalam rangka
organisasi sosial, ekonomi dan budaya
ini
sangat konkrit dan berdampak langsung
keterbukaan informasi dalam setiap
perencanaan,
pelaksanaan,
perencanaan,
daerah. Padahal peran mereka sebagai
partisipasi masyarakat dalam proses
mulai
tidak
pengelolaan sumber daya alam, dan aset
hal ini dapat memberikan stimulus bagi
pemerintahan,
adat
penganggaran, pelayanan publik, serta
masyarakat dalam pengawasan, karena
praktek
masyarakat
pemerintahan,
partisipasi
hal
seperti
dilibatkan dalam proses pembangunan
pencapaian pemerintahan yang baik
Dalam
informal,
nelayan, kelompok kesenian lokal, dan
optimal. Salah satu instrumen penting
pemerintahan.
pengusaha
pedagang, kaki lima, ojek, kelompok
masyarakat dalam pengawasan belum
mengoptimalkan
masyarakat
atau organisasi yang tidak berbadan
Dalam
Hambatan selanjutnya adalah Partisipasi
adalah
organisasi
pada peningkatan kesejahteraan baik
dari
secara ekonomi, sosial dan budaya.
hingga
evaluasi terhadap efektifitas kebijakan menjadi sangat urgen. Dalam batas maksimal
anggota
DPRD
penyelenggara
daerah
memberikan
informasi
sebagai
harus
siap kepada
masyarakat konstituen atau masyarakat publik. Tidak adanya mekanisme dan prosedur
tindak
mengakibatkan
lanjut minimnya
b) Saran
yang
baku
informasi
masyarakat yang masuk ke gedung
1.
Dalam rangka optimalisasi peran DPRD dalam menjalankan fungsi di bidang pengawasan,
Sebaiknya
DPRD
kabupaten Ketapang segera membuat semacam Agenda Pengawasan yang baik,
yang
memuat
tentang
cara
pengawasan DPRD terhadap setiap 19
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pelaksanaan Peraturan Daerah setiap satu tahun kerja. Selain itu, sebaiknya secara
institusional
melakukan
meningkatkan
kemampuan
dan
pengetahuan,
konseptual
dan
operasional
tentang
pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan daerah. Supaya
lebih
memudahkan
E. REFERENSI
1.
Buku-Buku:
Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
fungsi
pengawasan yang bersifat kebijakan sebaiknya DPRD kabupaten Ketapang memakai tenaga ahli yang memiliki kompetensi di masing-masing bidang yang bertugas melakukan pengkajian guna memberikan input, tenaga ahli ini dapat diambil dari kalangan akademisi
Adisasmita, Rahardjo. 2011. Manajemen Pemerintahan Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hadari Nawawi. 1989. Pengawasan Melekat di lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta: Penerbit Erlangga. Moelong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
di perguruan tinggi yang memang ahli dibidangya. Dengan menggunakan hasil kajian itu diharapkan DPRD tidak salah paham mengambil kebijakan. 2.
Dalam melaksanakan pengawasan yang optimal, Sebaiknya DPRD kabupaten Ketapang segera berkoordinasi dengan pemerintah
pusat
dengan
membuat
Sujamto. 1986. Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sujamto. 1987. Norma dan Pengawasan. Jakarta: Sinar Grafika.
Etika
Sujamto. 1987. Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
semacam Peraturan Daerah tentang peraturan pelaksana pengawasan DPRD sebagai
pedoman
yang
mengatur
tentang pengawasan DPRD. Peraturan Daerah itu akan mempertegas posisi DPRD
sendiri
dalam
pengawasan
pelaksanaan peraturan Derah untuk masa yang akan datang.
Rosidin, Utang. 2010. Otonomi daerah dan Desentralisasi. Bandung: Pustaka Setia. Wasistiono, Sadu dan Wiyoso Yonatan. 2009. Meningkatkan Kinerja DPRD. Bandung: Fokus Media. Wasistiono, Sadu 2002. Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah. Bandung: Alqaprint 20
DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Vlume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
2.
Tesis:
Christoporus Tri Suharyanto. 2013. Pengawasan DPRD Kabupaten Sintang terhadap Tata Pemerintahan yang baik (good governance). Pontianak: Tesis M.Febriadi. 2013. Implementasi Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Pelaksanaan APBD Kabupaten Ketapang. Pontianak: Tesis. . 3. Undang-Undang dan Peraturan: Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 Tentang Perizinan Usaha Perkebunan. Peraturan Daerah No 19 Tahun 2009 Tentang Perizinan dan Pembinaan Usaha Perkebunan Dengan Pola Kemitraan.
4.
Rujukan Elektronik:
Administrator. 2014. Pertumbuhan Kelapa sawit meningkat. http://ditjenbun.pertanian.go.id/berita-362pertumbuhan-areal-kelapa-sawitmeningkat.html (Diakses pada Tanggal 25 Agustus 2015) Administrator. 2011.Sistem Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia telah menjadikan Kuli di Negeri Sendiri. https://ponsa.wordpress.com/tag/sistemperkebunan-kelapa-sawit/ (Diakses pada tanggal 5 Oktober 2015)
21 DENNY RACHMAT, NIM. E43011018 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisip UNTAN
KEMENTERIAN
RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA . . FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POUTIK
TINGGI
;.
PENGELOLA JURNAL MAHASISWA
\
Jalan Prof. Dr. B. Hadari Nawawi, PODtiaaak Kotak Pos 78124
LEMBAR PERNY ATAAN PERSETUnJAN UNGGAH I PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK JURNAL ELEKTRONIK. MAHASISWA . Sebagai sivitas akademika Universitas Tanjungpura, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama Lengkap NIM I Periode lulus Tanggal Lulus Fakultasl Jurusan E-mail addreslHP:
: .~~.s:.':i.~~.~~ .. : .. E:1~~ .I•.$...2.0tt!lclIC, : .J.~J~..~~~~ .. l'{ : I~IP J .•~~ .. f.M!.\~~.~r!~~~"B"''''''''8(9
~.~e..
..~~?:...~1.9.L..
...ro~~~~.~:.~J
ilmu pengetahuan dan pemenuhan.syarat administratif keluhisan mahasiswa (SI), menyetlJjui untuk memberikan kepada Pengelola Jumal Mahasiswa .~y'~.~g.~ ... ) pada Program Studi ..1~~.u...r.~~~.t::-~.~1~.~~~ .....Fakultas Dmu sosial dan I1mu Politik Universitas TanjWlgpurB, Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul •• ) : demi pengembangan
----
(\
..~~
Q.~~.~~~~.~;~.~~.~~ .. g~~~r:~ ..~~~~~. ~m..1.~~m?;~~.v.~~
.lU~\.~~~~ ..
.v.~~b ..f..9...~~ ~~~.~
..~..~r:\~~~
~er.~~f..
!?cj~~.~Q!I:..
.•~)6:\~~~.~:
.,
r.~r..
~g~ .
~!J~~
.
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini, Pengelola Jumal berbak menyimpan, mengalih-medial format-lean, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data. (database), mendistribusikannya, dan menampilkanl mempublikasikannya di Internet stall media lain):
D Secarafolltex
GZJ content
artikel sesuai dengan standar penulis jumal yang berlaku.
untuk kepentingan akademis tanpa tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantomkan saya sebagai penulisl pencipta dan &taU penerbit yang bemngkutan.
nama
Saya bersedia untUk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Pengelola lumal, segala bentuk tuntutan hukum yang- timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmi~ saya ini.
~,\t.litrtijlJ.l:R~~,ataan ini yang saya bust dengan sebenamya.
Catatan : *tulis nama jumal sesuai prodi masing-masing
(puh/ika/Governance/ 'Asptrasi/Soctodev/Sosiologique) Setelah mendapat persetujuan dati pengelola Jumal, berkas ini harus di scan dalam format PD~ ~ dilampirkan pada step4 upload supplementary sesuai proses unggah pcnyeraban berkas. (submission author)