IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN MULOK PADA POKOK BAHASAN BUDIDAYA TUMBUHAN OBAT UNTUK MENGEMBANGKAN KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 TELAGA.
JURNAL
OLEH
RACHMAT ABD RAHMAN MUSA NIM. 431 411 120
DOSEN PEMBIMBING: Dr. Elya Nusantari, S.Pd, M.Pd Dr. Jusna Ahmad, M.Si
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2015
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Artikel yang berjudul Implementasi Perangkat Pembelajaran Mulok Pada Pokok Bahasan Budidaya Tumbuhan Obat Untuk Mengembangkan Kognitif Dan Psikomotor Peserta Didik Di SMP Negeri 1 Telaga
Oleh :
RACHMAT ABD RAHMAN MUSA
IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN MULOK PADA POKOK BAHASAN BUDIDAYA TUMBUHAN OBAT UNTUK MENGEMBANGKAN KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 TELAGA Rachmat Abd Rahman Musa1, Elya Nusantari2, Jusna Ahmad3 Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Gorontalo Jalan Jenderal Sudirman Nomor 6 Kota Gorontalo Telepon (0435) 827213 Fax. (0435) 82721 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiimplementasi perangkat pembelajaran mulok pada pokok bahasan budidaya tumbuhan obat untuk mengembangkan kognitif, dan psikomotor peserta didik di SMP Negeri 1 Telaga.Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan metode penelitian deskritif kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan pedoman wawancara, lembar validasi perangkat pembelajaran, instrumen-instrumen penilaian seperti pretest dan postest, lembar kerja peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut (1) Perangkat pembelajaran mulok yang di implementasikan peneliti ditinjau dari RPP, bahan ajar dan LKPD, untuk hasil validasi perangkat pembelajaran baik menurut penilaian dosen ahli materi dan bahasa, guru mulok secara umum hasilnya berkategori baik, respon siswa terhadap penggunaan perangkat pembelajaran mulok dalam pembelajaran adalah baik. (2) perangkat pembelajaran mulok pada pokok bahasan budidaya tanaman obat dapat mengembangkan kognitif dan psikomotor peserta didik di SMP Negeri 1 Telaga. Untuk kognitif peserta didik di kelas VII.1 yang mendapatkan kategori baik sekali yakni 40 %, sedangkan di kelas VII.2 yakni 60 % kategori baik. Hal ini disebabkan karena mengimplementasikan perangkat pembelajaran mulok pada pokok bahasan budidaya tanaman obat untuk mengembangkan kognitif, dan psikomotor peserta didik untuk pertama kalinya di terapkan di kelas sehingga peserta didik masih memerlukan penjelasan materi yang lebih baik lagi, dengan begitu di harapkan peserta didik akan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Kata Kunci: Implementasi perangkat pembelajaran mulok mengembangkan kognitif dan psikomotor peserta didik.
1
Mahasiswa Pendidikan Biologi, FMIPA, UNG Dosen Jurusan Biologi, FMIPA, UNG 3 Dosen Jurusan Biologi, FMIPA, UNG 2
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk memanusiakan manusia. Pendidikan juga merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Menurut Hayati (2014) Pendidikan merupakan unsur penting dalam perkembangan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya kearah positif, baik dari dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan sekedar memberikan penge-tahuan atau nilai-nilai atau melatihkan keterampilan. Peserta didik juga memiliki kemam-puan untuk tumbuh dan berkembang sendiri. Dalam interaksi pendidikan peserta didik tidak selalu harus diberi atau dilatih, mereka dapat mencari, menemukan, memecahkan masalah dan melatih dirinya sendiri. Kemampuan setiap peserta didik tidak sama, sehingga ada yang betul-betul dapat dilepaskan untuk mencari menemukan dan mengembangkan sendiri, tetapi ada juga yang mem-butuhkan banyak bantuan dan bimbingan dari orang lain terutama pendidik Sukmadinata, (dalam Saryono, 2009:2-3). Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahanperubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku sebagai
akibat dari latihan dan pengalaman (Slameto, 2010:2). Proses belajar adalah kegiatan interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Lingkungan yang dipelajari siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia, atau halhal yang dijadikan bahan belajar (Dimmyati dan Mudjiono, 2009:7). Upaya dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik maka pada setiap jenjang pendidikan disiapkan sejumlah mata pelajaran yang memuat kompetensi-kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Diantara mata pelajaran tersebut terdapat mata pelajaran mulok yang menga-komodir potensi lokal untuk dibelajarkan. Mata pelajaran Mulok dalam kurikulum yang dikembangkan sekarang dijenjang Sekolah Menengah Pertama, salah satu topiknya adalah Budidaya Tanaman Obat sebagai bahan rujukan bagi guru mata pelajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional telah menyediakan buku paket mulok, akan tetapi untuk topik Budidaya Tumbuhan Obat jenis tanaman yang dibahas masih terlalu umum. Untuk itu perlu mengem-bangkan perangkat pembe-lajaran yang menga-komodir potensi lokal. Muatan lokal dalam pengembangan Kurikulum 2013 harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut; Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sesuai dengan ciri khas danpotensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Substansi muatan lokal ditentukan
oleh satuan pendidikan. Substansi yang akan dikembangkan, tidak menjadi bagian dari mata pelajaran lain, sehingga harus dikembangkan menjadi mata pelajaran tersendiri, merupakan mata pelajaran wajib yang tercantum dalam struktur kurikulum. Setiap sekolahdapat melaksanakan mata pelajaran Mulok lebih dari satu jenis dalam tiap satu semester, mengacu pada minat dan program studi yang diselenggarakan sekolah. Sekolah harus menyusun SK, KD, dan Silabus untuk mata pelajaran mulok yang diselenggarakan oleh sekolah. Pembelajarannya dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran atau tenaga ahli dari luar sekolah yang relevan dengan substansi Mulok Muslich, (dalam Setiyawan Ek, 2010:4). Pengembangan perangkat pembelajaran mulok sudah dilaksanakan pada peneliti sebelum-nya oleh Ahmad dan Nusantari pada Tahun 2013. Tetapi perangkat pembela-jaran yang dihasilkan tersebut perlu diuji efektifitasnya dalam pembe-lajaran. Sebagai bahan masukan kepada guru mata pelajaran Mulok untuk penyesuaian bahan ajar dengan potensi lingkungan sekolah, dan untuk meningkatkan kapasitas dan menunjang profesionalisme peserta pendidik. Hasil wawancara terbatas dengan beberapa peserta didik terungkap bahwa pengetahuan mereka tentang tanaman obat dan manfaatnya masih sangat terbatas dan perlu untuk dikembangkan kembali oleh guru dan peserta didik juga mengungkapkan bahwa rujukan untuk topik ini dirasa masih kurang. Praktek membudidayakan di halaman kebun sekolah juga selama ini belum pernah dilakukan.
Sehingga peserta didik dilibat-kan secara aktif dalam pembelajaran, maka mereka akan memahami dengan baik mata pelajaran yang dibelajarkan. Maka diharapkan pe-serta didik akan memahami secara komprehensip materi yang dibelajar-kan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis melakukan penelitian dengan judul Implementasi Perangkat Pembelajaran Mulok Pada Pokok Bahasan Budidaya Tumbuhan Obat Untuk Mengembangkan Kognitif dan psikomotor Peserta Didik di SMP Negeri 1 Telaga. Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, kete-rampilan, nilai, dan sikap. Dalam Oxford advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something into effect” (penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak) (Mulyasa, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan perangkat pembelajaran dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perangkat pembelajaran merupakan suatu perangkat yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi siswa untuk berpatisipasi aktif
(Supramono, 2009). Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan Bahan Ajar. Silabus merupakan kerangka inti dari setiap kurikulum yang sedikitnya memuat tiga komponen utama sebagai berikut: a) Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan pembelajaran, b) Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanam-kan/ membentuk kompetensi tersebut, c) Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki peserta didik. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan hal penting yang harus dilakukan guru untuk menunjang pembentukkan kompetensi pada diri peserta didik. Dalam hal ini, guru harus mengembangkan perencanaan dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun atau satu semester, beberapa minggu atau beberapa jam saja. Untuk satu tahun dan semester disebut sebagai program unit, sedangkan untuk beberapa jam pelajaran disebut rencana pelaksanaan pelajaran (RPP), yang dalam implementasi kurikulum 2013 memiliki komponen kompetensi dasar, indikator, materi standar, pengalaman belajar, metode mengajar dan penilaian (Mulyasa, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan hal penting yang harus dilakukan guru untuk menunjang pembentukkan kompetensi pada diri peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Lembar Kerja Peserta Didik adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kerja Peserta Didik dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh (Trianto, 2010). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Lembar kerja peserta didik merupakan panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan sumber belajar yang dikembangkan untuk tujuan pembelajaran dan seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Bahan ajar umumnya dikemas dalam bentuk bahan-bahan cetakan atau media lain yang secara potensial mampu menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk belajar Surachman, (dalam Suratsih, 2010:12). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan sumber belajar yang dikembangkan untuk tujuan pembelajaran dan seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara menge-
valuasi yang didesain secara sistematis. Adapun fungsi perangkat pembelajaran yaitu: 1. Pertama, perangkat pembelajaran merupakan patokan atau acuan dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2. Kedua, perangkat pembelajaran merupakan salah satu bagian dari administrasi guru. Tanpa perangkat pembelajaran yang jelas dan sistematis, kegiatan belajar tidak akan berjalan efektif. Menurut Sudjana 2005 (dalam Khasanah Uswatun, 2012:13-15) berikut ini merupakan komponenkomponen yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yaitu : a) Komponen tujuan instruksional, yang meliputi aspek-aspek ruang lingkup tujuan, reabilitas tujuan yang terkandung didalamnya, rumusan tujuan, tingkat kesulitan pencapaian tujuan, kesesuaian dengan kemampuan siswa, jumlah dan waktu yang tersedia untuk mencapainya, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, keterlaksanaannya dalam pembelajaran. b) Komponen bahan atau metode pengajaran yang meliputi ruang lingkupnya, kesesuaian dengan tujuan, tingkat kesulitan bahan, kemudahan untuk memperoleh dan mempelajarinya, daya gunanya bagi siswa, keterlaksanaan sesuai waktu yang tersedia, sumber untuk mempelajari, kesinambungan bahan, relevansi bahan dengan kebutuhan siswa, prasyarat mempelajarinya. c) Komponen siswa, yang meliputi kemampuan prasyarat, minat, perhatian, motivasi, sikap, cara belajar, kebiasaan belajar, kesulitan belajar, fasilitas yang dimiliki, hubungan sosial dengan teman sekelas, masalah belajar yang
dihadapi. d) Komponen guru yang meliputi penguasaan pelajaran, keterampilan mengajar, sikap keguruan, pengalaman mengajar cara mengajar, cara menilai, kemauan dan mengembangkan profesinya, keterampilan berkomunikasi, kepribadian, kemauan dan kemampuan memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa. e) Komponen media, yang meliputi jenis media, daya guna, kemudahan pengadaan, kelengkapan, manfaat bagi siswa dan guru, cara penggunaan. f) Komponen penilaian yang meliputi jenis alat penilaian yang digunakan, isi dan rumusan pertanyaan, pemeriksaan dan interprestasinya, sistem penilaian yang digunakan, pelaksanaan penilaian, tindak lanjut hasil penilaian, tingkat kesulitan soal, validasi dan reliabilitas penilaian, daya pembeda, frekuensi dan perencanaan penilaian. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulan bahwa komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling ber-hubungan satu sama lain yang terdapat dan berpengaruh dalam proses pembelajaran. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang melibatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan intelektual siswa (Bloom, 1965). Secara tidak langsung kemampuan ini pasti dimiliki oleh setiap siswa. Namun tingkatan kemampuan setiap siswa berbeda tergantung bagaimana dan sejauh apa kemampuan tersebut dilatihkan, dan membagi level kemampuan kognitif menjadi enam, yaitu Mengingat, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Evaluasi dan Kreasi (Popham dan Shepared, 2006:1). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kognitif merupakan kemampuan yang melibatkan pengetahuan dan mengem-bangkan keterampilan intelektual siswa untuk mengetahui atau untuk mengenali, merujuk kepada kemam-puan untuk memproses informasi, dan menerapkan ilmu. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal termasuk bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah masingmasing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Mulyasa, 2009). Secara umum muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungan dan masyarakat sesuai dengan nilai yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan nasional (Depdiknas, 2006). Lebih lanjut dikemukakan, bahwa secara khusus pelajaran muatan lokal bertujuan agar peserta didik: a) Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial,
dan budayanya. b) Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya. c) Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Telaga untuk mengimplementasi perangkat pembelajaran Mulok pada pokok bahasan budidaya tumbuhan obat untuk mengembangkan Kognitif Dan Psikomotor Peserta Didik. Waktu penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan yaitu dari bulan Maret sampai bulan Juni 2015 mulai dari penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan penelitian pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Sumber data adalah peserta didik kelas VII.1 dan VII.2 serta tenaga pengajar mata pelajaran Mulok. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data analisis hasil validasi perangkat pembelajaran dan instrumen, untuk mengukur kemampuan kognitif dan psikomotor peserta didik, dan berupa LKPD untuk mengetahui keterampilan proses peserta didik. Data hasil belajar dianalisis mengunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis data yang dilakukan bertujuan untuk memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan dari sampel penelitian dengan me-
nggunakan instrument-instrumen untuk penarikan kesimpulan. Hasil dari lembar observasi kegiatan peserta didik saat melakukan percobaan, LKPD, hasil tes keterampilan proses, tes objektif dan hasil tes mengembangkan kognitif peserta didik, dan akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. HASIL PENELITIAN Data hasil penelitian diperoleh dari teknik tes yang digunakan adalah pretest dan postest dan praktek budidaya tanaman obat untuk nilai psikomotor untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep pada pokok bahasan budidaya tanaman obat kepada peserta didik. Pengambilan data penelitian dan hasil belajar peserta didik diambil selama proses pembelajran berlangsung, serta evaluasi pada setiap akhir pertemuan. Selain itu juga, data penelitian diperoleh dari 4 kali pertemuan dengan 4 tujuan pembelajaran yang berbeda. 1. Kognitif Kognitif siswa dapat diukur dengan menggunakan tes objektif pada pertemuan pertama sampai pertemuan ke lima. Tes ini diberikan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa dalam materi budidaya tanaman obat. Berikut data perolehan skor kognitif siswa kelas VII.1 dapat dilihat pada Tabel 4.9 Skor ini diperoleh dari rata-rata nilai pada pertemuan pertama. Tabel Perolehan Skor Kognitif Peserta didik Kelas VII.1 Pada Pertemuan 1 Level/Kategori Gagal Kurang
Perolehan Skor 0-< 40 40-< 55
Orang (Persen) -(0%) -(0%)
Cukup Baik Baik Sekali
55-< 70 70-< 85 85-< 100
-(0%) 25(60%) 2 (40%)
Pada perolehan skor kognitif siswa sesuai kategori di kelas VII.1 pada pertemuan ke 1 nampak siswa yang memperoleh skor 85-100 yakni 40% atau sebanyak 2 orang siswa yang mendapatkan kategori baik sekali sedangkan kategori baik yang memperoleh skor 70-85 yakni (60%) atau sebanyak 25 orang siswa. Untuk kategori cukup yang memperoleh skor 55-70 tidak ada (0%), untuk kategori kurang yang memperoleh skor 40-55 tidak ada (0%), untuk kategori gagal yang memperoleh skor 0-40 tidak ada (0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.1 pada pertemuan ke 1 memperoleh hasil yang bervariasi dari jumlah siswa sebanyak 27 orang. Namun telah dapat menguasai materi budidaya tanaman obat yang di telah di ajarkan kepada siswa kelas VII.1, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa di kelas ini telah mendapatkan nilai baik 60% dan baik sekali 40%. Tabel Perolehan Skor Kognitif Peserta didik Kelas VII.1 Pada Pertemuan 2 Level/Kategori Gagal Kurang Cukup Baik
Perolehan Skor 0-< 40 40-< 55 55-< 70 70-< 85
Orang (Persen) -(0%) -(0%) -(0%) 23(60%)
Baik Sekali
85-< 100
4 (40%)
Pada perolehan skor kognitif siswa sesuai kategori di kelas VII.1 pada pertemuan ke 2 nampak siswa yang memperoleh skor 85-100 yakni 40% atau sebanyak 4 orang siswa yang mendapatkan kategori baik sekali sedangkan kategori baik yang
memperoleh skor 70-85 yakni (60%) atau sebanyak 23 orang siswa. Untuk kategori cukup yang memperoleh skor 55-70 tidak ada (0%), untuk kategori kurang yang memperoleh skor 40-55 tidak ada (0%), untuk kategori gagal yang memperoleh skor 0-40 tidak ada (0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.1 pada pertemuan ke 2 memperoleh hasil yang bervariasi dari jumlah siswa sebanyak 27 orang. Namun telah dapat menguasai materi budidaya tanaman obat yang di telah di ajarkan kepada siswa kelas VII.1, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa di kelas ini telah mendapatkan nilai baik 60% dan baik sekali 40%. Tabel Perolehan Skor Kognitif Peserta didik Kelas VII.1 Pada Pertemuan 3 Level/Kategori Gagal Kurang Cukup Baik Baik Sekali
Perolehan Orang Skor (Persen) 0-< 40 -(0%) 40-< 55 -(0%) 55-< 70 -(0%) 70-< 85 24(60%) 85-< 100 3 (40%)
Pada perolehan skor kognitif siswa sesuai kategori di kelas VII.1 pada pertemuan ke 3 nampak siswa yang memperoleh skor 85-100 yakni 40% atau sebanyak 3orang siswa yang mendapatkan kategori baik sekali, sedangkan kategori baik yang memperoleh skor 70-85 yakni (60%) atau sebanyak 24 orang siswa. Untuk kategori cukup yang memperoleh skor 55-70 tidak ada (0%), untuk kategori kurang yang memperoleh skor 40-55 tidak ada (0%), untuk kategori gagal yang memperoleh skor 0-40 tidak ada (0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.1 pada pertemuan ke 3
memperoleh hasil yang bervariasi dari jumlah siswa sebanyak 27 orang. Namun telah dapat menguasai materi budidaya tanaman obat yang di telah di ajarkan kepada siswa kelas VII.1, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa di kelas ini yang telah mendapatkan nilai baik 60% dan baik sekali 40%. Tabel Perolehan Skor Kognitif Peserta didik Kelas VII.1 Pada Pertemuan 4 Level/Kategori Gagal Kurang Cukup Baik Baik Sekali
Perolehan Orang Skor (Persen) 0-< 40 -(0%) 40-< 55 -(0%) 55-< 70 -(0%) 70-< 85 23(60%) 85-< 100 4 (40%)
Pada perolehan skor kognitif siswa sesuai kategori di kelas VII.1 pada pertemuan ke 4 nampak siswa yang memperoleh skor 85-100 yakni 40% atau sebanyak 4 orang siswa yang mendapatkan kategori baik sekali, sedangkan kategori baik yang memperoleh skor 70-85 yakni (60%) atau sebanyak 23 orang siswa. Untuk kategori cukup yang memperoleh skor 55-70 tidak ada (0%), untuk kategori kurang yang memperoleh skor 40-55 tidak ada (0%), untuk kategori gagal yang memperoleh skor 0-40 tidak ada (0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.1 pada pertemuan ke 4 memperoleh hasil yang bervariasi dari jumlah siswa sebanyak 27 orang. Namun telah dapat menguasai materi budidaya tanaman obat yang di telah di ajarkan kepada siswa kelas VII.1, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa di kelas ini yang telah mendapatkan nilai baik 60% dan baik sekali 40%.
Data nilai kognitif siswa kelas VII.1 berbeda dengan data yang diperoleh di kelas VII.2. Berikut data perolehan skor kognitif siswa kelas VII.2. Skor ini diperoleh dari rata-rata nilai pada pertemuan pertama dan ke empat. Tabel Perolehan Skor Kognitif Peserta didik Kelas VII.2 Pada Pertemuan 1 Level/Kategori Gagal Kurang Cukup Baik Baik Sekali
Perolehan Orang Skor (Persen) 0-< 40 -(0%) 40-< 55 -(0%) 55-< 70 -(0%) 70-< 85 20(60%) 85-< 100 5 (40%)
Pada perolehan skor kognitif siswa sesuai kategori di kelas VII.2 pada pertemuan ke 1 nampak siswa yang memperoleh skor 85-100 yakni 40% atau sebanyak 5 orang siswa yang mendapatkan kategori baik sekali, sedangkan kategori baik yang memperoleh skor 70-85 yakni (60%) atau sebanyak 19 orang siswa. Untuk kategori cukup yang memperoleh skor 55-70 tidak ada (0%), untuk kategori kurang yang memperoleh skor 40-55 tidak ada (0%), untuk kategori gagal yang memperoleh skor 0-40 tidak ada (0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.2 pada pertemuan ke 1 memperoleh hasil yang bervariasi dari jumlah siswa sebanyak 25 orang. Namun telah dapat menguasai materi budidaya tanaman obat yang di telah di ajarkan kepada siswa kelas VII.2, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa di kelas ini yang telah mendapatkan nilai baik 60% dan baik sekali 40%. Tabel Perolehan Skor Kognitif Peserta didik Kelas VII.2 Pada Pertemuan 2
Level/Kategori Gagal Kurang Cukup Baik Baik Sekali
Perolehan Orang Skor (Persen) 0-< 40 -(0%) 40-< 55 -(0%) 55-< 70 -(0%) 70-< 85 20(60%) 85-< 100 5 (40%)
Pada perolehan skor kognitif siswa sesuai kategori di kelas VII.2 pada pertemuan ke 2 nampak siswa yang memperoleh skor 85-100 yakni 40% atau sebanyak 5 orang siswa yang mendapatkan kategori baik sekali, sedangkan kategori baik yang memperoleh skor 70-85 yakni (60%) atau sebanyak 20 orang siswa. Untuk kategori cukup yang memperoleh skor 55-70 tidak ada (0%), untuk kategori kurang yang memperoleh skor 40-55 tidak ada (0%), untuk kategori gagal yang memperoleh skor 0-40 tidak ada (0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.2 pada pertemuan ke 2 memperoleh hasil yang bervariasi dari jumlah siswa sebanyak 25 orang. Namun telah dapat menguasai materi budidaya tanaman obat yang di telah di ajarkan kepada siswa kelas VII.2, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa di kelas ini yang telah mendapatkan nilai baik 60% dan baik sekali 40%. Tabel Perolehan Skor Kognitif Peserta didik Kelas VII.2 Pada Pertemuan 3 Level/Kategori Perolehan Orang Skor (Persen)
Gagal
0-< 40
-(0%)
Kurang Cukup Baik Baik Sekali
40-< 55 55-< 70 70-< 85 85-< 100
-(0%) -(0%) 20(60%) 5 (40%)
Pada perolehan skor kognitif siswa sesuai kategori di kelas VII.2 pada pertemuan ke 3 nampak siswa
yang memperoleh skor 85-100 yakni 40% atau sebanyak 5 orang siswa yang mendapatkan kategori baik sekali, sedangkan kategori baik yang memperoleh skor 70-85 yakni (60%) atau sebanyak 20 orang siswa. Untuk kategori cukup yang memperoleh skor 55-70 tidak ada (0%), untuk kategori kurang yang memperoleh skor 40-55 tidak ada (0%), untuk kategori gagal yang memperoleh skor 0-40 tidak ada (0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.2 pada pertemuan ke 3 memperoleh hasil yang bervariasi dari jumlah siswa sebanyak 25 orang. Namun telah dapat menguasai materi budidaya tanaman obat yang di telah di ajarkan kepada siswa kelas VII.2, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa di kelas ini yang telah mendapatkan nilai baik 60% dan baik sekali 40%. Tabel Perolehan Skor Kognitif Peserta didik Kelas VII.2 Pada Pertemuan 4 Level/Kategori Gagal Kurang Cukup Baik Baik Sekali
Perolehan Orang Skor (Persen) 0-< 40 -(0%) 40-< 55 -(0%) 55-< 70 -(0%) 70-< 85 21(60%) 85-< 100 4 (40%)
Pada perolehan skor kognitif siswa sesuai kategori di kelas VII.2 pada pertemuan ke 4 nampak siswa yang memperoleh skor 85-100 yakni 40% atau sebanyak 4 orang siswa yang mendapatkan kategori baik sekali, sedangkan kategori baik yang memperoleh skor 70-85 yakni (60%) atau sebanyak 21 orang siswa. Untuk kategori cukup yang memperoleh skor 55-70 tidak ada (0%), untuk kategori kurang yang memperoleh skor 40-55 tidak ada (0%), untuk
kategori gagal yang memperoleh skor 0-40 tidak ada (0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.2 pada pertemuan ke 4 memperoleh hasil yang bervariasi dari jumlah siswa sebanyak 25 orang. Namun telah dapat menguasai materi budidaya tanaman obat yang di telah di ajarkan kepada siswa kelas VII.2, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa di kelas ini yang telah mendapatkan nilai baik 60% dan baik sekali 40%. Berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.1 dan VII.2 telah menguasai materi budidaya tanaman obat. Hal ini ditunjukan dengan nilai kognitif yang diperoleh siswa melalui tes objektif telah menunjukan hasil yang baik. 2. Psikomotor Psikomotor siswa dapat diukur dengan melakukan praktek menaman tanaman obat pada pertemuan ke lima yang untuk di budidayakan di lingkungan sekolah. Praktek ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan psikomotor siswa dalam materi Teknik Budidaya Tumbuhan Obat. Berikut data perolehan skor Psikomotor siswa kelas VII.1 dapat dilihat pada Tabel 4.17 Skor ini diperoleh dari rata-rata nilai pada pertemuan kelima. Tabel Perolehan Skor Psikomotor Peserta didik Kelas VII.1 Pada Pertemuan 4 Level/Kategori Gagal Kurang Cukup Baik
Perolehan Orang Skor (Persen) 0-< 40 -(0%) 40-< 55 -(0%) 55-< 70 -(0%) 70-< 85 19(60%)
Baik Sekali
85-< 100
8 (40%)
Pada perolehan skor Psikomotor siswa sesuai kategori di kelas VII.1 pada pertemuan ke 5 nampak siswa yang memperoleh skor 85-100 yakni 40% atau sebanyak 8 orang siswa yang mendapatkan kategori baik sekali sedangkan kategori baik yang memperoleh skor 70-85 yakni (60%) atau sebanyak 19 orang siswa. Untuk kategori cukup yang memperoleh skor 55-70 tidak ada (0%), untuk kategori kurang yang memperoleh skor 40-55 tidak ada (0%), untuk kategori gagal yang memperoleh skor 0-40 tidak ada (0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.1 pada pertemuan ke 5 memperoleh hasil yang bervariasi dari jumlah siswa sebanyak 27 orang. Namun telah dapat menguasai materi teknik budidaya tanaman obat yang di telah di ajarkan kepada siswa kelas VII.1, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa di kelas ini telah mendapatkan nilai baik 60% dan baik sekali 40%. Data nilai Psikomotor siswa kelas VII.1 berbeda dengan data yang diperoleh di kelas VII.2. Berikut data perolehan skor kognitif siswa kelas VII.2. Skor ini diperoleh dari rata-rata nilai pada pertemuan kelima. Tabel Perolehan Skor Psikomotor Peserta didik Kelas VII.2 Pada Pertemuan 4 Level/Kategori Gagal Kurang Cukup Baik Baik Sekali
Perolehan Orang Skor (Persen) 0-< 40 -(0%) 40-< 55 -(0%) 55-< 70 -(0%) 70-< 85 19(60%) 85-< 100 6 (40%)
Pada perolehan skor Psikomotor siswa sesuai kategori di kelas VII.2 pada pertemuan ke 5
nampak siswa yang memperoleh skor 85-100 yakni 40% atau sebanyak 6 orang siswa yang mendapatkan kategori baik sekali sedangkan kategori baik yang memperoleh skor 70-85 yakni (60%) atau sebanyak 19 orang siswa. Untuk kategori cukup yang memperoleh skor 55-70 tidak ada (0%), untuk kategori kurang yang memperoleh skor 40-55 tidak ada (0%), untuk kategori gagal yang memperoleh skor 0-40 tidak ada (0%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.2 pada pertemuan ke 5 memperoleh hasil yang bervariasi dari jumlah siswa sebanyak 25 orang. Namun telah dapat menguasai materi teknik budidaya tanaman obat yang di telah di ajarkan kepada siswa kelas VII.2, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa di kelas ini telah mendapatkan nilai baik 60% dan baik sekali 40%. Berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.1 dan VII.2 telah menguasai materi teknik budidaya tanaman obat. Hal ini ditunjukan dengan nilai psikomotor yang diperoleh peserta didik saat melakukan kegiatan praktek dan telah menunjukan hasil yang baik. PEMBAHASAN Perangkat pembelajaran mulok budidaya tumbuhan obat se-belum diuji coba divalidasi terlebih dahulu oleh ahli materi dan ahli bahasa untuk mengetahui kelayakan dari produk. Selain validasi ahli materi dan ahli bahasa perangkat pembelajaran mulok juga divalidasi oleh guru mata pelajaran mulok di SMP Negeri 1 Telaga. 1. Kognitif Dalam penelitian ini hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes kognitif siswa tentang materi bu-
didaya tumbuhan obat. Berdasar-kan data-data tersebut dapat dilihat bahwa siswa di kelas VII.1 dan VII.2 telah menguasai materi budidaya tanaman obat. Hal ini ditunjukan dengan nilai kognitif yang diperoleh siswa melalui tes objektif telah me-nunjukan hasil yang baik. Melakukan percobaan mandiri dapat mendorong berkembangnya keterampilan berfikir tingkat tinggi dan dapat digunakan sebagi sarana bagi pengembangan kecerdasan emosional (yang di indonesia belum banyak dilakukan guru dalam pembelajaran). Untuk memahami proses belajar diperlukan pemahaman tentang tahapan belajar, hasil belajar, dan pembentukan pengetahuan. 2. Psikomotor Pada aspek penilaian keterampilan siswa terlatih untuk mengembangkan psikomotor peserta didik dengan melakukan praktek penaman tanaman obat dan berbagai tujuan belajar dengan mencoba/mempelajari, praktikum sesuai dengan prosedur yang telah dicontohkan, keterampilan merencanakan praktikum pembudidayaan tanaman obat, keterampilan menggunakan sarana produksi dan peralatan budidaya yang telah disiapkan, keterampilan menyiapkan bibit, keterampilan menanam, keterampilan menguraikan cara pembudidayaan tanaman obat, keterampilan merangkai tempat pembudidayaan tumbuhan obat sesuai dengan tanaman yang dibudidayakan, keterampilan memodifikasi campuran media tanam budidaya tanaman obat mempelajari dasar teoritis yang relevan, melakukan dan mengamati percobaan siswa terlihat aktif dalam pengamatan dengan cermat, hati-hati, dan rapi. Mengembangkan keterampilan kongkrit lebih menekankan
pada kemampuan belajar peserta didik yang meliputi kemampuan meniru, melakukan, menguraikan, merangkai, memodifikasi, dan mencipta. Mengembangkan keterampilan kongkrit peserta didik dap-at diketahui dengan menggunakan lembar observasi penilaian kete-rampilan kongkrit peserta didik. Mengembangan keterampilan ko-ngkrit peserta didik kelas VII.1 dan VII.2 di SMP Negeri 1 Telaga melalui praktek budidaya tumbuhan obat dapat menambah, menumbuhkan, dan mewujudkan makhluk hidup agar lebih besar/tumbuh, berkembangbiak dan bertambah banyak. Hasil penilaian mengembangkan keterampilan kongkrit dapat diketahui bahwa setiap peserta didik memiliki aspek pengembangan keterampilan kongkrit yang berbeda-beda dalam melakukan praktek budidaya tumbuhan obat. Sebagian peserta didik terampil dalam meniru, melakukan serta menguraikan dan sebagian peserta didik hanya terampil merangkai dan memodifikasi, tetapi selain itu ada juga peserta didik yang mampu menguasai semua aspek keterampilan kongkrit dalam melakukan praktikum baik itu dalam aspek meniru, melakukan, menguraiakan, merangkai dan memodifikasi. Hasil penilaian menunjukan bahwa seluruh peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan praktek budidaya tumbuhan obat.Data penilaian keterampilan kongkrit pada setiap aspek kemudian dirata-ratakan untuk mengetahui respon peserta didik secara keseluruhan terhadap praktek teknik budidaya tumbuhan obat. Berdasarkan skor rata-rata menunjukan bahwa respon keterampilan kongkrit peserta didik pada aspek meniru,
merencanakan, menggunakan sarana, menguraikan, merangkai dan memodifikasi pada praktek teknik budidaya tumbuhan obat adalah baik. Sedangkan dalam aspek menyiapkan bibit dan menanam berdasarkan skor ratarata kedua aspek tersebut menunjukan respon siswa termasuk dalam kategori baik sekali. 3. Kendala- Kendala Yang Ditemukan Dalam Mengimplementasikan perangkat pembelajaran mulok Di SMP Negeri 1 Telaga. Kendala-kendala yang ditemukan dalam mengimplementasikan perangkat pem-belajaran Di SMP Negeri 1 Telaga yaitu sebagai berikut: 1. Kendala mengembangan keterampilan abstrak. Peserta didik di kelas VII cenderung masih terbawa dengan sikap mereka sewaktu masih SD. Dalam pelaksanaan pembelajaran mereka lebih cenderung masih suka bermain dan mengganggu temantemannya di kelas sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan. 2. Kendala mengembangan keterampilan kongkrit. Saat melakukan praktikum turun hujan sehingga pelaksanaan praktikum terkesan terburu-buru. a. Peserta didik belum terbiasa dengan kegiatan praktek budidaya tumbuhan obat sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjelaskan secara rinci tahapan-tahapan praktek budidaya. b. Sebagian peserta didik menganggap pupuk kandang merupakan sesuatu yang kotor dan mengandung kuman sehingga dalam mencampur media ta-
nam mereka menggunakan polybag untuk mengalasi tangan mereka. c. Ketersediaan waktu yang diberikan oleh sekolah sehingga pelaksanaanm proses pembelajaran dan kegiatan praktek kurang maksimal. d. Mengembangan kompetensi keterampilan kongkrit meliputi aspek meniru, melakukan, menguraikan, merangkai, memodifikasi dan mencipta. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Implementasi Perangkat Pembelajaran Mulok Pada Pokok Bahasan Budidaya Tanaman Obat Untuk Mengembangkan Kognitif Dan Psikomotor Peserta Didik kelas VII.1 dan VII.2 di SMP Negeri 1 Telaga adalah “baik”. 2. Kendala-kendala yang ditemukan dalam Mengimplementasikan Perangkat Pembelajaran Mulok Pada Pokok Bahasan Budidaya Tumbuhan Obat Untuk Men-gembangkan Kognitif Dan Psikomotor Peserta Didik peserta didik kelas VII1 dan VII2 di SMP Negeri 1 Telaga, adalah ketersediaan waktu yang diberikan oleh sekolah sehingga pelaksanaan proses pembelajaran sampai pemberian materi dan kegiatan praktek kurang maksimal dan mengembangan keterampilan kongkrit meliputi aspek meniru, melakukan, menguraikan, merangkai, memodifikasi dan mencipta. Namun aspek mencipta tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan sumber daya yang digunakan dalam praktek.
3. Penelitian hasil belajar peserta didik dilihat dari hasil tes kognitif peserta didik Tentang materi Budidaya Tanaman Obat. Berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat bahwa peserta didik di kelas VII.1 dan VII.2 telah menguasai materi Budidaya Tanaman Obat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai kognitif yang diperoleh peserta didik melalui tes objektif telah menunjukan hasil yang baik. peserta didik di kelas VII.1 yang mendapatkan kategori baik sekali yakni 40 %, sedangkan di kelas VII.2 yakni 60 % kategori baik. Hal ini disebabkan untuk mengembangkan kognitif dan psikomotor peserta didik masih memerlukan penjelasan dan latihan lebih sering lagi, dengan begitu diharapkan peserta didik akan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur’ Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : PT. Rineka Cipta Depdiknas, 2006.Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Permendiknas. Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Dirjen Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD. Jakarta : Rineka Cipta Hamalik. Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT. Bumi Aksara. Hayati Nur. 2014. Pengaruh Strategi Belajar Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Dan Retensi Pada Materi
Animalia. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNG. Khasanah Uswatun. 2012. pengaruh penerapan model active learning tipe small group work pada pembelajaran muatan lokalmembatik terhadap hasil belajar siswasmk negeri 1 pandak : 13-15 Kinho, Julianus., Arini, D.I. Diah., Tabba. Supratman., Kama. Harwiyaddin., Kafiar. Yermias., Karundeng. C. Moody. 2011. Tumbuhan Obat Tradisional, Di Sulawesi Utara. Mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta. Mulyasa, 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Netti Septina, 2008. Perangkat Pembelajaran Biologi Untuk Sekolah Menengah Umum (SMU). Jurnal Penelitian. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Darmajaya Lampung. Nursiyah. 2013. studi deskriptif tanaman obat tradisional yang digunakan orangtua untuk kesehatan anak usia dini di gugus melati kecamatan kalikajar kabupaten wonosobo : 30 – 32. Prasetyo Kun Zuhdan. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Terpadu untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses, Kreativitas serta menerapkan Konsep Ilmiah peserta didik smp : 25-41.
Purwianingsih, W., Rustaman, N.Y., & Redjeki, S. (2010).Pengetahuan Konten Pedagogi (Pck) Bioteknologi dan Urgensinya dalam Pendidikan Guru. Makalah Popham & Shepared. (2006). Makalah dipresentasikan di FAT SCASS diAustin.(Online).Tersedia:w ww.republicschools.org/docs/ accountability/…/f astattributes 04081. (14Januari 2013) Pujiastuti, P. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dipadu dengan Kooperatif Teams Games Tournaments serta Pengaruhnya terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA-Biologi pada siswa kelas V SD Berkemampuan Akademik Berbeda di Kota Wates Kabupaten Kulonprogo. Disertasi PPS Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan Rini Ekwasita. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah Penelitian dan Pengembangannya : Perspektif.8. (1) : 52 – 64. Slameto. 2010. Belajar dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Setiyawan Eko. 2010. Pembelajaran kitab Kuning Dengan Pendekatan contextual teaching and learning di MTS Manahijul Huda NgagelDukuh Seti-Pati : 4.
Saryono, Joko. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Sekolah Menengah Pertama Sultan Agung Salaman Kabupaten Magelang.Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Supramono, 2009.Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penerapannya dalam KBM dengan Pendekatan PembelajaranBerdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar & Keterampilan Berpikir Siswa SD. Universitas Negeri Malang. Suratsih.2010. Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Potensi Lokal Dalam Kerangka Implementasi ktsp sma di Yogyakarta.Universitas Negeri Yogyakarta. Trianto, (2010).Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP).Jakarta: Bumi Aksara