ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
MONETARY SHOCK AND COMPOSITE STOCK PRICE INDEX DI INDONESIA
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGAI PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DIAJUKAN OLEH WULANDARI NIM: 041211131042
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA vi
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Monetary Shock and Composite Stock Price Index di Indonesia.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Ilmu Ekonomi, Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Dalam proses penulisan skripsi dan selama menempuh studi, penulis mendapat bimbingan, bantuan, dukungan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Orang tua dan keluarga penulis. Bapak dan Ibu serta Kakak, terimakasih untuk semua dukungan moral, spiritual, maupun material hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 2. Ibu Dr.Wasiaturrahma.SE.,M.Si. selaku dosen pembimbing dan figure seorang ibu bagi penulis. Terimakasih banyak atas ketersediaan waktu dan kesabaran dalam memberi bimbingan, arahan, bantuan, semangat, saran, dan kritik kepada penulis. Terima kasih telah banyak membantu penulis dalam memberikan solusi dan sharing selama penelitian. 3. Ibu Dr. Muryani, SE., M.Si., MEMD selaku ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA vii
4. Bapak Rossanto Dwi Handoyo, SE., M.Si, Ph.D. selaku sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. 5. Dosen penguji. Penulis mengucapkan terima kasih atas segala kemudahan, bantuan, dan apresiasi serta motivasi yang telah diberikan. 6. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, khususnya jurusan Ilmu Ekonomi memberikan ilmu dan membantu kelancaran studi penulis. 7. Seluruh staf Departemen Ekonomi Pembangunan (Mbak Nuning, Mas Ivan, Mbak Arimbi dll), yang telah membantu melancarkan administrasi skripsi penulis. Terimakasih atas kesabaran dan keramahan pelayanannya. 8. Seluruh staf Ruang Baca Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Terimakasih telah membantu dalam hal peninjaman buku dan penggunaan ruang baca selama penulis melaksanakan skripsi. 9. Sahabat-sahabat penulis, Silfia I., Risqi P.L., Elysa D. Yuli W., Suci R., Yeni F., Dian R., Teguh H., Ayla Z., Srirahayu, Felix J., Akbar F., Imron D.,dan M. Subagio.
Terimakasih atas semangat dan dukungan selama
menempuh studi di Universitas Airlangga, hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi. 10. Keluarga besar Ekonomi Pembangunan 2012. Terima kasih telah menjadi motivasi penulis dan banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA viii
11. Seluruh staf Perpustakaan Bank Indonesia Surabaya yang telah membantu penulis dalam melancarkan pencarian data. Terima kasih atas kesabaran dan keramahan pelayanannya. 12. Semua pihak yang terlibat dalam pengerjaan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan yang tidak disengaja. Kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surabaya,
September 2016
Penulis
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ix
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA PROGRAM STUDI : EKONOMI PEMBANGUNAN DAFTAR NO. :……………………………........
ABSTRAK SKRIPSI SARJANA EKONOMI NAMA : WULANDARI N.I.M : 041211131042 TAHUN PENYUSUNAN : 2016 JUDUL: MONETARY SHOCK AND COMPOSITE STOCK PRICE INDEX DI INDONESIA ISI: Dalam membuat keputusan investasi seorang investor harus mampu menganalisis dan menggunakan informasi-informasi yang tersedia di pasar, baik mengenai kondisi makroekonomi maupun kondisi lain terkait obyek investasi. Untuk memulai sebuah analisis akan prospek suatu perusahaan lebih baik jika dilakukan pada lingkungan ekonomi umum, yaitu dengan meguji kondisi makroekonomi karena kondisi makroekonomi bisa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusaan melebihi kondisi internal perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon indeks harga saham gabungan (IHSG) di Indonesia terhadap guncangan atau shock yang terjadi pada variabel makroekonomi yakni indeks harga konsumen (IHK), nilai tukar rupiah terhadap dolar, suplai uang M2 serta Indeks Produksi Industri. Menggunakan data time series bulanan periode waktu 2007:01-2014:12 dan dengan alat analisis Vector Autoregressive (VAR). Hasil impulse response menunjukkan bahwa indeks harga saham gabungan (IHSG) di Indonesia merespon guncangan atau shock yang terjadi pada variabel makroekonomi dan dari hasil variance decompotition diketahui bahwa variabel nilai tukar rupiah terhadap dolar serta indeks produksi industri memiliki kontribusi yang relatif besar terhadap pergerakan IHSG di Indonesia dibandingkan variabel makroekonomi yang lain. Kata Kunci: Indeks harga saham gabungan (IHSG), indeks harga konsumen (IHK), M2, indeks produksi industri, time series, Vector Autoregressive (VAR).
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA x
MINISTRY OF NATIONAL EDUCATION FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS AIRLANGGA UNIVERSITY STUDY PROGRAM: ECONOMICS LIST NO. :…………………………
ABSTRACT GRADUATE ECONOMICS THESIS NAME N.I.M YEAR OF PREPARATION
: WULANDARI : 041211131042 : 2016
TITLE: MONETARY SHOCK AND COMPOSITE STOCK PRICE INDEX IN INDONESIA CONTENT: In making investment decisions an investor must be able to analyze and use the information available in the market, both regarding macroeconomic conditions nor other conditions related to the object of investment. To start an analysis of the prospects of a company better if done in the general economic environment, that is examining the macroeconomic conditions because macroeconomic conditions can greatly affect the viability of the company 'exceeded the company's internal conditions. This research aimed to analyze the response of composite stock price index (CSPI) in Indonesia to shocks that occurs in macroeconomic variables that is the consumer price index (CPI), the rupiah against the dollar, the M2 money supply and the Industrial Production Index. Using monthly time series data period 2007: 01-2014: 12 and analysis tool Vector Autoregressive (VAR). Results of impulse response shows that the composite stock price index (CSPI) in Indonesia respond to shocks that occurs in macroeconomic variables and the results of variance decompotition found that the variable value of the rupiah against the dollar and the index of industrial production has contributed relatively large against CSPI in Indonesia compared to other macroeconomic variables Keywords: Stock Price Index (CSPI ) , the consumer price index ( CPI ) , M2 , the industrial production index , time series , Vector Autoregressive ( VAR ) .
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................................... iv DECLARATION .................................................................................................... v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ ix ABSTRACT ............................................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan .......................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 10 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 10 1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 10 1.5. Sistematika Skripsi ......................................................................................... 11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ............................................................................................... 13 2.1.1. Teori Permintaan Aset.......................................................................... 13 2.1.2. Teori Pengharapan Rasional ................................................................ 13 2.1.3. Hipotesis Pasar Efisien ......................................................................... 15 2.1.4. Pasar Modal .......................................................................................... 18 2.1.4.1. Pengertian Indeks Harga Saham ............................................ 21 2.1.4.2. Indeks Harga Saham Gabungan ............................................. 25 2.1.5. Pengertian Makroekonomi ................................................................... 26 2.1.5.1. Pengertian dan Fungsi Uang .................................................. 27 2.1.5.1.1. Teori Permintaan uang oleh John Maynard Keynes ... 27 2.1.5.1.2. Penawaran Uang.......................................................... 31 2.1.5.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Uang . 31
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA xii
2.1.5.1.4. Hubungan Penawaran Uang dengan Harga Saham ..... 33 2.1.5.2. Pengertian Nilai Tukar .......................................................... 35 2.1.5.2.1. Penentuan Nilai Tukar................................................ 36 2.1.5.2.2. Sistem Nilai Tukar .................................................... 37 2.1.5.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar ......... 38 2.1.5.2.4. Hubungan Nilai Tukar dengan Harga Saham ............ 40 2.1.5.3. Indeks Harga Konsumen ....................................................... 41 2.1.5.3.1. Hubungan IHK dengan Harga Saham ......................... 44 2.1.5.4. Indeks Output Industri........................................................... 46 2.1.5.4.1. Hubungan Indeks Output Industri dengan Harga saham .......................................................................... 46 2.2. Penelitian Sebelumnya ................................................................................. 47 2.2.1. Penelitian Chung S. Kwon dan Tai S.shin 1999 ................................ 47 2.2.2. Penelitian Rufus Ayodeji Olowe 2007 .............................................. 48 2.2.3. Penelitian Muzafar Habibullah dan Ahmad Baharumsyah 1996 ...... 48 2.2.4. Penelitian W.N.W Habibullah dan M. Azali 2003 ............................ 49 2.2.5. Penelitian Manshor H.Ibrahim 2002.................................................. 49 2.3. Hipotesis dan Model Analisis ...................................................................... 49 2.3.1. Hipotesis....... ..................................................................................... 49 2.3.2. Model Analisis ................................................................................... 50 2.4. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 52 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian .................................................................................. 54 3.2. Identifikasi Variabel .................................................................................... 54 3.3. Devinisi Operasional Variabel ..................................................................... 55 3.4. Jenis dan Sumber Data................................................................................. 57 3.5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................ 57 3.6. Teknik Analisis dan Pengolahan Data ......................................................... 58 3.6.1. Vector Autoregresive ......................................................................... 58 3.6.2. Prosedur Estimasi Var ....................................................................... 61
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA xiii
3.6.2.1. Uji Stasioneritas Data .................................................................... 61 3.6.2.2. Penentuan Lag Optimal ......... ....................................................... 64 3.6.2.3. Uji Kausalitas Grager .................................................................. 65 3.6.2.4. Estimasi VAR. .............................................................................. 66 3.6.2.5. Impulse Response........................................................................... 68 3.6.2.6. Variance Decompotition ................................................................. 69 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ............................................................. 70 4.1.1. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) .................... 70 4.1.2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika ............ 71 4.1.3. Perkembangan Jumlah Uang Beredar M2 ........................................... 74 4.1.4. Perkembangan Indeks Harga Konsumen ............................................ 75 4.1.5. Perkembangan Indeks Produksi Industri ............................................ 76 4.2. Hasil Analisis Model ...................................................................................... 77 4.2.1. Uji Stasioneritas Data........................................................................... 77 4.2.2. Penentuan Lag Leght Optimal.............................................................. 79 4.2.3. Uji Kausalitas Grager ........................................................................... 80 4.2.4. Hasil Estimasi Model Vector Autoregressive (VAR) .......................... 82 4.2.5. Hasil Impuls Response Function .......................................................... 84 4.2.5.1. Respon IHSG atas Guncangan Indeks Harga Konsumen ................. 84 4.2.5.2. Respon IHSG atas Guncangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika................................................................................... 85 4.2.5.3. Respon IHSG atas Guncangan Suplai Uang M2 ............................... 87 4.2.5.4. Respon IHSG atas Guncangan Indeks Produksi Industri .................. 88 4.2.6. Variance Decompotition ...................................................................... 89 4.3. Pembuktian Hipotesis .................................................................................. 92 4.4. Pembahasan .....................................................................................................93 4.4.1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar ................................................... 93 4.4.2. Indeks Harga Konsumen ......................................................................96 4.4.3. Suplai Uang M2 .....................................................................................99
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA xiv
4.4.4. Indeks Produksi Industri .................................................................... 102 4.5. Keterbatasan Penelitian ................................................................................106 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan .......................................................................................................107 5.2. Saran ..............................................................................................................109 LAMPIRAN
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA xv
DAFTAR TABEL 1.1. Nilai Kapitalisasi Pasar dan Nilai Transaksi Perdagangan Pada Tahun 19982008...................................................................................................................2 4.1. Hasil Uji ADF Pada Level-Trend and Intercept .............................................78 4.2. Hasil Uji ADF Pada First Difference-Trend and Intercept ............................79 4.3. Hasil Pengujian Lag Lenght Optimal ..............................................................80 4.4. Hasil Pengujian Grager Causality ...................................................................81 4.5. Hasil Estimasi Model VAR.............................................................................83 4.6. Variance Decompotition Pada Indeks Harga Saham Gabungan .....................90 4.7. Konsentrasi Rasio Beberapa Industri ..............................................................97 4.8. M2 dan IHSG di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 .....................................101 4.9. Kinerja Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2009...................................104 4.10. Peringkat Daya Saing Indonesia .................................................................105
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA xvi
DAFTAR GAMBAR 1.1. Grafik Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 1998:01-2010:01 .................... 3 1.2. Grafik Indeks Harga Konsumen Indonesia Tahun 2012:01-2014:12 .............. 8 1.3. Grafik Kurs Rupiah Terhadap Dolar Tahun 2012:01-2014:12 ........................ 9 2.1. Kurva Permintaan Uang untuk Spekulasi ...................................................... 30 2.2. Kerangka Berfikir........................................................................................... 52 3.1. Mekanisme Analisis Data .............................................................................. 60 4.1. Perkembangan Rata-Rata IHSG Periode 2007-2014 ..................................... 70 4.2.Perkembangan Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Periode 2007-2014 ......................................................................................... 72 4.3. Perkembangan Rata-Rata Jumlah Uang Beredar M2 Periode 2007-2014 ...... 74 4.4. Perkembangan Indeks Harga Konsumen Periode 2007-2014 ........................ 76 4.5. Perkembangan Rata-Rata Indeks Produksi Industri Periode 2007-2014 ....... 77 4.6.Respon Indeks Harga Saham Gabungan Atas Guncangan Indeks Harga Konsumen ...................................................................................................... 85 4.7. Respon Indeks Harga Saham Atas Guncangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika ............................................................................................... 86 4.8. Respon Indeks Harga Saham Gabungan Atas Guncangan Suplai Uang M2 ... 87 4.9. Respon Indeks Harga Saham Gabungan Atas Guncangan Indeks Produksi Industri ........................................................................................................... 89 4.10. Perkembangan Harga Komoditas Nasional dan Harga Komoditas Domestik ...............................................................................................................98
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan Pasar modal merupakan salah satu sarana bagi pihak yang kekurangan dana (perusahaan, pemerintah, rumah tangga, dan asing) untuk mendapatkan dana secara langsung dari pihak yang kelebihan dana (rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan warga asing) (Mishkin, 2004: 27). Pihak yang kekurangan dana akan menerbitkan Initial Public Offering (IPO) di pasar perdana untuk ditawarkan kepada para pemodal sebelum dicatatkan dibursa saham. Bentuk instrumen di pasar modal tersebut disebut efek, yaitu surat berharga berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran, dan produk turunan atau derivative (Samsul, 2006: 45). Di Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan sejarah panjang pasar modal Indonesia. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal di Indonesia semakin berkembang. Dilihat dari ukuranya, nilai kapitalisasi pasar Indonesia meningkat dari Rp 175.729 miliar di tahun 1998 menjadi Rp 1.076.491 miliar di tahun 2008. Ukuran pasar merupakan hal yang penting dalam pasar modal (Capasso, 2006). besarnya pasar dapat memobilisasi tabungan dengan memperbanyak ketersediaan instrumen keuangan, sehingga investor dapat menempatkan dananya ke dalam instrumen keuangan yang resikonya berbeda-beda (Antonios, 2010).
1 SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2
Tabel 1.1 NILAI KAPITALISASI PASAR DAN NILAI TRANSAKSI PERDAGANGAN PADA TAHUN 1998-2008 Tahun Nilai Kapitalisasi Pasar Nilai Transaksi Perdagangan 1998
175,729,000,000
99,648,703,000,000
1999
451,814,900,000
147,880,986,000,000
2000
259,621,200,000
122,744,800,000,000
2001
239,271,200,000
97,522,800,000,000
2002
268,776,600,000
120,762,900,000,000
2003
460,366,000,000
125,456,400,000,000
2004
679,949,100,000
247,006,900,000,000
2005
801,252,700,000
406,070,600,000,000
2006
1,249,074,000,000,000
445,708,000,000,000
2007
1,988,326,000,000,000
1,050,154,000,000,000
2008
1,076,491,000,000,000
1,064,528,000,000,000
Sumber : IDX statistik 2001-2008
Perkembangan pasar modal juga tercermin dari likuiditas pasar modal. Nilai transaksi perdagangan yang meningkat dari Rp 99.684,703 miliar pada tahun 1998 menjadi Rp 1064.528 miliar pada tahun 2008 menunjukkan peningkatan likuiditas pasar saham dari tahun ke tahun (IDX Fact Book, 2006-2009). Likuiditas pasar menjadi pertimbangan pemodal untuk berinvestasi. Pasar modal yang likuid dapat mengurangi keengganan melakukan investasi dalam jangka panjang karena investor dapat menjual saham yang dimilikinya dengan mudah.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3
Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) diolah
Gambar 1.1 IHSG TAHUN 1998:1-2010:01 Kinerja dari pasar saham juga bisa diamati dari pergerakan Indeks Harga Saham. Indeks Harga Saham merupakan sebuah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu jenis harga saham. Tampak pada Gambar 1.1, dari periode bulan Januari 1998 samapai bulan Januari 2010, IHSG bergerak secara fluktuatif. Dari bulan Maret 2008 sampai April 2009, IHSG mengalami penurunan hingga menyentuh 1722,77 poin. Dibanding bulan Februari 2008 sebelum terjadi penurunan, IHSG turun sebesar 36,69%. Hal tersebut dikarenakan jatuhnya bank investasi Lehman Brothers di USA yang berimbas pada pasar saham di Indonesia. Karena interlink keuangan dunia, kinerja pasar modal dalam negri tak luput dari dampak negatif. akibat kondisi tersebut, investror asing mulai mengurangi portofolio dananya di emerging market yang menyebabkan indeks di emerging market terkoreksi, termasuk IHSG di Indonesia (Laporan Tahunan, 2008: 126). IHSG setelah bulan April 2009 terus mengalami peningkatan.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4
Menurut Mankiw (2003: 496) ada dua alasan mengapa harga saham dikaitkan dengan aktivitas perekonomian. Pertama, karena saham adalah bagian dari kekayaan rumah tangga, penurunan dalam harga saham membuat orang lebih miskin dan menurunkan pengeluaran konsumen, yang juga menurunkan permintaan agregat. Kedua, penurunan dalam harga saham bisa mencerminkan berita buruk tentang kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Keterkaitan antara pasar saham dan perekonomian sangat penting bagi pembuat kebijakan. Pasar saham sering mengantisipasi perubahan dalam GDP riil dan juga data pasar saham tersedia lebih cepat daripada data GDP, pasar saham merupakan indikator ekonomi yang diamati secara ketat, naik turun, dapat dilihat dari sisi indeks yang dicapai pada saat itu khususnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari perdagangan terakhir. Pasar modal yang berkembang pada giliranya akan meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya keuangan dan selanjutnya mendorong efiensi alokasi sumber daya ekonomi. Namun, efiensi sumber daya keuangan ini tergantung efisiensi pasar modal dalam menenntukan harga-harga efek yang diperdagangkan (Rao dan Radjeswari, 2000). Jika harga-harga efek pada pasar tidak merefleksikan nilai yang sebenarnya dari aset, maka secara logis alokasi sumber daya keuangan dalam pasar modal tidak berlangsung secara efisien. Akibatnya, tingkat pengembalian investasi dan risiko investasi pada efek tersebut juga berlangsung kurang tepat. Arbitrage Pricing Teory mengemukakan bahwa return saham dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Salah satu risiko yang mempengaruhi perubahan pada
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5
return saham adalah perubahan tingkat inflasi yang tidak diantisipasi sebelumnya (Berry et all.1998). kenaikan laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan meningkatkan harga barang dan jasa, sehingga konsumsi akan menurun. Selain itu kenaikan harga faktor produksi juga akan meningkatkan biaya modal perusahaan. Sehingga pengaruh dari kenaikan laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan menurunkan harga saham. Inflasi merupakan salah satu variabel makro ekonomi yang sering kita dengar, menurut Arbitrage Pricing Theory, variabel
ekonomi seperti inflasi
merupakan salah satu hal yang mempengaruhi risiko return saham, jika kita pelajari lebih dalam mungkin akan ditemukan variabel-variabel makro ekonomi lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian (return) saham. Fluktuasi harga saham sangat ditentukan oleh kondisi fundamental perekonomian (Mchar, 1999). Penjelasan dampak faktor ekonomi terhadap harga saham, secara substansial dapat ditelusuri dari model discounted cash devided saham (Francis, 1991: 454; Rao dan Radjeswari, 2000). Menurut pendekatan ini, harga pasar saham merupakan rasio dari ekspektasi pembayaran dividen di masa depan terhadap discount rate. Dalam membuat keputusan investasi, seorang investor harus mampu menganalisis dan menggunakan informasi-informasi yang tersedia di pasar, baik mengenai kondisi makro ekonomi maupun kondisi lain terkait obyek investasi. Untuk memulai sebuah analisis akan prospek suatu perusahaan lebih baik jika dilakukan pada lingkungan ekonomi umum, yaitu dengan menguji kondisi ekonomi makro karena kondisi makro ekonomi bisa sangat berpengaruh terhadap
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6
kelangsungan hidup perusahaan melebihi kondisi internal perusahaan tersebut. Seorang analis saham mampu menganalisis dan meramalkan dengan lebih detail mengenai keuangan dan prospek saham perusahaan dengan melakukan pengujian kondisi ekonomi makro melalui variabel-variabel makroekonomi terhadap kinerja keuangan perusahaan. Karena gejolak yang terjadi pada perekonomian akan mempengaruhi sentimen para pelaku pasar saham dalam menentukan kepetusan investasinya. Seperti yang dimuat pada majalah Bisnis Tempo. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (29/2/2016) ditutup naik 37,80 poin atau 0,79 persen menjadi 4.770,95, seiring munculnya harapan positif mengenai data ekonomi domestik. Para analis memproyeksikan jika data ekonomi yang dirilis oleh BPS pada awal maret, sesuai dengan harapan pelaku pasar saham di dalam negeri yakni laju inflasi yang stabil, maka potensi Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan (BI rate) akan kembali terbuka. Tingkat inflasi Februari diperkirakan berada di kisaran level 0,2 sampai 0,51 persen, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Situasi tersebut akan memicu optimisme pelaku pasar saham di dalam negeri untuk melakukan aksi beli. Di sisi lain inveestor asing yang ikut melakukan aksi beli juga memberi dorongan pada indeks BEI bergerak di area positif. Pada majalah yang sama juga disebutkan (Selasa, 26 Juli 2016) Penguatan rupiah sepanjang juni 2016 telah berdampak positif terhadap saham-saham sektoral, seperti properti,konsumsi,perbankan dan infrastruktur. Dengan variasi sentimen pasar global saat ini, laju indeks harga saham gabungan dapat menguji resistensi kisaran 4.910 hingga 4.940 dengan suport di 4.880
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7
Fokus pasar saat ini bergeser ke rencana kebijakan moneter The Fed, menyusul optimisme pasar referendum di Inggris, yang akan membuat negara itu tetap berada di Uni Eropa. Kebijakan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat akan
berjalan
lebih
lambat
daripada
perkiraan
sebelumnya,
menyusul
perkembangan ekonomi, negara menghadapi sejumlah tantangan. Dolar Amerika Serikat sepanjang bulan Juni melemah sekitar 2,6 persen setelah pasar meyakini The Fed tidak akan menaikkan tingkat bunganya dalam waktu dekat. Hal ini menguntungkan pergerakan mata uang emerging market, termasuk rupiah, yang sudah menguat 2,3 persen terhadap dolar Amerika Serikat sepanjang Juni yang berada pada Rp 13.298. Beragam variabel makro ekonomi telah diidentifikasi berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Chen, Roll dan Ross (1986) menyimpulkan adanya 4 faktor, yaitu (1) perubahan inflasi, (2) perubahan indeks produksi industrial, (3) yield spread antara obligasi korporat low-grade dengan high-grade, dan (4) perbedaan yield obligasi pemerintah jangka panjang dengan obligasi pemerintah jangka pendek (T-bills). Rao dan Radjeswari (2000) melakukan study pada pasar modal india dengan 28 variabel makro ekonomi, diperoleh 3 faktor ekonomi makro umum yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, yaitu (1) aktivitas sektor riil domestik, (2) aktivitas sektor keuangan dan pasar modal, dan (3) aktivitas transaksi dengan luar negri. Pertumbuhan yang cepat pada pasar ekuitas negara berkembang termasuk Indonesia meningkatkan perhatian dari kedua pihak yakni investor dan ekonomi keuangan. Bagaimanapun studi empiris pada hubungan khusus antara variabel
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8
makro ekonomi seperti money supply dan harga saham pada negara ini terbilang masih terbatas. Oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih lanjut interaksi dan hubungan dinamis antara Indeks Harga Saham Gabungan dan variabel makro ekonomi. Selain money supply (M2) terdapat tiga variabel tambahan
dalam
peneletian ini yakni output riil yang diwakili variabel indeks produksi industri, Indeks Harga Konsumen (IHK), serta nilai tukar rupiah terhadap dolar (exchange rate).
Sumber : Statistik Ekonomi Indonesia bulanan (BI)
Gambar 1.2 INDEKS HARGA KONSUMEN INDONESIA TAHUN 2012:01 SAMPAI 2014:12
Tingkat kesehatan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari Indeks Harga Konsumenya, dimana laju pertumbuhan inflasi diperoleh dari perhitungan IHK tahun berjalan dikurangi IHK tahun sebelumnya dikalikan 100% agar didapat angka persentasenya. Peningkatan IHK akan memicu kemungkinan terjadinya inflasi. Bila inflasi terus meningkat akan memicu terjadinya distorsi ekonomi dan membuat iklim investasi di suatu negara menurun, hal tersebut juga akan mendorong penurunan harga aset yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9
penurunan tingkat pengembalian saham. Dari data tersebut terlihat bahwa pada bulan januari 2012 IHK di indonesia sebesar 130,9% selanjutnya di bulan januari 2013 IHK kita berada pada persentase 136,88% dan pada desember 2014 IHK kita turun dengan persentase 119 %.
Sumber : Statistik Ekonomi Indonesia bulanan (BI)
Gambar 1.3 KURS RUPIAH TERHADAP DOLAR TAHUN 2012:01 SAMPAI 2014:12 Dari data diatas terlihat bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, periode bulan januari 2012 sampai desember 2014 terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada januari 2012 kurs berada di angka Rp 8.999, Pada januari 2013 kurs naik ke level Rp 9.698 dan pada akhir 2014 kurs telah mencapai angka Rp 12.388. Penulis akan melihat bagaimana dan seberapa besar respon variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap shock yang terjadi pada variabel makroekonomi dalam penelitian ini yaitu, Indeks Harga Konsumen, nilai tukar Rupiah atas Dolar, M2 serta Indeks Produksi Industri, dengan menggunakan alat analisis vector autoregresive (VAR).
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana respon Indeks Harga Saham Gabungan terhadap shock yang terjadi pada variabel makro ekonomi meliputi Indeks Produksi Industri, Indeks Harga Konsumen, M2 dan nilai tukar rupiah atas dolar? 2. Bagaimanakah konstribusi Indeks Harga Konsumen, nilai tukar rupiah atas dolar, M2, dan Indeks Produksi Industri terhadap Indeks Harga Saham Gabungan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui respon Indeks Harga Saham Gabungan terhadap shock yang terjadi pada variabel makro ekonomi meliputi Indeks Produksi Industri, Indeks Harga Konsumen, M2 dan nilai tukar rupiah atas dolar. 2. Mengetahui konstribusi Indeks Harga Konsumen, nilai tukar rupiah atas dolar, M2, dan Indeks Produksi Industri terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11
1. Memberikan informasi tentang perkembangan variabel makro ekonomi meliputi Indeks Produksi Industri, Indeks Harga Konsumen, M2, dan nilai tukar rupiah atas dolar serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia periode 2007:01 hingga 2014:12. 2. Dengan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi semua pihak terutama stimulus kepada mahasiswa yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang moneter khususnya tentang pasar saham di Bursa Efek Indonesia. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi Bank Indonesia dalam menentukan kebijakan moneter khususnya mengenai pengaruh variabel makro ekonomi terhadap IHSG Indonesia. 1.5 Sistematika Skripsi Sistematika penulisan dalam skripsi ini terbagi menjadi lima bagian yang dalam pembahasanya saling terkait, yaitu : BAB 1: PENDAHULUAN Memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA Memuat landasan teori atau kerangka konsep yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Selain itu juga dikemukakan penelitian
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12
sebelumnya yang memiliki kesamaan dengan penelitian ini, serta hipotesis dan metode analisis. BAB 3: METODE PENELITIAN Memuat pendekatan penelitian yang digunakan, indentifikasi variabel, definisi operasional, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis. BAB 4: HASIL DAN PEMBAHASAN Memuat gambaran umum kebijakan moneter dan variabel-variabel operasional selama penelitian, deskripsi hasil uji empiris, analisis model dan pembuktian hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian. BAB 5: SIMPULAN DAN SARAN Memuat simpulan hasil penelitian yang ditarik oleh penulis dan saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Landasan Teori dan Definisi
2.1.1
Teori Permintaan Aaset Dengan asumsi faktor faktor lain dianggap tetap (cateris paribus) teori
permintaan aset menyatakan bahwa Jumlah permintaan aset berhubungan positif dengan kekayaan. Ketika kekayaan yang dimiliki seseorang meningkat maka mereka memiliki kemampuan untuk membeli Aset yang lebih banyak, hal ini akan meningkatkan jumlah permintaan terhadap suatu aset. Jumlah permintaan suatu aset berhubungan positif dengan perkiraan imbal hasil relatif terhadap aset alternatif. suatu aset akan lebih menarik untuk dimiliki ketika perkiraan imbal hasil dimasa depan tinggi. Jumlah permintaan aset berhubungan negatif dengan risiko imbal hasil. Jika risiko suatu aset meningkat relatif terhadap aset alternatif, maka jumlah permintaan atas aset tersebut akan turun. Jumlah permintaan aset berhubungan positif dengan likuiditas. Semakin likuid aset relatif terhadap aset lain maka aset tersebut semakin menarik, dan semakin besar jumlah yang diminta. (Miskhin:128) 2.1.2
Teori Pengaharapan Rasional John Muth dalam Miskhin (2004:157) mengembangkan teori pengharapan
rasional. Teori pengharapan rasional merupakan perbaikan dari hipotesis pengharapan adaptif yang dikembangkan Milton Friedman (Sarifudin,2009). Perbedaan antara pengharapan adaptif dengan pengharapan rasional adalah kalau
13 SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14
pengharapan adaptif pembentukan pengharapanya didasarkan pada pengalaman masa lalu, sedangkan pengharapan rasional pembentukan pengharapanya tidak hanya berdasarkan pengalaman masa lalu tetapi juga disasarkan pada keyakinan dimasa depan. Pengharapan rasional dapat dinyatakan sebagai berikut: pengharapan akan sama dengan proyeksi yang optimal (tebakan terbaik mengenai masa depan) dengan menggunakan semua informasi yang tersedia. Secara lebih formal, jika
X menunjukkan variabel yang akan diproyeksikan,
harapan atas variabel tersebut, dan
adalah
untuk proyeksi dari X dengan
menggunakan semua informasi yang tersedia, maka teori pengharapan rasional dapat ditulis sebagai berikut: = yakni, pengharapan X sama dengan proyeksi optimalnya dengan menggunakan semua informasi yang tersedia. Mengapa orang-orang berupaya agar harapanya sesuai dengan tebakan terbaiknya atas masa depan dengan menggunakan semua informasi yang tersedia? jawaban yang paling sederhana adalah jika orang tidak melakukanya, maka akan mengalami kerugian. Teori pengharapan rasional menyebabkan dua implikasi pembentukan harapan yang penting dalam menganalisis pasar modal maupun perekonomian agregat: 1. Jika terdapat perubahan dalam pergerakan variabel, cara dalam memperkirakan pembentukan variabel juga akan berubah. Misalnya suku bunga bergerak yang menunjukkan kecenderungan kembali pada tingkat
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15
normal dimasa yang akan datang. Jika suku bunga hari ini relatif lebih tinggi terhadap tingkat bunga normal. Teori pengharapan rasional mengimplikasikan bahwa ketika suku bunga hari ini tinggi, harapanya adalah bahwa suku bunga tersebut akan turun dimasa yang akan datang. 2. Secara rata-rata, kesalahan proyeksi atas pengharapan akan sebesar nol dan tidak dapat diprediksi sebelumnya. Kesalahan proyeksi atas pengharapan adalah, X-
yakni perbedaan realisasi dari variabel X dan
harapan dari variabel tersebut. Misalnya jika waktu mengemudi seseorang pada hari tertentu 45 menit dan harapanya adalah 40 menit, maka kesalahan proyeksi tidak sama dengan nol tapi 5 menit. Ketika seseorang tersebut merevisi proyeksinya naik sebesar 5 menit, secara rata-rata, kesalahan proyeksi akan sama dengan nol sehingga kesalahan proyeksi tersebut tidak dapat diprediksi sebelumya. Insentif untuk menyamakan harapan dengan proyeksi optimal sangat besar khususnya, dipasar keuangan (Mishkin, 2004:149). Di pasar keuangan, orangorang dengan perkiraan yang lebih baik akan menjadi kaya. Penerapan teori pengharapan rasional pada pasar keuangan disebut sebagai hipotesis pasar efisien atau teori pasar modal yang efisien. 2.1.3
Hipotesis Pasar Efisen Aplikasi dari teori pengharapan rasional terhadap harga saham dan
sekuritas lainya disebut hipotesis pasar efisien (Mishkin,2004:160)
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16
- +c =
dimana: : perkiraan tingat imbal hasil yang disyaratkan : harga sekuritas pada periode t+1, akhir dari periode kepemilikan : harga sekuritas pada periode t, awal dari periode kepemilikan C
: pembayaran tunai (kupon atau dividen) yang dibuat dalam periode hingga t+1
Hipotesis pasar efisien menganggap penghargaan atas harga di masa depan sama dengan proyeksi optimal dengan menggunakan semua informasi yang tersedia. Dengan kata lain, pengharapan pasar dari harga sekuritas di masa depan adalah rasional, sehingga = yang selanjutnya mengakibatkan perkiraan imbal hasil atas sekuritas akan sama dengan proyeksi optimal dari imbal hasil tersebut: = Harga sekarang di dalam sebuah pasar keuangan akan dibentuk sedemikian rupa sehingga proyeksi optimal dari imbal hasil sekuritas dengan menggunakan semua informasi yang tersedia sama dengan imbal hasil
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17
keseimbangan dari sekuritas tersebut (Mishkin, 2007:161). Misalkan, sebuah saham biasa memiliki imbal hasil keseimbangan 10% dan harga sekarang adalah lebih kecil daripada proyeksi optimal harga besok
sehingga
proyeksi optimal dari imbal hasil per tahun lebih besar dari 10% . Imbal hasil saham tersebut tinggi tapi tidak normal. Situasi ini disebut peluang keuntungan yang tidak tereksploitasi karena investor dapat memperoleh imbal hasil tinggi yang tidak normal dari saham tersebut karena
<
, investor akan membeli
lebih banyak yang selanjutnya akan menaikkan harga saham, naik dari harga sekarang relatif terhadap harga perkiraan dimasa depan, sehingga menurunkan . ketika harga sekarang naik sedemikian rupa sehingga
sama dengan
dan kondisi pasar efisien terpenuhi, maka pembelian saham tersebut berhenti, dan peluang keuntungan yang tidak tereksploitasi hilang. Hipotesis pasar efisen didasarkan pada sumsi bahwa harga-harga dari sekuritas di pasar keuangan sepenuhnya mencerminkan semua informasi yang tersedia. Pada pasar yang efisien, informasi mengenai pertumbuhan variabel makroekonomi baik dimasa sekarang maupun dimasa lalu terefleksi penuh pada harga aset sehingga investor tidak dapat merumuskan aturan jual beli saham yang menguntungkan dengan menggunakan ketersediaan informasi (Habibullah dan Baharumsyah,1996) Sehingga bila informasi yang diumumkan sudah diperkirakan harga saham tidak akan berubah. Informasi baru yang tidak diperkirakan sebelumnya yang mamapu membawa perubahan pada harga saham.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 18
2.1.4
Pasar Modal Pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen
keuangan atau sekuritas jangka panjang yang diperjualbelikan, baik dalam bentuk surat hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta (Husnan, 1996:3). Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai pasar yang memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstarak. dalam bentuk konkritnya, produk yang diperjualbelikan dipasar modal berupa lembar surat-surat berharga di bursa efek (Tandelilin 2001:1). Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:2) ada beberapa manfaat pasar modal. Pertama adalah menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. Kedua, pasar modal dapat digunakan sebagai sarana investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan diversifikasi investasi. secara umum pasar modal digolongkan menjadi dua macam, yaitu pasar primer dan sekunder. pembagian tersebut digunakan untuk melaksanakan mekanisme perdagangan di bursa efek sebagaimana diatur dalam UU pasar modal bentuk perdagangan saham di bursa efek harus melalui dua tahap yaitu pasar primer dan pasar sekunder. a. Pasar Primer (Primary Market) Pasar primer adalah pasar keuangan yang mengeluarkan jaminan berupa surat berharga yaitu obligasi atau saham yang dijual kepada pembeli oleh perusahaan atau instansi pemerintah (Mishkin 1997:23). Surat berharga yang baru
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19
dikeluarkan oleh perusahaan baik untuk perusahaan yang baru go public atau untuk surat berharga baru (seasoned new issue) jika perusahaan go public. b. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder adalah pasar keuangan di mana sekuritas yang telah diterbitkan sebelumnya dapat dijual kembali (Mishkin 1997:23). Pasar ini merupakan tempat diperjualbelikanya surat berharga yang sudah beredar di publik. Pasar sekunder dapat dibedakan menjadi pasar bursa saham (Stock Exchange Market) dan Over the Counter Market (OTC). sekuritas dari perusahaan kecil biasanya diperdagangkan
di
OTC,
sedangkan
sekuritas
perusahaan
besar
diperjualbelikan di bursa efek. Pasar modal menyediakan berbagai macam instrumen investasi yang dapat dipilih oleh investor sesuai dengan tingkat toleransinya terhadap risiko. Instrumen di pasar modal merupakan semua surat-surat berharga (securities) yang diperdagangkan di bursa efek. berikut ini macam-macam surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek : 1. Saham (Stock) Menurut Huda dan Nasution (2007:60-61) saham merupakan surat bukti kepemilikan atas sejumlah modal dalam suatu perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) dalam nominal ataupun persentase tertentu. pada umumnya saham yang diterbitkan oleh perusahaan (emiten) yang melakukan penawaran umum (Initial Public Offering) ada dua macam yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock). 2. Obligasi (Bonds)
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20
Sekuritas ini dikenal sebagai fixed income securities. Menurut Jogiyanto (2000:150) obligasi didefinisikan sebagai surat tanda utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu perusahaan atau pemerintah dengan imbalan bunga serta pembayaranya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Obligasi Konversi Obligasi ini tidak berbeda dengan obligasi biasa, hanya saja obligasi jenis ini dapat dikonversikan menjadi saham biasa pada waktu tertentu atau sesudahnya. 4. Right Sekuritas ini merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegang saham biasa (common stock) untuk membeli saham baru dari perusahaan yang mengeluarkan pada waktu yang telah ditentukan. 5. Opsi (Option) Opsi merupakan produk turunan (derifatif) dari efek (saham dan obligasi). Ada dua istilah dalam option yaitu call option dan put option. Call option memberikan hak pada pemegangnya untuk membeli saham pada harga yang telah ditentukan. Sedangkan pada put option pemegang saham mempunyai hak untuk menjual saham pada saat yang telah ditentukan. 6. Waran (Warrant) Sekuritas ini termasuk produk derivatif dari saham biasa yang bersifat jangka panjang dan memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham atas nama dan dengan harga tertentu dari perusahaan yang menerbitkan waran tersebut.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21
2.1.4.1 Pengertian Indeks Harga Saham Indeks harga saham merupakan indikator pergerakan harga saham (Jakarta Stock Exchange, 2016). Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu, bila indeks mengalami kenaikan berarti secara umum sebagian besar harga saham di bursa mengalami kenaikan begitu juga sebaliknya. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa kenaikan indeks harga saham tidak mencerminkan kenaikan seluruh harga yang ada di pasar modal. Anoaga dan piji (2001:100-104) mengatakan, secara sederhana yang disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainya. Demikian pula dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu. Seperti dalam penentuan indeks, dalam pengukuran indeks harga saham kita juga membutuhkan dua macam waktu yaitu waktu dasar dan waktu berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu berlaku adalah waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan dengan waktu dasar. Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima funsi (BEI,2008) yaitu: 1. Sebagai indikator tren pasar, 2. Sebagai indikator tingkat keuntungan,
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22
3. Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio, 4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif, 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. Indeks-indeks tersebut adalah: (Jakarta Stock Exchange, 2016). a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menggunakan semua perusahaan yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks, agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar. Bursa Efek Indonesia (BEI) berwenang mengeluarkan dan atau tidak memaksukkan satu atau beberapa perusahaan tercatat dari perhitungan IHSG. b. Indeks Sektoral Menggunakan semua perusahaan tercatat yang termasuk dalam masing-masing sektor. Sekarang ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, barang konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan jasa, dan manufaktur. c. Indeks LQ45 Indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review serta penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. d. Jakarta Islamic Index (JII)
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23
Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (daftar efek syariah yang diterbitkan oleh Bapepam LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas. e. Indeks Kompas 100 Indeks yang terdiri dari 100 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteriakriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian dilakukan setiap 6 bulan. f. Indeks BISNIS-27 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan tata kelola perusahaan. g. Indeks PEFINDO25 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (small medium enterprises/SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham perusahaan tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti : total aset, tingkat pengembalian modal, (return on equity/ ROE) dan opini akuntan publik selain
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 24
kriteria tersebut diatas, diperhatikan pula faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. h. Indeks SRI-KEHATI Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia denga yayasan keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Suistainable Responsible Invesment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham perusahaan tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti: total aset, price earning ratio (PER) dan free float. i. Indeks Papan Utama Merupakan indeks harga saham yang didasarkan pada kelompok saham yang masuk dalam kriteria papan utama yaitu perusahaan besar dengan track record yang baik. j. Indeks Papan Pengembangan Merupakan indeks harga saham yang didasarkan pada kelompok saham yang masuk dalam kriteria papan pengembangan yaitu perusahaan-perusahaan yang belum bisa memenuhi prasyaratan papan utama tetapi masuk kategori perusahaan berprospek. k. Indeks Individual
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25
Indeks Harga Saham Individual (IHSI) pertama kali dicantumkan dalam daftar krus efek harian sejak tanggal 18 April 1983. Indeks ini merupakan indikator perubahan harga suatu saham dibandingkan dengan harga perdananya.
2.1.4.2 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Berbagai jenis indeks harga saham tersebut di atas, dalam penelitian ini hanya menitikberatkan pada IHSG sebagai objek penelitian karena IHSG merupakan proyeksi dari pergerakan sebuah saham biasa dan saham preferen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Indeks haraga saham gabungan pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia baik saham biasa maupun saham preferen. (Jakarta Stock Exchange, 2016) Indeks ini merupakan indikator pergerakan harga dari seluruh saham yang diwakilinya. Misalnya IHSG yang mewakili seluruh pergerakan harga saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia atau Jakarta Industrial Classification (JASICA) yang mewakili pergerakan harga dari sektor industri tertentu. Indeks disini akan akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Dalam pengukuran indeks haraga saham kita memerlukan juga dua macam waktu yaitu waktu dasar dan waktu yang berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan dikurangi waktu yang berlaku, sedangkan waktu yang berlaku merupakan waktu dimanan kegiatan akan diperbandingkan dengan waktu dasar. Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif, ditunjukkan
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26
dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya menunjukkan keadaan yang diinginkan . Keadaan stabil ditunjukkan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu ditujjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan. Untuk mengetahui besarnya IHSG digunakan rumus sebagai berikut (Anoaga dan Pakarti,2001: 102): ∑
-
IHSG =
X100% ..............................................................(2.1) ∑
Dimana : ∑
: Nilai harga saham pada waktu berlaku
∑
: Nilai harga saham pada periode sebelumnya
Dasar pertimbanganya antara lain, jika jumlah saham perusahaan yang tercatat tersebut dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham perusahaan tercatat itu berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan indeks. Indeks harga saham gabungan ialah milik Bursa Efek Indonesia, yang mana tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark) 2.1.5 Pengertian Makroekonomi Teori makroekonomi memperhatikan aspek-aspek yang menyeluruh (makro) dari kegiatan ekonomi (Sukirno, Sadono 2000:3) dalam menganalisis makroekonomi yang perlu diperhatikan adalah tentang kebijakan pemerintah dalam mengelola kegiatan perekonomian. Dalam aspek ini yang diperhatikan adalah tentang kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 27
masalah-masalah seperti Jumlah uang beredar, nilai tukar, Output riil, serta Indeks Harga Konsumen (IHK).
2.1.5.1 Pengertian dan Fungsi Uang Uang merupakan sesuatu yang secara umum diterima untuk penyelesaian utang atau kewajiban. Pada umumnya uang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat menjadi media tukar menukar barang atau jasa dalam sistem transaksi perdagangan. Disamping media transaksi, uang juga memiliki beberapa fungsi yang lain. Fungsi-fungsi tersebut adalah: (Sunariyah, 2011: 68-69) 1. Uang adalah standar ukuran nilai. Berarti bahwa nilai relatif suatu barang atau jasa ditentukan oleh media yang disebut uang. 2. Uang merupakan media pertukaran. Uang digunakan sebagai penentu jumlah dan nilai barang atau jasa yang dipertukarkan. 3. Uang sebagai komoditas. Dewasa ini uang berperan pula sebagai komoditas yang diperdagangkan guna memenuhi kebutuhan terhadap mata uang asing. 2.1.5.1.1 Teori permintaan uang oleh John Mynard Keynes John Maynard Keynes dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money memberikan pandangan tentang teori permintaan uang yang disebut juga dengan Theory of Liquidity Preference. Menurut Keynes terdapat tiga motif memegang uang yaitu : 1. Motif transaksi 2. Motif berjaga-jaga
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28
3. Motif spekulasi Motif pertama individu memegang uang adalah untuk keperluan transaksi. Keynes menyatakan, bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung pada pendapatan. makin tinggi tingkat pendapatan makin besar keinginan akan uang kas untuk transaksi (Nopirin,2000:117). Motif kedua individu memegang uang adalah berjaga-jaga atau keperluan transaksi yang tidak terduga di masa mendatang. Permintaan uang yang didasari motif berjaga-jaga proporsional terhadap pendapatan. Motif ketiga permintaan uang adalah motif spekulasi yakni motif yang didasari oleh keinginan seseorang untuk mendapatkan jumlah uang kas yang melebihi untuk keperluan transaksi serta untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk yang paling lancar (uang). Uang kas yang disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun kekayaan (store of value). Besarnya permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut keynes, ditentukan oleh perbandingan hasil dari bentuk kekayaan yang lain. Misalnya ada dua bentuk kekayaan yaitu uang (money) dan obligasi (bond). Apabila memegang uang, maka hasil yang diperoleh tidak ada namun memperoleh kemudahan untuk melakukan transaksi, dengan memegang obligasi, seseorang akan memperoleh bunga. makin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan masyarakat untuk memegang uang kas untuk tujuan / motif spekulasi (Nopirin, 2000:119). apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas makin besar atau tinggi maka orang lebih baik memegang obligasi. Keinginan masyarakat akan uang kas
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29
akan makin kecil. sebaliknya, makin rendah tingkat bunga makin besar keinginan masyarakat untuk menyimpan uang kas. Hipotesis keynes menyatakan bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga normal berdasarkan pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-baru ini terjadi. Tingkat bunga normal artinya suatu tingkat bunga yang menyebabkan masing-masing orang bersikap indifferent (tidak acuh) apakah dia akan memegang uang atau memegang obligasi. selain itu, setiap terjadi perubahan (penyimpangan), tingkat bunga diharapkan akan kembali ke tingkat bunga normal, apabila tingkat bunga kenyataan berada diatas nornal, maka masyarakat akan mengharapkan tingkat bunga tidak akan naik lagi dan diperkirakan akan turun/kembali ke tingkat bunga normal tersebut. Tingkat bunga yang berada diatas tingkat bunga normal, maka seluruh uang yang dialokasikan untuk spekulasi akan diwujudkan dalam bentuk obligasi pada saat tingkat bunga berada dibawah tingkat bunga normal dia akan memegang kas seluruhnya. Hubungan antara tingkat bunga normal dengan jumlah uang yang dipegang dapat dilihat pada gambar berikut : Berdasarkan gambar 2.1 dibawah, gambar pertama menunjukkan adanya hubungan negatif antara tingkat bunga (r) dengan permintaan uang untuk spekulasi (
) . Gambar kedua menunjukkan
adanya liquidity trap bagian horizontal dari permintaan uang kas pada tingkat bunga
. Liquidity trap menggambarkan bahwa pada tingkat bunga yang rendah,
elastisitas permintaan uang kas menjadi tak terhingga.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 30
tingkat bunga (r)
tingkat bunga (r)
.......................
Sumber : Nopirin , 2000:120
Gambar 2.1 Permintaan Uang untuk Spekulasi
Masyarakat tidak akan memegang surat berharga pada tingkat bunga
,
karena mereka memperkirakan bahwa dari memegang surat berharga pada tingkat lebih rendah daripada kerugian yang timbul karena kenaikan tingkat bunga di masa datang. Masyarakat memperkirakan bahwa tingkat bunga akan naik, karena tingkat bunga
sangat rendah dan tidak mungkin turun lagi. Motif spekulasi ini
yang dijadikan oleh masyarakat atau para investor untuk memutuskan apakah mereka akan menginvestasikan dananya dalam bentuk tabungan atau surat berharga. hal ini dapat mempengaruhi harga saham di pasar modal. Lebih lanjut Tobin mengembangkan model permintaan uang untuk spekulasi, ide dasarnya adalah bahwa tidak hanya masyarakat peduli terhadap perkiraan tingkat pengembalian atas suatu aset terhadap aset lainya ketika memutuskan apa yang harus dipegang dalam portofolionya, tetapi mereka juga peduli terhadap risiko tingkat pengembalian yang diperoleh dari masing-masing
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31
aset. Dia mengasumsikan bahwa sebagian besar orang adalah penghindar risiko (risk averse), mereka bersedia memegang aset dengan perkiraan tingkat pengembalian yang lebih rendah kalau risikonya lebih sedikit. Salah satu karakteristik uang adalah tingkat pengembalianya pasti. Sebaliknya obligasi mempunyai fluktuasi harga yang cukup besar,dan tingkat pengembalianya dapat sangat berisiko dang kadang kadang negatif, jadi meskipun perkiraan tingkat pengembalian dari obligasi melebihi perkiraan tingkat pengembalian uang, orang orang masih akan memegang uang sebagai penyimpan kekayaan karena uang memiliki risiko yang lebih kecil terkait dengan tingkat pengembalianya daripada risiko obligasi. (Mishkin:199-200) 2.1.5.1.2 Penawarang Uang Penawaran uang merupakan satu elemen utama dalam penentuan tingkat bunga di suatu pasar. Penawaran uang (nominal penawaran uang) dikendalikan oleh bank sentral dan diatur oleh pemerintah. Penawaran uang tidak ditentukan oleh tingkat bunga disuatu pasar tetapi ditentukan oleh kebijakan pemerintah. Lebih lanjut diasumsikan bahwa tingkat penawaran uang pada suatu pasar inelastis. 2.1.5.1.3 Faktor-Faktor yang Menentukan Penawaran Uang. 1. Tingkat Bunga. Dalam perekonomian modern ini bank komersial memainkan peranan penting dalam penentuan penawaran uang pada suatu sistem perekonomian. Biasanya bank komersial memberikan fasilitas potongan pinjaman pada institusi atau individu. Kebijakan tersebut akan menarik minat para institusi maupun individu yang dapat meningkatkan permintaan pinjaman
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32
pada suatu perekonomian. Dalam menjalankan operasi sebagai lembaga keuangan , sebagian kebutuhan dana bank komersial meminjam dari bank sentral. Dana dengan bunga yang murah tersebut disalurkan kembali ke masyarakat., sebagai pinjaman komersial. maka mekanisme pasar keuangan akan mendorong bank komersial untuk memberi potongan kepada para nasabahnya. Hal ini akan mengakibatkan permintaan uang dari bank a juga akan naik. Dengan demikian tingkat bunga dapat digunakan untuk mendorong investasi dalam masyarakat. 2. Lender of resort, moral suassion, dan legal reserve requirment. Dengan beberapa alat ini bank sentral dapat secara aktif menyedot peredaran uang atau sebaliknya mendorong peredaran uang. 3.Operasi surat berharga pemerintah. Peredaran dan penawaran uang juga dapat dipengaruhi oleh surat berharga pemerintah (treasury bills). Biasanya, bank komersial membeli banyak surat berharga yang dikeluarkan oleh bank sentral. Apabila bank komersial membeli banyak surat berhaga, berarti bahwa uang yang dikeluarkan bank komersial tersebut akan masuk ke bank sentral. Pada dasarnya pembelian surat berhaga tersebut merupakan proses menarik uang dari sirkulasi di masyarakat. 4. Perdagangan valuta asing sebagai komoditas. Peredaran uang dapat meningkat karena kunjungan/ kedatangan turis asing, ekspor barang dan jasa ke negara lain, dan investasi asing. Hal ini menyebabkan peredaran uang meningkat mengingat mata uang asing harus ditukar dengan mata uang lokal. Apabila perdagangan antar negara meningkat
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33
maka uang asing yang masuk di suatu negara perlu ditukar dengan uang lokal. Kondisi sebaliknya juga akan terjadi, bila turis outbond, impor dan investasi keluar negri. Kebutuhan akan valuta asing dapat menyedot peredaran uang lokal dalam suatu perekomian negara. 2.1.5.1.4 Hubungan Penawaran Uang Dengan IHSG Secara konsep, harga saham adalah keinginan untuk membeli saham sama dengan nilai sekarang deviden, harga saham baik diperkirakan dimasa yang akan datang maupun harga saham yang diperkirakan ketika saham tersebut dijual (Keran,1971). Jadi harga saham hari ini yang dinilai investor akan naik jika dividen yang diperkirakan/diharapkan naik atau jika harga saham yang diperkirakan ketika saham tersebut dijual naik (capital gain). Harga saham yang diperkirakan
dibentuk dari dua pendekatan. Jika harga saham dibentuk dari
pengalaman masa lalu, maka dinamakan pendekatan hipotesis ekspektasi adaptif. pendekatan lain, harga saham yang diperkirakan didasarkan pada keyakinan akan dimasa yang akan datang. Jalur utama penawaran uang dalam mempengaruhi dividen melalui pendapatan perusahaan sekarang dan yang diperkirakan dimasa yang akan datang (Homa, Kenneth E. dan Dwight W. Jaffe, 1971). Asumsi permintaan uang tetap, penurunan penawaran uang akan meningkatkan suku bunga dan mengurangi pengeluaran investasi yang sensitif terhadap suku bunga. Penurunan pada pengeluaran investasi ini akan menyebabkan penurunan penjualan perusahaan dan kemudian menurunkan pendapatan perusahaan. Penurunan pendapatan perusahaan akan menurunkan dividen dan akan menurunkan harga saham.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34
Beberapa
hipotesis
menjelaskan
reaksi
harga
saham
terhadap
pengumuman uang (Tessaromatis dan Triantafillow, tanpa tahun). Pertama, “hipotesis kebijakan antisipasi” menyatakan investor mungkin percaya bahwa Bank Sentral akan bereaksi terhadap pertumbuhan uang yang tidak terduga dengan secara cepat merubah kebijakan moneternya menjadi kontraktif yang menyebabkan tingkat suku bunga naik. Antisipasi dari tingginya suku bunga di masa yang akan datang menyebabkan investor menjual sahamnya sehingga harga saham turun. Kedua, “ hipotesis inflasi premium” menyatakan investor menaikkan pengharapan inflasi ketika pengumuman uang yang tak terduga terjadi. Tingginya pengharapan inflasi dapat menekan harga saham melalui beberapa jalur. Inflasi menurunkan laba riil perusahaan setelah pajak, penurunan laba riil perusahaan menurunkan daya saing tingkat pengembalian saham perusahaan (Feldstein, 1980 dan Summer, 1981). Ketiga, hipotesis yang dikemukakan oleh comel (1983) didasarkan pada informasi bahwa kejutan moneter tercermin pada permintaan uang di masa yang akan datang. Peningkatan persediaan uang yang tidak terduga merupakan pertanda bagi investor bahwa permintaan uang secara agregat lebih besar dari yang diperkirakan. Jika permintaan uang tergantung pada output yang diperkirakan di masa yang akan datang, maka pengembalian persediaan uang yang tidak terduga membuat investor memperkirakan output di masa yang akan datang yang lebih besar. Perkiraan output riil yang meningkat mengindikasikan keuntungan yang meningkat di masa yang akan datang.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 35
2.1.5.2 Pengertian Nilai Tukar Nilai Tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainya (Salvatore 1997:9). Nilai tukar rupiah merupakan nilai dari sutu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhahadap Dollar AS, nilai tukar rupiah atas Yen dan lainya. Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut dengan apresiasi sedangkan penurunan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut depresiasi. Nilai tukar akan berubah sepanjang waktu seiring dengan berubahnya permintaan dan penawaran. Perubahan nilai tukar antar mata uang suatu negara terhadap negara lain dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi di negara yang bersangkutan, seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga diskonto, tingkat output, intervensi pemerintah di pasar valuta asing, harapan pasar atas nilai mata uang yang akan datang, atau hubungan yang terjadi dari berbagai faktor (Madura, 2000:89-99). Pergerakan nilai tukar biasanya diukur dalam persentase sepanjang priode tertentu, seperti satu tahun atau satu bulan. Fluktuasi nilai tukar ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai Tukar =
X 100%.......................................................(2.2)
Keterangan : adalah nilai tukar spot periode ini adalah nilai tukar spot periode sebelumya
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 36
Rumus diatas hanya berlaku di negara yang menganut sistem devisa mengambang, karena di negara yang menganut sistem ini fluktuasi nilai tukar dimungkinkan terjadi. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam bisnis internasional harus terus memonitor nilai tukar karena arus kas mereka sangat tergantung pada gejolak nilai tukar. Nilai tukar atau kurs mengukur nilai suatu valuta dari perspektif valuta lain (Madura, 2000:86). Sejalan dengan berubahnya kondisi perekonomian, perubahan nilai tukar juga bisa berubah secara substansial 2.1.5.2.1 Penentuan Nilai Tukar Faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura,1993): 1. Faktor Fundamental Faktor fundamental berhubungan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, tingkat suku bunga, perbedaan tarif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi dari Bank Sentral. 2. Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya. 3. Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insindentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau beritaberita sudah berlalu maka nilai tukar akan kembali normal.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 37
2.1.5.2.2 Sistem Nilai Tukar Menurut Madura (2006: 219-226), ada beberapa jenis sistem nilai tukar yang ditentukan oleh pemerintah, antara lain : 1. Sistem Nilai Tukar tetap Nilai tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan campur tangan untuk menjaga agar fluktuasi tetap dalam kisaran yang diinginkan. Pada situasi tertentu bila diperlukan pemerintah akan melakukan pemotongan nilai mata uangnya (devalue) terhadap mata uang negara lain. Pada kondisi lain, pemerintah dapat mengembalikan nilai mata uang (revalue) atau meningkatkan nilai mata uangya terhadap mata uang negara lain. 2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas Sistem nilai tukar mengambang bebas adalah sistem nilai tukar yang ditentukan oleh pasar, tanpa campur tangan pemerintah sedikitpun. Bila pada sistem tetap tidak diperbolehkan adanya fleksibilitas nilai tukar, pada sistem mengambang bebas memperbolehkan adanya fleksibilitas secara penuh. Pada kondisi nilai tukar mengambang, nilai tukar akan disesuaikan secara terusmenerus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut. Sistem mengambang bebas adalah kondisi ekonomi suatu negara akan lebih terlindungi dari kondisi ekonomi negara lain. Sistem nilai tukar mengambang yaitu bahwa bank sentral tidak perlu selalu mempertahankan, nilai
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 38
tukar dalam kisaran tertentu. Lebih jauh lagi pemerintah tidak perlu terlalu mengkhawatirkan dampak dari kebijakan yang mungkin dapat mempengaruhi nilai tukar berdampak negatif. 3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali Sistem nilai tukar yang ada saat ini pada sebagian besar mata uang berada di antara sistem tetap dan mengambang bebas. Fluktuasi nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada batasan yang resmi. Hal yang sama dengan sistem tetap, dan pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. Sistem seperti ini disebut sebagai sistem mengambang terkendali (managed float). 4. Sistem Nilai Tukar Terikat Beberapa negara menggunakan sistem nilai tukar terikat (pegged exchange rate), di mana mata uang lokal mereka dikaitkan nilainya pada sebuah valas atau pada jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut. Oleh karena itu apabila nilai tukar suatu mata uang valuta asing berubah maka otomatis nilai tukar mata uang lokalnya juga akan ikut berubah. 2.1.5.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar mata uang dalam negri terhadap mata uang asing. Faktor-faktor tersebut antara lain :
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 39
a. Laju Inflasi Relatif Perdagangan internasional baik dalam bentuk barang ataupun jasa menjadi dasar utama dalam perdagangan valuta asing, sehingga perubahan dalam negeri terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Misalnya, jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang di Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga permintaan akan barang yang diperdagangkan tersebut mengalami penurunan. b. Tingkat Pendapatan Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga barang luar negeri. Laju pertumbuhan riil domestik diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil domestik akan meningkatkan permintaan permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia. c. Suku Bunga Relatif Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktifitas investasi dalam negeri menjadi lebih menarik bagi investor dalam negeri maupun luar negeri. Terjadinya penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga di dalam atau di luar negeri. Dengan sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 40
d. Kontrol Pemerintah Menurut Madura (2003:114), bahwa kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal termasuk usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing, perdagangan luar negeri dan melakukan intervensi. Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang dalam negeri yang bersangkutan, sehingga membuat kondisi nilai tukar dalam negeri tetap dalam batas-batas yang ditentukan. e. Ekspektasi Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valas adalah ekspektasi atau nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Sebagai contoh, berita mengenai akan naiknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual dollar, karena diperkirakan nilai dollar akan turun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai tukar dollar dalam pasar valuta asing. 2.1.5.2.4 Hubungan Nilai Tukar Dengan Harga Saham Fluktuasi nilai Rupiah terhadap mata uang asing akan sangat mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, terutama pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs Rupiah terhadap Dollar AS misalnya, akan memberikan dampak terhadap perkembangan hasil produksi Indonesia ke luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Jika hal ini terjadi secara tidak langsung maka akan
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 41
mempengaruhi neraca perdagangan yakni menurunya nilai ekspor dibandingkan dengan nilai impor. Dan apabila hal ini terjadi, berarti akan berpengaruh pula pada neraca pembayaran yang ada di Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran tentu akan berpengaruh terhadap cadangan devisa. Jika cadangan devisa berkurang, maka akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian yang berdampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal sehingga memyebabkan capital outflow, kemudian jika terjadi penurunan kurs yang berlebihan, maka akan berdampak pada perusahaan go public yang menggantungkan faktor produksi terhadap barang-barang impor. Besarnya belanja impor perusahaan seperti ini bisa meningkatkan biaya produksi, sehingga menyebabkan turunya laba perusahaan dan dapat ditebak harga saham perusahaan tersebut akan ikut anjlok. 2.1.5.3 Indeks Harga Konsumen Perubahan harga-harga yang berlaku dari waktu ke waktu tidak menunjukkan adanya konsistensi. Tingkat perubahanya cenderung berbeda, perubahan biasanya terjadi terhadap barang yang secara umum banyak diperlukan. Prosentase perubahanya tidaklah sama dari satu barang dengan barang lainya. Sebagaian barang mungkin tidak menunjukkan perubahan bahkan beberapa barang berubah dengan tingkat yang berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain. Perbedaan tingkat perubahan ini sangat menyulitkan dalam perhitungan dan evaluasi kondisi perubahan ekonomi suatu negara.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 42
Dalam banyak keperluan dan perhitungan, harga yang digunakan harus menggambarkan harga yang berlaku dalam suatu negara. Untuk itu dibuat besaran yang dapat menggambarkan tingkat perubahan harga-harga secara umum. Besaran harga ini dinyatakan dalam indeks harga. Indeks harga yang umum digunakan untuk menyatakan tingkat harga dari barang-barang yang diperlukan oleh konsumen disebut indeks harga konsumen atau IHK. IHK adalah suatu indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk atau rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Jenis barang dan jasa tersebut dikelompokkan menjadi 7 kelompok, yaitu bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olahraga serta transportasi dan komunikasi (Badan Pusat Statistik, 2016). IHK diukur dengan “keranjang” harga barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga di perkotaan. Jika sepanjang tahun berjalan, biaya dari “keranjang” barang dan jasa tersebut naik dari 500$ menjadi 600$, berarti IHK naik sebesar 20%. IHK juga dinyatakan sebagai indeks harga dengan tahun dasar sama dengan 100 (Frederic Miskhin: 28). Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index - CPI) merupakan suatu ukuran atas keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Indeks harga konsumen biasanya digunakan untuk memperhatikan perubahan biaya hidup dari waktu ke waktu. Ketika indeks harga konsumen meningkat, rata-rata keluarga harus membelanjakan lebih banyak uangnya untuk mempertahankan standar hidupnya agar tetap stabil. Para ekonom menggunakan
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 43
istilah inflasi untuk menggambarkan situasi dimana harga barang-barang meningkat. Laju inflasi merupakan persentase perubahan tingkat harga dari jangka waktu sebelumnya. Perhitungan indeks harga konsumen dan laju inflasi oleh Biro Statistika Tenaga Kerja menggunakan data harga ribuan jenis barang dan jasa. Untuk melihat bagaimana sesungguhnya data-data statistik tersebut dibentuk, dapat diandaikan sebuah perekonomian rekaan yang sangat sederhana, yang hanya mengkonsumsi dua macam barang, yakni hotdog dan hamburger. Berikut ini adalah lima tahapan yang dilakukan oleh Biro Statistika dalam menghitung inflasi tersebut (Mankiw, 2006:31), yakni: 1. Tentukan isi keranjangnya. Langkah pertama dalam menghitung indeks harga konsumen adalah dengan menentukan harga-harga paling penting bagi rata-rata konsumen. jika rata-rata konsumen membeli hotdog lebih banyak daripada hamburger dan oleh sebab itu harga hotdog memiliki bobot yang lebih besar dalam perhitungan biaya hidup. Biro Statistika Tenaga Kerja menetapkan bobot-bobot untuk setiap harga dengan cara melakukan survey kepada konsumen untuk mengetahui barang dan jasa yang biasa dibeli oleh rata-rata konsumen. 2. Tentukan harga-harganya. Langkah kedua adalah menetapkan harga setiap barang dan jasa dalam keranjang untuk sepanjang waktu. 3. Hitung harga seluruh isi keranjang. Langkah ketiga adalah menggunakan data harga-harga untuk menghitung jumlah harga keseluruhan isi keranjang barang dan jasa dari waktu ke waktu.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 44
4. Pilih tahun pokok dan hitung indeksnya. Langkah keempat adalah menetapkan suatu tahun sebagai tahun pokok, yang digunakan sebagai patokan untuk tahun-tahun lainya. Untuk menghitung indeks, harga sekeranjang barang dan jasa dalam setiap tahun dibagi dengan keseluruhan isi keranjang pada tahun pokok, kemudian perbandingan ini dikalikan 100. Hasil yang diperoleh adalah indeks harga konsumen. 5. Hitung laju inflasinya. Langkah terakhir adalah menggunakan indeks harga konsumen untuk menghitung laju inflasi, yang merupakan perubahan dalam indeks harga dari jangka waktu sebelumnya. Artinya, laju inflasi antara dua tahun yang berurutan dapat dihitung sebagai berikut:
Laju inflasi tahun kedua = CPI tahun kedua – CPI tahun pertama x100% CPI tahun pertama 2.1.5.3.1 Hubungan IHK Dengan Harga Saham Indeks harga konsumen biasanya digunakan untuk memperhatikan perubahan biaya hidup dari waktu ke waktu. Ketika indeks harga konsumen meningkat, rata-rata keluarga harus membelanjakan lebih banyak uangnya untuk mempertahankan standar hidupnya agar tetap stabil. Para ekonom menggunakan istilah inflasi untuk menggambarkan situasi dimana harga barang-barang meningkat. Laju inflasi merupakan persentase perubahan tingkat harga dari jangka waktu sebelumnya.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 45
Inflsi merupakan indikator ekonomi yang menunjukkan kecenderungan harga-harga yang meningkat secara umum. Inflasi yang meningkat akan mengakibatkan daya beli mata uang suatu negara semakin menurun (GUP 1986:233) memberikan pengertian mengenai inflasi dan hubunganya dengan pasar saham. “ the rate of inflation had been reduced. it was bad news for investor who own stock in companies that could no longer increases prices years after years... on the other hand, lower inflation was a good news for consumers who received more real value for dollar they spent. this benefit the consumer and durable goods industries”.
Berdasarkan pendapat GUP diatas dapat dijelaskan bahwa naik turunya tingkat inflasi akan mempengaruhi kinerja saham. Jika tingkat inflasi menurun maka akan merugikan para investor yang memiliki saham dari perusahaan yang tidak dapat meningkatkan harga produk yang dihasilkanya. Tindakan pemilik saham selanjutnya yaitu untuk menghindari kerugian yang lebih besar adalah dengan menjual saham, hal tersebut akan mendorong harga-harga khususnya harga pada saham tersebut turun. Di lain pihak konsumen diuntungkan oleh kondisi ini, karena memperoleh nilai riil barang yang lebih besar dibandingkan uang yang mereka keluarkan untuk memperoleh barang tersebut. Sesuai dengan pendapat GUP diatas, Kolb (1986) menyatakan, “Higher inflation rate wheter anticipated or unanticipated seem to occur with low stock price”. Meningkatnya laju inflasi akan mengakibatkan keengganan para investor untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk saham, mereka cenderung untuk memilih investasi dalam bentuk lain seperti investasi dalam logam mulia atau real
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 46
estate yang mana investasi jenis ini dapat melindungi investor dari kerugian yang diakibatkan oleh inflasi (Winger dan Frasca, 1992:475). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan inflasi berhubungan negatif dengan harga saham. Artinya, kenaikan inflasi baik yang sudah diketahui (terduga) , yang tak terantisipasi menyebabkan harga saham cenderung turun. (Shambora, et al.,2003). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IHK juga memiliki hubungan negatif dengan harga saham, dimana peningkatan IHK akan meningkatkan inflasi dan menyebabkan penurunan pada harga saham. 2.1.5.4 Indeks Output Industri Indeks output industri merupakan salah satu yang paling tua dari laporan statistik untuk indikator ekonomi terutama untuk proxy output riil. Indeks produksi mengukur output fisik dalam perusahaan atau pabrik. Aktivitas di dalam manufaktur dihitung sekitar 85% dari total produksi industri dengan sisa keluaran output dari utilitas dan jasa. Indeks output industri mengukur volume aktual dari output dalam produksi barang tanpa dipengaruhi harga. Indeks output industri dibagi atas beberapa jenis industri yang ada dan sangat berkembang di suatu negara seperti industri pertambangan, manufaktur, pertanian, perikanan, peternakan, otomotif, dan kimia (International Financial Statistic, 2006). 2.1.5.4.1 Hubungan Indeks Output Industri Dengan Harga Saham Peningkatan harga saham akan terjadi ketika iklim makroekonomi sedang dalam keadaan baik, dimana termasuk juga output riil yang meningkat dari tahun
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 47
ke tahun, dalam siklus ekenomi peningkatan output riil akan meningkatkan investasi, memperluas lapangan kerja, menurunkan tingkat pengangguran dan meningkatkan pendapatan perkapita, ketika tingkat pendapatan perkapita naik daya beli masyarakat juga naik sehingga memungkinkan mereka untuk membeli lebih banyak barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan dalam negri, kondisi seperti ini akan memicu kenaikan pendapatan perusahaan yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan harga saham perusahaan tersebut. Perkiraan output riil yang meningkat mengindikasikan keuntungan yang meningkat di masa yang akan datang dan mendorong kenaikan pada harga saham perusahaan. 2.2 Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian terdahulu juga membahas topik yang serupa yakni, melihat hubungan antara variabel makroekonomi dengan indeks harga saham dengan menggunakan alat analisis yang berbeda beda. Adapun penelitianpenelitian tersebut dipaparkan secara ringkas sebagai berikut. 2.2.1 Penelitian Chung S. Kwon dan Tai S. Shin (1999) Penelitian
ini
berjudul
“Cointegration
and
Causality
Macroeconomic Variables and Stock Market Return”.
Between
Penelitian ini
menggunakan data time series bulanan dengan periode waktu Januari 1990 samapai Desember 1992. menggunakan alat analisis VECM mereka menguji apakah terdapat hubungan jangka panjang antara variabel makro ekonomi ( indeks produksi industri, kurs, trade balance dan suplai uang) dengan variabel indeks harga saham. Tes kointegrasi dan VECM menujukkan jika indeks harga saham
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 48
terkointegrasi dengan seperangkat variabel makro ekonomi yaitu indeks produksi, nilai tukar, trade balance, dan suplai uang. variabel variabel tersebut memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang dengan setiap indeks harga saham.
2.2.2 Penelitian Rufus Ayodeji Olowe (2007) Penelitian ini berjudul “The Relationship Between Stock Price and Macroeconomic Factor in the Nigerian Stock Market”. Menggunakan data time series empat bulanan (kuarter terakhir 1996 sampai kuarter terakhir 2004). Dengan alat analisis VECM, mereka menguji apakah terdapat hubungan kointegrasi antara indeks harga saham gabunngan dengan indeks produksi industri, IHK, suplai uang, harga minyak serta tingkat treasury bills. Hasil penelitian ini menunjukkkan terdapat hubungan kointagrasi diantara variabelvariabel makro ekonomi. 2.2.3 Penelitian Muzafar Habibullah dan Ahmad Baharumsyah (1996) Penelitian ini berjudul “ Output and Stock Price in Malaysia: An Aplication of Cointegration Test”. Menggunakan data time series bulanan dengan periode waktu Januari 1978 sampai September 1992 dengan alat analisis Cointegration test mereka melihat respon pasar saham terhadap pergerakan variabel makroekonomi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pasar saham malaysia merepon positif output dan juga suplai uang. 2.2.4 Penelitian W.N.W Azman-Saini, M.S Habibullah dan M.Azali (2003) Penelitian ini berjudul “Stock Price and Exchange Rate Dynamics Evidence From Thailand.” Mengguakan data time series harian dengan periode
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 49
waktu 1 Januari 1990 sampai 31 Desember 2001, dengan alat analisis VAR, mereka menguji apakah terdapat hubungan timbal balik anatar variabel harga saham dengan nilai tukar (thai baht/$US) . Berdasarkan penemuan terhadap suku bunga, terdapat hubungan timbal balik antara nilai tukar dan harga saham sebelum recent Asian financial crisis, selama krisis nilai tukar mempengaruhi harga saham. 2.2.5 Penelitian Manshor H.Ibrahim (2002) Penelitian ini berjudul “Volatility Interaction Between Stock Return and Macroeconomics Variables : Malaysian Evidence.”. Menggunakan data time series bulanan dengan periode waktu Januari 1997 sampai Juni 1996, dengan alat analisis ARCH dan GARCH. Mereka menguji apakah terdapat hubungan antara variabel Output riil (Real Industrial Production Index), agregate moneter (M1 dan M2), exchange rate (RM/$US), agregate reserve dengan harga saham. Hasil menunjukkan. 1. Terdapat hubungan satu arah antara volatilitas nilai tukar dan volatilitas reserve terhadap volatilitas harga saham. 2. Terdapat hubugan dua arah antara volatilitas M2 dan volatilitas return saham 3. Antara stabilitas nilai tukar dan stabilitas reserve sama-sama penting untuk stabilitas pasar saham. 2.3
Hipotesis dan Model Analisis
2.3.1 Hipotesis Hipotesis memuat pernyataan mengenai perbedaan dan atau hubungan antar dua variabel atau lebih serta merupakan jawaban sementara atas masalah
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 50
yang telah dirumuskan, oleh karena itu masih memerlukan pengujian untuk membuktikan kebenaranya. Berdasarkan latar belakang, rumususan masalah, tujuan penelitian, dan teori serta penelitian sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini, antara lain: 1. Diduga indeks harga saham gabungan merespon pengaruh guncangan (shock) yang berasal dari variabel indeks harga konsumen, nilai tukar rupiah atas dolar, M2, serta indeks produksi industri. 2. Diduga variabel indeks harga konsumen, nilai tukar rupiah atas dolar, M2, dan indeks produksi industri berkontribusi terhadap indeks harga saham gabungan. 2.3.2 Model Analisis Formulasi model yang digunakan dalam analisis VAR adalah sebagai berikut: n
=α+
n
+
j i
+
j i
+
j i
j i
+
j i
n
= α +
j i
+
j i
n
n
+
n
SKRIPSI
n
n
+
n
+
j i
j i
n
+
j i
MONETARY SHOCK AND ....
+
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 51
n
n
= α+
+
j i
α +
+
j i
+
n
n
n
+
j i
j i
n
+
j i
n
= α+
j i
+
j i
n
=
+
j i
n
n
+
+
j i
n
+
j i
n
n
+
j i
+
j i
+
j i
n
n
+
j i
j i
+
Keterangan: : Indeks Harga Saham Gabungan periode t : Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada periode t : Indeks Harga Konsumen pada periode t : Jumlah uang beredar (M2) pada periode t : Indeks Produksi Industri pada periode t : Intersep : Koefisien Regresi : Periode waktu yang digunakan : Jumlah lag ,
SKRIPSI
,
: Proses white noise
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 52
2.4 Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian dan penelitian sebelumnya, maka kerangka berpikir pada penelitian ini secara lebih ringkas dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut Variabel Makroekonomi Indeks Harga Konsumen
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar
Indeks Harga Saham Gabungan
Suplai Uang M2
Indeks Produksi Industri
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini digunakan lima variabel makroekonomi yakni Indeks Harga Konsumen, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, suplai uang M2, Indeks Produksi Industri serta Indeks Harga Saham Gabungan. penelitian ini bertujuan untuk mengamati respon Indeks Harga Saham Gabungan terhadap shock atau guncangan yang terjadi pada variabel makroekonomi yakni Indeks Harga
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 53
Konsumen, nilai tukar Rupiah atas Dolar, suplai uang (M2) serta Indeks Produksi Industri. Guncangan pada tiap variabel memiliki dampak yang berbeda-beda pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. misal, ketika Indeks Harga Konsumen mengalami peningkatan maka ketika kondisi ini berlangsung dalam jangka panjang akan memicu terjadinya inflasi dan mendorong penurunan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penelitian ini menduga indeks harga saham gabungan merespon pengaruh guncangan (shock) yang berasal dari variabel indeks harga konsumen, nilai tukar rupiah atas dolar, M2, serta indeks produksi industri. dan variabel indeks harga konsumen, nilai tukar rupiah atas dolar, M2, dan indeks produksi industri berkontribusi terhadap indeks harga saham gabungan.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1
Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara
kuantitatif. Pendekatan ini dipilih karena penelitian ini menitikberatkan pada penentuan bentuk data yang terukur dengan metode statistik, pengujian serta pembuktian hipotesis sehingga akan menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat digeneralisasikan. Penelitian yang berjudul “Monetary Shock and Composite Stock Price Index pada Negara Berkembang: Study Kasus Negara Indonesia” ini menggunakan pendekatan ekonometri dengan model Vector Autoregression (VAR) secara time series melauli model VAR, dapat diketahui shock antar variabel yang bisa dilihat melalui hasil estimasi impulse response, kemudian untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu variabel bisa dilihat dari hasil variance decompotition.Dalam penelitian ini penulis menggunakan “eviews 8” untuk menganalisis data yang telah dihimpun. 3.2
Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima variabel.
Variabel-variabel tersebut adalah indeks harga saham gabungan (IHSG), indeks harga konsumen (IHK), nilai tukar (kurs), suplai uang (M2) serta indeks produksi industri (IP). Penggunaan model Vector Auroregression (VAR) mengestimasi hubungan antar variabel ekonomi tanpa perlu menitikberatkan masalah eksogenitas.
54 SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 55
Dalam pendekatan ini semua variabel dianggap sebagai endogen dan estimasi dan estimasi dapat dilakukan secara serentak atau sekuensial (Ariefianto,2012:112). 3.3
Definisi Operasional Variabel Agar dapat memperjelas definisi serta memudahkan dalam pengukuran
masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan definisi operasional atas variabel-variabel tersebut. Definisi operasional masingmasing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.IHSG Adalah harga atau nilai dari sekelompok saham yang dikumpulkan berdasarkan kategori tertentu yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI, 2008). Untuk mengetahui besarnya IHSG pengukuran yang digunakan adalah indeks bulanan dalam satu satuan point, dan data yang digunakan merupakan data IHSG periode Januari 2007-Desember 2014. 2. Nilai Tukar Nilai tukar adalah harga mata uang terhadap mata uang lainya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai dari mata uang negara lainya (Salvatore, 1997:9). Mata uang internasional yang selalu dijadikan patokan untuk mata uang negara-negara didunia adala Dollar Amerika (USD). Salah satu alasanya, karena USD memiliki nilai tukar yang relatif konstan terhadap mata uang negara manapun. Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan nilai mata uang Rupiah Indonesia terhadap Dollar US. Data nilai tukar rata-rata bulanan periode Januari
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 56
2007-Desember 2014, data ini diperoleh dari Statistik Ekonomi Indonesia (SEKI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) yang dinyatakan dalam satuan miliar rupiah. 3. IHK Adalah suatu indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk atau rumah tangga dalam kurun waktu tertentu (Badan Pusat Statistik, 2016). Data Indeks Harga Konsumen diperoleh dari statistik ekonomi indonesia (SEKI) yang dipublikasi oleh Bank Indonesia (BI), data ini merupakan data bulanan periode Januari 2007-Desember 2014 dalam satuan persen. 4. Suplai Uang (M2) Uang beredar dalam arti luas atau M2 meliputi M1 (uang kartal dan giro dipegang oleh masyarakat), uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah, valas serta giro dalam valuta asing) (Mishkin, 2008:79-79). Data M2 yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan yang diperoleh dari statistik ekonomi indonesia (SEKI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) mulai periode Januari 2007-Desember 2014, dalam satuan Rupiah. 5. IP (Indeks Produksi Industri) Dalam penelitian ini digunakan variabel Indeks Produksi Industri sebagai proksi variabel output riil, data yang digunakan adalah data indeks produksi industri
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 57
sedang dan besar yang diterbitkan oleh majalah bulanan Badan Pusat Statistik (BPS), dari periode Januari 2007-Desember 2014 dalam satuan persen. 3.4
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan tersier.
Data sekunder berfungsi membentuk tinjauan kepustakaan yaitu metode pengumpulan data untuk memperoleh informasi dengan jalan mencari, mebaca dan mencatat secara sistematis fenomena dari sumber tertentu pada landasan teori, dimana sumber data diperoleh dari buku serta literatur yang lain. Data sekunder dalam bentuk runtut waktu (time-series), yang terdiri dari data IHSG, kurs, IHK, M2 yang semuanya dadapat dari Statistik Ekonomi Indonesia (SEKI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) serta data Indeks Produksi Industri yang diperoleh dari majalah bulanan yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS). Jenis data ini adalah turunan dari data sekunder yang didapat melalui internet (Cooper dan Schindler,2006). Data tersier yang digunakan adalah metode pengumpulan data untuk memperoleh informasi dengan dan mencatat, yang berasal dari situs pencarian data di internet seperti google dan pdf search engine. Data terkait pencarian riset data-data terdahulu dan jurnal-jurnal yang memiliki hubungan dalam pelitian ini serta bentuk pendukung lain 3.5
Prosedur Pengumpulan Data Terdapat dua prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yang
keduanya saling melengkapi satu dan yang lain, diantaranya adalah sebagai berikut :
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 58
1. Studi Kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan landasan teori melalui studi literatur yang memiliki hubungan dengan penelitian yang dilakukan, sehingga dapat memahami permasalahan yang sedang diteliti serta memperoleh alternatif solusi untuk masalah yang sedang diteliti. 2. Pengumpulan data sekunder yaitu data-data yang sudah diolah dan diperoleh dari sumber yang relevan antara lain Bank Indonesia (BI) serta Badan Pusat Statistik. 3.6
Teknik Analisis dan Pengolahan Data Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan model Vector
Autoregression (VAR). Langkah-langkah pengujian dalam estimasi VAR yaitu uji stasioneritas data, penentuan lag optimal, uji kausalitas grager, uji kointegrasi, selanjutnya estimasi VAR menggunakan Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decompotition (FEDV) atau yang sering disebut Variance Decompotition. 3.6.1
Vector Autoregresive (VAR) Vector Autoregression (VAR) merupakan pengembangan dari model
Auto-Regressive Distributed Lag (ADL). Model Vector Autoregresive (VAR) berbeda dengan model simultan pada umumnya. Pada model simultan, keterkaitan antar variabel ekonomi dijelaskan melalui model yang dinamis yaitu dengan membedakan variabel menjadi eksogen dan endogen. Pemilihan variabel eksogen dan endogen sudah ditentukan sebelumnya. Sedangkan pada model VAR/VECM tidak dikenal variabel endogen maupun eksogen, semua variabel diperlakukan
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 59
sama. Menurut Sims, apabila terdapat keserentakan antara sebuah kumpulan variabel maka setiap variabel harus diperlakukan dalam keadaan yang adil (equal footing), tidak ada priori perbedaan antar variabel endogen dan eksogen (Gujarati,2012:485). Menurut Enders (1995:294), bentuk sistem VAR standart yang digunakan secara luas atau umum pada saat ini berasal dari bentuk sistem VAR primitif yang memiliki sejumlah kelemahan. Berikut adalah bentuk sederhana primitif yang ditunjukkan oleh sistem bivariate sederhana: =
-
+
+
+
...................................(3.1)
=
-
+
+
+
.....................................(3.2)
Pada kedua variabel ( ) dan ( ) dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai sekarang ( ) dipengaruhi oleh nilai sekarang dan nilai masa lalu ( ), atau nilai sekarang ( ) dipengaruhi oleh nilai masa lalu ( ). Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel saling mempengaruhi satu sama lain. Bentuk matriks VAR dari persamaan (3.1) dan (3.2) adalah sebagai berikut:
[
]
]=
] +[
] +[
] +[
]
(3.3)
Bentuk VAR bervariasi, hal itu terjadi akibat adanya perbedaan derajat kointegrasi data variabelnya. Apabila data yang digunakan dalam penelitian stasioner pada
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 60
tingkat level maka bentuk VAR yang digunakan adalah bentuk VAR level. Sedangkan, apabila data tidak stasioner pada tingkat level dan tidak terkointegrasi maka bentuk VAR yang digunakan adalah VAR difference.
Data time series
Stasioner pada tingkat first difference
Unit Root Test
Stasioner pada tingkat level
Uji Kointegrasi Uji Korelasi VECM
Optimal Order
Derajat Kointegrasi VAR Level S-VAR
VAR first difference
Grager and Innovation Accounting : IRF & FEVD Sumber: Bank Indonesia,2012
Gambar 3.1 Mekanisme Analisis Data
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 61
Pada Gambar 3.1 dijelaskan prosedur dalam pemilihan metode yang tepat pada data time series. Langkah pertama adalah melakukan uji unit root, uji ini digunakan untuk melihat tingkat stasioneritas data yang digunakan dalam penelitian. Apabila data yang digunakan stasioner di tingkat level I(0) maka dilakukan uji korelasi. Apabila antar variabel dalam penelitian menunjukkan bahwa memiliki korelasi yang tinggi maka metode yang digunakan adalah Structural Vector Autoregresive (SVAR), sedangkan apabila hasil uji korelasi memiliki korelasi rendah/ lemah maka metode yang digunakan adala Vector Autoregresive (VAR) bentuk level. Dari hasil uji unit root apabila data stasioner di tingkat first difference maka perlu dilakukan uji kointegrasi. Apabila data terkointegrasi maka metode yang digunakan adalah metode Vector Error Correction Model (VECM). Sebaliknya, Apabila hasil pengujian menunjukkan data tidak terkointegrasi maka metode yang tepat digunakan adalah Vector Autoregresive (VAR) bentuk first difference. Selanjutnya Estimasi analisis VAR dapat menggunakan Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decompotition (FEVD) atau sering disebut Variance Decompotition. 3.6.2 Prosedur Estimasi VAR 3.6.2.1 Uji Stasioneritas Data Uji stasioneritas data atau yang disebut uji unit root merupakan tahapan awal yang harus dilakukan untuk mengestimasi model ekonomi yang
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 62
menggunakan data time series. Uji stasioneritas data yang dilakukan dalam penelitian ini mengunakan uji Augmented Dicky Fuller (ADF). Proses awal dari uji stasioneritas adalah melalui uji unit root yang dapat dijelaskan dalam persamaan berikut: = Dimana
+
-1
(3.4)
merupakan bentuk white noise. Pada kasus unit root, persamaan (3.6)
= 1 menjadi model random walk tanpa drift yang merupakan sebuah proses nonstasioner dimana dalam persamaan
terdapat unit root (Gujarati,2012:445).
Pada persamaan (3.4) tidak bisa diestimasi menggunakan OLS dan uji hipotesis bahwa
= 1 dengan uji t biasa karena uji tersebut sangat bias pada kasus
unit root. Oleh karena itu, dalam proses selanjutnya persamaan (3.4) dimanipulasi dengan cara menguranginya dengan
dari kedua sisi persamaan agar
memperoleh persamaan seperti berikut:
(3.5) atau bisa ditulis sebagai: = dimana c dan
+
merupakan operator difference pertama. Selanjutnya dari
persamaan (3.6) dilakukan uji hipotesis nol : H0
SKRIPSI
(3.6)
:
MONETARY SHOCK AND ....
= 0, hipotesis alternatif
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 63
:H1:
. Stasioner
0, maka
harus lebih kecil dari satu sebab
=
. Apabila
=
hal ini menunjukkan bahwa persamaan (3.6) terdapat unit root
yang berarti data time series yang digunakan tidak stasioner atau memiliki tren stokastik (Gujarati,2012:447 Pengujian unit root dilakukan dengan metode Augmented Dickey Fuller (ADF), yaitu dengan membandingkan nilai ADF statistik dengan Mackinnon Critical Value 1%, 5%, 10%. Uji ADF adalah perluasan dari tiga persamaan pada uji Dickey-Fuller dengan menambah nilai lag pada variabel dependen
Uji
ADF terdiri dari persamaan berikut: Gujarati (2003:817) menjelaskan bentuk persamaan uji stasioner dengan analisis ADF dalam persamaan berikut : =
+
+β
+
........................................................... (3.7)
Dimana : = Bentuk dari first difference = Intersep p
= Panjang lag dalam model
Y
= Variabel yang diuji stasioneritasnya
ԑ
SKRIPSI
= Error term
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 64
Dalam
persamaan
tersebut
diketahui
bahwa
hipotesis
nol
(H0)
menunjukkan adanya unit root dan hipotesis satu (H1) menunjukkan kondisi tidak ada unit root. jika dalam uji stasioneritas ini menunjukkan nilai ADFstatistik yang lebih besar dari Mackinnon Critical Value 1%, 5%, dan 10% maka dapat diketahui bahwa data tersebut stasioner karena tidak mengandung unit root. Sebaliknya jika nilai ADFstatistik kurang dari Mackinnon Critical Value 1%, 5%, dan 10%, maka dapat disimplukan data tersebut tidak stasioner pada derajat level. Jika dari hasil uji stasioneritas berdasarkan uji ADF diperoleh data seluruh variabel belum stasioner pada level. Dengan demikian harus dilakukan differencing data untuk memperoleh data yang stasioner pada derajat yang sama di first difference yaitu dengan mengurangi data tersebut dengan data periode sebelumnya. 3.6.2.2 Penentuan Lag Optimal Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas data adalah penentuan lag optimal. Haris
(1995:65) menjelaskan bahwa jika lag yang
digunakan dalam uji stasioneritas terlalu sedikit, maka residual dari regresi tidak akan
menampilkan
proses
white
nose
sehingga
model
tidak
dapat
mengestimasikan actual error secara tepat. akibatnya γ dan standar kesalahan tidak diestimasi dengan baik. Namun jika memasukkan terlalu banyak lag maka dapat mengurangi kemampuan untuk menolak H0 karena tambahan parameter yang terlalu banyak akan mengurangi degress of freedom.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 65
Selanjutnya untuk mengetahui jumlah lag optimal yang digunakan daam uji stasioneritas, maka digunakan kriteria-kriteria berikut ini :
1 Akaike Information Criterion (AIC) : 2 2k T T Schwarz Information Criterion (SIC) :
log T 1 2 k T T
Hannan-Quinn Information Criterion (HQ) :
1 log T 2 2k log T T
Dimana : l = nilai
fungsi
log
likelihood
yang
sama
jumlahnya
dengan
T 1 log 2 log ; merupakan sum of squared residual 2 T
T = Jumlah Observasi k
= Parameter yang Diestimasi Dalam penentuan lag optimal dengan menggunakan kriteria informasi
tersebut, maka dipilih kriteria yang mempunyai final prediction error corection (FPE) atau jumlah dari AIC, SIC, dan HQ paling kecil di antara berbagai lag yang diajukan. 3.6.2.3 Uji Kausalitas Grager Metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan kausalitas antar variabel yang diamati adalah dengan uji Kausalitas Granger. Dalam penelitian ini uji kausalitas Granger digunakan untuk melihat arah hubungan antar variabel-
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 66
variabel M2, nilai tukar, Indeks Harga Konsumen, Indeks Produksi Industri serta Indeks Harga Saham Gabungan. Secara umum suatu persamaan Granger dapat diinterpretasikan sebagai berikut: (Gujarati,2003:696-697) 1. Unindirectional causality dari variabel dependen ke variabel independen. Hal ini terjadi ketika koefisien lag variabel dependen adalah secara statistik signifikan berbeda dengan nol, sedangkan koefisien lag seluruh variabel independen sama dengan nol. 2. Feedback/bilaterall causality jika koefisien lag seluruh variabel baik variabel dependen maupun independen adalah secara statistik signifikan berbeda dengan nol. 3. Independece jika koefisien lag seluruh variabel baik dependen maupun independen adalah secara statistik tidak berbeda dengan nol. 3.6.2.4 Estimasi VAR Var atau vector autoregressive biasanya digunakan untuk menganalisis dampak dinamik variabel random error
dalam sistem variabel serta untuk
melakukan uji kausalitas. VAR tidak mementingkan persamaan. Pendekatan VAR merupakan permodelan setiap variabel endogen dalam sistem sebagai fungsi dari lag semua variabel endogen dalam sistem. menurut sims, apabila ada keserentakan antara sebuah kumpulan variabel, mereka seharusnya diperlakukan dalam keadaan yang adil (equal footing); seharusnya tidak ada priori perbedaan antar variabel endogen dan eksogen. (Gujarati : 485). Dalam estimasi VAR, maka model VAR yang digunakan adalah sebagai berikut :
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 67
=α+
+
+
=α+
+
+
(3.8)
(3.9)
Keterangan: ,
: variabel endogen pada periode t
α
: intersep ,
,
: lag operator
,
,
: error terms
Perilaku dinamis dalam model VAR dapat dilihat melalui respon adanya Shock suatu variabel endogen terhadap variabel endogen lainya. Salah satu respon terhadap adanya shock karakteristik dinamis dalam model VAR dapat dilihat melalui Impulse Response Function (IRF) dan Variance Decompotition. Model estimasi VAR dari persamaan (3.8) dan (3.9) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: n
=α+
n
+
j i
SKRIPSI
j i
+
j i
j i
n
n
+
n
+
j i
MONETARY SHOCK AND ....
+
(3.10)
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 68
n
= α +
+
j i
n
+
+
j i
j i
+
j i
(3.11) n
+
j i
j i
n
+
j i
+
j i
n
α +
+
j i
+
(3.12) n
n
n
+
j i
j i
n
+
j i
n
= α+
+
j i
=
+
j i
n
n
+
n
n
= α+
n
n
+
j i
n
n
+
j i
(3.13)
+
j i
+
j i
n
n
+
j i
j i
+
(3.14)
3.6.2.5 Impulse Response Impulse Response Function (IRF) melakukan penelusuran atas dampak suatu goncangan (shock) terhadap suatu variabel terhadap sistem (seluruh variabel) sepanjang waktu tertentu. Salah satu ciri penting dari model yang digunakan adalah memperbolehkan untuk melacak respon dari variabel tergantung samapai keluar waktu (time path) bila terjadi perubahan shock melalui
dan
(untuk model bivariate) yang terdapat dalam model VAR. Fungsi impulse
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 69
response didapat melalui model VAR yang dirubah menjadi vector moving average (VMA), dimana koefisien merupakan respon terhadap adanya inovasi (Enders,1995:305). Bentuk matrik persamaan Impulse Response Function (IRF) adalah sebagai berikut:
[ ]= [ ] +
[
][
]
(3.15)
dimana: (i)
: efek dari structural shock pada s dan y
(0)
: impact multipliers
(i)
: cumulative multiplier
(i) pada saat n
: long run multipliers
3.6.2.6 Variance Decompotition Salah satu bagian penting dari metode VAR yaitu analisis variance decompotition atau disebut juga forecast error variance decompotition (FEVD). Analisis ini memberikan informasi mengenai proporsi dari pengaruh shock variabel yang lain pada periode saat ini dan periode yang akan datang (Enders, 1995:331). Enders (1995:312) mengidentifikasi bahwa variance decompotition merupakan proporsi dari (n)2 terhadap shock y dan shock z, yang dirumuskan: 2
[
(0)2 +
(1)2 +...+
(n-1)2]
2
(3.16)
sedangkan variance decompotition pada shock z dapat ditulis seperti berikut: 2
[
(1)2 +...+
z+0+
(n-1)2]
(3.17)
2
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1
Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Sebagai salah satu variabel yang digunakan sebagai indikator dalam
menggambarkan kinerja harga saham di pasar modal Indonesia, pergerakan IHSG dari waktu ke waktu sudah pasti mendapat perhatian besar dari masyarakat, khususnya bagi para penanam modal atau investor. Ketika tren perubahan IHSG cenderung mengalami peningkatan, maka hal tersebut dapat menjadi sinyal positif bagi para investor, begitu pula sebaliknya. Berikut adalah tren perubahan IHSG yang ditunjukkan dalam bentuk grafik:
Sumber: statistik ekonomi indonesia (data diolah)
Gambar 4.1 Perkembangan Rata-Rata IHSG Periode 2007-2014
70 SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 71
Perkembangan perubahan IHSG selama periode penelitian menunjukkan tren yang fluktuatif di awal periode penelitian, yakni di tahun 2007 sampai 2009. Jika diamati, rata-rata indeks harga saham gabungan pada tahun 2007 adalah 2,204 sedangkan pada tahun 2008 IHSG menunjukkan penurunan nilai menjadi 2.088. Penurunan tersebut dikarenakan krisis ekonomi global yang turut memicu jatuhnya harga saham di bursa-bursa dunia. Sedangkan memasuki tahun 2010, IHSG mulai mengalami peningkatan yakni sebesar 3,095 dan terus berlanjut pada tahun-tahun sesudahnya. Tren meningkat tersebut sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia dan menguatnya pasar saham global. Di dalam Master Plan BAPEPAM-LK 20112014 juga disebutkan bahwa pergerakan IHSG dalam kurun waktu 2006-2007 masuk dalam kategori periode pertumbuhan cepat (rapid growth). Hal yang sebaliknya terjadi penurunan IHSG yang tajam di akhir tahun 2008 sampai awal tahun 2009. Tahun 2008 juga dimasukkan ke dalam kategori periode penurunan drastis (crisis) di dalam master plan BAPEPAM-LK dikarenakan penurunan drastis sebesar 52,5% dari level 2733,35 di akhir 2007 menjadi 1298,13 di akhir 2008. Krisis global tersebut dimulai dari adanya krisis perumahan yang terjadi di Amerika Serikat yang berlanjut pada kredit macet di sektor properti (suprime mortage) yang pada akhirnya mempengaruhi likuiditas lembaga keuangan di Amerika maupun di luar Amerika. 4.1.2
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan sistem nilai
tukar mengambang bebas (Floating Exchange Rate) sehingga pergerakan nilai
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 72
tukar tergantung pada kondisi pasar. Volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran valuta asing di pasar finansial. Perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap USD dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber : Statistik Ekonomi Indonesia (data diolah)
Gambar 4.2 Perkembangan Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Periode 2007-2014 Menjelang akhir tahun 2008 tepatnya pada bulan november, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika mengalami penurunan dengan angka Rp12.151 per USD yang sebelumnya masih berada di kisaran Rp 9.000 sampai Rp 10.000 Per USD. Sampai dengan pertengahan tahun 2009, nilai tukar Rupiah masih cenderung terdepresiasi. Mulai bulan September 2009 nilai tukar cenderung membaik dengan level Rp 9.681 per USD dan mengalami peningkatan pada bulan-bulan berikutnya sampai dengan pertengahan tahun 2013. Membaiknya kinerja neraca pembayaran Indonesia berdampak pada kestabilan nilai tukar Rupiah sepanjang tahun 2009 hingga pertengahan tahun 2013. Hal ini sejalan
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 73
dengan membaiknya kondisi perekonomian global. Persepsi positif dikalangan investor global terhadap ekonomi domestik, telah meningkatkan selera risiko dari investor global terhadap aset pasar keuangan dalam negeri. Dengan demikian, aliran modal asing terus masuk ke pasar keuangan Indonesia. pada Juli 2013 nilai tukar bergerak semakin melemah. Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Dolar AS mengindikasikan bahwa Dolar semakin menguat. Penguatan mata uang AS menunjukkan pemulihan ekonomi negara tersebut. Pada bulan Juli 2013 nilai tukar rupiah mencapai Rp 10.278, terdepresiai 3,5% yang pada bulan sebelumnya nilai tukar Rupiah masih pada level Rp 9.929 Per USD. Kekhawatiran atas tingginya inflasi dan meluasnya defisit fiskal menjadi sentimen negatif bagi pergerakan nilai tukar Rupiah. Tingginya impor yang tidak diimbangi dengan perbaikan ekspor semakin memperparah defisit neraca perdagangan. Jika dilihat rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, pada periode penelitian (2007-2014). Dapat disimpulkan bahwa tren pergerakan nilai tukar adalah fluktuatif dan cenderung meningkat, dimana pada tahun-tahun tertentu terdapat gejolak ekonomi yang membuat nilai tukar Rupiah apresiasi maupun depresiasi. Seperti membaiknya kinerja ekonomi Amerika yang memicu peningkatan nilai mata uangnya dan mendorong nilai mata uang negara lain ke level yang lebih rendah (depresiasi), tidak terkecuali dengan Indonesia. Ini dapat dilihat pada gambar 4.2 dimana rupiah melemah, yang semula di tahun 2012 ratarata nilai tukar rupiah masih berada pada level Rp9.411 per USD meningkat Rp10.563 per USD di tahun 2013 dan Rp 11.869 per USD ditahun 2014.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 74
4.1.3
Perkembangan Jumlah Uang Beredar (M2) Penawaran uang atau jumlah uang beredar (JUB) yaitu M1 (uang dalam
arti sempit) yang terdiri dari uang kartal dan uang giral, dan M2 (uang dalam arti luas) yang terdiri dari M1 ditambah uang kuasi (Nilawati,2000:162). Uang kartal (currencies) adalah uang kertas atau logam. Uang giral adalah cek dan bilyet giro. Uang kuasi meliputi tabungan, deposito berjangka, dan rekening valuta asing (Subagyo,1997:10). Perkembangan jumlah uang beredar (M2) dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber: Statistik Ekonomi Indonesia (data diolah )
Gambar 4.3 Perkembangan Rata-Rata Jumlah Uang Beredar Periode 2007-2014 Tren
perkembangan
jumlah
uang beredar,
menunjukkan
adanya
peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2007 jumlah uang beredar M2 tercatat 1.448.383 milyar rupiah, meningkat pada tahun 2008 yakni, rata-rata peredaran M2 adalah sebesar 1.704.822 milyar rupiah. Rata-rata peredaran M2
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 75
terus mengalami peningkatan, hingga tahun 2014 rata-rata peredaran M2 adalah sebesar 3.866.789 milyar rupiah. Sepanjang tahun 2008 uang kartal tumbuh rata-rata sebesar 27,3% atau meningkat jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya (18,1%). Kecepatan kartal berlangsung sejak awal tahun dan mencapai puncaknya pada september 2008. Kondisi tersebut terjadi terkait dengan masih kuatnya pertumbuhan ekonomi terutama dari konsumsi masyarakat, dan juga didukung oleh lebih tingginya realisasi Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah pada tahun 2008 (Laporan Tahunan BI,2008:31). Namun demikian, pada triwulan IV-2008 pertumbuhan uang kartal dan kredit melambat sejalan kondisi perekonomian domestik (Laporan Tahunan BI,2008:32).
4.1.4 Perkembangan Indeks Harga Konsumen Inflasi menjadi salah satu ukuran dari stabilitas harga pada suatu negara. Inflasi dapat diukur dari besaran Indeks Harga Konsumen (IHK). Secara umum perkembangan rata-rata IHK di Indonesia pada periode 2007-2014, dapat dijelaskan bahwa IHK di Indonesia mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2007 IHK Indonesia tercatat sebesar 150,574, ini merupakan nilai tertinggi rata-rata Indeks harga konsumen selama periode penelitian. Fenomena ini didukung oleh lonjakan harga komoditas dunia seperti gandum, kedelai, jagung dan minyak kelapa sawit atau Crude palm oil (CPO).
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 76
Sumber: Statistik Ekonomi Indonesia (data diolah)
Gambar 4.4 Perkembangan Rata-Rata Indeks Harga Konsumen Periode 2007-2014
Kemudian pada tahun 2008 rata-rata IHK Indonesia turun menjadi 132,725. mengalami peningkatan, ditahun 2011 IHK Indonesia tercatat sebesar 127,448. begitu seterusnya, rata-rata Indeks Harga Konsumen mengalami pergerakan yang fluktuatif. Pada akhir periode penelitian, IHSG Indonesia tercatat sebesar 113,218.
4.1.5
Perkembangan Indeks Produksi Industri Hasil dari Produksi Industri akan mendorong pertumbuhan Produk
Domestik Bruto di Indonesia. Indeks produksi industri di Indonesia memberikan gambaran output dari aktivitas industri manufaktur. Perkembangan rata-rata indeks produksi industri di Indonesia pada periode 2007-2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 77
Sumber: Statistik Ekonomi Indonesia (data diolah)
Gambar 4.5 Perkembangan Rata-Rata Indeks Produksi Industri Periode 2007-2014 Diawal tahun 2007, rata-rata Indeks Produksi Indonesia tercatat sebesar 123,435. naik di level 127,198 pada tahun 2008. namun pada tahn 2010 rata-rata Indeks Produksi Industri turun menjadi 99,999 setelah itu bergerak naik hingga mencapai level 120,359 pada tahun 2014. Dari gambar 4.5 dapat disimpulkan bahwa perkembangan rata-rata Indeks Produksi Industri menunjukkan pergerakan yang fluktuatif. 4.2
Hasil Analisis Model
4.2.1
Uji Stasioneritas Data Uji Stasioneritas data pada penelitian ini menggunakan uji Augmented
Dickey-Fuller (ADF). Uji ADF dilakukan dengan membandingkan ADF test statistik dengan Mackinon critical value 1%,5% dan 10%. Sebuah data time series dikatan tidak stasioner, jika ADF test statistic lebih kecil dari Mackinon Test
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 78
Critical Value, yang artinya bahwa H0 tidak ditolak. Begitupun sebaliknya, bila ADF test statistik lebih besar dari Mackinon Test Critical Value maka, H0 ditolak sehingga data time series tersebut disimpulkan stasioner. Uji ADF dilakukan pada Level Trend and Intercept, dan hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Uji ADF Pada Level-Trend and Intercept Variabel
ADF Test
Mackinon Critical Value
Statistik
1%
5%
10%
IHSG
-1.985642
-4.057528
-3.457808
-3.154859
IHK
-2.371341
-4.057528
-3.457808
-3.154859
lnKURS*
-8.650078
-4.057528
-3.457808
-3.154859
lnM2
-1.299566
-4.057528
-3.457808
-3.154859
lnIP
-2.199807
-4.057528
-3.457808
-3.154859
Sumber: hasil estimasi menggunakan Eviews 8
Keterangan :*Signifikan pada α 1% **Signifikan pada α 5% ***Signifikan pada α 10%
Berdasarkan hasil estimasi yang didapat pada Tabel 4.1 diketahui bahwa hanya variabel lnKurs saja yang stasioner pada tingkat Level-Trend and Intercept sedangkan untuk variabel IHSG, IHK, lnM2, dan lnIP tidak stasioner pada tingkat Level-Trend and Intercept. Uji stasioneritas kembali dilakukan pada tingkat First Difference-Trend and Intercept . Hasil Uji ADF pada First Difference-Trend and Intercept yang tersedia pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa semua variabel telah stasioner pada tingkat First Difference-Trend and Intercept. Hal ini dapat
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 79
diketahui dengan informasi bahwa ADF test statistic lebih besar dari Test Critical Value pada derajat kesalahan 1%, 5% dan 10%.
Tabel 4.2 Hasil Uji ADF Pada First Difference-Trend and Intercept Variabel ADF Test Mackinon Critical Value Statistik
1%
5%
10%
IHSG*
-8.251101
-4.058619
-3.458326
-3.155161
IHK*
-9.983016
-4.058619
-3.458326
-3.155161
lnKURS* -8.489615
-4.058619
-3.458326
-3.155161
lnM2*
-8.199146
-4.062060
-3.459950
-3.156109
lnIP*
-11.14769
-4.058619
-3.458326
-3.155161
Sumber: hasil estimasi menggunakan Eviews 8
Keterangan :*signifikan pada level α 1% ** signifikan pada level α 5% *** signifikan pada α 10%
4.2.2 Penentuan Lag Leght Optimal penentuan lag leght optimal pada model model VAR merupakkan langkah penting yang harus dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melihat beberapa kriteria informasi seperti Final Predictio Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC), Schwars information Criterion (SC), dan Hannan Quinn information criterion (HQ). Semua kriteria informasi yang ada dapat dikatakan sama baiknya, namum pemilihan lag leght optimal dapat didasarkan pada pilihan lag yang diajukan paling banyak dari kriteria-kriteria informasi yang tersedia. Berdasarkan Tabel 4.3 pemilihan lag leght optimal terletak pada lag 1
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 80
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Lag Leght Optimal Lag
Log
LR
FPE
AIC
SC
HQ
0
-1256.513
NA
1946152
28.67047
28.81150
28.72745
1
-825.5529
803.1525
191.724*
19.44438*
20.2889*
19.7846*
2
-809.2338
28.55831
234.8308
19.64168
21.19001
20.26546
3
-798.3985
17.97305
328.5401
19.96360
22.21573
20.87093
23.02278
21.25773
4
-777.9420
31.14973
374.0501
20.06686
5
-756.7084
29.92004
425.7501
20.15246
23.81217
21.62687
6
-725.1006
40.94640*
391.7154
20.00229
24.36578
21.76023
7
-709.8316
18.04520
538.2594
20.22345
25.29073
22.26493
8
-684.8060
26.73195
615.6695
20.22286
25.99393
22.54788
Sumber: Hasil Olahan Menggunakan Eviews 8
Keterangan: * menunjukkan lag yang direkomendasikan Evews 8 Berdasarkan hasil uji lag leght dapat dilihat bahwa tanda bintang (* ) terbanyak terletak pada lag 1, hal ini menunjukkan bahwa lag optimal terletak pada lag 1 4.2.3 Uji Grager Causality Secara umum suatu persamaan Granger dapat diinterpretasikan sebagai berikut: (Gujarati,2003:696-697) : 1. Unindirectional causality dari variabel dependen ke variabel independen. Hal ini terjadi ketika koefisien lag variabel dependen adalah secara statistik signifikan berbeda dengan nol, sedangkan koefisien lag seluruh variabel independen sama dengan nol.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 81
2. Feedback/bilaterall causality jika koefisien lag seluruh variabel baik variabel dependen maupun independen adalah secara statistik signifikan berbeda dengan nol. 3. Independece jika koefisien lag seluruh variabel baik dependen maupun independen adalah secara statistik tidak berbeda dengan nol. Dalam penelitian ini, Uji kausalitas grager digunakan untuk melihat arah hubungan variabel-variabel yang digunakan, Arah hubungan tersebut telah terangkum dalam Tabel 4.4 seperti berikut: Tabel 4.4 Hasil Pengujian Grager Causality Null Hyphothesis IHK does not Grager cause IHSG IHSG does not Grager Cause IHK LNKURS does not Grager Cause IHSG IHSG does not Grage Cause LNKURS LNM2 does not Grager Cause IHSG IHSG dose not Grager Cause LNM2 IP does not Grager Cause IHSG IHSG does not Grager Cause IP LNKURS does not Grager Cause IHK IHK does not Grager Cause LNKURS LNM2 does not Grager Cause IHK IHK does not Grager Cause LNM2 IP does not Grager Cause IHK IHK does not Grager Cause IP LNM2 does not Grager Cause LNKURS LNKURS does not Grager Cause LNM2 IP does not Grager Cause LNKURS LNKURS does not Grager Cause IP IP does not Grager Cause LNM2 LNM2 does not Grager Cause IP
Obs F-statistik 95 0.39991 0.07737 95 1.77448 1.84791 95 1.62920 10.2286 95 1.71341 0.04356 95 2.94209 0.32906 95 0.20239 0.08891 95 0.50932 0.59736 95 2.07523 0.26035 95 0.18752 1.63145 95 1.03678 0.47766
Probabilitas 0.5287 0.7815 0.1861 0.1773 0.2050 0.0019 0.1938 0.8351 0.0897 0.5676 0.6539 0.7662 0.4772 0.4416 0.1531 0.6111 0.6660 0.2047 0.3112 0.4912
Sumber : Hasil Olahan Menggunaka Eviews 8
Untuk melihat apakah terdapat pengaruh diantara variabel-variabel yang diteliti maka kita akan merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. H0 : X tidak mempengaruhi Y
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 82
H1 : X mempengaruhi Y 2. H0 : Y tidak mempengaruhi X H1 : Y mempengaruhi X Jika nilai Probabilitas F-stasik < , maka H0 ditolak dan H1 diterima. Begitu sebaliknya. Dari hasil uji kausalitas grager terdapat 2 hubungan pengaruh yakni, Pertama variabel kurs dipengaruhi oleh variabel IHK dengan probalitas F-statistik 0,0897 < (10% atau 0,1). Kedua Variabel IHSG dipengaruhi variabel M2 dengan probabilitas F-statistik 0,0019 < (10% atau 0,1). Selebihnya dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang diuji maemiliki hubungan independence atau tidak tidak saling mempengaruhi. Sebagai suatu uji sebab akibat, kita perlu membedakanya dengan arti sebab akibat secara harfiah, Sebab akibat secara Grager tidak memiliki arti fundamental, dalam artian kita dapat menelusuri alur logika mengapa suatu kejadian (X) akan menyebabkan kejadian lain (Y). Grager Causality adalah murni suatu konsep statistik. Dalam konsep ini X dikatakan menyebabkan Y jika realisasi X terjadi lebih dahulu daripada Y dan realisasi Y tidak mendahului realisasi X (Arifieanto :114). 4.2.4
Hasil Estimasi Model Vector Auto Regression (VAR) Hasil pengujian akar unit seluruh variabel yang diuji stasioner pada tingkat
first difference. Oleh karena itu, model yang digunakan yakni VAR bentuk differensial. Hasil dari estimasi model VAR tidak dapat dijadikan sebagai suatu tolak ukur, karena koefisien dalam estimasi VAR tidak dapat menjelaskan perilaku dinamis dari dalam model. Perilaku dinamis model VAR dapat dilihat
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 83
melalui impulse response dan variance decompotition. Impulse response digunakan untuk melihat shock antara variabel yang satu terhadap variabel yang lainya. Sedangkan variance decompotition digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel yang satu terhadap variabel yang lainya. Hasil estimasi VAR ditunjukkan pada Tabel 4.6 berikut: Tabel 4.5 Hasil Estimasi Model VAR Variabel Koefisien t-statistik IHSG (-1)
-1.93752
21.5924
IHK (-1)
2.13930
0.44180
KURS (-1)
0.58077
2.02888
M2 (-1)
2.51251
-0.01416
IP (-1)
-0.49004
-2.46909
R2
0.978354
F-stat
804.5130
Sumber: Hasil Estimasi menggunakan Eviews8
Pada tabel 4.5 tersedia informasi hasil estimasi model Vector autoregression (VAR). Untuk mengetahui hubungan secara parsial maka perlu dilakukan uji t. Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t-tabel dan tstatistik. Setelah dilakukan perhitungan, maka t-tabel pada persamaan ini adalah 1,6706 dengan ketentuan jumlah observasi 96, degree of freedom 91 dan α 10%. Jika t-statistik > t-tabel maka suatu variabel dapat dikatan berpengaruh signifikan terhadap variabel lainya. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel IHSG, IHK dan IP berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 84
4.2.5
Hasil Impulse Response Function Fungsi impulse response digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen pada periode tertentu. Sumbu horizontal pada gambar impulse response menunjukkan periode waktu, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan besar perubahan yang terjadi pada suatu variabel terhadap variabel lain yang dinyatakan dalam satuan standar deviasi (SD). Apabila grafik menunjukkan pergerakan yang makin mendekati titik keseimbangan atau kembali ke keseimbangan sebelumnya dapat diartikan bahwa Ptidak meninggalkan pengaruh permanen terhadap variabel tersebut. Namun, jika grafik berada dibawah posisi keseimbangan maka respon variabel yang dianalisis adalah negatif atau mengalami penurunan impulse response dari estimasi VAR menunjukkan bahwa respon Indeks Harga Saham Gabungan terhadap shock yang terjadi pada Indeks Harga Konsumen,kurs,M2 dan Indeks Produksi Industri adalah beragam. 4.2.5.1 Respon Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Atas Guncangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Pada Gambar 4.6 dapat dilihat hasil dari guncangan (shock) indeks harga konsumen yang secara positif direspon oleh indeks harga saham gabungan. Guncangan indeks harga konsumen sebesar satu standar deviasi, direspon positif pada periode kedua sebesar 5.695006 standar deviasi. Pada periode selanjutnya, respon IHSG terhadap IHK tetap bergerak pada nilai yang positif, seperti pada periode ketiga hingga periode kelima, perubahan satu standar deviasi pada IHK direspon oleh IHSG dengan nilai masing-masing sebesar 9.435282, 11.17721 dan
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 85
11.30597 standar deviasi. Pada periode enam dan tujuh, perubahan satu standar deviasi pada IHK direspon oleh pergerakan positif dari IHSG dengan masingmasing nilainya adalah 10.28511 dan 8.525248 standar deviasi.
Sumber: hasil estimasi menggunakan eviews 8
Gambar 4.6 Respon Indeks Harga Saham Gabunga (IHSG) Atas Guncangan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Terjadi penurunan respon IHSG terhadap gejolak yang terjadi pada IHK pada periode delapan hingga sepuluh. perubahan satu standar deviasi pada IHK direspon oleh IHSG masing-masing sebesar 6.348134, 3.988715 serta 1.609915 standar deviasi. pada periode 10 pergerakan respon IHSG atas shock yang terjadi pada IHK kembali mendekati titik keseimbangan. 4.2.5.2 Respon Indeks Harga Saham Gabungan Atas Guncangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 86
Pada periode satu Indeks Harga Saham Gabungan tidak menunjukkan adanya respon terhadap shock yang terjadi pada nilai tukar Rupiah atas Dolar.
Sumber: hasil estimasi menggunakan eviews 8
Gambar 4.7 Respon Indeks Harga Saham Gabungan Atas Guncangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika
Hal terlihat pada gambar 4.7 bahawa diawal periode IHSG masih berada pada titik keseimbangan. Pada periode dua IHSG mulai merespon gejolak yang terjadi pada Kurs Rupiah terhada USD, dimana perubahan 1 standar deviasi pada Kurs direspon direspon oleh IHSG sebesar 12.00270 standar deviasi. Selanjutnya, respon IHSG terhadap shock yang terjadi pada Kurs terus menunjukkan adanya peningkatan. Mulai dari periode 3 sampai dengan periode 6. dimana perubahan 1 standar deviasi yang dialami oleh kurs direspon oleh IHSG masing-masing
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 87
sebesar 19.48292, 24.39751, 27.83437, 30.41092, standar deviasi. Pada periode selanjutnya yakni periode 7 hingga 10 respon IHSG atas gejolak kurs Rupiah terhadap USD terus mengalami peningkatan, dengan 1 standar deviasi perubahan pada nilai tukar Rupiah terhadap USD direspon oleh IHSG dengan standar deviasi masing-masing sebesar 32.48565, 34.27032, 35.89151 dan 37. 42515. 4.2.5.3 Respon Indeks Harga Saham Gabungan Atas Guncangan Suplai Uang (M2) Bagaimana Respon Indeks Harga Saham Gabungan terhadap shock yang terjadi pada suplai uang M2 dapat kita amati pada gambar 4.8 sebagai berikut:
Sumber: hasil estimasi menggunakan eviews 8
Gambar 4.8 Respon Indeks Harga Saham Gabungan Atas Guncangan Suplai Uang M2
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 88
Pada periode pertama Indeks Harga Saham Gabungan tidak menujukkan adanya respon terhadap shock yang terjadi pada M2, ini terlihat bahwa IHSG masih berada pada titik keseimbangan. pada periode kedua dan ketiga IHSG merespon negatif atas guncangan atau shock yang terjadi pada M2. Dimana 1 standar deviasi perubahan M2 direspon oleh IHSG sebesar -5.476293 dan 2.465241. Pada periode keempat hasil impulse resnponse mulai bergerak ke arah postif, yakni perubahan 1 standar deviasi pada M2 direspon oleh IHSG sebesar 3.222553 standar deviasi. pada periode 5 hingga 10 respon IHSG atas guncangan yang dialami M2 terus menunjukkan peningkatan dengan arah pergerakan yang positif. dengan nilai standar deviasi masing-masing adalah 9.158951, 14.45174, 18.87452. 22.46559. 25.34964 serta 27.66312. 4.2.5.4 Respon Indeks Harga Saham Gabungan Atas Guncangan Indeks Produksi Industri Pada gambar 4.9 dapat kita amati bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merespon negatif atas guncangan yang terjadi pada Indeks Produksi Industri. pada periode pertama IHSG tidak merespon atas gejolak yang dialami oleh Indeks Produksi Industri. ini dapat dilihat bahwa pada periode pertama IHSG berada pada garis keseimbangan. Memasuki periode kedua IHSG mulai merespon guncangan yang terjadi pada IP dimana perubahan 1 standar deviasi pada IP direspon oleh IHSG sebesar -26.20491. pada periode berikutnya respon IHSG menunjukkan adanya peningkatan namun dengan arah yang negatif seperti pada periode 5 hingga 7. Perubahan 1 standar deviasi pada IP direspon oleh IHSG dengan nilai standar deviasi masing-masing yaitu -63.73985,-69.34535, -73,18694
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 89
Hingga periode 10 IHSG masih menunjukkan respon yang negatif yakni perubahan 1 standar deviasi pada IP direspon oleh IHSG sebesar -78.51825 standar deviasi.
Sumber: hasil estimasi menggunakan eviews 8
Gambar 4.9 Respon Indeks Harga Saham Gabungan Atas Guncangan Indeks Produksi Industri
4.2.6
Variance Decompotition Variance decompotition memberikan informasi mengenai proporsi dari
pergerakan pengaruh shock pada sebuah variabel terhadap shock variabel lainya Enders (1995:311). Analisis ini digunakan untuk melihat seberapa besar peranan suatu variabel ekonomi terhadap perubahan yang terjadi pada variabel ekonomi ekonomi lainya.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 90
Variance decompotition dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar perubahan Indeks Harga Saham Gabungan(IHSG) terhadap kontribusi dari perubahan variabel Indeks Harga Konsumen (IHK), Nilai Tukar Rupiah atas US Dolar, suplai uang (M2) serta Indeks Produksi Industri. Tabel 4.6 Variance Decompotition Pada Indeks Harga Saham Gabungan Variance Kontribusi Shock % Decompotition S.E. IHSG IHK LNKURS LNM2 Period 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
173.6432 236.3909 280.3261 315.0032 344.2117 369.8362 392.9216 414.0932 433.7512 452.1677
100.0000 98.40162 95.82783 92.84484 89.74602 86.69851 83.78242 81.04655 78.50033 76.14001
0.000000 0.058040 0.154560 0.248307 0.315840 0.350928 0.357980 0.345812 0.323633 0.299075
0.000000 0.257808 0.666355 1.127595 1.598248 2.060593 2.509125 2.944034 3.367930 3.784229
0.000000 0.053668 0.045897 0.046814 0.110007 0.247985 0.450450 0.699900 0.979454 0.275579
IP 0.000000 1.228864 3.305362 5.732442 8.229880 10.64469 12.90002 14.96370 16.82865 18.50111
Sumber: hasil estimasi menggunakan eviews 8
Dari tabel 4.6 tersedia informasi mengenai proporsi atau kontribusi variabel makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Berdasarkan hasil variance decompotition dapat diketahui bahwa variabel IHSG dipengaruhi oleh variabel IHSG itu sendiri sebesar 100% pada periode pertama. kemuadian turun pada periode kedua dimana proporsi pengaruh variabel IHSG terhadap variabel IHSG itu sendiri adalah sebesar 98%, tidak hanya sampai disitu penurun proporsi juga terus berlanjut hingga periode sepuluh Proporsi pengaruh variabel IHSG terhadap variabel IHSG itu sendiri adalah sebesar 76%. Pada tabel 4.6 juga dapat kita lihat seberapa besar proporsi pengaruh variabel makroekonomi terhadap IHSG, pada periode pertama variabel IHK,
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 91
KURS, M2 dan IP tidak menunjukkan adanya kontribusi terhadap perubahan variabel IHSG dengan nilai variance decompotition yakni 0.000000. Pertama, kita akan menganalisis kontribusi variabel Indeks Harga Konsumen terhadap variabel Indeks Harga Saham Gabungan. Pada periode dua kontribusi shock variabel IHK terhadap
variabel
IHSG tercatat
sebesar
0.058040%,
kontribusi
shock
menunjukkan peningkatan mulai dari periode ketiga hingga akhir periode. pada periode 10 kontribusi shock Indeks Harga Konsumen terhadap Indeks Harga Saham Gabungan adalah sebesar 0.299075%. Selanjutnya beralih pada kontribusi shock variabel nilai tukar Rupiah atas US Dolar terhadap variabel IHSG. Pada periode kedua kontribusi KURS terhadap IHSG tercatat sebesar 0.257808%, pada periode ketiga dan keempat proporsi kontribusi shock variabel KURS terhadap variabel IHSG masing-masing tercatat 0.666355% dan 1.127595%. Pada periode slanjutnya, proporsi shock variabel KURS terhadap perubahan variabel IHSG terus mengalami peningkatan hingga periode 10 tercatat nilai variance decompotition adalah sebesar 3.784229%. Kontribusi shock variabel suplai uang (M2) terhadap variabel IHSG .Pada periode kedua shock yang terjadi pada variabel M2 berkontribusi sebesar 0.053668% terhadap perubahan yang terjadi pada variabel Indeks Harga Saham Gabungan. pada
periode ketiga dan keempat kontribusi shock variabel M2
terhadap variabel IHSG masing-masing tercatat sebesar 0.045897% dan 0.046814%. nilai kontribusi ini terus meningkat hingga pada periode 10 kontribusi shock variabel M2 terhadap perubahan yang terjadi pada variabel IHSG adalah sebesar 0.275579%.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 92
Kontribusi shock variabel Indeks Produksi Industri terhadap perubahan yang terjadi pada variabel Indeks Harga Saham Gabungan. Pada periode kedua nilai kontribusi shock IP adalah sebesar 1.228864%, pada periode tiga dan empat kontribusi shock variabel IP terhadap variabel IHSG masing-masing tercatat sebesar 3.305362% dan 5.732442%. Kontribusi shock tersebut terus mengalami peningkatan hingga periode 10, kontribusi shock variabel IP terhadap perubahan variabel IHSG tercatat sebesar 18.50111%. 4.3
Pembuktian Hipotesis 1. Hipotesis yang menyatakan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan merespon pengaruh guncangan (shock) yang berasal dari variabel Indeks Harga Konsumen, nilai tukar Rupiah atas US Dolar, suplai uang M2, dan Indeks Produksi Industri adalah benar. 2. Hipotesis yang menyatakan bahwa variabel Indeks Harga Konsumen, nilai tukar Rupiah atas US Dolar, suplai uang M2, dan Indeks Produksi Industri berkontribusi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan adalah benar. Pembenaran hipotesis pertama pada penelitian ini berdasar dari hasil
analisis impulse response. Secara umum berdasarkan hasil impulse response, respon IHSG atas guncangan (shock) Indeks Harga Konsumen, nilai tukar Rupiah atas US Dolar adalah positif stabil. Respon IHSG atas guncangan (shock) yang berasal dari suplai uang M2 adalah fluktuatif dengan dua periode yang menunjukkan respon negatif (periode 2 dan 3) tetapi periode 4 hingga 10
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 93
menunjukkan arah pergerakan yang positif dan stabil. Respon IHSG atas guncangan Indeks produksi industri menunjukkan arah pergerakan negatif stabil. Pembenaran hipotesis kedua didasarkan pada hasil dari analisis variance decompotition. Berdasarkan hasil variance decompotition dari hasil analisis dapat dinyatakan bahwa kontribusi nilai tukar Rupiah atas US Dolar dan Indeks Produksi Industri memiliki kontribusi yang relatif lebih tinggi pada Indeks Harga Saham Gabungan. Hal tersebut terbukti karena jika dibandingkan dengan kontribusi variabel makroekonomi yang lain yaitu Indeks Harga Konsumen dan suplai uang M2, kedua variabel ini memiliki kontribusi yang relatif rendah yaitu tidak mencapai 1% hingga akhir periode. 4.4
Pembahasan
4.4.1
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Nilai tukar erat kaitanya dengan kegiatan ekspor dan impor dalam suatu
negara. Terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap USD meningkatkan harga jual barang bagi perusahaan yang berorientasi ekspor, hal ini kemudian akan meningkatkan pendapatan bagi perusahaan serta mendorong peningkatan harga saham. Sesuai hasil impulse response respon IHSG terhadap nilai tukar menunjukkan arah pergerakan yang positif stabil mulai periode 2 hingga periode 10. pada periode 2 perubahan 1 standar deviasi pada KURS direspon oleh IHSG sebesar 12.00270 standar deviasi. pada periode 3 dan 4 masing-masing nilainya adalah 19.48269 dan 24.39751 standar deviasi. hingga periode 10 sebesar 37.42515 standar deviasi. Sesuai hasil variance decompotition kontribusi shock
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 94
variabel nilai tukar Rupiah atas US Dolar menunjukkan pergerakan meningkat dari awal periode hingga akhir periode, adalah sebesar 1.1% pada periode empat, 1.6% pada periode lima serta 3.8% pada periode 10. hal ini sesuai dengan penelitian Soenen dan Hennigar (1988) bahwa nilai tukar efektif pada dolar berpengaruh negatif terhadap indeks saham di Amerika. Pengaruh dari perubahan nilai tukar, dimana melemahnya nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing bagi suatu perusahaan yang mengekspor barangnya keluar negeri merupakan suatu keuntungan karena dapat meningkatkan penjualan yang berarti meningkatkan laba perusahaan sekaligus meningkatkan pembayaran dividen bagi investor. Sedangkan jika mata uang lokal terlalu menguat terhadap mata uang asing maka nilai ekspor akan turun sehingga arus kas perusahaan juga turun yang diikuti dengan penurunan laba, dan pembayaran dividen bagi investor menjadi berkurang yang berarti sinyal negatif bagi suatu investasi dalam pasar saham. Pada periode penelitian 2007:01 hingga 2014:12 pergerakan nilai tukar Rupiah atas Dolar Amerika menunjukkan adanya pelemahan atau depresiasi, sejalan dengan hal tersebut hasil impulse response IHSG terhadap gejolak KURS menunjukkan arah pergerakan yang positif. Ini berarti melemahnya nilai tukar selama periode penelitian membuat harga barang ekspor menjadi lebih murah dan meningkatkan jumlah permintaan untuk barang-barang ekspor dari luar negeri. Hal ini akan memicu surplus neraca perdagangan serta menjadi sinyal positif bagi investor untuk berinvestasi di pasar saham domestik dan pada akhirnya akan mendorong pergerakan Indeks Harga Saham kearah yang positif.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 95
Sebagai perekonomian yang kecil dan terbuka (small-open economy), negara
berkembang
umumnya
menghadapi
tantangan
mendasar
dalam
pelaksanaan kebijkan moneter yang terkait dengan tingginya dinamika aliran modal asing. Terbukanya neraca modal (open capital account ) yang diikuti oleh derasnya aliran modal menyebabkan pergerakan nilai tukar lebih banyak dipengaruhi oleh aktivitas aliran modal dibandingkan neraca transaksi berjalan. Namun, patut dicermati bahwa dinamika nilai tukar dalam keterbukaan neraca modal justru dapat menciptakan kerentanan sistem keuangan. Aliran modal yang lebih fluktuatif dibandingkan dengan transaksi berjalan, di tengah adanya perilaku saling mengikuti diantara para pelaku pasar (herding behaviour), dapat mendorong
terjadinya aliran yang berlebihan, atau sebaliknya berupa
pemberhentian aliran secara tiba-tiba. Disamping itu, peningkatan aliran modal khususnya yang berjangka pendek dapat berdampak pada kenaikan volatilitas pasar keuangan dan pada giliranya berpotensi memperkuat transmisi dari gejolak pasar lebih lanjut (shock amplifier). Hal tersebut akan semakin terasa dampaknya ditengah kecenderungan masih lemahnya infrastruktur dan minimnya kedalaman pasar keuangan di negara berkembang. Aliran masuk modal asing dalam bentuk portofolio yang besar dan struktur pasar keuangan yang relatif lemah menyebabkan
negara berkembang rentan
terhadap penghentian aliran modal secara tiba-tiba. Hal tersebut akan mengakibatkan depresiasi nilai tukar yang besar. seperti yang terjadi pada krisis mata uang yang dialami banyak negara berkembang, termasuk di Asia Timur pada tahun 1997/1998. Selain penghentian secara tiba-tiba, depresiasi yang besar juga
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 96
dapat diakibatkan oleh adanya gejolak (shock) terhadap harga relatif (terms of trade) ataupun suku bunga internasional. Dalam situasi seperti ini negara berkembang yang memiliki open capital account dan menerapkan ITF sebagai kerangka kerja kebijakan moneternya maka sistem nilai tukar mengambang merupakan pilihan yang optimal sesuai kaidah “impossible trinity”. 4.4.2
Indeks Harga Konsumen Peningkatan risiko investasi salah satunya adalah disebabkan oleh
tingginya inflasi. Inflasi dapat diukur dengan indeks harga konsumen. Dari hasil analisis impulse response. yaitu guncangan satu standar deviasi oleh indeks harga konsumen, direspon positif stabil oleh Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan tingkat inflasi mengindikasikan gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Sebagaimana kita tahu IHK adalah salah satu indikator ekonomi yang memberikan informasi mengenai harga barang dan jasa yang dibayar oleh konsumen. (GUP, 1986) menjelaskan bahwa naik turunya tingkat inflasi akan mempengaruhi kinerja saham. Jika tingkat inflai menurun maka akan merugikan para investor yang memiliki saham dari perusahaan yang tidak dapat meningkatkan harga produk yang dihasilkanya. Tindakan pemilik saham selanjutnya yaitu untuk menghindari kerugian yang lebih besar adalah menjual saham, hal tersebut akan mendorong harga-harga khususnya harga saham tersebut turun.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 97
Respon Indeks Harga Saham Gabungan terhadap guncangan yang terjadi pada Indeks Harga Konsumen relatif tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Murti Lestari (2005), yakni menggunakan model Classilcal Linier Model, Autoregresive model, sert grager causality model didapatkan hasil bahwa variabel makroekonomi termasuk Indeks Harga Konsumen (IHK) berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Tabel 4.7 Konsentrasi Rasio Beberapa Industri
Sumber: Statistik Industri Besar BPS (diolah). Outlook Ekonomi Indonesia Bank Idonesia (Agustus 2009)
Di Indonesia struktur pasar yang kurang sempurna pada beberapa komoditas tertentu berpotensi menyebabkan rigiditas penurunan harga. Hasil pengamatan Bank Indonesia menunjukkan bahwa struktur pasar beberapa komoditas tertentu kurang sempurna sebagaimana tercermin pada tingginya rasio konsentrasi (Tabel 4.7). Dengan struktur pasar yang demikian, pelaku usaha mempunyai peluang untuk menstransmisikan kenaikan biaya produksi secara
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 98
langsung kepada konsumen dan menahan harga ketika terjadi penurunan harga bahan baku. Apabila kondisi seperti ini terus berlanjut maka akan menyebabkan rigiditas penurunan harga (donward price rigidity). Indikasi terhadap keberadaan rigiditas harga tersebut tercermin pada pergerakan harga beberapa komoditas strategis yang relatif stabil bahkan cenderung meningkat. meskipun terdapat penurunan harga bahan baku dipasar global. (Grafik 4.10)
Sumber: Outlook Ekonomi Indonesia Bank Indonesia 2009
Gambar 4.10 Perkembangan Harga Komoditas Internasional dan Harga Komoditas Domestik Rigiditas penurunan harga tersebut merupakan salah satfaktor utama dibalik masih cukup tingginya tingginya tingkat inflasi di indonesia. Laju inflasi yang cenderung bertahan tinggi, meski pengaruh gejolak sudah dihindarkan memicu hipotesis adanya persistensi inflasi. Jika persistensi diartikan sebagai waktu yang diperlukan untuk kembali ke level semula setelah terjadinya gejolak, maka fakta diatas memiliki implikasi tingginya persistensi inflasi di Indonesia.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 99
Permasalahan lain yang juga menyebabkan masih tingginya tekanan inflasi adalah kurang efisienya jalur distribusi atau tata niaga. Jalur distribusi yang panjang selain menyebabkan level harga yang lebih tinggi yang diterima konsumen. juga menimbulkan risiko permasalahan dalam distribusi tersebut. 4.4.3
Suplai Uang M2. M2 (uang dalam arti luas) terdiri dari M1 ditambah uang kuasi. Uang kuasi
meliputi tabungan, deposito berjangka, dan rekening valuta asing. Uang kuasi menggambarkan jumlah uang yang dipegang masyarakat di lembaga-lembaga keuangan seperti bank. Peningkatan M2 karena peningkatan uang kuasi akan mengakibatkan IHSG menurun yakni ketika kelebihan dana yang dipegang masyarakat disalurkan kelembaga keuangan dalam bentuk tabungan maupun deposito berjangka. Walaupun lembaga keuangan seperti bank juga menggunakan dana pihak ketiga (DPK) yang didapat dari masyarakat untuk bertransaksi di pasar modal, namun bank lebih banyak menempatkan pada surat-surat lembaga (SSB) yang diterbitkan pemerintah atau yang berkualitas investmen grade. Sehingga tidak terlalu berpengaruh pada transaksi di pasar modal. Pengaruh M2 bisa terhadap IHSG bisa negatif bisa juga positif tergantung bagian mana dari M2 yang meningkat. Ketika peningkatan M2 disumbang lebih banyak oleh M1 akan berdampak positif terhadap IHSG, karena peningkatan dana yang dipegang oleh masyarakat akan digunakan untuk investasi di bursa saham. sehingga menaikkan harga-harga saham yang pada akhirnya akan mendorong kenaikan IHSG. Namun, jika peningkatan M2 dikarenakan uang kuasi maka akan
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 100
mengakibatkan penurunan IHSG seperti yang telah dijelaskan diatas. Selain itu peningkatan M2 juga akan menyebabkan terjadinya inflasi, peningkatan perkiraan terhadap inflasi akan membuat investor menaikkan risiko terhadap dirinya untuk memegang saham dan pada akhirnya akan mendorong penurunan harga saham. Analisis impulse response menunjukkan nilai negatif diawal pergerakan yakni pada periode 2 dan 3 dimana 1 standar deviasi perubahan pada M2 direspon negatif oleh IHSG dengan nilai standar deviasi masing-masing sebesar -5.476293 dan -2.465241. dari hasil ini dapat kita simpulkan mungkin pada periode ini suplai uang M2 cenderung didominasi oleh uang kuasi berupa tabungan dan deposito berjangka sehingga sehingga IHSG merespon perubahan tersebut dengan nilai yang negatif (terjadi penurunan pada IHSG). pada periode 4 hingga 10 respon IHSG atas shock yang terjadi pada M2 meningkat dengan arah yang positif, dapat kita simpulkan mungkin pada periode 4 dan selanjutnya suplai uang M 2 mulai didominasi oleh uang kartal sehingga IHSG merespon positif guncangan atau shock yang terjadi pada M2. Berdasarkan hasil variance decompotition proporsi shock variabel M2 terhadap IHSG adalah pada periode 2 sampai 4 sebesar 0.05% pada periode 6 dan 5 masing-masing sebesar 0.11% dan 0.24% dan pada periode 10 sebesar 1.28%. Pada tahun 2008 ketika peningkatan penawaran uang (M2) disumbang oleh peningkatan uang kuasi maka IHSG cenderung menurun M1 pada tahun 2008 berfluktuasi, ketika M1 meningkat dan mencapai puncaknya pada bulan september sebesar Rp 491,729 triliun, IHSG pada waktu itu meningkat mencapai level 1832,51 poin. Setelah bulan september, peningkatan penawaran uang disumbang
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 101
oleh peningkatan M2, IHSG pun setelah bulan september mengalami penurunan. Pada bulan maret, pada saat M1 meningkat, pada saat bersamaan IHSG menurun. Hal ini tidak bertentangan dengan
hipotesis pasar efisien, peningkatan M1
bersamaan dengan kondisi global yang tidak stabil akibat jatuhnya bank investasi Lehman Brothers di Amerika Serikat. Kondisi yang tidak diprediksikan sebelumnya membuat peningkatn M1 yang seharusnya direspon positif berubah menjadi negatif. Tabel 4.8 M2 dan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 (Miliar Rupiah) Bulan M1 Uang Kuasi M2 IHSG Januari 420.298 1.168.664 1.588.962 2.627.25 Februari 411.327 1.184.763 1.596.090 2.721.94 Maret 419.746 1.167.049 1.586.795 2.447.30 April 427.028 1.181.846 1.608.874 2.304.52 Mei 438.544 1.197.839 1.636.383 2.444.35 Juni 466.708 1.232.772 1.699.480 2.349.11 Juli 458.739 1.220.281 1.679.020 2.304.51 Agustus 452.445 1.222.986 1.675.431 2.165.94 September 491.729 1.294.521 1.768.250 1.832.51 Oktober 471.354 1.331.578 1.802.932 1.256.70 November 475.053 1.366.110 1.841.163 1.241.54 Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Tahun 2008
Investor melakukan aksi tarik pada dana pasar saham untuk menghindari kerugian akibat risiko memegang saham. Risiko tersebut diantaranya adalah terkait dengan sentimen kondisi likuiditas bank dan kekhawatiran mulai menurunya laba emiten sektor pertambangan dan pertanian searah dengan kejatuhan harga komoditas. Selain itu, Bank Indonesia meningkatkan suku bunga untuk mengatasi tekanan inflasi dan minat masyarakat untuk menyimpan uang di
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 102
bank kembali meningkat. Investor mendistribusikan saham ke dalam aset yang lebih aman. 4.4.4
Indeks Produksi Industri Siklus ekonomi berpengaruh pada lingkungan bisnis termasuk juga pada
pasah saham. Sebuah kondisi yang buruk pada aktivitas ekonomi akan berdampak pada turunya pendapatan, meningkatnya kesulitan pembayaran dan kegagalan bisnis, oleh sebab itu risiko rendahnya hilangnya tingkat pengembalian (return) juga meningkat. Keadaan perekonomian Indonesia ini dapat diukur melalui Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam hal ini, sektor industri juga menunjang pada peningkatan PDB. Peran sektor industri dapat diukur dari indeks produksi industri. Peningkatan pada indeks produksi indutri akan mendorong peningkatan PDB. Dengan demikian indeks produksi indutri juga memiliki pengaruh terhadap lingkungan bisnis pasar saham dalam kaitanya dengan minat atau ketertarikan untuk melakukan investasi di bursa saham. Jika ekonomi suatu negara berada dalam kondisi yang stabil dimana produksi output tinggi dan tingkat pengangguran rendah maka hal ini akan menciptakan iklim investasi yang baik. Kondisi ekonomi yang stabil diyakini oleh para investor merupakan tempat yang aman untuk berinvestasi dalam arti minimnya guncangan ekonomi berarti minimnya risiko untuk kehilangan return atas aset yang mereka miliki Analisis impulse response menyatakan bahwa guncangan Indeks Produksi Industri sebesar satu standar deviasi, direspon negatif stabil oleh Indeks Harga
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 103
Saham Gabungan pada periode 2 respon IHSG atas guncangan pada IP adalah sebesar -26.20491 standar deviasi pada periode 3 adalah sebesar -43.71209 standar deviasi. respon ini terus meningkat hingga periode 10 sebesar -78.51825 standar deviasi. Hasil variance decompotition menunjukkan bahwa kontribusi Indeks Produksi Industri terhadap Indeks Harga Konsumen relatif tinggi. yakni pada periode 2 hingga 5 proporsi respon IHSG atas shock pada variabel IP masing-masing adalah sebesar 1.2%, 3.3%, 5.7% dan 8.2%. Respon ini terus menunjukkan peningkatan proporsi hingga pada periode 10 respon IHSG atas shock yang terjadi pada variabel Indeks Produksi Industri adalah sebesar 18.5%. karena Indeks produksi industri memiliki hubungan searah dengan IHSG, ketika kita temukan bahwa IHSG merespon shock yang terjadi pada indeks produksi industri dengan arah pergerakan yang negatif hal ini didukung oleh beberapa fakta yakni dampak krisis ekonomi pada sektor riil terutama jalur perdagangan sebagaimana tercermin pada penurunan kinerja ekspor yang cukup tajam. Selanjutnya penurunan kinerja ekspor tersesebut menyebabkan dunia usaha mengurangi kegiatanya dan pada giliranya menyebabkan penurunan investasi dan konsumsi. Di tengah peranya yang penting dalam perekonomian domestik, kinerja sektor industri pengolahan non mogas terus mengalami tren penurunan dalam lima tahun terakhir. Dilihat dari kontribusinya terhadap PDB sejak tahun 2005 kinerja sektor industri terus mengalami penurunan meskipun relatif terbatas, yaitu dari 28.07% di tahun 2005 menjadi 26% di tahun 2009. (Indonesia outlook ekonomi Bank Indonesia, 2009).
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 104
Untuk keseluruhan tahun 2009, sektor industri pengolahan nonmigas hanya tumbuh sebesar 2.5% (yoy), lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Menurunya permintaan eksternal akibat krisis perekonomian global memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap sektor industri pengolahan terutama pada subsektor yang berorientasi ekspor. Subsektor yang memiliki pangsa tujuan ekspor yang cukup besar antara lain: kayu, tekstil dan kimia menunjukkan pertumbuhan yang relatif rendah, bahkan subsektor barang kayu mengalami kontraksi pada tahun 2009. Tabel 4.9 Kinerja Industri Pengolahan Nonmigas Tahun 2009
Sumber : BPS,2009
Penurunan kinerja sektor pengolahan industri nonmigas ini terkait dengan beberapa karakteristik utama sektor indutri. Pertama, penggunaan input impor dalam kegiatan sektor industri pengolahan cukup tinggi sehingga rentan terhadap gejolak nilai tukar. Kedua, orientasi ekspor sektor industri ke negara maju masih tinggi sekitar 44% ekspor sektor industri pengolahan masih ditujukkan ke tiga negara utama yaitu, USA, Eropa, dan Jepang. Kondisi tersebut menyebabkan
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 105
sektor industri sangat rentan terhadap gejolak eksternal yang terjadi pada negara utama tujuan ekpor. Ketiga lemahnya daya saing sebagian besar produk industri yang lemah, sebagaimana terindikasi dari rendahnya nilai Reveded Comparative Advantage (RCA). Indikasi lemahnya daya saing industri Indonesia juga didasarkan pada hasil survei yang dilakukan oleh World Economic Forum dalam bukunya yang berjudul Global Competitiveness Report 2009-2010 menunjukkan bahwa posisi posisi daya saing Indonesia masih berada di urutan 54 dari 130 negara. Posisi daya saing Indonesia masih jauh di bawah beberapa negara pesaing kawasan ASEAN lainya seperti Singapura (3), Malaysia (21), Thailand (36). Tabel 4.10 Peringkat Daya Saing Indonesia
Daya saing yang rendah tersebut terkait dengan karakteristik industri pengolahan yang cenderung terkonsentrasi pada beberapa perusahaan dan banyaknya penggunaan mesin yang sudah tua. Keempat, sebagian besar industri mempunyai kapasitas utilisasi yang tinggi sehingga dikhawatirkan kurang responsif apabila terdapat peningkatan permintaan.
Berdasarkan survei Bank
Indonesia, kapasitas utilisasi sektor industri masih relatif tinggi yakni berada
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 106
diatas 70% bahkan beberapa mencapai level diatas 90% yaitu subsektor kimia, subsektor semen, serta subsektor logam dasar. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rufus (2007) bahwa terdapat hubungan kointegrasi antara variabel makroekonomi termasuk Indeks Produksi Industri terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Chung S. Kwon dan Tai S. Shin juga mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan kointegrasi anatara harga saham dengan seperangkat variabel makroekonomi yakni Indeks Produksi Industri, nilai tukar, trade balance serta suplai uang. Dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Indeks Produksi Industri secara signifikan mempengaruhi IHSG baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 4.5
Keterbatasan Penelitian Penelitian menegnai respon IHSG atas shock yang terjadi pada variabel
makroekonomi telah banyak dirancang oleh para peneliti. Namun demikian, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya. Pertama, alat analisis Vector Autoregressive yang atheori atau tidak berpatokan pada teori tertentu. Kedua, variabel makroekonomi yang digunakan masih terbatas lima variabel yakni Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks Harga Konsumen, nilai tukar Rupiah atas US Dolar, suplai uang M2 dan Indeks Prosuksi Industri.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1
SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini, maka
diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan Analisis Hasil Impuls Response a. Nilai tukar erat kaitanya dengan kegiatan ekspor dan impor dalam suatu negara. Terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap USD selama periode penelitian berakibat pada penurunan harga jual barang bagi perusahaan yang berorientasi ekspor, hal ini kemudian akan meningkatkan pendapatan bagi perusahaan serta mendorong terjadinya peningkatan harga saham. Sesuai hasil impulse response. Bahwa respon IHSG terhadap nilai tukar menunjukkan arah pergerakan yang positif stabil mulai periode 2 hingga periode 10. b. Dari hasil analisis impulse response. yaitu guncangan satu standar deviasi oleh indeks harga konsumen, direspon positif stabil oleh Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan tingkat inflasi mengindikasikan gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus, Peningkatan indeks harga konsumen dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Hal ini akan membuat aliran uang yang dimiliki oleh rumah tangga akan lebih banyak terserap untuk kebutuhan
107 SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 108
konsumsi akibatnya, dana yang biasanya dapat digunakan untuk menabung atau berinvestasi menjadi berkurang. Menurunya permintaan atas saham akibat penurunan tingkat investasi masyarakat akan membuat pergerakn indeks harga saham melemah dan pasar menjadi tidak bergairah. c. Sesuai hasil impuls respon dimana kenaikan suplai uang M2 menyebabkan penurunan pada IHSG hal tersebut dikarenakan, Pengaruh M2 terhadap IHSG bisa negatif bisa juga positif tergantung bagian mana dari M2 yang meningkat. Ketika peningkatan M2 disumbang lebih banyak oleh M1 akan berdampak positif terhadap IHSG, karena peningkatan dana yang dipegang oleh masyarakat akan digunakan untuk investasi di bursa saham, sehingga menaikkan harga-harga saham yang pada akhirnya akan mendorong kenaikan IHSG. Namun, jika peningkatan M2 dikarenakan uang kuasi maka akan mengakibatkan penurunan IHSG seperti yang telah dijelaskan diatas. Selain itu peningkatan M2 juga akan menyebabkan terjadinya inflasi, peningkatan perkiraan terhadap inflasi akan membuat investor menaikkan risiko terhadap dirinya untuk memegang saham dan pada akhirnya akan mendorong penurunan harga saham. d. Karena Indeks produksi industri memiliki hubungan searah dengan IHSG, ketika kita temukan bahwa IHSG merespon shock yang terjadi pada indeks produksi industri dengan arah pergerakan yang negatif hal ini didukung oleh beberapa fakta yakni dampak krisis ekonomi pada sektor riil terutama jalur perdagangan sebagaimana tercermin pada penurunan kinerja ekspor
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 109
yang cukup tajam. Selanjutnya penurunan kinerja ekspor tersesebut menyebabkan dunia usaha mengurangi kegiatanya dan pada giliranya menyebabkan penurunan investasi dan konsumsi. 2. Berdasarkan Hasil Analisis Variance Descompotition Berdasarkan Hasil analisis variance decompotition, kontribusi variabel Indeks Harga Konsumen dan suplai uang M2 terhadap Indeks Harga Saham di Indonesia dapat dikatakan relatif rendah. Kontribusi relatif lebih tinggi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan diberikan oleh nilai tukar Rupiah atas Dolar Amerika dan Indeks Produksi Industri 5.2
SARAN Berdasarkan hasil dari pembahasan serta simpulan pada penelitian ini,
maka dirumuskan beberapa saran sebagai berikut, antara lain. 1. Sebelum berinvestasi di dalam pasar modal khususnya dalam bentuk saham, sebaiknya para investor benar-benar memperhatikan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dan perubahan Indeks Produksi Industri. karena dalam penelitian ini, kedua variabel tersebut memberikan kontribusi yang relatif tinggi terhadap respon yang dilakukan oleh Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia. 2. Bagi regulator atau otoritas keuangan hendaknya memperhatikan kondisi makroekonomi dalam membuat keputusan untuk merumuskan kebijakan yang tepat bagi perkembangan pasar modal di Indonesia. Seperti untuk negara yang menganut sistem nilai tukar mengambang bebas seperti
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 110
Indonesia maka untuk mengontrol inflasi akibat perubahan nilai tukar kebijakan inflation targeting sudah sesuai untuk diterapkan. Selain itu untuk mengatasi respon negatif IHSG akibat guncangan yang terjadi pada Indeks Produksi Industri maka solusi yang dapat diterapkan adalah dengan mendorong peningkatan daya saing produk ekspor, karena guncangan ini terjadi sebagian besar dikarenakan oleh penurunan permintaan barang Indonesia yang berorientasi Ekspor. 3. Saran untuk penelitian selanjutnya, sebagai berikut: a. Perlu menambahkan variabel-variabel yang berhubungan dengan risiko tidak sistemis (faktor internal) ataupun hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan finansial suatu perusahaan yang dimungkinkan relevan dengan perubahan IHSG. sehingga dapat dibandingkan antara pengaruh eksternal maupun internalnya. b. Bisa menambahkan variabel makroekonomi global, seperti indeks harga saham dunia lainya. Sehingga kita dapat melihat dampak shock pasar modal dunia terhadap perkembangan Indeks Harga Saham di Indonesia.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Panji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT. Rineka Cipta Bank Indonesia. Laporan Tahunan Bank Indonesia. Berbagai Terbitan 19982009. Jakarta: Bank Indonesia. BI. 2014. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Mei 2014. Bank Indonesia : Jakarta _____.2013. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Februari 2013. Bank Indonesia : Jakarta _____. 2012. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Desember 2012. Bank Indonesia : Jakarta _____. 2011. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Juni 2011. Bank Indonesia : Jakarta _____. 2010. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Mei 2010. Bank Indonesia : Jakarta _____.2009. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Maret 2009. Bank Indonesia : Jakarta _____. 2008. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia April 2008. Bank Indonesia : Jakarta _____. 2007. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Juni 2007. Bank Indonesia : Jakarta BPS. 2014. Buletin Ekonomi Bulanan Indonesia 2014. Badan Pusat Statistik : Jakarta _____.2014. Buletin Ekonomi Bulanan Indonesia 2009. Badan Pusat Statistik : Jakarta Capasso, Salvatore. 2006. Stock Market Development and Economic Growth. World Institute for Development Economics Research. Published Online (102):1-27.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Chen, N. F., R. Roll, dan S. Ross (1986), Economic Forces and the Stock Market, Journal of Business 59(3), hal. 383-403 Chung S. Kwon and Tai S. Shin.1999. Cointegration and Causality Between Macroeconomic Variables and Stock Market Return. 10 (1) : 71-81 Cooper, Donald R. and Schindler, Pamela S. 2006. Business Research Method. Volume I. Edisi kesembilan. Jakarta: PT Media Global Edukasi. Darmadji, Tjipyono dan Fakhruddin, Hendy M. 2001. Pasar Modaldi Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama. PT. Salemba Empat. Jakarta Enders, Walter. 1995. Applied Econometric Time Series. Wiley International Edition. USA: Lowa State University Feldstein, M. 1980. Inflation and the stock market. American Economic Review.70 (12): 837—847. Gujarati, Damodar. 2003.Basic Econometrics. Fourth Edition. Singapura: McGraw-Hill Asia. Homa, Kenneth E. dan Dwight M. Jaffe. 1971. The Supply of Money and Common Stock Prices. The Journal of Finance. 26(12):1045-1066. Hondroyiannis, George and Papapetrou, Evangelia. 2001. Macroeconomic Influences on The Stock Market. Journal of Economics and Finance.Volume 25. Number 1. Jatiningsih, Oksiana Musdholifah. 2007. Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Aplikasi Manajemen. 5 (1). 18-25. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi kedua. Yoyakarta: BPFE. Keran, M.W., 1971. Expectations, money, and the stock market. Review Kwangwoo Park and Ronald A. Ratti.2000. Real Activity, Inflation, Stock Returns, and Monetary Policy. 35 : 59-78
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Madura, Jeff.1993. Financial Manajement.Florida University Express. Madura, Jeff.2003.International Finacial Management. 7th edition. Thomson Madura. 2006. International Corporate Finance Keuangan Perusahaan International. edisi 8. Jakarta: Salemba Empat Mankiw, N. Gregory. 2003. Principles of Macroeconomic. United States of America: Thompson Higher Education Mankiw, N. Gregory. 2006.Principles of Economics Pengantar Ekonomi Makro.3rd Edition. Jakarta: Salemba Empat Mansor H. Ibrahim.2002. Volatility Interaction Between Stock Return and Macroeconomic Variables: Malaysian Evidence. 26 (2) : 183-195 Miskhin, Frederich S. 2004. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets. Seventh Edition. New York: Addison Wesley. Muzafar S.H and Ahmad Z.B. 1996. Money, Output and Stcok Price in Malaysia:An Application of The Cointegration Test. 10 (2) Nadeem Sohail and Zakir Hussain.2009. Long-Run and Short Run Relationship Between Macroeconomic Variables and Stock Prices in Pakistan. 47 (2) : 183-198 Nilawati. 2000. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Angka Pengganda Uang Terhadap Perkembangan Jumlah Uang Beredar Di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 2(8):64-72. Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Edisi kesatu. Buku 2. Yogyakarta: BPFE Salvatore, Dominick. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Summers, L.H. 1981. Inflation and the valuation of corporate equities. National Bureau of Economic Research Working Paper. 824 (12): 1-28.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sukirno, S., 2000. Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru Raja. Grafindo Pustaka. Jakarta Sunariyah.2011. Pengantar Pengetahuan Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Pasar
Modal.
Edisi
keenam.
Tandelilin, Eduardus. 2010.Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius Tessaromatis, N.P. dan Triantafillow, P.E. tanpa tahun. Money Supply Announcement and Stock Prices: The UK Evidence. 41 (4) W.N.W.Azman-Saini, Muzafar S.H and M. Azali. 2003. Stock Price and Exchange Rate Dunamics: Evidence From Thailand. 27 (3) : 245-258. Sarifudin, Aroef. 2009. Analisis Pengaruh Hipotesis Ekspektasi Inflasi Rasional terhadap Efektifitas Kebijakan Moneter di Indonesia (1997:1 –2007:4). Skripsi diterbitkan di Surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga.
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN I DATA IHSG, IHK, KURS, M2 dan IP PERIODE: 2007;01-2014;12 PERIODE 2007 Januari 2007 Februai 2007 Maret 2007 April 2007 Mei 2007 Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 Novemper 2007 Desember 2008 Januari 2008 Februai 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 Novemper 2008 Desember 2009 Januari 2009 Februai 2009 Maret 2009 April 2009 Mei 2009 Juni 2009 Juli 2009 Agustus 2009 September 2009 Oktober 2009 Novemper 2009 Desember 2010 Januari 2010 Februai
SKRIPSI
IHSG 1.757 1.741 1.831 2.020 2.055 2.139 2.347 2.194 2.259 2.673 2.688 2.746 2.627 2.722 2.447 2.305 2.444 2.349 2.305 2.166 1.833 1.257 1.242 1.355 1.333 1.285 1.407 1.723 1.917 2.027 2.323 2.342 2.468 2.368 2.416 2.534 2.611 2.549
IHK 147,41 148,32 148,67 148,43 148,58 148,92 149,99 151,11 152,32 153,53 153,81 155,8 158,26 159,29 160,81 161,73 164,01 110,08 111,59 112,16 113,25 113,76 113,9 113,86 113,78 114,02 114,27 113,92 113,97 114,1 114,61 115,25 116,46 116,68 116,65 117,03 118,01 118,36
KURS 9.090 9.160 9.118 9.083 8.828 9.054 9.186 9.410 9.173 9.103 9.376 9.419 9.291 9.051 9.217 9.234 9.318 9.225 9.118 9.153 9.378 10.995 12.151 10.950 11.335 11.980 11.575 10.713 10.340 10.225 9.920 10.060 9.681 9.545 9.840 9.400 9.365 9.335
MONETARY SHOCK AND ....
M2 1.367.957 1.369.244 1.379.237 1.385.715 1.396.069 1.454.578 1.474.769 1.293.051 1.516.884 1.533.854 1.559.569 1.649.663 1.596.565 1.603.750 1.594.390 1.611.691 1.641.733 1.703.381 1.686.050 1.682.811 1.778.139 1.812.490 1.851.023 1.895.839 1.874.145 1.900.208 1.916.752 1.912.623 1.927.070 1.977.533 1.960.950 1.995.294 2.018.510 2.021.517 2.062.206 2.141.384 2.073.860 2.066.481
IP 119,31 112,63 120,44 120,57 122,29 125,15 127,81 128,14 130,62 119,77 126,73 127,77 126,28 123,3 123,41 124,83 127,22 128,1 131,36 131,83 129,55 127,05 127,54 125,34 124,17 124,38 125,13 126,36 127,41 128,82 131,05 132,72 129,32 133,03 132,39 129,64 96,59 97,28
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
SKRIPSI
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Novemper Desember Januari Februai Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Novemper Desember Januari Februai Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Novemper Desember Januari Februai Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
2.777 2.971 2.797 2.914 3.069 3.082 3.501 3.635 3.531 3.704 3.409 3.470 3.679 3.820 3.837 3.889 4.131 3.842 3.549 3.791 3.715 3.822 3.942 3.985 4.122 4.181 3.833 3.956 4.142 4.060 4.263 4.350 4.276 4.317 4.454 4.796 4.941 5.034 5.069 4.819 4.610 4.195 4.316 4.511
118,19 118,37 118,71 119,86 121,74 122,67 123,21 123,29 124,03 125,17 126,29 126,46 126,05 125,66 125,81 126,5 127,35 128,54 128,89 128,74 129,18 129,91 130,9 130,96 131,05 131,32 131,41 132,32 131,41 132,23 133,16 134,43 134,45 134,67 136,88 137,91 138,78 138,64 138,6 140,03 144,63 146,25 145,74 145,87
9.115 9.012 9.180 9.083 8.952 9.041 8.924 8.928 9.013 8.991 9.049 8.821 8.708 8.563 8.543 8.579 8.504 8.534 8.875 8.853 9.113 9.069 8.998 9.023 9.146 9.177 9.480 9.433 9.467 9.572 9.591 9.629 9.618 9.793 9.698 9.667 9.719 9.722 9.802 9.929 10.278 10.924 11.613 11.234
MONETARY SHOCK AND ....
2.112.083 2.116.024 2.143.234 2.231.144 2.217.589 2.236.459 1.274.955 2.308.848 2.347.807 2.471.206 2.436.679 2.420.191 2.451.357 2.343.478 2.475.286 2.522.784 2.564.556 2.621.346 2.643.331 2.667.787 2.729.538 2.877.220 2.854.978 2.849.796 2.911.920 2.927.259 2.992.057 3.050.355 3.054.836 3.089.011 3.125.533 3.161.726 3.205.129 3.304.645 3.268.789 3.280.420 3.322.529 3.360.928 3.426.305 3.413.379 3.506.574 3.502.420 3.584.017 3.576.869
101,37 101,44 100,9 104,72 100,93 101,12 92,32 100,77 101,72 100,83 101,66 98,06 105,86 102,19 105,63 107,23 109,45 103,1 104,12 107,59 101,35 102,89 102,76 105,63 102,64 103,38 108,31 109,79 111,41 100,78 109,61 118,17 114,13 114,12 113,91 112,31 112,58 114,12 115,78 113,34 115,28 113,37 116,36 118,05
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014
SKRIPSI
Novemper Desember Januari Februai Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Novemper Desember
4.256 4.274 4.419 4.620 4.768 4.840 4.894 4.879 5.089 5.137 5.138 5.090 5.150 5.227
146,04 146,84 110,99 111,28 111,37 111,35 111,53 112,01 113,05 113,58 113,89 114,42 116,14 119
11.977 12.189 12.210 11.609 11.360 11.562 11.676 11.875 11.580 11.690 12.188 12.085 12.206 12.388
MONETARY SHOCK AND ....
3.614.520 3.727.696 3.652.348 3.635.060 3.652.531 3.730.376 3.789.279 3.865.891 3.895.981 3.895.374 4.010.147 4.024.489 4.076.670 4.173.327
116,2 117,36 117,32 116,6 116,8 117,25 120,16 120,22 117,05 120,13 127,74 124,37 121,73 124,94
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN II HASIL PENGOLAHAN DATA 1.
SKRIPSI
Uji Stasioneritas Data (Level Trend and Intecept )
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.
SKRIPSI
Uji Stasioneritas (Data First Difference Trend and Intercept)
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Uji Lag Optimal
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4. Uji Grager Causality
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.
SKRIPSI
Hasil Impulse Response (Grafik)
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6.
SKRIPSI
Hasil Impulse Response (Tabel)
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7.
SKRIPSI
Hasil Impulse Response Combine
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8.
SKRIPSI
Hasil Variance Decompotition
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Judul Penelitian
Penulis / Tahun
Variabel
Alat Analisis
Jenis Data
Hasil Penelitian
1. Cointegration and
Chung S. Kwon
Indeks harga saham,
VECM (Vector
Time Series
Tes kointegrasi dan VECM menujukkan jika
Causality Between
& Tai S. Shin
indeks produksi, kurs,
Error Corection
bulanan
indeks harga saham terkointegrasi dengan
Macroeconomic Variables
(1999)
trade balance, suplai
Model)
(Januari 1980
seperangkat variabel makro ekonomi yaitu
s/d Desember
indeks produksi, nilai tukar, trade balance, dan
1992)
suplai uang. mereka memiliki hubungan
and Stock Market Return.
uang.
keseimbangan jangka panjang dengan setiap indeks harga saham.
2. Macroeconomic Factor Do
Mark J. Flanery
Variabel nominal
Influence Agregate Stock
& Aris A.
Return Mark J. Flanery & Aris A. Propapadakis (2002)
SKRIPSI
GARCH
Time series (
- Pasar saham secara signifikan berkorelasi
(CPI, PPI, Agregate
Januari 1980
dengan inflasi dan pertumbuhan uang.
Propapadakis
Moneter), variabel riil
sampai akhir
- Dampak dari variabel makroekonomi riil
(2002)
(Balance of Trade,
tahun 1996)
terhadap return ekuitas agregate sulit
Employment Report,
dibangun, karena efek tidak linier dan waktu
Housing Start).
invarian
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.The Relationship Between
Rufus Ayodeji
Indeks Harga Saham,
VECM (Vector
Time series
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
Stock Price and
Olowe (2007)
Indeks Produksi
error corection
Quarterly
hubungan kointegrasi di antara variabel-
Macroeconomic Factor in the
Industri, IHK, suplai
model)
(Kuarter
variabel makroekonomi.
Nigerian Stock Market
uang, harga minyak,
terakhir 1986
dan tingkat treasury
s/d kuarter
bills
terakhir 2004)
4. Money, Output and Stock
Muzafar Syah
Output riil, suplai
Cointegration
Time series
Pasar saham malaysia merespon secara positif
Price in Malaysia : An
Habibullah &
uang, indeks harga
test
bulanan
output dan juga suplai uang.
Aplication of Cointegration
Ahmad Zuabaidi
saham.
(Januari 1978
Test
Baharumsyah
Cointegration test
s/d September
(1996)
SKRIPSI
1992)
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5. Stock Price and Exchange
W.N.W Azman-
Nilai tukar (thai
Rate Dynamics Evidence
Saini, Muzafa
From Thailand.
Shah Habibullah
VAR
Time series
Berdasarkan penemuan terhadap suku bunga,
baht/$US) dan harga
harian (1
terdapat hubungan timbal balik antara nilai
saham
Januari 1990
tukar dan harga saham sebelum recent Asian
and M.Azali
s/d 31
financial crisis, selama krisis nilai tukar
(2003)
desember
mempengaruhi harga saham.
2001)
6. Volatility Interaction
Manshor H.
Output riil (Real
ARCH dan
Time series
Between Stock Return and
Ibrahim (2002)
Industrial Production
GARCH
bulanan
nilai tukar dan volatilitas reserve terhadap volatilitas harga saham.
Macroeconomics Variables :
Index), agregate
(Januari 1997
Malaysian Evidence
moneter (M1 dan
s/d Juni 1996)
1. Hubungan satu arah antara volatilitas
2. Hubugan dua arah antara volatilitas
M2), exchange rate
M2 dan volatilitas return saham
(RM/$US), agregate
Antara stabilitas nilai tukar dan stabilitas
reserve.
reserve sama-sama penting untuk stabilitas pasar saham.
7. Long Run and Short Run
Nadeem Sohail
CPI, Index of
VECM (Vector
Time series
Relationship
and Zakir
Industrial Production,
Error Corection
bulanan
Macroeconomics Variables
Hussain (2009)
nilai tukar riil, M2,
Model
(Desember
1. Terdapat dampak negatif CPI pada stock return 2. Industrial Production Index, nilai tukar
and Stock Price in Pakistan
suku bunga treasury
2002 s/d Juni
riil, money supplay, memiliki efek
:The case of Lahore Stock
bills tiga bulanan,
2008)
positif yang signifikan pada return
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Exchange
indeks LSE25.
saham 3. ecm 1 (-1) dan ecm 2 (-1) signifikan dengan sinyal negatif variabel CPI menunjukkan Forecast error yang paling besar untuk LSE25 Index
8. Real Activity, Inflation,
Kwangwoo Park
Industrial Production
VAR
Time series
Pengetatan kebijakan moneter secara
Stock Return amd Monetary
and Ronald A.
Grow, CPI-Inflation,
(Vector
bulanan
signifikan merespon shock positif untuk inflasi
Policy
Ratti
Monthly Federal
Auroregressive)
(Januari 1955
dan shock kebijakan moneter pada return
Funds Rate, real stock
s/d Maret
saham adalah negatif dan volatile. hipotesis
return.
1998)
“Kebijakan Antisipasi” dapat bekerja.
9. Macro Variable and
David E. Rapach,
Relative Money
OLS (Ordinary
Cross Section
Berdasarkan Makro variabel, mereka
International Stock
Mark E. johar,
Market Rate, Treasury
Lesat Square)
bulanan
menemukan bahwa suku bunga adalah yang
Predictability
Jesper Rang vid
bill rate, Relative
(pertengahan
paling konsisten dan prediktor terbaik untuk
(2005)
Long term goverment
1997 s/d akhir
return saham di berbagai negara.
bond yield, time
1990) untuk
spread, inflation rate,
12 negara
Industrial production
industri
growth, narrow money growth, broad money growth,
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
employment. 10. Dynamic Relation
Tarun K.
Share price, exchange
VECM (Vector
Time series
Terdapat hubungan kointegrasi antara harga
Beetween Macroeconomic
Mukherjee &
rate, money supply ,
Error Corection
bulanan
saham dengan 6 variabel makroekonomi
Variables and The Japanese
Atsuyuki Naka
inflation, industrial
Model)
(Januari 1971
(exchange rate, money supply, inflation,
Stock Market: An
(1995)
production, long term
s/d Desember
production index, long term goverment bond
Application of A Vector
goverment bond rate,
1990)
rate, call money rate). Sinyal dari koefisien
Error Corection Model.
call money rate
jangka panjang variabel makroekonomi untuk harga saham secara umum konsisten dengan hipotesis hubungan ekulibrium.
11. Macroeconomic
Gabriel Caldas
Public debt / GDP
Environment , Country Risk
Montes, Bruno
and Stock Market Performance: Evidence For
Time series
Kebijakn moneter dan public debt management
ratio, Current acount,
tahunan
seperti kredibilitas dan reputasi mempengaruhi
Pires Tiberto
international reserve,
(1966-1978)
risiko negara dan performa dari pasar saham
(2012)
inflation targeting
Brazil.
OLS dan GMM
Brazil
credibility (Credibility) ,central bank reputation (Reputation), economic growth, values of companies listed at IBOVESPA, Dow Jones, S&P 500
12. South African Stock
SKRIPSI
Rangan Gupta &
Term spread, Treasury
In sample : Uji
MONETARY SHOCK AND ....
Data time
In sample test : Hanya stock return memiliki
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Return Predictability in The
Mampho P.
bill rate, Pay out ratio,
regresi t-statistik
series bulanan
kekuatan prediksi dalam jangka pendek dan
Contex Data Mining: The
Modise (2012)
stock return
. Out sample :
in sample
jangka panjang untuk seluruh rekan dagang
Role of Financial Variables
Uji regresi
(1997:01 s/d
utama.
and International Stock
MSE-F dan ENC
2010:04) dan
Return
NEW statistik
out sample
Out of sample test: Treasury bill rate dan term
(1997:01 s/d
spread bersama dengan stock return
2010:04)
menunjukkan kekuatan prediksi dalam horizon jangka pendek dan jangka panjang untuk seluruh rekan dagang utama.
13. Pengaruh Makroekonomi
Livia Halim
Inflasi, BI rate, JUB,
Regresi linier
Time series
Variabel inflasi dan BI rate tidak berpengaruh
Terhadap Return Saham
(2013)
nilai tukar, return
berganda
periode 2009
pada return saham kapitalisasi besar di BEI.
s/d 2012
sedangkan Jumlah uang beredar dan nilai tukar
Kapitalisasi Besar di Bursa
saham kapitalisasi
Efek Indonesia
besar
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham kapitalisasi besar di BEI.
14. Interaksi Dinamis
Wulandari dan
Indeks Produksi
Vektor
Time series
Secara kesesluruhan sektor moneter lebih
Variabel Makroekonomi
Samsubar Saleh
Industri, Jumlah Uang
Autoregresive
bulanan
memiliki pengaruh langsung terhadap
Terhadap Return Saham di
(2015)
Beredar M2, tingkat
(VAR)
periode
pergerakan harga saham di Indonesia,
diskonto BI, nilai tukar
1999:01-
dibandingkan aktivitas riil dimana Indeks
Rupiah terhadap Dolar,
2007:12
Produksi Industri tidak memiliki pengaruh
Bursa Efek Indonesia.
Federal funds rate.
langsung terhadap pergerakan baik IHSG maupun LQ45. Shock kebijkan moneter
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
amerika serikat berpengaruh langsung terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia. 15. Pengaruh Beberapa
Anis Wijayanti
GDP, Kurs Rupiah
Error Corection
Time series
Dalam jangka pendek dan jangka panjang
Variabel Ekonomi dan
(2013)
terhadap Dolar, inflasi,
Model (ECM)
tahunan
pertumbuhan GDP berpengaruh positif
Indeks Pasar Modal Dunia
SBI, DJIA, NIKKEI
periode 2005-
terhadap IHSG, Kurs Rupiah terhadap Dolar
Terhadap Pergerakan Indeks
225, IHSG
2012
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Harga Saham Gabungan di
IHSG, Inflasi memiliki hasil yang tidak
BEI
signifikan terhadap IHSG, NIKKEI 225 mempunyai korelasi negatif tidak signifikan terhadap IHSG, DJIA mempunyai korelasi positif dan signifikan terhadap IHSG.
16. Monetary Shock and
Mansor H.
Kuala Lumpur
Stock Returns In An
Ibrahim (2001)
VAR
Time Series
Setiap guncangan variabel makro ekonomi
Composite Index, M2,
bulanan
mempengaruhi pergerakan harga saham.
Emerging Market : A VAR
Industrial Production,
periode
Analysis
CPI, RMUS (Nilai
Januari 1977-
tukar Ringgit Terhadap
Juni 1997
Dolar
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
MONETARY SHOCK AND ....
WULANDARI