SBI INTEREST RATE EFFECT, THE VALUE OF U.S. DOLLAR EXCHANGE RATE, INFLATION RATE, TIME ON COMPOSITE STOCK PRICE INDEX (CSPI) Chris Asbarry, Dr. Lana Sularto SE, MMSi Abstraction The interest rate of SBI in the last 3 years have seen fluctuations, this can be seen from the data obtained from Bank Indonesia from www.bi.go.id, where the SBI interest rate in January 2006 amounted to 12.74%, then decreases to 7.93 % in February 2007, and again rising up at 11:24% in December 2008. This is because the world economic recession at the end of 2008 yesterday. The more increase in SBI interest rate was no indication is triggered by low foreign exchange trading activity in this case the U.S. dollar. Fluctuations in foreign exchange trading value in this case the rupiah and U.S. dollar in the last three years proved to show very high fluctuations in January 2006 where the value of the rupiah against the U.S. Dollar is USD. 9560 and closed at the end of December 2006 amounted to Rp. 9520. In January 2007 the value of rupiah exchange rate was Rp. 9600 and closed at the end of December 2007 amounted to Rp. 9919, and in 2008 the value of the rupiah exchange rate against the dollar in January 2008 was Rp. 9826 and closed in December 2008 of Rp. 12 724. At the time of the most bullish of variables influence the value of deposits by 7359.612 units of JCI, and at most major bearish variables influence the value of inflation by 6317.426 units of JCI. Simultaneously, at the time of bullish or bearish variables (exchange rates, interest rate of Bank Indonesia Certificate, Inflation Rate, Deposit) had no significant effect on the index. Individually, when bullish variables that affect the exchange rate. Meanwhile, when bearish
variables
that
influence
the
exchange
rate,
inflation,
deposit.
The proportion of the major influences on bullish namely deposits and the most influential is the Exchange and the SBI. The proportion of the major influences on inflation and the most bearish is no effect of SBI.
1
PENGARUH TINGKAT BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR AS, TINGKAT INFLASI, DEPOSITO TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
Chris Asbarry, Dr. Lana Sularto SE, MMSi Abstraksi Tingkat suku bunga SBI dalam 3 tahun terakhir terlihat mengalami fluktuasi, hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari Bank Indonesia dari www.bi.go.id , dimana tingkat suku bunga SBI pada tahun Januari 2006 adalah sebesar 12.74 %, lalu menurun hingga 7.93% di februari 2007, dan kembali menaik hingga sebesar 11.24% pada bulan desember 2008. Hal ini dikarenakan terjadinya resesi perekonomian dunia pada akhir tahun 2008 kemarin. Semakin menaiknya tingkat suku bunga SBI ini ada indikasi dipicu oleh rendahnya aktivitas perdagangan valuta asing dalam hal ini dollar Amerika. Nilai fluktuasi perdagangan valuta asing dalam hal ini rupiah dan dollar AS dalam tiga tahun terakhir terbukti menunjukkan fluktuasi yang sangat tinggi dimana pada bulan Januari 2006 nilai kurs rupiah terhadap Dollar AS adalah Rp. 9.560 dan ditutup pada akhir Desember 2006 adalah sebesar Rp. 9.520. Pada bulan Januari 2007 nilai kurs Rupiah adalah sebesar Rp. 9.600 dan ditutup pada akhir Desember 2007 adalah sebesar Rp. 9.919, dan pada tahun 2008 nilai kurs rupiah terhadap Dollar pada bulan Januari 2008 adalah sebesar Rp. 9.826 dan ditutup pada Desember 2008 sebesar Rp. 12.724. Pada saat bullish variabel yang paling besar nilai pengaruhnya yaitu Deposito dengan 7359,612 satuan terhadap IHSG, dan pada saat bearish variabel yang paling besar nilai pengaruhnya yaitu inflasi dengan 6317,426 satuan terhadap IHSG.
2
Secara bersamaan, pada saat bullish maupun bearish variable (Kurs, Tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi, Deposito) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap IHSG. Secara individual, pada saat bullish variabel yang berpengaruh kurs. Sedangkan pada saat bearish variabel yang berpengaruh kurs, inflasi, deposito. Proporsi pengaruh paling besar pada saat bullish yaitu Deposito dan yang paling tidak berpengaruh adalah Kurs dan SBI. Proporsi pengaruh paling besar pada saat bearish yaitu Inflasi dan paling tidak berpengaruh yaitu SBI.
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Permasalahan Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga mengandung
resiko. Besar kecilnya resiko di pasar modal sangat di pengaruhi oleh keadaan negara khususnya di bidang ekonomi, politik dan sosial. Keadaan di dalam perusahaan dapat juga mempengaruhi naik atau turunnya harga saham. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran yang lebih tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakatnya. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan dalam pasar modal. Namun krisis global dan yang melanda Indonesia sampai sekarang telah memporakporandakan perekonomian Indonesia yang semula mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, sehingga menimbulkan terjadinya inflasi. Akibat inflasi yang terus menerus meningkat dan peningkatannya tidak dapat dikendalikan, membuat semua bidang ekonomi terkena imbasnya. Khususnya pada pasar modal, harga saham mengalami fluktuasi yang begitu besar.
4
Tingkat suku bunga SBI dalam 3 tahun terakhir terlihat mengalami fluktuasi, hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari Bank Indonesia dari www.bi.go.id , dimana tingkat suku bunga SBI pada tahun Januari 2006 adalah sebesar 12.74 %, lalu menurun hingga 7.93% di februari 2007, dan kembali menaik hingga sebesar 11.24% pada bulan desember 2008. Hal ini dikarenakan terjadinya resesi perekonomian dunia pada akhir tahun 2008 kemarin. Semakin menaiknya tingkat suku bunga SBI ini ada indikasi dipicu oleh rendahnya aktivitas perdagangan valuta asing dalam hal ini dollar Amerika. Nilai fluktuasi perdagangan valuta asing dalam hal ini rupiah dan dollar AS dalam tiga tahun terakhir terbukti menunjukkan fluktuasi yang sangat tinggi dimana pada bulan Januari 2006 nilai kurs rupiah terhadap Dollar AS adalah Rp. 9.560 dan ditutup pada akhir Desember 2006 adalah sebesar Rp. 9.520. Pada bulan Januari 2007 nilai kurs Rupiah adalah sebesar Rp. 9.600 dan ditutup pada akhir Desember 2007 adalah sebesar Rp. 9.919, dan pada tahun 2008 nilai kurs rupiah terhadap Dollar pada bulan Januari 2008 adalah sebesar Rp. 9.826 dan ditutup pada Desember 2008 sebesar Rp. 12.724. Dari sisi tingkat inflasi seperti kita ketahui bersama semenjak krisis moneter yang melanda Indonesia dimana mana harga barang dan jasa secara keseluruhan naik, sehingga mengakibatkan nilai uang turun. Hal ini menunjukkan tingkat inflasi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dimana tingkat inflasi pada akhir Desember 2006 adalah sebesar 6.60% dan pada akhir Desember 2006 adalah sebesar 6.59% dan meningkat drastis pada akhir Desember tahun 2008 menjadi sebesar 11.06%. Dikarenakan adanya berita akan merebaknya Krisis Finansial 2008 ke negara-negara lain termasuk Indonesia itu saja sudah mampu merontokkan harga saham di Pasarpasar Modal negara-negara lain dan IHSG, dengan akibat kerugian besar para pemegang saham-saham itu, tanpa ada transaksi perdagangan apapun, sebab 5
semuanya dihitung memakai matauang Dollar AS. Ini makin menimbulkan kepanikan para pemilik modal untuk segera menjual saham-saham mereka, sehingga memicu reaksi berantai untuk menurunkan nilai asset perusahaan-perusahaan lokal. Dampak berikutnya adalah melemahnya mata uang negara-negara lain termasuk diluar AS termasuk rupiah akibat digunakannya mata uang Dollar AS sebagai referensi harga dan perdagangan saham dan perdagangan Internasional. Hal ini menyebabkan nilai tukar rupiah kembali menyentuh di level Rp. 12.724 di akhir Desember 2008. Secara jelas perubahan nilai SBI, nilai kurs dan inflasi pada tahun 2008 terakhir dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1.1 Perubahan nilai SBI, nilai kurs, inflasi dan Deposito pada tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan/Tahun
Tingkat Suku Bunga SBI
Nilai Kurs
Tingkat Inflasi
Deposito
IHSG
Januari 2008 Februai 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 008 Nvember 2008 Desember 2008
8.00% /bulan 7.93% /bulan 7.96% /bulan 7.99% /bulan 8.31% /bulan 8.73% /bulan 9.23% /bulan 9.28% /bulan 9.71% /bulan 10.98% /bulan 11.24% /bulan 10.83 % /bulan
Rp9,826 Rp9,723 Rp9,607 Rp9,699 Rp9,732 Rp9,810 Rp9,715 Rp9,581 Rp9,663 Rp10,157 Rp11,300 Rp12,724
7.36% 7.40% 8.17% 8.96% 10.38% 11.03% 11.90% 11.85% 12.14% 11.77% 11.68% 11.06%
8.00% 8.00% 8.00% 8.00% 8.25% 8.25% 8.75% 8.75% 9.25% 10.00% 10.00% 10.00%
2627.25 2721.94 2447.3 2304.52 2444.35 2349.11 2304.51 2165.94 1832.51 1256.7 1241.54 1355.41
Sumber : www.bi.go.id, www.idx.co.id, (yang telah diolah)
6
Pertumbuhan Deposito 2006-2007
Gambar 1.1 Pertumbuhan Deposito 2006-2007 Sumber: www.bi.go.id, 2009
Pertumbuhan nilai kurs 2006 - 2007
Gambar 1.2 Pertumbuhan kurs 2006-2007 Sumber: www.bi.go.id, 2009
7
Pertumbuhan tingkat suku bunga 2004 – 2007
Gambar 1.3 Pertumbuhan Tingkat Suku Bunga 2006-2007 Sumber: www.bi.go.id, 2009 Pertumbuhan tingkat inflasi 2006 – 2007
Gambar 1.4 Pertumbuhan Tingkat Inflasi 2006-2007 Sumber: www.bi.go.id, 2009 8
Perkembangan IHSG 2007-2008
Gambar 1.5 Gambar perkembangan IHSG 2007-2008 Sumber: www.idx.co.id, 2009 Dari data pada tabel-tabel di atas terlihat nilai SBI yang naik pada akhir tahun dibandingkan dengan awal tahun, serta adanya peningkatan nilai kurs dari awal bulan Januari sebesar Rp9,826.- menjadi Rp12,724.- pada akhir tahun, serta adanya peningkatan nilai inflasi secara drastis yakni sebesar 7.36% pada awal Januari menjadi 11.06% pada akhir Desember, dan adanya peningkatan Deposito pada awal januari 2008 yakni sebesar 8,00% dan pada akhir desember sebesar 10%. Dimana fluktuasi ini akan dicari pengaruhnya terhadap nilai perubahan indeks harga saham pada awal Januari 2008 sebesar 2627.25 serta mengalami penurunan pada Desember 2008 sebesar 1355.41. Dari data yang ada diatas maka penulis penulis in menulis tentang “PENGARUH TINGKAT BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR AS, TINGKAT INFLASI, DEPOSITO TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)”
9
1.2.
Permasalahan
1. Sejauh mana nilai tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat inflasi, dan Deposito berpengaruh terhadap Index Harga Saham Gabungan. 2. Dari keempat variabel yaitu tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat inflasi, Deposito manakah variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Index Harga Saham Gabungan. 1.3
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Ada pun tujuan penelitian : 1. Untuk mengetahui nilai pengaruh variabel tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat inflasi, Deposito terhadap IHSG yang sedang bullish dan bearish. 2. Untuk mengetahui tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat inflasi, Deposito secara bersamaan apakah ada pengaruh yang signifikan terhadap IHSG yang sedang bullish dan bearish. 3. Untuk mengetahui tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat inflasi, Deposito secara individual apakah ada pengaruh yang signifikan terhadap IHSG yang sedang bullish dan bearish. 4. Mengetahui proporsi pengaruh tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat inflasi, Deposito terhadap IHSG yang sedang bullish dan bearish.
10
Hasil penelitian ini akan memberikan kegunaan: 1. Memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan publik terutama pengaruh signifikan tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat inflasi dan GDP terhadap harga saham perusahaan publik. Selain itu juga dapat memberikan informasi dan masukan yang dibutuhkan oleh pemegang saham, kreditur dan pihak-pihak terkait lainnya. 2. Peneliti dan pembaca lain hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang mengadakan penelitian dalam ruang lingkup yang sama. Juga diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya. 1.4
Kerangka Pemikiran Tingkat bunga SBI
Nilai Kurs Dollar
IHSG
Tingkat Inflasi
Deposito
Gambar 1.6 Kerangka Pemikiran
11
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarwono (2003) disebutkan bahwa variabel rate of return on total assets, devidend payout ratio, financial leverage dan tingkat suku bunga merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu, (1997) yang menyebutkan bahwa secara empiris terbukti bahwa profitabilitas,suku bunga, inflasi, dan nilai tukar secara bersama-sama mempengaruhi harga saham badan usaha secara signifikan selama krisis ekonomi terjadi di Indonesia.
Menurut M. Y. Dedi Haryanto
dan
Riyatno (2007), Risiko sistematis (risiko
pasar) merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Jadi perubahan pasar akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi (kondisi makro). Tingkat suku bunga SBI dan kurs terbukti mempengaruhi risiko sistematis saham namun hasilnya tidak konsisten pada dua karakteristik industri yang berbeda. Pada perusahaan manufaktur hanya kurs yang mempengaruhi risiko saham sedangkan pada perusahaan non manufaktur suku bunga SBI yang mempengaruhi risiko sistematis saham. Dan menurut Rio Indrawan (2005) Variabel Deposito menunjukkan signifikansi dan berpengaruh yang bersifat positif terhadap harga saham. Hal ini berarti hipotesis yang diajukan sebelumnya telah terbukti. Indikasi ini menandakan bahwa semakin tinggi deposito maka akan menaikkan hraga saham. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah inflasi akan semakin meningkatkan permintaa deposito dalam negeri.
. Dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham seperti yang tersebut di atas, penelitian ini akan difokuskan terhadap obyek penelitian bagaimana pengaruh nilai tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi, terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Dipilihnya faktor eksternal yang berpengaruh
12
terhadap indeks harga saham ini mengingat kondisi situasi perekonomian Indonesia yang mengalami perubahan besar akibat krisis moneter yang melambungkan nilai inflasi, maupun kurs dollar AS yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi yang naik turun
13
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Index Harga Saham Gabungan Menurut Prof. Dr Jogiyanto Hartono Indeks harga saham gabungan (IHSG) di
BEI meliputi pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham prefen. IHSG mulai dikenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 dengan menggunakan landasan dasar (baseline) tangga 10 Agustus 1982. Jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah hanya sebanyak 13 saham. (Jogiyanto, 2008;97) Indeks adalah ukuran ratio yang didasarkan pada perhitungan statistik untuk mengetahui situasi untuk mengetahui situasi suatu fenomena yang sama pada waktu yang berbeda. Jauh di dalam indeks ada dua macam waktu yaitu waktu dasar (base period) dan waktu yang bersangkutan sedang berjalan (current period). Waktu dasar ini dinyatakan dalam 100. Indeks adalah suatu indikator tentang adanya penurunan atau kenaikan suatu kegiatan atau kejadian. (Supranto 1992) Kegunaan dari indeks ini adalah untuk membandingkan perubahan relatif dalam berbagai fenomena dari untuk waktu ke waktu. Supranto J.(1992) Indeks harga saham ada dua macam, yaitu indeks harga saham individual berguna untuk melihat perkembangan suatu perusahaan yang terseleksi lewat indeks harga sahamnya, sedangkan IHSG berguna untuk mengetahui situasi harga sahamsaham di dalam suatu pasar bursa umum pada suatu tertentu. Menurut William A. Mceachern, index harga saham gabungan (composite stock price index=CSPI) merupakan index gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek. Indeks harga saham gabungan (IHSG) diterbitkan oleh bursa efek. Sementara itu, pihak di luar bursa efek tidak tertarik menerbitkan IHSG karena
14
indeks tersebut masih kalah manfaatnya dengan indeks harga parsial, seperti untuk keperluan hedging. (Mceachern 2000;185) 2.2
Kurs Kita semua telah begitu akrab dengan perdaganganyang berlangsung di dalam
negeri. Kalau saya membeli jeruk dari garut atau mobil dari Jakarta, tentunya saya akan membayar dalam rupiah. Namun, kalau orang Indonesia ingin membeli sepeda di Inggris, maka masalahnya agak rumit. Pedagang sepeda di Inggris tentunya hanya ingin dibayar dengan mata uang negaranya yaitu Pound, bukan Rupiah. Demikian pula sebaliknya, apabila orang Inggris ingin beli kopi dari Indonesia maka mereka harus membayar dengan rupiah. Masalah ini ini memberikan elemen baru bagi perdagangan internasional; Kurs (nilai tukar) valuta asing, yaitu harga matauang Negara asing dalam satuan mata uang domestik. (Samuelson,1996;450). Menurut Mohhamad Samsul perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap setiap jenis saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham yang lainnya terkena dampak negatif. Misalnya, kenaikan kurs US$ yang tajam terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam dollar sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Sementara itu, emiten yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan US$ tersebut. Ini berarti harga saham emiten yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek, sementara emiten yang terkena dampak positif kan meningkat harga sahamnya. Sebagian emiten yang tercatat di Bursa Efek akan terkena dampak negatif dan sebagian lagi terkena dampak positif dari perubahan kurs US$ yang tajam. Selanjutny, IHSG juga akan terkena dampak negatif atau psitif tegantung pada kelompok yang dominan dampaknya. Oleh karena
15
itu, investor harus ekstra hati-hati dalam menggunakan IHSG sebagai acuan untuk menganalisis saham individu. (Samsul 2006;202) Menurut N. Gregory Mankiw Exchange rate (kurs) adalah tingkat dimana negara-negara melakukan pertukaran di pasar dunia. Kurs Nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan yen adaah 120 yen per dolar, maka anda bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang. Kurs Riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs rii menyatakan tingkat dimana tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang darisuatu negara untuk barangbarang dari negara lain. Kurs riil kadang-kadang disebut terms of trade. (Mankiw 2003;123 dan 522 )
16
2.3
Tingkat Inflasi Menurut William A. Mceachern inflasi
dapat diartikan sebagai kenaikan
terus-menerus dalam tingkat harga suatu perekonomian akibat adanya kenaikan permintaan agregat atau penurunan penawaran agregat. Jika inflasi disebabkan karena kenaikan permintaan agregat sering disebut dengan demand-pull inflation (inflasi karena ditarik permintaan). Sedangkan inflasi disebabkan karena penurunan penawaran adalah cost-pull inflation. Kenaikan biaya produksi “mendorong” tingkat harga ke atas. ( Mceachern 2000;133) Menurut Mohhamad Samsul tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonmian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak sangat lamban. Pekerjaan yang sulit adalah menciptakan tingkat inflasi yang dapat menggerakkan dunia usaha menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi pengangguran, perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai, dan harga saham di pasar bergerak normal. (Samsul 2006;201) Menurut Boediono definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, atau misal kenaikan harga-harga karena msiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja (dan tidak mempenyai pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi. Tetapi bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga-harga barang-barang lain. Maka dapat dikatakan terjadi inflasi. (Boediono 1999;155)
17
2.4
Deposito Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, simpanan deposito adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tetentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Berbeda dengan simpanan giro dan simpanan tabungan, simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) yang lebih panjang dan dapat ditarik atau dicairkan hanya setelah jatuh tempo. Begitu pula dengan suku bunga yang relatif lebih tinggi dibandingkan simpanan tabungan dan giro (Martono, 2002:40). Deposito adalah simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya. Deposito dibedakan menjadi dua, yaitu Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito. Perbedaan keduanya adalah sebagai berikut : No.
Perbedaan
Deposito Berjangka
Serifikat Deposito
1
Pembayaran bunga
Setiap tanggal jatuh
Pada saat pembukaan
tempo bunga/pokok
rekening discounted)
Tidak dapat
Dapat
dipindahtangankan
dipindahtangankan
2
Pemindahan hak
3
Kepemilikan
Atas nama
Atas unjuk
4
Perhitungan bunga
Tidak discounted
Discounted
Tabel 2.1
Perbedaan Deposito berjangka dan Sertifikat Deposito
Pasar sasaran (target market) deposito adalah seluruh lapisan masyarakat, baik perorangan maupun nonpeorangan. (Thomas Suyatno dkk, 1996 :38) 2.5
Pengaruh Kurs dan Suku Bunga SBI terhadap Harga Saham Menurut Haryanto risiko sistematis (risiko pasar) merupakan risiko yang
berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Jadi perubahan 18
pasar akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi (kondisi makro). Tingkat suku bunga SBI dan kurs terbukti mempengaruhi risiko sistematis saham namun hasilnya tidak konsisten pada dua karakteristik industri yang berbeda. Pada perusahaan manufaktur hanya kurs yang mempengaruhi risiko saham sedangkan pada perusahaan non manufaktur suku bunga SBI yang mempengaruhi risiko sistematis saham. Selain itu hasil menunjukkan bahwa hubungan antara suku bunga SBI dan risiko sistematis saham adalah negatif. Hasil ini berbeda dengan penjelasan yang semestinya yaitu jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga (misal deposito) juga akan naik. Akibatnya minat investor akan berpindah dari saham ke deposito. Kemungkinan fenomena ini menunjukkan bahwa investor di Indonesia tidak suka risiko atau risk averse. Penelitian mempunyai kelemahan yaitu penentuan sampel yang bersifat purposive. Penggunaan metode ini mengakibatkan tingkat generalisasi yang kurang kuat, jika menggunakan metode acak maka hasil bisa lebih kuat untuk digeneralisasi. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel makro lain seperti inflasi, pendapatan nasional bersih, atau malah faktor-faktor politik. Selain itu peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode lain dalam menghitung return yang diharapkan misalnya dengan model pasar. (Haryanto, 2007) 2.6
Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham Menurut Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu Krisis ekonomi yang terjadi di
Indonesia sejak tahun 1997 telah mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Hargaharga saham turun secara tajam demikian pula dengan volume transaksi. Secara empiris terbukti bahwa profitabilitas,suku bunga, inflasi, dan nilai tukar secara bersama-sama mempengaruhi harga saham badan usaha secara signifikan selama krisis ekonomi terjadi di Indonesia. Dan Secara empiris terbukti bahwa suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika secara parsial mempunyai pengaruh
19
secara signifikan terhadap harga saham badan usaha selama krisis ekonomi di Indonesia. (Utami, 2007) 2.7
Pengaruh Deposito Terhdap IHSG Menurut Zulfi Skendra (2008) Pengaruh inflasi, nilai tukar dan bunga deposito
terhadap return pasar, mempengaruhi pula tingkat keuntungan dan resiko yang diterima oleh masing-masing saham. Telkom yang tadinya berada diperingkat dua sekarang menjadi peringkat pertama, Indosat yang tadinya peringkat terakhir sekarang menjadi peringkat tiga. Proporsi dana hampir merata nilainya untuk semua saham blue-chips yang diteliti, kecuali Unilever. Keadaan ini terjadi karena Unilever mempunyai tingkat keuntungan dan resiko yang dihadapi hampir sama. 2.8
Pasar Bullish dan Bearish Menurut Sumber Kontan Onlline istilah bullish dan bearish digunakan untuk
menggambarkan kondisi pasar yang tengah bergairah atau sebaliknya sedang lesu. Ketika pasar sedang bullish, ada banyak kesempatan untuk investor. Tapi, ketika pasar bearish, investor harus hati-hati. Anda mungkin sering mendengar analis bilang bahwa pasar saham sedang bullish atau sedang bearish. Apa, sih, maksudnya? Kondisi pasar disebut tengah berada dalam kondisi bullish jika harga-harga surat berharga atau efek meningkat, dan investor berharap harga-harganya akan meningkat lebih tinggi lagi. Istilah ini bisa diterapkan untuk semua instrumen yang diperdagangkan, seperti obligasi, mata uang, maupun komoditi. Tapi, yang paling umum, ia diterapkan di pasar saham. Saat bullish, pasar umumnya dipenuhi optimisme dan investor juga sangat yakin. Tapi, tentu saja, pasar tidak akan selamanya bullish. Cepat atau lambat pasar akan akan mulai turun dan memasuki kondisi bearish. Ini adalah kondisi pasar pada
20
saat harga-harga surat berharga merosot atau akan merosot. Meskipun angka penurunannya bisa bervariasi, jika indeks sudah turun sekitar 15%-20%, biasa analis mengatakan pasar sudah mulai memasuki masa bearish. Namun, hampir tidak mungkin, kita bisa menebak dengan tepat kapan tren pergerakan pasar itu akan berubah dari bullish ke bearish atau sebaliknya. Salah satu sebabnya adalah faktor psikologi investor dan spekulasi kadang kala sangat mempengaruhi pergerakan pasar keuangan. Pada titik ekstrem, pasar yang bullish akan mengarah ke harga-harga yang terlalu mahal atau bubble. Sementara, kondisi bearish akan mengarah ke kehancuran pasar atau crash. Istilah "bull" dan "bear" diambil dari perilaku banteng dan beruang ketika menyerang lawannya. Seekor banteng akan mendongakkan tanduknya. Sementara, begitu menyerang, beruang akan mengayunkan cakarnya ke arah bawah. 2.9
Regresi Menurut Soermartini (2008) Analisa regresi adalah Analisis statistik yang
mempelajari bagaimana membangun sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena yang lain. Analisa regresi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan secara luas dalam ilmu pengetahuan terapan. Regresi di samping digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antar peubah regresi, juga dapat dipergunakan untuk peramalan. Dengan menggunakan n pengamatan untuk suatu model linier sederhana: Y = β +β X +Ei dengan Yi adalah peubah tidak bebas Xi adalah peubah bebas dengan i = 1,2,...,n β0 dan β1 adalah parameter-parameter yang tidak diketahui 21
Ei adalah Disturbance error. Menurut Ujarati (2006) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variabel) (istilah asing miring) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory). Variabel pertama disebut juga sebagai variabel tergantung dan variabel kedua disebut juga sebagai variabel bebas. Jika variabel bebas lebih dari satu, maka analisis regresi disebut regresi linear berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel tergantung. Tujuan menggunakan analisis regresi ialah ·
Membuat estimasi rata-rata dan nilai variabel tergantung dengan didasarkan pada nilai variabel bebas.
·
Menguji hipotesis karakteristik dependensi
·
Untuk meramalkan nilai rata-rata variabel bebas dengan didasarkan pada nilai variabel bebas diluar jangkaun sample. Menurut Thomas Yuni Gunarto Persamaan regresi :Persamaan matematik
yang memungkinkan peramalan nilai suatu peubah takbebas (dependent variable) dari nilai peubah bebas (independent variable) - Bentuk Umum Regresi Linier Berganda Y = a + b X + b X + ...+ b X 1
1
2
2
n
n
Y : peubah takbebas
a : konstanta
X : peubah bebas ke-1
b : kemiringan ke-1
X : peubah bebas ke-2
b : kemiringan ke-2
X : peubah bebas ke-n
b : kemiringan ke-n
1
2 n
1
2 n
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Objek Penelitian Data IHSG, Kurs, Tingkat Bunga SBI, Inflasi yang diperoleh dari Bursa
Efek Indonesia yang bertempat di Jln. Jend. Sudirman Kav. 52 – 53, Jakarta 12190, Indonesia dan Bank Indonesia, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter (DKM), Menara Sjafruddin Prawiranegara Lt. 18, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 3.2
Periode Penelitian Periode penelitian selama enam bulan yaitu mulai bulan Januari 2008-Juni
2008 mengenai data yang berhubungan dengan perusahaan Perbankan. 3.3
Jenis Penelitian dan Populasi Penelitian Jenis penelitian ini yang dilakukan adalah historical research, yang artinya
penelitian ini menggunakan data kuantitatif dari tahun 1999 sampai dengan 2002. Sedangkan populasi dari penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) 3.4
Teknik Penarikan Sampel Teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu teknik Purposive Sampling.
Sampel yang dipilih mempunyai kriteria sebagai berikut: 1. Data bulanan IHSG dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. 2. Indeks Harga Saham Gabungan yang mengalami trend kenaikan (bullish) dari tahun 2006 sampai tahun 2008. 3. Indeks Harga Saham Gabungan yang mengalami trend penurunan (bearish) dari tahun 2006 sampai tahun 2008.
23
3.5
Jenis Data
Variabel Dependen : • Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan yang dipakai adalah Harga saham Gabungan akhir bulan Variabel Independen : 1. Kurs Rupiah against akhir bulan 2006-2008 Data kurs yang dipakai adalah perubahan kurs akhir bulan dengan cara sebagai berikut: Kurs(n) = Kurs(n) – Kurs(n-1) Kurs(n-1) 2. Tingkat Bunga SBI 2006-2008 Data kurs yang dipakai adalah perubahan kurs akhir bulan dengan cara sebagai berikut: SBI(n) = SBI (n) – SBI (n-1) SBI (n-1)
3. Inflasi 2006-2008 Data inflasi yang dipakai adalah perubahan kurs akhir bulan dengan cara sebagai berikut: Inflasi (n) = Inflasi (n) – Inflasi (n-1) Inflasi (n-1)
24
4. Deposito 2006-2008 Data Deposito yang dipakai adalah perubahan kurs akhir bulan dengan cara sebagai berikut: Deposito (n) = Deposito (n) – Deposito (n-1) Deposito (n-1) 3.6
Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Dalam pengumpulan data atau informasi, penulis menggunakan teknik penelitian dengan cara mendatangi BEI untuk mendapat data-data Sekunder dan informasi yang terkait. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu teknik pengumpulan data untuk penelitian yang didapat dari buku-buku, buku pelengkap, data-data dari jurnal, internet serta sumber lain yang relevan dengan penelitian.
3.7
Analisa Data dan Uji Statistik
3.7.1 Runtutan Analisa Data 1. Memisahkan dan menganalisa data Indeks Harga Saham Gabungan dari tahun 2006 sampai 2008 pada kondisi yang sedang Bullish dan Bearish. Data yang telah terkumpul dan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel untuk menghasilkan efisiensi dan return bank. Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Multiple regression Linear (regresi berganda) dengan bantuan SPSS 16 for windows. Analisis 25
regresi digunakan untuk karena selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel dependen dan variabel independen (Haryanto,2007). Pasar saham yang sedang Bullish: 1. Data IHSG mengalami trend kenaikan 2. Nilai tertinggi yang terbaru selalu lebih tinggi dari nilai sebelumnya hingga akhir fase ketiga. Pasar saham yang sedang Bearish: 1. Data IHSG mengalami trend penurunan 2. Nilai tertinggi yang terbaru selalu lebih rendah dari nilai sebelumnya hingga akhir fase ketiga.
2. Regresi berganda digunakan ketika beberapa variabel independen diregresikan dengan sebuah variabel dependen (Sekaran, 2001). Analisis regresi berganda juga digunakan untuk mengukur hubungan kausal antara suatu variabel dengan variabel lainnya dimana variabel yang mempengaruhi (independen variabel) lebih dari satu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis berganda yang terdiri dari : Kurs, Tingkat Bunga SBI, Inflasi, Deposito sehingga hubungan antara variabel-variabel MakroEkonomi dengan IHSG dirumuskan sebagai berikut : 1. Pada pasar saham sedang bullish Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + ε 2. Pada pasar saham yang sedang bearish Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + ε 26
Dimana : Y
= IHSG
x4
= Deposito
x1
= Kurs
a
=
konstanta x2
= Tingkat bunga SBI
b1, b2, b3, b4 =
Koefisien regresi x3
ε
= Inflasi
= Error
3. Untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat pada kondisi pasar saham sedang bearish dan bullish maka digunakan uji F dengan rumus: 1. Pasar sedang bearish: F hitung =
R2/(k-1) (1-R2)/(n-k)
2. Pasar sedang bullish 3. F hitung =
R2/(k-1) (1-R2)/(n-k)
Dimana: R : koefisien determinasi k : Jumlah variabel bebas n : banyaknya sampel
27
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat pada kondisi pasar saham sedang bearish dan bullish maka digunakan uji t (t test) dengan enggunakan formulasi sebagai berikut: 1. Pada pasar saham sedang bearish:
T hitung =
2.
x-µ s/√n
Pada pasar sedang bullish:
T hitung =
x-µ s/√n
3.7.2 Uji Hipotesis 1.
Hipotesis 1 Dengan menggunakan uji F: Ho = b1 = b2 = b3 = b4 = 0 Artinya kurs, SBI, Inflasi, Deposito secar bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. H1 = b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0 Artinya kurs, SBI, Inflasi, Deposito secar bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. •
Dasar Statisitik Hitung (angka F output) > Statistik Tabel (tabel F), maka Ho ditolak.
•
Dasar Statisitik Hitung (angka F output) < Statistik Tabel (tabel F), maka Ho diterima. 28
2.
Hipotesis 2 Dengan menggunakan uji t 1. Uji hipotesis pengaruh kurs terhadap IHSG Ho : b1 = 0 Artinya Kurs tidak mempunyau pengaruh yang signifikan terhadap IHSG H1 : b2 ≠ 0 Artinya Kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG 2. Uji hipotesis SBI pengaruh terhadap IHSG Ho : b1 = 0 Artinya SBI tidak mempunyau pengaruh yang signifikan terhadap IHSG H1 : b2 ≠ 0 Artinya SBI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG 3. Uji hipotesis pengaruh Inflasi terhadap IHSG Ho : b1 = 0 Artinya Inflasi tidak mempunyau pengaruh yang signifikan terhadap IHSG H1 : b2 ≠ 0 Artinya Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG 4. Uji hipotesis pengaruh Deposito terhadap IHSG Ho : b1 = 0 Artinya Deposito tidak mempunyau pengaruh yang signifikan terhadap IHSG H1 : b2 ≠ 0 Artinya Deposito mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG
29
3.
Hipotesis 3 Hipotesis 3 diuji dengan koefisien determinasi untuk mengukur besarnya
proporsi pengaruh variabel bebas IHSG pada kondisi pasar saham bearish dan bullish. Koefisien determinasi (r2) beraada diantara 0 dan1 (0 ≤ r2 ≤ 1), yang berarti: 1. Bila r2 = 1, artinya pengaruh dari variabel bebas terhadap IHSG terhadap IHSG pada kondisi pasar bearish dan bullish adalah 100% 2. Bila r2 = 0, artinya tidak ada pengaruh dari variabel bebas terhadap IHSG pada kondisi pasar saham bearish dan bulish
30
Bab IV Analisa dan Pembahasan 4.1
Gambaran Umum IHSG
Indeks harga saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan hargaharga saham. Indeks harga saham gabungan atau IHSG merupakan indeks yang dibentuk melalui saham yang dibentuk melalui semua sahamyang tercatat pada Bursa. IHSG pertama kali di perkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikatorpergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Indeks ini digunakan sebagai indikasi atas kegiatan pasar modal, bila indikasi ini cenderung menaiknaik berarti kegiatan pasar modal meningkat, dan bila sebaliknya berarti kegiatan pasar modal menurun. Hari dasar perhitungan index adalah tanggal 10 Agustus 1982dengan nilai 100, sedangkan jumah saham yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 saham. Pada tahun, 1999, sebanyak 274 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2000,sebanyak 281 perusahan yang sahamnya terdaftar. Pada tahun 2001 sebanyak 307 perusahaan yang sahamnya terdaftar,dan pada tahun 2002 sebanyak 323 perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 4.2
Data IHSG, Kurs, Tingkat Bunga SBI, Inflasi, Deposito pada keadaan
Bearish dan Bullish. Pada bagian akan disajikan data untuk menganalisi dan melihat apakah ada pengaruh dengan
able tor pasar uang (Kurs, Tingkat Bunga SBI, Inflasi, Deposito)
terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pasar saham dalam kondisi Bearish dan Bullish. Dalam hal ini data yang di sajikan adalah data IHSG, data Kurs, data Tingkat Bunga SBI, data Inlasi, data Deposito.
31
4.2.1 Data Kondisi Bulish 4.2.1.1 Data Indeks Harga Saham Gabungan Data IHSG akhir bulan periode 2006-2008 tampak pada tabel 4.1dibawah ini: Tabel 4.1 Data IHSG akhir bulan periode 2006-2008 Bulan IHSG 1,216.14 Februari 2006 1,322.97 Maret 2006 1,464.40 April 2006 1,330.00 Mei 2006 1,310.26 Juni 2006 1,351.65 Juli 2006 1,444.49 Agustus 2006 1,534.62 September 2006 Oktober 2006 1,582.63 1,718.96 November 2006 1,805.52 Desember 2006 1,757.26 Januari 2007 1,740.97 Februari 2007 1,830.92 Maret 2007 2,019.68 April 2007 2,055.40 Mei 2007 2,139.28 Juni 2007 2,348.67 Juli 2007 2194.34 Agustus 2007 2359.21 September 2007 2,673.49 Oktober 2007 2,688.33 November 2007 2,745.83 Desember 2007 2,627.25 Januari 2008 2,721.94 Februari 2008 Sumber : www.idx.com
32
4.2.1.2 Kurs (Rupiah against US$) Data pergerakan Kurs akhir bulan periode 2006-2008 tampak pada tabel 4.2dibawah ini: Bulan Pergerakan -0.0167 Februari 2006 -0.0159 Maret 2006 -0.0313 April 2006 0.0480 Mei 2006 0.0082 Juni 2006 -0.0235 Juli 2006 0.0031 Agustus 2006 0.0141 September 2006 -0.0128 Oktober 2006 0.0057 November 2006 -0.0150 Desember 2006 0.0074 Januari 2007 0.0073 Februari 2007 -0.0043 Maret 2007 -0.0036 April 2006 -0.0266 Mei 2007 0.0242 Juni 2007 Juli 2007 0.0138 0.0231 Agustus 2007 -0.0275 September 2007 -0.0035 Oktober 2007 0.0284 November 2007 0.0044 Desember 2007 -0.0129 Januari 2008 -0.0218 Februari 2008 Sumber : www.bi.go.id
33
4.2.1.3 Data Sertifikat Bank Indonesia Data pergerakan SBI akhir bulan periode 2006-2008 tampak pada tabel 4.3dibawah ini: Bulan Februari 2006 Maret 2006 April 2006 Mei 2006 Juni 2006 Juli 2006 Agustus 2006 September 2006 Oktober 2006 November 2006 Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007 April 2007 Mei 2007 Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008
Pergerakan -0.0008 -0.0008 0.0008 -0.0188 0.0000 -0.0200 -0.3265 0.3636 -0.0444 -0.0465 -0.0488 -0.0256 -0.0263 -0.0270 0.0000 -0.0278 -0.0571 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 -0.0303 0.0000 -0.0088 0.0038
Sumber : www.bi.go.id
34
4.2.1.4 Data Tingkat Inflasi Data pergerakan Tingkat akhir bulan periode 2006-2008 tampak pada tabel 4.4dibawah ini: Bulan Tahun Februari 2006 Maret 2006 April 2006 Mei 2006 Juni 2006 Juli 2006 Agustus 2006 September 2006 Oktober 2006 November 2006 Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007 April 2007 Mei 2007 Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008
Pergerakan 0.052260716 -0.121651786 -0.021601017 0.012987013 -0.004487179 -0.02446877 -0.01650165 -0.023489933 -0.567697595 -0.162162162 0.252371917 -0.051515152 0.006389776 0.034920635 -0.035276074 -0.044515103 -0.039933444 0.050259965 0.074257426 0.067588326 -0.010071942 -0.024709302 -0.017883756 0.116843703 0.005434783
Sumber : www.bi.go.id
35
4.2.1.5 Data Deposito Data pergerakan Deposito akhir bulan periode 2006-2008 tampak pada tabel 4.5 dibawah ini: Bulan Tahun Februari 2006 Maret 2006 April 2006 Mei 2006 Juni 2006 Juli 2006 Agustus 2006 September 2006 Oktober 2006 November 2006 Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007 April 2006 Mei 2007 Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008
Pergerakan -0.0192308 -0.0196078 0 0 0 -0.04 0 -0.0625 -0.0444444 -0.0465116 -0.0487805 -0.025641 -0.0263158 0 -0.027027 -0.0277778 -0.0285714 -0.0294118 0 0 0 0 0 -0.030303 0
Sumber : www.lps.com
36
4.2.2 Data Kondisi Bearish 4.2.2.1 Data Indeks Harga Saham Gabungan Data IHSG akhir bulan periode 2006-2008 tampak pada tabel 4.6dibawah ini: Bulan Pergerakan Maret 2008 2447.30 2304.52 April 2008 2444.35 Mei 2008 2349.11 Juni 2008 2304.51 Juli 2008 2165.94 Agustus 2008 1832.51 September 2008 1256.70 Oktober 2008 1241.54 November 2008 1355.41 Desember 2008 Sumber : www.idx.com 4.2.2.2 Data Kurs (Rupiah against US$) Data Kurs (Rupiah against US$) akhir bulan periode 2006-2008 tampak pada tabel 4.6dibawah ini: Bulan Pergerakan 0.0145 Maret 2008 0.0017 April 2008 0.0086 Mei 2008 -0.0095 Juni 2008 -0.0110 Juli 2008 0.0036 Agustus 2008 0.0233 September 2008 0.1637 Oktober 2008 0.1006 November 2008 -0.1835 Desember 2008 Sumber : www.bi.go.id
37
4.2.2.3 Data Sertifikat Bank Indonesia Data pergerakan SBI akhir bulan periode 2006-2008 tampak pada tabel 4.3 dibawah ini: Bulan Tahun Pergerakan 0.003783102 Maret 2008 0.003768844 April 2008 0.040050063 Mei 2008 0.050541516 Juni 2008 0.057273769 Juli 2008 0.005417118 Agustus 2008 September 2008 0.046336207 0.130792997 Oktober 2008 0.023679417 November 2008 -0.036476868 Desember 2008 Sumber : www.bi.go.id 4.2.2.4 Data Tingkat Inflasi Data pergerakan Tingkat akhir bulan periode 2006-2008 tampak pada tabel 4.4dibawah ini: Bulan Tahun Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 November 2008 Desember 2008
Pergerakan 0.104054054 0.096695226 0.158482143 0.062620424 0.078875793 -0.004201681 0.024472574 -0.030477759 -0.007646559 -0.053082192
Sumber : www.bi.go.id
38
4.2.2.5 Data Deposito Data pergerakan Deposito Kwartal periode 2006-2008 tampak pada tabel 4.5dibawah ini: Bulan Tahun Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 November 2008 Desember 2008
4.3
Pergerakan 0 0 0.03125 0 0.06060606 0 0.05714286 0.08108108 0 0
Sumber : www.bi.go.id Analisa Hasil Pengujian
4.3.1 Analisa Pengaruh Kurs, Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi, Deposito Terhadap IHSG 4.3.1.1 Pada Kondisi Saham Bulish Untuk mengetahui Pengaruh Kurs, Tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi, Deposito Terhadap IHSG pada saat kondisi saham Bullish, maka dilakukan analisis regresi linear berganda. Perhitungan analisa regresi linear berganda dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 dan menghasilkan persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 2079,18 – 102,636 X1 + 644,758 X2 + 556,152 X3 + 7359,612 X4 Dari persamaan regresi linier diatas, dapat diketahui Sertifikat Bank Indonesia (X2), Tingkat Inflasi (X3), Deposito (X4) mempunyai pengaruh positif terhadap IHSG. Dimana tingkat bunga SBI naik satu satuan maka IHSG menaik 644,758 satuan.
39
Tingkat inflasi naik satu satuan maka IHSG akan menaik 556,152 satuan. Dan deposito naik satu satuan maka IHSG menaik 7359,612 Sedangkan bahwa Kurs (X1) mempunyai berpengaruh negatif terhadap IHSG. Dimana kurs naik satu satuan akan menurunkan nilai IHSG sebesar 102,636 satuan. Pada kondisi ekonomi yang stabil variabel yang paling besar pengaruhnya yaitu deposito mempunyai pengaruh paling besar yaitu dengan 7359,612 satuan terhadap IHSG sehingga investor harus memerhatikan variabel
deposito, karena
menurunnya variabel deposito akan sangat memengaruhi IHSG akan menurun karena mempunyai pengaruh positif terhadap IHSG. 4.3.1.2 Pada Kondisi Saham Bearish Untuk mengetahui Pengaruh Kurs, Tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi, Deposito Terhadap IHSG pada saat kondisi saham Bearish, maka dilakukan analisis regresi linear berganda. Perhitungan analisa regresi linear berganda dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 dan menghasilkan persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 1702.290 - 1824.069 X1 + 3350,812 X2 + 6317,426 X3 – 4004,986 X4 Dari persamaan regresi linier diatas, dapat diketahui Sertifikat Bank Indonesia (X2), Tingkat Inflasi (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap IHSG. Dimana tingkat bunga SBI naik satu satuan maka IHSG menaik 3350,812 satuan. Tingkat inflasi naik satu satuan maka IHSG akan menaik 6317,426 satuan. Sedangkan bahwa Kurs (X1), Deposito (X4) mempunyai berpengaruh negatif terhadap IHSG. Dimana kurs naik satu satuan akan menurunkan nilai IHSG sebesar 102,636 satuan. Dan Deposito naik satu satuan akan menurunkan nilai IHSG sebesar 4004,986 satuan
40
Pada kondisi ekonomi yang tidak stabil dikarenakan krisis global variabel yang paling besar pengaruhnya yaitu deposito mempunyai pengaruh paling besar yaitu inflasi dengan 6317,426
satuan terhadap IHSG sehingga investor harus
memerhatikan variabel deposito, karena menurunnya variabel deposito akan sangat memengaruhi IHSG akan menurun karena mempunyai pengaruh positif terhadap IHSG.
41
4.3.2
Analisa Pengaruh Kurs, Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Deposito Secara Bersama-Sama terhadap IHSG
4.3.2.1 Pasar Saham dalam keadaan Bullish Dalam menganalisa pengaruh Kurs, Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Deposito secara bersama-Sama terhadap IHSG digunakan uji Anova atau F test. Dengan uji Anova atau F test, maka didapat nilai Fhitung adalah 0,632. Jika digunakan nilai signifkan α = 0,05, nilai kritis untuk derajat kebebasan (k-1) = 4 dan (n-k) = 20 maka F0.05(4,20) adalah 2,866081. Karena Fhitung = 0,632 < Ftabel = 2,866081 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan membandingkan tingkat nilai p = 0.646 dengan α = 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa Kurs, Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Deposito secara bersama-sama tidak mempunyai mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG pada kondisi Bullish. 4.3.2.2 Pasar Saham dalam keadaan Bearish Dalam menganalisa pengaruh Kurs, Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Deposito secara bersama-Sama terhadap IHSG digunakan uji Anova atau F test. Dengan uji Anova atau F test, maka didapat nilai F hitung adalah 4,677. Jika digunakan nilai signifikan α = 0,05, nilai kritis untuk derajat kebebasan (k-1) = 4 dan (n-k) = 5 maka F0.05(4,5) = 5,192169. Karena Fhitung = 4,677 < Ftabel = 5,192169 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan membandingkan tingkat nilai p = 0.61 dengan α = 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa Kurs, Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Deposito secara bersama-sama tidak mempunyai mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG pada kondisi Bullish. 4.3.2.3 Analisa Umum
42
Pada kondisi bearish dan bullish Kurs, Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Deposito secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Hal ini disebabkan karena menaik dan menurunnya lebih di pengaruhi oleh krisis global yang terjadi. Resesi di Amerika Serikat akan mempengaruhi neraca pembayaran Indonesia dari sisi ekspor maupun impor, serta pasar saham dan pasar uang. Sektor yang paling terbebani adalah neraca pembayaran ekspor Indonesia khususnya sektor manufaktur.
4.3.3 Analisa Pengaruh Kurs, Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Deposito Secara Individual Terhadap IHSG Untuk menganalisa pengaruh Kurs, Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Deposito terhadap IHSG secara individual Uji T atau T test. 4.3.3.1 Pasar Saham Pada Kondisi Bullish Uji T saat pasar saham pada kondisi bullish sebagai berikut: 1. Uji hipotesis pengaruh Kurs terhadap IHSG •
Pada tabel t dapat dilihat dengan derajat kebebasan (df) = jumlah data – variabel - 1 atau 20- 5-1= 19
•
Tingkat signifikan (α) = α/2 = 0.05/2 = 0.025, karena uji di lakukan dua sisi untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi, dan bukan mencari “lebih besar”atau “lebih kecil”.
•
Maka Ttabel = T0.025(19) = ±2.033024
•
Mencari Thitung, dari tabel output terlihat bahwa thitung (tertuilis t) adalah -0.19.
43
•
Thitung = -0.19 > Ttabel = -2.033024
Maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya Kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. 2. Uji hipotesis pengaruh SBI terhadap IHSG •
Pada tabel t dapat dilihat dengan derajat kebebasan (df) = jumlah data – variabel - 1 atau 20- 5-1= 19
•
Tingkat signifikan (α) = α/2 = 0.05/2 = 0.025, karena uji di lakukan dua sisi untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi, dan bukan mencari “lebih besar”atau “lebih kecil”.
•
Maka Ttabel = T0.025(19) = ±2.033024
•
Mencari Thitung, dari tabel output terlihat bahwa thitung (tertuilis t) adalah 0.559.
•
Thitung = 0.559 < Ttabel = 2.033024
Maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya SBI tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. 3. Uji hipotesis pengaruh Inflasi terhadap IHSG •
Pada tabel t dapat dilihat dengan derajat kebebasan (df) = jumlah data – variabel - 1 atau 20- 5-1= 19
•
Tingkat signifikan (α) = α/2 = 0.05/2 = 0.025, karena uji di lakukan dua sisi untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi, dan bukan mencari “lebih besar”atau “lebih kecil”.
44
•
Maka Ttabel = T0.025(19) = ±2.033024
•
Mencari Thitung, dari tabel output terlihat bahwa thitung (tertuilis t) adalah 0.559.
•
Thitung = 0.692 < Ttabel = 2.033024
Maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya Inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. 4. Uji hipotesis pengaruh Deposito terhadap IHSG •
Pada tabel t dapat dilihat dengan derajat kebebasan (df) = jumlah data – variabel - 1 atau 20- 5-1= 19
•
Tingkat signifikan (α) = α/2 = 0.05/2 = 0.025, karena uji di lakukan dua sisi untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi, dan bukan mencari “lebih besar”atau “lebih kecil”.
•
Maka Ttabel = T0.025(19) = ±2.033024
•
Mencari Thitung, dari tabel output terlihat bahwa thitung (tertuilis t) adalah 0.559.
•
Thitung = 1.192 < Ttabel = 2.033024
Maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya Deposito tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. 4.3.3.2 Pasar Saham Pada Kondisi Bearish Uji T saat pasar saham pada kondisi bearish sebagai berikut:
45
1. Uji hipotesis pengaruh Kurs terhadap IHSG •
Pada tabel t dapat dilihat dengan derajat kebebasan (df) = jumlah data – variabel - 1 atau 10 - 5-1= 4
•
Tingkat signifikan (α) = α/2 = 0.05/2 = 0.025, karena uji di lakukan dua sisi untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi, dan bukan mencari “lebih besar”atau “lebih kecil”.
•
Maka Ttabel = T0.025(4) = ±2.776445
•
Mencari Thitung, dari tabel output terlihat bahwa thitung (tertuilis t) adalah
•
-0.902.
Thitung = -0.902 > Ttabel = -2.776445
Maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya Kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. 2. Uji hipotesis pengaruh SBI terhadap IHSG •
Pada tabel t dapat dilihat dengan derajat kebebasan (df) = jumlah data – variabel - 1 atau 10 - 5-1= 4
•
Tingkat signifikan (α) = α/2 = 0.05/2 = 0.025, karena uji di lakukan dua sisi untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi, dan bukan mencari “lebih besar”atau “lebih kecil”.
•
Maka Ttabel = T0.025(4) = ±2.776445
•
Mencari Thitung, dari tabel output terlihat bahwa thitung (tertuilis t) adalah
0.548.
46
•
Thitung = 0.548 < Ttabel = -2.776445
Maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya SBI mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap IHSG. 3. Uji hipotesis pengaruh Inflasi terhadap IHSG •
Pada tabel t dapat dilihat dengan derajat kebebasan (df) = jumlah data – variabel - 1 atau 10 - 5-1= 4
•
Tingkat signifikan (α) = α/2 = 0.05/2 = 0.025, karena uji di lakukan dua sisi untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi, dan bukan mencari “lebih besar”atau “lebih kecil”.
•
Maka Ttabel = T0.025(4) = ±2.776445
•
Mencari Thitung, dari tabel output terlihat bahwa thitung (tertuilis t) adalah
•
4.112.
Thitung = 4.112 > Ttabel = 2.776445
Maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. 4. Uji hipotesis pengaruh Deposito terhadap IHSG •
Pada tabel t dapat dilihat dengan derajat kebebasan (df) = jumlah data – variabel - 1 atau 10 - 5-1= 4
•
Tingkat signifikan (α) = α/2 = 0.05/2 = 0.025, karena uji di lakukan dua sisi untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi, dan bukan mencari “lebih besar”atau “lebih kecil”.
47
•
Maka Ttabel = T0.025(4) = ±2.776445
•
Mencari Thitung, dari tabel output terlihat bahwa thitung (tertuilis t) adalah
•
4.112.
Thitung = -0.642 > Ttabel = -2.776445
Maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya Deposito mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. 4.3.4 Analisa Proporsi Pengaruh Kurs, Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Deposito terhadap IHSG 4.3.4.1 Pasar Saham Pada Kondisi Bullish 1. Kurs Model Summaryb
Model 1
R
R Square
.038
Adjusted R Square
.001
Std. Error of the Estimate
-.042
519.767
a. Predictors: (Constant), kurs b. Dependent Variable: Ihsg
Gambar 4.1
Tabel Proporsi Pengaruh Kurs
Dari tabel diatas diketahui R square adalah 0.001, artinya proporsi pengaruh kurs (X1) terhadap IHSG adalah 0.1%. 2. SBI Model Summaryb
Model 1
R
R Square
.029
.001
Adjusted R Square -.043
Std. Error of the Estimate 519.911
a. Predictors: (Constant), sbi b. Dependent Variable: Ihsg
48
Gambar 4.2
Tabel Proporsi Pengaruh SBI
Dari tabel diatas diketahui R square adalah 0.001, artinya proporsi pengaruh SBI (X2) terhadap IHSG adalah 0.1%.
3.
Inflasi Model Summaryb
Model 1
R
R Square
.219
.048
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.007
507.524
a. Predictors: (Constant), Inflasi b. Dependent Variable: Ihsg
Dari tabel diatas diketahui R square adalah 0.048, artinya proporsi pengaruh Inflasi (X3) terhadap IHSG adalah 4.8%.
4.
Deposito Model Summaryb
Model 1
R
R Square
.267
.071
Adjusted R Square .031
Std. Error of the Estimate 501.2151
a. Predictors: (Constant), deposito b. Dependent Variable: Ihsg
Dari tabel diatas diketahui R square adalah 0. 071, artinya proporsi pengaruh deposito (X4) terhadap IHSG adalah 7.1%.
49
4.3.4.2 Pasar Saham Pada Kondisi Bearsih 1. Kurs Model Summaryb
Model 1
R
R Square
.187
.035
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
-.085
526.049
a. Predictors: (Constant), kurs b. Dependent Variable: Ihsg
Dari tabel diatas diketahui R square adalah 0. 035, artinya proporsi pengaruh kurs (X1) terhadap IHSG adalah 3.5%. 2. SBI Model Summaryb Model 1
R
R Square
.162
.026
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
-.095
528.4566
a. Predictors: (Constant), sbi b. Dependent Variable: Ihsg
Dari tabel diatas diketahui R square adalah 0.026, artinya proporsi pengaruh SBI (X2) terhadap IHSG adalah 2.6%. 3. Inflasi Model Summaryb
Model 1
R
R Square
.853
.728
Adjusted R Square .694
Std. Error of the Estimate 279.239
a. Predictors: (Constant), inflasi b. Dependent Variable: Ihsg
Dari tabel diatas diketahui R square adalah 0.728, artinya proporsi pengaruh Inflasi (X3) terhadap IHSG adalah 72.8%.
50
4. Deposito Model Summaryb Model 1
R
R Square
.211
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
-.074
523.537
.044
a. Predictors: (Constant), deposito b. Dependent Variable: Ihsg
Dari tabel diatas diketahui R square adalah 0.044, artinya proporsi pengaruh deposito (X4) terhadap IHSG adalah 4.4%. 4.4
Rangkuman Hasil Penelitian Untuk analisa pengaruh pada saat bullish : Sertifikat Bank Indonesia (X2),
Tingkat Inflasi (X3), Deposito (X4) mempunyai pengaruh positif terhadap IHSG. Dimana tingkat bunga SBI naik satu satuan maka IHSG menaik 644,758 satuan. Tingkat inflasi naik satu satuan maka IHSG akan menaik 556,152 satuan. Dan deposito naik satu satuan maka IHSG menaik 7359,612. Sedangkan Kurs (X1) mempunyai berpengaruh negatif terhadap IHSG. Dimana kurs naik satu satuan akan menurunkan nilai IHSG sebesar 102,636 satuan. Untuk analisa pengaruh pada saat bearish : Sertifikat Bank Indonesia (X2), Tingkat Inflasi (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap IHSG. Dimana tingkat bunga SBI naik satu satuan maka IHSG menaik 3350,812 satuan. Tingkat inflasi naik satu satuan maka IHSG akan menaik 6317,426 satuan. Sedangkan Kurs (X1), Deposito (X4) mempunyai berpengaruh negatif terhadap IHSG. Dimana kurs naik satu satuan akan menurunkan nilai IHSG sebesar 102,636 satuan. Dan Deposito naik satu satuan akan menurunkan nilai IHSG sebesar 4004,986 satuan. Secara Bersama-sama ada kondisi bearish dan bullish Kurs, Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Deposito secara bersama-sama tidak berpengaruh secara
51
signifikan terhadap IHSG. Hal ini disebabkan karena menaik dan menurunnya lebih di pengaruhi oleh krisis global yang terjadi. Secara individual, pada saat bullish variabel yang berpengaruh kurs. Dan Inflasi, suku bunga SBI, dan Deposit tidak berpengaruh terhadap IHSG. Sedangkan pada saat bearish variabel yang berpengaruh kurs, inflasi, deposito. Dan Suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap IHSG. Dan proporsi pengaruh Kurs, Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Deposito terhadap IHSG pada saat Bullish : •
Kurs
•
Suku bunga SBI : 0.1%
•
Inflasi
: 4.8%
•
Deposito
: 7.1%
: 0.1%
Proporsi pengaruh Kurs, Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Deposito terhadap IHSG pada saat Bullish : •
Kurs
•
Suku bunga SBI : 2.6%
•
Inflasi
: 72.8%
•
Deposito
: 4.4%
: 3.5%
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1.
Pada saat bullish variabel yang paling besar nilai pengaruhnya yaitu Deposito dengan 7359,612 satuan terhadap IHSG, dan pada saat bearish variabel yang paling besar nilai pengaruhnya yaitu inflasi dengan 6317,426 satuan terhadap IHSG.
2.
Secara bersamaan, pada saat bullish maupun bearish variable (Kurs, Tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi, Deposito) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap IHSG.
3.
Secara individual, pada saat bullish variabel yang berpengaruh kurs. Sedangkan pada saat bearish variabel yang berpengaruh kurs, inflasi, deposito.
4.
Proporsi pengaruh paling besar pada saat bullish yaitu Deposito dan yang paling tidak berpengaruh adalah Kurs dan SBI. Proporsi pengaruh paling besar pada saat bearish yaitu Inflasi dan paling tidak berpengaruh yaitu SBI
5.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagi Investor : Pada saaat bullish, Deposito harus diperhatikan karena deposito mempunyai pengaruh yang sangat signifikan dan mempunyai proporsi yang besar juga. Karena saat pemerintah menaikan deposito maka dapat membuat harga saham menaik pula.
53
Pada saat Bearish, Inflasi harus sangat diperhatikan selain proporsi pengaruh inflasi terhadap IHSG sangat tinggi, juga mempunyai pengaruh yang besar juga. Saat bank Indonesia mengumumkan tingkat inflasi menaik akan sangat mempengaruhi IHSG. Sangat disarankan para investor untuk memerhatikan tingkat inflasi. 2. Bagi Peneliti selanjutnya : Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel yang mempengaruhi IHSG yaitu Kurs, Tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi dan Deposito, sehingga disarankan agar penelitian selanjutnya memasukkan variabel lain yang juga mempengaruhi IHSG. Selain itu periode penelitian ini hanya dibatasi selama 6 bulan, penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan periode yang lebih panjang agar hasil penelitian lebih akurat.
54
DAFTAR PUSTAKA Hartono, Jogiyanto, 2008, Teori Portfolio dan Analisis Investasi, Universitas Gajah Mada, BPFE, Jogjakarta. Haryanto, M.Y. Dedi dan Riyanto, 2007, Pengharuh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai Kurs Terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan Di BEJ, Jurnal Bisnis Keuangan Dan Bisnis, Akuntansi STIE Musi, Palembang. Mankiw, N. Gregrory, Teori Makro Ekonomi, Harvard University, Penerbit Erlangga, Jakarta. Martono, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yogyakarta. McEarhern, William A., 2000, Ekonomi Makro, Salemba empat, Jakarta. Samsul, Mohhamad, 2006, Pasar Modal dan Manajemen Portfolio, Penerbit Erlangga, Jakarta. Suyatno, Thomas dkk, 1996, Kelembagaan Perbankan, Gramedia : Jakarta.
Ujarati, 2006, Regresi & Korelasi Linier Sederhana, Jakarta Utami, Mudji dan Mudjilah Rahayu, 2003, Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 5, No.2, Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Wijaya, Emilia, 2005, Analisis Pengruh Infkasi Terhadap Tingkat Risiko
Saham (Studi Kasus Pada Saham- Saham Katagori LQ45 Tahun 2001-2002), Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. Zulfi Skendra, 2005, Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Bunga Deposito Terhadap Portofolio Optimum SahamSaham Blue Chips Di Bursa Efek, Magister Bisnis IPB, Bogor.
55